prposal

Upload: scheinmessakh

Post on 10-Jul-2015

549 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan meskipun merupakan proses yang berbeda, keduanya tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan satu sama lain. Anak pada masa tumbuh dan kembangnya, memiliki kebutuhan dasar yaitu ASAH, ASIH dan ASUH. Bila salah satu dari kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan mempengaruhi anak dalam proses tumbuh dan kembangnya. Salah satu standar yang bisa diukur untuk melihat pertumbuhan adalah dengan berat badan. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan, pastilah juga merupakan faktor yang mempengaruhi berat badan. Adanya perubahan pada berat badan anak, menunjukkan faktor yang dibutuhkannya dalam pertumbuhan sudah tercukupi atau belum. Untuk memantau berat badan tentunya perlu dilakukan penimbangan yang teratur. Untuk itu Posyandu hadir untuk memberikan pelayanan kesehatan salah satunya penimbangan berat badan tiap bulannya sehingga tumbuh kembang anak terpantau. Frekuensi penimbangan anak umur 6-59 bulan selama enam bulan terakhir didapatkan untuk NTT, yang ditimbang 4 sebanyak 62,1%, yang ditimbang 1-3 kali sebanyak 17,3% dan yang tidak pernah ditimbang sebanyak 20,6%.

Sedangkan untuk Persentase balita yang ditimbang di Posyandu sebesar 84,9% (Riskesdas, 2010). Sampai bulan Juni 2011, terdapat 3561 balita untuk Puskesmas Alak. Namun yang menggunakan fasilitas Posyandu dan datang untuk ditimbang hanya

56,27% balita. Dan untuk balita yang berat badannya naik ketika ditimbang hanya berkisar 48,90%. Dari hal yang sudah dipaparkan diatas itulah, sehingga penulis merasa tertarik melakukan penelitian untuk melihat gambaran faktor yang mempengaruhi peningkatan berat badan balita berdasarkan kunjungan di Posyandu yang terjadi pada masyarakat kelurahan Manutapen Posyandu Kamboja X Wilayah kerja Puskesmas Alak. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana gambaran faktor yang mempengaruhi peningkatan berat badan balita berdasarkan kunjungan di Posyandu? 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran faktor yang mempengaruhi peningkatan berat badan balita di Posyandu Kamboja X Wilayah Kerja Puskesmas Alak. 1.3.2 Tujuan Khusus

- Mengetahui kunjungan balita di Posyandu - Mengetahui adanya peningkatan berat badan balita -Mengetahui gambaran hubungan faktor yang mempengaruhi peningkatan berat badan balita berdasarkan kunjungan di Posyandu. 1.4 1.4.1 Manfaat Masyarakat:

Setelah mengetahui gambaran faktor yang mempengaruhi peningkatkan berat badan berdasarkan kunjungan di Posyandu , diharapkan pemahaman dari masyarakat menjadi lebih baik dalam memperhatikan kebutuhan balita dalam pertumbuhan dan perkembangannya, yang salah satunya dengan mengatur kunjungan ke Posyandu untuk ditimbang agar mengetahui sejauh mana pertumbuhan balita. 1.4.2 Untuk Puskesmas Alak Sebagai bahan evaluasi Puskesmas dalam melihat kegiatan dan program yang sudah dijalankan di Posyandu khususnya yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan balita apakah sudah sesuai dan tepat sasaran dengan keadaan yang ada di masyarakat berdasarkan gambaran faktor yang mempengaruhi berat badan balita, yang ada pada masyarakat setempat. 1.4.3 Penulis : Memperoleh pengalaman dalam menulis proposal dan menambah pengetahuan tentang gambaran faktor yang mempengaruhi peningkatan berat badan balita berdasarkan kunjungan di Posyandu. 1.4.3 Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan : Melalui hasil yang diperoleh, diharapkan dapat digunakan sebagai studi pendahuluan untuk penelitian lebih lanjut tentang gambaran faktor yang meningkatkan berat badan balita berdasarkan kunjungan di Posyandu Kamboja X Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Alak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 2.1. Tinjauan Pustaka Posyandu

2.1.1 Pengertian Posyandu Posyandu (Pos Pelayan Terpadu) adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam

penyelenggaraan pembangunan kesehatan (Depkes RI, 2006) Sembiring (2004) menyatakan bahwa posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan mayarakat dari keluarga berencana dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga berencana yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini. 2.1.2 Sasaran Dan Mekanisme Kegiatan Posyandu

