kajian ekonomi regional - bi.go.id filekajian ekonomi regional provinsi nusa tenggara timur kantor...
TRANSCRIPT
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur
Triwulan I - 2013
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT ii
KKKAAATTTAAA PPPEEENNNGGGAAANNNTTTAAARRR
Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat
penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi
kebijakan moneter. Secara triwulanan KPw BI Provinsi NTT melakukan pengkajian
dan penelitian terhadap perkembangan perekonomian daerah sebagai masukan
kepada Kantor Pusat Bank Indonesia dalam kaitan perumusan kebijakan moneter
tersebut. Selain itu kajian/analisis ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang
diharapkan dapat bermanfaat bagi eksternal stakeholder setempat, yaitu Pemda,
DPRD, akademisi, serta masyarakat lainnya.
Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Nusa Tenggara Timur ini mencakup
Makro Ekonomi Regional, Perkembangan Inflasi, Perkembangan Perbankan dan
Sistem Pembayaran, serta Prospek Perekonomian Daerah pada periode mendatang.
Dalam menyusun kajian ini digunakan data yang berasal dari internal Bank Indonesia
maupun dari eksternal, dalam hal ini dinas/instansi terkait.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih terdapat
kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan masukan dari semua pihak untuk
meningkatkan kualitas isi dan penyajian laporan. Akhirnya kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam bentuk
penyampaian data maupun dalam bentuk saran, kritik, dan masukan sehingga kajian
ini dapat diselesaikan. Kami mengharapkan kerjasama yang telah terjalin dengan
baik selama ini, kiranya dapat terus berlanjut di masa yang akan datang.
Kupang, Mei 2013 Kepala Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Luctor E. Tapiheru Deputi Direktur
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT iii
DDDAAAFFFTTTAAARRR IIISSSIII
Halaman Judul ------------------------------------------------------------------------------- i
Kata Pengantar ------------------------------------------------------------------------------ ii
Daftar Isi -------------------------------------------------------------------------------------- iii
Daftar Grafik -------------------------------------------------------------------------------- v
Daftar Tabel --------------------------------------------------------------------------------- vii
Ringkasan Umum --------------------------------------------------------------------------- ix
BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL
1.1 Kondisi Umum ------------------------------------------------------------------------- 1
1.1 Sisi Penggunaan ------------------------------------------------------------------------ 2
1.2 Sisi Sektoral ----------------------------------------------------------------------------- 6
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI
2.1 Kondisi Umum ------------------------------------------------------------------------- 11
2.2 Perkembangan Inflasi NTT ----------------------------------------------------------- 12
2.3 Disagregasi Inflasi ---------------------------------------------------------------------- 14
2.4 Inflasi NTT Berdasarkan Kota -------------------------------------------------------- 16
2.4.1 Inflasi Kota Kupang ------------------------------------------------------------ 16
2.4.2 Inflasi Kota Maumere --------------------------------------------------------- 18
BOKS 1. EKSPEKTASI MENDORONG INFLASI : Bawang Merah dan Bawang
Putih ----------------------------------------------------------------------------- 20
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
3.1 Kondisi Umum ------------------------------------------------------------------------- 22
3.2 Perkembangan Bank Umum -------------------------------------------------------- 24
3.2.1 Intermediasi Perbankan ------------------------------------------------------- 24
3.2.2 Kredit UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) ---------------------------- 29
3.2.3 Kinerja Perbankan Umum Berdasarkan Sebaran Pulau ----------------- 30
3.3 Sistem Pembayaran -------------------------------------------------------------------- 31
3.3.1 Transaksi Non Tunai ------------------------------------------------------------ 31
3.3.2 Transaksi Tunai ------------------------------------------------------------------ 33
BOKS 2. KAS KELILING DI WILAYAH TERPENCIL NTT ---------------------------- 36
BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH
4.1 Kondisi Umum -------------------------------------------------------------------------- 38
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT iv
4.2 Pendapatan Daerah -------------------------------------------------------------------- 39
4.3 Belanja Daerah ------------------------------------------------------------------------- 39
BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
5.1 Kondisi Umum -------------------------------------------------------------------------- 42
5.2 Perkembangan Ketenagakerjaan --------------------------------------------------- 42
5.3 Perkembangan Kesejahteraan ------------------------------------------------------- 43
BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN
6.1 Pertumbuhan Ekonomi --------------------------------------------------------------- 45
6.2 Inflasi ------------------------------------------------------------------------------------- 47
BOKS 3. DAMPAK KENAIKAN BBM TERHADAP INFLASI NTT -------------------- 49
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT v
DDDAAAFFFTTTAAARRR GGGRRRAAAFFFIIIKKK
Grafik 1.1 Perkembangan PDRB NTT -------------------------------------------------- 1
Grafik 1.2 Perkembangan Struktur PDRB NTT --------------------------------------- 1
Grafik 1.3 Sumbangan Pertumbuhan Sisi Penggunaan --------------------------- 2
Grafik 1.4 Konsumsi Listrik Sektor Bisnis --------------------------------------------- 3
Grafik 1.5 Nilai Tukar Petani ----------------------------------------------------------- 3
Grafik 1.6 Kredit Konsumsi ------------------------------------------------------------- 3
Grafik 1.7 Perkembangan IKE ---------------------------------------------------------- 3
Grafik 1.8 Kredit Investasi -------------------------------------------------------------- 4
Grafik 1.9 PDRB Ekspor-Impor --------------------------------------------------------- 5
Grafik 1.10 Perkembangan Bongkar Muat ------------------------------------------- 5
Grafik 1.11 Negara Tujuan Ekspor ------------------------------------------------------ 5
Grafik 1.12 Pengiriman Ternak ---------------------------------------------------------- 6
Grafik 1.13 Perkembangan Penjualan Eceran ---------------------------------------- 8
Grafik 1.14 Kredit Sektor PHR ----------------------------------------------------------- 8
Grafik 1.15 Perkembangan Arus Bongkar -------------------------------------------- 8
Grafik 1.16 Jumlah Tamu Hotel --------------------------------------------------------- 8
Grafik 1.17 Konsumsi Semen NTT ------------------------------------------------------ 9
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT --------------------------------------------- 12
Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan NTT ----------------------------------------------------- 13
Grafik 2.3 Inflasi Bulanan Triwulan I-2013 NTT ------------------------------------ 13
Grafik 2.4 Struktur Inflasi Bulanan NTT ----------------------------------------------- 14
Grafik 2.5 Disagregasi Inflasi NTT ----------------------------------------------------- 15
Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Kupang ------------------------------------------- 16
Grafik 2.7 Inflasi Triwulanan Kupang ------------------------------------------------ 17
Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Maumere ----------------------------------------- 18
Grafik 2.9 Inflasi Triwulanan Maumere ---------------------------------------------- 19
Grafik 3.1 Perkembangan LDR --------------------------------------------------------- 24
Grafik 3.2 Perkembangan Undisbursed Loan --------------------------------------- 24
Grafik 3.3 Komposisi DPK -------------------------------------------------------------- 25
Grafik 3.4 DPK Menurut Golongan Pemilik ----------------------------------------- 25
Grafik 3.5 Perkembangan NPL --------------------------------------------------------- 28
Grafik 3.6 NPL Konsumsi dan Modal Kerja ------------------------------------------ 28
Grafik 3.7 Perkembangan Transaksi Kliring ----------------------------------------- 32
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT vi
Grafik 3.8 Perkembangan Cek/BG Kosong ----------------------------------------- 32
Grafik 3.9 Nilai Transaksi RTGS -------------------------------------------------------- 33
Grafik 3.10 Volume Transaksi RTGS ---------------------------------------------------- 33
Grafik 3.11 Perkembangan Transaksi Tunai ------------------------------------------ 34
Grafik 4.1 APBD Provinsi NTT ---------------------------------------------------------- 38
Grafik 4.2 Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD -------------------------------- 38
Grafik 4.3 Realisasi Pendapatan -------------------------------------------------------- 39
Grafik 4.4 Realisasi Belanja ------------------------------------------------------------- 40
Grafik 5.1 Indeks Ketenagakerjaan NTT --------------------------------------------- 43
Grafik 5.2 Perkembangan UMP NTT -------------------------------------------------- 44
Grafik 5.3 Perkembangan Indeks Penghasilan -------------------------------------- 44
Grafik 5.4 Perkembangan NTP NTT --------------------------------------------------- 44
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT vii
DDDAAAFFFTTTAAARRR TTTAAABBBEEELLL
Tabel 1.1 Kinerja Perbankan NTT ------------------------------------------------------- 9
Tabel 1.2 Perkembangan PDRB Sisi Sektoral ------------------------------------------ 10
Tabel 1.3 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Sektoral ------------------------------- 10
Tabel 1.4 Perkembangan PDRB Sisi Penggunaan ------------------------------------ 10
Tabel 1.5 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Penggunaan -------------------------- 10
Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT ------------------------------------------------ 11
Tabel 2.2 Inflasi NTT per Kelompok ---------------------------------------------------- 13
Tabel 2.3 Inflasi Kupang per Kelompok ----------------------------------------------- 17
Tabel 2.4 Inflasi Maumere per Kelompok ---------------------------------------------- 18
Tabel 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan NTT (Bank Umum dan BPR) ------- 22
Tabel 3.2 Perkembangan Transaksi Non Tunai --------------------------------------- 23
Tabel 3.3 Perkembangan Transaksi Tunai ---------------------------------------------- 23
Tabel 3.4 Perkembangan Komponen DPK -------------------------------------------- 25
Tabel 3.5 Perkembangan Kredit --------------------------------------------------------- 26
Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Modal Kerja ----------------------------------------- 26
Tabel 3.7 Perkembangan Kredit Investasi ---------------------------------------------- 27
Tabel 3.8 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektoral ------------------------------- 28
Tabel 3.9 Perkembangan Komponen Kredit UMKM Bank Umum ---------------- 29
Tabel 3.10 Perkembangan Kredit UMKM Sektoral Bank Umum ------------------ 30
Tabel 3.11 Indikator Perbankan Berdasarkan Sebarab Pulau ---------------------- 31
Tabel 3.12 Perkembangan Indikator Sistem Pembayaran Lain -------------------- 34
Tabel 4.1 Realisasi dan Rencana Tahun Anggaran 2013 --------------------------- 41
Tabel 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT ---------------------------- 46
Tabel 6.2 Ringkasan Leading Economic Indicator Kondisi Usaha Provinsi
Nusa Tenggara Timur --------------------------------------------------------- 46
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT viii
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi
Unit Kajian, Statistik dan Survei
KPw BI Provinsi NTT
Jl. Tom Pello No. 2 Kupang – NTT
[0380] 832-047 ; fax : [0380] 822-103
www.bi.go.id
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT ix
Ringkasan Umum
KER Provinsi Nusa Tenggara Timur
Triwulan I-2013
EEEKKKOOONNNOOOMMMIII MMMAAAKKKRRROOO RRREEEGGGIIIOOONNNAAALLL
Pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan laporan sebesar 5,37%
(yoy) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan
penggunaan, terjadi kecenderungan perlambatan aktivitas ekonomi pada konsumsi
dan investasi, kecuali pertumbuhan ekspor yang tercatat lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya. Berdasarkan sektoral, melambatnya pertumbuhan ekonomi
pada triwulan laporan, didorong oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi pada
beberapa sektor ekonomi, khususnya sektor – sektor dominan, yaitu sektor
pertanian, sektor PHR (perdagangan, hotel dan restoran) serta sektor bangunan
(konstruksi). Ketiga sektor tersebut memberikan kontribusi yang signifikan, yaitu
sebesar 59,45% dalam struktur PDRB NTT triwulan laporan. Di sisi lain,
meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi pada sektor jasa yang berkontribusi
sebesar 25,86% terhadap PDRB NTT mampu menahan melambatnya pertumbuhan
ekonomi NTT pada level yang lebih rendah.
Secara triwulanan, perekonomian NTT turun signifikan sebesar 5,11%(qtq).
Penurunan kinerja terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan penurunan kinerja
ekonomi triwulanan paling tinggi terjadi pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa
perusahaan yang mencapai -10,71%% (qtq), kemudian diikuti industri pengolahan
sebesar -10,10% (qtq), serta sektor bangunan sebesar -9,15% (qtq). Dari sisi
penggunaan, aktivitas konsumsi juga menunjukkan penurunan sebesar 11,53% (qtq)
seiiring dengan siklus kegiatan ekonomi awal tahun yang cenderung turun
dibandingkan dengan triwulan IV.
PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN IIINNNFFFLLLAAASSSIII RRREEEGGGIIIOOONNNAAALLL
Inflasi NTT pada triwulan I-2013 tercatat lebih tinggi dibandingkan
inflasi pada triwulan sebelumnya. Meningkatnya pergerakan laju inflasi pada
awal tahun menyebabkan pencapaian inflasi pada triwulan I-2013 meningkat cukup
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT x
tinggi sebesar 7,11% (yoy). Meningkatnya laju inflasi NTT pada triwulan laporan
didorong oleh meningkatnya inflasi pada komoditas bergejolak (volatile foods) serta
kelompok administered prices. Peningkatan inflasi pada kelompok volatile foods
selain disebabkan oleh faktor supply yang terbatas akibat adanya permasalahan
dokumen impor di daerah pemasok, yaitu Surabaya juga dominan dipengaruhi oleh
ekspektasi inflasi masyarakat (expected inflation). Di sisi lain, inflasi inti (core
inflation) relatif stabil dengan kecenderungan menurun pada level 7,53% (yoy).
Peningkatan inflasi terjadi di kedua kota penghitungan inflasi NTT yaitu Kota
Kupang dan Kota Maumere. Imbas dari pembatasan impor komoditas hortikultura
berpengaruh cukup signifikan terhadap pembentukan inflasi pada awal tahun di
kedua Kota tersebut. Selain itu, kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) tahap pertama
memberikan sumbangan inflasi antara 0,05% sampai dengan 0,07%. Pada triwulan
laporan, tercatat inflasi Kota Kupang sebesar 7,06% (yoy) dan inflasi Kota Maumere
mencapai 7,38% (yoy).
PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN PPPEEERRRBBBAAANNNKKKAAANNN DDDAAANNN SSSIIISSSTTTEEEMMM PPPEEEMMMBBBAAAYYYAAARRRAAANNN
Kinerja perbankan dan sistem pembayaran Nusa Tenggara Timur
menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan searah dengan
meningkatnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan. Dari sisi kinerja
keuangan, tercatat gabungan asset bank umum dan BPR di Provinsi NTT sebesar Rp
21,27 triliun atau meningkat sebesar 18,35% (yoy) dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Demikian pula indikator utama lainnya, yaitu penghimpunan Dana
Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran kredit perbankan NTT yang masih menunjukkan
peningkatan dengan resiko kredit yang terjaga. Pada triwulan laporan,
penghimpunan DPK perbankan NTT meningkat sebesar 14,41% (yoy) dengan total
DPK mencapai Rp 15,53 triliun. Penyaluran kredit meningkat sebesar 22,50% (yoy)
dengan outstanding kredit mencapai Rp 13,02 triliun dengan resiko kredit terjaga
pada level 1,64%. Peningkatan DPK yang diimbangi dengan tingginya penyaluran
kredit menunjukkan fungsi intermediasi perbankan di NTT relatif baik, tercermin dari
rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) sebesar 83,86%.
Kinerja sistem pembayaran juga menunjukkan peningkatan. Aktivitas
transaksi non tunai melalui fasilitas Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)
atau dengan fasilitas Real Time Gross Settlement (RTGS) mengalami kenaikan yang
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT xi
cukup signifikan dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Pada triwulan I-
2013, transaksi melalui SKNBI tercatat meningkat signifikan sebesar 22,64% (yoy)
dengan nominal transaksi sebesar Rp 530,78 miliar sementara transaksi melalui
RTGS meningkat signifikan sebesar 64,84% (yoy) dengan nominal transaksi
mencapai Rp 22,69 triliun. Sementara itu, pada transaksi tunai terjadi net inflow
yaitu jumlah uang keluar dari Bank Indonesia (outflow) jauh lebih kecil dibandingkan
dengan jumlah uang yang masuk (inflow).
KKKEEEUUUAAANNNGGGAAANNN PPPEEEMMMEEERRRIIINNNTTTAAAHHH
APBD Provinsi Nusa Tenggara tahun 2013 meningkat relatif kecil
dibandingkan tahun sebelumnya. Rencana anggaran belanja Tahun 2013 tercatat
sebesar Rp 2,40 triliun, meningkat sebesar 2,00% dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Selain rencana belanja, pos pendapatan juga mengalami kenaikan
sebesar 3,81% dari Rp 2,26 triliun pada tahun 2012 menjadi Rp 2,34 triliun pada
tahun 2013. Realisasi keuangan pemerintah Provinsi NTT pada triwulan I-2013 sesuai
dengan target. Realisasi anggaran pendapatan pada triwulan laporan sebesar Rp
627,41 miliar atau telah terealisasi sebesar 26,79% dari rencana anggaran
pendapatan tahun 2013. Sementara itu, realisasi anggaran belanja pemerintah pada
triwulan I-2013 sebesar Rp 428,60 miliar atau mencapai 17,85%. Realisasi anggaran
belanja pada triwulan I-2013 mengalami peningkatan relatif signifikan sebesar
38,40% dibandingkan dengan realisasi anggaran belanja pada triwulan I-2012.
