proses identifikasi anak berkebutuhan khusus...

123
PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSI: STUDI DESKRIPTIF SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Oleh: Intan Nawangwulan NIM: 151134068 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 09-Jan-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

DI SEKOLAH INKLUSI: STUDI DESKRIPTIF

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Intan Nawangwulan

NIM: 151134068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

iv

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur skripsi ini peneliti persembahkan untuk:

1. Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayahNya dalam

hidupku.

2. Orang tuaku, Bapak Gunawan Supriyono dan Ibu Neni K yang telah

memberikan doa, kasih sayang, dan dukungan yang tak terhingga besar dan

waktunya.

3. Adikku Giri Nugroho, Tiara Ayu Ningtyas, dan Vina Anatoli Sarah yang

selalu memberiku penghibur, semangat, dan doa.

4. Seseorang yang spesial dalam hidup saya Edhin Tio Wityasmoro yang selalu

memberikan doa, semangat, kasih sayang, dan meluangkan waktu untuk

berbagai hal yang kulakukan khususnya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

5. Dosen pembimbingku, Ibu Laura dan Ibu Erlita yang selalu membantu dan

membimbing dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

6. Sahabat seperjuangan skripsi, Gea, Zindy, Afri, Sasa, Evita, Tiwi, Refika, dan

Novi yang selalu memberiku semangat dan membantuku untuk

menyelesaikan tugas akhir ini.

7. Sahabat-sahabatku Afriyanda, Ardika Gea Prabawati, Frigita Zindy Isadona,

dan Irsalina Santi Khasanah yang selalu memberikan bantuan dan semangat.

8. Almamaterku tercinta Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan

berbagai pengalaman dan kenangan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

v

MOTTO

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila

engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras

(untuk urusan yang lain).

Dan hanyalah kepada Tuhamu lah engkau berharap

(QS.AL-Insyirah,6-8)

“Man Jadda Wajada”

“Siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil”

“Hidup itu seperti wayang, dimana kamu menjadi dalang atas

naskah semesta yang dituliskan oleh Tuhanmu”

(Sujiwo Tedjo)

“Doa adalah lagu hati yang membimbing ke arah singgahsana

Tuhan meskipun ditingkah oleh suara ribuan orang yang sedang

meratap”

(Kahlil Gibran)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 10 Juli 2019

Peneliti

Intan Nawangwulan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertan datangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Intan Nawangwulan

Nomor Mahasiswa : 151134068

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI

SEKOLAH INKLUSI: STUDI DESKRIPTIF”

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola

dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya diinternet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 10 Juli 2019

Yang menyatakan

Intan Nawangwulan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

viii

ABSTRAK

“PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI

SEKOLAH INKLUSI: STUDI DESKRIPTIF

Intan Nawangwulan

Universitas Sanata Dharma

2019

Identifikasi merupakan upaya untuk mengenali yang diduga memiliki

kebutuhan khusus. Pengenalan atau identifikasi anak berkebutuhan khusus

merupakan proses yang paling penting karena menentukan langkah selanjutnya

dalam melakukan asesmen. Proses asesmen digunakan untuk menentukan

program rencana pembelajaran yang tepat. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan

proses identifikasi anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi pada tahun

2018/2019. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif dengan

metode studi deskriptif, teknik pengambilan data yang digunakan yaitu

wawancara semi-terstruktur, observasi, dan dokumentasi. Subjek penelitian adalah

kepala sekolah, guru kelas atas-kelas bawah, dan GPK. Data yang diperoleh

dianalisis dengan cara reduksi, display data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa identifikasi anak berkebutuhan khusus

kurang maksimal, karena mengidentifikasi masih tergantung kepada GPK dan

psikolog. Guru belum terlalu paham tentang karakteristik anak berkebutuhan

khusus. Guru menetapkan anak tergolong anak berkebutuhan khusus pada saat

proses belajar mengajar dan tergantung pada hasil asesmen. Belum semua guru

mengikuti pelatihan dari Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Unit Layanan

Disabilitas untuk menganai anak berkebutuhan khusus, sehingga guru yang belum

mengikuti pelatihan mendapatkan informasi dari guru yang sudah mengikuti

pelatihan dan GPK. Selain minimnya informasi tentang anak berkebutuhan

khusus, guru juga mengalami kesulitan karena orang tua siswa masih

merahasiakan kondisi siswa,seperti kondisi fisik, mental, sosial, dan emosioanl

sehingga membuat guru sulit untuk mengidentifikasi dan memantau

perkembangan anak.

Kata kunci: proses identifikasi anak berkebutuhan khusus, studi deskriptif,

sekolah inklusi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

ix

ABSTRACT

IDENTIFICATION PROCCES OF CHILDREN WITH SPECIAL NEEDS IN

INCLUSIVE SCHOOL: DESCRPTIVE STUDY

Intan Nawangwulan

Universitas Sanata Dharma

2019

Identification is one of methods to recognize students that tend to have

special needs. Children with special needs recognition or identification is the

most essential fundamental before processing the next step in doing assessment.

Assessment process is used to decide the appropriate learning method program.

The purpose of this research was to describe the Identification procces of children

with special needs in Yogyakarta in 2018/2019. This research was qualitative

research by using descriptive study method. Data sampling methods was using

semi-structured interview, observation, and documentation. The method subjects

were school principal, lower-class teacher, upper-class teacher, and GPK

(teacher). The collected data was analyzed using reduction, data display and

conclusion.

The research showed that the identification process of children with special

needs were not optimal because it also depended on the teacher (GPK) and

psychologist. The teacher still learnt about the characteristic of children with

special needs so the teacher identified the children with special needs during the

learning process and based on the assessment result. Only some teachers joined

related seminars about children with special needs as a result the teachers who

did not attend the seminar would get the information from other teachers. Beside

the fact of the limited information about children with special needs, the teachers

got another issue because of the parents. The parents tended to hide the real

condition of their child so it was hard for the teachers to indentify and monitor the

children development.

Keywords: special needs identification children procces, descriptive study,

inclusive school.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti penjatkan kehadirat ALLAH SWT kerena rahmat dan

hidayahNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik yang berjudul

“Proses Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Inklusi: Studi

Deskripstif”. Skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua

pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan dalam menyusun skripsi ini,

sehingga skripsi ini dapat berhasil dengan baik. Oleh karena itu, dengan segenap

hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S. Pd., M. Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu Christiyanti Aprinastuti, S. Si., M.Pd selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

3. Kintan Limiansih, M. Pd selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

4. Laurensia Aptik Evanjeli, S. Psi., M. A selaku Dosen Pembimbing I yang

telah membimbing dan mengarahkan dengan penuh kesabaran dalam

menjalankan skripsi ini sehingga selesai.

5. Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S. Psi., M. Psi selaku Dosen Pembimbing II

yang telah membimbing dan mengarahkan dengan penuh kesabaran dalam

perjalanan skripsi ini hingga selesai.

6. Kepala Sekolah salah satu Sekolah Dasar Inklusi di Yogyakarta yang telah

mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan lancar.

7. Guru Sekolah Dasar Inklusi di Yogyakarta yang sudah membantu dan

bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

xi

9. Orang tuaku, Bapak Gunawan dan Ibu Neni yang telah memberikan doa,

kasih sayang, dan dukungan yang tak terhingga besar dan waktunya.

10. Adikku Giri Nugroho, Tiara Ayu Ningtyas, dan Vina Anatoli Sarah yang

selalu memberiku penghibur, semangat, dan doa.

11. Seseorang yang spesial dalam hidup saya Edhin Tio Wityasmoro yang selalu

memberikan doa, semangat, kasih sayang, dan meluangkan waktu untuk

berbagai hal yang kulakukan khususnya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

12. Sahabat seperjuangan skripsi, Gea, Zindy, Afri, Sasa, Evita, Tiwi, Refika, dan

Novi yang selalu memberiku semangat dan membantuku untuk

menyelesaikan tugas akhir ini.

13. Sahabat-sahabatku Afriyanda, Ardika Gea Prabawati, Frigita Zindy Isadona,

Ardya Sita Pramesti dan Irsalina Santi Khasanah yang selalu memberikan

bantuan dan semangat.

14. Almamaterku tercinta Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan

berbagai pengalaman dan kenangan.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih terdapat

banyak kekurangan. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca sekaligus

menjadi sumber belajar bagi peneliti yang memiliki tujuan mengembangkan

pendidikan inklusi.

Yogyakarta, 10 Juli 2019

Peneliti

Intan Nawangwulan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv

HALAMAN MOTTO ...................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ........................................................ vii

ABSTRAK ....................................................................................................... viii

ABSTRACT ....................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ..................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................... xii

DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5

E. Asumsi Penelitian ................................................................................ 6

F. Definisi Oprasional .............................................................................. 7

BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 8

A. Kajian Teori ......................................................................................... 8

1. Anak Berkebutuhan Khusus ........................................................... 8

2. Pendidikan Inklusi .......................................................................... 13

3. Sekolah Dasar Inklusi .................................................................... 16

4. Penyelenggaraan Sekolah Inklusi .................................................. 17

5. Identifikasi ..................................................................................... 25

B. Hasil Penelitian Relevan ...................................................................... 31

C. Kerangka Berpikir ................................................................................ 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 35

A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 37

B. Setting Penelitian ................................................................................. 37

C. Desain Penelitian .................................................................................. 38

D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 43

E. Intrumen Penelitian .............................................................................. 46

F. Kredibilitas dan Transferabilitas .......................................................... 50

1. Kredibilitas ..................................................................................... 50

2. Transferabilitas ............................................................................... 51

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

xiii

G. Teknik Analisis Data ............................................................................ 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 54

A. Deskripsi Penelitian ............................................................................. 54

1. Deskripsi Narasumber .................................................................... 55

B. Hasil Penelitian .................................................................................... 60

1. Hasil Wawancara ........................................................................... 60

2. Hasil Observasi .............................................................................. 64

3. Hasil Dokumentasi ......................................................................... 65

C. Pembahasan .......................................................................................... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 72

A. Kesimpulan .......................................................................................... 72

B. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 73

C. Saran ..................................................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 75

LAMPIRAN ..................................................................................................... 77

BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................... 106

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

xiv

DAFTAR BAGAN

Gambar 2.1 Bagan Literature Map................................................................... 34

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Wawancara ....................................................................... 47

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Observasi .......................................................................... 49

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Dokumentasi ..................................................................... 49

Tabel 4.4 Hasil Observasi ................................................................................ 64

Tabel 4.5 Hasil Dokumentasi ........................................................................... 65

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ..................................................................... 78

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ........................... 79

Lampiran 3. Reduksi Hasil Wawancarn........................................................... 80

Lampiran 4. Reduksi Hasil Observasi .............................................................. 102

Lampiran 5. Reduksi Dokumentasi .................................................................. 103

Lampiran 6. Display Data Observasi, Wawancara, Dokumentasi ................... 104

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyelenggaraan pendidikan inklusi, guru di sekolah reguler perlu

dibekali berbagai pengetahuan tentang anak berkebutuhan khusus. Di

antaranya mengetahui siapa dan bagaimana anak berkebutuhan khusus

serta karakteristiknya. Dengan pengetahuan tersebut, guru diharapkan

mampu melakukan identifikasi, peserta didik di sekolah, maupun di

masyarakat sekitar sekolah. Identifikasi anak berkebutuhan khusus

diperlukan agar keberadaan mereka dapat diketahui sedini mungkin.

Selanjutnya, program pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan mereka

dapat diberikan. Pelayanan tersebut dapat berupa penanganan medis,

terapi, dan pelayanan pendidikan dengan tujuan mengembangkan potensi

mereka.

Identifikasi adalah langkah strategis karena dengan data yang

bukan hanya sekedar informasi tetapi sebagai acuan bahan guru yang

nantinya dapat melayani kebutuhan anak yang pada dasarnya memang

memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Data tersebut akan membantu

guru untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran, melakukan analisis

intruksional, menyusun strategi pembelajaran, memilih media yang akan

dipakai, dan merancang evaluasi yang tepat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

2

Dalam mengidentifikasi anak berkebutuhan khusus, guru

diperlukan pengetahuan tentang berbagai jenis dan tingkat kelainan anak,

di antaranya adalah kelainan fisik, mental, intelektual, sosial dan emosi.

Masing- masing memiliki ciri dan tanda-tanda khusus atau karakteristik

yang dapat digunakan oleh guru untuk mengidentifikasi anak dengan

kebutuhan pendidikan khusus. Pelaksanaan identifikasi anak berkebutuhan

khusus terdapat daftar pernyataan yang berisi gejala-gejala yang nampak

pada anak untuk setiap jenis kelainan. Dengan mengamati anak yang

mengalami gejala tersebut, guru dapat menentukan anak yang

membutuhkan layanan khusus. Alat ini sifatnya masih sederhana, sebatas

melihat gejala yang nampak. Sedangkan untuk mendiagnosis yang secara

menyeluruh dan mendalam, dibutuhkan tenaga profesional yang

berwenang, seperti dokter anak dan psikolog. Jika sekolah tidak tersedia

tenaga profesional maka dengan alat identifikasi guru, tenaga pendidikan

dan orang tua dapat melakukan identifikasi.

Guru dapat melakukan proses identifikasi anak berkebutuhan

khusus secara tepat, sehingga guru dapat merumuskan langkah penangan

yang sesuai, serta melakukan bentuk intervensi secara tepat. Proses

identifikasi anak berkebutuhan khusus yang keliru dapat berdampak pada

pemberian penanganan yang keliru, sehingga dikhawatirkan

perkembangan anak tidak tercapai secara optimal. Dalam proses

identifikasi anak berkebutuhan khusus untuk memetakan ada tidaknya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

3

anak berkebutuhan khusus di sekolah dan jenis permasalahnnya, serta

dibutuhkan upaya melakukan identifikasi sejauh mana penangan yang

sudah dilakukan oleh guru terhadap anak berkebutuhan khusus.

Dari proses identifikasi dapat menjadi bahan penanganan anak

lebih lanjut yang disesuaikan dengan kebutuhan, karakteristik, dan potensi

anak. Secara khusus proses identifikasi anak berkebutuhan khusus

dimaksudkan untuk beberapa keperluan, antara lain penjaringan,

pengalihtanganan, klasifikasi, perencanaan pembelajaran, dan pemantauan

kemajuan pembelajaran.

Sekolah Dasar (SD) dan Mardasah Ibtidaiyaah (MI) yang

menyelenggarakan pendidikan inklusi akan terjadi perubahan praktis yang

memberi kesempatan kepada semua siswa anak dengan latar belakang dan

kemampuan yang berbeda untuk belajar bersama (Kustawan, 2013: 61).

Sekolah Dasar Inklusi juga diselenggarakan di Yogyakarta dan Sleman.

Sekolah yang ditunjuk dianggap mampu untuk menyelenggarakan sekolah

inklusi. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sulistianingsih pada

tahun 2017 mengenai survey penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di

Wilayah Kota Yogyakarta menunjukkan proses identifikasi anak

berkebutuhan khusus dilakukan dengan kegiatan observasi berdasarkan

kegiatan belajar di dalam kelas dan berkerja sama dengan Dinas

Pendidikan Kota Yogyakarta. Hasil dari proses identifikasi yang dilakukan

guru dijadikan sebagai penyusunan program pembelajaran yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

4

disesuaikan dengan kebutuhan dari masing-masing anak terkait hambatan

yang dialami.

Salah satu sekolah inklusi berdasarkan penelitian terdahulu oleh

Sulistianingsih tahun 2017 di Yogyakarta adalah SD Cinta Kasih, SD

Cinta Kasih sudah melakukan proses identifikasi anak berkebutuhan

khusus. SD Cinta Kasih mengidentifikasi anak berkebutuhan khusus saat

proses mengajar di dalam kelas dan dibantu oleh GPK untuk mengetahui

hambatan atau kondisi siswa saat menerima pembelajaran. Hasil proses

identifikasi anak berkebutuhan khusus yang dilakukan guru dan GPK

dijadikan sebagai menyusun program pembelajaran yang akan disesuaikan

dengan kondisi siswa. Peneliti bermaksud melakukan penelitian lebih

lanjut untuk mengetahui proses identifikasi anak berkebutuhan khusus.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wanuri pada tahun

2018 mengenai permasalahan sekolah dasar inklusi kelas bawah di SD

Harapan Mulia Wilayah Kabupaten Bantul menunjukkan bahwa proses

identifikasi anak berkebutuhan khusus belum maksimal karena guru dan

tenaga kependidikan saat mengidentifikasi anak berkebutuhan khusus

tidak didampingi GPK. Guru mengidentifikasi anak berkebutuhan khusus

dilihat dari kondisi fisik, proses pembelajaran di dalam kelas dan laporan

dari orang tua mengenai kondisi anak. Proses yang diteliti dengan sejuah

mana sekolah inklusi melakukan proses identifikasi anak berkebutuhan

khusus. Berakar dari latar belakang yang disebutkan di atas, peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

5

melakukan penelitian dengan judul “Proses Identifikasi Anak

Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi: Studi Deskriptif”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan di atas, rumusan

masalah penelitian ini sebagai berikut: “ Bagaimana proses identifikasi

anak berkebutuhan khusus disekolah inklusi?”

C. TUJUAN PENELITIAN

Mengacu pada rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini

adalah untuk mendeskripsikan proses identifikasi anak berkebutuhan

khusus disekolah inklusi.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam pendidikan baik secara

langsung maupun tidak langsung. Manfaat penelitian ini antara lain

sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, peneliti ini diharapkan dapat menguraikan proses

identifikasi anak berkebutuhan khusus disekolah inklusi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

6

Peneliti memperoleh pengalaman langsung mengenai proses

identifikasi anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi.

b. Bagi Guru

Guru mendapatkan informasi tentang proses identifikasi anak

berkebutuhan khusus di sekolah inklusi.

c. Bagi Sekolah Dasar Inklusi

Sekolah mendapatkan data tentang proses identifikasi anak

berkebutuhan khusus di sekolah inklusi.

E. ASUMSI PENELITIAN

Identifikasi merupakan salah satu bentuk informasi atau data

apakah seseorang mengalami penyimpangan dalam pertumbuhan atau

perkembangan dibandingkan dengan anak reguler. Hasil identifikasi

digunakan untuk menyusun program pembelajaran sesuai dengan

kebutuhan. Penyelenggaraan sekolah dasar inklusi diharapkan mampu

menerapkan aspek sekolah dasar inklusi dengan baik. Berdasarkan hasil

penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wanuri tahun 2018, sekolah

inklusi di SD Harapan Mulia Kabupaten Bantul serta penelitian

Sulistianingsih tahun 2017 sekolah inklusi di SD Cinta Kasih sudah

melakukan proses identifikasi anak berkebutuhan khusus. Asumsi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

7

penelitian ini adalah proses identifikasi anak berkebutuhan khusus di

sekolah inklusi dilakukan oleh guru dan GPK.

F. DEFINISI OPRASIONAL

1. Pendidikan inklusi adalah pendidikan yang berupaya menjangkau

semua anak tanpa memandang kelianan fisik maupun mental.

2. Sekolah inklusi adalah sekolah yang menerima semua anak tanpa

memandang kemampuan, kelainan fisik, kesehatan maupun latar

belakang sosial, ekomoni, dan agama.

3. Identifikasi adalah usaha guru kelas, tenaga pendidikan atau orang tua

untuk mengetahui apakah anak mengalami gangguan dalam

pertumbuhan dan perkembangan dibandingkan dengan anak reguler.

4. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan

mengalami kelaianan atau penyimpangan baik secara fisik, mental-

intelektual, sosial, dan emosional dalam proses pertumbuhan atau

perkembangan dibandingkan dengan anak-anak pada seusianya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Anak Berkebutuhan Khusus

a. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Kustawan dan Hermawan (2013: 151) mengatakan bahwa anak

berkebutuhan khusus merupakan orang yang mengalami kelainan/

menyimpang fisik atau mental yang menggangu dan merupakan rintangan

dan hambatan untuk melakukan aktifitas secara layak. Ilahi (2013: 137)

mengungkapkan bahwa anak berkebutuhan khusus bukan berarti anak

yang kelainan fisik atau anak luar biasa, melainkan memiliki pandangan

yang lebih luas dan positif bagi anak dengan keberagaman yang berbeda.

Keberagaman dalam setiap pribadi anak berkaitan dengan perbedaan

kebutuhan yang sangat esensial dalam menunjang masa depan terutama

kebutuhan untuk memperoleh pendidikan yang layak.

Dari beberapa pengertian menurut para ahli, anak berkebutuhan

khusus merupakan anak yang mengalami kelainan/ menyimpang fisik,

melainkan memiliki pandangan yang lebih luas dengan keberagaman yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

9

berbeda. Sehingga anak berkebutuhan khusus membutuhkan pendidikan

yang sesuai dengan segala hambatan dan kebutuhan masing-masing.

b. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus

Ilham (2013: 140) mengungkapkan bahwa anak berkebutuhan

khusus yang bersifat menetap (permanen) adalah anak yang memiliki

hambatan belajar dan perkembangan akibat langsung karena kecacatan,

atau bawaan sejak lahir, misalnya tunanetra, tunarungu, tunadaksa,

tunagrahita, lamban belajar, anak berbakat, anak berkesulitan belajar,

gangguan berkomunikasi, tunalaras, atau gangguan emosi dan perilaku.

