nusa tenggara

16
TUGAS MATA KULIAH GEOLOGI INDONESIA GEOLOGI NUSA TENGGARA Disusun Oleh : Aulia Cahya Kusumahningtyas Maulana Ridwan Atmadisastra Meilin Aprilika Muhammad Nikko Maesa Nico Anatoly Osa Irda Insani Sunthi Wahyu Kinanthi Teuku Muhammad Mifdhal Ridho 21100110110027 21100111140087 21100111190073 21100110120033 21100111190097 21100111130025 21100110120025 21100111140099 PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK

Upload: maulana-ridwan-a

Post on 27-Sep-2015

268 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

GI

TRANSCRIPT

TUGAS MATA KULIAHGEOLOGI INDONESIA

GEOLOGI NUSA TENGGARA

Disusun Oleh :

Aulia Cahya KusumahningtyasMaulana Ridwan Atmadisastra

Meilin Aprilika

Muhammad Nikko Maesa

Nico Anatoly

Osa Irda Insani

Sunthi Wahyu Kinanthi

Teuku Muhammad Mifdhal Ridho2110011011002721100111140087

21100111190073

21100110120033

21100111190097

21100111130025

21100110120025

21100111140099

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

MARET 2013

KEPULAUAN NUSATENGGARA

Gambar 1. Kepulauan Nusa TenggaraKepulauan Nusa Tenggara terletak di Indonesia bagian tengah yang tersebar sepanjang 2.850 km dari barat ke timur (1150 49 BT sampai 134054 BT) dan 1.450 km dari utara ke selatan (2036 LU sampai 110LS). Nusa tenggara berada diantara bagian timur pulau Jawa dan kepulauan Banda tediri dari pulau-pulau kecil dan lembah sungai. Secara fisik, di bagian barat berbatasan dengan pulau Jawa, bagian timur dibatasi oleh kepulauan Banda, bagian utara dibatasi oleh laut Flores dan bagian selatan dibatasi oleh Samudra Hindia. Terdapat lima pulau besar yaitu Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, dan Sumba. Selain itu terdapat pulau-pulau kecil lainnya.

Kondisi fisik Nusa Tenggara sangat berbeda dengan kawasan lainnya di Indonesia. Kepulauan ini terdiri dari pulau-pulau vulkanis dan rangkaian terumbu karang yang tersebar di sepanjang lautan yang terdalam di dunia, dan tidak memiliki pulau besar, seperti Jawa dan Sumatera.

Asal-usul kepulauan ini dan proses-proses yang dialami dalam pembentukan pulau-pulau yang sampai sekarang masih terjadi, sangat mempengaruhi posisi, ukuran, dan bentuk pulau. Kerumitan kondisi geologi Nusa Tenggara disebabkan oleh posisinya di persimpangan tiga lempeng utama yaitu lempeng Asia, lempeng Australia, lempeng Pasifik dan dua benua yaitu Asia dan Australia.Secara geologi nusa tenggara berada pada busur Sunda-Banda. Rangkaian pulau ini dibentuk oleh pegunungan vulkanik muda. Pada teori lempeng tektonik, deretan pegunungan di nusa tenggara dibangun tepat di zona subduksi indo-australia pada kerak samudra dan dapat di interpretasikan kedalaman magmanya kira-kira mencapai 165-200 km sesuai dengan peta tektonik Hamilton (1979).

Pulau-pulau di Nusa Tenggara terletak pada dua jalur geantiklinal, yang merupakan perluasan busur Banda di sebelah barat. Geantiklinal yang membujur dari timur sampai pulau-pulau Romang, Wetar, Kambing, Alor, Pantar, Lomblen, Solor, Adonara, Flores, Rinca, Komodo, Sumbawa, Lombok dan Bali.

