proses pengolahan cpo

12
Proses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) menjadi Minyak Goreng Minyak goreng sawit adalah minyak fraksi cair berwarna kuning kemerahan yang diperoleh dengan cara fraksinasi minyak kelapa sawit kasar (Crude Palm Oil) yang telah mengalami proses pemurnian. CPO adalah minyak berwarna jingga kemerah-merahan yang diperoleh dari pengempaan mesokarp kelapa sawit. Secara keseluruhan proses penyulingan minyak kelapa sawit tersebut dapat menghasilkan 73% olein, 21% stearin, 5% PFAD (Palm Fatty Acid Distillate) dan 0.5% buangan. Berikut Diagram Alir Pengolahan Minyak Goreng : Proses pengolahan minyak goreng tersebut adalah : 1) Pemurnian Proses pemurnian minyak sawit ini dibagi menjadi 4 tahap, yaitu: (a) Degumming Degumming adalah proses pemisahan getah yang terdiri dari fosfatida, protein, karbohidrat dan resin tanpa mengurangi jumlah asam lemak bebas dalam CPO. Proses ini dilakukan dengan menambah air, uap air atau asam fosfat. Setelah bahan pengotor terpisah dari minyak maka dilakukan sentrifusi. Suhu yang digunakan adalah 32ᴼC – 50ᴼC agar kekentalan minyak berkurang dan gum mudah terpisahkan. (b) Netralisasi Proses netralisasi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan soda api, alkali karbonat, kapur dan bahan kimia lainnya. Yang banyak digunakan adalah soda api karena pertimbangan biaya dan efisiensi, soda api dapat menetralkan asam lemak bebas, menghilangkan sebagian zat warna dan lendir yang tidak hilang saat degumming.

Upload: adha-boedak-pakneng

Post on 02-Feb-2016

200 views

Category:

Documents


29 download

DESCRIPTION

proses

TRANSCRIPT

Page 1: Proses Pengolahan CPO

Proses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) menjadi Minyak Goreng

Minyak goreng sawit adalah minyak fraksi cair berwarna kuning kemerahan yang diperoleh dengan cara fraksinasi minyak kelapa sawit kasar (Crude Palm Oil) yang telah mengalami proses pemurnian. CPO adalah minyak berwarna jingga kemerah-merahan yang diperoleh dari pengempaan mesokarp kelapa sawit. Secara keseluruhan proses penyulingan minyak kelapa sawit tersebut dapat menghasilkan 73% olein, 21% stearin, 5% PFAD (Palm Fatty Acid Distillate) dan 0.5% buangan.

Berikut Diagram Alir Pengolahan Minyak Goreng :

Proses pengolahan minyak goreng tersebut adalah :

1)      Pemurnian

Proses pemurnian minyak sawit ini dibagi menjadi 4 tahap, yaitu:

(a)    Degumming

Degumming adalah proses pemisahan getah yang terdiri dari fosfatida, protein, karbohidrat dan resin tanpa mengurangi jumlah asam lemak bebas dalam CPO. Proses ini dilakukan dengan menambah air, uap air atau asam fosfat. Setelah bahan pengotor terpisah dari minyak maka dilakukan sentrifusi. Suhu yang digunakan adalah 32ᴼC – 50ᴼC agar kekentalan minyak berkurang dan gum mudah terpisahkan.

(b)   Netralisasi

Proses netralisasi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan soda api, alkali karbonat, kapur dan bahan kimia lainnya. Yang banyak digunakan adalah soda api karena pertimbangan biaya dan efisiensi, soda api dapat menetralkan asam lemak bebas, menghilangkan sebagian zat warna dan lendir yang tidak hilang saat degumming.

Untuk engurangi kehilangan minyak saat netralisasi maka perlu diperhatikan konsentrasi alkali, waktu dan suhu netralisasi.

Jika konsentrasinya terlalu tinggi menyebabkan reaksi dengan trigliserida sehingga mengurangi rendemen minyak dan meningkatkan jumlah sabun yang terbentuk.

