provinsi sulawesi utara triwulan iii 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan,...
TRANSCRIPT
0
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara
Triwulan III 2010 Kantor Bank Indonesia Manado
1
Kata Pengantar
Sesuai Pasal 7 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dijelaskan bahwa tujuan
Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Guna mencapai
tujuan tersebut, Bank Indonesia mempunyai 3 (tiga) tugas yaitu menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
serta mengatur dan mengawasi bank. Sejalan dengan itu dan diperkuat oleh momentum
otonomi daerah, setiap Kantor Bank Indonesia (KBI) yang berada di daerah, termasuk KBI
Manado dituntut berperan sebagai yang
diharapkan mampu memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang akurat,
menyeluruh, dan terkini sebagai bahan masukan Kantor Pusat Bank Indonesia dalam
perumusan dan penetapan kebijakan moneter yang tepat sasaran. Penyajian informasi
ekonomi dan keuangan daerah tersebut, disusun dalam bentuk Kajian Ekonomi Regional
(KER) Provinsi Sulawesi Utara secara triwulanan, yang berisi analisis mengenai kondisi makro
ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat
kesejahteraan dan kemiskinan serta prospeknya ekonomi di triwulan mendatang.
Di samping itu, dalam rangka meningkatkan akuntabilitas Bank Indonesia melalui
penyampaian informasi mengenai kondisi perekonomian dan keuangan kepada stakeholder
maka KBI perlu menyampaikan informasi dimaksud kepada stakeholder di daerah seperti
pemerintah daerah, lembaga pendidikan, institusi keuangan, dan lembaga lainnya di
daerah. Kami senantiasa mengharapkan masukan dan saran untuk meningkatkan kualitas
dan manfaat laporan di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi yang berkepentingan dan kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih.
Manado, 30 September 2010
BANK INDONESIA MANADO
Ramlan Ginting
Pemimpin
2
Daftar Isi
KATA PENGANTAR halaman 1
DAFTAR ISI
halaman 2
RINGKASAN EKSEKUTIF halaman 5
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL halaman 15
Sisi Permintaan halaman 15
Sisi Penawaran halaman 26
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH halaman 37
Inflasi Tahunan (yoy) halaman 37
Inflasi Triwulanan (qtq)
Inflasi Bulanan (mtm)
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi
halaman 38
halaman 39
halaman 41
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH halaman 45
Struktur Aset Perbankan halaman 46
Perkembangan Kantor Bank halaman 46
Perkembangan Bank Umum Konvensional
Stabilitas Sistem Perbankan
Perkembangan Perbankan Syariah
Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat
halaman 46
halaman 54
halaman 58
halaman 59
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH halaman 61
Dana Perimbangan di Sulawesi Utara halaman 62
APBD di Tingkat Provinsi halaman 64
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 69
Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69
Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai halaman 74
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
halaman 77
Ketenagakerjaan halaman 77
Kesejahteraan Masyarakat halaman 80
Box 1. Elastisitas Kesempatan Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Provinsi Sulawesi Utara
halaman 80
3
PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI halaman 87
Prospek Ekonomi Makro halaman 87
Prakiraan Inflasi halaman 90
Prospek Perbankan Halaman 92
Daftar Istilah dan Singkatan halaman 93
4
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Kantor Bank Indonesia Manado Jl. 17 Agustus No. 56 Ph. 0431-868102, 868103, 868108 Fax. 0431 - 866933
Email : [email protected]; [email protected]; [email protected] website : www.bi.go.id Publikasi ini dapat diunduh dalam bentuk softfile pada: http://www.bi.go.id/web/id/DIBI/Info_Publik/Ekonomi_Regional/
5
RINGKASAN EKSEKUTIF
Perkembangan Makro Ekonomi Regional
Akselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia terus berlanjut dan
stabilitas makro masih tetap terjaga. Akselerasi tersebut didorong
oleh peningkatan konsumsi, ekspor dan investasi. Peningkatan
konsumsi dipicu oleh optimisme keyakinan konsumen, tersedianya
sumber pembiayaan konsumsi dan rendahnya harga impor.
Sementara itu, kegiatan ekspor yang membaik terutama didorong
oleh masih kuatnya permintaan dari China dan India. Peningkatan
permintaan domestik dan internasional ini berdampak pada
meningkatnya pertumbuhan investasi. Berdasarkan latar belakang
tersebut, perekonomian Indonesia di tahun 2010 diperkirakan
tumbuh 6,0%-6,3%.
Perkembangan ekonomi nasional yang terus membaik juga
tercermin pada perkembangan ekonomi di daerah yang tumbuh
positif, termasuk di Provinsi Sulawesi Utara. Secara tahunan,
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara di triwulan III-2010 tercatat
sebesar 7,04% (yoy).
Dari sisi permintaan, meningkatnya konsumsi baik swasta maupun
pemerintah, serta kinerja ekspor merupakan cerminan
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang tumbuh positif pada
triwulan III-2010. Peningkatan aktivitas konsumsi swasta didorong
oleh meningkatnya permintaan masyarakat pada bulan ramadhan
dan hari raya Idul Fitri. Tingginya aktivitas konsumsi juga ditunjang
oleh peningkatan penghasilan masyarakat sebagai dampak
pencairan Tunjangan Hari Raya (THR) serta penjualan hasil panen
raya cengkih. Bahkan, di beberapa daerah dilaksanakan perayaan
pengucapan syukur sebagai bentuk rasa terima kasih atas
keberhasilan panen. Konsumsi pemerintah juga mengalami
peningkatan yang cukup signifikan, hal ini didorong oleh
berlangsungnya penyelenggaraan Pilkada serentak di 7
Kabupaten/Kota dan Provinsi serta realisasi proyek fisik pemerintah
Akselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia terus berlanjut dan stabilitas makro masih tetap terjaga...
Perkembangan ekonomi nasional yang terus membaik juga tercermin pada perkembangan ekonomi di daerah...
Dari sisi permintaan, meningkatnya konsumsi baik swasta maupun pemerintah, serta kinerja ekspor merupakan cerminan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang tumbuh positif pada triwulan III-2010...
6
yang terus mengalami peningkatan menjelang akhir tahun
anggaran. Sementara itu, kinerja perdagangan Sulawesi Utara
masih menunjukan kinerja positif yang ditopang oleh kegiatan
ekspor antar daerah. Sedangkan, kinerja perdagangan luar negeri
masih menunjukkan adanya perlambatan. Namun demikian, secara
netto neraca perdagangan luar negeri masih mencatat surplus,
dimana volume ekspor masih lebih besar dibandingkan volume
impor. Berbeda halnya dengan kinerja konsumsi dan ekpor, kinerja
investasi di triwulan III-2010 tercatat mengalami pertumbuhan
yang negatif. Hal ini salah satunya terindikasi dari penurunan
realisasi pengadaan semen yang juga mengalami pertumbuhan
yang negatif sebesar 20,43% (yoy).
Dari sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi
Utara pada triwulan III-2010 tidak terlepas dari kinerja beberapa
sektor dominan, yakni sektor sektor pertanian, Perdagangan Hotel
dan Restoran (PHR), jasa-jasa serta sektor pengangkutan dan
komunikasi. Relatif stabilnya pertumbuhan pada sektor
pengangkutan dan komunikasi, PHR serta sektor pertanian
ditunjang oleh faktor musiman hari raya Idul Fitri, peningkatan
realisasi belanja pemerintah dan pelaksanaan panen raya cengkih.
Disamping itu, masih berlangsungnya liburan sekolah dan
dimulainya tahun ajaran baru pada awal triwulan laporan juga
turut andil dalam mendorong perekonomian daerah khususnya
pada sektor PHR dan sektor pengangkutan dan komunikasi.
Perkembangan Inflasi Daerah
Inflasi tahunan Kota Manado pada triwulan III-2010 meningkat
cukup tajam dibandingkan periode lalu. Di akhir triwulan II-2010,
inflasi masih tercatat 4,21% (yoy), namun meningkat menjadi
7,38% (yoy) pada akhir triwulan III-2010. Pencapaian ini lebih
tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional yang tercatat sebesar
5,80% (yoy). Secara triwulanan, inflasi Kota Manado juga
menunjukkan peningkatan, dari 0,2% (qtq) pada triwulan II-2010
menjadi 3,81% (qtq) pada periode laporan. Tekanan inflasi pada
Inflasi tahunan Kota Manado pada triwulan III-2010 meningkat cukup tajam dibandingkan periode lalu...
Dari sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan III-2010 tidak terlepas dari kinerja beberapa sektor dominan...
7
periode laporan terutama berasal dari kenaikan harga beberapa
bahan makanan yang bergejolak (volatile foods). Keterlambatan
pasokan karena cuaca yang tidak menentu merupakan faktor
utama kenaikan bumbu-bumbuan (seperti cabe merah dan
bawang merah). Sementara itu, terbatasnya produksi seiring
dengan terlambatnya masa panen padi dan serangan hama
kepinding mendorong pula kenaikan harga beras.
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi
secara tahunan pada triwulan III-2010 terutama berasal dari inflasi
volatile foods. Sedangkan tekanan yang berasal dari inflasi inti (dari
sisi fundamental) dan administered price relatif terjaga. Hal ini juga
dapat dikonfirmasi oleh laju inflasi triwulanan yang menunjukkan
bahwa inflasi dari komoditi volatile foods mengalami kenaikan
signifikan, sementara inflasi dari faktor fundamental (ekspektasi,
eksternal, dan interaksi permintaan-penawaran) serta administered
price mengalami kenaikan yang moderat.
Perkembangan Perbankan Daerah
Seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian, kinerja
perbankan Sulawesi Utara pada triwulan III-2010 (posisi
September 2010) menunjukkan perkembangan yang cukup
menggembirakan, tercermin dari perkembangan positif berbagai
indikator perbankan pada triwulan laporan dan relatif terjaganya
stabilitas sistem perbankan di Sulawesi Utara. Laju pertumbuhan
total aset, dana pihak ketiga (DPK) dan kredit tercatat mengalami
pertumbuhan yang positif. Total aset perbankan tumbuh 12,35%
(yoy) mencapai Rp.16.695 miliar, yang antara lain didorong oleh
pertumbuhan kredit sebesar 18,98% menjadi Rp.11.904 miliar.
Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) menunjukkan
pertumbuhan 14,28% sehingga menjadi Rp11.114 miliar. Sejalan
dengan hal tersebut, stabilitas sistem perbankan di Sulawesi Utara
yang meliputi aspek risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan
indikator lainnya relatif terkendali. Non Performing Loans (NPLs)
relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu
Seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian, kinerja perbankan Sulawesi Utara pada triwulan III 2010 menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan...
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan pada triwulan III-2010 terutama berasal dari inflasi volatile foods...
8
dibawah 5%. Aspek penyerapan dana masyarakat yang tercermin
dari Loan to Deposit Ratio (LDR) berada pada level sedikit di atas
100%, sebagai akibat laju pertumbuhan kredit yang lebih tinggi
dibandingkan dengan laju pertumbuhan DPK.
Sementara itu, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi
Utara pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan positif
terkecuali total DPK. Total aset bank umum syariah secara
tahunan, sampai dengan September 2010 tumbuh 92,98% (yoy),
seiring dengan meningkatnya penyaluran pembiayaan sebesar
55,87%. Hal ini perlu mendapat perhatian mengingat tingginya
tingkat pertumbuhan pembiayaan yang belum diimbangi oleh
besaran dana yang berhasil dihimpun. Dengan kondisi tersebut,
Financing to Deposit Ratio (FDR) meningkat tajam dari 84,85%
pada triwulan III-2009 menjadi sebesar 208,33% pada triwulan III-
2010.
Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan III-2010
menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Hal
ini tercermin dari peningkatan laju pertumbuhan Aset, Dana Pihak
Ketiga (DPK) dan Kredit dibandingkan dengan periode yang sama
tahun sebelumnya. Namun, hal ini ternyata tidak diikuti dengan
perbaikan kualitas kredit dan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR).
Pada triwulan laporan, pertumbuhan asset BPR secara tahunan
meningkat dari 22,28% (yoy) pada triwulan III-2009 menjadi
40.57% (yoy) atau mencapai Rp334,3 miliar. Selanjutnya
pertumbuhan kredit meningkat dari 21,05% (yoy) menjadi
26,16% (yoy) atau mencapai Rp246,8 miliar. DPK juga mengalami
peningkatan pertumbuhan dari 19,91% (yoy) menjadi
48,68%(yoy) atau mencapai Rp255 miliar. Berdasarkan komponen
pembentuknya, deposito masih mendominasi dengan pangsa
76,85%. Secara sektoral, kredit terutama disalurkan pada sektor
lain-lain (konsumsi) dengan pangsa 72,62% dan sektor PHR
dengan pangsa 16,78%. Berdasarkan jenis penggunaannya,
sebagian besar kredit yang disalurkan merupakan kredit konsumsi
dengan pangsa mencapai 65,03% dari total kredit. Hal ini
Sementara itu, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan positif terkecuali total DPK...
Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan III 2010 menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan...
9
diperkirakan merupakan indikasi dari meningkatnya aktivitas
perekonomian khususnya di sektor konsumsi. Rasio LDR
mengalami penurunan dari 114% pada triwulan III-2009 menjadi
96.8% pada triwulan III-2010 sebagai dampak laju pertumbuhan
DPK yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan laju
pertumbuhan kredit. Hal yang perlu mendapat perhatian adalah
menurunnya kualitas kredit BPR yang ditunjukkan oleh
peningkatan persentase kredit bermasalah (NPL gross) yang
mencapai 4,40% pada triwulan laporan.
Perkembangan Keuangan Daerah (APBD)
Transfer dana dari pemerintah pusat yang bersumber dari
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) ke Provinsi/Kab/Kota
di wilayah Sulawesi Utara pada Tahun 2010 mencapai Rp5,68
Triliun atau meningkat 0,12% dibandingkan tahun sebelumnya.
Berdasarkan komponen penyusunnya, kenaikan transfer dana dari
pemerintah pusat terutama berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU)
yang merupakan komponen dari dana perimbangan yang naik
9,17% (yoy) mencapai Rp4,43 Triliun. Sementara itu Dana
Penyesuaian dan Otonomi khusus justru mengalami penurunan
sebesar 43,88% dibandingkan tahun sebelumnya.
Kinerja keuangan pemerintah pada triwulan III-2010 menunjukan
pencapaian yang lebih baik, hal ini tercermin dari realisasi
pendapatan dan belanja daerah yang mengalami peningkatan
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan
III-2010 realisasi belanja pemerintah telah mencapai 67,3%, lebih
tinggi dibandingkan realisasi pada triwulan III-2009 yang hanya
sekitar 58%. Dari sisi penerimaan, realisasi pendapatan pemerintah
Provinsi Sulawesi Utara mencapai 85,2%, lebih baik dibandingkan
periode yang sama tahun lalu sebesar 75,4%. Pencapaian ini
didorong oleh naiknya penerimaan dari sisi pajak dan retribusi
daerah serta penerimaan lain-lain yang berasal dari hasil penjualan
aset daerah dan penerimaan bunga deposito atas rekening pemda.
Peningkatan penerimaan pajak dan retribusi daerah terkait dengan
Transfer dana dari pemerintah pusat yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) ke Provinsi/Kab/Kota diwilayah Sulawesi Utara pada Tahun 2010 meningkat...
Kinerja keuangan pemerintah pada triwulan III-2010 menunjukan pencapaian yang lebih baik...
10
meningkatnya aktivitas perekonomian, terutama yang bersumber
dari penjualan kendaraan bermotor yang berdampak pada
peningkatan penerimaan atas Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor.
Perkembangan Sistem Pembayaran
Bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, selama
triwulan III-2010 transaksi sistem pembayaran di Sulawesi Utara
mengalami peningkatan, baik pada sistem pembayaran tunai
maupun non tunai. Pada sistem permbayaran tunai, peningkatan
ini dapat terkonfirmasi dari tingginya aktivitas transaksi tunai yang
mencatat net outflow. Sementara pada pembayaran non tunai,
peningkatan ini tercermin dari naiknya nilai dan volume transaksi
kliring dan RTGS. Kondisi tersebut sejalan dengan semakin
menggeliatnya perekonomian di Sulawesi Utara selama periode
laporan.
Selama triwulan III-2010, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk
tercatat sebesar 64,11%, telah jauh menurun dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 402,99%.
Secara nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga
selama triwulan laporan adalah sebesar Rp308,77 miliar, jauh lebih
sedikit dibandingkan triwulan III-2009 yang tercatat sebesar
Rp490,29 miliar.
Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia
Manado pada triwulan III-2010 menunjukkan adanya peningkatan
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Total uang
palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Bank Indonesia Manado
pada triwulan III-2010 tercatat sebanyak 106 lembar yang terdiri
dari 94 lembar uang pecahan Rp100.000,-, 10 lembar uang
pecahan Rp50.000,-, dan 2 lembar uang pecahan Rp20.000,-.
Perkembangan kliring di wilayah Sulawesi Utara (tunai) selama
triwulan III-2010 mengalami peningkatan, jumlah warkat yang
dikliringkan sebanyak 82.862 lembar dengan nilai Rp1.914 miliar
Bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, selama triwulan III-2010 transaksi sistem pembayaran di Sulawesi Utara mengalami peningkatan...
Selama triwulan III-2010, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk tercatat sebesar 64,11%...
Perkembangan kliring di wilayah Sulawesi Utara selama triwulan III-2010 tercatat mengalami peningkatan ...
Penemuan uang palsu di wilayah kerja KBI Manado pada triwulan laporan menunjukan peningkatan . . .
11
atau meningkat sebesar 11,20% (yoy) dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya. Jika dilihat berdasarkan rata-rata harian
lembar warkat yang dikliringkan selama periode laporan tercatat
1.315 lembar dengan nilai Rp30,39 miliar atau tumbuh 5,82%
(yoy).
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan
Kesejahteraan Masyarakat
Seiring dengan membaiknya berbagai indikator makro ekonomi
regional, perbankan, sistem pembayaran dan fiskal pada triwulan III
2010, kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi Utara terus
menujukkan perbaikan. Tingkat Pengangguran di Sulawesi Utara
pada Februari 2010 menurun, yang tercermin dari nilai TPT
(Tingkat Pengangguran Terbuka) sebesar 10,48%, merupakan
angka terendah sejak tahun 2006. Jumlah penyerapan tenaga kerja
baru diperkirakan masih menunjukkan perkembangan positif pada
triwulan laporan. Berdasarkan jenis lapangan pekerjaan, pertanian
masih menjadi sektor lapangan pekerjaan utama, walaupun telah
terjadi pergeseran ke sektor lainnya, terutama sektor perdagangan
dan sektor jasa.
Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, secara umum tingkat
kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara diperkirakan sedikit
meningkat di triwulan III tahun 2010. Hal ini terkonfirmasi dengan
Indeks Ekspektasi Penghasilan berdasarkan Survei Konsumen (SK)
Kota Manado yang berada pada level optimis sebesar 155.5 pada
triwulan laporan. Secara khusus bagi masyarakat petani, tingkat
kesejahteraannya terindikasi mengalami sedikit peningkatan.
Kondisi ini tercermin dari rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi
Utara selama triwulan III-2010 sebesar 101,87 lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 100,54.
Outlook Pertumbuhan Ekonomi
Perekonomian Sulawesi Utara diperkirakan akan terus mengalami
akselerasi hingga triwulan IV-2010. Pertumbuhan ekonomi
Seiring dengan membaiknya berbagai indikator makro ekonomi regional, perbankan, sistem pembayaran dan fiskal pada triwulan III 2010, kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi Utara terus menunjukkan perbaikan...
Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, secara umum tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara diperkirakan meningkat di triwulan III tahun 2010...
Perekonomian Sulawesi Utara diperkirakan akan terus mengalami akselerasi hingga triwulan IV-2010...
12
Sulawesi Utara pada periode tersebut diperkirakan berada pada
kisaran 7,2% (yoy) ± 0,5%, melambat dibandingkan pertumbuhan
pada triwulan IV-2009 (7,96%) yang lebih banyak didorong oleh
adanya multiplier effect perhelatan event berskala internasional.
Sumber laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan
IV-2010 diantaranya adalah meningkatnya belanja pemerintah
menjelang akhir tahun anggaran, berlangsungnya perayaan hari
besar keagamaan ( Idul Adha, dan Hari Natal)
serta Tahun Baru 2011. Namun demikian, kondisi cuaca yang tidak
kondusif dimana musim penghujan relatif berlangsung secara terus
menerus menjadi tantangan tersendiri bagi perkembangan
perekonomian Sulawesi Utara di triwulan IV-2010.
Dari sisi permintaan, kegiatan konsumsi dan ekspor masih
mendominasi laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara.
Konsumsi masyarakat diperkirakan akan mengalami peningkatan,
terkait dengan perayaan Idul Adha yang jatuh pada tanggal 17
November, 5 Desember 2010, Natal dan tahun
baru. Peningkatan konsumsi masyarakat juga didukung oleh
naiknya daya beli masyarakat karena adanya pendapatan atas hasil
panen raya cengkih yang masih terus berlangsung hingga akhir
Oktober 2010. Sementara itu, kinerja ekspor pada triwulan IV-
2010 diperkirakan akan membaik. Potensi ekspor Sulawesi Utara
yang utama adalah produk kelapa seperti minyak kelapa murni
(virgin coconut oil), dan produk turunannya diantaranya adalah
tepung kelapa dan arang kelapa. Perkembangan komponen
investasi diperkirakan akan lebih tinggi pada triwulan IV-2010, hal
ini terkait dengan semakin meningkatnya realisasi proyek-proyek
fisik pemerintah menjelang akhir tahun anggaran khususnya untuk
proyek infrastruktur. Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi
pada triwulan IV-2010 diperkirakan masih akan ditopang oleh
sektor dominan, seperti sektor PHR, bangunan, serta sektor
pengangkutan dan komunikasi.
