provinsi sulawesi utara triwulan iii 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan,...

95
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

Upload: doananh

Post on 12-Jul-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

0

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara

Triwulan III 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

Page 2: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

1

Kata Pengantar

Sesuai Pasal 7 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dijelaskan bahwa tujuan

Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Guna mencapai

tujuan tersebut, Bank Indonesia mempunyai 3 (tiga) tugas yaitu menetapkan dan

melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran

serta mengatur dan mengawasi bank. Sejalan dengan itu dan diperkuat oleh momentum

otonomi daerah, setiap Kantor Bank Indonesia (KBI) yang berada di daerah, termasuk KBI

Manado dituntut berperan sebagai yang

diharapkan mampu memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang akurat,

menyeluruh, dan terkini sebagai bahan masukan Kantor Pusat Bank Indonesia dalam

perumusan dan penetapan kebijakan moneter yang tepat sasaran. Penyajian informasi

ekonomi dan keuangan daerah tersebut, disusun dalam bentuk Kajian Ekonomi Regional

(KER) Provinsi Sulawesi Utara secara triwulanan, yang berisi analisis mengenai kondisi makro

ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat

kesejahteraan dan kemiskinan serta prospeknya ekonomi di triwulan mendatang.

Di samping itu, dalam rangka meningkatkan akuntabilitas Bank Indonesia melalui

penyampaian informasi mengenai kondisi perekonomian dan keuangan kepada stakeholder

maka KBI perlu menyampaikan informasi dimaksud kepada stakeholder di daerah seperti

pemerintah daerah, lembaga pendidikan, institusi keuangan, dan lembaga lainnya di

daerah. Kami senantiasa mengharapkan masukan dan saran untuk meningkatkan kualitas

dan manfaat laporan di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya laporan ini dapat

memberikan manfaat bagi yang berkepentingan dan kepada pihak-pihak yang telah

membantu dalam penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih.

Manado, 30 September 2010

BANK INDONESIA MANADO

Ramlan Ginting

Pemimpin

Page 3: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

2

Daftar Isi

KATA PENGANTAR halaman 1

DAFTAR ISI

halaman 2

RINGKASAN EKSEKUTIF halaman 5

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL halaman 15

Sisi Permintaan halaman 15

Sisi Penawaran halaman 26

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH halaman 37

Inflasi Tahunan (yoy) halaman 37

Inflasi Triwulanan (qtq)

Inflasi Bulanan (mtm)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi

halaman 38

halaman 39

halaman 41

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH halaman 45

Struktur Aset Perbankan halaman 46

Perkembangan Kantor Bank halaman 46

Perkembangan Bank Umum Konvensional

Stabilitas Sistem Perbankan

Perkembangan Perbankan Syariah

Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat

halaman 46

halaman 54

halaman 58

halaman 59

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH halaman 61

Dana Perimbangan di Sulawesi Utara halaman 62

APBD di Tingkat Provinsi halaman 64

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 69

Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69

Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai halaman 74

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

halaman 77

Ketenagakerjaan halaman 77

Kesejahteraan Masyarakat halaman 80

Box 1. Elastisitas Kesempatan Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Provinsi Sulawesi Utara

halaman 80

Page 4: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

3

PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI halaman 87

Prospek Ekonomi Makro halaman 87

Prakiraan Inflasi halaman 90

Prospek Perbankan Halaman 92

Daftar Istilah dan Singkatan halaman 93

Page 5: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

4

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Kantor Bank Indonesia Manado Jl. 17 Agustus No. 56 Ph. 0431-868102, 868103, 868108 Fax. 0431 - 866933

Email : [email protected]; [email protected]; [email protected] website : www.bi.go.id Publikasi ini dapat diunduh dalam bentuk softfile pada: http://www.bi.go.id/web/id/DIBI/Info_Publik/Ekonomi_Regional/

Page 6: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

5

RINGKASAN EKSEKUTIF

Perkembangan Makro Ekonomi Regional

Akselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia terus berlanjut dan

stabilitas makro masih tetap terjaga. Akselerasi tersebut didorong

oleh peningkatan konsumsi, ekspor dan investasi. Peningkatan

konsumsi dipicu oleh optimisme keyakinan konsumen, tersedianya

sumber pembiayaan konsumsi dan rendahnya harga impor.

Sementara itu, kegiatan ekspor yang membaik terutama didorong

oleh masih kuatnya permintaan dari China dan India. Peningkatan

permintaan domestik dan internasional ini berdampak pada

meningkatnya pertumbuhan investasi. Berdasarkan latar belakang

tersebut, perekonomian Indonesia di tahun 2010 diperkirakan

tumbuh 6,0%-6,3%.

Perkembangan ekonomi nasional yang terus membaik juga

tercermin pada perkembangan ekonomi di daerah yang tumbuh

positif, termasuk di Provinsi Sulawesi Utara. Secara tahunan,

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara di triwulan III-2010 tercatat

sebesar 7,04% (yoy).

Dari sisi permintaan, meningkatnya konsumsi baik swasta maupun

pemerintah, serta kinerja ekspor merupakan cerminan

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang tumbuh positif pada

triwulan III-2010. Peningkatan aktivitas konsumsi swasta didorong

oleh meningkatnya permintaan masyarakat pada bulan ramadhan

dan hari raya Idul Fitri. Tingginya aktivitas konsumsi juga ditunjang

oleh peningkatan penghasilan masyarakat sebagai dampak

pencairan Tunjangan Hari Raya (THR) serta penjualan hasil panen

raya cengkih. Bahkan, di beberapa daerah dilaksanakan perayaan

pengucapan syukur sebagai bentuk rasa terima kasih atas

keberhasilan panen. Konsumsi pemerintah juga mengalami

peningkatan yang cukup signifikan, hal ini didorong oleh

berlangsungnya penyelenggaraan Pilkada serentak di 7

Kabupaten/Kota dan Provinsi serta realisasi proyek fisik pemerintah

Akselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia terus berlanjut dan stabilitas makro masih tetap terjaga...

Perkembangan ekonomi nasional yang terus membaik juga tercermin pada perkembangan ekonomi di daerah...

Dari sisi permintaan, meningkatnya konsumsi baik swasta maupun pemerintah, serta kinerja ekspor merupakan cerminan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang tumbuh positif pada triwulan III-2010...

Page 7: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

6

yang terus mengalami peningkatan menjelang akhir tahun

anggaran. Sementara itu, kinerja perdagangan Sulawesi Utara

masih menunjukan kinerja positif yang ditopang oleh kegiatan

ekspor antar daerah. Sedangkan, kinerja perdagangan luar negeri

masih menunjukkan adanya perlambatan. Namun demikian, secara

netto neraca perdagangan luar negeri masih mencatat surplus,

dimana volume ekspor masih lebih besar dibandingkan volume

impor. Berbeda halnya dengan kinerja konsumsi dan ekpor, kinerja

investasi di triwulan III-2010 tercatat mengalami pertumbuhan

yang negatif. Hal ini salah satunya terindikasi dari penurunan

realisasi pengadaan semen yang juga mengalami pertumbuhan

yang negatif sebesar 20,43% (yoy).

Dari sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Utara pada triwulan III-2010 tidak terlepas dari kinerja beberapa

sektor dominan, yakni sektor sektor pertanian, Perdagangan Hotel

dan Restoran (PHR), jasa-jasa serta sektor pengangkutan dan

komunikasi. Relatif stabilnya pertumbuhan pada sektor

pengangkutan dan komunikasi, PHR serta sektor pertanian

ditunjang oleh faktor musiman hari raya Idul Fitri, peningkatan

realisasi belanja pemerintah dan pelaksanaan panen raya cengkih.

Disamping itu, masih berlangsungnya liburan sekolah dan

dimulainya tahun ajaran baru pada awal triwulan laporan juga

turut andil dalam mendorong perekonomian daerah khususnya

pada sektor PHR dan sektor pengangkutan dan komunikasi.

Perkembangan Inflasi Daerah

Inflasi tahunan Kota Manado pada triwulan III-2010 meningkat

cukup tajam dibandingkan periode lalu. Di akhir triwulan II-2010,

inflasi masih tercatat 4,21% (yoy), namun meningkat menjadi

7,38% (yoy) pada akhir triwulan III-2010. Pencapaian ini lebih

tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional yang tercatat sebesar

5,80% (yoy). Secara triwulanan, inflasi Kota Manado juga

menunjukkan peningkatan, dari 0,2% (qtq) pada triwulan II-2010

menjadi 3,81% (qtq) pada periode laporan. Tekanan inflasi pada

Inflasi tahunan Kota Manado pada triwulan III-2010 meningkat cukup tajam dibandingkan periode lalu...

Dari sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan III-2010 tidak terlepas dari kinerja beberapa sektor dominan...

Page 8: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

7

periode laporan terutama berasal dari kenaikan harga beberapa

bahan makanan yang bergejolak (volatile foods). Keterlambatan

pasokan karena cuaca yang tidak menentu merupakan faktor

utama kenaikan bumbu-bumbuan (seperti cabe merah dan

bawang merah). Sementara itu, terbatasnya produksi seiring

dengan terlambatnya masa panen padi dan serangan hama

kepinding mendorong pula kenaikan harga beras.

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi

secara tahunan pada triwulan III-2010 terutama berasal dari inflasi

volatile foods. Sedangkan tekanan yang berasal dari inflasi inti (dari

sisi fundamental) dan administered price relatif terjaga. Hal ini juga

dapat dikonfirmasi oleh laju inflasi triwulanan yang menunjukkan

bahwa inflasi dari komoditi volatile foods mengalami kenaikan

signifikan, sementara inflasi dari faktor fundamental (ekspektasi,

eksternal, dan interaksi permintaan-penawaran) serta administered

price mengalami kenaikan yang moderat.

Perkembangan Perbankan Daerah

Seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian, kinerja

perbankan Sulawesi Utara pada triwulan III-2010 (posisi

September 2010) menunjukkan perkembangan yang cukup

menggembirakan, tercermin dari perkembangan positif berbagai

indikator perbankan pada triwulan laporan dan relatif terjaganya

stabilitas sistem perbankan di Sulawesi Utara. Laju pertumbuhan

total aset, dana pihak ketiga (DPK) dan kredit tercatat mengalami

pertumbuhan yang positif. Total aset perbankan tumbuh 12,35%

(yoy) mencapai Rp.16.695 miliar, yang antara lain didorong oleh

pertumbuhan kredit sebesar 18,98% menjadi Rp.11.904 miliar.

Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) menunjukkan

pertumbuhan 14,28% sehingga menjadi Rp11.114 miliar. Sejalan

dengan hal tersebut, stabilitas sistem perbankan di Sulawesi Utara

yang meliputi aspek risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan

indikator lainnya relatif terkendali. Non Performing Loans (NPLs)

relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu

Seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian, kinerja perbankan Sulawesi Utara pada triwulan III 2010 menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan...

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan pada triwulan III-2010 terutama berasal dari inflasi volatile foods...

Page 9: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

8

dibawah 5%. Aspek penyerapan dana masyarakat yang tercermin

dari Loan to Deposit Ratio (LDR) berada pada level sedikit di atas

100%, sebagai akibat laju pertumbuhan kredit yang lebih tinggi

dibandingkan dengan laju pertumbuhan DPK.

Sementara itu, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi

Utara pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan positif

terkecuali total DPK. Total aset bank umum syariah secara

tahunan, sampai dengan September 2010 tumbuh 92,98% (yoy),

seiring dengan meningkatnya penyaluran pembiayaan sebesar

55,87%. Hal ini perlu mendapat perhatian mengingat tingginya

tingkat pertumbuhan pembiayaan yang belum diimbangi oleh

besaran dana yang berhasil dihimpun. Dengan kondisi tersebut,

Financing to Deposit Ratio (FDR) meningkat tajam dari 84,85%

pada triwulan III-2009 menjadi sebesar 208,33% pada triwulan III-

2010.

Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan III-2010

menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Hal

ini tercermin dari peningkatan laju pertumbuhan Aset, Dana Pihak

Ketiga (DPK) dan Kredit dibandingkan dengan periode yang sama

tahun sebelumnya. Namun, hal ini ternyata tidak diikuti dengan

perbaikan kualitas kredit dan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR).

Pada triwulan laporan, pertumbuhan asset BPR secara tahunan

meningkat dari 22,28% (yoy) pada triwulan III-2009 menjadi

40.57% (yoy) atau mencapai Rp334,3 miliar. Selanjutnya

pertumbuhan kredit meningkat dari 21,05% (yoy) menjadi

26,16% (yoy) atau mencapai Rp246,8 miliar. DPK juga mengalami

peningkatan pertumbuhan dari 19,91% (yoy) menjadi

48,68%(yoy) atau mencapai Rp255 miliar. Berdasarkan komponen

pembentuknya, deposito masih mendominasi dengan pangsa

76,85%. Secara sektoral, kredit terutama disalurkan pada sektor

lain-lain (konsumsi) dengan pangsa 72,62% dan sektor PHR

dengan pangsa 16,78%. Berdasarkan jenis penggunaannya,

sebagian besar kredit yang disalurkan merupakan kredit konsumsi

dengan pangsa mencapai 65,03% dari total kredit. Hal ini

Sementara itu, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan positif terkecuali total DPK...

Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan III 2010 menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan...

Page 10: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

9

diperkirakan merupakan indikasi dari meningkatnya aktivitas

perekonomian khususnya di sektor konsumsi. Rasio LDR

mengalami penurunan dari 114% pada triwulan III-2009 menjadi

96.8% pada triwulan III-2010 sebagai dampak laju pertumbuhan

DPK yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan laju

pertumbuhan kredit. Hal yang perlu mendapat perhatian adalah

menurunnya kualitas kredit BPR yang ditunjukkan oleh

peningkatan persentase kredit bermasalah (NPL gross) yang

mencapai 4,40% pada triwulan laporan.

Perkembangan Keuangan Daerah (APBD)

Transfer dana dari pemerintah pusat yang bersumber dari

Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) ke Provinsi/Kab/Kota

di wilayah Sulawesi Utara pada Tahun 2010 mencapai Rp5,68

Triliun atau meningkat 0,12% dibandingkan tahun sebelumnya.

Berdasarkan komponen penyusunnya, kenaikan transfer dana dari

pemerintah pusat terutama berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU)

yang merupakan komponen dari dana perimbangan yang naik

9,17% (yoy) mencapai Rp4,43 Triliun. Sementara itu Dana

Penyesuaian dan Otonomi khusus justru mengalami penurunan

sebesar 43,88% dibandingkan tahun sebelumnya.

Kinerja keuangan pemerintah pada triwulan III-2010 menunjukan

pencapaian yang lebih baik, hal ini tercermin dari realisasi

pendapatan dan belanja daerah yang mengalami peningkatan

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan

III-2010 realisasi belanja pemerintah telah mencapai 67,3%, lebih

tinggi dibandingkan realisasi pada triwulan III-2009 yang hanya

sekitar 58%. Dari sisi penerimaan, realisasi pendapatan pemerintah

Provinsi Sulawesi Utara mencapai 85,2%, lebih baik dibandingkan

periode yang sama tahun lalu sebesar 75,4%. Pencapaian ini

didorong oleh naiknya penerimaan dari sisi pajak dan retribusi

daerah serta penerimaan lain-lain yang berasal dari hasil penjualan

aset daerah dan penerimaan bunga deposito atas rekening pemda.

Peningkatan penerimaan pajak dan retribusi daerah terkait dengan

Transfer dana dari pemerintah pusat yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) ke Provinsi/Kab/Kota diwilayah Sulawesi Utara pada Tahun 2010 meningkat...

Kinerja keuangan pemerintah pada triwulan III-2010 menunjukan pencapaian yang lebih baik...

Page 11: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

10

meningkatnya aktivitas perekonomian, terutama yang bersumber

dari penjualan kendaraan bermotor yang berdampak pada

peningkatan penerimaan atas Bea Balik Nama Kendaraan

Bermotor.

Perkembangan Sistem Pembayaran

Bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, selama

triwulan III-2010 transaksi sistem pembayaran di Sulawesi Utara

mengalami peningkatan, baik pada sistem pembayaran tunai

maupun non tunai. Pada sistem permbayaran tunai, peningkatan

ini dapat terkonfirmasi dari tingginya aktivitas transaksi tunai yang

mencatat net outflow. Sementara pada pembayaran non tunai,

peningkatan ini tercermin dari naiknya nilai dan volume transaksi

kliring dan RTGS. Kondisi tersebut sejalan dengan semakin

menggeliatnya perekonomian di Sulawesi Utara selama periode

laporan.

Selama triwulan III-2010, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk

tercatat sebesar 64,11%, telah jauh menurun dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 402,99%.

Secara nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga

selama triwulan laporan adalah sebesar Rp308,77 miliar, jauh lebih

sedikit dibandingkan triwulan III-2009 yang tercatat sebesar

Rp490,29 miliar.

Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia

Manado pada triwulan III-2010 menunjukkan adanya peningkatan

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Total uang

palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Bank Indonesia Manado

pada triwulan III-2010 tercatat sebanyak 106 lembar yang terdiri

dari 94 lembar uang pecahan Rp100.000,-, 10 lembar uang

pecahan Rp50.000,-, dan 2 lembar uang pecahan Rp20.000,-.

Perkembangan kliring di wilayah Sulawesi Utara (tunai) selama

triwulan III-2010 mengalami peningkatan, jumlah warkat yang

dikliringkan sebanyak 82.862 lembar dengan nilai Rp1.914 miliar

Bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, selama triwulan III-2010 transaksi sistem pembayaran di Sulawesi Utara mengalami peningkatan...

Selama triwulan III-2010, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk tercatat sebesar 64,11%...

Perkembangan kliring di wilayah Sulawesi Utara selama triwulan III-2010 tercatat mengalami peningkatan ...

Penemuan uang palsu di wilayah kerja KBI Manado pada triwulan laporan menunjukan peningkatan . . .

Page 12: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

11

atau meningkat sebesar 11,20% (yoy) dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya. Jika dilihat berdasarkan rata-rata harian

lembar warkat yang dikliringkan selama periode laporan tercatat

1.315 lembar dengan nilai Rp30,39 miliar atau tumbuh 5,82%

(yoy).

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan

Kesejahteraan Masyarakat

Seiring dengan membaiknya berbagai indikator makro ekonomi

regional, perbankan, sistem pembayaran dan fiskal pada triwulan III

2010, kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi Utara terus

menujukkan perbaikan. Tingkat Pengangguran di Sulawesi Utara

pada Februari 2010 menurun, yang tercermin dari nilai TPT

(Tingkat Pengangguran Terbuka) sebesar 10,48%, merupakan

angka terendah sejak tahun 2006. Jumlah penyerapan tenaga kerja

baru diperkirakan masih menunjukkan perkembangan positif pada

triwulan laporan. Berdasarkan jenis lapangan pekerjaan, pertanian

masih menjadi sektor lapangan pekerjaan utama, walaupun telah

terjadi pergeseran ke sektor lainnya, terutama sektor perdagangan

dan sektor jasa.

Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, secara umum tingkat

kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara diperkirakan sedikit

meningkat di triwulan III tahun 2010. Hal ini terkonfirmasi dengan

Indeks Ekspektasi Penghasilan berdasarkan Survei Konsumen (SK)

Kota Manado yang berada pada level optimis sebesar 155.5 pada

triwulan laporan. Secara khusus bagi masyarakat petani, tingkat

kesejahteraannya terindikasi mengalami sedikit peningkatan.

Kondisi ini tercermin dari rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi

Utara selama triwulan III-2010 sebesar 101,87 lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 100,54.

Outlook Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Sulawesi Utara diperkirakan akan terus mengalami

akselerasi hingga triwulan IV-2010. Pertumbuhan ekonomi

Seiring dengan membaiknya berbagai indikator makro ekonomi regional, perbankan, sistem pembayaran dan fiskal pada triwulan III 2010, kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi Utara terus menunjukkan perbaikan...

Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, secara umum tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara diperkirakan meningkat di triwulan III tahun 2010...

Perekonomian Sulawesi Utara diperkirakan akan terus mengalami akselerasi hingga triwulan IV-2010...

Page 13: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

12

Sulawesi Utara pada periode tersebut diperkirakan berada pada

kisaran 7,2% (yoy) ± 0,5%, melambat dibandingkan pertumbuhan

pada triwulan IV-2009 (7,96%) yang lebih banyak didorong oleh

adanya multiplier effect perhelatan event berskala internasional.

Sumber laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan

IV-2010 diantaranya adalah meningkatnya belanja pemerintah

menjelang akhir tahun anggaran, berlangsungnya perayaan hari

besar keagamaan ( Idul Adha, dan Hari Natal)

serta Tahun Baru 2011. Namun demikian, kondisi cuaca yang tidak

kondusif dimana musim penghujan relatif berlangsung secara terus

menerus menjadi tantangan tersendiri bagi perkembangan

perekonomian Sulawesi Utara di triwulan IV-2010.

Dari sisi permintaan, kegiatan konsumsi dan ekspor masih

mendominasi laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara.

Konsumsi masyarakat diperkirakan akan mengalami peningkatan,

terkait dengan perayaan Idul Adha yang jatuh pada tanggal 17

November, 5 Desember 2010, Natal dan tahun

baru. Peningkatan konsumsi masyarakat juga didukung oleh

naiknya daya beli masyarakat karena adanya pendapatan atas hasil

panen raya cengkih yang masih terus berlangsung hingga akhir

Oktober 2010. Sementara itu, kinerja ekspor pada triwulan IV-

2010 diperkirakan akan membaik. Potensi ekspor Sulawesi Utara

yang utama adalah produk kelapa seperti minyak kelapa murni

(virgin coconut oil), dan produk turunannya diantaranya adalah

tepung kelapa dan arang kelapa. Perkembangan komponen

investasi diperkirakan akan lebih tinggi pada triwulan IV-2010, hal

ini terkait dengan semakin meningkatnya realisasi proyek-proyek

fisik pemerintah menjelang akhir tahun anggaran khususnya untuk

proyek infrastruktur. Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi

pada triwulan IV-2010 diperkirakan masih akan ditopang oleh

sektor dominan, seperti sektor PHR, bangunan, serta sektor

pengangkutan dan komunikasi.

