proses eliminasi sisa pencernaan

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah diketahui bahwa distensi lambung akan memberikan sensasi kenyang. Namun sayangnya lambung yang terdistensi kuat memperlambat proses pengosongan lambung alias makanan membutuhkan waktu lebih lama untuk masuk ke dalam usus halus. Ini akan menyebabkan pelemahan penghantaran sinyal rasa kenyang (Kolesistokinin) ke otak dalam jangka panjang. Jadi semakin sering orang kekenyangan, akan menyebabkan orang tersebut lebih banyak makan (lebih gembul) dalam jangka panjang karena gangguan sinyal rasa kenyang di otak tadi. Ini salah satu alasan kenapa kita dianjurkan makan dalam porsi yang cukup atau tidak sampai menyebabkan perut kita terlalu kenyang. Bahkan mungkin makan kurang dari kenyang lebih baik, namun frekuensi makan ditambah. Dengan cara itu kita bisa merasakan lapar secara teratur dan menjadikannya pertanda untuk makan. Jangan takut untuk merasa lapar, namun terlampau lapar berkepanjangan juga tidak baik. Sesegera mungkin ketika lapar anda makan. Rasa lapar sebenarnya dipicu oleh peningkatan hormon Ghrelin dalam darah yang diproduksi oleh sel-sel dilambung. Puasa menyebabkan peningkatan produksi hormon Ghrelin ini di lambung. Ghrelin dalam penelitian menunjukkan efek positip terhadap sekresi dan kerja insulin. Ghrelin yang meningkat menyebabkan kerja insulin lebih bagus. Pada orang gemuk Ghrelin 1

Upload: nhara-diahh

Post on 03-Feb-2016

58 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

klnjlk,.

TRANSCRIPT

Page 1: Proses Eliminasi Sisa Pencernaan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Telah diketahui bahwa distensi lambung akan memberikan sensasi kenyang. Namun

sayangnya lambung yang terdistensi kuat memperlambat proses pengosongan lambung alias

makanan membutuhkan waktu lebih lama untuk masuk ke dalam usus halus. Ini akan

menyebabkan pelemahan penghantaran sinyal rasa kenyang (Kolesistokinin) ke otak dalam

jangka panjang. Jadi semakin sering orang kekenyangan, akan menyebabkan orang tersebut

lebih banyak makan (lebih gembul) dalam jangka panjang karena gangguan sinyal rasa

kenyang di otak tadi. Ini salah satu alasan kenapa kita dianjurkan makan dalam porsi yang

cukup atau tidak sampai menyebabkan perut kita terlalu kenyang. Bahkan mungkin makan

kurang dari kenyang lebih baik, namun frekuensi makan ditambah. Dengan cara itu kita bisa

merasakan lapar secara teratur dan menjadikannya pertanda untuk makan. Jangan takut untuk

merasa lapar, namun terlampau lapar berkepanjangan juga tidak baik. Sesegera mungkin ketika

lapar anda makan.

Rasa lapar sebenarnya dipicu oleh peningkatan hormon Ghrelin dalam darah yang

diproduksi oleh sel-sel dilambung. Puasa menyebabkan peningkatan produksi hormon Ghrelin

ini di lambung. Ghrelin dalam penelitian menunjukkan efek positip terhadap sekresi dan kerja

insulin. Ghrelin yang meningkat menyebabkan kerja insulin lebih bagus. Pada orang gemuk

Ghrelin dalam darah rendah dan disinyalir memperburuk sinyal insulin. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa Ghrelin baik untuk membantu kerja insulin. Ini salah satu alasan

tambahan mengapa rasa lapar itu penting untuk kita rasakan. Rasa lapar dan puasa akan

cenderung meningkatkan produksi Ghrelin yang pada akhirnya penting untuk kesehatan

metabolisme.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu pengertian terjadinya proses kenyang dan lapar ?

