kajian ekonomi regional jakarta - bi.go.id · 1 kajian ekonomi regional jakarta triwulan iv-2007...
TRANSCRIPT
1
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Kajian Ekonomi RegionalJakarta
Triwulan IV - 2007
2
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahuwata»ala yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Jakarta yang
secara rutin triwulanan dilakukan dapat diselesaikan. Buku kajian Ekonomi regionalberisi potret perkembangan ekonomi dan perbankan di Jakarta yang di era otonomi
daerah keberadaannya dirasakan semakin penting. Tujuan dari penyusunan buku
laporan triwulanan ini adalah untuk memberikan informasi kepada stakeholdertentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Jakarta, dengan harapan
informasi tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber referensi bagi pembuat
kebijakan, akademisi, masyarakat, dan pihak-pihak lainnya yang membutuhkandan memiliki perhatian terhadap perkembangan ekonomi di Jakarta.
Cakupan kajian di dalam buku KER cukup luas, yaitu meliputi kajian perkembangan
ekonomi regional, inflasi, perbankan, keuangan daerah, perkembangankesejahteraan dan outlook perekonomian satu triwulan ke depan. Berdasarkan
asesmen pada triwulan IV-2007, akselerasi pertumbuhan ekonomi Jakarta masih
berlanjut, inflasi mengalami relatif stabil, fungsi intermediasi perbankan masihtumbuh relatif lambat namun kegiatan lembaga keuangan non bank menunjukkan
perkembangan yang cukup tinggi. Sementara itu, kesejahteraan masyarakat
menunjukkan perbaikan, walaupun belum cukup signifikan.
Kami menyadari bahwa publikasi ini masih belum sempurna. Masih banyak hal
yang harus dilakukan untuk menyempurnakan dan meningkatkan kualitas kajian
buku ini. Untuk itu masukan dan terutama supply data terkini, serta kritik dansaran yang membangun sangat kami harapkan. Selanjutnya, pada kesempatan
ini kami juga mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan buku ini.
Jakarta, 30 Januari 2008
BIRO KEBIJAKAN MONETER
Hendar
Kata Pengantar
3
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Daftar Isi
halaman 5
halaman 13
halaman 13
halaman 23
halaman 37
halaman 37
halaman 38
halaman 44
halaman 49
halaman 50
halaman 56
halaman 58
halaman 58
halaman 59
halaman 62
halaman 65
halaman 66
halaman 67
halaman 69
halaman 73
halaman 73
halaman 76
halaman 77
halaman 78
halaman 79
RINGKASAN EKSEKUTIF
BAB I. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL
Sisi Permintaan
Sisi Penawaran
BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI JAKARTA
Inflasi Jakarta triwulan IV-2007
Inflasi Berdasarkan Kelompok
Inflasi Berdasarkan Inflasi Inti dan Non Inti (y-o-y)
BAB III. PERKEMBANGAN PERBANKAN
Intermediasi Perbankan
Resiko Kredit Perbankan
Resiko Likuiditas Perbankan
Resiko Pasar
Kredit UMKM (Lokasi Proyek)
Pasar Keuangan
BAB IV. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Transaksi RTGS
Transaksi Kliring
Transaksi Tunai
BAB V. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Ketenagakerjaan
Upah
Kemiskinan
Indeks Kesengsaraan
Indeks Pembangunan Manusia
4
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
BAB VI. KEUANGAN DAERAH
Perkembangan Realisasi APBD 2007
Prioritas Program Pembangunan
BAB VII. OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI
Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I-2008
Inflasi
BAB VIII. KESIMPULAN DAN USULAN TINDAK LANJUT
LAMPIRAN
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi :Biro Kebijakan MoneterBiro Kebijakan MoneterBiro Kebijakan MoneterBiro Kebijakan MoneterBiro Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan MoneterBank IndonesiaGedung Sjafruddin Prawiranegara Lt. 18Kompleks Bank IndonesiaJl MH Thamrin No. 2 JakartaPh. 021-381-8868, 381-8199Fax. 021-386-4929, 345-2489Email : BKM [email protected] site : www.bi.go.id
halaman 81
halaman 81
halaman 83
halaman 87
halaman 87
halaman 98
halaman 103
halaman 105
5
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Ringkasan Eksekutif
Beberapa indikator makro ekonomi regional di Jakarta menunjukkan perkembanganBeberapa indikator makro ekonomi regional di Jakarta menunjukkan perkembanganBeberapa indikator makro ekonomi regional di Jakarta menunjukkan perkembanganBeberapa indikator makro ekonomi regional di Jakarta menunjukkan perkembanganBeberapa indikator makro ekonomi regional di Jakarta menunjukkan perkembangan
yang membaik walaupun tingkat inflasi relatif masih cukup tinggiyang membaik walaupun tingkat inflasi relatif masih cukup tinggiyang membaik walaupun tingkat inflasi relatif masih cukup tinggiyang membaik walaupun tingkat inflasi relatif masih cukup tinggiyang membaik walaupun tingkat inflasi relatif masih cukup tinggi. Perbaikan beberapainidikator makro antara lain tercermin pada angka pertumbuhan ekonomiΩ;perkembangan indikator kesejahteraan; dan perkembangan kegiatan di sektorkeuangan baik bank maupun non bank yang masih menunjukkan trend yangmembaik. Akseleresi pertumbuhan ekonomi di Jakarta berlanjut di triwulan IV 2007.Perekonomian tumbuh lebih baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dantriwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Namun demikian kualitas pertumbuhanekonomi belum seperti yang diharapkan karena pertumbuhan ekonomi lebihdidorong oleh pertumbuhan konsumsi sementara investasi tumbuh relatif rendah.Hal ini juga tercermin di sisi penawaran, sektor yang tumbuh tinggi adalah sektoryang relatif padat modal sehingga penyerapan tenaga kerja terbatas dan kesenjanganpendapatan bahkan meningkat. Inflasi triwulanan masih cukup tinggi, namundemikian secara tahunan menurun antara lain karena lebih stabilnya inflasi inti,walaupun disisi lain inflasi non inti masih menghadapi tekanan. Kegiatan di sektorkeuangan, khususnya fungsi intermediasi perbankan menunjukkan perkembangandan kinerja yang masih membaik dan disertai dengan perkembangan yang membaikdi sisi sistem pembayaran non tunai. Sementara itu beberapa indikator kesejahteraanmengalami perbaikanΩ; antara lain adalah pengangguran menurunΩ; kemiskinanmenurunΩ; upah riil meningkat, walaupun untuk upah pekerja yang penghasilannyarelatif subsistem relatif masih terbatas.ΩSejalan dengan perkembangan positif di atasmaka indeks pembangunan manusia diperkirakan membaik.
Perkembangan Makro RegionalDari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi 2007 terutama didukung olehDari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi 2007 terutama didukung olehDari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi 2007 terutama didukung olehDari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi 2007 terutama didukung olehDari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi 2007 terutama didukung oleh
peningkatan konsumsi masyarakat dan indikasi adanya perbaikan di investasi,peningkatan konsumsi masyarakat dan indikasi adanya perbaikan di investasi,peningkatan konsumsi masyarakat dan indikasi adanya perbaikan di investasi,peningkatan konsumsi masyarakat dan indikasi adanya perbaikan di investasi,peningkatan konsumsi masyarakat dan indikasi adanya perbaikan di investasi,
sementara net ekspor impor diperkirakan tumbuh lambat.sementara net ekspor impor diperkirakan tumbuh lambat.sementara net ekspor impor diperkirakan tumbuh lambat.sementara net ekspor impor diperkirakan tumbuh lambat.sementara net ekspor impor diperkirakan tumbuh lambat. Pertumbuhan ekonomi
pada triwulan IV-2007 diperkirakan mencapai 6,5 % (y-o-y), relatif melambat
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, namun masih pada level yang tinggi.Konsumsi meningkat dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang membaik,
khususnya untuk golongan menengah ke atas dan ekspektasi masyarakat terhadap
perekonomian yang semakin baik serta didukung oleh pembiayaan yangmeningkat. Peningkatan konsumsi antara lain didukung oleh data prompt, hasil
6
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
survei, dan kenaikan upah. Beberapa prompt yang mendukung terutama adalah
peningkatan konsumsi barang tahan lama, seperti pembelian mobil, motor, barang
elektronik dan lainnya. Survei yang mengkonfirmasi adalah survei konsumen dansurvei penjualan eceran yang angka indeksnya meningkat. Sementara itu, kenaikan
upah riil tercermin pada hasil survei Human Resources Development Club dan
survei upah BPS.
Investasi swasta diperkirakan meningkat, namun demikian investasi pemerintahInvestasi swasta diperkirakan meningkat, namun demikian investasi pemerintahInvestasi swasta diperkirakan meningkat, namun demikian investasi pemerintahInvestasi swasta diperkirakan meningkat, namun demikian investasi pemerintahInvestasi swasta diperkirakan meningkat, namun demikian investasi pemerintah
daerah diperkirakan masih rendahdaerah diperkirakan masih rendahdaerah diperkirakan masih rendahdaerah diperkirakan masih rendahdaerah diperkirakan masih rendah. Faktor yang mempengaruhi peningkatan
investasi swasta adalah pertumbuhan ekonomi yang membaik sehingga insentif
pasar (domestik) meningkat dan didukung oleh tingkat suku bunga yang cenderungmenurun. Peningkatan investasi ditandai oleh peningkatan konsumsi semen,
penjualan truk dan alat berat; dan peningkatan impor barang modal. Dari sisi
pembiayaan, peningkatan investasi didukung oleh peningkatan kredit investasi,walaupun tumbuh relatif lambat; peningkatan pembiayaan yang berasal dari dana
internal perusahaan; dan peningkatan penghimpunan dana yang berasal dari IPO
saham dan obligasi di pasar modal. Sementara itu, ekspor tumbuh walaupunmelambat. Perlambatan pertumbuhan perdagangan luar negeri disebabkan oleh
permintaan dunia yang hanya meningkat normal dan disisi lain kompetisi pasarmeningkat. Sementara itu, impor baik dari negara lain maupun propinsi lain tumbuh
meningkat sejalan dengan meningkatnya permintaan domestik.
Respon sari sisi penawaran terhadap peningkatan permintaan tercermin padaRespon sari sisi penawaran terhadap peningkatan permintaan tercermin padaRespon sari sisi penawaran terhadap peningkatan permintaan tercermin padaRespon sari sisi penawaran terhadap peningkatan permintaan tercermin padaRespon sari sisi penawaran terhadap peningkatan permintaan tercermin pada
perkembangan beberapa sektor ekonomi utamaperkembangan beberapa sektor ekonomi utamaperkembangan beberapa sektor ekonomi utamaperkembangan beberapa sektor ekonomi utamaperkembangan beberapa sektor ekonomi utama. Sektor perdagangan, transportasidan komunikasi, bangunan dan jasa tumbuh membaik. Namun pertumbuhan
tersebut kurang dipicu oleh pertumbuhan investasi dan kurang didukung oleh
pertumbuhan di sektor ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja cukupsignifikan.
Sektor industri pertumbuhannya relatif masih rendah, peningkatan permintaanSektor industri pertumbuhannya relatif masih rendah, peningkatan permintaanSektor industri pertumbuhannya relatif masih rendah, peningkatan permintaanSektor industri pertumbuhannya relatif masih rendah, peningkatan permintaanSektor industri pertumbuhannya relatif masih rendah, peningkatan permintaan
domestik dan pasar ekspor yang relatif terbatas masih dapat dipenuhi dengandomestik dan pasar ekspor yang relatif terbatas masih dapat dipenuhi dengandomestik dan pasar ekspor yang relatif terbatas masih dapat dipenuhi dengandomestik dan pasar ekspor yang relatif terbatas masih dapat dipenuhi dengandomestik dan pasar ekspor yang relatif terbatas masih dapat dipenuhi dengan
penggunaan kapasitas.penggunaan kapasitas.penggunaan kapasitas.penggunaan kapasitas.penggunaan kapasitas. Beberapa prompt yang mendukung peningkatan produksi
antara lain adalah peningkatan indeks produksi beberapa kelompok industri yang
berlokasi di Jakarta, seperti industri kimia, industri makanan-minuman, industrilogam dasar dan mesin. Indikasi pertumbuhan di sektor industri yang belum terlalu
pesat juga tercermin pada peningkatan indeks produksi beberapa industri utama
di Jakarta, konsumsi listrik industri, dan impor bahan baku yang kesemuanyatumbuh masih dalam batas-batas yang relatif wajar.
7
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Sektor perdagangan-hotel-restoran meningkat dipengaruhi oleh peningkatanSektor perdagangan-hotel-restoran meningkat dipengaruhi oleh peningkatanSektor perdagangan-hotel-restoran meningkat dipengaruhi oleh peningkatanSektor perdagangan-hotel-restoran meningkat dipengaruhi oleh peningkatanSektor perdagangan-hotel-restoran meningkat dipengaruhi oleh peningkatan
pendapatan masyarakat (konsumsi).pendapatan masyarakat (konsumsi).pendapatan masyarakat (konsumsi).pendapatan masyarakat (konsumsi).pendapatan masyarakat (konsumsi). Pertumbuhan di sektor perdagangan
diindikasikan oleh beberapa prompt indikator seperti peningkatan arus bongkarmuat di pelabuhan Tanjung Priok dan jumlah kapal yang bersandar di pelabuhan
Jakarta International Container Terminal, serta peningkatan konsumsi listrik sektor
bisnis seperti mal, pasar, toko dan pusat bisnis lainnya. Sementara itu sub sektorhotel dan restoran meningkat ditandai oleh peningkatan tingkat hunian hotel dan
jumlah kunjungan wisatawan yang meningkat. Dari sisi survei, peningkatan di sub
sektor perdagangan tercermin pada indeks survei penjualan eceran yang trendnyameningkat. Selain itu, peningkatan di sektor perdagangan juga tercermin pada
peningkatan pembiayaan perbankan di sektor ini.
Sektor pengangkutan dan komunikasi sejalan dengan peningkatan pertumbuhanSektor pengangkutan dan komunikasi sejalan dengan peningkatan pertumbuhanSektor pengangkutan dan komunikasi sejalan dengan peningkatan pertumbuhanSektor pengangkutan dan komunikasi sejalan dengan peningkatan pertumbuhanSektor pengangkutan dan komunikasi sejalan dengan peningkatan pertumbuhan
ekonomi dan semakin bertambahnya fasilitas dan membaiknya pelayananekonomi dan semakin bertambahnya fasilitas dan membaiknya pelayananekonomi dan semakin bertambahnya fasilitas dan membaiknya pelayananekonomi dan semakin bertambahnya fasilitas dan membaiknya pelayananekonomi dan semakin bertambahnya fasilitas dan membaiknya pelayanan
meningkat.meningkat.meningkat.meningkat.meningkat. Armada angkutan darat, laut dan jalur lintasan kereta api bertambah
dan menjadi alternatif yang murah dan nyaman bagi pekerja, khususnya bagi
masyarakat di ibukota dan sekitarnya. Perkembangan ekonomi juga menyebabkanpenggunaan pesawat udara oleh masyarakat juga meningkat. Sementara itu, trend
peningkatan di sub sektor komunikasi masih tetap berlanjut, sebagaimana tercerminpada masih meningkatnya jumlah pelanggan telepon seluler.
Sektor keuangan dan persewaan dan jasa perusahaan tumbuh membaikSektor keuangan dan persewaan dan jasa perusahaan tumbuh membaikSektor keuangan dan persewaan dan jasa perusahaan tumbuh membaikSektor keuangan dan persewaan dan jasa perusahaan tumbuh membaikSektor keuangan dan persewaan dan jasa perusahaan tumbuh membaik. NTB
yang diperoleh oleh perbankan masih berada di level yang cukup tinggi; data
prompt indikator kegiatan perusahaan pembiayaan non bank menunjukkan trendyang meningkat; dan kinerja pasar modal yang walaupun sempat terganggu oleh
gejolak pasar keuangan internasional namun masih meningkat. Sementara itu,
penambahan pasokan ruang kantor ternyata juga diikuti dengan tingkat hunian(sewa) yang juga masih tinggi.
Perkembangan Inflasi RegionalPerkembangan inflasi Jakarta pada triwulan IV-2007 menunjukan perbaikanPerkembangan inflasi Jakarta pada triwulan IV-2007 menunjukan perbaikanPerkembangan inflasi Jakarta pada triwulan IV-2007 menunjukan perbaikanPerkembangan inflasi Jakarta pada triwulan IV-2007 menunjukan perbaikanPerkembangan inflasi Jakarta pada triwulan IV-2007 menunjukan perbaikan. Inflasi
triwulan (1,6%, q-t-q) turun dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya1,8% dan triwulan yang sama tahun 2006 (2,1%). Secara tahunan (y-o-y) inflasi
di Jakarta pada akhir bulan Desember 2007 sebesar 6,0% (y-o-y), lebih rendah
dibandingkan dengan inflasi tahunan akhir triwulan sebelumnya 6,5%. Faktoryang mempengaruhi relatif lebih terkendalinya harga antara lain adalah permintaan
yang relatif normal sementara tekanan yang berasal dari sisi penawaran berasal
dari bermacam- sumber, seperti kenaikan harga impor kedelai dan tepung terigu,
8
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
kenaikan harga emas di pasar internasional, gangguan pasokan pada beberapa
komoditas bahan makanan, dan kenaikan harga pada beberapa komoditas
administered prices seperti rokok.
Perkembangan Perbankan dan Pasar KeuanganPerkembangan kegiatan usaha perbankan dan kegiatan usaha lembaga keuanganPerkembangan kegiatan usaha perbankan dan kegiatan usaha lembaga keuanganPerkembangan kegiatan usaha perbankan dan kegiatan usaha lembaga keuanganPerkembangan kegiatan usaha perbankan dan kegiatan usaha lembaga keuanganPerkembangan kegiatan usaha perbankan dan kegiatan usaha lembaga keuangan
non bank di Jakarta sampai dengan akhir bulan November 2007 menunjukkannon bank di Jakarta sampai dengan akhir bulan November 2007 menunjukkannon bank di Jakarta sampai dengan akhir bulan November 2007 menunjukkannon bank di Jakarta sampai dengan akhir bulan November 2007 menunjukkannon bank di Jakarta sampai dengan akhir bulan November 2007 menunjukkan
perkembangan yang masih positif dengan trend yang meningkatperkembangan yang masih positif dengan trend yang meningkatperkembangan yang masih positif dengan trend yang meningkatperkembangan yang masih positif dengan trend yang meningkatperkembangan yang masih positif dengan trend yang meningkat. Kegiatan
penghimpunan dana masyarakat dan disisi lain penyaluran kredit oleh kantorbank yang berlokasi di Jakarta meningkat. Akselerasi pertumbuhan penghimpunan
dana melambat, namun demikian akselerasi pertumbuhan penyaluran kredit
meningkat cukup tinggi. Faktor yang mempengaruhi peningkatan penghimpunandana antara lain adalah peningkatan pendapatan sebagian masyarakat sehingga
simpanan individual meningkat, peningkatan simpanan perusahaan non keuangan
dan peningkatan simpanan lembaga keuangan bukan bank swasta. Sementaraitu faktor yang mempengaruhi peningkatan outstanding kredit antara lain adalah
perekonomian yang membaik sehingga kebutuhan pembiayaan dunia usaha danpembiayaan konsumsi masyarakat meningkat. Dengan perkembangan tersebut
maka rasio penyaluran kredit terhadap dana yang dihimpun bank (LDR) di Jakarta
meningkat dari 66,07% pada akhir September 2007 menjadi 69,35% pada akhirNovember 2007, dan di atas angka LDR Nasional 66,94%. Peningkatan kegiatan
intermediasi diikuti dengan performance kredit yang relatif lebih baik dibandingkan
dengan periode waktu yang sama pada tahun sebelumnya, sebagaimana tercerminpada penurunan NPLs Gross. Perkembangan performance kredit tersebut
dipengaruhi antara lain oleh berlanjutnya langkah-langkah restrukturisasi kredit
terhadap beberapa debitor besar dan penyaluran kredit yang lebih berhati-hati.Secara keseluruhan, resiko likuiditas dan resiko pasar masih dapat tertangani dengan
baik. Sementara itu, kegiatan usaha lembaga keuangan non bank, khususnya
pembiayaan konsumen juga menunjukkan peningkatan. Hal yang sama jugatercermin pada peningkatan aktifitas di pasar modal. Walaupun sempat
terpengaruh oleh gejolak pasar keuangan global karena kasus subprime mortgage
namun aktifitas di pasar modal kembali rebound.
Perkembangan Sistem PembayaranPerkembangan kegiatan sistem pembayaran di wilayah DKI Jakarta, baik non tunaiPerkembangan kegiatan sistem pembayaran di wilayah DKI Jakarta, baik non tunaiPerkembangan kegiatan sistem pembayaran di wilayah DKI Jakarta, baik non tunaiPerkembangan kegiatan sistem pembayaran di wilayah DKI Jakarta, baik non tunaiPerkembangan kegiatan sistem pembayaran di wilayah DKI Jakarta, baik non tunai
maupun tunai, pada triwulan IV-2007 berjalan relatif bervariasi namun masih dalammaupun tunai, pada triwulan IV-2007 berjalan relatif bervariasi namun masih dalammaupun tunai, pada triwulan IV-2007 berjalan relatif bervariasi namun masih dalammaupun tunai, pada triwulan IV-2007 berjalan relatif bervariasi namun masih dalammaupun tunai, pada triwulan IV-2007 berjalan relatif bervariasi namun masih dalam
9
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
batas-batas normalbatas-batas normalbatas-batas normalbatas-batas normalbatas-batas normal. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, transaksi
pembayaran non tunai dengan menggunakan sarana BI Real Time Gross Settlement
(RTGS) turun namun disisi lain transaksi yang menggunakan sarana kliringmenunjukkan jumlah dan nilai transaksi yang sedikit meningkat. Faktor yang
mempengaruhi penurunan transaksi RTGS antara lain adalah mulai berkurangnya
transaksi paska lebaran, peningkatan transaksi tunai dan tidak menutupkemungkinan juga dipengaruhi oleh jumlah hari kerja yang lebih pendek karena
banyaknya hari libur. Sementara itu, faktor yang mempengaruhi peningkatan
transaksi kliring antara lain adalah bertambah luasnya wilayah yang terhubungsistem kliring nasional dan juga karena diberlakukannya daftar hitam nasional
yang mampu meningkatkan efisiensi dan keamanan dalam bertransaksi. Data
menunjukkan bahwa dalam empat triwulan terakhir trend transaksi kliringmeningkat. Sementara itu, untuk transaksi tunai menunjukkan perkembangan
yang meningkat. Faktor yang mempengaruhi peningkatan transaksi tunai lebih
terkait dengan peningkatan transaksi kas masyarakat menyambut lebaran danjuga libur panjang. Pada triwulan laporan, temuan uang palsu diperkirakan juga
relatif rendah.
Perkembangan Kesejahteraan MasyarakatPertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi di tahun 2007 berdampak padaPertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi di tahun 2007 berdampak padaPertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi di tahun 2007 berdampak padaPertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi di tahun 2007 berdampak padaPertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi di tahun 2007 berdampak pada
perbaikan beberapa indikator kesejahteraan masyarakat di Jakarta, namun disisiperbaikan beberapa indikator kesejahteraan masyarakat di Jakarta, namun disisiperbaikan beberapa indikator kesejahteraan masyarakat di Jakarta, namun disisiperbaikan beberapa indikator kesejahteraan masyarakat di Jakarta, namun disisiperbaikan beberapa indikator kesejahteraan masyarakat di Jakarta, namun disisi
lain kesenjangan pendapatan meningkat. lain kesenjangan pendapatan meningkat. lain kesenjangan pendapatan meningkat. lain kesenjangan pendapatan meningkat. lain kesenjangan pendapatan meningkat. Indikator dimaksud antara lain adalah
ketenagakerjaan, angka kemiskinan, upah/gaji, angka indeks kesengsaraan (miseryindeks) dan kualitas hidup sebagaimana tercermin pada indeks pembangunan
manusia (IPM). Angka pengangguran di DKI menurun, dari 14,7% pada tahun
2006 menjadi 12,57% pada tahun 2007 meskipun masih lebih tinggi dibandingkandengan tingkat pengangguran nasional (9,11%). Tingkat kemiskinan sedikit
mengalami perbaikan, yaitu turun menjadi 4,19% dari total jumlah penduduk
dibandingkan dengan tahun sebelumya (4,30%) dan angkanya lebih rendahdibandingkan dengan angka kemiskinan nasional (16,6%). Faktor yang
mempengaruhi relatif membaiknya kedua indikator kesejahteraan di atas antara
lain adalah kinerja perekonomian Jakarta yang membaik. Namun demikian, darisisi kualitas masih belum optimal, yaitu pertumbuhan ekonomi lebih didorong
oleh konsumsi, disisi lain investasi tumbuh relatif lambat. Kualitas pertumbuhan
yang belum optimal ini berdampak pada meningkatnya kesenjangan pendapatansebagaimana tercermin pada peningkatan angka gini rasio dari 0,269 pada tahun
10
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
2005 menjadi 0,336 pada 2007 (Maret). Sementara itu, Indikator-indikator
kesejahteraan lain, seperti indeks kesengsaraan dan indeks pembangunan manusia
relatif membaik.
Perkembangan Keuangan DaerahAngka sementara realisasi APBD 2007 di sisi penerimaan maupun pengeluaranAngka sementara realisasi APBD 2007 di sisi penerimaan maupun pengeluaranAngka sementara realisasi APBD 2007 di sisi penerimaan maupun pengeluaranAngka sementara realisasi APBD 2007 di sisi penerimaan maupun pengeluaranAngka sementara realisasi APBD 2007 di sisi penerimaan maupun pengeluaran
lebih rendah dari yang dianggarkan. lebih rendah dari yang dianggarkan. lebih rendah dari yang dianggarkan. lebih rendah dari yang dianggarkan. lebih rendah dari yang dianggarkan. Realisasi penerimaan diperkirakan mencapai
92,2% dari total anggaran Rp 20,68 triliun. Pada pos pengeluaran realisasinya
diperkirakan lebih rendah (86,8%), namun lebih tinggi dibandingkan penyerapanpada tahun sebelumnya (85,64%). Lebih rendahnya perkiraan realisasi penerimaan
antara lain disebabkan oleh tidak tercapainya perolehan pajak dan retribusi, lebih
rendahnya realisasi dana hibah dari pemerintah pusat dan lebih rendahnyapenerimaan dana dari pengelolaan rumah sakit. Sementara itu faktor yang
mempengaruhi lambatnya penyerapan belanja antara lain adalah lambatnya
pengesahan RAPBD 2007 dan proses Pilkada (April - Agustus 2007) sehinggabelanja daerah, khususnya belanja modal agak terhambat. Sisa lebih anggaran
2007 diperkirakan mencapai Rp 1,0 - Rp 1,8 triliun dan akan dipakai untuk tahun2008.
Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan InflasiPada triwulan I-2008 pertumbuhan ekonomi Jakarta diperkirakan masih beradaPada triwulan I-2008 pertumbuhan ekonomi Jakarta diperkirakan masih beradaPada triwulan I-2008 pertumbuhan ekonomi Jakarta diperkirakan masih beradaPada triwulan I-2008 pertumbuhan ekonomi Jakarta diperkirakan masih beradaPada triwulan I-2008 pertumbuhan ekonomi Jakarta diperkirakan masih berada
pada level yang cukup tinggi, walaupun tumbuh melambat. pada level yang cukup tinggi, walaupun tumbuh melambat. pada level yang cukup tinggi, walaupun tumbuh melambat. pada level yang cukup tinggi, walaupun tumbuh melambat. pada level yang cukup tinggi, walaupun tumbuh melambat. Perekonomian
diperkirakan tumbuh pada kisaran angka 6,1 + 1%% (y-o-y), meningkatdibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya namun melambat
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Melambatnya pertumbuhan ekonomi
pada triwulan pertama dibandingkan triwulan sebelumnya disebabkan oleh relatifbelum tingginya kegiatan ekonomi pada awal tahun sebagai karakteristik dari
perekonomian Jakarta. Disamping itu juga tidak terlepas dari dampak
perekonomian global yang menunjukkan tanda-tanda perlambatan. Sektor-sektorekonomi yang tumbuh tinggi antara lain adalah sektor bangunan, perdagangan;
dan pengangkutan dan transportasi.
Inflasi regional Jakarta pada triwulan I-2008 diperkirakan lebih rendah dibandingkanInflasi regional Jakarta pada triwulan I-2008 diperkirakan lebih rendah dibandingkanInflasi regional Jakarta pada triwulan I-2008 diperkirakan lebih rendah dibandingkanInflasi regional Jakarta pada triwulan I-2008 diperkirakan lebih rendah dibandingkanInflasi regional Jakarta pada triwulan I-2008 diperkirakan lebih rendah dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. dengan triwulan sebelumnya. dengan triwulan sebelumnya. dengan triwulan sebelumnya. dengan triwulan sebelumnya. Secara triwulanan angka inflasi diperkirakan
mencapai 1,8% (q-t-q) dan secara tahunan 6,0% (y-o-y). Menurunnya angka inflasi
diperkirakan disebabkan oleh berkurangnya tekanan dari sisi permintaan, namundemikian dari sisi penawaran patut diwaspadai kemungkinan meningkatnya
11
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
tekanan inflasi yang disebabkan adanya gangguan pasokan pada beberapa
komoditas bahan makanan, kenaikan harga bahan baku makanan (kedelai, tepung
terigu (100%) dan mentega (30%)), dan kenaikan biaya produksi makanan jadiserta dampak ikutan dari kenaikan harga bahan makanan tersebut.
12
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
halaman ini sengaja dikosongkan
13
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
BAB I. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL
Trend pertumbuhan ekonomi Jakarta masih tetap berlanjut. Pada triwulan IV 2007,perekonomian diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,5% (y-o-y), sedikit lebih rendahdibandingkan dengan pertumbuhan triwulan III-2007 sebesar 6,7%. Dari sisipermintaan, pertumbuhan ekonomi didorong oleh peningkatan konsumsi dansedikit mulai membaiknya investasi. Faktor yang mempengaruhi peningkatankonsumsi antara lain adalah daya beli masyarakat yang membaik, ekspektasi positifkonsumen terhadap perekonomian dan dukungan pembiayaan yang meningkat.Investasi sedikit membaik terutama dipengaruhi oleh ekspektasi positif dunia usahaterhadap kondisi perekonomian, pasar domestik yang sedikit membaik, dan peranpemerintah yang semakin positif. Ekspor diperkirakan tumbuh relatif lebih rendah,namun impor relatif stabil. Sementara itu, respon di sisi penawaran tercerminpada membaiknya pertumbuhan di sektor-sektor andalan yaitu perdagangan,keuangan, jasa-jasa, dan transportasi dan komunikasi. Respon di sektor industriyang masih terbatas tercermin pada penggunaan kapasitas produksi yang sedikitmenurun. Untuk keseluruhan tahun 2007 perekonomian Jakarta diperkirakan akantumbuh pada kisaran 6,4%. Walaupun, tumbuh relatif tinggi namun kualitaspertumbuhan ekonomi masih belum optimal, investasi tumbuh rendah dan di sisisektoral sektor-sektor ekonomi yang tumbuh adalah sektor yang padat modal.
A. SISI PERMINTAANPerekonomian Jakarta ada triwulan IV 2007 diperkirakan tumbuh sekitar 6,5%,Perekonomian Jakarta ada triwulan IV 2007 diperkirakan tumbuh sekitar 6,5%,Perekonomian Jakarta ada triwulan IV 2007 diperkirakan tumbuh sekitar 6,5%,Perekonomian Jakarta ada triwulan IV 2007 diperkirakan tumbuh sekitar 6,5%,Perekonomian Jakarta ada triwulan IV 2007 diperkirakan tumbuh sekitar 6,5%,
sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, 6,7% (Tabel I. 1)sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, 6,7% (Tabel I. 1)sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, 6,7% (Tabel I. 1)sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, 6,7% (Tabel I. 1)sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, 6,7% (Tabel I. 1).
Konsumsi masih tumbuh cukup tinggi, investasi mulai membaik. Namun demikian
kegiatan ekspor impor relatif hampir sama, sehingga net ekspor relatif rendah.
Tabel I.1 Pertumbuhan Ekonomi Jakarta (% y-o-y)
DKI Q4-2006 2006 Q1-2007 Q2-2007* Q3-2007* Q4-2007p 2007p
Konsumsi 6,5 5,8 7,4 7,9 9,3 9,2 8,4
Investasi 4,8 4,6 4,7 3,7 7,1 7,2 5,7
Ekspor 9,1 8,5 3,3 0,2 9,0 8,2 5,2
Impor 9,2 8,6 10,4 12,6 12,4 12,5 12,0
P D R BP D R BP D R BP D R BP D R B 6,46,46,46,46,4 5,95,95,95,95,9 5,95,95,95,95,9 6,46,46,46,46,4 6,76,76,76,76,7 6,56,56,56,56,5 6,46,46,46,46,4
p proyeksi BI* angka sementara
14
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
1. KonsumsiPada triwulan IV 2007, konsumsi diperkirakan tumbuh sedikit melambatPada triwulan IV 2007, konsumsi diperkirakan tumbuh sedikit melambatPada triwulan IV 2007, konsumsi diperkirakan tumbuh sedikit melambatPada triwulan IV 2007, konsumsi diperkirakan tumbuh sedikit melambatPada triwulan IV 2007, konsumsi diperkirakan tumbuh sedikit melambat
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 9,3%, namun masih pada level yangdibandingkan dengan triwulan sebelumnya 9,3%, namun masih pada level yangdibandingkan dengan triwulan sebelumnya 9,3%, namun masih pada level yangdibandingkan dengan triwulan sebelumnya 9,3%, namun masih pada level yangdibandingkan dengan triwulan sebelumnya 9,3%, namun masih pada level yang
tinggi (9,2%). tinggi (9,2%). tinggi (9,2%). tinggi (9,2%). tinggi (9,2%). Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan konsumsi antara lainadalah daya beli masyarakat yang relatif masih baik, ekspektasi positif konsumen
terhadap kondisi perekonomian, dan peningkatan dukungan pembiayaan baik
dari bank maupun non bank. Peningkatan konsumsi didukung pula oleh indikator-indikator konsumsi seperti prompt indikator konsumsi beberapa barang tahan
lama, hasil survei konsumen, survei penjualan eceran, informasi anekdotal dan
pembiayaan konsumsi swasta yang trend-nya meningkat. Sementara itu, konsumsipemerintah daerah hingga akhir bulan Desember realisasinya diperkirakan masih
seperti pola tahun sebelumnya.
Peningkatan konsumsi barang non makanan tidak hanya tercermin pada konsumsiPeningkatan konsumsi barang non makanan tidak hanya tercermin pada konsumsiPeningkatan konsumsi barang non makanan tidak hanya tercermin pada konsumsiPeningkatan konsumsi barang non makanan tidak hanya tercermin pada konsumsiPeningkatan konsumsi barang non makanan tidak hanya tercermin pada konsumsi
barang tahan lama tetapi juga konsumsi non makanan yang lain.barang tahan lama tetapi juga konsumsi non makanan yang lain.barang tahan lama tetapi juga konsumsi non makanan yang lain.barang tahan lama tetapi juga konsumsi non makanan yang lain.barang tahan lama tetapi juga konsumsi non makanan yang lain. Prompt konsumsidimaksud antara lain tercermin pada peningkatan pendaftaran mobil dan motor
Grafik I.1Pendaftaran Mobil di Jakarta
Grafik I.2Pendaftaran Motor di Jakarta
%
2
3
4
5
6
7
8
9
10%
2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
-60-50-40-30-20-10010203040
g.PDRB Konsumsi Jktg.Sedan,Jeep,Minibus,B.Wagon,Delvan (rhs)
% %
2
3
4
5
6
7
8
9
10g.PDRB Konsumsi Jktg.Motor(rhs)
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
Grafik I.3Pertumbuhan Penjualan Elektronik
Grafik I.4Konsumsi Semen Jakarta
% (YoY)
4
5
6
7
8
9
10
2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
% (YoY)
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50g.PDRB Konsumsi Jktg_Penjualan Elektronik (rhs)
% %
0123456789
2005 2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
-60
-40
-20
0
20
40
60
80g.PDRB Konsumsi Jktg.Semen Jkt(rhs)
15
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Grafik I.5Konsumsi Listrik Rumah Tangga
Grafik I.6Konsumsi BBM Rumah Tangga
yang tercatat di Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda), peningkatan penjualan
barang elektronik, peningkatan konsumsi semen, konsumsi BBM dan peningkatankonsumsi listrik rumah tangga (Grafik I. 1 √ 6).
Pertumbuhan konsumsi yang masih relatif tinggi juga tercermin padaPertumbuhan konsumsi yang masih relatif tinggi juga tercermin padaPertumbuhan konsumsi yang masih relatif tinggi juga tercermin padaPertumbuhan konsumsi yang masih relatif tinggi juga tercermin padaPertumbuhan konsumsi yang masih relatif tinggi juga tercermin pada
perkembangan indeks survei konsumen dan indeks survei penjual eceran. perkembangan indeks survei konsumen dan indeks survei penjual eceran. perkembangan indeks survei konsumen dan indeks survei penjual eceran. perkembangan indeks survei konsumen dan indeks survei penjual eceran. perkembangan indeks survei konsumen dan indeks survei penjual eceran. Indekskeyakinan konsumen, indeks yang mencerminkan keyakinan konsumen terhadap
kondisi perekonomian saat ini walaupun menurun, namun masih pada level yang
tinggi. Demikian pula pada indeks survei penjualan eceran walaupun trend-nyamelambat, namun masih tumbuh positif dan lebih tinggi dari tahun lalu, terutama
untuk produk-produk barang tahan lama (Grafik 1.7 √ 10).
Dari sisi daya beli, beberapa indikator dan hasil survei mencerminkan daya beliDari sisi daya beli, beberapa indikator dan hasil survei mencerminkan daya beliDari sisi daya beli, beberapa indikator dan hasil survei mencerminkan daya beliDari sisi daya beli, beberapa indikator dan hasil survei mencerminkan daya beliDari sisi daya beli, beberapa indikator dan hasil survei mencerminkan daya beli
masyarakat yang relatif konstan pada level yang lebih baik dari tahun sebelumnya.masyarakat yang relatif konstan pada level yang lebih baik dari tahun sebelumnya.masyarakat yang relatif konstan pada level yang lebih baik dari tahun sebelumnya.masyarakat yang relatif konstan pada level yang lebih baik dari tahun sebelumnya.masyarakat yang relatif konstan pada level yang lebih baik dari tahun sebelumnya.
Indikator dimaksud adalah upah buruh informal, kenaikan UMP dan kenaikan
pada berbagai level jabatan. Survei Human Resources Development Club (HRD
%,y-o-y %,y-o-y
0123456789
-5
0
5
10
15
20
25
30
2006 20073 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
g.PDRB Konsumsi Jktg.Kons Listrik RT (rhs)
% (YoY) % (YoY)
44,5
55,5
66,5
77,5
88,5
9
-15
-10
-5
0
5
10
15
2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
g.PDRB Konsumsi Jktg.Kons Premium (rhs)
Grafik I.7Survei Konsumen √ BI
Grafik I.8Keyakinan Konsumen Saat ini
% %
0123456789
2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40g.PDRB Konsumsi Jktg.Indeks Keyakinan Konsumen (rhs)
% %
0123456789
2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
-100
-50
0
50
100
150
200
250g.PDRB Konsumsi Jktg.Penghasilan saat ini (rhs)g. Pembelian durable goods (rhs)g.Ketersediaan Lap. Kerja (rhs)
16
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Club), menunjukkan bahwa kenaikan gaji manajerial pada tahun 2007 mendekatiangka 15% (Grafik 1.11 -12). Survei konsumen menunjukkan bahwa penghasilan
saat ini sebagian besar responden relatif konstan perkembangannya. Kenaikan
konsumsi di Jakarta juga tidak terlepas dari tingginya kelompok masyarakat yangberpenghasilan di atas 2 juga ke atas (+ 29%), yaitu sesuai hasil survei AC Nielsen.
Grafik I.11Pertumbuhan Upah Berdasarkan Golongan
Grafik I.12Kenaikan Base Salary
Grafik I.9Ekspektasi Konsumen
Grafik I.10Survei Penjualan Eceran
% %
0123456789
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
g.PDRB Konsumsi Jktg.Ekspektasi Penghasilan (rhs)g.Ekspektasi Kondisi Ekonomi (rhs)g.Ekspektasi Lap. Kerja (rhs)
%
0123456789
2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
%
-100
-50
0
50
100
150g.PDRB Konsumsi Jkt (lhs)g.Bhn konstruksig.Kend & sk cadg.Pakaian
2006 2007
(%)
0
5
10
15
20
25
30
Pesuruh Klerek ManajemenYunior
ManajemenMenengah
ManajemenSenior
Keseluruhan
(%)
0
10
20
30
40Base Salary
15,012,2
25,7
20,416,9 16,4 17,2
13,09,7
13,813,0
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Grafik I.13Upah Buruh Informal
Grafik I.14Perkembangan UMP
%
0123456789
2005 2006 200711121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
%
-12
-10
-8
-6
-4
-2
0
2
4g_Konsumsi_Jkt (lhs)g.Upah Buruh Bangunang.Upah Potong Rambutg.Upah Pembantu Rumah Tangga
Rp
DKI (Rp)
400.000
500.000
600.000
700.000
800.000
900.000
1.000.000
1.100.000
2004 2005 2006 2007 2008 671.550 711.843 819.100 900.560 972.605
17
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Tabel I. 2 Strata Penghasilan
Strata Penghasilan (Rp ribu) Jakarta (%)
A1 > 3.000 13
A2 2.000 - 3.000 16
B 1.500 - 2.000 20
C1 1.000 - 1.500 25
C2 700 - 1.000 18
D 500 - 700 4
E < 500 3
Sumber : AC Nielsen, 2007
Masih tingginya konsumsi di triwulan IV 2007 tidak terlepas dari tingginyaMasih tingginya konsumsi di triwulan IV 2007 tidak terlepas dari tingginyaMasih tingginya konsumsi di triwulan IV 2007 tidak terlepas dari tingginyaMasih tingginya konsumsi di triwulan IV 2007 tidak terlepas dari tingginyaMasih tingginya konsumsi di triwulan IV 2007 tidak terlepas dari tingginya
dukungan pembiayaan baik bank maupun non bank.dukungan pembiayaan baik bank maupun non bank.dukungan pembiayaan baik bank maupun non bank.dukungan pembiayaan baik bank maupun non bank.dukungan pembiayaan baik bank maupun non bank. Peningkatan daya beli
masyarakat dan juga suku bunga yang turun mendorong bank dan lembaga
pembiayaan lainnya meningkatkan alokasi untuk pembiayaan konsumen.Outstanding kredit konsumsi bank di Jakarta pada bulan November 2007 tumbuh
22,9% (y-o-y). Sementara itu, jumlah pembiayaan konsumen oleh lembaga
keuangan non bank meningkat tinggi (29,5%), terutama dalam bentuk pembiayaanleasing (31,7%) dan pembiayaan konsumen (29,1%) (Grafik 1. 15 √ 16).