KKKEEETTTEEENNNAAAGGGAAAKKKEEERRRJJJAAAAAANNN DDDAAANNN KKKEEESSSEEEJJJAAAHHHTTTEEERRRAAAAAANNN
Perkembangan ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat NTT
pada triwulan laporan relatif membaik pada triwulan I-2013. Kondisi ini
tercermin dari membaiknya perkembangan beberapa indikator ketenagakerjaan dan
kesejahteraan. Perkembangan daya serap tenaga kerja di NTT terindikasi masih
menunjukkan perkembangan yang positif walaupun relatif melambat dibandingkan
triwulan sebelumnya. Tercermin dari hasil SKDU KPwBI Provinsi NTT triwulan I-2013,
dimana Indeks ketenagakerjaan pada triwulan laporan sebesar 4,39. Sementara itu,
pada triwulan laporan terlihat adanya optimisme, khususnya pada masyarakat
dengan penghasilan menengah keatas terhadap tingkat kesejahteraan. Hal ini
tercermin dari indeks penghasilan saat ini dibandingkan 6 (enam) bulan yang lalu
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT xii
hasil Survei Konsumen bulan Januari-Maret 2013. Disisi lain, indikator kesejahteraan
didaerah pedesaan yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) masih belum
menunjukkan perbaikan yang signifikan bahkan cenderung menurun, hal tercermin
dari nilai NTP NTT yang sebesar 99,66 dengan indeks diterima (IT) sebesar 147,43
dan indeks dibayar (IB) sebesar 147,93..
PPPRRROOOSSSPPPEEEKKK PPPEEERRREEEKKKOOONNNOOOMMMIIIAAANNN
Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur pada
triwulan II-2013 diperkirakan sedikit melambat dibandingkan triwulan
laporan. Pertumbuhan ekonomi tahunan pada triwulan II-2013 diperkirakan akan
berada pada kisaran 5,0% - 5,5% (yoy) dengan kecenderungan moderat. Adapun
pertumbuhan ekonomi tahun 2013 secara kumulatif diperkirakan pada kisaran 5,4%
- 5,9% (yoy) dengan kecenderungan mendekati batas bawah. Konsumsi dan ekspor
diproyeksikan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi disaat kinerja investasi
masih terbatas. Dari sisi sektoral, sektor pertanian diproyeksikan akan menjadi
pendorong pertumbuhan pada triwulan II-2013. Di sisi lain, sektor perdagangan,
hotel dan restoran diproyeksikan akan sedikit mengalami perlambatan. Sub sektor
perdagangan diperkirakan sedikit melambat seiring dengan bayang-bayang kenaikan
BBM yang berpotensi pada tingginya inflasi.
Inflasi tahunan Provinsi Nusa Tenggara Timur pada triwulan II-2013
diperkirakan akan berada pada kisaran 9,78% ± 1% (yoy) dengan asumsi
terdapat dampak langsung dan tidak langsung dari kenaikan harga BBM
sebesar 33,33% dari Rp 4.500,00 menjadi Rp 6.000,00. Apabila kebijakan
tersebut ditangguhkan, inflasi NTT diperkirakan pada kisaran 5,35 ± 1% (yoy).
Supply komoditas yang relatif terjaga pada komoditas bahan makanan lainnya,
khususnya ikan segar dan sayur-sayuran seiring dengan kondisi cuaca yang cukup
kondusif untuk pelayaran dan pertanian hortikultura menyebabkan terjadinya
penurunan harga yang cukup signifikan. Musim panen komoditas padi menjamin
terjaganya pasokan beras pada triwulan II-2013. Selain itu, kondusifnya cuaca di
perairan NTT diperkirakan berdampak pada kestabilan harga komoditas ikan segar.
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT xiii
Laju Inflasi Tahunan (yoy;%)
- NTT 3.60 5.02 5.21 5.33 7.11
- Kupang 3.11 4.37 4.66 5.10 7.06
- Maumere 6.21 8.45 8.07 6.49 7.38
PDRB - Harga Konstan (miliar Rp) 3,294 3,447 3,573 3,658 3,471
- Pertanian 1,205 1,237 1,230 1,240 1,237
- Pertambangan dan Penggalian 43.05 45.41 49.42 50.15 45.62
- Industri Pengolahan 47 48 51 53 47
- Listrik, gas dan air bersih 14.61 15.02 16.08 16.88 15.93
- Bangunan 202 219 232 236 215
- Perdagangan, Hotel dan Restoran 573.04 614.31 639.65 654.54 612.01
- Pengangkutan dan komunikasi 251 256 270 274 266
- Keuangan, Persewaan, dan Jasa 125.32 134.23 143.67 151.66 135.41
- Jasa 835 877 941 982 898
Pertumbuhan PDRB (yoy;%) 5.45 4.87 5.87 5.48 5.37
Ekspor - Impor*
Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 4.27 4.24 2.82 4.11 2.62
Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 10.73 7.09 8.45 11.01 6.89
Nilai Impor Nonmigas (USD juta) 60.87 2.29 2.53 0.02 2.73
Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 200.17 28.31 46.42 0.07 46.04
Sistem Pembayaran
Inflow (miliar Rp) 1,130.96 484.92 677.29 486.65 1,361.13
Outflow (miliar Rp) 286.81 1168.66 1175.25 1665.53 436.38
Netflow (miliar Rp) 844.15 -683.75 -497.96 -1,178.88 924.76
MRUK (miliar Rp) 345.72 32.20 14.67 45.91 179.71
Uang Palsu (ribu Rp) 1,950 7,650 4,800 11,440 1,100
Nominal Kliring (miliar Rp) 432.79 447.93 512.87 610.18 530.78
Sumber : Berbagai sumber (diolah)
INDIKATOR Tw.I-13
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIHPROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
INFLASI DAN PDRB
Tw.II-12 Tw.IV-12Tw.III-12Tw.I-12
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT xiv
PERBANKAN
Bank Umum
Total Aset (Rp Triliun) 17.77 18.12 19.50 19.90 21.02
DPK (Rp Triliun) 13.43 14.30 14.75 14.88 15.35
- Tabungan (Rp Triliun) 6.25 6.95 7.25 8.52 7.58
- Giro (Rp Triliun) 3.40 3.44 3.39 2.89 3.78
- Deposito (Rp Triliun) 3.78 3.91 4.11 3.48 4.00
Kredit (Rp Triliun) 10.48 11.40 12.05 12.53 12.84
- Modal Kerja 2.70 3.21 3.21 3.36 3.44
- Konsumsi 7.14 7.51 8.10 8.32 8.57
- Investasi 0.64 0.68 0.74 0.84 0.83
LDR 78.02% 79.73% 81.69% 84.16% 83.67%
NPLs 1.66% 1.51% 1.58% 1.39% 1.56%
Kredit UMKM (Triliun Rp) 2.63 3.07 3.04 3.23 3.29
BPR
Total Aset (Rp Miliar) 203.23 213.51 221.73 250.74 250.41
DPK (Rp Miliar) 145.73 156.24 162.27 186.17 180.16
- Tabungan (Rp Miliar) 55.49 54.61 61.95 66.10 71.75
- Deposito (Rp Miliar) 90.24 101.63 100.32 120.07 108.41
Kredit (Rp Miliar) 153.80 166.72 170.54 175.40 180.14
- Modal Kerja 70.47 80.20 84.40 89.81 91.96
- Konsumsi 24.51 25.88 60.44 61.22 63.45
- Investasi 58.81 60.64 25.70 24.37 24.72
Rasio NPL Gross 5.28% 6.27% 5.43% 4.26% 7.41%
LDR 105.53% 106.71% 105.10% 94.21% 99.99%
GABUNGAN BANK UMUM DAN BPR
Total Aset (Rp Triliun) 17.97 18.33 19.72 20.15 21.27
DPK (Rp Triliun) 13.58 14.45 14.91 15.07 15.53
- Tabungan (Rp Triliun) 6.31 7.00 7.31 8.58 7.65
- Giro (Rp Triliun) 3.40 3.44 3.39 2.89 3.78
- Deposito (Rp Triliun) 3.87 4.01 4.21 3.60 4.10
Kredit (Rp Triliun) 10.63 11.56 12.22 12.70 13.02
- Modal Kerja 2.77 3.29 3.30 3.45 3.53
- Konsumsi 7.16 7.54 8.16 8.39 8.64
- Investasi 0.70 0.74 0.76 0.86 0.86
LDR 78.32% 80.02% 81.95% 84.29% 83.86%
NPLs 1.68% 1.54% 1.63% 1.43% 1.64%
Kredit UMKM (Triliun Rp) 2.79 3.24 3.21 3.41 3.47
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. NTT (diolah)
Tw.I-13
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIHPROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Tw.II-12Tw.I-12INDIKATOR Tw.IV-12Tw.III-12
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 1
BBB AAA BBB III
EEEKKKOOONNNOOOMMMIII MMMAAAKKKRRROOO RRREEEGGGIIIOOONNNAAALLL
11..11 KKoonnddiissii UUmmuumm
Pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan laporan sebesar 5,37%
(yoy) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan
penggunaan, terjadi kecenderungan perlambatan aktivitas ekonomi pada
konsumsi dan investasi, kecuali pertumbuhan ekspor yang tercatat lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya.
Berdasarkan sektoral, melambatnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan
laporan, didorong oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi pada beberapa sektor
ekonomi, khususnya sektor – sektor dominan, yaitu sektor pertanian, sektor PHR
(perdagangan, hotel dan restoran) serta sektor bangunan (konstruksi). Ketiga
sektor tersebut memberikan kontribusi yang signifikan, yaitu sebesar 59,45%
dalam struktur PDRB NTT triwulan laporan. Di sisi lain, meningkatnya laju
pertumbuhan ekonomi pada sektor jasa yang berkontribusi sebesar 25,86%
terhadap PDRB NTT mampu menahan melambatnya pertumbuhan ekonomi NTT
pada level yang lebih rendah.
Secara triwulanan, perekonomian NTT turun signifikan sebesar
5,11%(qtq). Penurunan kinerja terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan
penurunan kinerja ekonomi triwulanan paling tinggi terjadi pada sektor keuangan,
‐15%
‐10%
‐5%
0%
5%
10%
15%
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
PDRB (miliar) y‐o‐y q‐t‐q
0%
25%
50%
75%
100%
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
Jasa‐jasa
Keuangan dan Persewaan
Transp & Kom
PHR
Bangunan (konstruksi)
Listrik,Gas dan Air
Industri Pengolahan
Pertambangan
Pertanian
Grafik 1.1 Perkembangan PDRB NTT Grafik 1.2 Perkembangan Struktur PDRB NTT
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 2
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
persewaan, dan jasa perusahaan yang mencapai -10,71%% (qtq), kemudian
diikuti industri pengolahan sebesar -10,10% (qtq), serta sektor bangunan sebesar -
9,15% (qtq). Dari sisi penggunaan, aktivitas konsumsi juga menunjukkan
penurunan sebesar 11,53% (qtq) seiiring dengan siklus kegiatan ekonomi awal
tahun yang cenderung turun dibandingkan dengan triwulan IV.
11..22 SSiissii PPeenngggguunnaaaann
Peranan konsumsi sebagai
sumber utama penopang
pertumbuhan masih dominan.
Aktivitas konsumsi triwulan laporan
masih meningkat dibandingkan triwulan
I-2012 dengan laju pertumbuhan
melambat dibandingkan triwulan
sebelumnya. Walaupun secara tahunan
melambat, konsumsi memberikan
sumbangan yang cukup signifikan
sebesar 4,81% (yoy) terhadap pertumbuhan ekonomi NTT triwulan laporan.
Sementara itu, meningkatnya kinerja ekspor yang cukup signifikan dibandingkan
triwulan I-2012 memberikan andil pertumbuhan sebesar 1,47% (yoy). Di sisi lain,
masih tingginya impor yang dilakukan Provinsi NTT, baik antar pulau maupun
impor luar negeri memberikan andil cukup signifikan sebesar 2,34% (yoy) dalam
mengurangi laju pertumbuhan ekonomi NTT.
1. Konsumsi
Laju pertumbuhan konsumsi melambat dibandingkan kinerja
tahunan triwulan sebelumnya. Konsumsi secara total pada periode laporan
tumbuh sebesar 4,60% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang
sebesar 7,25% (yoy). Melambatnya konsumsi terutama disebabkan oleh
melambatnya konsumsi rumah tangga dan swasta sementara laju pertumbuhan
konsumsi pemerintah tercatat meningkat sebesar 9,01%. Sementara itu, konsumsi
secara triwulanan mengalami penurunan sebesar 7,40% (qtq). Hal tersebut
merupakan dampak dari pulihnya konsumsi masyarakat pasca perayaan Natal dan
Tahun Baru serta penurunan daya beli masyarakat, khususnya di tingkat petani
yang diindikasikan dari Nilai Tukar Petani yang mengalami penurunan cukup
Grafik 1.3 Sumbangan Pertumbuhan Sisi Penggunaan
4.81%
0.95%
1.47%
2.34%
0.49%
Konsumsi
Investasi
Ekspor
Impor
Perubahan stok
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 3
signifikan, dengan indeks sebesar 99,66. Penurunan daya beli petani berdampak
signifikan terhadap aktivitas konsumsi masyarakat, karena sebagian besar tenaga
kerja di NTT (61,61%) bergerak di sektor pertanian.
Sementara itu, subsektor swasta juga mengalami penurunan konsumsi
sebesar 11,16% (qtq). Hal tersebut diantaranya terkonfirmasi oleh penurunan
konsumsi listrik sektor bisnis pada triwulan laporan sebesar 22,13% (qtq)
dibandingkan triwulan sebelumnya.
52,000
54,000
56,000
58,000
60,000
62,000
64,000
66,000
68,000
‐
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
45,000
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013ribu kw
h
Konsumsi (axis kiri)Jumlah Pelanggan (axis kanan)
97
98
99
100
101
102
103
104
125
130
135
140
145
150
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
NTP‐axis kanan IT IB
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
‐
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
Rp m
iliar
Konsumsi yoy (axis kanan)
020406080
100120140160180
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
Indeks Ekonomi Saat Ini Indeks Penghasilan Saat Ini
Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Indeks Ketersediaan Kerja
Grafik 1.6 Kredit Konsumsi Grafik 1.7 Perkembangan IKE
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Sumber : PLN Wilayah NTT diolah
Sumber : KPw BI Prov. NTT Sumber : KPw BI Prov. NTT
Grafik 1.4 Konsumsi Listrik Sektor Bisnis Grafik 1.5 Nilai Tukar Petani
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 4
2. Investasi
Kinerja investasi juga
menunjukkan pertumbuhan
melambat. Pembentukan Modal Tetap
Bruto (PMTB) melambat dari 8,61%
(yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi
6,63% (yoy). Melambatnya laju
pertumbuhan investasi juga tercermin
dari pertumbuhan kredit investasi yang
relatif melambat dibandingkan triwulan
sebelumnya. Hal tersebut menjadi salah
satu indikasi bahwa andil investasi
sektor swasta dominan menggerakkan investasi di NTT.
Secara triwulanan, investasi mengalami penurunan signifikan sebesar -
18,82% (qtq). Menurunnya investasi pada periode laporan diindikasikan terkait
erat dengan menurunnya kinerja sektor bangunan. Hal tersebut dikonfirmasi
dengan konsumsi semen di NTT yang mengalami penurunan yang cukup signifikan
sebesar 13,31% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi tersebut sejalan
dengan dimulainya tahun anggaran baru sehingga proyek – proyek pemerintah
yang berasal dari dana APBN dan APBD baru mulai proses pengadaan.
3. Net Ekspor
Secara tahunan, kinerja net ekspor relatif membaik. Pada periode
laporan, nilai tambah dari kegiatan ekspor NTT sebesar Rp 924 miliar atau
meningkat sebesar 5,52% (yoy). Laju pertumbuhan ekspor meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,64% (yoy). Sementara itu, laju
pertumbuhan impor melambat dari 5,60% (yoy) pada triwulan IV-2012 menjadi
4,96% (yoy) pada triwulan laporan. Hal tersebut berdampak pada pertumbuhan
net ekspor yang relatif lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun,
secara umum nilai tambah yang dihasilkan dari net ekspor NTT masih bernilai
negatif. Kondisi ini dipengaruhi oleh tingginya impor, terutama impor antar daerah
untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat. Minimnya sektor industri di NTT, baik
Sumber : KPw BI Prov. NTT
Grafik 1.8 Kredit Investasi
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
‐
100
200
300
400
500
600
700
800
900
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
Rp m
iliar
Investasi yoy (axis kanan)
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 5
industri makanan maupun non makanan berdampak pada ketergantungan
masyarakat NTT yang cukup tinggi terhadap aktivitas impor antar daerah.
Secara triwulan, kinerja ekspor dan impor di NTT mengalami penurunan
cukup signifikan masing – masing sebesar 16,11% (qtq) dan 32,08% (qtq). Kondisi
tersebut dikonfirmasi dari data bongkar muat di Pelabuhan Tenau yang tercatat
mengalami penurunan unloading (bongkar) dan loading (muat) pada triwulan
laporan masing – masing sebesar 17,01% dan 44,74%.
Khusus untuk ekspor luar
negeri, negara tujuan ekspor
terbesar adalah Timor Leste.
Sedangkan negara berikutnya adalah
negara Cina, dimana komoditas
ekspor yang dominan adalah hasil
tambang bahan galian c, berupa batu-
batu (marmer, batu hias) dan biji
mangan mentah. Pengiriman
dilakukan melalui pelabuhan Tenau
ataupun langsung menuju Pelabuhan
Atapupu. Volume ekspor luar negeri NTT pada triwulan laporan mencapai 6,89
ribu ton atau mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mencapai 10,56 ribu ton. Dari total jumlah tersebut, sebanyak 95,97% ditujukan
ke Timor Leste.
