kajian ekonomi regional triwulan i-2014 provinsi papua dan ... · berkualitas dalam rangka...

86
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT i Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU

Upload: doantuyen

Post on 03-May-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT i

Visi Bank Indonesia

Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai

strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Misi Bank Indonesia

1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk

mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu

bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber

pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas

perekonomian nasional

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi

terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan

memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi

nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang

berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT ii

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT iii

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan berkatNya,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Papua dan Papua Barat triwulan I tahun 2014 ini dapat terbit

tepat waktu. Ditengah upaya mendorong pertumbuhan ekonomi, kajian yang meliputi analisa

makro ekonomi daerah, perbankan, sistem pembayaran, ketenagakerjaan dan keuangan daerah

menjadi sangat penting terutama bagi pemerintah, dunia usaha, dunia pendidikan dan referensi

bagi masyarakat luas.

Pada triwulan I-2014, perekonomian Provinsi Papua menunjukkan pertumbuhan yang

positif menggembirakan sebesar 0,57% (yoy), angka tersebut lebih rendah dari pertumbuhan

ekonomi nasional pada triwulan I-2014 sebesar 5,21% (yoy). Sementara itu, ekonomi Provinsi

Papua Barat pada triwulan I-2014 tumbuh positif sebesar 1,54% (yoy), angka tersebut lebih

rendah dari pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan I-2014 sebesar 5,21% (yoy).

Sampai dengan periode triwulan I-2014, inflasi tahunan Provinsi Papua1 tercatat sebesar

9,58% (yoy) atau lebih tinggi dari inflasi nasional yang tercatat sebesar 7,75% (yoy). Sementara,

inflasi gabungan di Provinsi Papua Barat2 pada triwulan I-2014 tercatat sebesar 5,77% (yoy) atau

lebih rendah dari inflasi nasional yang tercatat sebesar 7,75% (yoy).

Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat pada triwulan

I-2013 masih cukup baik. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan beberapa indikator

perbankan yang cukup signifikan. Fungsi intermediasi perbankan terlihat cukup meningkat

seperti tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga di sisi pasiva perbankan yang tumbuh

sebesar 11,04% (yoy) sementara disisi aktiva, kredit perbankan tumbuh signifikan sebesar

17,55% (yoy) dan mendorong meningkatnya loan to deposit rate (LDR) perbankan menjadi

sebesar 62,05% pada triwulan I-2014 dari triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat

sebesar 58,62%.

Pada triwulan I-2014, nilai transaksi keluar (outflow) melalui BI-RTGS dari Wilayah Papua

mencapai Rp 5,75 trilliun dengan jumlah warkat sebesar 7.474 lembar. Disisi lain, dana yang

masuk ke wilayah Papua mencapai Rp 6,93 triliun. Perkembangan transaksi kliring selama

periode triwulan IV-2013 di wilayah kerja KPwBI Papua & Papua Barat secara nominal mencapai

Rp 1,19 triliun dengan jumlah warkat sebesar 26.604 lembar. Jika dibandingkan dengan periode

1 Inflasi di Propinsi Papua dihitung dari pergerakan harga barang dan jasa di Kota. Jayapura dan Kab.

Merauke. 2 Inflasi di Provinsi Papua Barat dihitung dari pergerakan harga-harga barang dan jasa di Kab. Manokwari dan

Kota. Sorong.

Kata Pengantar

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT iv

yang sama tahun sebelumnya, terdapat penurunan nilai nominal kliring sebesar -1,47% (yoy).

Pada triwulan I-2014, jumlah uang kartal yang masuk (inflow) ke kas KPwBI Papua & Papua

Barat mencapai Rp 2,85 triliun atau meningkat 5,60% (yoy) dibanding periode yang sama tahun

sebelumnya. Di sisi lain, total uang keluar (outflow) mencapai sebesar Rp 893 miliar atau

menurun sebesar -12,44% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Secara

keseluruhan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat mengalami posisi

net inflow sebesar Rp 1,96 triliun.

Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari koordinasi berbagai pihak, untuk itu pada

kesempatan yang atkan di masa yang akan datang. Akhirnya besar harapan kami kiranya

lapbaik ini kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga hubungan kerjasama

yang telah terjalin erat selama ini dapat ditingkoran triwulan ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak dalam memahami perekonomian Provinsi Papua dan Papua Barat.

Jayapura, Mei 2014

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT

Kepala Perwakilan,

Hasiholan Siahaan

Deputi Direktur

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT v

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ iii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................................................... ix

DAFTAR GRAFIK ............................................................................................................................. xi

TABEL INDIKATOR MONETER........................................................................................................ xiii

RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................................................ xvii

BAB I. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL .............................................................. 1

I. Provinsi Papua ............................................................................................................... 1

1.1. Sisi Permintaan ....................................................................................................... 1

1.1.1. Konsumsi Rumah Tangga .......................................................................... 4

1.1.2. Investasi ...................................................................................................... 5

1.1.3. Ekspor dan Impor ...................................................................................... 6

1.2. Sisi Penawaran ....................................................................................................... 7

1.2.1. Sektor Pertanian ......................................................................................... 8

1.2.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian ...................................................... 9

1.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ................................................. 10

1.2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ..................................................... 11

1.2.5. Sektor Keuangan Perusahaan dan Persewaan ....................................... 11

II. Provinsi Papua Barat..................................................................................................... 12

2.1. Sisi Permintaan ...................................................................................................... 12

2.1.1. Konsumsi ..................................................................................................... 13

2.1.2. Ekspor Impor................................................................................................ 14

2.2. Sisi Penawaran ....................................................................................................... 15

2.2.1. Sektor Pertanian ......................................................................................... 15

2.2.2. Sektor Pengolahan. ..................................................................................... 15

2.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ................................................. 16

2.2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ..................................................... 17

2.2.5. Sektor Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahaan ................................ 17

2.2.6. Sektor Jasa-jasa .......................................................................................... 18

2.2.7. Sektor Bangunan ........................................................................................ 18

BAB 2. KEUANGAN PEMERINTAH ............................................................................................. 19

I. Keuangan Pemerintah Provinsi Papua ....................................................................... 19

1.1. Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua ................................................ 20

1.2. Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua ............................................... 21

1.3. Surplus, Defisit dan Pembiayaan ......................................................................... 22

II. Keuangan Pemerintah Provinsi Papua Barat ............................................................. 23

2.1 Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat .................................... 23

2.2. Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat ................................... 24

BAB 3. PERKEMBANGAN HARGA .............................................................................................. 27

I. Provinsi Papua .............................................................................................................. 27

1.1. Kondisi Umum Provinsi Papua ............................................................................. 27

1.1.1. Kondisi Umum Inflasi Kota Jayapura ......................................................... 28

1.1.2. Disagregasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi ...................... 28

1.2. Inflasi Menurut Kelompok Komoditas ................................................................. 30

1.2.1. Kelompok Bahan Makanan ........................................................................ 30

1.2.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau .................... 30

Daftar Isi

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT vi

1.2.3. Kelompok Perumahan, Air Dan Listrik ....................................................... 30

1.2.4. Kelompok Sandang ..................................................................................... 30

1.2.5. Kelompok Kesehatan .................................................................................. 31

1.2.6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga ......................................... 31

1.2.7. Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan ................................. 31

II. Provinsi Papua Barat ............................................................................................... 32

2.1. Kondisi Umum ..................................................................................................... 32

2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Selama Periode Berjalan .............. 32

2.2.1. Kelompok Bahan Makanan ........................................................................ 33

2.2.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau ................... 33

2.2.3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar ....................... 34

2.2.4. Kelompok Sandang ..................................................................................... 34

2.2.5. Kelompok Kesehatan ................................................................................. 34

2.2.6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga ........................................ 34

2.2.7. Kelompok Transport, Komunikasi & Jasa Keuangan. .............................. 34

BAB 3. SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN .................................. 35

I. Perkembangan Umum Perbankan Wilayah Papua .................................................... 35

II. Perbankan Provinsi Papua ......................................................................................... 36

2.1. Perkembangan Umum ........................................................................................... 36

2.2. Perkembangan Aset ............................................................................................... 37

2.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan .................................................................... 38

2.4. Penyaluran Kredit Perbankan................................................................................ 39

2.5. LDR dan NPL ........................................................................................................... 40

2.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah ........................................................................ 41

2.7. Stabilitas Sistem Keuangan .................................................................................. 42

2.7.1. Kelompok Bahan Makanan ........................................................................ 42

2.7.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau ................... 43

2.7.3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar ....................... 43

III. Perbankan Provinsi Papua Barat ............................................................................... 44

3.1. Perkembangan Umum ........................................................................................... 44

3.2. Aset Perbankan ...................................................................................................... 45

3.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan .................................................................... 45

3.4. Penyaluran Kredit Perbankan................................................................................ 45

3.5. LDR dan NPL .......................................................................................................... 47

3.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah ........................................................................ 48

3.7. Stabilitas Sistem Keuangan .................................................................................. 48

3.7.1. Kelompok Bahan Makanan ........................................................................ 48

3.7.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau ................... 49

3.7.3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar ....................... 50

BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ................................................................... 51

I. Bank IndonesiaReal Time GrossSettlement (BI-RTGS) ............................................. 51

II. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) ..................................................... 53

III. Perkembangan Uang Kartal ........................................................................................ 54

BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN ........................................................................ 57

I. Ketenagakerjaan Provinsi Papua ............................................................................... 57

1.1. Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua ..................................................... 57

1.2. Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama........................................... 58

II. Ketenagakerjaan Provinsi Papua Barat ..................................................................... 59

2.1. Perkembangan Keadaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat ............................ 59

2.2. Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama ............................................ 59

III. Kemiskinan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat......................................... 61

3.1. Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Papua ..................................................... 61

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT vii

3.2. Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Papua Barat ........................................... 62

BAB 7. PRAKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH ............................................................... 63

I. Prospek Pertumbuhan Ekonomi Daerah ................................................................... 63

1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua ................................................................. 63

1.2. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat ....................................................... 64

II. Prospek Pencapaian Inflasi ........................................................................................ 65

2.1. Inflasi Provinsi Papua ............................................................................................. 65

2.2. Inflasi Provinsi Papua Barat ................................................................................... 66

III. Prospek Pertumbuhan Perbankan ............................................................................. 66

3.1. Propek Perbankan Provinsi Papua......................................................................... 66

3.2. Prospek Perbankan Provinsi Papua Barat............................................................. 66

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT viii

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT ix

Tabel 1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua dan

Provinsi Papua Barat Dari Sisi Sektoral ....................................................................... 2

Tabel 2 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Papua & Paua Barat

Harga Konstan Sisi Sisi Permintaan (%) ....................................................................... 2

Tabel 3 Kontribusi Komponen Permintaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (yoy)

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (%) .............................................................. 3

Tabel 4 Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy)

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (%) ............................................................. 3

Tabel 5 Perkembangan Penjualan Perusahaan Pertambangan .............................................. 7

Tabel 6 Perkembangan Produktivitas Komoditas Pangan Papua ........................................... 8

Tabel 7 Perkembangan Produksi Perikanan Provinsi Papua ................................................... 9

Tabel 8 Perkembangan Produksi Tambang Papua .................................................................. 9

Tabel 9 Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Papua .............................. 10

Tabel 10 Perkembangan Arus Penumpang Kapal di Pelabuhan Papua ................................... 11

Tabel 11 Perkembangan Nilai Tambah Bank Provinsi Papua .................................................... 12

Tabel 12 Pertumbuhan Sisi Permintaan Provinsi Papua Barat.................................................. 12

Tabel 13 Perkembangan Nilai Tambah Bank Provinsi Papua Barat .......................................... 17

Tabel 14 Perbandingan Target Pendapatan Daerah Provinsi Papua ........................................ 19

Tabel 15 Perbandingan Anggaran Belanja Daerah Provinsi Papua ........................................... 20

Tabel 16 Perbandingan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua .................................... 20

Tabel 17 Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua Triwulan I-2014 ................................. 21

Tabel 18 Perbandingan Realisasi Belanja Daerah Provinsi Papua ........................................... 22

Tabel 19 Realisasi Belanja Daerah Provinsi Papua Triwulan I-2014 ........................................ 22

Tabel 20 Perbandingan APBD Provinsi Papua ............................................................................ 23

Tabel 21 Realisasi APBD Provinsi Papua Triwulan I-2014 ......................................................... 23

Tabel 22 Realisasi Pendapatan Provinsi Papua Triwulan I-2014 .............................................. 24

Tabel 23 Realisasi Pengeluaran Provinsi Papua Triwulan I-2014 ............................................. 25

Tabel 24 Perkembangan Inflasi Kota Jayapura .......................................................................... 28

Tabel 25 Disagregasi Inflasi Kota Jayapura ................................................................................ 29

Tabel 26 Perkembangan Inflasi Provinsi Papua Barat ............................................................... 32

Tabel 27 Perkembangan Perbankan Wilayah Papua (Miliar) ..................................................... 35

Tabel 28 Perkembangan NPL Persektor ...................................................................................... 36

Tabel 29 Perkembangan Perbankan Provinsi Papua ................................................................. 37

Tabel 30 Perkembangan DPK Perbankan Provinsi Papua ......................................................... 38

Daftar Tabel

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT x

Tabel 31 Perkembangan Indikator Kredit Perbankan Provinsi Papua ...................................... 41

Tabel 32 Perkembangan Indikator Perbankan Papua ................................................................ 41

Tabel 33 Perkembangan Kredit UMKM Perbankan Provinsi Papua .......................................... 41

Tabel 34 Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Barat ....................................................... 44

Tabel 35 Kredit Perbankan Provinsi Papua Barat....................................................................... 46

Tabel 36 Kredit Perbankan Berdasarkan Sektor Ekonomi ............................................................ 47

Tabel 37 Perkembangan Indikator Perbankan Papua Barat ..................................................... 48

Tabel 38 Perkembangan Kredit UMKM Provinsi Papua Barat ................................................... 48

Tabel 39 Transaksi RTGS Wilayah Papua .................................................................................... 50

Tabel 40 Transaksi Kliring Wilayah Papua .................................................................................. 53

Tabel 41 Perkembangan Perkasan KPw BI Provinsi Papua & Papua Barat ............................. 55

Tabel 42 Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan Utama .................................... 57

Tabel 43 Pendapatan Menurut Lapangan Kerja ......................................................................... 58

Tabel 44 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut

Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2012 – Februari 2014 Provinsi Papua .......... 58

Tabel 45 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama

Februari 2012– Februari 2014 Provinsi Papua Barat ................................................ 59

Tabel 46 Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama ......................................... 60

Tabel 47 Jumlah Penduduk Penduduk Miskin Di Provinsi Papua ............................................. 61

Tabel 48 Jumlah Penduduk Penduduk Miskin Di Provinsi Papua Barat ................................... 62

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xi

Grafik 1 Survei Konsumen ........................................................................................................ 4

Grafik 2 Konsumsi Listrik RT ..................................................................................................... 4

Grafik 3 Kredit Konsumsi ......................................................................................................... 4

Grafik 4 Jumlah kendaraan Baru .............................................................................................. 5

Grafik 5 Realisasi Belanja Pegawai Pemda ............................................................................. 5

Grafik 6 Kredit Investasi Bank Umum ...................................................................................... 6

Grafik 7 Realisasi Belanja Modal Pemrov. Papua ................................................................... 6

Grafik 8 Volume Ekspor Non Migas Papua .............................................................................. 6

Grafik 9 Nilai Ekspor Non Migas Papua ................................................................................... 6

Grafik 10 Volume Impor Non Migas Papua ................................................................................ 7

Grafik 11 Nilai Impor Non Migas Papua ..................................................................................... 7

Grafik 12 Nilai Tukar Petani ......................................................................................................... 9

Grafik 13 PDRB Sektor Pertanian Papua ................................................................................... 9

Grafik 14 Perkembangan Kredit Perdagangan ........................................................................... 10

Grafik 15 Tingkat Hunian Hotel Papua ........................................................................................ 10

Grafik 16 Grafik Survey Konsumen ............................................................................................ 13

Grafik 17 Kredit Konsumsi Papua Barat ..................................................................................... 13

Grafik 18 Konsumsi Listrik Papua Barat .................................................................................... 14

Grafik 19 Perkembangan Volume Ekspor Papua Barat ............................................................ 14

Grafik 20 Perkembangan Nilai Ekspor Papua Barat.................................................................. 14

Grafik 21 Nilai Tukar Petani Papua Barat .................................................................................... 15

Grafik 22 PDRB Sektor Pertanian Papua Barat .......................................................................... 15

Grafik 23 Penggunaan Listrik ....................................................................................................... 16

Grafik 24 Perbandingan Inflasi Papua dengan Inflasi Nasional ................................................ 27

Grafik 25 Disagregasi Inflasi Kota Jayapura ............................................................................... 29

Grafik 26 Perkembangan Survei Konsumen ............................................................................... 29

Grafik 27 Perkembangan Aset Perbankan Provinsi Papua ........................................................ 38

Grafik 28 Komposisi Aset Perbankan .......................................................................................... 38

Grafik 29 Perkembangan Indikator Dana Pihak Ketiga Provinsi Papua .................................... 39

Grafik 30 Perkembangan Kredit Perbankan Provinsi Papua .................................................... 40

Grafik 31 Komposisi Kredit Perbankan ....................................................................................... 40

Grafik 32 Perkembangan NPL & LDR ......................................................................................... 41

Grafik 33 Pertumbuhan Kredit Sektor Utama Prov. Papua ....................................................... 42

Daftar Grafik

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xii

Grafik 34 Perkembangan NPL Kredit Sektor Utama Prov. Papua ............................................ 42

Grafik 35 Pertumbuhan Kredit RT Prov. Papua .......................................................................... 43

Grafik 36 Perkembangan NPL Kredit RT Prov. Papua ............................................................... 43

Grafik 37 Pertumbuhan Kredit MKM Prov. Papua ..................................................................... 44

Grafik 38 Perkembangan NPL Kredit MKM Prov. Papua ........................................................... 44

Grafik 39 Perkembangan Aset Perbankan Papua Barat ........................................................... 45

Grafik 40 Komposisi Aset Perbankan ......................................................................................... 45

Grafik 41 Perkembangan DPK Provinsi Papua Barat ................................................................ 46

Grafik 42 Perkembangan Kredit Provinsi Papua Barat ............................................................. 46

Grafik 43 Komposisi Kredit Perbankan ...................................................................................... 46

Grafik 44 Perkembangan NPL & LDR ......................................................................................... 48

Grafik 45 Pertumbuhan Kredit Sektor Utama Prov. Papua Barat ............................................. 49

Grafik 46 Perkembangan NPL Kredit Sektor Utama Prov. Papua Barat .................................. 49

Grafik 47 Pertumbuhan Kredit RT Prov. Papua Barat ............................................................... 50

Grafik 48 Perkembangan NPL Kredit RT Prov. Papua Barat ..................................................... 50

Grafik 49 Pertumbuhan Kredit MKM Prov. Papua Barat ........................................................... 50

Grafik 50 Perkembangan NPL Kredit RT Prov. Papua Barat ..................................................... 50

Grafik 51 Nilai Transaksi RTGS ................................................................................................... 52

Grafik 52 Perkembangan Kliring Wilayah Papua ....................................................................... 54

Grafik 53 Perkembangan Uang Kartal ........................................................................................ 55

Grafik 54 Perkembangan Penduduk Miskin Prov. Papua ......................................................... 61

Grafik 55 Perkembangan UMR Prov. Papua .............................................................................. 61

Grafik 56 Perkembangan Penduduk Miskin Papua Barat ......................................................... 62

Grafik 57 Perkembangan UMR Papua Barat .............................................................................. 62

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xiii

TABEL INDIKATOR

PDRB DAN INFLASI

2014

1 2 3 4 1 2 3 4 1

Pertanian 0.28% 3.95% 6.24% 7.25% 4.96% 4.90% 3.63% 8.26% 12.67%

Pertambangan & Penggalian -39.74% -23.93% -13.52% 54.67% 31.83% -24.61% 43.04% 64.24% -28.50%

Industri Pengolahan -0.64% 6.29% 3.31% 0.48% -1.77% 0.94% 5.16% 4.91% 13.34%

Listrik,Gas & Air Bersih 6.05% 7.25% 7.49% 7.17% 6.58% 8.01% 9.26% 8.41% 10.37%

Bangunan 19.00% 19.86% 16.43% 12.47% 7.30% 8.87% 4.76% 2.02% 8.82%

Perdagangan, Hotel & Restoran 8.11% 8.44% 10.92% 13.58% 13.66% 11.82% 8.68% 7.41% 9.99%

Angkutan & Komunikasi 9.05% 9.63% 10.41% 9.10% 9.58% 9.07% 7.64% 8.26% 13.85%

Keuangan, Persewaan & Jasa

Perusahaan 19.98% 1.76% 7.14% 1.61% 17.43% 12.32% 14.92% 23.08% 17.77%

Jasa - jasa 11.14% 8.80% 5.30% 8.91% 19.77% 15.07% 15.15% 9.61% 21.89%

TOTAL PDRB -11.19% -3.26% 1.34% 18.91% 16.22% -0.54% 17.98% 23.90% 0.57%

2014

1 2 3 4 1 2 3 4 1

Pertanian 0.55% 2.20% 0.06% 3.09% 2.41% 3.98% 5.84% 2.12% 0.97%

Pertambangan & Penggalian 14.96% 7.69% 1.10% -0.83% -3.87% -0.93% 2.84% 2.99% 1.78%

Industri Pengolahan 89.85% 52.04% 2.30% 1.46% 13.40% -0.79% 9.58% 28.23% -3.25%

Listrik,Gas & Air Bersih 10.08% 8.25% 7.63% 9.34% 8.68% 10.03% 9.48% 8.37% 8.33%

Bangunan 10.58% 10.39% 11.99% 15.99% 12.03% 11.51% 11.31% 10.74% 15.75%

Perdagangan, Hotel & Restoran 8.77% 8.02% 9.81% 12.96% 12.51% 12.87% 11.11% 10.75% 9.39%

Angkutan & Komunikasi 13.13% 11.08% 10.21% 11.93% 10.28% 11.12% 10.65% 8.90% 9.30%

Keuangan, Persewaan & Jasa

Perusahaan 9.12% 11.05% 1.03% 3.46% 10.90% 13.20% 9.57% 14.85%10.65%

Jasa - jasa 12.90% 10.11% 8.39% 16.19% 10.71% 10.94% 7.43% 6.19% 5.75%

TOTAL PDRB 35.83% 24.63% 3.87% 5.23% 9.54% 3.51% 8.53% 15.74% 1.54%

2013

2013Growth PDRB Papua

2012

Growth PDRB Papua Barat2012

MTM YTD QTQ YOY MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY

Bahan Makanan -5.71 -2.05 -2.05 0.43 -8.14 0.12 0.12 10.66 122.27 1.56 5.71 5.71 13.81

Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0.47 0.78 0.78 2.72 0.22 0.90 0.90 4.14 113.14 0.19 1.98 1.98 9.50

Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0.38 0.71 0.71 2.13 0.14 4.51 4.51 7.17 112.80 0.07 1.90 1.90 6.30

Sandang 0.08 0.36 0.36 8.47 -0.64 -1.15 -1.15 0.93 106.35 0.44 0.71 0.71 5.09

Kesehatan 0.25 0.48 0.48 1.19 0.00 0.21 0.21 0.30 104.60 0.09 0.16 0.17 4.33

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.00 0.01 0.01 0.41 0.02 0.04 0.04 4.99 106.60 0.00 0.00 0.00 3.92

Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0.19 -0.95 -0.95 2.11 -0.89 -1.24 -1.24 1.99 110.93 1.01 -0.48 -0.48 9.91

Inflasi Jayapura -1.52 -0.46 -0.46 1.94 -2.63 0.84 0.84 5.89 113.68 0.68 2.12 2.12 9.07

MTM YTD QTQ YOY MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY

Bahan Makanan -0.18 -2.02 -2.01 0.17 2.81 4.17 4.17 13.74 109.88 -0.95 -0.18 -0.18 4.15

Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0.27 0.66 0.66 2.96 0.57 1.60 1.60 4.40 108.67 0.12 0.57 0.57 5.66

Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0.10 0.64 0.64 3.41 0.07 1.30 1.30 2.75 107.10 0.35 0.81 0.81 5.03

Sandang 0.15 0.37 0.37 2.59 0.11 0.40 0.40 4.24 100.81 0.11 0.28 0.28 -1.26

Kesehatan 0.56 1.33 1.33 3.30 0.30 0.35 0.35 1.56 106.47 0.04 0.65 0.65 4.95

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.17 0.62 0.62 3.27 -0.08 0.35 0.35 3.21 105.29 0.02 0.00 0.00 3.36

Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -0.44 -3.62 2.22 6.08 1.50 -4.32 -4.32 5.90 111.34 0.48 0.24 0.24 14.07

