ptk biologi inquiry 1

19
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-G MAN MALANG 1 Tyagita Rochmah Febriani 1 Dra. Sunarmi, M.Pd. 2 Drs. Sulisetijono, M.Si. 3 Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang, 5 Malang Email: [email protected] Abstrak Hakikat pembelajaran berdasarkan KTSP sangat diharapkan siswa lebih terlibat dalam proses belajar mengajar, dalam proses belajar guru berperan sebagai fasilitator dan siswa dituntut untuk lebih aktif peranannya di dalam proses pembelajaran. Hasil wawancara dengan guru biologi, siswa, serta hasil observasi secara langsung di kelas X-G MAN Malang 1 ditemukan beberapa permasalahan yaitu: metode pembelajaran biologi yang diterapkan masih teacher centered yang jarang melibatkan siswa aktif menemukan konsep sendiri. Hal ini mengakibatkan hasil belajar biologi siswa rendah dengan rerata nilai ulangan tengah semester siswa di bawah KKM yaitu hanya 58 dan siswa mengalami kesulitan untuk menyelesaikan pertanyaan dengan kognitif tingkat tinggi. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus, dan masing-masing siklus terdiri dari 3 kali pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Pebruari 2013 hingga bulan April 2013. Subjek penelitian adalah siswa kelas X-G MAN Malang 1 yang terdiri dari 34 siswa yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan hasil belajar biologi siswa kelas X-G MAN Malang 1. Pencapaian kemampuan berpikir tingkat tinggi mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 57,01%. Peningkatan hasil belajar siswa ranah afektif dari siklus I ke siklus II sebesar 36,01%. Peningkatan hasil 1 Tyagita Rochmah Febriani adalah mahasiswi Jurusan Biologi angkatan 2009 Universitas Negeri Malang. Artikel ini diangkat dari skripsi dengan judul yang sama pada program Sarjana Pendidikan Biologi 2 Dra. Sunarmi, M.Pd adalah Dosen Jurusan Biologi 3 Drs. Sulisetijono, M.Si adalah Dosen Jurusan Biologi 1

Upload: vegi

Post on 21-Dec-2015

22 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

PTK BIO INQUIRY

TRANSCRIPT

Page 1: Ptk Biologi Inquiry 1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI

SISWA KELAS X-G MAN MALANG 1

Tyagita Rochmah Febriani1

Dra. Sunarmi, M.Pd.2

Drs. Sulisetijono, M.Si.3

Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang, 5 MalangEmail: [email protected]

AbstrakHakikat pembelajaran berdasarkan KTSP sangat diharapkan siswa lebih terlibat dalam

proses belajar mengajar, dalam proses belajar guru berperan sebagai fasilitator dan siswa dituntut untuk lebih aktif peranannya di dalam proses pembelajaran. Hasil wawancara dengan guru biologi, siswa, serta hasil observasi secara langsung di kelas X-G MAN Malang 1 ditemukan beberapa permasalahan yaitu: metode pembelajaran biologi yang diterapkan masih teacher centered yang jarang melibatkan siswa aktif menemukan konsep sendiri. Hal ini mengakibatkan hasil belajar biologi siswa rendah dengan rerata nilai ulangan tengah semester siswa di bawah KKM yaitu hanya 58 dan siswa mengalami kesulitan untuk menyelesaikan pertanyaan dengan kognitif tingkat tinggi.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus, dan masing-masing siklus terdiri dari 3 kali pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Pebruari 2013 hingga bulan April 2013. Subjek penelitian adalah siswa kelas X-G MAN Malang 1 yang terdiri dari 34 siswa yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan hasil belajar biologi siswa kelas X-G MAN Malang 1. Pencapaian kemampuan berpikir tingkat tinggi mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 57,01%. Peningkatan hasil belajar siswa ranah afektif dari siklus I ke siklus II sebesar 36,01%. Peningkatan hasil belajar siswa ranah psikomotor dari siklus I ke siklus II sebesar 26,92%, sedangkan peningkatan hasil belajar siswa pada ranah kognitif dari siklus I ke siklus II sebesar 87,52%.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan, maka saran dalam penelitian ini adalah model pembelajaran inkuiri dapat dijadikan alternatif sebagai upaya untuk meningkatakan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan hasil belajar siswa.

