proses pembuktian didalam hukum acara peradilan agama

22
Hukum Acara Peradilan Agama Rachmatullah Tiflen KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Teori Pembuktian

Upload: rahmattiflen

Post on 22-Jun-2015

2.780 views

Category:

Education


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan Agama

Hukum Acara Peradilan Agama

Rachmatullah TiflenRachmatullah Tiflen

KONSENTRASI PERADILAN AGAMAPROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUMUNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA

Teori Pembuktian

Page 2: Proses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan Agama

Teori Pembuktian

1. Pengertian Pembuktian 3. Macam-macam Pembuktian

a) Teori pembuktian yang bersifat menguatkan belaka (bloot affirmatief)

b) Teori Hukum Subyektif

c) Teori Hukum Obyektif

2. Tujuan Pembuktian

d)  Teori Hukum Publik

e) Teori Hukum Acara

4. Bagian Teori-Teori

Page 3: Proses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan Agama

MENUPengertian Pembuktian

Pembuktian, diambil dalam penarikan kata. Berasal dari kata “Bukti”.Bukti didalam kamus Hukum yang artinya : sesuatu untuk meyakinkan Akan kebenaran suatu dalil atau pendirian.

Pembuktian ialah suatu rangkaian peraturan tata tertib yang dilaksanakandalam melangsungkan perselesaian di muka hakim, antara kedua belahpihak yang sedang mencari keadilan.

Next

Page 4: Proses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan Agama

MENU

Pembuktian secara yuridis, sering terjadi bahwa pengamatannya sebagai dasar daripada pembuktian tidak secara langsung didasarkan atas peng-lihatan , tetapi didasarkan antara pihak yang mengajukan alat-alat buktidan pihak yang harus menetapkan bahwa sesuatu telah terbukti.

Next

Page 5: Proses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan Agama

MENUTujuan PembuktianTujuan Pembuktian

Sebagaimana didalam proses Persidangan, dimana sikap seorang hakimYang harus mengkonstatir peristiwa, kemudian mengkwalifisirnya, Maka:

Tujuan dari Pembuktian adalah:

Putusan hakim yang didasarkan atas pembuktian

Page 6: Proses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan Agama

MENU

Macam-macam Pembuktian

Sebagaimana didalam pasal 1866 Kitab undang-undang Hukum Perdata atau Pasal 164 RIB (pasal 283 RDS) alat-alat bukti dalam perkara perdata terdiriAtas :

A. Bukti Tulisan

B. Bukti dengan Saksi-saksi

C. Persangkaan-persangkaan

D. Pengakuan dan

E. Sumpah

Page 7: Proses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan Agama

MENU

Pembagian Teori Pembuktian

Menurut teori ini siapa yang mengemukakan sesuatu harus membuktikannya dan bukan yang mengingkari atau yang menyangkalnya. Teori ini telah ditinggalkan.

Teori pembuktian yang bersifat menguatkan belaka (bloot affirmatief)

Teori pembuktian yang bersifat menguatkan belaka (bloot affirmatief)

Page 8: Proses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan Agama

MENU

Menurut teori ini ialah suatu proses perdata itu selalu merupakan pelaksanaan hukum subyektif atau bertujuan mempertahankan hukum subyektif, dan siapa yang mengemukakan atau mempunyai suatu hak harus membuktikannya.

Page 9: Proses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan Agama

MENU

Menurut teori ini, mengajukan gugatan hak atau gugatan berarti bahwa penggugat minta kepada hakim agar hakim menerapkan ketentuan-ketentuan hukum obyektif terhadap pristiwa yang diajukan. Oleh karena itu penggugat harus membuktikan kebenaran daripada peristiwa yang diajukan dan kemudian mencari hukum obyektifnya untuk diterapkan pada peristiwa itu.

Page 10: Proses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan Agama

MENU

Menurut teori ini maka mencari kebenaran suatu pristiwa dalam peradilan merupakan kepentingan publik. Oleh karena itu hakim harus diberi wewenang yang lebih besar untuk mencari kebenaran. Disamping itu para pihak ada kewajiban yang sifatnya hukum publik, untuk membuktikan dengan segala macam alat bukti. Kewajiban ini harus disertai sanksi pidana.

Page 11: Proses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan Agama

MENU

Asas audi et alteram partem atau juga asas kedudukkan prosesuil yang sama daripada para pihak dimuka hakim merupakan asas pembagian beban pembuktian menurut teori ini.