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2010 diperkirakan masih akan ditopang oleh sektor dominan...
Dari sisi permintaan, kegiatan konsumsi dan ekspor masih mendominasi laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara...
13
Outlook Inflasi Regional
Inflasi Kota Manado hingga akhir tahun 2010 diperkirakan sebesar
5,1% ± 0,5% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi pada periode
yang sama tahun lalu sebesar 2,31% (yoy). Meningkatnya tekanan
inflasi pada triwulan IV-2010 terutama disebabkan oleh tekanan
eskternal dan interaksi permintaan dan penawaran yang relatif
tinggi serta hasil panen bahan makanan yang kurang maksimal.
Prospek Perbankan
Perkembangan berbagai indikator perbankan di Sulawesi Utara
pada triwulan IV-2010 diperkirakan masih baik. Kebijakan Bank
Indonesia untuk tetap mempertahankan suku bunga acuannya (BI
rate) sebesar 6,5% mendorong perbankan untuk lebih ekspansif
dalam melakukan pembiayaan yang didukung oleh kecenderungan
menurunnya suku bunga kredit. Sementara itu, jumlah Dana Pihak
Ketiga yang berhasil dihimpun pada triwulan mendatang
diperkirakan akan mengalami peningkatan. Hal ini didorong oleh
potensi meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat seiring
dengan realisasi hasil penjualan panen raya cengkeh dan potensi
membaiknya kinerja ekspor Sulawesi Utara.
Dari sisi penyaluran kredit, hasil rekapitulasi Rencana Bisnis Bank
(RBB) 2010 menunjukkan bahwa perbankan Sulawesi Utara
optimis untuk terus meningkatkan penyaluran kreditnya hingga 25
30%, lebih tinggi dibandingkan target penyaluran kredit secara
nasional yang hanya berada pada kisaran 17%.
Inflasi Kota Manado pada triwulan IV-2010 atau inflasi tahun 2010 diperkirakan sebesar 5,1% ± 0,5% (yoy)...
Perkembangan berbagai indikator perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan IV-2010 diperkirakan masih baik...
Dari sisi penyaluran kredit, hasil rekapitulasi...
14
Halaman ini sengaja dikosongkan
15
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Utara (yoy)
6,96%7,19%
7,88% 8,06%
7,45%
8,31%
7,63%7,96%
6,75% 6,80%7,04%
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
9%
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2008 2009 2010
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Akselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia terus berlanjut dan stabilitas makro masih tetap
terjaga. Akselerasi tersebut didorong oleh peningkatan konsumsi, ekspor dan investasi.
Peningkatan konsumsi dipicu oleh optimisme keyakinan konsumen, tersedianya sumber
pembiayaan konsumsi dan rendahnya harga impor. Sementara itu, kegiatan ekspor yang
membaik terutama didorong oleh masih kuatnya permintaan dari China dan India.
Peningkatan permintaan domestik dan internasional ini berdampak pada meningkatnya
pertumbuhan investasi. Berdasarkan latar belakang tersebut, perekonomian Indonesia di
tahun 2010 diperkirakan tumbuh 6,0%-6,3%.
Perkembangan ekonomi nasional yang terus membaik juga tercermin pada perkembangan
ekonomi di daerah yang tumbuh positif, termasuk di Provinsi Sulawesi Utara. Secara
tahunan, pertumbuhan ekonomi Sulawesi
Utara pada triwulan III-2010 tercatat
sebesar 7,04% (yoy). Optimisme semakin
membaiknya kondisi perekonomian serta
prospek ke depan mendorong
peningkatan kinerja konsumsi. Sementara
itu, ekspor Sulawesi Utara terus
menunjukkan pergerakan positif, seiring
dengan membaiknya permintaan dari
domestik maupun internasional. Dari sisi
penawaran, sektor Petanian, Perdagangan,
Hotel dan Restoran, Jasa-jasa serta Pengangkutan dan Komunikasi masih merupakan
lokomotif pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara di triwulan III-2010.
1. SISI PERMINTAAN
Meningkatnya konsumsi, baik swasta maupun pemerintah, serta kinerja ekspor merupakan
cerminan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang tumbuh positif pada triwulan III-
2010. Peningkatan aktivitas konsumsi swasta didorong oleh meningkatnya permintaan
16
Q1 Sumb. Q2 Sumb. Q3 Sumb. Q1 Sumb. Q2 Sumb. Q3 Sumb.
Konsumsi 8,53 5,84 6,44 4,15 3,38 4,27 5,04 3,49 7,90 5,00 9,72 6,01
Konsumsi Swasta 5,12 2,40 5,16 2,24 2,60 1,50 5,24 2,41 7,17 3,00 7,28 3,01
Konsumsi Pemerintah 15,95 3,44 9,04 1,91 4,99 1,05 4,65 1,08 9,35 1,99 14,63 3,00
PMTB 10,03 2,01 6,33 1,35 8,25 2,07 43,72 8,97 2,94 0,61 -0,19 -0,05
Stok -19,93 -0,26 -36,13 -0,88 -32,49 -0,77 9,16 0,09 15,18 0,22 17,94 0,27
Ekspor 5,96 2,92 6,90 3,40 -9,63 -5,11 -3,11 -1,50 13,01 6,33 26,29 10,66
Impor 7,89 3,06 -0,78 -0,29 -21,98 -8,90 11,05 4,30 15,67 5,35 33,91 9,85
PDRB 7,45 7,50 8,31 8,31 7,63 7,63 6,75 6,75 6,80 6,80 7,04 7,04
20102009Jenis Penggunaan
masyarakat pada bulan ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Tingginya aktivitas konsumsi juga
ditunjang oleh peningkatan penghasilan masyarakat sebagai dampak pencairan Tunjangan
Hari Raya (THR) serta penjualan hasil panen raya cengkih. Konsumsi pemerintah juga
mengalami peningkatan yang cukup signifikan, hal ini didorong oleh berlangsungnya
penyelenggaraan Pilkada serentak di 7 Kabupaten/Kota dan Provinsi serta realisasi proyek
fisik pemerintah yang terus mengalami peningkatan menjelang akhir tahun anggaran.
Sementara itu, kinerja perdagangan Sulawesi Utara masih menunjukan pertumbuhan positif
yang ditopang oleh kegiatan ekspor antar daerah. Kondisi ini sedikit berbeda dengan kinerja
perdagangan luar negeri yang justru memperlihatkan perkembangan yang melambat.
Namun, secara netto neraca perdagangan luar negeri Sulawesi Utara masih mencatat
surplus, dimana volume ekspor masih lebih besar dibandingkan volume impor.
Berbeda halnya dengan kinerja konsumsi dan ekpor, kinerja investasi di triwulan III-2010
mengalami kontraksi. Hal ini salah satunya terindikasi dari penurunan realisasi pengadaan
semen yang turun sebesar 20,43% (yoy).
Tabel 1.1. Pertumbuhan Provinsi Sulawesi Utara Menurut Penggunaan (% yoy)
1.1. Konsumsi
Konsumsi swasta pada triwulan III-2010 tumbuh 7,28% (yoy), meningkat signifikan bila
dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu sebesar 2,60% (yoy).
Beberapa faktor yang mendorong peningkatan tersebut antara lain adalah naiknya
penghasilan masyarakat yang utamanya disebabkan oleh tambahan pendapatan yang
bersumber dari pencairan Tunjangan Hari Raya (THR) dan hasil penjualan panen raya
cengkih. Perilaku masyarakat Sulawesi Utara yang cenderung konsumtif akan merespon
sebagian besar dari porsi tambahan pendapatan ini untuk kegiatan konsumsi. Selain itu
faktor musiman libur sekolah dan tahun ajaran baru serta berlangsungnya bulan ramadhan
dan perayaan Idul fitri juga turut berperan dalam meningkatkan konsumsi swasta. Bahkan,
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
17
50
70
90
110
130
150
170
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S
2009 2010
Kondisi Ekonomi Saat Ini Ekspektasi Konsumen
Indeks Keyakinan Konsumen
Grafik 1.2. Indeks Keyakinan Konsumen
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Manado.
40
60
80
100
120
140
160
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S
2009 2010
Penghasilan Saat Ini Pembelian Barang Tahan Lama
Ketersediaan Lap. Kerja
di beberapa daerah dilaksanakan perayaan pengucapan syukur sebagai bentuk rasa terima
kasih atas keberhasilan panen. Hal ini turut pula mendorong peningkatan kegiatan
konsumsi.
Kinerja konsumsi swasta salah satunya terindikasi
dari tren peningkatan indeks keyakinan
konsumen. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di
Kota Manado sepanjang triwulan III-2010 terus
memperlihatkan tren peningkatan. Pada akhir
triwulan laporan (September 2010) IKK
mencapai 138,08 sebagaimana terlihat pada
grafik 1.2. Jika dilihat berdasarkan
komponennya, kenaikan terjadi pada seluruh
komponen penyusun Indeks Kondisi Ekonomi
Saat ini yang meliputi Indeks Penghasilan Saat Ini, Indeks Pembelian Barang Tahan Lama
(Durable Goods) serta Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja. Hal ini menunjukkan bahwa
kondisi usaha yang semakin membaik berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja yang
lebih besar, yang selanjutnya mendorong kenaikan penghasilan masyarakat, dan naiknya
konsumsi rumah tangga. Optimisme konsumen juga diperlihatkan tidak hanya pada kondisi
ekonomi saat ini, tetapi juga pada kondisi di masa yang akan datang. Hal ini tercermin dari
Indeks Ekspektasi yang juga mengalami peningkatan pada seluruh komponennya yakni
Indeks Ekspektasi Kondisi Perekonomian, Indeks Ekspektasi Penghasilan, dan Indeks
Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja.
Grafik 1.3.
Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Grafik 1.4.
Komponen Indeks Ekspektasi
40
60
80
100
120
140
160
180
200
J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S
2009 2010
Ekspektasi Penghasilan Ekspektasi Ekonomi
Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Manado. Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Manado.
18
Grafik 1.5.
Indeks Nilai Tukar Petani Per Sub-Sektor
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
90
95
100
105
110
115
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010
NTP
batas minimum sejahteraPangan
Holtikultura
Perkebunan
Peternakan
Perikanan
Peningkatan kegiatan konsumsi selama
triwulan laporan tak lepas pula dari relatif
terjaganya daya beli masyarakat
khususnya petani tercermin dari Nilai
Tukar Petani (NTP). Selama triwulan
laporan, rata-rata indeks NTP sebesar
101,87, lebih tinggi jika dibandingkan
rata-rata periode yang sama tahun lalu
sebesar 100,54. Dalam Indeks NTP yang
ditunjukan pada grafik 1.5., sepanjang
tahun 2009 sampai September 2010 NTP
Sulawesi Utara selalu berada dalam
kategori sejahtera (indeks > 100).
Sebagaimana diketahui, berdasarkan komposisinya hampir 40% masyarakat di Sulawesi
Utara bermata pencaharian bertani, sehingga tingkat kesejahteraan petani mampu
memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap aktivitas konsumsi rumah tangga.
Dalam grafik juga dapat dilihat, bahwa indeks subsektor perkebunan tercatat lebih tinggi
dibandingkan subsektor lainnya. Hal ini semakin mempertegas bahwa sektor perkebunan
masih menjadi andalan Sulawesi Utara, khususnya untuk komoditi unggulan seperti kelapa,
cengkih dan pala.
Peningkatan kegiatan konsumsi selama triwulan laporan juga dapat dikonfirmasi melalui
data perkembangan kredit konsumsi yang disalurkan bank umum. Sampai dengan akhir
triwulan III-2010, kredit konsumsi yang berhasil disalurkan bank umum mencapai Rp7.003
miliar, atau tumbuh 26,27% (yoy). Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan kredit
konsumsi, penjualan kendaraan roda empat di wilayah Kota Manado dan sekitarnya juga
mengalami kenaikan sebagaimana data yang disajikan oleh salah satu dealer utama
kendaraan roda empat di Kota Manado. Selama triwulan III-2010, pertumbuhan penjualan
kendaraan roda empat mengalami kenaikan hingga 63,07% (yoy). Adanya kenaikan
pendapatan masyarakat yang bertepatan dengan panen raya cengkih serta realisasi THR
direspon oleh masyarakat dengan melakukan pembelian barang dan jasa khususnya
pembelian barang tahan lama.
19
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
0
100
200
300
400
500
600
700
800
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010
Total Sales (Unit) - left axis
gSales (% yoy) - right axis
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
8.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2008 2009 2010
Kredit_Konsumsi (Rp miliar) - left axis
gKredit_Konsumsi (% yoy) - right axis
Sementara itu, kegiatan konsumsi pemerintah selama triwulan III-2010 tercatat mengalami
pertumbuhan yang cukup signifikan mencapai 14,63% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
triwulan III-2009 yang hanya tumbuh 4,99% (yoy). Peningkatan ini antara lain dapat
dikonfirmasi dengan kenaikan realisasi anggaran belanja di triwulan III-2010 yang telah
mencapai 67,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya tercatat sebesar
58%. Selain itu, belanja pemerintah daerah terkait persiapan Pilkada juga turut
berkontribusi terhadap pertumbuhan konsumsi pemerintah.
1.2. Investasi
Pada triwulan III-2010, investasi di Sulawesi Utara mengalami kontraksi sebesar 0,19%
(yoy). Sejalan dengan itu, kontribusi investasi terhadap pertumbuhan ekonomi juga
mengalami penurunan dengan sumbangan minus 0,05% terhadap pertumbuhan ekonomi
pada triwulan laporan.
Beberapa indikator yang dapat menjelaskan penurunan ini antara lain adalah data volume
penjualan semen di triwulan III-2010 yang mengalami penurunan bila dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya. Rata-rata penjualan semen sepanjang triwulan III-2010
tercatat 103 ribu ton atau turun 20,43% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang
mencapai 130 ribu ton. Rendahnya kontribusi kinerja investasi juga terlihat dari
perkembangan volume impor barang modal yang menunjukan perlambatan. Sampai
dengan bulan Agustus 2010, volume impor barang modal hanya tercatat sebesar 369,97
ton atau mengalami penurunan sebesar 76,42% dibandingkan periode yang sama tahun
lalu sebesar 1.569,31 ton.
Sumber : Dealer Utama Penjualan Kendaraan Roda Empat, diolah Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah
Grafik 1.7. Perkembangan Penjualan Kendaraan Roda Empat
Grafik 1.6. Perkembangan Kredit Konsumsi Bank Umum
20
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
-
200
400
600
800
1.000
1.200
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2008 2009 2010
Kredit_Investasi (Rp miliar) - left axis
gKredit_Investasi (% yoy) - right axis
-1.000
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
5.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)
2009 2010
Capital (Ton) - left axis
gCapital (% yoy) - right axis
-25
-20
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
25
0
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010
Volume (ton) - left axis g_semen (%) - right axis
Prompt Indicator lain yang dapat
mengkonfirmasi penurunan kinerja investasi
juga ditunjukan oleh hasil Survei Penjualan
Eceran yang dilakukan oleh Kantor Bank
Indonesia Manado. Indeks penjualan untuk
bahan konstruksi mengalami penurunan
sebesar 24,43% dari indeks 430,15 pada
triwulan III-2009 menjadi 325,07 pada
triwulan III-2010.
Sementara itu, jika melihat besaran
kredit investasi yang disalurkan Bank Umum di
wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Manado.
Sampai akhir triwulan III-2010, jumlah kredit
investasi tercatat sebesar Rp1.018 miliar atau
tumbuh 10,91% (yoy). Pencapaian
pertumbuhan kredit investasi ini lebih tinggi
dibandingkan triwulan III-2009 yang hanya
tumbuh 6,55% (yoy).
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah
Grafik 1.11. Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum
Grafik 1.9.
Perkembangan Volume Impor Barang Modal
Sumber : Asosiasi Semen, diolah Ket: *) s.d. Agustus2010 Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter, diolah
Grafik 1.8.
Perkembangan Penjualan Semen Provinsi Sulawesi Utara
-100
-50
0
50
100
150
200
0
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600
I II III IV I II III IV I II III
2008 2009 2010
Bahan konstruksi Growth (% - yoy)
Grafik 1.10.
Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Bahan Konstruksi
Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE), KBI Manado
21
-120
-100
-80
-60
-40
-20
0
20
40
200
210
220
230
240
250
260
270
280
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010
Muat (Ribu ton) - left axis gMuat (% yoy) - right axis
1.3. Ekspor – Impor
Kinerja perdagangan Sulawesi Utara di triwulan III-2010 terus mengalami pertumbuhan
positif. Indikasi membaiknya kinerja ekspor terutama disumbang oleh perdagangan antar
daerah/provinsi yang ditunjukkan oleh tren pertumbuhan permintaan ekspor dari daerah
lain. Sementara itu, apabila dilihat dari sisi pertumbuhan tahunan, kinerja ekspor luar negeri
mengalami sedikit perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Volume dan
nilai ekspor luar negeri pada triwulan III-2010 (sampai dengan bulan Agustus 2010) tercatat
masih menunjukan pertumbuhan yang negatif masing-masing sebesar 13,35% (yoy) dan
11,26% (yoy). Namun demikian, kinerja ekspor sampai dengan akhir triwulan III-2010
(September 2010) diharapkan dapat mencapai pertumbuhan yang positif, mengingat
terdapat beberapa realisasi ekspor di akhir triwulan laporan khususnya untuk komoditas
unggulan Sulut.
Kinerja ekspor Sulawesi Utara selama
triwulan III-2010 tumbuh 26,29% (yoy).
Salah satu indikator yang dapat
mengkonfirmasi kinerja ekspor pada
triwulan laporan adalah perkembangan
volume ekspor baik ke luar negeri
maupun ke pasar domestik (antar daerah).
Perkembangan kegiatan ekspor antar
daerah/provinsi dapat dikonfirmasi
Grafik 1.12.
Perkembangan Volume Ekspor Sulawesi Utara
Sumber : PT. Pelindo IV (Persero) Bitung, diolah
Tabel 1.2. Perkembangan Realisasi Ekspor Sulawesi Utara
Sumber : Berbagai Media, diolah
Periode Komoditi Ekspor Nilai/VolumeNegara/Daerah
Tujuan
Tepung kelapa• 3,4 ton • Vietnam
Cengkih 2 ton/USD13.600 Singapura
Pala
• 25 ton/Rp911,8 juta • Amerika Seikat
Produk Holtikultura
• Kentang • ±1.000 tonKaltim dan Kawasan
Timur Indonesia
Ikan tuna segar 14,36 ton/USD109,30 ribu Amerika Serikat
Vanili 5,99 ton/USD93,14 ribu Belanda
Triwulan III-
2010
22
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
0
50
100
150
200
250
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)
2009 2010
Ekspor_Vol (Ribu ton) - left axis
gEkspor_Vol (% yoy) - right axis
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
0
20
40
60
80
100
120
140
160
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)
2009 2010
Ekspor_Value (Juta USD) - left axis
gEkspor_Value (% yoy) - right axis
dengan kegiatan muat barang melalui pelabuhan Bitung. Kegiatan muat didefinisikan
sebagai kegiatan pengiriman barang dari Sulawesi Utara ke luar provinsi. Selama triwulan III-
2010, volume barang asal Sulawesi Utara yang dikirim (muat) ke pasar domestik mencapai
255,83 ribu ton atau meningkat 5,89% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu, kegiatan ekspor luar negeri sampai dengan bulan Agustus 2010 masih
menunjukan adanya perlambatan. Volume ekspor Sulawesi Utara ke luar negeri periode Juli
dan Agustus 2010 hanya mencapai 75,60 ribu ton atau turun 13,35% (yoy) dibandingkan
periode yang sama tahun lalu. Sejalan dengan jumlah volume ekspor, nilai ekspor pada
triwulan laporan tercatat sebesar USD71,71 juta atau turun 11,26% (yoy). Namun
demikian, jika melihat tren pertumbuhannya, sampai dengan Agustus 2010 kinerja ekspor
Sulut memperlihatkan adanya perbaikan.
Berdasarkan jenisnya, komoditi utama ekspor luar negeri terutama dalam bentuk Food &
Live Animals serta Animals & Vegetable Oils & Fats khususnya olahan dari produk kopra,
minyak kelapa (Virgin Coconut Oil) dan ikan. Komposisi negara tujuan ekspor tidak jauh
berbeda bila dibandingkan pada tahun 2009. Negara tujuan utama ekspor Sulut sampai
dengan Agustus 2010 adalah Cina (20,98%), Amerika Serikat (18,54%), Australia
(12,82%), Korea Selatan (11,81%) dan Belanda (11,20%).
Grafik 1.14. Perkembangan Nilai Ekspor Sulawesi Utara
Grafik 1.13. Perkembangan Volume Ekspor Sulawesi Utara
Ket: *) s.d. Agustus 2010 Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia
Ket: *) s.d. Agustus 2010 Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia
23
18,54%
20,98%
12,82%11,20%
1,69%
11,81%
2,76%
18,23%
US
Cina
Australia
Belanda
Jerman
Korsel
Jepang
Lainnya
Sama halnya dengan kinerja ekspor, kinerja impor Sulawesi Utara secara umum juga
menunjukkan pertumbuhan positif, yang didorong oleh kinerja impor antar provinsi.