.Kata Kunci: Model pembelajaran inkuiri, hasil belajar

Kurikulum yang berlaku pada tahun ajaran 2012/2013 adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Mengacu pada Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (BSNP, 2006) pelaksanaan KTSP sangat diharapkan siswa lebih terlibat dalam proses belajar mengajar, dalam proses belajar guru berperan sebagai fasilitator dan siswa dituntut untuk lebih aktif peranannya di dalam proses pembelajaran. Pembelajaran dengan pendekatan proses dilaksanakan dengan melibatkan aktivitas siswa, sedangkan guru hanya berperan sebagai mediator dan fasilitator dalam pembelajaran. Pemberian pengalaman secara

1 Tyagita Rochmah Febriani adalah mahasiswi Jurusan Biologi angkatan 2009 Universitas Negeri Malang. Artikel ini diangkat dari skripsi dengan judul yang sama pada program Sarjana Pendidikan Biologi2 Dra. Sunarmi, M.Pd adalah Dosen Jurusan Biologi3 Drs. Sulisetijono, M.Si adalah Dosen Jurusan Biologi

1

Page 2: Ptk Biologi Inquiry 1

2

langsung kepada siswa bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa menemukan dan mengembangkan fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan.

Pembelajaran di sekolah hingga tahun 2013 masih belum mampu menerapkan prinsip pelaksanaan kurikulum secara maksimal. Pembelajaran di sekolah kurang menjadikan siswa belajar secara aktif. Siswa belum memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas sesuai dengan rasa keingintahuannya mengenai suatu materi.

MAN Malang 1 merupakan madrasah yang ditempati peneliti ketika melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober tahun 2012. Selama menjalani PPL, peneliti melakukan observasi di kelas X-G MAN Malang 1. Berdasarkan hasil observasi, proses pembelajaran biologi sudah dilaksanakan cukup baik, dengan memberikan kesempatan pada siswa belajar secara mandiri (student centered) namun siswa belum sepenuhnya belajar secara aktif, dan efektif. Siswa masih terlihat pasif pada beberapa kegiatan pembelajaran seperti diskusi dengan tanya jawab dengan guru. Proses pembelajaran bidang studi biologi yang berlangsung di kelas X-G MAN Malang 1, siswa terbiasa belajar dengan cara mengerjakan tugas yang telah diberikan guru pada setiap pertemuan atau yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya. Tugas tersebut berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) atau merangkum materi yang telah dipelajari.

Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa kelas X-G MAN Malang 1 yaitu Fikri Yafi’ Is’ad setelah mengikuti pembelajaran KD 2.4, sebanyak 75% siswa mempelajari suatu materi hanya dengan membaca buku paket dan menger-jakan soal pada LKS. Pembelajaran hanya berlangsung dengan mendengarkan penjelasan guru tanpa adanya kegiatan yang memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif mencari informasi dari suatu materi. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa belum terbiasa untuk belajar secara inkuiri dengan cara mencari dan menemukan melalui berpikir sistematis. Hal ini sangat mempengaruhi kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.

Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa sebanyak 60% siswa memiliki masalah mengenai kesulitan belajar yang dialami. Masalah-masalah yang disampaikan selalu pada masalah kognitif tingkat tinggi yang ditemukan siswa dari membaca buku yang dimiliki. Siswa juga mengalami kesulitan ketika menghadapi soal cerita (naratif) yang panjang dengan penjelasan suatu fenomena. Hal ini menunjukkan bahwa siswa tergolong belum memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Berdasarkan nilai ujian akhir dari KD 2.4 yaitu mendeskripsikan ciri-ciri dan jenis-jenis jamur berdasarkan hasil pengamatan, percobaan, dan kajian literatur serta peranannya bagi kehidupan diketahui bahwa 21 siswa dari 34 siswa di kelas X-G MAN Malang 1 mendapatkan nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 75. Nilai pada hasil belajar ranah psikomotor sudah cukup baik yaitu 70,19 dan ranah afektif hampir 80% siswa sudah memiliki nilai A. Berdasarakan temuan tersebut, dapat dikatakan bahwa hasil belajar Biologi siswa di kelas tersebut rendah pada setiap ranahnya.

Menurut hasil wawancara dengan guru mata pelajaran biologi kelas X-G yaitu Ibu Nur Handayani pada tanggal 1 Pebruari 2013, ketika melaksanakan proses pembelajaran KD 3.1 dan 3.2 di tahun sebelumnya, model pembelajaran yang digunakan hanyalah berkutat pada LKS yang diberikan guru dan guru

Page 3: Ptk Biologi Inquiry 1

3

menyampaikan materi dengan ceramah. Berdasarkan permasalahan yang muncul, peneliti memilih Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri untuk mening-katkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan hasil belajar siswa.