‐1,500
‐1,000
‐500
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
NX Ekspor Impor
(150,000)
(100,000)
(50,000)
‐
50,000
100,000
150,000
200,000
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
Ton
Net Loading Unloading Loading
Grafik 1.9 PDRB Ekspor - Impor
Sumber : KPw BI Prov. NTT
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Grafik 1.11 Negara Tujuan Ekspor
Grafik 1.10 Perkembangan Bongkar Muat
Sumber : PT Pelindo Tenau
0%
20%
40%
60%
80%
100%
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
EUROPE AUSTRALIA ASIA AMERICA AFRICA
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 6
11..33 SSiissii SSeekkttoorraall
Dari sisi sektoral, kontribusi tiga sektor utama NTT masih dominan.
Tiga sektor utama yang menjadi penggerak roda ekonomi NTT (memiliki andil
paling tinggi) pada periode laporan adalah sektor perdagangan, hotel & restoran,
sektor pertanian, serta sektor jasa-jasa.
1. Sektor Pertanian
Kinerja sektor pertanian
pada periode laporan tercatat
sedikit melambat. Kinerja sektor
pertanian pada periode laporan
tercatat sebesar 2,67% (yoy),
melambat dibanding kinerja
triwulan sebelumnya yang sebesar
3,12% (yoy). Penyebab utama
melambatnya kinerja sektor
pertanian adalah melambatnya
kinerja subsektor peternakan, subsektor kehutanan dan sub sektor perikanan.
Sementara laju pertumbuhan sub sektor tabama dan sub sektor tanaman
perkebunan mengalami kenaikan, yang dipengaruhi peningkatan produktivitas
akibat kondisi cuaca yang cukup kondusif untuk sektor pertanian.
Secara triwulanan, hampir semua sub sektor mengalami penurunan, kecuali
sub sektor tabama. Musim panen tabama pada triwulan I-2013 menyebabkan
terjadinya peningkatan laju pertumbuhan tabama sebesar 7,28% (qtq). Sementara
menurunnya laju pertumbuhan sub sektor peternakan diindikasikan dari
menurunnya pengiriman ternak lewat jalur laut yang turun sebesar 21,26% (qtq)
dibandingkan pengiriman triwulan sebelumnya.
2. Sektor Jasa-jasa
Laju pertumbuhan sektor jasa-jasa mengalami peningkatan sebesar
7,55% (yoy). Kinerja sektor jasa masih dominan digerakkan oleh sub sektor
pemerintahan umum dengan kontribusi sebesar 75,30%. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa aktivitas ekonomi masih ditopang dari anggaran
Grafik 1.12 Pengiriman Ternak
Sumber : PT.Pelindo diolah
‐60%
‐40%
‐20%
0%
20%
40%
60%
‐
2,500
5,000
7,500
10,000
12,500
15,000
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
Ekor
Loading Ternak yoy (axis kanan)
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 7
pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Laju
pertumbuhan sub sektor pemerintah umum mengalami kenaikan sebesar 8,31%
(yoy) sebagai dampak dari kenaikan anggaran belanja dan gaji pemerintahan
tahun anggaran 2013.
3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Kinerja sektor PHR relatif melambat pada triwulan laporan. Laju
pertumbuhan sektor PHR sebesar 6,80% (yoy), sedikit melambat dibandingkan
triwulan sebelumnya yang mencapai 7,60% (yoy). Melambatnya sektor PHR
disebabkan perlambatan kinerja pada sub sektor perdagangan besar dan eceran
pada level 6,77% (yoy). Di sisi lain, laju pertumbuhan sub sektor hotel dan sub
sektor restoran mengalami peningkatan cukup signifikan dibandingkan triwulan
sebelumnya. Hasil liaison kepada pelaku usaha perhotelan menunjukkan adanya
peningkatan permintaan yang signifikan pada awal tahun. Hal tersebut berbeda
dengan pola tahun sebelumnya dimana awal tahun merupakan periode low
season bagi bisnis perhotelan. Meningkatnya sektor hotel tercermin dari
peningkatan jumlah kunjungan tamu hotel sebesar 42,43% dibandingkan triwulan
sama tahun sebelumnya.
Geliat ekonomi dalam mempersiapkan even Nasional Sail Komodo
diperkirakan menjadi penyebab utama meningkatnya aktivitas perhotelan,
terutama di wilayah Manggarai Barat. Peningkatan aktivitas sub sektor hotel dan
restoran juga diindikasikan dari peningkatan penyaluran kredit PHR pada triwulan
laporan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya.
Secara triwulanan, terjadi penurunan laju pertumbuhan sektor PHR sebesar
6,50% (qtq). Pada sub sektor perdagangan besar dan eceran menurunnya laju
pertumbuhan sebesar 6,54% (yoy) berkaitan erat dengan aktivitas konsumsi
rumah tangga yang tercatat turun pada triwulan laporan. Menurunnya kinerja sub
sektor perdagangan juga tercermin dari perkembangan omset penjualan eceran
dan perkembangan peti kemas melalui Pelabuhan Tenau yang mengalami
penurunan cukup signifikan di awal tahun.
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 8
Pada sub sektor hotel, secara triwulanan juga terjadi penurunan laju
pertumbuhan sebesar 6,43% (qtq). Menurunnya pertumbuhan sektor hotel
tercermin dari data jumlah kunjungan tamu hotel yang mengalami penurunan
kunjungan sebesar 12,76% dibandingkan triwulan sebelumnya.
4. Sektor Lainnya
Sektor lain yang cukup signifikan mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi di NTT adalah sektor bangunan. Pada triwulan laporan, laju
pertumbuhan sektor bangunan sebesar 6,45% (yoy), melambat dibandingkan
triwulan sebelumnya yang mencapai 8,25% (yoy). Melambatnya laju pertumbuhan
sektor bangunan selain dipengaruhi oleh pertumbuhan investasi pemerintah, juga
signifikan dipengaruhi oleh investasi swasta. Secara triwulanan, pertumbuhan
‐25%
‐20%
‐15%
‐10%
‐5%
0%
5%
10%
15%
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Agust
Sep
Okt
Nop Des Jan
Feb
Mar
2012 2013
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
Kredit Sektor PHR Growth (yoy)
‐15%
‐10%
‐5%
0%
5%
10%
15%
20%
‐
2,500
5,000
7,500
10,000
12,500
15,000
17,500
20,000
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
Box
Peti kemas yoy (axis kanan)
2,000
7,000
12,000
17,000
22,000
27,000
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
jumlah tamu
Grafik 1.15 Perkembangan Peti Kemas
Sumber : KPw BI Prov. NTT Sumber : SPE, KPw BI Prov. NTT
Grafik 1.13 Perkembangan Penjualan Eceran Grafik 1.14 Kredit Sektor PHR
Grafik 1.16 Jumlah Tamu Hotel
Sumber : BPS Provinsi NTT Sumber : PT.Pelindo diolah
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 9
sektor bangunan mengalami penurunan
sebesar 9,15% (qtq). Hal tersebut
dikonfirmasi dengan konsumsi semen di
NTT yang mengalami penurunan yang
cukup signifikan sebesar 13,31% (qtq)
dibandingkan triwulan sebelumnya.
Kondisi tersebut sejalan dengan
dimulainya tahun anggaran baru
sehingga proyek – proyek pemerintah
yang berasal dari dana APBN dan APBD
baru mulai proses pengadaan.
Sektor keuangan dan persewaan mengalami peningkatan sebesar
8,05% (yoy). Peningkatan laju pertumbuhan di sektor keuangan dan persewaan
didorong oleh peningkatan kinerja sub sektor bank dan sub sektor lembaga
keuangan nir bank masing –masing sebesar 9,95% (yoy) dan 6,49% (yoy).
Peningkatan jumlah kantor bank dibandingkan triwulan sama tahun sebelumnya
serta peningkatan kinerja koperasi di NTT yang berjumlah 2.577 unit (sumber :
Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi NTT) mendorong meningkatnya pertumbuhan
sub sektor keuangan.
indikator 2013
utama I II III IV I II III IV I
Aset (miliar) 13,975 15,125 16,349 16,885 17,971 18,334 19,719 20,151 21,268
y-o-y aset 16.90% 22.39% 29.17% 25.98% 28.59% 21.22% 20.61% 19.35% 18.35%
Kredit (miliar) 8,341 9,104 9,831 10,337 10,632 11,564 12,222 12,702 13,024
y-o-y kredit 18.28% 16.99% 19.20% 29.22% 27.47% 27.02% 24.32% 22.88% 22.50%
DPK (miliar) 10,905 11,540 11,953 12,898 13,575 14,452 14,914 15,070 15,531
y-o-y DPK 17.10% 17.11% 20.44% 25.04% 24.49% 25.23% 24.77% 16.84% 14.41%
LDR 76.49% 78.89% 82.25% 80.15% 78.32% 80.02% 81.95% 84.29% 83.86%
NPL 2.35% 2.35% 2.06% 1.45% 1.68% 1.54% 1.63% 1.43% 1.64%
2011 2012
Tabel 1.1 Kinerja Perbankan NTT
Sumber : KPw BI Prov. NTT
Grafik 1.17 Konsumsi Semen NTT
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia
‐40%
‐20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
‐
50
100
150
200
250
300
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013Ribu
ton
Konsumsi Semen yoy (axis kanan)
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 10
Dalam Rp Miliar2013
I II III IV I II III IV IPertanian 1,172 1,201 1,186 1,203 1,205 1,237 1,230 1,240 1,237 Pertambangan 40 43 46 47 43 45 49 50 46 Industri Pengolahan 44 46 48 50 47 48 51 53 47 Listrik, Gas dan Air 14 14 15 16 15 15 16 17 16 Bangunan (Konstruksi) 186 209 214 218 202 219 232 236 215 Perdagangan, Hotel & Restoran 534 578 595 608 573 614 640 655 612 Transportasi & Komunikasi 235 244 256 261 251 256 270 274 266 Keuangan dan Persewaan 117 124 133 141 125 134 144 152 135 Jasa-jasa 782 828 882 924 835 877 941 982 898 PDRB 3,124 3,286 3,375 3,468 3,294 3,447 3,573 3,658 3,471
2012Sektor
2011
2013I II III IV I II III IV I
Pertanian -0.74% -0.62% 3.08% 2.53% 2.79% 3.01% 3.71% 3.12% 2.67%Pertambangan 5.46% 4.01% 3.61% 3.31% 6.54% 5.78% 7.35% 6.70% 5.97%Industri Pengolahan 1.99% 1.50% 5.35% 4.63% 4.96% 3.90% 5.57% 5.44% 1.53%Listrik, Gas dan Air 13.92% 12.63% 11.08% 9.98% 6.25% 4.91% 5.49% 4.82% 9.07%Bangunan (Konstruksi) 4.35% 11.44% 4.89% 4.68% 8.52% 5.08% 8.38% 8.25% 6.45%Perdagangan, Hotel & Restoran 8.40% 13.15% 6.57% 6.43% 7.22% 6.34% 7.50% 7.60% 6.80%Transportasi & Komunikasi 8.24% 6.92% 6.45% 4.87% 6.82% 5.19% 5.58% 4.86% 6.03%Keuangan dan Persewaan 10.39% 9.89% 9.13% 7.27% 7.32% 8.15% 7.85% 7.36% 8.05%Jasa-jasa 10.61% 15.65% 8.63% 5.29% 6.75% 5.93% 6.77% 6.34% 7.55%PDRB 5.00% 7.31% 5.78% 4.50% 5.45% 4.87% 5.87% 5.48% 5.37%
2012Sektor
2011
Dalam Rp Miliar2013
I II III IV I II III IV IKonsumsi 3,339 3,473 3,672 3,795 3,443 3,674 3,877 4,070 3,601 Investasi 409 492 543 572 473 553 581 621 504 Ekspor 820 888 1,016 1,063 876 971 1,023 1,101 924 Impor 1,634 1,924 2,245 2,277 1,556 1,965 2,246 2,405 1,633 Perubahan stok 191 357 389 315 59 214 338 270 75 PDRB 3,124 3,286 3,375 3,468 3,294 3,447 3,573 3,658 3,471
2012Penggunaan
2011
2013I II III IV I II III IV I
Konsumsi 4.29% 4.64% 5.50% 2.48% 3.09% 5.78% 5.59% 7.25% 4.60%Investasi 5.89% 6.38% 13.33% 15.99% 15.75% 12.30% 7.09% 8.61% 6.63%Ekspor -0.15% 0.26% 3.05% 3.69% 6.80% 9.31% 0.62% 3.64% 5.52%Impor 5.28% 6.25% 8.23% 8.86% -4.80% 2.11% 0.04% 5.60% 4.96%Perubahan stok 60.45% 73.50% 21.81% 66.72% -69.02% -40.13% -13.15% -14.50% 27.07%PDRB 5.00% 7.31% 5.78% 4.50% 5.45% 4.87% 5.87% 5.48% 5.37%
2012Penggunaan
2011
Tabel 1.2 Perkembangan PDRB Sisi Sektoral
Tabel 1.3 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Sektoral
Sumber : BPS Provinsi NTT
Sumber : BPS Provinsi NTT
Tabel 1.4 Perkembangan PDRB Sisi Penggunaan
Sumber : BPS Provinsi NTT
Tabel 1.5 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Penggunaan
Sumber : BPS Provinsi NTT
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 11
BBB AAA BBB III III
PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN IIINNNFFFLLLAAASSSIII
22..11 KKoonnddiissii UUmmuumm
Inflasi NTT pada triwulan I-2013 tercatat lebih tinggi dibandingkan
inflasi pada triwulan sebelumnya. Meningkatnya pergerakan laju inflasi pada
awal tahun menyebabkan pencapaian inflasi pada triwulan I-2013 meningkat
cukup tinggi sebesar 7,11% (yoy). Meningkatnya laju inflasi NTT pada triwulan
laporan didorong oleh meningkatnya inflasi pada komoditas bergejolak (volatile
foods) serta kelompok administered prices. Peningkatan inflasi pada kelompok
volatile foods selain disebabkan oleh faktor supply yang terbatas akibat adanya
permasalahan dokumen impor di daerah pemasok, yaitu Surabaya juga dominan
dipengaruhi oleh ekspektasi inflasi masyarakat (expected inflation). Di sisi lain,
inflasi inti (core inflation) relatif stabil dengan kecenderungan menurun pada level
7,53% (yoy).
Peningkatan inflasi terjadi di kedua kota penghitungan inflasi NTT yaitu
Kota Kupang dan Kota Maumere. Imbas dari pembatasan impor komoditas
hortikultura berpengaruh cukup signifikan terhadap pembentukan inflasi pada
awal tahun di kedua Kota tersebut. Selain itu, kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL)
tahap pertama memberikan sumbangan inflasi antara 0,05% sampai dengan
0,07%. Pada triwulan laporan, tercatat inflasi Kota Kupang sebesar 7,06% (yoy)
dan inflasi Kota Maumere mencapai 7,38% (yoy).
I II III IV I II III IV Iyear on year
Nasional 6.65% 5.54% 4.61% 3.79% 3.97% 4.53% 4.31% 4.30% 5.90%NTT 8.68% 6.55% 4.37% 4.68% 3.60% 5.02% 5.21% 5.33% 7.11%Kota Kupang 8.98% 6.66% 4.25% 4.32% 3.11% 4.37% 4.66% 5.10% 7.06%Maumere 7.15% 6.00% 5.00% 6.59% 6.21% 8.45% 8.07% 6.49% 7.38%
quarter to quarterNasional 0.70% 0.36% 1.89% 0.79% 0.88% 0.90% 1.67% 0.78% 2.43%NTT 2.09% 0.28% 0.96% 1.29% 1.03% 1.65% 1.14% 1.40% 2.74%Kota Kupang 2.32% 0.07% 0.75% 1.13% 1.13% 1.29% 1.04% 1.55% 3.02%Maumere 0.86% 1.42% 2.04% 2.12% 0.49% 3.56% 1.68% 0.64% 1.33%
2013Inflasi
2011 2012
Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi NTT
Sumber : BPS diolah
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 12
Pergerakan inflasi NTT pada triwulan laporan searah dengan
pergerakan inflasi nasional dengan level yang lebih tinggi. Faktor supply
menjadi faktor utama yang menggerakkan inflasi NTT pada triwulan laporan. Di sisi
lain, ekspektasi masyarakat, khususnya level pedagang berkontribusi
menggerakkan level inflasi pada tingkat yang lebih tinggi. Permasalahan
keterbatasan supply yang dialami secara nasional serta kebijakan pemerintah
menaikkan TTL merupakan faktor utama penyumbang inflasi pada triwulan
laporan. Ketergantungan terhadap supply dari daerah lain menyebabkan NTT
rentan terhadap guncangan penawaran (supply shock) yang terjadi di daerah
pemasok.
2.2 Perkembangan Inflasi NTT
Tren peningkatan inflasi
NTT akhir tahun 2012 masih
berlanjut pada triwulan laporan.
Inflasi NTT pada triwulan laporan
sebesar 7,11% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya
yang sebesar 5,33% (yoy). Laju
inflasi yang cukup tinggi secara
dominan dipengaruhi oleh tekanan
harga yang terjadi pada kelompok
bahan makanan. Pembatasan impor produk hortikultura berdampak pada
keterbatasan supply serta meningkatnya ekspektasi inflasi masyarakat khususnya
pada kelompok bahan makanan. Hal tersebut tercermin dari tingginya
peningkatan inflasi pada kelompok bahan makanan, dari 3,34% (yoy) pada
triwulan IV-2012 menjadi 7,80% (yoy) pada triwulan I-2013. Pada kelompok
bahan makanan, komoditas yang mengalami inflasi tertinggi adalah komoditas
bumbu-bumbuan dan buah-buahan dengan inflasi masing-masing sebesar 69,1%
(yoy) dan 21,2% (yoy). Di sisi lain, deflasi yang cukup dalam pada komoditas ikan
segar mampu menahan terjadinya inflasi pada level yang lebih tinggi.
