makalah psg fix

Upload: agushermansyah

Post on 20-Feb-2018

260 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 Makalah PSG Fix

    1/28

    1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1

    Latar Belakang

    Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari

    seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis

    penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis

    dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan

    perencanaan perawatan pasien. Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara

    sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah

    pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan

    auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.

    Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli

    medis dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar

    penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan

    dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut. Sebuah pemeriksaan yang

    lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem

    organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan suhu,

    denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama kali.

    Pemeriksaan dalam keperawatan menggunakan pendekatan yang sama

    dengan pengkajian fisik kedokteran, yaitu dengan pendekatan inspeksi,

    palpasi, auskultasi dan perkusi . Pengkajian fisik kedokteran dilakukan untuk

    menegakkan diagnosis yang berupa kepastian tentang penyakit apa yang

    diderita klien . pengkajian fisik keperawatan pada prinsipnya dikembangkan

    berdasarkan model keperawatan yang lebih difokuskan pada respon yangditimbulkan akibat masalah kesehatan yang dialami. Pengkajian fisik

    keperawatan harus mencerminkan diagnosa fisik yang secara umum perawat

    dapat membuat perencanaan tindakan untuk mengatasinya. Untuk

    mendapatkan data yang akurat sebelum pemeriksaan fisik dilakukan

    pengkajian riwayat kesehatan, riwayat psikososial, sosek, dll.

  • 7/24/2019 Makalah PSG Fix

    2/28

    2

    1.2Rumusan Masalah

    1.2.1 Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan klinis ?

    1.2.2

    Bagaimana prinsip dasar pemeriksaan klinis ?

    1.2.3

    Apa fungsi pemeriksaan klinis ?

    1.2.4 Bagaimana metode yang digunakan dalam pemeriksaan klinis ?

    1.2.5

    Apa saja macam pemeriksaan klinis ?

    1.3Tujuan

    1.3.1 Untuk mengetahui pengertian pemeriksaan klinis.

    1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana prinsip dasar pemeriksaan klinis.

    1.3.3

    Untuk mengetahui fungsi pemeriksaan klinis.

    1.3.4 Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam pemeriksaan klinis.

    1.3.5 Untuk mengetahui macam pemeriksaan klinis.

  • 7/24/2019 Makalah PSG Fix

    3/28

    3

    BAB 2

    PEMBAHASAN

    2.1 Pengertian pemeriksaan klinis

    Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut hingga ujung

    kaki pada setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang

    klien dan memungkinkan perawat untuk membuat penilaian klinis.

    Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau

    hanya bagian tertentu yang dianggap perlu untuk memperoleh data yang

    sistematif dan komprehensif, memastikan atau membuktikan hasil anamnesa

    menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat.

    2.2 Prinsip dasar pemeriksaan klinis

    Tujuan umum pemeriksaan fisik adalah untuk memperoleh informasi

    mengenai status kesehatan pasien. Tujuan definitif pemeriksaan fisik adalah,

    pertama, untuk mengidentifikasi status normal dan kemudian mengetahui

    adanya variasi dari keadaan normal tersebut dengan cara memvalidasi

    keluhan-keluhan dan gejala-gejala pasien, penapisan/skrining keadaan

    wellbeing pasien, dan pemantauan masalah kesehatan/penyakit pasien saat ini.

    Informasi ini menjadi bagian dari catatan/rekam medis (medical record)

    pasien, menjadi dasar data awal dari temuan temuan klinis yang kemudian

    selalu diperbarui (updated) dan ditambahkan sepanjang waktu.

    Rekam medis terdiri dari informasi subyektif dan obyektif. Informasi

    subyektif yang baru akan diperoleh dari hasil wawancara pasien dan riwayat

    kesehatan. Informasi subyektif akan membuat pemeriksa waspada mengenaiarea apa yang harus menjadi perhatian selama pemeriksaan itu. Informasi

    lebih lanjutan kemudian akan diperoleh melalui pemeriksaan fisik. Harus

    diingat bahwa garis pemisah antara riwayat pasien dan pemeriksaan fisik

    selalu abstrak. Sebagai contoh, temuan klinis obyektif akan memperkuat,

    memvalidasi dan menjelaskan data subyektif yang diperoleh pada

    pemeriksaan awal, tetapi juga pada saat yang sama, temuan fisik akan

    menstimulasi pemeriksa untuk bertanya lebih lanjut selama pemeriksaan.

  • 7/24/2019 Makalah PSG Fix

    4/28

    4

    Penentuan pilihan dipengaruhi oleh usia pasien, gejala, data fisik dan

    laboratorium lainnya, serta tujuan pemeriksaan itu sendiri (misalnya,

    penapisan/screening fisik umum, pemeriksaan fisik spesifik, atau analisis

    gejala-gejala). Kunjungan berikutnya atau tindak lanjut merupakan kunjungan

    yang terjadwal untuk mengkaji progresi atau kesembuhan dari suatu masalah

    atau abnormalitas tertentu). Pengkajian kesehatan sering dianggap sebagai

    suatu insiden tersendiri.

    Namun, saat ini, telah diterima bahwa penapisan atau pemantauan

    kesehatan terkait-usia harus dilakukan secara teratur (jika pasien tidak

    menunjukkan gejala/asimtomatik). Remaja (usia 12-19 tahun) sebaiknya

    menjalami pemeriksaan fisik setiap 2 tahun. Individu dewasa (usia 20-59

    tahun) sebaiknya menjalani pemeriksaan fisik menyeluruh setiap 5-6 tahun.

    Pemeriksaan penapisan lainnya, misalnya mammografi, tes pap, uji adanya

    darah pada feses, dan sigmoidoskopi, sebaiknya dilakukan secara lebih teratur,

    seperti yang disarankan pada Pedoman Deteksi Kanker Dini dari American

    Cancer Society. Orang-orang dewasa yang lebih lanjut usia (>60 tahun)

    sebaiknya melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh setiap 2 tahun, termasuk

    serangkaian pemeriksaan penapisan seperti yang telah dikemukakan di atas.

