psikolog i konseling

24
1 PSIKOLOGI KONSELING A. RACHMAD DJATI WINARNO KETRAMPILAN KONSELING

Upload: nen

Post on 16-Jan-2016

118 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

PSIKOLOG I KONSELING. KETRAMPILAN KONSELING. A. RACHMAD DJATI WINARNO. PHYSICAL SETTING. Posisi duduk : tidak persis berhadapan , tetapi sedikit menyerong - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Page 1: PSIKOLOG I KONSELING

1

PSIKOLOGI KONSELING

A. RACHMAD DJATI WINARNO

KETRAMPILAN KONSELING

Page 2: PSIKOLOG I KONSELING

2

PHYSICAL SETTING

Posisi duduk: tidak persis berhadapan, tetapi sedikit menyerong

Kontak mata dapat terjadi, tetapi klien tetap memiliki “ruang” untuk menghindari kontak klien tidak merasa terkonfontrasi oleh konselor

Posisi duduk konselor: badan sedikit condong ke depan, tetapi tetap memberi ruang privasi pada klien.

Posisi condong ke depan menunjukkan sikap menerima, kehangatan, “I’m here for you”

Ruang: nyaman dan aman

Page 3: PSIKOLOG I KONSELING

3

COUNSELING SKILLSBasic Skills

Mendengarkan aktif Bertanya Refleksi isi (parafrase) Refleksi perasaan (empati) Klarifikasi Merangkum

Advance Skills Problem solving Konfrontasi Self-disclosure Immediacy (in-interview behaviour processing)

Page 4: PSIKOLOG I KONSELING

4

MENDENGARKAN AKTIF

Mendengarkan ≠ mendengar

Mendengarkan: dengan penuh perhatian

Tanggapan atau respons yang diberikan bersifat minimal

Lebih banyak menggunakan bahasa non-verbal, kadang-kadang dengan bahasa verbal singkat, misalnya: ‘ya ya’, ‘aha’, ‘oke’, anggukan

Mendengarkan sambil mengolah yang diungkapkan klien dan menyiapkan respons verbal yang akan diberikan

Page 5: PSIKOLOG I KONSELING

5

BERTANYABukan sekedar bertanya, tetapi menyampaikan pertanyaan yang penting untuk memahami situasi klien atau memperdalam pemahaman akan situasi tersebutPertanyaan terbuka: untuk menggali masalah, eksplorasi diri klienPertanyaan tertutup: untuk klarifikasi, informasi singkat, atau utk mencegah klien terlalu banyak bicaraPenting: tujuan pengumpulan informasi dalam konseling adalah untuk memahami masalah dan membantu klien, bukan untuk memuaskan rasa ingin tahu konselor.

Page 6: PSIKOLOG I KONSELING

6

PARAFRASE

Parafrase = refleksi isiMerumuskan ulang apa yg diungkapkan klienMengkomunikasikan rumusan ulang itu kepada klienBukan sekedar mengulang kata-kata klienDapat memberikan penekanan pada hal-hal tertentu dari yg telah diungkapkan oleh klien.Refleksi isi (parafrase) tidak dilakukan setiap kali klien cerita

Page 7: PSIKOLOG I KONSELING

7

KLARIFIKASI

Kadang klien menceritakan masalahnya secara tidak runtut atau tidak jelasKadang klien menggunakan kata-kata yang tidak jelas karena berbagai alasan (takut, malu, tabu, dsb.), misalnya “dia”, “itu”, “anu”.Tujuan klarifikasi: Supaya jelas bahwa konselor memahami situasi

dan masalah klien dengan benar. Supaya klien dan konselor memiliki

pemahaman yg sama atas situasi klien

Page 8: PSIKOLOG I KONSELING

8

KLARIFIKASI (lanjutan)

Untuk itu: konselor perlu minta penjelasan atau melakukan konfirmasi atas pemahamannya atas situasi atau masalah klienContoh “Maaf, yang kamu maksud ‘dia’ itu siapa?” “Jadi maksudmu kamu kemarin dimarahi oleh

papa kamu karena kepergok berciuman dengan tetangga?”

