kajian ekonomi regional banten triwulan iv 2011 - bi.go.id · triwulan iv 2011 i kajian ekonomi...

100
Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan IV 2011

Upload: vanminh

Post on 03-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan IV 2011

Triwulan IV 2011

i

Kajian Ekonomi Regional Banten

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam karena

dengan rahmat serta ridha-Nya penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Banten

Triwulan IV 2011 dapat dipublikasikan. Buku Kajian Ekonomi Regional ini merupakan sebuah

kajian komprehensif yang diterbitkan secara triwulanan yang berisi analisis, data dan

informasi mengenai kondisi terkini perekonomian Banten maupun prospeknya di masa

mendatang.

Buku Kajian Ekonomi Regional ini mencakup kajian mengenai perkembangan

makroekonomi regional Banten saat ini; perkembangan inflasi; perbankan dan sistem

pembayaran; perkembangan keuangan daerah; perkembangan ketenagakerjaan dan

kesejahteraan serta prospek perekonomian ke depan. Berdasarkan hasil asesmen pada

triwulan IV 2011, perkembangan kinerja perekonomian Banten mengalami perlambatan

meskipun tetap terjaga dalam level yang relatif cukup tinggi, yaitu dari sebesar 6,10%

menjadi 5,11%. Namun demikian, secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Banten pada

tahun 2011 mencapai angka 6,43%.

Di sisi lain, perkembangan inflasi Banten masih terjaga pada level yang stabil rendah

hingga akhir triwulan laporan yang didorong oleh semakin membaiknya kondisi pasokan

volatile foods dan masih terjaganya harga-harga yang ditetapkan oleh pemerintah dengan

ditundanya kebijakan pengaturan BBM bersubsidi hingga triwulan laporan. Pada akhir

triwulan IV 2011 inflasi Banten tercatat sebesar 3,45% (yoy).

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada

semua pihak baik Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, Pemerintah Daerah Provinsi di

Banten,perusahaan/asosiasi di Provinsi Banten serta pihak-pihak lainnya yang tidak bisa kami

sebutkan satu-persatu. Kiranya kajian ini dapat memberikan manfaat yang optimal bagi

pengembangan perekonomian Provinsi Banten.

Serang, 8 Februari 2012

TTD

Andang Setyobudi Pemimpin

Triwulan IV 2011

ii

Kajian Ekonomi Regional Banten

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Triwulan IV 2011

iii Kajian Ekonomi Regional Banten

Daftar Isi

Ringkasan Eksekutif Halaman v

Tabel Indikator Ekonomi Banten Halaman viii Bab I Perkembangan Makro Ekonomi Regional Halaman 1

Sisi Permintaan Halaman 2 Sisi Penawaran Halaman 15

Boks 1. Upaya Meluruskan Benang Kusut Klaster Industri Petrokimia di Banten

Halaman 27

Bab II Perkembangan Inflasi Daerah Halaman 33

Perkembangan Inflasi Banten Halaman 34 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi Halaman 36

Boks 2. Pemetaan Struktur Pasar dan Pola Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Banten 2011

Halaman 37

Bab III Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Halaman 41 Perkembangan Intermediasi Bank Umum Halaman 41

Perkembangan Intermediasi Bank Perkreditan Rakyat Halaman 62 Perkembangan Kredit Usaha Rakyat Halaman 63 Perkembangan Sistem Pembayaran Halaman 64

Boks 3. Penelitian Komoditas Produk Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM di Wilayah Banten Tahun 2011

Halaman 65

Bab IV Keuangan Daerah Halaman 69

Pendapatan Daerah Halaman 70 Belanja Daerah Halaman 72

Bab V Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Halaman 75 Ketenagakerjaan Halaman 75

Kesejahteraan Masyarakat Halaman 76

Triwulan IV 2011

iv Kajian Ekonomi Regional Banten

Bab VI Prospek Perekonomian Halaman 79

Pertumbuhan Ekonomi Halaman 79 Inflasi Halaman 84

Boks 4. Upaya KBI Serang dalam Mendorong Sektor Riil dan UMKM di Provinsi Banten

Halaman 85

Untuk Informasi lebih lanjut dapat menghubungi: Kelompok Kajian dan Survei Kantor Bank Indonesia Serang Jl. Yusuf Martadilaga No. 12 Serang – Banten Ph : 0254 – 223788 Fax : 0254 – 223875 email : [email protected], [email protected] atau [email protected] Website : www.bi.go.id

Triwulan IV 2011

v

Kajian Ekonomi Regional Banten

RINGKASAN EKSEKUTIF

Kinerja perekonomian Banten pada Triwulan IV 2011 kembali mengalami perlambatan

meskipun tetap terjaga dalam level yang relatif cukup tinggi, yaitu dari sebesar 6,10%

(yoy) menjadi 5,11% (yoy). Namun demikian, secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi

Banten pada tahun 2011 mencapai angka 6,43% atau masih lebih baik dibandingkan dengan

angka tahun 2010 sebesar 6,08%.

Pada sisi permintaan, melambatnya kinerja ekspor komoditi utama Banten akibat belum

pulihnya kondisi beberapa mitra dagang utama Banten dan melambatnya pertumbuhan

konsumsi pemerintah sebagai akibat belum optimalnya penyerapan anggaran pemerintah

daerah di Wilayah Banten pada triwulan IV 2011 menjadi faktor utama menurunnya

angka pertumbuhan ekonomi. Namun, tetap tingginya konsumsi domestik dan investasi

mampu menopang angka pertumbuhan ekonomi di atas level 5%.

Dari sisi sektoral, penurunan perlambatan ekonomi terjadi pada sektor industri, pertanian,

perdagangan hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, dan

persewaan dan jasa perusahaan. Menurunnya kinerja sektor utama terutama sektor

industri sebagai dampak krisis global lanjutan berdampak menurunnya kinerja pada

beberapa sektor lainnya di Banten. Sementara itu, secara tahunan (dari tahun 2010 ke 2011),

hanya terdapat 2 sektor ekonomi yang mengalami penurunan sekaligus mengalami

pertumbuhan ekonomi terendah sepanjang tahun 2011, yaitu sektor pertanian dan sektor LGA,

sedangkan lainnya terutama sektor dominan Banten masih mengalami angka pertumbuhan

ekonomi yang membaik.

Inflasi Banten tetap terjaga di bawah inflasi nasional dan menunjukkan penurunan pada

akhir triwulan IV 2011, kondisi inflasi Banten pada level yang rendah dan stabil tersebut

disebabkan oleh relatif stabilnya harga komoditas bahan makanan (volatile foods) dan

komoditas yang ditetapkan oleh pemerintah (administered prices). Inflasi Banten sebesar

3,45% (yoy ) pada akhir triwulan IV 2011 lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional

sebesar 3,79% (yoy), merupakan level terendah sepanjang tahun 2011. Membaiknya kondisi

cuaca dan iklim pada tahun 2011 dibandingkan tahun sebelumnya menjadi pendorong

membaiknya kondisi pasokan bahan makanan yang harganya relatif bergejolak pada triwulan IV

2011. Selain itu, ditundanya pemberlakuan kebijakan pengaturan BBM bersubsidi oleh

Triwulan IV 2011

vi

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kegiatan intermediasi perbankan khsusunya bank umum di Banten belum terlihat optimal

seiring melambatnya kinerja sektor keuangan maupun perekonomian Banten, sementara

transaksi non tunai dalam sistem pembayaran di Banten pun menunjukkan sedikit

penurunan kinerja pada triwulan IV 2011. Kondisi tersebut tercermin dari menurunnya

pertumbuhan kredit dan rasio pinjaman terhadap simpanan (Loan to Deposit Ratio/LDR) bank

umum. Namun demikian, risiko kredit bank umum mengalami penurunan dari sebesar 2,53%

pada triwulan III 2011 menjadi 1,9% pada triwulan laporan. Ekspansi kredit/pembiayaan BPR

juga mengalami kinerja yang menurun. Sementara itu, pada aspek sistem pembayaran,

penggunaan sistem pembayaran non tunai sebagai sarana dalam penyelesaian transaksi usaha

baik melalui Real Time Gross Settlement (RTGS) maupun kliring cenderung menurun pada

triwulan IV 2011.

Pemerintah Provinsi Banten berhasil merealisasikan pendapatannya dari yang kebijakan

ditargetkan pada tahun 2011. Sebaliknya, belanja daerah hanya mendekati target optimal

karena belum terealisasinya beberapa pengeluaran pada belanja barang dan jasa serta

belanja modal untuk alat berat, program pendidikan dan kesehatan. Besarnya anggaran

pengeluaran menyebabkan terjadinya defisit APBD pada tahun 2011 sekitar Rp 145,91 miliar.

Secara akumulasi, pencapaian tahun 2011 terlihat lebih baik dibandingkan pencapaian tahun

2010. Namun dilihat dari pertumbuhan tahunan (growth) realisasi belanja APBD secara

triwulanan, pencapaian realisasi APBD triwulan IV 2011 sedikit lebih rendah jika dibandingkan

dengan triwulan III 2011.

Kondisi ketenagakerjaan masyarakat pada triwulan IV 2011 diperkirakan mengalami

peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang didorong oleh membaiknya kondisi

perekonomian. Data Badan Pusat Statistik Provinsi Banten pada pertengahan triwulan III 2011

menunjukkan bahwa Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Banten mencapai 67,79% dan

Tingkat Pengangguran Terbuka sebesar 13,06%. Angka tersebut menunjukkan adanya

perbaikan pada triwulan laporan karena didukung oleh adanya investasi baru dan perluasan

usaha besar maupun UMKM di berbagai sektor ekonomi.

Perekonomian Banten pada triwulan I 2012 diprakirakan mengalami peningkatan secara

moderat pada kisaran level pertumbuhan 5,50% - 6,00% (yoy) dibandingkan dengan

triwulan IV 2011. Tertahannya laju pertumbuhan ekonomi diperkirakan bersumber dari masih

berlanjutnya dampak lanjutan krisis yang menyelimuti Eropa dan Amerika Serikat yang

berdampak pada melambatnya pertumbuhan ekspor Banten. Kondisi ketidakpastian global

terindikasi dari banyaknya perkiraan dari lembaga keuangan dunia yang menurunkan angka

Triwulan IV 2011

vii

Kajian Ekonomi Regional Banten

proyeksi ekonomi global terutama negara-negara maju yang merupakan mitra dagang daerah

Banten. Secara keseluruhan proyeksi pertumbuhan ekonomi Banten pada tahun 2012 hanya

akan mencapai kisaran 6,00% - 6,50%. Adapun penopang pertumbuhan ekonomi Banten

pada level kisaran 6,00% adalah tetap tingginya konsumsi domestik dan investasi di wilayah

Banten.

Sementara itu pada aspek inflasi, seiring potensi tingginya curah hujan pada awal triwulan

I 2012 berpotensi mendorong tekanan inflsi dari komponen volatile foods. Tingginya

konsumsi swasta domestik dan harga komoditas seperti emas berpotensi meningkatkan

komponen inflasi inti. Sementara itu, administered prices pada triwulan mendatang belum

berpotensi meningkat karena belum ada rencana penetapan oleh pemerintah triwulan

mendatang. Inflasi Banten Triwulan I 2012 diprakiraan akan berada pada kisaran 3,89% ± 1 %

(yoy) dan secara keseluruhan 2012 akan mencapai kisaran 4,35% ± 1 %.

Triwulan IV 2011

viii

Kajian Ekonomi Regional Banten

Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Banten

Indikator 2010*) 2011**)

II III IV I II III IV Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (% yoy)

5,87 6,06 6,31 6,84 6,41 6,57 5,11

Berdasarkan Sektor: Pertanian 6,29 6,36 6,68 7,73 3,72 8,78 3,45 Pertambangan &

Penggalian 8,93 8,56 9,74 10,10 9,11 9,55 6,25

Industri Pengolahan 3,38 3,35 4,02 4,45 3,84 4,10 2,09 Listrik, Gas & Air Bersih 11,07 12,39 12,82 6,06 5,17 2,86 4,20 Bangunan 6,97 7,39 7,82 8,44 9,50 10,28 9,28 Perdagangan, Hotel &

Restoran 8,43 9,70 9,46 10,06 11,14 9,75 9,63

Pengangkutan & Komunikasi

11,98 12,17 12,93 12,61 12,94 11,62 10,96

Keuangan, Persewaan & Jasa Usaha

7,48 5,83 5,77 7,49 7,36 8,22 6,01

Jasa-jasa 6,70 5,11 1,03 7,65 6,67 7,05 8,58 Berdasarkan Permintaan Konsumsi Rumah Tangga N.A. N.A. N.A. 5,71 6,14 6,77 5,68 Konsumsi Pemerintah N.A. N.A. N.A. 12,78 15,18 14,28 0,64 PMTB N.A. N.A. N.A. 6,23 8,26 9,76 11,90 Ekspor N.A. N.A. N.A. 7,01 8,76 9,44 11,22 Impor N.A. N.A. N.A. 6,63 11,11 12,57 16,75

Ekspor Nilai Ekspor Non Migas

(USD Juta) 1.918,23 1.854,87 2.254,44 2.205,90 2.461,16 2.485,91 1.520,41

Volume Ekspor Non Migas (ribu ton)

885,68 924,56 1.211,03 987,42 957,48 991,35 550,82

Impor Nilai Impor Non Migas

(USD Juta) 3.449,96 3.929,74 4.713,29 4.585,15 5.063,46 5.257,99 3.867,61

Volume Impor Non Migas (ribu ton)

2.621,74 2.714,68 3.475,36 2.940,59 3.464,32 3.450,04 2.019,43

Indeks Harga Konsumen Kota Cilegon 121,59 123,65 125,90 126,28 125,86 127,05 128,86 Kota Serang 124,97 126,89 129,85 129,33 129,42 132,10 133,46 Kota Tangerang 120,96 123,94 125,72 126,39 127,22 129,44 130,47 Provinsi Banten 121,59 124,31 126,31 126,78 127,35 129,50 130,68

Laju Inflasi Tahunan (% yoy) Kota Cilegon 4,64 4,43 6,12 5,52 3,51 2,75 2,35 Kota Serang 4,80 3,69 6,18 5,43 3,56 4,11 2,78 Kota Tangerang 4,34 4,79 6,08 5,86 5,18 4,44 3,78 Provinsi Banten 4,44 4,59 6,10 5,76 4,73 4,18 3,45 Keterangan: *) angka sementara (Sumber: BPS Provinsi Banten) **) angka sangat sementara (Sumber: BPS Provinsi Banten) ***) Data Ekspor Tw IV 2011 merupakan angka sementara, gabungan Oktober – November 2011 (Sumber: Bank Indonesia)

Triwulan IV 2011

ix

Kajian Ekonomi Regional Banten

Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Banten

Indikator 2010 2011

II III IV I II III IV Perbankan Dana Pihak Ketiga (Rp Triliun)

42,79 40,08 51,65 54,39 62,53 66,26 70,16

Tabungan 13,58 14,17 17,69 17,70 20,97 22,55 25,10 Giro 9,95 7,83 10,25 10,79 12,30 12,91 14,49 Deposito 19,27 18,09 23,71 25,90 29,26 30,80 30,57

Kredit (Rp Triliun) – Berdasarkan Lokasi Bank

32,65 34,66 39,45 42,42 45,43 49,20 51,95

Modal Kerja 11,21 12,17 13,24 14,06 15,67 16,50 16,95 Konsumsi 19,08 20,08 23,43 25,14 26,10 28,64 30,46 Investasi 2,36 2,41 2,79 3,22 3,66 4,06 4,54

Kredit (Rp Triliun) – Berdasarkan Lokasi Proyek

72,91 71,89 81,70 79,83 83,82 92,12 112,22

Modal Kerja 32,19 31,94 35,54 34,02 36,49 39,19 47,06 Konsumsi 22,79 24,64 27,99 27,92 28,70 31,83 37,78 Investasi 17,93 15,30 18,18 17,88 18,63 21,10 27,38

Loan to Deposit Ratio (%) 76,30 86,47 76,39 78,00 72,65 74,25 74,04 NPL Gross (%) 3,00 2,84 2,34 2,38 2,58 2,53 1,90 Sistem Pembayaran Transaksi RTGS (Rp Triliun) Rata-rata Harian Nominal

Transaksi 0,61 0,58 0,71 0,68 0,63 0,70 0,70

Rata-rata Harian Volume Transaksi

851 933 996 986 987 1.047 1.032

Transaksi Kliring (Rp Triliun) Rata-rata Harian Nominal

Transaksi 7,12 6,65 7,58 8,92 8,37 9,15 9,80

Rata-rata Harian Volume Transaksi

340 283 339 365 349 350 384

Keterangan: *) angka sementara posisi Desember 2011 (Sumber: Bank Indonesia)

Triwulan IV 2011

x

Kajian Ekonomi Regional Banten

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Triwulan IV 2011

1

Kajian Ekonomi Regional Banten

BAB I PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

Setelah kembali membaik selama 2 tahun terakhir, dampak ekonomi global mulai kembali

memperlambat pertumbuhan ekonomi Banten terutama sejak dua triwulan terakhir di

tahun 2011. Setelah mencapai titik tertinggi pada triwulan I 2011, pertumbuhan ekonomi

Banten mengalami trend perlambatan meskipun tetap terjaga dalam level yang relatif cukup

tinggi, yaitu dari sebesar 6,10% menjadi 5,11%. Dari sisi pengeluaran, trend pelemahan ekspor

Banten terjadi karena menurunnya permintaan luar negeri terhadap produk manufaktur utama

dari Banten dan menurunnya realisasi pengeluaran konsumsi pemerintah dan lembaga swasta

nirlaba. Secara sektoral, perlambatan ekonomi periode ini dibandingkan triwulan sebelumnya

disebabkan terutama oleh melambatnya kinerja sektor-sektor utama di Banten. Pertumbuhan

ekonomi Banten tersebut sepanjang 3 triwulan terakhir berada di bawah angka pertumbuhan

ekonomi nasional.

5,52 6,11 6,28 6,37

7,93

6,72

6,10 5,11

19,5020,0020,5021,0021,5022,0022,5023,0023,5024,0024,50

0,001,002,003,004,005,006,007,008,009,00

I II III IV I II III IV

2010 2011

Rp Triliun%

PDRB Banten ADH Konstan (Rp Triliun)Pertumbuhan Ekonomi Banten (Y-O-Y) ADH KonstanPertumbuhan Ekonomi Nasional ADH Konstan

Grafik I.1. Laju Pertumbuhan PDB Nasional

dan PDRB Banten Triwulanan (yoy)

Sumber: BPS RI dan BPS Provinsi Banten, diolah

6,0 5,8

4,7

6,1 6,45,8

6,3 6,1

4,5

6,16,5

5,9

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00%

Pertumbuhan Ekonomi Banten

Pertumbuhan Ekonomi nasional

Grafik I.2. Pertumbuhan Ekonomi Banten 5

Tahun Terakhir

Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah

Secara tahunan, kinerja perekonomian Banten selama 2 tahun terakhir menunjukkan

peningkatan karena didorong oleh konsumsi domestik yang tinggi dan peningkatan investasi

dan kinerja ekspor sektor utama Banten. Selain itu, upaya-upaya perbaikan yang telah

dilakukan pemerintah termasuk pemerintah provinsi dan kabupaten turut memacu perbaikan

kinerja tersebut. Secara-rata-rata selama 5 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Banten

berada pada level 5,8% dan mendekati angka rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional sebesar

5,9%.

Triwulan IV 2011

2

Kajian Ekonomi Regional Banten

I.1. SISI PERMINTAAN

Melambatnya kinerja ekspor komoditi utama Banten akibat belum pulihnya kondisi

beberapa mitra dagang utama Banten dan melambatnya pertumbuhan konsumsi

pemerintah sebagai akibat belum optimalnya penyerapan anggaran pemerintah daerah di

Wilayah Banten pada triwulan IV 2011 menjadi faktor utama menurunnya angka

pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan/pengeluaran. Namun, tetap tingginya

konsumsi domestik dan investasi mampu menopang angka pertumbuhan ekonomi di atas

level 5%. Faktor utama yang mendorong perlambatan ekonomi dari sisi pengeluaran Banten

terlihat dari beberapa promt indikator ekspor seperti melambatnya ekspor luar negeri pada

industri bahan kimia, tekstil, kayu dan gabus, besi baja, dan kertas. Selain itu, angka

pertumbuhan ekspor tersebut lebih rendah dari angka pertumbuhan impor (kondisi net ekspor

defisit semakin tinggi). Ditambah dengan belum optimalnya realisasi belanja terutama belanja

modal dan belanja program satuan kerja tertentu yang memiliki anggaran relatif besar

dibandingkan satuan kerja lainnya menyebabkan pertumbuhan angka komponen konsumsi

pemerintah turut melambat.

Membaiknya angka komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto dan realisasi penanaman

modal asing di Wilayah Banten serta peningkatan pendapatan riil masyarakat Banten yang

diiringi dengan angka inflasi perkotaan dan pedesaan di Banten relatif rendah, menyebabkan

laju pertumbuhan ekonomi Banten pada triwulan IV 2011 tetap berada pada level 5,11%.

Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Banten pada tahun 2011 mencapai angka 6,43%

atau masih lebih baik dibandingkan dengan angka tahun 2010 sebesar 6,08%.

Tabel I.1. PDRB Banten Triwulan II 2011 Menurut Penggunaan

Komponen Pengeluaran (%, yoy) 2010 2011I II III IV I II III IV

Konsumsi Rumah Tangga 5,50 5,63 5,72 4,74 5,39 4,73 4,93 5,32 5,68 5,17Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 5,62 7,95 10,86 11,92 9,14 13,05 10,39 8,13 6,13 9,31Konsumsi Pemerintah -5,72 -7,46 0,94 13,68 1,08 12,46 13,81 12,89 0,64 9,04Pembentukan Modal Tetap Bruto 10,45 9,50 5,90 4,77 7,55 5,01 7,01 8,74 11,90 8,23Perubahan Stok -13,48 10,96 14,05 22,17 8,22 29,19 18,55 -8,71 -0,12 7,88Ekspor Barang dan Jasa 14,31 13,02 9,53 11,00 11,86 10,61 12,23 12,24 11,22 11,59Dikurangi Impor Barang dan Jasa 21,90 18,02 11,16 13,14 15,72 9,93 15,28 16,84 16,75 14,84

PDRB 5,52 6,11 6,28 6,37 6,08 7,93 6,72 6,10 5,11 6,43

2010 2011

Sumber: BPS Provinsi Banten (** angka sangat sementara)

1.1.1. Konsumsi

Perlambatan pertumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran dapat tertahan oleh

pengeluaran konsumsi rumah tangga yang tetap meningkat. Hal tersebut didorong oleh

stabilitas harga yang relatif lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya dan adanya

Triwulan IV 2011

3

Kajian Ekonomi Regional Banten

peningkatan pendapatan masyarakat di Banten. Menurunnya realisasi pengeluaran

pemerintah kemungkinan disebabkan oleh belum optimalnya realisasi sejumlah proyek

pembangunan terutama terkait belanja modal pengadaan alat-alat berat/konstruksi untuk

infrastruktur, pembangunan kantor dan pusat pemerintahan atau belanja program

lainnya. Meningkatnya Upah Minimum Provinsi Banten sekitar 4,68% pada tahun 2011 dan

adanya ekspektasi rencana kenaikan upah minimum kota dan kabupaten pada kisaran yang

jauh lebih besar dari tahun 2011 berpotensi mendorong konsumsi masyarakat pada periode

laporan. Sementara itu, inflasi di wilayah perkotaan dan pedesaan relatif terus menurun hingga

di bawah 4% secara tahunan. Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) terus meningkat cukup tinggi

seiring membaiknya inflasi di Banten.

-4,00

-2,00

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

16,00

12345678910111212345678910111212345678910111212345678910

2008 2009 2010 2011

% y

oy

Dev iasi Nasional Banten

Grafik I.3. Perkembangan Inflasi Tahunan Banten dan Nasional

Sumber: BPS Provinsi Banten dan BPS RI

90

92

94

96

98

100

102

104

106

108

6789101112123456789101112123456789101112123456789101112

2008 2009 2010 2011

Ind

eks

NTP Banten

Grafik I.4. Nilai Tukar Petani di Banten

Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah

0

1

2

3

4

5

6

7

8

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2010 2011

% y

oy

Inflasi Pedesaan

Grafik I.5. Inflasi Tahunan Pedesaan di

Banten

Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah

Kondisi ini turut mendorong peningkatan daya beli dan konsumsi petani bahkan sepanjang

tahun 2011. Peningkatan konsumsi juga tercermin dari meningkatnya pendapatan rata-rata

PDRB per kapita dan pengeluaran per kapita sebulan di Banten pada tahun 2011dibandingkan

Triwulan IV 2011

4

Kajian Ekonomi Regional Banten

tahun 2010. PDRB per kapita di Banten saat ini telah mencapai Rp 8,62 juta per tahun atau USD

991,67. Bahkan tingkat pengeluaran rata-rata perkapita total dan untuk kebutuhan makanan

termasuk tertinggi kedua setelah DKI Jakarta di Wilayah Jawa, yaitu sebesar Rp 693.987 per

kapita sebulan untuk pengeluaran total dan Rp 328.623 untuk pengeluaran/konsumsi

makanan.

Tabel I.2. Perkembangan Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan Banten dan Provinsi

Lain di Kawasan Jawa (dalam Rupiah)

Total Makanan Total Makanan

DKI Jakarta 1.024.214 398.782 1.355.688 457.669 Banten 644.138 296.896 693.987 328.623 Jabar 487.681 255.210 608.708 297.590 Jatim 411.477 214.964 486.426 245.743 DIY 553.967 244.004 625.043 276.323 Jateng 393.831 203.968 463.907 229.775

Provinsi2010 2011*

Sumber: Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial Ekonomi Indonesia – BPS RI

Tabel I.3. Perkembangan PDRB Per Kapita Banten

PDRB Per Kapita ADH Konstan 2000 2010 2011Nilai (Rp) 8.326.232,38 8.624.655,80Indeks Peningkatan (%) 3,49 3,58Nilai (USD) 925,36 991,67

Sumber: BPS Prov. Banten

Kondisi upah minimum tenaga kerja yang terus membaik saat ini dan hingga ekspektasi di

tahun berikutnya turut berperan dalam peningkatan konsumsi masyarakat di Banten. Upah

minimum kota/kabupaten 2011 berada pada kisaran antara Rp 1.007.500 di Kabupaten Lebak

(terendah) dan Rp 1.250.000 di Kota Tangerang (tertinggi) dengan kenaikan dari tahun

sebelumnya pada kisaran antara 4,26% (di Kota Cilegon) hingga 10,74% (di Kota Tangerang

Selatan). Rencana tahun 2012, kenaikan UMK diperkirakan antara 3,45% hingga 22, 86%.

Tabel I.4.

2008 2009 2010 2011 2012 *)Kota Tangerang 958.782 1.064.500 1.130.000 1.250.000 1.529.150 11,03 6,15 10,62 22,33 Kota Cilegon 971.400 1.099.000 1.174.000 1.224.000 1.347.000 13,14 6,82 4,26 10,05 Kota Tangerang Selatan 953.850 1.055.000 1.125.000 1.245.800 1.529.150 10,60 6,64 10,74 22,74 Kota Serang 927.500 1.030.000 1.050.000 1.156.000 1.231.000 11,05 1,94 10,10 6,49 Kab. Pandeglang 840.000 918.950 964.500 1.015.000 1.050.000 9,40 4,96 5,24 3,45 Kab. Lebak 842.000 918.000 959.500 1.007.500 1.047.800 9,03 4,52 5,00 4,00 Kab. Tangerang 953.850 1.055.000 1.125.000 1.243.000 1.527.150 10,60 6,64 10,49 22,86 Kab. Serang 927.500 1.030.000 1.101.000 1.189.600 1.410.000 11,05 6,89 8,05 18,53 Banten 837.000 917.500 955.300 1.000.000 1.042.000 9,62 4,12 4,68 4,20 UMK 2012 : Berdasarkan SK Gubernur Banten No. 561/Kep.886-Huk/2011 tanggal 21 November 2011 tentang Penetapan UMK Se-Provinsi Banten 2012

UMP 2012 : SK Gubernur No. 561/Kep.828-Huk/2011 tanggal 28 Oktober 2011

*) Data Sementara

Data Perkembangan Upah Minimum Kota /Provinsi di Banten

Kota/KabupatenUMP/UMK (Rp/bulan) Growth 2009

(% yoy)Growth 2010

(% yoy)Growth 2011

(% yoy)Growth 2012

(% yoy)

Triwulan IV 2011

5

Kajian Ekonomi Regional Banten

Potensi kesenjangan ekonomi dapat semakin besar karena kenaikan UMK terbesar terutama

diberlakukan di Wilayah Utara Banten, sedangkan di Wilayah Selatan (terutama Kabupaten

Lebak dan Pandeglang) rencana kenaikannya di bawah angka 5%, sebagai akibat wilayahnya

yang cenderung agraris. Sementara itu, untuk wilayah industri terlihat kenaikannya relatif

tinggi. Di satu sisi dapat turut meningkatkan pendapatan/kesejahteraan tenaga kerja, di sisi

yang lain akan menjadi beban biaya bagi perusahaan. Kenaikan tersebut tentunya dapat saja

dipenuhi oleh perusahaan sepanjang tingkat produktivitas tenaga kerja di Wilayah Banten

semakin meningkat. Apabila sebaliknya terjadi, dikhawatirkan akan kontraproduktif dengan

iklim investasi di Banten yang saat ini sedang membaik dan didukung oleh kondisi makro

ekonomi nasional dalam status investment grade pada tahun 2012.

