skripsi pembelajaran inquiry biologi

58
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu sistem yang saling berkaitan. Sistem tersebut terdiri dari komponen-komponen antara lain : guru, siswa dan fasilitas belajar. Tanpa adanya komponen-komponen tersebut, proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik. Guru sebagai tenaga pengajar, berusaha untuk menyampaikan ilmu pengetahuan agar mudah diterima oleh siswa. Untuk itu guru memerlukan media sebagai sarana untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Keberhasilan seorang guru dapat diukur melalui nilai prestasi siswa yang semakin meningkat setelah proses pembelajaran. Rendahnya prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor tersebut adalah cara mengajar guru dengan hanya menggunakan metode ceramah. Metode ceramah yang digunakan secara terus menerus tanpa menggunakan alat bantu mengajar seperti media pengajaran akan mengakibatkan siswa merasa bosan pada mata pelajaran yang bersangkutan. Hal itu dikarenakan kemampuan siswa dalam menerima materi pelajaran yang tidak sama dalam satu kelas. Informasi akan menarik jika guru menggunakan metode ceramah disertai dengan penggunaan media pengajaran. Berdasarkan informasi dari guru kelas IV SDN Langkap Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo, bahwa kemampuan siswa dalam topik bangun ruang pada Kompetensi Dasar 8.2 Menentukan Jaring-jaring balok dan kubus

Upload: arif-mutawalli

Post on 08-Jul-2015

7.332 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu sistem yang saling

berkaitan. Sistem tersebut terdiri dari komponen-komponen antara lain : guru,

siswa dan fasilitas belajar. Tanpa adanya komponen-komponen tersebut,

proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik. Guru sebagai tenaga

pengajar, berusaha untuk menyampaikan ilmu pengetahuan agar mudah

diterima oleh siswa. Untuk itu guru memerlukan media sebagai sarana untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa. Keberhasilan seorang guru dapat diukur

melalui nilai prestasi siswa yang semakin meningkat setelah proses

pembelajaran.

Rendahnya prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Salah satu faktor tersebut adalah cara mengajar guru dengan hanya

menggunakan metode ceramah. Metode ceramah yang digunakan secara terus

menerus tanpa menggunakan alat bantu mengajar seperti media pengajaran

akan mengakibatkan siswa merasa bosan pada mata pelajaran yang

bersangkutan. Hal itu dikarenakan kemampuan siswa dalam menerima materi

pelajaran yang tidak sama dalam satu kelas. Informasi akan menarik jika guru

menggunakan metode ceramah disertai dengan penggunaan media pengajaran.

Berdasarkan informasi dari guru kelas IV SDN Langkap Kecamatan

Besuki Kabupaten Situbondo, bahwa kemampuan siswa dalam topik bangun

ruang pada Kompetensi Dasar 8.2 Menentukan Jaring-jaring balok dan kubus

Page 2: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

2

masih rendah sehingga terjadi kesalahan-kesalahan dalam mengerjakan soal-

soal. Kesalahan yang dilakukan siswa dalam menjawab soal merupakan

indikator kesulitan siswa, kemungkinan juga dari model atau metode

pembelajaran yang digunakan guru kurang sesuai dengan tingkat berpikir

siswa.

Hasil observasi yang dilakukan pada guru kelas IV SDN Langkap,

bahwa guru dalam menyajikan materi, guru masih menggunakan metode

ceramah dan guru memegang kendali penuh, kurang adanya komunikasi

antara guru dengan siswa sehingga siswa cenderung pasif. Untuk itu dalam

penelitian ini digunakan media bongkar pasang kardus yang mana siswa dapat

melihat obyek dari materi yang dipelajari sehingga tidak hanya sekedar

membayangkan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti mencoba

mengangkat penelitian yang difokuskan pada media pengajaran dengan

bongkar pasang kardus pada mata pelajaran matematika kelas IV semester

genap tahun pelajaran 2010-2011 dalam upaya meningkatkan konsep jaring-

jaring balok dan kubus.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dimuka, maka

penelitian ini berusaha untuk memecahkan permasalahan berikut: Apakah

dengan penggunaan media bongkar pasang kardus dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa materi jaring-jaring balok dan kubus pada mata

pelajaran matematika kelas IV semester genap tahun pelajaran 2010-2011?.

Page 3: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

3

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Adapun yang menjadi tujuan penelitian umum dalam penelitian ini

adalah:

a. Melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

b. Mengamalkan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan.

c. Mengembangkan pendidikan dan lain-lain.

2. Tujuan Khusus

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui ada tidaknya peningkatkan prestasi belajar siswa

dengan penggunaan media pengajaran bongkar pasang kardus pada

proses pembelajaran matematika kompetensi dasar menentukan jaring-

jaring balok dan kubus pada kelas IV semester genap tahun pembelajaran

2010-2011 di SDN Langkap Besuki.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian tindakan kelas ini

adalah :

1. Bagi peneliti

a. Menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya masalah

pendidikan.

b. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama

dibangku kuliah.

Page 4: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

4

2. Bagi Guru

a. Guru dapat memperbaiki cara mengajar dengan memanfaatkan

media pengajaran sederhana berupa bongkar pasang kardus.

b. Sarana belajar guru untuk memahami tindakan pembelajaran yang

paling tepat untuk diterapkan dikelasnya.

c. Merangsang motivasi guru untuk lebih menekankan keberhasilan

proses pembelajaran dari pada hanya sekedar nilai akhir belajar

siswa tanpa disertai pencapaian kompetensi dasar yang seharusnya

dikuasai.

3. Bagi Siswa

a. Siswa lebih tertarik pada materi pelajaran yang disampaikan guru.

b. Langkah-langkah pembelajaran yang diterapkan dapat mendorong

penguasaan kompetensi belajar siswa meningkat.

c. Prosentase keberhasilan belajar siswa meningkat.

4. Bagi Institusi

a. Program peningkatan kualitas kinerja guru.

b. Program meningkatkan mutu pendidikan yang selaras dengan visi

dan misi sekolah.

5. Bagi Pendidikan secara umum

a. Hasil dari penelitian dapat dijadikan acuan dalam memecahkan

problema pendidikan.

Page 5: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. PRESTASI BELAJAR

1. Pengertian Prestasi

Muray dalam Beck (1990:290) mendefinisikan prestasi sebagai

berikut:

“To overcome obstacle, to exercise power, to strive to do something

difficult as well and as quickly as possible”

“Kebutuhan untuk prestasi adalah mengatasi hambatan, melatih kekuatan,

berusaha melakukan sesuatu yang sulit dengan baik dan secepat mungkin”.

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam

melakukan kegiatan. Gagne (1985:40) menyatakan bahwa prestasi belajar

dibedakan menjadi lima aspek, yaitu: kemampuan intelektual, strategi

kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan. Menurut Bloom dalam

Suharsimi Arikunto (1990:110) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi

tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat

dicapai pada saat atau periode tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut,

prestasi dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam

proses pembelajaran.

2. Pengertian Belajar

Untuk memahami tentang pengertian belajar di sini akan diawali

dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa

Page 6: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

6

pendapat para ahli tentang definisi tentang belajar. Cronbach, Harold

Spears dan Geoch dalam Sardiman A.M (2005:20) sebagai berikut :

a. Cronbach memberikan definisi:

“Learning is shown by a change in behavior as a result of

experience”.

“Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai

hasil dari pengalaman”.

b. Harold Spears memberikan batasan:

“Learning is to observe, to read, to initiate, to try something

themselves, to listen, to follow direction”.

“Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu

sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan”.

c. Geoch, mengatakan:

“Learning is a change in performance as a result of practice”.

“Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek”.

Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu

senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan

serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,

mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih

baik kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak

bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya

merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh

lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan

Page 7: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

7

oleh seorang idnividu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan

lingkungan.

Fontana seperti yang dikutip oleh Udin S. Winataputra (1995:2)

dikemukakan bahwa learning (belajar) mengandung pengertian proses

perubahan yang relative tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari

pengalaman. Pengertian belajar juga dikemukakan oleh Slameto (2003:2)

yakni belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Selaras dengan pendapat-pendapat di atas, Thursan Hakim

(2000:1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di

dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam

bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan

kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan,

daya pikir, dll. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas

tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas

dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses

belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas

dan kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum

mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan

di dalam proses belajar.

Page 8: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

8

Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan

kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang

ingin dicapai. Untuk meningkatkan prestasi belajar yang baik perlu

diperhatikan kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal adalah

kondisi atau situasi yang ada dalam diri siswa, seperti kesehatan,

keterampilan, kemapuan dan sebaginya. Kondisi eksternal adalah kondisi

yang ada di luar diri pribadi manusia, misalnya ruang belajar yang bersih,

sarana dan prasaran belajar yang memadai.

3. Pengertian Prestasi Belajar

Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan

siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya

seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya

untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar

mengajar berlangsung.

Adapaun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya

aktivitas belajar yang telah dilakukan. Namun banyak orang beranggapan

bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan menuntut

ilmu. Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah

menyerap pengetahuan. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam

tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada

suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan.

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari

kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan

Page 9: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

9

prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian

prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian

belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang

berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari

pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan.

Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan

pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam

usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.”

Winkel (1996:226) mengemukakan bahwa prestasi belajar

merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka

prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang

setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Sedangkan menurut Arif

Gunarso (1993:77) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha

maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha

belajar.

Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran

terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan

psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan

menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi prestasi

belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang

dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang

menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode

tertentu. Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta

Page 10: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

10

didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah

mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan

instrumen tes yang relevan.

Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal

dengan tes prestasi belajar. Menurut Saifudin Anwar (2005:8-9)

mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu

mengungkap keberhasilan sesorang dalam belajar. Testing pada

hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar

pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun

secara terrencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam

menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan

pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes

formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan

tinggi.

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dijelaskan bahwa

prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam

menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam

proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat

keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan

dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami

proses belajar mengajar.

Page 11: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

11

Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi.

Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya

prestasi belajar siswa.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang

diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor

intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-

faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor

yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah,

masyarakat dan sebagainya.

a. Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu

itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern

yaitu kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi.

1) Kecerdasan/intelegensi

Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan

untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya.

Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya

intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai

dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalanya perkembangan

ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu

anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia

Page 12: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

12

tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas

bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan

dalam kegiatan belajar mengajar.

Menurut Kartono (1995:1) kecerdasan merupakan “salah

satu aspek yang penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya

studi seseorang. Kalau seorang murid mempunyai tingkat

kecerdasan normal atau di atas normal maka secara potensi ia dapat

mencapai prestasi yang tinggi.”

Slameto (1995:56) mengatakan bahwa “tingkat intelegensi

yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat

intelegensi yang rendah.”

Muhibbin (1999:135) berpendapat bahwa intelegensi

adalah “semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang siswa

maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya,

semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang siswa maka

semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses.”

Dari pendapat di atas jelaslah bahwa intelegensi yang baik atau

kecerdasan yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi

seorang anak dalam usaha belajar.

2) Bakat

Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki

seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai

Page 13: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

13

dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1986:28)

bahwa “bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata

actitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-

kesanggupan tertentu.”

Kartono (1995:2) menyatakan bahwa “bakat adalah potensi

atau kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan

melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata.” Menurut

Syah Muhibbin (1999:136) mengatakan “bakat diartikan sebagai

kemampuan individu untuk melakukan tugas tanpa banyak

bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.”

Dari pendapat di atas jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian

tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang

dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi

rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam

proses belajar terutama belajat keterampilan, bakat memegang

peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang

baik. Apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk

melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya maka akan

merusak keinginan anak tersebut.

3) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk

memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang

dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan

Page 14: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

14

rasa sayang. Menurut Winkel (1996:24) minat adalah

“kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik

pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam

bidang itu.” Selanjutnya Slameto (1995:57) mengemukakan bahwa

minat adalah “kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang,

diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang.”

Kemudian Sardiman (1992:76) mengemukakan minat

adalah “suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-

ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan

keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri.”

Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar

pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang

menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena

minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seorang

siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan

dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat

belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang

dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang

mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan

terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya

dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.

Page 15: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

15

4) Motivasi

Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena

hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa

untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam

belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat

ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar

seorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk

belajar.

Nasution (1995:73) mengatakan motivasi adalah “segala

daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.”

Sedangkan Sardiman (1992:77) mengatakan bahwa “motivasi

adalah menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin

melakukan sesuatu.”

Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan

menjadi dua macam yaitu (a) motivasi instrinsik dan (b) motivasi

ekstrinsik. Motivasi instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang

bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran

sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar. Sedangkan

motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang datangnya

dari luar diri seseorang siswa yang menyebabkan siswa tersebut

melakukan kegiatan belajar.

Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha

dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian

Page 16: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

16

siswa kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam

diri siswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia

menekuni pelajaran. Untuk membangkitkan motivasi kepada

mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan

kehendak sendiri dan belajar secara aktif.

b. Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa

pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan

sebagainya. Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif

dan tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto

(1995:60) faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah

“keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.”

1) Keadaan Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat

tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang

dijelaskan oleh Slameto bahwa: “Keluarga adalah lembaga

pendidikan pertama dan utama. Keluarga yanng sehat besar artinya

untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran

besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.”

http://en.wordpress.com/tag/artikel/

Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam

keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat

Page 17: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

17

seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa

aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang

menambah motivasi untuk belajar.

Dalam hal ini Hasbullah (1994:46) mengatakan: “Keluarga

merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam

keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan

bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi

pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan

akhlak dan pandangan hidup keagamaan.”

Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa

pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan

pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-

lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua

dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar

anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua

harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di

rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan

motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak

memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.

2) Keadaan Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama

yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa,

karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk

Page 18: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

18

belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara

penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat

pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang

baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.

Menurut Kartono (1995:6) mengemukakan “guru dituntut

untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan

memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar.” Oleh sebab itu,

guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang

disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar.

3) Keadaan Masyarakat

Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah

satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar

siswa dalm proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan

alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan

pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih

banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.

Dalam hal ini Kartono (1995:5) berpendapat: Lingkungan

masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama

anak-anak yang sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya

merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan

terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-

anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang

berkeliaran maka anakpun dapat terpengaruh pula.

Page 19: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

19

Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk

kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak

akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan

lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat

tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka

kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada

dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.

B. MATEMATIKA

1. Pengertian Matematika

Sampai saai ini belum ada kesepakatan yang bulat di antara para

matematikawan, apa yang disebut matematika itu. Sasaran penelaahan

matematika tidaklah konkrit, tetapi abstrak. Dengan mengetahui sasaran

penelaahan matematika, kita dapat mengetahui hakekat matematika yang

sekaligus dapat kita ketahui juga cara berpikir matematika itu.

Dengan demikian untuk menjawab pertanyaan “Apakah

matematika itu ?” tidak dapat dengan mudah dijawab dengan satu atau dua

kalimat begitu saja. Karena itu kita harus hati-hati.