Peningkatan impor antar provinsi dapat dikonfirmasi melalui kegiatan bongkar barang di
pelabuhan Bitung. Kegiatan bongkar didefinisikan sebagai masuknya barang dari luar
provinsi ke Sulawesi Utara. Selama triwulan III-2010, volume barang yang masuk ke
Sulawesi Utara (bongkar) mencapai 3.525 ribu ton atau meningkat 9,67% (yoy)
dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar 3.214 ribu ton.
Sementara itu, jika dianalisa secara mendalam, khusus kinerja impor luar negeri justru
mengalami kontraksi sebesar 51,40% pada triwulan III-2010. Kinerja impor luar negeri
antara lain dapat dikonfirmasi dengan data volume impor selama Juli dan Agustus 2010
yang hanya sebesar 0,83 ribu ton atau mengalami perlambatan yang cukup signifikan
dibandingkan periode Juli-Agustus tahun 2009 dengan total volume impor yang mencapai
13,90 ribu ton. Berdasarkan nilainya, impor luar negeri juga mengalami penurunan sebesar
56,83% dari USD16,61 juta pada periode Juli-Agustus 2009 menjadi hanya USD7,17 juta
pada periode Juli-Agustus 2010.
Tabel 1.3.
Komoditi Utama Ekspor Sulut (dlm Ribu Ton)
Ket: *) s.d. Agustus 2010 Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia
21%
19%
16%
8%
7%
6%
23%
Belanda
China
Amerika Serikat
Korea Selatan
Jepang
Jerman
Negara Lainnya
Grafik 1.15.
Negara Tujuan Utama Ekspor Tahun 2009
Grafik 1.16. Negara Tujuan Utama Ekspor Januari Agustus 2010
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)
Food and Live Animals 36,27 71,82 43,54 66,47 46,22 52,09 32,66
Animal and Vegetable Oils&Fats 48,13 132,62 114,83 128,47 112,27 88,36 39,25
Others 1,53 9,86 1,79 11,65 6,80 20,42 3,68
Total 85,94 214,30 160,16 206,59 165,29 160,86 75,59
Komoditi2009 2010
24
Secara agregat neraca perdagangan luar negeri Sulawesi Utara pada periode Juli-Agustus
2010 masih berada pada kondisi surplus perdagangan sebesar USD64,54 juta atau
mengalami pertumbuhan sebesar 0,54% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hal
ini berarti bahwa nilai ekspor luar negeri lebih tinggi dibandingkan nilai impor dari luar
negeri ke Sulawesi Utara.
Grafik 1.19.
Perkembangan Net Volume Ekspor-Impor Sulawesi Utara
Grafik 1.17. Perkembangan Volume Impor Sulawesi Utara
Grafik 1.18. Perkembangan Nilai Impor Sulawesi Utara
Ket: *) s.d. Agustus 2010 Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia
Grafik 1.20.
Perkembangan Net Value Ekspor-Impor Sulawesi Utara
Ket: *) s.d. Agustus 2010 Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia
Ket: *) s.d. Agustus 2010 Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia
Ket: *) s.d. Agustus 2010 Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia
-500
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)
2009 2010
Impor_Vol (Ribu ton) - left axis
gImpor_Vol (% yoy) - right axis
-2.000
0
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
0
5
10
15
20
25
30
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)
2009 2010
Impor_Value (Juta USD) - left axis
gImpor_Value (% yoy) - right axis
-70
-50
-30
-10
10
30
50
70
90
0
50
100
150
200
250
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)
2009 2010
NetExim_Vol (Ribu ton) - left axis
gNetExim_Vol (% yoy) - right axis
-70
-50
-30
-10
10
30
50
0
20
40
60
80
100
120
140
160
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)
2009 2010
NetExim_Value (Juta USD) - left axis
gNetExim_Value (% yoy) - right axis
25
Berdasarkan strukturnya, kegiatan impor luar negeri pada triwulan laporan (sampai dengan
Agustus 2010) masih didominasi oleh impor barang modal dengan pangsa 65,49%.
Beberapa produk barang modal tersebut antara lain mesin, perkakas dan alat transportasi.
Meningkatnya komposisi barang impor dalam bentuk mesin, peralatan dan material ini
diharapkan dapat meningkatkan kegiatan investasi di Sulawesi Utara. Berdasarkan negara
asal barangnya, barang impor sepanjang Tahun 2009 sampai dengan Agustus 2010 lebih
dominan didatangkan dari negara China (61,17%), Australia (15,33%) dan Jepang
(6,65%).
2. SISI PENAWARAN
Peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan III-2010 tidak terlepas
dari pertumbuhan kinerja sektor dominannya, yakni sektor sektor pertanian, Perdagangan
Hotel dan Restoran (PHR), jasa-jasa serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Relatif
Tabel 1.4. Komoditi Utama Impor Sulut (dlm Ton)
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia
Ket: *) s.d. Agustus 2010 Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia
15,99%
11,34%
7,29%
37,90%
21,02%
6,46%Filipina
Malaysia
Jepang
China
Australia
Lainnya
Grafik 1.21. Negara Asal Impor Tahun 2009
Grafik 1.22. Komoditi Asal Impor Januari Agustus 2010
4,44%6,65%
61,17%
15,33%
4,15%
8,26%
Thailand
Jepang
China
Australia
United Kingdom
Lainnya
26
Tabel 1.6. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Beras, Gabah dan Jagung
Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Q1 Q2 Q3 Q1 Q2 Q3
Luas Panen (Ha) 37.398 40.990 32.456 52.301 42.743 41.403
Produksi Gabah (Ton) 190.246 192.857 162.150 256.760 196.617 200.887
Produksi Beras (Ton) 119.855 94.509 79.461 141.218 96.342 98.435
Luas Panen (Ha) 41.872 50.555 47.554 70.030 37.013 46.571
Produksi Jagung (Ton) 177.495 180.380 169.102 285.205 134.251 168.153
2010KOMPONEN
2009
Perkembangan Luas Panen, Produksi Gabah dan Beras
Perkembangan Luas Panen dan Produksi Pipilan Kering Jagung
stabilnya pertumbuhan di sektor pengangkutan dan komunikasi, PHR serta sektor pertanian
ditunjang oleh faktor musiman liburan sekolah dan tahun ajaran baru, perayaan hari raya
Idul Fitri, peningkatan realisasi belanja pemerintah dan pelaksanaan panen raya cengkih.
Tabel 1.5. Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Sektor Ekonomi (%)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
2.1. Pertanian
Kinerja sektor pertanian pada triwulan III-2010 mengalami peningkatan dibandingkan
periode yang sama tahun lalu. Pada triwulan ini, sektor pertanian tumbuh 17,40% (yoy),
meningkat signifikan dibandingkan pertumbuhan di triwulan III-2009 yang tercatat
mengalami kontraksi sebesar 0,65% (yoy). Berdasarkan sub sektornya, pencapaian
pertumbuhan sektor pertanian terutama disumbangkan oleh sub sektor perkebunan. Panen
raya cengkih yang dimulai pada bulan Juni sampai dengan November 2010 berdampak
terhadap peningkatan pertumbuhan sub sektor perkebunan. Pada triwulan laporan,
pertumbuhan sub sektor perkebunan mencapai 37,71% (yoy). Sejalan dengan sub sektor
tanaman perkebunan, perkembangan sub sektor tanaman bahan makanan juga mengalami
pertumbuhan yang positif sebesar 7,23%. Hal ini dapat dikonfirmasi melalui data
perkembangan luas panen dan produksi tanaman bahan makanan khususnya beras yang
tumbuh masing-masing sebesar 27,57% (yoy) dan 23,88% (yoy).
Q1 Sumb. Q2 Sumb. Q3 Sumb. Q1 Sumb. Q2 Sumb. Q3 Sumb.
Pertanian 4,68 0,94 4,21 0,89 -0,65 -0,14 5,40 1,07 5,25 1,07 17,40 3,40
Pertambangan & Penggalian 5,74 0,31 5,75 0,31 5,45 0,29 8,17 0,43 7,85 0,42 0,44 0,02
Industri Pengolahan 5,43 0,44 6,67 0,51 8,31 0,64 5,17 0,41 6,55 0,49 6,63 0,51
Listrik, Gas & Air Bersih 17,75 0,14 18,65 0,14 13,98 0,10 4,02 0,04 7,67 0,06 4,77 0,04
Bangunan 7,86 1,26 5,77 0,89 7,14 1,17 11,42 1,83 7,43 1,12 -4,87 -0,79
PHR 12,37 1,76 15,37 2,28 8,61 1,27 7,29 1,08 9,21 1,45 8,92 1,35
Pengangkutan & Komunikasi 8,72 1,07 14,55 1,82 21,94 2,66 5,46 0,68 10,92 1,44 7,08 0,97
Keu., Sewa & Jasa Perusahaan 7,03 0,48 6,94 0,46 8,25 0,55 6,07 0,41 6,80 0,45 6,77 0,45
Jasa-Jasa 6,47 1,05 6,42 1,00 7,21 1,08 5,00 0,80 4,28 0,65 7,21 1,08
PDRB 7,45 7,45 8,31 8,31 7,63 7,63 6,75 6,75 7,16 7,16 7,04 7,04
Lapangan Usaha2009 2010
27
Grafik 1.23. Pertumbuhan Kredit Pertanian
-80
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
120
-
100
200
300
400
500
600
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2008 2009 2010
Pertanian (Rp miliar) - left axis
gPertanian (% yoy) - right axis
Sementara itu, dari sisi pembiayaan,
peran perbankan untuk membiayai
sektor pertanian masih relatif terbatas.
Sampai dengan September 2010,
jumlah kredit yang disalurkan pada
sektor pertanian hanya mencapai Rp164
milliar atau hanya 1,38% dari total
kredit yang disalurkan. Belum terlalu
optimalnya penyaluran kredit di sektor
pertanian antara lain disebabkan oleh
relatif tingginya resiko usaha di sektor
tersebut tercermin dari tingginya NPL
(Non Performing Loan) di sektor pertanian yang mencapai 12,37%. Hal ini terbukti dengan
terus melambatnya pertumbuhan kredit di sektor ini, pada tahun 2008 rata-rata
pertumbuhan sektor pertanian dapat mencapai 88%, kemudian terus mengalami
penurunan hingga menyentuh level kontraksi sebesar 53,95% (yoy) pada triwulan III-2010.
2.2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran pada triwulan III-2010 menunjukan kinerja yang
cukup baik dengan laju pertumbuhan sebesar 8,92% (yoy). Pertumbuhan kinerja sektor
perdagangan tidak terlepas dari peningkatan kinerja sub sektor pedagangan besar dan
eceran serta sub sektor restoran yang didorong oleh dampak lanjutan dari meningkatnya
permintaan masyarakat pada saat libur sekolah dan tahun ajaran baru serta perayaan
pengucapan syukur atas keberhasilan panen. Selain itu bagi PNS dan pegawai swasta,
realisasi THR juga mendorong meningkatnya daya beli masyarakat yang sebagian besar
akan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder. Hal ini pada tahap
lebih lanjut akan meningkatkan kinerja sub sektor perdagangan besar dan eceran serta sub
sektor restoran.
Kinerja sektor PHR ini antara lain dapat dikonfirmasi melalui hasil Survei Penjualan Eceran
pada triwulan III-2010 yang menunjukkan peningkatan indeks penjualan kendaraan dan
suku cadang, peralatan rumah tangga, kerajinan, seni dan mainan, makanan dan tembakau
serta pakaian dan perlengkapannya.
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah
28
Grafik 1.25. Perkembangan Kredit Sektor PHR
0
200
400
600
800
1.000
1.200
I II III IV I II III
2009 2010
Kendaraan & suku cadangnya
Peralatan rumah tangga
Kerajinan, seni & mainan
Makanan & tembakau
Pakaian & perlengkapan
Bahan kimia
Bahan bakar
Peralatan tulis
Grafik 1.24. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran per KLUI
Dari segi pembiayaan, sektor PHR
merupakan sektor terbesar kedua setelah
sektor konsumsi yang mendapatkan alokasi
pembiayaan dari perbankan. Sampai dengan
September 2010 kredit sektor PHR yang
telah disalurkan bank umum mencapai
Rp3.033 miliar atau tumbuh 5,07%
dibandingkan periode yang sama tahu lalu.
Jika dilihat berdasarkan trennya, laju
pertumbuhan kredit sektor PHR terus
mengalami penurunan sejak tahun 2008. Penurunan ekspansi kredit ini terutama
dipengaruhi oleh semakin selektifnya perbankan dalam melakukan penyaluran kredit pada
sektor PHR, yang dipengaruhi oleh risiko yang harus ditanggung perbankan mengingat
perkembangan kinerja sektor ini tercatat terus mengalami perlambatan. Di sisi lain, tingkat
suku bunga kredit yang masih relatif tinggi menyebabkan calon debitur harus melakukan
perhitungan bisnis dengan cermat sebelum mengambil pembiayaan dari perbankan.
Sementara itu, pertumbuhan sub sektor hotel mengalami pertumbuhan yg relatif melambat.
Perlambatan aktivitas di sub sektor ini terkait dengan ketiadaan event internasional pada
triwulan laporan yang menjadi kontributor utama pertumbahan sub sektor ini. Hal ini antara
lain dapat dikonfirmasi melalui perkembangan data pariwisata yang secara umum
memperlihatkan tren penurunan diantaranya adalah data wisatawan mancanegara, data
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2008 2009 2010
Kredit_PHR (Rp miliar) - left axis
gKredit_PHR (% yoy) - right axis
Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) KBI Manado
29
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2008 2009 2010
Wisman (org) - left axis
gWisman (% yoy) - right axis
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
jumlah tamu dan lama tamu menginap, Tingkat Penghunian Kamar (TPK), dan jumlah
kamar terjual.
2.3. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan III-2010 tumbuh 7,08% (yoy).
Petumbuhan yang positif pada sub sektor pengangkutan pada triwulan laporan bertepatan
dengan masih berlangsungnya masa liburan sekolah pada awal triwulan serta perayaan Idul
Fitri. Hal ini tercermin dari tingginya arus penumpang dan kargo yang masuk dan keluar dari
Bandar Udara Sam Ratulangi Manado, khususnya dengan asal/tujuan domestik. Arus
penumpang domestik yang datang (masuk) ke wilayah Sulawesi Utara selama triwulan III-
2010 diperkirakan mencapai 216.257 orang atau mengalami peningkatan sebesar 33,08%
dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hal yang serupa juga terjadi pada arus kargo
Grafik 1.26. Kunjungan Wisman ke Sulut
Grafik 1.27. Jumlah Tamu Menginap
Grafik 1.28. TPK dan Lama Menginap
Grafik 1.29. Jumlah Kamar Terjual
-10
0
10
20
30
40
50
60
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
40.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2008 2009 2010
Menginap (org) - left axis
gMenginap (% yoy) - right axis
-
1
2
3
4
5
6
-
10
20
30
40
50
60
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2008 2009 2010
TPK (%) - left axis
Ratas Menginap (hari) - right axis
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
-
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2008 2009 2010
Kmr Terjual (unit) - left axis
gKmr Terjual (% yoy) - right axis
30
Tabel 1.7. Perkembangan Lalu Lintas Penumpang dan Kargo di Bandara Sam Ratulangi
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)
Datang 127.473 147.371 162.498 176.683 166.510 202.844 216.257 33,08%
Berangkat 133.507 150.115 165.109 161.278 175.663 200.622 216.026 30,84%
Datang 7.727 9.165 11.582 9.771 7.503 5.377 5.835 -49,62%
Berangkat 7.728 9.179 10.973 8.848 7.612 5.243 5.545 -49,47%
Datang 1.478.551 1.435.824 1.361.774 1.610.759 1.358.143 1.684.431 2.002.813 47,07%
Berangkat 893.345 875.982 722.016 820.500 885.607 1.195.887 1.602.530 121,95%
Datang 23.912 27.238 18.024 24.488 20.151 31.362 27.894 54,76%
Berangkat 46.464 129.662 94.012 80.884 56.165 74.232 60.255 -35,91%
Growth
(YoY)
Kargo (kg)
Domestik
Internasional
Domestik
Internasional
2009
Penumpang
Jenis
PengangkutanAsal/Tujuan
Kedatangan/
Keberangkatan
2010
domestik yang masuk ke wilayah Sulut yang tercatat tumbuh 47,07% (yoy) atau mencapai
± 2.000 ton.
Demikian pula halnya arus penumpang dan kargo domestik yang berangkat (keluar) dari
wilayah Sulawesi Utara tercatat mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 30,84%
(yoy) dan 121,95% (yoy). Tingginya arus keberangkatan (keluar) terkait dengan musim
mudik lebaran bagi para pendatang. Sementara itu, pertumbuhan jumlah penumpang dan
kargo yang berasal dari luar negeri (internasional) tercatat mengalami penurunan. Hal ini
antara lain disebabkan oleh ketiadaan event berskala internasional di triwulan III-2010.
Faktor lain yang menyebabkan penurunan jumlah wisatawan asing adalah penutupan
penerbangan langsung ke luar negeri (Kuala Lumpur dan Singapura) oleh maskapai Air Asia.
Sementara itu, relatif stabilnya pertumbuhan sub sektor komunikasi dalam triwulan laporan
antara lain didukung oleh semakin luasnya wilayah jangkauan, disamping pesatnya
pembangunan sejumlah menara BTS (Base Transceiver System) di beberapa lokasi pada
daerah yang sebelumnya terisolir sehingga dapat meningkatkan kenyamanan pelanggan
dalam berkomunikasi. Selain itu perkembangan kecanggihan telepon selular dengan
berbagai macam jenis merk, harga, dan fasilitas/fitur baru yang ditawarkan serta gencarnya
promosi yang dilakukan semakin mendorong masing-masing provider untuk lebih bersaing
mendapatkan konsumen, hal ini pada tahap selanjutnya akan berdampak terhadap
peningkatan kinerja sub sektor komunikasi.
Sejalan dengan pertumbuhan positif sektor ini, keberpihakan perbankan yang diwujudkan
dalam penyaluran kredit di sektor pengangkutan dan komunikasi juga memperlihatkan
adanya peningkatan. Sampai dengan September 2010 jumlah kredit yang disalurkan
mencapai Rp91 miliar, atau tumbuh 46,39% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun
lalu.
Ket: *) Data estimasi September 2010 Sumber: PT. Angkasa Pura II, Sulawesi Utara
31
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah
2.4. Sektor Jasa-jasa
Kinerja sektor jasa pada triwulan III-2010 tumbuh positif sebesar 7,21% (yoy). Kinerja sektor
jasa yang cukup stabil ditopang oleh aktivitas sub sektor pemerintahan umum sejalan
dengan dimulainya realisasi proyek pembangunan pemerintah daerah pada triwulan
laporan. Indikasi ini terlihat dari besaran realisasi belanja yang telah mencapai 67,3% lebih
tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu sebesar 58%.
Dari sisi pembiayaan perbankan, laju
pertumbuhan kredit sektor jasa-jasa
sampai dengan September 2010 tercatat
tumbuh 1,52% dengan jumlah kredit
sebesar Rp522 miliar. Penyaluran kredit
pada sektor jasa-jasa, didominasi oleh
pemberian kredit pada sub sektor jasa
dunia usaha sebesar Rp345 miliar, dengan
pangsa 66,08% dari total kredit yang
berhasil disalurkan pada sektor jasa.
Sisanya sebesar 33,92% disalurkan pada
sub sektor jasa pemerintahan. Tingginya penyaluran kredit di sektor jasa pada triwulan
laporan juga didorong oleh maraknya jasa pembuatan baligo, spanduk, poster, dll
menjelang Pilkada Agustus 2010.
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah
-40
-20
0
20
40
60
80
-
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2008 2009 2010
Kredit_Angk&Kom (Rp miliar) - left axis
gKredit_Angk&Kom (% yoy) - right axis
Grafik 1.31. Perkembangan Kredit Sektor Jasa-jasa
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
80
-
100
200
300
400
500
600
700
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2008 2009 2010
Kredit_Jasa (Rp miliar) - left axis
gJasa (% yoy) - right axis
Grafik 1.30. Perkembangan Kredit Sektor Angkutan
32
Grafik 1.34.
Perkembangan Kredit Sektor Industri
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah
0
2
4
6
8
10
12
Q2 Q3
2010
Sulut Nasional
02468
101214
Q2 Q3
2010
Sulut Nasional
2.5. Sektor Industri Pengolahan
Kinerja sektor industri pengolahan selama triwulan III-2010 relatif stabil dengan tingkat
pertumbuhan mencapai 6,63% (yoy). Industri pengolahan di Sulawesi Utara tersebar di
Kota Bitung, Kota Manado, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Utara,
Kabupaten Bolaang Mongondow, Kota Kotamobagu dan Kota Tomohon. Kota Bitung dan
Kota Manado merupakan pusat industri pengolahan yang tersebar di Provinsi Sulawesi
Utara.
Perkembangan industri pengolahan juga dapat dilihat dari pertumbuhan industri
pengolahan besar dan sedang di Sulawesi Utara pada triwulan III-2010 yang tercatat
sebesar 11,68% (qtq) lebih tinggi dari pertumbuhan nasional sebesar 2,02% (qtq). Cukup
tingginya pertumbuhan sektor industri pengolahan besar dan sedang di Sulawesi Utara
pada triwulan III tahun 2010, terutama disebabkan oleh tersedianya pasokan bahan baku
secara kontinu, pasar yang masih terbuka lebar dan tenaga kerja yang cukup tersedia serta
didukung oleh stabilitas sosial, keamanan dan politik.