Inflasi Papua Barat (Inflasi MTM,YOY, QTQ =

%)

-0.05 -0.98 -0.98 2.65 1.37 1.31 1.31 7.41 108.41 -0.10 0.30 0.30 5.77

Kelompok Komoditi

2012

TW ITW I

2013

2013 2014

TW I

TW I

2014

TW I

2012

TW IKelompok Komoditi

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xiv

TABEL PERBANKAN

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xv

TABEL SISTEM PEMBAYARAN

Tabel Transaksi Kliring

Tabel Transaksi RTGS

Data belum termasuk bulan Maret

Tabel Perkasan KPwBI Papua & Papua Barat

2014

I II III IV I II III IV I

Total Volume (lembar) 46,393.00 47,304.62 39,426.52 45,039.00 49,407.00 48,418.86 44,343.00 32,208.00 26,604.00 -46.15%

Total Nominal Kliring (Rp Miliar) 1,205.76 1,203.12 1,337.15 1,654.78 1,214.44 1,311.60 1,617.17 1,203.64 1,196.63 -1.47%

Rata-Rata Perputaran Kliring(per hari)

Rata-Rata Volume (lembar) 800.86 813.06 691.69 805.88 849.00 832.02 703.07 516.64 454.17 -46.51%

Rata-Rata Nominal Perputaran Kliring Perhari

(Rp Milliar) 26.62 20.71 23.46 29.55 23.59 21.70 25.67 19.29 20.40 -13.54%

Nisbah Rata-Rata Penolakan

Volume (lembar) 1.49 1.12 1.45 1.95 2.19 1.18 1.92 2.03 1.46 -33.66%

Nominal Nisbah Rata-Rata Penolakan(Rp

Milliar) 1.25 1.40 1.86 1.07 2.50 1.45 2.12 2.81 2.32 -7.27%

Growth

(YOY)Kliring

2012 2013

2014

I II III IV I* II III IV I*

Outflow (from) Nominal (Rp.milliar) 12,830.78 7,193.81 9,006.45 13,220.13 4,202.10 8,187.49 9,929.65 13,739.36 5,753.71 36.92%

Lembar Warkat 10,341.50 7,366.00 12,730.00 13,917.00 7,993.00 7,743.18 11,764.00 13,586.00 7,474.00 -6.49%

Inflow (to) Nominal (Rp.milliar) 11,545.44 11,003.62 13,486.21 14,763.54 7,297.63 10,157.60 14,715.87 18,410.79 6,928.73 -5.06%

Lembar Warkat 12,090.36 13,374.00 16,177.00 17,372.00 8,933.00 11,314.36 15,230.00 16,698.00 9,241.00 3.45%

Net Inflow Nominal (Rp.milliar) -1,285.35 3,809.81 4,479.76 1,543.41 3,095.53 1,970.11 4,786.22 4,671.43 1,175.02 -62.04%

Lembar Warkat 1,748.86 6,008.00 3,447.00 3,455.00 940.00 3,571.18 3,466.00 3,112.00 1,767.00 87.98%

Intra Papua Nominal (Rp.milliar) 995.81 1,913.76 1,764.12 3,967.82 545.06 739.53 3,059.66 5,199.31 683.13 25.33%

Lembar Warkat 1,574.41 1,646.00 1,966.00 2,304.00 1,344.00 1,713.80 2,092.00 2,197.00 1,250.00 -6.99%

Growth

(YoY)RTGS

2012 2013

2014

I II III IV I II III IV I

Inflow (Rp Miliar) 2,171.39 1,179.91 1,664.51 1,628.75 2,702.12 1,260.27 3,894.13 5,391.32 2,853.48 5.60%

Outflow (Rp Miliar) 1,006.40 2,374.08 1,820.59 6,234.39 1,020.06 2,256.04 2,273.13 5,772.50 893.21 -12.44%

Net Inflow (Rp Miliar) 1,164.99 (1,194.16) (156.08) (4,605.64) 1,682.06 (995.77) 1,621.00 (381.17) 1,960.27 16.54%

Saldo Persediaan Kas (Rp Miliar) 1,968.74 1,347.28 1,903.90 1,364.45 2,806.80 1,606.50 2,816.45 2,160.46 3,725.24 32.72%

- Saldo Kas BI Jap (Rp Miliar) 1,580.98 835.09 1,424.06 1,134.24 2,305.21 1,248.36 1,216.45 1,859.04 3,202.60 38.93%

- Saldo Kas Titipan (Rp Miliar) 387.77 512.19 479.84 230.22 501.59 358.14 1,600.00 301.42 522.64 4.20%

Pemusnahan Uang kertas-TLE (Rp Miliar) 274.43 55.84 43.30 57.96 107.59 327.13 529.66 274.82 395.49 267.61%

Growth

(YOY)Uang Kartal

2012 2013

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xvi

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xvii

RINGKASAN EKSEKUTIF

1. GAMBARAN UMUM

Pada triwulan I-2014, perekonomian Provinsi Papua maupun Papua

Barat menunjukkan percepatan pertumbuhan yang semakin meningkat.

Hal itu ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi kedua provinsi yang masih

positif. Ekonomi Papua tumbuh sebesar 0,57% (yoy) sementara ekonomi

Provinsi Papua Barat tumbuh sebesar 1,54% (yoy). Pertumbuhan kedua

provinsi tersebut mengalami pelemahan jika dibandingkan dengan

pencapaian pada triwulan IV-2013.

2. MAKRO EKONOMI

Dari sisi penawaran, ekonomi Papua terutama ditopang oleh

pertumbuhan pada sektor jasa-jasa; sektor pertanian; sektor angkutan dan

transportasi; sektor bangunan; sektor perdagangan, hotel &restoran; sektor

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan. Sementara itu, sektor

bangunan; sektor perdagangan hotel dan restoran; sektor jasa-jasa; sektor

angkutan & komunikasi serta sektor Keuangan menjadi motor penggerak

utama pertumbuhan ekonomi Papua Barat.

2. KEUANGAN DAERAH

Pada tahun 2014, target Pendapatan didalam APBD Provinsi Papua

tercatat sebesar sebesar Rp 10,489 triliun. Angka tersebut meningkat

sebesar 28,15% (yoy) jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Besarnya APBD dari segi pendapatan sebagian besar di topang oleh

tingginya dana perimbangan dan dana otonomi khusus yang dialokasikan

oleh pemerintah pusat. Hal ini seiring dengan peningkatan target

pendapatan didalam APBN secara nasional. Dari sisi belanja, Pemerintah

Daerah Provinsi Papua pada tahun 2014 menargetkan sebesar Rp 11,21

triliun. Angka tersebut meningkat sebesar 39,46% (yoy) jika dibandingkan

dengan tahun sebelumnya. Tingginya kenaikan anggaran belanja Pemda

Papua terutama disebabkan oleh meningkatnya belanja modal, belanja

bagi hasil dan bantuan keuangan bagi pemda lain serta belanja tidak

langsung pegawai.

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xviii

4. INFLASI

Sampai dengan periode triwulan I-2014, inflasi Provinsi Papua3

tercatat sebesar 9,58% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2013

yang tercatat sebesar 8,27% (yoy). Angka tersebut mengalami peningkatan

yang cukup signifikan seiring adanya peningkatan harga komoditas bahan

makanan. Jika dibandingkan dengan inflasi nasional, laju inflasi Provinsi

Papua tercatat lebih tinggi, dimana inflasi nasional pada triwulan I-2014

tercatat sebesar 7,75% (yoy). Sementara itu, inflasi gabungan di Provinsi

Papua Barat4 tercatat sebesar 5.77% (yoy).

5. PERBANKAN

Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Papua dan Provinsi

Papua Barat pada triwulan I-2014 mengalami pertumbuhan yang cukup

besar. Hal ini tercermin dari pertumbuhan beberapa indikator perbankan

yang cukup signifikan. Fungsi intermediasi perbankan terlihat cukup

meningkat sebagaimana tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga di

sisi pasiva perbankan yang tumbuh sebesar 11,66% (yoy). Sementara disisi

aktiva, kredit perbankan tumbuh cukup signifikan sebesar 24,14% (yoy)

dan mendorong meningkatnya loan to deposit rate (LDR) perbankan

menjadi sebesar 64,50% (yoy) pada triwulan I-2014 dari sebesar 58,01%

(yoy) pada triwulan I-2013. Namun demikian, LDR tersebut masih dibawah

angka yang ditargetkan.

Secara umum, kinerja Jika dilihat dari kualitas penyaluran kredit yang

diberikan kepada sektor utama di Papua dapat dikatakan bahwa hampir

seluruh sektor masih berada pada tahap yang cukup aman dengan

pencapaian Non Performing Loan (NPL) yang masih berada dibawah 5%.

Sementara itu, ketahanan penyaluran kredit terhadap sektor utama di

Papua Barat masih cukup sehat, namun khusus untuksektor industri

pengolahan perlu mendapatkan perhatian lebih karena memiliki NPL

lebih dari 5% (tercatat sebesar 5,52%).

3 Inflasi di Propinsi Papua dihitung dari pergerakan harga barang dan jasa di Kota Jayapura dan Kab.

Merauke. 4 Inflasi di Provinsi Papua Barat dihitung dari pergerakan harga barang di Kab. Manokwari dan Kota Sorong.

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xix

6. SISTEM PEMBAYARAN

Pada triwulan I-2014, nilai transaksi keluar (outflow) melalui BI-RTGS

dari Wilayah Papua mencapai Rp 5,75 trilliun atau naik sebesar 36,92%

(yoy) jika dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang sama di

tahun sebelumnya atau turun sebesar -58,12% (qtq) jika dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Besarnya transaksi keluar wilayah Papua

merupakan akibat terjadinya pembayaran atas pasokan barang-barang

kebutuhan yang sebagian berasal dari luar wilayah Papua. Disisi lain,

jumlah dana yang masuk ke wilayah Papua atau transaksi masuk (inflow)

mencapai Rp 6,93 triliun, angka tersebut mengalami penurunan sebesar -

5,06% (yoy) jika dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang

sama di tahun sebelumnya serta turun sebesar -62,37% (qtq) jika

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tingginya nilai transaksi masuk

berasal dari besarnya dana alokasi umum dan dana otonomi khusus bagi

Pemerintah daerah di wilayah Papua. Adapun nilai transaksi keuangan

antar bank melalui sarana BI-RTGS di wilayah Papua tercatat sebesar Rp

683,13 miliar atau naik sebesar 25,33% (yoy) dibandingkan dengan tahun

lalu atau turun sebesar -86,86% (qtq) dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya.

6. PROSPEK PEREKONOMIAN DAN INFLASI

Pada tahun 2014, perekonomian Provinsi Papua diperkirakan masih

akan mengalami pertumbuhan tahunan positif sebesar 5,55%±1% (yoy),

lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan selama tahun 2013

sebesar 14,72% (yoy). Adapun pada triwulan II-2014 pertumbuhan

perekonomian Provinsi Papua diperkirakan akan tumbuh sebesar 2,62%

(yoy). Pada tahun 2014, perekonomian Provinsi Papua Barat diperkirakan

masih akan mengalami pertumbuhan tahunan yang positif sebesar

6,53%±1% (yoy), lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan

selama tahun 2013 sebesar 9,30% (yoy). Pada tahun triwulan I-2014,

perekonomian Provinsi Papua Barat diperkirakan masih akan mengalami

pertumbuhan yang positif sebesar 6,50%±1% (yoy).

Sampai dengan akhir tahun 2014, Provinsi Papua diperkirakan akan

mengalami inflasi tahunan sebesar 5,29% (yoy). Pencapaian inflasi

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xx

Provinsi Papua pada tahun 2014 secara optimis berada dalam rentang

target yang telah ditetapkan dengan catatan semua harga barang yang

diatur oleh Pemerintah (administred price) serta kelancaran pasokan

distribusi barang ke Papua tidak mengalami perubahan maupun

gangguan yang signifikan. Pada triwulan I-2014, inflasi tahunan Provinsi

Papua diperkirakan berada level 7,54 ± 1% (yoy). Sampai dengan akhir

tahun 2014, Provinsi Papua Barat diperkirakan akan mengalami inflasi

tahunan sebesar 4,50% (yoy). Pada triwulan I-2014, inflasi tahunan

Provinsi Papua Barat diperkirakan berada level 5,82±1% (yoy).

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 1

BAB 1.

MAKROEKONOMI REGIONAL

Pada triwulan I-2014, perekonomian Provinsi Papua maupun Papua Barat menunjukkan

pertumbuhan yang masih positif meskipun melambat dibandingkan periode sebelumnya. Rilis

data BPS pada triwulan I-2014 menunjukan bahwa perekonomian Papua tumbuh sebesar

0,57% (yoy) sementara ekonomi Provinsi Papua Barat tumbuh sebesar 1,54% (yoy). Dari sisi

permintaan, pertumbuhan ekonomi Papua dan Papua Barat terutama ditopang oleh sektor

konsumsi dan investasi. Dari sisi penawaran, hampir seluruh sektor menjadi pendorong

perekonomian di Provinsi Papua dan Papua Barat. Hanya sektor pertambangan di Provinsi

Papua dan sektor industri pegolahan di Provinsi Papua Barat yang mengalami penurunan.

Sektor pertambangan yang secara historis selalu menjadi penopang ekonomi Papua

justru pada triwulan laporan justru mencatatkan pertumbuhan yang negatif sebesar -28,50%

(yoy), hal oni terjadi sebagai akibat dari penerapan UU Minerba pada awal tahun 2014 yang

jugamempengaruhi perusahaan pertambangan di Provinsi Papua. Oleh karena itu, pada

triwulan I-2014 perekonomian Papua justru sebagaian besar didorong oleh pertumbuhan dari

sektor jasa-jasa. Sementara itu, untuk Provinsi Papua Barat pada triwulan laporan

perekonomiannya sebagian besar ditopang oleh sektor bangunan yang tumbuh sebesar

15,75% (yoy). Hal tersebut sedikit berbeda dari keadaan biasanya, dimana secara histroris

perekonomian Papua Barat selalu bergantung pada sektor industri pengolahan. Penurunan

kinerja dari salah satu perusahaan penghasil gas alam disinyalir menjadi penyebab terjadinya

hal tersebut.

I. Provinsi Papua

1.1. Sisi Permintaan

Pada triwulan I-2014, perekonomian Provinsi Papua tumbuh sebesar 0,57 % (yoy) atau

jauh lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2013 yang mengalami pertumbuhan sebesar

23,86% (yoy). Dari sisi permintaan, kinerja ekonomi Papua ditopang oleh komponen konsumsi

(masyarakat dan pemerintah) dan investasi (pembentukan modal tetap bruto) yang tumbuh

cukup signifikan. Membaiknya kinerja komponen konsumsi (masyarakat dan pemerintah)

yang cukup tinggi terjadi seiring dengan pelaksanaan Pemilu Legislatif pada tahun 2014. Di

samping itu, kinerja investasi (pembentukan modal tetap bruto) juga mengalami pertumbuhan

yang cukup menggembirakan seiring tingginya prospek untuk berinvestasi di Papua dan juga

akibat tingginya alokasi dari dana perimbangan yang digunakan untuk investasi infrastruktur

di daerah. Kedepan, ekpektasi konsumsi masyarakat yang tetap tinggi akan turut menjaga

kinerja ekonomi di Provinsi Papua untuk tetap tumbuh positif.

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 2

Tabel 1.

Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Papua & Provinsi Papua Barat

Harga Konstan Dari Sisi Sektoral (%)

Sumber : BPS Provinsi Papua & BPS Provinsi Papua Barat

Tabel 2.

Pertumbuhan Ekonomi (yoy) Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Dari Sisi Permintaan (%)

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua & Papua Barat

2014

1 2 3 4 1 2 3 4 1

Pertanian 0,28% 3,95% 6,24% 5,51% 4,96% 4,90% 3,63% 10,04% 12,67%

Pertambangan & Penggalian -39,74% -23,93% -13,52% 54,67% 31,83% -24,61% 43,04% 64,24% -28,50%

Industri Pengolahan -0,64% 6,29% 3,31% 0,48% -1,77% 0,94% 5,16% 4,91% 13,34%

Listrik,Gas & Air Bersih 6,05% 7,25% 7,49% 7,18% 6,58% 8,01% 9,26% 8,41% 10,37%

Bangunan 19,00% 19,86% 16,43% 16,04% 7,30% 8,87% 4,76% -1,11% 8,82%

Perdagangan, Hotel & Restoran 8,11% 8,44% 10,92% 13,58% 13,66% 11,82% 8,68% 7,41% 9,99%

Angkutan & Komunikasi 9,05% 9,63% 10,41% 9,10% 9,58% 9,07% 7,64% 8,26% 13,85%

Keuangan, Persewaan & Jasa

Perusahaan 19,98% 1,76% 7,14% 1,61% 17,43% 12,32% 14,92% 23,08% 17,77%

Jasa - jasa 11,14% 8,80% 5,30% 8,09% 19,77% 15,07% 15,15% 10,44% 21,89%

TOTAL PDRB -11,19% -3,26% 1,34% 18,94% 16,22% -0,54% 17,98% 23,86% 0,57%

2014

1 2 3 4 1 2 3 4 1

Pertanian 0,55% 2,20% 0,06% 3,09% 2,41% 3,98% 5,84% 2,12% 0,97%

Pertambangan & Penggalian 14,96% 7,69% 1,10% -0,83% -3,87% -0,93% 2,84% 2,99% 1,78%

Industri Pengolahan 89,85% 52,04% 2,30% 1,46% 13,40% -0,79% 9,58% 28,23% -3,25%

Listrik,Gas & Air Bersih 10,08% 8,25% 7,63% 9,34% 8,68% 10,03% 9,48% 8,37% 8,33%

Bangunan 10,58% 10,39% 11,99% 15,99% 12,03% 11,51% 11,31% 10,74% 15,75%

Perdagangan, Hotel & Restoran 8,77% 8,02% 9,81% 12,96% 12,51% 12,87% 11,11% 10,75% 9,39%

Angkutan & Komunikasi 13,13% 11,08% 10,21% 11,93% 10,28% 11,12% 10,65% 8,90% 9,30%

Keuangan, Persewaan & Jasa

Perusahaan 9,12% 11,05% 1,03% 3,46% 10,90% 13,20% 9,57% 14,85%10,65%

Jasa - jasa 12,90% 10,11% 8,39% 16,19% 10,71% 10,94% 7,43% 6,19% 5,75%

TOTAL PDRB 35,83% 24,63% 3,87% 5,23% 9,54% 3,51% 8,53% 15,74% 1,54%

Growth PDRB Papua Barat2012

Growth PDRB Papua 2012 2013

2013

2014

1 2 3 4 1 2 3 4 1

Konsumsi Rumah Tangga 7,35% 8,14% 7,49% 5,53% 6,68% 6,37% 6,10% 6,97% 7,87%

Konsumsi Nirlaba 7,14% 6,95% 6,98% 7,12% 6,81% 6,82% 6,89% 7,02% 7,72%

Konsumsi Pemerintah 8,15% 12,58% 9,29% 0,60% 6,18% 4,75% 3,39% 6,83% 8,42%

PMTB 7,24% 9,42% 8,42% 3,56% 7,47% 7,55% 7,23% 5,20% 7,07%

Perubahan Stok 37,37% 5,60% -13,08% 67,80% 82,95% -3,24% 81,19% 104,72% -86,28%

Ekspor -52,57% -33,74% -37,16% 121,17% 91,27% -12,54% 60,24% 94,94% -29,47%

Dikurangi Impor -15,10% -4,98% -7,47% 6,80% 1,05% 10,23% 0,35% 0,57% 47,82%

PDRB -11,19% -3,26% 1,34% 18,91% 16,21% -0,54% 18,01% 23,90% 0,57%

2014

1 2 3 4 1 2 3 4 1

Konsumsi Rumah Tangga 6,46% 7,51% 7,14% 9,33% 8,83% 8,02% 9,72% 9,90% 10,83%

Konsumsi Nirlaba 7,02% 7,74% 7,59% 10,47% 15,05% 8,52% 8,65% 7,11% 3,17%

Konsumsi Pemerintah 4,50% 6,74% 5,68% 5,72% 25,47% 6,10% 13,21% 19,15% 1,66%

PMTB 11,68% 14,71% 14,94% 15,97% 32,97% 18,24% 17,82% 18,60% 3,41%

Perubahan Stok -111,50% -113,18% -112,39% -142,89% -257,14% -236,79% -220,62% -233,53% -3,67%

Ekspor 80,74% 52,23% 2,61% -13,13% 22,42% 22,99% 28,81% 47,84% 1,12%

Dikurangi Impor 82,48% 77,04% 68,08% 61,40% 15,49% 11,24% 10,97% 16,82% 4,27%

PDRB 35,79% 23,79% 3,65% 5,23% 9,54% 3,51% 8,52% 15,74% 1,54%

Growth PDRB Papua

Growth PDRB Papua Barat

2012

2012

2013

2013

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 3

Tabel 3.

Kontribusi Komponen Permintaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (yoy)

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (%)

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua & Papua Barat

Tabel 4.

Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (yoy)

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (%)

Sumber: BPS Provinsi Papua & Papua Barat Diolah

2014

1 2 3 4 1 2 3 4 1

Konsumsi Rumah Tangga 7,38% 8,42% 8,02% 6,95% 8,11% 7,36% 6,93% 7,77% 8,76%

Konsumsi Nirlaba 5,68% 5,66% 5,81% 6,76% 6,54% 6,15% 6,06% 6,00% 6,81%

Konsumsi Pemerintah 1,70% 2,76% 2,21% 0,19% 1,57% 1,21% 0,87% 1,77% 1,95%

PMTB 3,09% 4,21% 3,88% 1,98% 3,85% 3,81% 3,56% 2,52% 3,38%

Perubahan Stok -6,01% -1,36% 2,19% -12,50% -20,62% 0,86% -11,65% -27,24% 33,77%

Ekspor -27,70% -18,43% -19,36% 28,33% 25,68% -4,69% 19,45% 41,29% -13,65%

Dikurangi Impor -12,04% -3,91% -6,61% 5,85% 0,80% 7,88% 0,29% 0,44% 31,69%

PDRB -11,19% -3,26% 1,34% 18,91% 16,21% -0,54% 18,01% 23,90% 0,57%

2014

1 2 3 4 1 2 3 4 1

Konsumsi Rumah Tangga 3,81% 4,12% 3,39% 4,66% 4,07% 3,81% 4,77% 5,14% 4,96%

Konsumsi Nirlaba 3,22% 3,25% 2,74% 3,97% 5,43% 3,10% 3,25% 2,83% 1,20%

Konsumsi Pemerintah 0,59% 0,87% 0,64% 0,68% 2,55% 0,68% 1,52% 2,30% 0,19%

PMTB 2,52% 2,86% 2,50% 2,93% 5,84% 3,26% 3,36% 3,76% 0,73%

Perubahan Stok 4,30% 2,32% 6,01% 24,04% -13,86% -14,63% -14,23% -16,01% 0,28%

Ekspor 42,07% 28,76% 1,73% -9,90% 15,56% 15,47% 19,08% 29,79% 0,87%

Dikurangi Impor 23,69% 21,03% 17,09% 16,49% 5,98% 4,36% 4,46% 6,93% 1,74%

PDRB 35,79% 23,79% 3,65% 5,23% 9,54% 3,51% 8,52% 15,74% 1,54%

2012Kontribusi PDRB Papua

Kontribusi PDRB Papua

Barat

2012

2013

2013

2014

1 2 3 4 1 2 3 4 1

Pertanian 0,05% 0,72% 1,14% 1,06% 0,95% 0,96% 0,70% 1,71% 2,20%

Pertambangan & Penggalian -16,21% -8,75% -4,55% 11,88% 8,81% -7,07% 12,36% 18,16% -8,95%

Industri Pengolahan -0,02% 0,17% 0,09% 0,01% -0,05% 0,03% 0,14% 0,13% 0,35%

Listrik,Gas & Air Bersih 0,01% 0,02% 0,02% 0,02% 0,02% 0,02% 0,02% 0,02% 0,03%

Bangunan 1,83% 2,01% 1,84% 2,28% 0,94% 1,11% 0,61% -0,15% 1,05%

Perdagangan, Hotel & Restoran 0,66% 0,70% 0,93% 1,34% 1,35% 1,10% 0,81% 0,70% 0,96%

Angkutan & Komunikasi 0,75% 0,83% 0,92% 0,95% 0,98% 0,88% 0,74% 0,79% 1,33%

Keuangan, Persewaan & Jasa

Perusahaan 0,61% 0,08% 0,29% 0,08% 0,72% 0,56% 0,64% 0,95% 0,74%

Jasa - jasa 1,13% 0,97% 0,66% 1,33% 2,51% 1,87% 1,96% 1,56% 2,86%

TOTAL PDRB -11,19% -3,26% 1,34% 18,94% 16,22% -0,54% 17,98% 23,86% 0,57%

2014

1 2 3 4 1 2 3 4 1

Pertanian 0,11% 0,40% 0,01% 0,49% 0,36% 0,59% 0,86% 0,33% 0,14%

Pertambangan & Penggalian 1,64% 0,79% 0,10% -0,08% -0,36% -0,08% 0,24% 0,26% 0,15%

Industri Pengolahan 30,14% 20,19% 1,08% 0,65% 6,28% -0,37% 4,45% 12,17% -1,58%

Listrik,Gas & Air Bersih 0,04% 0,03% 0,02% 0,03% 0,02% 0,03% 0,03% 0,03% 0,02%

Bangunan 0,81% 0,74% 0,74% 1,03% 0,75% 0,73% 0,75% 0,76% 1,01%

Perdagangan, Hotel & Restoran 0,71% 0,60% 0,62% 0,85% 0,81% 0,83% 0,74% 0,76% 0,62%

Angkutan & Komunikasi 0,85% 0,66% 0,53% 0,66% 0,55% 0,59% 0,59% 0,52% 0,50%

Keuangan, Persewaan & Jasa

Perusahaan 0,18% 0,21% 0,02% 0,06% 0,17% 0,22% 0,16% 0,27% 0,17%

Jasa - jasa 1,36% 1,03% 0,76% 1,53% 0,94% 0,98% 0,70% 0,65% 0,51%

TOTAL PDRB 35,83% 24,63% 3,87% 5,23% 9,54% 3,51% 8,53% 15,74% 1,54%

Kontribusi PDRB Papua 2012

Kontribusi PDRB Papua

Barat

2012

2013

2013

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 4

1.1.1 Konsumsi Rumah Tangga

Pada triwulan I-2014, komponen konsumsi rumah tangga tumbuh mencapai 7,87% (yoy)

atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2013 yang tercatat sebesar

6,97% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan konsumsi pada triwulan berjalan didorong oleh

beberapa aspek seperti: adanya perayaan beberapa hari besar keagamaan di wilayah Papua,

Pemilu Legislatif 2014 serta penyelenggaraan event oleh pemerintah daerah. Pertumbuhan

konsumsi juga terekam dari survei konsumen di Kota Jayapura. Hasil Survei Konsumen

menunjukkan terdapat kecenderungan meningkatnya konsumsi sebagai akibat adanya

kenaikan indek ketersediaan lapangan pekerjaan dengan Indeks mencapai 139,7 di triwulan

I-2014 yang lebih tinggi dibandingkan indeks pada triwulan IV-2013 sebesar 134,7.

