kajian ekonomi regional provinsi nusa tenggara barat · provinsi nusa tenggara barat triwulan...
TRANSCRIPT
KAJIAN EKONOMI REGIONALPROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Triwulan II-2012
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Penerbit :KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARATUnit Kajian Statistik dan SurveiJl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara BaratTelp. : 0370-623600Fax : 0370-631793E-mail : [email protected]
Visi Bank Indonesia
Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun
internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian
inflasi yang rendah dan stabil.
Misi Bank Indonesia
Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan
moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional
jangka panjang yang berkesinambungan.
Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia
Nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai untuk
bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan
kebersamaan.
Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat
Menjadi Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui
peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.
Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat
Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan
sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada
Pemerintah Daerah dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung
pembangunan ekonomi daerah.
i
KATA PENGANTAR
Pada Triwulan II-2012, kinerja perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Barat
(NTB) tanpa sektor pertambangan mengalami akselerasi mencapai sebesar 6,93% (yoy).
Dari sisi permintaan, pencapaian tersebut didorong oleh kinerja kegiatan investasi.
Secara sektoral, pencapaian tersebut didukung oleh kinerja sektor perdagangan, hotel
dan restoran. Sedangkan apabila termasuk sektor pertambangan maka kinerja
perekonomian NTB tercatat tumbuh positif mencapai 2,76% (yoy).
Hingga Triwulan II-2012, perkembangan harga barang dan jasa di NTB
menunjukkan kecenderungan menurun. Secara tahunan, laju inflasi di NTB mencapai
8,50% (yoy), berada lebih tinggi dari laju inflasi Nasional yang tercatat sebesar 4,53%
(yoy).
Di sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan kegiatan ekonomi melalui
intermediasi perbankan menunjukkan kinerja yang baik, tercermin dari pertumbuhan
kredit pada posisi Triwulan II-2012 yang mencapai 26,84% (yoy). Kinerja positif
intermediasi perbankan tersebut turut disertai dengan terjaganya kualitas kredit yang
tercemin dari tingkat rasio Non Performing Loan (NPL) dibawah batas indikatif.
Di samping ulasan di atas, buku ini juga mengupas perkembangan keuangan
daerah, sistem pembayaran, kesejahteraan masyarakat serta prospek ekonomi ke
depan yang dapat menjadikan masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia maupun
stakeholders di daerah.
Bank Indonesia memiliki kepedulian tinggi dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi regional yang akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi nasional,
antara lain dengan melakukan penelitian dan kajian serta memberikan rekomendasi
kepada Pemerintah Daerah dalam mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi
termasuk pengendalian harga barang dan jasa.
Ucapan terima kasih dan penghargaan atas kerjasama kepada semua pihak
terutama jajaran Pemerintah Daerah baik Provinsi, Kabupaten maupun Kota,
dinas/instansi terkait, perbankan, akademisi dan pihak lainnya yang telah membantu
penyediaan data sehingga buku ini dapat dipublikasikan. Semoga buku ini bermanfaat
dan kiranya Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
kepada kita semua.
Mataram, 8 Agustus 2012KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA BARATKepala Perwakilan,
M. JunaifinDeputi Direktur
ii
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2
EKONOMI MAKRO REGIONAL
Indeks Harga Konsumen 123.00 125.93 129.81 132.51 132.61 133.27 138.09 141.19 144.33 145.62
-Kota Mataram 122.29 126.00 129.78 132.74 132.65 133.09 138.52 141.21 144.77 145.79
-Kota Bima 125.66 127.04 129.93 131.63 132.46 133.94 136.47 141.10 142.67 145.02
Laju Inflasi Tahunan (yoy %) 3.59 7.52 7.43 10.08 7.83 5.85 6.38 6.55 8.84 8.52
-Kota Mataram 3.70 8.04 7.89 11.07 8.47 5.97 6.73 6.38 9.14 8.81
-Kota Bima 3.19 5.55 5.72 6.35 5.41 5.38 5.03 7.19 7.71 7.45
PDRB-harga konstan (miliar Rp) 4,737.13 4,845.98 5,314.53 5,172.24 4,644.84 4,591.86 5,226.19 4,969.39 4,529.71 4,718.56
-Pertanian 1,001.94 1,090.38 1,290.34 1,162.72 1,106.57 1,102.08 1,320.13 1,197.90 1,107.25 1,174.02
-Pertambangan dan Penggalian 1,369.25 1,296.71 1,449.77 1,375.38 1,021.66 872.06 1,162.80 975.52 735.99 740.64
-Industri Pengolahan 231.14 229.39 252.67 231.05 235.36 244.42 256.44 237.55 245.08 252.62
-Listrik, gas dan air bersih 17.43 17.73 18.05 18.50 18.57 19.20 19.63 20.22 20.09 20.69
-Bangunan 361.34 363.24 378.05 406.96 361.08 386.64 407.25 432.25 378.74 398.74
-Perdagangan, Hotel dan Restoran 674.89 710.77 761.00 792.83 739.82 761.61 808.66 841.84 808.20 853.35
-Pengangkutan dan Komunikasi 352.59 370.13 387.49 397.97 378.27 394.24 417.73 432.64 407.69 427.43
-Keuangan, Persewaan dan Jasa 249.59 260.58 259.18 256.59 278.85 282.74 285.93 283.35 291.54 305.44
-Jasa 478.97 507.05 517.99 530.24 504.65 528.89 547.62 548.14 535.12 545.64
Pertumbuhan PDRB (yoy %) 23.10 9.61 5.88 (7.31) (1.95) (5.24) (1.66) (3.92) (2.95) 2.76
Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 600.67 474.39 673.76 220.43 277.09 158.07 476.54 174.56 158.82 88.09
Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 217.54 196.35 266.79 76.15 100.52 55.03 143.73 72.96 78.09 44.35
Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 105.58 31.47 41.04 47.28 160.28 91.34 76.89 67.53 72.24 59.91
Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 22.60 11.82 16.89 13.99 46.68 34.81 68.76 21.78 25.60 18.74
PERBANKAN
Bank umum :
Total Aset (Rp triliun) 11.06 11.65 12.08 12.89 13.28 14.16 14.95 15.82 16.46 17.52
Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) 7.26 7.80 7.90 8.47 8.66 9.38 10.02 10.87 11.00 11.90
-Tabungan (%) 51.55 50.96 54.37 59.99 52.84 52.15 52.80 61.46 53.01 54.93
-Giro (%) 23.56 24.42 21.42 15.93 21.38 22.26 22.55 16.07 22.57 20.45
-Deposito (%) 24.88 24.62 24.21 24.08 25.78 25.59 24.65 22.47 24.43 24.62
Kredit (Rp triliun) - berdasarkan bank pelapor 7.75 8.41 8.86 9.40 9.87 10.62 11.20 11.77 12.32 13.49
-Modal Kerja 2.20 2.41 2.58 2.72 2.73 2.88 3.13 3.41 3.69 4.23
-Investasi 0.46 0.49 0.46 0.53 0.58 0.65 0.83 1.17 1.37 1.55
-Konsumsi 5.09 5.52 5.83 6.15 6.56 7.08 7.24 7.18 7.26 7.71
Kredit Mikro (< atau = Rp50 juta) (Rp triliun) 2.95 2.95 2.95 2.95 2.94 2.86 2.83 2.81 2.73 2.68
-Kredit Modal Kerja 0.50 0.53 0.54 0.55 0.56 0.56 0.60 0.65 0.67 0.71
-Kredit Investasi 0.07 0.08 0.07 0.07 0.07 0.07 0.08 0.12 0.12 0.10
-Kredit Konsumsi 2.37 2.33 2.34 2.33 2.31 2.23 2.15 2.04 1.94 1.87
Kredit Kecil (Rp 50 < x < Rp500 juta) (Rp triliun) 3.56 4.06 4.42 4.85 5.29 5.94 6.35 6.82 7.29 8.08
-Kredit Modal Kerja 0.78 0.83 0.89 0.93 0.96 1.01 1.11 1.30 1.50 1.74
-Kredit Investasi 0.20 0.21 0.20 0.23 0.26 0.30 0.36 0.61 0.75 0.88
-Kredit Konsumsi 2.59 3.02 3.33 3.69 4.07 4.63 4.88 4.91 5.04 5.47
Kredit Menengah (Rp 500 juta < x < Rp5 miliar) (Rp triliun)1.06 1.19 1.21 1.28 1.30 1.44 1.55 1.63 1.78 2.07
-Kredit Modal Kerja 0.82 0.92 0.94 0.99 0.99 1.09 1.12 1.17 1.26 1.42
-Kredit Investasi 0.16 0.17 0.15 0.17 0.17 0.17 0.22 0.23 0.24 0.27
-Kredit Konsumsi 0.09 0.10 0.11 0.13 0.15 0.18 0.21 0.23 0.28 0.37
Total Kredit MKM (Rp triliun) 7.57 8.20 8.57 9.08 9.53 10.24 10.74 11.26 11.80 12.84
Loan to Deposit Ratio 106.72 107.91 112.14 110.93 113.88 113.20 111.83 108.24 111.98 113.35
NPL gross (%) 1.96 1.89 1.84 1.76 1.90 2.01 1.99 1.68 1.80 1.70
Provinsi Nusa Tenggara BaratINDIKATOR EKONOMI DAN MONETER
2010INDIKATOR
2011 2012
iii
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2
Bank Perkreditan Rakyat :
Total Aset (Rp triliun) 0.70 0.71 0.76 0.84 0.87 0.89 0.95 1.06 1.11 1.12
Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) 0.35 0.35 0.35 0.41 0.41 0.42 0.43 0.51 0.53 0.52
-Tabungan (%) 49.47 47.92 51.26 50.77 52.09 52.65 54.04 58.34 56.87 56.84
-Giro (%) 47.35
-Deposito (%) 50.53 52.08 48.74 49.23 47.91 47.35 45.96 41.66 43.13 43.16
Kredit (Rp triliun) - berdasarkan bank pelapor 0.47 0.48 0.49 0.51 0.53 0.55 0.58 0.60 0.64 0.68
-Modal Kerja 0.27 0.28 0.29 0.29 0.31 0.33 0.35 0.36 0.39 0.42
-Investasi 0.03 0.02 0.03 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.03 0.03
-Konsumsi 1.76 0.18 0.17 0.19 0.19 0.20 0.21 0.22 0.22 0.23
Loan to Deposit Ratio 134.30 138.94 137.08 125.02 127.84 132.84 134.56 119.31 118.53 130.10
Rasio NPL Gross (%) 12.30 12.15 12.92 12.97 13.90 13.43 12.45 11.65 12.02 10.77
SISTEM PEMBAYARAN
Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 882.70 1,274.29 1,602.76 1,264.40 1,212.88 1,806.74 2,471.46 1,955.42 2,402.87 2,376.70
Volume Transaksi RTGS (lembar) 3,161 4,060 4,701 3,839 2,324 2,397 2,511 2,818 2,694 2,723
Rata-rata Harian Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 14.47 20.55 25.85 20.07 19.88 28.68 38.02 30.55 37.54 38.33
Rata-rata Harian Volume Transaksi RTGS (lembar) 51.82 65.48 75.82 60.94 38.10 38.05 38.63 44.03 42.09 43.92
Nominal Kliring Kredit (Rp miliar) 923.51 886.31 846.42 1,010.18 1,019.47 969.26 1,144.39 1,369.43 1,331.04 1,360.23
Volume Kliring Kredit (lembar) 27,666 26,447 23,579 28,778 28,020 28,129 29,331 32,452 32.247 32.410
Rata-rata Harian Nominal Kliring Kredit (Rp miliar) 15.14 14.30 13.65 16.03 16.71 15.39 17.61 21.40 20.80 21.92
Rata-rata Harian Volume Kliring Kredit (lembar) 453.54 426.56 380.31 456.79 459.34 446.49 451.25 507.06 0.50 0.52
INDIKATOR20112010 2012
KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2012
iv
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................................................................................i
Indikator Ekonomi dan Moneter ............................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................................... iv
Daftar Grafik.............................................................................................................................v
Daftar Tabel...........................................................................................................................viii
Ringkasan Eksekutif ................................................................................................................ ix
Bab 1 Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat.........................................................1
1.1. Kondisi Umum.............................................................................................................1
1.2. Sisi Permintaan............................................................................................................1
1.3. Sisi Penawaran ............................................................................................................5
Bab 2 Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat .............................................................16
2.1. Kondisi Umum...........................................................................................................16
2.2. Inflasi Triwulanan .....................................................................................................17
2.3. Inflasi Tahunan..........................................................................................................18
2.4. Inflasi Berdasarkan Kota ..........................................................................................19
2.5. Disagregasi Inflasi .....................................................................................................20
Boks 1 Antisipasi Kenaikan Harga Barang dan Jasa Menjelang Hari Keagamaan
di Nusa Tenggara Barat ..............................................................................................23
Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran ................................................25
3.1. Perkembangan Perbankan Nusa Tenggara Barat ..................................................25
3.2. Intermediasi Perbankan ...........................................................................................29
3.3. Stabilitas Sistem Perbankan .....................................................................................38
3.4. Perkembangan Sistem Pembayaran .......................................................................39
Boks 2 Kegiatan Penukaran Uang Pecahan Kecil Nusa Tenggara Barat............................43
Boks 3 Hasil Survei Dalam Rangka Penyedian Informasi Database Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM)...................................................................................45
Bab 4 Perkembangan Keuangan Daerah .............................................................................48
4.1. Realisasi Pendapatan Daerah...................................................................................48
4.2. Realisasi Belanja ........................................................................................................48
Bab 5 Kesejahteraan Masyarakat..........................................................................................51
5.1. Ketenagakerjaan.......................................................................................................51
5.2. Kesejahteraan Masyarakat.......................................................................................52
Bab 6 Prospek Ekonomi Dan Harga ......................................................................................54
6.1. Prospek Ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat....................................................54
6.2.Perkiraan Inflasi Nusa Tenggara Barat.....................................................................56
KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2012
v
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga.................................................3
Grafik 1.2 Penyaluran Kredit Konsumsi..................................................................................3
Grafik 1.3 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor......................................................3
Grafik 1.4 Indeks Keyakinan Konsumen.................................................................................3
Grafik 1.5 Perkembangan Pembentukan Modal Tetap Bruto..............................................4
Grafik 1.6 Perkembangan Volume Penjualan Semen............................................................4
Grafik 1.7 Penyaluran Kredit Investasi....................................................................................4
Grafik 1.8 Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal
Dalam Negeri...........................................................................................................4
Grafik 1.9 Perkembangan Volume Ekspor (Dalam Ribu) ......................................................5
Grafik 1.10 Perkembangan Volume Impor (Dalam Ribu) .....................................................5
Grafik 1.11 Struktur Perekonomian Nusa Tenggara Barat Periode Triwulan I-2012
Dan Triwulan II-2012.............................................................................................7
Grafik 1.12 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Nusa Tenggara Barat.........................7
Grafik 1.13 Perkembangan Pertumbuhan di Sektor Utama Nusa Tenggara Barat ............7
Grafik 1.14 Perkembangan Luas Lahan Tanam Padi .............................................................8
Grafik 1.15 Perkembangan Luas Lahan Panen Padi ..............................................................8
Grafik 1.16 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Pertanian ...........................................8
Grafik 1.17 Jumlah Produksi dan Ekspor Konsentrat Tembaga Nusa Tenggara Barat.......9
Grafik 1.18 Penyaluran Kredit Perbankan di Nusa Tenggara Barat
ke Sektor Pertambangan......................................................................................9
Grafik 1.19 Tingkat Hunian Kamar dan Lama Tinggal Tamu .............................................10
Grafik 1.20 Perkembangan Tamu Hotel Berbintang...........................................................10
Grafik 1.21 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Perdagangan Hotel
Dan Restoran .......................................................................................................11
Grafik 1.22 Perkembangan Volume Penjualan Semen........................................................12
Grafik 1.23 Penyaluran Kredit Perbankan Ke Sektor Bangunan........................................12
Grafik 1.24 Perkembangan Kondisi Perbankan...................................................................12
Grafik 1.25 Perkembangan Laba Perbankan........................................................................12
Grafik 1.26 Perkembangan Arus Penumpang Domestik Angkutan Udara .......................13
Grafik 1.27 Perkembangan Arus Penumpang Internasional Angkutan Udara.................13
Grafik 1.28 Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang Angkutan Laut..........................13
Grafik 1.29 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Transportasi dan Komunikasi ........13
Grafik 1.30 Perkembangan Konsumsi Listrik Industri..........................................................14
Grafik 1.31 Perkembangan Kredit Perbankan Ke Sektor Industri Pengolahan ................14
Grafik 1.32 Perkembangan Konsumsi Listrik........................................................................15
Grafik 1.33 Penyaluran Kredit Perbankan Ke Sektor Listrik, Air dan Gas..........................15
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Bulanan dan Tahunan ....................................................16
KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2012
vi
Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Triwulanan.......................................................................16
Grafik 2.3 Inflasi Triwulanan .................................................................................................17
Grafik 2.4 Sumbangan Inflasi Triwulanan............................................................................17
Grafik 2.5 Inflasi Tahunan......................................................................................................18
Grafik 2.6 Sumbangan Inflasi Tahunan ................................................................................18
Grafik 2.7 Disagregasi Inflasi Secara Bulanan (%, mtm) .....................................................20
Grafik 2.8 Disagregasi Inflasi Secara Tahunan (%, yoy) ......................................................20
Grafik 2.9 Perkembangan Harga Beras (Rp/Kg)...................................................................21
Grafik 2.10 Perkembangan Harga Cabai, Gula Pasir dan Minyak Goreng ........................21
Grafik 2.11 Perkembangan Harga Pangan di Pasar Internasional .....................................22
Grafik 2.12 Perkembangan Harga Emas dan Minyak Mentah di Pasar Dunia ..................22
Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum.......................................................................25
Grafik 3.2 Pertumbuhan Aset Bank Umum Menurut Kegiatan Usaha .............................25
Grafik 3.3 Perkembangan Bank Umum Syariah...................................................................26
Grafik 3.4 Pangsa Bank Umum Syariah Terhadap Perbankan ...........................................26
Grafik 3.5 Perkembangan Aset Bank Umum Syariah ..........................................................27
Grafik 3.6 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Syariah ..................................27
Grafik 3.7 Perkembangan Pembiayaan Bank Umum Syariah.............................................27
Grafik 3.8 Perkembangan FDR dan NPF Bank Umum Syariah............................................27
Grafik 3.9 Perkembangan Indikaator BPR............................................................................28
Grafik 3.10 Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis PEnggunaan .................................28
Grafik 3.11 Pangsa Penyaluran Kredit BPR Menurut Sektor Ekonomi ..............................29
Grafik 3.12 Perkembangan Penyaluran dan Kualitas Kredit BPR.......................................29
Grafik 3.13 Perkembangan DPK Bank Umum......................................................................30
Grafik 3.14 Pertumbuhan DPK Bank Umum ........................................................................30
Grafik 3.15 Pangsa DPK Per Kepemilikan DPK Bank Umum...............................................31
Grafik 3.16 Pangsa DPK Menurut Jenis Simpanan Bank Umum........................................31
Grafik 3.17 Perkembangan Kredit Bank Umum .................................................................32
Grafik 3.18 Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan.................................32
Grafik 3.19 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan (qtq, %) ......33
Grafik 3.20 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan (yoy, %) ......33
Grafik 3.21 Perkembangan Suku Bunga Bank Umum (%)..................................................35
Grafik 3.22 Pangsa Kredit Bank Umum Secara Sektoral .....................................................35
Grafik 3.23 Pangsa Kredit UMKM Terhadap Total Kredit Bank Umum ...........................36
Grafik 3.24 Perkembangan Kredit UMKM ...........................................................................36
Grafik 3.25 Perkembangan Rasio NPL Kredit UMKM Bank Umum ....................................36
Grafik 3.26 Perkembangan Inflow, Outflow dan Netflow .................................................39
Grafik 3.27 Perkembangan Penukaran Uang Kecil .............................................................40
Grafik 3.28 Komposisi Penukaran Uang Kertas Keluar Berdasarkan Jenis Pecahan.........40
Grafik 3.29 Perkembangan Transaksi Non Tunai.................................................................41
Grafik 3.30 Perkembangan Transaksi Kliring.......................................................................42
Grafik 3.31 Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement ....................................42
Grafik 4.1 Saldo Keuangan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat di Perbankan.....50
KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2012
vii
Grafik 5.1 Negara Tujuan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia ......................................51
Grafik 5.2 Penerimaan Remitansi Tenaga Kerja Indonesia.................................................51
Grafik 5.3 Indeks Penghasilan Saat Ini dan Ekspektasi Penghasilan..................................53
Grafik 5.4 Perkembangan Nilai Tukar Petani.......................................................................53
Grafik 6.1 Ekspektasi Situasi Bisnis Triwulan Mendatang...................................................54
Grafik 6.2 Indeks Ekspektasi Konsumen...............................................................................54
Grafik 6.3 Ekspektasi Harga 3 Bulan Yang Akan Datang ...................................................56
Grafik 6.4 Prakiraan Sifat hujan............................................................................................56
Boks 1
Grafik 1 Ekspektasi Harga 3 Bulan Yang Akan Datang ......................................................23
Grafik 2 Inflasi Bulanan Periode Siklus Idul Fitri..................................................................23
Grafik 3 Perkembangan Harga Daging Sapi, Ayam dan Telur Ras ....................................24
Boks 3
Grafik 1 Kegiatan Usaha........................................................................................................46
Grafik 2 Sektor Ekonomi........................................................................................................46
Grafik 3 Lama Usaha ..............................................................................................................46
Grafik 4 Kepemilikan Tempat ...............................................................................................46
Grafik 5 Dokumen Kredit.......................................................................................................46
KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2012
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Permintaan (%, yoy)..........................................2
Tabel 1.2 Pertumbuhan dan Sumbangan Pertumbuhan Sisi Penawaran (%, yoy) .............6
Tabel 1.3 Perkembangan Produksi Padi Nusa Tenggara Barat.............................................8
Tabel 2.1 Inflasi Tahunan (yoy, %)........................................................................................18
Tabel 2.2 Komoditas Dominan Penyumbang Inflasi Triwulan II-2012 di Kota
Mataram dan Bima ...............................................................................................19
Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan ...................................................................30
Tabel 3.2 Pertumbuhan Kredit Bank Umum (yoy, %) .........................................................34
Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Bank Umum......................................................................34
Tabel 3.4 Perkembangan Kredit Usaha Rakyat Berdasarkan Plafon Kredit .....................37
Tabel 3.5 Perkembangan Kualitas Kredit Bank Umum ......................................................38
Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi NTB Tahun 2012 ....................49
ix
RINGKASAN EKSEKUTIF
1. Perkembangan Ekonomi dan Perbankan
Makro Ekonomi Regional
Pada triwulan II-2012, kinerja perekonomian Provinsi Nusa
Tenggara Barat (NTB) tanpa sektor pertambangan mengalami akselerasi
mencapai sebesar 6,93% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 4,82% (yoy). Sementara itu, setelah
berada pada tren kontraksi pada beberapa periode sebelumnya, laju
pertumbuhan ekonomi NTB dengan sektor pertambangan mampu tumbuh
positif mencapai 2,76% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang
terkontraksi sebesar 2,48% (yoy).
Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara Barat
utamanya didorong oleh kinerja kegiatan investasi yang tumbuh dalam level
yang tinggi dan meningkatnya kegiatan konsumsi khususnya pada konsumsi
pemerintah dan lembaga swasta nirlaba. Sementara itu, melambatnya kegiatan
konsumsi rumah tangga dan masih menurunnya kegiatan perdagangan luar
negeri menjadi faktor utama penahan laju pertumbuhan ekonomi NTB.
Dari sisi penawaran, kinerja perekonomian NTB tanpa sektor
pertambangan menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi yang didorong
oleh kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran kembali tampil sebagai
sektor yang memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi dan memberikan
kontribusi (andil) positif terbesar terhadap pembentukan pertumbuhan
ekonomi. Selain itu, pertumbuhan tersebut juga didorong kinerja sektor
pertanian yang mengalami akselerasi.
Di sisi lain, sektor jasa-jasa mengalami pelambatan terbesar yang turut
menahan laju pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi
NTB termasuk sektor pertambangan mampu berada pada pertumbuhan positif
akibat semakin melambatnya tren kontraksi pada sektor pertambangan dan
membaiknya kinerja sektor-sektor lainnya.
Perkembangan Inflasi
Sepanjang triwulan II-2012 perkembangan harga barang dan jasa
di Nusa Tenggara Barat (NTB) cenderung menurun. Secara tahunan, pada
triwulan II-2012 laju inflasi NTB tercatat sebesar 8,50% (yoy), lebih rendah
dibanding triwulan lalu yang tercatat sebesar 8,84% (yoy). Dibandingkan
dengan laju inflasi nasional, laju inflasi tahunan NTB tersebut menunjukkan
arah pergerakan harga yang berbeda. Pada triwulan II-2012, laju inflasi nasional
RINGKASAN EKSEKUTIF
x
mengalami peningkatan yang mencapai 4,53% (yoy), meningkat dibanding
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,97% (yoy).
Berdasarkan pergerakan harga barang dan jasa secara bulanan, laju
inflasi NTB sepanjang triwulan II-2012 cenderung lebih rendah dibanding
pergerakan rata-rata historisnya (empat tahun terakhir). Pada bulan April 2012,
laju inflasi NTB mengalami tekanan yang minim sebesar 0,03% (mtm),
meningkat dibanding rata-rata historisnya yang tercatat sebesar -0,41% (mtm).
Sementara pada bulan Mei dan Juni 2012, dibanding rata-rata historisnya
(0,40% dan 1,77%), tekanan laju inflasi bulanan NTB menunjukan penurunan
masing-masing tercatat sebesar -0,48% (mtm) dan 0,65% (mtm).
Secara triwulanan, laju inflasi NTB pada triwulan II-2012 cenderung
menunjukkan penurunan yang tercatat sebesar 0,19% (qtq), jauh lebih rendah
dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai 2,22% (qtq). Kondisi tersebut
terutama disebabkan menurunnya tekanan inflasi pada kelompok bahan
makanan dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar.
Sementara kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga dan kelompok
transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami peningkatan.
Secara umum, kecenderungan penurunan harga di Nusa Tenggara Barat
dipengaruhi oleh semakin meningkatnya pasokan bahan makanan dan relatif
lancarnya kegiatan distribusi barang-barang. Berlangsungnya musim panen padi
pada awal triwulan II-2012 mendorong ketersediaan bahan makanan yang
mampu meredam tekanan inflasi. Kondisi tersebut didukung oleh kondisi cuaca
(gelombang laut) yang relatif lebih baik dibanding kondisi awal tahun yang
juga turut berpengaruh terhadap lancarnya kegiatan distribusi, sehingga
kelangkaan pasokan khususnya pada komoditas bahan bakar rumah tangga
mulai berangsur pulih.
Berdasarkan kota perhitungan inflasi, pada triwulan II-2012 inflasi
tahunan kota Mataram lebih tinggi dari kota Bima. Inflasi tahunan Kota
Mataram tercatat sebesar 8,76% (yoy), sedangkan inflasi kota Bima tercatat
lebih rendah yaitu sebesar 7,56% (yoy). Secara disagregasi inflasi, inflasi Nusa
Tenggara Barat yang cenderung menurun bersumber dari melemahnya tekanan
inflasi pada kelompok inflasi administered price dan kelompok volatile food.
Sedangkan kelompok inflasi inti bergerak stabil.
Kinerja Perbankan
Perkembangan perbankan Nusa Tenggara Barat (NTB) sepanjang
Triwulan II-2012 terus menunjukkan kinerja yang positif. Kondisi tersebut
tercermin dari peningkatan kinerja indikator utama perbankan meliputi total
aset secara gabungan tercatat Rp.18,64 triliun dengan angka pertumbuhan
mencapai 23,88%, fungsi intermediasi yang tercermin dari nilai Loan to Deposit
RINGKASAN EKSEKUTIF
xi
Ratio (LDR) sebesar 114,06% dan didukung dengan kinerja kredit yang baik
dengan Non Performing Loan (NPL) masih dibawah ketentuan sebesar 5%.
Secara gabungan, total outstanding kredit perbankan (Bank Umum dan
Bank Perkreditan Rakyat) terus meningkat mencapai Rp14,17 triliun atau
tumbuh sebesar 26,84% (yoy). Sementara itu, jumlah dana pihak ketiga (DPK)
yang berhasil dihimpun dari masyarakat meningkat mencapai Rp12,42 triliun
atau tumbuh sebesar 26,82% (yoy), melambat dibandingkan dengan
pertumbuhan triwulan lalu yang tercatat sebesar 27,25% (yoy).
Perkembangan Sistem Pembayaran
Pada triwulan II-2012 perkembangan transaksi keuangan secara
tunai di Nusa Tenggara Barat berada pada tren net outflow. Kondisi
tersebut tercermin dari peningkatan jumlah aliran uang keluar (cash outflow)
yang lebih besar dibandingkan aliran uang masuk (cash inflow), atau dengan
kata lain jumlah penarikan uang tunai lebih besar dibandingkan jumlah setoran
uang tunai yang dilakukan oleh perbankan NTB melalui Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Pada triwulan II-2012, jumlah aliran uang tunai yang masuk ke kas Bank
Indonesia yang berasal dari setoran perbankan di NTB masih berada pada tren
peningkatan yang tercatat sebesar Rp650,22 miliar atau tumbuh signifikan
sebesar 89,71% (yoy), jauh lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan lalu
yang tumbuh hingga 307,53% (yoy) dengan nominal tercatat sebesar Rp1,21
triliun.
Di sisi lain, jumlah aliran uang tunai yang keluar (cash outflow) yang
berasal dari kas Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat
tercatat mencapai Rp1,26 triliun yang tumbuh signifikan sebesar 29,22% (yoy),
lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tercatat tumbuh tinggi
sebesar 34,94% (yoy) atau sebanyak Rp684,18 miliar. Jumlah aliran uang keluar
yang lebih besar dibanding aliran jumlah uang masuk menyebabkan terjadinya
net outflow dengan jumlah mencapai Rp607,25 miliar.
Perkembangan kegiatan transaksi non tunai di Nusa Tenggara Barat
sepanjang triwulan II-2012 relatif menunjukkan penurunan dibanding triwulan
lalu. Kondisi tersebut didorong oleh menurunnya transaksi keuangan secara
non tunai melalui sarana Real Time Gross Settlement (RTGS), dari sebesar Rp2,40
triliun pada triwulan lalu menjadi Rp2,38 triliun pada triwulan II-2012.
Sementara itu, pada triwulan II-2012 transaksi secara kliring menunjukkan
peningkatan yang tercatat mencapai Rp1,36 triliun (triwulan I-2012: Rp1,33
triliun).
RINGKASAN EKSEKUTIF
xii
Kinerja Keuangan Daerah
Hingga akhir triwulan II-2012, kinerja penerimaan pendapatan
Pemerintah Provinsi NTB terus menunjukkan peningkatan. Realisasi penyerapan
pendapatan daerah Pemerintah Provinsi NTB tercatat mencapai Rp1,16 triliun
atau mencapai 51,67% dari target sepanjang Tahun 2012. Pencapaian tersebut,
jauh meningkat dibanding pencapaian triwulan II-2011 yang tercatat sebesar
Rp755,82 miliar atau mencapai 43,49% dari rencana penyerapan pendapatan
sepanjang Tahun 2011.
Berdasarkan kinerjanya, komponen Dana Perimbangan menunjukkan
pencapaian tertinggi mencapai 52,70%, lebih tinggi dibanding kinerja
komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sebesar 50,35%. Tingginya
pencapaian dana perimbangan utamanya didorong oleh realisasi penerimaan
Dana Alokasi Umum (DAU) yang mampu melebihi target semester pertama yang
mencapai 58,33% yang juga merupakan sumber utama dana perimbangan.
Sementara pada komponen pendapatan asli daerah, kinerjanya didorong oleh
penerimaan pendapatan retribusi daerah yang mencapai 164,91% dan
penerimaan pajak daerah sebesar 54,25%. Namun demikian, terdapat sumber
penerimaan yang masih belum terserap secara optimal yaitu pada komponen
dana alokasi khusus.
Pada sisi komponen belanja, realisasi belanja Pemprov. NTB hingga
akhir triwulan II-2012 tercatat sebesar 35,28% atau sebesar Rp795,46 miliar dari
target belanja Tahun 2012. Kinerja tersebut relatif lebih baik dibandingkan
dengan pencapaian triwulan II-2011 yang tercatat mencapai 23,52%.
Berdasarkan komponennya, tingkat realisasi anggaran belanja tertinggi dialami
komponen transfer bagi hasil ke Kabupaten/Kota/Desa dengan nilai mencapai
Rp112,36 miliar atau mencapai 62,25% terhadap rencana anggaran Tahun 2012.
Kemudian disusul oleh komponen belanja hibah dan belanja pegawai dengan
tingkat realisasi mencapai Rp247,70 miliar (43,47% dari rencana belanja) dan
Rp236,41 miliar (42,86% dari rencana belanja). Peningkatan yang signifikan
dialami oleh komponen belanja hibah, kondisi tersebut disebabkan kegiatan
penyaluran dana bantuan operasional sekolah pada Tahun 2012 disalurkan
melalui pemerintah provinsi, dimana sebelumnya dikelola oleh pemerintah
daerah kabupaten/kota.
Kesejahteraan Masyarakat
Sepanjang triwulan II-2012, perkembangan jumlah pengiriman
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Nusa Tenggara Barat ke luar negeri
masih berada pada tren penurunan. Jumlah TKI asal NTB yang dikirim
sepanjang periode laporan tercatat sebanyak 6.272 orang, terkontraksi cukup
dalam hingga 70,53% (yoy) dibanding dengan periode yang sama tahun lalu
yang mencapai 21.283 orang. Berdasarkan negara tujuan penempatan TKI,
RINGKASAN EKSEKUTIF
xiii
Malaysia merupakan negara tujuan utama tujuan TKI bekerja dengan pangsa
mencapai 99,98% atau sebanyak 6.281 orang (Data BP3TKI Mataram), kemudian
disusul Brunei Darussalam sebesar 0,02% atau sebanyak 1 orang. Dari sisi jenis
lapangan kerja, pada triwulan laporan penempatan TKI seluruhnya kembali
berada pada sektor formal. Sejalan dengan negara tujuan penempatan,
sebagian besar TKI memilih profesi sebagai pekerja ladang dengan pangsa
hingga 94,13%.
Sementara itu, tingkat kesejahteraan petani yang tercermin dari Nilai
Tukar Petani (NTP) cenderung menunjukkan penurunan. Sepanjang triwulan II-
2012, rata-rata indeks NTP Nusa Tenggara Barat tercatat sebesar 95,47, turun
tipis sebesar 0,18 point dibanding triwulan lalu yang mencapai 95,65.
Rendahnya pencapaian angka NTP yang dibawah angka 100 menunjukkan
bahwa kemampuan daya beli petani NTB relatif masih rendah.
2. Prospek Ekonomi dan Perkembangan Harga Triwulan II-2012
Prospek Ekonomi
Pada triwulan III-2012, pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa
Tenggara Barat diprediksi mampu menunjukkan kinerja yang positif
dan berada pada kisaran 1,50% - 2,50% (yoy). Dari sisi permintaan,
pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2012 diperkirakan didominasi oleh
menggeliatnya kegiatan konsumsi rumah tangga yang merupakan penggerak
utama pertumbuhan ekonomi NTB. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh faktor
musiman (tahun ajaran baru dan hari raya Idul Fitri 1433H) dan meningkatnya
daya beli masyarakat. Sementara itu, kegiatan investasi diperkirakan tumbuh
meningkat sejalan dengan pola percepatan realisasi belanja pemerintah pada
triwulan III-2012. Perkembangan kegiatan ekspor diperkirakan masih berada
tren kontraksi yang cenderung melambat.
Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan di
wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat,
sebagian besar pelaku usaha di NTB (kecuali sektor pertambangan)
mempersepsikan kegiatan usaha pada triwulan III-2012 kembali mengalami
peningkatan. Alasan utama yang mendasari ekspektasi tersebut adalah tibanya
faktor musiman (hari raya keagamaan dan liburan) dan perkiraan
meningkatnya permintaan. Hal ini tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT)
ekspektasi situasi bisnis yang sedikit meningkat menjadi sebesar 36,81% dari
triwulan lalu yang tercatat sebesar 29,27%.
Dari sisi penawaran, kinerja sektor pertanian diperkirakan akan
mengalami pelambatan, setelah pada triwulan lalu terakselerasi tinggi. Meski
demikian pertumbuhan pada sektor pertanian diperkirakan masih dalam level
yang relatif tinggi dan tampil sebagai penopang utama pertumbuhan ekonomi.
RINGKASAN EKSEKUTIF
xiv
Hal ini didukung oleh meningkatnya kinerja sub sektor perkebunan akibat
tingginya minat petani untuk menanam tembakau sehubungan tingginya harga
tembakau pada tahun lalu.
Kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) diperkirakan
masih berada dalam level pertumbuhan yang cukup tinggi. Pada sub sektor
perdagangan, faktor musiman yaitu tibanya tahun ajaran baru sekolah dan hari
raya Idul Fitri 1433 H diyakini meningkatkan kinerja perdagangan ritel
sehubungan tingginya permintaan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya.
Kinerja sub sektor hotel dan restoran, diperkirakan kembali tumbuh meningkat
sejalan dengan program Visit Lombok Sumbawa 2012 yang menargetkan
tingkat kunjungan wisatawan hingga satu juta orang. Kondisi tersebut
didukung oleh tibanya musim liburan wisatawan mancanegara pada Juli –
Agustus dan beberapa penyelenggaran event berskala besar yang direncanakan
dilaksanakan pada akhir triwulan III-20121 dan dibukanya beberapa jalur
penerbangan baru.
Sementara itu, perkembangan sektor andalan lainnya yakni sektor
pertambangan diperkirakan masih berada pada tren pertumbuhan yang
negatif, namun terus menunjukkan perbaikan (kontraksi yang melambat).
Kegiatan produksi tambang yang memasuki fase enam (tahap pengupasan)
menyebabkan rendahnya produksi tambang, fase ini diperkirakan akan selesai
pada awal tahun 2013.
Dari sisi pembiayaan, pada triwulan III-2012 dukungan perbankan dalam
mengembangkan kegiatan ekonomi berupa penyaluran kredit kepada pelaku
usaha diprediksi masih berada pada tren meningkat. Beberapa hal yang
mendasari peningkatan tersebut antara lain pemodalan bank yang cukup,
prospek usaha yang membaik dan kondisi ekonomi yang membaik. Kondisi
tersebut terindikasi dari hasil Survei Opini Pimpinan/Pejabat Bank Umum yang
menunjukkan peningkatan. Berdasarkan sektornya, permintaan kredit baru
tersebut sebagian besar ditujukan untuk kegiatan usaha pada sektor
perdagangan, hotel dan restoran. Berdasarkan tingkat suku bunga, penyaluran
kredit pada triwulan III-2012 diperkirakan mengalami penurunan, sejalan
dengan tingkat BI Rate yang cenderung menurun.
Prospek Inflasi
Laju inflasi Nusa Tenggara Barat pada triwulan III-2012
diperkirakan mengalami tekanan yang cukup tinggi dan diprediksi
berada pada kisaran 7,75% ± 1% (yoy). Secara umum, tekanan inflasi
tersebut diperkirakan dipengaruhi oleh faktor musiman, khususnya berasal dari
1 Pelaksanaan sidang umum ASEAN Inter Parliamentary Assembly (AIPA) ke-33 yang direncanakan pada tanggal 16-22 September 2012
RINGKASAN EKSEKUTIF
xv
sisi permintaan yakni meningkatnya permintaan masyarakat akan barang dan
jasa terkait tibanya tahun ajaran baru sekolah, bulan puasa, Idul Fitri 1433 H,
dan musim omprongan tembakau serta peningkatan jumlah kunjungan
wisatawan (musim liburan). Kondisi tersebut diperkirakan berdampak terhadap
meningkatnya ekspektasi masyarakat akan pembentukan harga barang dan jasa
pada triwulan III-2012 yang terindikasi dari indeks ekspektasi harga konsumen
untuk tiga bulan yang akan datang yang menunjukkan peningkatan.
Dari sisi supply, kegiatan produksi bahan makanan khususnya pada
komoditas bumbu-bumbuan diperkirakan berlangsung normal yang didukung
oleh kondisi cuaca (curah hujan) yang cukup kondusif. Berdasarkan informasi
data prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, pada
triwulan III-2012 Provinsi Nusa Tenggara Barat akan mengalami hujan dengan
sifat hujan dibawah normal. Namun demikian, terdapat potensi terjadinya
gelombang tinggi khususnya di perairan selatan NTB dengan ketinggian
gelombang mencapai 3 meter sehingga berpeluang menekan laju inflasi
khususnya dari sub kelompok ikan segar.
Berdasarkan disagregasinya, sumber tekanan inflasi diperkirakan berasal
dari kelompok volatile food. Beberapa komoditas yang berpotensi memicu laju
inflasi antara lain komoditas beras, daging sapi dan ayam serta telur akibat
meningkatnya permintaan masyarakat yang dipengaruhi faktor musiman diatas.
Perkembangan kelompok administered price juga diperkirakan berpotensi
memberikan tekanan pada laju inflasi. Seperti pada periode-periode
sebelumnya, berlangsungnya musim omprongan tembakau pada triwulan III-
2012 dapat menyebabkan terjadinya kelangkaan bahan bakar rumah tangga
(minyak tanah dan gas elpiji) yang digunakan oleh petani tembakau sebagai
bahan bakar untuk kegiatan pengeringan daun tembakau. Perkembangan
harga pada kelompok inflasi inti diperkirakan tidak mengalami fluktuasi yang
berarti (stabil), namun berpotensi sedikit meningkat yang dipengaruhi kenaikan
harga komoditas emas perhiasan di pasar internasional.
1
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL
NUSA TENGGARA BARAT
1.1. KONDISI UMUM
Pada triwulan II-2012, kinerja perekonomian Provinsi Nusa
Tenggara Barat (NTB) tanpa sektor pertambangan mengalami
akselerasi mencapai sebesar 6,93% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,82% (yoy). Sementara itu,
setelah berada pada tren kontraksi pada beberapa periode sebelumnya, laju
pertumbuhan ekonomi NTB dengan sektor pertambangan mampu tumbuh
positif mencapai 2,76% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang
terkontraksi sebesar 2,48% (yoy).
Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara Barat
utamanya didorong oleh kinerja kegiatan investasi yang tumbuh dalam level
yang tinggi dan meningkatnya kegiatan konsumsi khususnya pada konsumsi
pemerintah dan lembaga swasta nirlaba. Sementara itu, melambatnya
kegiatan konsumsi rumah tangga dan masih menurunnya kegiatan
perdagangan luar negeri menjadi faktor utama penahan laju pertumbuhan
ekonomi NTB.
Dari sisi penawaran, kinerja perekonomian NTB tanpa sektor
pertambangan menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi yang didorong
oleh kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran kembali tampil sebagai
sektor yang memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi dan memberikan
kontribusi (andil) positif terbesar terhadap pembentukan pertumbuhan
ekonomi. Selain itu, pertumbuhan tersebut juga didorong kinerja sektor
pertanian yang mengalami akselerasi.
Di sisi lain, sektor jasa-jasa mengalami pelambatan terbesar yang
turut menahan laju pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, pertumbuhan
ekonomi NTB termasuk sektor pertambangan mampu berada pada
pertumbuhan positif akibat semakin melambatnya tren kontraksi pada sektor
pertambangan dan membaiknya kinerja sektor-sektor lainnya.
1.2. SISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan, kinerja pertumbuhan ekonomi NTB yang
menunjukkan peningkatan didorong oleh akselerasi kinerja komponen
pembentukan modal tetap bruto (investasi) dan kegiatan konsumsi yang
memberikan sumbangan positif terhadap pembentukan laju pertumbuhan
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
2
ekonomi NTB. Berdasarkan sumbangannya, kegiatan investasi memberikan
kontribusi hingga 6,38%, kemudian disusul oleh kegiatan konsumsi rumah
tangga sebesar 3,16%. Di sisi lain, penahan laju pertumbuhan ekonomi NTB
berasal dari kinerja ekspor yang masih berada pada tren kontraksi.
Berdasarkan komposisi struktur ekonomi, kegiatan konsumsi rumah tangga
dan pembentukan modal bruto tetap (investasi) menjadi komponen utama
pembentuk struktur perekonomian NTB dengan pangsa masing-masing
sebesar 51,70% dan 24,71%.
a. Konsumsi
Pada triwulan II-2012, kegiatan konsumsi rumah tangga meningkat
sebesar 5,95% (yoy), melambat dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar
7,09% (yoy). Kondisi tersebut disebabkan oleh relatif terbatasnya daya beli
masyarakat yang terindikasi melalui hasil survei konsumen Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat yang menunjukkan penurunan
tingkat keyakinan pada awal triwulan II-2012.
Pencapaian tersebut turut dikonfirmasi oleh data prompt indicator
kegiatan konsumsi yaitu data pemakaian listrik yang mengalami perlambatan.