Perkembangan sektor industri
pengolahan tak lepas pula dari
dukungan pembiayaan oleh perbankan,
dimana sampai dengan akhir triwulan
III-2010 jumlah kredit yang disalurkan
tumbuh sebesar 24,35% (yoy) dari
Rp214 miliar pada triwulan III-2009
menjadi Rp266 miliar pada triwulan III-
2010. Pertumbuhan kredit yang relatif
membaik mengindikasikan bahwa
sektor industri pengolahan mulai bergairah kembali.
0
10
20
30
40
50
60
-
50
100
150
200
250
300
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2008 2009 2010
Kredit_Industri (Rp miliar) - left axis
gKredit_Industri (%yoy) - right axis
Grafik 1.32.
Perkembangan Industri Food and Beverage (%)
Grafik 1.33.
Perkembangan Industri Pengolahan Sedang dan Besar (%)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
33
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
-
100
200
300
400
500
600
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2008 2009 2010
Konstruksi (Rp miliar) - left axis
gKonstruksi (% yoy) - right axis
Pasca krisis ekonomi global, tingkat permintaan ekspor terhadap produk olahan Sulut masih
menunjukkan adanya peningkatan. Namun demikian, peluang tersedianya pasar dan
tingginya permintaan dari negara partner dagang belum dapat dioptimalkan oleh
perusahaan. Hal ini tidak terlepas dari kurangnya ketersediaan bahan baku akibat semakin
tingginya persaingan usaha yang sejenis di Sulawesi Utara serta adanya ketergantungan
pada alam (cuaca) dalam penyediaan bahan baku. Keterbatasan bahan baku ini juga
menjadi penyebab utama belum terpenuhinya kapasitas utilisasi dari sebagian besar
perusahaan.
Adanya kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) per tanggal 1 Juli 2010 telah dirasakan oleh
sebagian besar pengusaha industri pengolahan, namun dampaknya relatif tidak signifikan,
hal ini antara lain disebabkan oleh komponen share biaya listrik yang relatif kecil (13%)
dibandingkan total biaya produksi. Oleh karena itu, kenaikan TDL cenderung direspon oleh
kalangan industri pengolahan dengan menurunkan margin daripada menaikkan harga
dengan pertimbangan persaingan pasar produk yang cukup ketat. Selain itu, adanya
kontrak yang telah mengikat juga menjadi pertimbangan pengusaha untuk tidak menaikkan
harga.
2.6. Sektor Lainnya
Kinerja sektor bangunan (konstruksi) selama triwulan III-2010 mengalami kontraksi sebesar
4,87% (yoy). Adanya event internasional yang berlangsung pada triwulan III-2009, mampu
mendorong kinerja sektor bangunan, dimana terjadi pembangunan pesat pada infrastruktur
dan jasa pelayanan publik di Sulawesi Utara. Hal ini ternyata tidak terjadi secara
berkelanjutan sehingga kinerja sektor bangunan pada triwulan laporan kurang
menggembirakan. Hal ini sejalan dengan prompt indicators pada komponen investasi yang
juga menunjukkan pertumbuhan yang negatif.
Namun demkian, jika melihat keberpihakan
perbankan terhadap sektor bangunan masih relatif
menunjukan adanya perkembangan yang positif. Hal
ini ditunjukkan melalui pembiayaan perbankan
yang disalurkan ke sektor bangunan. Sampai dengan
September 2010 jumlah outstanding kredit tercatat
sebesar Rp396 miliar atau tumbuh sebesar 3,83%
(yoy) dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya.
Grafik 1.35. Perkembangan Kredit Konstruksi
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah
34
Sementara itu, sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan III-2010 tumbuh 4,77% (yoy),
jauh melambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 13,98% (yoy).
Perlambatan kinerja sektor ini, juga tercermin dari penjualan listrik di bulan Juli-Agustus
2010 yang mengalami penurunan, hal ini tak lepas dari permasalahan pasokan listrik di
Sulawesi Utara seiring dengan dilangsungkannya pemeliharaan beberapa mesin
pembangkit. Namun demikian, jumlah calon pelanggan PLN masih tetap tinggi, pada bulan
Agustus 2010, jumlah konsumen listrik tercatat sebesar 392.075, dengan daya tersambung
sebesar 448,79 juta Volt Ampere (VA). Sementara itu, jumlah pemakaian listrik di wilayah
Sulawesi Utara pada bulan Agustus 2010 tercatat sebesar 72,11 kWh, mengalami
penurunan jika dibandingkan periode Juli 2010.
Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan III-2010 tumbuh 0,44% (yoy).
Berdasarkan sub sektornya, pertumbuhan sektor ini disumbangkan oleh seluruh sub sektor
yang ada yaitu sub sektor minyak dan gas, pertambangan tanpa migas dan penggalian.
Berdasarkan pelaku usahanya, sub sektor penggalian ini lebih banyak dilakukan oleh
penambangan tradisional/rakyat dan bukan industri berskala besar. Hal inilah yang
mendorong rendahnya penyaluran kredit pada sektor pertambangan selain karena faktor
risiko yang tinggi dari kegiatan pertambangan. Jika dilihat berdasarkan trennya, pembiayaan
yang diberikan oleh pihak perbankan terhadap sektor pertambangan pengalami penurunan
yang cukup signifikan pada awal tahun 2009, dan selanjutnya relatif tidak mengalami
perubahan. Namun demikian, pada akhir triwulan laporan, jumlah kredit yang disalurkan
pada sektor pertambangan sampai dengan September 2010 tercatat sebesar Rp41 miliar
atau mengalami pertumbuhan sebesar 18,91% (yoy).
Grafik 1.36.
Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik di Sulawesi Utara
Sumber: PT. PLN Kanwil Sulutenggo, diolah
384.000
385.000
386.000
387.000
388.000
389.000
390.000
391.000
392.000
393.000
J F M A M J J A
2010
Jmlh Pelanggan
Grafik 1.37. Penggunaan Listrik di Sulawesi Utara
440.000.000
442.000.000
444.000.000
446.000.000
448.000.000
450.000.000
50.000.000
55.000.000
60.000.000
65.000.000
70.000.000
75.000.000
80.000.000
85.000.000
J F M A M J J A
2010
Penjualan (kWh) - left axis
Daya Tersambung (VA) - right axis
Sumber: PT. PLN Kanwil Sulutenggo, diolah
35
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Jumlah Bank umum 69 69 70 72 73 75 75 Jumlah kantor bank umum*) 585 609 595 607 625 645 657 Jumlah BPR 51 51 51 47 40 42 42 Jumlah kantor BPR 115 117 117 117 118 117 122
2009 2010Data Bank
Sementara itu, untuk kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada
triwulan III-2010 tumbuh 6,77% (yoy). Perkembangan sektor keuangan, persewaan dan
jasa antara lain tercermin dari maraknya pembangunan jaringan kantor dan fasilitas
perbankan antara lain: pembukaan kantor cabang pembantu baru, penambahan ATM
(Anjungan Tunai Mandiri), serta penawaran produk-produk baru yang memberikan
kemudahan dan kenyamanan kepada masyarakat dalam bertransaksi. Sementara itu, jasa
persewaan di Kota Manado, memperlihatkan adanya tren penurunan, hal ini disebabkan
oleh semakin tingginya persaingan antar pemain jasa persewaan.
Grafik 1.38. Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah
-200
0
200
400
600
800
1000
-
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2008 2009 2010
Kredit_Pertambangan (Rp miliar) - left axis
gKredit_pertambangan (% yoy) - right axis
Tabel 1.8. Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Bank Umum dan BPR di Sulawesi Utara
Sumber : Bank Indonesia
36
Halaman ini sengaja dikosongkan
37
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Inflasi tahunan Kota Manado pada triwulan III-2010 meningkat cukup tajam dibandingkan
periode lalu. Secara tahunan inflasi meningkat dari 4,21% (yoy) pada triwulan II-2010
menjadi 7,38% (yoy) pada triwulan III-2010. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan
dengan inflasi nasional yang tercatat sebesar 5,80% (yoy). Secara triwulanan, inflasi Kota
Manado juga menunjukkan peningkatan, dari 0,2% (qtq) pada triwulan II-2010 menjadi
3,81% (qtq) pada periode laporan. Tekanan inflasi pada periode laporan terutama berasal
dari kenaikan harga beberapa bahan makanan yang bergejolak (volatile foods).
Keterlambatan pasokan karena cuaca yang tidak menentu merupakan faktor utama
kenaikan bumbu-bumbuan (seperti cabe merah dan bawang merah). Sementara itu,
terbatasnya produksi seiring dengan terlambatnya masa panen padi dan serangan hama
kepinding mendorong pula kenaikan harga beras.
2.1. PERKEMBANGAN INFLASI
2.1.1 INFLASI TAHUNAN (yoy)
Secara tahunan, inflasi Kota Manado pada triwulan III-2010 tercatat 7,38% (yoy),
mengalami peningkatan dibandingkan triwulan II-2010 sebesar 4,21% (yoy) dan periode
yang sama tahun lalu tercatat mengalami deflasi 0,01% (yoy). Kenaikan inflasi antara lain
disebabkan oleh (i) meningkatnya konsumsi masyarakat bertepatan dengan pemilukada,
panen raya cengkeh, pelaksanaan tahun ajaran baru dan perayaan hari raya Idul Fitri (ii)
Grafik 2.2. Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (qtq)
Grafik 2.1. Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (yoy)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2008 2009 2010
yoy Manado
yoy Nasional
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2008 2009 2010
qtq Manado
qtq Nasional
38
faktor cuaca yang tidak menentu dan (iii) kenaikan TDL. Selain itu, kenaikan harga emas
dunia ditenggarai turut andil dalam pembentukan inflasi Kota Manado.
Berdasarkan kelompoknya, kenaikan inflasi kelompok bahan makanan dan sandang
merupakan faktor utama meningkatnya tekanan inflasi pada periode laporan. Angka inflasi
kelompok bahan makanan naik cukup tinggi dari 6,39% (yoy) pada triwulan II-2010
menjadi 18,14% (yoy) pada periode laporan. Meningkatnya harga bumbu-bumbuan, beras
lokal premium dan daging sapi menyebabkan inflasi sub kelompok makanan meningkat
tajam dibandingkan periode sebelumnya. Sementara, inflasi kelompok sandang meningkat
tipis dari 6,84% pada triwulan II 2010 menjadi 7,02% pada periode laporan. Kenaikan
inflasi tersebut mendorong kenaikan andil inflasi pada masing-masing kelompok, sehingga
inflasi tahunan Kota Manado naik cukup tinggi pada periode laporan.
2.1.2 INFLASI TRIWULANAN (qtq)
Searah dengan inflasi tahunan, tekanan inflasi Kota Manado selama triwulan III-2010
cenderung meningkat bila dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara triwulanan, inflasi
Kota Manado pada triwulan III-2010 tercatat 3,81% (qtq), jauh lebih tinggi dibandingkan
Triwulan II-2010 yang tercatat sebesar 0,2% (qtq), dan dari periode yang sama tahun lalu
yang tercatat 0,74% (qtq).
Sama halnya dengan inflasi tahunan, inflasi secara triwulanan terutama disumbangkan oleh
kelompok bahan makanan 11,98% (qtq) dan sandang 1,09% (qtq). Permasalahan
meningkat tajamnya harga cabai merupakan salah satu penyebab utama meningkatnya
inflasi pada kelompok bahan makanan. Peningkatan permintaan komoditas ini pada saat
perayaan Idul Fitri tidak diimbangi dengan pasokan yang cukup. Pasokan cabai dari
Gorontalo masih rendah, sementara produksi lokal tidak optimal akibat serangan hama
busuk buah dan layu batang serta faktor cuaca yang tidak menentu.
Tabel 2.1.
Inflasi Tahunan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
39
Grafik 2.4. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado
Menurut Kelompok Barang & Jasa Juli 2010
Grafik 2.3. Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (mtm)
2.1.3 INFLASI BULANAN (mtm)
Secara bulanan, inflasi Kota Manado sepanjang triwulan III-2010 cenderung turun. Pada
Bulan Juli 2010, Kota Manado mencatat inflasi sebesar 2,1 % (mtm) , kemudian mengalami
penurunan pada Agustus 2010 menjadi 1,22% (mtm) dan pada September 2010 Kota
Manado kembali mengalami penurunan tingkat inflasi sehingga tercatat menjadi 0,45%
(mtm).
JULI 2010
merah, daging ayam ras, cabe merah, dan tude.
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
Tabel 2.2.
Inflasi Triwulanan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
Kota Manado pada Juli 2010 mengalami inflasi
sebesar 2,1% (mtm). Inflasi Kota Manado
selama Juli 2010, terutama disumbangkan oleh
kelompok bahan makanan yang tercatat sebesar
7,03% (mtm).
Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan
harga selama bulan Juli 2010 antara lain cabe
rawit, beras, bawang putih, bawang merah dan
gula pasir.
40
Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga adalah cakalang, tomat sayur,
daun bawang, minyak goreng, terong panjang, jagung manis, dan sawi hijau. Secara
tahunan, laju inflasi Kota Manado pada Juli 2010 tercatat 5,92% (yoy).
AGUSTUS 2010
Angka inflasi Kota Manado pada Agustus 2010
tercatat 1,22% (mtm). Inflasi terutama terjadi
pada kelompok bahan makanan sebesar 3,95%
(mt m) dan kelompok perumahan, air, listrik, gas
dan bahan bakar sebesar 0,81% (mtm).
Sedangkan kelompok yang mengalami deflasi
adalah kelompok pendidikan, rekreasi & olahraga
sebesar 0,01% (mtm), dan kelompok transpor
komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 1,14%
(mtm).
Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga selama bulan Agustus 2010 antara
lain cabe rawit, beras,daging ayam ras, cabe merah, telur ayam ras, tude, cakalang, mujair,
dan gula pasir. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga adalah bawang
putih, bawang merah, daun bawang,tomat sayur, lemon cina, dan jahe. Secara tahunan,
laju inflasi Kota Manado pada Agustus 2010 tercatat 6,52% (yoy).
SEPTEMBER 2010
Pada akhir triwulan III 2010, laju
perkembangan harga barang dan jasa
secara umum masih menunjukkan
peningkatan walaupun tidak terlalu
signifikan apabila dibandingkan dengan
periode-periode sebelumnya. Tercatat Kota
Manado pada September 2010 mengalami
inflasi sebesar 0,45% (mtm) sedikit lebih
tinggi dibandingkan laju inflasi nasional
yang tercatat sebesar 0,44% (mtm). Inflasi
terutama terjadi pada kelompok sandang
sebesar 1,06% (mtm), kelompok bahan
makanan sebesar 0,64 % (mtm) dan
Grafik 2.5. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok
Barang dan Jasa Agustus 2010
Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.
Grafik 2.6. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok
Barang dan Jasa September 2010
Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.
41
kelompok transpor komunikasi & jasa keuangan sebesar 0,63% (mtm). Sedangkan
kelompok pendidikan, rekreasi & olahraga tetap atau tidak mengalami perubahan.
Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga selama September 2010 antara lain
cabe rawit, daging babi, daun bawang, mujair, cakalang, tomat sayur, malalugis, angkutan
udara dan emas perhiasan. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga adalah
beras, bawang merah, bawang putih, daging ayam ras, gula pasir, anggur, nike, kentang,
dan telepon seluler.
2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan pada
triwulan III-2010 terutama berasal dari inflasi volatile foods. Sedangkan tekanan yang
berasal dari inflasi inti (dari sisi fundamental) dan administered price relatif terjaga. Hal ini
juga dapat dikonfirmasi oleh laju inflasi triwulanan yang menunjukkan bahwa inflasi dari
volatile foods mengalami kenaikan signifikan, sementara inflasi dari faktor fundamental
(ekspektasi, eksternal, dan interaksi permintaan-penawaran) serta administered price
mengalami kenaikan yang moderat.
2.2.1 FAKTOR FUNDAMENTAL
Interaksi Permintaan dan Penawaran
Konsumsi masyarakat Sulawesi Utara meningkat bertepatan dengan perayaan Hari Raya Idul
Fitri, pelaksanaan Pemilukada dan musim panen cengkeh. Namun demikian, kenaikan
tersebut masih dapat dipenuhi dari sisi penawaran sebagaimana yang terlihat dari
pertumbuhan kapasitas terpasang industri pengolahan yang naik dari 28,57% pada
triwulan yang sama periode sebelumnya menjadi sebesar 55,73% pada triwulan laporan
Tabel 2.3.
Disagregasi Inflasi Kota Manado
Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah.
42
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2009 2010
berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Manado. Dengan demikian,
sumbangan interaksi permintaan-penawaran masih relatif minimal.
Eksternal
Dari sisi eksternal, dampak imported inflation belum memberikan tekanan berarti pada
inflasi inti seiring dengan tren apresiasi Rupiah. Namun demikian, keadaan ini dibayang-
bayangi oleh meningkatnya beberapa harga komoditas internasional di pasaran dunia, salah
satunya adalah harga emas dunia yang tentunya akan berimbas pada harga emas perhiasan
domestik.
Ekspektasi Inflasi
Sementara itu, di sisi domestik, ekspektasi para pelaku ekonomi (khususnya konsumen) di
Kota Manado terhadap harga barang dan jasa 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang
sedikit meningkat apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, namun relatif
terkendali. Hal ini terutama dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan masyarakat seiring
panen raya cengkeh dan pembayaran gaji PNS ke-13. Peningkatan tersebut tercermin dari
peningkatan indeks ekspektasi harga umum untuk 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang
berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) KBI Manado
periode September 2010.
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2008 2009 2010
Grafik 2.7. Perkembangan Nilai Kurs Tengah Bulanan Rupiah thd USD
Grafik 2.8. Perkembangan Harga Emas Dunia
(USD/troy once)
Sumber:Bank Indonesia, diolah. Sumber:Bloomberg, diolah.
43
2.2.2 Non Fundamental
Volatile foods
Inflasi tahunan volatile foods Kota Manado pada periode laporan meningkat signifikan.
Kenaikan laju inflasi terutama disebabkan oleh peningkatan harga bahan makanan yakni
cabe, bawang merah, dan beras lokal premium. Peningkatan harga beras lokal premium
terutama disebabkan karena terlambatnya pasokan lokal dari Minahasa dan Bolmong
menyusul lambatnya masa panen dan serangan hama kepinding serta terganggunya
pasokan dari Gorontalo dan Makassar akibat faktor cuaca. Sementara itu hasil produksi
cabe dan bawang merah mudah busuk akibat curah hujan yang tinggi serta mewabahnya
serangan hama.
Administered Price
Tekanan inflasi administered price Kota Manado pada triwulan III 2010 merupakan dampak
dari kebijakan kenaikan Tarif dasar listrik (TDL) yang diberlakukan mulai tanggal 1 Juli 2010.
Namun demikian, laju inflasi masih relatif stabil karena sebagian pedagang belum
menaikkan harga dan lebih memilih untuk mengurangi margin keuntungan mereka
menyikapi kebijakan kenaikan TDL tersebut.
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep
Perubahan harga umum 3 bulan yad
Perubahan harga umum 6 bulan yad
Grafik 2.9. Perkembangan Indeks Ekspektasi Harga Umum Konsumen
Kota Manado
Sumber : Survei Konsumen KBI Manado September 2010
44
Halaman ini sengaja dikosongkan
45
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian, kinerja perbankan Sulawesi Utara
hingga akhir triwulan III-2010 menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan,
tercermin dari perkembangan positif berbagai indikator perbankan dan relatif terjaganya
stabilitas sistem perbankan di Sulawesi Utara.
Laju pertumbuhan total aset, dana pihak ketiga (DPK) dan kredit tercatat mengalami
pertumbuhan yang positif pada triwulan laporan. Total aset perbankan tumbuh 12,35%
(yoy) menjadi Rp.16.695 miliar didorong oleh pertumbuhan kredit sebesar 18,98% tumbuh
menjadi Rp.11.904 miliar. Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 14,28% menjadi
Rp11.114 miliar.
Sejalan dengan hal tersebut, stabilitas sistem perbankan yang meliputi aspek risiko kredit,
risiko likuiditas, risiko pasar dan indikator lainnya relatif terkendali. Non Performing Loans
(NPLs) relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%.
Aspek penyerapan dana masyarakat yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) berada
pada level sedikit di atas 100%, sebagai akibat laju pertumbuhan kredit yang lebih tinggi
dibandingkan dengan laju pertumbuhan DPK.
Tabel 3.1 Indikator Utama Perbankan di Sulawesi Utara
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
46
3.1. STRUKTUR ASET PERBANKAN SULAWESI UTARA
Struktur aset perbankan Sulawesi Utara masih didominasi oleh aset bank umum
konvensional dengan pangsa mencapai lebih dari 90% total aset perbankan. Sementara itu,
pangsa bank umum syariah dan BPR konvensional masing-masing sebesar 1,66% dan
1,93%. Pada triwulan III 2010 aset bank umum konvensional tumbuh 12,35% (yoy)
menjadi Rp.16.695 miliar. Pertumbuhan ini antara lain didorong oleh peningkatan
penyaluran kredit serta perluasan jaringan kantor baru.
3.2. PERKEMBANGAN KANTOR BANK
Secara kelembagaan, perbankan Sulawesi Utara pada triwulan laporan terdiri dari 22 Bank
Umum Konvensional, 3 Bank Umum Syariah, dan 14 Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Berdasarkan jaringan kantornya, Bank Umum konvensional maupun syariah memiliki 219
kantor (termasuk kantor unit), sedangkan BPR terdiri dari 41 kantor.
3.3. PERKEMBANGAN BANK UMUM KONVENSIONAL
3.3.1. Respon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneter
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 3 September 2010 memutuskan untuk
mempertahankan BI Rate pada tingkat 6,50%. Namun demikian dengan
mempertimbangkan adanya potensi tekanan inflasi ke depan, Dewan Gubernur
memandang penting untuk menaikkan rasio Giro Wajib Minimum (GWM) Primer dari 5%
menjadi 8% DPK (Dana Pihak Ketiga) Rupiah, mengingat kondisi ekses likuiditas perbankan
yang masih cukup besar. Atas pemenuhan tambahan GWM Primer sebesar 3% akan
Grafik 3.1. Pangsa Aset Perbankan Sulawesi Utara Tw. III 2010
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, LBPR KBI Manado
47
diberikan remunerasi sebesar 2,50% p.a. Sementara itu, dalam rangka mendorong fungsi
intermediasi perbankan, Dewan Gubernur juga akan menetapkan ketentuan GWM
berdasarkan LDR (Loan to Deposit Ratio) agar kredit perbankan tumbuh dengan tetap
berlandaskan pada prinsip kehati-hatian, dengan batas bawah LDR 78% dan batas atas LDR
100%. Bank yang memiliki LDR di luar kisaran target LDR akan dikenakan disinsentif
berdasarkan selisih LDR terhadap target. Apabila LDR bank melebihi target dengan kondisi
permodalan yang memadai bank dapat memperoleh insentif. Kebijakan GWM tersebut
dalam pelaksanaannya akan dilakukan secara bertahap, yaitu GWM Primer mulai berlaku
sejak 1 November 2010 dan GWM LDR mulai berlaku sejak 1 Maret 2011. Kombinasi
kebijakan tersebut dipandang memadai untuk menjaga stabilitas moneter dan stabilitas
sistem keuangan di tengah arus modal yang masih tinggi dan didasarkan pada
perkembangan ekonomi domestik yang ditandai oleh kecenderungan peningkatan sisi
permintaan yang lebih cepat dari respons sisi penawaran di tengah kecenderungan
perlambatan pemulihan ekonomi global.
Respon pihak perbankan di Sulawesi Utara terhadap kebijakan penurunan BI Rate sebesar
6,5% ini ditandai dengan penurunan rata-rata tingkat suku bunga kredit, walaupun masih
berlangsung moderat. Berdasarkan data yang bersumber dari Laporan Bulanan Bank Umum
(LBU) Basel II, sampai dengan akhir September 2010, rata-rata tingkat suku bunga kredit
tercatat sebesar 15,68%. Pihak perbankan mulai menurunkan margin keuntungan bank
yang sangat tinggi sebagai opportunity cost atas risiko yang akan dihadapi bank ketika
debitur mengalami gagal bayar (default). Menurut jenis penggunaannya, rata-rata tingkat
suku bunga kredit modal kerja mencapai 18,01% per tahun, rata-rata kredit investasi
sebesar 16,08% per tahun dan rata-rata kredit konsumsi sebesar 12,96% per tahun.
Sementara itu, pergerakan tingkat suku bunga deposito menunjukkan perkembangan yang
tidak jauh berbeda. Sampai dengan September 2010, rata-rata tingkat suku bunga deposito
1 bulan tercatat sebesar 5,90%, mengalami fluktuasi terbatas sepanjang triwulan laporan.
48
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010
Giro Deposito Tabungan
3.3.2. Penyerapan Dana Masyarakat
Sepanjang triwulan III-2010, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun perbankan di
wilayah Sulawesi Utara menunjukan pertumbuhan positif sebesar 14,28% (yoy) menjadi
Rp11.114. Berdasarkan jenis simpanannya, kenaikan dana terutama terjadi pada tabungan
yang tumbuh 20,95% (yoy) kemudian disusul oleh deposito sebesar 10,31% (yoy) dan giro
sebesar 7,12% (yoy). Peningkatan DPK ini diperkirakan merupakan indikasi dari peningkatan
kegiatan ekonomi masyarakat yang menggunakan jasa perbankan untuk aktivitas
perekonomiannya. Selain itu, pencanangan Gerakan TabunganKu sejak Februari 2010
diperkirakan juga meningkatkan budaya menabung di masyarakat terutama untuk
golongan masyarakat menengah ke bawah terlebih khusus para generasi muda. Sampai
dengan akhir Agustus 2010 jumlah dana yang berhasil dihimpun melalui program
TabunganKu tercatat sebesar Rp. 18,2 miliar dengan jumlah rekening 15.098.
10.0
11.0
12.0
13.0
14.0
15.0
16.0
17.0
18.0
19.0
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
Agust
us
Septe
mber
2010
Modal Kerja Investasi Konsumsi
Grafik 3.4. Perkembangan Dana Pihak Ketiga (Rp. Miliar)
Grafik 3.5. Share Dana Pihak Ketiga (DPK)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
Grafik 3.3. Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit
Menurut Jenis Penggunaan (%)
Grafik 3.2. Perkembangan Rata-Rata
Tingkat Suku Bunga Kredit, Deposito dan BI Rate (%)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
49
Grafik 3.6. Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Bank Penghimpun (Rp. Miliar)
Menurut pangsanya, penempatan dana dalam sistem perbankan masih didominasi oleh
jenis simpanan tabungan sebesar 46,27% dari total keseluruhan Dana Pihak Ketiga (DPK),
disusul kemudian deposito (33,93%) dan giro (19,80%).
Berdasarkan kelompok banknya, bank pemerintah menyerap 65,78% dari total DPK
sedangkan sisanya dihimpun oleh bank swasta (34,22%). Berdasarkan laju
pertumbuhannya, dana di bank pemerintah berhasil tumbuh 14,35% (yoy) sedangkan dana
di bank swasta tumbuh lebih rendah yaitu sebesar 14,17% (yoy).
Berdasarkan wilayah penghimpunan dananya, dari keseluruhan total dana pihak ketiga
yang dihimpun, sebesar 70,45% atau Rp7.830 miliar berasal dari bank-bank yang berlokasi
di Manado, selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Bolaang Mongondow (8,53%), Kabupaten
Minahasa (8,30%), Kota Bitung (6,60%), dan Kabupaten Sangihe Talaud (6,12%).
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
Tabel 3.2. Perkembangan Sebaran DPK per Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
50
Berdasarkan wilayah administratifnya, pada triwulan laporan seluruh kabupaten/kota di
Provinsi Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif jika dibandingkan dengan periode
yang sama tahun sebelumnya. Kabupaten Minahasa yang mengalami kontraksi sebesar
0,17% (yoy) di triwulan sebelumnya tercatat kembali tumbuh positif pada triwulan laporan
sebesar 16,22% (yoy). Kenaikan tertinggi dialami oleh Kabupaten Bolaang Mongondow
sebesar 35,97% (yoy) dengan total DPK sebesar Rp948 miliar. Sementara itu Kabupaten
Sangihe Talaud, Kota Manado dan Kota Bitung tumbuh masing-masing sebesar 18,19%
(yoy), 12,02% (yoy), dan Kota Bitung 9,67% (yoy).
3.3.3. Penyaluran Kredit Bank Pelapor
Pertumbuhan kredit bank umum konvensional di Sulawesi Utara pada triwulan III-2010
menunjukan peningkatan. Kredit yang disalurkan posisi September 2010 adalah sebesar
Rp11.904 miliar atau tumbuh 18,98% (yoy). Pencapaian ini lebih tinggi bila dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 16.68% (yoy). Peningkatan baki debet kredit
pada triwulan laporan diduga karena membaiknya arah perekonomian nasional yang
berjalan seiring dengan perekonomian daerah. Perbankan mulai menyalurkan kredit kepada
pelaku usaha yang terkonfirmasi dari tumbuhnya kredit modal kerja sebesar 9,66% (yoy)
setelah mengalami pertumbuhan negatif sebesar 3,07% pada triwulan sebelumnya.
Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit paling signifikan dialami oleh kredit
konsumsi yang mencapai jumlah Rp7.003 miliar atau tumbuh 26,27% (yoy). Sementara itu,
untuk jenis kredit investasi dan kredit modal kerja masing-masing sebesar Rp. 1.018 miliar
dan Rp. 3.882 miliar atau tumbuh 10,91% (yoy) dan 9,66% (yoy).
Grafik 3.8.
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kab/Kota (%)
Grafik 3.7. Komposisi Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kabupaten/Kota
(Rp. Miliar)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
51
Grafik 3.10. Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
(Rp. Miliar)
Berdasarkan strukturnya, pangsa kredit konsumsi menempati urutan pertama sebesar
58,83% dari total kredit yang disalurkan, hal ini sejalan dengan pertumbuhan kredit
konsumsi yang juga paling signifikan dibandingkan kredit investasi dan modal kerja.
Selanjutnya pangsa kredit modal kerja tercatat sebesar 32,61%, kemudian diikuti oleh
kredit investasi dengan pangsa sebesar 8,55%.
Berdasarkan sektor ekonominya, penyaluran kredit produktif selama triwulan ini sebagian
besar ditujukan ke sektor lainnya sebesar Rp7.379 miliar dengan pangsa 61,99%.
Selanjutnya diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dengan pangsa
sebesar 25,48% dari total kredit. Disusul penyaluran kredit pada sektor konstruksi dan jasa
dunia usaha masing-masing dengan pangsa 3,33% dan 2,89%.
Berdasarkan kelompok bank, sampai dengan triwulan laporan, bank umum pemerintah
mendominasi penyaluran kredit dibandingkan dengan bank umum swasta nasional.
Kelompok bank pemerintah berhasil menyalurkan Rp9.217 miliar atau mencapai pangsa
pasar 77,43% sedangkan sisanya disalurkan oleh kelompok bank swasta sebesar Rp2.687
miliar dengan pangsa pasar 22,57% dari total kredit.
Grafik 3.9. Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (%)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
Grafik 3.12. Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
Grafik 3.11. Penyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
52
Berdasarkan wilayah penyaluran kredit, dari total kredit sebesar Rp11.904 miliar, tercatat
64,44% atau sebesar Rp7.670 miliar disalurkan di wilayah Kota Manado. Selanjutnya diikuti
oleh Kabupaten Minahasa dengan pangsa pasar sebesar 12,89% (Rp1.535 miliar),
Kabupaten Bolaang Mongondow sebesar 10,18% (Rp1.212 miliar), Kota Bitung sebesar
6,29% (Rp.749 miliar), dan Kabupaten Sangihe Talaud sebesar 6,2% (Rp.738 miliar).
Berdasarkan laju pertumbuhan kreditnya, wilayah dengan laju pertumbuhan kredit tertinggi
dialami Kabupaten Minahasa sebesar 28,42% (yoy) sedangkan yang terendah adalah Kota
Bitung sebesar 10,94% (yoy). Sementara itu Kabupaten Sangihe Talaud, Bolmong dan
Manado masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 22,98% (yoy), 22,89% (yoy) dan
17,14% (yoy).
3.3.4. Kredit MKM
Pertumbuhan kredit MKM (Mikro, Kecil dan Menengah) yang disalurkan bank umum
konvensional di Sulawesi Utara masih mengalami peningkatan. Sampai dengan triwulan III-
2010, posisi kredit MKM tercatat Rp9.926 miliar atau tumbuh 58,30% (yoy). Jika dilihat
berdasarkan skalanya, kredit kecil (di atas Rp50 juta namun di bawah Rp500 juta) memiliki
pangsa terbesar yakni 59,71%, kredit menengah (di atas Rp500 juta namun di bawah Rp5
miliar) pangsanya mencapai 28,57%, dan sisanya 11,72% merupakan kredit mikro (di
bawah Rp50 juta).
Sementara itu, dibandingkan dengan kredit secara umum, laju pertumbuhan kredit MKM
jauh lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan kredit secara umum yang pada triwulan
laporan hanya tumbuh 18,98% (yoy).
Grafik 3.14.
Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)
Grafik 3.13. Komposisi Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
53
Sejalan dengan hal tersebut, pangsa kredit MKM terhadap penyaluran kredit perbankan
secara keseluruhan juga mengalami peningkatan. Pada triwulan III-2010, pangsa kredit
MKM tercatat 83.38%. Kenaikan pangsa kredit MKM juga diikuti oleh meningkatnya
kualitas kredit MKM yang tercermin dari penurunan rasio Non Performing Loan (NPL).
Sampai akhir triwulan III-2010 rasio NPL kredit MKM tercatat 3,37%, merupakan rasio
terendah sepanjang tahun 2010 .
3.4 STABILITAS SISTEM PERBANKAN
Stabilitas sistem perbankan di Sulawesi Utara relatif terkendali. Non Performing Loans (NPLs)
relatif terjaga, berada pada tingkat dibawah batas ketentuan BI yaitu 5%. Sementara itu,
aspek penyerapan dana yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) berada pada level
sedikit diatas 100%. Sedangkan volatilitas kurs diyakini tidak akan berdampak besar
terhadap risiko pasar, karena paparan tehadap transaksi valuta asing yang tidak tinggi.
Grafik 3.17. Non Performing Loan Kredit UMKM (Rp. Miliar)
Grafik 3.16. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Rp. Miliar)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
Grafik 3.15. Laju Pertumbuhan Kredit UMKM dan Total Kredit
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
54
Sementara itu, perkembangan indikator lainnya (Kelonggaran tarik, NIM, ROA dan BOPO)
menunjukkan perkembangan yang menggembirakan.
3.4.1 Risiko Kredit
Risiko kredit perbankan Sulawesi Utara pada triwulan III 2010 masih terkendali yang
tercermin dari indikator Non Performing Loans (NPL) dan konsentrasi kredit secara
keseluruhan. Kredit non-Lancar atau Non Performing Loans (NPLs) tetap terjaga pada level
3.54% (bruto) sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3.51%. Nilai
ini tergolong baik karena masih berada di bawah batas maksimal yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia yaitu 5% (bruto). Dengan nilai NPL yang relatif terjaga maka terdapat peluang
untuk terus meningkatkan kinerja penyaluran kredit. Sementara itu, apabila dilihat dari
indikator konsentrasi kredit secara keseluruhan, dapat terlihat bahwa sebagian besar kredit
disalurkan pada sektor yang memiliki tingkat NPL yang relatif rendah yakni sektor lainnya
(Konsumsi ) dengan pangsa mencapai 62% dari total kredit memiliki tingkat NPL sebesar
1.94%.
3.4.2 Risiko Likuiditas
Indikator risiko likuiditas perbankan Sulawesi Utara, yaitu konsentrasi jangka waktu sumber
dana dan tingkat Loan Deposit Ratio (LDR) menunjukkan bahwa risiko likuiditas pada
triwulan laporan cukup terkendali, walaupun perlu terus mendapat perhatian. Hal tersebut
terlihat dari komposisi dana jangka menengah panjang yang lebih kecil dari dana jangka
pendek. Komposisi dana jangka panjang yaitu deposito hanya mencapai 33.93%,
Keterangan : 1 = Pertanian 2 = Pertambangan 3 = Industri 4 = Konstruksi 5 = Perdagangan 6 = Angkutan 7 = Jasa Dunia Usaha 8 = Jasa Sosial 9 = Lainnya (Konsumsi)
Grafik 3.18. Kredit & NPLs Sektoral Tw. III 2010
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
55
sementara itu, dana jangka pendek mencapai lebih dari 65% dalam struktur dana pihak
ketiga yaitu giro sebesar 19,80% dan tabungan sebesar 46,27%.
Selanjutnya angka Loan to Deposit Ratio (LDR) pada triwulan laporan tercatat 107,11%,
meningkat dari posisinya di periode yang sama tahun lalu sebesar 102,88%. Meningkatnya
rasio LDR ini disebabkan karena pertumbuhan kredit yang jauh lebih signifikan
dibandingkan pertumbuhan DPK yang berhasil dihimpun bank. Hal ini perlu segera disikapi
oleh perbankan Sulut mengingat akan segera diterapkannya ketentuan GWM berdasarkan
LDR (Loan to Deposit Ratio) pada bulan Maret 2011. Berdasarkan wilayah administratifnya,
rasio LDR terendah dialami oleh Kota Manado sebesar 97,97%. Sedangkan LDR tertinggi
dicapai oleh Kabupaten Minahasa sebesar 166,29%, disusul kemudian berturut-turut oleh
Kabupaten Bolaang Mongondow sebesar 127,85%, Kabupaten Sangihe Talaud sebesar
108,5%, dan Kota Bitung sebesar 102,08%.
3.4.3 Risiko Pasar
Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan Sulawesi Utara relatif terkendali yang tercermin
dari rendahnya tingkat fluktuasi suku bunga dan kecenderungan penurunan suku bunga
kredit searah dengan kebijakan BI dengan mempertimbangkan sasaran inflasi dan
pertumbuhan sektor riil. Sementara itu, volatilitas kurs diyakini tidak akan berdampak besar
terhadap kinerja perbankan Sulawesi Utara, karena paparan terhadap transaksi valuta asing
yang tidak tinggi.
3.4.4 Indikator perbankan lainnya
Rasio Kelonggaran Tarik Kredit
Perkembangan rasio kelonggaran tarik kredit bank umum pada triwulan III-2010
memperlihatkan kecenderungan penurunan. Tercatat rasio kelonggaran tarik pada
Grafik 3.19.
Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Kabupaten/Kota
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
56
September 2010 sebesar 2,62%, turun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
yang tercatat 5,38%. Hal ini mencerminkan berkurangnya jumlah kredit yang tidak
dicairkan oleh nasabah, sehingga risiko idle money pada perbankan Sulawesi Utara
mengalami penurunan.
Net Interest Margin (NIM)
Net Interest Margin (NIM) didefinisikan sebagai salah satu indikator penilaian terkait
kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Berdasarkan neraca konsolidasi bank umum,
saldo bersih pendapatan bunga setelah dikurangi biaya bunga atau yang biasa disebut Net
Interest Margin (NIM) pada triwulan laporan menunjukkan angka yang positif sebesar
Rp1585 miliar, mengalami peningkatan signifikan bila dibandingkan periode yang sama
tahun lalu yang tercatat Rp805 miliar. Pendapatan bunga (antara lain dalam bentuk kredit
dan penempatan antar bank) pada periode laporan lebih besar dibandingkan dengan biaya
bunga (antara lain dalam bentuk tabungan, giro dan deposito). Hal ini dapat dikonfirmasi
melalui pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK.
Rasio BOPO
Rasio BOPO menunjukkan tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya.
Rasio BOPO yang tinggi mencerminkan kondisi bank yang tidak efisien. Sampai dengan
triwulan laporan, tingkat efisiensi operasional perbankan meningkat yang tercermin dari
rasio BOPO bank umum yang turun menjadi 71,46% dibandingkan triwulan yang sama
tahun sebelumnya sebesar 73,40%. Hal ini dapat diartikan bahwa bank sudah lebih efisien
dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
Grafik 3.20.
Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum
Grafik 3.21. Net Interest Margin Bank Umum
(Rp Miliar)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
57
Return on Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan bank untuk
menghasilkan laba dengan aset yang dimilikinya. Sampai dengan triwulan III-2010, rasio
ROA bank umum tercatat sebesar 3,2%, mengalami peningkatan bila dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 3,09%. Peningkatan rasio ROA ini
didorong oleh tingginya presentase kenaikan total aset yang mampu dikelola dengan baik
oleh bank untuk menghasilkan laba.
3.5 PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH
Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara pada triwulan laporan
mengalami pertumbuhan positif terkecuali total DPK. Total aset bank umum syariah secara
tahunan, sampai dengan posisi September 2010 meningkat signifikan sebesar 92,98%
(yoy), sejalan dengan pertumbuhan kredit sebesar 55,87%. Hal ini perlu mendapat
Grafik 3.23. Return On Asset Bank Umum Grafik 3.22.
Rasio Biaya dan Pendapatan Operasional Bank Umum
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
Tabel 3.3. Indikator Utama Perbankan Syariah di Sulawesi Utara (Rp miliar)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
58
perhatian mengingat tingginya tingkat pertumbuhan penyaluran dana belum diimbangi
oleh pertumbuhan pengumpulan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tercatat mengalami
kontraksi sebesar 36.51% (yoy) pada triwulan laporan. Dengan kondisi tersebut, Financing
to Deposit Ratio (FDR) meningkat tajam dari 84,85% pada triwulan III 2009 menjadi
sebesar 208,33% pada triwulan III 2010.
3.6 PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT
Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan III 2010 menunjukkan perkembangan
yang cukup menggembirakan. Hal ini tercermin dari peningkatan laju pertumbuhan Aset,
Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Kredit apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun
sebelumnya. Namun, hal ini tidak diikuti dengan perbaikan kualitas kredit dan rasio Loan to
Deposit Ratio (LDR).
Pada triwulan laporan, pertumbuhan asset BPR secara tahunan meningkat 40.57% (yoy),
menjadi Rp334,3 miliar. Demikian pula dengan kredit yang tumbuh 26,16% (yoy), menjadi
Rp246,8 miliar. DPK juga mengalami pertumbuhan sebesar 48,68%(yoy), menjadi Rp255
miliar. Berdasarkan komponen pembentuknya, deposito masih mendominasi DPK BPR
dengan pangsa 76,85%. Pertumbuhan DPK BPR jauh lebih tinggi apabila dibandingkan
dengan pertumbuhan DPK bank umum. Hal ini diduga terkait dengan masih relatif lebih
menariknya suku bunga simpanan di BPR.
Tabel 3.4. Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sulawesi Utara (Rp. Miliar)
Sumber: Data Ekubank, Laporan Bulanan Bank Perkreditan Rakyat KBI Manado
59
Secara sektoral, kredit terutama disalurkan pada sektor lain-lain (konsumsi) dengan pangsa
72,62% dan sektor PHR dengan pangsa 16,78%. Berdasarkan jenis penggunaannya,
sebagian besar kredit yang disalurkan BPR merupakan kredit konsumsi dengan pangsa
mencapai 65,03% dari total kredit. Hal ini diperkirakan merupakan indikasi dari
meningkatnya aktivitas perekonomian khususnya di sektor konsumsi. Rasio LDR mengalami
penurunan dari 114% pada triwulan III 2009 menjadi 96.8% pada triwulan laporan sebagai
dampak laju pertumbuhan DPK yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan laju
pertumbuhan kredit. Kualitas kredit BPR memburuk seperti yang ditunjukkan oleh
peningkatan persentase kredit bermasalah (NPL gross) yang mencapai 4,40% pada triwulan
laporan. Walaupun masih berada dibawah level toleransi Bank Indonesia BI, namun
peningkatan NPL ini perlu menjadi perhatian.
60
Halaman ini sengaja dikosongkan
61
BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrumen untuk mengatur
pengeluaran dan pendapatan pemerintah daerah dalam rangka membiayai pelaksanaan
kegiatan pemerintahan dan pembangunan, meningkatkan output, mencapai pertumbuhan
dan stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara
umum. Selain itu, APBD merupakan kebijakan operasional yang menjadi turunan dari
strategi pembangunan pemerintah daerah yang telah ditetapkan, sehingga dapat terlihat
arah keberpihakan pemerintah daerah. APBD juga harus benar-benar menggambarkan
angka-angka ekonomis yang mencerminkan kebutuhan masyarakat untuk memecahkan
masalah dan meningkatkan kesejahteraannya. Karena pada hakikatnya anggaran daerah
merupakan alat untuk meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat.
Pembahasan dan analisa kinerja APBD dalam laporan ini secara khusus dibatasi pada
perkembangan kinerja anggaran pemerintah daerah di tingkat Provinsi, sedangkan kinerja
anggaran untuk 15 Kabupaten/Kota yang ada di Sulawesi Utara belum dapat tersajikan
dalam laporan karena terkendala oleh keterbatasan data yang diperoleh.
Transfer dana dari pemerintah pusat yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN) ke Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara pada Tahun 2010 mencapai
Rp5,68 Triliun atau naik 0,12% dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan komponen
penyusunnya, kenaikan transfer dana dari pemerintah pusat terutama berasal dari Dana
Alokasi Umum (DAU) yang merupakan komponen dari dana perimbangan yang naik 9,17%
(yoy) mencapai jumlah Rp4,43 Triliun. Sementara itu Dana Penyesuaian dan Otonomi
khusus justru mengalami penurunan sebesar 43,88% dibandingkan tahun sebelumnya.
Tabel 4.1. Perkembangan Transfer Dana Pusat Ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara
Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu
(dlm jutaan rupiah)
Dana Perimbangan 3,796,133 4,375,802 5,282,510 5,462,060 Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 222,918 274,401 335,993 330,894 Dana Alokasi Umum (DAU) 3,071,594 3,427,845 4,059,322 4,431,419
Dana Alokasi Khusus (DAK) 501,621 673,556 887,196 699,748 Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus 160,774 280,370 393,844 221,120
TOTAL 3,956,907 4,656,172 5,676,354 5,683,180 1 Data Update per 20 Juli 2010
Dana 2007 2008 2009 2010 1
62
4.1. Dana Perimbangan di Sulawesi Utara
Alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat bagi Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi
Utara Tahun 2010 menunjukkan peningkatan sebesar 3,40% dibandingkan dengan Tahun
2009. Secara agregat, jumlah alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat ke provinsi,
kabupaten dan kota di Sulawesi Utara mencapai Rp5,68 Triliun. Beberapa Kabupaten/Kota
bahkan di tingkat Provinsi di Tahun 2010 mengalami penurunan alokasi anggaran
dibandingkan tahun lalu. Namun demikian untuk Kabupaten Minahasa, Kabupaten Bolaang
Mongondow (Bolmong), Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut), Kabupaten
Bolaang Mongondow Timur (Boltim), dan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel)
mengalami peningkatan alokasi dana dibandingkan tahun sebelumnya, hal ini dikarenakan
daerah tersebut merupakan daerah pemekaran baru yang membutuhkan dana untuk
mengejar target pembangunannya.
Berdasarkan alokasi dana perimbangan di masing-masing kabupaten/kota/provinsi di Tahun
2010, Provinsi Sulawesi Utara mendapatkan alokasi terbesar yakni Rp666,51 miliar dengan
pangsa 12,20%. Berikutnya adalah Kota Manado sebesar Rp494,52 miliar dengan pangsa
9,05% dari total anggaran, Kabupaten Minahasa sebesar Rp.466,59 dengan pangsa 8,54%
dan Kabupaten Sangihe sebesar Rp358,09 miliar dengan pangsa 6,56%. Alokasi dana
terendah diperoleh oleh Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan pangsa 4,07% dari
total dana perimbangan atau sebesar Rp222,51 milliar.
Tabel 4.2. Dana Perimbangan ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara
Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu
63
Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu
Berdasarkan komponennya, alokasi dana
perimbangan di masing – masing wilayah
administratif di Sulawesi Utara pada APBD
Tahun 2010 sebagian besar berasal dari Dana
Alokasi Umum. Sementara itu, Dana Bagi Hasil
yang diperuntukan guna mengatasi masalah
ketimpangan vertikal (antara Pusat dan
Daerah) yang dilakukan melalui pembagian
Grafik 4.1. Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2009
Grafik 4.2. Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2010
Grafik 4.3. Rincian Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2010
Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu
Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu
12,2%
9,1%
6,0%
4,9%
8,5%
6,5%6,0%
6,4%
6,0%
6,6%
4,7%
4,9%
5,0%
5,0%
4,1% 4,2% Pemprov Manado
Bitung Tomohon
Minahasa Minsel
Minut Bolmong
Talaud Sangihe
Kotamobagu Bolmut
Sitaro Mitra
Boltim Bolsel
12,7%
9,8%
6,4%
5,4%
8,8%
6,8%6,3%
6,4%
6,5%
7,9%
5,0%
5,0%
5,4%
5,2%
1,0%
1,3%
Pemprov Manado
Bitung Tomohon
Minahasa Minsel
Minut Bolmong
Talaud Sangihe
Kotamobagu Bolmut
Sitaro Mitra
Boltim Bolsel
-
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
700.000
Dana Bagi Hasil Dana Alokasi Khusus Dana Alokasi Umum Dana Perimbangan
6,06%
81,13%
12,81%
Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak
Dana Alokasi Umum (DAU)
Dana Alokasi Khusus (DAK)
Grafik 4.4. Komposisi Dana Perimbangan APBD-2010
64
Tabel 4.3. Kinerja APBD Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 September 2010
Nominal % Nominal %
I Pendapatan 1.039.060 783.090 75,4 1.066.545 908.495 85,2
Pendapatan Asli Daerah 317.320 241.780 76,2 350.031 306.971 87,7
Dana Perimbangan 668.990 535.990 80,1 666.514 526.589 79,0
Lain-lain PAD yang Sah 52.750 5.320 10,1 50.000 74.936 149,9
II Belanja 1.133.170 656.720 58,0 1.093.545 736.000 67,3
Belanja Tidak Langsung 555.116 359.466 64,8 607.711 464.096 76,4
• Belanja Pegawai 314.156 224.176 71,4 355.711 247.155 69,5
• Belanja Hibah 24.110 14.680 60,9 63.500 108.498 170,9
• Belanja Bantuan Sosial 57.130 42.890 75,1 45.000 29.951 66,6
• Belanja Bagi Hasil 145.720 76.270 52,3 132.000 74.086 56,1
• Belanja Bantuan Keuangan 10.000 - 0,0 4.000 4.000 100,0
• Belanja Tidak Terduga 4.000 1.450 36,3 7.500 405 5,4
Belanja Langsung 578.054 297.254 51,4 485.834 271.905 56,0
• Belanja Pegawai 41.224 24.794 60,1 46.677 27.336 58,6
• Belanja Barang dan Jasa 252.860 127.360 50,4 231.236 169.153 73,2
• Belanja Modal 283.970 145.100 51,1 207.921 75.416 36,3
III Surplus/(Defisit) (94.110) 126.370 (27.000) 172.495
IV Pembiayaan 94.110 (80.900) 329.000 172.026
No UraianAPBD-P 2009
(Rp Juta)
Realisasi APBD
Tw. III-2009APBD
2010
(Rp Juta)
Realisasi APBD
Tw. III-2010
hasil dari sebagian penerimaan perpajakan (nasional) dan penerimaan sumber daya alam
antara Pemerintah Pusat dan Daerah penghasil, masih menunjukan persentase yang relatif
kecil. Rendahnya pangsa Dana Bagi Hasil mencerminkan bahwa kontribusi Provinsi Sulawesi
Utara terhadap penerimaan negara, baik dari segi pajak maupun pengelolaan sumber daya
alam masih relatif kecil.
4.2. APBD di Tingkat Provinsi
Kinerja keuangan pemerintah pada triwulan III-2010 menunjukan pencapaian yang lebih
baik, hal ini tercermin dari realisasi pendapatan dan belanja daerah yang mengalami
peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan III-2010
realisasi belanja pemerintah telah mencapai 67,3%, lebih tinggi dibandingkan realisasi pada
triwulan III-2009 yang hanya sekitar 58%.
Dari sisi penerimaan, realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Sulawesi Utara telah
mencapai 85,2%, lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 75,4%.
Pencapaian ini didorong oleh naiknya penerimaan dari sisi pajak dan retribusi daerah serta
penerimaan lain-lain yang berasal dari hasil penjulalan aset daerah dan penerimaan bunga
deposito atas rekening pemda. Peningkatan penerimaan pajak dan retribusi daerah terkait
dengan meningkatnya aktivitas perekonomian, terutama yang bersumber dari penjualan
kendaraan bermotor yang berdampak kepada peningkatan penerimaan atas Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor.
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
65
(dlm jutaan rupiah)
Nominal % Nominal %
PENDAPATAN 1,039,060 100.0 783,090 75.4 1,066,545 100.0 908,495 85.2
Pendapatan Asli Daerah 317,320 30.5 241,780 76.2 350,031 32.8 306,971 87.7
- Pajak Daerah 279,830 88.2 208,370 74.5 311,927 89.1 268,632 86.1
- Retribusi Daerah 10,090 3.2 5,030 49.9 11,589 3.3 8,193 70.7
- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 16,300 5.1 16,370 100 16,500 4.7 13,554 82.1
- Lain-lain 11,100 3.5 12,000 108.1 10,015 2.9 16,592 165.7
Dana Perimbangan 668,990 64.4 535,990 80.1 666,514 62.5 526,589 79.0
- Dana Bagi Hasil Pajak 57,480 8.6 22,810 39.7 54,035 8.1 47,240 87.4
- Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) - 0.0 - 0.0 965 0.1 618 64.0
- Dana Alokasi Umum 558,630 83.5 465,530 83.3 558,635 83.8 465,651 83.4
- Dana Alokasi Khusus 52,880 7.9 47,640 90.1 52,879 7.9 13,079 24.7
Lain-lain Pendapatan yang Sah 52,750 5.1 5,320 10.1 50,000 4.7 74,936 149.9
Proporsi
APBD 2009
(%)
UraianAPBD-P 2009
(Rp Juta)
Realisasi APBD
Tw. III-2009 APBD 2010
(Rp Juta)
Proporsi
APBD 2010
(%)
Realisasi APBD
Tw. III-2010
4.2.1. Pendapatan Daerah di Tingkat Provinsi
Sampai dengan triwulan III-2010 realisasi pendapatan Provinsi Sulawesi Utara tercatat
sebesar Rp908,5 miliar, atau telah mencapai 85,2% dari target pendapatan dalam APBD.
Berdasarkan komponen pembentuknya, sumber penerimaan terbesar berasal dari dana
perimbangan (utamanya Dana Alokasi Umum) dengan pangsa 62,5% disusul Penerimaan
Asli Daerah (PAD) dengan pangsa 32,8%.
Sementara itu, kinerja pemerintah provinsi dalam melakukan berbagai pemanfaatan aset-
aset yang dimiliki pada triwulan III-2010 mencatat hasil yang lebih baik dibandingkan
periode yang sama tahun lalu. Hal ini tercermin dari pencapaian realisasi Penerimaan Asli
Daerah (PAD) pada triwulan laporan sebesar 87,7% dari target APBD atau meningkat
dibandingkan realisasi PAD pada periode yang sama tahun lalu sebesar 76,2%. Berdasarkan
komponen pembentuknya, PAD ini terutama bersumber dari penerimaan pajak (89,1%)
sedangkan sisanya dalam bentuk retribusi, hasil pengelolaan kekayaan daerah dan lain-lain.
Aktivitas perekonomian yang terus berkembang yang ditunjukkan oleh tingginya penjualan
kendaraan bermotor, maraknya pembangunan tempat rekreasi keluarga, menjamurnya
rumah makan dan restoran turut menyumbang pendapatan melalui komponen pajak dan
retribusi daerah.
Namun demikian, pencapaian PAD sepanjang Tahun 2010 tersebut masih relatif kecil bila
dibandingkan kebutuhan dana pembangunan di Sulawesi Utara, hal ini tercermin dari relatif
rendahnya rasio kemandirian fiskal daerah yaitu perbandingan antara PAD terhadap total
belanja yang hanya 32,8%. Hal ini berarti kegiatan ekonomi dan sosial sebagian besar
masih digerakkan oleh dana perimbangan yang berasal dari pemerintah pusat. Namun
demikian, angka rasio kemandirian fiskal daerah telah sedikit mengalami perbaikan
dibandingkan tahun 2009 yang tercatat lebih rendah yakni sebesar 30,5%.
Tabel 4.4. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 September 2010
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
66
Tabel 4.5. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 September 2010
Nominal % Nominal %
BELANJA 1.133.170 100,0 656.720 58,0 1.093.545 100,0 736.000 67,3
Belanja Tidak Langsung 555.116 49,0 359.466 64,8 607.711 55,6 464.096 76,4
• Belanja Pegawai 314.156 56,6 224.176 71,4 355.711 58,5 247.155 69,5
• Belanja Hibah 24.110 4,3 14.680 60,9 63.500 10,4 108.498 170,9
• Belanja Bantuan Sosial 57.130 10,3 42.890 75,1 45.000 7,4 29.951 66,6
• Belanja Bagi Hasil 145.720 26,3 76.270 52,3 132.000 21,7 74.086 56,1
• Belanja Bantuan Keuangan 10.000 1,8 - 0,0 4.000 0,7 4.000 100,0
• Belanja Tidak Terduga 4.000 0,7 1.450 36,3 7.500 1,2 405 5,4
Belanja Langsung 578.054 51,0 297.254 51,4 485.834 44,4 271.905 56,0
• Belanja Pegawai 41.224 7,1 24.794 60,1 46.677 9,6 27.336 58,6
• Belanja Barang dan Jasa 252.860 43,7 127.360 50,4 231.236 47,6 169.153 73,2
• Belanja Modal 283.970 49,1 145.100 51,1 207.921 42,8 75.416 36,3
APBD 2010
(Rp Juta)
Proporsi
APBD 2010
(%)
Realisasi APBD
Tw. III-2010Proporsi
APBD 2009
(%)
UraianAPBD-P 2009
(Rp Juta)
Realisasi APBD
Tw. III-2009
4.2.2. Belanja Daerah di Tingkat Provinsi
Pada triwulan III-2010 belanja pemerintah daerah mulai menunjukan peningkatan seiring
dengan mulai dilaksanakannya beberapa program pemerintah, terutama proyek
pembangunan infrastruktur. Total belanja daerah yang dianggarkan dalam APBD 2010
adalah sebesar Rp1.093 miliar, mengalami sedikit penurunan dibandingkan total belanja
pada APBD-P 2009 sebesar Rp1.133 miliar. Realisasi belanja provinsi sampai dengan
triwulan III-2010 mencapai Rp736 miliar atau mencapai 67,3% dari target total belanja
dalam APBD, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 58%.
Menurut komponen pembentuknya, belanja provinsi didominasi untuk belanja tidak
langsung dengan pangsa 55,6% atau mencapai Rp607,71 miliar. Sampai dengan triwulan
III-2010 realisasi belanja tidak langsung telah mencapai 76,4% atau sebesar Rp464,1 miliar.
Sementara itu, belanja langsung memiliki proporsi sebesar 44,6% atau senilai Rp485,83
miliar dari total anggaran belanja secara keseluruhan, dengan nilai realisasi pada triwulan
laporan mencapai 56% atau sebesar Rp271,91 miliar.
Jika dilihat lebih jauh lagi, dibandingkan dengan tahun 2009 proposi antara belanja
langsung dan belanja tidak langsung telah mengalami pergeseran. Pada APBD-P 2009,
proporsi belanja langsung tercatat lebih tinggi yakni sebesar 51%. Dalam komponen
belanja langsung ini juga terdapat komponen belanja modal, dimana realisasi belanja modal
pada triwulan III-2009 jauh lebih tinggi yakni sebesar 51,1% dibandingkan realisasi pada
triwulan III-2010 yang hanya tercatat 36,3%. Hal ini menunjukkan bahwa belanja daerah
masih banyak dialokasikan untuk konsumsi semata (pembayaran gaji, tunjangan, dan lain
sebagainya).
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
67
4.2.3. Kontribusi APBD Terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar
Peran keuangan daerah terhadap perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III-2010
diperkirakan mengalami peningkatan. Dengan melakukan identifikasi terhadap pos-pos
belanja dalam APBD provinsi ke dalam 2 (dua) kegiatan utama berdasarkan tabel PDRB sisi
permintaan, yaitu konsumsi pemerintah dan belanja modal diperoleh hasil bahwa realisasi
konsumsi pemerintah memberikan kontribusi sebesar 7,29% terhadap proyeksi PDRB harga
berlaku Provinsi Sulawesi Utara triwulan III-2010 sedangkan realisasi belanja modal hanya
memberikan kontribusi sebesar 0,83%. Kontribusi di tingkat kabupaten dan kota relatif sulit
untuk diperoleh sehingga hanya besaran-besaran pokok saja yang dimiliki. Secara total,
realisasi anggaran belanja dan modal dalam APBD provinsi memberikan kontribusi sebesar
8,12% terhadap PDRB harga berlaku Sulawesi Utara triwulan III-2010.
Sementara itu, dampak realisasi APBD provinsi terhadap perkembangan uang beredar
sampai dengan posisi 30 September 2010 berada pada kondisi kontraksi yang berarti
jumlah pendapatan pemerintah lebih besar dibandingkan jumlah pengeluaran (belanja
pemerintah).
Tabel 4.6. Kontribusi APBD Provinsi Terhadap Sektor Riil s.d. 30 September 2010
Sumber: Biro Keuangan Daerah Sulawesi Utara, diolah
(dlm jutaan rupiah)
PENDAPATAN 908.495 10,03
Pendapatan Asli Daerah 306.971 3,39
- Pajak Daerah 268.632 2,96
- Retribusi Daerah 8.193 0,09
- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 13.554 0,15
- Lain-lain 16.592 0,18
Dana Perimbangan 526.589 5,81
- Dana Bagi Hasil Pajak 47.240 0,52
- Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 618 0,01
- Dana Alokasi Umum 465.651 5,14
- Dana Alokasi Khusus 13.079 0,14
Lain-lain Pendapatan yang Sah 74.936 0,83
BELANJA 736.000 8,12
Konsumsi Pemerintah 660.584 7,29
- Belanja Pegawai 274.490 3,03
- Belanja Barang 169.153 1,87
- Belanja Hibah 108.498 1,20
- Belanja Bantuan Sosial 29.951 0,33
- Belanja Bantuan Keuangan 4.000 0,04
- Belanja Tak Terduga 405 0,00
- Transfer (Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa) 74.086 0,82
Pembentukan Modal Tetap Bruto (Blnj Modal) 75.416 0,83
Uraian
Realisasi APBD
Tw.III-2010
(Rp Juta)
% thd PDRB 1
68
Halaman ini sengaja dikosongkan
69
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Sistem pembayaran adalah sistem yang berkaitan dengan kegiatan pemindahan dana dari
satu pihak kepada pihak lain yang melibatkan berbagai komponen sistem pembayaran.
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat pembayaran tunai, kliring, maupun
Real Time Gross Settlement (RTGS). Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
nasional baik tunai maupaun non tunai merupakan salah satu tugas Bank Indonesia yang
diamanatkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1999 tentang
Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir kalinya dengan Undang-undang
Republik Indonesia No.6 tahun 2009. Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk dapat
memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis
pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar (clean money policy).
Sementara itu kebijakan di bidang instrumen pembayaran non tunai tetap diarahkan untuk
menyediakan sistem pembayaran yang efektif, efisien, aman dan handal dengan tetap
memperhatikan aspek perlindungan konsumen. Sebagai representasi Bank Indonesia di
daerah, fungsi mengatur kelancaran sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai di
Sulawesi Utara dijalankan oleh Kantor Bank Indonesia (KBI) Manado.
Bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, selama triwulan III-2010 transaksi
sistem pembayaran di Sulawesi Utara mengalami peningkatan, baik pada sistem
pembayaran tunai maupun non tunai. Pada sistem permbayaran tunai, peningkatan ini
dapat terkonfirmasi dari tingginya aktivitas transaksi tunai yang mencatat net outflow.
Sementara pada pembayaran non tunai, peningkatan ini tercermin dari naiknya nilai dan
volume transaksi kliring dan RTGS. Kondisi tersebut sejalan dengan semakin menggeliatnya
perekonomian di Sulawesi Utara selama periode laporan.