Sementara itu, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) secara keseluruhan juga meningkat

menjadi sebesar 134,1 dari triwulan IV-2013 yang tercatat hanya sebesar 130,9.

Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat

Peningkatan komponen konsumsi juga terekam dari perkembangan konsumsi listrik

rumah tangga yang tumbuh 1,36% (yoy) pada triwulan I-2014. Tingginya aktivitas konsumsi

tersebut juga tercermin dari tingginya pertumbuhan penyaluran kredit konsumsi oleh

perbankan yang pada periode laporan tumbuh sebesar 18,07% (yoy). Pada triwulan I-2014,

peningkatan konsumsi masyarakat juga tercermin pada peningkatan jumlah kendaraan baru

yang didaftarkan yang tercatat mengalami peningkatan sebesar 7,23% (yoy).

Sumber: PLN Wilayah Papua, diolah

Grafik 3. Kredit Konsumsi Bank Umum Papua Grafik 2. Konsumsi Listrik Rumah Tangga Papua

Grafik 1. Survei Konsumen

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 5

Dari sisi, konsumsi Pemerintah sampai dengan triwulan I-2014 juga mengalami

pertumbuhan sebesar 8,42% (yoy), angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan

pertumbuhan pada triwulan IV-2013 yang tercatat sebesar 6,83% (yoy). Peran pemerintah

dalam peningkatan konsumsi juga cukup besar seperti terlihat dari peningkatan realisasi

belanja pegawai pemda yang terealisasi cukup besar pada triwulan berjalan dari alokasi

anggaran yang tersedia.

Secara tahunan, konsumsi swasta juga mengalami pertumbuhan sebesar 7,72% (yoy).

Komponen konsumsi swasta merupakan komponen yang mengalami pertumbuhan terbesar

kedua setelah konsumsi pemerintah. Peningkatan pendapatan secara tahunan yang

dirasakan oleh masyarakat Papua (melalui kenaikan UMR) juga turut mendorong

peningkatan konsumsi dari waktu ke waktu walaupun hal tersebut tidak seluruhnya dapat

dirasakan oleh masyarakat Papua secara merata.

1.1.2 Investasi

Realisasi investasi (PMTB) pada periode triwulan I-2014 menunjukkan pertumbuhan yang

cukup menggembirakan yaitu tumbuh sebesar 7,07% (yoy) atau lebih tinggi dari

pertumbuhan triwulan sebelumnya yang hanya tercatat sebesar 5,20% (yoy).

Pertumbuhan investasi tidak terlepas dari semakin membaiknya prospek bisnis di

Papua yang mendorong tingginya minat investor untuk melakukan ekspansi bisnis yang

tercermin dari semakin tingginya penyaluran kredit untuk pembiayaan kegiatan investasi.

Pada periode triwulan I-2014, realisasi kredit investasi tercatat sebesar Rp 2,65 triliun atau

tumbuh sebesar 20,72% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun

sebelumnya. Tingginya minat ekspansi bisnis tersebut mencerminkan adanya peningkatan

peran investasi swasta dalam mendorong pengembangan ekonomi Papua. Selain faktor

pembiayaan perbankan, pertumbuhan investasi di triwulan I-2014 juga didorong oleh

meningkatnya belanja modal Pemerintah Daerah (PEMDA) Provinsi Papua sebesar 28,83%

Grafik 4. Jumlah Kendaraan Baru Papua Grafik 5. Belanja Pegawai PEMDA Prov. Papua

Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat

Sumber:Dispenda Prov. Papua, diolah Sumber: BKAD Prov. Papua, diolah

Sumber: BPKAD Provinsi Papua,

diolah

Sumber: PLN Wilayah Papua, diolah

Sumber: BPKAD Provinsi Papua, diolah

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 6

(yoy). Pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh kelanjutan berbagai realisasi

pengerjaan beberapa proyek infrastruktur PEMDA.

1.1.3 Ekspor dan Impor

Ekspor Provinsi Papua pada triwulan I-2014 mengalami penurunan sebesar -29,47%

(yoy) sedangkan impor tumbuh cukup signifikan sebesar 47,82% (yoy).

Pada triwulan I-2014, berdasarkan data bea cukai, nilai ekspor non migas Provinsi

Papua ke luar negeri (LN) tercatat sebesar US$135,23 Juta atau mengalami penurunan

yang signifikan sebesar -73,47% (yoy), sementara secara volume tercatat sebesar 83,09

ribu ton atau mengalami penurunan sebesar -68,64% (yoy). Penyebab utama menurunnya

kinerja ekspor ke LN pada periode laporan terjadi seiring penerapan UU Minerba yang

melarang perusahaan tambang yang ada di Papua untuk mengekspor hasil tambang

mentah. Penerapan ketentuan tersebut sangat berdampak terhadap kinerja ekspor Papua

ke LN mengingat 90% dari ekspor Provinsi Papua LN merupakan ekspor bahan tembang

mentah. Tren pertumbuhan ekspor Papua secara historikal memiliki hubungan yang searah

dengan pertumbuhan penjualan Perusahaan Pertambangan yang terdapat di Papua baik

untuk komoditas tembaga maupun emas yang pada triwulan I-2014 mengalami penurunan

masing-masing sebesar -44,95% (yoy) dan -15,18% (yoy).

Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah

Grafik 7. Belanja Modal

Grafik 8. Volume Ekspor Non Migas Papua Grafik 9. Nilai Ekspor Non Migas Papua

Sumber: BPKAD Provinsi Papua, diolah

Grafik 6. Kredit Investasi Perbankan Papua

Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Sumber:BKAD Provinsi Papua

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 7

Tabel 5. Perkembangan Penjualan Hasil Tambang Papua

Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan

mpor non-migas Papua dari LN justru mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi

pada triwulan laporan mencapai 19,41% (yoy). Sejalan dengan peningkatan nilai, volume

impor Papua juga mengalami peningkatan sebesar 100,68% (yoy). Peningkatan kinerja impor

dikhawatirkan dapat mendorong terjadinya defisit neraca transaksi perdagangan secara

nasional.

1.2. Sisi Penawaran

Pada sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi di Provinsi Papua didorong oleh

pertumbuhan positif dari seluruh sektor ekonomi kecuali sektor pertambangan yang

mencatatkan penurunan. Pertumbuhan tertinggi dialami oleh sektor jasa-jasa yang berhasil

tumbuh sebesar 21,89% (yoy), sedangkan petumbuhan terendah terjadi pada sektor

pertambangan yang turun sebesar -28,50% (yoy). Adapun pertumbuhan tahunan untuk sektor-

sektor lainnya adalah sebagai berikut: sektor pertanian sebesar 12,67%; sektor bangunan

sebesar 8,82%; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 17,77%; sektor

industri pengolahan sebesar 13,34%, sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar

9,99%; sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 13,85%; dan sektor listrik dan air

bersih sebesar 10,37%.

237 292 109

278 476 162

Grafik 10. Volume Impor Non Migas Papua Grafik 11. Nilai Impor Non Migas Papua

Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 8

1.2.1. Sektor Pertanian

Sektor pertanian pada periode triwulan I-2014 mengalami pertumbuhan sebesar

12,67% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar

8,30% (yoy). Hal ini disebabkan pada triwulan berjalan, produksi dan produktivitas beberapa

komoditas tanaman pangan mengalami kenaikan sebagai akibat dari terjadinya panen raya

dengan hasil yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini sejalan dengan tren

kenaikan ARAM dimana untuk tingkat produksi padi sawah mengalami peningkatan tahunan

secara rata-rata sekitar 5-10%.

Tabel 6. Perkembangan Produktivitas Komoditas Pangan Papua

Salah satu faktor pendukung tercapainya pertumbuhan di sektor pertanian adalah

pertumbuhan di sub sektor perikanan. Pada triwulan I-2014, sub sektor perikanan mengalami

peningkatan volume produksi pada hampir seluruh jenis komoditas perikanan terutama ikan

dari perairan umum dan perikanan budidaya yang secara keseluruhan mengalami

pertumbuhan sebesar 5,38% (yoy) dan 9,50% (yoy). Secara kuantitas, sepanjang periode

triwulan I-2014 total volume hasil produksi perikanan diperkirakan mencapai 79.427 ton atau

tumbuh 3,4%

Pertumbuhan sektor pertanian di Papua justru bertolak belakang dengan pencapaian

nilai NTP Papua pada triwulan I-2014 yang mengalami penurunan sebesar 0,55 poin dari

pencapaian pada triwulan I-2013 sebesar 101,24 menjadi 99,69 pada triwulan I-2014. Angka

NTP yang berada di bawah nilai 100 menunjukkan biaya yang dikeluarkan oleh petani lebih

besar dari keuntungan yang diterima. Hal ini menunjukkan, walaupun sektor pertanian di

Prov. Papua mengalami pertumbuhan namun kesejahteraan petaninya justru mengalami

penurunan.

2012 2013

Produksi Ubi Kayu (Ton) 35,531 34,899 36,679 38,901 5.10 6.06

Luas Panen (Ha) 2,988 2,867 3,020 3,171 5.34 5.00

Produktivitas (Ton/Ha) 11.89 12.17 12.15 12.27 -0.22 1.01

2012 2013

Produksi Ubi Jalar (Ton) 6,834 6,885 6,393 7,034 -7.15 10.03

Luas Panen (Ha) 3,903 3,825 3,553 3,005 -7.11 -15.42

Produktivitas (Ton/Ha) 1.75 1.80 1.80 2.34 -0.04 30.09

2012 2013

Produksi Ubi Jalar (Ton) 4,152 3,959 4,156 4,610 4.98 10.92

Luas Panen (Ha) 3,763 3,549 3,732 3,750 5.16 0.48

Produktivitas (Ton/Ha) 1.10 1.12 1.11 1.23 -0.17 10.39

Sumber : BPS Provinsi Papua, diolah

Ubi Kayu 2010 2011 2012 2013Growth (%)

Jagung 2013Growth (%)

Kacang Tanah 2010 2011 2012 2013Growth (%)

2010 2011 2012

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 9

Tabel 7. Perkembangan Produksi Perikanan Provinsi Papua

Sumber: BPS Provinsi Papua Sumber: BPS Provinsi Papua

1.2.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan I-2014 mengalami penurunan yang

signifikan sebesar -28,50% (yoy) atau lebih rendah dari triwulan IV-2013 yang tercatat tumbuh

sebesar 64,24% (yoy). Sebagai penopang utama sektor tambang, penurunan produksi

tambang oleh salah satu perusahaan tambang terbesar yang ada di Papua turut memberikan

kontribusi yang signifikan terhadap menurunnya kinerja sektor tambang.

Tabel 8. Perkembangan Produksi Pertambangan Papua

Laporan produksi periode triwulan I-2014 dari salah satu perusahaan pertambangan

besar di Papua menunjukkan adanya penurunan produksi tembaga dan emas masing-masing

2013

TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1

LAUT

Produksi (Ton) 67,343 71,710 69,363 70,710 73,185 67,193 71,188 73,440 75497

Pertumbuhan Tahunan (%) 15.10 6.48 2.99 3.44 8.67 -6.30 0.68 3.86 3.16

PERAIRAN UMUM (axis kanan)

Produksi (Ton) 2,616 2,344 2,694 2,414 1,888 1,980 1,963 1,993 1990

Pertumbuhan Tahunan (%) 35.80 23.29 41.70 25.11 -27.80 -15.51 -18.69 -17.47 5.38

BUDIDAYA (axis kanan)

Produksi (Ton) 1,640 1,558 1,689 1,605 1,740 1,685 1,422 2,223 1940

Pertumbuhan Tahunan (%) 149.85 165.19 187.52 55.80 6.09 8.15 -11.39 38.54 11.50

TOTAL PRODUKSI (Ton) 71,599 75,612 73,747 74,729 76,813 70,859 74,573 77,656 79,427

PERTUMBUHAN TAHUNAN (%) 17.20 8.27 5.60 4.78 7.28 -6.29 1.12 3.92 3.40

2012

2

2013

3

No URAIAN

1

253 304 140

297 502 208

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Papua,

diolah

Grafik 12. Nilai Tukar Petani Papua Grafik 13. PDRB Sektor Pertanian Papua

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 10

sebesar -36,07% dan -1,89%. Penurunan produksi yang cukup signifikan tersebut disinyalir

sebagai akibat dari penerapan UU Minerba yang melarang seluruh perusahaan tambang

untuk melakukan ekspor hasil tambang mentah. Oleh karena pembatasan ekspor tersebut

maka pada triwulan I-2014, perusahaan tambang di Provinsi Papua mulai membatasi

kegiatan produksinya dalam rangka melakukan efisiensi biaya.

1.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran

Sektor perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan I-2014 tercatat tumbuh

sebesar 9,99% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2013 yang

tumbuh 7,41%(yoy). Positifnya pertumbuhan kinerja sektor perdagangan papua juga

tercermin dari tingginya kegiatan bongkar muat barang di pelabuhan Papua. Pada triwulan I-

2014, arus bongkar muat barang mengalami pertumbuhan sebesar 1,16% (yoy) dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan arus barang juga mengakibatkan volume

bongkar muat pelabuhan pada triwulan I-2014 juga mengalami peningkatan dari triwulan

sebelumnya sebesar 216.786 ton menjadi sebesar 258.649 ton.

Tabel 9. Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Papua

Sumber: PT Pelindo Papua

Pertumbuhan sektor PHR pada triwulan laporan juga terlihat dari peningkatan occupancy

rate hotel di Provinsi Papua yang mencapai angka 72% atau lebih tinggi dari triwulan yang

sama pada tahun sebelumnya yang hanya mencapai 70%. Adanya penyelenggaraan Pemilu

Legislatif 2014 menjadi salah satu pendorong meningkatnya tingkat hunian hotel di Provinsi

Papua. Pertumbuhan sektor perdagangan pada triwulan I-2014 juga sejalan dengan

pertumbuhan penyaluran kredit perdagangan yang disalurkan oleh perbankan di Provinsi

Papua yang tercatat meningkat sebesar 19,52% (yoy).

Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Sumber: Badan Pusat Statistik

2014

TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1

Volume Bongkar Muat 284.266 302.668 259.997 205.380 255.672 295.761 265.424 216.786 258.649

Pertumbuhan Tahunan Arus Barang (%) 13,64% 1,65% 2,06% -27,27% -10,06% -2,28% 2,09% 5,55% 1,16%

20132012Perkembangan Arus Bongkar

Muat Barang

Sumber: PT. Pelindo IV Wilayah Papua

Grafik 14. Perkembangan Kredit Perdagangan Grafik 15. Tingkat Hunian Hotel Papua

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 11

Tabel 10. Perkembangan Arus Penumpang Kapal di Pelabuhan Papua

1.2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan I-2014 tumbuh mencapai 13,85%

(yoy) lebih tinggi jika dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2013 yang tercatat sebesar

8,26% (yoy). Pertumbuhan pada sektor ini didorong oleh peningkatan kinerja pada subsektor

angkutan laut, angkutan udara, komunikasi, serta sub sektor angkutan jalan raya yang

mengalami pertumbuhan pada periode triwulan laporan dibadingkan triwulan sebelumnya.

Sumber: PT. Pelindo IV Wilayah Papua

Sesuai kondisi geografis, sarana transportasi laut dan angkutan udara memegang

peranan penting dalam menunjang mobilitas arus distribusi barang maupun orang.

Pertumbuhan yang terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi juga tercermin dari

peningkatan jumlah penumpang Kapal Laut yang pada triwulan I-2014 mencapai 57.846

orang atau tumbuh sebesar 20,81% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Pertumbuhan tersebut terjadi seiring tingginya mobilitas penduduk di wilayah Papua terutama

menjelang perayaan Pileg 2014 serta adanya beberapa perayaan hari besar keagamaan.

Selain itu, khusus untuk subsektor telekomunikasi dalam beberapa waktu kedepan akan

terus mengalami peningkatan seiring dengan kegiatan investasi di sektor ini berupa

pemasangan jaringan fiber optik di seluruh wilayah Papua.

1.2.5. Sektor Keuangan, Persewaaan dan Jasa Perusahaan.

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan I-2014 tumbuh

mencapai 17,77% (yoy) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2013 yang

tercatat sebesar 23,08% (yoy). Salah satu parameter pertumbuhan sektor ini tercermin dari

nilai tambah bank yang pada triwulan I-2014 berhasil tumbuh sebesar 25,63% (yoy) sedikit

lebih rendah dibandingkan dengan triwulan IV-2013 sebesar 35,19% (yoy).

Kinerja sektor keuangan mengalami perlambatan seiring dengan kebijakan Bank

Indonesia untuk menahan ekspansi penyaluran kredit pada tahun 2014 dari 25-30% pada

tahun sebelumnya menjadi hanya sebesar 15-20% pada tahun 2014.

2013

I II I I I IV I I I I I I IV I

Perkembangan Arus Penumpang

(orang)47.419 65.378 67.298 65.012 47.883 50.309 67.545 68.633 57846

Pertumbuhan Tahunan (%) -10,48% 34,29% -17,00% 16,89% 0,98% -23,05% 0,37% 5,57% 20,81%

20132012Indikator

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 12

Tabel 11. Perkembangan Nilai Tambah Bank Provinsi Papua

Sumber: Bank Indonesia

II. Provinsi Papua Barat

2.1. Sisi Permintaan

Pada triwulan I-2014, ekonomi Papua Barat tumbuh sebesar 1,54% (yoy) lebih rendah

dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 15,74% (yoy).

kinerja ekonomi Papua Barat ditopang oleh komponen konsumsi (masyarakat dan

pemerintah) dan investasi (pembentukan modal tetap bruto) yang tumbuh cukup baik.

Membaiknya kinerja komponen konsumsi (masyarakat dan pemerintah) secara signifikan

terjadi seiring adanya pelaksanaan Pemilu Legislatif pada tahun 2014. Di samping itu, kinerja

investasi (pembentukan modal tetap bruto) juga mengalami pertumbuhan yang cukup

menggembirakan seiring tingginya prospek untuk berinvestasi di wilayah Papua Barat akibat

digiatkannya pembangunan infrastruktur di wilayah Papua Barat. Menurunnya kinerja

produksi industri pengolahan migas pada triwulan laporan menjadi salah satu faktor

mendorong melemahnya pertumbuhan perekonomian di Provinsi Papua Barat. Kinerja

ekonomi Papua Barat pada triwulan laporan juga ditopang oleh komponen konsumsi

(masyarakat dan pemerintah) yang cukup tinggi seiring adanya perayaan hari beberapa hari

besar keagamaan dan adanya Pemilu Legislatif 2014.

Tabel 12. Pertumbuhan Sisi Permintaan Provinsi Papua Barat

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat

2014

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

A. PENDEKATAN PENDAPATAN

1. Biaya Tenaga Kerja 91,710 130,972 137,215 173,271 124,953 139,876 185,417 197,748 137,561

2. Surplus 198,414 250,948 244,635 211,358 239,135 302,060 274,697 322,080 316,628

3. Pajak Tak Langsung Neto 351 447 493 523 274 475 790 704 333

4. Penyusutan 8,414 9,858 10,174 10,853 8,822 11,199 10,422 14,817 14,301

PRODUK BRUTO / NILAI TAMBAH BRUTO298,889 392,225 392,517 396,005 373,184 453,610 471,326 535,349 468,823

B. PENDEKATAN PRODUKSI

1. Hasil imputasi jasa 344,758 398,489 442,250 481,548 417,886 509,608 538,904 648,429 532,608

2. Penerimaan neto dari transaksi devisa (295) (467) (382) (156) (72) (275) (4,777) (1,191) 2,238

3. Provisi dan komisi 40,722 43,771 47,035 50,932 48,926 54,043 55,951 59,375 55,620

4. Pendapatan operasional lainnya 12,322 53,773 14,138 14,381 10,960 13,581 10,957 13,307 11,224

GROSS OUTPUT 397,507 495,566 503,041 546,705 477,700 576,957 601,035 719,920 601,690

5. Biaya-biaya antara 98,618 103,341 110,524 150,700 104,516 123,347 129,709 184,571 132,867

NILAI TAMBAH BRUTO / PRODUK BRUTO298,889 392,225 392,517 396,005 373,184 453,610 471,326 535,349 468,823

PERTUMBUHAN TAHUNAN (YoY) -4.51% 13.19% 11.29% 10.22% 24.86% 15.65% 20.08% 35.19% 25.63%

2012KOMPONEN

2013

2014

1 2 3 4 1 2 3 4 1

Konsumsi 1.570,24 1.647,71 1.710,77 1.770,76 1.708,85 1.779,93 1.877,07 1.946,11 1.894,00

Konsumsi RT & Nirlaba 1.229,48 1.263,13 1.308,84 1.360,24 1.414,53 1.370,72 1.422,04 1.456,97 1.459,36

Konsumsi Pemerintah 340,75 384,58 401,93 410,52 427,54 408,04 455,03 489,14 434,64

PMTB 603,51 621,07 657,79 689,71 802,47 734,34 774,99 818,02 829,83

Perubahan Stok 183,68 214,62 224,94 234,10 (288,63) (293,57) (271,32) (312,59) (278,04)

Ekspor 2.364,29 2.336,51 2.309,15 2.125,98 2.894,37 2.873,70 2.974,50 3.143,14 2.926,81

Impor 1.314,49 1.346,50 1.416,34 1.406,33 1.518,15 1.497,85 1.571,71 1.642,93 1.582,97

PDRB 3.407,22 3.473,40 3.486,32 3.414,22 3.732,15 3.595,38 3.783,51 3.951,75 3.789,63

PDRB Papua Barat2012 2013

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 13

2.1.1 Konsumsi

Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2014 tumbuh sebesar 10,83% (yoy), lebih

rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat 9,90% (yoy). Masih

bertumbuhnya tingkat konsumsi tersebut secara tidak langsung mencerminkan bahwa

pendapatan masyarakat masih menunjukan adanya peningkatan. Perbaikan pendapatan

masyarakat tersebut juga terekam dari hasil Survei Konsumen Bank Indonesia di Kota

Manokwari yang menunjukkan peningkatan. Pada triwulan I-2014, Indeks Penghasilan Saat

Ini naik menjadi sebesar 154 dari 152 pada triwulan IV-2013. Hal ini menandakan bahwa

konsumen masih tetap optimis terhadap kondisi ekonomi yang secara tidak langsung

terefleksi dari meningkatnya pendapatan pada triwulan laporan. Selain itu, tingginya konsumsi

masyarakat pada triwulan berjalan juga terlihat dari meningkatnya indeks pembelian durable

goods atau barang tahan lama yang pada triwulan I-2014 mengalami peningkatan menjadi

sebesar 108 dari triwulan sebelumnya yang hanya tercatat sebesar 107,4.