Berbagai pendapat muncul tentang pengertian matematika tersebut,

dipandang dari pengetahuan dan pengalaman masing-masing yang

berbeda. Ada yang mengatakan bahwa matematika itu bahasa simbol;

matematika adalah bahasa neumerik; matematika adalah bahasa yang

dapat menghilangkan sifat kabur, majemuk, dan emosional; matematika

Page 20: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

20

adalah metode berpikir logis; matematika adalah sarana berpikir;

matematika adalah logika pada masa dewasa; matematika adalah ratunya

ilmu dan sekaligus menjadi pelayannya; matematika adalah sains

mengenai kuantitas dan besaran; matematika adalah suatu sains yang

bekerja menarik kesimpulan-kesimpulan yang perlu; matematika adalah

sains formal yang murni; matematika adalah sains yang memanipulasi

simbol; matematika adalah ilmu tentang bilangan dan ruang; matematika

adalah ilmu yang mempelajari hubungan pola, bentuk, struktur,

matematika adalah ilmu yang abstrak dan deduktif, matematika adalah

aktivitas manusia.

Jadi berdasarkan etimologi (Elea Tinggih, 1972:5). Perkataan

matematika berarti “Ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar”.

James dan James (1976) dalam kamus matematikanya mengatakan bahwa

matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan,

besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya

dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu

aljabar, analisis, dan geometri. Sebagai contoh, adanya pendapat yang

mengatakan bahwa matematika itu timbul karena pikiran-pikiran manusia

yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran yang terbagi menjadi

empat wawasan yang luas yaitu aritmetika, aljabar, geometri, dan analisis

dengan aritmetika mencakup teori bilangan dan satistika.

(http://magfirahathar.blogspot.com/2009/11/pengertian-matematika.html)

Page 21: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

21

Kelompok matematikawan ini berpendapat bahwa matematika

adalah ilmu yang dikembangkan untuk matematika itu sendiri. Ilmu adalah

untuk ilmu, matematika itu adalah ilmu yang dikembangkan untuk

kepentingan sendiri. Ada atau tidak adanya kegunaan matematika,

bukanlah urusannya. Menurut pendapatnya, matematika itu adalah ilmu

tentang struktur yang bersifat deduktif atau aksiomatik, akurat, abstrak,

ketat, dan sebagainya.

Johnson dan Rising (1972) dalam bukunya mengatakan bahwa

matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian

yang logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang

didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan

simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada

mengenai bunyi. (http://magfirahathar.blogspot.com/2009/11/pengertian-

matematika.html)

Reys, dkk (1984) dalam bukunya mengatakan bahwa matematika

itu adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir,

suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat. (http://magfirahathar.

blogspot.com/2009/11/pengertian-matematika.html)

Kemudian Kline (1973) dalam bukunya mengatakan pula, bahwa

matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna

karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk

membantu manusia dalam memahami dan mengatasi permasalahan sosial,

Page 22: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

22

ekonomi dan alam. (http://magfirahathar.blogspot.com/2009/11/

pengertian-matematika.html)

Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berpikir, oleh

karena itu logika adalah dasar untuk terbentuknya matematika. Untuk

dapat mengetahui apa matematika itu sebenarnya, seseorang harus

mempelajari sendiri ilmu matematika itu, yaitu dengan mempelajari,

mengkaji, dan mengerjakannya. Termasuk pengkajian sejauh timbulnya

matematika dan perkembangannya.

2. Pembelajaran Matematika di Sekolah

Menurut Erman Suherman (1993:134) matematika sekolah

dimaksukan sebagai bagian matematika yang diberikan untuk dipelajari

siswa sekolah (formal), yaitu siswa SD, SLTP, SLTA. Pada matematika

sekolah, siswa mempelajari matematika yang sifat materinya masih

elementer tetapi merupakan konsep esensial sebagai dasar untuk prasyarat

konsep yang lebih tinggi, banyak aplikasinya dalam kehidupan di

masyarakat, dan pada umumnya dalam mempelajari konsep-konsep

tersebut bisa dipahami melalui pendekatan induktif.

Sesuai dengan tujuan pendidikan matematika di sekolah,

matematika sekolah berperan:

a. Untuk mempersiapkan anak didik agar mampu menghadapi

perubahan-perubahan keadaan di dalam kehidupan dunia yang

senantiasa berubah, keadaan melalui latihan bertindak atas dasar

Page 23: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

23

pemikiran logis dan rasional, kritis dan cermat, obyektif, kreatif,

efektif dan diperhitungkan secara analitissintetis.

b. Untuk mempersiapkan anak didik agar menggunakan matematika

secara fungsional dalam kehidupan sehari-hari dan di dalam

menghadapi ilmu pengetahuan.

Kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan tercapai

dalam belajar matematika mulai dari SD dan MI sampai SMA dan MA

mencakup pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi serta

pemecahan masalah. Adapun kriteria dari ketiga aspek tersebut adalah:

a. Pemahaman Konsep

1) Menyatakan ulang suatu konsep.

2) Mengklarifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu.

3) Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.

4) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi

matematika.

5) Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

6) Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi

tertentu.

7) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.

b. Penalaran dan Komunikasi

1) Menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar

dan diagram.

2) Mengajukan dugaan.

Page 24: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

24

3) Melakukan manipulasi matematika.

4) Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau

bukti terhadap kebenaran solusi.

5) Menarik kesimpulan dari pernyataan.

6) Memeriksa kesahihan suatu argumen.

7) Menentukan pola atau sifat dari gejala matematika untuk membuat

generalisasi.

c. Pemecahan Masalah

1) Menunjukkan pemahaman masalah.

2) Mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan dalam

pemecahan masalah.

3) Menyajikan masalah secara matematika dalam berbagai bentuk.

4) Memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat.

5) Mengembangkan strategi pemecahan masalah.

6) Membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah.

7) Menyelesaikan masalah yang tidak rutin.

C. MEDIA PENDIDIKAN

1. Pengertian Media Pendidikan

Media dalam bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata

medium yang secara harafiyah berarti perantara atau pengantar (sadiman,

dkk., 1996:6). Media adalah perantara /sarana /pengantar pesan/informasi.

Menurut rohani (1997:3) media adalah segala sesuatu yang dapat diindra

Page 25: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

25

yang berfungsi sebagai perantara/sarana/alat untuk proses komunikasi

dalam kegiatan belajara mengajar. Pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan Negara (UU RI No. 20 Th 2003, Bab I, Pasal I).

Dengan demikian media pendidikan dapat diartikan sebagai sarana

atau alat komunikasi antara guru dan peserta didik melalui kegiatan

bimbingan, pengajaran, dan atau latihan. Hal ini sesuai dengan pendapat

Rohani (1997:4) bahwa media pendidikan adalah sarana komunikasi

dalam proses belajar mengajar yang berupa perangkat keras maupun

perangkat lunak untuk mencapai proses dan hasil intruksional secara

efektif dan efisien, serta instruksional tercapai dengan mudah.

Menurut Hamalik (1994:12) media pendidikan adalah alat, metode

dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan

komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses kegiatan

belajar mengajar disekolah. Media pendidikan identik dengan alat bantu

belajar mengajar baik di dalam maupun diluar kelas tekanan utama terletak

pada benda atau hal-hal yang bias dilihat atau di dengar sebagai alat

komunikasi antara guru dengan siswa. Media pendidikan merupakan

seperangkat alat bantu pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik

Page 26: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

26

dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik (Dananm,

1995 :7).

Berdasarkan pendapat di atas cirri-ciri umum dari media

pendidikan adalah sebagai berikut :

a. Penekanan media pendidikan terletak pada benda atau hal-hal yang

dapat dilihat, didengar atau diraba oleh panca indra.

b. Media pendidikan merupakan suatu perantara (media) yang digunakan

dalam rangka pendidikan.

c. Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada peroses belajar

mengajar baik di dalam maupun diluar kelas.

d. Media pendidikan digunakan dalam rangka hubungan atau komunikasi

dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

e. Media pendidikan erat hubungannya dengan metode mengajar.

