kajian ekonomi regional banten triwulan iv 2010 - bi.go.id · triwulan iv 2010 i kajian ekonomi...
TRANSCRIPT
Kajian Ekonomi Regional Banten
Triwulan IV 2010
Triwulan IV 2010
i
Kajian Ekonomi Regional Banten
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa yang
telah melimpahkan rahmat serta ridha-Nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi
Regional (KER) Banten Triwulan IV 2010 dapat diselesaikan dan diterbitkan. Kajian Ekonomi
Regional yang diterbitkan secara periodik setiap triwulan, merupakan salah satu perwujudan
peranan Bank Indonesia Serang kepada stakeholders baik Kantor Pusat Bank Indonesia
maupun stakeholders daerah dalam memberikan informasi maupun analisis terhadap kondisi
terkini perekonomian Banten maupun prospeknya di masa mendatang.
Buku Kajian Ekonomi Regional ini mencakup kajian mengenai perkembangan
makroekonomi regional Banten saat ini; perkembangan inflasi; perbankan dan sistem
pembayaran; perkembangan keuangan daerah; perkembangan ketenagakerjaan dan
kesejahteraan serta outlook perekonomian ke depan. Berdasarkan asesmen pada Triwulan IV
2010, perkembangan kinerja perekonomian Banten secara umum semakin membaik dengan
pertumbuhan yang meningkat pesat sebesar 6,31% (yoy) sehingga keseluruhan tahun 2010
mencapai 5,94% (yoy).
Sementara itu perkembangan inflasi Banten relatif mengalami tekanan pada sisi
supply sehingga berada pada level 6,10% (yoy), yang diperkirakan didorong cukup kuat oleh
adanya gejolak harga pangan. Kinerja perbankan relatif meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya sesuai dengan proyeksi pada triwulan sebelumnya. Kinerja perekonomian yang
baik memberikan dampak positif terhadap ekspektasi para agen ekonomi maupun pihak
perbankan dalam penyaluran kreditnya.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada
semua pihak baik Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, Pemerintah Daerah Provinsi di
Banten,perusahaan/asosiasi di Provinsi Banten serta pihak-pihak lainnya yang tidak bisa kami
sebutkan satu-persatu. Kiranya kajian ini dapat memberikan manfaat yang optimal bagi
pengembangan perekonomian Provinsi Banten.
Serang, 9 Februari 2011
TTD
Andang Setyobudi Pemimpin
Triwulan IV 2010
ii
Kajian Ekonomi Regional Banten
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Triwulan IV 2010
iii Kajian Ekonomi Regional Banten
Daftar Isi
Ringkasan Eksekutif Halaman v
Tabel Indikator Ekonomi Banten Halaman ix Bab I Kondisi Makro Ekonomi Regional Halaman 1
Sisi Permintaan Halaman 1Sisi Penawaran Halaman 8
Boks 1 Analisis SWOT Kajian Kelayakan Pengembangan Usaha Ternak Domba dan Pola Pembiayaannya di Kelurahan Juhut
Kecamatan Karang Tanjung Kabupaten Pandeglang
Halaman 21
Bab II Perkembangan Inflasi Daerah Halaman 25Perkembangan Inflasi Banten Halaman 25
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi Halaman 31
Bab III Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Halaman 35Perkembangan Intermediasi Bank Umum Halaman 35 Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat Halaman 43
Perkembangan Perbankan Syariah Halaman 44 Perkembangan Kredit Usaha Rakyat Halaman 46Perkembangan Sistem Pembayaran Halaman 46
Bab IV Keuangan Daerah Halaman 49 Pendapatan Daerah Halaman 50
Belanja Daerah Halaman 51
Bab V Kesejahteraan Masyarakat Halaman 55 Ketenagakerjaan Halaman 55
Kesejahteraan Masyarakat Halaman 58
Triwulan IV 2010
iv Kajian Ekonomi Regional Banten
Bab VI Prospek Perekonomian Halaman 61
Pertumbuhan Ekonomi Halaman 62Inflasi Halaman 66
Untuk Informasi lebih lanjut dapat menghubungi: Kelompok Kajian dan Survei Kantor Bank Indonesia Serang Jl. Yusuf Martadilaga No. 12 Serang – Banten Ph : 0254 – 223788 Fax : 0254 – 223875 email : [email protected], [email protected] atau [email protected] Website : www.bi.go.id
Triwulan IV 2010
v
Kajian Ekonomi Regional Banten
RINGKASAN EKSEKUTIF
Kinerja perekonomian Banten pada Triwulan IV 2010 terus meningkat tercermin dari
meningkatnya kinerja komponen permintaan dan sektoral secara simultan hingga
mengalami akselerasi pada level 6,31% (yoy). Masih berlanjutnya pemulihan ekonomi
dunia terutama emerging countries dan perekonomian nasional hingga akhir tahun 2010,
meningkatnya permintaan domestik dan membaiknya ekspektasi masyarakat terhadap
perekonomian baik konsumen maupun pelaku usaha diperkirakan berpengaruh cukup
signifikan terhadap peningkatan kinerja sisi permintaan maupun kinerja sektoral.
Dari sisi permintaan, berbagai komponen diperkirakan meningkat terutama sisi
konsumsi dan ekspor Banten. Berbagai indikator tingkat konsumsi menunjukkan
pertumbuhan yang relatif tinggi, begitu pula dengan indikator ekspor. Peningkatan kinerja
sektor industri pengolahan dan tetap tingginya permintaan dari negara mitra dagang turut
mendukung pertumbuhan ekspor Banten pada periode laporan. Realisasi belanja pemerintah
daerah yang relatif tinggi seiring dengan realisasi/perolehan pendapatan daerah melebihi target
tahun 2010 turut meningkatkan komponen konsumsi pemerintah.
Sementara itu dari sisi sektoral, hampir seluruh sektor di Banten mengalami
peningkatan kinerja pada level yang relatif tinggi, seiring dengan membaiknya
perekonomian global dan nasional. Sektor industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih;
sektor bangunan; sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian menunjukkan
performa yang meningkat. Sementara itu, sektor perdagangan hotel dan restoran serta sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan terlihat sedikit melambat namun tetap bertumbuh
tinggi, dan hanya sektor jasa-jasa yang melambat cukup signifikan yang diperkirakan
disebabkan terutama oleh melambatnya subsektor jasa pemerintahan.
Tekanan Inflasi Banten pada Triwulan IV 2010 meningkat dengan level inflasi Banten
sebesar 6,10% (yoy) yang dipengaruhi terutama oleh komponen volatile foods.
Berdasarkan hasil disagregasi inflasi, tekanan inflasi dari kelompok volatile foods khususnya
padi-padian dan bumbu-bumbuan masih berlanjut pada Triwulan IV 2010. Gangguan cuaca
yang berkepanjangan yang menghambat jumlah pasokan bahan makanan diperkirakan
mendorong kontribusi inflasi volatile foods secara signifikan. Tekanan dari komponen
Triwulan IV 2010
vi
Kajian Ekonomi Regional Banten
administered prices juga terindikasi meningkat, sedangkan tekanan dari kelompok inti masih
cenderung stabil.
Kegiatan intermediasi perbankan di Banten semakin ekspansif dan tetap berkualitas.
Kondisi ini tercermin dari semakin membaiknya rasio Loan to Deposit Ratio bank umum di
Banten baik sistem konvensional maupun prinsip syariah dan rasio kredit non lancar yang
semakin rendah. Di sisi lain, tren meningkatnya rasio pembiayaan non lancar Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS) di Banten diharapkan dapat memberikan sinyal untuk lebih berhati-hati
dalam menganalisis kelayakan calon debitur dalam proses pemberian pembiayaan dan progress
pengembaliannya di masa yang akan datang.
Sementara itu, semakin membaiknya kondisi makroekonomi dan dunia usaha di
Banten mampu mendorong peningkatan transaksi pembayaran melalui kliring maupun
RTGS. Kondisi tersebut mencerminkan semakin membaiknya usaha skala kecil maupun besar di
Banten yang terlihat dari peningkatan transkasi keuangan dengan mitra bisnisnya.
Realisasi pendapatan maupun belanja daerah Pemerintah Provinsi Banten hingga
Triwulan IV 2010 relatif tinggi dan bahkan pada komponen pendapatan daerah
melebihi realisasi periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi pendapatan daerah
Pemerintah Provinsi Banten hingga Triwulan IV 2010 di atas target yang ditetapkan.
Tercapainya perolehan pendapatan daerah tersebut terutama berasal dari pajak daerah seiring
meningkatnya jumlah pajak kendaraan bermotor karena bertambahnya penjualan kendaraan
bermotor di Banten. Sementara itu realisasi belanja daerah pada Triwulan IV 2010 melebihi
pencapaian pada periode yang sama satu tahun sebelumnya meskipun secara total keseluruhan
pencapaian selama satu tahun, realisasi belanja daerah tahun 2010 (95,49%) sedikit lebih
rendah daripada tahun 2009 (95,87%).
Meningkatnya kondisi perekonomian Banten turut memberikan dampak yang positif
terhadap kondisi kesejahteraan masyarakat Banten secara umum. Kondisi
ketenagakerjaan relatif membaik yang tercermin dari menurunnya tingkat pengangguran di
Banten hingga pada level 13,68% pada Agustus 2010 lebih baik dibandingkan dengan periode
yang sama tahun sebelumnya sebesar 14,97%. Perbaikan ini didorong oleh penyerapan tenaga
kerja terutama pada sektor industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran serta jasa-
jasa menjadi kontributor penurunan angka tersebut. Sementara itu tingkat kesejahteraan
masyarakat Banten yang diindikasikan dari persentase jumlah penduduk miskin pada tahun
2010 juga menunjukkan perkembangan yang menggembirakan.
Triwulan IV 2010
vii
Kajian Ekonomi Regional Banten
Setelah bertumbuh cukup tinggi pada Triwulan IV 2010 sebesar 6,31% (yoy),
perekonomian Banten diperkirakan tetap bertumbuh tinggi namun cenderung sedikit
melambat pada triwulan mendatang dengan kisaran angka sebesar 6,05% - 6,10%
(yoy). Sektor-sektor utama seperti sektor industri pengolahan diperkirakan belum meningkat
secara signifikan seiring dengan siklus bisnis yang umumnya cenderung slow down pada awal
tahun, begitu pula dengan kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran. Selain itu, adanya
gejolak politik di wilayah Timur Tengah diperkirakan cukup memberikan tekanan terhadap
kinerja perdagangan internasional khususnya terkait dengan kinerja ekspor dan impor sektor
industri pada triwulan mendatang.
Sejalan dengan membaiknya perekonomian, tekanan terhadap inflasi Banten pada
Triwulan I 2011 pun diproyeksikan meningkat, ditambah dengan adanya gejolak harga
pangan dan faktor eksternal. Inflasi Banten triwulan mendatang diperkirakan tetap
pada level relatif tinggi dan diperkirakan berada pada kisaran 6,80% (yoy) lebih tinggi
daripada Triwulan IV 2010 sebesar 6,10% (yoy). Membaiknya ekspektasi masyarakat
terhadap kondisi perekonomian maupun kondisi penghasilan secara umum pada tahun 2011
diperkirakan memberikan dampak peningkatan permintaan dan kemudian meningkatkan
potensi peningkatan harga/inflasi dari sisi permintaan. Di sisi lain, terganggunya pasokan/supply
bahan pangan yang diperkirakan terus terjadi hingga Triwulan I 2011 akibat kondisi alam yang
kurang menguntungkan dan ditambah dengan kenaikan harga barang impor (imported
inflation) juga dapat memberikan tekanan yang cukup besar terhadap kondisi inflasi periode
mendatang.
Triwulan IV 2010
viii
Kajian Ekonomi Regional Banten
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Triwulan IV 2010
ix
Kajian Ekonomi Regional Banten
TABEL INDIKATOR EKONOMI BANTEN I. MAKROEKONOMI
INDIKATOR 2009 2010
Tw III* Tw IV* Tw I* Tw II* Tw III** Tw IV** PDRB Harga Konstan (Rp Miliar)
21.309,67 21.453,91 21.165,95 21.819,70 22.600,78 22.807,34
1. Pertanian 1.553,87 1.412,02 1.621,71 1.700,71 1.652,67 1.506,33
2. Pertambangan dan Penggalian
22,84 23,01 23,37 24,35 24,80 25,25
3. Industri Pengolahan 11.049,35 11.108,07 10.855,64 11.081,42 11.419,94 1.554,37
4. LGA 753,31 762,19 774,53 799,25 846,64 859,91
5. Konstruksi 562,20 577,00 546,10 587,80 603,74 622,15
6. PHR 3.870,12 3.973,39 3.865,65 4.025,85 4.245,48 4.349,30
7. Transportasi & Komunikasi
1.773,61 1.823,36 1.808,34 1.862,14 1.989,51 2.059,14
8. Keuangan, persewaan, jasa
772,35 795,12 788,86 804,69 817,34 841,02
9. Jasa-jasa 952,01 979,76 881,75 933,49 1.000,65 989,87
Pertumbuhan PDRB (% y-o-y)
4,64 4,82 5,48 5,87 6,06 6,31
Ekspor – Impor *** (2.331,64) (2.444,24) (2.172,13) (1.859,46) (1.628,26) (1.551,02)
Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta)
1.348,30 1.533,10 1.712,11 1.918,23 1.854,87 1.473,31
Volume Ekspor Non Migas (ribu ton)
785,38 890,32 890,17 885,68 924,56 822,31
Nilai Impor Non Migas (USD Juta)
3.679,94 3.977,34 3.884,24 3.777,70 3.483,13 3.024,34
Volume Impor Non Migas (ribu ton)
2.637,81 2.361,41 2.498,98 2.621,99 2.714,28 2.176,51
Indeks Harga Konsumen
118,86 119,05 119,88 121,59 124,31 126,31
1. Kota Serang 122,37 122,29 122,67 124,97 126,89 129,85
2. Kota Cilegon 118,40 118,64 119,67 121,59 123,65 125,90
3. Kota Tangerang 118,28 118,51 119,39 120,96 123,94 125,72
Tingkat Inflasi (% y-o-y)
3,11 2,86 3,16 4,44 4,59 6,10
1. Kota Serang 6,16 4,57 4,21 4,80 3,69 6,18
2. Kota Cilegon 4,52 3,11 3,36 4,64 4,43 6,12
3. Kota Tangerang 2,29 2,49 2,92 4,34 4,79 6,08
Tingkat Inflasi Umum (% y-o-y)
3,11 2,86 3,16 4,44 4,59 6,10
1. Bahan Makanan 2,58 1,81 1,16 7,90 9,00 14,10
2. Makmin, Rokok, Tbk 10,11 8,35 5,73 5,54 4,57 3,76
3. Perumahan, LGA, BB 2,93 3,15 3,30 2,12 3,65 4,41
4. Sandang 7,90 7,17 5,21 7,24 6,85 8,37
5. Kesehatan 8,17 6,77 5,08 4,26 3,81 5,30
6. Pendidikan, rekreasi, Olahraga
3,53 6,15 5,87 5,32 5,05 3,64
7. Transp, Kom, jasa keu.
(4,59) (4,29) 1,30 1,20 -0,31 1,10
Keterangan: * angka sementara, ** angka sangat sementara *** Data Ekspor Tw IV 2010 merupakan data sementara (gabungan Oktober – November 2010)
Triwulan IV 2010
x
Kajian Ekonomi Regional Banten
TABEL INDIKATOR EKONOMI BANTEN II. PERBANKAN
INDIKATOR 2009 2010
Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV* Bank Umum* DPK (Rp Triliun) 37,66 42,75 36,89 42,79 40,08 49,251. Tabungan 14,52 16,06 12,51 13,58 14,17 16,422. Giro 7,51 8,74 7,35 9,95 7,83 9,353. Deposito 15,63 17,94 17,03 19,27 18,09 23,48Kredit berdasarkan lokasi proyek (Rp Triliun)
54,63 58,02 60,39 75,70 71,95 75,78
1. Modal Kerja 25,47 26,94 25,90 33,78 31,95 33,382. Investasi 10,81 11,41 12,88 18,43 15,32 17,313. Konsumsi 18,35 19,66 21,60 23,49 24,70 25,08Kredit berdasarkan lokasi proyek (Rp Triliun)
54,63 58,02 60,39 75,70 71,95 75,78
1. Pertanian 0,40 0,39 0,56 3,24 0,49 0,522. Pertambangan 0,17 0,18 0,22 0,24 0,23 0,203. Industri Pengolahan 18,07 18,42 16,47 25,40 18,28 19,674. Listrik, gas dan air 2,87 3,10 4,97 4,40 7,23 7,595. Konstruksi 2,66 2,82 2,89 2,84 2,66 2,516. Perdagangan 7,11 8,12 7,07 8,34 8,60 10,407. Pengangkutan 0,37 0,41 0,73 1,09 1,42 1,608. Jasa Dunia Usaha 3,93 4,09 3,45 3,93 4,38 4,589. Jasa Sosial Masyarakat 0,71 0,81 0,95 1,26 2,86 2,6910. Lain-lain 18,35 19,66 23,07 24,97 25,79 26,03Kredit MKM Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten (Rp Triliun)
29,66 31,18 33,79 36,64 39,47 40,16
1. Modal Kerja 9,39 9,75 9,97 10,91 11,00 11,092. Investasi 1,97 2,09 2,52 2,56 4,14 4,213. Konsumsi 18,30 19,33 21,29 23,17 24,33 24,86Kredit MKM Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten (Rp Triliun)
29,66 31,18 33,79 36,64 39,47 40,16
1. Pertanian 0,17 0,17 0,19 0,13 0,20 0,222. Pertambangan 0,07 0,07 0,10 0,08 0,14 0,113. Industri Pengolahan 3,39 3,42 3,67 4,12 4,03 4,244. Listrik, gas dan air 0,03 0,04 0,05 0,04 0,52 0,065. Konstruksi 0,63 0,65 0,65 0,75 0,71 0,766. Perdagangan 4,85 5,09 4,28 4,73 5,24 5,377. Pengangkutan 0,19 0,23 0,29 0,26 0,27 0,288. Jasa Dunia Usaha 1,67 1,74 1,64 1,47 1,54 1,639. Jasa Sosial Masyarakat 0,38 0,45 0,57 0,77 2,35 2,2410. Lain-lain 18,30 19,33 22,38 24,26 24,91 25,25
Keterangan : * posisi November 2010
Triwulan IV 2010
1
Kajian Ekonomi Regional Banten
BAB I PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
Kinerja perekonomian Banten pada Triwulan IV 2010 terus meningkat yang
diindikasikan dari meningkatnya kinerja komponen permintaan dan sektoral secara
simultan hingga mengalami akselerasi pada level 6,31% (yoy). Level pertumbuhan
ekonomi Banten pada Triwulan IV 2010 jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Triwulan III
2010 sebesar 6,06% (yoy) maupun dengan triwulan lainnya sepanjang tahun 2008 – 2010.
Dari sisi permintaan, seluruh komponen diperkirakan bertumbuh meningkat yang
mendukung peningkatan kinerja perekonomian Banten pada triwulan laporan.
Berdasarkan berbagai indikator tingkat konsumsi diperkirakan tetap bertumbuh tinggi, begitu
pula dengan tingkat investasi. Sementara itu, peningkatan kinerja sektoral khususnya sektor
industri pengolahan turut mendukung pertumbuhan ekspor Banten pada periode laporan.
Sementara itu dari sisi sektoral, hampir seluruh sektor di Banten mengalami
peningkatan kinerja, seiring dengan membaiknya perekonomian global dan nasional.
Berbagai sektor seperti sektor industri pengolahan; bangunan; sektor pengangkutan dan
komunikasi; sektor pertanian, pertambangan dan penggalian; serta listrik, gas dan air bersih
mengalami peningkatan kinerja. Sementara itu sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami sedikit perlambatan namun tetap
berada pada level yang cukup tinggi, dan hanya sektor jasa-jasa yang terlihat mengalami
perlambatan yang cukup signifikan.
1.1. SISI PERMINTAAN
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Banten pada periode laporan diperkirakan
ditopang oleh meningkatnya seluruh komponen. Tingkat konsumsi swasta diperkirakan
tumbuh kuat dengan tendensi meningkat, yang didorong oleh meningkatnya pendapatan
masyarakat baik di perkotaan maupun di pedesaan, yang didukung oleh pembiayaan
perbankan yang relatif tinggi. Tingginya tingkat konsumsi masyarakat tersebut juga
dicerminkan oleh berbagai indikator survei. Membaiknya kinerja sektoral khususnya sektor
industri pengolahan yang merupakan kontributor terbesar PDRB Banten kemudian mendorong
optimisme investor maupun calon investor untuk menanamkan modalnya di Banten. Sementara
Triwulan IV 2010
2
Kajian Ekonomi Regional Banten
itu menguatnya permintaan internasional mampu mendorong kinerja ekspor luar negeri Banten
yang lebih tinggi pada periode laporan.
Tabel I.1. Pertumbuhan PDRB Banten Sisi Permintaan (% yoy)
2009*Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
Konsumsi Swasta 6,26 5,58 5,80 5,87 5,89 6,30 5,97Konsumsi Pemerintah 15,35 14,62 8,52 6,09 4,91 6,71 6,53Investasi 4,10 3,52 7,80 7,93 7,96 8,05 7,94Ekspor 0,63 -11,57 5,80 6,63 12,51 15,41 10,46Impor 0,96 -13,15 10,44 5,03 7,83 15,14 9,86PDRB 4,82 4,69 5,48 5,87 6,06 6,31 5,94
2010*Uraian 2009 2010
Sumber: BPS Provinsi Banten, *) Perkiraan Bank Indonesia
1.1.1. Konsumsi
Tingkat konsumsi masyarakat pada periode laporan diperkirakan tetap kuat dengan
pertumbuhan yang meningkat pada perkiraan level 6,45% (yoy). Menguatnya daya beli
masyarakat oleh karena adanya tambahan pendapatan dari bonus dan tunjangan menjelang
akhir tahun yang diperkirakan menjadi faktor-faktor yang dapat meningkatkan laju konsumsi
masyarakat Banten pada periode laporan. Sementara itu di pedesaan, Indeks Nilai Tukar Petani
Banten yang terus meningkat juga mengindikasikan adanya penguatan daya beli dan konsumsi
masyarakat pedesaan.
