ptiriasis-rosea
DESCRIPTION
pitiriasisroseaTRANSCRIPT
Pitiriasis rosea sering ditemukan, merupakan eksantema akut yang belum
diketahui etiologinya.Virus dan bakteri diduga sebagai penyebabnya, namun
jawaban pasti belum dapat ditemukan. Pitiriasis rosea biasanya memnyerang pada
anak-anak dan dewasa muda. Hal ini ditandai dengan sebuah lesi primer berupa
herald patch, diikuti dengan perkembangannya menjadi ruam papulosquamous
difuse. Herald Patch sering salah didiagnosis sebagai eksema. Pitiriasis rosea sulit
untuk diidentifikasi sampai munculnya karakteristik lesi sekunder yang lebih kecil
yang mengikuti Langer’s lines (garis lipatan kulit).1
Predileksi tempat yang paling banyak ditemukan yaitu pada batang tubuh,
kemudian juga di lengan atas dan paha atas. Beberapa kasus menunjukkan lesi
menyebar hingga ke leher, aksila dan sela paha. Namun jarang menyebar hingga
ke wajah, lengan bawah dan tungkai bawah. Penyebaran lesi pada batang tubuh
sumbu panjangnya mengikuti garis lipatan kulit, pada daerah punggung lesi
tersebar membentuk gambaran pohon natal yang terbalik (inverted christmas tree
appearance) atau huruf V terbalik, sedangkan pada daerah dada dan perut
penyebaran lesi membentuk huruf V. Lesi kulit ini dapat menghilang secara
spontan dalam waktu 3-8 minggu, namun ada juga yang bertahan hingga 3-5
bulan, dan biasanya tidak ada keluhan dari penderita kecuali gatal ringan sampai
sedang.1,2,3,4
Pitiriasis rosea memiliki berbagai macam varian, dapat dibedakan
berdasarkan predileksi tempatnya serta efloresensi yang dominan, contohnya
pitiriasis rosea inversa, giganta, irritate, vesicular, papular dan lain sebagainya.
Tidak ada tes laboratorium yang menunjang diagnosa pitiriasis rosea.
Pemeriksaan laboratorium yang biasa dilakukan bertujuan untuk menyingkirkan
diagnosa banding sifilis sekunder karena keduanya cukup sulit untuk dibedakan
terutama pada tipe pitiriasis rosea yang atipikal (tidak khas).1,4
Beberapa obat dapat menyebabkan ruam yang mirip dengan pitiriasis
rosea, dan beberapa penyakit seperti sifilis sekunder juga termasuk sebagai
1
diagnosis bandingnya. Salah satu uji coba dalam penelitian melaporkan bahwa
penyembuhan eksantema lebih cepat dengan menggunakan eritromisin, namun
cara kerjanya tidak diketahui. Penurunan timbulnya ruam dapat dipercepat
dengan terapi sinar ultraviolet tetapi bukan tanpa resiko terjadinya
hiperpigmentasi. Steroid topikal atau sistemik dan antihistamin sering digunakan
untuk meredakan gatal.4
2
PITIRIASIS ROSEA
Definisi
Pitiriasis rosea adalah kondisi kulit yang sering ditemukan yang memiliki
karakteristik adanya sebuah herald patch dan munculnya lesi berikutnya tersusun
sepanjang Langer’s lines (garis lipatan kulit). Kondisi ini didiagnosis paling
sering kebanyakan pada anak dan dewasa muda. Kebanyakan kasus ditemukan
pada praktek dermatologi menunjukkan bahwa kejadian puncak pitiriasis rosea
terdapat pada usia 20 sampai 29 tahun, dengan tidak adanya perbedaan dari jenis
kelamin (Tabel 1).1,4
TABEL 1Epidemiologi pitiriasis rosea dari Praktek Dermatologi
Penelitian Lokasi Rentang Usia Puncak UsiaRasio pria
dan wanitaLainnya
Cheong dan
Wong1
Singapura Tidak Dilaporkan 20-24 tahun Didominasi
Pria
Puncak insiden pada
bulan Maret, April, dan
November
Harman, dkk2 Turki 10-39 tahun (87
persen pasien yang
terkena)
20-29 tahun 1,0-1,2 Puncak insiden pada
musim hujan dan
bersalju
Tay dan Goh3 Singapura 9 bulan-82 tahun 20-29 tahun 1,2-1,0 17 persen memiliki Herald patch, 6 persen memiliki bentuk invers (yaitu, ekstremitas terkena tapi batang tubuh tidak) *
* Sangat mungkin bahwa persentase pasien dengan herald patch jauh lebih tinggi dalam perawatan primer, karena pasien dengan herald patch dan diagnosis yang jelas tidak mungkin telah disebut.
