triwulan iii 2012 - bi.go.id · *) sumber: berdasarkan angka prakiraan kantor perwakilan bank...

55

Upload: vukhanh

Post on 19-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan
Page 2: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

ii

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 3: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

iii

Kata Pengantar

Memasuki triwulan ketiga 2012, perkembangan indikator ekonomi di berbagai daerah

menunjukkan besarnya tantangan eksternal yang dihadapi akibat ketidakpastian yang masih

menyelimuti perekonomian global. Kinerja ekspor mencatat penurunan yang cukup signifikan di

berbagai daerah, disertai impor yang pada triwulan laporan juga menunjukkan perkembangan yang

cenderung melambat. Meski demikian, permintaan domestik yang kuat diperkirakan masih dapat

menopang perekonomian di berbagai daerah untuk tetap tumbuh pada level yang cukup tinggi.

Secara keseluruhan, perekonomian Jawa, Jakarta dan KTI berpotensi untuk tetap tumbuh di kisaran

6%-7% (yoy). Sementara perekonomian Sumatera diprakirakan tumbuh relatif stabil sedikit di

bawah 6% (yoy).

Sementara itu, perkembangan inflasi di berbagai daerah hingga akhir triwulan III-2012

menunjukkan besaran inflasi yang tetap terkendali pada tingkat yang cukup rendah. Hal ini

didukung oleh terkelolanya permintaan agregat dan ekspektasi inflasi, serta memadainya respons

sisi penawaran. Sepanjang triwulan laporan, kebijakan Pemerintah terkait harga (administered price)

juga relatif minimal. Disamping itu, rendahnya tekanan inflasi dipengaruhi oleh faktor koreksi

harga bahan makanan yang cukup besar pasca siklus musiman terkait Ramadhan di sejumlah

daerah, terutama Sumatera dan KTI. Semakin besarnya perhatian Pemerintah bersama-sama dengan

Bank Indonesia baik di tingkat Pusat (TPI) maupun Daerah (TPID) dalam menjaga stabilitas harga

memiliki andil yang penting dalam meredam tekanan inflasi.

Ke depan, dinamika perekonomian di berbagai daerah masih akan menghadapi tantangan yang

cukup berat karena proses pemulihan ekonomi global diperkirakan belum akan berakhir dalam

waktu dekat. Dalam kaitan ini, diperlukan langkah-langkah lanjutan untuk memperkuat

perdagangan antar daerah dalam rangka memperluas pasar di dalam negeri. Disamping itu, upaya

untuk mendorong kegiatan investasi melalui akselerasi implementasi MP3EI dan penyerapan

belanja daerah yang lebih terarah terutama terkait peningkatan daya saing daerah diperlukan guna

menjaga momentum pertumbuhan ekonomi daerah yang tetap tinggi.

Di sisi inflasi, perkembangan harga di sejumlah kota di Jawa dan Jakarta yang cenderung

terakselerasi perlu menjadi perhatian dalam upaya menjaga inflasi nasional tetap berada pada

sasarannya sebesar 4,5%+1%. Untuk tahun 2013, terdapat sejumlah faktor risiko yang berpotensi

meningkatkan tekanan inflasi seperti rencana penerapan kenaikan tarif listrik, harga gas industri,

dan tarif angkutan. Menghadapi hal tersebut, langkah antisipasi yang diperlukan antara lain

melalui penguatan strategi komunikasi guna menjaga ekspektasi inflasi masyarakat pada tingkat

yang rendah dan menjaga tetap terkendalinya inflasi pangan.

Buku publikasi Tinjauan Ekonomi Regional (TER) ini mengurai secara lengkap dinamika spasial

perekonomian nasional. Selain digunakan untuk mendukung perumusan kebijakan moneter, TER

diharapkan menjadi bahan referensi bagi pemangku kepentingan dan pemerhati perekonomian

daerah. Akhir kata, semoga buku publikasi TER ini dapat memberi kontribusi nyata bagi

pembangunan ekonomi nasional.

Page 4: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

iv

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 5: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

v

Daftar Isi

I. Ringkasan Perkembangan Ekonomi Daerah.. ..................................................................... 1

II. Perekonomian Kawasan Sumatera… ................................................................................... 12

III. Perekonomian Kawasan Jakarta ........................................................................................... 21

IV. Perekonomian Kawasan Jawa .............................................................................................. 29

V. Perekonomian Kawasan Timur Indonesia .......................................................................... 38

Informasi lebih lanjut dapat menghubungi :

Bank Indonesia

Departemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter

Grup Kebijakan Moneter

Divisi Kajian Ekonomi Regional dan Inflasi

Menara Sjafruddin Prawiranegara Lt. 18

Jl MH Thamrin No. 2 Jakarta

Ph. 021-381-8161, 8868

Fax. 021-386-4929,345-2489

Email : [email protected]

Page 6: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

vi

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 7: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

1

Bab I

Ringkasan Perkembangan Ekonomi Daerah1

Perkembangan berbagai indikator ekonomi daerah pada triwulan III 2012

mengindikasikan kinerja ekonomi masih dapat tumbuh kuat ditengah dinamika

perekonomian global yang cenderung melambat. Permintaan domestik diperkirakan

menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, kinerja ekspor mencatat

penurunan yang cukup signifikan di berbagai wilayah sebagai imbas dari pelemahan

ekonomi global. Di sisi impor juga cenderung tumbuh melambat sehingga net ekspor secara

keseluruhan cenderung menurun.

Grafik I.1

Pertumbuhan Ekonomi Daerah Tw III 2012

*) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah

Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan tumbuh cukup stabil

di kisaran 6,8% dan 6,6%. Permintaan domestik yang masih cukup kuat disertai adanya

faktor musiman terkait Ramadhan menopang tetap kuatnya pertumbuhan di dua kawasan

ini. Prakiraan ini sejalan dengan perkembangan indikator konsumsi rumah tangga dan

ekspektasi dunia usaha yang cenderung bergerak positif. Disamping itu, peningkatan

realisasi proyek belanja pemerintah daerah turut berdampak positif bagi perekonomian

Jawa dan Jakarta. Perkembangan aktivitas domestik yang masih cukup kuat berdampak

positif bagi kinerja sektor-sektor non-tradables. Di sisi lain, dampak dari terus berlanjutnya

ketidakpastian global terlihat pada kinerja ekspor luar negeri dari Jawa dan Jakarta yang

1 Bank Indonesia membagi asesmen perekonomian daerah dalam 4 (empat) kawasan, yaitu : Sumatera (provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jambi, Lampung, Sumatera Barat, Riau, Bangka Belitung, Kepulauan Riau); Jakarta (provinsi DKI Jakarta); Jawa (provinsi Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta); Kawasan Timur Indonesia (provinsi Bali, NTB, dan NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Irian Jaya Barat).

< 1%4% ≤ gPDRB < 6%≥ 6% 1% ≤ gPDRB < 4%

Page 8: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

2

terlihat cenderung terus menurun, terutama pada tekstil dan bahan kimia. Sementara itu,

perkembangan impor kawasan Jawa dan Jakarta juga terindikasi mulai melambat, baik pada

bahan baku, barang modal, dan barang konsumsi. Meski demikian, secara kumulatif

(Januari-Agustus) dua kawasan ini masih mencatat net impor yang lebih besar pada 2012.

Pada triwulan IV 2012 mendatang, perekonomian Jawa dan Jakarta diprakirakan tumbuh

sedikit lebih lambat dibanding periode triwulan laporan. Mulai melambatnya pertumbuh

impor mengindikasikan pertumbuhan konsumsi rumah tangga berpotensi tidak setinggi

capaian pada periode triwulan laporan. Selain itu, kinerja ekspor diperkirakan masih

dibayangi risiko perlambatan dengan belum adanya tanda-tanda pemulihan yang berarti

dari krisis yang melanda sejumlah negara mitra dagang utama. Prospek perkembangan

perdagangan luar negeri yang belum menunjukkan perbaikanan pada gilirannya

berdampak pada melemahnya kinerja sektor tradables, terutama di sektor industri

pengolahan. Sementara itu, sektor pertanian di sebagian besar Jawa menghadapi potensi

mundurnya masa tanam padi akibat panjangnya musim kemarau tahun ini.

Grafik I.2

Perkembangan Bulanan Ekspor Jawa-Jakarta

Grafik I.3

Kontribusi Pertumbuhan Impor Kawasan

Pertumbuhan ekonomi KTI pada triwulan III 2012 diprakirakan berada di kisaran yang

lebih tinggi yakni mencapai 7,2% (yoy), sementara ekonomi Sumatera relatif tumbuh

stabil di kisaran 5,8% (yoy). Akselerasi pertumbuhan di KTI dipicu oleh kenaikan

pertumbuhan wilayah Sulawesi, Maluku, Papua (Sulampua) hingga mencapai 10,2% (yoy)

didukung adanya peningkatan kinerja sektor industri di wilayah ini. Hal ini didukung hasil

pemantauan terhadap kinerja produksi beberapa industri berskala besar di wilayah ini,

khususnya pengolahan gas (LNG tangguh), dan tepung terigu yang mengalami peningkatan

cukup besar. Meski demikian, kinerja produksi hasil pertambangan seperti batu bara,

tembaga, dan nikel yang memiliki peran besar dalam perekonomian Sulampua terindikasi

masih cenderung melambat. Hal serupa diperkirakan juga terjadi di Kalimantan, Bali-Nusa

Tenggara dan sebagian besar daerah yang menjadi basis produksi hasil tambang di

Sumatera.

Kinerja di sektor pertambangan dan perkebunan di KTI dan Sumatera yang melambat

terutama dipengaruhi oleh permintaan ekspor yang menurun dan rendahnya harga di

pasar global. Penurunan harga komoditas di pasar global untuk komoditas perkebunan

terjadi ditengah kondisi produksi domestik yang relatif lebih baik, terutama untuk kelapa

-8,0

-6,0

-4,0

-2,0

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

12,0

14,0

(20,0)

(10,0)

-

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8

2010 2011 2012

%%,yoy

Kendaraan Roda 4 (rhs) Bhn.Kimia (rhs)

Tekstil (rhs) Industri

(40)

(30)

(20)

(10)

0

10

20

30

40

50

60

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8

2010 2011 2012

%

JAWA JAKARTA KTI SUMATERA

Page 9: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

3

sawit. Perkembangan harga komoditas karet yang terus mengalami penurunan beberapa

waktu terakhir mendorong adanya kesepakatan tiga negara penghasil utama karet dunia –

Indonesia, Thailand, dan Malaysia – untuk mengurangi ekspor karet alam ke pasar global

melalui mekanisme Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) mulai 1 Oktober 2012.

Perkembangan terakhir ini menyebabkan prospek ekspor karet nasional menjadi lebih

rendah dari yang diprakirakan di awal, yakni menjadi 2,16 juta ton (sebelumnya 2,28 juta

ton). Secara keseluruhan, menurunnya kinerja ekspor KTI dan Sumatera berkontribusi besar

terhadap penurunan kinerja ekspor nasional.

Perekonomian KTI pada triwulan IV 2012 diperkirakan tumbuh sedikit melambat,

sementara Sumatera berpotensi untuk tetap tumbuh relatif stabil. Perkembangan

eksternal yang masih diliputi ketidakpastian yang tinggi diperkirakan berdampak pada

masih melemahnya kinerja ekspor dari dua kawasan ini. Secara keseluruhan, kinerja

perekonomian KTI dan Sumatera pada triwulan IV 2012 lebih banyak ditopang oleh

aktivitas domestik yang diperkirakan masih tetap kuat. Dalam kaitan ini, momentum untuk

tetap mempertahankan pertumbuhan ekonomi pada tingkat yang tinggi diperlukan antara

lain melalui upaya mengakselerasi implementasi proyek infrastruktur dalam kerangka

MP3EI, khususnya di Sumatera dan KTI, dengan adanya langkah terpadu untuk mengatasi

kendala yang menghambat implementasinya. Selain itu, langkah-langkah untuk

memperkuat perdagangan antar daerah diperlukan sebagai bagian dari strategi antisipasi

ketidakpastian global yang diperkirakan belum akan berakhir dalam jangka pendek.

Grafik I.4

Kontribusi Pertumbuhan Ekspor Kawasan

Grafik I.5

Volume Ekspor Karet Alam Nasional

Inflasi di berbagai daerah pada triwulan III 2012 masih terjaga pada level yang cukup

rendah. Secara umum, hal ini didukung oleh terjaganya inflasi inti pada level yang rendah

seiring dengan permintaan agregat dan nilai tukar rupiah yang terkelola dengan baik,

ekspektasi inflasi yang terjaga, serta respons sisi penawaran yang cukup memadai.

Sepanjang triwulan laporan terpantau kebijakan Pemerintah terkait harga (administered price)

juga relatif minimal. Disamping itu, faktor koreksi harga bahan makanan yang cukup besar

pasca siklus musiman terkait Ramadhan pada akhir triwulan laporan terjadi di sejumlah

daerah, terutama Sumatera dan KTI, turut memengaruhi rendahnya inflasi di akhir triwulan

laporan. Semakin besarnya perhatian Pemerintah bersama-sama dengan Bank Indonesia

baik di tingkat Pusat (TPI) maupun Daerah (TPID) dalam menjaga stabilitas harga memiliki

andil yang penting dalam meredam tekanan inflasi.

2,35

2,54

2,16

1,9

2

2,1

2,2

2,3

2,4

2,5

2,6

2010 2011 2012

juta ton

Sumber: Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo)

Page 10: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

4

Perkembangan harga-harga umum hingga akhir 2012 diperkirakan masih akan terjaga

pada kisaran sasaran inflasi nasional, yakni sebesar 4,5%±1%. Faktor positif yang

diperkirakan mampu membawa inflasi terjaga pada tingkat yang rendah antara lain

berlanjutnya penurunan harga komoditas global, ekspektasi inflasi masyarakat yang terjaga,

serta kinerja sisi produksi yang memadai dalam merespons kuatnya permintaan domestik.

Meski demikian, sejumlah faktor risiko masih perlu dicermati dalam upaya menjaga inflasi

secara nasional tetap berada pada sasaranya antara lain terkait perkembangan harga di

sejumlah kota di Jawa dan Jakarta yang cenderung terakselerasi, rencana penerapan

beberapa kebijakan administered price, serta potensi gangguan terhadap kelancaran distribusi

terutama di Sumatera dan KTI karena faktor cuaca. Menghadapi hal tersebut, langkah

antisipasi yang diperlukan antara lain melalui penguatan strategi komunikasi guna menjaga

ekspektasi inflasi masyarakat. Selain itu, pada saat yang bersamaan perlu dilakukan upaya

lanjutan untuk menjaga terkendalinya inflasi pangan pada level yang rendah mengingat

tekanan inflasi pangan secara historis cenderung meningkat sesuai dengan pola musiman

akhir tahun.

Grafik I.6.

Perkembangan Inflasi Kawasan

Sumber: BPS (diolah)

(2.00)

(1.00)

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

% ytd Sumatera 2010

2011

2009

2012

2010

2011

2009

2012

(1.00)

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

% ytd Jawa 2010

2009

2011

2009

2012

(1.00)

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

% ytd Jakarta 2010

2009

2011

2009

2012

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

% ytd KTI 2010

2009

2011

2009

2012

Page 11: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

5

BOKS I

Peran Pembiayaan Infrastruktur dalam Mendukung Pertumbuhan Ekonomi yang

Berkesinambungan

Percepatan Pertumbuhan Ekonomi dan Peningkatan Daya Saing

Sejalan dengan target Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi

Indonesia (MP3EI) untuk mencapai pendapatan per kapita di 2025 di kisaran USD15,000,

maka perlu adanya upaya untuk menggiatkan kegiatan investasi. Hal ini semakin menjadi

penting artinya dengan meningkatnya ketidakpastian ekonomi global yang telah

berpengaruh terhadap perekonomian nasional dan regional melalui jalur transmisi ekspor.

Peningkatan investasi diyakini dapat ikut menopang pertumbuhan ekonomi dengan

mengkompensasi perlambatan ekspor. Investasi baik dari sumber asing maupun domestik

selain mendukung pertumbuhan ekonomi juga berperan penting untuk memperkuat dan

meningkatkan daya saing perekonomian nasional maupun regional.

Perkembangan investasi menunjukkan adanya ketimpangan secara spasial antara investasi

di Jawa dan luar Jawa. Investasi di Jawa yang jauh lebih besar merupakan dampak dari

tingkat aglomerasi ekonomi yang lebih besar dan dukungan infrastruktur yang lebih baik.

Di Kawasan Indonesia Timur (KTI), investasi hanya mencapai sekitar 15,6% terutama

disebabkan oleh minimnya infrastruktur pendukung yang mencakup akses, energi serta

fasilitas pelayanan publik lainnya. Ketimpangan investasi yang terjadi saat ini berpotensi

menghambat pertumbuhan ekonomi ke depan dan melalui MP3EI, diharapkan investasi di

sektor riil maupun infrastruktur akan lebih terintegrasi dan efektif untuk mendukung

pertumbuhan ekonomi dan peningkatan daya saing perekonomian.

23,7%

60.20%

8.93%

0.97%

5,63 %

Sumatera

Jawa

Kalimantan

Bali dan Nusa Tenggara

Sulawesi Maluku

Sumber: BKPM, 2011

Papua

0.05 %

3,74%

Gambar I.1

Persentase Investasi Kawasan

Page 12: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

6

Berdasarkan asesmen terakhir dari World Economic Forum (WEF September 2012),

peringkat daya saing Indonesia mengalami penurunan dari 46 menjadi 50 di tahun 2012-

2013. Penurunan indeks daya saing WEF tersebut lebih dipengaruhi oleh aspek persyaratan

dasar yang mencakup institusi, infrastruktur dan fasilitas pelayanan publik.2 Terkait dengan

infrastruktur yang merupakan salah satu faktor utama dalam pertimbangan investasi baik

dari sumber asing maupun domestik, berbagai kebijakan dan inisiatif dari pusat untuk

mendorong pembangunan infrastruktur di daerah telah digulirkan. MP3EI secara khusus

mengidentifikasi kebutuhan infrastruktur strategis di 6 koridor ekonomi. Pembangunan

proyek infrastruktur merupakan prasyarat penting untuk mengakselerasi dan memperluas

pertumbuhan ekonomi di seluruh kawasan Indonesia. Namun pada kenyataannya masih

terdapat banyak permasalahan yang terjadi di berbagai daerah dalam realisasi

pembangunan infrastruktur.