0,0
20,0
40,0
60,0
80,0
100,0
120,0
140,0
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112
2008 2009 2010
Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
Grafik I.1. Indeks Keyakinan Konsumen
dan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
Wilayah Banten
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia
0,0
20,0
40,0
60,0
80,0
100,0
120,0
140,0
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112
2008 2009 2010
Indeks Kondisi Penghasilan Saat Ini
Indeks Kondisi Ketersediaan Lapangan Kerja Grafik I.2. Indeks Kondisi Penghasilan dan
Ketersediaan Lapangan Kerja Banten
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia
Tabel I.2. Perkembangan Nilai Tukar Petani per Sub Sektor Provinsi Banten
Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IVPangan 92,94 95,8 98,29 100,06 100,81 103,46Hortikultura 105,9 104,79 102,57 103,25 108,73 107,65Perkebunan Rakyat 106,27 104,53 102,41 104,15 102,16 99,22Peternakan 108,61 107,41 105,32 103,93 107,24 105,25Perikanan 98,64 96,78 96,21 96,21 98,38 96,42NTP 98,77 99,67 100,11 101,18 103,09 103,71
NTP per Sub Sektor2009 2010
Sumber: BPS Provinsi Banten
Triwulan IV 2010
3
Kajian Ekonomi Regional Banten
Membaiknya ekspektasi konsumen mengkonfirmasi perkiraan tetap kuatnya konsumsi
pada triwulan laporan. Ekspektasi konsumen terhadap kondisi perekonomian saat ini terlihat
semakin baik. Selain itu, keyakinan terhadap kondisi ketersediaan lapangan kerja dan
penghasilan yang cenderung stabil dan sedikit meningkat diperkirakan mendukung tetap
kuatnya konsumsi pada Triwulan IV 2010. Indeks beban angsuran pinjaman terhadap total
pendapatan saat ini dibandingkan dengan enam bulan yang lalu juga terlihat menurun yang
berarti kesempatan masyarakat untuk mempertahankan dan meningkatkan level konsumsinya
semakin besar.
80,00
82,00
84,00
86,00
88,00
90,00
92,00
94,00
96,00
98,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2010
Grafik I.3. Indeks Beban Angsuran Pinjaman terhadap Pendapatan Saat Ini
Wilayah Banten
Sumber: Survei Konsumen – Bank Indonesia
Peningkatan konsumsi diperkirakan didorong pula oleh kuatnya pembiayaan
perbankan dan menurunnya angka indeks beban angsuran pinjaman terhadap
pendapatan saat ini. Dukungan pembiayaan dari perbankan yang dicerminkan dari
pertumbuhan kredit konsumsi tetap kuat pada kisaran level 30% (yoy) (khususnya kredit KPR
dan KPA tipe <= 70 m2) dan memberikan dorongan terhadap peningkatan konsumsi pada
Triwulan IV 2010. Selain itu, peningkatan konsumsi juga diindikasikan dari impor barang
konsumsi pada periode laporan yang meningkat signifikan.
-200
0
200
400
600
800
1.000
-
5
10
15
20
25
1 2 34 5 6 78 91011121 23 4 56 7 8 91011121 2 3 45 6 78 91011
2008 2009 2010
Rib
u T
on %
y-o-y
Volume Impor Barang Konsumsi Growth (RHS)
Grafik I.4. Perkembangan Impor Barang
Konsumsi Banten
Sumber: Bank Indonesia
0
5
10
15
20
25
30
35
40
-
5
10
15
20
25
30
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2008 2009 2010
Rp
Tri
liu
n % y-o
-y
Kredit Konsumsi Growth (RHS)
Grafik I.5. Perkembangan Kredit Konsumsi
Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten
Sumber: Bank Indonesia
Triwulan IV 2010
4
Kajian Ekonomi Regional Banten
1.1.2. Investasi
Kinerja investasi Banten diperkirakan relatif stabil dengan kecenderungan meningkat
secara moderat pada periode laporan. Tingkat investasi Banten pada Triwulan IV 2010
diperkirakan stabil dengan kecenderungan adanya sedikit peningkatan melalui aliran dana-dana
kepada sektor industri utama di Banten. Salah satu produsen baja terbesar di Banten, PT.
Krakatau Steel telah melakukan penawaran saham perdana (IPO) pada pertengahan Triwulan IV
2010. Alokasi sekitar 35,8% dari penggunaan dana hasil IPO tersebut dipergunakan antara lain
untuk mendanai investasi barang modal rencana modernisasi dan ekspansi kapasitas produksi
pabrik baja lembaran canai panas. Sementara itu dana sebesar 24,2% digunakan untuk
peningkatan modal kerja dan sebesar 25% untuk membiayai pematangan lahan seluas 388
hektar dalam rangka penyertaan pada proyek pabrik baja terpadu PT Krakatau POSCO; dan
sisanya digunakan untuk peningkatan penyertaan modal pada anak perusahaan yaitu PT.
Krakatau Bandar Samudera dan PT. Krakatau Daya Listrik.
-200-1000100200300400500600700800
-
10
20
30
40
50
60
70
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011
2008 2009 2010
Rib
u T
on %
y-o
-y
Volume Impor Barang Modal Growth (RHS)
Grafik I.6. Perkembangan Volume Impor
Barang Modal Banten
Sumber: Bank Indonesia
-1.000
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
-
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011
2008 2009 2010
Rib
u T
on %
y-o-y
Volume Impor Alat Transportasi untuk Industri Growth (RHS)
Grafik I.7. Perkembangan Volume Impor
Alat Transportasi untuk Industri
Sumber: Bank Indonesia
Peningkatan investasi juga terindikasi dari tren perkembangan impor alat transportasi
untuk industri, impor barang modal maupun tingkat konsumsi semen. Tren impor
barang modal secara umum maupun alat transportasi untuk industri terindikasi meningkat
seiring dengan peningkatan kinerja sektor industri. Sementara itu, investasi swasta dalam
bentuk pembangunan properti komersial maupun residensial di Banten khususnya di Tangerang
juga berkembang pesat. Kondisi perekonomian yang membaik dan tingkat suku bunga
perbankan yang relatif stabil dan semakin rendah serta permintaan yang tetap tinggi dan
berimbas pada kenaikan laba bersih pada beberapa pengembang besar (developer) di Banten
mendukung keyakinan pelaku usaha dan investor untuk berekspansi atau meningkatkan
investasi pada sektor properti. Kinerja investasi Banten yang relatif stabil dengan
kecenderungan meningkat juga diindikasikan dari pertumbuhan penggunaan semen yang lebih
baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Triwulan IV 2010
5
Kajian Ekonomi Regional Banten
-40-30-20-10010203040
0
50
100
150
200
250
123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112
2007 2008 2009 2010
rib
u to
n % yo
y
Konsumsi Semen (ton) Growth (RHS)
Grafik I.8. Perkembangan Konsumsi Semen Banten
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia
1.1.3. Ekspor – Impor1
Tabel I.3. Perkembangan Ekspor dan Impor Banten Tahun 2010
Tw I Tw II Tw III Tw IV*Nilai (USD Ribu) 1.712.109 1.918.230 1.854.871 1.473.313
Volume (Ribu Ton) 890 886 925 822
Nilai (USD Ribu) 3.884.236 3.777.695 3.483.130 3.024.335
Volume (Ribu Ton) 2.499 2.582 2.638 2.361
Impor
Ekspor
Uraian2010
Sumber: Bank Indonesia (* Sampai dengan November 2010)
Kinerja ekspor diperkirakan terus meningkat sejalan dengan membaiknya
perekonomian dunia. Ekspor luar negeri Banten terindikasi meningkat, khususnya ke
negara/kawasan tujuan utama seperti USA dan ASEAN. Peningkatan nilai ekspor tersebut
didukung oleh tren peningkatan ekspor berbagai produk seperti kertas dan produk kertas,
mineral tidak mengandung logam, tekstil serta besi/baja. Harga baja di pasaran internasional
yang diperkirakan meningkat hingga Triwulan IV 2010 karena meningkatnya permintaan baja
dari China, kuatnya permintaan dari berbagai negara-negara Asia, serta mulai berkurangnya
stok baja dunia mendorong peningkatan ekspor baja dari Banten. Sementara itu, kinerja ekspor
utama Banten lainnya seperti tekstil, alas kaki, dan logam tidak mengandung besi meskipun
melambat namun masih bertumbuh pada level yang tinggi sehingga tetap dapat mendukung
peningkatan kinerja ekspor Banten secara umum pada periode laporan.
1 Data ekspor dan impor merupakan angka sementara (hingga November 2010)
Triwulan IV 2010
6
Kajian Ekonomi Regional Banten
-40-30-20-100102030405060
0100200300400500600700800
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011
2008 2009 2010
% y-o
-y
USD
Ju
ta
Nilai Ekspor Growth (RHS)
Grafik I.9. Perkembangan Nilai Ekspor
Banten
Sumber: Bank Indonesia
(40,00)(30,00)(20,00)(10,00)-10,00 20,00 30,00 40,00 50,00
050
100150200250300350400450
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011
2008 2009 2010
USD
Ju
ta % y-o
-y
Volume Ekspor Growth (RHS)
Grafik I.10. Perkembangan Volume Ekspor
Banten
Sumber: Bank Indonesia
Tabel I.4. Perkembangan Nilai Ekspor Beberapa Produk Utama Banten (Manufactured
Goods)
Jan-10 Feb-10 Mar-10 Apr-10 Mei-10 Jun-10 Jul-10 Agust-10 Sep-10 Okt-10 Nop-10
Nilai (Ribu USD) 33.068 37.740 40.557 43.433 39.578 41.539 42.051 41.646 30.821 41.924 37.675
Growth 29,42 37,88 38,35 40,89 26,80 39,41 29,34 37,73 22,96 31,28 27,16
Nilai (Ribu USD) 53.060 50.196 56.358 56.943 58.379 57.922 55.711 66.941 57.629 64.175 67.492
Growth 389,39 253,65 203,11 169,69 106,52 72,09 49,47 50,78 56,01 33,02 35,97
Nilai (Ribu USD) 34.768 38.914 40.082 45.218 43.980 42.392 38.104 41.225 41.429 50.323 47.972
Growth 22,52 46,37 48,48 55,38 35,84 20,35 28,21 32,24 55,39 27,14 41,98
Nilai (Ribu USD) 6.966 6.772 5.809 4.822 6.788 6.921 3.643 8.422 3.092 6.456 14.765
Growth (43,85) (23,25) (71,03) (34,46) 38,32 102,09 459,69 91,23 49,46 694,05 181,48
Nilai (Ribu USD) 9.933 11.353 11.302 12.443 12.454 14.166 14.381 13.980 10.480 14.172 13.367
Growth 39,57 79,30 82,73 59,19 52,53 59,42 45,93 23,99 15,42 15,13 43,03
Logam tidak Mengandung Besi
Kertas dan Produk Kertas
Besi/Baja
Mineral tidak Mengandung Logam
Uraian
Tekstil
Sumber: Bank Indonesia
Tabel I.5. Perkembangan Nilai Ekspor Beberapa Produk Utama Banten (Miscellanous
Manufactured Articles)
Jan-10 Feb-10 Mar-10 Apr-10 Mei-10 Jun-10 Jul-10 Agust-10 Sep-10 Okt-10 Nop-10
Nilai (USD ribu) 9.983 10.816 10.772 9.196 8.460 8.493 8.436 7.916 4.900 8.310 8.099
Growth -8,42 5,16 6,96 8,82 -6,42 2,09 9,00 -3,92 -20,39 18,75 5,06
Nilai (USD ribu) 56.767 54.775 59.410 59.999 61.528 70.079 77.338 69.500 47.718 62.534 62.966
Growth 4,68 -1,41 21,48 22,98 7,62 21,94 18,40 26,66 11,58 34,54 22,33
Nilai (USD ribu) 122.509 98.016 98.827 139.583 145.761 158.865 151.096 136.642 98.272 140.078 162.415
Growth 27,96 5,63 25,24 35,42 27,82 49,60 110,46 100,54 68,24 73,42 58,65
Uraian
Furnitur
Pakaian Jadi
Alas Kaki
Sumber: Bank Indonesia
Sejalan dengan peningkatan ekspor, impor Banten pun mengalami tren peningkatan
pada periode laporan. Berdasarkan Grafik 11 dan 12 secara umum pertumbuhan impor
Banten terindikasi meningkat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Meningkatnya
impor Banten terutama dipengaruhi oleh peningkatan tren impor barang konsumsi dan barang
modal, sementara impor bahan baku/penolong terindikasi masih relatif stabil.
Triwulan IV 2010
7
Kajian Ekonomi Regional Banten
-60-40-20020406080100120140160
0200400600800
1.0001.2001.4001.6001.8002.000
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011
2008 2009 2010
% yo
y
USD
Ju
ta
Nilai Impor Growth (RHS)
Grafik I.11. Perkembangan Nilai Impor
Banten
Sumber: Bank Indonesia
-100
-50
0
50
100
150
0
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600
12 34 5 67 8910111212 34 56 7 8910111212 34 56 7 891011
2008 2009 2010
Rib
u T
on %
yoy
Volume Impor Growth
Grafik I.12. Perkembangan Volume Impor
Banten
Sumber: Bank Indonesia
(200,00)
-
200,00
400,00
600,00
800,00
1.000,00
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2008 2009 2010
% y
oy
Bahan Baku/Penolong Barang Modal Barang Konsumsi
Grafik I.13. Pertumbuhan Volume Impor Barang Konsumsi, Barang Modal dan Bahan
Baku/Penolong Banten
Sumber: Bank Indonesia
1.1.4. Konsumsi Pemerintah
Realisasi belanja pemerintah pada Triwulan IV 2010 adalah sebesar Rp 1,29 triliun yang
relatif meningkat. Belanja Pemerintah Provinsi Banten hingga akhir Triwulan IV 2010
mencapai Rp 1,29 triliun atau sekitar 43,25% terhadap pagu perubahannya di tahun 2010.
Realisasi belanja pemerintah daerah Provinsi Banten tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 32,02%.
Tabel I.6. Persentase Realisasi APBD Banten per Triwulan
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV*APBD Banten 2.366,62 2.366,62 2.525,07 2.525,07 2.525,07 2.511,27 2.511,27 2.511,27 2.981,77 Realisasi per Triwulan 136,57 720,43 755,27 808,55 808,55 293,86 594,40 669,41 1.289,67 Persentase realisasi 5,77% 30,44% 29,91% 32,02% 32,02% 11,70% 23,67% 26,66% 43,25%
20102009Uraian 2009
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Banten (angka Tw VI 2010 merupakan
angka sementara)
Triwulan IV 2010
8
Kajian Ekonomi Regional Banten
1.2. SISI PENAWARAN
Peningkatan kinerja perekonomian terus berlanjut pada level yang tinggi sebesar
6,31% (yoy) seiring dengan meningkatnya performas sektoral secara umum di Banten.
Berbagai sektor utama seperti sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan
restoran, sektor bangunan, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan beberapa sektor lainnya
bertumbuh tinggi pada Triwulan IV 2010. Membaiknya perekonomian nasional yang
diindikasikan dari membaiknya tendensi bisnis di Indonesia berimbas positif terhadap berbagai
sektor di Banten. Tingginya laju perekonomian di Banten terlihat dari meningkatnya indeks
perkembangan realisasi kegiatan usaha di Banten, meningkatnya gairah dan ekspektasi pelaku
usaha terhadap kondisi bisnis, serta adanya ekspansi usaha khususnya di sektor industri
pengolahan.
Tabel I.7. Pertumbuhan Ekonomi Banten Berdasarkan Sektor Ekonomi
Tw III* Tw IV* Tw I* Tw II* Tw III* Tw IV**Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan
3,91 3,43 4,37 5,61 6,29 6,36 6,68 6,23 Meningkat Meningkat
Pertambangan dan Penggalian 11,37 5,78 13,95 6,26 8,93 8,56 9,74 8,39 Meningkat MelambatIndustri Pengolahan 2,32 2,64 2,21 2,84 3,38 3,35 4,02 3,41 Meningkat MeningkatListrik, Gas dan Air Bersih 4,56 5,52 4,16 12,67 11,07 12,39 12,82 12,24 Meningkat MeningkatBangunan 8,73 3,54 9,66 5,87 6,97 7,39 7,82 7,04 Meningkat Melambat
Perdagangan, Hotel dan Restoran 7,22 7,99 6,51 8,23 8,43 9,70 9,46 8,98 Melambat Meningkat
Pengangkutan dan Komunikasi 10,02 11,16 10,91 11,82 11,98 12,17 12,93 12,24 Meningkat MeningkatKeuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
12,20 9,60 13,61 7,90 7,48 5,83 5,77 6,72 Melambat Melambat
Jasa-jasa 5,42 5,08 7,59 6,22 6,70 5,11 1,03 4,65 Melambat MelambatPDRB 4,64 4,82 4,69 5,48 5,87 6,06 6,31 5,94 Meningkat Meningkat
Tendensi 2010 terhadap 2009
Sektor 201020092009 2010** Tendensi Tw IV
'10 thd Tw III '10
Sumber: BPS Provinsi Banten, Triwulan IV 2010 merupakan angka sangat sementara
85
90
95
100
105
110
115
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV*
2007 2008 2009 2010
Indeks Tendensi Bisnis
Grafik I.14. Perkembangan Indeks
Tendensi Bisnis Nasional
Sumber: BPS RI
-30,00
-20,00
-10,00
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
T.I T.II T.III T.IV T.I T.II T.III T.IV T.I T.II T.III
2008 2009 2010
Sald
o B
ersi
h
Realisasi Kegiatan Usaha
Grafik I.15. Perkembangan Realisasi
Kegiatan Usaha
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank
Indonesia
1.2.1. Sektor Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan
Sektor pertanian terindikasi meningkat secara moderat pada Triwulan IV 2010 pada
level 6,68% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 6,36% (yoy).
Triwulan IV 2010
9
Kajian Ekonomi Regional Banten
Musim panen padi yang kedua diperkirakan telah berakhir pada Triwulan III 2010 dan mulai
periode laporan memasuki musim tanam. Namun demikian, secara keseluruhan tahun 2010
diperkirakan tetap lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2010. Berdasarkan data ARAM III
2010, produksi padi di wilayah Banten pada tahun 2010 dapat mencapai 2,05 juta kg Gabah
Kering Giling, atau meningkat sekitar 10,77% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya.
Peningkatan luas panen padi sawah maupun padi ladang yang diperkirakan masing-masing
sebesar 9,49% (yoy) dan 14,97% (yoy) mendukung meningkatnya produksi padi secara
keseluruhan. Adanya cuaca ekstrim dengan tingginya curah hujan sepanjang tahun 2010
diperkirakan tidak memberikan hambatan yang berarti terhadap produktivitas padi sawah pada
Triwulan IV 2010 sehingga kinerja sektor pertanian tetap tinggi pada periode laporan.
Tabel I.8. ARAM III Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Banten
Tahun 2009 – 2010
Sumber: BPS Provinsi Banten
Grafik I.16. Distribusi Curah Hujan Desember 2010
Sumber: BMKG RI
Triwulan IV 2010
10
Kajian Ekonomi Regional Banten
Tabel I.9. Perkiraan Musim Hujan dan Sifat Hujan di Wilayah Banten
Semester II 2010
Irigasi (Ha) Non Irigasi (Ha)1. Pandeglang bagian barat Sep I – Sep III AN 1.652,54 29.475,782. Pandeglang bagian utara, Serang
bagian Selatan Sep II – Okt I N 1.196,28 15.942,153. Lebak bagian barat, Pandeglang
bagian timur Sep II – Okt I AN 2.039,35 22.758,854. Serang bagian utara, Tengerang
bagian utara, DKI Jakarta bagianutara, Bekasi bagian utara Nov I – Nov III AN 12.551,28 63.830,01
5. Serang bagian tenggara, Tangerangbagian selatan Sep III - Okt II N 5.018,01 30.993,61
No. DaerahAwal Musim Hujan Antara
Sifat HujanLuas Sawah
Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
Ket: (AN: di Atas Normal, N: Normal)
1.2.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalian bertumbuh meningkat sebesar 9,74% (yoy).
Pada Triwulan IV 2010 terlihat adanya tren peningkatan ekspor barang-barang galianseperti
ekspor mineral tidak mengandung logam. Sementara itu, walaupun terlihat adanya tren
perlambatan penyaluran kredit untuk sektor pertambangan di wilayah Banten dengan posisi
terakhir pada November 2010 sebesar Rp 200,07 miliar namun masih relatif tinggi pada level
10,60% (yoy) yang diperkirakan tetap mendorong laju perekonomian Banten.
(40)
(20)
-
20
40
60
80
100
-
2
4
6
8
10
12
14
16
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2009 2010
USD
Ju
ta
% yo
y
Ekspor Mineral Tidak Mengandung Logam Growth (RHS)
Grafik I.17. Perkembangan Nilai Ekspor
Logam Bukan Besi Banten
Sumber: Bank Indonesia
-100,00
-50,00
0,00
50,00
100,00
150,00
-
50
100
150
200
250
300
350
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2008 2009 2010
Rp
Mil
iar %
yoy
Kredit Sektor Pertambangan Growth (RHS)
Grafik I.18. Perkembangan Kredit Sektor
Pertambangan Berdasarkan Lokasi Proyek
di Banten
Sumber: Bank Indonesia
1.2.3. Sektor Industri Pengolahan
Peningkatan kinerja sektor industri pengolahan diperkirakan semakin meningkat pada
level 4,02% (yoy) yang dipengaruhi oleh meningkatnya kinerja perekonomian global
dan nasional yang mendorong peningkatan permintaan domestik maupun ekspor
barang-barang olahan industri. Kinerja berbagai perusahaan pada sektor industri
pengolahan di Banten terindikasi terus membaik seiring dengan membaiknya perekonomian
Triwulan IV 2010
11
Kajian Ekonomi Regional Banten
global yang berdasarkan perkiraan International Monetary Fund dapat bertumbuh sekitar 4,8%
(yoy) pada tahun 2010 jauh lebih baik dibandingkan dengan tahun 2008 maupun 2009.
Tabel I.10. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara-negara Maju di Dunia
2010 2011Dunia 2,8 -0,6 4,8 4,2Advanced Economies 0,2 -3,2 2,7 2,2USA 0,0 -2,6 2,6 2,3Eropa 0,5 -4,1 1,7 1,5Jepang -1,2 -5,2 2,8 1,5UK -0,1 -4,9 1,7 2,0Canada 0,5 -2,5 3,1 2,7Negara Maju Lainnya 1,7 -1,2 5,4 3,7Emerging & Developing Economies 6,0 2,5 7,1 6,4China 9,6 9,1 10,5 9,6India 6,4 5,7 9,7 8,4ASEAN 4,7 1,7 6,6 5,4
Proyeksi20092008Area
Sumber: World Economic Outlook Update October 2010, International Monetary Fund
-60,00
-50,00
-40,00
-30,00
-20,00
-10,00
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
T.I
T.II
T.III
T.IV T.