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT
Sumber : BPS diolah
‐2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3
2010 2011 2012 2013
yoy NTT
mtm ntt
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 13
Inflasi yang terjadi pada kelompok makanan jadi masih stabil pada level
9,19% (yoy). Tingginya inflasi pada kelompok tersebut disebabkan tekanan inflasi
yang bersumber dari administered prices, yaitu kenaikan tarif cukai tembakau pada
awal tahun 2013 yang berkisar antara 5% - 7%. Kebijakan pemerintah dalam
bidang energi, yaitu kenaikan Tarif Tenaga Listrik yang dilakukan secara bertahap
setiap triwulan memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,064% di wilayah NTT
pada triwulan laporan.
Secara triwulanan, pencapaian inflasi triwulan laporan mengalami
peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan,
tercatat laju inflasi sebesar 2,74% (qtq), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan
sebelumnya yang sebesar 1,40% (qtq). Koreksi harga pada komoditas bumbu-
bumbuan yang diluar pola historisnya serta dampak kenaikan administered prices
mendorong tekanan inflasi yang cukup tinggi pada awal tahun.
Secara bulanan, tekanan inflasi yang cukup tinggi sudah terasa dari Januari
2013 dengan inflasi sebesar 1,38% (mtm). Komoditas penyumbang inflasi terbesar
I II III IV I II III IV IUMUM 8.68% 6.55% 4.37% 4.68% 3.60% 5.02% 5.21% 5.33% 7.11%BAHAN MAKANAN 14.01% 9.84% 4.07% 0.49% -1.71% -1.63% -0.90% 3.43% 7.80%MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 7.74% 7.27% 4.99% 4.83% 3.82% 6.13% 7.28% 9.15% 9.19%PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 5.06% 5.45% 4.48% 4.64% 4.17% 7.60% 8.54% 8.42% 8.27%SANDANG 4.88% 6.67% 9.39% 11.60% 14.49% 14.34% 10.88% 9.27% 7.59%KESEHATAN 6.32% 5.94% 6.31% 5.41% 4.22% 3.93% 1.84% 2.06% 2.40%PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 3.49% 4.34% 5.46% 2.79% 4.07% 3.47% 7.32% 6.62% 6.45%TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 7.69% 1.55% 1.86% 11.42% 10.08% 10.71% 8.42% -0.08% 2.98%
201320122011Komoditi
‐4% ‐2% 0% 2% 4% 6% 8%
umum
bahan makanan
makanan jadi,rokok,tembakau
perumahan,listrik,air
sandang
kesehatan
pendidikan,rekreasi,olah raga
transpor,komunikasi,jasa
2.74%
6.08%
1.29%
1.08%
1.16%
0.63%
0.52%
1.99% 1.38%
0.31%
1.03%
Jan‐13 Feb‐13 Mar‐13
Tabel 2.2 Inflasi NTT per Kelompok
Sumber : BPS diolah
Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan NTT Grafik 2.3 Inflasi Bulanan Triwulan I-2013 NTT
Sumber : BPS diolah Sumber : BPS diolah
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 14
adalah angkutan udara dengan sumbangan mencapai 0,29% terhadap inflasi NTT.
Selain itu, tekanan harga pada komoditas ikan segar juga menjadi penyumbang
inflasi yang cukup tinggi pada bulan Januari. Tekanan harga pada komoditas
bawang merah dan bawang putih yang terjadi secara nasional, mulai dirasakan
pengaruhnya di NTT pada bulan Februari. Kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) juga
memberikan sumbangan inflasi di bulan Februari. Dibandingkan dengan awal
tahun, inflasi Februari jauh lebih rendah yaitu sebesar 0,31% (mtm). Relatif
stabilnya harga komoditas pokok serta deflasi yang terjadi pada komoditas ikan
segar mampu menahan laju inflasi di bulan Februari. Pada bulan Maret, tekanan
harga kembali meningkat seiiring dengan minimnya pasokan komoditas bumbu-
bumbuan, yaitu bawang merah dan bawang putih serta tekanan kenaikan harga di
daerah pemasok yang cukup tinggi.
2.3 Disagregasi Inflasi
Inflasi NTT pada triwulan laporan secara dominan didorong oleh
meningkatnya laju inflasi komoditas bergejolak (volatile foods). Andil inflasi
volatile foods menunjukkan kecenderungan meningkat pada triwulan I-2013. Pada
triwulan laporan, inflasi volatile foods tercatat sebesar 7,50% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 3,12% (yoy) sehingga andil
terhadap inflasi NTT meningkat dari 0,99% pada triwulan IV-2012 menjadi 1,91%
pada triwulan laporan. Peningkatan laju inflasi volatile foods disebabkan oleh
‐1.00%
‐0.50%
0.00%
0.50%
1.00%
1.50%
2.00%
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2011 2012 2013
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA
KESEHATAN
SANDANG
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAUBAHAN MAKANAN
UMUM
Grafik 2.4 Struktur Inflasi Bulanan NTT
Sumber : BPS diolah
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 15
meningkatnya inflasi pada sub kelompok bumbu-bumbuan sebagai dampak dari
penerapan kebijakan pembatasan impor produk hortikultura.
Inflasi inti (core inflation) relatif stabil pada level 7,53% (yoy) dengan
kecenderungan menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Tekanan yang terjadi
pada sub kelompok biaya tempat tinggal tidak berdampak signifikan dalam
mendorong laju inflasi inti pada triwulan laporan. Relatif stabilnya harga makanan
jadi serta komoditas sekunder lainnya seperti sandang dan pendidikan menjadi
faktor positif yang menjaga laju inflasi pada level yang lebih rendah. Pasokan yang
lancar serta terjaganya permintaan masyarakat berpengaruh signifikan dalam
menjaga kestabilan inflasi inti pada triwulan laporan.
Inflasi kelompok administered prices selama periode laporan tercatat lebih
tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Meningkatnya tekanan inflasi
pada kelompok administered prices didorong oleh kebijakan pemerintah untuk
menaikkan Tarif Tenaga Listrik (TTL) pada bulan Januari di kisaran 4% dan
diperkirakan akan terus memberikan andil inflasi pada tiap triwulan dengan
adanya kebijakan kenaikan bertahap setiap triwulannya. Selain itu, kenaikan tarif
cukai tembakau juga berdampak mendorong kenaikan laju inflasi administered
price yang ditransmisikan melalui kenaikan harga komoditas rokok.
‐5
0
5
10
15
20
25
30
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2010 2011 2012 2013
%,yoy Inflasi IHK (yoy)
Core
Adm Price
Volatile Foods
Sumber: BPS (diolahmenggunakan pendekatan sub kelompok)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2010 2011 2012 2013
%,yoyVolatile Food Adm Price Core
Sumber: BPS (diolahmenggunakan pendekatan sub kelompok)
Grafik 2.5 Disagregasi Inflasi NTT
Sumber : BPS diolah
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 16
2.4 Inflasi NTT Berdasarkan Kota
2.4.1 Inflasi Kota Kupang
Permasalahan pasokan
atau supply komoditas
memberikan tekanan inflasi
yang cukup tinggi pada
triwulan laporan. Inflasi Kota
Kupang pada triwulan I-2013
tercatat sebesar 7,06% (yoy)
atau meningkat cukup signifikan
dibandingkan triwulan IV-2012
yang sebesar 5,10% (yoy).
Permasalahan pasokan terhadap komoditas bahan makanan, berpengaruh
signifikan dalam memberikan tekanan inflasi pada triwulan laporan. Selain itu,
besarnya pengaruh ekspektasi terhadap pembentukan inflasi tercermin dari
tekanan komoditas bumbu-bumbuan, khususnya bawang putih dalam
menggerakkan inflasi. Pergerakan harga komoditas NTT yang cenderung
mengikuti pergerakan harga di daerah pemasok mencerminkan bahwa ekspektasi
inflasi juga merupakan faktor utama yang mempengaruhi pergerakan harga di NTT
selain faktor penawaran dan faktor permintaan.
Tekanan harga yang terjadi pada kelompok bahan makanan terlihat pada
kenaikan laju inflasi yang signifikan dari 2,94% (yoy) pada triwulan IV-2012
menjadi 7,81% (yoy) pada triwulan laporan. Sementara itu, laju inflasi pada
kelompok makanan jadi masih cukup tinggi pada level 9,19% (yoy) namun
menunjukkan kecenderungan menurun dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya.
Meningkatnya tekanan inflasi juga terjadi pada pada kelompok non
makanan, yaitu khususnya kelompok transpor tercatat mengalami kenaikan laju
inflasi yang cukup signifikan menjadi 3,39% (yoy) setelah pada triwulan
sebelumnya mengalami deflasi sebesar 0,08% (yoy). Meningkatnya permintaan
terhadap angkutan udara pada awal tahun, mendorong kenaikan tarif angkutan
udara yang signifikan berpengaruh terhadap inflasi.
Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Kupang
Sumber : BPS diolah
‐2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3
2010 2011 2012 2013
yoy Kupang
mtm Kupang
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 17
Selama triwulan I-2013
terjadi perubahan IHK triwulanan
sebesar 3,02% (qtq), lebih tinggi
dibandingkan inflasi triwulan IV-
2012 yang hanya sebesar 1,55%
(qtq). Tekanan inflasi tertinggi
selama periode laporan terjadi
pada kelompok bahan makanan
dengan inflasi sebesar 7,07%
(qtq) diikuti dengan kelompok
transpor yang mengalami inflasi
sebesar 2,26% (qtq). Kenaikan harga bawang putih dan bawang merah memiliki
andil besar dalam pembentukan inflasi pada triwulan laporan.
Tekanan inflasi bulanan Kota Kupang yang tertinggi terjadi pada bulan
Januari dengan inflasi bulanan mencapai 1,27% (mtm). Tingginya inflasi pada
Januari 2013, bersumber pada kenaikan tarif angkutan udara dan komoditas ikan
segar serta komoditas bawang merah. Sementara pada bulan Februari tekanan
inflasi bersumber pada kelompok bahan makanan khususnya komoditas bumbu-
bumbuan dan tarif listrik. Sedangkan pada bulan Maret terjadi inflasi yang tinggi
sebesar 1,17% disebabkan oleh kenaikan komoditas bawang putih dan bawang
merah yang memberikan andil sebesar 0,69% serta komoditas sayur, yaitu
kangkung dan bayam dengan andil sebesar 0,24%.
I II III IV I II III IV IUMUM 8.98% 6.66% 4.25% 4.32% 3.11% 4.37% 4.66% 5.10% 7.06%BAHAN MAKANAN 14.69% 10.42% 3.97% -1.13% -3.72% -4.58% -2.76% 2.94% 7.81%MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 7.19% 6.68% 4.51% 4.62% 3.97% 6.42% 7.36% 9.58% 9.19%PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 5.27% 5.56% 4.26% 4.50% 4.34% 8.45% 8.64% 8.73% 8.61%SANDANG 4.87% 7.15% 10.23% 12.76% 15.59% 15.25% 11.25% 9.39% 8.06%KESEHATAN 7.28% 6.38% 6.94% 5.86% 4.27% 4.00% 1.28% 1.61% 2.21%PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 3.88% 4.96% 5.65% 2.46% 3.52% 2.73% 4.19% 3.26% 3.34%TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 8.83% 1.68% 1.99% 13.30% 11.49% 12.28% 9.86% -0.08% 3.39%
2013KOMODITI 2011 2012
Grafik 2.7 Inflasi Triwulanan Kupang
Sumber : BPS diolah
Tabel 2.3 Inflasi Kupang per Kelompok
‐4% ‐2% 0% 2% 4% 6% 8%
umum
bahan makanan
makanan jadi,rokok,tembakau
perumahan,listrik,air
sandang
kesehatan
pendidikan,rekreasi,olah raga
transpor,komunikasi,jasa
3.02%
7.07%
0.86%
1.20%
1.25%
0.63%
0.64%
2.26%
Sumber : BPS diolah
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 18
2.4.2 Inflasi Kota Maumere
Pergerakan inflasi di Kota
Maumere juga menunjukkan
kenaikan dibandingkan triwulan
sebelumnya. Inflasi tahunan Kota
Maumere pada triwulan laporan
sebesar 7,38% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya
yang mencapai 6,49% (yoy).
Kelompok barang yang mengalami
perubahan inflasi tertinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya adalah kelompok bahan makanan dengan
inflasi sebesar 7,77% (yoy) meningkat cukup signifikan dibandingkan triwulan
sebelumnya yang sebesar 5,89% (yoy). Inflasi tertinggi pada akhir triwulan laporan
adalah kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga dengan laju inflasi mencapai
22,77% (yoy) namun menunjukkan kecenderungan yang menurun.
Secara triwulanan, inflasi Maumere tercatat sebesar 1,33% (qtq) lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun bila dibandingkan dengan inflasi
yang terjadi di Kota Kupang, laju inflasi triwulanan Kota Maumere tercatat lebih
rendah. Tekanan inflasi tertinggi terjadi pada kelompok Makanan Jadi, Minuman,
Rokok & Tembakau dengan inflasi sebesar 3,72% (qtq) sedangkan untuk inflasi
pada kelompok bahan makanan tercatat sebesar 1,26% (qtq). Rendahnya inflasi
bahan makanan dipengaruhi oleh pergerakan harga komoditas ikan segar yang
menunjukkan kecenderungan penurunan harga pada triwulan laporan. Sehingga
secara umum, inflasi pada kelompok bahan makanan tercatat cukup rendah.
I II III IV I II III IV IUMUM 7.15% 6.00% 5.00% 6.59% 6.21% 8.45% 8.07% 6.49% 7.38%BAHAN MAKANAN 10.13% 6.69% 4.56% 9.47% 10.12% 14.93% 9.07% 5.89% 7.77%MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 10.82% 10.62% 7.78% 6.06% 3.05% 4.61% 6.86% 6.71% 9.12%PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 4.04% 4.94% 5.60% 5.35% 3.30% 3.36% 8.07% 6.88% 6.57%SANDANG 4.95% 4.01% 4.67% 5.08% 8.43% 9.13% 8.68% 8.55% 4.84%KESEHATAN 1.27% 3.59% 2.80% 2.85% 3.93% 3.49% 5.08% 4.68% 3.49%PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 1.42% 1.03% 4.49% 4.60% 7.05% 7.57% 23.74% 24.43% 22.77%TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 1.32% 0.75% 1.16% 0.37% 1.75% 1.26% -0.41% -0.04% 0.24%
20132012KOMODITI 2011
Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Maumere
Sumber : BPS diolah
Tabel 2.4 Inflasi Maumere per Kelompok (yoy)
Sumber : BPS diolah
‐2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3
2010 2011 2012 2013
yoy Maumere
mtm Maumere
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 19
Selama triwulan laporan, tekanan inflasi tertinggi terjadi pada bulan Januari
dengan inflasi bulanan sebesar 1,95% (mtm). Sementara pada bulan Februari
terjadi deflasi yang cukup tinggi sebesar 0,92% (mtm) yang disebabkan penurunan
harga pada komoditas ikan segar, sedangkan pada bulan Maret tekanan inflasi
kembali terjadi walaupun tidak setinggi awal tahun yaitu sebesar 0,31% (mtm).
Fluktuasi tekanan inflasi Kota Maumere pada triwulan laporan selain dipengaruhi
oleh naik turunnya harga ikan segar juga dipengaruhi oleh tekanan harga
komoditas rokok kretek filter.
‐4% ‐2% 0% 2% 4%
umum
bahan makanan
makanan jadi,rokok,tembakau
perumahan,listrik,air
sandang
kesehatan
pendidikan,rekreasi,olah raga
transpor,komunikasi,jasa
1.33%
1.26%
3.72%
0.49%
0.65%
0.63%
0.01%
0.19%
Grafik 2.9 Inflasi Triwulanan Maumere
Sumber : BPS diolah
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 20
EKSPEKTASI MENDORONG INFLASI : Bawang Merah dan Bawang Putih
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan
terus-menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya
likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai
termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. inflasi yang
secara umum terjadi disebabkan oleh ketidakseimbangan antara penawaran
(supply) dan permintaan (demand). Selain kedua faktor diatas, ada faktor yang
cukup signifikan berpengaruh dalam pembentukan inflasi, yaitu ekspektasi
inflasi. Ekspektasi inflasi mengacu pada pandangan atau ramalan pelaku
ekonomi mengenai perubahan harga yang terjadi di masa mendatang.
Pemahaman agen ekonomi akan prospek harga ke depan melatarbelakangi
keputusan yang diambilnya saat ini, yang bahkan dapat mempengaruhi harga
aktual.
Laju inflasi di NTT, khususnya Kota Kupang yang mempunyai bobot
sebesar 84% dalam pembentukan inflasi NTT juga dipengaruhi oleh banyak
faktor. Faktor yang dominan berpengaruh adalah faktor penawaran (supply)
yang sangat rentan dipengaruhi oleh masalah distribusi. Sementara faktor
permintaan (demand) hanya berpengaruh pada musim-musim tertentu
(seasonal). Faktor lain yang signifikan berpengaruh adalah ekspektasi inflasi.
Kondisi ini didukung juga adanya ketergantungan yang tinggi terhadap daerah
lain, sehingga kendala atau tekanan harga yang terjadi di wilayah lain akan
segera direspon dengan kenaikan harga di Kota Kupang.