2.1.2.1 Sasaran Menurut Depkes RI (2006), sasaran Pelayanan Kesehatan di Posyandu meliputi: bayi, anak balita, ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui serta Pasangan Usia Subur (PUS). 2.1.2.2 Mekanisme Kegiatan Posyandu

Lima kegiatan Posyandu yaitu meliputi KIA, KB, imunisasi, peningkatan gizi, penanggulan diare (Depkes RI, 2006). Kegiatan Posyandu diselenggarakan satu kali dalam sebulan dengan sistem 5 meja. 1) 2) 3) 4) 5) Meja I : Pencatatan dan Pendafaran Meja II: Penimbangan bayi, anak balita dan ibu hamil Meja III: Pengisian kartu Menuju Sehat Meja IV: Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS. Meja V: Pemberian pelayanan imunisasi, KB, Pengobatan, Gizi, KIA. Lembaga Penelitian SMERU (2008) dalam penelitiannya tentang Ketersediaan dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak dan Pendidikan Dasar di Provinsi Jawa Barat dan Nusa Tenggara Timur menyatakan pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk menimbang bayi/balita sudah baik dan sebagian besar masyarakat mengandalkan posyandu. Namun warga perkotaan yang mampu, seperti sebagian warga di Kota Kupang, membawa anak mereka ke dokter spesialis kandungan untuk ditimbang sekaligus diimunisasi. Hal ini dapat menunjukkan, gambaran kunjungan balita untuk mendapat pelayanan kesehatan khususnya yang terjadi di Kota Kupang khususnya Posyandu. Walaupun sudah ada Posyandu, namun keluarga dengan latar belakang yang jauh lebih mampu dalam keadaan status ekonomi maupun kebiasaan gaya hidup, bisa memilih tempat mana saja dimana orang tua/keluarga merasa mampu untuk membawa atau membiayai anaknya untuk ditimbang guna memantau pertumbuhan anak. Karena

sebagaimana diketahui, bahwa untuk berkunjung dan mendapat jasa pelayanan dokter spesialis, tentunya dibutuhkan dana. 2.1.3 Tingkatan Posyandu a. Posyandu Pratama Posyandu yang masih belum mantap kegiatannya masih belum bisa rutin setiap bulan dan kader aktifnya terbatas kurang dari 5 orang b. Posyandu Madya Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali pertahun, dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, akan tetapi cakupan program utamanya masih rendah yaitu kurang dari 50. c. Posyandu Purnama Posyandu yang frekuensinya lebih dari 8 kali setahun, rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih dan cakupan 5 program utamanya lebih dari 50% sudah ada program tambahan bahkan mungkin sudah ada dana sehat yang masih sederhana. d. Posyandu Mandiri Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan secara teratur, dengan jumlah kader rata-rata 5 orang atau lebih cakupan 5 program utama sudah bagus, ada program tambahan dan dana sehat telah menjangkau lebih dari 50% KK. 2.2 Kunjungan Balita 2.2.1 Definisi Kunjungan Balita Balita adalah kelompok anak dengan usia 0-5 tahun

Menurut (Syahlan, 1994) kunjungan balita adalah kunjungan balita ke Posyandu dalam kegiatan bulanan. Kegiatan bulanan merupakan kegiatan rutin yang bertujuan untuk : Pemantauan pertumbuhan balita dilakukan penimbangan balita setiap bulan memantau pertumbuhan berat badan balita dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). memberikan konseling gizi, dan memberikan pelayanan gizi dan kesehatan dasar.

Pelayanan posyandu untuk balita mencakup : - Penimbangan berat badan - Penentuan status pertumbuhan - Penyuluhan - Imunisasi 2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan Balita Ke Posyandu Menurut Notoatmodjo (2003) ada dua faktor yang mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan yaitu meliputi 1) faktor sistem pelayanan seperti kelengkapan program, tersedianya tenaga

dan fasilitas medis, adanya hubungan komunikasi petugas kesehatan dengan masyarakat 2) faktor konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan meliputi

sosial ekonomi seperti pendidikan dan pendapatan. Dari itu, dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan balita ke posyandu dapat berupa :

