psg makassar 03 final - materi pembahasan
DESCRIPTION
Sesuatu kjkjkjkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaappppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Praktek kerja industri (pola penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda)
adalah suatu kegiatan kurikulum yang harus diikuti oleh siswa Sekolah Menengah
Kejuruan sebagai wahana untuk lebih memantapkan hasil belajar dan sekaligus
memberikan kesempatan mendalami dan menghayati kemampuan hasil belajar
tersebut dalam situasi dan kondisi kerja yang sesungguhnya.
Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan selalu terbuka terhadap berbagai
upaya penyempurnaan yang selain menekankan pada pemberian bekal
kemampuan daya sesuai dan pengembangan diri tamatan lebih berorientasi pada
kebutuhan pemakai tamatan (demand driven), terutama dengan diterapkannya
pola penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) dalam rangka “ Link and
Match” (keterkaitan dan kesepadanan) antar sekolah dan dunia usaha / dunia
industri untuk meningkatkan kualitas tamatan sebagai SDM yang mampu
memenangkan persaingan dalam era globalisasi.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 080 /
4 /1993 tanggal 27 februari 1993 tentang Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan
dan tanggal 5 juni 1999, tentang penerbitan “Garis-Garis Besar Program
Pendidikan dan Pelatihan (GBPP) Kurikulum SMK” serta “ Pedoman
1
Pelaksanaan Kurikulum SMK “ edisi 1999 yang mulai berlaku pada tahun 1999 /
2000, yang menganut prinsip sebagai berikut :
1) Berbasis luas, kuat dan mendasar (Broad Based Curiculum)
2) Berbasis Kompetensi (Competency Based Curiculum)
3) Pembelajaran tuntas (Mastery Lerning)
4) Berbasis Ganda (Dual Based Program); dilaksanakan di sekolah dan
di dunia usaha / indistri.
5) Perkuatan kemampuan daya suai dan kemandirian pengembangan
diri tamatan.
Maka berdasarkan hal tersebut di atas, diadakan Perjanjian Kerjasama
tentang Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) yang tertuang dalam PKS
No. TEL.11 / HK. 810 / UTA. 00 / 2003 dan No. 001 / PDD / DPP- YSPT / 2003
antara PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk dan YAYASAN SHANDYKARA
PUTRA TELKOM, tertanggal 22 Januari 2003, dengan mempertimbangkan hal-
hal sebagai berikut :
a) Bahwa sebagai bentuk kepedulian TELKOM dalam bidang pendidikan
guna mempersiapkan tenaga kerja yang terampil dan siap pakai,
khususnya dibidang telekomunikasi, TELKOM bermaksud mendukung
Program Pemerintah dalam bentuk Pendidikan Sistem Ganda (PSG).
b) Bahwa TELKOM mempunyai fasilitas-fasilitas dan teknologi yang
sangat berguna bagi pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi
telekomunikasi yang dapat dimanfaatkan untuk pelaksanaan program
PSG.
2
c) Bahwa SANDHYKARA PUTRA bermaksud untuk meningkatkan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi telekomunikasi para siswa
SMK TELKOM dengan memanfaatkan fasilitas Telkom melalui
program PSG, sehingga diharapkan dapat menghasilkan Sumber Daya
Manusia yang terampil dan siap pakai.
1.2 Maksud dan Tujuan
1. Mempersiapkan tenaga keja yang memiliki keahlian profesional dengan
tingkat penguasaan, keterampilan dan etos kerja yang sesuai dengan
tuntutan kebutuhan industri telekomunikasi melalui penyelenggaraan
PSG.
2. Memperkokoh “ Link and Match” antara SMK Telkom dengan dunia
kerja khususnya dunia kerja bidang telekomunikasi.
3. Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja
yang berkualitas profesional.
4. Memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja
siswa SMK Telkom sebagai bagian dari proses pendidikan.
1.3 Sistematika Laporan
BAB 1 PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan kami melakukan prakerin di
divisi INFRATEL - ARNET MAKASSAR.
BAB 2 PENGENALAN
3
Berisi pengenalan mengenai perusahaan PT. TELEKOMUNIKASI
INDONESIA ,Tbk, konsep dasar komunikasi dan konfigurasi sederhana dari
sistem jaringan telekomunikasi.
BAB 3 SUBSCRIBER
Berisi penjelasan mengenai peran pelanggan serta layanan yang dimilikinya
dan konfigurasi sederhana atas layanan yang digunakan.
BAB 4 TRANSPORT
Berisi penjelasan mengenai peran media transmisi dalam sistem
telekomunikasi serta perangkat yang digunakan.
BAB 5 SENTRAL
Berisi penjelasan mengenai peran perangkat sentral dalam membangun
koneksi antar pelanggan beserta prinsip kerjanya.
BAB 6 POWER SUPPLY
Berisi penjelasan mengenai peran catu daya sebagai pemasok energi ke dalam
perangkat-perangkat yang terdapat di kantor INFRATEL – ARNET Makassar
BAB 7 KEGIATAN
Berisi dokumentasi dan beberapa manual kerja yang kami lakukan selama
melakukan prakerin di divisi INFRATEL – ARNET Makassar
BAB 8 PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
pengajaran dan kurikulum yang diterapkan di sekolah.
4
BAB II
PENGENALAN
1.4 Profil Singkat PT. Telkomunikasi Indonesia
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
(Persero) biasa disebut Telkom Indonesia
atau Telkom saja adalah perusahaan
informasi dan komunikasi serta penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara
lengkap di Indonesia. Telkom mengklaim sebagai perusahaan telekomunikasi
terbesar di Indonesia, dengan jumlah pelanggan telepon tetap sebanyak 15 juta
dan pelanggan telepon seluler sebanyak 104 juta.
Telkom merupakan salah satu BUMN yang sahamnya saat ini dimiliki
oleh Pemerintah Indonesia (51,19%), Publik (40,21%) dan sisanya 8,60% dimiliki
oleh The Bank of New York dan Investor dalam Negeri[1]. Telkom juga menjadi
pemegang saham mayoritas di 13 anak perusahaan, termasuk PT Telekomunikasi
Selular (Telkomsel).
Direktur Utama Telkom saat ini adalah Arief Yahya yang menggantikan
Rinaldi Firmansyah pada 11 Mei 2012.
5
1.5 Struktur Organisasi Telkom Arnet Makassar
*SESUAI SK SATGAS JULI 2012
1.6 Dasar Sistem Telekomunikasi
Dalam sebuah komunikasi ada 3 hal yang penting agar sebuah komunikasi
dapat berlangsung yaitu:
1. Sumber (Transmit, Transmitter, Tx, dll)
2. Penyalur (Media, Transport, Carrier, Bearer, dll)
3. Penerima (Receive, Receiver, Rx, dll)
6
Ketiga komponenen tersebut merupakan hal mendasar dalam sistemkomunikasi
point to point (titik ke titik). Namun, karenamelesatnya kebutuhan manusia akan
telekomunikasi (komunikasi jarak jauh) mengakibatkan perlunya dibangun media
dan konfigurasi jaringan yang dapat menyalurkan sinyal informasi hingga jarak
jauh.
Media dan konfigurasi inilah yang kemudian diatur/dikembangkan oleh
Operator (pada khusunya Telkom) sebagai bisnis utama. Dalam bisnis penyediaan
media dan metode telekomunikasi terdapat 3 hal yang berperan yaitu:
1. Subscriber (Pengguna layanan dari suatu operator)
2. Operator (Provider, penyedia layanan telkomunikasi)
3. Destination (Tujuan atau penerima dari suatu komunikasi, dapat berupa
Pelanggan lain dengan operator yang sama, Pelanggan lain dengan
operator lain dan jaringan internet (Cloud)
1.7 Konfigurasi Jaringan Komunikasi
1) Umum : Konfigurasi ini berlaku bagi semua operator.
*) Ket:
IDU = Indoor Unit
ODU = Outdoor Unit
OSP = Outside Plan
ISP = Inside Plan
7
2) Pada Subscriber : Konfigurasi pada subscriber bergantung pada jenis
layanan yang dipilih dari operator
3) Pada Operator : Konfigurasi ini dapat berbeda tergantung dari operatornya.
Namun gambar dibawah merupakan konfigurasi milik PT.Telkom Indonesia
8
BAB III
SUBSCRIBER
3.1 Konsep Dasar
Subscriber (pelanggan) adalah komponen yang paling penting dalam
sebuah sistem komunikasi. Sebuah sistem komunikasi seberapa canggihnya pun
itu dibangun dikarenakan adanya pelanggan yang membutuhkan. Untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan akan sebuah fasilitas komunikasi jarak jauh
(Telekomunikasi) maka dibangunlah berbagai konfigurasi sistem telkomunikasi.
Berbedanya kebutuhan pelanggan menyebabkan perlu adanya perbedaan
pelayanan atau fasilitas yang harus diberikan oleh Operator. Oleh karena itu
Telkom menyediakan jasa telepon tetap kabel (fixed wireline), jasa telepon tetap
nirkabel (fixed wireless), jasa telepon bergerak (mobile service), data/internet serta
jasa multimedia lainnya.
Berikut adalah beberapa layanan telekomunikasi Telkom:
Layanan Telepon Tetap:
1. Telepon rumah (Lokal, Interlokal, SLJJ)
Layanan Internet/Data serta multimedia:
2. Telkomnet Instan
9
3. Speedy
4. Astinet
5. VPN
Layanan Telepon Bergerak (Mobile Sevice):
6. GSM (Diatur oleh Telkomsel, Indosat)
7. CDMA (Diatur oleh Telkom Flexi, Bakrie Telecom)
3.2 Konfigurasi Umum pada Subscriber
Kode warna dan pola garis berikut berlaku dalam seluruh isi laporan:
Layanan Telepon Tetap:
1. Telepon rumah (Lokal, Interlokal, SLJJ)
10
Layanan Internet/Data serta multimedia:
2. Telkomnet@instan (Lokal, Interlokal, SLJJ)
3. Speedy
a. Wired*
11
*Jika pelanggan menggunakan lebih dari satu end device meggunakan konfigurasi ke dua.
b. Wireless*
Jika pelanggan menggunakan lebih dari satu end device tidak perlu menambahkan router lagi
4. ASTINET*
*pelanggan dapat memilih salah satu atau bahkan lebih dari satu jalur konfigurasi di atas
5. VPN
Kami tidak memiliki konfigurasi pasti dari VPN karena jaringan VPN
memiliki beberapa konfigurasi (VPN-IP, VPN Gold, VPN-IP via ADSL dan
VPN dial). Sebenarnya masih ada satu lagi layanan sejenis yaitu DINACCESS
namun, layanan ini tidak sempat dijelaskan oleh pembimbing.
12
Layanan Telepon Bergerak (Mobile Sevice):
1. GSM (Diatur oleh Telkomsel, Indosat)
2. CDMA (Diatur oleh Telkom Flexi, Bakrie Telecom)
Mobile Service tidak memiliki konfigurasi yang signifikan. Hal ini
karena perangkat yang terletak pada pelanggan hanyalah handset
(Handphone, Tablet, Smartphone, Smartdevice, dll) milik mereka.
Perbedaan dari layanan di atas terletak pada sistem multiplexing.
13
BAB IV
TRANSPORT
4.1 Konsep Dasar
Transport adalah sebuah media penyaluran yang digunakan dalam system
jaringan telekomunikasi. Transport diperlukan untuk menyalurkan informasi dari
pelanggan atau menghubungkan pelanggan dengan tujuan (destination) yang ia
inginkan. transport pada umumnya menggunakan 3 media yaitu Copper, Optikal,
Wireless (ruang bebas).