Status investment grade akan mendorong investor luar negeri untuk berinvestasi di Indonesia

termasuk Banten yang memiliki banyak potensi keunggulan karena beberapa kondisi

tertentu/variabel ekonomi yang telah semakin baik. Koordinasi yang baik perlu terus dilakukan

antara serikat pekerja, perusahaan/asosiasi perusahaan (APINDO), dewan pengupahan dan

pemerintah dalam menentukan format pengupahan yang adil dan win-win solution bagi semua

pihak. Transparansi perusahaan kepada karyawan dengan diawasi oleh sinas terkait akan

memberikan efek positif bagi kestabilan perekonomian di Banten dan Indonesia pada

umumnya.

Peningkatan konsumsi terlihat juga dari berbagai indikator hasil Survei Konsumen yang

dilakukan Bank Indonesia Serang, tercermin antara lain dari meningkatnya indeks ketepatan

waktu pembelian barang tahan lama (durable goods) seperti pembelian perumahan, kendaraan,

dan alat elektronik kebutuhan rumah tangga serta indeks rata-rata pendapatan per bulan untuk

pengeluaran kebutuhan rumah tangga dan pembayaran cicilan.

Triwulan IV 2011

6

Kajian Ekonomi Regional Banten

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

120,0

123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112

2008 2009 2010 2011Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama

Grafik I.6. Indeks Ketepatan Waktu

Pembelian Barang Tahan Lama (Durable

Goods) Banten

Sumber: Survei Konsumen – Bank Indonesia

-

20

40

60

80

100

120

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2011

Ind

eks

Grafik I.7. Indeks Rata-rata Pendapatan per

Bulan untuk Kebutuhan Rumah Tangga di

Banten.

Sumber: Survei Konsumen – Bank Indonesia

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

120,0

140,0

123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112

2008 2009 2010 2011Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

Grafik I.8. Indeks Keyakinan Konsumen dan

Indeks Keyakinan terhadap Kondisi Ekonomi

Saat Ini Banten

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

120,0

140,0

160,0

123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112

2008 2009 2010 2011Indeks Kondisi Penghasilan Saat Ini Indeks Kondisi Ketersediaan Lapangan Kerja

Grafik I.9. Indeks Kondisi Ketersediaan

Lapangan Kerja Saat Ini dan Indeks Kondisi

Penghasilan Saat Ini Banten

Sumber: Survei Konsumen – Bank Indonesia

Meningkatnya indeks keyakinan konsumen tercermin juga dari kenaikan angka indeks tersebut

dari tahun 2010 yang berada dibawah angka 100 menjadi di atas 115 pada akhir tahun 2011.

Bahkan angka indeks pada triwulan IV 2011 tersebut sedikit diatas periode triwulan III 2011.

Yang cukup menggembirakan adalah indeks kondisi ketersediaan lapangan kerja yang telah

menembus angka 100 yang berarti kepercayaan/keyakinan konsumen terhadap ketersediaan

lapangan kerja dan membaiknya ekonomi/usaha pada saat ini terlihat semakin optimis.

Pada komponen konsumsi pemerintah, terjadi perlambatan sebagai akibat belum

optimalnya penyerapan belanja modal dan program yang dilakukan. Setidaknya,

penyelenggaraan PILKADA Provinsi Banten pada tahun 2011 berpengaruh pada jalannya

penyelesaian program pemerintah daerah. Rencana realisasi total belanja daerah Provinsi

Banten pada triwulan IV 2011 sebesar Rp 4,05 triliun telah dapat direalisasikan sebesar Rp 3,9

Triwulan IV 2011

7

Kajian Ekonomi Regional Banten

triliun atau mencapai angka 96,38%. Belum optimalnya penyerapan lebih disebabkan oleh

belum direalisasikannya sebagian belanja modal untuk pembelian alat-alat berat dan pembelian

barang investasi pada program di Dinas Pendidikan dan Kesehatan.

Tabel I.5. Perkembangan PDRB Per Kapita Banten

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III* Tw IV*APBD-Total Belanja Banten (Rp miliar) 2.366,62 2.366,62 2.525,07 2.525,07 2.511,27 2.511,27 2.511,27 2.981,77 3.485,30 3.485,30 3.485,30 4.047,76 Realisasi Belanja APBD per Triwulan (Trw) 136,57 720,43 755,27 808,55 293,86 594,40 669,41 1.289,67 338,15 618,70 1.189,16 1.755,39 % Realisasi Belanja per Trw 5,77% 30,44% 29,91% 32,02% 11,70% 23,67% 26,66% 43,25% 9,70% 17,75% 34,12% 43,37%Growth (yoy) 115,18 -17,49 -11,37 59,50 15,07 4,09 77,64 36,11

Uraian2009 2010 2011

Secara tahunan (yoy), pertumbuhan realisasi belanja triwulanan pada triwulan IV 2011 sebesar

36,11% masih jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan realisasi belanja pada triwulan III

2011. Pembangunan pusat pemerintahan di beberapa kota/kabupaten yang belum optimal juga

menjadi salah satu penyebab melambatnya pertumbuhan konsumsi pemeritah pada periode ini

termasuk pengelolaan dana proyek dari pemerintah pusat atau provinsi kepada daerah di

bawahnya.

Tabel I.6. Perkembangan PDRB Per Kapita Banten

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III* Tw IV*APBD Banten 2.366,62 2.366,62 2.525,07 2.525,07 2.511,27 2.511,27 2.511,27 2.981,77 3.485,30 3.485,30 3.485,30 4.047,76 Realisasi s.d. Triwulan Berjalan (Kumulatif) 136,57 857,00 1.612,27 2.420,82 293,86 890,30 1.556,48 2.847,34 338,15 956,85 2.146,01 3.901,40 % Realisasi Pengeluaran (Kumulatif) 5,77% 36,21% 63,85% 95,87% 11,70% 35,45% 61,98% 95,49% 9,70% 27,45% 61,57% 96,38%

Uraian2009 2010 2011

1.1.2. Investasi

Optimisme pelaku usaha terkait investasi di Banten semakin meningkat seiring

meningkatnya potensi konsumsi domestik/nasional dan perkiraan pencapaian status

investment grade bagi Indonesia pada periode yang akan datang. Kinerja investasi

diperkirakan meningkat tercermin dari meningkatnya angka pertumbuhan Pembentukan Modal

Tetap Bruto pada komponen PDRB Banten dari 8,74% pada triwulan III 20011 menjadi 11,90%

pada periode laporan. Tingginya investasi pada periode laporan diperkirakan bersumber dari

ekspansi bisnis pada sektor industri pengolahan, pengangkutan, perdagangan, hotel dan

restoran serta konstruksi.

Dari data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI terbaru, tercatat Penanaman Modal

Asing (PMA) di wilayah Banten pada tahun 2011 jauh melebihi tahun 2010. Jumlah realisasi

PMA pada tahun 2011 mencapai 418 proyek dengan nilai investasi sebesar USD 2,17 miliar,

sementara itu tahun 2010 hanya sebanyak 280 proyek dengan nilai USD 1,54 miliar atau

terdapat peningkatan sebanyak 138 proyek atau senilai USD 0,63 miliar. Di sisi lain, realisasi

Triwulan IV 2011

8

Kajian Ekonomi Regional Banten

investasi dalam negeri di Banten mengalami penurunan dari sebanyak 76 proyek pada tahun

2010 (Rp 5,85 triliun) menjadi sebanyak 38 proyek (senilai Rp 4,10 triliun). Kondisi tersebut

menunjukkan bahwa investor yang berminat di Wilayah Banten cenderung berasal dari investor

luar negeri. Ke depan, perbaikan proses kemudahan perijinan, kesiapan lahan industri dan

infrastruktur serta promosi investasi tidak saja dilakukan untuk investor luar negeri tetapi juga

perlu ditujukan bagi investor dalam negeri.

Peningkatan investasi tercermin pula dari meningkatnya penggunaan semen di Banten

terutama untuk konstruksi usaha manufaktur, bangunan dan infrastruktur.

Penggunaan/konsumsi semen di wilayah Banten yang terus meningkat dan tumbuh lebih dari

40% (yoy), bahkan pertumbuhan pada awal triwulan IV mencapai lebih dari 120% (yoy) karena

meningkatnya proyek pembangunan pabrik seperti pada sektor industri kimia dasar dan

besi/logam, pembangunan properti residensial maupun komersial oleh pihak swasta maupun

untuk penyelesaian pembangunan infrastruktur oleh pemerintah. Perluasan pembangunan

pengembangan kawasan hunian ke arah wilayah Banten terutama Tangerang dan Serang

mendorong peningkatan investasi baik infrastruktur, kebutuhan pemukiman dan hunian bisnis

lainnya, meskipun secara nasional, indeks tendensi bisnisnya menunjukkan sedikit penurunan.

85

90

95

100

105

110

115

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV*

2008 2009 2010 2011

Ind

eks %

yoy

Indeks Tendensi Bisnis

Grafik I.10. Indeks Tendensi Bisnis Nasional

Sumber: BPS RI

-40-20020406080100120140

0

50

100

150

200

250

300

123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112

2007 2008 2009 2010 2011

ribu

ton %

yoy

Konsumsi Semen (ton) Growth (RHS)

Grafik I.11. Perkembangan Konsumsi

Semen Banten

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia

Triwulan IV 2011

9

Kajian Ekonomi Regional Banten

Tabel I. 7

PROYEK (P) INVESTASI (I) P I P I P I P II SUMATERA / Sumatera 222 4.224,2 54 1.980,3 165 3.857,5 50 2.235,9 123 8.260,61 NANGGROE ACEH DARUSSALAM / Nanggroe Aceh Darussalam 5 40,9 2 9,9 1 48,0 6 7,8 8 193,72 SUMATERA UTARA / North Sumatera 41 662,7 16 492,0 21 276,9 6 32,7 39 871,43 SUMATERA BARAT / West Sumatera 11 73,8 0 0 10 249,1 10 727,2 7 5,04 R I A U / Riau 52 1.037,1 4 60,6 30 617,2 5 127,9 17 6.56,95 JAMBI / Jambi 17 223,3 2 0,3 17 1.897,5 5 103,6 6 133,46 SUMATERA SELATAN / South Sumatera 29 1.738,4 11 103,8 23 166,6 9 552,7 13 245,87 BENGKULU / Bengkulu 2 8,5 1 0 1 0 0 0 0 08 LAMPUNG / Lampung 32 272,3 8 186,9 37 506,4 3 0,0 13 131,29 BANGKA BELITUNG / Bangka Belitung 5 0,4 1 6,7 4 0 1 1507,7 1 0

10 KEPULAUAN RIAU / Riau Islands 28 166,9 9 1.120,0 21 50,9 5 176,3 19 23,3II JAWA / Java 397 35.140,3 111 8.063,0 215 8.883,5 152 10.147,0 205 10.082,7

11 DKI JAKARTA / Jakarta Capital Territory 86 4.598,5 7 2.171,5 41 2.827,7 20 1.985,8 21 2.271,512 JAWA BARAT / West Java 103 15.799,8 41 2.346,4 62 2.745,5 48 4.315,0 50 1.787,313 JAWA TENGAH / Central Java 40 795,4 23 407,8 38 382,5 29 962,8 9 84,814 D.I YOGYAKARTA / Special Region of Yogyakarta 3 10 0 0 2 0 18 194,2 5 1,615 JAWA TIMUR / East Java 89 8.084,1 31 2,454,6 45 2.124,5 37 6892 61 2.419,216 BANTEN / Banten 76 5.852,5 9 682,7 27 803,3 0 0 2 2.618,4III BALI & NUSA TENGGARA / Bali & Nusa Tenggara 39 2.119,3 11 189,7 9 135,1 4 11,7 11 20,217 B A L I / Bali 19 313,4 7 161,9 5 131,5 1 0 2 0,118 NUSA TENGGARA BARAT / West Nusa Tenggara 16 1.805,8 3 27,9 3 2,6 3 11,7 4 0,219 NUSA TENGGARA TIMUR / East Nusa Tenggara 4 0,1 1 0 1 1,0 0 0 1 0IV KALIMANTAN / Kalimantan 149 14.575,6 46 974,6 74 3.885,3 76 3.980,3 38 4.627,120 KALIMANTAN BARAT / West Kalimantan 43 1.171,7 21 485,7 18 397,8 23 468,2 9 52,321 KALIMANTAN TENGAH / Central Kalimantan 34 3.507,7 6 328,3 22 1.971,6 24 936,5 12 139,622 KALIMANTAN SELATAN / South Kalimantan 26 2.015,0 7 33,5 19 1.196,8 10 763,1 7 124,923 KALIMANTAN TIMUR / East Kalimantan 46 7.881,3 12 127,1 15 319,2 10 763,1 10 4310,3V SULAWESI / Sulawesi 58 4.337,6 23 2.463,9 36 1163,8 30 2.859,2 8 1.010,624 SULAWESI UTARA / North Sulawesi 13 95,8 1 0 7 6,1 2 9,6 1 315,925 SULAWESI TENGAH / Central Sulawesi 7 153,6 5 1.225,2 3 12,0 5 1.383,0 1 026 SULAWESI SELATAN / South Sulawesi 23 3212,3 10 1.128,6 17 981,3 18 1,181,6 4 694,727 SULAWESI TENGGARA / South East Sulawesi 5 19,2 3 14,9 4 29,2 3 15,0 1 028 GORONTALO / Gorontalo 3 16,7 2 7,4 1 4,4 1 0 1 029 SULAWESI BARAT / West Sulawesi 7 840 2 87,8 4 130,9 1 0 0 0VI MALUKU / Maluku 2 0 0 0,0 2 13,6 2 0 2 030 MALUKU / Maluku 1 0 0 0 1 0,1 1 0 1 031 MALUKU UTARA / North Maluku 1 0 0 0 1 13,5 1 0 1 0VII PAPUA / Papua 8 229,3 5 394,7 10 1.008,5 4 0,6 10 21,132 PAPUA / Papua 7 178 4 348,2 10 1.008,5 1 0,6 7 21,133 IRIAN JAYA BARAT / West Irian 1 51,3 1 46,5 0 0 3 0 3 0

876 60.626,3 250 14.066,2 511 18.947,4 318 18.946,80 397 4.002,4Sumber: BKPM

PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI BERDASARKAN LOKASI (PMDN)

Q 1 Q 2 Q 3 Q 4

JUMLAH / T o t a l

2010JAN - DESNO. LOKASI / Location

2011

Triwulan IV 2011

10

Kajian Ekonomi Regional Banten

Tabel I.8

PROYEK INVESTASI P I P I P I P II SUMATERA / Sumatera 362 747,1 129 690,2 276 532,4 159 304,5 192 5 49,51 NANGGROE ACEH DARUSSALAM / Nanggroe Aceh Darussalam 14 4,6 5 1,0 17 6 ,3 17 4,9 7 1 0,32 SUMATERA UTARA / North Sumatera 79 181,1 23 242,5 28 144,6 18 184,0 59 1 82,63 SUMATERA BARAT / West Sumatera 10 7,9 3 0,4 14 0 ,5 14 15,3 17 6 ,74 R I A U / Riau 45 86,6 11 15,8 29 8 6,3 9 12,1 17 98,15 JAMBI / Jambi 12 37,2 7 3,8 8 0 8 7,9 18 7,76 SUMATERA SELATAN / South Sumatera 51 186,3 22 363,2 42 138,5 29 24,8 27 30,87 BENGKULU / Bengkulu 11 25,1 5 10,7 8 26,0 6 0,4 5 5.98 LAMPUNG / Lampung 31 30,7 7 5,0 27 42,6 14 8,2 9 23,79 BANGKA BELITUNG / Bangka Belitung 22 22 11 26,4 24 74,3 12 36,5 10 8,8

10 KEPULAUAN RIAU / Riau Islands 87 165,7 35 21,2 79 13,3 32 10,3 23 174,9II JAWA / Java 1.976 11.498,8 503 2.430,1 848 2.225,1 785 3.442,4 784 4.226,9

11 DKI JAKARTA / Jakarta Capital Territory 886 6.429,3 183 850,7 407 688,2 281 1.396,30 277 1.888,912 JAWA BARAT / West Java 957 1.692,0 180 1.123,8 252 842,0 279 981,2 250 892,413 JAWA TENGAH / Central Java 83 59,1 26 25,3 42 47,0 36 40,1 34 62,614 D.I YOGYAKARTA / Special Region of Yogyakarta 20 4,9 4 0,7 7 0,1 1 0,3 10 1,415 JAWA TIMUR / East Java 110 1.769,2 32 207,0 50 76,9 58 250,9 93 777,316 BANTEN / Banten 280 1.544,2 78 222,7 90 571,0 130 773,7 120 604,3III BALI & NUSA TENGGARA / Bali & Nusa Tenggara 374 502,7 134 164,2 164 420,6 89 327,5 159 40,417 B A L I / Bali 279 278,3 100 131,3 124 132,2 41 304,4 101 33,218 NUSA TENGGARA BARAT / West Nusa Tenggara 83 220,5 27 30,8 37 407,1 41 20,9 47 6,319 NUSA TENGGARA TIMUR / East Nusa Tenggara 12 3,8 7 2,1 3 0,3 7 2,2 11 0,9IV KALIMANTAN / Kalimantan 253 2.011,4 85 640,5 91 653,0 122 458,7 90 166,620 KALIMANTAN BARAT / West Kalimantan 50 170,4 18 297,3 7 133,1 17 63,3 15 26,921 KALIMANTAN TENGAH / Central Kalimantan 61 546,6 27 167,5 26 167,6 41 187,7 14 20,822 KALIMANTAN SELATAN / South Kalimantan 44 202,2 13 115,6 13 74,0 17 46,2 8 36,323 KALIMANTAN TIMUR / East Kalimantan 98 1.092,2 27 60,1 45 298,2 47 161,5 53 82,6V SULAWESI / Sulawesi 81 859,1 31 111,3 51 398,0 58 190,0 36 15,924 SULAWESI UTARA / North Sulawesi 25 226,8 6 90,0 17 120,0 16 2,1 7 8,125 SULAWESI TENGAH / Central Sulawesi 7 138,5 3 0,2 7 210,2 7 157,4 4 2,526 SULAWESI SELATAN / South Sulawesi 34 441,8 12 15,3 14 65,5 12 7,4 15 1,427 SULAWESI TENGGARA / South East Sulawesi 10 14,0 5 4,4 7 0,4 10 8,7 9 3,528 GORONTALO / Gorontalo 1 0,8 3 0,0 6 2,0 10 10,1 1 0,429 SULAWESI BARAT / West Sulawesi 4 37,3 2 1,4 0 0 3 4,3 0 0VI MALUKU / Maluku 8 248,9 5 2 11 72,8 8 29,3 13 37,430 MALUKU / Maluku 5 2,9 3 2,0 5 0,9 2 2,5 8 6,231 MALUKU UTARA / North Maluku 3 246,0 2 0 6 71,9 6 26,7 5 31,2VII PAPUA / Papua 27 346,8 15 357,3 15 482,4 15 412,2 26 93,232 PAPUA / Papua 17 329,6 9 350,6 10 471,9 9 406,3 15 83,233 IRIAN JAYA BARAT / West Irian 10 17,2 6 6,7 5 10,5 6 5,8 11 10,0

3.081 16.214,80 902 4.395,70 1.456 4.784,3 1.236 5.164,6 1300 5.129,9Sumber: BKPM

NO. LOKASI / Location TRIWULAN 1 / Q 1 TRIWULAN 2 / Q 22011

PENANAMAN MODAL ASING BERDASARKAN LOKASI (PMA)

2010

JUMLAH / T o t a l

TRIWULAN 3 / Q 3 TRIWULAN 4 / Q 4JAN - DES

1.1.3. Ekspor – Impor1

Menurunnya pertumbuhan ekspor yang lebih besar dari pada impor menyebabkan defisit

perdagangan Banten terhadap luar negeri semakin membesar dan mencapai sekitar USD

1,25 miliar. Menurunnya ekspor disebabkan oleh menurunnya kinerja ekspor komoditas

utama Banten seperti ekspor kimia dasar, besi/baja, tekstil, kertas dan kayu/gabus.

Penurunan ekspor tersebut disebabkan kondisi pertumbuhan ekonomi dunia terutama negara

mitra dagang Banten seperti negara-negara Eropa, Amerika Serikat, Jepang dan Cina

mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi yang memicu menurunnya permintaan barang

dari Banten. Kondisi ini dikhawatirkan akan semakin memburuk pada tahun 2012 khususnya

permintaan barang dari negara-negara Eropa. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Jepang

dan USA diperkirakan telah mulai pulih pada tahun 2012.

1 Data ekspor dan impor yang dijabarkan (angka sementara hingga November 2011) tidak termasuk data ekspor impor antar daerah.

Triwulan IV 2011

11

Kajian Ekonomi Regional Banten

Tabel I. 9 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia

2010 2011 2012 2013

World output3 5.0 4.00 4.00 4.47Advanced economies 3.0 1.60 1.90 2.38

United States 2.8 1.50 1.80 2.54

Euro area 1.8 1.60 1.10 1.53Germany 3.6 2.70 1.30 1.50France 1.4 1.70 1.40 1.87Ita ly 1.3 0.60 0.30 0.54Spain -0.1 0.80 1.10 1.77

Japan 4.3 -0.47 2.30 2.04

Emerging and developing economies 7.1 6.40 6.10 6.48

WEO (IMF)n-Jan'11 Sept'11

Sumber: WEO-IMF

Permintaan pemotongan harga (discount) dari pihak importir di luar negeri mulai dirasakan oleh

eksportir Banten seiring melemahnya permintaan di Negara-negara tersebut. Sebaliknya, harga

produk di dalam negeri cenderung membaik karena tingginya faktor permintaan. Namun yang

menjadi ancaman bagi industri manufaktur Banten terutama besi baja dan kimia dasar adalah

masuknya komoditas yang sama ke pasar domestik karena harganya yang lebih murah sebagai

akibat tidak terserapnya ekspor ke negara maju yang menjadi target utamanya.

Tabel I.10. Perkembangan Ekspor dan Impor Banten

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV *)Nilai (USD ribu) 1.712.109 1.918.230 1.854.871 2.254.436 2.205.904 2.461.159 2.485.908 1.520.414 Volume (Ribu Ton) 890 886 925 1.211 987 957 991 551 Nilai (USD ribu) 3.884.236 3.777.695 3.483.130 4.713.286 4.585.147 5.063.459 5.257.994 3.867.607 Volume (Ribu Ton) 2.499 2.622 2.715 3.475 2.941 3.464 3.450 2.019

Uraian2010 2011

Ekspor

Impor

Sumber: Bank Indonesia (* angka kumulatif sementara sampai dengan November 2011)

Nilai ekspor Banten pada triwulan IV 2011 masih mengalami peningkatan, tetapi berdasarkan

volumenya telah mengalami penurunan yang signifikan pada periode laporan. Akibatnya

pertumbuhan ekspor Banten kian melambat. Di sisi lain, nilai impornya secara bulanan semakin

meningkat dan pertumbuhannya lebih tinggi dari pada ekspor Banten. Dampaknya, defisit

transaksi perdagangan Banten dengan luar negeri semakin membesar dan mencapai angka

sekitar USD 1,25 miliar pada bulan Desember 2011 saja, tetapi jika dikumulatifkan akan

mencapai lebih dari USD 7,5 miliar.

Pertumbuhan ekspor Banten pada akhir tahun 2011 ini mendekati posisi tahun 2009 sebagai

dampak krisis global sejak tahun 2008. Kondisi ini diperkirakan dapat berulang karena krisis

global mulai kembali bergejolak di akhir tahun 2010 yang dampaknya akan mulai dirasakan 1

tahun setelah krisis tersebut dimulai, seperti pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya.

Upaya-upaya strategis perlu dilakukan sejak dari perencanaan bahan baku hingga target pasar

Triwulan IV 2011

12

Kajian Ekonomi Regional Banten

oleh industri di wilayah Banten. Namun langkah ini akan sulit dilakukan tanpa dukungan pihak

pemerintah, kestabilan sistem keuangan dan iklim yang kondusif.

-1.500

-1.000

-500

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2008 2009 2010 2011

USD

Ju

ta

Ekspor Impor Trade Balance

Grafik I.12. Perkembangan Neraca Perdagangan Banten

Sumber: Bank Indonesia

-40-30-20-100102030405060

0100200300400500600700800900

1.000

1234567891011121234567891011121234567891011121234567891011

2008 2009 2010 2011

% yo

y

USD

Ju

ta

Nilai Ekspor Growth (RHS)

Grafik I.13. Ekspor Banten Berdasarkan Nilai

Sumber: Bank Indonesia

(50)(40)(30)(20)(10)-10 20 30 40 50

050

100150200250300350400450

1234567891011121234567891011121234567891011121234567891011

2008 2009 2010 2011

Rib

u T

on %

yoy

Volume Ekspor Growth (RHS)

Grafik I.14. Ekspor Banten Berdasarkan

Volume

Sumber: Bank Indonesia

Kejadian banyaknya perusahaan tekstil dan kimia dasar di Banten yang menutup usahanya pada

tahun 2009 perlu dicermati agar tidak berulang pada tahun 2011 hingga di tahun mendatang.

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

-

2

4

6

8

10

12

14

1234567891011121234567891011121234567891011121234567891011

2008 2009 2010 2011

Rib

u T

on

% yo

y

Volume Ekspor Tekstil Growth (RHS)

Grafik I.15. Ekspor Tekstil Banten

Berdasarkan Volume

Sumber: Bank Indonesia

(50)(40)(30)(20)(10)-10 20 30 40 50

050

100150200250300350400450

1234567891011121234567891011121234567891011121234567891011

2008 2009 2010 2011

Rib

u T

on %

yoy

Volume Ekspor Growth (RHS)

Grafik I.16. Ekspor Barang dari Kayu dan

Gabus Banten Berdasarkan Volume

Sumber: Bank Indonesia

Triwulan IV 2011

13

Kajian Ekonomi Regional Banten

Perusahaan yang banyak menampung tenaga kerja di Banten antara lain pabrik tekstil, alas kaki

dan industri makanan. Saat ini, dari grafik beberapa komoditas ekspor terlihat adanya

penurunan pertumbuhan ekspor pada industri pengolah kayu dan gabus, tekstil, besi/bajadan

produk kimia dasar. Ekspor industri mineral tidak mengandung logam termasuk salah satu

industri yang masih meningkat ekspornya.

-500

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

-10 20 30 40 50 60 70 80 90

100

1234567891011121234567891011121234567891011121234567891011

2008 2009 2010 2011

Rib

u T

on

% yo

y

Volume Ekspor Besi/Baja Growth (RHS)

Grafik I.17. Ekspor Besi/Baja Banten

Berdasarkan Volume

Sumber: Bank Indonesia

2030405060708090

100110

I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011

WTIHarga Minyak WTI, USD/Barrel

Grafik I.18. Harga Minyak WTI Dunia

Sumber: Bank Indonesia

Ekspor luar negeri industri besi/baja Banten menurun lebih disebabkan seiring menurunnya

pertumbuhan ekonomi dunia, harga komoditas tersebut cenderung menurun dan

meningkatnya harga minyak dunia yang menyebabkan biaya produksi semakin meningkat dan

berdampak pada penurunan permintaan. Di sisi lain, penjualan di dalam negeri tetap memiliki

prospek yang cerah seiring rencana pemerintah dalam Master Plan Percepatan dan Perluasan

Ekonomi Indonesia yang banyak membutuhkan produk besi baja terutama pembangunan

infrastruktur jalan, jembatan dan konstruksi lainnya untuk meningkatkan konektivitas antar

wilayah. Oleh karena itu, salah satu industri terbesar baja nasional di Banten terus melakukan

ekspansi proyek pembangunan pabrik blast furnace yang akan segera direalisasikan setelah

mendapat pembiayaan dari salah satu grup besar perbankan besar dunia pada tahun 2012.

Selain itu, pembangunan pabrik baja baru yang akan berpatungan dengan perusahaan dari

Korea diperkirakan akan menyerap 100.000 tenaga kerja pada tahun 2013. Pabrik baja tersebut

akan memproduksi 3 juta ton slab per tahun dan plat baja sebanyak 1,5 juta ton per tahun

untuk kebutuhan pasar dalam negeri dan sisanya untuk kebutuhan produksi pabrik baja

patungan itu sendiri di Banten.

Kapasitas produksi pada tahun 2011 diperkirakan akan meningkat di akhir tahun 2011 setelah

beberapa proyek strategis terkait finalisasi revitalisasi fasilitas produksi Hot Strip Mill (HSM) yang

telah selesai pada bulai Mei 2011. Peningkatan produksi diperkirakan menjadi 2,4 juta ton per

tahun dari sebelumnya hanya 2 juta ton per tahun.

