kajian ekonomi regional - bi.go.id filekajian ekonomi regional provinsi nusa tenggara timur kantor...

64
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan I - 2013

Upload: hoangquynh

Post on 19-Jun-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan I - 2013

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT ii

KKKAAATTTAAA PPPEEENNNGGGAAANNNTTTAAARRR

Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat

penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi

kebijakan moneter. Secara triwulanan KPw BI Provinsi NTT melakukan pengkajian

dan penelitian terhadap perkembangan perekonomian daerah sebagai masukan

kepada Kantor Pusat Bank Indonesia dalam kaitan perumusan kebijakan moneter

tersebut. Selain itu kajian/analisis ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang

diharapkan dapat bermanfaat bagi eksternal stakeholder setempat, yaitu Pemda,

DPRD, akademisi, serta masyarakat lainnya.

Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Nusa Tenggara Timur ini mencakup

Makro Ekonomi Regional, Perkembangan Inflasi, Perkembangan Perbankan dan

Sistem Pembayaran, serta Prospek Perekonomian Daerah pada periode mendatang.

Dalam menyusun kajian ini digunakan data yang berasal dari internal Bank Indonesia

maupun dari eksternal, dalam hal ini dinas/instansi terkait.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih terdapat

kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan masukan dari semua pihak untuk

meningkatkan kualitas isi dan penyajian laporan. Akhirnya kami mengucapkan

terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam bentuk

penyampaian data maupun dalam bentuk saran, kritik, dan masukan sehingga kajian

ini dapat diselesaikan. Kami mengharapkan kerjasama yang telah terjalin dengan

baik selama ini, kiranya dapat terus berlanjut di masa yang akan datang.

Kupang, Mei 2013 Kepala Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Luctor E. Tapiheru Deputi Direktur

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT iii

DDDAAAFFFTTTAAARRR IIISSSIII

Halaman Judul ------------------------------------------------------------------------------- i

Kata Pengantar ------------------------------------------------------------------------------ ii

Daftar Isi -------------------------------------------------------------------------------------- iii

Daftar Grafik -------------------------------------------------------------------------------- v

Daftar Tabel --------------------------------------------------------------------------------- vii

Ringkasan Umum --------------------------------------------------------------------------- ix

BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL

1.1 Kondisi Umum ------------------------------------------------------------------------- 1

1.1 Sisi Penggunaan ------------------------------------------------------------------------ 2

1.2 Sisi Sektoral ----------------------------------------------------------------------------- 6

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

2.1 Kondisi Umum ------------------------------------------------------------------------- 11

2.2 Perkembangan Inflasi NTT ----------------------------------------------------------- 12

2.3 Disagregasi Inflasi ---------------------------------------------------------------------- 14

2.4 Inflasi NTT Berdasarkan Kota -------------------------------------------------------- 16

2.4.1 Inflasi Kota Kupang ------------------------------------------------------------ 16

2.4.2 Inflasi Kota Maumere --------------------------------------------------------- 18

BOKS 1. EKSPEKTASI MENDORONG INFLASI : Bawang Merah dan Bawang

Putih ----------------------------------------------------------------------------- 20

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

3.1 Kondisi Umum ------------------------------------------------------------------------- 22

3.2 Perkembangan Bank Umum -------------------------------------------------------- 24

3.2.1 Intermediasi Perbankan ------------------------------------------------------- 24

3.2.2 Kredit UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) ---------------------------- 29

3.2.3 Kinerja Perbankan Umum Berdasarkan Sebaran Pulau ----------------- 30

3.3 Sistem Pembayaran -------------------------------------------------------------------- 31

3.3.1 Transaksi Non Tunai ------------------------------------------------------------ 31

3.3.2 Transaksi Tunai ------------------------------------------------------------------ 33

BOKS 2. KAS KELILING DI WILAYAH TERPENCIL NTT ---------------------------- 36

BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH

4.1 Kondisi Umum -------------------------------------------------------------------------- 38

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT iv

4.2 Pendapatan Daerah -------------------------------------------------------------------- 39

4.3 Belanja Daerah ------------------------------------------------------------------------- 39

BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

5.1 Kondisi Umum -------------------------------------------------------------------------- 42

5.2 Perkembangan Ketenagakerjaan --------------------------------------------------- 42

5.3 Perkembangan Kesejahteraan ------------------------------------------------------- 43

BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN

6.1 Pertumbuhan Ekonomi --------------------------------------------------------------- 45

6.2 Inflasi ------------------------------------------------------------------------------------- 47

BOKS 3. DAMPAK KENAIKAN BBM TERHADAP INFLASI NTT -------------------- 49

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT v

DDDAAAFFFTTTAAARRR GGGRRRAAAFFFIIIKKK

Grafik 1.1 Perkembangan PDRB NTT -------------------------------------------------- 1

Grafik 1.2 Perkembangan Struktur PDRB NTT --------------------------------------- 1

Grafik 1.3 Sumbangan Pertumbuhan Sisi Penggunaan --------------------------- 2

Grafik 1.4 Konsumsi Listrik Sektor Bisnis --------------------------------------------- 3

Grafik 1.5 Nilai Tukar Petani ----------------------------------------------------------- 3

Grafik 1.6 Kredit Konsumsi ------------------------------------------------------------- 3

Grafik 1.7 Perkembangan IKE ---------------------------------------------------------- 3

Grafik 1.8 Kredit Investasi -------------------------------------------------------------- 4

Grafik 1.9 PDRB Ekspor-Impor --------------------------------------------------------- 5

Grafik 1.10 Perkembangan Bongkar Muat ------------------------------------------- 5

Grafik 1.11 Negara Tujuan Ekspor ------------------------------------------------------ 5

Grafik 1.12 Pengiriman Ternak ---------------------------------------------------------- 6

Grafik 1.13 Perkembangan Penjualan Eceran ---------------------------------------- 8

Grafik 1.14 Kredit Sektor PHR ----------------------------------------------------------- 8

Grafik 1.15 Perkembangan Arus Bongkar -------------------------------------------- 8

Grafik 1.16 Jumlah Tamu Hotel --------------------------------------------------------- 8

Grafik 1.17 Konsumsi Semen NTT ------------------------------------------------------ 9

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT --------------------------------------------- 12

Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan NTT ----------------------------------------------------- 13

Grafik 2.3 Inflasi Bulanan Triwulan I-2013 NTT ------------------------------------ 13

Grafik 2.4 Struktur Inflasi Bulanan NTT ----------------------------------------------- 14

Grafik 2.5 Disagregasi Inflasi NTT ----------------------------------------------------- 15

Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Kupang ------------------------------------------- 16

Grafik 2.7 Inflasi Triwulanan Kupang ------------------------------------------------ 17

Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Maumere ----------------------------------------- 18

Grafik 2.9 Inflasi Triwulanan Maumere ---------------------------------------------- 19

Grafik 3.1 Perkembangan LDR --------------------------------------------------------- 24

Grafik 3.2 Perkembangan Undisbursed Loan --------------------------------------- 24

Grafik 3.3 Komposisi DPK -------------------------------------------------------------- 25

Grafik 3.4 DPK Menurut Golongan Pemilik ----------------------------------------- 25

Grafik 3.5 Perkembangan NPL --------------------------------------------------------- 28

Grafik 3.6 NPL Konsumsi dan Modal Kerja ------------------------------------------ 28

Grafik 3.7 Perkembangan Transaksi Kliring ----------------------------------------- 32

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT vi

Grafik 3.8 Perkembangan Cek/BG Kosong ----------------------------------------- 32

Grafik 3.9 Nilai Transaksi RTGS -------------------------------------------------------- 33

Grafik 3.10 Volume Transaksi RTGS ---------------------------------------------------- 33

Grafik 3.11 Perkembangan Transaksi Tunai ------------------------------------------ 34

Grafik 4.1 APBD Provinsi NTT ---------------------------------------------------------- 38

Grafik 4.2 Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD -------------------------------- 38

Grafik 4.3 Realisasi Pendapatan -------------------------------------------------------- 39

Grafik 4.4 Realisasi Belanja ------------------------------------------------------------- 40

Grafik 5.1 Indeks Ketenagakerjaan NTT --------------------------------------------- 43

Grafik 5.2 Perkembangan UMP NTT -------------------------------------------------- 44

Grafik 5.3 Perkembangan Indeks Penghasilan -------------------------------------- 44

Grafik 5.4 Perkembangan NTP NTT --------------------------------------------------- 44

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT vii

DDDAAAFFFTTTAAARRR TTTAAABBBEEELLL

Tabel 1.1 Kinerja Perbankan NTT ------------------------------------------------------- 9

Tabel 1.2 Perkembangan PDRB Sisi Sektoral ------------------------------------------ 10

Tabel 1.3 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Sektoral ------------------------------- 10

Tabel 1.4 Perkembangan PDRB Sisi Penggunaan ------------------------------------ 10

Tabel 1.5 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Penggunaan -------------------------- 10

Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT ------------------------------------------------ 11

Tabel 2.2 Inflasi NTT per Kelompok ---------------------------------------------------- 13

Tabel 2.3 Inflasi Kupang per Kelompok ----------------------------------------------- 17

Tabel 2.4 Inflasi Maumere per Kelompok ---------------------------------------------- 18

Tabel 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan NTT (Bank Umum dan BPR) ------- 22

Tabel 3.2 Perkembangan Transaksi Non Tunai --------------------------------------- 23

Tabel 3.3 Perkembangan Transaksi Tunai ---------------------------------------------- 23

Tabel 3.4 Perkembangan Komponen DPK -------------------------------------------- 25

Tabel 3.5 Perkembangan Kredit --------------------------------------------------------- 26

Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Modal Kerja ----------------------------------------- 26

Tabel 3.7 Perkembangan Kredit Investasi ---------------------------------------------- 27

Tabel 3.8 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektoral ------------------------------- 28

Tabel 3.9 Perkembangan Komponen Kredit UMKM Bank Umum ---------------- 29

Tabel 3.10 Perkembangan Kredit UMKM Sektoral Bank Umum ------------------ 30

Tabel 3.11 Indikator Perbankan Berdasarkan Sebarab Pulau ---------------------- 31

Tabel 3.12 Perkembangan Indikator Sistem Pembayaran Lain -------------------- 34

Tabel 4.1 Realisasi dan Rencana Tahun Anggaran 2013 --------------------------- 41

Tabel 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT ---------------------------- 46

Tabel 6.2 Ringkasan Leading Economic Indicator Kondisi Usaha Provinsi

Nusa Tenggara Timur --------------------------------------------------------- 46

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT viii

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Unit Kajian, Statistik dan Survei

KPw BI Provinsi NTT

Jl. Tom Pello No. 2 Kupang – NTT

[0380] 832-047 ; fax : [0380] 822-103

www.bi.go.id

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT ix

Ringkasan Umum

KER Provinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan I-2013

EEEKKKOOONNNOOOMMMIII MMMAAAKKKRRROOO RRREEEGGGIIIOOONNNAAALLL

Pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan laporan sebesar 5,37%

(yoy) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan

penggunaan, terjadi kecenderungan perlambatan aktivitas ekonomi pada konsumsi

dan investasi, kecuali pertumbuhan ekspor yang tercatat lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya. Berdasarkan sektoral, melambatnya pertumbuhan ekonomi

pada triwulan laporan, didorong oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi pada

beberapa sektor ekonomi, khususnya sektor – sektor dominan, yaitu sektor

pertanian, sektor PHR (perdagangan, hotel dan restoran) serta sektor bangunan

(konstruksi). Ketiga sektor tersebut memberikan kontribusi yang signifikan, yaitu

sebesar 59,45% dalam struktur PDRB NTT triwulan laporan. Di sisi lain,

meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi pada sektor jasa yang berkontribusi

sebesar 25,86% terhadap PDRB NTT mampu menahan melambatnya pertumbuhan

ekonomi NTT pada level yang lebih rendah.

Secara triwulanan, perekonomian NTT turun signifikan sebesar 5,11%(qtq).

Penurunan kinerja terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan penurunan kinerja

ekonomi triwulanan paling tinggi terjadi pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa

perusahaan yang mencapai -10,71%% (qtq), kemudian diikuti industri pengolahan

sebesar -10,10% (qtq), serta sektor bangunan sebesar -9,15% (qtq). Dari sisi

penggunaan, aktivitas konsumsi juga menunjukkan penurunan sebesar 11,53% (qtq)

seiiring dengan siklus kegiatan ekonomi awal tahun yang cenderung turun

dibandingkan dengan triwulan IV.

PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN IIINNNFFFLLLAAASSSIII RRREEEGGGIIIOOONNNAAALLL

Inflasi NTT pada triwulan I-2013 tercatat lebih tinggi dibandingkan

inflasi pada triwulan sebelumnya. Meningkatnya pergerakan laju inflasi pada

awal tahun menyebabkan pencapaian inflasi pada triwulan I-2013 meningkat cukup

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT x

tinggi sebesar 7,11% (yoy). Meningkatnya laju inflasi NTT pada triwulan laporan

didorong oleh meningkatnya inflasi pada komoditas bergejolak (volatile foods) serta

kelompok administered prices. Peningkatan inflasi pada kelompok volatile foods

selain disebabkan oleh faktor supply yang terbatas akibat adanya permasalahan

dokumen impor di daerah pemasok, yaitu Surabaya juga dominan dipengaruhi oleh

ekspektasi inflasi masyarakat (expected inflation). Di sisi lain, inflasi inti (core

inflation) relatif stabil dengan kecenderungan menurun pada level 7,53% (yoy).

Peningkatan inflasi terjadi di kedua kota penghitungan inflasi NTT yaitu Kota

Kupang dan Kota Maumere. Imbas dari pembatasan impor komoditas hortikultura

berpengaruh cukup signifikan terhadap pembentukan inflasi pada awal tahun di

kedua Kota tersebut. Selain itu, kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) tahap pertama

memberikan sumbangan inflasi antara 0,05% sampai dengan 0,07%. Pada triwulan

laporan, tercatat inflasi Kota Kupang sebesar 7,06% (yoy) dan inflasi Kota Maumere

mencapai 7,38% (yoy).

PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN PPPEEERRRBBBAAANNNKKKAAANNN DDDAAANNN SSSIIISSSTTTEEEMMM PPPEEEMMMBBBAAAYYYAAARRRAAANNN

Kinerja perbankan dan sistem pembayaran Nusa Tenggara Timur

menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan searah dengan

meningkatnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan. Dari sisi kinerja

keuangan, tercatat gabungan asset bank umum dan BPR di Provinsi NTT sebesar Rp

21,27 triliun atau meningkat sebesar 18,35% (yoy) dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Demikian pula indikator utama lainnya, yaitu penghimpunan Dana

Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran kredit perbankan NTT yang masih menunjukkan

peningkatan dengan resiko kredit yang terjaga. Pada triwulan laporan,

penghimpunan DPK perbankan NTT meningkat sebesar 14,41% (yoy) dengan total

DPK mencapai Rp 15,53 triliun. Penyaluran kredit meningkat sebesar 22,50% (yoy)

dengan outstanding kredit mencapai Rp 13,02 triliun dengan resiko kredit terjaga

pada level 1,64%. Peningkatan DPK yang diimbangi dengan tingginya penyaluran

kredit menunjukkan fungsi intermediasi perbankan di NTT relatif baik, tercermin dari

rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) sebesar 83,86%.

Kinerja sistem pembayaran juga menunjukkan peningkatan. Aktivitas

transaksi non tunai melalui fasilitas Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)

atau dengan fasilitas Real Time Gross Settlement (RTGS) mengalami kenaikan yang

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT xi

cukup signifikan dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Pada triwulan I-

2013, transaksi melalui SKNBI tercatat meningkat signifikan sebesar 22,64% (yoy)

dengan nominal transaksi sebesar Rp 530,78 miliar sementara transaksi melalui

RTGS meningkat signifikan sebesar 64,84% (yoy) dengan nominal transaksi

mencapai Rp 22,69 triliun. Sementara itu, pada transaksi tunai terjadi net inflow

yaitu jumlah uang keluar dari Bank Indonesia (outflow) jauh lebih kecil dibandingkan

dengan jumlah uang yang masuk (inflow).

KKKEEEUUUAAANNNGGGAAANNN PPPEEEMMMEEERRRIIINNNTTTAAAHHH

APBD Provinsi Nusa Tenggara tahun 2013 meningkat relatif kecil

dibandingkan tahun sebelumnya. Rencana anggaran belanja Tahun 2013 tercatat

sebesar Rp 2,40 triliun, meningkat sebesar 2,00% dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Selain rencana belanja, pos pendapatan juga mengalami kenaikan

sebesar 3,81% dari Rp 2,26 triliun pada tahun 2012 menjadi Rp 2,34 triliun pada

tahun 2013. Realisasi keuangan pemerintah Provinsi NTT pada triwulan I-2013 sesuai

dengan target. Realisasi anggaran pendapatan pada triwulan laporan sebesar Rp

627,41 miliar atau telah terealisasi sebesar 26,79% dari rencana anggaran

pendapatan tahun 2013. Sementara itu, realisasi anggaran belanja pemerintah pada

triwulan I-2013 sebesar Rp 428,60 miliar atau mencapai 17,85%. Realisasi anggaran

belanja pada triwulan I-2013 mengalami peningkatan relatif signifikan sebesar

38,40% dibandingkan dengan realisasi anggaran belanja pada triwulan I-2012.