Etiologi
Meskipun etiologi pitiriasis rosea masih belum jelas, beberapa faktor
menunjukkan penyebabnya adalah infeksi. Pertama, kondisi wabah yang terjadi
dalam kelompok, menunjukkan bahwa agen infeksi yang beredar dalam
masyarakat. Kedua, munculnya kembali kasus pitiriasis rosea di luar fase akut
jarang terjadi, menunjukkan bahwa adanya system imunitas yang jangka panjang
3
setelah infeksi. Ketiga, sampai 69 persen pasien dengan pitiriasis rosea memiliki
penyakit prodromal sebelum munculnya herald patch. Akhirnya, beberapa pasien
dengan pitiriasis rosea menunjukkan peningkatan limfosit B, penurunan limfosit
T, dan peningkatan dari sedimentasi.4
Meskipun mikroskop elektron menunjukkan beberapa perubahan virus dan
partikel virus, antibodi dan pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk
mengetahui jenis virus gagal untuk mengidentifikasi virus tersebut. Hasil dari
sebuah penelitian menunjukkan peningkatan kadar Human Herpes Virus 7
(HHV-7) pada pasien dengan pitiriasis rosea. Bagaimanapun, hasil studi
berikutnya tidak menunjukkan peningkatan yang konsisten dari Human Herpes
Virus 7 (HHV-7) pada pasien yang terkena penyakit dibandingkan dengan pasien
kontrol. Selanjutnya, infeksi Human Herpes Virus 7 (HHV-7) umumnya terjadi
pada anak, dan virus ini rentan dapat muncul kembali. Beberapa virus lainnya
telah diperiksa, tetapi tidak ada yang ditemukan sebagai penyebabnya. 4
Chlamydia pneumonia Legionella pneumonia dan Mycoplasma
pneumonia juga diduga sebagai agen penyabab infeksi yang potensial dalam
munculnya pitiriasis rosea. Namun, hasil penelitian dengan cara prospektif case
conrol tidak menunjukkan peningkatan signifikan antibodi terhadap bakteri ini
ketika pasien yang terkena dibandingkan dengan pasien kontrol. 4
Diagnosis
Proses identifikasi pitiriasis rosea merupakan motivasi untuk sejumlah
alasan. Diagnosis tidak jelas pada awal gejala, dan tidak ada tes noninvasif yang
mengkonfirmasi kondisi tersebut. Setidaknya dalam setengah dari seluruh jumlah
pasien, gejala pertama dari pitiriasis rosea tidak spesifik dan konsisten, dengan
infeksi virus pada saluran pernapasan atas. Sebuah herald patch kemudian
muncul, biasanya di batang tubuh. Lesi besar umumnya berdiameter 2 sampai 10
cm, oval, eritematosa, dan sedikit peninggian dengan khas collarette scale pada
bagian tepi (Gambar 1). Pada tahap ini bagaimanapun juga, diagnosis biasanya
masih belum jelas. Pemeriksaan mikroskopis terhadap preparat kalium hidroksida
4
yang menunjukkan tidak adanya elemen jamur. Lesi tidak dapat dibedakan dari
eksema dan sering mendapatkan terapi yang sama.1,2,3,4
GAMBAR 1. Herald patch dengan collarette scale pada bagian tepi.
Beberapa hari sampai beberapa minggu setelah timbulnya herald patch,
lesi yang lebih kecil dengan diameter 5 sampai 10 mm, berkembang pada batang
tubuh dan sedikit pada ekstremitas. Lesi tersebut berwarna seperti ikan salmon,
oval, peninggian dan memiliki scale collarette sebagai herald patch (Gambar 2).