Triwulan IV 2011

14

Kajian Ekonomi Regional Banten

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

-10 20 30 40 50 60 70 80 90

1234567891011121234567891011121234567891011121234567891011

2008 2009 2010 2011

Rib

u T

on

% yo

y

Volume Ekspor Kertas dan Produk Kertas Growth (RHS)

Grafik I.19. Ekspor Kertas dan Produk Kertas

Banten Berdasarkan Volume

Sumber: Bank Indonesia

-100 200 300 400 500 600 700 800 900

1.000

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7

2007 2008 2009 2010

USD

/to

n

Harga Ekspor Kertas dan Produk Kertas

Grafik I.20. Harga Ekspor Kertas dan

Produk Kertas Dunia

Sumber: Bank Indonesia

-80

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

120

-

50

100

150

200

250

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011

2008 2009 2010 2011

Rib

u T

on %

yoy

Volume Ekspor Produk Kimia Grow th (RHS)

Grafik I.21. Ekspor Produk Kimia Banten

Berdasarkan Volume

Sumber: Bank Indonesia

-150

-100

-50

0

50

100

150

200

250

-5

10 15 20 25 30 35 40 45 50

1234567891011121234567891011121234567891011121234567891011

2008 2009 2010 2011

Rib

u T

on

% yo

y

Volume Ekspor Mineral Tidak Mengandung Logam

Growth (RHS)

Grafik I.22. Ekspor Mineral Tidak

Mengandung Logam Berdasarkan Volume

Sumber: Bank Indonesia

-60-40-20020406080100120140160

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

1234567891011121234567891011121234567891011121234567891011

2008 2009 2010 2011

% yo

y

USD

Ju

ta

Nilai Impor Growth (RHS)

Grafik I.23. Impor Banten Berdasarkan Nilai

Sumber: Bank Indonesia

-100

-50

0

50

100

150

0200400600800

1.0001.2001.4001.6001.800

1234567891011121234567891011121234567891011121234567891011

2008 2009 2010 2011

Rib

u T

on %

yoy

Volume Impor Growth (RHS)

Grafik I.24. Impor Banten Berdasarkan

Volume

Sumber: Bank Indonesia

Meskipun nilai impor terus meningkat, angka pertumbuhan impor Banten juga cenderung

menurun seiring menurunnya ekspor luar negeri pada beberapa komoditas utama.

Triwulan IV 2011

15

Kajian Ekonomi Regional Banten

Berdasarkan volumenya, terlihat bahwa impor Banten mulai menurun bahkan tumbuh negatif.

Penurunan impor terjadi baik pada impor barang konsumsi maupun impor barang modal.

-500

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

-5

10 15 20 25 30 35 40 45

1234567891011121234567891011121234567891011121234567891011

2008 2009 2010 2011

Rib

u T

on %

yoy

Volume Impor Barang Konsumsi Growth (RHS)

Grafik I.25 Impor Barang Konsumsi Banten

Sumber: Bank Indonesia

-200-1000100200300400500600700800900

-

10

20

30

40

50

60

70

1234567891011121234567891011121234567891011121234567891011

2008 2009 2010 2011

Rib

u T

on %

yoy

Volume Impor Barang Modal Growth (RHS)

Grafik I.26. Impor Barang Modal Banten

Sumber: Bank Indonesia

1.2. SISI PENAWARAN

Secara sektoral triwulanan, penurunan perlambatan ekonomi terjadi pada sektor industri,

pertanian, perdagangan hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan,

dan persewaan dan jasa perusahaan. Menurunnya kinerja sektor utama terutama sektor

industri sebagai dampak krisis global lanjutan berdampak menurunnya kinerja pada

beberapa sektor lainnya di Banten. Sementara itu, secara tahunan (dari tahun 2010 ke 2011),

hanya terdapat 2 sektor ekonomi yang mengalami penurunan sekaligus mengalami

pertumbuhan ekonomi terendah sepanjang tahun 2011, yaitu sektor pertanian dan sektor LGA,

sedangkan lainnya terutama sektor dominan Banten masih mengalami angka pertumbuhan

ekonomi yang membaik. Pada tahun 2011 ini, pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada

sektor pengangkutan dan komunikasi (11,94%) diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran

(9,51%) dan sektor jasa-jasa (7,89%). Tingginya pertumbuhan pada sektor tersebut dipicu oleh

ekspansi pada sektor industri dan bangunan sebagai dampak pengembangan wilayah

residensial dan industri di beberapa kawasan seperti Wilayah Tangerang, Serang dan Cilegon .

Hanya saja pertumbuhan dan pengembangan wilayah tersebut belum dapat diimbangi oleh

kecepatan pada sektor pengangkutan, meskipun pertumbuhannya pada periode laporan relatif

tinggi. Dibutuhkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pada sektor pengangkutan agar

tidak terjadi kepadatan lalu lintas di wilayah kota/kabupaten atau antar wilayah. Pembangunan

jalan-jalan lingkar dan strategis (seperti jalur toll dan non toll) perlu segera dilakukan guna

mendukung konektivitas antar wilayah dan mendukung sektor perdagangan hotel dan restoran

serta jasa-jasa.

Triwulan IV 2011

16

Kajian Ekonomi Regional Banten

Tabel I.11. Pertumbuhan Ekonomi Banten Berdasarkan Sektor Ekonomi

Tw I Tw II Tw III Tw IV* Tw I* Tw II** Tw III** Tw IV**

Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan

9,03 9,75 9,60 7,53 9,01 4,08 0,54 4,27 3,45 3,06

Pertambangan dan Penggalian 5,96 6,50 6,42 6,06 6,24 6,35 6,90 5,83 6,25 6,33

Industri Pengolahan 2,84 3,38 3,35 4,02 3,41 7,44 5,91 3,67 2,09 4,73

Listrik, Gas dan Air Bersih 13,18 11,55 12,88 13,32 12,74 6,59 4,92 2,40 4,20 4,47

Konstruksi 6,68 9,01 8,58 7,98 8,08 7,80 8,95 8,86 9,28 8,75

Perdagangan, Hotel dan Restoran 8,31 8,33 9,60 9,36 8,88 8,74 8,86 10,69 9,63 9,51

Pengangkutan dan Komunikasi 9,09 11,20 12,04 12,94 11,37 13,29 12,38 11,31 10,96 11,94

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 7,46 7,08 5,38 5,71 6,38 7,51 7,38 7,70 6,01 7,14

Jasa-jasa 6,05 6,65 4,77 1,43 4,61 8,74 6,96 7,33 8,58 7,89

PDRB 5,52 6,11 6,28 6,37 6,08 7,93 6,72 6,10 5,11 6,43

Arah tw IV '11 thd tw IV '10

Arah 2011 thd 2010

2011**Sektor2010

2010*Arah tw IV '11 thd tw III '11

2011

Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah (* angka sementara, ** angka sangat sementara)

-30,00

-20,00

-10,00

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

T.I T.II T.III T.IV T.I T.II T.III T.IV T.I T.II T.III T.IV

2009 2010 2011

Sald

o B

ersi

h

Realisasi Kegiatan Usaha Sektoral (Umum)

Grafik I.27. Realisasi Kegiatan Usaha Sektoral (Umum) Banten

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha – Bank Indonesia

Saat ini, realisasi kegiatan dunia usaha dari hasil survei kegiatan dunia usaha (SKDU)

yang dilakukan BI Serang menujukkan adanya penurunan kegiatan usaha. Hal ini

tercermin dari menurunnya kapasitas utilisasi sektoral secara umum dan menurunnya

kapasitas produksi normal berdasarkan pernyataan responden dunia usaha yang berada

di wilayah Banten.

Triwulan IV 2011

17

Kajian Ekonomi Regional Banten

77,2279 78,3

83,23

78,3976,6

86,69

79,57

70727476788082848688

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

2010 2011

%

Sektoral (Umum)

Grafik I.28. Kapasitas Utilisasi Sektoral

(Umum) Banten

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha – Bank Indonesia

32,29

74,87

47,8355,55

26,2

83,1 84,63

23,69

0102030405060708090

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

2010 2011

%

Sektoral (umum)

Grafik I.29. Kapasitas Produksi Normal

Sektoral (Umum) Banten

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha – Bank

Indonesia

1.2.1. Sektor Industri Pengolahan

Terkonfirmasi dari hasil SKDU, kapasitas utilisasi sektor industri pengolahan mengalami

penurunan dari 89,13% menjadi 81,08% seiring menurunnya permintaan barang industri

dari luar negeri. Kondisi ini tercermin salah satunya dari kinerja laba bersih perusahaan

petrokimia terbesar di Banten yang selama 9 bulan terakhir pada tahun 2011 menurun hingga

32,34%. Penurunan tersebut disebabkan kenaikan beban pokok sebagai dampak kenaikan

harga minyak dunia dan biaya-biaya lainnya seperti katalis. Akibat kenaikan beban pokok

tersebut, kapasitas utilisasinya pun turut berkurang. Hal yang sama juga terjadi pada

perusahaan pelat timah yang turut terkoreksi penjualannya akibat krisis di Eropa dan USA,

sehingga menurunkan kapasitas utilisasinya.

-60,00

-40,00

-20,00

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

T.I T.II T.III T.IV T.I T.II T.III T.IV T.I T.II T.III T.IV

2009 2010 2011

Sald

o B

ersi

h

Realisasi Kegiatan Usaha Sektor Industri Pengolahan

Grafik I.32. Realisasi Kegiatan Usaha Sektor Industri Pengolahan Banten

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha – Bank Indonesia

Sementara itu, proyeksi permintaan baja dunia yang dirilis oleh world steel association

pada triwulan sebelumnya ternyata belum sesuai harapan. Permintaan baja dunia sedikit

lebih rendah dari perkiraan awal karena belum membaiknya kondisi negara maju tersebut.

Triwulan IV 2011

18

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kondisi ini tercermin dari penurunan ekspor besi baja ke luar negeri dengan pertumbuhan

pada kisaran 0%. Namun kinerja industri besi dan baja sedikit terbantu dengan adannya

ekspansi proyek pembangunan kawasan pemukiman dan bisnis serta percepatan pembangunan

infrastruktur oleh pemerintah dari dana APBN maupun APBD. Progresnya terlihat dari realisasi

fisik seperti pembangunan pusat perdagangan, hotel dan restoran di Kota/Kabupaten

Tangerang dan Tangerang Selatan serta Serang, pelebaran jalan tol Cikupa, pembangunan jalan

nasional di Cilegon-Kabupaten Serang dan pembangunan penambahan kapasitas pabrik di

sekitar kawasan industri Cilegon, Kabupaten Serang dan Kota/Kabupaten Tangerang. Selain itu,

sebagai akibat konsumsi baja nasional pada semester II 2011 diperkirakan mencapai 3,76 juta

ton atau meningkat sekitar 27,5% dibandingkan semester II 2010.

Tabel I.12. Proyeksi Permintaan Baja Dunia

Sumber: World Steel Association

Kapasitas utilisasi subsektor industri baja di Banten mulai menurun pada triwulan IV 2011

tercermin dari menurunnya pertumbuhan produksi baja Banten.

-150

-100

-50

0

50

100

150

200

250

300

0

20

40

60

80

100

120

140

123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112

2007 2008 2009 2010 2011

Ind

eks

(20

07

=1

00

)

% yo

y

Angka Indeks Produksi Baja Banten Pertumbuhan Produksi Baja Banten (RHS)

Grafik I.35. Indikator Produksi Baja Banten

Sumber: Produsen Baja Banten

Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha menunjukkan bahwa kapasitas utilisasi industri logam dasar,

besi dan baja pada triwulan IV 2011 berada pada kisaran 80% atau lebih rendah dibandingkan

Triwulan IV 2011

19

Kajian Ekonomi Regional Banten

periode sebelumnya yang mencapai kapasitas 100%. indeks produksi baja Banten juga terlihat

menurun pada kisaran 90% dari sebelumnya pada kisaran 100%.

9080

93,3383

100 100

80

0

20

40

60

80

100

120

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

2010 2011

%

Industri Logam Dasar, Besi dan Baja

Grafik I.33. Kapasitas Utilisasi Sub sektor

Industri Logam Dasar Besi Baja Banten

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha – Bank

Indonesia

8087 92,5

33

100 100

30

20

40

60

80

100

120

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

2010 2011

%

Industri Logam Dasar dan Besi Baja

Grafik I.34. Kapasitas Produksi Normal Sub

sektor Industri Logam Dasar Besi Baja

Banten

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha – Bank

Indonesia

Sub sektor industri kimia turut mengalami penurunan tercermin dari penurunan

pertumbuhan ekspor hingga minus 45%, namun penurunan tersebut dapat ditopang dari

tetap menguatnya permintaan domestik. Meskipun dari hasil SKDU, kapasitas utilisasi sub

sektor industri kimia dan bahan dari karet sedikit mengalami kenaikan, pertumbuhan ekspor

komoditas ini mengalami penurunan (seperti terlihat pada grafik I.21). Karakteristik Kontinuitas

pabrik yang harus dijalankan pada industri kimia namun diiringi penurunan permintaan produk

tersebut menyebabkan terjadinya penurunan marjin laba yang cukup signifikan antara 30-40%.

92,586,5 88,75

94

77

91,67 92

0102030405060708090

100

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

2010 2011

%

Industri Kimia dan Barang dari Karet

Grafik I.36. Kapasitas Utilisasi Sub sektor

Industri Kimia dan Barang dari Karet Banten

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha – Bank

Indonesia

41 41,5

68,25

51,5

92 92,67 95

0102030405060708090

100

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

2010 2011

%

Industri Kimia dan Barang dari Karet

Grafik I.37. Kapasitas Produksi Normal Sub

sektor Industri Kimia dan Barang dari Karet

Banten

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha – Bank

Indonesia

Triwulan IV 2011

20

Kajian Ekonomi Regional Banten

Subsektor industri lainnya seperti industri tekstil dan barang-barang dari kayu dan gabus

juga menunjukkan performa yang menurun. Ekspor produk tekstil dan barang-barang dari

kayu dan gabus serta kertas mengalami penurunan hingga mencapai angka 40%.

1.2.2. Sektor Konstruksi

Secara triwulanan, pertumbuhan sektor konstruksi relatif tinggi dan selalu di atas 7,5%.

Pertumbuhan tertinggi terjadi pada triwulan IV yaitu sebesar 9,28%. Relatif strategisnya

wilayah Banten, menyebabkan sektor bangunan tumbuh sangat signifikan dalam beberapa

tahun terakhir. Ditambah lagi yang letaknya berdekatan dengan pusat bisnis dan industri

semakin mendorong percepatan pada sektor bangunan. Pengembang besar maupun sedang

dan kecil terus melakukan ekspansinya di wilayah ini. Didukung oleh kemudahan memperoleh

kredit perbankan yang suku bunganya relatif rendah baik bagi pengembang maupun kepada

calon penghuni residensial, menjadi tidak mengherankan bahwa sektor bangunan manjadi

sektor primadona yang diminati berbagai pelaku usaha.

Selain itu, wilayah sekitar Tangerang memiliki alternatif akses yang lebih baik terutama adanya

rencana Jakarta Outer Ring Road II yang menghubungkan beberapa wilayah perumahan secara

mudah dan cepat antara wilayah tersebut dengan DKI Jakarta dan Jawa Barat (Jabodetabek).

Meskipun suku bunga tertimbang kredit konsumsi sedikit meningkat dari 12,65% menjadi 12,

78%tidak menjadi hambatan bagi masyarakat untuk mendapatkan rumah baik untuk dihuni

atau sebagai salah satu sarana investasi.

-40-20020406080100120140160

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112

2008 2009 2010 2011

Rp M

iliar %

yoy

Kredit Sektor Bangunan Growth (RHS)

Grafik I.38. Kredit Sektor Konstruksi/Bangunan Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten

Sumber: Bank Indonesia

Triwulan IV 2011

21

Kajian Ekonomi Regional Banten

13,00

13,2813,17

12,76

13,34

12,95

12,6512,78

12,20

12,40

12,60

12,80

13,00

13,20

13,40

Tw I Tw II Tw III Tw IV

Tw I Tw II Tw III Tw IV

2010 2011

%

Konsumsi

Suku Bunga Kredit Tertimbang

Grafik I.39. Suku Bunga Tertimbang Kredit

Konsumsi Berdasarkan Lokasi Proyek di

Banten

Sumber: Bank Indonesia

12,09 12,3 11,98 11,810,91 10,9 10,78 10,71

10,58 10,4710,24 9,6

0

2

4

6

8

10

12

14

1 2 3 4

%

Rumah Tangga untuk Pemilikan Rumah Tinggal s.d. Tipe 21

Rumah Tangga untuk Pemilikan Rumah Tinggal Tipe 22 s.d. 70

Rumah Tangga untuk Pemilikan Rumah Tinggal Tipe Diatas 70

Grafik I.40. Suku Bunga Tertimbang Kredit

Konsumsi untuk Pemilikan Rumah Tinggal

Posisi Triwulanan Pada Tahun 2011

Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten

Sumber: Bank Indonesia

Berdasarkan tipenya, suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) untuk tipe lebih

besar terlihat lebih rendah dibandingkan tipe yang lebih kecil atau untuk rumah

sangat sederhana. Faktor risiko masih sangat diperhatikan perbankan dalam

menetapkan suku bunga KPR, karena risiko untuk memberikan kredit pada segmen

kelas menengah terutama tipe di atas 70 m2

13,39 13,36 12,81 12,8311,99 11,66 11,34 11,1410,59 10,28 10,00 10,03

0,002,004,006,008,00

10,0012,0014,0016,00

Tw I Tw II Tw III Tw IV

2011

%

Rumah Tangga untuk Pemilikan Flat atau Apartemen s.d. Tipe 21

Rumah Tangga untuk Pemilikan Flat atau Apartemen Tipe 22 s.d. 70

Rumah Tangga untuk Pemilikan Flat atau Apartemen Tipe Diatas 70

cenderung lebih rendah karena kestabilan

pembayaran cicilannya relatif lebih baik. Begitu pula untuk Kredit Pemilikan Apartemen

(KPA) berdasarkan tipenya. Saat ini, permintaan masyarakat terhadap apartemen sudah

semakin meningkat seiring semakin padatnya lalu lintas di perkotaan.

Grafik I.41. Suku Bunga Tertimbang Kredit Konsumsi untuk Pemilikan Flat/Apartemen

Posisi Triwulanan Pada tahun 2011 Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten

Sumber: Bank Indonesia

Keberpihakan pemerintah kepada masyarakat untuk memiliki rumah dengan suku

bunga yang rendah seharusnya terus dilakukan melalui program pemerintah berupa

Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Namun belum sinkronnya kebijakan

Triwulan IV 2011

22

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kementerian Perumahan rakyat dengan Perbankan yang mengikuti program

pemerintah seperti Bank tabungan Negara (BTN) menyebabkan target program

pemerintah tersebut tidak tercapai, sehingga banyak pembangunan rumah sangat

sederhana (RSS) yang terbengkalai dan belum dihuni terutama di wilayah

Kota/Kabupaten Tangerang dan Wilayah Serang.

1.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran sedikit melambat walaupun tetap

bertumbuh pada level yang tinggi yaitu sebesar 9,63% (yoy). Maraknya pembangunan

perumahan dan pusat bisnis di sekitar Tangerang Selatan, Tangerang, Serang dan Cilegon

diperkirakan menjadi salah satu faktor yang membantu menahan tingginya performa sektor

tersebut walaupun relatif melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Hanya pembangunan

di wilayah selatan Banten yang tidak tumbuh secara cepat. Belum selesainya realisasi

pembangunan konektivitas ke wilayah selatan seperti pembangunan jalur kereta double track

dan revitalisasi pembangunan rel dari utara ke selatan Banten terutama untuk angkutan barang

dan penumpang menyebabkan lambatnya pembanguna pusat bisnis dan residensial di wilayah

Pandeglang dan Lebak. Namun dengan rencana pemerintah pusat untuk menjadikan kawasan

Maja di kabupaten lebak sebagai pusat hunian residensial penyangga kota di DKI Jakarta

tentunya secara perlahan akan berdampak positif bagi pemngembangan wilayah tersebut.

-100,00

-80,00

-60,00

-40,00

-20,00

0,00

20,00

40,00

60,00

T.I T.II T.III T.IV T.I T.II T.III T.IV T.I T.II T.III T.IV

2009 2010 2011

Sald

o B

ersi

h

Realisasi Kegiatan Usaha Sektor PHR

Grafik I.42. Realisasi Kegiatan Usaha Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Banten

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha – Bank Indonesia

Dari hasil survei SKDU-BI menunjukkan adanya peningkatan pada sektor ini menurut

pernyataan dari para pelaku usaha pada sektor ini, namun angka saldo bersihnya terlihat masih

di bawah angka 100% (belum optimis) yang menunjukkan bahwa meski ada peningkatan,

tetapi belum seperti yang diharapkan. Hal tersebut dapat terjadi karena faktor tidak lancarnya

arus lalu lintas dan adanya gangguan distribusi di beberapa wilayah.

Triwulan IV 2011

23

Kajian Ekonomi Regional Banten

1.2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi sedikit menurun dari 11,31% menjadi

10,69% karena belum optimalnya perbaikan jalan pada beberapa wilayah di Banten.

Tetap tingginya level pertumbuhan pada subsektor jasa pengangkutan tercermin dari

meningkatnya pertumbuhan volume kendaraan yang menggunakan jasa tol Tangerang-Merak

seiring membaiknya kondisi jalan tol tersebut. Namun untuk meningkatkan arus transportasi

dan mengurangi kemacetan di sekitar wilayah tol, maka perlu dipikirkan oleh pemerintah

daerah dan operator jalan tol membuka pintu akses dari/ke wilayah kabupaten Tangerang dan

Kabupaten Lebak. Semakin tingginya aktivitas industri khususnya di kawasan industri pada

kedua wilayah tersebut termasuk di wilayah kabupaten Serang dan Cilegon membutuhkan

langkah antisipasi cepat agar penanganannya tidak terkesan terlambat yang akan merugikan

pengguna jalan tol itu sendiri maupun perekonomian secara keseluruhan. Saat ini jumlah

kendaraan komersil yang melalui jalan tol ini mencapai angka sekitar 800.000 unit kendaraan

per bulan. Dengan ekspansi yang dilakukan oleh beberapa pelaku industri diperkirakan akan

ada penambahan arus kendaraan pada tahun-tahun mendatang.

-10

-5

0

5

10

15

20

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2009 2010 2011

Rib

u U

nit

% y-o

-y

Total Arus Kendaraan yang Menggunakan Tol Tangerang-Merak

Growth (RHS)

Grafik I.43. Perkembangan Total Arus Kendaraan di Tol Tangerang-Merak

Sumber: Pengelola Jalan Tol Tangerang-Merak

-30-20-100102030405060

-100 200 300 400 500 600 700 800 900

1.000

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2009 2010 2011

Rib

u U

nit

% y-o

-y

Arus Kendaraan Komersial Growth (RHS)

Grafik I.44. Perkembangan Arus Kendaraan

Komersial di Tol Tangerang-Merak

Sumber: Pengelola Jalan Tol Tangerang-Merak

-50050100150200250300350400

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112

2008 2009 2010 2011

Rp

Mili

ar

% yo

y

Kredit Sektor Pengangkutan Growth (RHS)

Grafik I.45. Kredit Sektor Pengangkutan

Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten

Sumber: Bank Indonesia

Sementara itu, pertumbuhan kredit perbankan pada sektor pengangkutan relatif melambat

meskipun pada level yang cukup tinggi di atas 50%. Melambatnya kredit tersebut diperkirakan

Triwulan IV 2011

24

Kajian Ekonomi Regional Banten

disebabkan oleh adanya wacana kenaikan harga BBM yang akan mendorong peningkatan

biaya-biaya dan mengurangi margin pada sektor ini.

1.2.5. Sektor-sektor Lainnya

Penurunan pertumbuhan sektor pertanian (dalam arti luas) dibandingkan periode

sebelumnya atau periode yang sama pada tahun sebelumnya sebabkan oleh faktor

menurunnya luas panen padi, produktivitas dan produksi padi di Banten. Turunnya Luas

panen padi pada tahun 2011 disebabkan oleh semakin berkurangnya lahan pertanian dan

adanya substitusi lahan untuk tanaman padi ke tanaman lainnya. Sementara itu, penurunan

produktivitas padi sebesar -3,69% menyebabkan produksi padi Banten pada tahun 2011

mencapai 1.837.566 ton atau turun sebesar -4,09%. Penyebab menurunnya produktivitas padi

diperkirakan oleh lambatnya bantuan bibit oleh pemerintah daerah, penggunaan pupuk yang

kurang tepat (jumlah dan waktu) dan kurangnya tenaga pengawas/penyuluh lapangan serta

faktor cuaca.

Tabel I.13. Perkembangan Luas panen, Produksi dan Produktivitas Padi di Banten

Growth 2009-2010 Growth 2010-2011% yoy % yoy

Padi SawahLuas Panen (Ha) 332.776 368.009 366.515 10,59 -0,41Produktivitas (Ku/Ha) 52,32 52,06 50,14 -0,50 -3,69Produksi (Ton) 1.740.952 1.915.996 1.837.566 10,05 -4,09Padi LadangLuas Panen (Ha) 33.362 38.402 22.475 15,11 -41,47Produktivitas (Ku/Ha) 32,39 34,39 29,24 6,17 -14,98Produksi (Ton) 108.056 132.051 65.717 22,21 -50,23Padi (Sawah+Ladang)Luas Panen (Ha) 366.138 406.411 388.990 11,00 -4,29Produktivitas (Ku/Ha) 50,50 50,39 48,93 -0,22 -2,90Produksi (Ton) 1.849.008 2.048.047 1.903.283 10,76 -7,07

201120102009Uraian

Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Prov. Banten

Penurunan padi terjadi pada berbagai jenis lahan, baik padi sawah maupun padi

ladang. Penurunan produktivitas tertinggi terjadi pada padi ladang yang umumnya

merupakan sawah tadah hujan. Faktor cuaca sangat berpengaruh pada jenis padi

ladang tersebut. Penurunan produktivitas mencapai angka -14,98%, yang

menyebabkan hasil produksinya menurun sebesar -50,23%. Namun untungnya,

sebagian besar sawah di Banten merupakan jenis padi sawah yang dialiri oleh irigasi

teknis.

Triwulan IV 2011

25

Kajian Ekonomi Regional Banten

(100,00)

-

100,00

200,00

300,00

400,00

500,00

600,00

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

Tw I Tw II Tw III

Tw IV

Tw I Tw II Tw III

Tw IV

Tw I Tw II Tw III

Tw IV*

2008 2009 2010

Rp

Mil

iar %

y-o-y

Kredit Sektor Pertanian Growth (RHS)

Grafik I.48. Realisasi Kredit ke Sektor Pertanian Banten

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha – Bank Indonesia

Sementara itu, realisasi kredit ke sektor pertanian di banten mengalami sedikit peningkatan

walaupun baru mencapai angka sekitar Rp 500 miliar. Belum tingginya perhatian perbankan

dalam menyalurkan ke sektor pertanian tercermin dari relatif rendahnya penyaluran kredit

program pemerintah yang berkaitan pada sektor pertanian ini. Sikap proaktif dari satuan kerja

terkait pemerintah daerah dalam meyakinkan perbankan melalui program keberpihakannya

kepada petani perlu sering dilakukan agar perbankan semakin mengenal dan memahami dunia

pertanian di wilayah Banten serta dapat mengukur risiko bisnis pada sektor ini secara lebih baik,

sehingga proses intermediasi pada sektor pertanian akan semakin meningkat dan tidak jalan

ditempat.

Berkembangnya sektor industri dan perdagangan, hotel dan restoran berdampak pada

meningkatnya sektor jasa dunia usaha. Sektor ini mengalami peningkatan dari sebesar

7,33% (yoy) pada triwulan III 2011 menjadi sebesar 8,58 (yoy). Pesatnya pertumbuhan

didorong oleh penyaluran kredit Pembiayaan pada sektor ini yang tercermin dari angka

pertumbuhan kredit yang mencapai angka sekitar 26%. Pertumbuhan sektor ini sempat

mengalami penurunan yang tajam pada triwulan I 2011. Seiring membaiknya beberapa sektor

utama di Banten, jumlah penyaluran kredit ke sektor jasa dunia usaha meningkat dari sekitar Rp

3,5 triliun pada triwulan I 2011 menjadi lebih dari Rp 5,7 triliun. Jumlah penyaluran kredit

tersebut pada periode laporan merupakan yang tertinggi sepanjang 3 tahun terakhir. Jasa dunia

usaha yang tumbuh seperti jasa pengiriman/kurir, jasa kecantikan/kebugaran dan jasa dunia

usaha lainnya. Berkembangnya jasa dunia usaha ini karena semakin bertumbuhnya pusat-pusat

bisnis dan residensial di Wilayah Banten.

Triwulan IV 2011

26

Kajian Ekonomi Regional Banten

-40-30-20-100102030405060

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

123456789101112123456789101112123456789101112123456789

2008 2009 2010 2011

Rp

Mili

ar%

yoy

Kredit Sektor Jasa Dunia Usaha Growth (RHS)

Grafik I.49. Kredit Sektor Jasa Dunia Usaha Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten

Sumber: Bank Indonesia

Triwulan IV 2011

27

Kajian Ekonomi Regional Banten

Boks I. UPAYA MELURUSKAN BENANG KUSUT KLASTER INDUSTRI PETROKIMIA DI BANTEN

Sulit melepaskan kaitan Provinsi Banten dengan industri Petrokimia yang saat ini berkembang

pesat di provinsi paling barat di Pulau Jawa ini. Dalam kenyataanya, industri petrokimia

berkembang dari tahun ke tahun. Sejak muncul secara alamiah pada tahun 1977, kemudian

terjadi investasi besar-besaran baik industri hulu dan menengah tahun 1990 setelah adanya

kebijakan “substitusi impor” .

Banten merupakan daerah yang dilirik para investor untuk menanamkan modalnya di industri

petrokimia tersebut, karena selain letaknya yang strategis, daerah lainnya relatif belum memiliki

kesiapan untuk memfasilitasi tumbuhnya industri ini. Hampir 80% investasi petrokimia

ditanamkan di Banten dengan nilai mencapai USD 15 miliar. Sejak tahun 1990 sampai dengan

tahun 1996 tumbuh secara pesat pabrik petrokimia seperti PT Chandra Asri, PT Tripolyta, PT

Titan Petrokimia Nusantara, PT Dow Indonesia, PT Asahi Mas dan PT Polytama Propindo.