Efendi (2006: 92-140) menjelaskan beberapa kategori anak

berkebutuhan khusus, yaitu:

a. Tunanetra

Anak yang mengalami gangguan penglihatan seperti kebutaan

menyeluruh atau sebagian, walaupun telah diberi pertolongan dengan

alat-alat bantu khusus dan low vision adalah anak yang memiliki

hambatan dalam penglihatan , tetapi masih dapat membaca huruf yang

bercetak tebal dan menggunakan alat bantu penglihatan atau tidak.

b. Tunarungu

Anak yang mengalami kehilangan seluruh atau sebagian daya

pendengaran, sehingga tidak mampu berkomunikasi secara verbal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

10

walaupun sudah diberi alat bantu pendengaran. Anak yang mengalami

kelainan suara, artikulasi atau pengucapan atau kelancaran bicara dapat

mengakibatkan terjadinya penyimpangan bentuk bahasa, isi bahasa,

atau fungsi bahasa.

c. Tunagrahita

Anak yang kecerdasaanya jauh di bawah rata-rata dan ditandai oleh

keterbatasan inteligensi dan tidak cakapan dalam komunikasi sosial.

Tunagrahita diklasifikasikan menjadi tiga yaitu:

1) Tunagrahita ringan, memiliki IQ antara 68-52 dan masih dapat

belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana.

2) Tunagrahita sedang, memiliki IQ 54-40 dan masih sulit untuk

belajar seperti belajar menulis, membaca, berhitung.

3) Tunagrahita berat, memiliki IQ 39-25. Tunagrahita sangat berat

memilki IQ di bawah 24, memerlukan bantuan perawatan

secara total, baik dalam hal mandi maupun makan.

d. Tunadaksa

Anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada anggota

gerak (tulang, sendi, otot). Kondisi dapat disebabkan oleh penyakit,

kecelakaan atau disebabkan oleh pembawaan sejak lahir. Tunadaksa

diklasifikasikan menjadi tiga yaitu:

1) Tunadaksa ringan, dapat berjalan tanpa alat bantu, bicara jelas,

dan dapat mengurus diri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

11

2) Tunadaksa sedang, membutuhkan bantuan untuk latihan

berbicara, berjalan, mengurus diri.

3) Tunadaksa berat, membutuhkan perawatan tetap dalam

berbicara, dan mengurus diri.

e. Tunalaras

Anak yang mengalami kelainan emosi dan perilaku. Anak

menunjukkan penentangan terhadap norma-norma sosial masyarakat

seperti mencuri, mengganggu, dan menyakiti orang lain disebut

tunasosial. Efendi (2006: 144) mengemukakan bahwa anak yang

mempunyai tingkah laku berlainan, tidak memiliki sikap yang dewasa,

melakukan pelanggaran norma-norma sosial dengan frekuensi yang

cukup besar, tidak/ kurang mempunyai toleransi kepada orang lain/

kelompok, serta mudah terpengaruh oleh suasana sehingga

menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri ataupun orang lain.

f. Autisme

Anak yang mengalami kelainan perkembangan sistem saraf pada

seseorang yang dialami sejak lahir ataupun saat masa balita dengan

gejala menutup diri sendiri secara total, dan tidak ingin berhubungan

lagi dengan dunia luar, gangguan perkembangan yang kompleks,

memengaruhi perilaku, akibatnya kekurangan kemampuan

komunikasi, hubungan sosial, dan emosional.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

12

g. ADHD/GPPH (Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas)

ADHD/GPPH adalah sebuah gangguan yang muncul pada anak dan

dapat berlanjut hingga dewasa dengan gejala meliputi gangguan

pemusatan perhatian dan kesulitan untuk fokus, kesulitan mengontrol

perilaku, dan hiperaktif (overaktif). Gejala tersebut harus tampak

sebelum usia 7 tahun dan bertahan minimal selama 6 bulan.

h. Lamban Belajar

Lamban belajar (slow learner) adalah anak yang memiliki potensi

intelektual sedikit di bawah normal tetapi belum termasuk tunagrahita.

Dalam beberapa hal mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir,

merespon rangsangan dan adaptasi sosial, tetapi masih jauh lebih baik

dibanding dengan yang tunagrahita, lebih lamban dibanding dengan

yang normal, mereka butuh waktu yang lebih lama dan berulang-ulang

untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non

akademik.

i. Anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik

Anak yang berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang secara nyata

mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus terutama

dalam hal kemampuan membaca, menulis dan berhitung atau

matematika. Permasalahan tersebut diduga disebabkan karena faktor

disfungsi neurologis, bukan disebabkan karena faktor inteligensi

(inteligensinya normal bahkan ada yang di atas normal). Anak

berkesulitan belajar spesifik dapat berupa kesulitan belajar membaca

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

13

(disleksia), kesulitan belajar menulis (disgrafia), atau kesulitan belajar

berhitung (diskalkulia), sedangkan mata pelajaran lain mereka tidak

mengalami kesulitan yang berarti.

j. Anak yang mengalami gangguan komunikasi

Anak yang mengalami gangguan komunikasi adalah anak yang

mengalami kelainan suara, artikulasi (pengucapan), atau kelancaran

bicara, yang mengakibatkan terjadi penyimpangan bentuk bahasa, isi

bahasa, atau fungsi bahasa, sehingga memerlukan pelayanan

pendidikan khusus. Anak yang mengalami gangguan komunikasi ini

tidak selalu disebabkan karena faktor ketunarunguan.

k. Gifted

Gifted adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan (inteligensi),

kreativitas, dan tanggungjawab terhadap tugas di usia anak-anak

seusianya, sehingga untuk mewujudkan potensi menjadi prestasi nyata

memerlukan pelayanan khusus.

2. Pendidikan Inklusi

a. Pengertian Pendidikan Inklusi

Pendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan yang

menungkinkan anak berkebutuhan khusus untuk dapat belajar bersama

dengan anak reguler di sekolah reguler. Tujuan pendidikan inklusi

adalah untuk menyeratakan anak berkebutuhan khusus dengan anak

reguler tanpa perbedaan. Kustawan dan Hermawan (2013: 5)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

14

mengungkapkan bahwa pendidikan inklusi adalah suatu sistem

penyelenggaraan pendidikan yang memberi kesempatan pada seluruh

peserta didik yang memiliki kelainan dan mempunyai potensi

kecerdasan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau

pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama

dengan peserta didik lainnya. Sedangkan Ilahi (2013: 27) menekankan

bahwa pendidikan inklusi sebagai sistem layanan pendidikan

mempersyaratkan agar semua anak berkebutuhan khusus dilayani di

sekolah-sekolah terdekat, di reguler bersama-sama dengan teman

seusianya.

Dari pengertian yang telah disebutkan di atas, pendidikan inklusi

adalah sekolah yang mengadopsi pendidikan untuk semua yaitu semua

anak bisa belajar di lingkungan yang sama tanpa adanya diskriminatif

untuk mewujudkan kesempatan dan saling menghargai

keanekaragaman yang bertujuan untuk mewujudkan kesempatan yang

seluas-luasnya kepada peserta didik yang berkebutuhan khusus

memperoleh pendidikan yang bermutu untuk mengembangkan bakat

dan minatnya sesuai dengan kebutuhan dan kondisi. `

b. Karakteristik Pendidikan Inklusi

Ilahi (2013: 43) mengungkapkan bahwa karakter pendidikan

inklusi tentu saja sangat terbuka dan menerima tanpa syarat anak

Indonesia yang berkeinginan kuat untuk mengembangkan kreativitas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

15

dan keterampilan mereka dalam suatu wadah yang sudah direncanakan

dengan matang.

Direktorat Pendidikan Inklusi Luar Biasa (Ilahi, 2013: 44)

menyatakan pendidikan inklusi memiliki empat karakteristik makna,

antara lain:

1) Proses yang berjalan terus dalam usahanya menemukan cara-

cara merespon keberagaman individu.

2) Mempedulikan cara-cara untuk meruntuhkan hambatan-

hambatan anak dalam belajar.

3) Anak kecil yang hadir (di sekolah), berpartisipasi dan

mendapatkan hasil belajar yang bermakna dalam hidupnya.

4) Diperuntukkan utamanya bagi anak-anak yang tergolong

masyarakat yang terpinggirkan dari kehidupan masyarakat dan

membutuhkan layanan pendidikan khasus dalam belajar.

Hakikat pendidikan inklusi merupakan memberikan peluang

sebesar-besarnya kepada setiap anak Indonesia untuk memperoleh

pelayanan pendidikan yang terbaik dan memadai demi membangun

masa depan bangsa. Peraturan Permendiknas Nomer 70 Tahun 2009

mengatakan bahwa “sistem penyelenggaraan pendidikan yang

memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki

kelainan dan memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk

mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

16

pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada

umumnya”

Berdasarkan pernyataan di atas, karakteristik pendidikan inklusi

merupakan layanan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada

semua anak dengan potensi kecerdasan untuk mengikuti pendidikan

secara bersama - sama dengan anak reguler. Proses pendidikan

tersebut hendaknya berjalan terus menerus untuk menemukan cara-

cara dalam merespon keberagaman individu, memperdulikan

hambatan-hambatan anak dalam belajar, dan diperuntunkan bagi anak-

anak eksklusif dan membutuhkan layanan khusus dalam belajar.

c. Tujuan Pendidikan Inklusi

Ilahi (2013: 38) mengungkapkan pendidikan inklusi ditujukan pada

semua kelompok yang termarginalisasi, tetapi kebijakan dan praktik

inklusi yang menyandang cacat telah menjadi katalisator utama untuk

mengembangkan pendidikan inklusi yang efektif, fleksibel, dan

tanggap terhadap keanekaragaman gaya dan kecepatan belajar. Ilahi

(2013: 39) berpendapat bahwa tujuan pendidikan inklusi, antara lain:

1) Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua

peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental,

dan sosial atau memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa

untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan

kebutuhan dan kemampuan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

17

2) Mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai

keanekaragaman, dan tidak diskriminatif bagi semua peserta

didik.

Dari beberapa pengertian di atas, tujuan pendidikan inklusi adalah

pendidikan yang mempu memberikan kesempatan kepada semua

peserta didik yang memliki fisik, emosional, mental, dan sosial atau

memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa yang memperoleh

pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan

kemampuannya.

3. Sekolah Dasar Inklusi

Ilahi (2013: 87) menjelaskan bahwa sekolah inklusi adalah sekolah

reguler yang mengakomodasi dan mengintegrasikan siswa reguler dan

siswa penyandang cacat dalam program yang sama. Sekolah harus bisa

memberikan pelayanan pendidikan yang layak dan sesuai dengan

kemampuan dari seluruh peserta didik.

Saswira (2015: 57) juga memiliki pendapat sendiri bahwa sekolah

inklusi menyediakan program pendidikan yang layak, menantang, tetapi

sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan setiap siswa mampu bantuan

dan dukungan yang dapat diberikan oleh para guru agar siswa-siswanya

berhasil. Setiap anak berhak memperoleh pendidikan yang sama termasuk

anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus bisa belajar di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

18

sekolah reguler dengan anak-anak lainnya, hal ini diharapkan dapat

memberikan dampak positif bagi seluruh peserta didik.

Dari beberapa pengertian yang telah disebutkan, sekolah dasar

inklusi adalah sekolah dasar reguler yang menerima semua anak sebagai

peserta didik yaitu anak yang memiliki kebutuhan khusus dan anak

lainnya, sehingga mereka bisa berdampingan dan memperoleh pendidikan

yang sama pada suatu sekolah.

4. Aspek Penyelenggaraan Sekolah Inklusi

Kustawan dan Hermawan (2013: 61) menjelaskan bahwa Sekolah

Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang menyelenggarakan

pendidikan inklusi akan terjadi perubahan praktis yang memberi

kesempatan kepada semua anak dengan latar belakang dan kemampuan

yang berbeda untuk belajar bersama.

Kustawan dan Hermawan (2013: 90-188) memaparkan terdapat 8

(delapan) aspek yang perlu diterapkan dalam menyelenggarakan

pendidikan inklusi, antara lain:

1) Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang mengakomodasikan

Semua Anak.

Kustawan dan Hermawan (2013: 90-91) mengatakan bahwa

penerimaan peserta didik baru di SD/MI pada setiap tahun

pelajaran perlu mempertimbangkan penerimaan peserta didik baru,

sekolah membentuk Panitia Penerimaan Peserta Didik Baru yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

19

dilengkapi dengan pendidik (guru pendidik khusus atau konselor)

yang sudah memahami tentang pendidikan inklusi dan

keberagaman karakteristik peserta didik berkebutuhan khusus

untuk sekolah yang memiliki atau berkerjasama dengan spikolog,

maka spikolog tersebut dapat ikut serta dalam kepanitian PPBD.

Ilahi (2013: 24) mengungkapkan bahwa pendidikan inklusi

memang mencerminkan pendidikan untuk semua tanpa terkecuali.

Sependapat dengan Ilahi, Kustawan (2013: 90) menyatakan bahwa

guru perlu memahami keberagaman anak dalam haknya untuk

memperoleh pendidikan yang bermutu tanpa melihat perbedaan

fisik, intelektual, sosial, dan emosi

Kustawan dan Hermawan (2013: 91-92) mengatakan bahwa

sekolah perlu membentuk Panitia PPDB yang dilengkapi oleh Guru

Pendamping Khusus (GPK) atau konselor. Dalam proses PPDB ini

perlu dilaksanakan asesmen (asesmen awal) untuk menjaring dan

menempatkan anak berkebutuhan khusus agar sekolah dapat

mengetahui kekuatan, kelemahan, kebutuhan dan standar awal

anak berkebutuhan khusus. Asesmen dilakukan oleh guru

pendamping khusus atau konselor. Kustawan (2013: 126)

menambahkan bahwa guru pendamping untuk anak berkebutuhan

khusus biasannya memiliki latar belakang pendidikan luar biasa

atau tenaga ahli seperti spikolog.

2) Identifikasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

20

Kustawan dan Herman (2013: 93) mengungkapkan bahwa

identifikasi adalah upaya guru (pendidik) dan tenaga kependidikan

lainnya untuk menemukan dan mengenali anak yang mengalami

hambatan/ kelainan/ gangguan baik fisik, intelektual, mental,

emosional, dan sosial dalam rangka pemberian layanan pendidikan

yang disesuaikan dengan kebutuhan khususnya. Guru dapat

melakukan identifikasi dengan cara mengamati atau melakukan

observasi pada gejala-gejala yang nempak yaitu gejala fisik, gejala

perilaku, dan hasil belajar. Tujuan guru melakukan identifikasi

adalah untuk menghimbau informasi atau data apakah seorang

anak mengalami kelainan atau penyimpangan dalam pertumbuhan

atau perkembangan dibandingkan dengan anak-anak pada

umumnya. Hasil identifikasi digunakan sebagai dasar untuk

menusun program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan

khususnya atau untuk menyusun program dan pelaksanaan

intervensi atau penanganan terapi berkaitan dengan hambatannya

(Kustawan dan Hermawan, 2013: 93-94).

Kustawan (2013: 93) memaparkan bahwa identifikasi

dilakukan untuk lima keperluan yaitu penjaringan (screening),

penglihatan (referral), klasifikasi (classification), perencanaan

pembelajaran (instructional planning), dan pemantauan kemajuan

belajar (monitoring pupil progress)

a) Screening

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

21

Screening meliputi kesimpulan untuk menentukan jika proses

kemajuan seorang siswa dianggap cukup berbeda dengan teman-

teman sekelasnya sehingga patut untuk menerima perubahan

pengajaran atau kondisi pada akhirnya asesmen yang lebih

mendalam untuk menetapkan adanya kondisi disabilitas.

b) Diagnosis

Keputusan besar yang terkait dengan diagnosis menyangkut

kelayakan atas layanan pendidikan khusus, pertimbangan

berdasarkan ketentuan hukum bahwa siswa dianggap layak untuk

dianggap menyandang disabilitas atau tidak.

c) Penentuan Program

Bagian utama dari keputusan penentuan program berkenan dengan

ramah yang menjadi tempat berlangsungnya layanan pendidikan

khusus yang diterima siswa, misalnya di ruang kelas pendidikan

umum, ruang sumber, atau ruang kelas pendidikan khusus yang

terpisah. Tim perencanaan program atau guru dapat melakukan

penyesuaian program dengan kemampuan yang dimiliki oleh anak

berkebutuhan khusus. Pelaksanaan program ini juga berkaitan

dengan tempat pelaksanaan program lebih baik dilaksanakan di

dalam ruang kelas pendidikan umum atau ruang kelas pendidikan

yang terpisah.

d) Penempatan Kurikulum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

22

Penempatan kurikulum meliputi keputusan mengenai level yang

akan dipilih untuk memulai pengajaran siswa. Informasi mengenai

penempatan bagi guru untuk mengetahui sejauh apa siswa-siswa

penyandang disabilitas mengakses kurikulum pendidikan umum.

e) Evaluasi Pengajaran

Keputusan dalam evaluasi pengajaran meliputi keputusan untuk

melanjutkan atau mengubah prosedur pengajaran yang telah

diterapkan pada siswa. Keputusan ini dibuat dengan memantau

kemajuan siswa secara cermat.

f) Evaluasi Program

Keputusan evaluasi program meliputi keputusan untuk

menghentikan, melanjutkan, atau memodifikasi program pendidikan

khusus seorang anak.

3) Adaptasi Kurikulum (Kurikulum Fleksibel)

Kustawan (2013: 107) memaparkan bahwa kurikulum

fleksibel adalah mengakomodasikan anak dengan berbagai latar

belakang dan kemampuan, maka kurikulum tingkat satuan

pendidikan akan lebih peka mempertimbangkan keberagaman anak

agar pembelajaran relevan dengan kemampuan dan kebutuhan.

Ilahi (2013: 169) menyatakan bahwa kurikulum tidak

sekadar dijabarkan serangkaian ilmu pengetahuan yang harus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

23

dijabarkan anak didik oleh pendidiknya, tetapi juga segala kegiatan

yang menyangkut kependidikan dan memberikan pengaruh

terhadap perkembangan anak didik dalam rangka mencapai hakikat

tujuan pendidikan yang sebenarnya, terutama perubahan tingkah

laku yang menjadi cerminan dari kualitas anak didik yang

berkepribadian luhur.

4) Merancang Bahan Ajar dan Kegiatan Pembelajaran yang Ramah

Anak

Kustawan (2013: 111) menyatakan bahwa bahan ajar atau

materi pembelajaran (instructional materials) fleksibel atau ramah

anak secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan

sikap yang harus dipelajari anak berkebutuhan khusus yang

disesuaikan dengan kebutuhan atau hambatan dalam rangka

mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Ilahi (2013:

172-173) memaparkan bahwa untuk mencapai tujuan mengajar

yang telah ditentukan, diperlukan bahan ajar. Bahan ajar tersusun

atas topik-topik dan sub-sub topik tertentu yang mengandung ide

pokok yang relevan dengan tujuan yang ditetapkan.

5) Penataan Kelas Ramah Anak

Kustawan (2013: 113) mengemukakan bahwa lingkungan

ruang kelas dapat mempengaruh terhadap hal yang dipelajari siswa,

keharusan para guru untuk mengidentifikasi dan menganalisis

ruang kelas ini akan memungkinkan mereka untuk mengantisipasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

24

atau menjelaskan permasalahan yang dialami oleh seorang siswa.

Pengelolaan ruang kelas meliputi (a) penataan unsur fisik seperti

penggunaan dinding, lebar ruangan, dan pencahayaan, (b) rutinitas

ruang kelas untuk kegiatan akademis maupun non-akademis, (c)

iklim ruang ruang kelas atau sikap terhadap perbedaan individual,

(d) pengelolaan perilaku, seperti peraturan kelas dan

pemantauannya, (e) pemanfaatan waktu untuk kegiatan pengajaran

dan non-pengajarannya.

6) Asesmen

Kustawan (2013: 93) mengatakan bahwa anak asesmen adalah

suatu upaya seseorang (orang tua, guru, maupun tenaga

kependidikan lainnya) untuk melakukan proses penjeringan

terhadap anak yang mengalami kelainan atau penyimpangan (fisik,

intelektual, sosial, emosional) dalam rangka pemberian layanan

pendidikan yang sesuai. Kustawan (2013: 97) mengatakan bahwa

asesmen merupakan berbagai informasi siswa berkebutuhan khusus

yang digunakan guru dalam merencanakan sebuah pembelajaran

yang efektif.

Kustawan (2013: 210-217) mengungkapkan guru dapat

berkontribusi dalam proses asesmen informasi pada enam ranah

penting pengambilan keputusan yaitu screening, diagnosis,

penempatan program, penempatan kurikulum, evalusi pengajaran,

dan evalusi program.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

25

7) Pengadaan dan Pemanfaatan Media Pembelajaran Aditif

Kustawan (2013: 115-117) mengungkapkan bahwa media

pembelajaran merupakan alat bantu dalam kegiatan pembelajaran.

Bagi guru media pembelajaran sangat membantu tugasnya untuk

menyampaikan pesan-pesan atau materi pembelajaran kepada

peserta didik. Media pembelajaran harus memenuhi syarat yaitu

sesuai dengan kebutuhan anak sehingga pengetahuan yang didapat

berkembang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Terdapat

anak-anak berkebutuhan khusus yang ada di sekolah reguler, maka

guru hendaknya menyesuaikan media pembelajaran yang

digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.

8) Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi merupakan proses yang penting dalam bidang

pengambilan keputusan, memilih informasi yang tepat,

mengumpulkan dan menganalisis informasi tersebut agar diperoleh

data dan yang tepat yang akan digunakan pengambilan keputusan

dalam memilih di antara beberapa alternatif. Karakteristik evaluasi

adalah: (1) mengidentifikasi aspek-aspek yang akan dievaluasi, (2)

memfasilitasi pertimbangan-pertimbangan, (3) menyediakan

informasi yang berguna, dan (4) melaporkan penyimpangan/

kelelehan untuk memperoleh remedial dari yang dapat diukur saat

itu juga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

26

5. Identifikasi

a. Pengertian Identifikasi

Cahya (2013: 28) memaparkan bahwa identifikasi sebagai usaha

seseorang (orang tua, guru, maupun tenaga kependidikan lainnya)

untuk mengetahui anak mengalami kelainan/ penyimpangan (fisik,

intelektual, sosial, dan emosional) dalam pertumbuhan atau

perkembangan dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya (anak-

anak normal). Habibi (2018: 153) mengatakan bahwa identifikasi

adalah kegiatan mengenal atau menandai suatu yang dimaknai sebagai

proses penjaringan atau proses menemukan kasus, yaitu menemukan

anak yang mempunyai kelainan/ masalah, atau profesi pendeteksi dini

terhadap anak usia dini dengan tujuan untuk mengetahui kebutuhan

anak dan kondisi kesehatan, baik fisik, psikolog, ataupun sosial.

Identifikasi dapat diketahui kondisi seorang anak, apakah pertumbuhan

dan perkembangan mengalami penyimpangan atau tidak. Jika

mengalami kelainan/penyimpangan , dapat diketahui apakah anak

tergolong (1) tunanetra, (2) tunarungu, (3) tunagrahita, (4) tunadaksa,

(5) tunalaras, (6) lambat belajar, (7) autis, (8) ADHD, (9) Anak

kesulitan belajar spesifik, (10) Anak gangguan komunikasi, (11)

Gifted.

Habibi (2018: 153) memaparkan bahwa identifikasi merupakan

langkah awal dan sangat penting untuk menandai munculnya kelainan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

27

sangat penting untuk menandai munculnya kelainan atau kesulitan

pada anak usia dini.

Dari beberapa pengertian yang telah disebutkan, identifikasi

sebagai usaha seseorang untuk mengetahui apakah seseorang mengalami

kelainan/ penyimpangan dalam pertumbuhan/ perkembangan

dibandingkan dengan anak lain seusianya.

b. Tujuan Identifikasi

Budyartati (2016: 44-45) memaparkan bahwa untuk mengetahui

informasi anak mengalami kelainan/ penyimpangan (fisik, intelektual,

sosial, dan emosional) dalam pertumbuhan perkembangan

dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya (anak-anak normal),

yang hasilnya akan dijadikan dasar untuk menyusun program

pembelajaran sesuai keadaan dan kebutuhan, kemudian akan dilakukan

assessment yang hasilnya dijadikan dasar untuk penyusunan program

pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan ketidakmampuannya.

Dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi dan dalam upaya

menanggulangi problem belajar pada anak, kegiatan identifikasi anak

berkebutuhan khusus dilakukan untuk lima keperluan, yaitu sebagai

berikut:

1) Penjaringan (screening)

Penjaringan dilakukan terhadap semua anak di kelas dengan

alat identifikasi anak berkebutuhan khusus. Identifikasi

berfungsi menandai anak-anak yang menunjukkan gelaja-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

28

gejala seperti: sering sakit-sakitan, mudah mengantuk di dalam

kelas, sulit berkonsentrasi, lamban dalam menerima pelajaran,

prestasi belajar selalu di bawah rata-rata kelas, ataupun

kesulitan untuk dibaca. Proses tersebut dapat membantu

mengetahui anak-anak yang mengalami kelainan/

penyimpangan tertentu sehingga tergolong anak berkebutuhan

khusus.

Dengan identifikasi, guru orang tua, ataupun tenaga

professional terkait, dapat dilakukan kegiatan penjaringan

secara baik dan hasilnya dapat digunakan untuk penanganan

lebih lanjut.

2) Pengalihtanganan (referal)

Proses perujukan anak oleh guru ke tenaga profesional lain

untuk membantu mengatasi masalah anak yang bersangkutan

disebut proses pengalihtanganan (referal). Jika tenaga

professional tidak tersedia, maka dapat dibantu ke tenaga lain

yang ada seperti Guru Pembimbing Khusus (Guru PLB).

Gejala-gejala yang ditemukan pada tahap penjaringan

selanjutnya anak-anak yang teridentifikasi dapat

dikelompokkan menjadi dua kelompok. Pertama, anak yang

perlu dirujuk ke ahli lain (tenaga professional) untuk

memperoleh pemeriksaan labih lanjut, misalnya: psikolog,

dokter, orthopedagog (ahli PLB), dan terapih, kemudian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

29

ditangani oleh guru. Kedua, anak yang tidak perlu dirujuk ke

ahli lain dan dapat langsung ditangani sendiri oleh guru dalam

bentuk layanan pembelajaran yang sesuai.

3) Klasifikasi

Kegiatan identifikasi bertujuan untuk menentukan anak

yang telah dirujuk ketenaga profesional benar-benar

memerlukan penanganan lebih lanjut atau langsung dapat

diberi pelayanan pendidikan khusus. Setelah dilakukan

pemeriksaan oleh tenaga profesional akan ditemukan masalah

yang perlu ditangani lebih lanjut, misalnya: pengobatan, terapi,

atau latihan-latihan khusus, sehingga guru akan berkomunikasi

kepada orang tua siswa.

Guru tidak mengobati atau memberi terapi sendiri tetapi

memfasilitasi dan meneruskan kepada orang tua tentang

kondisi anak. Guru hanya memberikan pelayanan pendidikan

sesuai dengan kondisi anak. Jika tidak ditemukan tanda-tanda

yang cukup kuat bahwa anak memerlukan penanganan lebih

lanjut, anak dapat dikembalikan ke kelas untuk mendapatkan

pelayanan pendidikan khusus di kelas reguler.

4) Perencanaan Pembelajaran

Identifikasi bertujuan untuk keperluan penyusunan program

pengajaran (PPI) yang didasarkan pada hasil pemeriksaan para

ahli yang telah diklasifikasi sesuai dengan kebutuhan khusus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

30

masing-masing anak. Setiap jenis dan tingkat kelainan anak

berkebutuhan khusus memerlukan program pembelajaran yang

berbeda antara satu dengan yang lain.

5) Pemantauan kemajuan belajar anak

Kemajuan belajar dipantau untuk mengetahui apakah

program pembelajaran yang diberikan berhasil atau tidak.

Dalam kurun waktu tertentu, anak yang tidak mengalami

kemajuan yang signifikasi, perlu ditinjau kembali beberapa

aspek yang berkaitan, misalnya: diagnosis yang telah dibuat

tepat atau tidak, program pembelajaran individual (PPI),

bimbingan belajar khusus yang dibuat sesuai atau tidak, serta

metode pembelajaran yang digunakan sesuai atau tidak.

c. Pelaksanaan Identifikasi

1) Sasaran Identifikasi

Identifikasi anak berkebutuhan khusus adalah seluruh anak usia

pra-sekolah dan usia sekolah dasar. Adapun secara khusus, sasaran

identifikasi anak berkebutuhan khusus, antara lain:

a) Anak yang sudah bersekolah di sekolah reguler

Seluruh peserta didik yang ada di sekolah tersebut untuk

mencari anak-anak yang memerlukan pelayanan pendidikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

31

khusus. Anak yang termasuk dalam proses identifikasi, perlu

dilakukan langkah-langkah untuk pemberian bantuan

pendidikan khusus sesuai kebutuhan.

b) Anak yang baru masuk di sekolah reguler

Seluruh peserta didik yang ada di sekolah untuk mencari anak

berkebutuhan khusus yang memerlukan pelayanan pendidikan

khusus. Anak yang termasuk dalam proses identifikasi, perlu

diberikan tindakan pendidikan yang sesuai dengan

kebutuhannya.

c) Anak yang belum atau tidak bersekolah

Tim khusus bekerjasama dengan Kepala Desa/Kelurahan, atau

Ketua RW dan RT setempat untuk melakukan pendataan anak

berkebutuhan khusus usia sekolah dilingkungan setempat yang

belum bersekolah.

2) Petugas Identifikasi

Identifikasi seorang anak yang tergolong anak

berkebutuhan khusus atau bukan dapat dilakukan oleh (1) guru

kelas, (2) orang tua, atau (3) tenaga professional.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang pertama dilakukan oleh Ulfah Fatmala Rizky.

Judul penelitian adalah “Identifikasi Kebutuhan Siswa Penyandang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

32

Disabilitas Pasca Sekolah Menengah Atas” bertujuan untuk

mengidentifikasi kebutuhan siswa dengan disabilitas pasca-SMA, baik di

sekolah inklusif atau sekolah khusus. Data diperoleh melalui observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Metode yang digunakan adalah kualitatif

deskriptif untuk menggambarkan dan memecahkan masalah secara

sistematis, faktual, dan akurat. Hasil penelitian tersebut menunjukkan

kebutuhan siswa paska Sekolah Menengah Atas dari pihak sekolah harus

mempersiapkan siswa yang ingin lanjut bekerja dan bisa bersaing dengan

masyarakat umum atau bisa melanjutkan ke perguruan tinggi.

Penelitian kedua dilakukan oleh Prima Linda Saswari dengan judul

penelitian yaitu “ Penerapan Identifikasi, Assessmen dan Pembelajaran

Pada Anak di Sekolah Inklusi”. Tujuan dari penelitian ini untuk

mengetahui kurangnya pengetahuan guru dan tidak adanya pedoman

pelaksanaan identifikasi terhadap anak autis. Data diperoleh melalui

wawancara dan studi dokumentasi. Metode yang digunakan oleh penulis

adalah metode kualitatif dengan prosedur penelitian yang ditempuh

melalui tiga tahapan yaitu: tahapan orientasi atau pra lapangan, tahap

ekplorasi atau pelaksanaan lapangan, dan tahap perolehan hasil penelitian.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan identifikasi di SD Banua.

Penelitihan terakhir ditulis oleh Gunarhadi dengan judul “Upaya

Peningkatan Akses Pendidikan Melalui Identifikasi Anak

Berkebutuhan Khusus Di Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen”

bertujuan untuk mengetahui jumlah anak yang teridentifikasi berkebutuhan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

33

khusus di Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen berdasarkan: jenis

kelainan, jenis kelamin, umur serta akses pendidikan baik yang sudah

mendapatkan maupun yang diharapkan ABK. Metode yang digunakan

adalah deskripstif kuantitatif dengan menggunakan pendekatan survey.

Data diperoleh menggunakan angket, wawancara, dan dokumentasi. Hasil

dari penelitian ini menunjukkan jumlah ABK sebanyak 64 anak dengan

berbagai jenis kelainan, jenis kelamin, umur. Kelainan

penglihatan/tunanetra sebesar 4 anak (6,25%), tunarungu sebesar 5 anak

(7,81%), tunagrahita sebesar 32 anak (50%), tunadaksa sebesar 8 anak

(12,5%), tunalaras sebesar 2 anak (3,13%), tunaganda sebesar 20,31%.

Jenis kelamin laki-laki dan perempuan hampir seimbang, dengan

persentase jenis kelamin laki-laki sebesar 30 anak (46,88%) dan

perempuan sebesar 34 anak (53,12%). Umur dikelompokkan ke dalam

empat kelompok, yaitu 0-6 tahun sebesar 19 anak (29,69%), 7-12 tahun

sebesar 21 anak (32,81%), 13-15 tahun sebesar 13 anak (20,31%), 16-18

tahun sebesar 11 anak (17,19%). Selain itu akses/layanan pendidikan bagi

ABK meliputi akses yang sudah diperoleh ABK usia 7-18 tahun dan akses

yang diharapkan ABK usia 0-18 tahun. ABK usia 7-18 tahun sejumlah 45

anak, sebesar 33 anak (73,33%) belum mendapat pendidikan. ABK usia 0-

18 tahun yang mengharapkan akses/layanan sebesar 49 anak, SLB sebesar

21 anak (42,85%), inklusi sebesar 8 anak (16,33%), lainnya (asrama,

bantuan dana, operasi, ketrampilan) sebesar 20 anak (40,82%).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

34

Penelitian yang sudah disebutkan di atas memiliki relevansi dengan

penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Peneliti pertama sampai

ketiga sama-sama membahas tentang identifikasi anak berkebutuhan

khusus, lalu penelitian ini juga membahas tentang identifikasi anak

berkebutuhan khusus. Penelitian kedua menggunakan teknik wawancara

dan observasi, sama dengan peneliti yang akan dilakukan ini. Penelitian

ketiga membahas identifikasi di Kabupaten Sragen, hal tersebut juga

relevan terhadap penelitian yang akan diteliti.

Ketiga penelitian tersebut memberikan relevansi kepada peneliti

yang akan dilakukan proses identifikasi anak berkebutuhan khusus di

sekolah inklusi khususnya di wilayah Yogyakarta. Penelitian ini juga

melanjutkan penelitian yang terdahulu terkait survei penyelenggaraan

sekolah inklusi di wilayah Yogyakarta. Penelitian terdahulu telah

dijabarkan bahwa terdapat 22% penyelenggaraan sekolah inklusi yang

telah memenuhi aspek sekolah inklusi dan menerapkan aspek-apek

sekolah inklusi di wilayah Yogyakarta yang telah melakukan proses

identikasi anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi. Peneliti

melakukan penelitian mengenai proses identifikasi anak berkebutuhan

khusus di sekolah inklusi. Penelitian terdahulu menjadi pendukung pada

penelitian ini terkait dengan daftar sekolah yang menerapkan pendidikan

inklusi di wilayah Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

35

Di bawah ini digambarkan dengan bagan bagaimana hubungan

antara ketiga penelitian yang relevan di atas dengan penelitian yang akan

dilakukan oleh peneliti dalam bentuk literatur map.

Ulfah Fatmala Rizky Ahmad Sofyan Gunarhadi

Identifikasi Kebutuhan Penerapan Identifikasi Upaya Peningkatan

Siswa Penyandang Assessmen dan Akses Pendidikan

Disabilitas Paska Pembelajaran pada Melalui Identifikasi

Sekolah Menengah Anak Autis di Sekolah Anak Berkebutuhan

Atas Dasar Khusus di Kecamatan

Sidoharjo Kabupaten

Sragen

Identifikasi kebutuhan Identifikasi Assessmen Aspek Pendidikan

Siswa Penyandang dan Pembelajaran Melalui Identifikasi

Disabilitas Sekolah pada Anak Autis Anak Berkebutuhan

Menengah Atas di Sekolah Dasar Khusus di Kecamatan

Sidoarjo Kabupaten

Sragen

Intan Nawangwulan

“Proses Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi: Studi

Deskriptif

Gambar 2.1 Bagan Literatur

C. Kerangka Berpikir

Identifikasi sebagai usaha seseorang (orang tua, guru, maupun

tenaga kependidikan lainnya) untuk mengetahui anak mengalami kelainan/

penyimpangan (fisik, intelektual, sosial, emosional) dalam pertumbuhan/

perkembangan akan bandingkan dengan anak-anak lain seusianya (anak-

anak normal) (Cahya, 2013: 28). Dalam mewujudkan hal tersebut perlu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

36

adanya partisipasi yang mendukung untuk keberhasilan anak berkebutuhan

khusus. Penyelenggarakan pendidikan inklusi dan menanggulangi problem

belajar pada anak, kegiatan identifikasi anak berkebutuhan khusus

dilakukan untuk lima keperluan (1) Penjaringan (screening), (2)

Pengalihtanganan (referal), (3) Klasifikasi, (4) Perencanaan Pembelajaran,

(5) Pemantauan kemajuan belajar anak.

Peneliti terdorong untuk melakukan wawancara kepada guru-guru

yang berada di Wilayah Yogyakarta untuk mengetahui permasalahan-

permasalahan yang terjadi. Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis

dan digunakan untuk mendeskripsikan permasalahan-permasalahan yang

terjadi pada sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusi.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi kepada semua pihak

yang berkepentingan dalam menyelengarakan sekolah dasar inklusi agar

dapat memperbaiki dan menekan masalah yang terjadi. Berdasarkan uraian

di atas, peneliti mengambil judul “ Proses Identfikasi Anak Berkebutuhan

Khusus di Sekolah Inklusi: Studi Deskripstif”.

Peneliti melakukan wawancara kepada kepala sekolah, guru kelas

I, IV, dan GBK di SD Cinta Kasih. Pernyataan wawancara berjumlah 10

butir pertanyaan yang berpedoman dengan aspek identifikasi anak

berkebutuhan khusus di sekolah inklusi, karena peneliti memilih

wawancara terstruktur sehingga pertanyaan sesuai dengan yang di buat

oleh peneliti. Observasi berbentuk catatan anekdot. Observasi dilakukan di

Wilayah sekolah dan guru kelas mengenai penerapan identifikasi anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

37

berkebutuhan khusus di sekolah inklusi. Sedangkan dokumentasi berupa

lembar daftar dokumentasi ada tidaknya dalam menerapkan identifikasi

anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi.

Hasil dari ketiga teknik pengimpulan data kemudian diolah dengan

teknik triangulasi data sehingga dapat disimpulkan bahwa proses

identifikasi anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi dan

mendeskripsikan proses identifikasi anak berkebutuhan khusus di sekolah

inklusi.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian mengenai proses identifikasi anak berkebutuhan khusus

di sekolah dasar inklusi wilayah Yogyakarta menggunakan pendekatan

kualitatif deskriptif. Bahruddin (2014: 9) menjelaskan bahwa penelitian

kualitatif adalah penelitian yang dapat dijelaskan dan menganalisis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

38

penemena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap kepercayaan, persepsi

seseorang atau kelompok.

Sugiyono (2011: 9) menjelaskan bahwa metode penelitian

kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada

kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai intrumen

kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan),

analisis data bersifat kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna dari pada generalisasi. Dalam penelitian ini, peneliti

melakukan penelitian terhadap fenomena alamiah tentang penerapan

identifikasi anak berkebutuhan khusus yang ada terkait delapan aspek

penyelenggaraan sekolah inklusi di Sekolah Dasar Yogyakarta.

B. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di sekolah dasar inklusi wilayah Yogyakarta dan

Kabupaten Sleman. Peneliti melakukan penelitian di SD Mekar Jaya,

SD Cinta Kasih, SD Pagi Cerah, SD Harapan Muliya. Pemilihan

sekolah dasar inklusi ini berdasarkan pada hasil penelitian terdahulu

mengenai “Penyelenggaraan sekolah inklusi di wilayah Yogyakarta”

yang dilakukan oleh Sulistianingsih pada tahun 2017. Dari hasil

penelitian tersebut, peneliti memilih sekolah dasar inklusi dalam

menerapkan identifikasi anak berkebutuhan khusus.

2. Waktu penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

39

Penelitian ini dilaksanakan dari Juni 2018 sampai dengan Juli 2019.

Berikut ini jadwal pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan.

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

No Kegiatan Tahun 2018 Tahun 2019

Jun

i

Juli

Ag

ust

us

Sep

tem

ber

Ok

tob

er

No

vem

ber

Des

emb

er

Jan

uar

i

Feb

ruar

i

Mar

et

Ap

ril

Mei

Jun

i

Juli

1. Permohonan ijin

2. Penyusunan

proposal

3. Pelaksanaan

penelitian

(wawancara,

observasi, dan

studi

dokumentasi)

4. mengolah data

5. Penyusun

laporan

C. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan metode deskriptif kualitatif dengan

wawancara semi-terstruktur. Nazir (2014: 184) mengungkapkan bahwa

pelitian deskriptif dikatakan sebagai suatu metode dalam meneliti suatu

sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran,

ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

Emzir (2012: 14) mengatakan secara umum tahapan penelitian

kualitatif:

1. Mengidentifikasi sebuah topik atau fokus

Topik-topik peneliti biasanya teridentifikasi berdasarkan

pengalam, observasi pada setting penelitian dan bacaan tentang

topik tersebut. Pada tahap pertama, peneliti membaca skripsi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

40

penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wanuri pada tahun 2018

mengenai permasalahan sekolah dasar inklusi kelas bawah di SD

Harapan Mulia Kabupaten Bantul. Hasil yang didapat dari

penelitian sebelumnya adalah proses identifikasi anak

berkebutuhan khusus belum maksimal karena guru dan tenaga

kependidikan saat mengidentifikasi anak berkebutuhan khusus

tidak didampingi GPK.

2. Melakukan tinjauan pustaka.

Tujuan pustaka bertujuan untuk mengidentifikasi informasi

penting yang relevan dengan studi dan untuk menulis suatu

pertanyaan penelitian (rumusan masalah). Pada tahap kedua,

peneliti melakukan tinjauan pustaka dengan membaca buku yang

berkaitan dengan identifikasi anak berkebutuhan khusus dan

membaca hasil penelitian terdahulu. Berdasarkan hasil penelitian

terdahulu dan informasi-informasi yang didapatkan dari buku

pustaka, peneliti memfokuskan topik penelitian pada penerapan

identifikasi anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi.