(c)    Pemucatan

Proses pemucatan atau bleaching dimaksudkan untuk menghilangkan zat warna pada minyak sawit adalah karoten. Proses ini dapat berpengaruh negatif karena dapat merusak antioksidan alami dan komponen sinergisnya seperti tokoferol, karotenoid dan fosfolipida yang dapat

Page 2: Proses Pengolahan CPO

menurunkan stabilitas minyak terhadap oksidasi. Pemucatan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

 

(d)   Deodorisasi

Deodorisasi bertujuan untuk menghilangkan bau yang tidak dikehendaki dan menghilangkan asam lemak bebas. Cara yang digunakan adalah metode destilasi. Minyak hasil proses pemucatan dimasukan ke dalam ketel deodorisasi dan dipanaskan pada suhu 200-250˚C pada tekanan 1 atm dan selanjutnya dialiri uap panas selama 4-6 jam. Pemakaian suhu tinggi digunakan untuk menguapkan bau sedangkan pengurangan tekanan bertujuan untuk mencegah hidrolisa oleh uap air.

Tekanan uap zat bau sangat rendah sehingga untuk menghilangkannya diperlukan suhu tinggi. Namun suhu tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada minyak sehingga diupayakan menurunkan suhu destilasi dengan pemberian gas inert (uap air kering).

 

2)      Fraksinasi

Fraksinasi adalah proses pemisahan antara fraksi padat yaitu stearin dengan fraksi cair yaitu olein. Setelah proses degumming suhu diturunkan 60˚C menjadi 30˚C selama 3-4 jam sampai terbentuk Kristal. Pada akhir pembentukan Kristal ditambahkan larutan detergen dan magnesium sulfat sehingga permukaan Kristal yang terbentuk dilapisi oleh detergen dan memisahkan dengan olein cair. Fraksi cair dipisahkan dengan sentrifugasi sehingga diperoleh olein serta campuran stearin dan detergen . pemisahan antara stearin dan detergen dilakukan dengan sentrifugasi.

 

Menurut pengamatan, titik kritis pada pengolahan minyak goreng ini terdapat pada pemucatan (bleaching) karena proses ini dapat berpengaruh negative yaitu dapat merusak antioksidan alami dan komponen sinergisnya seperti tokoferol, karotenoid dan fosfolipida sehingga dapat menurunkan stabilitas minyak terhadap oksidasi.  Proses pemucatan yang lebih baik adalah dengan pemanasan karena antioksidan, tokoferol, dan karotenoid stabil terhadap panas.

 

3)      Pengemasan

4)      Pengepakan

 

Limbah Pengolahan Minyak

Page 3: Proses Pengolahan CPO

Industry pengolahan minyak nabati ini selain menghasilkan minyak edible yang merupakan produk utama juga menghasilkan produk samping. Produk ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku biodiesel yang relative murah yang diambil dari produk samping dan limbah industri minyak kelapa sawit tersebut, bahan yang masih dapat dimanfaatkan antara lain:

CPO offgrade, adalah CPO yang berkadar keasaman lebih dari 5%. CPO Parit, merupakan limbah kelapa sawit. Limbah ini berupa campuran air dan minyak

yang banyak ditampung di lagoon di perusahaan pengolah kelapa sawit. Limbah ini mengandung 0.5-1% minyak sawit.

CPO PFAD, Palm Fatty Acid Distillate atau dikenal juga sebagai DALMS atau distilat asam lemak minyak sawit. PFAD merupakan limbah pengolahan CPO menjadi minyak goreng. CPO diolah menjadi minyak cair (olein) dan padat (stearin). Olein diolah lebih lanjut menjadi m,inyak goreng sedangkan stearin menjadi margarine. PFAD volumenya 6% dari CPO, sedangkan harganya 80% CPO standar.