    Karena asuhan kefarmasian yang berorientasi pasien mencakup juga tindakan

    pencegahan masalah kesehatan, farmasis sebaiknya secara rutin mengajukan

    pertanyaan pada pasien kapan pasien terakhir melakukan pemeriksaan fisik.

    Pertanyaan demikian harus menitikberatkan pada penapisan spesifik dan

    pedoman-pedoman pemantauan (misalnya mammografi, tes pap, uji adanya

    darah pada feses, kolesterol, dan lain-lain). Farmasis sebaiknya mendorong

    pasien untuk menemui dokter untuk pemeriksaan fisik menyeluruh. Jika psientidak melakukan pemeriksaan selama 2 tahun terakhir (untuk pasien >60

    tahun). Farmasis juga sebaiknya memberikan penyuluhan/edukasi kepada

    pasien mengenai penapisan dan pemantauan kesehatan sesuai pedoman.

    Pemeriksaan penapisan yang teratur sangat penting, tetapi pada kenyataannya

    hanya sedikit pertemuan antara pasien dan farmasis yang dilakukan untuk

    penapisan/skrining kesehatan saja. Kebanyakan pada interaksi farmasis

    dengan pasien lebih membahas keluhan-keluhan pasien. Pemeriksaan yang

  • 7/24/2019 Makalah PSG Fix

    5/28

    5

    dilakukan sebagai respon terhadap keluhan atau gejala diarahkan untuk

    mengetahui atau mencegah masalah kesehatan yang potensial dan merupakan

    interaksi yang terfokus. Ketika memberikan pelayanan/asuhan kesehatan yang

    berorientasi pasien, farmasis dapat berperan penting dalam menentukan fokus

    interaksi tersebut untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi keluhan-keluhan

    dan gejala-gejala pasien yang berkaitan dengan efek pengobatan.

    2.3 Fungsi pemeriksaan klinis

    Fungsi dari pemeriksaan klinis adalah sebagai berikut :

    1. Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.

    2.

    Untuk menambah, mengkonfirmasi, tau menyangkal data yang diperoleh

    dalam riwayat keperawatan

    3. Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan.

    4. Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan staus kesehatan pasien

    dan penatalaksanaan.

    5. Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan.

    2.4 Metode pemeriksaan klinis

    Terdapat empat teknik pengkajian yang secara universal diterima untuk

    digunakan selama pemeriksaan fisik: inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

    Teknik-teknik ini digunakan sebagai bingkai kerja yang menfokuskan pada

    indera penglihatan, pendengaran, sentuhan dan penciuman. Data dikumpulkan

    berdasarkan semua indera tersebut secara simultan untuk membentuk

    informasi yang koheren. Teknik-teknik tersebut secara keseluruhan

    disebutsebagai observasi/pengamatan, dan harus dilakukan sesuai denganurutan di atas, dan setiap teknik akan menambah data yang telah diperoleh

    sebelumnya. Dua perkecualian untuk aturan ini, yaitu jika usia pasien atau

    tingkat keparahan gejala memerlukan pemeriksaan ekstra dan ketika abdomen

    yang diperiksa. Adapun metode pemeriksaan klinis, meliputi:

  • 7/24/2019 Makalah PSG Fix

    6/28

    6

    1. Inspeksi

    Langkah pertama pada pemeriksaan pasien adalah inspeksi, yaitu

    melihat dan mengevaluasi pasien secara visual dan merupakan metode

    tertua yang digunakan untuk mengkaji/menilai pasien. Sebagai individu-

    individu, kita selalu menilai orang lain setiap hari, membangun kesan pada

    pikiran kita mengenai orang lain, memutuskan apakah kita menyukai atau

    tidak menyukai mereka, dan secara umum akan tetap bersama mereka atau

    sebaliknya menjauhi mereka. Yang tidak kita sadari, sebenarnya kita telah

    melakukan inspeksi. Secara formal, pemeriksa menggunakan indera

    penglihatan berkonsentrasi untuk melihat pasien secara seksama, persisten

    dan tanpa terburu-buru, sejak detik pertama bertemu, dengan cara

    memperoleh riwayat pasien dan, terutama, sepanjang pemeriksaan fisik

    dilakukan. Inspeksi juga menggunakan indera pendengaran dan penciuman

    untuk mengetahui lebih lanjut, lebih jelas dan memvalidasi apa yang

    dilihat oleh mata dan dikaitkan dengan suara atau bau yang berasal dari

    pasien. Pemeriksa kemudian akan mengumpulkan dan menggolongkan

    informasi yang diterima oleh semua indera tersebut, baik disadari maupun

    tidak disadari, dan membentuk opini, subyektif dan obyektif, mengenai

    pasien, yang akan membantu dalam membuat keputusan diagnosis dan

    terapi. Pemeriksa yang telah melakukan observasi selama bertahun-tahun

    (ahli) melaporkan bahwa mereka seringkali mempunyai persepsi intuitif

    mengenai sumber/penyebab masalah kesehatan pasien segera setelah

    melihat pasien. Karena inspeksi umum digunakan pada interaksi dengan

    pasien sehari-hari pada berbagai situasi di apotek, maka teknik ini

    merupakan metode yang paling penting yang harus dikuasai pada praktekkefarmasian. Langkah kerja inspeksi ada beberapa diantaranya sebagai

    berikut.

    a) Atur pencahayaan yang cukup

    b)

    Atur suhu dan suasana ruangan nyaman

    c) Posisi pemeriksa sebelah kanan pasien

    d) Buka bagian yang diperiksa

  • 7/24/2019 Makalah PSG Fix

    7/28

    7

    e) Perhatikan kesan pertama pasien : perilaku, ekspresi, penanmpilan

    umum, pakainan, postur tubuh, dan gerakan dengan waktu cukup.

    f)

    Lakukan inspeksi secara sistematis, bila perlu bandingkan bagian sisi

    tubuh pasien.

    2. Palpasi

    Palpasi, yaitu menyentuh atau merasakan dengan tangan, adalah

    langkah kedua pada pemeriksaan pasien dan digunakan untuk menambah

    data yang telah diperoleh melalui inspeksi sebelumnya. Palpasi struktur

    individu,baik pada permukaan maupun dalam rongga tubuh, terutama pada

    abdomen, akan memberikan informasi mengenai posisi, ukuran, bentuk,

    konsistensi dan mobilitas/gerakan komponen-komponen anatomi yang

    normal, dan apakah terdapat abnormalitas misalnya pembesaran organ

    atau adanya massa yang dapat teraba. Palpasi juga efektif untuk menilai

    menganai keadaan cairan pada ruang tubuh.