PT.TELKOM memiliki bagian SKSO (Sistem Komunikasi serat Optik),
Radio GMD (Gelombang Mikro Digital), Stasiun bumi (Stasiun pengontrol
satelit)dan Multimedia sebagai pengatur/pelaksana dan perawat media yang
digunakan (Operational and Maintanace). Sesuai namanya SKSO mengatur media
yang menggunakan optik, Radio GMD dan Stasiun bumi mengatur media yang
menggunakan radio (Wireless) dan Multimedia mengatur perangkat data
(multimedia) dan jaringan core.
Secara sederhana Transport memiliki 2 arah yaitu arah ke pelanggan dan
jaringan inti. Transport jaringan inti adalah transport antar sentral atau ke jaringan
lain.
14
Layanan Mobile Services secara khusus ditangani oleh Flexi (CDMA) dan
Telkomsel (GSM). Layanan ini sesuai namanya menggunakan media wireless
untuk transport ke pelanggan.
Selain itu, PT. Telkom menggunakan teknologi jaringan NGN sebagai
interkoneksi ke layer Core sehingga konfigurasi transport terbagi menjadi dua,
yakni transport ke arah sentral TDM dan transport ke arah Softswitch.
4.2 Transport Arah Pelanggan
1. Telepon rumah, Telkomnet Instant, dan Speedy
Transport ke arah Sentral TDM
Transport ke arah Softswitch
2. Astinet
15
3. VPN
Layanan Telepon Bergerak (Mobile Sevice):
4. GSM (Diatur oleh Telkomsel, Indosat)
5. CDMA (Diatur oleh Telkom Flexi, Bakrie Telecom)
Keterangan :
KTB (Kotak Terminal Batas)
Kotak yang terdapat di rumah setiap pelanggan, berfungsi untuk
menyalurkan kabel (Drop Wire) yang berasal dari DP ke terminal
16
pelanggan. KTB membatasi wilayah pertanggung jawaban pelanggan dan
penyedia layanan.
DP (Distribution Point)
Berupa kotak kecil berisi tempat terminasi (KRONE) yang
berfungsi untuk mendistribusikan jaringan ke rumah pelanggan. DP
mencakup 15 hingga 30 pelanggan per unitnya. DP biasanya dijumpai di
tiang telepon.
a. Perangkat Transport Sentral TDM
RK (Rumah Kabel)
Kotak berukuran besar yang mendistribusikan kabel primer
menjadi kabel sekunder yang kemudian disalurkan ke DP. Berisikan
KRONE yang sama seperti DP, tetapi dalam jumlah yang lebih besar. RK
biasanya dijumpai di tepi jalan.
MDF (Main Distribution Frame)
Perangkat terminasi yang berfungsi menghubungkan kabel primer
ke perangkat sentral. Pada MDF tercantum nomor port pelanggan sehingga
memudahkan petugas untuk melakukan pengecekan.
b. Perangkat Transport NGN
MSAN (Multi Service Access Node)
17
MSAN adalah perangkat transport yang sudah berbasis IP. Pada
dasarnya MSAN memiliki sebagian fungsi perangkat sentral, diantaranya
Signalling, Tone, dan Switching. Sedangkan control dari MSAN berpusat
di Softswitch. Dengan adanya MSAN akan mempermudah segmentasi
jaringan dan maintenance karena menggantikan posisi MDF dan RK.
Berbeda dengan MDF, hubungan antara MSAN ke perangkat sentral sudah
menggunakan fiber optik.
c. Perangkat Transport Komunikasi Selular
BTS (Base Transceiver Station)
Perangkat dalam jaringan selular yang terhubung langsung secara
wireless ke terminal pelanggan. Dengan kata lain, merupakan penghubung
antara pelanggan dengan jaringan telekomunikasi. Perangkat BTS adalah
perangkat transmitter dan receiver yang sama dengan perangkat radio pada
umumnya.
BSC (Base Station Controller)
BSC berfungsi untuk mengontrol perangkat BTS agar bekerja
sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Parameter yang dikontrol oleh
BSC adalah handover, timeslot, daya transmit dan receive, dan alokasi
kanal radio.
MSC (Mobile Switching Center)
18
MSC merupakan perangkat sentral bagi jaringan komunikasi
selular karena memiliki fungsi switching, routing, call setup, billing, serta
berfungsi sebagai gateway untuk melakukan komunikasi ke jaringan lain.
4.3 Transport Jaringan Inti
Transport jaringan inti adalah jalur telekomunikasi yang digunakan oleh
PT. Telkom untuk menyalurkan informasi dalam skala yang besar. Salah satunya
adalah hubungan yang terbentuk antar sentral, baik itu dalam satu wilayah yang
cukup dekat maupun antar wilayah yang cukup jauh. Untuk menambah efisiensi
kanal yang disalurkan antar sentral, diperlukan Multiplexer (MUX) sehingga
media fisik yang dibutuhkan menjadi lebih sedikit. Penjelasan tentang Multiplexer
akan diuraikan pada sub bab selanjutnya.
Bagian yang mengatur transport jaringan inti pada ARNET Makassar
diantaranya adalah Radio GMD Terrestial, Stasiun Bumi (Radio Satelit), dan
SKSO (Fiber Optik).
A. Radio GMD Terrestial
Sistem komunikasi radio merupakan suatu bentuk komunikasi
modern yang memanfaatkan gelombang radio (gelombang mikro digital)
sebagai sarana untuk membawa suatu pesan sampai ke tempat tujuannya.
Radio Terrestrial adalah sistem komunikasi radio yang
perambatannya tidak jauh dari bumi atau seolah-olah sejajar mengitari
permukaan bumi. Dengan kata lain tidak melibatkan satelit dalam proses
propagasinya.
19
Keuntungannya:
Bisa menjangkau daerah yang cukup luas
Tidak diperlukan pemasangan kabel yang rumit
Minimnya resiko pencurian
Resiko PERPU (perhubungan putus) yang ditimbulkan karena media
transmisi mengalami gangguan relatif kecil bila dibandingkan dengan
serat optik.
Fleksibel karena dapat di-upgrade dan di re-alkoasikan
Kerugiannya:
Bisa terjadi gangguan komunikasi bila terdapat suatu interferensi
Pada instalasi yang pertama memerlukan biaya yang relatif mahal
Rumit dalam settingan awal
Konfigurasi Umum Perangkat Radio
Komponen ODU
a. Antena
20
Pada semua perangkat yang menggunakan media non-fisik
pasti menggunakan antena. Karena antena berfungsi untuk
mengkonversi gelombang sinyal elektromagnetik menjadi sinyal
listrik bagi arah terima dan mengkonversi sinyal listrik menjadi
radiasi gelombang elektromagnetik untuk arah kirim.
b. Switch Antena (SwA)
Perangkat ini dapat disebut juga sebagai circulator
(automode), yang berfungsi memisahkan antara sinyal arah terima
dan arah kirim dari sebuah antena.
Komponen IDU
a. Amplifier (AMP)
Berfungsi untuk menguatkan sinyal listrik baik itu arah
terima maupun arah kirim. Pada perangkat radio berskala besar
umumnya menggunakan LNA (Low Noise Amlifier) sebagai
penguat sekaligus menekan noise pada sinyal. Penguatan yang
lebih besar terjadi pada arah transmit dikarenakan sinyal yang akan
dikirim harus melalui rintangan propagasi sehingga tidak
menyebabkan terjadinya fading.
b. Transmit Unit (Tx) dan Receive Unit (Rx)
Kedua komponen ini adalah inti dari perangkat transport
radio yang secara umum memiliki fungsi untuk mengolah sinyal
agar dapat digunakan dalam sistem transmisi radio terestrial.
21
Transmit Unit menaikkan frekuensi sinyal input berupa
Baseband atau IF menjadi frekuensi yang layak untuk dikirimkan,
kemudian sinyal tersebut dikuatkan oleh amplifier.
Receive Unit menurunkan frekuensi sinyal yang diterima
dalam frekuensi yang tinggi menjadi sinyal IF maupun Baseband.
agar dapat diteruskan pada demodulator maupun demultiplexer.
Pengubahan bentuk sinyal ini bertujuan agar sinyal dapat diolah
bagi perangkat setelahnya, baik itu demodulator yang
menggunakan sinyal IF sebagai input, maupun demultiplexer yang
menggunakan sinyal Baseband dan kemudian diteruskan ke arah
sentral.
c. Modem (Modulator & Demodulator)
Modem adalah perangkat yang mampu melakukan proses
modulasi dan demodulasi. Proses modulasi berfungsi untuk
memasukkan informasi yang mula-mula berbentuk sinyal
Baseband (BB) dalam suatu gelombang pembawa (carrier) yang
biasanya berupa gelombang sinus, sehingga berubah bentuk
menjadi gelombang yang berfrekuensi tinggi (IF). Hal ini
bertujuan agar sinyal informasi dapat melewati berbagai hambatan
propagasi sehingga tidak habis dalam proses pengiriman.
Sedangkan demodulasi adalah proses memisahkan dan menarik
gelombang informasi dari sinyal carrier (IF) menjadi sinyal
22
informasi dengan frekuensi Baseband agar dapat dikelola oleh
perangkat setelahnya dalam proses penerimaan.
Akan tetapi beberapa jenis radio tidak menggunakan
frekuensi IF dalam proses pengelolaan sinyal, salah satunya adalah
perangkat radio Alcatel tipe DM46U6 yang akan dijelaskan pada
bagian berikutnya.
Konfigurasi Perangkat Radio Alcatel DM46U6
a) Framing Unit
Framing Unit melakukan proses yang disebut
“framing” yakni membagi sinyal CMI (Coded Mark Inversion)
menjadi 4 stream (P,Q,R,S) berkecepatan 34,816 Mbps
ditambah dengan sinyal clock H 37,147 Mbps untuk
menyesuaikan dengan modulasi yang digunakan, yakni
16QAM. Selain itu proses pengubahan sinyal CMI menjadi
23
bilanan Biner juga dilakukan di framing unit yang kemudian
dikonversi menjadi gelombang sinus pada modulator.
b) Tx Unit
Dalam Tx unit, keempat sinyal keluaran framing
unit dikonversi menjadi sinyal analog menggunakan digital to
analog (D/A) converter yang terdapat dalam modul Tx unit.
Setelah itu dilakukan modulasi menggunakan sinyal clock yang
merupakan keluaran dari Tx Local Oscillator sehingga output
menjadi sinyal SHF dan diteruskan ke amplifier.
c) Rx Unit
Modul Rx unit berfungsi untuk melakukan proses
demodulasi sinyal SHF yang diterima menjadi sinyal Baseband
analog. Proses demodulasi dilakukan mengikuti keluaran dari
Rx Local Oscilator. Selain itu, modul ini sudah termasuk LNA
(Low Noise Amplifier) untuk menekan noise pada sisi terima.
d) Equalizer-Regenerator
Modul EQL-REG ini berfungsi untuk
mengembalikan kualitas sinyal digital dan membaginya ke
dalam empat stream (P,Q,R,S) agar sama seperti pada sisi
transmit (quadrature control). Demikian pula dengan clock H
harus sinkron dengan kecepatan data yang dikirim pada sisi
transmit (carrier control). Fungsi lain yang digunakan untuk
menaikkan kualitas sinyal adalah pemilihan antara sinyal yang
24
berasal dari main antenna atau antena diversity berdasarkan
kualitas sinyal yang diterima (diversity control).
e) Deframing Unit
Deframing unit melakukan proses koreksi bit error
yang terdapat pada empat stream keluaran modul EQL-REG.