Komponen konsumsi masyarakat memberikan kontribusi sebesar 4,96% terhadap

pertumbuhan ekonomi Papua Barat pada triwulan I-2014. Kontribusi konsumsi masyarakat

merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan sektor lainnya, hal tersebut turut didorong

oleh peningkatan penyaluran kredit konsumsi perbankan. Pada periode triwulan I-2014,

realisasi kredit konsumsi tercatat sebesar Rp 2,91 trilliun atau tumbuh sebesar 22,63% (yoy).

Selain itu, peningkatan konsumsi masyarakat juga tercermin dari meningkatnya konsumsi

listrik rumah tangga sebesar 4,34% (yoy) atau mencapai 121,49 juta Kwh.

Kinerja konsumsi rumah tangga pada awal tahun 2014 di Provinsi Papua Barat relatif

cukup baik.Meningkatnya lapangan kerja yang ditunjang oleh terus meningkatnya belanja

pemerintah dari tahun ke tahun mendorong peningkatan konsumsi masyarakat Papua Barat.

Selain itu, pemekaran wilayah yang akan dilakukan baik pada tahun ini maupun tahun depan

juga akan semakin meningkatkan konsumsi masyarakat seiring dengan pemerataan

kesejahteraan sebagai akibat dari proses pemekaran wilayah tersebut.

Grafik 16. Grafik Survey Konsumen 1 Grafik 17. Kredit Konsumsi Papua Barat

Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Sumber: Survei Konsumen KPwBI Papua & Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 14

2.1.2. Ekspor – Impor

Kinerja ekspor Provinsi Papua Barat pada periode triwulan I-2014 mengalami

pertumbuhan sebesar 1,12% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-

2013 sebesar 47,84% (yoy). Perlambatan tersebut disebabkan oleh menurunnya kontribusi

ekspor gas oleh industri pengolahan migas yang mengalami penurunan kinerja pada triwulan

laporan setelah pada beberapa triwulan sebelumnya sempat mengalami lonjakan kinerja

yang signifikan. Menurunnya ekspor gas tersebut sebagai akibat dari berlarut-larutnya proses

negoisasi harga yang dilakukan antara produsen dengan konsumen.

Sementara itu, kinerja impor mengalami pertumbuhan sebesar 4,27% (yoy) atau sedikit

lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 16,82% (yoy).

Pembelian berbagai barang modal baik oleh pemerintah maupun swasta seiring dengan

kegiatan investasi yang dilakukan menjadi penyebab pertumbuhan impor Papua Barat.

Kedepan, kegiatan impor ke Provinsi Papua Barat diperkirakan akan mengalami peningkatan

seiring dengan ditemukannya sumber gas baru di daerah Provinsi Papua Barat.

Grafik 18. Konsumsi Listrik Papua Barat

Sumber: PLN Wilyah Papua

Grafik 19. Perkembangan Volume Ekspor Papua Barat Grafik 20. Perkembangan Nilai Ekspor Papua Barat

Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah

Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 15

2.2. Sisi Penawaran

Dari sisi penawaran, hampir seluruh sektor utama ekonomi mengalami pertumbuhan

yang positif kecuali sektor industri pengolahan yang mencatatkan penurunan kinerja. Secara

rinci pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi adalah sebagai berikut: sektor pertanian

(0,97%); sektor pertambangan dan penggalian (2,99%): sektor industri pengolahan (-3,25%);

sektor listrik, gas & air bersih (8,33%); sektor bangunan (15,75%); sektor perdagangan, hotel

& restoran (9,39%); sektor angkutan & komunikasi (9,30%); sektor keuangan, perwewaan &

jasa perusahaan (10,65%); dan sektor jasa-jasa (5,75%).

2.2.1. Sektor Pertanian

Sektor pertanian pada periode triwulan IV-2013 tumbuh sebesar 0,97% (yoy),

tumbuh melambat jika dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2013 sebesar

2,12% (yoy). Namun demikian, perlambatan pertumbuhan sektor pertanian tidak

menyebabkan penurunan kesejahteraan petani. Hal tersebut terlihat dari Indeks Nilai

Tukar Petani (NTP) Papua Barat pada triwulan I-2014 yang mengalami peningkatan

menjadi sebesar 102,11 atau lebih tinggi dari NTP pada akhir triwulan I-2013 yang

tercatat sebesar 99.98. Pencapaian Indeks NTP diatas 100 pada triwulan laporan

menunjukan bahwa para petani di Provinsi Papua Barat telah memperoleh

penghasilan yang lebih besar dari biaya yang harus mereka keluarkan.

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat

2.2.2. Sektor Industri Pengolahan

Sektor-sektor Industri Pengolahan mengalami penurunan sebesar -3,25% (yoy)

atau berbalik arah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami

pertumbuhan sebesar 28,23% (yoy). Secara proporsional, sektor ini memegang Sumber: PT.Pelindo IV Cabang Manokwari

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 21. Nilai Tukar Petani Papua Barat Grafik 22. PDRB Sektor Pertanian Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 16

kontribusi terbesar (mencapai 46%) dari total PDRB Papua Barat. Akan tetapi pada

triwulan laporan, sektor industri pengolahan memberikan sumbangan pertumbuhan

negatif sebesar -1,58% bagi pertumbuhan ekonomi Papua Barat. Penurunan kinerja

sektor industri pengolahan pada triwulan berjalan terjadi sebagian besar sebagai

akibat dari penurunan produksi industri pengolahan migas yang beroperasi di Papua

Barat. Secara umum, kinerja sektor industri pengolahan di Provinsi Papua Barat

mengalami penurunan. Hal ini tecermin dari aktivitas penggunaan listrik industri pada

triwulan laporan yang mengalami penurunan sebesar -11,93 % atau menjadi hanya

sebesar 3,04 juta kWh .

Grafik 23. Penggunaan Listrik

Sumber: PLN Wilayah Papua

2.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran

Sektor perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan I-2014 tumbuh

sebesar 9,39% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan

sebelumnya yang mencapai 10,75% (yoy). Tinggi pertumbuhan pada sektor PHR

ditenggarai sebagai akibat dari perayaan hari-hari besar keagamaan serta

pelaksanaan Pemilu 2014, yang mana di wilayah Papua event ini selalu dirayakan

secara meriah. Selain itu, pertumbuhan sektor PHR juga tercermin dari meningkatnya

penyaluran kredit oleh perbankan terhadap sektor perdagangan yang meningkat

sebesar 32,19% (yoy) atau mencapai Rp 2,34 triliun.

Semakin besarnya aliran dana dari pusat ke Pemprov Papua Barat juga

mempengaruhi kinerja usaha di sektor PHR. Pertambahan jumlah penduduk di

Provinsi Papua Barat juga akan semakin menggerakkan roda perekonomian terutama

di subsektor perdagangan. Terlebih, karena besarnya ketergantungan Provinsi Papua

Barat terhadap daerah lain, mengakibatkan masyarakat Provinsi Papua Barat sangat

menggantungkan pemenuhan kegiatan konsumsinya dari subsektor perdagangan.

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 17

2.2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Pada triwulan I-2014, sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh sebesar 9,30%

(yoy), atau sedikit lebih tinggi dibandingkan pencapaian triwulan IV-2013 yang tercatat

sebesar 8,90% (yoy). Membaiknya kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi tercermin

dari tumbuhnya sub sektor angkutan udara dan angkutan laut sebagai jenis angkutan yang

paling banyak dipergunakan masyarakat di Papua Barat. Tumbuhnya sektor pengangkutan

dan komunikasi terlihat dari perkembangan arus bongkar muat barang di pelabuhan Provinsi

Papua Barat yang tumbuh sebesar 5,37% (yoy). Selain itu, penambahan rute yang dilakukan

oleh beberapa maskapai di wilayah Provinsi Papua Barat, disinyalir juga mendorong

pertumbuhan di sektor ini.

2.2.5. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Pada periode laporan, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh

sebesar 10,65% (yoy), tumbuh lebih rendah jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tercatat tumbuh sebesar 14,85% (yoy). Sub sektor Bank memberikan andil yang cukup

signifikan terhadap sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Subsektor perbankan

masih menjadi penggerak utama dari sektor ini. Sehingga, tumbuhnya pertumbuhan sektor

keuangan berkaitan erat dengan angka pertumbuhan Nilai Tambah Bank (NTB) yang juga

mengalami pertumbuhan sebesar 22,68% (yoy) dari pertumbuhan triwulan yang sama pada

tahun 2013.

Seiring dengan program inklusi keuangan yang terus dilaksanakan terutama didaerah

terpencil seperti berbagai daerah di Provinsi Papua Barat, juga mendorong kinerja sektor

keuangan di Provinsi Papua Barat.

Tabel 13. Perkembangan Nilai Tambah Bank Provinsi Papua Barat

Sumber: Bank Indonesia

2014

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

A. PENDEKATAN PENDAPATAN

1. Biaya Tenaga Kerja 24,782 26,515 37,430 42,237 29,658 33,566 40,637 43,537 33,854

2. Surplus 78,851 102,311 105,149 102,054 113,547 133,586 126,874 170,927 140,836

3. Pajak Tak Langsung Neto 53 88 182 173 206 152 317 183 83

4. Penyusutan 2,782 2,874 2,977 3,433 2,654 3,442 3,165 3,780 4,417

PRODUK BRUTO / NILAI TAMBAH BRUTO 106,468 131,788 145,738 147,897 146,065 170,746 170,993 218,427 179,190

B. PENDEKATAN PRODUKSI

1. Hasil imputasi jasa 110,825 138,494 153,172 162,525 150,412 177,222 182,517 220,068 184,370

2. Penerimaan neto dari transaksi devisa (128) (634) (439) (128) (131) (391) (3,668) (1,074) 1,633

3. Provisi dan komisi 13,936 15,413 15,678 17,136 16,914 18,323 18,623 19,956 19,201

4. Pendapatan operasional lainnya 4,457 5,967 4,977 4,931 4,098 5,282 3,126 17,625 4,136

GROSS OUTPUT 129,090 159,240 173,388 184,464 171,293 200,437 200,597 256,575 209,340

5. Biaya-biaya antara 22,622 27,452 27,650 36,567 25,228 29,691 29,604 38,148 30,150

NILAI TAMBAH BRUTO / PRODUK BRUTO 106,468 131,788 145,738 147,897 146,065 170,746 170,993 218,427 179,190

PERTUMBUHAN TAHUNAN (YoY) 7.87% 29.14% 33.09% 31.33% 37.19% 29.56% 17.33% 47.69% 22.68%

2012KOMPONEN

2013

Sumber: PLN Wilayah Papua

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 18

2.2.6. Sektor Jasa-jasa

Pada periode laporan, sektor jasa-jasa tumbuh sebesar 5,75% (yoy), lebih rendah

dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,19% (yoy). Hal

ini terlihat dari pertumbuhan kredit di sektor jasa-jasa yang mengalami pertumbuhan 67,45%

(yoy) dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Selain itu masuknya

beberapa perusahaan yang bergerak di bidang jasa hiburan dan pariwisata akibat semakin

dikenalnya raja ampat sebagai salah satu tempat pariwisata terbaik di Indonesia turut

mendorong kinerja sektor jasa-jasa .

2.2.7. Sektor Bangunan

Pada periode laporan, sektor bangunan tumbuh sebesar 15,75% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 10,74% (yoy).

Cukup tingginya pertumbuhan sektor ini tercermin dari besarnya realisasi konsumsi semen di

Provinsi Papua Barat sebesar 38.376 sak atau bertumbuh sebesar 222,51% (yoy) jika

dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya.

Sepanjang tahun 2014, sektor bangunan diperkirakan mencatatkan pertumbuhan yang

signifikan akibat berkembangnya beberapa daerah baru di Provinsi Papua Barat. Pemekaran

tersebut mengakibatkan kegiatan pembangunan pusat pemerintahan, dari daerah yang baru

saja dimekarkan, terus dilakukan. Hal ini menjadi salah satu pendorong tumbuhnya kinerja

sektor ini pada tahun berjalan.

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 19

BAB 2

KEUANGAN PEMERINTAH

I. Keuangan Pemerintah Provinsi Papua

Pada tahun 2014, target Pendapatan didalam APBD Provinsi Papua tercatat sebesar

sebesar Rp 10,489 triliun. Angka tersebut meningkat sebesar 28,15% (yoy) jika dibandingkan

dengan tahun sebelumnya. Besarnya APBD dari segi pendapatan sebagian besar di topang

oleh tingginya dana perimbangan dan dana otonomi khusus yang dialokasikan oleh

pemerintah pusat. Hal ini seiring dengan peningkatan target pendapatan didalam APBN

secara nasional.

Tabel 14. Perbandingan Target Pendapatan Daerah Provinsi Papua

Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua

Dari sisi belanja, Pemerintah Daerah Provinsi Papua pada tahun 2014 menargetkan

sebesar Rp 11,21 triliun. Angka tersebut meningkat sebesar 39,46% (yoy) jika dibandingkan

dengan tahun sebelumnya. Tingginya kenaikan anggaran belanja Pemda Papua terutama

disebabkan oleh meningkatnya belanja modal, belanja bagi hasil dan bantuan keuangan bagi

pemda lain serta belanja tidak langsung pegawai.

Peningkatan yang cukup signifikan terdapat pada komponen belanja bagi hasil dan

bantuan keuangan bagi pemda lain. Hal ini searah dengan kebijakan Gubernur Papua yang

baru yang ingin menempatkan komponen bagi hasil kepada pemerintah kabupaten yang ada

di bawahnya menjadi lebih besar. Tujuan dari kebijakan tersebut agar masyarakat sendirilah

yang akan menikmati perkembangan pembangunan ataupun perekonomian yang ada di

wilayahnya.

PENDAPATAN 8,184,736,386,000 10,489,109,379,000 28.15%

PENDAPATAN ASLI DAERAH 407,694,190,000 762,150,888,000 86.94%

Pajak Daerah 326,313,065,000 597,341,988,000 83.06%

Retribusi Daerah 11,900,872,000 50,369,092,000 323.24%

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang

Dipisahkan 19,887,900,000 27,929,962,000 40.44%

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 49,592,353,000 86,509,846,000 74.44%

PENDAPATAN TRANSFER 3,073,997,838,000 7,381,918,091,000 140.14%

Dana Perimbangan 2,502,569,266,000 2,604,847,531,000 4.09%

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 479,404,176,000 493,139,550,000 2.87%

Dana Alokasi Umum 1,889,267,850,000 1,991,202,341,000 5.40%

Dana Alokasi Khusus 133,897,240,000 120,505,640,000 -10.00%

Dana Otonomi Khusus 4,703,044,358,000 4,777,070,560,000 1.57%

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 571,428,572,000 2,345,040,400,000 310.38%

PertumbuhanPENDAPATAN APDB PAPUA Anggaran 2013 Anggaran 2014

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 20

Tabel 15. Perbandingan Anggaran Belanja Daerah Provinsi Papua

Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua

1.1 Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua

Pada triwulan I-2014, realisasi target pendapatan daerah Provinsi Papua tercatat

sebesar Rp 975,23 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 27,54% (yoy) dibandingkan

dengan tahun sebelumnya. Kontribusi terhadap peningkatan pendapatan daerah tersebut

disumbang oleh adanya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang mencapai Rp

138,97 miliar atau naik sebesar 145,06% (yoy). Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

juga diikuti oleh meningkatnya Dana Alokasi Umum (DAU) menjadi sebesar Rp 663,73 miliar

atau naik 29,94% (yoy). Semakin meningkatnya PAD dari setiap periode merupakan suatu hal

yang sangat baik karena kedepannya dapat menghilangkan ketergantungan daerah terhadap

alokasi dana dari pemerintah pusat. Namun demikian, jika mangacu pada kondisi saat ini

proporsi terbesar dalam APBD masih disumbang oleh dana otonomi khusus dan dana

perimbangan lainnya yang merupakan alokasi dari pemerintah pusat dengan pangsa masing-

masing sebesar 45.54% dan 24,83%.

Tabel 16. Perbandingan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua

Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua

BELANJA 8,034,736,386,000 11,205,078,379,000 39.46%

BELANJA TIDAK LANGSUNG 5,115,093,316,000 6,783,511,608,690 32.62%

Belanja Pegawai 770,625,733,000 880,473,203,990 14.25%

Belanja Hibah 851,237,530,000 841,468,959,000 -1.15%

Belanja Bantuan Sosial 265,000,000,000 202,227,272,800 -23.69%

Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah 132,278,573,000 267,343,418,000 102.11%

Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota, 3,052,734,480,000 4,541,898,754,900 48.78%

Pemerintah Desa dan Partai Politik 43,217,000,000 -

Belanja Tidak Terduga 2,919,643,070,000 50,100,000,000 -98.28%

BELANJA LANGSUNG 2,919,643,070,000 4,421,566,770,310 51.44%

Belanja Pegawai 177,151,542,000 167,654,046,200 -5.36%

Belanja Barang dan Jasa 1,558,124,028,500 1,978,658,385,880 26.99%

Belanja Modal 1,184,367,499,500 2,275,254,338,230 92.11%

URAIAN ANGGARAN 2013 ANGGARAN 2014 PERTUMBUHAN

PENDAPATAN APDB PAPUARealisasi s.d Triwulan I-

2013

Realisasi s.d Triwulan I-

2014Pertumbuhan

PENDAPATAN 764,621,321,326 975,232,037,189 27.54%

PENDAPATAN ASLI DAERAH 56,710,578,599 138,977,749,189 145.06%

Pajak Daerah 48,299,290,145 95,561,489,111 97.85%

Retribusi Daerah 2,995,044,657 9,421,100,116 214.56%

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang

Dipisahkan - - 0.00%

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 5,416,243,796 33,995,159,962 527.65%

PENDAPATAN TRANSFER 514,241,437,624 663,734,088,000 29.07%

Dana Perimbangan 514,241,437,624 663,734,088,000 29.07%

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 3,454,257,227 - -100.00%

Dana Alokasi Umum 510,787,180,397 663,734,088,000 29.94%

Dana Alokasi Khusus - - 0.00%

Dana Otonomi Khusus - - 0.00%

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 193,669,305,103 172,520,200,000 -10.92%

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 21

Sementara itu, realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua terhadap target anggaran

hingga triwulan I-2014 mencapai sebesar 9,30% atau senilai Rp 975,23 milyar, angka

tersebut tidak mengalami perbedaan yang signifikan jika dibandingkan dengan realisasi

periode yang sama pada tahun sebelumnya yang juga mencapai 9,34%. Tingkat realisasi

tertinggi berada pada komponen Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah yang mencapai

sebesar 39,30%, diikuti oleh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Retribusi Daerah yang masing-

masing sebesar 33,33% dan 18,70%.

Tabel 17. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua Triwulan I-2014

Sumber: Pemerintah Provinsi Papua

1.2. Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua

Pada triwulan I-2014, realisasi belanja daerah Provinsi Papua tercatat sebesar Rp

459,22 miliar, menurun sebesar -23,78% (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Kontribusi penurunan realisasi belanja daerah terbesar disumbang oleh komponen belanja

langsung yang mencapai Rp 150,43 milyar atau turun sebesar -67,24% (yoy). Namun

demikian, menurunnya realisasi belanja daerah bukan merupakan suatu hal yang harus

dikhawatirkan, karena pada triwulan berjalan penurunan belanja hanya berasal dari

komponen belanja langsung sedangkan komponen belanja tidak langsung mengalami

kenaikan lebih dari 100%. Masih minimnya realisasi belanja langsung terutama pada

komponen belanja barang dan jasa disinyalir sebagai akibat dari kebijakan pengetatan

realisasi anggaran yang dilakukan oleh pemda. Namun hal sebaliknya, belanja modal oleh

Pemda justru mengalami perbaikan. Hal ini ditunjukkan dari telah terealisasinya belanja

modal sebesar Rp 3,67 miliar dibandingkan periode tahun sebelumnya yang belum terealisasi

pada triwulan I-2013. Belanja Modal merupakan komponen yang cukup penting karena

berkaitan erat dengan pelaksanaan pembangunan di suatu wilayah.

PENDAPATAN APDB PAPUA Anggaran 2014Realisasi s.d Triwulan I-

2014% Realisasi

PENDAPATAN 10,489,109,379,000 975,232,037,189 9.30

PENDAPATAN ASLI DAERAH 762,150,888,000 138,977,749,189 18.23

Pajak Daerah 597,341,988,000 95,561,489,111 16.00

Retribusi Daerah 50,369,092,000 9,421,100,116 18.70

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang

Dipisahkan 27,929,962,000 - 0.00

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 86,509,846,000 33,995,159,962 39.30

PENDAPATAN TRANSFER 7,381,918,091,000 663,734,088,000 8.99

Dana Perimbangan 2,604,847,531,000 663,734,088,000 25.48

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 493,139,550,000 - 0.00

Dana Alokasi Umum 1,991,202,341,000 663,734,088,000 33.33

Dana Alokasi Khusus 120,505,640,000 - 0.00

Dana Otonomi Khusus 4,777,070,560,000 - 0.00

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 2,345,040,400,000 172,520,200,000 7.36

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 22

Tabel 18. Perbandingan Realisasi Belanja Daerah Provinsi Papua

Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua

Sementara itu, realisasi belanja daerah Provinsi Papua terhadap target anggaran

hingga triwulan I-2014 baru tercatat sebesar 4,10% atau senilai Rp 459,22 miliar. Realisasi

tersebut dinilai masih rendah dan belum optimal. Tingkat realisasi tertinggi dari belanja

Pemda saat ini berada pada komponen belanja hibah yang proporsinya mencapai 21,95%,

diikuti oleh belanja pegawai dengan proporsi sebesar 10,66%

Tabel 19. Realisasi Belanja Daerah Provinsi Papua Triwulan I-2014

Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua

1.3. Surplus, Defisit dan Pembiayaan

Pada tahun 2014, APBD Provinsi Papua diperkirakan akan mengalami defisit yang

nilainya mencapai Rp 715,97 miliar, atau lebih besar dibandingkan dengan defisit tahun

sebelumnya yang mencapai Rp. 150 miliar. Defisit pada tahun 2014 dapat ditutup oleh

adanya sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya yang nilainya mencapai Rp

825,97 miliar.

BELANJA 602,474,636,049 459,221,561,548 -23.78%

BELANJA TIDAK LANGSUNG 143,223,451,959 308,789,514,796 115.60%

Belanja Pegawai 96,774,991,403 93,816,208,936 -3.06%

Belanja Hibah 46,166,906,500 184,701,880,000 300.07%

Belanja Bantuan Sosial 281,554,056 1,334,840,000 374.10%

Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah - - 0.00%

Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota, - 28,936,585,860 100.00%

Pemerintah Desa dan Partai Politik - - 0.00%

Belanja Tidak Terduga - - 0.00%

BELANJA LANGSUNG 459,251,184,090 150,432,046,752 -67.24%

Belanja Pegawai - 4,978,716,700 100.00%

Belanja Barang dan Jasa 459,251,184,090 141,778,584,552 -69.13%

Belanja Modal - 3,674,745,500 100.00%

URAIANRealisasi s.d Triwulan I-

2013

Realisasi s.d Triwulan I-

2014PERTUMBUHAN

BELANJA 11,205,078,379,000 459,221,561,548 4.10%

BELANJA TIDAK LANGSUNG 6,783,511,608,690 308,789,514,796 4.55%

Belanja Pegawai 880,473,203,990 93,816,208,936 10.66%

Belanja Hibah 841,468,959,000 184,701,880,000 21.95%

Belanja Bantuan Sosial 202,227,272,800 1,334,840,000 0.66%

Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah 267,343,418,000 - 0.00%

Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota, 4,541,898,754,900 28,936,585,860 0.64%

Pemerintah Desa dan Partai Politik - - 0.00%

Belanja Tidak Terduga 50,100,000,000 - 0.00%

BELANJA LANGSUNG 4,421,566,770,310 150,432,046,752 3.40%

Belanja Pegawai 167,654,046,200 4,978,716,700 2.97%

Belanja Barang dan Jasa 1,978,658,385,880 141,778,584,552 7.17%

Belanja Modal 2,275,254,338,230 3,674,745,500 0.16%

Komponen Anggaran 2014 Realisasi s.d Triwulan I-2014 % Realisasi

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 23

Tabel 20. Perbandingan APBD Provinsi Papua

Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua

Pada triwulan I-2014, realisasi APBD Provinsi Papua mengalami surplus sebesar Rp

516,01 miliar. Surplus tersebut terjadi sebagai akibat dari masih rendahnya realisasi

anggaran hingga triwulan I-2014

Tabel 21. Realisasi APBD Provinsi Papua Triwulan I-2014

Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua

II. Keuangan Pemerintah Provinsi Papua Barat

2.1 Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat

Pada triwulan I-2014, realisasi pendapatan daerah Provinsi Papua Barat tercatat sebesar

Rp 480,83 miliar atau tercatat sebesar sebesar 8,85% dari total anggaran pendapatan yang

ditetapkan pada tahun 2014 yang tercatat sebesar Rp 5,21 triliun. Pada triwulan I-2014,

realisasi komponen Pendapatan Asli Daerah tercatat sebesar Rp 55,80 miliar, realisasi

tersebut baru sebesar 27,38% dari total anggaran Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara

keseluruhan sepanjang tahun 2014 yang tercatat sebesar Rp 203,78 miliar. Adapun realisasi

terbesar komponen Pendapatan Asli Daerah berasal dari pos penerimaan Pajak Daerah yang

nilainya mencapai Rp 43,96 miliar. Dari sisi komponen Pendapatan Transfer, pada triwulan I-

2014 angka realisasinya tercatat sebesar Rp 405,03 miliar, angka tersebut baru mencapai

8,09% dari total anggaran Pendapatan Transfer secara keseluruhan sepanjang tahun 2014

yang mencapai Rp 5,01 triliun. Adapun realisasi terbesar komponen Pendapatan Transfer

berasal dari pos penerimaan Dana Alokasi Umum yang nilainya mencapai sebesar Rp 374,09

miliar. Secara umum, realisasi pendapatan daerah Provinsi Papua Barat masih berada dalam

rentang yang belum optimal seiring masih minimnya angka realisasi pendapatan sampai

dengan triwulan I-2014 yang seharusnya sudah mencapai kisaran angka 20-25%.