Grafik I.15Kenaikan Kredit Konsumsi
Grafik I.16Pembiayaan LKNB
% %
3
4
5
6
7
8
9
0
10
20
30
40
50
60
2005 2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112
g.PDRB Konsumsi Jktg.kredit konsumsi (rhs)
% %
0123456789
10
2005 2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112
-20
0
20
40
60
80
100g.PDRB Konsumsi Jkt (lhs)g.Total Pembiayaang.Leasingg.Pembiayaan Konsumen
2. InvestasiPada triwulan IV-2007, investasi diperkirakan tumbuh sebesar 7,2%, sedikitPada triwulan IV-2007, investasi diperkirakan tumbuh sebesar 7,2%, sedikitPada triwulan IV-2007, investasi diperkirakan tumbuh sebesar 7,2%, sedikitPada triwulan IV-2007, investasi diperkirakan tumbuh sebesar 7,2%, sedikitPada triwulan IV-2007, investasi diperkirakan tumbuh sebesar 7,2%, sedikit
meningkat dibandingkan triwulan III 2007 (7,1%).meningkat dibandingkan triwulan III 2007 (7,1%).meningkat dibandingkan triwulan III 2007 (7,1%).meningkat dibandingkan triwulan III 2007 (7,1%).meningkat dibandingkan triwulan III 2007 (7,1%). Faktor yang mempengaruhi
peningkatan investasi antara lain adalah membaiknya ekspektasi dunia usahaterhadap prospek perekonomian (pasar domestik yang menguat) dan juga
keyakinan dunia usaha terhadap upaya-upaya Pemerintah dan Pemda dalam
18
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
memperbaiki iklim berusaha. Upaya pemerintah daerah untuk secara pro aktif
melakukan perbaikan iklim investasi, antara lain tercermin pada upaya pembukaan
kantor pelayanan satu atap yang ditujukan untuk memberikan kemudahanpenyelesaian ijin dunia usaha dan sekaligus upaya-upaya lain untuk mengurangi
ekonomi biaya tinggi.
Peningkatan kegiatan investasi di triwulan IV-2007 tercermin pada perkembanganPeningkatan kegiatan investasi di triwulan IV-2007 tercermin pada perkembanganPeningkatan kegiatan investasi di triwulan IV-2007 tercermin pada perkembanganPeningkatan kegiatan investasi di triwulan IV-2007 tercermin pada perkembanganPeningkatan kegiatan investasi di triwulan IV-2007 tercermin pada perkembangan
beberapa data prompt investasi, hasil survei dan pembiayaan yang meningkat.beberapa data prompt investasi, hasil survei dan pembiayaan yang meningkat.beberapa data prompt investasi, hasil survei dan pembiayaan yang meningkat.beberapa data prompt investasi, hasil survei dan pembiayaan yang meningkat.beberapa data prompt investasi, hasil survei dan pembiayaan yang meningkat.Beberapa prompt indikator yang mendukung adanya peningkatan investasi antara
lain adalah peningkatan konsumsi semen, peningkatan pendaftaran truk dan alat
berat, dan peningkatan impor barang modal (Grafik I. 18 √ 21). Peningkatankonsumsi semen, peningkatan pendaftaran truk dan alat berat memberikan
gambaran bahwa investasi, khususnya di sektor bangunan masih tumbuh cukup
tinggi. Sementara itu, kenaikan impor barang modal, terutama mesin danperalatannya memberikan gambaran bahwa investasi non bangunan, sebagai
bagian dari respon di sisi sektoral (khususnya disektor industri) terhadap
peningkatan konsumsi diperkirakan juga meningkat.
Grafik I.17Konsumsi Semen Jakarta
Grafik I.18Pendaftaran Truk dan Alat Berat
% %
0
2
4
6
8
10
12
2005 2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112
-60
-40
-20
0
20
40
60
80g.PDRB Investasi Jktg.Semen Jkt(rhs)
% %
2
3
4
5
6
7
8
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100g.PDRB Investasi Jktg_Pick Up,Truk,Alat Berat,Truk Tanki (rhs)
2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
Grafik I.19Nilai Impor Barang Modal
Grafik I.20Impor Barang Modal Utama Terimbang
% %
0
2
4
6
8
10
12
2005 2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112
-150
-100
-50
0
50
100
150g.PDRB Investasi Jktg.Nilai Impor Brg Barang Modal (rhs)
y-o-y (%)
-80-60-40-20
020406080
100120140
2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011
Machinery & Transport EqpPower GeneratingTelecommunicationParticels Industries
19
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Dari sisi survei, perbaikan investasi tercermin dari membaiknya indeks ekspektasiDari sisi survei, perbaikan investasi tercermin dari membaiknya indeks ekspektasiDari sisi survei, perbaikan investasi tercermin dari membaiknya indeks ekspektasiDari sisi survei, perbaikan investasi tercermin dari membaiknya indeks ekspektasiDari sisi survei, perbaikan investasi tercermin dari membaiknya indeks ekspektasi
dunia usaha terhadap kegiatan dunia usaha dan situasi bisnis. dunia usaha terhadap kegiatan dunia usaha dan situasi bisnis. dunia usaha terhadap kegiatan dunia usaha dan situasi bisnis. dunia usaha terhadap kegiatan dunia usaha dan situasi bisnis. dunia usaha terhadap kegiatan dunia usaha dan situasi bisnis. Indeks Saldo Bersih
Tertimbang kedua komponen survey kegiatan dunia usaha tersebut menunjukkantrend yang meningkat, yang mencerminkan optimisme dunia usaha di triwulan IV
2007 meningkat. Survei lain yang mendukung adalah peningkatan penjualan bahan
konstruksi survei penjualan eceran yang trend-nya terus meningkat. Hasil surveiini memberikan dukungan gambaran bahwa kegiatan investasi, terutama investasi
bangunan masih tumbuh tinggi.
Grafik I.21Ekspektasi Kegiatan Usaha
Grafik I.22Ekspektasi Situasi Bisnis
Sumber : SKDU Jakarta
Indeks SBT
0
10
20
30
40
50
60
Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2005 2006 2007
Ekspektasi Kegiatan Dunia UsahaSituasi Kegiatan Dunia Usaha
Sumber : SKDU Jakarta
Indeks SBT
5
15
25
35
45
55 Ekspektasi Situasi BisnisSituasi Bisnis
Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2005 2006 2007
Grafik I.23Survei Penjualan Eceran
Grafik I.24Realisasi Belanja Pemerintah
% %
0
1
2
3
4
5
6
7
8
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
g.PDRB Investasi Jkt (lhs)g.Bhn konstruksi
* perkiraan Bank Indonesia
%
50556065707580859095
100
RealisasiTw IV 2005
RealisasiTw IV 2006
RealisasiTw IV 2007*
Belanja Administrasi dan OpsBelanja Modal
Dari sisi pembiayaan, peningkatan investasi antara lain tercermin padaDari sisi pembiayaan, peningkatan investasi antara lain tercermin padaDari sisi pembiayaan, peningkatan investasi antara lain tercermin padaDari sisi pembiayaan, peningkatan investasi antara lain tercermin padaDari sisi pembiayaan, peningkatan investasi antara lain tercermin pada
peningkatan peningkatan peningkatan peningkatan peningkatan outstandingoutstandingoutstandingoutstandingoutstanding kredit investasi, peningkatan pembiayaan yang kredit investasi, peningkatan pembiayaan yang kredit investasi, peningkatan pembiayaan yang kredit investasi, peningkatan pembiayaan yang kredit investasi, peningkatan pembiayaan yang
bersumber dari dana internal, dan peningkatan pembiayaan yang berasal daribersumber dari dana internal, dan peningkatan pembiayaan yang berasal daribersumber dari dana internal, dan peningkatan pembiayaan yang berasal daribersumber dari dana internal, dan peningkatan pembiayaan yang berasal daribersumber dari dana internal, dan peningkatan pembiayaan yang berasal dari
pasar modal.pasar modal.pasar modal.pasar modal.pasar modal. Pembiayaan investasi yang berasal dari bank tumbuh relatif lambat,
namun trend-nya meningkat. Kredit untuk membiayai investasi yang berlokasi
20
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
di Jakarta tumbuh 9,73%. Pembiayaan investasi yang berasal dari dana
perusahaan sendiri diperkirakan meningkat searah dengan mulai membaiknya
kinerja perusahaan-perusahaan publik dan insentif di pasar domestik yangmembaik. Pembiayaan investasi yang berasal dari pasar modal juga meningkat
sebagaimana tercermin dari peningkatan jumlah dana hasil IPO dan penjualan
obligasi baru. Sampai dengan akhir bulan September 2007 ini tercatat IPO sahamsebesar Rp 21,0 triliun dan obligasi baru sebesar Rp 27,2 triliun. Sementara itu
pembiayaan investasi yang berasal dari pemerintah daerah relatif belum optimal.
Belanja modal APBD DKI Jakarta sampai dengan akhir bulan Desemberdiperkirakan terealisasi 82%.
Grafik I.25Kredit Investasi
Grafik I.26IPO Saham dan Obligasi
Penyelesaian beberapa proyek infrastruktur di Jakarta bervariasi, sebagian proyekPenyelesaian beberapa proyek infrastruktur di Jakarta bervariasi, sebagian proyekPenyelesaian beberapa proyek infrastruktur di Jakarta bervariasi, sebagian proyekPenyelesaian beberapa proyek infrastruktur di Jakarta bervariasi, sebagian proyekPenyelesaian beberapa proyek infrastruktur di Jakarta bervariasi, sebagian proyek
dapat berjalan relatif lancar, namun sebagian lainnya relatif lambat, antara laindapat berjalan relatif lancar, namun sebagian lainnya relatif lambat, antara laindapat berjalan relatif lancar, namun sebagian lainnya relatif lambat, antara laindapat berjalan relatif lancar, namun sebagian lainnya relatif lambat, antara laindapat berjalan relatif lancar, namun sebagian lainnya relatif lambat, antara lain
karena terkendala permasalahan teknis. karena terkendala permasalahan teknis. karena terkendala permasalahan teknis. karena terkendala permasalahan teknis. karena terkendala permasalahan teknis. Proyek-proyek yang berjalan relatif lancarantara lain adalah penyelesaian beberapa proyek underpass dan fly over dan
kegiatan lanjutan pembebasan lahan banjir kanal timur walupun relatif lambat.Sementara itu, proyek-proyek yang masih berkutat pada permasalahan teknis,antara ain adalah monorail dan beberapa rencana pembangunan proyek jalan tol.
3. Perdagangan Luar NegeriEkspor dari Jakarta pada triwulan IV-2007 diperkirakan tumbuh relatif melambatEkspor dari Jakarta pada triwulan IV-2007 diperkirakan tumbuh relatif melambatEkspor dari Jakarta pada triwulan IV-2007 diperkirakan tumbuh relatif melambatEkspor dari Jakarta pada triwulan IV-2007 diperkirakan tumbuh relatif melambatEkspor dari Jakarta pada triwulan IV-2007 diperkirakan tumbuh relatif melambat
(8,2%), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (9,0%).(8,2%), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (9,0%).(8,2%), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (9,0%).(8,2%), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (9,0%).(8,2%), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (9,0%).
Faktor yang mempengaruhi ekspor melambat terutama adalah permintaan luarnegeri yang tumbuh terbatas, khususnya untuk produk-produk manufaktur. Faktor
yang lain adalah keterbatasan industri untuk memacu produksi karena
%
23456789
101112
-10
-5
0
5
10
15
20
25%
2004 2005 20061 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112
g.PDRB Investasi Jktg.kredit investasi (rhs)
Rp
02000400060008000
100001200014000160001800020000
2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
ObligasiSahamPasar Modal
21
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
ketergantungan pada bahan baku impor yang tinggi dan harganya cenderung
meningkat. Kapasitas produksi industri yang berlokasi di Jakarta cenderung
menurun, dari sebelumnya mendekati 80%, menjadi 75% (Tabel I.4 dan GrafikI.34).
Dilihat dari kelompok komoditasnya, ekspor yang berasal dari Jakarta masihDilihat dari kelompok komoditasnya, ekspor yang berasal dari Jakarta masihDilihat dari kelompok komoditasnya, ekspor yang berasal dari Jakarta masihDilihat dari kelompok komoditasnya, ekspor yang berasal dari Jakarta masihDilihat dari kelompok komoditasnya, ekspor yang berasal dari Jakarta masih
didominasi oleh ekspor produk manufaktur.didominasi oleh ekspor produk manufaktur.didominasi oleh ekspor produk manufaktur.didominasi oleh ekspor produk manufaktur.didominasi oleh ekspor produk manufaktur. Kondisi ini tidak terlepas dari besarnyapangsa sektor industri di dalam pembentukan struktur ekonomi. Dukungan
infrastruktur yang relatif lebih memadai dibandingkan dengan daerah lainnya
menjadikan Jakarta menarik bagi industri untuk didirikan dan beroperasi di zona.Nilai ekspor produk manufaktur Jakarta mencapai 89,6% dari total nilai ekspor.
Komoditi utama ekspor produk manufaktur antara lain adalah produk barang
kimia, mesin dan perlengkapan transportasi, pakaian dan sepatu serta barang-barang manufaktur lainnya.
Grafik I.27Perkembangan Nilai Ekspor
Grafik I.28Perkembangan Volume Ekspor Tertimbang
Juta USD %, y-o-y
-
100
200
300
400
500
600
700
800
2005 2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011
-80
-30
20
70
120
170
220Jakarta gJakarta (RHS)
%, y-o-y
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
g.Pertaniang.Manufaktur
Grafik I.29Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditi Utama
Jakarta
Grafik I.30Komposisi Ekspor Jakarta
(%)
-40
-20
0
20
40
60
80
100
2005 2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011
Manufactured Goods Machinary and Transport Eq.Chemical Proudct Clothing and Footwear
Tambang0.0%
Pertanian10.4%
Manufaktur89.6%
22
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Impor Jakarta pada triwulan IV diperkirakan masih meningkat cukup tinggi 12,5%,Impor Jakarta pada triwulan IV diperkirakan masih meningkat cukup tinggi 12,5%,Impor Jakarta pada triwulan IV diperkirakan masih meningkat cukup tinggi 12,5%,Impor Jakarta pada triwulan IV diperkirakan masih meningkat cukup tinggi 12,5%,Impor Jakarta pada triwulan IV diperkirakan masih meningkat cukup tinggi 12,5%,
naik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (12,4%).naik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (12,4%).naik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (12,4%).naik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (12,4%).naik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (12,4%). Faktor utama yang
mempengaruhi peningkatan impor antara lain adalah permintaan domestik yangmeningkat, terutama konsumsi. Peningkatan ini direspon oleh sisi sektoral, terutama
di sektor industri manufaktur yang ketergantungan pada bahan baku impornya
masih cukup tinggi.
Grafik I.33Komposisi Nilai Impor
Grafik I.34Komposisi Volume Impor Tertimbang
Komposisi impor, baik menurut nilai maupun volumenya, masih didominasi olehKomposisi impor, baik menurut nilai maupun volumenya, masih didominasi olehKomposisi impor, baik menurut nilai maupun volumenya, masih didominasi olehKomposisi impor, baik menurut nilai maupun volumenya, masih didominasi olehKomposisi impor, baik menurut nilai maupun volumenya, masih didominasi oleh
impor bahan baku.impor bahan baku.impor bahan baku.impor bahan baku.impor bahan baku. Faktor yang mempengaruhi tingginya impor bahan baku
terutama adalah tingginya ketergantungan penggunaan bahan baku impor didalam proses produksi sebagian besar industri di Indonesia. Akibatnya, kenaikan
permintaan domestik memberikan dampak pada impor kebutuhan bahan baku
yang meningkat. Pada beberapa kelompok industri, seperti di Industri kimiamisalnya, ketergantungan pada impor bahan baku yang tinggi juga menjadi salah
Grafik I.31Nilai Impor Jakarta
Grafik I.32Perkembangan Volume Impor Tertimbang
Jakarta
Juta %, y-o-y
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
-30-20-10010203040506070
Total Impor Jktg.Impor Total Jakarta
2005 2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011
%
-60-40-20
020406080
100120
g.Konsumsig.Bahan Bakug.Barang Modal
2005 2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 91011
Konsumsi5,9%
Barang Modal40,6% Bahan Baku
53,5%
Barang Modal18,3%
Konsumsi0,4%
Bahan Baku81,4%
23
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
satu penyebab terhambatnya ekspansi di kelompok industri ini1Ω. Hal ini diperparah
dengan kecenderungan harga bahan baku yang cenderung meningkat karena
harga bahan mentah juga meningkat.
B. SISI PENAWARANPerkembangan di sisi permintaan, terutama konsumsi direspon oleh beberapasektor ekonomi utama, yaitu sektor perdagangan, sektor transportasi √komunikasi, bangunan, dan jasa yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi.Sementara itu, sektor industri masih tetap tumbuh walaupun relatif melambat.Sektor ini merespon peningkatan permintaan terutama dengan carameningkatkan produksi melalui fine tune penggunaan kapasitas dan hanyasebagian kecil menambah investasi. Secara keseluruhan perekonomian di triwulanIV - 2007 tumbuh cukup tinggi namun masih belum mencerminkan kualitaspertumbuhan yang diharapkan karena pertumbuhan kurang dipicu olehpertumbuhan investasi dan dari sisi sektoral pertumbuhan kurang didukung olehpertumbuhan pada sektor ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja secaracukup signifikan.
1 Guna menjaga pasokan bahan baku industri kimia, investor Jepang sudah diberikan penawaran untuk berinvestasi di Indone-sia dengan pemberian insentif, namun demikian dengan pertimbangan ketersediaan dan kedekatan sumber bahan mentahmaka investor untuk produk kimia tertentu (seperti PTA) cenderung lebih memilih berinvestasi ke negara yang menjadi sumberbahan mentah.
Pertanian 0,7 0,9 0,7 0,5 -0,3 1,2 1,3 0,7
Pertambangan 3,6 3,4 1,9 -0,6 1,4 0,9 0,7 0,6
Industri 4,6 5,1 4,8 4,1 5,0 4,7 4,2 4,5
Listrik 6,6 5,8 5,0 3,3 3,9 3,9 3,1 3,5
Bangunan 7,3 6,9 7,1 7,2 7,4 7,5 7,3 7,4
Perdagangan 6,5 8,2 6,6 6,7 7,1 7,5 7,2 7,1
Pengangkutan 12,6 12,0 12,3 14,3 15,3 16,2 15,5 15,3
Keuangan 4,2 4,7 4,2 3,8 4,2 4,4 4,5 4,2
Jasa-jasa 5,9 6,0 5,4 5,6 5,6 6,6 6,7 6,1
PDRB 5,9 6,4 5,9 5,9 6,4 6,7 6,5 6,4
Tabel I. 3 Produk Domestik Regional Bruto Jakarta
DKI Q3-2006 Q4-2006 2006 Q1-2007 Q2-2007* Q3-2007** Q4-2007p 2007p
p proyeksi BI** angka sangat sementara
24
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
1. IndustriPada triwulan IV 2007, sektor industri diperkirakan tumbuh 4,2% (y-o-y), relatifPada triwulan IV 2007, sektor industri diperkirakan tumbuh 4,2% (y-o-y), relatifPada triwulan IV 2007, sektor industri diperkirakan tumbuh 4,2% (y-o-y), relatifPada triwulan IV 2007, sektor industri diperkirakan tumbuh 4,2% (y-o-y), relatifPada triwulan IV 2007, sektor industri diperkirakan tumbuh 4,2% (y-o-y), relatif
melambat dibandingkan dengan triwulan III-2007 (4,7%.melambat dibandingkan dengan triwulan III-2007 (4,7%.melambat dibandingkan dengan triwulan III-2007 (4,7%.melambat dibandingkan dengan triwulan III-2007 (4,7%.melambat dibandingkan dengan triwulan III-2007 (4,7%. Sektor industri yang
diharapkan dapat tumbuh tinggi ternyata pertumbuhannya relatif masih rendah.Beberapa faktor yang diduga mempengaruhi relatif belum terlalu pesatnya
pertumbuhan di sektor industri antara lain adalah kenaikan permintaan domestik
masih dapat dipenuhi dengan meningkatkan penggunakan kapasitas yang sudahada, dan di sisi lain pasar ekspor relatif tumbuh terbatas dan semakin yang
kompetitif. Dengan kata lain, insentif pasar masih relatif terbatas.
Pertumbuhan di sektor industri yang relatif masih terbatas didukung olehPertumbuhan di sektor industri yang relatif masih terbatas didukung olehPertumbuhan di sektor industri yang relatif masih terbatas didukung olehPertumbuhan di sektor industri yang relatif masih terbatas didukung olehPertumbuhan di sektor industri yang relatif masih terbatas didukung oleh
perkembangan hasil survei, prompt indikator, dan juga faktor pembiayaan.perkembangan hasil survei, prompt indikator, dan juga faktor pembiayaan.perkembangan hasil survei, prompt indikator, dan juga faktor pembiayaan.perkembangan hasil survei, prompt indikator, dan juga faktor pembiayaan.perkembangan hasil survei, prompt indikator, dan juga faktor pembiayaan. Hasilsurvei SKDU menunjukkan bahwa penggunaan kapasitas oleh Industri-industri
yang kantor pusatnya berlokasi di Jakarta masih pada level yang relatif tinggi
(74,8%), sementara itu peningkatan produksi melalui peningkatan/penambahankapasitas produksi (investasi) jumlahnya masih relatif terbatas2Ω.
2 Berdasarkan hasil liason menunjukkan bahwa respon dunia usaha relatif beragam. Sebagian produsen berpendapat bahwainvestasi belum perlu dilakukan karena kapasitas masih cukup, sebagian produsen akan melakukan investasi namun sifatnyareplacement, terdapat pula produsen yang menambah investasi untuk mendekatkan produk ke pasar. Secara umum lebihbanyak pengusaha yang menunda untuk berinvestasi di semester I 2008. Pengusaha umumnya «wait and see» terhadapperkembangan pasar di dalam negeri.
Tabel I. 4Penggunaan Kapasitas, Jakarta
A. Industri Non Migas
1. Makanan, minuman dan tembakau 70,00 78,44 85,38 81,92 75,45 81,08 79,38
2. Tekstil, barang kulit dan alas kaki 75,47 75,64 72,42 83,57 80,78 78,36 80,00
3. Barang kayu dan hasil hutan lainnya 73,00 71,67 85,00 75,00 100,00 75,00 75,00
4. Kertas dan barang cetakan 73,67 82,00 71,60 58,33 86,00 81,60 59,33
5. Kimia dan barang dari karet 71,32 72,84 70,20 75,45 77,87 76,84 73,99
6. Semen dan barang galian bukan loga, 72,50 69,67 - 77,50 - 85,00 86,00
7. Logam dasar, besi dan baja 65,40 85,40 76,13 77,14 69,83 82,33 69,80
8. Alat angkutan, mesin dan peralatannya 61,40 61,33 70,29 69,50 74,50 77,57 72,139. Barang Lainnya 55,00 75,38 84,00 78,33 79,17 80,50 20,00
B. Industri Migas
1. Pengilangan minyak bumi
2. Gas alam cair
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIHLISTRIK, GAS DAN AIR BERSIHLISTRIK, GAS DAN AIR BERSIHLISTRIK, GAS DAN AIR BERSIHLISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 86,0086,0086,0086,0086,00 94,7094,7094,7094,7094,70 78,2278,2278,2278,2278,22 65,5065,5065,5065,5065,50 85,5185,5185,5185,5185,51 90,7790,7790,7790,7790,77 84,5084,5084,5084,5084,50
TOTAL SELURUH SEKTORTOTAL SELURUH SEKTORTOTAL SELURUH SEKTORTOTAL SELURUH SEKTORTOTAL SELURUH SEKTOR 72,8572,8572,8572,8572,85 76,1576,1576,1576,1576,15 76,8476,8476,8476,8476,84 78,5878,5878,5878,5878,58 79,0679,0679,0679,0679,06 80,380,380,380,380,3 75,5975,5975,5975,5975,59
2006 2007KAPASITAS UTILISASI
1 2 3 4 1 2 3
25
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Indikasi pertumbuhan di sektor industri yang belum terlalu pesat juga tercerminIndikasi pertumbuhan di sektor industri yang belum terlalu pesat juga tercerminIndikasi pertumbuhan di sektor industri yang belum terlalu pesat juga tercerminIndikasi pertumbuhan di sektor industri yang belum terlalu pesat juga tercerminIndikasi pertumbuhan di sektor industri yang belum terlalu pesat juga tercermin
pada peningkatan indeks produksi beberapa industri utama di Jakarta, konsumsipada peningkatan indeks produksi beberapa industri utama di Jakarta, konsumsipada peningkatan indeks produksi beberapa industri utama di Jakarta, konsumsipada peningkatan indeks produksi beberapa industri utama di Jakarta, konsumsipada peningkatan indeks produksi beberapa industri utama di Jakarta, konsumsi
listrik industri, dan impor bahan baku yang tumbuh masih dalam batas-batas yanglistrik industri, dan impor bahan baku yang tumbuh masih dalam batas-batas yanglistrik industri, dan impor bahan baku yang tumbuh masih dalam batas-batas yanglistrik industri, dan impor bahan baku yang tumbuh masih dalam batas-batas yanglistrik industri, dan impor bahan baku yang tumbuh masih dalam batas-batas yang
relatif wajarrelatif wajarrelatif wajarrelatif wajarrelatif wajar. Beberapa industri besar di Jakarta, seperti industri kimia, industri
Grafik I.35Penggunaan Kapasitas
%
Jakarta
Nasional
Sumber : SKDU
60
65
70
75
80
85
90
I-2006 II-2006 III-2006 IV-2006 I-2007 II-2007 III-2007
72,9 76,2 76,8 78,6 79,1 80,3 75,6
67,8 64,4 66,9 69,9 71,4 71,6 73,1
Grafik I.36Indeks Produksi Mesin
Grafik I.37Indeks Produksi Kimia
%, y-o-yIPI
0
50
100
150
200
250
300
350
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
2005 2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9
IPI Mesing.IPI Mesin (rhs)
IPI Kimia %, y-o-y
0
50
100
150
200
250
300
350
2005 2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
-20
0
20
40
60
80
100IPI Kimiag.IPI Kimia (rhs)
Grafik I.38Indeks Produksi Tekstil
Grafik I.39Perkembangan BBM Industri
IPI Tekstilg.IPI Tekstil (rhs)
IPI %, y-o-y
0
20
40
60
80
100
120
140
2005 2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
-40-30-20-1001020304050
% %
0
1
2
34
5
6
7
8
2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
g.PDRB Industri Jktg.M.Solar Industri(rhs)
-60
-50
-40
-30-20
-10
0
10
20
26
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
mesin, dan industri tekstil memperlihatkan bahwa indeks produksinya beradapada level yang cukup tinggi, walaupun sebagian melambat. Sementara itu
perkembangan pemakaian listrik dan BBM oleh industri di Jakarta juga masih dalam
batas-batas yang wajar khusus untuk pemakaian BBM industri walaupun tumbuhnegatif namun levelnya lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Dari sisi pembiayaan, trend pembiayaan perbankan di sektor industri JakartaDari sisi pembiayaan, trend pembiayaan perbankan di sektor industri JakartaDari sisi pembiayaan, trend pembiayaan perbankan di sektor industri JakartaDari sisi pembiayaan, trend pembiayaan perbankan di sektor industri JakartaDari sisi pembiayaan, trend pembiayaan perbankan di sektor industri Jakarta
peningkatannya relatif menurun. peningkatannya relatif menurun. peningkatannya relatif menurun. peningkatannya relatif menurun. peningkatannya relatif menurun. Outstanding kredit lokasi proyek di sektor industriJakarta pada posisi akhir bulan November 2007 Rp 55,57 triliun, turun -14,6 %
(y-oy). Sementara itu risiko kredit di sektor industri yang tercermin pada besaran
NPLs relatif turun walaupun masih pada level yang relatif tinggi, dari 8,2% menjadi7,8%.
Grafik I.40Pemakaian Listrik Industri
%
0
1
2
3
4
5
6
2006 20073 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
%
-40
-20
0
20
40
60
80
100g.PDRB Industri Jkt g.Kons Listrik Industri (rhs)
Grafik I.41Kredit Lokasi Proyek di Sektor Industri
Grafik I.42NPLs Kredit Industri
% %
0
1
2
3
4
5
6
2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
-20
-10
0
10
20
30
40g.PDRB Industri Jkt g.kredit Industri (rhs)
Rp Triliun %
0
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
0
2
4
6
8
10
12Nominal Industri Pengolahang.Industri Pengolahan(rhs)
2005 2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 910111 2 3 4 5 6 7 8 91011
27
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
2. Perdagangan, Hotel dan RestoranSektor perdagangan hotel dan restoran pada triwulan IV 2007 diperkirakan tumbuhSektor perdagangan hotel dan restoran pada triwulan IV 2007 diperkirakan tumbuhSektor perdagangan hotel dan restoran pada triwulan IV 2007 diperkirakan tumbuhSektor perdagangan hotel dan restoran pada triwulan IV 2007 diperkirakan tumbuhSektor perdagangan hotel dan restoran pada triwulan IV 2007 diperkirakan tumbuh
sebesar 7,2% (y-o-y), melambat dibandingkan dengan triwulan III-2007 (7,5%).sebesar 7,2% (y-o-y), melambat dibandingkan dengan triwulan III-2007 (7,5%).sebesar 7,2% (y-o-y), melambat dibandingkan dengan triwulan III-2007 (7,5%).sebesar 7,2% (y-o-y), melambat dibandingkan dengan triwulan III-2007 (7,5%).sebesar 7,2% (y-o-y), melambat dibandingkan dengan triwulan III-2007 (7,5%).
Faktor yang mempengaruhi tetap masih tingginya peningkatan di sektor perdaganganadalah daya beli masyarakat yang membaik. Sementara itu, pertumbuhan yang
terjadi di sektor perdagangan diindikasikan oleh beberapa prompt indikator seperti
peningkatan arus bongkar muat di pelabuhan Tanjung Priok dan jumlah kapal yangbersandar di pelabuhan Jakarta International Container Terminal, serta peningkatan
konsumsi listrik sektor bisnis seperti mal, pasar, toko dan pusat bisnis lainnya.
Arus lalu lintas barang dan jumlah kapal yang bersandar di Jakarta InternationalArus lalu lintas barang dan jumlah kapal yang bersandar di Jakarta InternationalArus lalu lintas barang dan jumlah kapal yang bersandar di Jakarta InternationalArus lalu lintas barang dan jumlah kapal yang bersandar di Jakarta InternationalArus lalu lintas barang dan jumlah kapal yang bersandar di Jakarta International
Container Terminal pada triwulan IV-2007 diperkirakan masih relatif tinggiContainer Terminal pada triwulan IV-2007 diperkirakan masih relatif tinggiContainer Terminal pada triwulan IV-2007 diperkirakan masih relatif tinggiContainer Terminal pada triwulan IV-2007 diperkirakan masih relatif tinggiContainer Terminal pada triwulan IV-2007 diperkirakan masih relatif tinggi.Peningkatan tersebut didukung oleh mulai beroperasinya dermaga baru milik
JICT yang dilengkapi 6 buah crane yang mampu melayani kapal besar dengan
bobot mati 5.000 ton. Selain itu penambahan sarana lapangan penumpukankontainer dan infrastruktur di pelabuhan Tanjung Priok dan Dermaga Muara Angke
mulai beroperasi. di pelabuhan. Peningkatan arus barang terjadi didukung oleh
selesainya pembangunan dermaga baru di JICT yang dilengkapi 2 buah craneyang dapat melayani kapal besar berbobot mati sampai 5.000 ton, serta
penambahan kapasitas Pelabuhan Tanjung Priuk yaitu 2 buah crane di dermagautara. Namun arus bongkat muat yang terus meningkat di Pelabuhan Tanjung
Priok tidak dapat ditampun oleh dua pelabuhan di Banten yaitu pelabuhan Mas
Indah Kiat dan Pelabuhan PT Pelindo II Ciwandan. Untuk mengantisipasi kebutuhanbongkar muat kapal yang terus meningkat, akan dibangun Pelabuhan Tanjung
Priok tahap II pada lahan seluas 3000 Ha, perluasan Pelabuhan Pelindo II di Cilegon
seluas 6 Ha dan Pelabuhan Kubangsari Cilegon seluas 66 Ha.
Grafik I.43Jumlah Arus Bongkar Muat Tj Priok
Grafik I.44Arus Barang di Pelabuhan Jakarta
Ribu ton %
600
1100
1600
2100
2600
3100
2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50Unloaded Loadedg_unloaded (rhs) g_loaded (rhs)
Ribu tonRibu ton
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
2005 2006 2007Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
-
400
800
1.200
1.600
2.000Sunda Kelapa (rhs)Tanjung Priuk
28
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Pertumbuhan yang relatif stagnan di sub sektor hotel dan restoran antara lainPertumbuhan yang relatif stagnan di sub sektor hotel dan restoran antara lainPertumbuhan yang relatif stagnan di sub sektor hotel dan restoran antara lainPertumbuhan yang relatif stagnan di sub sektor hotel dan restoran antara lainPertumbuhan yang relatif stagnan di sub sektor hotel dan restoran antara lain
tercermin pada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanagera dantercermin pada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanagera dantercermin pada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanagera dantercermin pada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanagera dantercermin pada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanagera dan
tingkat hunian hoteltingkat hunian hoteltingkat hunian hoteltingkat hunian hoteltingkat hunian hotel. Jumlah wisman yang masuk melalui bandara Sukarno Hatta
juga meningkat, demikian pula jumlah wisman yang masuk melalui Pelabuhan
Tanjung Priok. Sementara itu tingkat hunian hotel di wilayah Jakarta relatif normal.Walaupun keamanan dan perekonomian domestik semakin membaik, namun
ternyata hal tersebut belum diikuti dengan perbaikan signifikan di dua sub sektor
ini.
Grafik I.45Konsumsi Listrik Sektor Bisnis
%
0123456789
%
(10)
0
10
20
30
2006 20073 4 5 6 7 8 9 1011 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
g.Kons Listrik Bisnis(%) (rhs)g.PDRB Perdagangan Jkt
Tanjung PriokTanjung PriokTanjung PriokTanjung PriokTanjung Priok
Bongkar ton 3.317.573 3.254.862 14.020.512 3.305.001 3.940.246 2.451.199
Muat ton 1.360.030 1.359.555 5.948.414 1.379.365 1.750.457 1.170.049
Ekspor ton 1.807.444 1.774.899 7.216.030 1.870.199 1.980.725 1.942.083
Impor ton 2.881.881 2.006.007 11.551.523 3.158.326 3.215.581 2.429.248
Sunda KelapaSunda KelapaSunda KelapaSunda KelapaSunda Kelapa
Bongkar ton 564.670 547.095 2.083.730 371.123 373.706 1.358.381
Muat ton 362.301 363.564 1.576.764 380.511. 439.760 533.211
Tabel I. 5 Pertumbuhan Arus Barang dan Jasa
Pelabuhan Satuan Q1 Q2 2006 Q1-2007 Q2-2007 Q3-2007
Sumber : PT. Persero Pelabuhan Indonesia II
29
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Grafik I.46Arus wisatawan mancanegara
Grafik I.47Tingkat Hunian Hotel di Jakarta
Dari sisi ketersediaan akomodasi pariwisata dilaporkan terjadi peningkatan jumlahDari sisi ketersediaan akomodasi pariwisata dilaporkan terjadi peningkatan jumlahDari sisi ketersediaan akomodasi pariwisata dilaporkan terjadi peningkatan jumlahDari sisi ketersediaan akomodasi pariwisata dilaporkan terjadi peningkatan jumlahDari sisi ketersediaan akomodasi pariwisata dilaporkan terjadi peningkatan jumlah
hotel berbintang, hotel melati dan akomodasi lainnyahotel berbintang, hotel melati dan akomodasi lainnyahotel berbintang, hotel melati dan akomodasi lainnyahotel berbintang, hotel melati dan akomodasi lainnyahotel berbintang, hotel melati dan akomodasi lainnya. Jumlah hotel/kamar yang
ditawarkan dan jumlah restoran dari tahun ke tahun meningkat. Kenaikan inisangat dipengaruhi oleh persepsi positif pelaku usaha terhadap prospek di sub
sektor ini yang perkembangannya sangat dipengaruhi oleh situasi keamanan di
dalam negeri dan prospek perekonomian ke depan.
Ribuan orang
30
50
70
90
110
130
2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011
Ribuan orang
1
2,6
4,2
5,8
7,4
9Kedatangan di Empat Pintu Utama JakartaKedatangan di Tanjung Priok(rhs)
% Hari
45
50
55
60
65
70
2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1,5
1,8
2,1
2,4
2,7
3
3,3Tingkat hunian hotel JakartaLama tinggal turis di Jakarta (rhs)
Grafik I.48Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan
Grafik I.49Perkembangan NPLs
1. Hotel Berbintang 134 142 147 152
2. Hotel Melati 218 218 222 223
3. Akomodasi Lainnya 88 88 88 90
Total 440 448 457 465
4. Restoran A, B dan C - 1.815 1.820 1.780
Tabel I. 6 Jenis akomodasi di DKI Jakarta
No. Jenis Akomodasi dan Restoran 2004 2005 2006 2007
Sumber : Dinas Pariwisata DKI Jakarta, Juni 2007
% %
44,5
55,5
66,5
77,5
88,5
2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
-5
0
5
10
15
20
25
30g.PDRB Perdagangan Jkt
g.kredit Perdagangan(rhs)
Rp Triliun %
0
1
2
3
4
5
6
2005 2006 2007
0
2
4
6
8
10
12Nominal Perdag, Rest, dan HotelNPLs Perdag, Rest, dan Hotel (rhs)
1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 91011 1 2 3 4 5 6 7 8 91011
30
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Dukungan di sisi pembiayaan pada sektor perdagangan, hotel dan restauranDukungan di sisi pembiayaan pada sektor perdagangan, hotel dan restauranDukungan di sisi pembiayaan pada sektor perdagangan, hotel dan restauranDukungan di sisi pembiayaan pada sektor perdagangan, hotel dan restauranDukungan di sisi pembiayaan pada sektor perdagangan, hotel dan restauran
menunjukkan kecenderungan yang meningkat dan perfomance kredit yangmenunjukkan kecenderungan yang meningkat dan perfomance kredit yangmenunjukkan kecenderungan yang meningkat dan perfomance kredit yangmenunjukkan kecenderungan yang meningkat dan perfomance kredit yangmenunjukkan kecenderungan yang meningkat dan perfomance kredit yang
membaik. membaik. membaik. membaik. membaik. Outstanding kredit lokasi proyek yang disalurkan di sektor ini cukupmelesat dibandingkan dengan periode waktu yang sama tahun sebelumnya. Pada
posisi akhir November 2007, jumlah kredit yang disalurkan mencapai Rp 59 triliun,
naik 26 % (y-o-y). Sementara itu, perfomance kredit yang tercermin pada NPLsmenunjukkan perbaikan (4,8%) dan terus menunjukkan tren membaik.
3. Sektor KeuanganPerbaikan kinerja di sektor keuangan, persewaan dan jasa dunia usaha diperkirakanPerbaikan kinerja di sektor keuangan, persewaan dan jasa dunia usaha diperkirakanPerbaikan kinerja di sektor keuangan, persewaan dan jasa dunia usaha diperkirakanPerbaikan kinerja di sektor keuangan, persewaan dan jasa dunia usaha diperkirakanPerbaikan kinerja di sektor keuangan, persewaan dan jasa dunia usaha diperkirakan
masih berlanjut. masih berlanjut. masih berlanjut. masih berlanjut. masih berlanjut. Sektor ini diperkirakan tumbuh 4,5% (y-o-y), lebih tinggi
dibandingkan dengan triwulan III-2007 (4,4%). Faktor yang mempengaruhipertumbuhan di sektor ini adalah membaiknya kinerja di sub sektor perbankan terkait
dengan upaya aktif penyelesaian kredit bermasalah dan mulai membaiknya kegiatan
intermediasi perbankan. Perbaikan kinerja lembaga keuangan antara lain tercerminpada peningkatan kegiatan intermediasi dan peningkatan laba bank, peningkatan
kegiatan pembiayaan oleh Lembaga Keuangan bukan Bank, dan peningkatanpersewaan ruang kantor sejalan dengan kegiatan usaha yang meningkat.
Perbaikan di sektor keuangan antara lain didukung oleh beberapa anekdotalPerbaikan di sektor keuangan antara lain didukung oleh beberapa anekdotalPerbaikan di sektor keuangan antara lain didukung oleh beberapa anekdotalPerbaikan di sektor keuangan antara lain didukung oleh beberapa anekdotalPerbaikan di sektor keuangan antara lain didukung oleh beberapa anekdotal
informasi dan beberapa data prompt.informasi dan beberapa data prompt.informasi dan beberapa data prompt.informasi dan beberapa data prompt.informasi dan beberapa data prompt. NTB yang diperoleh oleh perbankan masih
berada di level yang cukup tinggi; data prompt indikator kegiatan perusahaanpembiayaan non bank menunjukkan trend yang meningkat; dan kinerja pasar
modal yang walaupun sempat terganggu oleh gejolak pasar keuangan internasional
namun masih meningkat. Sementara itu, penambahan pasokan ruang kantorternyata juga diikuti dengan tingkat hunian (sewa) yang juga masih tinggi.
Grafik I.50Perkembangan NTB Bank di Jakarta
Grafik I.51Perkembangan kegiatan LKBB
%, y-o-yRp Triliun
0
5
10
15
20
1 2 3 4 1 2 3
2006 2007
-100
0
100
200
300Nilai Tambah Brutog.Nilai Tambah Bruto
Rp Triliun %, y-o-y
0
20
40
60
80
100
120
2005 2006 20079 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Total Pembiayaang.Total Pembiayaan
0
10
20
30
40
50
60
31
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
4. BangunanNilai tambah di sektor bangunan pada triwulan IV-2007 diperkirakan tumbuhNilai tambah di sektor bangunan pada triwulan IV-2007 diperkirakan tumbuhNilai tambah di sektor bangunan pada triwulan IV-2007 diperkirakan tumbuhNilai tambah di sektor bangunan pada triwulan IV-2007 diperkirakan tumbuhNilai tambah di sektor bangunan pada triwulan IV-2007 diperkirakan tumbuh
melambat dibandingkan dengan Triwulan III-2007 (7,5%), namun masih padamelambat dibandingkan dengan Triwulan III-2007 (7,5%), namun masih padamelambat dibandingkan dengan Triwulan III-2007 (7,5%), namun masih padamelambat dibandingkan dengan Triwulan III-2007 (7,5%), namun masih padamelambat dibandingkan dengan Triwulan III-2007 (7,5%), namun masih pada
level yang tinggi (7,3%). level yang tinggi (7,3%). level yang tinggi (7,3%). level yang tinggi (7,3%). level yang tinggi (7,3%). Faktor yang mempengaruhi peningkatan pertumbuhan
di sektor bangunan antara lain adalah masih tingginya potensi pasar di sektor inidan didukung oleh suku bunga kredit yang cenderung menurun. Pembangunan
proyek properti oleh swasta tersebut terutama dalam bentuk gedung perkantoran,
apartemen, retail, dan hotel masih marak. Proyek-proyek besar gedung perkantoranswasta yang saat ini dalam tahap pembangunan antara lain adalah Menara karya
Rasuna, Satrio Tower, One Walter Monginsidi, Grand Indonesia, dan Talavera.
