proposal penelitian ian dwi heruyanto
DESCRIPTION
proposal ian dwi heruyantoTRANSCRIPT
1
ANALISIS VARIABEL MAKRO EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN
ASLI DAERAH KABUPATEN/KOTA DI DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional merupakan salah satu instrumen yang dilakukan
pemerintah pusat dalam mencapai tujuan bangsa, yakni masyarakat yang adil,
makmur, dan sejahtera. Hal ini sesuai dengan dasar filosofi Bangsa Indonesia yang
kelima dalam Pancasila, bahwasanya keadilan sosial bagi seluruh masyarakat
Indonesia. Keadilan sosial tidak hanya sebatas keadilan mendapatkan hak dalam
mata hukum, akan tetapi lebih jauh dari itu yaitu juga menyangkut keadilan
ekonomi serta mendapatkan kehidupan yang layak. Hal ini ditegaskan dalam
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia pasal 27 ayat 2, bahwasanya tiap-tiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Kebijakan pembangunan nasional diarahkan kepada pembangunan yang
merata kesetiap daerah. Pemerintah pusat menuntut pemerintah daerah agar lebih
bisa mandiri dalam mengelola keuangan daerah untuk melaksanakan pembangunan
ekonomi daerah. Pembangunan ekonomi daerah diprioritaskan sesuai dengan
kebutuhan daerah, dimana pemanfaatan sumber daya yang tersedia akan
mendorong peningkatan kemampuan ekonomi daerah. Pembangunan ekonomi
daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya
bersinergi dalam mengelola setiap sumber daya yang ada serta membentuk suatu
pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan
2
suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi
(pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 2010:374).
Kebijakan otonomi daerah yang dicanangkan pemerintah pusat secara
efektif dimulai pada tahun 2001. Otonomi daerah dipandang sebagai suatu
kebijakan yang sangat demokratis dan memenuhi aspek dari desentralisasi yang
sesungguhnya. Melalui mekanisme hubungan keuangan yang lebih baik diharapkan
akan menciptakan kemudahan-kemudahan dalam pelaksanaan pembangunan di
daerah, sehingga akan berimbas kepada kondisi perekonomian yang lebih baik
(djpk.kemenkeu.go.id).
Sebagai salah satu dari program pemerintah dalam pemerataan
pembangunan nasional, otonomi daerah dibuat dengan tujuan agar daerah dapat
menyelesaikan permasalahan daerah dalam mengelola informasi kedaerahan,
memobilisasi sumber daya secara mandiri, peningkatkan pelayanan publik serta
untuk pengembangan kreativitas pemerintah daerah. Hal ini didasarkan dalam
keputusan TAP MPR No. IV/MPR/2000 bahwasanya:
“kebijakan desentralisasi ke daerah diarahkan untuk mencapai
peningkatan pelayanan publik dan pengembangan kreativitas Pemerintah
Daerah, keselarasan hubungan antara pusat dan daerah serta antar daerah
itu sendiri dalam kewenangan dan keuangan untuk menjamin peningkatan
rasa kebangsaan, demokrasi dan kesejahteraan serta penciptaan ruang
yang lebih luas bagi kemandirian daerah”.
Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah diharapkan menjadikan daerah
berada pada posisi yang lebih baik, serta menjadikan pemerintah agar lebih dekat
dengan rakyatnya, sehingga pelayanan publik dapat dilaksanakan secara efektif dan
efisien. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa pemerintah kabupaten dan kota memiliki
pemahaman yang lebih baik mengenai kebutuhan dan aspirasi masyarakat mereka
dibanding pemerintah pusat (Chalid, 2005:26).
3
Pelaksanaan sistem desentralisasi yang lebih mengedepankan prinsip
otonomi daerah menuntut semua pihak untuk melakukan perubahan (reform) dalam
pemahaman tentang tugas dan wewenang pemerintah daerah (Enceng, Irianto, &
Purwaningdyah MW, 2012: 2). Pelaksanaan otonomi daerah berdasarkan Undang-
Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No.
33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Daerah membawa dampak perubahan terhadap sistem administrasi pemerintahan
maupun sistem administrasi keuangan daerah.
Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa untuk pelaksanaan
kewenangan dan kebijakan pemerintah daerah, pemerintah pusat akan melakukan
transfer dana perimbangan kepada pemerintah daerah. Transfer dana perimbangan
tersebut terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan
bagian daerah bagi hasil pajak pusat. Tujuan dari dana perimbangan ini adalah
untuk mengurangi kesenjangan fiskal antar pemerintahan serta untuk meningkatkan
standar pelayanan publik di daerah. Pemerintah daerah memiliki sumber
pendapatan sendiri berupa Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang didapat dari
pemungutan pajak serta retribusi kegiatan perekonomian daerah ataupun berasal
dari hasil pengelolaan daerah yang dipisahkan dan penerimaan PAD lainnya yang
sah.
Dengan adanya desentralisasi fiskal, daerah mempunyai kewenangan yang
lebih besar untuk mengoptimalkan PAD-nya sehingga porsi PAD sebagai
komponen penerimaan daerah juga akan meningkat. Peningkatan PAD yang
dianggap sebagai modal, secara akumulasi akan lebih banyak menimbulkan
eksternalitas yang bersifat positif dan akan mendorong percepatan pertumbuhan
4
ekonomi (Santosa, 2013). Perkembangan PAD kabupaten/kota di Daerah Istimewa
Yogyakarta dapat dilihat pada grafik 1.1 berikut.
Grafik 1.1 Perkembangan PAD kabupaten/kota di DIY
Perkembangan Pendapatan Asli Daerah di kabupaten/ kota di Daerah
Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada grafik 1.1, data tersebut merupakan kondisi
penerimaan Pendapatan Asli Daerah kabupaten/ kota di D.I. Yogyakarta dalam
kurun waktu 5 tahun sejak tahun 2009-2013. Secara keseluruhan, komposisi
pendapatan asli daerah yang digali oleh masing-masing pemerintah daerah
kabupaten/ kota mengalami peningkatan. Pada tahun 2013, PAD tertinggi berada
pada Kota Yogyakarta, disusul Sleman, Bantul, Gunung Kidul dan paling rendah
adalah Kulon Progo. Semakin tinggi pendapatan asli daerah di suatu daerah maka
daerah tersebut akan menjadi lebih mandiri dan tidak terlalu bergantung kepada
pemerintah pusat sehingga daerah tersebut mempunyai kemampuan yang baik
untuk menjalankan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah.
-
50.000.000.000
100.000.000.000
150.000.000.000
200.000.000.000
250.000.000.000
300.000.000.000
350.000.000.000
2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3
NIL
AI R
UP
IAH
TAHUN
Bantul Kulon Progo Gunung Kidul Sleman Kota Yogyakarta
5
Realitas hubungan fiskal antara pusat dan daerah ditandai dengan tingginya
kontrol pusat terhadap proses pembangunan daerah. Ini jelas terlihat dari rendahnya
proporsi PAD terhadap total pendapatan daerah apabila dibanding dengan besarnya
subsidi (grants) yang didrop dari pusat (Kuncoro, 2004:8). Hal ini mengindikasikan
bahwa pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah daerah sangat bergantung
pada transfer dana perimbangan dari pemerintah pusat. Artinya, daerah yang
menerima dana perimbangan yang jauh lebih besar dari PAD, menunjukkan bahwa
PAD yang dihasilkan melalui sumber daya yang ada masih kurang. Maka dari itu,
indikator keberhasilan desentralisasi fiskal bukan hanya dilihat dari meningkatnya
PAD, akan tetapi juga dari proporsi transfer dana dari pusat. Berikut gambaran
perbandingan perkembangan PAD dan dana perimbangan dari tahun 2009-2013 di
kabupaten/ kota di D.I. Yogyakarta.