3. Mengelola jalan masuk lapangan dan menjaga hubungan baik di

lapangan

Pemilihan lapangan penelitian harus konsisten dengan topik

penelitian. Peneliti hendak mengidentifikasi suatu lapangan studi,

peneliti harus mempersiapkan dan memperkenalkan dirinya dan

hakikatnya studi kepada pengelola sekolah. Setelah mendapatkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

41

ijin dari lembaga partisipan. Peneliti diharapkan mempu menjaga

komunikasi dan hubungan yang baik dengan partisipan.

Pada tahap ketiga, peneliti menentukan tempat penelitian

yang didasarkan pada sekolah dasar inklusi dalam proses

identifikasi anak berkebutuhan khusus. Sekolah dasar inklusi

dalam proses identifikasi anak berkebutuhan khusus adalah SD

Mekar Jaya, SD Cinta Kasih, SD Pagi Cerah, dan SD Harapan

Mulia untuk melakukan penelitian dengan membawa surat

pengantar dari universitas.

4. Pemilihan partisipan

Dilihat dari jenis pertanyaan yang akan diajukan, peneliti memilih

partisipan yang dapat menyediakan informasi penting mengenai

studi tersebut. Pada tahap keempat, peneliti memilih empat

narasumber yang dapat memberikan inforasi berkaitan dengan

topik penelitian. keempat narasumber ini adalah Kepala Sekolah,

Guru Kelas I, Guru Kelas IV, dan GPK. Pemilihan keempat

narasumber dikarenakan narasumber sudah lama mengajar di SD

Cinta kasih dan sudah tahu bagaimana cara melakukan proses

identifikasi anak berkebutuhan khusus.

5. Menulis pertanyaan-pertanyaan bayangan yang didasarkan pada

topik penelitian.

Dengan menulis pertanyaan-pertanyaan bayangan yang

didasarkan pada topik penelitian ini membantu peneliti untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

42

fokus dalam pengumpulan data dan memungkinkan pengumpulkan

data dalam cara sistematis. Pada tahap kelima, sebelumnya

mengumpulkan data lapangan, peneliti terdahulu menyusun

instrumen penelitian berupa daftar pertanyaan wawancara, daftar

observasi, daftar dokumentasi.

6. Pengumpulan data.

Pada tahap keenam, peneliti mengumpulkan data dengan cara:

a. Wawancara semi-terstruktur, wawancara ini bertujuan untuk

mengetahui penerapan identifikasi anak berkebutuhan khusus

secara lebih terbuka, di mana pihak yang diwawancara dimintai

pendapat, dan ide-idenya. Peneliti menggunakan perekam suara

untuk merekam pembicaraan dengan narasumber dan menulis

isi pembicaraan dengan menggunakan buku catatan.

b. Observasi nonpartisipan yaitu peneliti menjadi penonton atau

penyaksi terhadap suatu gejala atau kejadian yang menjadi

topik penelitian. dengan kata lain, dijelaskan bahwa peneliti

tidak berinteraksi atau mempengaruhi objek yang diamati.

Observasi ini digunakan untuk memperoleh data mengenai

penerapan identifikasi anak berkebutuhan khusus di sekolah

inklusi di SD Cinta Kasih.

c. Dokumentasi, dimana peneliti mengambil dan mengumpulkan

foto-foto dan dokumen-dokumen terkait penerapan identifikasi

anak berkebutuhan khusus di SD”Cinta Kasih”. Foto-foto ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

43

diambil dengan menggunakan alat bantu yaitu kamera

handphone.

7. Dilakukan analisis data melalui membaca dan mereview data

(catatan observasi dan transkip wawancara) untuk mendeteksi

tema-tema dan pola-pola yang muncul. Pada tahap ketujuh, peneliti

menggunakan teknik analisis data dengan Model Miles dan

Huberman untuk mengelola data yang ada. Model Miles dan

Huberman ini merupakan salah satu model analisis data dengan

menggunakan tiga tahapan tiga tahapan yaitu reduksi data,

penyajian data, dan kesimpulan.

8. Interpretasi dan disseminasi hasil, dimana hasil data yang

didapatkan kemudian dirangkum dan dijelaskan dalam bentuk

naratif. Pada tahap ini, peneliti menuliskan data hasil penelitian

bentuk deskripsi.

Dalam penelitian jenis ini, peneliti menggunakan desain peneliti

deskriptif kualitatif dengan tujuan untuk menjelaskan dan menggambarkan

secara mendalam dalam penerapan identikasi anak berkebutuhan khusus di

sekolah inklusi.

D. Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2014: 62) memaparkan bahwa teknik pengumpulan data

merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan

utama peneliti adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

44

mengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang

memenuhi standar yang telah ditetapkan. Teknik pengumpulan data yang

digunakan peneliti ini adalah wawancara dan studi dokumentasi.

1. Wawancara

Melalui wawancara, peneliti dapat menggali berbagai informasi

secara rinci sesuai dengan tujuan peneliti tentang permasalahan yang

dihadapi oleh SD dalam menyelenggarakan pendidikan inklusi.

Peneliti datang ke sekolah secara langsung, memohon ijin, dan

menjelaskan tujuan dilakukan wawancara kepada narasumber.

Narasumber wawancara pada peneliti ini adalah kepala sekolah, guru

kelas bawah, guru kelas atas yang terdiri guru kelas I, guru kelas IV

dan GPK. Narasumber dan peneliti telah sepakat menentukan waktu

dan tempat berlangsungnya wawancara, peneliti dapat mengajukan

pertanyaan-pertanyaan yang sesuia dengan tujuan peneliti.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan bentuk wawancara semi-

terstruktur. Sugiyono (2011: 138) mengatakan bahwa wawancara

semi-terstruktur merupakan wawancara yang digunakan untuk

mengumpulkan data dengan membuat pertanyaan-pertanyaan secara

lisan. Sugiyono (2012: 188) memaparkan bahwa wawancara semi-

terstruktur dalam peneliti menggunakan runtutan pertanyaan yang

sudah dibuat oleh peneliti.

Sugiyono (2012: 320) mengungkapkan langkah-langkah

wawancara semi-terstruktur adalah sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

45

a. Menetapkan kepada siapa wawancara akan dilakukan.

b. Menyiapkan pokok-pokok masalah untuk mengumpulkan data

pembicara.

c. Mengawali atau membuka alur wawancara.

d. Melangsungkan alur wawancara.

e. Mengkomfirmasikan hasil wawancara dan mengakhirinya.

f. Menuliskan wawancara ke dalam catatan lapangan.

g. Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah

diperoleh.

Wawancara yang dilakukan peneliti bertujuan untuk mencari

informasi mengenai penerapan identifikasi anak berkebutuhan khusus.

Untuk mendapatkan informasi yang mendalam, peneliti melakukan

wawancara dan bertanya langsung kepada informan. Informasi dalam

penelitian ini meliputi : a) kepala sekolah, b) Guru kelas I, c) guru

kelas III, d) GPK di SD Cinta Kasih. Dalam pelaksanaan wawancara,

peneliti meminta ijin terlebih dahulu kepada kepala sekolah kemudian

meminta ijin kepada informan yaitu guru kelas I, II dan GPK serta

membuat kesepakatan mengenai waktu dan tempat wawancara.

Penelitian ini akan menggunakan perekam suara untuk merekan

pembicaraan dengan informan dan menulis isi pembicaraan dengan

menggunakan buku catatan. Setelah selesai melakukan wawancara,

peneliti menuliskan kembali hasil wawancara ke dalam transkip

wawancara. Dari kegiatan ini, peneliti berharap memperoleh informasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

46

yang mendalam berdasarkan jawaban atau pendapat yang telah

disampaikan oleh partisipan.

2. Observasi

Sugiyono (2012: 145) menyatakan bahwa observasi atau

pengamatan merupakan teknik mengumpulan data dengan cara

melakukan proses pengamatan terhadap orang atau objek-objek

lainnya. Observasi adalah suatu proses mengamatan bagian dalam

melakukan oleh peneliti dengan mengambil bagian kehidupan orang-

orang yang akan diobservasikan.

Dalam dalam hal ini, peneliti menggunakan jenis observasi non-

partisipan untuk mengumpulkan data. Emzir (2012: 41)

mengemukakan bahwa observasi non partisipan adalah peneliti

menjadi penonton atau penyaksi terhadap suatu gejala atau kejadian

yang menjadi topik penelitian. observasi ini digunakan untuk

memperoleh data mengenai penerapan identifikasi anak berkebutuhan

khusus di SD Cinta Kasih.

3. Studi Dokumentasi

Sugiyono (2012: 326) mengungkapkan bahwa dokumentasi

merupakan teknik pengumpulan data yang berperan dalam penelitian

ini. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa, dokumen berbentuk

tulisan, gambar, atau kaya-karya monumental dari seseorang.

Dokumen dalam bentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah

kehidupan, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

47

gambar misalnya, foto, gambar hidup (video), dan sketsa. Dokumen ini

dipergunakan peniliti untuk melengkapi data suati informasi yang

dikumpulkan dari hasil wawancara. Data atau informasi yang

dikumpulkan dari bahan-bahan dokumentasi yang ada di lapangan

dapat dijadikan bahan dalam pengecekan keabsenan data.

E. Instrumen Peneliti

Sugiyono (2012: 222) memaparkan bahwa yang menjadi instrumen

atau alat peneliti adalah peneliti itu sendiri. Peneliti harus paham terhadap

metode kualitatif, menguasai teori dan wawasan terhadap bidang yang

diteliti, serta memiliki kesiapan untuk memasuki lapangan. Ciri khas

penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan, dimana

pengamat memungkinkan melihat dan mengamati sendiri dari situasi yang

mungkin terjadi.

Dalam pengambilan data di lapangan, peneliti dibantu oleh

pedoman wawancara, pedoman observasi, dan alat dokumentasi. Hal ini

dilakukan peneliti untuk memudahkan dalam pengambilan data

pengumpulan data. Peneliti dalam penelitian ini menggunakan instrument

sebagai berikut:

1. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara yang telah disusun oleh peneliti berfungsi

sebagai pedoman pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber

agar topik pembicaraan tidak menyimpang dari fokus pembicaraan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

48

Pedoman wawancara berisi pertanyaan panduan bagi peneliti untuk

memperoleh informasi mengenai permasalahan yang dihadapi sekolah

dasar inklusi dalam mengidentifikasi anak berkebutuhan khusus.

Berikut ini adalah pedoman wawancara yang akan digunakan peneliti.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Wawancara

Aspek Indikator Pertanyaan Pokok

Identifikasi

Anak

Berkebutuhan

Khusus

Mengidentifikasi anak

berkebutuhan khusus

(penjaringan)

Bagaimana cara

sekolah

mengidentifikasi tipe

anak berkebutuhan

khusus?

Berapa kali sekolah

melakukan identifikasi

anak berkebutuhan

khusus dalam 1

semester?

Apakah sekolah sudah

menggunakan alat

identifikasi untuk

mengidentifikasi anak

berkebutuhan khusus?

Apakah saat identifikasi

anak berkebutuhan

khusus di dampingi

GBK atau psikologi?

Mengetahui lama

identifikasi anak

berkebutuhan khusus

(penjaringan)

Berapa lama sekolah

mengidentifikasi anak

berkebutuhan khusus

setelah PPDB?

Observasi terhadap

anak berkebutuhan

khusus (penjaringan)

Berapa kali sekolah

melakukan observasi

untuk mengetahui anak

berkebutuhan khusus?

Mengetahui kriteria

anak berkebutuhan

khusus (klasifikasi)

Bagaimana cara guru

melihat kritria-kriteria

anak berkebutuhan

khusus?

Apakah sekolah,

menggunakan kriteria

anak berkebutuhan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

49

khusus dan berapa

kriteria untuk

menetapkan anak

tersebut tipe anak

berkebutuhan khusus?

Mengetahui kendala

guru (klasifikasi)

Apa saja kendala guru

dalam mengidentifikasi

anak berkebutuhan

khusus?

Upaya penanganan

lebih lanjut untuk anak

berkebutuhan khusus

(pengalihtanganan)

Apakah sekolah

menyediakan

penanganan untuk anak

berkebutuhan khusus?

2. Pedoman Observasi

Pedoman observasi digunakan untuk mendapatkan informasi

tentang mengidentitikasi anak berkebutuhan khusus. Aspek yang

diamati adalah identifikasi anak berkebutuhan khusus untuk

mengetahui ada atau tidaknya data yang menunjukkan bahwa sekolah

telah melakukan identifikasi kepada anak berkebutuhan khusus dalam

upaya mengetahui tipe anak berkebutuhan khusus apa yang disandang

anak tersebut.

Kisi-kisi pedoman observasi dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.3 Pedoman Observasi

Aspek Indikator Catatan

Anekdot

Identifikasi

Anak

Berkebutuhan

Khusus

Melalukan identifikasi anak

berkebutuhan khusus

Upaya pengalih tangan anak

berkebutuhan khusus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

50

Menentukan kriteria anak

berkebutuhan khusus

3. Studi Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk melengkapi penggunaan

teknik wawancara serta meningkatkan kredibilitas hasil penelitian.

Dokumentasi pada penelitian ini dilakukan pada dokumen-dokumen

dan foro-foto yang berkaitan dengan identifikasi anak berkebutuhan

khusus.

Tabel 3.4 Studi Dokumentasi

Aspek Daftar Dokumen Keterangan Deskripsi

Ya Tidak

Identifikasi

Anak

Berkebutuhan

Khsus

Informasi

Perkembangan Anak

Data Orang Tua/ Wali

Murid

Alat Identifikasi Anak

Berkebutuhan Khusus

Anak yang

Teridentifikasi dan

Memerlukan Pelayanan

Khusus

F. Kredibilitas dan Transferabilitas

1. Kredibilitas

Pemeriksaan keabsenan penelitian ini dapat menggunakan

triangulasi pada sumber-sumber data yang berbeda. Sugiyono (2012:

365) Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang

bersifat menggabungkan dari beberapa teknik pengumpulan data yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

51

bersifat menggabungkan dari beberapa teknik pengumpulan data dan

sumber yang telah ada. Penelitian ini menggunakan dua macam

triangulasi yaitu triangulasi teknik dan triagulasi sumber.

Sugiyono (2012: 369) mengungkapkan bahwa triangulasi dalam

pengujian kredibilitas data padat diartikan sebagai pengecekan data

dari berbagai sumber dengan berbagai cara. Teknik triangulasi yang

dapat digunakan peneliti adalah triangulasi sumber, triangulasi teknik,

dan triangulasi waktu.

a. Triangulasi sumber untuk menguji kreadibilitas data, dilakukan

dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa

sumber. Pada peneliti ini, peneliti mencari informasi dari tiga

narasumber yang berbeda yaitu kepala sekolah, guru kelas I, guru

kelas II. Data yang didapatkan dari ketiga narasumber tersebut

kemudian diproses untuk menarik kesimpulan.

b. Triangulasi teknik untuk menguji yang dilakukan untuk menguji

kreadibilitas dan dilakukan dengan cara mengecek data kepada

narasumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Peneliti

menggunakan tiga teknik pengecekan data dengan wawancara

semi-terstruktur, observasi non pastisipan, dan dokumentasi.

2. Triangulasi waktu untuk melakukan pengecekan dengan wawancara,

observasi, dan dokumentasi dalam situasi yang berbeda. Wawancara,

observasi, dan dokumentasi dilaksanakan dengan waktu yang telah

disepakati dengan narasumber. Peneliti tidak melakukan triangulasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

52

waktu, triangulasi yang dilakukan adalah triangulasi sumber dan

teknik.

3. Transferabilitas

Sugiyono (2012: 373) mengatakan bahwa transferabilitas

merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif, dimana

validitas eksternal menunjukkan derajat ketetapan atau dapat

diterapkan hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut

diambil. Dengan demikian, pembaca akan lebih banyak memiliki

peluang untuk menstranfer sendiri hasil temuan penelitian ke dalam

kasus atau situasi lain yang mirip yang telah dibacanya. Peneliti

melalukan transbilitas dengan mengeneralisasi hasil wawancara,

observasi, dan dokumentasi dari ketiga narasumber untuk

mendapatkan kesimpulan.

G. Teknik Analisis Data

Peneliti yang melakukan analisis terhadap data yang telah diperolah

untuk mendapatkan hasil penelitian. Sugiyono (2012: 333) menyatakan

bahwa analisis data adalah proses mencapai dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, catatan

lapangan, dan bahan-bahan lainnya, sehingga dapat mudah dipahami dan

dapat diinformasikan data, menjabarkan ke dalam unit-unit sintesa,

menyusun ke dalam pola, memilih yang lebih penting dan akan dipelajari,

dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

53

Analisis data dengan menggunakan tiga tahapan yaitu reduksi data,

penyajian data, dan kesimpulan, dan verifikasi data pada penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Peneliti melakukan reduksi data dengan cara memilih data penting

dan sesuai dengan fokus penelitian. Dalam melakukan reduksi data

dapat diartikan sebagai upaya merangkum dan memilih hal-hal pokok

serta lebih fokus data yang relevan dengan permasalahan yang akan

diujikan. Dalam penelitian ini reduksi data dilakukan pada hasil

observasi dan hasil wawancara. Hasil wawancara dan dokumentasi

direduksi dengan memilih data yang penting dan sesuai dengan fokus

penelitian berdasarkan identifikasi anak berkebutuhan khusus.

2. Penyajian Data

Setelah data di reduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan

data. Data dapat lebih terorganisir dan tersusun dalam pola hubungan,

sehingga akan mudah untuk dipahami. Peneliti membuat display data

dari kesimpulan reduksi observasi dan kesimpulan reduksi wawancara

dengan berdasarkan identifikasi anak berkebutuhan khusus.

3. Verifikasi data

Penarikan kesimpulan dapat dilakukan mulai dari awal penelitian

hingga proses akhir. Dalam hal ini, kesimpulan awal yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

54

dikemukakan atau disampaikan masih bersifat sementara dan dapat

mengalami perubahan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif

merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Pada

tahap ini, peneliti menuliskan hasil kesimpulan dalam bentuk

deskripsi. Hasil kesimpulan ini merupakan temuan baru yang belum

pernah ada.

BAB IV

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

55

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Penelitian

Peneliti melakukan penelitian kualitatif dengan metode studi deskriptif

yang berjudul “Proses Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah

Inklusi: Studi Deskriptif”. Peneliti melakukan penelitian pada bulan Maret

2019 sampai Juli 2019. Pada bulan April 2019, peneliti melakukan satu

kali observasi pada aspek identifikasi anak berkebutuhan khusus saat

proses belajar mengajar. SD Cinta Kasih melakukan observasi pada

tanggal 9 April 2019. Penelitian ini dilaksanakan bersama dengan anggota

kelompok studi penelitian. Peneliti melaksanakan penelitian diawali

dengan meminta surat pengantar dari Sekretariat Pendidikan Guru Sekolah

Dasar Universitas Sanata Dharma yang digunakan untuk perizinan

penelitain kepada kepala sekolah di SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih, SD

Pagi Cerah, dan SD Harapan Mulia untuk melakukan penelitian. Peneliti

menyusun instrument wawancara, dokumentasi, dan observasi yang

ditujukan kepada kepala sekolah, GPK, dan guru kelas.

Peneliti melakukan wawancara secara bertahap pada SD Mekar Jaya

kepada guru pendamping khusus (GPK) pada tanggal 5 April 2019, kepala

sekolah dan guru kelas I pada tanggal 12 April 2019. SD Cinta Kasih

kepada guru kelas I dan kepala sekolah pada tanggal 9 April 2019, guru

kelas IV dan GPK pada tanggal 11 April 2019. SD Pagi Cerah kepada

guru pendaping khusus (GPK) dan guru kelas II pada tanggal 29 Maret

2019, kepala sekolah dan guru kelas IV pada tanggal 30 Maret 2019. SD

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

56

Harapan Mulia kepada guru kelas II pada tanggal 28 Maret 2019, guru

kelasVI pada tanggal 2 April 2019, guru pendamping khusus pada tanggal

9 April 2019, dan kepala sekolah pada tanggal 12 April 2019. Teknik

wawancara yang dilakukan oleh peneliti di SD Cinta Kasih adalah

wawancara semi terstruktur bedasarkan instrument wawancara yang telah

dibuat oleh peneliti studi menggunakan alat perekam dan catatan untuk

merekan informasi dari narasumber. Kemudian peneliti melakukan teknik

pengumpulan data observasi menggunakan lembar observasi berupa

catatan anekdot serta teknik pengumpulan data dokumentasi menggunakan

lembar dokumentasi berupa checklist. Informasi yang didapatkan

menggunakan teknik wawancara, peneliti mentranskripkan dalam bentuk

verbatim dengan tidak merubah, menambah, mengurangi informasi

maupun ekspresi, gerak tubuh, dan keadaan dari narasumber sesuai dengan

hasil wawancara yang telah direkam. Setiap hasil wawancara, observasi,

dan dokumentasi yang telah diolah, peneliti memfokuskan pada

identifikasi anak berkebutuhan khusus, kemudian peneliti membuat

display atau penyajian data dengan teks naratif langkah selanjutnya,

peneliti melakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi.

1. Deskripsi Narasumber

a. SD Mekar Jaya

1) Narasumber Pertama

Narasumber yang pertama merupakan guru pendamping

khusus (GPK) di SD Mekar Jaya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

57

2) Narasumber Kedua

Narasumber yang kedua merupakan kepala sekolah di SD

Mekar Jaya.