Pembangunan apartemen yang sedang berlangsung antara lain adalah GroveRasuna Said, Pallazo Boutique Residence, Monaco Residence dan Peral Garden.
Sementara itu proyek retail yang sedang dibangun adalah Kalibata Plaza, Bellaze
de Heritage dan Gajahmada Square.
Beberapa proyek pemerintah daerah, sampai dengan triwulan IV 2007 diperkirakanBeberapa proyek pemerintah daerah, sampai dengan triwulan IV 2007 diperkirakanBeberapa proyek pemerintah daerah, sampai dengan triwulan IV 2007 diperkirakanBeberapa proyek pemerintah daerah, sampai dengan triwulan IV 2007 diperkirakanBeberapa proyek pemerintah daerah, sampai dengan triwulan IV 2007 diperkirakan
belum sepenuhnya terealisasibelum sepenuhnya terealisasibelum sepenuhnya terealisasibelum sepenuhnya terealisasibelum sepenuhnya terealisasi. Proyek-proyek yang sedang dan akan berjalan antara
lain adalah program Banjir Kanal Timur (terkendala pembebasan lahan), pengadaan
busway (dalam tahap pembangunan koridor VIII-X), rencana pembangunan 3000unit rumah susun, peningkatan Pasar Tanah Abang, pembangunan JORR2 dan
pembuatan lima taman di Jakarta Selatan. Sementara itu proyek infrastruktur yang
dibiayai non APBD antara lain adalah proyek Tol Serpong Balaraja (Rp 1,37 triliun),proyek monorail, dan proyek Jalur lingkar Utara.
Jakarta DPK Rp Milliar 620.918,6 619.880,0 660.507,0 682.106,6 697.983,9
Pertumbuhan (%, y-o-y) 5,9 8,7 14,3 15,3 14,0
Kredit Lokasi Bank Rp Milliar 396.229,6 396.151,0 428.747,0 450.661,2 484.028,4
Pertumbuhan (%, y-o-y) 11,6 16,6 21,3 21,8 26,6
Kredit Lokasi Proyek Rp Milliar 280.883,0 287.524,0 309.920,0 325.169,0 325.169,0
Pertumbuhan (%, y-o-y) 7,8 12,1 15,4 25,2 22,3
LDR (%) 63,8 63,9 64,9 66,1 69,3
NPL (%) 8,7 6,6 6,1 6,0 5,2
Tabel I. 7 Perkembangan Kegiatan Bank
Uraian 2006
*) s.d. November 2007
2007
1 2 3 4*
32
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Dari sisi pembiayaan, trend pembiayaan perbankan di sektor Bangunan yangDari sisi pembiayaan, trend pembiayaan perbankan di sektor Bangunan yangDari sisi pembiayaan, trend pembiayaan perbankan di sektor Bangunan yangDari sisi pembiayaan, trend pembiayaan perbankan di sektor Bangunan yangDari sisi pembiayaan, trend pembiayaan perbankan di sektor Bangunan yang
berlokasi di Jakarta meningkat dan dibarengi dengan resiko yang menurun.berlokasi di Jakarta meningkat dan dibarengi dengan resiko yang menurun.berlokasi di Jakarta meningkat dan dibarengi dengan resiko yang menurun.berlokasi di Jakarta meningkat dan dibarengi dengan resiko yang menurun.berlokasi di Jakarta meningkat dan dibarengi dengan resiko yang menurun.
Outstanding kredit untuk membiayai sektor bangunan yang berlokasi di zona pada
posisi akhir November 2007 Rp18,2 triliun, naik 25,2 % (y-o-y). Sementara ituresiko kredit di sektor bangunan sebagaimana tercermin pada besaran NPLs turun
tipis, dari 3,7% menjadi 3,6%. Di luar sumber pembiayaan yang berasal dari
bank, pembiayaan di sektor ini juga bersumber dari dana sendiri dan sebagianberasal dari dana yang dihimpun di pasar modal.
5. Sektor Pengangkutan dan KomunikasiPada triwulan IV-2007, sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan tumbuhPada triwulan IV-2007, sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan tumbuhPada triwulan IV-2007, sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan tumbuhPada triwulan IV-2007, sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan tumbuhPada triwulan IV-2007, sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan tumbuh
relatif melambat dibandingkan dengan triwulan III-2007 (16,2%), namun masihrelatif melambat dibandingkan dengan triwulan III-2007 (16,2%), namun masihrelatif melambat dibandingkan dengan triwulan III-2007 (16,2%), namun masihrelatif melambat dibandingkan dengan triwulan III-2007 (16,2%), namun masihrelatif melambat dibandingkan dengan triwulan III-2007 (16,2%), namun masih
tumbuh pada level yang tinggi (15,5%). tumbuh pada level yang tinggi (15,5%). tumbuh pada level yang tinggi (15,5%). tumbuh pada level yang tinggi (15,5%). tumbuh pada level yang tinggi (15,5%). Faktor yang mempengaruhi sub sektor
komunikasi masih tumbuh tinggi antara lain adalah perilaku masyarakat yang sudah
memasukkan sarana komunikasi sebagai kebutuhan pokok (gaya hidup), dan disisilain inovasi layanan serta persaingan ketat di bisnis seluler telah menyebabkan
biaya turun dan mampu menjadikan harga lebih menarik dan terjangkau. Hal ini
menjadi daya tarik bagi konsumen untuk meningkatkan konsumsi layanankomunikasi.
Indikasi peningkatan sub sektor transportasi antara lain tercermin padaIndikasi peningkatan sub sektor transportasi antara lain tercermin padaIndikasi peningkatan sub sektor transportasi antara lain tercermin padaIndikasi peningkatan sub sektor transportasi antara lain tercermin padaIndikasi peningkatan sub sektor transportasi antara lain tercermin pada
perkembangan beberapa prompt indikator di sektor iniperkembangan beberapa prompt indikator di sektor iniperkembangan beberapa prompt indikator di sektor iniperkembangan beberapa prompt indikator di sektor iniperkembangan beberapa prompt indikator di sektor ini. Prompt indikator yangmeningkat antara lain adalah peningkatan jumlah penumpang kereta api
Jabotabek, penumpang kapal laut, pesawat udara dan jumlah penumpang busway.
Jumlah penumpang penyeberangan selat Sunda meningkat dengan adanya
Grafik I.52Perkembangan Kredit Konstruksi
Sumber : Collers Int. Indonesia, diolah
Tabel I. 8Pertumbuhan Properti Jakarta dan
Debotabek
Office (m2) CBD 2,2 4,8 6,4 6,4
Appartemen (unit) 5,6 14,5 6,0 -
Retail (m2) : Jakarta 2,7 2,4 - -
Retail (m2) : Debotabek 16,7 6,2 - -
Hotel (kamar) 0,2 1,7 6,0 -
Industri (m2) 1,0 - - -
Jenis Properti III-2006 IV-2006 2007* 2007* (qtq-%)
% %
6
6,4
6,8
7,2
7,6
8
2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
0
10
20
30
40
50
60
70g.PDRB Bangunan Jktg.kredit Bangunan (rhs)
33
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
tambahan 2 armada kapal Ro Ro yang melayani angkutan penyeberangan Merak
Bakaheuni sehingga keseluruhan berjumlah 24 Kapal. Transportasi kereta api
meningkat sejalan dengan adanya tambahan 5 trayek baru KA Jabotabek jurusanJakarta Bekasi, dan penambahan trayek baru KA Ciujung Semi Express dalam jalur
ganda jurusan Jakarta Serpong.
Grafik I.53Jumlah Penumpang Udara di Bandara
Sukarno Hatta
Grafik I.54Jumlah Penumpang KA Jabodetabek
Ribu orang %
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30Penumpang KA Jabodetabekg.Penumpang KA Jabodetabek (rhs)
Grafik I.55Konsumsi BBM sektor Transportasi Jakarta
Grafik I.56Perkembangan Kredit Sektor Transportasi
Grafik I.57Perkembangan Sarana Hiburan di
DKI Jakarta
Grafik I.58Perkembangan Telepon Seluler
% %
02468
1012141618
2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
-20
-15
-10
-5
0
5
10
15
20g.PDRB Transport Jktg.Kons. BBM Transport (rhs)
% %
89
1011121314151617
2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
-20
-10
0
10
20
30
40
50g.PDRB Transport Jktg.Kredit Pengangkutan(rhs)
100
120
140
160
180
200
220
Juni - 2005 Des-2005 Juni-2006 Des-2006 Jun-07
Bioskop Bola Sodok Karaoke
Sumber : CEIC dan Pers Release
Juta pelanggan %, y-o-y
2005 2006 20071 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
0102030405060708090
100
0
10
20
30
40
50
60
70Cellular (telkomsel + Indosat+ProXL)g.Cellular (rhs)
Ribu orang %
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
-20
-10
0
10
20
30
40Pnpg Soeka DomestikPnpg Soeka Internasionalg.Pnpg Soeka Domestik(rhs)g.Pnpg Soeka Int.(rhs)
34
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Sementara itu jumlah penumpang jalur busway terus meningkat denganSementara itu jumlah penumpang jalur busway terus meningkat denganSementara itu jumlah penumpang jalur busway terus meningkat denganSementara itu jumlah penumpang jalur busway terus meningkat denganSementara itu jumlah penumpang jalur busway terus meningkat dengan
bertambahnya armada Trans Jakarta dan jalur busway.bertambahnya armada Trans Jakarta dan jalur busway.bertambahnya armada Trans Jakarta dan jalur busway.bertambahnya armada Trans Jakarta dan jalur busway.bertambahnya armada Trans Jakarta dan jalur busway. Sebanyak 62 unit busway
berbahan bakar gas (BBG) dan 30 bus gandeng telah dioperasikan untuk melayaniKoridor I √ VII. Koridor yang telah aktif melayani penumpang adalah :
Koridor I : Blok M √ Kota
Koridor II : Pulo Gadung √ Harmoni
Koridor III : Harmoni √ Kalideres
Koridor IV : Pulo Gadung √ Dukuh Atas
Koridor V : Kampung Melayu √ Ancol
Koridor VI : Ragunan √ Kuningan
Koridor VII : Kampung Melayu √ Kampung Rambutan
Sedangkan koridor VIII sampai koridor X belum dapat dioperasikan karena masih
dalam proses penyelesaian pembangunan halte dan JPO (Jembatan PenyeberanganOrang).
Peningkatan di sub sektor transportasi juga terindikasi dari peningkatan konsumsiPeningkatan di sub sektor transportasi juga terindikasi dari peningkatan konsumsiPeningkatan di sub sektor transportasi juga terindikasi dari peningkatan konsumsiPeningkatan di sub sektor transportasi juga terindikasi dari peningkatan konsumsiPeningkatan di sub sektor transportasi juga terindikasi dari peningkatan konsumsi
BBM.BBM.BBM.BBM.BBM. Konsumsi BBM untuk transportasi meningkat dari 182.060 KL pada bulanJuni 2007 menjadi 193.529 KL pada bulan Desember 2007. Jenis BBM yang
terbesar di konsumsi adalah premium (163.795 KL) dan Solar (29.735 KL).
Dari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan perbankan terhadap sektor iniDari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan perbankan terhadap sektor iniDari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan perbankan terhadap sektor iniDari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan perbankan terhadap sektor iniDari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan perbankan terhadap sektor ini
menunjukkan perkembangan yang meningkat. menunjukkan perkembangan yang meningkat. menunjukkan perkembangan yang meningkat. menunjukkan perkembangan yang meningkat. menunjukkan perkembangan yang meningkat. Outstanding kredit yang disalurkanperbankan pada posisi akhir bulan November 2007 tercatat sebesar Rp 22,33
triliun, naik 44,6 % dibandingkan dengan posisi yang sama pada tahun sebelumnya
Rp 15,4 triliun.
6. ListrikKinerja sektor listrik diperkirakan tumbuh sebesar 3,1% (y-o-y), relatif melambatKinerja sektor listrik diperkirakan tumbuh sebesar 3,1% (y-o-y), relatif melambatKinerja sektor listrik diperkirakan tumbuh sebesar 3,1% (y-o-y), relatif melambatKinerja sektor listrik diperkirakan tumbuh sebesar 3,1% (y-o-y), relatif melambatKinerja sektor listrik diperkirakan tumbuh sebesar 3,1% (y-o-y), relatif melambat
dibandingkan dengan triwulan III-2007 sebesar 3,9%,dibandingkan dengan triwulan III-2007 sebesar 3,9%,dibandingkan dengan triwulan III-2007 sebesar 3,9%,dibandingkan dengan triwulan III-2007 sebesar 3,9%,dibandingkan dengan triwulan III-2007 sebesar 3,9%, hal ini terutama terkaithal ini terutama terkaithal ini terutama terkaithal ini terutama terkaithal ini terutama terkait
dengan dua PLTU di Jakarta yang mengalami penurunan pasokan gas. dengan dua PLTU di Jakarta yang mengalami penurunan pasokan gas. dengan dua PLTU di Jakarta yang mengalami penurunan pasokan gas. dengan dua PLTU di Jakarta yang mengalami penurunan pasokan gas. dengan dua PLTU di Jakarta yang mengalami penurunan pasokan gas. PLTU MuaraKarang dan PLTU Tanjung Priok yang memasok listrik ke Jakarta dan sekitarnya,
terpaksa mengganti gas dengan solar. Sementara itu, kenaikan harga bahan bakar
minyak (BBM) non subsidi mendorong industri yang sebelumnya memakaigenerator sendiri beralih ke listrik PLN, sehingga beban puncak di Jakarta dan
35
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
sekitarnya sejak November naik dari 4.00 MW menjadi 4.800 MW. Kenaikan ini
sementara belum dapat dipenuhi oleh PLN daerah operasi Jakarta Tangerang.
Grafik I.59Penjualan Listrik PLN Distribusi
DKI Jakarta dan Tangerang
Grafik I.60Konsumsi BBM sektor Listrik
Jakarta dan Tangerang
% %
-15
-10
-5
0
5
10
15
2006 20073 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
-5
0
5
10
15
20
25g.PDRB Listrik Bntng.Kons Listrik (rhs)
% %
0
1
2
3
4
5
6
7
2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
-100-50050100150200250300350
g.PDRB Listrik Jktg.Kons. BBM Listrik (rhs)
7. Sektor Jasa-JasaKinerja sektor jasa-jasa pada triwulan IV-2007 diperkirakan tumbuh sebesar 6,7%,Kinerja sektor jasa-jasa pada triwulan IV-2007 diperkirakan tumbuh sebesar 6,7%,Kinerja sektor jasa-jasa pada triwulan IV-2007 diperkirakan tumbuh sebesar 6,7%,Kinerja sektor jasa-jasa pada triwulan IV-2007 diperkirakan tumbuh sebesar 6,7%,Kinerja sektor jasa-jasa pada triwulan IV-2007 diperkirakan tumbuh sebesar 6,7%,
sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan III-2007 sebesar 6,6%.sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan III-2007 sebesar 6,6%.sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan III-2007 sebesar 6,6%.sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan III-2007 sebesar 6,6%.sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan III-2007 sebesar 6,6%. Faktor
yang mempengaruhi peningkatan di sektor ini terutama adalah peningkatan dayabeli searah dengan membaiknya kondisi perekonomian, situasi keamanan yang
kondusif dan libur panjang menghadapi perayaan hari besar keagamaan. Hal
tersebut diperkirakan mampu menarik konsumen untuk membelanjakan sebagianpenghasilannya di jasa-jasa hiburan, seperti bioskop, diskotik, griya pijat dan lainnya.
Sementara itu, seiring dengan keterbatasan perekonomian untuk menyerap tenaga
kerja, maka jasa-jasa rumah tangga maupun perseorangan yang sifatnya lebihcenderung informal diperkirakan meningkat.
1 Bioskop 170 168 167 159 192
2 Bola Sodok 107 156 164 158 169
3 Diskotek 96 95 97 94 98
4 Griya Pijat 215 206 221 218 220
5 Karaoke 174 161 175 171 177
6 Musik Hidup 184 154 173 173 174
Total 946 940 997 973 1030
Tabel I. 9 Perkembangan Jumlah Tempat Hiburan
No. Jenis Usaha Juni - 2005 Des-2005 Juni-2006 Des-2006 Jun-07
Sumber : Dinas Pariwisata DKI Jakarta, Juni 2007
36
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
halaman ini sengaja dikosongkan
37
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI JAKARTA
Tekanan terhadap harga-harga di Jakarta pada triwulan IV 2007 sedikit menurundibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin pada angka inflasiyang lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV-2007 inflasi mencapai 1,6%, q-t-q, turun dibandingkan dengan inflasi triwulansebelumnya 1,8% dan triwulan yang sama tahun 2006 (2,1%). Secara tahunan(y-o-y) inflasi di Jakarta pada akhir bulan Desember 2007 sebesar 6,0% (y-o-y),lebih rendah dibandingkan dengan inflasi tahunan akhir triwulan sebelumnya6,5%. Faktor yang mempengaruhi relatif lebih terkendalinya harga antara lainadalah permintaan yang relatif normal. Sementara itu faktor pemicu inflasi padatriwulan laporan antara lain adalah kenaikan harga bahan baku yang diimpor,seperti kedelai dan gandum yang berdampak pada kenaikan beberapa komoditasbahan makanan dan makanan jadi; kenaikan harga pada beberapa komoditasadministrice prices seperti rokok; kenaikan harga sebagai dampak kenaikan hargadi pasar internasional pada komoditas seperti emas, gangguan pasokan padabeberapa komoditas bahan makanan; dan masih tingginya permintaan sewa dankontrak rumah.
A. INFLASI JAKARTA TRIWULAN IV-2007Kestabilan harga di Jakarta pada triwulan IV-2007 membaik dibandingkan denganKestabilan harga di Jakarta pada triwulan IV-2007 membaik dibandingkan denganKestabilan harga di Jakarta pada triwulan IV-2007 membaik dibandingkan denganKestabilan harga di Jakarta pada triwulan IV-2007 membaik dibandingkan denganKestabilan harga di Jakarta pada triwulan IV-2007 membaik dibandingkan dengan
triwulan sebelumnyatriwulan sebelumnyatriwulan sebelumnyatriwulan sebelumnyatriwulan sebelumnya. Permintaan yang stabil disertai pasokan yang relatif memadai
berdampak pada relatif lebih terkendalinya harga-harga di Jakarta pada triwulanIV-2007 (1,6%, q-t-q), turun dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya
(1,8%) dan triwulan yang sama tahun 2006 (2,1%). Secara tahunan (y-o-y) inflasi
di Jakarta pada akhir bulan Desember 2007 sebesar 6,0% (y-o-y), lebih rendahdibandingkan dengan inflasi tahunan akhir triwulan sebelumnya 6,5%. Inflasi
triwulan IV-2007 ini merupakan inflasi terendah kedua tahun 2007 baik dihitung
secara triwulanan (q-t-q) maupun tahunan (y-o-y). Sementara itu dibandingkandengan dengan dua provinsi tetangga terdekat, yaitu Banten dan Jabar, maka
inflasi di Jakarta pada triwulan IV-2007 juga lebih rendah. Inflasi di Serang (2,0%)
dan Jawa Barat (1,8%). Namun demikian, secara tahunan (y-o-y) inflasi di Jakartalebih tinggi dibandingkan Jabar namun masih lebih rendah dibandingkan dengan
Banten.
38
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Secara umum, faktor-faktor penyebab tekanan inflasi pada triwulan IV-2007 antara
lain adalah :
√ Kenaikan harga bahan baku makanan yang menjadi konsumsi masyarakat
banyak seperti kedelai dan tepung gandum. Kenaikan harga bahan bakutersebut (imported inflation) berdampak pada naiknya harga pada komoditas
tempe mentah, tahu, roti manis dan roti tawar serta beberapa komoditas
makanan lainnya.
√ Kenaikan harga komoditas emas di pasar internasional.
√ Terdapat kenaikan beberapa komoditi administered price.
√ Gangguan pasokan pada beberapa kelompok bahan makanan, walaupun tidak
signifikan.
√ Permintaan yang masih tinggi pada beberapa komoditi/jasa di kelompokperumahan, terutama sewa dan kontrak rumah.
Grafik II.1Inflasi Jakarta (q-t-q)
Grafik II.2Inflasi Jakarta (y-o-y)
NasionalBantenJakartaJabar
Sumber : BPS
% (q-t-q)
0
1
2
3
4
III-2006 IV-2006 I-2007 II-2007 III-2007 IV-2007*2,12,01,61,8
2,33,21,82,5
0,2-1,00,5-0,3
1,92,01,91,1
2,42,52,11,9
1,21,81,21,3
NasionalBantenJakartaJabar
Sumber : BPS
% (Y-O-Y)
0
4
8
12
16
20
2005 2006 I-2007 II-2007 III-2007 IV-20076,66,36,05,3
7,06,96,55,3
5,85,66,05,1
6,57,35,74,9
6,67,76,05,3
17,116,116,119,6
B. INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK1. Inflasi Triwulanan (q-t-q)Kenaikan harga tertinggi pada triwulan ini terjadi pada kelompok pakaian (5,4%)Kenaikan harga tertinggi pada triwulan ini terjadi pada kelompok pakaian (5,4%)Kenaikan harga tertinggi pada triwulan ini terjadi pada kelompok pakaian (5,4%)Kenaikan harga tertinggi pada triwulan ini terjadi pada kelompok pakaian (5,4%)Kenaikan harga tertinggi pada triwulan ini terjadi pada kelompok pakaian (5,4%)
diikuti oleh bahan makanan (4,1%) dan makanan jadi (2,7%) (Grafik II. 3).diikuti oleh bahan makanan (4,1%) dan makanan jadi (2,7%) (Grafik II. 3).diikuti oleh bahan makanan (4,1%) dan makanan jadi (2,7%) (Grafik II. 3).diikuti oleh bahan makanan (4,1%) dan makanan jadi (2,7%) (Grafik II. 3).diikuti oleh bahan makanan (4,1%) dan makanan jadi (2,7%) (Grafik II. 3). Kenaikan
tertinggi di kelompok pakaian terjadi terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga
komoditas emas perhiasan yang dalam triwulan ini naik 16,54%. Pada kelompok
39
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
bahan makanan, kenaikan tertinggi terjadi pada harga bawang merah yang
meningkat hingga 100% dari triwulan sebelumnya. Sementara itu harga kol,
cabe rawit, kelapa dan tomat meningkat lebih dari 30%. Kenaikan harga tertinggidi kelompok makanan jadi terjadi pada roti, kue, martabak dan rokok (Tabel II. 1).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan harga perkemoditas relatif
berbeda, dengan faktor-faktor yang secara spesifik telah disebutkan di atas.Misalnya, kenaikan harga emas perhiasan sangat terkait dengan kenaikan harga
emas di pasaran internasional, sementara kenaikan harga tahu dan tempe
dipengaruhi oleh kenaikan harga impor bahan baku kedelai.
Sumbangan terhadap inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan makananSumbangan terhadap inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan makananSumbangan terhadap inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan makananSumbangan terhadap inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan makananSumbangan terhadap inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan
(0,8%), makanan jadi (0,4%) dan pakaian (0,3%) (Grafik II. 4)(0,8%), makanan jadi (0,4%) dan pakaian (0,3%) (Grafik II. 4)(0,8%), makanan jadi (0,4%) dan pakaian (0,3%) (Grafik II. 4)(0,8%), makanan jadi (0,4%) dan pakaian (0,3%) (Grafik II. 4)(0,8%), makanan jadi (0,4%) dan pakaian (0,3%) (Grafik II. 4). Sumbangan tersebut
dihitung dari kenakan harga dikali dengan bobot nilai konsumsi dari kelompok
bahan makanan (19,3%), makanan jadi (16,3%) dan pakaian (5,8%). Sumbangankelompok bahan makanan terutama berasal dari komoditas bawang merah, tahu,
tempe, kelapa dan tomat. Sumbangan kelompok makanan jadi terutama berasal
dari roti, kue, rokok dan mie. Sedangkan untuk kelompok pakaian, sumbanganterhadap pembentukan inflasi utamanya berasal dari kenaikan harga emas
perhiasan. Secara umum, besar kecilnya sumbangan masing-masing terhadap inflasiakan sangat dipengaruhi oleh bobot dan bersaran inflasi dari masing-masing
komoditas (Tabel II. 2).
Tabel II.1Komoditi Dengan Kenaikan
Harga Tertinggi
Bahan Makanan
Kelompok Komoditi
Sumber : BPS, diolah
Bawang Merah 107,15 106,66 0,69Kol Putih/Kubis 45,45 34,03 0,03Cabe Rawit 33,33 14,52 0,05Kelapa 32,08 50,00 0,32Tomat Sayur 31,67 16,24 0,20
Roti Tawar 29,73 33,33 0,42Kue Basah 25,90 39,46 0,32Roti Manis 14,63 20,51 0,56Martabak 10,81 15,42 0,26Rokok Kretek Filter 5,49 10,28 1,57
Lampu Tl/Neon 11,82 19,42 0,04Emas Perhiasan 17,37 26,12 1,58Vitamin 12,34 18,70 0,06Penghapus 27,28 29,63 0,00Ban Luar Motor 16,60 17,93 0,03
Inflasi (%) Bobot(%)QtQ YoY
Makanan Jadi
PerumahanPakaianKesehatanPendidikanTransportasi
Grafik II.3Inflasi Berdasarkan Kelompok
%(q-t-q)
IHKBhn MakananMknn jadiPerumahanPakaianKesehatanPendidikanTransportasi
Sumber : BPS
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
10,0
Q4-2006 Q1-2007 Q2-2007 Q3-2007 Q4-20071,64,12,7-0,35,41,10,10,2
1,82,40,61,62,00,99,00,3
0,5-0,20,91,00,20,30,00,4
1,94,71,12,40,41,60,10,1
2,15,31,61,92,50,20,00,3
40
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Sementara itu, komoditi beras sebagai komoditi dengan bobot tertinggi (23%)Sementara itu, komoditi beras sebagai komoditi dengan bobot tertinggi (23%)Sementara itu, komoditi beras sebagai komoditi dengan bobot tertinggi (23%)Sementara itu, komoditi beras sebagai komoditi dengan bobot tertinggi (23%)Sementara itu, komoditi beras sebagai komoditi dengan bobot tertinggi (23%)
dalam kelompok bahan makanan, mengalami kenaikan yang cukup rendah 0,96%dalam kelompok bahan makanan, mengalami kenaikan yang cukup rendah 0,96%dalam kelompok bahan makanan, mengalami kenaikan yang cukup rendah 0,96%dalam kelompok bahan makanan, mengalami kenaikan yang cukup rendah 0,96%dalam kelompok bahan makanan, mengalami kenaikan yang cukup rendah 0,96%
(q-t-q).(q-t-q).(q-t-q).(q-t-q).(q-t-q). Pasokan beras yang pada bulan Agustus lalu sempat mencapai puncak,
pada triwulan IV-2007 sedikit mengalami penurunan. Pada bulan November dan
Desember, pasokan beras domestik menurun akibat adanya gangguan distribusiyaitu kerusakan jalan khususnya di daerah pantura. Selain itu datangnya musim
hujan juga menyebabkan supply dari Jawa Tengah dan Jawa Barat ke Pasar Induk
Beras Cipinang (PIBC) menurun karena keterbatasan waktu untuk mengolah gabahmenjadi gabah kering dan padi.
Memasuki bulan ke 2 triwulan IV 2007, secara berangsur pasokan beras ke PIBCMemasuki bulan ke 2 triwulan IV 2007, secara berangsur pasokan beras ke PIBCMemasuki bulan ke 2 triwulan IV 2007, secara berangsur pasokan beras ke PIBCMemasuki bulan ke 2 triwulan IV 2007, secara berangsur pasokan beras ke PIBCMemasuki bulan ke 2 triwulan IV 2007, secara berangsur pasokan beras ke PIBC
menuju ke arah yang relatif stabil. menuju ke arah yang relatif stabil. menuju ke arah yang relatif stabil. menuju ke arah yang relatif stabil. menuju ke arah yang relatif stabil. Hal ini antara lain disebabkan oleh adanyadukungan pemerintah dalam bentuk pengadaan beras impor. Rata-rata pasokan
beras di Pasar Cipinang yang didukung beras impor berdampak pada peningkatan
stok beras. Stok beras pada triwulan IV memiliki kapasitas rata-rata 9 hari. Jumlahpasokan beras ke PIBC yang pada bulan Oktober sempat hanya berjumlah 34.000
ton, meningkat pada bulan November menjadi 51.000 ton, dan pada bulan
Desember mencapai 53.000 ton. Jumlah ini setara dengan jumlah beras yangdikeluarkan/dipasarkan sebesar 52.000 √ 53.000 ton.
Perkembangan pesokan dan permintaan beras di Jakarta sempat menimbulkanPerkembangan pesokan dan permintaan beras di Jakarta sempat menimbulkanPerkembangan pesokan dan permintaan beras di Jakarta sempat menimbulkanPerkembangan pesokan dan permintaan beras di Jakarta sempat menimbulkanPerkembangan pesokan dan permintaan beras di Jakarta sempat menimbulkan
kenaikan harga beras.kenaikan harga beras.kenaikan harga beras.kenaikan harga beras.kenaikan harga beras. Bersamaan dengan masuknya perayaan hari besar
Tabel II. 2Komoditi dengan sumbangan
inflasi tertinggi
Bahan Makanan
Kelompok Komoditi
Sumber : BPS, diolah
Bawang Merah 0,74 107,15 0,01Tahu Mentah 0,14 27,59 0,01Kelapa 0,10 32,08 0,00Tomat Sayur 0,06 31,67 0,00Tempe 0,06 10,14 0,01
Roti Tawar 0,13 29,73 0,00Rokok Kretek Filter 0,09 5,49 0,02Kue Basah 0,08 25,90 0,00Roti Manis 0,08 14,63 0,01Mie 0,04 3,89 0,01
Sewa Rumah 0,04 1,12 0,04Emas Perhiasan 0,27 17,37 0,02Parfum 0,01 6,34 0,00Buku Gambar 0,00 22,22 0,00Bensin 0,03 1,10 0,03
Q-t-Q Bobot(%)Kontribusi Inflasi
Makanan Jadi
PerumahanPakaianKesehatanPendidikanTransportasi
Grafik II.4Sumbangan Inflasi Berdasarkan Kelompok
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
1,6
0,8
0,40,3
0,0 0,00,0
IHKBhn
Makanan
Mknn jadiPerumahan
PakaianKesehatan
PendidikanTransportasi
41
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
keagamaan (hari raya Idul Adha dan hari natal) permintaan beras dan disisi lain
pasokan relatif tetap sempat menyebabkan harga beras meningkat. Bulan
Desember harga beras sempat meningkat hingga Rp 6.000 per kg namun secarakeseluruhan harga beras pada triwulan IV rata-rata berkisar Rp 5.400 per kg.
Grafik II.5Perkembangan harga beras di PIBC
Grafik II.6Pemasukan dan Pengeluaran Beras di PIBC
Sumber : www.biro adms perekonomian DKI Jakarta
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
5.000
5.500
6.000
6.500Rata-Rata Harga Beras PIBC
Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des
2006 2007 Pemasukan
Pengeluaran
Ton
Sumber : Biro Adms Perekonomian DKI Jakarta
-
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
57.663 44.774 46.145 52.482 45.472 34.220 51.573 55.734
58.377 49.482 48.553 48.011 47.373 33.304 53.053 50.360
Grafik II.7Pasokan vs Kebutuhan Beras di DKI Jakarta
Tabel II. 3Kapasitas Ketersediaan Beras
di DKI Jakarta
Q4-2006 2.000 na 2.500
Q1-2007 1.600 33.032 2.500 13,21
Q2-2007 3.523 30.317 2.500 12,13
Q3-2007 2.500 31.333 2.500 12,53
Q4-2007 2.309 27.189 3.000 9,06
Sumber : Dinas Indagkop DKI Jakarta, diolah
Ton PasokanHarian
Rata-rataStok Harian
KebutuhanHarian
Kapasitas(hari)
Ton
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
Q4-2006 Q1-2007 Q2-2007 Q3-2007 Q4-2007
Pasokan HarianKebutuhan Harian
Dalam triwulan laporan tersebut beberapa komoditas di kelompok bahan makananDalam triwulan laporan tersebut beberapa komoditas di kelompok bahan makananDalam triwulan laporan tersebut beberapa komoditas di kelompok bahan makananDalam triwulan laporan tersebut beberapa komoditas di kelompok bahan makananDalam triwulan laporan tersebut beberapa komoditas di kelompok bahan makanan
di luar beras yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan juga meningkat.di luar beras yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan juga meningkat.di luar beras yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan juga meningkat.di luar beras yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan juga meningkat.di luar beras yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan juga meningkat. Terganggunya
jalur distribusi sebagai akibat dari bencana banjir di beberapa daerah di Jatengdan Jatim telah menyebabkan pasokan beberapa komoditas sayur dan buah-
buahan terganggu. Selain itu, hujan juga telah menyebabkan sebagian dari
tanaman sayuran rusak.
42
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Pasokan sayur-sayuran ke pasar induk Kramat Jati di triwulan IV-2008 menurunPasokan sayur-sayuran ke pasar induk Kramat Jati di triwulan IV-2008 menurunPasokan sayur-sayuran ke pasar induk Kramat Jati di triwulan IV-2008 menurunPasokan sayur-sayuran ke pasar induk Kramat Jati di triwulan IV-2008 menurunPasokan sayur-sayuran ke pasar induk Kramat Jati di triwulan IV-2008 menurun
dari 48 ton menjadi 47,1 ton sehingga menyebabkan harga beberapa komoditasdari 48 ton menjadi 47,1 ton sehingga menyebabkan harga beberapa komoditasdari 48 ton menjadi 47,1 ton sehingga menyebabkan harga beberapa komoditasdari 48 ton menjadi 47,1 ton sehingga menyebabkan harga beberapa komoditasdari 48 ton menjadi 47,1 ton sehingga menyebabkan harga beberapa komoditas
sayur-mayur meningkat rata-rata 14%. sayur-mayur meningkat rata-rata 14%. sayur-mayur meningkat rata-rata 14%. sayur-mayur meningkat rata-rata 14%. sayur-mayur meningkat rata-rata 14%. Peningkatan tertinggi terjadi pada bawangmerah yang meningkat hingga 100% diikuti kol 45%, cabe rawit, kelapa dan
tomat masing-masing sebesar 30%. Sementara itu pasokan buah-buahan ke pasar
induk kramat jati di triwulan IV-2007 juga menurun dari 35,9 menjadi 32,8 sehinggaharga buah-buahan meningkat namun tak setinggi peningkatan harga sayur mayur.
Harga bahan makanan yang juga meningkat di triwulan IV adalah tepung teriguHarga bahan makanan yang juga meningkat di triwulan IV adalah tepung teriguHarga bahan makanan yang juga meningkat di triwulan IV adalah tepung teriguHarga bahan makanan yang juga meningkat di triwulan IV adalah tepung teriguHarga bahan makanan yang juga meningkat di triwulan IV adalah tepung terigu
dan minyak goreng yang meningkat masing-masing sebesar 10,1% dan 4,1%.dan minyak goreng yang meningkat masing-masing sebesar 10,1% dan 4,1%.dan minyak goreng yang meningkat masing-masing sebesar 10,1% dan 4,1%.dan minyak goreng yang meningkat masing-masing sebesar 10,1% dan 4,1%.dan minyak goreng yang meningkat masing-masing sebesar 10,1% dan 4,1%.
Kenaikan harga komoditi tersebut juga membawa dampak pada kenaikan hargamakanan yang menggunakan tepung dan minyak goreng. Kenaikan harga
makanan jadi tertinggi terjadi pada roti tawar yang meningkat 30%, kue-kue
26% dan mie 4%. Sementar itu kenaikan yang tinggi juga terjadi pada komoditastempe dan tahu sebagai akibat dari kenaikan harga bahan baku kedelai.
Grafik II.8Perkembangan Pasokan Sayur
Tabel II. 4Pasokan Sayur Mayur triwulan I-IV 2007
dipasar induk*
Pasar Induk Beras
Cipinang (PIBC)
- Beras (ton) 51.774 54.494 48.033 47.176
Pasar Induk Kramat Jati
- Sayuran (ton) 36.367 35.951 35.841 29.096
- Buah (ton) 32.408 31.091 35.940 32.896
Rata-rata per bulan (ton)
Sumber : Dinas Indagkop DKI , diolah
2007
I II III IV
Tabel II. 5Harga Sembako pada triwulan III-IV 2007
Beras 5.119 5.444 6,36Hewan Ternak Potong 58.501 58.432 -0,12Sayur Mayur 12.873 14.732 14,44Buah Buahan 9.000 9.055 0,61Gula Pasir 6.783 6.717 -0,97Minyak Goreng Curah 8.962 9.326 4,07Tepung Terigu 4.665 5.173 10,90Minyak Tanah 3.515 3.689 4,95
Sumber : Biro Adms Perekonomian Propinsi DKI Jakarta
Rata-rataIII-2007
Rata-rataIV-2007
Perubahan(%)
Komoditas
Ton
0
20000
40000
60000
80000
100000
2006 200710 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Beras Sayuran Buah
Grafik II.9Perkembangan Harga Sembako
Rp
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
8.000
9.000
10.000
Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Minyak goreng curahTepung terigu
Gula pasirMinyak tanah.
43
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
2. Inflasi Tahunan (y-o-y)Dilihat secara tahunan, inflasi y-o-y DKI Jakarta dan pada triwulan IV-2007 menurunDilihat secara tahunan, inflasi y-o-y DKI Jakarta dan pada triwulan IV-2007 menurunDilihat secara tahunan, inflasi y-o-y DKI Jakarta dan pada triwulan IV-2007 menurunDilihat secara tahunan, inflasi y-o-y DKI Jakarta dan pada triwulan IV-2007 menurunDilihat secara tahunan, inflasi y-o-y DKI Jakarta dan pada triwulan IV-2007 menurun
sebesar 6,0% dibandingkan 6,5% pada triwulan sebelumnya.sebesar 6,0% dibandingkan 6,5% pada triwulan sebelumnya.sebesar 6,0% dibandingkan 6,5% pada triwulan sebelumnya.sebesar 6,0% dibandingkan 6,5% pada triwulan sebelumnya.sebesar 6,0% dibandingkan 6,5% pada triwulan sebelumnya. Tekanan harga
tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan, pendidikan dan pakaian.Kenaikan pada kelompok bahan makanan bersumber dari tingginya kenaikan harga
pada triwulan I-2007. Kenaikan pada kelompok pendidikan dan pakaian bersumber
dari tingginya kenaikan pada kedua kelompok tersebut pada triwulan III-2007berkaitan dengan kenaikan biaya sekolah.
Grafik II.10Inflasi berdasarkan kelompok
barang (y-o-y)
Grafik II.11Kontribusi per kelompok barang dalam
Inflasi y-o-y
IHKBhn MakananMknn jadiPerumahanPakaianKesehatanPendidikanTransportasi
Jakarta (y-o-y%)
Sumber : BPS
0
5
10
15
20
Q4-2006 Q1-2007 Q2-2007 Q3-2007 Q4-20076,0
15,34,44,37,85,75,10,7
5,711,93,75,75,04,67,00,5
5,912,73,96,23,72,96,50,7
6,512,74,27,15,13,19,01,0
6,011,45,44,88,24,09,10,9
IHKBhn
Makanan
Mknn jadiPerumahan
PakaianKesehatan
PendidikanTransportasi
0
2
4
6
8
6,04
2,20
0,871,50
0,47 0,15 0,160,57
Secara tahunan, sumbangan terhadap inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahanSecara tahunan, sumbangan terhadap inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahanSecara tahunan, sumbangan terhadap inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahanSecara tahunan, sumbangan terhadap inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahanSecara tahunan, sumbangan terhadap inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan
makanan (2,2%), perumahan (1,5%) dan makanan jadi (0,9%)makanan (2,2%), perumahan (1,5%) dan makanan jadi (0,9%)makanan (2,2%), perumahan (1,5%) dan makanan jadi (0,9%)makanan (2,2%), perumahan (1,5%) dan makanan jadi (0,9%)makanan (2,2%), perumahan (1,5%) dan makanan jadi (0,9%). Sumbangan
tersebut dihitung dari kenakan harga dikali dengan bobot nilai konsumsi dari bahan
makanan (19,3%), perumahan (31,1%) dan makanan jadi (16,3%). Kelompokpakaian dan pendidikan, meskipun mengalami kenaikan harga tertinggi tetapi
karena bobotnya rendah (5,8% dan 6,2%) maka kelompok tersebut bukan
merupakan penyumbang utama inflasi. Sebaliknya kelompok perumahan meskipunmengalami kenaikan yang relatif rendah namun karena bobotnya cukup tinggi
(31,1%) maka kelompok tersebut memberikan sumbangan yang cukup besar bagi
inflasi di Jakarta.
Sementara itu dilihat dari komoditas individual maka beras merupakan komoditasSementara itu dilihat dari komoditas individual maka beras merupakan komoditasSementara itu dilihat dari komoditas individual maka beras merupakan komoditasSementara itu dilihat dari komoditas individual maka beras merupakan komoditasSementara itu dilihat dari komoditas individual maka beras merupakan komoditas
yang memberikan sumbangan terbesar terhadap inflasi.yang memberikan sumbangan terbesar terhadap inflasi.yang memberikan sumbangan terbesar terhadap inflasi.yang memberikan sumbangan terbesar terhadap inflasi.yang memberikan sumbangan terbesar terhadap inflasi. Beras yang mengalami
44
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
inflasi 11.4% memberikan kontribusi sebesar 0,530%. Sementara itu, bawang
merah yang mengalami inflasi tertinggi hanya memberikan kontribusi terhadap
inflasi 0,377%. 20 besar komoditas yang memberikan sumbangan terbesarterhadap inflasi 2007 dapat dilihat di tabel II. 6.