Tabel I.1

Indeks Daya Saing Indonesia 2010 - 2013

Ranking Skor Ranking Skor Ranking Skor Ranking Skor Ranking Skor

2010 - 2011 60 4.62 61 3.98 82 3.56 35 5.15 62 5.78

2011 - 2012 53 4.74 71 3.81 76 3.77 23 5.66 64 5.74

2012 - 2013 58 4.74 72 3.86 78 3.75 25 5.68 70 5.69

Persyaratan Dasar Institusi InfrastrukturKondisi

Makroekonomi

Kesehatan dan

Pendidikan

Sumber: World Economic Forum

Perkembangan Investasi

Berdasarkan hasil validasi Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi

Indonesia (KP3EI), realisasi proyek graound breaking (GB) 2012 sampai dengan Juli 2012

mencapai 65%, sedikit lebih rendah dibandingkan realisasi proyek GB 2011 yang mencapai

87%. Hal ini terkait dengan berbagai kendala terutama masalah IPPKH (tumpang tindih

lahan dengan kawasan hutan), RTRW, izin lokasi, konflik lahan, pendanaan, konflik dengan

masyarakat dan kekurangan pasokan energi (khususnya gas untuk Pulau Jawa). KP3EI telah

melakukan langkah-langkah debottlenecking yang dikoordinasikan baik di tingkat pusat

maupun daerah.

SEKTOR RIIL Nilai Investasi = Rp 194 T

Jumlah Proyek = 49 proyek

INFRASTRUKTURNilai Investasi = Rp 1 62 T

Jumlah Proyek = 50 proyek

SEKTOR RIIL Nilai Investasi = Rp 89TJumlah Proyek = 9 proyek

INFRASTRUKTURNilai Investasi = Rp 51TJumlah Proyek = 27 proyek

LAUNCHING MP3EI( 27 MEI 2011 )

STATUS TERBARU( 27 Juli 2012 )

TOTAL PROYEK GB*

NILAI INVESTASI = Rp 356 T

JUMLAH PROYEK = 99 proyek

TOTAL PROYEK GB*

NILAI INVESTASI = RP 140 T

JUMLAH PROYEK = 36 proyek

PROSESUpdating

dan Validasi

Bagan I.1

Perkembangan Realisasi MP3EI 2011 - 2012

Sumber: Sekretariat PK3EI- Kemenko Bidang Perekonomian

2 Aspek penopang efisiensi Indonesia dari indeks daya saing WEF 2012-2013 mengalami penurunan 2 peringkat,

sedangkan faktor inovasi dan kecanggihan naik 1 peringkat. Selain aspek persyaratan dasar, kedua aspek ini juga menjadi perhatian investor dalam melakukan investasi di Indonesia.

Page 13: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

7

Tabel I.2

Identifikasi Permasalahan MP3EI 2012

Permasalahan Total Proyek *)Investasi

(Rp Milyar)

Permasalahan Terkait IPPKH 10 270.949

Permasalahan Kekurangan Pasokan Gas 7 11.578

Permasalahan Terkait Permen ESDM no 7/ 2012 5 161.500

Permasalahan Terkait Penerbitan IUP 1 25.000

Permasalahan Pelaksanaan Proyek KPS 1 8.500

Sumber: Sekretariat PK3EI- Kemenko Bidang Perekonomian

Realisasi proyek MP3EI 2012 di kawasan Jawa dan Kalimantan jauh lebih baik dibandingkan

di kawasan lainnya. Adapun realisasi proyek MP3EI 2012 terendah di Papua dan Maluku

walaupun berdasarkan rencana awal, nilai investasi terutama sektor riil di koridor Papua

dan Maluku merupakan yang terbesar. Sedangkan untuk investasi infrastruktur, nilai

investasi terbesar di kawasan Jawa yang mampu direalisasikan seluruhnya. Hal ini menjadi

tantangan ke depan dalam kaitan dengan keseimbangan pertumbuhan ekonomi antara Jawa

dan luar Jawa dimana infrastruktur memegang peranan penting. Perlu adanya penguatan

koordinasi yang lebih baik antara KP3EI dengan Tim Kerja Koridor Ekonomi dan Tim Kerja

Lintas Sektor baik di pusat maupun daerah.

Tabel I.3

Validasi Investasi MP3EI 2012

Sumber: Sekretariat KP3EI – Kemenko Bidang Perekonomian

Tabel I.4

Indikasi Total Investasi MP3EI 2014

Koridor

Ekonomi

Indikasi

Jumlah KPI

Indikasi

Kegiatan

Investasi

Indikasi Total Investasi s.d 2014

(Milliar Rp)

Sektor Riil Infrastruktur SDM IPTEK

Sumatera 22 168 555.965 576.991 696.95 89,47

Jawa 34 119 304.433 1.155.685 1.221,86 37,5

Kalimantan 36 222 903.775 205.023 923,40 1,28

Sulawesi 28 126 214.847 201.459 347,90 73,25

Bali-NT 23 46 129.884 78.284 77,03 54,17

Papua-Maluku 8 44 448.605 155.531 869,78 62,76

T O T A L 151 725 2.557.509 2.372.973 4.136,92 318,43

Sumber: Sekretariat KP3EI – Kemenko Bidang Perekonomian

Koridor Ekonomi

Jumlah Proyek Nilai Investasi

Total Rencana Total Realisasi ( Rp . Milyar )

Sektor Riil Infrastruktur Sektor Riil Infrastruktur Proyek

Nilai Investasi

( Rp . Milyar ) Proyek

Nilai Investasi

( Rp . Milyar )

Sumatera 2 11 24,228.46 8,248.75 13 32,477 9 2,308

Jawa 3 11 5,168.00 44,355.00 14 49,523 14 49,523

Kalimantan 7 11 91,735.00 6,526.98 18 98,262 9 84,514

Sulawesi 0 2 - 689.20 2 689 1 49

Bali - NT 2 3 1,540.00 2,887.00 5 4,427 2 1,540

Papua - Kep.Maluku

2 1 182,472.00 2,002.80 3 184,475 1 2,003

Total 16 39 305 . 143 , 46 64 . 709 , 73 55 369 . 853 , 19 36 139 . 937 ,8 6

Page 14: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

8

Salah satu upaya mendorong identifikasi dan penyelesaian permasalahan yang terintegrasi

untuk mendukung implementasi proyek MP3EI adalah dengan pembentukan Kawasan

Prioritas Investasi (KPI). Merujuk pada indikasi investasi proyek MP3EI hingga 2014 nilai

investasi akan mencapai sekitar Rp9 triliun yang terbagi atas sektor riil, infrastruktur, SDM

dan Iptek. Jumlah tersebut cukup rendah dibandingkan dengan rencana awal investasi

MP3EI di sektor infrastruktur yang dibutuhkan untuk mendukung percepatan dan

perluasan pertumbuhan ekonomi sejalan dengan baseline pertumbuhan 7%-8%(yoy) untuk

mencapai target yang dicanangkan.

Pembiayaan Investasi Infrastruktur

Salah satu permasalahan yang perlu menjadi perhatian adalah faktor pembiayaan terkait

potensi penurunan penerimaan negara dengan adanya dampak dari perlambatan ekonomi

global. Rencana pembiayaan proyek infrastruktur hingga 2014 dengan total investasi sebesar

Rp2.4 triliun bertumpu pada partisipasi swasta, BUMN, Public Private Partnership (PPP),

sedangkan alokasi anggaran dari APBN relatif kecil, sebesar 7,84% dari total kebutuhan.

Tabel I.5

Rencana Pembiayaan MP3EI di Sektor Infrastruktur 2014

Koridor Ekonomi

INFRASTRUKTUR s.d 2014

(Rp. Miliar)

APBN BUMN Swasta PPP CampuranKebutuhan

AnggaranTotal

Sumatera 39.427 69.014 49.985 60.210 23.100 335.343 576.991

Jawa 82.383 265.566 390.267 328.518 3.700 86.468 1.155.685

Kalimantan 25.214 53.053 56.399 0 0 70.357 205.023

Sulawesi 9.352 40.551 14.680 19.398 0 117.478 201.459

Bali-NT 22.712 23.883 27.841 10.268 0 33.800 78.284

Papua-Maluku 6.903 45.342 9.149 44.890 6.437 42.809 155.531

T O T A L 185.991 497.409 548.321 463.284 33.237 646.035 2.372.973

Sumber: Sekretariat KP3EI – Kemenko Bidang Perekonomian

Perlunya dukungan dan keterlibatan seluruh pihak dalam pembiayaan investasi

infrastruktur merupakan hal yang kritikal saat ini. Dukungan baik dari APBN dan APBD

perlu ditingkatkan disamping adanya perbenahan prioritas dan strategis pembiayaan untuk

proyek infrastruktur yang memiliki nilai strategis. Untuk itu perlu dilakukan sinkronisasi

dan koordinasi baik di pusat maupun daerah dalam penyusunan RPJMN/RKP yang

berorientasi pada pembangunan infrastruktur strategis. Disamping itu perlu dijajaki

kemungkinan mendapatkan sumber pembiayaan lain untuk mendukung investasi

infrastruktur yang strategis. Beberpa alternatif yang dapat dapat diupayakan adalah

optimalisasi sumber dana melalui skema PPP atau kerja sama dengan BUMN/BUMD dan

swasta.

Page 15: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

9

Bagan I.2

Skema Pembiayaan MP3EI

Sumber: Sekretariat KP3EI – Kemenko Bidang Perekonomian

Peran Fiskal Daerah dalam Pembiayaan Infrastruktur

Optimalisasi fiskal daerah dan peran Pemerintah Daerah dalam mendukung investasi

infrastruktur memiliki sejumlah tantangan terutama terkait dengan mekanisme penyerapan

anggaran dan kapasitas fiskal daerah. Berdasarkan laporan Tim Evaluasi dan Pengawasan

Penyerapan Anggaran (TEPPA), rata-rata realisasi APBD Tw III 2012 baru mencapai 43,90%

(per 18 Sep 2012), lebih rendah dari tahun lalu sekitar 45%. Penyerapan tertinggi terjadi di

Provinsi Jawa Timur (70%). Beberapa daerah juga menetapkan target realisasi yang

terlampau optimistis yang berpotensi pada tidak tercapainya realisasi penyerapan pagu

anggaran.

Beberapa kendala dalam peningkatan penyerapan anggaran adalah dokumen pengadaan

yang tidak lengkap, permasalahan terkait lahan khususnya untuk proyek prasarana dan

sarana publik, penggantian Pimpinan Daerah dan kurangnya komitmen Pimpinan Daerah

terhadap realisasi anggaran.

Page 16: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

10

% realisasi penyerapan APBD% realisasi penyerapan APBD yg melebihi target

% target realisasi penyerapanAPBD

Sumber: Tim Evaluasi dan Pengawasan Penyerapan Anggaran, UKP4

Grafik I.1

Realisasi Penyerapan Anggaran Daerah per 18 September 2012

2010 2011

Aceh 0.23 0.13 0.4592 Rendah

North Sumatera 0.08 0.04 0.4091 Rendah

West Sumatera 0.14 0.07 0.5562 Sedang

Riau 0.05 0.02 1.2226 Tinggi

Jambi 0.14 0.06 0.9493 Sedang

South Sumatera 0.09 0.04 0.4179 Rendah

Bengkulu 0.29 0.14 0.4040 Rendah

Lampung 0.09 na 0.2268 Rendah

Jakarta 0.03 0.01 7.3106 Sangat Tinggi

West Java 0.06 0.03 0.3488 Rendah

Central Java 0.08 0.05 0.2074 Rendah

Yogyakarta 0.01 0.07 0.3531 Rendah

East Java 0.06 0.03 0.2827 Rendah

West Kalimantan 0.16 0.08 0.6476 Sedang

Central Kalimantan 0.23 0.09 1.3811 Tinggi

South Kalimantan 0.18 0.08 1.6699 Tinggi

East Kalimantan 0.09 0.03 4.3799 Sangat Tinggi

North Sulawesi 0.19 0.09 0.6334 Sedang

Central Sulawesi 0.18 0.08 0.3556 Rendah

South Sulawesi 0.13 na 0.4264 Rendah

Southeast Sulawesi 0.21 na 0.3672 Rendah

Bali 0.13 0.08 1.6008 Tinggi

West Nusa Tenggara 0.14 na 0.1719 Rendah

East Nusa Tenggara 0.34 na 0.1303 Rendah

Maluku 0.69 0.28 0.2798 Rendah

Papua 0.24 na 0.2742 Rendah

North Maluku 0.80 na 0.9279 Sedang

Banten 0.06 0.03 0.7440 Sedang

Bangka Belitung 0.17 na 1.4498 Tinggi

Gorontalo 0.36 na 0.4432 Rendah

Riau Island 0.96 0.03 2.1995 Sangat Tinggi

West Papua 0.37 0.10 1.2978 Tinggi

West Sulawesi 2.38 0.10 0.4722 Rendah

Ratio Belanja

thd PDRBIndeks Kapasitas

Fiskal 2011

Kategori

Kapasitas

Fiskal

Provinsi

Tabel I.6

Ratio Belanja & Kapasitas Fiskal Daerah

Sumber: Tim Evaluasi dan Pengawasan Penyerapan Anggaran, UKP4

Page 17: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

11

Selain masalah penyerapan anggaran daerah, terbatasnya kapasitas fiskal daerah juga

menjadi hal yang membatasi kemampuan daerah untuk berpartisipasi lebih aktif dalam

mendukung proyek investasi infrastruktur. Kapasitas fiskal daerah merupakan gambaran

kemampuan keuangan masing-masing daerah yang memperhitungkan penerimaan umum

APBD (tidak termasuk dana alokasi khusus, dana darurat, dana pinjaman lama, dan

penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk membiayai pengeluaran tertentu)

untuk membiayai tugas pemerintahan yang dikurangi dengan belanja pegawai dan

dikaitkan dengan jumlah penduduk miskin. Tabel I.6 memperlihatkan indeks kapasitas

fiskal daeral 2011dan kategorinya sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.

244/PMK.07/2011.

Kapasitas fiskal tertinggi dimiliki oleh DKI Jakarta dan Riau serta Kalimantan Timur yang

memiliki dukungan sumber daya alam. Namun demikian, kapasitas fiskal yang tinggi tidak

menjamin tingginya ratio belanja terhadap PDRB yang merupakan ukuran kontribusi

Pemerintah Daerah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Disadari bahwa saat ini

sebagian besar belanja daerah lebih diutamakan untuk belanja pegawai serta pengadaan

barang dan jasa. Porsi belanja modal terutama yang mendukung investasi infrastruktur

masih sangat terbatas. Pemerintah Daerah masih bergantung pada dana pusat untuk

membiayai proyek infrastruktur di daerah. Namun demikian beberapa daerah seperti DKI

Jakarta sudah mengalokasikan lebih dari 30% dari anggaran belanja untuk belanja modal

walaupun sebagian besar digunakan untuk pengadaan barang dan jasa dibandingkan

alokasi untuk pembangunan infrastruktur dan prasarana publik.

Presentase belanja modal terhadap APBD di KTI dan Sumatera lebih tinggi dibandingkan

Jawa sejalan dengan kebutuhan infrastruktur, namun nilai belanja modal di kedua kawasan

tersebut masih jauh dari kebutuhan pengembangan infrastruktur yang memadai. Ke depan,

daerah perlu lebih strategis dan memberikan prioritas pada alokasi belanja modal yang

berkualitas disamping efisien. Pengertian belanja modal berkualitas adalah penggunaan

alokasi anggaran untuk proyek infrastruktur strategis yang terencana dengan matang dan

dapat dipertanggungjawabkan efektivitasnya.

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Bag.Utara Bag.Tengah

Bag.Selatan

Bag. Barat Bag.Tengah

Bag. Timur Balnustra Kalimantan Sulampua

Sumatera DKI Jawa KTI

%

2009 2010 2011 2012A

Grafik I.2

Persentase Belanja Modal terhadap Total APBD

Page 18: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

12

0

10

20

30

40

50

60

70

Bag.Utara Bag.Tengah

Bag.Selatan

Bag. Barat Bag.Tengah

Bag. Timur Balnustra Kalimantan Sulampua

Sumatera DKI Jawa KTI

%

2009 2010 2011 2012A

Grafik I.3

Persentase PAD terhadap Total APBD

Dalam kaitan dengan kapasitas fiskal, persentase PAD juga merupakan hal yang perlu

menjadi perhatian sejalan dengan semangat otonomi daerah dimana daerah diberikan hak

untuk menarik PAD, namun di sisi lain juga dapat membelanjakan anggaran secara efisien

dan strategis. Disamping itu, otonomi daerah juga memberikan ruang terhadap Pemerintah

Daerah untuk menawarkan insentif fiskal untuk proyek investasi strategis seperti

infrastruktur. Namun pada kenyataannya, belum banyak daerah yang mampu melakukan

perimbangan antara hak mengumpulkan PAD dan kewajiban mengalokasikan anggaran

belanja seoptimal mungkin. Hal ini terbukti dari besarnya SILPA yang terjadi di akhir tahun.

Sebagian daerah juga belum mampu mengoptimalkan insentif fiskal untuk mendukung

pertumbuhan ekonomi dan terutama pembangunan infrastruktur.

Menimbang pada permasalahan yang ada, perlu dikembangkan alternative pembiayaan dari

sumber lain di luar APBD sesuai regulasi yang berlaku untuk investasi infrastruktur yang

layak secara finansial. Beberapa alternatif adalah penggunaan SILPA, kerjasama dengan

swasta melalui skema PPP dan pinjaman daerah terutama melalui obligasi daerah yang

didukung oleh penerimaan dari proyek infrastruktur yang dibangun.

Sumber

Pembiayaan

Daerah

Penerimaan

APBD/ SILPA

Public

Private

Partnership

Pinjaman

Daerah

Pinjaman

konvesional

Obligasi

Daerah

Proyekberskalakecil, tidak layaksecara

finansial, dan tidak memilikinilai

ekonomispanjang

Proyekyang layaksecarafinansial

Proyekdenganumur

ekonomisjangka

pendek

Proyekdenganumur

ekonomisjangkapanjang

(10 tahun)

Bagan I.3

Persentase PAD terhadap Total APBD

Page 19: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

13

Ke depan, daerah juga dituntut untuk lebih strategis dalam menentukan prioritas alokasi

belanja untuk memacu investasi dalam menghadapi potensi melambatnya ekonomi.

Adapun beberapa tantangan fiskal daerah ke depan adalah sebagai berikut :

Penurunan PAD terutama dari pajak dan restribusi yang bersumber pada kegiatan

ekspor terutama daerah eksportir sumber daya alam, mengingat permintaan yang

melambat dan harga yang menurun. Selain itu terdapat potensi perlambatan

perekonomian secara umum yang juga akan berpengaruh pada PAD.

