kajian ekonomi regional provinsi nusa tenggara barat · provinsi nusa tenggara barat triwulan...

75
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan II-2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Upload: buikhanh

Post on 10-Apr-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KAJIAN EKONOMI REGIONALPROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Triwulan II-2012

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Penerbit :KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARATUnit Kajian Statistik dan SurveiJl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara BaratTelp. : 0370-623600Fax : 0370-631793E-mail : [email protected]

[email protected] [email protected]

Visi Bank Indonesia

Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun

internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian

inflasi yang rendah dan stabil.

Misi Bank Indonesia

Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan

moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional

jangka panjang yang berkesinambungan.

Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia

Nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai untuk

bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan

kebersamaan.

Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat

Menjadi Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui

peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.

Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat

Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan

sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada

Pemerintah Daerah dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung

pembangunan ekonomi daerah.

i

KATA PENGANTAR

Pada Triwulan II-2012, kinerja perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Barat

(NTB) tanpa sektor pertambangan mengalami akselerasi mencapai sebesar 6,93% (yoy).

Dari sisi permintaan, pencapaian tersebut didorong oleh kinerja kegiatan investasi.

Secara sektoral, pencapaian tersebut didukung oleh kinerja sektor perdagangan, hotel

dan restoran. Sedangkan apabila termasuk sektor pertambangan maka kinerja

perekonomian NTB tercatat tumbuh positif mencapai 2,76% (yoy).

Hingga Triwulan II-2012, perkembangan harga barang dan jasa di NTB

menunjukkan kecenderungan menurun. Secara tahunan, laju inflasi di NTB mencapai

8,50% (yoy), berada lebih tinggi dari laju inflasi Nasional yang tercatat sebesar 4,53%

(yoy).

Di sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan kegiatan ekonomi melalui

intermediasi perbankan menunjukkan kinerja yang baik, tercermin dari pertumbuhan

kredit pada posisi Triwulan II-2012 yang mencapai 26,84% (yoy). Kinerja positif

intermediasi perbankan tersebut turut disertai dengan terjaganya kualitas kredit yang

tercemin dari tingkat rasio Non Performing Loan (NPL) dibawah batas indikatif.

Di samping ulasan di atas, buku ini juga mengupas perkembangan keuangan

daerah, sistem pembayaran, kesejahteraan masyarakat serta prospek ekonomi ke

depan yang dapat menjadikan masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia maupun

stakeholders di daerah.

Bank Indonesia memiliki kepedulian tinggi dalam mendorong pertumbuhan

ekonomi regional yang akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi nasional,

antara lain dengan melakukan penelitian dan kajian serta memberikan rekomendasi

kepada Pemerintah Daerah dalam mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi

termasuk pengendalian harga barang dan jasa.

Ucapan terima kasih dan penghargaan atas kerjasama kepada semua pihak

terutama jajaran Pemerintah Daerah baik Provinsi, Kabupaten maupun Kota,

dinas/instansi terkait, perbankan, akademisi dan pihak lainnya yang telah membantu

penyediaan data sehingga buku ini dapat dipublikasikan. Semoga buku ini bermanfaat

dan kiranya Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya

kepada kita semua.

Mataram, 8 Agustus 2012KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI NUSA TENGGARA BARATKepala Perwakilan,

M. JunaifinDeputi Direktur

ii

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2

EKONOMI MAKRO REGIONAL

Indeks Harga Konsumen 123.00 125.93 129.81 132.51 132.61 133.27 138.09 141.19 144.33 145.62

-Kota Mataram 122.29 126.00 129.78 132.74 132.65 133.09 138.52 141.21 144.77 145.79

-Kota Bima 125.66 127.04 129.93 131.63 132.46 133.94 136.47 141.10 142.67 145.02

Laju Inflasi Tahunan (yoy %) 3.59 7.52 7.43 10.08 7.83 5.85 6.38 6.55 8.84 8.52

-Kota Mataram 3.70 8.04 7.89 11.07 8.47 5.97 6.73 6.38 9.14 8.81

-Kota Bima 3.19 5.55 5.72 6.35 5.41 5.38 5.03 7.19 7.71 7.45

PDRB-harga konstan (miliar Rp) 4,737.13 4,845.98 5,314.53 5,172.24 4,644.84 4,591.86 5,226.19 4,969.39 4,529.71 4,718.56

-Pertanian 1,001.94 1,090.38 1,290.34 1,162.72 1,106.57 1,102.08 1,320.13 1,197.90 1,107.25 1,174.02

-Pertambangan dan Penggalian 1,369.25 1,296.71 1,449.77 1,375.38 1,021.66 872.06 1,162.80 975.52 735.99 740.64

-Industri Pengolahan 231.14 229.39 252.67 231.05 235.36 244.42 256.44 237.55 245.08 252.62

-Listrik, gas dan air bersih 17.43 17.73 18.05 18.50 18.57 19.20 19.63 20.22 20.09 20.69

-Bangunan 361.34 363.24 378.05 406.96 361.08 386.64 407.25 432.25 378.74 398.74

-Perdagangan, Hotel dan Restoran 674.89 710.77 761.00 792.83 739.82 761.61 808.66 841.84 808.20 853.35

-Pengangkutan dan Komunikasi 352.59 370.13 387.49 397.97 378.27 394.24 417.73 432.64 407.69 427.43

-Keuangan, Persewaan dan Jasa 249.59 260.58 259.18 256.59 278.85 282.74 285.93 283.35 291.54 305.44

-Jasa 478.97 507.05 517.99 530.24 504.65 528.89 547.62 548.14 535.12 545.64

Pertumbuhan PDRB (yoy %) 23.10 9.61 5.88 (7.31) (1.95) (5.24) (1.66) (3.92) (2.95) 2.76

Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 600.67 474.39 673.76 220.43 277.09 158.07 476.54 174.56 158.82 88.09

Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 217.54 196.35 266.79 76.15 100.52 55.03 143.73 72.96 78.09 44.35

Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 105.58 31.47 41.04 47.28 160.28 91.34 76.89 67.53 72.24 59.91

Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 22.60 11.82 16.89 13.99 46.68 34.81 68.76 21.78 25.60 18.74

PERBANKAN

Bank umum :

Total Aset (Rp triliun) 11.06 11.65 12.08 12.89 13.28 14.16 14.95 15.82 16.46 17.52

Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) 7.26 7.80 7.90 8.47 8.66 9.38 10.02 10.87 11.00 11.90

-Tabungan (%) 51.55 50.96 54.37 59.99 52.84 52.15 52.80 61.46 53.01 54.93

-Giro (%) 23.56 24.42 21.42 15.93 21.38 22.26 22.55 16.07 22.57 20.45

-Deposito (%) 24.88 24.62 24.21 24.08 25.78 25.59 24.65 22.47 24.43 24.62

Kredit (Rp triliun) - berdasarkan bank pelapor 7.75 8.41 8.86 9.40 9.87 10.62 11.20 11.77 12.32 13.49

-Modal Kerja 2.20 2.41 2.58 2.72 2.73 2.88 3.13 3.41 3.69 4.23

-Investasi 0.46 0.49 0.46 0.53 0.58 0.65 0.83 1.17 1.37 1.55

-Konsumsi 5.09 5.52 5.83 6.15 6.56 7.08 7.24 7.18 7.26 7.71

Kredit Mikro (< atau = Rp50 juta) (Rp triliun) 2.95 2.95 2.95 2.95 2.94 2.86 2.83 2.81 2.73 2.68

-Kredit Modal Kerja 0.50 0.53 0.54 0.55 0.56 0.56 0.60 0.65 0.67 0.71

-Kredit Investasi 0.07 0.08 0.07 0.07 0.07 0.07 0.08 0.12 0.12 0.10

-Kredit Konsumsi 2.37 2.33 2.34 2.33 2.31 2.23 2.15 2.04 1.94 1.87

Kredit Kecil (Rp 50 < x < Rp500 juta) (Rp triliun) 3.56 4.06 4.42 4.85 5.29 5.94 6.35 6.82 7.29 8.08

-Kredit Modal Kerja 0.78 0.83 0.89 0.93 0.96 1.01 1.11 1.30 1.50 1.74

-Kredit Investasi 0.20 0.21 0.20 0.23 0.26 0.30 0.36 0.61 0.75 0.88

-Kredit Konsumsi 2.59 3.02 3.33 3.69 4.07 4.63 4.88 4.91 5.04 5.47

Kredit Menengah (Rp 500 juta < x < Rp5 miliar) (Rp triliun)1.06 1.19 1.21 1.28 1.30 1.44 1.55 1.63 1.78 2.07

-Kredit Modal Kerja 0.82 0.92 0.94 0.99 0.99 1.09 1.12 1.17 1.26 1.42

-Kredit Investasi 0.16 0.17 0.15 0.17 0.17 0.17 0.22 0.23 0.24 0.27

-Kredit Konsumsi 0.09 0.10 0.11 0.13 0.15 0.18 0.21 0.23 0.28 0.37

Total Kredit MKM (Rp triliun) 7.57 8.20 8.57 9.08 9.53 10.24 10.74 11.26 11.80 12.84

Loan to Deposit Ratio 106.72 107.91 112.14 110.93 113.88 113.20 111.83 108.24 111.98 113.35

NPL gross (%) 1.96 1.89 1.84 1.76 1.90 2.01 1.99 1.68 1.80 1.70

Provinsi Nusa Tenggara BaratINDIKATOR EKONOMI DAN MONETER

2010INDIKATOR

2011 2012

iii

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2

Bank Perkreditan Rakyat :

Total Aset (Rp triliun) 0.70 0.71 0.76 0.84 0.87 0.89 0.95 1.06 1.11 1.12

Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) 0.35 0.35 0.35 0.41 0.41 0.42 0.43 0.51 0.53 0.52

-Tabungan (%) 49.47 47.92 51.26 50.77 52.09 52.65 54.04 58.34 56.87 56.84

-Giro (%) 47.35

-Deposito (%) 50.53 52.08 48.74 49.23 47.91 47.35 45.96 41.66 43.13 43.16

Kredit (Rp triliun) - berdasarkan bank pelapor 0.47 0.48 0.49 0.51 0.53 0.55 0.58 0.60 0.64 0.68

-Modal Kerja 0.27 0.28 0.29 0.29 0.31 0.33 0.35 0.36 0.39 0.42

-Investasi 0.03 0.02 0.03 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.03 0.03

-Konsumsi 1.76 0.18 0.17 0.19 0.19 0.20 0.21 0.22 0.22 0.23

Loan to Deposit Ratio 134.30 138.94 137.08 125.02 127.84 132.84 134.56 119.31 118.53 130.10

Rasio NPL Gross (%) 12.30 12.15 12.92 12.97 13.90 13.43 12.45 11.65 12.02 10.77

SISTEM PEMBAYARAN

Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 882.70 1,274.29 1,602.76 1,264.40 1,212.88 1,806.74 2,471.46 1,955.42 2,402.87 2,376.70

Volume Transaksi RTGS (lembar) 3,161 4,060 4,701 3,839 2,324 2,397 2,511 2,818 2,694 2,723

Rata-rata Harian Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 14.47 20.55 25.85 20.07 19.88 28.68 38.02 30.55 37.54 38.33

Rata-rata Harian Volume Transaksi RTGS (lembar) 51.82 65.48 75.82 60.94 38.10 38.05 38.63 44.03 42.09 43.92

Nominal Kliring Kredit (Rp miliar) 923.51 886.31 846.42 1,010.18 1,019.47 969.26 1,144.39 1,369.43 1,331.04 1,360.23

Volume Kliring Kredit (lembar) 27,666 26,447 23,579 28,778 28,020 28,129 29,331 32,452 32.247 32.410

Rata-rata Harian Nominal Kliring Kredit (Rp miliar) 15.14 14.30 13.65 16.03 16.71 15.39 17.61 21.40 20.80 21.92

Rata-rata Harian Volume Kliring Kredit (lembar) 453.54 426.56 380.31 456.79 459.34 446.49 451.25 507.06 0.50 0.52

INDIKATOR20112010 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2012

iv

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................................i

Indikator Ekonomi dan Moneter ............................................................................................ii

Daftar Isi................................................................................................................................... iv

Daftar Grafik.............................................................................................................................v

Daftar Tabel...........................................................................................................................viii

Ringkasan Eksekutif ................................................................................................................ ix

Bab 1 Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat.........................................................1

1.1. Kondisi Umum.............................................................................................................1

1.2. Sisi Permintaan............................................................................................................1

1.3. Sisi Penawaran ............................................................................................................5

Bab 2 Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat .............................................................16

2.1. Kondisi Umum...........................................................................................................16

2.2. Inflasi Triwulanan .....................................................................................................17

2.3. Inflasi Tahunan..........................................................................................................18

2.4. Inflasi Berdasarkan Kota ..........................................................................................19

2.5. Disagregasi Inflasi .....................................................................................................20

Boks 1 Antisipasi Kenaikan Harga Barang dan Jasa Menjelang Hari Keagamaan

di Nusa Tenggara Barat ..............................................................................................23

Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran ................................................25

3.1. Perkembangan Perbankan Nusa Tenggara Barat ..................................................25

3.2. Intermediasi Perbankan ...........................................................................................29

3.3. Stabilitas Sistem Perbankan .....................................................................................38

3.4. Perkembangan Sistem Pembayaran .......................................................................39

Boks 2 Kegiatan Penukaran Uang Pecahan Kecil Nusa Tenggara Barat............................43

Boks 3 Hasil Survei Dalam Rangka Penyedian Informasi Database Usaha Mikro,

Kecil dan Menengah (UMKM)...................................................................................45

Bab 4 Perkembangan Keuangan Daerah .............................................................................48

4.1. Realisasi Pendapatan Daerah...................................................................................48

4.2. Realisasi Belanja ........................................................................................................48

Bab 5 Kesejahteraan Masyarakat..........................................................................................51

5.1. Ketenagakerjaan.......................................................................................................51

5.2. Kesejahteraan Masyarakat.......................................................................................52

Bab 6 Prospek Ekonomi Dan Harga ......................................................................................54

6.1. Prospek Ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat....................................................54

6.2.Perkiraan Inflasi Nusa Tenggara Barat.....................................................................56

KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2012

v

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga.................................................3

Grafik 1.2 Penyaluran Kredit Konsumsi..................................................................................3

Grafik 1.3 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor......................................................3

Grafik 1.4 Indeks Keyakinan Konsumen.................................................................................3

Grafik 1.5 Perkembangan Pembentukan Modal Tetap Bruto..............................................4

Grafik 1.6 Perkembangan Volume Penjualan Semen............................................................4

Grafik 1.7 Penyaluran Kredit Investasi....................................................................................4

Grafik 1.8 Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal

Dalam Negeri...........................................................................................................4

Grafik 1.9 Perkembangan Volume Ekspor (Dalam Ribu) ......................................................5

Grafik 1.10 Perkembangan Volume Impor (Dalam Ribu) .....................................................5

Grafik 1.11 Struktur Perekonomian Nusa Tenggara Barat Periode Triwulan I-2012

Dan Triwulan II-2012.............................................................................................7

Grafik 1.12 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Nusa Tenggara Barat.........................7

Grafik 1.13 Perkembangan Pertumbuhan di Sektor Utama Nusa Tenggara Barat ............7

Grafik 1.14 Perkembangan Luas Lahan Tanam Padi .............................................................8

Grafik 1.15 Perkembangan Luas Lahan Panen Padi ..............................................................8

Grafik 1.16 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Pertanian ...........................................8

Grafik 1.17 Jumlah Produksi dan Ekspor Konsentrat Tembaga Nusa Tenggara Barat.......9

Grafik 1.18 Penyaluran Kredit Perbankan di Nusa Tenggara Barat

ke Sektor Pertambangan......................................................................................9

Grafik 1.19 Tingkat Hunian Kamar dan Lama Tinggal Tamu .............................................10

Grafik 1.20 Perkembangan Tamu Hotel Berbintang...........................................................10

Grafik 1.21 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Perdagangan Hotel

Dan Restoran .......................................................................................................11

Grafik 1.22 Perkembangan Volume Penjualan Semen........................................................12

Grafik 1.23 Penyaluran Kredit Perbankan Ke Sektor Bangunan........................................12

Grafik 1.24 Perkembangan Kondisi Perbankan...................................................................12

Grafik 1.25 Perkembangan Laba Perbankan........................................................................12

Grafik 1.26 Perkembangan Arus Penumpang Domestik Angkutan Udara .......................13

Grafik 1.27 Perkembangan Arus Penumpang Internasional Angkutan Udara.................13

Grafik 1.28 Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang Angkutan Laut..........................13

Grafik 1.29 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Transportasi dan Komunikasi ........13

Grafik 1.30 Perkembangan Konsumsi Listrik Industri..........................................................14

Grafik 1.31 Perkembangan Kredit Perbankan Ke Sektor Industri Pengolahan ................14

Grafik 1.32 Perkembangan Konsumsi Listrik........................................................................15

Grafik 1.33 Penyaluran Kredit Perbankan Ke Sektor Listrik, Air dan Gas..........................15

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Bulanan dan Tahunan ....................................................16

KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2012

vi

Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Triwulanan.......................................................................16

Grafik 2.3 Inflasi Triwulanan .................................................................................................17

Grafik 2.4 Sumbangan Inflasi Triwulanan............................................................................17

Grafik 2.5 Inflasi Tahunan......................................................................................................18

Grafik 2.6 Sumbangan Inflasi Tahunan ................................................................................18

Grafik 2.7 Disagregasi Inflasi Secara Bulanan (%, mtm) .....................................................20

Grafik 2.8 Disagregasi Inflasi Secara Tahunan (%, yoy) ......................................................20

Grafik 2.9 Perkembangan Harga Beras (Rp/Kg)...................................................................21

Grafik 2.10 Perkembangan Harga Cabai, Gula Pasir dan Minyak Goreng ........................21

Grafik 2.11 Perkembangan Harga Pangan di Pasar Internasional .....................................22

Grafik 2.12 Perkembangan Harga Emas dan Minyak Mentah di Pasar Dunia ..................22

Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum.......................................................................25

Grafik 3.2 Pertumbuhan Aset Bank Umum Menurut Kegiatan Usaha .............................25

Grafik 3.3 Perkembangan Bank Umum Syariah...................................................................26

Grafik 3.4 Pangsa Bank Umum Syariah Terhadap Perbankan ...........................................26

Grafik 3.5 Perkembangan Aset Bank Umum Syariah ..........................................................27

Grafik 3.6 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Syariah ..................................27

Grafik 3.7 Perkembangan Pembiayaan Bank Umum Syariah.............................................27

Grafik 3.8 Perkembangan FDR dan NPF Bank Umum Syariah............................................27

Grafik 3.9 Perkembangan Indikaator BPR............................................................................28

Grafik 3.10 Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis PEnggunaan .................................28

Grafik 3.11 Pangsa Penyaluran Kredit BPR Menurut Sektor Ekonomi ..............................29

Grafik 3.12 Perkembangan Penyaluran dan Kualitas Kredit BPR.......................................29

Grafik 3.13 Perkembangan DPK Bank Umum......................................................................30

Grafik 3.14 Pertumbuhan DPK Bank Umum ........................................................................30

Grafik 3.15 Pangsa DPK Per Kepemilikan DPK Bank Umum...............................................31

Grafik 3.16 Pangsa DPK Menurut Jenis Simpanan Bank Umum........................................31

Grafik 3.17 Perkembangan Kredit Bank Umum .................................................................32

Grafik 3.18 Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan.................................32

Grafik 3.19 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan (qtq, %) ......33

Grafik 3.20 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan (yoy, %) ......33

Grafik 3.21 Perkembangan Suku Bunga Bank Umum (%)..................................................35

Grafik 3.22 Pangsa Kredit Bank Umum Secara Sektoral .....................................................35

Grafik 3.23 Pangsa Kredit UMKM Terhadap Total Kredit Bank Umum ...........................36

Grafik 3.24 Perkembangan Kredit UMKM ...........................................................................36

Grafik 3.25 Perkembangan Rasio NPL Kredit UMKM Bank Umum ....................................36

Grafik 3.26 Perkembangan Inflow, Outflow dan Netflow .................................................39

Grafik 3.27 Perkembangan Penukaran Uang Kecil .............................................................40

Grafik 3.28 Komposisi Penukaran Uang Kertas Keluar Berdasarkan Jenis Pecahan.........40

Grafik 3.29 Perkembangan Transaksi Non Tunai.................................................................41

Grafik 3.30 Perkembangan Transaksi Kliring.......................................................................42

Grafik 3.31 Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement ....................................42

Grafik 4.1 Saldo Keuangan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat di Perbankan.....50

KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2012

vii

Grafik 5.1 Negara Tujuan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia ......................................51

Grafik 5.2 Penerimaan Remitansi Tenaga Kerja Indonesia.................................................51

Grafik 5.3 Indeks Penghasilan Saat Ini dan Ekspektasi Penghasilan..................................53

Grafik 5.4 Perkembangan Nilai Tukar Petani.......................................................................53

Grafik 6.1 Ekspektasi Situasi Bisnis Triwulan Mendatang...................................................54

Grafik 6.2 Indeks Ekspektasi Konsumen...............................................................................54

Grafik 6.3 Ekspektasi Harga 3 Bulan Yang Akan Datang ...................................................56

Grafik 6.4 Prakiraan Sifat hujan............................................................................................56

Boks 1

Grafik 1 Ekspektasi Harga 3 Bulan Yang Akan Datang ......................................................23

Grafik 2 Inflasi Bulanan Periode Siklus Idul Fitri..................................................................23

Grafik 3 Perkembangan Harga Daging Sapi, Ayam dan Telur Ras ....................................24

Boks 3

Grafik 1 Kegiatan Usaha........................................................................................................46

Grafik 2 Sektor Ekonomi........................................................................................................46

Grafik 3 Lama Usaha ..............................................................................................................46

Grafik 4 Kepemilikan Tempat ...............................................................................................46

Grafik 5 Dokumen Kredit.......................................................................................................46

KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2012

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Permintaan (%, yoy)..........................................2

Tabel 1.2 Pertumbuhan dan Sumbangan Pertumbuhan Sisi Penawaran (%, yoy) .............6

Tabel 1.3 Perkembangan Produksi Padi Nusa Tenggara Barat.............................................8

Tabel 2.1 Inflasi Tahunan (yoy, %)........................................................................................18

Tabel 2.2 Komoditas Dominan Penyumbang Inflasi Triwulan II-2012 di Kota

Mataram dan Bima ...............................................................................................19

Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan ...................................................................30

Tabel 3.2 Pertumbuhan Kredit Bank Umum (yoy, %) .........................................................34

Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Bank Umum......................................................................34

Tabel 3.4 Perkembangan Kredit Usaha Rakyat Berdasarkan Plafon Kredit .....................37

Tabel 3.5 Perkembangan Kualitas Kredit Bank Umum ......................................................38

Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi NTB Tahun 2012 ....................49

ix

RINGKASAN EKSEKUTIF

1. Perkembangan Ekonomi dan Perbankan

Makro Ekonomi Regional

Pada triwulan II-2012, kinerja perekonomian Provinsi Nusa

Tenggara Barat (NTB) tanpa sektor pertambangan mengalami akselerasi

mencapai sebesar 6,93% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 4,82% (yoy). Sementara itu, setelah

berada pada tren kontraksi pada beberapa periode sebelumnya, laju

pertumbuhan ekonomi NTB dengan sektor pertambangan mampu tumbuh

positif mencapai 2,76% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang

terkontraksi sebesar 2,48% (yoy).