Kendati sempat mengalami masa suram akibat krisis ekonomi yang mulai dirasakan pada tahun

1999 dan pada tahun 2007 yang menyebabkan tidak sedikit perusahaan mengalami kerugian,

industri petrokimia kembali meningkatkan produksinya untuk mengejar ketertinggalan dengan

negara-negara tetangganya di ASEAN sejak krisis berangsur pulih. Pemerintahpun kemudian

memasukkan Petrokimia menjadi salah satu industri unggulan dan menerapkan strategi

pengembangan berdasarkan klaster industri. Di Banten, dibentuk klaster petrokimia berbasis

olefin, di Bontang Kalimantan Timur dibentuk klaster petrokimia berbasis C1 dan di Tuban,

Jawa Timur dibentuk klaster petrokimia berbasis Aromatik.

Namun dalam perjalanannya, perkembangan industri petrokimia di Indonesia dihadapi berbagai

permasalahan, utamanya ketergantungan impor bahan baku yang tinggi pada industri hulu,

dan belum adanya kepastian kontinuitas supply bahan baku dalam jangka panjang bagi industri

hulu nasional. Mengingat perannya yang sangat strategis, kepemilikan industri hulu tersebut

sangat diminati oleh investor asing. Belum lagi masalah perkembangan industri hulu dan antara

yang sangat lambat dibandingkan dengan negara lain seperti Malaysia, Thailand, Singapura

bahkan Negara di Timur Tengah (yang dulunya hanya mengekspor minyak mentah saja, namun

saat ini telah mengembangakn industri petrokimia). Disisi lain, kita tidak menginginkan bangsa

kita hanya menjadi negara pengimpor atau pedagang yang relatif sedikit memberikan nilai

tambah bagi perekonomian nasional dibandingkan menjadi negara industri atau produsen.

Ditambah lagi dengan data yang menunjukkan bahwa perkiraan kebutuhan terhadap output

Triwulan IV 2011

28

Kajian Ekonomi Regional Banten

industri petrokimia tersebut akan semakin tinggi dan belum mampu dipenuhi oleh produksi di

dalam negeri.

PERKIRAAN KAPASITAS DAN KEBUTUHAN Tahun 2011

NO PRODUK KAPASITAS KEBUTUHAN

1 Crude Oil 950.000 BPD 1.050.000 BPD

2 BBM 45.000.000 KLPY 57.000.000 KLPY

3 Ethylene 600.000 TPY 1.200.000 TPY

4 Propylene 610.000 TPY 820.000 TPY

5 Paraxylene 750.000 TPY 1.000.000 TPY

6 Condensate 120.000 BPD 100.000 BPD

7 Naphtha 0 )* 1.700.000 TPY )* Naphtha dipakai untuk proyek langit biru dan diexport; pabrik petro kimia olefin mengimport naphtha: 1,7 juta ton per tahun.

Proyeksi Kebutuhan Tahun 2015

NO PRODUK KEBUTUHAN TAHUN 2015

1 BBM 62,37 juta KL per tahun

2 Naphtha 7,71 juta ton per tahun 3 Ethylene 1,44 juta ton per tahun 4 Propylene 1,16 juta ton per tahun

5 Paraxylene 1,25 juta ton per tahun Asumsi :

a. Kapasitas kilang minyak tahun 2010 : 1 juta BPD. b. Konsumsi BBM tahun 2010 : 56,7 juta KL per tahun. c. Pertumbuhan konsumsi BBM : 2 % ( konversi BBM ke gas, bio fuel dan batubara). d. Kapasitas pabrik olefin tahun 2010 : 600,000 ton ethylene per tahun. e. Pertumbuhan rata-rata industry olefin : 4 %. f. Kapasitas condensate splitter tahun 2010 : 100,000 BPD. g. Kapasitas pabrik aromatik tahun 2010 : 750,000 ton paraxylene per tahun.

Sumber: Suhatmiarso, VP PT. Chandra Asri Petrochemical, Tbk. (makalah Industri Petrokimia Banten)

Belum adanya kejelasan mengenai kebijakan dan implementasi kebijakan yang terintegrasi dari

hulu hingga ke hilir menyebabkan keprihatinan tersendiri seiring tumbuhnya industri sejenis di

negara lain dan menjadikan negara kita menjadi basis konsumen penjualan produk dari luar

negeri tersebut. Karakteristik industri Petrokimia Indonesia seperti itu dapat berpotensi

menurunkan daya saing dan margin industri petrokimia, bahkan beberapa industri telah

melakukan konversi usaha dari perusahaan manufaktur ke perusahaan perdagangan untuk

menghindari risiko usaha yang lebih tinggi . Keprihatinan itulah yang menggerakkan Bank

Indonesia Serang untuk turut memfasilitasi penyelenggaraan Konferensi Nasional Klaster

Industri Petrokimia (KIP) 2011 untuk meluruskan benang kusut yang terjadi diantara para

pelaku yang terkait dengan pengembangan industri petrokimia khususnya olefin di Banten.

Triwulan IV 2011

29

Kajian Ekonomi Regional Banten

Terjadinya krisis global tahun 2008, pemberlakuan C-AFTA serta Pasar Bebas ASEAN tahun

2015 semakin memberikan tantangan bagi perkembangan industri petrokimia. Meskipun

Kementerian Perindustrian telah menyusun suatu kebijakan perkembangan klaster industri

petrokimia, dan di Banten juga sudah dibentuk kelompok kerja klaster industri petrokimia,

namun upaya tersebut belum optimal dalam mendukung perkembangan industri petrokimia.

Konferensi Nasional setengah hari yang akan diselenggarakan pada tanggal 27 September

2011 ini akan dilaksanakan di Hotel Aston Paramount Serpong Kota Tangerang Selatan

bertujuan untuk meningkatkan koordinasi terkait perencanaan dan implementasi kebijakan

sesuai dengan (road map) pengembangan klaster industri petrokimia sebagai salah satu upaya

untuk memperkuat perekonomian daerah dan nasional. Adapun tujuan lainnya yaitu untuk

menemukan solusi yang tepat guna mengurai benang kusut berbagai permasalahan yang

menyelimuti perkembangan klaster industri petrokimia di Indonesia. Konferensi nasional KIP

juga bertujuan untuk menemukan gambaran yang jelas tentang arah kebijakan, dukungan

pemerintah daerah maupun pusat dalam pengembangan klaster industri petrokimia serta

dampaknya bagi kesejahteraan masyarakat sebagai dasar pertimbangan melakukan investasi.

Selain itu juga dimaksudkan untuk meningkatkan dukungan dari semua pihak guna

pengembangan klaster industry petrokimia dan kaitannya dengan pengembangan teknologi,

pembiayaan, infrastruktur dan sumber daya manusia.

Mengambil tema “Menuju Klaster Industri Petrokimia Yang Berdaya Saing Tinggi dalam

Mendukung Perekonomian Nasional”, maka kehadiran dari berbagai pihak yang

berkepentingan terutama para pelaku industri, pemerintah pusat dan pemerintah daerah,

asosiasi usaha industri, unsur legislatif, BUMN terkait, perbankan, akademisi, tersebut dari hulu

hingga hilir, Pokja Klaster Industri Petrokimia dan lembaga terkait lainnya sangat diharapkan.

Dalam acara tersebut, sambutan rencananya akan sampaikan oleh Gubernur Banten, Keynote

Speakers oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia dan Menteri Koordinator Perekonomian RI.

Adapun narasumber yang membahas perkembangan petrokimia dari Pemerintah Provinsi

Banten, Kementerian Koordinator Perekonomian, Kementerian Perindustrian, Kementerian

Keuangan, Asosiasi Petrokimia, Perwakilan Investor (Pertamina) dan Pelaku Industri Petrokimia

(PT Chandra Asri) serta akademisi.

Selain diskusi yang sangat intensif antar peserta, konferensi tersebut menghasilkan butir-butir

kesimpulan sebagaimana dokumen seperti terlampir dibawah ini:

Triwulan IV 2011

30

Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan IV 2011

31

Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan IV 2011

32

Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan IV 2011

33

Kajian Ekonomi Regional Banten

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Penurunan inflasi Banten menunjukkan kondisi yang membaik hingga akhir triwulan IV

2011 dan tetap berada di bawah level inflasi nasional. Pada akhir triwulan IV 2011, inflasi

Banten berada pada level 3,45% (yoy) yang merupakan level terendah sejak awal tahun 2011.

Secara kontinu inflasi yoy1

1 Inflasi yoy berarti level IHK bulan x tahun yt dibandingkan dengan bulan x tahun yt-1

Banten menunjukkan perkembangan yang menggembirakan dengan

kondisi selalu berada di bawah level inflasi nasional sejak tahun 2010 hingga saat ini. Tercatat

inflasi yoy nasional pada akhir triwulan IV 2011 sebesar 3,79% (yoy).

Kondisi inflasi Banten pada level yang rendah didorong oleh relatif stabilnya kondisi

pasokan komoditas bahan makanan dan makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau

dan harga-harga komoditas yang ditetapkan oleh pemerintah (administered prices). Relatif

membaiknya kondisi cuaca dan curah hujan pada tahun 2011 dibandingkan tahun sebelumnya

menjadi pendorong membaiknya kondisi pasokan bahan makanan khususnya yang harganya

bergejolak pada triwulan IV 2011. Selain itu, ditundanya pemberlakuan kebijakan pengaturan

BBM bersubsidi oleh pemerintah juga menjadi faktor yang menahan kenaikan laju inflasi Banten

maupun secara nasional.

Koordinasi antara para pihak terkait dalam rangka stabilisasi harga dan pengendalian

inflasi di daerah semakin baik dan diperkirakan turut mendukung pencapaian stabilisasi

harga di wilayah Banten. Berbagai program yang telah dilaksanakan seperti identifikasi

permasalahan dan koordinasi percepatan penyaluran raskin oleh pemerintah dan BULOG,

penerapan program cadangan pangan pemerintah provinsi, diseminasi publik dalam rangka

meredam ekspektasi peningkatan harga dan berbagai program/kegiatan lainnya diperkirakan

memberikan dampak positif terhadap perbaikan kondisi inflasi Banten. Selain itu, penguatan

kelembagaan forum/tim pengendalian inflasi daerah di wilayah kota penyumbang inflasi Banten

juga terus dipercepat guna memperkuat upaya pengendalian inflasi dan stabilisasi harga di

Banten di masa datang.

Triwulan IV 2011

34

Kajian Ekonomi Regional Banten

2.1. Perkembangan Inflasi Banten

Inflasi Banten tetap terjaga rendah pada triwulan IV 2011 sebesar 3,45% (yoy) membaik

dibandingkan akhir triwulan sebelumnya sebesar 4,18% (yoy) yang tetap lebih rendah

dibandingkan inflasi nasional. Inflasi Banten pada akhir triwulan IV 2011 terus membaik dan

berada pada level terendah sejak awal tahun 2011 hingga saat ini yaitu sebesar 3,45% (yoy).

Sejak awal tahun 2010 hingga periode laporan tren inflasi Banten menunjukkan perkembangan

menggembirakan dengan level selalu berada di bawah inflasi nasional dan pergerakan yang

searah. Inflasi nasional pada akhir triwulan IV 2011 tercatat sebesar 3,79% (yoy), sehingga

deviasi inflasi Banten dengan inflasi nasional menjadi sebesar -0,39%.

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

1 2 3 4 5 6 7 8 91011123 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112

2009 2011

% y

oy

Deviasi Nasional Banten

Grafik II.1. Perbandingan Inflasi yoy Banten dan Nasional

Sumber: BPS Provinsi Banten dan BPS RI

2.1.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa

Perubahan indeks harga tahunan secara umum di Banten pada triwulan IV 2011 terutama

dipengaruhi oleh kelompok bahan makanan dan kelompok perumahan, listrik, gas dan air

bersih. Membaiknya kondisi cuaca dan musim secara umum pada tahun 2011 yang

mempengaruhi ketersediaan jumlah pasokan komoditas bahan makanan terutama yang

harganya bergejolak (volatile) dan memiliki nilai konsumsi yang tinggi seperti beras, ikan segar,

bumbu-bumbuan serta beberapa komoditas bahan makanan lainnya menjaga inflasi tahunan

Banten pada triwulan laporan tidak setinggi triwulan sebelumnya. Di sisi lain, tetap tingginya

kebutuhan akan tempat tinggal pada tahun ini menyebabkan terjadinya kenaikan biaya tempat

tinggal dan biaya penyelenggaraan rumah tangga. Subkelompok tersebut kemudian menjadi

pendorong tingginya sumbangan kelompok perumahan, air terhadap inflasi yoy Banten

triwulan IV 2011 walaupun membaik dibandingkan triwulan sebelumnya.

Triwulan IV 2011

35

Kajian Ekonomi Regional Banten

-2

0

2

4

6

8

10

12

%

Inflasi yoy Tw III '11

Inflasi yoy Tw IV '11

Grafik II.2. Perbandingan Inflasi Tahunan

Banten Triwulan III dan Triwulan IV 2011

Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah

-1

0

1

1

2

2

3

3

4

4

5

%

Andil Inflasi Tw III '11

Andil Inflasi Tw IV '11

Grafik II.3. Perbandingan Andil Inflasi

Tahunan Banten Triwulan III dan Triwulan IV

2011

Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah

Sementara itu, perubahan indeks harga secara triwulanan atau inflasi qtq Banten pada

triwulan IV 2011 sebesar 0,91% terutama disebabkan oleh masih tingginya permintaan

terhadap kelompok bahan makanan dan kelompok makanan, minuman, rokok dan

tembakau. Kondisi tersebut tercermin dari tingginya perubahan indeks harga pada

subkelompok sayur-sayuran, bumbu-bumbuan, buah-buahan dan tembakau.

Tabel II.1. Perkembangan Inflasi Banten per Kelompok Barang/Jasa

Kelompok Barang/Jasa 2010 2011

Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy

Umum 2.23 4.59 1.61 6.10 0.37 5.76 0.45 4.73 1.69 4.18 0.91 3.45 Bahan Makanan 4.49 9.00 3.39 14.10 -0.16 13.12 0.12 8.00 2.12 5.54 2.62 4.76 Makmin,Rokok dan Tbk 0.91 4.57 0.54 3.76 0.61 2.87 0.37 2.46 0.98 2.53 0.95 2.95 Perum,Air,LGA dan BB 2.32 3.65 1.28 4.41 0.79 4.67 1.08 5.58 1.03 4.25 0.22 3.16 Sandang 3.34 6.85 2.68 8.37 -0.77 6.63 1.39 6.75 7.76 11.32 -1.29 7.02 Kesehatan 1.30 3.81 1.982 5.30 1.52 5.63 0.74 5.66 1.23 5.59 0.47 4.03 Pend.Rekreasi dan OR 0.41 5.05 2.83 3.64 1.01 4.40 0.09 4.40 5.21 9.38 0.07 6.44 Trans,Kom dan Jasa Keu. 1.18 -0.31 -0.32 1.10 0.10 1.06 -0.15 0.80 -0.38 -0.75 0.45 0.02

Sumber: BPS Provinsi Banten

-2 -1 0 1 2 3

Umum

Bahan Makanan

Makmin, Rokok dan Tbk

Perum, Air, LGA dan BB

Sandang

Kesehatan

Pend, Rekreasi dan Olahraga

Trans, Kom dan Jasa Keu

%

Andil Inflasi

Inflasi (qtq)

Grafik II.4. Inflasi dan Andil Inflasi qtq Banten Triwulan IV 2011

Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah

Triwulan IV 2011

36

Kajian Ekonomi Regional Banten

2.1.2. Inflasi Berdasarkan Kota

Tren inflasi tahunan ketiga kota, yaitu Serang, Tangerang dan Cilegon menurut

perhitungan inflasi di Banten mengalami penurunan pada akhir tahun 2011. Inflasi di

ketiga kota masih terjaga rendah dan stabil dengan tingkat inflasi terendah terjadi di Kota

Cilegon sebesar 2,78% (yoy). Sementara itu laju inflasi di Kota Tangerang cenderung lebih

tinggi dibandingkan dengan kedua kota lainnya yang banyak disumbang dari komponen inti

akibat tarikan permintaan terkait semakin berkembangnya kondisi residensial dan pusat bisnis

di Wilayah Tangerang dan sekitarnya. Selain itu, karena didukung oleh tingginya minat

masyarakat yang bekerja/berusaha di wilayah DKI Jakarta yang umumya memiliki penghasilan

relatif tinggi untuk bermukim di sekitar Wilayah Tangerang, baik di Kota Tangerang, Kota

Tangerang Selatan maupun Kabupaten Tangerang.

Tabel II.2. Perkembangan Inflasi Wilayah Banten per Kota

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IVyoyBanten 3.16 4.44 4.59 6.10 5.76 4.73 4.18 3.45Cilegon 3.36 4.64 4.43 6.12 5.52 3.51 2.75 2.35Serang 4.21 4.80 3.69 6.18 5.43 3.56 4.11 2.78Tangerang 2.92 4.34 4.79 6.08 5.86 5.18 4.44 3.78qtqBanten 0.70 1.43 2.23 1.61 0.37 0.45 1.69 0.91Cilegon 0.87 1.60 1.69 1.82 0.30 -0.33 0.95 1.42Serang 0.31 1.87 1.54 2.33 -0.40 0.07 2.07 1.03Tangerang 0.74 1.32 2.46 1.44 0.53 0.66 1.75 0.80ytdBanten 0.70 2.14 4.42 6.10 0.37 0.82 2.52 3.45Cilegon 0.87 2.49 4.22 6.12 0.30 -0.03 0.91 2.35Serang 0.31 2.19 3.76 6.18 -0.40 -0.33 1.73 2.78Tangerang 0.74 2.07 4.58 6.08 0.53 1.19 2.96 3.78

2010Inflasi

2011

Sumber: BPS Provinsi Banten

2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi

Pada triwulan IV 2011, tekanan inflasi dari sisi tekanan permintaan masih tetap kuat,

sementara dari sisi supply relatif melemah. Perkiraan meningkatnya konsumsi swasta pada

periode laporan mendorong tingginya permintaan terhadap barang-barang dan kemudian

terhadap peningkatan inflasi inti dan tercermin dari pergerakan dan andil inflasi inti. Sementara

itu, tekanan dari sisi supply yaitu dari komoditas dengan harga bergejolak (volatile foods) dan

administered prices cenderung melemah pada periode laporan yang didukung oleh terjaganya

pasokan dan stabilnya harga komoditas administered prices. Di sisi ekspektasi inflasi,

berdasarkan hasil Survei Konsumen wilayah Banten, terindikasi adanya sedikit kecenderung

peningkatan harga yang diekspektasikan masyarakat namun masih dalam taraf yang relatif

stabil.

Triwulan IV 2011

37

Kajian Ekonomi Regional Banten

Boks II. PEMETAAN STRUKTUR PASAR DAN POLA DISTRIBUSI

KOMODITAS STRATEGIS PENYUMBANG BANTEN 2011

Inflasi secara sederhana dapat diartikan sebagai meningkatnya harga barang dan jasa secara

umum dan terus-menerus. Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 tahun 1999 Jo. UU No. 3

tahun 2004 mengemban tugas mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah baik terhadap

barang dan jasa maupun terhadap mata uang negara lain melalui penetapan dan pelaksanaan

kebijakan moneter. Namun, kebijakan moneter yang ditetapkan Bank Indonesia hanya dapat

mengelola tekanan harga yang berasal dari sisi permintaan agregat dan tidak dapat secara

khusus ditujukan untuk merespon kenaikan inflasi yang disebabkan oleh faktor yang bersifat

kejutan seperti adanya gejolak dari sisi supply, sedangkan inflasi juga dapat dipengaruhi oleh

faktor yang berasal dari sisi penawaran seperti kenaikan BBM, banjir, gagal panen dan gejolak

supply lainnya. Berdasarkan data historis, rata-rata inflasi IHK nasional dalam kurun waktu 25

tahun terakhir sebesar 11% (termasuk periode krisis 1997/1998) atau 8% dengan

mengeluarkan periode krisis menunjukkan bahwa penurunan inflasi di Indonesia berjalan

dengan sangat lambat. Di sisi lain, kondisi serupa juga terjadi di Banten. Rata-rata inflasi Banten

sejak tahun 2003 hingga saat ini juga mencapai hampir 9% dan berdasarkan penelitian

sebelumnya oleh Widihartanto dan Lestari (2010), inflasi Banten bersifat persisten dengan laju

penurunan yang relatif lambat.

Di sisi lain, kontribusi inflasi daerah terhadap nasional pun cukup berarti termasuk Banten.

Dengan bobot sebesar 5,37% terhadap inflasi nasional, kenaikan inflasi Banten juga akan

meningkatkan tekanan terhadap inflasi nasional. Oleh karena itu, eksplorasi dan pengenalan

terhadap karakteristik inflasi dan pembentukan harga menjadi penting. Selain itu, berdasarkan

hasil Focus Group Discussion dan pertemuan-pertemuan dalam rangka pengendalian inflasi di

Banten, ditemukan permasalahan yaitu belum terpetakannya alur pasokan dan distribusi

komoditas-komoditas yang memberikan kontribusi besar terhadap level maupun fluktuasi inflasi

khususnya kelompok bahan makanan yang banyak dipasok dari daerah lain. Oleh sebab itu,

penelitian dengan judul tersebut di atas bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemetaan

terhadap struktur pasar serta pola distribusi serta pembentukan harganya di masing-masing

rantai distribusi, baik dari sisi produsen, pedagang besar maupun pengecer atas obyek

penelitian yaitu komoditas yang bersifat strategis terhadap pembentukan inflasi Banten.

Triwulan IV 2011

38

Kajian Ekonomi Regional Banten

Pada tahap awal, survei dilakukan kepada produsen/pedagang dengan mengacu pada daftar

nama yang telah disediakan oleh Bank Indonesia Serang. Kemudian, responden awal tersebut

diwawancara secara acak. Selanjutnya dari hasil wawancara tersebut dilakukan teknik purposive

random sampling. Cara ini banyak dipakai ketika peneliti tidak mengetahui secara jelas besar

populasi dari penelitian sehingga penelitian ini menggunakan informasi dari lokasi pasar yang

cukup besar kemudian meminta untuk menunjukan sampel berikutnya. Apabila persentase

komposisi produsen tidak terpenuhi/tidak ada maka dialihkan kepada distributor penjual produk

produsen. Proses pemilihan komoditas strategis tersebut dilakuan melalui tiga metode yaitu:

a. Melalui penghitungan andil inflasi rata-rata terbesar untuk mempertimbangkan

sumbangan secara keseluruhan yaitu inflasi maupun deflasi yang terjadi menggunakan

data Survei Biaya Hidup (SBH) 2002;

b. Melalui penghitungan andil inflasi absolut rata-rata terbesar untuk menekankan pada

volatilitas inflasi komoditas dengan tetap memperhitungkan besarnya sumbangan

terhadap perhitungan inflasi menggunakan data Survei Biaya Hidup (SBH) 2002.

Penggunaan pendekatan data SBH 2002 pada metode pertama dan kedua didasarkan

pada aspek ketersediaan data, dimana data nilai konsumsi per komoditas sejak

pemberlakuan penghitungan inflasi menggunakan SBH 2007 pada Juni 2008 hingga

akhir tahun 2010 tidak tersedia. Kota yang menjadi target perhitungan inflasi Banten

pun masih mencakup Kota Serang/Cilegon;

c. Nilai konsumsi (bobot) terbesar untuk menambahkan aspek keterkinian data dengan

menggunakan Survei Biaya Hidup (SBH) 2007.

Dari hasil sortasi melalui kombinasi metode tersebut di atas dan juga dengan judgment peneliti

maka diperoleh 15 komoditas utama yang menjadi obyek penelitian inflasi sebagai berikut:

Tabel III.1. 15 Komoditas Strategis Terpilih Penelitian

SBH 2002 SBH 20071 Beras 6,57 5,04 2 Daging Ayam Ras 2,24 1,48 3 Minyak Goreng 1,95 1,44 4 Tempe 0,84 0,73 5 Mie Kering Instant 0,84 0,66 6 Gula Pasir 0,78 0,53 7 Jeruk 0,82 0,52 8 Daging Sapi 0,54 0,51 9 Telur Ayam Ras 1,11 0,47 10 Cabe Merah 0,59 0,42 11 Ikan Kembung 0,68 0,40 12 Bawang Merah 0,64 0,31 13 Tahu Mentah 0,64 0,31 14 Udang Basah 0,53 0,23 15 Ayam Hidup 0,53 0,12

No. Komoditas Bobot NK (%)

Triwulan IV 2011

39

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kemudian, dalam proses survei berikutnya, ditetapkan pangsa responden yang akan disurvei

berdasarkan jenis pekerjaannya, yakni produsen, pedagang pengumpul, grosir, pedagang

eceran di pasar tradisional dan modern. Total target responden yang disurvei adalah sebanyak

300 responden.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Sebagian besar komoditas strategis mengalami asimetrik harga yang cenderung positif dan

mengalami kekakuan penurunan harga (downward price rigidity). Khusus komoditas

pertanian (dalam arti luas) cenderung lebih mengalami fluktuasi harga yang besar.

2. Komoditas olahan industri seperti tahu mentah dan tempe ternyata juga mengalami

asimetrik harga positif dan cenderung kaku di Banten karena harga jualnya sangat

dipengaruhi oleh pasokan bahan baku yang banyak berasal dari impor.

3. Tingkat kompetisi dan keterkaitan antar pelaku pada masing-masing komoditas relatif

bervariasi. Sementara itu, struktur pasar terkonsentrasi pada pedagang besar dan grosir.

4. Pelaku dengan asimetrik harga terbesar di Banten terjadi pada pengecer di pasar tradisional

dan pasar modern.

5. Jalur distribusi yang relatif panjang terjadi pada komoditas cabe merah, bawang merah,

jeruk dan beras, sedangkan yang relatif lebih pendek terjadi pada komoditas tempe, tahu,

ikan kembung dan mie kering instan. Bahkan seringkali terjadi perdagangan antara daerah

karena adanya asimetrik harga dan ketidakseimbangan antara jumlah kebutuhan dengan

pasokan komoditas setelah memperhitungkan biaya distribusi dan biaya lainnya.

6. Penyebab terjadinya (determinan) asimetrik harga terutama disebabkan oleh panjangnya

rantai distribusi dan ketersediaan pasokan/penguasaan informasi pasar oleh pelaku

pedagang tertentu.

7. Margin tertinggi secara relatif terjadi pada level pengecer di pasar tradisional.

8. Kecenderungan permintaan terhadap mie kering instan saat ini semakin meningkat seiring

bertambahnya jumlah dan referensi penduduk dalam mengkonsumsi komoditas ini. Namun,

karena pasokan bahan baku berupa gandum sangat tergantung dari impor, maka perlu

diwaspadai karena jika preferensi konsumen semakin meningkat dalam mengkonsumsi

produk tersebut, komoditas tersebut cenderung mengalami kekakuan penurunan harga

yang mendorong inflasi Banten, mengingat bobotnya cukup besar yaitu sebesar 0,66%.

9. Hambatan distribusi terindikasi masih cukup banyak di Banten, terutama masalah cuaca dan

infrastruktur jalan yang kurang dan bahkan tidak memadai khususnya di wilayah sentra

pertanian Banten di wilayah Selatan.

10. Berdasarkan hasil survei tertangkap informasi bahwa nilai tukar Rupiah terhadap USD cukup

berpengaruh terhadap harga jual, khususnya komoditas dengan bahan baku impor.

Responden mengharapkan nilai tukar Rupiah yang ideal yaitu sekitar Rp 8.500 per USD.

Triwulan IV 2011

40

Kajian Ekonomi Regional Banten

Rekomendasi Kebijakan

1. Percepatan konektivitas antar daerah antara lain melalui pembangunan maupun

pemeliharaan infrastruktur jalan, pemberian insentif bagi pelaku usaha di bidang jasa

angkutan umum yang melayani sentra produksi ke pasar atau tetap mempertahankan

transportasi perintis di wilayah yang jauh dari pusat perkotaan seperti di wilayah Banten

bagian Selatan, mempercepat waktu arus penyebrangan antar wilayah/pulau untuk

memperkecil hambatan distribusi.

2. Mengingat cuaca menjadi salah satu faktor utama yang menghambat distribusi, maka

diperlukan adanya suatu kajian khusus untuk membantu produsen pertanian (dalam arti

luas) untuk tetap menjaga produksinya yang dikondisikan secara khusus sehingga tidak

terlalu terpengaruh oleh kondisi cuaca yang kurang menguntungkan, seperti sosialisasi dan

implementasi resi gudang kepada petani yang dikelola secara profesional. Pengelola bisa

dilakukan oleh BUMD atau pihak lainnya dengan dasar pro kepada kepentingan para petani.

3. Ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan, dapat terus dilakukan upaya

peningkatan produktivitas dan pengembangan program pangan strategis serta menjaga

ketersediaan lahan pertanian melalui konsistensi penataan tata ruang wilayah.

4. Mengingat preferensi terhadap mie instant yang tinggi dengan kondisi bahan bakunya yang

berasal dari impor dan dipengaruhi harga internasional, maka sangat dibutuhkan suatu

pengembangan dan kerjasama dengan industri manufaktur untuk mengembangkan mie

instant yang berbahan dasar non terigu dan lebih diarahkan pada bahan pangan lokal yang

banyak terdapat di Banten. Hal ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan diversifikasi

pangan Banten.

5. Untuk meningkatkan akses terhadap harga dan mengurangi asimetri informasi antar pelaku

di setiap rantai pemasaran komoditas maka dibutuhkan suatu sistem informasi harga yang

akurat, reliable, tepat waktu dan terpelihara secara baik dalam jangka panjang, yang disusun

bersama oleh pemerintah daerah bekerja sama dengan pemerintah daerah lainnya/lembaga

vertikal terkait atau pemerintah pusat dengan provider telekomunikasi yang mudah diakses

oleh masyarakat, misalnya melalui telepon genggam atau internet.