2. Bagaimana proses pencernaan serta masalah eliminasi fekal ?

1

Page 2: Proses Eliminasi Sisa Pencernaan

1.3 Tujuan

1. Masiswa dapat mengetahui proses terjadinya kenyang dan lapar.

2. Masiswa dapat memahami proses pencernaan serta masalah eliminasi fekal.

1.4 Manfaat

1. Dapat mengetahui bagaimana proses terjadinya kenyang dan lapar.

2. Dapat memahami proses pencernaan serta masalah eliminasi fekal.

1.5 Metode Penulisan

Dalam penulisan paper ini ditempuh metode-metode tertentu untuk mengumpulkan

beberapa data dan mengolah data tersebut. Untuk pengumpulan data dilakukan dengan

metoden mengumpulkan berbagai sumber yang memuat materi yang terkait dengan

metabolism darah. Sumber tersebut melalui beberapa buku anatomi fisiologi dan juga

melalui internet. Data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan metode

deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode dengan jalan menyusun data atau fakta-fakta yang

telah diperoleh secara sistematis dan menuangkannya dalam suatu simpulan yang disusun

atas kalimat-kalimat.

2

Page 3: Proses Eliminasi Sisa Pencernaan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PROSES TERJADINYA KENYANG DAN LAPAR

Lapar dapat terjadi karena adanya stimulasi dari suatu faktor lapar, yang akan

mengirimkan impuls tersebut ke pusat lapar di otak, yakni hipotalamus bagian lateral, tepatnya

di nucleus bed pada otak tengah yang berikatan serat pallidohypothalamus. Otak inilah yang

akan menimbulkan rasa lapar pada manusia. Setelah tubuh mendapat cukup nutrisi yang

ditentukan oleh berbagai faktor, maka akan mengirim impuls ke pusat kenyang yakni di

nucleus ventromedial di hipotalamus. Kemudian tubuh akan merasa puas akan makan,

sehingga kita akan berhenti makan.

Beberapa faktor yang mempengaruhi rasa lapar pada manusia adalah:

a. Hipotesis Lipostatik. Leptin yang terdapat di jaringan adiposa akan menghitung atau

mengukur persentase lemak dalam sel lemak di tubuh, apabila jumlah lemak tersebut

rendah, maka akan membuat hipotalamus menstimulasi kita untuk merasa lapar dan

makan.

b. Hipotesis Hormon Peptida pada Organ Pencernaan. Makanan yang ada di dalam

saluran gastrointestinal akan merangsang munculnya satu atau lebih peptida, contohnya

kolesitokinin. Kolesitokinin berperan dalam menyerap nutrisi makanan. Apabila jumlah

kolesitokinin dalam GI rendah, maka hipotalamus akan menstimulasi kita untuk

memulai pemasukan makanan ke dalam tubuh.

c. Hipotesis Glukostatik. Rasa lapar pun dapat ditimbulkan karena kurangnya glukosa

dalam darah. Makanan yang kita makan akan diserap tubuh dan sari-sarinya (salah

satunya glukosa)akan dibawa oleh darah dan diedarkan ke seluruh tubuh, jika dalam

darah kekurangan glukosa,maka tubuh kita akan memerintahkan otak untuk

memunculkan rasa lapar dan biasanya ditandai dengan pengeluaran asam lambung.

d. Hipotesis Termostatik. Apabila suhu dingin atau suhu tubuh kita di bawah set point,

maka hipotalamus akan meningkatkan nafsu makan kita. Teori produksi panas yang

3

Page 4: Proses Eliminasi Sisa Pencernaan

dikemukakan oleh Brobeck menyatakan bahwa manusia lapar saat suhu badannya

turun, dan ketika naik lagi, rasa lapar berkurang. Inilah salah satu yang bisa

menerangkan mengapa kita cenderung lebih banyak makan di waktu musim

hujan/dingin.

e. Neurotransmitter. Neurotransmitter ada banyak macam, dan mereka berpengaruh

terhadap nafsu makan. Misalnya saja, adanya norepinephrine dan neuropeptida Y akan

membuat kita mengkonsumsi karbohidrat. Apabila adanya dopamine dan serotonine,

maka kita tidak mengkonsumsi karbohidrat.

f. Kontraksi di Duodenum dan Lambung. Kontraksi yaitu kontraksi yang terjadi bila

lambung telah kosong selama beberapa jam atau lebih. Kontraksi ini merupakan

kontraksi peristaltik yang ritmis di dalam korpus lambung. Ketika kontraksi sangat

kuat, kontraksi ini bersatu menimbulkan kontraksi tetanik yang kontinius selama 2-3

menit. Kontraksi juga dapat sangat ditingkatkan oleh kadar gula darah yang rendah.

Bila kontraksi lapar terjadi tubuh akan mengalami sensasi nyeri di bagian bawah

lambung yang disebut hunger pangs (rasa nyeri mendadak waktu lapar. Hunger pans

biasanya tidak terjadi sampai 12 hingga 24 jam sesudah makan yang terakhir. Pada

kelaparan, hunger pangs mencapai intesitas terbesar dalam waktu 3-4 hari dan

kemudian melemah secara bertahap pada hari-hari berikutnya.

g. Psikososial. Rasa lapar tidak dapat sepenuhnya hanya dijelaskan melalui komponen

biologis. Sebagai manusia, kita tidak dapat mengesampingkan bagian prikologis kita,

komponen belajar dan kognitif (pengetahuan) dari lapar. Tak seperti makhluk lainnya,

manusia menggunakan jam dalam rutinitas kesehariannya, termasuk saat tidur dan

makan. Penanda waktu ini juga memicu rasa lapar.

Selain itu, kebiasaan juga mempengaruhi rasa lapar. Seperti orang normal yang

biasa makan 3 kali sehari bila kehilangan 1 waktu makan, akan merasa lapar pada waktunya

makan walaupun sudah cukup cadangan zat gizi dalam jaringan-jaringannya.

Saat berenang, tubuh akan menggunakan energy sebesar 500 kalori per jamnya.

Semakin lama berenang makan jumlah energy yang terpakai pun semakin besar. Hal ini akan

menurunkan kadar gula didalam tubuh. Penurunan kadar gula dalam darah akan menimbulkan

rasa lapar, yang menimbulkan suatu perilaku yang disebut teori glukostatik pengaturan rasa

lapar dan perilaku makan, teori lipostatik dan teori aminostatik.4

Page 5: Proses Eliminasi Sisa Pencernaan

Penurunan kadar glukosa darah akan menurunkan kecepatan bangkitan neuron

glukoreseptor di pusat kenyang di nucleus ventromedial dan paraventrikulat

hipotalamus.

Penurunan kadar gula juga secara bersamaan meningkatkan bangkitan neuron

glukosensitif di pusat lapar hipotalamus lateral.

Akibat penundaan lapar adalah terjadi kontraksi peristaltic yang ritmis di korpus lambung

, ketika kontraksi berturut-turut tersebut sangat kuat , kontraksi-kontraksi ini menimbulkan

kontraksi tetanik yang continue dan kadang berlangsung selama 2 sampai 3 menit. Kontraksi

ini sangat meningkat ketika kadar gula darah lebih rendah dari normal. Kontraksi ini dapat

menimbulkan rasa nyeri ringan di bagian bawah lambung , disebut Hunger Pans. Hunger pans

tidak terjadi sampai waktu 12 sesudah masuknya makanan terakhir. Selain jika penundaan ini

belangsung dalam waktu yang lebih lama maka akan terjadi metabolic lemak dan protein untuk

menggantikan kadar gula yang turun.

Pusat Saraf yang Mengatur Asupan Makanan

Sensasi lapar disebabkan oleh keinginan akan makanan dan beberapa pengaruh

fisiologis lainnya, seperti kontraksi ritmis lambung dan kegelisahan yang menyebabkan

seseorang mencari suplai makanan yang adekuat.

Beberapa pusat saraf di hypothalamus ikut serta dalam pengaturan asupan

makanan.

1. Nukleus lateral hypothalamus berfungsi sebagai pusat makan. Perangsangan akan

mengakibatkan hewan  makan dengan rakus(hiperfagia), dan destruksi mengakibatkan

hewan hilangnya nafsu makan dan pengurusan serta pelemahan tubuh (inanisi), suatu

keadaan yang ditandai dengan penurunan berat badan, kelemahan otot, dan penurunan

metabolism. Bekerja dengan membangkitkan dorongan motorik untuk mencari

makanan.

2. Nukleus Ventromedial hypothalamus berfungsi sebagai pusat kenyang. 

Perangsangan bagian ini mengakibatkan kenyang yang penuh hingga afagia, dan

destruksi mengakibatkan hiperfagia bahkan 4 kali normal

5

Page 6: Proses Eliminasi Sisa Pencernaan

3. Nukleus Paraventrikular, jika lesi menimbulkan hiperfagia dan nucleus dorsomedial

yang jika lesi menimbulkan afagia.

4. Nucleus arkuata, tempat berbagai hormone yang dilepaskan saluran pencernaan, dan

jaringan adipose berkumpul untuk mengatur asupan makanan dan keluaran energy.

Nukleus-nukleus tersebut memfalisitasi terjadinya reaksi kimiawi dalam

pengaturan asupan makanan dan persepsi kenyang dan mempengaruhi sekresi-sekresi hormone

yang terlibat dalam  pengaturan keseimbangan energy dan metabolism, meliputi sekresi yang

berasal dari kelenjar tiroid dan adrenal, serta sel-sel pulau pancreas.

Dalam mengatur asupan makanan hypothalamus menerima sinyal saraf

dari:

1. Saluran pencernaan yang memberikan informasi sensorik mengenai isi lambung

2. Sinyal kimia dari zat nutrisi dalam darah (glukosa, asam lemak, dan asam amino) yang

menandakan rasa kenyang (teori

3. Sinyal dari hormone gastrointestinal

4. Sinyal dari hormone yang dilepaskan oleh jaringan lemak

5. Sinyal dari korteks serebri (penglihatan, penciuman, dan pengecapan)

Pusat makan dan kenyang mempunyai kepadatan reseptor yang tinggi akan

hormone-hormon tersebut. Sebagian zat mampu memengaruhi nafsu makan dan rasa lapar,

yang dibagi menjadi 2 kelompok:

1) zat oreksigenik, yang menstimuli rasa lapar

2) zat anoreksigenik  yang menghambat rasa lapar.

6

Page 7: Proses Eliminasi Sisa Pencernaan

Berikut merupakan Neuron dan Neurotransmitter di Hipothalamus yang

merangsang atau menghambat perilaku makan.

Menurunkan Nafsu Makan Meningkatkan Nafsu Makan

Alfa MSH Neuropeptida Y (NPY)

Leptin AGRP

Serotonin Hormon pemekat melanin (MCH)

Norepinephrin Oreksin A dan B

Corticotropin-releasing hormone ENdorfin

Insulin Galanin (GAL)

Kolesistikinin Asam amino (Asam glutamate dan GABA)

Peptida Mirip Glukagon Kortisol

CART Ghrelin

PYY

ELIMINASI PRODUK SISA

Penyerapan terus berlanjut di usus besar, terutama air dan elektrolit. Sebagian besar

penyerapan berlangsung di separuh atas kolon. Dari sekitar 1000 ml kimus yang masuk ke usus

besar setiap hari, hanya 100 ml cairan dan hampir tidak ada elektrolit yang diekskresikan.

Selain air, yang membentuk sekitar 75% dari feses, feses mengandung bakteri yang mati,

sebagian lemak dan bahan makanan kasar yang tidak dicerna, dan sejumlah kecil protein.

Produk sampingan bilirubin menentukan warna tinja.

Proses eliminasi, atau defekasi, terjadi karena kontraksi peristaltik rektum. Kontraksi

ini dihasilkan sebagai respons terhadap perangsangan otot polos longitudinal dan sirkular oleh

pleksus mienterikus. Pleksus mienterikus dirangsang oleh saraf parasimpatis yang berjalan di

segmen sakrum korda spinalis. Peregangan mekanis terhadap rektum oleh tinja juga

merupakan perangsang peristalsis yang kuat. Scwaktu gelombang peristaltik dimulai, sfingter

anus internus, suatu otot polos, melemas. Apabila sfingter anus eksternus juga melemas maka

akan terjadi defekasi. Sfingter anus eksternus adalah suatu otot rangka sehingga di bawah

control kesadaran. Pada kenyataannya, relaksasi sfingter internus menyebabkan kontraksi

7

Page 8: Proses Eliminasi Sisa Pencernaan

refleks sfingter eksternus pada semua individu kecuali bayi dan sebagian orang yang

mengalami transeksi korda spinalis. Hal ini secara efektif menghentikan defekasi. Apabila

refleks defekasi terjadi pada waktu yang tepat setelah sfingter internus melemas, maka

kontraksi refleks sfingter eksternus dapat secara sadar dilawan dan defekasi akan berlangsung.

RASA KENYANG (SATIETY)

Rasa kenyang mempengaruhi kemampuan makan pada anak. Bila tubuh sudah

tercukupi asupan makanan dalam waktu tertentu maka beberapa organ tubuh merespon dengan

mengirim impuls ke susunan saraf pusat (otak), kemudian otak mengirim pesan kembali pada

organ tubuh lainnya untuk menunjukkan rasa kenyang sehingga memicu anak untuk berhenti

minum atau makan.

Pada beberapa bayi tampak berbeda, meskipun jumlah minum yang diberikan sudah

cukup banyak tetapi bayi tetap minta minum terus. Hal ini disebabkan ada rasa tidak nyaman

pada pencernaan bayi sehingga kompensasinya minta minum terus padahal bayi sudah

kenyang. Pada bayi muda kalau ada rasa tidak enak di badannya, biasanya mereka cenderung

mencari kompensasi kenikmatan oral atau seperti minta dot atau minum. Gejala inilah oleh

orang tua atau pengasuh dianggap sebagai masih haus atau lapar. Akhirnya bayi diberi minum

terus yang berakibat kelebihan minum susu. Sehingga kebiasaan itu mengakibatkan berat

badan bayi berlebihan atau kegemukan.

Penyebab yang sering terjadi adalah karena pada bayi tertentu terutama bayi usia di

bawah 3 bulan mengalami gastroenteropati, biasanya terjadi pada bayi yang mempunyai bakat

alergi. Gastroenteropati adalah gangguan fungsi saluran cerna yang disebabkan karena

kekurang matangan (imaturitas) saluran cerna, dengan pertambahan usia gangguan ini akan

membaik. Gejala yang ditimbulkan adalah perut kembung, Hiccups (cegukan), sering ngeden

(disertai mulet, tangan sering keatas), sering buang angin, perut berbunyi (keroncongan), sering

buang air besar atau sulit buang air besar (tidak tiap hari),muntah dan bila keluhan bertambah

berat gejalanya malam rewel disertai tangisan histeris atau kolik.

RASA LAPAR ATAU NAFSU MAKAN

Rasa lapar mempengaruhi kemampuan makan pada anak. Bila tubuh mulai kekurangan

asupan makanan dalam waktu tertentu maka beberapa organ tubuh merespon dengan mengirim

8

Page 9: Proses Eliminasi Sisa Pencernaan

impuls ke susunan saraf pusat (otak), kemudian otak mengirim pesan pada organ tubuh lainnya

untuk menunjukkan rasa lapar atau nafsu makan.

Dalam keadaan gangguan pada organ tubuh seperti infeksi, atau penyakit lainnya sering

menghilangkan rasa lapar ini. Sehingga sangatlah wajar bila seorang anak sedang sakit terjadi

kesulitan makan. Bila gangguan tersebut membaik maka kesulitan makan pada anakpun akan

membaik.

2.2 KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI FECAL

Anatomi Fisiologi Saluran Pencernaan

Secara normal, makanan & cairan masuk kedalam mulut, dikunyah (jika padat)

didorong ke faring oleh lidah dan ditelan dengan adanya refleks otomatis, dari esofagus

kedalam lambung. Pencernaan berawal dimulut dan berakhir diusus kecil walaupun cairan

akan melanjutkannya sampai direabsorpsi di kolon.

Anatomi fisiologi saluran pencernaan terdiri dari :

1. Mulut

Gigi berfungsi untuk menghancurkan makanan pada awal proses pencernaan.

Mengunyah dengan baik dapat mencegah terjadinya luka parut pada permukaan saluran

pencernaan. Setelah dikunyah lidah mendorong gumpalan makanan ke dalam faring, dimana

makanan bergerak ke esofagus bagian atas dan kemudian kebawah ke dalam lambung.

2. Esofagus

Esofagus adalah sebuah tube yang panjang. Sepertiga bagian atas adalah terdiri dari

otot yang bertulang dan sisanya adalah otot yang licin. Permukaannya diliputi selaput mukosa

yang mengeluarkan sekret mukoid yang berguna untuk perlindungan.

3. Lambung

Gumpalan makanan memasuki lambung, dengan bagian porsi terbesar dari saluran

pencernaan. Pergerakan makanan melalui lambung dan usus dimungkinkan dengan adanya

peristaltik, yaitu gerakan konstraksi dan relaksasi secara bergantian dari otot yang mendorong

9

Page 10: Proses Eliminasi Sisa Pencernaan

substansi makanan dalam gerakan menyerupai gelombang. Pada saat makanan bergerak ke

arah spingter pylorus pada ujung distla lambung, gelombang peristaltik meningkat. Kini

gumpalan lembek makanan telah menjadi substansi yang disebut chyme. Chyme ini dipompa

melalui spingter pylorus kedalam duodenum. Rata-rata waktu yang diperlukan untuk

mengosongkan kembali lambung setelah makan adalah 2 sampai 6 jam.

4. Usus kecil

Usus kecil (halus) mempunyai tiga bagian :

o Duodenum, yang berhubungan langsung dengan lambung

o Jejenum atau bagian tengah dan

o Ileum

5. Usus besar (kolon)

Kolon orang dewasa, panjangnya ± 125 – 150 cm atau 50 –60 inch, terdir dari :

Þ Sekum, yang berhubungan langsung dengan usus kecil

Þ Kolon, terdiri dari kolon asenden, transversum, desenden dan sigmoid.

Þ Rektum, 10 – 15 cm / 4 – 6 inch.

Fisiologi usus besar yaitu bahwa usus besar tidak ikut serta dalam pencernaan/absorpsi

makanan. Bila isi usus halus mencapai sekum, maka semua zat makanan telah diabsorpsi dan

sampai isinya cair (disebut chyme). Selama perjalanan didalam kolon (16 – 20 jam) isinya

menjadi makin padat karena air diabsorpsi dan sampai di rektum feses bersifat padat – lunak.

Fungsi utama usus besar (kolon) adalah :

Menerima chyme dari lambung dan mengantarkannya ke arah bagian

selanjutnya untuk mengadakan absorpsi / penyerapan baik air, nutrien, elektrolit

dan garam empedu.

Mengeluarkan mukus yang berfungsi sebagai protektif sehingga akan

melindungi dinding usus dari aktifitas bakteri dan trauma asam yang dihasilkan

feses.

Sebagai tempat penyimpanan sebelum feses dibuang.

6. Anus / anal / orifisium eksternal

10

Page 11: Proses Eliminasi Sisa Pencernaan

Panjangnya ± 2,5 – 5 cm atau 1 – 2 inch, mempunyai dua spinkter yaitu internal

(involunter) dan eksternal (volunter)

Fisiologi DefekasiDefekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut bowel

movement. Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali perhari

sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika

gelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris

dalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.

Buang air besar (biasanya disingkat menjadi BAB) atau defekasi adalah suatu

tindakan atau proses makhluk hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau

setengah-padat yang berasal dari sistem pencernaan mahkluk hidup. Manusia dapat melakukan

buang air besar beberapa kali dalam satu hari atau satu kali dalam beberapa hari. Tetapi bahkan

dapat mengalami gangguan yaitu hingga hanya beberapa kali saja dalam satu minggu atau

dapat berkali-kali dalam satu hari, biasanya gangguan-gangguan tersebut diakibatkan oleh gaya

hidup yang tidak benar dan jika dibiarkan dapat menjadi masalah yang lebih besar.

Mekanisme

Gerakan peristaltis dari otot-otot dinding usus besar menggerakkan tinja dari saluran

pencernaan menuju ke rektum. Pada rektum terdapat bagian yang membesar (disebut ampulla)

yang menjadi tempat penampungan tinja sementara. Otot-otot pada dinding rektum yang

dipengaruhi oleh sistem saraf sekitarnya dapat membuat suatu rangsangan untuk mengeluarkan

tinja keluar tubuh. Jika tindakan pembuangan terus ditahan atau dihambat maka tinja dapat

kembali ke usus besar yang menyebabkan air pada tinja kembali diserap, dan tinja menjadi

sangat padat. Jika buang air besar tidak dapat dilakukan untuk masa yang agak lama dan tinja

terus mengeras, konstipasi dapat terjadi. Sementara, bila ada infeksi bakteri atau virus di usus

maka secara refleks usus akan mempercepat laju tinja sehingga penyerapan air sedikit.

Akibatnya, tinja menjadi lebih encer sehingga perut terasa mulas dan dapat terjadi pembuangan

secara tanpa diduga. Keadaan demikian disebut dengan diare.

Ketika rektum telah penuh, tekanan di dalam rektum akan terus meningkat dan

menyebabkan rangsangan untuk buang air besar. Tinja akan didorong menuju ke saluran anus.

Otot sphinkter pada anus akan membuka lubang anus untuk mengeluarkan tinja.

11

Page 12: Proses Eliminasi Sisa Pencernaan

Selama buang air besar, otot dada, diafragma, otot dinding abdomen, dan diafragma

pelvis menekan saluran cerna. Pernapasan juga akan terhenti sementara ketika paru-paru

menekan diafragma dada ke bawah untuk memberi tekanan. Tekanan darah meningkat dan

darah yang dipompa menuju jantung meninggi.

Pengaturan buang air besar

Buang air besar dapat terjadi secara sadar dan tak sadar. Kehilangan kontrol dapat

terjadi karena cedera fisik (seperti cedera pada otot sphinkter anus), radang, penyerapan air

pada usus besar yang kurang (menyebabkan diare, kematian, dan faktor faal dan saraf).

Defekasi biasanya dimulai oleh dua refleks defekasi yaitu :

1. Refleks defekasi instrinsik

Ketika feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding rektum memberi suatu

signal yang menyebar melalui pleksus mesentrikus untuk memulai gelombang peristaltik pada

kolon desenden, kolon sigmoid, dan didalam rektum. Gelombang ini menekan feses kearah

anus. Begitu gelombang peristaltik mendekati anus, spingter anal interna tidak menutup dan

bila spingter eksternal tenang maka feses keluar.

2. Refleks defekasi parasimpatis

Ketika serat saraf dalam rektum dirangsang, signal diteruskan ke spinal cord (sakral 2 –

4) dan kemudian kembali ke kolon desenden, kolon sigmoid dan rektum. Sinyal – sinyal

parasimpatis ini meningkatkan gelombang peristaltik, melemaskan spingter anus internal dan

meningkatkan refleks defekasi instrinsik. Spingter anus individu duduk ditoilet atau bedpan,

spingter anus eksternal tenang dengan sendirinya.

Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot perut dan diaphragma yang akan

meningkatkan tekanan abdominal dan oleh kontraksi muskulus levator ani pada dasar panggul

yang menggerakkan feses melalui saluran anus.

Defekasi normal dipermudah dengan refleksi paha yang meningkatkan tekanan di

dalam perut dan posisi duduk yang meningkatkan tekanan kebawah kearah rektum.

12

Page 13: Proses Eliminasi Sisa Pencernaan

Jika refleks defekasi diabaikan atau jika defekasi dihambat secara sengaja dengan

mengkontraksikan muskulus spingter eksternal, maka rasa terdesak untuk defekasi secara

berulang dapat menghasilkan rektum meluas untuk menampung kumpulan feses.

Susunan feses terdiri dari :

1. Bakteri yang umumnya sudah mati

2. Lepasan epitelium dari usus

3. Sejumlah kecil zat nitrogen terutama musin (mucus)

4. Garam terutama kalsium fosfat

5. Sedikit zat besi dari selulosa

6. Sisa zat makanan yang tidak dicerna dan air (100 ml)

Faktor-faktor yang mempengaruhi Eliminasi fecal

1. Usia dan perkembangan : mempengaruhi karakter feses, kontrol

2. Diet

3. Pemasukan cairan. Normalnya : 2000 – 3000 ml/hari

4. Aktifitas fisik : Merangsang peristaltik usus, sehingga

peristaltik usus meningkat.

5. Faktor psikologik

6. Kebiasaan

7. Posisi

8. Nyeri

9. Kehamilan : menekan rektum

10. Operasi & anestesi

11. Obat-obatan

12. Test diagnostik : Barium enema dapat menyebabkan konstipas

13. Kondisi patologis

14. Iritans

Masalah eliminasi fecal

1. Konstipasi

13

Page 14: Proses Eliminasi Sisa Pencernaan

Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya frekuensi BAB disertai

dengan pengeluaran feses yang sulit, keras, dan mengejan. BAB yang keras dapat

menyebabkan nyeri rektum. Kondisi ini terjadi karena feses berada di intestinal lebih lama,

sehingga banyak air diserap.

Penyebabnya :

Kebiasaan BAB tidak teratur, seperti sibuk, bermain, pindah tempat, dan lain-lain

Diet tidak sempurna/adekuat : kurang serat (daging, telur), tidak ada gigi, makanan

lemak dan cairan kurang

Meningkatnya stress psikologik

Kurang olahraga / aktifitas : berbaring lama.

Obat-obatan : kodein, morfin, anti kolinergik, zat besi. Penggunaan obat

pencahar/laksatif menyebabkan tonus otot intestinal kurang sehingga refleks BAB

hilang.

Usia, peristaltik menurun dan otot-otot elastisitas perut menurun sehingga

menimbulkan konstipasi.

Penyakit-penyakit : Obstruksi usus, paralitik ileus, kecelakaan pada spinal cord dan

tumor.

2. Impaction

Impaction merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga tumpukan feses

yang keras di rektum tidak bisa dikeluarkan. Impaction berat, tumpukan feses sampai pada

kolon sigmoid.

Penyebabnya pasien dalam keadaan lemah, bingung, tidak sadar, konstipasi berulang

dan pemeriksaan yang dapat menimbulkan konstipasi.

Tandanya : tidak BAB, anoreksia, kembung/kram dan nyeri rektum.

3. Diare

Diare merupakan BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk. Isi

intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat. Iritasi di dalam kolon merupakan faktor

tambahan yang menyebabkan meningkatkan sekresi mukosa. Akibatnya feses menjadi encer

sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan menahan BAB.

14

Page 15: Proses Eliminasi Sisa Pencernaan

4. Inkontinensia fecal

Yaitu suatu keadaan tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus, BAB encer

dan jumlahnya banyak. Umumnya disertai dengan gangguan fungsi spingter anal, penyakit

neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor spingter anal eksternal. Pada situasi tertentu

secara mental pasien sadar akan kebutuhan BAB tapi tidak sadar secara fisik. Kebutuhan dasar

pasien tergantung pada perawat.

5. Flatulens

Yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus meregang dan distended,

merasa penuh, nyeri dan kram. Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus).

Hal-hal yang menyebabkan peningkatan gas di usus adalah pemecahan makanan oleh bakteri

yang menghasilkan gas metan, pembusukan di usus yang menghasilkan CO2.

Makanan penghasil gas seperti bawang dan kembang kol.

6. Hemoroid

Yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rektum (bisa internal atau eksternal).

Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan, gagal jantung dan penyakit hati menahun.

Perdarahan dapat terjadi dengan mudah jika dinding pembuluh darah teregang. Jika terjadi

infla-masi dan pengerasan, maka pasien merasa panas dan gatal. Kadang-kadang BAB

dilupakan oleh pasien, karena saat BAB menimbulkan nyeri. Akibatnya pasien mengalami

konstipasi.

15

Page 16: Proses Eliminasi Sisa Pencernaan

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Proses terjadinya lapar dapat terjadi karena adanya stimulasi dari suatu faktor lapar,

yang akan mengirimkan impuls tersebut ke pusat lapar di otak, yakni hipotalamus bagian

lateral, tepatnya di nucleus bed pada otak tengah yang berikatan serat pallidohypothalamus.

Secara normal, makanan & cairan masuk kedalam mulut, dikunyah (jika padat)

didorong ke faring oleh lidah dan ditelan dengan adanya refleks otomatis, dari esofagus

kedalam lambung. Pencernaan berawal dimulut dan berakhir diusus kecil walaupun cairan

akan melanjutkannya sampai direabsorpsi di kolon.

3.2 Saran

Dalam keterbatasan pengetahuan yang kami miliki, tentu dalam penulisan paper ini

masih banyak kekurangan dan kejanggalan dalam penulisan paper ini, maka untuk itu kami

sangat mengharapkan motivasi dan bimbingan dari Bapak/Ibu Dosen pengajar serta teman-

teman, sehingga dapat kami gunakan sebagai acuan dalam penulisan paper berikutnya.

16

Page 17: Proses Eliminasi Sisa Pencernaan

DAFTAR FUSTAKA

Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Eliminasi. Terdapat pada : http://911medical.blogspot.com/2007/06/asuhan-keperawatan-klien-dengan- masalah.html

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol 3. enerbitKedokteran EGC: Jakarta.

Harnawatiaj. 2010. Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Fekal. Terdapat pada : http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/14/konsep-dasar- pemenuhan-kebutuhan-eliminasi-fecal/

17