psikotropika

17
Psikotropika A. Pengertian Psikotropika Psikotropika adalah zat atau obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan saraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan timbulnya halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan dan dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi para pemakainya. Psikotropika juga diartikan sebagai zat-zat dalam berbagai bentuk pil dan obat yang mempengaruhi kesadaran karena sasaran obat tersebut adalah pusat- pusat tertentu di sistem syaraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang). Psikotropika menurut Pasal 1, Undang-Undang Nomor 5 tahun 1997 tentang psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika merupakan obat yang digunakan oleh dokter untuk mengobati gangguan jiwa. B. Jenis-jenis Psikotropika Berdasarkan Undang-undang No. 5 tahun 1997, psikotropika dapat dikelompokkan ke dalam 4 golongan.

Upload: laura-natalia-nainggolan

Post on 22-Nov-2015

40 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas IKM

TRANSCRIPT

PsikotropikaA. Pengertian PsikotropikaPsikotropika adalah zat atau obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan saraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan timbulnya halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan dan dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi para pemakainya. Psikotropika juga diartikan sebagai zat-zat dalam berbagai bentuk pil dan obat yang mempengaruhi kesadaran karena sasaran obat tersebut adalah pusat-pusat tertentu di sistem syaraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang).Psikotropika menurut Pasal 1, Undang-Undang Nomor 5 tahun 1997 tentang psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika merupakan obat yang digunakan oleh dokter untuk mengobati gangguan jiwa.

B. Jenis-jenis PsikotropikaBerdasarkan Undang-undang No. 5 tahun 1997, psikotropika dapat dikelompokkan ke dalam 4 golongan.1. Golongan I adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan sedang diteliti khasiatnya. Contohnya adalah MDMA, ekstasi, LSD, dan STP.2. Golongan II adalah psikotropika dengan daya adiktif kuat serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah amfetamin, fenetilin, metamfetamin, metakualon, dsb.3. Golongan III adalah psikotropika dengan daya adiktif sedang serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah amobarbital, lumibal, buprenorfina, flunitrazepam, dsb.4. Golongan IV adalah psikotropika dengan daya adiktif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah nitrazepam (BK, mogadon, dumolid), diazepam, dsb.Berdasarkan pengaruh penggunaannya terhadap susunan saraf pusat manusia, psikotropika dapat dikelompokkan menjadi:1. DepresanBekerja dengan cara mengendorkan atau mengurangi aktivitas susunan saraf pusat. Contoh: valium, BK, rohipnol, mogadon.2. StimulanBekerja dengan cara mengaktifkan kerja sistem susunan saraf pusat. Contoh: amfetamin, ekstasi, dan sabu-sabu.3. HalusinogenGolongan halusinogen dapat menimbulkan halusinasi atau khayalan. Contoh: LSD (Lysergic Acid Diethylamide), getah tanaman kaktus, jamur tertentu (misceline, psilocybin), dan ganja.AmfetaminAmfetamin adalah suatu senyawa sintetik yang tergolong perangsang susunan saraf pusat. Amfetamin berbentuk bubuk kristal putih yang tidak berbau, pahit, larut dalam air dan sedikit larut dalam alkohol. Ada tiga jenis amfetamin, yaitu laevoamfetamin (benzedrin), dekstroamfetamin (deksedrin), dan metilamfetamin (metedrin).Dikenal banyak turunan (derivat) amfetamin yang disintesis dengan tujuan mengurangi nafsu makan dalam rangka menurunkan berat badan bagi orang yang kelebihan berat badan (obesitas). Contohnya deksedrin, ponderal (fenfluramin), fentermin (isomerid), dietilpropin (apisate), dan mazindol (teronac).Amfetamin merangsang pelepasan neurotransmitter, norepinefrin, dan dopamin dari otak dan sistem saraf simpatis (terminal saraf tepi). Amfetamin menyebabkan pelepasan norepinefrin, dopamin, dan serotonin dari neuron prasinaps karena amfetamin berinteraksi dengan transporter yang terlibat dalam pelepasan neurotransmitter tersebut. Amfetamin juga menghambat re-uptake norepinefrin dan dopamin, serta menghambat sistem MAO pada neuron prasinaps. Dengan demikian akan terjadi peningkatan aktivitas neuron dopaminergik pascasinaps. Penggunaan amfetamin secara terus-menerus akan menyebabkan berkurangnya cadangan katekolamin (precursor norepinefrin maupun dopamin). Amfetamin menyebabkan euforia dan kesiagaan; tetapi juga mengakibatkan sulit tidur, gelisah, tremor, dan iritabilitas. Masalah-masalah kardiovaskular, seperti meningkatnya denyut jantung, palpitasi, aritmia jantung, dan meningkatnya tekanan darah, dapat timbul pada pemakaian yang terus-menerus dari amfetamin.Waktu paruh amfetamin bervariasi dari 4 30 jam. Amfetamin dimetabolisme di hati / hepar dan diekskresi dalam bentuk aslinya atau dalam bentuk metabolitnya. Kecepatan eliminasi amfetamin melalui urin bergantung pada pH urin. Amfetamin diekskresikan lebih cepat pada urin yang asam daripada urin yang basa. Semakin kecil pH, semakin besar kadar amfetamin yang diekskresi dalam bentuk utuhnya. Pada pH basa, metabolisme amfetamin dalam hati juga berlangsung lebih lama. Amfetamin dapat menimbulkan efek-efek yang buruk pada sistem saraf pusat, kardiovaskular, gastrointestinal, dan endokrin. Efek samping dan reaksi yang merugikannya adalah gelisah, insomnia, takikardia, hipertensi, palpitasi jantung, mulut terasa kering, anoreksia, berat badan turun, diare atau konstipasi, dan impoten.Dosis rendah sampai sedang amfetamin peroral adalah 5 50 mg, sedangkan dosis tingginya adalah lebih dari 100 mg, biasanya secara intravena. Dosis sedang amfetamin (20 50 mg) akan menstimulasi pernafasan, menimbulkan tremor ringan, gelisah, meningkatkan aktivitas motorik, insomnia, agitasi, mencegah lelah, menekan nafsu makan, menghilangkan kantuk, dan mengurangi tidur.OBATDOSISPEMAKAIAN DAN PERTIMBANGAN