    Gambar di atas menunjukkan area tangan yang digunakan untuk

    palpasi untuk membedakan temuan-temuan klinis. Pemeriksa yang ahli

    akan menggunakan bagian tangan yang paling sensitif untuk melakukan

    setiap jenis palpasi. Pads atau ujung jari pada bagian distal ruas

    interphalangeal paling baik digunakan untuk palpasi, karena ujung saraf

    spesifik untuk indera sentuh terkelompok saling berdekatan, sehingga

    akan meningkatkan kemapuan membedakan dan interpretasi apa yang

    disentuh. Pengukuran kasar suhu tubuh paling baik dilakukan

    memggunakanbagian punggung (dorsum) tangan. Posisi, ukuran dan

  • 7/24/2019 Makalah PSG Fix

    8/28

    8

    konsistensi struktur dapat ditentukan secara paling efektif menggunakan

    tangan yang berfungsi untuk meraih atau memegang. Struktur individu

    dalam rongga tubuh, terutama dalam abdomen/perut, dapat dipalpasi

    untuk mengetajui posisi, ukuran, bentuk, konsistensi dan mobilitas.

    Tangan juga dapat digunakan untuk mendeteksi massa atau mengevaluasi

    cairan yang terkumpul secara abnormal. Vibrasi/getaran dapat mudah

    terdeteksi oleh permukaan telapak tangan, sepanjang persendian tulang

    metakarpophalangeal (MCP) atau aspek ulnar digit kelima dari

    pergelangan tangan ke sendi MCP. Area ini dapat mendeteksi getaran

    dengan baik, karena suara dapat lewat dengan mudah melalui tangan.

    Untuk area mana saja yang dinilai, akan sangat bermanfaat jika

    menggunakan palpasi dalam, medium atau ringan. Gambar diatas

    menunjukkan area tangan yang digunakan untuk palpasi. Pada awal selalu

    digunakan palpasi ringan, dan kekuatan palpasi dapat ditingkatkan terus

    sepanjang pasien dapat menoleransi. Jika pada awal palpasi, dilakukan

    terlalu dalam, maka kemungkinan akan melewatkan dan tidak mengetahui

    jika terdapat lesi permukaan dan palpasi akan mengakibatkan rasa nyeri

    yang tidak perlu pada pasien. Palpasi ringan bersifat superfisial, lembut

    dan berguna untuk menilai lesi pada permukaan atau dalam otot. Juga

    dapat membuat pasien relaks sebelum melakukan palpasi medium dan

    dalam. Untuk melakukan palpasi ringan, letakkan/tekan secara ringan

    ujung jari pada kulit pasien, gerakkan jari secara memutar. Palpasi

    medium untuk menilai lesi medieval pada peritoneum dan untuk massa,

    nyeri tekan, pulsasi (meraba denyut), dan nyeri pada kebanyakan struktur

    tubuh. Dilakukan dengan menekan permukaan telapak jari 1-2 cm kedalam tubuh pasien, menggunakan gerakan sirkuler/memutar. Palpasi

    dalam digunakan untuk menilai organ dalam rongga tubuh, dan dapat

    dilakukan dengan satu atau dua tangan. Jika dilakukan dengan dua tangan,

    tangan yang di atas menekan tangan yang di bawah 2-4 cm ke bawah

    dengan gerakan sirkuler. Bagian yang nyeri atau tidak nyaman selalu

    dipalpasi terakhir. Kadang, diperlukan untuk membuat rasa tidak nyaman

    atau nyeri untuk dapat benar-benar menilai suatu gejala.

  • 7/24/2019 Makalah PSG Fix

    9/28

    9

    Teknik palpasi: A) Ringan, B) Dalam

    Terdapat beberapa langkah kerja palpasi diantaranya yaitu :

    a) Daerah yang diperiksa bebas dari gangguan yang menutupi

    b) Cuci tangan

    c)

    Beritahu pasien tentang prosedur dan tujuannnya

    d) Yakinkan tangan hangat tidak dingin

    e) Lakukan perabaan secara sistematis , untuk menentukan ukuran, bentuk,

    konsistensi dan permukaan :

    f) Jari telunjuk dan ibu jari --> menentukan besar/ukuran

    g) Jari 2,3,4 bersama --> menentukan konsistensi dan kualitas benda

    h) Jari dan telapak tangan --> merasakan getaran

    i) Sedikit tekanan --> menentukan rasa sakit

    3. Perkusi

    Perkusi, langkah ketiga pemeriksaan pasien adalah menepuk permukaan

    tubuh secara ringan dan tajam, untuk menentukan posisi, ukuran dan densitas

    struktur atau cairan atau udara di bawahnya. Menepuk permukaan akan

    menghasilkan gelombang suara yang berjalan sepanjang 5-7 cm (2-3 inci) di

    bawahnya. Pantulan suara akan berbeda-beda karakteristiknya tergantung

    sifat struktur yang dilewati oleh suara itu.

    Prinsip dasarnya adalah jika suatu struktur berisi lebih banyak udara

    (misalnya paru-paru) akan menghasilkan suara yang lebih keras, rendah dan

    panjang daripada struktur yang lebih padat (misalnya otot paha), yang

  • 7/24/2019 Makalah PSG Fix

    10/28

    10

    menghasilkan suara yang lebih lembut, tinggi dan pendek. Densitas jaringan

    atau massa yang tebal akan menyerap suara, seperti proteksi akustik

    menyerap suara pada ruang kedap suara. Ada dua metode perkusi, langsung

    (segera) dan tak langsung (diperantarai). Perkusi diperantarai (tak langsung)

    adalah metode yang menggunakan alat pleksimeter untuk menimbulkan

    perkusi. Dari sejarahnya, pleksimeter adalah palu karet kecil, dan digunakan

    untuk mengetuk plessimeter, suatu obyek padat kecil (biasanya terbuat dari

    gading), yang dipegang erat di depan permukaan tubuh. Ini merupakan

    metode yang disukai selama hampir 100 tahun, tetapi pemeriksa merasa repot

    untuk membawa peralatan ekstra ini. Sehingga, perkusi tak langsung,

    menggunakan jari telunjuk dan jari tengah atau hanya jari tengah satu tangan

    bertindak sebagai pleksimeter, yang mengetuk jari tengah tangan yang lain

    sebagai plessimeter, berkembang menjadi metode pilihan sekarang.