Hal tersebut terlihat dari pergerakan harga komoditas bumbu-bumbuan,
yaitu bawang merah dan bawang putih yang sempat menjadi permasalahan
secara nasional. Pergerakan harga komoditas tersebut lebih ditentukan oleh
pergerakan harga di daerah pemasok, yaitu Surabaya. Sementara faktor supply
dan demand merupakan faktor pendorong tekanan inflasi pada komoditas
tersebut.
BOKS 1
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 21
Grafik 1. Perkembangan Harga Komoditas (Kupang vs Surabaya)
Hasil liaison dengan beberapa pedagang besar, dalam dua bulan terakhir
terdapat pembatasan kuota untuk barang impor, khususnya bawang putih
hanya sebesar 20% dari biasanya. Hal tersebut masih belum berpengaruh
signifikan terhadap kondisi pasokan di Kota Kupang dan sekitarnya. Penyebab
utama kenaikan harga adalah kenaikan harga pembelian komoditas dari
Surabaya. Pemenuhan komoditas bawang putih 90% lebih berasal dari
perdagangan antar pulau, dengan kota pemasok yaitu Surabaya. Sementara
untuk komoditi bawang merah sekitar 70% dipenuhi dari perdagangan antar
pulau, yaitu Surabaya dan Bima sedangkan 30% dipenuhi dari produksi lokal.
Kondisi tersebut menyebabkan pengaruh Surabaya terhadap pembentukan
harga di Kota Kupang sangat besar.
Kondisi tersebut mencerminkan bahwa masing-masing daerah
mempunyai karakteristik yang spesifik dan berbeda-beda. Pada daerah seperti
Kupang, yang ketergantungan terhadap produk impornya sangat tinggi,
pergerakan harga cenderung dipengaruhi oleh pergerakan harga daerah lain
yang merupakan daerah pemasoknya. Pergerakan harga di daerah pemasok
akan mengakibatkan kenaikan harga di Kota Kupang, walaupun dari sisi
penawaran dan permintaan relatif stabil dan terjaga. Ekspektasi terhadap
kenaikan harga kedepan mendorong pelaku usaha cenderung ikut menaikkan
harga jual. Hal tersebut disebabkan faktor kekuatiran terhadap tekanan harga
ke depan akan berdampak pada turunnya kemampuan daya beli dan
keberlangsungan usahanya.
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
80000
90000
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Jan‐12 Feb‐12 Mar‐12
Apr‐12 May‐12 Jun‐12 Jul‐12 Aug‐12 Sep‐12 Oct‐12 Nov‐12
Dec‐12 Jan‐13 Feb‐13 Mar‐13
Apr‐13
Harga Bawang Putih
Kupang Surabaya
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Jan‐12 Feb‐12 Mar‐12
Apr‐12 May‐12 Jun‐12 Jul‐12 Aug‐12 Sep‐12 Oct‐12 Nov‐12
Dec‐12 Jan‐13 Feb‐13 Mar‐13
Apr‐13
Harga Bawang Merah
Kupang Surabaya
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 22
BBB AAA BBB IIIIIIIII
PPPEEERRRBBBAAANNNKKKAAANNN DDDAAANNN SSSIIISSSTTTEEEMMM PPPEEEMMMBBBAAAYYYAAARRRAAANNN
33..11 KKOONNDDIISSII UUMMUUMM
Kinerja perbankan dan sistem pembayaran Nusa Tenggara Timur
menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan searah dengan
meningkatnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan. Dari sisi kinerja
keuangan, tercatat gabungan asset bank umum dan BPR di Provinsi NTT sebesar
Rp 21,27 triliun atau meningkat sebesar 18,35% (yoy) dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Demikian pula indikator utama lainnya, yaitu penghimpunan Dana
Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran kredit perbankan NTT yang masih menunjukkan
peningkatan dengan resiko kredit yang terjaga. Pada triwulan laporan,
penghimpunan DPK perbankan NTT meningkat sebesar 14,41% (yoy) dengan total
DPK mencapai Rp 15,53 triliun. Penyaluran kredit meningkat sebesar 22,50% (yoy)
dengan outstanding kredit mencapai Rp 13,02 triliun dengan resiko kredit terjaga
pada level 1,64%. Peningkatan DPK yang diimbangi dengan tingginya penyaluran
kredit menunjukkan fungsi intermediasi perbankan di NTT relatif baik, tercermin
dari rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) sebesar 83,86%.
Kinerja sistem pembayaran juga menunjukkan peningkatan. Aktivitas
transaksi non tunai melalui fasilitas Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)
atau dengan fasilitas Real Time Gross Settlement (RTGS) mengalami kenaikan yang
cukup signifikan dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Pada triwulan I-
indikator 2013
utama I II III IV I II III IV I
Aset (miliar) 13,975 15,125 16,349 16,885 17,971 18,334 19,719 20,151 21,268
y-o-y aset 16.90% 22.39% 29.17% 25.98% 28.59% 21.22% 20.61% 19.35% 18.35%
Kredit (miliar) 8,341 9,104 9,831 10,337 10,632 11,564 12,222 12,702 13,024
y-o-y kredit 18.28% 16.99% 19.20% 29.22% 27.47% 27.02% 24.32% 22.88% 22.50%
DPK (miliar) 10,905 11,540 11,953 12,898 13,575 14,452 14,914 15,070 15,531
y-o-y DPK 17.10% 17.11% 20.44% 25.04% 24.49% 25.23% 24.77% 16.84% 14.41%
LDR 76.49% 78.89% 82.25% 80.15% 78.32% 80.02% 81.95% 84.29% 83.86%
NPL 2.35% 2.35% 2.06% 1.45% 1.68% 1.54% 1.63% 1.43% 1.64%
2011 2012
Tabel 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan NTT (Bank Umum dan BPR)
Sumber : KPwBI Prov. NTT
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 23
2013, transaksi melalui SKNBI tercatat meningkat signifikan sebesar 22,64% (yoy)
dengan nominal transaksi sebesar Rp 530,78 miliar sementara transaksi melalui
RTGS meningkat signifikan sebesar 64,84% (yoy) dengan nominal transaksi
mencapai Rp 22,69 triliun.
Sementara itu, pada transaksi tunai terjadi net inflow yaitu jumlah uang
keluar dari Bank Indonesia (outflow) jauh lebih kecil dibandingkan dengan jumlah
uang yang masuk (inflow).
I II III IV I II III IV IKliring 406,097 432,380 433,789 358,089 432,787 447,927 512,868 610,182 530,779
y-o-y 2.22% 2.45% -6.14% -30.73% 6.57% 3.60% 18.23% 70.40% 22.64%Cek/BG Kosong 7,098 7,416 6,321 8,117 6,844 8,437 7,375 7,660 6,584
y-o-y 129.29% 59.19% -38.77% -26.72% -3.58% 13.78% 16.67% -5.63% -3.80%Ratio Cek/BG Kosong thd Kliring 1.75% 1.72% 1.46% 2.27% 1.58% 1.88% 1.44% 1.26% 1.24%
2012 20132011Pembayaran Non Tunai (Juta)
2013
I II III IV I II III IV I
Nilai (Rp miliar) 11,620 11,157 15,928 15,523 13,763 19,860 20,703 24,798 22,688
% yoy -15.74% -18.68% 33.95% 2.23% 18.44% 78.00% 29.98% 59.75% 64.84%
Volume 7,601 8,834 9,812 13,294 9,221 12,276 13,341 16,141 11,968
% yoy -21.61% -14.75% -10.38% 26.06% 21.31% 38.96% 35.97% 21.42% 29.79%
Nilai (Rp miliar) 10,303 10,352 13,835 14,359 12,466 14,912 21,840 15,983 13,308
% yoy -20.65% 1.86% 17.08% 12.68% 20.99% 44.04% 57.86% 11.31% 6.76%
Volume 7,411 7,499 8,661 9,358 7,055 7,948 8,263 9,265 7,444
% yoy -15.57% -27.78% -22.66% -33.48% -4.80% 5.99% -4.60% -0.99% 5.51%
2012
MENUJU (TO) NTT
2011TRANSAKSI RTGS
DARI (FROM)
NTT
Pembayaran Tunai (miliar) I II III IV I II III IV I
Inflow 674.69 455.26 516.98 480.43 1130.96 484.92 677.29 486.65 1361.13y-o-y 12.36% -2.68% 31.17% 31.22% 67.63% 6.51% 31.01% 1.29% 20.35%
Outflow 276.46 711.48 1046.39 1660.48 286.81 1168.66 1175.25 1665.53 436.38y-o-y 58.10% 7.84% 32.29% 21.66% 3.75% 64.26% 12.31% 0.30% 52.15%
Net Inflow 398.23 -256.22 -529.42 -1180.05 844.15 -683.75 -497.96 -1178.88 924.76y-o-y -6.43% 33.51% 33.39% 18.16% 111.97% 166.86% -5.94% -0.10% 9.55%
Uang Palsu (ribu) 2,930 5,710 3,750 2,450 1,950 7,650 4,800 11,440 1,100
201320122011
Tabel 3.3 Perkembangan Transaksi Tunai
Sumber : KPwBI Prov. NTT
Sumber : KPwBI Prov. NTT
Tabel 3.2 Perkembangan Transaksi Non Tunai
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 24
33..22 PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN BBAANNKK UUMMUUMM
33..22..11.. IInntteerrmmeeddiiaassii PPeerrbbaannkkaann
Kinerja perbankan dalam menjalankan fungsi intermediasinya masih
baik. Pada triwulan I-2013, rasio penyaluran kredit terhadap penghimpunan dana
(Loan to Deposit Ratio) sebesar 83,67%. Fungsi intermediasi yang tercermin dari
rasio LDR belum optimal dikarenakan rasio kredit yang belum disalurkan kepada
masyarakat (undisbursed loan) terhadap total kredit meningkat dari 5,16%
menjadi 5,70% dengan nominal mencapai Rp 731,50 miliar.
Penghimpunan dana masyarakat (DPK) pada triwulan laporan
mengalami peningkatan sebesar 14,31 (yoy). Total dana masyarakat yang ada
pada Bank Umum wilayah NTT mencapai Rp 15,35 triliun. Peningkatan laju
pertumbuhan dana masyarakat (DPK) bersumber pada meningkatnya pertumbuhan
dana pada rekening tabungan. Pada triwulan laporan, total dana yang tercatat
pada rekening tabungan Bank Umum di NTT sebesar Rp 7,58 triliun. Jumlah
tersebut mengalami peningkatan yang sangat signifikan yaitu 21,19% (yoy)
dibandingkan triwulan I-2012. Faktor utama peningkatan dana pada rekening
tabungan adalah peningkatan penempatan dana oleh golongan pemilik
perseorangan yang mencapai 18,81% (yoy).
0%
20%
40%
60%
80%
100%
‐
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2009 2010 2011 2012 2013
Kredit (miliar) DPK (miliar) LDR
0%
2%
4%
6%
8%
10%
0
100
200
300
400
500
600
700
800
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2009 2010 2011 2012 2013
Nominal (Miliar) rasio thd kredit
Sumber : KPwBI Prov. NTT Sumber : KPwBI Prov. NTT
Grafik 3.1 Perkembangan LDR Grafik 3.2 Perkembangan Undisbursed Loan
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 25
Pertumbuhan dana pada rekening giro mengalami kenaikan sebesar
11,24% (yoy). Peningkatan dana pemerintah pada rekening giro yang mencapai
11,59% pada triwulan I-2013 merupakan pola cyclical dimana pada triwulan I-
2013 terdapat penambahan dana transfer dari Pemerintah Pusat dan penyerapan
anggaran masih cukup rendah pada awal tahun. Di sisi lain, dana milik perorangan
mengalami penurunan signifikan sebesar 23,44% pada triwulan laporan.
Penempatan dana pada rekening deposito pada triwulan I-2013 mencapai
Rp 3,99 triliun atau meningkat sebesar 5,69% (yoy). Laju pertumbuhan tersebut
melambat dibandingkan triwulan IV-2012 yang mencapai 15,21% (yoy).
Kecenderungan melambatnya penempatan dana pada rekening deposito
diperkirakan merupakan pengaruh dari imbal jasa atau suku bunga deposito yang
relatif rendah.
Penyaluran kredit oleh Bank Umum di NTT mengalami peningkatan
sebesar 22,58% (yoy). Pada triwulan I-2013, total outstanding kredit mencapai
Rp 12,84 triliun. Secara struktural, komposisi penyaluran kredit perbankan NTT
belum mengalami perubahan. Penyaluran kredit perbankan NTT masih didominasi
oleh kredit jenis konsumsi dengan proporsi mencapai 66,76% dari total kredit
perbankan NTT. Sementara kredit produktif jenis modal kerja dan investasi
2013I II III IV I II III IV I
DPK 10,791 11,423 11,827 12,755 13,430 14,296 14,752 14,884 15,351 y-o-y DPK 16.91% 16.95% 20.33% 24.95% 24.45% 25.15% 24.73% 16.69% 14.31%Giro 2,917 2,986 2,852 2,539 3,399 3,437 3,392 2,889 3,781 y-o-y giro 16.69% 2.91% 0.71% 29.33% 16.52% 15.13% 18.97% 13.80% 11.24%Deposito 2,771 3,106 3,309 3,019 3,780 3,913 4,109 3,478 3,995 y-o-y deposito 23.11% 36.86% 46.03% 16.25% 36.40% 25.96% 24.17% 15.21% 5.69%Tabungan 5,103 5,331 5,666 7,197 6,251 6,945 7,251 8,516 7,575 y-o-y tabungan 13.91% 15.97% 19.75% 27.43% 22.50% 30.29% 27.96% 18.33% 21.19%
20122011DPK (miliar)
Giro 24.63%
Deposito26.02%
Tabungan49.35%
Pemerintah 31.01%
Swasta8.25%
Perorangan60.34%
Lainnya0.40%
Tabel 3.4 Perkembangan Komponen DPK
Sumber : KPwBI Prov. NTT
Grafik 3.4 DPK Menurut Golongan Pemilik Grafik 3.3 Komposisi DPK
Sumber : KPwBI Prov. NTT Sumber : KPwBI Prov. NTT
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 26
menyumbang share masing-masing sebesar 26,78% dan 6,47%. Akselerasi
pertumbuhan kredit konsumsi yang relatif tinggi mendorong peningkatan share
kredit konsumsi terhadap total kredit perbankan di NTT.
Secara tahunan, peningkatan kegiatan ekonomi di NTT berimplikasi
pada peningkatan kredit, diantaranya kredit modal kerja. Peningkatan kredit
modal kerja didorong oleh peningkatan permintaan kredit pada sektor-sektor
dominan yaitu sektor perdagangan besar dan eceran. Peningkatan kredit pada
sektor tersebut mencapai 45,59% (yoy), dengan porsi dalam penyaluran kredit
modal kerja sebesar 64,48%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sektor
perdagangan terus berekspansi untuk meningkatkan kapasitas usahanya terkait
dengan peningkatan kegiatan konsumsi masyarakat NTT. Sementara itu penyaluran
kredit pada sektor pertanian mengalami peningkatan yang sangat signifikan yaitu
sebesar 885,67% dengan porsi sebesar 5,27% dari total kredit modal kerja.
I II III IV I II III IV IKredit 8,217 8,973 9,686 10,188 10,478 11,397 12,052 12,527 12,844 y-o-y kredit 18.10% 16.85% 19.12% 29.29% 27.52% 27.03% 24.42% 22.96% 22.58%
Modal kerja 2,155 2,353 2,620 2,701 2,701 3,205 3,212 3,361 3,439 y-o-y modal kerja 25.22% 24.12% 25.37% 24.52% 25.36% 36.20% 22.59% 24.45% 27.32%
Investasi 396 444 486 604 638 681 737 841 831 y-o-y investasi 33.84% 24.12% 33.08% 54.39% 61.17% 53.49% 51.53% 39.15% 30.22%
Konsumsi 5,666 6,176 6,580 6,883 7,139 7,511 8,103 8,325 8,574
y-o-y konsumsi 14.67% 13.84% 15.92% 29.39% 25.99% 21.63% 23.15% 20.95% 20.10%
201320122011Kredit(miliar)
KREDIT MODAL KERJA(Rp Miliar) I II III IV I II III IV I
Pertanian, Perburuan Dan Kehutanan 10.9 11.0 13.1 19.2 18.4 28.3 50.6 180.5 181.3 Perikanan 2.8 2.8 4.8 4.2 4.3 5.6 5.6 8.9 11.1 Pertambangan Dan Penggalian 2.9 3.9 4.9 4.0 4.2 4.4 5.2 7.6 6.9 Industri Pengolahan 14.0 14.8 17.2 136.6 136.3 147.0 147.0 158.6 163.4 Listrik, Gas Dan Air 3.8 4.4 3.8 2.7 2.4 4.8 4.4 3.6 4.9 Konstruksi 83.8 137.4 215.7 153.3 133.6 240.5 304.3 214.2 199.4 Perdagangan Besar Dan Eceran 1,351.9 1,402.3 1,503.7 1,535.5 1,523.1 2,000.3 1,858.9 2,184.8 2,217.5 Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan Makan Minum 10.8 12.8 14.8 18.2 18.5 40.9 24.1 34.8 37.0 Transportasi, Pergudangan Dan Komunikasi 10.0 15.9 19.4 17.7 19.3 29.9 28.9 34.8 33.4 Perantara Keuangan 15.2 18.4 20.5 28.7 29.2 35.8 30.4 54.7 67.6 Real Estate, Usaha Persewaan, Dan Jasa Perusahaan 31.6 42.5 51.7 47.6 42.8 41.0 39.1 53.4 40.8 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan Dan Jaminan Sosial Waj - - - - - - - 1.5 1.2 Jasa Pendidikan 0.5 0.5 1.0 0.9 1.3 2.1 1.8 5.3 3.0 Jasa Kesehatan Dan Kegiatan Sosial 1.5 1.5 2.3 3.7 0.7 0.6 1.0 1.7 3.6 Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan Dan Perorangan L 279.6 279.5 293.6 267.5 298.7 178.2 306.8 278.4 301.9 Jasa Perorangan Yang Melayani Rumah Tangga 0.1 0.1 0.1 0.3 0.1 0.1 0.7 1.4 2.1 Badan Internasional Dan Badan Ekstra Internasional Lainnya 0.5 6.3 7.0 6.7 6.8 - - - - Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya 334.8 399.1 446.3 454.0 461.6 445.9 402.7 137.3 164.3 Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha 0.0 - - - - - - - -
2011 2012 2013
Tabel 3.5 Perkembangan Kredit
Sumber : KPwBI Prov. NTT
Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Modal Kerja
Sumber : KPwBI Prov. NTT
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 27
Pertumbuhan investasi di NTT berkorelasi positif terhadap
pertumbuhan penyaluran kredit investasi. Laju pertumbuhan kredit investasi
merupakan laju pertumbuhan tertinggi dibandingkan kredit modal kerja dan
konsumsi. Sumber peningkatan penyaluran kredit investasi adalah peningkatan
kredit pada sektor perdagangan besar yang mempunyai share cukup tinggi
terhadap total kredit investasi. Demikian pula pada sektor konstruksi dan sektor
penyediaan akomodasi yang merupakan tiga sektor terbesar dalam penyaluran
kredit investasi. Hal tersebut searah dengan meningkatnya pembangunan properti
serta hotel dan restoran di Provinsi NTT.