KKKEEETTTEEENNNAAAGGGAAAKKKEEERRRJJJAAAAAANNN DDDAAANNN KKKEEESSSEEEJJJAAAHHHTTTEEERRRAAAAAANNN

Perkembangan ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat NTT

pada triwulan laporan relatif membaik pada triwulan I-2013. Kondisi ini

tercermin dari membaiknya perkembangan beberapa indikator ketenagakerjaan dan

kesejahteraan. Perkembangan daya serap tenaga kerja di NTT terindikasi masih

menunjukkan perkembangan yang positif walaupun relatif melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya. Tercermin dari hasil SKDU KPwBI Provinsi NTT triwulan I-2013,

dimana Indeks ketenagakerjaan pada triwulan laporan sebesar 4,39. Sementara itu,

pada triwulan laporan terlihat adanya optimisme, khususnya pada masyarakat

dengan penghasilan menengah keatas terhadap tingkat kesejahteraan. Hal ini

tercermin dari indeks penghasilan saat ini dibandingkan 6 (enam) bulan yang lalu

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT xii

hasil Survei Konsumen bulan Januari-Maret 2013. Disisi lain, indikator kesejahteraan

didaerah pedesaan yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) masih belum

menunjukkan perbaikan yang signifikan bahkan cenderung menurun, hal tercermin

dari nilai NTP NTT yang sebesar 99,66 dengan indeks diterima (IT) sebesar 147,43

dan indeks dibayar (IB) sebesar 147,93..

PPPRRROOOSSSPPPEEEKKK PPPEEERRREEEKKKOOONNNOOOMMMIIIAAANNN

Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur pada

triwulan II-2013 diperkirakan sedikit melambat dibandingkan triwulan

laporan. Pertumbuhan ekonomi tahunan pada triwulan II-2013 diperkirakan akan

berada pada kisaran 5,0% - 5,5% (yoy) dengan kecenderungan moderat. Adapun

pertumbuhan ekonomi tahun 2013 secara kumulatif diperkirakan pada kisaran 5,4%

- 5,9% (yoy) dengan kecenderungan mendekati batas bawah. Konsumsi dan ekspor

diproyeksikan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi disaat kinerja investasi

masih terbatas. Dari sisi sektoral, sektor pertanian diproyeksikan akan menjadi

pendorong pertumbuhan pada triwulan II-2013. Di sisi lain, sektor perdagangan,

hotel dan restoran diproyeksikan akan sedikit mengalami perlambatan. Sub sektor

perdagangan diperkirakan sedikit melambat seiring dengan bayang-bayang kenaikan

BBM yang berpotensi pada tingginya inflasi.

Inflasi tahunan Provinsi Nusa Tenggara Timur pada triwulan II-2013

diperkirakan akan berada pada kisaran 9,78% ± 1% (yoy) dengan asumsi

terdapat dampak langsung dan tidak langsung dari kenaikan harga BBM

sebesar 33,33% dari Rp 4.500,00 menjadi Rp 6.000,00. Apabila kebijakan

tersebut ditangguhkan, inflasi NTT diperkirakan pada kisaran 5,35 ± 1% (yoy).

Supply komoditas yang relatif terjaga pada komoditas bahan makanan lainnya,

khususnya ikan segar dan sayur-sayuran seiring dengan kondisi cuaca yang cukup

kondusif untuk pelayaran dan pertanian hortikultura menyebabkan terjadinya

penurunan harga yang cukup signifikan. Musim panen komoditas padi menjamin

terjaganya pasokan beras pada triwulan II-2013. Selain itu, kondusifnya cuaca di

perairan NTT diperkirakan berdampak pada kestabilan harga komoditas ikan segar.

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT xiii

Laju Inflasi Tahunan (yoy;%)

- NTT 3.60 5.02 5.21 5.33 7.11

- Kupang 3.11 4.37 4.66 5.10 7.06

- Maumere 6.21 8.45 8.07 6.49 7.38

PDRB - Harga Konstan (miliar Rp) 3,294 3,447 3,573 3,658 3,471

- Pertanian 1,205 1,237 1,230 1,240 1,237

- Pertambangan dan Penggalian 43.05 45.41 49.42 50.15 45.62

- Industri Pengolahan 47 48 51 53 47

- Listrik, gas dan air bersih 14.61 15.02 16.08 16.88 15.93

- Bangunan 202 219 232 236 215

- Perdagangan, Hotel dan Restoran 573.04 614.31 639.65 654.54 612.01

- Pengangkutan dan komunikasi 251 256 270 274 266

- Keuangan, Persewaan, dan Jasa 125.32 134.23 143.67 151.66 135.41

- Jasa 835 877 941 982 898

Pertumbuhan PDRB (yoy;%) 5.45 4.87 5.87 5.48 5.37

Ekspor - Impor*

Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 4.27 4.24 2.82 4.11 2.62

Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 10.73 7.09 8.45 11.01 6.89

Nilai Impor Nonmigas (USD juta) 60.87 2.29 2.53 0.02 2.73

Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 200.17 28.31 46.42 0.07 46.04

Sistem Pembayaran

Inflow (miliar Rp) 1,130.96 484.92 677.29 486.65 1,361.13

Outflow (miliar Rp) 286.81 1168.66 1175.25 1665.53 436.38

Netflow (miliar Rp) 844.15 -683.75 -497.96 -1,178.88 924.76

MRUK (miliar Rp) 345.72 32.20 14.67 45.91 179.71

Uang Palsu (ribu Rp) 1,950 7,650 4,800 11,440 1,100

Nominal Kliring (miliar Rp) 432.79 447.93 512.87 610.18 530.78

Sumber : Berbagai sumber (diolah)

INDIKATOR Tw.I-13

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIHPROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

INFLASI DAN PDRB

Tw.II-12 Tw.IV-12Tw.III-12Tw.I-12

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT xiv

PERBANKAN

Bank Umum

Total Aset (Rp Triliun) 17.77 18.12 19.50 19.90 21.02

DPK (Rp Triliun) 13.43 14.30 14.75 14.88 15.35

- Tabungan (Rp Triliun) 6.25 6.95 7.25 8.52 7.58

- Giro (Rp Triliun) 3.40 3.44 3.39 2.89 3.78

- Deposito (Rp Triliun) 3.78 3.91 4.11 3.48 4.00

Kredit (Rp Triliun) 10.48 11.40 12.05 12.53 12.84

- Modal Kerja 2.70 3.21 3.21 3.36 3.44

- Konsumsi 7.14 7.51 8.10 8.32 8.57

- Investasi 0.64 0.68 0.74 0.84 0.83

LDR 78.02% 79.73% 81.69% 84.16% 83.67%

NPLs 1.66% 1.51% 1.58% 1.39% 1.56%

Kredit UMKM (Triliun Rp) 2.63 3.07 3.04 3.23 3.29

BPR

Total Aset (Rp Miliar) 203.23 213.51 221.73 250.74 250.41

DPK (Rp Miliar) 145.73 156.24 162.27 186.17 180.16

- Tabungan (Rp Miliar) 55.49 54.61 61.95 66.10 71.75

- Deposito (Rp Miliar) 90.24 101.63 100.32 120.07 108.41

Kredit (Rp Miliar) 153.80 166.72 170.54 175.40 180.14

- Modal Kerja 70.47 80.20 84.40 89.81 91.96

- Konsumsi 24.51 25.88 60.44 61.22 63.45

- Investasi 58.81 60.64 25.70 24.37 24.72

Rasio NPL Gross 5.28% 6.27% 5.43% 4.26% 7.41%

LDR 105.53% 106.71% 105.10% 94.21% 99.99%

GABUNGAN BANK UMUM DAN BPR

Total Aset (Rp Triliun) 17.97 18.33 19.72 20.15 21.27

DPK (Rp Triliun) 13.58 14.45 14.91 15.07 15.53

- Tabungan (Rp Triliun) 6.31 7.00 7.31 8.58 7.65

- Giro (Rp Triliun) 3.40 3.44 3.39 2.89 3.78

- Deposito (Rp Triliun) 3.87 4.01 4.21 3.60 4.10

Kredit (Rp Triliun) 10.63 11.56 12.22 12.70 13.02

- Modal Kerja 2.77 3.29 3.30 3.45 3.53

- Konsumsi 7.16 7.54 8.16 8.39 8.64

- Investasi 0.70 0.74 0.76 0.86 0.86

LDR 78.32% 80.02% 81.95% 84.29% 83.86%

NPLs 1.68% 1.54% 1.63% 1.43% 1.64%

Kredit UMKM (Triliun Rp) 2.79 3.24 3.21 3.41 3.47

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. NTT (diolah)

Tw.I-13

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIHPROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Tw.II-12Tw.I-12INDIKATOR Tw.IV-12Tw.III-12

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 1

BBB AAA BBB III

EEEKKKOOONNNOOOMMMIII MMMAAAKKKRRROOO RRREEEGGGIIIOOONNNAAALLL

11..11 KKoonnddiissii UUmmuumm

Pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan laporan sebesar 5,37%

(yoy) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan

penggunaan, terjadi kecenderungan perlambatan aktivitas ekonomi pada

konsumsi dan investasi, kecuali pertumbuhan ekspor yang tercatat lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Berdasarkan sektoral, melambatnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan

laporan, didorong oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi pada beberapa sektor

ekonomi, khususnya sektor – sektor dominan, yaitu sektor pertanian, sektor PHR

(perdagangan, hotel dan restoran) serta sektor bangunan (konstruksi). Ketiga

sektor tersebut memberikan kontribusi yang signifikan, yaitu sebesar 59,45%

dalam struktur PDRB NTT triwulan laporan. Di sisi lain, meningkatnya laju

pertumbuhan ekonomi pada sektor jasa yang berkontribusi sebesar 25,86%

terhadap PDRB NTT mampu menahan melambatnya pertumbuhan ekonomi NTT

pada level yang lebih rendah.

Secara triwulanan, perekonomian NTT turun signifikan sebesar

5,11%(qtq). Penurunan kinerja terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan

penurunan kinerja ekonomi triwulanan paling tinggi terjadi pada sektor keuangan,

‐15%

‐10%

‐5%

0%

5%

10%

15%

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013

PDRB (miliar) y‐o‐y q‐t‐q

0%

25%

50%

75%

100%

I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013

Jasa‐jasa

Keuangan dan Persewaan

Transp & Kom

PHR

Bangunan (konstruksi)

Listrik,Gas dan Air

Industri Pengolahan

Pertambangan

Pertanian

Grafik 1.1 Perkembangan PDRB NTT Grafik 1.2 Perkembangan Struktur PDRB NTT

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 2

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

persewaan, dan jasa perusahaan yang mencapai -10,71%% (qtq), kemudian

diikuti industri pengolahan sebesar -10,10% (qtq), serta sektor bangunan sebesar -

9,15% (qtq). Dari sisi penggunaan, aktivitas konsumsi juga menunjukkan

penurunan sebesar 11,53% (qtq) seiiring dengan siklus kegiatan ekonomi awal

tahun yang cenderung turun dibandingkan dengan triwulan IV.

11..22 SSiissii PPeenngggguunnaaaann

Peranan konsumsi sebagai

sumber utama penopang

pertumbuhan masih dominan.

Aktivitas konsumsi triwulan laporan

masih meningkat dibandingkan triwulan

I-2012 dengan laju pertumbuhan

melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya. Walaupun secara tahunan

melambat, konsumsi memberikan

sumbangan yang cukup signifikan

sebesar 4,81% (yoy) terhadap pertumbuhan ekonomi NTT triwulan laporan.

Sementara itu, meningkatnya kinerja ekspor yang cukup signifikan dibandingkan

triwulan I-2012 memberikan andil pertumbuhan sebesar 1,47% (yoy). Di sisi lain,

masih tingginya impor yang dilakukan Provinsi NTT, baik antar pulau maupun

impor luar negeri memberikan andil cukup signifikan sebesar 2,34% (yoy) dalam

mengurangi laju pertumbuhan ekonomi NTT.

1. Konsumsi

Laju pertumbuhan konsumsi melambat dibandingkan kinerja

tahunan triwulan sebelumnya. Konsumsi secara total pada periode laporan

tumbuh sebesar 4,60% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang

sebesar 7,25% (yoy). Melambatnya konsumsi terutama disebabkan oleh

melambatnya konsumsi rumah tangga dan swasta sementara laju pertumbuhan

konsumsi pemerintah tercatat meningkat sebesar 9,01%. Sementara itu, konsumsi

secara triwulanan mengalami penurunan sebesar 7,40% (qtq). Hal tersebut

merupakan dampak dari pulihnya konsumsi masyarakat pasca perayaan Natal dan

Tahun Baru serta penurunan daya beli masyarakat, khususnya di tingkat petani

yang diindikasikan dari Nilai Tukar Petani yang mengalami penurunan cukup

Grafik 1.3 Sumbangan Pertumbuhan Sisi Penggunaan

4.81%

0.95%

1.47%

2.34%

0.49%

Konsumsi

Investasi

Ekspor

Impor

Perubahan stok

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 3

signifikan, dengan indeks sebesar 99,66. Penurunan daya beli petani berdampak

signifikan terhadap aktivitas konsumsi masyarakat, karena sebagian besar tenaga

kerja di NTT (61,61%) bergerak di sektor pertanian.

Sementara itu, subsektor swasta juga mengalami penurunan konsumsi

sebesar 11,16% (qtq). Hal tersebut diantaranya terkonfirmasi oleh penurunan

konsumsi listrik sektor bisnis pada triwulan laporan sebesar 22,13% (qtq)

dibandingkan triwulan sebelumnya.

52,000 

54,000 

56,000 

58,000 

60,000 

62,000 

64,000 

66,000 

68,000 

5,000 

10,000 

15,000 

20,000 

25,000 

30,000 

35,000 

40,000 

45,000 

I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013ribu kw

h

Konsumsi (axis kiri)Jumlah Pelanggan (axis kanan)

97

98

99

100

101

102

103

104

125

130

135

140

145

150

I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013

NTP‐axis kanan IT IB

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

2,000 

4,000 

6,000 

8,000 

10,000 

I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013

Rp m

iliar

Konsumsi yoy (axis kanan)

020406080

100120140160180

I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013

Indeks Ekonomi Saat Ini Indeks Penghasilan Saat Ini

Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Indeks Ketersediaan Kerja

Grafik 1.6 Kredit Konsumsi Grafik 1.7 Perkembangan IKE

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Sumber : PLN Wilayah NTT diolah

Sumber : KPw BI Prov. NTT Sumber : KPw BI Prov. NTT

Grafik 1.4 Konsumsi Listrik Sektor Bisnis Grafik 1.5 Nilai Tukar Petani

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 4

2. Investasi

Kinerja investasi juga

menunjukkan pertumbuhan

melambat. Pembentukan Modal Tetap

Bruto (PMTB) melambat dari 8,61%

(yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi

6,63% (yoy). Melambatnya laju

pertumbuhan investasi juga tercermin

dari pertumbuhan kredit investasi yang

relatif melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya. Hal tersebut menjadi salah

satu indikasi bahwa andil investasi

sektor swasta dominan menggerakkan investasi di NTT.

Secara triwulanan, investasi mengalami penurunan signifikan sebesar -

18,82% (qtq). Menurunnya investasi pada periode laporan diindikasikan terkait

erat dengan menurunnya kinerja sektor bangunan. Hal tersebut dikonfirmasi

dengan konsumsi semen di NTT yang mengalami penurunan yang cukup signifikan

sebesar 13,31% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi tersebut sejalan

dengan dimulainya tahun anggaran baru sehingga proyek – proyek pemerintah

yang berasal dari dana APBN dan APBD baru mulai proses pengadaan.

3. Net Ekspor

Secara tahunan, kinerja net ekspor relatif membaik. Pada periode

laporan, nilai tambah dari kegiatan ekspor NTT sebesar Rp 924 miliar atau

meningkat sebesar 5,52% (yoy). Laju pertumbuhan ekspor meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,64% (yoy). Sementara itu, laju

pertumbuhan impor melambat dari 5,60% (yoy) pada triwulan IV-2012 menjadi

4,96% (yoy) pada triwulan laporan. Hal tersebut berdampak pada pertumbuhan

net ekspor yang relatif lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun,

secara umum nilai tambah yang dihasilkan dari net ekspor NTT masih bernilai

negatif. Kondisi ini dipengaruhi oleh tingginya impor, terutama impor antar daerah

untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat. Minimnya sektor industri di NTT, baik

Sumber : KPw BI Prov. NTT

Grafik 1.8 Kredit Investasi

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

100 

200 

300 

400 

500 

600 

700 

800 

900 

I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013

Rp m

iliar

Investasi yoy (axis kanan)

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 5

industri makanan maupun non makanan berdampak pada ketergantungan

masyarakat NTT yang cukup tinggi terhadap aktivitas impor antar daerah.

Secara triwulan, kinerja ekspor dan impor di NTT mengalami penurunan

cukup signifikan masing – masing sebesar 16,11% (qtq) dan 32,08% (qtq). Kondisi

tersebut dikonfirmasi dari data bongkar muat di Pelabuhan Tenau yang tercatat

mengalami penurunan unloading (bongkar) dan loading (muat) pada triwulan

laporan masing – masing sebesar 17,01% dan 44,74%.

Khusus untuk ekspor luar

negeri, negara tujuan ekspor

terbesar adalah Timor Leste.

Sedangkan negara berikutnya adalah

negara Cina, dimana komoditas

ekspor yang dominan adalah hasil

tambang bahan galian c, berupa batu-

batu (marmer, batu hias) dan biji

mangan mentah. Pengiriman

dilakukan melalui pelabuhan Tenau

ataupun langsung menuju Pelabuhan

Atapupu. Volume ekspor luar negeri NTT pada triwulan laporan mencapai 6,89

ribu ton atau mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yang

mencapai 10,56 ribu ton. Dari total jumlah tersebut, sebanyak 95,97% ditujukan

ke Timor Leste.