Model pembelajaran inkuiri memiliki tiga langkah dasar yaitu mengajukan pertanyaan, merencanakan prosedur, dan memformulasikan hasil. Llewellyn (2002) menjabarkan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan secara mandiri mampu meningkatkan kemampuan siswa karena saat siswa memformulasikan hasil dari pembelajaran yang telah dilakukan, diharapkan siswa menyadari materi yang belum dipahami dan mengerti alasan materi tersebut belum dipahami, serta menyadari kesalahan yang dilakukannya dalam proses pengajuan pertanyaan atau perencanaan prosedur sehingga siswa dapat melakukan evaluasi. Sesuai dengan pernyataan Parkay dan Stanfold (2006) bahwa pada pembelajaran inkuiri, siswa diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai pokok persoalan sehingga siswa menemukan pengetahuan untuk dirinya sendiri. Siswa yang melakukan pembe-lajaran dengan model ini, melakukan aktivitas berpikir, mengingat, mencari pemecahan masalah, dan menguji kreativitas.

Penelitian Prajawati (2008) mampu membuktikan bahwa penerapan strategi pembelajaran diskoveri-inkuiri dapat mencapai ketuntasan belajar siswa dan meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa kelas X SMA Negeri 10 Malang. Pada penelitian Budiarti (2012) juga terbukti bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing dan learning cycle mampu meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi serta hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Turen.

Model pembelajaran inkuiri juga sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yaitu bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiri) tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prisip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Biologi sebagai salah satu bidang IPA juga harus menggunakan dasar-dasar tersebut dalam pembelajarannya (BSNP, 2006).

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dilakukan penelitian mengenai penerapan model pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan hasil belajar biologi siswa kelas X-G MAN Malang 1.

METODE PENELITIANPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan

berpikir tingkat tinggi dan hasil belajar biologi siswa kelas X-G MAN Malang 1 melalui penerapan model pembelajaran inkuiri.

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif dan jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK ini terdiri dari dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan tindakan, dan refleksi. Siklus I terdiri dari 3 pertemuan, yakni pada pertemuan 1 dan 2 materi yang diajarkan adalah KD 3.1 mendeskripsikan konsep keanekaragaman gen, jenis, ekosistem melalui kegiatan pengamatan. Pertemuan 3 siklus I dilaksanakan tes hasil belajar kognitif akhir siklus. Siklus II terdiri dari 3 pertemuan. Pada 2

Page 4: Ptk Biologi Inquiry 1

4

pertemuan awal membahasan KD 3.2 mengkomunikasikan keanekaragaman hayati Indonesia dan usaha pelestarian serta pemanfaatan sumber daya alam dan pertemuan 3 siklus II dilaksanakan tes hasil belajar kognitif akhir siklus.

Subjek penelitian adalah siswa kelas X-G MAN Malang 1 dengan jumlah siswa 34 orang yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan. Sumber data penelitian ini adalah hasil observasi keterlaksanaan tindakan guru dan kegiatan siswa selama proses pembelajaran, kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan hasil belajar yang terdiri dari 3 ranah yaitu afektif, psikomotor, dan kognitif kelas X-G MAN Malang 1. Instrumen penelitian, data, dan sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.Tabel 1 Instrumen penelitian, Data, dan Sumber Data

No Data Sumber Data Instrumen Teknik Pengumpulan Data

1 Keterlaksanaan pembelajaran inkuiri

Guru model dan Siswa

Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran oleh guru dan kegiatan siswa

Obervasi selama pembelajaran

2 Kemampuan berpikir tingkat tinggi

Siswa Lembar Kerja Siswa Melakukan skoring

3 Hasil belajar siswa Siswa 1. Lembar pengamatan ranah afektif dan psikomotor

2. Tes di setiap akhir siklus

Observasi selama pembelajaran dan melakukan skoring

Sebelum melaksanakan tindakan, peneliti melakukan observasi kelas dan wawancara dengan guru serta beberapa siswa. Hal ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan dan kondisi siswa selama kegiatan pembelajaran. Pada tahap pra tindakan ini, peneliti membuat instrumen penelitian, meliputi:a) lembar pengamatan keterlaksanaan pembelajaran oleh guru dengan model

pembelajaran inkuiri.b) lembar pengamatan keterlaksanaan belajar siswa dengan model pembelajaran

inkuiri.c) lembar catatan lapangand) lembar pengamatan ranah afektif.e) lembar pengamatan ranah psikomotor.f) rubrik kemampuan berpikir tingkat tinggi

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah sebagai berikut:1) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi Keanekaraga-

man Hayati dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri yang meliputi:a. Penetapan dan merumuskan rancangan penelitianb. Penentuan tujuan pembelajaran. c. Pembuatan skenario pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

inkuiri.d. Penyiapan bahan ajar.2) Penyiapan Lembar Kerja Siswa yang berisi langkah pembelajaran inkuiri

dengan topik diskusi, pertanyaan tingkat tinggi dan lembar materi atau handout.