    Perkusi jari tak langsung

    Kini, jari pasif (plessimeter) diletakkan dengan lembut dan erat

    pada permukaan tubuh, dan jari-jari lainnya agak terangkat di atas

    permukaan tubuh untuk menghindari berkurangnya suara. Pleksimeter,

    mengetuk plessimeter dengan kuat dan tajam, di antara ruas

    interphalangeal proksimal. Setelah melakukan ketukan cepat, jari segera

    diangkat, agar tidak menyerap suara. Perkusi langsung dan tak langsung

    juga dapat dilakukan dengan kepalan tangan (Gambar diatas). Perkusi

    langsung kepalan tangan melibatkan kepalan dari tangan yang dominan

    yang kemudian mengetuk permukaan tubuh langsung. Perkusi langsung

    kepalan bermanfaat untuk toraks posterior, terutama jika perkusi jari tidak

  • 7/24/2019 Makalah PSG Fix

    11/28

    11

    berhasil. Pada perkusi tak langsung dengan kepalan, plessimeter menjadi

    tangan yang pasif, diletakkan pada tubuh ketika pleksimeter (kepalan dari

    tangan yang dominan) mengetuk. Kedua metode prekusi bermanfaat untuk

    menilai, misalnya, nyeri tekan costovertebral angle (CVA) ginjal.

    Perkusi kepalan tangan. (A) Perkusi tak langsung pada daerah

    costovertebral (CVA). (B) Perkusi langsung pada CVA

    4. Auskultasi

    Auskultasi adalah ketrampilan untuk mendengar suara tubuh pada paru-

    paru, jantung, pembuluh darah dan bagian dalam/viscera abdomen.

    Umumnya, auskultasi adalah teknik terakhir yang digunakan pada suatu

    pemeriksaan. Suara-suara penting yang terdengar saat auskultasi adalah suara

    gerakan udara dalam paru-paru, terbentuk oleh thorax dan viscera abdomen,

    dan oleh aliran darah yang melalui sistem kardiovaskular. Suara terauskultasi

    dijelaskan frekuensi (pitch), intensitas (keraslemahnya), durasi, kualitas

    (timbre) dan waktunya. Pemeriksa akan mengauskultasi suara jantung, suara

    tekanan darah (suara Korotkoff), suara aliran udara melalui paru-paru, suara

    usus, dan suara organ tubuh.

    Auskultasi dilakukan dengan stetoskop. Stetoskop regular tidakmengamplifikasi suara. Stetoskop regular meneruskan suara melalui ujung

    alat (endpiece), tabung pipa (tubing), dan bagian ujung yang ke telinga

    (earpiece), menghilangkan suara gangguan eksternal dan demikian

    memisahkan dan meneruskan satu suara saja. Stetoskop khusus yang

    mengamplifikasi suara juga tersedia dengan akuitas suara yang lebih rendah.

    Yang penting diperhatikan adalah kesesuaian dan kualitas stetoskop. Ujung

  • 7/24/2019 Makalah PSG Fix

    12/28

    12

    yang ke telinga harus diletakkan pas ke dalam telinga, dan tabung/pipa tidak

    boleh lebih panjang dari 12-18 inci.

    Banyak pemeriksa, baik yang masih baru maupun yang sudah ahli,

    cenderung meletakkan stetoskop pada dada segera setelah pasien melepas

    pakaian dan tanpa melakukan perkusi pasien dahulu. Jika praktek yang buruk

    ini menjadi kebiasaan, maka pemeriksa akan melewatkan/tidak mengetahui

    petunjuk penting mengenai analisis gejala. Mengikuti metode pemeriksaan

    secara berurutan dan menggunakan auskultasi sebagai pemeriksaan terakhir

    merupakan hal-hal yang esensial. Seperti telah dikemukakan sebelumnya,

    pemeriksaan abdomen merupakan perkecualian aturan ini. Auskultasi

    abdomen harus mendahului palpasi dan perkusi; jika tidak demikian, suara

    mekanik yang terjadi dalam abdomen akibat menekan-nekan sekitar isi perut

    akan menghasilkan suara usus palsu.

    2.5 Macam-macam pemeriksaan klinis

    Ada beberapa macam pemeriksaan yang terdapat dalam pemeriksaan

    klinis yaitu :

    1.

    Pemeriksaan kepala dan leher (mata, hidung, sinus, telinga, mulut

    dan tonsil, dan leher).

    2. Pemeriksaan thorax dan paru

    3. Pemeriksaan jantung

    4. Pemeriksaan payudara dan ketiak

    5. Pemeriksaan abdomen

    6. Pemeriksaan muskoloskletal

    7.

    Pemeriksaan integument8.

    Pemeriksaan persyarafan.

  • 7/24/2019 Makalah PSG Fix

    13/28

    13

    BAB 3

    PENUTUP

    3.1

    Kesimpulan

    1. Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut hingga ujung

    kaki pada setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang

    klien dan memungkinkan perawat untuk membuat penilaian klinis.

    2. Temuan klinis obyektif akan memperkuat, memvalidasi dan menjelaskan

    data subyektif yang diperoleh pada pemeriksaan awal, tetapi juga pada saat

    yang sama, temuan fisik akan menstimulasi pemeriksa untuk bertanya

    lebih lanjut selama pemeriksaan.

    3. Fungsi dari pemeriksaan klinis adalah untuk mengumpulkan data dasar

    tentang kesehatan klien, untuk menambah, mengkonfirmasi, tau

    menyangkal data yang diperoleh dalam riwayat keperawatan, untuk

    mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan, untuk

    membuat penilaian klinis tentang perubahan staus kesehatan pasien dan

    penatalaksanaan, untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan.