Tabel II. 6.20 Komoditas Yang Berkontribusi Terbesar Terhadap Inflasi Tahun 2007
No. Komoditas Inflasi (%) Kontribusi (%) No. Komoditas Inflasi (%) Kontribusi (%)
1 Beras 11,4 0,530 11 Rokok Kret. Fil. 10,28 0,155
2 Bwg Merah 106,66 0,377 12 Dagiang Ayam 10,49 0,136
3 Emas Per. 26,12 0,348 13 Minyak tanah 7,83 0,136
4 Kontrak Rumah 3,24 0,334 14 Kelapa 50,00 0,114
5 PAM 18,4 0,296 15 Roti Tawar 33,33 0,111
6 Biaya Keam. 90,0 0,278 16 Roti manis 20,51 0,101
7 Minyak goreng 30,16 0,260 17 Bensin 3,23 0,099
8 Sewa rumah 5,01 0,178 18 Kue basah 39,46 0,095
9 Tahu 51,03 0,180 19 Rokok Kretek 6,92 0,070
10 Tempe 40,74 0,171 20 Tarif Tol 24,65 0,050
C. INFLASI BERDASARKAN INFLASI INTI DAN NON INTI (Y-O-Y)Penurunan inflasi IHK pada triwulan dari 6,5% (y-o-y) pada akhir triwulan III 2007Penurunan inflasi IHK pada triwulan dari 6,5% (y-o-y) pada akhir triwulan III 2007Penurunan inflasi IHK pada triwulan dari 6,5% (y-o-y) pada akhir triwulan III 2007Penurunan inflasi IHK pada triwulan dari 6,5% (y-o-y) pada akhir triwulan III 2007Penurunan inflasi IHK pada triwulan dari 6,5% (y-o-y) pada akhir triwulan III 2007
menjadi 6,0% pada akhir triwulan IV 2007 dipengaruhi oleh penurunan baik inflasimenjadi 6,0% pada akhir triwulan IV 2007 dipengaruhi oleh penurunan baik inflasimenjadi 6,0% pada akhir triwulan IV 2007 dipengaruhi oleh penurunan baik inflasimenjadi 6,0% pada akhir triwulan IV 2007 dipengaruhi oleh penurunan baik inflasimenjadi 6,0% pada akhir triwulan IV 2007 dipengaruhi oleh penurunan baik inflasi
inti 5,1% maupun non inti (7,4%)inti 5,1% maupun non inti (7,4%)inti 5,1% maupun non inti (7,4%)inti 5,1% maupun non inti (7,4%)inti 5,1% maupun non inti (7,4%). Pada triwulan sebelumnya, Inflasi inti tercatatsebesar 5,5% (y-o-y) sedangkan inflasi non inti 8,0%. Dengan kondisi tersebut
maka inflasi inti dan non inti memberikan kontribusi terhadap pembentukan inflasi
IHK dalam besaran yang hampir sama, yaitu masing-masing sebesar 3,0%.
Menurunnya inflasi inti tersebut menunjukkan permintaan masyarakat relatif stabilMenurunnya inflasi inti tersebut menunjukkan permintaan masyarakat relatif stabilMenurunnya inflasi inti tersebut menunjukkan permintaan masyarakat relatif stabilMenurunnya inflasi inti tersebut menunjukkan permintaan masyarakat relatif stabilMenurunnya inflasi inti tersebut menunjukkan permintaan masyarakat relatif stabil
dan tidak cukup kuat untuk mendorong inflasi. dan tidak cukup kuat untuk mendorong inflasi. dan tidak cukup kuat untuk mendorong inflasi. dan tidak cukup kuat untuk mendorong inflasi. dan tidak cukup kuat untuk mendorong inflasi. Peningkatan inflasi sebagian besar
lebih disebabkan oleh faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, yaitu lebih banyak
disebabkan oleh gangguan di sisi penawaran baik berupa gangguan distribusi,kenaikan biaya produksi ataupun kenaikan harga komoditas yang diimpor. Hal ini
antara lain tercermin tercermin pada kenaikan harga beberapa komoditi seperti
roti tawar, roti manis, kue-kue, tahu dan tempe lebih disebabkan olehmeningkatnya harga bahan baku yaitu minyak goreng, tepung terigu dan kedelai.
Harga minyak goreng dan beras serta beberapa komoditas bahan makanan
meningkat disebabkan oleh adanya gangguan pasokan. Sementara itu peningkatanharga kedelai dan terigu disebabkan oleh kenaikan harga impor, dan untuk harga
45
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
emas perhiasan dipengaruhi oleh adanya kenaikan harga komoditas emas di pasar
internasional.
Penurunan inflasi non inti yang terjadi di triwulan IV 2007 antara lain disebabkanPenurunan inflasi non inti yang terjadi di triwulan IV 2007 antara lain disebabkanPenurunan inflasi non inti yang terjadi di triwulan IV 2007 antara lain disebabkanPenurunan inflasi non inti yang terjadi di triwulan IV 2007 antara lain disebabkanPenurunan inflasi non inti yang terjadi di triwulan IV 2007 antara lain disebabkan
oleh relatif lebih stabilnya harga oleh relatif lebih stabilnya harga oleh relatif lebih stabilnya harga oleh relatif lebih stabilnya harga oleh relatif lebih stabilnya harga volatile foodvolatile foodvolatile foodvolatile foodvolatile food dan di sisi lain kenaikan dan di sisi lain kenaikan dan di sisi lain kenaikan dan di sisi lain kenaikan dan di sisi lain kenaikan administeredadministeredadministeredadministeredadministeredpricepricepricepriceprice relatif terbatas. relatif terbatas. relatif terbatas. relatif terbatas. relatif terbatas. Dalam triwulan laporan, walaupun beberapa komoditi seperti
bawang merah, cabe, tahu dan tempe di bulan Oktober sempat mengalami
kenaikan lebih dari 30%, namun kenaikan harga sebagian besar sayur mayursecara umum masih lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan yang terjadi
pada triwulan sebelumnya. Sementara itu harga minyak goreng (curah) walaupun
sempat menyentuh harga Rp 10.000 per kg, maka dengan operasi pasar telahberhasil dinormalisasi pada kisaran harga Rp 7.500 per kg. Peran pemerintah
untuk pengendalian harga beberapa komoditas penting di kelompok ini cukup
berperan dan memiliki dampak yang relatif cukup cepat, terutama dalamkapsitasnya sebagai stabilisator.
Grafik II.12Inflasi Inti dan Non Inti
Grafik II.13Sumbangan Inflasi inti dan Non Inti
(%) yoy
2
7
12
17
22
27
32
2005 2006 20071 23 4 5 6 78 91011121 2 34 5 67 8 91011121 23 4 5 6 78 9101112
IHK Jakarta 6,0Inflasi Inti 5,1Inflasi Non Inti 7,4
Kontribusi (%)
0
5
10
15
20Inflasi Non Inti 2,95Inflasi Inti 3,09
2005 2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112
Grafik II.14Perkembangan harga beberapa komoditi
dalam inflasi inti
Grafik II.15Perkembangan harga beberapa komoditi
dalam inflasi non inti
Sumber : SPH
%
-4
-2
0
2
4
6
8
10
2006 20076 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Emas PerhiasanMieGula PasirAyam Goreng
Sumber : SPH
%
2006 20076 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
-20
-10
0
10
20
30
40BerasDaging ayam rasMinyak gorengTelur ayam ras
46
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Sementara itu, harga pada beberapa komoditas yang diaturSementara itu, harga pada beberapa komoditas yang diaturSementara itu, harga pada beberapa komoditas yang diaturSementara itu, harga pada beberapa komoditas yang diaturSementara itu, harga pada beberapa komoditas yang diatur (administered price) (administered price) (administered price) (administered price) (administered price)secara keseluruhan kenaikannyasecara keseluruhan kenaikannyasecara keseluruhan kenaikannyasecara keseluruhan kenaikannyasecara keseluruhan kenaikannya relatif terbatasrelatif terbatasrelatif terbatasrelatif terbatasrelatif terbatas. Harga BBM bersubsidi tidak
mengalami peningkatan, namun demikian dengan adanya program konversiminyak tanah ke gas sempat membawa dampak pada kelangkaan minyak tanah
sehingga mendorong harga meningkat walaupun kenaikannya semakin menurun.
Jika pada triwulan sebelumnya di tingkat pedagang eceran terjadi kenaikan hargahingga sebesar 50% di atas harga normal Rp 3.500 per liter, pada triwulan ini
hanya terjadi peningkatan sebesar rata-rata 5% di atas harga normal namun
pengaruh terhadap inflasi relatif rendah. Pada triwulan ini administered price yangmengalami kenaikan harga adalah rokok kretek filter. Sementara itu, tarif air minum,
angkutan dan tarif tol tidak mengalami kenaikan. Tarif air minum di DKI Jakarta,
sejak kenaikan terakhir sebesar 10,05% pada bulan Januari 2007 yang lalu, hinggakini tidak mengalami kenaikan, meskipun pihak penyelenggara sudah mengusulkan
kenaikan sebesar 30%.
Tabel II. 7Tarif Air Minum
Jan-05 4965 8,14%Jun-05 5473 9,49%Jan-06 5932 8,39%Jun-06 6421 17,32%Jan-07 6427 10,05%Jun-07 7066 0%Des-2007 9186 30%*
*) Perkiraan Sumber : Berbagai Media, diolah
Bulan Tarif per meterkubik (Rp)
Kenaikan(%)
Tabel II. 8Harga BBM di Jakarta
Premium 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500
Pertamax Plus 6.500 6.500 6.300 6.400 7.150 7.800
Pertamax 6.400 6.400 6.150 6.250 6.950 7.450
Pertamax Dex 6.300 7.100 7.150 7.500 8.100 8.600
Minyak Tanah 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
Minyak Solar 4.300 4.300 4.300 4.300 4.300 4.300
Sumber : Pertamina
JenisJuli Ags Sept Okt Nov Des
2007
Tabel II. 9.Perilaku barang berdasarkan inti dan non inti
DKI IV-2007 Meningkat Menurun
MAKANAN JADI : roti, kue basah, BAHAN MAKANAN :
mie telor, tauge, telur ayam kmpg,terigu, kecap, daging
KelompokKelompokKelompokKelompokKelompok ayam kampung , ayam hidupkeju mie telor, ayam BAHAN MAKANAN : alpukat,daun bwg,
Inflasi IntiInflasi IntiInflasi IntiInflasi IntiInflasi Inti hidup, keju, PENDIDIKAN : Alat tulis kcg hijau, MAKANAN JADI : gula pasir, bir,
(penghapus,pulpen,buku gambar), PERUMAHAN : PERUMAHAN :semen, kayu lapis,
neon, sprey, PAKAIAN : emas, blus, kemeja,bahan KESEHATAN : shampo
batik, sarung, KESEHATAN: vitamin, obat flu.
47
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Rencana kenaikan tarif Transjakarta sebesar 42,8% dari Rp 3.500 menjadi RpRencana kenaikan tarif Transjakarta sebesar 42,8% dari Rp 3.500 menjadi RpRencana kenaikan tarif Transjakarta sebesar 42,8% dari Rp 3.500 menjadi RpRencana kenaikan tarif Transjakarta sebesar 42,8% dari Rp 3.500 menjadi RpRencana kenaikan tarif Transjakarta sebesar 42,8% dari Rp 3.500 menjadi Rp
5.000 sebagaimana diusulkan Pemprov DKI Jakarta diperkirakan baru akan5.000 sebagaimana diusulkan Pemprov DKI Jakarta diperkirakan baru akan5.000 sebagaimana diusulkan Pemprov DKI Jakarta diperkirakan baru akan5.000 sebagaimana diusulkan Pemprov DKI Jakarta diperkirakan baru akan5.000 sebagaimana diusulkan Pemprov DKI Jakarta diperkirakan baru akan
terealisasi pada tahun 2008 dan tarif angkutan laut dan tol di triwulan IV 2007terealisasi pada tahun 2008 dan tarif angkutan laut dan tol di triwulan IV 2007terealisasi pada tahun 2008 dan tarif angkutan laut dan tol di triwulan IV 2007terealisasi pada tahun 2008 dan tarif angkutan laut dan tol di triwulan IV 2007terealisasi pada tahun 2008 dan tarif angkutan laut dan tol di triwulan IV 2007
tidak meningkat.tidak meningkat.tidak meningkat.tidak meningkat.tidak meningkat. Tarif angkutan umum antar kota antar propinsi (AKAP) tidak
mengalami kenaikan. Tarif angkutan laut dalam negreri tidak mengalami perubahanmengingat baru saja mengalami kenaikan sebesar 30% pada triwulan sebelumnya.
Sementara itu, tarif tol di triwulan IV juga tidak meningkat mengingat pada triwulan
sebelumnya pemerintah telah menaikan tarif tol Jakarta Tangerang, Tol dalamKota dan Tol Jagorawi dengan kenaikan rata-rata sebesar 20,82%. Sementara itu
rencana penghapusan biaya tambahan (surchage) dalam terminal handling charge(THC) sebesar US$ 25 sampai US$ 40 per kontainer diperkirakan akan terealisasi
awal tahun 2008. Selama ini biaya terminal terdiri dari container handling chargedan surcharge yang keseluruhannya sebesar US$ 90 sampai US$145.
Tabel II. 9.Perilaku barang berdasarkan inti dan non inti (lanjutan)
DKI IV-2007 Meningkat Menurun
KelompokKelompokKelompokKelompokKelompok Bawang Merah, Kubis, CABE, kelapa, tomat, tahu, Petai, emping, pepaya, daging ayam ras,
Volatile FoodVolatile FoodVolatile FoodVolatile FoodVolatile Food tempe ketimun, semangka
KelompokKelompokKelompokKelompokKelompok Angkutan Udara, kereta api, Rokok kretek, angkutan Minyak Tanah
AdministeredAdministeredAdministeredAdministeredAdministered antar kota, BENSIN.
PricePricePricePricePrice
48
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
halaman ini sengaja dikosongkan
49
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
BAB III. PERKEMBANGAN PERBANKAN1
Kegiatan usaha perbankan dan kegiatan usaha lembaga keuangan non bank diKegiatan usaha perbankan dan kegiatan usaha lembaga keuangan non bank diKegiatan usaha perbankan dan kegiatan usaha lembaga keuangan non bank diKegiatan usaha perbankan dan kegiatan usaha lembaga keuangan non bank diKegiatan usaha perbankan dan kegiatan usaha lembaga keuangan non bank di
Jakarta sampai dengan akhir bulan November 2007 menunjukkan perkembanganJakarta sampai dengan akhir bulan November 2007 menunjukkan perkembanganJakarta sampai dengan akhir bulan November 2007 menunjukkan perkembanganJakarta sampai dengan akhir bulan November 2007 menunjukkan perkembanganJakarta sampai dengan akhir bulan November 2007 menunjukkan perkembangan
yang masih positif dengan trend yang meningkatyang masih positif dengan trend yang meningkatyang masih positif dengan trend yang meningkatyang masih positif dengan trend yang meningkatyang masih positif dengan trend yang meningkat. Kegiatan penghimpunan danamasyarakat dan disisi lain penyaluran kredit oleh kantor bank yang berlokasi diJakarta meningkat. Pertumbuhan penghimpunan dana melambat, namun demikianakselerasi pertumbuhan penyaluran kredit meningkat cukup tinggi. Faktor yangmempengaruhi peningkatan penghimpunan dana antara lain adalah peningkatanpendapatan sebagian masyarakat sehingga simpanan individual meningkat,peningkatan simpanan perusahaan non keuangan dan peningkatan simpananlembaga keuangan bukan bank swasta. Sementara itu faktor yang mempengaruhipeningkatan outstanding kredit antara lain adalah perekonomian yang membaiksehingga kebutuhan pembiayaan dunia usaha dan pembiayaan konsumsimasyarakat meningkat. Dengan perkembangan tersebut maka rasio penyalurankredit terhadap dana yang dihimpun bank (LDR) di Jakarta meningkat dari 66,07%pada akhir September 2007 menjadi 69,35% pada akhir November 2007, dan diatas angka LDR Nasional 66,94%. Peningkatan kegiatan intermediasi diikuti denganperformance kredit yang relatif lebih baik dibandingkan dengan periode yangsama tahun sebelumnya, sebagaimana tercermin pada penurunan NPLs Gross.Perkembangan performance kredit tersebut dipengaruhi antara lain olehberlanjutnya langkah-langkah restrukturisasi kredit terhadap beberapa debitor besardan penyaluran kredit yang lebih berhati-hati. Secara keseluruhan, resiko likuiditasdan resiko pasar masih dapat tertangani dengan baik. Sementara itu, kegiatanusaha lembaga keuangan non bank, khususnya pembiayaan konsumen jugamenunjukkan peningkatan. Hal yang sama juga tercermin pada peningkatanaktifitas di pasar modal. Walaupun sempat terpengaruh oleh gejolak pasarkeuangan global karena kasus subprime mortgage namun aktifitas di pasar modalkembali rebound.
1 Data yang disajikan dan dianalisis adalah data yang didasarkan pada kegiatan kantor bank yang berlokasi di wilayah Jakarta,bukan data menurut kriteria lokasi proyek. Fokusnya adalah untuk mengetahui perkembangan kegiatan kantor bank yangberlokasi di Jakarta, termasuk resiko-resiko yang dihadapi bank di Jakarta. Sumber data berasal dari Direktorat Perizinan danInformasi Perbankan.
50
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
A. INTERMEDIASI PERBANKANPenhimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Jakarta sampai dengan akhir NovemberPenhimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Jakarta sampai dengan akhir NovemberPenhimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Jakarta sampai dengan akhir NovemberPenhimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Jakarta sampai dengan akhir NovemberPenhimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Jakarta sampai dengan akhir November
masih menunjukkan pertumbuhan yang positif sementara itu di sisi lain penyaluranmasih menunjukkan pertumbuhan yang positif sementara itu di sisi lain penyaluranmasih menunjukkan pertumbuhan yang positif sementara itu di sisi lain penyaluranmasih menunjukkan pertumbuhan yang positif sementara itu di sisi lain penyaluranmasih menunjukkan pertumbuhan yang positif sementara itu di sisi lain penyaluran
kredit meningkat. kredit meningkat. kredit meningkat. kredit meningkat. kredit meningkat. Faktor yang mempengaruhi perlambatan pertumbuhan DPKadalah terjadinya perlambatan pertumbuhan penghimpunan Deposito yang searah
dengan penurunan bunga SBI, imbal hasilnya semakin turun. Selain itu juga
dipengaruhi oleh semakin banyaknya outlet berinvestasi di instrumen finansiallain. Namun untuk tabungan dan Giro masih tumbuh cukup tinggi. Sementara
itu pertumbuhan penyaluran kredit masih menunjukkan trend yang meningkat.
Faktor yang mempengaruhi peningkatan penyaluran kredit adalah perbaikanekonomi yang berdampak pada peningkatan kebutuhan pembiayaan dunia usaha
dan pembiayaan konsumen.
Tabel III. 1Beberapa Indikator Perbankan Jakarta
3 4 3 4*
Jakarta DPK Rp Miliar 584.600,0 616.900,0 682.106,6 697.983,9
Pertumbuhan (%, y-o-y) 2,2 5,2 16,7 14,0
Kredit Lokasi Bank Rp Miliar 370.019,8 396.229,6 450.661,2 484.028,4
Pertumbuhan (%, y-o-y) 5,1 11,6 21,8 26,6
Kredit Lokasi Proyek Rp Miliar 259.739,2 280.883,0 325.169,0 325.169,0
Pertumbuhan (%, y-o-y) 1,9 7,8 25,2 22,3
LDR (%) 63,29 64,2 66,1 69,3
NPL (%) 9,6 8,7 6,0 5,2
2006 2007Uraian
*) s.d. November 2007
1. Penghimpunan Dana MasyarakatPenghimpunan dana pihak ketiga oleh perbankan di Jakarta di triwulan IV (s.d.Penghimpunan dana pihak ketiga oleh perbankan di Jakarta di triwulan IV (s.d.Penghimpunan dana pihak ketiga oleh perbankan di Jakarta di triwulan IV (s.d.Penghimpunan dana pihak ketiga oleh perbankan di Jakarta di triwulan IV (s.d.Penghimpunan dana pihak ketiga oleh perbankan di Jakarta di triwulan IV (s.d.
November) relatif tumbuh lambat, dan trend pertumbuhan tahunan akselerasinyaNovember) relatif tumbuh lambat, dan trend pertumbuhan tahunan akselerasinyaNovember) relatif tumbuh lambat, dan trend pertumbuhan tahunan akselerasinyaNovember) relatif tumbuh lambat, dan trend pertumbuhan tahunan akselerasinyaNovember) relatif tumbuh lambat, dan trend pertumbuhan tahunan akselerasinya
melambat (Grafik III.1 dan 2)melambat (Grafik III.1 dan 2)melambat (Grafik III.1 dan 2)melambat (Grafik III.1 dan 2)melambat (Grafik III.1 dan 2). Secara triwulanan penghimpunan DPK tumbuh
sedikit lebih rendah (3,2%) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (3,3%).Dengan perkembangan ini maka pertumbuhan penghimpunan DPK s.d. November
2007 mencapai 13,1% (y-to-d) dan secara tahunan (y-o-y) tumbuh 14,7%,
melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (16,7%, y-o-y). Peningkatanpenghimpunan yang relatif rendah di triwulan III terjadi karena relatif rendahnya
peningkatan penghimpunan dana dalam bentuk deposito.
51
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Secara tahunan (y-o-y), peningkatan penghimpunan dana terutama terjadi padaSecara tahunan (y-o-y), peningkatan penghimpunan dana terutama terjadi padaSecara tahunan (y-o-y), peningkatan penghimpunan dana terutama terjadi padaSecara tahunan (y-o-y), peningkatan penghimpunan dana terutama terjadi padaSecara tahunan (y-o-y), peningkatan penghimpunan dana terutama terjadi pada
simpanan jenis tabungan dan giro, sementara itu simpanan dalam bentuk depositosimpanan jenis tabungan dan giro, sementara itu simpanan dalam bentuk depositosimpanan jenis tabungan dan giro, sementara itu simpanan dalam bentuk depositosimpanan jenis tabungan dan giro, sementara itu simpanan dalam bentuk depositosimpanan jenis tabungan dan giro, sementara itu simpanan dalam bentuk deposito
pertumbuhannya relatif lambat.pertumbuhannya relatif lambat.pertumbuhannya relatif lambat.pertumbuhannya relatif lambat.pertumbuhannya relatif lambat. Peningkatan tabungan yang tinggi (33,6%, y-o-y)
dipengaruhi oleh pendapatan masyarakat yang meningkat, dan tabungan menjadialternatif antara lain karena alasan fleksibilitas dan kemudahan-kemudahan yang
dimilikinya, seperti adanya fasilitas ATM dengan pelayanan elektronis yang melekat
didalamnya. Simpanan dalam bentuk giro juga meningkat yang antara laindipengaruhi oleh kebutuhan transaksi dunia usaha yang meningkat, termasuk
didalamnya peningkatan untuk kegiatan transaksi di pasar keuangan, dan
kemungkinan juga dipengaruhi oleh diterapkannya sistem kliring nasional yang lebihefektif dan efisien. Sementara itu, pertumbuhan DPK deposito yang relatif lambat
(8,0%) diduga dipengaruhi oleh imbal hasil yang cenderung menurun sejalan dengan
penurunan bunga SBI dan juga outlet investasi di pasar keuangan yang semakinberagam, seperti pasar modal, reksadana, insurance linked, dan lainnya.
Walaupun deposito tumbuh relatif lambat namun struktur atau komposisi danaWalaupun deposito tumbuh relatif lambat namun struktur atau komposisi danaWalaupun deposito tumbuh relatif lambat namun struktur atau komposisi danaWalaupun deposito tumbuh relatif lambat namun struktur atau komposisi danaWalaupun deposito tumbuh relatif lambat namun struktur atau komposisi dana
pihak ketiga (DPK) perbankan di DKI Jakarta relatif tidak berubah, deposito tetappihak ketiga (DPK) perbankan di DKI Jakarta relatif tidak berubah, deposito tetappihak ketiga (DPK) perbankan di DKI Jakarta relatif tidak berubah, deposito tetappihak ketiga (DPK) perbankan di DKI Jakarta relatif tidak berubah, deposito tetappihak ketiga (DPK) perbankan di DKI Jakarta relatif tidak berubah, deposito tetap
menjadi komponen DPK dengan porsi yang tertinggi (Grafik III. 3-4)menjadi komponen DPK dengan porsi yang tertinggi (Grafik III. 3-4)menjadi komponen DPK dengan porsi yang tertinggi (Grafik III. 3-4)menjadi komponen DPK dengan porsi yang tertinggi (Grafik III. 3-4)menjadi komponen DPK dengan porsi yang tertinggi (Grafik III. 3-4). Simpanan
dalam bentuk deposito tercatat sebesar Rp 392,1 triliun (56,2%), diikuti giro Rp
192,4 triliun (27,6%) dan tabungan Rp 113,6 triliun (16,3%). Faktor yangmempengaruhi porsi deposito di dalam komposisi DPK tetap tinggi, antara lain
karena imbal hasil yang dianggap masih menguntungkan, faktor keamanan,
konservativitas pemilik deposito, dan kemungkinan faktor teknis yang lebih terkaitdengan jatuh tempo deposito. Sementara itu, tingginya aktifitas bisnis berpengaruh
pada tingginya porsi simpanan dalam bentuk giro yang melampaui porsi simpanan
dalam bentuk tabungan.
Grafik III.1Perkembangan DPK Jakarta
Grafik III.2Perkembangan Komponen DPK Jakarta
Posisi s.d. bulan November 2007
Triliun Rp %
0,0
100,0
200,0
300,0
400,0
500,0
600,0700,0
800,0
2005 2006 20071 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4*
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0nominal(lhs) g(q-t-q)g(y-t-d) g(y-o-y)
%, y-o-y
-20
-10
0
10
20
30
40
2005 2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011
GiroTabunganDeposito
52
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Grafik III.3Komposisi DPK Bank Umum Jakarta
Grafik III.4Kepemilikan DPK Bank Umum dan
BPR Jakarta
Layanan perbankan yang semakin membaik menjadikan bank tetap menarik danLayanan perbankan yang semakin membaik menjadikan bank tetap menarik danLayanan perbankan yang semakin membaik menjadikan bank tetap menarik danLayanan perbankan yang semakin membaik menjadikan bank tetap menarik danLayanan perbankan yang semakin membaik menjadikan bank tetap menarik dan
menjadi alternatif bagi para nasabah untuk menyimpan dananya di bank, meskipunmenjadi alternatif bagi para nasabah untuk menyimpan dananya di bank, meskipunmenjadi alternatif bagi para nasabah untuk menyimpan dananya di bank, meskipunmenjadi alternatif bagi para nasabah untuk menyimpan dananya di bank, meskipunmenjadi alternatif bagi para nasabah untuk menyimpan dananya di bank, meskipun
memberikan imbal hasil (bunga) yang cenderung menurun. memberikan imbal hasil (bunga) yang cenderung menurun. memberikan imbal hasil (bunga) yang cenderung menurun. memberikan imbal hasil (bunga) yang cenderung menurun. memberikan imbal hasil (bunga) yang cenderung menurun. Hal ini tidak terlepasdari fungsi bank yang tidak saja terbatas pada kegiatan intermediasi, melainkan
juga semakin inovatifnya perbankan dalam memberikan pelayanan jasa perbankan
yang lain, seperti SMS banking, Internet banking, dan produk jasa lainnya (feebased income). Pelayanan inovatif tersebut memudahkan nasabah untuk
melakukan tansaksi secara lebih cepat dan aman dengan layanan yang sifatnya
pribadi. Berdasarkan kepemilikannya, 46,38% DPK perbankan dimiliki olehnasabah individual, 34,03% dimiliki oleh perusahaan bukan lembaga keuangan
swasta dan pemerintah daerah (<1%).
2. Penyaluran KreditPenurunan suku bunga SBI secara bertahap mulai direspon dengan penurunanPenurunan suku bunga SBI secara bertahap mulai direspon dengan penurunanPenurunan suku bunga SBI secara bertahap mulai direspon dengan penurunanPenurunan suku bunga SBI secara bertahap mulai direspon dengan penurunanPenurunan suku bunga SBI secara bertahap mulai direspon dengan penurunan
suku bunga perbankan sehingga mampu mengakselerasi pertumbuhan penyaluransuku bunga perbankan sehingga mampu mengakselerasi pertumbuhan penyaluransuku bunga perbankan sehingga mampu mengakselerasi pertumbuhan penyaluransuku bunga perbankan sehingga mampu mengakselerasi pertumbuhan penyaluransuku bunga perbankan sehingga mampu mengakselerasi pertumbuhan penyaluran
kredit dalam jumlah yang cukup memadaikredit dalam jumlah yang cukup memadaikredit dalam jumlah yang cukup memadaikredit dalam jumlah yang cukup memadaikredit dalam jumlah yang cukup memadai. Penyaluran kredit oleh perbankan di
Jakarta selama triwulan IV-2007 diperkirakan tumbuh meningkat sehinggapertumbuhan tahunan maupun y-to-date juga meningkat. Pertumbuhan kredit
secara triwulanan (q-to-q), untuk triwulan IV-2007 (s.d November) adalah 7,4%;
year to date (y-t-d) 22,2%, dan secara tahunan (y-o-y) menunjukkan trend yangmembaik, 26,6% (Grafik III.5). Peningkatan oustanding kredit di triwulan IV
dipengaruhi oleh peningkatan permintaan kredit oleh dunia usaha, terutama usaha
di luar sektor industri dan permintaan kredit oleh individu (konsumsi) yangterefleksikan pada peningkatan kredit sektor lain-lain. Penyaluran kredit di sektor
Rp triliun
-
100
200
300
400
500
600
700
800
2005 2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011
DepositoTabunganGiro
0
100
200
300
400
500
600
700
2006 200711 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Swasta Lainnya (inc. individual)BU Bukan Keu. Milik Swa.BU Bukan Keu. Milik Neg.Pemerintah DaerahLemb. Keu. Lainnya:
53
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
industri yang tumbuh relatif lambat antara lain karena ekspansi usaha di sektor ini
relatif tumbuh rendah dan di sisi lain kapasitas utilisasinya relatif masih memadai/
mencukupi untuk mengatasi peningkatan permintaan, adanya pelunasan hutangyang cukup tinggi di sektor ini oleh beberapa debitur utama dan sikap bank yang
lebih berhati-hati untuk menyalurkan kredit di sektor industri.
Grafik III.5Perkembangan Kredit Jakarta
Grafik III.6Perkembangan Kredit Modal Kerja
Rp triliun %
0
100
200
300
400
500
600
2005 2006 20071 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4*
(10,0)(5,0)0,05,010,015,020,025,030,035,0
Y-o-YY-to-date
Total (LHS)Q-to-Q
Rp triliun %
0
50
100
150
200
250
300
2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
-5
0
5
10
15
20
25
30Modal KerjagModal Kerja (y-o-y, rhs)gModal Kerja (y-to-d, rhs)
Dilihat dari jenis penggunaannya, kredit yang disalurkan oleh kantor bank diDilihat dari jenis penggunaannya, kredit yang disalurkan oleh kantor bank diDilihat dari jenis penggunaannya, kredit yang disalurkan oleh kantor bank diDilihat dari jenis penggunaannya, kredit yang disalurkan oleh kantor bank diDilihat dari jenis penggunaannya, kredit yang disalurkan oleh kantor bank di
Jakarta sebagian besar masih disalurkan pada kredit modal kerja (Grafik III. 6)Jakarta sebagian besar masih disalurkan pada kredit modal kerja (Grafik III. 6)Jakarta sebagian besar masih disalurkan pada kredit modal kerja (Grafik III. 6)Jakarta sebagian besar masih disalurkan pada kredit modal kerja (Grafik III. 6)Jakarta sebagian besar masih disalurkan pada kredit modal kerja (Grafik III. 6).
Outstanding Kredit modal kerja per November 2007 sebesar Rp 271,3 triliun
(56,04%), diikuti oleh kredit investasi Rp 111,3 triliun (22,99%) dan kredit konsumsiRp 101,4 triliun (20,95%) (Grafik III.7). Tingginya kredit modal kerja yang disalurkan
oleh perbankan di DKI Jakarta tersebut tidak terlepas dari pengaruh DKI Jakarta
sebagai pusat kegiatan bisnis dan jasa terbesar. Selain itu, mayoritas bank besarberkantor pusat di Jakarta sehingga kewenangan untuk memutus kredit lebih
Grafik III.7Perkembangan Kredit Investasi
Grafik III.8Perkembangan Kredit Konsumsi
Rp triliun %
0
20
40
60
80
100
120
140
-10
-50
5101520
2530
2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011
InvestasigInvestasi (y-o-y, rhs)gInvestasi (y-to-d, rhs)
Rp triliun %
0
20
40
60
80
100
120
2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011
-10,0-5,00,05,010,015,020,025,030,035,0
KonsumsigKonsumsi (y-o-y, rhs)gKonsumsi (y-to-d, rhs)
54
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Grafik III.9Perkembangan Kredit Sektor Ekonomi (1)
Grafik III.10Perkembangan Kredit Sektor Ekonomi (2)
tinggi, termasuk untuk membiayai usaha yang berlokasi di luar Jakarta, khususnya
untuk kredit dalam nominal besar. Sementara itu untuk kredit investasi, porsi
kredit yang disalurkan oleh perbankan di Jakarta sebagai pusat kegiatan bisnisdan jasa juga cukup tinggi. Tingginya angka kredit investasi ini antara lain karena
kewenangan memutus kredit investasi yang jumlahnya besar dan berjangka waktu
panjang, serta menyangkut resiko yang juga cukup besar ditangani oleh kantorpusat bank.
Searah dengan perkembangan kredit di sisi penggunaan, secara sektoral kreditSearah dengan perkembangan kredit di sisi penggunaan, secara sektoral kreditSearah dengan perkembangan kredit di sisi penggunaan, secara sektoral kreditSearah dengan perkembangan kredit di sisi penggunaan, secara sektoral kreditSearah dengan perkembangan kredit di sisi penggunaan, secara sektoral kredit
yang disalurkan oleh perbankan di Jakarta terkonsentrasi di sektor industri,yang disalurkan oleh perbankan di Jakarta terkonsentrasi di sektor industri,yang disalurkan oleh perbankan di Jakarta terkonsentrasi di sektor industri,yang disalurkan oleh perbankan di Jakarta terkonsentrasi di sektor industri,yang disalurkan oleh perbankan di Jakarta terkonsentrasi di sektor industri,
perdagangan, dan jasa dunia usahaperdagangan, dan jasa dunia usahaperdagangan, dan jasa dunia usahaperdagangan, dan jasa dunia usahaperdagangan, dan jasa dunia usaha. Ketiga sektor tersebut, yaitu sektor industri(Rp 119,7 triliun), sektor perdagangan (Rp 78,9 triliun) dan sektor jasa dunia usaha
(Rp 72,0 triliun) secara bersama-sama memiliki porsi kredit sebesar 56,5% dari
total kredit, dan selanjutnya diikuti sektor lain-lain yang sebagian besar merupakankredit konsumsi Rp 101,5 triliun (21,0%). Hampir semua sektor, kecuali di sektor
industri, pertumbuhan outstanding kreditnya memiliki trend yang meningkat (y-
o-y) (Grafik III. 9√10). Peningkatan penyaluran kredit ini terutama dipengaruhioleh aktifitas ekonomi yang mulai berjalan normal, setelah dalam waktu yang
cukup panjang perekonomian (dunia usaha) dihadapkan pada keharusan untukmelakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap shock kenaikan harga BBM Oktober
2005. Sementara itu, pertumbuhan kredit yang lambat di sektor industri lebih
disebabkan oleh lambatnya ekspansi di sektor ini, disamping itu juga disebabkanoleh pelunasan kredit oleh sebagian debitur, dan juga faktor kehati-hatian bank.
%, y-o-y
-5,00,05,0
10,015,020,025,030,035,040,045,0
2006 2007
IndustriPerdaganganJasa DULain-Lain
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011
Perbaikan kegiatan intermediasi perbankan di triwulan IV 2007, berdampak cukupPerbaikan kegiatan intermediasi perbankan di triwulan IV 2007, berdampak cukupPerbaikan kegiatan intermediasi perbankan di triwulan IV 2007, berdampak cukupPerbaikan kegiatan intermediasi perbankan di triwulan IV 2007, berdampak cukupPerbaikan kegiatan intermediasi perbankan di triwulan IV 2007, berdampak cukup
besar terhadap pergerakan Rasio Pinjaman terhadap DPK (LDR) bank berlokasi dibesar terhadap pergerakan Rasio Pinjaman terhadap DPK (LDR) bank berlokasi dibesar terhadap pergerakan Rasio Pinjaman terhadap DPK (LDR) bank berlokasi dibesar terhadap pergerakan Rasio Pinjaman terhadap DPK (LDR) bank berlokasi dibesar terhadap pergerakan Rasio Pinjaman terhadap DPK (LDR) bank berlokasi di
%, y-o-y
-40-20
020406080
100120140
PertambanganKonstruksiPengk, perg, komPertanian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011
2006 2007
55
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
JakartaJakartaJakartaJakartaJakarta. LDR bank berlokasi di Jakarta mengalami perbaikan yang cukup berarti,
yaitu dari 66,07% pada akhir triwulan III 2007 menjadi 69,35% pada akhir bulan
November 2007 (Grafik III. 11). Yang cukup menggembirakan adalah bahwakenaikan LDR tersebut lebih disebabkan oleh kenaikan penyaluran kredit yang
meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan pengimpunan DPK. Ke
depan dengan mulai kembali normalnya kegiatan ekonomi akhir-akhir inidiharapkan LDR akan kembali membaik.
Grafik III.11LDR Perbankan Jakarta dan Banten
Grafik III.12LDR Kredit Lokasi Proyek Jakarta Banten
%
50
55
60
65
70
75
2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
BantenJakarta
%
0
40
80
120
160
200
2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jakarta Banten
Ω2 Kredit berdasarkan lokasi proyek adalah kredit yang disalurkan di suatu daerah atau wilayah tertentu, tempat dimana lokasiproyek yang dibiayai kredit tersebut berada tanpa memperhatikan asal daerah/wilayah kantor bank yang membiayai.
Sementara itu, LDR dengan menggunakan kredit berdasarkan lokasi proyekSementara itu, LDR dengan menggunakan kredit berdasarkan lokasi proyekSementara itu, LDR dengan menggunakan kredit berdasarkan lokasi proyekSementara itu, LDR dengan menggunakan kredit berdasarkan lokasi proyekSementara itu, LDR dengan menggunakan kredit berdasarkan lokasi proyek22222Ω
menunjukan angka rasio LDR yang lebih rendah (Grafik III. 12).menunjukan angka rasio LDR yang lebih rendah (Grafik III. 12).menunjukan angka rasio LDR yang lebih rendah (Grafik III. 12).menunjukan angka rasio LDR yang lebih rendah (Grafik III. 12).menunjukan angka rasio LDR yang lebih rendah (Grafik III. 12). Jumlah kredit untukmembiayai proyek yang berlokasi di Jakarta pada posisi akhir Oktober 2007 adalah
Rp. 325,2 triliun, lebih rendah dibandingkan dengan jumlah kredit yang disalurkan
oleh perbankan di DKI pada posisi yang sama Rp 469,7 triliun. Artinya, sebanyakRp 144,5 triliun kredit yang disalurkan oleh perbankan di Jakarta digunakan untuk
membiayai proyek yang berlokasi di luar Jakarta. Pada posisi bulan Oktober,
penghitungan LDR dengan menggunakan jumlah kredit berdasarkan lokasi proyekdi Jakarta 49,51%.
56
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
B. RESIKO KREDIT PERBANKANAkselerasi pertumbuhan perekonomian yang belum sesuai dengan yang diharapkanAkselerasi pertumbuhan perekonomian yang belum sesuai dengan yang diharapkanAkselerasi pertumbuhan perekonomian yang belum sesuai dengan yang diharapkanAkselerasi pertumbuhan perekonomian yang belum sesuai dengan yang diharapkanAkselerasi pertumbuhan perekonomian yang belum sesuai dengan yang diharapkan
dengan kualitas pertumbuhan ekonomi yang belum sesuai dengan yang diinginkandengan kualitas pertumbuhan ekonomi yang belum sesuai dengan yang diinginkandengan kualitas pertumbuhan ekonomi yang belum sesuai dengan yang diinginkandengan kualitas pertumbuhan ekonomi yang belum sesuai dengan yang diinginkandengan kualitas pertumbuhan ekonomi yang belum sesuai dengan yang diinginkan
berdampak pada kegiatan intermediasi perbankan yang walaupun meningkatberdampak pada kegiatan intermediasi perbankan yang walaupun meningkatberdampak pada kegiatan intermediasi perbankan yang walaupun meningkatberdampak pada kegiatan intermediasi perbankan yang walaupun meningkatberdampak pada kegiatan intermediasi perbankan yang walaupun meningkat
namun akselerasinya masih perlu ditingkatkan.namun akselerasinya masih perlu ditingkatkan.namun akselerasinya masih perlu ditingkatkan.namun akselerasinya masih perlu ditingkatkan.namun akselerasinya masih perlu ditingkatkan. Dalam triwulan laporan tersebut,
resiko kredit perbankan secara agregat menurun. Salah satu indikator penurunan
tingkat resiko tercermin pada Non Performing Loans (NPLs) gross bank yang mulaimembaik3Ω dan masih dalam batas aman rasio, yaitu di bawah 5%. Bedasarkan
tolok ukur ini maka NPL gross perbankan di DKI Jakarta per November 2007 relatif
rendah, yaitu sebesar 4,94% (Grafik III.13).
Grafik III.13NPLs Perbankan Jakarta
Grafik III.14NPLs Jenis Penggunaan
3 NPLs pada beberapa Bank besar menurun yang dipengaruhi oleh keberhasilan restrukturisasi dan pelunasan hutang olehsebagian debitur besar.
Triliun Rp %
(50)
50
150
250
350
450
550
2005 2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011
0
2
4
6
8
10
12Jakarta NPL Jkt (rhs)
%
0
5
10
15
20
25
2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Modal KerjaInvestasiKonsumsi
Walaupun outstanding kredit investasi jauh di bawah outstanding kredit modalWalaupun outstanding kredit investasi jauh di bawah outstanding kredit modalWalaupun outstanding kredit investasi jauh di bawah outstanding kredit modalWalaupun outstanding kredit investasi jauh di bawah outstanding kredit modalWalaupun outstanding kredit investasi jauh di bawah outstanding kredit modal
kerja, namun NPLs kredit investasi masih relatif lebih tinggi dibandingkan dengankerja, namun NPLs kredit investasi masih relatif lebih tinggi dibandingkan dengankerja, namun NPLs kredit investasi masih relatif lebih tinggi dibandingkan dengankerja, namun NPLs kredit investasi masih relatif lebih tinggi dibandingkan dengankerja, namun NPLs kredit investasi masih relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
NPLs kredit modal kerja dan konsumsi.NPLs kredit modal kerja dan konsumsi.NPLs kredit modal kerja dan konsumsi.NPLs kredit modal kerja dan konsumsi.NPLs kredit modal kerja dan konsumsi. NPLs kredit investasi perbankan di Jakarta
per November 2007 adalah 7,32% dari outstanding kredit Rp 111,3 triliun, diikutioleh kredit konsumsi dengan NPLs 5,06% dari outstanding kredit Rp 101,4 triliun,
dan NPLs kredit modal kerja relatif rendah 3,91% dari oustanding kredit Rp 271,3
triliun (Grafik III. 14). Lebih tingginya NPLs redit investasi yang berjangka waktucukup panjang antara lain dipengaruhi oleh relatif lebih sensitifnya usaha yang
dibiayai terhadap shock perekonomian dan sangat dipengaruhi oleh daya saing
dari produk terhadap kompetitor, terutama di kelompok manufaktur sehinggaresikonya dinilai relatif lebih tinggi, sebagaimana tercermin pada tingginya NPLs
di kelompok investasi, terutama investasi lainnya (9,30%). NPLs kredit modal
57
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
kerja menunjukkan kecenderungan yang menurun yang antara lain dipengaruhi
oleh membaiknya cash flow dunia usaha. Sementara itu NPLs kredit konsumsi
relatif stagnan pada level yang relatif masih aman. Terjaganya NPLs kredit konsumsiantara lain disebabkan oleh jaminan pembayaran pada kredit ini lebih terjaga,
baik dalam bentuk jaminan natura maupun jaminan (kepastian) pembayaran yang
berasal dari penghasilan debitur.