Kemudian bit-bit tersebut diterjemahkan menggunakan
decoder sesuai dengan bentuk CMI. Selanjutnya keempat
stream tersebut digabungkan menjadi bentuk CMI
berkecepatan 139,264 Mbps.
B. Stasiun Bumi (Radio Satelit)
Sistem komunikasi Satelit merupakan suatu bentuk komunikasi
memanfaatkan gelombang radio sebagai sarana untuk membawa suatu
pesan sampai ke tempat tujuannya, perbedaan mendasar dari sistem satelit
dengan radio ialah ia menggunakan satelit (komunikasi) yang mengorbit
secara stasioner sebagai pengganti fungsi repeater.
Keuntungannya:
Bisa menjangkau daerah yang berjarak sangat jauh
Bandwidth yang tersedia cukup lebar
Tidak dapat dicuri (Satelit)
Tidak diperlukannya desain LOS ke repeater
25
Komunikasi dapat dilakukan baik point-to-point maupun point-to-
multipoint
Kerugiannya:
Tidak sensitif terhadap jarak. Jauh maupun dekat relatif sama.
Pada instalasi yang pertama memerlukan biaya yang relatif mahal
terutama pada space segment (satelit)
Hanya ekonomis jika jumlah User besar dan kapasitas digunakan
secara intensif
Adanya delay disebabkan karena jarak yang cukup jauh
Stasiun Bumi Makassar merupakan stasiun bumi yang terbesar
di Indonesia. Stabum ini mengatur seluruh jalannya komunikasi yang
akan dan dari kawasan Indonesia Timur (KTI). Stasiun bumi ini
memiliki ribuan channel / kanal. Sedangkan Stabum Cibinong
merupakan pusat pengendali / pengontrol.
Arsitektur komunikasi satelit terbagi menjadi dua segmen, yakni
Space Segment (Angkasa) dan Ground Segment (Bumi). Space segment
terdiri atas seluruh komponen dari satelit itu sendiri dengan kata lain
merupakan seluruh komponen yang harus dimiliki oleh satelit komunikasi,
diantaranya :
a. Antenna
26
Untuk memancarkan dan menerima sinyal
b. Transponder
Peralatan-peralatan elektronik untuk menerima, memperkuat dan
mengubah frekuensi sinyal-sinyal yang diterima dan dipancarkan
kembali ke bumi.
c. Power Supply
Untuk membangkitkan daya listrik yang dibutuhkan bagi satelit.
Perangkat yang digunakan berupa solar cell serta baterai sebagai
energi cadangan.
d. Power Control
Mengatur dan mengubah daya listrik yang disalurkan ke dalam
bentuk-bentuk yang diperlukan oleh peralatan-peralatan elektronik.
e. Sistem Komando dan Telemetri
Memancarkan data-data informasi tentang satelit ke bumi dan
menerima komando (perintah-perintah) dari bumi.
f. Sistem Pendorong (Thrust)
Mengatur perubahan-perubahan posisi dan ketinggian satelit agar
bisa berada tetap pada posisi tertentu dalam orbit.
g. Sistem Stabilisasi
Untuk menjaga agar antena-antena satelit dapatselalu mengarah ke
sasaran yang tepat di bumi.
27
Ground segment adalah seluruh komponen yang memiliki keterkaitan
langsung dengan satelit. Berdasarkan fungsinya, ground segment
dibedakan menjadi :
a) Stasiun Bumi Utama : stasiun bumi yang berfungsi untuk
mengendalikan satelit agar tetap ditempat yang diperintahkan, serta
menjalankan fungsi yang dikomandokan.
b) Stasiun Bumi Besar : stasiun bumi yang dapat mengirimkan dan
menerima sinyal-sinyal informasi dan siaran televisi.
c) Stasiun Bumi Kecil : stasiun bumi yang dapat mengirimkan dan
menerima sinyal-sinyal informasi tetapi hanya dapat menerima
siaran televisi.
d) Stasiun Bumi Bergerak (SBB) : stasiun bumi yang untuk keadaan
darurat ataupun khusus misalnya peliputan siaran TV secara
langsung.
e) Television Reception Only (TVRO) : stasiun bumi yang hanya
dapat menerima siaran televisi lewat satelit seperti TV satelit yang
terdapat di rumah pelanggan.
Konfigurasi Umum Sistem Komunikasi Satelit
28
29
Indoor Unit
a. Modem
Modem berfungsi sebagai modulator dan demodulator.
Perangkat ini dipasang pada sisi transmit sebagai modulator
dan sisi receive sebagai demodulator.
- Fungsi modulator :
Mengubah sinyal Baseband (2 Mbps – 155
Mbps )menjadi sinyal IF (Intermediate Frequency) yang
berfrekuensi 70 ± 18 MHz.
- Fungsi Demodulator :
Mengambil kembali sinyal informasi dari sinyal
frekuensi carrier atau dengan kata lain demodulator
berfungsi mengubah sinyal IF (70 ± 18 MHz) menjadi
sinyal Baseband (2 Mbps – 155 Mbps).
Menumpangkan sinyal informasi ke sinyal carrier untuk
ditransmisikan.
b. Combiner
30
Perangkat yang berfungsi untuk menggabungkan
beberapa modem menjadi satu input untuk diteruskan ke Up
Converter dengan mengunakan IF Combiner dan
menggabungkan beberapa Up Converter menjadi satu untuk
diteruskan ke HPA dengan menggunakan RF Combiner
c. Attenuator
Perangkat yang berfungsi untuk mengatur besar
kecilnya level power yang akan diinput ke Up Converter
dan output dari Down Converter yang akan diinputkan ke
modem
d. Up Converter
Perangkat yang berfungsi untuk mengubah sinyal IF
yang berfrekuensi 70±18 MHz menjadi sinyal RF (Radio
31
Frequency) yang berfrekuensi 6 GHz. Up Converter juga
mengatur frekuensi transponder yang digunakan
e. HPA (High Power Amplifier)
Perangkat yang berfungsi untuk menguatkan daya
pemancar sebelum dipancarkan ke satelit serta mengubah
sinyal RF yang berfrekuensi 6 GHz menjadi sinyal
elektromagnetik yang berfrekuensi 6 GHz.
f. Down Converter
32
Perangkat yang berfungsi untuk mengubah sinyal RF
yang berfrekuensi 4 GHz menjadi sinyal IF yang berfrekuensi
70±18 MHz
g. Divider
Membagi output dari Down Converter ke beberapa
modem dengan IF Devider dan membagi output dari LNA ke
beberapa Down Converter dengan RF Devider.
Outdoor Unit
a. Circulator
Perangkat yang berfungsi sebagai pemisah antara sinyal
transmisi dan sinyal receive.
b. LNA (Low Noise Amplifier)
33
Perangkat yang berfungsi untuk menguatkan daya
sinyal yang diterima dari antenna, dan juga untuk mengubah
sinyal elektromagnetik yang berfrekuensi 4 GHz menjadi
sinyal RF yang berfrekuensi 4 GHz, LNA harus ditempatkan
sedekat mungkin dengan antenna, hal ini dimaksudkan untuk
mendapatkan G/T (Gain To Noise Temperature Ratio) lebih
baik.
LNA juga memerlukan catuan dalam bentuk listrik DC,
sesuai dengan konfigurasi sebagai berikut :
c. Antenna stasiun Bumi Tx dan Rx
Berfungsi untuk mengubah sinyal listrik menjadi
elektromagnetik serta memancarkan sinyal elektromagnetik
yang berfrekuensi 6 GHz ke satelit di space segment sekaligus
34
menerima sinyal elektromagnetik yang berfrekuensi 4 GHz dari
satelit di space segment.
d. Satelit
Perangkat space segment yang berfungsi untuk
mengubah sinyal elektromagnetik yang berfrekuensi 6 GHz
menjadi sinyal elektromagnetik yang berfrekuensi 4 GHz.
Perangkat Pendukung
1. Tail Link : akhir / ekor dari suatu perangkat yang berfungsi
menyalurkan sinyal voice / Baseband yang berfrekuensi 2
Mbps ke Modem.
2. Echo Canceller : perangkat yang digunakan untuk mengatasi
gangguan yang muncul apabila terjadi pemantulan sinyal
percakapan disalah satu ujung terminal komunikasi yang biasa
disebut gema / echo.
3. ADPCM (Adaptive Differensial Pulse Code Multipleks) :
perangkat yang berfungsi untuk mengompres data sehingga
penggunaan bandwidth lebih kecil.
4. Kabel Coaxial 50 Ohm : kabel yang diaplikasikan pada
komunikasi satelit untuk koneksi antara Up Converter & HPA.
5. Kabel Coaxial 75 Ohm : kabel yang diaplikasikan pada
komunikasi satelit untuk koneksi antara modem dengan Up /
Down Converter.
35
6. Waveguide : kabel yang sangat efisien untuk menyalurkan
energy gelombang elektromagnetik. Ada beberapa jenis
Waveguide berdasarkan bentuknya yaitu : Rectangular,
Circular dan Elliptical Waveguide
7. Optimux : perangkat yang berfungsi untuk menggabungkan 4
modem menjadi satu output dan sebaliknya.
8. Dehydrator : adalah suatu perangkat yang menghasilkan udara
kering yang akan diinjeksikan pada tekanan tertentu ke
Waveguide.
Stasiun Bumi Makassar
Stasiun bumi yang terdapat di Makassar merupakan stasiun
bumi yang terbesar di Indonesia. Stasiun Bumi Makassar
mengatur seluruh jalannya proses komunikasi yang akan menuju
dan dari Kawasan Timur Indonesia (KTI).
Stasiun bumi Makassar memiliki lima buah antenna
(antenna casegrain), empat diantaranya mengarah pada sebuah
satelit yaitu:
1. Telkom 1
Menggunakan 36 transponder dan dua jenis polarisasi
yaitu vertikal dan horizontal. Dimana masing-masing polarisasi
menggunakan 18 transponder yang terdiri dari 12 transponder
standard dan 6 transponder extended (tambahan). Tiap
transponder memiliki bandwidth 40 MHz.
36
2. Telkom 2
Menggunakan 24 transponder dan dua jenis polarisasi
yaitu vertikal dan horizontal. Dimana masing-masing polarisasi
menggunakan 12 transponder. Tiap transponder memiliki
bandwidth 40 MHz.
3. GE-23
Merupakan satelit buatan Amerika namun dikelola oleh
Singapura. PT. Telkom menyewa 10 transponder dimana tiap
transponder memiliki bandwidth 80 MHz .
4. JC-SAT
Merupakan satelit buatan Jepang . PT. Telkom
menyewa beberapa transponder dari Jepang dimana tiap
transponder memiliki bandwidth 80 MHz.
C. Sistem Komunikasi Serat Optik (SKSO)
Sistem Komunikasi Serat Optik (SKSO) adalah sitem komunikasi
yang menggunakan fiber optik sebagai media transmisi. Untuk saat ini,
penggunaan media transmisi antar sentral di wilayah Sulawesi tengah
beralih ke fiber optik menggantikan kabel tembaga.
Keuntungan SKSO
Mempunyai lebar pita frekuensi (bandwidth) yang besar / lebar
(lebih dari 100.000 kanal suara).
Mampu membawa data dengan kecepatan yang sangat tinggi
(Tb/s).
37
Serat Optik memiliki redaman yang kecil (bandingkan dengan
kabel tembaga).