2. Peranan Media Pendidikan

Dalam suatu proses belajar mengajar, ada dua unsur yang amat

penting yaitu metode menajar dan media pendidikan (Harjanto, 1996:

237). Kedua aspek ini sangat berkaitan dengan. Pemilihan salah satu

metode mengajar tertentu akan mempengaruhi media yang akan digunakan

meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam

memilih media pendidikan dalam proses belajar mengajar.

Seorang guru dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar harus

memiliki gagasan sebagai titik awal dalam melaksanakan komunikasi

dengan peserta didik (Rohani, 1997: 6). Hal ini dapat ditunjukkan melalui

Page 27: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

27

media pendidikan. media pendidikan yang dimaksud dapat dikatakan

sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi,

lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Karena itu,

disamping gagasan guru, perlu diperhatikan unsur-unsur yang dapat

menunjang proses komunikasi guru dengan peserta didik dalam

menciptakan media pendidikan. Hal ini berarti bahwa agar proses

komunikasi dapat berjalan secara efektif dan efisien, perlu mengenal

tentang beberapa peranan dan fungsi dari media pendidikan.

Beberapa peranan media pendidikan dalam proses belajar mengajar

adalah sebagai berikut :

a) memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat variabelistis

b) Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi

dapat mengatasi sifat pasif peserta didik sehingga menimbulkan gairah

belajar.

c) Apabila latar belakang lingkungan guru dengan siswa ataupun antar

siswa berbeda maka media pendidikan dapat mempersamakan

pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama. (Sadiman,

dkk.,1996: 16)

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan diatas dapat

disimpulkan bahwa peranan media pendidikan adalah sebagai berikut :

a) Mengatasi perbedaan pengalaman antara peserta didik dengan guru

maupun sesama peserta didik. Misalnya peserta didik yang

bertempat tinggal di daerah pegunungan yang belum pernah

Page 28: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

28

melihat lautan dapat digunakan media film, video kaset sehingga

menimbulkan persepsi yang sama.

b) Mengatasi keterbatasan daya indra. Misalnya benda yang akan

diajarkan terlalu besar dapat dilihat melalui film, strip, gambar,

slide, dan sebagainya. Untuk mengatasi benda yang secara lansung

tidak dapat diamati karena terlalu kecil misalnya sel, bakteri, atom

dapat menggunakan mikroskop, proyektor, dan lain-lain.

c) Mengatasi keterbatasan waktu. Misalnya kejadian atau peristiwa

yang terjadi di masa lalu dapat ditampilkan lagi dengan rekaman

video atau foto.

d) Keterbatasan ruang. Misalnya objek yang diajarkan terlalu

komplek dapat disajikan dengan model gambar.

e) Mengatasi peristiwa alam. Misalnya terjadi letusan gunungberapi,

pertumbuhan atau perkembang biakan hewan maupun tumbuhan

dapat menggunakan media gambar, film dan sebagainya.

f) Membangkitkan minat belajar siswa yang baru dan meningkatkan

motivasi kegiatan belajar peserta didik.

3. Fungsi Media Pendidikan

Menurut Encyclopedia Of Educational Research (dalam hamalik,

1994: 15) nilai atau manfaat media pendidikan adalah sebagai berikut :

a) Meletakkan dasar-dasar yang konkrit untuk berfikir oleh karena itu

mengurangi verbalisme.

b) Memperbesar perhatian siswa.

Page 29: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

29

c) Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar

oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap.

d) Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menimbulkan

kegiatan berusaha sendiri dikalangan siswa.

e) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, hal ini

terutama terdapat gambar hidup.

f) Membantu tumbuhnya pengertian, dengan demikian membantu

perkembangan kemampuan berbahasa.

g) Memberikan pengalaman-pengalaman yang tidak mudah diperoleh

dengan cara lain serta dapat membantu berkembangnya efisien

yang lebih mendalam serta keragaman yang lebih banyak dalam

belajar.

Mcknow (dalam Nurani, 1947: 8) menyatakan bahwa ada delapan

fungsi media pendidikan di dalam proses belajar mengajar, yaitu :

a) Mengubah titik berat pendidikan formal, yaitu dari pendidikan

yang menekankan pada instruksional akademis menjadi pendidikan

yang mementingkan kebutuhan kehidupan peserta didik

b) Membangkitkan motivasi belajar pada peserta didik.

c) Media instruksional edukatif pada umumnya merupakan suatu

yang baru bagi peserta didik, sehingga menarik perhatian peserta

didik

d) Media instruksional edukatif memberikan kebebasan kepada

peserta didik lebih besar dibandingkan dengan cara tradisional

Page 30: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

30

e) Media instruksional edukatif lebih konkrit dan mudah dipahami

f) Media instruksional edukatif mendorong peserta didik untuk ingin

tahu lebih banyak

g) Memberikan kejelasan (Clarification)

h) Memberikan rangsangan (Simulation)

Berdasarkan pendapat di atas fungsi media pendidikan adalah

dapat mempertinggi proses kegiatan belajar siswa dalam pengajaran yang

pada gilirannya dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya.

Walaupun fungsi media pendidikan cukup penting sebagai alat dan sumber

pengajaran, tapi media pendidikan tersebut tidak bisa menggantikan guru

sepenuhnya, artinya media pendidikan tanpa guru suatu hal yang mustahil

dapat meninkatkan kualitas pengajaran. Peranan guru masih tetap

diperlukan sekalipun media pendidikan tersebut telah mewakili atau

merangkum semua bahan pengajaran yang diperlukan siswa.

4. Klasifikasi Media Pendidikan

Beberapa ahli mengklasifikasikan media pendidikan yang

dikaitkan dengan teknologi pendidikan, pengalaman peserta didik, maupun

kecanggihan media pendidikan tersebut. Namun penggunaan media

pendidikan yang lebih penting pada fungsi dan peranannya dalam

membantu mempertinggi proses pengajaran. Dalam menggunakan media

pendidikan sebagai alat komunikasi khususnya dalam hubungannya

dengan masalah proses belajar mengajar harus dikaitkan dengan tujuan

pengajaran yang akan dicapai.

Page 31: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

31

Menurut Harjanto (1996:237) ada beberapa jenis media pendidikan

yang biasa digunakan dalam proses belajar mengajar antara lain :

a. Media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagian atau diagram,

poster, kartun, komik, dan lain-lain. Media grafis sering disebut

dengan media dua dimensi, yaitu media yang mempunyai ukuran

panjang dan lebar.

b. Media tiga dimensi biasanya dalam bentuk model seperti model

padat (solid model), model susun, model kerja, mock up, diorama,

dan lain-lain.

c. Media proyeksi seperti slide, film, penggunaan OHP, dan lain-lain.

d. Penggunaan lingkungan sebagai media pendidikan.

5. Peranan Barang Bekas, Bahan, dan Peralatan Sederhana sebagai

Media Pendidikan

Dalam proses pembelajaran, sering kali terjadi hambatan-

hambatan, baik yang datang dari pihak guru maupun siswa. Hambatan-

hambatan tersebut secara langsung mempengaruhi suasana pembelajaran,

salah satu hambatan yang sering kali muncul adalah ketika guru harus

memvisualkan suatu konsep atau ide. Dalam hal ini guru membutuhkan

media pembelajaran sebagai alat bantu mengajar karena pembahasan

secara lisan tidak memuaskan siswa. Apabila sekolah tidak dapat

menyediakan media tersebut, guru dapat berupaya membuatnya dari

bahan-bahan sederhana.