SURPLUS / DEFISIT (150,000,000,000) (715,969,000,000) 377.31%

PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 25,000,000,000 825,969,000,000 3203.88%

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya - 825,969,000,000 100.00%

PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 175,000,000,000 110,000,000,000 -37.14%

Pembentukan Dana Cadangan 100,000,000,000 -100.00%

Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 75,000,000,000 110,000,000,000 46.67%

Pembayaran Pokok Utang - 0.00%

PEMBIAYAAN NETTO (150,000,000,000) 715,969,000,000 -577.31%

URAIAN ANGGARAN 2013 ANGGARAN 2014 PERTUMBUHAN

SURPLUS / DEFISIT (715,969,000,000) 516,010,475,641 -72.07%

PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 825,969,000,000 - 0.00%

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya 825,969,000,000 - 0.00%

PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 110,000,000,000 - 0.00%

Pembentukan Dana Cadangan - 0.00%

Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 110,000,000,000 - 0.00%

Pembayaran Pokok Utang - 0.00%

PEMBIAYAAN NETTO 715,969,000,000 516,010,475,641 72.07%

URAIAN ANGGARAN 2014Realisasi s.d

Triwulan I-2014Realisasi

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 24

Tabel 22. Realisasi Pendapatan Provinsi Papua Triwulan I-2014

2.2. Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat

Sampai dengan triwulan I-2014, realisasi belanja daerah daerah Provinsi Papua Barat

tercatat sebesar Rp 308,06 miliar atau tercatat sebesar sebesar 5,26% dari total anggaran

belanja secara keseluruhan yang ditetapkan pada tahun 2014 sebesar Rp 5,85 triliun. Pada

triwulan I-2014, komponen Belanja Operasi juga tercatat sebesar Rp 301,61 miliar, realisasi

tersebut baru sebesar 8,53% dari total Belanja Operasi secara keseluruhan sepanjang tahun

2014 yang tercatat sebesar Rp 3,54 triliun. Adapun realisasi terbesar komponen Belanja

Operasi berasal dari pos pengeluaran untuk Belanja Hibah yang nilainya mencapai Rp 180,50

miliar. Dari sisi komponen belanja modal, pada triwulan I-2014 angka realisasinya baru

tercatat sebesar Rp 6,44 miliar, angka tersebut baru mencapai 0,47% dari total Belanja

Modal secara keseluruhan sepanjang tahun 2014 yang mencapai Rp 1,38 triliun. Adapun

realisasi terbesar komponen Belanja Modal berasal dari pos pengeluaran untuk Belanja Jalan,

Irigasi dan Jaringan yang nilainya sebesar Rp 4,67 miliar. Secara umum, realisasi belanja

daerah Provinsi Papua Barat masih berada dalam rentang yang belum optimal seiring masih

minimnya angka realisasi sampai dengan triwulan I-2014 yang seharusnya sudah mencapai

kisaran angka 20-25%.

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 25

Tabel 23. Realisasi Pengeluaran Provinsi Papua Triwulan I-2014

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 26

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 27

BAB 3.

PERKEMBANGAN HARGA

I. Provinsi Papua

1.1. Kondisi Umum Provinsi Papua

Pada tahun 2014, inflasi Provinsi Papua dihitung berdasarkan pencapaian inflasi Kota

Jayapura dan Kota Merauke. Sampai dengan periode triwulan I-2014, inflasi Provinsi Papua5

tercatat sebesar 9,58% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2013 yang tercatat sebesar

8,27% (yoy). Secara triwulanan, inflasi Papua tercatat sebesar 2.23% (qtq) atau mengalami

sedikit penurunan yang jika dibandingkan dengan inflasi triwulanan pada triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 2,52% (qtq). Jika dibandingkan dengan inflasi nasional,

laju inflasi tahunan Papua tercatat lebih tinggi, dimana inflasi nasional pada triwulan I-2013

tercatat sebesar 7,75% (yoy).

Secara umum, kenaikan inflasi yang terjadi pada triwulan I-2014 diakibatkan oleh

terjadinya kenaikan harga beberapa Komoditas bahan makanan seperti cabe rawit, bawang

putih dan bawang merah. Kenaikan harga komoditas tersebut disebabkan oleh minimnya

pasokan dari luar wilayah Provinsi Papua karena terkendala cuaca buruk. Kondisi cuaca yang

buruk tersebut berdampak signifikan terhadap kurangnya pasokan beberapa jenis komoditas

makanan dari beberapa sentra produksi pertanian serta terhambatnya pasokan barang dan

jasa ke wilayah Papua.

Inflasi Provinsi Papua secara triwulanan secara dominan disumbang oleh kenaikan

indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 5,11% (qtq), kelompok Makanan Jadi,

Minuman, Rokok dan Tembakau sebesar 2,94% (qtq), kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas

dan Bahan Bakar sebesar 2,03% (qtq), kelompok kesehatan sebesar 0,70% (qtq), kelompok

5 Perhitungan Inflasi tahunan Provinsi Papua dilakukan dengan menggunakan pendekatan bobot

kabupaten/kota yang dirilis oleh BPS Nasional.

Grafik 24. Perbandingan Inflasi Papua dengan Inflasi Nasional

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 28

sandang sebesar 0,69% (qtq), serta kelompok kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

sebesar 0,01% (qtq) sedangkan kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan tercatat

mengalami penurunan sebesar -0,84% (qtq).

1.1.1. Kondisi Umum Inflasi Kota Jayapura

Sampai dengan bulan Maret 2014, inflasi tahunan Kota Jayapura tercatat sebesar 9,07%

(yoy). Pencapaian inflasi Jayapura sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pencapaian

inflasi Provinsi Papua, namun inflasi kota Jayapura masih lebih tinggi jika dibandingkan

dengan pencapaian inflasi tahunan nasional yang mencapai 7,75% (yoy). Jika dilihat secara

triwulanan, inflasi Jayapura tercatat sebesar 2,12% (qtq), relatif lebih rendah jika

dibandingkan dengan pencapaian pada triwulan yang sama tahun sebelumnya yang hanya

tercatat sebesar 2,52% (qtq).

Pada triwulan I-2014, kelompok bahan makanan tercatat mengalami inflasi triwulanan

sebesar 5,11% (qtq) atau masih menjadi penyumbang terbesar terhadap pencapaian inflasi

Jayapura, adapun yang menjadi penyebab utama tingginya kenaikan IHK pada kelompok

tersebut adalah meningkatnya harga beberapa barang/komoditas seperti: ikan-ikanan, cabai

merah/rawit, bawang merah, bawang putih, sawi, kelapa, bayam dan lain-lain. Penyumbang

terbesar selanjutnya adalah kelompok makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau yang

pada triwulan laporan tercatat mengalami inflasi sebesar 2,94% (qtq), kelompok Perumahan,

Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar sebesar 2,03% (qtq), serta kempok kesehatan sebesar 0,70%

(qtq).

Tabel 24. Perkembangan Inflasi Kota Jayapura

Sumber: BPS Provinsi Papua

1.1.2. Disagregasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi

Secara keseluruhan, seluruh kelompok komoditas (core, volatile food, dan administered)

tercatat mengalami inflasi. Pada triwulan I-2014, inflasi triwulanan kelompok inti (core)

tercatat sebesar 1,05% (qtq). Adapun penyumbang inflasi pada kelompok ini adalah sub

MTM YTD QTQ YOY MTM YTD QTQ YOY MTM YTD QTQ YOY

Bahan Makanan -5.71 -2.05 -2.05 0.43 -8.14 0.12 0.12 10.66 1.56 5.71 5.71 13.81

Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0.47 0.78 0.78 2.72 0.22 0.90 0.90 4.14 0.19 1.98 1.98 9.50

Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0.38 0.71 0.71 2.13 0.14 4.51 4.51 7.17 0.07 1.90 1.90 6.30

Sandang 0.08 0.36 0.36 8.47 -0.64 -1.15 -1.15 0.93 0.44 0.71 0.71 5.09

Kesehatan 0.25 0.48 0.48 1.19 0.00 0.21 0.21 0.30 0.09 0.16 0.17 4.33

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.00 0.01 0.01 0.41 0.02 0.04 0.04 4.99 0.00 0.00 0.00 3.92

Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0.19 -0.95 -0.95 2.11 -0.89 -1.24 -1.24 1.99 1.01 -0.48 -0.48 9.91

Inflasi Jayapura -1.52 -0.46 -0.46 1.94 -2.63 0.84 0.84 5.89 0.68 2.12 2.12 9.07

2013 2014

TW IKelompok Komoditi

2012

TW ITW I

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 29

kelompok ikan yang diawetkan, sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga, sub

kelompok peralatan rumah tangga dan sub kelompok minuman yang tidak beralkohol.

Beberapa komoditas penyumbang inflasi pada kelompok inflasi inti adalah ikan kawalina,

burbara dan ekor kuning asap, minuman kaleng non alkohol, bir, nasi, sabun cair, dll.

Selanjutnya, inflasi pada kelompok volatile food tercatat sebesar 6,19% (qtq). Angka

tersebut dinilai cukup tinggi mengingat sepanjang triwulan laporan, harga beberapa

komoditas pertanian dan perikanan mengalami kenaikan yang cukup tinggi seiring kondisi

buruknya cuaca. Adapun inflasi tersebut disebabkan oleh peningkatan harga pada beberapa

sub kelompok seperti: sub kelompok ikan segar, sub kelompok daging dan hasil-hasilnya,

sub kelompok sayur-sayuran, sub kelompok kacan-kacangan serta sub kelompok bumbu-

bumbuan. Secara komoditas, peyumbang inflasi pada kelompok volatile food selama triwulan

laporan antara lain adalah ikan burbara, ikan ekor kuning, ikan mumar, bawang merah,

bawang putih, cabai merah, dan cabai rawit.

Sementara itu, inflasi triwulanan pada kelompok administered prices tercatat cukup

rendah sebesar 0,70% (qtq). Inflasi pada kelompok administered price disumbang oleh sub

kelompok tembakau dan minuman beralkohol. Adapun komoditas yang menyebabkan

kenaikan harga pada kelompok ini adalah: aneka jenis rokok.

Tabel 25. Disagregasi Inflasi Kota Jayapura

Sumber: BPS diolah

Grafik 25. Disagregasi Inflasi Kota Jayapura Grafik 26. Perkembangan Survei Konsumen

Sumber: BPS Provinsi Papua Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat

2014

I II III IV I II III IV I

Inflasi Core (qtq) 0.19 0.38 0.85 2.88 1.09 0.90 1.53 2.94 1.05

Inflasi Core (yoy) 2.58 1.47 3.05 4.35 5.29 5.83 6.55 9.53 5.15

Inflasi Volatile (qtq) -2.86 2.13 3.75 4.41 -0.06 -1.75 6.01 3.09 6.20

Inflasi Volatile (yoy) 0.79 3.60 3.96 7.46 10.55 6.36 8.68 11.10 14.37

Inflasi Adm Price (qtq) 0.13 0.19 0.47 0.20 1.08 4.85 10.45 1.80 0.70

Inflasi Adm Price (yoy) 0.87 0.73 1.00 1.00 1.95 6.70 17.30 18.30 16.86

2013

Adm

Price

2012

Core

Volatile

Foods

Komponen Disagregasi

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 30

1.2. Inflasi Menurut Kelompok Komoditas

1.2.1 Kelompok Bahan Makanan

Kelompok bahan makanan mengalami inflasi tahunan sebesar 5,71% (qtq), inflasi

tersebut lebih rendah dari pencapaian triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,28%

(qtq). Meningkatnya harga bahan-bahan kebutuhan pokok terjadi seiring minimnya pasokan

beberapa komoditas bumbu-bumbuan akibat buruknya cuaca selama triwulan I-2014 menjadi

penyebab tingginya inflasi pada kelompok bahan makanan. Adapun beberapa komponen sub

kelompok yang menjadi faktor pendorong tingginya inflasi dari kelompok bahan makanan,

yakni: sub kelompok ikan segar, sub kelompok ikan diawetkan, sub kelompok sayur-sayuran,

sub kelompok kacang-kacangan serta sub kelompok daging dan hasilnya.

1.2.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau merupakan komoditas yang

hampir seluruhnya didatangkan dari luar Papua. Kelompok ini pada triwulan I-2014

mengalami inflasi triwulanan sebesar 1,98% (qtq), secara triwulanan inflasi tersebut lebih

rendah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,28% (yoy).

Terjadinya inflasi pada kelompok makanan jadi disebabkan oleh tingginya konsumsi sebagai

akibat dari perayaan beberapa hari besar keagamaan serta penyelenggaraan Pemilu Legislatif

2014. Adapun inflasi secara triwulanan terjadi pada seluruh sub kelompok komoditas yang

ada dalam kelompok ini yaitu sub kelompok Makanan Jadi, sub kelompok Minuman yang

tidak beralkohol, serta sub kelompok Tembakau dan Minuman Beralkohol.

1.2.3 Kelompok Perumahan, Air Dan Listrik.

Kelompok ini pada triwulan laporan mengalami inflasi sebesar 1,90% (qtq), angka

tersebut lebih tinggi dari inflasi pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,07% (qtq).

Inflasi pada kelompok perumahan, air dan listrik relatif berada pada level yang cukup

terkendali. Meningkatnya harga beberapa bahan bangunan (seperti kayu lapis dan seng) serta

harga beberapa perlengakapan rumah tangga (terutama pembasmi nyamuk) menjadi

penyebab dari terjadinya inflasi pada kelompok ini. Meningkatnya harga pembasmi nyamuk

terjadi seiring tingginya permintaan pada saat musim penghujan. Adapun sub kelompok

lainnya yang turut mendorong terjadinya inflasi pada kelompok perumahan air dan listrik

adalah sub kelompok perlengkapan rumah tangga, sub kelompok penyelenggaraan rumah

tangga, sub kelompok serta sub kelompok biaya tempat tinggal.

1.2.4. Kelompok Sandang

Pada triwulan I-2014, Kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 0,71% (qtq), angka

tersebut lebih tinggi dibandingkan inflasi yang tercatat pada triwulan sebelumnya sebesar

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 31

0,64% (qtq). Faktor pendorong inflasi di sektor sandang disebabkan oleh meningkatnya harga

barang-barang yang tergolong kedalam barang pribadi dan sanding lain. Peningkatan harga

pada kelompok tersebut terjadi pada komoditas emas seiring meningkatnya harga emas

internasional pada triwulan I-2014.

1.2.5 Kelompok Kesehatan

Kelompok ini pada triwulan I-2014 mengalami inflasi 0,17% (qtq), lebih rendah

dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya sebesar 0,89% (qtq). Masih terjaganya inflasi

di kelompok ini pada triwulan laporan didorong oleh kenaikan harga pada sub kelompok jasa

perawatan jasmani dan kosmetika sebagai akibat menigkatnya harga perlengkapan mandi

seperti sabun cair, pasta gigi, dll.

1.2.6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Harga pada kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah raga pada triwulan I-2014 berada

pada kondisi stagnan jika dibandingkan dengan posisi harga pada triwulan sebelumnya.

Angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat

mengalami inflasi sebesar 0,02% (yoy). Pada kelompok ini tidak terjadi inflasi, namun hal

tersebut tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap pencapaian inflasi secara

keseluruhan karena minimnya kontribusi inflasi dari kelompok ini.

1.2.7. Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan

Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan pada triwulan I-2014

mengalami deflasi sebesar 0,48% (qtq), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang

mencatatkan inflasi sebesar 0,01% (qtq). Meredanya tekanan inflasi pada triwulan laporan

dibandingkan triwulan sebelumnya didorong terutama oleh penurunan harga pada sub

kelompok sarana penunjang transpor sebagai akibat adanya kegiatan promosi dari beberapa

penjual. Namun demikian, dari sub kelompok transpor justru mengalami peningkatan sebagai

akibat dari kenaikan harga tiket pesawat seiring tinggi permintaan khususnya menjelang

perayaan beberapa hari besar keagamaan.

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 32

II. Provinsi Papua Barat

2.1. Kondisi Inflasi Secara Umum

Pada triwulan I-2014, inflasi di Provinsi Papua Barat6 tercatat sebesar 5.77% (yoy) atau

secara triwulanan mengalami inflasi yang cukup rendah ‘hanya’ sebesar 0,30% (qtq).

Pencapaian angka inflasi tersebut sedikit mengalami penurunan jika dibandingkan dengan

triwulan IV-2013 yang tercatat pada level 7,28% (yoy) dan 1,06% (qtq). Kedua kota yang

diukur inflasinya di Provinsi Papua Barat mengalami perlambatan inflasi. Inflasi tahunan di

Kota Manokwari tercatat sebesar 3,46% (yoy), sedikit lebih rendah jika dibandingkan angka

inflasi pada triwulan sebelumnya sebesar 3,63% (yoy). Selanjutnya, inflasi tahunan Kota

Sorong juga tercatat pada level yang lebih terkendali sebesar 6,54% (yoy), angka tersebut

lebih rendah dibandingkan pencapaian inflasi pada triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 7,93% (yoy). Jika dibandingkan dengan inflasi secara nasional (7,75%, yoy),

pencapaian inflasi Papua Barat juga lebih rendah

Tabel 26. Perkembangan Inflasi Provinsi Papua Barat

Sumber: BPS Provinsi Papua Barat

2.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Inflasi

Inflasi triwulanan di Provinsi Papua Barat pada triwulan I-2014 terjadi hampir pada

semua kelompok komoditas barang dan jasa, kecuali kelompok bahan makanan yang tercatat

mengalami deflasi. Inflasi tertinggi di Papua Barat berasal dari kelompok kesehatan yang

tercatat sebesar 0,65% (yoy), sedangkan sumbangan deflasi berasal dari kelompok bahan

makanan yang tercatat sebesar -0,18% (yoy). Meningkatnya inflasi dari kelompok kesehatan

terjadi akibat meningkatnya harga beberapa jenis obat-obatan (seperti obat flu, batuk dan

malaria) yang terjadi pada saat musim hujan. Sedangkan, turunnya harga komoditas ikan-

ikanan serta bumbu-bumbuan disinyalir menjadi salah satu faktor yang berkontribusi

terjadinya deflasi di kelompok bahan makanan.

6 Inflasi di Provinsi Papua Barat dihitung dari perkembangan harga-harga di Kota Manokwari dan Kota

Sorong.

MTM YTD QTQ YOY MTM YTD QTQ YOY MTM YTD QTQ YOY

Bahan Makanan -0.18 -2.02 -2.01 0.17 2.81 4.17 4.17 13.74 -0.95 -0.18 -0.18 4.15

Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0.27 0.66 0.66 2.96 0.57 1.60 1.60 4.40 0.12 0.57 0.57 5.66

Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0.10 0.64 0.64 3.41 0.07 1.30 1.30 2.75 0.35 0.81 0.81 5.03

Sandang 0.15 0.37 0.37 2.59 0.11 0.40 0.40 4.24 0.11 0.28 0.28 -1.26

Kesehatan 0.56 1.33 1.33 3.30 0.30 0.35 0.35 1.56 0.04 0.65 0.65 4.95

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.17 0.62 0.62 3.27 -0.08 0.35 0.35 3.21 0.02 0.00 0.00 3.36

Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -0.44 -3.62 2.22 6.08 1.50 -4.32 -4.32 5.90 0.48 0.24 0.24 14.07

Inflasi Papua Barat (Inflasi MTM,YOY, QTQ =

%)

-0.05 -0.98 -0.98 2.65 1.37 1.31 1.31 7.41 -0.10 0.30 0.30 5.77

2012 2013 2014

TW ITW IKelompok Komoditi TW I

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 33

Sepanjang triwulan I-2014, Inflasi tahunan dan triwulanan pada masing-masing

kelompok barang dan jasa di Provinsi Papua Barat adalah sebagai berikut: kelompok bahan

makanan mencatatkan inflasi tahunan sebesar 4,15% (yoy) atau secara triwulanan sebesar -

0,18% (qtq); kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau mencatatkan inflasi

tahunan sebesar sebesar 5,66% (yoy) atau secara triwulanan sebesar 0,57% (qtq); kelompok

Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar mencatatkan inflasi tahunan sebesar 5,03% (yoy)

atau secara triwulanan sebesar 0,81% (qtq); kelompok sandang mencatatkan inflasi tahunan

sebesar -1,26% (yoy) atau secara triwulanan sebesar 0,28% (qtq); kelompok kesehatan

mencatatkan inflasi tahunan sebesar 4,95% (yoy) atau secara triwulanan 0,65% (qtq);

kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga mencatatkan inflasi tahunan sebesar 3,36%

(yoy) atau secara triwulanan sebesar 0,00% (qtq); kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa

Keuangan mencatatkan inflasi tahunan sebesar 14,07% (yoy) atau secara triwulanan sebesar

0,24% (qtq).

2.2.1 Kelompok Bahan Makanan

Kelompok bahan makanan pada triwulan I-2014 mengalami inflasi triwulanan sebesar -

0,18% (qtq) atau mengalami deflasi, angka tersebut lebih rendah dari triwulan sebelumnya

yang tercatat mengalami inflasi sebesar 1,46% (qtq). Terjadinya penurunan inflasi yang cukup

signifikan dari kelompok bahan makanan terjadi seiring menurunnya harga komoditas ikan-

ikanan (seperti ikan ekor kuning, burbara, dan cakalang) dan komoditas bumbu-bumbuan. Hal

tersebut terjadi seiring melimpahnya pasokan beberapa komoditas pertanian dari beberapa

sentra produksi yang terdapat di wilayah Papua Barat. selain itu, dapat diinformasikan juga

bahwa pada triwulan laporan pasokan ikan yang berasal dari Kota Sorong mengalami

peningkatan, dimana hal tersebut menyebabkan terjaganya pasokan kebutuhan ikan di

wilayah Papua Barat. Sedangkan kondisi harga untuk sub kelompok lainnya adalah sebagai

berikut: sub kelompok bahan makanan lainnya sebesar 0,11% (qtq), sub kelompok telur, susu

dan hasilnya sebesar 1,08% (qtq) serta sub kelompok lemak dan minyak sebesar 1,37% (qtq).

2.2.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan I-2014 tercatat

mengalami inflasi triwulanan sebesar 0,57% (qtq), angka tersebut lebih rendah jika

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 9,32% (qtq). Lebih

terkendalinya pencapaian inflasi pada triwulan laporan akibat terjaganya ketersediaan atas

beberapa barang kebutuhan pokok seperti makanan jadi, mie instan, air kemasan, dll.

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 34

2.2.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan laporan mengalami

inflasi triwulanan sebesar 0,81% (qtq), angka tersebut lebih tinggi dari triwulan sebelumnya

yang tercatat mengalami deflasi sebesar -3,85% (qtq). inflasi triwulanan terjadi pada sub

kelompok biaya tempat tinggal yakni akibat meningkatnya harga beberapa beberapa

komoditas bahan-bahan bangunan (seperti: pasir, seng, kayu lapis, dll.). selain itu, beberapa

komoditas peralatan rumah tangga juga mengalami kenaikan seperti peralatan kamar mandi,

mesin cuci, kipas angin, dll.).