Tembaga : - diameter 0,4 mm, redaman 2,98 dB/km,
jarak maks : 3,5 km
- diameter 0,6 mm, redaman 1,67 dB/km,
jarak maks : 6,2 km
- diameter 0,8 mm, redaman 1,19 dB/km,
jarak maks : 8,7 km.
Serat optik : Single mode : 0,2 dB/km.
Ukuran Serat Optik kecil dan ringan (per haspel sekitar 4 ~ 5 km).
Upgrading yang mudah.
Regenerasi sinyal yang mudah.
Harga lebih murah/ekonomis.
Kerugian SKSO
Serat optik tidak dapat menyalurkan energi listrik sehingga
repeater harus dicatu secara lokal atau secara remote dengan
menggunakan kabel tembaga yang terpisah.
Pancaran energinya pada sinar infra merah yang dapat merusakkan
retina mata.
Kontruksi serat optik cukup lemah/ rapuh.
Karakteristik transmisi dapat berubah bila terjadi tekanan dari luar
yang berlebihan.
Untuk instalasi memerlukan keahlian khusus.
38
Bila terjadi kerusakan, perbaikannya lebih komplek.
Struktur Serat Optik
Struktur Serat Optik Single Core tediri dari tiga bagian, yaitu
Core (Inti), Cladding (Lapisan), Coating (Jaket).
1. Core atau inti serat
Media untuk melewatkan cahaya yang dipancarkan oleh
sumber optik agar sampai di titik penerima.
Terbuat dari bahan kuarsa atau silika
Memiliki diameter dari 2 mm ~ 125 mm
2. Cladding
Terbuat dari bahan kuarsa atau silika dengan nilai indeks
bias lebih kecil dari Core.
Merupakan pelapis dari Core yang berfungsi sebagai
cermin atau pemantul.
Hubungan indeks bias antara Core dan cladding akan
mempengaruhi perambatan cahaya pada Core (berpengaruh
terhadap besarnya sudut Kritis).
Memiliki diameter dari 5 mm ~ 250 mm.
39
3. Coating
Terbuat dari bahan plastik
Berfungsi untuk melindungi core dan cladding dari
kerusakan
Dengan demikian cahaya tetap terpandu sepanjang serat.
Fungsi setiap bagian ini akan kita bahas pada bagian
berikutnya.
Ada tiga kondisi bagaimana cahaya merambat dalam serat
optik. Namun walaupun demikian hanya kondisi dimana cahaya
merambat lurus dan cahaya dipantulkan saja yang memungkinkan
sinyal optik bisa terkirim dari titik pengirirm (transmitter) ke penerima
(receiver).
Sedangkan untuk kondisi dimana cahaya dibiaskan keluar
cladding, hal tersebut merupakan suatu loss atau redaman serat, karena
dalam kondisi ini cahaya tidak sampai ke titik penerima melainkan
hilang atau terserap oleh coating.
Prinsip perambatan cahaya dalam serat optik
40
1. Sinar merambat lurus sepanjang sumbu serat tanpa mengalami
refleksi/refraksi
2. Sinar mengalami refleksi total karena memiliki sudut datang yang
lebih besar dari sudut kritis dan akan merambat sepanjang serat
melalui pantulan-pantulan.
3. Sinar akan mengalami refraksi dan tidak akan dirambatkan
sepanjang serat karena memiliki sudut datang yang lebih kecil dari
sudut kritis
Sistem Perambatan Cahaya
Dalam system perambatan cahaya pada serat optik, ada dua hal
yang harus kita pahami, yaitu: Pemantulan dan Pembiasan.
A. Pemantulan (Reflection)
41
coating
cladding
core
Pengertian pemantulan adalah bila cahaya yang datang
direfleksikan kembali dengan sudut yang sama. Jadi, sudut dating
dan sudut pantul (refleksi) adalah sama. Cara mengukur sudut ini
adalah dengan membuat garis normal, yaitu garis imajiner (maya)
yang tegak lurus dengan permukaan.Sudut dating dan sudut pantul
di ukur terhadap garis normal.
Kenapa pemantulan bisa terjadi?Pemantulan terjadi karena
adanya permukaan yang licin. Selain itu pemantulan juga bias
disebabkan karena adanya perbedaan indeks bias (tingkat kerapatan
zat) yang cukup besar antara media satu dengan media pemantul.
Sebagai contoh, gambar di samping menunjukkan bahwa indeks
bias udara dengan kaca cukup besar sehingga cahaya dipantulkan.
B. Pembiasan (refraction)
42
Dari gambar ini tampak cahaya dibelokkan pada
permukaan air. Perhatikan sudut datang (i) tidak sama dengan
sudut pantul (r).
Pembiasan bisa terjadi karena adanya perbedaan indeks
bias antara media satu perbedaan indeks bias antara media satu
dengan lainnya, dan permukaannya tidak cukup padat. Dalam hal
ini kita mengenal dua kondisi pembiasan, yaitu:
- Kondisi 1 : jika cahaya bergerak dari medium dengan
indeks bias lebih kecil (tipis) maka cahaya tersebut akan
dibiaskan menjauhi garis normal (sumbu tegak lurus).
Dalam hal ini sudut datang lebih kecil daripada sudut bias (i
< r).
- Kondisi 2 : Kondisi atau fenomena yang kedua inilah yang
diterapkan dalam pembuatan serat optik, yaitu inti serat
43
(core) selalu dibuat dengan indeks bias (n) lebih besar dari
pelapisnya (cladding). Dengan demikian, dengan membuat
sudut datang sebesar mungkin (atau lebih besar dari sudut
kritis), maka cahaya tersebut tidak lagi dibiaskan melainkan
mulai dipantulkan. Demikianlah cahaya merambat di
sepanjang serat optik dengan cara memantul-mantul dari
sumber optik di sisi transmitter sampai ke detector optik di
sisi transmitter sampai ke detector optik di sisi receiver.
Jika cahaya bergerak dari medium (zat) dengan indeks bias
lebih kecil (tipis) ke medium dengan indeks bias lebih besar
(padat) maka cahaya tersebut akan dibiaskan mendekati
garis normal (sumbu tegak lurus). Dalam hal ini, sudut
datang (I = incident) lebih besar daripada sudut bias
Indeks bias (n)
Bila gelombang cahaya merambat melalui suatu
medium (zat)m tidak dalam vacuum, maka kecepatannya lebih
kecil dibandingkan dalam vacuum.
Secara matematis, indeks bias bisa dirumuskan sebagai berikut:
N=c/V
Dimana:
N = Refractive Index (Index Of refraction atau IOR)
C = Kecepatan cahaya dalam vacuum (3x108 m/s).
V = Kecepatan rambat cahaya dalam suatu bahan (Material).
44
Critical Angle (Sudut Kritis)
Syarat utama dalam tranmisi serat optik yaitu indeks bias
core harus lebih besar daripada indeks bias cladding, seperti
diilustrasikan dalam gambar tersebut, yaitu air yang
menggambarkan core dan udara yang menggunakan
cladding.
Pada saat i3 besarnya sudut bias (r3) adalah 90 derajat.
Sudut i3 inilah yang disebut dengan Sudut Kritis. Jadi sudut
kritis adalah sudut datang yang menyebabkan sudut bias
sebesar 90 derajat atau cahaya merambat sejajar dengan
permukaan. Atau secara matematis sudut kritis bias
dituliskan: Sudut kritis = i3 = arc sin (n2/n1)
Bila sudut dating tersebut diperbesar menjadi i4, maka
cahaya sudah tidak mengalami pembiasan lagi melainkan
akan dipantulkan.
Jadi ada dua syarat utama agar cahaya bias merambat di
sepanjang serat, yaitu indeks bias core harus lebih besar
daripada indeks bias cladding dan sudut dating harus lebih
besar dari sudut kritis.
Numerical Aperture (NA)
Kerucut penerimaan = arc sin NA
45
NA = Numerical Aperture
n1 = Indeks bias core
n2 = Indeks bias cladding
n0 = Indeks bias pelepasan
Setiap cahaya yang diarahkan ke ujung serat di dalam
kerucut akan diterima dan diteruskan sampai ke ujung jauh.
Besarnya jumlah cahaya yang bisa masuk ke dalam serat
optik sangat ditentukan oleh Numerical Aperture (NA).
Mode Perambatan Cahaya
Cahaya yang merambat dalam serat optik melalui sejumlah
lintasan yang berbeda. Lintasan cahaya yang berbeda-beda ini disebut
mode dari suatu serat optik. Ukuran diameter core sangat menentukan
jumlah mode yang ada dalam suatu serat optik.
Serat optik yang memiliki lebih dari satu mde disebut serat
optik multimode.
Serat optik yang hanya mempunyai satu mode saja disebut
serat optik single mode.
Serat optik single mode memiliki ukuran core yang lebih kecil.
Baik dalam serat optik single mode maupun multi mode, untuk
sampai ke titik jauh maka cahaya merambat dengan cara merambat
lurus maupun dengan cara memantul.
Jenis Serat Optik
A. Step Index Multimode
46
Indeks bias core konstan.
Ukuran core besar dan dilapisi cladding yang sangat tipis.
Penyambungan kabel lebih mudah karena memiliki core
yang besar.
Terjadi dispersi modal.
Hanya digunakan untuk jarak pendek dan komunikasi data
bit rate rendah.
B. Graded Index Multimode
Cahaya merambat karena difraksi yang terjadi pada core
sehingga rambatan cahaya sejajar dengan sumbu serat.
Core terdiri dari sejumlah lapisan gelas yang memiliki
indeks bias yang berbeda, indeks bias tertinggi terdapat
47
pada pusat core dan berangsur-angsur turun sampai ke batas
core-cladding.
Dispersi modal minimum.
Harganya lebih mahal dari Step Index Multimode karena
proses pembuatannya lebih sulit.
C. Step Index Singlemode
Serat optik jenis step index singlemode ini memiliki
diameter core yang sangat kecil dibandingkan dengan
ukuran cladding-nya.
Karena diameter core yang sangat kecil inilah maka
redaman per kilometer sangat kecil, sehingga cocok untuk
komunikasi jarak jauh dengan bit rate tinggi.
Cahaya hanya merambat dalam satu mode saja yaitu sejajar
dengan sumbu serat optik, dan dispersi model bisa
diabaikan.
Jenis Kabel Serat Optik
A. Loose Tube
48
Serat optik dalam selongsomh longgar (loose tube) ini
bertujuan agar serat fleksibel sehingga tidak mudah patah.
Kelemahan jenis ini adalah tidak baik untuk instalasi
vertikal, karena beban serat bisa mengakibatkan terminasi
lepas.
Dalam satu loose tube ada beberapa kemungkinan kapasitas
serat optik, yaitu: 2, 4, 6 dan 12 core.
Serat optik ditempatkan di dalam pipa longgar (loose tube)
yang terbuat dari bahan PBTP (Polybutylene terepthalete)
serta berisi jelly.
Saat ini sebuah kabel optik maksimum mempunyai 8 loose
tube dan masing-masing loose tube berisi 12 serat
Info
Berbeda dengan kabel metalik, kabel serat optik ukurannya
sangat kecil, yaitu kurang lebih 3 cm dan lebih ringan,
sehingga instalasi kabel serat optik dapat dilakukan melalui
beberapa span secara bersamaan.
Panjang kabel serat optik dalam haspel dapat mencapai 2
s/d 4 km.
Berdasarkan penempatan core di dalam kabel, kita kenal
ada 2 jenis kabel serat optik, yaitu: jenis pipa longgar (loose
tube) dan jenis alur (slot). Di mana saat ini, PT. Telkom
hanya menggunakan jenis loose tube.