3) Narasumber Ketiga

Narasumber ketiga merupakan guru kelas I di SD Mekar

Jaya.

b. SD Cinta Kasih

1) Narasumber Pertama

Narasumber yang pertama merupakan kepala sekolah

bernama Bapak Sabar nama disamarkan, merupakan kepala

sekolah di SD Cinta Kasih, Bapak Sumaryata merupakan

lulusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

2) Narasumber Kedua

Narasumber kedua merupakan guru kelas I bernama Ibu

Tukiyem nama disamarkan, merupakan guru kelas I di SD Cinta

Kasih, Ibu Tukiyem merupakan lulusan S1 Pendidikan Guru

Sekolah Dasar dan sama sekali tidak pernah mengetahui

bagaimana cara mengidentifikasi anak berkebutuhan khusus.

Ketika peneliti melakukan wawancara, Ibu Tukiyem banyak

yang tidak mengetahui dengan alasan belum belajar banyak hal

tentang anak berkebutuhan khusus.

3) Narasumber Ketiga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

58

Narasumber ketiga merupakan guru kelas IV bernama Ibu

Waginem nama disamarkan, Merupakan guru di SD Cinta

Kasih, Ibu Waginem merupakan lulusan S1 Pendidikan Guru

Sekolah Dasar. Ibu Waginem awalnya merupakan salah satu

Guru Pendamping Khusus (GPK) di SD Cinta Kasih, namun

karena keterbatasan guru akhirnya Ibu Waginem mendapat tugas

menjadi guru kelas IV.

4) Narasumber Keempat

Narasumber keempat merupakan guru pendamping khusus

(GPK) bernama Ibu Chan nama disamarkan, merupakan Guru

Pendamping Khusus di SD Cinta Kasih sejak 2017. Ibu Chan

merupakan lulusan S1 Bimbingan Konseling yang juga

merangkap menjadi Guru Pendamping Khusus di SD Cinta

Kasih, namun karena sekolah keterbatasan petugas perpustakaan

akhirnya Ibu Chan mendapatkan tugas menjadi petugas

perpustakaan.

c. SD Pagi Cerah

1) Narasumber Pertama

Narasumber pertama merupakan guru pendamping khusus

(GPK) bernama Ibu Mawar nama disamarkan, merupakan guru

pendaping khusus di SD Pagi Cerah. Ibu Mawar merupakan

lulusan S1 Pendidikan Luar Sekolah (PLS).

2) Narasumber Kedua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

59

Narasumber kedua merupakan guru kelas II bernama Ibu

Yura nama disamarkan, merupakan guru kelas II di SD Pagi

Cerah. Ibu Yura merupakan lulusan S1 Pendidikan Luar Biasa.

3) Narasumber Ketiga

Narasumber ketiga merupakan kepala sekolah bernama

Bapak Anang nama disamarkan, merupakan kepala sekolah di

SD Pagi Cerah.

4) Narasumber Keempat

Narasumber keempat merupakan guru kelas IV bernama

Ibu Suni nama disamarkan, merupakan guru kelas IV di SD Pagi

Cerah.

d. SD Harapan Mulia

1) Narasumber Pertama

Narasumber pertama merupakan guru kelas II bernama Ibu

Utin nama disamarkan, merupakan guru kelas II di SD Harapan

Mulia. Inu Utin merupakan lulusan S1.

2) Narasumber Kedua

Narasumber kedua merupakan guru kelas VI bernama

Bapak Anto nama disamarkan, merupaka guru kelas VI di SD

Harapan Mulia. Bapak Anto merupakan lulusan S1.

3) Narasumber Ketiga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

60

Narasumber ketiga merupakan guru pendamping khusus (GPK)

bernama Ibu Ike nama disamarkan, merupakan guru

pendamping khusus (GPK) di SD Harapan Mulia. Ibu Ike

merupakan lulusan S1 Pendidikan Luar Biasa.

4) Narasumber Keempat

Narasumber keempat merupakan kepala sekolah di SD

Harapan Mulia bernama Ibu Susan nama disamarkan,

merupakan kepala sekolah di SD Hapan Mulia. Ibu susan

merupakan lulusan S1.

B. Hasil Penelitian

1. Wawancara

Wawancara dilaksanakan dengan menggunakan teknik wawancara

semi terstruktur terhadap 4 orang narasumber kunci yang dilakukan di

SD Cinta Kasih. Narasumber yang berhasil diwawancarai secara

intensif dengan menggunakan nama samaran yaitu Ibu/Bapak Sabar,

Tukiyem, Waginem, Chan. Wawancara dengan narasumber dengan

nama samaran Sabar dan Chan dilaksanakan hari Selasa, 9 April 2019

dengan waktu yang berbeda, narasumber dengan nama samaran

Tukiyem dan Waginem dilaksanakan hari Kamis, 11 April 2019

dengan waktu yang berbeda. Data yang didapat melalui wawancara,

dilengkapi dengan data hasil observasi langsung yang dilakukan

rentang waktu bulan April 2019. Data hasil diperkuat melalui

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

61

wawancara dan observasi, maka dilakukan penelusuran terhadap

dokumen dan arsip yang ada. Semua data hasil penelitian ini diuraikan

berdasarkan fokus pertanyaan penelitian sebagai berikut.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, identifikasi

anak berkebutuhan khusus dilakukan oleh guru kelas dan guru

pendamping khusus. Kepala sekolah mengidentifikasi anak

berkebutuhan khusus hanya dilihat dari kondisi fisik siswa, tidak ada

kondisi fisik tertentu yang ada di SD Cinta Kasih. Setelah siswa

diterima akan dilakukan asesmen bersama dengan Unit Layanan

Disabilitas, “Ya pertama tu kita liat anaknya udah keliatan, dari

fisiknya udah keliatan, terus kalo nanti udah diterima nanti kita

adakan asesmen bersama dengan Unit Layanan Disabilitas yang

sekarang di komplek SD “Cinta Kasih”, ULD unit layanan disabilitas.

dilakukan dua kali setiap semester di bulan Agustus dan September.

anak yang disinyalir ke arah iu nanti kita aesmen. Kita belum punya

intrumennya ya karena itu yang bisa menggunakan dan yang bisa

mengartikan menterjemakan itu memang orang tertentu psikiater,

psikolog kita biasanya kerjasama yang ada ULD. Proses identifikasi

ya didampingi GPK dan oleh orangtuanya, jadi kalo ada sesuatu tu

orangtuanya tau” (W1.WKSb.09042019.1-4). Guru Pendamping

Khusus menyatakan proses identifikasi anak berkebutuhan khusus

dapat dilihat berdasarkan kondisi fisiknya “identifikasi ya prosesnya

yang pertama anak harus dibawa, kemudian ada asesemen yang jelas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

62

dari psikolog atau pihak yang berwenang menyatakan anak itu adalah

anak berkebutuhan khusus, kalau anak dibawa itu sudah bisa lihat

kondisi fisiknya yang jelas anak tunadaksa” (W1.GPKa.05042019.1).

Guru kelas IV juga menambahkan informasi bahwa identifikasi anak

berkebutuhan khusus yang dilakukan oleh guru dapat dilihat dari

kemampuan kognitifnya dan kondisi fisik, “ kan ada anak yang samar-

samar kebutuhannya tidak terlihat. Secara fisik bagus, badan bagus,

Cuma ternyata kebutuhannya masuk dalam slow leaner. Ada yang

secara fisik utuh ya tapi ternyata kemarin diaajak komunikasi tidak

bisa. Dalam proses pembelajaran dilakukan selama 3 bulan, saat guru

akan memberikan soal yang mendasar dan sama, kemudian diberikan

tes yang levelnya sama. Disitu kita sudah bisa melihat anak mana

saja”.(W3.GK4b.11042019.1).

Kepala sekolah mengungkapkan bahwa setelah melihat kondisi

fisik kemudian dilakukan asesmen oleh GPK, psikolog, ULD (Unit

Pelayanan Disabilitas) dan universitas yang bekerja sama dengan

sekolah. Sekolah saat mengidentifikasi tidak menggunakan alat

identifikasi tetapi diserahkan kepada psikolog dan puskesmas. “Nanti

kalau udah diterima nanti kita adakan asesmen bersmaa dengan ULD,

anak yang disinyalir kearah itu nanti kita asesmen. Kita belum punya

instrument yak arena itu yang bisa menggunakan dan yang bisa

mengartikan menterjemahkan itu memang orang tertentu spikiater,

spikolog kita biasanya kerjasama yang ada ULD itu”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

63

(W1.WKSb.09042019.2). Guru kelas kelas IV mengungkapkan sudah

mendapatkan alat identifikasi tetapi belum terlalu paham “alat

identifikasi yang digunakan untuk mengidentifikasi anak berkebutuhan

khusus sudah ada, alat itu berupa kolom-kolom mbak, tetapi sekolah

belum bisa menggunakan karena belum terlalu paham.

(W3.GK4b.11042019.2). kepala sekolah juga menambahkan informasi

bahwa untuk memutuskan anak mengalami kelainan fisik

membutuhkan waktu 3 bulan “ya nanti pas KMB itu kan kelihatan,

biasanya itu 3 bulan baru kami bisa putuskan anak itu anak

berkebutuhan khusus atau bukan, selama 3 bulan guru mengamati ya

mbak” (W1.WKSb.09042019.5).

Ada berbagai kriteria atau tipe anak berkebutuhan khusus yang

dilakukan guru setelah melakukan identifikasi terhadap anak

berkebutuhan khusus. Guru kelas 4 mengatakan bahwa ”ya dilihat dari

kemampuannya anak, kemampuan kan tidak sama dengan anak yang

biasa dan tingkah lakuknya kadang emosi tidak bisa dikendalikan.

Sekolah menggunakan kriteria anak berkebutuhan khusus , kriteria

untuk menentapkan anak berkebutuhan khusus baru slowleaner dan

low vision” (W3.GK4b.11042019.7-10). Guru Pendamping khusus

menambahkan informasi bahwa “guru melihat kriteria anak

berkebutuhan khusus setelah PPDB kita melalui proses KMB, dalam

KMB itu kita lihat anak ini cara duduknya bagaimana, ketika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

64

dipanggil respon atau tidak, tingkah laku, sosial bagaimana”

(W1.GPKa.05042019.3-8).

Ada berbagai kendala yang dilakukan guru dalam mengidentifikasi

anak berkebutuhan khusus. Guru Pendamping khusus ngatakan

kendala yang dihadapi guru orang tua siswa yang tidak mau menerima

bahwa anaknya anak berkebutuhan khusus “sebenarnya kendala kami

tu di orang tua siswa, orang tua tidak mau jujur bahwa anaknya itu

kurang atau memiliki keterbatasan, paling ya malu po ya mbak.

Biasanya anak berkebutuhan khusus tu di anggap kaya idot to,

padahal ki ya engak. Kita sudah berusaha supaya orang tua bisa

menerima kondisi anaknya tapi tetap saja ada yang tetap ngeyel

bahwa anaknya seperti anak biasa. Emang disini tu ankanya sehat

semua mbak, tapi disini banyak anak yang kurang nangkap mbak

dalam pembelajaran. Kami sudah bingung mbak harus ngobrol

bagaimana lagi untuk memberi pengertian kepada orang tua siswa.

Orang tua siswa juga kadang ada yang tidak memberikan perhatian

saat di rumah. Anak-anak yang sekolah disini kan menengah ke bawah

mbak, jadi banyak orang tua yang tidak memperhatikan anaknya di

rumah,” (W4.GPKb.11042019.9-10)

2. Observasi

Tabel 4.1 Daftar Observasi

Aspek Indikator Catatan Anekdot Identifikasi Anak

Berkebutuhan

Khusus

Melalukan

identifikasi

anak

berkebutuhan

Di SD Cinta Kasih identifikasi anak

berkebutuhan khusus dilakukan oleh GPK

dan psikolog. Saat mengidentifikasi anak

berkebutuhan khusus sudah terlihat dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

65

khusus kondisi fisik anak, tetapi sekolah tidak

langsung menetapkan sebagai anak

berkebutuhan khusus, sehingga dibantu

oleh GPK, psikolog, ULD, dan

Universitas Negri Yogyakarta yang sudah

bekerja sama sengan sekolah. Guru

mengidentifikasi dilihat dari proses

belajar mengajar di kelas. Guru kelas

melakukan identifikasi saat pembelajaran

mulai berlangsung dan dilihat dari

bagaimana siswa mengikuti pelajaran.

Dalam mengidentifikasi anak

berkebutuhan khusus guru kelas hanya

mencatat, mengamati, dan memberikan

soal dengan soal yang sama, sehingga

akan mengetahui kemampuan anak

sampai mana. Namun apabila ada siswa

yang sejak PPDB sudah membawa

keterangan bahwa siswa tersebut anak

berkebutuhan khusus maka tidak

diperlukan lagi identifikasi dari guru dan

akan langsung diikutkan dalam asesmen

lebih lanjut.

Upaya

pengalih

tangan anak

berkebutuhan

khusus

Penanganan atau pengalihtangan terhadap

anak berkebutuhan khusus akan di tangani

oleh guru kelas atau dengan psikolog, jika

anak berkebutuhan khusus tergolong

ringan makan akan ditangani oleh guru

kelas, sedangkan anak berkebutuhan

khusus yang tergolong berat akan

dialihtangankan ke psikolog atau

puskesmas. Menentukan

kriteria anak

berkebutuhan

khusus

Pengetahuan guru tentang kriteria anak

berkebutuhan khusus sangat minim, guru

hanya mendapatkan kriteria anak

berkebutuhan khusus dari guru yang

sudah mengikuti diklat sehingga dapat

mengetahui sedikit tentang kriteria anak

berkebutuhan khusus.

3. Dokumentasi

Berikut ini akan disajikan daftar dokumentasi berdasarkan identifikasi

anak berkebutuhan khusus di SD Cinta Kasih.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

66

Tabel 4.2 Daftar Dokumen

Aspek yang

diamati

Daftar Dokumen Ya

Tidak

Keterangan

Identifikasi

Anak

Berkebutuhan

Khsus

Informasi Perkembangan Anak Sekolah

mengumpulkan

informasi

perkembangan anak

setiap tiga bulan

sekali dan dilaporkan

ke dinas pendidikan.

Data Orang Tua/ Wali Murid Sekolah memiliki

data orang tua dari

anak berkebutuhan

khusus.

Alat Identifikasi Anak

Berkebutuhan Khusus

Sekolah

menggunakan alat

identifikasi dalam

mengidentifikasi

anak berkebutuhan

khusus saat PPDB.

Anak yang Teridentifikasi dan

Memerlukan Pelayanan Khusus

Sekolah memiliki

data anak yang

teridentifikasi anak

berkebutuhan khusus.

C. Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di SD Mekar Jaya,

Cinta Kasih, Pagi Cerah, dan Harapan Mulia sudah melaksanakan proses

identifikasi anak berkebutuhan khusus. Identifikasi anak berkebutuhan

khusus bertujuan agar dapat mengetahui karakter dan kemampuan siswa

sehingga hasil identifikasi (penjaringan) dapat digunakan sebagai dasar

dalam memberikan pelayanan yang tepat untuk anak. SD Cinta Kasih

menerima semua tipe anak berkebutuhan khusus, tidak ada pengecualian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

67

tipe anak berkebutuhan khusus tertentu akan ditolak oleh pihak sekolah.

SD Mekar Jaya, SD Pagi Cerah, dan SD Harapan Mulia menerima semua

tipe anak berkebutuhan khusus tanpa pengecualian. Pihak sekolah terbuka

terhadap keberagaman dalam menerima semua tipe anak berkebutuhan

khusus dalam haknya untuk mendapatkan pendidikan yang smaa dengan

peserta didik lainnya. Hal senada dengan pernyataan Kustawan (2013: 90)

memaparkan bahwa guru peru memahami keberagaman anak dalam

haknya untuk memperoleh pendidikan yang bermutu tanpa melihat

perbedaan fisik, intelektual, sosial, dan emosi.

Pelaksanaan identifikasi anak berkebutuhan khusus di SD Cinta

Kasih terhadap calon peserta didik didampingi oleh Guru Pendamping

Khusus (GPK), sehingga untuk calon peserta didik baru yang diidentifikasi

memiliki kebutuhan khusus oleh GPK atau konselor. Sementara Kustawan

(2013: 91-92) berpendapat bahwa asesmen awal dilakukan oleh GPK atau

konselor dalam mengidentifikasi anak berkebutuhan khusus untuk

menjaring dan menempatkan anak berkebutuhan khusus agar bersekolah

dapat mengetahui kekuatan, kelemahan, kebutuhan, dan standar awal anak

berkebutuhan khusus tersebut. Pelaksanaan asesmen awal dilakukan di SD

Cinta Kasih dilakukan oleh guru yang hadir dengan melihat kondisi fisik

dan isi dari formulir pendaftaran yang berisi riwayat penyakit dan kelainan

yang dimiliki oleh calon peserta didik baru. SD Mekar Jaya, SD Pagi

Cerah, dan SD Harapan Mulia melaksanakan identifikasi di sekolah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

68

melihat kondisi fisik anak secara langsung dan informasi orang tua

mengenai calon peseta didik.

Hal tersebut sudah sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh

kustawan (2013: 91) memaparkan bahwa penerimaan peserta didik baru

terkait siswa berkebutuhan khusus perlu diberikan pedoman tersendiri,

seperti menyerahkan hasil pemeriksaan dari dokter umum atau dokter

spesial.

GPK atau konselor sangat dibutuhkan dalam mengidentifikasi anak

berkebutuhan khusus karena dengan dilakukan asesmen sedini mungkin

akan lebih mempermudah GPK maupun guru kelas dalam menangani anak

berkebutuhan khusus yang diterima di sekolah. SD Cinta Kasih memiliki

satu Guru Pendamping Khusus (GPK) yang ditugaskan oleh dinas

pendidikan, hadir ke sekolah satu minggu dua kali di setiap hari selasa dan

jumat. GPK ini masih berkuliah di salah satu Universitas yang ada di

Yogyakarta. GPK ini lebih banyak mendampingi anak berkebutuhan

khusus di kelas bawah, sedangkan di kelas atas ada guru kelas yang sudah

lama menangani anak berkebutuhan khusus. Guru pendamping ini tidak

memiliki latar belakang pendidikan maupun penanganan anak

berkebutuhan khusus karena pendidikan yang masih di tempah adalah

Program Studi Bimbingan Konseling. Sementara hal berbeda dengan yang

diungkapkan oleh Kustawan (2013: 126) mengungkapkan bahwa guru

pendamping untuk anak berkebutuhan khusus biasanya memiliki latar

belakang pendidikan luar biasa atau tenaga ahli lainnya seperti psikolog.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

69

Latar belakang pendidikan yang dimiliki guru pendamping tentunya

pempengaruhi cara guru dalam menangani anak berkebutuhan khusus.

GPK yang memiliki latar belakang pendidikan luar biasa dapat

memberikan bantuan kepada guru kelas dengan membuat program untuk

serta dalam melakukan intervensi (penanganan) terhadap anak

berkebutuhan khusus. Hal ini tentunya akan meringankan tugas guru

kelas.Tidak semua guru di SD Cinta Kasih memiliki atau ilmu menangani

anak berebutuhan khusus. Guru yang pernah mengikuti pelatihan untuk

anak berkebutuhan khusus empat guru dan sisanya belum mengikuti

pelatihan anak berkebutuhan khusus.

Ketika calon peserta didik seudah diterima oleh pihak sekolah,

peserta didik akan mengikuti kegiatan pembelajaran dikelas. Seiring

dengan berjalannya waktu, guru dapat memiliki kecurigaan terhadap

peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus. Kecurigaan yang dimiliki

guru perlu dibuktikan dengan melakukan identifikasi. Identifikasi di SD

Cinta Kasih dilakukan oleh guru kelas. Identifikasi tersebut dapat

dilakukan dengan melihat kemampuan kognitif, kondisi fisik peserta didik,

dan laporan dari orang tua peserta didik mengenai kelainan atau kebutuhan

yang dialami oleh anak. Identifikasi kondisi fisik anak berkebutuhan

khusus dapat dilakukan dengan melihat secara langsung menggunakan

indera manusia (indera penglihatan dan indera pendengaran), sedangkan

identifikasi kognitif anak dilakukan saat kegiatan pembelajaran. Hal ini

sejalan dengan pendapat Kustawan (2013: 93) mengatakan bahwa guru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

70

dapat melakukan identifikasi dengan mengamati atau melakukan observasi

pada gejala-gejala yang nampak yaitu berupa gejala fisik, gejala perilaku,

dan gejala hasil belajar. Kustawan (2013: 93) menambahkan bahwa

dengan identifikasi, guru (pendidik) dan tenaga kependidikan dapat

mengupayakan pemberian layanan pendidikan yang sesuai dengan

kebutuhan khusus masing-masing Anak Berkebutuhan Khusus.

Tujuan dari identifikasi adalah untuk mengetahui keadaan,

kemampuan dan latar belakang anak yang menjadi bekal bagi guru dalam

menentukan cara mengajar guru kelas serta upaya yang dapat diusahakan

oleh guru maupun GPK dalam mengenai anak berkebutuhan khusus.