5.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai
5.1.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow/Outflow)
Aktivitas transaksi tunai di Sulawesi Utara yang dilakukan melalui Kantor Bank Indonesia
Manado pada triwulan III-2010 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan III-2009.
Peningkatan transaksi pembayaran tunai ini tercermin pada kenaikan jumlah uang kartal
yang dikeluarkan Kantor Bank Indonesia Manado (outflow) pada triwulan III-2010 sebesar
70
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010
Inflow (+) 613 160 122 235 617 303 482
Outflow (-) -18 -355 -235 -687 -0,77 -525 -799
Net Flow 595 -195 -113 -453 616 -222 -317
(1.000)
(800)
(600)
(400)
(200)
-
200
400
600
800 miliar
563,67 miliar, naik sebesar 239,9% dari Rp234,96 miliar pada triwulan III-2009 menjadi
Rp798,63 miliar pada periode laporan. Sementara itu, aliran uang kartal yang masuk dari
masyarakat dan perbankan ke Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan III-2010 hanya
tercatat sebesar Rp481,66 miliar.
Secara netto, aliran uang kartal selama triwulan laporan berada pada kondisi net outflow
sebesar Rp316,97 miliar atau meningkat 179,77%, lebih tinggi dibandingkan triwulan yang
sama tahun sebelumnya sebesar Rp113,29 miliar. Peningkatan ini diperkirakan karena
meningkatnya kebutuhan akan uang tunai selama Pilkada Provinsi/Kabupaten/Kota. Selain
itu, faktor musiman bulan suci ramadhan dan perayaan hari raya Idul Fitri juga
meningkatkan kebutuhan masyarakat akan uang tunai terutama untuk transaksi
pemenuhan kebutuhan sandang dan pangan. Hal ini juga terindikasi dari jumlah penukaran
uang pecahan kecil di loket KBI Manado selama periode 1 bulan menjelang hari raya yang
tercatat sebesar Rp50,37 miliar, meningkat sebesar 46,40% dibandingkan periode yang
sama di tahun 2009.
Secara bulanan, net outflow tertinggi terjadi pada bulan Juli 2010 sebesar Rp166,87 miliar,
berikutnya berturut-turut di bulan Agustus dan September 2010 masing-masing sebesar
Rp110,33 miliar dan Rp39,77 miliar.
Grafik 5.1. Netflow Aliran Kas Uang Kartal KBI Manado
5.1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar
Dalam melaksanakan strategi clean money policy, Bank Indonesia Manado melaksanakan
kegiatan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar, dengan melakukan Pemberian
Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
71
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010
Inflow (+) 613 160 122 235 617 303 482
PTTB 53 78 490 209 261 297 309
Rasio 8,57 49,00 402,99 89,15 42,35 97,86 64,11
-
40
80
120
160
200
240
280
320
360
400
440
-
100
200
300
400
500
600
700 % Miliar
Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang telah lusuh/rusak. Proses
pemusnahan tersebut telah dilakukan dengan prosedur dan pengawasan yang ketat
terhadap tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan.
Selama triwulan III-2010, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk tercatat sebesar 64,11%,
telah jauh menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai
402,99%. Secara nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga selama triwulan
laporan adalah sebesar Rp308,77 miliar, jauh lebih sedikit dibandingkan triwulan III-2009
yang tercatat sebesar Rp490,29 miliar. Penurunan ini mengindikasikan bahwa masyarakat
telah memperlakukan uang kertas dengan lebih baik dengan tidak melipat, tidak mengokot
(men-staples), tidak meremas serta tidak mencorat-coret uang kertas.
Grafik 5.2. Rasio Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Terhadap Inflow
5.1.3. Perkembangan Kas Titipan
Dalam perannya sebagai regulator di daerah yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan
likuiditas dan kebutuhan uang yang layak edar bagi masyarakat di wilayahnya, Kantor Bank
Indonesia Manado melakukan kegiatan kas titipan. Kegiatan kas titipan ini dilakukan
khususnya untuk daerah yang lokasinya cukup jauh dari Kantor Bank Indonesia.
Penyelenggaraan kegiatan kas titipan ini dilakukan Kantor Bank Indonesia Manado
bekerjasama dengan salah satu bank umum di wilayah Gorontalo dan Tahuna.
Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
72
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010
Inflow 621 542 645 629 672 547 726
Outflow -443 -611 -566 -673 -537 -586 -652
Netflow 178 -69 80 -44 135 -39 74
-800
-600
-400
-200
0
200
400
600
800
.
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010
Inflow 57 27 40 108 40 39 24
Outflow -39 -78 -63 -111 -50 -97 -105
Netflow 18 -51 -23 -3 -11 -58 -81
-150
-100
-50
0
50
100
150
Grafik 5.3. Netflow Kas Titipan KBI Manado di Gorontalo
(Rp. Miliar)
Berbeda dengan aliran uang kartal di KBI Manado, kondisi aliran kas titipan di Gorontalo
menunjukkan posisi net inflow. Sepanjang triwulan III-2010 posisi aliran kas titipan
Gorontalo menunjukkan nilai net inflow sebesar Rp73,59 miliar. Net inflow yang terjadi
selama triwulan laporan didorong oleh tingginya jumlah setoran pada triwulan laporan yang
tercatat sebesar Rp726 miliar. Sedangkan aliran uang keluar hanya tercatat sebesar Rp652
miliar. Tingginya aliran uang masuk bertepatan dengan adanya panen raya di Provinsi
Gorontalo yang jatuh pada triwulan III-2010, dimana hasil penjualan panen raya ini
selanjutnya direspon dengan perilaku masyarakat yang lebih memilih menyimpan uang
tunainya kedalam sistem perbankan.
Grafik 5.4. Netflow Kas Titipan KBI Manado di Tahuna (Rp. Miliar)
Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
73
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
- Rp100.000,- 2 1.014 14 1 14 5 4 18 14 0 94
- Rp50.000,- 17 19 16 135 23 12 6 15 19 3 10
- Rp20.000,- 6 0 1 0 3 0 4 10 0 0 2
- Rp10.000,- 0 2 2 0 0 0 0 2 1 0 0
- Rp5.000,- 0 0 0 0 1 1 0 2 3 0 0
- Rp1.000,- 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 25 1.035 33 136 41 18 14 47 37 3 106
201020092008Pecahan
Selain di Provinsi Gorontalo, kas titipan juga terdapat di Kota Tahuha, Kabupaten
Kepulauan Sangihe. Secara historis, kegiatan kas titipan Tahuna cenderung mengalami net
outflow (kecuali pada awal tahun). Pada triwulan III-2010, kas titipan di Tahuna mengalami
net outflow sebesar Rp80,75 miliar atau meningkat 252,17% dibandingkan triwulan yang
sama tahun sebelumnya. Kondisi net outflow yang terjadi di khasanah titipan di Tahuna
mengindikasikan perkembangan pembangunan yang cukup pesat antara lain
pembangunan sarana/prasarana pengaman pantai, pembangunan rumah khusus,
pembangunan prasarana dermaga penyebrangan dan pembangunan prasarana bandar
udara, yang mendorong bergairahnya aktivitas perekonomian di daerah tersebut.
5.1.4. Penemuan Uang Palsu
Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan III-
2010 menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya. Total uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Bank Indonesia Manado
pada triwulan III-2010 tercatat sebanyak 106 lembar yang terdiri dari 94 lembar uang
pecahan Rp100.000,00, 10 lembar uang pecahan Rp50.000,00, dan 2 lembar uang
pecahan Rp20.000,00.
Tabel 5.1. Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja KBI Manado
Sumber: Bank Indonesia Manado, diolah
Terjadinya peningkatan temuan uang palsu merupakan dorongan bagi Bank Indonesia
untuk terus berupaya untuk meminimalisir pergerakan pelaku pemalsuan uang melalui
kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah. Kegiatan sosialisasi tidak hanya dilakukan di
Kantor Bank Indonesia, kalangan perbankan, di instansi-instansi pemerintah daerah,
akademisi dan sekolah-sekolah namun juga dilakukan di pusat perbelanjaan di kota
Manado. Hal tersebut dilakukan mengingat pusat perbelanjaan juga sangat rentan terhadap
kegiatan peredaran uang palsu karena tingginya tingkat perputaran uang yang digunakan
untuk melakukan transaksi. Selain itu, secara represif pihak Bank Indonesia juga menjalin
kerjasama dengan pihak Kepolisian Daerah Sulawesi Utara dalam upaya penanganan proses
74
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
Perputaran Kliring
a. Lembar 72.982 79.557 82.114 84.032 75.799 80.399 82.862
b. Nominal (Rp miliar) 1.497 1.626 1.722 1.860 1.658 1.674 1.914
Rata-rata perputaran kliring per hari
a. Lembar 1.236 1.282 1.369 1.384 1.221 1.299 1.315
b. Nominal (Rp miliar) 25,40 26,17 28,72 30,71 26,73 27,08 30,39
Persentase rata-rata penolakan
a. Lembar (%) 0,99 0,96 1,06 1,33 1,02 2,16 1,72
b. Nominal (%) 0,91 1,08 1,27 1,45 1,01 2,44 1,54
KETERANGAN2009 2010
hukum. Peran serta aktif masyarakat bersama dengan pihak kepolisian diperlukan untuk
dapat membongkar sejumlah kasus pemalsuan uang di Sulawesi Utara.
5.2. Perkembangan Alat Pembayaran Non-Tunai
Berkembangnya perekonomian domestik telah berdampak terhadap peningkatan
kebutuhan masyarakat akan ketepatan, kehandalan dan keamanan dalam bertransaksi.
Berdasarkan latar belakang tersebut, Bank Indonesia secara terus menurus melakukan
penyempurnaan dan pengembangan terhadap sistem yang telah ada, termasuk diantaranya
melalui penyelenggaraan kliring dan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).
5.2.1. Perkembangan Kliring (Tunai)
Perkembangan kliring di wilayah Sulawesi Utara (tunai) selama triwulan III-2010 mengalami
peningkatan, jumlah warkat yang dikliringkan sebanyak 82.862 lembar dengan nilai
Rp1.914 miliar atau meningkat jumlahnya sebesar 11,20% (yoy) dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya. Jika dilihat berdasarkan rata-rata harian lembar warkat yang
dikliringkan selama periode laporan tercatat sebanyak 1.315 lembar dengan nilai sebesar
Rp30,39 miliar atau tumbuh sebesar 5,82% (yoy). Peningkatan rata-rata jumlah nominal
kliring tersebut semakin menegaskan bahwa perekonomian Sulawesi Utara mengalami
pertumbuhan positif yang berkelanjutan.
Tabel 5.2.
Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong di Wilayah Sulawesi Utara
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan
tercatat 1,72% dari rata-rata lembar warkat yang dikliringkan per hari atau mengalami
peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 1,06%.
Sementara itu, dilihat dari segi jumlah nominalnya juga terdapat kenaikan dari 1,27% pada
triwulan III-2009 menjadi 1,54% pada triwulan III-2010 dari rata-rata nominal cek dan BG
yang dikliringkan per hari.
75
Nilai Nilai Nilai
(Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp)
Apr 254,13 845 623,87 994 878,00 1.839
Mei 250,57 946 515,09 849 765,66 1.795
Jun 156,81 479 494,57 830 651,38 1.309
Tw II-2009 661,51 2.270 1.633,53 2.673 2.295,04 4.943
Jul 127,73 420 539,12 1.388 666,85 1.808
Agust 130,87 502 502,00 800 632,87 1.302
Sep 143,68 460 526,54 792 670,22 1.252
Tw III-2009 402,28 1.382 1.567,66 2.980 1.969,94 4.362
Okt 191,76 718 498,42 799 690,18 1.517
Nov 225,20 748 544,54 941 769,74 1.689
Dec 356,68 1.036 597,55 1.532 954,23 2.568
Tw IV-2009 773,64 2.502 1.640,51 3.272 2.414,15 5.774
Jan 182,88 694 709,22 1.102 892,10 1.796
Feb 192,27 638 553,24 1.339 745,51 1.977
Mar 239,37 833 726,79 1.120 966,16 1.953
Tw I-2010 614,52 2.165 1.989,25 3.561 2.603,77 5.726
Apr 213,78 740 581,82 968 795,60 1.708
Mei 195,30 676 522,58 932 717,88 1.608
Jun 244,18 800 639,48 1.077 883,66 1.877
Tw II-2010 653,26 2.216 1.743,88 2.977 2.397,14 5.193
Jul 239,81 832 767,16 1.120 1.006,97 1.952
Agust 244,27 795 683,53 1.324 927,80 2.119
Sep 186,04 666 605,75 1.121 791,79 1.787
Tw III-2010 670,12 2.293 2.056,44 3.565 2.726,56 5.858
Pertumbuhan (YoY %) 66,58 65,92 31,18 19,63 38,41 34,30
Periode
FROM TO FROM + TO
Volume Volume Volume
5.2.2. RTGS (Real Time Gross Settlement)
Implementasi sistem BI_RTGS di Indonesia yang bermanfaat sebagai sarana penyelesaian
akhir transaksi pembayaran semakin menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Hal
ini dikarenakan BI-RTGS mempunyai keunggulan dalam kecepatan penyelesaian transaksi
(seketika) dan resiko settlement-nya dapat diperkecil. Perkembangan penyelesaian nominal
transaksi RTGS selama triwulan III-2010 (dari dan ke wilayah Sulawesi Utara) mencapai
Rp2.726,56 miliar atau mengalami peningkatan nilai sebesar 38,41% dibandingkan nilainya
di triwulan III-2009. Sejalan dengan jumlah nilainya yang mengalami peningkatan, volume
RTGS pada triwulan laporan juga mengalami kenaikan dari 4.362 transaksi di triwulan III-
2009 menjadi 5.858 transaksi pada triwulan III-2010, atau tumbuh sebesar 34,30% (yoy).
Tabel 5.3.
Perkembangan Traksaksi Melalui RTGS - Real Time Gross Settlement
Sumber : www.bi.go.id, diolah
76
Halaman ini sengaja dikosongkan
77
BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH &
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Seiring dengan membaiknya berbagai indikator makro ekonomi regional, perbankan, sistem
pembayaran dan fiskal pada triwulan III 2010, kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi
Utara diindikasikan terus menunjukan perbaikan. Tingkat Pengangguran di Sulawesi Utara
pada Februari 2010 menurun, yang tercermin dari nilai TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka)
sebesar 10,48%, merupakan angka terendah sejak tahun 2006. Jumlah penyerapan tenaga
kerja baru diperkirakan masih menunjukkan perkembangan positif pada triwulan laporan.
Berdasarkan jenis lapangan pekerjaan, pertanian masih menjadi sektor lapangan pekerjaan
utama, walaupun telah terjadi pergeseran ke sektor lainnya, terutama sektor perdagangan
dan sektor jasa.
Sejalan dengan itu, tingkat kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara juga diperkirakan akan
meningkat. Kondisi tersebut didasarkan atas beberapa indikator, diantaranya Indeks
Ekspektasi Penghasilan yang berada pada level optimis di periode laporan, dan penurunan
tingkat kemiskinan. NTP (Nilai Tukar Petani) pada triwulan laporan mengalami sedikit
penurunan karena peningkatan Indeks yang Dibayar Petani (IB) lebih besar dari peningkatan
Indeks yang Diterima Petani (IT).
6.1. KETENAGAKERJAAN
Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara, memasuki triwulan III 2010, diperkirakan masih
menunjukkan perkembangan yang positif. Tenaga kerja baru diperkirakan masih banyak
terserap oleh beberapa sektor di Sulut. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Bank
Indonesia, pelaku usaha masih menunjukkan tingkat optimisme peningkatan penggunaan
tenaga kerja. Hal ini ditunjukkan dengan nilai SBT SKDU yang masih bernilai positif sebesar
14,54%, lebih besar apabila dibandingkan dengan nilai SBT periode triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 11,67%.
Berdasarkan lapangan usahanya selama triwulan laporan, sektor pertanian melakukan
penambahan jumlah tenaga kerja seiring dengan berlangsungnya panen raya cengkih di
beberapa wilayah di Sulut. Kondisi serupa juga terjadi pada sektor PHR yang diperkirakan
78
juga menyerap tenaga kerja pada triwulan III-2010 sebagai dampak berkembang pesatnya
sektor ini dan semakin dikenalnya Kota Manado sebagai kota tujuan pariwisata domestik
dan dunia, yang tercermin dari nilai SBT SKDU sebesar 4,88%.
Struktur ketenagakerjaan pada periode Februari 2010 tidak terlalu berbeda bila
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dari seluruh penduduk usia 15+,
jumlah angkatan kerja tercatat 1.074.256 orang (62,79%) masih lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah bukan angkatan kerja sebanyak 636.668 orang. Jumlah
angkatan kerja ini menurun tipis sebesar 0,27% (yoy) atau sebanyak 2.899 orang
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Menurut komponen penyusunnya, apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun
sebelumnya, jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2010 juga mengalami sedikit
penurunan. Tercatat jumlah penduduk yang bekerja berjumlah 961.648 orang, menurun
0,10% (yoy) atau sebanyak 979 orang dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Seiring
dengan berkurangnya jumlah penduduk yang bekerja, jumlah orang yang mencari kerja pun
mengalami penurunan yaitu dari 114.528 orang pada Februari 2009 turun 1,68% (yoy)
menjadi 112.608 orang pada Februari 2010.
Menurunnya jumlah angkatan kerja selama periode Februari 2009 Februari 2010
mengakibatkan TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) di Provinsi Sulawesi Utara
mengalami sedikit penurunan dari 63,91% pada Februari 2009 menjadi 62,79% pada
Februari 2010. TPAK sebesar 62,79% tersebut dapat diartikan bahwa sekitar 62-63
penduduk Provinsi Sulawesi Utara aktif bekerja dan mencari pekerjaan dari sebanyak 100
orang penduduk yang termasuk ke dalam penduduk usia kerja. Sementara itu, TPT (Tingkat
Pengangguran Terbuka) pada Februari 2010 sebesar 10,48%, merupakan angka yang
terendah selama sejak Tahun 2006. Hal ini menunjukkan bahwa dari sekitar 100 orang
penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja hanya 10-11 orang yang menganggur,
selebihnya sudah mempunyai perkerjaan.
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan di Sulawesi Utara
79
Komposisi penduduk Sulawesi Utara yang bekerja menurut sektor lapangan pekerjaan
utama relatif sama dibanding keadaan Februari 2009 maupun Agustus 2009. Sektor
pertanian (pertanian, perkebunan,kehutanan, perburuan, dan perikanan) masih merupakan
lapangan pekerjaan utama sebagian besar penduduk yang bekerja yaitu 332.981 orang
(34,63%). Namun demikian sektor ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 386.873 orang.
Secara umum bila dibandingkan dengan kondisi pada Februari 2009, seluruh sektor
terkecuali sektor pertanian dan angkutan, mengalami peningkatan jumlah tenaga kerja.
Data tersebut menggambarkan bahwa walaupun sektor pertanian paling banyak digeluti
oleh tenaga kerja di Sulawesi Utara, namun pangsanya terus menurun dan mengalami
pergeseran terutama ke sektor perdagangan, jasa dan angkutan. Pergeseran ini terjadi
terkait berkembang pesatnya sektor perdagangan ritel (PHR) dan jasa sebagai dampak
semakin dikenalnya Kota Manado sebagai kota tujuan pariwisata domestik dan dunia.
Tabel 6.2. Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja
Menurut Lapangan Pekerjaan di Sulawesi Utara
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Grafik 6.1. Struktur Tenaga Kerja Menurut Sektor Ekonomi
di Sulawesi Utara
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 6.3. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Status
Pekerjaan di Sulawesi Utara
80
Berdasarkan statusnya, struktur pekerjaan penduduk pada bulan Februari 2010 mengalami
pergeseran. Jika pada periode-periode sebelumnya didominasi oleh berusaha sendiri, pada
Februari 2010 status pekerjaan penduduk yang mendominasi bergeser menjadi
buruh/karyawan/pegawai yaitu sebesar 322.315 orang (33,52%). Status pekerjaan
penduduk yang bekerja terkecil adalah kategori pekerjaan berusaha dibantu buruh tetap
buruh dibayar sebanyak 40.962 orang (4,26%). Status pekerjaan penduduk yang bekerja di
daerah perkotaan terbanyak adalah sebagai buruh/karyawan/pegawai sebesar 178.183
orang (47,42%) dan berusaha sendiri sebesar 95.417 orang (25,39%). Sedangkan untuk
daerah perdesaan, status pekerjaan penduduk yang bekerja sebagian besar adalah berusaha
sendiri yaitu sebesar 164.136 (28,02%) dan buruh/karyawan/pegawai sebesar 144.132
orang (24,60%).
6.2. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi
Utara diperkirakan meningkat di triwulan III tahun 2010. Hal ini terkonfirmasi dengan Indeks
Ekspektasi Penghasilan berdasarkan Survei Konsumen (SK) Kota Manado yang mengalami
sebesar 155.5 pada triwulan laporan, berada pada level optimis.
Secara khusus, kesejahteraan masyarakat petani juga mengalami peningkatan. Kondisi ini
tercermin dari rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Utara selama triwulan III-2010
sebesar 101,87, lebih tinggi dibandingkan NTP triwulan yang sama periode sebelumnya,
yang tercatat sebesar 101,54. Adapun kenaikan NTP terutama disebabkan karena
berlangsungnya musim panen cengkeh pada beberapa wilayah di Sulawesi Utara.
Tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara pada Maret 2010 kembali mengalami
penurunan yang tercatat sebesar 0,69% (yoy). Bila pada Maret 2009 jumlah penduduk
miskin Provinsi Sulawesi Utara sebesar 220 juta jiwa maka pada Maret 2010 telah turun
menjadi 206,72 juta jiwa. Penurunan angka kemiskinan pada tahun 2010 ini merupakan
lanjutan dari tren yang terjadi sejak tahun 2007 yang sejalan dengan tren perkembangan
tingkat kemiskinan Nasional. Secara umum, tingkat kemiskinan di Sulawesi Utara relatif
masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan tingkat kemiskinan secara nasional.
81
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh Garis
Kemiskinan. Semakin tinggi Garis Kemiskinan, semakin banyak penduduk yang tergolong
sebagai penduduk miskin. Selama periode Maret 2009 Maret 2010, garis kemiskinan
meningkat sebesar Rp.9.562, yaitu dari Rp.184.772,- per kapita per bulan pada Maret
2009 menjadi Rp. 194.334,- per kapita per bulan pada Maret 2010. Walaupun terjadi
peningkatan nilai Garis Kemiskinan, faktanya tingkat kemiskinan mengalami penurunan. Hal
ini mengindikasikan bahwa tingkat pendapatan penduduk yang miskin pada tahun lalu
mengalami peningkatan dengan laju yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan Garis
Kemiskinan sehingga sebagian dari mereka (12.840 orang) mampu keluar dari kemiskinan.
Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis
Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa
Grafik 6.2. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Nasional dan Prov. Sulut
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Grafik 6.3. Persebaran Penduduk Miskin Provinsi Sulut
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Juli 06 Mar 07 Mar 08 Mar 09 Mar 10
Sulut 10.76 11.42 10.10 9.79 9.1
Nasional 16.90 16.58 15.42 14.15 13.33
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18%
Tabel 6.4. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah di Sulawesi Utara
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
82
peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan
makanan (perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Pada bulan Maret 2009,
sumbangan GKM terhadap GK sebesar 77,67 persen, pada bulan Maret 2010, peranannya
sedikit mengalami penurunan menjadi 77,49 persen. Dengan kata lain peningkatan Garis
Kemiskinan dari Maret 2009 ke Maret 2010 lebih disebabkan karena kenaikan harga yang
lebih tinggi pada komoditi non makanan dibandingkan pada komoditi makanan.
Pada periode Maret 2009-Maret 2010, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) ternyata mengalami perbaikan. Indeks Kedalaman Kemiskinan
menurun dari 1,55 pada Maret 2009 menjadi 1,14 pada Maret 2010. Sedangkan Indeks
Keparahan Kemiskinan turun dari 0,36 menjadi 0,24 pada periode yang sama . Nilai indeks
(P1) menunjukkan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk
miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin besar rata-rata
kesenjangan terhadap garis kemiskinan. Indeks ini sering digunakan sebagai dasar
penghitungan berapa subsidi yang diperlukan untuk mengentaskan penduduk miskin.
Sementara itu nilai indeks (P2) menunjukkan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk
miskin.Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara
penduduk miskin. Dengan penurunan pada indeks (P1) tersebut berarti selama periode
Maret 2009-Maret 2010 ada indikasi bahwa rata-rata jarak kedalaman kemampuan
konsumsi penduduk miskin semakin bergerak naik mendekati ke garis kemiskinan.
Sedangkan penurunan indeks (P2) menunjukkan bahwa variasi pengeluaran konsumsi
penduduk miskin semakin merata dan semakin kecil ketimpangannya.
Kedalaman kemiskinan di perdesaan dan perkotaan tidak signifikan berbeda terlihat dari
nilai indeks (P1) yang hampir sama yakni 1,16 berbanding 1,12. Sedangkan dari sisi
ketimpangan pengeluaran, penduduk miskin di perkotaan cenderung memiliki tingkat
Tabel 6.5. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan
Kemiskinan Menurut D erah di Sulawesi Utara
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
83
ketimpangan yang lebih tinggi dibandingkan penduduk miskin di perdesaan yang
ditunjukkan dari disparitas nilai indeks (P2) dimana di perdesaan 0,19 sedangkan di
perkotaan mencapai 0,30.
84
BOKS 1.
ELASTISITAS KESEMPATAN KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
PROVINSI SULAWESI UTARA
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi utara pada kurun waktu 2007 2010 menunjukkan
perkembangan yang menggembirakan, hingga pada triwulanI II 2010 laju pertumbuhan
mencapai 7,04%. Sektor utama penopang pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara dalam kurun
waktu tersebut adalah sektor pertanian dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restauran (PHR).
Sementara itu, berdasarkan data BPS sebagian besar penduduk Sulawesi Utara bekerja di sektor
pertanian. Pangsa rata-rata penduduk yang bekerja di sektor pertanian dalam kurun waktu 2007
- 2010 tercatat mencapai 38,65% dari total angkatan kerja. Selain bekerja pada sektor pertanian,
penduduk Sulawesi Utara juga bekerja pada sektor PHR dan sektor pengangkutan dan
komunikasi dengan pangsa rata-rata sebesar 17,84% dan 10,81%.
Apabila dibandingkan antara rata-rata pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja dalam
kurun waktu 2007 sampai dengan 2010, maka dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan ekonomi
tidak selalu diikuti dengan perluasan kesempatan kerja.Hal ini terutama tercermin dari
pertumbuhan negatif rata-rata kesempatan kerja pada sektor pertanian dalam kurun waktu
2007-2010.
Share rata-rata jumlah tenaga kerja Prov. Sulawesi Utara th. 2007-2010
Pertumbuhan Rata-Rata Kesempatan Kerja dan PDRB Prov. Sulawesi Utara th. 2007-2010
Sumber : BPS Sulut, diolah Sumber : BPS Sulut, diolah
85
Tingkat elastisitas rata-rata kesempatan kerja terhadap PDRB Provinsi Sulawesi Utara selama
kurun waktu 2007-2010 tercatat 0,36% (inelastis) yang berarti bahwa setiap kenaikan 1%
PDRB hanya dapat meningkatkan kesempatan kerja sebesar 0,36%. Berdasarkan sektor
ekonominya, elastisitas tertinggi terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian yaitu
sebesar 3,53%. Sementara itu, sektor utama penopang pertumbuhan PDRB Sulawesi Utara,
yakni sektor pertanian dan sektor PHR tercatat memiliki tingkat elastisitas rendah, yang
tercatat masing-masing sebesar 0,75% dan 0,78%. Hal ini diduga karena pertumbuhan
pada sektor ini tidak didukung oleh investasi yang bersifat padat karya dan banyak tenaga
kerja sektor pertanian beralih pada sektor lainnya.
Berbagai upaya kiranya dapat dilakukan oleh pemerintah daerah dalam rangka
meningkatkan daya saing daerah melalui berbagai kebijakan kondusif yang dapat
mendorong investasi dan pada akhirnya dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi yang
berkualitas.
Elastisitas Kesempatan Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Utara th. 2007-2010
Sumber : BPS Sulut, diolah
86
Halaman ini sengaja dikosongkan
87
Grafik 7.1. Perkembangan Realisasi dan Ekspektasi Kegiatan Dunia Usaha
Provinsi Sulawesi Utara
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha KBI Manado Triwulan I-1010
(40)
(30)
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
60
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*
2008 2009 2010
Realisasi Kegiatan Usaha Perkiraan Kegiatan Usaha
BAB VII PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI & INFLASI
7.1. Prospek Ekonomi Makro
Perekonomian Sulawesi Utara diperkirakan akan terus mengalami akselerasi hingga triwulan
IV-2010. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada periode tersebut diperkirakan berada
pada kisaran 7,2% (yoy) ± 0,5%, melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-
2009 (7,96%) yang lebih banyak didorong oleh adanya multiplier effect perhelatan event
berskala internasional. Sumber laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan IV-
2010 diantaranya adalah meningkatnya belanja pemerintah menjelang akhir tahun
anggaran, berlangsungnya perayaan hari besar keagamaan ( Idul Adha,
dan Hari Natal) serta Tahun Baru 2011. Namun demikian, kondisi cuaca yang tidak kondusif
dimana musim penghujan relatif berlangsung secara terus menerus menjadi tantangan
tersendiri bagi perkembangan perekonomian Sulawesi Utara di triwulan IV-2010.
Optimisme pertumbuhan ekonomi pada
triwulan IV-2010 tercermin dari
perkiraan ekspektasi pelaku usaha yang
meningkat. Hasil Survei Kegiatan Dunia
Usaha (SKDU), yaitu pada indikator
ekspektasi kegiatan usaha yang
mengalami kenaikan dengan persentase
Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar
31,44%, lebih tinggi dari realisasi
kegiatan kegiatan usaha pada triwulan
IV-2009 dengan SBT sebesar 4,37%.
Dilihat dari sisi permintaan, kegiatan konsumsi dan ekspor masih mendominasi laju
pertumbuhan ekonomi Sulut. Konsumsi masyarakat diperkirakan akan mengalami
peningkatan, terkait dengan perayaan Idul Adha yang jatuh pada tanggal 17 November,
5 Desember 2010, Natal dan tahun baru. Peningkatan konsumsi
masyarakat juga didukung oleh naiknya daya beli masyarakat karena adanya pendapatan
atas hasil panen raya cengkih yang masih terus berlangsung hingga akhir Oktober 2010.
88
40
60
80
100
120
140
160
180
200
J A S O N D J F
M A M
J J A S O N D J F
M A M
J J A S
2009 2010
Ekspektasi Konsumen Ekspektasi Penghasilan
Ekspektasi Ekonomi Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja
Semakin tinggi harga cengkih yang diterima oleh petani/pengumpul akan mendorong
peningkatan belanja konsumsi, pada tahap selanjutnya hal ini akan memberikan multiplier
effect terhadap sektor lainnya. Kondisi ini antara lain dapat dikonfirmasi melalui
peningkatan optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi 6 bulan mendatang
(termasuk tingkat penghasilan) tercermin dari kenaikan Indeks Ekspektasi Konsumen.
Sementara itu, kinerja ekspor pada triwulan IV-2010 diperkirakan akan membaik. Potensi
ekspor Sulawesi Utara yang utama adalah produk kelapa seperti minyak kelapa murni (virgin
coconut oil), dan produk turunannya diantaranya adalah tepung kelapa dan arang kelapa.
Produk pertanian lainnya yang potensial untuk diekspor adalah kopra, pala dan cengkih.
Saat ini, Sulawesi Utara sedang mengalami panen raya cengkih dengan estimasi hasil panen
mencapai 15.000 ton. Selain produk pertanian, komoditas yang menjadi andalan eskpor
lainnya adalah ikan, baik berupa ikan segar maupun ikan kaleng hasil pengolahan. Namun
demikian, peluang tersedianya pasar dan tingginya permintaan dari negara partner dagang
belum dapat dioptimalkan oleh perusahaan. Hal ini tidak terlepas dari kurangnya
ketersediaan bahan baku akibat semakin tingginya persaingan usaha yang sejenis di Sulut
serta adanya ketergantungan pada alam (cuaca) dalam penyediaan bahan baku.
Perkembangan komponen investasi diperkirakan akan lebih tinggi pada triwulan IV-2010,
hal ini terkait dengan semakin meningkatnya realisasi proyek-proyek fisik pemerintah
menjelang akhir tahun anggaran khususnya untuk proyek infrastruktur diantaranya
pembangunan jalan ring road 2 dan ring road 3, pembangunan jembatan lingkar barat
Bolaang Mongondow Selatan serta pembangunan sarana umum lainnya seperti
pembangunan fasilitas pariwisata dilahan seluas 15 hektar. Sedangkan dari pihak swasta,
Grafik 7.2. Indeks Ekspektasi Konsumen
Sumber : Manado Post, diolah
Sumber : Survei Konsumen Kota Manado
89
indikator pertumbuhan investasi dapat dilihat dari rencana dan realisasi investasi khususnya
pada bidang pertambangan (tambang emas) di wilayah Minahasa Utara.
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2010 diperkirakan masih akan
ditopang oleh sektor-sektor dominan, seperti sektor PHR, bangunan, serta sektor
pengangkutan dan komunikasi. Relatif stabilnya pertumbuhan sektor PHR dan sektor
pengangkutan lebih ditopang oleh faktor musiman antara lain hari raya Natal dan tahun
baru 2011. Sebagai daerah tujuan wisata, pada musim liburan menjelang natal dan tahun
baru, load factor penumpang pesawat udara diperkirakan akan mengalami peningkatan,
selanjutnya akan mendorong kinerja sektor PHR yang salah satunya tercermin dari tingginya
tingkat hunian hotel. Kinerja sektor bangunan akan tumbuh sejalan dengan realisasi proyek
pemerintah yang terus berjalan menjelang akhir tahun anggaran. Sementara itu, kinerja
sektor pertanian juga relatif lebih baik, yang tercermin dari Angka Ramalan (ARAM) III-2010
untuk beras, jagung dan kedelai yang mengalami peningkatan produksi. Namun demikian,
yang perlu diwaspadai adalah keadaan cuaca yang kurang kondusif dapat berpotensi
mengahambat produktivitas sektor pertanian khususnya subsektor tanaman bahan
makanan (tabama).
Tabel 7.1. Produksi, Hasil Per Hektar dan Luas Panen Tanaman Padi dan palawija
di Provinsi Sulawesi Utara
Jenis Tanaman 2008 2009 ARAM
III-2010
Perubahan
2009-2010
(%)
Padi (Sawah+Ladang) 520.193 549.087 589.238 7,31
Jagung 466.061 450.989 493.317 9,39
Kedelai 7.217 7.667 9.064 18,22
Kacang Tanah 8.640 8.493 9.370 10,33
Kacang Hijau 2.381 2.680 2.195 (18,10)
Ubi Kayu 83.656 77.206 88.425 14,53
Ubi Jalar 42.152 53.121 51.846 (2,40)
Padi (Sawah+Ladang) 47,31 47,85 48,8 1,99
Jagung 35,36 35,69 36,58 2,49
Kedelai 13,81 13,57 13,26 (2,28)
Kacang Tanah 13,14 13,17 13,12 (0,38)
Kacang Hijau 13,29 12,62 12,73 0,87
Ubi Kayu 130,96 130,70 130,71 0,01
Ubi Jalar 98,65 97,83 97,95 0,12
Padi (Sawah+Ladang) 109.951 114.745 120.740 5,22
Jagung 131.791 126.349 134.856 6,73
Kedelai 5.227 5.652 6.836 20,95
Kacang Tanah 6.573 6.450 7.144 10,76
Kacang Hijau 1.791 2.123 1.724 (18,79)
Ubi Kayu 6.388 5.907 6.765 14,53
Ubi Jalar 4.273 5.430 5.293 (2,52)
Produksi (Ton)
Produktivitas (Ku/Ha)
Luas Panen (Ha)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
90
-1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*
2009 2010
100
110
120
130
140
150
160
170
180
190
Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
2010
Ekspektasi Harga 3 bln yad Ekspektasi Harga 6 bln yad
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara selama 2010
diperkirakan sebesar 7,07% ± 0,5% (yoy).
7.2. Prakiraan Inflasi
Laju inflasi Kota Manado pada triwulan IV-2010 atau inflasi tahun 2010 diperkirakan
sebesar 5,1% ± 0,5% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi pada periode yang sama tahun
lalu sebesar 2,31% (yoy). Meningkatnya tekanan inflasi pada triwulan IV-2010 terutama
disebabkan oleh tekanan eskternal dan interaksi permintaan dan penawaran yang relatif
tinggi serta hasil panen bahan makanan yang kurang maksimal.
Faktor fundamental diperkirakan akan menjadi faktor penyebab tingginya laju inflasi Kota
Manado pada triwulan IV-2010. Ekspektasi masyarakat diduga akan lebih tinggi menjelang
perayaan Idul Adha, hari raya natal, dan tahun baru 2011. Hal ini tercermin dari hasil
ekspektasi harga 3 bulan yang akan datang dalam Survei Konsumen sebesar 144 pada akhir
triwulan III-2010 menjadi 152 pada akhir triwulan IV-2010.
Grafik 7.3. Perkembangan dan Perkiraan Inflasi Kota Manado (% yoy)
Ket: *Proyeksi Inflasi Bank Indonesia Manado
Grafik 7.4. Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado
Dalam Saldo Bersih Tertimbang (SBT)
Sumber : Survei Konsumen Kota Manado
91
120
130
140
150
160
170
180
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
2010
Indeks Ketersediaan Barang & Jasa
Sejalan dengan ekspektasi masyarakat, interaksi permintaan dan penawaran menjelang
perayaan hari keagamaan tersebut akan semakin melambungkan harga. Selain itu, tekanan
eksternal berupa kenaikan harga emas internasional dan harga kedelai turut mendorong
tekanan harga kedepan. Sementara itu, penyebab inflasi yang bersumber dari faktor non
fundamental disebabkan oleh hasil panen tanaman bahan makanan yang tidak maksimal
karena terganggu oleh cuaca yang kurang kondusif.
Jika dilihat berdasarkan kelompoknya, kelompok bahan makanan, kelompok transpor dan
kelompok sandang diperkirakan akan mengalami tekanan inflasi yang cukup tinggi.
Melonjaknya permintaan komoditi daging yang biasa terjadi menjelang hari raya Idul Adha
dan Natal mengakibatkan kenaikan harga yang cukup tinggi. Tekanan harga gula
diperkirakan akan tetap tinggi, karena pasokan yang semakin menipis. Kondisi ini akan
semakin tidak terkendali jika pemerintah masih membatasi penggunaan gula rafinasi yang
hanya untuk kalangan industri. Selain itu, kondisi cuaca yang tidak menentu akan
berdampak terhadap hasil pertanian khususnya sayur-sayuran dan buah-buahan. Hal ini
berdampak terhadap berkurangnya pasokan komoditi-komoditi tersebut yang tercermin
dari indeks ketersediaan barang dan jasa pada Survei Konsumen yang turun dari indeks 172
pada akhir triwulan III-2010 menjadi 138 di akhir triwulan IV-2010.
Di samping faktor-faktor diatas, guna meminimalisir dampak ekspektasi masyarakat
terhadap tekanan inflasi, keberadaan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) sebagai
komitmen Bank Indonesia, Pemerintah Daerah Sulawesi Utara, perbankan dan pelaku
usaha, diharapkan dapat mengawal kestabilan inflasi daerah yang diwujudkan dalam
pelaksanaan Forum TPID guna membahas sumber dan potensi tekanan inflasi kedepan.
Grafik 7.5. Indeks Ketersediaan Barang dan Jasa
Sumber : Survei Konsumen Kota Manado
92
120
125
130
135
140
145
150
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
2010
Tingkat Suku Bunga
7.3. Prospek Perbankan
Perkembangan berbagai indikator perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan IV-2010
diperkirakan masih cukup baik. Kebijakan Bank Indonesia untuk tetap mempertahankan
suku bunga acuannya (BI rate) sebesar 6,5% mendorong perbankan untuk lebih ekspansif
dalam melakukan pembiayaan yang didukung oleh kecenderungan menurunnya suku
bunga kredit. Sementara itu, jumlah Dana Pihak Ketiga yang berhasil dihimpun pada
triwulan mendatang diperkirakan akan mengalami peningkatan. Hal ini didorong oleh
potensi meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat seiring dengan realisasi hasil
penjualan panen raya cengkeh dan potensi membaiknya kinerja ekspor Sulawesi Utara.
Grafik 7.6. Indeks Ekspektasi Tingkat Suku Bunga (SBT)
Hasil rekapitulasi Rencana Bisnis Bank (RBB) 2010 menunjukkan bahwa perbankan Sulawesi
Utara optimis untuk terus meningkatkan penyaluran kreditnya hingga 25 30%, lebih
tinggi dibandingkan target penyaluran kredit secara nasional yang hanya berada pada
kisaran 17%. Tingkat suku bunga perbankan sampai dengan saat ini masih bergerak
dengan kisaran yang relatif terbatas. Penurunan BI Rate tidak langsung direspon oleh
perbankan dengan menurunkan tingkat suku bunganya. Sampai dengan September 2010,
tingkat suku bunga deposito tercatat sebesar 5,90%, mengalami tren penurunan terbatas
dibandingkan Agustus 2010 sebesar 5,93%. Sejalan dengan hal tersebut tingkat suku
bunga kredit pada September 2010 tercatat sebesar 15,68%, mengalami penurunan tipis
dari posisi bulan Agustus 2010 sebesar 15,74%. Perbankan diharapkan dapat lebih
menurunkan tingkat suku bunga kreditnya sehingga dapat mendorong pertumbuhan sektor
riil. Hal ini sesuai dengan ekspektasi konsumen yang mengharapkan adanya penurunan
tingkat suku bunga pada triwulan IV-2010.
Sumber : Survei Konsumen Kota Manado
93
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan
hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu Mtm Month to Month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya. Qtq Quarter to Quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan
sebelumnya. Yoy Year on Year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1-100
Indeks Harga Konsumen (IHK)
Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
Indeks Kondisi Ekonomi
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100
Indeks Ekspektasi Konsumen
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.
Dana Perimbangan
Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli.
Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari permintaan.
Volatile Foods Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.
Administered Price
Salah satu disagregasi inflasi , yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur pemerintah.
M1 Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari uang kartal dan uang giral
M2 Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indicator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing).
Mo Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat dibank sentral.
Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum.
Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat masyarakat dibank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann penduduk dalam rupiah pada sistem moneter.
NIM Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar.
94
NPLs Singkatan dari non performing loan disebut juga kredit bermasalah, dengan kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI.
Restrukturisasi kredit
Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan.
UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikri, Kecil Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar.
UYD
Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartalyang berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank.
Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum.
Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI.
Netflow Selisih antara outflow and inflow. PTTB Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik
uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalm kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.