proposalku skripsi versi panduan 2014

Download Proposalku Skripsi Versi Panduan 2014

If you can't read please download the document

Upload: yusuf-adhitya

Post on 17-Nov-2015

31 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Unnes

TRANSCRIPT

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA MATERI SEGIEMPAT DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA SMP KELAS VIIProposal Skripsidisusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan MatematikaolehYusuf Adhitya4101411153JURUSAN MATEMATIKAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS NEGERI SEMARANG2015BAB 1PENDAHULUANLatar BelakangPendidikan merupakan salah satu kebutuhan terpenting setiap individu. Pendidikan merupakan salah satu proses mengubah perilaku dan kemampuan manusia. Pendidikan mampu mengunah pola piker amaysrakat untuk melakukan pembaharuan ataupun inovasi dalam berpikir yang selanjutnya menjadikan inovasi dalam bertindak. Muara dari pendidikan itu sendiri tidak lain adalah meningkatkan kualitas diri tiap individu.Matematika merupakan ilmu yang mempunyai karakteristik tertentu bila dibandingkan dengan didiplin ilmu yang lainnya. Salah satu karakteristik matematika adalah memiliki objek abstrak (Soedjadi, 2000:13-19). Objek dasar matematika terdiri dari fakta, konsep, definisi, operasi, dan prinsip. Didasari dari objek tersebut selanjutnya berkembang objek yang lain. Oleh karena itu dalam belajar matematika haruslah bertahap dan sistematis serta didukung fakta atau pengalaman belajar yang lalu.Pada dasarnya mutu pendidikan itu sendiri dipenagruhi oleh beberapa factor yaitu peserta didik, pegajar, pra-sarana dan sarana serta penilaian. (Hudojo,1988). Lebih lanjut Hudojo menagatakan bahwa prestasi belajar matematika akan berhasil dengan baik, nila proses belajar mengajarnya baik dan faktor-faktor tersebut dikelola dengan baik.Pendidikan matematika merupakan salah satu ilmu tentang struktur yang terorganisasikan dengan baik. Mata pelajaran ini menduduki posisi yang sangat penting karena memiliki peran dalam berbagai dimensi kehidupan dan seiring dengan tuntutan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh setiap peserta didik. Dalam panduan standar kompetensi mata pelajaran matematika yang diterbitkan Depdiknas, dijelaskan bahwa matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik, atau tabel. Tujuan pembelajaran matematika adalah (1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten, serta inkonsistensi; (2) mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinal, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba; (3) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah; (4) mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, dan diagram dalam menjelaskan gagasan (Depdiknas, 2006:140).Melihat betapa pentingnya kebermanfatan pendidikan matematika dalam pembelajaran di sekolah, memang sunguh ironis jika dalam faktanya matematika malahan menjadi salah masalah atau bahkan musuh bagi siswa itu sendiri. Matematika yang tujuan utamanya membentuk siswa dengan berbagai kemampuan diatas terbentengi terlebih dahulu dengan rasa ketakutan terhadap matematika itu seniri. Sebagian besar siswa menganggap matematika itu sulit karena mereka menganggap jika mau pintar matematika haruslah dapat menghafal dan menggunakan rumus yang tersedia. Akibatnya siswa untuk mengerjakan soal hanya mengandalkan ingatan rumus tanpa harus punya kewajiban memahami dari mana rumus itu diturunkan atau dalam arti sempitnya siswa kurang memahami konsepnya.Menurut Subandji (dalam Budi, 2008: 13-16), kesalahan yang mungkin dilakukan siswa antara lain kesalahan konsep, kesalahan dalam menggunakan data, kesalahan teknis, serta kesalahan dalam menarik kesimpulan. Berdasarkan analisis awal, penyebab siswa mempunyai kesulitan mengerjakan soal-soal matematika ialah adanya permasalahan dalam pemahaman konsep matematika. Permasalahan tersebut mungkin saja terjadi terjadi karena adanya faktor dari dalam siswa yakni kesalahan prakonsepi ataupun karena faktor luar yakni cara mengajar guru yang kurang menekankan konsep. Dalam memahami konsep siswa haruslah bertahap,sistematis, serta saling berkiatan antar konsep satu dengan konsep yang lain. Bila salah satu konsep tidak dipahami dengan baik, maka hal ini akan berpengaruh pada pemahaman konsep-konsep selanjutnya yang berkaitan. Guru juga seringkali kurang memperhatikan prakonsepsi siswanya. Kita tahu bahwa setiap dalam proses awal memahami konsep, ia akan menghubungkan prakonsepsi yang dimiliki. Guru kurang memperhatikan bahwa setiap siswa memiliki prakonsepsi yang berbeda-beda dan tidak jarang ada yang mempunyai prakonsepsi yang salah.Guru mempunyai peranan yang saangat besar mengenai masalah tersebut. Guru bertanggung jawab untuk menyesuaikan situasi belajar dengan minat, latar belakang dan kematangan siswa. Sehingga pembelajaran yang dilakukan guru harus disesuaikan dengan tahap berpikir anak. Di samping itu, hal penting yang harus diperhatikan adalah guru juga bertanggung jawab mengadakan evaluasi terhadap hasil belajar. Evaluasi ini digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa mengenai hasil belajar, apakah sudah memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) atau belum. Selain itu, evaluasi ini juga dapat digunakan sebagai diagnostik (Arikunto, 2007: 10), yaitu untuk mengetahui kelemahan siswa berupa kesalahan apa saja yang dilakukan siswa dalam mengerjakan soal. Hal ini digunakan untuk menindaklanjuti langkah apa yang harus diambil agar kesalahan-kesalahan tersebut dapat diminimalisir.Namun pada kenyataannya, tujuan evaluasi yang kedua ini hampir tidak pernah dilakukan. Jika dalam evaluasi ada siswa yang belum memenuhi KKM, maka guru hanya melakukan remidi untuk perbaikan nilai tanpa memikirkan mengapa hal ini bisa terjadi dan kesalahan apa yang dilakukan siswa dalam mengerjakan soal. Padahal hal ini akan berdampak besar pada kegiatan pembelajaran selanjutnya jika masalah ini tidak segera diatasi, karena pada umumnya pembelajaran matematika bersifat kontinu. Sehingga pemahaman konsep setiap materi yang diperoleh harus bisa dikuasai dengan baik oleh siswa untuk mendukung pembelajaran pada materi selanjutnya.Selain dari guru, permasalahan miskonsepsi juga diperngaruhi oleh karakteristik siswa dalam pemahaman konsep suatu materi pokok. Salah satu karakteristik siswa tersebut adalah gaya belajar siswa. Gaya belajar meruapakan cara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses suatu informasi. Setiap siswa pasti memiliki gaya belajarnya masing-masing.Gaya belajar berpengaruh kepada cara belajar siswa, yang mana akan menentukan cara belajar yang efektif. Tentu saja dengan cara belajar yang lebih efektif dapat membantu menangkap dan mengerti suatu materi pelajaran. Mengenali gaya belajar sendiri, belum tentu membuat seseorang menjadi lebih pandai, tetapi menjadi tahu bagaimana memanfaat kemampuan belajar secara maksimal, sehingga hasil dalam pemahaman suatu materi dapat lebih optimal.Gorden Druden dan Jeannete Vos menyatakan bahwa Lynn Obrien, direktur Spesifik Diagnostic Studies Inc, di Rockville Marryland, menemukan bahwa pelajar sekolah dasarSalah satu materi yang membutuhkan pemahaman konsep yang tinggi ialah materi segiempat. Berdasarkan pengalaman pribadi peneliti yakni saat masih menjadi murud SMP ataupun mengajar les, siswa-siswa SMP masih kurang memahami materi segiempat apalagi jika sudah bertemu soal cerita.Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti perlu melakukan penelitian dengan judul ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA MATERI SEGIEMPAT DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA SMP KELAS VII.Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.Apa sajakah jenis kesalahan yang dilakukan siswa kelas VII SMP dalam menyelesaikan masalah matematika materi segiempat jika ditinjau dari gaya belajarnya?Apakah penyebab kesalahan-kesalahan siswa kelas VII SMP dalam menyelesaikan masalah matematika materi segiempat ditinjau jenis gaya belajarnya?Tujuan PenelitianBerdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:Untuk mengetahui deskripsi dan karakteristik kesalahan siswa kelas VIII dalam menyelesaikan masalah matematika materi segiempat ditinjau dari gaya belajar siswa. Untuk mengetahui penyebab penyebab kesalahan-kesalahan siswa kelas VIII SMP dalam materi segiempat ditinjau dari gaya belajar siswa.Manfaat PenelitianBerdasarkan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut.GuruPenelitian ini diharapkan membantu guru untuk memperolehanalisis dan gambaran detail mengenai kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa SMP kelas VII dalam menyelesaikan masalah matematika materi segiempat sesuai dengan gaya belajar anak siswa. Cara yang sesuai tersebut nantinya diharapkan digunakan sebagai pedoman untuk menindaklanjuti langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengatasi masalah tersebut sehingga pembelajaran selanjutnya menjadi lebih baik. SiswaPenelitian ini dapat dimanfatkan oleh siswa untuk mengetahui bagaimana kecenderungan kesalahan yang diperbuat serta penyebabnya terjadinya kesalahan khususnya dalam materi segiempat. Harapannya setelah memahami itu, mereka dapat lebih maksmal dalam belajar materi segiempat unuk persiapan Ulangan Akhir Semester atau Ujian Nasional.PenelitiPenelitian ini dimanfaatkan oleh peneliti sebagai pengalaman cara pembuatan karya ilmiah serta tata cara mengatasi kesalahan yang serupa jika peneliti menjadi tenaga pendidik kelak.Penegasan IstilahPenegasan istilah ini dimaksudkan untuk memperoleh pengertian yang sesuai dengan istilah dalam penelitian ini dan tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda dari pembaca. Istilah-istilah yang perlu diberi penegasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.AnalisisAnalisis adalah penyelidikan suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan sebenarnya (KBBI, 1997: 37). Sedangkan kesalahan yang dimaksud ialah penyimpangan-penyimpangan dari cara penyelesaian soal matematikayang benar, berupa kesalahan konsep, kesalahan operasi atau kesalahan teknis ceroboh. Jadi analisis kesalahan dalam penelitian ini adalah penyelidikan mengenai kesalahan siswa kelas VII SMP N 22 Semarang dengan bantuan metode Newman dalam menyelesaikan masalah matematika materi segiempat Prosedur NewmanSalah satu cara dalam menyelesaikan soal pemecahan matematika ilah menggunakan prosedur Newman. Menurut Prakitipong & Nakamura (2006: 113), prosedur Newman adalah sebuah metode untuk menganalisis kesalahan dalam soal uraian. Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menyelesaikan soal matematika menurut Newman yaitu membaca soal, memahami masalah, transformasi, kemampuan memproses, dan penelitian jawaban.Masalah MatematikaMasalah matematika yang dimaksud dalam penelitian ini ialah berupa soal-soal yang memuat pemecahan masalah dalam materi segiempatObservasiObservasi yang dilakukan pada proses pembelajaran adalah obervasi guru mengajar, observasi siswa saat mengikuti pelajaran, dan observasi hasil belajar siswa. WawancaraWawancara yang dilakukan wawancara dengan guru dan siswa dengan dibantu pedoman wawancara.Segiempat Materi segiempat yang diteliti merupakan materi kelas VII berdasarkan kurikulum 2006.BAB 2TINJAUAN PUSTAKABelajarBelajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi seseorang. Oleh karena itu dengan menguasai konsep dasar tentang belajar, seseorang mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam psikologis (Rifai dan Anni, 2009).Menurut Suyono & Hariyanto (2011: 9), belajar adalah suatu aktivitas atau proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Menurut Gagne (dalam Rifai dan Anni, 2009), belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan. Konsep tentang belajar mengandung tiga unsur utama yaitu (1) belajar berkaitan dengan perubahan tingkah laku; (2) perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses pengalaman; (3) perubahan perilaku karena belajar bersifat relatif permanen.Winkel (1996:53) mengemukakan bahwa, Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan ini bersifat realtif konstan dan berbekas. Sama halnya dengan pedapat tersebut, Slameto (1995:2) berpendapat bahwa belajar ialah usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara, sebagai hasil pengalaman suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.Hal-hal yang perlu diperhatikan tentang belajar sebagaimana dikutip oleh Suryabrata (2004:232) antar lain sebagai berikut.Bahwa belajar membawa perubahan (dalam arti behavioral changes, aktual, maupun potensial).Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecapakan baru (dalam arti Kenntnis dan Fertingkeit).Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan usaha).Menurut Hilgard sebagiamana dikutip oleh Suryabrata (2004:232) memberikan definisi belajar yang lebih eksplisit, yaitu dengan menunjuk yang bukan belajar sebagai berikutLearning is the process by which an activity origanates or is changed trough training procedur (whether in the laboratory or in the natural enviropment) as distuingished from change by factors not attributable to training.Dari beberapa definisi diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa belajar ialah suatu proses yang membawa perubahan dalam diri individu yang sangat berperan penting dalam perkembangan,kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi seseorang. Perubahan yang dihasilkan dari proses belajar bersifat relatif tetap dan menjadi hal baru bagi individu tersebut.Unsur-Unsur BelajarMenurut Rifai dkk (2009:84-85), unsur-unsur belajar adalah sebagai berikut:Peserta didik. Istilah peserta didik dapat diartikan sebagai peserta didik, warga belajar, dan peserta pelatihan yang sedang melakukan kegiatan belajar. Peserta didik memiliki organ penginderaan yang digunakan untuk menangkap rangsangan;otak yang digunakan untuk mentransformasikan hasil penginderaan ke dalam memori yang kompleks; dan syaraf atau otot yang digunakan untuk menampilkan kinerja yang menunjukkan apa yang telah dipelajari. Rangsangan (stimulus). Peristiwa yang merangsang penginderaan pesera didik disebut stimulus. Agar peserta didik mampu belajar optimal, ia harus memfokuskan diri pada stimulus tertentu ayng diminati. Memori yang ada pada peserta didik beisi pelbagai kemampuan yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dihasilkan dari kegiatan belajar sebelumnya. Respon. Tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi disebut respon. Peserta didik yang sedang mengamati stimulus akan mendorong memori memberikan respon terhadap stimulus tersebut. Keempat unsur belajar tersebut dapat digambarkan sebagai berikut. Kegiatan belajar akan terjadi pada diri peserta didik apabila terdapat interaksi antara stimulus dengan isi memori, sehingga perilakunya berubah dari waktu sebelum dan setelah adanya stimulus tersebut. Apabila terjadi perubahan perilaku, maka perubahan perilaku itu menjadi indikator bahwa peserta didik telah melakukan kegiatan belajar.Hakekat MatematikaMatematika pada mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti relating to learning, perkataan itu mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Perkataan mathematike berhubungan erat dengan sebuah kata lain yang serupa yaitu mathanein yang berarti belajar atau berpikir, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten (Suherman, 2003: 15).Dalam prosiding internasional yang ditulis oleh Pacemska bahwa matematika adalah ilmu yang digunakan di semua disiplin ilmu pengetahuan. Pacemska (2011) menyatakan bahwaMathematics occupies a special place in the system of sciences, because if we take into account the application area of mathematics, and the subject of her research, then the mathematics belongs to the group of social sciences and the science of opinion, as the group of natural sciences. Mathematics is used in all scientific disciplines, where it successfully solves their problems in computer technology as an exceptional component of modern times. Therefore, mathematics is a specific and as a subject. Menurut Bell, sebagaimana dikutip oleh Wardani (2008: 9), terdapat empat objek dalam matematika yakniFaktaFakta merupakan objek matematika yang dinyatakan dalam simbol, lambang, tanda atau notasi tertentu. Misalkan di dalam aljabar terdapat tanda + untuk penjumlahan, dan di dalam geometri juga terdapat simbol untuk menyatakan tegak lurus. KonsepKonsep merupakan ide abstrak yang dapat digunakan untuk memungkinkan seseorang mengklasifikasikan sekumpulan objek. Misalnya persegi adalah nama suatu konsep abstrak. Dengan konsep ini, akhirnya akan dapat digolongkan apakah suatu bangun datar merupakan contoh persegi atau bukan.PrinsipPrinsip merupakan rangakaian konsep-konsep beserta hubungannya. Umumnya prinsip berupa pernyataan, misalnya persegi merupakan persegi panjang dimana semua ukuran sisinya sama panjang. Beberapa