Pada tahap ini, diagnosis biasanya jelas, terutama jika dokter dapat mengamati
atau memperoleh riwayat munculnya herald patch.1,4
GAMBAR 2. Pitiriasis rosea klasik dari perut bagian bawah dengan herald patch.
Jika diagnosis tidak pasti, terutama jika telapak tangan dan telapak kaki
yang terkena dan pasien aktif secara seksual, dokter harus mempertimbangkan
kemungkinan sifilis sekunder. Evaluasi yang dibutuhkan termasuk tes antibodi
fluoresen langsung dari lesi eksudat, tes VDRL, atau mikroskopis lapang gelap.
5
Pada kondisi lain di dalam diagnosis bandingnya meliputi eksema numular difuse,
tinea corporis, lichenoides pitiriasis, psoriasis guttate, exanthem virus, lichen
planus, dan reaksi pengobatan.1,4
Lesi sekunder yang lebih kecil dari pitiriasis rosea mengikuti Langer’s
lines (Gambar 3). Bila lesi terdapat di punggung, lesi tersebut sejajar khas tampak
seperti "pohon Natal" atau pola "pohon cemara". Pada bagian lain tubuh, lesi
mengikuti cleavage lines (garis lipatan kulit) sebagai berikut: melintang di perut
bagian bawah dan punggung, melingkar di sekitar bahu, dan dalam pola berbentuk
V pada dada bagian atas (Gambar 4). Pruritus merupakan variabel. Kecuali untuk
gatal ringan sampai berat pada 25 persen pasien, tidak ada gejala sistemik yang
muncul selama fase ruam pitiriasis rosea.1,4
GAMBAR 3. Lesi khas batang tubuh lonjong dari pitiriasis rosea.
6
GAMBAR 4. Lesi sesuai dengan Langer’s lines.
Pitiriasis rosea dapat terjadi dalam bentuk yang terbalik di mana
ekstremitas yang terkena tetapi tubuh tidak (Gambar 5). Jarang terjadi, pitiriasis
rosea terjadi dalam bentuk yang terlokalisasi, yang membuat diagnosis lebih sulit.
Gigantean (lesi lebih besar dan lebih sedikit), pustular, purpura, atau pitiriasis
rosea vesikuler terjadi pada kasus langka. Kadang-kadang, tidak ada herald patch
ditemukan. Dalam saebuah penelitian, hanya 17 persen dari pasien yang dirujuk
ke klinik dermatologi yang melaporkan adanya herald patch; tidak adanya herald
patch membuat diagnosis lebih sulit dan mengharuskan rujukan.4
GAMBAR 5. Bentuk Pitiriasis rosea tipe Invers, dengan distribusi perifer.
7
Biopsi biasanya tidak diindikasikan pada saat evaluasi pasien yang diduga
terkena pitiriasis rosea. Secara histologi telah menunjukkan bahwa terjadi
penambahan inflamasi subakut nonspesifik dan inflamasi kronis, 55 persen dari
spesimen mengandung sel-sel epidermis yang menunjukan sebagai degenerasi
dyskeratotik. 4
Memburuknya ruam atau munculnya lesi kedua ini tidak biasa sebelum
resolusi spontan dari erupsi. Terulangnya kondisi di kemudian hari jarang terjadi.
Meskipun tidak ada penyebab yang telah ditetapkan, beberapa obat telah dikaitkan
dengan bentuk yang luas dan sering berkepanjangan pityriasis rosea (Tabel 2) .
Sebuah tinjauan literatur menunjukkan bahwa sebuah laporan kasus berhubungan
dengan sebagian besar efek pengobatan. 4
Diagnosis Banding1,4
1. Sifilis stadium II
Sifilis stadium II dapat menyerupai pitiriasis rosea, namun biasanya pada
sifilis sekunder lesi juga terdapat di telapak tangan, telapak kaki, membran
mukosa, mulut, serta adanya kondiloma lata atau alopesia. Tidak ada keluhan
gatal (99%). Ada riwayat lesi pada alat genital. Tes serologis terhadap sifilis
perlu dilakukan terutama jika gambarannya tidak khas dan tidak ditemukan
Herald patch.