Secara sektoral, penyaluran kredit produktif masih dominan pada
sektor perdagangan. Secara umum, share sektor Perdagangan Besar dan Eceran
masih menjadi sektor unggulan dalam penyaluran kredit perbankan. Namun, laju
pertumbuhan yang sangat tinggi pada beberapa sektor lainnya seperti sektor
industri pengolahan, sektor transportasi serta sektor pertanian mengindikasikan
bahwa terjadi peningkatan aktivitas ekonomi yang cukup signifikan pada sektor-
sektor tersebut. Khusus sektor pertanian, peningkatan outstanding kredit
diharapkan merupakan langkah positif terhadap peningkatan ekonomi sektor
unggulan Provinsi NTT.
KREDIT INVESTASI(Rp Miliar) I II III IV I II III IV I
Pertanian, Perburuan Dan Kehutanan 3.6 4.4 4.0 3.7 4.3 6.1 8.1 9.0 9.9 Perikanan 2.4 2.2 2.6 2.6 2.7 2.7 3.2 3.4 3.6 Pertambangan Dan Penggalian 1.9 1.7 2.3 2.3 2.1 2.3 1.3 1.2 1.4 Industri Pengolahan 3.6 5.6 6.6 18.5 20.8 21.9 23.1 37.5 38.7 Listrik, Gas Dan Air 12.9 10.5 3.7 4.1 3.5 3.7 6.4 17.6 16.0 Konstruksi 123.0 134.5 138.5 149.5 149.0 151.6 151.7 173.2 162.2 Perdagangan Besar Dan Eceran 104.1 123.2 140.6 165.6 181.3 199.6 233.9 252.4 258.6 Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan Makan Minum 52.2 70.4 79.9 91.0 96.6 101.6 127.2 144.6 159.2 Transportasi, Pergudangan Dan Komunikasi 19.0 19.5 29.0 78.3 90.6 99.0 105.0 104.4 105.3 Perantara Keuangan - 1.2 5.3 0.2 0.2 0.1 0.6 0.6 2.4 Real Estate, Usaha Persewaan, Dan Jasa Perusahaan 18.1 19.3 20.6 22.4 24.2 26.9 24.9 25.7 25.2 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan Dan Jaminan Sosial Waj - - - - - - 0.1 0.1 0.1 Jasa Pendidikan 4.7 4.4 9.7 11.0 9.2 8.8 4.2 3.9 3.1 Jasa Kesehatan Dan Kegiatan Sosial 1.9 1.7 1.8 1.7 1.8 1.7 2.9 3.2 3.0 Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan Dan Perorangan L 11.7 14.8 15.5 24.8 28.0 30.6 31.6 56.2 33.5 Jasa Perorangan Yang Melayani Rumah Tangga 0.1 0.2 0.2 0.7 0.7 1.3 0.9 0.9 1.5 Badan Internasional Dan Badan Ekstra Internasional Lainnya 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 - - - - Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya 36.6 29.9 25.8 27.5 22.8 23.0 11.6 6.6 6.8 Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha - - - - - - - - -
2011 2012 2013
Sumber : KPwBI Prov. NTT
Tabel 3.7 Perkembangan Kredit Investasi
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 28
Peningkatan penyaluran kredit perbankan di NTT diimbangi dengan
resiko kredit yang tetap terkendali pada level rendah. Rasio Non Performing
Loan (NPL) perbankan di NTT pada triwulan I-2013 terjaga pada level 1,56%.
Peningkatan penyaluran kredit yang signifikan belum mempengaruhi kualitas kredit
secara keseluruhan. Rasio NPL kredit modal kerja dan investasi pada triwulan
laporan juga masih terjaga pada level 3,61% dan 2,38%. Demikian pula rasio NPL
kredit konsumsi yang tercatat cukup rendah pada level 0,66%.
Stabilnya BI Rate pada level 5,75% direspon perbankan dengan
penurunan suku bunga kredit pada triwulan laporan. Suku bunga kredit
tertimbang perbankan di NTT pada triwulan I-2013 sebesar 14,88% atau lebih
rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 15,02%.
Kredit persektor (miliar) I II III IV I II III IV I
Pertanian, Perburuan Dan Kehutanan 15 15 17 23 23 34 59 189 191Perikanan 5 5 7 7 7 8 9 12 15Pertambangan Dan Penggalian 5 6 7 6 6 7 7 9 8Industri Pengolahan 18 20 24 155 157 169 170 196 202Listrik, Gas Dan Air 17 15 7 7 6 8 11 21 21Konstruksi 207 272 354 303 283 392 456 387 362Perdagangan Besar Dan Eceran 1,456 1,525 1,644 1,701 1,704 2,200 2,093 2,437 2,476Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan Makan Minum 63 83 95 109 115 143 151 179 196Transportasi, Pergudangan Dan Komunikasi 29 35 48 96 110 129 134 139 139Perantara Keuangan 15 20 26 29 29 36 31 55 70Real Estate, Usaha Persewaan, Dan Jasa Perusahaan 50 62 72 70 67 68 64 79 66Administrasi Pemerintahan, Pertahanan Dan Jaminan Sosial Waj 0 0 0 0 0 0 0 2 1Jasa Pendidikan 5 5 11 12 10 11 6 9 6Jasa Kesehatan Dan Kegiatan Sosial 3 3 4 5 2 2 4 5 7Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan Dan Perorangan L 291 294 309 292 327 209 338 335 335Jasa Perorangan Yang Melayani Rumah Tangga 0 0 0 1 1 1 2 2 4Badan Internasional Dan Badan Ekstra Internasional Lainnya 1 6 7 7 7 0 0 0 0Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya 371 429 472 481 484 469 414 144 171Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha 5,666 6,176 6,580 6,883 7,139 7,511 8,103 8,325 8,574
Total 8,217 8,973 9,686 10,188 10,478 11,397 12,052 12,527 12,844
201320122011
0.0%
0.5%
1.0%
1.5%
2.0%
2.5%
0
40
80
120
160
200
240
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2009 2010 2011 2012 2013
NPL (Miliar) Rasio NPL (%)
0%
2%
4%
6%
8%
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2009 2010 2011 2012 2013
Kredit Modal Kerja (Miliar) Kredit Investasi (Miliar)
NPL Modal Kerja NPL Investasi
Grafik 3.6 NPL Konsumsi dan Modal KerjaGrafik 3.5 Perkembangan NPL
Tabel 3.8 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektoral
Sumber : KPwBI Prov. NTT
Sumber : KPwBI Prov. NTT Sumber : KPwBI Prov. NTT
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 29
Penurunan suku bunga kredit terjadi pada semua jenis kredit dengan rata-rata suku
bunga kredit masing-masing sebesar 13,79% untuk kredit modal kerja, 15,81%
untuk kredit investasi, dan 15,22% untuk kredit konsumsi.
33..22..22.. KKrreeddiitt UUMMKKMM ((UUssaahhaa MMiikkrroo KKeecciill ddaann MMeenneennggaahh))
Penyaluran kredit kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
meningkat sebesar 25,08% (yoy). Pertumbuhan kredit UMKM lebih tinggi
dibandingkan dengan pertumbuhan kredit secara keseluruhan. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa laju pertumbuhan kredit produktif lebih tinggi
dibandingkan dengan penyaluran kredit konsumtif. Rasio kredit UMKM terhadap
total kredit pada triwulan laporan mencapai 25,65% sementara rasio kredit UMKM
terhadap total kredit produktif mencapai 77,15%.
Peningkatan laju pertumbuhan penyaluran kredit UMKM merata
untuk semua kategori usaha. Penyaluran kredit untuk UMKM jenis menengah
tumbuh signifikan sebesar 56,22% dengan outstanding kredit mencapai Rp 891
miliar dan jumlah debitur sebanyak 1.353 unit usaha. Penggunaan kredit untuk
usaha menengah didominasi untuk keperluan modal kerja (85,01%) dibandingkan
dengan penggunaan untuk investasi (14,99%). Sedangkan penyaluran kredit pada
usaha jenis kecil mengalami kenaikan sebesar 6,34% dengan outstanding kredit
sebesar Rp 1,72 triliun dan jumlah debitur mencapai 8.716 unit usaha.
Penggunaan kredit sebagian digunakan untuk kebutuhan modal kerja (84,66%)
dan investasi (15,34%). Penyaluran kredit pada usaha jenis mikro mengalami
I II III IV I II III IV ITOTAL KREDIT 8,217 8,973 9,686 10,188 10,478 11,397 12,052 12,527 12,844
yoy 18.10% 16.85% 19.12% 29.29% 27.52% 27.03% 24.42% 22.96% 22.58%TOTAL KREDIT PRODUKTIF 2,551 2,797 3,106 3,305 3,339 3,886 3,948 4,202 4,270
yoy 26.49% 24.12% 26.52% 29.08% 30.92% 38.95% 27.12% 27.14% 27.87%KREDIT UMKM 2,142 2,275 2,497 2,570 2,634 3,070 3,043 3,233 3,294
yoy 26.30% 12.82% 21.01% 18.75% 22.97% 34.92% 21.84% 25.83% 25.08%MIKRO 342 375 406 422 442 506 546 637 678
yoy 38.62% 35.59% 44.16% 40.72% 29.18% 35.14% 34.37% 50.96% 53.61%KECIL 1,449 1,517 1,590 1,592 1,621 1,879 1,656 1,763 1,724
yoy 21.67% 5.49% 13.04% 6.75% 11.88% 23.86% 4.19% 10.76% 6.34%MENENGAH 351 383 501 556 571 684 841 833 891
yoy 35.86% 26.87% 33.47% 49.07% 62.76% 78.47% 67.67% 49.89% 56.22%Ratio thd total kredit 26.06% 25.36% 25.78% 25.22% 25.13% 26.93% 25.25% 25.81% 25.65%Ratio thd total kredit produktif 83.96% 81.35% 80.39% 77.75% 78.87% 78.99% 77.06% 76.95% 77.15%
201320122011 KREDIT(miliar)
Tabel 3.9 Perkembangan Komponen Kredit UMKM Bank Umum
Sumber : KPwBI Prov. NTT
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 30
kenaikan sebesar 53,61% dengan outstanding kredit sebesar Rp 678 miliar dan
jumlah debitur sebesar 44.461 unit usaha. Penggunaan kredit sebagian digunakan
untuk kebutuhan modal kerja (85,64%) dan investasi (14,36%).
Secara sektoral, sektor yang dominan dibiayai oleh perbankan adalah sektor
perdagangan besar dan eceran dengan proporsi sebesar 63,37% dari total
penyaluran kredit UMKM. Sementara untuk sektor pertanian dan sektor perikanan
hanya sebesar sebesar 5,71% dan 0,44%. Resiko penyaluran kredit (NPLs) kepada
UMKM pada triwulan laporan terjaga pada level 3,52%.
33..22..33.. KKiinneerrjjaa PPeerrbbaannkkaann UUmmuumm BBeerrddaassaarrkkaann SSeebbaarraann PPuullaauu
Secara geografis, kinerja perbankan umum di Provinsi NTT masih
terkonsentrasi di Pulau Timor. Pusat pemerintahan dan ekonomi yang dominan
di Pulau Timor, khususnya Kota Kupang menjadi faktor utama terpusatnya
kegiatan perbankan di Pulau Timor. Aset bank umum di Pulau Timor sebesar
Rp 13,91 triliun atau 66,17% dari total asset bank umum di NTT. Sementara di
Pulau Flores sebesar Rp 5,58 triliun atau 26,55% dari total asset, dan asset bank
umum di Pulau Sumba sebesar Rp 1,53 triliun atau 7,29% dari total asset bank
umum di NTT.
I II III IV IPertanian, Perburuan Dan Kehutanan 21 32 57 188 188 5.71%Perikanan 7 8 9 12 15 0.44%Pertambangan Dan Penggalian 6 7 6 9 8 0.25%Industri Pengolahan 33 46 50 63 69 2.11%Listrik, Gas Dan Air 5 6 4 5 4 0.13%Konstruksi 162 222 229 186 166 5.03%Perdagangan Besar Dan Eceran 1,444 1,861 1,771 2,080 2,088 63.37%Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan Makan Minum 75 95 78 84 92 2.80%Transportasi, Pergudangan Dan Komunikasi 65 83 88 97 98 2.96%Perantara Keuangan 29 35 30 52 66 2.01%Real Estate, Usaha Persewaan, Dan Jasa Perusahaan 42 45 43 47 45 1.37%Administrasi Pemerintahan, Pertahanan Dan Jaminan Sosial Wajib ‐ ‐ 0 2 1 0.04%Jasa Pendidikan 9 8 4 7 5 0.16%Jasa Kesehatan Dan Kegiatan Sosial 2 1 3 4 6 0.18%Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan Dan Perorangan Lainnya 242 149 256 253 269 8.17%Jasa Perorangan Yang Melayani Rumah Tangga 1 1 1 2 2 0.07%Badan Internasional Dan Badan Ekstra Internasional Lainnya 7 ‐ ‐ ‐ ‐ 0.00%Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya 484 469 414 144 171 5.19%Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 0.00%KREDIT UMKM 2,634 3,070 3,043 3,233 3,294 100.00%
2013share
2012 KREDIT SEKTORAL(miliar)
Tabel 3.10 Perkembangan Kredit UMKM Sektoral Bank Umum
Sumber : KPwBI Prov. NTT
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 31
Walaupun masih terkonsentrasi di Pulau Timor, namun perkembangan
indikator di Pulau lainnya relatif lebih baik dibanding di Pulau Timor. Pada triwulan
laporan, perkembangan asset terbesar terdapat di Pulau Flores yaitu sebesar
20,07% (yoy) diikuti dengan Pulau Sumba sebesar 20,04% (yoy). Hal serupa juga
terjadi pada indikator perkembangan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK),
dimana pertumbuhan tertinggi terdapat di Pulau Flores dengan nominal DPK
mencapai Rp 4,84 triliun atau meningkat sebesar 17,18% (yoy) sementara Pulau
Sumba dan Pulau Timor mencatatkan perkembangan DPK masing-masing sebesar
15,52% dan 12,68%.
Di sisi lain, perkembangan penyaluran kredit tertinggi terdapat di Pulau
Timor yaitu sebesar 28,24% (yoy). Sementara dari sisi intermediasi yang tercermin
dari Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat pulau Sumba yang menunjukkan nilai
tertinggi yaitu sebesar 94,40%.
33..33 SSIISSTTEEMM PPEEMMBBAAYYAARRAANN
33..33..11.. TTrraannssaakkssii NNoonn TTuunnaaii
aa.. TTrraannssaakkssii KKlliirriinngg
Transaksi non tunai melalui SKNBI meningkat signifikan.
Dibandingkan tahun sebelumnya, terjadi peningkatan nominal transaksi kliring
sebesar 22,64% (yoy) dengan nominal transaksi mencapai Rp 530,78 miliar.
Sementara lembar warkat kliring pada triwulan laporan sebanyak 17.275 warkat
atau meningkat sebesar 2,94% (yoy). Peningkatan lembar warkat yang lebih kecil
dibandingkan dengan nominal transaksinya mencerminkan bahwa rata-rata
nominal transaksi per warkat lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Pada triwulan laporan, rata-rata nominal per lembar warkat sebesar Rp 30,73 juta.
Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa masyarakat masih memilih
menggunakan SKNBI untuk transaksi dengan nominal rendah karena dari segi
Rp Miliar % yoy Rp Miliar % yoy Rp Miliar % yoy LDR NPL
Pulau Timor 13,906 17.40% 9,203 12.68% 7,189 28.24% 78.11% 1.58%
Pulau Flores 5,579 20.07% 4,841 17.18% 4,421 15.88% 91.33% 1.68%
Pulau Sumba 1,532 20.04% 1,307 15.52% 1,233 16.72% 94.40% 1.05%
NTT 21,017 18.29% 15,351 14.31% 12,844 22.58% 83.67% 1.56%
WILAYAHASET DPK KREDIT RASIO
Tabel 3.11 Indikator Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau
Sumber : KPwBI Prov. NTT
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 32
biaya lebih rendah dibandingkan RTGS. Namun, ada kecenderungan beralihnya
preferensi masyarakat ke sistem RTGS untuk nominal-nominal transaksi yang lebih
besar. Apalagi untuk transaksi bisnis yang memerlukan kecepatan waktu
pengiriman uang ke rekening tujuan.