Sepanjang triwulan II-2012, pemakaian listrik untuk kategori rumah tangga di
NTB tercatat mencapai 154,26 juta kwh atau tumbuh sebesar 22,14% (yoy),
melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 26,37% (yoy).
Sementara itu, perkembangan penjualan kendaraan bermotor menunjukkan
pertumbuhan sebesar 0,40% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya
yang terkontraksi sebesar 6,82% (yoy).
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Dari Sisi Permintaan (%,yoy)
Sumber: BPS, diolah, Keterangan: *) angka sementara, **) angka sangat sementara
Pertumbuhan Sisi Permintaan Nusa Tenggara Barat
Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I** Tw.II**
Konsumsi Rumah Tangga 4.95 5.36 5.08 5.16 5.14 5.38 5.30 5.06 5.01 5.19 7.09 5.95
Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 5.95 3.95 3.70 4.87 4.60 6.10 5.05 5.92 4.71 5.44 6.25 7.80
Konsumsi Pemerintah 6.56 9.63 10.87 11.97 9.80 5.03 5.19 7.13 4.74 5.53 (7.42) 4.34
Pembentukan Modal Tetap Bruto 32.89 8.75 (4.11) (2.31) 6.47 0.69 4.97 8.10 5.83 4.97 21.31 20.45
Ekspor 18.96 18.60 23.14 (10.20) 11.75 (14.18) (17.21) (11.16) (3.17) (11.62) (15.08) (10.02)
Impor 5.60 1.43 (3.80) (2.53) 0.04 9.11 17.54 6.59 11.23 11.10 (11.09) (6.92)
Produk Domestik Regional Bruto 22.93 9.55 5.97 (7.35) 6.33 (1.95) (5.24) (1.66) (3.92) (3.18) (2.48) 2.76
Sumbangan Pertumbuhan Sisi Permintaan Nusa Tenggara Barat
Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I** Tw.II**
Konsumsi Rumah Tangga 2.78 2.66 2.31 2.12 2.43 2.58 2.53 2.28 2.33 2.43 3.65 3.16
Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 0.07 0.04 0.04 0.05 0.05 0.07 0.05 0.06 0.05 0.06 0.07 0.09
Konsumsi Pemerintah 1.04 1.34 1.37 1.40 1.31 0.69 0.72 0.94 0.67 0.76 (1.10) 0.67
Pembentukan Modal Tetap Bruto 8.98 2.48 (1.25) (0.68) 1.88 0.20 1.40 2.23 1.82 1.44 6.46 6.38
Ekspor 5.83 5.09 5.98 (2.63) 3.20 (4.22) (5.10) (3.35) (0.79) (3.32) (3.93) (2.59)
Impor (1.48) (0.34) 0.84 0.50 (0.01) (2.06) (3.81) (1.32) (2.35) (2.36) 2.80 1.86
Produk Domestik Regional Bruto 22.93 9.55 5.97 (7.35) 6.33 (1.95) (5.24) (1.66) (3.92) (3.18) (2.48) 2.76
2012
2012Uraian
Uraian2011
2010
2010
2011
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
3
Dari sisi pembiayaan, kegiatan penyaluran kredit perbankan untuk
kegiatan konsumsi menunjukkan peningkatan. Pada triwulan II-2012,
penyaluran kredit konsumsi tercatat mencapai Rp7,94 triliun yang tumbuh
sebesar 15,65% (yoy) atau mencapai 56,02% dari total kredit yang disalurkan
perbankan di NTB. Pertumbuhan tersebut meningkat dibanding pertumbuhan
triwulan sebelumnya yang mencapai 10,79% (yoy).
b. Investasi
Pada triwulan II-2012, kegiatan investasi (pembentukan modal tetap
bruto) berada pada pertumbuhan yang cukup tinggi mencapai 20,45% (yoy),
sedikit melambat dibanding kinerja triwulan sebelumnya yang juga tumbuh
tinggi mencapai 21,31% (yoy). Kondisi tersebut tercermin dari data prompt
indicator yaitu pertumbuhan tingkat pemakaian semen di wilayah NTB yang
menunjukkan penurunan namun masih tumbuh dalam level yang cukup
tinggi. Sepanjang triwulan II-2012, tingkat pemakaian semen tercatat
Grafik 1.1Perkembangan Konsumsi Listrik
Rumah Tangga
Grafik 1.2Penyaluran Kredit Konsumsi
Sumber: PLN Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI
Grafik 1.3Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor
Sumber: Dispenda NTB
Grafik 1.4Indeks Keyakinan Konsumen
Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Prov. NTB
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
180.00
I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012
Konsumsi Listrik RT (juta kwh)g-kons. listrik RT (%)-kanan
(30.00)(20.00)(10.00)-10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012
Mobil (unit) Motor (unit)
growth kendaraan total (%,yoy)-kanan growth motor (%,yoy)-kanan
growth mobil (%,yoy)-kanan
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2010 2011 2012
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)Level optimis
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
0.00
1,000.00
2,000.00
3,000.00
4,000.00
5,000.00
6,000.00
7,000.00
8,000.00
9,000.00
I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012
Kredit Konsumsi (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
4
mencapai 203,02 ribu ton atau tumbuh sebesar 20,15% (yoy), lebih rendah
dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar 40,87% (yoy). Dari sisi
pembiayaan, kegiatan penyaluran kredit perbankan kembali berada pada
pertumbuhan yang tinggi mencapai 146,45% (yoy) atau sebesar Rp1,58 triliun,
lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh tinggi
mencapai 133,83% (yoy).
c. Ekspor Impor
Perkembangan kegiatan perdagangan barang antar negara asal NTB
(ekspor) masih berada pada tren kontraksi. Pada triwulan II-2012, kegiatan
ekspor menunjukkan kontraksi sebesar 10,02% (yoy), namun melambat
dibanding triwulan lalu yang terkontraksi jauh lebih tajam mencapai 15,08%
(yoy). Kondisi tersebut menyebabkan kegiatan ekspor menjadi komponen
yang memberikan sumbangan negatif mencapai 2,59% terhadap
pembentukan pertumbuhan ekonomi NTB dari sisi permintaan.
Penurunan kinerja ekspor tersebut dikonfirmasi oleh data prompt
indicator yaitu volume ekspor NTB di sepanjang triwulan II-2012 yang
Grafik 1.5Perkembangan Pembentukan Modal Tetap Bruto
Grafik 1.6Perkembangan Volume Penjualan Semen
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolahSumber : BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 1.7Penyaluran Kredit Investasi
Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI
Grafik 1.8Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing
dan Penanaman Modal Dalam Negeri
Sumber : BKPM
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012
Volume Penjualan Semen (ton)
Pertumbuhan (%,yoy)-Kanan
30.8
407.1
20.9
6.3
357.4
114.8
27.9
2.6
11.7
0.2
31.9
0 0
5
10
15
20
25
30
35
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2
2011 2012
PMA (US$ juta) PMDN (Rp miliar)
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
160%
0.00
200.00
400.00
600.00
800.00
1,000.00
1,200.00
1,400.00
1,600.00
1,800.00
I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012
Kredit Investasi (Rp miliar)-Kiri)Pertumbuhan (%)-Kanan
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
-200 400 600 800
1,000 1,200 1,400 1,600 1,800 2,000
Tw1*Tw2*Tw3*Tw4*Tw1*Tw2*Tw3*Tw4*Tw1**Tw2**
2010 2011 2012
PMTB (Rp miliar)-Kiri
Pertumbuhan (%)-Kanan
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
5
mengalami kontraksi yang signifikan. Total ekspor NTB sepanjang triwulan II-
2012 tercatat mencapai 44,35 ribu ton yang tumbuh negatif sebesar 19,41%
(yoy), terkontraksi melambat dibanding triwulan lalu yang tumbuh negatif
hingga 22,31% (yoy). Kondisi tersebut dipengaruhi oleh rendahnya produksi
komoditas tambang yang merupakan komoditas utama ekspor NTB.
Di sisi lain, kegiatan impor barang tujuan NTB masih berada pada tren
penurunan. Pada triwulan II-2012, kegiatan impor mengalami kontraksi
sebesar 6,92% (yoy), kontraksi tersebut melambat dibanding triwulan lalu
yang terkontraksi lebih dalam hingga 11,09% (yoy). Berdasarkan volumenya,
total impor pada triwulan II-2012 tercatat menunjukkan penurunan menjadi
sebesar 18,74 ribu ton atau tumbuh negatif sebesar 46,16% (yoy) penurunan
tersebut diakibatkan oleh berkurangnya barang impor jenis barang mentah
(raw material).
1.3. SISI PENAWARAN
Pada sisi penawaran, membaiknya kinerja sektor-sektor andalan pada
perekonomian NTB membawa perekonomian NTB berada pada pertumbuhan
yang positif setelah mengalami kontraksi pada beberapa triwulan terakhir.
Berdasarkan sumbangannya, sektor perdagangan, hotel, restoran kembali
tampil menjadi sektor yang memberikan kontribusi positif terbesar dengan
sumbangan sebesar 2,00%, kemudian disusul oleh sektor pertanian dengan
sumbangan sebesar 1,57%. Di sisi lain, sektor pertambangan masih menjadi
penahan utama laju pertumbuhan ekonomi NTB dengan kontribusi negatif
mencapai 2,86%.
Sumber: BI, Data Sementara Sumber: BI, Data Sementara
Grafik 1.9Perkembangan Volume Ekspor (dlm ribu)
Grafik 1.10Perkembangan Volume Impor (dlm ribu)
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2010 2011 2012
Cons Goods (kg)-kanan
Cap Goods (kg)-kanan
Raw Mat (kg)
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2010 2011 2012
Raw Mat (kg)
Cap Goods (kg)
Cons Goods (kg)-kanan
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
6
Secara terpisah, pertumbuhan ekonomi NTB tanpa sektor
pertambangan menunjukkan akselerasinya. Pada triwulan II-2012
pertumbuhannya tercatat mencapai 6,93% (yoy), jauh lebih tinggi
dibandingkan triwulan I-2012 yang tumbuh sebesar 4,82% (yoy). Kondisi
tersebut utamanya dipengaruhi oleh kinerja sektor pertanian yang mengalami
akselerasi pertumbuhan yang cukup tinggi.
Pada triwulan II-2012, struktur perekonomian NTB didominasi oleh 3
(tiga) sektor andalan dengan pangsa mencapai 59,95% dari keseluruhan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi NTB. Pangsa tersebut
mengalami penurunan dibanding triwulan lalu yang mencapai 61,29% yang
disebabkan kinerja sektor pertambangan yang terkontraksi. Pangsa sektor
terbesar dimiliki oleh sektor pertanian sebesar 24,27%, diikuti oleh sektor
pertambangan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang masing-
masing tercatat sebesar 18,78% dan 16,90%.
Berdasarkan penggolongannya, struktur perekonomian NTB mengalami
pergeseran, dimana sektor tersier yang meliputi sektor perdagangan, hotel dan
restoran, sektor jasa-jasa, sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan menjadi sektor terbesar dengan
pangsa mencapai 44,22%. Kemudian diikuti oleh sektor primer (pertanian dan
pertambangan) dengan pangsa sebesar 43,05%. Sementara, sektor sekunder
Tabel 1.2 Pertumbuhan dan Sumbangan Pertumbuhan Sisi Penawaran (%,yoy)
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah, Keterangan: *) angka sementara, **) angka sangat sementara
Pertumbuhan Sisi Penawaran Nusa Tenggara Barat
Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I** Tw.II**Pertanian 4.51 1.51 (0.27) 0.32 1.91 10.44 1.07 2.31 3.03 3.99 0.06 6.53 Pertambangan dan Penggalian 90.97 22.78 13.50 (25.87) 11.93 (25.39) (32.75) (19.79) (29.07) (26.57) (27.96) (15.07)
Industri Pengolahan 11.05 2.63 7.98 (5.42) 3.77 1.83 6.55 1.49 2.81 3.13 4.13 3.36 Listrik,Gas dan Air Bersih 13.09 7.92 4.78 4.55 6.16 6.56 8.29 8.79 9.27 8.25 8.20 7.74 Bangunan 9.24 7.49 3.48 (3.99) 3.54 (0.07) 6.44 7.73 6.21 5.14 4.89 3.13 Perdagangan, Hotel dan Restoran 14.18 9.31 4.49 1.57 6.91 9.62 7.15 6.26 6.18 7.23 9.24 12.05Transportasi dan Komunikasi 8.14 9.45 5.33 5.35 7.19 7.28 6.51 7.80 8.71 7.61 7.78 8.42 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 7.70 4.13 3.08 7.25 5.60 11.73 8.51 10.32 10.43 10.23 4.55 8.03 Jasa-jasa 0.93 6.34 8.01 9.45 4.89 5.36 4.31 5.72 3.38 4.67 6.04 3.17 PDRB Seluruh Sektor 22.93 9.55 5.97 (7.35) 6.33 (1.95) (5.24) (1.66) (3.92) (3.18) (2.48) 2.76PDRB Non Pertambangan 7.39 5.21 3.27 1.79 4.27 7.29 4.78 5.16 5.21 5.57 4.82 6.93
Sumbangan Pertumbuhan Sisi Penawaran Nusa Tenggara Barat
Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I** Tw.II**Pertanian 1.12 0.37 (0.07) 0.07 0.45 2.21 0.24 0.56 0.68 0.90 0.01 1.57 Pertambangan dan Penggalian 16.93 5.44 3.44 (8.60) 3.10 (7.34) (8.76) (5.40) (7.73) (7.27) (6.15) (2.86)Industri Pengolahan 0.60 0.13 0.37 (0.24) 0.18 0.09 0.31 0.07 0.13 0.15 0.21 0.18 Listrik,Gas dan Air Bersih 0.05 0.03 0.02 0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 Bangunan 0.79 0.57 0.25 (0.30) 0.27 (0.01) 0.48 0.55 0.49 0.39 0.38 0.26 Perdagangan, Hotel dan Restoran 2.18 1.37 0.65 0.22 1.01 1.37 1.05 0.90 0.95 1.06 1.47 2.00 Transportasi dan Komunikasi 0.69 0.72 0.39 0.36 0.54 0.54 0.50 0.57 0.67 0.57 0.63 0.72 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0.46 0.23 0.15 0.31 0.29 0.62 0.46 0.50 0.52 0.52 0.27 0.49 Jasa-jasa 0.11 0.68 0.77 0.82 0.50 0.54 0.45 0.56 0.35 0.47 0.66 0.36 PDRB Seluruh Sektor 22.93 9.55 5.97 (7.35) 6.36 (1.95) (5.24) (1.66) (3.92) (3.18) (2.48) 2.76
2012
2012
Uraian
Uraian2011
2011
2010
2010
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
7
Grafik 1.11Struktur Perekonomian Nusa Tenggara Barat periode
Triwulan I-2012 (kiri) dan Triwulan II-2012 (kanan)
Sumber : BPS Provinsi NTB
memberikan kontribusi paling rendah mencapai 12,73% yang meliputi sektor
industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih dan sektor bangunan.
a. Pertanian
Pada triwulan II-2012, kinerja sektor pertanian mengalami peningkatan
pertumbuhan yang signifikan mencapai sebesar 6,53% (yoy), jauh lebih tinggi
dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 0,06% (yoy). Berdasarkan data
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi NTB, kinerja
produksi pertanian pada triwulan II-2012 cenderung meningkat. sepanjang
triwulan II-2012 (hingga akhir Mei 2012), luas area lahan panen komoditas padi
di NTB tercatat sebesar 117,32 ribu hektar atau tumbuh sebesar 50,33% (yoy),
lebih tinggi dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh negatif sebesar
16,29% (yoy).
Bertambahnya luas lahan panen ditengarai dipengaruhi oleh
pergeseran musim tanam dari akhir tahun ke awal tahun sehingga mendorong
Grafik 1.12Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi
Nusa Tenggara Barat
Sumber : BPS Provinsi NTB
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2
2010 2011 2012
Growth-PDRB NTB non tambang (%,yoy)Growth-PDRB NTB (%,yoy)
Grafik 1.13Perkembangan Pertumbuhan di Sektor Utama
Nusa Tenggara Barat
Sumber : BPS Provinsi NTB, diolah
-40.00
-20.00
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
Tw1*Tw2*Tw3*Tw4*Tw1*Tw2*Tw3*Tw4*Tw1**Tw2**
2010 2011 2012
Pertanian (%)PHR (%)Pertambangan (%)
Pertanian; 24.27%
Pertambangan dan Penggalian;
18.78%
Industri Pengolahan; 3.98% Listrik,Gas & Air
Bersih; 0.51%Bangunan; 8.24%
Perdagangan, Hotel & Restoran ;
16.90%
Transportasi & Komunikasi; 7.65%
Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan; 5.92%
Jasa-jasa; 13.75%
Pertanian; 24.63%
Pertambangan dan Penggalian; 20.08%
Industri Pengolahan; 3.97%
Listrik,Gas & Air Bersih; 0.51%
Bangunan; 7.86%
Perdagangan, Hotel & Restoran ;
16.57%
Transportasi & Komunikasi; 7.64%
Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan; 5.85%
Jasa-jasa; 12.89%
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
8
besarnya jumlah luas panen di triwulan II-2012. Pada triwulan I-2012, jumlah
luas tanam komoditas padi di NTB meningkat cukup tinggi yang tumbuh
sebesar 18,98% (yoy) dengan luas mencapai 121,49 ribu hektar, jauh lebih
tinggi dibanding dengan pertumbuhan triwulan IV-2011 yang tumbuh negatif
sebesar 17,10% (yoy).
Tabel 1.3Perkembangan Produksi Padi Nusa Tenggara Barat
Periode Luas Lahan Panen (Ha)
Produktivitas (Kuintal/Ha)
Produksi (Ton)
2005 300,394 45.54 1,367,869
2006 341,418 45.48 1,552,627
2007 331,916 45.99 1,526,347
2008 359,714 48.67 1,750,677
2009 374,279 49.98 1,870,775
2010 374,284 47.41 1,774,499
2011* 418,062 49,45 2,067,137
2012 414,691 49,45 2,050,526Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov. NTBKet: *) Angka Ramalan (ARAM) I-2012
Grafik 1.16Penyaluran Kredit Perbankan
ke Sektor Pertanian
Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI
-100%-50%0%50%100%150%200%250%300%350%400%
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
300.00
350.00
400.00
450.00
I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012
Kredit Sektor Pertanian (Rp miliar)-Kiri
Pertumbuhan (%)-Kanan
Grafik 1.14Perkembangan Luas Lahan Tanam Padi
Sumber : Dinas Pertanian TPH Provinsi NTB
Grafik 1.15Perkembangan Luas Lahan Panen Padi
Sumber : Dinas Pertanian TPH Provinsi NTB
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5
2010 2011 2012
Luas lahan tanam padi (ha)
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5
2010 2011 2012
Luas lahan panen padi (ha)
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
9
Sejalan dengan pertumbuhan pada sektor ini, kegiatan penyaluran kredit
pada sektor pertanian juga mengalami peningkatan yang signifikan. Pada
triwulan II-2012, outstanding kredit yang disalurkan pada sektor pertanian
tercatat mencapai Rp406,73 miliar atau tumbuh signifikan sebesar 332,69%
(yoy), jauh lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tumbuh hingga 210,33%
(yoy).
b. Pertambangan
Kinerja sektor pertambangan masih berada dalam tren pertumbuhan
negatif (kontraksi). Pada triwulan II-2012, kinerja sektor pertambangan kembali
mengalami kontraksi sebesar 15,07% (yoy), melambat dibanding triwulan lalu
yang tumbuh negatif hingga 27,96% (yoy). Kondisi tersebut dikonfirmasi oleh
data prompt indicator komoditas utama sektor pertambangan yaitu produksi
konsentrat tembaga yang juga mengalami kontraksi yang melambat.
Sepanjang triwulan II-2012, total produksi konsentrat tembaga tercatat
sebesar 69,68 ribu ton yang mengalami kontraksi sebesar 43,04% (yoy),
melambat dibanding triwulan lalu yang terkontraksi hingga sebesar 53,07%
(yoy). Rendahnya produksi konsentrat sebagai dampak kegiatan siklus dan
rencana produksi yang berada pada fase enam yaitu kegiatan perluasan area
eksploitasi wilayah pertambangan sehingga kegiatan menambang batuan
mineral (ore) belum dapat dilakukan. Hingga saat ini, kegiatan produksi
konsentrat tembaga menggunakan material batuan cadangan (stock pile)
dengan kadar mineral rendah.
Dari sisi pembiayaan, outstanding kredit perbankan yang disalurkan
pada sektor pertambangan kembali menunjukkan penurunan yang cukup
tajam. Pada triwulan II-2012, outstanding credit untuk sektor ini mencapai
Rp2,66 miliar yang tumbuh negatif sebesar 47,30% (yoy), turun tajam
dibanding triwulan lalu yang tumbuh negatif sebesar 12,35% (yoy).
Grafik 1.18Penyaluran Kredit Perbankan
di Nusa Tenggara Barat ke Sektor Pertambangan
Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012
Kredit Sektor Pertambangan (Rp miliar)-Kiri
Pertumbuhan (%)-Kanan
Grafik 1.17Jumlah Produksi dan Ekspor Konsentrat
Tembaga Nusa Tenggara Barat
Sumber : PT Newmont Nusa Tenggara
(60)(50)(40)(30)(20)(10)-10 20 30 40
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
700,000
800,000
I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012
WMT (ton) PEB (USD .000)g-prod (%,yoy)-rhs
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
10
c. Perdagangan, Hotel dan Restoran
Kinerja sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) kembali
mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada triwulan II-2012, sektor
PHR tercatat tumbuh sebesar 12,05% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding kinerja
triwulan lalu yang tumbuh mencapai 9,24% (yoy). Kondisi tersebut ditengarai
oleh meningkatnya kinerja sub sektor perdagangan terutama komoditas hasil
pertanian dan meningkatnya kinerja sub sektor hotel dan restoran.
Meningkatnya penyelenggaran event-event MICE1 berskala besar di NTB seperti
Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) ke-5, Hari Keluarga Nasional
(Harganas) XIX, dan Lombok Sumbawa Pearl Festival (LSPF).