prinsip merupakan prinsip dasar yang dapat diterima kebenarannya secara alami tanpa pembuktian. Prinsip dasar ini disebut aksioma atau postulat.Skill atau keterampilan Keterampilan dalam matematika adalah kemampuan pengerjaan dan prosedur yang harus dikuasai oleh siswa dengan kecepatan dan ketepatan yang tinggi, misalnya, operasi hitung. Beberapa keterampilan ditentukan oleh seperangkat aturan atau instruksi atau prosedur yang berurutan, yang disebut algoritma,misalnya prosedur menyelesaikan perhitungan terkait dalil Pythagoras.Purwoto (2003 :12-13) mengemukakan bahwa, matematika adalah pengetahuan tentang pola keteraturan pengetahuan tentang struktur yang terorganisasi mulai dari unsur-unsr yang tidak didefinisikan ke unsur unsur yang didefinisikan ke suatu aksioma dan postulat dan kahirnya muncullah suatu dalil.Jadi, menurut peneliti matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang bersifat abstrak, diperoleh dengan penalaran secara induktif dan deduktif, serta mempunyai cara berpikir matematika yang prosesnya melalui abstraksi dan generalisasi. Matematika merupakan disiplin ilmu yang unik namun mampu menjadi ratu dari segala jenis ilmu pengetahuan.Pembelajaran MatematikaPembelajaran matematika adalah suatu proses atau kegiatan guru mata pelajaran matematika dengan mengajarkan matematikan kepada peserta didik yang di dalamnya terkandung upaya guru menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik tentang matematika yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dan peserta didik serta antara peserta didik dengan peserta didik dalam mempelajari matematika (Suyitno, 2004:2).Pembelajaran matematika dapat disebut sebagai salah satu pembelajaran awal untuk tiap-tiap individu. Matematika adalah bidang studi yang dipelajari di semua siswa dari SD sampai SMA dan bahkan juga di perguruan tinggi. Melihat betapa pentingnya matematika dalam perkembangan manusia memang wajar jika matematika harus diajarkan sejak dini. Cornelius berpendapat, sebagaimana dikutip oleh Abdurahman (2003:253), terdapat lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman , (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.Hasil BelajarDalam menganalisa kesalahan, peneliti memerlukan hasil belajar siswa dalam mengerjakan soal matematika. Menurut Anni (2007: 5), hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mereka mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut bergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa.Menurut Hamalik (2006: 30), hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek dari tingkah laku manusia. Aspek-aspek tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis dan budi pekerti, dan sikap. Bloom sebagaimana dikutip oleh Anni (2007: 6), membagi hasil belajar menjadi 3 ranah, yaitu: Ranah kognitif, berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif, berkaitan dengan sikap yang terdiri dari penerimaan, jawaban atau reaksi, dan penilaian. Ranah psikomotorik, berkaitan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ketiga aspek hasil belajar diperoleh dengan cara yang berbeda. Aspek afektif dan psikomotor diperoleh dari sistem tagihan yang digunakan untuk mata pelajaran sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar. Tidak semua mata pelajaran memiliki aspek psikomotor, hanya mata pelajaran tertentu saja yang dinilai aspek psikomotornya, yaitu yang melakukan kegiatan praktik di laboratorium atau bengkel. Aspek afektif diperoleh melalui kuesioner atau pengamatan yang sistematik. Sedangkan aspek kognitif diperoleh dari tes formatif. Meskipun demikian, dalam penelitian ini peneliti membatasi pembahasan secara khusus hanya pada pada ranah kognitif saja dengan penekanan pada bentuk tes yang tertulis. Dengan demikian, istilah hasil belajar mengacu pada tes prestasi belajar pada ranah ukur kognitif dalam bentuk tertulisAnalisis KesalahanKegiatan analisis kesalahan dalam menyelesaikan masalah kmatematika perlu dilakukan , agar kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dapat diketahui dan dapat ditindaklanjuti cara terbaik untuk memaksimalkan hasil belajar siswa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia , analisis adalah penyelidikan suatu perstiwa (karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui apa sebab-sebabnya, bagaimana duduk perkaranya, dan sebagianya. Sedangkan kesalahan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1247), adalah kekeliruan, perbuatan yang salah (melanggar hukum dan sebagainya. Jadi analisis kesalahan adalah sebuah penyelidikan terthadap suatu peristiwa untuk mencari penyebab kesalahan tersebut. Menurut Sudjana (2001:27), analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur/bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan susunannya. Analisis kualitatif cenderung menggunakan pendekatan logika induktif, dimana silogisme dibangun berdasarkan pada hal-hal khusus atau data di lapangan dan bermuara pada kesimpulan-kesimpulan umum. Analisis kualitatif tidak digunakan sebagai alat mencari data dalam arti frekuensi, kan tetapi digunakan untuk menganalisis dan memahami proses dan fakta yang ada, bukan sekedar menjelaskan fakta tersebut. (Bangin, 2008 : 144).Dalam proses pembelajaran, guru harus mampu memahami kesalahan yang dialami siswanya, dan berusaha untuk dapat menyelesaikan permasalahan itu untuk dicari solusinyaMenyelesaikan Masalah MatematikaMenyelesaikan masalah matematika tidak dapat dipisahkan dengan kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki oleh seseorang. Matematika merupakan ilmu yang mempunyai ciri khusus dan unik. Seringkali dalam memecahkan masalah matematika, siswa mengalami kesulitan menganalisis apa maksud soal, harus memakai rumus mana, atau bahkan tidak mampu memahami symbol-simbol khusus yang hanya ada di disiplin ilmu mtematika. Siswa perlu memahami cara mengaplikasikan konsep dasar serta keterampilan lain dalam situasi permalasahan matematika yang berbeda-beda.Menurut Hudojo (2003: 148), memecahkan masalah itu merupakan aktivitas mental yang tinggi. Suatu pertanyaan itu bersifat flesibel bergantung kepada individu dan waktu. Hal ini mempunyai pengertian bahwa suatu pertanyaan mungkin menjadi masalah di individu satu namun tidak menjadi masalah di individu yang lainnya. Pertanyaan seorang guru kepada peserta didiknya haruslah menyesuaikan dengan struktur kognitif peserta didiknya.Menurut Carson (2007: 14) pemecahan masalah akan lebih efektif jika pengetahuan dasar dan penerapan dari pengetahuan menjadi suatu prinsip yang mendasari dari teori maupun praktek untuk memecahakan masalah. Oleh karena itu, pemecahan masalah membutuhkan kemampuan peserta didik dalam menerapkan kemampuan dasar yang dimilikinya untuk dikembangkan berdasarkan suatu masalah yang diberikan.Menurut Nasution (1982:173) memecahkan masalah adalah metode yang haruskan pelajar untuk menemukan jawabannya tanpa bantuan khusus sehingga siswa dengan aturan sendiri itu mampu lebih unggul karena mereka mampu mentransferkan aturan itu ke masalah-masalah lain. Beberapa hal yang diperlukan dalam menyelesaikan masalah matematika yaitu (1) informasi yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi; (2) pengetahuan tentang bilangan, bentuk, dan ukuran; (3) kemampuan untuk menghitung; (4) kemampuan untuk mengingat dan menggunakan hubungan-hubungan. (Abdurahman, 2003:252)Kesalahan dalam menyelesaikan masalah matematikaKesalahan berasal dari kata datar salah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:262) berarti tidak benar, keliru, gagal, menyimpang dari yang seharusnya, dan tidak mengenai sasaran. Kesalahan berarti kekeliruan atau penyimpangan.Lestari(2008) mengemukakan kesalahan-kesalahan siswa ketika belajar matematika, diantaranyaBelajar matematika dengan menghafal dan tanpaProsedur NewmanKesalahan Menurut NewmanMenurut Praktipong & Nakamura (2006:113), prosedur Newman adalah sebuah metode untuk menganalisis kesalahan dalam soal uraian. Kesalahan-kesalah menurut Newman ialah sebagai berikut.Kesalahan MembacaKesalahan membaca menurut Singh (2010:266) terjadi ketika siswa tidak mampu membaca kata-kata maupun simbol yang terdapat dalam soal. Singh juga Gaya BelajarMenurut Nasution (2008:103), gaya belajar atau learning style siswa adalah cata bereaksi dengan menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam proses belajar. Menurut Gunawan (2006:139), gaya belajar ialah cara yang lebih kita sukai dalam melakukan