Peningkatan transaksi melalui SKNBI tidak berpengaruh terhadap kualitas
transaksi. Berbanding terbalik dengan jumlah transaksi kliring yang meningkat
sangat tinggi, jumlah cek/BG kosong di wilayah Kantor Bank Indonesia Provinsi NTT
pada triwulan laporan menurun sebesar -3,80% (yoy) dengan nominal mencapai
Rp 6,58 miliar.
bb.. TTrraannssaakkssii RRTTGGSS
Transaksi menggunakan sistem RTGS mengalami peningkatan baik
dari volume transaksi maupun dari nilai transaksinya. Sistem RTGS yang
memungkinkan proses transfer yang cepat menjadi faktor utama beralihnya
penggunaan SKNBI ke sistem RTGS. Apalagi untuk wilayah Kantor Bank Indonesia
Provinsi NTT, dimana SKNBI hanya dapat dilakukan di wilayah Kota Kupang dan
Kota Maumere dengan nominal transaksi yang terbatas.
Transaksi melalui sistem RTGS pada triwulan laporan lebih didominasi oleh
transaksi dari dalam NTT. Tercermin dari data RTGS, dimana transaksi dari (from)
NTT memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan dengan transaksi yang masuk (to) NTT,
demikian pula dari sisi volume, jumlah transaksi dari NTT lebih banyak. Transaksi
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
20,000
0
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
700,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2008 2009 2010 2011 2012 2013 Lembar
Rp Ju
ta
Nominal Kliring (Juta)
Lembar Kliring
0
50
100
150
200
250
300
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2008 2009 2010 2011 2012 2013 Lembar
Rp Ju
ta
Nominal Cek/BG Kosong (Juta)
Lembar Cek/BG Kosong
Grafik 3.7 Perkembangan Transaksi Kliring Grafik 3.8 Perkembangan Cek/BG Kosong
Sumber : KPwBI Prov. NTT Sumber : KPwBI Prov. NTT
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 33
RTGS yang keluar dari NTT meningkat sebesar 64,84% (yoy) dengan nilai transaksi
mencapai Rp 22,69 triliun.
Sementara itu, transaksi RTGS yang berasal dari daerah lain juga mengalami
kenaikan yang signifikan. Pada triwulan I-2013, tercatat aliran dana yang masuk
ke NTT melalui system RTGS sebesar Rp 13,31 triliun atau meningkat sebesar
6,76% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya. Nilai transaksi tersebut berasal dari
7.444 transaksi. Dominannya transfer dana keluar NTT mengindikasikan
ketergantungan NTT terhadap daerah lain lebih tinggi dibandingkan dengan
potensi ekonomi yang diperdagangkan di daerah lain.
33..33..22.. TTrraannssaakkssii TTuunnaaii
Meningkatnya aktivitas ekonomi NTT dibandingkan tahun
sebelumnya terlihat dari peningkatan aktivitas transaksi tunai pada
triwulan laporan. Data yang tercatat di Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi NTT menunjukkan bahwa transaksi uang tunai yang masuk ke Bank
Indonesia (inflow) dan yang keluar dari Bank Indonesia (out flow) sebesar Rp. 1,80
triliun. Pada triwulan laporan terjadi net inflow dimana jumlah uang yang keluar
dari Bank Indonesia lebih kecil dibandingkan dengan uang yang masuk. Jumlah
uang yang masuk ke Bank Indonesia pada triwulan laporan sebesar Rp 1,36 triliun
atau meningkat 20,35% (yoy). Sementara jumlah uang yang keluar dari Bank
Indonesia mencapai Rp 436,38 miliar atau meningkat 52,15% (yoy). Peningkatan
pertumbuhan jumlah uang yang keluar dari Bank Indonesia menunjukkan bahwa
terdapat peningkatan kebutuhan uang kartal yang signifikan dibandingkan
triwulan I-2012.
‐
4,000
8,000
12,000
16,000
20,000
24,000
28,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2009 2010 2011 2012 2013
From NTT (Rp Miliar) To NTT (Rp Miliar)
‐
4,000
8,000
12,000
16,000
20,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2009 2010 2011 2012 2013
From NTT To NTT
Sumber : KPwBI Prov. NTT
Grafik 3.9 Nilai Transaksi RTGS Grafik 3.10 Volume Transaksi RTGS
Sumber : KPwBI Prov. NTT
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 34
Volume pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) menurun
signifikan. Pada triwulan laporan, jumlah UTLE yang terserap di wilayah NTT
mencapai Rp 179,71 miliar atau turun signifikan sebesar 48,02% dibandingkan
tahun sebelumnya (yoy). Setoran dari perbankan masih diharapkan menjadi sarana
utama dalam menjaring UTLE di masyarakat. Selain itu, peningkatan kegiatan kas
keliling merupakan salah satu upaya dalam menjaring UTLE di masyarakat agar
terwujud clean money policy di Provinsi NTT. Hal tersebut belum optimal karena
geografis wilayah NTT yang berpulau-pulau menjadi kendala dalam menekan
jumlah UTLE di masyarakat. Namun, upaya untuk mewujudkan clean money policy
terus dilakukan, terutama di wilayah-wilayah terpencil.
‐80%
‐40%
0%
40%
80%
120%
160%
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2009 2010 2011 2012(miliar)
inflow outflow
growth inflow (%) growth outflow (yoy)
I II III IV I II III IV IMRUK 300.01 284.82 240.45 313.60 345.72 32.20 14.67 45.91 179.71y-o-y 29.79% -25.25% -10.95% 61.61% 15.24% -88.69% -93.90% -85.36% -48.02%penukaran loket 21.70 18.67 26.13 26.51 21.23 24.84 33.04 30.14 22.06y-o-y 56.87% 13.08% -5.86% 0.93% -2.20% 33.04% 26.43% 13.67% 3.94%kas keliling 17.80 15.90 14.10 15.75 11.00 23.59 9.70 14.25 8.00Uang Palsu (ribu) 2,930 5,710 3,750 2,450 1,950 7,650 4,800 11,440 1,100 Ratio UPal thd Outflow 0.001237% 0.000000% 0.000000% 0.000000% 0.000000% 0.000000% 0.000000% 0.000000% 0.000000%
201320122011Indikator(miliar)
Grafik 3.11 Perkembangan Transaksi Tunai
Sumber : KPwBI Prov. NTT
Tabel 3.12 Perkembangan Indikator Sistem Pembayaran Lain
Sumber : KPwBI Prov. NTT
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 35
Jumlah uang palsu yang dilaporkan Bank Indonesia di Nusa
Tenggara Timur pada triwulan laporan sebesar Rp 1,1 juta. Jumlah uang
palsu yang tercatat pada triwulan laporan masih didominasi oleh uang dengan
nominal besar yaitu denominasi Rp 100.000,00 dan Rp 50.000,00.
Bank Indonesia terus berusaha menekan jumlah uang palsu yang beredar di
masyarakat dengan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai ciri-ciri
keaslian uang rupiah dengan metode 3D (Dilihat Diraba Diterawang) serta
mengeluarkan desain uang baru denominasi Rp 20.000,00, Rp 50.000,00, dan Rp
100.000,00 dengan penambahan features pengaman.
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 36
KAS KELILING DI WILAYAH TERPENCIL NTT
Provinsi NTT merupakan Provinsi Kepulauan dengan jumlah pulau
sebanyak 1.192 Pulau dan hanya 3,61% atau 43 Pulau yang telah dihuni.
Kawasan NTT yang cukup luas dan tersebar dalam pulau dan kepulauan serta
jauh dari pusat pemerintah berimplikasi pada kurang tersedianya sarana fisik
dan prasarana yang memadai (lack of physical infrastructure). Hal ini
membawa dampak serius bagi pengembangan akses ekonomi karena
terbatasnya akses transportasi.
Akses transportasi yang sangat minim khususnya ke pulau-pulau
terpencil merupakan kendala terbesar bagi kegiatan Bank Indonesia terutama
dalam pemenuhan kebutuhan Uang Layak Edar (ULE) di wilayah tersebut.
Namun, pada Tahun 2012, KPw BI Provinsi NTT telah melakukan kegiatan Kas
Keliling ke 4 (empat) Pulau yang merupakan wilayah terpencil dan sangat sulit
untuk akses transportasi. Empat Pulau yang menjadi sasaran kegiatan
pelayanan Kas Keliling dan Sosialisasi Keaslian Uang Rupiah adalah Pulau
Solor, Pulau Ndao, Pulau Palue dan Pamana.
Hampir semua uang yang ada di Pulau Palue dan Pulau lainnya dapat
dikategorikan sebagai Uang Tidak Layak Edar (UTLE). Geografis daerah
Kepulauan dan dekat dengan laut menyebabkan kondisi uang di NTT lebih
cepat rusak dan lusuh. Akses untuk penukaran uang ke Kota besar pun dirasa
cukup sulit mengingat akses transportasi antar Pulau sangat terbatas.
Untuk mengakses wilayah tersebut, moda transportasi yang digunakan
tidak hanya satu jenis saja. Dari mulai transportasi udara, yang dilanjutkan
dengan transportasi darat dan bahkan menggunakan transportasi laut
dengan memanfaatkan kapal – kapal milik nelayan setempat. Keterbatasan
BOKS 2
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 37
daya angkut serta faktor pengamanan menjadi satu kendala bagi kegiatan kas
keliling di wilayah terpencil. Sehingga modal yang dibawa berkisar Rp
750.000.000,00 – Rp 1.000.000.000,00 setiap Pulau. Modal tersebut
dipastikan tidak semua terserap oleh masyarakat di wilayah tersebut, karena
infrastruktur serta akses ke wilayah lain yang terbatas menyebabkan aktivitas
ekonomi di Pulau tersebut relatif kecil dan tidak dapat berkembang
sebagaimana daerah lainnya.
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 38
BBB AAA BBB IIIVVV
KKKEEEUUUAAANNNGGGAAANNN PPPEEEMMMEEERRRIIINNNTTTAAAHHH
44..11.. KKoonnddiissii UUmmuumm
APBD Provinsi Nusa Tenggara tahun 2013 meningkat relatif kecil
dibandingkan tahun sebelumnya. Rencana anggaran belanja Tahun 2013 tercatat
sebesar Rp 2,40 triliun, meningkat sebesar 2,00% dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Selain rencana belanja, pos pendapatan juga mengalami kenaikan
sebesar 3,81% dari Rp 2,26 triliun pada tahun 2012 menjadi Rp 2,34 triliun pada
tahun 2013.
Realisasi keuangan pemerintah Provinsi NTT pada triwulan I-2013 sesuai
dengan target. Realisasi anggaran pendapatan pada triwulan laporan sebesar Rp
627,41 miliar atau telah terealisasi sebesar 26,79% dari rencana anggaran
pendapatan tahun 2013. Sementara itu, realisasi anggaran belanja pemerintah pada
triwulan I-2013 sebesar Rp 428,60 miliar atau mencapai 17,85%. Realisasi anggaran
belanja pada triwulan I-2013 mengalami peningkatan relatif signifikan sebesar
38,40% dibandingkan dengan realisasi anggaran belanja pada triwulan I-2012.
‐
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013Rp M
iliar
Pendapatan Belanja
‐
200,000
400,000
600,000
800,000
Tw I Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Rp Ju
ta
Realisasi Pendapatan
Realisasi Pengeluaran
Grafik 4.2 Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD
Sumber : Biro Keuangan Prov. NTT
Grafik 4.1 APBD Provinsi NTT
Sumber : Biro Keuangan Prov. NTT
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 39
44..22.. PPeennddaappaattaann DDaaeerraahh
Realisasi anggaran
pendapatan pemerintah pada
triwulan I-2013 sebesar 26,79%
dari APBD 2013. Total pendapatan
Provinsi NTT dalam APBD Tahun
2013 diperkirakan sebesar Rp 2,34
triliun. Nominal tersebut bersumber
dari Pendapatan Asli Daerah (PAD)
sebesar Rp 433,41 miliar atau
18,50% dari total pendapatan
Tahun 2013. Sementara sisanya, yaitu 81,50% bersumber dari pendapatan transfer
Pemerintah Pusat. Ketergantungan sumber penerimaan daerah terhadap bantuan
pemerintah pusat relatif sangat tinggi. Kontribusi dana perimbangan untuk mengisi
celah fiskal (fiscal gap) dalam share pos pendapatan daerah terlihat cukup dominan.
Dalam era otonomisasi daerah, hal ini mengindikasikan bahwa pada daerah-daerah
atau provinsi tertentu dukungan pemerintah pusat masih mutlak diperlukan.
Realisasi PAD Provinsi NTT pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp 99,19
miliar atau 22,89% dari target PAD akhir tahun. Sumbangan realisasi terbesar PAD
berasal dari pos pendapatan pajak daerah sebesar Rp 82,17 miliar, meningkat
3,77% dibandingan pencapaian triwulan I-2012 yang sebesar Rp 79,18 miliar.
Realisasi pendapatan transfer dari Pemerintah Pusat pada triwulan laporan
tercatat sebesar Rp 528,22 miliar atau 27,77% dari total rencana pendapatan
transfer Tahun 2013. Sumbangan terbesar berasal dari pos dana perimbangan
dengan realisasi mencapai Rp 358,78 miliar atau sebesar 30,18% dari total rencana
pendapatan Tahun 2013. Sedangkan realisasi dana otonomi khusus dan dana
penyesuaian sebesar Rp 189,84 miliar atau sebesar 23,77% dari rencana 2013 yang
sebesar Rp 714,54 miliar.
44..33.. BBeellaannjjaa DDaaeerraahh
Realisasi belanja pemerintah pada triwulan l-2013 sebesar 17,85%.
Total anggaran belanja Pemerintah Provinsi NTT mengalami kenaikan sebesar 11,8%
dengan nominal anggaran mencapai Rp 2,40 triliun. Pos belanja operasi, yang
didalamnya berisi belanja pegawai, belanja barang serta belanja hibah merupakan
Grafik 4.3 Realisasi Pendapatan
Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT
849.74
938.93
992.02
1,075.75
1,290.63
2,256.45
2,342.34
‐
500
1,000
1,500
2,000
2,500
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Rp m
iliar
Pendapatan
Real Pendapatan Tw‐I
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 40
pos anggaran belanja terbesar dengan total nominal sebesar Rp 2,03 triliun atau
84,59% dari total anggaran belanja tahun 2013.
Total realisasi belanja pemerintah pada triwulan laporan sebesar Rp 423,71
miliar. Dari total realisasi tersebut, pos belanja operasional yang sebagian merupakan
belanja pegawai menyumbang realisasi paling besar yaitu sebesar 20,86%,
sedangkan belanja modal yang merupakan salah satu sumber penggerak ekonomi
daerah hanya mencatatkan realisasi sebesar 2,08%.
Grafik 4.4 Realisasi Belanja
Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT
1,036.09
1,139.42
1,164.44
1,257.42
1,350.22
2,353.82
2,400.82
‐
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Rp m
iliar
BelanjaReal Belanja Tw‐I
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 41
Rp JutaRencana
2013 Tw IPENDAPATAN 2,342,342 627,415 26.79%
PENDAPATAN ASLI DAERAH 433,414 99,194 22.89%Pendapatan Pajak Daerah 295,488 82,172 27.81%Pendapatan Retribusi Daerah 11,269 1,972 17.50%Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 45,050 30 0.07%Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 81,607 15,020 18.41%
PENDAPATAN TRANSFER 1,901,949 528,221 27.77%Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 1,187,411 358,380 30.18%
Dana Bagi Hasil Pajak 105,596 369 0.35%Dana Alokasi Umum 1,003,992 334,664 33.33%Dana Alokasi Khusus 77,823 23,347 30.00%
Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 714,538 169,842 23.77%Dana Otonomi Khusus & Dana Penyesuaian 714,538 169,842 23.77%
BELANJA 2,400,818 428,604 17.85% BELANJA OPERASI 2,030,871 423,706 20.86%
Belanja Pegawai 581,347 91,193 15.69%Belanja Barang 421,322 47,260 11.22%Belanja Hibah 973,099 283,478 29.13%Belanja Bantuan Sosial 42,801 1,776 4.15%Belanja Bantuan Keuangan 12,302 - 0.00%
BELANJA MODAL 232,901 4,849 2.08%BELANJA TIDAK TERDUGA 18,130 50 0.28%
Belanja Tidak Terduga 18,130 50 0.28%TRANSFER 118,916 - 0.00%
Bagi Hasil Pajak 118,916 - 0.00%
PEMBIAYAAN 178,216 192,289 107.90%PENERIMAAN DAERAH 118,346 192,289 162.48%
Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) 53,108 168,837 317.91%Pencairan Dana Cadangan 57,471 21,855 38.03%Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 7,767 1,597 20.56%
PENGELUARAN DAERAH 59,870 - 0.00%Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 54,870 - 0.00%Pemberian pinjaman kepada kelompok masyarakat 5,000 - 0.00%
% RealisasiURAIAN2013
Tabel 4.1 Realisasi dan Rencana Tahun Anggaran 2013
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 42
BBB AAA BBB VVV
KKKEEETTTEEENNNAAAGGGAAAKKKEEERRRJJJAAAAAANNN &&& KKKEEESSSEEEJJJAAAHHHTTTEEERRRAAAAAANNN
55..11.. KKoonnddiissii UUmmuumm
Perkembangan ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat NTT
pada triwulan laporan relatif membaik pada triwulan I-2013. Kondisi ini
tercermin dari membaiknya perkembangan beberapa indikator ketenagakerjaan dan
kesejahteraan. Perkembangan daya serap tenaga kerja di NTT terindikasi masih
menunjukkan perkembangan yang positif walaupun relatif melambat dibandingkan
triwulan sebelumnya. Tercermin dari hasil SKDU KPwBI Provinsi NTT triwulan I-2013,
dimana Indeks ketenagakerjaan1 pada triwulan laporan sebesar 4,39. Sementara itu,
pada triwulan laporan terlihat adanya optimisme, khususnya pada masyarakat
dengan penghasilan menengah keatas terhadap tingkat kesejahteraan. Hal ini
tercermin dari indeks penghasilan saat ini dibandingkan 6 (enam) bulan yang lalu
hasil Survei Konsumen bulan Januari-Maret 2013.