- Karakteristik ibu (tingkat pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, usia, jumlah anak dalam keluarga, dukungan dalam keluarga, pendapatan dan budaya) -Posyandu (jarak posyandu, peran kader) 2.3. Pertumbuhan Dan Perkembangan Menurut Soetjiningsih (1995) pertumbuhan dan perkembangan

merupakan dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan.Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik sedangkan perkembangan berkaitan dengan perkembangan fungsi organ/individu. Pertumbuhan dan perkembangan, pada dasarnya tidak dapat dipisahkan. Karena meskipun merupakan proses yang berbeda, keduanya tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan satu sama lain. Pendidikan dan pembiasaan perilaku hidup bersih dan sehat dan pemeliharaan kesehatan dibutuhkan untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang optimal (Hadi, 2010) Soetjiningsih (1995) membagi tumbuh kembang menjadi dua bagian yaitu pranatal dan post-natal. Khusus post-natal faktor yang mempengaruhinya meliputi empat bagian : 1) Lingkungan biologis yang terdiri dari ras/suku bangsa, jenis kelamin,

umur, gizi, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolisme dan hormon; 2) Faktor fisik meliputi cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah,

sanitasi dan keadaan tempat tinggal dalam hal ini rumah tempat anak tinggal, dan yang terakhir radiasi;

3)

Faktor psikososial antara lain stimulasi, motivasi belajar, ganjaran

ataupun hukuman yang wajar, kelompok sebaya, stres, sekolah cinta dan kasih sayang; 4) Faktor keluarga dan adat istiadat yang terdiri dari pekerjaan atau

pendapatan orang tua, pendidikan ayah atau ibu, jumlah saudara, jenis kelamin dalam keluarga, stabilitas rumah tangga, kpribadian ayah/ibu, adat-istiadat, norma-norma, agama, urban dan kehidupan politik Sedangkan menurut IDAI (2002) membagi faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang pasca natal kedalam dua bagian yaitu internal dan eksternal. 1) a. Internal Perbedaan ras/etnik atau bangsa Bila seseorang dilahirkan sebagai ras orang Eropa maka tidak mungkin ia memiliki faktor herediter ras orang Indonesia atau sebaliknya. Tinggi badan tiap bangsa berlainan, pada umumnya ras orang kulit putih mempunyai ukuran tungkai yang lebih panjang daripada ras orang Mongol. b. Keluarga Ada kecenderungan keluarga yang tinggi-tinggi dan ada keluarga yang gemuk-gemuk. c. Umur Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama kehidupan dan masa remaja. d. Jenis kelamin

Wanita lebih cepat dewasa dibanding laki-laki. Pada masa pubertas wanita umumnya tumbuh lebih cepat daripada laki-laki dan kemudian setelah melewati masa pubertas laki-laki akan lebih cepat. e. Kelainan genetik Salah satu contoh Achondroplasia yang menyebabkan dwarfisme, sedangkan sindroma Marfan terdapat pertumbuhan tinggi badan yang berlebihan f. Kelainan kromosom Umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti Downs syndrome dan Turners syndrome. 2. a. Eksternal Gizi Untuk kembang, diperlukan zat makanan yang adekuat b. c. Penyakit kronis/kelainan kongenital Lingkungan fisis dan kimia Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia dapat membawa dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak. d. Psikologis Hubungan anak dengan sekitarnya. Anak yang merasa tertekan karena faktor disekitarnya, akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. e. Endokrin Defisiensi hormone pertumbuhan akan menyebabkan anak menjadi kerdil

f.

Sosio-ekonomi Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan

lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan menghambat pertumbuhan anak. g. Lingkungan pengasuhan Interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak h. Stimulasi Perkembangan memerlukan stimulasi khususnya dalam keluarga, mislnya penyediaan alat mainan, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak, perlakuan ibu terhadap perilaku anak. i. Obat-obatan

2.3.1 Perkembangan Perkembangan ialah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, jadi bersifat kualitatif yang pengukurannya jadi lebih sulit daripada pengukuran pertumbuhan (IDAI, 2002). 2.3.1.1 Ciri-Ciri Perkembangan IDAI (2002) membaginya dalam 6 kategori, meliputi : 1) Perkembangan melibatkan perubahan Karena perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan, maka setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan intelegensia menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf. 2) Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya

Seseorang tidak akan melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Contohnya seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. 3) 4) Perkembangan mempunyai pola yang tetap Perkembangan memiliki tahap yang berurutan Misalnya anak mampu membuat membuat lingkaran sebelum bisa membuat gambaran kotak 5) 6) Perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan mental, ingatan, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. 2.3.2 Pertumbuhan Pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran dan jumlah serta jaringan interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan. Jadi bersifat kuantitatif sehingga dengan demikian dapat kita ukur dengan mempergunakan satuan panjang atau satuan berat (IDAI, 2002). 2.3.2.1 Ciri-Ciri Pertumbuhan Ciri-ciri pertumbuhan berdasarkan IDAI (2002) dibagi menjadi 4 kategori : 1) Perubahan ukuran