Sesuai dengan teori tektonik lempeng, Nusa Tenggara dapat dibagi menjadi menjadi 4 struktur tektonik yaitu busur belakang yang terletak di laut Flores, busur dalam yang dibentuk oleh kepulauan vulkanik diantaranya Bali, Lombok, Sumbawa, Cmodo, Rinca, Flores, Andora, Solor, Lomblen, Pantar, Alor, Kambing dan Wetar. Busur volkanik luar yang dibentuk oleh kepulauan non-volkanik diantaranya Dana, Raijua, Sawu, Roti, Semau dan Timor, dan dibagian depan busur dibagi kedalam dua bagian yaitu inner arc (busur dalam) dan outer arc (busur luar) dan bagian dalam ialah lembah yang dalam diantaranya lembah (basin) Lombok dan Sawu. Pembagian 4 struktur tektonik tersebut adalah sebagai berikut :a) Belakang Busur: Laut Flores.

b) Busur Dalam: Lombok, Rinca, Flores, Adonora, Solor, Lomblen, Pantar, Alor, dan Wetar.c) Busur Luar: Dana, Paijua, Sawu, Roti, Semau dan Roti.

d) Depan Busur: Cekungan Lombok dan Cekungan Sawu. (Herman Karman & F. Hasan Sidi, 2000)

Gambar 2. Gambaran tektonik saat ini menunjukkan kerangka mega tektonik. (dimodifikasi dari Hamilton,1979; Parkinson,1991; dan Mathews,1992)

Ukuran dari deretan kepulauan volkanik perlahan-lahan akan semakin kecil dari timur pulau Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa , Flores, Wetar sampai ke Banda. Penurunan ini sangat terlihat nyata pada bagian timur Wetar, kemungkinan ini karena pantulan jumlah subduksi dari kerak samudra, Yang secara tidak langsung gerakannya berupa dip-slip di bagian barat Wetar dan gerakan strike-slip dibagian timurnya. Kemungkinan busur vulkanik dibagian timur wetar lebih muda dan kemungkinan busur volkanik yang asli di bagian timur Wetar telah disingkirkan oleh pinggiran batas benua Australia.

Gambar 3. Lokasi, Bathimetri dan peta lokasi seismic rendahan Paparan SundaA. Nusa Tenggara Barat

Berdasarkan tatanan geologi Indonesia, Wilayah Nusa Tenggara Barat terletak pada pertemuan dua lempeng besar (Lempeng Hindia-Australia dan Lempeng Eurasia) yang berinteraksi dan saling berbenturan satu dengan yang lain. Batas kedua lempeng ini merupakan daerah yangsangat labil ditandai dengan munculnya tiga gunungapi aktif tipe A (Rinjani, Tambora dan Sangeangapi).

Kondisi geologi wilayah NTB dengan batuan tertua berumur Tersier dan yang termuda berumur Kuarter, didominasi oleh Batuan Gunungapi serta Aluvium (recent). Batuan Tersier di Pulau Lombok terdiri dari perselingan batupasir kuarsa, batulempung, breksi, lava, tufa dengan lensa-lensa batugamping, batu gamping dan dasit. Sedangkan di Pulau Sumbawa terdiri dari lava, breksi, tufa, andesit, batupasir tufaan, batulempung, dasit, tonalit, tufa dasitan, batugamping berlapis, batugamping tufaan dan lempung tufaan. Batuan Kuarter di Pulau Lombok terdiri dari perselingan breksi gampingan dan lava, breksi, lava, tufa, batuapung dan breksi lahar. Sedangkan di Pulau Sumbawa terdiri dari terumbu koral terangkat, epiklastik (konglomerat), hasil gunungapi tanah merah, gunungapi tua, gunungapi Sangeangapi, gunungapi Tambora, gunungapi muda dan batugamping koral. Aluvium dan endapan pantai cukup luas terdapat di Pulau Sumbawa dan Lombok.

Gambar 4. Kawasan Sunda Arc dan Banda Arc

Gambar diatas menunjukkan daerah Nusa Tenggara Barat yang merupakan bagian dari orogenesa sunda yang merupakan produk dari tunjaman normal antara lempeng Samudera Hindia dengan Daratan Sunda (Sundaland). Orogenesa ini diperkuat oleh pensesaran di belakang busur di utara Jawa dan Nusa Tenggara serta adanya aktivitas intrusi plutonik pada kala Neogen. Orogenesa ini membentuk rangkaian pegunungan lipatan dan sesar di Jawa dan Nusa Tenggara dengan puncak-puncak dengan ketinggian lebih dari 3000 m diatas permukaan laut.