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2010 diperkirakan masih akan ditopang oleh sektor dominan...

Dari sisi permintaan, kegiatan konsumsi dan ekspor masih mendominasi laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara...

Page 14: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

13

Outlook Inflasi Regional

Inflasi Kota Manado hingga akhir tahun 2010 diperkirakan sebesar

5,1% ± 0,5% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi pada periode

yang sama tahun lalu sebesar 2,31% (yoy). Meningkatnya tekanan

inflasi pada triwulan IV-2010 terutama disebabkan oleh tekanan

eskternal dan interaksi permintaan dan penawaran yang relatif

tinggi serta hasil panen bahan makanan yang kurang maksimal.

Prospek Perbankan

Perkembangan berbagai indikator perbankan di Sulawesi Utara

pada triwulan IV-2010 diperkirakan masih baik. Kebijakan Bank

Indonesia untuk tetap mempertahankan suku bunga acuannya (BI

rate) sebesar 6,5% mendorong perbankan untuk lebih ekspansif

dalam melakukan pembiayaan yang didukung oleh kecenderungan

menurunnya suku bunga kredit. Sementara itu, jumlah Dana Pihak

Ketiga yang berhasil dihimpun pada triwulan mendatang

diperkirakan akan mengalami peningkatan. Hal ini didorong oleh

potensi meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat seiring

dengan realisasi hasil penjualan panen raya cengkeh dan potensi

membaiknya kinerja ekspor Sulawesi Utara.

Dari sisi penyaluran kredit, hasil rekapitulasi Rencana Bisnis Bank

(RBB) 2010 menunjukkan bahwa perbankan Sulawesi Utara

optimis untuk terus meningkatkan penyaluran kreditnya hingga 25

30%, lebih tinggi dibandingkan target penyaluran kredit secara

nasional yang hanya berada pada kisaran 17%.

Inflasi Kota Manado pada triwulan IV-2010 atau inflasi tahun 2010 diperkirakan sebesar 5,1% ± 0,5% (yoy)...

Perkembangan berbagai indikator perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan IV-2010 diperkirakan masih baik...

Dari sisi penyaluran kredit, hasil rekapitulasi...

Page 15: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

14

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 16: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

15

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Utara (yoy)

6,96%7,19%

7,88% 8,06%

7,45%

8,31%

7,63%7,96%

6,75% 6,80%7,04%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

9%

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2008 2009 2010

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Akselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia terus berlanjut dan stabilitas makro masih tetap

terjaga. Akselerasi tersebut didorong oleh peningkatan konsumsi, ekspor dan investasi.

Peningkatan konsumsi dipicu oleh optimisme keyakinan konsumen, tersedianya sumber

pembiayaan konsumsi dan rendahnya harga impor. Sementara itu, kegiatan ekspor yang

membaik terutama didorong oleh masih kuatnya permintaan dari China dan India.

Peningkatan permintaan domestik dan internasional ini berdampak pada meningkatnya

pertumbuhan investasi. Berdasarkan latar belakang tersebut, perekonomian Indonesia di

tahun 2010 diperkirakan tumbuh 6,0%-6,3%.

Perkembangan ekonomi nasional yang terus membaik juga tercermin pada perkembangan

ekonomi di daerah yang tumbuh positif, termasuk di Provinsi Sulawesi Utara. Secara

tahunan, pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Utara pada triwulan III-2010 tercatat

sebesar 7,04% (yoy). Optimisme semakin

membaiknya kondisi perekonomian serta

prospek ke depan mendorong

peningkatan kinerja konsumsi. Sementara

itu, ekspor Sulawesi Utara terus

menunjukkan pergerakan positif, seiring

dengan membaiknya permintaan dari

domestik maupun internasional. Dari sisi

penawaran, sektor Petanian, Perdagangan,

Hotel dan Restoran, Jasa-jasa serta Pengangkutan dan Komunikasi masih merupakan

lokomotif pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara di triwulan III-2010.

1. SISI PERMINTAAN

Meningkatnya konsumsi, baik swasta maupun pemerintah, serta kinerja ekspor merupakan

cerminan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang tumbuh positif pada triwulan III-

2010. Peningkatan aktivitas konsumsi swasta didorong oleh meningkatnya permintaan

Page 17: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

16

Q1 Sumb. Q2 Sumb. Q3 Sumb. Q1 Sumb. Q2 Sumb. Q3 Sumb.

Konsumsi 8,53 5,84 6,44 4,15 3,38 4,27 5,04 3,49 7,90 5,00 9,72 6,01

Konsumsi Swasta 5,12 2,40 5,16 2,24 2,60 1,50 5,24 2,41 7,17 3,00 7,28 3,01

Konsumsi Pemerintah 15,95 3,44 9,04 1,91 4,99 1,05 4,65 1,08 9,35 1,99 14,63 3,00

PMTB 10,03 2,01 6,33 1,35 8,25 2,07 43,72 8,97 2,94 0,61 -0,19 -0,05

Stok -19,93 -0,26 -36,13 -0,88 -32,49 -0,77 9,16 0,09 15,18 0,22 17,94 0,27

Ekspor 5,96 2,92 6,90 3,40 -9,63 -5,11 -3,11 -1,50 13,01 6,33 26,29 10,66

Impor 7,89 3,06 -0,78 -0,29 -21,98 -8,90 11,05 4,30 15,67 5,35 33,91 9,85

PDRB 7,45 7,50 8,31 8,31 7,63 7,63 6,75 6,75 6,80 6,80 7,04 7,04

20102009Jenis Penggunaan

masyarakat pada bulan ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Tingginya aktivitas konsumsi juga

ditunjang oleh peningkatan penghasilan masyarakat sebagai dampak pencairan Tunjangan

Hari Raya (THR) serta penjualan hasil panen raya cengkih. Konsumsi pemerintah juga

mengalami peningkatan yang cukup signifikan, hal ini didorong oleh berlangsungnya

penyelenggaraan Pilkada serentak di 7 Kabupaten/Kota dan Provinsi serta realisasi proyek

fisik pemerintah yang terus mengalami peningkatan menjelang akhir tahun anggaran.

Sementara itu, kinerja perdagangan Sulawesi Utara masih menunjukan pertumbuhan positif

yang ditopang oleh kegiatan ekspor antar daerah. Kondisi ini sedikit berbeda dengan kinerja

perdagangan luar negeri yang justru memperlihatkan perkembangan yang melambat.

Namun, secara netto neraca perdagangan luar negeri Sulawesi Utara masih mencatat

surplus, dimana volume ekspor masih lebih besar dibandingkan volume impor.

Berbeda halnya dengan kinerja konsumsi dan ekpor, kinerja investasi di triwulan III-2010

mengalami kontraksi. Hal ini salah satunya terindikasi dari penurunan realisasi pengadaan

semen yang turun sebesar 20,43% (yoy).

Tabel 1.1. Pertumbuhan Provinsi Sulawesi Utara Menurut Penggunaan (% yoy)

1.1. Konsumsi

Konsumsi swasta pada triwulan III-2010 tumbuh 7,28% (yoy), meningkat signifikan bila

dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu sebesar 2,60% (yoy).

Beberapa faktor yang mendorong peningkatan tersebut antara lain adalah naiknya

penghasilan masyarakat yang utamanya disebabkan oleh tambahan pendapatan yang

bersumber dari pencairan Tunjangan Hari Raya (THR) dan hasil penjualan panen raya

cengkih. Perilaku masyarakat Sulawesi Utara yang cenderung konsumtif akan merespon

sebagian besar dari porsi tambahan pendapatan ini untuk kegiatan konsumsi. Selain itu

faktor musiman libur sekolah dan tahun ajaran baru serta berlangsungnya bulan ramadhan

dan perayaan Idul fitri juga turut berperan dalam meningkatkan konsumsi swasta. Bahkan,

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Page 18: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

17

50

70

90

110

130

150

170

J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S

2009 2010

Kondisi Ekonomi Saat Ini Ekspektasi Konsumen

Indeks Keyakinan Konsumen

Grafik 1.2. Indeks Keyakinan Konsumen

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Manado.

40

60

80

100

120

140

160

J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S

2009 2010

Penghasilan Saat Ini Pembelian Barang Tahan Lama

Ketersediaan Lap. Kerja

di beberapa daerah dilaksanakan perayaan pengucapan syukur sebagai bentuk rasa terima

kasih atas keberhasilan panen. Hal ini turut pula mendorong peningkatan kegiatan

konsumsi.

Kinerja konsumsi swasta salah satunya terindikasi

dari tren peningkatan indeks keyakinan

konsumen. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di

Kota Manado sepanjang triwulan III-2010 terus

memperlihatkan tren peningkatan. Pada akhir

triwulan laporan (September 2010) IKK

mencapai 138,08 sebagaimana terlihat pada

grafik 1.2. Jika dilihat berdasarkan

komponennya, kenaikan terjadi pada seluruh

komponen penyusun Indeks Kondisi Ekonomi

Saat ini yang meliputi Indeks Penghasilan Saat Ini, Indeks Pembelian Barang Tahan Lama

(Durable Goods) serta Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja. Hal ini menunjukkan bahwa

kondisi usaha yang semakin membaik berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja yang

lebih besar, yang selanjutnya mendorong kenaikan penghasilan masyarakat, dan naiknya

konsumsi rumah tangga. Optimisme konsumen juga diperlihatkan tidak hanya pada kondisi

ekonomi saat ini, tetapi juga pada kondisi di masa yang akan datang. Hal ini tercermin dari

Indeks Ekspektasi yang juga mengalami peningkatan pada seluruh komponennya yakni

Indeks Ekspektasi Kondisi Perekonomian, Indeks Ekspektasi Penghasilan, dan Indeks

Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja.

Grafik 1.3.

Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Grafik 1.4.

Komponen Indeks Ekspektasi

40

60

80

100

120

140

160

180

200

J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S

2009 2010

Ekspektasi Penghasilan Ekspektasi Ekonomi

Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Manado. Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Manado.

Page 19: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

18

Grafik 1.5.

Indeks Nilai Tukar Petani Per Sub-Sektor

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

90

95

100

105

110

115

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010

NTP

batas minimum sejahteraPangan

Holtikultura

Perkebunan

Peternakan

Perikanan

Peningkatan kegiatan konsumsi selama

triwulan laporan tak lepas pula dari relatif

terjaganya daya beli masyarakat

khususnya petani tercermin dari Nilai

Tukar Petani (NTP). Selama triwulan

laporan, rata-rata indeks NTP sebesar

101,87, lebih tinggi jika dibandingkan

rata-rata periode yang sama tahun lalu

sebesar 100,54. Dalam Indeks NTP yang

ditunjukan pada grafik 1.5., sepanjang

tahun 2009 sampai September 2010 NTP

Sulawesi Utara selalu berada dalam

kategori sejahtera (indeks > 100).

Sebagaimana diketahui, berdasarkan komposisinya hampir 40% masyarakat di Sulawesi

Utara bermata pencaharian bertani, sehingga tingkat kesejahteraan petani mampu

memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap aktivitas konsumsi rumah tangga.

Dalam grafik juga dapat dilihat, bahwa indeks subsektor perkebunan tercatat lebih tinggi

dibandingkan subsektor lainnya. Hal ini semakin mempertegas bahwa sektor perkebunan

masih menjadi andalan Sulawesi Utara, khususnya untuk komoditi unggulan seperti kelapa,

cengkih dan pala.

Peningkatan kegiatan konsumsi selama triwulan laporan juga dapat dikonfirmasi melalui

data perkembangan kredit konsumsi yang disalurkan bank umum. Sampai dengan akhir

triwulan III-2010, kredit konsumsi yang berhasil disalurkan bank umum mencapai Rp7.003

miliar, atau tumbuh 26,27% (yoy). Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan kredit

konsumsi, penjualan kendaraan roda empat di wilayah Kota Manado dan sekitarnya juga

mengalami kenaikan sebagaimana data yang disajikan oleh salah satu dealer utama

kendaraan roda empat di Kota Manado. Selama triwulan III-2010, pertumbuhan penjualan

kendaraan roda empat mengalami kenaikan hingga 63,07% (yoy). Adanya kenaikan

pendapatan masyarakat yang bertepatan dengan panen raya cengkih serta realisasi THR

direspon oleh masyarakat dengan melakukan pembelian barang dan jasa khususnya

pembelian barang tahan lama.

Page 20: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

19

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

0

100

200

300

400

500

600

700

800

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010

Total Sales (Unit) - left axis

gSales (% yoy) - right axis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

8.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2008 2009 2010

Kredit_Konsumsi (Rp miliar) - left axis

gKredit_Konsumsi (% yoy) - right axis

Sementara itu, kegiatan konsumsi pemerintah selama triwulan III-2010 tercatat mengalami

pertumbuhan yang cukup signifikan mencapai 14,63% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

triwulan III-2009 yang hanya tumbuh 4,99% (yoy). Peningkatan ini antara lain dapat

dikonfirmasi dengan kenaikan realisasi anggaran belanja di triwulan III-2010 yang telah

mencapai 67,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya tercatat sebesar

58%. Selain itu, belanja pemerintah daerah terkait persiapan Pilkada juga turut

berkontribusi terhadap pertumbuhan konsumsi pemerintah.

1.2. Investasi

Pada triwulan III-2010, investasi di Sulawesi Utara mengalami kontraksi sebesar 0,19%

(yoy). Sejalan dengan itu, kontribusi investasi terhadap pertumbuhan ekonomi juga

mengalami penurunan dengan sumbangan minus 0,05% terhadap pertumbuhan ekonomi

pada triwulan laporan.

Beberapa indikator yang dapat menjelaskan penurunan ini antara lain adalah data volume

penjualan semen di triwulan III-2010 yang mengalami penurunan bila dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya. Rata-rata penjualan semen sepanjang triwulan III-2010

tercatat 103 ribu ton atau turun 20,43% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang

mencapai 130 ribu ton. Rendahnya kontribusi kinerja investasi juga terlihat dari

perkembangan volume impor barang modal yang menunjukan perlambatan. Sampai

dengan bulan Agustus 2010, volume impor barang modal hanya tercatat sebesar 369,97

ton atau mengalami penurunan sebesar 76,42% dibandingkan periode yang sama tahun

lalu sebesar 1.569,31 ton.

Sumber : Dealer Utama Penjualan Kendaraan Roda Empat, diolah Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah

Grafik 1.7. Perkembangan Penjualan Kendaraan Roda Empat

Grafik 1.6. Perkembangan Kredit Konsumsi Bank Umum

Page 21: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

20

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

-

200

400

600

800

1.000

1.200

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2008 2009 2010

Kredit_Investasi (Rp miliar) - left axis

gKredit_Investasi (% yoy) - right axis

-1.000

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

4.500

5.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)

2009 2010

Capital (Ton) - left axis

gCapital (% yoy) - right axis

-25

-20

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

0

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

140.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010

Volume (ton) - left axis g_semen (%) - right axis

Prompt Indicator lain yang dapat

mengkonfirmasi penurunan kinerja investasi

juga ditunjukan oleh hasil Survei Penjualan

Eceran yang dilakukan oleh Kantor Bank

Indonesia Manado. Indeks penjualan untuk

bahan konstruksi mengalami penurunan

sebesar 24,43% dari indeks 430,15 pada

triwulan III-2009 menjadi 325,07 pada

triwulan III-2010.

Sementara itu, jika melihat besaran

kredit investasi yang disalurkan Bank Umum di

wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Manado.

Sampai akhir triwulan III-2010, jumlah kredit

investasi tercatat sebesar Rp1.018 miliar atau

tumbuh 10,91% (yoy). Pencapaian

pertumbuhan kredit investasi ini lebih tinggi

dibandingkan triwulan III-2009 yang hanya

tumbuh 6,55% (yoy).

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah

Grafik 1.11. Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum

Grafik 1.9.

Perkembangan Volume Impor Barang Modal

Sumber : Asosiasi Semen, diolah Ket: *) s.d. Agustus2010 Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter, diolah

Grafik 1.8.

Perkembangan Penjualan Semen Provinsi Sulawesi Utara

-100

-50

0

50

100

150

200

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

I II III IV I II III IV I II III

2008 2009 2010

Bahan konstruksi Growth (% - yoy)

Grafik 1.10.

Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Bahan Konstruksi

Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE), KBI Manado

Page 22: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

21

-120

-100

-80

-60

-40

-20

0

20

40

200

210

220

230

240

250

260

270

280

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010

Muat (Ribu ton) - left axis gMuat (% yoy) - right axis

1.3. Ekspor – Impor

Kinerja perdagangan Sulawesi Utara di triwulan III-2010 terus mengalami pertumbuhan

positif. Indikasi membaiknya kinerja ekspor terutama disumbang oleh perdagangan antar

daerah/provinsi yang ditunjukkan oleh tren pertumbuhan permintaan ekspor dari daerah

lain. Sementara itu, apabila dilihat dari sisi pertumbuhan tahunan, kinerja ekspor luar negeri

mengalami sedikit perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Volume dan

nilai ekspor luar negeri pada triwulan III-2010 (sampai dengan bulan Agustus 2010) tercatat

masih menunjukan pertumbuhan yang negatif masing-masing sebesar 13,35% (yoy) dan

11,26% (yoy). Namun demikian, kinerja ekspor sampai dengan akhir triwulan III-2010

(September 2010) diharapkan dapat mencapai pertumbuhan yang positif, mengingat

terdapat beberapa realisasi ekspor di akhir triwulan laporan khususnya untuk komoditas

unggulan Sulut.

Kinerja ekspor Sulawesi Utara selama

triwulan III-2010 tumbuh 26,29% (yoy).

Salah satu indikator yang dapat

mengkonfirmasi kinerja ekspor pada

triwulan laporan adalah perkembangan

volume ekspor baik ke luar negeri

maupun ke pasar domestik (antar daerah).

Perkembangan kegiatan ekspor antar

daerah/provinsi dapat dikonfirmasi

Grafik 1.12.

Perkembangan Volume Ekspor Sulawesi Utara

Sumber : PT. Pelindo IV (Persero) Bitung, diolah

Tabel 1.2. Perkembangan Realisasi Ekspor Sulawesi Utara

Sumber : Berbagai Media, diolah

Periode Komoditi Ekspor Nilai/VolumeNegara/Daerah

Tujuan

Tepung kelapa• 3,4 ton • Vietnam

Cengkih 2 ton/USD13.600 Singapura

Pala

• 25 ton/Rp911,8 juta • Amerika Seikat

Produk Holtikultura

• Kentang • ±1.000 tonKaltim dan Kawasan

Timur Indonesia

Ikan tuna segar 14,36 ton/USD109,30 ribu Amerika Serikat

Vanili 5,99 ton/USD93,14 ribu Belanda

Triwulan III-

2010

Page 23: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

22

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

0

50

100

150

200

250

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)

2009 2010

Ekspor_Vol (Ribu ton) - left axis

gEkspor_Vol (% yoy) - right axis

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

0

20

40

60

80

100

120

140

160

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)

2009 2010

Ekspor_Value (Juta USD) - left axis

gEkspor_Value (% yoy) - right axis

dengan kegiatan muat barang melalui pelabuhan Bitung. Kegiatan muat didefinisikan

sebagai kegiatan pengiriman barang dari Sulawesi Utara ke luar provinsi. Selama triwulan III-

2010, volume barang asal Sulawesi Utara yang dikirim (muat) ke pasar domestik mencapai

255,83 ribu ton atau meningkat 5,89% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Sementara itu, kegiatan ekspor luar negeri sampai dengan bulan Agustus 2010 masih

menunjukan adanya perlambatan. Volume ekspor Sulawesi Utara ke luar negeri periode Juli

dan Agustus 2010 hanya mencapai 75,60 ribu ton atau turun 13,35% (yoy) dibandingkan

periode yang sama tahun lalu. Sejalan dengan jumlah volume ekspor, nilai ekspor pada

triwulan laporan tercatat sebesar USD71,71 juta atau turun 11,26% (yoy). Namun

demikian, jika melihat tren pertumbuhannya, sampai dengan Agustus 2010 kinerja ekspor

Sulut memperlihatkan adanya perbaikan.

Berdasarkan jenisnya, komoditi utama ekspor luar negeri terutama dalam bentuk Food &

Live Animals serta Animals & Vegetable Oils & Fats khususnya olahan dari produk kopra,

minyak kelapa (Virgin Coconut Oil) dan ikan. Komposisi negara tujuan ekspor tidak jauh

berbeda bila dibandingkan pada tahun 2009. Negara tujuan utama ekspor Sulut sampai

dengan Agustus 2010 adalah Cina (20,98%), Amerika Serikat (18,54%), Australia

(12,82%), Korea Selatan (11,81%) dan Belanda (11,20%).

Grafik 1.14. Perkembangan Nilai Ekspor Sulawesi Utara

Grafik 1.13. Perkembangan Volume Ekspor Sulawesi Utara

Ket: *) s.d. Agustus 2010 Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia

Ket: *) s.d. Agustus 2010 Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia

Page 24: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

23

18,54%

20,98%

12,82%11,20%

1,69%

11,81%

2,76%

18,23%

US

Cina

Australia

Belanda

Jerman

Korsel

Jepang

Lainnya

Sama halnya dengan kinerja ekspor, kinerja impor Sulawesi Utara secara umum juga

menunjukkan pertumbuhan positif, yang didorong oleh kinerja impor antar provinsi.