Page 4: Proses Pengolahan CPO

Proses Pembuatan Minyak Goreng dari kelapa Sawit

Pabrik Pengolahan Minyak Goreng (PPMG) ini adalah pabrik yang memproduksi minyak

goreng dari bahan baku CPO (Crude Palm Oil / minyak sawit mentah). CPO yang diperoleh dari

hasil proses pressing dan ekstraksi di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) masih mengandung komponen-

komponen yang tidak diinginkan yaitu asam lemak bebas (FFA = Free Fatty Acid), resin, gum,

protein, fosfatida, pigmen warna dan bau. Agar dapat dipergunakan sebagai bahan makanan,

maka CPO tersebut harus diproses lagi di Pabrik Pengolahan Minyak Goreng. Secara garis besar

proses pada Pabrik Pengolahan Minyak Goreng terdiri dari proses refining (pemurnian) dan

fractionation (fraksionasi). Proses pemurnian terdiri dari proses degumming, proses netralisasi,

proses bleaching dan proses deodorisasi. Minyak yang diperoleh dari proses refining terdiri dari 

olein (minyak goreng) dan stearin, dalam proses fraksionasi stearin dipisahkan dari olein. Untuk

memperjelas alur proses pengolahan minyak goreng dapat dilihat pada diagram blok Pengolahan

CPO menjadi Minyak Goreng sebagai berikut :

1.Proses Degumming

Proses degumming bertujuan untuk menghilangkan zat-zat yang terlarut atau zat-zat yang

bersifat koloidal, seperti resin, gum, protein dan fosfatida dalam minyak mentah. Pada prinsipnya

proses degumming ini adalah proses pembentukan dan pengikatan flok-flok dari zat-zat terlarut

dan zat-zat yang bersifat koloidal dalam minyak mentah, sehingga flok-flok yang terbentuk

cukup besar untuk bisa dipisahkan dari minyak.  Proses degumming yang paling banyak

digunakan dewasa ini adalah proses degumming dengan menggunakan asam. Pengaruh yang

ditimbulkan oleh asam tersebut adalah menggumpalkan dan mengendapkan zat-zat seperti

protein, fosfatida, gum dan resin yang terdapat dalam minyak mentah. 

2 Proses Netralisasi 

Proses netralisasi atau deasidifikasi pada pemurnian minyak mentah bertujuan untuk

menghilangkan asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak mentah. Asam lemak bebas

(FFA) dapat menimbulkan bau yang tengik. Proses netralisasi yang paling sering digunakan

Page 5: Proses Pengolahan CPO

dalam industri kimia adalah proses netralisasi dengan soda kostik, dengan prinsip reaksi

penyabunan antara asam lemak bebas dengan larutan soda kostik, yang reaksi penyabunannya

sebagai berikut :

R----COOH   +   NaOH R-COONa    +   H2O

Kondisi reaksi yang optimum pada tekanan atmosfir adalah pada suhu 70  oC, dimana

reaksinya merupakan reaksi kesetimbangan  yang akan bergeser ke sebelah kanan. Soda kostik

yang direaksikan biasanya berlebihan, sekitar 5  % dari kebutuhan stokiometris. Sabun yang

terbentuk dipisahkan dengan cara pengendapan.  Soda kostik disamping berfungsi sebagai

penetralisir asam lemak bebas, juga memiliki sifat penghilang warna (decoulorization).

3 Proses Bleaching

Proses bleaching (pemucatan) dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan zat-

zat warna (pigmen) dalam minyak mentah, baik yang terlarut ataupun yang terdispersi.

Warna minyak mentah dapat berasal dari warna bawaan minyak ataupun warna yang timbul pada

proses pengolahan CPO menjadi minyak goreng. Pigmen yang biasa terdapat di dalam suatu

minyak mentah ialah carotenoid yang berwarna merah atau kuning, chlorophillida dan

phaephytin yang  berwarna hijau. Proses bleaching yang   digunakan adalah proses bleaching

dengan absorbsi. Proses ini menggunakan zat penyerap (absorben) yang memiliki aktivitas

permukaan yang tinggi untuk menyerap zat warna yang terdapat dalam minyak mentah.

Disamping menyerap zat warna, absorben juga dapat menyerap zat yang memiliki sifat koloidal

lainnya seperti gum dan resin. Absorben yang paling banyak digunakan dalam proses bleaching

minyak dan lemak adalah tanah pemucat (bleaching erath) dan arang (carbon). Arang sangat

efektif dalam penghilangan pigmen warna merah, hijau dan biru, tetapi karena harganya terlalu

mahal maka dalam pemakaiannya biasanya dicampur dengan tanah pemucat dengan jumlah yang

disesuaikan terhadap jenis minyak mentah yang akan dipucatkan.