Page 32: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

32

Guru selalu dituntut mengembangkan kreativitas agar materi bisa

diterima dengan baik oleh siswa. Kreativitas guru bisa terlihat ketika ia

mencoba memanfaatkan bahan-bahan sederhana yang bisa dijadikan suatu

media didalam mata pelajarannya.

Keterbatasan yang sifatnya individual ini pada dasarnya sangat

manusiawi. Namun demikian hal tersebut jangan diartikan bahwa ia boleh

mengurangi target sasaran pembelajaran. Dengan segala keterbatasan yang

ada merupakan tanggung jawab guru untuk tetap mengoptimalkan

pencapaian tujuan pembelajaran.

Berikut ini adalah rambu-rambu atau pedoman yang harus

diperhatikan ketika kita ingin mengembangkan media dari bahan-bahan

sederhana :

a. Gunakan bahan-bahan sederhana yang mudah diperoleh di sekitar

lingkungan sekolah, tempat tinggal guru dan siswa, ataupun bahan-

bahan yang bisa diperoleh di toko atau pasar terdekat. Jika harus

membeli maka perhatikan harganya. Usahakan agar bahan yang

digunakan terjangkau harganya oleh guru, sekolah maupun siswa.

b. Penggunaan media yang dibuat guru hendaknya bisa meningkatkan

perhatian dan pemahaman siswa melalui mendengarnya.

c. Kembangkan bahan-bahan yang bisa membuat siswa berpikir kritis,

mengundang siswa selalu ingin bertanya, ingin tahu, dan ingin mencari

kebenaran.

Page 33: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

33

d. Gunakan bahan-bahan yang bisa merajuk kepada upaya mendorong

kemampuan siswa untuk memahami dan mengingat secara tegas dan

jelas materi pembelajaran yang disajikan.

e. Buatlah media yang mampu memberikan kebersamaan bagi siswa

dengan kondisi yang menyenangkan dalam mengikuti pelajaran.

f. Tugaskan mereka mencatat atau menuliskan setiap hal yang ia dengar,

amati selama guru memanfaatkan media sederhana ciptaannya.

6. Tujuan Pembuatan Media Sederhana

Berdasarkan kesadaran tentang pentingnya media sederhana yang

terbuat dari bahan bekas yang terdapat di sekitar lingkungan guru dan

siswa, kita dapat mencatat tiga tujuan pembuatan media sederhana yang

terkait satu dengan lainnya :

a. Membangun komunitas berbasis pendidikan kreatif

b. Membangun berbagai alternatif media sederhana yang kreatif dan

berkesinambungan sedemikian rupa sehingga mampu membantu anak-

anak didik tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang kritis,

kreatif, mandiri (otonom) dan peduli terhadap orang lain dan

lingkungannya.

c. Mengembangkan jaringan kerja (network) para guru dan pendidik

untuk menggalang kerja sama dalam upaya mengembangkan berbagai

media alternative yang kreatif, sederhana dan murah sebagai gerakan

guru mandiri yang peduli lingkungan sekitar sekolah dan masyarakat.

Page 34: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

34

A

7. Media Kardus Sebagai Media Sederhana Dalam Penerapan Jaring-

jaring Balok dan Kubus

Jaring-jaring suatu bangun ruang merupakan bidang-bidang datar

pembentuk bangun suatu bangun ruang. Pemilihan media kardus dalam

penerapan konsep jarring-jaring balok tersebut mudah diperoleh. Kardus

bisa kita dapatkan dari bekas kemasan barang, dari yang berukuran kecil

sampai besar.

Pemilihan kardus hendaknya memperhatikan bentuk bangun ruang

yang akan dijelaskan, seperti kardus dengan bentuk bangun balok untuk

menerapkan konsep jarring-jaring balok. Sebaliknya kardus dengan bentuk

bangun kubus.

8. Materi Matematika Jaring-Jaring Balok dan Kubus

a) Balok

perhatikan bangun ruang balok di

samping!

1) Bagian-bagian Balok

(a) 6 bidang sisi, yaitu:

(1) Sisi bawah ABCD

(2) Sisi kanan BCGF

(3) Sisi atas EFGH

(4) Sisi depan ABFE

D E

Page 35: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

35

A B

C

G

C G

G

A B

(5) Sisi kiri ADHE

(6) Sisi belakang DCGH

(b) 8 titik sudut, yaitu:

Titik sudut A, B, C, D, E, F, G, dan H

(c) 12 rusuk, yaitu:

Rusuk AB, BC, CD, DA, AE, BF, CG, DH, EF, FG, GH, dan HE

2) Jaring-jaring Balok

Gambar disamping adalah

salah satu model jaring-jaring

balok.

ABCD sebagai sisi alas balok

HGFE sebagai sisi atas balok

EFBA sebagai sisi depan balok

DCGH sebagai sisi belakang balok

BFGC sebagai sisi kanan balok

EADH sebagai sisi kiri balok

b. Kubus

Perhatikan bangun ruang kubus disamping!

D

E F

H

D

E

E

E

F

F

F

H

H

Page 36: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

36

1) Bagian-bagian Kubus

Kubus terdiri dari:

(b) 6 bidang sisi, yaitu:

(1) Sisi bawah ABCD

(2) Sisi kiri ADHE

(3) Sisi kanan BCGF

(4) Sisi depan ABFE

(5) Sisi belakang DCGH

(6) Sisi atas EFGH

(c) 8 titik sudut, yaitu:

Titik sudut A, B, C, D, E, F, G, dan H

(d) 12 rusuk, yaitu:

Rusuk AB, DC, CD, DA, EF, FG, GH, HE, AE, BF, CG, dan DH

2) Jaring-jaring Kubus

Gambar diatas adalah salah satu model jaring-jaring kubus.

1 sebagai sisi atas 2 sebagai sisi samping kiri

3 sebagai aiai bawah 4 sebagai sisi depan

5 sebagai sisi samping kanan 6 sebagai sisi belakang

Page 37: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

37

9. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas hipotesis tindakan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut: diduga penerapan media bongkar

pasang kardus pada mata pelajaran matematika kompetensi dasar 8.2

menentukan jarring-jaring balok dan kubus dapat meningkatkan

pemahaman konsep siswa kelas IV semester genap SD Negeri 1 Langkap

Besuki.

Pemahaman siswa meningkat dikarenakan adanya minat belajar

siswa dan kesukaan siswa terhadap pelajaran, partisipasi siswa dalam

proses belajar mengajar, dan perhatian siswa selama proses belajar

mengajar berlangsung.

Page 38: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian tidakan kelas (PTK) ini dilaksanakan berupa proses

pengkajian berdaur, yang terdiri dari 4 tahap yaitu : merencanakan, melakukan

tindakan, mengamati dan merefleksi. Menurut tim pelatih peroyek PGSM

(1999:7), keempat fase dalam satu siklus sebuah PTK digambarkan dengan

sebuah spiral PTK, seperti ditunjukkan pada gambar berikut :

Gambar spiral penelitian tindakan kelas model Hokins

(tim pelatihan proyek PGSM, 1997 ;7)

Page 39: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

39

Setiap tahap dari kegiatan yang dilakukan dalam PTK akan terus

berulang, sampai prestasi belajar siswa meningkat. Pada penelitian ini, peneliti

hanya membatasi pelaksanaan penelitian dengan dua siklus karena

keterbatasan kemampuan yang dimiliki peneliti diantaranya: biaya, waktu dan

tenaga apabila sampai dua siklus hasil penelitian masih menunjukkan prestasi

belajar siswa rendah, maka penelitian ini diharapkan dapat dilanjutkan oleh

peneliti sendiri apabila ada kesempatan atau dilanjutkan oleh peneliti lain.