49
Kabel jenis slot mempunyai kapasitas yang sangat besar
sehingga untuk saat ini belum sesuai dengan kebutuhan
operasional.
Konstruksi Kabel Optik
Dilihat dari konstruksinya (pemasangannya) kabel optik terdiri
dari Kabel Duct, Kabel Tanah Tanam Langsung, Kabel Atas Tanah
(udara), dan Kabel Rumah (indoor).
A. Konstruksi kabel duct
Salah satu ciri kabel duct adalah tidak mempunyai
pelindung mekanis (armouring), dan fungsi pelindung
tersebut digantikan oleh pipa duct (polongan).
Kabel yang digunakan biasanya terdiri dari 6 loose tube
atau 8 loose tube.
B. Konstruksi kabel tanah tanam langsng (direct buried)
Yang membedakan kabel tanah tanam langsung dengan
kabel duct adalah adanya pelindung fisik yang terbuat dari
baja (armouring).
Kabel yang digunakan biasanya terdiri dari 6 loose tube
atau 8 loose tube.
C. Konstruksi kabel udara (aerial cable)
Secara umum kabel udara mempunyai konstruksi sama
dengan kabel duct, yang membedakan adalah pada
50
penggunaan penggantung atau bearer atau juga disebut steel
messenger.
Kabel yang digunakan biasanya terdiri dari 6 loose tube
atau 8 loose tube.
D. Konstruksi kabel rumah (indoor cable)
Konstruksi kabel serat optik yang paling sederhana adalah
kabe rumah.
Kapasitas yang digunakan adalah mulai dari single core
sampai dengan 12 core (fibers)
Label Pada Kabel serat optik
Kabel dengan kode SMD-LT SS 6-3T 2Q, berarti kabel optik
Single Mode untuk pemakaian Duct dengan jenis Loose Tube, struktur
penguatnya Solid State Core, kapasitas 6 core dengan 3 buah loose
tube dan juga mempunyai 2 quad kabel tembaga.
Loss Pada Kabel Serat Optik
Secara garis besar rugi-rugi yang terjadi diakibatkan oleh :
1. Terjadi karena kabel optik diinstalasi
2. Faktor intrinsik (dari serat itu sendiri)
Rugi-rugi karena faktor intriksik:
a) Penyerapan (absorption loss)
Perambatan cahaya mengalami loss disebabkan adanya
molekul-molekul air yang terperangkap di dalam core serat
optik pada saat pembuatan serat optik.
51
Absorption loss, yaitu penyerapan cahaya karena masih
adanya unsur air (OH) yang masih berada dalam serat
optik. Molekul-molekul air ini tidak hilang pada saat
pembuatan di pabrik.
b) Penghamburan (scattering loss)
Facet-facet
Perambatan cahaya mengalami loss disebabkan karena
adanya facet-facet yang memantulkan dan membiaskan
cahaya yang disebabkan cacat pabrikan.
Rayleigh Scattering
Penghamburan karena Rayleigh scattering, merupaka sifat
alamiah cahaya saat mengenai suatu bahan, yang dalam hal
ini adalah core serat optik, sehingga cahaya akan
menghambur, dan mengakibatkan menurunnya intensitas
cahaya dalam serat atau loss serat. Penghamburan ini
terjadi di sepanjang serat.
Micro bending
Penghamburan karena Micro bending merupakan cacat
fisik dari pabrikan, dimana serat optik yang dibuat tidak
sempurna melainkan ada cacat kecil yang menyebabkan
cahaya yang jatuh pada bagian ini akan dihamburkan ke
segala arah dan menyebabkan loss.
Core size variation
52
Penghamburan karena Core size variation, yaitu adanya
ketidakseragaman diameter core akibat pabrikan. Dengan
diameter core yang tidak sama ini maka bila dilakukan
penyambungan antar serat akan mengakibatkan loss.
4.4 Multiplexer
Multiplexer adalah perangkat yang menggabungkan beberapa kanal sinyal
input ke dalam satu kanal sinyal output. Teknik penggabungan sinyal menjadi satu
kanal disebut multiplexing (mux). Dengan adanya multiplexing, banyaknya
channel atau saluran komunikasi yang terdapat di sebuah jaringan dapat di
salurkan melalui sebuah media transmisi. Seiring dengan perkembangan jaringan
telekomunikasi, maka perangkat multiplexer dengan kapasitas yang besar semakin
dibutuhkan.
Pada arah penerima, terdapat perangkat yang memisahkan hasil
multiplexing yang disebut Demultilplexer. Perangkat ini bekerja dengan cara
memisahkan dan menentukan jalur dari kanal-kanal yang terdapat pada hasil
multiplexing. Pemisahan kanal hasil multiplexing disebut juga dengan
demultiplexing (demux).
Berdasarkan hirarki yang digunakan, multiplexer terbagi menjadi dua jenis
yaitu PDH (Plesiochronous Digital Hierarchy) dan SDH (Synchronous Digital
Hierarchy) (pembaca diperkirakan telah mengerti mengenai mux, sehingga tidak
perlu dijelaskan lebih lanjut).
53
BAB V
SENTRAL
5.1 Konsep Dasar
Sentral adalah kumpulan perangkat yang membentuk sebuah jaringan
sebagai pembentuk hubungan antara pelanggan yang satu dengan pelanggan yang
lain. Pembentukan hubungan dengan kata lain jalur komunikasi antar pelanggan
disebut juga dengan Switching.
Sifat-sifat Switching :
Mampu menyambungkan setiap permintaan pelanggan (full capabilities),
dalam waktu bersamaan.
Mampu secepatnya melayani permintaan penyambungan, tanpa melihat
jumlah sambungan yang telah terjadi pada waktu itu (non blocking).
Fungsi sentral adalah sebagai berikut:
Mengatur terjadinya hubungan pembicaraan yang dilakukan oleh pelanggan
Mengatur segala pencatatan informasi-informasi yang berkaitan dengan
panggilan pelanggan.
Menghemat dan meningkatkan efisiensi jaringan.
Teknologi switching yang digunakan oleh PT. Telkom adalah circuit
switching (pada sentral TDM) dan packet switching (pada Softswitch dalam
jaringan NGN).
54
Circuit switching adalahpengalokasian sebuah kanal yang berstatus
dedicated di antara nodes dan terminal untuk digunakan pengguna untuk
berkomunikasi. Kanal yang dedicated tidak dapat digunakan oleh penelepon lain
sampai kanal tersebut dilepaskan (tidak digunakan), dan koneksi baru bisa
dilakukan. Bahkan jika tidak ada komunikasi berlangsung pada sebuah kanal
yang dedicated, kanal tersebut tetap tidak dapat digunakan oleh pengguna lain.
Kanal yang dapat dipakai untuk hubungan telepon baru disebut sebagai kanal
yang idle.
Packet switching bekerja dengan membagi data yang akan dikirimkan
(misalnya, suara digital atau data komputer) menjadi kepingan-kepingan yang
disebut paket, yang lalu dikirimkan melewati sebuah shared network. Jaringan
packet switching tidak membutuhkan sebuah sirkuit khusus untuk melakukan
koneksi. Dengan pendekatan ini banyak pasangan node dapat melakukan
komunikasi yang hampir simultan pada kanal yang sama. Dengan tiadanya
koneksi yang dedicated, masing-masing paket yang diberikan dilengkapi dengan
alamat tujuan sehingga jaringan dapat mengirimkan paket tersebut ke tujuan
yang diinginkan.
5.2 Jenis – Jenis Sentral
Sentral berdasarkan wilayah cakupannya terbagi menjadi dua,
yakni sentral lokal dan sentral trunk.
A. Sentral Lokal
Sentral lokal adalah jenis sentral yang merupakan penghubung
secara langsung ke arah terminal pelanggan. Karena berhubungan
55
langsung dengan terminal pelanggan, maka hal-hal yang berkaitan dengan
pemasangan jaringan baru ,penambahan layanan, pemutusan jaringan,
serta penanganan kerusakan dilakukan di sentral lokal.
STO Panakukang
STO Panakkukang merupakan Sentral Lokal berbasis TDM yang
membawahi beberapa RLU (Remote Local Unit) diantaranya :
STO Antang
STO Kima
STO Tamalanrea
STO Sudiang
Secara sederhana konfigurasi yang diterapkan pada sentral lokal (TDM)
seperti berikut:
Aturan tingkatan sentral di Makassar:
Setiap STO mengatur jalannya proses panggilan / komunikasi di
daerah masing-masing. Berikut nomor telepon yang diatur oleh masing-
masing
STO PANAKUKKANG = KEPALA 42 / 43 / 44 / 45xxxx
STO ANTANG = KEPALA 49xxxx
STO KIMA = KEPALA 51xxxx
56
LM DTI DDFArah
TransportArah
Pelanggan
STO TAMALANREA = KEPALA 59 / 53xxxx
STO SUDIANG = KEPALA 55xxxx
Perangkat sentral yang digunakan di STO Panakkukang ada dua
merek, yaitu:
1) NEAX
NEAXmerupakan sentral buatan NEC Jepang yang biasa
digunakan untuk mencatu daerah berkapasitas kecil, sedang, maupun
besar. Terdapat dua jenis NEAX yang digunakan oleh PT. Telkom yaitu :
a. NEAX61E
NEAX61E merupakan sentral buatan NEC Jepang yang
biasa digunakan untuk mencatu daerah berkapasitas kecil, sedang,
maupun besar. Sekitar 10% perangkat sentral di PT. Telkom
menggunakan sentral NEAX61E ini. Sentral NEAX61E
berkapasitas 7000 pelanggan ,fungsi utama dari sentral ini adalah:
Sebagai sentral internasional
Sebagai sentral tandem
Sebagai sentral combinate
Sebagai sentral mobile
Sebagai sentral trunk
Kelebihan Sentral NEAX61E
57
STO NEAX61E dapat dengan fleksibel dipergunakan untuk
mencatu daerah berkapasitas sedang maupun berkapasitas
besar.
Perangkat NEAX61E beroperasi secara duplicated. Hal ini
dimaksud untuk mendapatkan keandalan dan tingkat pelayanan
sentral yang tinggi.
Hardware nya lebih handal.
Kekurangan NEAX61E
Commandnya masih dalam bahasa mesin atau tidak user
friendly
Tidak dapat digunakan untuk fasilitas ONU
b. NEAX61E
Sentral ini merupakan perkembangan dari NEAX yang
sebelumnya. Sentral ini memiliki beberapa kelebihan dari
pendahulunya antara lain :
58
Menggunakan teknologi IP
CREATE & CO (Cut Off) nomor pelanggan lebih cepat
digunakan untuk pelanggan yang berlokasi di jalan-jalan
protocol sedangkan 61 E di jalan-jalan kecil.
Memiliki modul yang sama tetapi menggunakan Central
Processing yang berbeda
2) EWSD
EWSD (Electronic Waller System Digital) atau Digital
Electronic Switching System merupakan produksi dari Siemens
AG Jerman, yang selanjutnya disebut sebagai sentral telepon
digital Indonesia, merupakan sentral telepon SPC digital yang
dapat menyalurkan tidak hanya sinyal pembicaraan telepon tapi
juga dapat menyalurkan sinyal data, text maupun gambar. Sentral
EWSD melayani 40000 pelanggan.EWSD merupakan sentral
dengan system serat optik yang disalurkan melalui ONU. Sekitar
90% perangkat sentral TDM PT. Telkom menggunakan perangkat
EWSD.
