ptiriasis-rosea

18
Pitiriasis rosea sering ditemukan, merupakan eksantema akut yang belum diketahui etiologinya.Virus dan bakteri diduga sebagai penyebabnya, namun jawaban pasti belum dapat ditemukan. Pitiriasis rosea biasanya memnyerang pada anak-anak dan dewasa muda. Hal ini ditandai dengan sebuah lesi primer berupa herald patch, diikuti dengan perkembangannya menjadi ruam papulosquamous difuse. Herald Patch sering salah didiagnosis sebagai eksema. Pitiriasis rosea sulit untuk diidentifikasi sampai munculnya karakteristik lesi sekunder yang lebih kecil yang mengikuti Langer’s lines (garis lipatan kulit). 1 Predileksi tempat yang paling banyak ditemukan yaitu pada batang tubuh, kemudian juga di lengan atas dan paha atas. Beberapa kasus menunjukkan lesi menyebar hingga ke leher, aksila dan sela paha. Namun jarang menyebar hingga ke wajah, lengan bawah dan tungkai bawah. Penyebaran lesi pada batang tubuh sumbu panjangnya mengikuti garis lipatan kulit, pada daerah punggung lesi tersebar membentuk gambaran pohon natal yang terbalik (inverted christmas tree appearance) atau huruf V terbalik, sedangkan pada daerah dada dan perut penyebaran lesi membentuk huruf V. Lesi kulit ini dapat menghilang secara spontan dalam waktu 3-8 minggu, namun ada juga yang bertahan hingga 3-5 bulan, dan biasanya 1

Upload: arum-purbondari

Post on 09-Feb-2016

48 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

pitiriasisrosea

TRANSCRIPT

Pitiriasis rosea sering ditemukan, merupakan eksantema akut yang belum

diketahui etiologinya.Virus dan bakteri diduga sebagai penyebabnya, namun

jawaban pasti belum dapat ditemukan. Pitiriasis rosea biasanya memnyerang pada

anak-anak dan dewasa muda. Hal ini ditandai dengan sebuah lesi primer berupa

herald patch, diikuti dengan perkembangannya menjadi ruam papulosquamous

difuse. Herald Patch sering salah didiagnosis sebagai eksema. Pitiriasis rosea sulit

untuk diidentifikasi sampai munculnya karakteristik lesi sekunder yang lebih kecil

yang mengikuti Langer’s lines (garis lipatan kulit).1

Predileksi tempat yang paling banyak ditemukan yaitu pada batang tubuh,

kemudian juga di lengan atas dan paha atas. Beberapa kasus menunjukkan lesi

menyebar hingga ke leher, aksila dan sela paha. Namun jarang menyebar hingga

ke wajah, lengan bawah dan tungkai bawah. Penyebaran lesi pada batang tubuh

sumbu panjangnya mengikuti garis lipatan kulit, pada daerah punggung lesi

tersebar membentuk gambaran pohon natal yang terbalik (inverted christmas tree

appearance) atau huruf V terbalik, sedangkan pada daerah dada dan perut

penyebaran lesi membentuk huruf V. Lesi kulit ini dapat menghilang secara

spontan dalam waktu 3-8 minggu, namun ada juga yang bertahan hingga 3-5

bulan, dan biasanya tidak ada keluhan dari penderita kecuali gatal ringan sampai

sedang.1,2,3,4

Pitiriasis rosea memiliki berbagai macam varian, dapat dibedakan

berdasarkan predileksi tempatnya serta efloresensi yang dominan, contohnya

pitiriasis rosea inversa, giganta, irritate, vesicular, papular dan lain sebagainya.

Tidak ada tes laboratorium yang menunjang diagnosa pitiriasis rosea.