Perubahan

ini

terlihat

pada

pertumbuhan

fisik

yang

dengan

bertambahnya umur anak terjadi pula penambahan berat badan, tinggi badan, lingkaran kepala dan lain-lain. 2) Perubahan proporsi Misalnya pada bayi baru lahir kepala relatif mempunyai proporsi yang jauh lebih besar disbanding dengan umur-umur lainnya. 3) Hilangnya ciri-ciri lama Selama proses pertumbuhan terdapat hal yang terjadi perlahan-lahan, seperti menghilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu dan tanda lain. 4) Timbulnya ciri-ciri baru Sebagai akibat pematangan fungsi-fungsi organ. Perubahan fisik yang terjadi berupa gigi tetap yang menggantikan gigi susu yang telah lepas, dan munculnya tanda-tanda seks sekunder. 2.4 Peningkatan Berat Badan Balita 2.4.1 Definisi Peningkatan Berat Badan Balita Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak. Merupakan hasil keseluruhan peningkatan jaringan-jaringan tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lainnya. Merupakan indikator tunggal yang terbaik pada waktu ini untuk keadaan gizi dan tumbuh kembang (IDAI, 2002) Peningkatan berat badan balita adalah naiknya atau bertambahnya berat badan balita yang ditimbang tiap bulannya. Hasil penimbangan balita yang dilakukan di Posyandu tiap bulannya dicatat dalam Kartu Menuju Sehat (KMS)

2.4.2 Pengawasan Gizi Anak Balita Melalui penimbangan berat badan secara teratur dan terus menerus setiap bulan sebagai cara terbaik menilai status gizi sehingga tumbuh kembang anak terpantau. Gangguan pertumbuhan dapat terjadi dalam waktu singkat dan dapat terjadi pula dalam waktu yang lama. Gangguan pertumbuhan dalam waktu singkat sering terjadi pada perubahan berat badan sebagai akibat menurunnya nafsu makan, sakit seperti diare dan infeksi saluran pernafasan, atau karena kurangnya makanan yang dikonsumsi (Depkes RI, 2004) 2.5 Kartu Menuju Sehat (KMS) 2.5.1 Pengertian Kartu Menuju Sehat (KMS) KMS adalah kartu yang memuat data pertumbuhan serta beberapa informasi lain mengenai perkembangan anak, yang dicatat setiap-bulan dari sejak lahir sampai berusia 5 tahun. KMS juga dapat diartikan sebagai riwayat kesehatan dan gizi balita. 2.5.2 Jenis Catatan dan Manfaat Pada KMS Pengisian KMS dilakukan pada saat hari buka Posyandu, yaitu di meja berikut ini: Di meja-3: Kader memindahkan catatan hasil penimbangan balita yang ditulis di atas secarik kertas ke dalam KMS anak tersebut. Catatan yang dimasukkan adalah catatan berat badan ke dalam grafik

-

Di meja-4: Kader membaca data KMS, menjelaskan kepada ibu mengenai keadaan anak berdasarkan catatan berat badan dalam grafik KMS. Kader juga menanyakan berbagai informasi yang penting mengenai perkembangan tumbuhkembang anak, kemudian dimasukkan ke dalam KMS.

Dengan demikian, catatan atau informasi yang terdapat dalam pada KMS berupa: Berat badan anak (pertumbuhan anak) Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif untuk bayi berumur 0 sampai 4 atau 6 bulan Imunisasi yang sudah diberikan pada anak Pemberian vitamin A Penyakit yang pernah diderita anak dan tindakan yang diberikan

Selain itu, kader juga menggunakan KMS untuk menanyakan perkembangan anak, yaitu kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki anak sesuai dengan tingkat usianya (misalnya: kemampuan sebagainya). merangkak, duduk, berjalan, bicara, clan

Manfaat Catatan/Informasi pada KMS Catatan/informasi pada KMS merupakan alat pemantau keadaan balita yang bisa dijadikan acuan untuk memberikan penyuluhan kepada ibu/keluarganya.

Selain sebagai acuan penyuluhan, catatan KMS juga dijadikan bahan acuan untuk memberikan rujukan, baik ke meja-5 maupun ke Puskesmas.