6. Perlu kerja sama penanganan inflasi komoditas strategis antar daerah mengingat stabilisasi

harga di Banten tidak bisa dilakukan secara parsial kedaerahan mengingat adanya

keterkaitan yang tinggi dalam pasokan/distribusi barang antar daerah, antara lain penciptaan

kerja sama pengelola/himpunan pedagang pasar induk atau pasar di wilayah Banten dengan

beberapa pemasok dari luar daerah Banten. Selain itu, hasil penelitian ini selanjutnya akan

dielaborasi dengan hasil penelitian sejenis dari daerah lain untuk menemukan linkage dari

pola arus pasokan barang dan jasa serta pembentukan harga sekaligus masalah hambatan

distribusinya.

Triwulan IV 2011

41

Kajian Ekonomi Regional Banten

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN

DAN SISTEM PEMBAYARAN

Ekspansi perbankan di Banten pada triwulan IV 2011 diikuti pula oleh kualitas kredit yang

membaik, namun proses intermediasi perbankan belum terlihat optimal seiring

melambatnya kinerja sektor keuangan maupun perekonomian Banten. Kondisi tersebut

tercermin dari menurunnya rasio pinjaman terhadap simpanan (Loan to Deposit Ratio/LDR) bank

umum dari sebesar 74,25% pada triwulan III 2011 menjadi sebesar 74,05% pada triwulan

laporan. Namun demikian, risiko kredit bank umum mengalami penurunan dari sebesar 2,53%

pada triwulan III 2011 menjadi 1,9% pada triwulan laporan. Kinerja Bank Perkreditan Rakyat

dan perbankan syariah juga mengalami kinerja yang menurun. Kondisi ini diperkirakan dapat

menahan perlambatan kinerja sektor keuangan secara umum.

Melambatnya kinerja perbankan juga diindikasikan dari melambatnya penyaluran Kredit

Usaha Rakyat (KUR), meskipun tetap tumbuh pada level yang tinggi. Penyaluran KUR

hingga akhir triwulan IV 2011 masih menunjukkan perkembangan yang signifikan. Nominal

KUR yang disalurkan posisi Desember 2011 mencapai Rp 1,3 triliun dengan level pertumbuhan

sedikit melambat menjadi 63,13% (yoy) dari periode sebelumnya sebesar 92,97%. Tidak

mudahnya mencari calon debitur KUR yang layak dan sudah semakin banyaknya debitur yang

“naik kelas” atau masuk dalam katagori kredit retail (komersil) menyebabkan angka

pertumbuhan menjadi melambat.

Berdasarkan volumenya, transaksi non tunai dalam sistem pembayaran di Banten pun

menunjukkan sedikit penurunan kinerja pada triwulan IV 2011, Kondisi tersebut terindikasi

dari menurunnya pertumbuhan volume pembayaran yang dilakukan melalui kliring maupun

RTGS.

3.1. PERKEMBANGAN INTERMEDIASI BANK UMUM

Kegiatan intermediasi bank umum masih cenderung stagnan pada triwulan IV 2011 yang

tercermin dari menurunnya rasio kredit terhadap simpanan (Loan to Deposit Ratio) dari

sebesar 74,25% menjadi 74,05% pada periode laporan. Kinerja penyaluran kredit oleh bank

umum pada periode laporan melambat dengan level pertumbuhan sebesar 31,68% (yoy),

sementara pada triwulan sebelumnya mencapai pertumbuhan yang relatif tinggi sebesar

Triwulan IV 2011

42

Kajian Ekonomi Regional Banten

41,95% (yoy). Selain itu, penghimpunan simpanan/dana pihak ketiga juga melambat hingga

berada pada level 35,84% (yoy) dengan nominal Rp 70,16 triliun. Namun demikian, terjadi

penurunan risiko kredit yang ditunjukkan oleh penurunan rasio kredit non lancar (Non

Performing Loan) dari 2,53% menjadi sebesar 1,9%.

Tabel III.1. Indikator Bank Umum yang Berlokasi di Wilayah Banten

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

Nominal Rp. Juta 51.650.352 54.385.339 62.527.893 66.259.872 70.164.327 Growth % (yoy) 20,83 47,42 46,11 65,31 35,84Nominal Rp. Juta 39.453.382 42.418.187 45.426.766 49.198.175 51.951.404 Growth % (yoy) 39,64 31,76 39,12 41,95 31,68

Loan to Deposit Ratio Rasio % 76,39 78,00 72,65 74,25 74,04Rasio Kredit Non Lancar Berdasarkan Lokasi Bank di Provinsi Banten NPL % 2,34 2,38 2,58 2,53 1,90

Nominal Rp. Juta 81.704.949 79.827.825 83.819.998 92.119.713 112.219.927 Growth % (yoy) 40,8 38,15 14,97 28,14 37,35

Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek di Provinsi Banten *)

2011Uraian Unit

2010

DPK

Kredit Berdasarkan Lokasi Bank di Provinsi Banten

Sumber: Bank Indonesia

3.1.1. Perkembangan Simpanan/Dana Pihak Ketiga (DPK) Masyarakat

Penghimpunan Dana Pihak Ketiga oleh bank umum di wilayah Banten melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya seiring dengan bertambahnya luasan kantor bank di

Banten dan iklim persaingan antar bank yang semakin tinggi. Dana yang dapat diserap

masyarakat oleh bank umum di Banten pada triwulan IV 2011 tercatat sebesar Rp 70,16 triliun

atau bertumbuh sebesar 35,84% (yoy). Angka tersebut lebih rendah daripada triwulan

sebelumnya dengan pertumbuhan sebesar 65,31% (yoy). Pertumbuhan pada semua jenis dana

simpanan relatif melambat pada periode laporan. Giro bertumbuh sebesar 41,32% (yoy),

tabungan bertumbuh sebesar 41,94% (yoy) dan deposito bertumbuh sebesar 28,93% (yoy).

-

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

-10 20 30 40 50 60 70 80

Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

2008 2009 2010 2011

Rp T

riliu

n % yo

y

Nominal DPK Growth (RHS)

Grafik III.1. Perkembangan Dana Pihak

Ketiga Bank Umum di Banten

Sumber: Bank Indonesia

7,556,28

7,518,74

7,359,95

7,8310,25 10,79

12,30 12,9114,4913,62 13,48 14,52 16,06

12,51 13,58 14,17

17,69 17,70

20,9722,55

25,11

14,8215,57 15,63

17,94 17,0319,27 18,09

23,7125,90

29,2630,80 30,57

-

5

10

15

20

25

30

35

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

2009 2010 2011

Rp T

riliu

n

Giro Tabungan Deposito

Grafik III.2. Dana Pihak Ketiga Bank Umum

di Banten per Komponen

Sumber: Bank Indonesia

Triwulan IV 2011

43

Kajian Ekonomi Regional Banten

Giro20,65%

Tabungan35,78%

Deposito43,57%

Grafik III.3. Porsi Dana Pihak Ketiga Bank Umum di Banten Triwulan IV 2011

Sumber: Bank Indonesia

Tabel III.2. Perkembangan Simpanan/Dana Pihak Ketiga Bank Umum Wilayah Banten

per Komponen

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

Nominal (Rp. Juta) 10.252.215 10.786.234 12.299.304 12.912.530 14.488.422 Pertumbuhan (% yoy) 17,24 46,78 23,61 64,95 41,32Pangsa (%) 19,85 19,83 19,67 19,49 20,65

Nominal (Rp. Juta) 17.687.567 17.701.104 20.965.476 22.551.507 25.106.143 Pertumbuhan (% yoy) 10,15 41,49 54,41 59,19 41,94Pangsa (%) 34,24 32,55 33,53 34,03 35,78

Nominal (Rp. Juta) 23.710.570 25.898.001 29.263.113 30.795.835 30.569.762 Pertumbuhan (% yoy) 32,13 52,05 51,88 70,26 28,93Pangsa (%) 45,91 47,62 46,80 46,48 43,57TOTAL 51.650.352 54.385.339 62.527.893 66.259.872 70.164.327 Pertumbuhan (% yoy) 20,83 47,42 46,11 65,31 35,84

2010

Giro

Tabungan

Deposito

Komponen2011

Sumber: Bank Indonesia

Hingga saat ini, belum terjadi perubahan struktur penghimpunan dana masyarakat di

Bank. Dalam kondisi tingkat suku bunga yang relatif rendah dibandingkan beberapa periode

sebelumnya, jenis simpanan deposito masih memegang pangsa tertinggi (43,57%) terhadap

total dana pihak ketiga pada triwulan laporan. Dengan besaran nominal sebesar Rp. 30,57

triliun, jenis simpanan deposito bertumbuh sebesar 28,93% pada periode laporan. Tingkat suku

bunga deposito yang relatif lebih tinggi dibandingkan jenis/komponen lainnya menyebabkan

nasabah lebih menyukai deposito dibandingkan dengan jenis simpanan lainnya seperti

tabungan dan giro.

Triwulan IV 2011

44

Kajian Ekonomi Regional Banten

Tabel III.3. Perkembangan Deposito Bank Umum Wilayah Banten berdasarkan Jangka

Waktu (dalam Rp Juta)

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

<=1 BULAN 14.889.366 19.251.092 18.736.856 19.401.869 17.545.144

<=3 BULAN 5.902.161 5.620.039 7.088.001 7.587.106 9.374.657

<=6 BULAN 1.924.078 2.097.959 2.290.327 2.578.350 2.184.223

<=12 BULAN 791.939 875.384 1.017.100 1.073.057 1.112.806

<=18 BULAN 76.859 94.434 109.172 133.510 311.746

<=24 BULAN 34.776 17.519 14.105 14.664 30.440

<=36 BULAN 1.117 1.122 1.408 1.032 512

>36 BULAN 90.274 8.914 6.144 6.246 10.234

TOTAL 23.710.570 27.966.463 29.263.113 30.795.835 30.569.762

Jangka Waktu Deposito

2010 2011

Sumber: Bank Indonesia

Jenis deposito berjangka 1 bulan masih sangat diminati masyarakat pada triwulan laporan.

Jangka waktu deposito berjangka yang cukup beragam dari 1 bulan hingga lebih dari 36 bulan

menyebabkan preferensi masyarakat pun meningkat terhadap komponen tersebut. Deposito 1

bulan merupakan jenis deposito yang paling diminati masyarakat dengan kemudahan yang

diberikan yaitu jangka waktu yang relatif pendek namun dengan suku bunga yang relatif tinggi

dibandingkan dengan komponen tabungan, sehigga lebih memberikan keleluasan masyarakat

dalam memenuhi kebutuhan likuiditasnya.

3.1.2. Perkembangan Penyaluran Kredit Provinsi Banten

Peningkatan ekspansi kedit bank umum di Banten didorong oleh meningkatnya aktivitas

dan ekspansi bisnis yang terjadi di wilayah ini. Nominal kredit yang disalurkan bank umum

berdasarkan lokasi bank di Banten pada triwulan IV 2011 tercatat sebesar Rp. 51,95 triliun atau

bertumbuh sebesar 31,68% (yoy). Peningkatan kredit tertinggi terjadi pada jenis penggunaan

investasi dengan pertumbuhan yang mencapai 62,98% (yoy). Sektor perdagangan dan jasa

dunia usaha merupakan dua sektor yang menjadi target penyaluran kredit investasi terbesar

dari bank umum yang berlokasi di Banten. Pada sektor perdagangan, perdagangan eceran dan

perdagangan dalam negeri merupakan jenis perdagangan yang menggunakan kredit investasi

relatif besar dibandingkan dengan jenis perdagangan lainnya. Sementara pada sektor jasa dunia

usaha, persewaan mesin konstruksi dan persewaan alat transportasi air turut menjadi sektor

usaha pengguna kredit investasi dengan nilai relatif besar dibandingkan dengan jenis jasa dunia

usaha lainnya. Di sisi lain, kredit lainnya seperti kredit modal kerja juga bertumbuh tinggi pada

periode laporan sebesar 35,52% (yoy) terutama kredit modal kerja untuk jenis usaha

perdagangan eceran. Kondisi ini seiring dengan tetap tingginya pertumbuhan ekonomi pada

sektor perdagangan meskipun angkanya terindikasi sedikit melambat.

Triwulan IV 2011

45

Kajian Ekonomi Regional Banten

Tabel III.4. Kredit Bank Umum di Banten per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta)

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IVModal Kerja 13.238.768 14.062.178 15.666.237 16.495.251 16.950.554 32,63 28,04 Investasi 2.787.390 3.217.077 3.658.298 4.059.367 4.542.767 8,74 62,98 Konsumsi 23.427.225 25.138.932 26.102.231 28.643.556 30.458.084 58,63 30,01

TOTAL 39.453.382 42.418.187 45.426.766 49.198.175 51.951.404 100 31,68

Jenis PenggunaanGrowth

Tw IV-11 (% yoy)2010 Pangsa

Tw IV-11 (% yoy)2011

Sumber: Bank Indonesia

051015202530354045

0

10

20

30

40

50

60

Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

2008 2009 2010 2011

Rp

Tri

liun

% yo

y

Total Kredit Growth (RHS)

Grafik III.4. Perkembangan Kredit Bank

Umum di Banten

Sumber: Bank Indonesia

Modal Kerja32,63%

Investasi8,74%

Konsumsi58,63%

Grafik III.5. Porsi Kredit Bank Umum di

Banten per Jenis Penggunaan

Sumber: Bank Indonesia

0

10

20

30

40

50

60

70

80

-

200

400

600

800

1.000

1.200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2011

Rp

Mili

ar % yo

y

Nominal Kredit Growth (RHS)

Grafik III.6 Kredit Investasi Untuk Sektor

Perdagangan Bank Umum di Banten

Sumber: Bank Indonesia

-50050100150200250300350400

-

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2011

Rp

Mili

ar % yo

y

Nominal Kredit Growth (RHS)

Grafik III.7. Kredit Investasi Untuk Sektor

Jasa Dunia Usaha Bank Umum di Banten

Sumber: Bank Indonesia

Di sisi lain, tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi di Banten tercermin dari pangsa

kredit konsumsi yang lebih besar dibandingkan dengan jenis kredit produktif seiring

meningkatnya permintaan terhadap kebutuhan perumahan dan kebutuhan rumah tangga

lainnya. Tingginya kebutuhan kredit di wilayah Tangerang kemudian memicu peningkatan

kebutuhan pembiayaan berupa kredit konsumsi perbankan.

Triwulan IV 2011

46

Kajian Ekonomi Regional Banten

Tabel III.5. Kredit Bank Umum di Banten per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta)

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IVPertanian 97.994 102.144 112.285 145.171 260.366 0,50 165,70

Pertambangan 91.312 89.553 236.529 267.023 306.343 0,59 235,49

Industri Pengolahan 4.173.234 3.717.918 4.227.316 4.602.183 5.067.827 9,75 21,44

Listrik, Gas dan Air Bersih 26.984 26.161 16.944 68.032 159.293 0,31 490,32

Konstruksi 1.350.866 1.389.263 1.584.496 1.597.006 1.700.280 3,27 25,87

Perdagangan 4.044.223 5.021.054 5.341.538 5.737.373 6.125.710 11,79 51,47

Pengangkutan 169.556 199.183 218.962 263.157 294.762 0,57 73,84

Jasa Dunia Usaha 4.532.262 4.375.914 5.009.748 5.343.859 5.308.080 10,22 17,12

Jasa Sosial Masyarakat 1.108.815 1.194.988 1.240.077 1.363.791 1.428.357 2,75 28,82

Lain-lain 23.858.137 26.302.009 27.438.873 29.810.579 31.300.386 60,25 31,19

BANTEN 39.453.382 42.418.187 45.426.766 49.198.175 51.951.404 100,00 31,68

SektorPangsa

Tw IV-11 (%)Growth

Tw IV-11 (% yoy)2010 2011

Sumber: Bank Indonesia

Pertanian0,50%

Pertambangan0,59%

Industri pengolahan

9,75%

Listrik,Gas dan Air0,31%

Bangunan3,27%

Perdagangan11,79%

Pengangkutan0,57%Jasa Dunia

Usaha10,22%

Jasa Sosial Masyarakat

2,75%

Lain-lain60,25%

Grafik III.8. Porsi Kredit Bank Umum di Banten per Sektor Ekonomi

Sumber: Bank Indonesia

Perkembangan kredit untuk sektor listrik, gas dan air bersih terlihat meningkat signifikan

sejalan dengan adanya rencana pengembangan jaringan PDAM di wilayah Kota Tangerang

. Kredit untuk sektor listrik, gas dan air bersih bertumbuh signifikan hingga mencapai level

490,32% (yoy). Namun tren pertumbuhan yang meningkat tersebut tidak mampu mendorong

peningkatan porsi kredit untuk sektor listrik, gas dan air bersih yang hanya 0,31% pada

triwulan IV 2011. Kondisi yang sama juga terjadi pada sektor pertambangan, meskipun memiliki

pangsa yang relatif kecil, pertumbuhan kreditnya mencapai level 235,49%. Sementara itu,

dengan pangsa kredit yang relatif besar, pertumbuhan kredit pada sektor perdagangan juga

mampu mencapai pertumbuhan secara signifikan hingga sebesar 51,47%. Semakin

meningkatnya pertumbuhan pembangunan perumahan di Banten mendorong sektor lainnya

terutama sektor perdagangan, hotel dan restoran semakin tinggi. Sayangnya, kondisi ini hanya

terjadi di pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan tidak terjadi secara merata di beberapa

daerah lainnya seperti di wilayah Banten selatan.

Triwulan IV 2011

47

Kajian Ekonomi Regional Banten

3.1.3. Perkembangan Penyaluran Kredit per Kota/Kabupaten

Pada triwulan IV 2011 bank umum di Kota Tangerang masih menjadi penyalur kredit

terbesar dengan pangsa mencapai 55,11%. Belum ada perubahan struktural komposisi

penyaluran kredit oleh bank umum di seluruh kota/kabupaten di Banten. Selain Kota Tangerang

sebagai penyalur terbesar, bank-bank umum di Kabupaten Tangerang juga menjadi penyalur

kedua terbesar dengan pangsa sekitar 22,83% terhadap total kredit. Sementara itu, masih

relatif rendahnya jumlah kantor bank di wilayah Lebak dan Pandeglang menyebabkan

kontribusi kredit yang diberikan pun masih cenderung rendah dengan pangsa sekitar 1%-2%

terhadap total kredit. Pembangunan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan perbaikan serta

perluasan pembangunan infrastruktur perlu segera dilakukan agar perbankan terdorong untuk

menambah jaringan kantornya di wilayah tersebut, sehingga pemerataan pembangunan dan

pembangunan yang berkualitas dapat menjadi keniscayaan.

Tabel III.6. Kredit Bank Umum di Banten per Kota/Kabupaten (dalam Rp Juta)

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IVKab. LebakNominal (Rp Juta) 381.334 404.936 405.550 406.302 403.695Pangsa (%) 0,97 0,95 0,89 0,83 0,78Kab. PandeglangNominal (Rp Juta) 849.356 869.970 901.688 903.489 891.005Pangsa (%) 2,15 2,05 1,98 1,84 1,72Kab. SerangNominal (Rp Juta) 1.396.739 1.528.290 1.711.245 1.826.325 1.975.855Pangsa (%) 3,54 3,60 3,77 3,71 3,80Kab. TangerangNominal (Rp Juta) 5.986.026 8.722.736 9.432.212 10.540.517 11.861.649Pangsa (%) 15,17 20,56 20,76 21,42 22,83Kota CilegonNominal (Rp Juta) 3.233.509 3.297.361 3.536.173 3.847.077 4.135.100Pangsa (%) 8,20 7,77 7,78 7,82 7,96Kota TangerangNominal (Rp Juta) 24.017.687 24.375.303 25.843.362 27.749.256 28.632.868Pangsa (%) 60,88 57,46 56,89 56,40 55,11Kota SerangNominal (Rp Juta) 3.588.730 3.219.591 3.596.536 3.925.210 4.051.231Pangsa (%) 9,10 7,59 7,92 7,98 7,80Banten 39.453.382 42.418.187 45.426.766 49.198.175 51.951.404

2010Kota/Kabupaten

2011

Sumber: Bank Indonesia

A. Kabupaten Tangerang

Hingga akhir triwulan IV 2011, belum terjadi perubahan struktur secara signifikan pada

penyaluran kredit di daerah ini, dengan porsi terbesar tetap pada kredit konsumsi. Pangsa

kredit konsumsi hingga akhir triwulan IV 2011 tetap yang tertinggi sebesar 57,98%. Sementara

itu, pangsa kredit modal kerja mengalami sedikit penurunan hingga ke kisaran 33% dan kredit

investasi relatif stabil pada kisaran 8% terhadap total kredit di Kabupaten Tangerang.

Triwulan IV 2011

48

Kajian Ekonomi Regional Banten

Tabel III.7. Kredit Bank Umum di Kabupaten Tangerang per Jenis Penggunaan (dalam Rp

Juta)

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IVModal KerjaNominal (Rp Juta) 1.616.620 1.601.525 3.608.224 3.598.150 3.944.062 Pangsa (%) 27,01 26,27 38,25 34,14 33,25 InvestasiNominal (Rp Juta) 586.104 630.080 812.428 861.413 1.039.931 Pangsa (%) 9,79 10,33 8,61 8,17 8,77 KonsumsiNominal (Rp Juta) 3.783.302 3.865.568 5.011.560 6.080.954 6.877.657 Pangsa (%) 63,20 63,40 53,13 57,69 57,98

TOTAL 5.986.026 6.097.173 9.432.212 10.540.517 11.861.649

Jenis Penggunaan2010 2011

Sumber: Bank Indonesia

Sementara itu berdasarkan sektor ekonomi, selain sektor industri pengolahan dan sektor

perdagangan, hotel dan restoran, sektor jasa dunia usaha menjadi sektor yang semakin

diminati dalam penyaluran kredit di Kabupaten Tangerang pada triwulan IV 2011. Di

sektor industri pengolahan, pada periode laporan kredit tersebut banyak diserap oleh industri

coklat dan kembang gula; industri furnitur; industri pakaian jadi dan perlengkapannya; industri

plastik dan industri peralatan rumah tangga. Sementara itu pada sektor perdagangan, hotel dan

restoran, kredit yang disalurkan oleh bank umum di wilayah tersebut pada periode laporan

banyak diserap oleh jenis perdagangan eceran keliling; perdagangan besar tekstil, pakaian jadi

dan kulit dan penjualan mobil.

Triwulan IV 2011

49

Kajian Ekonomi Regional Banten

Tabel III.8. Kredit Bank Umum di Kabupaten Tangerang per Sektor Ekonomi (dalam Rp

Juta)

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

Nominal (Rp Juta) 47.311 49.713 50.434 80.737 66.073

Pangsa (%) 0,79 0,57 0,53 0,77 0,56

Nominal (Rp Juta) 12.674 14.168 13.742 16.168 25.961

Pangsa (%) 0,21 0,16 0,15 0,15 0,22

Nominal (Rp Juta) 569.416 693.232 822.234 830.379 1.038.932

Pangsa (%) 9,51 7,95 8,72 7,88 8,76

Nominal (Rp Juta) 2.880 2.106 676 1.728 5.669

Pangsa (%) 0,05 0,02 0,01 0,02 0,05

Nominal (Rp Juta) 268.230 339.504 422.844 418.648 465.759

Pangsa (%) 4,48 3,89 4,48 3,97 3,93

Nominal (Rp Juta) 821.034 1.837.284 1.873.715 1.929.958 2.265.348

Pangsa (%) 13,72 21,06 19,87 18,31 19,10

Nominal (Rp Juta) 52.053 88.188 88.553 102.999 111.081

Pangsa (%) 0,87 1,01 0,94 0,98 0,94

Nominal (Rp Juta) 175.705 117.431 120.236 150.745 197.703

Pangsa (%) 2,94 1,35 1,27 1,43 1,67

Nominal (Rp Juta) 225.064 229.210 234.279 240.047 293.536

Pangsa (%) 3,76 2,63 2,48 2,28 2,47

Nominal (Rp Juta) 3.811.660 5.351.899 5.805.500 6.769.109 7.391.587

Pangsa (%) 63,68 61,36 61,55 64,22 62,32

TOTAL 5.986.026 8.722.736 9.432.212 10.540.517 11.861.649

2011

Pengangkutan

Jasa Dunia Usaha

Jasa Sosial Masyarakat

Lain-lain

Pertanian

Pertambangan

Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air Bersih

Konstruksi

Perdagangan

Sektor2010

Sumber: Bank Indonesia

B. Kabupaten Serang

Pada triwulan IV 2011 terlihat bahwa preferensi penyaluran kredit oleh bank umum di

Kabupaten Serang tetap relatif tinggi dalam bentuk kredit konsumsi dan belum mengarah

ke sektor industri yang merupakan salah satu basis ekonomi daerah tersebut. Sebagian

besar kredit yang disalurkan oleh bank umum konvensional di wilayah Kabupaten Serang

adalah dalam bentuk kredit konsumsi untuk kebutuhan kepemilikan rumah terutama tipe 22 m2

s.d. 70 m2 dan kebutuhan konsumsi lainnya. Sementara itu kredit modal kerja banyak

disalurkan untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan serta

sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan atau sektor jasa dunia usaha khususnya

subsektor real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan.

Triwulan IV 2011

50

Kajian Ekonomi Regional Banten

Tabel III.9. Kredit Bank Umum di Kabupaten Serang per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta)

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IVModal KerjaNominal (Rp Juta) 332.181 415.437 500.532 426.599 452.504 Pangsa (%) 23,78 27,18 29,25 23,36 22,90 InvestasiNominal (Rp Juta) 203.233 173.176 189.796 266.614 285.193 Pangsa (%) 14,55 11,33 11,09 14,60 14,43 KonsumsiNominal (Rp Juta) 861.325 939.677 1.020.917 1.133.111 1.238.158 Pangsa (%) 61,67 61,49 59,66 62,04 62,66

TOTAL 1.396.739 1.528.290 1.711.245 1.826.325 1.975.855

Jenis Penggunaan2010 2011

Sumber: Bank Indonesia

Sementara itu berdasarkan sektor ekonomi, terlihat pula bahwa selain untuk sektor lain-lain

yang umumnya digunakan untuk kebutuhan konsumsi, penyaluran kredit untuk sektor jasa

dunia usaha dan perdagangan, hotel dan restoran merupakan yang tertinggi dibandingkan

dengan sektor lainnya. Selanjutnya adalah sektor jasa konstruksi sejalan dengan karakteristik

bisnis di Kota Serang.

Tabel III.10. Kredit Bank Umum di Kabupaten Serang per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta)

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

Nominal (Rp Juta) 1.406 1.374 1.263 1.069 3.543

Pangsa (%) 0,10 0,09 0,07 0,06 0,18

Nominal (Rp Juta) 5.359 3.074 2.386 7.126 10.260

Pangsa (%) 0,38 0,20 0,14 0,39 0,52

Nominal (Rp Juta) 24.924 25.242 21.789 21.435 23.459

Pangsa (%) 1,78 1,65 1,27 1,17 1,19

Nominal (Rp Juta) 535 507 587 592 326

Pangsa (%) 0,04 0,03 0,03 0,03 0,02

Nominal (Rp Juta) 97.393 108.586 151.365 164.588 142.753

Pangsa (%) 6,97 7,11 8,85 9,01 7,22

Nominal (Rp Juta) 188.819 216.841 244.698 224.653 247.471

Pangsa (%) 13,52 14,19 14,30 12,30 12,52

Nominal (Rp Juta) 2.056 1.560 1.561 1.715 1.925

Pangsa (%) 0,15 0,10 0,09 0,09 0,10

Nominal (Rp Juta) 200.123 215.839 245.986 253.128 282.825

Pangsa (%) 14,33 14,12 14,37 13,86 14,31

Nominal (Rp Juta) 14.785 15.583 20.667 18.908 25.135

Pangsa (%) 1,06 1,02 1,21 1,04 1,27

Nominal (Rp Juta) 861.339 939.685 1.020.942 1.133.111 1.238.158

Pangsa (%) 61,67 61,49 59,66 62,04 62,66

TOTAL 1.396.739 1.528.290 1.711.245 1.826.325 1.975.855

2011

Jasa Dunia Usaha

Jasa Sosial Masyarakat

Lain-lain

Pertambangan

Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air Bersih

Konstruksi

Perdagangan

Pengangkutan

Sektor2010

Pertanian

Sumber: Bank Indonesia

Triwulan IV 2011

51

Kajian Ekonomi Regional Banten

Pada sektor perdagangan, hotel dan restoran belum terdapat perubahan struktural subsektor

yang memperoleh kredit terbesar bahwa subsektor perdagangan impor, perdagangan eceran

makanan dan minuman, penjualan mobil, perdagangan eceran bahan konstruksi serta

perdagangan eceran perlengkapan rumah tangga dan perlengkapan dapur adalah penerima

kredit utama pada sektor perdagangan dari bank umum di wilayah Kabupaten Serang.

C. Kabupaten Pandeglang

Di Kabupaten Pandeglang, jenis kredit konsumsi dan kredit modal kerja mendominasi

hampir keseluruhan total kredit yang disalurkan. Di wilayah tersebut, penggunaan kredit

konsumsi sebagian besar adalah untuk keperluan pemilikan rumah tinggal s.d. tipe 21 dan

untuk keperluan konsumsi lainnya. Sementara itu kredit modal kerja dengan pangsa sebesar

45,92% pada triwulan IV 2011 disalurkan terutama pada sektor pertanian dengan konsentrasi

pada jenis pertanian padi. Selain itu, sektor produktif lainnya yang memperoleh kredit modal

kerja cukup besar yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran khususnya untuk usaha

perdagangan eceran keliling dan sektor industri pengolahan pada usaha daur ulang bukan

logam. Kondisi tersebut masih sesuai dengan kondisi ekonomi wilayah ini yang didominasi

sektor pertanian dan perdagangan.