Tuntutan pembangunan prasarana dan sarana publik untuk mendukung investasi

terkait dengan persaingan di wilayah Asia khususnya Asia Tenggara dalam menarik

investasi menjelang Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) 2015. Perlu disadari bahwa daya

saing negara ASEAN lain juga dipacu untuk semakin baik dalam rangka berkompetisi di

pasar global.

Peningkatan kapasitas fiskal yang diukur dari unsur PAD serta peningkatan baik

kuantitas, kualitas dan realisasi dari belanja modal daerah yang diarahkan untuk

pembangunan infrastruktur.

Peningkatan peran Pemerintah Daerah dalam optimalisasi fiskal daerah untuk

mendukung pembangunan dan investasi terutama di sektor utama yang dapat

menaikkan daya saing daerah. Dukungan terhadap MP3EI yang terbatas khususnya

untuk pembangunan infrastruktur perlu ditingkatkan dengan melakukan sinergi dan

kerja sama dalam hal pembiayaan proyek infrastruktur serta koordinasi antara KP3EI

dan Tim Kerja Koridor Ekonomi dan Tim Kerja Lintas Sektor di daerah.

Page 20: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

14

Bab II

Perekonomian Kawasan Sumatera

A. PERTUMBUHAN EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi Sumatera relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya.

Dibandingkan triwulan sebelumnya ekonomi Sumatera tumbuh stabil sebesar 5,8% (yoy).

Berdasarkan wilayah, Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) tumbuh meningkat dari triwulan

sebelumnya 6,1% (yoy) menjadi 6,2% (yoy). Peningkatan pertumbuhan didorong oleh

peningkatan pertumbuhan di sektor pertanian seiring dengan puncak panen kelapa sawit

dan juga meningkatnya pertumbuhan sektor industri pengolahan terkait meningkatnya

permintaan dan juga pasokan bahan baku yang lebih baik. Di sisi lain, Sumatera Bagian

Tengah (Sumbagteng) diestimasikan tumbuh melambat dari semula tumbuh 5,3% (yoy)

menjadi 5,2% (yoy). Perlambatan bersumber dari sektor pertambangan sejalan dengan

volume lifting produksi migas di Riau yang terus mengalami penurunan. Sementara

Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) diestimasikan stabil dengan tumbuh sebesar 6,1%

(yoy). Pertumbuhan didorong oleh sektor pertanian melalui peningkatan produksi kelapa

sawit. Pertumbuhan Sumbagsel harus tertahan akibat melambatnya kinerja sektor

pertambangan, khususnya timah dan batubara dengan semakin melemahnya harga

komoditas tersebut di pasar internasional.

Tabel II.1. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera

Kawasan 2010 2011

2011 2012

I II III IV I II IIIf

Sumatera 5,6 5,9 6,2 5,9 6,0 6,0 5,9 5,8 5,8

Sumatera Bag. Utara 5,5 6,2 6,5 6,5 6,0 6,3 6,0 6,1 6,2

Sumatera Bag. Tengah 5,4 5,6 5,5 5,4 5,3 5,4 5,6 5,3 5,2

Sumatera Bag. Selatan 5,8 6,3 6,8 6,2 6,9 6,5 6,3 6,1 6,1

Sumber: BPS, diolah f angka perkiraan Bank Indonesia

Di sisi permintaan, konsumsi memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan

ekonomi Sumatera. Pertumbuhan konsumsi khususnya konsumsi rumah tangga pada

triwulan III-2012 diestimasikan tumbuh 5,6% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh 5,3% (yoy). Konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi

terhadap pertumbuhan ekonomi mencapai 3,0%, lebih tinggi dibandingkan kontribusi pada

triwulan sebelumnya yang sebesar 2,8%. Peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah

tangga terjadi seiring tingginya permintaan pada momentum puasa dan perayaan lebaran

serta meningkatnya pendapatan terkait dengan Tunjangan Hari Raya (THR).

yoy

Page 21: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

15

Peningkatan konsumsi rumah tangga terindikasi dari meningkatnya Indeks Keyakinan

Konsumen di semua wilayah di Sumatera. Arah peningkatan juga terlihat pada Indeks

Penghasilan Saat Ini yang mencapai puncaknya pada perayaan lebaran seiring dengan

realisasi penerimaan tambahan pendapatan rumah tangga yang berasal dari Tunjangan Hari

Raya (THR). Tingginya tingkat permintaan turut mendorong meningkatnya impor makanan

dan minuman. Volume impor makanan dan minuman pada triwulan III tumbuh 8,9% (yoy),

meningkat dibandingkan pertumbuhan volume impor pada triwulan sebelumnya yang

tumbuh 4,8% (yoy).

Di sisi lain, pertumbuhan konsumsi pemerintah masih tertahan. Konsumsi pemerintah

dibandingkan triwulan sebelumnya tumbuh melambat dari semula tumbuh 5,7% (yoy)

menjadi 4,7% (yoy). Perlambatan pertumbuhan salah satunya bersumber dari realisasi

belanja barang dan jasa yang masih rendah. Realisasi belanja secara keseluruhan APBD Se-

Sumatera hingga semester I-2012 masih sangat rendah meskipun telah dilakukan

pemantauan oleh Tim Evaluasi dan Pengawasan Penyerapan Anggaran (TEPPA). Kondisi

ini juga terlihat dengan masih besarnya dana Pemerintah Daerah yang disimpan dalam

bentuk giro di Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang mencapai Rp36,2 triliun atau

meningkat 52,8% dibandingkan akhir tahun sebelumnya.

Maraknya pembangunan aset kegiatan usaha dan infrastruktur mendorong

meningkatnya pertumbuhan investasi. Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto)

diestimasikan tumbuh 9,0% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

sebesar 8,8% (yoy). Peningkatan investasi didorong oleh upaya pelaku usaha swasta untuk

meningkatkan kapasitas usahanya dalam memenuhi permintaan konsumsi masyarakat yang

tinggi. Selain itu, beberapa pembangunan infrastruktur berlangsung di Sumatera terkait

dengan pembenahan fasilitas pelabuhan, seperti Pelabuhan Belawan di Sumatera Utara,

Pelabuhan Teluk Bayur di Sumatera Barat dan juga infrastruktur persiapan pelaksanaan

PON 2012 di Riau. Dari sisi pelaku swasta, peningkatan kapasitas usaha di Sumatera terlihat

melalui indikator Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang meningkat dari triwulan

sebelumnya 72,33% menjadi 91,25%. Selain itu, penyaluran kredit investasi oleh bank umum

di Sumatera pada posisi terakhir triwulan III juga mengalami peningkatan sebesar 36,3%

(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga tumbuh tinggi sebesar

35,2% (yoy).

Kinerja ekspor beberapa komoditas utama masih mengalami tekanan. Posisi terakhir di

triwulan III menunjukkan volume ekspor non-migas Sumatera mengalami penurunan 32,0%

(yoy). Penurunan volume ekspor terjadi pada karet mentah yang menurun 6,9% (yoy),

batubara menurun 10,1% (yoy) dan timah menurun 5,1% (yoy). Penurunan volume ekspor

terjadi pada negara tujuan utama ekspor seperti Amerika Serikat, Eropa, dan Cina yang juga

mulai terkena imbas gejolak ekonomi global. Namun di sisi lain, volume ekspor minyak

kelapa sawit (CPO) masih menunjukkan peningkatan sebesar 23,4% (yoy) seiring dengan

pasokan produksi yang melimpah pada puncak panen raya kelapa sawit. Dengan tidak

mampu terserap seluruhnya pasokan kelapa sawit oleh Pabrik Kelapa Sawit (PKS) domestik,

mendorong peningkatan volume ekspor meskipun harga di pasar dunia masih cenderung

menurun dibandingkan posisi awal tahun.

Page 22: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

16

Tekanan pada ekspor mendorong pengusaha maupun eksportir mulai melakukan

beberapa penyesuaian. Negara produsen utama karet di dunia yang tergabung dalam

International Tripartite Rubber Council (ITRC) antara lain Indonesia, Malaysia dan Thailand

sepakat untuk memangkas ekspor komoditas itu sekitar 300.000 ton. Pembatasan tersebut

tercantum dalam Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) yang berlaku mulai 1 Oktober

2012. Selain itu, berdasarkan survei terhadap kontak liaison ke pelaku perkebunan karet

mengatakan bahwa mereka akan berupaya meningkatkan kualitas bahan baku karet hasil

sadapan untuk mengurangi biaya produksi dan meningkatkan produksi. Untuk

kepentingan jangka panjang, beberapa pelaku perkebunan karet mulai melakukan

peremajaan kembali pohon karet seperti di Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Sumatera

Selatan. Di sisi lain, beberapa pelaku perkebunan kelapa sawit dan juga kopi berupaya

menggarap lebih serius pasar domestik yang permintaannya masih tinggi, sementara untuk

komoditas karet dan batubara mengalihkan pasar negara tujuan ekspor yang potensial

menyerap hasil produksi komoditas tersebut.

Tabel II.2. Pertumbuhan Sisi Permintaan Ekonomi Sumatera

Sumber: BPS di Sumatera (diolah) dan Prakiraan KPwBI di Sumatera

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh sektor industri pengolahan

dan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang tumbuh meningkat. Sektor industri

pengolahan diestimasikan tumbuh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dari 3,0%

(yoy) menjadi 3,9% (yoy). Peningkatan pertumbuhan didorong oleh meningkatnya kapasitas

produksi untuk merespon tingginya tingkat permintaan pada bulan puasa dan lebaran,

khususnya pada industri makanan dan minuman. Peningkatan juga terjadi pada industri

pengolahan kelapa sawit seiring dengan banyaknya pasokan bahan baku kelapa sawit pada

puncak panen. Selain itu, pengembangan infrastruktur pelabuhan, salah satunya di

Pelabuhan Belawan- Sumut, turut mendukung kelancaran pasokan bahan baku baik yang

berasal dari pasokan antar daerah maupun impor.

1 2 3 4 1 2 3*

Konsumsi Rumah Tangga 6.4 5.7 5.4 4.7 5.5 5.3 5.3 5.6

Konsumsi Pemerintah 7.0 10.4 7.3 6.1 7.6 4.8 5.7 4.7

Investasi (PMTB) 8.7 10.0 9.4 8.7 9.2 8.7 8.8 9.0

Ekspor 13.5 13.8 9.9 6.2 10.7 4.5 1.6 4.4

Dikurangi Impor 15.7 20.0 15.3 15.4 16.6 9.8 6.0 6.1

PDRB 6.0 6.2 5.9 5.9 6.0 5.9 5.8 5.8

Konsumsi (sisi kanan) 6.7 6.6 5.7 4.9 6.0 5.2 5.3 5.5

Investasi 1.9 9.2 13.3 28.3 12.9 19.2 18.8 10.8

Net Ekspor (Impor) 8.5 0.7 -2.6 -15.8 -2.5 -8.3 -9.5 -0.4

Konsumsi Rumah Tangga 3.4 3.0 2.8 2.5 2.9 2.8 2.8 3.0

Konsumsi Pemerintah 0.7 1.1 0.8 0.7 0.8 0.5 0.6 0.5

Investasi (PMTB) 2.0 2.3 2.1 2.0 2.1 2.0 2.1 2.1

Ekspor 7.2 7.6 5.3 3.3 5.8 2.4 0.8 2.3

Dikurangi Impor -5.4 -6.9 -5.5 -5.8 -5.9 -3.7 -2.3 -2.4

PDRB 6.0 6.2 5.9 5.9 6.0 5.9 5.8 5.8

Konsumsi 4.3 4.2 3.6 3.2 3.8 3.3 3.4 3.5

Investasi 0.4 1.9 2.9 6.3 2.7 4.4 4.3 2.4

Net Ekspor (Impor) 1.3 0.1 -0.4 -2.0 -0.4 -1.1 -1.3 0.0

yoy

(%)

shar

e, y

oy (%

)

2011Jenis Penggunaan 2011

2012

Page 23: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

17

Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) tumbuh meningkat sejalan dengan

peningkatan produksi sektor industri pengolahan dan peningkatan permintaan

konsumsi. Sektor PHR diestimasikan tumbuh meningkat dari semula 9,0% (yoy) menjadi

9,2% (yoy). Sektor PHR memberikan kontribusi pertumbuhan terbesar yakni mencapai 1,6%.

Meningkatnya aktivitas ekonomi terkait lebaran serta optimisme konsumen yang meningkat

mendorong sektor PHR tumbuh cukup tinggi. Perdagangan antar daerah semakin bergairah

terlihat dengan maraknya aktivitas bongkar muat melalui beberapa pelabuhan di Sumatera.

Selain itu, arus penumpang terkait perayaan lebaran melalui pelabuhan udara di beberapa

daerah di Sumatera khususnya pada seminggu sebelum dan sesudah lebaran menunjukkan

peningkatan dibandingkan tahun lalu. Hal ini turut berdampak positif pada subsektor lain

seperti kegiatan usaha hotel dan restoran.

Perkembangan sektor pertanian dan sektor pertambangan yang melambat menahan

kinerja pertumbuhan ekonomi Sumatera untuk tumbuh lebih tinggi. Sektor pertanian

diestimasikan tumbuh 4,5%, relatif melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh 4,6% (yoy). Produksi karet lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya seiring

masuknya musim gugur daun pohon karet. Harga karet di pasar dunia yang masih dalam

trend penurunan juga turut mengurangi insentif petani karet untuk meningkatkan

produksinya. Harga karet pada posisi terakhir September berada pada level USD314,2

sen/kg atau terkoreksi sebesar 33% dibandingkan tahun lalu. Penurunan produksi karet

sudah terlihat di wilayah Sumbagsel, di mana pada sepanjang Juli-Agustus mengalami

penurunan sebesar 20,6%, dari 82,9 ribu ton menjadi 66,2 ribu ton. Kondisi ini berdampak

pada pendapatan petani perkebunan, terlihat pada trend Indeks Nilai Tukar Petani (NTP)

yang turun lebih melandai dibandingkan Indeks NTP secara umum.

Grafik II.1

Perkembangan Produksi Karet di

Sumatera Bagian Selatan

Grafik II.2

Perkembangan Harga Karet Domestik (Bokar)

dan Harga Karet Internasional

Pertumbuhan sektor pertambangan pada triwulan III diestimasikan hanya tumbuh 0,4%

(yoy), melanjutkan stagnasi pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang juga hanya

tumbuh 0,7% (yoy). Kondisi ini terutama dipengaruhi volume lifting produksi minyak

bumi, khususnya di Riau, yang terus mengalami penurunan seiring dengan usia sumur

yang semakin tua, dan belum digunakannya teknologi lebih moderen untuk meningkatkan

produksi. Meskipun telah dimulai eksplorasi blok migas baru di Kep. Riau, namun belum

memberikan kontribusi signifikan bagi peningkatan produksi migas.

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

90,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

2011 2012

Ton

0

100

200

300

400

500

600

700

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

45,000

50,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2010 2011 2012

US

D c

en

t/k

g

Rp

/kg

Bokar (Karet Domestik) (LHS)

Karet Dunia (RHS)

Page 24: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

18

Tekanan pada sektor pertambangan semakin bertambah dengan kondisi pertambangan

timah yang melesu terkait terus menurunnya harga di pasar internasional. Posisi terakhir

di triwulan III, rata-rata harga timah di London Mercantile Exchange (LME) berada pada

level USD19.294/MT atau terkoreksi 21,9% dibandingan tahun lalu. Berdasarkan informasi

kontak liaison, di Sumabgsel beberapa pabrik peleburan timah (Smelter) sebagian besar

tutup mengingat harga jual tidak cukup untuk menutupi biaya produksi. Data produksi PT

Timah pada periode Juli-Agustus menunjukkan produksi bijih timah dan logam timah

masing-masing mengalami penurunan sebesar 16,7% dan 20,6% dibandingkan posisi yang

sama tahun lalu.

Kinerja pertambangan batubara belum menunjukkan peningkatan. Hal ini seiring dengan

perkembangan harga batubara di pasar internasional yang menurun 23,5% dibandingkan

posisi yang sama tahun lalu menjadi USD61,2/MT. Untuk meningkatkan marjin keuntungan

ekspor batubara, dalam jangka menengah sejumlah pelaku usaha (PT Bukit Asam) akan

melakukan efisiensi biaya operasional dengan mengoperasikan secara penuh pembangkit

listrik berkekuatan 3x10 MW mulai pertengahan triwulan III-2012.

Grafik II.3

Perkembangan Produksi Timah di

Sumatera Bagian Selatan

Grafik II.4

Perkembangan Volume Lifting Migas di

Sumatera Bagian Tengah

Di sisi produksi, sektor pertanian diperkirakan masih mencatat pertumbuhan didukung

kondisi iklim. Hal ini dipengaruhi terutama oleh kinerja produksi beberapa komoditas

utama di sektor pertanian yang cenderung meningkat, didukung oleh kondisi iklim yang

relatif lebih baik. Di sisi lain, sektor industri – terutama industri berbasis sumber daya alam

- diperkirakan mengalami pertumbuhan yang cenderung melambat terkait dengan

penurunan harga di pasar global. Di samping itu, beberapa permasalahan terkait dengan

keterbatasnya pasokan gas untuk industri yang terjadi di Sumut dan menurunnya kinerja

industri perkapalan di Kepulauan Riau turut berpengaruh pada melemahnya kinerja

industri Sumatera secara keseluruhan.

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

2011 2012

Produksi Bijih Timah (ton)

Logam Timah (Mton)

300,00

320,00

340,00

360,00

380,00

400,00

420,00

440,00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010 2011 2012

rib

u b

are

l/h

ari

Page 25: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

19

B. INFLASI

Inflasi tahunan Sumatera pada triwulan III-2012 melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya dari 4,99% (yoy) menjadi 3,38% (yoy), berada dibawah prakiraan

sebelumnya. Pencapaian inflasi ini berada di bawah rata-rata inflasi tahunan dalam tiga

tahun terakhir sebesar 5,24% (yoy) dan dibandingkan inflasi nasional sebesar 4,31% (yoy).

Penurunan inflasi di triwulan III- 2012 utamanya bersumber dari melambatnya inflasi baik

pada kelompok volatile foods (VF), administered prices dan maupun inflasi inti (core).