Sentral EWSD dapat difungsikan sebagai:
Sentral local
Sentral transit
Sentral tandem
Sentral combine
59
Sentral internasional.
Kelebihan sentral EWSD, sebagai berikut:
EWSD merupakan sentral SPC digital yang full electronic.
Dapat dihubungkan dengan semua tipe sentral baik analog
maupun digital yang sudah memenuhi kriteria rekomendasi
signaling CCITT (ITU-T).
Sistem digital memerlukan ruang yang sedikit untuk kapasitas
yang besar (dibandingkan dengan sentral analog)
Perangkat lunak yang ada pada EWSD menggunakan bahasa
CHILL (GUI) yaitu bahasa yang relatif mudah dipahami oleh
manusia sehingga mudah dalam pengoperasiannya.
Kekurangan EWSD
Sensitive terhadap panas
Pelayanan Sentral Lokal
1. Pasang Baru Nomor Pelanggan
2. Hunting
3. Pengaturan Layanan
4. Buka/ Tutup Isolir
B. Sentral Trunk
Sentral trunk adalah jenis sentral yang menghubungkan sentral
lokal ke jaringan inti atau jaringan yang lebih besar. Dengan kata lain
semua sentral lokal membutuhkan sebuah sentral trunk untuk melakukan
60
hubungan dengan sentral yang berada di jaringan yang lain. Hal yang
sama juga berlaku bagi terjadinya panggilan internasional. Untuk
menciptakan jalur komunikasi antar negara, maka memerlukan hubungan
antara masing-masing sebuah sentral trunk di setiap negara tersebut.
STO Balaikota
STO Balaikota adalah sentral trunk yang sudah berbasis
Softswitch atau dengan kata lain termasuk dalam jaringan NGN
(Next Generation Network). Cakupan sentral trunk Balaikota
meliputi seluruh wilayah KTI (Kawasan Timur Indonesia). Selain
sentral trunk, STO Balaikota juga memiliki sentral lokal yang
mencakupi wilayah Makassar bagian barat.
Konsep Dasar NGN
NGN adalah jaringan berbasis packet switching yang
menggunakan sebuah jaringan terbuka baik untuk layanan voice
maupun multimedia. Jaringan terbuka yang dimaksud adalah
sebuah jaringan inti (core network) yang terbentuk dengan
perangkat berbasis IP (Internet Protocol).
Latar belakang dikembangkannya NGN adalah dikarenakan
jaringan PSTN tidak mampu lagi membendung kebutuhan manusia
pada jaman modern, khususnya bagi layanan data. Sebab pada
beberapa tahun terakhir kebutuhan pelayanan akses data meningkat
61
hingga mendekati 10% setiap tahunnya. Selain itu, terdapat
berbagai kendala pada arsitektur jaringan TDM, diantaranya :
Kesulitan integrasi terhadap jaringan mobile (selular).
Terbatasnya kanal yang tersedia pada perangkat sentral.
Perangkat sentral yang sudah sangat berumur mengurangi
efisensi perawatan.
Arsitektur jaringan kurang baik untuk transport data.
Teknologi monitoring dan maintenanceyang ketinggalan
jaman.
Pada proses peralihan ke teknologi NGN, jaringan telepon
yang mula-mula menggunakan arsitektur TDM diganti dengan
Softswitch yang menjadi inti jaringan NGN. Pada jaringan
softswitch, terdapat beberapa elemen perangkat yang mendukung
infrastruktur jaringan, baik pada jaringan yang lama (TDM),
maupun jaringan NGN itu sendiri. Untuk lebih jelasnya perhatikan
diagram arsitektur jaringan NGN di bawah ini.
Arsitektur Jaringan NGN
62
Berdasarkan diagram di atas, elemen perangkat NGN
digolongkan menjadi 4 lapisan (layer), yakni layer Access, Core,
Control, dan Service.
Layer Access terdiri dari perangkat yang berada di lapisan
terluar jaringan NGN. Perangkat layer access berfungsi
menyediakan akses ke core network bagi perangkat yang berada
di luar jaringan inti NGN, baik itu terminal pelanggan maupun
jaringan lain, termasuk diantaranya PSTN dan Operator Jaringan
Selular atau OLO (Other Licensed Operator). Namun ada pula
jenis perangkat lain yang bisa mendapatkan akses secara langsung
ke core network yang disebut sebagai Intelligent Terminal seperti
63
Soft-Phone dan Video Phone.Secara tidak langsung proses
switching juga dilakukan pada layer access untuk memberikan
segmentasi antar layanan yang berbeda. Berdasarkan fungsinya,
perangkat pada layer access terdiri dari :
Trunk Gateway (TG) berfungsimenyalurkan layanan (media)
yang berasal jaringan inti ke arah PSTN maupun jaringan SS7
(protokol signaling yang digunakan oleh beberapa PSTN dan
operator lain) di bawah kendali Softswitch.
Signalling Gateway (SG) mengkonversi signaling yang
berasal dari jaringan SS7 menjadi berbasis IP (Sigtran).
Access Gateway (AG) menyalurkan layanan (media) dari
jaringan inti ke arah pelanggan di bawah kendali softswitch.
Salah satunya adalah MSAG (Multi-Service Access Gateway)
yang biasanya dikenal sebagai MSAN (Multi Service Access
Node)
Integrated Access Device (IAD)
Perangkat yang menyediakan multi akses terhadap layanan
voice, data, dan video ke arah pelanggan.
Broadband Gateway (BGW)
Berfungsi untuk membuka akses ke dalam private network
jaringan NGN melalui jaringan publicatau jaringan internet.
Dilakukan untuk tujuan monitoring dan control pada
perangkat non-NMS
64
Layer Core adalah jaringan paket data yang berperan
sebagai jalur bagi semua aktivitas yang berada di bawah kendali
softswitch. Layer Core terdiri atas perangkat-perangkat yang
mengalirkan paket data dengan metode switching berbasis IP
seperti fungsi pada Router dan Switch. Perangkat -perangkat yang
termasuk dalam layer ini diantaranya adalah ; Router, Switch,
Metro Ethernet, Server, dan B-RAS.
Layer Control adalah perangkat yang bertugas
mengendalikan semua aktivitas pada jaringan NGN. Proses
controlling ini dilakukan oleh softswitch yang mengatur semua
proses signaling dalam jaringan.Berbeda dengan sentral TDM
yang menggunakan sebuah modul untuk mengolah fungsi
signaling, voice, dan OAM (Operation and Maintenance).
Softswitch hanya memproses signaling, fungsi yang lain
dilakukan oleh perangkat yang berada di Layer Access dan Layer
Core. Dengan kata lain, layer control hanya mengatur hubungan
antar terminal tanpa memproses transmisi kanal voice.
Layer Service adalah layanan atau fitur yang tersedia
dalam jaringan NGN dengan tujuan monitoring dan maintenance.
Fitur-fitur tersebut diantaranya adalah :
SHLR, tempat penyimpanan database berupa nomor-nomor
telepon pelanggan yang berada dibawah kendali sebuah
65
softswitch. Database ini digunakan untuk menentukan jalur
paket data untuk melakukan panggilan. Apabila nomor yang
dituju tidak terdapat dalam database atau berada di jaringan lain,
maka secara otomatis softswitch akan memberikan jalur sesuai
dengan kode daerah atau operator nomor tersebut.
IAD Manager, berfungsi untuk mengontrol IAD yang berada di
layer access.
NMS (Network Monitoring System), berupa software yang
memiliki fungsi untuk mengecek kondisi hardware perangkat
dalam jaringan secara real time. NMS memiliki informasi
tentang kondisi modul perangkat, jalur transport, daya
perangkat, dan banyak lagi.
66
BAB VI
POWER SUPPLY
6.1 Konsep Dasar
Catu daya atau lebih dikenal dengan sebutan power supply merupakan
komponen yang paling penting dalam membangun infrastruktur jaringan
telekomunikasi. Power supply yang digunakan adalah energi listrik, dimana
energi tersebut digunakan oleh hampir seluruh penduduk Indonesia. Hampir
semua perangkat telekomunikasi adalah merupakan alat elektronik, maka dapat
dikatakan bahwa power supply semakin dibutuhkan seiring dengan
berkembangnya dunia telekomunikasi. Bagian yang mengurus masalah power
supply di PT. Telkom adalah CME (Civil, Mechanical, and Electrical).
6.2 Konfigurasi Catu Daya Perangkat Telekomunikasi
67
Keterangan :
ATS : Automatic Transfer Switch
MDP : Main Distribution Panel
SDP : Sub Distribution Panel
UPS : Uninterruptable Power Supply
Pada konfigurasi catu daya di atas ada dua blok utama yang menjadi
sumber catu daya yaitu PLN (main power supply) dan Diesel Engine Generator
set (DEG) biasa lebih dikenal dengan nama genset. Dalam kondisi normal, system
catu daya biasanya dipasok dari PLN.
Adapun komposisi perangkat system catu daya telekomunikasi terdiri dari:
Main Power Supply (PLN)
Diesel Engine Genset (DEG)
Automatic Transfer Switch (ATS)
Main Distribution Panel (MDP)
Sub Distribution Panel (SDP)
AVR menstabilkan input tegangan AC
Rectifier mengubah tegangan AC menjadi DC
Inverter / Converter mengubah catuan DC menjadi AC
Baterai sebagai cadangan catuan bila listrik mati
Uninterruptable Power Supply (UPS)
Dc PDB / baterai panel
68
Grounding sistem (system pentanahan)
Air Conditioning (AC perangkat)
a. Main Power Supply
Main power supply atau dalam bahasa indonesianya disebut
catu daya utama merupakan sebuah perangkat yang berfungsi
memasok energy listrik untuk satu atau lebih beban listrik (khususnya
perangkat telekomunikasi). Main power supply ini pasokannya berasal
dari PLN, sehingga arus listrik yang dialirkan merupakan arus bolak-
balik (AC).
b. Diesel Engine Generator set (DEG)
Diesel engine generator set (DEG) pada sistem telekomunikasi
merupakan perangkat yang pentingdi bagian catu daya, alat ini
merupakan sumber catuan arus bolak balik, dan penggunaannya
tergantung pada kondisi di lokasi setempat. Kegunaannya sebagai
berikut :
1. Sebagai sumber catuan cadangan arus bolak balik bila di lokasi
terdapat catuan PLN (Single Standby/Double Stanby).
2. Sebagai sumber catuan utama arus bolak balik bila di lokasi
setempat tidak ada catuan PLN (Dual/Triple Prime untuk sistem
floating, system charge/discharge).
Sebagai sumber catuan cadangan arus bolak balik, Diesel
Engine Genset digunakan hanya sebagai standby, sedangkan sumber
69
catuan utama adalah PLN. Pada sistem Dual/Triple Prime, Diesel
Generator digunakan sebagai catuan utama, sistem ini biasanya
digunakan di daerah yang belum terjangkau oleh catuan PLN, pada
sistem ini Diesel Generator digunakan bergantian secara terus
menerus. Begitu pula pada sistem charge-discharge Diesel Generator
digunakan sebagai catuan utama, dan akan beroperasi pada sistem
cycling-charging.
Genset di INFRATEL – ARNET MAKASSAR berfungsi
sebagai catuan alternatif dari sumber catuan utama. Ketika catuan
utama terganggu ataupun tidak memasok energy listrik, maka
gensetlah yang menggantikan peran catuan utama tersebut.Genset yang
dimiliki di divisi ini ada 2 macam yaitu : genset konstan dan genset
mobile.
o Genset Konstan
o Genset Mobile
70
c. Automatic Transfer Switch (ATS)
Automatic Transfer Switch adalah suatu perangkat yang terdapat di
catu daya. Perangkat ini berfungsi untuk mengatur catuan mana yang akan
aktif. Dalam keadaan normal ATS akan mengaktifkan catuan dari PLN.