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara Barat

utamanya didorong oleh kinerja kegiatan investasi yang tumbuh dalam level

yang tinggi dan meningkatnya kegiatan konsumsi khususnya pada konsumsi

pemerintah dan lembaga swasta nirlaba. Sementara itu, melambatnya kegiatan

konsumsi rumah tangga dan masih menurunnya kegiatan perdagangan luar

negeri menjadi faktor utama penahan laju pertumbuhan ekonomi NTB.

Dari sisi penawaran, kinerja perekonomian NTB tanpa sektor

pertambangan menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi yang didorong

oleh kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran kembali tampil sebagai

sektor yang memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi dan memberikan

kontribusi (andil) positif terbesar terhadap pembentukan pertumbuhan

ekonomi. Selain itu, pertumbuhan tersebut juga didorong kinerja sektor

pertanian yang mengalami akselerasi.

Di sisi lain, sektor jasa-jasa mengalami pelambatan terbesar yang turut

menahan laju pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi

NTB termasuk sektor pertambangan mampu berada pada pertumbuhan positif

akibat semakin melambatnya tren kontraksi pada sektor pertambangan dan

membaiknya kinerja sektor-sektor lainnya.

Perkembangan Inflasi

Sepanjang triwulan II-2012 perkembangan harga barang dan jasa

di Nusa Tenggara Barat (NTB) cenderung menurun. Secara tahunan, pada

triwulan II-2012 laju inflasi NTB tercatat sebesar 8,50% (yoy), lebih rendah

dibanding triwulan lalu yang tercatat sebesar 8,84% (yoy). Dibandingkan

dengan laju inflasi nasional, laju inflasi tahunan NTB tersebut menunjukkan

arah pergerakan harga yang berbeda. Pada triwulan II-2012, laju inflasi nasional

RINGKASAN EKSEKUTIF

x

mengalami peningkatan yang mencapai 4,53% (yoy), meningkat dibanding

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,97% (yoy).

Berdasarkan pergerakan harga barang dan jasa secara bulanan, laju

inflasi NTB sepanjang triwulan II-2012 cenderung lebih rendah dibanding

pergerakan rata-rata historisnya (empat tahun terakhir). Pada bulan April 2012,

laju inflasi NTB mengalami tekanan yang minim sebesar 0,03% (mtm),

meningkat dibanding rata-rata historisnya yang tercatat sebesar -0,41% (mtm).

Sementara pada bulan Mei dan Juni 2012, dibanding rata-rata historisnya

(0,40% dan 1,77%), tekanan laju inflasi bulanan NTB menunjukan penurunan

masing-masing tercatat sebesar -0,48% (mtm) dan 0,65% (mtm).

Secara triwulanan, laju inflasi NTB pada triwulan II-2012 cenderung

menunjukkan penurunan yang tercatat sebesar 0,19% (qtq), jauh lebih rendah

dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai 2,22% (qtq). Kondisi tersebut

terutama disebabkan menurunnya tekanan inflasi pada kelompok bahan

makanan dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar.

Sementara kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga dan kelompok

transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami peningkatan.

Secara umum, kecenderungan penurunan harga di Nusa Tenggara Barat

dipengaruhi oleh semakin meningkatnya pasokan bahan makanan dan relatif

lancarnya kegiatan distribusi barang-barang. Berlangsungnya musim panen padi

pada awal triwulan II-2012 mendorong ketersediaan bahan makanan yang

mampu meredam tekanan inflasi. Kondisi tersebut didukung oleh kondisi cuaca

(gelombang laut) yang relatif lebih baik dibanding kondisi awal tahun yang

juga turut berpengaruh terhadap lancarnya kegiatan distribusi, sehingga

kelangkaan pasokan khususnya pada komoditas bahan bakar rumah tangga

mulai berangsur pulih.

Berdasarkan kota perhitungan inflasi, pada triwulan II-2012 inflasi

tahunan kota Mataram lebih tinggi dari kota Bima. Inflasi tahunan Kota

Mataram tercatat sebesar 8,76% (yoy), sedangkan inflasi kota Bima tercatat

lebih rendah yaitu sebesar 7,56% (yoy). Secara disagregasi inflasi, inflasi Nusa

Tenggara Barat yang cenderung menurun bersumber dari melemahnya tekanan

inflasi pada kelompok inflasi administered price dan kelompok volatile food.

Sedangkan kelompok inflasi inti bergerak stabil.

Kinerja Perbankan

Perkembangan perbankan Nusa Tenggara Barat (NTB) sepanjang

Triwulan II-2012 terus menunjukkan kinerja yang positif. Kondisi tersebut

tercermin dari peningkatan kinerja indikator utama perbankan meliputi total

aset secara gabungan tercatat Rp.18,64 triliun dengan angka pertumbuhan

mencapai 23,88%, fungsi intermediasi yang tercermin dari nilai Loan to Deposit

RINGKASAN EKSEKUTIF

xi

Ratio (LDR) sebesar 114,06% dan didukung dengan kinerja kredit yang baik

dengan Non Performing Loan (NPL) masih dibawah ketentuan sebesar 5%.

Secara gabungan, total outstanding kredit perbankan (Bank Umum dan

Bank Perkreditan Rakyat) terus meningkat mencapai Rp14,17 triliun atau

tumbuh sebesar 26,84% (yoy). Sementara itu, jumlah dana pihak ketiga (DPK)

yang berhasil dihimpun dari masyarakat meningkat mencapai Rp12,42 triliun

atau tumbuh sebesar 26,82% (yoy), melambat dibandingkan dengan

pertumbuhan triwulan lalu yang tercatat sebesar 27,25% (yoy).

Perkembangan Sistem Pembayaran

Pada triwulan II-2012 perkembangan transaksi keuangan secara

tunai di Nusa Tenggara Barat berada pada tren net outflow. Kondisi

tersebut tercermin dari peningkatan jumlah aliran uang keluar (cash outflow)

yang lebih besar dibandingkan aliran uang masuk (cash inflow), atau dengan

kata lain jumlah penarikan uang tunai lebih besar dibandingkan jumlah setoran

uang tunai yang dilakukan oleh perbankan NTB melalui Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Pada triwulan II-2012, jumlah aliran uang tunai yang masuk ke kas Bank

Indonesia yang berasal dari setoran perbankan di NTB masih berada pada tren

peningkatan yang tercatat sebesar Rp650,22 miliar atau tumbuh signifikan

sebesar 89,71% (yoy), jauh lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan lalu

yang tumbuh hingga 307,53% (yoy) dengan nominal tercatat sebesar Rp1,21

triliun.

Di sisi lain, jumlah aliran uang tunai yang keluar (cash outflow) yang

berasal dari kas Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat

tercatat mencapai Rp1,26 triliun yang tumbuh signifikan sebesar 29,22% (yoy),

lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tercatat tumbuh tinggi

sebesar 34,94% (yoy) atau sebanyak Rp684,18 miliar. Jumlah aliran uang keluar

yang lebih besar dibanding aliran jumlah uang masuk menyebabkan terjadinya

net outflow dengan jumlah mencapai Rp607,25 miliar.

Perkembangan kegiatan transaksi non tunai di Nusa Tenggara Barat

sepanjang triwulan II-2012 relatif menunjukkan penurunan dibanding triwulan

lalu. Kondisi tersebut didorong oleh menurunnya transaksi keuangan secara

non tunai melalui sarana Real Time Gross Settlement (RTGS), dari sebesar Rp2,40

triliun pada triwulan lalu menjadi Rp2,38 triliun pada triwulan II-2012.

Sementara itu, pada triwulan II-2012 transaksi secara kliring menunjukkan

peningkatan yang tercatat mencapai Rp1,36 triliun (triwulan I-2012: Rp1,33

triliun).

RINGKASAN EKSEKUTIF

xii

Kinerja Keuangan Daerah

Hingga akhir triwulan II-2012, kinerja penerimaan pendapatan

Pemerintah Provinsi NTB terus menunjukkan peningkatan. Realisasi penyerapan

pendapatan daerah Pemerintah Provinsi NTB tercatat mencapai Rp1,16 triliun

atau mencapai 51,67% dari target sepanjang Tahun 2012. Pencapaian tersebut,

jauh meningkat dibanding pencapaian triwulan II-2011 yang tercatat sebesar

Rp755,82 miliar atau mencapai 43,49% dari rencana penyerapan pendapatan

sepanjang Tahun 2011.

Berdasarkan kinerjanya, komponen Dana Perimbangan menunjukkan

pencapaian tertinggi mencapai 52,70%, lebih tinggi dibanding kinerja

komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sebesar 50,35%. Tingginya

pencapaian dana perimbangan utamanya didorong oleh realisasi penerimaan

Dana Alokasi Umum (DAU) yang mampu melebihi target semester pertama yang

mencapai 58,33% yang juga merupakan sumber utama dana perimbangan.

Sementara pada komponen pendapatan asli daerah, kinerjanya didorong oleh

penerimaan pendapatan retribusi daerah yang mencapai 164,91% dan

penerimaan pajak daerah sebesar 54,25%. Namun demikian, terdapat sumber

penerimaan yang masih belum terserap secara optimal yaitu pada komponen

dana alokasi khusus.

Pada sisi komponen belanja, realisasi belanja Pemprov. NTB hingga

akhir triwulan II-2012 tercatat sebesar 35,28% atau sebesar Rp795,46 miliar dari

target belanja Tahun 2012. Kinerja tersebut relatif lebih baik dibandingkan

dengan pencapaian triwulan II-2011 yang tercatat mencapai 23,52%.

Berdasarkan komponennya, tingkat realisasi anggaran belanja tertinggi dialami

komponen transfer bagi hasil ke Kabupaten/Kota/Desa dengan nilai mencapai

Rp112,36 miliar atau mencapai 62,25% terhadap rencana anggaran Tahun 2012.

Kemudian disusul oleh komponen belanja hibah dan belanja pegawai dengan

tingkat realisasi mencapai Rp247,70 miliar (43,47% dari rencana belanja) dan

Rp236,41 miliar (42,86% dari rencana belanja). Peningkatan yang signifikan

dialami oleh komponen belanja hibah, kondisi tersebut disebabkan kegiatan

penyaluran dana bantuan operasional sekolah pada Tahun 2012 disalurkan

melalui pemerintah provinsi, dimana sebelumnya dikelola oleh pemerintah

daerah kabupaten/kota.

Kesejahteraan Masyarakat

Sepanjang triwulan II-2012, perkembangan jumlah pengiriman

Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Nusa Tenggara Barat ke luar negeri

masih berada pada tren penurunan. Jumlah TKI asal NTB yang dikirim

sepanjang periode laporan tercatat sebanyak 6.272 orang, terkontraksi cukup

dalam hingga 70,53% (yoy) dibanding dengan periode yang sama tahun lalu

yang mencapai 21.283 orang. Berdasarkan negara tujuan penempatan TKI,

RINGKASAN EKSEKUTIF

xiii

Malaysia merupakan negara tujuan utama tujuan TKI bekerja dengan pangsa

mencapai 99,98% atau sebanyak 6.281 orang (Data BP3TKI Mataram), kemudian

disusul Brunei Darussalam sebesar 0,02% atau sebanyak 1 orang. Dari sisi jenis

lapangan kerja, pada triwulan laporan penempatan TKI seluruhnya kembali

berada pada sektor formal. Sejalan dengan negara tujuan penempatan,

sebagian besar TKI memilih profesi sebagai pekerja ladang dengan pangsa

hingga 94,13%.

Sementara itu, tingkat kesejahteraan petani yang tercermin dari Nilai

Tukar Petani (NTP) cenderung menunjukkan penurunan. Sepanjang triwulan II-

2012, rata-rata indeks NTP Nusa Tenggara Barat tercatat sebesar 95,47, turun

tipis sebesar 0,18 point dibanding triwulan lalu yang mencapai 95,65.

Rendahnya pencapaian angka NTP yang dibawah angka 100 menunjukkan

bahwa kemampuan daya beli petani NTB relatif masih rendah.

2. Prospek Ekonomi dan Perkembangan Harga Triwulan II-2012

Prospek Ekonomi

Pada triwulan III-2012, pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa

Tenggara Barat diprediksi mampu menunjukkan kinerja yang positif

dan berada pada kisaran 1,50% - 2,50% (yoy). Dari sisi permintaan,

pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2012 diperkirakan didominasi oleh

menggeliatnya kegiatan konsumsi rumah tangga yang merupakan penggerak

utama pertumbuhan ekonomi NTB. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh faktor

musiman (tahun ajaran baru dan hari raya Idul Fitri 1433H) dan meningkatnya

daya beli masyarakat. Sementara itu, kegiatan investasi diperkirakan tumbuh

meningkat sejalan dengan pola percepatan realisasi belanja pemerintah pada

triwulan III-2012. Perkembangan kegiatan ekspor diperkirakan masih berada

tren kontraksi yang cenderung melambat.

Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan di

wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat,

sebagian besar pelaku usaha di NTB (kecuali sektor pertambangan)

mempersepsikan kegiatan usaha pada triwulan III-2012 kembali mengalami

peningkatan. Alasan utama yang mendasari ekspektasi tersebut adalah tibanya

faktor musiman (hari raya keagamaan dan liburan) dan perkiraan

meningkatnya permintaan. Hal ini tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

ekspektasi situasi bisnis yang sedikit meningkat menjadi sebesar 36,81% dari

triwulan lalu yang tercatat sebesar 29,27%.

Dari sisi penawaran, kinerja sektor pertanian diperkirakan akan

mengalami pelambatan, setelah pada triwulan lalu terakselerasi tinggi. Meski

demikian pertumbuhan pada sektor pertanian diperkirakan masih dalam level

yang relatif tinggi dan tampil sebagai penopang utama pertumbuhan ekonomi.

RINGKASAN EKSEKUTIF

xiv

Hal ini didukung oleh meningkatnya kinerja sub sektor perkebunan akibat

tingginya minat petani untuk menanam tembakau sehubungan tingginya harga

tembakau pada tahun lalu.

Kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) diperkirakan

masih berada dalam level pertumbuhan yang cukup tinggi. Pada sub sektor

perdagangan, faktor musiman yaitu tibanya tahun ajaran baru sekolah dan hari

raya Idul Fitri 1433 H diyakini meningkatkan kinerja perdagangan ritel

sehubungan tingginya permintaan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya.

Kinerja sub sektor hotel dan restoran, diperkirakan kembali tumbuh meningkat

sejalan dengan program Visit Lombok Sumbawa 2012 yang menargetkan

tingkat kunjungan wisatawan hingga satu juta orang. Kondisi tersebut

didukung oleh tibanya musim liburan wisatawan mancanegara pada Juli –

Agustus dan beberapa penyelenggaran event berskala besar yang direncanakan

dilaksanakan pada akhir triwulan III-20121 dan dibukanya beberapa jalur

penerbangan baru.

Sementara itu, perkembangan sektor andalan lainnya yakni sektor

pertambangan diperkirakan masih berada pada tren pertumbuhan yang

negatif, namun terus menunjukkan perbaikan (kontraksi yang melambat).

Kegiatan produksi tambang yang memasuki fase enam (tahap pengupasan)

menyebabkan rendahnya produksi tambang, fase ini diperkirakan akan selesai

pada awal tahun 2013.

Dari sisi pembiayaan, pada triwulan III-2012 dukungan perbankan dalam

mengembangkan kegiatan ekonomi berupa penyaluran kredit kepada pelaku

usaha diprediksi masih berada pada tren meningkat. Beberapa hal yang

mendasari peningkatan tersebut antara lain pemodalan bank yang cukup,

prospek usaha yang membaik dan kondisi ekonomi yang membaik. Kondisi

tersebut terindikasi dari hasil Survei Opini Pimpinan/Pejabat Bank Umum yang

menunjukkan peningkatan. Berdasarkan sektornya, permintaan kredit baru

tersebut sebagian besar ditujukan untuk kegiatan usaha pada sektor

perdagangan, hotel dan restoran. Berdasarkan tingkat suku bunga, penyaluran

kredit pada triwulan III-2012 diperkirakan mengalami penurunan, sejalan

dengan tingkat BI Rate yang cenderung menurun.

Prospek Inflasi

Laju inflasi Nusa Tenggara Barat pada triwulan III-2012

diperkirakan mengalami tekanan yang cukup tinggi dan diprediksi

berada pada kisaran 7,75% ± 1% (yoy). Secara umum, tekanan inflasi

tersebut diperkirakan dipengaruhi oleh faktor musiman, khususnya berasal dari

1 Pelaksanaan sidang umum ASEAN Inter Parliamentary Assembly (AIPA) ke-33 yang direncanakan pada tanggal 16-22 September 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF

xv

sisi permintaan yakni meningkatnya permintaan masyarakat akan barang dan

jasa terkait tibanya tahun ajaran baru sekolah, bulan puasa, Idul Fitri 1433 H,

dan musim omprongan tembakau serta peningkatan jumlah kunjungan

wisatawan (musim liburan). Kondisi tersebut diperkirakan berdampak terhadap

meningkatnya ekspektasi masyarakat akan pembentukan harga barang dan jasa

pada triwulan III-2012 yang terindikasi dari indeks ekspektasi harga konsumen

untuk tiga bulan yang akan datang yang menunjukkan peningkatan.

Dari sisi supply, kegiatan produksi bahan makanan khususnya pada

komoditas bumbu-bumbuan diperkirakan berlangsung normal yang didukung

oleh kondisi cuaca (curah hujan) yang cukup kondusif. Berdasarkan informasi

data prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, pada

triwulan III-2012 Provinsi Nusa Tenggara Barat akan mengalami hujan dengan

sifat hujan dibawah normal. Namun demikian, terdapat potensi terjadinya

gelombang tinggi khususnya di perairan selatan NTB dengan ketinggian

gelombang mencapai 3 meter sehingga berpeluang menekan laju inflasi

khususnya dari sub kelompok ikan segar.

Berdasarkan disagregasinya, sumber tekanan inflasi diperkirakan berasal

dari kelompok volatile food. Beberapa komoditas yang berpotensi memicu laju

inflasi antara lain komoditas beras, daging sapi dan ayam serta telur akibat

meningkatnya permintaan masyarakat yang dipengaruhi faktor musiman diatas.

Perkembangan kelompok administered price juga diperkirakan berpotensi

memberikan tekanan pada laju inflasi. Seperti pada periode-periode

sebelumnya, berlangsungnya musim omprongan tembakau pada triwulan III-

2012 dapat menyebabkan terjadinya kelangkaan bahan bakar rumah tangga

(minyak tanah dan gas elpiji) yang digunakan oleh petani tembakau sebagai

bahan bakar untuk kegiatan pengeringan daun tembakau. Perkembangan

harga pada kelompok inflasi inti diperkirakan tidak mengalami fluktuasi yang

berarti (stabil), namun berpotensi sedikit meningkat yang dipengaruhi kenaikan

harga komoditas emas perhiasan di pasar internasional.

1

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL

NUSA TENGGARA BARAT

1.1. KONDISI UMUM

Pada triwulan II-2012, kinerja perekonomian Provinsi Nusa

Tenggara Barat (NTB) tanpa sektor pertambangan mengalami

akselerasi mencapai sebesar 6,93% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,82% (yoy). Sementara itu,

setelah berada pada tren kontraksi pada beberapa periode sebelumnya, laju

pertumbuhan ekonomi NTB dengan sektor pertambangan mampu tumbuh

positif mencapai 2,76% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang

terkontraksi sebesar 2,48% (yoy).

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara Barat

utamanya didorong oleh kinerja kegiatan investasi yang tumbuh dalam level

yang tinggi dan meningkatnya kegiatan konsumsi khususnya pada konsumsi

pemerintah dan lembaga swasta nirlaba. Sementara itu, melambatnya

kegiatan konsumsi rumah tangga dan masih menurunnya kegiatan

perdagangan luar negeri menjadi faktor utama penahan laju pertumbuhan

ekonomi NTB.

Dari sisi penawaran, kinerja perekonomian NTB tanpa sektor

pertambangan menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi yang didorong

oleh kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran kembali tampil sebagai

sektor yang memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi dan memberikan

kontribusi (andil) positif terbesar terhadap pembentukan pertumbuhan

ekonomi. Selain itu, pertumbuhan tersebut juga didorong kinerja sektor

pertanian yang mengalami akselerasi.

Di sisi lain, sektor jasa-jasa mengalami pelambatan terbesar yang

turut menahan laju pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, pertumbuhan

ekonomi NTB termasuk sektor pertambangan mampu berada pada

pertumbuhan positif akibat semakin melambatnya tren kontraksi pada sektor

pertambangan dan membaiknya kinerja sektor-sektor lainnya.

1.2. SISI PERMINTAAN

Dari sisi permintaan, kinerja pertumbuhan ekonomi NTB yang

menunjukkan peningkatan didorong oleh akselerasi kinerja komponen

pembentukan modal tetap bruto (investasi) dan kegiatan konsumsi yang

memberikan sumbangan positif terhadap pembentukan laju pertumbuhan

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

2

ekonomi NTB. Berdasarkan sumbangannya, kegiatan investasi memberikan

kontribusi hingga 6,38%, kemudian disusul oleh kegiatan konsumsi rumah

tangga sebesar 3,16%. Di sisi lain, penahan laju pertumbuhan ekonomi NTB

berasal dari kinerja ekspor yang masih berada pada tren kontraksi.

Berdasarkan komposisi struktur ekonomi, kegiatan konsumsi rumah tangga

dan pembentukan modal bruto tetap (investasi) menjadi komponen utama

pembentuk struktur perekonomian NTB dengan pangsa masing-masing

sebesar 51,70% dan 24,71%.

a. Konsumsi

Pada triwulan II-2012, kegiatan konsumsi rumah tangga meningkat

sebesar 5,95% (yoy), melambat dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar

7,09% (yoy). Kondisi tersebut disebabkan oleh relatif terbatasnya daya beli

masyarakat yang terindikasi melalui hasil survei konsumen Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat yang menunjukkan penurunan

tingkat keyakinan pada awal triwulan II-2012.