2.2.4. Kelompok Sandang

Kelompok sandang pada triwulan I-2014 mencatatkan deflasi sebesar 0,28% (qtq),

angka tersebut lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang juga tercatat mengalami deflasi

sebesar 3,99% (qtq). Sedangkan kelompok yang mengalami Inflasi pada kelompok sandang

adalah sub kelompok sandang pria dengan komoditas yang mengalami kenaikan harga

adalah celana jeans, sandal kulit dan sepatu kulit.

2.2.5. Kelompok Kesehatan

Kelompok kesehatan pada periode laporan mencatat inflasi triwulanan sebesar 0,65%

(qtq), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,92% (qtq). Inflasi pada

kelompok ini disumbang oleh sub kelompok obat-obatan terutama kenaikan harga pada

komoditas obat flu dan obat batuk. Peningkatan harga kedua jenis barang tersebut

merupakan suatu hal yang relatif lumrah seiring tingginya permintaan terutama memasuki

musim penghujan sepanjang triwulan I-2014.

2.2.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Harga pada kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga pada triwulan I-2014 relatif

stagnan. Pada kelompok ini tidak terjadi inflasi, namun hal tersebut tidak memberikan

dampak yang signifikan terhadap pencapaian inflasi secara keseluruhan karena minimnya

kontribusi inflasi dari sektor ini.

2.2.7. Kelompok Transport, Komunikasi & Jasa Keuangan

Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan laporan mengalami

inflasi triwulanan sebesar 0,24% (qtq), inflasi triwulanan tersebut lebih tinggi dari triwulan

sebelumnya sebesar -2,42% (qtq). Peningkatan harga paling signifikan teramati pada sub

kelompok transpor akibat meningkatnya harga tarif angkutan udara (tiket pesawat).

Peningkatan tarif angkutan udara tersebut terjadi seiring tingginya mobilitas penduduk

menjelang perayaan beberapa hari besar keagamaan serta Pemilu legislatif 2014.

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 35

BAB 4.

SISTEM KEUANGAN

DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

I. Perkembangan Umum Perbankan Wilayah Papua

Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat pada

triwulan I-2014 masih cukup menggembirakan. Hal ini tercermin dari pertumbuhan beberapa

indikator perbankan yang tumbuh cukup signifikan. Fungsi intermediasi perbankan terlihat

meningkat sebagaimana tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga di sisi pasiva

perbankan yang tumbuh sebesar 11,66% (yoy). Sementara disisi aktiva, kredit perbankan

tumbuh cukup signifikan sebesar 24,14% (yoy) dan mendorong meningkatnya loan to deposit

rate (LDR) perbankan menjadi sebesar 64,50% (yoy) pada triwulan I-2014 dari 58,01% (yoy)

pada triwulan I-2013. Namun demikian, LDR tersebut masih dibawah target minimal sebesar

80% yang telah ditetapkan sebelumnya.

Tabel 27. Perkembangan Perbankan Wilayah Papua (Miliar)

Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat

Secara umum, total aktiva perbankan tumbuh sebesar 9,12% (yoy) yang mana

pertumbuhan tersebut turut didorong oleh tumbuhnya angka penyaluran kredit sebesar

24,14% (yoy). Kredit konsumsi dan modal kerja masih menjadi porsi terbesar dalam kredit

yang diberikan dengan total share mencapai +85% dan mengalami pertumbuhan yang cukup

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 36

tinggi masing-masing sebesar 24,33% (yoy) dan 21,45% (yoy). Sementara itu, walaupun share

kredit investasi masih relatif lebih kecil, namun jenis kredit ini mengalami pertumbuhan yang

paling besar yakni 31,21% (yoy) dibandingkan jenis kredit lainnya. Namun demikian,

pertumbuhan kredit perbankan yang positif tidak diimbangi oleh peningkatan kualitas kredit.

Hal tersebut tecermin dari peningkatan angka Non Performing Loan (NPL) pada triwulan I-

2014 menjadi sebesar 2,00%, meskipun angka NPL tersebut masih dalam batas aman.

Namun tren kenaikan NPL yang cukup persisten dalam beberapa waktu terakhir harus tetap

diwaspadai.

Tabel 28. Perkembangan NPL Persektor

Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat

Pada sisi pasiva, peningkatan dana pihak ketiga terutama disumbang oleh peningkatan

deposito dengan pertumbuhan sebesar 26,89% (yoy) dan diikuti oleh tabungan sebesar

12,15% (yoy) serta giro sebesar 6,18% (yoy). Peningkatan pertumbuhan deposito di wilayah

Papua terutama disebabkan oleh tingginya animo masyarakat untuk mengalihkan bentuk

simpanannya dari tabungan menjadi deposito.

II. Perbankan Provinsi Papua

2.1. Perkembangan Umum

Secara umum kinerja perbankan di Provinsi Papua masih sangat baik tercermin dari

beberapa indikator perbankan, antara lain: pertumbuhan aset sebesar 4,46% (yoy), DPK

sebesar 11,04 (yoy), dan kredit yang disalurkan sebesar 17,55% (yoy).

Besarnya pertumbuhan kredit yang jauh lebih tinggi dari pertumbuhan DPK

menyebabkan meningkatnya LDR perbankan di Provinsi Papua menjadi sebesar 62,05% (yoy)

atau meningkat sebesar 3,44% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya

yang hanya mencapai 58,62% (yoy). Meningkatnya LDR pada triwulan berjalan tidak diiringi

oleh perbaikan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) yang pada triwulan I-

2014

I II I I I IV I I I I I I IV I

Pertanian 1.23% 1.30% 2.00% 2.04% 1.86% 2.86% 3.23% 1.55% 1.53%

Pertambangan 0.38% 0.41% 0.43% 0.61% 0.78% 0.88% 0.00% 0.00% 0.00%

Industri Pengolahan 1.19% 1.32% 1.15% 1.93% 4.00% 5.04% 3.89% 4.86% 7.36%

Listrik,Gas dan Air 8.49% 8.94% 10.28% 10.00% 12.50% 9.33% 9.09% 8.57% 8.11%

Konstruksi 1.34% 1.45% 1.20% 1.13% 1.47% 2.23% 2.98% 2.48% 2.55%

Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.16% 1.28% 1.11% 1.81% 2.40% 2.44% 2.57% 2.42% 2.67%

Angkutan dan Komunikasi 1.07% 1.25% 0.61% 0.40% 0.37% 0.65% 1.47% 1.14% 1.21%

Jasa Dunia Usaha 0.36% 0.42% 0.26% 0.94% 1.77% 2.43% 2.82% 1.95% 2.26%

Jasa Sosial 1.42% 1.51% 1.32% 0.77% 1.22% 1.47% 1.70% 1.50% 1.79%

Lain-lain 1.35% 1.49% 1.59% 1.01% 0.99% 1.10% 1.32% 1.21% 1.36%

Total 1.28% 1.41% 1.34% 1.27% 1.54% 1.80% 2.00% 1.79% 2.00%

20132012NPL PAPUA & PAPUA BARAT

(%)

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 37

2014 tercatat sebesar 2,04% atau meningkat dari triwulan yang sama di tahun sebelumnya

yang tercatat hanya sebesar 1,53% (yoy).

Tabel 29. Perkembangan Perbankan Provinsi Papua (Rp. Miliar)

Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013

2.2 Aset Perbankan

Pada triwulan I-2014, total aset perbankan di Provinsi Papua tercatat sebesar Rp 36,03

triliun. Dari jumlah itu, Bank Umum Milik Pemerintah (BUMP) masih menjadi pelaku dominan

dengan pangsa aset sebesar 78,57% dari total keseluruhan perbankan yang beroperasi di

Provinsi Papua. Sementara itu, pangsa Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) berada pada

urutan selanjutnya dengan pangsa sebesar 19,74% dan BPR hanya memiliki pangsa aset

sebesar 1,69% (Periode Desember 2013). Adapun saat ini nilai aset secara nominal untuk

Bank Umum Milik Pemerintah dan Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) masing-masing

mencapai angka Rp 28,31 triliun dan Rp 7,11 triliun, sedangkan aset BPR mencapai Rp 609

miliar. Pertumbuhan aset tersebut terutama didorong oleh tingginya pertumbuhan kredit yang

mencapai 17,55% (yoy).

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 38

Grafik 27. Perkembangan Aset Perbankan Provinsi Papua Grafik 28. Komposisi Aset Perbankan

Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013

2.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan

DPK perbankan Provinsi Papua mencapai Rp 29,23 triliun yang terdiri dari giro sebesar

Rp 9,74 triliun, tabungan sebesar Rp 12,79 triliun dan deposito sebesar Rp 6,75 triliun.

Dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, pertumbuhan deposito

tercatat paling besar yakni sebesar 21,45% (yoy) diikuti oleh pertumbuhan tabungan sebesar

10,12% (yoy) dan pertumbuhan giro yang tercatat sebesar 5,91% (yoy).

Sementara itu, dilihat dari share masing-masing kelompok bank, Bank Pemerintah masih

mendominasi dengan share sebesar 77,28% diikuti kelompok bank swasta 22,29% dan

kelompok BPR 0,79% (periode desember 2013). Salah satu penyebab masih tingginya

dominasi Bank Pemerintah dalam menghimpun DPK di Provinsi Papua adalah besarnya dana

APBD dan Dana Otonomi Khusus Pemerintah Daerah Provinsi, Kota dan Kabupaten yang

ditempatkan pada Bank Pembangunan Daerah (BPD) Papua ataupun Bank Pemerintah

lainnya.

Tabel 30. Perkembangan DPK Perbankan Provinsi Papua (Rp. Miliar)

Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013

2014

I II III IV I II III IV I*

Bank Pemerintah 6,447.11 7,185.58 6,597.16 7,386.07 7,982.00 8,750.27 9,556.00 9,884.00 9,138.00 23.81%

Giro 2,441.50 3,020.17 3,024.37 2,056.78 3,449.00 4,137.24 4,813.00 3,824.00 3,697.00 41.27%

Deposito 1,024.40 1,052.85 1,115.33 1,069.17 1,206.00 1,274.54 1,316.00 1,425.00 1,605.00 17.73%

Tabungan 2,981.21 3,112.56 2,457.46 4,260.11 3,327.00 3,338.49 3,427.00 4,635.00 3,836.00 11.60%

Bank Swasta 755.61 744.75 784.41 870.31 889.00 857.02 918.00 1,022.00 996.00 17.65%

Giro 32.44 21.39 20.68 26.65 40.00 33.80 49.00 58.00 32.00 23.30%

Deposito 359.90 350.74 366.79 350.97 382.00 372.43 406.00 432.00 418.00 6.14%

Tabungan 363.26 372.63 396.94 492.69 467.00 450.79 463.00 531.00 546.00 28.56%

BPR 69.03 69.70 73.18 111.02 111.02 119.00 116.73 154.90 - 60.82%

Deposito 44.98 45.41 47.68 69.84 69.84 91.00 88.38 106.27 - 55.27%

Tabungan 24.05 24.29 25.50 41.18 41.18 28.00 28.36 48.62 - 71.21%

Total DPK 7,271.75 8,000.04 7,454.75 8,367.39 8,982.02 9,726.29 10,590.73 11,060.90 10,231.25 23.52%

Giro 2,473.94 3,041.56 3,045.05 2,083.44 3,489.00 4,171.04 4,862.00 3,882.00 3,729.00 41.03%

Deposito 1,408.36 1,449.00 1,529.81 1,489.98 1,629.18 1,674.97 1,750.36 1,905.62 2,071.62 15.68%

Tabungan 3,389.45 3,509.48 2,879.90 4,793.98 3,835.18 3,817.28 3,918.36 5,214.62 4,430.62 13.15%

20132012 Growth

(yoy)Kelomok Bank

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 39

Grafik 29. Perkembangan Indikator Dana Pihak Ketiga Provinsi Papua

Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013

2.4. Penyaluran Kredit Perbankan

Walaupun sampai dengan awal tahun tahun 2014, tren suku bunga perbankan masih

belum mengalami penurunan, namun hal ini tidak mempengaruhi kinerja kredit perbankan di

Provinsi Papua. Hal tersebut dapat terlihat dari perkembangan kredit di Provinsi Papua yang

mampu tumbuh secara signifikan sebesar 17,55% (yoy). Kredit modal kerja tumbuh sebesar

15,70% (yoy), kredit konsumsi tumbuh sebesar 18,07% (yoy) dan kredit investasi tumbuh

sebesar 20,72% (yoy). Tingginya pertumbuhan kredit tersebut, tidak terlepas dari tingginya

tingkat konsumsi dan semakin membaiknya iklim dunia usaha di Provinsi Papua. Selain itu,

pertumbuhan yang cukup pesat dari sektor-sektor produktif yang bersifat jangka menengah

hingga panjang seperti pembangunan ruko, investasi berbagai alat berat untuk kebutuhan

infrastruktur ditenggarai menjadi pendorong pertumbuhan kredit dari segi investasi.

Tabel 31. Perkembangan Indikator Kredit Perbankan Provinsi Papua

Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 40

Grafik 30. Perkembangan Kredit Perbankan Provinsi Papua Grafik 31. Komposisi Kredit Perbankan

Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013

Jika dilihat dari penggunaannya maka penyaluran kredit konsumsi cukup dominan dengan

share 48%, modal kerja 37%, investasi 15%. Besarnya kucuran kredit konsumsi antara lain

untuk kendaraan bermotor dan kredit perumahan termasuk ruko, dan pembelian alat-alat

rumah tangga. Sementara itu, kredit untuk sektor perdagangan hotel dan restoran umumnya

adalah untuk hal-hal yang bersifat modal kerja seperti biaya pembelian barang modal ( barang

dagangan), biaya distribusi, penyediaan makan dan minum bagi restoran, dan lain-lain.

2.5 LDR Dan NPL

Peran perbankan sebagai lembaga intermediary antara pihak yang mengalami kelebihan

dana dan pihak yang membutuhkan dana di wilayah Papua masih belum sepenuhnya optimal,

dimana hal tersebut dapat tercermin dari pencapaian LDR pada triwulan laporan sebesar

62,05%, angka tersebut masih dibawah target yang diterapkan. Terbatasnya jumlah lapangan

usaha baik UMKM maupun usaha besar yang yang cukup layak untuk diberikan kredit

menjadi salah satu penyebab rendahnya daya serap terhadap kredit perbankan. Selain itu,

jaringan kantor perbankan dengan tingkat tertinggi adalah kantor wilayah (3 Bank Umum)

serta 1 Bank Umum (BPD) ditengarai menjadi salah satu penyebab masih rendahnya LDR di

Papua. Level jaringan kantor cabang Perbankan yang kecil menunjukkan kewenangan

pemberian kredit yang juga lebih kecil. Selain itu, masih terbatasnya akses UMKM dalam

mendapatkan fasilitas pendanaan dari Perbankan juga menjadi salah satu faktor yang

menyebabkan rendahnya pencapaian LDR di Provinsi Papua.

Ditengah LDR yang masih dibawah target, kualitas kredit perbankan Papua masih

tergolong cukup baik seperti tercermin dari pencapaian NPL sebesar 2,04% yang masih

berada di bawah batas maksimal yang ditetapkan. Berdasarkan sektor ekonomi; sektor listrik,

gas dan air serta sektor Industri Pengolahan menjadi sektor yang cukup berisiko seperti

terlihat dari NPL sektor ini masing-masing mencapai 9,09% dan 8,09%, walaupun penyaluran

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 41

kredit di sektor ini juga relatif terbatas. Sektor-sektor ekonomi lainnya (sektor pertambangan,

pertanian, konstruksi, PHR, jasa dunia usaha, jasa sosial dan lainnya) masih cukup aman dan

berada dibawah batas sebesar 5%.

Sumber: KpwBI Provinsi Papua & Papua Barat

2.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM)

Pertumbuhan Kredit MKM di Provinsi Papua dinilai cukup signifikan. Hal itu tercermin dari

rasio kredit mikro, kecil dan menengah (UMKM) terhadap total kredit keseluruhan yang

mencapai sebesar mencapai sebesar 39,42% (yoy) dengan nilai sebesar Rp 7,16 triliun. Nilai

itu mengalami pertumbuhan sebesar 6,46% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama

pada tahun sebelumnya. Pangsa kredit MKM di Provinsi Papua hampir setiap periode

mengalami pertumbuhan positif dengan angka pertumbuhan yang relatif konstan. Selain itu,

target penyaluran kredit bagi UMKM yang ditetapkan diatas 30% dari total kredit keseluruhan

telah tercapai. Hal tersebut merupakan suatu yang menggembirakan mengingat peningkatan

penyaluran kredit UMKM mengindikasikan terjadinya pertumbuhan sektor riil yang pada

akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua.

Tabel 33. Perkembangan Kredit UMKM Perbankan Provinsi Papua

Sumber: KPWBI Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013

2014

I II I I I IV I I I I I I IV I

Pertanian 1.35% 1.42% 1.41% 0.55% 0.85% 1.15% 1.32% 0.88% 1.13%

Pertambangan 0.39% 0.41% 0.40% 0.88% 1.27% 1.47% 0.00% 0.00% 0.00%

Industri Pengolahan 1.23% 1.30% 1.29% 2.03% 4.29% 5.65% 4.96% 5.10% 8.09%

Listrik,Gas dan Air 8.57% 9.02% 8.93% 10.86% 13.64% 10.00% 10.00% 9.38% 9.09%

Konstruksi 1.98% 2.09% 2.06% 1.59% 1.91% 2.46% 3.17% 3.02% 3.45%

Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.23% 1.30% 1.28% 1.73% 2.08% 2.20% 2.24% 2.13% 2.52%

Angkutan dan Komunikasi 0.80% 0.84% 0.84% 0.35% 0.67% 0.86% 1.25% 1.37% 1.73%

Jasa Dunia Usaha 0.19% 0.20% 0.20% 0.92% 1.94% 2.85% 2.89% 2.01% 2.57%

Jasa Sosial 1.38% 1.46% 1.44% 0.74% 1.44% 1.76% 1.89% 1.74% 1.97%

Lain-lain 1.27% 1.33% 1.32% 0.90% 0.98% 1.12% 1.28% 1.20% 1.36%

Total 1.31% 1.38% 1.31% 1.22% 1.49% 1.79% 1.89% 1.74% 2.04%

20132012NPL PAPUA (%)

Tabel 32. Perkembangan Indikator Perbankan Papua Grafik 32. Perkembangan NPL & LDR

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 42

2.7. Stabilitas Sistem Keuangan Provinsi Papua

2.7.1. Ketahanan Sektor Korporasi Provinsi Papua

Secara umum, kredit yang disalurkan kepada sektor usaha utama di Provinsi

Papua masih menujukan tren yang mengalami peningkatan. Akan tetapi, khusus

untuk kredit terhadap sektor pertambangan pada triwulan laporan mengalami

penurunan. Hal tersebut disinyalir seiring terjadinya penurunan kinerja sektor

pertambangan di Provinsi Papua. Hingga triwulan I-2014, dari total kredit sektor

korporasi yang nilai penyalurannya mencapai sebesar Rp 9,56 triliun, sektor

perdagangan mengambil pangsa tertinggi sebesar 27,27%. Selanjutnya sektor

kontruksi mengambil pangsa sebesar 6,70%, sektor jasa sosial masyarakat sebesar

6,70% dan sektor pertanian sebesar 3,91%.

Jika dilihat dari kualitas penyaluran kredit yang diberikan kepada sektor utama

di Papua dapat dikatakan bahwa hampir seluruh sektor masih berada pada tahap

yang cukup aman dengan pencapaian Non Performing Loan (NPL) yang masih berada

dibawah 5%. Dengan demikian meskipun kondisi perekonomian Provinsi Papua

dibayangi oleh adanya risiko terhadap kebijakan pengaturan ekspor hasil tambang

mentah, namun sampai dengan saat ini risiko yang dapat membahayakan sistem

keuangan di Papua dinilai masih sangat minim.

Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat

2.7.2. Ketahanan Sektor Rumah Tangga Provinsi Papua

Tingkat penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga di Provinsi Papua masih

menunjukkan suatu pertumbuhan yang nilainya relatif tinggi. Pertumbuhan tersebut

didorong oleh pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kepemilikan

Barang (KKB) yang mana pada triwulan I-2014 masing-masing berhasil tumbuh

Grafik 33. Pertumbuhan Kredit Sektor Utama

Prov. Papua Grafik 34. Perkembangan NPL Kredit Sektor Utama

Prov. Papua

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 43

sebesar 82,48% (yoy) dan 78,79% (yoy). Namun demikian, untuk kredit multiguna

pada triwulan laporan justru mengalami sedikit penurunan sebesar -0,95% (yoy). Dari

total kredit konsumsi yang disalurkan sebesar Rp 8,74 triliun, pangsa kredit multiguna

tercatat sebesar 36,64%, sedangkan kredit KPR dan KKB memiliki pangsa masing-

masing sebesar 16,79% dan 0.72%, sedangkan sisanya merupakan kredit rumah

tangga maupun lapangan usaha lainnya. Selanjutnya diinformasikan bahwa

penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga di Provinsi Papua dinilai masih

memiliki ketahanan yang cukup baik. Hal tersebut terlihat dari pencapaian nilai NPL

yang masih jauh dibawah angka 5 %.

Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat

2.7.3. Pembiayaan Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UMKM)

Kinerja penyaluran kredit terhadap sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM) di Provinsi Papua setiap waktunya selalu mengalami pertumbuhan yang

cukup menggembirakan. Pada triwulan I-2014, kredit UMKM di Papua tercatat

berhasil tumbuh sebesar 40,57% (yoy). Kredit terhadap UMKM memiliki pangsa

sebesar 30,42% dari keseluruhan kredit yang disalurkan di Provinsi Papua. Nilai kredit

UMKM yang berhasil disalurkan di Provinsi Papua adalah sebesar Rp 7,16 triliun.

Kredit UMKM untuk peruntukan modal kerja memegang pangsa sebesar 75,36% yang

mana angka tersebut lebih tinggi dibandingkan kredit UMKM dengan peruntukan

investasi yang hanya tercatat sebesar 24,56%. Pembiayaan terhadap sektor UMKM

merupakan suatu hal yang harus diberikan perhatian lebih, hal tersebut mengingat

besarnya kontribusi UMKM dalam mendorong taraf hidup masyarakat ke tingkat yang

lebih tinggi.

Grafik 35. Pertumbuhan Kredit RT

Prov. Papua Grafik 36. Perkembangan NPL Kredit RT

Prov. Papua

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 44

Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat

III. Perbankan Provinsi Papua Barat

3.1 Perkembangan Umum

Secara umum perbankan di Provinsi Papua Barat mengalami perkembangan yang sangat

baik. Hal tersebut tercermin dari beberapa indikator utama seperti total aktiva, dan DPK

Perbankan pada triwulan I-2014. Total aset perbankan Provinsi Barat pada triwulan I-2014

mencapai Rp 11,31 triliun atau meningkat cukup signifikan sebesar 18,33% (yoy) sementara

total DPK mencapai Rp 10,29 triliun atau meningkat 9,68% (yoy) dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya.

Searah dengan itu, penyaluran kredit mencapai Rp 7,35 triliun atau tumbuh sebesar

30,96% (yoy) dengan rasio LDR mencapai 71,45%. Pesatnya pertumbuhan kredit tersebut

juga masih diimbangi oleh kualitas kredit yang cukup baik dengan pencapaian NPL yang

cukup rendah sebesar 1,90%, atau masih jauh di bawah ambang batas maksimal yang

ditetapkan sebesar 5%.

Tabel 34. Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Barat

Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013

Grafik 37. Pertumbuhan Kredit MKM

Prov. Papua Grafik 38. Perkembangan NPL Kredit MKM

Prov. Papua

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 45

Sejalan dengan kondisi yang juga terjadi di Papua, pencapaian LDR oleh perbankan di

Papua Barat masih dibawah target yang disebabkan oleh relatif terbatasnya sektor usaha

yang layak untuk dibiayai, sementara beberapa perusahaan besar memperoleh kebutuhan

dana dari perbankan di luar Papua maupun dari perusahaan induknya (parent company).

3.2 Total Aset

Secara total, aset perbankan Papua Barat mencapai Rp 11,31 triliun atau tumbuh

18,33% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sama seperti di Papua,

dominasi Bank-bank Pemerintah di Papua Barat masih relatif cukup tinggi dengan pangsa

terbesar mencapai 88,46% sedangkan bank swasta hanya 9,59% dan BPR 1,95%.

Grafik 39. Perkembangan Aset Perbankan Papua Barat Grafik 40. Komposisi Aset Perbankan

Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013

3.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan

DPK perbankan Provinsi Papua Barat mencapai Rp 10,29 triliun yang terdiri dari giro Rp

3,73 triliun, tabungan Rp 4,43 triliun dan deposito Rp 2,13 triliun. Apabila dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya, masing-masing komponen mengalami

pertumbuhan hanya produk deposito yang mengalami penurunan. Adapun rincian

pertumbuhan untuk masing-masing jenis simpanan adalah sebagai berikut: giro sebesar

6,88% (yoy), deposito sebesar -44,88% (yoy), dan tabungan sebesar 171,79% (yoy). Searah

dengan perkembangan aset, share bank pemerintah masih mendominasi sebesar 89,31%

diikuti oleh kelompok bank swasta dengan pangsa 9,73% dan BPR sebesar 1,51%.