Sesuai dengan gambar spiral penelitian tindakan kelas model Hopkins,

penelitian ini terdiri dari 4 fase yaitu : perencanaan, tindakan, observasi, dan

refleksi. Namun demikian sebelum peneliti melakukan tindakan terlebih

dahulu melakukan observasi awal di sekolah. Observasi ini dilakukan dengan

maksud agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan tindakan dalam

penelitian. Hasil observasi awal akan kami laporkan pada bab IV .

Adapun empat fase yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Perencanaan

Kegiatan yang akan dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah

sebagai berikut :

a. Menetapkan dan memilih kompetensi dasar "menentukan jaring-jaring

balok dan kubus" yang dijadikan bahan dalam pelaksanaan penelitian.

Page 40: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

40

b. Membuat skenario pembelajaran yang terdiri dari program

perencanaan pembelajaran kompetensi dasar "menentukan jaring-

jaring balok dan kubus.

c. Membuat alat bantu mengajar berupa media pengajaran yaitu kardus

berbentuk balok dan kubus.

d. Membuat lembar observasi yang digunakan peneliti untuk menilai

sikap siswa pada saat peneliti mengaplikasikan metode mengajar

dengan menggunakan alat bantu mengajar yang berupa media

pengajaran bongkar pasang kardus.

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan

kompetensi dasar yang disesuaikan dengan kurikulum SD yang sedang

berlaku. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP )

digunakan pada tahap tindakan.

2. Tindakan

Pada tahap ini, kegiatan yang dilaksanakan adalah melakukan

tindakan pengajaran berdasarkan pada perencanaan yang telah dibuat.

Tindakan tersebut difokuskan pada materi yang disampaikan guru dengan

menggunakan media kardus.

3. Observasi / pengamatan

Observasi atau pengamatan dilakuan selama kegiatan belajar

mengajar berlangsung yaitu dengan menilai prestasi belajar siswa. Adapun

hal-hal yang di observasi adalah :

- Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran.

Page 41: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

41

- Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya.

- Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya.

- Reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru.

- Rasa senang dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

Selain itu juga dilakukan observasi terhadap nilai tes atau tugas

yang diberikan.

4. Refleksi

Tahap refleksi dilakukan untuk mengkaji kembali hasil tindakan

dan hasil observasi, yang kemudian dianalisis untuk menentukan tindakan

perbaikan yang akan dilakukan kemudian. Dengan melakukan refleksi

peneliti mengetahui kekurangan-kekurangan apa yang perlu diadakan

tindakan perbaikan. Apabila hasil refleksi menunjukkan hasil yang sesuai

dengan tujuan dari penelitian maka tindakan dihentikan. Dengan kata lain

siklus tidak dilanjutkan. Kalau hasil refleksi tidak sesuai dengan tujuan

dari penelitian maka penelitian ini akan dilanjutkan kesiklus selanjutnya.

B. Subyek dan Lokasi Penelitian

Penentuan tempat penelitian ini menggunakan metode purposive yaitu

daerah penelitian ditentukan oleh peneliti dengan pertimbangan tertentu antara

lain: peneliti sudah tahu kondisi fisik tempat penelitian sehingga memudahkan

peneliti dalam mencari data serta tempat penelitian mudah di jangkau oleh

peneliti. Berdasrakan pertimbangan tersebut, maka yang menjadi tempat

penelitian ini ditetapkan di SD negeri 1 Langkap Besuki yang beralamat di

Page 42: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

42

Jalan Gunung Kawi no.42. Desa Langkap Kecamatan Besuki Kabupaten

Situbondo.

Penentuan subjek penelitian menggunakan metode purposive sampling

didasarkan atas kondisi objektif dimana sebagian besar prestasi belajar siswa

rendah pada mata pelajaran matematika. Subjek penelitian adalah seluruh

siswa kelas IV yang berjumlah 28 orang.

Pada penelitian ini kami (peneliti) ingin memperbaiki dan berupaya

untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada bidang studi matematika

khususnya pada kompetensi dasar "8.2 menentukan jaring-jaring balok dan

kubus."

Pada dasarnya murid-murid yang menjadi subyek penelitian ini ketika

guru memberikan penjelasan mereka tertib mengikuti pelajaran dengan baik.

Dalam latihan-latihan soal mereka tampak menguasai pelajaran yang

diberikan guru dengan memberikan jawaban yang memuaskan, tapi anehnya

ketika mereka diberikan evaluasi akhir pelajaran sedikit dari jumlah murid

yang ada bisa memberikan jawaban yang memuaskan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian disamping menggunakan metode yang tepat

juga perlu memilih teknik dan alat pengumpulan data yang relevan.

Penggunaan teknik dan alat pengumpulan data yang tepat memungkinkan

diperolehnya data yang obyektif. Adapun pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Page 43: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

43

1. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi dimaksudkan untuk memperoleh data yang

berasal dari bukti tertulis yang ada pada tempat penelitian. Data-data

tersebut berupa antara lain denah SDN 1 Langkap besuki, jumlah siswa

kelas IV dan nilai rapor siswa serta hasil ulangan harian siswa mata

pelajaran matematika serta data-data lain yang menunjang penelitian.

2. Teknik Tes

Tes merupakan suatu cara yang digunakan dalam rangka

pengukuran penelitian, berbentuk pemberian tugas yang berupa pertanyaan

yang dikerjakan oleh peserta didik sehingga dapat dihasilkan nilai yang

melambangkan tingkah laku atau prestasi peserta didik (Arifin, 1991:69)

Data hasil belajar siswa yang telah tercapai dapat diketahui dengan

menggunakan teknik tes. Teknik tes dalam penelitian ini digunakan untuk

mengukur kemampuan siswa setelah mempelajari materi yang diajarkan.

Teknik tes yang digunakan adalah tertulis dalam bentuk pemberian tugas

yang diberikan pada akhir pembelajaran. Isi soal sebelumnya telah disusun

sesuai dengan materi dan indikator yang ingin dicapai serta

dikonsultasikan dengan guru kelas IV.

D. Teknik Analis Data

Analisis data adalah cara yang paling menentukan untuk menyusun

dan mengolah data yang terkumpul sehingga menghasilkan suatu kesimpulan

yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Data yang akan di analisis

dalam penelitian ini adalah:

Page 44: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

44

1. Kegiatan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar berlangsung yang

semuanya diperoleh dari observasi.

2. Hasil Dokumentasi,

Dokumentasi nilai rapor dan hasil ulangan harian siswa sebagai

prestasi awal sebelum dilakukan tindakan.

3. Hasil tugas dan ulangan harian siswa.

Untuk mengukur ketuntasan hasil belajar, dalam hal ini adalah

aspek kognitif, afektif, dan psikomotor menggunakan standar ketuntasan

yaitu ketuntasan belajar individu dinyatakan tuntas apabila tingkat

presentase ketuntasan minimal mencapai 65%, sedangkan untuk tingkat

klasikal mencapai 85% (depdikbud : 1994)

Adapun untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar menggunakan

rumus presentase ketuntasan hasil belajar, yaitu:

a) Ketuntasan secara individu

Rumus presentase ketuntasan : 100xmaksimaljumlahskor

lehyangdiperojumlahskor

b) Ketuntasan secara klasikal

Rumus presentase ketuntasan : 100xruhsiswajumlahselu

yangtuntasjumlahskor

Untuk mengetahui efektivitas hasil belajar metematika maka

digunakan rumus sebagai berikut :

ER : 100xMy

MyMx

Keterangan :

Page 45: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

45

ER : tingkat keefektifan relative

Mx : nilai rata-rata kelas setelah dilakukan tindakan

My : nilai rata-rata kelas sebelum dilakukan tindakan.