Pencapaian tersebut turut dikonfirmasi oleh data prompt indicator

kegiatan konsumsi yaitu data pemakaian listrik yang mengalami perlambatan.

Sepanjang triwulan II-2012, pemakaian listrik untuk kategori rumah tangga di

NTB tercatat mencapai 154,26 juta kwh atau tumbuh sebesar 22,14% (yoy),

melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 26,37% (yoy).

Sementara itu, perkembangan penjualan kendaraan bermotor menunjukkan

pertumbuhan sebesar 0,40% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya

yang terkontraksi sebesar 6,82% (yoy).

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Dari Sisi Permintaan (%,yoy)

Sumber: BPS, diolah, Keterangan: *) angka sementara, **) angka sangat sementara

Pertumbuhan Sisi Permintaan Nusa Tenggara Barat

Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I** Tw.II**

Konsumsi Rumah Tangga 4.95 5.36 5.08 5.16 5.14 5.38 5.30 5.06 5.01 5.19 7.09 5.95

Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 5.95 3.95 3.70 4.87 4.60 6.10 5.05 5.92 4.71 5.44 6.25 7.80

Konsumsi Pemerintah 6.56 9.63 10.87 11.97 9.80 5.03 5.19 7.13 4.74 5.53 (7.42) 4.34

Pembentukan Modal Tetap Bruto 32.89 8.75 (4.11) (2.31) 6.47 0.69 4.97 8.10 5.83 4.97 21.31 20.45

Ekspor 18.96 18.60 23.14 (10.20) 11.75 (14.18) (17.21) (11.16) (3.17) (11.62) (15.08) (10.02)

Impor 5.60 1.43 (3.80) (2.53) 0.04 9.11 17.54 6.59 11.23 11.10 (11.09) (6.92)

Produk Domestik Regional Bruto 22.93 9.55 5.97 (7.35) 6.33 (1.95) (5.24) (1.66) (3.92) (3.18) (2.48) 2.76

Sumbangan Pertumbuhan Sisi Permintaan Nusa Tenggara Barat

Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I** Tw.II**

Konsumsi Rumah Tangga 2.78 2.66 2.31 2.12 2.43 2.58 2.53 2.28 2.33 2.43 3.65 3.16

Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 0.07 0.04 0.04 0.05 0.05 0.07 0.05 0.06 0.05 0.06 0.07 0.09

Konsumsi Pemerintah 1.04 1.34 1.37 1.40 1.31 0.69 0.72 0.94 0.67 0.76 (1.10) 0.67

Pembentukan Modal Tetap Bruto 8.98 2.48 (1.25) (0.68) 1.88 0.20 1.40 2.23 1.82 1.44 6.46 6.38

Ekspor 5.83 5.09 5.98 (2.63) 3.20 (4.22) (5.10) (3.35) (0.79) (3.32) (3.93) (2.59)

Impor (1.48) (0.34) 0.84 0.50 (0.01) (2.06) (3.81) (1.32) (2.35) (2.36) 2.80 1.86

Produk Domestik Regional Bruto 22.93 9.55 5.97 (7.35) 6.33 (1.95) (5.24) (1.66) (3.92) (3.18) (2.48) 2.76

2012

2012Uraian

Uraian2011

2010

2010

2011

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

3

Dari sisi pembiayaan, kegiatan penyaluran kredit perbankan untuk

kegiatan konsumsi menunjukkan peningkatan. Pada triwulan II-2012,

penyaluran kredit konsumsi tercatat mencapai Rp7,94 triliun yang tumbuh

sebesar 15,65% (yoy) atau mencapai 56,02% dari total kredit yang disalurkan

perbankan di NTB. Pertumbuhan tersebut meningkat dibanding pertumbuhan

triwulan sebelumnya yang mencapai 10,79% (yoy).

b. Investasi

Pada triwulan II-2012, kegiatan investasi (pembentukan modal tetap

bruto) berada pada pertumbuhan yang cukup tinggi mencapai 20,45% (yoy),

sedikit melambat dibanding kinerja triwulan sebelumnya yang juga tumbuh

tinggi mencapai 21,31% (yoy). Kondisi tersebut tercermin dari data prompt

indicator yaitu pertumbuhan tingkat pemakaian semen di wilayah NTB yang

menunjukkan penurunan namun masih tumbuh dalam level yang cukup

tinggi. Sepanjang triwulan II-2012, tingkat pemakaian semen tercatat

Grafik 1.1Perkembangan Konsumsi Listrik

Rumah Tangga

Grafik 1.2Penyaluran Kredit Konsumsi

Sumber: PLN Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI

Grafik 1.3Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor

Sumber: Dispenda NTB

Grafik 1.4Indeks Keyakinan Konsumen

Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Prov. NTB

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

-

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

160.00

180.00

I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012

Konsumsi Listrik RT (juta kwh)g-kons. listrik RT (%)-kanan

(30.00)(20.00)(10.00)-10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012

Mobil (unit) Motor (unit)

growth kendaraan total (%,yoy)-kanan growth motor (%,yoy)-kanan

growth mobil (%,yoy)-kanan

0

20

40

60

80

100

120

140

160

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2010 2011 2012

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)Level optimis

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

0.00

1,000.00

2,000.00

3,000.00

4,000.00

5,000.00

6,000.00

7,000.00

8,000.00

9,000.00

I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012

Kredit Konsumsi (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

4

mencapai 203,02 ribu ton atau tumbuh sebesar 20,15% (yoy), lebih rendah

dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar 40,87% (yoy). Dari sisi

pembiayaan, kegiatan penyaluran kredit perbankan kembali berada pada

pertumbuhan yang tinggi mencapai 146,45% (yoy) atau sebesar Rp1,58 triliun,

lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh tinggi

mencapai 133,83% (yoy).

c. Ekspor Impor

Perkembangan kegiatan perdagangan barang antar negara asal NTB

(ekspor) masih berada pada tren kontraksi. Pada triwulan II-2012, kegiatan

ekspor menunjukkan kontraksi sebesar 10,02% (yoy), namun melambat

dibanding triwulan lalu yang terkontraksi jauh lebih tajam mencapai 15,08%

(yoy). Kondisi tersebut menyebabkan kegiatan ekspor menjadi komponen

yang memberikan sumbangan negatif mencapai 2,59% terhadap

pembentukan pertumbuhan ekonomi NTB dari sisi permintaan.

Penurunan kinerja ekspor tersebut dikonfirmasi oleh data prompt

indicator yaitu volume ekspor NTB di sepanjang triwulan II-2012 yang

Grafik 1.5Perkembangan Pembentukan Modal Tetap Bruto

Grafik 1.6Perkembangan Volume Penjualan Semen

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolahSumber : BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 1.7Penyaluran Kredit Investasi

Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI

Grafik 1.8Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing

dan Penanaman Modal Dalam Negeri

Sumber : BKPM

(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012

Volume Penjualan Semen (ton)

Pertumbuhan (%,yoy)-Kanan

30.8

407.1

20.9

6.3

357.4

114.8

27.9

2.6

11.7

0.2

31.9

0 0

5

10

15

20

25

30

35

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2

2011 2012

PMA (US$ juta) PMDN (Rp miliar)

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

160%

0.00

200.00

400.00

600.00

800.00

1,000.00

1,200.00

1,400.00

1,600.00

1,800.00

I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012

Kredit Investasi (Rp miliar)-Kiri)Pertumbuhan (%)-Kanan

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

-200 400 600 800

1,000 1,200 1,400 1,600 1,800 2,000

Tw1*Tw2*Tw3*Tw4*Tw1*Tw2*Tw3*Tw4*Tw1**Tw2**

2010 2011 2012

PMTB (Rp miliar)-Kiri

Pertumbuhan (%)-Kanan

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

5

mengalami kontraksi yang signifikan. Total ekspor NTB sepanjang triwulan II-

2012 tercatat mencapai 44,35 ribu ton yang tumbuh negatif sebesar 19,41%

(yoy), terkontraksi melambat dibanding triwulan lalu yang tumbuh negatif

hingga 22,31% (yoy). Kondisi tersebut dipengaruhi oleh rendahnya produksi

komoditas tambang yang merupakan komoditas utama ekspor NTB.

Di sisi lain, kegiatan impor barang tujuan NTB masih berada pada tren

penurunan. Pada triwulan II-2012, kegiatan impor mengalami kontraksi

sebesar 6,92% (yoy), kontraksi tersebut melambat dibanding triwulan lalu

yang terkontraksi lebih dalam hingga 11,09% (yoy). Berdasarkan volumenya,

total impor pada triwulan II-2012 tercatat menunjukkan penurunan menjadi

sebesar 18,74 ribu ton atau tumbuh negatif sebesar 46,16% (yoy) penurunan

tersebut diakibatkan oleh berkurangnya barang impor jenis barang mentah

(raw material).

1.3. SISI PENAWARAN

Pada sisi penawaran, membaiknya kinerja sektor-sektor andalan pada

perekonomian NTB membawa perekonomian NTB berada pada pertumbuhan

yang positif setelah mengalami kontraksi pada beberapa triwulan terakhir.

Berdasarkan sumbangannya, sektor perdagangan, hotel, restoran kembali

tampil menjadi sektor yang memberikan kontribusi positif terbesar dengan

sumbangan sebesar 2,00%, kemudian disusul oleh sektor pertanian dengan

sumbangan sebesar 1,57%. Di sisi lain, sektor pertambangan masih menjadi

penahan utama laju pertumbuhan ekonomi NTB dengan kontribusi negatif

mencapai 2,86%.

Sumber: BI, Data Sementara Sumber: BI, Data Sementara

Grafik 1.9Perkembangan Volume Ekspor (dlm ribu)

Grafik 1.10Perkembangan Volume Impor (dlm ribu)

-

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5

2010 2011 2012

Cons Goods (kg)-kanan

Cap Goods (kg)-kanan

Raw Mat (kg)

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5

2010 2011 2012

Raw Mat (kg)

Cap Goods (kg)

Cons Goods (kg)-kanan

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

6

Secara terpisah, pertumbuhan ekonomi NTB tanpa sektor

pertambangan menunjukkan akselerasinya. Pada triwulan II-2012

pertumbuhannya tercatat mencapai 6,93% (yoy), jauh lebih tinggi

dibandingkan triwulan I-2012 yang tumbuh sebesar 4,82% (yoy). Kondisi

tersebut utamanya dipengaruhi oleh kinerja sektor pertanian yang mengalami

akselerasi pertumbuhan yang cukup tinggi.

Pada triwulan II-2012, struktur perekonomian NTB didominasi oleh 3

(tiga) sektor andalan dengan pangsa mencapai 59,95% dari keseluruhan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi NTB. Pangsa tersebut

mengalami penurunan dibanding triwulan lalu yang mencapai 61,29% yang

disebabkan kinerja sektor pertambangan yang terkontraksi. Pangsa sektor

terbesar dimiliki oleh sektor pertanian sebesar 24,27%, diikuti oleh sektor

pertambangan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang masing-

masing tercatat sebesar 18,78% dan 16,90%.

Berdasarkan penggolongannya, struktur perekonomian NTB mengalami

pergeseran, dimana sektor tersier yang meliputi sektor perdagangan, hotel dan

restoran, sektor jasa-jasa, sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan menjadi sektor terbesar dengan

pangsa mencapai 44,22%. Kemudian diikuti oleh sektor primer (pertanian dan

pertambangan) dengan pangsa sebesar 43,05%. Sementara, sektor sekunder

Tabel 1.2 Pertumbuhan dan Sumbangan Pertumbuhan Sisi Penawaran (%,yoy)

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah, Keterangan: *) angka sementara, **) angka sangat sementara

Pertumbuhan Sisi Penawaran Nusa Tenggara Barat

Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I** Tw.II**Pertanian 4.51 1.51 (0.27) 0.32 1.91 10.44 1.07 2.31 3.03 3.99 0.06 6.53 Pertambangan dan Penggalian 90.97 22.78 13.50 (25.87) 11.93 (25.39) (32.75) (19.79) (29.07) (26.57) (27.96) (15.07)

Industri Pengolahan 11.05 2.63 7.98 (5.42) 3.77 1.83 6.55 1.49 2.81 3.13 4.13 3.36 Listrik,Gas dan Air Bersih 13.09 7.92 4.78 4.55 6.16 6.56 8.29 8.79 9.27 8.25 8.20 7.74 Bangunan 9.24 7.49 3.48 (3.99) 3.54 (0.07) 6.44 7.73 6.21 5.14 4.89 3.13 Perdagangan, Hotel dan Restoran 14.18 9.31 4.49 1.57 6.91 9.62 7.15 6.26 6.18 7.23 9.24 12.05Transportasi dan Komunikasi 8.14 9.45 5.33 5.35 7.19 7.28 6.51 7.80 8.71 7.61 7.78 8.42 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 7.70 4.13 3.08 7.25 5.60 11.73 8.51 10.32 10.43 10.23 4.55 8.03 Jasa-jasa 0.93 6.34 8.01 9.45 4.89 5.36 4.31 5.72 3.38 4.67 6.04 3.17 PDRB Seluruh Sektor 22.93 9.55 5.97 (7.35) 6.33 (1.95) (5.24) (1.66) (3.92) (3.18) (2.48) 2.76PDRB Non Pertambangan 7.39 5.21 3.27 1.79 4.27 7.29 4.78 5.16 5.21 5.57 4.82 6.93

Sumbangan Pertumbuhan Sisi Penawaran Nusa Tenggara Barat

Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I** Tw.II**Pertanian 1.12 0.37 (0.07) 0.07 0.45 2.21 0.24 0.56 0.68 0.90 0.01 1.57 Pertambangan dan Penggalian 16.93 5.44 3.44 (8.60) 3.10 (7.34) (8.76) (5.40) (7.73) (7.27) (6.15) (2.86)Industri Pengolahan 0.60 0.13 0.37 (0.24) 0.18 0.09 0.31 0.07 0.13 0.15 0.21 0.18 Listrik,Gas dan Air Bersih 0.05 0.03 0.02 0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 Bangunan 0.79 0.57 0.25 (0.30) 0.27 (0.01) 0.48 0.55 0.49 0.39 0.38 0.26 Perdagangan, Hotel dan Restoran 2.18 1.37 0.65 0.22 1.01 1.37 1.05 0.90 0.95 1.06 1.47 2.00 Transportasi dan Komunikasi 0.69 0.72 0.39 0.36 0.54 0.54 0.50 0.57 0.67 0.57 0.63 0.72 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0.46 0.23 0.15 0.31 0.29 0.62 0.46 0.50 0.52 0.52 0.27 0.49 Jasa-jasa 0.11 0.68 0.77 0.82 0.50 0.54 0.45 0.56 0.35 0.47 0.66 0.36 PDRB Seluruh Sektor 22.93 9.55 5.97 (7.35) 6.36 (1.95) (5.24) (1.66) (3.92) (3.18) (2.48) 2.76

2012

2012

Uraian

Uraian2011

2011

2010

2010

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

7

Grafik 1.11Struktur Perekonomian Nusa Tenggara Barat periode

Triwulan I-2012 (kiri) dan Triwulan II-2012 (kanan)

Sumber : BPS Provinsi NTB

memberikan kontribusi paling rendah mencapai 12,73% yang meliputi sektor

industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih dan sektor bangunan.

a. Pertanian

Pada triwulan II-2012, kinerja sektor pertanian mengalami peningkatan

pertumbuhan yang signifikan mencapai sebesar 6,53% (yoy), jauh lebih tinggi

dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 0,06% (yoy). Berdasarkan data

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi NTB, kinerja

produksi pertanian pada triwulan II-2012 cenderung meningkat. sepanjang

triwulan II-2012 (hingga akhir Mei 2012), luas area lahan panen komoditas padi

di NTB tercatat sebesar 117,32 ribu hektar atau tumbuh sebesar 50,33% (yoy),

lebih tinggi dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh negatif sebesar

16,29% (yoy).

Bertambahnya luas lahan panen ditengarai dipengaruhi oleh

pergeseran musim tanam dari akhir tahun ke awal tahun sehingga mendorong

Grafik 1.12Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi

Nusa Tenggara Barat

Sumber : BPS Provinsi NTB

-10.00

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2

2010 2011 2012

Growth-PDRB NTB non tambang (%,yoy)Growth-PDRB NTB (%,yoy)

Grafik 1.13Perkembangan Pertumbuhan di Sektor Utama

Nusa Tenggara Barat

Sumber : BPS Provinsi NTB, diolah

-40.00

-20.00

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

Tw1*Tw2*Tw3*Tw4*Tw1*Tw2*Tw3*Tw4*Tw1**Tw2**

2010 2011 2012

Pertanian (%)PHR (%)Pertambangan (%)

Pertanian; 24.27%

Pertambangan dan Penggalian;

18.78%

Industri Pengolahan; 3.98% Listrik,Gas & Air

Bersih; 0.51%Bangunan; 8.24%

Perdagangan, Hotel & Restoran ;

16.90%

Transportasi & Komunikasi; 7.65%

Keuangan, Persewaan & Jasa

Perusahaan; 5.92%

Jasa-jasa; 13.75%

Pertanian; 24.63%

Pertambangan dan Penggalian; 20.08%

Industri Pengolahan; 3.97%

Listrik,Gas & Air Bersih; 0.51%

Bangunan; 7.86%

Perdagangan, Hotel & Restoran ;

16.57%

Transportasi & Komunikasi; 7.64%

Keuangan, Persewaan & Jasa

Perusahaan; 5.85%

Jasa-jasa; 12.89%

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

8

besarnya jumlah luas panen di triwulan II-2012. Pada triwulan I-2012, jumlah

luas tanam komoditas padi di NTB meningkat cukup tinggi yang tumbuh

sebesar 18,98% (yoy) dengan luas mencapai 121,49 ribu hektar, jauh lebih

tinggi dibanding dengan pertumbuhan triwulan IV-2011 yang tumbuh negatif

sebesar 17,10% (yoy).

Tabel 1.3Perkembangan Produksi Padi Nusa Tenggara Barat

Periode Luas Lahan Panen (Ha)

Produktivitas (Kuintal/Ha)

Produksi (Ton)

2005 300,394 45.54 1,367,869

2006 341,418 45.48 1,552,627

2007 331,916 45.99 1,526,347

2008 359,714 48.67 1,750,677

2009 374,279 49.98 1,870,775

2010 374,284 47.41 1,774,499

2011* 418,062 49,45 2,067,137

2012 414,691 49,45 2,050,526Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov. NTBKet: *) Angka Ramalan (ARAM) I-2012

Grafik 1.16Penyaluran Kredit Perbankan

ke Sektor Pertanian

Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI

-100%-50%0%50%100%150%200%250%300%350%400%

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

300.00

350.00

400.00

450.00

I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012

Kredit Sektor Pertanian (Rp miliar)-Kiri

Pertumbuhan (%)-Kanan

Grafik 1.14Perkembangan Luas Lahan Tanam Padi

Sumber : Dinas Pertanian TPH Provinsi NTB

Grafik 1.15Perkembangan Luas Lahan Panen Padi

Sumber : Dinas Pertanian TPH Provinsi NTB

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5

2010 2011 2012

Luas lahan tanam padi (ha)

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5

2010 2011 2012

Luas lahan panen padi (ha)

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

9

Sejalan dengan pertumbuhan pada sektor ini, kegiatan penyaluran kredit

pada sektor pertanian juga mengalami peningkatan yang signifikan. Pada

triwulan II-2012, outstanding kredit yang disalurkan pada sektor pertanian

tercatat mencapai Rp406,73 miliar atau tumbuh signifikan sebesar 332,69%

(yoy), jauh lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tumbuh hingga 210,33%

(yoy).

b. Pertambangan

Kinerja sektor pertambangan masih berada dalam tren pertumbuhan

negatif (kontraksi). Pada triwulan II-2012, kinerja sektor pertambangan kembali

mengalami kontraksi sebesar 15,07% (yoy), melambat dibanding triwulan lalu

yang tumbuh negatif hingga 27,96% (yoy). Kondisi tersebut dikonfirmasi oleh

data prompt indicator komoditas utama sektor pertambangan yaitu produksi

konsentrat tembaga yang juga mengalami kontraksi yang melambat.

Sepanjang triwulan II-2012, total produksi konsentrat tembaga tercatat

sebesar 69,68 ribu ton yang mengalami kontraksi sebesar 43,04% (yoy),

melambat dibanding triwulan lalu yang terkontraksi hingga sebesar 53,07%

(yoy). Rendahnya produksi konsentrat sebagai dampak kegiatan siklus dan

rencana produksi yang berada pada fase enam yaitu kegiatan perluasan area

eksploitasi wilayah pertambangan sehingga kegiatan menambang batuan

mineral (ore) belum dapat dilakukan. Hingga saat ini, kegiatan produksi

konsentrat tembaga menggunakan material batuan cadangan (stock pile)

dengan kadar mineral rendah.

Dari sisi pembiayaan, outstanding kredit perbankan yang disalurkan

pada sektor pertambangan kembali menunjukkan penurunan yang cukup

tajam. Pada triwulan II-2012, outstanding credit untuk sektor ini mencapai

Rp2,66 miliar yang tumbuh negatif sebesar 47,30% (yoy), turun tajam

dibanding triwulan lalu yang tumbuh negatif sebesar 12,35% (yoy).

Grafik 1.18Penyaluran Kredit Perbankan

di Nusa Tenggara Barat ke Sektor Pertambangan

Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012

Kredit Sektor Pertambangan (Rp miliar)-Kiri

Pertumbuhan (%)-Kanan

Grafik 1.17Jumlah Produksi dan Ekspor Konsentrat

Tembaga Nusa Tenggara Barat

Sumber : PT Newmont Nusa Tenggara

(60)(50)(40)(30)(20)(10)-10 20 30 40

-

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

700,000

800,000

I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012

WMT (ton) PEB (USD .000)g-prod (%,yoy)-rhs

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

10

c. Perdagangan, Hotel dan Restoran

Kinerja sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) kembali

mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada triwulan II-2012, sektor

PHR tercatat tumbuh sebesar 12,05% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding kinerja

triwulan lalu yang tumbuh mencapai 9,24% (yoy). Kondisi tersebut ditengarai

oleh meningkatnya kinerja sub sektor perdagangan terutama komoditas hasil

pertanian dan meningkatnya kinerja sub sektor hotel dan restoran.

Meningkatnya penyelenggaran event-event MICE1 berskala besar di NTB seperti

Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) ke-5, Hari Keluarga Nasional

(Harganas) XIX, dan Lombok Sumbawa Pearl Festival (LSPF).