Kondisi tersebut dikonfirmasi oleh data prompt indicator
perkembangan tingkat hunian kamar (TPK) yang menunjukkan peningkatan,
sedangkan rata-rata lama serta jumlah tamu menginap mengalami penurunan
tipis. Sepanjang triwulan II-2012, rata-rata tingkat hunian kamar hotel
berbintang di NTB mencapai 52,32%, jauh lebih tinggi dibanding triwulan lalu
yang tercatat sebesar 42,64%. Sementara itu, rata-rata lama tamu yang
menginap di hotel berbintang menurun menjadi 2,73 hari, turun tipis
dibanding triwulan I-2012 yang mencapai 2,80 hari. Perkembangan jumlah
tamu yang menginap di hotel berbintang selama periode laporan
menunjukkan peningkatan yang tercatat sebanyak 96,36 ribu orang (pangsa
domestik sebesar 80,78%) yang tumbuh sebesar 29,97% (yoy), lebih tinggi
dibanding triwulan lalu yang tercatat sebanyak 76,59 ribu orang yang tumbuh
sebesar 25,95% (yoy).
1 Meetings, Incentives, Conferencing, Exhibitions
Grafik 1.19Tingkat Hunian Kamar dan Lama Tinggal Tamu
Sumber : BPS Provinsi NTB
Grafik 1.20Perkembangan Tamu Hotel Berbintang
Sumber : BPS Provinsi NTB
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
0
10
20
30
40
50
60
70
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6
2010 2011 2012
Tingkat Hunian Kamar (%)-KiriLama Tinggal Tamu (hari)-Kanan
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012
Org AsingDomestikgrowth total (%,yoy)-kanan
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
11
Dari sisi pembiayaan, sejalan dengan pertumbuhan pada sektor ini,
pertumbuhan kegiatan penyaluran kredit perbankan ke sektor PHR juga
menunjukkan peningkatan. Pada triwulan II-2012, outstanding credit untuk
sektor PHR mencapai Rp4,07 triliun atau tumbuh sebesar 66,07% (yoy), lebih
tinggi dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 45,98% (yoy).
d. Bangunan
Kinerja sektor bangunan masih berada pada tren pelambatan. Pada
triwulan II-2012, sektor bangunan tumbuh sebesar 3,13% (yoy), melambat
dibanding triwulan lalu yang tumbuh hingga 4,89% (yoy). Kondisi tersebut
turut dikonfirmasi oleh perkembangan data prompt indicator sektor bangunan
yaitu tingkat konsumsi semen di NTB yang menunjukkan pelambatan.
Berdasarkan data Asosiasi Semen Indonesia, pada triwulan II-2012 tingkat
konsumsi semen di NTB tumbuh sebesar 20,15% (yoy) atau mencapai 203,01
ribu ton, melambat dibanding triwulan lalu yang tumbuh hingga 4,89% (yoy).
Di sisi pembiayaan, kinerja penyaluran kredit pada sektor ini mengalami
peningkatan dan berada pada tren pertumbuhan yang tinggi. Hingga triwulan
II-2012, outstanding credit pada sektor bangunan tercatat mencapai Rp404,00
miliar atau tumbuh sebesar 76,61% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi
dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar 51,72% (yoy).
Grafik 1.21Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor
Perdagangan Hotel dan Restoran
Sumber : Laporan Bulanan Bank KPw BI Prov. NTB
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
0.00
500.00
1,000.00
1,500.00
2,000.00
2,500.00
3,000.00
3,500.00
4,000.00
4,500.00
I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012
Kredit Sektor PHR (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
12
e. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
Kinerja sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan mengalami
pelambatan. Pada triwulan II-2012, sektor ini tumbuh sebesar 8,03% (yoy),
lebih tinggi dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar 4,55% (yoy).
Pencapaian kinerja tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya kinerja sub sektor
persewaan dan jasa perusahaan seiring meningkatnya kegiatan MICE di NTB
dan mulainya musim liburan pada akhir triwulan II-2012.
Selain itu, kinjera sektor ini juga didukung oleh kinerja sub sektor
keuangan yang tercermin dari data prompt indicator kinerja perkembangan
profit perbankan di NTB yang mengalami peningkatan. Hingga triwulan II-
2012, laba kegiatan usaha perbankan NTB tercatat mencapai Rp623,13 miliar
atau tumbuh sebesar 17,27% (yoy), meningkat dibanding triwulan lalu yang
tumbuh sebesar 15,51% (yoy).
Grafik 1.24
Perkembangan Kondisi Perbankan
Sumber : Laporan Bulanan Bank , BI
-2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000 18,000 20,000
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2
2010 2011 2012
% Aset(Rp miliar)-kanan Kredit(Rp miliar)-kanan
DPK(Rp miliar)-kanan g-Aset (kiri),yoy
Grafik 1.25
Perkembangan Laba Perbankan
Sumber : Laporan Bulanan Bank , BI
-
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
0
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012
%
Rp. J
t
Laba PerbankanGrowth (yoy)-kanan
Grafik 1.22Perkembangan Volume Penjualan Semen
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah
Grafik 1.23Penyaluran Kredit Perbankan
ke Sektor Bangunan
Sumber : Laporan Bulanan Bank , BI
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
0.0050.00
100.00150.00200.00250.00300.00350.00400.00450.00
I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012
Kredit Sektor Bangunan (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012
Volume Penjualan Semen (ton)
Pertumbuhan (%,yoy)-Kanan
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL N
f. Transportasi dan Komunikasi
Pada triwulan
mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi
dibanding kinerja triwulan sebelumnya
Tingginya pencapaian
kinerja sub sektor transportasi yang
Pada triwulan II-201
tercermin melalui perkembangan
mencapai 465,59 ribu penumpang yang tumbuh sebesar 16,16% (yoy), lebih
tinggi dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar 8,49% (yoy).
Sementara itu, kegiatan transportasi
pertumbuhan yang sangat signifikan mencapai 551,20% (yoy), jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan I
34,41% (yoy).
Dari sisi pembiayaan,
dan komunikasi cenderung
Grafik 1.28Perkembangan Arus Bongkar Muat
Angkutan Laut
Sumber : BPS Provinsi NTB
050,000
100,000150,000200,000250,000300,000350,000400,000450,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2010 2011
Total Bongkar/Muat (ton)
growth (%) - kanan
Grafik 1.26Perkembangan Arus Penumpang Domestik
Angkutan Udara
Sumber : BPS Provinsi NTB
-50,000
100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 350,000 400,000 450,000 500,000
I II III IV I II III
2010 2011
Penumpang Domestik (org)
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA
13
Transportasi dan Komunikasi
Pada triwulan II-2012, kinerja sektor transportasi dan komunikasi
an yang cukup tinggi mencapai 8,42% (yoy), lebih tinggi
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,78
n pertumbuhan tersebut ditengarai dipengaruhi
transportasi yang kembali mengalami peningkatan.
2012, kegiatan transportasi melalui angkutan udara yang
min melalui perkembangan jumlah penumpang pesawat meningkat
mencapai 465,59 ribu penumpang yang tumbuh sebesar 16,16% (yoy), lebih
tinggi dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar 8,49% (yoy).
kegiatan transportasi melalui angkutan laut menunjukkan
pertumbuhan yang sangat signifikan mencapai 551,20% (yoy), jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan I-2012 yang tumbuh sebesar
Dari sisi pembiayaan, kegiatan penyaluran kredit pada sektor transportasi
cenderung menunjukkan pertumbuhan yang sangat tinggi
Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang Angkutan Laut
BPS Provinsi NTB
-100
0
100
200
300
400
500
600
Q3 Q4 Q1 Q2
2012
Total Bongkar/Muat (ton)
Grafik 1.29Penyaluran Kredit Perbankan
ke Sektor Transportasi dan Komunikasi
Sumber : Laporan Bulanan Bank , BI
Perkembangan Arus Penumpang Domestik Angkutan Udara
Grafik 1.2Perkembangan Arus Penumpang Internasional
Angkutan Udara
Sumber : BPS Provinsi NTB
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
I II III IV I II III IV
2010 2011
Kredit Sektor Transportasi dan Komunikasi (Rp miliar)-Pertumbuhan (%)-Kanan
0
5
10
15
20
25
30
35
IV I II
2012
growth (%) - kanan
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
I II III IV I II
2010 2011
Penumpang Internasional (org)
ENGGARA BARAT
transportasi dan komunikasi
lebih tinggi
sebesar 7,78% (yoy).
ditengarai dipengaruhi oleh
angkutan udara yang
meningkat
mencapai 465,59 ribu penumpang yang tumbuh sebesar 16,16% (yoy), lebih
tinggi dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar 8,49% (yoy).
menunjukkan
pertumbuhan yang sangat signifikan mencapai 551,20% (yoy), jauh lebih tinggi
2012 yang tumbuh sebesar
transportasi
pertumbuhan yang sangat tinggi.
Penyaluran Kredit Perbankan dan Komunikasi
Sumber : Laporan Bulanan Bank , BI
Grafik 1.27Perkembangan Arus Penumpang Internasional
Angkutan Udara
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
IV I II
2012
Kredit Sektor Transportasi dan -Kiri
Kanan
-80
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
III IV I II
2011 2012
growth (%) - kanan
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
14
Hingga akhir triwulan II-2012, pembiayaan yang disalurkan pada sektor ini
tercatat sebesar Rp95,70 miliar yang tumbuh sebesar 95,79% (yoy), lebih tinggi
dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 89,96% (yoy).
g. Industri Pengolahan
Pada triwulan II-2012, kinerja sektor industri pengolahan tumbuh sebesar
3,36% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan I-2012 yang tumbuh sebesar 4,13%
(yoy). Berbeda dengan kondisi pertumbuhan sektornya, perkembangan data
prompt indicator yaitu data konsumsi listrik industri justru menunjukkan
peningkatan pemakaian listrik. Sepanjang triwulan II-2012, pemakaian konsumsi
listrik industri mencapai 8,42 juta kwh atau tumbuh signifikan sebesar 43,16%
(yoy), jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan konsumsi triwulan I-2012 yang
tercatat tumbuh sebesar 25,12% (yoy).
Dari sisi pembiayaan, sejalan dengan pertumbuhan pada sektor ini
kegiatan pembiayaan perbankan juga menunjukkan pelambatan. Hingga akhir
triwulan II-2012 penyaluran kredit pada sektor industri tercatat sebesar Rp94,79
miliar atau tumbuh sebesar 39,02% (yoy), melambat dibanding triwulan lalu
yang hanya tumbuh signifikan hingga mencapai 66,02% (yoy).
h. Listrik, Gas, dan Air Bersih
Perkembangan sektor listrik, gas dan air bersih masih berada pada tren
perlambatan. Pada triwulan II-2012, sektor listrik, gas dan air bersih mampu
tumbuh tinggi mencapai 7,74% (yoy), melambat dibanding triwulan lalu yang
tumbuh sebesar 8,20% (yoy). Berdasarkan komposisinya, sektor listrik, gas dan
air bersih memiliki pangsa yang terkecil atau sebesar 0,51% dalam pembentukan
struktur perekonomian NTB, sehingga tingginya pertumbuhan belum memiliki
dampak yang signifikan. Pertumbuhan tersebut diperkirakan dipengaruhi oleh
Grafik 1.30Perkembangan Konsumsi Listrik Industri
Sumber : PLN
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012
Konsumsi Listrik Industri (juta kwh) growth(%)-kanan
Grafik 1.31Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Industri Pengolahan
Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI
-10%0%10%20%30%40%50%60%70%
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012
Kredit Sektor Industri Pengolahan (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
15
kinerja sub sektor listrik yang mengalami perlambatan yang dikonfirmasi melalui
perkembangan prompt indicator data konsumsi listrik NTB yang melambat.
Sepanjang triwulan II-2012 jumlah pemakaian listrik di NTB mencapai
236,73 juta kwh atau tumbuh sebesar 18,56% (yoy), melambat dibanding
triwulan lalu yang tumbuh sebesar 20,13% (yoy) atau sebesar 231,01 juta kwh.
Berdasarkan komposisinya, konsumsi listrik untuk kebutuhan rumah tangga
masih mendominasi penggunaan konsumsi listrik di NTB dengan pangsa
mencapai 65,16%. Sedangkan pemakaian pada kategori bisnis dan industri,
pangsanya masing-masing sebesar 31,28% dan 3,56%.
Dari sisi pembiayaan, outstanding kredit perbankan yang di salurkan ke
sektor listrik, gas, dan air bersih mengalami kontraksi. Hingga triwulan II-2012,
outstanding kredit pada sektor ini mengalami penurunan yang tercatat
mencapai Rp1,50 miliar yang tumbuh negatif sebesar 18,49% (yoy), terkontraksi
lebih dalam dibanding triwulan lalu yang tumbuh negatif sebesar 11,99% (yoy).
Grafik 1.32Perkembangan Konsumsi Listrik
Sumber : PLN
Grafik 1.33Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Listrik,
Air dan Gas
Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI
-40%-30%-20%-10%0%10%20%30%40%50%60%70%
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012
Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air (Rp miliar)-Kiri
Pertumbuhan (%)-Kanan
0
5
10
15
20
25
-
50
100
150
200
250
I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012
Total Konsumsi Listrik (juta kwh) growth(%)-kanan
16
BAB 2PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT
2.1. KONDISI UMUM
Sepanjang triwulan II-2012 perkembangan harga barang dan
jasa di Nusa Tenggara Barat (NTB) cenderung menurun. Secara
tahunan, pada triwulan II-2012 laju inflasi NTB tercatat sebesar 8,50% (yoy),
lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat sebesar 8,84% (yoy).
Dibandingkan dengan laju inflasi nasional, laju inflasi tahunan NTB tersebut
menunjukkan arah pergerakan harga yang berbeda. Pada triwulan II-2012,
laju inflasi nasional mengalami peningkatan yang mencapai 4,53% (yoy),
meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,97% (yoy).
Berdasarkan pergerakan harga barang dan jasa secara bulanan, laju
inflasi NTB sepanjang triwulan II-2012 cenderung lebih rendah dibanding
pergerakan rata-rata historisnya (empat tahun terakhir). Pada bulan April
2012, laju inflasi NTB mengalami tekanan yang minim sebesar 0,03% (mtm),
meningkat dibanding rata-rata historisnya yang tercatat sebesar -0,41%
(mtm). Sementara pada bulan Mei dan Juni 2012, dibanding rata-rata
historisnya (0,40% dan 1,77%), tekanan laju inflasi bulanan NTB menunjukan
penurunan masing-masing tercatat sebesar -0,48% (mtm) dan 0,65% (mtm).
Secara triwulanan, laju inflasi NTB pada triwulan II-2012 cenderung
menunjukkan penurunan yang tercatat sebesar 0,19% (qtq), jauh lebih
rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai 2,22% (qtq). Kondisi
tersebut terutama disebabkan menurunnya tekanan inflasi pada kelompok
bahan makanan dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar.
Sementara kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga dan kelompok
transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami peningkatan.
Grafik 2.1
Perkembangan Inflasi Bulanan dan TahunanGrafik 2.2
Perkembangan Inflasi Triwulanan
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
-2
0
2
4
6
8
10
12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2010 2011 2012
yoy -NTB (%) mtm -NTB (%)yoy - Nasional (%) mtm - Nasional (%)
0.19
0.90
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012
NTB (%,qtq) Nasional (%,qtq)
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT
Secara umum, kecenderungan penurunan harga di Nusa Tenggara
Barat dipengaruhi oleh semakin meningkatnya pasokan bahan makanan dan
relatif lancarnya kegiatan distribusi barang-barang. Berlangsungnya musim
panen padi pada awal triwulan II-2012 mendorong ketersediaan bahan
makanan yang mampu meredam tekanan inflasi. Kondisi tersebut didukung
oleh kondisi cuaca (gelombang laut) yang relatif lebih baik dibanding kondisi
awal tahun yang juga turut berpengaruh terhadap lancarnya kegiatan
distribusi, sehingga kelangkaan pasokan khususnya pada komoditas bahan
bakar rumah tangga mulai berangsur pulih.
Berdasarkan kota perhitungan inflasi, pada triwulan II-2012 inflasi
tahunan kota Mataram lebih tinggi dari kota Bima. Inflasi tahunan Kota
Mataram tercatat sebesar 8,76% (yoy), sedangkan inflasi kota Bima tercatat
lebih rendah yaitu sebesar 7,56% (yoy). Secara disagregasi inflasi, inflasi Nusa
Tenggara Barat yang cenderung menurun bersumber dari melemahnya
tekanan inflasi pada kelompok inflasi administered price dan kelompok
volatile food. Sedangkan kelompok inflasi inti bergerak stabil.
2.2. INFLASI TRIWULANAN
Secara triwulanan, perkembangan harga barang dan jasa di Nusa
Tenggara Barat pada triwulan II-2012 cenderung bergerak menurun yang
tercermin dari inflasi triwulanan yang mengalami penurunan dari sebesar
2,22% (qtq) pada triwulan lalu menjadi sebesar 0,19% (qtq) pada triwulan
laporan. Angka tersebut juga lebih rendah dibanding laju inflasi triwulanan
nasional yang tercatat sebesar 0,90% (qtq).
Kecenderungan penurunan tersebut utamanya berasal dari
melemahnya tekanan laju inflasi kelompok bahan makanan dan kelompok
perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Sedangkan kelompok
pendidikan, rekreasi dan olah raga dan kelompok transpor, komunikasi dan
jasa keuangan mengalami peningkatan. Berdasarkan sumbangannya,
Grafik 2.3Inflasi Triwulanan
Grafik 2.4Sumbangan Inflasi Triwulanan
Sumber: BPS Provinsi NTBSumber: BPS Provinsi NTB
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012
Bahan Makanan Makanan jadi, MinumanPerumahan, air SandangKesehatan Pendidikan, rekreasiTransportasi, komunikasi
-1.50
-1.00
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012
Bahan Makanan Makanan jadi, Minuman
Perumahan, air Sandang
Kesehatan Pendidikan, rekreasi
Transportasi, komunikasi
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT
pembentuk laju inflasi pada triwulan II-2012 didorong oleh kelompok
perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yang memberikan andil terbesar,
kemudian diikuti kelompok makanan jadi, minuman dan tembakau.
2.3. INFLASI TAHUNAN
Secara tahunan, pada triwulan II-2012 tekanan inflasi di Nusa
Tenggara Barat mengalami penurunan yang tercatat sebesar 8,50% (yoy),
lebih rendah dibanding triwulan I-2012 yang tercatat sebesar 8,84% (yoy).
Kondisi tersebut berbeda arah dengan inflasi Nasional yang berada pada
tren peningkatan yang tercatat sebesar 4,53% (yoy).
Berdasarkan kelompok komoditas, sebagian besar kelompok barang
dan jasa pada triwulan II-2012 mengalami penurunan dibanding triwulan
lalu kecuali kelompok bahan makanan. Laju inflasi tahunan tertinggi
kembali masih dialami oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan
bakar yang tercatat mencapai 15,23% (yoy), kemudian diikuti oleh kelompok
makanan jadi, minuman dan tembakau yang mencapai 9,17% (yoy).
Sementara itu, perkembangan inflasi kelompok barang dan jasa lainnya
tercatat pada kisaran 1,15% (yoy) hingga 7,86% (yoy).
Grafik 2.5Inflasi Tahunan
Grafik 2.6Sumbangan Inflasi Tahunan
Sumber: BPS Provinsi NTB Sumber: BPS Provinsi NTB
Tabel 2.1Inflasi Tahunan (yoy,%)
Sumber: BPS Provinsi NTB
Mar Juni Sept Des Mar Apr May Jun7.83 5.85 6.38 6.55 8.84 9.77 9.24 8.50
1 Bahan Makanan 15.46 8.08 7.50 3.67 6.17 9.14 8.25 7.862 Makanan jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 6.49 5.16 5.14 7.52 9.66 9.95 9.99 9.173 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 4.23 6.15 8.58 13.51 18.15 18.56 17.54 15.234 Sandang 4.92 4.68 8.71 6.50 7.40 6.70 5.54 5.285 Kesehatan 1.94 1.97 2.31 2.61 2.74 2.81 2.36 2.656 Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 2.58 2.91 5.29 4.17 4.19 3.98 4.11 4.047 Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan 5.36 4.13 2.50 1.18 1.23 1.09 0.92 1.15
2012Kelompok
Umum
No 2011
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2011 2012
Bahan Makanan Makanan jadi, minumanPerumahan, air SandangKesehatan Pendidikan, rekreasiTransportasi, komunikasi
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2011 2012
Bahan Makanan Makanan jadi, minumanPerumahan, air SandangKesehatan Pendidikan, rekreasiTransportasi, komunikasi
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT
Berdasarkan sumbangannya, kelompok perumahan, air, listrik, gas
dan bahan bakar masih mendominasi pembentukan inflasi dengan
sumbangan mencapai 3,37%, kemudian diikuti oleh kelompok bahan
makanan sebesar 2,37%. Sedangkan kontribusi kelompok barang dan jasa
lainnya yang turut memicu inflasi berada pada kisaran 0,09% hingga 1,79%.
2.4. INFLASI BERDASARKAN KOTA
Berdasarkan kota perhitungan tingkat inflasi di Nusa Tenggara Barat,
pada triwulan II-2012 kota Mataram mengalami inflasi lebih tinggi
dibandingkan kota Bima. Secara tahunan, inflasi kota Mataram tercatat
mencapai 8,76% (yoy), lebih tinggi dibanding kota Bima yang tercatat
sebesar 7,56 % (yoy).
Tidak jauh berbeda dengan kondisi tahun lalu, pada awal triwulan II-
2012 (April 2012) laju inflasi pada kota Mataram mengalami deflasi yang
tercatat sebesar 0,12% (mtm). Selanjutnya, bila dibandingkan dengan
kondisi rata-rata historisnya inflasi kota Mataram pada bulan Mei dan Juni
2012 cenderung menunjukkan penurunan. Pada bulan Mei 2012, kota
Mataram tercatat kembali mengalami deflasi mencapai sebesar 0,71% (mtm),
sedangkan pada bulan Juni 2012, tekanan inflasi bulanan kota Mataram
tercatat mencapai 0,81% (mtm).
Berbeda dengan pergerakan laju inflasi di kota Mataram, pada awal
triwulan II-2012 inflasi kota Bima cenderung mengalami tekanan. Pada April
2012, inflasi bulanan kota Bima tercatat sebesar 0,60% (mtm). Selanjutnya
tekanan inflasi cenderung mengalami penurunan, dimana pada bulan Mei
Kota Mataram
Jenis Barang Andil Jenis Barang Andil Jenis Barang Andil Beras -0.17% Cabe Rawit -0.66% Cabe Rawit 0.11%Tongkol Pindang -0.14% Tomat Sayur -0.13% Tukang Bukan Mandor 0.11%Telur Ayam Ras -0.09% Cabe Merah -0.06% Tongkol Pindang 0.10%Cabe Merah -0.07% Beras -0.03% Batu Bata 0.08%Semen -0.06% Semen -0.03% Bawang Putih 0.06%
Kota Bima
Jenis Barang Andil Jenis Barang Andil Jenis Barang Andil Cabe Rawit 0.24% Tenggiri 0.23% Bawang Putih 0.14%Genteng 0.14% Asam 0.20% Telur Ayam Ras 0.03%Upah Pembantu RT 0.10% Daging Ayam Ras 0.18% Gula Pasir 0.03%Makanan Ringan/Snack 0.10% Rokok Kretek Filter 0.14% Tongkol 0.03%Tomat Sayur 0.10% Apel 0.10% Ikan Asin Belah 0.03%
Juni 2012
Juni 2012
Mei 2012
Mei 2012April 2012
April 2012
Tabel 2.2Komoditas Dominan Penyumbang Inflasi Triwulan II-2012 di Kota Mataram dan Bima
Sumber: BPS
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT
2012 tercatat sebesar 0,33% (mtm), kemudian pada Juni 2012 kembali
menurun dan tercatat sebesar 0,04% (mtm).