Pemeriksaan laboratorium yang biasa dilakukan bertujuan untuk menyingkirkan

diagnosa banding sifilis sekunder karena keduanya cukup sulit untuk dibedakan

terutama pada tipe pitiriasis rosea yang atipikal (tidak khas).1,4

Beberapa obat dapat menyebabkan ruam yang mirip dengan pitiriasis

rosea, dan beberapa penyakit seperti sifilis sekunder juga termasuk sebagai

1

diagnosis bandingnya. Salah satu uji coba dalam penelitian melaporkan bahwa

penyembuhan eksantema lebih cepat dengan menggunakan eritromisin, namun

cara kerjanya tidak diketahui. Penurunan timbulnya ruam dapat dipercepat

dengan terapi sinar ultraviolet tetapi bukan tanpa resiko terjadinya

hiperpigmentasi. Steroid topikal atau sistemik dan antihistamin sering digunakan

untuk meredakan gatal.4

2

PITIRIASIS ROSEA

Definisi

Pitiriasis rosea adalah kondisi kulit yang sering ditemukan yang memiliki

karakteristik adanya sebuah herald patch dan munculnya lesi berikutnya tersusun

sepanjang Langer’s lines (garis lipatan kulit). Kondisi ini didiagnosis paling

sering kebanyakan pada anak dan dewasa muda. Kebanyakan kasus ditemukan

pada praktek dermatologi menunjukkan bahwa kejadian puncak pitiriasis rosea

terdapat pada usia 20 sampai 29 tahun, dengan tidak adanya perbedaan dari jenis

kelamin (Tabel 1).1,4

TABEL 1Epidemiologi pitiriasis rosea dari Praktek Dermatologi

Penelitian Lokasi Rentang Usia Puncak UsiaRasio pria

dan wanitaLainnya

Cheong dan

Wong1

Singapura Tidak Dilaporkan 20-24 tahun Didominasi

Pria

Puncak insiden pada

bulan Maret, April, dan

November

Harman, dkk2 Turki 10-39 tahun (87

persen pasien yang

terkena)

20-29 tahun 1,0-1,2 Puncak insiden pada

musim hujan dan

bersalju

Tay dan Goh3 Singapura 9 bulan-82 tahun 20-29 tahun 1,2-1,0 17 persen memiliki Herald patch, 6 persen memiliki bentuk invers (yaitu, ekstremitas terkena tapi batang tubuh tidak) *

* Sangat mungkin bahwa persentase pasien dengan herald patch jauh lebih tinggi dalam perawatan primer, karena pasien dengan herald patch dan diagnosis yang jelas tidak mungkin telah disebut.

Etiologi

Meskipun etiologi pitiriasis rosea masih belum jelas, beberapa faktor

menunjukkan penyebabnya adalah infeksi. Pertama, kondisi wabah yang terjadi

dalam kelompok, menunjukkan bahwa agen infeksi yang beredar dalam

masyarakat. Kedua, munculnya kembali kasus pitiriasis rosea di luar fase akut

jarang terjadi, menunjukkan bahwa adanya system imunitas yang jangka panjang

3

setelah infeksi. Ketiga, sampai 69 persen pasien dengan pitiriasis rosea memiliki

penyakit prodromal sebelum munculnya herald patch. Akhirnya, beberapa pasien

dengan pitiriasis rosea menunjukkan peningkatan limfosit B, penurunan limfosit

T, dan peningkatan dari sedimentasi.4

Meskipun mikroskop elektron menunjukkan beberapa perubahan virus dan

partikel virus, antibodi dan pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk

mengetahui jenis virus gagal untuk mengidentifikasi virus tersebut. Hasil dari

sebuah penelitian menunjukkan peningkatan kadar Human Herpes Virus 7

(HHV-7) pada pasien dengan pitiriasis rosea. Bagaimanapun, hasil studi

berikutnya tidak menunjukkan peningkatan yang konsisten dari Human Herpes

Virus 7 (HHV-7) pada pasien yang terkena penyakit dibandingkan dengan pasien

kontrol. Selanjutnya, infeksi Human Herpes Virus 7 (HHV-7) umumnya terjadi

pada anak, dan virus ini rentan dapat muncul kembali. Beberapa virus lainnya

telah diperiksa, tetapi tidak ada yang ditemukan sebagai penyebabnya. 4

Chlamydia pneumonia Legionella pneumonia dan Mycoplasma

pneumonia juga diduga sebagai agen penyabab infeksi yang potensial dalam

munculnya pitiriasis rosea. Namun, hasil penelitian dengan cara prospektif case

conrol tidak menunjukkan peningkatan signifikan antibodi terhadap bakteri ini

ketika pasien yang terkena dibandingkan dengan pasien kontrol. 4

Diagnosis

Proses identifikasi pitiriasis rosea merupakan motivasi untuk sejumlah

alasan. Diagnosis tidak jelas pada awal gejala, dan tidak ada tes noninvasif yang

mengkonfirmasi kondisi tersebut. Setidaknya dalam setengah dari seluruh jumlah

pasien, gejala pertama dari pitiriasis rosea tidak spesifik dan konsisten, dengan

infeksi virus pada saluran pernapasan atas. Sebuah herald patch kemudian

muncul, biasanya di batang tubuh. Lesi besar umumnya berdiameter 2 sampai 10

cm, oval, eritematosa, dan sedikit peninggian dengan khas collarette scale pada

bagian tepi (Gambar 1). Pada tahap ini bagaimanapun juga, diagnosis biasanya

masih belum jelas. Pemeriksaan mikroskopis terhadap preparat kalium hidroksida

4

yang menunjukkan tidak adanya elemen jamur. Lesi tidak dapat dibedakan dari

eksema dan sering mendapatkan terapi yang sama.1,2,3,4

GAMBAR 1. Herald patch dengan collarette scale pada bagian tepi.