Kondisi tersebut dikonfirmasi oleh data prompt indicator

perkembangan tingkat hunian kamar (TPK) yang menunjukkan peningkatan,

sedangkan rata-rata lama serta jumlah tamu menginap mengalami penurunan

tipis. Sepanjang triwulan II-2012, rata-rata tingkat hunian kamar hotel

berbintang di NTB mencapai 52,32%, jauh lebih tinggi dibanding triwulan lalu

yang tercatat sebesar 42,64%. Sementara itu, rata-rata lama tamu yang

menginap di hotel berbintang menurun menjadi 2,73 hari, turun tipis

dibanding triwulan I-2012 yang mencapai 2,80 hari. Perkembangan jumlah

tamu yang menginap di hotel berbintang selama periode laporan

menunjukkan peningkatan yang tercatat sebanyak 96,36 ribu orang (pangsa

domestik sebesar 80,78%) yang tumbuh sebesar 29,97% (yoy), lebih tinggi

dibanding triwulan lalu yang tercatat sebanyak 76,59 ribu orang yang tumbuh

sebesar 25,95% (yoy).

1 Meetings, Incentives, Conferencing, Exhibitions

Grafik 1.19Tingkat Hunian Kamar dan Lama Tinggal Tamu

Sumber : BPS Provinsi NTB

Grafik 1.20Perkembangan Tamu Hotel Berbintang

Sumber : BPS Provinsi NTB

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

0

10

20

30

40

50

60

70

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6

2010 2011 2012

Tingkat Hunian Kamar (%)-KiriLama Tinggal Tamu (hari)-Kanan

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

0

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012

Org AsingDomestikgrowth total (%,yoy)-kanan

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

11

Dari sisi pembiayaan, sejalan dengan pertumbuhan pada sektor ini,

pertumbuhan kegiatan penyaluran kredit perbankan ke sektor PHR juga

menunjukkan peningkatan. Pada triwulan II-2012, outstanding credit untuk

sektor PHR mencapai Rp4,07 triliun atau tumbuh sebesar 66,07% (yoy), lebih

tinggi dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 45,98% (yoy).

d. Bangunan

Kinerja sektor bangunan masih berada pada tren pelambatan. Pada

triwulan II-2012, sektor bangunan tumbuh sebesar 3,13% (yoy), melambat

dibanding triwulan lalu yang tumbuh hingga 4,89% (yoy). Kondisi tersebut

turut dikonfirmasi oleh perkembangan data prompt indicator sektor bangunan

yaitu tingkat konsumsi semen di NTB yang menunjukkan pelambatan.

Berdasarkan data Asosiasi Semen Indonesia, pada triwulan II-2012 tingkat

konsumsi semen di NTB tumbuh sebesar 20,15% (yoy) atau mencapai 203,01

ribu ton, melambat dibanding triwulan lalu yang tumbuh hingga 4,89% (yoy).

Di sisi pembiayaan, kinerja penyaluran kredit pada sektor ini mengalami

peningkatan dan berada pada tren pertumbuhan yang tinggi. Hingga triwulan

II-2012, outstanding credit pada sektor bangunan tercatat mencapai Rp404,00

miliar atau tumbuh sebesar 76,61% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi

dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar 51,72% (yoy).

Grafik 1.21Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor

Perdagangan Hotel dan Restoran

Sumber : Laporan Bulanan Bank KPw BI Prov. NTB

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

0.00

500.00

1,000.00

1,500.00

2,000.00

2,500.00

3,000.00

3,500.00

4,000.00

4,500.00

I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012

Kredit Sektor PHR (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

12

e. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

Kinerja sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan mengalami

pelambatan. Pada triwulan II-2012, sektor ini tumbuh sebesar 8,03% (yoy),

lebih tinggi dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar 4,55% (yoy).

Pencapaian kinerja tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya kinerja sub sektor

persewaan dan jasa perusahaan seiring meningkatnya kegiatan MICE di NTB

dan mulainya musim liburan pada akhir triwulan II-2012.

Selain itu, kinjera sektor ini juga didukung oleh kinerja sub sektor

keuangan yang tercermin dari data prompt indicator kinerja perkembangan

profit perbankan di NTB yang mengalami peningkatan. Hingga triwulan II-

2012, laba kegiatan usaha perbankan NTB tercatat mencapai Rp623,13 miliar

atau tumbuh sebesar 17,27% (yoy), meningkat dibanding triwulan lalu yang

tumbuh sebesar 15,51% (yoy).

Grafik 1.24

Perkembangan Kondisi Perbankan

Sumber : Laporan Bulanan Bank , BI

-2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000 18,000 20,000

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2

2010 2011 2012

% Aset(Rp miliar)-kanan Kredit(Rp miliar)-kanan

DPK(Rp miliar)-kanan g-Aset (kiri),yoy

Grafik 1.25

Perkembangan Laba Perbankan

Sumber : Laporan Bulanan Bank , BI

-

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

0

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012

%

Rp. J

t

Laba PerbankanGrowth (yoy)-kanan

Grafik 1.22Perkembangan Volume Penjualan Semen

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah

Grafik 1.23Penyaluran Kredit Perbankan

ke Sektor Bangunan

Sumber : Laporan Bulanan Bank , BI

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

0.0050.00

100.00150.00200.00250.00300.00350.00400.00450.00

I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012

Kredit Sektor Bangunan (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan

(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012

Volume Penjualan Semen (ton)

Pertumbuhan (%,yoy)-Kanan

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL N

f. Transportasi dan Komunikasi

Pada triwulan

mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi

dibanding kinerja triwulan sebelumnya

Tingginya pencapaian

kinerja sub sektor transportasi yang

Pada triwulan II-201

tercermin melalui perkembangan

mencapai 465,59 ribu penumpang yang tumbuh sebesar 16,16% (yoy), lebih

tinggi dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar 8,49% (yoy).

Sementara itu, kegiatan transportasi

pertumbuhan yang sangat signifikan mencapai 551,20% (yoy), jauh lebih tinggi

dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan I

34,41% (yoy).

Dari sisi pembiayaan,

dan komunikasi cenderung

Grafik 1.28Perkembangan Arus Bongkar Muat

Angkutan Laut

Sumber : BPS Provinsi NTB

050,000

100,000150,000200,000250,000300,000350,000400,000450,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2010 2011

Total Bongkar/Muat (ton)

growth (%) - kanan

Grafik 1.26Perkembangan Arus Penumpang Domestik

Angkutan Udara

Sumber : BPS Provinsi NTB

-50,000

100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 350,000 400,000 450,000 500,000

I II III IV I II III

2010 2011

Penumpang Domestik (org)

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA

13

Transportasi dan Komunikasi

Pada triwulan II-2012, kinerja sektor transportasi dan komunikasi

an yang cukup tinggi mencapai 8,42% (yoy), lebih tinggi

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,78

n pertumbuhan tersebut ditengarai dipengaruhi

transportasi yang kembali mengalami peningkatan.

2012, kegiatan transportasi melalui angkutan udara yang

min melalui perkembangan jumlah penumpang pesawat meningkat

mencapai 465,59 ribu penumpang yang tumbuh sebesar 16,16% (yoy), lebih

tinggi dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar 8,49% (yoy).

kegiatan transportasi melalui angkutan laut menunjukkan

pertumbuhan yang sangat signifikan mencapai 551,20% (yoy), jauh lebih tinggi

dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan I-2012 yang tumbuh sebesar

Dari sisi pembiayaan, kegiatan penyaluran kredit pada sektor transportasi

cenderung menunjukkan pertumbuhan yang sangat tinggi

Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang Angkutan Laut

BPS Provinsi NTB

-100

0

100

200

300

400

500

600

Q3 Q4 Q1 Q2

2012

Total Bongkar/Muat (ton)

Grafik 1.29Penyaluran Kredit Perbankan

ke Sektor Transportasi dan Komunikasi

Sumber : Laporan Bulanan Bank , BI

Perkembangan Arus Penumpang Domestik Angkutan Udara

Grafik 1.2Perkembangan Arus Penumpang Internasional

Angkutan Udara

Sumber : BPS Provinsi NTB

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

I II III IV I II III IV

2010 2011

Kredit Sektor Transportasi dan Komunikasi (Rp miliar)-Pertumbuhan (%)-Kanan

0

5

10

15

20

25

30

35

IV I II

2012

growth (%) - kanan

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

I II III IV I II

2010 2011

Penumpang Internasional (org)

ENGGARA BARAT

transportasi dan komunikasi

lebih tinggi

sebesar 7,78% (yoy).

ditengarai dipengaruhi oleh

angkutan udara yang

meningkat

mencapai 465,59 ribu penumpang yang tumbuh sebesar 16,16% (yoy), lebih

tinggi dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar 8,49% (yoy).

menunjukkan

pertumbuhan yang sangat signifikan mencapai 551,20% (yoy), jauh lebih tinggi

2012 yang tumbuh sebesar

transportasi

pertumbuhan yang sangat tinggi.

Penyaluran Kredit Perbankan dan Komunikasi

Sumber : Laporan Bulanan Bank , BI

Grafik 1.27Perkembangan Arus Penumpang Internasional

Angkutan Udara

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

IV I II

2012

Kredit Sektor Transportasi dan -Kiri

Kanan

-80

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

III IV I II

2011 2012

growth (%) - kanan

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

14

Hingga akhir triwulan II-2012, pembiayaan yang disalurkan pada sektor ini

tercatat sebesar Rp95,70 miliar yang tumbuh sebesar 95,79% (yoy), lebih tinggi

dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 89,96% (yoy).

g. Industri Pengolahan

Pada triwulan II-2012, kinerja sektor industri pengolahan tumbuh sebesar

3,36% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan I-2012 yang tumbuh sebesar 4,13%

(yoy). Berbeda dengan kondisi pertumbuhan sektornya, perkembangan data

prompt indicator yaitu data konsumsi listrik industri justru menunjukkan

peningkatan pemakaian listrik. Sepanjang triwulan II-2012, pemakaian konsumsi

listrik industri mencapai 8,42 juta kwh atau tumbuh signifikan sebesar 43,16%

(yoy), jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan konsumsi triwulan I-2012 yang

tercatat tumbuh sebesar 25,12% (yoy).

Dari sisi pembiayaan, sejalan dengan pertumbuhan pada sektor ini

kegiatan pembiayaan perbankan juga menunjukkan pelambatan. Hingga akhir

triwulan II-2012 penyaluran kredit pada sektor industri tercatat sebesar Rp94,79

miliar atau tumbuh sebesar 39,02% (yoy), melambat dibanding triwulan lalu

yang hanya tumbuh signifikan hingga mencapai 66,02% (yoy).

h. Listrik, Gas, dan Air Bersih

Perkembangan sektor listrik, gas dan air bersih masih berada pada tren

perlambatan. Pada triwulan II-2012, sektor listrik, gas dan air bersih mampu

tumbuh tinggi mencapai 7,74% (yoy), melambat dibanding triwulan lalu yang

tumbuh sebesar 8,20% (yoy). Berdasarkan komposisinya, sektor listrik, gas dan

air bersih memiliki pangsa yang terkecil atau sebesar 0,51% dalam pembentukan

struktur perekonomian NTB, sehingga tingginya pertumbuhan belum memiliki

dampak yang signifikan. Pertumbuhan tersebut diperkirakan dipengaruhi oleh

Grafik 1.30Perkembangan Konsumsi Listrik Industri

Sumber : PLN

(20.00)

(10.00)

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012

Konsumsi Listrik Industri (juta kwh) growth(%)-kanan

Grafik 1.31Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Industri Pengolahan

Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI

-10%0%10%20%30%40%50%60%70%

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012

Kredit Sektor Industri Pengolahan (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

15

kinerja sub sektor listrik yang mengalami perlambatan yang dikonfirmasi melalui

perkembangan prompt indicator data konsumsi listrik NTB yang melambat.

Sepanjang triwulan II-2012 jumlah pemakaian listrik di NTB mencapai

236,73 juta kwh atau tumbuh sebesar 18,56% (yoy), melambat dibanding

triwulan lalu yang tumbuh sebesar 20,13% (yoy) atau sebesar 231,01 juta kwh.

Berdasarkan komposisinya, konsumsi listrik untuk kebutuhan rumah tangga

masih mendominasi penggunaan konsumsi listrik di NTB dengan pangsa

mencapai 65,16%. Sedangkan pemakaian pada kategori bisnis dan industri,

pangsanya masing-masing sebesar 31,28% dan 3,56%.

Dari sisi pembiayaan, outstanding kredit perbankan yang di salurkan ke

sektor listrik, gas, dan air bersih mengalami kontraksi. Hingga triwulan II-2012,

outstanding kredit pada sektor ini mengalami penurunan yang tercatat

mencapai Rp1,50 miliar yang tumbuh negatif sebesar 18,49% (yoy), terkontraksi

lebih dalam dibanding triwulan lalu yang tumbuh negatif sebesar 11,99% (yoy).

Grafik 1.32Perkembangan Konsumsi Listrik

Sumber : PLN

Grafik 1.33Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Listrik,

Air dan Gas

Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI

-40%-30%-20%-10%0%10%20%30%40%50%60%70%

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012

Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air (Rp miliar)-Kiri

Pertumbuhan (%)-Kanan

0

5

10

15

20

25

-

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012

Total Konsumsi Listrik (juta kwh) growth(%)-kanan

16

BAB 2PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT

2.1. KONDISI UMUM

Sepanjang triwulan II-2012 perkembangan harga barang dan

jasa di Nusa Tenggara Barat (NTB) cenderung menurun. Secara

tahunan, pada triwulan II-2012 laju inflasi NTB tercatat sebesar 8,50% (yoy),

lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat sebesar 8,84% (yoy).

Dibandingkan dengan laju inflasi nasional, laju inflasi tahunan NTB tersebut

menunjukkan arah pergerakan harga yang berbeda. Pada triwulan II-2012,

laju inflasi nasional mengalami peningkatan yang mencapai 4,53% (yoy),

meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,97% (yoy).

Berdasarkan pergerakan harga barang dan jasa secara bulanan, laju

inflasi NTB sepanjang triwulan II-2012 cenderung lebih rendah dibanding

pergerakan rata-rata historisnya (empat tahun terakhir). Pada bulan April

2012, laju inflasi NTB mengalami tekanan yang minim sebesar 0,03% (mtm),

meningkat dibanding rata-rata historisnya yang tercatat sebesar -0,41%

(mtm). Sementara pada bulan Mei dan Juni 2012, dibanding rata-rata

historisnya (0,40% dan 1,77%), tekanan laju inflasi bulanan NTB menunjukan

penurunan masing-masing tercatat sebesar -0,48% (mtm) dan 0,65% (mtm).

Secara triwulanan, laju inflasi NTB pada triwulan II-2012 cenderung

menunjukkan penurunan yang tercatat sebesar 0,19% (qtq), jauh lebih

rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai 2,22% (qtq). Kondisi

tersebut terutama disebabkan menurunnya tekanan inflasi pada kelompok

bahan makanan dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar.

Sementara kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga dan kelompok

transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami peningkatan.

Grafik 2.1

Perkembangan Inflasi Bulanan dan TahunanGrafik 2.2

Perkembangan Inflasi Triwulanan

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

-2

0

2

4

6

8

10

12

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

2010 2011 2012

yoy -NTB (%) mtm -NTB (%)yoy - Nasional (%) mtm - Nasional (%)

0.19

0.90

-0.50

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012

NTB (%,qtq) Nasional (%,qtq)

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT

Secara umum, kecenderungan penurunan harga di Nusa Tenggara

Barat dipengaruhi oleh semakin meningkatnya pasokan bahan makanan dan

relatif lancarnya kegiatan distribusi barang-barang. Berlangsungnya musim

panen padi pada awal triwulan II-2012 mendorong ketersediaan bahan

makanan yang mampu meredam tekanan inflasi. Kondisi tersebut didukung

oleh kondisi cuaca (gelombang laut) yang relatif lebih baik dibanding kondisi

awal tahun yang juga turut berpengaruh terhadap lancarnya kegiatan

distribusi, sehingga kelangkaan pasokan khususnya pada komoditas bahan

bakar rumah tangga mulai berangsur pulih.

Berdasarkan kota perhitungan inflasi, pada triwulan II-2012 inflasi

tahunan kota Mataram lebih tinggi dari kota Bima. Inflasi tahunan Kota

Mataram tercatat sebesar 8,76% (yoy), sedangkan inflasi kota Bima tercatat

lebih rendah yaitu sebesar 7,56% (yoy). Secara disagregasi inflasi, inflasi Nusa

Tenggara Barat yang cenderung menurun bersumber dari melemahnya

tekanan inflasi pada kelompok inflasi administered price dan kelompok

volatile food. Sedangkan kelompok inflasi inti bergerak stabil.

2.2. INFLASI TRIWULANAN

Secara triwulanan, perkembangan harga barang dan jasa di Nusa

Tenggara Barat pada triwulan II-2012 cenderung bergerak menurun yang

tercermin dari inflasi triwulanan yang mengalami penurunan dari sebesar

2,22% (qtq) pada triwulan lalu menjadi sebesar 0,19% (qtq) pada triwulan

laporan. Angka tersebut juga lebih rendah dibanding laju inflasi triwulanan

nasional yang tercatat sebesar 0,90% (qtq).

Kecenderungan penurunan tersebut utamanya berasal dari

melemahnya tekanan laju inflasi kelompok bahan makanan dan kelompok

perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Sedangkan kelompok

pendidikan, rekreasi dan olah raga dan kelompok transpor, komunikasi dan

jasa keuangan mengalami peningkatan. Berdasarkan sumbangannya,

Grafik 2.3Inflasi Triwulanan

Grafik 2.4Sumbangan Inflasi Triwulanan

Sumber: BPS Provinsi NTBSumber: BPS Provinsi NTB

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012

Bahan Makanan Makanan jadi, MinumanPerumahan, air SandangKesehatan Pendidikan, rekreasiTransportasi, komunikasi

-1.50

-1.00

-0.50

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012

Bahan Makanan Makanan jadi, Minuman

Perumahan, air Sandang

Kesehatan Pendidikan, rekreasi

Transportasi, komunikasi

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT

pembentuk laju inflasi pada triwulan II-2012 didorong oleh kelompok

perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yang memberikan andil terbesar,

kemudian diikuti kelompok makanan jadi, minuman dan tembakau.

2.3. INFLASI TAHUNAN

Secara tahunan, pada triwulan II-2012 tekanan inflasi di Nusa

Tenggara Barat mengalami penurunan yang tercatat sebesar 8,50% (yoy),

lebih rendah dibanding triwulan I-2012 yang tercatat sebesar 8,84% (yoy).

Kondisi tersebut berbeda arah dengan inflasi Nasional yang berada pada

tren peningkatan yang tercatat sebesar 4,53% (yoy).

Berdasarkan kelompok komoditas, sebagian besar kelompok barang

dan jasa pada triwulan II-2012 mengalami penurunan dibanding triwulan

lalu kecuali kelompok bahan makanan. Laju inflasi tahunan tertinggi

kembali masih dialami oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan

bakar yang tercatat mencapai 15,23% (yoy), kemudian diikuti oleh kelompok

makanan jadi, minuman dan tembakau yang mencapai 9,17% (yoy).

Sementara itu, perkembangan inflasi kelompok barang dan jasa lainnya

tercatat pada kisaran 1,15% (yoy) hingga 7,86% (yoy).

Grafik 2.5Inflasi Tahunan

Grafik 2.6Sumbangan Inflasi Tahunan

Sumber: BPS Provinsi NTB Sumber: BPS Provinsi NTB

Tabel 2.1Inflasi Tahunan (yoy,%)

Sumber: BPS Provinsi NTB

Mar Juni Sept Des Mar Apr May Jun7.83 5.85 6.38 6.55 8.84 9.77 9.24 8.50

1 Bahan Makanan 15.46 8.08 7.50 3.67 6.17 9.14 8.25 7.862 Makanan jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 6.49 5.16 5.14 7.52 9.66 9.95 9.99 9.173 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 4.23 6.15 8.58 13.51 18.15 18.56 17.54 15.234 Sandang 4.92 4.68 8.71 6.50 7.40 6.70 5.54 5.285 Kesehatan 1.94 1.97 2.31 2.61 2.74 2.81 2.36 2.656 Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 2.58 2.91 5.29 4.17 4.19 3.98 4.11 4.047 Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan 5.36 4.13 2.50 1.18 1.23 1.09 0.92 1.15

2012Kelompok

Umum

No 2011

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2011 2012

Bahan Makanan Makanan jadi, minumanPerumahan, air SandangKesehatan Pendidikan, rekreasiTransportasi, komunikasi

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2011 2012

Bahan Makanan Makanan jadi, minumanPerumahan, air SandangKesehatan Pendidikan, rekreasiTransportasi, komunikasi

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT

Berdasarkan sumbangannya, kelompok perumahan, air, listrik, gas

dan bahan bakar masih mendominasi pembentukan inflasi dengan

sumbangan mencapai 3,37%, kemudian diikuti oleh kelompok bahan

makanan sebesar 2,37%. Sedangkan kontribusi kelompok barang dan jasa

lainnya yang turut memicu inflasi berada pada kisaran 0,09% hingga 1,79%.

2.4. INFLASI BERDASARKAN KOTA

Berdasarkan kota perhitungan tingkat inflasi di Nusa Tenggara Barat,

pada triwulan II-2012 kota Mataram mengalami inflasi lebih tinggi

dibandingkan kota Bima. Secara tahunan, inflasi kota Mataram tercatat

mencapai 8,76% (yoy), lebih tinggi dibanding kota Bima yang tercatat

sebesar 7,56 % (yoy).

Tidak jauh berbeda dengan kondisi tahun lalu, pada awal triwulan II-

2012 (April 2012) laju inflasi pada kota Mataram mengalami deflasi yang

tercatat sebesar 0,12% (mtm). Selanjutnya, bila dibandingkan dengan

kondisi rata-rata historisnya inflasi kota Mataram pada bulan Mei dan Juni

2012 cenderung menunjukkan penurunan. Pada bulan Mei 2012, kota

Mataram tercatat kembali mengalami deflasi mencapai sebesar 0,71% (mtm),

sedangkan pada bulan Juni 2012, tekanan inflasi bulanan kota Mataram

tercatat mencapai 0,81% (mtm).