Berdasarkan komoditasnya, penyebab utama melemahnya tekanan
inflasi di Nusa Tenggara Barat sepanjang triwulan II-2012 adalah penurunan
harga pada komoditas beras (kelompok bahan makanan) seiring
meningkatnya pasokan akibat berlangsungnya musim panen pada awal
triwulan II-2012. Di sisi lain, perkembangan inflasi tersebut masih dibayangi
oleh kenaikan harga pada beberapa komoditas bahan makanan khususnya
komoditas yang berasal dari luar NTB seperti gula pasir, bawang putih dan
daging ayam ras.
2.5. DISAGREGASI INFLASI
Berdasarkan komponennya, pada triwulan II-2012 inflasi NTB
cenderung menurun utamanya disebabkan oleh melemahnya tekanan inflasi
dari komponen harga yang diatur pemerintah (administered price) dan
komponen barang bergejolak (volatile food). Sedangkan kelompok inflasi
inti bergerak stabil.
Pada triwulan II-2012, perkembangan laju inflasi komponen volatile
food tercatat sebesar 7,69% (yoy), jauh lebih rendah dibanding triwulan
sebelumnya yang mencapai 10,11% (yoy). Berdasarkan sub kelompoknya,
melemahnya tekanan inflasi tersebut disebabkan oleh menurunnya inflasi
pada sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya dan sub
kelompok sayur-sayuran serta sub kelompok ikan segar. Namun demikian
inflasi sub kelompok padi-padian masih tercatat sebagai sub kelompok yang
inflasi tertinggi yaitu sebesar 6,54% (yoy). Sedangkan sub kelompok yang
mengalami peningkatan laju inflasi berasal dari sub kelompok bumbu-
bumbuan, buah-buahan, daging dan hasil-hasilnya serta kacang-kacangan.
Sejalan dengan tren harga komoditas di pasar internasional,
perkembangan harga komoditas utama komponen volatile food (beras) di
NTB pada awal triwulan II-2012 juga cenderung menunjukkan penurunan
Grafik 2.8Disagregasi Inflasi Secara Tahunan (%, yoy)
Grafik 2.7Disagregasi Inflasi Secara Bulanan (%,mtm)
Sumber: BPS Sumber: BPS
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2010 2011 2012
Inflasi Tahunan
core inflation
administered price
volatile food
-6.00
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2010 2011 2012
Inflasi Bulanan core inflation administered price volatile food
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT
dan kemudian kembali meningkat pada Juni 2012. Kondisi tersebut
utamanya dipengaruhi oleh meningkatnya pasokan padi akibat
berlangsungnya musim panen padi. Sementara peningkatan harga yang
terjadi pada akhir triwulan tersebut sebagai dampak tingginya permintaan
beras dari luar NTB dan berakhirnya musim panen. Kondisi serupa turut
dikonfirmasi oleh data pengadaan beras oleh BULOG Divre NTB dimana
puncak pengadaan beras terjadi pada bulan April 2012, kemudian
pengadaan mulai menunjukkan penurunan pada bulan Juni 2012. Hingga
akhir Juni 2012, BULOG Divre NTB telah menyerap hasil pertanian setara
beras sebanyak 106.884 ton atau 56,26% dari target Tahun 2012 yang
mencapai 190 ribu ton. Dari sisi persediaan, stok beras di gudang Bulog NTB
mencapai 89,50 ribu ton atau diperkirakan mampu mencukupi kebutuhan
hingga dua belas bulan ke depan dan diharapkan dapat terus menjaga
stabilitas harga beras di NTB.
Setelah berada pada tren peningkatan beberapa periode lalu, inflasi
dari komponen administered price pada triwulan II-2012 mengalami tren
penurunan. Secara tahunan, tekanan inflasi komponen administered price
tercatat mencapai 14,57% (yoy), jauh menurun dibanding triwulan I-2012
yang tercatat sebesar 19,86% (yoy). Kondisi tersebut disebabkan oleh
melemahnya tekanan pada sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air
yang khususnya pada komoditas bahan bakar rumah tangga akibat mulai
normalnya pasokan gas elpiji seiring membaiknya kondisi cuaca (gelombang
laut) sehingga kegiatan distribusi berlangsung lancar.
Perkembangan laju inflasi inti di NTB cenderung bergerak stabil. Pada
triwulan II-2012, laju inflasi inti tercatat sebesar 6,69% (yoy), lebih rendah
dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,48% (yoy). Kondisi
tersebut dipengaruhi oleh menurunnya tekanan harga pada sub kelompok
ikan diawetkan, makanan jadi dan barang pribadi dan sandang lain (emas
perhiasan). Di sisi lain, komoditas yang menjadi pemicu inflasi inti berasal
Grafik 2.9Perkembangan Harga Beras (Rp/kg)
Sumber: SPH, KPw BI Prov. NTB
Grafik 2.10Perkembangan Harga Cabai, Gula Pasir dan
Minyak Goreng (Rp/kg)
Sumber: SPH, KPw BI Prov. NTB
9000.00
10000.00
11000.00
12000.00
13000.00
14000.00
15000.00
5000.00
15000.00
25000.00
35000.00
45000.00
55000.00
65000.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4
Jun 11Juli 11 Aug 11 Sept 11
Okt 11 Nov 11 Des 11 Jan 12 Feb 12 Mar 12
Apr 12 Mei 12 Juni 12
Cabe Merah Bsr Cabe RawitMinyak Goreng-rhs Gula Pasir Lokal -rhs
5000.005500.006000.006500.007000.007500.008000.008500.009000.009500.00
10000.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4
Jun 11Juli 11 Aug 11 Sept 11
Okt 11 Nov 11 Des 11
Jan 12 Feb 12
Mar 12
Apr 12 Mei 12 Juni 12
RpIR I Pelita IR 64 Super IR Zak (pack)
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT
dari sub kelompok minuman yang tidak beralkohol dan penyelenggaraan
rumah tangga.
Sumber: CEIC, IMF, 1 bushel= 31,5 kg
Grafik 2.11Perkembangan Harga Pangan di Pasar Internasional
Grafik 2.12Perkembangan Harga Emas dan Minyak Mentah di
Pasar Dunia
Sumber: CEIC
0
100
200
300
400
500
600
05
10152025303540
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2010 2011 2012
Jagung-US$/bushelGula-US$/poundBeras-kanan USD/mt
0
20
40
60
80
100
120
0200400600800
100012001400160018002000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2010 2011 2012
Gold-kiri $/ozCPO-US$/mtMinyak-kanan US$/barrel
23
Boks 1Antisipasi Kenaikan Harga Barang dan Jasa
Menjelang Hari Raya Keagamaan di Nusa Tenggara Barat
Latar Belakang Program Konversi Mitane ElpijiMenjelang bulan puasa dan hari raya Idul Fitri, harga barang dan jasa
cenderung mengalami peningkatan. Meski tidak ada gangguan terhadap sisi
penawaran, fenomena ini terus berulang setiap tahunnya dan terjadi hampir pada
seluruh daerah di nusantara. Kenaikan harga tersebut ditengarai lebih dipengaruhi
dari sisi permintaan, yakni terjadinya perubahan pola konsumsi masyarakat yang
cenderung melakukan kegiatan konsumsi di atas normal sehingga mendorong
tingginya tingkat permintaan.
Berulangnya fenomena kenaikan harga tersebut diyakini sebagai penyebab
terciptanya ekspektasi masyarakat akan kenaikan harga (Grafik 1). Momentum
tersebut kerap dimanfaatkan para produsen atau pedagang untuk menaikkan profit
dengan cara menaikkan harga jual produk. Terjadinya kondisi ini tidak terlepas dari
lemahnya posisi tawar konsumen untuk ikut ambil bagian dalam proses penetapan
harga akibat struktur pasar yang cenderung dikuasai oleh beberapa pedagang atau
bersifat oligopoli (bukan persaingan sempurna)1 dan tingginya kesenjangan
informasi harga dan tingkat persediaan barang di masyarakat.
Secara historis, perkembangan harga barang dan jasa di Nusa Tenggara Barat
pada periode siklus Hari Raya Idul Fitri selama beberapa tahun terakhir cenderung
lebih tinggi dibanding laju inflasi bulanan nasional. Sumbangan laju inflasi di NTB
utamanya didominasi oleh komoditas bahan makanan seperti daging sapi, daging
1 Hasil Penelitian Survei Pemetaan Struktur Pasar dan Pola Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Mataram 2011
Grafik 2Inflasi Bulanan Periode Siklus Idul Fitri
-1.5
-1
-0.5
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
Ags Sep Okt Ags Sep Okt Ags Sep Okt
2009 2010 2011
Mataram Bima NTB Nasional
Sumber : BPS Prov. NTBSumber : Survei Konsumen, KPw BI Prov. NTB
100.00110.00120.00130.00140.00150.00160.00170.00180.00190.00200.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6
2010 2011 2012
Indeks Ekspektasi Harga Konsumen-3 bln yad
Grafik 1Ekspektasi Harga 3 Bulan Yang Akan Datang
24
ayam ras dan telur ayam ras. Tekanan tersebut disebabkan tingginya
ketergantungan akan pasokan dari luar NTB sehingga laju inflasi rentan mengalami
tekanan ketika terjadi peningkatan permintaan. Selanjutnya, tingginya ekspektasi
dari masyarakat dan kesenjangan informasi dapat menimbulkan aksi spekulasi. Hal
ini berpotensi memicu gejolak harga di Nusa Tenggara Barat selama periode
tersebut sehingga perlu mendapat perhatian yang cukup serius.
Dalam rangka mengantisipasi kenaikan harga menjelang hari raya keagamaan
di Nusa Tenggara Barat, Tim Pengendali Inflasi Daerah Nusa Tenggara Barat yang
terdiri dari pemerintah daerah bersama instansi terkait melakukan koordinasi
kebijakan untuk menjaga ekspektasi masyarakat. Beberapa kegiatan yang telah
dilakukan antara lain; pemantauan arus barang dari dan ke Nusa Tenggara Barat
melalui pos pemantauan barang di Lembar (Lombok Barat), pelaksanaan pasar
murah, operasi pasar, penyampaian informasi ketersediaan stok dan harga melalui
media massa, dan himbauan kepada masyarakat untuk melakukan kegiatan
konsumsi secara wajar. Berbagai langkah upaya yang ditempuh pemerintah daerah
dan instansi terkait dalam mengantisipasi terjadinya gejolak harga diharapkan turut
memberikan dampak positif dalam meredam potensi kenaikan harga.
50000
55000
60000
65000
70000
75000
80000
85000
90000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
40000
123412 3451 2341 23412345123412345123412 3412 34123451234123451
Juli 11Aug 11Sept 11Okt 11Nov 11Des 11Jan 12Feb 12Mar 12Apr 12Mei 12Juni 12Juli 1212-Aug
Rp/kgDaging Ayam Telur Ayam Daging Sapi-rhs
Grafik 3Perkembangan Harga Daging Sapi, Ayam dan Telur Ras
Sumber : Survei Pemantauan Harga, KPw BI Prov. NTB
25
BAB 3PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN
SISTEM PEMBAYARAN
Perkembangan perbankan Nusa Tenggara Barat (NTB) sepanjang
Triwulan II-2012 terus menunjukkan kinerja yang positif. Kondisi tersebut
tercermin dari peningkatan kinerja indikator utama perbankan meliputi total aset
secara gabungan tercatat Rp.18,64 triliun dengan angka pertumbuhan mencapai
23,88%, fungsi intermediasi yang tercermin dari nilai Loan to Deposit Ratio (LDR)
sebesar 114,06% dan didukung dengan kinerja kredit yang baik dengan Non
Performing Loan (NPL) masih dibawah ketentuan sebesar 5%.
3.1. PERKEMBANGAN PERBANKAN NUSA TENGGARA BARAT
3.1.1 PERKEMBANGAN BANK UMUM
Pada triwulan II-2012, perkembangan total aset1 Bank Umum di
NTB terus berada dalam tren peningkatan dengan nilai mencapai
Rp17,52 triliun atau tumbuh sebesar 23,71% (yoy). Pertumbuhan
tersebut menurun dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
24,15% (yoy). Peningkatan laju pertumbuhan tersebut disebabkan oleh kinerja
pertumbuhan aset pada jenis kegiatan konvensional yang cenderung
meningkat.
Peningkatan aset di atas sejalan dengan jumlah bank umum di provinsi
NTB yang pada triwulan II-2012 berjumlah 26 dengan jumlah kantor sebanyak
113 dan jumlah ATM yang tersebar di Nusa Tenggara Barat telah mencapai
258 unit.
1 Aset mengacu konsep gross untuk perhitungan antar kantor bagi Bank yang berkantor pusat di NTB.KPw BI Prov. NTB
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.1Perkembangan Aset Bank Umum
Grafik 3.2Pertumbuhan Aset Bank Umum
Menurut Kegiatan Usaha
Sumber : KPw BI Prov. NTB
0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000 18,000 20,000
0
5
10
15
20
25
30
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2
2010 2011 2012
asset-kanan (Rp miliar)growth-aset kiri (%)
0102030405060708090
100
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2
2010 2011 2012
gAset-BU Konv (%) gAset-BU Syariah (%)
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
26
Grafik 3.3Perkembangan Bank Umum Syariah
(Rp Mil)
Berdasarkan komposisinya, kepemilikan aset bank umum di NTB masih
didominasi oleh bank-bank milik pemerintah yang jumlahnya mencapai
Rp12,84 triliun dengan pangsa mencapai sebesar 73,44% dari total aset
seluruh bank umum di NTB, sedikit menurun dibanding peningkatan triwulan
lalu yang mencapai angka 73,72%. Sementara itu, perkembangan kepemilikan
aset bank-bank lainnya relatif tidak mengalami perubahan yang berarti.
Berdasarkan per kabupaten/kota, jumlah pencapaian aset tertinggi
didominasi oleh bank yang beroperasi di wilayah kodya Mataram, kemudian
disusul Kabupaten/Kota Bima, sementara Kabupaten/Kota lain relatif
meningkat namun tidak terlalu signifikan.
Perkembangan aset bank umum konvensional mengalami peningkatan
yaitu tumbuh sebesar 21,92% (yoy) dengan nominal sebesar Rp16,27 triliun,
turun dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh sebesar 22,05%
(yoy). Sementara, perkembangan aset bank umum syariah mengalami
penurunan dengan level pertumbuhan lebih tinggi dibanding bank umum
konvensional. Pada triwulan II-2012, total aset bank umum syariah sebesar
Rp1,24 triliun atau tumbuh sebesar 53,17% (yoy). Pertumbuhan tersebut
sedikit lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh
hingga 61,79% (yoy).
3.1.2. PERKEMBANGAN BANK UMUM SYARIAH
Hingga triwulan II-2012, kinerja indikator bank umum syariah di Nusa
Tenggara Barat masih berada pada tren peningkatan. Hingga Juni 2012,
total aset bank umum syariah meningkat menjadi Rp1,24 triliun atau tumbuh
signifikan sebesar 7,17% (yoy), sedikit lebih rendah dibanding pertumbuhan
triwulan lalu yang tumbuh sebesar 61,79% (yoy). Tingginya pertumbuhan
aset tersebut ditopang oleh peningkatan performa kegiatan pembiayaan
dan penghimpunan dana oleh bank umum syariah pada periode laporan.
Sementara itu, perkembangan pangsa aset bank umum syariah terhadap
total aset perbankan di NTB mengalami peningkatan dari 6,45% pada
triwulan lalu menjadi sebesar 7,01% pada periode laporan.
Grafik 3.4Pangsa Bank Umum Syariah Terhadap Perbankan (%)
Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2
2010 2011 2012
Financing
DPK Aset
75
80
85
90
95
100
FinancingAset
DPK
92.39 93.3294.60
7.61 6.68 5.40
Konvensional Syariah
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
27
Dari sisi pembiayaan, dana yang berhasil disalurkan bank umum
syariah hingga triwulan II-2012 meningkat mencapai Rp1.079 miliar atau
tumbuh sebesar 49,78% (yoy), lebih rendah dibanding periode sebelumnya
yang tumbuh sebesar 51,04% (yoy). Di sisi lain, jumlah DPK yang dihimpun
mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp670 miliar yang tumbuh sebesar
49,27% (yoy), lebih tinggi dibanding periode sebelumnya yang tumbuh
hingga 48,44% (yoy).
Percepatan laju pertumbuhan kegiatan penghimpunan DPK yang
lebih tinggi dibanding pembiayaan syariah menyebabkan fungsi intermediasi
bank umum syariah mengalami peningkatan. Kondisi tersebut tercermin dari
Financing Deposit Ratio (FDR) yang tercatat sebesar 160,85%, meningkat
dibanding kinerja triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 154,68%.
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.7Perkembangan Pembiayaan Bank Umum
Syariah
Grafik 3.6Perkembangan DPK Bank Umum Syariah
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.5Perkembangan Aset Bank Umum Syariah
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.8Perkembangan FDR dan NPF Bank Umum Syariah
-10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
Tw1Tw2 Tw3Tw4 Tw1Tw2Tw3 Tw4Tw1Tw2
2010 2011 2012
Aset Syariah (Rp mil) Growth (yoy) Aset-kanan (%)
-
10
20
30
40
50
60
-100 200 300 400 500 600 700 800
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2
2010 2011 2012
DPK Syariah (Rp mil) Growth (yoy) DPK-kanan (%)
-
10
20
30
40
50
60
70
-
200
400
600
800
1,000
1,200
Tw1Tw2Tw3Tw4Tw1Tw2Tw3Tw4Tw1Tw2
2010 2011 2012
Financing (Rp mil)
Growth (yoy) Financing-kanan (%)
0.0
0.20.40.6
0.81.0
1.21.41.6
1.82.0
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2
2010 2011 2012
FDR (%) NPF (%)-kanan
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
28
Dari sisi risiko pembiayaan, laju pertumbuhan kegiatan pembiayaan
bank umum syariah yang tinggi turut diikuti oleh meningkatnya risiko kredit.
Hal tersebut tercermin oleh rasio gross Non Performing Financing (NPF) bank
umum syariah yang bergerak menurun dari sebesar 1,48% pada triwulan lalu
menjadi sebesar 1,74% pada triwulan laporan.
3.1.3. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)
Secara umum perkembangan BPR di NTB pada triwulan II-2012
menunjukkan kinerja yang menggembirakan. Kondisi tersebut tercermin dari
peningkatan indikator keuangan BPR yang disertai perbaikan risiko kredit
dibanding triwulan lalu. Secara kelembagaan, perkembangan jumlah kantor
BPR yang beroperasional di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Nusa Tengara Barat belum mengalami perubahan, jumlah
keseluruhan BPR sebanyak 32 bank. Dari jenis kegiatan usahanya, terdiri dari
29 BPR yang beroperasi secara konvensional dan 3 BPR yang beroperasi
secara syariah.
Pada triwulan II-2012, jumlah aset BPR tercatat sebesar Rp1,12 triliun
atau tumbuh sebesar 26,50% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan
aset triwulan lalu yang mencapai 27,89% (yoy). Dari sisi penghimpunan dana,
kegiatan penghimpunan dana masyarakat sedikit menurun pada triwulan
laporan. Hingga triwulan II-2012, jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang
dihimpun BPR menurun menjadi Rp524,02 miliar atau tumbuh sebesar
25,45% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar
30,01% (yoy).
Dari sisi kegiatan intermediasi, pada triwulan II-2012 jumlah kredit
BPR yang berhasil disalurkan ke masyarakat mencapai Rp681,73 miliar atau
tumbuh sebesar 22,86% (yoy), pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.9Perkembangan Indikator BPR
Grafik 3.10Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis
Penggunaaan
Sumber : KPw BI Prov. NTB
-
5
10
15
20
25
30
35
-
200
400
600
800
1,000
1,200
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2
2010 2011 2012
DPK BPR (Rp mil) Aset BPR (Rp mil)Kredit BPR (Rp mil) g-Aset-kanan (%,yoy)g-DPK-kanan (%,yoy) g-Kredit-kanan (%,yoy)
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
60
-
50
100
150
200
250
300
350
400
450
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2
2010 2011 2012
Kredit MK (Rp mil) Kredit INV (Rp mil)Kredit KONS (Rp mil) g-MK (%)-kanang-INV (%)-kanan g-KONS (%)-kanan
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
29
triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 20,53% (yoy) dengan
nominal sebesar Rp635,02 miliar. Kondisi tersebut diperkirakan dipengaruhi
oleh keunggulan BPR yang memiliki prosedur pemberian kredit yang lebih
cepat dan lebih mengutamakan pendekatan personal.
Berdasarkan komposisi penggunaannya, penyaluran kredit pada jenis
modal kerja kembali masih mendominasi penyaluran kredit BPR dengan
pangsa sebesar 61,95%, kemudian disusul oleh kredit konsumsi dan investasi
yang masing-masing tercatat sebesar 33,30% dan 4,75%. Secara sektoral,
penyaluran kredit pada sektor perdagangan, hotel dan restoran kembali
mendominasi pangsa kredit BPR dengan pangsa sebesar 46,23% atau sebesar
Rp315,19 miliar. Kemudian disusul oleh penyaluran kredit pada sektor
pertanian dengan pangsa sebesar 15,89% atau mencapai Rp108,37 miliar.
Perkembangan kegiatan intermediasi BPR pada triwulan II-2012
cenderung menunjukkan peningkatan berada pada level kinerja tinggi.
Kondisi tersebut tercemin dari dari rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) BPR
sebesar 130,10% (Mar. ’12: 118,53%). Di sisi risiko kredit, penyaluran kredit
BPR diikuti oleh terjaganya risiko kredit meskipun masih pada level yang
cukup tinggi. Pada triwulan II-2012, risiko kredit yang tercermin dari rasio
Non Performing Loan (NPL) tercatat sebesar 10,77%, menurun dibandingkan
periode sebelumnya yang tercatat sebesar 12,02%.