IT.
IIT.
IIIT.
IV T.I
T.II
T.III
T.IV
2008 2009 2010
Sald
o B
ersi
h
Sektor Industri Pengolahan
Realisasi Kegiatan Usaha
Grafik I.19. Realisasi Kegiatan Usaha Sektor Industri Pengolahan Banten
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha – Bank Indonesia
World Steel Association melalui Worldsteel Short Range Outlook memperkirakan
bahwa konsumsi baja dunia akan meningkat sekitar 13,1% (yoy) pada tahun 2010
menjadi sekitar 1.272 juta metrik ton, setelah menurun cukup tajam pada tahun 2009
dengan pertumbuhan -6,6% (yoy). Proyeksi tersebut didasarkan pada perbaikan ekonomi di
negara-negara maju seperti Uni Eropa, Amerika Utara dan Commonwealth of Independent
States (CIS) serta peningkatan laju perekonomian yang tinggi di negara-negara berkembang.
Kondisi tersebut kemudian mendorong peningkatan permintaan baja termasuk dari
Indonesia yang kemudian mendorong peningkatan kinerja industri baja di Banten.
Kinerja PT. Krakatau Steel salah satu produsen baja terbesar di Indonesia diproyeksikan terus
meningkat, sebagai salah satu dampak positif menguatnya permintaan baja domestik dan
internasional. Pada akhir tahun 2009, penjualan baja perusahaan tersebut menurun sekitar -
3,20% (yoy) dibandingkan dengan tahun 2008 akibat adanya krisis global yang kemudian
Triwulan IV 2010
12
Kajian Ekonomi Regional Banten
mengakibatkan penurunan permintaan baja. Dengan membaiknya perekonomian dunia
khususnya pada tahun 2010, permintaan bahan baku baja di sektor energi serta pertumbuhan
infrastruktur pun berangsur meningkat. Kondisi ini membawa kembali kondisi industri baja
dalam keadaan stabil yang terindikasi dari meningkatnya penjualan baja perusahaan tersebut
pada semester I 2010 sekitar 30,28% dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, pembangunan perusahaan patungan dengan POSCO yang merupakan salah
satu produsen baja besar dari Korea Selatan dan peluncuran saham perdana perusahaan
tersebut di bursa modal dapat meningkatkan kapasitas produksi dan diperkirakan dapat
mendorong kinerja industri baja Banten secara umum. Peningkatan kinerja subsektor industri
besi/baja tersebut juga terindikasi dari tren peningkatan ekspor besi/baja Banten.
Tabel I.11. Proyeksi Konsumsi/Permintaan Baja Negara-negara di Dunia
Sumber: World Steel Association, 2010
(200)(100)-100 200 300 400 500 600 700 800
-
5
10
15
20
25
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011
2009 2010
USD
Ju
ta
% yo
y
Ekspor Besi dan Baja Growth (RHS)
Grafik I.20. Perkembangan Nilai Ekspor
Besi/Baja Banten
Sumber: Bank Indonesia
-500
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
-10 20 30 40 50 60 70 80 90
100
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011
2008 2009 2010
Rib
u T
on
% yo
y
Volume Ekspor Besi/Baja Growth (RHS)
Grafik I.21. Perkembangan Volume Ekspor
Besi/Baja Banten
Sumber: Bank Indonesia
Triwulan IV 2010
13
Kajian Ekonomi Regional Banten
-100
-50
0
50
100
150
200
250
0
20
40
60
80
100
120
140
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2007 2008 2009 2010
Ind
eks
(200
7=10
0)
% yo
yAngka Indeks Produksi Baja Banten
Pertumbuhan Produksi Baja Banten (RHS)
Grafik I.22. Indikator Perkembangan Produksi Baja Banten
Sumber: Produsen Baja di Banten
Sementara itu, tren peningkatan harga kertas, dan permintaan kertas dunia yang
terjadi pada tahun 2010 mendorong kinerja industri kertas di Indonesia. Kondisi ini
terindikasi dari tren ekspor kertas dan produk kertas yang meningkat. PT. Indah Kiat Pulp and
Paper yang merupakan salah satu produsen besar kertas dan pulp di Banten terlihat mengalami
peningkatan kinerja yang sangat baik pada tahun 2010. Adanya peluang peningkatan
permintaan kertas domestik maupun internasional kemudian mendorong perusahaan tersebut
untuk meningkatkan kapasitas produksi pulp/bubur kertas sekitar 20% (yoy) dibandingkan
dengan tahun 2009. Pasokan bahan baku kayu yang mencukupi serta kondisi kapasitas mesin
yang memadai diharapkan dapat mendukung pencapaian target tersebut. Berdasarkan data
laporan keuangan perusahaan tersebut, terlihat tingkat penjualan pendapatan yang diterima
(EBT) PT. Indah Kiat pada kuartal III 2010 pun meningkat signifikan dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya.
(40)(30)(20)(10)-10 20 30 40 50 60
-
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011
2009 2010
USD
Ju
ta
% yo
y
Ekspor Kertas dan Turunannya Growth (RHS)
Grafik I.23. Perkembangan Nilai Ekspor
Kertas dan Produk Kertas Banten
Sumber: Bank Indonesia
-40-30-20-10010203040506070
-
10
20
30
40
50
60
70
80
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2008 2009 2010
Rib
u T
on
% yo
y
Volume Ekspor Kertas dan Produk Kertas Growth (RHS)
Grafik I.24. Perkembangan Volume Ekspor
Kertas dan Produk Kertas Banten
Sumber: Bank Indonesia
Triwulan IV 2010
14
Kajian Ekonomi Regional Banten
Tabel I.12. Income Statement PT. Indah Kiat Pulp and Paper, Tbk Triwulan III
Tahun 2007 – 2010
Uraian 2007 2008 2009 2010
Sales (Rp) 12.271.288.592.096 17.211.450.647.600 11.987.359.259.883 16.316.005.791.772 Gross Profit (Rp) 2.304.901.611.866 4.679.106.825.600 843.438.469.713 3.093.619.326.914 EBT (Rp) 312.172.457.750 2.371.156.498.400 (1.474.357.758.993) 592.070.311.856
Sumber: Bursa Efek Indonesia
(40)
(20)
-
20
40
60
80
100
120
140
-
20
40
60
80
100
120
140
160
180
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011
2008 2009 2010
% yo
y
USD
Ju
ta
Nilai Ekspor Alas Kaki Growth (RHS)
Grafik I.25. Perkembangan Nilai Ekspor
Alas Kaki Banten
Sumber: Bank Indonesia
(20,00)
(10,00)
-
10,00
20,00
30,00
40,00
-
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011
2008 2009 2010
%
USD
Ju
ta
Nilai Ekspor Pakaian Jadi Growth (RHS)
Grafik I.26. Perkembangan Nilai Ekspor
Pakaian Jadi Banten
Sumber: Bank Indonesia
(60,00)(40,00)(20,00)-20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00
-20 40 60 80
100 120 140 160 180 200
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2008 2009 2010
Juta
USD
Nilai Ekspor Produk Kimia Growth (% yoy)
Grafik I.27. Perkembangan Nilai Ekspor
Produk Kimia Banten
Sumber: Bank Indonesia
-60-40-20020406080100120
-
50
100
150
200
250
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011
2008 2009 2010
Rib
u T
on %
yoy
Volume Ekspor Produk Kimia Growth (RHS)
Grafik I.28. Perkembangan Volume Ekspor
Produk Kimia Banten
Sumber: Bank Indonesia
Kinerja subsektor industri utama lainnya seperti industri kimia, pakaian jadi dan alas
kaki juga diperkirakan tetap kuat dengan kecenderungan meningkat pada Triwulan IV
2010. Pada industri kimia, ekspornya terlihat meningkat signifikan menuju akhir Triwulan
IV2010 yang mengindikasikan adanya peningkatan performa industri tersebut terutama industri
kimia organik dan plastik (primary form). Sementara itu walaupun tren ekspor alas kaki dari
Banten sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, namun dengan level
Triwulan IV 2010
15
Kajian Ekonomi Regional Banten
pertumbuhan yang tinggi pada kisaran 60% - 70% pada periode laporan mengindikasikan
bahwa performa industri alas kaki masih tetap baik. Kinerja industri pakaian jadi pun
diperkirakan meningkat. Membaiknya perekonomian nasional mendorong peningkatan
permintaan termasuk komoditas pakaian jadi, khususnya saat menjelang pertandingan
persahabatan Indonesia dengan negara lain seperti Uruguay pada awal Oktober 2010
menyambut perayaan Natal 2010 dan Tahun Baru 2011. Pesanan pakaian jenis kaus, kemeja
dan jeans meningkat cukup pesat, dan diperkirakan keuntungan yang diperoleh dapat
meningkat lebih dari 50% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Peningkatan kinerja industri pengolahan tersebut mendorong peningkatan kebutuhan
pembiayaan termasuk dari perbankan. Penyaluran kredit oleh bank umum untuk sektor
industri pengolahan yang berlokasi di Banten terlihat meningkat mencapai level 8,89% (yoy)
atau sebesar Rp 19,67 triliun pada pertengahan Triwulan IV 2010. Tren kualitas kredit sektor
industri yang membaik menuju level di bawah batas aman 5% pada tahun 2010 diperkirakan
turut meningkatkan ekspektasi perbankan terhadap kondisi sektor industri pengolahan maupun
kemampuan pengembalian dari berbagai perusahaan di sektor tersebut, sehingga pada periode
selanjutnya mendorong kepercayaan perbankan untuk meningkatkan penyaluran kredit untuk
sektor industri.
-40-30-20-100102030405060
-
5
10
15
20
25
30
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2008 2009 2010
Rp
Tri
liu
n
% y-o
-y
Kredit Sektor Industri Growth (RHS)
Grafik I.29. Perkembangan Kredit untuk
Sektor Industri
Sumber: Bank Indonesia
-
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2010
%
Grafik I.30. Perkembangan Rasio NPL
Sektor Industri
Sumber: Bank Indonesia
1.2.4. Sektor Bangunan
Kinerja sektor bangunan pun meningkat pada level pertumbuhan 7,82% (yoy) yang
didukung oleh relatif stabil dan semakin rendahnya suku bunga perbankan serta
kemudahan-kemudahan skema pembelian yang diberikan para pengembang properti
dan perbankan kepada para calon pembeli. Pada sektor swasta, optimisme dari
pengembang-pengembang besar yang direalisasikan melalui pembangunan berbagai properti
komersial maupun residensial khususnya di wilayah Tangerang dan Serang diperkirakan akan
Triwulan IV 2010
16
Kajian Ekonomi Regional Banten
terus terjaga positif hingga triwulan mendatang. Sementara itu, tren penurunan suku bunga
kredit yang semakin membaik seiring dengan dipertahankannya BI Rate pada level 6,5% hingga
Desember 2010 kemudian mendorong tren penurunan suku bunga kredit untuk sektor
bangunan termasuk yang berasal dari bank umum di Banten. Hal ini kemudian semakin
memberikan kemudahan akses pembiayaan melalui kredit sehingga mendorong peningkatan
minat masyarakat untuk membeli properti khususnya tipe di bawah 70 m2.
-
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2009 2010
% y
oy
Kredit konsumsi kpr dan kpa <= type 70
Grafik I.31. Perkembangan Kredit
Konsumsi KPR dan KPA <= tipe 70
Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten
Sumber: Bank Indonesia
16,34
15,96
14,73
15,4215,3215,1415,06
14,9214,7214,5914,55
14,4
13
13,5
14
14,5
15
15,5
16
16,5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2010
%
Grafik I.32. Perkembangan Suku Bunga
Tertimbang Kredit untuk Sektor
Bangunan Berdasarkan Lokasi Bank di
Banten
Sumber: Bank Indonesia
Meningkatnya performa pengembang besar di Banten seperti PT. Alam Sutera,Tbk dan PT.
Bumi Serpong Damai, Tbk. diperkirakan juga menjadi indikator meningkatnya sektor bangunan.
Berdasarkan hasil tracking, tingkat penjualan perusahaan pengembang besar tersebut
meningkat cukup signifikan pada Triwulan III 2010 dan diperkirakan terus meningkat hingga
triwulan laporan. Percepatan pembangunan beberapa mal yang merupakan bagian dari mega
proyek diperkirakan dapat mendorong peningkatan kinerja perusahaan tersebut hingga akhir
tahun 2010.
Tabel I.13. Income Statement PT. Alam Sutera Realty, Tbk
Uraian Tw III 2008 Tw III 2009 Tw III 2010
Sales (Rp) 401.343.277.435 281.676.807.900 596.904.436.454 Sales Growth (% yoy) -29,82% 111,91%Gross Profit (Rp) 100.708.038.051 104.432.575.436 311.836.201.656 Gross Profit Growth (% yoy) 3,70% 198,60%EBT (Rp) 81.099.599.946 85.146.733.651 261.863.843.574 EBT Growth (% yoy) 4,99% 207,54%
Sumber: Bursa Efek Indonesia
Triwulan IV 2010
17
Kajian Ekonomi Regional Banten
Tabel I.14. Income Statement PT. Bumi Serpong Damai, Tbk
Uraian Tw III 2009 Tw III 2010
Sales (Rp) 871.366.697.000 905.708.960.000 Sales Growth (% yoy) - 3,94%Gross Profit (Rp) 432.089.355.000 500.565.590.000 Gross Profit Growth (% yoy) - 15,85%EBT (Rp) 246.390.896.000 291.471.005.000 EBT Growth (% yoy) - 18,30%
Sumber: Bursa Efek Indonesia
1.2.5. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran diperkirakan masih relatif kuat dengan
kecenderungan sedikit melambat pada level 9,46% (yoy). Tren pembelian barang tahan
lama berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia yang terlihat melambat pada triwulan
laporan mengindikasikan adanya perlambatan pada sub sektor perdagangan. Namun demikian,
adanya optimisme terhadap kondisi penghasilan saat ini yang ditunjukkan dari hasil Survei
Konsumen Banten dan relatif kuatnya kredit untuk sektor perdagangan diperkirakan dapat
mempertahankan pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran dari potensi
perlambatan yang lebih dalam.
0,0
20,0
40,0
60,0
80,0
100,0
120,0
140,0
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2008 2009 2010
Indeks Kondisi Penghasilan Saat Ini
Grafik I.33. Indeks Kondisi Penghasilan
Saat Ini Banten
Sumber: Survei Konsumen – Bank Indonesia
0,010,020,030,040,050,060,070,080,090,0
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112
2008 2009 2010
Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama
Grafik I.34. Indeks Ketepatan Waktu
Pembelian Barang Tahan Lama Banten
Sumber: Survei Konsumen – Bank Indonesia
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
-
2
4
6
8
10
12
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2008 2009 2010
Rp
Tri
liu
n%
yoy
Kredit Sektor Perdagangan Growth (RHS) Grafik I.35. Perkembangan Kredit untuk Sektor Perdagangan Berdasarkan Lokasi
Proyek di Banten
Sumber: Bank Indonesia
Triwulan IV 2010
18
Kajian Ekonomi Regional Banten
1.2.6. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi yang meningkat sebesar 12,93% (yoy)
pada triwulan laporan diperkirakan didorong oleh peningkatan pembiayaan yang
signifikan dari perbankan dan terus membaiknya sektor industri pengolahan. Pada
pertengahan Triwulan IV 2010 kredit yang diberikan untuk sektor pengangkutan tercatat
bertumbuh sangat tinggi sebesar 271,13% (yoy) dengan nominal Rp 1,39 triliun. Tingginya
pembiayaan perbankan untuk sektor tersebut diperkirakan mendorong peningkatan kinerja dari
sektor pengangkutan dan komunikasi. Diperkirakan kredit perbankan tersebut juga
dipergunakan untuk membiayai impor alat transportasi untuk kebutuhan non industri yang
bertumbuh tinggi hingga pertengahan Triwulan IV 2010.
-50050100150200250300350
0
2
4
6
8
10
12
14
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2009 2010
% y
oy %
yoy
Growth PDRB Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Growth Kredit Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Grafik I.36. Perkembangan Pertumbuhan
PDRB dan Pertumbuhan Kredit untuk
Sektor Pengangkutan Berdasarkan Lokasi
Proyek di Banten
Sumber: Bank Indonesia
(6,00)(4,00)(2,00)-2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2009 2010
Rib
u U
nit
% y-o
-y
Total Arus Kendaraan yang Menggunakan Tol Tangerang-Merak
Growth (RHS)
Grafik I.37. Perkembangan Arus Kendaraan
yang Menggunakan Tol Tangerang - Merak
Sumber: Pengelola Tol Tangerang – Merak
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2009 2010
Rib
u U
nit
Penumpang
Komersial
Grafik I.38. Volume Arus Kendaraan yang Menggunakan Tol Tangerang – Merak per
Sifat Kendaraan
Sumber: Pengelola Tol Tangerang – Merak
Triwulan IV 2010
19
Kajian Ekonomi Regional Banten
1.2.7. Sektor-sektor Lainnya
Sektor listrik, gas dan air diperkirakan bertumbuh tinggi dengan kecenderungan
meningkat pada level 12,82% (yoy) pada Triwulan IV 2010. Kinerja sektor listrik, gas dan
air pada periode laporan diperkirakan masih relatif tinggi pada Triwulan IV 2010 dengan
tingginya dorongan pembiayaan perbankan dengan level pertumbuhan yang sangat signifikan
di atas 100% (yoy).
0
50
100
150
200
250
300
-
1
2
3
4
5
6
7
8
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2008 2009 2010
Rp
Tri
liu
n
% y-o
-y
Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air Growth (RHS)
Grafik I.39. Perkembangan Kredit untuk
Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten
Sumber: Bank Indonesia
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
2009 2010
Un
it
Electricity, Gas, Steam and Hot Water
Grafik I.4. Perkembangan Impor Barang-
barang Kelistrikan, Gas dan Air Banten
Sumber: Bank Indonesia
Sementara itu, performa sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan terindikasi
mengalami sedikit perlambatan pada Triwulan IV 2010 pada level 5,77% (yoy).
Diperkirakan perlambatan yang terjadi pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
disebabkan oleh adanya perlambatan pada subsektor persewaan. Sementara itu, kinerja
perbankan yang menjadi proksi sektor keuangan yang relatif meningkat dapat menopang
kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa dunia usaha sehingga tidak melambat lebih jauh.
Sementara itu berdasarkan hasil liaison Bank Indonesia terhadap perusahaan-perusahaan besar
di subsektor persewaan dan jasa dunia usaha, kondisi usaha secara umum pada sektor tersebut
masih relatif stabil pada tahun 2010 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Sektor jasa-jasa diperkirakan melambat cukup dalam pada level 1,03% (yoy).
Pertumbuhan pada sektor jasa-jasa yang melambat diperkirakan disebabkan oleh melambatnya
perkembangan subsektor jasa pemerintahan umum pada periode laporan karena kegiatan jasa
pemerintahan banyak dilaksanakan terutama pada triwulan sebelumnya. Sementara itu adanya
perlambatan kredit untuk jasa sosial kemasyarakatan diperkirakan juga mendorong
perlambatan kinerja sektor jasa-jasa pada periode laporan.
Triwulan IV 2010
20
Kajian Ekonomi Regional Banten
0
50
100
150
200
250
300
350
400
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2008 2009 2010
Rp
Mil
iar %
yoy
Kredit Sektor Jasa Sosial Masyarakat Growth (RHS)
Grafik I.42. Perkembangan Kredit untuk Sektor Jasa Sosial Masyarakat Berdasarkan
Lokasi Proyek di Banten
Sumber: Bank Indonesia
Triwulan IV 2010
21
Kajian Ekonomi Regional Banten
Boks I. ANALISIS SWOT
KAJIAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA TERNAK DOMBA
DAN POLA PEMBIAYAANNYA
DI KELURAHAN JUHUT KECAMATAN KARANGTANJUNG KABUPATEN PANDEGLANG
Pada tahun 2010 KBI Serang melalui Kelompok Pemberdayaan Sektor Riil dan UMKM
melaksanakan kajian mengenai “ Kelayakan Pengembangan Usaha Ternak Domba dan
Pola Pembiayaannya di Kelurahan Juhut Kecamatan Karangtanjung Kabupaten
Pandeglang”. Selain diharapkan akan meningkatkan pendapatan peternak, pengembangan
peternakan sangat berpotensi menghasilkan pupuk organik yang dapat digunakan bagi
peningkatan produktifitas pertanian tanaman bahan makanan (Tabama) seperti padi dan
sayuran yang merupakan komoditi penyebab inflasi yang cukup signifikan. Sebagaimana
diketahui pemakaian pupuk kimia selama ini menyebabkan tingginya biaya produksi petani,
sehingga pemakaian pupuk organik dapat menekan biaya produksi disamping pasar tabama
dengan memakai pupuk oragnik sedang meningkat saat ini. Dengan demikian pengembangan
peternakan sejalan dengan pengembangan pertanian tanaman bahan makanan sehingga
kedepan diharapkan dapat dilaksanakan kajian lanjutan mengenai Sistem Agribisnis Terpadu
di lokasi yang sama.
SWOT merupakan singkatan dari strength (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunity
(peluang) dan threats (ancaman). Analisis SWOT dalam kajian ini dimaksudkan untuk
mengetahui gambaran secara deskriptif antara kemampuan internal (kekuatan dan
kelemahannya) dan situasi eksternalnya (peluang dan ancaman). Dari gambaran (kekuatan dan
kelemahan) dan (peluang dan ancaman), selanjutnya dapat dirumuskan strategi dan tindakan
atau langkah-langkah yang diperlukan untuk menyeimbangkan kekuatan dan kelemahan
dengan peluang dan ancaman dalam Program Pengembangan Kampung Ternak Domba
Terpadu Kabupaten Pandeglang. Sistematika analisis dilakukan mengikuti ruang lingkup kajian
kelayakan pengembangan usaha yang meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis
produksi, aspek manajemen dan organisasi, aspek keuangan, aspek sosial ekonomi dan
lingkungan. Gambaran Program Pengembangan Kampung Ternak Domba Terpadu berdasarkan
hasil analisis SWOT terhadap berbagai aspek sebagai berikut :
Triwulan IV 2010
22
Kajian Ekonomi Regional Banten
A. Aspek Pasar dan Pemasaran
No Aspek Kekuatan Kelemahan Peluang AncamanStrategi/Langkah yang
Diperlukan1 Aspek Pasar dan
PemasaranMata rantai distribusi dalam pemasaran domba di Kabupaten Pandeglang kurang efisien. Terutama jika melalui jalur distribusi 4 tingkat, harga yang diterima petani sekitar 72,30% s.d 74,53% dari harga yang dibayar konsumen.