3) Penetapan kelompok belajar dan daftar nama kelompok.

Page 5: Ptk Biologi Inquiry 1

5

4) Penyusunan kisi-kisi soal tes akhir siklus I.5) Penyusunan soal tes awal siklus dan akhir siklus dan kunci jawabannya.6) Penjelasan pada observer mengenai sintaks model pembelajaran inkuiri yang

terdiri dari 5 tahapan yaitu, (1) siswa melakukan observasi (observing); (2) siswa mengajukan pertanyaan atau permasalahan (questioning); (3) siswa mengajukan dugaan (hypothesis); (4) siswa melakukan pengumpulan data (gathering); (5) siswa menarik kesimpulan (conclusion).

Pelaksanaan pembelajaran setiap siklus terdiri dari 5 sintaks yang dapat dilihat pada Tabel 2. Kegiatan observasi dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan diberikan. Kegiatan observasi ini dilakukan untuk menilai kemampuan berpikir tingkat tinggi dan hasil belajar siswa. Sedangkan kegiatan refleksi dilakukan sebagai acuan peneliti untuk memperbaiki kelemahan pada siklus I dan merencanakan pembelajaran pada siklus II.

Data yang diperoleh dalam penelitian berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Proses analisis data kualitatif dimulai dengan menelaah seluruh data yang terdiri dari berbagai sumber yaitu lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, dan catatan lapangan. Data penelitian akan dianalisis secara kualitatif yang meliputi tiga alur, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Tabel 2 Sintaks Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri

Pembelajaran Inkuiri Kegiatan pembelajaran

Observasi a) guru menyampaikan tujuan pembelajaranb) guru mengeksplor pengertahuan awal siswa

berdasarkan fenomenaBertanya (perumusan masalah)

c) guru memberikan kesempatan siswa menuliskan hal yang ingin diketahui dari observasi

Mengajukan Hipotesis d) guru membimbing siswa merumuskan hipotesise) guru menjelaskan prosedur kerja

Mengumpulkan data(Mentabulasi, menganalisis)

f) guru membimbing siswa mengumpulkan data pengataman

g) guru membimbing siswa mengklasifikasikan bahan amatan dengan mentabulasikannya dan menganalisis alasan pengklasifikasian

h) guru membimbing siswa menjelaskan konsep keanekaragaman hayati melalui LKS

Penyimpulan i) guru memberikan penguatan konsep oleh guru j) guru membimbing siswa merumuskan kesimpulank) guru member kesempatan siswa merefleksi

pembelajaranEvaluasi l) guru meminta siswa menyebutkan contoh konsep

dalam kehidupan sehari-hari

Data kuantitatif terdiri dari data keterlaksanaan pembelajaran, data kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan data hasil belajar afektif, psikomotor, dan kognitif siswa. Data keterlaksanaan pembelajaran diketahui dengan menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran yang menggunakan rumus sebagai berikut:

Page 6: Ptk Biologi Inquiry 1

6

Kualitas kemampuan berpikir tingkat tinggi diketahui dengan menghitung persentase kemampuan berpikir tingkat tinggi yang menggunakan rumus sebagai berikut:

Persentase kemampuan berpikir tingkat tinggi = ∑ jawaban tingkat tinggi x 100%

∑ total soalKualitas keterlaksanaan pembelajaran dan pencapaian kemampuan berpi-

kir tingkat tinggi siswa dikonversikan ke dalam tingkat keberhasilan yang disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Tingkat Keberhasilan Aspek Pembelajaran

Rentang persentase Tingkat keberhasilan85% - 100% Berhasil sekali75% -< 85% Berhasil50% -< 75% Cukup berhasil0 -< 50% Tidak berhasil

(Diadaptasi dari Pedoman Pendidikan UM, 2003)Analisis untuk mengetahui peningkatan hasil belajar bisa ditentukan

dengan ketuntasan belajar siswa secara individual dan klasikal. Kriteria peningkatan penguasaan materi minimal hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah:1) ketuntasan individu dapat tercapai apabila siswa mencapai skor > 75.2) secara klasikal yang dianggap telah tuntas belajar apabila daya serap mencapai

85% dari jumlah siswa yang mencapai nilai ketuntasan minimal yaitu > 75.Indikator keberhasilan tindakan dapat diketahui dengan membandingkan

kemampuan berpikir tingkat tinggi dan hasil belajar pada siklus I dan siklus II. Untuk lebih jelasnya ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4 Indikator Keberhasilan Tindakan Siklus I dan Siklus II

Eelemen yang diteliti Siklus I Siklus II PerbandinganKkemampuan Berpikir Tingkat TinggiHasil belajar