Page 9: PSIKOLOG I KONSELING

9

EMPATI

Empati ≠ simpati

Simpati: Mengalami emosi yang sama dengan orang

lain Di satu pihak, simpati bersifat positif dalam arti

kita bisa menyelami perasaan orang lain, akan tetapi simpati saja tidak menyelesaikan masalah. Selian itu untuk membantu orang lain kita tidak harus mengalami emosi yang sama.

Page 10: PSIKOLOG I KONSELING

10

EMPATI (lanjutan)

Empati : memahami situasi dari sudut pandang orang yang mengalaminya. Pengalaman mendalam yang sering tidak diketahui orang lain adalah bagaimana perasaan orang tsb terhadap permasalahan yang dihadapinya.Dalam konseling: empati = refleksi perasaanSyarat: konselor “menangkap” perasaan klien, baik yg diungkapkan maupun tidak.Dalam konseling: klien sering kali tidak mengungkapkan perasaannya apa, bahkan tidak tahu apa perasaannya.

Page 11: PSIKOLOG I KONSELING

11

EMPATI (lanjutan)Empati: Memahami perasaan orang lain; dan pemahaman itu dikomunikasikan kepada orang yang bersangkutan. Empati dimungkinkan karena setiap orang pasti pernah mengalami berbagai emosi atau perasaan yang sama dengan yang dialami orang lain, walaupun pemicu munculnya perasaan itu berbeda-beda. Misalnya klien merasa takut gagal ujian. Konselor bisa memahami rasa takut itu karena konselor pernah mengalami rasa takut juga, walaupun pemicunya berbeda, misalnya takut dimarahi orangtua.

Page 12: PSIKOLOG I KONSELING

12

MANFAAT EMPATI

Menunjukkan bahwa konselor berusaha memahami perasaan dan situasi klien

Klien menyadari bahwa konselor mendengarkan dan memperhatikan klien

Klien merasa diterima dan dihargai, sehingga klien akan lebih berani untuk mengeksplorasi diri, lebih terbuka

Page 13: PSIKOLOG I KONSELING

13

LANGKAH-LANGKAH EMPATI1. Memperhatikan dan mendengarkan dengan

seksama:a. Apa yang dikatakan klien, atau

b. Perasaan yang diutarakan klien karena sesuatu kejadian. Sering kali klien tidak menyatakan perasaannya atau hanya samar-samar menyatakannya, tetapi konselor dapat mendeteksi perasaan tersebut, atau mengenali perasaan yang lebih dalam.

2. Mencari rumusan (kata-kata) yang tepat untuk menggambarkan perasaan dan situasi klien

3. Mengungkapkan kata-kata itu kepada klien

Page 14: PSIKOLOG I KONSELING

14

SKALA EMPATILevel 1

Respons yang tidak relevan dan menyakitkan, tidak merefleksikan perasaan yang diungkapkan (surface feeling) dengan tepat.Bila isi dikomunikasikan dengan tepat, level menjadi 1,5.

Level 2Respons yang hanya merefleksikan sebagian dari perasaan yang diungkapkan klien.Bila isi dikomunikasikan dengan tepat, level menjadi 2,5.Bila isi dikomunikasikan dengan tidak tepat, level menjadi 1,5.

Page 15: PSIKOLOG I KONSELING

15

SKALA EMPATI (lanjutan)

Level 3Respons yang merefleksikan perasaan luar (surface feeling) dengan tepat. Isi tidak mutlak. Kalau isi direfleksikan, harus tepat. Kalau isi tidak tepat, level menjadi 2,5.

Level 4Respons yang melampaui perasaan yang disadari klien; perasaan yang lebih dalam dipahami oleh konselor dan dikomunikasikan kepada klien.Kalau isi direfleksikan, harus tepat. Kalau isi tidak tepat, level menjadi 3,5.