‐1,500

‐1,000

‐500

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013

NX Ekspor Impor

(150,000)

(100,000)

(50,000)

50,000 

100,000 

150,000 

200,000 

I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013

Ton

Net Loading Unloading Loading

Grafik 1.9 PDRB Ekspor - Impor

Sumber : KPw BI Prov. NTT

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

Grafik 1.11 Negara Tujuan Ekspor

Grafik 1.10 Perkembangan Bongkar Muat

Sumber : PT Pelindo Tenau

0%

20%

40%

60%

80%

100%

I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013

EUROPE AUSTRALIA ASIA AMERICA AFRICA

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 6

11..33 SSiissii SSeekkttoorraall

Dari sisi sektoral, kontribusi tiga sektor utama NTT masih dominan.

Tiga sektor utama yang menjadi penggerak roda ekonomi NTT (memiliki andil

paling tinggi) pada periode laporan adalah sektor perdagangan, hotel & restoran,

sektor pertanian, serta sektor jasa-jasa.

1. Sektor Pertanian

Kinerja sektor pertanian

pada periode laporan tercatat

sedikit melambat. Kinerja sektor

pertanian pada periode laporan

tercatat sebesar 2,67% (yoy),

melambat dibanding kinerja

triwulan sebelumnya yang sebesar

3,12% (yoy). Penyebab utama

melambatnya kinerja sektor

pertanian adalah melambatnya

kinerja subsektor peternakan, subsektor kehutanan dan sub sektor perikanan.

Sementara laju pertumbuhan sub sektor tabama dan sub sektor tanaman

perkebunan mengalami kenaikan, yang dipengaruhi peningkatan produktivitas

akibat kondisi cuaca yang cukup kondusif untuk sektor pertanian.

Secara triwulanan, hampir semua sub sektor mengalami penurunan, kecuali

sub sektor tabama. Musim panen tabama pada triwulan I-2013 menyebabkan

terjadinya peningkatan laju pertumbuhan tabama sebesar 7,28% (qtq). Sementara

menurunnya laju pertumbuhan sub sektor peternakan diindikasikan dari

menurunnya pengiriman ternak lewat jalur laut yang turun sebesar 21,26% (qtq)

dibandingkan pengiriman triwulan sebelumnya.

2. Sektor Jasa-jasa

Laju pertumbuhan sektor jasa-jasa mengalami peningkatan sebesar

7,55% (yoy). Kinerja sektor jasa masih dominan digerakkan oleh sub sektor

pemerintahan umum dengan kontribusi sebesar 75,30%. Hal tersebut

mengindikasikan bahwa aktivitas ekonomi masih ditopang dari anggaran

Grafik 1.12 Pengiriman Ternak

Sumber : PT.Pelindo diolah

‐60%

‐40%

‐20%

0%

20%

40%

60%

2,500 

5,000 

7,500 

10,000 

12,500 

15,000 

I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013

Ekor

Loading Ternak yoy (axis kanan)

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 7

pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Laju

pertumbuhan sub sektor pemerintah umum mengalami kenaikan sebesar 8,31%

(yoy) sebagai dampak dari kenaikan anggaran belanja dan gaji pemerintahan

tahun anggaran 2013.

3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Kinerja sektor PHR relatif melambat pada triwulan laporan. Laju

pertumbuhan sektor PHR sebesar 6,80% (yoy), sedikit melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang mencapai 7,60% (yoy). Melambatnya sektor PHR

disebabkan perlambatan kinerja pada sub sektor perdagangan besar dan eceran

pada level 6,77% (yoy). Di sisi lain, laju pertumbuhan sub sektor hotel dan sub

sektor restoran mengalami peningkatan cukup signifikan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Hasil liaison kepada pelaku usaha perhotelan menunjukkan adanya

peningkatan permintaan yang signifikan pada awal tahun. Hal tersebut berbeda

dengan pola tahun sebelumnya dimana awal tahun merupakan periode low

season bagi bisnis perhotelan. Meningkatnya sektor hotel tercermin dari

peningkatan jumlah kunjungan tamu hotel sebesar 42,43% dibandingkan triwulan

sama tahun sebelumnya.

Geliat ekonomi dalam mempersiapkan even Nasional Sail Komodo

diperkirakan menjadi penyebab utama meningkatnya aktivitas perhotelan,

terutama di wilayah Manggarai Barat. Peningkatan aktivitas sub sektor hotel dan

restoran juga diindikasikan dari peningkatan penyaluran kredit PHR pada triwulan

laporan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya.

Secara triwulanan, terjadi penurunan laju pertumbuhan sektor PHR sebesar

6,50% (qtq). Pada sub sektor perdagangan besar dan eceran menurunnya laju

pertumbuhan sebesar 6,54% (yoy) berkaitan erat dengan aktivitas konsumsi

rumah tangga yang tercatat turun pada triwulan laporan. Menurunnya kinerja sub

sektor perdagangan juga tercermin dari perkembangan omset penjualan eceran

dan perkembangan peti kemas melalui Pelabuhan Tenau yang mengalami

penurunan cukup signifikan di awal tahun.

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 8

Pada sub sektor hotel, secara triwulanan juga terjadi penurunan laju

pertumbuhan sebesar 6,43% (qtq). Menurunnya pertumbuhan sektor hotel

tercermin dari data jumlah kunjungan tamu hotel yang mengalami penurunan

kunjungan sebesar 12,76% dibandingkan triwulan sebelumnya.

4. Sektor Lainnya

Sektor lain yang cukup signifikan mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi di NTT adalah sektor bangunan. Pada triwulan laporan, laju

pertumbuhan sektor bangunan sebesar 6,45% (yoy), melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang mencapai 8,25% (yoy). Melambatnya laju pertumbuhan

sektor bangunan selain dipengaruhi oleh pertumbuhan investasi pemerintah, juga

signifikan dipengaruhi oleh investasi swasta. Secara triwulanan, pertumbuhan

‐25%

‐20%

‐15%

‐10%

‐5%

0%

5%

10%

15%

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun Jul

Agust

Sep

Okt

Nop Des Jan

Feb

Mar

2012 2013

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

500 

1,000 

1,500 

2,000 

2,500 

3,000 

I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013

Kredit Sektor PHR Growth (yoy)

‐15%

‐10%

‐5%

0%

5%

10%

15%

20%

2,500 

5,000 

7,500 

10,000 

12,500 

15,000 

17,500 

20,000 

I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013

Box

Peti kemas yoy (axis kanan)

2,000 

7,000 

12,000 

17,000 

22,000 

27,000 

I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013

jumlah tamu 

Grafik 1.15 Perkembangan Peti Kemas

Sumber : KPw BI Prov. NTT Sumber : SPE, KPw BI Prov. NTT

Grafik 1.13 Perkembangan Penjualan Eceran Grafik 1.14 Kredit Sektor PHR

Grafik 1.16 Jumlah Tamu Hotel

Sumber : BPS Provinsi NTT Sumber : PT.Pelindo diolah

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 9

sektor bangunan mengalami penurunan

sebesar 9,15% (qtq). Hal tersebut

dikonfirmasi dengan konsumsi semen di

NTT yang mengalami penurunan yang

cukup signifikan sebesar 13,31% (qtq)

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Kondisi tersebut sejalan dengan

dimulainya tahun anggaran baru

sehingga proyek – proyek pemerintah

yang berasal dari dana APBN dan APBD

baru mulai proses pengadaan.

Sektor keuangan dan persewaan mengalami peningkatan sebesar

8,05% (yoy). Peningkatan laju pertumbuhan di sektor keuangan dan persewaan

didorong oleh peningkatan kinerja sub sektor bank dan sub sektor lembaga

keuangan nir bank masing –masing sebesar 9,95% (yoy) dan 6,49% (yoy).

Peningkatan jumlah kantor bank dibandingkan triwulan sama tahun sebelumnya

serta peningkatan kinerja koperasi di NTT yang berjumlah 2.577 unit (sumber :

Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi NTT) mendorong meningkatnya pertumbuhan

sub sektor keuangan.

indikator 2013

utama I II III IV I II III IV I

Aset (miliar) 13,975 15,125 16,349 16,885 17,971 18,334 19,719 20,151 21,268

y-o-y aset 16.90% 22.39% 29.17% 25.98% 28.59% 21.22% 20.61% 19.35% 18.35%

Kredit (miliar) 8,341 9,104 9,831 10,337 10,632 11,564 12,222 12,702 13,024

y-o-y kredit 18.28% 16.99% 19.20% 29.22% 27.47% 27.02% 24.32% 22.88% 22.50%

DPK (miliar) 10,905 11,540 11,953 12,898 13,575 14,452 14,914 15,070 15,531

y-o-y DPK 17.10% 17.11% 20.44% 25.04% 24.49% 25.23% 24.77% 16.84% 14.41%

LDR 76.49% 78.89% 82.25% 80.15% 78.32% 80.02% 81.95% 84.29% 83.86%

NPL 2.35% 2.35% 2.06% 1.45% 1.68% 1.54% 1.63% 1.43% 1.64%

2011 2012

Tabel 1.1 Kinerja Perbankan NTT

Sumber : KPw BI Prov. NTT

Grafik 1.17 Konsumsi Semen NTT

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia

‐40%

‐20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

50 

100 

150 

200 

250 

300 

I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013Ribu

 ton

Konsumsi Semen yoy (axis kanan)

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 10

Dalam Rp Miliar2013

I II III IV I II III IV IPertanian 1,172 1,201 1,186 1,203 1,205 1,237 1,230 1,240 1,237 Pertambangan 40 43 46 47 43 45 49 50 46 Industri Pengolahan 44 46 48 50 47 48 51 53 47 Listrik, Gas dan Air 14 14 15 16 15 15 16 17 16 Bangunan (Konstruksi) 186 209 214 218 202 219 232 236 215 Perdagangan, Hotel & Restoran 534 578 595 608 573 614 640 655 612 Transportasi & Komunikasi 235 244 256 261 251 256 270 274 266 Keuangan dan Persewaan 117 124 133 141 125 134 144 152 135 Jasa-jasa 782 828 882 924 835 877 941 982 898 PDRB 3,124 3,286 3,375 3,468 3,294 3,447 3,573 3,658 3,471

2012Sektor

2011

2013I II III IV I II III IV I

Pertanian -0.74% -0.62% 3.08% 2.53% 2.79% 3.01% 3.71% 3.12% 2.67%Pertambangan 5.46% 4.01% 3.61% 3.31% 6.54% 5.78% 7.35% 6.70% 5.97%Industri Pengolahan 1.99% 1.50% 5.35% 4.63% 4.96% 3.90% 5.57% 5.44% 1.53%Listrik, Gas dan Air 13.92% 12.63% 11.08% 9.98% 6.25% 4.91% 5.49% 4.82% 9.07%Bangunan (Konstruksi) 4.35% 11.44% 4.89% 4.68% 8.52% 5.08% 8.38% 8.25% 6.45%Perdagangan, Hotel & Restoran 8.40% 13.15% 6.57% 6.43% 7.22% 6.34% 7.50% 7.60% 6.80%Transportasi & Komunikasi 8.24% 6.92% 6.45% 4.87% 6.82% 5.19% 5.58% 4.86% 6.03%Keuangan dan Persewaan 10.39% 9.89% 9.13% 7.27% 7.32% 8.15% 7.85% 7.36% 8.05%Jasa-jasa 10.61% 15.65% 8.63% 5.29% 6.75% 5.93% 6.77% 6.34% 7.55%PDRB 5.00% 7.31% 5.78% 4.50% 5.45% 4.87% 5.87% 5.48% 5.37%

2012Sektor

2011

Dalam Rp Miliar2013

I II III IV I II III IV IKonsumsi 3,339 3,473 3,672 3,795 3,443 3,674 3,877 4,070 3,601 Investasi 409 492 543 572 473 553 581 621 504 Ekspor 820 888 1,016 1,063 876 971 1,023 1,101 924 Impor 1,634 1,924 2,245 2,277 1,556 1,965 2,246 2,405 1,633 Perubahan stok 191 357 389 315 59 214 338 270 75 PDRB 3,124 3,286 3,375 3,468 3,294 3,447 3,573 3,658 3,471

2012Penggunaan

2011

2013I II III IV I II III IV I

Konsumsi 4.29% 4.64% 5.50% 2.48% 3.09% 5.78% 5.59% 7.25% 4.60%Investasi 5.89% 6.38% 13.33% 15.99% 15.75% 12.30% 7.09% 8.61% 6.63%Ekspor -0.15% 0.26% 3.05% 3.69% 6.80% 9.31% 0.62% 3.64% 5.52%Impor 5.28% 6.25% 8.23% 8.86% -4.80% 2.11% 0.04% 5.60% 4.96%Perubahan stok 60.45% 73.50% 21.81% 66.72% -69.02% -40.13% -13.15% -14.50% 27.07%PDRB 5.00% 7.31% 5.78% 4.50% 5.45% 4.87% 5.87% 5.48% 5.37%

2012Penggunaan

2011

Tabel 1.2 Perkembangan PDRB Sisi Sektoral

Tabel 1.3 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Sektoral

Sumber : BPS Provinsi NTT

Sumber : BPS Provinsi NTT

Tabel 1.4 Perkembangan PDRB Sisi Penggunaan

Sumber : BPS Provinsi NTT

Tabel 1.5 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Penggunaan

Sumber : BPS Provinsi NTT

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 11

BBB AAA BBB III III

PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN IIINNNFFFLLLAAASSSIII

22..11 KKoonnddiissii UUmmuumm

Inflasi NTT pada triwulan I-2013 tercatat lebih tinggi dibandingkan

inflasi pada triwulan sebelumnya. Meningkatnya pergerakan laju inflasi pada

awal tahun menyebabkan pencapaian inflasi pada triwulan I-2013 meningkat

cukup tinggi sebesar 7,11% (yoy). Meningkatnya laju inflasi NTT pada triwulan

laporan didorong oleh meningkatnya inflasi pada komoditas bergejolak (volatile

foods) serta kelompok administered prices. Peningkatan inflasi pada kelompok

volatile foods selain disebabkan oleh faktor supply yang terbatas akibat adanya

permasalahan dokumen impor di daerah pemasok, yaitu Surabaya juga dominan

dipengaruhi oleh ekspektasi inflasi masyarakat (expected inflation). Di sisi lain,

inflasi inti (core inflation) relatif stabil dengan kecenderungan menurun pada level

7,53% (yoy).

Peningkatan inflasi terjadi di kedua kota penghitungan inflasi NTT yaitu

Kota Kupang dan Kota Maumere. Imbas dari pembatasan impor komoditas

hortikultura berpengaruh cukup signifikan terhadap pembentukan inflasi pada

awal tahun di kedua Kota tersebut. Selain itu, kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL)

tahap pertama memberikan sumbangan inflasi antara 0,05% sampai dengan

0,07%. Pada triwulan laporan, tercatat inflasi Kota Kupang sebesar 7,06% (yoy)

dan inflasi Kota Maumere mencapai 7,38% (yoy).

I II III IV I II III IV Iyear on year

Nasional 6.65% 5.54% 4.61% 3.79% 3.97% 4.53% 4.31% 4.30% 5.90%NTT 8.68% 6.55% 4.37% 4.68% 3.60% 5.02% 5.21% 5.33% 7.11%Kota Kupang 8.98% 6.66% 4.25% 4.32% 3.11% 4.37% 4.66% 5.10% 7.06%Maumere 7.15% 6.00% 5.00% 6.59% 6.21% 8.45% 8.07% 6.49% 7.38%

quarter to quarterNasional 0.70% 0.36% 1.89% 0.79% 0.88% 0.90% 1.67% 0.78% 2.43%NTT 2.09% 0.28% 0.96% 1.29% 1.03% 1.65% 1.14% 1.40% 2.74%Kota Kupang 2.32% 0.07% 0.75% 1.13% 1.13% 1.29% 1.04% 1.55% 3.02%Maumere 0.86% 1.42% 2.04% 2.12% 0.49% 3.56% 1.68% 0.64% 1.33%

2013Inflasi

2011 2012

Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi NTT

Sumber : BPS diolah

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 12

Pergerakan inflasi NTT pada triwulan laporan searah dengan

pergerakan inflasi nasional dengan level yang lebih tinggi. Faktor supply

menjadi faktor utama yang menggerakkan inflasi NTT pada triwulan laporan. Di sisi

lain, ekspektasi masyarakat, khususnya level pedagang berkontribusi

menggerakkan level inflasi pada tingkat yang lebih tinggi. Permasalahan

keterbatasan supply yang dialami secara nasional serta kebijakan pemerintah

menaikkan TTL merupakan faktor utama penyumbang inflasi pada triwulan

laporan. Ketergantungan terhadap supply dari daerah lain menyebabkan NTT

rentan terhadap guncangan penawaran (supply shock) yang terjadi di daerah

pemasok.

2.2 Perkembangan Inflasi NTT

Tren peningkatan inflasi

NTT akhir tahun 2012 masih

berlanjut pada triwulan laporan.

Inflasi NTT pada triwulan laporan

sebesar 7,11% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya

yang sebesar 5,33% (yoy). Laju

inflasi yang cukup tinggi secara

dominan dipengaruhi oleh tekanan

harga yang terjadi pada kelompok

bahan makanan. Pembatasan impor produk hortikultura berdampak pada

keterbatasan supply serta meningkatnya ekspektasi inflasi masyarakat khususnya

pada kelompok bahan makanan. Hal tersebut tercermin dari tingginya

peningkatan inflasi pada kelompok bahan makanan, dari 3,34% (yoy) pada

triwulan IV-2012 menjadi 7,80% (yoy) pada triwulan I-2013. Pada kelompok

bahan makanan, komoditas yang mengalami inflasi tertinggi adalah komoditas

bumbu-bumbuan dan buah-buahan dengan inflasi masing-masing sebesar 69,1%

(yoy) dan 21,2% (yoy). Di sisi lain, deflasi yang cukup dalam pada komoditas ikan

segar mampu menahan terjadinya inflasi pada level yang lebih tinggi.