KBTT1

HB1

KBTT2

HB2

KBTT2>KBTT1

HB2>HB1Keterangan:KBTT1 : kemampuan berpikir tingkat tinggi siklus IKBTT2 : kemampuan berpikir tingkat tinggi siklus IIHB1 : hasil belajar siklus IHB2 : hasil belajar siklus II

HASIL PENELITIANHasil penelitian ini berupa data persentase keterlaksanaan pembelajaran,

data pencapaian kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan data hasil belajar ranah afektif, psikomotor, dan kognitif siklus I dan siklus II. Observasi keterlaksanaan pembelajaran setiap siklus dilakukan pada setiap tahapan pembelajaran. Tahap pertama yang merupakan tahap inkuiri yaitu observasi dilakukan dengan men-yampaikan tujuan pembelajaran, menyajikan fenomena menarik. Persentase keterlaksanaan tahap pada siklus I adalah 87,49% dan pada siklus II adalah 100%.

Page 7: Ptk Biologi Inquiry 1

7

Tahap kedua merupakan tahap merumuskan masalah. Persentase keterlaksanaan tahap kedua pada siklus I adalah 74,99% sedangkan pada siklus II adalah 95,83%. Tahap ketiga merupakan tahap mengajukan hipotesis dan memperkenalkan proses. Persentase keterlaksanaan tahap pada siklus I adalah 87,49% sedangkan pada siklus II adalah 95,83%. Tahap keempat merupakan tahap mengumpulkan data dengan persentase pelaksanaan siklus I dan siklus II sebesar 100%. Tahap kelima yakni tahap penyimpulan dengan persentase pelaksanaan siklus I dan siklus II sebesar 100%. Tahap keenam merupakan tahap evaluasi dengan persentase pelaksanaan siklus I 83,33% dan siklus II sebesar 100%. Tabel peningkatan keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Peningkatan Keterlaksaan PembelajaranKeterlaksanaan pembelajaran

Siklus I Siklus II Peningkatan Keterangan

Keterlaksanaan pembelajaran oleh guru

91,66% 100% 9,09% Meningkat

Keterlaksanaan kegiatan belajar siswa

86,10% 97,22% 14,53% Meningkat

Keterlasanaan Pembelajaran 88,88% 98,61% 11% Meningkat

Berdasarkan hasil observasi kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada siklus I dan siklus II, maka dapat diketahui peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi dari kesesuain jawaban LKS. Data peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Peningkatan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa

Kesesuaian Jawaban Tingkat Tinggi

Soal ke KBTT Siklus I

KBTT Siklus II

Peningkatan Keterangan

1 41,17% 76,47%2 38,23% 64,70%3 20,58% 70,58%4 44,11% 67,64%5 47,05% 79,41%6 55,88% 85,29%7 61,76% 50%

% Kesesuaian Klasikal 44,95% 70,58% 57,01% Meningkat

Berdasarkan ketuntasan belajar siswa secara individual dan klasikal maka dapat diketahui terjadi peningkatan hasil belajar afektif, psikomotor, dan kognitif. Peningkatan hasil belajar afektif siswa dapat dilihat pada Tabel 7, peningkatan hasil belajar psikomotor siswa dapat dilihat pada Tabel 8, peningkatan hasil belajar kognitif siswa dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 7 Peningkatan Hasil Belajar Afektif SiswaHasil Belajar Ranah Afektif

Aspek Penilaian Siklus I Siklus II Peningkatan Keterangan- Perilaku kerjasama dalam

kelompok praktikum100 100 tetap Sempurna

- Ketekunan dalam mengamati bahan amatan

87,25 99,01 13,47% Meningkat

- Menghargai pendapat sesama anggota kelompok praktikum

89,21 95,09 6,59% Meningkat

Page 8: Ptk Biologi Inquiry 1

8

- Menanyakan konsep yang belum dikuasai

75,49 95,09 25,96% Meningkat

- Mempertahankan argumen dalam diskusi dengan menyebutkan fakta serta konsep yang mendukung

78,43 90,19 14,99% Meningkat

- Memperjelas pendapat dalam diskusi dengan menyebutkan fakta-fakta serta konsep yang mendukung

77,45 97,05 25,30% Meningkat

- Perilaku kerjasama dalam kelompok diskusi

88,23 89,21 1,11% Meningkat

- Menghargai pendapat sesama anggota kelompok diskusi

86,27 89,21 3,40% Meningkat

- Kedisiplinan dalam mengerjakan LKS

61,76 93,13 50,79% Meningkat

Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal (%) 73,52 100 36,01 Meningkat