Peluang pasar masih sangat terbuka. Baik pasar lokal (Kabupaten Pandeglang dan Provinsi Banten), DKI Jakarta, maupun Nasional.
Gapoktan kedepan perlu diberdayakan agar mampu mengembangkan fungsinya menjadi pelaku pasar. Dengan demikian, tataniaga ternak hidup akan terkait erat dengan kegiatan budidaya (on farm ), memperpendek rantai distribusi sehingga pemasaran domba menjadi efisien.
B. Aspek Teknis Produksi
No Aspek Kekuatan Kelemahan Peluang AncamanStrategi/Langkah yang
Diperlukan2 Aspek Teknis
ProduksiRencana perbaikan ruas jalan menuju: a. Kampung Mauk dan Kampung Cinyurup pengaspalan ( PNPM Mandiri Perdesaan , 2010) dan hotmix (DPU Kab. Pandeglang, 2011).
b. Kp. Ciodeng – Kp. Balangendong (DAU APBD Kab. Pandeglang, 2011)
c. Jalan Gang di Kp. Cinyurup sepanjang 1.950 m (ABT 2010 APBD Kabupaten, DPU).
(Sumber: Lurah Juhut,2010)
* Pemberian pakan belum efisien. Secara kuantitas berlebih, namun tidak memperhatikan komposisi sesuai kebutuhan berdasarkan status fisiologik ternak.
a. Penyuluhan tentang nutrisi dan tata laksana pemberian pakan.
b. Memperbanyak penyediaan tanaman leguminose pohon dan rumput gajah, melalui kegiatan: bantuan pengadaan bibit, pendampingan penanaman, monitoring pertumbuhan tanaman, dan monitoring pemberian pakan.
* Bibit domba cukup tersedia, baik domba lokal ataupun jenis unggul.
c. Bibit domba Sumber pengadaan bibit domba unggul seperti domba garut dari Jawa Barat. Sehingga bagi peternak kecil dengan kemampuan terbatas (61,36% responden) merasa menghadapi kendala untuk mendapatkan bibit domba unggul.
Ketergantungan bibit unggul dari luar daerah sekaligus merupakan peluang bagi Kampung Ternak Juhut untuk melakukan pengembangan peternakan domba berbasis usaha pembibitan ternak rakyat (Village Breeding Center/VBC)
Perlu dilakukan fasilitasi pengembangan usaha berbasis usaha pembibitan ternak rakyat, dengan pola pemuliaan inti terbuka (open nucleus breeding schem. ).
* Sumber pengadaan bibit domba lokal dari daerah Selatan Pandeglang (Kecamatan Panimbang, Sobang, Cibaliung), Kabupaten Serang dan Lebak.
b. Pakan ternak Tersedia sumber hijauan pakan ternak yang melimpah dengan perkiraan daya tampung domba sebanyak 24.610 ekor.
* Pemberian pakan masih didominasi rumput liar + herba (73,31%) dan dedaunan (18,65%). Pemberian leguminose masih sedikit ( leguminose pohon 2,52%, leguminosa sisa tanaman sayuran 2,99%). Pemberian rumput gajah juga masih sedikit (2,54%).
a. Lokasi Lokasi sesuai untuk pengembangan usaha ternak domba : 1) Mempunyai kecocokan lingkungan untuk dapat berproduksi; 2) Sosio kultur masyarakat yang mendukung; 3) Ketersediaan hijauan pakan ternak yang melimpah;(4) Cukup strategis dan dekat dengan pasar; 5) Aman.
Terdapat tiga ruas jalan yang kondisinya kurang bagus/rusak, yaitu jalan menuju Kampung Mauk, Kampung Cinyurup, dan Kampung Ciodeng – Balangendong.
Triwulan IV 2010
23
Kajian Ekonomi Regional Banten
No Aspek Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman Strategi/Langkah yang Diperlukan
2 Aspek Teknis Produksi
* Letak kandang terlalu dekat dengan rumah.* Kapasitas kandang terbatas.
Perlu masukan teknologi nutrisi, peningkatan manajemen pemeliharaan (perbaikan pemberian kualitas pakan pada induk masa laktasi dan perawatan anak-anak domba dengan lebih baik ), kesehatan hewan dan perkandangan.
Masih diperlukan diseminasi IPTEK, Pelatihan/ Sekolah Lapang, Studi Banding.
f. Tenaga Kerja Cukup tersedia tenaga terampil yang secara sosio kultur terbiasa memelihara domba.
Tingkat penguasaan IPTEK dan ketrampilan masih terbatas (jika dikaitkan dengan kebutuhan pengembangan usaha yang berorientasi agribisnis)
e. Perkandangan Peternak mampu membangun kandang secara swadaya
Penyuluhan tentang perkandangan yang baik
* 63% responden peternak tidak melakukan pemisahan antara anak periode pra sapih dengan anak periode pasca sapih. Dan 40% tidak melakukan pemisahan antara induk masa kering dengan induk bunting dan masa laktasi.
d. Reproduksi Litter size dan selang beranak sudah bagus (rataan litter size kelahiran pertama 1,58%, kelahiran kedua 1,91%, kelahiran ketiga 1,8%; rataan selang beranak pertama – beranak kedua, dan beranak kedua – beranak ketiga masing-masing 8 bulan.
Mortalitas anak sampai dengan pasca sapih relatif tinggi, terutama yang berasal dari kelahiran pertama rata-rata mencapai 13,5% .
C. Aspek Manajemen dan Kelembagaan
No Aspek Kekuatan Kelemahan Peluang AncamanStrategi/Langkah yang
Diperlukan3 Aspek Manajemen
dan Kelembagaan* Mengakar dimasyarakat, karena ditopang oleh ”modal sosial” yang cukup kuat yaitu penerapan nilai-nilai kebersamaan dan kejujuran serta prinsip transparansi dan musyawarah.
* Tingkat pendidikan SDM Pengurus Gapoktan rendah rata-rata hanya tamat SD, sehingga mereka memiliki keterbatas pengetahuan dan ketrampilan teknis, administratif atau pun manajerial.
Perlu dilakukan Penguatan Kelembagaan, melalui:
* Dipercaya masyarakat dan instansi pembina.
* Belum memiliki aturan tertulis.
a. Pendampingan administrasi kelembagaan dan administrasi keuangan.
* Keterbatasan kemampuan keuangan/ modal dan belum memiliki akses terhadap keuangan bank/non bank.
* Adanya dukungan kebijakan: SK Bupati Pandeglang tentang (1) Penetapan Lokasi Kampung Ternak Domba Terpadu ; (2) Pembentukan Tim Teknis Pengembangan Kampung Ternak Domba Terpadu.
* Pembinaan SDM pengurus Kelompok Tani/Gapoktan masih minim.
c. Pembinaan SDM Pengurus Kelompok Tani dan Gapoktan
* Bantuan penyediaan input produksi (terutama ternak bibit), bimbingan teknis, sekolah lapang dan penelitian.
* Belum dimilikinya Dokumen Rencana Pengembangan Kampung Ternak Domba Terpadu (Grand Design .
d. Penyusunan Dokumen Rencana Pengembangan Kampung Ternak Domba Terpadu (Grand Disain).
b. Pendampingan pengembangan Gapoktan menjadi Kelembagaan Formal, misal menjadi Koperasi Serba Usaha yang memungkinkan memiliki unit-unit usaha Simpan Pinjam, Produksi dan Pemasaran.
a. Kelembagaan Petani (Kelompok Tani dan Gapoktan)
b. Peran Lembaga Pembina
Triwulan IV 2010
24
Kajian Ekonomi Regional Banten
D. Aspek Keuangan
No Aspek Kekuatan Kelemahan Peluang AncamanStrategi/Langkah yang
Diperlukan* Pengembangan usaha pada skala 12 induk + 1 pejantan layak untuk dilaksanakan, karena: NPV positif (Rp.10.602.107,-), IRR 34,49% > tingkat suku bunga(13,5%), Net B/C 1,63 > 1, PbP 3,34 tahun masih dalam periode proyek ( < 4 tahun) .
* Skala usaha rata-rata per peternak masih kecil (4 ekor induk).
* Biaya produksinya relatif rendah (tidak perlu membeli hijauan pakan ternak) sehingga peternak memperoleh manfaat biaya.
* Kemampuan permodalan peternak terbatas/lemah.
* Peternak umumnya tidak memiliki agunan yang memenuhi syarat.
* Tidak mempunyai akses terhadap lembaga keuangan bank/non bank
4 Aspek Keuangan Terdapat beberapa skema kredit yang memungkinkan untuk dapat diakses, seperti: a) KUR Kupedes/ Mikro BRI; b) KKP-E; c) Kredit PKBL Bank BUMN; d) Kredit Mikro Utama Jabar Banten.
Fasilitasi akses kredit perbankan bagi petani/ peternak yang memiliki rencana pengembangan usaha dan dinilai layak (feasible).
E. Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan
No Aspek Kekuatan Kelemahan Peluang AncamanStrategi/Langkah yang
Diperlukan5 Aspek Sosial Ekonomi
dan Lingkungan
* Memberikan manfaat sosial ( meningkatkan kebersamaan dan kerjasama ).
Kontribusi usaha ternak domba terhadap pendapatan rumah tangga masih kecil (5,86%), karena:
Dengan skala usaha 4 ekor induk (jika telah lunas dan telah melakukan pen jualan hasil produksinya), kontribusi pendapatan yang berasal dari ternak domba akan meningkat menjadi 35,9%;
a. Sosialisasi potensi pendapatan usaha ternak domba pola pengembangbiakan dan pembesaran anak pada skala ekonomi.
* Kehadiran usaha ternak domba secara umum diterima masyarakat sekitar.
* Umumnya peternak belum melakukan penjualan hasil produksi ternaknya (masih dalam periode pengembalian anak domba untuk perguliran);
* Jika skala usaha ditingkatkan menjadi 12 ekor induk + 1 pejantan, usaha ternak domba potensial berperan sebagai sumber pendapatan utama.
b. Memfasilitasi peternak untuk dapat mengembangkan usahanya pada skala ekonomi.
* Memberikan manfaat ekonomi, terutama sebagai penghasil pupuk kandang dan sebagai tabungan.
* Skala usaha masih kecil rata-rata 4 ekor induk.
* Potensi dampak negatif terhadap lingkungan, khususnya di pemukiman padat Kampung Cinyurup RT 2, 3 dan 4.
Perlu fasilitasi pengadaan lahan/areal khusus untuk perkandangan kelompok bagi peternak RT.2, RT.3 dan RT.4 Kampung Cinyurup.
* Ada potensi ketidak setujuan warga non peternak khusus di RT 2, 3 dan 4 Kp. Cinyurup pada saat populasi domba semakin banyak.
Perlu diupayakan pendirian industri kompos yang dikelola gapoktan/koperasi dengan biaya swadayamasyarakat dan dibantu lembaga/dinas/instani terkait.
b. Dampak Lingkungan
Memberikan dampak positif terhadap lingkungan berupa pemanfaatan kotoran domba sebagai pupuk organik yang dapat memelihara kesuburan tanah.
* Apabila jumlah ternak meningkat pesat maka berpotensi didirikan industri kompos shg dapat mengurangi dampak negatif kotoran terhadap lingkungan sekitar kandang disamping terdapat tambahan pendapatan bagi peternak dari menjual kotoran ternak ke industri kompos. Kompos dapat dijual ke petani sayuran/buah2an/ padi atau pedagang tanaman hias (pasar terbuka karena pertumbuhan perumahan di kota tangerang, serang dan cilegon cukup tinggi).
a. Sosial Ekonomi
Triwulan IV 2010
25
Kajian Ekonomi Regional Banten
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Tekanan inflasi Banten pada Triwulan IV 2010 terutama bersumber dari meningkatnya
inflasi volatile foods. Inflasi tahunan Banten pada Triwulan IV 2010 mencapai besaran 6,10%
(yoy) atau lebih tinggi dibandingkan dengan Triwulan IV 2009 (2,86%) maupun dengan
Triwulan III 2010 (4,59%). Adanya gangguan/anomali cuaca menyebabkan terjadinya gagal
panen volatile food di berbagai daerah yang menjadi pemasok ke wilayah Banten terutama jenis
tanaman bumbu-bumbuan dan bahan pangan, sehingga mendorong kontribusi inflasi volatile
foods secara signifikan di wilayah ini. Tekanan dari komponen administered price juga
cenderung tinggi, sedangkan tekanan dari kelompok inti masih cenderung stabil.
Inflasi Kota Serang mengalami peningkatan yang relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan inflasi kota lainnya di Banten, yaitu Kota Tangerang dan Cilegon. Inflasi bulanan
Kota Serang pada Desember 2010 mencapai level 1,19% (mtm) atau sebesar 6,18% (yoy).
Angka tersebut merupakan tingkat inflasi kota tertinggi dibandingkan kedua kota lainnya di
Banten. Gejolak pasokan khususnya komoditas yang tergabung dalam kelompok volatile foods
dan sedikit peningkatan tarikan permintaan dari subkelompok barang pribadi dan sandang lain
khususnya emas mendorong peningkatan inflasi yang cukup signifikan pada akhir tahun 2010
di kota tersebut.
2.1. Perkembangan Inflasi Banten
Inflasi tahunan Banten pada akhir Triwulan IV 2010 berada pada level 6,10% (yoy)
atau tetap lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional yang mencapai angka
6,96% (yoy). Namun demikian, trennya cenderungmeningkat dibandingkan dengan Triwulan
IV 2009 sebesar 2,86% (yoy) maupun dengan Triwulan III 2010 sebesar 4,59% (yoy). Adanya
tekanan dari sisi supply yang ditimbulkan terutama dari gejolak pasokan dan harga komoditas
pangan meningkatkan tekanan terhadap inflasi IHK Banten yang sebelumnya masih berada
dalam koridor sasaran inflasi nasional sebesar 5%±%.
Triwulan IV 2010
26
Kajian Ekonomi Regional Banten
11,01
9,739,19
3,213,122,752,992,86
3,203,71
3,163,50
3,35
4,445,32
5,63
4,59 4,945,176,10
0
2
4
6
8
10
12
1 2 3 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
% y
oy
Inflasi Banten
Grafik II.1 Perkembangan Inflasi Banten
Sumber: BPS Provinsi Banten
-4,00
-2,00
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
16,00
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112
2008 2009 2010
% y
oy
Deviasi Nasional Banten
Grafik II.2 Perbandingan Inflasi Banten dan
Nasional
Sumber: BPS Provinsi Banten dan BPS RI
Akumulasi kenaikan laju inflasi Banten yang mengalami percepatan sejak Juni 2010
disebabkan karena adanya gangguan pasokan bumbu-bumbuan dan bahan pangan.
Hal tersebut terkonfirmasi dari hasil pertemuan koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah
Provinsi Banten, yang menyatakan adanya serangan hama penyakit daun kuning ditambah
dengan adanya faktor cuaca yang kurang menguntungkan (curah hujan yang lebih banyak dan
panjang) sehingga mengganggu stabilitas tingkat produksi dan pasokan komoditas tersebut.
-2,00
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
16,00
18,00
Jun-
08
Aug
-08
Oc t
-08
Dec
-08
Feb-
09
Apr
-09
Jun-
09
Au g
-09
Oc t
-09
Dec
-09
Feb-
10
Apr
-10
Jun-
10
Au g
-10
Oc t
-10
Dec
-10
% y
oy
Bahan Makanan Perumahan, LGA & BB
Grafik II.3. Perkembangan Inflasi tahun dasar (% ytd) Banten Kelompok Bahan
Makanan dan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Sumber: BPS Provinsi Banten
Sementara itu ekspektasi masyarakat terhadap harga juga cenderung meningkat di
dua triwulan terakhir pada tahun 2010. Hasil Survei Konsumen di wilayah Banten
menunjukkan adanya tren yang meningkat pada akhir tahun 2010 dan mengindikasikan bahwa
masyarakat Banten masih cenderung berhati-hati dalam mempersepsikan harga di masa
datang.
Triwulan IV 2010
27
Kajian Ekonomi Regional Banten
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
16,00
-
50,0
100,0
150,0
200,0
250,0
123456789101112123456789101112123456789101112
2008 2009 2010
% yo
y
Ekspektasi Harga 3 bulan yang akan datang
Inflasi Banten (RHS)
Grafik II.4. Indeks Ekspektasi Harga 3 Bulan yang Akan Datang dan Perkembangan
Inflasi Tahunan Banten
Sumber:Survei Konsumen Bank Indonesia dan BPS Provinsi Banten
2.1.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa
A. Inflasi Bulanan
Peningkatan inflasi bulanan pada Triwulan IV 2010 terjadi pada kelompok bahan
makanan terutama pada subkelompok bumbu-bumbuan di Kota Serang dan kenaikan
tarif listrik progresif (administred price) yang mulai diberlakukan pada akhir triwulan
III 2010. Kelompok bahan makanan mengalami kenaikan indeks harga yang sangat tinggi pada
Triwulan IV 2010 sebesar 1,74% (mtm) yang memberikan andil terbesar terhadap inflasi
sebesar 0,43%. Kenaikan terbesar terjadi pada subkelompok bumbu-bumbuan sebesar 5,08%
(mtm). Kenaikan indeks harga bumbu-bumbuan bulanan tertinggi terjadi terutama di Kota
Serang yang mencapai level yang tinggi sebesar 20,00% (mtm). Pertumbuhan indeks harga
yang cukup tinggi juga terjadi pada subkelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasil-hasilnya
sebesar 4,06% (mtm) dan bahkan di Kota Serang mencapai level 5,59% (mtm). Sementara itu,
andil inflasi pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada akhir tahun
mencapai 0,09% atau kedua terbesar setelah bahan makanan.
Tabel II.1. Inflasi Bulanan (% mtm) dan Andil Inflasi Bulanan (%) Banten per Kelompok
Barang dan Jasa Banten
Kelompok Oct-10 Nov-10 Dec-10 Andil (%)
Umum 0,53 0,44 0,63 0,63Bahan Makanan 0,44 1,18 1,74 0,43Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 0,15 0,29 0,10 0,02Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 0,62 0,31 0,35 0,09Sandang 1,61 0,24 0,80 0,04Kesehatan 0,81 0,35 0,81 0,04Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 2,80 -0,02 0,05 0,00Transportasi dan Komunikasi -0,44 0,06 0,06 0,01
Sumber: BPS Provinsi Banten
Triwulan IV 2010
28
Kajian Ekonomi Regional Banten
B. Inflasi Tahunan
Adanya gangguan pasokan menimbulkan dampak yang signifikan terhadap
perkembangan indeks harga bahan makanan. Pada akhir Triwulan IV 2010 kelompok
tersebut mengalami kenaikan indeks harga yang sangat tinggi pada level 14,10% (yoy) yang
merupakan level tertinggi sejak Triwulan II 2009. Kelompok tersebut memberikan sumbangan
yang besar yaitu sebesar 3,01% terhadap inflasi keseluruhan Banten Triwulan IV 2010.
Tabel II.2. Inflasi Tahunan (% yoy) Banten per Kelompok Barang dan Jasa
Kelompok Tw IV '09 Tw I '10 Tw II '10 Tw III '10 Tw IV '10
Umum 2,86 3,16 4,44 4,59 6,10Bahan Makanan 1,81 1,16 7,90 9,00 14,10Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 8,35 5,73 5,54 4,57 3,76Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 3,15 3,30 2,12 3,65 4,41Sandang 7,17 5,21 7,24 6,85 8,37Kesehatan 6,77 5,08 4,26 3,81 5,30Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 6,15 5,87 5,32 5,05 3,64Transportasi dan Komunikasi -4,29 1,30 1,20 -0,31 1,10
Sumber: BPS Provinsi Banten
Keenam kelompok lainnya pun mengalami kenaikan indeks harga walaupun tidak
setinggi kelompok bahan makanan. Inflasi kelompok sandang sebesar 8,37% (yoy) dengan
bobot terhadap inflasi Banten sekitar 0,54% terutama disumbang oleh subkelompok barang
pribadi dan sandang lain yang disebabkan oleh tren meningkatnya harga emas hingga akhir
tahun 2010. Sementara itu walaupun kenaikan indeks harga kelompok perumahan, listrik, gas,
air dan bahan bakar tidak setinggi kelompok bahan makanan atau kelompok sandang, namun
sumbangannya cukup besar terhadap inflasi Banten diperkirakan mencapai 1,04% yang
disebabkan terutama dari subkelompok bahan bakar, penerangan dan air dengan adanya
penyesuaian administered price yaitu kenaikan Tarif Dasar Listrik sejak akhir Triwulan III 2010
dan juga adanya kenaikan bahan bakar rumah tangga yang cukup besar yaitu minyak tanah.
6,10
14,10
3,76 4,41
8,37
5,30 3,64
1,10
6,10
3,01
0,68 1,04 0,54 0,24 0,28 0,20 -
2,00 4,00 6,00 8,00
10,00 12,00 14,00 16,00
Inflasi (% yoy) Andil Inflasi (%)
Grafik II.5. Perkembangan Inflasi Tahunan dan Andil Inflasi Banten Triwulan IV 2010
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
Triwulan IV 2010
29
Kajian Ekonomi Regional Banten
2.1.2. Inflasi Berdasarkan Kota
Inflasi Kota Serang meningkat sangat signifikan pada bulan Desember 2010,
mengingat kondisi sebelumnya pada awal Triwulan III 2010 hingga pertengahan
Triwulan IV 2010 cenderung lebih rendah dibandingkan dengan kedua kota lainnya
Tangerang dan Cilegon. Adanya tekanan dari sisi penawaran dan sedikit tarikan
permintaan menjadi penyebab utama peningkatan tersebut. Inflasi Kota Serang pada
akhir Triwulan IV 2010 mencapai level 6,18% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan kedua
kota lainnya. Pada akhir Desember 2010 terlihat adanya percepatan peningkatan inflasi di kota
tersebut, yang disebabkan oleh adanya tekanan dari sisi supply yaitu dari subkelompok padi-
padian, umbi-umbian dan hasilnya serta kelompok bumbu-bumbuan dan adanya peningkatan
tarikan permintaan khususnya dari subkelompok barang pribadi dan sandang lain yang
diperkirakan oleh adanya peningkatan tren harga emas. Selain itu, persentase bobot konsumsi
barang komoditas volatile food di Kota Serang relatif lebih tinggi dibandingkan kedua kota
lainnya di Banten. Kondisi relatif tingginya inflasi Kota Serang akan berpotensi terus berlanjut
apabila anomali cuaca terus terjadi dan tidak ada langkah antisipasi untuk menyeimbangkan
supply dengan demand komoditas volatile food tersebut.