Page 6: Proses Pengolahan CPO

4. Proses Deodorisasi

Proses deodorisasi bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa dan bau yang

tidak dikehendaki dalam minyak untuk makanan. Senyawa-senyawa yang menimbulkan rasa dan

bau yang tidak enak tersebut biasanya berupa senyawa karbohidrat tak jenuh, asam lemak bebas

dengan berat molekul rendah, senyawa-senyawa aldehid dan keton serta senyawa-senyawa yang

mempunyai volatilitas tinggi lainnya. Kadar senyawa-senyawa tersebut di atas, walaupun cukup

kecil telah cukup untuk memberikan rasa dan bau yang tidak enak, kadarnya antara 0,001 – 0,1

%. Proses deodorisasi yang banyak dilakukan adalah cara distilasi uap yang didasarkan pada

perbedaan harga volatilitas gliserida dengan senyawa-senyawa yang menimbulkan rasa dan bau

tersebut, dimana senyawa-senyawa tersebut lebih mudah menguap dari pada gliserida. Uap yang

digunakan adalah  superheated steam (uap kering), yang mudah dipisahkan secara kondensasi.

Proses deodorisasi sangat dipengaruhi oleh faktor tekanan, temperatur dan waktu, yang

kesemuanya harus disesuaikan dengan jenis minyak mentah yang diolah dan sistim proses yang

digunakan. Temperatur operasi dijaga agar tidak sampai menyebabkan turut terdistilasinya

gliserida. Tekanan diusahakan serendah mungkin agar minyak terlindung dari oksidasi oleh

udara dan mengurangi jumlah pemakaian uap. Pada sistem batch ini, tekanan operasi sekitar 3

torr dan temperatur 240 oC.

5.Proses  Fraksionasi

Proses fraksionasi terdiri atas kristalisasi suatu fraksi yang menjadi padat pada temperatur

tertentu dan disusul dengan pemisahan kedua fraksi itu. Fraksi yang menjadi kristal adalah

stearin dan yang tetap cair adalah olein.Beberapa proses fraksionasi yang sering digunakan

yaitu :

· Fraksionasi kering (fraksionasi tanpa pelarut).

· Fraksionasi basah (fraksionasi dengan pelarut).

·Fraksionasi dengan menggunakan larutan deterj

Page 7: Proses Pengolahan CPO

en sodium lauryl sulphat.Proses fraksionasi kering didasarkan pada pendinginan minyak

dengan kondisi yang terkendali tanpa penambahan bahan kimia apapun. Ada tiga operasi yang

terlibat yaitu seeding, kristalisasi, dan filtrasi. Mula-mula minyak dipanasi sampai 70 oC untuk

memperoleh cairan homogen dan kemudian didinginkan  dengan air pendingin sampai

temperatur  40 oC, selanjutnya didinginkan samapi temperatur 20 oC dan dipertahankan  sampai

proses kristalisasi dianggap selesai. 

Fungsi pengadukan ini adalah agar pendinginan di dalam tangki lebih homogen sehingga

pemisahan olein dan stearin lebih mudah.

Temperatur pengkristalan ini tergantung pada kualitas minyak:

 Kualitas consumer kristal lemak terbentuk pada temperatur 28°C.

Pada proses filtrasi RBDPO kristal yang sudah terbentuk dalam tangki kristalisasi

ditransfer ke filter press untuk pemisahan olein dan stearin. Olein hasil dari filtrasi

ditransfer ke SS tank dan MS tank. SS tank untuk kualitas olein dianalisa jika sesuai

dengan spesifikasi langsung masuk ke storage tank olein (kualitas bottling), sedangkan

MS tank digunakan untuk kualitas olein yang RBD oleinnya difilter spray dan hasilnya

langsung dialirkan ke storage tank olein (kualitas drumming, tinning dan industri).

Sebelum ditansfer ke intermediate tank, untuk kualitas bottling dan tinning

ditambahkan antioksidan hal ini untuk mempertahankan kualitas minyak. Sedangkan

untuk kualitas drumming dan ndustri tidak ditambahkan antioksidan. Hal ini disebabkan

minyak dengan kualitas drumming dan industri segera digunakan/dikonsumsi.

Page 8: Proses Pengolahan CPO