Berbeda dengan pergerakan laju inflasi di kota Mataram, pada awal

triwulan II-2012 inflasi kota Bima cenderung mengalami tekanan. Pada April

2012, inflasi bulanan kota Bima tercatat sebesar 0,60% (mtm). Selanjutnya

tekanan inflasi cenderung mengalami penurunan, dimana pada bulan Mei

Kota Mataram

Jenis Barang Andil Jenis Barang Andil Jenis Barang Andil Beras -0.17% Cabe Rawit -0.66% Cabe Rawit 0.11%Tongkol Pindang -0.14% Tomat Sayur -0.13% Tukang Bukan Mandor 0.11%Telur Ayam Ras -0.09% Cabe Merah -0.06% Tongkol Pindang 0.10%Cabe Merah -0.07% Beras -0.03% Batu Bata 0.08%Semen -0.06% Semen -0.03% Bawang Putih 0.06%

Kota Bima

Jenis Barang Andil Jenis Barang Andil Jenis Barang Andil Cabe Rawit 0.24% Tenggiri 0.23% Bawang Putih 0.14%Genteng 0.14% Asam 0.20% Telur Ayam Ras 0.03%Upah Pembantu RT 0.10% Daging Ayam Ras 0.18% Gula Pasir 0.03%Makanan Ringan/Snack 0.10% Rokok Kretek Filter 0.14% Tongkol 0.03%Tomat Sayur 0.10% Apel 0.10% Ikan Asin Belah 0.03%

Juni 2012

Juni 2012

Mei 2012

Mei 2012April 2012

April 2012

Tabel 2.2Komoditas Dominan Penyumbang Inflasi Triwulan II-2012 di Kota Mataram dan Bima

Sumber: BPS

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT

2012 tercatat sebesar 0,33% (mtm), kemudian pada Juni 2012 kembali

menurun dan tercatat sebesar 0,04% (mtm).

Berdasarkan komoditasnya, penyebab utama melemahnya tekanan

inflasi di Nusa Tenggara Barat sepanjang triwulan II-2012 adalah penurunan

harga pada komoditas beras (kelompok bahan makanan) seiring

meningkatnya pasokan akibat berlangsungnya musim panen pada awal

triwulan II-2012. Di sisi lain, perkembangan inflasi tersebut masih dibayangi

oleh kenaikan harga pada beberapa komoditas bahan makanan khususnya

komoditas yang berasal dari luar NTB seperti gula pasir, bawang putih dan

daging ayam ras.

2.5. DISAGREGASI INFLASI

Berdasarkan komponennya, pada triwulan II-2012 inflasi NTB

cenderung menurun utamanya disebabkan oleh melemahnya tekanan inflasi

dari komponen harga yang diatur pemerintah (administered price) dan

komponen barang bergejolak (volatile food). Sedangkan kelompok inflasi

inti bergerak stabil.

Pada triwulan II-2012, perkembangan laju inflasi komponen volatile

food tercatat sebesar 7,69% (yoy), jauh lebih rendah dibanding triwulan

sebelumnya yang mencapai 10,11% (yoy). Berdasarkan sub kelompoknya,

melemahnya tekanan inflasi tersebut disebabkan oleh menurunnya inflasi

pada sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya dan sub

kelompok sayur-sayuran serta sub kelompok ikan segar. Namun demikian

inflasi sub kelompok padi-padian masih tercatat sebagai sub kelompok yang

inflasi tertinggi yaitu sebesar 6,54% (yoy). Sedangkan sub kelompok yang

mengalami peningkatan laju inflasi berasal dari sub kelompok bumbu-

bumbuan, buah-buahan, daging dan hasil-hasilnya serta kacang-kacangan.

Sejalan dengan tren harga komoditas di pasar internasional,

perkembangan harga komoditas utama komponen volatile food (beras) di

NTB pada awal triwulan II-2012 juga cenderung menunjukkan penurunan

Grafik 2.8Disagregasi Inflasi Secara Tahunan (%, yoy)

Grafik 2.7Disagregasi Inflasi Secara Bulanan (%,mtm)

Sumber: BPS Sumber: BPS

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2010 2011 2012

Inflasi Tahunan

core inflation

administered price

volatile food

-6.00

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2010 2011 2012

Inflasi Bulanan core inflation administered price volatile food

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT

dan kemudian kembali meningkat pada Juni 2012. Kondisi tersebut

utamanya dipengaruhi oleh meningkatnya pasokan padi akibat

berlangsungnya musim panen padi. Sementara peningkatan harga yang

terjadi pada akhir triwulan tersebut sebagai dampak tingginya permintaan

beras dari luar NTB dan berakhirnya musim panen. Kondisi serupa turut

dikonfirmasi oleh data pengadaan beras oleh BULOG Divre NTB dimana

puncak pengadaan beras terjadi pada bulan April 2012, kemudian

pengadaan mulai menunjukkan penurunan pada bulan Juni 2012. Hingga

akhir Juni 2012, BULOG Divre NTB telah menyerap hasil pertanian setara

beras sebanyak 106.884 ton atau 56,26% dari target Tahun 2012 yang

mencapai 190 ribu ton. Dari sisi persediaan, stok beras di gudang Bulog NTB

mencapai 89,50 ribu ton atau diperkirakan mampu mencukupi kebutuhan

hingga dua belas bulan ke depan dan diharapkan dapat terus menjaga

stabilitas harga beras di NTB.

Setelah berada pada tren peningkatan beberapa periode lalu, inflasi

dari komponen administered price pada triwulan II-2012 mengalami tren

penurunan. Secara tahunan, tekanan inflasi komponen administered price

tercatat mencapai 14,57% (yoy), jauh menurun dibanding triwulan I-2012

yang tercatat sebesar 19,86% (yoy). Kondisi tersebut disebabkan oleh

melemahnya tekanan pada sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air

yang khususnya pada komoditas bahan bakar rumah tangga akibat mulai

normalnya pasokan gas elpiji seiring membaiknya kondisi cuaca (gelombang

laut) sehingga kegiatan distribusi berlangsung lancar.

Perkembangan laju inflasi inti di NTB cenderung bergerak stabil. Pada

triwulan II-2012, laju inflasi inti tercatat sebesar 6,69% (yoy), lebih rendah

dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,48% (yoy). Kondisi

tersebut dipengaruhi oleh menurunnya tekanan harga pada sub kelompok

ikan diawetkan, makanan jadi dan barang pribadi dan sandang lain (emas

perhiasan). Di sisi lain, komoditas yang menjadi pemicu inflasi inti berasal

Grafik 2.9Perkembangan Harga Beras (Rp/kg)

Sumber: SPH, KPw BI Prov. NTB

Grafik 2.10Perkembangan Harga Cabai, Gula Pasir dan

Minyak Goreng (Rp/kg)

Sumber: SPH, KPw BI Prov. NTB

9000.00

10000.00

11000.00

12000.00

13000.00

14000.00

15000.00

5000.00

15000.00

25000.00

35000.00

45000.00

55000.00

65000.00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4

Jun 11Juli 11 Aug 11 Sept 11

Okt 11 Nov 11 Des 11 Jan 12 Feb 12 Mar 12

Apr 12 Mei 12 Juni 12

Cabe Merah Bsr Cabe RawitMinyak Goreng-rhs Gula Pasir Lokal -rhs

5000.005500.006000.006500.007000.007500.008000.008500.009000.009500.00

10000.00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4

Jun 11Juli 11 Aug 11 Sept 11

Okt 11 Nov 11 Des 11

Jan 12 Feb 12

Mar 12

Apr 12 Mei 12 Juni 12

RpIR I Pelita IR 64 Super IR Zak (pack)

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT

dari sub kelompok minuman yang tidak beralkohol dan penyelenggaraan

rumah tangga.

Sumber: CEIC, IMF, 1 bushel= 31,5 kg

Grafik 2.11Perkembangan Harga Pangan di Pasar Internasional

Grafik 2.12Perkembangan Harga Emas dan Minyak Mentah di

Pasar Dunia

Sumber: CEIC

0

100

200

300

400

500

600

05

10152025303540

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

2010 2011 2012

Jagung-US$/bushelGula-US$/poundBeras-kanan USD/mt

0

20

40

60

80

100

120

0200400600800

100012001400160018002000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

2010 2011 2012

Gold-kiri $/ozCPO-US$/mtMinyak-kanan US$/barrel

23

Boks 1Antisipasi Kenaikan Harga Barang dan Jasa

Menjelang Hari Raya Keagamaan di Nusa Tenggara Barat

Latar Belakang Program Konversi Mitane ElpijiMenjelang bulan puasa dan hari raya Idul Fitri, harga barang dan jasa

cenderung mengalami peningkatan. Meski tidak ada gangguan terhadap sisi

penawaran, fenomena ini terus berulang setiap tahunnya dan terjadi hampir pada

seluruh daerah di nusantara. Kenaikan harga tersebut ditengarai lebih dipengaruhi

dari sisi permintaan, yakni terjadinya perubahan pola konsumsi masyarakat yang

cenderung melakukan kegiatan konsumsi di atas normal sehingga mendorong

tingginya tingkat permintaan.

Berulangnya fenomena kenaikan harga tersebut diyakini sebagai penyebab

terciptanya ekspektasi masyarakat akan kenaikan harga (Grafik 1). Momentum

tersebut kerap dimanfaatkan para produsen atau pedagang untuk menaikkan profit

dengan cara menaikkan harga jual produk. Terjadinya kondisi ini tidak terlepas dari

lemahnya posisi tawar konsumen untuk ikut ambil bagian dalam proses penetapan

harga akibat struktur pasar yang cenderung dikuasai oleh beberapa pedagang atau

bersifat oligopoli (bukan persaingan sempurna)1 dan tingginya kesenjangan

informasi harga dan tingkat persediaan barang di masyarakat.

Secara historis, perkembangan harga barang dan jasa di Nusa Tenggara Barat

pada periode siklus Hari Raya Idul Fitri selama beberapa tahun terakhir cenderung

lebih tinggi dibanding laju inflasi bulanan nasional. Sumbangan laju inflasi di NTB

utamanya didominasi oleh komoditas bahan makanan seperti daging sapi, daging

1 Hasil Penelitian Survei Pemetaan Struktur Pasar dan Pola Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Kota Mataram 2011

Grafik 2Inflasi Bulanan Periode Siklus Idul Fitri

-1.5

-1

-0.5

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

Ags Sep Okt Ags Sep Okt Ags Sep Okt

2009 2010 2011

Mataram Bima NTB Nasional

Sumber : BPS Prov. NTBSumber : Survei Konsumen, KPw BI Prov. NTB

100.00110.00120.00130.00140.00150.00160.00170.00180.00190.00200.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6

2010 2011 2012

Indeks Ekspektasi Harga Konsumen-3 bln yad

Grafik 1Ekspektasi Harga 3 Bulan Yang Akan Datang

24

ayam ras dan telur ayam ras. Tekanan tersebut disebabkan tingginya

ketergantungan akan pasokan dari luar NTB sehingga laju inflasi rentan mengalami

tekanan ketika terjadi peningkatan permintaan. Selanjutnya, tingginya ekspektasi

dari masyarakat dan kesenjangan informasi dapat menimbulkan aksi spekulasi. Hal

ini berpotensi memicu gejolak harga di Nusa Tenggara Barat selama periode

tersebut sehingga perlu mendapat perhatian yang cukup serius.

Dalam rangka mengantisipasi kenaikan harga menjelang hari raya keagamaan

di Nusa Tenggara Barat, Tim Pengendali Inflasi Daerah Nusa Tenggara Barat yang

terdiri dari pemerintah daerah bersama instansi terkait melakukan koordinasi

kebijakan untuk menjaga ekspektasi masyarakat. Beberapa kegiatan yang telah

dilakukan antara lain; pemantauan arus barang dari dan ke Nusa Tenggara Barat

melalui pos pemantauan barang di Lembar (Lombok Barat), pelaksanaan pasar

murah, operasi pasar, penyampaian informasi ketersediaan stok dan harga melalui

media massa, dan himbauan kepada masyarakat untuk melakukan kegiatan

konsumsi secara wajar. Berbagai langkah upaya yang ditempuh pemerintah daerah

dan instansi terkait dalam mengantisipasi terjadinya gejolak harga diharapkan turut

memberikan dampak positif dalam meredam potensi kenaikan harga.

50000

55000

60000

65000

70000

75000

80000

85000

90000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

40000

123412 3451 2341 23412345123412345123412 3412 34123451234123451

Juli 11Aug 11Sept 11Okt 11Nov 11Des 11Jan 12Feb 12Mar 12Apr 12Mei 12Juni 12Juli 1212-Aug

Rp/kgDaging Ayam Telur Ayam Daging Sapi-rhs

Grafik 3Perkembangan Harga Daging Sapi, Ayam dan Telur Ras

Sumber : Survei Pemantauan Harga, KPw BI Prov. NTB

25

BAB 3PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN

SISTEM PEMBAYARAN

Perkembangan perbankan Nusa Tenggara Barat (NTB) sepanjang

Triwulan II-2012 terus menunjukkan kinerja yang positif. Kondisi tersebut

tercermin dari peningkatan kinerja indikator utama perbankan meliputi total aset

secara gabungan tercatat Rp.18,64 triliun dengan angka pertumbuhan mencapai

23,88%, fungsi intermediasi yang tercermin dari nilai Loan to Deposit Ratio (LDR)

sebesar 114,06% dan didukung dengan kinerja kredit yang baik dengan Non

Performing Loan (NPL) masih dibawah ketentuan sebesar 5%.

3.1. PERKEMBANGAN PERBANKAN NUSA TENGGARA BARAT

3.1.1 PERKEMBANGAN BANK UMUM

Pada triwulan II-2012, perkembangan total aset1 Bank Umum di

NTB terus berada dalam tren peningkatan dengan nilai mencapai

Rp17,52 triliun atau tumbuh sebesar 23,71% (yoy). Pertumbuhan

tersebut menurun dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

24,15% (yoy). Peningkatan laju pertumbuhan tersebut disebabkan oleh kinerja

pertumbuhan aset pada jenis kegiatan konvensional yang cenderung

meningkat.

Peningkatan aset di atas sejalan dengan jumlah bank umum di provinsi

NTB yang pada triwulan II-2012 berjumlah 26 dengan jumlah kantor sebanyak

113 dan jumlah ATM yang tersebar di Nusa Tenggara Barat telah mencapai

258 unit.

1 Aset mengacu konsep gross untuk perhitungan antar kantor bagi Bank yang berkantor pusat di NTB.KPw BI Prov. NTB

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.1Perkembangan Aset Bank Umum

Grafik 3.2Pertumbuhan Aset Bank Umum

Menurut Kegiatan Usaha

Sumber : KPw BI Prov. NTB

0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000 18,000 20,000

0

5

10

15

20

25

30

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2

2010 2011 2012

asset-kanan (Rp miliar)growth-aset kiri (%)

0102030405060708090

100

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2

2010 2011 2012

gAset-BU Konv (%) gAset-BU Syariah (%)

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

26

Grafik 3.3Perkembangan Bank Umum Syariah

(Rp Mil)

Berdasarkan komposisinya, kepemilikan aset bank umum di NTB masih

didominasi oleh bank-bank milik pemerintah yang jumlahnya mencapai

Rp12,84 triliun dengan pangsa mencapai sebesar 73,44% dari total aset

seluruh bank umum di NTB, sedikit menurun dibanding peningkatan triwulan

lalu yang mencapai angka 73,72%. Sementara itu, perkembangan kepemilikan

aset bank-bank lainnya relatif tidak mengalami perubahan yang berarti.

Berdasarkan per kabupaten/kota, jumlah pencapaian aset tertinggi

didominasi oleh bank yang beroperasi di wilayah kodya Mataram, kemudian

disusul Kabupaten/Kota Bima, sementara Kabupaten/Kota lain relatif

meningkat namun tidak terlalu signifikan.

Perkembangan aset bank umum konvensional mengalami peningkatan

yaitu tumbuh sebesar 21,92% (yoy) dengan nominal sebesar Rp16,27 triliun,

turun dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh sebesar 22,05%

(yoy). Sementara, perkembangan aset bank umum syariah mengalami

penurunan dengan level pertumbuhan lebih tinggi dibanding bank umum

konvensional. Pada triwulan II-2012, total aset bank umum syariah sebesar

Rp1,24 triliun atau tumbuh sebesar 53,17% (yoy). Pertumbuhan tersebut

sedikit lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh

hingga 61,79% (yoy).

3.1.2. PERKEMBANGAN BANK UMUM SYARIAH

Hingga triwulan II-2012, kinerja indikator bank umum syariah di Nusa

Tenggara Barat masih berada pada tren peningkatan. Hingga Juni 2012,

total aset bank umum syariah meningkat menjadi Rp1,24 triliun atau tumbuh

signifikan sebesar 7,17% (yoy), sedikit lebih rendah dibanding pertumbuhan

triwulan lalu yang tumbuh sebesar 61,79% (yoy). Tingginya pertumbuhan

aset tersebut ditopang oleh peningkatan performa kegiatan pembiayaan

dan penghimpunan dana oleh bank umum syariah pada periode laporan.

Sementara itu, perkembangan pangsa aset bank umum syariah terhadap

total aset perbankan di NTB mengalami peningkatan dari 6,45% pada

triwulan lalu menjadi sebesar 7,01% pada periode laporan.

Grafik 3.4Pangsa Bank Umum Syariah Terhadap Perbankan (%)

Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2

2010 2011 2012

Financing

DPK Aset

75

80

85

90

95

100

FinancingAset

DPK

92.39 93.3294.60

7.61 6.68 5.40

Konvensional Syariah

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

27

Dari sisi pembiayaan, dana yang berhasil disalurkan bank umum

syariah hingga triwulan II-2012 meningkat mencapai Rp1.079 miliar atau

tumbuh sebesar 49,78% (yoy), lebih rendah dibanding periode sebelumnya

yang tumbuh sebesar 51,04% (yoy). Di sisi lain, jumlah DPK yang dihimpun

mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp670 miliar yang tumbuh sebesar

49,27% (yoy), lebih tinggi dibanding periode sebelumnya yang tumbuh

hingga 48,44% (yoy).

Percepatan laju pertumbuhan kegiatan penghimpunan DPK yang

lebih tinggi dibanding pembiayaan syariah menyebabkan fungsi intermediasi

bank umum syariah mengalami peningkatan. Kondisi tersebut tercermin dari

Financing Deposit Ratio (FDR) yang tercatat sebesar 160,85%, meningkat

dibanding kinerja triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 154,68%.

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.7Perkembangan Pembiayaan Bank Umum

Syariah

Grafik 3.6Perkembangan DPK Bank Umum Syariah

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.5Perkembangan Aset Bank Umum Syariah

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.8Perkembangan FDR dan NPF Bank Umum Syariah

-10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

Tw1Tw2 Tw3Tw4 Tw1Tw2Tw3 Tw4Tw1Tw2

2010 2011 2012

Aset Syariah (Rp mil) Growth (yoy) Aset-kanan (%)

-

10

20

30

40

50

60

-100 200 300 400 500 600 700 800

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2

2010 2011 2012

DPK Syariah (Rp mil) Growth (yoy) DPK-kanan (%)

-

10

20

30

40

50

60

70

-

200

400

600

800

1,000

1,200

Tw1Tw2Tw3Tw4Tw1Tw2Tw3Tw4Tw1Tw2

2010 2011 2012

Financing (Rp mil)

Growth (yoy) Financing-kanan (%)

0.0

0.20.40.6

0.81.0

1.21.41.6

1.82.0

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2

2010 2011 2012

FDR (%) NPF (%)-kanan

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

28

Dari sisi risiko pembiayaan, laju pertumbuhan kegiatan pembiayaan

bank umum syariah yang tinggi turut diikuti oleh meningkatnya risiko kredit.

Hal tersebut tercermin oleh rasio gross Non Performing Financing (NPF) bank

umum syariah yang bergerak menurun dari sebesar 1,48% pada triwulan lalu

menjadi sebesar 1,74% pada triwulan laporan.

3.1.3. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

Secara umum perkembangan BPR di NTB pada triwulan II-2012

menunjukkan kinerja yang menggembirakan. Kondisi tersebut tercermin dari

peningkatan indikator keuangan BPR yang disertai perbaikan risiko kredit

dibanding triwulan lalu. Secara kelembagaan, perkembangan jumlah kantor

BPR yang beroperasional di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Nusa Tengara Barat belum mengalami perubahan, jumlah

keseluruhan BPR sebanyak 32 bank. Dari jenis kegiatan usahanya, terdiri dari

29 BPR yang beroperasi secara konvensional dan 3 BPR yang beroperasi

secara syariah.

Pada triwulan II-2012, jumlah aset BPR tercatat sebesar Rp1,12 triliun

atau tumbuh sebesar 26,50% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan

aset triwulan lalu yang mencapai 27,89% (yoy). Dari sisi penghimpunan dana,

kegiatan penghimpunan dana masyarakat sedikit menurun pada triwulan

laporan. Hingga triwulan II-2012, jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang

dihimpun BPR menurun menjadi Rp524,02 miliar atau tumbuh sebesar

25,45% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar

30,01% (yoy).

Dari sisi kegiatan intermediasi, pada triwulan II-2012 jumlah kredit

BPR yang berhasil disalurkan ke masyarakat mencapai Rp681,73 miliar atau

tumbuh sebesar 22,86% (yoy), pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.9Perkembangan Indikator BPR

Grafik 3.10Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis

Penggunaaan

Sumber : KPw BI Prov. NTB

-

5

10

15

20

25

30

35

-

200

400

600

800

1,000

1,200

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2

2010 2011 2012

DPK BPR (Rp mil) Aset BPR (Rp mil)Kredit BPR (Rp mil) g-Aset-kanan (%,yoy)g-DPK-kanan (%,yoy) g-Kredit-kanan (%,yoy)

(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

60

-

50

100

150

200

250

300

350

400

450

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2

2010 2011 2012

Kredit MK (Rp mil) Kredit INV (Rp mil)Kredit KONS (Rp mil) g-MK (%)-kanang-INV (%)-kanan g-KONS (%)-kanan

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

29

triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 20,53% (yoy) dengan

nominal sebesar Rp635,02 miliar. Kondisi tersebut diperkirakan dipengaruhi

oleh keunggulan BPR yang memiliki prosedur pemberian kredit yang lebih

cepat dan lebih mengutamakan pendekatan personal.

Berdasarkan komposisi penggunaannya, penyaluran kredit pada jenis

modal kerja kembali masih mendominasi penyaluran kredit BPR dengan

pangsa sebesar 61,95%, kemudian disusul oleh kredit konsumsi dan investasi

yang masing-masing tercatat sebesar 33,30% dan 4,75%. Secara sektoral,

penyaluran kredit pada sektor perdagangan, hotel dan restoran kembali

mendominasi pangsa kredit BPR dengan pangsa sebesar 46,23% atau sebesar

Rp315,19 miliar. Kemudian disusul oleh penyaluran kredit pada sektor

pertanian dengan pangsa sebesar 15,89% atau mencapai Rp108,37 miliar.

Perkembangan kegiatan intermediasi BPR pada triwulan II-2012

cenderung menunjukkan peningkatan berada pada level kinerja tinggi.

Kondisi tersebut tercemin dari dari rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) BPR

sebesar 130,10% (Mar. ’12: 118,53%). Di sisi risiko kredit, penyaluran kredit

BPR diikuti oleh terjaganya risiko kredit meskipun masih pada level yang

cukup tinggi. Pada triwulan II-2012, risiko kredit yang tercermin dari rasio

Non Performing Loan (NPL) tercatat sebesar 10,77%, menurun dibandingkan

periode sebelumnya yang tercatat sebesar 12,02%.