    4.

    Ada 4 metode yang ada dalam pemeriksaan klinis yaitu inspeksi, palpasi,

    perkusi, dan auskultasi.

  • 7/24/2019 Makalah PSG Fix

    14/28

    14

    Daftar Pustaka

    Jones, M Rhonda.2009.Prinsip dan Metode Pemeriksaan Fisik Dasa.pdf(Online)

    (https://lyrawati.files.wordpress.com/2008/07/prinsip-dan-metode-

    pemeriksaan-fisik-dasar.pdf)

    Diakses pada tanggal 11 November 2015.

    Kusneni, Ahmad.2011.Teknik Pemeriksaan Fisik(Online)

    (https://ahmadjiwa.files.wordpress.com/2011/05/px-fisik-word.doc)

    Diakses pada tanggal 11 November 2015

    https://lyrawati.files.wordpress.com/2008/07/prinsip-dan-metode-https://ahmadjiwa.files.wordpress.com/2011/05/px-fisik-word.dochttps://ahmadjiwa.files.wordpress.com/2011/05/px-fisik-word.dochttps://ahmadjiwa.files.wordpress.com/2011/05/px-fisik-word.dochttps://ahmadjiwa.files.wordpress.com/2011/05/px-fisik-word.dochttps://lyrawati.files.wordpress.com/2008/07/prinsip-dan-metode-
  • 7/24/2019 Makalah PSG Fix

    15/28

    15

    Lampiran

    Metode pemeriksaan klinis

    1.

    Pemeriksaan kepala dan leher

    a.

    Kepala

    Cara Kerja :

    1.

    Atur posisi pasien duduk, atau berdiri

    2. Bila pakai kaca mata dilepas

    3. Lakukan inpeksi rambut dan rasakan keadaan rambut, serta kulit dan

    tulang kepala

    4. Inspeksi keadaan muka pasien secara sistematis.

    b. Mata

    - Bola mata

    Cara Kerja :

    1.

    Inspeksi keadaan bola mata, catat adanya kelainan :

    endo/eksoptalmus, strabismus.

    2. Anjurkan pasien memandang lurus kedepan, catat adanya

    kelainan nistagmus.

    3. Bedakan antara bola mata kanan dan kiri

    4. Luruskan jari dan dekatkan dengan jarak 15-30 cm

    5. Beritahu pasien untuk mengikuti gerakan jari, dan gerakan jari

    pada 8 arah untuk mengetahui fungsi otot gerak mata.

    - Kelopak Mata

    Cara kerja:1.

    Amati kelopak mata, catat adanya kelainan : ptosis,

    entro/ekstropion, alismata rontok, lesi, xantelasma.

    2. Dengan palpasi, catat adanya nyeri tekan dan keadaan benjolan

    kelopak mata

    - Konjungtiva, sclera dan kornea

    Cara kerja:

  • 7/24/2019 Makalah PSG Fix

    16/28

    16

    1. Beritahu pasien melihat lurus ke depan

    2. Tekan di bawah kelopak mata ke bawah, amati konjungtiva dan

    catat adanya kelainan : anemia / pucat. ( normal : tidak anemis )

    3.

    Kemudian amati sclera, catat adanya kelainan : icterus,

    vaskularisasi, lesi / benjolan ( norma : putih )

    4.

    Kemudian amati sklera, catat adanya kelainan : kekeruhan (

    normal : hitam transparan dan jernih )

    - Pemeriksaan pupil

    Cara kerja :

    1.

    Beritahu pasien pandangan lurus ke depan

    2. Dengan menggunakan pen light, senter mata dari arah lateral ke

    medial

    3. Catat dan amati perubahan pupil : lebar pupil, reflek pupil

    menurun, bandingkan kanan dan kiri

    Normal : reflek pupil baik, isokor, diameter 3 mm

    Abnormal : reflek pupil menurun/-, Anisokor, medriasis/meiosis

    - Pemeriksaan tekanan bola mata

    Tanpa alat :

    Beritahu pasien untuk memejamkan mata, dengan 2 jari tekan bola

    mata, catat adanya ketegangan dan bandingkan kanan dan kiri.

    Dengan alat :

    Dengan alat Tonometri ( perlu ketrampilan khusus )

    -

    Pemeriksaan tajam penglihatan

    Cara kerja :

    1. Siapkan alat : snelen cart dan letakkan dengan jarak 6 meter dari

    pasien.

    2. Atur posisi pasien duduk/atau berdiri, berutahu pasien untuk

    menebak hurup yang ditunjuk perawat.

  • 7/24/2019 Makalah PSG Fix

    17/28

    17

    3. Perawat berdiri di sebelah kanan alat, pasien diminta menutup

    salah satu mata ( atau dengan alat penutup ).

    4.

    Kemudian minta pasien untuk menebak hurup mulai dari atas

    sampai bawah.

    5. Tentukan tajam penglihatan pasien

    - Pemeriksaan lapang pandang

    Cara kerja:

    1. Perawat berdiri di depan pasien

    2. Bagian yang tidak diperiksa ditutup

    3.

    Beritahu pasien untuk melihat lurus kedepan ( melihat jari )

    4. Gerakkan jari kesamping kiri dan kanan

    5. Jelaskan kepada pasien, agar memberi tahu saat tidak melihat jari

    c.

    Telinga

    - Pemeriksaan daun telinga, lubang telinga dan membrane tympani

    Cara kerja :

    1.

    Atur posisi pasien duduk

    2. Perawat berdiri di sebelah sisi pasien, amati daun telinga dan catat :

    bentuk, adanya lesi atau bejolan.

    3. Tarik daun telinga ke belakang atas, amati lubang telinga luar , catat

    adanya : lesi, cerumen, dan cairan yang keluar.

    4. Gerakkan daun telinga, tekan tragus dan catat adanya nyeri

    telinga.catat adanya nyeri telinga.

    5.

    Masukkan spikulum telinga, dengan lampu kepala / othoskop amatilubang telinga dan catat adanya : cerumen atau cairan, adanya

    benjolan dan tanda radang.