Tabel III.11. Kredit Bank Umum di Kabupaten Pandeglang per Jenis Penggunaan (dalam Rp

Juta)

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IVModal KerjaNominal (Rp Juta) 372.052 381.942 378.604 384.657 409.161 Pangsa (%) 43,80 43,90 41,99 42,57 45,92 InvestasiNominal (Rp Juta) 3.245 3.575 2.588 3.403 2.637 Pangsa (%) 0,38 0,41 0,29 0,38 0,30 KonsumsiNominal (Rp Juta) 474.059 484.452 520.496 515.429 479.207 Pangsa (%) 55,81 55,69 57,72 57,05 53,78

TOTAL 849.356 869.970 901.688 903.489 891.005

Jenis Penggunaan2010 2011

Sumber: Bank Indonesia

Dari sisi sektor ekonomi, penyaluran kredit pada sektor produktif terutama pada sektor

pertanian, sekitar 71,24% kredit yang disalurkan di wilayah tersebut masih didominasi untuk

kepentingan konsumtif. Namun jika dilihat penyaluran kredit untuk sektor produktif, sektor

pertanian merupakan sektor yang memperoleh kredit terbesar di wilayah tersebut dengan

pangsa sekitar 13,59% disusul dengan kredit pada sektor perdagangan dengan pangsa sekitar

13,38%. Belum banyaknya investasi disektor manufaktur atau sektor lainnya menyebabkan

variasi kredit hanya terkonsentrasi pada sektor pertanian dan perdagangan.

Triwulan IV 2011

52

Kajian Ekonomi Regional Banten

Tabel III.12. Kredit Bank Umum di Kabupaten Pandeglang per Sektor Ekonomi (dalam Rp

Juta)

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

Nominal (Rp Juta) 4.074 3.100 2.183 1.963 121.074

Pangsa (%) 0,48 0,36 0,24 0,22 13,59

Nominal (Rp Juta) - - - - 2

Pangsa (%) - - - - 0,00

Nominal (Rp Juta) 1.861 1.545 1.731 435 968

Pangsa (%) 0,22 0,18 0,19 0,05 0,11

Nominal (Rp Juta) - - - - -

Pangsa (%) - - - - -

Nominal (Rp Juta) 130 97 39 105 87

Pangsa (%) 0,02 0,01 0,00 0,01 0,01

Nominal (Rp Juta) 276.535 260.275 237.065 243.055 119.193

Pangsa (%) 32,56 29,92 26,29 26,90 13,38

Nominal (Rp Juta) - - - - -

Pangsa (%) - - - - -

Nominal (Rp Juta) - - - 9.128 13.990

Pangsa (%) - - - 1,01 1,57

Nominal (Rp Juta) 682 641 485 833 921

Pangsa (%) 0,08 0,07 0,05 0,09 0,10

Nominal (Rp Juta) 566.074 604.312 660.185 647.970 634.768

Pangsa (%) 66,65 69,46 73,22 71,72 71,24

TOTAL 849.356 869.970 901.688 903.489 891.005

2011

Jasa Sosial Masyarakat

Lain-lain

Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air Bersih

Konstruksi

Perdagangan

Pengangkutan

Jasa Dunia Usaha

Sektor2010

Pertanian

Pertambangan

Sumber: Bank Indonesia

D. Kabupaten Lebak

Jika di wilayah lain kredit konsumsi mendominasi porsi penyaluran kredit, di Kabupaten

Lebak kredit modal kerja menjadi jenis kredit dengan porsi penyaluran terbesar. Dengan

total kredit yang disalurkan bank umum di Kabupaten Lebak pada periode laporan sebesar Rp

403,7 miliar, 66,37% dari total kredit tersebut merupakan jenis kredit modal kerja dengan

nominal sebesar Rp 267,93 miliar.

Triwulan IV 2011

53

Kajian Ekonomi Regional Banten

Tabel III.13. Kredit Bank Umum di Kabupaten Lebak per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta)

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IVModal KerjaNominal (Rp Juta) 237.309 251.839 249.641 257.944 267.933 Pangsa (%) 62,23 62,19 61,56 63,49 66,37 InvestasiNominal (Rp Juta) 1.307 1.197 1.229 1.181 1.073 Pangsa (%) 0,34 0,30 0,30 0,29 0,27 KonsumsiNominal (Rp Juta) 142.718 151.900 154.679 147.176 134.688 Pangsa (%) 37,43 37,51 38,14 36,22 33,36

TOTAL 381.334 404.936 405.550 406.302 403.695

Jenis Penggunaan2010 2011

Sumber: Bank Indonesia

Sementara itu, jika dilihat berdasarkan sektor ekonomi, sektor perdagangan, hotel dan

restoran merupakan tujuan utama penyaluran kredit produktif oleh bank umum di wilayah

Kabupaten Lebak. Pangsa kredit sektor perdagangan, hotel dan restoran terhadap total kredit

yang disalurkan bank umum di wilayah Kabupaten Lebak mencapai 50,72%. Sementara itu,

pada sektor lainnya seperti sektor pertanian dan konstruksi terlihat masih cukup rendah. Hal ini

perlu mendapat prioritas tersendiri bagi pemda Lebak dan perbankan untuk saling bersinergi

agar para pelaku usaha di sektor usaha tersebut yang belum bankable dapat dibantu/dibina

menjadi bankable dan dapat memperoleh pembiayaan perbankan dalam meningkatkan

kapasitas usahanya, mengingat potensi bisnis di wilayah ini cukup prospektif ditinjau dari segi

demografis dan keunggulan lainnya.

Triwulan IV 2011

54

Kajian Ekonomi Regional Banten

Tabel III.14. Perkembangan Kredit yang Disalurkan Bank Umum di Kabupaten Lebak per

Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta)

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

Nominal (Rp Juta) 1.505 1.491 156 2.658 7.481

Pangsa (%) 0,39 0,37 0,04 0,65 1,85

Nominal (Rp Juta) 1.199 1.236 1.457 - 63

Pangsa (%) 0,31 0,31 0,36 - 0,02

Nominal (Rp Juta) 70 59 44 3.108 5.224

Pangsa (%) 0,02 0,01 0,01 0,76 1,29

Nominal (Rp Juta) - - - - -

Pangsa (%) - - - - -

Nominal (Rp Juta) 4.064 3.718 3.517 5.860 10.683

Pangsa (%) 1,07 0,92 0,87 1,44 2,65

Nominal (Rp Juta) 146.202 134.078 121.602 130.400 204.757

Pangsa (%) 38,34 33,11 29,98 32,09 50,72

Nominal (Rp Juta) 1.996 1.997 1.996 1.984 2.020

Pangsa (%) 0,52 0,49 0,49 0,49 0,50

Nominal (Rp Juta) - - - 350 418

Pangsa (%) - - - 0,09 0,10

Nominal (Rp Juta) 225 165 - 2.456 23.032

Pangsa (%) 0,06 0,04 - 0,60 5,71

Nominal (Rp Juta) 226.074 262.190 276.779 259.485 150.018

Pangsa (%) 59,29 64,75 68,25 63,87 37,16

TOTAL 381.334 404.936 405.550 406.302 403.695

2011

Pengangkutan

Jasa Dunia Usaha

Jasa Sosial Masyarakat

Lain-lain

Sektor2010

Pertanian

Pertambangan

Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air Bersih

Konstruksi

Perdagangan

Sumber: Bank Indonesia

E. Kota Cilegon

Struktur perekonomian Kota Cilegon yang sebagian besar ditopang dari sektor industri

pengolahan teridentifikasi mendorong tingginya kebutuhan pembiayaan modal kerja.

Berdasarkan jenis penggunaannya, konsentrasi/pangsa kredit bank umum di wilayah Cilegon

untuk kredit modal kerja sekitar 57% dan total kredit bank umum di kota tersebut. Industri

logam dasar dan besi baja merupakan jenis industri yang mernyerap kredit modal kerja terbesar

dari bank umum di Kota Cilegon. Dapat diperkirakan bahwa klaster industri logam terjadi di

wilayah ini secara mandiri.

Triwulan IV 2011

55

Kajian Ekonomi Regional Banten

Tabel III.15. Kredit Bank Umum di Kota Cilegon per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta)

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IVModal KerjaNominal (Rp Juta) 2.051.760 2.024.342 2.193.969 2.273.568 2.350.239 Pangsa (%) 63,45 61,39 62,04 59,10 56,84 InvestasiNominal (Rp Juta) 267.802 240.300 250.174 411.993 515.312 Pangsa (%) 8,28 7,29 7,07 10,71 12,46 KonsumsiNominal (Rp Juta) 913.947 1.032.719 1.092.030 1.161.516 1.269.550 Pangsa (%) 28,26 31,32 30,88 30,19 30,70

TOTAL 3.233.509 3.297.361 3.536.173 3.847.077 4.135.100

Jenis Penggunaan2010 2011

Sumber: Bank Indonesia

Sektor produktif yang menjadi tujuan utama penyaluran kredit di Kota Cilegon antara lain

sektor industri pengolahan, jasa dan perdagangan. Pada sektor industri pengolahan,

sebagian besar kredit yang disalurkan adalah dalam bentuk kredit modal kerja yang banyak

diserap oleh industri logam dasar besi baja, sementara itu pada sektor keuangan, persewaan

dan jasa perusahaan, jasa penunjang perantara keuangan adalah perusahaan jasa yang banyak

menyerap kredit dari bank umum di wilayah tersebut. Sementara itu pada sektor perdagangan,

perdagangan eceran keliling adalah salah satu jenis perdagangan yang memperoleh kredit

terbesar seiring tumbuhnya perekonomian yang semakin baik di Cilegon

Triwulan IV 2011

56

Kajian Ekonomi Regional Banten

Tabel III.16. Kredit Bank Umum di Kota Cilegon per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta)

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

Nominal (Rp Juta) 3.314 3.273 3.464 3.375 4.201

Pangsa (%) 0,10 0,10 0,10 0,09 0,10

Nominal (Rp Juta) 17.451 13.805 20.718 12.083 20.717

Pangsa (%) 0,54 0,42 0,59 0,31 0,50

Nominal (Rp Juta) 1.050.100 968.389 1.002.250 1.110.183 1.142.506

Pangsa (%) 32,48 29,37 28,34 28,86 27,63

Nominal (Rp Juta) 6.696 6.234 6.107 56.886 147.794

Pangsa (%) 0,21 0,19 0,17 1,48 3,57

Nominal (Rp Juta) 146.287 107.565 135.151 151.756 170.492

Pangsa (%) 4,52 3,26 3,82 3,94 4,12

Nominal (Rp Juta) 398.416 427.886 445.073 517.687 559.792

Pangsa (%) 12,32 12,98 12,59 13,46 13,54

Nominal (Rp Juta) 32.440 31.989 52.219 79.768 84.040

Pangsa (%) 1,00 0,97 1,48 2,07 2,03

Nominal (Rp Juta) 459.700 469.992 511.658 488.116 475.783

Pangsa (%) 14,22 14,25 14,47 12,69 11,51

Nominal (Rp Juta) 81.382 94.597 94.119 147.338 153.995

Pangsa (%) 2,52 2,87 2,66 3,83 3,72

Nominal (Rp Juta) 1.037.722 1.173.631 1.265.414 1.279.886 1.375.780

Pangsa (%) 32,09 35,59 35,78 33,27 33,27

TOTAL 3.233.509 3.297.361 3.536.173 3.847.077 4.135.100

2011

Pengangkutan

Jasa Dunia Usaha

Jasa Sosial Masyarakat

Lain-lain

Pertanian

Pertambangan

Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air Bersih

Konstruksi

Perdagangan

Sektor2010

Sumber: Bank Indonesia

F. Kota Tangerang

Sebagian besar penyaluran kredit oleh bank umum di Kota Tangerang disalurkan untuk

penggunaan konsumsi karena wilayah ini merupakan salah satu kota penyangga Jakarta

yang berfungsi sebagai pusat hunian dengan jumlah penduduk yang besar. Proporsi kredit

konsumsi atau kredit sektor lain-lain menduduki peringkat tertinggi terhadap total kredit dari

bank umum di Kota Tangerang karena sebagian besar pekerjaan masyarakat di wilayah ini

adalah sebagai profesional dan pegawai/ pekerja. Selain itu, angka pertumbuhan penduduknya

relatif cukup tinggi dibandingkan daerah lainnya di Banten. Sementara itu jika dilihat per sektor

ekonomi, selain sektor lain-lain (konsumsi), sektor jasa dunia usaha dan sektor perdagangan

adalah sektor-sektor yang memiliki proporsi kredit tertinggi dibandingkan dengan sektor-sektor

lainnya.

Triwulan IV 2011

57

Kajian Ekonomi Regional Banten

Tabel III.17. Kredit Bank Umum di Kota Tangerang per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta)

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IVModal KerjaNominal (Rp Juta) 6.547.315 5.954.245 6.804.433 7.362.102 7.315.594 Pangsa (%) 27,26 24,43 26,33 26,53 25,55 InvestasiNominal (Rp Juta) 1.419.473 1.777.680 2.076.224 2.185.148 2.339.482 Pangsa (%) 5,91 7,29 8,03 7,87 8,17 KonsumsiNominal (Rp Juta) 16.050.899 16.643.378 16.962.705 18.202.006 18.977.792 Pangsa (%) 66,83 68,28 65,64 65,59 66,28

TOTAL 24.017.687 24.375.303 25.843.362 27.749.256 28.632.868

2011Jenis Penggunaan

2010

Sumber: Bank Indonesia

Tabel III.18. Kredit Bank Umum di Kota Tangerang per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta)

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

Nominal (Rp Juta) 28.772 31.745 41.636 37.617 39.868

Pangsa (%) 0,12 0,13 0,16 0,14 0,14

Nominal (Rp Juta) 51.036 49.603 190.751 224.369 241.363

Pangsa (%) 0,21 0,20 0,74 0,81 0,84

Nominal (Rp Juta) 1.369.107 1.275.877 1.417.178 1.423.222 1.677.514

Pangsa (%) 5,70 5,23 5,48 5,13 5,86

Nominal (Rp Juta) 11.322 10.685 1.257 551 5.393

Pangsa (%) 0,05 0,04 0,00 0,00 0,02

Nominal (Rp Juta) 736.309 732.033 750.636 746.487 810.027

Pangsa (%) 3,07 3,00 2,90 2,69 2,83

Nominal (Rp Juta) 1.392.883 1.353.190 1.604.503 1.850.862 1.739.525

Pangsa (%) 5,80 5,55 6,21 6,67 6,08

Nominal (Rp Juta) 57.002 52.076 52.239 55.825 74.743

Pangsa (%) 0,24 0,21 0,20 0,20 0,26

Nominal (Rp Juta) 3.629.955 3.503.443 4.056.598 4.369.626 4.245.503

Pangsa (%) 15,11 14,37 15,70 15,75 14,83

Nominal (Rp Juta) 644.724 722.093 764.821 837.468 820.132

Pangsa (%) 2,68 2,96 2,96 3,02 2,86

Nominal (Rp Juta) 16.096.577 16.644.557 16.963.743 18.203.229 18.978.800

Pangsa (%) 67,02 68,28 65,64 65,60 66,28

TOTAL 24.017.687 24.375.303 25.843.362 27.749.256 28.632.868

2011

Pengangkutan

Jasa Dunia Usaha

Jasa Sosial Masyarakat

Lain-lain

Pertanian

Pertambangan

Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air Bersih

Konstruksi

Perdagangan

Sektor2010

Sumber: Bank Indonesia

G. Kota Serang

Struktur kredit Kota Serang memiliki kemiripan dengan Kota Cilegon dimana kredit yang

disalurkan terutama adalah untuk tujuan modal kerja dan konsumsi, sementara jika dilihat

Triwulan IV 2011

58

Kajian Ekonomi Regional Banten

per sektor ekonomi, pada periode laporan kredit tersebut disalurkan terutama untuk

sektor industri pengolahan dan perdagangan. Pangsa kredit modal kerja di Kota Serang

adalah sekitar 52%-58% yang diikuti oleh kredit konsumsi dengan pangsa sekitar 33%-38%.

Sementara itu berdasarkan sektor ekonominya, kredit yang disalurkan tersebut banyak diserap

oleh sektor industri pengolahan terutama industri logam dasar besi baja dan industri plastik

serta oleh sektor perdagangan khususnya perdagangan eceran keliling. Artinya telah banyak

tumbuh industri industri kecil di wilayah ini untuk menyangga wilayah industri cilegon karena

letaknya yang berdekatan.

Tabel III.19. Kredit Bank Umum di Kota Serang per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta)

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IVModal KerjaNominal (Rp Juta) 2.081.531 1.681.162 1.930.834 2.192.232 2.211.060 Pangsa (%) 58,00 52,22 53,69 55,85 54,58 InvestasiNominal (Rp Juta) 306.225 291.724 325.859 329.614 359.139 Pangsa (%) 8,53 9,06 9,06 8,40 8,86 KonsumsiNominal (Rp Juta) 1.200.974 1.246.706 1.339.843 1.403.364 1.481.032 Pangsa (%) 33,47 38,72 37,25 35,75 36,56

TOTAL 3.588.730 3.219.591 3.596.536 3.925.210 4.051.231

2011Jenis Penggunaan

2010

Sumber: Bank Indonesia

Triwulan IV 2011

59

Kajian Ekonomi Regional Banten

Tabel III.20. Kredit Bank Umum di Kota Serang per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta)

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

Nominal (Rp Juta) 11.611 11.447 13.149 17.751 18.126

Pangsa (%) 0,32 0,36 0,37 0,45 0,45

Nominal (Rp Juta) 3.594 7.667 7.476 7.278 7.976

Pangsa (%) 0,10 0,24 0,21 0,19 0,20

Nominal (Rp Juta) 1.157.755 753.573 962.089 1.213.421 1.179.224

Pangsa (%) 32,26 23,41 26,75 30,91 29,11

Nominal (Rp Juta) 5.551 6.629 8.316 8.275 112

Pangsa (%) 0,15 0,21 0,23 0,21 0,00

Nominal (Rp Juta) 98.453 97.760 120.944 109.563 100.479

Pangsa (%) 2,74 3,04 3,36 2,79 2,48

Nominal (Rp Juta) 820.334 791.500 814.882 840.759 989.624

Pangsa (%) 22,86 24,58 22,66 21,42 24,43

Nominal (Rp Juta) 24.009 23.374 22.393 20.865 20.953

Pangsa (%) 0,67 0,73 0,62 0,53 0,52

Nominal (Rp Juta) 66.779 69.209 75.271 72.767 91.857

Pangsa (%) 1,86 2,15 2,09 1,85 2,27

Nominal (Rp Juta) 141.952 132.698 125.706 116.742 111.606

Pangsa (%) 3,96 4,12 3,50 2,97 2,75

Nominal (Rp Juta) 1.258.691 1.325.734 1.446.310 1.517.789 1.531.275

Pangsa (%) 35,07 41,18 40,21 38,67 37,80

TOTAL 3.588.730 3.219.591 3.596.536 3.925.210 4.051.231

Pengangkutan

Jasa Dunia Usaha

Jasa Sosial Masyarakat

Lain-lain

Pertanian

Pertambangan

Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air Bersih

Konstruksi

Perdagangan

Sektor2010 2011

Sumber: Bank Indonesia

3.1.4. Risiko Kredit

Menurunnya rasio kredit non lancar (NPL) di Banten pada triwulan IV 2011 terjadi pada

seluruh komponen jenis penggunaan. Risiko kredit bank umum di wilayah Banten mengalami

penurunan, hal ini ditunjukkan dari rasio Non Performing Loan (NPL) gross yang menurun pada

triwulan laporan. Tercatat rasio NPL bank umum konvensional di Banten pada periode laporan

adalah sebesar 1,90% lebih rendah dibandingkan dengan akhir triwulan sebelumnya sebesar

2,53% dan masih dalam kondisi yang relatif baik karena terjaga dalam koridor batas aman 5%.

Triwulan IV 2011

60

Kajian Ekonomi Regional Banten

2,993,20

3,71

3,083,103,002,84

2,342,512,582,53

1,90

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

4,00

Tw I Tw II Tw III

Tw IV

Tw I Tw II Tw III

Tw IV

Tw I Tw II Tw III

Tw IV

2009 2010 2011

%

NPL

Grafik III.9. Rasio Kredit Non Lancar (NPL) Bank Umum di Banten

Sumber: Bank Indonesia

Tabel III.21. Rasio Kredit Non Lancar (NPL) Bank Umum di Banten per Jenis Penggunaan

(%)

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IVModal Kerja 2,98 3,50 3,53 3,46 2,58Investasi 3,99 3,12 2,76 2,80 1,32Konsumsi 1,79 1,88 1,99 1,96 1,61Total 2,34 2,38 2,58 2,53 1,90

Jenis Penggunaan2010 2011

Sumber: Bank Indonesia

3.2. PERKEMBANGAN INTERMEDIASI BANK PERKREDITAN RAKYAT

Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat pada triwulan IV 2011 cenderung stagnan

yang tercermin dari menurunnya rasio LDR dari 143,49% menjadi 136,96% pada

periode laporan. Kinerja penyaluran kredit pada periode laporan melambat dengan level

pertumbuhan sebesar 29% (yoy), sementara pada triwulan sebelumnya mencapai pertumbuhan

sebesar 35,16% (yoy). Namun demikian, terjadi penurunan risiko kredit yang ditunjukkan oleh

penurunan rasio kredit non lancar (Non Performing Loan) dari 12,54% menjadi sebesar

10,75%.

Triwulan IV 2011

61

Kajian Ekonomi Regional Banten

Tabel III.22. Indikator Umum Bank Perkreditan Rakyat

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw III Tw IV

Jumlah bank (tidak termasuk kantor cabang) 72 72 71 70 70 -4,11 -2,78

Total Aset (Rp Juta) 906.743 944.965 993.282 951.485 1.055.518 11,97 16,41

Dana Pihak Ketiga (Rp Juta) 508.934 544.774 552.783 592.307 656.536 27,03 29,00

Kredit yang Diberikan (Rp. Juta) 697.045 735.993 794.259 849.920 899.208 35,16 29,00

LDR (%) 136,96 135,13 143,68 143,49 136,96 - -

NPL (%) 11,96 12,72 12,34 12,54 10,75 - -

Indikator2010 2011 Growth (% yoy)

Sumber: Bank Indonesia

3.3. PERKEMBANGAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)

Penyaluran Kredit Usaha Rakyat/KUR di Provinsi Banten hingga akhir triwulan IV 2011

melambat namun tetap menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Nominal KUR yang

disalurkan pada bulan Desember 2011 adalah sebesar Rp 1,3 triliun (bertumbuh sebesar

63,13% yoy) dengan jumlah debitur 84.833 debitur dari periode sebelumnnya sebanyak 81.505

debitur. Baik dari sisi nominal kredit maupun jumlah debitur, penyaluran KUR di Banten

bertumbuh pada level yang sangat tinggi walaupun pertumbuhannya melambat dibandingkan

triwulan III 2011. Dari 9 bank penyalur KUR di Banten, pertumbuhan yang sangat pesat dan

agresif dialami oleh Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri dan Bank Jabar Banten.

Tabel III.23. Perkembangan KUR di Provinsi Banten Berdasarkan Bank Penyalur

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw III Tw IV

Kredit (Rp Juta) 34.326 35.739 54.230 87.716 100.286 506,91 192,16

Debitur 593 128 488 1.519 1.549 3.604,88 161,21

Kredit (Rp Juta) 7.636 9.958 15.154 20.525 21.849 305,52 186,12

Debitur 52 73 123 176 234 375,68 350,00

Kredit (Rp Juta) 54.072 66.219 82.454 95.485 113.318 208,46 109,57

Debitur 266 301 347 377 420 158,04 57,71

Kredit (Rp Juta) 18.435 18.772 20.412 20.412 20.412 10,72 10,72

Debitur 53 55 57 57 57 7,55 7,55

Kredit (Rp Juta) 157.442 165.155 177.137 179.742 188.368 28,45 19,64

Debitur 1.047 1.097 1.142 1.154 1.191 21,35 13,75

Kredit (Rp Juta) 275.918 332.762 389.109 427.918 465.232 91,50 68,61

Debitur 56.216 63.312 70.174 75.064 79.649 54,75 41,68

Kredit (Rp Juta) 177.427 184.799 203.620 230.364 261.293 38,48 47,27

Debitur 861 923 1.085 1.300 1.535 67,74 78,28

Kredit (Rp Juta) 82.528 114.979 145.563 171.741 192.534 299,50 133,30

Debitur 906 1.314 1.667 1.836 2.086 297,40 130,24

Kredit (Rp Juta) - - 3.183 4.233 4.685 - -

Debitur - - 19 22 26 - -

Kredit (Juta Rp.) 807.784 928.383 1.090.863 1.238.137 1.317.755 92,97 63,13

Debitur 59.994 67.203 75.102 81.505 84.883 59,90 41,49

2011Bank Uraian

2010

1 Bank Mandiri

Growth (% yoy)

5 BRI

6 BRI Mikro

7 BTN

2 Syariah Mandiri

3

8 Bank Jabar Banten

9 Bank DKI

T O T A L

BNI

4 Bank Bukopin

No.

Sumber: Kementerian Koordinator Perekonomian RI

Triwulan IV 2011

62

Kajian Ekonomi Regional Banten

3.4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Transaksi pembayaran non tunai secara umum belum menunjukkan peningkatan yang

signifikan seiring dengan relatif melambatnya kinerja perekonomian Banten. Penggunaan

kliring sebagai sarana dalam penyelesaian transaksi usaha relatif stabil pada triwulan IV 2011

walaupun dengan pertumbuhan yang masih cukup tinggi, sementara penggunaan sistem

pembayaran non tunai Real Gross Settlement (RTGS) masih cenderung melambat yang

memberikan gambaran masih tertahannya pertumbuhan ekonomi Banten pada triwulan

laporan.

-10

-5

0

5

10

15

20

25

-200 400 600 800

1.000 1.200 1.400 1.600 1.800

Tw I Tw II Tw III

Tw IV

Tw I Tw II Tw III

Tw IV

Tw I Tw II Tw III

Tw IV

2009 2010 2011

Rp

Mili

ar % yo

y

Nominal Growth (RHS)

Grafik III.10. Perkembangan Transaksi

Kliring di Wilayah Banten Berdasarkan

Nominal

Sumber: Bank Indonesia

-4-20246810121416

-

10

20

30

40

50

60

70

Tw I Tw II Tw III Tw IV

Tw I Tw II Tw III Tw IV

Tw I Tw II Tw III Tw IV

2009 2010 2011

Rp

Mili

ar % yo

y

Volume Growth (RHS)

Grafik III.11. Perkembangan Transaksi

Kliring di Wilayah Banten Berdasarkan

Volume

Sumber: Bank Indonesia

-100-80-60-40-20020406080

-5.000

10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 40.000

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

2010 2011

Rp

Mili

ar % yo

y

Nominal Volume

Growth Nominal (RHS) Growth Volume (RHS)

Grafik III.12. Perkembangan Transaksi RTGS

(From) Wilayah Banten

Sumber: Bank Indonesia

-15-10-505101520253035

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

2010 2011

Rp

Mili

ar % yo

y

Nominal Volume

Growth Nominal (RHS) Growth Volume (RHS)

Grafik III.13. Perkembangan Transaksi RTGS

(To) Wilayah Banten

Sumber: Bank Indonesia

Triwulan IV 2011

63

Kajian Ekonomi Regional Banten

-20

0

20

40

60

80

100

120

-500

1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500 4.000 4.500 5.000

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

2010 2011

Rp

Mili

ar % yo

y

Nominal Volume

Growth Nominal (RHS) Growth Volume (RHS)

Grafik III.14. Perkembangan Transaksi RTGS (From-To) Wilayah Banten

Sumber: Bank Indonesia

Triwulan IV 2011

64

Kajian Ekonomi Regional Banten

Boks 2. PENELITIAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA (KPJU) UNGGULAN UMKM DI WILAYAH BANTEN TAHUN 2011

Dalam rangka pelaksanaan bantuan teknis penelitian, pada tahun 2011, Bank Indonesia Serang

melaksanakan Penelitian KPJu Unggulan UMKM, yaitu penelitian base line survey (BLS).

Keberadaan BLS ini, akan memberikan data dan informasi yang bermanfaat kepada

stakeholder, baik kepada pemerintah daerah, perbankan, kalangan swasta, maupun masyarakat

luar yang berkepentingan dalam upaya pemberdayaan UMKM.

Penelitian KPJu Unggulan ini bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai peluang investasi di

daerah yang bermuara pada pemberian informasi kepada stakeholders tentang potensi suatu

daerah, khususnya mengenai komoditi/ produk/jenis usaha yang potensial yang menjadi

unggulan daerah untuk dikembangkan.

KPJu Unggulan UMKM Tahun 2012 merupakan kelanjutan dari penelitian KPJu Unggulan

UMKM tahun 2006 yang dilakukan oleh Kantor Pusat Bank Indonesia pada saat Kantor Bank

Indonesia Serang belum berdiri. Kemudian dengan pertimbangan Data KPJu Unggulan yang

ada sudah out of date (usang), perubahan wilayah yang mendasar dari sisi wilayah administrasi

pemerintahan yang disebabkan oleh pemekaran wilayah, baik ditingkat kecamatan maupun

tinggat kabupaten, dan perubahan dan pergeseran para pejabat dan pemangku kepentingan di

masing-masing daerah, yang menyebabkan telah terjadinya perbedaan dalam cara pandang

dan arah kebijakan daerah yang dapat mempengaruhi pergeseran komoditas, produk dan jenis

usaha unggulan di masing-masing daerah, maka informasi KPJu Unggulan diperbaharui setiap 5

(lima) tahun sekali.