3.2. INTERMEDIASI PERBANKAN

Pada triwulan II-2012, kinerja intermediasi perbankan Nusa

Tenggara Barat berada pada tren peningkatan dan mengalami

pertumbuhan dalam level yang tinggi. Peningkatan intermediasi didorong

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.12Perkembangan Penyaluran dan Kualitas Kredit BPR

Grafik 3.11Pangsa Penyaluran Kredit BPR Menurut

Sektor Ekonomi

Sumber : KPw BI Prov. NTB

-2 4 6 8 10 12 14 16 18

105

110

115

120

125

130

135

140

145

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2

2010 2011 2012

LDR BPR (%) NPL BPR (%)

15.90%

0.12%

0.01%0.82%

0.37%

46.23%

2.26% 0.65% 2.17%

31.48%

PertanianPertambanganListrik, Gas & AirKonstruksiIndustri PengolahanPHRPengangkutanJasa-jasa dunia usahaJasa-jasa sosialKredit Lain-lain

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

30

oleh pembiayaan yang meningkat, sementara penghimpunan dana

masyarakat oleh industri perbankan Nusa Tenggara Barat melambat.

Sampai akhir triwulan II-2012, rasio Loan to Deposit Ratio (LDR)

perbankan NTB berada pada level yang cukup tinggi hingga mencapai

114,06%, lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai

112,29%.

Secara gabungan, total outstanding kredit perbankan (Bank Umum

dan Bank Perkreditan Rakyat) terus meningkat mencapai Rp14,17 triliun atau

tumbuh sebesar 26,84% (yoy). Sementara itu, jumlah dana pihak ketiga (DPK)

yang berhasil dihimpun dari masyarakat meningkat mencapai Rp12,42 triliun

atau tumbuh sebesar 26,82% (yoy), melambat dibandingkan dengan

pertumbuhan triwulan lalu yang tercatat sebesar 27,25% (yoy).

3.2.1. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK)

Kegiatan penghimpunan DPK pada bank umum di Nusa

Tenggara Barat pada triwulan II-2012 mengalami pertumbuhan

namun cenderung melambat. Jumlah DPK yang berhasil dihimpun

tercatat mencapai Rp12,42 triliun atau tumbuh sebesar 26,82% (yoy),

lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2012 yang tercatat

sebesar 27,02% (yoy) atau sebesar Rp11,00 triliun.

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB

Tabel 3.1Perkembangan Indikator Perbankan

Grafik 3.13Perkembangan DPK Bank Umum

(Rp miliar)

Grafik 3.14Pertumbuhan DPK Bank Umum (yoy)

(Rp miliar)

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2

1 Aset 11,757 12,362 12,835 13,726 14,128 15,048 15,897 16,877 17,573 18,641Growth % (yoy) 21.16 20.36 21.12 21.29 20.17 21.73 23.86 22.95 24.38 23.88

2 Kredit 8,222 8,896 9,351 9,906 10,393 11,171 11,785 12,369 12,958 14,170Growth % (yoy) 23.86 25.59 26.13 28.21 26.41 25.58 26.03 24.87 24.68 26.84

3 DPK 7,613 8,144 8,259 8,878 9,069 9,796 10,450 11,378 11,540 12,423Growth % (yoy) 10.19 14.26 12.75 19.13 19.12 20.29 26.53 28.16 27.25 26.82

4 LDR (%) 107.99 109.23 113.22 111.57 114.60 114.04 112.77 108.71 112.29 114.06 5 NPL (%) 2.56 2.45 2.41 2.34 2.51 2.58 2.51 2.17 2.30 2.13

2012Indikator

2010 2011

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2

2010 2011 2012

Deposito Tabungan Giro

(10)

(5)

-

5

10

15

20

25

30

35

40

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2

2010 2011 2012

g-Giro (%) g-Tabungan (%)

g-Deposito (%) g-DPK (%)

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

31

Secara keseluruhan, jumlah DPK yang berhasil dihimpun masih

dominasi Bank Pemerintah dengan pangsa 74,25% atau mencapai nilai

Rp8.84 Triliun. Dana yang dihimpun dalam bentuk dana jangka pendek

yaitu tabungan dengan pangsa sebesar 54,93% atau mencapai Rp6,54

triliun dengan jumlah rekening sebanyak 1,23 juta atau sekitar 62,75%

dari jumlah penduduk yang bekerja di NTB pada Agustus 2011

sebanyak 1,96 juta2. Pangsa tabungan tersebut meningkat dibanding

posisi triwulan I-2012 yang tercatat mencapai 53,01%. Secara tahunan,

jumlah tabungan pada triwulan laporan tumbuh sebesar 23,08% (yoy),

lebih rendah dibanding triwulan lalu yang juga tumbuh sebesar

27,52% (yoy).

Dari jumlah dana masyarakat yang tersimpan pada tabungan,

kepemilikannya didominasi oleh rekening perorangan. Dari jumlah

rekening DPK yang dihimpun oleh perbankan di NTB tercatat sebesar

Rp11.90 triliun. Dari dana tersebut dilihat dari kepemilikan per

Kabupaten/Kota lebih didominasi oleh pemilik dari Kodya Mataram

dengan total dana Rp7.18 triliun, disusul oleh Kabupaten Sumbawa

dan Kota Bima masing-masing dengan total dana Rp1.35 triliun dan

Rp1.01 Triliun.

Perkembangan jenis simpanan jangka panjang yang

ditempatkan dalam bentuk deposito mengalami peningkatan. Pada

triwulan II-2012, jumlah deposito sebesar Rp2,93 triliun yang tumbuh

sebesar 22,08% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding

triwulan I-2012 yang tumbuh sebesar 20,53% (yoy) atau mencapai

Rp2,69 triliun. Berdasarkan komposisinya, pangsa deposito kembali

mengalami peningkatan dari sebesar 24,43% pada triwulan I-2012,

menjadi sebesar 24,62% terhadap keseluruhan DPK yang dihimpun

bank umum di NTB.

2 Survei Angkatan Kerja BPS Prov. NTB

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.15Pangsa DPK per Kepemilikan DPK Bank Umum

(Rp miliar)

Grafik 3.16Pangsa DPK Menurut Jenis Simpanan

Bank Umum

Sumber : KPw BI Prov. NTB

1.51%

15.60%

68.78%

14.10%Pemerintah PusatPemerintah DaerahPerseoranganLainnya

20.45%

54.93%

24.62%Giro

Tabungan

Deposito

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

32

Sementara itu jumlah simpanan dalam bentuk giro yang

ditempatkan masyarakat pada triwulan II-2012 menunjukkan

peningkatan dana menjadi sebesar Rp2,43 triliun yang tumbuh sebesar

16,55% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan II-2011 yang mencapai

angka Rp2,09 triliun dengan pertumbuhan mencapai 9,65% (yoy).

Berdasarkan komposisi terhadap keseluruhan DPK bank umum di NTB,

pangsa giro mengalami penurunan dari 22,57% pada triwulan lalu

menjadi 20,45% pada periode laporan.

3.2.2. Perkembangan Kredit Bank Umum

Secara umum kegiatan penyaluran kredit bank umum yang

berhasil disalurkan ke masyarakat meningkat dengan level

pertumbuhan yang tinggi. Hingga triwulan II-2012, total outstanding

kredit yang disalurkan ke masyarakat di NTB nilainya mencapai Rp13,49

triliun atau tumbuh sebesar 27,05% (yoy). Pangsa kredit cenderung

naik dengan angka 73,73% dibandingkan dengan periode triwulan lalu

pada angka 72,58%. Berdasarkan jenis penggunaannya sampai dengan

triwulan laporan penyaluran kredit di Provinsi NTB didominasi kredit

konsumsi tercatat 7,71 triliun dengan pangsa 11,48%, disusul kredit

Modal Kerja terakhir kredit investasi.

Dari sisi kinerja intermediasi bank umum, perlambatan

pertumbuhan penghimpunan DPK yang lebih besar dibanding

penyaluran kredit menyebabkan kinerja intermediasi bank umum di

Nusa Tenggara Barat tumbuh meningkat. Hal ini tercermin dari rasio

Loan to Deposit Ratio (LDR) yang tercatat sebesar *)130,16%, lebih

tinggi dengan kinerja periode sebelumnya yang mencapai 118,53%.

Tingkat LDR yang berada di atas 100% mencerminkan bahwa selain

menggunakan dana pihak ketiga, bank umum juga memanfaatkan

dana lainnya seperti modal sendiri ataupun dana antar bank dalam

melaksanakan kegiatan pembiayaan. Hal ini menandakan masih

terbukanya peluang bagi perbankan lainnya untuk ikut bersaing ke

dalam industri perbankan di NTB.

0

5

10

15

20

25

30

35

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2

2010 2011 2012

Kredit BU-kiri (Rp miliar)growth-kredit kanan (%)

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.17Perkembangan Kredit Bank Umum

(Rp miliar)

Grafik 3.18Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Jenis

Penggunaan (%)

Sumber : KPw BI Prov. NTB

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2

2010 2011 2012

Konsumsi Investasi Modal Kerja

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

33

Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar penyaluran

kredit bank umum di NTB masih tertuju pada jenis konsumsi dengan

pangsa mencapai 57,16% terhadap keseluruhan kredit bank umum di

NTB atau sebesar Rp7,71 triliun yang tumbuh sebesar 8,89% (yoy).

Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibanding kinerja triwulan I-2012

yang tumbuh mencapai 10,65% (yoy). Kemudian disusul oleh kredit

modal kerja dengan pangsa sebesar 31,35% sebagai pangsa terbesar

kedua yang tercatat mencapai Rp4,22 triliun atau tumbuh sebesar

46,57% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding periode sebelumnya yang

tumbuh sebesar 35,10% (yoy). Sedangkan pangsa kredit investasi

kembali mengalami peningkatan, yang tercatat sebesar 11,48% atau

mencapai Rp1.54 triliun yang tumbuh signifikan hingga 138,21% (yoy).

Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding kinerja periode

sebelumnya yang tumbuh sebesar 138,99 (yoy) atau mencapai Rp1,37

triliun.

Secara kuartalan, pada triwulan II-2012 perkembangan kredit

investasi kembali menunjukkan performanya yang tumbuh sebesar

12,71% (qtq). Kemudian diikuti kredit modal kerja yang tumbuh

sebesar 14,62% (qtq). Sementara kredit konsumsi menunjukkan

peningkatan yang cukup tinggi tumbuh sebesar 6,21% dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,06% (qtq).*)

Secara sektoral, pertumbuhan kredit tertinggi pada triwulan II-

2012 dialami oleh sektor pertanian yang tumbuh signifikan hingga

378,06% (yoy). Kemudian diikuti oleh kinerja pada jasa dunia usaha

yang juga tumbuh signifikan mencapai 116,49% (yoy) dan 74,20% (yoy).

Sementara itu, kredit pada sektor pertambangan masih mengalami

pertumbuhan negatif yang tercatat sebesar -90,46% (yoy).

Grafik 3.19Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut

Jenis Penggunaan (qtq,%)

Grafik 3.20Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Jenis

Penggunaan (yoy,%)

Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB

(14.00)

(4.00)

6.00

16.00

26.00

36.00

46.00

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2

2010 2011 2012

gKMK-BU-(qtq,%)

gKInv-BU-(qtq,%)gKKons-BU-(qtq,%)

-

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

160.00

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2

2010 2011 2012

gKMK-BU-(yoy,%)gKInv-BU-(yoy,%)gKKons-BU-(yoy,%)

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

34

Berdasarkan pangsanya, penyaluran kredit produktif masih

terkonsentrasi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR)

yang pangsanya mencapai 27,86% atau sebesar Rp3,75 triliun (selain

kepada sektor lain-lain). Kemudian penyaluran kredit terbesar

disumbangkan oleh sektor konstruksi dengan pangsa sebesar 2,95%

(Rp398,40 miliar), kemudian diikuti oleh sektor pertanian yang

pangsanya sebesar 2,21% (Rp298 miliar). Sementara penyaluran kredit

pada sektor-sektor produktif lainnya pangsanya berada pada kisaran

0,01% hingga 1,78% dari keseluruhan kredit.

Tabel 3.3Perkembangan Kredit Bank Umum

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Tabel 3.2Pertumbuhan Kredit Bank Umum (yoy,%)

Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2

1 Menurut Jeni s Pengguna a n - Moda l Kerj a 9.86 15.16 17.48 27.27 24.30 19.79 21.52 25.65 35.10 46.57 - Inves ta s i 50.03 45.02 24.24 32.89 23.81 33.05 82.38 120.45 138.99 138.21 - Kons ums i 29.27 30.47 31.91 29.79 28.96 28.36 24.17 16.78 10.65 8.89

2 Menurut Sektor Ekonomi - Perta ni an -69.52 -66.46 -51.85 -43.33 35.06 3.32 -15.34 102.16 216.79 378.06 - Perta mbanga n 55.71 46.80 -21.07 -17.70 -8.12 -2 .05 -2.13 -1.85 -15.28 -80.46 - Indus tr i Pengola ha n 7.13 -0.56 6.23 17.17 -1.54 10.04 6.60 4.61 68.57 29.19 - Li s tr ik, Ga s da n Ai r -8.55 17.17 -11.64 -13.05 58.26 -27.10 -14.32 24.26 -14.08 3.53 - Kons truks i 18.28 40.80 42.67 90.76 84.63 62.32 95.97 56.54 51.85 61.65 - Perdag.Hote l da n Restora n 7.69 9.92 13.85 14.24 16.98 14.56 16.64 34.00 50.73 66.86 - Penga ngkuta n da n Komunika s i 3.04 -0.52 -7.75 -9.65 2.39 10.08 22.46 41.84 80.01 64.50 - Ja s a dunia us a ha 4.30 -3.85 -18.75 -18.49 -10.36 15.23 62.29 72.17 74.20 116.49 - Ja s a s os ia l 2.22 93.29 90.88 192.21 159.02 39.18 68.44 170.05 168.81 83.79 - La in-la in 36.86 38.02 36.92 37.13 30.26 29.83 27.42 16.98 10.11 7.96

2011 20122010Penyaluran Kredit

Growth

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 (%,yoy)

1 Menurut Jenis Penggunaan 7,749 8,414 8,864 9,398 9,867 10,616 11,204 11,765 12,323 13,488 27.05

- Modal Kerja 2,197 2,408 2,577 2,716 2,731 2,885 3,131 3,412 3,689 4,229 46.57 - Investasi 464 489 455 530 575 650 830 1,169 1,374 1,549 138.21

- Konsumsi 5,087 5,517 5,833 6,151 6,561 7,081 7,242 7,184 7,260 7,710 8.892 Menurut Sektor Ekonomi 7,749 8,414 8,864 9,398 9,867 10,616 11,204 11,765 12,323 13,488 27.05

- Pertanian 51.9 60.4 76.5 78.0 70.1 62.4 64.8 157.7 221.9 298.4 378.06 - Pertambangan 11.3 9.7 9.5 9.3 10.4 9.5 9.3 9.2 8.8 1.8 -80.46 - Industri Pengolahan 66.3 64.9 65.7 69.2 65.3 71.4 70.0 72.4 110.0 92.3 29.19 - Listrik, Gas dan Air 1.1 1.9 1.8 1.9 1.7 1.4 1.6 2.4 1.4 1.4 3.53 - Konstruksi 116.5 151.8 161.2 205.4 215.0 246.5 315.96 321.59 326.56 398.40 61.65 - Perdagangan,Hotel dan Restoran 1,838 1,966 2,195 2,213 2,150 2,252 2,560 2,966 3,240 3,758 66.86 - Pengangkutan dan Komunikasi 44.4 44.3 41.7 41.9 45.5 48.8 51.0 59.4 81.9 80.3 64.50 - Jasa dunia usaha 171.2 162.4 138.0 141.5 153.5 187.1 223.92 243.65 267.39 405.03 116.49 - Jasa sosial 45.4 94.0 94.2 110.8 117.7 130.8 158.7 299.3 316.4 240.4 83.79 - Lain-lain 5,403 5,858 6,081 6,526 7,038 7,606 7,748 7,634 7,749 8,212 7.96

2011 2012Penyaluran Kredit

2010(Rp miliar)

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

35

Secara umum, perkembangan suku bunga bank umum NTB

pada triwulan II-2012 terdapat kenaikan maupun penurunan serta ada

yang sama dengan triwulan sebelumnya baik pada suku bunga kredit

maupun suku bunga simpanan. Pada sisi kredit, peningkatan suku

bunga berada tertinggi pada kredit investasi dan diikuti oleh kredit

konsumsi, sedangkan penurunan suku bunga terjadi pada jenis kredit

modal kerja. yang masing-masing tercatat sebesar 15,70% (Mar. ’12:

15,65%), 12,97% (Mar. ’12: 13,01%) dan 15,46% (Mar. ’12: 15,74%).

Pada jenis simpanan, suku bunga deposito mengalami penurunan dari

6,34% pada Maret 2012 menjadi 5,90% pada posisi Juni 2012.

3.2.3. Perkembangan Kredit UMKM

Sejalan dengan meningkatnya penyaluran kredit pada bank

umum, penyaluran kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di

Nusa Tenggara Barat juga menunjukkan peningkatan. Pada triwulan II-

2012, nominal outstanding credit UMKM (plafon kredit < Rp5 miliar)

perbankan NTB (Bank Umum dan BPR) meningkat menjadi Rp13,52

triliun atau tumbuh sebesar 27,88% (yoy), lebih tinggi dibanding

triwulan lalu yang juga tumbuh sebesar 25,58% (yoy) yang tercatat

sebesar Rp10,57 triliun. Berdasarkan komposisinya, dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya pangsa penyaluran kredit UMKM pada

periode laporan mengalami peningkatan yang tinggi. Pada triwulan II-

2012 pangsanya tercatat mencapai 95,42%, sedikit meningkat

dibanding triwulan I-2012 yang tercatat mencapai 95,19%.

Grafik 3.22Pangsa Kredit Bank Umum Secara Sektoral

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.21Perkembangan Suku Bunga Bank Umum (%)

Sumber : KPw BI Prov. NTB, Cognos

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

2010 2011 2012

Kredit Modal Kerja Kredit InvestasiKredit Konsumsi DepositoBI Rate

Pertanian

Pertambangan

Industri Pengolahan

Listrik, gas, dan air

Konstruksi

PHR

Transport & KomunikasiJasa-jasa dunia usaha

Jasa-jasa sosial/masyarakatKredit Lain-lain

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

36

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Perkembangan penyaluran kredit oleh bank umum di NTB

masih didominasi oleh penyaluran pada kredit UMKM yang pangsanya

mencapai 95,42% atau mencapai Rp13,52 triliun. Berdasarkan skala

kreditnya, penyaluran kredit UMKM bank umum didominasi oleh kredit

kecil (plafon Rp50 juta s.d Rp500 juta) mencapai Rp2.68 triliun dengan

pangsa sebesar 19,89%. Kemudian diikuti oleh kredit mikro (plafon s.d

Rp50 juta) mencapai Rp8,08 triliun dengan pangsa mencapai 59,95%.

Sedangkan pangsa kredit menengah (plafon Rp500 juta s.d Rp5 miliar)

hanya sebesar 15,35% atau secara nominal mencapai sebesar Rp 2,07

triliun.

Berdasarkan jenis penggunaan, penyaluran kredit UMKM bank

umum pada triwulan II-2012 masih didominasi oleh kredit konsumsi

dengan nominal kredit sebesar Rp7,71 triliun dengan pangsa sebesar

57,16% dari total kredit UMKM bank umum yang telah disalurkan,

disusul oleh kredit modal kerja sebesar Rp4,23 triliun dengan pangsa

31,35% dan kredit investasi sebesar Rp1,55 triliun dengan pangsa

11,48%.

Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.24Perkembangan Kredit UMKM

Grafik 3.25Perkembangan Rasio NPL Kredit UMKM Bank Umum

Grafik 3.23Pangsa Kredit UMKM Terhadap Total Kredit Bank

Umum

38.01 35.01 33.24 31.42 29.77 27.18 25.25 23.85 22.16 19.89

45.99 48.31 49.85 51.64 53.60 56.04 56.72 57.97 59.14 59.95

13.73 14.12 13.59 13.64 13.22 13.17 13.86 13.88 14.45 15.35

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2

2010 2011 2012

Lainnya Kredit Menengah Kredit Kecil Kredit Mikro

-

5

10

15

20

25

30

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2

2010 2011 2012

yoykredit UMKM (Rp mil) g-kredit UMKM-kanan (%)

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2

2010 2011 2012

NPL Kredit Mikro (%)

NPL Kredit Kecil (%)

NPL Kredit Menengah (%)

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

37

Dari sisi risiko kredit, perkembangan risiko kredit UMKM pada

triwulan II-2012 cenderung meningkat dibanding triwulan lalu. Rasio

NPL tertinggi dimiliki kredit UMKM skala kredit mikro yang tercatat

mencapai 2,36%, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang

sebesar 2,28%. Sementara perkembangan NPL kredit UMKM pada skala

kecil dan menengah masing-masing tercatat sebesar 1,67% (Mar. 2012:

1,74%) dan 0,81% (Mar. 2012: 1,31%).

Beberapa kendala yang dihadapi perbankan dalam penyaluran

UMKM antara lain dari faktor calon debitur yaitu: usaha debitur belum

feasible, debitur masih memiliki tunggakan kredit, debitur belum dapat

memenuhi persyaratan administrasi bank seperti KTP dan SIUP, debitur

tidak memiliki pencatatan atau pembukuan serta masih banyaknya

debitur yang belum mengerti tentang perbankan terutama skim kredit.

3.2.4. Perkembangan Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Hingga triwulan II-2012, realisasi penyaluran KUR oleh

bank umum di NTB meningkat mencapai Rp862,92 miliar atau

tumbuh sebesar 67,65% (yoy). Pertumbuhan tersebut meningkat

dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar 62,94% (yoy) atau

sebanyak Rp733,40 miliar. Secara sektoral, penyaluran KUR didominasi

oleh sektor perdagangan hotel dan restoran dengan pangsa mencapai

74,48% atau sebanyak Rp642,68 miliar. Kemudian diikuti oleh sektor

pertanian dan sektor jasa dunia usaha masing-masing sebesar Rp109,74

miliar dan Rp28,84 miliar.

Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan program dari pemerintah

untuk membantu usaha mikro/kecil produktif yang mengalami kesulitan

akses permodalan ke perbankan karena keterbatasan penyediaan agunan

atau UMKM yang feasible namun belum bankable. Sumber dana penyaluran

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2

1 Pertanian 33,918 38,041 39,622 53,084 63,235 67,461 71,795 85,969 96,314 109,7382 Pertambangan 0 0 0 0 0 0 20 20 24 313 Industri Pengolahan 4,016 4,186 4,831 5,457 5,927 6,616 6,867 7,357 7,834 9,7864 Listrik, Gas & Air 0 0 0 0 0 0 3,236 3,403 0 205 Konstruksi 0 0 6,940 0 0 0 0 0 0 06 Perdag, Htl & Rstrn 148,682 178,233 194,205 260,028 354,158 410,027 472,753 516,634 565,823 642,6807 Angktn & Komuniks 226 1,066 1,457 1,597 1,898 3,282 2,468 2,536 2,822 3,5098 Jasa Dunia Usaha 12,427 13,335 13,054 15,789 19,462 21,660 23,586 25,427 28,339 28,8379 Jasa Sosial 278 758 837 2,899 1,292 987 1,435 4,301 6,947 6,09310 Lain-lain 3,251 3,846 2,138 4,340 4,129 4,670 9,141 19,443 25,297 62,225

202,797 239,464 263,085 343,193 450,100 514,703 591,299 665,090 733,399 862,91920.52 18.08 9.86 30.45 31.15 14.35 14.88 12.48 10.27 17.6677.51 71.63 63.03 103.95 121.95 114.94 124.76 93.79 62.94 67.65

2012(Jutaan Rp)

2010SEKTORNO

2011

TotalPertumbuhan (%,qtq)Pertumbuhan (%,yoy)

Tabel 3.4Perkembangan Kredit Usaha Rakyat Berdasarkan Plafon Kredit

Sumber : KPw BI Prov. NTB

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

38

KUR adalah 100% (seratus persen) dari bank pelaksana yang dihimpun dari

dana masyarakat berupa tabungan, deposito dan giro.

Sementara itu, plafon KUR Mikro yang saat ini dapat disalurkan oleh

seluruh bank penyalur KUR nilainya sampai dengan Rp20 juta dan KUR Ritel

dengan plafon di atas Rp20 juta sampai dengan Rp500 juta. Bank-bank

penyalur KUR di NTB yaitu Bank BRI, Bank BNI, Bank Mandiri, Bank Bukopin,

Bank BTN, Bank Syariah Mandiri dan Bank NTB.

Beberapa kendala yang dihadapi perbankan dalam penyaluran KUR

antara lain dari faktor calon debitur yaitu: usaha debitur belum feasible,

debitur masih memiliki tunggakan kredit program, adanya persepsi dari

masyarakat bahwa KUR adalah bantuan (hibah), sehingga calon debitur

berani menunggak, sebagian besar debitur tidak memiliki NPWP. Sedangkan

dari faktor internal bank, adalah terbatasnya tenaga pemasaran kredit,

keterbatasan jaringan kantor cabang, belum tersedianya data base UMKM

binaan SKPD dan belum adanya perangkat analisa kredit yang lebih

sederhana dan praktis, untuk kredit di bawah Rp50 juta.

3.3. STABILITAS SISTEM PERBANKAN

Pada triwulan II-2012, peningkatan penyaluran kredit bank umum

didukung oleh risiko kredit yang terjaga. Kondisi tersebut ditunjukkan oleh

nilai Non Performing Loan (NPL) yang tercatat sebesar 1,70% pada periode

laporan, sedikit lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat sebesar

1,80% dan masih dibawah target indikatif yang ditetapkan sebesar 5%.

Berdasarkan jenis penggunaan, pada triwulan II-2012, rasio NPL

terbesar dialami oleh kredit modal kerja yang menurun dari 3,57% pada

triwulan lalu menjadi 2,98%. Selanjutnya diikuti oleh kredit investasi yang

menurun dari 1,44% pada triwulan lalu menjadi 1,42% pada triwulan

laporan. Sementara itu, rasio NPL pada kredit konsumsi tercatat meningkat

menjadi 0,97% (Mar. ’12:1,05%).

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Tabel 3.5Perkembangan Kualitas Kredit Bank Umum

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2

1 NPL (Nominal Rp. Jutaan) 152,152 159,203 162,669 165,468 187,825 213,673 223,009 198,124 222,103 228,964NPL (%) 1.96 1.89 1.84 1.76 1.90 2.01 1.99 1.68 1.80 1.70

2 NPL per jenis penggunaan (%) - Modal Kerja 4.67 4.26 4.29 4.01 4.48 4.99 4.59 3.62 3.57 2.98 - Investasi 2.35 3.35 2.86 2.81 2.87 3.07 2.46 1.57 1.44 1.42 - Konsumsi 0.76 0.73 0.67 0.68 0.75 0.82 0.81 0.78 0.97 1.05

3 NPL per sektor (%) - Pertanian 1.60 5.37 4.74 19.28 23.85 28.84 24.54 10.71 8.80 5.26 - Pertambangan 4.80 0.00 0.00 0.39 0.26 0.80 1.09 0.59 1.01 10.55 - Industri Pengolahan 1.48 1.94 2.32 4.02 4.53 5.25 4.94 3.64 2.65 3.66 - Listrik, Gas dan Air 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 - Konstruksi 1.78 2.96 2.48 1.90 2.17 1.44 1.54 1.42 1.95 1.79 - Perdagangan Hotel dan Restoran 5.12 4.64 4.88 4.20 4.80 4.99 4.58 3.40 3.10 2.71 - Pengangkutan dan Komunikasi 0.33 0.90 0.68 1.60 2.06 2.42 2.17 1.66 1.16 1.40 - Jasa dunia usaha 2.45 0.74 0.89 0.78 0.62 1.18 1.40 1.26 1.45 1.07 - Jasa sosial 2.54 4.68 4.83 3.94 4.00 6.54 4.16 1.37 1.42 2.02 - Lain-lain 0.89 0.91 0.66 0.68 0.76 0.90 0.93 0.85 1.08 1.10

2011 20122010Kolektibilitas Kredit

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

39

Secara sektoral, meningkatnya risiko kredit pada triwulan II-2012

didorong oleh meningkatnya rasio NPL pada sektor pertambangan paling

tinggi, kemudian sektor industri pengolahan dan terakhir sektor jasa sosial.

Sementara itu, penurunan rasio NPL terbesar dimiliki oleh sektor pertanian.

Sektor Pertambangan masih tampil sebagai sektor yang memiliki rasio NPL

tertinggi mencapai 10,55%.

3.4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Salah satu tugas Bank Indonesia adalah mengatur dan menjaga

kelancaran sistem pembayaran baik tunai dan non tunai, kegiatan lalu lintas

sistem pembayaran di Nusa Tenggara Barat berlangsung dengan baik dan

lancar. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, pada triwulan laporan tercatat

kegiatan transaksi keuangan terus menunjukkan peningkatan. Transaksi

secara tunai mengalami net outflow, sedangkan perkembangan transaksi

secara non tunai kembali didominasi layanan transaksi Real Time Gross

Settlement.

3.4.1. Transaksi Keuangan Secara Tunai

Pada triwulan II-2012 perkembangan transaksi keuangan

secara tunai di Nusa Tenggara Barat berada pada tren net

outflow. Kondisi tersebut tercermin dari peningkatan jumlah aliran

uang keluar (cash outflow) yang lebih besar dibandingkan aliran uang

masuk (cash inflow), atau dengan kata lain jumlah penarikan uang

tunai lebih besar dibandingkan jumlah setoran uang tunai yang

dilakukan oleh perbankan NTB melalui Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Pada triwulan II-2012, jumlah aliran uang tunai yang masuk ke

kas Bank Indonesia yang berasal dari setoran perbankan di NTB masih

berada pada tren peningkatan yang tercatat sebesar Rp650,22 miliar

Grafik 3.26Perkembangan Inflow, Outflow dan Netflow (Rp, miliar)

(600)

(450)

(300)

(150)

0

150

300

450

600

750

900

1,050

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2010 2011 2012

Rp. Miliar

Inflow Outflow Netflow (kanan)

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

40

atau tumbuh signifikan sebesar 89,71% (yoy), jauh lebih rendah

dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh hingga 307,53%

(yoy) dengan nominal tercatat sebesar Rp1,21 triliun.

Di sisi lain, jumlah aliran uang tunai yang keluar (cash outflow)

yang berasal dari kas Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa

Tenggara Barat tercatat mencapai Rp1,26 triliun yang tumbuh

signifikan sebesar 29,22% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan

triwulan lalu yang tercatat tumbuh tinggi sebesar 34,94% (yoy) atau

sebanyak Rp684,18 miliar. Jumlah aliran uang keluar yang lebih besar

dibanding aliran jumlah uang masuk menyebabkan terjadinya net

outflow dengan jumlah mencapai Rp607,25 miliar.

3.4.2. Perkembangan Penukaran Uang Pecahan Kecil

Secara umum, kegiatan penukaran uang pecahan kecil di NTB

menunjukkan peningkatan. Selama triwulan II-2012, penukaran uang

pecahan kecil melalui kegiatan kas keliling yang melingkupi seluruh

wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan penukaran langsung ke

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat

mencapai Rp50,18 miliar atau tumbuh sebesar 29,33% (yoy), namun

tumbuh lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang

mencapai 13,54% (yoy) yang tercatat sebesar Rp42,24 miliar.

Berdasarkan lokasi, penukaran uang pecahan kecil secara

langsung melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa

Tenggara Barat mencapai Rp43,02 miliar atau tumbuh sebesar 40,43%

(yoy), meningkat dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 20,53%

(yoy). Sementara itu, penukaran uang pecahan kecil melalui kegiatan

kas keliling mengalami penurunan atau tumbuh negatif sebesar

12,32% (yoy) atau sebanyak Rp7,15 miliar, lebih rendah dibanding

pertumbuhan triwulan lalu yang mencapai 0,16% (yoy).

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.27Perkembangan Penukaran Uang Kecil (Rp, miliar)

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.28Komposisi Penukaran Uang Kertas Keluar

Berdasarkan Jenis Pecahan

0

2

4

6

8

10

12

14

0

10

20

30

40

50

60

I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012

Penukaran di BI Kas Keliling - kanan

Rp20.000; 8.09%

Rp10.000; 17.03%

Rp5.000; 25.64%

Rp2.000; 49.12%

Rp1.000; 0.13%

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

41

Berdasarkan komposisinya, penukaran uang kertas pecahan

kecil (s.d Rp20.000) sepanjang triwulan II-2012 jumlahnya mencapai

Rp41,531 miliar. Penukaran uang kertas masih didominasi jenis

Rp2.000,00 dengan jumlah mencapai 3,65 juta lembar, disusul pecahan

Rp5.000,00 sebanyak 1,90 juta lembar, pecahan Rp10.000,00 sebanyak

1,26 juta lembar, pecahan Rp20.000,00 sebanyak 0,60 juta lembar dan

pecahan Rp1.000,00 sebanyak 9,30 ribu lembar. Sementara secara

nominal, jumlah penukaran tertinggi dialami uang pecahan

Rp10.000,00 yang mencapai Rp12,66 miliar kemudian disusul uang

pecahan Rp20.000,00 yang mencapai uang pecahan Rp12,03 miliar.

3.4.3. Transaksi Pembayaran Secara Non Tunai

Perkembangan kegiatan transaksi non tunai di Nusa Tenggara

Barat sepanjang triwulan II-2012 relatif menunjukkan penurunan

dibanding triwulan lalu. Kondisi tersebut didorong oleh menurunnya

transaksi keuangan secara non tunai melalui sarana Real Time Gross

Settlement (RTGS), dari sebesar Rp2,40 triliun pada triwulan lalu

menjadi Rp2,38 triliun pada triwulan II-2012. Sementara itu, pada

triwulan II-2012 transaksi secara kliring menunjukkan peningkatan

yang tercatat mencapai Rp1,36 triliun (triwulan I-2012: Rp1,33 triliun).

a. Transaksi Kliring

Sepanjang triwulan II-2012, nilai transaksi kliring mencapai

Rp1,36 triliun atau tumbuh sebesar 40,21% (yoy), lebih tinggi

dibanding dengan triwulan I-2012 yang tumbuh sebesar 30,56% (yoy).

Berdasarkan frekuensi transaksinya, jumlah warkat kliring yang

diproses sepanjang triwulan II-2012 menunjukkan peningkatan yang

tercatat sebanyak 32,40 ribu lembar atau tumbuh sebesar 15,18% (yoy),

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.29Perkembangan Transaksi Non Tunai

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2010 2011 2012

lbr

Rp,miliar

RTGS (kiri) Kliring (kiri)warkat kliring(ribu) kanan warkat RTGS(ribu) kanan

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

42

lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat sebanyak 32,25 ribu

lembar.

b. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)

Setelah mengalami peningkatan pada triwulan lalu, kegiatan

transaksi sarana RTGS kembali mendominasi sistem pembayaran non

tunai pada perbankan di Nusa Tenggara Barat. Sepanjang triwulan II-

2012, jumlah transaksi pembayaran melalui RTGS tercatat sebanyak

Rp2,38 triliun yang tumbuh signifikan sebesar 31,55% (yoy), jauh

menurun dibanding triwulan I-2012 ( Rp2,40 triliun) yang tumbuh

sebesar 98,11% (yoy).

Dari sisi volume transaksi, jumlah transaksi RTGS menunjukkan

peningkatan, dari 2.694 lembar pada triwulan I-2012 menjadi 2.723

lembar pada periode laporan. Berbagai keunggulan yang dimiliki

sarana RTGS seperti kecepatan dan ketepatan dalam penyelesaian

transaksi serta rendahnya risiko settlement-nya turut mempengaruhi

jumlah transaksi RTGS di Nusa Tenggara Barat.

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.30Perkembangan Transaksi Kliring

Grafik 3.31Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement

-

2

4

6

8

10

12

14

0

100

200

300

400

500

600

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2010 2011 2012

Nominal (Rp milyar) Warkat (ribu lembar)-kanan

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

2000

0

200

400

600

800

1000

1200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2010 2011 2012

lembarRp, miliarRTGS (milyar) kiri Volume (lbr) kanan

43

Boks 2Kegiatan Penukaran Uang Pecahan Kecil

Nusa Tenggara Barat

I. Latar Belakang

Sebagaimana dengan tahun-tahun sebelumnya aliran uang tunai selama Ramadhan

dan menjelang Hari Idul Fitri menunjukkan peningkatan terutama permintaan uang

pecahan kecil yang meningkat dibandingkan dengan hari-hari biasa lainnya. Peningkatan

tersebut dikarenakan adanya pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR), tradisi masyarakat

membagikan uang kepada anak-anak kecil ataupun fakir miskin dengan uang baru yang

rapi dan bersih, dan juga untuk menjaga ketersediaan uang yang beredar di masyarakat

selama libur Hari Idul Fitri.

Pada tahun 2011 rata-rata kebutuhan uang (outflow) sejak periode Januari-Juli 2011

adalah sebesar Rp257 miliar, sedangkan pada bulan Ramadhan 2011 (bulan Agustus 2011)

kebutuhan uang meningkat sebesar 209,51% menjadi Rp795,68 miliar. Dari penukaran

uang terdapat peningkatan penukaran uang kertas pecahan kecil (pecahan Rp10.000,

Rp5.000, Rp2.000, Rp1.000 dan smua uang logam seluruh pecahan) pada periode sebelum

bulan Ramadhan dan Hari Idul Fitri 2011 (periode bulan Januari-Juli 2011) adalah rata-rata

sebesar Rp6,69 miliar per bulan sedangkan pada bulan Ramadhan 2011 (bulan Agustus

2011) meningkat sebesar Rp17,70 milyar menjadi sebesar Rp24,39 miliar (264,77%), dimana

jumlah permintaan terbanyak untuk uang pecahan kecil adalah pecahan Rp1000 yang

mengalami peningkatan sebesar Rp2,28 milyar dari sebesar Rp0.14 milyar menjadi Rp2,42

miliar (1.592,43%), uang kertas pecahan Rp.5.000 meningkat sebesar Rp6,01 miliar menjadi

sebesar Rp8,20 miliar (275,61%).

Aliran kas keluar Bank Indonesia pada triwulan II-2012 meningkat sebesar Rp161,38

miliar (46,02%) yaitu dari Rp 350,64 milyar pada triwulan II-2011 menjadi Rp512,03 milyar

pada posisi Juni 2012. Peningkatan tersebut antara lain terdiri dari pembayaran kepada

Perbankan Provinsi NTB sebesar Rp162,73 milyar (49,18%) dan pelayanan penukaran uang

di loket Bank Indonesia sebesar Rp4,46 milyar (35,33%) sedangkan dari sisi pelayanan kas

keliling mengalami penurunan sebesar Rp5,80 milyar (minus 81,62%). Penurunan pelayanan

kas keliling antara lain dikarenakan pengurangan kegiatan penukaran uang kas keliling di

Sumbawa, dimana penukaran uang bekerja sama dengan Perbankan Provinsi NTB, dengan

demikian fungsi perbankan dapat terjalin dengan baik, sehingga masyarakat tidak hanya

dapat menukarkan uangnya pada loket di Kantor Perwakilan Bank Indonesia, namun dapat

juga melalui bank-bank yang tersebar di wilayah Provinsi NTB.

II. Perkiraan Kegiatan Penukaran Uang Pecahan Kecil Tahun 2012

Kegiatan outflow sepanjang tahun 2012 (periode bulan Januari-Juni 2012) adalah

rata-rata sebesar Rp323,60 miliar per bulannya. Jumlah penukaran uang pecahan kecil

selama semester II tahun 2012 adalah sebesar Rp52,29 miliar atau rata-rata sebesar Rp8,71

44

miliar per bulannya. Dalam rangka mengantisipasi penukaran uang menjelang bulan

Ramadhan dan Hari Idul Fitri tahun 2012, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa

Tenggara Barat telah menyediakan uang pecahan kecil (pecahan Rp.10.000, Rp.5.000,

Rp.2.000, Rp.1.000 serta uang logam seluruh pecahan) sebesar Rp67,9 miliar.

Berdasarkan data kegiatan kas di Bank Indonesia, pelayanan pembayaran kepada

Perbankan Provinsi NTB pada triwulan II-2012 meningkat sebesar Rp162,73 milyar (49,18%),

yaitu dari sebesar Rp330,91 milyar pada triwukan II-2012 menjadi Rp493,64 milyar pada

triwulan II-2012. Penyediaan ketersediaan uang pecahan kecil di masyarakat dilakukan

melalui pembukaan loket penukaran uang kecil di Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Nusa Tenggara Barat dan juga melalui kas keliling yang melayani di Kabupaten

Provinsi Nusa Tenggara Barat.

II. Upaya-upaya Bank Indonesia dalam Menyediakan Uang kertas Pecahan kecil

Langkah Bank Indonesia dalam mengantisipasi peningkatan penukaran pecahan

uang kecil selama ramadhan dan menjelang lebaran (diperkirakan 23 Juli – 16 Agustus

2012) adalah sebagai berikut :

1. Berkoordinasi dengan seluruh perbankan di wilayah Nusa Tenggara Barat dalam

rangka membantu penyebaran penukaran uang pecahan kecil kepada masyarakat.

2. Membuka 5 (lima) loket penukaran yang ada di Kantor Perwakilan Bank Indonesia

dengan jam pelayanan dari hari Senin-Jumat (5 hari kerja) yang dilayani mulai pukul

08.30-11.30 WITA.

3. Melayani kebutuhan uang pecahan kecil melalui kas keliling, dimana kas keliling ini

berada di pasar dan pusat-pusat perekonomian masyarakat dan di tempat

keramaian tertentu di masing-masing Kabupaten di wilayah Provinsi Nusa Tenggara

Barat (misalnya di pasar, mall, dll).

4. Memberikan pelayanan penukaran secara kolektif bagi instansi pemerintah maupun

lembaga negara.

45

Boks 3Hasil Survei Dalam Rangka Penyediaan Informasi

Database Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Pendahuluan

Peran Bank Indonesia dalam pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dimaksudkan dalam rangka mendorong percepatan fungsi intermediasi perbankan kepada sektor riil dan UMKM. Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh Bank Indonesia untuk mendukung fungsi intermediasi tersebut adalah melalui regulasi, pemberian bantuan teknis dan penyediaan informasi.

Data UMKM yang potensial dibiayai oleh lembaga keuangan yang jumlahnya cukup banyak, masih sangat sedikit terinformasikan melalui media internet. Di lain pihak, terdapat keinginan dari berbagai pihak untuk menginformasikan UMKM binaannya sehingga dapat diakses pihak lain, baik melalui pameran, media masa, ataupun menggunakan website.

Menindaklanjuti hal tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat (KPw NTB) bekerjasama dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Usaha Mandiri (P3UM) Universitas Mataram melakukan survei dalam rangka penyediaan informasi database profil UMKM yang potensial dibiayai pada bulan September sampai dengan November tahun 2011 di Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Timur. Dasar penetapan lokasi adalah kabupaten dengan populasi UMKM terbanyak di Provinsi NTB (berdasarkan Sensus Ekonomi Tahun 2006) dan belum pernah menjadi sampel penelitian serupa.

Hasil Survei

Pelaku UMKM yang menjadi responden survei dalam rangka penyediaan informasi database profil UMKM tersebar di 2 kabupaten, yaitu 50 pengusaha di Kabupaten Lombok Tengah dan 50 pengusaha di Kabupaten Lombok Timur. Kriteria pemilihan responden adalah pelaku UMKM yang membutuhkan kredit namun tidak sedang menikmati fasilitas kredit, dimana penetapan kriteria UMKM berdasarkan Undang-Undang No.20 tahun 2008 tentang UMKM.

Berdasarkan Grafik 1, diketahui bahwa kegiatan usaha utama responden sebagian besar atau 64% adalah usaha dagang/kios/toko, sehingga jika dilihat dari sektor ekonomi (Grafik 2), 52% responden tergolong dalam sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR). Hal ini sejalan dengan penyaluran kredit perbankan yang sebagian besar ditujukan kepada sektor PHR karena dinilai sektor ini memiliki prospek yang lebih baik.

Dari sisi lama usaha yang dijalani (Grafik 3), sebagian besar responden (38%)telah berusaha antara 2 s.d 4 tahun dan sebanyak 31% responden telah melakukan usahanya selama lebih dari 10 tahun. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa responden sudah dapat melakukan pengelolaan usaha dengan baik sehingga usahanya dapat berkesinambungan.

46

Terkait permasalahan agunan, sebagian besar responden (95%) merupakan calon debitur potensial karena tempat usahanya merupakan milik sendiri (Grafik 4). Selain itu, sebagian besar responden telah memiliki dokumen yang diperlukan untuk mengajukan kredit (Grafik 5). Meskipun, masih ada kelemahan yang dimiliki pelaku UMKM umumnya yakni tidak memiliki kemampuan yang memadai untuk menyusun Laporan Keuangan. Namun, hal ini telah difasilitasi dengan adanya survei ini, dimana para surveyormembantu responden menyusun Laporan Keuangannya sebagai salah satu pertimbangan bank dalam melakukan analisa kredit calon debitur.