3.4. Penyaluran Kredit Perbankan

Total penyaluran kredit sampai dengan triwulan I-2014 mencapai sebesar Rp 7,35 triliun

atau tumbuh sebesar 30,96% (yoy) dibanding periode yang sama tahun 2013. Berdasarkan

penggunaannya, kredit modal kerja memiliki pangsa tertinggi sebesar 44,71%, diikuti oleh

kredit konsumsi dengan share 39,55%, dan diikuti oleh kredit investasi 15,74%.

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 46

Grafik 41. Perkembangan DPK Provinsi Papua Barat

Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013

Tabel 35. Kredit Perbankan Provinsi Papua Barat

Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013

Grafik 42. Perkembangan Kredit Provinsi Papua Barat Grafik 43. Komposisi Kredit Perbankan

Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013

2014

I II I I I IV I I I I I I IV I*

Modal Kerja 1915 2198 2351 2574 2507.8 2698.8 2777.9 2884 3287

Pertumbuhan Modal Kerja 20.44% 25.53% 23.02% 34.27% 30.96% 22.78% 18.16% 12.04% 31.07%

Investasi 411 522 610 651 709.96 915.4 969.62 1004 1157.1

Pertumbuhan investasi 30.89% 51.74% 71.83% 59.56% 72.74% 75.36% 58.95% 54.22% 62.99%

Kredit Konsumsi 1851 1910 2013 2172 2371 2580 2762 2843 2907.6

Pertumbuhan Kredit Konsumsi 42.60% 32.27% 36.94% 33.74% 28.09% 35.08% 37.21% 30.89% 22.63%

Provinsi Papua Barat2012 2013

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 47

Secara sektoral, penyaluran kredit terbesar didominasi oleh kredit sektor lain-lain yakni

kredit konsumsi yang mencakup kredit untuk ruko, KPR dan pembiayaan kendaraan bermotor

dengan share mencapai 45,51% dari total kredit, diikuti kredit perdagangan,hotel dan

restoran sebesar 31,55%

Tabel 36. Kredit Perbankan Berdasarkan Sektor Ekonomi

Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat

3.5. LDR dan NPL

Pada triwulan I-2014, dicapainya pertumbuhan DPK yang lebih rendah dibandingkan

dengan pertumbuhan penyaluran kredit oleh perbankan mengakibatkan meningkatnya

pencapaian Loan To Deposit (LDR) menjadi sebesar 71,45% atau menurun sebesar 11,61%

(yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Walaupun mengalami penurunan,

pencapaian LDR pada perbankan di Provinsi Papua Barat masih cukup tinggi. Hal ini

menunjukkan bahwa fungsi intermediasi perbankan di Provinsi Papua Barat sudah menuju

kearah yang lebih optimal. Namun demikian mengingat pencapaian tersebut masih dibawah

target serta dengan mempertimbangkan masih besarnya peluang penyaluran kredit yang

dapat dilakukan oleh perbankan di Provinsi Papua Barat, angka LDR tersebut diharapkan

masih dapat ditingkatkan ke level yang lebih tinggi.

Pada triwulan laporan, kualitas kredit yang disalurkan oleh perbankan di Papua Barat

masih berada dalam rentang yang cukup aman, meskipun adanya tren kenaikan yang cukup

persisten juga perlu diwaspadai. Hal tersebut tercermin dari adanya kenaikan NPL yang

mencapai sebesar 1,90% pada triwulan I-2014 dari 1,67% pada triwulan I-2013. Kedepannya

perbankan di Provinsi Papua Barat diharapkan agar senantiasa dapat menjaga kualitas kredit,

hal tersebut diperlukan guna mencegah timbulnya risiko gagal bayar (default risk) yang akan

dihadapi oleh masing-masing bank.

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 48

3.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah.

Kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM) yang disalurkan perbankan Provinsi Papua

Barat pada triwulan I-2014 mencapai Rp 3,34 triliun atau tumbuh 50,55% dibandingkan

periode yang sama pada tahun sebelumnya. Kredit MKM tersebut didominasi oleh kredit

menengah dengan share 49,34%, kemudian kredit kecil sebesar 36,95% dan kredit usaha

mikro sebesar 13,71%. Pangsa kredit MKM di Provinsi Papua Barat hampir setiap periode

mengalami pertumbuhan positif dengan angka pertumbuhan yang relatif signifikan. Selain itu,

target penyaluran kredit bagi UMKM pada periode laporan sebesar 43,63% dari total kredit

telah tercapai. Hal tersebut merupakan suatu hal yang menggembirakan mengingat terjadinya

peningkatan penyaluran kredit UMKM mengindikasikan terjadinya pertumbuhan sektor riil

yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua Barat.

Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013

Tabel 38. Perkembangan Kredit UMKM Provinsi Papua Barat (Rp Miliar)

Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013

3.7. Stabilitas Sistem Keuangan Provinsi Papua Barat

3.7.1. Ketahanan Sektor Korporasi Provinsi Papua Barat

Penyaluran kredit terhadap sektor usaha utama di Provinsi Papua Barat masih

menunjukan peningkatan yang cukup baik. Seluruh sektor ekonomi pada triwulan I-

2014 mengalami akselerasi. Hingga bulan Maret 2014, dari total kredit sektor

2014

I II I I I IV I I I I I I IV I

Pertanian 0.08% 0.10% 0.10% 8.81% 8.82% 17.74% 20.00% 6.48% 2.91%

Pertambangan 0.33% 0.40% 0.39% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%

Industri Pengolahan 1.11% 1.37% 1.33% 1.53% 2.94% 3.56% 1.97% 4.03% 5.52%

Listrik,Gas dan Air 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%

Konstruksi 0.36% 0.45% 0.43% 0.20% 0.25% 1.59% 2.40% 1.34% 0.80%

Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.00% 1.23% 1.20% 2.01% 3.16% 2.97% 3.34% 3.07% 2.99%

Angkutan dan Komunikasi 1.28% 1.58% 1.53% 0.52% 0.00% 0.36% 1.74% 0.76% 0.36%

Jasa Dunia Usaha 0.68% 0.84% 0.81% 0.98% 1.34% 1.54% 2.67% 1.82% 1.69%

Jasa Sosial 1.92% 2.38% 2.31% 0.91% 0.42% 0.26% 0.87% 0.64% 1.24%

Lain-lain 1.62% 2.01% 1.91% 1.32% 1.02% 1.01% 1.44% 1.22% 1.33%

Total 1.19% 1.47% 1.86% 1.40% 1.66% 1.93% 2.28% 1.93% 1.90%

20132012NPL PAPUA BARAT (%)

Tabel 37. Perkembangan Indikator Perbankan Papua Barat Grafik 44. Perkembangan NPL & LDR

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 49

korporasi yang nilai penyalurannya mencapai sebesar Rp 4,35 triliun, sektor

perdagangan mengambil pangsa tertinggi sebesar 31,95%. Selanjutnya sektor

kontruksi dengan pangsa sebesar 8,90%, sektor jasa sosial masyarakat dengan

pangsa sebesar 4,23%, dan sektor pengangkutan dengan pangsa sebesar 3,91%.

Adapun jika dilihat dari kualitas penyaluran kredit yang diberikan kepada sektor

utama di provinsi Papua Barat dapat dikatakan bahwa hampir seluruh sektor masih

berada pada tahap yang cukup aman dengan pencapaian Non Performing Loan (NPL)

yang berada dibawah 5%. Hanya sektor industri pengolahan yang memiliki NPL lebih

dari 5% (tercatat sebesar 5,52%).

3.7.2. Ketahanan Sektor Rumah Tangga Provinsi Papua Barat

Tingkat penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga di Provinsi Papua Barat

masih menujukan pertumbuhan yang relatif tinggi. Pertumbuhan tersebut didorong

oleh pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kepemilikan Barang

(KKB) yang mana pada triwulan I-2014 masing-masing berhasil tumbuh sebesar

141,00% (yoy) dan 129,41% (yoy). Namun demikian, untuk kredit multiguna pada

triwulan laporan justru mengalami penurunan sebesar -23,11% (yoy). Dari total kredit

konsumsi yang disalurkan sebesar Rp 2,91 triliun, pangsa kredit multiguna tercatat

sebesar 36,23%, sedangkan kredit KPR dan KKB memiliki pangsa masing-masing

sebesar 16,82% dan 1.36%, sedangkan sisanya merupakan kredit rumah tangga

maupun lapangan usaha lainnya. Penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga di

Provinsi Papua Barat dinilai masih memiliki ketahanan yang cukup baik. Hal tersebut

tercermin dari pencapaian nilai NPL yang masih jauh dibawah angka 5 %.

Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat

Grafik 45. Pertumbuhan Kredit Sektor Utama

Prov. Papua Barat Grafik 46. Perkembangan NPL Kredit Sektor Utama

Prov. Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 50

Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat

3.7.3. Pembiayaan Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UMKM)

Kinerja penyaluran kredit terhadap sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM) di Provinsi Papua Barat selalu mengalami pertumbuhan. Pada triwulan I-

2014, kredit UMKM di Papua Barat tercatat berhasil tumbuh sebesar 50,55% (yoy).

Kredit terhadap UMKM memiliki pangsa sebesar 45,46% dari keseluruhan kredit yang

disalurkan di Provinsi Papua Barat. Nilai kredit UMKM yang berhasil disalurkan di

Provinsi Papua Barat adalah sebesar Rp 3,34 triliun. Kredit UMKM untuk peruntukan

modal kerja memegang pangsa sebesar 73,69% lebih tinggi dibandingkan kredit

UMKM untuk investasi yang tercatat sebesar 26,27%. Pembiayaan terhadap sektor

UMKM dinilai masih memiliki prospek yang cukup baik seiring dengan tingginya

prospek perkembangan ekonomi di Provinsi Papua Barat kedepan.

Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat

Grafik 47. Pertumbuhan Kredit RT

Prov. Papua Barat

Grafik 48. Perkembangan NPL Kredit RT

Prov. Papua Barat

Grafik 49. Pertumbuhan Kredit MKM

Prov. Papua Barat Grafik 50. Perkembangan NPL Kredit MKM

Prov. Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 51

BAB 5

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Terciptanya suatu sistem pembayaran yang aman, handal dan efisien merupakan salah

satu prasyarat mutlak guna mendukung kegiatan perekonomian di suatu wilayah. Semakin

tinggi frekuensi dan nilai transaksi melalui sistem pembayaran di suatu daerah dapat

menggambarkan tingginya aktivitas maupun kapasitas perekonomiannya. Berkaitan dengan

hal tersebut, Bank Indonesia selaku pemegang otoritas sistem pembayaran di Indonesia

diharapkan dapat menyediakan serta menjaga kondisi sistem pembayaran dapat berjalan

dengan baik guna mendukung kebutuhan sistem perekonomian. Secara umum, sistem

pembayaran terbagi kedalam 2 (dua) kelompok yaitu sistem pembayaran tunai dan non tunai.

Dalam sistem pembayaran tunai, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Papua

dan Papua Barat senantiasa berupaya menjaga ketersediaan alat pembayaran tunai (uang

kartal) baik dalam jumlah, denominasi, maupun tingkat kelayakan edar uang di seluruh

wilayah kerjanya. Adapun terkait penyelenggaraan sistem pembayaran tunai, KPw BI Provinsi

Papua & Papua Barat melakukan pelayanan kas dalam kantor dan pelayanan kas luar kantor

melalui kas keliling dan kas titipan. Terkait penyelenggaraan sistem pembayaran non tunai,

KPw BI Provinsi Papua dan Papua Barat berupaya membantu kelancaran penyelesaian

transaksi pembayaran non tunai dengan menyediakan alat penyelesaian transaksi melalui

sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) Gen II yang dapat digunakan

untuk memenuhi kebutuhan transaksi dengan jumlah yang besar serta tingkat urgensi yang

tinggi. Selain itu, KPw BI Provinsi Papua & Papua Barat juga berlaku sebagai operator dalam

penyelenggaraan kliring melalui Sistem Kliring Nasional (SKN) untuk mendukung transaksi

yang dilakukan melalui kliring. Kedua sistem aplikasi ini termasuk sebagai aplikasi kritikal di

Bank Indonesia. Sebagai aplikasi kritikal, prinsip keamanan, kehandalan dan efisiensi

tentunya sangat ditekankan didalam pelaksanaannya.

I. Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)

Pada triwulan I-2014, nilai transaksi keluar (outflow) melalui BI-RTGS di Wilayah Papua

mencapai nilai Rp 5,75 trilliun atau naik sebesar 36,92% (yoy) jika dibandingkan dengan nilai

transaksi pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Tingginya nilai transaksi keluar dari

wilayah Papua kewilayah lain disinyalir terjadi pasca pembayaran terhadap sejumlah

kontraktor proyek di Papua yang mana sebagian besar terafiliasi ke perusahaan lain yang

berada luar Papua. Disisi lain, jumlah dana yang masuk ke wilayah Papua atau transaksi

masuk (inflow) mencapai Rp 6,93 triliun, angka tersebut mengalami penurunan sebesar -

5,06% (yoy) jika dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang sama di tahun

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 52

sebelumnya. Masih rendahnya nilai transaksi masuk diperkirakan terjadi sebagai akibat dari

masih rendahnya penyaluran dana alokasi umum dan dana otonomi khusus yang berasal dari

pemerintah pusat bagi Pemerintah daerah yang ada di wilayah Papua. Adapun nilai transaksi

keuangan antar bank melalui sarana BI-RTGS di wilayah Papua selama periode triwulan I-

2014 tercatat sebesar Rp 683,13 miliar atau naik sebesar 25,33% (yoy) dibandingkan

dengan tahun lalu.

Tabel 39. Transaksi RTGS Wilayah Papua

Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat * Data bulan belum termasuk bulan Maret

Grafik 51. Nilai Transaksi RTGS

Dengan demikian, pada triwulan I-2014 transaksi masuk bersih (net inflow) tercatat

sebesar Rp 1,12 triliun. Jumlah ini mengalami penurunan sebesar -62,04% (yoy) jika

dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Menurunnya pertumbuhan net inflow

pada triwulan I-2014, menandakan bahwa meningkatnya kegiatan pembayaran keluar

wilayah papua (outflow) pada periode berjalan. Hal ini juga menunjukkan ketergantungan

wilayah Papua terhadap daerah lain masih cukup tinggi, terutama dari segi pasokan

kebutuhan barang-barang. Penurunan net inflow juga disebabkan oleh berkurangnya dana

masuk bersih (net inflow) di wilayah Papua. Hal ini disinyalir sebagai akibat dari penurunan

kegiatan ekspor yang dilakukan di wilayah Papua.

2014

I II III IV I* II III IV I*

Outflow (from) Nominal (Rp.milliar) 12,830.78 7,193.81 9,006.45 13,220.13 4,202.10 8,187.49 9,929.65 13,739.36 5,753.71 36.92% 38.37%

Lembar Warkat 10,341.50 7,366.00 12,730.00 13,917.00 7,993.00 7,743.18 11,764.00 13,586.00 7,474.00 -6.49% 15.49%

Inflow (to) Nominal (Rp.milliar) 11,545.44 11,003.62 13,486.21 14,763.54 7,297.63 10,157.60 14,715.87 18,410.79 6,928.73 -5.06% 25.11%

Lembar Warkat 12,090.36 13,374.00 16,177.00 17,372.00 8,933.00 11,314.36 15,230.00 16,698.00 9,241.00 3.45% 9.64%

Net Inflow Nominal (Rp.milliar) -1,285.35 3,809.81 4,479.76 1,543.41 3,095.53 1,970.11 4,786.22 4,671.43 1,175.02 -62.04% -2.40%

Lembar Warkat 1,748.86 6,008.00 3,447.00 3,455.00 940.00 3,571.18 3,466.00 3,112.00 1,767.00 87.98% -10.21%

Intra Papua Nominal (Rp.milliar) 995.81 1,913.76 1,764.12 3,967.82 545.06 739.53 3,059.66 5,199.31 683.13 25.33% 69.93%

Lembar Warkat 1,574.41 1,646.00 1,966.00 2,304.00 1,344.00 1,713.80 2,092.00 2,197.00 1,250.00 -6.99% 5.02%

Growth

(qtq)

Growth

(YoY)RTGS

2012 2013

Sumber: KpwBI Papua & Papua Barat * Data bulan belum termasuk bulan Maret

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 53

II. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI)

Selain menyelenggarakan BI-RTGS, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua &

Papua Barat juga menyelenggarakan kegiatan kliring antar bank melalui Sistem Kliring

Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Kliring adalah jasa penyelesaian hak dan kewajiban antar

peserta kliring (bank) dengan cara saling menyerahkan warkat-warkat yang didukung oleh

data elektronik yang akan dikliringkan dilembaga kliring (penagihan warkat seperti cek atau

bilyet giro yang berasal dari dalam kota). Penyelesaian transaksi melalui SKNBI adalah untuk

transaksi dengan nilai nominal yang relatif rendah (di bawah Rp 100 juta). Terdapat

perbedaan jeda waktu settlement antara kiliring dan RTGS. Transaksi melalui kliring (SKNBI)

membutuhkan proses settlement yang sedikit lebih lama (adanya jeda waktu) dibanding

transaksi melalui RTGS yang settlementnya seketika (real time).

Tabel 40 . Transaksi Kliring Wilayah Papua

Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat

Perkembangan transaksi kliring selama periode triwulan I-2014 di wilayah kerja

KPwBI Papua & Papua Barat secara nominal mencapai angka Rp 1,20 triliun, angka

tersebut menurun sebesar -1,47% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan yang sama

tahun sebelumnya serta secara triwulanan menurun sebesar -0,58% (qtq)

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dari sisi volume, jumlah warkat tercatat

sebanyak 26.604 lembar, menurun sebesar -46,15% (yoy) dibandingkan triwulan yang

sama tahun sebelumnya dan secara triwulanan juga mengalami penurunan yaitu

sebesar -17,40% (qtq). Penurunan volume dan nilai kliring pada triwulan I-2014 jika

dibandingkan triwulan IV-2013 terjadi karena masih relatif rendahnya laju

perekonomian wilayah Papua pada awal tahun berjalan.

Secara proporsional, penurunan nilai transaksi kliring yang terjadi pada triwulan

I-2014 diiringi dengan penurunan rata-rata harian perputaran kliring sebesar Rp

20,40 milliar/hari, angka tersebut turun sebesar -13,54% (yoy) dibandingkan dengan

triwulan yang sama tahun sebelumnya, namun jika dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya justru mengalami peningkatan sebesar 5,71% (qtq). Rata-rata harian

2014

I II III IV I II III IV I

Total Volume (lembar) 46,393.00 47,304.62 39,426.52 45,039.00 49,407.00 48,418.86 44,343.00 32,208.00 26,604.00 -28.49%

Total Nominal Kliring (Rp Miliar) 1,205.76 1,203.12 1,337.15 1,654.78 1,214.44 1,311.60 1,617.17 1,203.64 1,196.63 -27.26%

Rata-Rata Perputaran Kliring(per hari)

Rata-Rata Volume (lembar) 800.86 813.06 691.69 805.88 849.00 832.02 703.07 516.64 454.17 -35.89%

Rata-Rata Nominal Perputaran Kliring Perhari

(Rp Milliar) 26.62 20.71 23.46 29.55 23.59 21.70 25.67 19.29 20.40 -34.70%

Nisbah Rata-Rata Penolakan

Volume (lembar) 1.49 1.12 1.45 1.95 2.19 1.18 1.92 2.03 1.46 3.86%

Nominal Nisbah Rata-Rata Penolakan(Rp

Milliar) 1.25 1.40 1.86 1.07 2.50 1.45 2.12 2.81 2.32 163.55%

Growth

(YOY)Kliring

2012 2013

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 54

Sumber: KBI Jayapura

warkat yang digunakan tercatat sebanyak 454,17 lembar, atau turun sebesar 46,51%

(yoy) dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumya. Sementara itu,

nisbah rata-rata penolakan pada triwulan I-2014 mencapai sebesar Rp 2,32 milliar

dengan rata rata penolakan warkat sebesar 1,46 lembar.

Grafik 52. Perkembangan Kliring Wilayah Papua

Sumber:KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat

III. Perkembangan Uang Kartal

Untuk mendukung aktivitas transaksi secara tunai, KPwBI Provinsi Papua &

Papua Barat menyediakan alat pembayaran berupa uang kartal yang cukup untuk

menjamin terselenggaranya transaksi tunai secara aman dan lancar. Ketersediaan

uang di masyarakat diupayakan dapat memenuhi kebutuhan jumlah, pecahan/

denominasi maupun tingkat kelayakan edar.

Pada triwulan I-2014, jumlah uang kartal yang masuk (inflow) ke kas KPwBI

Papua & Papua Barat mencapai Rp 2,85 triliun atau meningkat 5,60% (yoy) dibanding

periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi lain, total uang keluar (outflow)

mencapai sebesar Rp 893.21 miliar atau menurun sebesar -12,44% (yoy) dibanding

periode yang sama tahun sebelumnya. Secara keseluruhan, pada triwulan I-2014

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat mengalami posisi

net inflow sebesar Rp 1,96 triliun, yang artinya selama periode triwulan I-2014 jumlah

uang yang masuk/ditarik lebih banyak dari jumlah uang yang keluar/diedarkan oleh

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Papua & Papua Barat.

Hal ini menunjukkan kecenderungan masyarakat untuk menyimpan uangnya

selama periode berjalan. Kondisi ini juga searah dengan kebijakan perlambatan

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 55

ekspansi kredit yang dilakukan oleh perbankan di wilayah Papua sehingga

mengakibatkan jumlah uang yang keluar dari perbankan juga mengalami penurunan.

Tabel 41. Perkembangan Perkasan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat

Sumber : KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat

Grafik 53. Perkembangan Uang Kartal

Sementara itu, untuk memastikan bahwa uang yang dipegang masyarakat tetap

dalam kondisi layak edar, KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat melakukan berbagai

upaya diantaranya: mencabut uang yang sudah habis masa edar, memusnahkan uang

tidak layak edar, dan mengedarkan uang layak edar kepada masyarakat. Adapun

dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Papua & Papua Barat telah melaksanakan kas keliling di beberapa wilayah di

Papua serta membuka pelayanan kas titipan melalui perbankan di 4 (empat) kota

yakni: Sorong, Merauke, Timika dan Biak. Saldo kas titipan sampai dengan posisi

Maret 2014 dilaporkan mencapai Rp 522.64 miliar, atau meningkat 4,2%

dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Hal ini semakin

mempertegas dampak penerapan kebijakan tight money policy yang dijalankan oleh

Bank Indonesia dengan menahan laju ekspansi kredit.

2014

I II III IV I II III IV I

Inflow (Rp Miliar) 2,171.39 1,179.91 1,664.51 1,628.75 2,702.12 1,260.27 3,894.13 5,391.32 2,853.48 5.60%

Outflow (Rp Miliar) 1,006.40 2,374.08 1,820.59 6,234.39 1,020.06 2,256.04 2,273.13 5,772.50 893.21 -12.44%

Net Inflow (Rp Miliar) 1,164.99 (1,194.16) (156.08) (4,605.64) 1,682.06 (995.77) 1,621.00 (381.17) 1,960.27 16.54%

Saldo Persediaan Kas (Rp Miliar) 1,968.74 1,347.28 1,903.90 1,364.45 2,806.80 1,606.50 2,816.45 2,160.46 3,725.24 32.72%

- Saldo Kas BI Jap (Rp Miliar) 1,580.98 835.09 1,424.06 1,134.24 2,305.21 1,248.36 1,216.45 1,859.04 3,202.60 38.93%

- Saldo Kas Titipan (Rp Miliar) 387.77 512.19 479.84 230.22 501.59 358.14 1,600.00 301.42 522.64 4.20%

Pemusnahan Uang kertas-TLE (Rp Miliar) 274.43 55.84 43.30 57.96 107.59 327.13 529.66 274.82 395.49 267.61%

Growth

(YOY)Uang Kartal

2012 2013

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 56

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 57

BAB 6

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN

I. Ketenagakerjaan Provinsi Papua

Walaupun dalam beberapa periode terahir ekonomi Provinsi Papua mengalami

pertumbuhan yang cukup baik, namun kondisi ketenagakerjaan belum menunjukan

perkembangan yang cukup signigfikan. Hal ini dapat terlihat dari masih tumbuhnya angka

tingkat pengangguran terbuka serta masih relatif rendahnya angka tingkat partisipasi

angkatan kerja di Provinsi Papua.