Tabel II.3. Perkembangan Inflasi Tahunan (% yoy) per Kota
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV1 Cilegon 3,11 3,36 4,64 4,43 6,122 Serang 4,57 4,21 4,80 3,69 6,183 Tangerang 2,49 2,92 4,34 4,79 6,08
2,86 3,16 4,44 4,59 6,10
2009No. Kota
2010
Banten Sumber: BPS Provinsi Banten
Tabel II.4 Inflasi Tahunan (% yoy) dan Andil Inflasi (%) per Kota Triwulan IV 2010
Inflasi Andil Inflasi Inflasi Andil Inflasi Inflasi Andil Inflasi% y-o-y % % y-o-y % % y-o-y %
1 Umum 6,12 6,12 6,18 6,18 6,08 6,082 Bahan Makanan 11,85 3,01 16,46 3,87 14,03 3,083 Makmin, Rokok dan Tbk 4,42 1,00 4,52 0,97 3,51 0,584 Perum, Air, LGA dan BB 6,06 1,38 3,02 0,65 4,40 1,185 Sandang 1,37 0,07 6,20 0,47 9,96 0,506 Kesehatan 1,61 0,06 2,16 0,08 6,50 0,297 Pend, Rekreasi dan OR 2,88 0,17 1,15 0,08 4,25 0,318 Trans, Kom dan Jasa Keu 2,86 0,43 0,47 0,07 0,90 0,14
KelompokNo.Cilegon TangerangSerang
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
Triwulan IV 2010
30
Kajian Ekonomi Regional Banten
Tabel II.5 Perkembangan Inflasi per Kelompok Komponen Kota Serang
2009Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
Volatile Foods 0,45 0,33 2,15 1,57 3,76 Administered Price 1,31 1,96 0,74 0,73 0,67 Core 2,86 2,00 1,91 1,38 1,75 Inflasi IHK 4,57 4,21 4,80 3,69 6,18
2010Inflasi per Kelompok Komponen
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
Gejolak pasokan bahan makanan yang terjadi di Kota Serang dan Kota Cilegon
tercermin dari tren perkembangan inflasi volatile foods. Kenaikan indeks harga bahan
makanan di Serang dan Kota Cilegon disebabkan oleh perubahan indeks harga yang cukup
signifikan dari sub kelompok padi-padian, daging dan hasil-hasilnya, bumbu-bumbuan dan
sayur-sayuran. Tingkat pasokan yang menurun akibat cuaca buruk di daerah-daerah pemasok
kemudian mendorong adanya peningkatan harga di Kota Jakarta dan Tangerang dan kemudian
merambah hingga ke Serang dan Cilegon. Hal ini karena barang-barang yang dijual di Kota
Serang sebagian besar berasal dari Pasar Induk Kramat Jati di Jakarta dan Pasar Induk Tanah
Tinggi di Tangerang sehingga gejolak supply yang terjadi di pasar induk tersebut kemudian
menimbulkan dampak ikutan terhadap perubahan harga di Kota Serang. Selain itu, adanya
proses perbaikan jalan tol Tangerang – Merak di berbagai ruas yang masih berlangsung hingga
akhir Triwulan IV 2010 diperkirakan cukup menghambat distribusi bahan makanan ke Kota
Serang dan Cilegon sehingga menimbulkan dampak kenaikan biaya yang berakibat pada
kenaikan harga.
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
16,00
18,00
20,00
% y
oy
Volatile Foods
Adm. Price
Core
Grafik II.6. Perkembangan Inflasi per
Kelompok Komponen Kota Serang
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
8,00
9,00
Core
Adm. Price
Volatile Foods
%
Grafik II.7. Sumbangan Inflasi per
Kelompok Komponen Kota Serang
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
Triwulan IV 2010
31
Kajian Ekonomi Regional Banten
-2,00
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
% y
oy Volatile Foods
Adm. Price
Core
Grafik II.8. Perkembangan Inflasi per
Kelompok Komponen Kota Cilegon
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
‐1,00
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
Core
Adm. Price
Volatile Foods
%
Grafik II.9. Sumbangan Inflasi per
Kelompok Komponen Kota Cilegon
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
Sementara itu, tekanan inflasi pada kelompok volatile foods di Kota Tangerang juga
cukup tinggi pada Triwulan IV 2010 meskipun tidak setinggi yang terjadi di Kota
Serang. Akses yang lebih dekat dan lebih baik dengan sumber pasokan seperti dari pasar induk
di DKI Jakarta diperkirakan membantu pasokan dan tingkat harga di kota tersebut lebih stabil
dibandingkan dengan kota lainnya di Banten.
-10,00
-5,00
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
Jun-
09
Aug
-09
Oct
-09
Dec
-09
Feb-
10
Apr
-10
Jun-
10
Au g
-10
Oct
-10
Dec
-10
% y
oy
Volatile Foods
Adm. Price
Core
Grafik II.10. Perkembangan Inflasi per
Kelompok Komponen Kota Tangerang
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
‐2,00
‐1,00
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
Core
Adm. Price
Volatile Foods
%
Grafik II.11. Sumbangan Inflasi per
Kelompok Komponen Kota Tangerang
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi
Tekanan inflasi dari sisi fundamental terutama dari aspek tarikan permintaan
diperkirakan relatif stabil dengan kecenderungan meningkat pada Triwulan IV 2010.
Gairah peningkatan perekonomian menuju akhir tahun 2010 dan stimulus dari perayaan Natal
2010 dan Tahun Baru 2011 diperkirakan cukup meningkatkan inflasi dari sisi permintaan
walaupun diperkirakan tidak sebesar triwulan sebelumnya. Peningkatan tarikan permintaan
yang relatif besar terjadi di Kota Serang yang diperkirakan disebabkan oleh adanya peningkatan
indeks harga kelompok sandang yaitu pada komoditas emas.
Triwulan IV 2010
32
Kajian Ekonomi Regional Banten
-5,00
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
% y
oy Volatile Foods
Adm. Price
Core
Grafik II.12. Perkembangan Inflasi per
Kelompok Komponen Banten
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
‐2,00
‐1,00
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
Core
Adm. Price
Volatile Foods
%
Grafik II.13. Sumbangan Inflasi per
Kelompok Komponen Banten
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
Sementara itu, tekanan inflasi yang bersumber dari faktor eksternal diperkirakan
sedikit meningkat yang disebabkan oleh adanya kenaikan harga komoditas
internasional strategis yaitu emas. Tekanan eksternal diperkirakan cenderung meningkat
akibat adanya tren peningkatan harga emas dan minyak dunia. Namun demikian, relatif
stabilnya nilai tukar Rupiah pada kisaran level Rp 9.000,-, dan tren perkembangan rata-rata
harga barang impor yang relatif stabil menuju akhir Triwulan IV 2010 membantu menahan
gejolak inflasi yang bersumber dari faktor eksternal tersebut.
-
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
1234567891011121234567891011121234567891011121234567891011
2007 2008 2009 2010
USD
/Kg
Rata-rata Harga Barang Impor
Grafik II.14. Perkembangan Rata-rata
Harga Barang Impor
Sumber: Bank Indonesia
Grafik II.15. Perkembangan Harga Emas
internasional
Sumber: www.goldprice.org
Triwulan IV 2010
33
Kajian Ekonomi Regional Banten
0
20
40
60
80
100
120
140
160
Jan-
2008
Mar
-200
8
Mei
-200
8
Jul-2
008
Sep-
2008
Nop
-200
8
Jan-
2009
Mar
-200
9
Mei
-200
9
Jul-2
009
Sep-
2009
Nop
-200
9
Jan-
2010
Mar
-201
0
Mei
-201
0
Jul-2
010
Sep-
2010
Nop
-201
0
USD
/bar
rel
Grafik II.16. Perkembangan Harga Minyak Dunia
Sumber: US Energy Information Administration
Ekspektasi masyarakat terhadap harga pun masih cenderung stabil, walaupun
terindikasi akan mengalami peningkatan pada triwulan mendatang. Ekspektasi
masyarakat yang tercermin dari indeks ekspektasi konsumen terhadap harga-harga tiga bulan
mendatang yang terindikasi tidak berfluktuasi dan masih menunjukkan pergerakan level yang
relatif stabil.
-
50,0
100,0
150,0
200,0
250,0
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2008 2009 2010
Ekspektasi Harga 3 bulan yang akan datang
Grafik II.17. Indeks Ekspektasi terhadap Harga Tiga Bulan yang Akan Datang
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia
Sementara itu pada sisi non fundamental, tekanan inflasi pada akhir Triwulan IV 2010
diperkirakan disebabkan oleh tekanan dari sisi supply khususnya volatile foods.
Tekanan inflasi volatile foods terlihat meningkat signifikan menuju akhir Triwulan IV 2010 yang
diikuti oleh tekanan dari inflasi administered prices. Adanya gangguan cuaca yang kurang stabil
menyebabkan pasokan bahan makanan relatif terganggu dan meningkatkan tekanan inflasi.
Sementara itu, adanya penyesuaian administered prices berupa kenaikan Tarif Dasar Listrik pada
triwulan sebelumnya terindikasi masih berimbas pada triwulan laporan yang diperkuat lagi
dengan adanya kenaikan bahan bakar rumah tangga.
Triwulan IV 2010
34
Kajian Ekonomi Regional Banten
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Triwulan IV 2010
35
Kajian Ekonomi Regional Banten
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN
DAN SISTEM PEMBAYARAN
Kegiatan intermediasi perbankan di Banten semakin ekspansif dan tetap berkualitas.
Kondisi ini tercermin dari semakin membaiknya rasio Loan to Deposit Ratio bank umum di
Banten baik sistem konvensional maupun prinsip syariah dan rasio kredit non lancar yang
semakin rendah. Namun yang perlu mendapat perhatian adalah kinerja BPR yang sedikit
menurun terutama rasio kredit non lancar BPRS yang cenderung meningkat.
Sementara itu, semakin membaiknya kondisi makroekonomi dan dunia usaha di
Banten mampu mendorong peningkatan transaksi bisnis dengan kliring maupun RTGS.
Kondisi tersebut mencerminkan semakin membaiknya usaha skala kecil maupun besar di
Banten yang terlihat dari peningkatan transkasi keuangan dengan mitra bisnisnya.
3.1. PERKEMBANGAN INTERMEDIASI BANK UMUM
Tingginya ekspansi bank umum ternyata belum mampu meningkatkan rasio
penyaluran kredit (Loan to Deposit Ratio/LDR) bank umum. Pertumbuhan penghimpunan
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang lebih tinggi dibandingkan penyaluran kredit menyebabkan rasio
LDR mengalami penurunan dari sebesar 86,47% pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar
76,39% pada Triwulan IV 2010.
Tabel III.1. Perkembangan Beberapa Indikator Bank Umum di Provinsi Banten
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV*Nominal Rp Triliun 42,75 36,89 42,79 40,08 51,65Pertumbuhan % yoy 19,22 2,51 21,12 6,43 20,83Nominal Rp Triliun 58,02 30,20 32,65 34,66 39,45Pertumbuhan % yoy 0,76 18,79 21,00 31,02 39,64
Loan to Deposit Ratio Rasio % 66,09 81,86 76,30 86,47 76,39Nominal Rp Triliun 3,15 0,93 0,98 0,99 0,93NPL % 5,44 3,10 3,00 2,84 2,34Nominal Rp Triliun 58,02 60,39 75,70 71,95 75,78Pertumbuhan % yoy 0,76 6,05 36,47 31,69 34,72
2010
Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek di Provinsi Banten**
2009UnitUraian
Rasio Kredit Non Lancar Berdasarkan Lokasi Bank di Provinsi Banten
Kredit Berdasarkan Lokasi Bank di Provinsi Banten
DPK
Sumber: Bank Indonesia, (* data kredit bank pelapor Tw IV ’10 merupakan angka sementara posisi
Desember 2010, ** data kredit lokasi proyek Tw IV ’10 merupakan posisi November 2010)
3.1.1. Perkembangan Simpanan/Dana Pihak Ketiga Masyarakat
Varian produk yang ditawarkan dengan berbagai kemudahan dalam menarik
simpanan khususnya untuk simpanan deposito serta pemberian suku bunga yang
Triwulan IV 2010
36
Kajian Ekonomi Regional Banten
kompetitif bagi nasabah menyebabkan Dana Pihak Ketiga (DPK) mengalami
peningkatan yang cukup pesat pada triwulan laporan. Dana yang dapat diserap
masyarakat oleh bank umum di Banten pada Triwulan IV 2010 tercatat sebesar Rp 51,65 triliun,
dengan pertumbuhan sebesar 20,83% (yoy), meningkat cukup signifikan dibandingkan akhir
triwulan sebelumnya dengan pertumbuhan DPK sebesar 6,43% (yoy). Diperkirakan
dipertahankannya suku bunga acuan pada level 6,5% hingga akhir tahun 2010 dan berbagai
penawaran produk simapanan yang menarik bagi nasabah khususnya jenis deposito,
mendorong preferensi masyarakat untuk menempatkan dananya dalam bentuk portofolio
jangka panjang yang tercermin dari peningkatan pertumbuhan deposito yang sangat tinggi
dibandingkan dengan kedua komponen lainnya sebesar 32,13% (yoy) pada triwulan laporan.
Simpanan bentuk deposito tersebut umumnya memiliki fleksibilitas yang baik sehingga para
nasabah mendapatkan keuntungan optimal. Di samping itu, bagi para pelaku usaha deposito
dapat dijadikan jaminan pada Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN) untuk
membantu transaksi bisnisnya.
Komposisi simpanan/Dana Pihak Ketiga di Banten belum mengalami perubahan
struktural, dimana porsi simpanan jangka pendek tetap mendominasi porsi simpanan
masyarakat secara umum. Sekitar 54,09% dari total DPK di Banten berbentuk tabungan dan
giro yang berjangka waktu pendek. Di sisi lain, dari data kredit berdasarkan jangka waktu,
terindikasi bahwa meskipun porsi kredit jangka panjang (> 36 bulan) masih memegang porsi
terbesar atau sekitar 53,15% terhadap total kredit pada periode laporan, meskipun pada saat
ini mengalami penurunan pangsa dibandingkan dengan awal tahun 2010. Sebaliknya, kredit
jangka pendek relatif bertumbuh meningkat. Kondisi tersebut mampu memperbaiki manajemen
likuiditas perbankan di Banten. Gairah menabung pada masyarakat Banten lebih banyak
dilakukan pada Triwulan II dan IV, karena khususnya pada Triwulan III kebutuhan penggunaan
dana relatif tinggi, seperti untuk kebutuhan pendidikan dan rumah tangga. Di sisi lain, bagi
pelaku bisnis, simpanannya digunakan untuk memperkuat modal kerja khususnya pada
Triwulan I untuk mengantisipasi meningkatnya permintaan.
Triwulan IV 2010
37
Kajian Ekonomi Regional Banten
7,28 6,91 6,537,98 7,55
6,287,51
8,747,35
9,957,83
10,2511,78
12,65 13,08 13,23 13,62 13,48 14,5216,06
12,5113,58 14,17
17,69
10,8711,97 12,73
14,64 14,82 15,57 15,6317,94 17,03
19,2718,09
23,71
-
5
10
15
20
25
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV*
2008 2009 2010
Rp
Tri
liun
Giro Tabungan Deposito
Grafik III.1. Perkembangan DPK Banten
per Jenis Simpanan
Sumber: Bank Indonesia, (*merupakan angka
sementara posisi Desember 2010)
(20,00)
(10,00)
-
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV
Tw I Tw II Tw III Tw IV
Tw I Tw II Tw III Tw IV*
2008 2009 2010
% y
oy
Giro Tabungan Deposito
Grafik III.2. Pertumbuhan Tahunan DPK
Banten per Jenis Simpanan
Sumber: Bank Indonesia, (*merupakan angka
sementara posisi Desember 2010)
Tabel III.2. Perkembangan Kredit Menurut Jangka Waktu Berdasarkan Lokasi Bank
di Banten
Tw I Tw II Tw III Tw IV*00 -12 Jangka Pendek (Rp Juta) 8.265.566 9.218.605 10.187.377 14.311.658 102,45 36,2712 - 36 Jangka Menengah (Rp Juta) 3.525.788 4.140.851 5.168.966 4.174.154 -55,51 10,58> 36 Jangka Panjang (Rp Juta) 18.408.775 19.292.461 19.302.063 20.967.570 77,67 53,15TOTAL (Rp Juta) 30.200.128 32.651.917 34.658.407 39.453.382 39,64 100,00
2010Jangka Waktu (bulan)
Pangsa (%)
Growth (% yoy)
Sumber: Bank Indonesia, (*merupakan angka sementara posisi Desember 2010)
3.1.2. Perkembangan Penyaluran Kredit Berdasarkan Lokasi Bank di Banten
Peningkatan ekspansi kredit bank umum yang berlokasi di Banten didorong oleh
meningkatnya aktivitas bisnis. Nominal kredit yang disalurkan bank umum berdasarkan
lokasi bank di Banten pada Triwulan IV 2010 tercatat sebesar Rp 39,45 triliun yang bertumbuh
sebesar 39,64% (yoy) yang merupakan level pertumbuhan tertinggi sejak awal tahun 2010.
Peningkatan kredit tertinggi terjadi pada jenis penggunaan modal kerja dengan pertumbuhan
yang mencapai 62,13% (yoy). Sektor industri pengolahan dan perdagangan merupakan dua
sektor yang menjadi target penyaluran modal kerja terbesar dari bank umum yang berlokasi di
Banten. Pada industri pengolahan, industri logam dasar besi baja dan industri makanan
merupakan jenis industri yang menggunakan kredit modal kerja relatif besar dibandingkan
dengan jenis industri lainnya. Sementara itu, pada sektor perdagangan, perdagangan eceran
dan perdagangan mobil turut menjadi sektor usaha yang menjadi pengguna kredit modal kerja
dengan nilai relatif besar dibandingkan dengan jenis perdagangan lainnya. Di sisi lain, kredit
lainnya seperti kredit investasi juga bertumbuh tinggi pada periode laporan sebesar 28,13%
(yoy) terutama kredit investasi untuk jenis usaha perdagangan impor dan eceran.
Triwulan IV 2010
38
Kajian Ekonomi Regional Banten
Di sisi lain, tingkat konsumsi yang tinggi di Banten tercermin pula dari pangsa kredit
konsumsi yang terbesar dibandingkan dengan jenis kredit produktif. Tingginya
kebutuhan konsumsi masyarakat terutama di wilayah Tangerang kemudian memicu
peningkatan kebutuhan pembiayaan berupa kredit konsumsi dari perbankan.
Tabel III.3. Perkembangan Kredit Menurut Jenis Penggunaan Berdasarkan Lokasi Bank
di Banten
Tw I Tw II Tw III Tw IV*Modal Kerja (Rp juta) 8.063.103 11.209.447 12.172.116 13.238.768 62,13 33,56Investasi (Rp juta) 2.395.648 2.357.564 2.407.238 2.787.390 28,13 7,07Konsumsi (Rp juta) 19.741.378 19.084.907 20.079.052 23.427.225 30,79 59,38BANTEN (Rp juta) 30.200.128 32.651.917 34.658.407 39.453.382 39,64 100,00
Growth Tw IV '10 (% yoy)
Pangsa Tw IV '10 (%)
Jenis Penggunaan2010
Sumber: Bank Indonesia, (*merupakan angka sementara posisi Desember 2010)
051015202530354045
05
1015202530354045
Tw I Tw II Tw III
Tw IV
Tw I Tw II Tw III
Tw IV
Tw I Tw II Tw III
Tw IV*
2008 2009 2010
Rp
Tri
liu
n
% yoy
Total Kredit Growth (RHS)
Grafik III.3. Perkembangan Kredit
Berdasarkan Lokasi Bank di Banten
Sumber: Bank Indonesia, (* merupakan angka
sementara posisi Desember 2010)
-20-1001020304050607080
0
2
4
6
8
10
12
14
Tw I Tw II Tw III
Tw IV
Tw I Tw II Tw III
Tw IV
Tw I Tw II Tw III
Tw IV*
2008 2009 2010
Rp
Tri
liu
n
% yoy
Kredit Modal Kerja Growth (RHS)
Grafik III.4. Perkembangan Kredit Modal
Kerja Berdasarkan Lokasi Bank di Banten
Sumber: Bank Indonesia, (* merupakan angka
sementara posisi Desember 2010)
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
0
1
1
2
2
3
3
Tw I Tw II Tw III
Tw IV
Tw I Tw II Tw III
Tw IV
Tw I Tw II Tw III
Tw IV*
2008 2009 2010
Rp
Tri
liu
n
% yoy
Kredit Investasi Growth (RHS)
Grafik III.5. Perkembangan Kredit Investasi
Berdasarkan Lokasi Bank di Banten
Sumber: Bank Indonesia, (* merupakan angka
sementara posisi Desember 2010)
0510152025303540
0
5
10
15
20
25
Tw I Tw II Tw III
Tw IV
Tw I Tw II Tw III
Tw IV
Tw I Tw II Tw III
Tw IV*
2008 2009 2010
Rp
Tri
liu
n
% yoy
Kredit Konsumsi Growth (RHS)
Grafik III.6. Perkembangan Kredit
Konsumsi Berdasarkan Lokasi Bank di
Banten
Sumber: Bank Indonesia, (* merupakan angka
sementara posisi Desember 2010)
Triwulan IV 2010
39
Kajian Ekonomi Regional Banten
Tabel III.4. Perkembangan Kredit Menurut Sektor Ekonomi Berdasarkan Lokasi Bank di
Banten
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV*
Pertanian 117.474 127.287 39.574 136.539 97.994 0,25 -16,58Pertambangan 43.132 62.571 66.013 85.813 91.312 0,23 111,70Industri pengolahan 2.594.171 2.909.452 3.253.560 3.670.735 4.173.234 10,58 60,87Listrik,Gas dan Air 13.043 14.857 17.508 26.528 26.984 0,07 106,89Konstruksi 970.735 1.071.142 1.224.918 1.255.862 1.350.866 3,42 39,16Perdagangan 4.109.564 3.137.802 3.235.204 3.656.895 4.044.223 10,25 -1,59Pengangkutan 123.273 159.377 161.974 157.798 169.556 0,43 37,54Jasa Dunia Usaha 2.136.552 1.358.320 3.550.887 4.293.983 4.532.262 11,49 112,13Jasa Sosial Masyarakat 219.225 719.126 970.521 981.593 1.108.803 2,81 405,78Lain-lain 17.926.279 20.640.195 20.131.758 20.392.661 23.858.149 60,47 33,09BANTEN 28.253.448 30.200.128 32.651.917 34.658.407 39.453.382 100,00 39,64
SektoralPangsa Tw IV '10 (%)
Growth Tw IV '10 (%
yoy)
2009 2010
Sumber: Bank Indonesia, (* merupakan angka sementara posisi Desember 2010)
Perkembangan kredit untuk sektor jasa dunia usaha terlihat meningkat menuju
periode laporan. Kredit untuk sektor jasa dunia usaha bertumbuh signifikan hingga mencapai
level 112,13% (yoy) pada periode laporan. Tren pertumbuhan yang meningkat tersebut
kemudian mendorong peningkatan porsi kredit untuk sektor jasa dunia usaha menjadi sebesar
11,49% pada Triwulan IV 2010 dan menjadi salah satu sektor yang menyerap kredit terbesar
selain sektor industri pengolahan (sebesar 10,58% terhadap total kredit Triwulan IV 2010) dan
sektor perdagangan, hotel dan restoran (sebesar 10,25%). Sementara itu, meskipun memiliki
pangsa kredit yang relatif kecil, pertumbuhan kredit ke sektor jasa sosial masyarakat semakin
diminati bank umum di Banten yang tercermin dari angka pertumbuhan kredit tersebut hingga
mencapai level 405,78% (yoy). Sebaliknya, kredit untuk pertanian mengalami penurunan akibat
gangguan cuaca yang berkepanjangan, di sisi lain menurunnya kredit untuk sektor
perdagangan diperkirakan juga menjadi faktor yang menyebabkan melambatnya kinerja sektor
tersebut pada periode laporan.