Peningkatan impor antar provinsi dapat dikonfirmasi melalui kegiatan bongkar barang di

pelabuhan Bitung. Kegiatan bongkar didefinisikan sebagai masuknya barang dari luar

provinsi ke Sulawesi Utara. Selama triwulan III-2010, volume barang yang masuk ke

Sulawesi Utara (bongkar) mencapai 3.525 ribu ton atau meningkat 9,67% (yoy)

dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar 3.214 ribu ton.

Sementara itu, jika dianalisa secara mendalam, khusus kinerja impor luar negeri justru

mengalami kontraksi sebesar 51,40% pada triwulan III-2010. Kinerja impor luar negeri

antara lain dapat dikonfirmasi dengan data volume impor selama Juli dan Agustus 2010

yang hanya sebesar 0,83 ribu ton atau mengalami perlambatan yang cukup signifikan

dibandingkan periode Juli-Agustus tahun 2009 dengan total volume impor yang mencapai

13,90 ribu ton. Berdasarkan nilainya, impor luar negeri juga mengalami penurunan sebesar

56,83% dari USD16,61 juta pada periode Juli-Agustus 2009 menjadi hanya USD7,17 juta

pada periode Juli-Agustus 2010.

Tabel 1.3.

Komoditi Utama Ekspor Sulut (dlm Ribu Ton)

Ket: *) s.d. Agustus 2010 Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia

21%

19%

16%

8%

7%

6%

23%

Belanda

China

Amerika Serikat

Korea Selatan

Jepang

Jerman

Negara Lainnya

Grafik 1.15.

Negara Tujuan Utama Ekspor Tahun 2009

Grafik 1.16. Negara Tujuan Utama Ekspor Januari Agustus 2010

Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)

Food and Live Animals 36,27 71,82 43,54 66,47 46,22 52,09 32,66

Animal and Vegetable Oils&Fats 48,13 132,62 114,83 128,47 112,27 88,36 39,25

Others 1,53 9,86 1,79 11,65 6,80 20,42 3,68

Total 85,94 214,30 160,16 206,59 165,29 160,86 75,59

Komoditi2009 2010

Page 25: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

24

Secara agregat neraca perdagangan luar negeri Sulawesi Utara pada periode Juli-Agustus

2010 masih berada pada kondisi surplus perdagangan sebesar USD64,54 juta atau

mengalami pertumbuhan sebesar 0,54% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hal

ini berarti bahwa nilai ekspor luar negeri lebih tinggi dibandingkan nilai impor dari luar

negeri ke Sulawesi Utara.

Grafik 1.19.

Perkembangan Net Volume Ekspor-Impor Sulawesi Utara

Grafik 1.17. Perkembangan Volume Impor Sulawesi Utara

Grafik 1.18. Perkembangan Nilai Impor Sulawesi Utara

Ket: *) s.d. Agustus 2010 Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia

Grafik 1.20.

Perkembangan Net Value Ekspor-Impor Sulawesi Utara

Ket: *) s.d. Agustus 2010 Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia

Ket: *) s.d. Agustus 2010 Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia

Ket: *) s.d. Agustus 2010 Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia

-500

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)

2009 2010

Impor_Vol (Ribu ton) - left axis

gImpor_Vol (% yoy) - right axis

-2.000

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

0

5

10

15

20

25

30

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)

2009 2010

Impor_Value (Juta USD) - left axis

gImpor_Value (% yoy) - right axis

-70

-50

-30

-10

10

30

50

70

90

0

50

100

150

200

250

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)

2009 2010

NetExim_Vol (Ribu ton) - left axis

gNetExim_Vol (% yoy) - right axis

-70

-50

-30

-10

10

30

50

0

20

40

60

80

100

120

140

160

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)

2009 2010

NetExim_Value (Juta USD) - left axis

gNetExim_Value (% yoy) - right axis

Page 26: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

25

Berdasarkan strukturnya, kegiatan impor luar negeri pada triwulan laporan (sampai dengan

Agustus 2010) masih didominasi oleh impor barang modal dengan pangsa 65,49%.

Beberapa produk barang modal tersebut antara lain mesin, perkakas dan alat transportasi.

Meningkatnya komposisi barang impor dalam bentuk mesin, peralatan dan material ini

diharapkan dapat meningkatkan kegiatan investasi di Sulawesi Utara. Berdasarkan negara

asal barangnya, barang impor sepanjang Tahun 2009 sampai dengan Agustus 2010 lebih

dominan didatangkan dari negara China (61,17%), Australia (15,33%) dan Jepang

(6,65%).

2. SISI PENAWARAN

Peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan III-2010 tidak terlepas

dari pertumbuhan kinerja sektor dominannya, yakni sektor sektor pertanian, Perdagangan

Hotel dan Restoran (PHR), jasa-jasa serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Relatif

Tabel 1.4. Komoditi Utama Impor Sulut (dlm Ton)

Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia

Ket: *) s.d. Agustus 2010 Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia

15,99%

11,34%

7,29%

37,90%

21,02%

6,46%Filipina

Malaysia

Jepang

China

Australia

Lainnya

Grafik 1.21. Negara Asal Impor Tahun 2009

Grafik 1.22. Komoditi Asal Impor Januari Agustus 2010

4,44%6,65%

61,17%

15,33%

4,15%

8,26%

Thailand

Jepang

China

Australia

United Kingdom

Lainnya

Page 27: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

26

Tabel 1.6. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Beras, Gabah dan Jagung

Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Q1 Q2 Q3 Q1 Q2 Q3

Luas Panen (Ha) 37.398 40.990 32.456 52.301 42.743 41.403

Produksi Gabah (Ton) 190.246 192.857 162.150 256.760 196.617 200.887

Produksi Beras (Ton) 119.855 94.509 79.461 141.218 96.342 98.435

Luas Panen (Ha) 41.872 50.555 47.554 70.030 37.013 46.571

Produksi Jagung (Ton) 177.495 180.380 169.102 285.205 134.251 168.153

2010KOMPONEN

2009

Perkembangan Luas Panen, Produksi Gabah dan Beras

Perkembangan Luas Panen dan Produksi Pipilan Kering Jagung

stabilnya pertumbuhan di sektor pengangkutan dan komunikasi, PHR serta sektor pertanian

ditunjang oleh faktor musiman liburan sekolah dan tahun ajaran baru, perayaan hari raya

Idul Fitri, peningkatan realisasi belanja pemerintah dan pelaksanaan panen raya cengkih.

Tabel 1.5. Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Sektor Ekonomi (%)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

2.1. Pertanian

Kinerja sektor pertanian pada triwulan III-2010 mengalami peningkatan dibandingkan

periode yang sama tahun lalu. Pada triwulan ini, sektor pertanian tumbuh 17,40% (yoy),

meningkat signifikan dibandingkan pertumbuhan di triwulan III-2009 yang tercatat

mengalami kontraksi sebesar 0,65% (yoy). Berdasarkan sub sektornya, pencapaian

pertumbuhan sektor pertanian terutama disumbangkan oleh sub sektor perkebunan. Panen

raya cengkih yang dimulai pada bulan Juni sampai dengan November 2010 berdampak

terhadap peningkatan pertumbuhan sub sektor perkebunan. Pada triwulan laporan,

pertumbuhan sub sektor perkebunan mencapai 37,71% (yoy). Sejalan dengan sub sektor

tanaman perkebunan, perkembangan sub sektor tanaman bahan makanan juga mengalami

pertumbuhan yang positif sebesar 7,23%. Hal ini dapat dikonfirmasi melalui data

perkembangan luas panen dan produksi tanaman bahan makanan khususnya beras yang

tumbuh masing-masing sebesar 27,57% (yoy) dan 23,88% (yoy).

Q1 Sumb. Q2 Sumb. Q3 Sumb. Q1 Sumb. Q2 Sumb. Q3 Sumb.

Pertanian 4,68 0,94 4,21 0,89 -0,65 -0,14 5,40 1,07 5,25 1,07 17,40 3,40

Pertambangan & Penggalian 5,74 0,31 5,75 0,31 5,45 0,29 8,17 0,43 7,85 0,42 0,44 0,02

Industri Pengolahan 5,43 0,44 6,67 0,51 8,31 0,64 5,17 0,41 6,55 0,49 6,63 0,51

Listrik, Gas & Air Bersih 17,75 0,14 18,65 0,14 13,98 0,10 4,02 0,04 7,67 0,06 4,77 0,04

Bangunan 7,86 1,26 5,77 0,89 7,14 1,17 11,42 1,83 7,43 1,12 -4,87 -0,79

PHR 12,37 1,76 15,37 2,28 8,61 1,27 7,29 1,08 9,21 1,45 8,92 1,35

Pengangkutan & Komunikasi 8,72 1,07 14,55 1,82 21,94 2,66 5,46 0,68 10,92 1,44 7,08 0,97

Keu., Sewa & Jasa Perusahaan 7,03 0,48 6,94 0,46 8,25 0,55 6,07 0,41 6,80 0,45 6,77 0,45

Jasa-Jasa 6,47 1,05 6,42 1,00 7,21 1,08 5,00 0,80 4,28 0,65 7,21 1,08

PDRB 7,45 7,45 8,31 8,31 7,63 7,63 6,75 6,75 7,16 7,16 7,04 7,04

Lapangan Usaha2009 2010

Page 28: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

27

Grafik 1.23. Pertumbuhan Kredit Pertanian

-80

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

120

-

100

200

300

400

500

600

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2008 2009 2010

Pertanian (Rp miliar) - left axis

gPertanian (% yoy) - right axis

Sementara itu, dari sisi pembiayaan,

peran perbankan untuk membiayai

sektor pertanian masih relatif terbatas.

Sampai dengan September 2010,

jumlah kredit yang disalurkan pada

sektor pertanian hanya mencapai Rp164

milliar atau hanya 1,38% dari total

kredit yang disalurkan. Belum terlalu

optimalnya penyaluran kredit di sektor

pertanian antara lain disebabkan oleh

relatif tingginya resiko usaha di sektor

tersebut tercermin dari tingginya NPL

(Non Performing Loan) di sektor pertanian yang mencapai 12,37%. Hal ini terbukti dengan

terus melambatnya pertumbuhan kredit di sektor ini, pada tahun 2008 rata-rata

pertumbuhan sektor pertanian dapat mencapai 88%, kemudian terus mengalami

penurunan hingga menyentuh level kontraksi sebesar 53,95% (yoy) pada triwulan III-2010.

2.2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran pada triwulan III-2010 menunjukan kinerja yang

cukup baik dengan laju pertumbuhan sebesar 8,92% (yoy). Pertumbuhan kinerja sektor

perdagangan tidak terlepas dari peningkatan kinerja sub sektor pedagangan besar dan

eceran serta sub sektor restoran yang didorong oleh dampak lanjutan dari meningkatnya

permintaan masyarakat pada saat libur sekolah dan tahun ajaran baru serta perayaan

pengucapan syukur atas keberhasilan panen. Selain itu bagi PNS dan pegawai swasta,

realisasi THR juga mendorong meningkatnya daya beli masyarakat yang sebagian besar

akan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder. Hal ini pada tahap

lebih lanjut akan meningkatkan kinerja sub sektor perdagangan besar dan eceran serta sub

sektor restoran.

Kinerja sektor PHR ini antara lain dapat dikonfirmasi melalui hasil Survei Penjualan Eceran

pada triwulan III-2010 yang menunjukkan peningkatan indeks penjualan kendaraan dan

suku cadang, peralatan rumah tangga, kerajinan, seni dan mainan, makanan dan tembakau

serta pakaian dan perlengkapannya.

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah

Page 29: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

28

Grafik 1.25. Perkembangan Kredit Sektor PHR

0

200

400

600

800

1.000

1.200

I II III IV I II III

2009 2010

Kendaraan & suku cadangnya

Peralatan rumah tangga

Kerajinan, seni & mainan

Makanan & tembakau

Pakaian & perlengkapan

Bahan kimia

Bahan bakar

Peralatan tulis

Grafik 1.24. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran per KLUI

Dari segi pembiayaan, sektor PHR

merupakan sektor terbesar kedua setelah

sektor konsumsi yang mendapatkan alokasi

pembiayaan dari perbankan. Sampai dengan

September 2010 kredit sektor PHR yang

telah disalurkan bank umum mencapai

Rp3.033 miliar atau tumbuh 5,07%

dibandingkan periode yang sama tahu lalu.

Jika dilihat berdasarkan trennya, laju

pertumbuhan kredit sektor PHR terus

mengalami penurunan sejak tahun 2008. Penurunan ekspansi kredit ini terutama

dipengaruhi oleh semakin selektifnya perbankan dalam melakukan penyaluran kredit pada

sektor PHR, yang dipengaruhi oleh risiko yang harus ditanggung perbankan mengingat

perkembangan kinerja sektor ini tercatat terus mengalami perlambatan. Di sisi lain, tingkat

suku bunga kredit yang masih relatif tinggi menyebabkan calon debitur harus melakukan

perhitungan bisnis dengan cermat sebelum mengambil pembiayaan dari perbankan.

Sementara itu, pertumbuhan sub sektor hotel mengalami pertumbuhan yg relatif melambat.

Perlambatan aktivitas di sub sektor ini terkait dengan ketiadaan event internasional pada

triwulan laporan yang menjadi kontributor utama pertumbahan sub sektor ini. Hal ini antara

lain dapat dikonfirmasi melalui perkembangan data pariwisata yang secara umum

memperlihatkan tren penurunan diantaranya adalah data wisatawan mancanegara, data

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2008 2009 2010

Kredit_PHR (Rp miliar) - left axis

gKredit_PHR (% yoy) - right axis

Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) KBI Manado

Page 30: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

29

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2008 2009 2010

Wisman (org) - left axis

gWisman (% yoy) - right axis

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

jumlah tamu dan lama tamu menginap, Tingkat Penghunian Kamar (TPK), dan jumlah

kamar terjual.

2.3. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan III-2010 tumbuh 7,08% (yoy).

Petumbuhan yang positif pada sub sektor pengangkutan pada triwulan laporan bertepatan

dengan masih berlangsungnya masa liburan sekolah pada awal triwulan serta perayaan Idul

Fitri. Hal ini tercermin dari tingginya arus penumpang dan kargo yang masuk dan keluar dari

Bandar Udara Sam Ratulangi Manado, khususnya dengan asal/tujuan domestik. Arus

penumpang domestik yang datang (masuk) ke wilayah Sulawesi Utara selama triwulan III-

2010 diperkirakan mencapai 216.257 orang atau mengalami peningkatan sebesar 33,08%

dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hal yang serupa juga terjadi pada arus kargo

Grafik 1.26. Kunjungan Wisman ke Sulut

Grafik 1.27. Jumlah Tamu Menginap

Grafik 1.28. TPK dan Lama Menginap

Grafik 1.29. Jumlah Kamar Terjual

-10

0

10

20

30

40

50

60

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

40.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2008 2009 2010

Menginap (org) - left axis

gMenginap (% yoy) - right axis

-

1

2

3

4

5

6

-

10

20

30

40

50

60

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2008 2009 2010

TPK (%) - left axis

Ratas Menginap (hari) - right axis

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

-

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2008 2009 2010

Kmr Terjual (unit) - left axis

gKmr Terjual (% yoy) - right axis

Page 31: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

30

Tabel 1.7. Perkembangan Lalu Lintas Penumpang dan Kargo di Bandara Sam Ratulangi

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)

Datang 127.473 147.371 162.498 176.683 166.510 202.844 216.257 33,08%

Berangkat 133.507 150.115 165.109 161.278 175.663 200.622 216.026 30,84%

Datang 7.727 9.165 11.582 9.771 7.503 5.377 5.835 -49,62%

Berangkat 7.728 9.179 10.973 8.848 7.612 5.243 5.545 -49,47%

Datang 1.478.551 1.435.824 1.361.774 1.610.759 1.358.143 1.684.431 2.002.813 47,07%

Berangkat 893.345 875.982 722.016 820.500 885.607 1.195.887 1.602.530 121,95%

Datang 23.912 27.238 18.024 24.488 20.151 31.362 27.894 54,76%

Berangkat 46.464 129.662 94.012 80.884 56.165 74.232 60.255 -35,91%

Growth

(YoY)

Kargo (kg)

Domestik

Internasional

Domestik

Internasional

2009

Penumpang

Jenis

PengangkutanAsal/Tujuan

Kedatangan/

Keberangkatan

2010

domestik yang masuk ke wilayah Sulut yang tercatat tumbuh 47,07% (yoy) atau mencapai

± 2.000 ton.

Demikian pula halnya arus penumpang dan kargo domestik yang berangkat (keluar) dari

wilayah Sulawesi Utara tercatat mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 30,84%

(yoy) dan 121,95% (yoy). Tingginya arus keberangkatan (keluar) terkait dengan musim

mudik lebaran bagi para pendatang. Sementara itu, pertumbuhan jumlah penumpang dan

kargo yang berasal dari luar negeri (internasional) tercatat mengalami penurunan. Hal ini

antara lain disebabkan oleh ketiadaan event berskala internasional di triwulan III-2010.

Faktor lain yang menyebabkan penurunan jumlah wisatawan asing adalah penutupan

penerbangan langsung ke luar negeri (Kuala Lumpur dan Singapura) oleh maskapai Air Asia.

Sementara itu, relatif stabilnya pertumbuhan sub sektor komunikasi dalam triwulan laporan

antara lain didukung oleh semakin luasnya wilayah jangkauan, disamping pesatnya

pembangunan sejumlah menara BTS (Base Transceiver System) di beberapa lokasi pada

daerah yang sebelumnya terisolir sehingga dapat meningkatkan kenyamanan pelanggan

dalam berkomunikasi. Selain itu perkembangan kecanggihan telepon selular dengan

berbagai macam jenis merk, harga, dan fasilitas/fitur baru yang ditawarkan serta gencarnya

promosi yang dilakukan semakin mendorong masing-masing provider untuk lebih bersaing

mendapatkan konsumen, hal ini pada tahap selanjutnya akan berdampak terhadap

peningkatan kinerja sub sektor komunikasi.

Sejalan dengan pertumbuhan positif sektor ini, keberpihakan perbankan yang diwujudkan

dalam penyaluran kredit di sektor pengangkutan dan komunikasi juga memperlihatkan

adanya peningkatan. Sampai dengan September 2010 jumlah kredit yang disalurkan

mencapai Rp91 miliar, atau tumbuh 46,39% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun

lalu.

Ket: *) Data estimasi September 2010 Sumber: PT. Angkasa Pura II, Sulawesi Utara

Page 32: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

31

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah

2.4. Sektor Jasa-jasa

Kinerja sektor jasa pada triwulan III-2010 tumbuh positif sebesar 7,21% (yoy). Kinerja sektor

jasa yang cukup stabil ditopang oleh aktivitas sub sektor pemerintahan umum sejalan

dengan dimulainya realisasi proyek pembangunan pemerintah daerah pada triwulan

laporan. Indikasi ini terlihat dari besaran realisasi belanja yang telah mencapai 67,3% lebih

tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu sebesar 58%.

Dari sisi pembiayaan perbankan, laju

pertumbuhan kredit sektor jasa-jasa

sampai dengan September 2010 tercatat

tumbuh 1,52% dengan jumlah kredit

sebesar Rp522 miliar. Penyaluran kredit

pada sektor jasa-jasa, didominasi oleh

pemberian kredit pada sub sektor jasa

dunia usaha sebesar Rp345 miliar, dengan

pangsa 66,08% dari total kredit yang

berhasil disalurkan pada sektor jasa.

Sisanya sebesar 33,92% disalurkan pada

sub sektor jasa pemerintahan. Tingginya penyaluran kredit di sektor jasa pada triwulan

laporan juga didorong oleh maraknya jasa pembuatan baligo, spanduk, poster, dll

menjelang Pilkada Agustus 2010.

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah

-40

-20

0

20

40

60

80

-

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2008 2009 2010

Kredit_Angk&Kom (Rp miliar) - left axis

gKredit_Angk&Kom (% yoy) - right axis

Grafik 1.31. Perkembangan Kredit Sektor Jasa-jasa

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

80

-

100

200

300

400

500

600

700

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2008 2009 2010

Kredit_Jasa (Rp miliar) - left axis

gJasa (% yoy) - right axis

Grafik 1.30. Perkembangan Kredit Sektor Angkutan

Page 33: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

32

Grafik 1.34.

Perkembangan Kredit Sektor Industri

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah

0

2

4

6

8

10

12

Q2 Q3

2010

Sulut Nasional

02468

101214

Q2 Q3

2010

Sulut Nasional

2.5. Sektor Industri Pengolahan

Kinerja sektor industri pengolahan selama triwulan III-2010 relatif stabil dengan tingkat

pertumbuhan mencapai 6,63% (yoy). Industri pengolahan di Sulawesi Utara tersebar di

Kota Bitung, Kota Manado, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Utara,

Kabupaten Bolaang Mongondow, Kota Kotamobagu dan Kota Tomohon. Kota Bitung dan

Kota Manado merupakan pusat industri pengolahan yang tersebar di Provinsi Sulawesi

Utara.

Perkembangan industri pengolahan juga dapat dilihat dari pertumbuhan industri

pengolahan besar dan sedang di Sulawesi Utara pada triwulan III-2010 yang tercatat

sebesar 11,68% (qtq) lebih tinggi dari pertumbuhan nasional sebesar 2,02% (qtq). Cukup

tingginya pertumbuhan sektor industri pengolahan besar dan sedang di Sulawesi Utara

pada triwulan III tahun 2010, terutama disebabkan oleh tersedianya pasokan bahan baku

secara kontinu, pasar yang masih terbuka lebar dan tenaga kerja yang cukup tersedia serta

didukung oleh stabilitas sosial, keamanan dan politik.