Tabel 8 Peningkatan Hasil Belajar Psikomotor Siswa

Hasil Belajar Ranah Psiko-motorik

Aspek Penilaian Siklus I Siklus II Peningkatan Keterangan- Mengumpulkan bahan amatan 100 100 - sempurna- Menggunakan (mengoperasikan)

peralatan praktikum85,29 98,03 14,93% Meningkat

- Menjalankan langkah-langkah praktikum

83,33 96,07 15,28% Meningkat

- Mendeskrisikan bahan amatan 71,56 100 39,74% Meningkat- Menggambarkan (membentuk)

apa yang telah diamati53,92 93,13 72,71% Meningkat

- Menuliskan bagian-bagian yang telah diamati pada tabel pengamatan

85.29 98,03 14,93% Meningkat

- Membiasakan diri untuk aktif dalam kegaiatan diskusi

91,17 92,15 1,07% Meningkat

- Kinerja dalam proses mengerjakan LKS

80,39 92,15 14,62% Meningkat

- Menggunakan (mengoperasikan) alat dan bahan

86,27 86,27 - tetap

- Menggambarkan (membentuk) apa yang telah diamati

75, 49 90,19 19,47% Meningkat

- Membiasakan diri untuk aktif dalam kegaiatan diskusi

68,62 81,37 18,58% Meningkat

Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal(%) 76,47 97,06 26,92% Meningkat

Tabel 9 Peningkatan Hasil Belajar Kognitif SiswaHasil Belajar Kognitif

Sebelum Tindakan

Siklus I Siklus II Peningkatan Keterangan

Rata-rata 42,47 73,73 81,35 10,33 MeningkatKetuntasan Belajar Klasikal (%)

0% 47,05 88,23 87,52 Meningkat

PEMBAHASANPenerapan Model Pembelajaran Inkuiri di Kelas X-G MAN Malang 1

Model pembelajaran inkuiri yang diterapkan di kelas X-G MAN Malang 1 meliputi 5 tahap. Tahap pertama ini merupakan tahap observasi. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan fenomena yang menarik

Tabel 7….Lanjutan Tabel 7….

Page 9: Ptk Biologi Inquiry 1

9

serta permasalahan. Peningkatan keterlaksanaan pembelajaran tahap pertama tidak terlepas dari hasil refleksi siklus I dan tindakan siklus II. Perbaikan yang dilakukan pada siklus II tahap pertama ini adalah guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas, sehingga siswa mengetahui tujuan yang dilakukan dalam setiap tahapan pembelajaran.

Tahap kedua merupakan tahap perpaduan tahap bertanya atau merumuskan masalah. Siswa menuliskan hal-hal yang ingin diketahui berdasarkan fenomena dan permasalahan yang disampaikan guru. Peningkatan keterlaksanaan pembelajaran tahap kedua tidak terlepas dari hasil refleksi siklus I dan tindakan siklus II. Perbaikan yang dilakukan pada siklus II tahap kedua ini adalah guru memberikan arahan dalam memunculkan permasalahan dan penulisan rumusan masalah yang baik dan benar.

Tahap ketiga merupakan tahap mengajukan hipotesis. Siswa menuliskan dugaan sementara atas rumusan masalah yang telah dibuat. Peningkatan keterlak-sanaan pembelajaran tahap ketiga tidak terlepas dari hasil refleksi siklus I dan tindakan siklus II. Perbaikan yang dilakukan pada siklus II tahap ketiga ini adalah guru memberikan arahan dalam merumuskan hipotesis dari konsep yang siswa miliki sebelumnya untuk memberikan jawaban awal dan penulisan yang baik dan benar.

Tahap keempat merupakan tahap mengumpulkan data dengan mentabulasi, menganalisis, diskusi, dan presentasi. Pada siklus I siswa melakukan pengamatan di dalam kelas dengan bahan amatan yang telah ditentukan. Pada siklus II siswa melakukan pengamatan di taman sekolah dengan bahan yang ditentukan sendiri oleh siswa. Berdasarkan persentase keterlaksanaan pembelajaran oleh guru dan kegiatan belajar siswa dapat dikatakan bahwa pelaksanaan model pembelajaran inkuiri pada tahap keempat telah terlaksana dengan berhasil sekali. Kegiatan pembelajaran terlaksana secara stabil dengan nilai sempurna pada tindakan siklus I dan tindakan siklus II.

Tahap kelima merupakan tahap penyimpulan. Siswa menyampaikan kesimpulan akhir pembelajaran beserta refleksi diri. Berdasarkan persentase keterlaksanaan pembelajaran oleh guru dan kegiatan belajar siswa dapat dikatakan bahwa pelaksanaan model pembelajaran inkuiri pada tahap keempat telah terlaksana dengan berhasil sekali. Kegiatan pembelajaran terlaksana secara stabil dengan nilai sempurna pada tindakan siklus I dan tindakan siklus II.