Tabel 1.1 Perbandingan Proporsi PAD dengan Dana Perimbangan
Kabupaten/Kota di D.I. Yogyakarta Tahun 2009-2013
tahun Kulon Progo Bantul Gunung Kidul Sleman Kota Yogyakarta
2009 8,5% 10,0% 5,3% 16,8% 26,6%
2010 9,3% 13,2% 6,3% 19,9% 36,3%
2011 9,6% 15,1% 6,3% 27,6% 40,5%
2012 9,0% 14,0% 7,1% 24,0% 41,9%
2013 9,6% 18,4% 7,6% 30,1% 46,4%
Sumber: BPS Provinsi DIY
Berdasarkan data pada tabel 1.1 tersebut, PAD Kabupaten/ kota di D.I.
Yogyakarta bila dibandingkan dengan dana perimbangan sangat kecil, walaupun
pertumbuhan perbandingan cenderung meningkat akan tetapi tidak lebih dari 50%.
Pada tahun 2013, perbandingan proporsi PAD terhadap dana perimbangan tertinggi
pada Kota Yogyakarta sebesar 46,4%, sedangkan terendah pada Kabupaten Gunung
Kidul dengan perbandingan 7,6%. Dengan rendahnya proporsi perbandingan PAD
6
dengan dana perimbangan yang ditransfer oleh pemerintah pusat, menunjukkan
bahwa sebagian besar dari belanja pemerintah daerah masih harus dipenuhi melalui
dana transfer pemerintah. Yang berarti bahwa pemerintah daerah belum mampu
menjadi daerah yang berkemandirian fiskal, dengan kata lain bahwa otonomi
daerah yang dilaksanakan di kabupaten/kota di D.I. Yogyakarta masih belum
sepenuhnya berhasil. Hal ini yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan
penelitian mengenai PAD kabupaten/kota di D.I. Yogyakarta.
Penelitian yang penulis lakukan bermaksud untuk mencari tahu pengaruh
variabel makro ekonomi terhadap pendapatan asli daerah kabupaten/kota di D.I.
Yogyakarta. Variabel yang penulis gunakan ialah variabel yang bersumber dari
dalam daerah yakni Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan jumlah
penduduk, serta variabel yang bersumber dari luar daerah yakni Dana Alokasi
Umum (DAU) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Dalam melakukan
penelitian, penulis menggunakan metode analisis regresi data panel.
Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai pendapatan asli daerah yaitu
penelitian dari Yeni Kurniawati Gitaningtyas yang berjudul “Pengaruh Produk
Domestik Regional Bruto, Jumlah Penduduk, dan Investasi Swasta Terhadap
Realisasi Pendapatan Asli Daerah pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur”.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diambil dari Badan Pusat Statistika
Provinsi Jawa Timur dengan mengambil 31 sampel kabupaten/kota di Jawa Timur,
dalam rentang waktu tahun 2008-2012. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat
diketahui bahwa semua variabel independen berpengaruh positif dan signifikan
terhadap variabel dependen. Hal ini dibuktikan dari hasil uji t dengan tingkat
signifikan 5%. Rincian hasil uji t adalah sebagai berikut: produk domestik regional
7
bruto dengan nilai sig t sebesar 0,000; jumlah penduduk dengan nilai sig t sebesar
0,000; dan investasi swasta dengan nilai sig t sebesar 0,000.
Penelitian dari Putu Lia Perdana Sari tentang “Analisis Variabel-Variabel
yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Bali”. Penelitian ini
menganalisis pengaruh pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara,
tingkat investasi dan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) sektor
perdagangan, hotel dan restoran terhadap Pendpatan Asli Daerah (PAD) Provinsi
Bali Periode 1991-2009 baik secara simultan maupun parsial, serta peramalan
terhadap perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Bali Periode
2010-2014. Teknik analisis menggunakan analisis regresi linear berganda, di mana
peramalan perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dijawab melalui model
analisis ARIMA (Autoregresive Integrated Moving Avarage). Hasil estimasi
menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan, tingkat investasi,
PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) sektor perdagangan, Hotel dan restoran
berpengaruh positif terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Bali Periode
1991-2009. Dan peramalan perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi
Bali Periode 2010-2014 terus mengalami peningkatan.
Berdasar uraian latar belakang diatas, penulis termotivasi untuk melakukan
penelitian terhadap Pendapatan Asli Daerah kabupaten/kota di D.I. Yogyakarta, dengan
judul penelitian “Analisis Variabel Makro Ekonomi Terhadap Pendapatan Asli
Daerah Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta”.
B. Rumusan Masalah
Berdasar dari latar belakang masalah diatas, maka rumusan dari masalah
penelitian ini adalah:
8
1. Bagaimana pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) kabupaten/kota di D.I. Yogyakarta?
2. Bagaimana pengaruh jumlah penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD) kabupaten/kota di D.I. Yogyakarta?
3. Bagaimana pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Pendapatan
Asli Daerah (PAD) kabupaten/kota di D.I. Yogyakarta?
4. Bagaimana pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) kabupaten/kota di D.I. Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
Berdasar latar belakang masalah diatas, adapun tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengkaji pengaruh Produk Domestik Regional Bruto terhadap
Pendapatan Asli Daerah kabupaten/kota di D.I. Yogyakarta;
2. Untuk mengkaji pengaruh jumlah penduduk terhadap Pendapatan Asli
Daerah kabupaten/kota di D.I. Yogyakarta;
3. Untuk mengkaji pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Pendapatan Asli
Daerah kabupaten/kota di D.I. Yogyakarta;
4. Untuk mengkaji pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri terhadap
Pendapatan Asli Daerah kabupaten/kota di D.I. Yogyakarta.
Disamping hal itu, diharapkan penelitian ini dapat membawa manfaat bagi
beberapa pihak, yang diantaranya:
1. Manfaat Akademisi
9
Diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini mampu untuk menambah
khasanah keilmuan ataupun kepustakaan yang ada terkait dengan penelitian
terhadap pendapatan asli daerah kabupaten/ kota di D.I. Yogyakarta pada
khususnya, serta bagi khasanah kepustakaan terkait ekonomi pembangunan pada
umumnya. Dan juga agar bisa menjadi rujukan bagi penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Pemerintah
Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan rujukan
informasi terhadap kebijakan-kebijakan yang akan diambil, baik oleh pemerintah
kabupaten/ kota di D.I. Yogyakarta, pemerintahan daerah provinsi ataupun pusat
kedepannya, sehingga mampu untuk meningkatkan pertumbuhan serta
pembangunan ekonomi daerah.
3. Manfaat Peneliti
Dengan dilakukannya penelitian ini, peneliti berharap mampu
menggunakan keilmuan yang selama ini didapat dibangku perkuliahan untuk
diterapkan pada suatu studi kasus perekonomian yang telah dipilih. Selain itu,
penelitian ini juga diharapkan bisa menjadi batu lonjakan sehingga peneliti mampu
melakukan analisis serta memberi solusi terhadap permasalahan-permasalahan riil
lainnya.
D. Telaah Pustaka
Telaah pustaka dalam penelitian ini memuat beberapa penelitian yang telah
dilakukan oleh para peneliti sebelumnya baik berupa skripsi ataupun jurnal.
Penelitian-penelitian tersebut mendasari penulis dalam melakukan penelitian.
10
Tabel 4.1
Kumpulan Penelitian Terdahulu
No. Penulis Jenis Referensi Judul Variabel dan Alat Analisis Ringkasan Hasil
1. Yeni
Kurniawati
Gitaningtyas
Skripsi,
diterbitkan oleh
Fakultas Ekonomi
Universitas
Jember pada tahun
2014
Pengaruh Produk
Domestik Regional
Bruto, Jumlah
Penduduk, dan
Investasi Swasta
Terhadap Realisasi
Pendapatan Asli
Daerah pada
Kabupaten/ Kota di
Provinsi Jawa Timur
Penelitian ini menggunakan
variabel PAD, PDRB, jumlah
penduduk serta Investasi
swasta, dengan PAD sebagai
variabel dependennya. Alat
analisis menggunakan
analisis statistik deskriptif.
Ketiga variabel independen
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap variabel dependen
2. Umdatul
Husna
Skripsi,
diterbitkan oleh
Fakultas Ekonomi
dan Bisnis
Universitas
Diponegoro
Semarang pada
tahun 2015
Pengaruh PDRB,
Inflasi, Pengeluaran
Pemerintah
Terhadap
Pendapatan Asli
Daerah di Daerah
Kota se-Jawa
Tengah
Variabel pada penelitian ini
ialah PDRB, inflasi,
pengeluaran pemerintah dan
PAD, dengan PAD sebagai
variabel dependen. Alat
analisis menggunakan
Ordinary Least Squares/ OLS
Nilai R2 sebesar 0,669109,
menujukkan variabel PAD dapat
dijelaskan oleh variabel PDRB,
Inflasi, Pengeluaran Pemerintah
sebesar 66,9 persen. Aktivitas
perekonomi di Daerah Kota Se
Jawa Tengah berkembang dengan
baik, sehingga PAD dapat
meningkat melalui penarikan pajak
3. Dwi Sundi
Marliyanti dan Sudarsana
Arka
Jurnal EP Unud, 3
[6] : 265-271. ISSN: 2303-0178
Pengaruh PDRB
Terhadap Pajak
Daerah dan
Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kota
Denpasar
Variabel yang digunakan
adalah PDRB, pajak daerah
dan PAD Kota Denpasar,
yang dianalisis dengan
metode analisis jalur
PDRB berpengaruh secara
langsung terhadap Pajak Daerah,
Pajak Daerah berpengaruh secara
langsung terhadap PAD Kota
Denpasar, dan PDRB
11
No. Penulis Jenis Referensi Judul Variabel dan Alat Analisis Ringkasan Hasil
berpengaruh secara tidak langsung
terhadap PAD melalui Pajak
Daerah Kota Denpasar
4. Putu Lia
Perdana Sari
Jurnal ilmiah
akuntansi dan
humanika JINAH
Vol. 2 No. 2
Singaraja, Juni
2013. ISSN 2089-
3310
Analisis Variabel-
Variabel yang
Memengaruhi
Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
Provinsi Bali
Variabel dalam penelitian ini
adalah pertumbuhan jumlah
kunjungan wisatawan
mancanegara, tingkat
investasi PDRB sektor
perdagangan, Hotel dan
restoran dan Pendpatan Asli
Daerah, dengan PAD sebagai
variabel dependen. Alat
analisis menggunakan regresi
linear berganda
pertumbuhan jumlah kunjungan
wisatawan, tingkat investasi,
PDRB (Produk Domestik Regional
Bruto) sektor perdagangan, Hotel
dan restoran berpengaruh positif
terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Provinsi Bali Periode 1991-
2009
5. Gde
Bhaskara
Perwira Jaya dan A.A Bagus
Putu
Widanta
Jurnal EP Unud, 3
[5] :201-208.
ISSN: 2303-0178
Analisis Faktor-
Faktor Yang
Berpengaruh
Terhadap
Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kota
Denpasar
Variabel yang digunakan
adalah PDRB, jumlah
penduduk, jumlah wisatawan
dan PAD kota Denpasar
dengan PAD sebagai variabel
dependen. Alat analisis
menggunakan regresi linear
berganda.
jumlah wisatawan tidak
berpengaruh terhadap PAD kota
Denpasar, selanjutnya PDRB
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap PAD kota Denpasar,
sedangkan jumlah penduduk
berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap PAD kota Denpasar.
Maka dengan mengintensifkan
pengawasan wajib pajak bagi para
penduduk yang berada pada umur
produktif akan mampu
meningkatkan PAD.
12
Perbedaan penelitian yang penulis lakukan terhadap penelitian sebelumnya
ialah dengan menambahkan variabel Dana Alokasi Umum (DAU), serta
memperinci dari investasi menjadi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).
Objek penelitian yang penulis ambil juga berbeda, yakni kabupaten/ kota di Daerah
Istimewa Yogyakarta pada kurun waktu tahun 2001-2013 dengan menggunakan
metode analisis regresi data panel.
E. Landasan Teori
1. Fungsi Pemerintah
Setiap negara pasti memiliki sistem ekonomi masing-masing. Dimana pada
sistem tersebut tentu terdapat campur tangan dari pemerintah. Namun, fungsi
pemerintah menurut teori yang dikemukakan oleh Adam Smith dalam
Mangkoesoebroto(1993:1), bahwasanya pemerintah hanya memiliki tiga fungsi,
yakni:
1) Fungsi pemerintah untuk memelihara keamanan dalam negeri dan
pertahanan
2) Fungsi pemerintah untuk menyelenggarakan peradilan
3) Fungsi pemerintah untuk menyediakan barang-barang yang tidak
disediakan oleh pihak swasta, seperti halnya dengan jalan, dam-dam dan
sebagainya.
Konsep dari Adam Smith tersebut berdasar asumsi bahwa masing-masing
individu adalah yang paling memahami apa yang terbaik bagi diri mereka sendiri,
sehingga dia akan melaksanakan apa yang terbaik menurut dirinya. Aktivitas
13
ekonomi setiap individu akan berjalan dengan harmonis ketika mereka bisa
melaksanakan apa yang terbaik menurut dirinya yang didalamnya tidak terdapat
campur tangan pemerintah. Perihal inilah yang dimaksudkan Adam Smith
bahwasanya kegiatan perekonomian dapat berjalan dengan sendirinya, yang
seakan-akan diatur oleh tangan tak terlihat (invisible hand). Namun teori kebebasan
berperilaku ekonomi tersebut berbenturan dengan realitas kepentingan yang
dilakukan setiap individu, sehingga teori kapitalis murni ini sudah tidak dijalankan
oleh pemerintah di negara manapun.
2. Paradigma Pemerintah menurut Islam
Nizham al-Mulk berpendapat dalam bukunya Siyasat Namah yang secara
harfiah berarti “Prinsip-Prinsip Pemerintahan” yang ditulis atas permintaan Raja
Maliksyah, penguasa Dinasti Saljuq, bahwa tanggung jawab penguasa adalah
menjamin keadilan dan melakukan semua yang diperlukan untuk keperluan
bersama (Chapra, 2001:62). Peneliti menerangkan paradigma pemerintah dalam
pandangan Islam berdasar pemikiran dari Ibnu Khaldun. Pusat analisis dari Ibnu
Khaldun adalah manusia, ia memandang jatuh bangun suatu peradaban atau dinasti
sangat bergantung pada kesejahteraan atau kesulitan hidup manusia. Dalam
analisisnya, fenomena jatuh dan bangun suatu bangsa tidak hanya bergantung pada
variabel ekonomi saja, melainkan juga pada sejumlah faktor yang turut menentukan
kualitas individu, masyarakat, penguasa dan lembaga-lembaga (Chapra, 2001:125).
Model pemikiran Ibnu Khaldun dalam buku Muqaddimah dapat diringkas dalam
nasihatnya kepada para raja sebagai berikut (Khaldun, 1986:40):
14
1) Kekuatan kedaulatan (al-mulk) tidak dapat dipertahankan kecuali dengan
mengimplementasikan syariah . . .;
2) Syariah tidak dapat diimplementasikan kecuali oleh sebuah kedaulatan (al-
mulk);
3) Kedaulatan tak akan memperoleh kekuatan kecuali bila didukung oleh
sumber daya manusia (ar-rijal);
4) Sumber daya manusia tidak dapat dipertahankan kecuali dengan harta
benda;
5) Harta benda tidak dapat diperoleh kecuali dengan pembangunan
6) Pembangunan tidak dapat dicapai kecuali dengan keadilan
7) Keadilan merupakan tolak ukur (al-mizan) yang dipakai Allah untuk
mengevaluasi manusia; dan
8) Kedaulatan mengandung muatan tanggung jawab untuk menegakkan
keadilan.
Dalam pandangan mengenai pasar, beberapa ulama klasik seperti ad-
Dimasyqi dan Ibnu Khaldun, dengan tegas menyatakan ketidaksetujuannya bahwa
negara terlibat langsung dalam perekonomian (Chapra, 2001:62). Baqir ash-Shadr
melihat bahwa intervensi negara dalam lapangan kehidupan ekonomi sangat
diperlukan untuk menjamin keselarasannya dengan norma-norma Islam. (Chapra,
2001:63). Kebijaksanaan pasar bebas dari persaingan sempurna ini tidak ditemukan
didalam perekonomian manapun (Jhingan, 2013:85). Oleh karena itu, pemerintah
harus berperan dalam menjamin terjadinya mekanisme pasar yang baik melalui
beberapa peran berikut (Misanam, Suseno, & Hendrieanto, 2008:462):
15
1) Memastikan serta menjaga agar mekanisme pasar dapat bersaing dengan
sempurna serta tidak bertentangan dengan norma-norma Islam.
2) Membuat berbagai langkah untuk meningkatkan daya saing
(competitiveness) dan daya beli (purchasing power) dari pelaku pasar yang
lemah.
3) Mengambil kebijakan untuk menciptakan harga yang adil. Monopoli bukan
merupakan sesuatu yang berdampak buruk apabila harga yang ditetapkan
masih merupakan harga yang adil.
Negara harus menciptakan suatu kerangka yang tepat untuk interaksi
individu, keluarga dan masyarakat, nilai-nilai dan isntitusi-institusi serta pasar
untuk merealisasikan tujuan-tujuan tanpa intervensi pemerintah yang berlebihan
(Chapra, 2001:63). Dengan begitu semoga masyarakat dalam suatu negara dapat
mencapai suatu falah.
3. Konsep Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah
kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam
sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU No. 32 tahun 2004). Konsep
desentralisasi fiskal mengambil dari teori Hayek. Hayek dalam Khusaini (2006:91)
menyatakan bahwa proses pengambilan keputusan yang terdesentralisasi akan
dipermudah dengan penggunaan informasi yang efisien karena dalam hal ini
pemerintah daerah lebih dekat dengan masyarakatnya. Dalam konteks keuangan
publik, pemerintah daerah mempunyai informasi yang lebih baik daripada
pemerintah pusat tentang kondisi masing-masing daerah, sehingga pemerintah
16
daerah akan lebih baik dalam pengambilan keputusan tentang penyediaan barang
dan jasa publik daripada jika diserahkan ke pemerintah pusat, dimana keadaan
inilah yang akan mendorong terjadinya allocative efficiency.
Desentraliasi fiskal ditunjukkan dengan diberikannya sumber-sumber
penerimaan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Musgrave dan Oates
membangun teori tentang fiscal federalism yang menekankan pentingnya revenue
and expenditure asssignment antar level di pemerintahan dengan tujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Khusaini, 2006:91). Revenue and
expenditure assignment didalam istilah Negara Indonesia disebut sebagai Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Menurut Undang-Undang No 32 tahun 2004, APBD adalah rencana
keuangan tahunan pemerintah daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah.
APBD tersusun atas tiga komponen, yakni Pendapatan daerah, belanja daerah dan
komponen pembiayaan. Pendapatan daerah yakni semua hak daerah yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan. Sumber pendapatan daerah sendiri bersumber dari Pendapatan Asli
Daerah (PAD), dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Pendapatan Asli Daerah tersusun dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah,
hasil pengelolaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah.
Berdasar teori Pigou, barang publik harus disediakan sampai suatu tingkat
dimana kepuasan marginal akan barang publik sama dengan ketidakpuasan
marginal akan pajak yang dipungut untuk membiayai program-program pemerintah
atau untuk menyediakan barang publik (Mangkoesoebroto: 1993:64). Pajak
17
merupakan pungutan wajib yang dikenakan oleh pemerintah kepada warganya,
yang akhirnya mengharuskan masyarakat untuk membayarnya dengan konsekuensi
hukum jika ia menyimpang. Sehingga kepuasan masyarakat atas barang publik
yang disediakan oleh pemerintah harus sesuai dengan ketidakpuasan mereka dalam
membayar pajak.
4. Produk Domestik Regional Bruto
4.1.Konsep Produk Domestik Regional Bruto
Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB)
merupakan salah satu barometer penting dalam perekonomian suatu negara. PDB
disebut juga sebagai indikator pertumbuhan ekonomi. Untuk menilai prestasi
pertumbuhan ekonomi haruslah dihitung terlebih dahulu pendapatan nasional riil
yaitu PNB atau GDP yang dihitung berdasar harga yang berlaku dalam tahun dasar
(Nur Rianto, 2010:38). Tujuan dari PDB adalah untuk melihat segala jenis aktivitas
sektor perekonomian suatu negara dalam bentuk satuan nilai uang. Ada dua cara
yang dapat digunakan untuk mengukur PDB (Mankiw, 2006:17) yakni pertama,
melihat PDB sebagai pendapatan total dari setiap orang didalam perekonomian dan
yang kedua diukur dari pengeluaran total atas output barang dan jasa dalam
perekonomian. Produk Domestik Bruto merupakan ukuran untuk perekonomian
ditingkat negara, sedangkan untuk tingkat wilayah dalam suatu negara disebut
sebagai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Tujuan serta cara perhitungan
PDRB sama halnya dengan PDB.
4.2.Hubungan PDRB dengan PAD
18
Peneliti menggunakan teori dari Peacock dan Wiseman dalam menunjukkan
hubungan antara PDRB dengan PAD. Teori dari Peacock dan Wiseman
menyatakan, perkembangan ekonomi menyebabkan pemungutan pajak yang
semakin meningkat walaupu tarif pajak tidak berubah; dan meningkatnya
penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat.
Oleh karena itu meningkatnya GNP menyebabkan penerimaan pemerintah yang
semakin besar, begitu halnya dengan pengeluaran pemerintah menjadi semakin
besar (Mangkoesoebroto, 1993:173).
Teori Peacock dan Wiseman tersebut menjelaskan hubungan tentang
pertumbuhan ekonomi dengan pendapatan daerah. Ketika suatu daerah mengalami
perkembangan ekonomi, maka pendapatan daerah melalui pajak juga akan
meningkat walaupun tarif dari pajak tidak berubah. Hal ini disebabkan karena
meningkatnya pemungutan pajak yang terjadi karena semakin banyaknya
masyarakat yang mampu membayar pajak.
Penelitian dari Iwan Susanto mengenai Analisis Pengaruh PDRB,
Penduduk, dan Inflasi Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Studi Kasus Kota
Malang Tahun 1998 – 2012), memberikan hasil bahwa PDRB berpengaruh
signifikan terhadap PAD. Bedasarkan perhitungan pengaruh PDRB dengan
menggunakan uji t diperoleh t-hitung = 5,142286 lebih besar dari pada nilai t-tabel
= 1,796.
5. Jumlah penduduk
5.1.Konsep Penduduk
19
Menurut Undang-Undang No. 24 tahun 2013, yang dimaksud dengan
penduduk adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain
yang disahkan dengan undang-undang sebagai Warga Negara Indonesia, dan orang
bukan Warga Negara Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia. Penduduk
yang berpendidikan serta produktif merupakan harapan dari pemerintah. Tinginya
tingkat penduduk yang dibarengi dengan besarnya tingkat kesempatan kerja serta
semakin naiknya pertumbuhan ekonomi, diharapkan akan meningkatkan
pembangunan nasional ataupun pembangunan daerah baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang.
5.2.Hubungan jumlah penduduk dengan PAD
Pada teori keuangan publik tentang pajak sebagaimana yang dijadikan dasar
atas teori Peacock dan Wiseman, bahwasanya masyarakat mempunyai suatu tingkat
toleransi pajak, yaitu suatu tingkat dimana masyarakat dapat memahami besarnya
pemungutan pajak yang dibutuhkan oleh pemerintah untuk membiayai pengeluaran
pemerintah (Mangkoesoebroto, 1993:173). Disamping hal itu, menurut Hipotesis
Kremer, jika kemajuan teknologi terjadi lebih cepat pada daerah dengan banyak
penduduk sehingga ada lebih banyak temuan, maka daerah dengan banyak
penduduk akan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat (Mankiw: 2006:207).
Teori Wagner dalam Mangkoesoebroto (1993:171) menyatakan bahwa
dalam suatu perekonomian, apabila pendapatan perkapita meningkat, secara relatif
pengeluaran pemerintahpun akan meningkat. Peningkatan pengeluaran pemerintah
tentu karena meningkatnya pendapatan pemerintah dari sektor pajak dan retribusi.
Peranan pajak dalam belanja pemerintah daerah sangat rendah dan sangat
20
bervariasi yang terjadi karena adanya perbedaan yang cukup besar dalam jumlah
penduduk, kondisi geografis dan kemampuan masyarakat (Khusaini: 2006:34).
Berdasarkan beberapa teori diatas dapat dikatakan bahwa ketika penduduk
meningkat dengan diikuti oleh kemajuan teknologi, maka daerah yang memiliki
banyak penduduk akan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat. Ketika suatu
perekonomian mengalami pertumbuhan, maka pendapatan perkapita meningkat,
yang secara relatif akan meningkatkan pendapatan daerah melalui beban pajak
ataupun pungutan lainnya.
Penelitian dari Iwan Susanto mengenai Analisis Pengaruh PDRB,
Penduduk, dan Inflasi Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Studi Kasus Kota
Malang Tahun 1998 – 2012) memberikan hasil bahwa jumlah penduduk
berpengaruh signifikan terhadap PAD Kabupaten Malang. Dari hasil perhitungan
didapat t-hitung = 1,9308 kebih besar dari pada nilai t-tabel = 1,796.
6. Dana Alokasi Umum
6.1.Konsep Dana Alokasi Umum
Sumber pendapatan terbesar kabupaten/kota di DIY berasal dari Dana
Alokasi Umum (DAU), yang didapat dari transfer pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah. Salah satu keguanaan dari DAU ini adalah untuk mengurangi
ketimpangan vertikal yakni antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.
Namun tujuan utama dari alokasi dana ini adalah untuk mengatasi ketimpangan
horizontal, yakni ketimpangan pendapatan pada masing-masing daerah (LPEM-UI,
MPKP-FEUI,Ditjen PKPD-Dep. Keuangan, 2002:155). Teori Musgrave
menyatakan bahwa peran redistributif dari sektor publik akan lebih efektif dan
21
cocok jika dijalankan oleh pemerintah pusat, maka penerapan standar pelayanan
minimum disetiap daerah pun akan lebih bisa dijamin pelaksanaannya oleh
pemerintah pusat (LPEM-UI, MPKP-FEUI,Ditjen PKPD-Dep. Keuangan,
2002:26).
Konsep perhitungan dari dana alokasi ini berdasar pada data yang dimiliki
masing-masing daerah. Mengenai konsep DAU yang berdasar pada kesenjangan
fiskal, maka data daerah dapat dibagi menjadi dua, yakni kelompok potensi
ekonomi dan kelompok kebutuhan daerah (LPEM-UI, MPKP-FEUI,Ditjen PKPD-
Dep. Keuangan, 2002:155). Data berdasar kelompok potensi ekonomi terdiri dari
perhitungan PDRB sektor industri dan jasa, bagi hasil sumber daya alam, pajak
penghasilan orang pribadi (PPh pasal 21 atau 22), penerimaan daerah rata-rata yang
disesuaikan, PBB dan BPHTB serta angkatan kerja. Sedangkan data berdasar
kebutuhan daerah terdiri dari jumlah penduduk, luas wilayah, indeks harga
bangunan, penduduk miskin dan kesenjangan kemiskinan serta pengeluaran rata-
rata.
6.2.Hubungan DAU dengan PAD
Dana alokasi umum merupakan dana transfer dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah, yang oleh pemerintah daerah disebut sebagai penerimaan atau
modal. Argumen teoritis dari pandangan theory of grants, menjelaskan bahwa
general purpose atau categorical grants akan berdampak pada pendapatan saja
(income effect). Sedangkan matching grants akan berdampak pada income effect
dan juga harga barang publik per unit (price effect). Subsidi dalam bentuk matching
grants menurunkan pajak per unit dari barang publik lokal. Oleh karena itu, subsidi
22
yang berbentuk matching grants tersebut akan mampu meningkatkan pengeluaran
pemerintah daerah menjadi lebih efektif daripada non matching lump-sum grants
(Khusaini: 2006:104).
Teori dari Hayek juga menyatakan bahwa dalam konteks keuangan publik,
pemerintah daerah mempunyai informasi yang lebih baik daripada pemerintah
pusat tentang kondisi masing-masing daerah, sehingga pemerintah daerah akan
lebih baik dalam pengambilan keputusan tentang penyediaan barang dan jasa publik
daripada jika diserahkan ke pemerintah pusat, dimana keadaan inilah yang akan
mendorong terjadinya allocative efficiency (Khusaini: 2006:91). Dari penjelasan
teori dari Hayek tersebut, maka dana transfer dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah akan menjadikan penyaluran dana lebih efektif dan efisien serta
akan berdampak pada ekonomi karena dapat meningkatkan konsumsi dari
masyarakat yang pada akhirnya akan meningkatkan pajak dan retribusi kepada
daerah.
Penelitian dari Winda Frelistiyani mengenai Pengaruh Dana Alokasi Umum
Terhadap Pendapatan Asli Daerah Dengan Belanja Modal Sebagai Variabel
Intervening (Studi pada Pemerintah Kabupaten/Kota se-Jawa pada Tahun 2006-
2008) menemukan hasil bahwa DAU mempunyai pengaruh positif terhadap belanja
modal dan juga DAU dan belanja modal mempunyai pengaruh positif terhadap
PAD.
7. Penanaman Modal Dalam Negeri
7.1.Konsep Penanaman Modal Dalam Negeri
23
Menurut Undang-Undang No. 25 tahun 2007 Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di
wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam
negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Penanaman modal dalam negeri
dapat dilakukan dalam bentuk badan usaha yang berbentuk badan hukum, tidak
berbadan hukum atau usaha perseorangan, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Sehingga dapat dimaksudkan bahwa penanaman modal
dalam negeri dapat dilakukan oleh perseroan berbadan hukum ataupun tidak atau
perseorangan Indonesia dengan menggunakan mata uang rupiah. Penanaman modal
dalam negeri disebut juga sebagai investasi yang dilakukan oleh pihak swasta, yang
pada kemudian hari mengharapkan keuntungan dari investasi tersebut.
7.2.Hubungan PMDN dengan PAD
Teori yang penulis gunakan adalah berdasar dari pandangan Ibnu Khaldun
mengenai pemerintah. Pandangan Ibnu Khaldun dalam nasihatnya kepada para raja
berisi (Khaldun: 1986:40): kekuatan kedaulatan tidak dapat dipertahankan kecuali
dengan mengimplementasikan syariah, syariah tidak dapat diimplementasikan
kecuali oleh suatu kedaulatan; kedaulatan tak akan memperoleh kekuatan kecuali
bila didukung oleh sumber daya manusia; sumberdaya manusia tidak dapat
dipertahankan kecuali dengan harta benda; harta benda tidak dapat diperoleh
kecuali dengan pembangunan; pembangunan tidak dapat dicapai kecuali dengan
keadilan; keadilan merupakan tolak ukur yang dipakai Allah untuk mengevaluasi
manusia; dan kedaulatan mengandung muatan tanggung jawab untuk menegakkan
keadilan.
24
Ibnu Khaldun menyatakan bahwa harta benda tidak dapat diperoleh kecuali
dengan pembangunan. Hal ini mengindikasikan bahwa harta benda milik
pemerintah tidak dapat dipertahankan atau dengan kata lain tidak dapat berkembang
kecuali dengan proses investasi melalui pembangunan. Pembangunan melalui
penanaman modal akan memberikan manfaat terhadap pendapatan asli daerah
melalui retribusi dari pelayanan daerah ataupun dari pendapatan perusahaan daerah
yang modalnya terbagi antara kepemilikan dari daerah dan swasta. Sehingga dapat
diambil maksud bahwa penanaman harta benda (modal) melalui pembangunan
dapat memberikan pengaruh terhadap harta (pendapatan asli daerah) pemerintah
daerah.
Penulis merujuk penelitian dari Putu Lia untuk melakukan tinjauan
penelitian sebelumnya guna melihat hubungan investasi terhadap PAD. Penelitian
dari Putu Lia Perdana Sari mengenai Analisis Variabel-Variabel Yang
Memengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Bali mendapatkan hasil
bahwa tingkat investasi berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli daerah
Provinsi Bali.
F. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini penulis bangun berdasarkan teori serta hasil
penelitian terdahulu yang telah penulis paparkan bagian E tentang Landasan Teori.
Diharapkan pembuatan hipotesis yang berdasar teori dengan diperkuat oleh
penelitian terdahulu mampu menjadikan hipotesis yang penulis ajukan sebagai
hipotesis yang baik.
1. Hipotesis 1
25
Berdasar teori dari Peacock dan Wiseman yang menyatakan bahwa
perkembangan ekonomi menyebabkan pemungutan pajak yang semakin meningkat
walaupun tarif pajak tidak berubah, dan meningkatnya penerimaan pajak
menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat. Serta berdasar
hasil penelitian dari Iwan Susanto yang menemukan hasil bahwa PDRB
berpengaruh signifikan terhadap PAD, maka penulis mengajukan hipotesis:
H0 = produk domestik regional bruto berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan asli daerah;
H1 = produk domestik regional bruto tidak berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan asli daerah.
2. Hipotesis 2
Berdasar hipotesis Kremer yang menyatakan bahwa jika kemajuan
teknologi terjadi lebih cepat maka daerah dengan banyak penduduk sehingga ada
lebih banyak temuan, maka daerah dengan banyak penduduk akan mengalami
pertumbuhan yang lebih cepat. Dan teori Wagner yang menyatakan bahwa dalam
suatu perekonomian, apabila pendapatan perkapita meningkat, secara relatif
pengeluaran pemerintah pun akan meningkat karena meningkatnya pendapatan.
Serta berdasar hasil penelitian dari Iwan Susanto mengenai pengaruh jumlah
penduduk terhadap PAD yang menemukan hasil bahwa jumlah penduduk
berpengaruh signifikan terhadap PAD, maka penulis mengajukan hipotesis:
H0 = jumlah penduduk berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli
daerah;
26
H1 = jumlah penduduk tidak berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan asli daerah.
3. Hipotesis 3
Berdasar argumen teoritis dari pandangan Hayek yang menyatakan bahwa
pemerintah daerah lebih mengetahui tentang kondisi daerahnya dibanding
pemerintah pusat, sehingga penyediaan barang dan jasa publik akan lebih baik jika
dilakukan oleh pemerintah daerah yang mana akan menciptakan allocative
efficiency. Berdasar teori Hayek tersebut, maka dana transfer dari pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah akan menjadikan penyaluran dana lebih efektif dan
efisien serta akan berdampak pada ekonomi karena dapat meningkatkan konsumsi
dari masyarakat yang pada akhirnya akan meningkatkan pajak dan retribusi kepada
daerah. Serta hasil penelitian dari Winda Frelistiyani mengenai pengaruh dana
alokasi umum terhadap pendapatan asli daerah yang mendapatkan hasil bahwa
DAU mempunyai pengaruh positif terhadap belanja modal, dan juga DAU serta
belanja modal mempunyai pengaruh positif terhadap PAD. Berdasar argumen
tersebut maka penulis mengajukan hipotesis:
H0 = dana alokasi umum berpengaruh signifikan terhadap pendapatan
asli daerah;
H1 = dana alokasi umum tidak berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan asli daerah.
4. Hipotesis 4
Berdasar dari teori Ibnu Khaldun dalam nasihatnya kepada para raja yang
menyatakan bahwa harta benda tidak dapat dipertahankan kecuali dengan
27
pembangunan. Serta berdasar penelitian dari Putu Lia mengenai pengaruh investasi
terhadap pendapatan asli daerah yang menunjukkan hasil bahwa investasi
berpengaruh signifikan terhadap PAD, maka penulis mengajukan hipotesis:
H0 = penanaman modal dalam negeri berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan asli daerah;
H1 = penanaman modal dalam negeri tidak berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan asli daerah.
G. Kerangka Pemikiran
H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Berdasar jenisnya, penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
eksperimen, yakni jenis penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh
perlakuan tertentu dalam kondisi yang terkontrol (laboratorium) dengan
menggunakan data yang tersedia yang kemudian diolah agar menjadi suatu
28
informasi berharga (Sugiyono, 2013: 11). Sedangkan bila berdasar metode
analisisnya, penelitian ini termasuk penelitian dengan metode analisis regresi data
panel. Regresi data panel adalah regresi yang berdasar data time series dan cross
section.
2. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang mana
data tersebut didapatkan dari Badan Pusat Statistika (BPS) Provinsi Yogyakarta.
Teknik pengumpulan data dengan cara mengambil data yang disediakan oleh BPS
dalam bentuk pustaka digital yang diunduh dari situs yogyakarta.bps.go.id. Data
yang penulis gunakan ialah data panel, dimana menggunakan time series dari kurun
waktu tahun 2001-2013 dan cross section dari Kabupaten/Kota di D.I. Yogyakarta.
3. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek ataupun subjek
yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:119).
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh data pendapatan asli daerah Kabupaten/
Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan yang dimaksud dengan sampel
adalah suatu bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2013:119). Teknik pemilihan sampel yaitu dengan sampling
purposive, yakni teknik pemilihan sampel dengan suatu pertimbangan tertentu.
Pertimbangan pengambilan sampel ini berdasarkan dari mulai berlakunya
kebijakan otonomi secara efektif pada tahun 2001. Sehingga sampel dalam
penelitian ini adalah data sejak tahun 2001-2013.
29
4. Definisi Operasional Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel dependen dan
variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu Pendapatan Asli
Daerah Kabupaten/ Kota di D.I. Yogyakarta. Sedangkan variabel inependennya
terdiri dari produk domestik regional bruto, jumlah penduduk, dana alokasi umum,
dan penanaman modal dalam negeri.
No. Variabel Jenis
variabel
Definisi variabel Cara pengukuran
1. Pendapatan
Asli Daerah
(PAD)
Dependen Pendapatan rutin
yang diterima daerah
yang bersumber dari
pajak daerah,
retribusi daerah, hasil
pengelolaan daerah
yang dipisahkan dan
pendapatan daerah
lainnya yang sah
PAD = pajak daerah
+ retribusi daerah +
hasil pengelolaan
daerah yang
dipisahkan + sumber
pendapatan asli
daerah lainnya yang
sah
2. Penanaman
Modal
Dalam
Negeri
(PMDN)
Independen kegiatan menanam
modal untuk melakukan
usaha di wilayah NKRI
yang dilakukan oleh
penanam modal dalam
negeri dengan
menggunakan modal
dalam negeri
Jumlah seluruh uang
yang ditanamkan
disuatu wilayah
kabupaten/ kota yang
dilakukan oleh
penanam modal
dalam negeri
3. Jumlah
Penduduk
Independen Jumlah keseluruhan
orang, baik itu WNI
atau warga asing yang
tinggal dalam suatu
wilayah
Jumlah semua orang
yang menempati
suatu wilayah
kabupaten/ kota
4. Produk
Domestik
Regional
Bruto
(PDRB)
Independen Merupakan suatu
jumlah nilai tambah
dari barang dan jasa
yang dihasilkan oleh
daerah dalam periode
tahun tertentu
Pengukuran
berdasar:
1. Pendekatan
Pengeluaran
2. Pendekatan
Pendapatan
5. Teknik Analisis Data
30
Teknik analisis data menggunakan regresi data panel. Model regresi data
panel ialah model regresi yang berbasis data panel (Gujarati & Porter, 2009:591).
Menurut Gujarati dan Porter (2009:593) terdapat empat jenis model yang bisa
digunakan untuk mengestimasi regresi data panel, yaitu pooled OLS model, fixed
effects least square dummy variable (LSDV) model, fixed effects within-group
model, serta random effect model (REM).
1) Pooled OLS Model/ Constant Coefficient Model
Constant coefficient model menggabungkan data cross section dan time
series dengan menggunakan model OLS untuk mengestimasi model data panel
(Widarjono, 2009). Dimana model ini memiliki kelemahan dalam ketidakmampuan
model untuk membedakan varians yang unik dalam suatu silang tempat atau
sejumlah silang tempat (Kuncoro, 2004:113).
2) Fixed Effects Least Square Dummy Variable (LSDV) Model
Model ini mengasumsikan bahwa intercept adalah berbeda pada setiap
subjek sedangkan slope tetap sama antar subjek. Dalam membedakan satu subjek
dengan subjek lainnya digunakan variabel dummy (kuncoro, 2012).
3) Fixed Effects Within-Group Model
Model ini mengajukan pertanyaan penelitian sebagai suatu masalah
spesifikasi yang menghilangkan dampak waktu, serta variasi antar silang tempat
dimodelkan secara eksplisit kedalam suatu himpunan persamaan struktural
(Kuncoro, 2004:113).
4) Random Effects Model/ Error Components Models
31
Model ini menggunakan kesalahan random dalam waktu, ruang, serta
kesalahan random yang tidak unik terhadap waktu dan ruang namun masih random
terhadap model regresi dalam menurunkan estimasi yang efisien dan tidak bias.
Komponen dari total kesalahan dalam model ini meliputi kesalahan sistematik
terhadap ruang, waktu serta keduanya. Keunggulan dari model ini adalah tidak
perlunya asumsi mengenai dimana varians harus ditetapkan. Namun model ini juga
memiliki kelemahan dimana model ini diatur oleh kesalahan random, sehingga
kesalahan harus dimodelkan secara akurat (Kuncoro, 2004:113).
Berikut langkah yang ditempuh penulis untuk melakukan regresi data panel:
1. Pemilihan model regresi data panel
Pemilihan model dari teknik estimasi regresi data panel dapat dilakukan
dengan beberapa cara. Ada tiga uji yang dapat digunakan untuk memilih teknik
estimasi regrei data panel, pertama uji F, kedua uji Hausman, dan ketiga uji
Lagrange Multiplier (Widarjono, 2007).
2. Uji Asumsi Klasik
Dalam analisis menggunakan regresi data panel, tidak semua uji asumsi
klasik digunakan. Ketika suatu data mengkombinasikan antara dimensi cross
section dan time series, akan membawa gangguan dari data cross section yakni
heteroskedastisitas dan gangguan dari data time series yakni autokorelasi (Gujarati
& Porter, 2009:612).
1) Heteroskedastisitas
32
Gangguan heteroskedastisitas muncul akibat dari digunakannya data cross
section. Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk melakukan uji
heteroskedastistas, namun penulis hanya akan menggunakan uji white karena lebih
mudah untuk diimplementasikan. Hipotesis yang dibangun atas uji white ini adalah:
H0 = Tidak terjadi heteroskedastisitas
H1 = Terjadi heteroskedastisitas
Jika nilai chi-square tidak melebihi nilai chi-square kritis pada tingkat signifikansi
yang dipilih, maka tidak terdapat heteroskedastisitas yang berarti H0 diterima.
Namun bila nilai chi-square melebihi nilai chi-square kritis pada tingkat
signifikansi yang dipilih, maka terdapat heteroskedastisitas yang berarti H0 ditolak.
2) Autokorelasi
Gangguan autokorelasi muncul akibat digunakannya data time series. Ada
beberapa cara untuk mendeteksi gangguan autokorelasi, namun penulis hanya akan
menggunakan uji Durbin-Watson. Uji DW hanya digunakan untuk first order
autocorrelation dan mensyaratkan adanya intercept dalam model regresi serta tidak
ada variabel lag diantara variabel penjelas (Kuncoro, 2004:91). Hipotesis yang
penulis bangun atas uji DW ini adalah:
H0 = Tidak terjadi autokorelasi
H1 = Terjadi autokorelasi
Keputusan untuk melihat terjadi atau tidaknya autokorelasi dapat dilihat dari
besaran nilai DW:
33
a) Bila nilai DW lebih besar dibanding batas atas (dU), maka tidak terjadi
masalah autokorelasi
b) Bila nilais DW lebih kecil dibanding batas bawah (dL), maka terjadi
masalah autokorelasi
c) Bila nilai DW lebih besar dari batas bawah (dL) namun lebih kecil dari batas
atas (dU) maka tidak dapat disimpulkan.
3. Uji Kelayakan (Goodness of Fit)
Ketepatan fungsi regresi dalam menaksir nilai aktual dapat diukur melalui
nilai goodness of fit-nya (Kuncoro, 2004:81). Uji kelayakan ini digunakan untuk
mengukur tingkat signifikansi hipotesis yang dibangun. Atau secara umum, uji
signifikansi merupakan prosedur, dimana hasil sampel digunakan untuk
membuktikan kebenaran atau kesalahan dari hipotesis nol (H0) (Gujarati & Porter,
2009:115). Uji kelayakan ini dapat diukur dari nilai statistik t, nilai statistik F dan
nilai koefisien determinasinya.
1) Uji signifikansi individual (uji statistik t)
Uji statistik t digunakan untuk melihat pengaruh suatu variabel independen
secara individual terhadap variabel dependen. Keputusan untuk tidak menolak atau
tidak menerima hipotesis nol (H0) adalah berdasarkan nilai dari uji statistik t yang
dilakukan. Untuk melakukan uji statistik t dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu
(Kuncoro, 2004:82):
a) Quick look. Apabila jumlah degree of freedom adalah 20 atau lebih dengan
derajat kepercayaan sebesar 5%, dan nilai t lebih besar dari 2, maka dapat
34
dinyatakan bahwa variabel independen merupakan penjelas yang signifikan
terhadap variabel dependen.
b) Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel. Apabila
nilai statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibanding nilai t tabel, maka
dapat dinyatakan bahwa variabel independen merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen.
2) Uji signifikan simultan (uji statistik F)
Uji statistik F digunakan untuk melakukan uji statistik terhadap seluruh
variabel independen, sehingga dapat terlihat apakah seluruh variabel independen
merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Untuk melakukan
uji F dapat ditempuh dengan cara berikut (Kuncoro, 2004: 83):
a) Quick look. Bila nilai F lebih besar dari 4 pada ditingkat kepercayaan 5%,
maka dapat diambil keputusan bahwa variabel independen secara bersama-
sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
b) Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel.
Apabila nilai hitung F lebih besar daripada nilai F tabel, maka dapat diambil
keputusan bahwa variabel independen secara serentak berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
3) Koefisien determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model untuk menerangkan kemampuan variabel independen dalam
menjelaskan variabel dependen. Nilai dari koefisien determinasi berkisar diantara
nol hingga satu. Semakin kecil nilai R2 (mendekati angka 0) berarti kemampuan
35
model untuk menerangkan kemampuan variabel independen dalam memengaruhi
variabel dependen sangat terbatas. Namun bila nilai R2 mendekati angka satu,
berarti variabel independen mampu memberikan informasi yang cukup banyak
untuk menjelaskan variabel dependen. Menurut Insukindro, koefisien determinasi
hanyalah salah satu dan bukan satu-satunya kriteria dalam memilih model yang
baik. Alasannya, bila suatu estimasi regresi linier menghasilkan koefisien
determinasi yang tinggi, tetapi tidak konsisten dengan teori ekonomika yang dipilih
oleh peneliti, atau tidak lolos dari uji asumsi klasik, maka model tersebut bukanlah
model penafsir yang baik dan seharusnya tidak dipilih sebagai model empirik
(Istyaningsih, 2015:756).
Kelemahan yang mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias
terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model. Setiap
tambahan dari satu variabel independen maka R2 pasti meningkat dengan tidak
peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap
variabel dependen (Kuncoro, 2004: 84). Sehingga dalam penelitian ini, peneliti
akan menggunakan nilai dari adjusted R2 untuk mengukur nilai koefisien
determinasi.
I. Daftar Rencana Sistematika Pembahasan
Dalam penelitian ini, daftar rencana penulisan skripsi terdiri atas lima bab,
masing-masing uraian yang secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, pokok masalah, tujuan
dan kegunaan penelitian dan sistematika pembahasan.
36
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini memuat telaah pustaka, kerangka teoritik dan hipotesis.
BAB III METODE PENELITIAN
BAB IV PEMBAHASAN
Dalam bab ini terdiri dari deskripsi dan analisis
BAB V PENUTUP
Berisikan tentang kesimpulan, saran-saran dan dilengkapi dengan bibiografi.
J. Bilbiografi
Buku:
Agus Widarjono. (2007). Ekonometrika: Teori dan Aplikasi Untuk Ekonomi dan
Bisnis, (3rd ed.) . Yogyakarta: Ekonisia FE UII.
Agus Widarjono. (2009). Ekonometrika Pengantar dan Aplikasi. Yogyakarta:
Ekonisia FE UII.
Damodar N. Gujarati, & D.J. Porter. (2009). Basic Econometrics. New York: The
McGraw-Hill Companies.
djpk.kemenkeu.go.id. (n.d.). Grand Design Desentralisasi Fiskal Indonesia.
Gregory N. Mankiw. (2006). Makroekonomi Edisi Keenam terjemahan dari
MAcroeconomics sixth editon. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Guritno Mangkoesoebroto. (1993). Ekonomi Publik Edisi Ketiga. Yogyakarta:
BPFE Yogyakarta.
Ibnu Khaldun. (1986). muqaddimah. Jakarta : Pustaka Firdaus.
Lincoln Arsyad. (2010). Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Unit Penerbit dan
Percetakan STIM Yogyakarta.
LPEM-UI, MPKP-FEUI,Ditjen PKPD-Dep. Keuangan. (2002). Dana Alokasi
Umum Konsep, Hambatan dan Prospek di Era Otonomi Daerah. Jakarta:
PT Kompas Media Nusantara.
M. Jhingan. (2013). Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, terjemahan dari
buku The Economics of Development and Planning. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
37
M. Misanam, P. Suseno, & M. Bhekti Hendrieanto. (2008). Ekonomi Islam. Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada.
M. Nur Rianto Al Arif. (2010). Teori Makroekonomi Islam Konsep, Teori dan
Analisis. Bandung: Penerbit Alfabeta.
M. Umer Chapra. (2001). Masa Depan Ilmu Ekonomi: Sebuah Tinjauan Islam,
Terjemahan dari The Future of Economics: An Islamic Perspective. Jakarta:
Gema Insani Press.
Mohammad Khusaini. (2006). Ekonomi Publik, Desentralisasi Fiskal dan
Pembangunan Daerah. Malang: Badan Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Brawijaya.
Mudrajad Kuncoro. (2004). Metode Kuantitatif . Yogyakarta: Unit Penerbit dan
Percetakan AMP YKPN.
Mudrajad Kuncoro. (2004). Otonomi dan Pembangunan Daerah- Reformasi,
Perencanaan, Strategi, dan Peluang. Jakarta: Erlangga.
Pheni Chalid. (2005). Otonomi Daerah Masalah Pemberdayaan dan Konflik.
Jakarta: Kemitraan.
Jurnal:
Budi Sntosa. (2013). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan
Daerah terhadap Pertumbuhan Pengangguran dan Kemiskinan 33 Provinsi
di Indonesia. Jurnal Keuangan dan Bisnis.
Dwi Sundi Marliyanti, Sudarsana Arka. Pengaruh PDRB Terhadap Pajak Daerah
dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Denpasar. Jurnal EP Unud ISSN:
2303-0178, 265-271.
Encen, Irianto, L. B., & Purwaningdyah MW. (2012). Desentralisasi Fiskal
Penerimaan Keuangan Daerah. Jurnal Ilmu Administrasi Negara.
Gde Bhaskara Perwira Jaya, A. Bagus Putu Widanta. Analisis Faktor-Faktor Yang
Berpengaruh Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bali. Jurnal
EP Unud, 3 (5): 201-208.
Istyanigsih, R. (2015). Studi Perilaku Tentang Pengaruh karakteristik nasabah bank
dalam memilih deposito berjangka. Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume 5 No.
1:756.
M. Rizal Mubaroq, Sutyastie S. Remi, Bagdja Muljarijadi. (2013) Pengaruh
Investasi Pemerintah, Tenaga Kerja, dan Desentralisasi Fiskal terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten di Indonesia Tahun 2007-2010. Jurnal
Ekonomi Pembangunan Vol. 8 No. 1.
Putu Lia Perdana Sari. (2013). Analisis Variabel-Variabel yang Mempengaruhi
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Bali. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan
Humanika.
38
Skripsi dan Tesis:
Adi Raharjo. (2006). Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Investasi Swasta dan
Angkatan Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahun 1982-2003 (Studi
Kasus di Kota Semarang).Tesis. Universitas Diponegoro.
Akaina Hana Ina Negara. (2010). Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Prediksi Belanja Daerah (Studi
Empirik pada Kabupaten/Kota di Jawa Timur). Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Mochammad Rizky Azzumar. (2011). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana,
Investasi Swasta, Tenaga Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Era
Desentralisasi Fiskal Tahun 2005-2009 (Studi Kasus Kabupaten/Kota
Provinsi Jawa Tengah). Skripsi. Universitas Diponegoro.
Umdatul Husna. (2015). Pengaruh PDRB, Inflasi, Pengeluaran Pemerintah
Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Daerah Kota se-Jawa Tengah. Skripsi.
Universitas Diponegoro.
Yeni Kurnawati Gitaningtyas. (2014). Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto,
Jumlah Penduduk, dan Inflasi Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah
pada Kabupaten/ Kota di Provinsi Jawa Timur. Skripsi. Universitas Jember.