Triwulan IV 2010
40
Kajian Ekonomi Regional Banten
-80-60-40-20020406080100120140
0500
1.0001.5002.0002.5003.0003.5004.0004.5005.000
Tw I Tw II Tw III
Tw IV
Tw I Tw II Tw III
Tw IV
Tw I Tw II Tw III
Tw IV*
2008 2009 2010
Rp M
iliar %
yoy
Jasa Dunia Usaha Growth (RHS)
Grafik III.7. Perkembangan Kredit untuk
Sektor Jasa Dunia Usaha Berdasarkan
Lokasi Bank di Banten
Sumber: Bank Indonesia, (* merupakan angka
sementara posisi Desember 2010)
Pertanian0,25%
Pertambangan0,23%
Industri pengolahan
10,58%
Listrik,Gas dan Air0,07%
Konstruksi3,42%
Perdagangan10,25%
Pengangkutan0,43%
Jasa Dunia Usaha
11,49%Jasa Sosial Masyarakat
2,81%
Lain-lain60,47%
Grafik III.8. Pangsa Kredit Menurut Sektor
Ekonomi Berdasarkan Lokasi Bank di
Banten Triwulan IV 2010
Sumber: Bank Indonesia, (* merupakan angka
sementara posisi Desember 2010)
Tabel III.5. Perkembangan Kredit Menurut Kota/Kabupaten Berdasarkan Lokasi Bank di
Banten
Tw I Tw II Tw III Tw IV*
Kab. Lebak 329.475 351.102 365.327 381.334 0,97 Kab. Pandeglang 757.952 800.183 834.568 849.356 2,15 Kab. Serang 981.668 1.210.821 1.287.636 1.396.739 3,54 Kab. Tangerang 4.343.917 4.702.175 4.985.267 5.986.026 15,17 Kota Cilegon 2.751.698 3.032.985 3.081.618 3.233.509 8,20 Kota Tangerang 18.227.393 19.689.653 20.754.810 24.017.687 60,88 Kota Serang 2.808.026 2.864.997 3.349.181 3.588.730 9,10 Banten 30.200.128 32.651.917 34.658.407 39.453.382 100,00
Kota/Kabupaten2010
Pangsa Tw IV '10 (%)
Sumber: Bank Indonesia, (* merupakan angka sementara posisi Desember 2010)
Kota Tangerang masih tetap menjadi penyalur terbesar kredit di Banten sepanjang
tahun 2010 seiring meningkatnya jumlah residensial dan pembangunan properti di
wilayah tersebut. Kredit yang disalurkan oleh bank-bank umum yang berlokasi di Kota
Tangerang mencapai sekitar 60,88% dari total kredit atau sekitar Rp 24,02 triliun pada
Triwulan IV 2010 atau dengan rata-rata sekitar 60,37% selama tahun 2010. Penyaluran kredit
oleh bank-bank umum di Kabupaten Tangerang juga meningkat sepanjang tahun 2010 yang
terindikasi dari pangsanya yang menunjukkan tren meningkat.
Triwulan IV 2010
41
Kajian Ekonomi Regional Banten
14,38 14,40 14,38
15,17
13,50
14,00
14,50
15,00
15,50
Tw I Tw II Tw III Tw IV*
2010
%
Grafik III.9. Perkembangan Pangsa Kredit yang Disalurkan oleh Bank Umum
Berdasarkan Lokasi Bank di Kabupaten Tangerang terhadap Provinsi Banten
Sumber: Bank Indonesia, (* merupakan angka sementara posisi Desember 2010)
Kualitas kredit yang disalurkan oleh bank-bank umum yang berlokasi di Banten juga
terindikasi membaik dengan menurunnya rasio kredit non lancar/Non Performing Loan
(NPL). Rasio NPL kredit yang disalurkan oleh bank umum di Banten pada triwulan IV 2010
terlihat masih berada dalam koridor/batas aman dengan tren yang menurun sebesar 2,34%
pada Triwulan IV 2010.
2,993,20
3,71
3,08 3,10 3,00 2,84
2,34
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV*
2009 2010
%
NPL
Grafik III.10. Perkembangan Rasio NPL Kredit yang Disalurkan Bank Umum yang
Berlokasi Banten
Sumber: Bank Indonesia, (* merupakan angka sementara posisi Desember 2010)
3.1.3. Perkembangan Penyaluran Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten
Kepercayaan perbankan atau investor di luar Banten terhadap perekonomian Banten
tetap tinggi yang tercermin dari peningkatan kredit berdasarkan lokasi proyek di
Banten yang bertumbuh tinggi sebesar 34,72% (yoy) pada Triwulan IV 2010.
Pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada kredit investasi sebesar 59,83% (yoy) dengan nominal
sebesar Rp 17,31 triliun. Meningkatnya penyaluran kredit investasi hingga akhir tahun 2010
diperkirakan mendukung pertumbuhan investasi Banten pada periode laporan terutama pada
sektor-sektor utama seperti sektor industri pengolahan dan pengangkutan.
Triwulan IV 2010
42
Kajian Ekonomi Regional Banten
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Tw I Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I Tw II
Tw III
Tw IV*
2008 2009 2010
Rp
Tri
liu
n % yo
y
Total Kredit Growth (RHS)
Grafik III.11. Perkembangan Kredit
Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten
Sumber: Bank Indonesia, (*posisi November 2010)
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
02468
101214161820
Tw I Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I Tw II
Tw III
Tw IV*
2008 2009 2010
Rp
Tri
liu
n % yo
y
Nominal Kredit Investasi Growth (RHS)
Grafik III.12. Perkembangan Kredit
Investasi Berdasarkan Lokasi Proyek di
Banten
Sumber: Bank Indonesia, (*posisi November 2010)
Kredit produktif lainnya yaitu kredit untuk modal kerja turut mencatat tren
peningkatan juga meskipun tidak sebesar pertumbuhan kredit investasi. Penyaluran
kredit modal kerja berdasarkan lokasi proyek sempat melambat pada tahun 2009 karena
pengusaha lebih bersikap wait-and-see. Namun sejak awal tahun 2010 dan seiring terus
meningkatnya kinerja perekonomian, penyaluran kredit modal kerja untuk proyek yang
berlokasi di Banten meningkat mencapai Rp 33,38 triliun dengan level pertumbuhan 28,62%
(yoy) dan pangsa sebesar 44,05% terhadap total kredit. Kebutuhan usaha dan peningkatan
modal kerja untuk mengantisipasi kenaikan permintaan terlihat khususnya pada sektor industri.
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
0
5
10
15
20
25
30
Tw I Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I Tw II
Tw III
Tw IV*
2008 2009 2010
Rp
Tri
liu
n % yo
y
Nominal Kredit Konsumsi Growth (RHS)
Grafik III.13. Perkembangan Kredit
Konsumsi Berdasarkan Lokasi Proyek di
Banten
Sumber: Bank Indonesia, (*posisi November 2010)
-20,00-15,00-10,00-5,000,005,0010,0015,0020,0025,0030,0035,00
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Tw I Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I Tw II
Tw III
Tw IV*
2008 2009 2010
Rp
Tri
liu
n % yo
y
Nominal Kredit Modal Kerja Growth (RHS)
Grafik III.14. Perkembangan Kredit Modal
Kerja Berdasarkan Lokasi Proyek di
Banten
Sumber: Bank Indonesia, (*posisi November 2010)
Triwulan IV 2010
43
Kajian Ekonomi Regional Banten
Tabel III.6. Perkembangan Kredit Menurut Jenis Penggunaan Berdasarkan Lokasi
Proyek di Banten
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV*Modal Kerja 26.942.326 25.904.926 33.782.695 31.955.519 33.383.973 28,62 44,05 Investasi 11.413.636 12.879.864 18.432.950 15.323.609 17.313.587 59,83 22,85 Konsumsi 19.661.544 21.601.424 23.488.890 24.669.634 25.084.574 28,87 33,10 BANTEN 58.017.506 60.386.214 75.704.535 71.948.762 75.782.134 34,72 100,00
Pangsa Tw IV '10 (%)
Jenis Penggunaan2009 2010 Growth Tw IV
'10 (% yoy)
Sumber: Bank Indonesia, (*posisi November 2010)
Peningkatan kredit pada sektor kuat di Banten seperti sektor industri pengolahan dan
pengangkutan kemudian mendorong kinerja sektor tersebut pada periode laporan.
Kredit untuk sektor industri pengolahan terindikasi sempat menurun hingga berada pada level
pertumbuhan terendah sebesar -24,87% (yoy) pada Triwulan I 2010 kemudian relatif
meningkat hingga berada pada level 8,89% (yoy) pada pertengahan Triwulan IV 2010.
Sementara itu kredit untuk sektor pengangkutan juga meningkat dan bahkan sangat signifikan
menuju level 305,58% (yoy) dengan nominal Rp 1,60 triliun pada periode laporan. Dengan
meningkatnya kinerja sektor-sektor utama Banten yang meningkatkan kebutuhan akan sektor
pengangkutan dan didukung dengan peningkatan penyaluran kredit untuk sektor tersebut
kemudian mendorong kinerja sektor pengangkutan pada periode laporan.
Tabel III.7. Perkembangan Kredit Menurut Sektor Ekonomi Berdasarkan Lokasi Proyek
di Banten
2009Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
Pertanian 392.658 556.306 3.241.935 485.335 519.865 39,01 0,69 Pertambangan 180.004 221.437 235.032 229.427 200.067 10,60 0,26 Industri pengolahan 18.419.144 16.472.870 25.396.522 18.282.949 19.666.112 8,89 25,95 Listrik,Gas dan Air 3.102.786 4.971.777 4.397.716 7.230.118 7.594.430 151,34 10,02 Konstruksi 2.822.777 2.893.132 2.843.859 2.664.954 2.505.071 -9,52 3,31 Perdagangan 8.124.802 7.073.494 8.339.860 8.602.006 10.399.125 37,83 13,72 Pengangkutan 405.942 726.108 1.091.406 1.421.596 1.597.584 305,58 2,11 Jasa Dunia Usaha 4.094.995 3.451.840 3.928.870 4.384.669 4.577.771 25,75 6,04 Jasa-jasa 812.854 949.307 1.263.532 2.862.260 2.688.331 234,71 3,55 Lain-lain 19.661.544 23.069.943 24.965.803 25.785.448 26.033.778 33,75 34,35 Total 58.017.506 60.386.214 75.704.535 71.948.762 75.782.134 34,72 100,00
2010 Pangsa Tw IV '10 (%)
Growth Tw IV '10 (% yoy)
Sektor Ekonomi
Sumber: Bank Indonesia, (*posisi November 2010)
3.2. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT2
Kinerja intermediasi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pada Triwulan IV 2010 relatif
membaik. Dari sisi penyaluran kredit, pada triwulan laporan pertumbuhan penyaluran kredit
2 Bank Perkreditan dimaksud merupakan BPR konvensional, data pada Triwulan IV 2010 merupakan angka sementara posisi Desember 2010
Triwulan IV 2010
44
Kajian Ekonomi Regional Banten
oleh BPR di Banten mencapai Rp 659,86 miliar atau bertumbuh sebesar 22,20% (yoy) dan lebih
tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 16,70% (yoy). Di
sisi lain, penghimpunan DPK mencapai Rp 508,93 miliar, meningkat pada level pertumbuhan
35,87% (yoy) dibandingkan dengan triwulan lalu. Kondisi tersebut juga dapat mencerminkan
adanya pertumbuhan bisnis pada sektor mikro dan kecil di wilayah Banten. Sementara itu dari
sisi wilayah, BPR yang berada di wilayah Kabupaten Tangerang memiliki pangsa dan
pertumbuhan kredit tertinggi dibandingkan wilayah lainnya di Provinsi Banten.
Tabel III.8. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat Provinsi Banten
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV*
Jumlah bank (tidak termasuk kantor cabang) 73 73 73 73 72 -1,37Total Aset (Rp Juta) 736.765 777.128 813.846 849.743 906.743 23,07Dana Pihak Ketiga (Rp Juta) 374.586 431.502 448.457 466.281 508.934 35,87Kredit yang diberikan (Rp Juta) 539.985 550.073 592.204 628.830 659.861 22,20
2009Indikator
2010 Growth Tw IV '10 (% yoy)
Sumber: Statistik Bank Perkreditan Rakyat Konvensional Bank Indonesia
Tabel III.9. Perkembangan Kredit yang Disalurkan Bank Perkreditan Rakyat
Berdasarkan Kota/Kabupaten di Provinsi Banten
2009
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV*Kab. Lebak 2.370 2.394 2.407 2.476 2.787 17,60 0,42 Kab. Pandeglang 8.027 8.594 8.924 10.104 9.579 19,35 1,45 Kab. Serang 108.524 114.137 124.520 125.840 126.905 16,94 19,23 Kab. Tangerang 232.219 246.969 267.742 293.126 312.929 34,76 47,42 Kota Cilegon 8.306 9.945 10.070 10.435 10.640 28,10 1,61 Kota Tangerang 180.538 168.034 178.541 186.850 197.021 9,13 29,86 Kota Serang - - - - - - - Banten 539.985 550.073 592.204 628.830 659.861 22,20 100,00
2010Kota/Kab Pangsa (%)
Growth Tw IV '10 (% yoy)
Sumber: Statistik Bank Perkreditan Rakyat Konvensional Bank Indonesia
3.3. PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH
Kinerja bank umum syariah dan unit usaha syariah semakin baik dengan pertumbuhan
aset, pembiayaan dan dana yang sangat signifikan. Total aset pada tahun 2010 (Rp 4,04
triliun) meningkat cukup tinggi sebesar 92,94% (yoy) dari tahun sebelumnya. Bertambahnya
jumlah kantor dan sosialisasi produk yang semakin baik turut memicu signifikansi pertumbuhan
aset bank umum syariah di Banten. Pembiayaan yang disalurkan oleh bank umum syariah dan
unit usaha syariah di Banten pada triwulan laporan mencapai Rp 2,08 triliun dengan
pertumbuhan yang meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 87,58% (yoy).
Sementara itu total dana pihak ketiga yang dihimpun bank umum syariah dan unit usaha
syariah pada triwulan laporan pun masih bertumbuh tinggi meskipun sedikit melambat
dibandingkan periode sebelumnya sebesar 100,40% (yoy) dengan nominal mencapai Rp 3,00
triliun. Percepatan pertumbuhan kredit yang terjadi kemudian memberikan dampak positif
Triwulan IV 2010
45
Kajian Ekonomi Regional Banten
terhadap Finance to Deposit Ratio (FDR) pada Triwulan IV 2010 sebesar 69,42% atau lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 64,83%. Ekspansi perkembangan
pembiayaan tersebut cukup berkualitas yang tercermin dari rasio pembiayaan non lancar (Non
Performing Finance/NPF) semakin membaik dibandingkan periode sebelumnya menjadi sebesar
2,22% pada periode laporan.
Tabel III.10. Perkembangan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
di Provinsi Banten
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IVAset Rp Miliar 2.096 2.476 2.694 3.545 4.044 Pembiayaan Rp Miliar 1.111 1.244 1.507 1.827 2.084 Dana Pihak Ketiga Rp Miliar 1.498 1.726 2.084 2.818 3.002 FDR % 74,17 72,07 72,31 64,83 69,42 NPF % 2,92 3,00 3,40 3,07 2,22
20102009Indikator Satuan
Sumber: Statistik Perbankan Syariah, Bank Indonesia
Perkembangan kegiatan intermediasi BPR Syariah (BPRS) di Banten secara umum
sedikit menurun. Pada triwulan laporan terjadi peningkatan penghimpunan DPK yang lebih
tinggi dibandingkan dengan peningkatan pembiayaan. Hal itu mendorong penurunan Finance
to Deposit Ratio (FDR) dari sebelumnya sebesar 110,91% pada Triwulan III 2010 menjadi
sebesar 107,64% pada akhir Triwulan IV 2010. Sedikit menurunnya kinerja BPR syariah pada
triwulan ini tercerminkan dari meningkatnya rasio pembiayaan non lancar atau Non Performing
Financing (NPF) hingga mencapai besaran 10,91% pada periode laporan. BPRS di Banten
diharapkan dapat lebih berhati-hati dalam menganalisis kelayakan calon debitur dalam proses
pemberian pembiayaan dan progress pengembaliannya.
Tabel III.11. Perkembangan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Provinsi Banten
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IVAset Rp Juta 238.676 250.440 257.011 277.376 294.726 Pembiayaan Rp Juta 193.925 204.840 190.011 209.150 217.888 Dana Pihak Ketiga Rp Juta 160.071 176.178 181.791 188.575 202.424 FDR % 121,15 116,27 104,52 110,91 107,64 NPF % 5,67 5,52 8,81 10,59 10,91
2010Indikator Satuan
2009
Sumber: Statistik Perbankan Syariah, Bank Indonesia
Triwulan IV 2010
46
Kajian Ekonomi Regional Banten
3.4. PERKEMBANGAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)
Pada periode laporan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) terlihat bertumbuh
signifikan dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya sepanjang tahun 2010
baik dari sisi jumlah debitur yang dibiayai maupun nominalnya. Nominal KUR yang
disalurkan pada bulan Desember 2010 adalah sebesar Rp 807,78 miliar (bertumbuh sangat
signifikan sebesar 125,46% yoy) dengan jumlah debitur 59.994 debitur. Terlihat penyaluran
KUR meningkat secara signifikan terutama yang berasal dari Bank Mandiri. Dengan semakin
banyaknya jumlah debitur yang menerima KUR dari perbankan di Banten diharapkan pada
masa yang akan datang, status debitur tersebut meningkat menjadi debitur kredit non KUR
dengan plafon kredit yang lebih besar seiring meningkatnya skala usaha.
Tabel III.12. Perkembangan KUR di Provinsi Banten per Bank Penyalur
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IVKredit (Rp Juta) 6.803 6.803 11.053 14.453 34.326 Debitur 24 24 33 41 593 Kredit (Rp Juta) 2.508 2.133 2.879 5.062 7.636 Debitur 21 15 19 37 52 Kredit (Rp Juta) 21.312 18.925 26.509 30.955 54.072 Debitur 90 142 203 146 266 Kredit (Rp Juta) 17.455 17.705 18.105 18.435 18.435 Debitur 50 51 52 53 53 Kredit (Rp Juta) 87.563 88.032 128.607 139.935 157.442 Debitur 658 651 895 951 1.047 Kredit (Rp Juta) 156.968 176.530 201.013 223.451 275.918 Debitur 35.727 38.309 43.728 48.508 56.216 Kredit (Rp Juta) 65.673 151.862 162.524 166.355 177.427 Debitur 541 628 724 775 861 Kredit (Rp Juta) - 345 17.176 42.989 82.528 Debitur - 5 210 462 906 Kredit (Rp Juta ) 358.282 462.334 567.866 641.636 807.784 Debitur 37.111 39.825 45.864 50.973 59.994 Kredit N.A 70,41 95,52 87,49 125,46 Debitur N.A 27,58 38,39 47,12 61,66
2010
Growth (% yoy)
No. Bank Uraian2009
1 Bank Mandiri
2 Syariah Mandiri
3 BNI
4 Bank Bukopin
8 Bank Jabar Banten
T O T A L
5 BRI
6 BRI Mikro
7 BTN
Sumber: Kementerian Koordinator Perekonomian RI
.
3.5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Transaksi pembayaran non tunai baik menggunakan kliring maupun sarana Real Time
Gross Settlement (RTGS) terindikasi stabil cenderung meningkat dan sekaligus
mengindikasikan semakin tingginya perputaran usaha di Banten. Penggunaan kliring
sebagai sarana dalam penyelesaian transaksi usaha terlihat meningkat pada Triwulan IV 2010
baik secara nominal maupun volume. Pada keseluruhan Triwulan IV 2010 penggunaan
pembayaran non tunai melalui kliring tercatat sebanyak 62.979 lembar warkat dengan
pertumbuhan yang relatif stabil dari triwulan sebelumnya sekitar 6,53% (yoy). Sementara itu
nominal transaksi yang dihasilkan menggunakan piranti tersebut adalah sebesar Rp 1,47 triliun
dengan level pertumbuhan sebesar 20,58% (yoy) yang bertumbuh signifikan dibandingkan
triwulan lalu yang mencatatkan transaksi sebesar Rp 1,40 triliun dengan level pertumbuhan
Triwulan IV 2010
47
Kajian Ekonomi Regional Banten
11,98% (yoy). Kondisi kliring tersebut mencerminkan bahwa aktivitas transaksi pembiayaan
pada periode laporan lebih banyak didominasi dalam skala nilai/nominal yang besar.
-4-20246810121416
-
10
20
30
40
50
60
70
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2009 2010
Rp
Mil
iar %
yoy
Volume Growth (RHS)
Grafik III.15. Perkembangan Transaksi
Kliring Berdasarkan Volume di Wilayah
Serang
Sumber: Statistik Sistem Pembayaran Bank
Indonesia
-10
-5
0
5
10
15
20
25
-
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2009 2010
Rp
Mil
iar %
yoy
Nominal Growth (RHS)
Grafik III.16. Perkembangan Transaksi
Kliring Berdasarkan Nominal di Wilayah
Serang
Sumber: Statistik Sistem Pembayaran Bank
Indonesia
Tabel III.13. Perkembangan Penggunaan RTGS di Wilayah Banten
Nominal (Rp Miliar)
Volume Nominal
(Rp Miliar)Volume
Nominal (Rp Miliar)
Volume
Triwulan I 2009 78.577 23.089 18.787 28.302 1.586 2.486 Triwulan II 2009 46.591 23.322 17.733 28.417 1.738 2.950 Triwulan III 2009 14.842 21.197 17.507 26.183 1.813 2.961 Triwulan IV 2009 14.539 22.198 17.677 25.704 1.674 3.358 Triwulan I 2010 13.833 21.165 17.363 25.464 1.724 3.085 Triwulan II 2010 18.616 24.799 19.459 25.838 2.501 3.548 Triwulan III 2010 17.593 28.681 18.280 29.158 2.641 3.946 Triwulan IV 2010 23.450 32.852 21.948 30.871 3.519 4.519
From To From - To
Periode
Sumber: Statistik Sistem Pembayaran Bank Indonesia, diolah
(20,00)
(10,00)
-
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010
% y
oy
From Banten (Volume) To Banten (Volume)
From-To Banten (Volume)
Grafik III.17. Perkembangan Growth
Transaksi RTGS Berdasarkan Volume di
Wilayah Banten
Sumber: Statistik Sistem Pembayaran Bank
Indonesia
(100,00)
(50,00)
-
50,00
100,00
150,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010
% y
oy
From Banten (Nominal) To Banten (Nominal)
From-To Banten (Nominal)
Grafik III.18. Perkembangan Growth
Transaksi RTGS Berdasarkan Nominal di
Wilayah Banten
Sumber: Statistik Sistem Pembayaran Bank
Indonesia
Triwulan IV 2010
48
Kajian Ekonomi Regional Banten
Transaksi yang banyak dilakukan di Banten umumnya dalam skala relatif besar karena
sifat bisnis industri dan perdagangan besar yang cenderung pembayarannya relatif
lebih tinggi dibandingkan sifat bisnis retail. Kegiatan penyelesaian transaksi keuangan
bernilai besar dan penyelesaian waktu/settlement cepat dengan menggunakan piranti Bank
Indonesia Real Time Gross Settlement (RTGS) pada Triwulan IV 2010 secara umum
menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Triwulan IV 2010
49
Kajian Ekonomi Regional Banten
BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Realisasi pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Banten hingga Triwulan IV 2010 di
atas target yang ditetapkan. Tercapainya perolehan pendapatan daerah tersebut
terutama berasal dari pajak daerah seiring meningkatnya jumlah pajak kendaraan
bermotor karena bertambahnya penjualan kendaraan bermotor di Banten. Secara
keseluruhan tahun 2010 pendapatan daerah Banten mencapai Rp 2,92 triliun (106,13% dari
rencana target sebesar Rp 2,75 triliun. Meskipun persentase realisasi pendapatan daerah pada
Oktober hingga Desember 2010 relatif lebih rendah sebesar 21,25% dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya, namun secara keseluruhan realisasi pendapatan daerah Provinsi Banten
melebihi yang ditargetkan dengan realisasi pencapaian sebesar 106,13% melebihi pencapaian
tahun 2009 sebesar 15,59%.
Sementara itu realisasi belanja daerah pada Triwulan IV 2010 melebihi pencapaian
pada periode yang sama satu tahun sebelumnya meskipun secara total keseluruhan
pencapaian selama satu tahun, realisasi belanja daerah tahun 2010 (95,49%) sedikit
lebih rendah daripada tahun 2009 (95,87%). Perolehan pendapatan daerah Provinsi Banten
yang melebihi targetnya di tahun 2010 diperkirakan mendorong peningkatan pagu anggaran
belanja Provinsi Banten pada APBD-P 2010 dengan total realisasi sebesar Rp 2,85 triliun atau
sekitar 95,49% dari pagu perubahannya. Pagu belanja daerah Provinsi Banten tahun 2010
dalam APBD-P 2010 meningkat menjadi sebesar Rp 2,98 triliun dari sebelumnya sebesar Rp
2,53 triliun. Sementara itu realisasi belanja daerah Provinsi Banten pada Triwulan IV 2010
adalah Rp 1,29 triliun atau 43,25% terhadap APBD-P 2010 dan secara keseluruhan tahun 2010
mencapai Rp 2,85 triliun atau 95,49%.
Triwulan IV 2010
50
Kajian Ekonomi Regional Banten
Tabel IV.1. Ringkasan APBD dan Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Banten
Hingga Triwulan IV Tahun 2009 dan Tahun 2010 (dalam Rp Juta)
APBD‐P Realisasi % APBD‐P Realisasi %A Pendapatan Daerah 2.307.104 2.436.096 105,59 2.750.902 2.919.453 106,13 1 Pendapatan Asli Daerah 1.539.769 1.687.751 109,61 1.924.535 2.305.210 119,78 2 Dana Perimbangan 763.836 744.967 97,53 822.775 610.478 74,20 3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 3.500 3.379 96,54 3.593 3.765 104,81 B Belanja Daerah 2.525.068 2.420.821 95,87 2.981.774 2.847.342 95,49 1 Belanja Tidak Langsung 1.235.698 1.173.762 94,99 1.361.145 1.303.954 95,80 2 Belanja Langsung 1.289.370 1.247.059 96,72 1.620.628 1.543.388 95,23
No. Uraian2009 2010*
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten (angka tahun 2010
merupakan angka sementara)
4.1. Pendapatan Daerah
Tingginya realisasi pendapatan daerah dari penambahan pajak kendaraan bermotor
dan semakin membaiknya proses pengurusan pajak tersebut melalui sistem online
mendorong pencapaian realisasi pendapatan daerah Banten pada periode laporan.
Realisasi pendapatan daerah keseluruhan tahun 2010 mencapai sekitar Rp 2,92 triliun yang
mencapai 106,13% dari targetnya, sementara persentase pencapaian pendapatan daerah pada
tahun 2009 hanya sekitar 105,59%. Percepatan perolehan pendapatan daerah pada Triwulan I
hingga Triwulan III 2010 menopang tingginya realisasi pendapatan daerah Provinsi Banten
secara keseluruhan tahun 2010.
Tabel IV.2. Anggaran dan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Banten Hingga Triwulan IV
Tahun 2009 dan Tahun 2010
Nominal % Nominal %
Pendapatan Daerah 2.307.104.222.411 2.436.096.122.341 105,59 2.750.902.035.850 2.919.453.009.842 106,13 A. Pendapatan Asli Daerah 1.539.768.500.936 1.687.750.749.401 109,61 1.924.534.634.850 2.305.209.959.821 119,78
- Pajak Daerah 1.474.100.000.000 1.617.821.795.281 109,75 1.846.500.000.000 2.208.021.959.250 119,58 - Retribusi Daerah 2.949.000.000 2.921.743.038 99,08 2.949.000.000 3.132.847.245 106,23 - Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 29.341.500.936 29.415.351.892 100,25 37.485.634.850 37.505.460.041 100,05 - Lain-lain PAD yang Sah 33.378.000.000 37.591.859.190 112,62 37.600.000.000 56.549.693.285 150,40
B. Dana Perimbangan 763.835.721.475 744.966.513.378 97,53 822.774.901.000 610.477.606.973 74,20 - Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 370.535.631.475 351.666.426.378 94,91 427.135.282.000 288.063.576.973 67,44 - Dana Alokasi Umum 361.179.090.000 361.179.087.000 100,00 381.979.019.000 318.315.850.000 83,33 - Dana Alokasi Khusus 32.121.000.000 32.121.000.000 100,00 13.660.600.000 4.098.180.000 30,00
C. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 3.500.000.000 3.378.859.562 96,54 3.592.500.000 3.765.443.048 104,81 - Pendapatan Hibah 3.500.000.000 3.016.009.562 86,17 3.592.500.000 3.765.443.048 104,81 - Dana Darurat - - - - - - - Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemda Lainnya - - - - - - - Dana Penyesuaian dan Otsus - 362.850.000 N.A - - - - Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda Lainnya - - - - - -
URAIAN Anggaran-P 2009Realisasi 2009
Anggaran-P 2010Realisasi 2010
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten (angka tahun 2010
merupakan angka sementara)
Tingginya realisasi pajak daerah menjadi penopang utama pencapaian pendapatan
daerah pada triwulan laporan. Hanya dalam kurun waktu Oktober – Desember tahun 2010,
realisasi pajak daerah Provinsi Banten telah mencapai Rp 579,61 miliar atau sekitar 31,39% dari
targetnya sebesar Rp 1,85 triliun. Sementara itu sepanjang Triwulan I hingga Triwulan III 2010
Triwulan IV 2010
51
Kajian Ekonomi Regional Banten
pencapaian pajak daerah bahkan mencapai Rp 1,63 triliun. Kontribusi pajak kendaraan
bermotor khususnya truck atau pick up jenis umum serta Bea Balik Nama kendaraan jenis
sedan, jeep maupun station wagon pribadi dan umum mendorong realisasi pendapatan daerah
yang tinggi pada Triwulan IV 2010 maupun secara keseluruhan tahun.
26,29
29,18
30,87
29,56
24,00
25,00
26,00
27,00
28,00
29,00
30,00
31,00
32,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV*
2010
%
Pajak Kendaraan Bermotor
Grafik IV.3. Persentase Realisasi
Pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor
Provinsi Banten Tahun 2010
Sumber:DPKAD Provinsi Banten, diolah (*
Persentase Tw IV 2010 terhadap Anggaran
Perubahan 2010
40,37
47,62 47,42
33,31
-
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
45,00
50,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV*
2010
%
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Grafik IV.4. Persentase Realisasi
Pendapatan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor Provinsi Banten Tahun 2010
Sumber:DPKAD Provinsi Banten, diolah (*
Persentase Tw IV 2010 terhadap Anggaran
Perubahan 2010
Peningkatan pelayanan yang dilakukan oleh Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
(DPKAD) Provinsi Banten melalui sistem online dan pembukaan kantor pembantu di Pandeglang
wilayah selatan pada Triwulan IV 2010 diperkirakan membantu pencapaian pendapatan daerah
pada tahun 2010 maupun tahun berikutnya. Pembukaan kantor pembantu tersebut
dimaksudkan untuk lebih fokus melayani enam kecamatan yaitu Cibaliung, Cigeulis,
Panimbang, Sumur, Cimanggu dan Angsana. Di sisi lain, meningkatnya pendapatan dan kondisi
ekonomi yang membaik turut mendorong peningkatan pembelian kendaraan bermotor.
4.2. Belanja Daerah
Perolehan pendapatan daerah Provinsi Banten yang diperkirakan melebihi targetnya
di tahun 2010 diperkirakan mendorong peningkatan pagu anggaran belanja Provinsi
Banten menjadi sebesar Rp 2,98 triliun pada APBD-P 2010. Realisasi pendapatan daerah
Provinsi Banten hingga Triwulan IV 2010 telah mencapai sebesar Rp 2,33 triliun atau sekitar
98,22% terhadap target APBD (murni) 2010. Sementara itu berdasarkan prognosis APBD tahun
2010 diperkirakan realisasi pendapatan daerah dapat mencapai sekitar 109,85% dari pagunya.
Proyeksi yang disertai realisasi/pencapaian yang tinggi tersebut diperkirakan mendorong
optimisme pemerintah daerah Provinsi Banten untuk dapat meningkatkan pagu anggaran
belanjanya pada tahun 2010 menjadi sebesar Rp 2,98 triliun.
Triwulan IV 2010
52
Kajian Ekonomi Regional Banten
Realisasi belanja daerah Provinsi Banten Triwulan IV 2010 terindikasi meningkat. Pada
periode laporan, realisasi belanja daerah Provinsi Banten mencapai Rp 1,29 triliun atau sekitar
43,25% terhadap APBD-P 2010 yang relatif meningkat bila dibandingkan dengan periode yang
sama tahun sebelumnya dengan tingkat realisasi sekitar 32,02%. Realisasi belanja daerah
Provinsi banten relatif terkonsentrasi pada Triwulan IV 2010 yang diperkirakan untuk
menyelesaikan berbagai program khususnya yang berkaitan dengan proyek infrastruktur.
5,77%
30,44%29,91% 32,02%
11,70%
23,67%26,66%
43,25%
0%5%10%15%20%25%30%35%40%45%50%
0
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV*
2009 2010
Rp
Mil
iar
Realisasi per Triwulan Persentase realisasi
Grafik IV.5. Realisasi dan Persentase
Realisasi Belanja Daerah Provinsi Banten
per Triwulan Tahun 2009 – 2010
Sumber:DPKAD Provinsi Banten, diolah (*
Persentase Tw IV 2010 terhadap Anggaran
Perubahan 2010
-40-20020406080100120140
0
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
Tw I Tw II Tw III Tw IV*
2010
Rp
Mil
iar
% yo
y
Realisasi per Triwulan Growth (RHS)
Grafik IV.6. Realisasi Belanja Daerah
Provinsi Banten dan Pertumbuhannya
Tahun 2010
Sumber:DPKAD Provinsi Banten, diolah (*
Persentase Tw IV 2010 terhadap Anggaran
Perubahan 2010
Tabel IV.3. Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah Provinsi Banten Hingga Triwulan IV
Tahun 2009 dan 2010
Nominal % Nominal %Belanja Daerah 2.525.067.959.752 2.420.820.941.173 95,87 2.981.773.544.459 2.847.341.714.603 95,49 A. Belanja Tidak Langsung 1.235.697.507.156 1.173.761.521.881 94,99 1.361.145.378.413 1.303.953.670.366 95,80 B. Belanja Langsung 1.289.370.452.596 1.247.059.419.292 96,72 1.620.628.166.046 1.543.388.044.237 95,23
- Belanja Pegawai 111.621.595.100 106.741.193.350 95,63 114.844.382.600 108.309.753.100 94,31 - Belanja Barang dan Jasa 484.630.472.214 457.752.098.414 94,45 633.755.814.801 594.988.584.156 93,88 - Belanja Modal 693.118.385.281 682.566.127.528 98,48 872.027.968.645 840.089.706.981 96,34
URAIAN Anggaran-P 2009Realisasi 2009
Anggaran-P 2010Realisasi 2010
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten (angka tahun 2010
merupakan angka sementara)
Sementara itu, pada tahun 2010 belanja pemerintah pusat untuk wilayah Provinsi
Banten mencapai sebesar Rp 1,23 triliun yang lebih rendah dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Sebagian besar anggaran tersebut diperuntukkan bagi dana dekonsentrasi
sekitar 90,54% dan sisanya sebagai dana tugas pembantuan.
Tabel IV.4. Anggaran Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Banten
Triwulan IV 2010
53
Kajian Ekonomi Regional Banten
2008 2009 20101 Dekonsentrasi 838.830 1.361.276 1.116.240 2 Tugas Pembantuan 171.407 108.456 116.568
1.010.237 1.469.731 1.232.808
No. Anggaran (Rp Juta)Kewenangan
Total Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Banten
Triwulan IV 2010
54
Kajian Ekonomi Regional Banten
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Triwulan IV 2010
55
Kajian Ekonomi Regional Banten
BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Meningkatnya tren kondisi perekonomian Banten terlihat membawa dampak yang
positif terhadap kondisi kesejahteraan masyarakat Banten secara umum. Kondisi
ketenagakerjaan relatif membaik yang tercermin dari menurunnya tingkat pengangguran di
Banten hingga pada level 13,68% pada Agustus 2010 lebih baik dibandingkan dengan periode
yang sama tahun sebelumnya sebesar 14,97%. Perbaikan ini didorong oleh penyerapan tenaga
kerja terutama pada sektor industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran serta jasa-
jasa menjadi kontributor penurunan angka tersebut.
Tingkat kesejahteraan masyarakat Banten yang diindikasikan dari persentase jumlah
penduduk miskin pada tahun 2010 juga menunjukkan perkembangan yang
menggembirakan. Berdasarkan data BPS Provinsi Banten, persentase penduduk miskin Banten
pada tahun 2010 adalah sebesar 7,16% yang relatif membaik dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, dan relatif rendah dibandingkan dengan beberapa provinsi tetangga seperti Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan DI Yogyakarta. Upah Minimum Provinsi Banten yang
disesuaikan pada tahun 2010 menjadi sebesar Rp 955.708 relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan provinsi-provinsi di sekitarnya di wilayah Jawa (kecuali DKI Jakarta) dan diperkirakan
turut membantu mempertahankan kondisi kesejahteraan masyarakat Banten pada periode
laporan.
5.1. KETENAGAKERJAAN
Kondisi ketenagakerjaan Banten terindikasi semakin membaik pada Triwulan IV 2010.
Tercatat pada Agustus 2010 jumlah angkatan kerja di Banten sebanyak 5.309.462 jiwa dengan
jumlah orang bekerja sebanyak 4.583.085 jiwa dan tidak bekerja (pengangguran terbuka)
sebanyak 726.377 jiwa. Lebih rendahnya kenaikan jumlah pengangguran dibandingkan dengan
kenaikan jumlah penduduk yang bekerja kemudian mendorong Tingkat Pengangguran Terbuka
Banten mengalami penurunan menjadi sebesar 13,68% pada Agustus 2010 dari sebelumnya
sebesar 14,97% pada Agustus 2009. Struktur penyerapan tenaga kerja Banten per sektor masih
relatif sama pada periode laporan. Sektor perdagangan, industri pengolahan serta keuangan
dan jasa-jasa masih menjadi sektor-sektor penyerap tenaga kerja terbesar dengan pertumbuhan
tingkat penyerapan tenaga kerja yang meningkat. Peningkatan kinerja sektor-sektor tersebut
kemudian diperkirakan mendorong peningkatan penyerapan tenaga kerjanya.
Triwulan IV 2010
56
Kajian Ekonomi Regional Banten
15,75
14,15
15,1814,90 14,97
14,13
13,68
12,5
13
13,5
14
14,5
15
15,5
16
Feb Agt Feb Agt Feb Agt
2007 2008 2009 2010
%
TPT Banten
Grafik V.1 Perkembangan Tingkat
Pengangguran Terbuka Banten
Sumber: BPS Provinsi Banten
Pertanian16%
Industri23%
Bangunan/Konstruksi
5%
Perdagangan/Rumah
makan dan Akomodasi
26%
Angkutan, Pergudangan
dan Komunikasi
8%
Keuangan, Real Estate dan
Jasa-jasa21%
Listrik dan Pertambanga
n1%
Grafik V.2 Distribusi Penyerapan Tenaga
Kerja Banten Menurut Sektor Agustus 2010
Sumber: BPS Provinsi Banten
-
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2009 2010
Juta
Jiw
a % yo
y
Tenaga Kerja Sektor Industri Pertumbuhan Sektor Industri
Grafik V.3 Pertumbuhan dan Penyerapan
Tenaga Kerja Sektor Industri
Sumber: BPS Provinsi Banten
-
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2009 2010
Juta
Jiw
a % yo
y
Tenaga Kerja Sektor Perdagangan
Pertumbuhan Sektor Perdagangan
Grafik V.4 Pertumbuhan dan Penyerapan
Tenaga Kerja Sektor Perdagangan
Sumber: BPS Provinsi Banten
-
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
0,28
0,3
0,32
0,34
0,36
0,38
0,4
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2009 2010
Juta
Jiw
a % yo
y
Tenaga Kerja Sektor Pengangkutan
Pertumbuhan Sektor Pengangkutan
Grafik V.5 Pertumbuhan dan Penyerapan
Tenaga Kerja Sektor Pengangkutan
Sumber: BPS Provinsi Banten
-
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2009 2010
Juta
Jiw
a % yo
y
Tenaga Kerja Sektor Jasa Pertumbuhan Sektor Jasa
Grafik V.6 Pertumbuhan dan Penyerapan
Tenaga Kerja Sektor Jasa-jasa
Sumber: BPS Provinsi Banten
Upaya pemerintah daerah untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja antara lain
melalui penyelenggaraan bursa kerja (Job Fair) ke-2 Tahun 2010 di wilayah Serang pada bulan
November 2010. Sementara itu untuk lebih mendekatkan kebutuhan dunia usaha dengan
Triwulan IV 2010
57
Kajian Ekonomi Regional Banten
potensi sumber daya manusia khususnya tamatan SMK dalam rangka meningkatkan
penyerapan tenaga kerja, Pemerintah Provinsi Banten juga telah menyelenggarakan job
matching pada pertengahan Triwulan IV 2010. Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) Pedesaan tahun 2010 juga memberikan hasil yang menggembirakan
terhadap peningkatan penyerapan tenaga kerja di Banten. Salah satunya adalah di Kabupaten
Lebak, diperkirakan tenaga kerja yang dapat diserap dengan pelaksanaan program tersebut
sebanyak 54.446 jiwa yang tersebar di 27 kecamatan di Lebak. Sementara itu, di kota Cilegon
dilakukan proyek padat karya untuk menciptakan lapangan kerja terutama dalam proyek
perbaikan jalan/lingkungan.
Namun demikian, peningkatan kesempatan kerja penduduk oleh pemerintah
diharapkan juga diimbangi dengan meningkatkan hal yang mendasar yaitu masalah
peningkatan kompetensi atau pendidikan tenaga kerja agar mampu mengimbangi
kebutuhan pasar kerja khususnya sektor industri di Banten. Berdasarkan data
perkembangan beberapa Indikator Utama Sosial Ekonomi Indonesia, angka partisipasi sekolah
penduduk Banten usia 16-18 tahun adalah sebesar 49,96% pada tahun 2009 atau relatif
rendah dibandingkan dengan wilayah-wilayah tetangganya di Jawa dan Bali. Fenomena ini
mencerminkan tingkat pendidikan masyarakat Banten masih berada pada level yang relatif
rendah, sehingga tenaga-tenaga kerja yang terserap khususnya oleh sektor industri sebagian
besar bukan merupakan tenaga kerja terdidik/ahli. Untuk mengatasi gap/kesenjangan antara
kualifikasi perusahaan dengan kondisi tenaga kerja di Banten, diperlukan koordinasi antara
pemerintah daerah, lembaga pendidikan menengah dan tinggi, kontribusi perusahaan/pihak
swasta (secara link and match) maupun LSM terkait untuk membentuk suatu program yang
terintegrasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat Banten sesuai dengan
kualifikasi kebutuhan penyedia lapangan kerja.