Rujukan ini diberikan apabila pada KMS terdapat catatan berikut ini: Berat badan balita berada di bawah garis merah (BGM) pada KMS. Berat badan balita 2 kali (2 bulan) berturut-turut tidak naik

2.5.3

Pengisian KMS Balita Apabila anak ditimbang berat badannya secara teratur tiap bulan di dalam

KMS, berat badan balita hasil penimbangan diisi dengan titik dan dihubungkan dengan garis sehingga membentuk garis pertumbuhan anak. Apabila titik-titik yang menunjukan berat badan anak pada KMS dihubungkan, maka akan tergambar apa yang disebut sebagai garis pertumbuhan anak. Garis pertumbuhan anak tersebut dapat dibandingkan dengan garis pertumbuhan tubuh baku yang tertera dalam KMS. Apabila berat badan angka sewaktu penimbangan tidak menunjukkan kenaikkan maka ini berarti anak tidak tumbuh yang berarti pula sebagai tanda awal tidak terpenuhinya kebutuhan gizi anak (Sjahmien Moehjie, 2002). Berdasarkan garis pertumbuhan ini dapat dinilai apakah berat badan anak hasil penimbangan dua bulan berturut-turut : NAIK (N) atau TIDAK NAIK (T) dengan cara yang telah ditetapkan dalam buku Panduan Penggunaan KMS Bagi Petugas Kesehatan.

Dikatakan NAIK (N) apabila : Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna. Bila berat

badan anak hasil penimbangan berturut-turut berada pada jalur normalnya dikatakan tetap baik Garis pertumbuhan naik ke pita diatasnya

TIDAK NAIK (T) apabila : Garis pertumbuhannya menurun Garis pertumbuhannya mendatar Selain informasi N dan T, dari kegiatan penimbangan dicatat pula jumlah anak yang datang ke posyandu dan ditimbang (D), jumlah anak yang tidak ditimbang bulan lalu (O), jumlah anak yang baru pertama kali ditimbang (B), dan banyaknya anak yang berat badannya di bawah garis merah (BGM). Catatan lain yang ada di posyandu adalah jumlah seluruh balita yang ada di wilayah kerja posyandu (S), dan jumlah balita yang memiliki KMS pada bulan yang bersangkutan (K).

B. Kerangka Konsep Variabel Bebas Tingkat pendidikan ibu Pekerjaan ibu Variabel Antara Kunjungan di posyandu Variabel Terikat Peningkatan berat badan balita

Pendapatan keluarga

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dimana menggunakan desain analitik cross sectional. Studi cross sectional adalah suatu rancangan penelitian obeservasional yang dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel independen dengan variabel dependen dimana pengukurannya dilakukan pada satu saat/serentak (Budiman, 2011). 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Posyandu Kamboja X Kelurahan Manutapen wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Alak tahun 2011 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah sekelompok individu yang tinggal di wilayah yang sama, atau sekelompok individu atau objek yang memiliki karakteristik yang sama (Budiman, 2008). Populasi penelitian ini adalah balita yang ada dan terdaftar di Posyandu Kamboja X Kelurahan Manutapen wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Alak tahun 2011 yang datang untuk ditimbang. 3.3.2 Sampel Sampel adalah sebagian kecil populasi yang digunakan dalam uji untuk memperoleh informasi statistik mengenai keseluruhan populasi. Sampel pada penelitian ini bersifat accidental sampling pengambilan sampel dengan

mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai konteks penelitian (Soekidjo, 2010). Jadi sampel yang diambil adalah balita yang terdaftar di Posyandu Kamboja X pada tahun 2011 dan pada saat dilakukan penimbangan lagi di Posyandu bulan ketika penelitian dilakukan, balita tersebut hadir. 3.4 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan adalah KMS, pulpen dan kuesioner 3.5 Cara Kerja Populasi

Menentukan Sampel

Melihat KMS

Mengadakan pengisian kuesioner terpimpin pada sampel

Analisis data berdasarkan KMS dan kuesioner

3.6 Analisis Data Analisis data menggunakan program SPSS dengan mencari nilai hubungan bermakna pada variabel independen dan variabel dependen berdasarkan metode

penelitian yang digunakan yaitu cross sectional. Analisis data juga dilakukan untuk membuat diagram berdasarkan tujuan hasil peneltian yang dilakukan. 3.7 Jadwal Kegiatan Jadwal kegiatan penelitian sampai analisis data adalah pada minggu ke-4 bulan Oktober sampai minggu ke-1 bulan November 2011. 3.8 Rencana Anggaran