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT

Sumber : BPS diolah

‐2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3

2010 2011 2012 2013

yoy NTT

mtm ntt

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 13

Inflasi yang terjadi pada kelompok makanan jadi masih stabil pada level

9,19% (yoy). Tingginya inflasi pada kelompok tersebut disebabkan tekanan inflasi

yang bersumber dari administered prices, yaitu kenaikan tarif cukai tembakau pada

awal tahun 2013 yang berkisar antara 5% - 7%. Kebijakan pemerintah dalam

bidang energi, yaitu kenaikan Tarif Tenaga Listrik yang dilakukan secara bertahap

setiap triwulan memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,064% di wilayah NTT

pada triwulan laporan.

Secara triwulanan, pencapaian inflasi triwulan laporan mengalami

peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan,

tercatat laju inflasi sebesar 2,74% (qtq), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan

sebelumnya yang sebesar 1,40% (qtq). Koreksi harga pada komoditas bumbu-

bumbuan yang diluar pola historisnya serta dampak kenaikan administered prices

mendorong tekanan inflasi yang cukup tinggi pada awal tahun.

Secara bulanan, tekanan inflasi yang cukup tinggi sudah terasa dari Januari

2013 dengan inflasi sebesar 1,38% (mtm). Komoditas penyumbang inflasi terbesar

I II III IV I II III IV IUMUM 8.68% 6.55% 4.37% 4.68% 3.60% 5.02% 5.21% 5.33% 7.11%BAHAN MAKANAN 14.01% 9.84% 4.07% 0.49% -1.71% -1.63% -0.90% 3.43% 7.80%MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 7.74% 7.27% 4.99% 4.83% 3.82% 6.13% 7.28% 9.15% 9.19%PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 5.06% 5.45% 4.48% 4.64% 4.17% 7.60% 8.54% 8.42% 8.27%SANDANG 4.88% 6.67% 9.39% 11.60% 14.49% 14.34% 10.88% 9.27% 7.59%KESEHATAN 6.32% 5.94% 6.31% 5.41% 4.22% 3.93% 1.84% 2.06% 2.40%PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 3.49% 4.34% 5.46% 2.79% 4.07% 3.47% 7.32% 6.62% 6.45%TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 7.69% 1.55% 1.86% 11.42% 10.08% 10.71% 8.42% -0.08% 2.98%

201320122011Komoditi

‐4% ‐2% 0% 2% 4% 6% 8%

umum

bahan makanan

makanan  jadi,rokok,tembakau

perumahan,listrik,air

sandang

kesehatan

pendidikan,rekreasi,olah  raga

transpor,komunikasi,jasa

2.74%

6.08%

1.29%

1.08%

1.16%

0.63%

0.52%

1.99% 1.38%

0.31%

1.03%

Jan‐13 Feb‐13 Mar‐13

Tabel 2.2 Inflasi NTT per Kelompok

Sumber : BPS diolah

Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan NTT Grafik 2.3 Inflasi Bulanan Triwulan I-2013 NTT

Sumber : BPS diolah Sumber : BPS diolah

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 14

adalah angkutan udara dengan sumbangan mencapai 0,29% terhadap inflasi NTT.

Selain itu, tekanan harga pada komoditas ikan segar juga menjadi penyumbang

inflasi yang cukup tinggi pada bulan Januari. Tekanan harga pada komoditas

bawang merah dan bawang putih yang terjadi secara nasional, mulai dirasakan

pengaruhnya di NTT pada bulan Februari. Kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) juga

memberikan sumbangan inflasi di bulan Februari. Dibandingkan dengan awal

tahun, inflasi Februari jauh lebih rendah yaitu sebesar 0,31% (mtm). Relatif

stabilnya harga komoditas pokok serta deflasi yang terjadi pada komoditas ikan

segar mampu menahan laju inflasi di bulan Februari. Pada bulan Maret, tekanan

harga kembali meningkat seiiring dengan minimnya pasokan komoditas bumbu-

bumbuan, yaitu bawang merah dan bawang putih serta tekanan kenaikan harga di

daerah pemasok yang cukup tinggi.

2.3 Disagregasi Inflasi

Inflasi NTT pada triwulan laporan secara dominan didorong oleh

meningkatnya laju inflasi komoditas bergejolak (volatile foods). Andil inflasi

volatile foods menunjukkan kecenderungan meningkat pada triwulan I-2013. Pada

triwulan laporan, inflasi volatile foods tercatat sebesar 7,50% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 3,12% (yoy) sehingga andil

terhadap inflasi NTT meningkat dari 0,99% pada triwulan IV-2012 menjadi 1,91%

pada triwulan laporan. Peningkatan laju inflasi volatile foods disebabkan oleh

‐1.00%

‐0.50%

0.00%

0.50%

1.00%

1.50%

2.00%

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2011 2012 2013

TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA

KESEHATAN

SANDANG

PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAUBAHAN MAKANAN

UMUM

Grafik 2.4 Struktur Inflasi Bulanan NTT

Sumber : BPS diolah

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 15

meningkatnya inflasi pada sub kelompok bumbu-bumbuan sebagai dampak dari

penerapan kebijakan pembatasan impor produk hortikultura.

Inflasi inti (core inflation) relatif stabil pada level 7,53% (yoy) dengan

kecenderungan menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Tekanan yang terjadi

pada sub kelompok biaya tempat tinggal tidak berdampak signifikan dalam

mendorong laju inflasi inti pada triwulan laporan. Relatif stabilnya harga makanan

jadi serta komoditas sekunder lainnya seperti sandang dan pendidikan menjadi

faktor positif yang menjaga laju inflasi pada level yang lebih rendah. Pasokan yang

lancar serta terjaganya permintaan masyarakat berpengaruh signifikan dalam

menjaga kestabilan inflasi inti pada triwulan laporan.

Inflasi kelompok administered prices selama periode laporan tercatat lebih

tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Meningkatnya tekanan inflasi

pada kelompok administered prices didorong oleh kebijakan pemerintah untuk

menaikkan Tarif Tenaga Listrik (TTL) pada bulan Januari di kisaran 4% dan

diperkirakan akan terus memberikan andil inflasi pada tiap triwulan dengan

adanya kebijakan kenaikan bertahap setiap triwulannya. Selain itu, kenaikan tarif

cukai tembakau juga berdampak mendorong kenaikan laju inflasi administered

price yang ditransmisikan melalui kenaikan harga komoditas rokok.

‐5

0

5

10

15

20

25

30

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2010 2011 2012 2013

%,yoy Inflasi IHK (yoy)

Core

Adm Price

Volatile Foods

Sumber: BPS (diolahmenggunakan pendekatan sub kelompok)

10 

12 

14 

16 

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2010 2011 2012 2013

%,yoyVolatile Food Adm Price Core

Sumber: BPS (diolahmenggunakan pendekatan sub kelompok)

Grafik 2.5 Disagregasi Inflasi NTT

Sumber : BPS diolah

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 16

2.4 Inflasi NTT Berdasarkan Kota

2.4.1 Inflasi Kota Kupang

Permasalahan pasokan

atau supply komoditas

memberikan tekanan inflasi

yang cukup tinggi pada

triwulan laporan. Inflasi Kota

Kupang pada triwulan I-2013

tercatat sebesar 7,06% (yoy)

atau meningkat cukup signifikan

dibandingkan triwulan IV-2012

yang sebesar 5,10% (yoy).

Permasalahan pasokan terhadap komoditas bahan makanan, berpengaruh

signifikan dalam memberikan tekanan inflasi pada triwulan laporan. Selain itu,

besarnya pengaruh ekspektasi terhadap pembentukan inflasi tercermin dari

tekanan komoditas bumbu-bumbuan, khususnya bawang putih dalam

menggerakkan inflasi. Pergerakan harga komoditas NTT yang cenderung

mengikuti pergerakan harga di daerah pemasok mencerminkan bahwa ekspektasi

inflasi juga merupakan faktor utama yang mempengaruhi pergerakan harga di NTT

selain faktor penawaran dan faktor permintaan.

Tekanan harga yang terjadi pada kelompok bahan makanan terlihat pada

kenaikan laju inflasi yang signifikan dari 2,94% (yoy) pada triwulan IV-2012

menjadi 7,81% (yoy) pada triwulan laporan. Sementara itu, laju inflasi pada

kelompok makanan jadi masih cukup tinggi pada level 9,19% (yoy) namun

menunjukkan kecenderungan menurun dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya.

Meningkatnya tekanan inflasi juga terjadi pada pada kelompok non

makanan, yaitu khususnya kelompok transpor tercatat mengalami kenaikan laju

inflasi yang cukup signifikan menjadi 3,39% (yoy) setelah pada triwulan

sebelumnya mengalami deflasi sebesar 0,08% (yoy). Meningkatnya permintaan

terhadap angkutan udara pada awal tahun, mendorong kenaikan tarif angkutan

udara yang signifikan berpengaruh terhadap inflasi.

Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Kupang

Sumber : BPS diolah

‐2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3

2010 2011 2012 2013

yoy Kupang

mtm Kupang

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 17

Selama triwulan I-2013

terjadi perubahan IHK triwulanan

sebesar 3,02% (qtq), lebih tinggi

dibandingkan inflasi triwulan IV-

2012 yang hanya sebesar 1,55%

(qtq). Tekanan inflasi tertinggi

selama periode laporan terjadi

pada kelompok bahan makanan

dengan inflasi sebesar 7,07%

(qtq) diikuti dengan kelompok

transpor yang mengalami inflasi

sebesar 2,26% (qtq). Kenaikan harga bawang putih dan bawang merah memiliki

andil besar dalam pembentukan inflasi pada triwulan laporan.

Tekanan inflasi bulanan Kota Kupang yang tertinggi terjadi pada bulan

Januari dengan inflasi bulanan mencapai 1,27% (mtm). Tingginya inflasi pada

Januari 2013, bersumber pada kenaikan tarif angkutan udara dan komoditas ikan

segar serta komoditas bawang merah. Sementara pada bulan Februari tekanan

inflasi bersumber pada kelompok bahan makanan khususnya komoditas bumbu-

bumbuan dan tarif listrik. Sedangkan pada bulan Maret terjadi inflasi yang tinggi

sebesar 1,17% disebabkan oleh kenaikan komoditas bawang putih dan bawang

merah yang memberikan andil sebesar 0,69% serta komoditas sayur, yaitu

kangkung dan bayam dengan andil sebesar 0,24%.

I II III IV I II III IV IUMUM 8.98% 6.66% 4.25% 4.32% 3.11% 4.37% 4.66% 5.10% 7.06%BAHAN MAKANAN 14.69% 10.42% 3.97% -1.13% -3.72% -4.58% -2.76% 2.94% 7.81%MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 7.19% 6.68% 4.51% 4.62% 3.97% 6.42% 7.36% 9.58% 9.19%PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 5.27% 5.56% 4.26% 4.50% 4.34% 8.45% 8.64% 8.73% 8.61%SANDANG 4.87% 7.15% 10.23% 12.76% 15.59% 15.25% 11.25% 9.39% 8.06%KESEHATAN 7.28% 6.38% 6.94% 5.86% 4.27% 4.00% 1.28% 1.61% 2.21%PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 3.88% 4.96% 5.65% 2.46% 3.52% 2.73% 4.19% 3.26% 3.34%TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 8.83% 1.68% 1.99% 13.30% 11.49% 12.28% 9.86% -0.08% 3.39%

2013KOMODITI 2011 2012

Grafik 2.7 Inflasi Triwulanan Kupang

Sumber : BPS diolah

Tabel 2.3 Inflasi Kupang per Kelompok

‐4% ‐2% 0% 2% 4% 6% 8%

umum

bahan makanan

makanan  jadi,rokok,tembakau

perumahan,listrik,air

sandang

kesehatan

pendidikan,rekreasi,olah  raga

transpor,komunikasi,jasa

3.02%

7.07%

0.86%

1.20%

1.25%

0.63%

0.64%

2.26%

Sumber : BPS diolah

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 18

2.4.2 Inflasi Kota Maumere

Pergerakan inflasi di Kota

Maumere juga menunjukkan

kenaikan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Inflasi tahunan Kota

Maumere pada triwulan laporan

sebesar 7,38% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya

yang mencapai 6,49% (yoy).

Kelompok barang yang mengalami

perubahan inflasi tertinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya adalah kelompok bahan makanan dengan

inflasi sebesar 7,77% (yoy) meningkat cukup signifikan dibandingkan triwulan

sebelumnya yang sebesar 5,89% (yoy). Inflasi tertinggi pada akhir triwulan laporan

adalah kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga dengan laju inflasi mencapai

22,77% (yoy) namun menunjukkan kecenderungan yang menurun.

Secara triwulanan, inflasi Maumere tercatat sebesar 1,33% (qtq) lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun bila dibandingkan dengan inflasi

yang terjadi di Kota Kupang, laju inflasi triwulanan Kota Maumere tercatat lebih

rendah. Tekanan inflasi tertinggi terjadi pada kelompok Makanan Jadi, Minuman,

Rokok & Tembakau dengan inflasi sebesar 3,72% (qtq) sedangkan untuk inflasi

pada kelompok bahan makanan tercatat sebesar 1,26% (qtq). Rendahnya inflasi

bahan makanan dipengaruhi oleh pergerakan harga komoditas ikan segar yang

menunjukkan kecenderungan penurunan harga pada triwulan laporan. Sehingga

secara umum, inflasi pada kelompok bahan makanan tercatat cukup rendah.

I II III IV I II III IV IUMUM 7.15% 6.00% 5.00% 6.59% 6.21% 8.45% 8.07% 6.49% 7.38%BAHAN MAKANAN 10.13% 6.69% 4.56% 9.47% 10.12% 14.93% 9.07% 5.89% 7.77%MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 10.82% 10.62% 7.78% 6.06% 3.05% 4.61% 6.86% 6.71% 9.12%PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 4.04% 4.94% 5.60% 5.35% 3.30% 3.36% 8.07% 6.88% 6.57%SANDANG 4.95% 4.01% 4.67% 5.08% 8.43% 9.13% 8.68% 8.55% 4.84%KESEHATAN 1.27% 3.59% 2.80% 2.85% 3.93% 3.49% 5.08% 4.68% 3.49%PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 1.42% 1.03% 4.49% 4.60% 7.05% 7.57% 23.74% 24.43% 22.77%TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 1.32% 0.75% 1.16% 0.37% 1.75% 1.26% -0.41% -0.04% 0.24%

20132012KOMODITI 2011

Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Maumere

Sumber : BPS diolah

Tabel 2.4 Inflasi Maumere per Kelompok (yoy)

Sumber : BPS diolah

‐2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3

2010 2011 2012 2013

yoy Maumere

mtm Maumere

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 19

Selama triwulan laporan, tekanan inflasi tertinggi terjadi pada bulan Januari

dengan inflasi bulanan sebesar 1,95% (mtm). Sementara pada bulan Februari

terjadi deflasi yang cukup tinggi sebesar 0,92% (mtm) yang disebabkan penurunan

harga pada komoditas ikan segar, sedangkan pada bulan Maret tekanan inflasi

kembali terjadi walaupun tidak setinggi awal tahun yaitu sebesar 0,31% (mtm).

Fluktuasi tekanan inflasi Kota Maumere pada triwulan laporan selain dipengaruhi

oleh naik turunnya harga ikan segar juga dipengaruhi oleh tekanan harga

komoditas rokok kretek filter.

‐4% ‐2% 0% 2% 4%

umum

bahan makanan

makanan  jadi,rokok,tembakau

perumahan,listrik,air

sandang

kesehatan

pendidikan,rekreasi,olah  raga

transpor,komunikasi,jasa

1.33%

1.26%

3.72%

0.49%

0.65%

0.63%

0.01%

0.19%

Grafik 2.9 Inflasi Triwulanan Maumere

Sumber : BPS diolah

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 20

EKSPEKTASI MENDORONG INFLASI : Bawang Merah dan Bawang Putih

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan

terus-menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh

berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya

likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai

termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. inflasi yang

secara umum terjadi disebabkan oleh ketidakseimbangan antara penawaran

(supply) dan permintaan (demand). Selain kedua faktor diatas, ada faktor yang

cukup signifikan berpengaruh dalam pembentukan inflasi, yaitu ekspektasi

inflasi. Ekspektasi inflasi mengacu pada pandangan atau ramalan pelaku

ekonomi mengenai perubahan harga yang terjadi di masa mendatang.

Pemahaman agen ekonomi akan prospek harga ke depan melatarbelakangi

keputusan yang diambilnya saat ini, yang bahkan dapat mempengaruhi harga

aktual.

Laju inflasi di NTT, khususnya Kota Kupang yang mempunyai bobot

sebesar 84% dalam pembentukan inflasi NTT juga dipengaruhi oleh banyak

faktor. Faktor yang dominan berpengaruh adalah faktor penawaran (supply)

yang sangat rentan dipengaruhi oleh masalah distribusi. Sementara faktor

permintaan (demand) hanya berpengaruh pada musim-musim tertentu

(seasonal). Faktor lain yang signifikan berpengaruh adalah ekspektasi inflasi.

Kondisi ini didukung juga adanya ketergantungan yang tinggi terhadap daerah

lain, sehingga kendala atau tekanan harga yang terjadi di wilayah lain akan

segera direspon dengan kenaikan harga di Kota Kupang.

Hal tersebut terlihat dari pergerakan harga komoditas bumbu-bumbuan,

yaitu bawang merah dan bawang putih yang sempat menjadi permasalahan

secara nasional. Pergerakan harga komoditas tersebut lebih ditentukan oleh

pergerakan harga di daerah pemasok, yaitu Surabaya. Sementara faktor supply

dan demand merupakan faktor pendorong tekanan inflasi pada komoditas

tersebut.