Kustawan (2013: 93-94) mengungkapkan bahwa tujuan guru dalam

melakukan identifikasi adalah untuk menghimbau informasi atau data

apakah seorang anak mengalami kelaian atau penyimpangan dalam

pertumbuhan atau perkembangan dibandingkan dengan anak-anak pada

umunya. Hasil identifikasi digunakan sebagai dasar untuk menyusun

program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan khususnya atau untuk

menyusun program dan pelaksanaan intervensi atau penangan atau terapi

berkaitan dengan hambatannya. Sesuai dengan ungkapan Kustakawan,

hasil identifikasi digunakan oleh guru kelas sebagai pandian untuk

menyusun program-program khusus untuk anak berkebutuhan khusus

seperti menambah waktu bimbingan individu dan guru dapat menentukan

cara mengajar sebagai acuan bagiannya untuk menyampaikan materi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

71

SD Cinta Kasih melakukan proses asesmen dengan mendatangkan

tim khusus asesmen atau psikolog. Pelaksanaan asesmen ini sesuai dnegan

pengertian asesmen menurut Kustawan (2013: 93) mengatakan bahwa

anak asesmen adalah suatu upaya seseorang (orang tua, guru, maupun

tenaga kependidikan lainnya) untuk melakukan proses penjeringan

terhadap anak yang mengalami kelainan atau penyimpangan (fisik,

intelektual, sosial, emosional) dalam rangka pemberian layanan

pendidikan yang sesuai. Hal ini berarti bahwa sekolah telah berupaya

untuk memberikan salah satu pelayanan yang optimal bagi anak

berkebutuhan khusus dengan melakukan penjaringan terhadap peserta

didik yang telah diidentifikasi oleh guru kelas melalui kegiatan asesmen.

Seluruh proses dan hasil asesmen diserahkan kepada psikolog.

Guru hanya mengetahui siapa saja yang masuk daftar anak berkebutuhan

khusus. Guru kelas yang peneliti wawancarai menyatakan tidak

mengetahui secara rinci hasil asesmen yang telah dilakukan. Kondisi

seperti ini tidak sesuai dengan tujuan dilakukan asesmen yang

diungkapkan oleh Kustawan (2013: 97) mengatakan bahwa asesmen

merupakan berbagai informasi siswa berkebutuhan khusus yang digunakan

guru dalam merencanakan sebuah pembelajaran yang efektif. Informasi

tersebut diharapkan dapat menjadi dasar dalam memberikan pelayanan

yang berorientasi pada kebutuhan dan karakteristik anak. Sementara dalam

dokumen hasil asesmen berisi perkembangan anak dalam fisik, kognitif,

dan sikap anak berkebutuhan khusus. Dokumen ini juga menjelaskan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

72

penanganan yang tepat dilakukan oleh guru dan orang tua atau terapi

dalam meningkatkan perkembangan anak berkebutuhan khusus. Dokumen

hasil asesmen ini sangat membantu bagi guru kelas maupun guru

pembimbing khusus dalam menyusun program ataupun melakukan

penanganan terhadap masing-masing anak berkebutuhan khusus. Guru

belum memanfaatkan hasil asesmen tersebut untuk menyusun program

pembelajaran dan penanganan yang disesuaikan dengan karakteristik serta

kemampuan masing-masing anak berkebutuhan khusus. Guru melakukan

pemantauan kemajuan hasil belajar peserta didik di kelas dengan melihat

perkembangan anak, apakah ada peningkatan atau tidak. Pemantauan ini

bisa dilihat dari kemampuan anak dalam memahami materi saat

pembelajaran, pengamatan sikap anak dalam keseharian dan hasil ulangan

anak.

Melihat dari hasil pemantauan kemajuan tersebut, guru membuat

keputusan untuk memberikan layanan pendidikan kepada anak

berkebutuhan khusus. Layanan pendidikan yang diberikan oleh guru dapat

berupa program khusus untuk anak berkebutuhan khusus. Guru kelas

mempunyai program khusus yang berbeda untuk menangani anak

berkebutuhan khusus yang ada di dalam kelas. Guru kelas memberikan

layanan bagi anak berkebutuhan khusus seperti: menambahkan waktu

belajar dan memberikan bimbingan ketika anak berkebutuhan khusus

mengerjakan soal, melakukan pendampingan ketika anak yang lain

mengerjakan latihan soal, guru mengulangi matari yang telah disampaikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

73

sampai siswa memahami materi tersebut, semua siswa diminta untuk

mengerjakan soal yang telah disiapkan oleh guru dari berbagai mata

pelajaran dan melakukan tanya jawab mengenai materi tersebut. Hal ini

berguna bagi guru untuk selalu memantau perkembangan pemahaman

materi peserta didik. Perbedaan sikap guru dalam menghadapi anak

berkebutuhan khusus dapat dilakukan dengan memberikan perlakuan lebih

khusus dengan memberikan kasih saying, kesabaran, sikap lemah lembut,

dan perhatian yang lebih kepada anak berkebutuhan khusus. Sesuai dengan

penempatan program yang telah dilakukan oleh guru, Kustawan (2013)

mengungkapkan bahwa pendapatnya mengenai penempatan program di

mata tim perencanaan program atau guru dapat melakukan penyesuaian

program dengan kemampuan yang dimiliki oleh anak berkebutuhan

khusus. Pelaksanaan program ini juga berkaitan dengan tempat

pelaksanaan program lebih baik dilaksanakan di dalam ruangan kelas

pendidikan untuk atau ruang kelas pendidikan yang terpisah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

73

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di SD Mekar Jaya, SD

Cinta Kasih, SD Pagi Cerah, dan SD Harapan Mulia, kesimpulan

penelitian ini adalah dalam proses identifikasi anak berkebutuhan khusus

belum maksimal. Sekolah belum memiliki guru kelas berpendidikan luar

biasa dan GPK yang berpendidikan luar biasa, sehingga guru kelas

memiliki keterbatasan dalam menentukan karakterikstik anak

berkebutuhan khusus. Proses Identifikasi anak berkebutuhan khusus di SD

Mekar Jaya, SD Cinta Kasih, SD Pagi Cerah dan SD Harapan Mulia yang

dilakukan adalah penjaringan, proses penjaringan yang dilakukan adalah

guru dan tenaga pendidikan melakukan identifikasi dengan melihat kondisi

fisik anak secara langsung. Guru mengidentifikasi anak berkebutuhan

khusus dilakukan saat proses belajar di dalam kelas. Penjaringan dilakukan

selama 3 bulan untuk mengetahui apakah anak memiliki kebutuhan

khusus. Setelah menjaring anak yang memiliki kebutuhan khusus, guru

melakukan pengalihtanganan kepada GPK dan psikolog untuk diberikan

pelayanan pendidikan khusus. Anak yang teridentifikasi anak diberikan

fasilitas yang sesuai dengan anak berkebutuhan khusus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

74

B. Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat menyampaikan

keterbatasan dalam penelitian sebagai berikut:

1. Ketika melakukan wawancara dengan GPK, GPK masih berstatus

mahasiswa. Peneliti kurang mendapatkan informasi tentang anak

berkebutuhan khusus walaupun peneliti sudah memancing narasumber

dengan pertanyaan yang mudah tatpi narasumber tetap kesulitan untuk

memberikan informasi tentang anak berkebutuhan khusus.

2. Wawancara dengan narasumber dilakukan di ruang guru saat jam

istirahat, sehingga dalam hasil rekaman menjadi bising, peneliti dan

narasumber jurang fokus dalam proses wawancara dan merasa

terganggu.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat menyampaikan saran untuk

penelitian selanjutnya sebagai berikut:

1. Penelitian dapat melakukan diskusi lebih lanjut dengan narasumber

untuk memberikan informasi anak berkebutuhan khsusu sesuai dengan

topik penelitian yang sedang dibahas sehingga peneliti dapat

mengumpulkan data lebih dalam lagi sesuai dengan tujuan penelitian.

2. Peneneliti sebaiknya mengajak narasumber ke tempat yang lebih

nyaman dan santai untuk melakukan proses wawancara agar hasil yang

didapatkan mampu memberikan informasi yang sebanyak mungki.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

75

DAFTAR PUSTAKA Ahmad, R. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar Ruzz

Media.

Bandur, B. (2006). Penelitian Kualitatif Metodologi, Desain & Teknik

Analisis Data NVIVO10. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Emzir. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta:

Raja Grafindo Persada.

Herdiasyah. H. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu

Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Herdiasyah. H. (2013). Wawancara, Observasi, dan Fokus Groups:

Sebagai Instrumen Penggalian Data Kualitatif. Jakarta: Rain

Grafindo Persada.

Sugoyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugoyono. (2014). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Ilahi, M.T. (2013). Pendidikan Inklusi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Atmaja, J.R. (2018). Pendidikan Dan Bimbingan Anak Berkebutuhan

Khusus. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Desiningrum, D.R. (2016). Spikologi Anak Bekerbutuhan Khusus.

Yogyakarta: Psikosain.

Glazzard, Jonathan. (2016). Asih Asah Asuh. Yogyakarta: PT Kanisius.

Budyartati. (2016). Problematika Pembelajaran Di Sekolah Dasar.

Magetan: CV AE Media Grafika.

Cahya, LS. (2013). Adakah ABK Di Kelasku. Yogyakarta: Relasi Inti

Media.

Habibi, M. (2018). Analisis Kebutuhan Anak Usia Dini. Yogyakarta: CV

Budi Utama.

Pura, S. (2015). Studi Identifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Motivasi Menjadi Guru Sekolah Luar Biasa Di Kota Medan.

Jurnal Diversita, 1, 65-75.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

76

Rizky, U. F. (2014). Identifiaksi Kebutuhan Siswa Penyandang Disabilitas

Pasca Sekolah Menengah Atas. Jurnal IJDS, 1, (1), 52-59.

Saswira, P. L & Rahmi, T. (2015). Efektivitas Pelatihan Be Good Teacher

On Inclusive Dalam Meningkatkan Kemampuan Identifikasi

ABK. Jurnal RAP UNP, 6, 57-67.

Peraturan pemerintahan nomer 70 tahun 2009 Tentang Pendidikan Inklusi

Bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Potensi

Kecerdasan atau Bakat Istimewa.

Undang-Undang Nomer 4 Thaun 2017 Tentang Perlindungan Khusus Bagi

Anak Penyandang Disabilitas.

Undang-Undang Nomer 13 Tahun 2015 Tentang Standar Pendidikan

Nasional.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

77

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

78

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

79

Lampiran 2. Surat Telah Melakukan Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

80

Lampiran 3. Reduksi Hasil Wawancara

REDUKSI HASIL WAWANCARA

SD “Tadika Mesra”

SD (a)

SD “Cinta Kasih”

SD (b)

SD “Pagi Cerah”

SD (c)

SD “Harapan Mulia”

SD (d)

Narasumber 1

Subjek : Guru Pendamping

Khusus

Hari, tanggal : Jumat, 5 April 2019

Kode wawancara :

W1.GPKa.05042019

Narasumber 1

Subjek : Kepala Sekolah

Hari, tanggal : Selasa, 9 April 2019

Kode wawancara : W1.WKSb.09042019

Narasumber 1

Subjek : Guru Pendamping

Khusus (GPK) Provinsi

Hari, tanggal : Jumat, 29 Maret 2019

Kode wawancara :

W1.GPKc.29032019

Narasumber 1

Subjek : Guru Kelas 2

Hari, tanggal : Kamis, 28 Maret

2019

Kode wawancara :

W1.GK2d.28032019

Narasumber 2

Subjek : Kepala Sekolah

Hari, tanggal: Jumat, 12 April 2019

Kode wawancara :

W2.KSa.12042019

Narasumber 2

Subjek : Guru kelas 1

Hari, tanggal: Selasa, 9 April 2019

Kode wawancara : W2.GK1b.09042019

Narasumber 2

Subjek : Guru kelas 2

Hari, tanggal: Jumat, 29 Maret

2019

Kode wawancara :

W2.GK2c.29032019

Narasumber 2

Subjek : Guru kelas 6

Hari, tanggal: Selasa, 2 April

2019

Kode wawancara :

W2.GK6d.02042019

Narasumber 3

Subjek : Guru kelas 1

Hari, tanggal: Jumat, 12 April 2019

Kode wawancara:

W3.GK1a.12042019

Narasumber 3

Subjek : Guru kelas 4

Hari, tanggal: Kamis, 11 April 2019

Kode wawancara: W3.GK4b.11042019

Narasumber 3

Subjek : Kepala Sekolah

Hari, tanggal: Sabtu, 30 Maret 2019

Kode wawancara:

W3.KSc.30032019

Narasumber 3

Subjek : Guru Pendamping

Khusus

Hari, tanggal: Selasa, 9 April

2019

Kode wawancara:

W3.GPKd.09042019

Narasumber 4

Subjek : Guru Pendamping Khusus

Hari, tanggal: Kamis, 11 April 2019

Kode wawancara : W4.GPKb.11042019

Narasumber 4

Subjek : Guru Kelas 4

Hari, tanggal: Sabtu, 30 Maret 2019

Kode wawancara :

W4.GK4c.30032019

Narasumber 4

Subjek : Kepala Sekolah

Hari, tanggal: Jumat, 12 April

2019

Kode wawancara :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

81

W4.KSd.12042019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

82

REDUKSI HASIL WAWANCARA

SD “MEKAR JAYA”

Aspek yang

ditanyakan

Jawaban Narasumber Kesimpulan

Identifikasi anak

berkebutuhan khusus

Identifikasi ya prosesnnya yang pertama anak harus dibawa, kemudian

ada asesmen yg jelas dari psikolog atau pihak yg berwenang menyatakan

anak itu adalah abk, kalau anak dibawa itu sudah bisa lihat kondisi fisik

yang jelas anak tunadaksa. W1.GPKa.05042019.1-3.

Guru-guru di “SD Tadika Mesra”

mengidentifikasi dengan melihat fisik

anak dari luar kemudian diasesmen.

Terdapat anak berkebutuhan khusus

yaitu tunadaksa dan slow learner.

Iya kalau itu menonjol kebutuhannya menonjol secara umum guru dah bisa

ya langsung dikatakan oh ini berkebutuhan. Tapi kan ada anak yang samar-

samar kebutuhannya tidak kelihatan. Secara fisik bagus, badan bagus

cuman ternyata kebutuhannya masuk ke dalam slow learner. identifikasi

ya itu kan begitu mendaftar kan untuk yang berkebutuhan sudah

teridentifikasi mbak jadi kita kebutuhannya diluar yang kita mampu itu

diterima tapi ada yang tidak mampu kita sarankan untuk ke SLB, untuk yang

kita mampu menangani kita bisa terima dan itu jumlahnya terbatas. Satu

kelas itu harusnya cuma 3. ada yang perkelas mungkin tidak ada yang ABK

tapi ternyata disini semua abk ya to, terus disini yang ABKnya lebih dari 3.

Tapi untuk kelas 1 ternyata tadinya hanya 2 setelah seiring berjalannya

waktu itu kok ini disuruh nulis gak bisa, disuruh ini gak bisa, berkomunikasi

susah disarankan untuk asesmen. Jadi untuk yang sudah tampak yang sudah

ditentukan bahwa ini seperti ini. Untuk yang belum ya sambil jalan akan

tampak. Ada yang secara fisik utuh ya tapi ternyata kemarin itu diajak

komunikasi tidak bisa (kalau diajak ngomong….ha?.....ha?....apa?) nah

gitu jadi tak anggap nggak bisa komunikasi ditambah pas ada screening dari

puskesmas dia diajak ngomong-ngomong itu nggak bisa jawab nah itu kita

temui. Nah kita sarankan ke orang tua untuk asesmen. ya kita lihat dari

secara umum ya, umunya disini seperti ini tapi kok menemui lain dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

83

temannya nah disitu diidentifikasinya disitu tapi kalu secara tadi sudah tak

aturke nek begitu mendaftar sudah tampak ya sudah di judge ini ya kalau

belum ya tadi sambil berjalan tadi, dari proses kbm yang berjalan selama

ini.W2.KSa.12042019.1-3.

Kan keliatan mbak nanti dari luarnya saja.. kok anak ini kalo di kelas jadi

diem, atau kok dia jail sekali sema temannya begitu saja sudah keliahatan

mbak. kami kan sudah bertahun-tahun menjadi sekolah inklusi, sejak 2007,

sudah hafal.W3.GK1a.12042019.1-4.

Biasanya sekolah melakukan 2x dalam 1 semester. Sekolah ada alat

identifikasi, dulu kami ikut pelatihan jadi kami punya. Kami hanya sama

GPK saja, tapi kami juga bisa meminta bantuan yang dari ULD itu. Kami

memerlukan waktu biasannya observasi 3 bulan. W1.GPKa.05042019.2-5.

Identifikasi dilakukan 2x dalam satu

semester.

Sudah ada alat didentifikasi tetapi

belum digunakan.

Mengidentifikasi setelah PPDB

selama 3 bulan, saat mengidentifikasi

di dampingi oleh GPK dan spikolog

dari dinas dan Universitas.

Ya itu ada yang mungkin kalau dihitung dalam bulan ya sampai

pertengahan semester sekitar 3 bulan kan pengamatannya itu kan gak

langsung sekali dua kali tapi kan continue, rutin jadi kita bisa langsung

menemukan berani memastikan itu kalau setengah semester. Nanti kan

waktu mengerjakan soal itu kan bisa sambil dilihat diamati kan bisa.

W2.KSa.12042019.2.5.6.

Biasanya itu 2x .. iya mbak 2x setiap semester. 3 bulan sekali mbak.

W3.GK1a.12042019.2.5.

Guru melihat kriteria ABK setelah PPDB kita melalui proses KMB, dalam

KMB itu kita lihat anak ini cara duduknya bagaimana, ketika dipanggil

respon atau tidak, tingkah laku, sosialnya bagaimana. Karna awalnya

itukan sudah membawa hasil asesmen disitu sudah tertera, kami

menentukan kriteria ABK dari hasil asesmen tersebut. Anak yang regeuler

dan terindikasi nanti awal semester 2 akan ada asesmen yang dari dinas

bersama dengan psikologi UII nanti biasanya kami ikutkan asesmen itu.

Kalau yang reguler itu kita belum tahu, nah kita baru tahu dari proses KMB.

Ketika dalam proses KMB ini anak bermasalah lalu kami ikutkan. Tapi

Observasi dilakukan setiap hari saat

proses pembelajaran.

Kriteria anak berkebutuhan khusus di

lihat saat proses pembelajaran

berlangsung dan hasil asesmen.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

84

kalau yang jelas2 sudah terindikasi kan sudah punya file berkebutuhan

khusus, yang belum itu di amati dalam proses KMB. Jadikan disini itu

lingkungan ekonomi sosial dibawah garis, anak2 itu akan berpengaruh

mbak dengan tingkah lakunya, dengan kognitifnya pun akan beda , nah

dari situ baru kita tahu lalu kita asesmen. nah sekolah biasanya kalau ada

anak-anak seperti itu orang tuanya dipanggil baru diberitahu besok akan ada

test untuk anak ini lalu baru bisa diketahui dari kebutuhannya itu bagaimana.

Setelah proses itu orangtua ada yang menyetujui (menerima) ada yg

responnya kurang baik, tapi kita tetap harus menyampaikan. Setelah proses

itu keluar hasilnya orang tua kita panggil lagi, diberitahu bahwa anaknya

seperti ini. Kalau orang tua tidak percaya kami persilahkan untuk

membawa kembali untuk ke psikolog.W1.GPKa.05042019.3-8.

Kalau alat belum ada banyak mbak. hanya ada satu alat itu kami dapat

ketika ikut pelatihan, tp jarang dipakai mbak. kami juga minta bantuin dari

ULD deket sini itu untuk identifikasi. Ya nanti biasanya kami amati pas

KMB itu kan kelihatan.. biasanya itu 3 bulan baru kami bisa putuskan

anak itu abk atau bukan. selama 3 bulan itu kan guru mengamati ya

mbak. nanti setiap guru itu selalu ada catatan khusus tentang anak-anak itu.

W3.GK1a.12042019.3.5.

Kendala proses identifikasi biasanya karena faktor dari gurunya sendiri

itu ada biasanya kan ada yang tidak sabar, ada yang belum paham seperti

itu. Tapi kalau ada yang paham sih maklum sudah mengerti. Kalau kendala

sih disini mungkin ya dari gurunya itu kadang ada pekerjaan lain yang

harus dikerjakan tidak hanya fokus kepada anak itu. Tapi terkadang ada

guru itu yang mencatat kegiatan anak itu setiap hari. Membuat jurnal harian.

Penanganan khusus sih biasanya ditangani dengan GPK kemudian,

biasanya kalau dia benar2 sudah susah dikendalikan kami panggil ke

kantor, diajak rembugan dengan kepala sekolah.W1.GPKa.05042019.9-10.

Kendala terdapat pada guru kelas dan

orang tua, ditangani oleh PGK dan

spikolog.

Kadang-kadang itu gak Nampak itu lho mbak, kalau secara fisik bagus tapi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

85

REDUKSI HASIL WAWANCARA

nanti begitu masuk ke akademik kita temui ini slow learner banyak disini

yang slow learner. Saya juga tadinya bingung menangani yang seperti itu

soalnya kan nggak pernah menemi seperti itu disana kelasnya menengah

ke atas disini kan anak-anak yang sekolah disini kan menegah ke bawah,

jadi e biasanya faktornya kurang perhatian orang tua jadi yang slow

learner faktor keluarga juga mempengaruhi. W2.KSa.12042019.9.