Orogenesa SundaOrogenesa Sunda di Jawa dan Nusatenggara sebagai akibat lanjut dari normal subduction lempeng Samudera Hindia dengan Daratan Sunda. Pada akhir Neogen, lajur tunjaman ini melemah atau berhenti sementara, sedangkan lempeng Samudera Hindia terus bergerak ke utara. Tektonik konvergen ini mengakibatkan terjadinya pensesaran di belakang busur. Di perairan Lombok, keberadaan sesar belakang busur ini telah dirombak dan dimodifikasi oleh sesar-sesar normal yang terjadi kemudian (Prasetyo,1993).Sesar di belakang busur ini belakangan terganggu dan terpotong oleh berbagai sesar jurus mendatar yang terjadi kemudian di berbagai tempat di Jawa dan Nusatenggara. Di bagian utara yang merupakan belakang busur terdapat sesar yang memanjang dari pulau Flores menerus hingga ke Bali, sesar ini dikenal dengan sesar flores. Patahan belakang busur Wetar dan Flores pertama kali dilaporkan oleh Hamilton (1979) berdasarkan beberapa profil refleksi dari Lamont-Doherty. Hamilton (1979) menemukan adanya patahan di utara pulau Alor dan Pantar disisi timur busur belakang zona subduksi Jawa yang biasa dikenal sebagai sesar naik belakang busur Wetar, Flores sampai Sumbawa.Sedangkan Silver et al. (1986) memperkirakan bahwa patahan tersebut disisi barat berlanjut sampai ke Cekungan Bali yang terletak di Utara Pulau Bali. Patahan ini biasa dikenal sebagai sesar sungkup belakang busur Flores (Flores back arc thrust). Sesar sungkup belakang busur Wetar dan Flores terjadi sebagai reaksi terhadap tekanan yang timbul pada busur kepulauan Nusa Tenggara karena adanya tumbukan antara busur tersebut dengan dorongan Lempeng Indo-Australia.

Gambar 5. Busur Flores

Gambar 6. Penampang Tektonostruktural Paparan Sunda (Rangin et All, 1993)B. Nusa Tenggara Timur

Bagian timur Nusa Tenggara mulai dari Alor-Kambing-Wetar-Romang, disebut orogenesa banda dengan pusat undasi di L. Flores. Evolusi orogenik daerah Nusa Tenggara bagian timur ini agak kompleks karena pada masa Mesozoikum muda terjadi penggelombangan yang termasuk sirkum Australia menghasilkan busur dalam dari P. Sumba kearah timur laut dan busur luar melalui P. Sawu ke timur laut, Namun memasuki periode tertier daerah ini mengalami penggelombangan dengan pusat undasi di Laut Flores sebagai bagian dari sistem Pegunungan Sunda. Keganjilan-keganjilan yang nampak seperti posisi pulau sumba di interdeep, garis arah busur luar Rote-Timor ke arah timur laut dan sebagiannya, menurut Van Bemmelen adalah warisan dari evolusi Geologis terdahulu yang tidak dapat dikaitkan dengan sistem penggelombangan masa tertier dari pegunungan Sunda.Adapun daerah undasi di Orogenesa Banda sebagai berikut:

Busur dalam: Alor-Kambing-Wetar-Romang, tidak memperlihatkan tanda-tanda vulkanis.

Palung Antara: Pulau Sumba-L. Sawu

Busur Luar: Dana-Raijua-Sawu-Rote-Semau-Timor.

Backdeep: Punggungan Batutaza

Orogenesa Banda

Orogenesa Banda yang terjadi di kawasan laut Banda dipicu oleh tumbukan antara busur kepulauan, tepatnya segmen selatan Busur Banda Luar (Outer Banda Arc) dengan pinggiran utara Benua Australia yang diikuti kegiatan intrusi plutonik pada kala Neogen. Garis depan deformasi (deformation front) menandai batas selatan jalur tumbukan di Palung Timor yang memiliki kedalaman lebih dari 2000 m. Orogenesa Banda mengakibatkan terbentuknya rangkaian pegunungan rendah atau pebukitan tidak bergunung api di Kepulauan Tanimbar dan Kai.

Penampang refleksi seismik menunjukkan bahwa reruntuhan sediman pinggiran pasif benua Australia terdapat di dasar Palung Timor (Karig et.al 1987 dalam Simandjuntak 2004). Bagian atas dari reruntuhan sedimen tersebut telah tersesarkan di bawah keratan batuan ofioloit dengan malihan alas (metamorphic sole) yang mencirikan lajur ofiolit pra tumbukan dan terangkat bersama busur kepulauan, kemudian membentuk lipatan dan sesar di komplek akrasi di selatan Timor dengan puncak-puncak berketinggian lebih dari 3000 m di atas permukaan laut (Carter et.al, 1976; Bowin et.al, 1980; Barber et.al,1986 dalam Simandjuntak 2004).

Kegiatan uplifting akibat pensesaran, imbrikasi dan duplikasi berlangsung berulangkali sebagaimana diperlihatkan oleh sedimen Miosen-Pliosen yang terendapkan di atas komplek orogen yang terakrasi dengan lingkungan semakin mendangkal ke atas, dari laut dalam (batial) hingga laut dangkal. Perubahan fasies pengendapan ini mengindikasikan terjadinya dua periode penganngkatan, yaitu 2.000.000 tahun lalu (pliosen) dan 100.000 tahun lalu (pleistosen).

Pasca orogenesa, berbagai tempat di kawasan Banda terpotong oleh sesar mendatar dengan arah timur laut-barat daya. Lajur tumbukan di kawasan Kai terhubung dengan sesar mendatar Nabire di leher Irian Jaya. Hasil studi seismik mengindikasikan bahwa perairan utara di Timor terjadi pensesaran di belakang busur, yang merupakan kelanjutan dari sesar flores dan sesar wetar.

Gambar 7. Orogenesa Banda di kawasan selatan Laut BandaKESIMPULAN

Dari pembahasan mengenai kondisi geologi daerah Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur diatas, dapat diperoleh kesimpulan bahwa :

1. Secara umum, Nusa Tenggara merupakan rangkaian busur volkanik yang tersebar di sepanjang lautan bagian selatan Indonesia.

2. Lokasi Nusa Tenggara berada di persimpangan tiga lempeng utama yakni lempeng Asia, Australia dan Pasifik serta tidak memiliki pulau besar.

3. Dari segi tektonik, Nusa Tenggara merupakan bagian dari sistem orogenesa Sunda dan orogenesa Banda.

4. Wilayah Nusa Tenggara Barat terletak pada pertemuan dua lempeng besar (Lempeng Hindia-Australia dan Lempeng Eurasia) yang berinteraksi dan saling berbenturan satu dengan yang lain.5. Nusa Tenggara Barat termasuk bagian dari orogenesa Sunda sebagai akibat lanjut dari tunjaman normal antara lempeng Samudera Hindia dengan Daratan Sunda.

6. Bagian Nusa Tenggara Timur termasuk dalam sistem orogenesa Banda yang dipicu oleh tumbukan antara busur kepulauan, segmen selatan busur banda luar dengan pinggiran utara Benua Australia pada kala Neogen.DAFTAR PUSTAKA

Simanjuntak, DR, T. O. 2004. TEKTONIKA : Orogenesa Neogen di Indonesia 156 173.

www.basyaworld.blogspot.com (diakses pada 29 Maret 2013 pkl. 13.47 WIB)http://toba-geoscience.blogspot.com/2012/10/perkembangan-tektonik indonesia.html (diakses pada 27 Maret 2013 pukul 18.00 WIB)http://adhareksplorasi.blogspot.com/2011/09/struktur-geologi-pulau-sumbawa.html (diakses pada 30 Maret 2013 pukul 20.05 WIB)http://aditgeoholic.blogspot.com/2012/04/sesar-naik-belakang-busur-back-arc.html (diakses pada 31 Maret 2013 pukul 09.22 WIB)http://poetrafic.wordpress.com/2010/08/15/geological-setting-indonesia/ (diakses pada 30 Maret 2013 pukul 18.37 WIB)http://psg.bgl.esdm.go.id/fokus/228-tektonostratigrafi-busur-banda-luar-dengan-referensi-bagian-barat-timor-leste-dan-bagian-timur-pulau-seram (diakses pada 30 Maret 2013 pukul 16.17 WIB)