Hasil perhitungan tingkat keefektifan relative (ER) dapat

disimpulkan apakah pembelajaran dengan media bongkar pasang kardus

lebih efektif atau tidak (dalam%) dibandingkan dengan pengajaran

sebelumnya dimana Mx adalah nilai rata-rata kelas setelah dilakukan

tindakan dan My adalah nilai sebelum dilakukan tindakan dan ER adalah

nilai efektifitasnya. Jika ER lebih besar dari 0% maka dapat dikatakan

bahwa pembelajaran di kelas dengan media bongkar pasang kardus lebih

efektif dibanding dengan pembelajaran sebelumnya (Masyhud, 2000:61).

Page 46: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Penyajian Data

1. Hasil Belajar Siswa Kelas IV pada Semester I yang Diambil dari Nilai

Rapor dan Ulangan Harian Siswa.

Hasil belajar siswa kelas IV pada semester I belum tuntas

mengingat guru tidak menggunakan media konkret sebagai alat bantu

dalam proses pembelajarannya. Adapun hasil belajar tersebut dapat dilihat

pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Hasil Belajar Siswa Kelas IV pada semester I.

PRA PERBAIKAN

Nilai Jumlah Siswa Persentase (%)

Ketuntasan

Belajar Klasikal

< 65 17 60,71 %

39,28 % 65 – 100 11 39,28 %

Jumlah 28 100

Dari tabel diatas dapat diketahui rata-rata hasil belajar siswa

kelas IV pada pelajaran matematika di semester I, ketuntasan belajar siswa

secara klasikal dikatakan tidak tuntas karena yang mendapat nilai < 65

sebanyak 17 siswa dengan persentase 60,71% dan siswa yang mendapat

Page 47: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

47

nilai 65 – 100 hanya sebanyak 11 siswa dengan nilai persentase sebesar

39,28%.

2. Hasil Belajar Siswa Kelas IV yang Dibimbing dengan Media Sederhana

yaitu Bongkar Pasang Kardus pada Pelajaran Matematika Kompetensi

Dasar Menentukan Jaring-jaring Balok dan kubus.

a. Siklus I

1) Perencanaan

Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 (RPP 1),

Kompetensi Dasar “Menentukan jaring-jaring balok dan kubus”

dan membuat alat bantu mengajar yang berupa media pengajaran

yaitu kardus berbentuk balok dan kubus.

2) Tindakan

Peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran

menggunakan media pengajaran kardus. Pelaksanaan pembelajaran

menggunakan alokasi waktu 2 x 35 menit. Kegiatan ini dilakukan

selama 30 menit dan sisa waktu + 30 menit digunakan untuk

mengerjakan soal. Pada siklus I ini murid-murid ditugaskan

mencari sedikitnya dua bentuk jaring-jaring balok dan kubus

dengan teknik memotong bagian-bagian bidang pembentuk kardus,

dengan catatan tetap dalam satu rangkaian utuh (tidak terpisah-

pisah). Peneliti melakukan observasi selama kegiatan belajar

mengajar berlangsung.

Page 48: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

48

3) Observasi

Hasil penelitian tentang pembelajaran dengan media

bongkar pasang kardus pada pelajaran matematika kompetensi

dasar menentukan jaring-jaring balok dan kubus diperoleh hasil

peningkatan ketuntasan belajar. Seperti terlihat pada tabel 2.

Tabel 2: Hasil Belajar Siswa dengan menggunakan Media

Bongkar Pasang Kardus pada Pelajaran Matematika

Kompetensi Dasar Menentukan Jaring-jaring Balok

dan kubus.

Nilai

Jumlah

Siswa

Persentase

(%)

Ketuntasan Belajar

Klasikal

< 65 7 25 %

75 % 65 – 100 21 75 %

Jumlah 28 100

Berdasarkan uji efektivitas pada aspek ketuntasan belajar

klasikal diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 4. Efektivitas Hasil Belajar Siswa dengan media Bongkar

Pasang Kardus pada Pelajaran Matematika Kompetensi

Dasar Menentukan Jaring-jaring Balok dan kubus

Siklus Hasil Persentase (%)

Siklus I 14,43 %

Page 49: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

49

4) Refleksi

Pada siklus I dapat dikatakan siswa sudah mulai memahami

atau menguasai pelajaran. Namun ketuntasan belajar ini tidak

sepenuhnya untuk ketuntasan secara individual, karena masih

terdapat 7 siswa dari 28 siswa atau 25% belum mencapai

ketuntasan secara individual. Kelemahan pada siklus I ini

dikarenakan keterbatasan jumlah kardus untuk dibongkar dalam

mencari jaring-jaring bangun ruang. Hal ini tentu dapat dimaklumi,

karena satu kardus yang dibongkar untuk satu jaring-jaring bangun

ruang padahal anak diminta mencari sedikitnya dua bentuk untuk

satu bangun.

Diketahui nilai efektivitas relative pembelajaran melalui

penggunaan media bongkar-pasang kardus pada siklus I yaitu

sebesar 14,43%. Hal ini berarti pembelajaran melalui media

bongkar-pasang kardus lebih efektif sebesar 14,43% dari model

pembelajaran tanpa penggunaan media tersebut (pembelajaran

sebelumnya).

5) Perbaikan

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I maka perbaikan

yang dilakukan adalah:

a) Menambah jumlah kardus yang dibongkar.

Page 50: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

50

b) Siswa ditugaskan untuk mencari tiga macam bentuk jaring-

jaring balok dan kubus dengan cara memotong setiap

bagian sisi pembentuknya dengan terpisah-pisah.

c) Siswa tidak hanya menggambar bentuk jaring-jaring balok

dan kubus dibuku tugasnya, namun siswa juga harus

menempelkan bentuk jaring-jaring hasil temuannya pada

kertas manila yang telah disediakan.

b. Siklus II

1) Perencanaan

Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 (RPP 2),

Kompetensi Dasar “Menentukan jaring-jaring balok dan kubus”

dan membuat alat bantu mengajar yang berupa media pengajaran

yaitu kardus berbentuk balok dan kubus.

2) Tindakan

Peneliti tetap melaksanakan kegiatan pembelajaran

menggunakan media pengajaran kardus. Pada kegiatan siklus II ini

anak-anak ditugaskan mencari tiga bentuk jaring-jaring pada

masing-masing bangun balok dan kubus, namun pada siklus kedua

ini anak-anak memotong tiap bagian sisi pembentuk balok dan

kubus secara terpisah. Kemudian menggambar jaring-jaring hasil

temuannya dibuku tugas dan ia harus menempelkan bentuk jaring-

jaring tersebut pada lembar kertas untuk kemudian dipajangkan.

Page 51: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

51

Metode yang digunakan selama kegiatan belajar mengajar adalah

metode ceramah dengan menggunakan media pengajaran kardus.

3) Observasi

Hasil penelitian tentang pembelajaran dengan media

bongkar pasang kardus pada pelajaran matematika kompetensi

dasar menentukan jaring-jaring balok dan kubus diperoleh hasil

peningkatan ketuntasan belajar. Seperti terlihat pada tabel 5.

Tabel 5: Hasil Belajar Siswa dengan menggunakan Media

Bongkar Pasang Kardus pada Pelajaran Matematika

Kompetensi Dasar Menentukan Jaring-jaring Balok

dan kubus.

Nilai

Jumlah

Siswa

Persentase (%)

Ketuntasan Belajar

Klasikal

< 65 0 0 %

100 % 65 – 100 28 100 %

Jumlah 28 100

Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa prosentase keberhasilan

siswa meningkat 35,71% yaitu dari 39,28% ketuntasan belajar

klasikal sebelum diadakan perbaikan menjadi 75% ketuntasan

belajar klasikal pada siklus I, hal ini menunjukkan adanya

peningkatan ketuntasan siswa secara klasikal yang cukup

Page 52: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

52

signifikan. Peningkatan ini lebih disempurnakan lagi dengan siklus

II menjadi 100% ketuntasan belajar klasikal.