8
2. Psoriasis gutata
Kelainan kulit yang terdiri atas bercak-bercak eritem yang meninggi (plak)
dengan skuama diatasnya. Eritem sirkumskrip dan merata, tetapi pada stadium
penyembuhan sering eritem yang di tengah menghilang dan hanya terdapat di
pinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika, serta
transparan. Besar kelainan bervariasi, jika seluruhnya atau sebagian besar
lentikuler disebut sebagai psoriasis gutata. Umumnya setelah infeksi
Streptococcus di saluran napas bagian atas sehabis influenza atau morbili,
terutama pada anak dan dewasa muda.
3. Lichen planus
Dapat menyerupai pitiriasis rosea papular. Lesinya memiliki lebih banyak
papul dan berwarna violet/lembayung, ditemukan di membran mukosa mulut
dan bibir.
4. Dermatitis numularis
Gambaran lesinya berbentuk seperti koin dengan skuama yang dapat
menyerupai pitiriasis rosea. Namun tidak terdapat koleret dan predileksi
tempatnya pada tungkai, daerah yang biasanya jarang terdapat lesi pada
pitiriasis rosea.
5. Parapsoriasis (Pitiriasis lichenoides kronik)
Penyakit ini jarang ditemukan, pada bentuk yang kronis mungkin didapatkan
“cigarrete paper” atrofi. Penyakit ini dapat berkembang menjadi mikosis
fungoides.
6. Dermatitis seboroik
Pada dermatitis seboroik, kulit kepala dan alis mata biasanya berskuama dan
ruam kulitnya ditutupi skuama yang berminyak dengan predileksi tempat di
sternum, regio intercapsular, dan permukaan fleksor dari persendian-
persendian.
7. Tinea corporis
Herald patch atau bercak yang besar pada pitiriasis rosea dapat menyerupai
tinea corporis.4 Tinea corporis juga memiliki lesi papuloeritemaskuamosa
yang bentuknya anular, dengan skuama, dan central healing. Namun pada
9
tepinya bisa terdapat papul, pustul, skuama, atau vesikel. Bagian tepi lesi yang
lebih aktif pada infeksi jamur ini menunjukkan adanya hifa pada pemeriksaan
sitologi atau pada kultur, yang membedakannya dengan pitiriasis rosea.Tinea
corporis jarang menyebar luas pada tubuh.
8. Pitiriasis versikolor
Karakterisitk dari pitiriasis versikolor ialah bercak merah, putih, atau coklat
berbentuk anular dengan skuama. Skuama halus tampak terlihat saat
pemeriksaan menggoreskan kuku jari pada lesi. Diagnosa dapat ditegakkan
dengan mencari adanya hifa dan spora pada skuamanya dengan menggunakan
lampu Wood dan larutan KOH.
9. Erupsi kulit mirip pitiriasis rosea oleh karena obat
Senyawa emas dan captopril paling sering menimbulkan kelainan ini. Setelah
diketahui macam-macam obat yang bisa menginduksi timbulnya erupsi kulit
mirip pitiriasis rosea, kasusnya sudah berkurang sekarang. Gambaran
klinisnya ialah lesinya tampak lebih besar dengan skuama yang menutupi
hampir seluruh lesi, sedikit yang ditemukan adanya Herald patch, umumnya
sering didapatkan adanya lesi pada mulut berupa hiperpigmentasi
postinflamasi. Sebagai tambahan, erupsi kulit mirip pitiriasis rosea karena
obat yang berlangsung lama dikatakan ada hubungannya dengan AIDS.
Pengobatan
Kebanyakan pasien tidak memerlukan pengobatan karena sifatnya yang
asimptomatik.3 Penatalaksanaan pada pasien yang datang berobat pertama kali:
a. Tenangkan pasien bahwa ia tidak memiliki penyakit sistemik dalam tubuhnya,
penyakit ini tidak menular, dan biasanya tidak akan berulang kembali.
b. Colloidal bath
1 bungkus bubur gandum Aveeno dituangkan ke dalam bak mandi atau ember
besar yang berisi 6-8 inci air yang hangatnya suam-suam kuku. Pasien diminta
untuk mandi selama 10-15 menit setiap harinya. Hindari sabun dan air panas
sebisanya untuk mengurangi rasa gatal yang ada.
10
c. Lotion kocok putih non-alkohol atau Calamine lotion digunakan 2 kali sehari
pada lesi kulit.
d. Antihistamin jika ada keluhan gatal.
e. Terapi UVB dapat diberikan pada kasus dengan peningkatan suberitem,
sebanyak 1-2 kali seminggu. Gejala klinis yang berat akan berkurang namun
tidak akan berpengaruh terhadap rasa gatal dan lamanya sakit.
Kunjungan berikutnya:
a. Jika kulitnya menjadi terlalu kering karena Colloidal bath dari lotionnya,
hentikan pemakaian lotion atau diganti dengan krim atau salep hidrokortison
1%, gunakan 2 kali sehari pada daerah yang kering.
b. Teruskan fototerapi.
Jika disertai dengan gatal hebat:
a. Selain obat-obat di atas diberikan pula prednison 5 mg. Diberikan 4 kali 1
tablet selama 3 hari, kemudian 3 kali 1 tablet selama 4 hari, kemudian 2 tablet
setiap pagi selama 1-2 minggu, sampai gatalnya menghilang.
b. Eritromisin 250 mg, diberikan 2 kali sehari selama 2 minggu, telah dicoba
oleh beberapa penulis.
Dari suatu penelitian diketahui eritromisin dosis 250 mg yang diberikan 4
kali sehari pada orang dewasa dan dosis 25-40 mg/kgBB dibagi dalam 4 dosis
untuk anak-anak, dalam waktu 2 minggu semua gejala klinis yang nampak
sebelumnya telah hilang.
Dapson yang diberikan per oral bekerja efektif pada 1 pasien dengan
pitiriasis vesicular berat, dimulai dengan dosis 100 mg sebanyak 2 kali sehari.
Steroid sistemik seperti triamcinolone 20-40 mg i.m. atau prednison 15-40 mg
p.o. mungkin dapat mengurangi penyebaran ruam yang meluas dengan cepat atau
pada kasus yang berat.
Karena HHV-6 dan HHV-7 diduga berperan dalam timbulnya pitiriasis
rosea, pengobatan dengan antivirus herpes mungkin memberikan manfaat. Akan
tetapi asiklovir yang merupakan drug of choice untuk virus herpes simpleks tidak
efektif terhadap HHV-6 dan HHV-7. Gancyclovirlah yang efektif HHV-6 dan
HHV-7, namun harganya mahal dan efek sampingnya juga banyak. Oleh sebab itu
11
untuk saat ini, pengobatan dengan antivirus herpes yang ada tidak dibenarkan.
Sejauh ini penyembuhan dengan agen antiviral tidak memberikan dampak apa-
apa.
Asam salisilat 1% dalam parafin putih lunak atau obat salep emulsi dapat
mengurangi pembentukan skuama. Untuk kulit yang kering dan iritasi, emollient
dapat disarankan kepada pasien.
Fototerapi dapat bermanfaat pada kasus-kasus yang lama
penyembuhannya. Fototerapi UVB dapat mempercepat hilangnya erupsi kulit
yang ada. Satu-satunya efek samping dari terapi ini ialah kulit yang terasa sedikit
perih dan kekeringan pada kulit. Namun risiko terjadinya hiperpigmentasi
postinfeksi dapat meningkat dengan terapi ini.
Edukasi pasien
Pasien biasanya khawatir akan berapa lama bercak di kulitnya akan hilang
dan apakah penyakitnya bersifat menular. Mereka harus ditenangkan
hatinya dengan meyakinkan bahwa pitiriasis rosea akan sembuh dengan
sendirinya dan tidak bersifat menular.
Pasien sebaiknya diminta untuk datang kembali apabila ruam masih tetap
ada setelah 3 bulan lebih dari re-evaluasi dan akan bijaksana jika
dipikirkan adanya diagnosa lain.
Prognosis
Prognosis pada penderita Pitiriasis Rosea adalah baik karena penyakit ini
bersifat self limited disease sehingga dapat sembuh spontan dalam waktu 3-8
mingg
12