BOKS 1

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 21

Grafik 1. Perkembangan Harga Komoditas (Kupang vs Surabaya)

Hasil liaison dengan beberapa pedagang besar, dalam dua bulan terakhir

terdapat pembatasan kuota untuk barang impor, khususnya bawang putih

hanya sebesar 20% dari biasanya. Hal tersebut masih belum berpengaruh

signifikan terhadap kondisi pasokan di Kota Kupang dan sekitarnya. Penyebab

utama kenaikan harga adalah kenaikan harga pembelian komoditas dari

Surabaya. Pemenuhan komoditas bawang putih 90% lebih berasal dari

perdagangan antar pulau, dengan kota pemasok yaitu Surabaya. Sementara

untuk komoditi bawang merah sekitar 70% dipenuhi dari perdagangan antar

pulau, yaitu Surabaya dan Bima sedangkan 30% dipenuhi dari produksi lokal.

Kondisi tersebut menyebabkan pengaruh Surabaya terhadap pembentukan

harga di Kota Kupang sangat besar.

Kondisi tersebut mencerminkan bahwa masing-masing daerah

mempunyai karakteristik yang spesifik dan berbeda-beda. Pada daerah seperti

Kupang, yang ketergantungan terhadap produk impornya sangat tinggi,

pergerakan harga cenderung dipengaruhi oleh pergerakan harga daerah lain

yang merupakan daerah pemasoknya. Pergerakan harga di daerah pemasok

akan mengakibatkan kenaikan harga di Kota Kupang, walaupun dari sisi

penawaran dan permintaan relatif stabil dan terjaga. Ekspektasi terhadap

kenaikan harga kedepan mendorong pelaku usaha cenderung ikut menaikkan

harga jual. Hal tersebut disebabkan faktor kekuatiran terhadap tekanan harga

ke depan akan berdampak pada turunnya kemampuan daya beli dan

keberlangsungan usahanya.

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

90000

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Jan‐12 Feb‐12 Mar‐12

Apr‐12 May‐12 Jun‐12 Jul‐12 Aug‐12 Sep‐12 Oct‐12 Nov‐12

Dec‐12 Jan‐13 Feb‐13 Mar‐13

Apr‐13

Harga Bawang Putih

Kupang Surabaya

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Jan‐12 Feb‐12 Mar‐12

Apr‐12 May‐12 Jun‐12 Jul‐12 Aug‐12 Sep‐12 Oct‐12 Nov‐12

Dec‐12 Jan‐13 Feb‐13 Mar‐13

Apr‐13

Harga Bawang Merah

Kupang Surabaya

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 22

BBB AAA BBB IIIIIIIII

PPPEEERRRBBBAAANNNKKKAAANNN DDDAAANNN SSSIIISSSTTTEEEMMM PPPEEEMMMBBBAAAYYYAAARRRAAANNN

33..11 KKOONNDDIISSII UUMMUUMM

Kinerja perbankan dan sistem pembayaran Nusa Tenggara Timur

menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan searah dengan

meningkatnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan. Dari sisi kinerja

keuangan, tercatat gabungan asset bank umum dan BPR di Provinsi NTT sebesar

Rp 21,27 triliun atau meningkat sebesar 18,35% (yoy) dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Demikian pula indikator utama lainnya, yaitu penghimpunan Dana

Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran kredit perbankan NTT yang masih menunjukkan

peningkatan dengan resiko kredit yang terjaga. Pada triwulan laporan,

penghimpunan DPK perbankan NTT meningkat sebesar 14,41% (yoy) dengan total

DPK mencapai Rp 15,53 triliun. Penyaluran kredit meningkat sebesar 22,50% (yoy)

dengan outstanding kredit mencapai Rp 13,02 triliun dengan resiko kredit terjaga

pada level 1,64%. Peningkatan DPK yang diimbangi dengan tingginya penyaluran

kredit menunjukkan fungsi intermediasi perbankan di NTT relatif baik, tercermin

dari rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) sebesar 83,86%.

Kinerja sistem pembayaran juga menunjukkan peningkatan. Aktivitas

transaksi non tunai melalui fasilitas Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)

atau dengan fasilitas Real Time Gross Settlement (RTGS) mengalami kenaikan yang

cukup signifikan dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Pada triwulan I-

indikator 2013

utama I II III IV I II III IV I

Aset (miliar) 13,975 15,125 16,349 16,885 17,971 18,334 19,719 20,151 21,268

y-o-y aset 16.90% 22.39% 29.17% 25.98% 28.59% 21.22% 20.61% 19.35% 18.35%

Kredit (miliar) 8,341 9,104 9,831 10,337 10,632 11,564 12,222 12,702 13,024

y-o-y kredit 18.28% 16.99% 19.20% 29.22% 27.47% 27.02% 24.32% 22.88% 22.50%

DPK (miliar) 10,905 11,540 11,953 12,898 13,575 14,452 14,914 15,070 15,531

y-o-y DPK 17.10% 17.11% 20.44% 25.04% 24.49% 25.23% 24.77% 16.84% 14.41%

LDR 76.49% 78.89% 82.25% 80.15% 78.32% 80.02% 81.95% 84.29% 83.86%

NPL 2.35% 2.35% 2.06% 1.45% 1.68% 1.54% 1.63% 1.43% 1.64%

2011 2012

Tabel 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan NTT (Bank Umum dan BPR)

Sumber : KPwBI Prov. NTT

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 23

2013, transaksi melalui SKNBI tercatat meningkat signifikan sebesar 22,64% (yoy)

dengan nominal transaksi sebesar Rp 530,78 miliar sementara transaksi melalui

RTGS meningkat signifikan sebesar 64,84% (yoy) dengan nominal transaksi

mencapai Rp 22,69 triliun.

Sementara itu, pada transaksi tunai terjadi net inflow yaitu jumlah uang

keluar dari Bank Indonesia (outflow) jauh lebih kecil dibandingkan dengan jumlah

uang yang masuk (inflow).

I II III IV I II III IV IKliring 406,097 432,380 433,789 358,089 432,787 447,927 512,868 610,182 530,779

y-o-y 2.22% 2.45% -6.14% -30.73% 6.57% 3.60% 18.23% 70.40% 22.64%Cek/BG Kosong 7,098 7,416 6,321 8,117 6,844 8,437 7,375 7,660 6,584

y-o-y 129.29% 59.19% -38.77% -26.72% -3.58% 13.78% 16.67% -5.63% -3.80%Ratio Cek/BG Kosong thd Kliring 1.75% 1.72% 1.46% 2.27% 1.58% 1.88% 1.44% 1.26% 1.24%

2012 20132011Pembayaran Non Tunai (Juta)

2013

I II III IV I II III IV I

Nilai (Rp miliar) 11,620 11,157 15,928 15,523 13,763 19,860 20,703 24,798 22,688

% yoy -15.74% -18.68% 33.95% 2.23% 18.44% 78.00% 29.98% 59.75% 64.84%

Volume 7,601 8,834 9,812 13,294 9,221 12,276 13,341 16,141 11,968

% yoy -21.61% -14.75% -10.38% 26.06% 21.31% 38.96% 35.97% 21.42% 29.79%

Nilai (Rp miliar) 10,303 10,352 13,835 14,359 12,466 14,912 21,840 15,983 13,308

% yoy -20.65% 1.86% 17.08% 12.68% 20.99% 44.04% 57.86% 11.31% 6.76%

Volume 7,411 7,499 8,661 9,358 7,055 7,948 8,263 9,265 7,444

% yoy -15.57% -27.78% -22.66% -33.48% -4.80% 5.99% -4.60% -0.99% 5.51%

2012

MENUJU (TO) NTT

2011TRANSAKSI RTGS

DARI (FROM)

NTT

Pembayaran Tunai (miliar) I II III IV I II III IV I

Inflow 674.69 455.26 516.98 480.43 1130.96 484.92 677.29 486.65 1361.13y-o-y 12.36% -2.68% 31.17% 31.22% 67.63% 6.51% 31.01% 1.29% 20.35%

Outflow 276.46 711.48 1046.39 1660.48 286.81 1168.66 1175.25 1665.53 436.38y-o-y 58.10% 7.84% 32.29% 21.66% 3.75% 64.26% 12.31% 0.30% 52.15%

Net Inflow 398.23 -256.22 -529.42 -1180.05 844.15 -683.75 -497.96 -1178.88 924.76y-o-y -6.43% 33.51% 33.39% 18.16% 111.97% 166.86% -5.94% -0.10% 9.55%

Uang Palsu (ribu) 2,930 5,710 3,750 2,450 1,950 7,650 4,800 11,440 1,100

201320122011

Tabel 3.3 Perkembangan Transaksi Tunai

Sumber : KPwBI Prov. NTT

Sumber : KPwBI Prov. NTT

Tabel 3.2 Perkembangan Transaksi Non Tunai

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 24

33..22 PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN BBAANNKK UUMMUUMM

33..22..11.. IInntteerrmmeeddiiaassii PPeerrbbaannkkaann

Kinerja perbankan dalam menjalankan fungsi intermediasinya masih

baik. Pada triwulan I-2013, rasio penyaluran kredit terhadap penghimpunan dana

(Loan to Deposit Ratio) sebesar 83,67%. Fungsi intermediasi yang tercermin dari

rasio LDR belum optimal dikarenakan rasio kredit yang belum disalurkan kepada

masyarakat (undisbursed loan) terhadap total kredit meningkat dari 5,16%

menjadi 5,70% dengan nominal mencapai Rp 731,50 miliar.

Penghimpunan dana masyarakat (DPK) pada triwulan laporan

mengalami peningkatan sebesar 14,31 (yoy). Total dana masyarakat yang ada

pada Bank Umum wilayah NTT mencapai Rp 15,35 triliun. Peningkatan laju

pertumbuhan dana masyarakat (DPK) bersumber pada meningkatnya pertumbuhan

dana pada rekening tabungan. Pada triwulan laporan, total dana yang tercatat

pada rekening tabungan Bank Umum di NTT sebesar Rp 7,58 triliun. Jumlah

tersebut mengalami peningkatan yang sangat signifikan yaitu 21,19% (yoy)

dibandingkan triwulan I-2012. Faktor utama peningkatan dana pada rekening

tabungan adalah peningkatan penempatan dana oleh golongan pemilik

perseorangan yang mencapai 18,81% (yoy).

0%

20%

40%

60%

80%

100%

2,000 

4,000 

6,000 

8,000 

10,000 

12,000 

14,000 

16,000 

18,000 

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2009 2010 2011 2012 2013

Kredit (miliar) DPK (miliar) LDR

0%

2%

4%

6%

8%

10%

0

100

200

300

400

500

600

700

800

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2009 2010 2011 2012 2013

Nominal (Miliar) rasio thd kredit

Sumber : KPwBI Prov. NTT Sumber : KPwBI Prov. NTT

Grafik 3.1 Perkembangan LDR Grafik 3.2 Perkembangan Undisbursed Loan

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 25

Pertumbuhan dana pada rekening giro mengalami kenaikan sebesar

11,24% (yoy). Peningkatan dana pemerintah pada rekening giro yang mencapai

11,59% pada triwulan I-2013 merupakan pola cyclical dimana pada triwulan I-

2013 terdapat penambahan dana transfer dari Pemerintah Pusat dan penyerapan

anggaran masih cukup rendah pada awal tahun. Di sisi lain, dana milik perorangan

mengalami penurunan signifikan sebesar 23,44% pada triwulan laporan.

Penempatan dana pada rekening deposito pada triwulan I-2013 mencapai

Rp 3,99 triliun atau meningkat sebesar 5,69% (yoy). Laju pertumbuhan tersebut

melambat dibandingkan triwulan IV-2012 yang mencapai 15,21% (yoy).

Kecenderungan melambatnya penempatan dana pada rekening deposito

diperkirakan merupakan pengaruh dari imbal jasa atau suku bunga deposito yang

relatif rendah.

Penyaluran kredit oleh Bank Umum di NTT mengalami peningkatan

sebesar 22,58% (yoy). Pada triwulan I-2013, total outstanding kredit mencapai

Rp 12,84 triliun. Secara struktural, komposisi penyaluran kredit perbankan NTT

belum mengalami perubahan. Penyaluran kredit perbankan NTT masih didominasi

oleh kredit jenis konsumsi dengan proporsi mencapai 66,76% dari total kredit

perbankan NTT. Sementara kredit produktif jenis modal kerja dan investasi

2013I II III IV I II III IV I

DPK 10,791 11,423 11,827 12,755 13,430 14,296 14,752 14,884 15,351 y-o-y DPK 16.91% 16.95% 20.33% 24.95% 24.45% 25.15% 24.73% 16.69% 14.31%Giro 2,917 2,986 2,852 2,539 3,399 3,437 3,392 2,889 3,781 y-o-y giro 16.69% 2.91% 0.71% 29.33% 16.52% 15.13% 18.97% 13.80% 11.24%Deposito 2,771 3,106 3,309 3,019 3,780 3,913 4,109 3,478 3,995 y-o-y deposito 23.11% 36.86% 46.03% 16.25% 36.40% 25.96% 24.17% 15.21% 5.69%Tabungan 5,103 5,331 5,666 7,197 6,251 6,945 7,251 8,516 7,575 y-o-y tabungan 13.91% 15.97% 19.75% 27.43% 22.50% 30.29% 27.96% 18.33% 21.19%

20122011DPK (miliar)

Giro   24.63%

Deposito26.02%

Tabungan49.35%

Pemerintah 31.01%

Swasta8.25%

Perorangan60.34%

Lainnya0.40%

Tabel 3.4 Perkembangan Komponen DPK

Sumber : KPwBI Prov. NTT

Grafik 3.4 DPK Menurut Golongan Pemilik Grafik 3.3 Komposisi DPK

Sumber : KPwBI Prov. NTT Sumber : KPwBI Prov. NTT

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 26

menyumbang share masing-masing sebesar 26,78% dan 6,47%. Akselerasi

pertumbuhan kredit konsumsi yang relatif tinggi mendorong peningkatan share

kredit konsumsi terhadap total kredit perbankan di NTT.

Secara tahunan, peningkatan kegiatan ekonomi di NTT berimplikasi

pada peningkatan kredit, diantaranya kredit modal kerja. Peningkatan kredit

modal kerja didorong oleh peningkatan permintaan kredit pada sektor-sektor

dominan yaitu sektor perdagangan besar dan eceran. Peningkatan kredit pada

sektor tersebut mencapai 45,59% (yoy), dengan porsi dalam penyaluran kredit

modal kerja sebesar 64,48%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sektor

perdagangan terus berekspansi untuk meningkatkan kapasitas usahanya terkait

dengan peningkatan kegiatan konsumsi masyarakat NTT. Sementara itu penyaluran

kredit pada sektor pertanian mengalami peningkatan yang sangat signifikan yaitu

sebesar 885,67% dengan porsi sebesar 5,27% dari total kredit modal kerja.

I II III IV I II III IV IKredit 8,217 8,973 9,686 10,188 10,478 11,397 12,052 12,527 12,844 y-o-y kredit 18.10% 16.85% 19.12% 29.29% 27.52% 27.03% 24.42% 22.96% 22.58%

Modal kerja 2,155 2,353 2,620 2,701 2,701 3,205 3,212 3,361 3,439 y-o-y modal kerja 25.22% 24.12% 25.37% 24.52% 25.36% 36.20% 22.59% 24.45% 27.32%

Investasi 396 444 486 604 638 681 737 841 831 y-o-y investasi 33.84% 24.12% 33.08% 54.39% 61.17% 53.49% 51.53% 39.15% 30.22%

Konsumsi 5,666 6,176 6,580 6,883 7,139 7,511 8,103 8,325 8,574

y-o-y konsumsi 14.67% 13.84% 15.92% 29.39% 25.99% 21.63% 23.15% 20.95% 20.10%

201320122011Kredit(miliar)

KREDIT MODAL KERJA(Rp Miliar) I II III IV I II III IV I

Pertanian, Perburuan Dan Kehutanan 10.9 11.0 13.1 19.2 18.4 28.3 50.6 180.5 181.3 Perikanan 2.8 2.8 4.8 4.2 4.3 5.6 5.6 8.9 11.1 Pertambangan Dan Penggalian 2.9 3.9 4.9 4.0 4.2 4.4 5.2 7.6 6.9 Industri Pengolahan 14.0 14.8 17.2 136.6 136.3 147.0 147.0 158.6 163.4 Listrik, Gas Dan Air 3.8 4.4 3.8 2.7 2.4 4.8 4.4 3.6 4.9 Konstruksi 83.8 137.4 215.7 153.3 133.6 240.5 304.3 214.2 199.4 Perdagangan Besar Dan Eceran 1,351.9 1,402.3 1,503.7 1,535.5 1,523.1 2,000.3 1,858.9 2,184.8 2,217.5 Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan Makan Minum 10.8 12.8 14.8 18.2 18.5 40.9 24.1 34.8 37.0 Transportasi, Pergudangan Dan Komunikasi 10.0 15.9 19.4 17.7 19.3 29.9 28.9 34.8 33.4 Perantara Keuangan 15.2 18.4 20.5 28.7 29.2 35.8 30.4 54.7 67.6 Real Estate, Usaha Persewaan, Dan Jasa Perusahaan 31.6 42.5 51.7 47.6 42.8 41.0 39.1 53.4 40.8 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan Dan Jaminan Sosial Waj - - - - - - - 1.5 1.2 Jasa Pendidikan 0.5 0.5 1.0 0.9 1.3 2.1 1.8 5.3 3.0 Jasa Kesehatan Dan Kegiatan Sosial 1.5 1.5 2.3 3.7 0.7 0.6 1.0 1.7 3.6 Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan Dan Perorangan L 279.6 279.5 293.6 267.5 298.7 178.2 306.8 278.4 301.9 Jasa Perorangan Yang Melayani Rumah Tangga 0.1 0.1 0.1 0.3 0.1 0.1 0.7 1.4 2.1 Badan Internasional Dan Badan Ekstra Internasional Lainnya 0.5 6.3 7.0 6.7 6.8 - - - - Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya 334.8 399.1 446.3 454.0 461.6 445.9 402.7 137.3 164.3 Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha 0.0 - - - - - - - -

2011 2012 2013

Tabel 3.5 Perkembangan Kredit

Sumber : KPwBI Prov. NTT

Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Modal Kerja

Sumber : KPwBI Prov. NTT

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 27

Pertumbuhan investasi di NTT berkorelasi positif terhadap

pertumbuhan penyaluran kredit investasi. Laju pertumbuhan kredit investasi

merupakan laju pertumbuhan tertinggi dibandingkan kredit modal kerja dan

konsumsi. Sumber peningkatan penyaluran kredit investasi adalah peningkatan

kredit pada sektor perdagangan besar yang mempunyai share cukup tinggi

terhadap total kredit investasi. Demikian pula pada sektor konstruksi dan sektor

penyediaan akomodasi yang merupakan tiga sektor terbesar dalam penyaluran

kredit investasi. Hal tersebut searah dengan meningkatnya pembangunan properti

serta hotel dan restoran di Provinsi NTT.