Beberapa hari sampai beberapa minggu setelah timbulnya herald patch,

lesi yang lebih kecil dengan diameter 5 sampai 10 mm, berkembang pada batang

tubuh dan sedikit pada ekstremitas. Lesi tersebut berwarna seperti ikan salmon,

oval, peninggian dan memiliki scale collarette sebagai herald patch (Gambar 2).

Pada tahap ini, diagnosis biasanya jelas, terutama jika dokter dapat mengamati

atau memperoleh riwayat munculnya herald patch.1,4

GAMBAR 2. Pitiriasis rosea klasik dari perut bagian bawah dengan herald patch.

Jika diagnosis tidak pasti, terutama jika telapak tangan dan telapak kaki

yang terkena dan pasien aktif secara seksual, dokter harus mempertimbangkan

kemungkinan sifilis sekunder. Evaluasi yang dibutuhkan termasuk tes antibodi

fluoresen langsung dari lesi eksudat, tes VDRL, atau mikroskopis lapang gelap.

5

Pada kondisi lain di dalam diagnosis bandingnya meliputi eksema numular difuse,

tinea corporis, lichenoides pitiriasis, psoriasis guttate, exanthem virus, lichen

planus, dan reaksi pengobatan.1,4

Lesi sekunder yang lebih kecil dari pitiriasis rosea mengikuti Langer’s

lines (Gambar 3). Bila lesi terdapat di punggung, lesi tersebut sejajar khas tampak

seperti "pohon Natal" atau pola "pohon cemara". Pada bagian lain tubuh, lesi

mengikuti cleavage lines (garis lipatan kulit) sebagai berikut: melintang di perut

bagian bawah dan punggung, melingkar di sekitar bahu, dan dalam pola berbentuk

V pada dada bagian atas (Gambar 4). Pruritus merupakan variabel. Kecuali untuk

gatal ringan sampai berat pada 25 persen pasien, tidak ada gejala sistemik yang

muncul selama fase ruam pitiriasis rosea.1,4

GAMBAR 3. Lesi khas batang tubuh lonjong dari pitiriasis rosea.

6

GAMBAR 4. Lesi sesuai dengan Langer’s lines.

Pitiriasis rosea dapat terjadi dalam bentuk yang terbalik di mana

ekstremitas yang terkena tetapi tubuh tidak (Gambar 5). Jarang terjadi, pitiriasis

rosea terjadi dalam bentuk yang terlokalisasi, yang membuat diagnosis lebih sulit.

Gigantean (lesi lebih besar dan lebih sedikit), pustular, purpura, atau pitiriasis

rosea vesikuler terjadi pada kasus langka. Kadang-kadang, tidak ada herald patch

ditemukan. Dalam saebuah penelitian, hanya 17 persen dari pasien yang dirujuk

ke klinik dermatologi yang melaporkan adanya herald patch; tidak adanya herald

patch membuat diagnosis lebih sulit dan mengharuskan rujukan.4

GAMBAR 5. Bentuk Pitiriasis rosea tipe Invers, dengan distribusi perifer.

7

Biopsi biasanya tidak diindikasikan pada saat evaluasi pasien yang diduga

terkena pitiriasis rosea. Secara histologi telah menunjukkan bahwa terjadi

penambahan inflamasi subakut nonspesifik dan inflamasi kronis, 55 persen dari

spesimen mengandung sel-sel epidermis yang menunjukan sebagai degenerasi

dyskeratotik. 4

Memburuknya ruam atau munculnya lesi kedua ini tidak biasa sebelum

resolusi spontan dari erupsi. Terulangnya kondisi di kemudian hari jarang terjadi.

Meskipun tidak ada penyebab yang telah ditetapkan, beberapa obat telah dikaitkan

dengan bentuk yang luas dan sering berkepanjangan pityriasis rosea (Tabel 2) .