Tahap keenam yaitu tahap evaluasi. Menurut Susanto (2002) kegiatan pokok yang dilakukan dalam tahap evaluasi adalah mengulang kembali informasi yang telah diperoleh siswa melalui tes baik lisan maupun tulisan. Berdasarkan persentase keterlaksanaan pembelajaran dapat dinyatakan bahwa pelaksanaan model pembelajaran inkuiri pada tahap keenam telah terlaksana dengan baik sekali.

Berdasarakan analisis keenam tahap pembelajaran inkuiri, tingkat keterlaksanaan pembelajaran siklus I adalah 88,88% dan tingkat keterlaksanaan pembelajaran siklus II adalah 98,61%. Peningkatan keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri dikarenakan beberapa perbaikan yang telah dilakukan pada siklus II terhadap kekurangan yang terjadi pada siklus I.Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi

Pembelajaran inkuiri yang ditetapkan pada penelitian ini dilakukan secara berkelompok (5-6 orang). Hal ini didasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan

Page 10: Ptk Biologi Inquiry 1

10

oleh Tobin, Capie dan Bettencourt (1988) bahwa untuk meningkatkan pembelajaran kognitif yang lebih tinggi, peran aktif mengajar dengan penekanan pada pemantauan dan mempertahankan keterlibatan nyata dari semua siswa. Pembelajaran secara berkelompok atau kegiatan perorangan, dapat menjadikan siswa lebih aktif serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan secara bersama-sama. Masing-masing kelompok mengambil bagian secara aktif dalam kegiatan tersebut, serta melakukan diskusi tentang kegiatan yang sedang dilaksanakan maupun hasil yang mereka dapatkan sehingga mereka dapat berlatih untuk berpikir seperti seorang ilmuwan dan menjadikan siswa aktif.

Kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa diperoleh dari jawaban yang diajukan siswa pada LKS yang disesuaikan dengan rubrik penilaian kemampuan berpikir tingkat tinggi. Pada siklus I kemampuan berpikir tingkat terdapat 2 kriteria yaitu kriteria tidak berhasil dan cukup berhasil. Kriteria tidak berhasil sebanyak 5 soal, kriteria cukup berhasil sebanyak 2 soal. Pada siklus II kemam-puan berpikir tingkat tinggi menunjukkan peningkatan yaitu kriteria cukup berhasil sebanyak 4 soal, kriteria berhasil sebanyak 2 soal dan kriteria berhasil sekali sebanyak 1 soal.

Peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi terlihat pada siklus II yakni siswa mampu menggali informasi dari topik yang diberikan oleh guru dan mampu mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Kegiatan pembelajaran pada siklus II yaitu dengan observasi secara berkelompok di luar ruangan terbukti lebih mampu mengeksplorasi kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Tingkat keberhasilan kemampuan berpikir tingkat tinggi pada siklus I sebesar 44,95% yaitu tidak berhasil dan pada siklus II meningkat hingga 70,58% merupakan tingkatan cukup berhasil. Peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi dikarenakan beberapa perbaikan yang telah dilakukan pada siklus II terhadap kekurangan yang terjadi pada siklus I khususnya pada kegiatan pembelajaran inkuiri yang menjadikan siswa lebih aktif dan menemukan konsep materi pembelajaran secara mandiri.Hasil Belajar

Hasil belajar afektif diukur melalui lembar pengamatan ranah afektif selama proses pembelajaran. Penilaian hasil belajar ranah afektif siswa dilakukan oleh observer dengan memberikan skor 1-3. Hasil belajar ranah afektif siswa pada siklus I mencapai rerata 82,68 dengan persentase ketuntasan belajar klasikal 73,53%. Peningkatan nampak pada siklus II mencapai rerata 92,92 dengan ketuntasan belajar klasikal 97,06%. Peningkatan terlihat pada setiap aspeknya yakni aspek menanggapi (responding), menghargai (valuing), dan mengorganisasi (organization).

Hasil belajar psikomotor juga diukur melalui lembar pengamatan ranah psikomotor selama proses pembelajaran. Penilaian hasil belajar ranah psikomotorik siswa dilakukan oleh observer dengan memberikan rentangan skor 1-3. Hasil belajar ranah psikomotor siswa pada siklus I mencapai rerata 80,1 dengan persentase ketuntasan belajar klasikal 76,5%. Hasil belajar ranah psikomotor siklus II mencapai rerata 93,4 dengan ketuntasan belajar klasikal mencapai 97,06%. Peningkatan terlihat pada setiap aspeknya yakni aspek meniru (imitation), menyesuaikan (adapting), dan membiasakan (practicing).