Secara sektoral, penyaluran kredit produktif masih dominan pada

sektor perdagangan. Secara umum, share sektor Perdagangan Besar dan Eceran

masih menjadi sektor unggulan dalam penyaluran kredit perbankan. Namun, laju

pertumbuhan yang sangat tinggi pada beberapa sektor lainnya seperti sektor

industri pengolahan, sektor transportasi serta sektor pertanian mengindikasikan

bahwa terjadi peningkatan aktivitas ekonomi yang cukup signifikan pada sektor-

sektor tersebut. Khusus sektor pertanian, peningkatan outstanding kredit

diharapkan merupakan langkah positif terhadap peningkatan ekonomi sektor

unggulan Provinsi NTT.

KREDIT INVESTASI(Rp Miliar) I II III IV I II III IV I

Pertanian, Perburuan Dan Kehutanan 3.6 4.4 4.0 3.7 4.3 6.1 8.1 9.0 9.9 Perikanan 2.4 2.2 2.6 2.6 2.7 2.7 3.2 3.4 3.6 Pertambangan Dan Penggalian 1.9 1.7 2.3 2.3 2.1 2.3 1.3 1.2 1.4 Industri Pengolahan 3.6 5.6 6.6 18.5 20.8 21.9 23.1 37.5 38.7 Listrik, Gas Dan Air 12.9 10.5 3.7 4.1 3.5 3.7 6.4 17.6 16.0 Konstruksi 123.0 134.5 138.5 149.5 149.0 151.6 151.7 173.2 162.2 Perdagangan Besar Dan Eceran 104.1 123.2 140.6 165.6 181.3 199.6 233.9 252.4 258.6 Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan Makan Minum 52.2 70.4 79.9 91.0 96.6 101.6 127.2 144.6 159.2 Transportasi, Pergudangan Dan Komunikasi 19.0 19.5 29.0 78.3 90.6 99.0 105.0 104.4 105.3 Perantara Keuangan - 1.2 5.3 0.2 0.2 0.1 0.6 0.6 2.4 Real Estate, Usaha Persewaan, Dan Jasa Perusahaan 18.1 19.3 20.6 22.4 24.2 26.9 24.9 25.7 25.2 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan Dan Jaminan Sosial Waj - - - - - - 0.1 0.1 0.1 Jasa Pendidikan 4.7 4.4 9.7 11.0 9.2 8.8 4.2 3.9 3.1 Jasa Kesehatan Dan Kegiatan Sosial 1.9 1.7 1.8 1.7 1.8 1.7 2.9 3.2 3.0 Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan Dan Perorangan L 11.7 14.8 15.5 24.8 28.0 30.6 31.6 56.2 33.5 Jasa Perorangan Yang Melayani Rumah Tangga 0.1 0.2 0.2 0.7 0.7 1.3 0.9 0.9 1.5 Badan Internasional Dan Badan Ekstra Internasional Lainnya 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 - - - - Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya 36.6 29.9 25.8 27.5 22.8 23.0 11.6 6.6 6.8 Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha - - - - - - - - -

2011 2012 2013

Sumber : KPwBI Prov. NTT

Tabel 3.7 Perkembangan Kredit Investasi

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 28

Peningkatan penyaluran kredit perbankan di NTT diimbangi dengan

resiko kredit yang tetap terkendali pada level rendah. Rasio Non Performing

Loan (NPL) perbankan di NTT pada triwulan I-2013 terjaga pada level 1,56%.

Peningkatan penyaluran kredit yang signifikan belum mempengaruhi kualitas kredit

secara keseluruhan. Rasio NPL kredit modal kerja dan investasi pada triwulan

laporan juga masih terjaga pada level 3,61% dan 2,38%. Demikian pula rasio NPL

kredit konsumsi yang tercatat cukup rendah pada level 0,66%.

Stabilnya BI Rate pada level 5,75% direspon perbankan dengan

penurunan suku bunga kredit pada triwulan laporan. Suku bunga kredit

tertimbang perbankan di NTT pada triwulan I-2013 sebesar 14,88% atau lebih

rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 15,02%.

Kredit persektor (miliar) I II III IV I II III IV I

Pertanian, Perburuan Dan Kehutanan 15 15 17 23 23 34 59 189 191Perikanan 5 5 7 7 7 8 9 12 15Pertambangan Dan Penggalian 5 6 7 6 6 7 7 9 8Industri Pengolahan 18 20 24 155 157 169 170 196 202Listrik, Gas Dan Air 17 15 7 7 6 8 11 21 21Konstruksi 207 272 354 303 283 392 456 387 362Perdagangan Besar Dan Eceran 1,456 1,525 1,644 1,701 1,704 2,200 2,093 2,437 2,476Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan Makan Minum 63 83 95 109 115 143 151 179 196Transportasi, Pergudangan Dan Komunikasi 29 35 48 96 110 129 134 139 139Perantara Keuangan 15 20 26 29 29 36 31 55 70Real Estate, Usaha Persewaan, Dan Jasa Perusahaan 50 62 72 70 67 68 64 79 66Administrasi Pemerintahan, Pertahanan Dan Jaminan Sosial Waj 0 0 0 0 0 0 0 2 1Jasa Pendidikan 5 5 11 12 10 11 6 9 6Jasa Kesehatan Dan Kegiatan Sosial 3 3 4 5 2 2 4 5 7Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan Dan Perorangan L 291 294 309 292 327 209 338 335 335Jasa Perorangan Yang Melayani Rumah Tangga 0 0 0 1 1 1 2 2 4Badan Internasional Dan Badan Ekstra Internasional Lainnya 1 6 7 7 7 0 0 0 0Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya 371 429 472 481 484 469 414 144 171Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha 5,666 6,176 6,580 6,883 7,139 7,511 8,103 8,325 8,574

Total 8,217 8,973 9,686 10,188 10,478 11,397 12,052 12,527 12,844

201320122011

0.0%

0.5%

1.0%

1.5%

2.0%

2.5%

0

40

80

120

160

200

240

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2009 2010 2011 2012 2013

NPL (Miliar) Rasio NPL (%)

0%

2%

4%

6%

8%

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2009 2010 2011 2012 2013

Kredit Modal Kerja (Miliar) Kredit Investasi (Miliar)

NPL Modal Kerja NPL Investasi

Grafik 3.6 NPL Konsumsi dan Modal KerjaGrafik 3.5 Perkembangan NPL

Tabel 3.8 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektoral

Sumber : KPwBI Prov. NTT

Sumber : KPwBI Prov. NTT Sumber : KPwBI Prov. NTT

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 29

Penurunan suku bunga kredit terjadi pada semua jenis kredit dengan rata-rata suku

bunga kredit masing-masing sebesar 13,79% untuk kredit modal kerja, 15,81%

untuk kredit investasi, dan 15,22% untuk kredit konsumsi.

33..22..22.. KKrreeddiitt UUMMKKMM ((UUssaahhaa MMiikkrroo KKeecciill ddaann MMeenneennggaahh))

Penyaluran kredit kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

meningkat sebesar 25,08% (yoy). Pertumbuhan kredit UMKM lebih tinggi

dibandingkan dengan pertumbuhan kredit secara keseluruhan. Hal tersebut

mengindikasikan bahwa laju pertumbuhan kredit produktif lebih tinggi

dibandingkan dengan penyaluran kredit konsumtif. Rasio kredit UMKM terhadap

total kredit pada triwulan laporan mencapai 25,65% sementara rasio kredit UMKM

terhadap total kredit produktif mencapai 77,15%.

Peningkatan laju pertumbuhan penyaluran kredit UMKM merata

untuk semua kategori usaha. Penyaluran kredit untuk UMKM jenis menengah

tumbuh signifikan sebesar 56,22% dengan outstanding kredit mencapai Rp 891

miliar dan jumlah debitur sebanyak 1.353 unit usaha. Penggunaan kredit untuk

usaha menengah didominasi untuk keperluan modal kerja (85,01%) dibandingkan

dengan penggunaan untuk investasi (14,99%). Sedangkan penyaluran kredit pada

usaha jenis kecil mengalami kenaikan sebesar 6,34% dengan outstanding kredit

sebesar Rp 1,72 triliun dan jumlah debitur mencapai 8.716 unit usaha.

Penggunaan kredit sebagian digunakan untuk kebutuhan modal kerja (84,66%)

dan investasi (15,34%). Penyaluran kredit pada usaha jenis mikro mengalami

I II III IV I II III IV ITOTAL KREDIT 8,217 8,973 9,686 10,188 10,478 11,397 12,052 12,527 12,844

yoy 18.10% 16.85% 19.12% 29.29% 27.52% 27.03% 24.42% 22.96% 22.58%TOTAL KREDIT PRODUKTIF 2,551 2,797 3,106 3,305 3,339 3,886 3,948 4,202 4,270

yoy 26.49% 24.12% 26.52% 29.08% 30.92% 38.95% 27.12% 27.14% 27.87%KREDIT UMKM 2,142 2,275 2,497 2,570 2,634 3,070 3,043 3,233 3,294

yoy 26.30% 12.82% 21.01% 18.75% 22.97% 34.92% 21.84% 25.83% 25.08%MIKRO 342 375 406 422 442 506 546 637 678

yoy 38.62% 35.59% 44.16% 40.72% 29.18% 35.14% 34.37% 50.96% 53.61%KECIL 1,449 1,517 1,590 1,592 1,621 1,879 1,656 1,763 1,724

yoy 21.67% 5.49% 13.04% 6.75% 11.88% 23.86% 4.19% 10.76% 6.34%MENENGAH 351 383 501 556 571 684 841 833 891

yoy 35.86% 26.87% 33.47% 49.07% 62.76% 78.47% 67.67% 49.89% 56.22%Ratio thd total kredit 26.06% 25.36% 25.78% 25.22% 25.13% 26.93% 25.25% 25.81% 25.65%Ratio thd total kredit produktif 83.96% 81.35% 80.39% 77.75% 78.87% 78.99% 77.06% 76.95% 77.15%

201320122011 KREDIT(miliar)

Tabel 3.9 Perkembangan Komponen Kredit UMKM Bank Umum

Sumber : KPwBI Prov. NTT

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 30

kenaikan sebesar 53,61% dengan outstanding kredit sebesar Rp 678 miliar dan

jumlah debitur sebesar 44.461 unit usaha. Penggunaan kredit sebagian digunakan

untuk kebutuhan modal kerja (85,64%) dan investasi (14,36%).

Secara sektoral, sektor yang dominan dibiayai oleh perbankan adalah sektor

perdagangan besar dan eceran dengan proporsi sebesar 63,37% dari total

penyaluran kredit UMKM. Sementara untuk sektor pertanian dan sektor perikanan

hanya sebesar sebesar 5,71% dan 0,44%. Resiko penyaluran kredit (NPLs) kepada

UMKM pada triwulan laporan terjaga pada level 3,52%.

33..22..33.. KKiinneerrjjaa PPeerrbbaannkkaann UUmmuumm BBeerrddaassaarrkkaann SSeebbaarraann PPuullaauu

Secara geografis, kinerja perbankan umum di Provinsi NTT masih

terkonsentrasi di Pulau Timor. Pusat pemerintahan dan ekonomi yang dominan

di Pulau Timor, khususnya Kota Kupang menjadi faktor utama terpusatnya

kegiatan perbankan di Pulau Timor. Aset bank umum di Pulau Timor sebesar

Rp 13,91 triliun atau 66,17% dari total asset bank umum di NTT. Sementara di

Pulau Flores sebesar Rp 5,58 triliun atau 26,55% dari total asset, dan asset bank

umum di Pulau Sumba sebesar Rp 1,53 triliun atau 7,29% dari total asset bank

umum di NTT.

I II III IV IPertanian, Perburuan Dan Kehutanan 21        32        57         188        188        5.71%Perikanan 7          8          9           12          15          0.44%Pertambangan Dan Penggalian 6          7          6           9            8           0.25%Industri Pengolahan 33        46        50         63          69          2.11%Listrik, Gas Dan Air 5          6          4           5            4           0.13%Konstruksi 162      222      229       186        166        5.03%Perdagangan Besar Dan Eceran 1,444  1,861  1,771  2,080    2,088    63.37%Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan Makan Minum 75        95        78         84          92          2.80%Transportasi, Pergudangan Dan Komunikasi 65        83        88         97          98          2.96%Perantara Keuangan 29        35        30         52          66          2.01%Real Estate, Usaha Persewaan, Dan Jasa Perusahaan 42        45        43         47          45          1.37%Administrasi Pemerintahan, Pertahanan Dan Jaminan Sosial Wajib ‐       ‐       0           2            1           0.04%Jasa Pendidikan 9          8          4           7            5           0.16%Jasa Kesehatan Dan Kegiatan Sosial 2          1          3           4            6           0.18%Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan Dan Perorangan Lainnya 242      149      256       253        269        8.17%Jasa Perorangan Yang Melayani Rumah Tangga 1          1          1           2            2           0.07%Badan Internasional Dan Badan Ekstra Internasional Lainnya 7          ‐       ‐        ‐         ‐         0.00%Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya 484      469      414       144        171        5.19%Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha ‐       ‐       ‐        ‐         ‐         0.00%KREDIT UMKM 2,634  3,070  3,043  3,233    3,294    100.00%

2013share

2012 KREDIT SEKTORAL(miliar)

Tabel 3.10 Perkembangan Kredit UMKM Sektoral Bank Umum

Sumber : KPwBI Prov. NTT

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 31

Walaupun masih terkonsentrasi di Pulau Timor, namun perkembangan

indikator di Pulau lainnya relatif lebih baik dibanding di Pulau Timor. Pada triwulan

laporan, perkembangan asset terbesar terdapat di Pulau Flores yaitu sebesar

20,07% (yoy) diikuti dengan Pulau Sumba sebesar 20,04% (yoy). Hal serupa juga

terjadi pada indikator perkembangan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK),

dimana pertumbuhan tertinggi terdapat di Pulau Flores dengan nominal DPK

mencapai Rp 4,84 triliun atau meningkat sebesar 17,18% (yoy) sementara Pulau

Sumba dan Pulau Timor mencatatkan perkembangan DPK masing-masing sebesar

15,52% dan 12,68%.

Di sisi lain, perkembangan penyaluran kredit tertinggi terdapat di Pulau

Timor yaitu sebesar 28,24% (yoy). Sementara dari sisi intermediasi yang tercermin

dari Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat pulau Sumba yang menunjukkan nilai

tertinggi yaitu sebesar 94,40%.

33..33 SSIISSTTEEMM PPEEMMBBAAYYAARRAANN

33..33..11.. TTrraannssaakkssii NNoonn TTuunnaaii

aa.. TTrraannssaakkssii KKlliirriinngg

Transaksi non tunai melalui SKNBI meningkat signifikan.

Dibandingkan tahun sebelumnya, terjadi peningkatan nominal transaksi kliring

sebesar 22,64% (yoy) dengan nominal transaksi mencapai Rp 530,78 miliar.

Sementara lembar warkat kliring pada triwulan laporan sebanyak 17.275 warkat

atau meningkat sebesar 2,94% (yoy). Peningkatan lembar warkat yang lebih kecil

dibandingkan dengan nominal transaksinya mencerminkan bahwa rata-rata

nominal transaksi per warkat lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Pada triwulan laporan, rata-rata nominal per lembar warkat sebesar Rp 30,73 juta.

Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa masyarakat masih memilih

menggunakan SKNBI untuk transaksi dengan nominal rendah karena dari segi

Rp Miliar % yoy Rp Miliar % yoy Rp Miliar % yoy LDR NPL

Pulau Timor 13,906 17.40% 9,203 12.68% 7,189 28.24% 78.11% 1.58%

Pulau Flores 5,579 20.07% 4,841 17.18% 4,421 15.88% 91.33% 1.68%

Pulau Sumba 1,532 20.04% 1,307 15.52% 1,233 16.72% 94.40% 1.05%

NTT 21,017 18.29% 15,351 14.31% 12,844 22.58% 83.67% 1.56%

WILAYAHASET DPK KREDIT RASIO

Tabel 3.11 Indikator Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau

Sumber : KPwBI Prov. NTT

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 32

biaya lebih rendah dibandingkan RTGS. Namun, ada kecenderungan beralihnya

preferensi masyarakat ke sistem RTGS untuk nominal-nominal transaksi yang lebih

besar. Apalagi untuk transaksi bisnis yang memerlukan kecepatan waktu

pengiriman uang ke rekening tujuan.