Page 12: Proses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan Agama

MENU

Alat bukti tertulis diatur dalam pasal 138, 165, 167 HIR, 164, 285-305 Rbg. S 1867 no. 29 dan pasal 1867-1894 BW (baca juga ps. 138-147 Rv).

Alat bukti tertulis atau surat ialah segala sesuatu yang memuat tanda-tanda bacaan yang dimaksud untuk mencurahkan isi hati atau alat untuk menyampaikan buah pikiran seseorang dan dipergunakan sebagai pembuktian.

Next

Page 13: Proses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan Agama

MENU

Surat sebagai alat bukti tertulis dibagi menjadi 2 (dua):

1.Surat yang merupakan akta dan 2.Surat-surat lainnya yang bukan akta.

Sedangkan akta sendiri dibagi lebih lanjut menjadi akta otentik dan akta dibawah tangan.

Next

Page 14: Proses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan Agama

MENU

Alat bukti kesaksian diatur dalam pasal 139-152, 168-172 HIR (ps. 165-179 Rbg), 1895 dan 1902-1912 BW.

Kesaksian adalah kepastian yang diberikan kepada hakim dipersidangan tentang peristiwa yang disengketakan dengan jalan pemberitahuan secara lisan dan pribadi oleh orang yang bukan salah satu pihak dalam perkara, yang dipanggil di persidangan.

Page 15: Proses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan Agama

Pasal 164 HIR (ps. 284 Rbg, 1866 BW) menyebut sebagai alat bukti sesudah saksi: persangkaan-persangkaan (vermoedens,presumptions).

Persangkaan adakalanya dianggap sebagai alat bukti yang berdiri sendiri atau sebagai suatu dasar pembuktian atau suatu pembebasan pembebanan pembuktian, dan memang merupakan “the slipperiest member of the family of legal terms.”

Next

Page 16: Proses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan Agama

MENU

Kalau pembuktian secara yuridis, itu merupakan persangkaan yang meyakinkan, maka persangkaan itu merupakan pembuktian sementara.

Pada hakekatnya yang dimaksud dengan persangkaan tidak lain adalah alat bukti yang bersifat tidak langsung.

Misalnya saja pembuktian daripada ketidak hadiran seseorang pada suatu waktu ditempat tertentu dengan membuktikan kehadirannya pada waktu yang sama ditempat lain. Maka dengan demikian maka setiap alat bukti dapat menjadi persangkaan.

Next

Page 17: Proses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan Agama

MENU

Pengakuan (bekentenis confession) diatur dalam HIR (ps. 174, 175, 176), Rbg (ps. 311, 312, 313) dan BW, (ps. 1923-1928).

Pengakuan dapat diberikan dimuka hakim di persidangan atau diluar persidangan.

Next

Page 18: Proses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan Agama

MENU

Pengakuan di muka hakim di persidangan (gerechtelijke bekentenis) merupakan keterangan sepihak, baik tertulis maupun lisan yang tegas dan dinyatakan oleh salah satu pihak dalam perkara dipersidangan, yang membenarkan baik seluruhnya atau sebagai dari suatu peristiwa, hak atau hubungan hukum yang diajukan oleh lawannya, yang mengakibatkan pemeriksaan lebih lanjut oleh hakim tidak perlu lagi.

Pengakuan merupakan keterangan saksi sepihak, karena tidak memerlukan persetujuan dari pihak lawan

Next

Page 19: Proses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan Agama

MENU

Sumpah pada umumnya adalah suatu pernyataan yang khdmat yang diberikan atau diucapkan pada waktu memberi janji atau keterangan dengan mengingat akan sifat mahakuasa daripada Tuhan, dan percaya bahwa siapa yang memberi keterangan atau janji yang tidak benar akan dihukum oleh-Nya .

2(dua) macam yang menjadi sumpah1. Sumpah untuk berjanji melakukan atau tidak melakukan sesuatu

Next

Page 20: Proses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan Agama

MENU

Next

2(dua) macam yang menjadi sumpah

1.Sumpah promissoir ialah sumpah untuk berjanji melakukan atau tidak melakukan sesuatu .

2.Sumpah assertoir atau confirmatoir ialah sumpah untuk memberi keterangan guna meneguhkan bahwa sesuatu itu benar deikitan atau tidak.

Page 21: Proses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan Agama

MENU

Page 22: Proses Pembuktian didalam Hukum Acara Peradilan Agama

MENU