Kendalanya apa ya mbak.. yang paling sering terjadi itu pasti orangtua

tidak terima kalau anaknya ABK. seperti tidak bisa menerima hasil

identifikasi kami. ya sudah nanti kami sampaikan secara pelan-pelan..

pak/buk anak ibu seperti ini... nanti kamu lihatkan catatan guru kelas, begitu

mbak.Penanganan khusus biasanya itu malah kita bawa keluar mbak. kami

kan punya dua ruangan itu lho mbak. kita bawa kesana kemudian GPKnya

nanti yang membimbing. ya mau gimana ya mbak, di kelas mereka tidak

bisa diatur, yasudah.... kita bawa keluar saja.. W3.GK1a.12042019.9-10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

86

SD “CINTA KASIH”

Aspek yang ditanyakan Jawaban Narasumber Kesimpulan

Identifikasi anak

berkebutuhan khusus

Ya pertama tu kita liat anaknya udah keliatan, dari fisiknya udah keliatan, terus

kalo nanti udah diterima nanti kita adakan asesmen bersama dengan Unit

Layanan Disabilitas yang sekarang di komplek SD Bakti itu, di IDL, ULD unit

layanan disabilitas. Itu dilakukan dua kali setiap semester di bulan Agustus dan

September hanya yang disinyalir ada tanda-tanda karena kadang-kadang kita tidak

tahu diawal-awal itu sepertinya anak itu biasa-biasa tapi nanti dibelakang

mengalami hambatan-hambatan itu lo, anak yang disinyalir ke arah iu nanti kita

aesmen. Kita belum punya intrumennya ya karena itu yang bisa menggunakan

dan yang bisa mengartikan menterjemakan itu memang orang tertentu psikiater,

psikolog kita biasanya kerjsama yang ada ULD itu. Proses identifikasi ya

didampingi GPK dan oleh orangtuanya, jadi kalo ada sesuatu tu orangtuanya

tau.W1.WKSb.09042019.1-4.

Identifikasi dilihat dari fisik anak,

dan prose pembelajaran kemudian

diasesemen.

Identifikasi dilakukan 2x dalam

satusemester.

Ada alat identifikasi tetapi guru

belum bisa menggunakan.

Proses identifikasi didampingi oleh

PGK, spikolog dari dinas dan

Universitas.

Terdapat anak berkebutuhan khusus

slowlearner

Kan kita itu gak begitu paham, saya tidak begitu paham dengan anak berkebutuhan

khusus jadi ya kita hanya melihat dari proses pembelajaran atau dilihat dari hasil

asesmen, tapi nanti kalau anak pas ada tes IQ kita ikutkan anaknya. 2 kali disetiap

semester, tapi kalau sudah ikut ya tidak ikut lagi, kan setiap tahun diberi kuota 15

anak, nah itu ananti dibagi dari kelas 1 berapa kelas 2 berapa sampai kelas 6 brp,

jadi tidak 1 kelas di ambil 15 anak. Jadi kita ratakan lah mbak. Tidak ada mbak dan

sekolah belum ada instrumennya juga mbak, jadi tahu kalau anak berkebutuhan

khusus dari orang tua engak, jadi kita umpanya pelajaran anak itu tidak bisa dan

melihat usianya juga. Ada mbak, waktu penerimaan murid baru juga ada mbak.

W2.GK1b.09042019.1-4.

Tatap muka di kelas, dalam pemahaman, nilai yang diperoleh, dan tingkah

lakunya. Indentifikasi anak dilakukan sekali dibantu dinas dan dilakukan

didalam kelas. Alat identifikasi yang digunakan untuk mengidentifikasi ABK

sudah ada, alat itu berupa kolom-kolom mbak, tetapi sekolah belum bisa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

87

menggunakan karena belum terlalu paham. Proses identifikasi didampingi GPK

dan dibantu oleh spikolog.W3.GK4b.11042019.1-4.

Ya itu tadi mbk, sulit to, karena tidak ada tes juga sih mbak, harusnya ada tapi kan

tidak ada, terkadang kita harus sesuai kuota jumlah siswa yang nantinya harus

masuk disini , jadi kalau kita kekurangan kuota kita juga serba salah. Iya itu kita

masalahnya di kuota mbak, jadi kalau misalnya kelas satu harus menerima 20

misalnya, tapi kita kurang dari 20 yaitu tadi kita harus sesuai dengan kuota.

Disekolah lebih dominan anak biasa untuk anak berkebutuhan khusus hanya 3%

aja. Dalam satu kelas itu tergantung mbak, yang tahun kemarin hanya 3 anak

berkebutuhan khusus, itu slowloner jadi dia itu pindahan mbak, mungkin dia gk

naik kali ya, tapi dia umurnya sudah melebihi, seharusnya dia sekarang dikelas 3

tapi dia sekarang masih dikelas 1, tapi sisa-sisa kemarin dari kelas 2 sampai kelas 6

itu komplet jadi anak berkebutuhannya banyak. Sebulan sekali tapi laporan

kedinasnya 3 bulan sekali. Cara identifikasinya dengan cara kita melihat ada

kemajuan yasudah nanti kita laporan, tapi kita identifikasi bisa kok setiap hari

kan bisa kita liat ini ada perkembangan tidak kalau sudah per 3 bulan nanti kita

laporan kedinas. Belum mbak, cuma kalau punya hasil tes IQ untuk anak

berkebutuhan khusus ya dilampirkan saat proses PPDB mbak. Iya pasti itu mbak,

spikolog pernah dateng tapi gak tentu mbak, tetapi kalau GPK pasti selalu

didampingi setiap saat mbak. W4.GPKb.11042019.1-4.

Itu nanti maksimal tiga bulan nanti disetiap tanggal kita sudah sudah biasa oh

ternyata ini yang ABK kelas ini ada. Kalo observasi oleh GPK setiap saat, kalau

sudah punya asesmen tidak usah bagi yang belum kita liat perilakunya sehairi-

hari karena anak ABK itu tidak mesti tidak mesti tidak mesti bodoh ya kadang-

kadang anak ABK itu malah kecerdasannya lebih dari anak yang normal, kita lihat

mungkin anak itu kok sepertinya ganggu temannya, usil sebenernya dia tu

cerdas…oh karna ternyata dia tu punya kesibukan tambahan. Kriteria itu kita

tinggal ngikuti dari hasil asesmen itu tinggal ngikut aja itu.

W1.WKSb.09042019.5-8.

Identifikasi setelah PPDB maksimal

bulan.

Observasi dilakukan setiap saat

waktu pembelajaran dan dilakukan

oleh GPK.

Kriteria dilihat dari anak mengikuti

pembelajaran dan dari hasil

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

88

Kita tu kalau dari guru baru setengah tahun baru tahu kalau anak tersebut anak

berkebutuhan khusus tapi kan kadang dari pemerintah juga dari dinas ada

pemeriksaan, jadi dikatakan anak berkebuthan khusus setelah pembelajaran

berjalan baru tahu kalau anak tersebut anak berkebutuhan khusus. Observasi

dikalukan setiap saat mbak, nanti yang biasanya melakukan obsevasi itu

GPKnya, jadi guru kelas hanya memberikan laporan kalau disetiap rapat gitu.

Kriterianya kita lihat dari hasil asesmen aja sih mbak, saya juga kurang tahu

kriteria anak berkebutuhan khusus itu bagaimana dan saya juga belum ikut diklat

jadi ya saya melihat hasil asesmen aja. W2.GK1b.09042019.5-8.

asesmen.

Sebenarnya tergantung sama wali kelas sih mbak, tapi identifikasi setelah PPDB itu

paling 10-20 menit mbak. Sekolah melakukan observasi untuk mengetahui anak

berkebutuhan khusus itu setiap saat dan setiap pembelajaran.

W3.GK4b.11042019.5-6.

Gak tentu, paling lama 1 bulan. Selama pembelajaran kan nanti keliatan yang gak

bisa kan keliatan terus kan disini sulit menerima pelajaran terus tunalaras,

disleksia juga ada jadi nanti kalau disleksia itu kan ketika dia menulis ada

kebihalangan satu huruf. W4.GPKb.11042019.5.-8.

Ya yang jelas kalau kendala guru kelas ya kalau guru kelas karena keterbatasan

wawasan tentang ABK karena terus terang ya untuk guru kelas itu pendidikan

inklusinya itu sangat minim iya sangat minim, dulu disekolahnya itu gak pernah

ada mata pelajaran seperti gitu itu lo. Yo penangannya kalau sifatnya ringan –

ringan ya kita tangani, kalau sudah agak berat ya kita rujuk ke ULD, ini di ULD

nanti kita…kita anu apa anak ini perlu di anu lagi di apa itu di observasi lagi

apakah tingkat ke-ABK-annya itu berkurang atau bertambah.

W1.WKSb.09042019.9-10.

Kendala terdapat pada guru dan

orang tua. Penanganan dilihat dari

kondisi anak jika terlalu parah akan

diberi rujukan .

Kendalanya tidak ada alat mbak kan tidak bisa memastikan anak berkebutuhan

khusus tipe ini tipe ini cuma kita melihat ciri-cirinya saja. Untuk penangannya

ya kalau ringan yang menangani wali kelas mbak tetapi kalau sudah berat ya

kita pengalihtanganan mbak ke ULD untuk dikalukan observasi lagi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

89

W2.GK1b.09042019.9-10.

Ya dilihat dari kemampuan anak, kemampuannya kan tidak sama dengan anak yang

biasa dan tingkah lakunya kadang emosi tidak bisa dikendalikan. Sekolah

menggunakan kriteria anak berkebutuhan khusus, kriteria untuk menetapkan anak

berkebutuhan khusus baru slowlearner dan low vision. Kendala dalam

mengidentifikasi anak berkebutuhan khusus belum ada semuanya masih bisa

dilakukan. Anak berkebutuhan khusus yang ada di sekolah kan yang slowlearner

jadi penangananya memberikan soal yang beda yan lebih mudah disesuaikan

dengan kemampuan anak. W3.GK4b.11042019.7-10.

Kendalanya banyak ya mbak, tapi kalau disekolah karena kita antara murid dan

guru jadi kalau maaf sekali kalau dimarahin ya mungkin masih dimaklumin.

kendalanya gak terlalu parah, tapi kendalanya di slowloner ya dipelajaran itu

tadi mbak, kita kendalanya di dia gak bisa nangkap yang kita ajarkan kadang

anak normal sudah paham yang kita ajarkan harus menunggu anak berkebutuhan

khusus kan kasian juga mbak sama-sama bosan kan. W4.GPKb.11042019.9-10.

REDUKSI HASIL WAWANCARA

SD “PAGI CERAH”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

90

Aspek yang

ditanyakan

Hasil Narasumber Kesimpulan

Identifikasi anak

berkebutuhan khusus

Untuk mengidentifikasi pertama anak itu memang diindentifikasi di apa dilihat

setelah dilihat diidentifikasi apakah anak itu berkebutuhan khusus atau tidak terus

selanjutnya untuk kelengkapan siswa baru yang belum diidentifikasi atau belum

diasesmen itu kita tetep nganu asesmen secara kelas. jadi secara global jadi untuk

menghindari apa ya menghindari dari orang tua kalo itu jadi semua anak kita

asesmen, terus yang berkebutuhan khusus itu nanti kita datangkan dari psikolog

dari puskesmas bekerja sama dengan UGM karena psikolognya itu mungkin dari

puskesmas, alatnya itu dari UGM sehingga nanti kita undang kesini terus anak-

anak yang sudah teridenditifikasi itu sudah jelas anak berkebutuhan khusus nanti

kita khususkan disana kita mendapat hasil dari itu hasil dari asesmen itu nanti kita

data kita ajukan atau kita laporkan ke pemerintah daerah juga.

W1.GPKc.29032019.1.4.

Identikasi dilihat dari fisik anak

kemudian diasesmen ke puskesmas.

Pertama pakai asesmen, yang kedua dengan observasi di kelas. kan bisa keliatan

kalo misalnya e ditanya pada waktu interaksi kan keliatan mana yang nyambung

mana yang enggak.W2.GK2c.29032019.1.

Pertama kita observasi mbak. Observasi dulu siswa seperti apa. Setelah observasi

ke identifikasi anak yang masuk ABK atau engga itu nanti kita undang psikolog

dari puseksmas kita bantu asesmen dari situ. Nanti kita tunggu hasilnya dari

puskesmas. Oh hasilnya seperti itu, jadi berarti anaknya berkebutuhan khusus. Jadi

ada psikolognya juga dari puskesmas.W3.KSc.30032019.1.

Pertama kita itu melakukan tanya jawab dengan orang tua, kondisi anaknya itu

seperti apa. Nah sekarang syarat yang kemaren kita berlakukan itu anaknya diajak

ke sini. Biasanya kan anak kalo pendaftaran ga diajak, tapi karena kemaren-

kemaren kecolongan banyak mbak, di sini itu ABKnya itu kan banyak jadi anaknya

disuruh ke sini terus diukur berat badannya berapa tinggi nya berapa kan kelihatan

to mbak fisiknya seperti apa. Lah itu terus kalo itu mencurigakan maksudnya kalo

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

91

diajak ngomong, wawancara itu kan ngomong-ngomong kan mbak kalo dia itu

kesulitan apa itu saya suruh asesmen ke puskesmas. Nanti kita terima hasilnya,

kita baca kalo memang itu hasilnya masih mampu didik kita terima.

W4.GK4c.30032019.1.

Untuk sekolah itu dari awal kita identifikasi terus asesmennya sekali dalam

kurun waktu selama belajar di SD Pagi Cerah kalau anak yang pindah dari

sekolah lain pindah kesini kalau sudah membawa surat asesmen itu sudah

enggak kita asesmen lagi sudah cukup dari sekolah yang awal

itu.W1.GPKc.29032019.2.

Identifikasi dilakukan saat observasi

setiap kali pembelajaran.

Biasanya di awal tahun jadi cuma setahun sekali tapi itu untuk asesmen loh ya,

tapi kalo untuk identifikasi itu misalnya observasi tuh setiap kali pembelajaran

kan pasti ada perkembangannya apa enggak itu kan setiap kali pembelajaran

keliatan.W2.GK2c.29032019.2.6.

Awal tahun iya, observasi dulu itu kan mbak.W3.KSc.30032019.2.

Pertama waktu pendaftaran kemudian tengah semester itu kemudian kenaikan kelas

biasanya ya itu heem. W4.GK4c.30032019.2.

Nek sekolah sendiri belum ada kami namun biasanya guru ABK itu sudah hapal

ciri-ciri anak-anak yang berkebutuhan khusus gerak gerik anak berkebutuhan

khusus itu dan kami nanti kita hanya membuat laporan ke puseksmasn atau

khusus yang mengadakan asesmen. Kemarin itu habis saja tahun ini semester

kedua ini udah baru saja itu jumlah anak 20 itu kita identifikasi yang belum-belum

itu ada beberapa anak yang belum itu mungkin kelas 1 dan kelas 2 itu kita adakan

bekerja sama dengan puskesmas.W1.GPKc.29032019.3.

Sekolah tidak menggunakan alat

identifikasi.

Kalo sekolah enggak. Kami Cuma pake observasi aja.W2.GK2c.29032019.3.

Alat identifikasi itu kita udah asesmen itu mbak, Ada apa itu namanya, yang dapat

dari diklat itu namanya apa sejenis pedoman itu.W3.KSc.30032019.3.

Kebetulan enggak Cuma kita wawancara aja, tesnya kan Cuma dari anu dari

puskesmas itu ya. Wawancara dan hasil dari belajarnya

itu.W4.GK4c.30032019.3.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

92

Mm.. untuk identifikasi atau untuk asesmen itu didampingi oleh guru GPK nya

sama piskolognya yg mengadakan tes atau tes uji identifikasi

itu.W1.GPKc.29032019.4.

Identifikasi didampingi oleh GPK dan

spikolog dari puskesmas.

Kalo asesmen kami dari apa emm minta tolong puskesmas jadi psikolog tapi kalo

observasi itu ada GPKnya.W2.GK2c.29032019.4.

Ee.. nek kami e biasa ya untuk melihat anak-anak yang berkebutuhan khusus itu

kita lihat dari pertama dari kemampuan akadamik, kemampuan akademik nek

kelas 1 khususnya kelas 1 kelas 2 itu kelas rendah biasanya untuk membedakan

hurup-hurup yang agak sejenis itu dia kesulitan. Untukk membedakan hurup-hurup

sejenis itu kesulitan. Sehingga antara b d dan terus r t itu kesulitan sehinga kita

identifikasi itu terasa kesulitan untuk itu terus itu yang pertama dalam hal

akademik. Yang kedua dalam hal tingkah laku. Tingkah laku itu biasanya

hiperaktif yang kedua nek kebalikannya lagi terlalu hiperaktif dan lalu yang kedua

hanya pendiam itu malah kadang-kadang ada kelainan itu, diam yang kedua tidak

banyak bicara, diam, hiperaktif, itu terus nanti kita identifikasi terus kita

asesmennya kita lakukan tes-tes untuk mengetahui seberapa IQ nya seberapa,

apakah bisa kita didik, apakah bisa kita bisa tingkatkan. Kalo bisa ya terus kita

terima saja, kalo seandainya itu tidak biasa kita wah kesulitan untuk

mengembangkan terus pihak sekolah biasanya terus mengundang wali murid untuk

anak ini sebaiknya dimasukkan ke sekolah yang lebih berkompeten, SLB atau apa

agar anak itu lebih berkembang secara maksimal. Biasanya orang tua pertama kali

gak mau tapi setelah kita terus setiap pertemuan ajak bicara ajak bicara akhirnya

terus kita emm menyadari.W1.GPKc.29032019.1.7-8.

Kriteria dilihat dari kemampuan

akademik, tingkah laku, dilihat dari

hasil asesmen.

Oh sebenernya kalo guru itu gak boleh langsung ngejudge ini berkebutuhan khusus

atau enggak. Kami berdasarkan asesmen. Hooh jadi kalo asesmen mengatakan

anak ini lambat belajar atau low vision atau apa gitu kan baru kami oh

berkebutuhan khusus tapi kalo kesehariannya kami mengidentifikasinya dengan

emm bagaimana kemampuan anak dengan anak yang lain. Apakah bisa

mengikuti ataukah dia kesulitan. Misalnya dalam penglihatan nya atau dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

93

menulis,biasanya seperti itu.W2.GK2c.29032019.7-8.

Setiap saya ke sini ya saya identifikasi anaknya, karena ya keterbatasan waktu ya

mbak jadi kita tidak bisa penuh dalam mengidentidfikais setiap hari. Kriterianya

itu sebenarnya bermacam-macam, nanti kita dari awal pembelajaran kita sudah

bisa lihat kalau anak itu kesulitan dalam pembelajaran ini. Anak mengalami

kesulitan apalagi untuk yg kelas paling bawah ya kelas 1, paling belum mampu

mengenal huruf aja itu sudah anu. Terus kadang dia paham eh dia tidak paham, dia

membaca bisa tapi pahamnya itu paham untuk bacaannya itu tidak paham kadang

itu kadang juga. Tapi yang kebanyakan di sini tuh di membaca. Jadi setiap ada yg

kita ada yang kurang bisa membaca itu saya sama guru kelas itu sepulang sekolah

mengadakan kayak les gitu. Jadi dari huruf a sampe z itu ada pedomannya itu yg

tanpa mengeja itu loh mbak. Ada itu nanti, kita di sana itu tiap saya datang atau tiap

hari guru kelasnya ngedrill anaknya supaya bisa membaca. Mungkin di setiap awal

semester asal bisa baca dulu di semester satu itu. Nanti semester dua fokusnya

pemahaman bacaan jadinya. Tapi kalo nanti di akhir semster dua di kelas dua eh

satu itu nanti emm apa kelihatan banget kok tidak bisa, oh berarti ini kategori ABK

tapi kan tetep dengan prioritas ada yang ABK yang ringan dan ada juga yang berat

itu loh mbak. Tapi kalo kita di kelas dua kan kalo ABK itu tidak boleh nunggak jadi

harus naik terus. Tapi kalo sebenarnya itu yang jadi masalah di situ, tapi kalo di

SLB itu sebenarnya ga naik terus ga masalah. Tapi disini kan sekolah umum jadi ya

itu tadi ada pertimbangan. Tapi ada juga yang memang kalo anak itu bener-bener

kebangetan ga bisa baru kita tidak naikan tapi di kelas satu kita naikkan, tapi kalo

di kelas dua kita tinggal. Jadi ga nganu. karena untuk kelas satu kan kasian nanti

kalo anak di kelas 2, kelas 3 benar-benar tidak mengikuti pembelajaran ndak bisa

atau gimana. Makanya di sini sekolah kita menyarankan jika anak nya bener-bener

ga mampu, kita sarankan ke SLB. Tapi kan tidak setiap orang tua mau anaknya

sekolah di SLB. Sebenernya di SLB pun tidak apa-apa karana kalau mereka lebih

fokus keterampilan itu lebih bagus. Ada yang kemaren tuh bulu tangkis ya mbak

tingkat internasional sampe Abudabi. Kemaren abis lomba itu karena ketekunan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

94

guru dalam melatih dan memasukan ke club itu ya mbak jadi tidak serta merta anak

ASLB itu anak yang idiot, gila. Tapi kan pemikiran orang seperti itu.

W3.KSc.30032019.5.7.

Itu waktu pendaftaran aja mbak. Tapi kalo sudah ada asesmen dari sana kita

langsung cepet-cepet ke keluarganya faktor-faktor yang mempengaruhi anaknya

seperti itu apa. Ya wawancara itu lah mbak masih sederhana. Kalo sini itu Cuma

pas pendafataran dan tanya-tanya temen yang deketnya itu pas mau masuk aja.