Peningkatan transaksi melalui SKNBI tidak berpengaruh terhadap kualitas

transaksi. Berbanding terbalik dengan jumlah transaksi kliring yang meningkat

sangat tinggi, jumlah cek/BG kosong di wilayah Kantor Bank Indonesia Provinsi NTT

pada triwulan laporan menurun sebesar -3,80% (yoy) dengan nominal mencapai

Rp 6,58 miliar.

bb.. TTrraannssaakkssii RRTTGGSS

Transaksi menggunakan sistem RTGS mengalami peningkatan baik

dari volume transaksi maupun dari nilai transaksinya. Sistem RTGS yang

memungkinkan proses transfer yang cepat menjadi faktor utama beralihnya

penggunaan SKNBI ke sistem RTGS. Apalagi untuk wilayah Kantor Bank Indonesia

Provinsi NTT, dimana SKNBI hanya dapat dilakukan di wilayah Kota Kupang dan

Kota Maumere dengan nominal transaksi yang terbatas.

Transaksi melalui sistem RTGS pada triwulan laporan lebih didominasi oleh

transaksi dari dalam NTT. Tercermin dari data RTGS, dimana transaksi dari (from)

NTT memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan dengan transaksi yang masuk (to) NTT,

demikian pula dari sisi volume, jumlah transaksi dari NTT lebih banyak. Transaksi

0

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

18,000

20,000

0

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

700,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2008 2009 2010 2011 2012 2013 Lembar

Rp Ju

ta

Nominal Kliring (Juta)

Lembar Kliring

0

50

100

150

200

250

300

0

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2008 2009 2010 2011 2012 2013 Lembar

Rp Ju

ta

Nominal Cek/BG Kosong (Juta)

Lembar Cek/BG Kosong

Grafik 3.7 Perkembangan Transaksi Kliring Grafik 3.8 Perkembangan Cek/BG Kosong

Sumber : KPwBI Prov. NTT Sumber : KPwBI Prov. NTT

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 33

RTGS yang keluar dari NTT meningkat sebesar 64,84% (yoy) dengan nilai transaksi

mencapai Rp 22,69 triliun.

Sementara itu, transaksi RTGS yang berasal dari daerah lain juga mengalami

kenaikan yang signifikan. Pada triwulan I-2013, tercatat aliran dana yang masuk

ke NTT melalui system RTGS sebesar Rp 13,31 triliun atau meningkat sebesar

6,76% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya. Nilai transaksi tersebut berasal dari

7.444 transaksi. Dominannya transfer dana keluar NTT mengindikasikan

ketergantungan NTT terhadap daerah lain lebih tinggi dibandingkan dengan

potensi ekonomi yang diperdagangkan di daerah lain.

33..33..22.. TTrraannssaakkssii TTuunnaaii

Meningkatnya aktivitas ekonomi NTT dibandingkan tahun

sebelumnya terlihat dari peningkatan aktivitas transaksi tunai pada

triwulan laporan. Data yang tercatat di Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi NTT menunjukkan bahwa transaksi uang tunai yang masuk ke Bank

Indonesia (inflow) dan yang keluar dari Bank Indonesia (out flow) sebesar Rp. 1,80

triliun. Pada triwulan laporan terjadi net inflow dimana jumlah uang yang keluar

dari Bank Indonesia lebih kecil dibandingkan dengan uang yang masuk. Jumlah

uang yang masuk ke Bank Indonesia pada triwulan laporan sebesar Rp 1,36 triliun

atau meningkat 20,35% (yoy). Sementara jumlah uang yang keluar dari Bank

Indonesia mencapai Rp 436,38 miliar atau meningkat 52,15% (yoy). Peningkatan

pertumbuhan jumlah uang yang keluar dari Bank Indonesia menunjukkan bahwa

terdapat peningkatan kebutuhan uang kartal yang signifikan dibandingkan

triwulan I-2012.

4,000 

8,000 

12,000 

16,000 

20,000 

24,000 

28,000 

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2009 2010 2011 2012 2013

From NTT (Rp Miliar) To NTT (Rp Miliar)

4,000 

8,000 

12,000 

16,000 

20,000 

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2009 2010 2011 2012 2013

From NTT To NTT

Sumber : KPwBI Prov. NTT

Grafik 3.9 Nilai Transaksi RTGS Grafik 3.10 Volume Transaksi RTGS

Sumber : KPwBI Prov. NTT

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 34

Volume pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) menurun

signifikan. Pada triwulan laporan, jumlah UTLE yang terserap di wilayah NTT

mencapai Rp 179,71 miliar atau turun signifikan sebesar 48,02% dibandingkan

tahun sebelumnya (yoy). Setoran dari perbankan masih diharapkan menjadi sarana

utama dalam menjaring UTLE di masyarakat. Selain itu, peningkatan kegiatan kas

keliling merupakan salah satu upaya dalam menjaring UTLE di masyarakat agar

terwujud clean money policy di Provinsi NTT. Hal tersebut belum optimal karena

geografis wilayah NTT yang berpulau-pulau menjadi kendala dalam menekan

jumlah UTLE di masyarakat. Namun, upaya untuk mewujudkan clean money policy

terus dilakukan, terutama di wilayah-wilayah terpencil.

‐80%

‐40%

0%

40%

80%

120%

160%

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2009 2010 2011 2012(miliar)

inflow outflow

growth inflow (%) growth outflow (yoy)

I II III IV I II III IV IMRUK 300.01 284.82 240.45 313.60 345.72 32.20 14.67 45.91 179.71y-o-y 29.79% -25.25% -10.95% 61.61% 15.24% -88.69% -93.90% -85.36% -48.02%penukaran loket 21.70 18.67 26.13 26.51 21.23 24.84 33.04 30.14 22.06y-o-y 56.87% 13.08% -5.86% 0.93% -2.20% 33.04% 26.43% 13.67% 3.94%kas keliling 17.80 15.90 14.10 15.75 11.00 23.59 9.70 14.25 8.00Uang Palsu (ribu) 2,930 5,710 3,750 2,450 1,950 7,650 4,800 11,440 1,100 Ratio UPal thd Outflow 0.001237% 0.000000% 0.000000% 0.000000% 0.000000% 0.000000% 0.000000% 0.000000% 0.000000%

201320122011Indikator(miliar)

Grafik 3.11 Perkembangan Transaksi Tunai

Sumber : KPwBI Prov. NTT

Tabel 3.12 Perkembangan Indikator Sistem Pembayaran Lain

Sumber : KPwBI Prov. NTT

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 35

Jumlah uang palsu yang dilaporkan Bank Indonesia di Nusa

Tenggara Timur pada triwulan laporan sebesar Rp 1,1 juta. Jumlah uang

palsu yang tercatat pada triwulan laporan masih didominasi oleh uang dengan

nominal besar yaitu denominasi Rp 100.000,00 dan Rp 50.000,00.

Bank Indonesia terus berusaha menekan jumlah uang palsu yang beredar di

masyarakat dengan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai ciri-ciri

keaslian uang rupiah dengan metode 3D (Dilihat Diraba Diterawang) serta

mengeluarkan desain uang baru denominasi Rp 20.000,00, Rp 50.000,00, dan Rp

100.000,00 dengan penambahan features pengaman.

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 36

KAS KELILING DI WILAYAH TERPENCIL NTT

Provinsi NTT merupakan Provinsi Kepulauan dengan jumlah pulau

sebanyak 1.192 Pulau dan hanya 3,61% atau 43 Pulau yang telah dihuni.

Kawasan NTT yang cukup luas dan tersebar dalam pulau dan kepulauan serta

jauh dari pusat pemerintah berimplikasi pada kurang tersedianya sarana fisik

dan prasarana yang memadai (lack of physical infrastructure). Hal ini

membawa dampak serius bagi pengembangan akses ekonomi karena

terbatasnya akses transportasi.

Akses transportasi yang sangat minim khususnya ke pulau-pulau

terpencil merupakan kendala terbesar bagi kegiatan Bank Indonesia terutama

dalam pemenuhan kebutuhan Uang Layak Edar (ULE) di wilayah tersebut.

Namun, pada Tahun 2012, KPw BI Provinsi NTT telah melakukan kegiatan Kas

Keliling ke 4 (empat) Pulau yang merupakan wilayah terpencil dan sangat sulit

untuk akses transportasi. Empat Pulau yang menjadi sasaran kegiatan

pelayanan Kas Keliling dan Sosialisasi Keaslian Uang Rupiah adalah Pulau

Solor, Pulau Ndao, Pulau Palue dan Pamana.

Hampir semua uang yang ada di Pulau Palue dan Pulau lainnya dapat

dikategorikan sebagai Uang Tidak Layak Edar (UTLE). Geografis daerah

Kepulauan dan dekat dengan laut menyebabkan kondisi uang di NTT lebih

cepat rusak dan lusuh. Akses untuk penukaran uang ke Kota besar pun dirasa

cukup sulit mengingat akses transportasi antar Pulau sangat terbatas.

Untuk mengakses wilayah tersebut, moda transportasi yang digunakan

tidak hanya satu jenis saja. Dari mulai transportasi udara, yang dilanjutkan

dengan transportasi darat dan bahkan menggunakan transportasi laut

dengan memanfaatkan kapal – kapal milik nelayan setempat. Keterbatasan

BOKS 2

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 37

daya angkut serta faktor pengamanan menjadi satu kendala bagi kegiatan kas

keliling di wilayah terpencil. Sehingga modal yang dibawa berkisar Rp

750.000.000,00 – Rp 1.000.000.000,00 setiap Pulau. Modal tersebut

dipastikan tidak semua terserap oleh masyarakat di wilayah tersebut, karena

infrastruktur serta akses ke wilayah lain yang terbatas menyebabkan aktivitas

ekonomi di Pulau tersebut relatif kecil dan tidak dapat berkembang

sebagaimana daerah lainnya.

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 38

BBB AAA BBB IIIVVV

KKKEEEUUUAAANNNGGGAAANNN PPPEEEMMMEEERRRIIINNNTTTAAAHHH

44..11.. KKoonnddiissii UUmmuumm

APBD Provinsi Nusa Tenggara tahun 2013 meningkat relatif kecil

dibandingkan tahun sebelumnya. Rencana anggaran belanja Tahun 2013 tercatat

sebesar Rp 2,40 triliun, meningkat sebesar 2,00% dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Selain rencana belanja, pos pendapatan juga mengalami kenaikan

sebesar 3,81% dari Rp 2,26 triliun pada tahun 2012 menjadi Rp 2,34 triliun pada

tahun 2013.

Realisasi keuangan pemerintah Provinsi NTT pada triwulan I-2013 sesuai

dengan target. Realisasi anggaran pendapatan pada triwulan laporan sebesar Rp

627,41 miliar atau telah terealisasi sebesar 26,79% dari rencana anggaran

pendapatan tahun 2013. Sementara itu, realisasi anggaran belanja pemerintah pada

triwulan I-2013 sebesar Rp 428,60 miliar atau mencapai 17,85%. Realisasi anggaran

belanja pada triwulan I-2013 mengalami peningkatan relatif signifikan sebesar

38,40% dibandingkan dengan realisasi anggaran belanja pada triwulan I-2012.

500 

1,000 

1,500 

2,000 

2,500 

3,000 

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013Rp M

iliar

Pendapatan Belanja

200,000 

400,000 

600,000 

800,000 

Tw I Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Rp Ju

ta

Realisasi Pendapatan

Realisasi Pengeluaran

Grafik 4.2 Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD

Sumber : Biro Keuangan Prov. NTT

Grafik 4.1 APBD Provinsi NTT

Sumber : Biro Keuangan Prov. NTT

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 39

44..22.. PPeennddaappaattaann DDaaeerraahh

Realisasi anggaran

pendapatan pemerintah pada

triwulan I-2013 sebesar 26,79%

dari APBD 2013. Total pendapatan

Provinsi NTT dalam APBD Tahun

2013 diperkirakan sebesar Rp 2,34

triliun. Nominal tersebut bersumber

dari Pendapatan Asli Daerah (PAD)

sebesar Rp 433,41 miliar atau

18,50% dari total pendapatan

Tahun 2013. Sementara sisanya, yaitu 81,50% bersumber dari pendapatan transfer

Pemerintah Pusat. Ketergantungan sumber penerimaan daerah terhadap bantuan

pemerintah pusat relatif sangat tinggi. Kontribusi dana perimbangan untuk mengisi

celah fiskal (fiscal gap) dalam share pos pendapatan daerah terlihat cukup dominan.

Dalam era otonomisasi daerah, hal ini mengindikasikan bahwa pada daerah-daerah

atau provinsi tertentu dukungan pemerintah pusat masih mutlak diperlukan.

Realisasi PAD Provinsi NTT pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp 99,19

miliar atau 22,89% dari target PAD akhir tahun. Sumbangan realisasi terbesar PAD

berasal dari pos pendapatan pajak daerah sebesar Rp 82,17 miliar, meningkat

3,77% dibandingan pencapaian triwulan I-2012 yang sebesar Rp 79,18 miliar.

Realisasi pendapatan transfer dari Pemerintah Pusat pada triwulan laporan

tercatat sebesar Rp 528,22 miliar atau 27,77% dari total rencana pendapatan

transfer Tahun 2013. Sumbangan terbesar berasal dari pos dana perimbangan

dengan realisasi mencapai Rp 358,78 miliar atau sebesar 30,18% dari total rencana

pendapatan Tahun 2013. Sedangkan realisasi dana otonomi khusus dan dana

penyesuaian sebesar Rp 189,84 miliar atau sebesar 23,77% dari rencana 2013 yang

sebesar Rp 714,54 miliar.

44..33.. BBeellaannjjaa DDaaeerraahh

Realisasi belanja pemerintah pada triwulan l-2013 sebesar 17,85%.

Total anggaran belanja Pemerintah Provinsi NTT mengalami kenaikan sebesar 11,8%

dengan nominal anggaran mencapai Rp 2,40 triliun. Pos belanja operasi, yang

didalamnya berisi belanja pegawai, belanja barang serta belanja hibah merupakan

Grafik 4.3 Realisasi Pendapatan

Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT

849.74 

938.93 

992.02 

1,075.75 

1,290.63 

2,256.45 

2,342.34 

500 

1,000 

1,500 

2,000 

2,500 

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Rp m

iliar

Pendapatan

Real Pendapatan  Tw‐I

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 40

pos anggaran belanja terbesar dengan total nominal sebesar Rp 2,03 triliun atau

84,59% dari total anggaran belanja tahun 2013.

Total realisasi belanja pemerintah pada triwulan laporan sebesar Rp 423,71

miliar. Dari total realisasi tersebut, pos belanja operasional yang sebagian merupakan

belanja pegawai menyumbang realisasi paling besar yaitu sebesar 20,86%,

sedangkan belanja modal yang merupakan salah satu sumber penggerak ekonomi

daerah hanya mencatatkan realisasi sebesar 2,08%.

Grafik 4.4 Realisasi Belanja

Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT

1,036.09 

1,139.42 

1,164.44 

1,257.42 

1,350.22 

2,353.82 

2,400.82 

500 

1,000 

1,500 

2,000 

2,500 

3,000 

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Rp m

iliar

BelanjaReal Belanja Tw‐I

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 41

Rp JutaRencana

2013 Tw IPENDAPATAN 2,342,342 627,415 26.79%

PENDAPATAN ASLI DAERAH 433,414 99,194 22.89%Pendapatan Pajak Daerah 295,488 82,172 27.81%Pendapatan Retribusi Daerah 11,269 1,972 17.50%Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 45,050 30 0.07%Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 81,607 15,020 18.41%

PENDAPATAN TRANSFER 1,901,949 528,221 27.77%Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 1,187,411 358,380 30.18%

Dana Bagi Hasil Pajak 105,596 369 0.35%Dana Alokasi Umum 1,003,992 334,664 33.33%Dana Alokasi Khusus 77,823 23,347 30.00%

Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 714,538 169,842 23.77%Dana Otonomi Khusus & Dana Penyesuaian 714,538 169,842 23.77%

BELANJA 2,400,818 428,604 17.85% BELANJA OPERASI 2,030,871 423,706 20.86%

Belanja Pegawai 581,347 91,193 15.69%Belanja Barang 421,322 47,260 11.22%Belanja Hibah 973,099 283,478 29.13%Belanja Bantuan Sosial 42,801 1,776 4.15%Belanja Bantuan Keuangan 12,302 - 0.00%

BELANJA MODAL 232,901 4,849 2.08%BELANJA TIDAK TERDUGA 18,130 50 0.28%

Belanja Tidak Terduga 18,130 50 0.28%TRANSFER 118,916 - 0.00%

Bagi Hasil Pajak 118,916 - 0.00%

PEMBIAYAAN 178,216 192,289 107.90%PENERIMAAN DAERAH 118,346 192,289 162.48%

Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) 53,108 168,837 317.91%Pencairan Dana Cadangan 57,471 21,855 38.03%Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 7,767 1,597 20.56%

PENGELUARAN DAERAH 59,870 - 0.00%Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 54,870 - 0.00%Pemberian pinjaman kepada kelompok masyarakat 5,000 - 0.00%

% RealisasiURAIAN2013

Tabel 4.1 Realisasi dan Rencana Tahun Anggaran 2013

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 42

BBB AAA BBB VVV

KKKEEETTTEEENNNAAAGGGAAAKKKEEERRRJJJAAAAAANNN &&& KKKEEESSSEEEJJJAAAHHHTTTEEERRRAAAAAANNN

55..11.. KKoonnddiissii UUmmuumm

Perkembangan ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat NTT

pada triwulan laporan relatif membaik pada triwulan I-2013. Kondisi ini

tercermin dari membaiknya perkembangan beberapa indikator ketenagakerjaan dan

kesejahteraan. Perkembangan daya serap tenaga kerja di NTT terindikasi masih

menunjukkan perkembangan yang positif walaupun relatif melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya. Tercermin dari hasil SKDU KPwBI Provinsi NTT triwulan I-2013,

dimana Indeks ketenagakerjaan1 pada triwulan laporan sebesar 4,39. Sementara itu,

pada triwulan laporan terlihat adanya optimisme, khususnya pada masyarakat

dengan penghasilan menengah keatas terhadap tingkat kesejahteraan. Hal ini

tercermin dari indeks penghasilan saat ini dibandingkan 6 (enam) bulan yang lalu

hasil Survei Konsumen bulan Januari-Maret 2013.