1.1. Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua7

Jumlah angkatan kerja di Provinsi Papua pada Februari 2014 mencapai 1.689.030

orang, atau mengalami pertumbuhan sebesar 2,66% (yoy) dibandingkan periode yang sama

pada tahun sebelumnya. Sementara itu, tingkat partisipasi kerja di Provinsi Papua mencapai

80,54% atau mengalami sedikit peningkatan sebesar 0,56% dibandingkan dengan peride

yang sama pada tahun sebelumnya. Di sisi lain, tingkat pengangguran terbuka mengalami

kenaikan dari 2,86% pada Februari 2013 menjadi 3,48% pada Februari 2014. Peningkatan

jumlah angkatan kerja ternyata tidak dapat diimbangi dengan ketersediaan lapangan kerja

sehingga mengakibatkan jumlah pengangguran terbuka mengalami peningkatan.

.

Tabel 42. Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan Utama

Jika kita membandingkan pertumbuhan pendapatan perkapita diantara beberapa sektor

ekonomi, maka sektor pertanian menjadi sektor ekonomi dengan nilai pendapatan perkapita

yang paling rendah diantara sektor lainnya yang mana nilainya hanya berkisar Rp.

910,048.83,-. Sementara itu, sektor industri dan pertambangan menempati urutan tertinggi

dengan nilai pendapatan perkapita sebesar Rp 12.825.621,20,-. Namun, jika dibandingkan

dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, pendapatan per kapita seluruh sektor

mengalami peningkatan.

7

Sumber: BPS Provinsi Papua

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 58

Tabel 43. Pendapatan Menurut Lapangan Kerja

Sumber: BPS Provinsi Papua Diolah

1.2. Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama

Jumlah tenaga kerja yang berhasil diserap pada Februari 2014 mengalami sedikit

peningkatan sebesar 2,00% dibandingkan dengan periode tahun laporan sebelumnya. Sektor

yang mengalami peningkatan pertumbuhan penyerapan tenaga kerja diantaranya adalah

sektor pertanian (3,10%), sektor perdagangan (6,00%) dan sektor lainnya (pertambangan,

listrik dan PHR) sebesar 3,80%.

Sektor pertanian masih tetap mendominasi penyerapan tenaga kerja. Pada Februari

2014, tenaga kerja yang berhasil diserap oleh sektor pertanian mencapai 73,43% diikuti oleh

sektor jasa-jasa yang menyerap tenaga kerja sebesar 9,40%. Namun demikian jika

dibandingkan dengan nilai tukar petani yang mengalami penurunan maka sektor pertanian

masih perlu dibenahi, sehingga kesejahteraan masyarakat secara umum dapat ditingkatkan.

Tabel 44. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut

Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2012 – Februari 2014 Provinsi Papua

2014

Februari Agustus Februari Agustus Februari

Pertanian 828,924.89 973,396.77 832,646.86 960,748.24 910,048.83

Industri Pengolahan 10,027,966.80 8,847,901.50 6,256,633.96 7,359,492.08 12,825,621.20

Perdagangan, Hotel & Restoran 3,393,281.50 4,496,168.34 3,924,976.65 4,926,237.00 4,073,028.75

Jasa - jasa 4,061,706.95 4,563,158.36 4,622,615.19 5,244,089.86 5,842,682.57

2012 2013PDRB Papua Per Kapita

2014

Februari Agustus Februari Agustus Februari

Pertanian 1,119,729 1,086,559 1,161,204 1,140,787 1,197,105

Industri 14,852 17,003 23,383 21,496 12,929

Perdagangan 140,242 114,830 137,808 113,899 146,072

Jasa-Jasa 150,928 156,278 159,301 156,594 153,189

Lainnya 122,260 125,597 116,500 126,899 120,924

TOTAL 1,548,011 1,500,267 1,598,196 1,559,675 1,630,219

Pertanian 8.0% -3.0% 6.9% -1.8% 4.9%

Industri -25.3% 14.5% 37.5% -8.1% -39.9%

Perdagangan 7.2% -18.1% 20.0% -17.3% 28.2%

Jasa-Jasa 2.0% 3.5% 1.9% -1.7% -2.2%

Lainnya -13.4% 2.7% -7.2% 8.9% -4.7%

TOTAL 4.9% -3.1% 6.5% -2.4% 4.5%

Pertanian 2.5% 4.8% 3.7% 5.0% 3.1%

Industri -39.7% -14.5% 57.4% 26.4% -44.7%

Perdagangan 18.7% -12.2% -1.7% -0.8% 6.0%

Jasa-Jasa -5.9% 5.7% 5.5% 0.2% -3.8%

Lainnya 19.5% -11.0% -4.7% 1.0% 3.8%

TOTAL 3.3% 1.6% 3.2% 4.0% 2.00%

Pertumbuhan Tenaga Kerja Semester

Pertumbuhan Tenaga Kerja Tahun

2013Lapangan Pekerjaan Utama

2012

Sumber: BPS Provinsi Papua (diolah)

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 59

II. Ketenagakerjaan Provinsi Papua Barat

2.1. Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat

Sampai dengan periode bulan Februari 2014, jumlah angkatan kerja di Provinsi Papua

Barat mencapai 407.707 orang, atau mengalami peningkatan sebesar 8,67% dibandingkan

periode yang sama pada tahun sebelumnya. Meningkatnya jumlah angkatan kerja diikuti

secara positif oleh peningkatan pastisipasi angkatan kerja dari 67,44% pada Februari 2013

menjadi 71,05% pada Februari 2014. Hal itu mengindikasikan bahwa terdapat peningkatan

lapangan kerja di Propinsi Papua Barat meskipun secara perekonomian pertumbuhannya

pada triwulan I-2014 tidak terlampau besar. Selain itu, meningkatnya partisipasi angkatan

kerja juga turut menekan tingkat pengangguran terbuka dari 4,47% pada Februari 2013

menjadi 3,70% pada Februari 2014.

Ke depan diharapkan daya serap lapangan kerja akan semakin baik lagi baik dari segi

kuantitas maupun kualitasnya seiring dengan masih terus digiatkannya kegiatan

pembangunan di wilayah di Papua Barat. Pembangunan yang dilakukan di wilayah Papua

Barat diharapkan dapat mendorong investor untuk menanamkan modalnya sehingga jumlah

lapangan kerja yang diciptakan juga turut bertambah.

Tabel 45. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama

Februari 2012– Februari 2014 Provinsi Papua Barat

2.2 Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama

Pada Februari 2014, seluruh sektor perekonomian dapat menyerap tenaga kerja yang

lebih besar jika dibandingkan dengan posisi Februari 2013. Sektor Pertanian masih menjadi

sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja (48,71%) dikuti oleh sektor jasa-jasa

(19,86%).

Walaupun sektor pertanian, menjadi sektor penyerap tenaga kerja terbesar secara

keseluruhan, namun dari sisi pertumbuhan secara tahunan penyerapan tenaga kerja terbesar

dilakukan oleh sektor industri. Hal ini seiring dengan besarnya minat investor untuk

mengembangkan sektor industri pengolahan di Provinsi Papua Barat kedepan, terutama

untuk industri pengolahan migas, industri pengolahan kayu dan indusri semen.

Sumber: BPS Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 60

Tabel 46. Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama

Sumber: BPS Provinsi Papua Barat

III. Kemiskinan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Sampai dengan Akhir tahun 2013, Provinsi Papua dan Papua Barat masih menjadi

daerah dengan presentase penduduk miskin tertinggi di Indonesia. Pada dasarnya, setiap

kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat Papua, Pemerintah Pusat

telah memberikan otonomi khusus kepada Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat yang

kemudian juga diikuti dengan adanya pemekaran wilayah/daerah tingkat II. Namun demikian,

berbagai kebijakan tersebut dinilai masih belum sepenuhnya berhasil dalam meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, baik di Provinsi Papua maupun Papua Barat.

Masalah kemisikinan bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata. Perlu adanya

suatu koordinasi antara Pemerintah Daerah maupun Pusat, pengusaha/pemilik modal, tokoh

adat, perbankan serta stakeholder lainnya yang mana hal tersebut diharapkan dapat

mempermudah penanaman modal maupun pendirian perusahaan di wilayah Papua. Sehingga

dengan demikian baik ketersediaan lapangan kerja maupun peluang usaha bagi masyarakat

Papua akan semakin meningkat .

4.75 -6.98 9.18 -0.76 11.30

38.59 9.99 -34.64 11.61 24.21

0.48 -8.35 -1.68 0.24 5.06

6.68 -3.23 14.91 0.82 11.35

12.50 -0.04 0.08 -10.49 12.46

6.61 -4.77 4.88 -1.34 11.03

-1.66% -2.57% 1.55% 8.35% 10.46%

57.22% 52.44% -28.11% -27.05% 38.63%

35.83% -7.91% -9.89% -1.44% 5.31%

0.20% 3.24% 11.20% 15.85% 12.26%

8.13% 12.45% 0.04% -10.42% 0.66%

7% 2% 0% 3% 10%

Pertumbuhan tenaga kerja per semester

Pertumbuhan tenaga kerja per tahun

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 61

3.1. Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Papua

Jumlah penduduk miskin di Provinsi Papua hingga September 2013 tercatat sebanyak

1.057.980 Jiwa atau sebanyak 31,53% dari jumlah penduduk Provinsi Papua, angka tersebut

mengalami kenaikan dibandingkan posisi September 2012 yang tercatat sebesar 976.400

Orang atau sebanyak 30,66% dari jumlah penduduk Provinsi Papua. Sementara itu, angka

garis kemiskinan di Provinsi Papua pada bulan September 2013 sebesar Rp 339.096 per

kapita per bulan atau mengalami kenaikan sebesar Rp 41.594 per kapita per bulan jika

dibandingkan dengan posisi per September 2012 yang tercatat sebesar Rp 297.502 per

kapita per bulan.

Selain itu, rendahnya Upah Minimum Regional (UMR) jika dibandingkan dengan angka

Kebutuhan Hidup Layak (KHL) di Provinsi Papua menjadi salah satu permasalahan yang dapat

mengurangi kesejahteraan masyarakat. Sehingga kedepannya pemerintah perlu menerapkan

suatu kebijakan yang komprehensif guna menghilangkan kemiskinan dan juga menigkatkan

kesejahteraan masyarakat Papua.

Tabel 47. Jumlah Penduduk Penduduk Miskin Di Provinsi Papua

Sumber: BPS Provinsi Papua

Sumber: BPS Provinsi Papua diolah

Mar Sept Mar Sept Mar Sept

Jumlah Penduduk Miskin 944,800 946,400 966,600 976,400 1,017,400 1,057,980

Presentase Penduduk Miskin 31.98% 31.24% 31.11% 30.66% 31.13% 31.53%

Garis Kemiskinan 276,116 280,302 284,388 297,502 315,025 339,096

Perkotaan 314,606 320,321 321,228 344,415 362,401 387,789

Pedesaan 262,626 266,271 271,431 281,022 298,395 322,079

Kemiskinan2011 2012 2013

Grafik 55. Perkembangan UMR Prov. Papua Grafik 54. Perkembangan Penduduk Miskin Prov. Papua

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 62

3.2. Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Papua Barat

Jumlah penduduk miskin di Provinsi Papua Barat hingga September 2013 tercatat

sebanyak 234.230 Jiwa atau sebanyak 27,14% dari jumlah penduduk Provinsi Papua Barat,

angka tersebut mengalami kenaikan dibandingkan posisi September 2012 yang tercatat

sebanyak 223.241 Jiwa atau sebanyak 27,04% dari jumlah penduduk Provinsi Papua Barat.

Terbatasnya jumlah lapangan kerja yang tersedia di Provinsi Papua Barat menjadi salah satu

faktor masih tingginya kemisikinan di Provinsi Papua Barat. Namun seiring dengan penurunan

jumlah pengganguran pada bulan Februari 2014, diharapkan angka kemiskinan di bulan

Maret 2014 dapat meningkat.

Sementara itu, angka garis kemiskinan di Provinsi Papua Barat pada bulan September

2013 sebesar Rp 307.003 per kapita per bulan atau mengalami kenaikan sebesar Rp

42.377 per kapita per bulan jika dibandingkan dengan posisi per September 2012 yang

tercatat sebesar Rp 354.626 per kapita per bulan. Meningkatnya angka garis kemiskinan

yang cukup signifikan disinyalir disebabkan oleh meningkatnya harga beberapa kebutuhan

pokok masyarakat. Selain itu, rendahnya Upah Minimum Regional (UMR) jika dibandingkan

dengan angka Kebutuhan Hidup Layak (KHL) menjadi salah satu permasalahan yang dapat

mengurangi kesejahteraan masyarakat.

Tabel 48. Jumlah Penduduk Penduduk Miskin Di Provinsi Papua Barat

Sumber: BPS Provinsi Papua

Sumber: BPS Provinsi Papua Barat diolah

Maret September Maret September Maret September

Jumlah Penduduk Miskin 249,838 227,118 229,989 223,241 224,273 234,230

Presentase Penduduk Miskin 31.92% 28.53% 28.20% 27.04% 26.67% 27.14%

Garis Kemiskinan 318,796 334,449 333,485 354,626 363,930 397,003

Perkotaan 342,709 356,222 349,678 374,382 382,905 414,900

Pedesaan 311,737 325,128 326,613 346,157 355,839 389,163

2012 2013Uraian

2011

Grafik 56. Perkembangan Penduduk Miskin Papua Barat Grafik 57. Perkembangan UMR Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 63

BAB 7.

OUTLOOK PEREKONOMIAN DAN INFLASI

I. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua

Sepanjang tahun 2014, perekonomian Provinsi Papua diperkirakan masih akan

mengalami pertumbuhan tahunan yang positif sebesar 5,55%±1% (yoy), angka tersebut jauh

lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan selama tahun 2013 sebesar 14,72%

(yoy). Adapun pada triwulan II-2014 pertumbuhan perekonomian Provinsi Papua diperkirakan

akan tumbuh sebesar 2,62% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi yang masih

positif didorong oleh tingginya kontribusi dari komponen konsumsi (khususnya konsumsi

rumah tangga dan pemerintah) dan investasi. Sementara dari sisi penawaran, pertumbuhan

ekonomi yang positif didorong oleh kontribusi dari sektor jasa-jasa, bangunan dan

Perdagangan.

Konsumsi rumah tangga diperkirakan masih tumbuh positif sebagai akibat dari

pelaksanaan Pemilu legislatif pada bulan April 2014. Selain itu, persiapan menjelang

pelaksanaan Pemilu Presiden pada bulan Juli 2014 juga diperkirakan dapat turut mendorong

tingginya angka konsumsi pada triwulan II-2014. Di sisi lain, penyaluran dana perimbangan

yang berasal dari Pemerintah Pusat kepada seluruh Pemda yang terdapat di wilayah Papua

diperkirakan mulai akan meningkat pada triwulan II-2014. Hal tersebut diprediksi juga dapat

mendorong bertumbuhnya kinerja konsumsi Pemerintah pada triwulan yang akan datang.

Pertumbuhan komponen Investasi di triwulan II-2014 diperkirakan cukup signifikan.

Adanya realisasi proyek investasi baik yang sedang berjalan maupun yang baru akan mulai

dilaksanakan pada triwulan II-2014, dinilai mampu memberi kontribusi yang besar bagi

kinerja investasi pada triwulan yang akan datang. Selain itu, dengan disahkannya Provinsi

Papua sebagai tuan rumah penyelenggaraan kegiatan Pekan Olah Raga Nasional (PON) pada

tahun 2020, diperkirakan juga akan mendorong kegiatan investasi dalam beberapa waktu

kedepan.

Dari sisi Sektoral, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 diperkirakan berasal dari

kontribusi sektor jasa-jasa akibat adanya penerapan UU Otsus plus serta adanya kenaikan

dana perimbangan dari Pemerintah Pusat. Secara historis, sektor pertambangan Papua selalu

menjadi penyumbang terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua. Akan tetapi,

pada triwulan II-2014 kelangsungan usaha sektor pertambangan di Papua akan sedikit

mengalami perlambatan seiring pemberlakukan UU Minerba. Namun demikian, berdasarkan

hasil liaison pada salah satu perusahaan pertambangan terbesar di Provinsi Papua

menyatakan bahwa kinerja perusahaan sepanjang tahun 2014 tidak akan berbeda dengan

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 64

pencapaian tahun 2014. Hal ini dengan asumsi bahwa kegiatan ekspor akan mulai dilakukan

pada bulan Mei 2014 seiring dengan telah selesainya proses negoisasi dengan pemerintah.

Namun, sampai dengan pertengahan bulan Mei 2014, larangan ekspor mineral mentah

sebagaimana yang diamanatkan dalam UU Minerba belum dicabut/dihentikan. Sehingga,

berdasarkan kondisi tersebut pertumbuhan sektor pertambangan sepanjang tahun 2014

diprediksi akan mengalami perlambatan kinerja jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Sementara sektor usaha lainnya seperti sektor pertanian, sektor jasa-jasa, sektor PHR dan

sektor bangunan diprediksi masih tetap tumbuh postif. Hal tersebut terjadi seiring dengan

pelaksanaan pemilu dan perayaan hari besar keagamaan sepanjang tahun 2014 serta

adanya kenaikan dana perimbangan bagi Pemda yang terdapat di wilayah Papua.

Adapun pertumbuhan sektor lainnya seperti sektor pertanian pada triwulan mendatang

diprediksi akan mengalami penurunan seiring telah berlalunya masa panen dan mulai

masuknya masa tanam. Sektor bangunan diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang

lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya. Sementara itu, sektor PHR pada

triwulan yang akan datang diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi

seiring adanya ekspektasi meningkatnya permintaan konsumsi masyarakat menjelang

pelaksanaan Pemilu 2014.

1.2. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat

Pada tahun 2014, perekonomian Provinsi Papua Barat diperkirakan masih akan

mengalami pertumbuhan tahunan yang positif sebesar 6,53%±1% (yoy), angka tersebut lebih

rendah jika dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan selama tahun 2013 sebesar 9,30%

(yoy). Adapun pada triwulan I-2014 pertumbuhan perekonomian Provinsi Papua Barat

diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,50% (yoy). Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi

yang masih positif didorong oleh tingginya kontribusi dari komponen konsumsi (khususnya

konsumsi rumah tangga dan pemerintah) dan komponen investasi. Sedangkan dari sisi

penawaran, pertumbuhan ekonomi didorong oleh tingginya kontribusi dari sektor industri

pengolahan, jasa-jasa dan bangunan.

Ekspektasi lebih rendahnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 dibandingkan

dengan angka prediksi sebelumnya didorong oleh beberapa faktor. Dari Sisi Permintaan,

kinerja ekspor Papua Barat diprediksi akan mengalami penurunan jika dibandingkan angka

prediksi pada periode sebelumnya. Hal tersebut terjadi sebagai dampak menurunnya ekspor

Migas dari Papua Barat sebagai akibat berlarut-larutnya proses renegosiasi harga jual LNG ke

Sempra (China).

Dari sisi penawaran, sektor industri pengolahan diprediksi tidak akan menunjukan

pertumbuhan yang signifikan seperti pada periode-periode sebelumnya. Hal tersebut terjadi

sebagai akibat tertahannya kegiatan ekspor migas ke luar negeri (khususnya China) yang

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 65

turut berdampak terhadap menurunnya proses produksi. Sektor jasa-jasa diprediksi dapat

tumbuh cukup signifikan seiring adanya kenaikan APBD Provinsi Papua Barat yang cukup

signifikan pada tahun 2014. Sektor Bangunan juga diprediksi akan tumbuh signifikan seiring

dengan adanya beberapa proyek seperti: Dimulainya pembangunan pabrik semen di

Manokwari, persiapan pembangunan fasilitas produksi migas baru, pembangunan gedung

kantor pemerintahan seiring adanya pemekaran beberapa kota/kabupaten baru,

pembangunan pelabuhan kelas internasional di Sorong dan dimulainya pembagunan

beberapa proyek pemerintah di Papua Barat.

Adapun pertumbuhan sektor lainnya seperti sektor Bangunan pada triwulan mendatang

diprediksi akan mengalami pertumbuhan positif yang cenderung mengalami perlambatan

dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal tersebut terjadi mengingat adanya asumsi bahwa

sebagian pengeluaran pemerintah yang semula diperuntukan bagi sektor bangunan akan

dialokasikan guna mendukung kegiatan Pemilu pada pertengahan tahun 2014. Seperti

halnya yang terjadi di Provinsi Papua, sektor PHR pada triwulan yang akan datang juga

diprediksi akan mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi mengingat adanya dorongan

konsumsi menjelang pelaksanaan Pemilu 2014.

II. PROSPEK INFLASI

2.1. Inflasi Provinsi Papua

Pada triwulan II-2014, inflasi tahunan Provinsi Papua diperkirakan berada level 7,54 ±

1% (yoy). Pencapaian inflasi di Provinsi Papua pada triwulan mendatang disinyalir akan lebih

rendah dibanding pencapaian pada triwulan sebelumnya seiring relatif membaiknya kondisi

cuaca pada pertengahan tahun yang mana hal tersebut dapat mendukung aktivitas distribusi

barang maupun produksi beberapa komoditas bahan makanan. Namun demikian, pada

triwulan II-2014, terdapat beberapa potensi ancaman yang dapat meningkatkan inflasi ke

level yang lebih tinggi dari prediksi sebelumnya seperti adanya rencana untuk menaikan Tarif

Dasar Listrik (TDL) bagi konsumen industri, adanya peningkatan konsumsi menjelang Pemilu

Presiden 2014 serta potensi melemahnya nilai tukar yang dapat berdampak terhadap

meningkatnya harga barang-barang impor.

Sampai dengan akhir tahun 2014, Provinsi Papua diperkirakan akan mengalami inflasi

tahunan sebesar 5,29% (yoy). Pencapaian inflasi Provinsi Papua pada tahun 2014 secara

optimis berada dalam rentang target yang telah ditetapkan, tentunya dengan catatan bahwa

seluruh harga barang yang diatur oleh Pemerintah (administred price) serta kelancaran

pasokan distribusi barang ke Papua tidak mengalami perubahan maupun gangguan yang

signifikan.

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 66

2.2. Inflasi Provinsi Papua Barat

Pada triwulan II-2014, inflasi tahunan Provinsi Papua Barat diperkirakan berada level

5,82 ± 1% (yoy). Pencapaian inflasi di Provinsi Papua Barat pada triwulan mendatang dinilai

cukup moderat seiring semakin lancarnya aktivitas pendistribusian barang-barang kebutuhan

ke wilayah Papua Barat. Disamping itu, adanya program Pemerintah Daerah yang

menggalakan sektor pertanian di Papua Barat (khususnya Manokwari) menjadi salah satu

faktor yang dapat menekan inflasi pada triwulan yang akan datang.

Sampai dengan akhir tahun 2014, Provinsi Papua Barat diperkirakan akan mengalami

inflasi tahunan sebesar 4,50% (yoy). Adanya rencana pembukaan salah satu retailer besar di

wilayah Papua Barat juga disinyalir akan mempengaruhi pergerakan inflasi di Provinsi Papua

Barat. Namun demikian, pelaksanaan pemilu di tahun 2014 dinilai dapat menjadi ancaman

meningkatnya inflasi di tahun 2014.

III. PROSPEK PERBANKAN

3.1 Propek Perbankan Provinsi Papua

Adanya kebijakan untuk menekan laju pertumbuhan kredit perbankan dalam

mengantisipasi Stabilitas Sistem Keuangan di Indonesia akan berdampak terhadap

melambatnya laju pertumbuhan kredit Papua pada tahun 2014. Meskipun demikian,

pertumbuhan kinerja perbankan pada triwulan I-2014 diperkirakan masih akan tetap positif

dengan rentang pertumbuhan jumlah kredit yang disalurkan, jumlah aset dan Dana Pihak

Ketiga (DPK) mencapai rentang 15-17%. Namun demikian, tingkat pertumbuhan tersebut

berada dibawah potensi yang sebenarnya dapat dicapai oleh Perbankan di Provinsi Papua.

3.2 Prospek Perbankan Provinsi Papua Barat

Searah dengan kondisi yang terjadi di Provinsi Papua, Kondisi perbankan di Provinsi

Papua Barat diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang berada dibawah potensi

sebenarnya yang dapat dicapai. Angka pertumbuhan untuk kredit yang disalurkan, jumlah

aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK) diperkirakan mencapai 15-17%. Pertumbuhan kinerja

perbankan di wilayah Papua Barat masih didorong oleh adanya beberapa pemekaran wilayah

Tingkat II yang mana baik secara langsung maupun tidak langsung akan membutuhkan

kehadiran perbankan. Selain itu masih bertumbuhnya tingkat konsumsi masyarakat serta

tingginya dana perimbangan yang dimiliki oleh Pemda setempat juga dapat mendorong

kinerja perbankan di Provinsi Papua Barat kearah yang lebih baik.