Grafik III.15NPLs Sektor Ekonomi (1)
Grafik III.16NPLs Sektor Ekonomi (2)
%
0
5
10
15
20
25
2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Perdg, Rest, dan HotelLain-Lain
Industri PengolahanJasa Dunia Usaha
%
-5
0
5
10
15
20
25
2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Pert., Perb., & Alat Pert.nPertambanganKonstruksiPengkt, Pergud., dan Kom.
Sejalan dengan penurunan NPLs kredit menurut jenis penggunaan, resiko kreditSejalan dengan penurunan NPLs kredit menurut jenis penggunaan, resiko kreditSejalan dengan penurunan NPLs kredit menurut jenis penggunaan, resiko kreditSejalan dengan penurunan NPLs kredit menurut jenis penggunaan, resiko kreditSejalan dengan penurunan NPLs kredit menurut jenis penggunaan, resiko kredit
sektoral juga mengalami penurunan, terutama di sektor industri pengolahan dansektoral juga mengalami penurunan, terutama di sektor industri pengolahan dansektoral juga mengalami penurunan, terutama di sektor industri pengolahan dansektoral juga mengalami penurunan, terutama di sektor industri pengolahan dansektoral juga mengalami penurunan, terutama di sektor industri pengolahan dan
sektor perdagangan (Grafik III. 15√16)sektor perdagangan (Grafik III. 15√16)sektor perdagangan (Grafik III. 15√16)sektor perdagangan (Grafik III. 15√16)sektor perdagangan (Grafik III. 15√16). Pada poisisi bulan November 2007, NPLs
kredit perbankan di sektor industri dan sektor perdagangan masing-masing tercatat
sebesar 7,8% dan 4,8%, turun dibandingkan dengan posisi yang sama padatahun sebelumnya sebelumnya 16,9% dan 8,6%. Sementara itu, NPLs di sektor
Jasa Dunia Usaha 2,8%. Tingginya NPLs di sektor industri antara lain disebabkan
oleh karena sektor ini relatif rentan terhadap shock dan dihadapkan pada kompetisiyang semakin ketat di pasar. Dalam kondisi tertentu industri dipaksa untuk lebih
memanage produksi dan jika diperlukan bahkan sebagian juga menekan margin.
Namun demikian, melalui upaya-upaya produktif oleh perbankan, maka beberapadebitur bermasalah dapat melunasi hutang sehingga dapat menekan NPls.
Stabilitas makro ekonomi yang relatif terjaga namun disisi lain kinerja di sektorStabilitas makro ekonomi yang relatif terjaga namun disisi lain kinerja di sektorStabilitas makro ekonomi yang relatif terjaga namun disisi lain kinerja di sektorStabilitas makro ekonomi yang relatif terjaga namun disisi lain kinerja di sektorStabilitas makro ekonomi yang relatif terjaga namun disisi lain kinerja di sektor
mikro yang masih belum bergerak secara cukup optimal menyebabkan kualitasmikro yang masih belum bergerak secara cukup optimal menyebabkan kualitasmikro yang masih belum bergerak secara cukup optimal menyebabkan kualitasmikro yang masih belum bergerak secara cukup optimal menyebabkan kualitasmikro yang masih belum bergerak secara cukup optimal menyebabkan kualitas
pertumbuhan ekonomi belum maksimal. pertumbuhan ekonomi belum maksimal. pertumbuhan ekonomi belum maksimal. pertumbuhan ekonomi belum maksimal. pertumbuhan ekonomi belum maksimal. Insentif untuk mendorong agar sektorriil bergerak perlu diberikan, baik yang berasal dari Bank Indonesia maupun
Pemerintah. Bank Indonesia, untuk memacu perkembangan di sektor riil secara
berhati-hati memberikan sinyal pelonggaran kebijakan di Sektor moneter. Hal ini
58
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
tercermin dari kebijakan Bank Indonesia yang secara bertahap menurunkan BI
rate sejak bulan Mei 2006. Secara mikro, untuk memacu fungsi intermediasi Bank
Indonesia juga melonggarkan beberapa ketentuan perbankan dengan harapandapat mendorong perbankan lebih ekspansif.
C. RESIKO LIKUIDITAS PERBANKANResiko likuiditas lebih terkait dengan kemampuan bank di dalam memenuhiResiko likuiditas lebih terkait dengan kemampuan bank di dalam memenuhiResiko likuiditas lebih terkait dengan kemampuan bank di dalam memenuhiResiko likuiditas lebih terkait dengan kemampuan bank di dalam memenuhiResiko likuiditas lebih terkait dengan kemampuan bank di dalam memenuhi
kewajiban yang jatuh tempokewajiban yang jatuh tempokewajiban yang jatuh tempokewajiban yang jatuh tempokewajiban yang jatuh tempo. Pengelolaan likuiditas yang baik dan benar sangat
diperlukan karena jika tidak akan dihadapkan pada resiko-resiko yang akanberdampak pada kontinyuitas usaha bank sebagai lembaga pengelola resiko. Resiko
likuiditas adalah suatu ketidakmampuan untuk mengakomodasi jatuh tempo
kewajiban dan penarikan serta pembiayaan pertumbuhan aktiva dan untukmemenuhi kewajiban pada tingkat harga pasar yang layak. Dari sisi pemenuhan
kewajiban terhadap dana pihak ketiga, maka komposisi dana pihak ketiga yang
berhasil dihimpun perbankan dapat dijadikan sebagai salah satu indikator besarkecilnya resiko likuiditas yang ditanggung oleh perbankan. Melihat struktur dana
pihak ketiga perbankan di Jakarta, maka strukur dana jangka pendek cukup besar,baik dalam bentuk giro maupun deposito. Kondisi ini menyebabkan perbankan
relatif berhati-hati dalam meningkatkan aktiva berupa kredit, dan kredit yang
disalurkan lebih didominasi pada kredit modal kerja yang berjangka waktu pendek.Kredit konsumsi juga meningkat karena dianggap lebih aman. Sementara itu kredit
investasi pertumbuhannya relatif lambat karena sifatnya yang jangka panjang dan
eksposure risk yang lebih besar dan potensi kemungkinan mismatch. Kehati-hatianBank juga tercermin pada LDR yang tumbuh relatif lambat dan disisi lain asset
bank dalam bentuk SBI cukup tinggi. Secara keseluruhan dengan melihat perilaku
bank dalam mengelola asset sekarang ini, maka kondisi likuiditas perbankandipandang relatif masih terjaga.
D. RESIKO PASARSebagai lembaga intermediasi salah satu resiko yang juga dihadapi bank adalahSebagai lembaga intermediasi salah satu resiko yang juga dihadapi bank adalahSebagai lembaga intermediasi salah satu resiko yang juga dihadapi bank adalahSebagai lembaga intermediasi salah satu resiko yang juga dihadapi bank adalahSebagai lembaga intermediasi salah satu resiko yang juga dihadapi bank adalah
resiko pasarresiko pasarresiko pasarresiko pasarresiko pasar. Resiko pasar adalah fluktuasi nilai asset yang disebabkan oleh
perubahan harga-harga pasar dan yields. Bagi bank resiko itu terutama tercerminpada suku bunga dan sebagian pada nilai tukar. Untuk suku bunga, perbankan
diuntungkan oleh relatif fleksibelnya suku bunga DPK, sementara suku bunga
kredit relatif rigid untuk turun namun fleksibel untuk naik. Kondisi ini menyebabkanspread bunga masih cukup terjaga, walaupun bank tetap berhati-hati menyalurkan
59
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
kreditnya. Kondisi lainnya adalah tingkat suku bunga SBI yang masih lebih tinggi
dibandingkan suku bunga DPK sehingga menjadi alternatif investasi yang aman
bagi perbankan untuk mengalokasikan kelebihan likuiditasnya. Dengan pola yangmasih seperti ini, maka fluktuasi tingkat bunga secara keseluruhan masih dapat
dihadapi oleh perbankan dengan resiko terbesar hanya berupa kemungkinan
turunnya keuntungan, dengan catatan pengelolaan bank tetap benar. Sementaraitu resiko yang terkait dengan nilai tukar, pada saat ini relatif lebih terukur. Beberapa
ketentuan perbankan, seperti pembatasan exposure valas (PDN) dan aturan yang
ketat bagi bank melakukan pinjaman luar negeri mengurangi resiko fluktuasi nilaitukar yang akan dihadapi oleh perbankan. Selain itu, dukungan Bank Indonesia
dan Pemerintah untuk menjaga nilai tukar juga mampu mengurangi tekanan resiko
yang berasal dari pergerakan nilai tukar.
E. KREDIT UMKM (LOKASI PROYEK)Outstanding kredit mikro, kecil dan menengah (MKM) di Jakarta meningkat cukupOutstanding kredit mikro, kecil dan menengah (MKM) di Jakarta meningkat cukupOutstanding kredit mikro, kecil dan menengah (MKM) di Jakarta meningkat cukupOutstanding kredit mikro, kecil dan menengah (MKM) di Jakarta meningkat cukupOutstanding kredit mikro, kecil dan menengah (MKM) di Jakarta meningkat cukup
tinggi, walaupun pertumbuhannya masih di bawah pertumbuhan kredit UMKMtinggi, walaupun pertumbuhannya masih di bawah pertumbuhan kredit UMKMtinggi, walaupun pertumbuhannya masih di bawah pertumbuhan kredit UMKMtinggi, walaupun pertumbuhannya masih di bawah pertumbuhan kredit UMKMtinggi, walaupun pertumbuhannya masih di bawah pertumbuhan kredit UMKM
NasionalNasionalNasionalNasionalNasional. Outstanding kredit UMKM di Jakarta pada akhir bulan November 2007tumbuh 20,0% (y-o-y) menjadi Rp 110,8 triliun, meningkat dibandingkan dengan
periode waktu yang sama pada tahun sebelumnya yang tumbuh 10,88% (Grafik
II.17 - 18). Dengan perkembangan kredit tersebut, porsi kredit MKM di Jakartadibandingkan dengan kredit MKM Nasional relatif tidak berubah, yaitu pada kisaran
angka 22,0 - 23,0% dari total MKM nasional dengan outstanding Rp 510,7 triliun.
Sementara itu proporsi kredit MKM di DKI Jakarta terhadap total kredit yangdisalurkan di Jakarta (31%-33%) relatif lebih rendah dibandingkan dengan proporsi
yang sama di propinsi lain. Rendahnya proporsi kredit MKM di Jakarta dibandingkan
dengan proporsi MKM di propinsi lain, antara lain dipengaruhi oleh : Pertama,kondisi riil bahwa Jakarta sebagai pusat kegiatan bisnis nasional sehingga jumlah
kredit Bank lebih didominasi oleh debitur corporate. Kedua adalah ketidak tahuan
MKM tentang adanya fasilitas kredit4Ω. Selain itu, juga disebabkan oleh MKM yangmemang tidak membutuhkan kredit.
4 Berdasarkan penelitian Bank Indonesia dengan SEM Institute terhadap 255 orang responden yang berasal dari pejabatpemerintah, perbankan, asosiasi usaha kecil dan peguruan tinggi didapatkan informasi bahwa hanya 54,72% UMKM yangmengetahui adanya fasilitas kredit. Dari prosentase tersebut hanya 33,46% yang pernah mengajukan kredit. Sementara itu,faktor penghambat akses UMKM untuk mendapatkan kredit adalah faktor prosedur (43,86%), persyaratan berat (43,61%),jaminan (43,37%), bunga tinggi (38,07%) dan keharusan membuat studi kelayakan (35,18%). Di dalam survei tersebutsebanyak 28,19% menyatakan tidak membutuhkan kredit.
60
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Tabel III. 2Outstanding Kredit MKM Lokasi Proyek 10 Propinsi Terbesar (miliar rupiah)
Nov Tw I Tw II Tw III Nov Pangsa Pertumb. Pertumb.2006 2007 2007 2007 2007 (y-o-y) y-to-date
1. DKI Jakarta 92.329,9 96.860,4 99.434,0 104,145,5 110.792,1 21,7% 20,0% 13,0%
2. Jawa Barat 66.067,7 68.634,0 73.143,4 77,688,7 79.471,2 15,6% 20,3% 18,1%
3. Jawa Timur 51.012,9 52.708,5 56.554,3 60,464,4 61.650,0 12,1% 20,9% 18,0%
4. Jawa Tengah 41.887,1 43.510,5 46.088,2 49,586,3 50.427,3 9,9% 20,4% 18,3%
5. Sumatera Utara 21.297,2 21.782,3 23.551,4 25,389,6 26.190,7 5,1% 23,0% 21,3%
6. Banten 17.207,0 17.911,4 19.260,3 21,254,6 21.773,2 4,3% 26,5% 24,5%
7. Riau a 14.459,8 15.231,5 16.696,5 18,044,2 18.585,8 3,6% 28,5% 25,2%
8. Sulawesi Selatan b 14.213,7 15.147,3 16.483,2 17,653,4 18.251,5 3,6% 28,4% 25,2%
9. Bali 10.678,9 11.069,6 11.680,0 12.098,4 12.437,9 2,4% 16,5% 15,2%
10. Kalimantan Timur 8.903,8 9.309,6 9.884,9 10.522,0 10.935,2 2,1% 22,8% 20,5%
Total 10 PropinsiTotal 10 PropinsiTotal 10 PropinsiTotal 10 PropinsiTotal 10 Propinsi 338.058,2338.058,2338.058,2338.058,2338.058,2 352.165,1352.165,1352.165,1352.165,1352.165,1 372.776,1372.776,1372.776,1372.776,1372.776,1 396.847,1396.847,1396.847,1396.847,1396.847,1 410.515,1410.515,1410.515,1410.515,1410.515,1 80,4%80,4%80,4%80,4%80,4% 21,4%21,4%21,4%21,4%21,4% 17,8%17,8%17,8%17,8%17,8%
Propinsi LainnyaPropinsi LainnyaPropinsi LainnyaPropinsi LainnyaPropinsi Lainnya 78.476,578.476,578.476,578.476,578.476,5 82.152,182.152,182.152,182.152,182.152,1 89.914,689.914,689.914,689.914,689.914,6 97.445,997.445,997.445,997.445,997.445,9 100.138,5100.138,5100.138,5100.138,5100.138,5 27,6%27,6%27,6%27,6%27,6% 26,2%26,2%26,2%26,2%26,2%
Total Kredit MKM NasionalTotal Kredit MKM NasionalTotal Kredit MKM NasionalTotal Kredit MKM NasionalTotal Kredit MKM Nasional 416.534,7416.534,7416.534,7416.534,7416.534,7 434.317,2434.317,2434.317,2434.317,2434.317,2 462.690,7462.690,7462.690,7462.690,7462.690,7 494.293,0494.293,0494.293,0494.293,0494.293,0 510.653,5510.653,5510.653,5510.653,5510.653,5 22,6%22,6%22,6%22,6%22,6% 19,3%19,3%19,3%19,3%19,3%
Uraian
Dari sisi level, kredit MKM di Jakarta memiliki outstanding yang tertinggi (pangsaDari sisi level, kredit MKM di Jakarta memiliki outstanding yang tertinggi (pangsaDari sisi level, kredit MKM di Jakarta memiliki outstanding yang tertinggi (pangsaDari sisi level, kredit MKM di Jakarta memiliki outstanding yang tertinggi (pangsaDari sisi level, kredit MKM di Jakarta memiliki outstanding yang tertinggi (pangsa
22,0%) (Tabel III.2). 22,0%) (Tabel III.2). 22,0%) (Tabel III.2). 22,0%) (Tabel III.2). 22,0%) (Tabel III.2). Kredit MKM di Jakarta pada posisi akhir bulan November
2007 sebesar Rp 110,8 triliun, menyusul kemudian adalah Jawa Barat (Rp79,5
triliun), Jawa Timur (Rp 61,7 triliun), dan Jawa Tengah (Rp 50,4 triliun). Tingginyaoutstanding MKM di Jakarta adalah merupakan fenomena yang normal, terutama
mengingat Jakarta sebagai pusat kegiatan ekonomi di Indonesia menjadi daya
tarik pelaku ekonomi pada berbagai ukuran (size) untuk beraktifitas di Jakarta.
Grafik III.17Proporsi Kredit UMKM
Grafik III.18Pertumbuhan Kredit
Rp triliun
-
100,00
200,00
300,00
400,00
500,00
600,00
2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011
UMKM NasionalUMKM Jakarta
% (y-o-y)
-
5
10
15
20
25
30
35
2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
g Kredit UMKM Jakartag Total Kredit Jakarta
a Termasuk Kepulauan Riau/Riau Islands included.b Termasuk Sulawesi Barat/West Sulawesi included.
61
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Ekspansi bersih penyaluran kredit MKM di Jakarta pada periode Januari s.d.Ekspansi bersih penyaluran kredit MKM di Jakarta pada periode Januari s.d.Ekspansi bersih penyaluran kredit MKM di Jakarta pada periode Januari s.d.Ekspansi bersih penyaluran kredit MKM di Jakarta pada periode Januari s.d.Ekspansi bersih penyaluran kredit MKM di Jakarta pada periode Januari s.d.
November 2007 termasuk di dalam sepuluh daerah yang mengalami ekspansiNovember 2007 termasuk di dalam sepuluh daerah yang mengalami ekspansiNovember 2007 termasuk di dalam sepuluh daerah yang mengalami ekspansiNovember 2007 termasuk di dalam sepuluh daerah yang mengalami ekspansiNovember 2007 termasuk di dalam sepuluh daerah yang mengalami ekspansi
MKM terbesar. MKM terbesar. MKM terbesar. MKM terbesar. MKM terbesar. Selama periode bulan Januari s.d November 2007 ekspansi kreditMKM di Jakarta mencapai Rp 12,7 triliun dan menduduki rangking yang pertama
(Tabel III. 3). Ekspansi kredit MKM tersebut jumlahnya hampir menyamai dengan
jumlah ekspansi selama tahun 2006 (Rp 12,8 triliun) dan nilai ekspansinya memilikipangsa 15,4% dari total ekspansi MKM di Indonesia periode Januari-November
2007 yang totalnya sebesar Rp 82,7 triliun. Faktor yang mempengaruhi besarnya
ekspansi kredit MKM di Jakarta antara lain adalah akselerasi pertumbuhan ekonomidan perkembangan UMKM yang membaik yang didukung oleh komitmen serius
pemerintah daerah untuk mengembangkan usaha MKM.
Tabel III. 3Ekspansi Kredit MKM Lokasi Proyek 10 Propinsi Terbesar (miliar rupiah)
Okt-Nov Akumulasi Pangsa Tw I Tw II Tw III Okt-Nov Akumulasi Pangsa2006 2006 2007 2007 2007 2007 2007 Share
1. DKI Jakarta 2.523,1 12.750,2 22,0% -1.200,6 2.573,5 4.711,6 6.646,6 12.731,1 15,4%
2. Jawa Barat 1.142,9 8.244,6 14,2% 1.314,2 4.509,4 4.545,3 1.793,5 12.162,5 14,7%
3. Jawa Timur 790,4 6.072,7 10,5% 457,8 3.845,8 3.910,2 1.184,8 9.398,5 11,4%
4. Jawa Tengah 807,2 5.649,5 9,7% 901,5 2.577,7 3.498,1 840,0 7.817,3 9,5%
5. Sumatera Utara 334,4 2.734,3 4,7% 197,8 1.769,2 1.838,2 800,4 4.605,6 5,6%
6. Banten 443,4 1.610,8 2,8% 421,6 1.348,9 1.994,3 526,0 4.290,8 5,2%
7. Riau b 448,0 2.874,1 5,0% 381,2 1.465,0 1.347,7 541,8 3.735,8 4,5%
8. Sulawesi Selatan a 360,8 2.348,3 4,0% 566,0 1.335,9 1.170,2 584,8 3.656,9 4,4%
9. Lampung 221,7 1.583,1 2,7% 520,6 695,4 619,7 112,6 1.948,3 2,4%
10. Sumatera Barat 103,5 1.059,4 1,8% 448,9 735,4 448,8 261,8 1.894,9 2,3%
Total 10 PropinsiTotal 10 PropinsiTotal 10 PropinsiTotal 10 PropinsiTotal 10 Propinsi 4.652,34.652,34.652,34.652,34.652,3 32.176,932.176,932.176,932.176,932.176,9 55,5%55,5%55,5%55,5%55,5% 5.209,75.209,75.209,75.209,75.209,7 18.282,718.282,718.282,718.282,718.282,7 19.372,319.372,319.372,319.372,319.372,3 6.645,86.645,86.645,86.645,86.645,8 49.510,549.510,549.510,549.510,549.510,5 59,9%59,9%59,9%59,9%59,9%
Propinsi LainnyaPropinsi LainnyaPropinsi LainnyaPropinsi LainnyaPropinsi Lainnya 3.870,73.870,73.870,73.870,73.870,7 25.840,725.840,725.840,725.840,725.840,7 44,5%44,5%44,5%44,5%44,5% 1.111,21.111,21.111,21.111,21.111,2 10.090,910.090,910.090,910.090,910.090,9 12.229,912.229,912.229,912.229,912.229,9 9.714,89.714,89.714,89.714,89.714,8 33.146,733.146,733.146,733.146,733.146,7 40,1%40,1%40,1%40,1%40,1%
Net Ekspansi Kredit MKMNet Ekspansi Kredit MKMNet Ekspansi Kredit MKMNet Ekspansi Kredit MKMNet Ekspansi Kredit MKM 8.523,08.523,08.523,08.523,08.523,0 58.017,658.017,658.017,658.017,658.017,6 100,0%100,0%100,0%100,0%100,0% 6.320,96.320,96.320,96.320,96.320,9 28.373,528.373,528.373,528.373,528.373,5 31.602,231.602,231.602,231.602,231.602,2 16.360,616.360,616.360,616.360,616.360,6 82.657,282.657,282.657,282.657,282.657,2 100,0%100,0%100,0%100,0%100,0%
Net Ekspansi
a Termasuk Sulawesi Baratb Termasuk propinsi Kepulauan Riau
Dari sisi kinerja, kredit MKM cukup baik, sebagaimana tercermin pada kinerja diDari sisi kinerja, kredit MKM cukup baik, sebagaimana tercermin pada kinerja diDari sisi kinerja, kredit MKM cukup baik, sebagaimana tercermin pada kinerja diDari sisi kinerja, kredit MKM cukup baik, sebagaimana tercermin pada kinerja diDari sisi kinerja, kredit MKM cukup baik, sebagaimana tercermin pada kinerja di
level nasional dan lebih baik dari kinerja kredit non MKMlevel nasional dan lebih baik dari kinerja kredit non MKMlevel nasional dan lebih baik dari kinerja kredit non MKMlevel nasional dan lebih baik dari kinerja kredit non MKMlevel nasional dan lebih baik dari kinerja kredit non MKM. Kinerja kredit MKM
dengan menggunakan NPLs sebagai ukuran kinerjanya, per akhir November 2007
semakin membaik dengan NPLs gross MKM 4,2% dan Net-nya 1,86% dari totalMKM, turun dibandingkan dengan triwulan-triwulan sebelumnya. NPLs gross MKM
tersebut masih di bawah angka NPLs gross non MKM yang tercatat 5,37% namun
di atas NPLs net nya 1,12%. Faktor yang mempengaruhi angka NPLs di sektor
62
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
MKM relatif rendah antara lain adalah resiko di sektor ini yang relatif lebih terukur,
MKM lebih kuat dalam menghadapi shock, dan komitmen dari pelaku MKM dalam
pengembalian kredit cukup tinggi.
E. PASAR KEUANGANSumber pembiayaan yang berasal dari Pasar Modal dan beberapa lembaga lain diSumber pembiayaan yang berasal dari Pasar Modal dan beberapa lembaga lain diSumber pembiayaan yang berasal dari Pasar Modal dan beberapa lembaga lain diSumber pembiayaan yang berasal dari Pasar Modal dan beberapa lembaga lain diSumber pembiayaan yang berasal dari Pasar Modal dan beberapa lembaga lain di
luar bank masih menunjukkan perbaikan luar bank masih menunjukkan perbaikan luar bank masih menunjukkan perbaikan luar bank masih menunjukkan perbaikan luar bank masih menunjukkan perbaikan (GrafikΩ II.19 √ 22). . . . . Sumber pembiayaan
yang berasal dari pasar modal dalam bentuk Initial Public Offering (IPO) sahamsampai dengan akhir bulan Desember 2007 cukup tinggi, RpΩΩΩ46,7Ω triliunΩ yang
berasal dariΩΩ47Ωemiten. Sedangkan, penjualan Obligasi swasta baru tercatat sebesar
RpΩΩ31,275Ω triliun yang berasal dariΩΩ45Ωemiten. Sementara itu, pembiayaan yangberasal dari lembaga keuangan non bank, seperti kartu kredit, pembiayaan
konsumen dan leasing menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Pembiayaan
melalui leasing meningkat cukup pesat, sampai dengan akhir Agustus 2007outstandingnya mencapai Rp 35,5 triliun, pembiayaan konsumen mencapai Rp
64,4 triliun, sementara kartu kredit hanya sebesar Rp 1,4 triliun .
Faktor utama yang mempengaruhi peningkatan kegiatan lembaga keuangan bukanFaktor utama yang mempengaruhi peningkatan kegiatan lembaga keuangan bukanFaktor utama yang mempengaruhi peningkatan kegiatan lembaga keuangan bukanFaktor utama yang mempengaruhi peningkatan kegiatan lembaga keuangan bukanFaktor utama yang mempengaruhi peningkatan kegiatan lembaga keuangan bukan
bank antara lain adalah perekonomian yang membaik, penurunan suku bungabank antara lain adalah perekonomian yang membaik, penurunan suku bungabank antara lain adalah perekonomian yang membaik, penurunan suku bungabank antara lain adalah perekonomian yang membaik, penurunan suku bungabank antara lain adalah perekonomian yang membaik, penurunan suku bunga
dan khusus di pasar modal juga terkait dengan rencana pemberian insentif olehdan khusus di pasar modal juga terkait dengan rencana pemberian insentif olehdan khusus di pasar modal juga terkait dengan rencana pemberian insentif olehdan khusus di pasar modal juga terkait dengan rencana pemberian insentif olehdan khusus di pasar modal juga terkait dengan rencana pemberian insentif oleh
pemerintah.pemerintah.pemerintah.pemerintah.pemerintah. Perekonomian yang membaik berdampak pada perbaikan daya belimasyarakat. Sejalan dengan perkembangan ekonomi yang membaik tersebut,
kebutuhan pembiayaan oleh dunia usaha dan masyarakat meningkat. Hal ini
direspon oleh sektor keuangan baik bank maupun non bank melalui peningkatan
Grafik III.19Perolehan Dana dari Pasar Modal
Grafik III.20Kapitalisasi Pasar Modal
ObligasiSahamPasar Modal
Rp milyar
0100020003000400050006000700080009000
1000011000120001300014000150001600017000180001900020000
2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
0 0 1,0 0 60 5,3 1,0 0 1,5 60 0 1,5 0 2,1 1,0 4,4 6,4 11, 0 1,4 50 30 2,0 1,2
78 0 50 0 83 4,8 10 56 81 55 3,2 1,2 0 0 3,5 1,0 8,2 4,0 1,6 1,1 7,8 9,9 9,3
78 0 1,5 0 1,4 10, 1,1 56 2,3 1,1 3,2 2,7 0 2,1 1,0 7,9 7,4 19, 4,0 3,0 1,6 8,1 11, 10,
Rp triliun %, y-o-y
0
500
1000
1500
2000
2500
0
20
40
60
80
100
120
2004 2005 2006 20072 4 6 8 1012 2 4 6 8 1012 2 4 6 8 1012 2 4 6 8 1012
KapitalisasigKapitalisasi (rhs)
63
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
kegiatannya baik lembaga pembiayaan bank, non bank maupun di pasar modal.
Khusus di pasar modal, peningkatan kinerja juga dipengaruhi oleh adanya sinyalpositif pemerintah untuk memberikan insentif fikal bagi perusahaan yang akan
go public.
Perkembangan di pasar keuangan, khususnya di pasar modal perlu dicermatiPerkembangan di pasar keuangan, khususnya di pasar modal perlu dicermatiPerkembangan di pasar keuangan, khususnya di pasar modal perlu dicermatiPerkembangan di pasar keuangan, khususnya di pasar modal perlu dicermatiPerkembangan di pasar keuangan, khususnya di pasar modal perlu dicermati.Peningkatan pesat nilai kapitalisasi yang juga tercermin pada peningkatan indeks
harga saham gabungan sempat memunculkan kegundahan dikalangan pengamat
karena peningkatan tersebut terutama dipacu oleh cukup tingginya dana investorasing yang masuk (hot money). Sekitar 70% pelaku di pasar modal adalah asing.
Kondisi ini sempat memunculkan kekhawatiran terjadinya sudden reversal yang
tidak saja berpotensi mengganggu stabilitas di pasar modal namun juga pasarkeuangan secara keseluruhan. Secara awam melihat kebanyakan pelaku pasar
adalah asing, maka potensi gain dan loss akan lebih banyak ditanggung mereka,
dan tentu saja hal yang sama juga akan terjadi pada sebagian pelaku di pasardomestik yang minoritas. Perlu dilakukan analisis yang lebih mendalam terhadap
fenomena ini guna mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi. Hal yang
juga menjadi prioritas untuk dicermati adalah peningkatan likuiditas yang antaralain berasal dari perilaku investor jangka pendek yang cenderung mengambil
untung dalam jangka pendek.
Grafik III.21Komposisi Pembiayaan Konsumen
Lembaga Pembiayaan
Grafik III.22Pertumbuhan Pembiayaan Konsumen
Lembaga Pembiayaan
Rp triliun
0
20
40
60
80
100
120
2005 2006 20079 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8
Rp triliun
0
0,5
1
1,5
2
2,5Total Pembiayaan Cons. FinancingLeasing Credit Card (RHS)
%, y-o-y
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
2005 2006 20079 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8
g.Total Pembiayaang.Leasingg.Credit Cardg.Pembiayaan Konsumen
64
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
halaman ini sengaja dikosongkan
65
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
BAB IV. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Perkembangan kegiatan sistem pembayaran di wilayah DKI Jakarta, baik non tunaiPerkembangan kegiatan sistem pembayaran di wilayah DKI Jakarta, baik non tunaiPerkembangan kegiatan sistem pembayaran di wilayah DKI Jakarta, baik non tunaiPerkembangan kegiatan sistem pembayaran di wilayah DKI Jakarta, baik non tunaiPerkembangan kegiatan sistem pembayaran di wilayah DKI Jakarta, baik non tunai
maupun tunai, pada triwulan IV-2007 berjalan relatif bervariasi namun masih dalammaupun tunai, pada triwulan IV-2007 berjalan relatif bervariasi namun masih dalammaupun tunai, pada triwulan IV-2007 berjalan relatif bervariasi namun masih dalammaupun tunai, pada triwulan IV-2007 berjalan relatif bervariasi namun masih dalammaupun tunai, pada triwulan IV-2007 berjalan relatif bervariasi namun masih dalam
batas-batas normalbatas-batas normalbatas-batas normalbatas-batas normalbatas-batas normal. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, transaksipembayaran non tunai dengan menggunakan sarana BI Real Time Gross Settlement(RTGS) turun namun disisi lain transaksi yang menggunakan sarana kliringmenunjukkan jumlah dan nilai transaksi yang sedikit meningkat. Faktor yangmempengaruhi penurunan transaksi RTGS antara lain adalah mulai berkurangnyatransaksi paska lebaran, peningkatan transaksi tunai dan tidak menutup kemungkinanjuga dipengaruhi oleh jumlah hari kerja yang lebih pendek karena banyaknya harilibur. Sementara itu, faktor yang mempengaruhi peningkatan transaksi kliring antaralain adalah bertambah luasnya wilayah yang terhubung sistem kliring nasional danjuga karena diberlakukannya daftar hitam nasional yang mampu meningkatkanefisiensi dan keamanan dalam bertransaksi. Data menunjukkan bahwa dalam empattriwulan terakhir trend transaksi kliring meningkat. Sementara itu, untuk transaksitunai menunjukkan perkembangan yang meningkat. Faktor yang mempengaruhipeningkatan transaksi tunai lebih terkait dengan peningkatan transaksi kasmasyarakat menyambut lebaran dan juga libur panjang. Pada triwulan laporan,temuan uang palsu diperkirakan juga relatif rendah.
Pada triwulan IV 2007, penyelesaian transaksi non tunai dengan menggunakanPada triwulan IV 2007, penyelesaian transaksi non tunai dengan menggunakanPada triwulan IV 2007, penyelesaian transaksi non tunai dengan menggunakanPada triwulan IV 2007, penyelesaian transaksi non tunai dengan menggunakanPada triwulan IV 2007, penyelesaian transaksi non tunai dengan menggunakan
sarana sarana sarana sarana sarana real time gross setlementreal time gross setlementreal time gross setlementreal time gross setlementreal time gross setlement ( ( ( ( (RTGSRTGSRTGSRTGSRTGS) melambat namun transaksi kliring pada) melambat namun transaksi kliring pada) melambat namun transaksi kliring pada) melambat namun transaksi kliring pada) melambat namun transaksi kliring pada
menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya, walaupun tidakmenunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya, walaupun tidakmenunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya, walaupun tidakmenunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya, walaupun tidakmenunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya, walaupun tidak
cukup signifikan. Sementara itu, transaksi tunai perbankan dengan Bank Indonesiacukup signifikan. Sementara itu, transaksi tunai perbankan dengan Bank Indonesiacukup signifikan. Sementara itu, transaksi tunai perbankan dengan Bank Indonesiacukup signifikan. Sementara itu, transaksi tunai perbankan dengan Bank Indonesiacukup signifikan. Sementara itu, transaksi tunai perbankan dengan Bank Indonesia
meningkatmeningkatmeningkatmeningkatmeningkat. Penyelesaian transaksi dengan memanfaatkan BI RTGS searah dengan
perekonomian yang membaik masih berada pada level yang tinggi, walaupunturun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan ini semakin
menempatkan penggunaan RTGS mendominasi pembayaran non tunai yang nilai
nominalnya mencapai lebih dari 95% dari total nilai transaksi non tunai. Selebihnyaadalah transaksi non tunai dengan menggunakan sarana kliring yang trend
transaksinya menunjukkan peningkatan. Sementara itu, kegiatan transaksi tunai
antara perbankan dengan Bank Indonesia menghadapi libur panjang perayaanhari besar keagamaan menunjukkan transaksi yang relatif lebih tinggi, baik transaksi
inflow maupun outflow.
66
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
A. TRANSAKSI RTGSPenyelesaian transaksi non tunai dengan menggunakan sarana RTGS menunjukkanPenyelesaian transaksi non tunai dengan menggunakan sarana RTGS menunjukkanPenyelesaian transaksi non tunai dengan menggunakan sarana RTGS menunjukkanPenyelesaian transaksi non tunai dengan menggunakan sarana RTGS menunjukkanPenyelesaian transaksi non tunai dengan menggunakan sarana RTGS menunjukkan
perkembangan yang cukup pesat dan secara pasti menggeser transaksi kliringperkembangan yang cukup pesat dan secara pasti menggeser transaksi kliringperkembangan yang cukup pesat dan secara pasti menggeser transaksi kliringperkembangan yang cukup pesat dan secara pasti menggeser transaksi kliringperkembangan yang cukup pesat dan secara pasti menggeser transaksi kliring
(Tabel IV. 1).(Tabel IV. 1).(Tabel IV. 1).(Tabel IV. 1).(Tabel IV. 1). Faktor yang menyebabkan tingginya transaksi RTGS dikerenakanpenyelesaian transaksi dapat dilakukan seketika dan resiko settlement-nya dapat
diperkecil. Dua hal ini merupakan prasyarat penyelesaian di bidang pembayaran
yang kedudukannya menjadi penting bagi perekonomian yang bergerak cepat,dimana efisensi, kecepatan dan keamanan sudah menjadi persyaratan wajib (Grafik
IV. 1 - 2).
Pada triwulan IV 2007, perkembangan penyelesaian rata-rata harian transaksi BIPada triwulan IV 2007, perkembangan penyelesaian rata-rata harian transaksi BIPada triwulan IV 2007, perkembangan penyelesaian rata-rata harian transaksi BIPada triwulan IV 2007, perkembangan penyelesaian rata-rata harian transaksi BIPada triwulan IV 2007, perkembangan penyelesaian rata-rata harian transaksi BI
RTGS melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.RTGS melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.RTGS melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.RTGS melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.RTGS melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Nilai transaksi RTGSturun 11,43% menjadi Rp 125,1 triliun per hari dan dari sisi volume turun 7,29%
menjadi sebanyak 17991 transaksi per hari. Peningkatan ini terjadi baik yang berasal
dari transaksi dari Jakarta ke luar Jakarta maupun dari Jakarta ke Jakarta. Penyebabpeningkatan volume maupun nilai nominal transaksi berasal dari berbagai sumber,
seperti dari transaksi pengelolaan moneter, transaksi antar nasabah dan transaksi
di pasar uang antar bank (PUAB). Berdasarkan data yang terekam, proporsipenggunaan sistem RTGS paling banyak dilakukan oleh nasabah bank.
Grafik IV.1Perkembangan Transaksi RTGS
Tabel IV. 1Transaksi RTGS
RTGS (Rp Miliar) 90.109 116.053 141.770 141.242 125.104
Dari Jakarta 68.005 89.391 109.905 107.819 97.524
ke Jakarta(f-t) 11.585 14.244 17.973 18.702 13.894
ke Luar Jakarta(f) 56.421 75.147 91.932 89.116 83.630
Ke Jakarta 22.104 26.662 31.865 33.424 27.580
dari Luar Jakarta(t) 22.104 26.662 31.865 33.424 27.580
RTGS (Volume) 14.640 16.211 17.826 19.406 17.991
Dari Jakarta 8.151 9.067 9.928 10.661 9.562
ke Jakarta(f-t) 2.455 2.722 3.110 3.236 2.423
ke Luar Jakarta(f) 5.696 6.345 6.818 7.426 7.139
Ke Jakarta 6.490 7.144 7.898 8.744 8.428
dari Luar Jakarta(t) 6.490 7.144 7.898 8.744 8.428
Sumber : Pertamina
Q3 Q4 Q2 Q3 Q4
2006 2007
Rp triliun Volume/ribuan
-
20
40
60
80
100
120
140
160
Q3 Q4 Q2 Q3 Q4
NilaiVolume (rhs)
1011121314151617181920
67
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
B. TRANSAKSI KLIRINGDibandingkan dengan triwulan sebelumnya, penyelesaian rata-rata transaksi harianDibandingkan dengan triwulan sebelumnya, penyelesaian rata-rata transaksi harianDibandingkan dengan triwulan sebelumnya, penyelesaian rata-rata transaksi harianDibandingkan dengan triwulan sebelumnya, penyelesaian rata-rata transaksi harianDibandingkan dengan triwulan sebelumnya, penyelesaian rata-rata transaksi harian
melalui kliring di Jakarta menunjukkan peningkatan yang relatif rendah (Tabel IV.melalui kliring di Jakarta menunjukkan peningkatan yang relatif rendah (Tabel IV.melalui kliring di Jakarta menunjukkan peningkatan yang relatif rendah (Tabel IV.melalui kliring di Jakarta menunjukkan peningkatan yang relatif rendah (Tabel IV.melalui kliring di Jakarta menunjukkan peningkatan yang relatif rendah (Tabel IV.
2)2)2)2)2). Rata-rata harian nilai nominal transaksi kliring di triwulan IV 2007 Rp 3,2triliun, meningkat sebesar 3,2% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Rp
3,0 triliun). Sementara itu, rata-rata harian jumlah warkat kliring juga meningkat
namun dengan prosentase yang lebih rendah (0,94%) menjadi 198.518 lembarwarkat. Peningkatan penggunaan transaksi melalui kliring dan transaksi RTGS yang
tinggi merupakan fenomena yang logis, mengingat akaselerasi pertumbuhan
ekonomi masih berlanjut di triwulan IV-2007. Faktor lain adalah preferensimasyarakat untuk menyelesaikan transaksi non tunai dengan menggunakan kliring
meningkat sejalan dengan semakin luasnya wilayah yang terhubung dengan sistem
kliring nasional dan juga karena diberlakukannya daftar hitam nasional. Secarakeseluruhan upaya Bank Indonesia untuk mendorong masyarakat lebih banyak
melakukan transaksi non tunai (less cash society/LCS) mulai membuahkan hasil.
Ke depan penyelesaian transaksi melalui kliring diperkirakan masih akan meningkatKe depan penyelesaian transaksi melalui kliring diperkirakan masih akan meningkatKe depan penyelesaian transaksi melalui kliring diperkirakan masih akan meningkatKe depan penyelesaian transaksi melalui kliring diperkirakan masih akan meningkatKe depan penyelesaian transaksi melalui kliring diperkirakan masih akan meningkat.
Faktor yang mempengaruhi, selain perekonomian yang membaik juga dipengaruhi
oleh implementasi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) dan akanditerapkannya daftar hitam nasional. Coverage SKNBI pada saat ini sudah mencakup
lebih dari 95% nilai transaksi kliring per hari. Dengan SKNBI tersebut penyelesaian
kliring dapat dilaksanakan dengan lebih baik, terutama dilihat dari sisi kecepatandan keakuratan pembayaran. Selain itu risiko kegagalan settlement akan dapat
dikurangi. Gambaran awal dari peningkatan penggunaan transaksi kliring dapat
dilihat pada perkembangan baik dilihat dari nilai nominal maupun volume melaluikliring yang ternd-nya meningkat.