Berdasarkan wilayah, inflasi yang tertinggi terjadi di Wilayah Sumbagteng sebesar 3,73%

(yoy) dan terendah di Sumbagut sebesar 2,86% (yoy). Sementara berdasarkan provinsi,

inflasi yang tinggi terjadi di Bangka Belitung sebesar 5,83% (yoy) dan terendah di NAD

sebesar 2,06% (yoy). Inflasi yang relatif rendah pada triwulan ini, selain disebabkan oleh

faktor koreksi harga paska lebaran, juga tidak terlepas dari berbagai upaya yang dilakukan

oleh Tim Pengendalian inflasi (TPID) dalam menjaga kestabilan harga khususnya pada

puasa dan lebaran Idul Fitri, baik berupa kegiatan pemantauan, intervensi harga, langkah

persuasif, maupun penyampaian informasi kepada masyarakat.

Grafik II.5. Perkembangan Inflasi antar Wilayah di Sumatera

C. ASESMEN PERBANKAN

Perkembangan perbankan di Sumatera menunjukkan perkembangan yang positif dengan

meningkatnya pertumbuhan baik aset, kredit maupun Dana Pihak Ketiga (DPK). Aset

bank umum di Sumatera pada posisi terakhir triwulan III-2012 mencapai Rp486,9 triliun

atau tumbuh 18,0% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya

sebesar 16,4% (yoy). Peningkatan pertumbuhan aset didorong oleh upaya perbankan untuk

ekspansi usahanya mengingat wilayah Sumatera dijadikan fokus pendanaan (financing),

sehingga dibutuhkan perluasan usaha untuk menjangkau berbagai daerah potensial.

Rata-rata inflasi 3 tahun terakhir

Inflasi Tw II-2012Inflasi Tw III-2012

5.35 5.43

2.86

Sumbagut

5.11 5.12

3.73

Sumbagteng

5.30 4.37

3.55

Sumbagsel

5.24 4.99

3.38

Sumatera

Page 26: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

20

Penghimpunan DPK relatif stabil dengan sedikit mengalami peningkatan. Jumlah DPK

yang dihimpun oleh bank umum di wilayah Sumatera pada posisi terakhir di triwulan III

tumbuh 14,8% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 13,6%

(yoy). Peningkatan bersumber dari meningkatnya simpanan pelaku usaha maupun dana

pemerintah daerah dalam bentuk giro dari semula tumbuh 13,6% (yoy) menjadi 14,8% (yoy).

Sementara di sisi lain jumlah tabungan relatif stabil dengan tumbuh 16,9% (yoy). Stabilnya

pertumbuhan tabungan dipicu oleh tingginya kebutuhan konsumsi masyarakat terkait

lebaran sehingga tidak menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. Begitupula

dengan jumlah deposito yang tumbuh melambat dari semula 9,6% (yoy) menjadi 8,9% (yoy)

akibat meningkatnya preferensi masyarakat terhadap simpanan jangka pendek mengingat

keperluan pemenuhan konsumsi pada momentum lebaran.

Penyaluran kredit produktif tumbuh meningkat seiring dengan meningkatnya

kebutuhan pembiayaan kegiatan usaha untuk meningkatkan kapasitas produksinya.

Kredit modal kerja sepanjang triwulan II dan III tumbuh meningkat dari 32,2% (yoy)

menjadi 33,7% (yoy), begitu juga kredit investasi yang meningkat dari 35,2% (yoy) menjadi

36,3% (yoy). Peningkatan pertumbuhan kredit produktif tersebut terkait dengan upaya yang

dilakukan oleh pelaku usaha untuk meningkatkan kapasitas produksinya terkait dengan

pemenuhan konsumsi masyarakat yang tinggi. Sementara di sisi lain, kredit konsumsi relatif

tumbuh melambat dari semula 21,2% (yoy) menjadi 19,6% (yoy). Hal ini sejalan dengan

pertumbuhan tabungan yang relatif stabil di mana pemenuhan konsumsi yang tinggi terkait

momentum lebaran sebagian besar dipenuhi dengan mengurangi jumlah tabungan dan juga

melalui tambahan pendapatan melalui tunjangan hari raya.

Grafik II.6

Perkembangan LDR Bank Umum di Sumatera

Grafik II.7

Perkembangan NPL Bank Umum di Sumatera

Berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit pada beberapa sektor ekonomi utama

menunjukkan peningkatan pertumbuhan. Penyaluran kredit di sektor pertanian

dibandingkan triwulan sebelumnya tumbuh meningkat dari 55,3% (yoy) menjadi 58,5%

(yoy). Peningkatan bersumber dari tingginya kebutuhan investasi perkebunan kelapa sawit

dan karet, terutama seiring dengan upaya peremajaan tanaman yang dilakukan untuk

mendukung produksi komoditas utama perkebunan tersebut dalam jangka panjang.

Pertumbuhan kredit di sektor industri pengolahan juga meningkat dari 18,8% (yoy) menjadi

20,6% (yoy) terkait dengan upaya peningkatan kapasitas produksi industri, khususnya

industri makanan dan minuman, serta industri pengolahan kelapa sawit. Sementara itu,

2.59 2.63 2.91

2.14 2.21 2.33 2.34

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

I II III IV I II III*

2011 2012

Pe

rse

n

94.6 95.697.8

102.4 103.3

108.3 109.0

85.0

90.0

95.0

100.0

105.0

110.0

115.0

I II III IV I II III*

2011 2012

Pe

rse

n

Page 27: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

21

penyaluran kredit di sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh meningkat signfikan

dari 36,6% (yoy) menjadi 41,0% (yoy) seiring maraknya aktivitas perdagangan domestik

antar daerah di triwulan III terkait perayaan lebaran.

Derasnya penyaluran kredit mendorong persentase Loan-to-Deposit Ratio (LDR) terus

meningkat melebihi 100%. LDR bank umum di Sumatera pada triwulan III mencapai

109,0%, konsisten berada di atas 100% dan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

yang mencapai 108,3%. Dengan kondisi di mana laju peningkatan penyaluran kredit lebih

tinggi dibandingkan penghimpunan DPK-nya menunjukkan karakteristik wilayah Sumatera

yang difokuskan pada penyaluran kredit (financing) dibandingkan sebagai daerah

penyerapan dana masyarakat (funding). Meskipun penyaluran kredit terus meningkat,

namun kualitas kredit tetap terjaga. Non-Performing Loan (NPL) bank umum di Sumatera

pada triwulan III masih pada posisi yang relatif terjaga, yaitu pada level 2,34% atau relatif

stabil dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,33%

D. PROSPEK PEREKONOMIAN

Pertumbuhan ekonomi Sumatera pada triwulan IV-2012 diperkirakan relatif stabil, yakni

masih akan berada di kisaran 5,8% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi

ditopang oleh peningkatan konsumsi. Konsumsi rumah tangga diperkirakan akan tetap

tumbuh meningkat seiring dengan masih kuatnya daya beli masyarakat, serta terkait pula

dengan momentum perayaan akhir tahun yang diperkirakan turut mendongkrak

pengeluaran konsumsi masyarakat. Selain itu, pada triwulan IV pertumbuhan juga

didorong oleh realisasi belanja konsumsi pemerintah yang diperkirakan mencapai

puncaknya di akhir tahun, khususnya belanja barang dan jasa. Kinerja net-ekspor

diperkirakan relatif membaik, salah satunya didorong oleh akumulasi stok karet yang

selama ini menumpuk akibat menurunnya harga karet di pasar internasional, kemudian

akan diekspor mengingat jangka penyimpanan karet mentah yang tidak dapat berlangsung

lama. Sementara itu, impor diperkirakan mulai melambat dengan menurunnya permintaan

pupuk impor, dan juga menurunnya impor bahan baku produksi terkait dengan investasi

yang diperkirakan mulai melambat dengan tidak banyaknya realisasi investasi oleh pelaku

swasta di akhir tahun.

Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi keseluruhan tahun 2012 diperkirakan sebesar

5,8% (yoy), relatif melambat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 6,0% (yoy).

Perlambatan pertumbuhan terjadi akibat akumulasi dampak pelemahan permintaan dunia

sepanjang 2012 terhadap pertumbuhan ekspor dan sektor industri berbasis ekspor.

Meskipun beberapa sektor pada triwulan III dan IV diperkirakan masih mencatat

pertumbuhan, namun secara keseluruhan tahun, sektor-sektor tersebut mengalami

perlambatan pertumbuhan dibandingkan tahun sebelumnya. Sektor pertanian secara umum

diperkirakan melambat sehubungan dengan penurunan produksi akibat kendala cuaca yang

kurang kondusif sepanjang awal tahun. Sektor industri pengolahan secara kumulatif

diperkirakan tumbuh melambat akibat tekanan pada industri berorientasi ekspor seiring

dengan belum pulihnya permintaan dunia. Sektor pertambangan juga tumbuh melambat

Page 28: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

22

dengan cadangan migas yang terus menurun, serta belum adanya penggunaan teknologi

yang lebih moderen dalam menoptimalisasi hasil eksplorasi pada sumur-sumur migas yang

sudah tua. Sementara itu, sektor perdagangan diperkirakan meningkat dengan aktivitas

perdagangan antar daerah yang marak dengan mencapai puncaknya pada triwulan III dan

IV.

Sementara itu, prospek inflasi Sumatera pada triwulan IV-2012 diperkirakan meningkat

dari 3,38% (yoy) di triwulan III menjadi 4,34% (yoy). Tekanan inflasi pada kelompok

volatile food diperkirakan meningkat terkait dengan adanya ancaman kondisi kekeringan dan

masuknya masa paceklik di Jawa sehingga berpotensi mengganggu pasokan bahan

makanan (khususnya cabe dan bawang merah) dan dapat memicu spekulasi harga oleh

pedagang. Di wilayah Sumbagsel, diperkirakan panen beras di Desember akan mundur ke

Januari karena tertundanya musim tanam akibat kondisi kekeringan saat ini.

Page 29: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

23

Bab III

Perekonomian Kawasan Jakarta

A. PERTUMBUHAN EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan III 2012 diprakirakan berada di kisaran

6,6% (yoy). Perlambatan ekonomi global terutama di Uni Eropa memberikan dampak yang

cukup signifikan terhadap kinerja ekspor terutama dari sektor manufaktur Jakarta. Namun

di sisi lain, masih kuatnya permintaan domestik diyakini mampu menopang pertumbuhan

ekonomi di tengah ketidakpastian ekonomi global yang diprediksi belum akan selesai dalam

jangka pendek. Selain itu, investasi khususnya dari investasi bangunan diperkirakan juga

akan mampu mengimbangi dampak perlambatan ekspor. Sektor utama Jakarta yaitu sektor

Konstruksi; sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran; serta sektor Keuangan, Persewaan,

dan Jasa Perusahaan diyakini akan tetap tumbuh dan mendukung perekonomian Jakarta,

walupun di beberapa sektor terjadi perlambatan sebagai dampak dari libur Lebaran 2012.

Kuatnya konsumsi rumah tangga didukung oleh berbagai indikator tingkat keyakinan

konsumen dan ekspektasi masyarakat Jakarta terhadap kondisi ekonomi. Hasil survei

konsumen Bank Indonesia memperlihatkan bahwa baik persepsi terhadap kondisi ekonomi

saat ini maupun keyakinan dan ekspektasi terhadap kondisi perekonomian Jakarta ke depan

mengalami peningkatan. Level indeks dari tiga indikator tersebut terus mengalami

peningkatan semenjak berada di level terendah pada akhir triwulan I -2012. Walaupun

terjadi penurunan ekspor akibat dari faktor eksternal namun pelaku ekonomi secara umum

masih memiliki keyakinan atas kuatnya konsumsi rumah tangga di Jakarta. Hal ini

didukung beberapa indikator tenaga kerja yang juga dalam tren meningkat. Persepsi

masyarakat Jakarta pada ketersediaan lapangan kerja maupun tingkat penghasilan dalam

tren meningkat dan demikian pula halnya dengan ekspektasi terhadap ketersediaan

lapangan kerja dan tingkat penghasilan ke depan. Masih kuatnya konsumsi rumah tangga

juga terlihat dari meningkatnya ketepatan waktu pembelian barang tahan lama (durable

goods) disamping juga peningkatan pembelian properti baik untuk tempat tinggal maupun

investasi. Selain itu, survei penjualan eceran mengkonfirmasi masih kuatnya konsumsi

rumah tangga di Jakarta. Keseluruhan faktor tersebut juga sejalan dengan meningkatnya

ekspektasi kegiatan usaha di Jakarta dan pertumbuhan kredit konsumsi di Jakarta.

Grafik III.1

Indeks Keyakinan Konsumen

Grafik III.2

Indeks Penghasilan & Lapangan Kerja

50

60

70

80

90

100

110

120

130

140

150

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2009 2010 2011 2012

Indeks

Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi saat Ini Indeks Ekspektasi Konsumen

20

40

60

80

100

120

140

160

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2009 2010 2011 2012

Indeks

Ekspektasi penghasilan 6 bulan yad Indeks Penghasilan saat ini

Indeks Ketersediaan Lap. Kerja Ekspektasi Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan yad

Page 30: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

24

Grafik III.3

Indeks Kegiatan Usaha & Konsumsi Barang

Tahan Lama

20

40

60

80

100

120

140

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9

2009 2010 2011 2012

Indeks

Ekspektasi Kegiatan Usaha Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama

Grafik III.4

Survei Penjualan Eceran

-60

-40

-20

0

20

40

60

0

50

100

150

200

250

300

350

400

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2010 2011 2012

%,yoyindeks

Indeks SPE gIndeks SPE

Realisasi anggaran Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta di triwulan III 2012

diprakirakan melambat dibandingkan periode yang sama pada tahun 2011. Potensi

perlambatan realisasi anggaran Pemprov DKI Jakarta terindikasi dari laporan Tim Evaluasi

dan Pengawasan Penyerapan Anggaran (TEPPA) yang menginformasikan posisi

penyerapan APBD hingga 18 September 2012 baru mencapai 31,02% untuk dana

dekonsentrasi. Secara khusus, penyerapan dana dekonsentrasi di DKI Jakarta merupakan

salah satu yang terendah berdasarkan catatan TEPPA hingga akhir September 2012. Hal ini

akan mempengaruhi realisasi belanja modal yang diperlukan untuk mendukung

pertumbuhan perekonomian Jakarta. Rendahnya penyerapan anggaran di Tw III antara lain

ditengarai sebagai dampak dari proses pergantian kepemimpinan di Pemprov DKI Jakarta.

Proses Pilkada 2 putaran di Tw III dan juga adanya faktor Lebaran berpotensi menurunkan

kinerja realisasi anggaran Pemprov DKI Jakarta. Adapun data hingga triwulan II masih

menunjukkan kinerja yang cukup baik dengan adanya peningkatan dibandingkan periode

yang sama di 2011.

Grafik III.5

Realisasi Anggaran Pemerintah

0

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012

Persentase Realisasi PAD (rhs)

Persentase Realisasi Belanja Modal (rhs)

Persentase Realisasi Total Belanja (rhs)

Grafik III.6

Pertumbuhan Konsumsi Semen & Produksi

Kendaraan Bermotor

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9

2009 2010 2011 2012

%, yoy

gProduksi Kendaraan g.Kons Semen Jkt

Page 31: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

25

Grafik III.7

Pertumbuhan Investasi

0

10

20

30

40

50

60

0

1

2

3

4

5

6

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010

Milyar USD

Realisasi FDI Realisasi Investasi Domestik gKredit Investasi (rhs)

Grafik III.8

Perkembangan Properti

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

70%

75%

80%

85%

90%

95%

100%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2008 2009 2010 2011 2012

gStok Kantor Sewa gStok Ritel Sewa Okupansi Kantor Sewa

Okupansi Ritel Sewa Okupansi Apartemen sewa

Investasi di DKI Jakarta diprakirakan tetap tumbuh meningkat di Tw III 2012 sejalan

dengan mengalirnya dana investasi asing dan masih kuatnya permintaan domestik.

Investasi bangunan diyakini masih cukup kuat walaupun telah ada kebijakan terkait down

payment dan loan to value ratio (LTV) untuk menjaga pasar properti dari risiko bubble.

Kebijakan Bank Indonesia tersebut belum terlalu terlihat dampaknya dan diprakirakan akan

mempengaruhi pasar properti hunian kelas atas dan terutama investor. Namun demikian

untuk properti komersial yaitu ruang ritel dan perkantoran, permintaan tetap kuat sehingga

kenaikan harganya cenderung tinggi karena stoknya relatif terbatas khususnya untuk

daerah utama bisnis. Masih tingginya investasi bangunan juga terlihat dari konsumsi semen

yang naik cukup tajam setelah melewati masa libur Lebaran. Sedangkan investasi non

bangunan yang juga diprakirakan dalam tren meningkat adalah di sektor transportasi dan

komunikasi, perdagangan dan jasa sejalan dengan masih kuatnya perekonomian terutama

konsumsi domestik.

Grafik III.9

Nilai Ekspor dan Impor Jakarta

(60.000)

(40.000)

(20.000)

-

20.000

40.000

60.000

2010 2011 2012

juta USD

JAKARTA

(60.000)

(40.000)

(20.000)

-

20.000

40.000

60.000

2010 2011 2012

juta USD

JAWA

Grafik III.10

Arus Bongkar Muat Barang Tg. Priok

(30)

(20)

(10)

0

10

20

30

40

50

60

12345678910111212345678910111212345678910111212345678910111212345678

2008 2009 2010 2011 2012

%,yoy CMA g.Bongkar g.Muat

Di Triwulan III 2012, ekspor non migas Jakarta semakin menunjukkan perlambatan yang

cukup signifikan seiring dengan penurunan permintaan global. Penurunan permintaan

akibat ketidakpastian ekonomi di negara maju telah berdampak pada kinerja negara Asia

terutama China dan India yang merupakan salah satu mitra dagang terbesar produk Jakarta.

Walaupun telah ada upaya mengalihkan ekspor ke Afrika dan Timur Tengah, namun nilai

Page 32: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

26

ekspor khususnya ekspor manufaktur Jakarta tetap menunjukkan indikasi kuat adanya

penurunan yang cukup signifikan. Nilai ekspor non migas melalui DKI Jakarta pada bulan

Agustus 2012 menurun 17,13 persen (mtm) dan bila dibandingkan dengan nilai ekspor pada

perode yang sama tahun 2011 terjadi penurunan sebesar 14,61 persen. Sedangkan nilai

ekspor produk Jakarta menurun 22,89 persen (mtm) dan lebih rendah 27,17 persen

dibandingkan nilai ekspor pada periode yang sama di 2011. Penurunan ekspor manufaktur

Jakarta terutama pada produk kendaraan dan bagiannya, mesin dan peralatan listrik.

Penurunan ekspor juga terindikasi dari data arus bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok

yang terus menurun.