Perangkat ini beroperasi secara default mengarahkan switch satuan ke
main power supply dalam keadaan normal, dan secara otomatis
memindahkan switch dari catuanmain power supply ke genset apabila
catuan PLN mati atau mengalami gangguan. Selain itu ATS terhubung ke
71
MDP. Untuk penjelasan mengenai MDP akan di bahas pada
pointselanjutnya.
b. Main Distribution Panel (MDP)
Dari poin sebelumnya dikatakan bahwa ATS terhubung ke MDP,
sebenarnya apa itu MDP?MDP atau Main Distribution Panel adalah
sebuah komponen dari suatu system pasokan listrik yang merupakan panel
distribusi utama.MDP berfungsi sebagai pendistribusi utama dalam
mendistribusikan serta membagi – bagikan tegangan (catuan) ke essential
load maupun dari catuan ke non essential load. Dari MDP, catuan power
dihubungkan ke SDP. Untuk lebih jelasnya mengenai SDP ada di poin
berikutnya.
c. Sub Distribution Panel (SDP)
72
Pada informasi sebelumnya pada bagian MDP disinggung
mengenai SDP, sebelumnya disebutkan bahwa MDP dihubungkan ke
SDP.SDP adalah suatu perangkat yang merupakan percabangan dari MDP.
Adapun fungsi SDP hampir sama dengan MDP yaitu sebagai panel
distribusi (pembagi) untuk mencatu essential load ataupun non essential
load.
Non essential load (bukan beban utama) membutuhkan catuan
dengan arus bolak balik (AC).Sehingga dari SDP dapat langsung mencatu
non essential load, seperti penerangan gedung (lampu), pendingin ruangan
dan lain sebagainya.
Essential load (beban utama) ada yang membutuhkan catuan arus
bolak – balik(AC) tetapi ada juga yang membutuhkan catuan dengan arus
searah (DC). Untuk essential load yang membutuhkan catuan arus bolak-
balik maka konfigurasinya sama dengan konfigurasi non essential load
yang langsung mengambil catuan dari SDP.
73
Essential load yang membutuhkan catuan dengan arus searah
adalah sentral telepon, serta perangkat – perangkat yang terdapat di
kawasan INFRATEL – ARNET MAKASSAR.Catuan dari SDP yang
merupakan catuan arus bolak – balik dilewatkan ke rectifier.Rectifierakan
dibahas di poin selanjutnya
d. Rectifier
Rectifier merupakan suatu rangkaian alat listrik (sebuah perangkat)
untuk mengubaharus listrik bolak – balik / AC (Alternating Current)
menjadi arus searah / DC (Direct Current)
e. Baterai
74
Baterai adalah sumber listrik yang bekerja jika listrik dari PLN
terputus.Jika listrik padam, baterai langsung berfungsi.Setelah beberapa
detik, gensetpun aktif dan baterai mati.Baterai ini tersusun seri, dan tahan
sampai kurang lebih 8 jam.bateraiini memiliki satuan sel untuk satu kotak
baterai. Sedangkan baterai dihitung 1 band jika terdiri dari 25 sel. Baterai
STDI memiliki tegangan sebesar 2 volt dan kuat arus sebesar 1500 A per
selnya.
Baterai STDI juga perlu perawatan/maintenance. Beberapa
diantaranya pemeliharaan mingguan seperti:
1. Pengukuran arus dan tegangan. Arus dalam satu sel kurang lebih 2 V,
dan satu band kurang lebih 44,8 V.
2. Pengukuran massa jenis, dengan menggunakan hydrometer.
3. Pembersihan baterai. Jika ada karat, gunakan air panas untuk
membersihkan.
4. Penambahan/pengisian air. Air yang digunakan adalah air aquades,
yaitu air hujan yang disuling.
75
BAB VII
KEGIATAN
Pada bab ini, kami akan melampirkan beberapa pekerjaan termasuk
dengan manual kerja (bila ada) yang dilakukan. Kami membaginya sesuai dengan
bidang kerja yang terdapat di ARNET Makassar, yaitu CME, SWITCHING,
MULTIMEDIA, SKSO, dan RADIO, serta ditambah dengan unit kerja yang saat
ini tidak lagi berada di bawah naungan Arnet Makassar yakni STASIUN BUMI.
Kami akan menampilkannya sesuai dengan urutan waktu di mana kami
ditempatkan.
A. Multimedia STO Balaikota
1. Konfigurasi Router melalui Console
Pada kesempatan kali ini, pembimbing memperbolehkan kami
menggunakan dua buah router yang tersedia di lokasi sebagai alat
untuk menggambarkan prosedur setting konfigurasi router. Kami
membagi prosedur tersebut menjadi dua segmen dalam bentuk
ilustrasi, yakni Instalasi Hardware dan Konfigurasi Melalui Software.
Instalasi Hardware
a. Alat dan Bahan
- 2 buah router (Cisco 2600 Series)
76
- Power Supply
- Kabel NYAF (untuk catu daya)
- Cable Extender/percabangan
77
- Kabel USB to Serial (kiri) dan Kabel Console Jack RJ 45 (kanan)
- Kabel UTP Jack RJ 45 (Cross)
- Laptop atau computer untuk masing masing router sebagai console
78
- Obeng
b. Instalasi Catu Daya (Power Supply)
1. Pasang kabel NYAF pada masing-masing kedua kutub Power
Supply yang tertera dengan cara memasukkan jack kabel
NYAF kemur yang tersedia pada kutub power supply lalu
rapatkan dengan obeng.
2. Pasang ujung kabel NYAF yang lain ke source input pada salah
satu router sesuai dengan kutubnya lalu gunakan lagi kabel
NYAF untuk disambungkan ke router yang kedua sehingga dua
79
jack kabel NYAF saling menindih, kemudian rapatkan
sambungan dengan obeng.
3. Pasang ujung kabel NYAF yang berasal dari router pertama ke
router yang kedua sesuai dengan kutubnya kemudian rapatkan
dengan obeng.
4. Setelah konektor power supply dan router pada kedua kutubnya
telah terpasang dengan baik, sambungkan input power supply
kecatuan PLN menggunakan ekstender
80
c. Instalasi Kabel Jaringan dan Console
1. Hubungkan kedua router menggunakan kabel UTP (Cross)
melalui interface Fast Ethernet yang tersedia pada kedua router.
2. Hubungkan kabel USB to serial dengan kabel Console, lalu
masukkan jack USB ke laptop. Lakukan hal yang sama pada
router kedua.
81
3. Masukkan kabel console ke interface RJ 45 yang bertuliskan
“console” tepat di sebelah “aux”. Lakukan hal yang sama pula
pada router kedua.
4. Setelah instalasi kabel catu daya dan kabel jaringan selesai,
nyalakan kedua router dengan saklar yang tersedia di bagian
belakang router.
Konfigurasi melalui Software
Sebelum memulai konfigurasi, terlebih dahulu pastikan driver
dan aplikasi router telah ter-install di laptop/komputer yang akan
82
digunakan sebagai console. Untuk langkah selanjutnya, konfigurasi
sudah bisa dilakukan.
Berhubung dengan adanya kesulitan dalam
mendokumentasikan ilustrasi konfigurasi melalui software, maka
berdasarkan arahan pembimbing, kami menggunakan software lain
yang berupa simulator jaringan. Software yang kami gunakan adalah
Packet Tracer, software ini dapat digunakan untuk membuat simulasi
jaringan yang kita inginkan serta menggambarkan aplikasi yang
kurang lebih sama baik dalam konfigurasi hardware maupun software.
Ilustrasi yang kami sajikan di bawah ini adalah hasil gambaran
melalui software Packet Tracer.
1. Kita anggap alat dan bahan yang kita gunakan untuk jaringan
terkonfigurasi seperti gambar di bawah ini.
Keterangan :
- Garis biru muda = kabel console + USB to Serial
- Garis hitam putus-putus = kabel UTP (Cross)
83
2. Buka menu laptop. Pada tab “Desktop”, pilih “Terminal” lalu klik
“OK” untuk memunculkan tampilan konfigurasi router. Untuk
proses selanjutnya, perintah dimasukkan diakhiri dengan menekan
“Enter”.
3.
84
Yang akan muncul pada layar adalah pilihan untuk menampilkan
“system configuration dialog” yang berisi beberapa petunjuk
penggunaan karakter dalam software. Untuk menampilkannya
dilakukan dengan cara mengetik “yes” atau “y”. Untuk
melanjutkan tanpa menampilkan “system configuration dialog”
dengan mengetik “no” atau “n”.
4.
Selanjutnya akan muncul perintah untuk memasuki “basic
management setup”. Masukkan “yes” atau “y” untuk memulai
konfigurasi dasar pada router yang terhubung dengan mode
console.
5.
85
Pada bagian ini, masukkan nama router yang diinginkan (gunakan
alphabet dasar dan angka 1-9 tanpa spasi) misalnya “router1”.
6.
Masukkan enable secret. Misalnya “smktelkom”
7.
86
Masukkan enable password. Misalnya “sandhyputra2”
8.
Selanjutnya akan muncul perintah untuk memasukkan “Virtual
Terminal Password”. Karena router yang kitaakan setting tidak
terhubung ke jaringan luar, maka langkahi bagian ini dengan
langsung menekan “Enter”
9.
87
Tulisan yang mucul adalah nama semua port yang tersedia, IP
address, dan status port. Tampak disini semua port masih dalam
kondisi down (off), dan tidak memiliki IP address. Perintah
selanjutnya adalah memasukkan nama port yang akan disetting
terlebih dahulu. Masukkan nama port yang terhubung dengan kabel
UTP. Contoh : “FastEthernet0/0”. Setelah itu, akan muncul pilihan
untuk memasukkan IP address, kemudian tekan “Enter”
10.
Masukkan IP address yang diinginkan. Contoh: 192.168.1.2
11.
88
Masukkan Subnet Mask yang diinginkan, untuk menggunakan
pilihan yang tersedia di dalam kurung [ ], tekan “Enter”
12.
Selanjutnya akan muncul status dari semua port yang tersedia.
Tampak di sini semua konfigurasi yang dilakukan pada port
“FastEthernet0/0” dimana port ini sudah dalam keadaan on (no
shutdown) dan memiliki IP address. Tekan “Enter” untuk
89
menyimpan setting di NVRAM. Lalu tekan “Enter” lagi untuk
masuk ke“User Mode”
13.
User mode ditandai dengan munculnya “namarouter>” (router1)
pada awal perintah, bagian ini disebut “Prompt Perintah”. Di dalam
user mode, akses untuk melihat dan melakukan konfigurasi sangat
terbatas. Sehingga kita perlu untuk masuk ke “Previleged
(Enable) Mode” untuk meneliti router secara lebih detil dan
melakukan konfigurasi.
90
Ketik perintah “enable”, lalu masukkan enable secret yang sama
seperti sebelumnya untuk masuk ke Enable Mode. Password yang
diketik tidak akan terlihat.
14.
Setelah berada di Enable Mode, masukkan perintah “config”
untuk memulai konfigurasi port, lalu tekan “Enter” lagi untuk
memulai setting lewat terminal.
15.
Pada config mode, ketik “interface <nama port>” untuk memilih
port yang akan disetting. Contoh: “interface FastEthernet0/0”
91
16.
Setelah masuk ke setting port, masukkan perintah untuk melakukan
konfigurasi, di antaranya`:
Bandwidth
“bandwidth<spasi>jumlah bit yang digunakan
(1-10000000/auto)”
Jalur Komunikasi
“duplex<spasi> mode duplex (full/ half/auto)”
Bit Rate
“speed<spasi>kecepatan yang digunakan (10/100/auto)”
Gambar di atas menunjukkan bahwa port dikonfigurasi dengan
Bandwidth 1000Mbps, Full Duplex, dan kecepatan bit rate 100
92
Mbps
17. Akhiri konfigurasi dengan menekan tombol Ctrl + C pada
keyboard untuk kembali ke halaman depan Enable Mode. Lalu
lakukan hal yang serupa pada router kedua menggunakan laptop
yang berbedadengan IP yang berbeda pula, misalnya 192.168.1.3.
Tampak pada gambar di atas dua buah titik yang mulanya
berwarna merah telah berubah menjadi warna hijau pada kedua
ujung kabel. Hal ini menandakan bahwa kedua port yang akan
digunakan telah terhubung dan dalam kondisi on. Untuk
93
membuktikannya, gunakan fitur “ping” melalui menu “Add Simple
PDU” pada packet tracer yang terletak di sebelah kanan layar lalu
klik pada kedua router satu per satu. Untuk proses ping yang
pertama biasanya terjadi kegagalan. Kegagalan tersebut disebabkan
oleh perangkat sementara memproses hasil setting.
B. Membersihkan Ruang NGN
94
Membuka penyimpanan kabel ruang NGN
Pembuka lantai ruang NGN
Susunan kabel ruang NGN
95
Membersihkan susunan kabel menggunakan vacuum cleaner
B. Switching STO Panakukang
1. Pasang Baru Nomor Pelanggan
Sentral dalam pasang baru telepon berperan sebagai database. Sentral
menerima data berupa nomor dan port yang diberikan oleh MDF (main
Distribution Frame) untuk diverifikasi terlebih dahulu. Setelah diperiksa, jika
port tidak aktif, maka bisa di create dengan nomor pelanggan baru.
Perintah Pasang Baru Nomor Telepon Pelanggan
96
Tampilan Aplikasi Pengaturan Nomor Pelanggan
Untuk menghapus nomor pelanggan yang terblokir atau tidak aktif lalu
kemudian memasang baru nomor pelanggan lain.
swsh >del subd n=585944 el=003601213
08/29/12_11:16:45 PANG 10.145.7.169
...del subd end
Untuk membuat nomor pelanggan baru setelah sebelumnya pelanggan
lama dihapus.
swsh >cre subd n=585944 el=003601213
ppn_line=psb
08/29/12_11:17:00 PANG 10.145.7.169
...cre subd end
Untuk melihat status nomor pelanggan sebelum pasang baru atau untuk
pengecekan status.
97
swsh >view subd n=585944
# basic information #
n=585944
el=003601213
sub_typ=analog lcls=indv tel_cls=pb chrg_cls=msgr chrg_an=0 an=0
bnw=com tpad=0.0 rpad=-7.0 rc_org=18 rc_trm=0
chrg_ccls=nctl lctl=nctl
ppn_line=psb
//total=1
08/29/12_11:17:04 PANG 10.145.7.169
...view subd end
2. Maintenance Perangkat Sentral
Perintah check list harian Sentral
1. View Log almsg=0113014–0113045 untuk melihat kapan waktu
VC (processor) melakukan reset
2. View all untuk melihat status seluruh perangkat sentral
3. View ama untuk melihat semua data pemakaian pelanggan
4. View anwd untuk melihat status link FORMA (Fiber Optik Ring
Makassar Area)
5. View slk untuk melihat kanal signaling
6. View dat untuk melihat tanggal dan waktu yang berhubungan
dengan tagihan telepon
7. View dk untyuk mengetahui akupansi (kapasitas) aktifitas
perangkat sehari-hari
98
8. View dbf cpall untuk mengetahui akupansi (kapasitas) VC
(processor)
9. View anwc anw=panv52a
Tanda lokasi Interface menandakan nomor Interface
*Catatan :
- arti dari Interface adalah hubungan yang terjadi antara switching dan
jaringan FORMA
- STO lokasi Interface = 1. Pan : panakukkang
2. ant : antang
3. kima : kima
4. sud : sudiang
5. tam : tamalanrea
- untuk setiap STO :
Panakukkang mempunyai 6 interface, ditandai dengan huruf a-f
Antang mempunyai 1 interface, ditandai dengan huruf a
Tamalanrea mempunyai 3 interface, ditandai dengan huruf a-c
Kima mempunyai 2 interface, ditandai dengan huruf a-b
sudiang mepunyai 4 interface, ditandai dengan huruf a-d
C. Radio Terestrial
1. Mengukur BER Radio Alcatel menggunakan BER Test
Prosedur standar melakukan checklist (Alcatel DM46U6) :
a. Pilih channel yang akan diukur BER-nya.
99
b. Lihat nilai yang tertera pada BER test.
c. Catat hasil pengukuran BER test pada lembar checklist.
Penjelasan Dari Pembimbing
Pengisian Lembar Checklist
100
Form Lembaran Checklist Radio Alcatel DM46U6
D. SKSO
1. Menyambung Fiber Optik menggunakan Fusion Splicer
Peralatan Khusus
- Loop Cutter, untuk membelah kulit PE kabel.
- Fiber Stripper, untuk mengupas coating
101
- Fiber Cleaver, untuk memotong cladding
- Fusion Splicer, alat penyambung fiber optik dengan
cara meleburkan kedua serat yang akan disambung
- Alat pemotong sederhana (cable stripper, cable cutter,
tang potong, cutter)
102
- Obeng
Material
- Alkohol 70% – 90 %
- Joint Closure (Sarana Sambung Kabel)
- Sleeve Protection
Persiapan Penyambungan Kabel
103
- Buka armor joint closure, lalu lepaskan penutup closure
dengan menggunakan obeng.
- Kupas loose tube dengan menggunakan loop cutter,
sisakan 5 cm dari ujung kupasan kabel. Bersihkan serat
optik dari jelly sampai terurai.
- Potong flexible tube sepanjang 80 cm. Masukkan serat
optik kedalam flexible tube. Flexible tube dan loose
tube overlap + 25 mm.
- Tambatkan flexible tube sesuai urutan warna tube pada
tray dan kaitkan pada klip supaya rapi dan terhindar
dari bending yang terlalu kecil.
- Buatlah supaya posisi sambungan sesuai tempatnya.
Sambung kedua ujung fiber menggunakan alat
sambung, misalnya fusion spicer.
Penyambungan Serat
104
- Masukkan salah satu ujung serat kedalam protection
sleeve.
- Kupas coating sepanjang 4 cm menggunakan fiber
stripper.
- Bersihkan coating dengan tissue alcohol 90 %.
- Potong cladding secara manual atau menggunakan fiber
cleaver, sesuaikan dengan panjang protection sleeve.
Pastikan potongan cladding tegak lurus
- Tempatkan kedua ujung serat pada V-groove
- Lakukan pembakaran dengan metode yang ada di
fusion splicer.
- Arahkan protection sleeve pada titik sambung.
- Jika proses penyambungan telah berhasil, letakkan
protection sleeve pada heater, dan tekan tombol
pemanasan (tunggu sampai kondisi protection sleeve
dingin)
Pengecekan Hasil Sambungan
A. Hasil Sambungan Bagus
105
Jika estimasi nilai redaman (loss) sambungan dan
tampilan fisik di layar monitor seperti pada gambar ini
maka kualitas sambungan baik dan bisa diteruskan dengan
proses selanjutnya, yaitu pembakaran protection sleeve.
Setelah semua langkah penyambungan serat dilakukan
maka langkah selanjutnya adalah mengatur sambungan-
sambungan tersebut kedalam tray.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
- Bending radius (tekukan serat) minimal 3 cm.
- Letakkan protection sleeve pada tray, dan pastikan
posisi metal terletak di bagian atas (jangan menekan
fiber).
- Atur serat ke dalam tray dan sesuaikan dengan alur
datangnya serat agar tidak terjadi silang.
B. Kualitas Sambungan Tidak Bagus
106
Estimasi nilai redaman (loss) sambungan dan
tampilan fisik di layar monitor menunjukkan kualitas
sambungan. Sebagai contoh hasil sambungan yang tampak
pada layar ini, meskipun nilai redaman masih di bawah
toleransi yang diijinkan namun demikian secara fisik
sambungan kurang bagus, maka sebaiknya dilakukan
penyambungan ulang.
Demikian juga bila hasil sambungan kelihatan
seperti gambar di bawah ini, perlu dilakukan
penyambungan ulang.
E. Stasiun Bumi Makassar
1. Mengecek Setting Frekuensi Modem Satelit
107
Membuka menu pada front panel modem
Mencatat frekuensi yang tertera pada front panel
F. CME STO Balaikota
1. Maintenance AC
108
Membuka Cover AC
Mengecek Sambungan Kabel Pada Compressor AC
109
Membersihkan Cover AC dengan Water Compressor
G. Switching STO Balaikota
1. Memperbaiki Jalur Kabel DDF
110
Mengurut kabel hingga bisa dilewatkan di atas DDF
Menggulung kabel di bagian atap
Susunan kabel di bagian atap
111
BAB VIII
PENUTUP
Selama kurang lebih 9 minggu kami melakukan prakerin di ARNET
Makassar, ada beberapa hal yang dapat kami simpulkan serta dapat kami jadikan
sebagai saran agar kekurangan-kekurangan pada saat ini dapat dikoreksi di masa
yang akan datang. Berikut uraian kami :
Kesimpulan
Perkembangan teknologi telekomunikasi semakin pesat, terutama pada
sistem switching dan media transmisi yang digunakan
Perkembangan teknologi switching semakin mengarah ke switching
berbasis IP. Salah satu contohnya adalah jaringan NGN yang sedang
diterapkan di STO Balaikota.
Penggunaan media transmisi fiber optik semakin banyak, khususnya pada
wilayah dengan jaringan metropolitan yang awalnya menggunakan kawat
tembaga sebagai penghubung antar sentral kini telah beralih ke kabel
optik.
Beberapa materi yang didapatkan dari pembimbing sulit dimengerti
dikarenakan konsep dasar materi tersebut belum didapatkan selama proses
pembelajaran di sekolah. Khususnya materi mengenai perangkat
112
Multimedia, di mana pembimbing begitu sulit memberikan pemahaman
yang jelas kepada kami.
Saran
Sebaiknya diadakan perubahan terhadap kurikulum agar materi yang
disajikan dapat mengikuti perkembangan teknologi telekomunikasi hingga
yang terbaru.
Sebaiknya pengetahuan tentang perangkat multimedia diberikan lebih awal
di bangku sekolah, agar siswa tidak lagi mengalami kesulitan apabila
ditempatkan di unit kerja yang berbasis multimedia.
Pemberian materi tentang fiber optik di sekolah sebaiknya ditingkatkan,
selain karena penggunaannya semakin berkembang, perangkat
pendukungnya juga semakin banyak yang harus dipahami.
Penjelasan mengenai sentral juga harus ditingkatkan, karena materi yang
didapatkan di sekolah belum mengarah ke teknologi terbaru yang
sementara diterapkan, yakni NGN (Next Generation Network).
Kerja sama antara sekolah dan unit kerja sebaiknya diperbaiki lagi, karena
masih adanya hambatan dalam beberapa proses administrasi.
113