0
20
40
60
80
100
120
7 - 12 13 - 15 16 - 18
2009
%
DKI Jakarta
Jawa Barat
Banten
Jawa Tengah
DIY
Jawa Timur
Bali
Grafik V.7. Angka Partisipasi Sekolah Menurut Usia Sekolah Provinsi Banten dan
Provinsi Lainnya di wilayah Jawa – Bali Tahun 2009
Sumber: Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial Ekonomi Indonesia – BPSRI
Triwulan IV 2010
58
Kajian Ekonomi Regional Banten
5.2. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Peningkatan kondisi perekonomian Banten memberikan dampak positif terhadap
kondisi kesejahteraan Banten secara umum. Persentase jumlah penduduk miskin yang
menjadi salah satu indikator kesejahteraan tercatat sebesar 7,16% pada awal tahun 2010.
Angka tersebut diperkirakan semakin menurun pada Triwulan IV 2010 seiring dengan
membaiknya kondisi ketenagakerjaan dan penghasilan masyarakat di Provinsi Banten.
Penetapan tingkat Upah Minimum Provinsi Banten yang relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan provinsi lainnya di wilayah Jawal Kondisi tersebut diperkirakan dapat membantu
pendapatan riil dan kesejahteraan masyarakat Banten pada kondisi yang lebih baik
dibandingkan dengan daerah tetangganya.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
2009 2010
%
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Grafik V.8. Perkembangan Persentase
Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Banten
dan Provinsi Lainnya di wilayah Jawa –
Bali
Sumber: Beberapa Indikator Utama Sosial Ekonomi
Indonesia, BPS RI
0
500
1000
1500
2000
2500
Februari Agustus Februari
2009 2010
Rp
Rib
u
DKI Jakarta
Jawa Barat
Banten
Jawa Tengah
DIY
Jawa Timur
Bali
Grafik V.9. Perkembangan Rata-rata
Pendapatan Buruh/Karyawan/Pegawai per
Bulan Provinsi Banten dan Provinsi Lainnya
di wilayah Jawa – Bali
Sumber Beberapa Indikator Utama Sosial Ekonomi
Indonesia, BPS RI
Tabel V.1. Perkembangan Upah Minimum Provinsi per Bulan Menurut Provinsi di
Wilayah Jawa
(dalam Rupiah)
Jabar 447.654 516.300 568.193 628.191 743.141 Jateng 450.000 500.000 547.000 575.000 803.985 DIY 460.000 500.000 586.000 700.000 750.490 Jatim 390.000 448.500 500.000 570.000 856.888 Banten 661.613 745.500 837.000 917.500 955.708
20102009Provinsi 2006 2007 2008
Sumber: Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial Ekonomi Indonesia, BPS RI
Triwulan IV 2010
59
Kajian Ekonomi Regional Banten
6,1
6,62
6,886,96
5,6
5,8
6
6,2
6,4
6,6
6,8
7
7,2
Banten Jawa Barat Jawa Tengah
Jawa Timur
% y
oy
Tingkat Inflasi
Grafik V.8. Tingkat Inflasi Tahunan Banten dan Daerah Sekitarnya
Sumber: BPS Provinsi Banten, Jabar, Jateng dan Jatim
Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Banten terus meningkat
yang mengindikasikan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara umum. Indeks
Pembangunan Manusia yang merupakan komposit dari beberapa unsur yaitu Angka Harapan
Hidup, Angka Melek Huruf, Rata-rata Lama Sekolah dan Pengeluaran per Kapita DIsesuaikan
merupakan suatu ukuran bagi kesejahteraan masyarakat suatu wilayah. Semakin tinggi angka
IPM berarti kesejahteraan masyarakat wilayah tersebut semakin meningkat. Pada tahun 2009
IPM Provinsi Banten mencapai level 70,06 yang meningkat dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya. Kota Cilegon tetap memegang peringkat tertinggi IPM di wilayah Banten hingga
tahun 2009 yang disusul oleh Kota dan Kabupaten Tangerang.
Tabel V.1. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten per
Kota/Kabupaten
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009Kab. Pandeglang 63,23 63,66 66,21 66,80 66,90 67,39 67,75 67,98Kab.Lebak 61,56 62,52 65,78 66,31 66,65 66,74 67,11 67,37Kab. Tangerang 68,45 68,78 69,10 69,79 70,04 70,71 71,14 71,44Kab. Serang 63,69 64,27 65,50 66,00 66,80 67,45 67,80 68,30Kota Tangerang 72,21 73,07 73,82 73,90 74,11 74,40 74,70 74,89Kota Cilegon 70,68 71,11 73,53 73,65 74,11 74,43 74,94 75,05Kota Serang N.A N.A N.A N.A N.A N.A 69,43 70,08Banten 66,64 67,21 67,89 68,80 69,11 69,29 69,70 70,06
Kab/KotaIPM
Sumber: BPS Provinsi Banten
Triwulan IV 2010
60
Kajian Ekonomi Regional Banten
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Triwulan IV 2010
61
Kajian Ekonomi Regional Banten
BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN
Setelah bertumbuh cukup tinggi pada Triwulan IV 2010 sebesar 6,31% (yoy),
perekonomian Banten diperkirakan tetap bertumbuh tinggi namun terdapat
kecenderungan sedikit melambat pada triwulan mendatang pada kisaran 6,05% -
6,10% (yoy). Diperkirakan pada Triwulan I 2011 performa sektor-sektor utama seperti sektor
industri pengolahan diperkirakan belum meningkat secara signifikan seiring dengan sifat/siklus
bisnis yang pada umumnya cenderung slow down pada awal tahun. Selain itu, adanya gejolak
politik di wilayah Timur Tengah dan ketidakstabilan ekomomi negara maju diperkirakan cukup
memberikan tekanan terhadap kinerja perdagangan internasional khususnya terkait dengan
sektor industri pada triwulan mendatang.
Sementara itu, potensi inflasi hingga akhir Triwulan I 2011 masih akan terjadi. Masih
adanya gejolak harga bahan pangan dan tren meningkatnya imported inflation terutama
peningkatan harga minyak dunia dan komoditas diperkirakan dapat memberikan tekanan
terhadap inflasi Banten triwulan mendatang dengan perkiraan mencapai level 6,80% (yoy). Di
samping itu, potensi rencana pembatasan subsidi BBM (administered prices) terutama di
wilayah Jabodetabek dapat mendorong ekspektasi pelaku bisnis untuk menaikkan harga
khususnya di wilayah Tangerang sehingga turut memicu inflasi di Banten.
Tabel VI.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara/Kawasan di Dunia
2011 2012Dunia -0,6 5,0 4,4 4,5Advanced Economies -3,4 3,0 2,5 2,5USA -2,6 2,8 3,0 2,7Eropa -4,1 1,8 1,5 1,7Jepang -6,3 4,3 1,6 1,8UK -4,9 1,7 2,0 2,3Canada -2,5 2,9 2,3 2,7Negara Maju Lainnya -1,2 5,6 3,8 3,7Emerging & Developing Economies 2,6 7,1 6,5 6,5China 9,2 10,3 9,6 9,5India 5,7 9,7 8,4 8,0ASEAN 1,7 6,7 5,5 5,7
Area 2009 2010 Proyeksi
Sumber: World Economic Outlook – International Monetary Fund, update January 2011
Triwulan IV 2010
62
Kajian Ekonomi Regional Banten
6.1. PERTUMBUHAN EKONOMI
6.1.1. Sisi Permintaan/Pengeluaran
Dari sisi permintaan, pada Triwulan I 2011 tingkat konsumsi swasta diperkirakan
relatif stabil. Prakiraan terhadap tingkat konsumsi tersebut salah satunya didasari oleh
ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi, ketenagakerjaan dan penghasilan yang
terindikasi stabil. Upah Minimum Banten pada tahun 2011 meningkat sekitar 4,6%
dibandingkan dengan tahun 2010, namun dengan tingkat inflasi yang relatif lebih tinggi
menebabkan daya beli masyarakat cenderung sedikit menurun. Semakin meningkatnya
penciptaan lapangan kerja dengan meningkatnya proyek pembangunan pabrik, perumahan
dan hotel serta masih stabilnya industri tekstil terutama di wilayah Tangerang, Serang dan
Cilegon yang mendorong peningkatan konsumsi sedikit terganggu dengan adanya gejolak
kenaikan harga yang bersumber dari volatile foods karena faktor gangguan cuaca.
-
20,0
40,0
60,0
80,0
100,0
120,0
140,0
160,0
180,0
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121
2008 2009 2010Ekspektasi Ekonomi 6 Bulan yang Akan Datang
Grafik VI.1. Indeks Ekspektasi Ekonomi 6
Bulan yang Akan Datang Wilayah Banten
Sumber: Survei Konsumen – Bank Indonesia
-
20,0
40,0
60,0
80,0
100,0
120,0
140,0
160,0
180,0
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121
2008 2009 2010
Ekspektasi ketersediaan Lapangan Kerja 6 Bulan yang Akan Datang
Ekspektasi Penghasilan 6 Bulan yang Akan Datang
Grafik VI.2. Indeks Ekspektasi Ketersediaan
Kerja dan Ekspektasi Penghasilan 6 Bulan
yang Akan Datang Wilayah Banten
Sumber: Survei Konsumen – Bank Indonesia
0,0
20,0
40,0
60,0
80,0
100,0
120,0
140,0
160,0
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121
2008 2009 2010
Indeks Ekspektasi Konsumen
Grafik VI.3. Indeks Ekspektasi Konsumen 6 Bulan yang Akan Datang Wilayah Banten
Sumber: Survei Konsumen – Bank Indonesia
Sementara itu tingkat investasi Banten diprakirakan stabil meskipun dalam level yang
cukup tinggi pada periode mendatang. Investasi swasta diperkirakan stabil dengan
kecenderungan meningkat pada Triwulan I 2011 seiring dengan tetap tingginya gairah dunia
Triwulan IV 2010
63
Kajian Ekonomi Regional Banten
usaha di Banten khususnya pada sektor industri pengolahan. Hal ini terindikasi dari banyaknya
investasi besar dari berbagai sektor seperti industri terutama kimia, baja dan konstruksi. Salah
satunya adalah PT. Polychem Indonesia Tbk (anak perusahaan PT. Gajah Tunggal Tbk) akan
membangun pembangkit listrik berkapasitas 15 x 2 MW di kawasan Merak. Untuk itu,
perusahaan tersebut telah mengalokasikan dana investasi USD 20 juta atau sekitar Rp 180
miliar untuk pembangunan PLTU batu bara tersebut. Pembangunan generator dilakukan dalam
rangka menjaga proses produksi perusahaan tetap stabil untuk mengantisipasi ketidakstabilan
pasokan listrik dari PT. PLN. Berdasarkan hasil liasion Bank Indonesia Serang terhadap salah satu
produsen produk pelat timah besar di Banten, pada tahun 2011 perusahaan tersebut akan
meningkatkan kapasitas produksi perusahaan dari sebesar 130.000 ton per tahun menjadi
280.000 ton per tahun. Investasi proyek konstruksi terutama di wilayah Tangerang Selatan oleh
para pengembang besar seperti PT. Alam Sutera, Tbk, PT. Bintaro Jaya, PT. BSD dan PT. Agung
Podomoro pada Triwulan I hingga akhir 2011 menyebabkan investasi pada Triwulan I 2011
tidak akan berbeda dengan triwulan sebelumnya.
Kinerja ekspor dan impor diprakirakan masih tetap tinggi pada triwulan mendatang
walaupun dengan kecenderungan sedikit melambat dibandingkan Triwulan IV 2010.
Relatif tingginya kinerja ekspor diprakirakan terutama berasal dari sub sektor industri baja, kimia
dan alas kaki. Berdasarkan informasi dari World Steel Association, permintaan baja dunia
sepanjang tahun 2011 dapat meningkat sekitar 5,3% (yoy) terutama dengan proyeksi tingginya
pertumbuhan ekonomi negara emerging country. Namun demikian, adanya gejolak politik di
berbagai negara di Timur Tengah terutama jika berlangsung dalam waktu yang lama dan
mengganggu kelancaran arus lalu lintas melalui Terusan Suez diperkirakan dapat menghambat
kinerja ekspor dan impor Banten dari sisi distribusi. Impor barang diperkirakan akan sedikit
melambat seiring adanya potensi kenaikan harga minyak mentah dunia dan kenaikan biaya
transportasi barang karena ketidakpastian politik di Timur Tengah.
-500
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
-10 20 30 40 50 60 70 80 90
100
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011
2008 2009 2010
Rib
u T
on
% yo
y
Volume Ekspor Besi/Baja Growth (RHS)
Grafik VI.4 Perkembangan Volume Ekspor
Besi/Baja Banten
Sumber: Bank Indonesia
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2007 2008 2009 2010
USD
/ton
Harga Ekspor Besi dan Baja
Grafik VI. 5 Perkembangan Rata-rata Harga
Ekspor Besi/Baja Banten
Sumber: Bank Indonesia
Triwulan IV 2010
64
Kajian Ekonomi Regional Banten
6.1.2. Sisi Penawaran (Sektoral)
Sementara itu, kinerja sektoral dunia usaha di Banten pada periode mendatang
diprakirakan masih tinggi walaupun dengan kecenderungan sedikit melambat pada
kisaran 6,05% - 6,10% (yoy). Perlambatan kinerja sektoral pada Triwulan I 2011 diprakirakan
berasal dari beberapa sektor yaitu sektor Listrik, Gas dan Air Bersih; sektor perdagangan, hotel
dan restoran; sektor pertambangan dan penggalian serta sektor pengangkutan dan komunikasi.
Sementara itu, beberapa sektor yang diperkirakan meningkat hanya sektor pertanian dan jasa-
jasa, sedangkan sektor-sektor lainnya cenderung stabil.
Tabel VI.2 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Banten Berdasarkan Sektor Ekonomi
Tw I* Tw II* Tw III** Tw IV**Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan
5,61 6,29 6,36 6,68 6,23 6,72 - 6,75
Pertambangan dan Penggalian 6,26 8,93 8,56 9,74 8,39 7,15 - 7,20Industri Pengolahan 2,84 3,38 3,35 4,02 3,41 4,03 - 4,04Listrik, Gas dan Air Bersih 12,67 11,07 12,39 12,82 12,24 10,90 - 11,00Bangunan 5,87 6,97 7,39 7,82 7,04 7,79 - 7,82
Perdagangan, Hotel dan Restoran8,23 8,43 9,70 9,46 8,98 8,20 - 8,30
Pengangkutan dan Komunikasi 11,82 11,98 12,17 12,93 12,24 10,95 - 11,00Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
7,90 7,48 5,83 5,77 6,72 5,69 - 6,05
Jasa-jasa 6,22 6,70 5,11 1,03 4,65 5,23 - 5,30PDRB 5,48 5,87 6,06 6,31 5,94 6,05 - 6,10
Tw I 2011 p)Sektor 2010 2010**
Sumber: BPS Provinsi Banten, (* angka sementara, ** angka sangat sementara, p) proyeksi)
6.1.2.1. Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan diproyeksikan bertumbuh stabil sedikit meningkat pada
kisaran level 4,03%-4,04% (yoy) pada Triwulan I 2011. Tetap tingginya permintaan
domestik maupun internasional, serta ekspektasi pelaku usaha terhadap prospek perekonomian
mendatang yang tetap baik diperkirakan akan mempertahankan kinerja sektor industri
pengolahan pada periode mendatang setidaknya pada level yang stabil. Peningkatan kapasitas
produksi yang dilakukan oleh berbagai perusahaan di sektor industri pada tahun 2011
diperkirakan juga dapat mendorong kinerja sektor tersebut menjadi meningkat. Perusahaan
milik pemerintah produsen pelat timah memperkirakan penjualannya akan meningkat pada
tahun 2011 mencapai 15% atau menjadi Rp 1,5 triliun dibandingkan dengan penjualan 2010
Rp 1,3 triliun. Proyeksi tersebut dengan asumsi volume penjualan produksi perseroan mencapai
115.000 ton atau lebih tinggi dari tahun 2010 sebesar 105.000 ton. Peningkatan tersebut tidak
jauh berbeda kondisinya dengan triwulan sebelumnya.
Triwulan IV 2010
65
Kajian Ekonomi Regional Banten
Sementara itu, seiring meningkatnya pertumbuhan kendaraan bermotor nasional, salah satu
produsen ban besar di wilayah Banten diperkirakan akan mengalami peningkatan pendapatan
sekitar 20% dibandingkan tahun 2010. Diperkirakan hingga akhir tahun 2010 penjualan ban
mencapai 1,1 juta atau naik 15,7% dibandingkan tahun lalu sebanyak 950.000 unit dan
menguasai 18% pangsa pasar ban nasional. Begitu pula dengan produsen baja terbesar di
Banten yang menargetkan pada tahun 2011 dapat meningkatkan volume ekspor baja 15-20%
atau mencapai 220.000 metrik ton, dari perkiraan ekspor 2010 sekitar 180.000-190.000 metrik
ton. Diperkirakan tingkat penjualannya meningkat mencapai 2,2 juta ton dari tahun
sebelumnya yang berkisar sebesar 1,8-1,9 juta ton, yang didukung oleh meningkatnya
penjualan dan pangsa pasar perusahaan tersebut untuk pasar otomotif.
‐60
‐50
‐40
‐30
‐20
‐10
0
10
20
Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010
Saldo Be
rsih
Industri Pengolahan
Grafik VI.6 Perkiraan Kegiatan Usaha Sektor Industri 6 Bulan yang Akan Datang
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha – Bank Indonesia (angka pada Tw IV ’10 menunjukkan ekspektasi
kondisi sepanjang Semester I 2010)
6.1.2.2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sektor perdagangan, hotel dan restoran diperkirakan sedikit melambat pada kisaran
8,20% - 8,30% (yoy) Triwulan I 2011. Siklus/sifat bisnis sektor perdagangan, hotel dan
restoran yang cenderung slow down pada Triwulan I yang diindikasikan dari perkiraan kegiatan
usaha 6 bulan yang akan datang oleh para pelaku usaha dapat berpotensi menahan laju
pertumbuhan sektor tersebut walaupun masih berada pada level yang tinggi. Selain itu adanya
kondisi cuaca yang masih kurang mendukung juga dapat menghambat tingginya kunjungan
wisatawan dan tingkat hunian hotel di Banten khususnya di tempat wisata pada periode
mendatang.
Triwulan IV 2010
66
Kajian Ekonomi Regional Banten
‐30
‐20
‐10
0
10
20
30
40
50
60
Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010
Saldo Be
rsih
Perdagangan
Grafik VI.7. Perkiraan Kegiatan Usaha Sektor Perdagangan 6 Bulan yang Akan Datang
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha – Bank Indonesia (angka pada Tw IV ’10 menunjukkan ekspektasi
kondisi sepanjang Semester I 2010)
6.1.2.3. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi juga diprakirakan sedikit melambat triwulan
mendatang pada kisaran 10,95% - 11,00% (yoy). Sektor pengangkutan diperkirakan sedikit
melambat pada Triwulan I 2010 yang dipengaruhi oleh masih relatif stabilnya sektor industri
pengolahan yang mempengaruhi tingkat penggunaan sektor pengangkutan serta masih
berlangsungnya perbaikan jalan tol Tangerang – Merak yang juga menghambat kinerja sektor
tersebut.
6.1.2.4. Sektor-sektor Lainnya
Sementara itu, sektor-sektor lainnya cenderung stabil. Khusus untuk sektor Listrik, Gas
dan Air Bersih serta sektor pertambangan dan penggalian diperkirakan sedikit mengalami
perlambatan seiring berkurangnya permintaan.
6.2. INFLASI
Pada Triwulan I 2011 tingkat inflasi diprakirakan meningkat dan dapat mencapai level
6,80% (yoy). Tekanan inflasi diperkirakan akan terus meningkat pada tahun 2011 seiring
perekonomian yang diprakirakan masih terus meningkat dan adanya peningkatan tekanan dari
sisi supply. Tren inflasi Banten yang meningkat sejak paruh kedua tahun 2010 diperkirakan
masih terus akan meningkat hingga Triwulan I 2011. Peningkatan tersebut diprediksi masih
bersumber dari gejolak harga bahan pangan karena faktor cuaca dan faktor eksternal melalui
kenaikan harga barang/komoditas impor (imported inflation).
Tabel VI.3 Perkiraan Inflasi Banten Tahun 2011
2011Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I*
% yoy 3,16 4,44 4,59 6,10 6,80
2010Inflasi
Sumber: BPS Provinsi Banten, Triwulan I 2011 merupakan proyeksi Bank Indonesia
Triwulan IV 2010
67
Kajian Ekonomi Regional Banten
Tekanan dari sisi supply pun diperkirakan tetap besar pada triwulan mendatang. Kondisi cuaca
yang kurang stabil, menyebabkan barang-barang dalam kategori volatile foods mengalami
fluktuasi harga yang cukup kuat terutama pada komoditas yang bersifat perishable pada sub
kelompok sayur-sayuran, bumbu-bumbuan yang dipasok dari luar Banten. Dari sisi eksternal,
adanya tren peningkatan harga minyak internasional yang diperkirakan masih berlangsung
hingga triwulan mendatang dan dapat berimbas pada peningkatan harga barang impor lainnya.
Di samping itu, ketidakstabilan politik di Timur Tengah dapat mempengaruhi ekspektasi pelaku
bisnis di bidang transportasi untuk menaikkan biaya transportasi. Kondisi ini juga memicu
kenaikan imported inflation. Namun demikian, masih terjaganya nilai tukar Rupiah terhadap
USD diperkirakan mampu sedikit meredam gejolak inflasi dari eksternal maupun pembentukan
ekspektasi masyarakat dari faktor nilai tukar.
Tingkat ekspektasi masyarakat walaupun sedikit meningkat namun tetap berada pada
taraf yang stabil. Fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap USD yang masih stabil memberikan
dampak terhadap ekspektasi nilai tukar, sehingga dapat menjaga ekspektasi masyarakat
terhadap harga yang meskipun terindikasi sedikit meningkat namun masih pada level yang
stabil yang terindikasi dari stabilnya Indeks Ekspektasi Masyarakat terhadap Harga 3 Bulan yang
Akan Datang.
Grafik VI.8 Perkembangan Nilai Tukar
Rupiah terhadap USD
Sumber: Bank Indonesia
-
50,0
100,0
150,0
200,0
250,0
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1
2008 2009 2010
Ekspektasi Harga 3 bulan yang akan datang
Grafik VI.9 Indeks Ekspektasi Masyarakat
terhadap harga 3 Bulan Yang Akan Datang
Sumber: Survei Konsumen – Bank Indonesia