3.2. INTERMEDIASI PERBANKAN
Pada triwulan II-2012, kinerja intermediasi perbankan Nusa
Tenggara Barat berada pada tren peningkatan dan mengalami
pertumbuhan dalam level yang tinggi. Peningkatan intermediasi didorong
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.12Perkembangan Penyaluran dan Kualitas Kredit BPR
Grafik 3.11Pangsa Penyaluran Kredit BPR Menurut
Sektor Ekonomi
Sumber : KPw BI Prov. NTB
-2 4 6 8 10 12 14 16 18
105
110
115
120
125
130
135
140
145
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2
2010 2011 2012
LDR BPR (%) NPL BPR (%)
15.90%
0.12%
0.01%0.82%
0.37%
46.23%
2.26% 0.65% 2.17%
31.48%
PertanianPertambanganListrik, Gas & AirKonstruksiIndustri PengolahanPHRPengangkutanJasa-jasa dunia usahaJasa-jasa sosialKredit Lain-lain
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
30
oleh pembiayaan yang meningkat, sementara penghimpunan dana
masyarakat oleh industri perbankan Nusa Tenggara Barat melambat.
Sampai akhir triwulan II-2012, rasio Loan to Deposit Ratio (LDR)
perbankan NTB berada pada level yang cukup tinggi hingga mencapai
114,06%, lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai
112,29%.
Secara gabungan, total outstanding kredit perbankan (Bank Umum
dan Bank Perkreditan Rakyat) terus meningkat mencapai Rp14,17 triliun atau
tumbuh sebesar 26,84% (yoy). Sementara itu, jumlah dana pihak ketiga (DPK)
yang berhasil dihimpun dari masyarakat meningkat mencapai Rp12,42 triliun
atau tumbuh sebesar 26,82% (yoy), melambat dibandingkan dengan
pertumbuhan triwulan lalu yang tercatat sebesar 27,25% (yoy).
3.2.1. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK)
Kegiatan penghimpunan DPK pada bank umum di Nusa
Tenggara Barat pada triwulan II-2012 mengalami pertumbuhan
namun cenderung melambat. Jumlah DPK yang berhasil dihimpun
tercatat mencapai Rp12,42 triliun atau tumbuh sebesar 26,82% (yoy),
lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2012 yang tercatat
sebesar 27,02% (yoy) atau sebesar Rp11,00 triliun.
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB
Tabel 3.1Perkembangan Indikator Perbankan
Grafik 3.13Perkembangan DPK Bank Umum
(Rp miliar)
Grafik 3.14Pertumbuhan DPK Bank Umum (yoy)
(Rp miliar)
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2
1 Aset 11,757 12,362 12,835 13,726 14,128 15,048 15,897 16,877 17,573 18,641Growth % (yoy) 21.16 20.36 21.12 21.29 20.17 21.73 23.86 22.95 24.38 23.88
2 Kredit 8,222 8,896 9,351 9,906 10,393 11,171 11,785 12,369 12,958 14,170Growth % (yoy) 23.86 25.59 26.13 28.21 26.41 25.58 26.03 24.87 24.68 26.84
3 DPK 7,613 8,144 8,259 8,878 9,069 9,796 10,450 11,378 11,540 12,423Growth % (yoy) 10.19 14.26 12.75 19.13 19.12 20.29 26.53 28.16 27.25 26.82
4 LDR (%) 107.99 109.23 113.22 111.57 114.60 114.04 112.77 108.71 112.29 114.06 5 NPL (%) 2.56 2.45 2.41 2.34 2.51 2.58 2.51 2.17 2.30 2.13
2012Indikator
2010 2011
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2
2010 2011 2012
Deposito Tabungan Giro
(10)
(5)
-
5
10
15
20
25
30
35
40
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2
2010 2011 2012
g-Giro (%) g-Tabungan (%)
g-Deposito (%) g-DPK (%)
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
31
Secara keseluruhan, jumlah DPK yang berhasil dihimpun masih
dominasi Bank Pemerintah dengan pangsa 74,25% atau mencapai nilai
Rp8.84 Triliun. Dana yang dihimpun dalam bentuk dana jangka pendek
yaitu tabungan dengan pangsa sebesar 54,93% atau mencapai Rp6,54
triliun dengan jumlah rekening sebanyak 1,23 juta atau sekitar 62,75%
dari jumlah penduduk yang bekerja di NTB pada Agustus 2011
sebanyak 1,96 juta2. Pangsa tabungan tersebut meningkat dibanding
posisi triwulan I-2012 yang tercatat mencapai 53,01%. Secara tahunan,
jumlah tabungan pada triwulan laporan tumbuh sebesar 23,08% (yoy),
lebih rendah dibanding triwulan lalu yang juga tumbuh sebesar
27,52% (yoy).
Dari jumlah dana masyarakat yang tersimpan pada tabungan,
kepemilikannya didominasi oleh rekening perorangan. Dari jumlah
rekening DPK yang dihimpun oleh perbankan di NTB tercatat sebesar
Rp11.90 triliun. Dari dana tersebut dilihat dari kepemilikan per
Kabupaten/Kota lebih didominasi oleh pemilik dari Kodya Mataram
dengan total dana Rp7.18 triliun, disusul oleh Kabupaten Sumbawa
dan Kota Bima masing-masing dengan total dana Rp1.35 triliun dan
Rp1.01 Triliun.
Perkembangan jenis simpanan jangka panjang yang
ditempatkan dalam bentuk deposito mengalami peningkatan. Pada
triwulan II-2012, jumlah deposito sebesar Rp2,93 triliun yang tumbuh
sebesar 22,08% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding
triwulan I-2012 yang tumbuh sebesar 20,53% (yoy) atau mencapai
Rp2,69 triliun. Berdasarkan komposisinya, pangsa deposito kembali
mengalami peningkatan dari sebesar 24,43% pada triwulan I-2012,
menjadi sebesar 24,62% terhadap keseluruhan DPK yang dihimpun
bank umum di NTB.
2 Survei Angkatan Kerja BPS Prov. NTB
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.15Pangsa DPK per Kepemilikan DPK Bank Umum
(Rp miliar)
Grafik 3.16Pangsa DPK Menurut Jenis Simpanan
Bank Umum
Sumber : KPw BI Prov. NTB
1.51%
15.60%
68.78%
14.10%Pemerintah PusatPemerintah DaerahPerseoranganLainnya
20.45%
54.93%
24.62%Giro
Tabungan
Deposito
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
32
Sementara itu jumlah simpanan dalam bentuk giro yang
ditempatkan masyarakat pada triwulan II-2012 menunjukkan
peningkatan dana menjadi sebesar Rp2,43 triliun yang tumbuh sebesar
16,55% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan II-2011 yang mencapai
angka Rp2,09 triliun dengan pertumbuhan mencapai 9,65% (yoy).
Berdasarkan komposisi terhadap keseluruhan DPK bank umum di NTB,
pangsa giro mengalami penurunan dari 22,57% pada triwulan lalu
menjadi 20,45% pada periode laporan.
3.2.2. Perkembangan Kredit Bank Umum
Secara umum kegiatan penyaluran kredit bank umum yang
berhasil disalurkan ke masyarakat meningkat dengan level
pertumbuhan yang tinggi. Hingga triwulan II-2012, total outstanding
kredit yang disalurkan ke masyarakat di NTB nilainya mencapai Rp13,49
triliun atau tumbuh sebesar 27,05% (yoy). Pangsa kredit cenderung
naik dengan angka 73,73% dibandingkan dengan periode triwulan lalu
pada angka 72,58%. Berdasarkan jenis penggunaannya sampai dengan
triwulan laporan penyaluran kredit di Provinsi NTB didominasi kredit
konsumsi tercatat 7,71 triliun dengan pangsa 11,48%, disusul kredit
Modal Kerja terakhir kredit investasi.
Dari sisi kinerja intermediasi bank umum, perlambatan
pertumbuhan penghimpunan DPK yang lebih besar dibanding
penyaluran kredit menyebabkan kinerja intermediasi bank umum di
Nusa Tenggara Barat tumbuh meningkat. Hal ini tercermin dari rasio
Loan to Deposit Ratio (LDR) yang tercatat sebesar *)130,16%, lebih
tinggi dengan kinerja periode sebelumnya yang mencapai 118,53%.
Tingkat LDR yang berada di atas 100% mencerminkan bahwa selain
menggunakan dana pihak ketiga, bank umum juga memanfaatkan
dana lainnya seperti modal sendiri ataupun dana antar bank dalam
melaksanakan kegiatan pembiayaan. Hal ini menandakan masih
terbukanya peluang bagi perbankan lainnya untuk ikut bersaing ke
dalam industri perbankan di NTB.
0
5
10
15
20
25
30
35
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2
2010 2011 2012
Kredit BU-kiri (Rp miliar)growth-kredit kanan (%)
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.17Perkembangan Kredit Bank Umum
(Rp miliar)
Grafik 3.18Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Jenis
Penggunaan (%)
Sumber : KPw BI Prov. NTB
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2
2010 2011 2012
Konsumsi Investasi Modal Kerja
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
33
Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar penyaluran
kredit bank umum di NTB masih tertuju pada jenis konsumsi dengan
pangsa mencapai 57,16% terhadap keseluruhan kredit bank umum di
NTB atau sebesar Rp7,71 triliun yang tumbuh sebesar 8,89% (yoy).
Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibanding kinerja triwulan I-2012
yang tumbuh mencapai 10,65% (yoy). Kemudian disusul oleh kredit
modal kerja dengan pangsa sebesar 31,35% sebagai pangsa terbesar
kedua yang tercatat mencapai Rp4,22 triliun atau tumbuh sebesar
46,57% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding periode sebelumnya yang
tumbuh sebesar 35,10% (yoy). Sedangkan pangsa kredit investasi
kembali mengalami peningkatan, yang tercatat sebesar 11,48% atau
mencapai Rp1.54 triliun yang tumbuh signifikan hingga 138,21% (yoy).
Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding kinerja periode
sebelumnya yang tumbuh sebesar 138,99 (yoy) atau mencapai Rp1,37
triliun.
Secara kuartalan, pada triwulan II-2012 perkembangan kredit
investasi kembali menunjukkan performanya yang tumbuh sebesar
12,71% (qtq). Kemudian diikuti kredit modal kerja yang tumbuh
sebesar 14,62% (qtq). Sementara kredit konsumsi menunjukkan
peningkatan yang cukup tinggi tumbuh sebesar 6,21% dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,06% (qtq).*)
Secara sektoral, pertumbuhan kredit tertinggi pada triwulan II-
2012 dialami oleh sektor pertanian yang tumbuh signifikan hingga
378,06% (yoy). Kemudian diikuti oleh kinerja pada jasa dunia usaha
yang juga tumbuh signifikan mencapai 116,49% (yoy) dan 74,20% (yoy).
Sementara itu, kredit pada sektor pertambangan masih mengalami
pertumbuhan negatif yang tercatat sebesar -90,46% (yoy).
Grafik 3.19Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut
Jenis Penggunaan (qtq,%)
Grafik 3.20Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Jenis
Penggunaan (yoy,%)
Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB
(14.00)
(4.00)
6.00
16.00
26.00
36.00
46.00
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2
2010 2011 2012
gKMK-BU-(qtq,%)
gKInv-BU-(qtq,%)gKKons-BU-(qtq,%)
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2
2010 2011 2012
gKMK-BU-(yoy,%)gKInv-BU-(yoy,%)gKKons-BU-(yoy,%)
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
34
Berdasarkan pangsanya, penyaluran kredit produktif masih
terkonsentrasi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR)
yang pangsanya mencapai 27,86% atau sebesar Rp3,75 triliun (selain
kepada sektor lain-lain). Kemudian penyaluran kredit terbesar
disumbangkan oleh sektor konstruksi dengan pangsa sebesar 2,95%
(Rp398,40 miliar), kemudian diikuti oleh sektor pertanian yang
pangsanya sebesar 2,21% (Rp298 miliar). Sementara penyaluran kredit
pada sektor-sektor produktif lainnya pangsanya berada pada kisaran
0,01% hingga 1,78% dari keseluruhan kredit.
Tabel 3.3Perkembangan Kredit Bank Umum
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Tabel 3.2Pertumbuhan Kredit Bank Umum (yoy,%)
Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2
1 Menurut Jeni s Pengguna a n - Moda l Kerj a 9.86 15.16 17.48 27.27 24.30 19.79 21.52 25.65 35.10 46.57 - Inves ta s i 50.03 45.02 24.24 32.89 23.81 33.05 82.38 120.45 138.99 138.21 - Kons ums i 29.27 30.47 31.91 29.79 28.96 28.36 24.17 16.78 10.65 8.89
2 Menurut Sektor Ekonomi - Perta ni an -69.52 -66.46 -51.85 -43.33 35.06 3.32 -15.34 102.16 216.79 378.06 - Perta mbanga n 55.71 46.80 -21.07 -17.70 -8.12 -2 .05 -2.13 -1.85 -15.28 -80.46 - Indus tr i Pengola ha n 7.13 -0.56 6.23 17.17 -1.54 10.04 6.60 4.61 68.57 29.19 - Li s tr ik, Ga s da n Ai r -8.55 17.17 -11.64 -13.05 58.26 -27.10 -14.32 24.26 -14.08 3.53 - Kons truks i 18.28 40.80 42.67 90.76 84.63 62.32 95.97 56.54 51.85 61.65 - Perdag.Hote l da n Restora n 7.69 9.92 13.85 14.24 16.98 14.56 16.64 34.00 50.73 66.86 - Penga ngkuta n da n Komunika s i 3.04 -0.52 -7.75 -9.65 2.39 10.08 22.46 41.84 80.01 64.50 - Ja s a dunia us a ha 4.30 -3.85 -18.75 -18.49 -10.36 15.23 62.29 72.17 74.20 116.49 - Ja s a s os ia l 2.22 93.29 90.88 192.21 159.02 39.18 68.44 170.05 168.81 83.79 - La in-la in 36.86 38.02 36.92 37.13 30.26 29.83 27.42 16.98 10.11 7.96
2011 20122010Penyaluran Kredit
Growth
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 (%,yoy)
1 Menurut Jenis Penggunaan 7,749 8,414 8,864 9,398 9,867 10,616 11,204 11,765 12,323 13,488 27.05
- Modal Kerja 2,197 2,408 2,577 2,716 2,731 2,885 3,131 3,412 3,689 4,229 46.57 - Investasi 464 489 455 530 575 650 830 1,169 1,374 1,549 138.21
- Konsumsi 5,087 5,517 5,833 6,151 6,561 7,081 7,242 7,184 7,260 7,710 8.892 Menurut Sektor Ekonomi 7,749 8,414 8,864 9,398 9,867 10,616 11,204 11,765 12,323 13,488 27.05
- Pertanian 51.9 60.4 76.5 78.0 70.1 62.4 64.8 157.7 221.9 298.4 378.06 - Pertambangan 11.3 9.7 9.5 9.3 10.4 9.5 9.3 9.2 8.8 1.8 -80.46 - Industri Pengolahan 66.3 64.9 65.7 69.2 65.3 71.4 70.0 72.4 110.0 92.3 29.19 - Listrik, Gas dan Air 1.1 1.9 1.8 1.9 1.7 1.4 1.6 2.4 1.4 1.4 3.53 - Konstruksi 116.5 151.8 161.2 205.4 215.0 246.5 315.96 321.59 326.56 398.40 61.65 - Perdagangan,Hotel dan Restoran 1,838 1,966 2,195 2,213 2,150 2,252 2,560 2,966 3,240 3,758 66.86 - Pengangkutan dan Komunikasi 44.4 44.3 41.7 41.9 45.5 48.8 51.0 59.4 81.9 80.3 64.50 - Jasa dunia usaha 171.2 162.4 138.0 141.5 153.5 187.1 223.92 243.65 267.39 405.03 116.49 - Jasa sosial 45.4 94.0 94.2 110.8 117.7 130.8 158.7 299.3 316.4 240.4 83.79 - Lain-lain 5,403 5,858 6,081 6,526 7,038 7,606 7,748 7,634 7,749 8,212 7.96
2011 2012Penyaluran Kredit
2010(Rp miliar)
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
35
Secara umum, perkembangan suku bunga bank umum NTB
pada triwulan II-2012 terdapat kenaikan maupun penurunan serta ada
yang sama dengan triwulan sebelumnya baik pada suku bunga kredit
maupun suku bunga simpanan. Pada sisi kredit, peningkatan suku
bunga berada tertinggi pada kredit investasi dan diikuti oleh kredit
konsumsi, sedangkan penurunan suku bunga terjadi pada jenis kredit
modal kerja. yang masing-masing tercatat sebesar 15,70% (Mar. ’12:
15,65%), 12,97% (Mar. ’12: 13,01%) dan 15,46% (Mar. ’12: 15,74%).
Pada jenis simpanan, suku bunga deposito mengalami penurunan dari
6,34% pada Maret 2012 menjadi 5,90% pada posisi Juni 2012.
3.2.3. Perkembangan Kredit UMKM
Sejalan dengan meningkatnya penyaluran kredit pada bank
umum, penyaluran kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di
Nusa Tenggara Barat juga menunjukkan peningkatan. Pada triwulan II-
2012, nominal outstanding credit UMKM (plafon kredit < Rp5 miliar)
perbankan NTB (Bank Umum dan BPR) meningkat menjadi Rp13,52
triliun atau tumbuh sebesar 27,88% (yoy), lebih tinggi dibanding
triwulan lalu yang juga tumbuh sebesar 25,58% (yoy) yang tercatat
sebesar Rp10,57 triliun. Berdasarkan komposisinya, dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya pangsa penyaluran kredit UMKM pada
periode laporan mengalami peningkatan yang tinggi. Pada triwulan II-
2012 pangsanya tercatat mencapai 95,42%, sedikit meningkat
dibanding triwulan I-2012 yang tercatat mencapai 95,19%.
Grafik 3.22Pangsa Kredit Bank Umum Secara Sektoral
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.21Perkembangan Suku Bunga Bank Umum (%)
Sumber : KPw BI Prov. NTB, Cognos
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2010 2011 2012
Kredit Modal Kerja Kredit InvestasiKredit Konsumsi DepositoBI Rate
Pertanian
Pertambangan
Industri Pengolahan
Listrik, gas, dan air
Konstruksi
PHR
Transport & KomunikasiJasa-jasa dunia usaha
Jasa-jasa sosial/masyarakatKredit Lain-lain
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
36
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Perkembangan penyaluran kredit oleh bank umum di NTB
masih didominasi oleh penyaluran pada kredit UMKM yang pangsanya
mencapai 95,42% atau mencapai Rp13,52 triliun. Berdasarkan skala
kreditnya, penyaluran kredit UMKM bank umum didominasi oleh kredit
kecil (plafon Rp50 juta s.d Rp500 juta) mencapai Rp2.68 triliun dengan
pangsa sebesar 19,89%. Kemudian diikuti oleh kredit mikro (plafon s.d
Rp50 juta) mencapai Rp8,08 triliun dengan pangsa mencapai 59,95%.
Sedangkan pangsa kredit menengah (plafon Rp500 juta s.d Rp5 miliar)
hanya sebesar 15,35% atau secara nominal mencapai sebesar Rp 2,07
triliun.
Berdasarkan jenis penggunaan, penyaluran kredit UMKM bank
umum pada triwulan II-2012 masih didominasi oleh kredit konsumsi
dengan nominal kredit sebesar Rp7,71 triliun dengan pangsa sebesar
57,16% dari total kredit UMKM bank umum yang telah disalurkan,
disusul oleh kredit modal kerja sebesar Rp4,23 triliun dengan pangsa
31,35% dan kredit investasi sebesar Rp1,55 triliun dengan pangsa
11,48%.
Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.24Perkembangan Kredit UMKM
Grafik 3.25Perkembangan Rasio NPL Kredit UMKM Bank Umum
Grafik 3.23Pangsa Kredit UMKM Terhadap Total Kredit Bank
Umum
38.01 35.01 33.24 31.42 29.77 27.18 25.25 23.85 22.16 19.89
45.99 48.31 49.85 51.64 53.60 56.04 56.72 57.97 59.14 59.95
13.73 14.12 13.59 13.64 13.22 13.17 13.86 13.88 14.45 15.35
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2
2010 2011 2012
Lainnya Kredit Menengah Kredit Kecil Kredit Mikro
-
5
10
15
20
25
30
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2
2010 2011 2012
yoykredit UMKM (Rp mil) g-kredit UMKM-kanan (%)
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2
2010 2011 2012
NPL Kredit Mikro (%)
NPL Kredit Kecil (%)
NPL Kredit Menengah (%)
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
37
Dari sisi risiko kredit, perkembangan risiko kredit UMKM pada
triwulan II-2012 cenderung meningkat dibanding triwulan lalu. Rasio
NPL tertinggi dimiliki kredit UMKM skala kredit mikro yang tercatat
mencapai 2,36%, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang
sebesar 2,28%. Sementara perkembangan NPL kredit UMKM pada skala
kecil dan menengah masing-masing tercatat sebesar 1,67% (Mar. 2012:
1,74%) dan 0,81% (Mar. 2012: 1,31%).
Beberapa kendala yang dihadapi perbankan dalam penyaluran
UMKM antara lain dari faktor calon debitur yaitu: usaha debitur belum
feasible, debitur masih memiliki tunggakan kredit, debitur belum dapat
memenuhi persyaratan administrasi bank seperti KTP dan SIUP, debitur
tidak memiliki pencatatan atau pembukuan serta masih banyaknya
debitur yang belum mengerti tentang perbankan terutama skim kredit.
3.2.4. Perkembangan Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Hingga triwulan II-2012, realisasi penyaluran KUR oleh
bank umum di NTB meningkat mencapai Rp862,92 miliar atau
tumbuh sebesar 67,65% (yoy). Pertumbuhan tersebut meningkat
dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar 62,94% (yoy) atau
sebanyak Rp733,40 miliar. Secara sektoral, penyaluran KUR didominasi
oleh sektor perdagangan hotel dan restoran dengan pangsa mencapai
74,48% atau sebanyak Rp642,68 miliar. Kemudian diikuti oleh sektor
pertanian dan sektor jasa dunia usaha masing-masing sebesar Rp109,74
miliar dan Rp28,84 miliar.
Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan program dari pemerintah
untuk membantu usaha mikro/kecil produktif yang mengalami kesulitan
akses permodalan ke perbankan karena keterbatasan penyediaan agunan
atau UMKM yang feasible namun belum bankable. Sumber dana penyaluran
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2
1 Pertanian 33,918 38,041 39,622 53,084 63,235 67,461 71,795 85,969 96,314 109,7382 Pertambangan 0 0 0 0 0 0 20 20 24 313 Industri Pengolahan 4,016 4,186 4,831 5,457 5,927 6,616 6,867 7,357 7,834 9,7864 Listrik, Gas & Air 0 0 0 0 0 0 3,236 3,403 0 205 Konstruksi 0 0 6,940 0 0 0 0 0 0 06 Perdag, Htl & Rstrn 148,682 178,233 194,205 260,028 354,158 410,027 472,753 516,634 565,823 642,6807 Angktn & Komuniks 226 1,066 1,457 1,597 1,898 3,282 2,468 2,536 2,822 3,5098 Jasa Dunia Usaha 12,427 13,335 13,054 15,789 19,462 21,660 23,586 25,427 28,339 28,8379 Jasa Sosial 278 758 837 2,899 1,292 987 1,435 4,301 6,947 6,09310 Lain-lain 3,251 3,846 2,138 4,340 4,129 4,670 9,141 19,443 25,297 62,225
202,797 239,464 263,085 343,193 450,100 514,703 591,299 665,090 733,399 862,91920.52 18.08 9.86 30.45 31.15 14.35 14.88 12.48 10.27 17.6677.51 71.63 63.03 103.95 121.95 114.94 124.76 93.79 62.94 67.65
2012(Jutaan Rp)
2010SEKTORNO
2011
TotalPertumbuhan (%,qtq)Pertumbuhan (%,yoy)
Tabel 3.4Perkembangan Kredit Usaha Rakyat Berdasarkan Plafon Kredit
Sumber : KPw BI Prov. NTB
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
38
KUR adalah 100% (seratus persen) dari bank pelaksana yang dihimpun dari
dana masyarakat berupa tabungan, deposito dan giro.
Sementara itu, plafon KUR Mikro yang saat ini dapat disalurkan oleh
seluruh bank penyalur KUR nilainya sampai dengan Rp20 juta dan KUR Ritel
dengan plafon di atas Rp20 juta sampai dengan Rp500 juta. Bank-bank
penyalur KUR di NTB yaitu Bank BRI, Bank BNI, Bank Mandiri, Bank Bukopin,
Bank BTN, Bank Syariah Mandiri dan Bank NTB.
Beberapa kendala yang dihadapi perbankan dalam penyaluran KUR
antara lain dari faktor calon debitur yaitu: usaha debitur belum feasible,
debitur masih memiliki tunggakan kredit program, adanya persepsi dari
masyarakat bahwa KUR adalah bantuan (hibah), sehingga calon debitur
berani menunggak, sebagian besar debitur tidak memiliki NPWP. Sedangkan
dari faktor internal bank, adalah terbatasnya tenaga pemasaran kredit,
keterbatasan jaringan kantor cabang, belum tersedianya data base UMKM
binaan SKPD dan belum adanya perangkat analisa kredit yang lebih
sederhana dan praktis, untuk kredit di bawah Rp50 juta.
3.3. STABILITAS SISTEM PERBANKAN
Pada triwulan II-2012, peningkatan penyaluran kredit bank umum
didukung oleh risiko kredit yang terjaga. Kondisi tersebut ditunjukkan oleh
nilai Non Performing Loan (NPL) yang tercatat sebesar 1,70% pada periode
laporan, sedikit lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat sebesar
1,80% dan masih dibawah target indikatif yang ditetapkan sebesar 5%.
Berdasarkan jenis penggunaan, pada triwulan II-2012, rasio NPL
terbesar dialami oleh kredit modal kerja yang menurun dari 3,57% pada
triwulan lalu menjadi 2,98%. Selanjutnya diikuti oleh kredit investasi yang
menurun dari 1,44% pada triwulan lalu menjadi 1,42% pada triwulan
laporan. Sementara itu, rasio NPL pada kredit konsumsi tercatat meningkat
menjadi 0,97% (Mar. ’12:1,05%).
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Tabel 3.5Perkembangan Kualitas Kredit Bank Umum
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2
1 NPL (Nominal Rp. Jutaan) 152,152 159,203 162,669 165,468 187,825 213,673 223,009 198,124 222,103 228,964NPL (%) 1.96 1.89 1.84 1.76 1.90 2.01 1.99 1.68 1.80 1.70
2 NPL per jenis penggunaan (%) - Modal Kerja 4.67 4.26 4.29 4.01 4.48 4.99 4.59 3.62 3.57 2.98 - Investasi 2.35 3.35 2.86 2.81 2.87 3.07 2.46 1.57 1.44 1.42 - Konsumsi 0.76 0.73 0.67 0.68 0.75 0.82 0.81 0.78 0.97 1.05
3 NPL per sektor (%) - Pertanian 1.60 5.37 4.74 19.28 23.85 28.84 24.54 10.71 8.80 5.26 - Pertambangan 4.80 0.00 0.00 0.39 0.26 0.80 1.09 0.59 1.01 10.55 - Industri Pengolahan 1.48 1.94 2.32 4.02 4.53 5.25 4.94 3.64 2.65 3.66 - Listrik, Gas dan Air 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 - Konstruksi 1.78 2.96 2.48 1.90 2.17 1.44 1.54 1.42 1.95 1.79 - Perdagangan Hotel dan Restoran 5.12 4.64 4.88 4.20 4.80 4.99 4.58 3.40 3.10 2.71 - Pengangkutan dan Komunikasi 0.33 0.90 0.68 1.60 2.06 2.42 2.17 1.66 1.16 1.40 - Jasa dunia usaha 2.45 0.74 0.89 0.78 0.62 1.18 1.40 1.26 1.45 1.07 - Jasa sosial 2.54 4.68 4.83 3.94 4.00 6.54 4.16 1.37 1.42 2.02 - Lain-lain 0.89 0.91 0.66 0.68 0.76 0.90 0.93 0.85 1.08 1.10
2011 20122010Kolektibilitas Kredit
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
39
Secara sektoral, meningkatnya risiko kredit pada triwulan II-2012
didorong oleh meningkatnya rasio NPL pada sektor pertambangan paling
tinggi, kemudian sektor industri pengolahan dan terakhir sektor jasa sosial.
Sementara itu, penurunan rasio NPL terbesar dimiliki oleh sektor pertanian.
Sektor Pertambangan masih tampil sebagai sektor yang memiliki rasio NPL
tertinggi mencapai 10,55%.
3.4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Salah satu tugas Bank Indonesia adalah mengatur dan menjaga
kelancaran sistem pembayaran baik tunai dan non tunai, kegiatan lalu lintas
sistem pembayaran di Nusa Tenggara Barat berlangsung dengan baik dan
lancar. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, pada triwulan laporan tercatat
kegiatan transaksi keuangan terus menunjukkan peningkatan. Transaksi
secara tunai mengalami net outflow, sedangkan perkembangan transaksi
secara non tunai kembali didominasi layanan transaksi Real Time Gross
Settlement.
3.4.1. Transaksi Keuangan Secara Tunai
Pada triwulan II-2012 perkembangan transaksi keuangan
secara tunai di Nusa Tenggara Barat berada pada tren net
outflow. Kondisi tersebut tercermin dari peningkatan jumlah aliran
uang keluar (cash outflow) yang lebih besar dibandingkan aliran uang
masuk (cash inflow), atau dengan kata lain jumlah penarikan uang
tunai lebih besar dibandingkan jumlah setoran uang tunai yang
dilakukan oleh perbankan NTB melalui Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Pada triwulan II-2012, jumlah aliran uang tunai yang masuk ke
kas Bank Indonesia yang berasal dari setoran perbankan di NTB masih
berada pada tren peningkatan yang tercatat sebesar Rp650,22 miliar
Grafik 3.26Perkembangan Inflow, Outflow dan Netflow (Rp, miliar)
(600)
(450)
(300)
(150)
0
150
300
450
600
750
900
1,050
0
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2010 2011 2012
Rp. Miliar
Inflow Outflow Netflow (kanan)
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
40
atau tumbuh signifikan sebesar 89,71% (yoy), jauh lebih rendah
dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh hingga 307,53%
(yoy) dengan nominal tercatat sebesar Rp1,21 triliun.
Di sisi lain, jumlah aliran uang tunai yang keluar (cash outflow)
yang berasal dari kas Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa
Tenggara Barat tercatat mencapai Rp1,26 triliun yang tumbuh
signifikan sebesar 29,22% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan
triwulan lalu yang tercatat tumbuh tinggi sebesar 34,94% (yoy) atau
sebanyak Rp684,18 miliar. Jumlah aliran uang keluar yang lebih besar
dibanding aliran jumlah uang masuk menyebabkan terjadinya net
outflow dengan jumlah mencapai Rp607,25 miliar.
3.4.2. Perkembangan Penukaran Uang Pecahan Kecil
Secara umum, kegiatan penukaran uang pecahan kecil di NTB
menunjukkan peningkatan. Selama triwulan II-2012, penukaran uang
pecahan kecil melalui kegiatan kas keliling yang melingkupi seluruh
wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan penukaran langsung ke
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat
mencapai Rp50,18 miliar atau tumbuh sebesar 29,33% (yoy), namun
tumbuh lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang
mencapai 13,54% (yoy) yang tercatat sebesar Rp42,24 miliar.
Berdasarkan lokasi, penukaran uang pecahan kecil secara
langsung melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa
Tenggara Barat mencapai Rp43,02 miliar atau tumbuh sebesar 40,43%
(yoy), meningkat dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 20,53%
(yoy). Sementara itu, penukaran uang pecahan kecil melalui kegiatan
kas keliling mengalami penurunan atau tumbuh negatif sebesar
12,32% (yoy) atau sebanyak Rp7,15 miliar, lebih rendah dibanding
pertumbuhan triwulan lalu yang mencapai 0,16% (yoy).
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.27Perkembangan Penukaran Uang Kecil (Rp, miliar)
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.28Komposisi Penukaran Uang Kertas Keluar
Berdasarkan Jenis Pecahan
0
2
4
6
8
10
12
14
0
10
20
30
40
50
60
I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012
Penukaran di BI Kas Keliling - kanan
Rp20.000; 8.09%
Rp10.000; 17.03%
Rp5.000; 25.64%
Rp2.000; 49.12%
Rp1.000; 0.13%
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
41
Berdasarkan komposisinya, penukaran uang kertas pecahan
kecil (s.d Rp20.000) sepanjang triwulan II-2012 jumlahnya mencapai
Rp41,531 miliar. Penukaran uang kertas masih didominasi jenis
Rp2.000,00 dengan jumlah mencapai 3,65 juta lembar, disusul pecahan
Rp5.000,00 sebanyak 1,90 juta lembar, pecahan Rp10.000,00 sebanyak
1,26 juta lembar, pecahan Rp20.000,00 sebanyak 0,60 juta lembar dan
pecahan Rp1.000,00 sebanyak 9,30 ribu lembar. Sementara secara
nominal, jumlah penukaran tertinggi dialami uang pecahan
Rp10.000,00 yang mencapai Rp12,66 miliar kemudian disusul uang
pecahan Rp20.000,00 yang mencapai uang pecahan Rp12,03 miliar.
3.4.3. Transaksi Pembayaran Secara Non Tunai
Perkembangan kegiatan transaksi non tunai di Nusa Tenggara
Barat sepanjang triwulan II-2012 relatif menunjukkan penurunan
dibanding triwulan lalu. Kondisi tersebut didorong oleh menurunnya
transaksi keuangan secara non tunai melalui sarana Real Time Gross
Settlement (RTGS), dari sebesar Rp2,40 triliun pada triwulan lalu
menjadi Rp2,38 triliun pada triwulan II-2012. Sementara itu, pada
triwulan II-2012 transaksi secara kliring menunjukkan peningkatan
yang tercatat mencapai Rp1,36 triliun (triwulan I-2012: Rp1,33 triliun).
a. Transaksi Kliring
Sepanjang triwulan II-2012, nilai transaksi kliring mencapai
Rp1,36 triliun atau tumbuh sebesar 40,21% (yoy), lebih tinggi
dibanding dengan triwulan I-2012 yang tumbuh sebesar 30,56% (yoy).
Berdasarkan frekuensi transaksinya, jumlah warkat kliring yang
diproses sepanjang triwulan II-2012 menunjukkan peningkatan yang
tercatat sebanyak 32,40 ribu lembar atau tumbuh sebesar 15,18% (yoy),
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.29Perkembangan Transaksi Non Tunai
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2010 2011 2012
lbr
Rp,miliar
RTGS (kiri) Kliring (kiri)warkat kliring(ribu) kanan warkat RTGS(ribu) kanan
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
42
lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat sebanyak 32,25 ribu
lembar.
b. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)
Setelah mengalami peningkatan pada triwulan lalu, kegiatan
transaksi sarana RTGS kembali mendominasi sistem pembayaran non
tunai pada perbankan di Nusa Tenggara Barat. Sepanjang triwulan II-
2012, jumlah transaksi pembayaran melalui RTGS tercatat sebanyak
Rp2,38 triliun yang tumbuh signifikan sebesar 31,55% (yoy), jauh
menurun dibanding triwulan I-2012 ( Rp2,40 triliun) yang tumbuh
sebesar 98,11% (yoy).
Dari sisi volume transaksi, jumlah transaksi RTGS menunjukkan
peningkatan, dari 2.694 lembar pada triwulan I-2012 menjadi 2.723
lembar pada periode laporan. Berbagai keunggulan yang dimiliki
sarana RTGS seperti kecepatan dan ketepatan dalam penyelesaian
transaksi serta rendahnya risiko settlement-nya turut mempengaruhi
jumlah transaksi RTGS di Nusa Tenggara Barat.
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.30Perkembangan Transaksi Kliring
Grafik 3.31Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement
-
2
4
6
8
10
12
14
0
100
200
300
400
500
600
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2010 2011 2012
Nominal (Rp milyar) Warkat (ribu lembar)-kanan
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
0
200
400
600
800
1000
1200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2010 2011 2012
lembarRp, miliarRTGS (milyar) kiri Volume (lbr) kanan
43
Boks 2Kegiatan Penukaran Uang Pecahan Kecil
Nusa Tenggara Barat
I. Latar Belakang
Sebagaimana dengan tahun-tahun sebelumnya aliran uang tunai selama Ramadhan
dan menjelang Hari Idul Fitri menunjukkan peningkatan terutama permintaan uang
pecahan kecil yang meningkat dibandingkan dengan hari-hari biasa lainnya. Peningkatan
tersebut dikarenakan adanya pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR), tradisi masyarakat
membagikan uang kepada anak-anak kecil ataupun fakir miskin dengan uang baru yang
rapi dan bersih, dan juga untuk menjaga ketersediaan uang yang beredar di masyarakat
selama libur Hari Idul Fitri.
Pada tahun 2011 rata-rata kebutuhan uang (outflow) sejak periode Januari-Juli 2011
adalah sebesar Rp257 miliar, sedangkan pada bulan Ramadhan 2011 (bulan Agustus 2011)
kebutuhan uang meningkat sebesar 209,51% menjadi Rp795,68 miliar. Dari penukaran
uang terdapat peningkatan penukaran uang kertas pecahan kecil (pecahan Rp10.000,
Rp5.000, Rp2.000, Rp1.000 dan smua uang logam seluruh pecahan) pada periode sebelum
bulan Ramadhan dan Hari Idul Fitri 2011 (periode bulan Januari-Juli 2011) adalah rata-rata
sebesar Rp6,69 miliar per bulan sedangkan pada bulan Ramadhan 2011 (bulan Agustus
2011) meningkat sebesar Rp17,70 milyar menjadi sebesar Rp24,39 miliar (264,77%), dimana
jumlah permintaan terbanyak untuk uang pecahan kecil adalah pecahan Rp1000 yang
mengalami peningkatan sebesar Rp2,28 milyar dari sebesar Rp0.14 milyar menjadi Rp2,42
miliar (1.592,43%), uang kertas pecahan Rp.5.000 meningkat sebesar Rp6,01 miliar menjadi
sebesar Rp8,20 miliar (275,61%).
Aliran kas keluar Bank Indonesia pada triwulan II-2012 meningkat sebesar Rp161,38
miliar (46,02%) yaitu dari Rp 350,64 milyar pada triwulan II-2011 menjadi Rp512,03 milyar
pada posisi Juni 2012. Peningkatan tersebut antara lain terdiri dari pembayaran kepada
Perbankan Provinsi NTB sebesar Rp162,73 milyar (49,18%) dan pelayanan penukaran uang
di loket Bank Indonesia sebesar Rp4,46 milyar (35,33%) sedangkan dari sisi pelayanan kas
keliling mengalami penurunan sebesar Rp5,80 milyar (minus 81,62%). Penurunan pelayanan
kas keliling antara lain dikarenakan pengurangan kegiatan penukaran uang kas keliling di
Sumbawa, dimana penukaran uang bekerja sama dengan Perbankan Provinsi NTB, dengan
demikian fungsi perbankan dapat terjalin dengan baik, sehingga masyarakat tidak hanya
dapat menukarkan uangnya pada loket di Kantor Perwakilan Bank Indonesia, namun dapat
juga melalui bank-bank yang tersebar di wilayah Provinsi NTB.
II. Perkiraan Kegiatan Penukaran Uang Pecahan Kecil Tahun 2012
Kegiatan outflow sepanjang tahun 2012 (periode bulan Januari-Juni 2012) adalah
rata-rata sebesar Rp323,60 miliar per bulannya. Jumlah penukaran uang pecahan kecil
selama semester II tahun 2012 adalah sebesar Rp52,29 miliar atau rata-rata sebesar Rp8,71
44
miliar per bulannya. Dalam rangka mengantisipasi penukaran uang menjelang bulan
Ramadhan dan Hari Idul Fitri tahun 2012, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa
Tenggara Barat telah menyediakan uang pecahan kecil (pecahan Rp.10.000, Rp.5.000,
Rp.2.000, Rp.1.000 serta uang logam seluruh pecahan) sebesar Rp67,9 miliar.
Berdasarkan data kegiatan kas di Bank Indonesia, pelayanan pembayaran kepada
Perbankan Provinsi NTB pada triwulan II-2012 meningkat sebesar Rp162,73 milyar (49,18%),
yaitu dari sebesar Rp330,91 milyar pada triwukan II-2012 menjadi Rp493,64 milyar pada
triwulan II-2012. Penyediaan ketersediaan uang pecahan kecil di masyarakat dilakukan
melalui pembukaan loket penukaran uang kecil di Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Nusa Tenggara Barat dan juga melalui kas keliling yang melayani di Kabupaten
Provinsi Nusa Tenggara Barat.
II. Upaya-upaya Bank Indonesia dalam Menyediakan Uang kertas Pecahan kecil
Langkah Bank Indonesia dalam mengantisipasi peningkatan penukaran pecahan
uang kecil selama ramadhan dan menjelang lebaran (diperkirakan 23 Juli – 16 Agustus
2012) adalah sebagai berikut :
1. Berkoordinasi dengan seluruh perbankan di wilayah Nusa Tenggara Barat dalam
rangka membantu penyebaran penukaran uang pecahan kecil kepada masyarakat.
2. Membuka 5 (lima) loket penukaran yang ada di Kantor Perwakilan Bank Indonesia
dengan jam pelayanan dari hari Senin-Jumat (5 hari kerja) yang dilayani mulai pukul
08.30-11.30 WITA.
3. Melayani kebutuhan uang pecahan kecil melalui kas keliling, dimana kas keliling ini
berada di pasar dan pusat-pusat perekonomian masyarakat dan di tempat
keramaian tertentu di masing-masing Kabupaten di wilayah Provinsi Nusa Tenggara
Barat (misalnya di pasar, mall, dll).
4. Memberikan pelayanan penukaran secara kolektif bagi instansi pemerintah maupun
lembaga negara.
45
Boks 3Hasil Survei Dalam Rangka Penyediaan Informasi
Database Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
Pendahuluan
Peran Bank Indonesia dalam pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dimaksudkan dalam rangka mendorong percepatan fungsi intermediasi perbankan kepada sektor riil dan UMKM. Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh Bank Indonesia untuk mendukung fungsi intermediasi tersebut adalah melalui regulasi, pemberian bantuan teknis dan penyediaan informasi.
Data UMKM yang potensial dibiayai oleh lembaga keuangan yang jumlahnya cukup banyak, masih sangat sedikit terinformasikan melalui media internet. Di lain pihak, terdapat keinginan dari berbagai pihak untuk menginformasikan UMKM binaannya sehingga dapat diakses pihak lain, baik melalui pameran, media masa, ataupun menggunakan website.
Menindaklanjuti hal tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat (KPw NTB) bekerjasama dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Usaha Mandiri (P3UM) Universitas Mataram melakukan survei dalam rangka penyediaan informasi database profil UMKM yang potensial dibiayai pada bulan September sampai dengan November tahun 2011 di Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Timur. Dasar penetapan lokasi adalah kabupaten dengan populasi UMKM terbanyak di Provinsi NTB (berdasarkan Sensus Ekonomi Tahun 2006) dan belum pernah menjadi sampel penelitian serupa.
Hasil Survei
Pelaku UMKM yang menjadi responden survei dalam rangka penyediaan informasi database profil UMKM tersebar di 2 kabupaten, yaitu 50 pengusaha di Kabupaten Lombok Tengah dan 50 pengusaha di Kabupaten Lombok Timur. Kriteria pemilihan responden adalah pelaku UMKM yang membutuhkan kredit namun tidak sedang menikmati fasilitas kredit, dimana penetapan kriteria UMKM berdasarkan Undang-Undang No.20 tahun 2008 tentang UMKM.
Berdasarkan Grafik 1, diketahui bahwa kegiatan usaha utama responden sebagian besar atau 64% adalah usaha dagang/kios/toko, sehingga jika dilihat dari sektor ekonomi (Grafik 2), 52% responden tergolong dalam sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR). Hal ini sejalan dengan penyaluran kredit perbankan yang sebagian besar ditujukan kepada sektor PHR karena dinilai sektor ini memiliki prospek yang lebih baik.
Dari sisi lama usaha yang dijalani (Grafik 3), sebagian besar responden (38%)telah berusaha antara 2 s.d 4 tahun dan sebanyak 31% responden telah melakukan usahanya selama lebih dari 10 tahun. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa responden sudah dapat melakukan pengelolaan usaha dengan baik sehingga usahanya dapat berkesinambungan.
46
Terkait permasalahan agunan, sebagian besar responden (95%) merupakan calon debitur potensial karena tempat usahanya merupakan milik sendiri (Grafik 4). Selain itu, sebagian besar responden telah memiliki dokumen yang diperlukan untuk mengajukan kredit (Grafik 5). Meskipun, masih ada kelemahan yang dimiliki pelaku UMKM umumnya yakni tidak memiliki kemampuan yang memadai untuk menyusun Laporan Keuangan. Namun, hal ini telah difasilitasi dengan adanya survei ini, dimana para surveyormembantu responden menyusun Laporan Keuangannya sebagai salah satu pertimbangan bank dalam melakukan analisa kredit calon debitur.