Di tengah semakin menurunnya ekspor yang cukup tajam di Agustus 2012, impor melalui

Jakarta juga mengalami koreksi. Volume impor bahan baku, barang modal dan barang

konsumsi melambat sepanjang Tw III. Penurunan impor bahan baku dan barang modal

memberikan indikasi adanya rasionalisasi pelaku ekonomi dalam mengantisipasi

melemahnya permintaan ekspor. Hal ini terlihat dari jenis impor yang menurun tajam

adalah impor kendaraan dan bagiannya, mesin dan peralatan listrik serta besi dan baja.

Walaupun secara nilai, impor melalui DKI Jakarta pada bulan Agustus 2012 menurun

27,14% (mtm) atau 11,69% (yoy), masih terjadi defisit perdagangan di Jakarta mengingat

penurunan nilai ekspor yang jauh lebih dalam. Impor bahan baku terutama dari produk

kendaraan dan bagiannya (spare parts), bahan kimia, besi dan baja serta barang plastik.

Sektor konstruksi Jakarta diprakirakan tumbuh meningkat seiring dengah masih

tingginya permintaan pasar properti. Pembangunan fisik konstruksi di Jakarta pada Tw III

didominasi oleh proyek komersial yang didorong oleh tingginya permintaan terutama

ruang ritel dan kantor sewa serta hunian kelas menengah. Tingginya permintaan disebabkan

oleh terjaganya kondisi perekonomian dan lapangan pekerjaan di Jakarta yang mampu

meningkatkan daya beli masyarakat untuk melakukan pembelian properti baik di pasar

primer maupun sekunder. Ekspansi korporasi baik perusahaan domestik maupun asing

juga menjadi faktor pendorong tingginya permintaan terutama ruang perkantoran dan

hunian apartemen. Dengan semakin tingginya permintaan pada properti komersial, harga

I II IIIP IVP

Pertanian 0.3 1.7 0.8 0.5 0.9 -1.1 1.0 0.5

Pertambangan dan penggalian -4.3 1.5 8.6 -1.1 -1.1 1.9 0.4 0.0

Industri pengolahan 0.1 3.6 2.4 1.5 4.0 4.0 4.1 3.4

Listrik gas dan air bersih 4.6 5.6 4 3.8 3.8 5.1 5.4 4.5

Konstruksi 6.2 7.1 7.9 6.2 6.2 6.3 7.4 6.8

Perdagangan, hotel dan restoran 4.0 7.3 7.4 7.0 7.2 6.9 6.6 7.0

Pengangkutan dan komunikasi 15.6 14.8 13.9 13.7 12.5 13.0 13.4 13.1

Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan 4.0 4.2 5 5.1 5.3 5.1 5.3 5.2

Jasa - jasa 6.5 6.6 6.9 7.8 7.8 6.6 6.3 7.2

JAKARTA 5.0 6.5 6.7 6.4 6.7 6.6 6.6 6.6

Sumber: BPS (diolah)P Angka perkiraan Bank Indonesia

20122012P2011Wilayah/Kawasan 2009 2010

Page 33: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

27

sewa maupun jual juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Kondisi ini pada

akhirnya memicu pengembang untuk terus mengembangkan berbagai proyek properti baru.

Adapun dampak dari semakin maraknya pengembangan proyek properti komersial adalah

semakin membumbungnya nilai tanah di Jakarta dan utilisasi infrastruktur diatas kapasitas

terpasangnya. Selain dua proyek jalan layang non tol Antarsari dan Casablanca yang sedang

diselesaikan, pembangunan fisik proyek-proyek infrastruktur yang telah direncanakan

belum seluruhnya dimulai di triwulan berjalan.

Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran diprediksi akan tumbuh melambat terkait

dengan menurunnya kinerja subsektor pariwisata di triwulan III 2012. Pertumbuhan

subsektor perdagangan masih terjaga didukung oleh kuatnya konsumsi domestik dan tetap

positifnya ekspektasi kegiatan usaha. Selain itu aktivitas kegiatan perdagangan juga

meningkat kuat pada masa bulan puasa dan menjelang Lebaran sesuai pola musimannya.

Namun demikian, di subsektor pariwisata yang memiliki keterkaitan dengan tingkat

pendapatan hotel dan restoran diprediksi melambat terkait dengan menurunnya jumlah

kunjungan di masa libur Lebaran dimana aktivitas perekonomian tidak berjalan secara

optimal dan penyelenggaraan berbagai event di Jakarta juga sangat terbatas. Berdasarkan

data BPS, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Jakarta melalui 3 pintu masuk

(Soekarno–Hatta, Tanjung Priok, dan Halim Perdanakusumah) pada bulan Agustus 2012

menurun sebesar 26,16%(mtm) atau lebih rendah 1,86% (yoy).

Sektor Industri diprakirakan akan tumbuh stabil sejalan dengan terjaganya kondisi

penyerapan domestik. Walaupun terjadi perlemahan ekspor yang cukup tajam di Tw III

2012, namun kinerja sektor industri di Jakarta yang ditopang oleh ekspor kendaraan

bermotor, mesin dan peralatan listrik diyakini dapat dijaga dengan masih kuatnya

penyerapan domestik dan potensi diversifikasi pasar ekspor. Beberapa insiatif telah

dilakukan secara simultan oleh instansi Pemprov DKI Jakarta seperti Dinas UMKM dan

Perdagangan serta Badan Penanaman Modal dan Promosi untuk memperkenalkan produk

Jakarta baik ke pasar luar negeri maupun dalam negeri.

B. INFLASI

Inflasi Jakarta pada triwulan III 2012 dalam tren meningkat dipicu oleh kenaikan harga

beberapa komoditas pangan, jasa angkutan dan emas perhiasan. Peningkatan inflasi di

triwulan berjalan terutama disebabkan oleh kenaikan harga bahan pangan pada masa puasa

dan perayaan Lebaran di Jakarta. Selain itu, sesuai pola musimannya, tarif jasa angkutan

antar kota mengalami kenaikan pada periode mudik Lebaran. Namun demikian, tingkat

inflasi selama masa puasa dan Lebaran di Jakarta masih lebih rendah dibandingkan periode

yang sama di 2011. Hal tersebut dipengaruhi oleh inflasi dari kelompok inti yang

menunjukkan tren penurunan walaupun terjadi kenaikan harga emas perhiasan yang cukup

signifikan sebagai dampak eksternal. Demikian juga dengan inflasi kelompok administered

prices yang mengalami tekanan terkait dengan kenaikan beberapa tarif jasa angkutan, bahan

bakar bensin non subsidi dan tarif cukai rokok.

Page 34: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

28

Peningkatan inflasi dari kelompok volatile foods terutama dipicu oleh kenaikan harga

yang cukup signifikan pada komoditas daging sapi dan kenaikan harga kedelai di tingkat

global menjelang Lebaran di bulan Agustus 2012. Kebutuhan atas bahan pangan terutama

daging di Jakarta pada masa puasa dan menjelang Lebaran telah memicu kenaikan harga

yang jauh lebih tinggi dibandingkan periode puasa dan Lebaran di 2011. Terbatasnya kuota

impor dan pasokan daging yang dikuasai oleh PD Dharma Jaya (BUMD Provinsi DKI

Jakarta) serta kebutuhan industri merupakan faktor penyebab kenaikan harga daging

terutama daging sapi. Hingga dua minggu setelah Lebaran, harga daging sapi masih dalam

level yang cukup tinggi. Selain itu pada periode Lebaran 2012 juga terjadi kenaikan harga

kedelai sebagai dampak global yang berpengaruh pada harga tempe dan tahu di Jakarta.

Adapun harga beras dapat dijaga relatif stabil di bulan Agustus dan September didukung

oleh pasokan yang memadai.

Tekanan inflasi inti Jakarta terutama berasal dari kenaikan harga emas perhiasan.

Kenaikan harga emas di bulan September merupakan yang tertinggi sepanjang 6 bulan

terakhir. Kenaikan yang sangat signifikan tersebut merupakan dampak dari faktor global

terutama adanya kebijakan Quantitative Easing (QE) III The Fed. Emas menjadi komoditas

yang kembali diburu sebagai safe haven bagi investor yang mengkuatirkan pemulihan

ekonomi di negara-negara maju. Peningkatan pembelian emas sebagai investasi juga

diprakirakan meningkat mengingat penurunan harga emas yang cukup tajam terjadi pada

periode sebelum Lebaran.

Grafik III.11

Inflasi Kawasan Jakarta Grafik III.12

Ekspektasi Perubahan Harga

(8.00)

(3.00)

2.00

7.00

12.00

17.00

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9

2009 2010 2011 2012

%,yoy

Inflasi IHK Core

Adm Price Volatile Foods

Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan sub kelompok)

100

120

140

160

180

200

220

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9

2009 2010 2011 2012

Indeks

Konsumen Perubahan harga umum 3 bulan yad

Konsumen Perubahan harga umum 6 bulan yad

C. ASESMEN PERBANKAN

Berdasarkan data terkini (hingga Agustus 2012), kondisi perbankan Jakarta pada triwulan

laporan menunjukkan perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Fungsi

intermediasi perbankan yang tercermin pada penyaluran kredit perbankan mengalami

penurunan sejalan dengan perlambatan ekonomi. Pada Juli 2012, pertumbuhan kredit

mencapai sekitar 28%(yoy) dan pada Agustus turun menjadi 24,2%(yoy). Penurunan kredit

terutama terjadi pada kredit modal kerja yang diperuntukkan untuk kegiatan produksi

dengan orientasi ekspor. Berdasarkan penggunaannya, kredit modal kerja melambat dari

Page 35: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

29

sekitar 20%(yoy) di Juli menjadi 14,9%(yoy) di Agustus. Kredit investasi juga melambat dari

14,8%(yoy) di Juli menjadi 13,8%(yoy) di Agustus. Pertumbuhan investasi yang didanai

dengan kredit terutama untuk kegiatan investasi yang berorientasi pada pasar domestik

yang masih cukup kuat. Sementara itu, kredit konsumsi mengalami kenaikan dari 5,1%(yoy)

di Juli menjadi 6,2%(yoy) di Agustus. Hal tersebut juga memberikan indikasi masih kuatnya

konsumsi rumah tangga di Jakarta. Berdasarkan sektoralnya, kredit sektor konstruksi tetap

mengalami pertumbuhan sebesar 17,8% (yoy) di Agustus 2012 yang disebabkan oleh masih

kuatnya permintaan properti di Jakarta. Sedangkan kredit sektor utama Jakarta yaitu sektor

industri manufaktur, perdagangan, transportasi dan komunikasi mengalami penurunan di

Tw III 2012 yang merupakan gambaran dari Perekonomian Jakarta yang diprakirakan

mengalami perlambatan. Dana Pihak Ketiga (DPK) mengalami peningkatan dibandingkan

periode sebelumnya walaupun secara persentase cukup kecil. Hingga Agustus 2012, DPK

perbankan Jakarta mengalami peningkatan pertumbuhan mencapai 0,5% (yoy). Adapun

rasio kredit bermasalah mengalami penurunan menjadi sebesar 1,92% di Agustus 2012 yang

menunjukkan belum adanya dampak perlambatan ekonomi terhadap tingkat pengembalian

kredit di Jakarta.

Grafik III.13

Perkembangan Penggunaan Kredit Kawasan

Jakarta

Grafik III.14

Perkembangan Kredit Sektor Utama Kawasan

Jakarta

-30.00

-20.00

-10.00

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

2009 2010 2011 2012

Kredit Konsumsi Kredit Investasi Kredit Modal Kerja

-30.00

-20.00

-10.00

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 910 11 12

1 2 3 4 5 6 7 8 910 11 12

1 2 3 4 5 6 7 8

2009 2010 2011 2012

Kredit Industri Manufaktur Kredit Konstruksi

Kredit Perdagangan Kredit Transportasi & Komunikasi

D. PROSPEK PEREKONOMIAN

Prospek perekonomian Jakarta di triwulan IV 2012 diperkirakan relatif stabil di kisaran

6,6% (yoy). Kinerja ekspor Jakarta diperkirakan masih belum akan pulih dalam jangka

pendek mengingat ketidakpastian ekonomi global yang masih akan berlanjut hingga 2013

sesuai proyeksi beberapa lembaga internasional. Namun yang perlu lebih diwaspadai

adalah perlambatan ekonomi dari mitra dagang di Asia terutama China. Perlemahan

ekonomi China diyakini akan terus berlangsung hingga akhir 2012 dimana pada triwulan II

2012, pertumbuhan GDP China hanya mencapai 7,6%. Sementara itu perekonomian

Singapura yang merupakan salah satu mitra dagang utama dan investor terbesar juga

mengalami kontraksi sebesar 1,5% di triwulan III 2012 berdasarkan data yang baru dirilis.

Menurunnya permintaan akibat melambatnya ekonomi di negara emerging market lainnya

turut memberikan dampak pada kinerja sektor manufaktur Jakarta yang berorientasi pada

ekspor. Investasi memegang peran penting ke depan untuk mengkompensasi dampak

Page 36: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

30

perlambatan ekspor. Perlu adanya upaya untuk mendorong investasi di sektor infrastruktur

dan industri berbasis teknologi untuk mengoptimalkan kualitas tenaga kerja yang lebih baik

di Jakarta. Dalam kaitan itu diharapkan adanya peningkatan sinergi antara

Kementerian/Lembaga (K/L) terkait dan Pemprov DKI Jakarta dalam menyelesaikan

permasalahan investasi infrastruktur di Jakarta. Konsumsi domestik diprediksi masih

berpotensi untuk tumbuh lebih tinggi sejalan dengan terjaganya kondisi makro ekonomi,

ketersediaan lapangan kerja dan meningkatnya pendapatan. Keyakinan dan ekspektasi

masyarakat Jakarta terhadap perekonomian secara umum masih cukup kuat di tengah

ketidakpastian ekonomi global. Konsumsi pemerintah diprakirakan akan tumbuh

meningkat di triwulan IV 2012 dengan adanya komitmen penyerapan anggaran yang

optimal di DKI Jakarta.

Di sisi sektoral, pertumbuhan sektor non tradable Jakarta diprakirakan akan tetap kuat di

triwulan IV 2012 khususnya di sektor Konstruksi, sektor Pengangkutan dan Komunikasi

dan sektor Jasa Keuangan. Tingginya permintaan terutama untuk properti hunian

komersial (apartemen sewa) dipicu oleh terbatasnya pasokan dan semakin besarnya minat

untuk tinggal di bangunan apartemen di pusat kota untuk menghindari kemacetan. Harga

sewa apartemen khususnya di daerah segitiga emas Jakarta meningkat cukup tajam. Selain

itu, investasi di properti juga memiliki imbal balik yang relatif lebih tinggi dibandingkan

dengan investasi lainnya. Selain pendapatan sewa, investor juga mengharapkan adanya

kenaikan nilai properti terkait dengan semakin tingginya nilai lahan di pusat kota Jakarta.

Investor baik asing maupun domestik juga melihat prospek yang cukup besar dari bisnis

perkantoran sewa dan strata title serta ruang ritel komersial. Hal ini didukung oleh masih

tingginya aktivitas perdagangan dan jasa sejalan dengan terjaganya konsumsi domestik.

Dengan adanya peningkatan kegiatan perdagangan dan investasi baik dari sumber

domestik maupun asing, diyakini sektor jasa terutama jasa keuangan akan tumbuh

meningkat sejalan dengan meningkatnya aliran modal masuk portofolio. Makin

bergairahnya pasar keuangan terlihat dari peningkatan kapitalisasi di pasar modal serta

IHSG yang telah berada di atas level 4000. Prospek pasar modal ke depan masih positif

seiring dengan terjaganya fundamental perekonomian akan semakin menarik aliran dana

terutama dari sumber asing.

Perkembangan inflasi pada triwulan IV 2012 diperkirakan masih terkendali walaupun

beberapa risiko perlu tetap dicermati. Terjaganya inflasi didukung ketersediaan pasokan,

kembalinya permintaan pada level yang normal paska Lebaran dan berakhirnya musim

kemarau di beberapa daerah sentra produksi, serta pengaruh dari perkembangan harga

global yang cenderung menurun. Karakteristik Jakarta sebagai daerah konsumen yang

mengandalkan pasokan dari luar daerah Jakarta menyebabkan inflasi Jakarta sangat

dipengaruhi oleh kelancaran pasokan dan distribusi berbagai bahan kebutuhan pokok.

Perkembangan pergerakan inflasi Jakarta yang dalam beberapa waktu terakhir cenderung

mengalami tren yang meningkat perlu menjadi perhatian. Hal ini karena besarnya bobot

kota Jakarta dalam pembentukan basket inflasi IHK secara nasional maka upaya lanjutan

untuk menjaga tetap rendahnya inflasi di Jakarta menjadi penting dalam mendukung

pencapaian sasaran inflasi nasional.

Page 37: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

31

Page 38: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

32

Bab IV

Perekonomian Kawasan Jawa

A. PERTUMBUHAN EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi Kawasan Jawa diperkirakan mengalami peningkatan dari 6,57%

(yoy) menjadi 6,75%. Tibanya tahun ajaran baru, bulan puasa dan Lebaran pada triwulan

yang sama menjadi pemicu penggerak perekonomian pada periode laporan. Masih

berlanjutnya krisis Eropa turut berpengaruh pada transaksi perdagangan luar negeri

Kawasan Jawa, dengan melemahnya nilai ekspor ke kawasan ASEAN. Berdasarkan wilayah,

peningkatan pertumbuhan tersebut terjadi diketiga wilayah, dengan kenaikan tertinggi

secara berurutan pada wilayah Jawa Bagian Barat, Jawa Bagian Timur dan Jawa Bagian

Tengah. Pada triwulan III-2012, pertumbuhan ekonomi di tiga kawasan tersebut masing-

masing diperkirakan sebesar 6,43% (yoy), 7,34% (yoy) dan 6,41% (yoy).

Dari sisi permintaan, penggerak kegiatan perekonomian utamanya berasal dari konsumsi

rumah tangga seiring meningkatnya kegiatan belanja masyarakat pada saat Tahun Ajaran

Baru, bulan Puasa dan Lebaran. Sebaran periode konsumsi dilakukan pada bulan Juli dan

Agustus, sesuai dengan momentumnya masing-masing. bertambahkanya jumlah rumah

tangga ekonomi kelas menengah menjadi target pasar banyak produsen dunia. Didukung

adanya inisiatif pemerintah pusat dan daerah dalam memperbaiki layanan perijinan,

mendorong peningkatan investasi di berbagai daerah di Kawasan Jawa. Respon ini tidak

hanya berasal dari pelaku usaha luar negeri namun juga dalam negeri, seiring semakin

banyaknya jumlah perusahaan konglomerasi domestik. Dari sisi penawaran, sektor industri

pengolahan merespon lonjakan permintaan dengan meningkatkan kapasitas produksinya

sejak awal triwulan. Selanjutnya, sebagai sektor hilir dari produk industri pengolahan,

transaksi sub sektor perdagangan besar tercatat meningkat signifikan. Penjualan tertinggi

didominasi oleh penjualan produk tekstil, alas kaki dan makanan minuman olahan, sesuai

dengan kebutuhan utama kelompok rumah tangga saat itu. Selain itu, tibanya musim panen

beberapa komoditas pada bulan Juli dan Agustus turut mendorong kinerja sektor pertanian

pada periode laporan.

Tingkat pendapatan masyarakat domestik yang terus membaik turut mempengaruhi daya

beli kelompok rumah tangga, sehingga pada akhirnya mendorong Konsumsi Rumah

Tangga yang diperkirakan meningkat dari 5,16% (yoy) menjadi 6,22%. Selain itu,

momentum tahun ajaran baru, bulan puasa dan lebaran turut menjadi pemicu

meningkatnya kebutuhan masyarakat pada periode laporan, sehingga diperkirakan puncak

konsumsi rumah tangga terjadi pada triwulan ini. Dari sisi pembiayaan, diperoleh informasi

bahwa pencairan gaji ke-13 Pegawai Negeri Sipil (PNS) dilakukan pada bulan Juli dan

Agustus. Ditambah dengan insentif umum pada saat Lebaran berupa Tunjangan Hari Raya

(THR) semakin meningkatkan daya beli masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya.

Indikator pembiayaan perbankan pun mengindikasikan hal serupa dengan meningkatnya

penyaluran kredit konsumsi dari 22,15% (yoy) menjadi 22,52%.

Page 39: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

33

Meningkatnya realisasi proyek pemerintah di bidang infrastruktur turut mempengaruhi

kinerja belanja pemerintah yang mengalami peningkatan dari 4,96% (yoy) menjadi 7,17%.

Dalam hal pembangunan infrastruktur, salah satu program Pemerintah Provinsi di Kawasan

Jawa adalah pembiayaan kepada kota/kabupaten sebesar Rp1 miliar per kecamatan untuk

pembangunan infrastruktur melalui program PNPM Mandiri. Selain itu, belanja untuk

hibah dan bansos pun mengalami peningkatan. Anggaran belanja modal pemerintah

daerah pada umumnya dialokasikan untuk investasi dan pembelian peralatan/mesin,

pembangunan jalan, irigasi dan jaringan serta bangunan/gedung. Nilainya pada tahun 2012

mengalami peningkatan, namun berdasarkan proporsinya, alokasi anggaran belanja modal

menunjukkan tren menurun dari tahun ke tahun. Realisasi belanja modal pemerintah daerah

tertinggi dilakukan untuk investasi peralatan dan mesin sebesar 33%, pembangunan jalan,

irigasi dan jaringan (29%) serta pembangunan gedung dan bangunan sebesar 27%

Kegiatan investasi sektor swasta masih menunjukkan peningkatan, yaitu diperkirakan

tumbuh sebesar 9,71% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II

2012 sebesar 9,20% (yoy). Berdasarkan data yang dihimpun di masing-masing wilayah, nilai

realisasi investasi pada Kawasan Jawa hingga semester I-2012 telah mencapai Rp. 184,42

triliun atau 62,92% dari total target sebesar Rp. 293,12 triliun. Untuk investasi PMA

terealisasi sejumlah US$ 4,83 milyar (65% dari investasi 2011) dan PMDN sebesar Rp.

164,38 triliun (59% dari investasi 2011). Hasil liaison mengindikasikan adanya penambahan

investasi sektor swasta yang terdiri dari :

a. Pembangunan gedung, perluasan area usaha, serta penambahan fasilitas pada sektor

Perdagangan, Hotel & Restoran subsektor Perdagangan Besar & Eceran dan

subsektor Hotel; sektor Industri Pengolahan subsektor Tekstil, Barang kulit & Alas

kaki; serta sektor Jasa-jasa;

b. Pengadaan mesin untuk menunjang operasional dan inovasi produk di sektor

Industri Pengolahan subsektor Tekstil, Barang kulit & Alas kaki; subsektor Makanan,

Minuman & Tembakau; dan subsektor Kimia & Barang dari karet;

c. Investasi untuk mendukung program pemasaran, revitalisasi aset, dan

keandalanjaringan pada subsektor Listrik;

d. Investasi armada transportasi pada subsektor Pengangkutan; dan

e. Investasi pembelian ternak sapi maupun bibit ayam/ DOC (Day Old Chicken) pada

subsektor Peternakan & hasilnya.

f. Industri Karet di wilayah Banten membangun pabrik untuk penambahan kapasitas

produksi ban jenis kendaraan truk dan bus dengan target kapasitas terpasar sekita

1.500 – 2.000 unit ban per hari. Total belanja modalnya diperkirakan mencapai USD

150 juta hingga tiga tahun mendatang.

Page 40: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

34

Grafik 1.5.

Realisasi Investasi Kawasan Jawa

Sumber: BKPM, diolah

Masih berlanjutnya krisis Eropa berdampak pada pelemahan ekonomi di kawasan Asia.

Kondisi ini tidak hanya mempengaruhi kinerja perdagangan kawasan Jawa dengan Eropa

namun juga dengan Cina dan negara ASEAN. Namun demikian, kinerja ekspor hasil olahan

industri di Kawasan Jawa diperkirakan masih tumbuh cukup tinggi yakni berada pada level

9,92% (yoy) atau tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya (7,71% yoy), yang

diperkirakan didorong oleh kegiatan perdagangan antar pulau. Hingga saat ini, pusat

produksi consumer goods masih terpusat di Kawasan Jawa, sehingga tidak heran manakala

momentum tahun ajaran baru, bulan puasa dan lebaran terjadi hampir bersamaan, maka

kegiatan perdagangan antar pulau meningkat signifikan.

Hasil tracking atas kinerja perdagangan luar negeri Kawasan Jawa hingga Agustus 2012

menunjukkan adanya perlambatan dari sebelumnya 20,25% (yoy) menjadi -0,70% (yoy).

Perlambatan ini utamanya didorong oleh melemahnya nilai transaksi ekspor ke Kawasan

Asia hingga mencapai -14% (yoy), sedangkan ekspor ke Kawasan Eropa Amerika Serikat

mengalami perbaikan masing – masing sebesar -2% (yoy) dan 0,9%. Data perkembangan

ekspor Jawa sejak Januari sampai dengan Agustus 2012 menunjukkan komoditas utama

ekspor di Kawasan Jawa yang mengalami penurunan terbesar adalah hasil industri Kimia

sebesar -19% (yoy), tekstil & TPT (-6%), elektronik (-3%). Namun, di lain sisi, diperoleh

informasi bahwa produk furniture Kawasan Jawa tumbuh membaik sebesar 16% (yoy).

Berdasarkan hasil liaison,kegiatan pengiriman ekspor furniture dari Jawa Bagian Tengah ke

Eropa dan Amerika Serikat terus mengalami perbaikan, seiring membaiknya kualitas

produk serta upaya Pemerintah Daerah dalam mempermudah pengusaha untuk

memperoleh Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) sehingga tidak menganggu proses

produksi dan menambah biaya.

2.131 2.0363.030

3.3463.236

6.011

3.439

429 102

15291 64

177

207384 1.690

457 422 1.769

1.312

1.194

14%

134%

82%

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 (s.d Tw II)

Jabagtim Jabagteng JabagbargJabagbar gJabagteng gJabagtim

(US$ Milyar) (%, yoy)

2.131 2.0363.030

3.3463.236

6.011

3.439

429 102

15291 64

177

207384 1.690

457 422 1.769

1.312

1.194

14%

134%

82%

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 (s.d Tw II)

Jabagtim Jabagteng JabagbargJabagbar gJabagteng gJabagtim

(US$ Milyar) (%, yoy)

Page 41: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

35

Tabel 1.3 Perkembangan Ekspor Kawasan Jawa Triwulan III-2012

Mengantisipasi penurunan kinerja ekspor, beberapa Pemda di Jawa dan bersama dengan

pelaku usaha melakukan beberapa upaya antara lain:

Hingga Agustus 2012, kinerja ekspor ke negara Afrika Selatan, Australia, ASEAN dan

Asia Timur mengalami peningkatan. Tren ini mengindikasikan bahwa strategi diversifikasi

negara tujuan selain Eropa dan Amerika Serikat mulai membuahkan hasil, meskipun

besaran nilainya masih belum terlalu besar dibandingkan negara tujuan utama ekspor.

Hingga Agustus 2012, ekspor produk Kawasan Jawa ke Afrika Selatan tumbuh sebesar 40%

(yoy) dan Australia sebesar 14% (yoy).

Meningkatnya permintaan domestik pada periode laporan memicu kenaikan kinerja

Sektor Industri Pengolahan dari 10,45% (yoy) menjadi 11,04% (yoy). Tibanya momentum

Tahun Ajaran Baru, bulan Puasa dan Lebaran pada triwulan yang sama menjadi pendorong

utama meningkatnya konsumsi masyarakat. Berdasarkan hasil liaison yang dilakukan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Kawasan Jawa, diperoleh informasi bahwa pelaku

usaha pada sektor Industri Pengolahan telah bersiap meningkatkan kapasitas produksinya

terutama pada barang elektronik, tekstil dan makanan minuman olahan. Tidak hanya itu,

diperoleh informasi juga adanya pertumbuhan produksi mobil di wilayah Jawa Bagian Barat

rata-rata sebesar 9,7% (yoy) selama triwulan III-2012. Namun demikian, masih terdapat

52% 54% 56% 55%

18% 17% 16% 16%

19% 17% 17% 16%

11% 11% 11% 13%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

2009 2010 2011 2012

OTHERS EUROPE USA ASIA

3,73 5,35

4,35

5,49

6,78

6,39

2,95 2,96 2,87

2,10 2,29 2,66 49,34

43,35

(18,74)

21,58 23,43

(5,74)

25,41

0,28 (2,98)

24,20

8,92

16,11

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

0,0

0,2

0,4

0,6

0,8

1,0

2010 2011 2012

Furniture Elektronik Tekstil & TPT KimiagKimia gTekstil&TPT gElektronik gFurniture

(USD)

24%

11%

1%

20%15%

-7%

37%

24%

-2%

27%25%

13%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

gUSA gEUROPE

gASIA gOTHERS

Grafik Nilai Ekspor Jawa Grafik Ekspor Komoditas Utama Jawa

Wila yah

Komoditas Utama

Negara Tujuan

KebijakanPemerintah Daerah

StrategiPelaku Usaha

Barat Elektronika; Tekstil &

TPT

AS,ASEAN, Jepang

1. Insentif pajak u/ industri elektronika & tekstil.2. Pengembangan pusat tekstil di Kab.Sumedang.3. Restrukturisasi mesin tekstil.

1. Ekspansi Pabrik.2. Promosi LN.3. Kerjasama dg LN u/ peningkatan mutu

Tengah Pakaian Jadi;

Furniture

AS,Jepang

1. Fasilitas pendampingan masalah dumping & safeguard tekstil (Disperindag Jateng).

2. Sosialisasi & Pendampingan u/ memperoleh Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK).

3. Pameran LN & DN (IFFINA-Pameran Internasional Furniture).

1. Diversifikasi Negara Tujuan.2. Mengikuti pameran LN & DN.

Timur Mamin;Logam; Kimia,

Furniture

AS,Jepang, ASEAN

1. Insentif pajak pada industri logam.2. Revitalisasi industri furniture (rotan).3. Peningkatan mutu barang.4. Diversifikasi Negara Tujuan ke Timteng & Afsel.5. Memperkuat perdagangan DN dg pendirian atase perdagangan

1. Diversifikasi Negara Tujuan.2. Mengikuti pameran LN & DN.

Page 42: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

36

beberapa industri yang kesulitan untuk meningkatkan kapasitas produksinya karena

kesulitan memperoleh bahan baku, diantaranya yaitu industri mebel rotan di Cirebon.

Untuk mengatasi permasalahan ini, Disperindag Kab. Cirebon telah mengajukan draft nota

kesepahaman kepada Pemkab Katingan, Kalimantan Tengah perihal suplai bahan baku

rotan mentah. Apabila nota kesepahaman tersebut telah berjalan, diperkirakan akan masuk

pasokan rotan mentah sebanyak 70 ton per bulan dari total kebutuhan 500 ton per bulannya.

Grafik 1.8 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Tw.III-2012

Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) mengalami peningkatan pertumbuhan

dari 10,45% (yoy) menjadi 11,04% atau menyumbang pertumbuhan ekonomi sebesar

2,80% (yoy). Selain itu, melonjaknya konsumsi rumah tangga yang turut didukung oleh

peningkatan pendapatan dari gaji ke-13, tibanya tahun ajaran baru dan perayaan keagamaan

turut mendorong kinerja sektor ini. Di sisi lain, terjadi fenomena tingginya realisasi

penyelesaian pembangunan pusat perbelanjaan (mall), area rekreasi, hotel dan restoran

hampir di seluruh Kawasan Jawa juga turut mendorong pertumbuhan sektor PHR. Kondisi

tersebut juga diperkuat dengan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) di beberapa kota di

kawasan Jawa yang menunjukkan adanya kenaikan, khususnya untuk komoditas makanan

minuman dan pakaian.

Tibanya sebagian masa panen komoditas pangan pada triwulan III-2012 turut mendorong

pertumbuhan dari 1,47% (yoy) menjadi 1,86%. Beberapa komoditas yang tercatat mengalami

panen adalah jenis tanaman padi, tebu, tembakau, cabe merah dan bawang merah, dengan

masa panen pada bulan Juli dan Agustus. Berdasarkan informasi dari Jawa Bagian Tengah

yang mengandalkan sektor Pertanian sebagai salah satu mesin ekonominya, tercatat realisasi

produk pertanian hingga Agustus mengalami peningkatan sebesar 55,3% (yoy) atau

mencapai 721 ribu ton.

1,73

1,63

4,16

4,46

6,88

8,08

13,04

26,39

33,63

0,15

0,02

0,36

0,38

0,72

0,37

0,25

2,80

1,73

Andil Pert. ek (%)

Pangsa PDRB (%)

Page 43: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

37

B. INFLASI

Pada triwulan III-2012, secara umum tekanan inflasi kawasan Jawa masih terjaga

dikisaran sasaran inflasi nasional. Tercatat sebesar 0,02% (mtm) atau lebih rendah

dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 0,59% sehingga secara tahunan (yoy)

menjadi sebesar 4,64%. Berbeda dengan periode sebelumnya, inflasi kawasan Jawa periode

ini sedikit berada di atas inflasi nasional yang mencapai 0,01% (mtm). Kelompok Bahan

Makanan terutama pada komoditas non-beras masih mengalami inflasi terbesar pada

triwulan ini. Harga komoditas bumbu-bumbuan pada triwulan ini juga kembali

menunjukkan adanya kenaikan yang cukup tinggi. Selain itu, harga sayur-sayuran juga

mengalami kenaikan sehingga memberikan sumbangan terhadap inflasi. Pada triwulan ini,

Jawa Bagian Barat menyumbang inflasi tertinggi, atau mencapai 4,77% (yoy). Sebaliknya

terendah adalah Jawa Bagian Tengah yang mencapai 4,41% (yoy).

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Jawa

Berdasarkan disagregasi inflasi, kelompok Volatile Foods (VF) masih menjadi pendorong

kenaikan inflasi pada triwulan ini. Inflasi VF pada triwulan III 2012 mencapai 7,77%(yoy)

naik dari triwulan II-2012 yang mencapai 7,16% (yoy). Salah satunya dipengaruhi oleh

kondisi pasokan bahan pangan, terutama beras seiring berlalunya masa panen dan saat ini

masuk musim tanam kemarau. Risiko dampak musim kemarau yang panjang pada tahun

ini dapat mengakibatkan terjadinya kekeringan di beberapa daerah khususnya di pulau

Jawa dan hal ini dikhawatirkan akan mempengaruhi produksi padi khususnya dan

produksi komoditas pertanian pada umumnya. Selain itu, kenaikan harga komoditas

bawang dan kacang-kacangan juga turut memicu kenaikan inflasi pada kelompok ini,

seperti meningkatnya harga kedelai di pasar internasional mendorong kenaikan harga tahu

mentah dan tempe di pasar tradisional mengingat sebagian besar bahan baku yang

digunakan berasal dari kedelai impor. Sementara itu, komoditas lain pada triwulan ini yang

mengalami kenaikan harga yaitu komoditas daging-dagingan, terutama telur ayam ras dan

daging ayam ras mengalami kenaikan harga. Hal ini akibat tingginya permintaan

masyarakat terkait dengan maraknya hajatan memasuki bulan Ramadhan serta kebijakan

pemerintah membatasi pasokan daging impor. Penjualan makanan jadi juga merespon

kenaikan harga yang terjadi sebagai dampak lanjutan.

Jabagbar Jabagteng Jabagtim

4,1

4%

4,5

4%

4,6

3%

4,7

7%

4,4

1%

4,5

0%

II-12 III-12

3,09

4,64

5,57

6,736,53

5,19

3,95

3,48 3,59

4,33

4,64

3,43

5,05

5,80

6,966,65

5,54

4,61

3,793,97

4,53

4,31

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

7,0

8,0

I II III IV I II III IV I II III

2010 2011 2012

Jawa

Nasional

Page 44: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

38

Laju inflasi inti di Jawa pada triwulan ini meningkat, yakni dari 3,84% pada triwulan II-

2012 menjadi 4,12%. Kenaikan laju inflasi inti terutama disebabkan oleh kenaikan harga

makanan jadi seiring meningkatnya permintaan masyarakat pada saat momen lebaran.

Selain itu, tingginya biaya pendidikan memasuki tahun ajaran baru serta adanya kenaikan

harga emas perhiasan sebagai akibat kenaikan harga emas internasional juga mendorong

peningkatan laju inflasi inti di Kawasan Jawa. Sementara itu faktor lain yang mempengaruhi

tekanan inflasi inti adalah pelemahan nilai tukar Rupiah.

Kondisi serupa juga terjadi pada inflasi Administered Prices pada triwulan III 2012

cenderung meningkat. Tercatat inflasi administered prices di kawasan Jawa pada triwulan ini

mencapai 3,33% (yoy) naik dibanding triwulan II-2012 yang mencapai 3,06% (yoy).

Kenaikan biaya transportasi serta masih berlanjutnya penyesuaian kenaikan harga rokok

yang dilakukan secara bertahap terkait kebijakan pemerataan implementasi tarif cukai rokok

dalam satu tahun menjadi penyumbang inflasi pada kelompok ini.