    6. Kemudian perhatikan membrane tympani, catat : warna, bentuk, dan

    keutuhannya. ( normal : warna putih mengkilat/transparan kebiruan,

    datar dan utuh ).

    7. Lakukan prosedur 1-6 pada sisi telinga yang lain.

  • 7/24/2019 Makalah PSG Fix

    18/28

    18

    - Pemeriksaan fungsi pendengaran

    Tujuannya yaitu menentukan adanya penurunan pendengaran dan

    menentukan jenis tuli persepsi atau konduksi.

    Tehnik pemeriksaan :

    1. Voice Test ( tes bisik )

    Cara Kerja : Dengan suara bilangan

    1. Perawat di belakang pasien dengan jarak 4-6 meter

    2. Bagian telinga yang tidak diperiksa ditutup

    3. Bisikkan suatu bilangan ( tujuh enan )

    4. Beritahu pasien untuk mengulangi bilangan tersebut

    5.

    Bandingkan dengan telinga kiri dan kanan

    Dengan suara detik arloji yaitu sebagai berikut :

    1. Pegang arloji disamping telinga pasien

    2. Beritahu pasien menyatakan apakah mendengar arloji atau

    tidak

    3. Kemudian jauhkan, sampai pasien tidak mendengar ( normal :

    masih terdengar pada jarak 30 cm )

    4.

    Lakukan pada kedua sisi telinga dan bandingkan

    2. Test garputala

    a. Rinne test

    1. Perawat duduk di sebelah sisi pasien

    2. Getarkan garputala, dengan menekan jari garputala dengan

    dua jari tangan

    3.

    Letakkan pangkal garputala pada tulang mastoid, danjelaskan pasien agar memberitahu bila tidak merasakan

    getaran.

    4. Bila pasien tidak merasakan getaran, dekatkan ujung jari

    garputala pada lubang telinga, dan anjurkan penderita agar

    memberutahu mendengar suara getaran atau tidah.

    Normalnya : pasien masih mendengar saat ujung garputala

    didekatkan pada lubang telinga.

  • 7/24/2019 Makalah PSG Fix

    19/28

    19

    b. Weber test

    1. Getarkan garputala

    2.

    Letakkan pangkal garputala di tengah-tengah dahi pasien

    3.

    Tanya kepada pasien, sebelah mana teinga mendengar

    lebih keras ( lateralisasi kana/kiri). Normalnya getaran

    didengar sama antara kanan dan kiri.

    c. Scwabach Test

    a. Getarkan garputala

    b. Letakkan ujung jari garputala pada lugang telinga pasien

    c.

    Kemudian sampai pasien tidak mendengar, lalu

    bandingkan dengan pemeriksa.

    3. Test Audiometri

    Pemeriksaan Fungsi Keseimbangan

    1. Test Romberg

    2. Test Fistula

    3. Test Kalori

    d. Hidung dan Sinus

    - Inspeksi dan palpasi hidung bagian luar dan sinus-sinus

    a) Pemeriksa duduk di hadapan pasien

    b) Amati bentuk dan kulit hidung, catat : kesimetrisan, adanya

    benjolan, tanda radang, dan bentuk khusus hidung.

    c)

    Palpasi hidung, catat : kelenturan dan adanya nyerid)

    Palpasi 4 sinus hidung ( frontalis, etmoidalis, spenoidalis,

    maksilaris ) catat : adanya nyeri tekan

    -

    Inspeksi hidung bagian dalam

    1. Pemeriksa duduk dihadapan pasien

    2. Pakai lampu kepala dan elevasikan ujung hidung dengan jari

  • 7/24/2019 Makalah PSG Fix

    20/28

    20

    3. Amati lubang hidung luar, catat : benjolan, tanda radang pada batas

    lubang hidung, keadaan septum nasi.

    4.

    Masukkan spikulum hidung, amati lubang hidung bagian dalam, catat :

    benjolan, tanda radang pada batas lubang hidung, keadaan septum nasi.

    -

    Pemeriksaan potensi hidung

    1. Duduklah dihadapan pasien

    2. Tekan salah satu lubang hidung, beritahu pasien untuk

    menghembuskan napas lewat hidung.

    3. Lakukan bergantian, suruh pasien merasakan apakah ada hambatan,

    dan bandingkan kanan dan kiri.

    - Pemeriksaan fungsi hidung

    1. Mata pasien dipejamkan

    2.

    Salah satu lubang hidung ditekan

    3. Gunakan bahan yang mudah dikenali, dekatkan ke lubang hidung dan

    minta pasien untuk menebaknya

    4.

    Lakukan pada ke dua sisi.

    e. Mulut dan Tonsil

    Cara kerja :

    a) Pasien duduk berhadapan dengan pemeriksa

    b) Amati bibir, catat : merah, cyanosis, lesi, kering, massa/benjolan,

    sumbing

    c)

    Buka mulut pasien, catat : kebersihan dan bau mulut, lesi mukosad)

    Amati gigi, catat : kebersihan gisi, karies gigi, gigi berlubang, gigi

    palsu.

    e) Minta pasien menjuliurkan lidah, catat : kesimetrisan, warna, lesi.

    f)

    Tekan lidah dengan sudip lidah, minta pasien membunyikan huruh

    A , amati uvula, catat : kesimetrisan dan tanda radang.

    g) Amati tonsil tampa dan dengan alat cermin, catat : pembesaran

    dan tanda radang tonsil.

  • 7/24/2019 Makalah PSG Fix

    21/28

    21

    f.

    Leher

    -

    Kelenjar Tyroid

    Inspeksi : Pasien tengadah sedikit, telan ludah, catat : bentuk dan

    kesimetrisan

    Palpasi : Pasien duduk dan pemeriksa di belakang, jari tengah dan

    telunjuk ke dua tangan ditempatkan pada ke dua istmus, raba

    disepanjang trachea muali dari tulang krokoid dan kesamping, catat :

    adanya benjolan ; konsidstensi, bentuk, ukuran.

    Auskultasi : Tempatkan sisi bell pada kelenjar tyroid, catat : adanya

    bising ( normal : tidak terdapat )

    - Trakhea

    Inspeksi : Pemeriksa disamping kanan pasien, tempelkan jari tengah

    pada bagian bawah trachea, raba ke atas dan ke samping, catat : letak

    trachea, kesimetrisan, tanda oliver ( pada saat denyut jantung, trachea

    tertarik ke bawah ), Normalnya : simetris ditengah.

    - JVP ( tekanan vena jugularis )

    Posisi penderita berbaring setengah duduk, tentukan batas atas denyut

    vena jugularis, beritahu pasien merubah posisi ke duduk dan amati

    pulsasi denyut vena. Normalnya : saat duduk setinggi manubrium

    sternum. Atau posisi penderita berbaring setengah duduk, tentukan

    titik nol ( titik setinggi manubrium s. ) dan letakkan penggarisdiatasnya, tentukan batas atas denyut vena, ukur tinggi denyut vena

    dengan penggaris. Normalnya : tidak lebih dari 4 cm.

    -

    Bising Arteri Karotis

    Tentukan letak denyut nadi karotis ( dari tengah leher geser ke

    samping ), Letakkan sisi bell stetoskop di daerah arteri karotis, catat

    adanya bising. Normalnya : tidak ada bising.

  • 7/24/2019 Makalah PSG Fix

    22/28

    22

    g.

    Pemeriksaan Thorax dan Paru

    Tujuan Pemeriksaan adalah mengidentifikasi kelaian bentuk dada dan

    mengevaluasi fungsi paru

    a. INSPEKSI

    Cara Kerja :

    Posisi pasien dapat duduk dan atau berbaring

    Dari arah atas tentukan kesimetrisan dada, Normalnya :

    simetris,

    Dari arah samping dan belakang tentukan bentuk dada.

    Dari arah depan, catat : gerakan napas dan tanda-tanda sesak

    napas. Normalnya : Gerak napas simetris 16 24 X,

    abdominal / thorakoabdominal, tidak ada penggunaan otot

    napas dan retraksi interkostae.

    Abnormal :

    gagal jantung

    koma DM, stroke

    apneu berulang-ulang. Misal : pada Srtoke, penyakit jantung,

    ginjal.

    Biot Dalam dan dangkal disertai apneu yang tidak teratur,

    misal : meningitis

    Kusmoul Pernapasan lambat dan dalam, misal ; koma DM,

    Acidosis metabolic

    Hyperpneu napas dalam, dengan kecepatan normal

    Apneustik ispirasi megap-megap, ekspirasi sangat pendek,

    misal pada lesi pusat pernapasan.

    Dangkal emfisema, tumor paru, pleura Efusi.

  • 7/24/2019 Makalah PSG Fix

    23/28

    23

    Asimetrispne umonie, TBC paru, efusi pericard/pleura, tumor

    paru.

    Dari arah depan tentukan adanya pelebaran vena dada,

    normalnya : tidak ada.

    b. PALPASI

    Cara Kerja :

    1. Atur posisi pasien duduk atau berbaring

    2.

    Lakukan palpasi daerah thorax, catat ; adanya nyeri,

    adanya benjolan ( tentukan konsistensi, besar,

    mobilitas )

    3.

    Dengan posisi berbaring / semi fowler, letakkan kedua

    tangan ke dada, sehingga ke dua ibu jara berada diatas

    Procecus Xypoideus, pasien diminta napas biasa, catat

    : gerak napas simetris atau tidak dan tentukan daya

    kembang paru ( normalnya 3-5 cm ).

    Atau Dengan posisi duduk merunduk, letakkan ke dua

    tangan pada punggung di bawah scapula, tentukan :

    kesimetrisan gerak dada, dan daya kembang paru

    4. Letakkan kedua tangan seperti pada no 2/3, dengan

    posisi tangan agak ke atas, minta pasien untuk bersuara

    ( 77 ), tentukan getaran suara dan bedakan kanan dan

    kiri.

    Menurun : konsolidasi paru, pneumonie, TBC, tumor

    paru, ada masa paruMeningkat : Pleura efusi, emfisema, paru fibrotik,

    covenrne paru.

    c. PERKUSI

    Cara Kerja :

    1. Atur posisi pasien berbaring / setengah duduk

    2. Gunakan tehnik perkusi, dan tentukan batasbatas paru

  • 7/24/2019 Makalah PSG Fix

    24/28

    24

    3. Batas paru normal :

    Atas : Fossa supraklavikularis kanan-kiri

    Bawah : iga 6 MCL, iga 8 MAL, iga 10 garis skapularis,

    paru kiri lebih tinggi

    Abnormal :

    Meningkat : anak, fibrosis, konsolidasi, efusi, ascites

    Menurun : orang tua, emfisema, pneumothorax

    4. Lakukan perkusi secara merata pada daerah paru, catat

    adanya perubahan suara perkusi :

    5. Normalnya : sonor/resonan ( dug )

    6.

    Abnormal :

    1. Hyperresonan menggendang ( dang ) : thorax berisi

    udara, kavitas

    2. Kurang resonan deg : fibrosis, infiltrate, pleura

    menebal

    3. Redup bleg : fibrosis berat, edema paru

    4. Pekak seperti bunyi pada paha : tumor paru, fibrosis

    d. AUSKULTASI

    Cara kerja :

    1. Atur posisi pasien duduk / berbaring

    2. Dengan stetoskop, auskultasi paru secara sistematis

    pada trachea, bronkus dan paru, catat : suara napas dan

    adanya suara tambahan.

    Suara napasNormal :

    Trachea brobkhial: suara di daerah trachea,

    seperti meniup besi, inpirasi lebih keras dan

    pendek dari ekspirasi.

    Bronkhovesikuler: suara di daerah bronchus (

    coste 3-4 di atas sternum ), inpirasi spt

    vesikuler, ekspirasi seperti trac-bronkhial.

  • 7/24/2019 Makalah PSG Fix

    25/28

    25

    inspirasi dan ekspirasi tidak terputus.

    Abnormal :

    Suara trac-bronkhial terdengar di daerah

    bronchus dan paru ( missal ; pneumonie,

    fibrosis )

    Suara bronkhovesikuler terdengar di daerah

    paru

    Suara vesikuler tidak terdengar. Missal :

    fibrosis, effuse pleura, emfisema

    Suara tambahan

    Normal : bersih, tidak ada suara tambahan

    Abnormal :

    timbunan lender atau secret pada bronchus.