Sebuah tinjauan literatur menunjukkan bahwa sebuah laporan kasus berhubungan

dengan sebagian besar efek pengobatan. 4

Diagnosis Banding1,4

1. Sifilis stadium II

Sifilis stadium II dapat menyerupai pitiriasis rosea, namun biasanya pada

sifilis sekunder lesi juga terdapat di telapak tangan, telapak kaki, membran

mukosa, mulut, serta adanya kondiloma lata atau alopesia. Tidak ada keluhan

gatal (99%). Ada riwayat lesi pada alat genital. Tes serologis terhadap sifilis

perlu dilakukan terutama jika gambarannya tidak khas dan tidak ditemukan

Herald patch.

8

2. Psoriasis gutata

Kelainan kulit yang terdiri atas bercak-bercak eritem yang meninggi (plak)

dengan skuama diatasnya. Eritem sirkumskrip dan merata, tetapi pada stadium

penyembuhan sering eritem yang di tengah menghilang dan hanya terdapat di

pinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika, serta

transparan. Besar kelainan bervariasi, jika seluruhnya atau sebagian besar

lentikuler disebut sebagai psoriasis gutata. Umumnya setelah infeksi

Streptococcus di saluran napas bagian atas sehabis influenza atau morbili,

terutama pada anak dan dewasa muda.

3. Lichen planus

Dapat menyerupai pitiriasis rosea papular. Lesinya memiliki lebih banyak

papul dan berwarna violet/lembayung, ditemukan di membran mukosa mulut

dan bibir.

4. Dermatitis numularis

Gambaran lesinya berbentuk seperti koin dengan skuama yang dapat

menyerupai pitiriasis rosea. Namun tidak terdapat koleret dan predileksi

tempatnya pada tungkai, daerah yang biasanya jarang terdapat lesi pada

pitiriasis rosea.

5. Parapsoriasis (Pitiriasis lichenoides kronik)

Penyakit ini jarang ditemukan, pada bentuk yang kronis mungkin didapatkan

“cigarrete paper” atrofi. Penyakit ini dapat berkembang menjadi mikosis

fungoides.

6. Dermatitis seboroik

Pada dermatitis seboroik, kulit kepala dan alis mata biasanya berskuama dan

ruam kulitnya ditutupi skuama yang berminyak dengan predileksi tempat di

sternum, regio intercapsular, dan permukaan fleksor dari persendian-

persendian.

7. Tinea corporis

Herald patch atau bercak yang besar pada pitiriasis rosea dapat menyerupai

tinea corporis.4 Tinea corporis juga memiliki lesi papuloeritemaskuamosa

yang bentuknya anular, dengan skuama, dan central healing. Namun pada

9

tepinya bisa terdapat papul, pustul, skuama, atau vesikel. Bagian tepi lesi yang

lebih aktif pada infeksi jamur ini menunjukkan adanya hifa pada pemeriksaan

sitologi atau pada kultur, yang membedakannya dengan pitiriasis rosea.Tinea

corporis jarang menyebar luas pada tubuh.

8. Pitiriasis versikolor

Karakterisitk dari pitiriasis versikolor ialah bercak merah, putih, atau coklat

berbentuk anular dengan skuama. Skuama halus tampak terlihat saat

pemeriksaan menggoreskan kuku jari pada lesi. Diagnosa dapat ditegakkan

dengan mencari adanya hifa dan spora pada skuamanya dengan menggunakan

lampu Wood dan larutan KOH.

9. Erupsi kulit mirip pitiriasis rosea oleh karena obat

Senyawa emas dan captopril paling sering menimbulkan kelainan ini. Setelah

diketahui macam-macam obat yang bisa menginduksi timbulnya erupsi kulit

mirip pitiriasis rosea, kasusnya sudah berkurang sekarang. Gambaran

klinisnya ialah lesinya tampak lebih besar dengan skuama yang menutupi

hampir seluruh lesi, sedikit yang ditemukan adanya Herald patch, umumnya

sering didapatkan adanya lesi pada mulut berupa hiperpigmentasi

postinflamasi. Sebagai tambahan, erupsi kulit mirip pitiriasis rosea karena

obat yang berlangsung lama dikatakan ada hubungannya dengan AIDS.