Disisi lain, indikator kesejahteraan didaerah pedesaan yang tercermin dari

Nilai Tukar Petani (NTP) masih belum menunjukkan perbaikan yang signifikan bahkan

cenderung menurun, hal tercermin dari nilai NTP NTT yang sebesar 99,66 dengan

indeks diterima (IT) sebesar 147,43 dan indeks dibayar (IB) sebesar 147,93.

55..22.. PPeerrkkeemmbbaannggaann KKeetteennaaggaakkeerrjjaaaann

Daya serap tenaga kerja pada triwulan laporan mengalami

peningkatan, namun tidak sebesar triwulan sebelumnya. Hasil Survei Kegiatan

Dunia Usaha (SKDU) triwulan I-2013 menunjukkan bahwa indeks jumlah tenaga

kerja pada sektor pertanian sebesar 0,73. Meningkatnya daya serap tenaga kerja

pada sektor tersebut didorong oleh meningkatnya kebutuhan tenaga kerja pada sub

sektor perikanan yang mengalami kenaikan produktivitas pada triwulan I-2013.

Sementara itu kebutuhan tenaga kerja pada sub sektor pertanian lainnya relatif

tetap.

1 angka indeks dihitung dengan metode SBT (Saldo Bersih Tertimbang) yang merupakan selisih dari

prosentase jawaban ”naik” dengan jawaban ”turun”.

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 43

Pertumbuhan ekonomi yang cukup baik, khususnya pada sektor PHR

berpengaruh pada kebutuhan tenaga kerja yang terindikasi meningkat pada triwulan

laporan. Meningkatnya kebutuhan tenaga kerja khususnya pada sub sektor

perdagangan menjadi salah satu indikator pertumbuhan ekonomi yang pada sektor

PHR.

Kondisi berbeda terjadi pada sektor bangunan, dimana penurunan aktivitas

kerja pada awal tahun anggaran berdampak signifikan terhadap kebutuhan tenaga

kerja yang tercatat menurun pada triwulan laporan. Terlihat dari indeks jumlah

tenaga kerja pada sektor bangunan sebesar -0,43, turun dibandingkan dengan

triwulan IV-2012 yang sebesar 3,59.

55..33.. PPeerrkkeemmbbaannggaann KKeesseejjaahhtteerraaaann

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan berpengaruh positif

pada kesejahteraan masyarakat NTT, khususnya untuk golongan menengah

ke atas. Pada triwulan laporan terlihat adanya optimisme, khususnya pada

masyarakat dengan penghasilan menengah keatas terhadap tingkat kesejahteraan.

Hal ini tercermin dari indeks penghasilan saat ini dibandingkan 6 (enam) bulan yang

lalu hasil Survei Konsumen bulan Januari-Maret 2013. Berdasarkan hasil survei,

indeks SBT mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada bulan Maret, hal

tersebut dipengaruhi adanya kenaikan UMP pada awal tahun yang berdampak pada

kenaikan gaji di berbagai sektor ekonomi.

‐10

‐5

0

5

10

15

20

25

30

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

inde

ks

Indeks Ekspektasi  Jumlah Kary. Indeks Jumlah Kary.

Grafik 5.1 Indeks Ketenagakerjaan NTT

Sumber : SKDU Triwulan VI-2012 KPwBI Prov NTT

Triwulan I - 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 44

Di sisi lain, kenaikan

pendapatan di tingkat petani

belum sebanding dengan

peningkatan pengeluaran untuk

kebutuhan produksi hasil

pertanian. Pada akhir triwulan

laporan terdapat kenaikan indeks

yang diterima (IT) sebesar 0,54% dari

146,64 pada akhir triwulan IV-2012

menjadi 147,43 pada triwulan

laporan. Di sisi lain, indeks yang

dibayar (IB) mengalami kenaikan

cukup signifikan sebesar 1,96% dari 145,08 pada triwulan IV-2012 menjadi 147,93

pada triwulan laporan. Akselerasi peningkatan pendapatan petani selama triwulan

laporan, belum sebanding dengan akselerasi peningkatan pengeluaran. Hal ini

menyebabkan NTP pada triwulan laporan turun pada level 99,66 atau dibawah

angka 100. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan petani menurun

signifikan, penghasilan yang diterima petani lebih rendah dari biaya yang

dikeluarkan.

2001 2003 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

KHL 274  350  403  671  735  785  880  935  932  1,164 1,363

UMP 275  350  450  550  600  650  775  800  850  925  1,010

200 

400 

600 

800 

1,000 

1,200 

1,400 

Rp ribu

100

110

120

130

140

150

160

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2011 2012 2013

Inde

ks

Indeks penghasilan saat  ini

Grafik 5.2 Perkembangan UMP NTT

Sumber : BPS Prov NTT

Grafik 5.4 Perkembangan NTP NTT

Sumber : Survei Konsumen KPwBI Prov. NTT

Grafik 5.3 Perkembangan Indeks Penghasilan

Sumber : BPS Prov NTT

97

98

99

100

101

102

103

104

120

122

124

126

128

130

132

134

136

138

140

142

144

146

148

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3

2010 2011 2012 2013

NTP ‐ axis kananIndeks yang dibayarIndeks yang diterima

Triwulan I – 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 45

BBB AAA BBB VVVIII

PPPRRROOOSSSPPPEEEKKK PPPEEERRREEEKKKOOONNNOOOMMMIIIAAANNN

66..11.. PPeerrttuummbbuuhhaann EEkkoonnoommii

Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur pada

triwulan II-2013 diperkirakan sedikit melambat dibandingkan triwulan

laporan. Berdasarkan historis, kondisi ekonomi terkini, dan prediksi shock yang

akan terjadi di masa mendatang, pertumbuhan ekonomi tahunan pada triwulan II-

2013 diperkirakan akan berada pada kisaran 5,0% - 5,5% (yoy) dengan

kecenderungan moderat. Adapun pertumbuhan ekonomi tahun 2013 secara

kumulatif diperkirakan pada kisaran 5,4% - 5,9% (yoy) dengan kecenderungan

mendekati batas bawah. Konsumsi dan ekspor diproyeksikan menjadi penopang

pertumbuhan ekonomi disaat kinerja investasi masih terbatas. Dari sisi sektoral,

sektor pertanian diproyeksikan akan menjadi pendorong pertumbuhan pada

triwulan II-2013. Musim panen raya sub sektor tabama dan tanaman perkebunan

serta kondisi cuaca yang kondusif bagi sektor pertanian diperkirakan

meningkatkan produktivitas pertanian pada triwulan mendatang. Di sisi lain, sektor

perdagangan, hotel dan restoran diproyeksikan akan sedikit mengalami

perlambatan. Sub sektor perdagangan diperkirakan sedikit melambat seiring

dengan bayang-bayang kenaikan BBM yang berpotensi pada tingginya inflasi.

Sementara itu, sub sektor hotel dan restoran diperkirakan meningkat sebagai

dampak dari musim liburan sekolah pada triwulan mendatang. Hal ini akan

membawa dampak positif bagi kinerja hotel dan restoran yang diperkirakan akan

meningkat cukup signifikan.

Pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan didorong oleh permintaan

domestik, khususnya konsumsi. Konsistennya permintaan domestik

diperkirakan masih menopang pertumbuhan ekonomi. Tingkat konsumsi rumah

tangga pada triwulan II-2013 diprediksi sedikit tertekan apabila kebijakan kenaikan

harga BBM diberlakukan pada bulan Juni. Namun, secara umum konsumsi

pemerintah dan swasta diproyeksi akan mendorong pertumbuhan ekonomi pada

triwulan II-2013. Meningkatnya konsumsi juga akan berkorelasi positif dengan

peningkatan kinerja impor, baik antar pulau maupun impor luar negeri. Di sisi lain,

kinerja investasi diperkirakan akan mulai meningkat seiring dengan realisasi

Triwulan I – 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 46

investasi pemerintah khususnya infrastruktur pendukung untuk kegiatan sail

komodo 2013.

Triwulan Proyeksi 

qtq  yoy  2013 I  ‐5.11%  5.37% 

5.41% II*  4.57%  5.31% III*  3.99%  5.65% IV*  2.03%  5.28% 

Walaupun secara tahunan diproyeksikan terjadi perlambatan laju

pertumbuhan ekonomi di triwulan II-2013, namun secara triwulanan

diproyeksikan NTT akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang positif.

Sejalan dengan hal tersebut, optimisme pelaku usaha terhadap situasi bisnis

triwulan mendatang diperkirakan meningkat signifikan. Berdasarkan hasil Survei

Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Triwulan I-2013, secara umum kegiatan usaha pada

triwulan mendatang diperkirakan akan mengalami peningkatan dibandingkan

dengan triwulan laporan. Secara sektoral, semua sektor ekonomi diperkirakan akan

mengalami peningkatan. Faktor musiman menjadi faktor pendorong peningkatan

produktivitas pada sektor Pertanian. Sementara peningkatan aktivitas konsumsi

baik rumah tangga maupun pemerintah ikut mendorong peningkatan kinerja

sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR).

Aspek

Pertumbuhan Triwulanan Tw I-2013

Penyebab Pertumbuhan Ekspektasi triwulan

mendatang Keterangan Ekspektasi

Kegiatan Usaha (umum)

Menurun Penurunan permintaan di semua sektor ekonomi Meningkat

Peningkatan permintaan di semua sektor ekonomi

Volume produksi

Melambat Kondisi cuaca kurang kondusif Meningkat Musim panen komoditas dan kondisi cuaca kondusif

Nilai penjualan

Menurun Permintaan yang menurun Meningkat Prospek Permintaan meningkat

Kapasitas produksi

Menurun Permintaan yang menurun Meningkat Prospek Permintaan meningkat

Tenaga kerja Melambat Seiring dengan kegiatan usaha Meningkat Produktivitas meningkat

Volume pesanan

Menurun Prospek permintaan yang meningkat

Meningkat Prospek Permintaan meningkat

Harga jual komoditas

Melambat Kualitas produksi menurun Meningkat Harga komoditas internasional

Kondisi keuangan

Melambat Dampak penurunan harga Meningkat Prospek Permintaan meningkat

Situasi bisnis

Melambat Kondisi cuaca tidak kondusif Meningkat Seiring peningkatan produksi

Tabel 6.2 Ringkasan Leading Economic Indicator Kondisi Usaha Provinsi Nusa Tenggara Timur

Sumber : SKDU KPw BI NTT

Tabel 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT

Triwulan I – 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 47

66..22.. IInnffllaassii

Inflasi tahunan Provinsi Nusa Tenggara Timur pada triwulan II-2013

diperkirakan akan berada pada kisaran 9,78% ± 1% (yoy) dengan asumsi

terdapat dampak langsung dan tidak langsung dari kenaikan harga BBM

sebesar 33,33% dari Rp 4.500,00 menjadi Rp 6.000,00. Apabila kebijakan

tersebut ditangguhkan, inflasi NTT diperkirakan pada kisaran 5,35 ± 1% (yoy).

Inflasi pada triwulan II-2013 diproyeksikan akan melambat dipengaruhi oleh

normalnya pasokan komoditas bumbu-bumbuan yang sempat mendorong inflasi

NTT pada level yang sangat tinggi di awal tahun. Mulai pulihnya supply komoditas

bawang putih di berbagai daerah, khususnya Surabaya mendorong penurunan

harga pada komoditas tersebut. Selain itu, supply komoditas yang relatif terjaga

pada komoditas bahan makanan lainnya, khususnya ikan segar dan sayur-sayuran

seiring dengan kondisi cuaca yang cukup kondusif untuk pelayaran dan pertanian

hortikultura menyebabkan terjadinya penurunan harga yang cukup signifikan.

Musim panen komoditas padi menjamin terjaganya pasokan beras pada triwulan II-

2013. Selain itu, kondusifnya cuaca di perairan NTT diperkirakan berdampak pada

kestabilan harga komoditas ikan segar.

Kenaikan TDL tahap II dipastikan menaikkan harga makanan jadi

walaupun dalam kisaran yang variatif. Biaya energi masih merupakan

komponen utama biaya operasional bagi industri makanan dan minuman. Tekanan

inflasi inti diperkirakan meningkat sebagai dampak lanjutan dari kenaikan tarif

listrik. Berlakunya kenaikan tahap ke II akan mendorong cost push inflation yang

akan memberatkan production cost khususnya pada komoditas makanan jadi.

Musim liburan sekolah diperkirakan akan meningkatkan tekanan

inflasi dari kelompok transpor. Musim liburan sekolah pada triwulan II-2013

diperkirakan akan meningkatkan permintaan terhadap angkutan udara. Hal

tersebut berpotensi meningkatkan tekanan terhadap tarif angkutan udara.

Ekspektasi inflasi dari sisi konsumen masih meningkat dengan

tendensi melambat. Konsumen masih menyakini akan terjadi kenaikan harga

untuk 3 bulan maupun 6 bulan kedepan dengan ekspektasi kenaikan harga lebih

rendah dibanding bulan sebelumnya. Tingginya ekspektasi kenaikan harga

didorong oleh adanya bulan puasa pada periode 3 bulan kedepan. Hal serupa juga

diyakini oleh pedagang, dimana dalam 3 bulan kedepan harga-harga diperkirakan

akan mengalami kenaikan. Hal tersebut sebagaimana tercermin pada hasil Survei

Triwulan I – 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 48

Pedagang Eceran dengan indeks sebesar 105. Kenaikan harga diperkirakan karena

adanya tekanan dari sisi demand menjelang bulan Ramadhan.

Triwulan I – 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 49

DAMPAK KENAIKAN BBM TERHADAP INFLASI NTT

Tekanan inflasi tahun 2013 dibayang-bayangi kenaikan harga BBM, tidak

terkecuali dengan Provinsi NTT. Berbeda dengan Pulau Jawa dan sekitarnya,

kenaikan BBM di Provinsi NTT berpotensi menimbulkan dampak yang lebih besar

terhadap tekanan inflasi. Disamping karena kenaikan harga dari Surabaya atau

Makassar sebagai daerah pemasok, kenaikan BBM akan menambah tekanan harga

di Kota dari sisi distribusi barang, sehingga dampak yang dirasakan bisa dua kali

lipat dibandingkan daerah lain.

Kenaikan BBM akan berdampak langsung dan tidak langsung terhadap inflasi

di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dampak kenaikan BBM tersebut diperkirakan

akan meningkatkan inflasi pada bulan Juni 2013 apabila kenaikan BBM

diberlakukan pada bulan Juni 2013.

a. Dampak langsung, dampak langsung kenaikan BBM sebesar 33,33%

diperkirakan akan meningkatkan tekanan inflasi yang bersumber pada

komoditas bensin dan solar dengan total sumbangan terhadap inflasi NTT

sebesar 0,66%.

b. Dampak tidak langsung, akan ditransmisikan melalui kelompok komoditas

yang berbeda. Kenaikan BBM secara tidak langsung akan direspon dengan

meningkatkan tariff angkutan. Dengan asumsi biaya energi mempunyai porsi

sebesar 26% terhadap total biaya produksi angkutan, kenaikan BBM dari

Rp 4.500,00 menjadi Rp 6.000,00 berpotensi memberikan andil penambahan

inflasi sebesar 0,28%.

c. Dampak terbesar adalah kenaikan komoditas lain, antara lain adalah

kenaikan pada komoditas bahan makanan, makanan jadi, serta komoditas

lainnya. Kenaikan BBM akan berdampak signifikan terhadap kenaikan

berbagai komoditas. Dengan mengasumsikan besarnya biaya BBM terhadap

biaya operasional masing – masing kelompok komoditas, maka total dampak

BOKS 3

Pulau Jawa Kenaikan BBM Kenaikan

Harga

NTT

Kenaikan Harga

Distribusi

Distribusi

Triwulan I – 2013 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 50

kenaikan BBM pada komoditas lainnya akan menambah andil inflasi di NTT

sebesar 3,43%.

Dengan berbagai asumsi diatas, diproyeksikan kenaikan BBM secara total

akan memberikan tekanan yang sangat tinggi terhadap inflasi di Provinsi NTT

sehingga pada akhir tahun proyeksi inflasi di Provinsi NTT berada pada kisaran

10,28% ± 1%. Sementara bila mengeluarkan opsi kenaikan harga BBM, maka

akhir tahun inflasi Provinsi NTT diproyeksikan pada kisaran 6,15% ± 1%.

Tabel 1. Proyeksi Inflasi NTT

Triwulan Inflasi (Tanpa BBM)

Kenaikan BBM Inflasi

(Dengan BBM) LangsungTidak Langsung

AngkutanKomoditas

Lain I 7.11% ± 1% 7.11% ± 1% II 5.35% ± 1% 0.66% 0.28% 3.43% 9.78% ± 1% III 5.97% ± 1% 10.09% ± 1% IV 6.15% ± 1% 10.28% ± 1%

Sumber : Bank Indonesia dan BPS Provinsi NTT, diolah