Rekomendasi Hasil Penelitian

Rekomendasi dari hasil penelitian ini, antara lain:a. Melakukan sosialisasi tentang program dan produk perbankan kepada pelaku

UMKM untuk mengurangi kesenjangan informasi (asymmetric information) dengan melibatkan seluruh mediator yang potensial, seperti pemuka agama, tokoh masyarakat dan orang-orang yang berpengaruh di sekitar masyarakat dunia usaha;

Grafik 3Lama Usaha

Grafik 1Kegiatan Usaha

Utama

Grafik 2Sektor Ekonomi

Grafik 4Kepemilikan Tempat

Grafik 5Dokumen Kredit

47

b. Menyelenggarakan pelatihan yang dapat meningkatkan kapasitas manajerial pengusaha dalam mengembangkan usaha mereka;

c. Meningkatkan intensitas komunikasi antara pemerintah dengan perbankan dan lembaga keuangan non bank dalam rangka mendorong intermediasi perbankan, khususnya peningkatan kredit UMKM;

d. Tersedianya website sebagai sarana promosi UMKM yang dapat menyajikaninformasi lebih lengkap dan rinci serta up to date. Dimana updating data memerlukan kerjasama yang intensif antara instansi/ dinas terkait.

48

BAB 4PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Hingga paruh Tahun 2012, perkembangan penerimaan dan pengeluaran

anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara

Barat (Pemprov NTB) cenderung menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan

pencapaian tahun sebelumnya. Pada sisi penerimaan, sebagian besar komponen

pendapatan daerah menunjukkan tingkat penyerapan yang sangat baik atau mampu

melebihi targetnya. Demikian pula yang terjadi pada sisi belanja daerah, peningkatan

alokasi anggaran mampu diimbangi oleh kinerja pengeluaran belanja daerah yang

cenderung lebih baik dibanding pencapaian tahun lalu.

4.1. REALISASI PENDAPATAN DAERAH

Hingga akhir triwulan II-2012, kinerja penerimaan pendapatan Pemprov

NTB terus menunjukkan peningkatan. Realisasi penyerapan pendapatan daerah

Pemerintah Provinsi NTB tercatat mencapai Rp1,16 triliun atau mencapai 51,67%

dari target sepanjang Tahun 2012. Pencapaian tersebut, jauh meningkat

dibanding pencapaian triwulan II-2011 yang tercatat sebesar Rp755,82 miliar atau

mencapai 43,49% dari rencana penyerapan pendapatan sepanjang Tahun 2011.

Berdasarkan kinerjanya, komponen Dana Perimbangan menunjukkan

pencapaian tertinggi mencapai 52,70%, lebih tinggi dibanding kinerja komponen

Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sebesar 50,35%. Tingginya pencapaian dana

perimbangan utamanya didorong oleh realisasi penerimaan Dana Alokasi Umum

(DAU) yang mampu melebihi target semester pertama yang mencapai 58,33%

yang juga merupakan sumber utama dana perimbangan. Sementara pada

komponen PAD, kinerjanya didorong oleh penerimaan pendapatan retribusi

daerah yang melebihi target yaitu mencapai 164,91% dan penerimaan pajak

daerah sebesar 54,25%. Namun demikian, terdapat sumber penerimaan yang

masih belum terserap secara optimal yaitu pada komponen dana alokasi khusus.

4.2. REALISASI BELANJA

Pada sisi komponen belanja, realisasi belanja Pemprov NTB hingga akhir

triwulan II-2012 tercatat sebesar 35,28% atau sebesar Rp795,46 miliar dari target

belanja Tahun 2012. Kinerja tersebut relatif lebih baik dibandingkan dengan

pencapaian triwulan II-2011 yang tercatat mencapai 23,52%. Berdasarkan

komponennya, tingkat realisasi anggaran belanja tertinggi dialami komponen

transfer bagi hasil ke Kabupaten/Kota/Desa dengan nilai mencapai Rp112,36

miliar atau mencapai 62,25% terhadap rencana anggaran Tahun 2012. Kemudian

disusul oleh komponen belanja hibah dan belanja pegawai dengan tingkat

BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

49

realisasi mencapai Rp247,70 miliar (43,47% dari rencana belanja) dan Rp236,41

miliar (42,86% dari rencana belanja).

Peningkatan yang signifikan dialami oleh komponen belanja hibah,

kondisi tersebut disebabkan kegiatan penyaluran dana bantuan operasional

sekolah pada Tahun 2012 disalurkan melalui pemerintah provinsi, dimana

sebelumnya dikelola oleh pemerintah daerah kabupaten/kota.

Dari sisi saldo keuangan Pemprov NTB, dana pemerintah yang ditempatkan di

perbankan NTB meningkat sejalan dengan tingginya realisasi penerimaan daerah

hingga pertengahan Tahun 2012. Hingga triwulan II-2012, jumlah dana simpanan

milik Pemerintah Provinsi NTB yang ada di perbankan NTB meningkat mencapai

sebesar Rp410,64 miliar atau naik sebesar 21,15% (yoy) dibanding periode yang

sama tahun lalu yang tercatat sebesar Rp338,95 miliar.

Grafik 4.1Saldo Keuangan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

di Perbankan (Rp miliar)

Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi Tahun 2012 (Rp Juta)

Sumber : Biro Keuangan, Setda Provinsi NTB (Data Sementara)

Rencana Realisasi Tw II-12

Pendapatan Daerah 2,241,557.14 1,158,113.80 51.67 I Pendapatan Asli Daerah 721,467.38 363,255.61 50.35

1 Pendapatan Pajak Daerah 510,577.01 276,964.58 54.25 2 Pendapatan Retribusi Daerah 15,654.71 25,815.51 164.913 77,891.34 44,001.43 56.49

- 4 Lain-lain Pendapatan Asli daerah Yang Sah 117,344.32 16,474.10 14.04

II Pendapatan Transfer 1,508,089.77 794,808.17 52.70 1 Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 1,046,195.37 575,152.91 54.98 a Dana Bagi Hasil Pajak 138,609.21 68,894.15 49.70 b Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) 44,642.10 17,983.86 40.28 c Dana Alokasi Umum 809,617.72 472,277.00 58.33 d Dana Alokasi Khusus 53,326.34 15,997.90 30.00

2 Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 461,894.40 219,655.26 47.56 a Dana Penyesuaian 461,894.40 219,655.26 47.56

III Lain-lain Pendapatan Yang Sah 12,000.00 50.03 0.42 1 12,000.00 50.03 0.42

Belanja Daerah 2,254,557.14 795,460.17 35.28 I Belanja Operasi 1,673,679.84 581,232.86 34.73

1 Belanja Pegawai 551,617.38 236,406.31 42.86 2 Belanja Barang 390,365.04 93,539.10 23.96 3 Belanja Subsidi 250.00 - - 4 Belanja Hibah 569,794.12 247,696.63 43.47 5 Belanja Bantuan Sosial 92,984.39 1,890.82 2.03 6 Belanja Bantuan Keuangan 68,668.91 1,700.00 2.48

II Belanja Modal 390,375.68 101,607.20 26.03 1 Belanja Peralatan dan Mesin 36,403.91 4,675.10 12.84 2 Belanja Bangunan dan Gedung 87,073.86 1,297.58 1.49 3 Belanja Jalan,Irigasi, dan Jaringan 264,820.22 95,593.55 36.10 4 Belanja Aset Tetap Lainnya 1,858.03 21.15 1.14

219.66 19.80 9.01 - III Belanja Tak Terduga 10,000.00 254.15 2.54

1 Belanja Tak Terduga 10,000.00 254.15 2.54

IV Transfer 180,501.62 112,365.97 62.25 1 Transfer Bagi Hasil ke Kabupaten/Kota/Desa 180,501.62 112,365.97 62.25 a Bagi Hasil Pajak 112,365.97

(13,000.00) 362,653.63 Pembiayaan -

I Penerimaan daerah 62,000.00 285.11 1 Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) 40,000.00 - 2 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah 22,000.00 285.11

II Pengeluaran daerah 49,000.00 - 1 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 49,000.00 -

Pembiayaan Netto 13,000.00 285.11 0 362,938.74

Surplus/(Defisit)

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)

Daerah Yang Dipisahkan

Pendapatan Hibah

UraianAPBD 2012

%

Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaaan

BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

50

Sumber : Laporan Bulanan Bank, KPw BI Prov. NTB

-

50

100

150

200

250

300

350

400

450

3 6 9 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

2010 2011 2012

Deposito Tabungan Giro

BAB 5KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Perkembangan beberapa indikator kesejahteraan masyarakat di Provinsi Nusa

Tenggara Barat relatif baik. Dari sisi ketenagakerjaan, jumlah pengiriman TKI ke luar

negeri menurun dibandingkan triwulan lalu. Dari sisi kesejahteraan, perkembangan

tingkat pendapatan masyarakat dan daya beli masyarakat di NTB relatif tidak lebih baik

dibanding triwulan lalu.

5.1. KETENAGAKERJAAN

Sepanjang triwulan II-2012, perkembangan jumlah pengiriman Tenaga

Kerja Indonesia (TKI) asal Nusa Tenggara Barat ke luar negeri masih berada

pada tren penurunan. Jumlah TKI asal NTB yang dikirim sepanjang periode

laporan tercatat sebanyak 6.272 orang, terkontraksi cukup signifikan hingga

70,53% (yoy) dibanding dengan periode yang sama tahun lalu yang mencapai

21.283 orang.

Berdasarkan negara tujuan penempatan TKI, Malaysia merupakan

negara tujuan utama tujuan TKI bekerja dengan pangsa mencapai 99,98% atau

sebanyak 6.281 orang (Data BP3TKI Mataram), kemudian disusul Brunei

Darussalam sebesar 0,02% atau sebanyak 1 orang. Pengiriman TKI yang

jumlahnya terus mengalami penurunan sebagai dampak diberlakukannya

kebijakan pemerintah dalam penetapan moratorium (penghentian sementara)

pengiriman TKI khusus untuk sektor informal yang bekerja sebagai penatalayan

rumah tangga ke Kuwait, Uni Emirat Arab, Syria dan Yordania sebagai upaya

untuk melindungi hak-hak TKI.

Dari sisi jenis lapangan kerja, pada triwulan laporan penempatan TKI

seluruhnya kembali berada pada sektor formal. Sejalan dengan negara tujuan

penempatan, sebagian besar TKI memilih profesi sebagai pekerja ladang

Grafik 5. 1Negara Tujuan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia

Sumber: BP3TKI Mataram

Grafik 5. 2Penerimaan Remitansi Tenaga Kerja Indonesia

Sumber: KPw BI Prov. NTB

Malaysia99.98%

Lainnya0.02%

-5,000

10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 62010

2011

2012

Rp. Juta Kuwait Jepang JordaniaAsia Timur Malaysia Negara LainnyaSaudi Arabia

BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

52

dengan pangsa hingga 94,13%. Relatif rendahnya latar belakang pendidikan

dan minimnya tingkat keterampilan para TKI asal NTB menjadi faktor utama

yang mempengaruhi penempatan lapangan kerja TKI pada jenis profesi tersebut.

Kemudian disusul oleh jenis pekerjaan konstruksi dan kilang/industri yang

masing-masing tercatat sebesar 2,73% dan 2,28%. Berdasarkan daerah asal TKI,

sebanyak 50,05% berasal dari Lombok Timur, kemudian diikuti oleh Lombok

Tengah yang pangsanya sebesar 28,40%.

Dari sisi pengiriman dana, seiring dengan penurunan jumlah TKI,

kegiatan money remittance dengan tujuan NTB yang tercatat melalui

perbankan juga menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Pada triwulan II-2012, jumlah dana yang dikirim ke NTB tercatat sebesar

Rp111,52 miliar atau tumbuh sebesar 5,98% (yoy) dibanding triwulan yang sama

tahun sebelumnya, namun apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar Rp125,55 miliar. mengalami penurunan sebesar 11,17%.

Berdasarkan wilayah asal pengiriman, negara utama yang mendominasi

asal pengiriman dana remitansi ke NTB sepanjang triwulan II-2012 masih

didominasi Saudi Arabia dengan pangsa mencapai 57,74% atau sebesar Rp64,39

miliar. Sedangkan daerah utama tujuan pengiriman dana remitansi didominasi

kota Mataram (termasuk Kabupaten Lombok Barat) dengan pangsa mencapai

55,40% atau sebesar Rp61,78 miliar.

5.2. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Sepanjang triwulan II-2012, perkembangan kesejahteraan masyarakat di

Nusa Tenggara Barat utamanya di kota Mataram belum menunjukkan

perkembangan yang baik. Kondisi tersebut tercermin dari indeks penghasilan

saat ini dibandingkan kondisi enam bulan lalu dan indeks ekspektasi

penghasilan yang menunjukkan masih berada di atas level optimis (indeks =

100). Sepanjang triwulan II-2012, secara rata-rata indeks-indeks tersebut tercatat

sebesar 127,83% dan 132,83% (Survei Konsumen, Bank Indonesia Mataram),

lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat masing-masing sebesar

130,00% dan 139,83%.

Sementara itu, untuk masyarakat pedesaan dilihat dari tingkat

kesejahteraan petani yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) menunjukkan

penurunan. Sepanjang triwulan II-2012, rata-rata indeks NTP Nusa Tenggara

Barat tercatat sebesar 95,47, turun tipis sebesar 0,18 point dibanding triwulan

lalu yang mencapai 95,65. NTP merupakan indikator yang mencerminkan

kemampuan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang

dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi pertanian. Rendahnya

pencapaian angka NTP yang dibawah angka 100 menunjukkan bahwa

kemampuan daya beli petani NTB relatif masih rendah. Harga jual hasil

BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

pertanian yang rendah dan meningkatnya harga-harga yang dibayar petani

untuk biaya produksi dan barang-barang yang dikonsumsi mengakibatkan

berkurangnya daya beli petani.

Sumber: BPS

Grafik 5.3Indeks Penghasilan Saat Ini dan Ekspektasi

Penghasilan

Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Prov. NTB

020406080

100120140160180

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2010 2011 2012

Indeks Penghasilan Saat Ini vs 6 Bulan LaluIndeks Ekspektasi Penghasilan 6 Bulan YADLevel Optimis

80.00

85.00

90.00

95.00

100.00

105.00

110.00

115.00

120.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2010 2011 2012

Nilai Tukar Petani NTPP (Padi & Plwj)NTPH (Horti) NTPR (Kebun)NTPT (Ternak) NTN (Nelayan)

54

BAB 6PROSPEK EKONOMI DAN HARGA

6.1. PROSPEK EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Pada triwulan III-2012, pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa

Tenggara Barat diprediksi mampu menunjukkan kinerja yang positif

dan berada pada kisaran 1,50% - 2,50% (yoy). Dari sisi permintaan,

pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2012 diperkirakan didominasi oleh

menggeliatnya kegiatan konsumsi rumah tangga yang merupakan penggerak

utama pertumbuhan ekonomi NTB. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh faktor

musiman (tahun ajaran baru dan hari raya Idul Fitri 1433H) dan meningkatnya

daya beli masyarakat. Kondisi tersebut terindikasi oleh nilai Indeks Ekspekstasi

Konsumen (IEK) yang cenderung meningkat dan berada di atas level optimis

(100) yang mencerminkan keoptimisan masyarakat dalam melakukan konsumsi.

Sementara itu, kegiatan investasi diperkirakan tumbuh meningkat

sejalan dengan pola percepatan realisasi belanja pemerintah pada triwulan III-

2012. Perkembangan kegiatan ekspor diperkirakan masih berada tren kontraksi

yang cenderung melambat.

Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan di

wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat,

sebagian besar pelaku usaha di NTB (kecuali sektor pertambangan)

mempersepsikan kegiatan usaha pada triwulan III-2012 kembali mengalami

peningkatan. Alasan utama yang mendasari ekspektasi tersebut adalah tibanya

faktor musiman (hari raya keagamaan dan liburan) dan perkiraan meningkatnya

permintaan. Hal ini tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) ekspektasi

situasi bisnis yang sedikit meningkat menjadi sebesar 36,81% dari triwulan lalu

yang tercatat sebesar 29,27%.

Grafik 6.1Ekspektasi Situasi Bisnis Triwulan Mendatang

Grafik 6.2Indeks Ekspektasi Konsumen

Sumber: SKDU, KPw BI Prov. NTB Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Prov. NTB

0

20

40

60

80

100

120

140

160

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

2010 2011 2012

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

05

10152025303540

Tw1 Tw2Tw3 Tw4Tw1 Tw2 Tw3Tw4 Tw1 Tw2Tw3

2010 2011 2012

Ekspektasi situasi bisnis

BAB 6 PROSPEK EKONOMI DAN HARGA

55

Dari sisi penawaran, kinerja sektor pertanian diperkirakan akan

mengalami pelambatan, setelah pada triwulan lalu terakselerasi tinggi. Meski

demikian pertumbuhan pada sektor pertanian diperkirakan masih dalam level

yang relatif tinggi dan tampil sebagai penopang utama pertumbuhan ekonomi.

Hal ini didukung oleh meningkatnya kinerja sub sektor perkebunan akibat

tingginya minat petani untuk menanam tembakau sehubungan tingginya harga

tembakau pada tahun lalu.

Kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) diperkirakan masih

berada dalam level pertumbuhan yang cukup tinggi. Pada sub sektor

perdagangan, faktor musiman yaitu tibanya tahun ajaran baru sekolah dan hari

raya Idul Fitri 1433 H diyakini meningkatkan kinerja perdagangan ritel

sehubungan tingginya permintaan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya.

Kinerja sub sektor hotel dan restoran, diperkirakan kembali tumbuh meningkat

sejalan dengan program Visit Lombok Sumbawa 2012 yang menargetkan

tingkat kunjungan wisatawan hingga satu juta orang. Kondisi tersebut

didukung oleh tibanya musim liburan wisatawan mancanegara pada Juli –

Agustus dan beberapa penyelenggaran event berskala besar yang direncanakan

dilaksanakan pada akhir triwulan III-2012 1 dan dibukanya beberapa jalur

penerbangan baru.

Sementara itu, perkembangan sektor andalan lainnya yakni sektor

pertambangan diperkirakan masih berada pada tren pertumbuhan yang negatif,

namun terus menunjukkan perbaikan (kontraksi yang melambat). Kegiatan

produksi tambang yang memasuki fase enam (tahap pengupasan)

menyebabkan rendahnya produksi tambang, fase ini diperkirakan akan selesai

pada awal tahun 2013.

Dari sisi pembiayaan, pada triwulan III-2012 dukungan perbankan dalam

mengembangkan kegiatan ekonomi berupa penyaluran kredit kepada pelaku

usaha diprediksi masih berada pada tren meningkat. Beberapa hal yang

mendasari peningkatan tersebut antara lain pemodalan bank yang cukup,

prospek usaha yang membaik dan kondisi ekonomi yang membaik. Kondisi

tersebut terindikasi dari hasil Survei Opini Pimpinan/Pejabat Bank Umum yang

menunjukkan peningkatan. Berdasarkan sektornya, permintaan kredit baru

tersebut sebagian besar ditujukan untuk kegiatan usaha pada sektor

perdagangan, hotel dan restoran. Berdasarkan tingkat suku bunga, penyaluran

kredit pada triwulan III-2012 diperkirakan mengalami penurunan, sejalan

dengan tingkat BI Rate yang cenderung menurun.

1 Pelaksanaan sidang umum ASEAN Inter Parliamentary Assembly (AIPA) ke-33 yang direncanakan pada tanggal 16-22 September 2012

BAB 6 PROSPEK EKONOMI DAN HARGA

56

6.2. PERKIRAAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT

Laju inflasi Nusa Tenggara Barat pada triwulan III-2012

diperkirakan mengalami tekanan yang cukup tinggi dan diprediksi

berada pada kisaran 7,75% ± 1% (yoy). Secara umum, tekanan inflasi

tersebut diperkirakan dipengaruhi oleh faktor musiman, khususnya berasal dari

sisi permintaan yakni meningkatnya permintaan masyarakat akan barang dan

jasa terkait tibanya tahun ajaran baru sekolah, bulan puasa, Idul Fitri 1433 H,

dan musim omprongan tembakau serta peningkatan jumlah kunjungan

wisatawan (musim liburan). Kondisi tersebut diperkirakan berdampak terhadap

meningkatnya ekspektasi masyarakat akan pembentukan harga barang dan jasa

pada triwulan III-2012 yang terindikasi dari indeks ekspektasi harga konsumen

untuk tiga bulan yang akan datang yang menunjukkan peningkatan (Grafik 6.3).

Dari sisi supply, kegiatan produksi bahan makanan khususnya pada

komoditas bumbu-bumbuan diperkirakan berlangsung normal yang didukung

oleh kondisi cuaca (curah hujan) yang cukup kondusif. Berdasarkan informasi

data prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, pada

triwulan III-2012 Provinsi Nusa Tenggara Barat akan mengalami hujan dengan

sifat hujan dibawah normal. Namun demikian, terdapat potensi terjadinya

gelombang tinggi khususnya di perairan selatan NTB dengan ketinggian

gelombang mencapai 3 meter sehingga berpeluang menekan laju inflasi

khususnya dari sub kelompok ikan segar.

Berdasarkan disagregasinya, sumber tekanan inflasi diperkirakan berasal

dari kelompok volatile food. Beberapa komoditas yang berpotensi memicu laju

inflasi antara lain komoditas beras, daging sapi dan ayam serta telur akibat

meningkatnya permintaan masyarakat yang dipengaruhi faktor musiman diatas.

Perkembangan kelompok administered price juga diperkirakan berpotensi

memberikan tekanan pada laju inflasi. Seperti pada periode-periode

sebelumnya, berlangsungnya musim omprongan tembakau pada triwulan III-

Grafik 6.3Ekspektasi Harga 3 Bulan Yang Akan Datang

Sumber : Survei Konsumen, KPw BI Prov. NTB

Grafik 6.4Prakiraan Sifat Hujan

Sumber : BMKG

100.00110.00120.00130.00140.00150.00160.00170.00180.00190.00200.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6

2010 2011 2012

Indeks Ekspektasi Harga Konsumen-3 bln yad

BAB 6 PROSPEK EKONOMI DAN HARGA

57

2012 dapat menyebabkan terjadinya kelangkaan bahan bakar rumah tangga

(minyak tanah dan gas elpiji) yang digunakan oleh petani tembakau sebagai

bahan bakar untuk kegiatan pengeringan daun tembakau. Perkembangan

harga pada kelompok inflasi inti diperkirakan tidak mengalami fluktuasi yang

berarti (stabil), namun berpotensi sedikit meningkat yang dipengaruhi kenaikan

harga komoditas emas perhiasan di pasar internasional.