kegiatan berpikir, memproses, dan mengerti sautu transformasi.Pendapat lain yakni menurut Dep porter & Hernacki (1996:147) merumuskan bahwa gaya belajar merupakan kombinasi dari bagiamana ia menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi. Menurut Winkel (1996:147), gaya belajar merupakan cara belajar yang khas bagi siswa. Cara khas ini bersifat individual yang seringkali tidak disadari dan ketika sudah terbentuk cenderung bertahan terus menerus. DePorter dan Hernacki (1999:112-113) menggolongkan gaya belajar berdasarkan cara menerima informasi dengan mudah (modalitas) ke dalam tiga tipe yaitu gaya belajr tipe visual, tipe auditorial, dan tipe kinestetik. Berikut ini pembahasan mengenai tuga tipe gaya belajar.Gaya Belajar VisualGaya belajar yaitu gaya belajar dimana seseorang merasa paling baik ketika melihat gambar atau teks dalam proses belajarnya. Anak yang mempunyai gaya belajar visual cenderung memiliki kecerdasan visual yang bagus dibandingkan kecerdasan yang lainnya. Menurut Linda Campbel (2006:108), kecerdasan visual yang meliputi kumpulan kemampuan yang saling terkait, termasuk perbedaan visual, pengenalan visual, proyeksi, gambaran mental, pertimbangan ruang, manipulasi gambar dalam atau gambaran eksternal, setiap atau semua yang dapat diekpresikan. Menurut De Potter & Henacky,ciri-ciri orang yang mempunyai gaya belajar visual sebagai berikut.Rapi dan teratur.Berbicara dengan cepat.Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik.Teliti terhadap detail.Mementingkan penampilan, baik dalam pakaian maupun presentasiPengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikirannyaMengingat dengan asosiasi visualBiasannya tidak terganggu denga keributanMempunyai masalah untuk mengingat intruksi verbal kecuali jika ditulis, dan sering kali minta bantuan orang untuk mengulanginya.Pembaca cepat dan tekunLebih suka membacakan daripada dibacakan.Membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan bersikap waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah atau proyek.Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon dan dalam rapat.Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain.Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban yang singkat ya atau tidak.Lebih suka melakukan demontrasi daripada berpidato.Lebih suka seni daripada musik.Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai memilih kata-kata.Kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin memperhatikan.Gaya belajar AuditorialGaya belajar auditorial adalah gaya belajar dimana seseorang belajar dengan baik ketika mereka mendengar sumber informasi yang mereka pelajari.Menurut Gunawan (2007: 94) orang auditorial belajar dengan menggunakan mereka dan cenderung interpeden. Saat belajar mereka menyukai lingkungan yang tenang. Dibandingkan dengan orang visual, mereka berbicara sedikit agak lambat dan banyak menggunakan kata yang berhubungan dengan pendengaran. Misalnya: cerita ini terdengar sangat menarik, ini masih kurang terdengar jelas, kedengarannya cara anda tidak benar.Menurut De Potter & Henacky,ciri-ciri orang yang mempunyai gaya belajar visual sebagai berikut.Berbicara kepada dirinya sendiri saat bekerja.Mudah terganggu keributan.Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca.Senang membaca dengan keras dan mendengarkan.Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suaraMerasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam berceritaBebicara dalam irama yang terpolaBiasanya fasih dalam berbicaraLebih suka musik daripada seni.Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada dilihat.Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar.Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat visualisasi, seperti memotong bagian-bagian sehingga sesuai satu sama lain.Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya.Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik.Gaya belajar KinestetikGaya belajar kinestetik ialah gaya belajar diamana seseorang harus terlibat, bergerak, mengalami, dan mencoba sendiri dalam proses menangkap apa yang dipelajari. Menurut De Potter & Henacky,ciri-ciri orang yang mempunyai gaya belajar visual sebagai berikut.Berbicara dengan perlahanMenanggapi perhatian fisikMenyentuh orang untuk mendapatkan perhatian merekaBerdiri dekat ketika berbicara dengan orang.Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak. Mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar.Belajar melalui manipulasi dan praktekMeghafal dengan cara berjalan dan melihat.Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca.Banyak menggunakan isyarat tubuhTidak dapat duduk diam untuk waktu yang lamaTidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang telah pernah berada di tempat itu.Menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot dengan mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca.Ingin melakukan segala sesuatu.Materi SegiempatJajargenjangJajargenjang adalah segiempat yang memiliki dua pasang sisi yang berhadapan sejajar. Contoh gambar jajargenjang ABCD ialah sebagai berikut.Gambar 2.1ACBDSifat-sifat yang dimiliki jajagenjang ialahSisi-sisi yang berhadapan sama panjang.Sudut-sudut yang berhadapan sama besar.Jumlah sudut-sudut yang berdekatan ialah 180Kedua diagonal jajargenjang potong memotong di tengah.Keliling jajargenjang adalah jumlah panjang sisi-sisi pembentuk jajrgenjang. Lihat kembali gambar 2.1, diketahui AB, BC, CD, dan DA adalah sisi yang membentuk jajrgenjang ABCD. Jadi keliling jajargenjang ABCD adalah:Jika keliling = K maka keliling jajargenjang adalahK = 2 x (AB+BC)Luas daerah jajargenjang adalah hasil kali alas (a) dan tingginya (t). Misal terdapat jajargenjang ABCD seperti gambar 2.2 dengan DE adalah tinggi jajargenjang. Maka luas daerah jajargenjang ABCD adalah L= AB x DE atau secara umum L = a x tACBDEGambar 2.2Berikut ini diberikan contoh permasalahan yang berkaitan dengan jajargenjang serta cara penyelesaiannya dengan prosedur Newman.PermasalahanDiketahui jajargenjang ABCD mempunyai luas 84 satuan luas, alasnya 7x, tingginya 3x. Tentukan ukuran alas dan tingginya!Penyelesaian.Memahami masalah (Comprehension)Permasalahn diatas dapat diselesaikan dengan konsep luas jajargenjang.Tranformasi (Transformation)Rumus yang digunakan ialah L = alas x tinggi. Keterampilan memproses (Process Skill) Jadi alas jajargenjang ialah 7x = 7 x 2 = 14 satuan panjang.Sedangkan tingginya ialah 3x = 3 x 2 = 6 satuan panjang.Persegi panjangPersegi panjang adalah jajargenjang yang satu sudutnya siku-siku. Contoh gambar persegi panjang ABCD adalah sebagi berikut.ABCDGambar 2.3.Sifat-sifat yang dimiliki persegi panjang ialahDiagonal-diagonalnya sama panjang.Semua sifat jajargenjang berlaku untuk persegi panjang, maka diagonal diagonal persegi panjang saling membagi dua sama panjang dan kedua diagonal persegi pajang saling berpotongan di tengah-tengahKeliling persegi panjang adalah jumlah panjang sisi-sisi pembentuk persegi panjang. Lihat kembali gambar 2.3, diketahui AB, BC, CD, dan DA adalah sisi yang membentuk persegi panjang ABCD. Jadi keliling persegi panjang ABCD adalah:Jika keliling = K, AB disebut panjang (p) dan BC disebut lebar (l ), maka secara umum keliling persegi panjang ialahK = 2 x (AB+BC)Luas daerah persegi panjang adalah hasil kali panjang (p) dan lebarnya (l) Lihat kembali gambar 2.3, diketahui AB adalah panjang dan BC adalah lebar. Maka luas daerah persegi panjang ABCD adalahL= AB x BC atau secara umum L = p x l .Berikut ini diberikan contoh permasalahan yang berkaitan dengan persegi panjang serta cara penyelesaiannya dengan prosedur Newman.PermasalahanDiketahui keliling sebidang tanah berbentuk persegi panjang ialah 100 m. Jika diketahui lebar tanah tersebut ialah 20 m, tentukan luas sebidang tanah tersebut! Penyelesaian.Memahami masalah (Comprehension)Permasalahan diatas dapat diselesaikan dengan konsep keliling dan luas jajargenjang.Tranformasi (Transformation)Rumus yang digunakan ialah K = 2 (p+l ) dan L = p x l. Keterampilan memproses (Process Skill)Jadi luas sebidang tanah tersebut ialah 300 m2 .Belah KetupatBelah ketupat adalah jajargenjang yang dua sisi yang berurutan sama panjang Contoh gambar belah ketupat ABCD adalah sebagai berikut. ABCDGambar 2.4Sifat-sifat yang dimiliki belah ketupat ialahDiagonal-diagonalnya merupakan sumbu simetri.Sudut-sudut yang berhadapan sama besar dan dibagi dua sama besar oleh daigonal-diagonalnya.Kedua diagonalnya saling