Disisi lain, indikator kesejahteraan didaerah pedesaan yang tercermin dari
Nilai Tukar Petani (NTP) masih belum menunjukkan perbaikan yang signifikan bahkan
cenderung menurun, hal tercermin dari nilai NTP NTT yang sebesar 99,66 dengan
indeks diterima (IT) sebesar 147,43 dan indeks dibayar (IB) sebesar 147,93.
55..22.. PPeerrkkeemmbbaannggaann KKeetteennaaggaakkeerrjjaaaann
Daya serap tenaga kerja pada triwulan laporan mengalami
peningkatan, namun tidak sebesar triwulan sebelumnya. Hasil Survei Kegiatan
Dunia Usaha (SKDU) triwulan I-2013 menunjukkan bahwa indeks jumlah tenaga
kerja pada sektor pertanian sebesar 0,73. Meningkatnya daya serap tenaga kerja
pada sektor tersebut didorong oleh meningkatnya kebutuhan tenaga kerja pada sub
sektor perikanan yang mengalami kenaikan produktivitas pada triwulan I-2013.
Sementara itu kebutuhan tenaga kerja pada sub sektor pertanian lainnya relatif
tetap.
1 angka indeks dihitung dengan metode SBT (Saldo Bersih Tertimbang) yang merupakan selisih dari
prosentase jawaban ”naik” dengan jawaban ”turun”.
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 43
Pertumbuhan ekonomi yang cukup baik, khususnya pada sektor PHR
berpengaruh pada kebutuhan tenaga kerja yang terindikasi meningkat pada triwulan
laporan. Meningkatnya kebutuhan tenaga kerja khususnya pada sub sektor
perdagangan menjadi salah satu indikator pertumbuhan ekonomi yang pada sektor
PHR.
Kondisi berbeda terjadi pada sektor bangunan, dimana penurunan aktivitas
kerja pada awal tahun anggaran berdampak signifikan terhadap kebutuhan tenaga
kerja yang tercatat menurun pada triwulan laporan. Terlihat dari indeks jumlah
tenaga kerja pada sektor bangunan sebesar -0,43, turun dibandingkan dengan
triwulan IV-2012 yang sebesar 3,59.
55..33.. PPeerrkkeemmbbaannggaann KKeesseejjaahhtteerraaaann
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan berpengaruh positif
pada kesejahteraan masyarakat NTT, khususnya untuk golongan menengah
ke atas. Pada triwulan laporan terlihat adanya optimisme, khususnya pada
masyarakat dengan penghasilan menengah keatas terhadap tingkat kesejahteraan.
Hal ini tercermin dari indeks penghasilan saat ini dibandingkan 6 (enam) bulan yang
lalu hasil Survei Konsumen bulan Januari-Maret 2013. Berdasarkan hasil survei,
indeks SBT mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada bulan Maret, hal
tersebut dipengaruhi adanya kenaikan UMP pada awal tahun yang berdampak pada
kenaikan gaji di berbagai sektor ekonomi.
‐10
‐5
0
5
10
15
20
25
30
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
inde
ks
Indeks Ekspektasi Jumlah Kary. Indeks Jumlah Kary.
Grafik 5.1 Indeks Ketenagakerjaan NTT
Sumber : SKDU Triwulan VI-2012 KPwBI Prov NTT
Triwulan I - 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 44
Di sisi lain, kenaikan
pendapatan di tingkat petani
belum sebanding dengan
peningkatan pengeluaran untuk
kebutuhan produksi hasil
pertanian. Pada akhir triwulan
laporan terdapat kenaikan indeks
yang diterima (IT) sebesar 0,54% dari
146,64 pada akhir triwulan IV-2012
menjadi 147,43 pada triwulan
laporan. Di sisi lain, indeks yang
dibayar (IB) mengalami kenaikan
cukup signifikan sebesar 1,96% dari 145,08 pada triwulan IV-2012 menjadi 147,93
pada triwulan laporan. Akselerasi peningkatan pendapatan petani selama triwulan
laporan, belum sebanding dengan akselerasi peningkatan pengeluaran. Hal ini
menyebabkan NTP pada triwulan laporan turun pada level 99,66 atau dibawah
angka 100. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan petani menurun
signifikan, penghasilan yang diterima petani lebih rendah dari biaya yang
dikeluarkan.
2001 2003 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
KHL 274 350 403 671 735 785 880 935 932 1,164 1,363
UMP 275 350 450 550 600 650 775 800 850 925 1,010
‐
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
Rp ribu
100
110
120
130
140
150
160
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2011 2012 2013
Inde
ks
Indeks penghasilan saat ini
Grafik 5.2 Perkembangan UMP NTT
Sumber : BPS Prov NTT
Grafik 5.4 Perkembangan NTP NTT
Sumber : Survei Konsumen KPwBI Prov. NTT
Grafik 5.3 Perkembangan Indeks Penghasilan
Sumber : BPS Prov NTT
97
98
99
100
101
102
103
104
120
122
124
126
128
130
132
134
136
138
140
142
144
146
148
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3
2010 2011 2012 2013
NTP ‐ axis kananIndeks yang dibayarIndeks yang diterima
Triwulan I – 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 45
BBB AAA BBB VVVIII
PPPRRROOOSSSPPPEEEKKK PPPEEERRREEEKKKOOONNNOOOMMMIIIAAANNN
66..11.. PPeerrttuummbbuuhhaann EEkkoonnoommii
Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur pada
triwulan II-2013 diperkirakan sedikit melambat dibandingkan triwulan
laporan. Berdasarkan historis, kondisi ekonomi terkini, dan prediksi shock yang
akan terjadi di masa mendatang, pertumbuhan ekonomi tahunan pada triwulan II-
2013 diperkirakan akan berada pada kisaran 5,0% - 5,5% (yoy) dengan
kecenderungan moderat. Adapun pertumbuhan ekonomi tahun 2013 secara
kumulatif diperkirakan pada kisaran 5,4% - 5,9% (yoy) dengan kecenderungan
mendekati batas bawah. Konsumsi dan ekspor diproyeksikan menjadi penopang
pertumbuhan ekonomi disaat kinerja investasi masih terbatas. Dari sisi sektoral,
sektor pertanian diproyeksikan akan menjadi pendorong pertumbuhan pada
triwulan II-2013. Musim panen raya sub sektor tabama dan tanaman perkebunan
serta kondisi cuaca yang kondusif bagi sektor pertanian diperkirakan
meningkatkan produktivitas pertanian pada triwulan mendatang. Di sisi lain, sektor
perdagangan, hotel dan restoran diproyeksikan akan sedikit mengalami
perlambatan. Sub sektor perdagangan diperkirakan sedikit melambat seiring
dengan bayang-bayang kenaikan BBM yang berpotensi pada tingginya inflasi.
Sementara itu, sub sektor hotel dan restoran diperkirakan meningkat sebagai
dampak dari musim liburan sekolah pada triwulan mendatang. Hal ini akan
membawa dampak positif bagi kinerja hotel dan restoran yang diperkirakan akan
meningkat cukup signifikan.
Pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan didorong oleh permintaan
domestik, khususnya konsumsi. Konsistennya permintaan domestik
diperkirakan masih menopang pertumbuhan ekonomi. Tingkat konsumsi rumah
tangga pada triwulan II-2013 diprediksi sedikit tertekan apabila kebijakan kenaikan
harga BBM diberlakukan pada bulan Juni. Namun, secara umum konsumsi
pemerintah dan swasta diproyeksi akan mendorong pertumbuhan ekonomi pada
triwulan II-2013. Meningkatnya konsumsi juga akan berkorelasi positif dengan
peningkatan kinerja impor, baik antar pulau maupun impor luar negeri. Di sisi lain,
kinerja investasi diperkirakan akan mulai meningkat seiring dengan realisasi
Triwulan I – 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 46
investasi pemerintah khususnya infrastruktur pendukung untuk kegiatan sail
komodo 2013.
Triwulan Proyeksi
qtq yoy 2013 I ‐5.11% 5.37%
5.41% II* 4.57% 5.31% III* 3.99% 5.65% IV* 2.03% 5.28%
Walaupun secara tahunan diproyeksikan terjadi perlambatan laju
pertumbuhan ekonomi di triwulan II-2013, namun secara triwulanan
diproyeksikan NTT akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang positif.
Sejalan dengan hal tersebut, optimisme pelaku usaha terhadap situasi bisnis
triwulan mendatang diperkirakan meningkat signifikan. Berdasarkan hasil Survei
Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Triwulan I-2013, secara umum kegiatan usaha pada
triwulan mendatang diperkirakan akan mengalami peningkatan dibandingkan
dengan triwulan laporan. Secara sektoral, semua sektor ekonomi diperkirakan akan
mengalami peningkatan. Faktor musiman menjadi faktor pendorong peningkatan
produktivitas pada sektor Pertanian. Sementara peningkatan aktivitas konsumsi
baik rumah tangga maupun pemerintah ikut mendorong peningkatan kinerja
sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR).
Aspek
Pertumbuhan Triwulanan Tw I-2013
Penyebab Pertumbuhan Ekspektasi triwulan
mendatang Keterangan Ekspektasi
Kegiatan Usaha (umum)
Menurun Penurunan permintaan di semua sektor ekonomi Meningkat
Peningkatan permintaan di semua sektor ekonomi
Volume produksi
Melambat Kondisi cuaca kurang kondusif Meningkat Musim panen komoditas dan kondisi cuaca kondusif
Nilai penjualan
Menurun Permintaan yang menurun Meningkat Prospek Permintaan meningkat
Kapasitas produksi
Menurun Permintaan yang menurun Meningkat Prospek Permintaan meningkat
Tenaga kerja Melambat Seiring dengan kegiatan usaha Meningkat Produktivitas meningkat
Volume pesanan
Menurun Prospek permintaan yang meningkat
Meningkat Prospek Permintaan meningkat
Harga jual komoditas
Melambat Kualitas produksi menurun Meningkat Harga komoditas internasional
Kondisi keuangan
Melambat Dampak penurunan harga Meningkat Prospek Permintaan meningkat
Situasi bisnis
Melambat Kondisi cuaca tidak kondusif Meningkat Seiring peningkatan produksi
Tabel 6.2 Ringkasan Leading Economic Indicator Kondisi Usaha Provinsi Nusa Tenggara Timur
Sumber : SKDU KPw BI NTT
Tabel 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT
Triwulan I – 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 47
66..22.. IInnffllaassii
Inflasi tahunan Provinsi Nusa Tenggara Timur pada triwulan II-2013
diperkirakan akan berada pada kisaran 9,78% ± 1% (yoy) dengan asumsi
terdapat dampak langsung dan tidak langsung dari kenaikan harga BBM
sebesar 33,33% dari Rp 4.500,00 menjadi Rp 6.000,00. Apabila kebijakan
tersebut ditangguhkan, inflasi NTT diperkirakan pada kisaran 5,35 ± 1% (yoy).
Inflasi pada triwulan II-2013 diproyeksikan akan melambat dipengaruhi oleh
normalnya pasokan komoditas bumbu-bumbuan yang sempat mendorong inflasi
NTT pada level yang sangat tinggi di awal tahun. Mulai pulihnya supply komoditas
bawang putih di berbagai daerah, khususnya Surabaya mendorong penurunan
harga pada komoditas tersebut. Selain itu, supply komoditas yang relatif terjaga
pada komoditas bahan makanan lainnya, khususnya ikan segar dan sayur-sayuran
seiring dengan kondisi cuaca yang cukup kondusif untuk pelayaran dan pertanian
hortikultura menyebabkan terjadinya penurunan harga yang cukup signifikan.
Musim panen komoditas padi menjamin terjaganya pasokan beras pada triwulan II-
2013. Selain itu, kondusifnya cuaca di perairan NTT diperkirakan berdampak pada
kestabilan harga komoditas ikan segar.
Kenaikan TDL tahap II dipastikan menaikkan harga makanan jadi
walaupun dalam kisaran yang variatif. Biaya energi masih merupakan
komponen utama biaya operasional bagi industri makanan dan minuman. Tekanan
inflasi inti diperkirakan meningkat sebagai dampak lanjutan dari kenaikan tarif
listrik. Berlakunya kenaikan tahap ke II akan mendorong cost push inflation yang
akan memberatkan production cost khususnya pada komoditas makanan jadi.
Musim liburan sekolah diperkirakan akan meningkatkan tekanan
inflasi dari kelompok transpor. Musim liburan sekolah pada triwulan II-2013
diperkirakan akan meningkatkan permintaan terhadap angkutan udara. Hal
tersebut berpotensi meningkatkan tekanan terhadap tarif angkutan udara.
Ekspektasi inflasi dari sisi konsumen masih meningkat dengan
tendensi melambat. Konsumen masih menyakini akan terjadi kenaikan harga
untuk 3 bulan maupun 6 bulan kedepan dengan ekspektasi kenaikan harga lebih
rendah dibanding bulan sebelumnya. Tingginya ekspektasi kenaikan harga
didorong oleh adanya bulan puasa pada periode 3 bulan kedepan. Hal serupa juga
diyakini oleh pedagang, dimana dalam 3 bulan kedepan harga-harga diperkirakan
akan mengalami kenaikan. Hal tersebut sebagaimana tercermin pada hasil Survei
Triwulan I – 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 48
Pedagang Eceran dengan indeks sebesar 105. Kenaikan harga diperkirakan karena
adanya tekanan dari sisi demand menjelang bulan Ramadhan.
Triwulan I – 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 49
DAMPAK KENAIKAN BBM TERHADAP INFLASI NTT
Tekanan inflasi tahun 2013 dibayang-bayangi kenaikan harga BBM, tidak
terkecuali dengan Provinsi NTT. Berbeda dengan Pulau Jawa dan sekitarnya,
kenaikan BBM di Provinsi NTT berpotensi menimbulkan dampak yang lebih besar
terhadap tekanan inflasi. Disamping karena kenaikan harga dari Surabaya atau
Makassar sebagai daerah pemasok, kenaikan BBM akan menambah tekanan harga
di Kota dari sisi distribusi barang, sehingga dampak yang dirasakan bisa dua kali
lipat dibandingkan daerah lain.
Kenaikan BBM akan berdampak langsung dan tidak langsung terhadap inflasi
di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dampak kenaikan BBM tersebut diperkirakan
akan meningkatkan inflasi pada bulan Juni 2013 apabila kenaikan BBM
diberlakukan pada bulan Juni 2013.
a. Dampak langsung, dampak langsung kenaikan BBM sebesar 33,33%
diperkirakan akan meningkatkan tekanan inflasi yang bersumber pada
komoditas bensin dan solar dengan total sumbangan terhadap inflasi NTT
sebesar 0,66%.
b. Dampak tidak langsung, akan ditransmisikan melalui kelompok komoditas
yang berbeda. Kenaikan BBM secara tidak langsung akan direspon dengan
meningkatkan tariff angkutan. Dengan asumsi biaya energi mempunyai porsi
sebesar 26% terhadap total biaya produksi angkutan, kenaikan BBM dari
Rp 4.500,00 menjadi Rp 6.000,00 berpotensi memberikan andil penambahan
inflasi sebesar 0,28%.
c. Dampak terbesar adalah kenaikan komoditas lain, antara lain adalah
kenaikan pada komoditas bahan makanan, makanan jadi, serta komoditas
lainnya. Kenaikan BBM akan berdampak signifikan terhadap kenaikan
berbagai komoditas. Dengan mengasumsikan besarnya biaya BBM terhadap
biaya operasional masing – masing kelompok komoditas, maka total dampak
BOKS 3
Pulau Jawa Kenaikan BBM Kenaikan
Harga
NTT
Kenaikan Harga
Distribusi
Distribusi
Triwulan I – 2013 |
| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 50
kenaikan BBM pada komoditas lainnya akan menambah andil inflasi di NTT
sebesar 3,43%.
Dengan berbagai asumsi diatas, diproyeksikan kenaikan BBM secara total
akan memberikan tekanan yang sangat tinggi terhadap inflasi di Provinsi NTT
sehingga pada akhir tahun proyeksi inflasi di Provinsi NTT berada pada kisaran
10,28% ± 1%. Sementara bila mengeluarkan opsi kenaikan harga BBM, maka
akhir tahun inflasi Provinsi NTT diproyeksikan pada kisaran 6,15% ± 1%.
Tabel 1. Proyeksi Inflasi NTT
Triwulan Inflasi (Tanpa BBM)
Kenaikan BBM Inflasi
(Dengan BBM) LangsungTidak Langsung
AngkutanKomoditas
Lain I 7.11% ± 1% 7.11% ± 1% II 5.35% ± 1% 0.66% 0.28% 3.43% 9.78% ± 1% III 5.97% ± 1% 10.09% ± 1% IV 6.15% ± 1% 10.28% ± 1%
Sumber : Bank Indonesia dan BPS Provinsi NTT, diolah