Pada Penelitian KPJu unggulan 2011 digunakan 134 kecamatan sampel, dan 8 Kabupaten/Kota.

Metode analisis penelitian yang digunakan adalah Metode Perbandingan Eksponensial (MPE),

Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Metode Borda, serta metode analisis Bayes untuk menilai

KPJu Unggulan Lintas Sektor.

Dari hasil FGD dan analisis penelitian KPJu Unggulan Tahun 2011 ini diperoleh hasil bahwa

suatu komoditas/produk/ jenis usaha di katakan unggulan manakala KPJu tersebut mampu

menciptakan dan menyerap lapangan kerja yang cukup banyak.

Hasil analisis menunjukkan bahwa KPJu Unggulan per sektor tingkat provinsi, dimana rangking

pertamanya adalah; komoditas padi sawah untuk subsektor tanaman pangan; komoditas cabe

besar untuk subsektor Sayuran; komoditas Pisang untuk subsektor Buah-buahan; komoditas

kelapa dalam untuk subsektor usaha perkebunan; ayam ras pedaging untuk subsektor usaha

Triwulan IV 2011

65

Kajian Ekonomi Regional Banten

peternakan; budidaya ikan kolam untuk subsektor perikanan; komoditas jahe untuk subsektor

biofarmaka; usaha keripik singkong untuk subsektor industri; komoditas beras untuk untuk

subsektor perdagangan; usaha reparasi kendaraan bermotor untuk subsektor jasa-jasa; dan

usaha angkutan bermotor untuk penumpang untuk subsektor angkutan.

Adapun urutan KPJu Unggulan Persektor/Subsektor di Kabupaten /Kota di Provinsi Banten

adalah sebagaimana tabel berikut ini :

KPJu Unggulan per Sektor/Subsektor di Kabupaten/Kota

di Provinsi Banten Tahun 2011

Subsektor Ekonomi

Wilayah Prov insi/Kabupaten/Koa

Banten Kabupaten Pandeglang

Kabupaten Lebak

Kabupaten Tangerang

Kabupaten Serang

Kota Tangerang

Kota Cilegon

Kota Serang Kota

Tangsel 1. Tanaman

Pangan Padi Sawah Padi Sawah Padi Sawah Padi Sawah Padi Sawah Kedelai Padi Sawah Padi Sawah Padi Sawah

2. Sayuran Cabe Besar Melinjo Melinjo Kangkung Cabe Besar Cabe Besar Cabe Besar Tomat -

3. Perkebunan Kelapa Dalam Kelapa Dalam Kelapa Dalam Kelapa Dalam

Kelapa Dalam Kopi Kelapa Dalam

Kelapa Dalam -

4. Buah-buahan Pisang Pisang Durian Mangga Mangga Pisang Pisang Sawo - 5. Tanaman

Hias Mawar Soka Anggrek Soka Palem Anggrek Anggrek Anggrek Anggrek

6. Peternakan Ayam Ras Pedaging

Kerbau Ayam Ras Pedaging

Sapi Potong Kambing Ayam Ras Pedaging

Kerbau Ayam Ras Pedaging

Sapi Potong

7. Perikanan Budidaya Ikan Kolam

Budidaya Ikan Sawah

Budidaya Ikan Kolam

Budidaya Ikan Karamba

Budidaya Ikan Sawah

Budidaya Ikan Kolam

Budidaya Ikan Tambak

Penangkapan Perairan Umum

Budidaya Ikan Kolam

8. Biofarmaka Jahe Lempuyang Jahe Laos Laos Kunyit Kumis Kucing

Jahe

9. Industri Keripik Singkong Emping & Ceplis

Keripik Singkong

Sendal & Sepatu

Anyaman Bambu

Pakaian Jadi/Konveksi

Emping & Ceplis

Keripik Singkong

Pakaian Jadi/Konveksi

10.Perdagangan Beras Beras Beras Restoran Sayuran Pakaian Jadi Restoran Beras Beras

11.Jasa-jasa Reparasi Kendaraan Bermotor

Kursus Bahasa inggris

Reparasi Elektronika

Reparasi Kendaraan Bermotor

Photo Studio Reparasi Kendaraan Bermotor

Kursus Bahasa inggris

Reparasi Elektronika

Kursus Komputer

12.Angkutan Angkutan Bermotor Unt Penumpang

Angkutan Bermotor Untuk Penumpang

Angkutan Bermotor u/Penumpang

Angkutan Bermotor Unt Penumpang

Angkutan Bermotor Unt Penumpang

Angkutan Bermotor Unt Penumpang

Angkutan Bermotor Unt Barang

Angkutan Bermotor Unt Penumpang

Angkutan Bermotor Unt Penumpang

Sumber: Penelitian, KPJu Unggulan Tahun 2011

Selanjutnya Dengan KPJu unggulan lintas sektor pada urutan 10 (sepuluh) besarnya yaitu; beras

(perdagangan), pakaian jadi/konveksi (industri), restoran (perdagangan), sayuran (perdagangan),

padi sawah (tanaman pangan), keripik singkong (industri), buah-buahan (perdagangan),

emping dan ceplis (industri), sandal dan sepatu (industri) dan anggrek (tanaman hias). Dimana

10 (sepuluh) besar pada KPJu unggulan lintas sektor sebagian besar didominasi oleh subsektor

perdagangan, yaitu sebanyak 4 (empat) KPJu unggulan, diikuti oleh sektor industri sebanyak 4

(empat) KPJu, dan masing-masing 1 (satu) KPJu unggulan dari subsektor tanaman pangan dan

tanaman hias.

Triwulan IV 2011

66

Kajian Ekonomi Regional Banten

Rekapitulasi Urutan Pertama KPJu Unggulan Lintas Sektor

di Provinsi Banten Tahun 2011

No. Wilayah Sektor/Sub-Sektor KPJu Unggulan

1. Banten Perdagangan Beras

2. Kabupaten Pandeglang Tanaman Pangan Padi Sawah

3. Kabupatel Lebak Perdagangan Beras

4. Kabupaten Tangerang Industri Sendal & Sepatu

5. Kabupaten Serang Perdagangan Sayuran

6. Kota Tangerang Industri Pakaian Jadi/Konveksi

7. Kota Cilegon Perdagangan Restoran

8. Kota Serang Perdagangan Beras

9 Kota Tangerang Selatan Perdagangan Beras

Sumber: Penelitian, KPJu Unggulan Tahun 2011

Jika dikerucutkan lebih kecil lagi dalam urutan 5 (lima) besar, maka sektor perdagangan sangat

mendominasi dalam KPJu unggulan lintas sektor pada tahun 2011. Sedangkan 5 (lima) KPJu

unggulan Lintas Sektor di Provinsi Banten yaitu perdagangan beras, industri pakaian

jadi/konveksi, perdagangan restoran, perdagangan sayuran, dan tanaman pangan padi sawah.

Dalam rangka mengembangkan Komoditi, Produk, atau Jenis Usaha Unggulan yang telah

teridentifikasi di atas, rekomendasi yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah Propinsi dan Kabupaten/Kota diharapkan lebih mengintegrasikan kebijakan

dan program pembinaan /pembangunan yang sektoral maupun lintas sektoral terhadap

pengembangan KPJu terpilih.

2. Pada setiap KPJu Unggulan perlu dilakukan Penyusunan Lending Model sehingga lebih

meningkatkan minat calon investor/pelaku usaha untuk mengembangkan usaha KPJu

Unggulan ke depan.

Triwulan IV 2011

67

Kajian Ekonomi Regional Banten

3. UMKM pada bisnis KPJu Unggulan memerlukan peningkatan akses kepada sumber

pembiayaan sehingga secara spesifik lembaga perbankan seyogyanya dapat memberikan

perhatian khusus untuk pembiayaan usaha KPJu Unggulan terpilih.

4. Pada wilayah sentra produksi KPJu Unggulan memerlukan perbaikan dan peningkatan

infrastruktur dan sarana transportasi.

5. Untuk mendukung KPJu Unggulan perdagangan, seperti beras, sayuran dan buah-buahan,

dan pakaian jadi maka kebijakan dan program pembinaan/ pembangunan seyogyanya

bersifat lintas sektoral.

6. Pengembangan UMKM pada usaha KPJu Unggulan perlu dilakukan dengan

Pengembangan dan Pendekatan Klaster, untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah,

seperti klaster pada pengembangan budidaya kambing di Juhut Pandeglang.

7. Khusus untuk KPJu Unggulan pada sektor usaha pengolahan (industri ukm) seperti Keripik

Singkong, Emping, Emping dan Ceplis, tahu dan produk pangan lainnya, diperlukan

peningkatan intensitas kegiatan untuk meningkatkan mutu kemasan, sanitasi dan hygiene

proses produksi, serta fasilitasi untuk memperoleh sertifikasi produk (SNI, HACCP) untuk

memperluas akses pasar ekspor. Sedangkan untuk usaha pengolahan Pakaian Jadi,

Anyaman bambu, Sepatu dan Sandal, dan Meubel Kayu diperlukan kegiatan pelatihan dan

pemagangan untuk meningkatkan desain dan finishing produk.

8. Khusus untuk KPJu Unggulan Budidaya Padi Sawah, Pemerintah Provinsi dan

Kabupaten/Kota perlu membangun dan meningkatkan sarana irigasi, serta merevitalisasi

kelembagaan penyuluhan pertanian dan kelembagaan petani.

9. Khusus untuk KPJu Unggulan Perdagangan Restoran, perlu dikembangkan suatu Pusat

Promosi dan Pemasaran, khususnya pusat data tentang lokasi dan informasi jenis menu-

menu kuliner yang ditawarkan secara lebih spesifik dengan tema-tema tertentu dan

bernuansa menu daerah, sehingga memiliki ciri khas dan memudahkan akses bagi

konsumen.

Triwulan IV 2011

68

Kajian Ekonomi Regional Banten

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Triwulan IV 2011

69

Kajian Ekonomi Regional Banten

BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Pemerintah Provinsi Banten berhasil merealisasikan pendapatannya dari yang kebijakan

ditargetkan pada tahun 2011. Sebaliknya, belanja daerah hanya mendekati target optimal

karena belum terealisasinya beberapa pengeluaran pada belanja barang dan jasa serta

belanja modal untuk alat berat, program pendidikan dan kesehatan. Besarnya anggaran

pengeluaran menyebabkan terjadinya defisit APBD pada tahun 2011 sekitar Rp 145,91 miliar.

Secara akumulasi, pencapaian tahun 2011 terlihat lebih baik dibandingkan pencapaian tahun

2010. Namun dilihat dari pertumbuhan tahunan (growth) realisasi belanja APBD secara

triwulanan, pencapaian realisasi APBD triwulan IV 2011 sedikit lebih rendah jika dibandingkan

dengan triwulan III 2011.

Tabel IV.1. Perbandingan Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Banten

Antara Tahun 2010 dengan Tahun 2011 (dalam Rp Juta)

Nominal % Nominal %Pendapatan Daerah 2.377.317 2.334.915 98,22 3.527.316 3.755.489 106,47Pendapatan Asli Daerah 1.607.549 1.720.672 107,04 2.672.749 2.895.444 108,33Dana Perimbangan 766.176 610.478 79,68 841.416 849.490 100,96Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 3.593 3.765 104,79 13.151 10.554 80,25Belanja Daerah 2.511.267 1.556.484 61,98 4.047.765 3.901.396 96,38Belanja Tidak Langsung 1.146.904 770.570 67,19 2.133.438 2.083.169 97,64Belanja Langsung 1.364.363 785.914 57,60 1.914.327 1.818.227 94,98Surplus/defisit -133.950 778.431 -581,14 -520.448 -145.907 28,03

Uraian APBD 2010Realisasi 2010

APBD 2011Realisasi 2011*

Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten

*Data bersifat sementara

-40-20020406080100120140

0200400600800

1.0001.2001.4001.6001.8002.000

Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I

Tw II

Tw III*

Tw IV*

2009 2010 2011

Rp

Mil

iar %

yoy

Realisasi Belanja APBD per Triwulan (Trw ) Growth (yoy)

Grafik IV.1. Grafik Pertumbuhan dan Realisasi Belanja APBD Triwulanan

Provinsi Banten

Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten, data masih bersifat

sementara.

Triwulan IV 2011

70

Kajian Ekonomi Regional Banten

Agar tidak terjadi defisit pada tahun yang akan datang, perlu ditingkatkan target penerimaan

jauh lebih tinggi dibandingkan periode ini mengingat semakin pesatnya potensi pajak daerah

dari meningkatnya penggunaan kendaraan bermotor dan pajak daerah lainnya terkait tingginya

investasi di wilayah Banten. Upaya tersebut antara lain dengan memberikan kemudahan

pelayanan pengurusan pajak daerah tersebut dan melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi

pajak daerah. Contohnya dengan terus mengembangkan fasilitas on line untuk pajak

kendaraan bermotor baik secara mobile maupun menambah lokasi pelayanan yang mudah

dijangkau. Penambahan tenaga PNS diprioritaskan antara lain untuk mempercepat dan

meningkatkan pelayanan daerah dalam rangka mengoptimalkan pendapatan daerah.

Realisasi penerimaan daerah pada 2011 telah mencapai 106,47% dari yang ditargetkan pada

awal tahun. Tingginya perolehan pajak daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah

pada triwulan IV 2011 mendorong perolehan penerimaan daerah periode tersebut menjadi

lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010.Kondisi ini juga dipicu oleh

meningkatnya jumlah kendaraan bermotor baik kendaraan pribadi maupun komersil di wilayah

Banten.

4.1. Pendapatan Daerah

Tabel IV.2. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Provinsi Banten Triwulan IV 2011

Dibandingkan dengan Realisasi Tahun 2011

JUMLAH ANGGARAN REALISASI TRIWULAN IVREALISASI S/D TRIWULAN

IV%

2 3 4 5 = 3/4

3.527.316.555.823 1.004.713.214.636 3.755.489.389.424 26,75%

2.617.749.200.000 770.789.340.876 2.895.444.614.036 26,62%

841.416.055.823 227.811.513.241 849.490.704.012 26,82%

13.151.300.000 6.112.360.519 10.554.071.367 57,91%

3.527.316.555.823 1.004.713.214.636 3.755.489.389.424 26,75%

4.407.764.845.678 1.755.385.932.860 3.901.396.618.181 44,99%

2.133.437.613.010 735.404.691.687 2.083.169.406.403 35,30%

1.914.327.214.668 1.019.981.241.173 1.818.227.211.778 56,10%

4.047.764.845.678 1.755.385.932.860 3.901.396.618.181 44,99%

BELANJA LANGSUNG

JUMLAH BELANJA DAERAH

JUMLAH PENDAPATAN DAERAH

BELANJA DAERAH

BELANJA TIDAK LANGSUNG

PENDAPATAN ASLI DAERAH

DANA PERIMBANGAN

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH

URAIAN

1

PENDAPATAN DAERAH

Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten

Kecenderungannya realiasi pendapatan banyak dicapai pada triwulan IV, hal ini terlihat dari

realisasi pada triwulan laporan yang angkanya lebih dari 25%. Bahkan Lain-lain Pendapatan

yang Sah mencapai angka realisasi 57,91%. Pendapatan terbesar seperti dari PAD dan Dana

Triwulan IV 2011

71

Kajian Ekonomi Regional Banten

Perimbangan terlihat merata sepanjang triwulan dengan capaian di sekitar 26%. Secara umum,

dari sisi pendapatan, kinerja dinas terkait sudah cukup memadai dalam perencanaanya.

Penyumbang tertinggi pendapatan daerah bersumber dari pendapatan asli daerah (PAD)

dengan rasio terhadap total pendapatan daerah sebesar 77,10%, sedangkan rasio dana

perimbangan hanya mencapai 22,62%, sisanya 0,28% bersumber dari pendapatan

lainnya yang sah. Provinsi banten termasuk salah satu provinsi yang memiliki kemandirian

fiskal yang cukup baik. Hal tersebut tercermin dari rasio komponen pendapatan terhadap total

pendapatan daerah. Namun untuk daerah kota/kabupaten di Wilayah Banten belum semuanya

yang memiliki kemandirian fiskal karena potensi sumber pendapatan daeranya relatif minim.

Realisasi perolehan pajak daerah Provinsi Banten cukup tinggi dan mencapai angka Rp 2,77

triliun atau sekitar 106,49% dari target awal sebesar Rp 2,60 triliun. Hal tersebut bersumber

dari pencapaian perolehan pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor.

Peningkatan pendapatan masyarakat, berkembangnya investasi/bisnis dan didukung iklim bisnis

dan politik yang kondusif mendorong masyarakat berani membeli barang jangka

panjang/durable good termasuk kendaraan bermotor. Peningkatan pembelian tersebut

diperkirakan mendorong peningkatan atau pencapaian pendapatan daerah Banten.

Grafik IV.2. Komposisi Unsur Pendapatan Daerah Provinsi Banten tahun 2011

Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten

Pajak Daerah 95,64%

Retribusi Daerah 0,00%

Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah yang Dipisahkan

1,29%

Lain - lain PAD yang Sah 3,11%

Dana Bagi Hasil

Pajak/Bagi Hasil Bukan

Pajak 11,87%

DAU 15,90%

DAK 0,16%

Pendapatan Hibah 0,15%

Triwulan IV 2011

72

Kajian Ekonomi Regional Banten

4.2. Belanja Daerah

Realisasi belanja terlihat baru banyak terserap pada triwulan IV 2011 karena realisasi pada

hampir semua komponen belanja daerah pada triwulan laporan melebihi pencapaian 35%

dari. Kondisi tersebut sangat terlihat pada realisasi belanja langsung yang baru direalisasikan

pada akhir tahun sekitar 56,10% yang dapat menyebabkan terhambatnya kelancaran program

yang terkait dengan kesejahteraan/peningkatan kualitas hidup masyarakat. Masih belum

terencananya program secara optimal menyebabkan realisasi anggaran tidak terdistribusi

merata dengan baik.

Sepanjang 3 tahun terakhir, persentase realisasi APBD pertahun di atas angka 95%. Pencapaian

yang relatif lebih baik terjadi pada tahun 2010, dimana distribusi realisasinya relatif lebih merata

dibandingkan dengan kondisi tahun lainnya. Hal tersebut turut berkontribusi pada pencapaian

angka pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada tahun

2009 dan 2011 (lihat grafik I.2). Sementara itu, rasio belanja langsung mencapai angka 46,60%

atau lebih rendah dari pada belanja tidak langsung (yang sebagian besar digunakan untuk biaya

rutin gaji dan pembelanjaan pegawai) sebesar 53,40%. Angka rasio ini ke depan diharapkan

lebih berimbang atau bahkan terbalik agar terlihat efek efisiensi biaya dikaitkan dengan hasil

kinerja perangkat daerah yang dapat dicerminkan dari membaiknya angka pertumbuhan

ekonomi atau data indikator ekonomi atau kesejahteraan sosial lainnya.

5,77%

36,21%63,85%

95,87%

11,70%

35,45%

61,98%

95,49%

9,70%

27,45%

61,57%

96,38%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

0500

1.0001.5002.0002.5003.0003.5004.0004.500

Tw I Tw II Tw III

Tw IV

Tw I Tw II Tw III

Tw IV

Tw I Tw II Tw III*

Tw IV*

2009 2010 2011

Rp M

iliar

Realisasi s.d. Triwulan Berjalan (Kumulatif)

% Realisasi Pengeluaran (Kumulatif)

Grafik IV.3. Realisasi dan Persentase Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Banten per Triwulan tahun 2009 - 2011

Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten

Triwulan IV 2011

73

Kajian Ekonomi Regional Banten

Pada tahun 2012, terlihat adanya RAPBD yang terus meningkat meskipiun kenaikannya bersifat

moderat dibandingkan tahun 2011. Kabupaten Tangerang memiliki rencana APBD tertinggi

dibandingkan kota/kabupaten lainnya di Banten yaitu sebesar Rp 2,38 triliun, diikuti kota

terdekatnya yaitu Kota Tangerang dengan anggaran sebesar Rp 2,30 triliun. Sebaliknya,

rencana anggaran terkecil di Provinsi Banten yaitu Kota Serang sebesar Rp 0,52 triliun dan Kota

Cilegon sebesar Rp 0,91 triliun. Total RAPBD Banten di luar pembiayaan proyek atau bantuan

pemerintahan yang lebih tinggi mencapai Rp 14,90 triliun.

Tabel IV.3. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Provinsi Banten Triwulan IV 2011

Dibandingkan dengan Realisasi Tahun 2011

Provinsi Banten 3,87Kota Cilegon 0,91Kabupaten Lebak 1,19Kabupaten Pandeglang 1,18Kota Serang 0,52Kabupaten Serang 1,20Kota Tangerang Selatan 1,36Kota Tangerang 2,30Kabupaten Tangerang 2,38Total Banten 14,90Sumber: Diperoleh dari berbagai media* Data sementara

Total RAPBD (Sisi Pendapatan) Banten 2012 (Rp triliun) *

Sikap proaktif pemerintah daerah dalam pengembangan kawasan dan program peningkatan

kesejahteraan rakyat dikaitkan dengan program nasional dalam penganggarannya diharapkan

dapat menambah besarnya dana bagi pembangunan daerah di Banten, sepanjang hasilnya baik

dan dapat dipertanggungjawabkan. Apalagi saat ini, masih sangat banyak kantung-kantung

kemiskinan dan daerah tertinggal di Banten terutama di wilayah Lebak, Pandeglang dan

Kabupaten Serang. Ketiga wilayah ini memiliki kesamaan karakteristik pada angka

pertumbuhan ekonominya yang senantiasa berada di bawah angka pertumbuhan provinsi atau

dengan daerah lainnya.

Triwulan IV 2011

74

Kajian Ekonomi Regional Banten

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Triwulan IV 2011

75

Kajian Ekonomi Regional Banten

BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Kondisi ketenagakerjaan masyarakat pada triwulan IV 2011 diperkirakan mengalami

peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang didorong oleh membaiknya kondisi

perekonomian. Data Badan Pusat Statistik Provinsi Banten pada pertengahan triwulan III 2011

menunjukkan bahwa Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Banten mencapai 67,79% dan

Tingkat Pengangguran Terbuka sebesar 13,06%. Angka tersebut menunjukkan adanya

perbaikan pada triwulan laporan karena didukung oleh adanya investasi baru dan perluasan

usaha besar maupun UMKM di berbagai sektor ekonomi.

Sementara itu dari berbagai indikator, tingkat kesejahteraan masyarakat tahun 2011

diperkirakan turut meningkat. Salah satu indikator kesejahteraan masyarakat berupa tingkat

upah/pendapatan di Banten menunjukkan adanya peningkatan. Begitu pula dengan persentase

jumlah penduduk miskin di Banten yang pada bulan September 2011 tercatat sebesar 6,26%

atau mengalami perbaikan dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 7,16%. Indeks

kesengsaraan yang menurun juga menunjukkan adanya perbaikan kesejahteraan karena

didorong oleh rendah dan stabilnya inflasi serta tingkat pengangguran yang menurun. Indikator

lainnya, yaitu indeks Nilai Tukar Petani (NTP) Banten turut menunjukkan adanya peningkatan

daya beli petani. Meningkatnya kondisi perekonomian mampu mendorong peningkatan

berbagai indikator kesejahteraan lainnya seperti pengeluaran rata-rata per kapita sebulan,

angka melek huruf dan angka partisipasi sekolah.

5.1. KETENAGAKERJAAN

Meningkatnya perekonomian Banten pada tahun 2011 diperkirakan memberikan dampak

positif terhadap peningkatan kondisi ketenagakerjaan Banten pada periode yang sama.

Pada triwulan IV 2011 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Banten tercatat sebesar

67,79% sedikit menurun dibandingkan periode sebelumnya, sementara itu Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT) adalah sebesar 13,06% yang merupakan level pengangguran

terendah sejak tahun 2008. Tingginya pertumbuhan investasi baru maupun perluasan baik

usaha besar maupun UMKM di sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan

restoran dan berbagai sektor lainnya yang menguat diperkirakan meningkatkan penyerapan

tenaga kerja di Banten.

Triwulan IV 2011

76

Kajian Ekonomi Regional Banten

14.15

15.1814.90 14.97

14.16

13.68 13.50

13.06

12

12.5

13

13.5

14

14.5

15

15.5

Feb Agt Feb Agt Feb Agt Feb Agt

2008 2009 2010 2011

%

TPT

Grafik V.1. Perkembangan Tingkat

Pengangguran Terbuka Banten

Sumber: BPS Provinsi Banten

64.464.8

65.80

63.74

64.7465.34

68.03 67.79

61

62

63

64

65

66

67

68

69

Feb Agt Feb Agt Feb Agt Feb Agt

2008 2009 2010 2011

%

TPAK

Grafik V.2. Perkembangan Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja Banten

Sumber: BPS Provinsi Banten

5.2. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

5.2.1. Tingkat Upah/Pendapatan

Upah Minimum Provinsi (UMP) maupun Upah Minimum Kota (UMK) di Banten pada tahun

2012 meningkat dengan kisaran 3%-22% dari tahun 2011. Upah Minimum Provinsi Banten

tahun pada tahun 2012 meningkat 4,2% dibanding tahun 2011 menjadi Rp 1.042.000,-.

Sementara itu tingkat upah tertinggi berada di Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan

sebesar Rp 1.529.150,- per bulan sedangkan UMK terendah adalah di Kabupaten Lebak Lebak

sebesar Rp 1.047.800,- per bulan.

Tabel V.1. Upah Minimum Provinsi dan Kota/Kabupaten di Banten

2008 2009 2010 2011 2012 *)Kota Tangerang 958,782 1,064,500 1,130,000 1,250,000 1,529,150 10.62 22.33 Kota Cilegon 971,400 1,099,000 1,174,000 1,224,000 1,347,000 4.26 10.05 Kota Tangerang Selatan 953,850 1,055,000 1,125,000 1,245,800 1,529,150 10.74 22.74 Kota Serang 927,500 1,030,000 1,050,000 1,156,000 1,231,000 10.10 6.49 Kab. Pandeglang 840,000 918,950 964,500 1,015,000 1,050,000 5.24 3.45 Kab. Lebak 842,000 918,000 959,500 1,007,500 1,047,800 5.00 4.00 Kab. Tangerang 953,850 1,055,000 1,125,000 1,243,000 1,527,150 10.49 22.86 Kab. Serang 927,500 1,030,000 1,101,000 1,189,600 1,410,000 8.05 18.53 Banten 837,000 917,500 955,300 1,000,000 1,042,000 4.68 4.20

Kota/KabupatenUMP/UMK (Rp/bulan) Growth 2011

(% yoy)Growth 2012

(% yoy)

Sumber: Pemda Provinsi Banten (UMK 2012 : Berdasarkan SK Gubernur Banten No. 561/Kep.886-

Huk/2011 tanggal 21 November 2011 tentang Penetapan UMK Se-Provinsi Banten 2012, UMP 2012 :

Berdasarkan SK Gubernur No. 561/Kep.828-Huk/2011 tanggal 28 Oktober 2011)

5.2.2. Kemiskinan

Kesejahteraan masyarakat yang tercermin dari perkembangan jumlah penduduk miskin di

Banten yang menurun diperkirakan dapat semakin membaik seiring semakin membaiknya

perekonomian pada tahun 2011. Persentase penduduk miskin Banten pada periode survei

Triwulan IV 2011

77

Kajian Ekonomi Regional Banten

September 2011 menurun dan mencapai 6,26%. Angka tersebut lebih baik dibandingkan

dengan angka tahun-tahun sebelumnya, dan diperkirakan semakin membaik dengan kondisi

perekonomian Banten yang terus menguat. Perkembangan yang menggembirakan dari

indikator ini ditunjukkan pula dari kondisi persentase jumlah penduduk miskin di Banten yang

relatif rendah dibandingkan dengan nasional secara keseluruhan maupun berbagai provinsi

lainnya di kawasan Jawa, kecuali DKI Jakarta.

14.15

3.62

11.96

17.72 17.23 16.68

7.64

13.33

3.48

11.27

16.56 16.83 15.26

7.16

12.36

3.64

10.57

16.21 16.0413.85

6.26

02468

101214161820

Nas

iona

l

DK

I Jak

arta

Jaw

a Ba

rat

Jaw

a Te

ngah

DI Y

ogya

kart

a

Jaw

a Ti

mur

Bant

en

%

2009 2010 2011

Grafik V.3. Perbandingan Persentase Jumlah Penduduk Miskin Nasional dan Provinsi di

Kawasan Jawa

Sumber: Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial Ekonomi Indonesia – BPS RI

5.2.3. Indeks Kesengsaraan

Menurunnya angka indeks kesengsaraan juga mencerminkan relatif membaiknya

kesejahteraan masyarakat Banten secara umum. Indeks kesengsaraan yang merupakan

gabungan dari persentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dengan tingkat inflasi,

mengasumsikan bahwa tingkat pengangguran dan tingkat inflasi yang tinggi akan menciptakan

biaya sosial dan ekonomi. Dengan perkembangan TPT Banten pada triwulan IV 2011 sebesar

13,06% dan tingkat inflasi pada akhir triwulan IV 2011 sebesar 3,45% (yoy), maka akan terjadi

penurunan angka indeks kesengsaraan. Hal ini menjadi satu indikasi lain membaiknya kondisi

kesejahteraan masyarakat Banten pada periode laporan.

Triwulan IV 2011

78

Kajian Ekonomi Regional Banten

17.32

18.618.27

19.7819.26

18.23

17.2416.51

14.00

15.00

16.00

17.00

18.00

19.00

20.00

21.00

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV*

2010 2011

Indeks Kesengsaraan

Grafik V.4. Indeks Kesengsaraan

Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah

5.2.4. Nilai Tukar Petani

Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) petani Banten terus meningkat dan menunjukkan adanya

peningkatan daya beli dan kesejahteraan petani di Banten. Berdasarkan data Badan Pusat

Statistik, NTP petani Banten secara berangsur-angsur menunjukkan adanya perkembangan

positif dengan tren yang terus meningkat. indeks NTP yang diperoleh dari perbandingan indeks

harga yang diterima terhadap indeks harga yang harus dibayar petani menunjukkan kondisi

daya tukar petani dalam perekonomian. Semakin tinggi angka indeks NTP, menunjukkan

bahwa kemampuan atau daya beli petani pun semakin meningkat yang dapat menjadi

cerminan meningkatnya kesejahteraan petani secara umum. Peningkatan NTP tersebut

disebabkan harga jual petani yang baik dan diikuti dengan hasil produksi petani yang cukup

moderat. Perbaikan sarana irigasi dan gencarnya program-program pemerintah daerah lainnya

di sektor pertaniat terlihat turut menopang keberhasilan petani.

90

92

94

96

98

100

102

104

106

108

6789101112123456789101112123456789101112123456789101112

2008 2009 2010 2011

Ind

eks

NTP Banten

Grafik V.5. Perkembangan Nilai Tukar Petani Banten

Sumber: BPS Provinsi Banten

Triwulan IV 2011

79

Kajian Ekonomi Regional Banten

BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN

Perekonomian Banten pada triwulan I 2012 diprakirakan mengalami peningkatan secara

moderat pada kisaran level pertumbuhan 5,50% - 6,00% (yoy) dibandingkan dengan

triwulan IV 2011. Tertahannya laju pertumbuhan ekonomi diperkirakan bersumber dari masih

berlanjutnya dampak lanjutan krisis yang menyelimuti Eropa dan Amerika Serikat yang

berdampak pada melambatnya pertumbuhan ekspor Banten. Kondisi ketidakpastian global

terindikasi dari banyaknya perkiraan dari lembaga keuangan dunia yang menurunkan angka

proyeksi ekonomi global terutama negara-negara maju yang merupakan mitra dagang daerah

Banten. Secara keseluruhan proyeksi pertumbuhan ekonomi Banten pada tahun 2012 hanya

akan mencapai kisaran 6,00% - 6,50%. Adapun penopang pertumbuhan ekonomi Banten

pada level kisaran 6,00% adalah tetap tingginya konsumsi domestik dan investasi di wilayah

Banten.

6.1. PERTUMBUHAN EKONOMI

6.1.1. Sisi Permintaan

Tetap tingginya konsumsi pada triwulan mendatang tercermin dari optimisme masyarakat

terhadap kondisi ekonomi dan penghasilan pada enam bulan yang akan dating. Ekspektasi

masyarakat (dari sisi konsumen) terhadap perekonomian dan membaiknya penghasilan Banten

untuk 1 hingga 2 triwulan mendatang relatif baik dan terjaga, namun optimisme keyakinan

terhadap ketersediaan lapangan kerja sedikit berkurang, hal ini akan berdampak pada

tertahannya laju angka pertumbuhan ekonomi ke depan. Kondisi yang baik tersebut

diprakirakan menjadi faktor pendorong tetap tingginya tingkat konsumsi swasta.

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112

2008 2009 2010 2011

Ind

eks

Ekspektasi ketersediaan Lapangan Kerja 6 Bulan y ang Akan Datang

Ekspektasi Penghasilan 6 Bulan y ang Akan Datang

Grafik VI.1. Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja dan Penghasilan 6 Bulan Yang

Akan Datang

Triwulan IV 2011

80

Kajian Ekonomi Regional Banten

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

120,0

140,0

160,0

180,0

123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112

2008 2009 2010 2011

Indeks Ekspektasi Konsumen

Ekspektasi Ekonomi 6 Bulan yang Akan Datang

Grafik VI.2. Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja dan Penghasilan 6 Bulan Yang

Akan Datang

Potensi meningkatnya pendapatan gaji atau upah pada tahun 2012 maupun tetap

tingginya ekspansi pembiayaan perbankan/lembaga keuangan baik untuk pembiayaan

konsumtif maupun produktif akan turut mempertahankan angka pertumbuhan komponen

konsumsi pada level yang tinggi. Meningkatnya Upah Minimum Provinsi maupun

kota/kabupaten tahun 2012 yang relatif lebih besar dibandingkan tahun 2011 memberikan

harapan yang baik bagi masyarakat untuk meningkatkan pendapatan riil. Kondisi harga ke

depan diperkirakan masih stabil karena belum pastinya penetapan rencana pembatasan subsidi

BBM oleh pemerintah setidaknya sampai dengan triwulan I 2012. Kenaikan UMK berkisar

antara 3,45% hingga 22,85%, sementara inflasi akan berada di bawah kisaran 5 % pada akhir

tahun 2012, sehingga secara-rata-rata masih akan ada peningkatan pendapatan riil masyarakat

pada tahun 2012.

Tabel VI.1.

2008 2009 2010 2011 2012 *)Kota Tangerang 958.782 1.064.500 1.130.000 1.250.000 1.529.150 11,03 6,15 10,62 22,33 Kota Cilegon 971.400 1.099.000 1.174.000 1.224.000 1.347.000 13,14 6,82 4,26 10,05 Kota Tangerang Selatan 953.850 1.055.000 1.125.000 1.245.800 1.529.150 10,60 6,64 10,74 22,74 Kota Serang 927.500 1.030.000 1.050.000 1.156.000 1.231.000 11,05 1,94 10,10 6,49 Kab. Pandeglang 840.000 918.950 964.500 1.015.000 1.050.000 9,40 4,96 5,24 3,45 Kab. Lebak 842.000 918.000 959.500 1.007.500 1.047.800 9,03 4,52 5,00 4,00 Kab. Tangerang 953.850 1.055.000 1.125.000 1.243.000 1.527.150 10,60 6,64 10,49 22,86 Kab. Serang 927.500 1.030.000 1.101.000 1.189.600 1.410.000 11,05 6,89 8,05 18,53 Banten 837.000 917.500 955.300 1.000.000 1.042.000 9,62 4,12 4,68 4,20 UMK 2012 : Berdasarkan SK Gubernur Banten No. 561/Kep.886-Huk/2011 tanggal 21 November 2011 tentang Penetapan UMK Se-Provinsi Banten 2012

UMP 2012 : SK Gubernur No. 561/Kep.828-Huk/2011 tanggal 28 Oktober 2011

*) Data Sementara

Data Perkembangan Upah Minimum Kota /Provinsi di Banten

Kota/KabupatenUMP/UMK (Rp/bulan) Growth 2009

(% yoy)Growth 2010

(% yoy)Growth 2011

(% yoy)Growth 2012

(% yoy)

Sumber: Pemerintah Provinsi Banten

Dari komponen PDRB konsumsi pemerintah, diperkirakan akan terjadi peningkatan APBD

pada tahun 2012 pada setiap kota atau kabupaten pada kisaran 10%. Pada grafik IV.3

Triwulan IV 2011

81

Kajian Ekonomi Regional Banten

terlihat bahwa total anggaran pemerintah kota/kabupaten dan provinsi di Banten akan berkisar

sekitar Rp 14,9 triliun (tidak termasuk pembiayaan dari pemerintah yang lebih tinggi). Namun

pada umumnya realisasi pada triwulan I secara historis relatif kecil dengan kisaran antara 5%

hingga 12% dari total APBD.

Dengan meningkatnya status investasi Indonesia ke dalam “Investment Grade” pada tahun

2012 berpotensi pada semakin membaiknya perkiraan realisasi investasi di Banten yang

memiliki letak strategis dan keunggulan komparatif dari daerah lainnya. Banten saat ini

termasuk 5 daerah terbesar yang sangat diminati investor terutama investor asing.

Pada tahun 2011, kinerja ekspor relatif menurun, namun dengan banyaknya investasi

peningkatan kapasitas produksi industri di Banten dan harapan membaiknya ekonomi di negara

mitra dagang Banten, ekspor pada triwulan I 2012 dan keseluruhan 2012 akan cenderung

stabil dan kembali meningkat.

6.1.2. Sisi Penawaran

Kontribusi sektor industri, pengangkutan dan pertanian Banten diprakirakan dapat

menopang peningkatan perekonomian Banten secara moderat pada triwulan I 2012.

Meningkatnya prakiraan kinerja berbagai sektor ekonomi pada triwulan mendatang khususnya

sektor-sektor utama menjadi faktor yang mendorong laju pertumbuhan ekonomi Banten pada

kisaran 5,50% - 6,00% (yoy). Namun, sedikit perlambatan diprakirakan terjadi pada beberapa

sektor pertambangan dan penggalian, bangunan, PHR dan jasa-jasa. salah satunya adalah

sektor pertanian karena berakhirnya masa panen padi dan masuknya masa tanam. Perlambatan

juga diprakirakan dapat terjadi pada sektor jasa yang diindikasikan dari menurunnya perkiraan

kegiatan usaha sektor tersebut triwulan mendatang.

Tabel VI.2. Pertumbuhan Ekonomi Banten Berdasarkan Sektor Ekonomi 2012

Tw I** Tw II** Tw III** Tw IV**) Tw I r)

Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan 4,08 0,54 4,27 3,45 3,06 3,50 - 4,00 3,00 - 3,50

Pertambangan dan Penggalian 6,35 6,90 5,83 6,25 6,33 5,90 - 6,10 6,00 - 6,50

Industri Pengolahan 7,44 5,91 3,67 2,09 4,73 2,50 - 3,00 4,00 - 4,50

Listrik, Gas dan Air Bersih 6,59 4,92 2,40 4,20 4,47 6,00 - 6,50 4,00 - 4,50

Bangunan 7,80 8,95 8,86 9,28 8,75 8,00 - 8,50 8,50 - 9,00

Perdagangan, Hotel dan Restoran 8,74 8,86 10,69 9,63 9,51 8,50 - 9,00 8,50 - 9,00

Pengangkutan dan Komunikasi 13,29 12,38 11,31 10,96 11,94 10,80 - 11,30 11,00 - 11,50

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 7,51 7,38 7,70 6,01 7,14 7,50 - 8,00 6,60 - 7,10

Jasa-jasa 8,74 6,96 7,33 8,58 7,89 7,50 - 8,00 7,50 - 8,00

PDRB 7,93 6,72 6,10 5,11 6,43 5,50 - 6,00 6,00 - 6,50

Sektor2011 Arah tw I '12

thd tw IV '11Arah 2012 thd

20112011**) 2012 r)

Triwulan IV 2011

82

Kajian Ekonomi Regional Banten

Investasi akan banyak terealisasi pada sektor di sekitar wilayah industri seperti Cilegon,

Kabupaten/Kota Tangerang, dan Kabupaten Serang serta investasi pada sektor bangunan pada

wilayah yang hampir sama. Pada triwulan I 2012 perusahaan besi baja terbesar di Banten akan

memperoleh dana pinjaman sekitar Rp 4 triliun untuk pembangunan pabrik baja bertanur tinggi

(blast furnace) berkapasitas 1,2 juta ton pertahun dan modernisasi fasilitas pembuatan baja

serta proses pembangunan kerjasama dengan perusahaan dari Korea Selatan. Disamping itu,

perusahaan pabrik ban kendaraan bermotor di Banten pada tahun 2012 akan menaikkan

penjualan ban untuk kendaraan roda dua sekitar 19% dari target tahun 2011 atau sebanyak 25

juta unit ban seiring meningkatnya prediksi pertumbuhan penjualan kendaraan roda dua sekitar

20%.Saat ini, perusahaan tersebut masih akan mampu mempertahankan pangsa pasar roda

dua di Indonesia/domestik sebesar 50%.

Tabel VI.3. Proyeksi Perekonomian Dunia

Sumber: World Economic Outlook, September 2011 – International Monetary Fund

Di sektor bangunan, salah satu pengembang besar di Tangerang Selatan berencana

menerbitkan obligasi senilai Rp 800 miliar pada triwulan I 2012 untuk membiayai akuisisi lahan

di Serpong, Pasar Kemis Tangerang dan Bali, namun pelaksanaan proyeknya akan dilakukan

pada triwulan berikutnya. Adapun total dana yang dibutuhkan untuk akuisisi lahan mencapai

Rp 2 triliun. Kekurangan dana akan ditutupi dari dana di pasar modal. Selain itu, pada

pertengahan 2012, juga akan dibangun proyek senilai Rp 1,5 triliun untuk membangun gedung

Triwulan IV 2011

83

Kajian Ekonomi Regional Banten

convention center di Wilayah Tangerang Selatan. Investasi pada sektor bangunan yang

menyangkut industri adalah rencana penyiapan anggaran oleh industri petrokimia terbesar di

Banten sebesar USD 90 juta untuk keperluan ekspansi produksi di tahun 2012 guna

penyelesaian pabrik Butadiene dan Butene-1 seiring antisipasi terhadap perkiraan membaiknya

ekonomi dunia pada tahun yang akan datang.

Seiring dengan meningkatnya kinerja sektor lainnya, performa sektor pendukung seperti sektor

pengangkutan dan komunikasi pun diperkirakan cenderung meningkat pada triwulan I 2012.

Prakiraan tersebut didorong oleh telah selesainya perbaikan jalan di Tol Tangerang-Merak yang

merupakan salah satu jalur pengangkutan utama di wilayah Banten dan sedikit perbaikan yang

bersifat minor. Selain itu, meningkatnya kinerja sektoral maupun konsumsi juga mendorong

peningkatan kebutuhan jasa transportasi dan komunikasi dan mendorong kinerja sektor

tersebut yang diindikasikan salah satunya dari meningkatnya indeks proyeksi kegiatan usaha

sektor pengangkutan dan komunikasi. Selain itu, upaya untuk kelancaran penyebrangan di

Merak-Bakauhuni telah dilakukan upaya penambahan 3 kapal penyebrangan dan peningkatan

arus penyebrangan.

Pada sektor pertanian, panen padi pada akhir triwulan I 2012 tidak akan sebesar triwulan yang

sama pada tahun 2011 karena potensi banjir pada awal triulan I 2012. Perkiraan banjir akan

terjadi pada daerah daerah yang dilalui sungai-sungai besar di Banten dan telah menjadi

langganan banjir pada tahun tahun sebelumnya. Namun, pertumbuhan sektor pertanian pada

triwulan I 2011 akan sedikit di atas triwulan sebelumnya karena di beberapa daerah akan

terdapat panen terutama Lebak, Pandeglang dan sebagian kabupaten Tangerang dan Serang.

Grafik VI.3. Peta Prakiraan Daerah Potensi Banjir Januari 2012 Provinsi Banten

Sumber: BMKG RI

Triwulan IV 2011

84

Kajian Ekonomi Regional Banten

6.2. Prakiraan Inflasi

Seiring potensi tingginya curah hujan pada awal triwulan I 2012 berpotensi mendorong

tekanan inflsi dari komponen volatile foods. Tingginya konsumsi swasta domestik dan

harga komoditas seperti emas berpotensi meningkatkan komponen inflasi inti. Sementara

itu, administered prices pada triwulan mendatang belum berpotensi meningkat karena

belum ada rencana penetapan oleh pemerintah triwulan mendatang. Inflasi Banten

Triwulan I 2012 diprakiraan akan berada pada kisaran 3,89% ± 1 % (yoy) dan secara

keseluruhan 2012 akan mencapai kisaran 4,35% ± 1 %. Pada triwulan I 2011, diprakirakan

terdapat peningkatan tekanan dari komponen volatile foods dengan adanya kecenderungan

penurunan pasokan bahan makanan dan kegagalan panen di daerah sentra beras di luar

Banten dan sebagian kecil wilayah di Banten. Selain itu, potensi kenaikan harga kelompok

makanan dan minuman serta kelompok kesehatan sebagai dampak cuaca yang kurang baik

bagi kesehatan. Adanya rencana kenaikan TDL dan tarif tol juga dapat berpotensi pada inflasi

administered, namun tampaknya belum akan diberlakukan pada triwulan I 2012.

Tabel VI.4.

Bulan ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12inflasi mtm 0,80 0,40 -0,45 0,10 0,20 0,40 0,75 0,95 0,35 0,20 0,22 0,35Inflasi yoy 3,41 3,51 3,89 3,95 4,06 4,11 4,25 4,11 4,49 4,59 4,42 4,35

Perkiraan Inflasi Bulanan (mtm) dan Tahunan (yoy ) Banten Tahun 2012

Sumber: BPS, diolah dan merupakan hasil perkiraan Bank Indonesia Serang

Dari hasil survei konsumen, terlihat bahwa ekspektasi masyarakat memperkirakan kondisi

harga-harga pada 3 bulan yang akan datang relatif stabil pada tingkat harga yang tidak jauh

berbeda dengan kondisi pada triwulan IV 2011.

-

50,0

100,0

150,0

200,0

250,0

123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112

2008 2009 2010 2011Ekspektasi Harga 3 bulan yang akan datang

Grafik VI.3. Indeks Ekspektasi harga 3 Bulan Yang Akan datang

Sumber: Bank Indonesia Serang, diolah

Perkembangan harga komoditas seperti emas dan minyak dunia cenderung volatile karena

adanya ketidakpastian ekonomi global yang terjadi juga berpengaruh terhadap adanya

Triwulan IV 2011

85

Kajian Ekonomi Regional Banten

peningkatan preferensi agen ekonomi untuk mengalihkan asetnya dalam bentuk yang lebih

aman seperti emas. Perkembangan tersebut kemudian dapat mendorong tekanan inflasi

eksternal (imported inflation) cenderung meningkat, namun harga emas pada 3 bulan yang

akan datang cenderung stabil pada kisaran harga tertentu seiring upaya pemulihan yang

dilakukan oleh negera-negara Uni Eropa, sehingga sumber tekanan inflasi inti akan rendah.

1.361,02 1.375,12 1.422,91

1.485,41

1.512,55

1.528,62

1.574,62 1.764,00

1.771,92

1.671,26

1.739,43 1.638,95

1.616,68

0,00

200,00

400,00

600,00

800,00

1.000,00

1.200,00

1.400,00

1.600,00

1.800,00

2.000,00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1*

2011 2012

USD/pound

Grafik VI.4. Perkembangan Harga Emas Dunia 6 Bulan Terakhir

*) perkiraan

Sumber: goldprice.org

Inflasi pada triwulan I tahun 2012 di masing-masing kota penyumbang inflasi Banten

diprakirakan juga berada dalam kisaran inflasi Banten 3,89%±1% (yoy). Kemungkinan

inflasi tertinggi di antara 3 kota di Banten tersebut akan terjadi di Kota Tangerang seiring

tingginya konsumsi di daerah tersebut.

Triwulan IV 2011

86

Kajian Ekonomi Regional Banten

Boks 3. UPAYA KBI SERANG DALAM MENDORONG SEKTOR RIIL DAN

UMKM DI PROVINSI BANTEN TAHUN 2011

Dalam rangka meningkatkan kiprah nyata dalam perekonomian Banten dan sesuai dengan tugas pokok yang diemban, KBI Serang telah melakukan serangkaian kegiatan terkait upaya meningkatkan pemberdayaan sektor riil dan UMKM di Banten pada tahun 2011, antara lain yaitu:

A. Memfasilitasi Pengembangan komoditi melalui pola Klaster 1. Pengembangan Klaster Cabai Nasional di Provinsi Banten

Bank Indonesia Serang terpilih oleh Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Bank Indonesia menjadi salah satu Kantor Bank Indonesia (KBI) yang melaksanakan program pengembangan klaster cabai nasional. Untuk itu, telah ditandatangani MoU dengan Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten tanggal 21 Maret 2011 tentang pengembangan Klaster Cabai Banten.

Sebagai langkah tindaklanjut, telah dilaksanakan Training of Trainers (ToT) Pertanian Organik bagi Tenaga Pendamping/Penyuluh Pertanian se Provinsi Banten di Lembaga Pertanian Sehat (LPS) Bogor, serta Sekolah Lapang Good Agriculture Practise dan Temu Lapang bagi petani dua tempat sentra cabai yaitu Desa Sukarame Kecamatan Cikeusal Kabupaten Serang dan Kelurahan Kadomas Kecamatan Pandeglang Kabupaten Pandeglang.

Disamping itu, Bank Indonesia Serang bersama Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten telah memfasilitasi pembentukan Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) korwil Banten dan Asosiasi Pedagang Sayur Asal Banten (APSABA) pada tanggal 11 Agustus 2011. Pembentukan organisasi tersebut sangat penting dalam mengkoordinasikan dan menyediakan informasi budidaya cabai terutama waktu tanam yang tepat kepada petani cabai sehingga stabilitas harga jual cabai diharapkan dapat terjaga.

2. Pengembangan Klaster Ternak Domba terpadu Juhut Kabupaten Pandeglang Bank Indonesia Serang juga mengembangkan klaster lokal yaitu Klaster Ternak Domba Terpadu di Juhut Pandeglang bekerjasama dengan Pemda Kabupaten Pandeglang (cq. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Pandeglang) dengan ditandatanganinya MoU pada tanggal 19 Juli 2011.

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2011 ini berupa bantuan teknis (bantek) pelatihan LKM-A dan pemberian BSR berupa sarana/prasarana pengembangan klaster (rumah kompos, rumah biogas dan gedung sekretariat LKM-A serta prasarananya) yang telah diresmikan oleh Bupati Pandeglang pada tanggal 15 Desember 2011 yang lalu.

Triwulan IV 2011

87

Kajian Ekonomi Regional Banten

B. Penyediaan Informasi hasil Survei/Penelitian 1. Penelitian KPJu Unggulan UMKM Tahun 2011

Penelitian KPJu Unggulan merupakan program kerja Direktorat Kredit, BPR dan UMKM (DKBU). Adapun tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah untuk menyediakan informasi tentang Komoditi/Produk/Jenis Usaha (KPJu) unggulan yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan di suatu kabupaten/kota/provinsi dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah. Sebagai pelaksana penelitian Bank Indonesia Serang menunjuk Lembaga Penelitian Universitas Tirtayasa (Untirta) Banten

2. Survei Database Profil UMKM di Provinsi Banten Dalam rangka penyediaan informasi di website Bank Indonesia tentang UMKM yang potensial dibiayai perbankan di Provinsi Banten, dan inisiasi program kerja DKBU, Bank Indonesia Serang bekerjasama dengan ABDSI Korwil Banten melaksanakan survei database profil UMKM yang berlangsung pada bulan Juli – Desember 2011.

3. Penelitian Pola Pembiayaan Usaha Kecil Budidaya Cabe Merah Sebagai salah satu upaya untuk melengkapi pengembangan klaster cabe di Provinsi Banten, dilaksanakan Analisis Pola Pembiayaan Usaha Kecil Budidaya Cabai dengan pola pergiliran dengan komoditi lain. Analisis ini diperlukan bagi petani pemula juga bagi pihak Accoun Officer bank untuk membantu menganalisa pembiayaan budidaya cabai dengan pola pergiliran dengan komoditi lain.

C. Penyediaan Informasi melalui penyelenggaraan Bazaar 1. Penyelenggaraan Banten Banking Expo (BBE) 2011

Untuk meningkatkan intermediasi perbankan syariah di Provinsi Banten dan diseminasi informasi kepada masyarakat khususnya UMKM, dilaksanakan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang produk jasa perbankan dan untuk mempertemukan UMKM binaan dinas/lembaga melalui pameran Produk perbankan dan UMKM serta kegiatan edukasi kepada masyarakat. Event yang bertemakan “Perbankan Peduli UMKM, Lingkungan dan Kearifan Lokal” ini terselenggara atas kerjasama antara Bank Indonesia Serang dengan BMPD (Badan Musyawarah Perbankan Daerah) Serang dan BMPD Cilegon. Kegiatan yang terdiri atas kegiatan roadshow perbankan, pameran, dan aneka lomba ini dilaksanakan pada tanggal 20 – 22 September 2011 bertempat di halaman Rumah Dinas Walikota Cilegon.

Stakeholder kegiatan adalah Perbankan, Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Banten, Dinas Perindustrian Provinsi Banten, Pemerintah Daerah Kota Cilegon, UMKM di Provinsi Banten, akademisi (mahasiswa dan pelajar), dan masyarakat kota Cilegon.

2. Penyelenggaraan Sharia Banking Expo pada Banten Expo (BBE) 2011 Dalam rangka meningkatkan peran perbankan syariah di Provinsi Banten Kegiatan expo yang bertemakan “Sharia Banking Fiesta” ini terdiri dari sosialisasi perbankan syariah dan pameran. Kegiatan yang dilaksanakan untuk memeriahkan HUT Provinsi Banten ini terselenggara atas kerjasama antara Bank Indonesia Serang dengan 7 bank syariah di wilayah Serang dan Cilegon yaitu Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat, BJB Syariah, BRI Syariah, BTN Syariah, BNI Syariah dan Mega Syariah, pada tanggal 30 September –

Triwulan IV 2011

88

Kajian Ekonomi Regional Banten

4 Oktober 2011 bertempat di alun-alun Kota Serang. Pada kesempatan ini stand Bank Indonesia Serang beserta perbankan syariah memperoleh gelar juara ke-2 stand terbaik kategori umum.

D. Bantuan Teknis Pelatihan 1. Pelatihan kepada Tenaga Pendamping UMKM se-Provinsi Banten

Sebagai upaya meningkatkan kapasitas dan pengetahuan tenaga pendamping UMKM di Provinsi Banten tentang etika pendamping, survey lapangan kepada UMKM dan manajemen keuangan, dilaksanakan kegiatan pelatihan Kepada Tenaga Pendamping UMKM se-Provinsi Banten pada tanggal 6 – 8 Juni 2011 di Hotel Wisata Baru, Serang. Kegiatan yang merupakan kerjasama Bank Indonesia Serang dengan Dinkop dan UMKM, Disperindag Provinsi Banten ABDSI Korwil Banten dan Pinbuk Banten, berhasil merekrut para tenaga Pendamping UMKM yang berkomitmen dan kompeten. Selanjutnya Bank Indonesia Serang melakukan kerjasama dengan ABDSI Korwil Banten sebagai asosiasi yang mewadahi para tenaga pendamping UMKM tersebut untuk melaksanakan kegiatan penyediaan database profil UMKM Provinsi Banten.

2. Pelatihan Akuntansi Dasar kepada para Pendamping UMKM Dalam rangka untuk meningkatkan kapasitas dan keterampilan para pendamping UMKM, tentang akuntansi, utamanya untuk kepentingan pendampingan dan pembuatan laporan keuangan UMKM. Diselenggarakan kegiatan pelatihan Akuntansi Dasar pada tanggal 7 – 8 September 2011 di Balai Pelatihan Disperindag Provinsi Banten, Ciwaru - Serang.

Kegiatan yang merupakan kerjasama Bank Indonesia Serang dengan Dinkop dan UMKM, Disperindag Provinsi Banten ABDSI Korwil Banten dan Pinbuk Banten, diikuti oleh 20 tenaga pendamping UMKM pada tanggal 7 – 8 September 2011.

E. Meningkatkan Koordinasi dan Membangun Komitmen dengan Stakeholder 1. MoU dengan stakeholder tentang Forum Bangkit Banten

Sehubungan dengan fakumnya Satgasda Pemberdayaan KKMB di Provinsi Banten, maka pada tanggal 8 Juni 2011 BI menggagas pencanangan gerakan “Bangkit Banten” atau Pengembangan Inkubasi Bisnis Terpadu Banten dengan ditandatanganinya Nota Kesepahaman antara Bank Indonesia Serang, DiskopUMKM Provinsi Banten, Disperindag Provinsi Banten, Bank BJB, Pinbuk Banten, UPT Pem Kota Cilegon, Politeknik Piksi Input Serang dan Asosiasi Bussiness Development Services Indonesia Korwil Banten. Salah satu programnya dan telah dilaksanakan pada tahun 2011 adalah Pembinaan KKMB/Tenaga Pendamping UMKM/Penyuluh Lapangan yang berada di Dinas/Instansi, LSM maupun pihak lainnya.

Triwulan IV 2011

89

Kajian Ekonomi Regional Banten

2. MoU dengan BPN Kab. Serang tentang Peningkatan Akses Reform Sebagaimana diketahui bahwa sertifikat adalah hal yang selalu menjadi masalah dalam pengajuan kredit/pembiayaan oleh UMKM ke perbankan terkait syarat collateral. Mengingat BPN merupakan lembaga yang berwenang dalam mengeluarkan sertifikat maka telah dilaksanakan MoU antara Bank Indonesia Serang dengan BPN Kab. Serang pada tanggal 16 November 2011 tentang Peningkatan Akses Reform meliputi kegiatan:

- Peningkatan akses UMKM yang telah dan akan memperoleh sertifikat dari BPN melalui program Proyek Nasional (Prona), Ajudikasi, pensertifikatan UKM kerjasama BPN dengan Dinas terkait kepada perbankan;

- Legalisasi Aset (sertifikasi) tanah milik UMKM binaan BI; - Legalisasi jaminan tanah di perbankan yang berada di wilayah Kabupaten serang

yang belum berupa sertifikat;

3. MoU dengan BPTP Banten tentang Pengembangan Kawasan Pertanian Provinsi Banten Inovasi teknologi pertanian sangat diperlukan dalam pengembangan klaster cabai dan klaster ternak domba yang dibina Bank Indonesia serang, untuk itu perlu kerjasama dengan lembaga yang bertanggung jawab menyelenggarakan Pengkajian dan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian Provinsi Banten. Sehubungan dengan itu pada tanggal 17 November 2011 telah dilaksanakan penandatangan nota kesepahaman dengan Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten tentang Kerjasama Pengembangan Kawasan Pertanian Provinsi Banten.