C. ASESMEN PERBANKAN

Pada triwulan III 2012 (posisi bulan Agustus), fungsi intermediasi perbankan wilayah

Jawa tumbuh cukup baik dengan risiko kredit yang tetap terjaga rendah. Hal tersebut

tercermin dari pertumbuhan beberapa indikator utama kinerja perbankan di Jawa seperti

aset, penyaluran kredit, dan penghimpunan dana pihak ketiga yang tetap meningkat.

Performa kredit yang disalurkan yang tercermin dari rasio Non-Performing Loans (NPLs) di

wilayah Jawa juga masih dapat dijaga pada level dibawah 5%.

Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) mengalami pertumbuhan yang cukup baik

yaitu mencapai 21,42% (yoy). Demikian juga dengan penyaluran kredit perbankan di

wilayah Jawa yang mencapai 25,01% (yoy). Hal tersebut mendorong Fungsi intermediasi

Perbankan di Jawa berjalan dengan baik yang tercermin dari tingkat Loans to Deposit Ratio

(LDR) yang berada pada posisi yang cukup tinggi yaitu mencapai 84%. Kondisi ini membaik

dibandingkan triwulan II/2012 yang hanya mencapai 80,6%. Hal ini menunjukkan bahwa

daya serap masyarakat terhadap kredit perbankan masih cukup tinggi.

Dilihat dari jenis penggunaan, kredit investasi mengalami pertumbuhan paling tinggi

sehingga mampu mendukung pertumbuhan investasi di Kawasan Jawa. Dengan pangsa

sebesar 12%, kredit investasi masih tumbuh tinggi, yakni sebesar 42,02% sedikit melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 43,8% (yoy). Demikian juga dengan

kredit modal kerja yang memiliki pangsa sebesar 50% mengalami pertumbuhan sebesar

23,06% (yoy) melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (30,3%). Penyaluran kredit di

Jawa sebagian besar telah disalurkan kepada sektor produktif sehingga mendukung dan

sinergi dengan pertumbuhan perekonomian daerah. Sementara dari sisi sektoral,

penyaluran kredit masih didominasi oleh sektor perdagangan (pangsa pasar sebesar 22,5%)

yang mengalami pertumbuhan kredit sebesar 23,04%. Pertumbuhan kredit tertinggi masih

dialami oleh sektor pertanian (pangsa pasar 2,05%) yang tumbuh sebesar 80,18% melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 90,7%. Tidak terdapat perubahan

signifikan terhadap komposisi kredit dari sisi sektoral di Kawasan Jawa. Berdasarkan skala

Page 45: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

39

usaha, penyaluran kredit masih didominasi oleh kredit kepada pelaku usaha skala besar

dengan komposisi 70% dari total kredit. Penyaluran kredit kepada pelaku usaha UMKM

masih didominasi oleh UMKM skala menengah dengan pertumbuhan sebesar 16,14% dan

pangsa pasar sebesar 42,76% dari total kredit UMKM.

Suku bunga kredit di Jawa terlihat secara bertahap mengalami penurunan seiring dengan

tren penurunan BI rate. Perkembangan yang menggembirakan terlihat pada penurunan

suku bunga perbankan, khususnya pada kredit konsumsi. Penurunan tersebut diperkirakan

terkait dengan penurunan BI rate yang telah dilakukan periode-periode sebelumnya serta

kebijakan publikasi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) sehingga meningkatkan persaingan

usaha secara sehat. Sementara itu, suku bunga kredit modal kerja dan kredit investasi

perbankan walaupun mengalami penurunan namun belum menunjukkan trend penurunan

yang signifikan. Hal ini antara lain karena bank menilai bahwa risiko kredit modal kerja dan

investasi masih cukup tinggi sehingga membebankan premi risiko yang cukup tinggi untuk

memitigasi terjadinya default.

Kinerja perbankan di Kawasan Jawa menunjukkan tingkat efisiensi yang cukup baik.

Hal ini tercermin dari BOPO dan NIM perbankan pada triwulan III/2012 yang mencapai

67,83% dan 9,56%. Nilai ini lebih baik dibandingkan dengan nasional (menggunakan data

triwulan II/2012) yang mencapai 74,68% dan 5,38%. Dengan perkembangan ini tingkat

profitabilitas perbankan di Kawasan Jawa cukup baik yang didukung oleh spread bunga

yang kompetitif serta tingkat efisiensi yang cukup baik.

D. PROSPEK PEREKONOMIAN

Seiring telah berlalunya puncak kegiatan ekonomi pada triwulan III-2012, ekonomi di

Kawasan Jawa pada triwulan IV-2012 diperkirakan tumbuh melambat yakni 6,61% (yoy).

Beberapa hal yang berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi pada periode laporan

antara lain kenaikan harga gas industri yang akan menekan pertumbuhan sektor Industri

Pengolahan dan perkiraan adanya pergeseran musim hujan di akhir tahun sehingga turut

berpengaruh pada kinerja sektor Pertanian pada triwulan IV-2012. Selain itu, masih

melambatnya kinerja ekspor-impor sebagai akibat dari ekonomi global yang belum pulih

dan mulai meluas pada perlambatan ekonomi di kawasan Asia.

Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Kawasan Jawa pada tahun 2012 diperkirakan

sebesar 6,6% (yoy), relatif stabil dibandingkan pertumbuhan tahun 2011 sebesar 6,6%

(yoy). Tingginya pertumbuhan sektor PHR dan sektor industri pengolahan dibanding tahun

sebelumnya diperkirakan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi di tahun 2012.

Sementara itu, dari sisi permintaan konsumsi rumah tangga masih akan menjadi pendorong

utama pertumbuhan, selain investasi.

Laju inflasi Kawasan Jawa pada triwulan IV 2012 diperkirakan berada pada kisaran 4,75%

+1%, lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan III 2012. Berdasarkan wilayahnya, tekanan

inflasi tertinggi berasal dari Jawa Bagian Tengah yang diproyeksikan mencapai 4,91% (yoy).

Tekanan inflasi diperkirakan masih berasal dari faktor musiman seperti Natal dan Tahun

Page 46: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

40

Baru yang turut mendorong kenaikan ekspektasi masyarakat terhadap inflasi menjadi lebih

tinggi. Selain itu, kekhawatiran atas terganggunya distribusi produk hortikultura semenjak

pemberlakuan kebijakan pengaturan impor per tanggal 25 September 2012 juga berpotensi

menekan inflasi dari kelompok volatile food. Berdasarkan data BMKG Nasional diperoleh

informasi bahwa diperkirakan terjadi pergeseran musim hujan yang berdampak pada

musim tanam, sehingga dikhawatirkan menganggu kestabilan harga bahan makanan dari

sisi suplai. Dari kelompok core inflation diperkirakan sumber tekanan berasal dari fluktuasi

nilai tukar dan potensi kenaikan harga emas internasional di akhir tahun. Namun tekanan

terhadap kelompok ini diperkirakan sedikit berkurang yang turut dipengaruhi oleh harga

komoditas internasional yang masih relatif stabil. Selanjutnya, dari kelompok administered

price diperkirakan masih relatif stabil seiring masih minimnya kebijakan pengaturan harga

pemerintah pada periode laporan, kecuali tren lanjutan kenaikan tarif cukai rokok dan

pengaruh kenaikan rencana kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) pada ekspektasi

masyarakat..

Hingga akhir tahun 2012, beberapa faktor risiko masih membayangi stabilitas perekonomian

regional. Perkembangan harga minyak dunia di pasar internasional dapat mendorong

kenaikan harga BBM pada akhir tahun. Selain itu, ekspektasi pelaku usaha atas keputusan

pemerintah menyesuaikan TTL dan pengaturan impor hortikultura diperkirakan berpotensi

menjadi faktor pemicu inflasi pada triwulan IV-2012. Dengan pertimbangan tersebut, maka

inflasi pada akhir 2012 diperkirakan berada pada kisaran 4,75% +1%.

Page 47: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

41

Bab V

Perekonomian Kawasan Timur Indonesia

A. PERTUMBUHAN EKONOMI

Perekonomian Kawasan Timur Indonesia (KTI) diperkirakan tumbuh meningkat dari

7,03% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 7,20% (yoy) pada triwulan III 2012.

Meningkatnya pertumbuhan terutama didorong oleh ekspansi perekonomian di Wilayah

Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua) dengan pertumbuhan diperkirakan mencapai

10,18% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,59% (yoy).

Sementara itu, wilayah Kalimantan dan Bali Nusa Tenggara (Balnustra) masing-masing

tumbuh 5,50% (yoy) dan 5,13% (yoy). Di sisi permintaan, konsumsi merupakan penopang

utama pertumbuhan ekonomi di triwulan III. Sementara di sisi penawaran, meningkatnya

pertumbuhan terutama didorong oleh meningkatnya kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan

Restoran (PHR) dan sektor Industri Pengolahan.

Tabel V.1.

Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Timur Indonesia (%, yoy)

Wilayah 2011

2011 2012

I II III IV I II IIIp

KTI 5.68 5.79 5.62 4.73 5.45 7.08 7.03 7.20

Kalimantan 4.16 4.45 5.08 5.79 4.88 6.12 5.62 5.50

Sulampua 8.76 8.77 7.18 4.16 7.14 9.87 9.59 10.18

Balnustra 3.34 2.97 3.61 2.88 3.20 3.34 5.15 5.13

Sumber : BPS, diolah

Keterangan : p) Angka Perkiraan Bank Indonesia

Sektor Pertambangan yang memiliki share 18% dalam komposisi PDRB KTI diperkirakan

tumbuh 5,13% (yoy), sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai

5,88% (yoy). Andil sektor ini terhadap pertumbuhan ekonomi di triwulan III diperkirakan

0,96%. Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja sektor ini antara lain penurunan

permintaan eksternal, khususnya komoditas batubara (yang merupakan komoditas ekspor

utama KTI dengan share 66% dari total ekspor), yang disebabkan oleh melimpahnya stok

batubara dunia akibat masuknya supply batubara dari Rusia dan penurunan permintaan dari

China, serta peralihan penggunaan gas untuk pembangkit listrik di India dan Amerika

Serikat. Volume ekspor batubara juga mengalami kontraksi 16,01% (yoy), dengan volume

ekspor Juli-Agustus mencapai 49,25 juta ton. Melambatnya kinerja pertambangan juga

dipengaruhi oleh gangguan supply yang terjadi pada komoditas tembaga dan nikel.

Sektor Industri Pengolahan diperkirakan meningkat signifikan pada triwulan III, dari

4,27% (yoy) menjadi 7,48% (yoy). Andil sektor ini pada pertumbuhan ekonomi juga cukup

besar mencapai 1,09%. Hal ini ditopang oleh meningkatnya kinerja beberapa industri

pengolahan berskala besar di KTI, yakni industri pengolahan gas, industri pengolahan

tepung terigu, dan beberapa industri pengolahan lainnya.

Page 48: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

42

Sektor pertanian diperkirakan tumbuh 4,23% (yoy), sedikit melambat dibanding triwulan

sebelumnya yang tumbuh 4,48% (yoy). Andil sektor pertanian diperkirakan mencapai

0,88%. Perlambatan pertumbuhan terutama terjadi pada subsektor tanaman bahan makanan

(tabama), yang diakibatkan oleh sebagian besar daerah di Sulawesi belum memasuki masa

panen padi musim gadu (panen tahap II diperkirakan baru dimulai akhir September),

munculnya serangan hama wereng dan tungro di berbagai daerah, serta faktor cuaca yang

mempengaruhi produksi jagung (khususnya di NTT, dan Sulut-Gorontalo).

Tabel V.2.

Pertumbuhan Ekonomi KTI di Sisi Penawaran (%, yoy)

Sektor 2011 Total

2011

2012

I II III IV I II IIIp

Pertanian 5.69 3.56 3.64 3.55 4.09 3.79 4.48 4.23

Pertambangan 1.44 2.32 0.47 (2.51) 0.39 5.95 5.88 5.13

Industri 1.27 1.41 3.64 3.56 2.49 4.92 4.27 7.48

LGA 7.33 6.93 7.73 11.17 8.32 12.62 11.38 10.66

Bangunan 9.27 12.01 11.56 10.79 10.92 10.90 10.67 9.25

PHR 9.26 10.08 9.58 8.47 9.33 8.82 9.07 9.59

Angkutan 9.12 8.57 8.09 9.00 8.69 10.68 10.56 11.71

Keuangan 10.59 11.67 11.10 9.23 10.62 9.70 11.93 8.22

Jasa - jasa 8.43 8.86 8.88 7.01 8.27 9.66 7.44 7.42

PDRB 5.68 5.79 5.62 4.73 5.45 7.08 7.03 7.20

Sumber : BPS, diolah

Keterangan : p) Angka Perkiraan Bank Indonesia

Kinerja subsektor perkebunan diperkirakan relatif baik. Komoditas andalan terutama

kelapa sawit dan karet juga menunjukkan produksi yang lebih tinggi dibandingkan triwulan

yang sama tahun sebelumnya, dengan produksi masing-masing 1.198,79 ribu ton (tumbuh

19,27% (yoy)) dan 133,78 ribu ton (tumbuh 3,74% (yoy)), dengan ditopang oleh cuaca yang

relatif baik dan mendorong meningkatnya aktivitas dan pengangkutan tandan buah segar di

area perkebunan. Ekspor CPO juga mulai positif di triwulan III, dengan kumulatif ekspor

Juli-Agustus sebesar 324,85 ribu ton, atau mengalami peningkatan 21,14% (yoy).

Namun, beberapa daerah masih mengalami kendala produksi. Di Sulawesi Utara (Kab.

Minahasa Tenggara) dilaporkan terjadi penurunan kualitas cengkih akibat kondisi cuaca

yang kurang kondusif. Produksi kopra juga menurun seiring penurunan permintaan luar

negeri yang menyebabkan biaya produksi menjadi kurang sebanding dengan harga jual.

Sementara itu di Sulawesi Tengah dilaporkan produksi kakao masih mengalami kendala

dan diperkirakan akan berlangsung hingga akhir tahun, dengan dipengaruhi : (i) pengalihan

komoditas tanam dari kakao menjadi karet/sawit karena dianggap lebih menguntungkan,

(ii) beberapa negara importer mengalihkan permintaan kakao ke Pantai Gading dan Ghana

dengan pertimbangan kualitas yang lebih baik, serta (iii) aturan pajak ekspor progresif

untuk bahan mentah. Ekspor Kakao periode Juli-Agustus 2012 juga masih mengalami

kontraksi sebesar 36,81% (yoy), dengan volume ekspor mencapai 14,34 ribu ton. Di samping

itu, subsektor perikanan juga masih mengalami kendala, khususnya perikanan tangkapan,

Page 49: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

43

yang disebabkan oleh faktor cuaca dan proses migrasi ikan yang menyebabkan pasokan

ikan di laut lepas cenderung menurun.

Grafik V.1.

Volume Ekspor Perikanan KTI Grafik V.2.

Volume Ekspor Cocoa

(40)

(20)

0

20

40

60

80

100

120

0

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III*

2010 2011 2012

Vol. Ekspor Fish g Vol. Ekspor Fish (RHS)Ribu Ton %, yoy

(100)

(80)

(60)

(40)

(20)

0

20

40

0

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III*

2010 2011 2012

Vol. Ekspor Cocoa g Vol. Ekspor Cocoa (RHS)Ribu Ton %, yoy

Sumber : Bank Indonesia

Keterangan : *) Data Jul-Agt 2012

Sumber : Bank Indonesia

Keterangan : *) Data Jul-Agt 2012

Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) diperkirakan mengalami akselerasi

pertumbuhan, dari 9,07% menjadi 9,59% (yoy). Andilnya terhadap pertumbuhan ekonomi

KTI di triwulan III mencapai 1,49% (meningkat dibanding andil triwulan sebelumnya yang

sebesar 1,41%). Meningkatnya kinerja sektor PHR sangat dipengaruhi oleh faktor seasonal

(khususnya lebaran yang bertepatan dengan tahun ajaran baru sekolah) yang

mempengaruhi meningkatnya pola belanja masyarakat, serta erat kaitannya dengan

meningkatnya industri pariwisata terutama domestik. Meskpun bulan Ramadhan

menurunkan frekuensi penyelenggaraan aktivitas MICE (meeting, incentives, conference, and

exhibition) pada periode Juli-Agustus, namun pasca lebaran (September) frekuensi tersebut

cenderung meningkat, sehingga mendorong meningkatnya kinerja sektor PHR.

Grafik V.3.

Tingkat Hunian Hotel KTI Grafik V.4.

Jumlah Wisatawan Mancanegara

40

45

50

55

60

65

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8

2010 2011 2012

TPK (%)

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

300

400

500

600

700

800

900

I II III IV I II III IV I II III*

2010 2011 2012

Kunjungan Wisman g wisman (RHS)

Ribu orang %, yoy

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumber : Badan Pusat Statistik

Konsumsi diperkirakan mengalami peningkatan pertumbuhan, dari 6,71% menjadi 7,25%

(yoy) pada triwulan III-2012. Menguatnya konsumsi terutama ditopang oleh konsumsi

rumah tangga dan konsumsi pemerintah yang semakin meningkat. Konsumsi rumah tangga

diperkirakan tumbuh meningkat dari 6,47% menjadi 6,83% (yoy). Peningkatan konsumsi

rumah tangga banyak dipengaruhi oleh faktor seasonal, seperti Idul Fitri dan Tahun Ajaran

Baru, yang meningkatkan konsumsi masyarakat. Peningkatan daya beli masyarakat yang

bersumber dari THR dan gaji ke-13 turut mendorong belanja masyarakat. Hal ini disertai

Page 50: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

44

pula dengan keyakinan konsumen mengenai kondisi ekonomi yang masih tinggi. Di

samping itu, konsumsi pemerintah juga cenderung meningkat, dari 7,37% menjadi 8,52%

(yoy) di triwulan III-2012 didorong realisasi proyek pemerintah yang meningkat di triwulan

III, serta beberapa Pilkada Gubenur dan Bupati (terutama di Kalbar, Kalsel, Sulteng &

Sultra).

Grafik V.5.

Penjualan Semen KTI Grafik V.61.