membagi dua sama panjang dan saling tegak lurus.Keliling belah ketupat adalah jumlah panjang sisi-sisi pembentuk belah ketupat. Lihat kembali gambar 2.4, diketahui AB, BC, CD, dan DA adalah sisi yang membentuk belah ketupat ABCD. Jadi keliling belah ketupat ABCD adalah:Jika keliling = K, maka secara umum keliling belah ketupat ialah K = 4 x sLuas daerah belah ketupat adalah setengah kali hasil kali diagonal-diagonalnya.Lihat kembali gambar 2.4, diketahui AC dan BD adalah diagoanal-diagoanl belah ketupat. Jadi luas daerah belah ketupat ABCD adalah atau secara umum dengan d1 dan d2 adalah keterangan untuk diagoanal-diagonalnya.Berikut ini diberikan contoh permasalahan yang berkaitan dengan belah ketupat serta cara penyelesaiannya dengan prosedur Newman.PermasalahanDiketahui luas belah ketupat ialah 72 satuan luas. Jika diagonal pertama adalah 4 kali diagonal yang kedua. Tentukanlah panjang masing-masing diagonalnya!Penyelesaian.Memahami masalah (Comprehension)Permasalahan diatas dapat diselesaikan dengan konsep luas belah ketupat.Tranformasi (Transformation)Rumus yang digunakan ialah Keterampilan memproses (Process Skill)Jadi diagonal-diagonal belah ketupatnya ialah 24 satuan panjang dan 6 satuan panjang.PersegiPersegi panjang adalah segiempat yang keempat sisinya sama panjang dan satu sudutnya siku-siku. Pada persegi berlaku sifat-sifat belah ketupat dan persegi panjang. Contoh gambar persegi ABCD adalah sebagai berikut.ABCDGambar 2.5Keliling persegi adalah jumlah panjang sisi-sisi pembentuk persegi. Lihat kembali gambar 2.5, diketahui AB, BC, CD, dan DA adalah sisi yang membentuk persegi ABCD. Jadi keliling persegi ABCD adalah:Jika keliling = K, maka secara umum keliling persegi ialah K = 4 x sLuas daerah persegi adalah hasil kali sisi-sisinya (s) atau kuadrat sisinya. Lihat kembali gambar 2.5, diketahui AB, BC, CD, dan DA adalah sisi-sisi (s) persegi dan keempatnya sisinya sama panjang. Luas daerah persegi ABCD adalah L= AB x BC atau secara umum L = s x s = s2Berikut ini diberikan contoh permasalahan yang berkaitan dengan persegi serta cara penyelesaiannya dengan prosedur Newman.PermasalahanDiketahui keliling sebidang tanah berbentuk persegi panjang ialah 100 m. Jika diketahui lebar tanah tersebut ialah 20 m, tentukan luas sebidang tanah tersebut! Penyelesaian.Memahami masalah (Comprehension)Permasalahan diatas dapat diselesaikan dengan konsep keliling dan luas jajargenjang.Tranformasi (Transformation)Rumus yang digunakan ialah K = 2 (p+l ) dan L = p x l. Keterampilan memproses (Process Skill)Jadi luas sebidang tanah tersebut ialah 300 m2 .TrapesiumTrapesium adalah segiempat dengan tepat sepasang sisi yang sejajar. Pada persegi berlaku sifat-sifat belah ketupat dan persegi panjang. Terdapat tiga jenis trapesium yakniTrapesium sama kaki adalah trapesium yang kedua sisinya sejajar dan kedua kakiny atau sisi tegaknya sama panjang, serta sudut-sudutnya tidak ada yang siku-siku. Berikut contoh gambar trapesium samak kaki ABCDABCDGambar 2.6Trapesium siku-siku adalah trapesium yang sepasang sudutnya siku. Berikut adalah gambar trapesium siku-siku ABCD.ABCDGambar 2.7Trapesium sembarang adalah trapesium yang tidak memiliki sudut siku-siku dan sepasang sisi yang sama panjag.Berikut adalah gambar trapesium sembarang ABCD.ABCDGambar 2.8Sifat-sifat yang berlaku di trapesium yaituJumlah besar sudut yang berada diantara sisi sejajar adalah 180Terdapat dua pasang sudut yang berdekatan sama besar (sifat khusus pada trapesium sama kaki)Sepasang diagonalnya sama panjang (sifat khusus pada trapesium sama kaki).Keliling trapesium adalah jumlah panjang sisi-sisi pembentuk trapesium. Lihat kembali gambar 2.8, diketahui AB, BC, CD, dan DA adalah sisi yang membentuk trapesium ABCD. Jadi keliling trapesium ABCD adalah:Jika keliling = K, maka secara umum keliling trapesium K = jumlah keempat sisinya. EABCDGambar 2.8Luas daerah persegi adalah setengah hasil kali sepasang sisi sejajar dan tinggi. Lihat kembali gambar 2.8, diketahui AB dan DE adalah sepasang sisi yang sejajar, sedangkan AE adalah garis tinggi.. Luas daerah trapesium ABCD adalahAB = a , CD = b, dan DE = tJadi secara umum Berikut ini diberikan contoh permasalahan yang berkaitan dengan persegi serta cara penyelesaiannya dengan prosedur Newman.PermasalahanDiketahui keliling sebidang tanah berbentuk persegi panjang ialah 100 m. Jika diketahui lebar tanah tersebut ialah 20 m, tentukan luas sebidang tanah tersebut! Penyelesaian.Memahami masalah (Comprehension)Permasalahan diatas dapat diselesaikan dengan konsep keliling dan luas jajargenjang.Tranformasi (Transformation)Rumus yang digunakan ialah K = 2 (p+l ) dan L = p x l. Keterampilan memproses (Process Skill)Jadi luas sebidang tanah tersebut ialah 300 m2 .Layang-layangLayang-layang adalah segiempat yang kedua sisinya yang berdekatan sama panjang, sedangkan kedua sisi yang lain juga sama panjang. Contoh gambar layang-layang ABCD adalah sebagai berikut.ABCDGambar 2.9OSifat-sifat yang berlaku di layang-layang adalah sebagai berikut.Mempunyai dua pasang sisi yang sama panjang. Terdapat sepasang sudut yang berhadapan sama besar. Salah satu diagonalnya adalah sumbu simetri. Salah satu diagonalnya membagi dua sama panjang diagonal yang lain. Kedua diagonalnya saling berpotongan tegak lurusKeliling layang-layang adalah jumlah panjang sisi-sisi pembentuk layang-layang. Lihat kembali gambar 2.9, diketahui AB, BC, CD, dan DA adalah sisi yang membentuk layang-layang ABCD. Jadi keliling layang-layang ABCD adalahJika keliling = K, maka secara umum keliling layang-layang K = 2 x (a + b)Luas daerah layang-layang (L) adalah setengah kali perkalian diagonal-diagonalnya. Lihat kembali gambar 2.6, diketahui AC = d1 dan BD = d2 adalah diagonal-diagonalnya. Luas daerah layang-layang ABCD adalah atau secara umum .Berikut ini diberikan contoh permasalahan yang berkaitan dengan persegi serta cara penyelesaiannya dengan prosedur Newman.PermasalahanDiketahui keliling sebidang tanah berbentuk persegi panjang ialah 100 m. Jika diketahui lebar tanah tersebut ialah 20 m, tentukan luas sebidang tanah tersebut! Penyelesaian.Memahami masalah (Comprehension)Permasalahan diatas dapat diselesaikan dengan konsep keliling dan luas jajargenjang.Tranformasi (Transformation)Rumus yang digunakan ialah K = 2 (p+l ) dan L = p x l. Keterampilan memproses (Process Skill)Jadi luas sebidang tanah tersebut ialah 300 m2 .Peneletian yang relevanDalam membuat penelitian ini, peneliti mencari beberapa penelitian yang pernah dilakukan oleh akademisi lainnya guna mendukung pengetahuan dan dasar keilmuan di penelitiannya. Penelitian yang dimaksud ialah sebagai berikut.Dewi A. Sagitasari, dalam penelitian skripsinya yang berjudul Hubungan Antara Kreativitas dan Gaya Belajar Dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP, menyimpulkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara kreativitas dan gaya belajar dengan presatasi siswa kelas VII SMP di Godean.Isti Komah, dalam penelitian skripsinya yang berjudul Identifikasi Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Matematika Kelas VIII SMP di Kotib Metro, menyimpulkan bahwa kesalahan paling tinggi ialah di standar kompetensi memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, dan bagian-bagiannya serta menentukan ukurannya.Endang Rahayu, dalam prosiding yang dikemukakan di Seminar Nasioanal Matematika UNY 2009 dengan judul Pembelajaran Kontruktivisme Ditinjau Dari Gaya Belajar , menyimpulkan siswa dengan belajar visual lebih baik prestasi matematikanya dibandingkan siswa dengan gaya belajar kinestetik, tetapi tidak lebih baik dari siswa dengan gaya belajar auditorial.Ika Rahmawati, dalam penelitian tesisnya yang berjudul Model Pembelajaran Kooperatif dengan NHT dan TPS Ditinjau dari Motivasi Berprestasi dan Gaya Belajar Siswa, menyimpulkan tidak terdapat interaksi antara motivasi berprestasi dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar IPA, tetapi bukan berarti tidak terdapat hubungan antara keduanya. Dengan adanya motivasi berprestasi dalam diri siswa maka siswa tersebut akan berusaha keras untuk mendapatkan prestasi yang memuaskan. Usaha-usaha yang dilakukan siswa tersebut sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki oleh masing-masing siswa, yaitu dengan gaya belajar auditori, visual maupun kinestetik.Dewi Saraswati dalam penelitian skripsinya yang berjudul Analisis Miskonsepsi Siswa Pada Pembelajaran Matematika Materi Pokok Limit