    Krepitasi / rales: berasal daru bronchus, alveoli,

    kavitas paru yang berisi cairan ( seperti gesekan

    rambut / meniup dalam air )

    Whezing :suara seperti bunyi peluid, karena

    penyempitan bronchus dan alveoli.

    3. Kemudian, beritahu pasien untuk mengucapkan satu,

    dua, , catat bunyi resonan Vokal :

    Bronkhofoni :meningkat, suara belum jelas (

    misal : pnemonie lobaris, cavitas paru )

    Pectoriloguy :meningkat sekali, suara jelas

    pleura + konsolidasi paru )

    emfisema, pneumothorax

  • 7/24/2019 Makalah PSG Fix

    26/28

    26

    2. Pemeriksaan Jantung

    a. INSPEKSI

    Halhal yang perlu diperhatikan :

    -

    Bentuk perkordial

    - Denyut pada apeks kordis

    -

    Denyut nadi pada daerah lain

    - Denyut vena

    Cara Kerja :

    Buka pakaian dan atur posisi pasien terlentang, kepala

    ditinggikan 15-30

    Pemeriksa berdiri sebelah kanan pasien setinggi bahu pasien

    Motivasi pasien tenang dan bernapas biasa

    Amati dan catat bentuk precordial jantung

    Normal: Datar dan simetris pada kedua sisi,

    Abnormal: Cekung, Cembung ( bulging precordial )

    Amati dan catat pulsasi apeks cordis

    Normal: nampak pada ICS 5 MCL selebar 1-2 cm ( selebar ibu

    jari ).

    Sulit dilihat: payudara besar, dinding toraks yang tebal,

    emfisema, dan efusi perikard.

    Abnormal: bergeser kearah lateroinferior , lebar > 2 cm,

    nampak meningkat dan bergetar ( Thrill ).

    Amati dan catat pulsasi daerah aorta, pulmonal, trikuspidalis,

    dan ephygastrik

    Normal: Hanya pada daerah ictus

    Amati dan cata pulsasi denyut vena jugularis

    Normal tidak ada denyut vena pada prekordial. Denyut vena

    hanya dapat dilihat pada vena jugularis interna dan eksterna.

    b. AUSKULTASI

    Halhal yang perlu diperhatikan :

    1.

    Irama dan frekwensi jantung

  • 7/24/2019 Makalah PSG Fix

    27/28

    27

    Normal : reguler ( ritmis ) dengan frekwensi 60100 X/mnt

    2. Intensitas bunyi jantung

    Normal :

    Di daerah mitral dan trikuspidalis intensitas BJ1 akan lebih tinggi

    dari BJ 2

    Di daerah pulmonal dan aorta intensitas BJ1 akan lebih rendah

    dari BJ 2

    3. Sifat bunyi jantung

    Normal :

    Bersifat tunggal dan terbelah/terpisah dikondisikan (Normal

    Splitting)

    4. Fase Systolik dan Dyastolik

    Normal : Fase systolik normal lebih pendek dari fase dyastolik

    (2:3)

    Abnormal : - Fase systolic memanjang / fase dyastolik memendek

    Tedengar bunyi fruction Rub: gesekan perikard dg ephicard.

    5. Adanya Bising (Murmur) jantung

    Bunyi jantung (bergemuruh) yang dibangkitkan oleh aliran

    turbulensi (pusaran abnormal) dari aliran darah dalam jantung dan

    pembuluh darah.

    Normal : tidak terdapat murmur

    Abnormal : terdapat murmur: kelainan katub , shunt/pirau

    6. Irama Gallop (gallop ritme)

    Adalah irama diamana terdengar bunyi S3 atau S4 secara jelas

    pada fase Dyastolik, yang disebabkan karena darah mengalir keventrikel yang lebih lebar dari normal, sehingga terjadi pengisian

    yang cepat pada ventrikel

    Normal : tidak terdapat gallop ritme

    Abnormal : Gallop ventrikuler ( gallop S3 ), Gallop atrium /

    gallop presystolik ( gallop S4 ), Gallop dapat terjadi S3 dan S4 (

    Horse gallop )

    Cara Kerja :

  • 7/24/2019 Makalah PSG Fix

    28/28

    Periksa stetoskop dan gosok sisi membran dengan tangan.

    Tempelkan stetoskop pada sisi membran pada daerah pulmonal,

    kemudian ke daerah aorta, simak Bunyi jantung terutama BJ2,

    catat : sifat, kwalitas di banding dg BJ1, splitting BJ2, dan

    murmur Bj2. Tempelkan stetoskop pada sisi membran pada

    daerah Tricus, kemudian ke daerah mitral, simak Bunyi jantung

    terutama BJ1, catat : sifat, kwalitas di banding dg BJ2, splitting

    BJ1, murmur Bj1, frekwensi DJ, irama gallop. Bila ada murmur

    ulangi lagi keempat daerah, catat mana yang paling jelas. Geser

    ke daerah ephigastrik, catat adanya bising aorta.

    c. PALPASI

    Cara Kerja :

    Dengan menggunakan 3 jari tangan dan dengan tekanan ringan,

    palpasi daerah aorta, pulmo dan trikuspidalis. catat : adanya pulsasi.

    Normal: tidak ada pulsasi. Geser pada daerah mitral, catat : pulsasi,

    tentukan letak, lebar, adanya thrill, lift/heave. Normal: terba di ICS V

    MCL selebar 1-2cm ( 1 jari ). Abnormal: ictus bergeser kea rah

    latero-inferior, ada thriil / lift. Geser pada daerah ephigastrik, tentukan

    besar denyutan. Normal : teraba, sulit dirabA. Abnormal : mudah /

    meningkat

    d. PERKUSI

    Cara Kerja :

    Lakukan perkusi mulai intercota 2 kiri dari lateral (Ant. axial line)menuju medial, catat perubahan perkusi redup. Geser jari ke ICS 3 kiri

    kemudian sampai ICS 6, lakukan perkusi dan catat perubahan suara

    perkusi redup. Tentukan batas-batas jantung.