4) Refleksi

Berdasarkan uji efektivitas pada aspek ketuntasan belajar

klasikal diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 6. Efektivitas Hasil Belajar Siswa dengan media Bongkar

Pasang Kardus pada Pelajaran Matematika Kompetensi

Dasar Menentukan Jaring-jaring Balok dan kubus

Siklus Hasil Persentase (%)

Siklus II 19,20 %

Pada siklus II nilai efektifitasnya sebesar 19,20%. Nilai

efektifitas hasil belajar matematika ini diperoleh dari rumus tingkat

keefektifan relatif, yaitu: ER=Mx – My /My x 100 atau selisih

antara mean atau rata-rata nilai sebelum tanpa menggunakan media

bongkar-pasang kardus (pembelajaran sebelumnya).

Hubungan hasil belajar siswa dengan ketuntasan belajar

klasikal antara sebelum dilaksanakan perbaikan, siklus I, dan siklus

II dapat dilihat pada gambar grafik berikut ini:

Page 53: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

53

B. Pembahasan

1. Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika yang Dibimbing Tanpa

Penggunaan Media di Semester I.

Pengambilan data diawali dengan pengambilan nilai, diperoleh

nilai rata-rata kelas IV pelajaran matematika sebesar 61,79 dan nilai

ketuntasan hasil belajar sebesar 39,28%. Hal ini berarti rata-rata kelas IV

tergolong rendah sehingga perlu diadakan tindakan untuk perbaikan proses

belajar mengajar.

Salah satu yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar adalah

proses pembelajaran yang dilaksanakan guru tidak menggunakan media

pembelajaran sebagai sarana penghubung antara guru, konsep

pembelajaran dan siswa. Materi pelajaran lebih merupakan subyek dalam

pembelajaran sedangkan siswa hanya sebagai obyek penerima materi.

Dengan kondisi pembelajaran yang demikian penanaman konsep pelajaran

0

20

40

60

80

100

Ketuntasan Belajar Klasikal

Sebelum Perbaikan

Siklus I

Siklus II

Page 54: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

54

yang diharapkan bersifat abstrak bagi anak didik. Disamping itu

kurangnya minat untuk belajar.

2. Hasil Belajar Siswa Kelas IV dengan penggunaan Media Bongkar Pasang

Kardus pada Pelajaran Matematika Kompetensi Dasar Menentukan Jaring-

jaring Balok dan kubus

Penerapan konsep jaring-jaring balok dan kubus pada pelajaran

matematika melalui media bongkar-pasang kardus diperoleh rata-rata hasil

belajar yang meningkat antara siklus I, dan siklus II. Nilai hasil belajar

yang diperoleh adalah hasil dari nilai ulangan harian dan nilai tugas.

Bentuk soal yang diberikan pada ulangan harian adalah bentuk

pemberian tugas (terlampir), bentuk dan isi soal sebelumnya telah disusun

sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran khusus yang ingin dicapai

serta dikonsultasikan dengan guru wali kelas IV. Adapun tugas yang

diberikan dapat berupa masalah yang harus dipecahkan, pemberian tugas

ini dilakukan agar siswa secara individu atau kelompok kecil dapat

mengerjakan sesuatu untuk memecahkan masalah dengan cara dan daya

imajinasinya sendiri.

Melalui bongkar pasang kardus siswa dengan mudah dapat

menemukan berbagai bentuk kombinasi jaring-jaring pembentuk bangun

ruang kubus atau bangun ruang balok. Hal ini secara langsung pula anak

dapat membuktikan bahwa kardus yang mereka bongkar adalah kesatuan

dari jaring-jaring bangun ruang.

Page 55: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

55

Pada siklus I hasil belajar siswa mengalami peningkatan hasil

belajar yaitu 75% dan nilai rata-rata ulangan harian diperoleh 70,71. pada

siklus I dapat dikatakan siswa sudah mulai memahami atau menguasai

pelajaran. Namun ketuntasan belajar ini tidak sepenuhnya untuk

ketuntasan secara individual, karena masih terdapat 7 siswa dari 28 siswa

atau 25% belum mencapai ketuntasan secara individual.kelemahan pada

siklus I ini dikarenakan keterbatasan jumlah kardus untuk dibongkar

dalam mencari jaring-jaring bangun ruang. Hal ini tentu dapat dimaklumi,

karena satu kardus yang dibongkar untuk satu jaring-jaring bangun ruang

padahal anak diminta mencari sedikitnya dua bentuk untuk satu bangun.

Pada siklus II hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari

siklus I, hal ini tampak pada perolehan rata-rata hasil belajar siswa sebesar

70,71 dengan ketuntasan klasikal 100%. Kelemahan pada siklus I dapat

dijadikan pelajaran untuk melangkah dan menentukan kegiatan siklus II.

Page 56: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

56

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Hasil penelitian tentang pemanfaatan media bongkar-pasang kardus

terhadap hasil belajar matematika kompetensi dasar menentukan jaring-jaring

balok dan kubus di SD Negeri Langkap Tahun Pembelajaran 2010/2011 dapat

disimpulkan bahwa ada peningkatan prestasi belajar matematika siswa melalui

penerapan media bongkar-pasang kardus materi jaring-jaring balok dan kubus

di kelas IV SD Negeri Langkap Situbondo.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan tersebut, hal yang perlu dilakukan guru untuk

meningkatkan penguasaan terhadap materi pelajaran dan peningkatan kualitas

proses pembelajaran khususnya meningkatkan keaktifan siswa diantaranya

adalah:

1. Penggunaan media belajar/alat peraga/model/gambar dan sebagainya

untuk meningkatkan motivasi dan perhatian siswa terhadap pelajaran.

2. Mencari alternatif lain dalam menyelesaikan soal yang lebih mudah dan

lebih cepat sehingga siswa tidak kesulitan dan mudah mengerjakan soal.

3. Peningkatan berbagai jenis motivasi/pendekatan persuasive edukatif

dalam pelaksanaan proses pembelajaran.

Disamping hal tersebut diatas, berdasarkan pengalaman guru dalam

melaksanakan perbaikan pembelajaran di kelas melalui Penelitian Tindakan

Page 57: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

57

Kelas kiranya perlu diadakan suatu kelompok kerja antara guru dan teman

sejawat untuk selalu bertukar pikiran dan pengalaman berkenaan dengan

masalah siswa dan tugas dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari.

Page 58: Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

58

DAFTAR PUSAKA

Coany R. Semiawan (1999). Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Jakarta:

proyek PGSD Depdikbud.

Denim, S. 1995. Media Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Denny Setiawan, dkk (2006). Computer dan Media Pembelajaran. Jakarta: PB.

Universitas Terbuka Dinas Pendidikan Nasional.

Djamarah, S. B dan Aswin Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :

Rineka Cipta.

Hamalik, O. 1994. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Haryanto. 1996. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

http://en.wordpress.com/tag/artikel/. Prestasi Belajar. Diakses pada tanggal 18

Januari 2011.

http://magfirahathar.blogspot.com/2009/11/pengertian-matematika.html.

Pengertian Matematika. Diakses pada tanggal 18 Januari 2011

Idarufaidah, 2010. Pengenalan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Tersedia

pada http://blog.math.uny.ac.id/idarufaidah/. Diakses pada tanggal 18

Januari 2011.

Muchtar A. Karim, Abdul Rahman As’ari, Gatot Muhsetyo, dan Akbar

Sutawidjaja (1997). Pendidikan Matematika I. Jakarta: Proyek PGSD

Depdikbud.