Rekomendasi Hasil Penelitian
Rekomendasi dari hasil penelitian ini, antara lain:a. Melakukan sosialisasi tentang program dan produk perbankan kepada pelaku
UMKM untuk mengurangi kesenjangan informasi (asymmetric information) dengan melibatkan seluruh mediator yang potensial, seperti pemuka agama, tokoh masyarakat dan orang-orang yang berpengaruh di sekitar masyarakat dunia usaha;
Grafik 3Lama Usaha
Grafik 1Kegiatan Usaha
Utama
Grafik 2Sektor Ekonomi
Grafik 4Kepemilikan Tempat
Grafik 5Dokumen Kredit
47
b. Menyelenggarakan pelatihan yang dapat meningkatkan kapasitas manajerial pengusaha dalam mengembangkan usaha mereka;
c. Meningkatkan intensitas komunikasi antara pemerintah dengan perbankan dan lembaga keuangan non bank dalam rangka mendorong intermediasi perbankan, khususnya peningkatan kredit UMKM;
d. Tersedianya website sebagai sarana promosi UMKM yang dapat menyajikaninformasi lebih lengkap dan rinci serta up to date. Dimana updating data memerlukan kerjasama yang intensif antara instansi/ dinas terkait.
48
BAB 4PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Hingga paruh Tahun 2012, perkembangan penerimaan dan pengeluaran
anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara
Barat (Pemprov NTB) cenderung menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan
pencapaian tahun sebelumnya. Pada sisi penerimaan, sebagian besar komponen
pendapatan daerah menunjukkan tingkat penyerapan yang sangat baik atau mampu
melebihi targetnya. Demikian pula yang terjadi pada sisi belanja daerah, peningkatan
alokasi anggaran mampu diimbangi oleh kinerja pengeluaran belanja daerah yang
cenderung lebih baik dibanding pencapaian tahun lalu.
4.1. REALISASI PENDAPATAN DAERAH
Hingga akhir triwulan II-2012, kinerja penerimaan pendapatan Pemprov
NTB terus menunjukkan peningkatan. Realisasi penyerapan pendapatan daerah
Pemerintah Provinsi NTB tercatat mencapai Rp1,16 triliun atau mencapai 51,67%
dari target sepanjang Tahun 2012. Pencapaian tersebut, jauh meningkat
dibanding pencapaian triwulan II-2011 yang tercatat sebesar Rp755,82 miliar atau
mencapai 43,49% dari rencana penyerapan pendapatan sepanjang Tahun 2011.
Berdasarkan kinerjanya, komponen Dana Perimbangan menunjukkan
pencapaian tertinggi mencapai 52,70%, lebih tinggi dibanding kinerja komponen
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sebesar 50,35%. Tingginya pencapaian dana
perimbangan utamanya didorong oleh realisasi penerimaan Dana Alokasi Umum
(DAU) yang mampu melebihi target semester pertama yang mencapai 58,33%
yang juga merupakan sumber utama dana perimbangan. Sementara pada
komponen PAD, kinerjanya didorong oleh penerimaan pendapatan retribusi
daerah yang melebihi target yaitu mencapai 164,91% dan penerimaan pajak
daerah sebesar 54,25%. Namun demikian, terdapat sumber penerimaan yang
masih belum terserap secara optimal yaitu pada komponen dana alokasi khusus.
4.2. REALISASI BELANJA
Pada sisi komponen belanja, realisasi belanja Pemprov NTB hingga akhir
triwulan II-2012 tercatat sebesar 35,28% atau sebesar Rp795,46 miliar dari target
belanja Tahun 2012. Kinerja tersebut relatif lebih baik dibandingkan dengan
pencapaian triwulan II-2011 yang tercatat mencapai 23,52%. Berdasarkan
komponennya, tingkat realisasi anggaran belanja tertinggi dialami komponen
transfer bagi hasil ke Kabupaten/Kota/Desa dengan nilai mencapai Rp112,36
miliar atau mencapai 62,25% terhadap rencana anggaran Tahun 2012. Kemudian
disusul oleh komponen belanja hibah dan belanja pegawai dengan tingkat
BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
49
realisasi mencapai Rp247,70 miliar (43,47% dari rencana belanja) dan Rp236,41
miliar (42,86% dari rencana belanja).
Peningkatan yang signifikan dialami oleh komponen belanja hibah,
kondisi tersebut disebabkan kegiatan penyaluran dana bantuan operasional
sekolah pada Tahun 2012 disalurkan melalui pemerintah provinsi, dimana
sebelumnya dikelola oleh pemerintah daerah kabupaten/kota.
Dari sisi saldo keuangan Pemprov NTB, dana pemerintah yang ditempatkan di
perbankan NTB meningkat sejalan dengan tingginya realisasi penerimaan daerah
hingga pertengahan Tahun 2012. Hingga triwulan II-2012, jumlah dana simpanan
milik Pemerintah Provinsi NTB yang ada di perbankan NTB meningkat mencapai
sebesar Rp410,64 miliar atau naik sebesar 21,15% (yoy) dibanding periode yang
sama tahun lalu yang tercatat sebesar Rp338,95 miliar.
Grafik 4.1Saldo Keuangan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat
di Perbankan (Rp miliar)
Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi Tahun 2012 (Rp Juta)
Sumber : Biro Keuangan, Setda Provinsi NTB (Data Sementara)
Rencana Realisasi Tw II-12
Pendapatan Daerah 2,241,557.14 1,158,113.80 51.67 I Pendapatan Asli Daerah 721,467.38 363,255.61 50.35
1 Pendapatan Pajak Daerah 510,577.01 276,964.58 54.25 2 Pendapatan Retribusi Daerah 15,654.71 25,815.51 164.913 77,891.34 44,001.43 56.49
- 4 Lain-lain Pendapatan Asli daerah Yang Sah 117,344.32 16,474.10 14.04
II Pendapatan Transfer 1,508,089.77 794,808.17 52.70 1 Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 1,046,195.37 575,152.91 54.98 a Dana Bagi Hasil Pajak 138,609.21 68,894.15 49.70 b Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) 44,642.10 17,983.86 40.28 c Dana Alokasi Umum 809,617.72 472,277.00 58.33 d Dana Alokasi Khusus 53,326.34 15,997.90 30.00
2 Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 461,894.40 219,655.26 47.56 a Dana Penyesuaian 461,894.40 219,655.26 47.56
III Lain-lain Pendapatan Yang Sah 12,000.00 50.03 0.42 1 12,000.00 50.03 0.42
Belanja Daerah 2,254,557.14 795,460.17 35.28 I Belanja Operasi 1,673,679.84 581,232.86 34.73
1 Belanja Pegawai 551,617.38 236,406.31 42.86 2 Belanja Barang 390,365.04 93,539.10 23.96 3 Belanja Subsidi 250.00 - - 4 Belanja Hibah 569,794.12 247,696.63 43.47 5 Belanja Bantuan Sosial 92,984.39 1,890.82 2.03 6 Belanja Bantuan Keuangan 68,668.91 1,700.00 2.48
II Belanja Modal 390,375.68 101,607.20 26.03 1 Belanja Peralatan dan Mesin 36,403.91 4,675.10 12.84 2 Belanja Bangunan dan Gedung 87,073.86 1,297.58 1.49 3 Belanja Jalan,Irigasi, dan Jaringan 264,820.22 95,593.55 36.10 4 Belanja Aset Tetap Lainnya 1,858.03 21.15 1.14
219.66 19.80 9.01 - III Belanja Tak Terduga 10,000.00 254.15 2.54
1 Belanja Tak Terduga 10,000.00 254.15 2.54
IV Transfer 180,501.62 112,365.97 62.25 1 Transfer Bagi Hasil ke Kabupaten/Kota/Desa 180,501.62 112,365.97 62.25 a Bagi Hasil Pajak 112,365.97
(13,000.00) 362,653.63 Pembiayaan -
I Penerimaan daerah 62,000.00 285.11 1 Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) 40,000.00 - 2 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah 22,000.00 285.11
II Pengeluaran daerah 49,000.00 - 1 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 49,000.00 -
Pembiayaan Netto 13,000.00 285.11 0 362,938.74
Surplus/(Defisit)
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)
Daerah Yang Dipisahkan
Pendapatan Hibah
UraianAPBD 2012
%
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaaan
BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
50
Sumber : Laporan Bulanan Bank, KPw BI Prov. NTB
-
50
100
150
200
250
300
350
400
450
3 6 9 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2010 2011 2012
Deposito Tabungan Giro
BAB 5KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Perkembangan beberapa indikator kesejahteraan masyarakat di Provinsi Nusa
Tenggara Barat relatif baik. Dari sisi ketenagakerjaan, jumlah pengiriman TKI ke luar
negeri menurun dibandingkan triwulan lalu. Dari sisi kesejahteraan, perkembangan
tingkat pendapatan masyarakat dan daya beli masyarakat di NTB relatif tidak lebih baik
dibanding triwulan lalu.
5.1. KETENAGAKERJAAN
Sepanjang triwulan II-2012, perkembangan jumlah pengiriman Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) asal Nusa Tenggara Barat ke luar negeri masih berada
pada tren penurunan. Jumlah TKI asal NTB yang dikirim sepanjang periode
laporan tercatat sebanyak 6.272 orang, terkontraksi cukup signifikan hingga
70,53% (yoy) dibanding dengan periode yang sama tahun lalu yang mencapai
21.283 orang.
Berdasarkan negara tujuan penempatan TKI, Malaysia merupakan
negara tujuan utama tujuan TKI bekerja dengan pangsa mencapai 99,98% atau
sebanyak 6.281 orang (Data BP3TKI Mataram), kemudian disusul Brunei
Darussalam sebesar 0,02% atau sebanyak 1 orang. Pengiriman TKI yang
jumlahnya terus mengalami penurunan sebagai dampak diberlakukannya
kebijakan pemerintah dalam penetapan moratorium (penghentian sementara)
pengiriman TKI khusus untuk sektor informal yang bekerja sebagai penatalayan
rumah tangga ke Kuwait, Uni Emirat Arab, Syria dan Yordania sebagai upaya
untuk melindungi hak-hak TKI.
Dari sisi jenis lapangan kerja, pada triwulan laporan penempatan TKI
seluruhnya kembali berada pada sektor formal. Sejalan dengan negara tujuan
penempatan, sebagian besar TKI memilih profesi sebagai pekerja ladang
Grafik 5. 1Negara Tujuan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia
Sumber: BP3TKI Mataram
Grafik 5. 2Penerimaan Remitansi Tenaga Kerja Indonesia
Sumber: KPw BI Prov. NTB
Malaysia99.98%
Lainnya0.02%
-5,000
10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 62010
2011
2012
Rp. Juta Kuwait Jepang JordaniaAsia Timur Malaysia Negara LainnyaSaudi Arabia
BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
52
dengan pangsa hingga 94,13%. Relatif rendahnya latar belakang pendidikan
dan minimnya tingkat keterampilan para TKI asal NTB menjadi faktor utama
yang mempengaruhi penempatan lapangan kerja TKI pada jenis profesi tersebut.
Kemudian disusul oleh jenis pekerjaan konstruksi dan kilang/industri yang
masing-masing tercatat sebesar 2,73% dan 2,28%. Berdasarkan daerah asal TKI,
sebanyak 50,05% berasal dari Lombok Timur, kemudian diikuti oleh Lombok
Tengah yang pangsanya sebesar 28,40%.
Dari sisi pengiriman dana, seiring dengan penurunan jumlah TKI,
kegiatan money remittance dengan tujuan NTB yang tercatat melalui
perbankan juga menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Pada triwulan II-2012, jumlah dana yang dikirim ke NTB tercatat sebesar
Rp111,52 miliar atau tumbuh sebesar 5,98% (yoy) dibanding triwulan yang sama
tahun sebelumnya, namun apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar Rp125,55 miliar. mengalami penurunan sebesar 11,17%.
Berdasarkan wilayah asal pengiriman, negara utama yang mendominasi
asal pengiriman dana remitansi ke NTB sepanjang triwulan II-2012 masih
didominasi Saudi Arabia dengan pangsa mencapai 57,74% atau sebesar Rp64,39
miliar. Sedangkan daerah utama tujuan pengiriman dana remitansi didominasi
kota Mataram (termasuk Kabupaten Lombok Barat) dengan pangsa mencapai
55,40% atau sebesar Rp61,78 miliar.
5.2. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Sepanjang triwulan II-2012, perkembangan kesejahteraan masyarakat di
Nusa Tenggara Barat utamanya di kota Mataram belum menunjukkan
perkembangan yang baik. Kondisi tersebut tercermin dari indeks penghasilan
saat ini dibandingkan kondisi enam bulan lalu dan indeks ekspektasi
penghasilan yang menunjukkan masih berada di atas level optimis (indeks =
100). Sepanjang triwulan II-2012, secara rata-rata indeks-indeks tersebut tercatat
sebesar 127,83% dan 132,83% (Survei Konsumen, Bank Indonesia Mataram),
lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat masing-masing sebesar
130,00% dan 139,83%.
Sementara itu, untuk masyarakat pedesaan dilihat dari tingkat
kesejahteraan petani yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) menunjukkan
penurunan. Sepanjang triwulan II-2012, rata-rata indeks NTP Nusa Tenggara
Barat tercatat sebesar 95,47, turun tipis sebesar 0,18 point dibanding triwulan
lalu yang mencapai 95,65. NTP merupakan indikator yang mencerminkan
kemampuan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang
dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi pertanian. Rendahnya
pencapaian angka NTP yang dibawah angka 100 menunjukkan bahwa
kemampuan daya beli petani NTB relatif masih rendah. Harga jual hasil
BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
pertanian yang rendah dan meningkatnya harga-harga yang dibayar petani
untuk biaya produksi dan barang-barang yang dikonsumsi mengakibatkan
berkurangnya daya beli petani.
Sumber: BPS
Grafik 5.3Indeks Penghasilan Saat Ini dan Ekspektasi
Penghasilan
Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Prov. NTB
020406080
100120140160180
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2010 2011 2012
Indeks Penghasilan Saat Ini vs 6 Bulan LaluIndeks Ekspektasi Penghasilan 6 Bulan YADLevel Optimis
80.00
85.00
90.00
95.00
100.00
105.00
110.00
115.00
120.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2010 2011 2012
Nilai Tukar Petani NTPP (Padi & Plwj)NTPH (Horti) NTPR (Kebun)NTPT (Ternak) NTN (Nelayan)
54
BAB 6PROSPEK EKONOMI DAN HARGA
6.1. PROSPEK EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Pada triwulan III-2012, pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa
Tenggara Barat diprediksi mampu menunjukkan kinerja yang positif
dan berada pada kisaran 1,50% - 2,50% (yoy). Dari sisi permintaan,
pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2012 diperkirakan didominasi oleh
menggeliatnya kegiatan konsumsi rumah tangga yang merupakan penggerak
utama pertumbuhan ekonomi NTB. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh faktor
musiman (tahun ajaran baru dan hari raya Idul Fitri 1433H) dan meningkatnya
daya beli masyarakat. Kondisi tersebut terindikasi oleh nilai Indeks Ekspekstasi
Konsumen (IEK) yang cenderung meningkat dan berada di atas level optimis
(100) yang mencerminkan keoptimisan masyarakat dalam melakukan konsumsi.
Sementara itu, kegiatan investasi diperkirakan tumbuh meningkat
sejalan dengan pola percepatan realisasi belanja pemerintah pada triwulan III-
2012. Perkembangan kegiatan ekspor diperkirakan masih berada tren kontraksi
yang cenderung melambat.
Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan di
wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat,
sebagian besar pelaku usaha di NTB (kecuali sektor pertambangan)
mempersepsikan kegiatan usaha pada triwulan III-2012 kembali mengalami
peningkatan. Alasan utama yang mendasari ekspektasi tersebut adalah tibanya
faktor musiman (hari raya keagamaan dan liburan) dan perkiraan meningkatnya
permintaan. Hal ini tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) ekspektasi
situasi bisnis yang sedikit meningkat menjadi sebesar 36,81% dari triwulan lalu
yang tercatat sebesar 29,27%.
Grafik 6.1Ekspektasi Situasi Bisnis Triwulan Mendatang
Grafik 6.2Indeks Ekspektasi Konsumen
Sumber: SKDU, KPw BI Prov. NTB Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Prov. NTB
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2010 2011 2012
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
05
10152025303540
Tw1 Tw2Tw3 Tw4Tw1 Tw2 Tw3Tw4 Tw1 Tw2Tw3
2010 2011 2012
Ekspektasi situasi bisnis
BAB 6 PROSPEK EKONOMI DAN HARGA
55
Dari sisi penawaran, kinerja sektor pertanian diperkirakan akan
mengalami pelambatan, setelah pada triwulan lalu terakselerasi tinggi. Meski
demikian pertumbuhan pada sektor pertanian diperkirakan masih dalam level
yang relatif tinggi dan tampil sebagai penopang utama pertumbuhan ekonomi.
Hal ini didukung oleh meningkatnya kinerja sub sektor perkebunan akibat
tingginya minat petani untuk menanam tembakau sehubungan tingginya harga
tembakau pada tahun lalu.
Kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) diperkirakan masih
berada dalam level pertumbuhan yang cukup tinggi. Pada sub sektor
perdagangan, faktor musiman yaitu tibanya tahun ajaran baru sekolah dan hari
raya Idul Fitri 1433 H diyakini meningkatkan kinerja perdagangan ritel
sehubungan tingginya permintaan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya.
Kinerja sub sektor hotel dan restoran, diperkirakan kembali tumbuh meningkat
sejalan dengan program Visit Lombok Sumbawa 2012 yang menargetkan
tingkat kunjungan wisatawan hingga satu juta orang. Kondisi tersebut
didukung oleh tibanya musim liburan wisatawan mancanegara pada Juli –
Agustus dan beberapa penyelenggaran event berskala besar yang direncanakan
dilaksanakan pada akhir triwulan III-2012 1 dan dibukanya beberapa jalur
penerbangan baru.
Sementara itu, perkembangan sektor andalan lainnya yakni sektor
pertambangan diperkirakan masih berada pada tren pertumbuhan yang negatif,
namun terus menunjukkan perbaikan (kontraksi yang melambat). Kegiatan
produksi tambang yang memasuki fase enam (tahap pengupasan)
menyebabkan rendahnya produksi tambang, fase ini diperkirakan akan selesai
pada awal tahun 2013.
Dari sisi pembiayaan, pada triwulan III-2012 dukungan perbankan dalam
mengembangkan kegiatan ekonomi berupa penyaluran kredit kepada pelaku
usaha diprediksi masih berada pada tren meningkat. Beberapa hal yang
mendasari peningkatan tersebut antara lain pemodalan bank yang cukup,
prospek usaha yang membaik dan kondisi ekonomi yang membaik. Kondisi
tersebut terindikasi dari hasil Survei Opini Pimpinan/Pejabat Bank Umum yang
menunjukkan peningkatan. Berdasarkan sektornya, permintaan kredit baru
tersebut sebagian besar ditujukan untuk kegiatan usaha pada sektor
perdagangan, hotel dan restoran. Berdasarkan tingkat suku bunga, penyaluran
kredit pada triwulan III-2012 diperkirakan mengalami penurunan, sejalan
dengan tingkat BI Rate yang cenderung menurun.
1 Pelaksanaan sidang umum ASEAN Inter Parliamentary Assembly (AIPA) ke-33 yang direncanakan pada tanggal 16-22 September 2012
BAB 6 PROSPEK EKONOMI DAN HARGA
56
6.2. PERKIRAAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT
Laju inflasi Nusa Tenggara Barat pada triwulan III-2012
diperkirakan mengalami tekanan yang cukup tinggi dan diprediksi
berada pada kisaran 7,75% ± 1% (yoy). Secara umum, tekanan inflasi
tersebut diperkirakan dipengaruhi oleh faktor musiman, khususnya berasal dari
sisi permintaan yakni meningkatnya permintaan masyarakat akan barang dan
jasa terkait tibanya tahun ajaran baru sekolah, bulan puasa, Idul Fitri 1433 H,
dan musim omprongan tembakau serta peningkatan jumlah kunjungan
wisatawan (musim liburan). Kondisi tersebut diperkirakan berdampak terhadap
meningkatnya ekspektasi masyarakat akan pembentukan harga barang dan jasa
pada triwulan III-2012 yang terindikasi dari indeks ekspektasi harga konsumen
untuk tiga bulan yang akan datang yang menunjukkan peningkatan (Grafik 6.3).
Dari sisi supply, kegiatan produksi bahan makanan khususnya pada
komoditas bumbu-bumbuan diperkirakan berlangsung normal yang didukung
oleh kondisi cuaca (curah hujan) yang cukup kondusif. Berdasarkan informasi
data prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, pada
triwulan III-2012 Provinsi Nusa Tenggara Barat akan mengalami hujan dengan
sifat hujan dibawah normal. Namun demikian, terdapat potensi terjadinya
gelombang tinggi khususnya di perairan selatan NTB dengan ketinggian
gelombang mencapai 3 meter sehingga berpeluang menekan laju inflasi
khususnya dari sub kelompok ikan segar.
Berdasarkan disagregasinya, sumber tekanan inflasi diperkirakan berasal
dari kelompok volatile food. Beberapa komoditas yang berpotensi memicu laju
inflasi antara lain komoditas beras, daging sapi dan ayam serta telur akibat
meningkatnya permintaan masyarakat yang dipengaruhi faktor musiman diatas.
Perkembangan kelompok administered price juga diperkirakan berpotensi
memberikan tekanan pada laju inflasi. Seperti pada periode-periode
sebelumnya, berlangsungnya musim omprongan tembakau pada triwulan III-
Grafik 6.3Ekspektasi Harga 3 Bulan Yang Akan Datang
Sumber : Survei Konsumen, KPw BI Prov. NTB
Grafik 6.4Prakiraan Sifat Hujan
Sumber : BMKG
100.00110.00120.00130.00140.00150.00160.00170.00180.00190.00200.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6
2010 2011 2012
Indeks Ekspektasi Harga Konsumen-3 bln yad
BAB 6 PROSPEK EKONOMI DAN HARGA
57
2012 dapat menyebabkan terjadinya kelangkaan bahan bakar rumah tangga
(minyak tanah dan gas elpiji) yang digunakan oleh petani tembakau sebagai
bahan bakar untuk kegiatan pengeringan daun tembakau. Perkembangan
harga pada kelompok inflasi inti diperkirakan tidak mengalami fluktuasi yang
berarti (stabil), namun berpotensi sedikit meningkat yang dipengaruhi kenaikan
harga komoditas emas perhiasan di pasar internasional.