Page 16: PSIKOLOG I KONSELING

16

MERANGKUM

Setelah pembicaran berlangsung beberapa saat konselor perlu merangkum apa yang sudah dibicarakan sampai saat itu.Dalam satu sesi konseling bisa ada beberapa kali rangkuman, tetapi jangan terlalu seringManfaat: Tidak kehilangan arah pembicaraan Membantu mengingat apa saja yang sudah

dibicarakan

Page 17: PSIKOLOG I KONSELING

17

MERANGKUM: Contoh“Oke, sampai sekarang kita sudah membicarakan beberapa hal. Kamu ada konflik dengan pacar kamu karena dia menuduh kamu selingkuh. Setelah beberapa hari kamu malah jadi curiga jangan-jangan dialah yang selingkuh. Kamu jadi berpikir untuk putus, tetapi tidak mau gegabah melakukannya…”“Ada beberapa hal sudah kita bicarakan. Pertama adalah nilai-nilai kamu yang tidak memuaskan. Kedua, kamu bingung dengan orientasi seksual kamu. Kamu mengatakan bahwa kedua hal tersebut tidak hubungannya sama sekali. Lalu kamu menjadi sulit tidur memikirkan itu semua.... Apakah ada yg terlewatkan?”

Page 18: PSIKOLOG I KONSELING

18

TAHAP-TAHAPKONSELING

Page 19: PSIKOLOG I KONSELING

19

TAHAP-TAHAP KONSELING:

1. TAHAP FASILITASIKontak awalKlien menjelaskan kondisinyaKonselor bersikap “welcome”, terbuka, mendengarkan; pada tahap ini sikap judgemental dan evaluatif konselor dihindari, supaya klien lebih terbuka Tujuan: self-explorationEmpati, respect (percaya pada kemampuan klien), warmth (caring, sikap hangat, terutama dalam perilaku non-verbal)

Page 20: PSIKOLOG I KONSELING

20

TAHAP-TAHAP KONSELING:

2. TAHAP TRANSISI

Klien memastikan masalahnya apa dan menerima tanggung jawab atas pemecahan masalahnyaKonselor menekankan peran klien, sedikit demi sedikit mulai evaluatifTujuan: pemahaman diri yang lebih baik dan komitmen untuk melakukan sesuatu (perubahan)Concreteness (kemampuan untuk spesifik), genuineness (jujur, apa adanya), self-disclosure (harus tepat dan relevan)

Page 21: PSIKOLOG I KONSELING

21

TAHAP-TAHAP KONSELING:

3. TAHAP AKSIKlien mengambil langkah yang tepat utk memecahkan masalah

Konselor bisa bersikap “judgemental”. Pengetahuan dan kepercayaan diri konselor sangat diperlukan

Tujuan: tindakan dan arah yang lebih tepat

Konfrontasi (menunjuk inkonsistensi yang ada pada klien), immediacy (membicarakan keadaan yang terjadi “saat ini, di sini”)

Page 22: PSIKOLOG I KONSELING

22

KONSELING PROBLEM SOLVING

Pemecahan masalah mungkin muncul dengan sendirinya selama proses konseling, tapi sering ada masalah yang memerlukan strategi khusus untuk memecahkannyaTujuan konseling problem solving:

Membantu klien mengembangkan strategi untuk memecahkan masalah yg dihadapinya sekarang (≠ membantu memecahkan masalah)

Membantu klien belajar problem solving skills yg dapat digunakan bila menghadapi masalah di kemudian hari

Problem solving dilakukan terutama pada tahap transisi dan tahap aksi

Page 23: PSIKOLOG I KONSELING

23

LANGKAH-LANGKAHPROBLEM SOLVING COUNSELING

Tahap fasilitasi: mengeksplorasi masalah, fokus pada perasaan-perasaan klienTahap transisi: Mengeksplorasi nilai-nilai yang menimbulkan

konflik Kesediaan klien untuk menindaklanjuti dan

memecahkan konflik sangat penting Merumuskan tujuan yang harus dicapai Hati-hati: konselor jangan sampai memaksakan

nilai-nilai dan misi pribadi/lembaga

Page 24: PSIKOLOG I KONSELING

24

LANGKAH-LANGKAHPROBLEM SOLVING COUNSELING

Tahap aksi: Mengidentifikasi semua kemungkinan atau

strategi pemecahan masalah Mengidentifikasi kelebihan, kelemahan, dan

konsekuensi dari setiap kemungkinan/strategi Pengambilan keputusan Rencana pelaksanaan keputusan Konselor membantu dalam proses evaluasi

efektivitas keputusan