Fungsi Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012. Dalam penelitian tersebut, hasil yang didapatkan ialah sebagai berikut: (1) Siswa yang memiliki gaya belajar visual dan kinestetik tidak memiliki kecenderungan pada salah satu karakter miskonsepsi, sedangkan auditorial cenderung memiliki karakter miskonsepsi yaitu teoritikal. (2) Pada umunya, penyebab miskonsepsi siswa baik yang meiliki gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik adalah berasal dari guru , siswa, dan konteks. Seto Satoto, dalam penelitian skripsinya yang berjudul Analisis Kesalahan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kendal dalam Menyelesaiakan Soal Materi Jarak pada Bangun Ruang, menyimpulkan kebanyakan siswa membuat kesalahan di bagian memahami soal.Kerangka BerpikirMatematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah mempunyai posisi yang sangat penting, sebab disamping dapat memberi bekal kemampuan berhitung bagi peserta didik, matematika juga dapt memberi bekal kemampuan bernalar. Namun pada umunya matematika adalah momok bagi sebagian peserta didik. Matematika memang tergolong mata pelajaran yang dirasakan sulit bagi peserta didik, karena matematika ditinjau dari segi objek kajiannya, matematika bukan merupakan objek konkret tetapi merupakan benda pikiran (objek abstrak). Salah satu penyebab kesulitan ialah kesalahpahaman konsep.Materi segiempat mempunyai materi prasyarat yakni pecahan. Materi pecahan merupakan segiempat sederhana yang telah diajarkan sewaktu SD dan SMP kelas VII. Jadi siswa pasti tidak asing dengan segiempat. Siswa memberikan pengertian atau tafsiran dalam kerangka berpikirnya. Konsepsi ini terbentuk melalui penalaran dan ituisi setelah proses pembelajaran berlangsung. Siswa juga memproses konsep baru yang mereka dapatkan dengan konsep-konsep yang sudah dimiliki. Konsepsi terdahulu para siswa belum tentu benar.Peneliti akan melihat melihat miskonsepsi siswa pada materi pokok segiempat dan mengindentifikasi penyebab terjadinya miskonsepsi tersebut. Siswa yang telah memperoleh materi segiempat diberi tes diagnostik. Hasil tes diagnostik tersebut nantinya akan memperlihatkan dugaan adanya miskonsepsi pada siswa. Beberapa siswa nantinya juga akan dilakukan juga wawancara untuk mengetahui miskonsepsi ditinjau dari karakterisasi gaya belajar dan penyebabnya. Dari hasil tes diagnostik, wawancara, dan observasi selama proses pembelajaran materi segiempat dicocokan dan dianalisis untuk mendapatkan deskriptif dan penyebab miskonsepsi yang valid yang ditinjau dari gaya belajar siswa.BAB 3METODE PENELITIANJenis dan Pendekatan PenelitianBerdasarkan tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini, maka jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif serta menggunakan strategi penelitian deksriptif. Moleong (2011: 6) penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk memahami hal-hal yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Menurut Russfendi (1994: 30) , penelitian deskriptif adalah peneletian yang menggunakan observasi, wawancara, atau angket mengenai keadaan objek yang diteliti sekarang. Sedangkan menurut Moleong (2011:5) menyatakan dalam penelitian kualitatif metode yang biasanya dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan dan pemanfaatan dokumen.Pendekatan penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Keuntungan metode studi kasus yaitu dapat melakukan penelitian yang lebih mendalam dan mendapat kesempatan untuk memperoleh wawasan mengenai konsep-konsep dasar tingkah laku manusia. Tujuannya adalah untuk mengetahui secara langsung letak kesalahan siswa dalam mengerjakan soal-soal pada materi segiempat ditinjau dari gaya belajar siswa tersebut. Untuk dapat mengetahui kesalahan peserta didik maka perlu diadakan suatu analisis terhadap hasil pekerjaan peserta didik sehingga diperoleh gambaran pada bagian mana saja peserta didik melakukan kesalahan-kesalahan tadi. Lokasi penelitianPenelitian ini dilaksanakan di SMP N 22 Semarang yang beralamatkan di Jalan Raya Gunungpati. Alasan pengambilan lokasi di SMP N 22 Semarang dikarenakan faktor jarak dan pengalaman peneliti di lokasi tersebut. Lokasi SMP N 22 yang hanya butuh waktu 10-15 menit dari kampus Unnes diharapkan memberi kemudahan dan keefektifan dalam penelitian ini. Selain itu, peneliti pernah melakukan kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP N 22 sehingga gambaran awal tentang karakter siswa sudah diketahui dan memunculkan rasa ingin tahu peneliti untuk menganalisis jenis-jenis kesalahan dalam menyelesaikan materi segiempat bila ditinjau dari gaya belajarnya.Metode Penyusunan InstrumenInstrumen dalam penelitian ini ialah peneliti, angket gaya belajar, dan tes uraian materi segiempat.PenelitiDalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama (Moleong, 2011: 4). Jadi, kehadiran peneliti di lapangan adalah mutlak. Peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatan penelitian, antara lain melakukan uji coba tes instrumen, mengawasi pelaksanaan tes dan melakukan wawancara. Hal ini dilakukan agar keabsahan data dapat dijamin karena merupakan hasil murni masing-masing siswa.Angket Gaya BelajarMenurut Budiyono (2003), metode angket adalah cara pengumpulan data melalui pengajuan pertanyaan tertulis kepada subjek penelitian, responden, atau sumber data dan jawabannya diberikan pula secara tertulis. Metode angket yangn digunakan dalam angket ini ialah metode angket langsung. Metode angket alngsung yaitu metode angket yang jawaban dari pertanyaan-pertanyaan diperoleh secara langsung dari subjek penelitian tanpa melalui perantara. Metode angket ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai gaya belajar dari subjek penelitian.Angket gaya belajar siswa tesebut dikatakan baik jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.Validitas IsiSupaya angket gaya belajar siswa mempunyai validitas isi, maka harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.Butir-butir angket sudah sesuai dengan kisi-kisi angketKesesuaian kalimat dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)Kalimat pada butir-butir angket mudah dipahami siswa sebagai respodenKetetapan dan kejelasan perumusan petunjuk pengisian angketUntuk menilai apakah intrumen angket respon siswa tersebut mempunyai validitas isi, penilaian ini dilakukan oleh para pakar atau validator (experts judgment) dan semua kriteria disetujui (ada salah satu yang tidak disetujui maka intsrumen tersebut belum valid, artinya butir yang tidak disetujui tersebut harus direvisi ulang atau dibuang).Konsistensi InternalUji konsistensi internal yang digunakan dalam nagket gaya belajar siswa mengggunakan rumus korelasi produk momen Karl Pearson. Rumus korelasi product moment dengan mengkorelasikan jumlah skor butir dengan skor total adalah sebagai berikut(Arikunto, 2007: 72)Keterangan :rxy = koefisien korelasi product momentn = banyaknya peserta tesx = skor butiry= skor totalHasil perhitungan kemudian dikonsultasikan dengan harga kritik r product moment dengan signifikansi 5%, apabila rxy > rtabel maka butir soal itu valid.Uji ReliabilitasSeperangkat tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Reliabilitas soal uraian ditentukan dengan menggunakan rumus Alpha. Keterangan :r11= reliabilitas yang dicarin= banyaknya butir soal= jumlah varian skor tiap-tiap butir= varians totalKriteria pengujian reliabilitas tes yaitu setelah didapatkan r11 kemudian dikonsultasikan dengan harga r product moment pada tabel. Jika rhitung > rtabel maka soal yang diujikan reliabel (Arikunto, 2005: 196).Materi dan Bentuk Tes UraianMenurut Arikunto (2006: 150), tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Materi tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi segiempat yang diajarkan pada kelas VII SMP semester 2. Sedangkan bentuk tes yang digunakan adalah tes bentuk uraian yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Sehingga dapat mencerminkan pola pikir siswa yang mengerjakannya. Menurut Rudyatmi dan Rusilowati (2010: 41), tes bentuk uraian memiliki kebaikan-kebaikan, antara lain: sangat baik untuk mengukur proses mental tingkat tinggi, sehingga sampai sekarang masih tetap dipertahankan penggunaannya;menyusunnya lebih mudah, karena jumlah butir soal (test item) terbatas; peserta ujian didorong agar menjadi lebih siap, karena harus menguasai secara mendalam untuk dapat melakukan analisis, sintesis, dan evaluasi.Dalam menyusun perangkat tes harus melihat urutan penyusunannya. Urutan dalam penyusunan perangkat tes adalah sebagai berikutPembatasan terhadap bahan yang diteskan yakni materi segiempat Menentukan bentuk soalMenentukan jumlah butir soal Menentukan waktu mengerjakan soalIntrumen tes uraian terlebih dahulu diperiksa dengan berbagai uji validitas yang meliputiValiditas LogisMenurut Arikunto (2007: 65), validitas logis terpenuhi jika instrumen tersebut sudah dirancang secara baik, mengikuti teori dan ketentuan yang ada. Ada dua macam validitas logis yang dapat dicapai oleh sebuah instrumen, yaitu validitas isi dan validitas konstruksi. Menurut Arikunto (2007: 66), validitas isi bagi sebuah instrumen menunjuk suatu kondisi sebuah instrumen yang disusun berdasarkan isi materi pelajaran yang dievaluasi, sedangkan validitas konstruksi menunjuk suatu kondisi sebuah instrumen yang disusun berdasarkan konstruksi, aspek-aspek kejiwaan yang seharusnya dievaluasi. Validitas pada aspek ini dilaksanakan dengan membuat instrumen berdasarkan kisi-kisi soal yang telah disusun kemudian mengajukan instrumen tersebut untuk dinilai kevalidannya kepada dua orang validator ahli. Validator dalam penelitian ini adalah kedua dosen pembimbingValiditas EmpirisTahap selanjutnya setelah disusun dan divalidasi oleh ahli kemudian akan divalidasi empiris melalui uji coba isntrumen. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat menentukan soal mana yang termasuk dalam kategori baik dan layak dipakai untuk intrumen penelitian.Analisis Perangkat Tes UraianMenurut Arikunto (2007: 2006), analisis perangkat tes bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik , kurang baik, dan soal yang jelek, sehingga diperoleh informasi yang akan digunakan untuk menyempurnakan soal-soal untuk kepentingan Data PenelitianMenurut Lofland dalam Moleong (2011:112), sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data dalam penelitian ini berupa kata-kata dan tindakan yang diperoleh dari hasil kegiatan observasi selama proses belajar mengajar materi segiempat, hasil tes siswa berupa dugaan miskonsepsi pada materi segiempat, dan hasil wawancara dengan dipilih beberapa siswi terpilih dengan miskonsepsi dan penyebab miskonsepsi tersebut.Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian. Data ini merupakan data tertulis dari hasil pekerjaan peserta didik dan hasil wawancara dengan peserta didik yang menjadi subjek penelitian. Metode Penentuan Subjek PenelitianPemilihan kelas yang akan diteliti dilakukan dengan sistem random sampling. Dari delapan kelas akan dipilih dua kelas yang terdiri dari satu kelas sebagai kelas uji coba dan dua kelas sebagai kelas eksperimen. Satu kelas eksperimen ini dijadikan sebagai subjek penelitian. Jadi, subjek penelitian yang akan diteliti lebih lanjut dalam penelitian ini ada 10 orang.Kehadiran PenelitiDalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama (Moleong, 2005: 4). Jadi, kehadiran peneliti di lapangan adalah mutlak. Peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatan penelitian, antara lain melakukan uji coba tes instrumen, mengawasi pelaksanaan tes dan melakukan wawancara. Hal ini dilakukan agar keabsahan data dapat dijamin karena merupakan hasil murni masing-masing siswa.Metode Pengumpulan DataUntuk mendapatkan data penelitian, metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut.Metode ObservasiObservasi merupakan cara pengumpulan data dimana peneliti melakukan pengamatan terhadap subjek penelitian sehingga sujek tidak tahu dia sedang diamati (Budiono, 2003:53). Peneliti akan mengadakan observasi terhadap siswa dan guru dalam proses pembelajaran segiempat.Pengumpulan data melalui observasi dilakukan berdasarkan pedoman observasi. Pedoman observasi tidak perlu (tidak dapat) diuji validitas dan reliabilitasnya. Hal ini merujuk pada pendapat Danim (1997:1994) yang berpendapat.Apabila alat pengumpul data berupa pedoman wawancara, pedoman observas, format penjaring data dan sejenisnya tidak perlu diuji (dan memang tidak dapat duji) validitas dan reliabilitasnya. Dalam hal ini, peneliti hanya dituntut berpiir logis dan cermat agar alat semacam ini memenuhi syarat untuk menjawab permasalahan penelitian.Peneliti dalam penelitian ini berperan ganda yakni menjadi pemeran sekaligus pengamat karena peneliti memasuki latar belakang penelitian dan tidak menjadi anggota penuh dari komunitas latar penelitian tersebut.Metode TesTes merupakan suatu alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Arikunto, 2007: 53). Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes diagnostik berbentuk uraian. Tes diagnostik adalah tes yang diberikan sesudah materi pembelajaran disajikan. Tujuan tes diagnostik ini adalah mengetahui kelemahan dan kekuatan peserta didik pada materi tersebut (Zainul dan Nasution, 1995:31).Pada penelitian ini disusun sebuah tes diagnostik berbentuk soal uraian sebanyak 5 butir soal.Metode WawancaraWawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu (Moleong, 2005: 135). Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data secara langsung mengenai jenis-jenis miskonsepsi apa saja yang dilakukan siswa dalam mengerjakan soal segiempat yakni konsep segiempat manakah yang menjadi masalah siswa, adakah prakonsepsi siswa yang masih salah, dan bagaimana cara yang tepat untuk membenarkan kembali konsep tersebut. Wawancara dilakukan terhadap subjek penelitian yang diteliti lebih lanjut dengan perekaman pada tape recorder sehingga hasil wawancara menunjukkan keabsahan dan dapat terorganisir dengan baik untuk analisis selanjutnya. Perekaman dilakukan secara bergiliran, artinya wawancara dilakukan satu persatu secara bergantian sehingga peneliti lebih mudah menyimpulkan kesalahan setiap siswa dalam mengerjakan soal uraian segiempat.Validitas Data Validitas data perlu dilakukan untuk menguji keabsahan data. Penelitian ini menggunakan triangulasi dalam menguji validitasnya. Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2005: 330).Triangulasi yang dilakukna pada tes ini ialah triangualsi metode yaitu membandingkan data tes, wawancara, dan observasi. Jika data-data dari ketiganya berbeda dikorelasikan diperoleh pemahaman yang sama, maka data dianggap valid sehingga dapat ditarik kesimpulan mengenai data tersebut. Jika data tidak valid, peneliti boleh membuang data tersebut dan melakukan peneltian kembali ataupun data tidak valid tersebut dijadikan sebagai temuan dalam penelitian.Metode Penyusunan Instrumen Materi dan Bentuk Tes. Materi yang digunakan untuk menyusun soal tes adalah materi pokok segiempat yang berbentuk soal uraian sebanyak 5 butir.Langkah-langkah Penyusunan Perangkat TesAdapun langkah-langkah penyusunan perangkat tes adalah sebagai berikut.Pembatasan terhadap bahan yang diteskan, yaitu materi segiempat khususnya segiempat kelas VIII kurikulum 2013 yang mempunyai kompetensi.Menentukan bentuk soal. Soal tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal bentuk uraian.Menentukan jumlah soal dan jumlah waktu yang disediakan. Jumlah soal yang diteskan sebanyak 5 butir soal.. Total alokasi waktu 45 menit.Menentukan kisi-kisi soal tes.Menyusun soal tes. Validasi InstrumenValidasi instrumen dalam penelitian ini meliputi :Validasi Ahli.Validitas logis terpenuhi jika instrumen tersebut sudah dirancang secara baik, mengikuti teori dan ketentuan yang ada (Arikunto, 2007:65). Validasi pada aspek ini dilaksanakan dengan mengajukan instrumen untuk dinilai keabsahannya kepada 3 orang validator yang ahli dalam bidang segiempat. Adapun aspek penilaian meliputi isi materi, bahasa, dan penelitian soal.Validasi EmpirisInstrumen yang telah disusun dan divalidasi oleh ahli kemudian divalidasi empiris melalui ujicoba instrumen pada kelas kontrol. Dari hasil ujicoba kemudian dianalisis untuk menentukan soal mana saja yang termasuk dalam kategori baik yang layak dipakai untuk instrumen penelitian.Analisis Perangkat TesAnalisis perangkat tes bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik, dan soal yang jelek, sehingga dapat diperoleh informasi yang akan digunakan untuk menyempurnakan soal-soal untuk kepentingan lebih lanjut (Arikunto, 2007:206). Adapun analisis perangkat tes meliputi validitas soal, reliabilitas, tingkat kesukaran, analisis daya beda.Validitas Butir SoalValiditas soal ditentukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment dengan mengkorelasikan jumlah skor butir dengan skor total. (Arikunto, 2007: 72)Keterangan :rxy = koefisien korelasi product momentn = banyaknya peserta tesx = skor butiry= skor totalHasil perhitungan kemudian dikonsultasikan dengan harga kritik r product moment dengan signifikansi 5%, apabila rxy > rtabel maka butir soal itu valid.ReliabilitasSeperangkat tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Reliabilitas soal uraian ditentukan dengan menggunakan rumus Alpha. Keterangan :r11= reliabilitas yang dicarin= banyaknya butir soal= jumlah varian skor tiap-tiap butir= varians totalKriteria pengujian reliabilitas tes yaitu setelah didapatkan r11 kemudian dikonsultasikan dengan harga r product moment pada tabel. Jika rhitung > rtabel maka soal yang diujikan reliabel (Arikunto, 2005: 196).Tingkat kesukaranBilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran, yang diberi simbol P. Adapun rumus menentukan indeks kesukaran adalah sebagai berikut. Keterangan :P = indeks kesukaranB = banyaknya peserta didik yang menjawab benarJS = banyaknya seluruh peserta didik yang mengikuti tes.Indeks kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut.Soal dengan 0,00 < P 0,30 adalah soal sukarSoal dengan 0,30 < P 0,70 adalah soal sedangSoal dengan 0,70 < P 1,00 adalah soal mudah(Arikunto, 2007: 208). Daya PembedaDaya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan yang berkemampuan rendah. Langkah-langkah menghitung daya pembeda untuk soal uraian adalah sebagai berikut.Mengurutkan hasil ujicoba dari skor tertinggi sampau terendah.Menentukan kelompok atas dan bawah, yaitu kelompok atas sebanyak 27% dari jumlah peserta tes dan begitu juga dengan kelompok bawah.Indeks diskriminasi (daya beda) soal uraian ditentukan dengan menggunakan rumus uji t sebagai berikut. Keterangan :MH= rata-rata dari kelompok atasML = rata-rata dari kelompok bawah= jumlah kuadrat deviasi individual kelompok atas= jumlah kuadrat deviasi individual kelompok bawahni= 27% dari jumlah testiHasil perhitungan dibandingkan dengan ttabel , dengan dk = (n1 1 )( n2 1). Jika thitung > ttabel maka daya beda soal tersebut signifikan (Arifin, 1991: 141). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan = 5%.Penentuan Instrumen Penelitian dilakukan berdasarkan hasil analisis uji coba soal tes. Analisis DataMenurut Miles dan Huberman (1992:16) analisis data pada penelitian kualitatif dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut.Reduksi DataReduksi data didefinisikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data yang muncul dari catatan-catatn tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan analisis data yang menajamkan, menggolongkan , mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mngorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan final dapat ditarik dan diverifikasi. Reduksi data juga berperan sebagai upaya agar tidak terjadi penumpukan data atau informasi yang diperoleh karena data yang sudah direduksi datanya lebih tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan.Tahap-tahap reduksi data dalam penelitian ini adalah:Mengoreksi hasil pekerjaan siswa, Dari hasil pekerjaan siswa, peneliti dapat menduga dan menunjukkan miskonsepsi apa saja yang dilakukan subjek penelitian.Hasil pekerjaan dari subjek penelitian merupakan data mentah kemudian ditransformasikan pada catatan sebagai bahan untuk wawancara. Hasil wawancara disederhanakan menjadi susunan bahasa yang baik dan rapi, kemudian ditransformasikan ke dalam catatan. Kegiatan ini dilakukan dengan mengolah hasil wawancara menjadi data yang siap untuk digunakan.Penyajian DataPenyajian data dilakukan dengan memunculkan dan menunjukkan kumpulan data atau informasi yang sudah terorganisasi dan terkategori yang memungkinkan suatu penarikan kesimpulan atau tindakan. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan meliputi:Menyajikan hasil pekerjaan siswa yang dijadikan bahan untuk wawancara.Menyajikan hasil wawancara yang telah direkam pada tape recorder.Menyajikan hasil analisis yang berupa kesalahan setiap subjek penelitian (data ini merupakan data temuan).Verifikasi (Penarikan Kesimpulan)Verifikasi atau penarikan kesimpulan pada penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil pekerjaan siswa dan hasil wawancara. Dari kegiatan ini dapat ditarik kesimpulan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa sehingga (persentase) permasalahan dan tujuan dari penelitian ini dapat dijawab.Kesimpulan akhir mungkin tidak muncul hingga pengumpulan data berkahir. Penarikan kesimpulan berkaitan dengan besarnya kumpulan catatan lapangan, pengkodean, penyimpanan dan kecakapan peneliti. Apabila ada data baru akan mengubah kesimpulan semstara hingga segera melakukan perbaikan data yang diperoleh. Hal ini terus dilakukan sampai seluruh data dikumpulkan.DAFTAR PUSTAKAAbdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Remaja Rosdakarya.Anni, C. T. 2007. Psikologi Belajar. Semarang : UPT MKK UnnesArikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi AksaraArifin, Zaenal. 1991. Evaluasi Instruksional. Bandung: PT Remaja RosdakaryaBambico, Teresita. 2002. Mathematical Strength, Difficulties and Misconception of Teacher : Analysis of Their Performance in an Achievement Test. Journal of Internasional Development and Coorperation. Volume 9 No. 1. Hal. 41-60.Bangin, Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif. Jakarta : KencanaCamphel, Linda. 2006. Metode Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences. Depok : Intuisi PressCarson, J. 2007. A Problem With Problem Solving : Teaching Thinking Without Teaching Knowledge. The Mathemtics Educator, Vol 17(2) : 2-17Chick, H.L. & Monica K.B. 2005. Investigating Teachers Responses to Student Misconception. Dalam Chick, H. L & Vincen, J. L . (Eds), Proceeding of the 29th Conferences of the International Group for the Psychology of Mathematics Education, Vol. 2. Melbourn : PME. Hal. 249-256Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs. Jakarta : BSPN.Danim, Sudarwan.1997. Pengantar Studi Penelitian Kebijakan. Jakarta : Bumi Aksara.Dahar,R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta:Erlangga. DePorter, B dan Mike H.2008. Quantum Learning : Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung : Kaifa.Hudojo, Herman. 2001. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang : IMSTEP.Lestari, R.D.2011. Analisis Kesalahan Dalam Menyelesaikan Soal Faktorisasi Aljabar Suku Aljabar Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Jaten Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.Miles, Matthew B dan Huberman, A Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta : Universitas Indonesia PressMoleong, L. J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja RosdakaryaNasution. 2008. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi AksaraPacemska, T.A , B. Zlatanovska, L. Lazarova, S. Pacemska. 2011. Possibilities for Using The Programming Packet Mathematica in Mathematical Education. Proceeding Book 11th International Educational Technology Conference. Istanbul : University Goce Delcev-StipPrakitipong, N. & Nakamura, S. 2006. Analysis of Mathematics Performance of Grade Five Students in Thailand Using Newman Procedure. Journal of International Cooperation in Education, 1(9):111-122.Purwoto. 2003. Strategi Pembelajaran Mengajar. Surakarta: UNS PressRifai, Achmad & Cataharina Tri .2009. Psikologi Pendidikan. Semarang:Universitas Negeri Semarang Press.Slameto. 1995. Belajar Dan Faktor-Faktor Ynag Mempengaruhi. Jakarta : Rineka CiptaSaraswati, Dewi. 2012. Analisis Miskonsepsi Siswa Pada Pembelajaran Matematika Materi Pokok Limit Fungsi Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi. Surakarta : Universitas Sebelas Maret. Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia: Konstansi Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja RosdakaryaSugiyono Suherman, Erman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo.Suyono & Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya Wahyu, Eka Nurlaili. 2012. Analisis Miskonspesi Siswa Kelas VII SMP Negeri 16 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012 Pada Pembelajaran matematika Materi Pokok Segitiga. Skripsi. Surakarta :Universitas Sebelas MaretWardani, M. A. 2010. Analisis Kesesuaian dan Hasil Try Out dan Ujian Nasional SMP/MTs di Kabupaten Banjarnegara Berdasarkan Kisi-Kisi Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Tahun 2010. Skripsi. Semarang: FMIPA Universitas Negeri SemarangWinkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia..