proposal revisi
DESCRIPTION
proposal revisiTRANSCRIPT
PROPOSAL
GAMBARAN FAKTOR STERILISASI ALAT MEDIS DENGAN ANGKA KEJADIAN INFEKSI
NOSOKOMIAL DI WILAYAH KERJA RSU Prof W Z YOHANES KUPANG TAHUN 2010-2011
OLEH :
Evander Z Folamauk
0808013566
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
OKTOBER 2010
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Seorang pasien yang masuk rumah sakit untuk menjalani perawatan tentu
berharap mendapat kesembuhan atau perbaikan penyakitnya,setidaknya mendapat
keringanan keluhannya.Sebagian besar,terutama pengidap penyakit akut berhasil
memperoleh perbaikan/penyembuhan tadi.Namun ada kalanya,terutama pada
pengidap penyakit kronik atau yang keadaan umumnya buruk,justru ia dapat
terkena infeksi baru yang dapat mengakibatkan penyakitnya lebih berat,lebih lama
dirawat,lebih banyak tindakan diagnostik dan obat yang diperlukan,biaya
meningkat dan mungkin menyebabkan kematian.Infeksi yang didapat di rumah
sakit tersebut disebut sebagai infeksi yang didapat di rumah sakit(hospital
acquired infection),untuk membedakanya dengan infeksi yang didapat di
masyarakat.infeksi yang didapat di rumah sakit dikenal sebagai infeksi
nosokomial (IN).
Infeksi nosokomial (IN) merupakan infeksi akibat transmisi organisme
patogen ke pasien yang sebelumnya tidak terinfeksi yang berasal dari lingkungan
rumah sakit.Sampai saat ini infeksi nosokomial masih merupakan problem serius
yang dihadapi oleh rumah sakit di seluruh dunia terutama di negara
berkembang.Di Amerika serikat ada 20.000 kematian setiap tahun akibat infeksi
nosokomial,dan menghabiskan biaya lebih dari 4 miliar dolar pertahun
(smeltzer,2001).Sedangkan di asia tenggara infeksi nosokomial sebanyak
10%.Data kejadian infeksi nosokomial di Malaysia sebesar 12,7%, Taiwan 13,8%
(Marwoto,2007)
Di Indonesia penelitian yang dilakukan oleh RobertUtji (2004) di sebelas rumah
sakit di DKI Jakarta,menunjukkan bahwa 9,8% pasien dirawat inap mendapat
infeksi baru selama dirawat.Hasil penelitian simanjuntak (2001) yang berjudul
upaya perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial pneumonia pada pasien
yang mengunakan ventilator di ICU (intensive care unit) dalam tindakan mencuci
tangan dan pelaksanaan prosedur trakeal tube di rumah sakit St Boromeus
bandung dengan hasil penelitian pada prosedur mencuci tangan secara aseptik
sebelum melakukan tindakan perawatan invasif hanya 25% kegiatan dilaksanakan
baik 12,5% cukup baik,dan 62,5% kurang baik dalam melakukan tindakan
mencuci tangan secara aseptik,pada pelaksanaan prosedur trakeal tube hanya
28,6% kegiatan dilaksanakan dengan baik,14,3% cukup baik,dan 57,1% kurang
baik. Infeksi ini terjadi karena adanya mikroorganisme yang menyerang system
inang manusia,Hal ini juga di pengaruhi dengan kebersihan lingkungan Rumah
sakit dan juga Kesterilan alat-alat Rumah sakit karena semua itu juga sebagai
penyebab terjadinya infeksi nosokomial.Resiko infeksi nosokomial bukan juga di
tanggung pasien tapi juga bisa menyerang petugas kesehatan,hal ini dapat
menyebabkan penurunan pelayanan kepada Pasien bila petugas ikut terserang
juga. Dari suatu penelitian klinis, infeksi nosokomial tertama disebabkan infeksi
dari kateter urin, infeksi jarum infus, infeksi saluran nafas, infeksi kulit, infeksi
dari luka operasi dan septikemia. Pemakaian infus dan kateter urin lama
yang tidak diganti-ganti. Diruang penyakit dalam, diperkirakan 20-25% pasien
memerlukan terapi infus. Komplikasi kanulasi intravena ini dapat berupa
gangguan mekanis, fisis dan kimiawi.
Karena itu,pengetahuan tentang infeksi ini sangat penting,faktor-faktor
yang mempengaruhi,serta bagaimana cara penanggulangan terhadap resiko akan
bahaya infeksi nosokomial.
Berdasarkan dari masalah di atas,penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai “ Gambaran faktor Sterilitas Alat Medis Angka Kejadian Infeksi Nosokomial
di Rumah Sakit Umum Prof W Z Yohanes Kupang Tahun 2011”
b. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran angka kejadian infeksi nosokomial di RSU Prof W Z
Yohanes Kupang?
2. Bagaimnana pengaruh sterilitas terhadapa angka kejadian infeksi nosokomial?
3. Bagaimana cara pengendalian dan pencegahan angka kejadian infeksi nosokomial
akibat pengaruh sterilitas alat medis ?
c. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui gambaran angka kejadian infeksi nosokomial di RSU Prof
W Z Yohanes Kupang.
2. Untuk mengetahui pengaruh sterilitas alat medis dengan angka kejadian infeksi
nososkomial.
3. Untuk mengetahui cara pengendalian dan pencegahan infeksi nosokomial akibat
pengaruh sterilitas alat medis.
d. Manfaat
1.Bagi Instansi Terkait:
Sebagai informasi,masukan dan bahan pertimbangan dalam suatu
kebijakan pada instasi terkait
2. Bagi Para Mahasiswa FK
Sebagai suatu informasi dan bahan pembelajaran mengenai infeksi
nosokomial
3. Bagi Para Peneliti Lain
Sebagai salah satu sumber informasi atau acuan bagi peneliti lain untuk
melakukan penelitian selanjutnya sehingga bermanfaat bagi dunia ilmu
dan pengetahuan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Definisi Infeksi nosokomial.
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat dirumah sakit,infeksi yang
timbul/terjadi sesudah 72 jam perawatan pada pasien rawat inap,infeksi yang terjadi pada
pasien yang dirawat (Zulkarnaen,I,2010).
Infeksi ini terjadi bila toksin atau agen penginfeksi menyebabkan infeksi lokal atau
sistemik. Contoh penyebab terjadinya infeksi nosokomial adalah apabila dokter atau
suster merawat seorang pasien yang menderita infeksi karena mikroorganisme patogen
tertentu kemudian mikroorganisme dapat ditularkan ketika terjadi kontak. Selanjutnya,
apabila suster atau dokter yang sama merawat pasien lainnya, maka ada kemungkinan
pasien lain dapat tertular infeksi dari pasien sebelumnya. Ada beberapa pedoman yang
dapat digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial, yaitu pencegahan infeksi
dari kateter untuk saluran urin, kontrol infeksi pada pekerja rumah sakit, pencegahan
infeksi intravaskuler, isolasi pencegahan di rumah sakit, pencegahan pneumonia dari
rumah sakit, serta pencegahan infeksi dari peralatan operasi.
2. Epidemologi Infeksi Nosokomial
Epidemologi adalah telaah mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya dan penyebaran penyakit pada sekelompok atau seseorang.infeksi
nosokomial banyak terjadi di seluruh dunia dengan kejadian terbanyak di Negara
termiskin dan Negara yang sedang berkembang karena penyakit-penyakit infeksi
masih menjadi masalah utama yang masih sulit untuk di atasi.
Suatu penelitian yang dilakukan oleh WHO menunjukkan bahwa sekitar 8,7 %
dari 55 rumah sakit dari 14 negara yang berasal dari Eropa,Timur-Tengah,Asia
Tenggara dan Pasifik masih menunjukkan adanya infeksi nosokomial dan yang
terbanyak terjadi di Asia Tenggara dengan Prosentase 10 %.
Penularan dapat terjadi melalui dari satu pasien kepada pasien yang lainnya atau
infeksi diri sendiri dimana kuman sudah ada pada pasien,kemudian berpindah
tempat dan di tempat yang baru menyebabkan infeksi ( self infection atau auto
infection).Tidak hanya pasien yang dapat tertular,tapi juga seluruh personil rumah
sakit yang berhubungan dengan pasien,juga penunggu dan pengunjung
pasien.Infeksi ini dapat terbawa ke tengah keluarganya masing-masing.
3. Etiologi infeksi Nosokomial
Pasien akan terpapar berbagai macam mikroorganisme selama ia dirawat di rumah
sakit. Kontak antara pasien dan berbagai macam mikroorganisme ini tidak selalu
menimbulkan gejala klinis karena banyaknya faktor lain yang dapat menyebabkan
terjadinya infeksi nosokomial. Kemungkinan terjadinya infeksi tergantung pada
karakteristik mikroorganisme, resistensi terhadap zat-zat antibiotika, tingkat
virulensi, dan banyaknya materi infeksius (Ducel, G, 2002).
Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit dapat
menyebabkan infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat disebabkan oleh
mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan
oleh flora normal dari pasien itu sendiri (endogenous infection). Kebanyakan
infeksi yang terjadi di rumah sakit ini lebih disebabkan karena faktor eksternal,
yaitu penyakit yang penyebarannya melalui makanan dan udara dan benda atau
bahan-bahan yang tidak steril. Penyakit yang didapat dari rumah sakit saat ini
kebanyakan disebabkan oleh mikroorganisme yang umumnya selalu ada pada
manusia yang sebelumnya tidak atau jarang menyebabkan penyakit pada orang
normal (Ducel, G, 2002)
. Tabel 3.1. Mikroorganisme Penyebab Infeksi Nosokomial
(Tortora et al., 2001)
Mikroorganisme Persentase(%)
S. aureus, Staphylococci koagulase negatif, Enterococci
34
E. coli, P. aeruginosa, Enterobacter spp., & K. pneumonia
32
C. difficile 17
Fungi (kebanyakan C. Albicans) 10 Bakteri Gram negatif lain (Acinetobacter, Citrobacter,Haemophilus)
7
Terjadinya infeksi nosokomial dapat disebabkan beberapa elemen yang
dikemukakan oleh
( patricia,2005) yaitu :
a) Agen infeksius
Infeksi nosokomial dapat disebabkan oleh beberapa macam agen penyakit
dapat berupa bakteri,virus,jamur,protozoa,dan macam-macam agen
penyakit ini ditentukan pula oleh patogenitas,daya infasi,dan dosis
infeksinya.
b) Reservoir
Reservoir adalah tempat patogen mampu bertahan hidup tetapi dapat atau
tidak berkembang biak (patricia,2005).Reservoir yang paling umum
adalah tubuh manusia.berbagai mikroorganisme hidup pada kulit dan
dalam rongga tubuh,cairan dan keluaran
c) Portal keluar (portal of exit)
Setelah mikroorganisme menemukan tempat untuk tumbuh dan
berkembang biak,mereka harus menemukan salah keluar jika mereka
masuk ke pejamu lain dan menyebabkan penyakit.Mikroorganisme dapat
keluar melalui berbagai tempat,seperti kulit dan membran mukosa,traktus
respiratorius,traktus urinarius,traktus gastrointestinal,traktus reproduktif
dan darah.
d) Penularan (means of transmision)
Ada banyak cara penularan mikroorganisme dari reservoir ke penjamu
(host) penyakit infeksius tertentu cenderung ditularkan secara umum
melalui cara yang spesifik.Mikroorganisme yang sama dapat ditularkan
melalui lebih dari satu rute.Misalnya herpes zoster dapat disebarkan
melalui udara dalam nuklei droplet atau melalui kontak lansung.
Meskipun cara utama penularan mikroorganisme adalah tangan dari
pemberi layanan kesehatan,hampir semua objek dalam lingkungan dapat
menjadi alat penularan patogen.semua personil rumah sakit yang memberi
pelayanan dignostik dan pendukung.contoh lain adalah melalui kontak
vektor atau alat
e) Portal masuk (portal of entry)
Organisme dapat masuk kedalam tubuh melalui rute yang sama dengan
yang digunakan untuk keluar.faktor-faktor yang menurunkan daya tahan
tubuh memperbesar kesempatan patogen masuk kedalam tubuh.misalnya
kulit dinding mukosa,urogenital,dan saluran pencernaan.
f) penerima (host)
Misalnya pertahanan tubuh
4. Klasifikasi Infeksi Nosokomial
Menurut (David,2003) ada beberapa klasifikasi infeksi nosokomial
berdasarkan tempatnya,adalah sebagai berikut:
a. Community Acquired Infection
Umumnya tiap-tiap rumah sakit telah mempunyai policy untuk
menempatkan dam perawatan dari penderita dengan penyakit
menular.problema timbul bila diagnosatidak segera dapat ditegakkan
sesaat si penderita masuk kerumah sakit,sehingga penderita bisa
menularkan penyakitnya pada penderita lain.
b. Cross infection (infeksi silang)
Kebanyakan orang menganggap bahwa infeksi silang inilah yang
dimaksud dengan infeksi nosokomial.infeksi ditularkan dari penderita atau
anggota staf rumah sakit ke penderita lainnya
c. Infection Acquired form the Environtment
Keadaan lingkungan ini selalu dituduh sebagai penyebab infeksi
nosokomial.Seperti lingkungan yang kotor dalam rumah sakit,alat-alat
untuk pemeriksaan atau pengobatan.infeksi atau keracunan dari makanan
yang disediakan di rumah sakit.
d. Self Infection (infeksi diri diri sendiri)
Ini adalah penyebab infeksi nosokomial yang tersering.Disini kuman-
kuman jaringan tubuhnya dan menimbulkan penyakit.Misalnya pada
pemberian antibiotik flora usus.Flora usus yang tadinya tidak,oleh karena
terjadinya empat komponen yang terlihat dari hospital infection.Faktor-
faktor yang menentukan terjadinya infeksi.
5. Cara penularan Mikroorganisme
Transmisi mikroorganisme di rumah sakit dapat terjadi dengan berbagai
cara,bisa lebih dari satu cara.Menurut (slack,2003) ada lima cara
terjadinya transmisi mikroorganisme yaitu:
a. Contact trnsmisi
Contact transmisi adalah yang paling serimg pada infeksi
nosokomial,dibagi menjadi dua bagian yaitu secara lansung permukaan
tubuh seperti saat memandikan,membalikan pasien pada saat melakukan
kegiatan asuhan keperawatan,menyentuh permukaan tubuh pasien.
Kontak tidak lansung (indirect contact) kontak dengan kondisi orang yang
lemah melalui peralatan insturmen yang terkontaminasi,jarum,tangan yang
terkontaminasi/tidak dicuci dan sarung tangan tidak diganti diantara
pasien.
b. Droplet Transmision (Percikan)
Secara teoritikal merupakan bentuk kontak trnsmisi,namun mekanisme
transfer mikroorganisme.patogen ke penjamu ada jarak dari transmisi
kontak.Droplet transmisi dapat terjadi ketika batuk,bersin,berbicara dan
saat melakukan tindakan khusus
c. Airbone Transmisi (melalui udara)
Transmisi melalui udra yang terkontaminasi dengan mikroorganisme
patogen,memiliki partikel yang kurang sama dengan mikron.Transmisi
terjadi ketika menhirup udara yang mengandung mikroorganisme
patogen.Mikroorganisme dapat tinggal di udara beberapa waktu sehingga
penanganan khusus udara dan ventilitas perlu dilakukan.Mikroorganisme
yang transmisi udara adalah mycobacterium tuberculosis,rubeola dan
varicella verus.
d. Food Borne (melalui makanan)
Transmisi mikroorganisme melalui makanan alat kesehatan dan peralatan
yang terkontaminasi dengan mikroorganisme patogen.
e. Blood Borne (melalui darah)
Terjadinya infeksi dapat berasal dari penyakit HIV,hepatits Bdan C
melalui jarum suntik yang terkontaminasi.
6. Rantai Penularan infeksi Nosokomial
7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Infeksi Nosokomial.
Secara umum factor yang mempengaruhi terjadinyainfeksi nosokomial terdiri atas
2 bagian besar,yaitu:
Faktor endogen (umur,seks,penyakit penyerta,daya tahan tubuhdan
kondisi-kondisi lokal).
Faktor eksogen (lama penderita dirawat,kelompok yang
merawat,alat medis,serta lingkungan).
AGEN INFEKSIUS
RESERVOIR
PENJAMU
PORTAL MASUK
CARA PENULARAN
PORTAL KELUAR
8. Diagnosis infeksi Nosokomial
Secara klinis diagnosis infeksi nosokomial bisa ditentukan dengan adanya gejala-gejala infeksi pada hari ketiga masa perawatan pasien di rumah sakit (Wahyono,2004).Gejala klinis tersenut meliputi panas lebih dari 380C,hipotermi kurang dari 360C,diare,batuk,atau sesak nafas,sakit saat buang air kecil,infeksi kulit,infeksi luka operasi,phlebitis,mastitis dan gejala sepsis (Depkes RI,2001).
Terutama terjadi pada penderita :
Menggunakan kateter urine Menggunakan jarum infus Pasca operasi
Keluhan sesuai dengan jenis infeksi yang timbul.
9.ALAT SEBAGAI MEDIA TRANSMISI INFEKSI
Infeksi nosokomial sering disebabkan karena infeksi dari kateter urin, infeksi
jarum infus,jarum suntik, infeksi saluran nafas, infeksi kulit, infeksi dari luka
operasi dan septikemia. Selain itu pemakaian infus dan kateter urin yang lama
tidak diganti-ganti, juga menjadi penyebab utamanya. Di ruang penyakit,
diperkirakan 20-25% pasien memerlukan terapi infus.
Ada berbagai komplikasi kanulasi intravena yang berupa gangguan mekanis,
fisis dan kimiawi. Komplikasi tersebut berupa:
Ekstravasasi infiltrate : Cairan infus masuk ke jaringan sekitar insersi kanula
Penyumbatan : Infus tidak berfungsi sebagaimana mestinya tanpa dapat
dideteksi adanya gangguan lain
Flebitis : Terdapat pembengkakan, kemerahan dan nyeri sepanjang vena
Trombosis : Terdapat pembengkakan di sepanjang pembuluh vena yang
menghambat aliran infus
Kolonisasi kanul : Bila sudah dapat dibiakkan mikroorganisme dari bagian
kanula yang ada dalam pembuluh darah
Septikemia : Bila kuman menyebar hematogen dari kanul
Supurasi : Bila telah terjadi bentukan pus di sekitar insersi kanul
Faktor-faktor yang berperan dalam meningkatkan komplikasi kanula intravena
yaitu: jenis kateter, ukuran kateter, pemasangan melalui venaseksi, kateter yang
terpasang lebih dari 72 jam, kateter yang dipasang pada tungkai bawah, tidak
mengindahkan pronsip anti sepsis, cairan infus yang hipertonik dan darah
transfusi karena merupakan media pertumbuhan mikroorganisme, peralatan
tambahan pada tempat infus untuk pengaturan tetes obat, manipulasi terlalu
sering pada kanula. Kolonisasi kuman pada ujung kateter merupakan awal
infeksi tempat infus dan bakteremia.
Berikut ini adalah beberapa alat yang sering menjadi media transmisi dalam
penyebaran infeksi nosokomial :
a. Kateter
Kateter adalah sebuah pipa yang kosong yang terbuat dari logam, gelas, karet,
plastik, yang cara penggunaannya adalah dimasukkan kedalam rongga tubuh
melalui saluran.
Kateter dibagi menjadi 2 yaitu kateter dan non kateter
- Kateter
Adalah kateter yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah vena.
Kegunaan : berlaku sebagai vena tambahan untuk pangobatan dalam jangka
lama yang lebih dari 48 jam.
Kateter ini terbuat dari bahan TEFLON dan plastic PVC.
- Non kateter
• Nelaton Catheter
Kateter yang dimasukkan dalam uretra yang berfungsi supaya mempermudah
kencing.
• Balloon Catheter
Disebut juga Folley Catheter
Kegunaan :
Untuk pengambilan air kencing dalam system tertutup, bebas dari udara dan
polusi disekitarnya. Biasanya dihubungkan dengan suatu urinovolumeter dan
suatu urine bag untuk keperluan pemeriksaan klinis.
Digunakan pada pasien di kamar operasi agar bila keluar air kencing tidak
mengganggu suasana
Digunakan dalam perawatan pasien yang tidak bias mengendalikan
keinginan untuk tidak kencing (incontinentia urinae).
• Oxygen Catheter
Kateter yang digunakan untuk mengalirkan gas oxygen ke dalam lubang
hidung.
• Stomach Tube
Disebut juga Maag Sonde.
Kegunaan :
Unuk mengumpulkan getah lambungU
Untuk membilas atau mencuci isi perut
Untuk pemberian obat-obatan.
• Feeding Tube
Kegunaan :
Sebagai jalan memasukkan cairan makanan melalui tube yang dimasukkan
dalam hidung atau mulut.
• Rectal Tube
Disebut juga Flatus Buis
Kegunaan :
Untuk mengeluarkan gas-gas dari usus.
Untuk membersihkan rectum.
Biasanya ujung yang satu dimasukkan ke dalam anus, dan satunyan
dihubungkan dengan alat Glycerin – spuit.
• Suction Catheter
Disebut juga Mucus Extractor.
Kegunaan :
Untuk menyedot lendir dari trachea bayi yang baru lahir.
Untuk menyedot cairan amniotik.
• Kondom Catheter
Adalah alat yang digunakan untuk menghubungkan penis dengan urine bag
melalui ujung tube-nya, terutama pada pasien yang suka kencing dengan tidak
sadar.
b. Jarum Suntik
Jarum suntik atau Injection Needles adalah alat yang digunakan untuk
menyuntik, dan tentunya digabung dengan alat suntik (spuit).
Macam – macam jarum suntik:
- Jarum suntik yang umum
- Jarum suntik gigi
- Jarum suntik spinal
- Jarum suntik bersayap
c. Alat – alat untuk mengambil atau memberikan darah atau cairan.
- Soluset : alat untuk memberikan cairan infus.
- Blood donor set : alat untuk mengambil darah dari donor.
- Venoject : alat untuk mengambil darah untuk pemeriksaan.
- Preza Pak : alat untuk mengambil darah dari arteri.
10. PENYAKIT AKIBAT PENGARUH ALAT MEDIS
1. Infeksi saluran kemih
Infeksi ini merupakan kejadian tersering, infeksinya dihubungkan dengan
penggunaan kateter urin. Walaupun tidak terlalu berbahaya, tetapi dapat
menyebabkan terjadinya bakteremia dan mengakibatkan kematian. Infeksi
yang terjadi lebih awal lebih disebabkan karena mikroorganisme endogen,
sedangkan infeksi yang terjadi setelah beberapa waktu yang lama biasanya
karena mikroorganisme eksogen.
- Organisme yang menginfeksi :
E.Coli, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas, atau Enterococcus.
- Penyebaran :
Mikroorganisme yang terdapat pada permukaan ujung kateter yang masuk ke
dalam uretra
- Penyebab :
kontaminasi tangan atau sarung tangan ketika pemasangan kateter, atau air
yang digunakan untuk membesarkan balon kateter. Dapat juga karena
sterilisasi yang gagal dan teknik septik dan aseptik.
- Pencegahan :
Alat yang digunakan harus di sterilkan terlebih dahulu. Dipastikan bahwa alat-
alat tersebut steril dan tidak terkontaminasi oleh alat-alat yang tidak steril.
2. Pneumonia Nosokomial
Pneumonia nosokomial dapat muncul, terutama pasien yang menggunakan
ventilator, tindakan trakeostomi, intubasi, pemasangan NGT, dan terapi
inhalasi.
- Organisme penyebab infeksi :
berasal dari gram negatif seperti Klebsiella,dan Pseudomonas. Organisme ini
sering berada di mulut, hidung, kerongkongan, dan perut. Dari kelompok virus
dapat disebabkan olehcytomegalovirus, influenza virus, adeno virus, para
influenza virus, enterovirus dan corona virus.
- Penyebaran :
Infeksi karena adanya aspirasi oleh organisme ke traktus respiratorius bagian
bawah.
- Faktor resiko terjadinya infeksi ini adalah:
• Tipe dan jenis pernapasan
• Perokok berat
• Tidak sterilnya alat-alat bantu
• Obesitas
• Kualitas perawatan
• Penyakit jantung kronis
• Penyakit paru kronis
• Beratnya kondisi pasien dan kegagalan organ
• Tingkat penggunaan antibiotika
• Penggunaan ventilator dan intubasi
• Penurunan kesadaran pasien
Penyakit yang biasa ditemukan antara lain: respiratory syncytial virus dan
influenza. Pada pasien dengan sistem imun yang rendah, pneumonia lebih
disebabkan karena Legionella dan Aspergillus. Sedangkan dinegara dengan
prevalensi penderita tuberkulosis yang tinggi, kebersihan udara harus sangat
diperhatikan.
3. Bakteremi Nosokomial
Infeksi ini berisiko tinggi. Karena dapat menyebabkan kematian.
- Organisme penyebab infeksi :
Terutama disebabkan oleh bakteri yang resistan antibiotika seperti
Staphylococcus dan Candida.
- Penyebaran :
Infeksi dapat muncul di tempat masuknya alat-alat seperti jarum suntik, kateter
urin dan infus.
- Penyebab :
Panjangnya kateter, suhu tubuh saat melakukan prosedur invasif, dan
perawatan dari pemasangan kateter atau infus.
4. Tuberkulosis
- Organisme penyebab infeksi :
Mycobacterium tuberculose
- Penyebab :
Adanya strain bakteri yang multi- drugs resisten.
- Pencegahan :
Identifikasi yang baik, isolasi, dan pengobatan serta tekanan negatif dalam
ruangan.
5. Diarrhea dan gastroenteritis
- Organisme penyebab infeksi :
E.coli, Salmonella, Vibrio Cholerae dan Clostridium. Selain itu, dari gologan
virus lebih banyak disebabkan oleh golongan enterovirus, adenovirus,
rotavirus, dan hepatitis A.
Faktor resiko dari gastroenteritis nosokomial dapat dibagi menjadi faktor
intrinsik dan faktor ekstrinsik.
• Faktor intrinsik:
o abnormalitas dari pertahanan mukosa, seperti achlorhydria
o lemahnya motilitas intestinal, dan
o perubahan pada flora normal.
• Faktor ekstrinsik:
Pemasangan nasogastric tube dan mengkonsumsi obat-obatan saluran cerna.
6. Infeksi pembuluh darah
Penyebarannya melalui infus, kateter jantung dan suntikan.
Infeksi ini dibagi menjadi dua kategori utama:
Infeksi pembuluh darah primer, muncul tanpa adanya tanda infeksi
sebelumnya, dan berbeda dengan organisme yang ditemukan dibagian
tubuhnya yang lain
Infeksi sekunder, muncul sebagai akibat dari infeksi dari organisme yang
sama dari sisi tubuh yang lain.
Macam penyakit :
a. Hepatitis B dan Hepatitis C
- Organisme penyebab infeksi :
Virus hepatitis B, virus hepatitis C
virus lain : Virus Mumps, Virus Rubella, Virus Cytomegalovirus, Virus
Epstein-Barr, Virus Herpes
- Penyebaran :
Transfusi darah atau produk darah dengan sumber darah yang belum di-
skrining.
Pemakaian berulang jarum, kanula atau alat medis lainnya yang tidak steril.
- Pencegahan :
Kewajiban skrining darah/produk darah dan organ transplantasi
Inaktivasi virus dalam produk turunan plasma
Praktek kontrol infeksi pada institusi kesehatan termasuk sterilisasi alat
medis/gigi (Kewaspadaan Universal atau Universal Precaution).
b. AIDS
- Organisme penyebab infeksi :
Human Immunodefisiensi Virus (HIV)
- Penyebaran :
Melalui pemakaian jarum suntik yang tidak steril atau pemakaian jarum suntik
secara bergantian
- Pencegahan :
Gunakan jarum suntik sekali pakai, pastikan bahwa jarum suntik adalah steril
7. Dipteri, tetanus dan pertusis
- Organisme penyebab infeksi :
Corynebacterium diptheriae, gram negatif pleomorfik, memproduksi
endotoksin yang menyebabkan timbulnya penyakit, penularan terutama melalui
sistem pernafasan.
Bordetella Pertusis, yang menyebabkan batuk rejan. Siklus tiap 3-5 tahun
dan infeksi muncul sebanyak 50 dalam 100% individu yang tidak imun.
Clostridium tetani, gram positif anaerobik yang menyebabkan trismus dan
kejang otot.
Dari golongan virus yaitu herpes simplek, varicella zooster, dan rubella.
- Penyebaran :
Melalui infeksi kulit dan jaringan lunak. Luka terbuka seperti ulkus, bekas
terbakar, dan luka bekas operasi memperbesar kemungkinan terinfeksi bakteri
dan berakibat terjadinya infeksi sistemik.
Yang termasuk dalam infeksi sistemik :
• Infeksi pada tulang dan sendi
Osteomielitis, infeksi tulang atau sendi dan discus vertebralis
• Infeksi sistem Kardiovaskuler
Infeksi arteri atau vena, endokarditis, miokarditis, perikarditis dan mediastinitis
• Infeksi sistem saraf pusat
Meningitis atau ventrikulitis, absess spinal dan infeksi intra kranial
• Infeksi mata, telinga, hidung, dan mulut
Konjunctivitis, infeksi mata, otitis eksterna, otitis media, otitis interna,
mastoiditis, sinusitis, dan infeksi saluran nafas atas.
• Infeksi pada saluran pencernaan
Gastroenteritis, hepatitis, necrotizing enterocolitis, infeksi intra abdominal
• Infeksi sistem pernafasan bawah
Bronkhitis, trakeobronkhitis, trakeitis, dan infeksi lainnya
• Infeksi pada sistem reproduksi
Endometriosis dan luka bekas episiotomi
11.Prosedur Pelaksaanan Penanggulangan Infeksi Nosokomial
A. Cuci Tangan
Tehnik mencuci tangan yang baik merupakan satu-satunya cara yang paling
penting untuk mengurangi penyebaran infeksi.Dengan cara menggosok tangan
dengan sabun atau deterjen dan air kuat kuat selama 15 detik dan dibilas baik-baik
sebelum dan sesudah memeriksa penderita,sudah cukup .Namun bila selama
merawat penderita,tangan terkena darah,sekresi luka,bahan bernanah,atau bahan
yang lain yang di curigai maka harus di cuci selama 2 sampai 3 menit dengan
menggunakan bahan cuci antiseptic.
B. Asepsis
Asepsis adalah penghinderaan atau pencegahan penularan dengan cara
meniadakan mikroorganisme yang secara potensial berbahaya.Tujuan asepsis
ialah mencegah atau membatasi infeksi.di rumah sakit digunakan 2 konsep asepsis
yaitu asepsis medis dan bedah.Asepsis Medis meliputi segala praktek yang di
gunakan untuk menjaga agar para petugas medis,penderita dan lingkungan
terhindar dari penyebab infeksi,seperti cuci tangan,sanitasi dn kebersihan
lingkungan rumah sakit itu hanyalah beberapa contok asepsis medis.Asepsis
Bedah meliputi cara kerja yang mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam
luka dan jaringan penderita.Maka dari itu dalam asepsis bedah semua alat
kesehatan harus berprinsip steril,lingkungan harus bersanitasi,dan juga flora
mikroba di udara harus di saring lewat filter berefisiensi tinggi.
C. Disinfeksi dan Sterilisasi di Rumah Sakit
Banyak rumah sakit mempunyai pusat penyediaan yaitu tempat kebanyakan
peralatan dan suplai dibersihkan serta di sterilkan.Hasil proses ini di monitor oleh
laboratorium.mikrobiologi secara teratur.Kecenderungan rumah sakit untuk
menggunakan alat-alat serta bahan yang di jual dalam keadaan steril dan sekali
pakai.karena dapat mempersingkat waktu tanpa harus mensterilkan alat,tetapi juga
dapat mengurangi pemindah
sebaran patogen melalui infeksi silang.
D. Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit
Tujuan sanitasi lingkungan adalah membunuh atau menyingkirkan pencemaran
atau mikroba dari permukaan.Untuk mengevaluasi prosedur dan cara-cara untuk
mengurangi pencemaran,dilakukan pengambilan contoh mikroorganisme
sewaktu-waktu dari permukaan lantai.
E. Pengawasan Infeksi
Ialah pengamatan dan pengawasan serta pencatatan secara sistematik terjadinya
penyakit menular,ini merupakan dasar bagi usaha pengendalian aktif.Identisifikasi
dan evaluasi masalah-masalah infeksi nosokomial dan pengembangan serta
penilaian pengendalian efektif hanya dapat dicapai denagn adanya pengawasan
teratur terhadap infeksi-infeksi semacam itu pada penderita.
F. Pengawasan Penderita atau Pasien
Pengawasan infeksi penderita di mulai ketika masuk rumah sakit dengan
menyertakan kartu data infeksi di dalam catatan medis penderita.Data yang di
kumpulkan setiap hari mengenai biakan dari laboratorium mikrobiologi serta dari
hasil inspeksi laboratoris dan klinis di catat pada setiap kartu data infeksi setiap
penderita.
G. Pengawasan Pekerja Rumah Sakit
Pemeriksaan fisik harus merupakan persyaratan bagi semua petugas rumah
sakit,dan catatan imunisasi harus diperiksa.Bila tidak tercatat,maka imunisasi
terhadap penyakit polio,tetanus,difteri,dan campak harus di isyaratkan.Petugas
yang menunjukkan hasil positif pada uji tuberculin harus diperiksa dengan sinar x
di bagian dada untuk menentukan kemungkinan adanya tuberculosis aktif.
H. Pengawasan Lingkungan Rumah Sakit
Bila perawat pengendalian infeksi menemukan satu atau lebih kasus infeksi
baru,maka mungkin diperlukan banyak biakan dari penderita,petugas dan
lingkungan untuk menemukan sumber patogen dan lalu meniadakanya .
A. Kerangka Konsep
Seks alat medis
BAB III
METODE PENELITIAN
a. Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan menggunakan penelitian survei deskriptif tentang “gambaran angka kejadian infeksi nosokomial di Rumah Sakit Umum Prof W Z Yohanes”
ANGKA KEJADIAN INFEKSI NOSOKOMIAL
Umur lingkungan
Daya tahan tubuh
Penyakit penyerta Kelompok yang merawat
lama penderita dirawat
KET: :Variabel yang diteliti
: Variebel yang tidak diteliti
b. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian yang dilakukan di wilayah kerja RSU Prof W Z Yohanes Kupang. Waktu yang digunakan pada penelitian adalah pada Bulan Okteber 2011
Tabel b.1 Jadwal Penelitian
No. Kegiatan
Oktober November Desember
Minggu ke- Minggu ke-Minggu
ke-
1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2
1 Penyusunan proposal
2 Penyusunan instrumen
3
Seminar proposal dan
instrumen penelitian
4 Penentuan sampel
5 Pengumpulan data
6 Analisis data
7 Pembuatan laporan
8 Seminar laporan
c. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang datang ke wilayah kerja RSU Prof W Z Yohanes Kupang.
Sampel dalam penelitian ini adalah semua pasien yang datang ke wilayah kerja RSU Prof W Z Yohanes Kupang dan terdiagnosis infeksi nosokomial
d. Bahan dan AlatLaptop,digunakan untuk pengumpulan dan analisis data penelitian.
e. Cara Kerja
Data pada penelitian ini mengunakan studi pustaka dan browsing internet,kemudian data angka kejadian infeksi nosokomial diambil data sekunder dari RSU Prof W Z Yohanes Kupang tahun 2010-2011.
f. Analisis Data
Proses menganalisis data akan dilakukan secara manual untuk melihat bagaimana gambaran angka kejadian infeksi nosokomial yang terjadi di RSU Prof W Z Yohanes Kupang dari tahun 2010 sampai tahun 2011.
g. Rencana Anggaran/ Pembiayaan
Rencana Anggaran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
No. Uraian Volume Biaya satuan Total biaya
1 Fotocopy proposal 100 lbr Rp. 150,- Rp. 15.000,-
2 Foto kopi laporan hasil 200 lbr Rp. 150,- Rp. 30.000,-
3 Penjilidan laporan hasil 4 bh Rp. 5.000,- Rp. 20.000,-
4 Kertas HVS 2 rim Rp. 40.000,- Rp. 80.000,-
5 Tinta computer 1 btl Rp. 40.000 Rp. 40.000,-
6 Bensin 10 liter Rp. 4.500,- Rp. 45.000,-
Jumlah Rp 230.000,-
DAFTAR PUSTAKA
Zulkarnen, I. 2010. Ilmu Penyakit dalam jilid 3. edisi IV.jakarta: Interna
Publishing
Ajmal, N.A , et al, Nosocomial Methicilin- Resistant Staphylococcus Aureus Frequency In
a Tertiary Care Hospital, Lahore .
Hartono. 1985. Mengenal Alat Kesehatan dan Kedokteran. Jakarta : Heins Von Hare
http://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaksanaan-pada-
infeksi-nosokomial.html#more-163
Ducel, G. et al. Prevention of hospital-acquired infections, A practical guide. 2nd
edition. World Health Organization. Department of Communicable
disease, Surveillance and Response; 2002
Light RW. Infectious disease, noscomial infection. Harrison’s Principle of
Internal Medicine 15 Edition.-CD Room; 2001
Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI, Jakarta; 2001
Anonymus. Preventing Nosocomial Infection.Louisiana; 2002
Suwarni, A. Studi Diskriptif Pola Upaya Penyehatan Lingkungan Hubungannya dengan Rerata Lama Hari Perawatan dan Kejadian Infeksi Nosokomial Studi Kasus: Penderita Pasca Bedah Rawat Inap di Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta Provinsi DIY Tahun 1999. Badan Litbang Kesehatan Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, Yogyakarta; 2001
Pohan, HT. Current Diagnosis and Treatment in Internal Medicine. Pusat Informasi dan Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta;2004
PDPI, 2003, Pedoman Diagnosis &penatalksanaan pneumonia Nosokomial di indonesia (diunduh dari www.klikpdpi.com 10/10/2011)
Riyanto,B,dkk. Infeksi Nosokomial.Cermin Dunia kedokteran, Grup PT Kalbe Farma, Jakarta; 1993(diunduh dari www.kalbe.co.id 10/10/2011)
Darmadi