Amfetamin sulfat (Benzedrine)D: 5 20 mg, q.d sampai t.i.dA > 6 th: 2,5 5 mg, sehari untuk GPPUntuk narkolepsi, gangguan penurunan perhatian (GPP).Dosis harus minimal untuk mengendalikan gejala-gejala GPP.Toksisitas SSP dan jantung dapat terjadi.

Dekstroamfetamin sulfat (Dexedrine)Sama seperti BenzedrineSama seperti Benzedrine.Telah dipakai untuk obesitas dan narkolepsi.

Metamfetamin hidroklorida (Desoxyn)A: 2,5 5 mg sehari, naikkan sampai 20 mg jika perluUntuk GPP.Dapat menimbulkan toksisitas SSP dan jantung

Amfetamin dikonsumsi secara peroral dan akan diabsorpsi seluruhnya ke dalam darah. Pada penggunaan secara intravena, amfetamin akan sampai ke otak dalam beberapa detik. Penggunaan melalui inhalasi uap amfetamin, mula-mula uap amfetamin akan mengendap dalam paru-paru, kemudian diabsorpsi secara cepat ke dalam darah. Amfetamin juga dapat diabsorpsi melalui selaput lendir hidung pada penggunaan dengan menyedot melalui hidung (snorting).

EkstasiRumus kimia Ekstasi (XTC) adalah 3 4 Methylene Dioxy Methil - Amphetamine (MDMA). Senyawa ini ditemukan dan mulai dibuat di penghujung akhir abad lalu. Pada kurun waktu tahun 1950-an, industri militer Amerika Serikat mengalami kegagalan di dalam percobaan penggunaan MDMA sebagai serum kebenaran. Setelah periode itu, MDMA dipakai oleh para dokter ahli jiwa. XTC mulai bereaksi setelah 20 sampai 60 menit diminum. Efeknya berlangsung maksimum 1 jam. Seluruh tubuh akan terasa melayang. Kadang-kadang lengan, kaki dan rahang terasa kaku, serta mulut rasanya kering. Pupil mata membesar dan jantung berdegup lebih kencang. Mungkin pula akan timbul rasa mual. Bisa juga pada awalnya timbul kesulitan bernafas (untuk itu diperlukan sedikit udara segar). Jenis reaksi fisik tersebut biasanya tidak terlalu lama. Selebihnya akan timbul perasaan. Perasaan seolah-olah pengguna menjadi hebat dalam segala hal dan segala perasaan malu menjadi hilang, kepala terasa ringan, rileks akan berangsur-angsur menghilang dalam waktu 4 sampai 6 jam. Setelah itu pengguna akan merasa lelah dan depresi.

Sabu-sabuSabu-sabu berbentuk kristal, biasanya berwarna putih, dan dikonsumsi dengan cara membakarnya di atas aluminium foil sehingga mengalir dari ujung satu ke ujung yang lain. Kemudian asap yang ditimbulkannya dihirup dengan sebuah Bong (sejenis pipa yang di dalamnya berisi air). Air Bong tersebut berfungsi sebagai filter karena asap akan tersaring pada waktu melewati air tersebut. Sabu sering dikeluhkan sebagai penyebab paranoid (rasa takut yang berlebihan), menjadi sangat sensitif (mudah tersinggung), terlebih bagi mereka yang sering tidak berpikir positif, dan halusinasi visual. Masing-masing pemakai mengalami efek tersebut dalam kadar yang berbeda. Jika sedang mempunyai banyak persoalan / masalah, sebaiknya narkotika jenis ini tidak dikonsumsi. Selain itu, pengguna sabu sering mempunyai kecenderungan untuk dipakai dalam jumlah banyak dalam satu sesi dan sukar berhenti kecuali jika Sabu yang dimilikinya habis. Hal itu juga merupakan suatu tindakan bodoh dan sia-sia mengingat efek yang diinginkan tidak lagi bertambah (The Law Of Diminishing Return). Beberapa pemakai mengatakan sabu tidak mempengaruhi nafsu makan. Namun sebagian besar mengatakan nafsu makan berkurang jika sedang mengkonsumsi sabu. Bahkan banyak yang mengatakan berat badannya berkurang drastis selama memakai sabu.

C. Resiko Penyalahgunaan Obat PsikotropikaPenyalahgunaan psikotropika dapat menyebabkan gangguan mental dan perilaku. Manifestasi gangguan mental dan perilaku akibat penyalahgunaan psikotropika yaitu:1. Intoksikasi akut Berkaitan dengan dosis zat yang digunakan (efek yang berbeda pada dosis yang berbeda) Gejala ini tidak selalu mencerminkan efek primer zat (dapat terjadi efek paradoks)2. Penggunaan yang merugikan (harmful use) Merusak kesehatan (fisik maupun mental) Sindrom ketergantungan belum tampak Sudah ada hendaya psikososial3. Sindrom ketergantungan (dependence syndrome) Adanya keinginan yang sangat kuat (dorongan kompulsif) untuk menggunakan zat psikoaktif secara terus-menerus dengan tujuan memperoleh efek psikoaktif dari zat tersebut. Adanya kesulitan dalam menguasai (loss of control) perilaku menggunakan zat (memulai, menghentikan, atau membatasi jumlahnya). Pengurangan atau penghentian penggunaan zat menimbulkan keadaan putus zat dengan perubahan fisiologis tubuh yang tidak menyenangkan sehingga memaksa pemakainya menggunakan kembali zat itu atau zat sejenis untuk menghilangkan gejala putus zat. Terjadi gejala toleransi, yaitu peningkatan dosis zat psikoaktif yang diperlukan untuk memperoleh efek yang sama. Terus menggunakannya walaupun pemakainya menyadari adanya efek yang merugikan kesehatan.4. Keadaan putus asa (withdrawal state) Timbulnya gejala-gejala fisik maupun mental sesudah penggunaan zat psikoaktif yang berlangsung secara terus-menerus, dalam jangka waktu yang lama, dan/atau dosis tinggi. Bentuk dan keparahan gejala tersebut tergantung dari jenis dan dosis zat psikoaktif yang digunakan sebelumnya. Gejala tersebut akan mereda dengan meneruskan penggunaan zat itu. Salah satu indikator dari sindrom ketergantungan.5. Gangguan psikotik Sekelompok gejala psikotik yang terjadi selama atau segera sesudah penggunaan zat psikoaktif. Gejalanya yaitu halusinasi, kekeliruan identifikasi, waham, dan/atau ideas of reference (gagasan tentang dirinya sebagai acuan) yang seringkali bersifat kecurigaan atau kejaran, gangguan psikomotor (excitement atau stupor) dan efek yang abnormal antara ketakutan yang mencekam hingga kesenangan yang berlebihan. Umumnya kesadaran masih jernih Variasi gejala dipengaruhi jenis zat yang digunakan dan kepribadian penggunanya.6. Sindrom amnesik Adanya hendaya atau gangguan daya ingat jangka pendek (recent memory) yang menonjol, kadang-kadang ditemukan gangguan daya ingat jangka panjang (remote memory) sedangkan daya ingat segera (immediate recall) masih baik. Fungsi kognitif lainnya biasanya masih baik. Adanya gangguan sensasi waktu (menyusun kembali urutan kronologis, meninjau kejadian berulangkali menjadi satu peristiwa, dll.) Kesadaran masih jernih Perubahan kepribadian yang sering disertai keadaan apatis, hilangnya inisiatif, dan kecenderungan mengabaikan keadaan.

D. Upaya Penanggulangan Bahaya PsikotropikaSecara prinsip penanggulangan penyalahgunaan narkoba akan lebih baik dan efektif jika dilakukan sejak dini (upaya preventif) secara simultan dan holistik, yaitu sinergi peran keluarga / orang tua, masyarakat termasuk pemuda, aparat kepolisian dan individu pemakai yang bersangkutan. Faktor-faktor penyebab merupakan demand yang mempengaruhi orang menjadi pemakai. Sementara produsen dan pengedar bertindak sebagai supply. Hal ini merupakan mata rantai yang harus diputus sebagai upaya penanggulangannya. Keluarga dan masyarakat mungkin lebih tepat melakukan penanganan dari aspek demand sementara aparat kepolisian dapat terfokus pada supply. Upaya teknis yang dapat dilakukan berdasarkan aspek demand antara lain sebagai berikut:1. Pendektesian Terhadap Anak Perhatikan perubahan pada diri si anak (bohong, bolos, lama berpikir) Perhatikan prestasi, aspirasi dan masalah yang ada di sekolah Perhatikan kegiatan keagamaan dan harga diri anak Perhatikan perubahan emosi dan hubungan anak dan orang tua2. Pendekatan Psikologis Faktor IndividuCiptakan hubungan akrab dalam keluarga.Ciptakan kesadaran bahwa keberhasilan dan kegagalan merupakan usaha sendiri, orang lain hanya fasilitatorLibatkan secara intensif si anak terhadap aktivitas keagamaan. Faktor KeluargaCiptakan keharmonisan dalam keluarga, hilangkan jarak antara orang tua dengan membangun suasana demokratis.Ciptakan komunikasi yang produktif dan terapkan aturan yang jelas. Faktor Teman Sebaya, Sekolah dan LingkunganPerhatikan prestasi belajar anak dan terus memberi semangat.Cermati latar belakang dan prilaku teman-teman terdekat si anak.Cermati jika ada perubahan kebiasaan si anak dari biasanya.Lakukan pengawasan terhadap alat-alat sekolah, jikalau ada hal yang aneh.3. Penanggulangan yang dapat ditempuh oleh masyarakat seperti: Penanggulangan Pre-emtifUntuk mencapai daya guna dan hasil guna semaksimal mungkin terhadap upaya penanggulangan masalah tersebut di atas secara terintegrasi, maka perlu menciptakan masyarakat untuk memiliki daya tangkal cegah terhadap gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas), melalui upaya pembinaan lingkungan keluarga, pendidikan dan masyarakat, dapat melalui:a) Secara LangsungPenerangan dimaksud untuk memberikan informasi kepada masyarakat agar mengetahui tentang bahaya dan akibat yang ditimbulkan oleh narkoba, psikotropika dan zat adaktif.Bimbingan dimaksud untuk membantu dalam menghadapi dan mengatasi kesulitan-kesulitan karena korban narkoba yang telah bersifat psikis pribadi serta mengembangkan sikap mental dan tingkah laku dalam proses kehidupan kelompok sebagai alat agar pribadinya dapat berkembang secara wajar atau dapat melepaskan diri dari masalah narkoba yang sedang dihadapinya.Penyuluhan, dimaksudkan guna memberikan penjelasan kepada masyarakat agar mengerti dan memahami tentang bahaya dan pengaruh-pengaruh dari Narkoba, psikotropika dan zat adiktif serta upaya pencegahan serta penanggulangannya. Sasaran penyuluhan dilakukan kepada lingkungan keluarga, pendidikan dan masyarakat. Mayarakat di sini adalah kelompok-kelompok sosial seperti organisasi sosial, organisasi pemuda, karang taruna, perkumpulan olahraga/kesenian, organisasi keagamaan, masyarakat komplek/asrama, dan lain sebagainya. Selain hal diatas, perlu juga dilakukan penyuluhan lintas sektoral. Tindakan ini dilakukan guna mengadakan hubungan fungsional antara Polri dengan instansi terkait lainnya dalam rangka kerjasama dan koordinasi masalah pencegahan dan penanggulangan narkoba, psikotrapika, dan zat Adiktif.b) Secara Tidak LangsungKegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana lingkungan keluarga, pemukiman, pendidikan dan masyarakat yang baik dan serasi sehingga dapat mencegah dan menumbuhkan daya tangkal kejahatan secara umum termasuk penyalahgunaan narkoba dan zat adiktif. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain seperti: Patroli Keamanan Sekolah (PKS), Babinkamtibmas, dan lain-lain. Penanggulangan PreventifTindakan preventif ini diarahkan untuk mengawasi dan mengendalikan Police Hazard khususnya yang berkaitan dengan peredaran Narkoba, psikotrapika dan zat-zat adiktif lainnya baik pada jalur resmi maupun pada jalur gelap disamping kegiatan-kegiatan deteksi terhadap adanya kegiatan-kegiatan kultivasi, produksi, distribusi, dan konsumsi dari zat-zat terlarang dimaksud. Tindakan preventif ini dilakukan dengan pengawasan dan patroli pada daerah-daerah rawan, yang dibantu oleh kegiatan siskamling dan satpam. Penanggulangan RepresifKeikutsertaan masyarakat dan keluarga bersama Polri dalam upaya menyeluruh untuk menanggulangi bahaya narkoba di bidang treatment dan rehabilitasi ini dititikberatkan kepada tindakan dan kuratif terhadap korban narkoba, yang dilakukan di dalam rumah perawatan narkoba. Kegiatan-kegiatan perawatan ini bersifat menyembuhkan dari pemakai narkoba dan zat adiktif lain (para pecandu) untuk menyembuhkan kepercayaan diri kepada klien keluarga sehingga kembali ke kehidupan yang normal atau kehidupan masyarakat.DAFTAR PUSTAKA

Joewana, Satya. 2005. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif: Penyalahgunaan NAPZA / Narkoba. EGC. Jakarta.Kee, J. L. dan E. R. Hayes. 1996. Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan. EGC. Jakarta.Partodiharjo, Subagyo. 2010. Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya. Erlangga. Jakarta.Pengertian Ahli. Pengertian Psikotropika dan Golongan Psikotropika. Tersedia online di: http://www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-psikotropika-dan-golongan.html [diakses pada 27 Oktober 2014].Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 2. Kanisius. Yogyakarta.Smart Click. Pengertian Psikotropika dan Penjelasannya. Tersedia online di: http://www.g-excess.com/pengertian-psikotropika-dan-penjelasannya.html [diakses pada 27 Oktober 2014].Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2009. Kumpulan Kuliah Farmakologi. EGC. Jakarta.