Grafik IV.2Rata-rata Harian Transaksi Kliring
Tabel IV. 2Rata-rata Harian Transaksi Kliring
2006 1 149.564 2.235.169
2 177.479 1.953.718
3 176.950 2.586.290
4 188.975 2.780.473
2007 1 158.162 2.105.110
2 189.459 2.759.094
3 196.663 2.998.294
4 198.518 3.094.510
Nominal(jutaan rupiah)Volume
Miliar rupiah Ribuan lembar
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
0
50
100
150
200
250Nominal JktVol (rhs)
68
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), keuntungan yang diperolehMelalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), keuntungan yang diperolehMelalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), keuntungan yang diperolehMelalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), keuntungan yang diperolehMelalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), keuntungan yang diperoleh
cukup luas. cukup luas. cukup luas. cukup luas. cukup luas. Masyarakat, perbankan dan perekonomian secara makro memperoleh
keuntungan dimaksud. Bagi masyarakat di seluruh wilayah Indonesia yangmelakukan penyelesaian transaksi melalui kliring nantinya dapat melakukan
transaksi transfer dana pada hari yang sama sepanjang sistem internal bank peserta
sudah sepenuhnya terhubung (fully online). Bagi perbankan, SKNBI akanmenciptakan efisiensi biaya pencetakan dan handling warkat, efisiensi SDM dan
peralatan penunjang lainnya. Pengintegrasian juga akan meningkatkan efesiensi
pengelolaan likuiditas bank karena bank cukup memonitor satu posisi transaksikliring secara nasional. Secara makro, transmisi arus dana melalui SKNBI secara
real time dan otomatis akan mempercepat peredaran kembali uang (velocity ofmoney) sehingga mampu mendorong aktivitas ekonomi masyarakat, dan padagilirannya diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Tabel IV. 3Rata-rata Harian Penarikan Cek/BG Kosong
1 11.818 585 2.235.169 149.564 0,53 0,39
2 14.772 658 1.953.718 177.479 0,76 0,37
2007 3 13.232 657 2.586.290 176.950 0,51 0,37
4 15.126 722 2.780.473 188.975 0,54 0,38
1 14.193 642 2.105.110 158.162 0,67 0,41
2006 2 12.368 605 2.759.094 189.459 0,45 0,32
3 14.479 480 2.998.294 196.663 0,48 0,24
4 12.926 537 3.094.510 198.518 0,42 0,27
Nominal Volume Nominal Volume Nominal Volume(juta Rupiah) (lembar) (juta Rupiah) (lembar) (%) (%)
Persentase Penarikan Cek/BG Kosong Kliring Total
Kualitas kliring di Jakarta pada triwulan IV-2007 relatif baik (Tabel IV. 3). Kualitas kliring di Jakarta pada triwulan IV-2007 relatif baik (Tabel IV. 3). Kualitas kliring di Jakarta pada triwulan IV-2007 relatif baik (Tabel IV. 3). Kualitas kliring di Jakarta pada triwulan IV-2007 relatif baik (Tabel IV. 3). Kualitas kliring di Jakarta pada triwulan IV-2007 relatif baik (Tabel IV. 3). Persentase
rata-rata harian tolakan kliring terhadap total rata-rata harian kliring, baik dari sisijumlah warkat maupun nilai transaksi relatif rendah, bahkan persentase jumlah
nominal kliring yang ditolak menurun. Presentasi rata-rata harian nilai nominal
dan volume cek dan BG yang ditolak masing-masing adalah 0,42% dan 0,27%,lebih kurang hampir sama dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 0,48% dan
0,24%.
Terkait dengan upaya untuk meningkatkan kualitas kliring, Bank IndonesiaTerkait dengan upaya untuk meningkatkan kualitas kliring, Bank IndonesiaTerkait dengan upaya untuk meningkatkan kualitas kliring, Bank IndonesiaTerkait dengan upaya untuk meningkatkan kualitas kliring, Bank IndonesiaTerkait dengan upaya untuk meningkatkan kualitas kliring, Bank Indonesia
memberlakukan penerbitan daftar hitam nasional penarik Cek dan/atau bilyet giromemberlakukan penerbitan daftar hitam nasional penarik Cek dan/atau bilyet giromemberlakukan penerbitan daftar hitam nasional penarik Cek dan/atau bilyet giromemberlakukan penerbitan daftar hitam nasional penarik Cek dan/atau bilyet giromemberlakukan penerbitan daftar hitam nasional penarik Cek dan/atau bilyet giro
kosongkosongkosongkosongkosong. Latar belakang dari dikeluarkannya ketentuan ini adalah mengingat bahwa
69
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
penggunaan instrumen cek dan/atau bilyet giro sebagai alat pembayaran di Indonesia
masih diminati, namun disisi lain masih terdapat praktik penarikan cek dan/atau
bilyet giro kosong yang dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat. Sementaraitu penerapan sanksi daftar hitam penarik cek dan/atau bilyet giro kosong serta
pemberlakuannya cakupan wilayah kliring lokal belum cukup efektif menurunkan
tingkat pencairan cek dan/atau bilyet giro kosong sehingga perlu diterapkan prinsipself assesment agar penatausahaan daftar hitam dapat dilakukan dengan lebih akurat.
Oleh karena itu, dalam rangka melindungi dan menjaga kepercayaan masyarakat
atas penarikan cek dan/atau bilyet kosong, Bank Indonesia mengeluarkan PeraturanBank Indonesia No 8/29/PBI2006 tentang daftar hitam nasional penarik cek dan/
atau bilyet giro kosong yang berlaku efektif per 1 Juli 2007.
C. TRANSAKSI TUNAIPerkembangan transaksi tunai antara perbankan dan Bank Indonesia pada triwulanPerkembangan transaksi tunai antara perbankan dan Bank Indonesia pada triwulanPerkembangan transaksi tunai antara perbankan dan Bank Indonesia pada triwulanPerkembangan transaksi tunai antara perbankan dan Bank Indonesia pada triwulanPerkembangan transaksi tunai antara perbankan dan Bank Indonesia pada triwulan
IV 2007 dibandingkan dengan transaksi pada triwulan sebelumnya meningkatIV 2007 dibandingkan dengan transaksi pada triwulan sebelumnya meningkatIV 2007 dibandingkan dengan transaksi pada triwulan sebelumnya meningkatIV 2007 dibandingkan dengan transaksi pada triwulan sebelumnya meningkatIV 2007 dibandingkan dengan transaksi pada triwulan sebelumnya meningkat
namun menurun dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnyanamun menurun dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnyanamun menurun dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnyanamun menurun dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnyanamun menurun dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya.
Faktor yang mempengaruhi peningkatan transaksi tunai antara perbankan denganBank Indonesia adalah peningkatan kebutuhan tunai masyarakat berbarengan
dengan perayaan hari besar keagamaan dan libur panjang. Namun demikian,khusus untuk transaksi out flow jumlahnya lebih rendah dibandingkan dengan
transaksi pada periode waktu yang sama dengan tahun sebelumnya. Salah satu
alasan yang mungkin antara lain adalah dikarenakan penyelesaian transaksi nontunai masyarakat meningkat sejalan dengan meningkatnya kepastian hukum di
sistem ini. Selain itu, juga dipengaruhi oleh adanya ketentuan penyetoran uang
kartal ke Bank Indonesia hanya untuk uang yang tidak layak edar (UTLE).
Di triwulan laporan tersebut, rata-rata harian transaksi Di triwulan laporan tersebut, rata-rata harian transaksi Di triwulan laporan tersebut, rata-rata harian transaksi Di triwulan laporan tersebut, rata-rata harian transaksi Di triwulan laporan tersebut, rata-rata harian transaksi inflowinflowinflowinflowinflow meningkat dan meningkat dan meningkat dan meningkat dan meningkat dan
outflow mengalami peningkatan yang lebih tinggi sehingga menyebabkan transaksioutflow mengalami peningkatan yang lebih tinggi sehingga menyebabkan transaksioutflow mengalami peningkatan yang lebih tinggi sehingga menyebabkan transaksioutflow mengalami peningkatan yang lebih tinggi sehingga menyebabkan transaksioutflow mengalami peningkatan yang lebih tinggi sehingga menyebabkan transaksi
net outflownet outflownet outflownet outflownet outflow meningkat (Grafik IV. 3 - 4) meningkat (Grafik IV. 3 - 4) meningkat (Grafik IV. 3 - 4) meningkat (Grafik IV. 3 - 4) meningkat (Grafik IV. 3 - 4). Rata-rata harian uang yang masuk ke
Bank Indonesia pada triwulan IV sebesar Rp 185,4 miliar, dan pada saat yangbersamaan rata-rata harian uang yang keluar sebesar Rp 362,1 miliar sehingga
secara harian rata-rata terjadi net out flow sebesar Rp 176,1 miliar. Jumlah net
outflow tersebut meningkat cukup drastis dibandingkan dengan net outflow padatriwulan sebelumnya (Rp 86,6 miliar).
Bank Indonesia menghendaki menurunnya kegiatan transaksi tunai antara BankBank Indonesia menghendaki menurunnya kegiatan transaksi tunai antara BankBank Indonesia menghendaki menurunnya kegiatan transaksi tunai antara BankBank Indonesia menghendaki menurunnya kegiatan transaksi tunai antara BankBank Indonesia menghendaki menurunnya kegiatan transaksi tunai antara Bank
Indonesia dengan Perbankan dan disisi lain sanagat diharapkan terjadinyaIndonesia dengan Perbankan dan disisi lain sanagat diharapkan terjadinyaIndonesia dengan Perbankan dan disisi lain sanagat diharapkan terjadinyaIndonesia dengan Perbankan dan disisi lain sanagat diharapkan terjadinyaIndonesia dengan Perbankan dan disisi lain sanagat diharapkan terjadinya
70
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
peningkatan transaksi non tunai.peningkatan transaksi non tunai.peningkatan transaksi non tunai.peningkatan transaksi non tunai.peningkatan transaksi non tunai. Dengan meningkatnya penggunaan transaksi
non tunai menunjukkan bahwa upaya Bank Indonesia untuk mendorong
masyarakat lebih banyak melakukan transaksi non tunai (less cash society/LCS)yang lebih efisien dan aman ternyata dapat berjalan dengan baik. Peningkatan
penggunaan transaksi non tunai tersebut juga dapat dijadikan sebagai cerminan
kemajuan suatu daerah ataupun negara, terutama dalam hal menilai intensitasaktifitas perekonomian. Dari sisi bank Indonesia, dengan meningkatnya
penggunaan transaksi non tunai, maka Bank Indonesia juga dapat menekan biaya
pencetakan uang dan biaya logistik pengedaran uang.
Grafik IV.3Rata-rata Harian Arus Uang Tunai Bank
Indonesia Jakarta - Perbankan
Grafik IV.4Net Arus Uang Tunai BI Jakarta
Rp Milliar/perhari
-50
100150200250300350400450
2006 20071 2 3 4 1 2 3 4*
OutflowInflow
Milliar rupiah per hari
-
50
100
150
200
250
2006 20071 2 3 4 1 2 3 4*
Net Outflow
Terkait dengan kebijakan sistem pembayaran tunai, maka sejak triwulan II-2006Terkait dengan kebijakan sistem pembayaran tunai, maka sejak triwulan II-2006Terkait dengan kebijakan sistem pembayaran tunai, maka sejak triwulan II-2006Terkait dengan kebijakan sistem pembayaran tunai, maka sejak triwulan II-2006Terkait dengan kebijakan sistem pembayaran tunai, maka sejak triwulan II-2006
Bank Indonesia menerapkan uji coba ketentuan setoran bayar bagi perbankan diBank Indonesia menerapkan uji coba ketentuan setoran bayar bagi perbankan diBank Indonesia menerapkan uji coba ketentuan setoran bayar bagi perbankan diBank Indonesia menerapkan uji coba ketentuan setoran bayar bagi perbankan diBank Indonesia menerapkan uji coba ketentuan setoran bayar bagi perbankan di
wilayah KBI dan Kantor Pusat, yaitu penyetoran uang kartal ke Bank Indonesiawilayah KBI dan Kantor Pusat, yaitu penyetoran uang kartal ke Bank Indonesiawilayah KBI dan Kantor Pusat, yaitu penyetoran uang kartal ke Bank Indonesiawilayah KBI dan Kantor Pusat, yaitu penyetoran uang kartal ke Bank Indonesiawilayah KBI dan Kantor Pusat, yaitu penyetoran uang kartal ke Bank Indonesia
hanya untuk uang yang tidak layak edar (UTLE).hanya untuk uang yang tidak layak edar (UTLE).hanya untuk uang yang tidak layak edar (UTLE).hanya untuk uang yang tidak layak edar (UTLE).hanya untuk uang yang tidak layak edar (UTLE). Uji coba penerapan ketentuan ini
telah menyebabkan turunnya jumlah aliran uang baik inflow ataupun outflow di
Kantor Pusat. Perkembangan penyelesaian transaksi tunai antar BI dan Perbankansecara tahunan menunjukkan jumlah yang menurun.
Sementara itu, walaupun hubungan antara transaksi tunai antara Bank IndonesiaSementara itu, walaupun hubungan antara transaksi tunai antara Bank IndonesiaSementara itu, walaupun hubungan antara transaksi tunai antara Bank IndonesiaSementara itu, walaupun hubungan antara transaksi tunai antara Bank IndonesiaSementara itu, walaupun hubungan antara transaksi tunai antara Bank Indonesia
dengan Perbankan dikaitkan dengan temuan uang palsu belum diteliti, namundengan Perbankan dikaitkan dengan temuan uang palsu belum diteliti, namundengan Perbankan dikaitkan dengan temuan uang palsu belum diteliti, namundengan Perbankan dikaitkan dengan temuan uang palsu belum diteliti, namundengan Perbankan dikaitkan dengan temuan uang palsu belum diteliti, namun
demikian data menunjukkan bahwa rasio temuan uang palsu terhadap uang kertasdemikian data menunjukkan bahwa rasio temuan uang palsu terhadap uang kertasdemikian data menunjukkan bahwa rasio temuan uang palsu terhadap uang kertasdemikian data menunjukkan bahwa rasio temuan uang palsu terhadap uang kertasdemikian data menunjukkan bahwa rasio temuan uang palsu terhadap uang kertas
yang diedarkan dibandingkan dengan periode waktu yang sama tahun sebelumnyayang diedarkan dibandingkan dengan periode waktu yang sama tahun sebelumnyayang diedarkan dibandingkan dengan periode waktu yang sama tahun sebelumnyayang diedarkan dibandingkan dengan periode waktu yang sama tahun sebelumnyayang diedarkan dibandingkan dengan periode waktu yang sama tahun sebelumnya
(Triwulan IV 2006) diperkirakan menurun(Triwulan IV 2006) diperkirakan menurun(Triwulan IV 2006) diperkirakan menurun(Triwulan IV 2006) diperkirakan menurun(Triwulan IV 2006) diperkirakan menurun. Rata-rata rasio temuan uang palsu
terhadap uang yang diedarkan selama periode Januari sampai dengan Agustus2007 (0,00000086), turun tipis dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
71
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
(0,00000094). Sedangkan, dilihat per Kantor Koordinator Bank Indonesia, temuanuang palsu yang cukup besar adalah di Kantor Bank Indonesia Pusat dan Kantor
Koordinator Bank Indonesia Surabaya. Di Kantor Pusat Bank Indonesia, rata-rata
temuan uang palsu selama Januari √ Agustus 2007 mencapai 29,1% dari totaltemuan uang palsu, turun dibandingkan dengan periode waktu yang sama tahun
sebelumnya (33,1%). Sementara itu, dibandingkan dengan negara lain, terutama
di negara-negara maju, temuan uang palsu di atas termasuk lebih rendah.
Grafik IV.5Rasio Temuan Uang Palsu Terhadap Uang
Diedarkan
Grafik IV.6Persentasi Uang Palsu di DKI Terhadap
Total Uang Palsu
Lembar
0.0000000
0.0000010
0.0000020
0.0000030
0.0000040
0.0000050
0.0000060
2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8
Rasio Uang Palsu TerhadapUang Diedarkan
%
0
20
40
60
80
100
2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
KPBIDi Luar KPBI
72
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
halaman ini sengaja dikosongkan
73
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
BAB V. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi di tahun 2007 berdampak padaPertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi di tahun 2007 berdampak padaPertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi di tahun 2007 berdampak padaPertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi di tahun 2007 berdampak padaPertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi di tahun 2007 berdampak pada
perbaikan beberapa indikator kesejahteraan masyarakat di Jakarta, namun disisiperbaikan beberapa indikator kesejahteraan masyarakat di Jakarta, namun disisiperbaikan beberapa indikator kesejahteraan masyarakat di Jakarta, namun disisiperbaikan beberapa indikator kesejahteraan masyarakat di Jakarta, namun disisiperbaikan beberapa indikator kesejahteraan masyarakat di Jakarta, namun disisi
lain kesenjangan pendapatan meningkat. lain kesenjangan pendapatan meningkat. lain kesenjangan pendapatan meningkat. lain kesenjangan pendapatan meningkat. lain kesenjangan pendapatan meningkat. Indikator dimaksud antara lain adalahketenagakerjaan, angka kemiskinan, upah/gaji, angka indeks kesengsaraan (miseryindeks) dan kualitas hidup sebagaimana tercermin pada indeks pembangunanmanusia (IPM). Angka pengangguran di DKI menurun, dari 14,7% pada tahun2006 menjadi 12,57% pada tahun 2007 meskipun masih lebih tinggi dibandingkandengan tingkat pengangguran nasional (9,11%). Tingkat kemiskinan sedikitmengalami perbaikan, yaitu turun menjadi 4,19% dari total jumlah pendudukdibandingkan dengan tahun sebelumya (4,30%) dan angkanya lebih rendahdibandingkan dengan angka kemiskinan nasional (16,6%). Faktor yangmempengaruhi relatif membaiknya kedua indikator kesejahteraan di atas antaralain adalah kinerja perekonomian Jakarta yang membaik. Namun demikian, darisisi kualitas masih belum optimal, yaitu pertumbuhan ekonomi lebih didorongoleh konsumsi, disisi lain investasi tumbuh relatif lambat. Kualitas pertumbuhanyang belum optimal ini berdampak pada meningkatnya kesenjangan pendapatansebagaimana tercermin pada peningkatan angka gini rasio dari 0,269 pada tahun2005 menjadi 0,336 pada 2007 (Maret). Sementara itu, Indikator-indikatorkesejahteraan lain, seperti indeks kesengsaraan dan indeks pembangunan manusiarelatif membaik. Perbaikan angka indeks kesengsaraan terjadi sejalan denganpertumbuhan ekonomi yang meningkat dan di sisi lain inflasi relatif terjaga.Sedangkan indeks pembangunan manusia perbaikan antara lain dipengaruhi olehperekonomian yang membaik dan alokasi anggaran untuk program pendidikandan jaminan sosial yang meningkat.
A. KETENAGAKERJAANJumlah angkatan kerja dan jumlah orang yang bekerja di DKI Jakarta sampai denganJumlah angkatan kerja dan jumlah orang yang bekerja di DKI Jakarta sampai denganJumlah angkatan kerja dan jumlah orang yang bekerja di DKI Jakarta sampai denganJumlah angkatan kerja dan jumlah orang yang bekerja di DKI Jakarta sampai denganJumlah angkatan kerja dan jumlah orang yang bekerja di DKI Jakarta sampai dengan
Agustus meningkat, sementara disisi lain tingkat pengangguran terbuka turunAgustus meningkat, sementara disisi lain tingkat pengangguran terbuka turunAgustus meningkat, sementara disisi lain tingkat pengangguran terbuka turunAgustus meningkat, sementara disisi lain tingkat pengangguran terbuka turunAgustus meningkat, sementara disisi lain tingkat pengangguran terbuka turun
(Grafik V. 1). (Grafik V. 1). (Grafik V. 1). (Grafik V. 1). (Grafik V. 1). Pada posisi Agustus 2007 jumlah angkatan kerja di DKI Jakartamencapai 4,40 juta jiwa, meningkat dibandingkan dengan kondisi Agustus 2006
(4,12 juta jiwa). Penyerapan tenaga kerja meningkat cukup tinggi, dari 3,53 juta
jiwa menjadi 3,84 juta jiwa. Kombinasi perkembangan dua hal yang positif inimenyebabkan tingkat pengangguran terbuka turun cukup signifikan, dari 14,31%
pada posisi Agustus 2006 menjadi 12,57% pada posisi Agustus 2007.
74
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Penurunan angka pengangguran di Jakarta akan berlanjut pada triwulan-triwulanPenurunan angka pengangguran di Jakarta akan berlanjut pada triwulan-triwulanPenurunan angka pengangguran di Jakarta akan berlanjut pada triwulan-triwulanPenurunan angka pengangguran di Jakarta akan berlanjut pada triwulan-triwulanPenurunan angka pengangguran di Jakarta akan berlanjut pada triwulan-triwulan
mendatangmendatangmendatangmendatangmendatang. Faktor utama yang mempengaruhi perbaikan dimaksud adalah
perekonomian yang sampai dengan triwulan IV 2007 terus membaik, walaupun
sektor-sektor yang mampu menyerap banyak tenaga kerja tumbuh relatif terbatasterutama karena masih terbatasnya pertumbuhan investasi. Hasil survey sakernas
tahap II 2007 menyatakan bahwa pertumbuhan penyerapan tenaga kerja padaposisi bulan Agustus tumbuh cukup baik. Pertumbuhan penyerapan tenaga kerja
yang cukup tinggi terutama terjadi pada sektor industri pengolahan, angkutan
komunikasi, pengangkutan, keuangan dan jasa perusahaan.
Fenomena perkembangan ketengakerjaan di Jakarta berdasarkan survei BPSFenomena perkembangan ketengakerjaan di Jakarta berdasarkan survei BPSFenomena perkembangan ketengakerjaan di Jakarta berdasarkan survei BPSFenomena perkembangan ketengakerjaan di Jakarta berdasarkan survei BPSFenomena perkembangan ketengakerjaan di Jakarta berdasarkan survei BPS
tersebut cukup menarik. tersebut cukup menarik. tersebut cukup menarik. tersebut cukup menarik. tersebut cukup menarik. Di tengah-tengah lambatnya pertumbuhan investasi,
sekor industri pengolahan mampu menyerap tenaga kerja cukup tinggi, yaitu
meningkat 27,43% menjadi 708,6 ribu tenaga kerja. Sektor transportasimeningkat 24,87% menjadi 369,1 ribu tenaga kerja. Sektor keuangan meningkat
23,11% menjadi 287,1 ribu tenga kerja. Sementara itu sektor penyerap tenga
kerja terbesar, yaitu perdagangan hanya tumbuh 2,20% (1.435,7 ribu tenagakerja) (Grafik V. 1). Salah satu faktor penyebab tingginya peningkatan penyerapan
tenaga kerja di sektor industri di Jakarta tidak terlepas pengaruh peningkatan
pendapatan yang diikuti oleh peningkatan konsumsi masyarakat terutamaterhadap barang-barang durable, seperti mobil, kendaraan bermotor, onderdil
alat transportasi, dan barang-barang elektronika. Sebagian dari industri yang
menghasilkan produk dimaksud berlokasi di Jakarta. Dalam hal ini walaupuntidak semua industri merespon peningkatan permintaan melalui penambahan
investasi, sebagian industri merespon melalui peningkatan penggunaan kapasitas
Grafik V.1Angkatan Kerja dan Penduduk Bekerja
Grafik V.2Tingkat Angka Pengangguran Terbuka
Ribu
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
2005 2006 2007
Angkatan Kerja Bekerja Menganggur
Sumber BPS
2005
(%)
02468
101214161820
2006 2007Ags Ags
Banten DKISumatera JawaBali dan NT KallimantanSulawesi PapuaNasional
75
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
yang dalam implementasinya juga menambah tenaga kerja. Disisi lain dukungan
pembiayaan dengan bunga yang relatif murah ikut mendorong peningkatan
konsumsi masyarakat yang juga mendorong industri untuk meningkatkanproduksi. Sementara itu, pertumbuhan penyerapan tenaga kerja yang tinggi pada
sektor-sektor diluar industri adalah merupakan fenomena yang wajar, yaitu
dipengaruhi oleh aktifitas perekonomian yang meningkat.
Pada posisi bulan Agustus 2007 meskipun angka prosentase pengangguran diPada posisi bulan Agustus 2007 meskipun angka prosentase pengangguran diPada posisi bulan Agustus 2007 meskipun angka prosentase pengangguran diPada posisi bulan Agustus 2007 meskipun angka prosentase pengangguran diPada posisi bulan Agustus 2007 meskipun angka prosentase pengangguran di
Jakarta turun, namun demikian dibandingkan dengan prosentase angkaJakarta turun, namun demikian dibandingkan dengan prosentase angkaJakarta turun, namun demikian dibandingkan dengan prosentase angkaJakarta turun, namun demikian dibandingkan dengan prosentase angkaJakarta turun, namun demikian dibandingkan dengan prosentase angka
pengangguran nasional (9,75%) masih lebih tinggi (Grafik V. 2.). pengangguran nasional (9,75%) masih lebih tinggi (Grafik V. 2.). pengangguran nasional (9,75%) masih lebih tinggi (Grafik V. 2.). pengangguran nasional (9,75%) masih lebih tinggi (Grafik V. 2.). pengangguran nasional (9,75%) masih lebih tinggi (Grafik V. 2.). Tingginya tingkat
pengangguran di Jakarta antara lain disebabkan oleh karakteristik perekonomiandi Jakarta yang cenderung diwarnai oleh sektor-sektor ekonomi yang padat modal
dan tehnologi. Akibatnya, walaupun pertumbuhan ekonominya tinggi namun
penyerapan tenaga kerjanya relatif terbatas. Ketersediaan lapangan kerja formaltumbuh terbatas padahal struktur tenaga kerja hampir 64,82% merupakan tenaga
kerja buruh/karyawan (Tabel V.2). Faktor yang lain adalah merupakan permasalahan
klasik, yaitu tingginya tingkat urbanisasi di Jakarta sebagai wilayah yang terbuka.Dugaan yang lain adalah bahwa meskipun sebagian dari masyarakat Jakarta tidak
memiliki pekerjaan, namun demikian sebagian dari masyarakat dimaksud memilikidan mengelola asset yang mampu menghasilkan uang.
Tabel V. 1Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor
di DKI Jakarta
Pertanian 19.651 22.543 19.940 0,6 0,6 0,5Pertambangan 2.953 9.410 8.310 0,1 0,3 0,2Industri 698.782 556.086 708.640 19,6 15,7 18,4Listrik 9.072 12.733 12.090 0,3 0,4 0,3Konstruksi 174.426 162.717 167.000 4,9 4,6 4,3Perdagangan 1.391.304 1.404.854 1.435.740 39,0 39,8 37,4Transportasi 326.539 295.724 369.270 9,2 8,4 9,6Keuangan 172.938 233.238 287.130 4,9 6,6 7,5Jasa 769.666 834.494 834.820 21,6 23,6 21,7Total 3.565.331 3.531.799 3.842.940 100 100 100
Sumber : BPS
2005 2006 2007 2005 2006 2007
Jumlah Tenaga ShareKerjaLapangan
Tabel V. 2Tenaga Kerja berdasarkan Status
Pekerjaan di DKI Jakarta
Formal
1. Berusaha di bantu buruh tetap 188.900 233.400
2. Buruh/Karyawan 2.213.530 2.319.900
Informal
1. Berusaha sendiri 726.210 841.220
2. Berusaha dibantu buruh tidak
tetap 165.640 171.150
3. Pekerja bebas 97.660 95.660
4. Pekerja tak di bayar 139.870 181.610s
Status Pekerjaan Agt. 2006 Agt. 2007
Sumber BPS
76
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
B. UPAHSecara agregat upah yang diterima tenaga kerja meningkat, namun peningkatanSecara agregat upah yang diterima tenaga kerja meningkat, namun peningkatanSecara agregat upah yang diterima tenaga kerja meningkat, namun peningkatanSecara agregat upah yang diterima tenaga kerja meningkat, namun peningkatanSecara agregat upah yang diterima tenaga kerja meningkat, namun peningkatan
upah terutama lebih dirasakan oleh pekerja level menengah ke atas karena baseupah terutama lebih dirasakan oleh pekerja level menengah ke atas karena baseupah terutama lebih dirasakan oleh pekerja level menengah ke atas karena baseupah terutama lebih dirasakan oleh pekerja level menengah ke atas karena baseupah terutama lebih dirasakan oleh pekerja level menengah ke atas karena base
salary-nya relatif sudah tinggi.salary-nya relatif sudah tinggi.salary-nya relatif sudah tinggi.salary-nya relatif sudah tinggi.salary-nya relatif sudah tinggi. survei Human Resources Development Club (HRD
Club) yang menunjukkan kenaikan gaji manajerial di sektor formal pada berbagailevel jabatan mendekati angka 15% (Grafik I.11 -15 dan tabel I.2). Kenaikan gaji
tersebut umumnya mulai dibayarkan di triwulan II 2007. Survei yang lain adalahsurvei konsumen yang menunjukkan bahwa penghasilan saat ini sebagian besar
responden membaik. Sementara itu, untuk golongan masyarakat berpenghasilan
relatif subsistem kenaikan pendapatannya relatif kurang dapat secara cukupsignifikan mampu mendorong peningkatan konsumsi. Hal ini tercermin pada
peningkatan upah buruh informal, Upah Minimum Propinsi (UMP), yang kurang
cukup kuat mengimbangi kenaikan harga-harga. Dengan kata lain, peningkatanpendapatan pada berbagai level pekerjaan kurang memberikan dampak pada
pengurangan disparitas pendapatan, sebagaimana tercermin pada angka gini ratio
2007 (0,336) yang meningkat dibandingkan tahun 2005 (0,269). Ke depan,disamping upaya untuk menjaga kestabilan harga dioptimalkan, kebijakan
pengupahan ada baiknya lebih diarahkan pada upaya untuk dapat mengerem
disparitas yang semakin membesar. Kebijakan tersebut antara lain dapat dilakukanmelalui pengaturan peningkatan gaji yang lebih rendah untuk level yang lebih
tinggi namun disisi lain kenaikan upah pada low level tetap dalam batas-batas
normal dan mampu meredam ekspektasi terhadap inflasi.
Tabel V. 3Jumlah Tenaga Kerja berdasarkan
Pendidikan di Jakarta
Sumber BPS, Sakernas, Februari 2006
2005 2006 2005 2006Lapangan Jumlah Share (%)
Tidak Sekolah 4.279 3.885 0,1 0,1
Tidak Tamat SD 100.196 85.470 2,8 2,4
SD 510.606 522.353 14,3 14,8
SLP 632.910 579.921 17,8 16,4
SLA 1.912.635 1.911.410 53,6 54,1
Diploma 187.912 198.840 5,3 5,6
Universitas 216.794 229.920 6,1 6,5
3.565.331 3.531.799 100,0 100,0
Tabel V. 4Angkat Gini Ratio
1 DKI Jakarta 0,322 0,269 0,336
2 Banten 0,330 0,356 0,365
3 Jawa Barat 0,289 0,336 0,344
4 Jawa Tengah 0,284 0,306 0,326
5 Jogyakarta 0,367 0,415 0,366
6 Jawa Timur 0,311 0,356 0,337
7 Sumatera Utara 0,268 0,303 0,305
8 Sulawesi Selatan 0,301 0,353 0,37
9 Nasional 0,329 0,363 0,364
Provinsi 2002 2005 2007
Sumber BPS
77
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
C. KEMISKINAN1Ω
Presentase jumlah penduduk miskin di Jakarta masih relatif lebih rendahPresentase jumlah penduduk miskin di Jakarta masih relatif lebih rendahPresentase jumlah penduduk miskin di Jakarta masih relatif lebih rendahPresentase jumlah penduduk miskin di Jakarta masih relatif lebih rendahPresentase jumlah penduduk miskin di Jakarta masih relatif lebih rendah
dibandingkan dengan presentase jumlah penduduk miskin nasional (Grafik V. 3.).dibandingkan dengan presentase jumlah penduduk miskin nasional (Grafik V. 3.).dibandingkan dengan presentase jumlah penduduk miskin nasional (Grafik V. 3.).dibandingkan dengan presentase jumlah penduduk miskin nasional (Grafik V. 3.).dibandingkan dengan presentase jumlah penduduk miskin nasional (Grafik V. 3.).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Jakarta, pada tahun 2007 prosentasependuduk miskin di DKI Jakarta hanya 4,19% dari total jumlah penduduk DKI
Jakarta. Prosentase penduduk miskin di kedua propinsi tersebut turun setelah
sempat meningkat pada tahun 2006 (4,30%). Penurunan ini searah denganpenurunan jumlah penduduk miskin nasional yang turun dari 39,30 juta jiwa
(17,75%) pada tahun 2006 menjadi 37,17 juta jiwa (16,58%) pada tahun 2007.
Faktor utama yang menyebabkan tingkat kemiskinan menurun adalahperekonomian yang membaik sejalan dengan berkurangnya dampak kenaikan
harga BBM Oktober 2005. Selain itu juga dipengaruhi oleh upaya sungguh-sungguh
pemerintah untuk mengurangi kemiskinan (pro poor) melalui pelaksanaan program-program yang terkait dengan jaring pengaman sosial.
1 Data yang digunakan adalah data BPS. Sementara itu berdasarkan data dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, jumlah kemiskinanmencapai 70 ribu keluarga atau 640 ribu jiwa. Meningkat dari tahun sebelumnya 560 ribu jiwa. Jumlah penduduk miskinterbanyak bermukim di Jakarta Utara dan Jakarta Timur.
Grafik V.3Angka Penduduk Miskin
DKI
(%)
Sumber : BPS
0
10
20
2003 2004 2005 2006 2007*
3,42 3,18 4,27 4,30 4,19
Banten 9,6 8,6 8,86 0 9,07
Nasional 17,42 16,7 15,97 17,75 16,58
Tabel V. 5Strata Penghasilan
A1 > 3.000 13 2
A2 2.000-3.000 16 5
B 1.500 - 2.000 20 11
C1 1.000 -1.500 25 23
C2 700 - 1.000 18 32
D 500 - 700 4 17
E < 500 3 11
Strata Penghasilan Jakarta Botabek(Ribu Rp) % %
Sumber : AC Nielsen, 2007
Cukup banyak program-program yang dilaksanakan pemerintah daerah sebagaiCukup banyak program-program yang dilaksanakan pemerintah daerah sebagaiCukup banyak program-program yang dilaksanakan pemerintah daerah sebagaiCukup banyak program-program yang dilaksanakan pemerintah daerah sebagaiCukup banyak program-program yang dilaksanakan pemerintah daerah sebagai
implementasi kebijakan implementasi kebijakan implementasi kebijakan implementasi kebijakan implementasi kebijakan pro poorpro poorpro poorpro poorpro poor. . . . . Program tersebut antara lain adalah programpengurangan beban pengeluaran keluarga miskin yang terdiri dari Program Bantuan
Operasional Sekolah, Program Bantuan Operasional Pendidikan dan Keluarga
Miskin dengan anggaran lebih dari Rp 1,4 triliun yang bersumber dari APBD,penyediaan beras raskin, pemakaman gratis dan perbaikan lingkungan kumuh.
78
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Selanjutnya bantuan modal usaha, antara lain dalam bentuk penyaluran dana
bergulir Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) dengan alokasi
dana sebesar Rp 1 miliar per kelurahan dan program pelatihan. Sumber lain adalahkontribusi dari pihak swasta (Community Development Program), lembaga donor
dan perbankan. Pemerintah DKI juga memanfaatkan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) yang digulirkan pemerintah pusat melaluiDepartemen Pekerjaan Umum. Tahun ini terdapat 33 kelurahan di DKI yang
mendapatkan PNPM sebesar Rp 500 juta per kelurahan.
D. INDEKS KESENGSARAANSejalan dengan penurunan pengangguran dan inflasi yang relatif terkendali, angkaSejalan dengan penurunan pengangguran dan inflasi yang relatif terkendali, angkaSejalan dengan penurunan pengangguran dan inflasi yang relatif terkendali, angkaSejalan dengan penurunan pengangguran dan inflasi yang relatif terkendali, angkaSejalan dengan penurunan pengangguran dan inflasi yang relatif terkendali, angka
misery indexmisery indexmisery indexmisery indexmisery index (indeks kesengsaraan) menunjukkan perbaikan (Grafik V. 4) (indeks kesengsaraan) menunjukkan perbaikan (Grafik V. 4) (indeks kesengsaraan) menunjukkan perbaikan (Grafik V. 4) (indeks kesengsaraan) menunjukkan perbaikan (Grafik V. 4) (indeks kesengsaraan) menunjukkan perbaikan (Grafik V. 4). Miseryindex dihitung dengan cara menjumlahkan persentase tingkat pengangguran
terbuka dengan tingkat inflasi. Angka Indeks ini pertama kali dikenalkan olehArthur Okun. Indeks ini mengasumsikan bahwa tingkat pengangguran yang tinggi
dan tingkat inflasi yang memburuk akan menciptakan biaya sosial dan ekonomi
suatu negara. Kombinasi dari meningkatnya inflasi dan bertambahnya angkapengangguran akan berdampak pada memburuknya kinerja ekonomi yang
tercermin dari meningkatnya misery index. Berdasarkan indikator misery indeks,kondisi kesejahteraan masyarakat di keseluruhan tahun 2007 diperkirakan
membaik, yaitu dengan agka indeks yang lebih rendah dibandingkan tahun 2007
(Grafik V.4). Perbaikan indeks ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan ekonomiyang semakin membaik sehingga penyerapan tenaga kerja meningkat dan disisi
lain upaya pemerintah untuk mengendalikan inflasi cukup memberikan hasil.
Grafik V.4Indeks Kesengsaraan
Tabel V. 6Pengeluaran Penduduk Miskin
Sumber : BPS, diolah
10
15
20
25
30
35
40
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2006 2007
Jakarta Banten Zona
Keterangan Kota Desa
Kebutuhan dasar MakananKebutuhan dasar MakananKebutuhan dasar MakananKebutuhan dasar MakananKebutuhan dasar MakananBeras 15,5 22,0Telur, Daging & Susu 4,44 3,36Kebutuhan lainnya 49 46,35
Kebutuhan dasar bukan MakananKebutuhan dasar bukan MakananKebutuhan dasar bukan MakananKebutuhan dasar bukan MakananKebutuhan dasar bukan MakananPerumahan 7,37 8,05Listrik 4,06 2,35Pendidikan 1,73 1,02Transportasi 2,58 1,58Kebutuhan lainnya 15,32 15,29TotalTotalTotalTotalTotal 100100100100100 100100100100100
Sumber : BPS, diolah
(Persen)(Persen)(Persen)(Persen)(Persen)
79
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Grafik V.5IPM Provinsi DKI Jakarta
Grafik V.6IPM Provinsi Banten
E. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIAIndeks pembangunan manusia (IPM) adalah gabungan dari nilai yang menunjukkanIndeks pembangunan manusia (IPM) adalah gabungan dari nilai yang menunjukkanIndeks pembangunan manusia (IPM) adalah gabungan dari nilai yang menunjukkanIndeks pembangunan manusia (IPM) adalah gabungan dari nilai yang menunjukkanIndeks pembangunan manusia (IPM) adalah gabungan dari nilai yang menunjukkan
tingkat kemiskinan, kemampuan baca tulis, pendidikan, harapan hidup, dan faktor-tingkat kemiskinan, kemampuan baca tulis, pendidikan, harapan hidup, dan faktor-tingkat kemiskinan, kemampuan baca tulis, pendidikan, harapan hidup, dan faktor-tingkat kemiskinan, kemampuan baca tulis, pendidikan, harapan hidup, dan faktor-tingkat kemiskinan, kemampuan baca tulis, pendidikan, harapan hidup, dan faktor-
faktor lainnya di sebuah negara atau wilayah administratif tertentufaktor lainnya di sebuah negara atau wilayah administratif tertentufaktor lainnya di sebuah negara atau wilayah administratif tertentufaktor lainnya di sebuah negara atau wilayah administratif tertentufaktor lainnya di sebuah negara atau wilayah administratif tertentu2Ω (Grafik V. 5 √ (Grafik V. 5 √ (Grafik V. 5 √ (Grafik V. 5 √ (Grafik V. 5 √
6).6).6).6).6). Indeks ini dapat digunakan untuk membandingkan human development antara
satu negara dengan negara lainnya ataupun membandingkan human developmentantara satu propinsi dengan propinsi lain di dalam satu wilayah negara. Terdapattiga kriteria IPM, yaitu IPM tinggi dengan angka indeks di atas 0,800, IPM sedang
dengan batas angka IPM 0,500 √ 0,799, dan IPM rendah dengan nilai di bawah
0,500. Angka IPM Indonesia dan kebanyakan propinsi di Indonesia pada saat inimasuk dalam kategori IPM sedang. Khusus untuk di Zona Jakarta Banten, data
terakhir menunjukkan bahwa IPM Propinsi Jakarta lebih tinggi dibandingkan
dengan IPM Propinsi Banten dan juga IPM Propinsi lain di Indonesia. Sementaraitu berdasarkan release terakhir dari UNDP, IPM Indonesia pada tahun 2007 adalah
0,728 meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya 0,711. Peringkat IPM
Indonesia sedikit membaik, yaitu meningkat menjadi rangking 108 (sebelumnya108), namun demikian IPM Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan IPM
negara tetangga, yaitu Malaysia (0,811), Thailand (0,781), Filipina (0,771), dan
Vietnam (0,733).
2 Indeks ini dikembangkan pada tahun 1990 oleh ekonom Pakistan Mahbub ul Haq, dan telah digunakan sejak tahun 1993oleh UNDP pada laporan tahunannya. Nilai IPM menunjukkan pencapaian rata-rata pada sebuah negara dalam tiga dimensidasar pembangunan manusia, yakni: 1. Usia yang panjang dan sehat, yang diukur dengan angka harapan hidup, 2. Pendidikan,yang diukur dengan dengan tingkat baca tulis dengan pembobotan dua per tiga; serta angka partisipasi kasar denganpembobotan satu per tiga, 3. Standar hidup yang layak, yang diukur dengan produk domestik bruto (PDB) per kapita padaparitas daya beli dalam mata uang Dollar AS.
74,0
75,0
76,0
77,0
2002 2003 2004 2005*
Sumber : BPS
65,1
65,8
66,5
67,2
67,9
68,6
69,3
2002 2003 2004 2005*
80
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Indeks pembangunan manusia di Propinsi DKI Jakarta berdasarkan data terakhirIndeks pembangunan manusia di Propinsi DKI Jakarta berdasarkan data terakhirIndeks pembangunan manusia di Propinsi DKI Jakarta berdasarkan data terakhirIndeks pembangunan manusia di Propinsi DKI Jakarta berdasarkan data terakhirIndeks pembangunan manusia di Propinsi DKI Jakarta berdasarkan data terakhir
menunjukkan adanya perbaikan, walaupun masih tetap dalam kategori sedangmenunjukkan adanya perbaikan, walaupun masih tetap dalam kategori sedangmenunjukkan adanya perbaikan, walaupun masih tetap dalam kategori sedangmenunjukkan adanya perbaikan, walaupun masih tetap dalam kategori sedangmenunjukkan adanya perbaikan, walaupun masih tetap dalam kategori sedang.
IPM Propinsi DKI Jakarta meningkat tipis dari 0,7615 pada tahun 2004 menjadi0,7675 pada tahun 2005. Dengan memperhatikan perkembangan angka harapan
hidup, indeks pendidikan dan indeks daya beli, diperkirakan indeks pembangunan
manusia tahun 2007 searah dengan perekonomian yang bertumbuh danmeningkatnya alokasi belanja untuk jaring pengaman sosial mengalami perbaikan,
walaupun peningkatannya terkait dengan kapasitas yang ada masih terbatas.
81
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
BAB VI. KEUANGAN DAERAH
Angka sementara realisasi APBD 2007 DKI Jakarta di sisi penerimaan maupunpengeluaran diperkirakan lebih rendah dari yang dianggarkan. Realisasi penerimaandiperkirakan mencapai 92,2% dari total anggaran Rp 20,68 triliun. Pada pospengeluaran diperkirakan realisasinya lebih rendah (86,8%), namun lebih tinggidibandingkan penyerapan pada tahun sebelumnya (85,64%). Lebih rendahnyaperkiraan realisasi penerimaan antara lain disebabkan oleh tidak tercapainyaperolehan pajak dan retribusi, lebih rendahnya realisasi dana hibah dari pemerintahpusat dan lebih rendahnya penerimaan dana dari pengelolaan rumah sakit.Sementara itu faktor yang mempengaruhi lambatnya penyerapan belanja antaralain adalah lambatnya pengesahan RAPBD 2007 dan proses Pilkada (April - Agustus2007) sehingga belanja daerah, khususnya belanja modal agak terhambat. Sisalebih anggaran 2007 diperkirakan mencapai Rp 1,0 - Rp 1,8 triliun dan akan dipakaiuntuk tahun 2008.
1. PERKEMBANGAN REALISASI APBD 2007Angka sementara realisasi APBD DKI Jakarta hingga triwulan IV 2007 menunjukkanAngka sementara realisasi APBD DKI Jakarta hingga triwulan IV 2007 menunjukkanAngka sementara realisasi APBD DKI Jakarta hingga triwulan IV 2007 menunjukkanAngka sementara realisasi APBD DKI Jakarta hingga triwulan IV 2007 menunjukkanAngka sementara realisasi APBD DKI Jakarta hingga triwulan IV 2007 menunjukkan
pola yang relatif hampir sama dengan tahun 2006 (Tabel. VI. 2). pola yang relatif hampir sama dengan tahun 2006 (Tabel. VI. 2). pola yang relatif hampir sama dengan tahun 2006 (Tabel. VI. 2). pola yang relatif hampir sama dengan tahun 2006 (Tabel. VI. 2). pola yang relatif hampir sama dengan tahun 2006 (Tabel. VI. 2). Realisasi padapos pendapatan diperkirakan telah mencapai 92,2%, turun tipis dibandingkan
dengan pencapaian pada periode waktu yang sama tahun 2006 (92,9%).
Sementara itu pengeluaran belanja diperkirakan pencapaiannya relatif masih belumoptimal (86,8%) namun naik tipis dibandingkan pencapaian pada periode waktu
yang sama tahun 2006 (85,6%).
Tabel VI. 1APBD DKI Jakarta dan Realisasi Hingga Triwulan IV 2006 dan Triwulan IV 2007*
* Angka perkiraan BI hingga Desember 2007 (Sumber : Anedoktal info)
Anggaran Realisasi Tw % Anggaran Realisasi Tw %2006 IV 2006 2007 IV 2007*
Lapangan
Jakarta
Pendapatan Asli Daerah 8.666,8 7.771,8 89,7 10.084,3 9.484,3 94,1
Dana Perimbangan 6.661,0 6.459,9 97,0 7.572,1 7.445,9 98,3
Belanja Administrasi dan Ops 11.974,8 10.993,4 91,8 13.929,1 12.675,5 91,0
Belanja Modal 5.828,2 4.348,6 74,6 6.142,7 5.368,7 87,4
Belanja Lain-lain
(Miliar Rupiah)
82
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
a. Realisasi PendapatanRealisasi pendapatan sementara APBD 2007 sampai dengan triwulan IV 2007Realisasi pendapatan sementara APBD 2007 sampai dengan triwulan IV 2007Realisasi pendapatan sementara APBD 2007 sampai dengan triwulan IV 2007Realisasi pendapatan sementara APBD 2007 sampai dengan triwulan IV 2007Realisasi pendapatan sementara APBD 2007 sampai dengan triwulan IV 2007
diperkirakan telah mencapai 92,2%. diperkirakan telah mencapai 92,2%. diperkirakan telah mencapai 92,2%. diperkirakan telah mencapai 92,2%. diperkirakan telah mencapai 92,2%. Pencapaian realisasi pendapatan daerah yang
lebih rendah dari jumlah yang dianggarkan tersebut (Rp 20,68 triliun) antara laindisebabkan oleh tidak tercapainya pencapaian penerimaan pajak dan retribusi,
lebih rendahnya realisasi dana hibah dari pemerintah pusat yang hanya terealisasi
Rp 100 milyar, lebih rendahnya penerimaan pengelolaan RSUD (Rumah Sakit UmumDaerah) sejalan dengan pencabutan Perda No. 10 dan 11 tentang perubahan
sejumlah RSUD dari swadana menjadi BLU (Badan Layanan Umum).
Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, proporsi PAD dan DanaDibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, proporsi PAD dan DanaDibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, proporsi PAD dan DanaDibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, proporsi PAD dan DanaDibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, proporsi PAD dan Dana
perimbangan terhadap total penerimaan relatif hampir sama, walaupun di tahunperimbangan terhadap total penerimaan relatif hampir sama, walaupun di tahunperimbangan terhadap total penerimaan relatif hampir sama, walaupun di tahunperimbangan terhadap total penerimaan relatif hampir sama, walaupun di tahunperimbangan terhadap total penerimaan relatif hampir sama, walaupun di tahun
2007 keduanya agak menurun (Grafik VI.1)2007 keduanya agak menurun (Grafik VI.1)2007 keduanya agak menurun (Grafik VI.1)2007 keduanya agak menurun (Grafik VI.1)2007 keduanya agak menurun (Grafik VI.1). Penurunan tersebut sifatnya relatif,
antara lain dikarenakan pos lain-lain penerimaan yang sah di tahun 2007 ini
meningkat cukup tinggi, yaitu dianggarkan sebesar Rp 653,1 miliar. Mulai tahun2008 DAU DKI Jakarta tidak akan diberikan lagi dikarenakan DKI dianggap telah
mampu memenuhi kebutuhan fiskalnya. Berdasarkan UU No.33/2004 tentang
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, mulai tahun 2008DAU dialokasikan dalam formula murni (non hold harmless). Konsekuensinya,
daerah yang memiliki kapasitas fiskal lebih, mendapatkan DAU yang lebih kecildari tahun sebelumnya atau tidak memperoleh sama sekali, untuk dialihkan ke
daerah miskin (balancing). Untuk tahun 2008 Pemprov DKI memperoleh dana
penyesuaian DAU sebesar 25% dari total DAU 2007.
Grafik VI.1Proporsi PAD dan Dana Perimbangan dalam
Penerimaan Daerah
Grafik VI.2Proporsi Belanja Pegawai dan Belanja
Modal dalam Belanja Daerah
%
Pendapatan AsliDaerah
Dana Perimbangan
2004 2005 2006 200720
30
40
50
60
70
80
55,71 55,93 57,02 55,08
44,18 42,52 42,26 41,36
%
Belanja Pegawai,Kantor,Pemeliharaan dll
Belanja Modal
20
30
40
50
60
70
80
2004 2005 2006 2007
37,53 36,66 52,70 66,48
26,47 30,75 47,30 29,32
83
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
1 Jakarta yang nyaman dan sejahtera untuk semua.2 (a) Membangun tata pemerintahan yang baik dengan menerapkan kaidah-kaidah ≈Good GovernanceΔ, (b) Melayani masyarakat
dengan prinsip pelayanan Prima, (c) Memberdayakan masyarakat dengan prinsip pem-berian Otoritas pada masyarakat untukmengenali permasalahan yang dihadapi dan mengupayakan pemecahan yang terbaik pada tahapan perencaraan, pelaksanaan,pengawasan dan pengendalian pem-bangunan, (d) Membangunan sarana dan prasana kota yang menjamin kenyaman,dengan memperhatikan prinsip pembangunan yang berkelanjutan, (e) Menciptakan lingkungan kehidupan kota yang dinamisdalam mendorong pertumbuhan dan kesejahteraan.
b. Realisasi BelanjaRealisasi belanja daerah hingga triwulan IV 2007 diperkirakan mencapai 86,8%,Realisasi belanja daerah hingga triwulan IV 2007 diperkirakan mencapai 86,8%,Realisasi belanja daerah hingga triwulan IV 2007 diperkirakan mencapai 86,8%,Realisasi belanja daerah hingga triwulan IV 2007 diperkirakan mencapai 86,8%,Realisasi belanja daerah hingga triwulan IV 2007 diperkirakan mencapai 86,8%,
naik tipis dibandingkan realisasi pada periode waktu yang sama tahun sebelumnyanaik tipis dibandingkan realisasi pada periode waktu yang sama tahun sebelumnyanaik tipis dibandingkan realisasi pada periode waktu yang sama tahun sebelumnyanaik tipis dibandingkan realisasi pada periode waktu yang sama tahun sebelumnyanaik tipis dibandingkan realisasi pada periode waktu yang sama tahun sebelumnya
yang mencapai 85,4%. yang mencapai 85,4%. yang mencapai 85,4%. yang mencapai 85,4%. yang mencapai 85,4%. Pada pos belanja administrasi dan operasional, realiasibelanja terbesar sampai dengan triwulan IV 2007 berturut-turut terjadi pada belanja
pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja pemeliharaan. Sementara itu, pada
pos belanja modal diperkirakan realisasinya belum optimal (sekitar 82,0%).Penyebab utama rendahnya realisasi belanja modal terutama adalah keterlambatan
pengesahan RAPBD 2007 yang baru dilakukan pada bulan Mei 2007 dan adanya
proses pemilihan gubernur yang baru (April √ Agustus 2007). Hal ini menyebabkanpelaksanaan dropping anggaran terhambat dan demikian pula proses tender proyek
menjadi tertunda.
2. PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNANRencana pembangunan daerah dituangkan dalam RPJP (Rencana PembangunanRencana pembangunan daerah dituangkan dalam RPJP (Rencana PembangunanRencana pembangunan daerah dituangkan dalam RPJP (Rencana PembangunanRencana pembangunan daerah dituangkan dalam RPJP (Rencana PembangunanRencana pembangunan daerah dituangkan dalam RPJP (Rencana Pembangunan
Jangka Panjang), RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah), dan RKPJangka Panjang), RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah), dan RKPJangka Panjang), RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah), dan RKPJangka Panjang), RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah), dan RKPJangka Panjang), RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah), dan RKP
(Rencana Kerja Pembangunan). (Rencana Kerja Pembangunan). (Rencana Kerja Pembangunan). (Rencana Kerja Pembangunan). (Rencana Kerja Pembangunan). Pada awal masa jabatan, Gubernur DKI Jakarta
terpilih menyusun RPJMD DKI Jakarta 2007-2012, untuk mensinergikan program-program pembangunan dengan pelaksanaan RPJP DKI Jakarta 2005-2025. RPJMD
merupakan penjabaran visi1Ω dan misi2Ω Jakarta.
Pemda DKI Jakarta menetapkan 10 isu strategis yang akan menjadi prioritasPemda DKI Jakarta menetapkan 10 isu strategis yang akan menjadi prioritasPemda DKI Jakarta menetapkan 10 isu strategis yang akan menjadi prioritasPemda DKI Jakarta menetapkan 10 isu strategis yang akan menjadi prioritasPemda DKI Jakarta menetapkan 10 isu strategis yang akan menjadi prioritas
kebijakan pembangunan daerah.kebijakan pembangunan daerah.kebijakan pembangunan daerah.kebijakan pembangunan daerah.kebijakan pembangunan daerah. Prioritas program tersebut disebut sebagaiprogram dedicated yang bersifat multi years, yaitu kegiatan yang waktu
penyelesaiannya lebih dari 1 tahun anggaran, berbentuk fisik, dalam satu kesatuan
fungsi dan satu kesatuan kontrak. Beberapa kegiatan program dedicated dalamAPBD 2007-2012 tersebut diantaranya :
a. Pengendalian banjir,
b. Pengembangan perhubungan dan transportasi berbasis rel, jaringan jalan,
busway maupun sub way,
c. Peningkatan kualitas lingkungan hidup,
84
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
d. Peningkatan kualitas kebutuhan dasar masyarakat,
e. Pengembangan kawasan ekonomi terpadu,
f. Program pemberdayaan mayarakat kelurahan (PPMK),
g. Pelestarian seni dan budaya,
h. Pembinaan olahraga dan pemuda,
i. Pembangunan sosial dan,
j. Penerapan good governance.
Arah kebijakan keuangan daerah diarahkan sesuai visi jangka panjang JakartaArah kebijakan keuangan daerah diarahkan sesuai visi jangka panjang JakartaArah kebijakan keuangan daerah diarahkan sesuai visi jangka panjang JakartaArah kebijakan keuangan daerah diarahkan sesuai visi jangka panjang JakartaArah kebijakan keuangan daerah diarahkan sesuai visi jangka panjang Jakarta
yang akan menjadi yang akan menjadi yang akan menjadi yang akan menjadi yang akan menjadi service cityservice cityservice cityservice cityservice city di Indonesia. di Indonesia. di Indonesia. di Indonesia. di Indonesia. Arah kebijakan ini diharapkan dapat
mendorong pembangunan yang berkelanjutan, menyediakan pelayanan mendasarbagi masyarakat dan meminimalkan resiko fiskal. Secara garis besar, arah kebijakan
keuangan dari sisi pendapatan dan pengeluaran adalah sebagai berikut :
Tabel VI. 2Arah Kebijakan Keuangan Daerah
Pendapatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) 1. mengoptimalkan peningkatan penerimaan daerah dari
PAD maupun dana perimbangan,
2. Efisiensi pengelolaan APBD,
3. meningkatkan sumber penerimaan daerah melalui
intensifikasi dan ekstensifikasi PAD dan bagi hasil pajak,
4. meningkatkan kontribusi penerimaan dari BUMD,
5. menghapuskan pungutan retribusi.
Dana Perimbangan Mengoptimalkan penerimaan bagi hasil pajak dari Pajak
Penghasilan (PPh), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
Pendapatan Daerah Lain yang Sah Upaya memperoleh bantuan Dana Kontinjensi/Penyeimbang
dan hibah dari Pemerintah Pusat.
Pengeluaran Prioritas untuk Program Dedicated namun pemenuhannya
tidak harus lebih besar dari alokasi belanja lainnya.
Pembiayaan 1. menciptakan pembiayaan yang less risky,
2. menyediakan dana darurat bencana,
3. menyediakan pembiayaan dari dana cadangan,
4. penyertaan modal dalam BUMD,
5. merintis penerbitan obligasi daerah.
Jenis Arah Kebijakan
Sumber : RPJM DKI Jakarta 2007-2012
85
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Dana Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) yang berupa blogDana Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) yang berupa blogDana Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) yang berupa blogDana Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) yang berupa blogDana Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) yang berupa blog
grant setiap tahun mengalami peningkatan.grant setiap tahun mengalami peningkatan.grant setiap tahun mengalami peningkatan.grant setiap tahun mengalami peningkatan.grant setiap tahun mengalami peningkatan. Dana blog grant dari semula Rp 125
juta/kelurahan (2001), meningkat menjadi Rp 1 miliar (2007). Pada tahun 2008,dana blog grant meningkat mencapai Rp 900 miliar. Dana tersebut akan dikelola
oleh Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah DKI Jakarta untuk 265 kelurahan.
86
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
halaman ini sengaja dikosongkan
87
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
BAB VII. OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI
A. PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I-2008
Pada triwulan I-2008 pertumbuhan ekonomi Jakarta diperkirakan masih beradapada level yang cukup tinggi, walaupun tumbuh melambat. Perekonomiandiperkirakan tumbuh pada kisaran angka 6,1 + 1%% (y-o-y), meningkatdibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya namun melambatdibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Melambatnya pertumbuhan ekonomipada triwulan pertama dibandingkan triwulan sebelumnya disebabkan oleh relatifbelum tingginya kegiatan ekonomi pada awal tahun sebagai karakteristik dariperekonomian Jakarta. Disamping itu juga tidak terlepas dari dampakperekonomian global yang menunjukkan tanda-tanda perlambatan. Sementaraitu respon di sisi sektoral terhadap sisi permintaan tercermin pada pertumbuhanbeberapa sektor ekonomi utama. Sektor-sektor ekonomi yang tumbuh tinggi antaralain adalah sektor bangunan, perdagangan; dan pengangkutan dan transportasi.Sektor yang memiliki kontribusi terbesar dalam perekonomian yaitu sektorkeuangandan industri tumbuh relatif stabil.
1. Sisi PermintaanKonsumsi dan investasi diperkirakan masih tetap menjadi pendorong utamaKonsumsi dan investasi diperkirakan masih tetap menjadi pendorong utamaKonsumsi dan investasi diperkirakan masih tetap menjadi pendorong utamaKonsumsi dan investasi diperkirakan masih tetap menjadi pendorong utamaKonsumsi dan investasi diperkirakan masih tetap menjadi pendorong utama
pertumbuhan ekonomi.pertumbuhan ekonomi.pertumbuhan ekonomi.pertumbuhan ekonomi.pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan di kedua komponen permintaan domestik
ini terutama dipengaruhi oleh masih relatif membaiknya perekonomian dan
ekspektasi konsumen maupun dunia usaha yang relatif semakin membaik.Sementara itu kegiatan ekspor dipengaruhi oleh permintaan dunia yang relatif
melemah diperkirakan tumbuh rendah dan impor dipengaruhi oleh peningkatan
konsumsi dan produksi diperkirakan tumbuh lebih tinggi.
Tabel VII. 1 Pertumbuhan Ekonomi Dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
Konsumsi 7,4 7,9 9,3 9,2 7,7Investasi 4,7 3,7 7,1 7,2 6,0Ekspor 3,3 0,2 9,0 8,2 4,8Impor 10,4 12,6 12,4 12,5 11,1P D R B 5,9 6,4 6,7 6,5 6,1
DKI Q1-2007 Q2-2007* Q32007* Q4-2007p Q1-2008p
p proyeksi BI* angka sementara
88
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Konsumsi pada triwulan I-2008 diperkirakan tumbuh sebesar 7,7% Konsumsi pada triwulan I-2008 diperkirakan tumbuh sebesar 7,7% Konsumsi pada triwulan I-2008 diperkirakan tumbuh sebesar 7,7% Konsumsi pada triwulan I-2008 diperkirakan tumbuh sebesar 7,7% Konsumsi pada triwulan I-2008 diperkirakan tumbuh sebesar 7,7% +++++ 1%(y-o-y), 1%(y-o-y), 1%(y-o-y), 1%(y-o-y), 1%(y-o-y),
sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya,sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya,sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya,sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya,sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya,
namun melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnyanamun melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnyanamun melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnyanamun melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnyanamun melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kondisi tersebutdapat dilihat dari beberapa indikator, seperti prompt, hasil survei, dan informasi
anekdotal yang menunjukkan bahwa konsumsi diperkirakan masih pada level yang
cukup tinggi. Beberapa prompt menunjukkan bahwa prosentase kenaikan konsumsipada beberapa komoditas masih menunjukkan pertumbuhan yang positif, termasuk
didalam trend penjualan apartemen yang masih terus meningkat pada tahun
mendatang. Sementara itu, hasil dari beberapa survei menunjukkan bahwapertumbuhan konsumsi masih cukup tinggi. Indeks ekspektasi konsumen dan
indeks tendensi konsumen masih pada level yang cukup baik. Indeks ekspektasi
konsumen menunjukkan bahwa pada triwulan I-2008 konsumsi masih cukup tinggidengan komponen yang meningkat pada kondisi lapangan kerja, penghasilan
maupun kondisi ekonomi. Sementara itu indeks tendensi konsumen oleh BPS masih
berada pada level sekitar 102,6 yang mencerminkan bahwa kondisi perekonomianberada pada fase yang relatif baik.
Grafik VII.3IndeksTendensi Konsumen
Grafik VII.4Penjualan Apartemen di Jakarta
Grafik VII.1Indeks Ekspektasi Konsumen
Grafik VII.2Komponen Indeks Ekspektasi Konsumen
50,0
70,0
90,0
110,0
130,0
150,0
2005 2006 20077 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011
Ekspektasi 6 bulan kedepan
50
70
90
110
130
150
2005 2006 20077 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011
Ekspektasi Lap. KerjaEkspektasi PenghasilanEkspektasi Kondisi Ekonomi
Sumber : BPS
IndeksTendensi
Konsumen BPS
2003 2004 2005 2006 2007III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
90
100
110
120
130
102,58
109,48
Sumber : CII, diolah
-
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
Unit TerjualUnit Tersedia
2006 2007I II III IV I II III IV*
89
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Investasi pada triwulan I-2008 diperkirakan tumbuh sebesar 6%Investasi pada triwulan I-2008 diperkirakan tumbuh sebesar 6%Investasi pada triwulan I-2008 diperkirakan tumbuh sebesar 6%Investasi pada triwulan I-2008 diperkirakan tumbuh sebesar 6%Investasi pada triwulan I-2008 diperkirakan tumbuh sebesar 6%+++++1%, meningkat1%, meningkat1%, meningkat1%, meningkat1%, meningkat
dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya namun melambatdibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya namun melambatdibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya namun melambatdibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya namun melambatdibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya namun melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya.dibandingkan triwulan sebelumnya.dibandingkan triwulan sebelumnya.dibandingkan triwulan sebelumnya.dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi tersebut terkait dengan semakinmembaiknya perekonomian nasional dan ekspektasi positif dunia usaha terhadap
prospek perekonomian, serta tingkat suku bunga yang sudah mulai turun.
Sementara itu investasi pemerintah pada triwulan I-2008 diperkirakan meningkatsejalan dengan pelaksanaan proyek-proyek pemerintah khususnya proyek
multiyears yang telah dimulai pada tahun-tahun sebelumnya, antara lain proyek
Banjir Kanal Timur, jalur busway koridor VIII √ X yang jangkauannya meliputiJakarta dan Banten.
Walaupun peningkatan investasi masih relatif terbatas, namun demikian di tahunWalaupun peningkatan investasi masih relatif terbatas, namun demikian di tahunWalaupun peningkatan investasi masih relatif terbatas, namun demikian di tahunWalaupun peningkatan investasi masih relatif terbatas, namun demikian di tahunWalaupun peningkatan investasi masih relatif terbatas, namun demikian di tahun
2008 ini investasi diperkirakan akan lebih baik dibandingkan dengan tahun2008 ini investasi diperkirakan akan lebih baik dibandingkan dengan tahun2008 ini investasi diperkirakan akan lebih baik dibandingkan dengan tahun2008 ini investasi diperkirakan akan lebih baik dibandingkan dengan tahun2008 ini investasi diperkirakan akan lebih baik dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, khususnya investasi bangunan baik pemerintah maupun swastasebelumnya, khususnya investasi bangunan baik pemerintah maupun swastasebelumnya, khususnya investasi bangunan baik pemerintah maupun swastasebelumnya, khususnya investasi bangunan baik pemerintah maupun swastasebelumnya, khususnya investasi bangunan baik pemerintah maupun swasta.Beberapa proyek yang terkait dengan investasi pemerintah adalah pembangunan
21 Tower rumah susun sederhana milik (Rusunami) di wilayah DKI Jakarta di Pulau
Gebang (6 menara), Cengkareng (10 menara) dan Kemayoran (5 menara). Investasibangunan dari pihak swasta antara lain berupa rencana untuk membangun
appartemen antara lain Grand Karting, Kelapa Gading Square dan MediteraniaMarina, serta properti retail seperti Jembatan Pasar Pagi √ ITC Mangga Dua, Pulo
Gadung Central Business dan Pluit Junction.
Sementara itu investasi dalam bentuk mesin dan peralatannya, peningkatannyaSementara itu investasi dalam bentuk mesin dan peralatannya, peningkatannyaSementara itu investasi dalam bentuk mesin dan peralatannya, peningkatannyaSementara itu investasi dalam bentuk mesin dan peralatannya, peningkatannyaSementara itu investasi dalam bentuk mesin dan peralatannya, peningkatannya
relatif masih terbatas yang antara lain disebabkan oleh masih relatif belumrelatif masih terbatas yang antara lain disebabkan oleh masih relatif belumrelatif masih terbatas yang antara lain disebabkan oleh masih relatif belumrelatif masih terbatas yang antara lain disebabkan oleh masih relatif belumrelatif masih terbatas yang antara lain disebabkan oleh masih relatif belum
optimalnya pertumbuhan pasar domestik dan luar negeri. optimalnya pertumbuhan pasar domestik dan luar negeri. optimalnya pertumbuhan pasar domestik dan luar negeri. optimalnya pertumbuhan pasar domestik dan luar negeri. optimalnya pertumbuhan pasar domestik dan luar negeri. Kenaikan permintaan
oleh sebagian besar industri masih direspon melalui peningkatan penggunaan
kapasitas, sementara penambahan kapasitas melalui peningkatan investasi masihrelatif terbatas.
Pada tahun 2008, investasi diperkirakan akan dapat dipacu lebih tinggi denganPada tahun 2008, investasi diperkirakan akan dapat dipacu lebih tinggi denganPada tahun 2008, investasi diperkirakan akan dapat dipacu lebih tinggi denganPada tahun 2008, investasi diperkirakan akan dapat dipacu lebih tinggi denganPada tahun 2008, investasi diperkirakan akan dapat dipacu lebih tinggi dengan
kehadiran beberapa produk Peraturan Pemerintah yang mendukung peningkatankehadiran beberapa produk Peraturan Pemerintah yang mendukung peningkatankehadiran beberapa produk Peraturan Pemerintah yang mendukung peningkatankehadiran beberapa produk Peraturan Pemerintah yang mendukung peningkatankehadiran beberapa produk Peraturan Pemerintah yang mendukung peningkatan
investasi,investasi,investasi,investasi,investasi, seperti :seperti :seperti :seperti :seperti :
(1). UU Penanaman modal (Mei 2007) yang memberi kemudahan pada investor,
fasilitas pembebasan dan keringanan pajak dll.
(2). Inpres No. 6/2006 tentang paket kebijakan perbaikan iklim investasi yangmengeluarkan wewenang bagi pemda untuk mengeluarkan ijin investasi
penanaman modal bagi PMDN.
90
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
(3). Peraturan Presiden 4/2006 tentang Penataaan dan Pembinaan Pasar Modern
dan Toko Modern yang memberikan peluang kepada investor asing untuk
masuk ke bisnis eceran dan lokal.
(4). Peraturan Menkeu No. 39/PMK01/2006 tentang Proyek Infrastrukturmemberikan jaminan kepada investor yang bergerak di bidang infrastruktur,
termasuk proyek monorail di DKI Jakarta.
(5). Pencabutan 38 Perda DKI yang sebagian besar menyangkut bidang industridan perdagangan yang ditujukan untuk meningkatkan investasi daerah.
(7). PP No. 1/2007 tanggal 4 Januari 2007 tentang pemberian insentif bagi usaha
baru maupun perluasan usaha yang dilakukan pada 15 kelompok industri.
(8). Pada tahun 2008 pemerintah melalui kementerian koordinator bidangperekonomian berencana mengeluarkan paket kebijakan baru rencana tindak
yang merupakan kelanjutan dari inpres No. 6 tahun 2007.
Sementara itu, terdapat pula beberapa ketentuan yang untuk sementara dapat
menjadi hambatan bagi investasi antara lain adalah Izin Mendirikan Bangunan(IMB) bagi bangunan berlantai 8 ke atas di DKI Jakarta harus melalui pemeriksaan
pakar geoteknik berlisensi yang jumlah ahlinya sangat terbatas dan KepmendagriNo 24 tahun 2006 yang mengharuskan pemda menyediakan layanan satu atap
bagi pengurusan investasi belum sepenuhnya diterapkan di DKI Jakarta.
Ekspor pada triwulan I-2008 diperkirakan tumbuh sebesar 4,8% Ekspor pada triwulan I-2008 diperkirakan tumbuh sebesar 4,8% Ekspor pada triwulan I-2008 diperkirakan tumbuh sebesar 4,8% Ekspor pada triwulan I-2008 diperkirakan tumbuh sebesar 4,8% Ekspor pada triwulan I-2008 diperkirakan tumbuh sebesar 4,8% +++++ 1% sedikit 1% sedikit 1% sedikit 1% sedikit 1% sedikit
lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya namunlebih tinggi dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya namunlebih tinggi dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya namunlebih tinggi dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya namunlebih tinggi dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya namun
melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kondisi ekspor Jakarta
dipengaruhi oleh pasar internasional yang relatif tumbuh terbatas dan pasar dalam
negeri yang walaupun membaik namun belum tumbuh cukup signifikandiperkirakan tumbuh lambat. Sementara itu, impor di triwulan I-2008 diperkirakan
tumbuh 11,1% + 1%, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan yang sama
tahun sebelumnya namun melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.Faktor yang mempengaruhi peningkatan impor, baik impor yang berasal dari
propinsi lain (domestik) maupun impor dalam rangka perdagangan internasional
terutama adalah perkembangan perekonomian nasional, baik di sisi konsumsimaupun produksi. Sebagaimana halnya yang terjadi pada ekspor, melambatnya
pertumbuhan ekspor pada triwulan I-2008 dibandingkan triwulan sebelumnya
disebabkan oleh belum tingginya kegiatan ekonomi pada awal tahun.
91
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Pertumbuhan ekspor dan impor pada tahun 2008 diperkirakan akan menghadapiPertumbuhan ekspor dan impor pada tahun 2008 diperkirakan akan menghadapiPertumbuhan ekspor dan impor pada tahun 2008 diperkirakan akan menghadapiPertumbuhan ekspor dan impor pada tahun 2008 diperkirakan akan menghadapiPertumbuhan ekspor dan impor pada tahun 2008 diperkirakan akan menghadapi
tantangan yang cukup berat dengan adanya tanda-tanda perekonomian duniatantangan yang cukup berat dengan adanya tanda-tanda perekonomian duniatantangan yang cukup berat dengan adanya tanda-tanda perekonomian duniatantangan yang cukup berat dengan adanya tanda-tanda perekonomian duniatantangan yang cukup berat dengan adanya tanda-tanda perekonomian dunia
yang melambat, walaupun disisi lain fasilitas pelabuhan Tanjung Priok semakinyang melambat, walaupun disisi lain fasilitas pelabuhan Tanjung Priok semakinyang melambat, walaupun disisi lain fasilitas pelabuhan Tanjung Priok semakinyang melambat, walaupun disisi lain fasilitas pelabuhan Tanjung Priok semakinyang melambat, walaupun disisi lain fasilitas pelabuhan Tanjung Priok semakin
membaik. membaik. membaik. membaik. membaik. Krisis di sektor keuangan di Amerika masih belum sepenuhnya
terselesaikan, bahkan ekonomi Amerika dihadapkan pada ancaman serius resesi.
Kondisi akan berdampak cukup buruk bagi perekonomian dunia, termasukperekonomian Indonesia mengingat peran Amerika sebagai lokomotif ekonomi
dunia cukup besar. Sementara itu, , , , , faktor positif yang dapat memperbaiki ekspor
antara lain adalah bertambahnya infrastruktur yang dapat mendukung kinerjaekspor. Terminal peti kemas di Jakarta International Container Terminal (JICT) yang
selama ini terjadi penumpukan selama 2 √ 5 hari, khususnya pada hari-hari sibuk,
maka dengan adanya tambahan fasilitas tersebut diharapkan pelayanan kontainerdapat diselesaikan dalam waktu satu hari. Faktor positif lain adalah akan
dihapuskannya biaya tambahan (surchage) dalam terminal handling charge (THC)
sebesar US$ 25 sampai US$ 40 per kontainer. Selama ini biaya terminal terdiri daricontainer handling charge dan surcharge yang keseluruhannya sebesar US$ 90
sampai US$145.
2. Sisi PenawaranRespon di sisi sektoral terhadap peningkatan disisi permintaan tercermin padaRespon di sisi sektoral terhadap peningkatan disisi permintaan tercermin padaRespon di sisi sektoral terhadap peningkatan disisi permintaan tercermin padaRespon di sisi sektoral terhadap peningkatan disisi permintaan tercermin padaRespon di sisi sektoral terhadap peningkatan disisi permintaan tercermin pada
pertumbuhan beberapa sektor ekonomi utama. pertumbuhan beberapa sektor ekonomi utama. pertumbuhan beberapa sektor ekonomi utama. pertumbuhan beberapa sektor ekonomi utama. pertumbuhan beberapa sektor ekonomi utama. Sektor-sektor ekonomi yang tumbuh
tinggi antara lain adalah sektor bangunan, perdagangan; dan pengangkutan.Sementara itu sektor yang memiliki kontribusi terbesar dalam perekonomian ekonomi
adalah sektor keuangan, perdagangan dan industri tumbuh relatif stabil.
Tabel VII. 2 Pertumbuhan Ekonomi Dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
Pertanian 0,5 -0,3 1,2 1,3 0,9Pertambangan -0,6 1,4 0,9 0,7 -0,3Industri 4,1 5,0 4,7 4,2 4,2Listrik 3,3 3,9 3,9 3,1 2,4Bangunan 7,2 7,4 7,5 7,3 7,4Perdagangan 6,7 7,1 7,5 7,2 6,3Pengangkutan 14,3 15,3 16,2 15,5 15,9Keuangan 3,8 4,2 4,4 4,5 4,2Jasa-jasa 5,6 5,6 6,6 6,7 5,2PDRB 5,9 6,4 6,7 6,5 6,1
DKI Q1-2007 Q2-2007** Q3-2007** Q4-2007p Q1-2008p
p proyeksi BI** angka sangat sementara
92
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Sektor industri diperkirakan tumbuh relatif konstan dengan perkiraan lajuSektor industri diperkirakan tumbuh relatif konstan dengan perkiraan lajuSektor industri diperkirakan tumbuh relatif konstan dengan perkiraan lajuSektor industri diperkirakan tumbuh relatif konstan dengan perkiraan lajuSektor industri diperkirakan tumbuh relatif konstan dengan perkiraan laju
pertumbuhan sebesar 4,2%pertumbuhan sebesar 4,2%pertumbuhan sebesar 4,2%pertumbuhan sebesar 4,2%pertumbuhan sebesar 4,2%+++++1%.1%.1%.1%.1%. Sub sektor yang diperkirakan memacu
pertumbuhan adalah industri mesin/alat angkut, dan industri tekstil sedangkansub sektor yang mengalami perlambatan adalah industri makanan. Industri mesin
dan alat angkut meningkat sejalan dengan peningkatan pasar ekspor maupun
lokal. Industri yang tetap tumbuh antara lain adalah industri onderdil kendaraan,industri aki, dan industri elektronik yang meningkat sejalan dengan tetap tingginya
penjualan kendaraan bermotor dan elektronik. Penjualan kendaraan bermotor
sedan dan jeep pada semester II-2007 mencapai 7,7% sementara penjualanelektronik mencapai rata-rata 20%.
Sementara itu perlambatan pada industri makanan terkendala oleh kenaikan hargaSementara itu perlambatan pada industri makanan terkendala oleh kenaikan hargaSementara itu perlambatan pada industri makanan terkendala oleh kenaikan hargaSementara itu perlambatan pada industri makanan terkendala oleh kenaikan hargaSementara itu perlambatan pada industri makanan terkendala oleh kenaikan harga
bahan bakubahan bakubahan bakubahan bakubahan baku. Jika kelangkaan dan kenaikan harga kedelai dan tepung terigu terus
berlanjut maka diperkirakan industri makanan yang terdiri dari ribuan pengrajintahu dan tempe akan berhenti beroperasi. Sementara itu kenaikan harga tepung
terigu sebesar 100% dan mentega sebesar 30% jika terus berlanjut akan
meresahkan pengusaha roti dan kue sampai dengan pengusaha mie.
Sumber : Berbagai Media, diolah
Tabel VII. 3Pembangunan Oleh Pemerintah
InfrastrukturInfrastrukturInfrastrukturInfrastrukturInfrastruktur BKT (Pembebasan Lahan) Rp 350 miliarBKT (Pembangunan Fisik) Rp 979 miliarRehabilitasi Jalan Rp 68,8 miliarHalte dan JPO Busway Rp 350 miliarJORR II : Bandara - Cilincing Rp 5 triliunPeluasan Bandara KSrb Rp 150 miliar
Transportasi MassalTransportasi MassalTransportasi MassalTransportasi MassalTransportasi Massal MRT Jakarta Rp 8,3 triliunKA Bandara Rp 2,2 triliunTol Dalam Kota Rp 2,3 triliun
PerumahanPerumahanPerumahanPerumahanPerumahan Pulau Gebang, Cengkareng Rp 120 miliarKemayoran
Properti KomresialProperti KomresialProperti KomresialProperti KomresialProperti Komresial Blok B Tanah Abang Rp 120 miliarBlok M Square Rp 580 miliar
Jenis Lokasi Nilai
Sumber : CII, diolah
Tabel VII. 4Pembangunan Infrastruktur Oleh Swasta
di Jakarta
Perkantoran Menara Karya Rasuna 94.153Saria TowerOne WoltermonginsidiGrand Indonesia (BCA)
Appartemen (unit) Grove Rasuna Epicentrum 2.819Pallazo Boutique ResidenceMonaco ResidencePearl Garden CBD
Properti Komersial Kalibata Plaza 68.000Belleze de Heritage CBDBellagio Boutique MallGajah Mada Square
Jenis Lokasi Luas (m2)
Sektor Bangunan diperkirakan meningkat sebesar 7,4%Sektor Bangunan diperkirakan meningkat sebesar 7,4%Sektor Bangunan diperkirakan meningkat sebesar 7,4%Sektor Bangunan diperkirakan meningkat sebesar 7,4%Sektor Bangunan diperkirakan meningkat sebesar 7,4%+++++1%.1%.1%.1%.1%.. Peningkatan
tersebut terjadi seiring dengan pembangunan infrastruktur, perumahan, propertikomersial oleh pemerintah maupun swasta. Pembangunan infrastruktur oleh
pemerintah pada awal tahun 2008 adalah Banjir Kanal Timur, Halte dan JPO pada
Busway, Tol Dalam Kota, JORR II, Bandara Kep Seribu, MRT Jakarta, KA Monoraildan KA Bandara. Pembangunan perumahan oleh pemerintah antara lain adalah
93
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
pembangunan Rusunami di tiga lokasi, sedangkan pembangunan properti
komersial oleh pemerintah antara lain adalah pembangunan Blok B Pasar Tanah
Abang.
Gambar VII.1Proyek Banjir Kanal Timur
Gambar VII.2Proyek Jalur Busway
Proyek Banjir Kanal Timur yang direncanakan proses pembebasan tanahnya selesaiProyek Banjir Kanal Timur yang direncanakan proses pembebasan tanahnya selesaiProyek Banjir Kanal Timur yang direncanakan proses pembebasan tanahnya selesaiProyek Banjir Kanal Timur yang direncanakan proses pembebasan tanahnya selesaiProyek Banjir Kanal Timur yang direncanakan proses pembebasan tanahnya selesai
tahun 2007 dengan anggaran Rp 850 miliar ternyata masih tersisa sebanyak 30tahun 2007 dengan anggaran Rp 850 miliar ternyata masih tersisa sebanyak 30tahun 2007 dengan anggaran Rp 850 miliar ternyata masih tersisa sebanyak 30tahun 2007 dengan anggaran Rp 850 miliar ternyata masih tersisa sebanyak 30tahun 2007 dengan anggaran Rp 850 miliar ternyata masih tersisa sebanyak 30
Ha dengan penyerapan Rp 499,4 miliarHa dengan penyerapan Rp 499,4 miliarHa dengan penyerapan Rp 499,4 miliarHa dengan penyerapan Rp 499,4 miliarHa dengan penyerapan Rp 499,4 miliar. Proses pembebasan tanah ini seluruhnyadiperkirakan akan selesai paling lama pertengahan tahun 2008 yang dilanjutkan
pembangunan fisik BKT senilai Rp 979 miliar sehinga BKT dapat berfungsi pada
pertengahan tahun 2009.
Perumnas membangun 21 Tower rumah susun sederhana milik (Rusunami) diPerumnas membangun 21 Tower rumah susun sederhana milik (Rusunami) diPerumnas membangun 21 Tower rumah susun sederhana milik (Rusunami) diPerumnas membangun 21 Tower rumah susun sederhana milik (Rusunami) diPerumnas membangun 21 Tower rumah susun sederhana milik (Rusunami) di
wilayah DKI Jakarta. wilayah DKI Jakarta. wilayah DKI Jakarta. wilayah DKI Jakarta. wilayah DKI Jakarta. Rusunami yang konstruksinya sebagian sudah dimulai tahun
2007 berlokasi di :
1. Pulau Gebang (6 menara) telah memasuki tahap penyelesaian dengan telahdibangunnya 2 dari 15 lantai yang direncanakan.
2. Cengkareng (10 menara) memasuki tahap pisik (fondasi)
3. Kemayoran (5 menara) memasuki tahap pemasangan tiang pertama
Rusunami tersebut akan ditawarkan seharga Rp 100 √ 200 jt dengan target
konsumen adalah mereka yang berpenghasilan antara Rp 4jt √ 5jt. Sementarauntuk warga di bantaran kali, pemerintah telah mulai membangun 800 unit rumah
susun di Marunda dengan biaya Rp 120 miliar dan selesai tahun 2009.
Wilayah
DKI Jakarta
94
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Pembangunan Blok B di pasar Tanah Abang (kelanjutan Blok A) pada areal seluasPembangunan Blok B di pasar Tanah Abang (kelanjutan Blok A) pada areal seluasPembangunan Blok B di pasar Tanah Abang (kelanjutan Blok A) pada areal seluasPembangunan Blok B di pasar Tanah Abang (kelanjutan Blok A) pada areal seluasPembangunan Blok B di pasar Tanah Abang (kelanjutan Blok A) pada areal seluas
1,2 Ha yang menampung kios 5,689 kios.1,2 Ha yang menampung kios 5,689 kios.1,2 Ha yang menampung kios 5,689 kios.1,2 Ha yang menampung kios 5,689 kios.1,2 Ha yang menampung kios 5,689 kios. Proyek ini diperkirakan selesai tahun
2009. Sementara itu pembangunan Blok M Square senilai Rp 580 miliar telahmencapai penyelesaian sebesar 70% dan akan sepenuhnya beroperasi awal tahun
2008. Pengerjaan proyek ini tidak menelan dana APBD melainkan kerjasama PD
Pasar Jaya dengan PT Melawai Jaya Realty.
Pembangunan infrastruktur jalan dimulai dengan rehabilitasi terhadap 424.000meter jalan yang terdiri dari :
- Perbaikan jalan darurat Rp 6 miliar
- Perbaikan jalan rusak ringan sebesar Rp 6,8 miliar
- Perbaikan jalan rusah berat sebesar Rp 56 miliar
Pekerjaan jalan koridor busway VII-X senilai Rp 350 miliar yang seharusnya selesaipada akhir tahun 2007 mengalami keterlambatan sehingga harus diselesaikan
tahun 2008 dan diperkirakan memakan waktu 5 bulan. Selain itu, akan dibangun
63 Halte Busway, 27 jembatan penyeberangan orang (JPO) yang dilengkapiempat sky walk paid area (SWPA) untuk melayani 10 koridor busway. Dengan
SWPA, maka penumpang semakin mendapat kemudahan untuk berpindah antarkoridor.
Pembangunan JORR 2 yang melintas Bandara Sukarno Hatta √ Cilincing sepanjangPembangunan JORR 2 yang melintas Bandara Sukarno Hatta √ Cilincing sepanjangPembangunan JORR 2 yang melintas Bandara Sukarno Hatta √ Cilincing sepanjangPembangunan JORR 2 yang melintas Bandara Sukarno Hatta √ Cilincing sepanjangPembangunan JORR 2 yang melintas Bandara Sukarno Hatta √ Cilincing sepanjang
122,6 km dengan nilai proyek sekitar Rp 5 triliun direncanakan dimulai tahun122,6 km dengan nilai proyek sekitar Rp 5 triliun direncanakan dimulai tahun122,6 km dengan nilai proyek sekitar Rp 5 triliun direncanakan dimulai tahun122,6 km dengan nilai proyek sekitar Rp 5 triliun direncanakan dimulai tahun122,6 km dengan nilai proyek sekitar Rp 5 triliun direncanakan dimulai tahun
2008. 2008. 2008. 2008. 2008. Proyek tersebut terdiri dari :
1. Bandara √ Kunciran 15,2 km
2. Kunciran - Serpong 11,2 km
3. Serpong √ Cinere 10,1 km
4. Cinere √ Jagorawi 14,6 km, Jagorawi √ Cibitung 25,4km
5. Cibitung √ Cilincing 33,9 km.
Jika tol tersebut selesai maka pengendara dari luar kota yang akan menuju keBandara Sukarno Hatta tidak perlu harus lewat tol dalam kota. Sementara itu
pekerjaan perluasan Bandara Kepulauan Seribu yang menyerap dana Rp 150 miliar
telah selesai 50% sehingga pertengahan 2008 memasuki tahap finishing. Jikaselesai maka bandara tersebut memiliki landasan 1.400 meter sehingga dapat
didarati oleh pesawat berbadan besar seperti fokker 28 atau boeing 737.
95
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Pembangunan jalan tol dalam kota (6 ruas) diusulkan oleh Pemda DKI telah disetujuiPembangunan jalan tol dalam kota (6 ruas) diusulkan oleh Pemda DKI telah disetujuiPembangunan jalan tol dalam kota (6 ruas) diusulkan oleh Pemda DKI telah disetujuiPembangunan jalan tol dalam kota (6 ruas) diusulkan oleh Pemda DKI telah disetujuiPembangunan jalan tol dalam kota (6 ruas) diusulkan oleh Pemda DKI telah disetujui
Departemen PU dengan anggaran senilai Rp 23 TriliunDepartemen PU dengan anggaran senilai Rp 23 TriliunDepartemen PU dengan anggaran senilai Rp 23 TriliunDepartemen PU dengan anggaran senilai Rp 23 TriliunDepartemen PU dengan anggaran senilai Rp 23 Triliun. Pelaksananya tahun 2008
akan dilakukan tender bekerjasama dengan Pemda DKI. Ke enam rus tol tersebutadalah :
1. Kampung Melayu √ Kemayoran (9,7 km)
2. Kampung Melayu √ Duri Pulo (11,4 km)
3. Casablanca √ Pasar Minggu (9,6 km)
4. Pulo Gebang - Kemayoran (10,8 km)
5. Kemayoran √ Rawa Buaya (22,8 km)
6. Ulujami - Tanah Abang ( 8,3 km)
Pembangunan MRT dengan biaya seluruhnya Rp 8,3 trilyun dengan pembiayaanPembangunan MRT dengan biaya seluruhnya Rp 8,3 trilyun dengan pembiayaanPembangunan MRT dengan biaya seluruhnya Rp 8,3 trilyun dengan pembiayaanPembangunan MRT dengan biaya seluruhnya Rp 8,3 trilyun dengan pembiayaanPembangunan MRT dengan biaya seluruhnya Rp 8,3 trilyun dengan pembiayaan
dari JBIC akan dimulai pada akhir tahun 2008. dari JBIC akan dimulai pada akhir tahun 2008. dari JBIC akan dimulai pada akhir tahun 2008. dari JBIC akan dimulai pada akhir tahun 2008. dari JBIC akan dimulai pada akhir tahun 2008. Proyek tersebut terdiri dari
pembangunan 2 tahap :
Tahap 1 Jalur Lebak Bulus √ Dukuh Atas yang terdiri dari
a. Jalur di atas tanah : Lebak Bulus √ Senayan (11,2 km)
b. Jalur di bawah tanah : Senayan √ Dukuh Atas (3,1 km)
Tahap 2 Jalur Dukuh Atas - Kota
a. Jalur bawah tanah Dukuh Atas √ Harmoni
b. Jalur di atas kali Ciliwung Harmoni √ Kota
Proyek Monorel yang telah dimulai tahun 2007, pada tahun 2008 akan dimulaiProyek Monorel yang telah dimulai tahun 2007, pada tahun 2008 akan dimulaiProyek Monorel yang telah dimulai tahun 2007, pada tahun 2008 akan dimulaiProyek Monorel yang telah dimulai tahun 2007, pada tahun 2008 akan dimulaiProyek Monorel yang telah dimulai tahun 2007, pada tahun 2008 akan dimulai
kembali dengan diselesaikannya proses administrasi peminjaman dari perusahaankembali dengan diselesaikannya proses administrasi peminjaman dari perusahaankembali dengan diselesaikannya proses administrasi peminjaman dari perusahaankembali dengan diselesaikannya proses administrasi peminjaman dari perusahaankembali dengan diselesaikannya proses administrasi peminjaman dari perusahaan
Jakarta MonorailJakarta MonorailJakarta MonorailJakarta MonorailJakarta Monorail kepada beberapa Bank. Bank tersebut adalah BRI, bank Mandiri,BNI, konsorsium Bank DKI dan beberapa bank swasta. Jika selesai maka monorail
akan memiliki 2 lintasan yaitu :
1. Jalur hijau (green line) melalui Kp melayu, Casablanca, Tanah Abang, H. Sabeni,Jatibaru, Cideng Roxi (14,3 km)
2. Jalur biru (blue line) melalui HR Rasuna Said, Gatot Subroto, Sudirman, Senayan,
Kompleks DPR/MPR, S Parman, Kiapang-Pejompongan, Dukuh Atas.
Pemda Jakarta sangat menaruh perhatian terhadap pembangunan Monorail,mengingat proyek ini dapat mengurangi kemacetan, juga karena sebagian besar
96
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
(52%) saham PT Jakarta Monorail dimiliki oleh Jakarta Propertindo milik Pemda
DKI Jakarta.
Pembangunan KA Bandara akan dimulai pada Maret 2008 dan diharapkan selesaiPembangunan KA Bandara akan dimulai pada Maret 2008 dan diharapkan selesaiPembangunan KA Bandara akan dimulai pada Maret 2008 dan diharapkan selesaiPembangunan KA Bandara akan dimulai pada Maret 2008 dan diharapkan selesaiPembangunan KA Bandara akan dimulai pada Maret 2008 dan diharapkan selesai
Juni 2009 sepanjang 31 km. Juni 2009 sepanjang 31 km. Juni 2009 sepanjang 31 km. Juni 2009 sepanjang 31 km. Juni 2009 sepanjang 31 km. KA tersebut akan melalui Manggarai, Dukuh Atas,Tanah Abang, Duri, Bandengan dan Muara Angke. Proyek ini akan menyerap
biaya sebesar Rp 2,2 triliun, akan dikerjakan oleh PT Railink yang dimiliki oleh PT
KA 40% dan PT Angkasa Pura II sebesar 60%.
Disisi swasta, beberapa proyek bangunan juga akan dikerjakan di akhir tahunDisisi swasta, beberapa proyek bangunan juga akan dikerjakan di akhir tahunDisisi swasta, beberapa proyek bangunan juga akan dikerjakan di akhir tahunDisisi swasta, beberapa proyek bangunan juga akan dikerjakan di akhir tahunDisisi swasta, beberapa proyek bangunan juga akan dikerjakan di akhir tahun
2007.2007.2007.2007.2007. Beberapa proyek swasta tersebut antara lain adalah appartemen GroveRasuna Epicentrum, Pallazo Boutique Residence, Monaco Residence, Pearl Garden,Sudirman Residence, dan Cik Ditiro Residence. Sedangkan, pembangunan
perkantoran oleh swasta pada tahun 2008 adalah Menara Karya Kuningan, SatriaTower Kuningan dan One Woltermonginsidi Kebayoran.
Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran diperkirakan tumbuh cukup tinggiSektor Perdagangan Hotel dan Restoran diperkirakan tumbuh cukup tinggiSektor Perdagangan Hotel dan Restoran diperkirakan tumbuh cukup tinggiSektor Perdagangan Hotel dan Restoran diperkirakan tumbuh cukup tinggiSektor Perdagangan Hotel dan Restoran diperkirakan tumbuh cukup tinggi
6,3%6,3%6,3%6,3%6,3%+++++1%..1%..1%..1%..1%.. Pertumbuhan ini terjadi baik di sub sektor perdagangan besar maupunPertumbuhan ini terjadi baik di sub sektor perdagangan besar maupunPertumbuhan ini terjadi baik di sub sektor perdagangan besar maupunPertumbuhan ini terjadi baik di sub sektor perdagangan besar maupunPertumbuhan ini terjadi baik di sub sektor perdagangan besar maupun
perdagangan kecil. perdagangan kecil. perdagangan kecil. perdagangan kecil. perdagangan kecil. Indikasi peningkatan tersebut tercermin dari aktivitasperdagangan besar dan perdagangan eceran. Peningkatan arus barang
perdagangan besar terjadi didukung oleh selesainya pembangunan dermaga baru
di Jakarta International Container Terminal (JICT) yang dilengkapi 2 buah cranepenambahan kapasitas Pelabuhan Tanjung Priuk yaitu 2 buah crane dan
Pembangunan Pelabuhan Tanjung Priok II pada lahan seluars 3.000 Ha. Pada
tahun 2008 JICT merencanakan untuk berinvestasi sebesar Rp 1,5 Triliun untukmembangun dermaga petikemas tambahan untuk menyelesaikan masalah
penumpukan (yard occupancy ratio) yang terjadi sejak akhir tahun 2007.
Peningkatan arus perdagangan eceran selain didukung oleh peningkatan pedagangPeningkatan arus perdagangan eceran selain didukung oleh peningkatan pedagangPeningkatan arus perdagangan eceran selain didukung oleh peningkatan pedagangPeningkatan arus perdagangan eceran selain didukung oleh peningkatan pedagangPeningkatan arus perdagangan eceran selain didukung oleh peningkatan pedagang
retail besar dan menengah juga diharapkan berasal dari pedagang retail kecil. retail besar dan menengah juga diharapkan berasal dari pedagang retail kecil. retail besar dan menengah juga diharapkan berasal dari pedagang retail kecil. retail besar dan menengah juga diharapkan berasal dari pedagang retail kecil. retail besar dan menengah juga diharapkan berasal dari pedagang retail kecil. Halini antara lain tercermin dari peran positif pemerintah untuk tetap memperhatikan
pedagang retail kecil yang antara lain direalisasikan dalam bentuk pemberian
bantuan sebanyak 100 kios Blok A dan 200 kios di Blok B kepada koperasi denganpembebasan biaya sewa selama 2 tahun. Penyerahan kios ini merupakan bagian
dari program pemerintah Keluarga Sehat dan Sejahtera. Sektor perdagangan
tradisional yang sempat mengalami kesulitan akibat menjamurnya minimarketdiperkirakan akan kembali tumbuh dengan dikeluarkannya Instruksi Gubernur
DKI Jakarta No. 115 tahun 2006 melarang pembukaan minimarket baru di wilayah
DKI Jakarta.
97
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Sektor listrik gas dan air minum diperkirakan tumbuh sebesar 2,4%Sektor listrik gas dan air minum diperkirakan tumbuh sebesar 2,4%Sektor listrik gas dan air minum diperkirakan tumbuh sebesar 2,4%Sektor listrik gas dan air minum diperkirakan tumbuh sebesar 2,4%Sektor listrik gas dan air minum diperkirakan tumbuh sebesar 2,4%+++++1%.1%.1%.1%.1%. Kondisi
tersebut didukung oleh kinerja Perusahaan Listrik, Perusahaan Gas dan Perusahaan
Air Minum di Jakarta. PLTGU Muara Karang diperkirakan akan meningkatkankinerjanya dengan telah ditinggikannya tanggul di sekitar lokasi yang sempat roboh
terkena banjir, serta ditambahkanya pasokan gas dari British Petrolium dengan
pipa gas Grissik Muara Tawar yang akan selesai April 2008. Selama ini PLTGUMuara Karang hanya berproduksi 400 MW dari kapasitasnya 700 MW karena
terbatasnya pasokan gas. Sementara itu penduduk di kepulauan Seribu sejak bulan
Januari 2008 dipastikan akan menikmati listrik 24 jam dengan diselesainyapemasangan kabel bawah laut dari Italy sepanjang 41,8 km dari Teluk Naga banten
hingga Pulau Untung Kep Seribu. Pemda DKI bekerjasama dengan PLN (persero)
menyediakan dana sebesar Rp 337 miliar diantaranya sebesar Rp 114 adalah biayapemasangan kabel bawah laut. Dalam rangka proyek pembagian gratis 51 unit
lampu hemat energy (LHE), PLN Distribusi Jakarta √ Tangerang akan membagikan
lampu hemat energi kepada pelanggan yang berhak menerimanya yaitu sebanyak2,5 dari 3,3 juta pelanggan di Jakarta. Untuk sektor sub sektor gas pada tahun
2008 diperkirakan semakin meningkat sejalan dengan program pemerintah untuk
mengkonversi penggunaan minyak tanah ke gas. Untuk mendukung programtersebut, Dinas Pertambangan DKI Jakarta telah mendistribusikan secara gratis
1,5 juta kompor dan gas 3 kg. Sementara itu di Sub Sektor air diperkirakan juga
mengalami peningkatan dengan adanya perbaikan yang dilakukan oleh pengelolaair minum..... Mitra kerja PAM Jaya yaitu PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) berkomitmen
untuk membangun 7.000 sambungan dan 51 kios air bersih pada Februari 2008,
untuk mendukung program 100 gubernur DKI Jakarta. Kios air tersebut akanmenjual air labih murah yaitu sebesar Rp 1.050 per meter. Target selanjutnya adalah
penyediaan air bersih yang siap diminum dan penyediaan air bagi gedung tinggi
(700 gedung) di Jakarta. Sementara itu program Output Base Aid (OBA) dariWorld Bank yang dilaksanakan oleh PT TPJ dan Palyja menargetkan sebanyak
15.000 keluarga miskin di Jakarta akan mendapatkan pelayanan instalasi air bersih.
Sektor Pengangkutan diperkirakan masih akan tumbuh tinggi, 15,9%Sektor Pengangkutan diperkirakan masih akan tumbuh tinggi, 15,9%Sektor Pengangkutan diperkirakan masih akan tumbuh tinggi, 15,9%Sektor Pengangkutan diperkirakan masih akan tumbuh tinggi, 15,9%Sektor Pengangkutan diperkirakan masih akan tumbuh tinggi, 15,9%+++++1%. 1%. 1%. 1%. 1%. Disub sektor transportasi, peningkatan antara lain berasal dari komponen angkutan
udara yang meningkat sejalan dengan adanya tambahan route penerbangan dari
Jakarta oleh beberapa perusahaan penerbangan. Sektor angkutan laut meningkatdengan adanya tambahan 2 armada kapal Ro Ro yang melayani angkutan
penyeberangan Merak Bakaheuni sehingga menjadi 25 kapal. Sementara itu
transportasi kereta api meningkat sejalan dengan beroperasinya jalur ganda
98
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Serpong dan adanya tambahan 5 trayek baru KA Jabotabek jurusan Bekasi, Depok
dan Bogor, KA Ciujung Semi Express, dan KA Ciliwung Utara - Selatan. Penggunaan
transportasi busway diperkirakan semakin meningkat sejalan dengan penambahanjumlah jalur busway, armada busway menjadi 329 unit ditambah 62 unit busway
berbahan bakar gas (BBG) dan 30 bus gandeng serta beroperasinya koridor VIII-X
yang jalurnya sedang dalam tahap penyelesaian.
Pertumbuhan sektor pengangkutan juga didukung oleh pertumbuhan sub sektorPertumbuhan sektor pengangkutan juga didukung oleh pertumbuhan sub sektorPertumbuhan sektor pengangkutan juga didukung oleh pertumbuhan sub sektorPertumbuhan sektor pengangkutan juga didukung oleh pertumbuhan sub sektorPertumbuhan sektor pengangkutan juga didukung oleh pertumbuhan sub sektor
komunikasi. komunikasi. komunikasi. komunikasi. komunikasi. Faktor yang mempengaruhi peningkatan sub sektor ini adalah
kebutuhan sarana komunikasi yang sudah mengarah menjadi kebutuhan primer
dan disisi lain operator telekomunikasi relatif kompetitif dan inovatif sehinggamampu menekan biaya.
B. INFLASIInflasi regional Jakarta pada triwulan I-2008 diperkirakan lebih rendah dibandingkanInflasi regional Jakarta pada triwulan I-2008 diperkirakan lebih rendah dibandingkanInflasi regional Jakarta pada triwulan I-2008 diperkirakan lebih rendah dibandingkanInflasi regional Jakarta pada triwulan I-2008 diperkirakan lebih rendah dibandingkanInflasi regional Jakarta pada triwulan I-2008 diperkirakan lebih rendah dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. dengan triwulan sebelumnya. dengan triwulan sebelumnya. dengan triwulan sebelumnya. dengan triwulan sebelumnya. Secara triwulanan angka inflasi diperkirakanmencapai 1,8% (q-t-q) dan secara tahunan 6,0% (y-o-y). Menurunnya angka inflasi
di triwulan mendatang diperkirakan disebabkan oleh berkurangnya tekanan darisisi permintaan namun demikian dari sisi penawaran patut diwaspadai
kemungkinan meningkatnya tekanan inflasi yang disebabkan oleh kemungkinan
adanya gangguan pasokan pada beberapa komoditas bahan makanan, kenaikanharga bahan baku makanan (kedelai, tepung terigu,100% dan mentega, 30%),
Grafik VII.5Outlook Inflasi (q-t-q)
Grafik VII.6Outlook Inflasi (y-o-y)
Jakarta (Outlook,%)
Sumber : BPS
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
10,0
Q1-2007 Q2-2007 Q3-2007 Q4-2007 Q1-2008IHKBhn MakananMknn jadiPerumahanPakaianKesehatanPendidikanTransportasi
1,84,31,02,20,41,50,10,1
1,64,12,7-0,35,41,10,10,2
1,82,40,61,62,00,99,00,3
0,5-0,20,91,00,20,30,00,4
1,94,71,12,40,41,60,10,1
Jakarta (y-o-y%)
Sumber : BPS
0
5
10
15
20
Q4-2006 Q1-2007 Q2-2007 Q3-2007 Q4-2007
TransportasiPendidikanKesehatanPakaianPerumahanMknn jadiBhn MakananIHK
0,75,15,77,84,34,415,36,0
0,57,04,65,05,73,711,95,7
0,76,52,93,76,23,912,75,9
1,09,03,15,17,14,212,76,5
0,99,14,08,24,85,411,46,0
99
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
dan kenaikan biaya produksi makanan jadi serta dampak ikutan dari kenaikan
harga bahan makanan tersebut.
Untuk menjaga stabitas harga, terutama harga pangan Pemerintah telahUntuk menjaga stabitas harga, terutama harga pangan Pemerintah telahUntuk menjaga stabitas harga, terutama harga pangan Pemerintah telahUntuk menjaga stabitas harga, terutama harga pangan Pemerintah telahUntuk menjaga stabitas harga, terutama harga pangan Pemerintah telah
mengeluarkan beberpa kebijkan. mengeluarkan beberpa kebijkan. mengeluarkan beberpa kebijkan. mengeluarkan beberpa kebijkan. mengeluarkan beberpa kebijkan. Untuk membantu produsen tahu dan tempepemerintah mengambil kebijakan pembebasan PPn dan PPh sesuai sebagai barang
yang bukan kena pajak, menurunkan bea masuk kedelai dari 10% menjadi 0%,
memasukkan kedelai dalam jalur hijau di Ditjen Bea dan Cukai, peningkatnkoordinasi pemerintah dengan inkopti dan importir, penyiapan Bulog untuk
kemungkinan penugasan khusus, kredit usaha rakyat untuk industri UKM kedelai
dan peningkatan produksi kedelai 2008. Kebijakan ini diharapkan dapat membantupengusaha tahu-tempe yang sekitar 10.000 diantaranya terdapat di DKI Jakarta.
Untuk komoditas beras, jika perlu pemerintah akan melaksanakan Operasi stabilisasi
harga beras (OSHB) pada musim paceklik Januari √ Februari 2008.
Tabel VII. 5 Perkembangan Harga Rata-Rata Beberapa Komoditas Makanan
IIIII BerasBerasBerasBerasBeras1 IR-I kg 5.237 5.221 5.098 5.037 5.308 5.367 5.6582 IR-II kg 4.894 4.883 4.824 4.741 4.998 4.984 5.1503 IR-III kg 4.480 4.492 4.488 4.416 4.645 4.668 4.7644 IR-42 kg 5.870 5.671 5.574 5.511 5.564 5.534 5.5985 Muncul I kg 5.484 5.499 5.508 5.740 5.716 5.668 5.7336 Setra kg 6.534 6.596 6.599 6.603 6.681 6.585 6.583
IIIIIIIIII Hewan Ternak PotongHewan Ternak PotongHewan Ternak PotongHewan Ternak PotongHewan Ternak Potong1 Daging Sapi Has kg 58.937 58.970 58.477 58.057 61.464 59.436 54.3962 Daging Sapi Bistik kg 52.100 53.082 52.729 52.743 54.931 51.890 52.5923 Daging Sapi Murni kg 50.508 51.748 51.541 51.360 52.764 50.194 50.7174 Ayam Boiler/Potong kg 14.265 14.859 14.797 14.935 16.897 16.788 17.5735 Telur ayam ras kg 8.939 9.593 10.016 10.461 10.337 9.954 10.0206 Ikan bandeng kg 16.811 16.531 16.527 16.971 22.445 22.218 19.9477 Ikan kembung kg 15.826 15.072 15.042 15.396 15.698 15.616 15.8288 Ikan Mas kg 13.505 13.501 13.500 13.500 13.600 13.526 13.871
IIIIIIIIIIIIIII Sayur MayurSayur MayurSayur MayurSayur MayurSayur Mayur1 Cabe merah keriting kg 11.377 12.580 12.188 13.852 14.604 12.948 16.6442 Cabe merah TW kg 12.144 13.824 13.446 14.875 15.404 14.032 16.5003 Cabe rawit merah kg 9.245 8.719 9.868 11.552 12.425 12.610 14.6424 Cabe rawit hijau kg 5.109 5.223 6.563 7.241 7.984 9.296 11.5905 Bawang merah kg 7.348 7.411 6.950 6.511 10.354 10.485 11.3206 Kentang kg 4.714 4.627 4.552 4.511 5.467 6.310 6.1207 Tomat sayur kg 3.000 3.000 3.000 3.000 3.000 3.000 3.0008 Kelapa kg 2.500 2.500 2.500 2.500 3.158 3.165 3.130
No Komoditi Satuan Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des
100
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Sementara itu, walaupun pada triwulan IIIV 2007 harga pada beberapa kebutuhanSementara itu, walaupun pada triwulan IIIV 2007 harga pada beberapa kebutuhanSementara itu, walaupun pada triwulan IIIV 2007 harga pada beberapa kebutuhanSementara itu, walaupun pada triwulan IIIV 2007 harga pada beberapa kebutuhanSementara itu, walaupun pada triwulan IIIV 2007 harga pada beberapa kebutuhan
pokok seperti beberapa komoditi sayur mayur dan minyak goreng meningkat,pokok seperti beberapa komoditi sayur mayur dan minyak goreng meningkat,pokok seperti beberapa komoditi sayur mayur dan minyak goreng meningkat,pokok seperti beberapa komoditi sayur mayur dan minyak goreng meningkat,pokok seperti beberapa komoditi sayur mayur dan minyak goreng meningkat,
namun pada triwulan I-2008 diperkirakan akan kembali normal.namun pada triwulan I-2008 diperkirakan akan kembali normal.namun pada triwulan I-2008 diperkirakan akan kembali normal.namun pada triwulan I-2008 diperkirakan akan kembali normal.namun pada triwulan I-2008 diperkirakan akan kembali normal. Pemerintah secaraaktif telah melakukan upaya untuk mendorong harga kembali kearah normal yang
antara lain dilakukan dengan cara melakukan perbaikan di sisi supply, perbaikan
saluran distribusi dan khusus untuk minyak pemerintah jika diperlukan jugamelakukan intervensi.
Tabel VII. 5 Perkembangan Harga Rata-Rata Beberapa Komoditas Makanan (lanjutan)
IVIVIVIVIV Buah-buahanBuah-buahanBuah-buahanBuah-buahanBuah-buahan1 Apel kg 9.000 9.000 9.000 9.000 9.000 9.038 9.1282 Jeruk kg 8.428 8.299 8.060 7.666 7.894 7.982 7.8433 Pisang Ambon pasang 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500
VVVVV Pabrikan/OlahanPabrikan/OlahanPabrikan/OlahanPabrikan/OlahanPabrikan/OlahanGula pasir kg 6.780 6.792 6.794 6.763 6.847 6.716 6.588Minyak goreng curah kg 8.843 8.204 9.337 9.344 9.393 9.330 9.255Tepung terigu kg 4.381 4.329 4.655 5.010 5.103 5.205 5.212Minyak tanah. liter 2.780 2.864 3.800 3.882 3.715 3.522 3.831
No Komoditi Satuan Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des
Sumber : Biro Adms Perekonomian DKI Jakarta
Tabel VII. 6 Jumlah Pengguna PAM Jakarta
DKI JakartaDKI JakartaDKI JakartaDKI JakartaDKI Jakarta
PAM DKI Jaya 608.914 8.398.269 7,3
PT PAM Lyonnaise Jaya 290.892 4.602.787 6,3
PT Thames PAM Jaya 320.272 3.795.482 8,4
TotalTotalTotalTotalTotal 1.220.0781.220.0781.220.0781.220.0781.220.078 16.796.53816.796.53816.796.53816.796.53816.796.538 7,3 7,3 7,3 7,3 7,3
Jumlah Jumlah %Pelanggan Penduduk
Dari sisi Dari sisi Dari sisi Dari sisi Dari sisi administered priceadministered priceadministered priceadministered priceadministered price, kenaikan harga beberapa komoditas perlu diwaspadai, kenaikan harga beberapa komoditas perlu diwaspadai, kenaikan harga beberapa komoditas perlu diwaspadai, kenaikan harga beberapa komoditas perlu diwaspadai, kenaikan harga beberapa komoditas perlu diwaspadai.
Beberapa komoditas yang harganya di atur oleh pemerintah dan diperkirakanakan dinaikkan tarifnya diantaranya adalah :
1. Kenaikan tarif PAM Jaya. Usulan PT PAM Lyonaisse Jaya (Palyja) dan PT Thames
Pam Jaya (TPJ) untuk menaikan tarif air minum sebesar 30%, walaupun usulan
diperkirakan tidak akan disetujui tetap perlu diwaspadai karena Badan RegulatorPAM Jaya sebagai lembaga yang berwenang untuk mengusulkan kenaikan tarif
101
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
air minum mengisyaratkan bahwa tarif air minum di DKI Jakarta seharusnya
naik sejak semester II-2007 sebesar 10%.
2. Kenaikan tarif busway di Jakarta sudah diusulkan Gubernur untuk mengalami
penyesiaian dari Rp 3.500 menjadi antara Rp 5.000-Rp 6.000, mengingatkebutuhan subsidi Rp 500 miliar (10 koridor) hanya disetujui Rp 227 miliar.
Jika disetujui maka diperkirakan kenaikan tersebut akan direalisasikan pada
awal tahun 2008.
3. Rencana kenaikan tarif beberapa ruas jalan tol.
Dari sisi core inflation, terdapat beberapa hal yang patut diwaspadai, antara lainDari sisi core inflation, terdapat beberapa hal yang patut diwaspadai, antara lainDari sisi core inflation, terdapat beberapa hal yang patut diwaspadai, antara lainDari sisi core inflation, terdapat beberapa hal yang patut diwaspadai, antara lainDari sisi core inflation, terdapat beberapa hal yang patut diwaspadai, antara lain
adalah potensi peningkatan permintaan yang berasal dari kenaikan gaji karyawan,adalah potensi peningkatan permintaan yang berasal dari kenaikan gaji karyawan,adalah potensi peningkatan permintaan yang berasal dari kenaikan gaji karyawan,adalah potensi peningkatan permintaan yang berasal dari kenaikan gaji karyawan,adalah potensi peningkatan permintaan yang berasal dari kenaikan gaji karyawan,
kenaikan UMP dan kenaikan gaji pada berbegai level jabatankenaikan UMP dan kenaikan gaji pada berbegai level jabatankenaikan UMP dan kenaikan gaji pada berbegai level jabatankenaikan UMP dan kenaikan gaji pada berbegai level jabatankenaikan UMP dan kenaikan gaji pada berbegai level jabatan. Kenaikan gajikaryawan di Jakarta (13,6%) dan UMP DKI (7,9%) diperkirakan akan meningkatkan
tekanan inflasi dari sisi permintaan dan sebagian produsen merespon dengan cara
kenaikan harga produknya. Upah buruh yang tercermin dari UMP di Jakartameningkat dari Rp 900.560 menjadi Rp. 972.605. Meskipun telah meningkat
sebesar 7,9%, namun besarnya UMP tersebut masih lebih rendah dibandingkandengan KHL sebesar Rp Rp 1.055.000. Sementara itu kenaikan gaji pegawai Pemda
tercermin dari kenaikan anggaran gaji pegawai pemda DKI yang meningkat dari
Rp 5,8 triliun menjadi Rp 6,8 triliun.
Grafik VII.7Upah Minimum Regional
Grafik VII.8Perbandingan UMP dan KHL
Rp / bulan
-
300.000
600.000
900.000
1.200.000
1.500.000
1.800.000
2007 2008
837.000746.500900.560
972.605
568.193516.840506.500448.500
BantenDKI Jakarta
Jawa BaratJawa Timur
Rp 000 / bulan
-
300600
9001.200
1.5001.800
2.1002.400
2006 2007
819901 973831
9921.055
Upah Minimum Propinsi (UMP)Kehidupan Hidup Layak (KHL)
102
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
halaman ini sengaja dikosongkan
103
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
BAB VIII. KESIMPULAN DAN USULAN TINDAK LANJUT
Berdasarkan Kajian Ekonomi Regional di atas, beberapa kesimpulan yang dapat
diambil antara lain adalah :
1. Ekpansi perekonomian Provinsi DKI Jakarta pada triwulan IV 2007 masih
berlanjut walaupun untuk keseluruhan tahun masih berada di bawah sasaranyang ditetapkan (6,6%). Membaiknya daya beli masyarakat, khususnya
golongan menengah keatas disertai peningkatan dukungan pembiayaan di
sektor keuangan merupakan faktor pendukung dibalik terus berlajutnya ekspansiekonomi.
2. Investasi yang masih tumbuh terbatas menyebabkan pengangguran dan jumlah
kemiskinan belum dapat berkurang secara signifikan. Sektor ekonomi yangtumbuh tinggi adalah sektor yang padat modal. Kondisi ke dua hal tersebut
menyebabkan kualitas pertumbuhan belum optimal dan turut berkontribusi
terhadap peningkatan kesenjangan pendapatan (gini rasio).
3. Oleh karena itu, tantangan pembangunan ekonomi di Jakarta terutama terletak
pada upaya peningkatan peran investasi, terutama disektor tradable guna
menggerakan pertumbuhan ekonomi lebih berkualitas, disampingmeningkatkan level pertumbuhan yang masih di bawah sasaran.
4. Laju inflasi masih relatif terkendali (5,9%, y-o-y).
5. Tantangan ekonomi ke depan, di 2008 relatif berat. Faktor eksternal sangat
berperan antara lain berupa adanya tanda-tanda pelemahanan ekonomiAmerika sebagai dampak lanjutan dari kasus subprime morgage yang
dikawatirkan akan berdampak pada perekonomian Indonesia karena
permintaan terhadap beberapa komoditas unggulan akan terganggu.Perekonomian Indonesia juga akan terganggu oleh kenaikan beberapa produk
bahan baku makanan, seperti kedelai dan gandum di pasar internasional, serta
kenaikan beberapa komoditas primer internasional, seperti minyak bumi.
Usulan tindak lanjut :
1. Peningkatan Daya saing kota Jakarta untuk menarik minat investasi di Jakarta
dan juga investasi di daerah lain di luar Jakarta. Sesuai dengan karakteristik
104
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Jakarta, sebaiknya investasi diarahkan pada sektor yang padat tehnologi dan
dibarengi dengan implementasi tata ruang yang konsisten dan jika diperlukan
merevitalisasi tata ruang yang selama ini dilanggar. Jakarta harus dijadikansebagai pintu gerbang investasi, walaupun investasi kemungkinan dilakukan
di daerah lain. Jakarta sebagai ibukota negara dan juga menjadi pusat kegiatan
bisnis dan jasa, termasuk banyak dijadikan sebagai kantor pusat perusahaan-perusahaan harus menjadi kota yang nyaman dan memberi kemudahan bagi
penduduknya, terutama bagi investor dan ekspatriat. Terwujudnya kondisi ini
dapat menjadi signal positif bagi investor tidak saja di Jakarta, tetapi juga dipropinsi lain di Indonesia.
2. Industri ataupun calon investor baru di industri yang padat karya dan
memberikan upah minimal pada karyawannya sebaiknya direlokasi/diarahkan
ke luar wilayah Jakarta. Hal ini akan menjadikan Jakarta lebih manusiawi danbeban sosial dapat berkurang.
3. Perlunya percepatan pembangunan rusunawa dan pada saat yang bersamaan
mendisiplinkan penggunaan tata ruang. Percepatan pembangunan rusunawayang terjangkau juga akan dapat membantu upaya pengendalian harga di
kelompok perumahan yang kontribusi inflasinya cukup tinggi.
4. Membentuk ≈forum pengendalian harga daerahΔ yang melibatkan beberapainstansi terkait dengan tugas menjaga kecukupan dan kelancaran distribusi
kebutuhan pokok dalam rangka mengendalikan tekanan kenaikan harga pada
kelompok volatile food.
105
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
LAMPIRAN
Tabel lampiran 1.Indikator Makro Terpilih Propinsi DKI Jakarta
Atas Dasar Harga Berlaku Rp Trilyun 501,58 533,47Atas Dasar Harga Konstan Rp Trilyun 312,70 332,50Per Kapita* Rp Juta 57,3 60,6Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,9 6,4
Indikator DKI Jakarta Satuan Periode
PDRB 2006 2007*
Sumber : BPS dan *Proyeksi BI
Atas dasar y-o-y (Des-Des) (%) 6,03 6,04Atas dasar q-t-q (Sep-Des) (%) 2,07 1,61Atas dasar y-t-d (Jan-Des) (%) 6,03 6,04
Inflasi Des-06 Des-07
Jumlah Penganggur orang 590.000 542.000Angka Pengangguran (%) 14,31 13,27
Pengangguran Feb-06 Feb-07
Jumlah Pdd miskin orang 316.162 405.653Angka Kemiskinan (%) 3,6 4,6
Kemiskinan Jul-05 Mar-07
Tabel lampiran 2.Produk Domestik Regional Bruto DKI Jakarta
Menurut Sektor Atas Dasar Harga Berlaku
Pertanian 403.030,9 439.377,6 490.491,7 490.430,4
Pertambangan 1.361.204,6 1.959.329,1 2.417.628,8 2.440.717,2
Industri 59.905.260,8 69.293.543,4 79.886.690,1 83.745.217,2
Listrik 4.232.489,2 4.802.935,6 5.305.823,4 5.508.107,9
Bangunan 38.106.294,9 45.570.840,5 56.071.975,3 60.233.917,6
Perdagangan 75.369.360,2 87.662.728,9 100.672.147,1 107.794.701,5
Pengangkutan 28.325.866,3 35.482.039,2 44.151.000,2 50.821.112,6
Keuangan 119.578.484,1 133.225.957,2 149.469.482,8 155.732.254,1
Jasa-jasa 48.279.532,0 55.423.501,4 63.119.568,2 66.706.337,7
PDBPDBPDBPDBPDB 375.561.523,0375.561.523,0375.561.523,0375.561.523,0375.561.523,0 433.860.252,9433.860.252,9433.860.252,9433.860.252,9433.860.252,9 501.584.807,6501.584.807,6501.584.807,6501.584.807,6501.584.807,6 533.472.796,3533.472.796,3533.472.796,3533.472.796,3533.472.796,3
Sektor 2004 2005 2006 2007*
Sumber : BPS *) proyeksi BI
106
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Tabel lampiran 4.Indeks Harga Konsumen Propinsi DKI Jakarta
Jan-05 116,94 110,33 116,37 124,24 113,39 109,95 118,77 114,54
Feb-05 117,31 110,08 117,01 125,18 113,69 110,03 118,77 114,58
Mar-05 119,41 110,21 118,89 126,03 114,75 111,05 119,33 123,57
Apr-05 119,87 109,52 119,42 127,31 115,39 111,19 119,43 123,99
Mei-05 120,54 110,39 120,16 128,42 115,61 111,73 119,43 123,99
Jun-05 121,25 111,75 121,93 128,65 116,15 111,84 119,45 124,17
Jul-05 121,83 113,46 122,16 128,78 116,46 112,89 120,6 124,17
Ags-05 122,57 113,56 122,61 130,12 116,58 112,99 123,39 124,41
Sep-05 123,38 113,81 124,72 130,44 117,5 113,58 125,48 124,97
Okt-05 133,17 120,56 129,43 138,26 120,28 114,93 126,26 157,87
Nov-05 134,47 122,21 131,78 139,18 120,43 115,12 126,26 159,7
Des-05 134,55 121,2 132,1 139,62 121,08 116,37 126,26 159,73
Jan-06 136,90 128,98 133,82 140,61 122,51 118,53 126,29 159,62
Feb-06 137,58 131,42 134,11 140,88 124,81 119,44 124,11 159,76
Mar-06 137,64 130,80 134,44 141,11 124,86 119,46 124,06 160,15
Apr-06 137,53 129,26 134,77 141,26 125,68 120,52 124,14 160,15
Mei-06 137,94 129,67 134,99 141,65 127,17 121,69 124,14 160,36
Jun-06 138,10 129,65 135,39 141,89 126,62 121,80 124,66 160,48
Jul-06 138,34 130,37 135,55 142,15 126,21 121,80 124,72 160,51
Ags-06 139,24 132,14 135,78 142,64 126,93 122,02 129,17 160,45
Sep-06 139,77 132,77 135,79 143,00 127,38 122,68 132,65 160,41
Okt-06 140,55 135,31 135,78 143,18 129,10 122,40 132,65 161,12
Nov-06 140,82 136,14 135,92 143,42 130,60 122,91 132,66 160,37
Des-06 142,66 139,80 137,95 145,68 130,53 122,95 132,66 160,85
IHK Bahan Makanan Perumahan Pakaian Kesehatan Pendidikan TransportasiMakanan Jadi
Tabel lampiran 3.Produk Domestik Regional Bruto DKI JakartaMenurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan
Pertanian 287.574,0 290.598,6 292.485,1 292.448,5
Pertambangan 987.491,7 915.977,0 933.061,3 941.972,1
Industri 48.707.025,6 51.177.799,9 53.646.724,4 56.237.861,2
Listrik 1.848.696,4 1.977.201,8 2.075.804,2 2.154.944,3
Bangunan 27.475.877,8 29.094.579,9 31.166.114,3 33.479.419,1
Perdagangan 58.848.582,5 63.492.894,4 67.684.399,1 72.473.070,4
Pengangkutan 20.559.712,7 23.290.708,9 26.608.518,8 30.628.400,8
Keuangan 87.294.377,2 90.870.316,5 94.280.866,1 98.231.234,4
Jasa-jasa 32.515.484,3 34.160.466,5 36.012.329,5 38.058.730,1
PDBPDBPDBPDBPDB 278.524.822,2278.524.822,2278.524.822,2278.524.822,2278.524.822,2 295.270.543,6295.270.543,6295.270.543,6295.270.543,6295.270.543,6 312.700.302,9312.700.302,9312.700.302,9312.700.302,9312.700.302,9 332.498.080,9332.498.080,9332.498.080,9332.498.080,9332.498.080,9
Sektor 2004 2005 2006 2007*
Sumber : BPS *) proyeksi BI
107
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2007
Tabel lampiran 4.Indeks Harga Konsumen Propinsi DKI Jakarta (lanjutan)
Jan-07 143,69 142,95 138,98 146,47 129,54 123,42 132,66 160,92
Feb-07 145,14 145,60 139,34 149,00 129,97 124,87 132,73 160,88
Mar-07 145,44 146,32 139,41 149,19 131,05 124,94 132,73 160,96
Apr-07 145,81 146,43 140,16 149,56 131,94 125,08 132,73 161,24
Mei-07 146,08 145,75 140,14 150,68 132,76 125,13 132,73 161,42
Jun-07 146,18 146,08 140,64 150,72 131,27 125,32 132,73 161,56
Jul-07 147,14 147,74 140,63 151,18 132,31 125,77 138,37 161,57
Ags-07 148,35 147,95 141,20 153,97 132,57 125,97 141,30 161,56
Sep-07 148,88 149,61 141,48 153,13 133,92 126,50 144,63 161,97
Okt-07 150,34 154,28 142,02 152,89 138,32 127,80 144,72 162,95
Nov-07 149,98 153,61 142,68 151,97 138,80 127,85 144,72 162,34
Des-07 151,27 155,74 145,34 152,69 141,17 127,85 144,72 162,34
IHK Bahan Makanan Perumahan Pakaian Kesehatan Pendidikan TransportasiMakanan Jadi
Sumber : BPS