Kredit Investasi KTI

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

40

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

4.0

I II III IV I II III IV I II III*

2010 2011 2012

Penjualan Semen KTI g penjualan (RHS)Juta Ton %, yoy

30

35

40

45

50

0

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III*

2010 2011 2012

Kredit Investasi g kredit investasi - (RHS)

Rp Triliun %, yoy

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Sumber : Bank Indonesia

Meskipun melambat dibanding triwulan sebelumnya, pertumbuhan investasi di triwulan

III masih relatif tinggi, yaitu sebesar 11,86% (yoy). Melambatnya pertumbuhan investasi

tercermin dari penyaluran kredit investasi (berdasarkan lokasi proyek) yang tercatat sebesar

Rp 99,16 triliun, atau tumbuh 39,95% (yoy), melambat dibanding triwulan sebelumnya yang

mencapai 41,19% (yoy). Penjualan semen di KTI juga sedikit melambat, dari 3,52 juta ton di

triwulan II menjadi 2,96 juta ton di triwulan III.

Nilai ekspor luar negeri KTI pada periode Juli-Agustus 2012 tercatat 4,91 miliar USD,

mengalami kontraksi 38,19% (yoy), setelah pada triwulannya tumbuh mencapai 47,68%

(yoy). Sementara volume ekspornya mencapai 88,04 juta ton, masih tumbuh positif sebesar

23,82% (yoy) meskipun melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 103,45%

(yoy). Ekspor KTI masih didominasi oleh lima produk ekspor utamanya, yaitu Batubara

(65,49%), Biji Tembaga (5,69%), Biji Nikel (4,22%), CPO (6,45%) dan Karet Alam

(3,32%).Kontraksi ekspor terutama disebabkan oleh pelemahan external demand pada

komoditas Batu bara, CPO dan Rubber, sementara kontraksi pada Nickel dan Copper terjadi

karena gangguan supply. Ekspor KTI lebih banyak didukung oleh perdagangan antar pulau,

sehingga secara keseluruhan ekspor KTI dalam PDRB relatif masih mampu tumbuh

meningkat, yakni dari 4,75% (yoy) menjadi 5,55% (yoy) pada triwulan laporan.

B. INFLASI

Laju inflasi KTI pada triwulan III-2012 sebesar 5,05% (yoy), relatif stabil dibanding

triwulan sebelumnya yang sebesar 5,02% (yoy). Inflasi di KTI diwarnai oleh penurunan

tekanan di Wilayah Balnustra dan Kalimantan, sementara tekanan inflasi di Sulampua

mengalami peningkatan. Inflasi tertinggi berada di Kalimantan (5,28%,yoy), dan lebih tinggi

dibanding inflasi nasional yang mencapai 4,31% (yoy).

Page 51: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

45

Jarak terhadap pusat perekonomian nasional berbanding lurus terhadap volatilitas

inflasi. Hal ini ditunjukkan dengan 13 dari 17 provinsi di KTI memiliki inflasi lebih tinggi

dari nasional. Kondisi ini semakin terasa saat demand meningkat secara signifikan akibat

lebaran. Selain demand, faktor supply juga merupakan hal yang krusial bagi inflasi di KTI,

dimana shock supply akibat cuaca ekstrim dan bencana alam yang terjadi di beberapa daerah

seperti Maluku dan Sulteng, mendorong daerah-daerah ini mengalami inflasi yang relatif

tinggi.

Grafik V.7.

Perkembangan Inflasi KTI Grafik V.8.

Selisih Inflasi Provinsi terhadap Nasional

4.53

5.02

5.82

5.58

4.15

4.31

5.05 5.195.28

4.78

2.5

3.0

3.5

4.0

4.5

5.0

5.5

6.0

Nasional KTI Kalimantan Sulampua Balnustra

Tw II-2012 Tw III-2012%, yoy

(2.28)

(1.36)

(0.60)

(0.44)

0.07

0.17

0.45

0.82

0.90

0.92

1.08

1.09

1.17

1.21

2.05

2.47

2.76

Sultra

Papua

Sulbar

Maluku Utara

Bali

Sulsel

Kalteng

Kalsel

NTT

Sulut

Kaltim

Gorontalo

Kalbar

Papua Barat

NTB

Sulteng

Maluku

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Inflasi tertinggi di KTI terjadi di Maluku (7,07%), Sulawesi Tengah (6,78%), NTB (6,36%)

dan Papua Barat (5,52%). Sementara provinsi dengan inflasi terendah tercatat Sulawesi

Tenggara (2,03%), Papua (2,95%), Sulawesi Barat (3,71%), dan Maluku Utara (3,87%).

Tingginya inflasi di Maluku diakibatkan oleh pasokan terbatas karena cuaca ekstrim (Apr –

Agustus) dan permintaan meningkat (lebaran dan MTQ Nasional), dan tingginya inflasi

Sulteng dipengaruhi shock supply akibat banjir bandang dan gempa bumi meningkatkan

harga ikan, bumbu, dan sayur, sementara demand meningkat. Sementara itu inflasi di NTB

diakibatkan oleh tarikan permintaan dimana musim omprongan tembakau meningkatkan

permintaan bahan bakar rumah tangga yang bertepatan dengan lebaran.

Tekanan inflasi terutama didorong oleh volatile food yang meningkat dari 5,01% (yoy)

pada triwulan II-2012 menjadi 6,68% (yoy) di triwulan III-2012, terutama didorong oleh

kenaikan harga bumbu-bumbuan, sayur-sayuran dan ikan segar. Meningkatnya tekanan

inflasi terutama dipengaruhi oleh meningkatnya konsumsi akibat fenomena musiman

(lebaran dan tahun ajaran baru) yang dampaknya lebih besar dibanding inflasi nasional.

Selain dipengaruhi kenaikan permintaan, tekanan volatile food khususnya kenaikan harga

ikan segar yang dipengaruhi oleh kendala pasokan, terutama di pesisir timur Kalimantan

sebagai dampak dari ekor badai tropis Asia serta faktor siklikal angin musim selatan.

Page 52: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

46

Tekanan inflasi inti pada triwulan III-2012 relatif menurun, namun masih menjadi

penyumbang utama inflasi di KTI. Inflasi inti tercatat 4,98% (yoy), sedikit menurun

dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 5,33% (yoy). Menurunnya tekanan inflasi

dipengaruhi oleh meningkatnya pasokan gula pasir akibat masuknya gula impor gula dari

Thailand (yang dilakukan via Malaysia), sehingga kecukupan pasokan terutama di wilayah

Kalimantan relatif terjaga. Harga gula internasional juga relatif stabil, sehingga tekanan

harga yang sempat terjadi akibat berkurangnya pasokan gula rafinasi dari Makassar karena

pemotongan kuota impor raw sugar dan berkurangnya pasokan gula dari Jawa dan

Lampung, mulai mengalami penyesuaian kembali pada triwulan III-2012. Sementara itu

harga emas juga berangsur-angsur mulai menurun kembali. Hal tersebut didukung pula

dengan harga emas internasional yang relatif stabil.

Sementara itu tekanan administered price relatif menurun, yaitu dari 4,57% (yoy) menjadi

3,21% (yoy). Hal ini disebabkan telah selesainya proses konversi minyak tanah ke LPG di

beberapa tempat (NTB, Kalsel, Sulut), sehingga tekanan pada komoditas bahan bakar rumah

tangga mulai menurun. Selain itu pada triwulan III belum adanya kebijakan strategis yang

mempengaruhi harga menyebabkan inflasi administered cenderung stabil

C. ASESMEN PERBANKAN

Kinerja perbankan di KTI menunjukkan kinerja yang positif dengan perkembangan

seluruh indikator yang cukup menggembirakan. Intermedasi perbankan semakin

meningkat menunjukkan peran perbankan yang semakin besar dalam perekonomian KTI,

yang diiringi dengan kualitas kredit yang masih terjaga di level rendah.

Penyaluran kredit di KTI masih terus tumbuh tinggi, dengan pertumbuhan pada triwulan

III mencapai 29,35% (yoy), hanya sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya yang

tumbuh 30,63% (yoy). Porsi penyaluran kredit masih didominasi oleh kredit konsumsi

dengan share 39,38%, diikuti modal kerja (35,16%) dan investasi (25,46%). Mayoritas

penyaluran yang masih berbentuk konsumsi menunjukkan bahwa bank masih cenderung

“bermain aman” dengan menyalurkan kedit konsumsi, dengan nominal kecil dan risiko

yang lebih rendah.

Grafik V.9.

Pertumbuhan Kredit per Jenis Penggunaan Grafik V.10.

Porsi Penyaluran Kredit Sektoral

0

10

20

30

40

50

60

I II III IV I II III*

2011 2012

GrowthKredit Modal Kerja

Investasi Konsumsi

%, yoy

Bkn lap

usaha

39%

Perdagang

an

20%Pertanian

10%

Real Estate

5%

Konstruksi

4%

Lainnya

22%

Sumber : Bank Indonesia

Sumber : Bank Indonesia

Page 53: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

47

Perlambatan pertumbuhan terjadi pada jenis modal kerja dan investasi, masing-masing

tumbuh 26,61% dan 39,95% (yoy), melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh

35,16% dan 41,19% (yoy). Hal tersebut terjadi seiring dengan melambatnya penyaluran

kredit untuk kegiatan perdagangan besar dan eceran yang melambat dari 40,22% menjadi

32,69% (yoy) di triwulan III, serta melambatnya pertumbuhan kredit untuk kegiatan

pertambangan dari 56,08% menjadi 43,72% (yoy). Sementara itu penyaluran konsumsi

cenderung meningkat, dari 21,62% menjadi 25,64% (yoy), dengan peningkatan penyaluran

terutama untuk kebutuhan kepemilikan rumah dan kendaraan.

Penyaluran kedit di KTI masih didominasi ke kegiatan perdagangan (19,5%), hal ini

menunjukkan terbatasnya kegiatan industri besar di KTI. Sementara itu penyaluran kredit

ke sektor utama KTI (Pertanian dan Pertambangan) masih kurang mendapatkan atensi dari

perbankan (share kredit masih rendah). Hal ini terkait dgn:

• Pertanian (resiko tinggi dan tergantung dengan musim, dengan struktur kepemilikan

perorangan)

• Pertambangan (preferensi perusahaan tambang menggunakan investment bank asing,

dan skala pendanaan bank nasional yang masih terbatas)

Sejalan dengan melambatnya pertumbuhan modal kerja dan investasi, penyaluran kredit

produktif untuk UMKM di KTI cenderung melambat. Penyaluran kredit UMKM di

triwulan III tumbuh 18,19% (yoy), jauh lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang

tercatat 29,03% (yoy). Perlambatan ini bersumber dari perlambatan penyaluran kredit skala

menengah, khususnya di kegiatan Perdagangan Besar dan Eceran. Hal ini tercermin pula

pada outstanding KUR yang juga melambat dari 38,42% menjadi 31,38% (yoy).

Penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk Dana Pihak Ketiga (DPK) cenderung

meningkat, dengan pertumbuhan meningkat dari 26,46% menjadi 26,95% (yoy).

Peningkatan penyaluran kredit ditunjukkan oleh DPK dalam bentuk giro (share 24,43%),

yang meningkat dari 29,55% menjadi 44,51% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan disebabkan

pelaku usaha (pemerintah dan perorangan) mulai menyiapkan dana untuk kebutuhan

pembayaran seiring dengan realisasi proyek yang semakin meningkat di triwulan III.

Sementara itu penyaluran dalam bentuk tabungan dan deposito cenderung melambat,

dengan pertumbuhan masing-masing 23,82% dan 19,29% (yoy). Hal ini dipengaruhi oleh

meningkatnya kebutuhan dana masyarakat seiring meningkatnya aktivitas perekonomian di

triwulan III.

Dengan perkembangan tersebut, proses intermediasi yang dilakukan oleh perbankan di

KTI juga semakin meningkat. Hal tersebut terindikasi dari Loan to Deposit Ratio (LDR)

berdasarkan lokasi bank meningkat dari 81,67% menjadi 83,41%, sedikit lebih rendah

dibanding LDR nasional yang sebesar 84,72%. Sementara berdasarkan lokasi proyek LDR

meningkat dari 103,63% menjadi 106,15%. Delta antara LDR lokasi proyek dengan lokasi

bank yang mencapai 22,74% menunjukkan bahwa wilayah KTI mampu menarik dana dari

kantor pusat bank yang berada di luar wilayah KTI untuk pembiayaan kebutuhan aktivitas

perekonomian di wilayah KTI. LDR tertinggi berdasarkan lokasi bank berada di Gorontalo

yang mencapai 180,31%, sementara LDR terendah berada di Papua dengan LDR 47,98%.

Page 54: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

48

Kualitas kredit yang disalurkan juga terjaga di level yang rendah, seperti terindikasi dari

NPL berdasarkan lokasi bank yang sebesar 2,07% dan NPL berdasarkan lokasi proyek

yang sebesar 1,78%. Rasio tersebut sedikit meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang

sebesar 2,01% (sementara rasio berdasarkan lokasi proyek sebesar 1,75%). Namun demikian

rasio tersebut masih dibawah rasio NPL nasional yang sebesar 2,19%. Rasio NPL tertinggi

terutama bersumber pada NPL kredit modal kerja yang sebesar 3,16%, sementara

berdasarkan kegiatannya terutama bersumber pada sektor Konstruksi, sektor Jasa

Perorangan dan sektor Perikanan dengan NPL masing-masing 6,06%, 5,72%, dan 4,46%.

Kinerja efisiensi operasional bank di KTI yang tercermin pada Rasio Beban Operasional

terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) pada triwulan III-2012 tercatat sebesar 65,33%,

sedikit meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat 65,18%. Peningkatan rasio

BOPO yang disertai NPL yang juga sedikit meningkat, mendorong perbankan KTI untuk

mengkonversi kenaikan tersebut dengan peningkatan Net Interest Margin (NIM) dari 8,80%

menjadi 8,91% untuk menutupi meningkatnya biaya operasional sekaligus

mempertahankan margin keuntungan.

Tabel 3. BOPO dan NIM Perbankan di KTI

Komponen 2011 2012

I II III IV I II III*

BOPO 65.34 68.35 70.84 69.31 65.89 65.18 65.33

NIM 9.93 9.81 9.75 9.77 8.53 8.80 8.91

Sumber : Bank Indonesia

Keterangan : *) Data Agustus 2012

D. PROSPEK PEREKONOMIAN

Prospek perekonomian kedepan diperkirakan tetap tinggi namun sedikit melambat,

dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi di kisaran 7,14% ± 1% (yoy) dengan karakteristik

yang tidak jauh berbeda dengan triwulan III, yaitu didorong akselerasi sektor industri dan

PHR di sisi penawaran.

Kondisi perekonomian di triwulan IV diperkirakan masih dibayangi pelemahan external

demand, hal ini menyebabkan prospek sektor pertambangan masih cenderung melambat.

Namun demikian, angka pertumbuhan tersebut masih terbilang tinggi, dengan didukung

oleh akselerasi kinerja sektor utamanya, khususnya sektor Pertanian, sektor PHR, dan Sektor

Industri Pengolahan. Sektor pertanian meningkat akibat indikasi peningkatan produksi

khususnya tabama akibat masuknya musim panen raya tahap II, sementara akselerasi di

sektor Industri diperkirakan terjadi akibat selesainya perbaikan kilang minyak Pertamina

dan penambahan mesin di LNG Tangguh. Sementara itu kondisi ekonomi yang kondusif,

maraknya MICE dan Pilkada diperkirakan mendorong sektor PHR tumbuh meningkat di

triwulan IV-2012.

Sementara di sisi permintaan, perekonomian di triwulan IV diperkirakan ditopang oleh

kuatnya konsumsi domestik dan kinerja investasi daerah, sebagaimana perilaku belanja

Page 55: Triwulan III 2012 - bi.go.id · *) Sumber: Berdasarkan Angka Prakiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh daerah Perekonomian Jawa dan Jakarta pada triwulan III 2012 diperkirakan

Triwulan III 2012

49

masyarakat yang cenderung meningkat di akhir tahun, pelaksanaan Pilkada di berbagai

daerah, serta realisasi proyek MP3EI dan investasi swasta khususnya di bidang properti.

Meskipun pelemahan external demand yang menyebabkan perlambatan ekspor KTI yang

didominasi produk tambang masih perlu diwaspadai, namun impor diperkirakan masih

tetap kuat ditengah depresiasi nilai tukar, dengan didorong oleh tingginya kebutuhan

intermediate goods seiring dengan pertumbuhan sektor utama KTI (pertanian, industri dan

angkutan).

Dengan perkembangan tersebut, sepanjang tahun 2012, perekonomian KTI mengalami

ekspansi yang cukup menggembirakan, dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2012

diperkirakan mencapai 7,11% ± 1% (yoy), cenderung lebih tinggi dibanding tahun

sebelumnya yang mencapai 5,45%. Seluruh wilayah diproyeksikan mengalami peningkatan

pertumbuhan, terutama didorong oleh akselerasi sektor tambang dan industri pengolahan

yang pulih kembali pasca lambatnya pertumbuhan akibat gangguan supply di tahun lalu.

Hal ini didukung pula oleh kuatnya konsumsi domestik di sepanjang tahun 2012.

Tekanan inflasi di triwulan IV diperkirakan meningkat, dari 5,05% (yoy) di triwulan III

menjadi 5,61 ± 1% di akhir tahun. Seluruh wilayah di KTI baik Kalimantan, Sulampua,

maupun Balnustra, diprediksikan akan mengalami tekanan inflasi yang meningkat pada

triwulan mendatang. Proyeksi inflasi yang meningkat terutama ditunjukkan oleh daerah-

daerah yang jauh secara geografis. Beberapa faktor yang berpotensi menjadi sumber

penyebab tekanan inflasi antara lain terkait dengan tingginya kegiatan pariwisata dan

liburan pada periode tersebut yang menyebabkan permintaan terhadap barang dan jasa

meningkat, peningkatan permintaan terhadap bahan bangunan seiring dengan puncak

realisasi proyek dan masih tingginya aktivitas investasi. Selain itu, pengaruh gangguan

pasokan akibat kemungkinan terjadinya pergeseran awal musim hujan yang berdampak

pada terkendalanya distribusi. Tekanan inflasi diperkirakan terjadi pada bumbu-bumbuan

dan ikan segar.

Lebih lanjut, perlu diwaspadai pula hal-hal yang dapat mengancam inflasi kedepan sebagai

berikut :

• Terbatasnya kuota BBM subsidi. Jika hal ini terjadi dapat menyebabkan dampak turunan

dari inflasi itu sendiri

• Ancaman kekeringan yang semakin parah dapat mengganggu supply dan price instability

di daerah

Ekspektasi masyarakat menjelang kenaikan administered price dikhawatirkan meningkat. Hal

ini dikhawatirkan dapat menyebabkan pelaku usaha melakukan penyesuaian harga

sebelum adanya kenaikan harga untuk menjaga kontinuitas margin keuntungan.