Pengobatan

Kebanyakan pasien tidak memerlukan pengobatan karena sifatnya yang

asimptomatik.3 Penatalaksanaan pada pasien yang datang berobat pertama kali:

a. Tenangkan pasien bahwa ia tidak memiliki penyakit sistemik dalam tubuhnya,

penyakit ini tidak menular, dan biasanya tidak akan berulang kembali.

b. Colloidal bath

1 bungkus bubur gandum Aveeno dituangkan ke dalam bak mandi atau ember

besar yang berisi 6-8 inci air yang hangatnya suam-suam kuku. Pasien diminta

untuk mandi selama 10-15 menit setiap harinya. Hindari sabun dan air panas

sebisanya untuk mengurangi rasa gatal yang ada.

10

c. Lotion kocok putih non-alkohol atau Calamine lotion digunakan 2 kali sehari

pada lesi kulit.

d. Antihistamin jika ada keluhan gatal.

e. Terapi UVB dapat diberikan pada kasus dengan peningkatan suberitem,

sebanyak 1-2 kali seminggu. Gejala klinis yang berat akan berkurang namun

tidak akan berpengaruh terhadap rasa gatal dan lamanya sakit.

Kunjungan berikutnya:

a. Jika kulitnya menjadi terlalu kering karena Colloidal bath dari lotionnya,

hentikan pemakaian lotion atau diganti dengan krim atau salep hidrokortison

1%, gunakan 2 kali sehari pada daerah yang kering.

b. Teruskan fototerapi.

Jika disertai dengan gatal hebat:

a. Selain obat-obat di atas diberikan pula prednison 5 mg. Diberikan 4 kali 1

tablet selama 3 hari, kemudian 3 kali 1 tablet selama 4 hari, kemudian 2 tablet

setiap pagi selama 1-2 minggu, sampai gatalnya menghilang.

b. Eritromisin 250 mg, diberikan 2 kali sehari selama 2 minggu, telah dicoba

oleh beberapa penulis.

Dari suatu penelitian diketahui eritromisin dosis 250 mg yang diberikan 4

kali sehari pada orang dewasa dan dosis 25-40 mg/kgBB dibagi dalam 4 dosis

untuk anak-anak, dalam waktu 2 minggu semua gejala klinis yang nampak

sebelumnya telah hilang.

Dapson yang diberikan per oral bekerja efektif pada 1 pasien dengan

pitiriasis vesicular berat, dimulai dengan dosis 100 mg sebanyak 2 kali sehari.

Steroid sistemik seperti triamcinolone 20-40 mg i.m. atau prednison 15-40 mg

p.o. mungkin dapat mengurangi penyebaran ruam yang meluas dengan cepat atau

pada kasus yang berat.

Karena HHV-6 dan HHV-7 diduga berperan dalam timbulnya pitiriasis

rosea, pengobatan dengan antivirus herpes mungkin memberikan manfaat. Akan

tetapi asiklovir yang merupakan drug of choice untuk virus herpes simpleks tidak

efektif terhadap HHV-6 dan HHV-7. Gancyclovirlah yang efektif HHV-6 dan

HHV-7, namun harganya mahal dan efek sampingnya juga banyak. Oleh sebab itu

11

untuk saat ini, pengobatan dengan antivirus herpes yang ada tidak dibenarkan.

Sejauh ini penyembuhan dengan agen antiviral tidak memberikan dampak apa-

apa.

Asam salisilat 1% dalam parafin putih lunak atau obat salep emulsi dapat

mengurangi pembentukan skuama. Untuk kulit yang kering dan iritasi, emollient

dapat disarankan kepada pasien.

Fototerapi dapat bermanfaat pada kasus-kasus yang lama

penyembuhannya. Fototerapi UVB dapat mempercepat hilangnya erupsi kulit

yang ada. Satu-satunya efek samping dari terapi ini ialah kulit yang terasa sedikit

perih dan kekeringan pada kulit. Namun risiko terjadinya hiperpigmentasi

postinfeksi dapat meningkat dengan terapi ini.

Edukasi pasien

Pasien biasanya khawatir akan berapa lama bercak di kulitnya akan hilang

dan apakah penyakitnya bersifat menular. Mereka harus ditenangkan

hatinya dengan meyakinkan bahwa pitiriasis rosea akan sembuh dengan

sendirinya dan tidak bersifat menular.

Pasien sebaiknya diminta untuk datang kembali apabila ruam masih tetap

ada setelah 3 bulan lebih dari re-evaluasi dan akan bijaksana jika

dipikirkan adanya diagnosa lain.

Prognosis

Prognosis pada penderita Pitiriasis Rosea adalah baik karena penyakit ini

bersifat self limited disease sehingga dapat sembuh spontan dalam waktu 3-8

mingg

12

13