Page 11: Ptk Biologi Inquiry 1

11

Hasil belajar kognitif diukur melalui tes yang dilakukan pada setiap akhir siklus. Soal tes akhir siklus terdiri dari soal uraian dengan jenjang kognitif yang berbeda. Berdasarkan hasil tes yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh bahwa hasil belajar kognitif siswa mengalami peningkatan dari siklus I dan siklus II. Pada siklus I 18 siswa dari 34 siswa belum mampu mencapai ketuntasan yang ditetapkan menurut KKM yaitu ≥ 75. Hasil belajar kognitif siswa mencapai rerata 73,73 dengan persentase ketuntasan belajar klasikal 47,05%. Pada siklus II sebagian besar yakni 30 siswa dari 34 siswa telah mencapai ketuntasan yang ditetapkan menurut KKM. Hasil belajar kognitif siswa mencapai rerata 81,35 dengan persentase ketuntasan belajar klasikal 88,23%. Hasil analisis data ini menunjukkan bahwa tindakan yang diberikan berupa penerapan model pembe-lajaran inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar kognitif siswa belum berhasil dan pada siklus II dapat dikatakan berhasil.

Peningkatan hasil belajar kognitif siswa, salah satunya adalah melalui penerapan model pembelajaran inkuiri ini, menunjukkan adanya keuntungan mengajar dengan model inkuiri seperti yang diungkapkan oleh Nurhadi dkk. (2004) yaitu memacu keinginan siswa untuk mengetahui, memotivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaannya hingga mereka menemukan jawabannya. Keuntungan yang lain, siswa belajar memecahkan masalah secara mandiri dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis karena siswa harus selalu menganalisis dan menangani informasi. Selain itu siswa ditekankan untuk melakukan suatu penyelidikan untuk menemukan konsep secara langsung. Hal ini mengakibatkan konsep yang didapatkan tidak mudah luntur dari pikiran. Hal ini sejalan dengan pendapat Rustaman (2005) yang menyatakan bahwa belajar yang didukung dengan pengalaman secara langsung dapat meningkatkan daya ingat siswa dan memungkinkan siswa mengembangkan konsep sehingga hasil belajarnya meningkat.

KESIMPULANBerdasarkan pembahasan pada bab V dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Penerapan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa kelas X-G MAN Malang 1. Hal ini dapat diketahui dari data kesesuaian jawaban tingkat tinggi siswa dengan rubrik penilaian kemampuan berpikir tingkat tinggi setiap siklusnya.

2. Penerapan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas X-G MAN Malang 1. Hal ini dapat diketahui dari data peningkatan rerata hasil belajar afektif, psikomotor, dan kognitif serta persentase ketuntasan belajar klasikal siswa pada siklus I dan siklus II.

SARANBerdasarkan pembahasan dapat disarankan penerapan model pembelajaran

inkuiri dapat dijadikan alternatif pembelajaran guru biologi untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan hasil belajar biologi siswa pada pada KD lainnya dengan materi yang karakteristiknya sesuai. Dalam penerapan pembelajaran inkuiri perlu diberikan pemahaman pada siswa mengenai penyusunan hipotesis yang baik dan benar sesuai dengan rumusan masalah yang dimunculkan serta perlu pengajaran yang optimal agar penerapan model

Page 12: Ptk Biologi Inquiry 1

12

pembelajaran inkuiri pada siswa tingkat pendidikan SMA/MAN, siswa mampu terlibat secara maksimal sesuai dengan tuntutan inkuiri tingkat III.

DAFTAR RUJUKAN

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2006. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Budiarti, I. 2012. Keefektifan Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Learning Cycle Pada Materi Kesetimbangan Kimia Dalam Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikri Tingkat Tinggi Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Turen. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: jurusan Kimia FMIPA UM.

Llewellyn, D. 2002. Inquire Within: Implementing Inquiry-Based Science Standards. California: Corwin Press, Inc

Nurhadi, Burhan, Y. dan Agus, G.S. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang

Parkay, F dan Beverly Stanfold. 2006. Becoming a Teacher 7th Edition. New York: Allyn and Bacon

Prajawati. D. I. T. 2008. Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat Dengan Strategi Pembelajaran Diskoveri-Inkuiri Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri 10 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: jurusan Biologi FMIPA UM.

Rustaman, N. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press.

Susanto, P. 2002. Keterampilan Dasar Mengajar IPA Berbasis Konstruktivisme. Malang: Jurusan Biologi FMIPA UM.

Tobin, K., Capie, W. & Bettencourt, A. (1988). Active teaching for higher cognitive learning in science. International Journal of Science Education, 1 (1), 17-27.