Perkembangan sektor industri

pengolahan tak lepas pula dari

dukungan pembiayaan oleh perbankan,

dimana sampai dengan akhir triwulan

III-2010 jumlah kredit yang disalurkan

tumbuh sebesar 24,35% (yoy) dari

Rp214 miliar pada triwulan III-2009

menjadi Rp266 miliar pada triwulan III-

2010. Pertumbuhan kredit yang relatif

membaik mengindikasikan bahwa

sektor industri pengolahan mulai bergairah kembali.

0

10

20

30

40

50

60

-

50

100

150

200

250

300

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2008 2009 2010

Kredit_Industri (Rp miliar) - left axis

gKredit_Industri (%yoy) - right axis

Grafik 1.32.

Perkembangan Industri Food and Beverage (%)

Grafik 1.33.

Perkembangan Industri Pengolahan Sedang dan Besar (%)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

Page 34: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

33

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

-

100

200

300

400

500

600

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2008 2009 2010

Konstruksi (Rp miliar) - left axis

gKonstruksi (% yoy) - right axis

Pasca krisis ekonomi global, tingkat permintaan ekspor terhadap produk olahan Sulut masih

menunjukkan adanya peningkatan. Namun demikian, peluang tersedianya pasar dan

tingginya permintaan dari negara partner dagang belum dapat dioptimalkan oleh

perusahaan. Hal ini tidak terlepas dari kurangnya ketersediaan bahan baku akibat semakin

tingginya persaingan usaha yang sejenis di Sulawesi Utara serta adanya ketergantungan

pada alam (cuaca) dalam penyediaan bahan baku. Keterbatasan bahan baku ini juga

menjadi penyebab utama belum terpenuhinya kapasitas utilisasi dari sebagian besar

perusahaan.

Adanya kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) per tanggal 1 Juli 2010 telah dirasakan oleh

sebagian besar pengusaha industri pengolahan, namun dampaknya relatif tidak signifikan,

hal ini antara lain disebabkan oleh komponen share biaya listrik yang relatif kecil (13%)

dibandingkan total biaya produksi. Oleh karena itu, kenaikan TDL cenderung direspon oleh

kalangan industri pengolahan dengan menurunkan margin daripada menaikkan harga

dengan pertimbangan persaingan pasar produk yang cukup ketat. Selain itu, adanya

kontrak yang telah mengikat juga menjadi pertimbangan pengusaha untuk tidak menaikkan

harga.

2.6. Sektor Lainnya

Kinerja sektor bangunan (konstruksi) selama triwulan III-2010 mengalami kontraksi sebesar

4,87% (yoy). Adanya event internasional yang berlangsung pada triwulan III-2009, mampu

mendorong kinerja sektor bangunan, dimana terjadi pembangunan pesat pada infrastruktur

dan jasa pelayanan publik di Sulawesi Utara. Hal ini ternyata tidak terjadi secara

berkelanjutan sehingga kinerja sektor bangunan pada triwulan laporan kurang

menggembirakan. Hal ini sejalan dengan prompt indicators pada komponen investasi yang

juga menunjukkan pertumbuhan yang negatif.

Namun demkian, jika melihat keberpihakan

perbankan terhadap sektor bangunan masih relatif

menunjukan adanya perkembangan yang positif. Hal

ini ditunjukkan melalui pembiayaan perbankan

yang disalurkan ke sektor bangunan. Sampai dengan

September 2010 jumlah outstanding kredit tercatat

sebesar Rp396 miliar atau tumbuh sebesar 3,83%

(yoy) dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya.

Grafik 1.35. Perkembangan Kredit Konstruksi

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah

Page 35: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

34

Sementara itu, sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan III-2010 tumbuh 4,77% (yoy),

jauh melambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 13,98% (yoy).

Perlambatan kinerja sektor ini, juga tercermin dari penjualan listrik di bulan Juli-Agustus

2010 yang mengalami penurunan, hal ini tak lepas dari permasalahan pasokan listrik di

Sulawesi Utara seiring dengan dilangsungkannya pemeliharaan beberapa mesin

pembangkit. Namun demikian, jumlah calon pelanggan PLN masih tetap tinggi, pada bulan

Agustus 2010, jumlah konsumen listrik tercatat sebesar 392.075, dengan daya tersambung

sebesar 448,79 juta Volt Ampere (VA). Sementara itu, jumlah pemakaian listrik di wilayah

Sulawesi Utara pada bulan Agustus 2010 tercatat sebesar 72,11 kWh, mengalami

penurunan jika dibandingkan periode Juli 2010.

Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan III-2010 tumbuh 0,44% (yoy).

Berdasarkan sub sektornya, pertumbuhan sektor ini disumbangkan oleh seluruh sub sektor

yang ada yaitu sub sektor minyak dan gas, pertambangan tanpa migas dan penggalian.

Berdasarkan pelaku usahanya, sub sektor penggalian ini lebih banyak dilakukan oleh

penambangan tradisional/rakyat dan bukan industri berskala besar. Hal inilah yang

mendorong rendahnya penyaluran kredit pada sektor pertambangan selain karena faktor

risiko yang tinggi dari kegiatan pertambangan. Jika dilihat berdasarkan trennya, pembiayaan

yang diberikan oleh pihak perbankan terhadap sektor pertambangan pengalami penurunan

yang cukup signifikan pada awal tahun 2009, dan selanjutnya relatif tidak mengalami

perubahan. Namun demikian, pada akhir triwulan laporan, jumlah kredit yang disalurkan

pada sektor pertambangan sampai dengan September 2010 tercatat sebesar Rp41 miliar

atau mengalami pertumbuhan sebesar 18,91% (yoy).

Grafik 1.36.

Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik di Sulawesi Utara

Sumber: PT. PLN Kanwil Sulutenggo, diolah

384.000

385.000

386.000

387.000

388.000

389.000

390.000

391.000

392.000

393.000

J F M A M J J A

2010

Jmlh Pelanggan

Grafik 1.37. Penggunaan Listrik di Sulawesi Utara

440.000.000

442.000.000

444.000.000

446.000.000

448.000.000

450.000.000

50.000.000

55.000.000

60.000.000

65.000.000

70.000.000

75.000.000

80.000.000

85.000.000

J F M A M J J A

2010

Penjualan (kWh) - left axis

Daya Tersambung (VA) - right axis

Sumber: PT. PLN Kanwil Sulutenggo, diolah

Page 36: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

35

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Jumlah Bank umum 69 69 70 72 73 75 75 Jumlah kantor bank umum*) 585 609 595 607 625 645 657 Jumlah BPR 51 51 51 47 40 42 42 Jumlah kantor BPR 115 117 117 117 118 117 122

2009 2010Data Bank

Sementara itu, untuk kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada

triwulan III-2010 tumbuh 6,77% (yoy). Perkembangan sektor keuangan, persewaan dan

jasa antara lain tercermin dari maraknya pembangunan jaringan kantor dan fasilitas

perbankan antara lain: pembukaan kantor cabang pembantu baru, penambahan ATM

(Anjungan Tunai Mandiri), serta penawaran produk-produk baru yang memberikan

kemudahan dan kenyamanan kepada masyarakat dalam bertransaksi. Sementara itu, jasa

persewaan di Kota Manado, memperlihatkan adanya tren penurunan, hal ini disebabkan

oleh semakin tingginya persaingan antar pemain jasa persewaan.

Grafik 1.38. Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah

-200

0

200

400

600

800

1000

-

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2008 2009 2010

Kredit_Pertambangan (Rp miliar) - left axis

gKredit_pertambangan (% yoy) - right axis

Tabel 1.8. Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Bank Umum dan BPR di Sulawesi Utara

Sumber : Bank Indonesia

Page 37: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

36

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 38: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

37

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Inflasi tahunan Kota Manado pada triwulan III-2010 meningkat cukup tajam dibandingkan

periode lalu. Secara tahunan inflasi meningkat dari 4,21% (yoy) pada triwulan II-2010

menjadi 7,38% (yoy) pada triwulan III-2010. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan

dengan inflasi nasional yang tercatat sebesar 5,80% (yoy). Secara triwulanan, inflasi Kota

Manado juga menunjukkan peningkatan, dari 0,2% (qtq) pada triwulan II-2010 menjadi

3,81% (qtq) pada periode laporan. Tekanan inflasi pada periode laporan terutama berasal

dari kenaikan harga beberapa bahan makanan yang bergejolak (volatile foods).

Keterlambatan pasokan karena cuaca yang tidak menentu merupakan faktor utama

kenaikan bumbu-bumbuan (seperti cabe merah dan bawang merah). Sementara itu,

terbatasnya produksi seiring dengan terlambatnya masa panen padi dan serangan hama

kepinding mendorong pula kenaikan harga beras.

2.1. PERKEMBANGAN INFLASI

2.1.1 INFLASI TAHUNAN (yoy)

Secara tahunan, inflasi Kota Manado pada triwulan III-2010 tercatat 7,38% (yoy),

mengalami peningkatan dibandingkan triwulan II-2010 sebesar 4,21% (yoy) dan periode

yang sama tahun lalu tercatat mengalami deflasi 0,01% (yoy). Kenaikan inflasi antara lain

disebabkan oleh (i) meningkatnya konsumsi masyarakat bertepatan dengan pemilukada,

panen raya cengkeh, pelaksanaan tahun ajaran baru dan perayaan hari raya Idul Fitri (ii)

Grafik 2.2. Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (qtq)

Grafik 2.1. Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (yoy)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2008 2009 2010

yoy Manado

yoy Nasional

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2008 2009 2010

qtq Manado

qtq Nasional

Page 39: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

38

faktor cuaca yang tidak menentu dan (iii) kenaikan TDL. Selain itu, kenaikan harga emas

dunia ditenggarai turut andil dalam pembentukan inflasi Kota Manado.

Berdasarkan kelompoknya, kenaikan inflasi kelompok bahan makanan dan sandang

merupakan faktor utama meningkatnya tekanan inflasi pada periode laporan. Angka inflasi

kelompok bahan makanan naik cukup tinggi dari 6,39% (yoy) pada triwulan II-2010

menjadi 18,14% (yoy) pada periode laporan. Meningkatnya harga bumbu-bumbuan, beras

lokal premium dan daging sapi menyebabkan inflasi sub kelompok makanan meningkat

tajam dibandingkan periode sebelumnya. Sementara, inflasi kelompok sandang meningkat

tipis dari 6,84% pada triwulan II 2010 menjadi 7,02% pada periode laporan. Kenaikan

inflasi tersebut mendorong kenaikan andil inflasi pada masing-masing kelompok, sehingga

inflasi tahunan Kota Manado naik cukup tinggi pada periode laporan.

2.1.2 INFLASI TRIWULANAN (qtq)

Searah dengan inflasi tahunan, tekanan inflasi Kota Manado selama triwulan III-2010

cenderung meningkat bila dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara triwulanan, inflasi

Kota Manado pada triwulan III-2010 tercatat 3,81% (qtq), jauh lebih tinggi dibandingkan

Triwulan II-2010 yang tercatat sebesar 0,2% (qtq), dan dari periode yang sama tahun lalu

yang tercatat 0,74% (qtq).

Sama halnya dengan inflasi tahunan, inflasi secara triwulanan terutama disumbangkan oleh

kelompok bahan makanan 11,98% (qtq) dan sandang 1,09% (qtq). Permasalahan

meningkat tajamnya harga cabai merupakan salah satu penyebab utama meningkatnya

inflasi pada kelompok bahan makanan. Peningkatan permintaan komoditas ini pada saat

perayaan Idul Fitri tidak diimbangi dengan pasokan yang cukup. Pasokan cabai dari

Gorontalo masih rendah, sementara produksi lokal tidak optimal akibat serangan hama

busuk buah dan layu batang serta faktor cuaca yang tidak menentu.

Tabel 2.1.

Inflasi Tahunan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Page 40: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

39

Grafik 2.4. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado

Menurut Kelompok Barang & Jasa Juli 2010

Grafik 2.3. Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (mtm)

2.1.3 INFLASI BULANAN (mtm)

Secara bulanan, inflasi Kota Manado sepanjang triwulan III-2010 cenderung turun. Pada

Bulan Juli 2010, Kota Manado mencatat inflasi sebesar 2,1 % (mtm) , kemudian mengalami

penurunan pada Agustus 2010 menjadi 1,22% (mtm) dan pada September 2010 Kota

Manado kembali mengalami penurunan tingkat inflasi sehingga tercatat menjadi 0,45%

(mtm).

JULI 2010

merah, daging ayam ras, cabe merah, dan tude.

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

Tabel 2.2.

Inflasi Triwulanan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

Kota Manado pada Juli 2010 mengalami inflasi

sebesar 2,1% (mtm). Inflasi Kota Manado

selama Juli 2010, terutama disumbangkan oleh

kelompok bahan makanan yang tercatat sebesar

7,03% (mtm).

Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan

harga selama bulan Juli 2010 antara lain cabe

rawit, beras, bawang putih, bawang merah dan

gula pasir.

Page 41: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

40

Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga adalah cakalang, tomat sayur,

daun bawang, minyak goreng, terong panjang, jagung manis, dan sawi hijau. Secara

tahunan, laju inflasi Kota Manado pada Juli 2010 tercatat 5,92% (yoy).

AGUSTUS 2010

Angka inflasi Kota Manado pada Agustus 2010

tercatat 1,22% (mtm). Inflasi terutama terjadi

pada kelompok bahan makanan sebesar 3,95%

(mt m) dan kelompok perumahan, air, listrik, gas

dan bahan bakar sebesar 0,81% (mtm).

Sedangkan kelompok yang mengalami deflasi

adalah kelompok pendidikan, rekreasi & olahraga

sebesar 0,01% (mtm), dan kelompok transpor

komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 1,14%

(mtm).

Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga selama bulan Agustus 2010 antara

lain cabe rawit, beras,daging ayam ras, cabe merah, telur ayam ras, tude, cakalang, mujair,

dan gula pasir. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga adalah bawang

putih, bawang merah, daun bawang,tomat sayur, lemon cina, dan jahe. Secara tahunan,

laju inflasi Kota Manado pada Agustus 2010 tercatat 6,52% (yoy).

SEPTEMBER 2010

Pada akhir triwulan III 2010, laju

perkembangan harga barang dan jasa

secara umum masih menunjukkan

peningkatan walaupun tidak terlalu

signifikan apabila dibandingkan dengan

periode-periode sebelumnya. Tercatat Kota

Manado pada September 2010 mengalami

inflasi sebesar 0,45% (mtm) sedikit lebih

tinggi dibandingkan laju inflasi nasional

yang tercatat sebesar 0,44% (mtm). Inflasi

terutama terjadi pada kelompok sandang

sebesar 1,06% (mtm), kelompok bahan

makanan sebesar 0,64 % (mtm) dan

Grafik 2.5. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok

Barang dan Jasa Agustus 2010

Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.

Grafik 2.6. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok

Barang dan Jasa September 2010

Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.

Page 42: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

41

kelompok transpor komunikasi & jasa keuangan sebesar 0,63% (mtm). Sedangkan

kelompok pendidikan, rekreasi & olahraga tetap atau tidak mengalami perubahan.

Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga selama September 2010 antara lain

cabe rawit, daging babi, daun bawang, mujair, cakalang, tomat sayur, malalugis, angkutan

udara dan emas perhiasan. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga adalah

beras, bawang merah, bawang putih, daging ayam ras, gula pasir, anggur, nike, kentang,

dan telepon seluler.

2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan pada

triwulan III-2010 terutama berasal dari inflasi volatile foods. Sedangkan tekanan yang

berasal dari inflasi inti (dari sisi fundamental) dan administered price relatif terjaga. Hal ini

juga dapat dikonfirmasi oleh laju inflasi triwulanan yang menunjukkan bahwa inflasi dari

volatile foods mengalami kenaikan signifikan, sementara inflasi dari faktor fundamental

(ekspektasi, eksternal, dan interaksi permintaan-penawaran) serta administered price

mengalami kenaikan yang moderat.

2.2.1 FAKTOR FUNDAMENTAL

Interaksi Permintaan dan Penawaran

Konsumsi masyarakat Sulawesi Utara meningkat bertepatan dengan perayaan Hari Raya Idul

Fitri, pelaksanaan Pemilukada dan musim panen cengkeh. Namun demikian, kenaikan

tersebut masih dapat dipenuhi dari sisi penawaran sebagaimana yang terlihat dari

pertumbuhan kapasitas terpasang industri pengolahan yang naik dari 28,57% pada

triwulan yang sama periode sebelumnya menjadi sebesar 55,73% pada triwulan laporan

Tabel 2.3.

Disagregasi Inflasi Kota Manado

Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah.

Page 43: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

42

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2009 2010

berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Manado. Dengan demikian,

sumbangan interaksi permintaan-penawaran masih relatif minimal.

Eksternal

Dari sisi eksternal, dampak imported inflation belum memberikan tekanan berarti pada

inflasi inti seiring dengan tren apresiasi Rupiah. Namun demikian, keadaan ini dibayang-

bayangi oleh meningkatnya beberapa harga komoditas internasional di pasaran dunia, salah

satunya adalah harga emas dunia yang tentunya akan berimbas pada harga emas perhiasan

domestik.

Ekspektasi Inflasi

Sementara itu, di sisi domestik, ekspektasi para pelaku ekonomi (khususnya konsumen) di

Kota Manado terhadap harga barang dan jasa 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang

sedikit meningkat apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, namun relatif

terkendali. Hal ini terutama dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan masyarakat seiring

panen raya cengkeh dan pembayaran gaji PNS ke-13. Peningkatan tersebut tercermin dari

peningkatan indeks ekspektasi harga umum untuk 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang

berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) KBI Manado

periode September 2010.

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2008 2009 2010

Grafik 2.7. Perkembangan Nilai Kurs Tengah Bulanan Rupiah thd USD

Grafik 2.8. Perkembangan Harga Emas Dunia

(USD/troy once)

Sumber:Bank Indonesia, diolah. Sumber:Bloomberg, diolah.

Page 44: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

43

2.2.2 Non Fundamental

Volatile foods

Inflasi tahunan volatile foods Kota Manado pada periode laporan meningkat signifikan.

Kenaikan laju inflasi terutama disebabkan oleh peningkatan harga bahan makanan yakni

cabe, bawang merah, dan beras lokal premium. Peningkatan harga beras lokal premium

terutama disebabkan karena terlambatnya pasokan lokal dari Minahasa dan Bolmong

menyusul lambatnya masa panen dan serangan hama kepinding serta terganggunya

pasokan dari Gorontalo dan Makassar akibat faktor cuaca. Sementara itu hasil produksi

cabe dan bawang merah mudah busuk akibat curah hujan yang tinggi serta mewabahnya

serangan hama.

Administered Price

Tekanan inflasi administered price Kota Manado pada triwulan III 2010 merupakan dampak

dari kebijakan kenaikan Tarif dasar listrik (TDL) yang diberlakukan mulai tanggal 1 Juli 2010.

Namun demikian, laju inflasi masih relatif stabil karena sebagian pedagang belum

menaikkan harga dan lebih memilih untuk mengurangi margin keuntungan mereka

menyikapi kebijakan kenaikan TDL tersebut.

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep

Perubahan harga umum 3 bulan yad

Perubahan harga umum 6 bulan yad

Grafik 2.9. Perkembangan Indeks Ekspektasi Harga Umum Konsumen

Kota Manado

Sumber : Survei Konsumen KBI Manado September 2010

Page 45: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

44

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 46: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

45

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian, kinerja perbankan Sulawesi Utara

hingga akhir triwulan III-2010 menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan,

tercermin dari perkembangan positif berbagai indikator perbankan dan relatif terjaganya

stabilitas sistem perbankan di Sulawesi Utara.

Laju pertumbuhan total aset, dana pihak ketiga (DPK) dan kredit tercatat mengalami

pertumbuhan yang positif pada triwulan laporan. Total aset perbankan tumbuh 12,35%

(yoy) menjadi Rp.16.695 miliar didorong oleh pertumbuhan kredit sebesar 18,98% tumbuh

menjadi Rp.11.904 miliar. Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 14,28% menjadi

Rp11.114 miliar.

Sejalan dengan hal tersebut, stabilitas sistem perbankan yang meliputi aspek risiko kredit,

risiko likuiditas, risiko pasar dan indikator lainnya relatif terkendali. Non Performing Loans

(NPLs) relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%.

Aspek penyerapan dana masyarakat yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) berada

pada level sedikit di atas 100%, sebagai akibat laju pertumbuhan kredit yang lebih tinggi

dibandingkan dengan laju pertumbuhan DPK.

Tabel 3.1 Indikator Utama Perbankan di Sulawesi Utara

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Page 47: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

46

3.1. STRUKTUR ASET PERBANKAN SULAWESI UTARA

Struktur aset perbankan Sulawesi Utara masih didominasi oleh aset bank umum

konvensional dengan pangsa mencapai lebih dari 90% total aset perbankan. Sementara itu,

pangsa bank umum syariah dan BPR konvensional masing-masing sebesar 1,66% dan

1,93%. Pada triwulan III 2010 aset bank umum konvensional tumbuh 12,35% (yoy)

menjadi Rp.16.695 miliar. Pertumbuhan ini antara lain didorong oleh peningkatan

penyaluran kredit serta perluasan jaringan kantor baru.

3.2. PERKEMBANGAN KANTOR BANK

Secara kelembagaan, perbankan Sulawesi Utara pada triwulan laporan terdiri dari 22 Bank

Umum Konvensional, 3 Bank Umum Syariah, dan 14 Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

Berdasarkan jaringan kantornya, Bank Umum konvensional maupun syariah memiliki 219

kantor (termasuk kantor unit), sedangkan BPR terdiri dari 41 kantor.

3.3. PERKEMBANGAN BANK UMUM KONVENSIONAL

3.3.1. Respon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneter

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 3 September 2010 memutuskan untuk

mempertahankan BI Rate pada tingkat 6,50%. Namun demikian dengan

mempertimbangkan adanya potensi tekanan inflasi ke depan, Dewan Gubernur

memandang penting untuk menaikkan rasio Giro Wajib Minimum (GWM) Primer dari 5%

menjadi 8% DPK (Dana Pihak Ketiga) Rupiah, mengingat kondisi ekses likuiditas perbankan

yang masih cukup besar. Atas pemenuhan tambahan GWM Primer sebesar 3% akan

Grafik 3.1. Pangsa Aset Perbankan Sulawesi Utara Tw. III 2010

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, LBPR KBI Manado

Page 48: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

47

diberikan remunerasi sebesar 2,50% p.a. Sementara itu, dalam rangka mendorong fungsi

intermediasi perbankan, Dewan Gubernur juga akan menetapkan ketentuan GWM

berdasarkan LDR (Loan to Deposit Ratio) agar kredit perbankan tumbuh dengan tetap

berlandaskan pada prinsip kehati-hatian, dengan batas bawah LDR 78% dan batas atas LDR

100%. Bank yang memiliki LDR di luar kisaran target LDR akan dikenakan disinsentif

berdasarkan selisih LDR terhadap target. Apabila LDR bank melebihi target dengan kondisi

permodalan yang memadai bank dapat memperoleh insentif. Kebijakan GWM tersebut

dalam pelaksanaannya akan dilakukan secara bertahap, yaitu GWM Primer mulai berlaku

sejak 1 November 2010 dan GWM LDR mulai berlaku sejak 1 Maret 2011. Kombinasi

kebijakan tersebut dipandang memadai untuk menjaga stabilitas moneter dan stabilitas

sistem keuangan di tengah arus modal yang masih tinggi dan didasarkan pada

perkembangan ekonomi domestik yang ditandai oleh kecenderungan peningkatan sisi

permintaan yang lebih cepat dari respons sisi penawaran di tengah kecenderungan

perlambatan pemulihan ekonomi global.

Respon pihak perbankan di Sulawesi Utara terhadap kebijakan penurunan BI Rate sebesar

6,5% ini ditandai dengan penurunan rata-rata tingkat suku bunga kredit, walaupun masih

berlangsung moderat. Berdasarkan data yang bersumber dari Laporan Bulanan Bank Umum

(LBU) Basel II, sampai dengan akhir September 2010, rata-rata tingkat suku bunga kredit

tercatat sebesar 15,68%. Pihak perbankan mulai menurunkan margin keuntungan bank

yang sangat tinggi sebagai opportunity cost atas risiko yang akan dihadapi bank ketika

debitur mengalami gagal bayar (default). Menurut jenis penggunaannya, rata-rata tingkat

suku bunga kredit modal kerja mencapai 18,01% per tahun, rata-rata kredit investasi

sebesar 16,08% per tahun dan rata-rata kredit konsumsi sebesar 12,96% per tahun.

Sementara itu, pergerakan tingkat suku bunga deposito menunjukkan perkembangan yang

tidak jauh berbeda. Sampai dengan September 2010, rata-rata tingkat suku bunga deposito

1 bulan tercatat sebesar 5,90%, mengalami fluktuasi terbatas sepanjang triwulan laporan.

Page 49: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

48

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010

Giro Deposito Tabungan

3.3.2. Penyerapan Dana Masyarakat

Sepanjang triwulan III-2010, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun perbankan di

wilayah Sulawesi Utara menunjukan pertumbuhan positif sebesar 14,28% (yoy) menjadi

Rp11.114. Berdasarkan jenis simpanannya, kenaikan dana terutama terjadi pada tabungan

yang tumbuh 20,95% (yoy) kemudian disusul oleh deposito sebesar 10,31% (yoy) dan giro

sebesar 7,12% (yoy). Peningkatan DPK ini diperkirakan merupakan indikasi dari peningkatan

kegiatan ekonomi masyarakat yang menggunakan jasa perbankan untuk aktivitas

perekonomiannya. Selain itu, pencanangan Gerakan TabunganKu sejak Februari 2010

diperkirakan juga meningkatkan budaya menabung di masyarakat terutama untuk

golongan masyarakat menengah ke bawah terlebih khusus para generasi muda. Sampai

dengan akhir Agustus 2010 jumlah dana yang berhasil dihimpun melalui program

TabunganKu tercatat sebesar Rp. 18,2 miliar dengan jumlah rekening 15.098.

10.0

11.0

12.0

13.0

14.0

15.0

16.0

17.0

18.0

19.0

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Juni

Juli

Agust

us

Septe

mber

2010

Modal Kerja Investasi Konsumsi

Grafik 3.4. Perkembangan Dana Pihak Ketiga (Rp. Miliar)

Grafik 3.5. Share Dana Pihak Ketiga (DPK)

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Grafik 3.3. Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit

Menurut Jenis Penggunaan (%)

Grafik 3.2. Perkembangan Rata-Rata

Tingkat Suku Bunga Kredit, Deposito dan BI Rate (%)

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Page 50: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

49

Grafik 3.6. Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Bank Penghimpun (Rp. Miliar)

Menurut pangsanya, penempatan dana dalam sistem perbankan masih didominasi oleh

jenis simpanan tabungan sebesar 46,27% dari total keseluruhan Dana Pihak Ketiga (DPK),

disusul kemudian deposito (33,93%) dan giro (19,80%).

Berdasarkan kelompok banknya, bank pemerintah menyerap 65,78% dari total DPK

sedangkan sisanya dihimpun oleh bank swasta (34,22%). Berdasarkan laju

pertumbuhannya, dana di bank pemerintah berhasil tumbuh 14,35% (yoy) sedangkan dana

di bank swasta tumbuh lebih rendah yaitu sebesar 14,17% (yoy).

Berdasarkan wilayah penghimpunan dananya, dari keseluruhan total dana pihak ketiga

yang dihimpun, sebesar 70,45% atau Rp7.830 miliar berasal dari bank-bank yang berlokasi

di Manado, selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Bolaang Mongondow (8,53%), Kabupaten

Minahasa (8,30%), Kota Bitung (6,60%), dan Kabupaten Sangihe Talaud (6,12%).

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Tabel 3.2. Perkembangan Sebaran DPK per Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Page 51: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

50

Berdasarkan wilayah administratifnya, pada triwulan laporan seluruh kabupaten/kota di

Provinsi Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif jika dibandingkan dengan periode

yang sama tahun sebelumnya. Kabupaten Minahasa yang mengalami kontraksi sebesar

0,17% (yoy) di triwulan sebelumnya tercatat kembali tumbuh positif pada triwulan laporan

sebesar 16,22% (yoy). Kenaikan tertinggi dialami oleh Kabupaten Bolaang Mongondow

sebesar 35,97% (yoy) dengan total DPK sebesar Rp948 miliar. Sementara itu Kabupaten

Sangihe Talaud, Kota Manado dan Kota Bitung tumbuh masing-masing sebesar 18,19%

(yoy), 12,02% (yoy), dan Kota Bitung 9,67% (yoy).

3.3.3. Penyaluran Kredit Bank Pelapor

Pertumbuhan kredit bank umum konvensional di Sulawesi Utara pada triwulan III-2010

menunjukan peningkatan. Kredit yang disalurkan posisi September 2010 adalah sebesar

Rp11.904 miliar atau tumbuh 18,98% (yoy). Pencapaian ini lebih tinggi bila dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 16.68% (yoy). Peningkatan baki debet kredit

pada triwulan laporan diduga karena membaiknya arah perekonomian nasional yang

berjalan seiring dengan perekonomian daerah. Perbankan mulai menyalurkan kredit kepada

pelaku usaha yang terkonfirmasi dari tumbuhnya kredit modal kerja sebesar 9,66% (yoy)

setelah mengalami pertumbuhan negatif sebesar 3,07% pada triwulan sebelumnya.

Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit paling signifikan dialami oleh kredit

konsumsi yang mencapai jumlah Rp7.003 miliar atau tumbuh 26,27% (yoy). Sementara itu,

untuk jenis kredit investasi dan kredit modal kerja masing-masing sebesar Rp. 1.018 miliar

dan Rp. 3.882 miliar atau tumbuh 10,91% (yoy) dan 9,66% (yoy).

Grafik 3.8.

Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kab/Kota (%)

Grafik 3.7. Komposisi Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kabupaten/Kota

(Rp. Miliar)

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Page 52: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

51

Grafik 3.10. Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

(Rp. Miliar)

Berdasarkan strukturnya, pangsa kredit konsumsi menempati urutan pertama sebesar

58,83% dari total kredit yang disalurkan, hal ini sejalan dengan pertumbuhan kredit

konsumsi yang juga paling signifikan dibandingkan kredit investasi dan modal kerja.

Selanjutnya pangsa kredit modal kerja tercatat sebesar 32,61%, kemudian diikuti oleh

kredit investasi dengan pangsa sebesar 8,55%.

Berdasarkan sektor ekonominya, penyaluran kredit produktif selama triwulan ini sebagian

besar ditujukan ke sektor lainnya sebesar Rp7.379 miliar dengan pangsa 61,99%.

Selanjutnya diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dengan pangsa

sebesar 25,48% dari total kredit. Disusul penyaluran kredit pada sektor konstruksi dan jasa

dunia usaha masing-masing dengan pangsa 3,33% dan 2,89%.

Berdasarkan kelompok bank, sampai dengan triwulan laporan, bank umum pemerintah

mendominasi penyaluran kredit dibandingkan dengan bank umum swasta nasional.

Kelompok bank pemerintah berhasil menyalurkan Rp9.217 miliar atau mencapai pangsa

pasar 77,43% sedangkan sisanya disalurkan oleh kelompok bank swasta sebesar Rp2.687

miliar dengan pangsa pasar 22,57% dari total kredit.

Grafik 3.9. Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (%)

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Grafik 3.12. Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Grafik 3.11. Penyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Page 53: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

52

Berdasarkan wilayah penyaluran kredit, dari total kredit sebesar Rp11.904 miliar, tercatat

64,44% atau sebesar Rp7.670 miliar disalurkan di wilayah Kota Manado. Selanjutnya diikuti

oleh Kabupaten Minahasa dengan pangsa pasar sebesar 12,89% (Rp1.535 miliar),

Kabupaten Bolaang Mongondow sebesar 10,18% (Rp1.212 miliar), Kota Bitung sebesar

6,29% (Rp.749 miliar), dan Kabupaten Sangihe Talaud sebesar 6,2% (Rp.738 miliar).

Berdasarkan laju pertumbuhan kreditnya, wilayah dengan laju pertumbuhan kredit tertinggi

dialami Kabupaten Minahasa sebesar 28,42% (yoy) sedangkan yang terendah adalah Kota

Bitung sebesar 10,94% (yoy). Sementara itu Kabupaten Sangihe Talaud, Bolmong dan

Manado masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 22,98% (yoy), 22,89% (yoy) dan

17,14% (yoy).

3.3.4. Kredit MKM

Pertumbuhan kredit MKM (Mikro, Kecil dan Menengah) yang disalurkan bank umum

konvensional di Sulawesi Utara masih mengalami peningkatan. Sampai dengan triwulan III-

2010, posisi kredit MKM tercatat Rp9.926 miliar atau tumbuh 58,30% (yoy). Jika dilihat

berdasarkan skalanya, kredit kecil (di atas Rp50 juta namun di bawah Rp500 juta) memiliki

pangsa terbesar yakni 59,71%, kredit menengah (di atas Rp500 juta namun di bawah Rp5

miliar) pangsanya mencapai 28,57%, dan sisanya 11,72% merupakan kredit mikro (di

bawah Rp50 juta).

Sementara itu, dibandingkan dengan kredit secara umum, laju pertumbuhan kredit MKM

jauh lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan kredit secara umum yang pada triwulan

laporan hanya tumbuh 18,98% (yoy).

Grafik 3.14.

Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)

Grafik 3.13. Komposisi Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Page 54: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

53

Sejalan dengan hal tersebut, pangsa kredit MKM terhadap penyaluran kredit perbankan

secara keseluruhan juga mengalami peningkatan. Pada triwulan III-2010, pangsa kredit

MKM tercatat 83.38%. Kenaikan pangsa kredit MKM juga diikuti oleh meningkatnya

kualitas kredit MKM yang tercermin dari penurunan rasio Non Performing Loan (NPL).

Sampai akhir triwulan III-2010 rasio NPL kredit MKM tercatat 3,37%, merupakan rasio

terendah sepanjang tahun 2010 .

3.4 STABILITAS SISTEM PERBANKAN

Stabilitas sistem perbankan di Sulawesi Utara relatif terkendali. Non Performing Loans (NPLs)

relatif terjaga, berada pada tingkat dibawah batas ketentuan BI yaitu 5%. Sementara itu,

aspek penyerapan dana yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) berada pada level

sedikit diatas 100%. Sedangkan volatilitas kurs diyakini tidak akan berdampak besar

terhadap risiko pasar, karena paparan tehadap transaksi valuta asing yang tidak tinggi.

Grafik 3.17. Non Performing Loan Kredit UMKM (Rp. Miliar)

Grafik 3.16. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Rp. Miliar)

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Grafik 3.15. Laju Pertumbuhan Kredit UMKM dan Total Kredit

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Page 55: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

54

Sementara itu, perkembangan indikator lainnya (Kelonggaran tarik, NIM, ROA dan BOPO)

menunjukkan perkembangan yang menggembirakan.

3.4.1 Risiko Kredit

Risiko kredit perbankan Sulawesi Utara pada triwulan III 2010 masih terkendali yang

tercermin dari indikator Non Performing Loans (NPL) dan konsentrasi kredit secara

keseluruhan. Kredit non-Lancar atau Non Performing Loans (NPLs) tetap terjaga pada level

3.54% (bruto) sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3.51%. Nilai

ini tergolong baik karena masih berada di bawah batas maksimal yang ditetapkan oleh Bank

Indonesia yaitu 5% (bruto). Dengan nilai NPL yang relatif terjaga maka terdapat peluang

untuk terus meningkatkan kinerja penyaluran kredit. Sementara itu, apabila dilihat dari

indikator konsentrasi kredit secara keseluruhan, dapat terlihat bahwa sebagian besar kredit

disalurkan pada sektor yang memiliki tingkat NPL yang relatif rendah yakni sektor lainnya

(Konsumsi ) dengan pangsa mencapai 62% dari total kredit memiliki tingkat NPL sebesar

1.94%.

3.4.2 Risiko Likuiditas

Indikator risiko likuiditas perbankan Sulawesi Utara, yaitu konsentrasi jangka waktu sumber

dana dan tingkat Loan Deposit Ratio (LDR) menunjukkan bahwa risiko likuiditas pada

triwulan laporan cukup terkendali, walaupun perlu terus mendapat perhatian. Hal tersebut

terlihat dari komposisi dana jangka menengah panjang yang lebih kecil dari dana jangka

pendek. Komposisi dana jangka panjang yaitu deposito hanya mencapai 33.93%,

Keterangan : 1 = Pertanian 2 = Pertambangan 3 = Industri 4 = Konstruksi 5 = Perdagangan 6 = Angkutan 7 = Jasa Dunia Usaha 8 = Jasa Sosial 9 = Lainnya (Konsumsi)

Grafik 3.18. Kredit & NPLs Sektoral Tw. III 2010

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Page 56: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

55

sementara itu, dana jangka pendek mencapai lebih dari 65% dalam struktur dana pihak

ketiga yaitu giro sebesar 19,80% dan tabungan sebesar 46,27%.

Selanjutnya angka Loan to Deposit Ratio (LDR) pada triwulan laporan tercatat 107,11%,

meningkat dari posisinya di periode yang sama tahun lalu sebesar 102,88%. Meningkatnya

rasio LDR ini disebabkan karena pertumbuhan kredit yang jauh lebih signifikan

dibandingkan pertumbuhan DPK yang berhasil dihimpun bank. Hal ini perlu segera disikapi

oleh perbankan Sulut mengingat akan segera diterapkannya ketentuan GWM berdasarkan

LDR (Loan to Deposit Ratio) pada bulan Maret 2011. Berdasarkan wilayah administratifnya,

rasio LDR terendah dialami oleh Kota Manado sebesar 97,97%. Sedangkan LDR tertinggi

dicapai oleh Kabupaten Minahasa sebesar 166,29%, disusul kemudian berturut-turut oleh

Kabupaten Bolaang Mongondow sebesar 127,85%, Kabupaten Sangihe Talaud sebesar

108,5%, dan Kota Bitung sebesar 102,08%.

3.4.3 Risiko Pasar

Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan Sulawesi Utara relatif terkendali yang tercermin

dari rendahnya tingkat fluktuasi suku bunga dan kecenderungan penurunan suku bunga

kredit searah dengan kebijakan BI dengan mempertimbangkan sasaran inflasi dan

pertumbuhan sektor riil. Sementara itu, volatilitas kurs diyakini tidak akan berdampak besar

terhadap kinerja perbankan Sulawesi Utara, karena paparan terhadap transaksi valuta asing

yang tidak tinggi.

3.4.4 Indikator perbankan lainnya

Rasio Kelonggaran Tarik Kredit

Perkembangan rasio kelonggaran tarik kredit bank umum pada triwulan III-2010

memperlihatkan kecenderungan penurunan. Tercatat rasio kelonggaran tarik pada

Grafik 3.19.

Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Kabupaten/Kota

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Page 57: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

56

September 2010 sebesar 2,62%, turun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya

yang tercatat 5,38%. Hal ini mencerminkan berkurangnya jumlah kredit yang tidak

dicairkan oleh nasabah, sehingga risiko idle money pada perbankan Sulawesi Utara

mengalami penurunan.

Net Interest Margin (NIM)

Net Interest Margin (NIM) didefinisikan sebagai salah satu indikator penilaian terkait

kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Berdasarkan neraca konsolidasi bank umum,

saldo bersih pendapatan bunga setelah dikurangi biaya bunga atau yang biasa disebut Net

Interest Margin (NIM) pada triwulan laporan menunjukkan angka yang positif sebesar

Rp1585 miliar, mengalami peningkatan signifikan bila dibandingkan periode yang sama

tahun lalu yang tercatat Rp805 miliar. Pendapatan bunga (antara lain dalam bentuk kredit

dan penempatan antar bank) pada periode laporan lebih besar dibandingkan dengan biaya

bunga (antara lain dalam bentuk tabungan, giro dan deposito). Hal ini dapat dikonfirmasi

melalui pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK.

Rasio BOPO

Rasio BOPO menunjukkan tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya.

Rasio BOPO yang tinggi mencerminkan kondisi bank yang tidak efisien. Sampai dengan

triwulan laporan, tingkat efisiensi operasional perbankan meningkat yang tercermin dari

rasio BOPO bank umum yang turun menjadi 71,46% dibandingkan triwulan yang sama

tahun sebelumnya sebesar 73,40%. Hal ini dapat diartikan bahwa bank sudah lebih efisien

dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Grafik 3.20.

Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum

Grafik 3.21. Net Interest Margin Bank Umum

(Rp Miliar)

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Page 58: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

57

Return on Asset (ROA)

Return on Asset (ROA) merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan bank untuk

menghasilkan laba dengan aset yang dimilikinya. Sampai dengan triwulan III-2010, rasio

ROA bank umum tercatat sebesar 3,2%, mengalami peningkatan bila dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 3,09%. Peningkatan rasio ROA ini

didorong oleh tingginya presentase kenaikan total aset yang mampu dikelola dengan baik

oleh bank untuk menghasilkan laba.

3.5 PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH

Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara pada triwulan laporan

mengalami pertumbuhan positif terkecuali total DPK. Total aset bank umum syariah secara

tahunan, sampai dengan posisi September 2010 meningkat signifikan sebesar 92,98%

(yoy), sejalan dengan pertumbuhan kredit sebesar 55,87%. Hal ini perlu mendapat

Grafik 3.23. Return On Asset Bank Umum Grafik 3.22.

Rasio Biaya dan Pendapatan Operasional Bank Umum

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Tabel 3.3. Indikator Utama Perbankan Syariah di Sulawesi Utara (Rp miliar)

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Page 59: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

58

perhatian mengingat tingginya tingkat pertumbuhan penyaluran dana belum diimbangi

oleh pertumbuhan pengumpulan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tercatat mengalami

kontraksi sebesar 36.51% (yoy) pada triwulan laporan. Dengan kondisi tersebut, Financing

to Deposit Ratio (FDR) meningkat tajam dari 84,85% pada triwulan III 2009 menjadi

sebesar 208,33% pada triwulan III 2010.

3.6 PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT

Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan III 2010 menunjukkan perkembangan

yang cukup menggembirakan. Hal ini tercermin dari peningkatan laju pertumbuhan Aset,

Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Kredit apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun

sebelumnya. Namun, hal ini tidak diikuti dengan perbaikan kualitas kredit dan rasio Loan to

Deposit Ratio (LDR).

Pada triwulan laporan, pertumbuhan asset BPR secara tahunan meningkat 40.57% (yoy),

menjadi Rp334,3 miliar. Demikian pula dengan kredit yang tumbuh 26,16% (yoy), menjadi

Rp246,8 miliar. DPK juga mengalami pertumbuhan sebesar 48,68%(yoy), menjadi Rp255

miliar. Berdasarkan komponen pembentuknya, deposito masih mendominasi DPK BPR

dengan pangsa 76,85%. Pertumbuhan DPK BPR jauh lebih tinggi apabila dibandingkan

dengan pertumbuhan DPK bank umum. Hal ini diduga terkait dengan masih relatif lebih

menariknya suku bunga simpanan di BPR.

Tabel 3.4. Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sulawesi Utara (Rp. Miliar)

Sumber: Data Ekubank, Laporan Bulanan Bank Perkreditan Rakyat KBI Manado

Page 60: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

59

Secara sektoral, kredit terutama disalurkan pada sektor lain-lain (konsumsi) dengan pangsa

72,62% dan sektor PHR dengan pangsa 16,78%. Berdasarkan jenis penggunaannya,

sebagian besar kredit yang disalurkan BPR merupakan kredit konsumsi dengan pangsa

mencapai 65,03% dari total kredit. Hal ini diperkirakan merupakan indikasi dari

meningkatnya aktivitas perekonomian khususnya di sektor konsumsi. Rasio LDR mengalami

penurunan dari 114% pada triwulan III 2009 menjadi 96.8% pada triwulan laporan sebagai

dampak laju pertumbuhan DPK yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan laju

pertumbuhan kredit. Kualitas kredit BPR memburuk seperti yang ditunjukkan oleh

peningkatan persentase kredit bermasalah (NPL gross) yang mencapai 4,40% pada triwulan

laporan. Walaupun masih berada dibawah level toleransi Bank Indonesia BI, namun

peningkatan NPL ini perlu menjadi perhatian.

Page 61: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

60

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 62: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

61

BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrumen untuk mengatur

pengeluaran dan pendapatan pemerintah daerah dalam rangka membiayai pelaksanaan

kegiatan pemerintahan dan pembangunan, meningkatkan output, mencapai pertumbuhan

dan stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara

umum. Selain itu, APBD merupakan kebijakan operasional yang menjadi turunan dari

strategi pembangunan pemerintah daerah yang telah ditetapkan, sehingga dapat terlihat

arah keberpihakan pemerintah daerah. APBD juga harus benar-benar menggambarkan

angka-angka ekonomis yang mencerminkan kebutuhan masyarakat untuk memecahkan

masalah dan meningkatkan kesejahteraannya. Karena pada hakikatnya anggaran daerah

merupakan alat untuk meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat.

Pembahasan dan analisa kinerja APBD dalam laporan ini secara khusus dibatasi pada

perkembangan kinerja anggaran pemerintah daerah di tingkat Provinsi, sedangkan kinerja

anggaran untuk 15 Kabupaten/Kota yang ada di Sulawesi Utara belum dapat tersajikan

dalam laporan karena terkendala oleh keterbatasan data yang diperoleh.

Transfer dana dari pemerintah pusat yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja

Negara (APBN) ke Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara pada Tahun 2010 mencapai

Rp5,68 Triliun atau naik 0,12% dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan komponen

penyusunnya, kenaikan transfer dana dari pemerintah pusat terutama berasal dari Dana

Alokasi Umum (DAU) yang merupakan komponen dari dana perimbangan yang naik 9,17%

(yoy) mencapai jumlah Rp4,43 Triliun. Sementara itu Dana Penyesuaian dan Otonomi

khusus justru mengalami penurunan sebesar 43,88% dibandingkan tahun sebelumnya.

Tabel 4.1. Perkembangan Transfer Dana Pusat Ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara

Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu

(dlm jutaan rupiah)

Dana Perimbangan 3,796,133 4,375,802 5,282,510 5,462,060 Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 222,918 274,401 335,993 330,894 Dana Alokasi Umum (DAU) 3,071,594 3,427,845 4,059,322 4,431,419

Dana Alokasi Khusus (DAK) 501,621 673,556 887,196 699,748 Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus 160,774 280,370 393,844 221,120

TOTAL 3,956,907 4,656,172 5,676,354 5,683,180 1 Data Update per 20 Juli 2010

Dana 2007 2008 2009 2010 1

Page 63: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

62

4.1. Dana Perimbangan di Sulawesi Utara

Alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat bagi Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi

Utara Tahun 2010 menunjukkan peningkatan sebesar 3,40% dibandingkan dengan Tahun

2009. Secara agregat, jumlah alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat ke provinsi,

kabupaten dan kota di Sulawesi Utara mencapai Rp5,68 Triliun. Beberapa Kabupaten/Kota

bahkan di tingkat Provinsi di Tahun 2010 mengalami penurunan alokasi anggaran

dibandingkan tahun lalu. Namun demikian untuk Kabupaten Minahasa, Kabupaten Bolaang

Mongondow (Bolmong), Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut), Kabupaten

Bolaang Mongondow Timur (Boltim), dan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel)

mengalami peningkatan alokasi dana dibandingkan tahun sebelumnya, hal ini dikarenakan

daerah tersebut merupakan daerah pemekaran baru yang membutuhkan dana untuk

mengejar target pembangunannya.

Berdasarkan alokasi dana perimbangan di masing-masing kabupaten/kota/provinsi di Tahun

2010, Provinsi Sulawesi Utara mendapatkan alokasi terbesar yakni Rp666,51 miliar dengan

pangsa 12,20%. Berikutnya adalah Kota Manado sebesar Rp494,52 miliar dengan pangsa

9,05% dari total anggaran, Kabupaten Minahasa sebesar Rp.466,59 dengan pangsa 8,54%

dan Kabupaten Sangihe sebesar Rp358,09 miliar dengan pangsa 6,56%. Alokasi dana

terendah diperoleh oleh Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan pangsa 4,07% dari

total dana perimbangan atau sebesar Rp222,51 milliar.

Tabel 4.2. Dana Perimbangan ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara

Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu

Page 64: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

63

Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu

Berdasarkan komponennya, alokasi dana

perimbangan di masing – masing wilayah

administratif di Sulawesi Utara pada APBD

Tahun 2010 sebagian besar berasal dari Dana

Alokasi Umum. Sementara itu, Dana Bagi Hasil

yang diperuntukan guna mengatasi masalah

ketimpangan vertikal (antara Pusat dan

Daerah) yang dilakukan melalui pembagian

Grafik 4.1. Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2009

Grafik 4.2. Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2010

Grafik 4.3. Rincian Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2010

Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu

Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu

12,2%

9,1%

6,0%

4,9%

8,5%

6,5%6,0%

6,4%

6,0%

6,6%

4,7%

4,9%

5,0%

5,0%

4,1% 4,2% Pemprov Manado

Bitung Tomohon

Minahasa Minsel

Minut Bolmong

Talaud Sangihe

Kotamobagu Bolmut

Sitaro Mitra

Boltim Bolsel

12,7%

9,8%

6,4%

5,4%

8,8%

6,8%6,3%

6,4%

6,5%

7,9%

5,0%

5,0%

5,4%

5,2%

1,0%

1,3%

Pemprov Manado

Bitung Tomohon

Minahasa Minsel

Minut Bolmong

Talaud Sangihe

Kotamobagu Bolmut

Sitaro Mitra

Boltim Bolsel

-

100.000

200.000

300.000

400.000

500.000

600.000

700.000

Dana Bagi Hasil Dana Alokasi Khusus Dana Alokasi Umum Dana Perimbangan

6,06%

81,13%

12,81%

Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak

Dana Alokasi Umum (DAU)

Dana Alokasi Khusus (DAK)

Grafik 4.4. Komposisi Dana Perimbangan APBD-2010

Page 65: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

64

Tabel 4.3. Kinerja APBD Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 September 2010

Nominal % Nominal %

I Pendapatan 1.039.060 783.090 75,4 1.066.545 908.495 85,2

Pendapatan Asli Daerah 317.320 241.780 76,2 350.031 306.971 87,7

Dana Perimbangan 668.990 535.990 80,1 666.514 526.589 79,0

Lain-lain PAD yang Sah 52.750 5.320 10,1 50.000 74.936 149,9

II Belanja 1.133.170 656.720 58,0 1.093.545 736.000 67,3

Belanja Tidak Langsung 555.116 359.466 64,8 607.711 464.096 76,4

• Belanja Pegawai 314.156 224.176 71,4 355.711 247.155 69,5

• Belanja Hibah 24.110 14.680 60,9 63.500 108.498 170,9

• Belanja Bantuan Sosial 57.130 42.890 75,1 45.000 29.951 66,6

• Belanja Bagi Hasil 145.720 76.270 52,3 132.000 74.086 56,1

• Belanja Bantuan Keuangan 10.000 - 0,0 4.000 4.000 100,0

• Belanja Tidak Terduga 4.000 1.450 36,3 7.500 405 5,4

Belanja Langsung 578.054 297.254 51,4 485.834 271.905 56,0

• Belanja Pegawai 41.224 24.794 60,1 46.677 27.336 58,6

• Belanja Barang dan Jasa 252.860 127.360 50,4 231.236 169.153 73,2

• Belanja Modal 283.970 145.100 51,1 207.921 75.416 36,3

III Surplus/(Defisit) (94.110) 126.370 (27.000) 172.495

IV Pembiayaan 94.110 (80.900) 329.000 172.026

No UraianAPBD-P 2009

(Rp Juta)

Realisasi APBD

Tw. III-2009APBD

2010

(Rp Juta)

Realisasi APBD

Tw. III-2010

hasil dari sebagian penerimaan perpajakan (nasional) dan penerimaan sumber daya alam

antara Pemerintah Pusat dan Daerah penghasil, masih menunjukan persentase yang relatif

kecil. Rendahnya pangsa Dana Bagi Hasil mencerminkan bahwa kontribusi Provinsi Sulawesi

Utara terhadap penerimaan negara, baik dari segi pajak maupun pengelolaan sumber daya

alam masih relatif kecil.

4.2. APBD di Tingkat Provinsi

Kinerja keuangan pemerintah pada triwulan III-2010 menunjukan pencapaian yang lebih

baik, hal ini tercermin dari realisasi pendapatan dan belanja daerah yang mengalami

peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan III-2010

realisasi belanja pemerintah telah mencapai 67,3%, lebih tinggi dibandingkan realisasi pada

triwulan III-2009 yang hanya sekitar 58%.

Dari sisi penerimaan, realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Sulawesi Utara telah

mencapai 85,2%, lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 75,4%.

Pencapaian ini didorong oleh naiknya penerimaan dari sisi pajak dan retribusi daerah serta

penerimaan lain-lain yang berasal dari hasil penjulalan aset daerah dan penerimaan bunga

deposito atas rekening pemda. Peningkatan penerimaan pajak dan retribusi daerah terkait

dengan meningkatnya aktivitas perekonomian, terutama yang bersumber dari penjualan

kendaraan bermotor yang berdampak kepada peningkatan penerimaan atas Bea Balik

Nama Kendaraan Bermotor.

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Page 66: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

65

(dlm jutaan rupiah)

Nominal % Nominal %

PENDAPATAN 1,039,060 100.0 783,090 75.4 1,066,545 100.0 908,495 85.2

Pendapatan Asli Daerah 317,320 30.5 241,780 76.2 350,031 32.8 306,971 87.7

- Pajak Daerah 279,830 88.2 208,370 74.5 311,927 89.1 268,632 86.1

- Retribusi Daerah 10,090 3.2 5,030 49.9 11,589 3.3 8,193 70.7

- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 16,300 5.1 16,370 100 16,500 4.7 13,554 82.1

- Lain-lain 11,100 3.5 12,000 108.1 10,015 2.9 16,592 165.7

Dana Perimbangan 668,990 64.4 535,990 80.1 666,514 62.5 526,589 79.0

- Dana Bagi Hasil Pajak 57,480 8.6 22,810 39.7 54,035 8.1 47,240 87.4

- Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) - 0.0 - 0.0 965 0.1 618 64.0

- Dana Alokasi Umum 558,630 83.5 465,530 83.3 558,635 83.8 465,651 83.4

- Dana Alokasi Khusus 52,880 7.9 47,640 90.1 52,879 7.9 13,079 24.7

Lain-lain Pendapatan yang Sah 52,750 5.1 5,320 10.1 50,000 4.7 74,936 149.9

Proporsi

APBD 2009

(%)

UraianAPBD-P 2009

(Rp Juta)

Realisasi APBD

Tw. III-2009 APBD 2010

(Rp Juta)

Proporsi

APBD 2010

(%)

Realisasi APBD

Tw. III-2010

4.2.1. Pendapatan Daerah di Tingkat Provinsi

Sampai dengan triwulan III-2010 realisasi pendapatan Provinsi Sulawesi Utara tercatat

sebesar Rp908,5 miliar, atau telah mencapai 85,2% dari target pendapatan dalam APBD.

Berdasarkan komponen pembentuknya, sumber penerimaan terbesar berasal dari dana

perimbangan (utamanya Dana Alokasi Umum) dengan pangsa 62,5% disusul Penerimaan

Asli Daerah (PAD) dengan pangsa 32,8%.

Sementara itu, kinerja pemerintah provinsi dalam melakukan berbagai pemanfaatan aset-

aset yang dimiliki pada triwulan III-2010 mencatat hasil yang lebih baik dibandingkan

periode yang sama tahun lalu. Hal ini tercermin dari pencapaian realisasi Penerimaan Asli

Daerah (PAD) pada triwulan laporan sebesar 87,7% dari target APBD atau meningkat

dibandingkan realisasi PAD pada periode yang sama tahun lalu sebesar 76,2%. Berdasarkan

komponen pembentuknya, PAD ini terutama bersumber dari penerimaan pajak (89,1%)

sedangkan sisanya dalam bentuk retribusi, hasil pengelolaan kekayaan daerah dan lain-lain.

Aktivitas perekonomian yang terus berkembang yang ditunjukkan oleh tingginya penjualan

kendaraan bermotor, maraknya pembangunan tempat rekreasi keluarga, menjamurnya

rumah makan dan restoran turut menyumbang pendapatan melalui komponen pajak dan

retribusi daerah.

Namun demikian, pencapaian PAD sepanjang Tahun 2010 tersebut masih relatif kecil bila

dibandingkan kebutuhan dana pembangunan di Sulawesi Utara, hal ini tercermin dari relatif

rendahnya rasio kemandirian fiskal daerah yaitu perbandingan antara PAD terhadap total

belanja yang hanya 32,8%. Hal ini berarti kegiatan ekonomi dan sosial sebagian besar

masih digerakkan oleh dana perimbangan yang berasal dari pemerintah pusat. Namun

demikian, angka rasio kemandirian fiskal daerah telah sedikit mengalami perbaikan

dibandingkan tahun 2009 yang tercatat lebih rendah yakni sebesar 30,5%.

Tabel 4.4. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 September 2010

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Page 67: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

66

Tabel 4.5. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 September 2010

Nominal % Nominal %

BELANJA 1.133.170 100,0 656.720 58,0 1.093.545 100,0 736.000 67,3

Belanja Tidak Langsung 555.116 49,0 359.466 64,8 607.711 55,6 464.096 76,4

• Belanja Pegawai 314.156 56,6 224.176 71,4 355.711 58,5 247.155 69,5

• Belanja Hibah 24.110 4,3 14.680 60,9 63.500 10,4 108.498 170,9

• Belanja Bantuan Sosial 57.130 10,3 42.890 75,1 45.000 7,4 29.951 66,6

• Belanja Bagi Hasil 145.720 26,3 76.270 52,3 132.000 21,7 74.086 56,1

• Belanja Bantuan Keuangan 10.000 1,8 - 0,0 4.000 0,7 4.000 100,0

• Belanja Tidak Terduga 4.000 0,7 1.450 36,3 7.500 1,2 405 5,4

Belanja Langsung 578.054 51,0 297.254 51,4 485.834 44,4 271.905 56,0

• Belanja Pegawai 41.224 7,1 24.794 60,1 46.677 9,6 27.336 58,6

• Belanja Barang dan Jasa 252.860 43,7 127.360 50,4 231.236 47,6 169.153 73,2

• Belanja Modal 283.970 49,1 145.100 51,1 207.921 42,8 75.416 36,3

APBD 2010

(Rp Juta)

Proporsi

APBD 2010

(%)

Realisasi APBD

Tw. III-2010Proporsi

APBD 2009

(%)

UraianAPBD-P 2009

(Rp Juta)

Realisasi APBD

Tw. III-2009

4.2.2. Belanja Daerah di Tingkat Provinsi

Pada triwulan III-2010 belanja pemerintah daerah mulai menunjukan peningkatan seiring

dengan mulai dilaksanakannya beberapa program pemerintah, terutama proyek

pembangunan infrastruktur. Total belanja daerah yang dianggarkan dalam APBD 2010

adalah sebesar Rp1.093 miliar, mengalami sedikit penurunan dibandingkan total belanja

pada APBD-P 2009 sebesar Rp1.133 miliar. Realisasi belanja provinsi sampai dengan

triwulan III-2010 mencapai Rp736 miliar atau mencapai 67,3% dari target total belanja

dalam APBD, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 58%.

Menurut komponen pembentuknya, belanja provinsi didominasi untuk belanja tidak

langsung dengan pangsa 55,6% atau mencapai Rp607,71 miliar. Sampai dengan triwulan

III-2010 realisasi belanja tidak langsung telah mencapai 76,4% atau sebesar Rp464,1 miliar.

Sementara itu, belanja langsung memiliki proporsi sebesar 44,6% atau senilai Rp485,83

miliar dari total anggaran belanja secara keseluruhan, dengan nilai realisasi pada triwulan

laporan mencapai 56% atau sebesar Rp271,91 miliar.

Jika dilihat lebih jauh lagi, dibandingkan dengan tahun 2009 proposi antara belanja

langsung dan belanja tidak langsung telah mengalami pergeseran. Pada APBD-P 2009,

proporsi belanja langsung tercatat lebih tinggi yakni sebesar 51%. Dalam komponen

belanja langsung ini juga terdapat komponen belanja modal, dimana realisasi belanja modal

pada triwulan III-2009 jauh lebih tinggi yakni sebesar 51,1% dibandingkan realisasi pada

triwulan III-2010 yang hanya tercatat 36,3%. Hal ini menunjukkan bahwa belanja daerah

masih banyak dialokasikan untuk konsumsi semata (pembayaran gaji, tunjangan, dan lain

sebagainya).

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Page 68: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

67

4.2.3. Kontribusi APBD Terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar

Peran keuangan daerah terhadap perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III-2010

diperkirakan mengalami peningkatan. Dengan melakukan identifikasi terhadap pos-pos

belanja dalam APBD provinsi ke dalam 2 (dua) kegiatan utama berdasarkan tabel PDRB sisi

permintaan, yaitu konsumsi pemerintah dan belanja modal diperoleh hasil bahwa realisasi

konsumsi pemerintah memberikan kontribusi sebesar 7,29% terhadap proyeksi PDRB harga

berlaku Provinsi Sulawesi Utara triwulan III-2010 sedangkan realisasi belanja modal hanya

memberikan kontribusi sebesar 0,83%. Kontribusi di tingkat kabupaten dan kota relatif sulit

untuk diperoleh sehingga hanya besaran-besaran pokok saja yang dimiliki. Secara total,

realisasi anggaran belanja dan modal dalam APBD provinsi memberikan kontribusi sebesar

8,12% terhadap PDRB harga berlaku Sulawesi Utara triwulan III-2010.

Sementara itu, dampak realisasi APBD provinsi terhadap perkembangan uang beredar

sampai dengan posisi 30 September 2010 berada pada kondisi kontraksi yang berarti

jumlah pendapatan pemerintah lebih besar dibandingkan jumlah pengeluaran (belanja

pemerintah).

Tabel 4.6. Kontribusi APBD Provinsi Terhadap Sektor Riil s.d. 30 September 2010

Sumber: Biro Keuangan Daerah Sulawesi Utara, diolah

(dlm jutaan rupiah)

PENDAPATAN 908.495 10,03

Pendapatan Asli Daerah 306.971 3,39

- Pajak Daerah 268.632 2,96

- Retribusi Daerah 8.193 0,09

- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 13.554 0,15

- Lain-lain 16.592 0,18

Dana Perimbangan 526.589 5,81

- Dana Bagi Hasil Pajak 47.240 0,52

- Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 618 0,01

- Dana Alokasi Umum 465.651 5,14

- Dana Alokasi Khusus 13.079 0,14

Lain-lain Pendapatan yang Sah 74.936 0,83

BELANJA 736.000 8,12

Konsumsi Pemerintah 660.584 7,29

- Belanja Pegawai 274.490 3,03

- Belanja Barang 169.153 1,87

- Belanja Hibah 108.498 1,20

- Belanja Bantuan Sosial 29.951 0,33

- Belanja Bantuan Keuangan 4.000 0,04

- Belanja Tak Terduga 405 0,00

- Transfer (Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa) 74.086 0,82

Pembentukan Modal Tetap Bruto (Blnj Modal) 75.416 0,83

Uraian

Realisasi APBD

Tw.III-2010

(Rp Juta)

% thd PDRB 1

Page 69: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

68

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 70: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

69

BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Sistem pembayaran adalah sistem yang berkaitan dengan kegiatan pemindahan dana dari

satu pihak kepada pihak lain yang melibatkan berbagai komponen sistem pembayaran.

Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat pembayaran tunai, kliring, maupun

Real Time Gross Settlement (RTGS). Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran

nasional baik tunai maupaun non tunai merupakan salah satu tugas Bank Indonesia yang

diamanatkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1999 tentang

Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir kalinya dengan Undang-undang

Republik Indonesia No.6 tahun 2009. Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk dapat

memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis

pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar (clean money policy).

Sementara itu kebijakan di bidang instrumen pembayaran non tunai tetap diarahkan untuk

menyediakan sistem pembayaran yang efektif, efisien, aman dan handal dengan tetap

memperhatikan aspek perlindungan konsumen. Sebagai representasi Bank Indonesia di

daerah, fungsi mengatur kelancaran sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai di

Sulawesi Utara dijalankan oleh Kantor Bank Indonesia (KBI) Manado.

Bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, selama triwulan III-2010 transaksi

sistem pembayaran di Sulawesi Utara mengalami peningkatan, baik pada sistem

pembayaran tunai maupun non tunai. Pada sistem permbayaran tunai, peningkatan ini

dapat terkonfirmasi dari tingginya aktivitas transaksi tunai yang mencatat net outflow.

Sementara pada pembayaran non tunai, peningkatan ini tercermin dari naiknya nilai dan

volume transaksi kliring dan RTGS. Kondisi tersebut sejalan dengan semakin menggeliatnya

perekonomian di Sulawesi Utara selama periode laporan.

5.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai

5.1.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow/Outflow)

Aktivitas transaksi tunai di Sulawesi Utara yang dilakukan melalui Kantor Bank Indonesia

Manado pada triwulan III-2010 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan III-2009.

Peningkatan transaksi pembayaran tunai ini tercermin pada kenaikan jumlah uang kartal

yang dikeluarkan Kantor Bank Indonesia Manado (outflow) pada triwulan III-2010 sebesar

Page 71: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

70

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010

Inflow (+) 613 160 122 235 617 303 482

Outflow (-) -18 -355 -235 -687 -0,77 -525 -799

Net Flow 595 -195 -113 -453 616 -222 -317

(1.000)

(800)

(600)

(400)

(200)

-

200

400

600

800 miliar

563,67 miliar, naik sebesar 239,9% dari Rp234,96 miliar pada triwulan III-2009 menjadi

Rp798,63 miliar pada periode laporan. Sementara itu, aliran uang kartal yang masuk dari

masyarakat dan perbankan ke Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan III-2010 hanya

tercatat sebesar Rp481,66 miliar.

Secara netto, aliran uang kartal selama triwulan laporan berada pada kondisi net outflow

sebesar Rp316,97 miliar atau meningkat 179,77%, lebih tinggi dibandingkan triwulan yang

sama tahun sebelumnya sebesar Rp113,29 miliar. Peningkatan ini diperkirakan karena

meningkatnya kebutuhan akan uang tunai selama Pilkada Provinsi/Kabupaten/Kota. Selain

itu, faktor musiman bulan suci ramadhan dan perayaan hari raya Idul Fitri juga

meningkatkan kebutuhan masyarakat akan uang tunai terutama untuk transaksi

pemenuhan kebutuhan sandang dan pangan. Hal ini juga terindikasi dari jumlah penukaran

uang pecahan kecil di loket KBI Manado selama periode 1 bulan menjelang hari raya yang

tercatat sebesar Rp50,37 miliar, meningkat sebesar 46,40% dibandingkan periode yang

sama di tahun 2009.

Secara bulanan, net outflow tertinggi terjadi pada bulan Juli 2010 sebesar Rp166,87 miliar,

berikutnya berturut-turut di bulan Agustus dan September 2010 masing-masing sebesar

Rp110,33 miliar dan Rp39,77 miliar.

Grafik 5.1. Netflow Aliran Kas Uang Kartal KBI Manado

5.1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar

Dalam melaksanakan strategi clean money policy, Bank Indonesia Manado melaksanakan

kegiatan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar, dengan melakukan Pemberian

Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah

Page 72: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

71

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010

Inflow (+) 613 160 122 235 617 303 482

PTTB 53 78 490 209 261 297 309

Rasio 8,57 49,00 402,99 89,15 42,35 97,86 64,11

-

40

80

120

160

200

240

280

320

360

400

440

-

100

200

300

400

500

600

700 % Miliar

Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang telah lusuh/rusak. Proses

pemusnahan tersebut telah dilakukan dengan prosedur dan pengawasan yang ketat

terhadap tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan.

Selama triwulan III-2010, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk tercatat sebesar 64,11%,

telah jauh menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai

402,99%. Secara nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga selama triwulan

laporan adalah sebesar Rp308,77 miliar, jauh lebih sedikit dibandingkan triwulan III-2009

yang tercatat sebesar Rp490,29 miliar. Penurunan ini mengindikasikan bahwa masyarakat

telah memperlakukan uang kertas dengan lebih baik dengan tidak melipat, tidak mengokot

(men-staples), tidak meremas serta tidak mencorat-coret uang kertas.

Grafik 5.2. Rasio Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Terhadap Inflow

5.1.3. Perkembangan Kas Titipan

Dalam perannya sebagai regulator di daerah yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan

likuiditas dan kebutuhan uang yang layak edar bagi masyarakat di wilayahnya, Kantor Bank

Indonesia Manado melakukan kegiatan kas titipan. Kegiatan kas titipan ini dilakukan

khususnya untuk daerah yang lokasinya cukup jauh dari Kantor Bank Indonesia.

Penyelenggaraan kegiatan kas titipan ini dilakukan Kantor Bank Indonesia Manado

bekerjasama dengan salah satu bank umum di wilayah Gorontalo dan Tahuna.

Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah

Page 73: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

72

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010

Inflow 621 542 645 629 672 547 726

Outflow -443 -611 -566 -673 -537 -586 -652

Netflow 178 -69 80 -44 135 -39 74

-800

-600

-400

-200

0

200

400

600

800

.

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010

Inflow 57 27 40 108 40 39 24

Outflow -39 -78 -63 -111 -50 -97 -105

Netflow 18 -51 -23 -3 -11 -58 -81

-150

-100

-50

0

50

100

150

Grafik 5.3. Netflow Kas Titipan KBI Manado di Gorontalo

(Rp. Miliar)

Berbeda dengan aliran uang kartal di KBI Manado, kondisi aliran kas titipan di Gorontalo

menunjukkan posisi net inflow. Sepanjang triwulan III-2010 posisi aliran kas titipan

Gorontalo menunjukkan nilai net inflow sebesar Rp73,59 miliar. Net inflow yang terjadi

selama triwulan laporan didorong oleh tingginya jumlah setoran pada triwulan laporan yang

tercatat sebesar Rp726 miliar. Sedangkan aliran uang keluar hanya tercatat sebesar Rp652

miliar. Tingginya aliran uang masuk bertepatan dengan adanya panen raya di Provinsi

Gorontalo yang jatuh pada triwulan III-2010, dimana hasil penjualan panen raya ini

selanjutnya direspon dengan perilaku masyarakat yang lebih memilih menyimpan uang

tunainya kedalam sistem perbankan.

Grafik 5.4. Netflow Kas Titipan KBI Manado di Tahuna (Rp. Miliar)

Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah

Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah

Page 74: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

73

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

- Rp100.000,- 2 1.014 14 1 14 5 4 18 14 0 94

- Rp50.000,- 17 19 16 135 23 12 6 15 19 3 10

- Rp20.000,- 6 0 1 0 3 0 4 10 0 0 2

- Rp10.000,- 0 2 2 0 0 0 0 2 1 0 0

- Rp5.000,- 0 0 0 0 1 1 0 2 3 0 0

- Rp1.000,- 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Total 25 1.035 33 136 41 18 14 47 37 3 106

201020092008Pecahan

Selain di Provinsi Gorontalo, kas titipan juga terdapat di Kota Tahuha, Kabupaten

Kepulauan Sangihe. Secara historis, kegiatan kas titipan Tahuna cenderung mengalami net

outflow (kecuali pada awal tahun). Pada triwulan III-2010, kas titipan di Tahuna mengalami

net outflow sebesar Rp80,75 miliar atau meningkat 252,17% dibandingkan triwulan yang

sama tahun sebelumnya. Kondisi net outflow yang terjadi di khasanah titipan di Tahuna

mengindikasikan perkembangan pembangunan yang cukup pesat antara lain

pembangunan sarana/prasarana pengaman pantai, pembangunan rumah khusus,

pembangunan prasarana dermaga penyebrangan dan pembangunan prasarana bandar

udara, yang mendorong bergairahnya aktivitas perekonomian di daerah tersebut.

5.1.4. Penemuan Uang Palsu

Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan III-

2010 menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya. Total uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Bank Indonesia Manado

pada triwulan III-2010 tercatat sebanyak 106 lembar yang terdiri dari 94 lembar uang

pecahan Rp100.000,00, 10 lembar uang pecahan Rp50.000,00, dan 2 lembar uang

pecahan Rp20.000,00.

Tabel 5.1. Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja KBI Manado

Sumber: Bank Indonesia Manado, diolah

Terjadinya peningkatan temuan uang palsu merupakan dorongan bagi Bank Indonesia

untuk terus berupaya untuk meminimalisir pergerakan pelaku pemalsuan uang melalui

kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah. Kegiatan sosialisasi tidak hanya dilakukan di

Kantor Bank Indonesia, kalangan perbankan, di instansi-instansi pemerintah daerah,

akademisi dan sekolah-sekolah namun juga dilakukan di pusat perbelanjaan di kota

Manado. Hal tersebut dilakukan mengingat pusat perbelanjaan juga sangat rentan terhadap

kegiatan peredaran uang palsu karena tingginya tingkat perputaran uang yang digunakan

untuk melakukan transaksi. Selain itu, secara represif pihak Bank Indonesia juga menjalin

kerjasama dengan pihak Kepolisian Daerah Sulawesi Utara dalam upaya penanganan proses

Page 75: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

74

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

Perputaran Kliring

a. Lembar 72.982 79.557 82.114 84.032 75.799 80.399 82.862

b. Nominal (Rp miliar) 1.497 1.626 1.722 1.860 1.658 1.674 1.914

Rata-rata perputaran kliring per hari

a. Lembar 1.236 1.282 1.369 1.384 1.221 1.299 1.315

b. Nominal (Rp miliar) 25,40 26,17 28,72 30,71 26,73 27,08 30,39

Persentase rata-rata penolakan

a. Lembar (%) 0,99 0,96 1,06 1,33 1,02 2,16 1,72

b. Nominal (%) 0,91 1,08 1,27 1,45 1,01 2,44 1,54

KETERANGAN2009 2010

hukum. Peran serta aktif masyarakat bersama dengan pihak kepolisian diperlukan untuk

dapat membongkar sejumlah kasus pemalsuan uang di Sulawesi Utara.

5.2. Perkembangan Alat Pembayaran Non-Tunai

Berkembangnya perekonomian domestik telah berdampak terhadap peningkatan

kebutuhan masyarakat akan ketepatan, kehandalan dan keamanan dalam bertransaksi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, Bank Indonesia secara terus menurus melakukan

penyempurnaan dan pengembangan terhadap sistem yang telah ada, termasuk diantaranya

melalui penyelenggaraan kliring dan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).

5.2.1. Perkembangan Kliring (Tunai)

Perkembangan kliring di wilayah Sulawesi Utara (tunai) selama triwulan III-2010 mengalami

peningkatan, jumlah warkat yang dikliringkan sebanyak 82.862 lembar dengan nilai

Rp1.914 miliar atau meningkat jumlahnya sebesar 11,20% (yoy) dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya. Jika dilihat berdasarkan rata-rata harian lembar warkat yang

dikliringkan selama periode laporan tercatat sebanyak 1.315 lembar dengan nilai sebesar

Rp30,39 miliar atau tumbuh sebesar 5,82% (yoy). Peningkatan rata-rata jumlah nominal

kliring tersebut semakin menegaskan bahwa perekonomian Sulawesi Utara mengalami

pertumbuhan positif yang berkelanjutan.

Tabel 5.2.

Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong di Wilayah Sulawesi Utara

Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah

Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan

tercatat 1,72% dari rata-rata lembar warkat yang dikliringkan per hari atau mengalami

peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 1,06%.

Sementara itu, dilihat dari segi jumlah nominalnya juga terdapat kenaikan dari 1,27% pada

triwulan III-2009 menjadi 1,54% pada triwulan III-2010 dari rata-rata nominal cek dan BG

yang dikliringkan per hari.

Page 76: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

75

Nilai Nilai Nilai

(Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp)

Apr 254,13 845 623,87 994 878,00 1.839

Mei 250,57 946 515,09 849 765,66 1.795

Jun 156,81 479 494,57 830 651,38 1.309

Tw II-2009 661,51 2.270 1.633,53 2.673 2.295,04 4.943

Jul 127,73 420 539,12 1.388 666,85 1.808

Agust 130,87 502 502,00 800 632,87 1.302

Sep 143,68 460 526,54 792 670,22 1.252

Tw III-2009 402,28 1.382 1.567,66 2.980 1.969,94 4.362

Okt 191,76 718 498,42 799 690,18 1.517

Nov 225,20 748 544,54 941 769,74 1.689

Dec 356,68 1.036 597,55 1.532 954,23 2.568

Tw IV-2009 773,64 2.502 1.640,51 3.272 2.414,15 5.774

Jan 182,88 694 709,22 1.102 892,10 1.796

Feb 192,27 638 553,24 1.339 745,51 1.977

Mar 239,37 833 726,79 1.120 966,16 1.953

Tw I-2010 614,52 2.165 1.989,25 3.561 2.603,77 5.726

Apr 213,78 740 581,82 968 795,60 1.708

Mei 195,30 676 522,58 932 717,88 1.608

Jun 244,18 800 639,48 1.077 883,66 1.877

Tw II-2010 653,26 2.216 1.743,88 2.977 2.397,14 5.193

Jul 239,81 832 767,16 1.120 1.006,97 1.952

Agust 244,27 795 683,53 1.324 927,80 2.119

Sep 186,04 666 605,75 1.121 791,79 1.787

Tw III-2010 670,12 2.293 2.056,44 3.565 2.726,56 5.858

Pertumbuhan (YoY %) 66,58 65,92 31,18 19,63 38,41 34,30

Periode

FROM TO FROM + TO

Volume Volume Volume

5.2.2. RTGS (Real Time Gross Settlement)

Implementasi sistem BI_RTGS di Indonesia yang bermanfaat sebagai sarana penyelesaian

akhir transaksi pembayaran semakin menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Hal

ini dikarenakan BI-RTGS mempunyai keunggulan dalam kecepatan penyelesaian transaksi

(seketika) dan resiko settlement-nya dapat diperkecil. Perkembangan penyelesaian nominal

transaksi RTGS selama triwulan III-2010 (dari dan ke wilayah Sulawesi Utara) mencapai

Rp2.726,56 miliar atau mengalami peningkatan nilai sebesar 38,41% dibandingkan nilainya

di triwulan III-2009. Sejalan dengan jumlah nilainya yang mengalami peningkatan, volume

RTGS pada triwulan laporan juga mengalami kenaikan dari 4.362 transaksi di triwulan III-

2009 menjadi 5.858 transaksi pada triwulan III-2010, atau tumbuh sebesar 34,30% (yoy).

Tabel 5.3.

Perkembangan Traksaksi Melalui RTGS - Real Time Gross Settlement

Sumber : www.bi.go.id, diolah

Page 77: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

76

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 78: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

77

BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH &

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Seiring dengan membaiknya berbagai indikator makro ekonomi regional, perbankan, sistem

pembayaran dan fiskal pada triwulan III 2010, kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi

Utara diindikasikan terus menunjukan perbaikan. Tingkat Pengangguran di Sulawesi Utara

pada Februari 2010 menurun, yang tercermin dari nilai TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka)

sebesar 10,48%, merupakan angka terendah sejak tahun 2006. Jumlah penyerapan tenaga

kerja baru diperkirakan masih menunjukkan perkembangan positif pada triwulan laporan.

Berdasarkan jenis lapangan pekerjaan, pertanian masih menjadi sektor lapangan pekerjaan

utama, walaupun telah terjadi pergeseran ke sektor lainnya, terutama sektor perdagangan

dan sektor jasa.

Sejalan dengan itu, tingkat kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara juga diperkirakan akan

meningkat. Kondisi tersebut didasarkan atas beberapa indikator, diantaranya Indeks

Ekspektasi Penghasilan yang berada pada level optimis di periode laporan, dan penurunan

tingkat kemiskinan. NTP (Nilai Tukar Petani) pada triwulan laporan mengalami sedikit

penurunan karena peningkatan Indeks yang Dibayar Petani (IB) lebih besar dari peningkatan

Indeks yang Diterima Petani (IT).

6.1. KETENAGAKERJAAN

Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara, memasuki triwulan III 2010, diperkirakan masih

menunjukkan perkembangan yang positif. Tenaga kerja baru diperkirakan masih banyak

terserap oleh beberapa sektor di Sulut. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Bank

Indonesia, pelaku usaha masih menunjukkan tingkat optimisme peningkatan penggunaan

tenaga kerja. Hal ini ditunjukkan dengan nilai SBT SKDU yang masih bernilai positif sebesar

14,54%, lebih besar apabila dibandingkan dengan nilai SBT periode triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 11,67%.

Berdasarkan lapangan usahanya selama triwulan laporan, sektor pertanian melakukan

penambahan jumlah tenaga kerja seiring dengan berlangsungnya panen raya cengkih di

beberapa wilayah di Sulut. Kondisi serupa juga terjadi pada sektor PHR yang diperkirakan

Page 79: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

78

juga menyerap tenaga kerja pada triwulan III-2010 sebagai dampak berkembang pesatnya

sektor ini dan semakin dikenalnya Kota Manado sebagai kota tujuan pariwisata domestik

dan dunia, yang tercermin dari nilai SBT SKDU sebesar 4,88%.

Struktur ketenagakerjaan pada periode Februari 2010 tidak terlalu berbeda bila

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dari seluruh penduduk usia 15+,

jumlah angkatan kerja tercatat 1.074.256 orang (62,79%) masih lebih banyak

dibandingkan dengan jumlah bukan angkatan kerja sebanyak 636.668 orang. Jumlah

angkatan kerja ini menurun tipis sebesar 0,27% (yoy) atau sebanyak 2.899 orang

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Menurut komponen penyusunnya, apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun

sebelumnya, jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2010 juga mengalami sedikit

penurunan. Tercatat jumlah penduduk yang bekerja berjumlah 961.648 orang, menurun

0,10% (yoy) atau sebanyak 979 orang dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Seiring

dengan berkurangnya jumlah penduduk yang bekerja, jumlah orang yang mencari kerja pun

mengalami penurunan yaitu dari 114.528 orang pada Februari 2009 turun 1,68% (yoy)

menjadi 112.608 orang pada Februari 2010.

Menurunnya jumlah angkatan kerja selama periode Februari 2009 Februari 2010

mengakibatkan TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) di Provinsi Sulawesi Utara

mengalami sedikit penurunan dari 63,91% pada Februari 2009 menjadi 62,79% pada

Februari 2010. TPAK sebesar 62,79% tersebut dapat diartikan bahwa sekitar 62-63

penduduk Provinsi Sulawesi Utara aktif bekerja dan mencari pekerjaan dari sebanyak 100

orang penduduk yang termasuk ke dalam penduduk usia kerja. Sementara itu, TPT (Tingkat

Pengangguran Terbuka) pada Februari 2010 sebesar 10,48%, merupakan angka yang

terendah selama sejak Tahun 2006. Hal ini menunjukkan bahwa dari sekitar 100 orang

penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja hanya 10-11 orang yang menganggur,

selebihnya sudah mempunyai perkerjaan.

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan di Sulawesi Utara

Page 80: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

79

Komposisi penduduk Sulawesi Utara yang bekerja menurut sektor lapangan pekerjaan

utama relatif sama dibanding keadaan Februari 2009 maupun Agustus 2009. Sektor

pertanian (pertanian, perkebunan,kehutanan, perburuan, dan perikanan) masih merupakan

lapangan pekerjaan utama sebagian besar penduduk yang bekerja yaitu 332.981 orang

(34,63%). Namun demikian sektor ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 386.873 orang.

Secara umum bila dibandingkan dengan kondisi pada Februari 2009, seluruh sektor

terkecuali sektor pertanian dan angkutan, mengalami peningkatan jumlah tenaga kerja.

Data tersebut menggambarkan bahwa walaupun sektor pertanian paling banyak digeluti

oleh tenaga kerja di Sulawesi Utara, namun pangsanya terus menurun dan mengalami

pergeseran terutama ke sektor perdagangan, jasa dan angkutan. Pergeseran ini terjadi

terkait berkembang pesatnya sektor perdagangan ritel (PHR) dan jasa sebagai dampak

semakin dikenalnya Kota Manado sebagai kota tujuan pariwisata domestik dan dunia.

Tabel 6.2. Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja

Menurut Lapangan Pekerjaan di Sulawesi Utara

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

Grafik 6.1. Struktur Tenaga Kerja Menurut Sektor Ekonomi

di Sulawesi Utara

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

Tabel 6.3. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Status

Pekerjaan di Sulawesi Utara

Page 81: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

80

Berdasarkan statusnya, struktur pekerjaan penduduk pada bulan Februari 2010 mengalami

pergeseran. Jika pada periode-periode sebelumnya didominasi oleh berusaha sendiri, pada

Februari 2010 status pekerjaan penduduk yang mendominasi bergeser menjadi

buruh/karyawan/pegawai yaitu sebesar 322.315 orang (33,52%). Status pekerjaan

penduduk yang bekerja terkecil adalah kategori pekerjaan berusaha dibantu buruh tetap

buruh dibayar sebanyak 40.962 orang (4,26%). Status pekerjaan penduduk yang bekerja di

daerah perkotaan terbanyak adalah sebagai buruh/karyawan/pegawai sebesar 178.183

orang (47,42%) dan berusaha sendiri sebesar 95.417 orang (25,39%). Sedangkan untuk

daerah perdesaan, status pekerjaan penduduk yang bekerja sebagian besar adalah berusaha

sendiri yaitu sebesar 164.136 (28,02%) dan buruh/karyawan/pegawai sebesar 144.132

orang (24,60%).

6.2. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi

Utara diperkirakan meningkat di triwulan III tahun 2010. Hal ini terkonfirmasi dengan Indeks

Ekspektasi Penghasilan berdasarkan Survei Konsumen (SK) Kota Manado yang mengalami

sebesar 155.5 pada triwulan laporan, berada pada level optimis.

Secara khusus, kesejahteraan masyarakat petani juga mengalami peningkatan. Kondisi ini

tercermin dari rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Utara selama triwulan III-2010

sebesar 101,87, lebih tinggi dibandingkan NTP triwulan yang sama periode sebelumnya,

yang tercatat sebesar 101,54. Adapun kenaikan NTP terutama disebabkan karena

berlangsungnya musim panen cengkeh pada beberapa wilayah di Sulawesi Utara.

Tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara pada Maret 2010 kembali mengalami

penurunan yang tercatat sebesar 0,69% (yoy). Bila pada Maret 2009 jumlah penduduk

miskin Provinsi Sulawesi Utara sebesar 220 juta jiwa maka pada Maret 2010 telah turun

menjadi 206,72 juta jiwa. Penurunan angka kemiskinan pada tahun 2010 ini merupakan

lanjutan dari tren yang terjadi sejak tahun 2007 yang sejalan dengan tren perkembangan

tingkat kemiskinan Nasional. Secara umum, tingkat kemiskinan di Sulawesi Utara relatif

masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan tingkat kemiskinan secara nasional.

Page 82: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

81

Besar kecilnya jumlah penduduk miskin di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh Garis

Kemiskinan. Semakin tinggi Garis Kemiskinan, semakin banyak penduduk yang tergolong

sebagai penduduk miskin. Selama periode Maret 2009 Maret 2010, garis kemiskinan

meningkat sebesar Rp.9.562, yaitu dari Rp.184.772,- per kapita per bulan pada Maret

2009 menjadi Rp. 194.334,- per kapita per bulan pada Maret 2010. Walaupun terjadi

peningkatan nilai Garis Kemiskinan, faktanya tingkat kemiskinan mengalami penurunan. Hal

ini mengindikasikan bahwa tingkat pendapatan penduduk yang miskin pada tahun lalu

mengalami peningkatan dengan laju yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan Garis

Kemiskinan sehingga sebagian dari mereka (12.840 orang) mampu keluar dari kemiskinan.

Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis

Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa

Grafik 6.2. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Nasional dan Prov. Sulut

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

Grafik 6.3. Persebaran Penduduk Miskin Provinsi Sulut

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

Juli 06 Mar 07 Mar 08 Mar 09 Mar 10

Sulut 10.76 11.42 10.10 9.79 9.1

Nasional 16.90 16.58 15.42 14.15 13.33

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18%

Tabel 6.4. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah di Sulawesi Utara

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

Page 83: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

82

peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan

makanan (perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Pada bulan Maret 2009,

sumbangan GKM terhadap GK sebesar 77,67 persen, pada bulan Maret 2010, peranannya

sedikit mengalami penurunan menjadi 77,49 persen. Dengan kata lain peningkatan Garis

Kemiskinan dari Maret 2009 ke Maret 2010 lebih disebabkan karena kenaikan harga yang

lebih tinggi pada komoditi non makanan dibandingkan pada komoditi makanan.

Pada periode Maret 2009-Maret 2010, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks

Keparahan Kemiskinan (P2) ternyata mengalami perbaikan. Indeks Kedalaman Kemiskinan

menurun dari 1,55 pada Maret 2009 menjadi 1,14 pada Maret 2010. Sedangkan Indeks

Keparahan Kemiskinan turun dari 0,36 menjadi 0,24 pada periode yang sama . Nilai indeks

(P1) menunjukkan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk

miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin besar rata-rata

kesenjangan terhadap garis kemiskinan. Indeks ini sering digunakan sebagai dasar

penghitungan berapa subsidi yang diperlukan untuk mengentaskan penduduk miskin.

Sementara itu nilai indeks (P2) menunjukkan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk

miskin.Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara

penduduk miskin. Dengan penurunan pada indeks (P1) tersebut berarti selama periode

Maret 2009-Maret 2010 ada indikasi bahwa rata-rata jarak kedalaman kemampuan

konsumsi penduduk miskin semakin bergerak naik mendekati ke garis kemiskinan.

Sedangkan penurunan indeks (P2) menunjukkan bahwa variasi pengeluaran konsumsi

penduduk miskin semakin merata dan semakin kecil ketimpangannya.

Kedalaman kemiskinan di perdesaan dan perkotaan tidak signifikan berbeda terlihat dari

nilai indeks (P1) yang hampir sama yakni 1,16 berbanding 1,12. Sedangkan dari sisi

ketimpangan pengeluaran, penduduk miskin di perkotaan cenderung memiliki tingkat

Tabel 6.5. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan

Kemiskinan Menurut D erah di Sulawesi Utara

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Page 84: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

83

ketimpangan yang lebih tinggi dibandingkan penduduk miskin di perdesaan yang

ditunjukkan dari disparitas nilai indeks (P2) dimana di perdesaan 0,19 sedangkan di

perkotaan mencapai 0,30.

Page 85: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

84

BOKS 1.

ELASTISITAS KESEMPATAN KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

PROVINSI SULAWESI UTARA

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi utara pada kurun waktu 2007 2010 menunjukkan

perkembangan yang menggembirakan, hingga pada triwulanI II 2010 laju pertumbuhan

mencapai 7,04%. Sektor utama penopang pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara dalam kurun

waktu tersebut adalah sektor pertanian dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restauran (PHR).

Sementara itu, berdasarkan data BPS sebagian besar penduduk Sulawesi Utara bekerja di sektor

pertanian. Pangsa rata-rata penduduk yang bekerja di sektor pertanian dalam kurun waktu 2007

- 2010 tercatat mencapai 38,65% dari total angkatan kerja. Selain bekerja pada sektor pertanian,

penduduk Sulawesi Utara juga bekerja pada sektor PHR dan sektor pengangkutan dan

komunikasi dengan pangsa rata-rata sebesar 17,84% dan 10,81%.

Apabila dibandingkan antara rata-rata pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja dalam

kurun waktu 2007 sampai dengan 2010, maka dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan ekonomi

tidak selalu diikuti dengan perluasan kesempatan kerja.Hal ini terutama tercermin dari

pertumbuhan negatif rata-rata kesempatan kerja pada sektor pertanian dalam kurun waktu

2007-2010.

Share rata-rata jumlah tenaga kerja Prov. Sulawesi Utara th. 2007-2010

Pertumbuhan Rata-Rata Kesempatan Kerja dan PDRB Prov. Sulawesi Utara th. 2007-2010

Sumber : BPS Sulut, diolah Sumber : BPS Sulut, diolah

Page 86: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

85

Tingkat elastisitas rata-rata kesempatan kerja terhadap PDRB Provinsi Sulawesi Utara selama

kurun waktu 2007-2010 tercatat 0,36% (inelastis) yang berarti bahwa setiap kenaikan 1%

PDRB hanya dapat meningkatkan kesempatan kerja sebesar 0,36%. Berdasarkan sektor

ekonominya, elastisitas tertinggi terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian yaitu

sebesar 3,53%. Sementara itu, sektor utama penopang pertumbuhan PDRB Sulawesi Utara,

yakni sektor pertanian dan sektor PHR tercatat memiliki tingkat elastisitas rendah, yang

tercatat masing-masing sebesar 0,75% dan 0,78%. Hal ini diduga karena pertumbuhan

pada sektor ini tidak didukung oleh investasi yang bersifat padat karya dan banyak tenaga

kerja sektor pertanian beralih pada sektor lainnya.

Berbagai upaya kiranya dapat dilakukan oleh pemerintah daerah dalam rangka

meningkatkan daya saing daerah melalui berbagai kebijakan kondusif yang dapat

mendorong investasi dan pada akhirnya dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi yang

berkualitas.

Elastisitas Kesempatan Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Utara th. 2007-2010

Sumber : BPS Sulut, diolah

Page 87: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

86

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 88: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

87

Grafik 7.1. Perkembangan Realisasi dan Ekspektasi Kegiatan Dunia Usaha

Provinsi Sulawesi Utara

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha KBI Manado Triwulan I-1010

(40)

(30)

(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

60

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*

2008 2009 2010

Realisasi Kegiatan Usaha Perkiraan Kegiatan Usaha

BAB VII PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI & INFLASI

7.1. Prospek Ekonomi Makro

Perekonomian Sulawesi Utara diperkirakan akan terus mengalami akselerasi hingga triwulan

IV-2010. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada periode tersebut diperkirakan berada

pada kisaran 7,2% (yoy) ± 0,5%, melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-

2009 (7,96%) yang lebih banyak didorong oleh adanya multiplier effect perhelatan event

berskala internasional. Sumber laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan IV-

2010 diantaranya adalah meningkatnya belanja pemerintah menjelang akhir tahun

anggaran, berlangsungnya perayaan hari besar keagamaan ( Idul Adha,

dan Hari Natal) serta Tahun Baru 2011. Namun demikian, kondisi cuaca yang tidak kondusif

dimana musim penghujan relatif berlangsung secara terus menerus menjadi tantangan

tersendiri bagi perkembangan perekonomian Sulawesi Utara di triwulan IV-2010.

Optimisme pertumbuhan ekonomi pada

triwulan IV-2010 tercermin dari

perkiraan ekspektasi pelaku usaha yang

meningkat. Hasil Survei Kegiatan Dunia

Usaha (SKDU), yaitu pada indikator

ekspektasi kegiatan usaha yang

mengalami kenaikan dengan persentase

Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar

31,44%, lebih tinggi dari realisasi

kegiatan kegiatan usaha pada triwulan

IV-2009 dengan SBT sebesar 4,37%.

Dilihat dari sisi permintaan, kegiatan konsumsi dan ekspor masih mendominasi laju

pertumbuhan ekonomi Sulut. Konsumsi masyarakat diperkirakan akan mengalami

peningkatan, terkait dengan perayaan Idul Adha yang jatuh pada tanggal 17 November,

5 Desember 2010, Natal dan tahun baru. Peningkatan konsumsi

masyarakat juga didukung oleh naiknya daya beli masyarakat karena adanya pendapatan

atas hasil panen raya cengkih yang masih terus berlangsung hingga akhir Oktober 2010.

Page 89: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

88

40

60

80

100

120

140

160

180

200

J A S O N D J F

M A M

J J A S O N D J F

M A M

J J A S

2009 2010

Ekspektasi Konsumen Ekspektasi Penghasilan

Ekspektasi Ekonomi Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja

Semakin tinggi harga cengkih yang diterima oleh petani/pengumpul akan mendorong

peningkatan belanja konsumsi, pada tahap selanjutnya hal ini akan memberikan multiplier

effect terhadap sektor lainnya. Kondisi ini antara lain dapat dikonfirmasi melalui

peningkatan optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi 6 bulan mendatang

(termasuk tingkat penghasilan) tercermin dari kenaikan Indeks Ekspektasi Konsumen.

Sementara itu, kinerja ekspor pada triwulan IV-2010 diperkirakan akan membaik. Potensi

ekspor Sulawesi Utara yang utama adalah produk kelapa seperti minyak kelapa murni (virgin

coconut oil), dan produk turunannya diantaranya adalah tepung kelapa dan arang kelapa.

Produk pertanian lainnya yang potensial untuk diekspor adalah kopra, pala dan cengkih.

Saat ini, Sulawesi Utara sedang mengalami panen raya cengkih dengan estimasi hasil panen

mencapai 15.000 ton. Selain produk pertanian, komoditas yang menjadi andalan eskpor

lainnya adalah ikan, baik berupa ikan segar maupun ikan kaleng hasil pengolahan. Namun

demikian, peluang tersedianya pasar dan tingginya permintaan dari negara partner dagang

belum dapat dioptimalkan oleh perusahaan. Hal ini tidak terlepas dari kurangnya

ketersediaan bahan baku akibat semakin tingginya persaingan usaha yang sejenis di Sulut

serta adanya ketergantungan pada alam (cuaca) dalam penyediaan bahan baku.

Perkembangan komponen investasi diperkirakan akan lebih tinggi pada triwulan IV-2010,

hal ini terkait dengan semakin meningkatnya realisasi proyek-proyek fisik pemerintah

menjelang akhir tahun anggaran khususnya untuk proyek infrastruktur diantaranya

pembangunan jalan ring road 2 dan ring road 3, pembangunan jembatan lingkar barat

Bolaang Mongondow Selatan serta pembangunan sarana umum lainnya seperti

pembangunan fasilitas pariwisata dilahan seluas 15 hektar. Sedangkan dari pihak swasta,

Grafik 7.2. Indeks Ekspektasi Konsumen

Sumber : Manado Post, diolah

Sumber : Survei Konsumen Kota Manado

Page 90: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

89

indikator pertumbuhan investasi dapat dilihat dari rencana dan realisasi investasi khususnya

pada bidang pertambangan (tambang emas) di wilayah Minahasa Utara.

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2010 diperkirakan masih akan

ditopang oleh sektor-sektor dominan, seperti sektor PHR, bangunan, serta sektor

pengangkutan dan komunikasi. Relatif stabilnya pertumbuhan sektor PHR dan sektor

pengangkutan lebih ditopang oleh faktor musiman antara lain hari raya Natal dan tahun

baru 2011. Sebagai daerah tujuan wisata, pada musim liburan menjelang natal dan tahun

baru, load factor penumpang pesawat udara diperkirakan akan mengalami peningkatan,

selanjutnya akan mendorong kinerja sektor PHR yang salah satunya tercermin dari tingginya

tingkat hunian hotel. Kinerja sektor bangunan akan tumbuh sejalan dengan realisasi proyek

pemerintah yang terus berjalan menjelang akhir tahun anggaran. Sementara itu, kinerja

sektor pertanian juga relatif lebih baik, yang tercermin dari Angka Ramalan (ARAM) III-2010

untuk beras, jagung dan kedelai yang mengalami peningkatan produksi. Namun demikian,

yang perlu diwaspadai adalah keadaan cuaca yang kurang kondusif dapat berpotensi

mengahambat produktivitas sektor pertanian khususnya subsektor tanaman bahan

makanan (tabama).

Tabel 7.1. Produksi, Hasil Per Hektar dan Luas Panen Tanaman Padi dan palawija

di Provinsi Sulawesi Utara

Jenis Tanaman 2008 2009 ARAM

III-2010

Perubahan

2009-2010

(%)

Padi (Sawah+Ladang) 520.193 549.087 589.238 7,31

Jagung 466.061 450.989 493.317 9,39

Kedelai 7.217 7.667 9.064 18,22

Kacang Tanah 8.640 8.493 9.370 10,33

Kacang Hijau 2.381 2.680 2.195 (18,10)

Ubi Kayu 83.656 77.206 88.425 14,53

Ubi Jalar 42.152 53.121 51.846 (2,40)

Padi (Sawah+Ladang) 47,31 47,85 48,8 1,99

Jagung 35,36 35,69 36,58 2,49

Kedelai 13,81 13,57 13,26 (2,28)

Kacang Tanah 13,14 13,17 13,12 (0,38)

Kacang Hijau 13,29 12,62 12,73 0,87

Ubi Kayu 130,96 130,70 130,71 0,01

Ubi Jalar 98,65 97,83 97,95 0,12

Padi (Sawah+Ladang) 109.951 114.745 120.740 5,22

Jagung 131.791 126.349 134.856 6,73

Kedelai 5.227 5.652 6.836 20,95

Kacang Tanah 6.573 6.450 7.144 10,76

Kacang Hijau 1.791 2.123 1.724 (18,79)

Ubi Kayu 6.388 5.907 6.765 14,53

Ubi Jalar 4.273 5.430 5.293 (2,52)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Ku/Ha)

Luas Panen (Ha)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

Page 91: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

90

-1

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*

2009 2010

100

110

120

130

140

150

160

170

180

190

Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

2010

Ekspektasi Harga 3 bln yad Ekspektasi Harga 6 bln yad

Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara selama 2010

diperkirakan sebesar 7,07% ± 0,5% (yoy).

7.2. Prakiraan Inflasi

Laju inflasi Kota Manado pada triwulan IV-2010 atau inflasi tahun 2010 diperkirakan

sebesar 5,1% ± 0,5% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi pada periode yang sama tahun

lalu sebesar 2,31% (yoy). Meningkatnya tekanan inflasi pada triwulan IV-2010 terutama

disebabkan oleh tekanan eskternal dan interaksi permintaan dan penawaran yang relatif

tinggi serta hasil panen bahan makanan yang kurang maksimal.

Faktor fundamental diperkirakan akan menjadi faktor penyebab tingginya laju inflasi Kota

Manado pada triwulan IV-2010. Ekspektasi masyarakat diduga akan lebih tinggi menjelang

perayaan Idul Adha, hari raya natal, dan tahun baru 2011. Hal ini tercermin dari hasil

ekspektasi harga 3 bulan yang akan datang dalam Survei Konsumen sebesar 144 pada akhir

triwulan III-2010 menjadi 152 pada akhir triwulan IV-2010.

Grafik 7.3. Perkembangan dan Perkiraan Inflasi Kota Manado (% yoy)

Ket: *Proyeksi Inflasi Bank Indonesia Manado

Grafik 7.4. Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado

Dalam Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

Sumber : Survei Konsumen Kota Manado

Page 92: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

91

120

130

140

150

160

170

180

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

2010

Indeks Ketersediaan Barang & Jasa

Sejalan dengan ekspektasi masyarakat, interaksi permintaan dan penawaran menjelang

perayaan hari keagamaan tersebut akan semakin melambungkan harga. Selain itu, tekanan

eksternal berupa kenaikan harga emas internasional dan harga kedelai turut mendorong

tekanan harga kedepan. Sementara itu, penyebab inflasi yang bersumber dari faktor non

fundamental disebabkan oleh hasil panen tanaman bahan makanan yang tidak maksimal

karena terganggu oleh cuaca yang kurang kondusif.

Jika dilihat berdasarkan kelompoknya, kelompok bahan makanan, kelompok transpor dan

kelompok sandang diperkirakan akan mengalami tekanan inflasi yang cukup tinggi.

Melonjaknya permintaan komoditi daging yang biasa terjadi menjelang hari raya Idul Adha

dan Natal mengakibatkan kenaikan harga yang cukup tinggi. Tekanan harga gula

diperkirakan akan tetap tinggi, karena pasokan yang semakin menipis. Kondisi ini akan

semakin tidak terkendali jika pemerintah masih membatasi penggunaan gula rafinasi yang

hanya untuk kalangan industri. Selain itu, kondisi cuaca yang tidak menentu akan

berdampak terhadap hasil pertanian khususnya sayur-sayuran dan buah-buahan. Hal ini

berdampak terhadap berkurangnya pasokan komoditi-komoditi tersebut yang tercermin

dari indeks ketersediaan barang dan jasa pada Survei Konsumen yang turun dari indeks 172

pada akhir triwulan III-2010 menjadi 138 di akhir triwulan IV-2010.

Di samping faktor-faktor diatas, guna meminimalisir dampak ekspektasi masyarakat

terhadap tekanan inflasi, keberadaan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) sebagai

komitmen Bank Indonesia, Pemerintah Daerah Sulawesi Utara, perbankan dan pelaku

usaha, diharapkan dapat mengawal kestabilan inflasi daerah yang diwujudkan dalam

pelaksanaan Forum TPID guna membahas sumber dan potensi tekanan inflasi kedepan.

Grafik 7.5. Indeks Ketersediaan Barang dan Jasa

Sumber : Survei Konsumen Kota Manado

Page 93: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

92

120

125

130

135

140

145

150

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

2010

Tingkat Suku Bunga

7.3. Prospek Perbankan

Perkembangan berbagai indikator perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan IV-2010

diperkirakan masih cukup baik. Kebijakan Bank Indonesia untuk tetap mempertahankan

suku bunga acuannya (BI rate) sebesar 6,5% mendorong perbankan untuk lebih ekspansif

dalam melakukan pembiayaan yang didukung oleh kecenderungan menurunnya suku

bunga kredit. Sementara itu, jumlah Dana Pihak Ketiga yang berhasil dihimpun pada

triwulan mendatang diperkirakan akan mengalami peningkatan. Hal ini didorong oleh

potensi meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat seiring dengan realisasi hasil

penjualan panen raya cengkeh dan potensi membaiknya kinerja ekspor Sulawesi Utara.

Grafik 7.6. Indeks Ekspektasi Tingkat Suku Bunga (SBT)

Hasil rekapitulasi Rencana Bisnis Bank (RBB) 2010 menunjukkan bahwa perbankan Sulawesi

Utara optimis untuk terus meningkatkan penyaluran kreditnya hingga 25 30%, lebih

tinggi dibandingkan target penyaluran kredit secara nasional yang hanya berada pada

kisaran 17%. Tingkat suku bunga perbankan sampai dengan saat ini masih bergerak

dengan kisaran yang relatif terbatas. Penurunan BI Rate tidak langsung direspon oleh

perbankan dengan menurunkan tingkat suku bunganya. Sampai dengan September 2010,

tingkat suku bunga deposito tercatat sebesar 5,90%, mengalami tren penurunan terbatas

dibandingkan Agustus 2010 sebesar 5,93%. Sejalan dengan hal tersebut tingkat suku

bunga kredit pada September 2010 tercatat sebesar 15,68%, mengalami penurunan tipis

dari posisi bulan Agustus 2010 sebesar 15,74%. Perbankan diharapkan dapat lebih

menurunkan tingkat suku bunga kreditnya sehingga dapat mendorong pertumbuhan sektor

riil. Hal ini sesuai dengan ekspektasi konsumen yang mengharapkan adanya penurunan

tingkat suku bunga pada triwulan IV-2010.

Sumber : Survei Konsumen Kota Manado

Page 94: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

93

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan

hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu Mtm Month to Month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya. Qtq Quarter to Quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan

sebelumnya. Yoy Year on Year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1-100

Indeks Harga Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.

Indeks Kondisi Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100

Indeks Ekspektasi Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.

Dana Perimbangan

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli.

Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari permintaan.

Volatile Foods Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.

Administered Price

Salah satu disagregasi inflasi , yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur pemerintah.

M1 Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari uang kartal dan uang giral

M2 Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indicator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing).

Mo Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat dibank sentral.

Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum.

Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat masyarakat dibank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann penduduk dalam rupiah pada sistem moneter.

NIM Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar.

Page 95: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2010 - bi.go.id · ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta

94

NPLs Singkatan dari non performing loan disebut juga kredit bermasalah, dengan kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI.

Restrukturisasi kredit

Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan.

UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikri, Kecil Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar.

UYD

Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartalyang berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank.

Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum.

Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI.

Netflow Selisih antara outflow and inflow. PTTB Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik

uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalm kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.