Kemudian kalo sudah berlanjut ya memang saya tanyakan. Kan kadang anak tuh

kalo disini do comeng ngelam terus mbak. Nah saya kan juga perlu iki ngopo yo

terus saya observasi ke orang tua kalo ada hal-hal yang mencurigakan. Maksudnya

kayak gak sewajarnya anak normal gitu oh. Kalo engga ya engga, itu juga

menyinggung poeraasaan to mbak. Makanya kalo gak terlalu maksudnya anak

menyendiri diam itu karena anaknya ada problem keluarga mbak, maaf sini tuh

banyak yang broken home juga terus lingkungan sana itu bapaknya juga banyak

yang pemabuk. Kan anaknya juga suka banget to cerita. Aku wis tau ngombe iki

loh buk terus saya haduh ko iki, mungkin faktor keluarga juga to mbak kita bisa

menyimpulkan. Sekalian observasi to mbak. Jadi ya keluarga juga sangat

mempengaruhi. Itu saya anu mbak tanya dengan riwayatnya. Riwayatnya orang tua

kan tau mbak. Misalnya dulu lahirnya gimana gimana gimana. Terus kemudian

perkembangannya. Saya sering melihat, apa itu namanya emm kayak hasil dari

posyandu itu? KAMS? Apa itu aaaaa iya itu yang itu. Dulu kelas 1 sering saya

suruh kumpulin perkembangan anaknya gimana itu. Itu kan bisa to misalnya dari

umur satu tahun perkebangan fisiknya bagaimana. Itu juga Pernah saya lakukan

seperti itu. Kalo sekolah sendiri kan belum mampu mendiagnosa sendiri tapi dari

secara global aja kita ngajak anaknya ngobrol gitu. Bisa nyambung ngga. Terus

kemudian kalo yang khusus itu gitu.W4.GK4c.30032019.9.

Kendala dari orang tua dan

lingkungan rumah. Penanganan

dilakukan secara cara mengawasi

setiap tingkah anak.

Emm sebenernya untuk me..mengajar tentang anak berkebutuhan itu banyak

kendalanya memang ya, tapi kami guru-guru kami sudah di.. sering ditatar

tentang bagaimana sekolah SPPI, apa yang harus dikerjakan biasnya guru-guru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

95

sudah siap sehingga sekolah kami misalnya dibantu dengan guru yang lain emm

apa yang bukan SPPI itu mungkin kami lebih siap dalam hal menerima siswa emm

ABK itu sehingga kami ya lebih sabar lah ya hehehe lebih sabar lebih tau tentang

hal ini. Jadi orang yang lebih siap dibanding yang belum siap itu berbeda dalam

menyikapi suasana Ee.. untuk penangananya selalu ada. Menyediakan selalu kita

pantau selalu kita awasi. Kalo ada kesalahan sedikit harus kita tegur, kita benahi.

Mungkin hanya itu jadi emm semakin sebenernya itu hanya pengawasan itu yang

terpenting. Pemanatauan anak setiap harinya setiap jamnya. Kalo anak berbuat

salah, berbuat kurang anu emm menyimpang harus segera kita

benahi.hehe.W1.GPKc.29032019.9-10

Kendalanya kalo kalo observasi itu ga ada kendala Cuma kadang

mengidentifikasi saat saat dengan orang tua itu kesulitan karena ada orang tua

yang anaknya berkebutuhan khusus ada yang tidak. Istilahnya dia tidak mau

anaknya dikatakan berkebutuhan itu ada. Ya itu kadang kadang yang menyulitkan

identifikasi ya itu. Oh kalo selama ini karena klasikal, kalo kami yang

berkebutuhan khusus itu lambat belajar kalo saya ya setiap selesai pembelajaran

atau pada waktu pembelajaran temannnya sudah ada evaluasi dia tak ulangi lagi.

Jadi materinya yang belum jelas saya ulangi lagi. Mana yang belum jelas saya

ulangi lagi. Terus setiap kali sebelum pulang sekolah itu juga tak kasih e, istilahnya

saya kasih pengayaan lagi gitu di akhir jadi untuk yang low vision, kami itu

pertama dulu dia e apa yo mengeluhkan kalo gak jelas gitu kan terus dari sekolah

menyediakan kaca pembesar terus pake itu masih gak keliatan, pake senter, nah itu

sekolah menyediakan terus setelah itu sekolah berusaha menyediakan kacamata,

ternyata dia kan udah punya Cuma anaknya sendiri gak mau make, tapi kalo dari

sekolah mengusahakan apa yang memang dibutuhkan karena setiap tahun sekolah

mendapatkan beasiswa, beasiswa untuk anak berkebutuhan

khusus.W2.GK2c.29032019.9.-10.

Waktunya terbatas itu mbak. Kadang juga pas kita mau ada kegiatan. Kadang pas

saya jatahnya di sini, di SLB ada kegiatan jadi ijin ga berangkat, tapi kadang saya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

96

ganti hari. Kalo jumat ga bisa saya ganti hari. Tapi saya usahakan selalu. Tapi yg

lainnya itu mungkin keterbatasan apa ya, anaknya itu kadang kalo di SD itu apa ya

anak ABK itu didampingi terus itu yang lain meri. Maksude opo yo “iki diwarai

terus aku ratau”. Padahal ya “kamu kan bisa saya kan Cuma ajare yang ga bisa.”

Kadang ada kecemburuan gitu mbak. Kadang kan saya berupaya untuk ngajar anak

berkebutuhan khusus. Tapi kalo mereka tanya itu ga masalah tapi kalo gitu saya ga

enak. Itu aja kalo di SD kayak gitu tapi kalo di SMP dan SMA itu ga mau

didampingi. Dia cuma di kantor atau anak minta diajari baru deh

gitu.W3.KSc.30032019.9.

Kadang ada, soalnya kan orang tua merahasiakan to anakny seperti itu. Kemarin

itu juga oh di rumah itu bisa gini gini gini tapi ternyata di sekolah gak bisa. Jadikan

dia Cuma merasa malu kalo anaknya itu ABK to. Terus kemudian saya suruh ya itu

Tadi saya suruh anaknya tes dulu. Saya juga apa emm malah tersinggung gitu to

yaudah gak usah, saya bilang gitu terus ya udah kita yang mencari untuk itu

asesmen biayanya kadang nombok juga maksudnya gini, siapa yang punya duluan

ya itu, atau kita ambil infak atau pakai pribadi. Ya itu nanti BOSS datang kan bisa

kita ambilkan dari situ. Sebenernya tuh bayar. Mm per anak tuh suruh bayar saya

suruh bayar. Soalnya kan asesmen itu dilaksanakan Cuma 3 cuma satu kali to. Bisa

akhir, bisa pertengahan semester, bisa akhir semetser, bisa pertengahan itu kita

yang melakukan sendiri itu bisa dari observasi dari hasil belajarnya anak. Itu kan

juga namanya asesmen juga. Hasilnya bagaimana Terus kita tindak lanjutnya

bagaimana. Ya itu secara Cuma anu mbak secara umum maksudnya kalo dia bener-

bener membutuhkan pendamping ya kita dampingi tetapi kita tidak kita tidak

membataskan ruang tersendiri mbak. Soalnya takutnya nanti malah dia ketinggalan

sama temen-temennya gak bisa bersosialisasi. Yang penting tuh ya untungnya

alhamdulilah anak-anak di sini mau berbaur. Ga ga wah iki iki cah ABK. Langsung

kalo ada yang membutuhkan bantuan langsung dibantu. Kalo anak-anak sini loh

kebetulan secara ga secara ga dilatih seperti itu. Toleransine

gede.W4.GK4c.30032019.9-10.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

97

REDUKSI HASIL WAWANCARA

SD “HARAPAN MULIA”

Aspek yang

ditanyakan

Hasil Narasumber Kesimpulan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

98

Identifikasi anak

berkebutuhan

khusus

kita kan bukan lulusan PBL, kita lulusan PGSD jadi proses identifikasi abk

ketika pembelajaran. misalnya anak ini kok nulis lama seklai, mengerjakan

kok selalu terakhir,harus diajari mandiri, sehingga lama kelamaan ketahuan

akhirnya. Kemudian didata lalu diajukan ketika ada asesmen dari dinas

pendidikan atau dari lembaga yang bersedia melakukan asesmen

.W1.GK2d.28032019.1.7.

Identifikasi dilihat dari fisik anak, proses

pembelajaran kemudian di asesmen.

Terdapat anak berkebutuhan khusus

slowlearner

Jadi kalau PPDB itu orangtua dan siswa harus hadir supaya kita bisa

melihat secara fisik bagaiman anak tersebut. kalau Cuma orangtua yang

hadir kita tidak tahu bagaimana keadaan anak tersebut. ibaratnya kita

melihat kucing dalam karung. Karena kita tidak tahu anaknya seperti apa.

jadi kasihan kalau anaknya kita terima tetapi kita tidak

mampu.W2.GK6d.02042019.1.

Ya kami melakukan identifikasi untuk mengetahui siswa berkebutuhan

khusus atau tidak. Saya ikut dalam proses identifikasi. Tapikan misalnya

kita usul 20 orang tapi yang menentukan dan bayar psikologinya nanti

hanya di terima 9 , lalu misalnya juga kita usul 15 yang di asesmen Cuma 7

orang gitu mbak. Dan karena gak di asesmen semua dari dugaan kan

kahirnya tercecer karena gak di asesmen. W3.GPKd.09042019.1-10

Identifikasi kita lakukan di awal semester. Siswa baru guru baru nggih.

Klau kelas 1 benar-benar baru. Kadang-kdang orangta kurang paham

anaknya termasuk berkebutuhan khusus atau tidak. Lah ini biasanya kita

bulan-bulan juli agustus itu bapak ibu guru melakukan observasi. Nah

kalau sudah 1 bulan pembelajaran kan mulai kelihatan nah gitu ya kita

rekap kita data dari 1-6 kalau memang ada kan tiap tahun untuk asesmen

kuotanya terbatas dari unit layanan disabilitas. Kita nyari yang gratis kan

biayanya kan mahal nggih. Kan kita udah ada upt khusu untuk inklusi, kita

majukan proposal. Alhamdulilah selama 2 tahun kita ngajuin di tindak

semua untuk terakhir kemarin kita ngajukan 14. 11 ABK ada 3 mungkin

karena hanya kurang perhatian pendampingan di rumah nggih, jadi lambat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

99

untuk memahami pembelajaran tapi hasilnya asesmen di atas 90 itu kan

normal. W4.KSd.12042019.1-10.

Dilakukan satu kali setahun tergantung yang mengadakan darimana karena

biayanya berat dan tergantung dari pemerintah.W1.GK2d.28032019.2.

Identifikasi dilakukan setahun sekali

karena kendala biaya.

Identifikasi dilakukan satu kali setahun tergantung yang mengadakan

darimana karena biayanya berat dan tergantung dari pemerintah dan

asesmen dari psikolg UGM dan UII. W2.GK6d.02042019.2.

Kalau pas identifikasi dari UNY ada intrumen tapi klau dari sini pernah

berapa hari sekolah dan guru diundang untuk diberikan diklat dan file

instrumen untuk sekolah inklusi. W1.GK2d.28032019.3.

Identifikasi dilakukan oleh spikolog, guru

saat proses pembelajaran.

Ya kita serahkan ke ahlinya yang melakukan asesmen. Kita

mendatangkan psikolog karena sekolah tidak mampu jadi kami serahkan ke

yang lebih ahli. W2.GK6d.02042019.3.

Identifikasi dilakukan oleh psikolog tapi kalau dari guru sendiri hanya bisa

instrumen ceklis yang selebihnya nanti dilakukan oleh

psikolog.W1.GK2d.28032019.4.

Setiap anak itu pasti kita tahu karakternya seperti apa, dalam prosesnya

misalnya proses pembelajaran selama 1 bulan kita sudah tahu si A dan si B

itu seperti ini. Misalnya proses sosialisasi dengan teman-temannnya kita

dapat melihat kok ada yang beda sama anak ini. Kita data namanya lalu kita

ajukan untuk diasesmen apakah pandangan kita terhadap anak sesuai atau

tidak dari melihat hasil asesmen. Jadi guru melakukan observasi. Karena

kadang kala orangtua mendaftarkan anaknya tetapi tidak tahu apakah

anaknya ABK atau bukan. Sekolah juga tidak dapat mengetahui itu karena

sekolah negri tidak boleh melakukan tes. Jadi identifikasi dilakukan oleh

guru kelas masing-masing. W2.GK6d.02042019.4.

Mungkin beberapa bulan ya mbak saya kurang tahu, nanti langsung tanya

ke guru kelas 1. Tapi saya biasanya awal-awal semster itu sudah mulai

melakukan identifikasi. Ya observasi bisa dilihat setiap hari melalui

Observasi dilakukan saat pembelajaran dan

setiap waktu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

100

pengamatan kita sudah bisa tahu.W1.GK2d.28032019.5-6. Kriteria dilihat dari proses pebelajaran.

Jadi begini kalau memerlukan wajtu berapa lama sebenarnya kita nggak

lama satu minggu sudah cuku kita sudah bisa tahu kok ada yang ada dari

anak ini. ABK itu pasti berbeda dari anak yang lain, ada khususnya gitu.

Kita hanya mendiagnosa yang berhak itu yang mengasesmen tapi kita hanya

bisa menduga. Makanya kita lihat anaknya lalu kita ajukan. Ya observasi

bisa dilihat setiap hari selama pembelajaran.W2.GK6d.02042019.5-6.

Guru-guru di sini itu sudah mengikuti diklat dasar tentang sekolah inklusi

yang diadakan oleh dinas itu sudah ada materi tentang abk-

abk.W1.GK2d.28032019.7.

Jadi guru akan memberikan soal yang mendasar dan sama. Lalu

kemudian diberikan tes yang levelnya sama. Nah disitu kita sudah bisa

melihat anak mana saja yang masuk ke dalam kriteria-kriteria ABK

Kriteria yang digunakan itu sesuai dengan kemampuan sekolah saja,

karena tidak semua abk dapat kita tangani karena jika semuanya hampir

isinya abk pembelajaran menjadi tidak efektif. Jadi sekolah membatasi

penerimaan siswa dan ABK apa saja yang diterima di sekolah ini..

W2.GK6d.02042019.7-8.

Kendala ya tergantung anaknya itu kan kita asesmen misalnya tes IQ

tergantung mood anak saat itu juga ya kadang nanti begini terus berapa

bulan kemudian berkembang lagi begitu. Ya itu anak kadang ya

memperhatikan kadang tidak.W1.GK2d.28032019.9.

Kendala terdapat pada anak.

Tidak ada kendala. Tinggal tunjuk anak karena ini hanya proses dugaan

dengan memberikan soal kepada anak untuk dapat melihat mana yang

perlu dilakukan asesmen.W2.GK6d.02042019.9.

Dari guru kelas masing-masing itu juga kalau slow learner. Disini sendiri

ada 5 slow learner jadi namanya sekolah inklusi lebih banyak reguler

daripada inklusi khususnya di kelas. Saya slow learner belum bisa baca tulis

dengan teman-teman yang lain itu, mau diajarin apa ngebut jadi dia ngak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

101

mau tetapi kalau di ualng lagi pembelajaran tidak mau juga padahal harus

menyesuaikan dengan teman-teman ABK. Biasanya saya lakukan

pendekatan individu kepada anak slow learner ketika yang lain

mengerjakan. Ada juga GPK yang mendampingi siswa di perpustakaan.

W1.GK2d.28032019.10.

Jelas sekolah menyeediakan. Dengan guru GPK kalau ada disini ABK itu di

dampingi oleh 1 GPK. Nah kendalnya klau dinegeri mau tidak mau

orangtua harus menyiapkan guru GPK sendiri karena kita kekurang

guru GPK. Misalnya di kelas1 ada guru GPK tetapi disediakn oleh orangtua

murid dan guru GPK sekolah hanya mendampingi kelas

bawah.W2.GK6d.02042019.10.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

102

Lampiran 4. Reduksi Hail Observasi

Reduksi Hasil Observasi

SD “Cinta Kasih”

Aspek yang

diamati

Sub Aspek yang

Diamati

Deskripsi hasil pengamatan kesimpulan

Identifikasi anak

berkebutuhan

khusus

Melalukan

identifikasi anak

berkebutuhan khusus

Proses identifikasi anak

berkebutuhan khusus guru

melihat fisik anak terlebih

dahulu dan saat proses

belajar mengajar. Siswa

yang tergolong anak

berkebutuhan khusus akan

diberi asesmen oleh GPK

dan spikolog dari

puskesmas atau universitas.

SD “Cinta Kasih”

mengidentifikasi anak

berkebutuhan khusus

melihat fisik anak

terlebih dahulu dan saat

mulainya proses belajar

mengajar. Anak yang

tergolong sangat berat

dialihtanganakan ke

ULD.

Upaya

pengalihtangan anak

berkebutuhan khusus

Anak berkebutuhan khusus

yang tergolong ringan akan

ditangani oleh wali kelas

atau dari pihak sekolah,

sedangankan anak

berkebutuhan khusus yang

tergolong berat akan

dirujuk ke ULD.

Menentukan kriteria

anak berkebutuhan

khusus

Guru mengandalkan saat

proses belajar untuk

menetuksn kriteria anak

berkebutuhan khusus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

103

Lampiran 5. Hasil Dokumentasi

HASIL DOKUMENTASI

Aspek yang

diamati

Daftar Dokumen Ya

Tidak

Keterangan

Identifikasi Anak

Berkebutuhan

Khsus

Informasi Perkembangan Anak Terdapat data

perkembangan siswa,

data orang tua siswa,

alat identifikasi, dan

anak yang tergolong

anak berkebutuhan

khusus

Data Orang Tua/ Wali Murid

Alat Identifikasi Anak Berkebutuhan

Khusus

Anak yang Teridentifikasi dan

Memerlukan Pelayanan Khusus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

104

Lampiran 6 Display Data Wawancara dan Observasi

DISPLAY DATA WAWANCARA DAN OBSERVASI

Aspek yang Digali Wawancara Observasi

Mengidentifikasi anak

berkebutuhan khusus

Identifikasi yang dilakukan oleh guru dilihat dari

pengamatan fisik anak dan pada saat kegiatan

pembelajaran di kelas. Anak yang mengalami kesulitan

dalam menerima pembelajaran, nilai tidak mencapai

KKM dicurigai memiliki kebutuhan khusus. Guru

mengidentifikasi anak dengan melihat kondisi fisik antara

lain dari wajah, cara berkomunikasi, dan cara berjalan.

Anak yang dicurigai memiliki kebutuhan khusus

kemudian diasesmen oleh pihak sekolah.

SD “Cinta Kasih” mengidentifikasi anak

berkebutuhan khusus saat proses belajar

mengajar berlangsung yang berdasarkan

dari pengamatan kemudian sekolah akan

melakukan asesmen dibantu oleh GPK,

psikolog, dan Unit Pelayanan Disabilitas.

Kepala sekolah mengungkapkan bahwa tujuan dari

identifikasi adalah untuk mengetahui keadaan anak,

kemampuan anak, latar belakang anak yang menjadi

bekal untuk guru dalam menentukan pembelajaran. Guru

kelas I mengatakan tujuan dari identifikasi supaya anak

cepat tertangani melalui bimbingan khusus atau

diserahkan kepada GPK

Ada berbagai macam tindakan yang dilakukan guru

setelah melakukan identifikasi terhadap siswa yang

dicurigai memiliki kebutuhan khusus. Guru kelas I

mengungkapkan anak yang teridentifikasi kebutuhan

khusus perlu mendapat penanganan dari GPK. Guru kelas

IV mengatakan bahwa setelah dilakukan identifikasi anak

berkebutuhan khusus, guru dapat menentukan acuan

dalam menyampaikan materi. GPK mengatakan bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

105

anak yang teridentifikasi anak berkebutuhan khusus perlu

mendapatkan penanganan dari guru kelas dengan

menambahkan waktu bimbingan idividu. Guru perlu

menyampaikan menganai keadaan anak berkebutuhan

khusus kepada kepala seolah dan guru-guru melalui rapat

kerja atau rapat sekolah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PROSES IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdfselalu memberiku penghibur, semangat, dan doa. 11. Seseorang yang spesial dalam hidup

106

BIOGRAFI PENULIS

Intan Nawangwulan, lahir di klaten pada tanggal 24

Agustus 1996 merupakan anak pertama dari pasangan

Bapak Gunawan Bambang Supriyono dan Ibu Neni K.

Menempuh Pendidikan non formal di TK Aisyah lulus

pada tahun 2003, dilanjutkan menempuh pendidikan

formal di SD Negeri 4 Bareng Lor lulus pada tahun 2012,

dan SMA Negeri 1 Ceper lulus pada tahun 2015. Peneliti melanjutkan S1 di

Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Selama menempuh pendidikan S1 PGSD, peneliti mengikuti kegiatan

antara lain sebagai Anggota Pendamping Kelompok Acara Infisa 2017 dan

Anggota Pendamping Kelompok Parade Gamelan Anak. Masa akhir perkuliahan

ditutup dengan menulis tugas akhir skripsi dengan judul “Proses Identifikasi Anak

Berkebutuhan khusus Di Sekolah Inklusi: Studi Diskriptif”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI