proposal penelitian ian dwi heruyanto

38
1 ANALISIS VARIABEL MAKRO EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN/KOTA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA A. Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan salah satu instrumen yang dilakukan pemerintah pusat dalam mencapai tujuan bangsa, yakni masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. Hal ini sesuai dengan dasar filosofi Bangsa Indonesia yang kelima dalam Pancasila, bahwasanya keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia. Keadilan sosial tidak hanya sebatas keadilan mendapatkan hak dalam mata hukum, akan tetapi lebih jauh dari itu yaitu juga menyangkut keadilan ekonomi serta mendapatkan kehidupan yang layak. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia pasal 27 ayat 2, bahwasanya tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Kebijakan pembangunan nasional diarahkan kepada pembangunan yang merata kesetiap daerah. Pemerintah pusat menuntut pemerintah daerah agar lebih bisa mandiri dalam mengelola keuangan daerah untuk melaksanakan pembangunan ekonomi daerah. Pembangunan ekonomi daerah diprioritaskan sesuai dengan kebutuhan daerah, dimana pemanfaatan sumber daya yang tersedia akan mendorong peningkatan kemampuan ekonomi daerah. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya bersinergi dalam mengelola setiap sumber daya yang ada serta membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan

Upload: ian-dwi-heruyanto

Post on 14-Apr-2016

27 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

proposal ian dwi heruyanto

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Penelitian Ian Dwi Heruyanto

1

ANALISIS VARIABEL MAKRO EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN

ASLI DAERAH KABUPATEN/KOTA DI DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional merupakan salah satu instrumen yang dilakukan

pemerintah pusat dalam mencapai tujuan bangsa, yakni masyarakat yang adil,

makmur, dan sejahtera. Hal ini sesuai dengan dasar filosofi Bangsa Indonesia yang

kelima dalam Pancasila, bahwasanya keadilan sosial bagi seluruh masyarakat

Indonesia. Keadilan sosial tidak hanya sebatas keadilan mendapatkan hak dalam

mata hukum, akan tetapi lebih jauh dari itu yaitu juga menyangkut keadilan

ekonomi serta mendapatkan kehidupan yang layak. Hal ini ditegaskan dalam

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia pasal 27 ayat 2, bahwasanya tiap-tiap

warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

Kebijakan pembangunan nasional diarahkan kepada pembangunan yang

merata kesetiap daerah. Pemerintah pusat menuntut pemerintah daerah agar lebih

bisa mandiri dalam mengelola keuangan daerah untuk melaksanakan pembangunan

ekonomi daerah. Pembangunan ekonomi daerah diprioritaskan sesuai dengan

kebutuhan daerah, dimana pemanfaatan sumber daya yang tersedia akan

mendorong peningkatan kemampuan ekonomi daerah. Pembangunan ekonomi

daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya

bersinergi dalam mengelola setiap sumber daya yang ada serta membentuk suatu

pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan

Page 2: Proposal Penelitian Ian Dwi Heruyanto

2

suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi

(pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 2010:374).

Kebijakan otonomi daerah yang dicanangkan pemerintah pusat secara

efektif dimulai pada tahun 2001. Otonomi daerah dipandang sebagai suatu

kebijakan yang sangat demokratis dan memenuhi aspek dari desentralisasi yang

sesungguhnya. Melalui mekanisme hubungan keuangan yang lebih baik diharapkan

akan menciptakan kemudahan-kemudahan dalam pelaksanaan pembangunan di

daerah, sehingga akan berimbas kepada kondisi perekonomian yang lebih baik

(djpk.kemenkeu.go.id).

Sebagai salah satu dari program pemerintah dalam pemerataan

pembangunan nasional, otonomi daerah dibuat dengan tujuan agar daerah dapat

menyelesaikan permasalahan daerah dalam mengelola informasi kedaerahan,

memobilisasi sumber daya secara mandiri, peningkatkan pelayanan publik serta

untuk pengembangan kreativitas pemerintah daerah. Hal ini didasarkan dalam

keputusan TAP MPR No. IV/MPR/2000 bahwasanya:

“kebijakan desentralisasi ke daerah diarahkan untuk mencapai

peningkatan pelayanan publik dan pengembangan kreativitas Pemerintah

Daerah, keselarasan hubungan antara pusat dan daerah serta antar daerah

itu sendiri dalam kewenangan dan keuangan untuk menjamin peningkatan

rasa kebangsaan, demokrasi dan kesejahteraan serta penciptaan ruang

yang lebih luas bagi kemandirian daerah”.

Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah diharapkan menjadikan daerah

berada pada posisi yang lebih baik, serta menjadikan pemerintah agar lebih dekat

dengan rakyatnya, sehingga pelayanan publik dapat dilaksanakan secara efektif dan

efisien. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa pemerintah kabupaten dan kota memiliki

pemahaman yang lebih baik mengenai kebutuhan dan aspirasi masyarakat mereka

dibanding pemerintah pusat (Chalid, 2005:26).

Page 3: Proposal Penelitian Ian Dwi Heruyanto

3

Pelaksanaan sistem desentralisasi yang lebih mengedepankan prinsip

otonomi daerah menuntut semua pihak untuk melakukan perubahan (reform) dalam

pemahaman tentang tugas dan wewenang pemerintah daerah (Enceng, Irianto, &

Purwaningdyah MW, 2012: 2). Pelaksanaan otonomi daerah berdasarkan Undang-

Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No.

33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan

Daerah membawa dampak perubahan terhadap sistem administrasi pemerintahan

maupun sistem administrasi keuangan daerah.

Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa untuk pelaksanaan

kewenangan dan kebijakan pemerintah daerah, pemerintah pusat akan melakukan

transfer dana perimbangan kepada pemerintah daerah. Transfer dana perimbangan

tersebut terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan

bagian daerah bagi hasil pajak pusat. Tujuan dari dana perimbangan ini adalah

untuk mengurangi kesenjangan fiskal antar pemerintahan serta untuk meningkatkan

standar pelayanan publik di daerah. Pemerintah daerah memiliki sumber

pendapatan sendiri berupa Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang didapat dari

pemungutan pajak serta retribusi kegiatan perekonomian daerah ataupun berasal

dari hasil pengelolaan daerah yang dipisahkan dan penerimaan PAD lainnya yang

sah.

Dengan adanya desentralisasi fiskal, daerah mempunyai kewenangan yang

lebih besar untuk mengoptimalkan PAD-nya sehingga porsi PAD sebagai

komponen penerimaan daerah juga akan meningkat. Peningkatan PAD yang

dianggap sebagai modal, secara akumulasi akan lebih banyak menimbulkan

eksternalitas yang bersifat positif dan akan mendorong percepatan pertumbuhan

Page 4: Proposal Penelitian Ian Dwi Heruyanto

4

ekonomi (Santosa, 2013). Perkembangan PAD kabupaten/kota di Daerah Istimewa

Yogyakarta dapat dilihat pada grafik 1.1 berikut.

Grafik 1.1 Perkembangan PAD kabupaten/kota di DIY

Perkembangan Pendapatan Asli Daerah di kabupaten/ kota di Daerah

Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada grafik 1.1, data tersebut merupakan kondisi

penerimaan Pendapatan Asli Daerah kabupaten/ kota di D.I. Yogyakarta dalam

kurun waktu 5 tahun sejak tahun 2009-2013. Secara keseluruhan, komposisi

pendapatan asli daerah yang digali oleh masing-masing pemerintah daerah

kabupaten/ kota mengalami peningkatan. Pada tahun 2013, PAD tertinggi berada

pada Kota Yogyakarta, disusul Sleman, Bantul, Gunung Kidul dan paling rendah

adalah Kulon Progo. Semakin tinggi pendapatan asli daerah di suatu daerah maka

daerah tersebut akan menjadi lebih mandiri dan tidak terlalu bergantung kepada

pemerintah pusat sehingga daerah tersebut mempunyai kemampuan yang baik

untuk menjalankan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah.

-

50.000.000.000

100.000.000.000

150.000.000.000

200.000.000.000

250.000.000.000

300.000.000.000

350.000.000.000

2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3

NIL

AI R

UP

IAH

TAHUN

Bantul Kulon Progo Gunung Kidul Sleman Kota Yogyakarta

Page 5: Proposal Penelitian Ian Dwi Heruyanto

5

Realitas hubungan fiskal antara pusat dan daerah ditandai dengan tingginya

kontrol pusat terhadap proses pembangunan daerah. Ini jelas terlihat dari rendahnya

proporsi PAD terhadap total pendapatan daerah apabila dibanding dengan besarnya

subsidi (grants) yang didrop dari pusat (Kuncoro, 2004:8). Hal ini mengindikasikan

bahwa pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah daerah sangat bergantung

pada transfer dana perimbangan dari pemerintah pusat. Artinya, daerah yang

menerima dana perimbangan yang jauh lebih besar dari PAD, menunjukkan bahwa

PAD yang dihasilkan melalui sumber daya yang ada masih kurang. Maka dari itu,

indikator keberhasilan desentralisasi fiskal bukan hanya dilihat dari meningkatnya

PAD, akan tetapi juga dari proporsi transfer dana dari pusat. Berikut gambaran

perbandingan perkembangan PAD dan dana perimbangan dari tahun 2009-2013 di

kabupaten/ kota di D.I. Yogyakarta.

Tabel 1.1 Perbandingan Proporsi PAD dengan Dana Perimbangan

Kabupaten/Kota di D.I. Yogyakarta Tahun 2009-2013

tahun Kulon Progo Bantul Gunung Kidul Sleman Kota Yogyakarta

2009 8,5% 10,0% 5,3% 16,8% 26,6%

2010 9,3% 13,2% 6,3% 19,9% 36,3%

2011 9,6% 15,1% 6,3% 27,6% 40,5%

2012 9,0% 14,0% 7,1% 24,0% 41,9%

2013 9,6% 18,4% 7,6% 30,1% 46,4%

Sumber: BPS Provinsi DIY

Berdasarkan data pada tabel 1.1 tersebut, PAD Kabupaten/ kota di D.I.

Yogyakarta bila dibandingkan dengan dana perimbangan sangat kecil, walaupun

pertumbuhan perbandingan cenderung meningkat akan tetapi tidak lebih dari 50%.

Pada tahun 2013, perbandingan proporsi PAD terhadap dana perimbangan tertinggi

pada Kota Yogyakarta sebesar 46,4%, sedangkan terendah pada Kabupaten Gunung

Kidul dengan perbandingan 7,6%. Dengan rendahnya proporsi perbandingan PAD

Page 6: Proposal Penelitian Ian Dwi Heruyanto

6

dengan dana perimbangan yang ditransfer oleh pemerintah pusat, menunjukkan

bahwa sebagian besar dari belanja pemerintah daerah masih harus dipenuhi melalui

dana transfer pemerintah. Yang berarti bahwa pemerintah daerah belum mampu

menjadi daerah yang berkemandirian fiskal, dengan kata lain bahwa otonomi

daerah yang dilaksanakan di kabupaten/kota di D.I. Yogyakarta masih belum

sepenuhnya berhasil. Hal ini yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan

penelitian mengenai PAD kabupaten/kota di D.I. Yogyakarta.

Penelitian yang penulis lakukan bermaksud untuk mencari tahu pengaruh

variabel makro ekonomi terhadap pendapatan asli daerah kabupaten/kota di D.I.

Yogyakarta. Variabel yang penulis gunakan ialah variabel yang bersumber dari

dalam daerah yakni Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan jumlah

penduduk, serta variabel yang bersumber dari luar daerah yakni Dana Alokasi

Umum (DAU) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Dalam melakukan

penelitian, penulis menggunakan metode analisis regresi data panel.

Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai pendapatan asli daerah yaitu

penelitian dari Yeni Kurniawati Gitaningtyas yang berjudul “Pengaruh Produk

Domestik Regional Bruto, Jumlah Penduduk, dan Investasi Swasta Terhadap

Realisasi Pendapatan Asli Daerah pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur”.

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diambil dari Badan Pusat Statistika

Provinsi Jawa Timur dengan mengambil 31 sampel kabupaten/kota di Jawa Timur,

dalam rentang waktu tahun 2008-2012. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat

diketahui bahwa semua variabel independen berpengaruh positif dan signifikan

terhadap variabel dependen. Hal ini dibuktikan dari hasil uji t dengan tingkat

signifikan 5%. Rincian hasil uji t adalah sebagai berikut: produk domestik regional

Page 7: Proposal Penelitian Ian Dwi Heruyanto

7

bruto dengan nilai sig t sebesar 0,000; jumlah penduduk dengan nilai sig t sebesar

0,000; dan investasi swasta dengan nilai sig t sebesar 0,000.

Penelitian dari Putu Lia Perdana Sari tentang “Analisis Variabel-Variabel

yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Bali”. Penelitian ini

menganalisis pengaruh pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara,

tingkat investasi dan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) sektor

perdagangan, hotel dan restoran terhadap Pendpatan Asli Daerah (PAD) Provinsi

Bali Periode 1991-2009 baik secara simultan maupun parsial, serta peramalan

terhadap perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Bali Periode

2010-2014. Teknik analisis menggunakan analisis regresi linear berganda, di mana

peramalan perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dijawab melalui model

analisis ARIMA (Autoregresive Integrated Moving Avarage). Hasil estimasi

menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan, tingkat investasi,

PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) sektor perdagangan, Hotel dan restoran

berpengaruh positif terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Bali Periode

1991-2009. Dan peramalan perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi

Bali Periode 2010-2014 terus mengalami peningkatan.

Berdasar uraian latar belakang diatas, penulis termotivasi untuk melakukan

penelitian terhadap Pendapatan Asli Daerah kabupaten/kota di D.I. Yogyakarta, dengan

judul penelitian “Analisis Variabel Makro Ekonomi Terhadap Pendapatan Asli

Daerah Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta”.

B. Rumusan Masalah

Berdasar dari latar belakang masalah diatas, maka rumusan dari masalah

penelitian ini adalah:

Page 8: Proposal Penelitian Ian Dwi Heruyanto

8

1. Bagaimana pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap

Pendapatan Asli Daerah (PAD) kabupaten/kota di D.I. Yogyakarta?

2. Bagaimana pengaruh jumlah penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah

(PAD) kabupaten/kota di D.I. Yogyakarta?

3. Bagaimana pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Pendapatan

Asli Daerah (PAD) kabupaten/kota di D.I. Yogyakarta?

4. Bagaimana pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri terhadap

Pendapatan Asli Daerah (PAD) kabupaten/kota di D.I. Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

Berdasar latar belakang masalah diatas, adapun tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengkaji pengaruh Produk Domestik Regional Bruto terhadap

Pendapatan Asli Daerah kabupaten/kota di D.I. Yogyakarta;

2. Untuk mengkaji pengaruh jumlah penduduk terhadap Pendapatan Asli

Daerah kabupaten/kota di D.I. Yogyakarta;

3. Untuk mengkaji pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Pendapatan Asli

Daerah kabupaten/kota di D.I. Yogyakarta;

4. Untuk mengkaji pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri terhadap

Pendapatan Asli Daerah kabupaten/kota di D.I. Yogyakarta.

Disamping hal itu, diharapkan penelitian ini dapat membawa manfaat bagi

beberapa pihak, yang diantaranya:

1. Manfaat Akademisi

Page 9: Proposal Penelitian Ian Dwi Heruyanto

9

Diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini mampu untuk menambah

khasanah keilmuan ataupun kepustakaan yang ada terkait dengan penelitian

terhadap pendapatan asli daerah kabupaten/ kota di D.I. Yogyakarta pada

khususnya, serta bagi khasanah kepustakaan terkait ekonomi pembangunan pada

umumnya. Dan juga agar bisa menjadi rujukan bagi penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Pemerintah

Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan rujukan

informasi terhadap kebijakan-kebijakan yang akan diambil, baik oleh pemerintah

kabupaten/ kota di D.I. Yogyakarta, pemerintahan daerah provinsi ataupun pusat

kedepannya, sehingga mampu untuk meningkatkan pertumbuhan serta

pembangunan ekonomi daerah.

3. Manfaat Peneliti

Dengan dilakukannya penelitian ini, peneliti berharap mampu

menggunakan keilmuan yang selama ini didapat dibangku perkuliahan untuk

diterapkan pada suatu studi kasus perekonomian yang telah dipilih. Selain itu,

penelitian ini juga diharapkan bisa menjadi batu lonjakan sehingga peneliti mampu

melakukan analisis serta memberi solusi terhadap permasalahan-permasalahan riil

lainnya.

D. Telaah Pustaka

Telaah pustaka dalam penelitian ini memuat beberapa penelitian yang telah

dilakukan oleh para peneliti sebelumnya baik berupa skripsi ataupun jurnal.

Penelitian-penelitian tersebut mendasari penulis dalam melakukan penelitian.

Page 10: Proposal Penelitian Ian Dwi Heruyanto

10

Tabel 4.1

Kumpulan Penelitian Terdahulu

No. Penulis Jenis Referensi Judul Variabel dan Alat Analisis Ringkasan Hasil

1. Yeni

Kurniawati

Gitaningtyas

Skripsi,

diterbitkan oleh

Fakultas Ekonomi

Universitas

Jember pada tahun

2014

Pengaruh Produk

Domestik Regional

Bruto, Jumlah

Penduduk, dan

Investasi Swasta

Terhadap Realisasi

Pendapatan Asli

Daerah pada

Kabupaten/ Kota di

Provinsi Jawa Timur

Penelitian ini menggunakan

variabel PAD, PDRB, jumlah

penduduk serta Investasi

swasta, dengan PAD sebagai

variabel dependennya. Alat

analisis menggunakan

analisis statistik deskriptif.

Ketiga variabel independen

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap variabel dependen

2. Umdatul

Husna

Skripsi,

diterbitkan oleh

Fakultas Ekonomi

dan Bisnis

Universitas

Diponegoro

Semarang pada

tahun 2015

Pengaruh PDRB,

Inflasi, Pengeluaran

Pemerintah

Terhadap

Pendapatan Asli

Daerah di Daerah

Kota se-Jawa

Tengah

Variabel pada penelitian ini

ialah PDRB, inflasi,

pengeluaran pemerintah dan

PAD, dengan PAD sebagai

variabel dependen. Alat

analisis menggunakan

Ordinary Least Squares/ OLS

Nilai R2 sebesar 0,669109,

menujukkan variabel PAD dapat

dijelaskan oleh variabel PDRB,

Inflasi, Pengeluaran Pemerintah

sebesar 66,9 persen. Aktivitas

perekonomi di Daerah Kota Se

Jawa Tengah berkembang dengan

baik, sehingga PAD dapat

meningkat melalui penarikan pajak

3. Dwi Sundi

Marliyanti dan Sudarsana

Arka

Jurnal EP Unud, 3

[6] : 265-271. ISSN: 2303-0178

Pengaruh PDRB

Terhadap Pajak

Daerah dan

Pendapatan Asli

Daerah (PAD) Kota

Denpasar

Variabel yang digunakan

adalah PDRB, pajak daerah

dan PAD Kota Denpasar,

yang dianalisis dengan

metode analisis jalur

PDRB berpengaruh secara

langsung terhadap Pajak Daerah,

Pajak Daerah berpengaruh secara

langsung terhadap PAD Kota

Denpasar, dan PDRB

Page 11: Proposal Penelitian Ian Dwi Heruyanto

11

No. Penulis Jenis Referensi Judul Variabel dan Alat Analisis Ringkasan Hasil

berpengaruh secara tidak langsung

terhadap PAD melalui Pajak

Daerah Kota Denpasar

4. Putu Lia

Perdana Sari

Jurnal ilmiah

akuntansi dan

humanika JINAH

Vol. 2 No. 2

Singaraja, Juni

2013. ISSN 2089-

3310

Analisis Variabel-

Variabel yang

Memengaruhi

Pendapatan Asli

Daerah (PAD)

Provinsi Bali

Variabel dalam penelitian ini

adalah pertumbuhan jumlah

kunjungan wisatawan

mancanegara, tingkat

investasi PDRB sektor

perdagangan, Hotel dan

restoran dan Pendpatan Asli

Daerah, dengan PAD sebagai

variabel dependen. Alat

analisis menggunakan regresi

linear berganda

pertumbuhan jumlah kunjungan

wisatawan, tingkat investasi,

PDRB (Produk Domestik Regional

Bruto) sektor perdagangan, Hotel

dan restoran berpengaruh positif

terhadap Pendapatan Asli Daerah

(PAD) Provinsi Bali Periode 1991-

2009

5. Gde

Bhaskara

Perwira Jaya dan A.A Bagus

Putu

Widanta

Jurnal EP Unud, 3

[5] :201-208.

ISSN: 2303-0178

Analisis Faktor-

Faktor Yang

Berpengaruh

Terhadap

Pendapatan Asli

Daerah (PAD) Kota

Denpasar

Variabel yang digunakan

adalah PDRB, jumlah

penduduk, jumlah wisatawan

dan PAD kota Denpasar

dengan PAD sebagai variabel

dependen. Alat analisis

menggunakan regresi linear

berganda.

jumlah wisatawan tidak

berpengaruh terhadap PAD kota

Denpasar, selanjutnya PDRB

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap PAD kota Denpasar,

sedangkan jumlah penduduk

berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap PAD kota Denpasar.

Maka dengan mengintensifkan

pengawasan wajib pajak bagi para

penduduk yang berada pada umur

produktif akan mampu

meningkatkan PAD.

Page 12: Proposal Penelitian Ian Dwi Heruyanto

12

Perbedaan penelitian yang penulis lakukan terhadap penelitian sebelumnya

ialah dengan menambahkan variabel Dana Alokasi Umum (DAU), serta

memperinci dari investasi menjadi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

Objek penelitian yang penulis ambil juga berbeda, yakni kabupaten/ kota di Daerah

Istimewa Yogyakarta pada kurun waktu tahun 2001-2013 dengan menggunakan

metode analisis regresi data panel.

E. Landasan Teori

1. Fungsi Pemerintah

Setiap negara pasti memiliki sistem ekonomi masing-masing. Dimana pada

sistem tersebut tentu terdapat campur tangan dari pemerintah. Namun, fungsi

pemerintah menurut teori yang dikemukakan oleh Adam Smith dalam

Mangkoesoebroto(1993:1), bahwasanya pemerintah hanya memiliki tiga fungsi,

yakni:

1) Fungsi pemerintah untuk memelihara keamanan dalam negeri dan

pertahanan

2) Fungsi pemerintah untuk menyelenggarakan peradilan

3) Fungsi pemerintah untuk menyediakan barang-barang yang tidak

disediakan oleh pihak swasta, seperti halnya dengan jalan, dam-dam dan

sebagainya.

Konsep dari Adam Smith tersebut berdasar asumsi bahwa masing-masing

individu adalah yang paling memahami apa yang terbaik bagi diri mereka sendiri,

sehingga dia akan melaksanakan apa yang terbaik menurut dirinya. Aktivitas

Page 13: Proposal Penelitian Ian Dwi Heruyanto

13

ekonomi setiap individu akan berjalan dengan harmonis ketika mereka bisa

melaksanakan apa yang terbaik menurut dirinya yang didalamnya tidak terdapat

campur tangan pemerintah. Perihal inilah yang dimaksudkan Adam Smith

bahwasanya kegiatan perekonomian dapat berjalan dengan sendirinya, yang

seakan-akan diatur oleh tangan tak terlihat (invisible hand). Namun teori kebebasan

berperilaku ekonomi tersebut berbenturan dengan realitas kepentingan yang

dilakukan setiap individu, sehingga teori kapitalis murni ini sudah tidak dijalankan

oleh pemerintah di negara manapun.

2. Paradigma Pemerintah menurut Islam

Nizham al-Mulk berpendapat dalam bukunya Siyasat Namah yang secara

harfiah berarti “Prinsip-Prinsip Pemerintahan” yang ditulis atas permintaan Raja

Maliksyah, penguasa Dinasti Saljuq, bahwa tanggung jawab penguasa adalah

menjamin keadilan dan melakukan semua yang diperlukan untuk keperluan

bersama (Chapra, 2001:62). Peneliti menerangkan paradigma pemerintah dalam

pandangan Islam berdasar pemikiran dari Ibnu Khaldun. Pusat analisis dari Ibnu

Khaldun adalah manusia, ia memandang jatuh bangun suatu peradaban atau dinasti

sangat bergantung pada kesejahteraan atau kesulitan hidup manusia. Dalam

analisisnya, fenomena jatuh dan bangun suatu bangsa tidak hanya bergantung pada

variabel ekonomi saja, melainkan juga pada sejumlah faktor yang turut menentukan

kualitas individu, masyarakat, penguasa dan lembaga-lembaga (Chapra, 2001:125).

Model pemikiran Ibnu Khaldun dalam buku Muqaddimah dapat diringkas dalam

nasihatnya kepada para raja sebagai berikut (Khaldun, 1986:40):

Page 14: Proposal Penelitian Ian Dwi Heruyanto

14

1) Kekuatan kedaulatan (al-mulk) tidak dapat dipertahankan kecuali dengan

mengimplementasikan syariah . . .;

2) Syariah tidak dapat diimplementasikan kecuali oleh sebuah kedaulatan (al-

mulk);

3) Kedaulatan tak akan memperoleh kekuatan kecuali bila didukung oleh

sumber daya manusia (ar-rijal);

4) Sumber daya manusia tidak dapat dipertahankan kecuali dengan harta

benda;

5) Harta benda tidak dapat diperoleh kecuali dengan pembangunan

6) Pembangunan tidak dapat dicapai kecuali dengan keadilan

7) Keadilan merupakan tolak ukur (al-mizan) yang dipakai Allah untuk

mengevaluasi manusia; dan

8) Kedaulatan mengandung muatan tanggung jawab untuk menegakkan

keadilan.

Dalam pandangan mengenai pasar, beberapa ulama klasik seperti ad-

Dimasyqi dan Ibnu Khaldun, dengan tegas menyatakan ketidaksetujuannya bahwa

negara terlibat langsung dalam perekonomian (Chapra, 2001:62). Baqir ash-Shadr

melihat bahwa intervensi negara dalam lapangan kehidupan ekonomi sangat

diperlukan untuk menjamin keselarasannya dengan norma-norma Islam. (Chapra,

2001:63). Kebijaksanaan pasar bebas dari persaingan sempurna ini tidak ditemukan

didalam perekonomian manapun (Jhingan, 2013:85). Oleh karena itu, pemerintah

harus berperan dalam menjamin terjadinya mekanisme pasar yang baik melalui

beberapa peran berikut (Misanam, Suseno, & Hendrieanto, 2008:462):

Page 15: Proposal Penelitian Ian Dwi Heruyanto

15

1) Memastikan serta menjaga agar mekanisme pasar dapat bersaing dengan

sempurna serta tidak bertentangan dengan norma-norma Islam.

2) Membuat berbagai langkah untuk meningkatkan daya saing

(competitiveness) dan daya beli (purchasing power) dari pelaku pasar yang

lemah.

3) Mengambil kebijakan untuk menciptakan harga yang adil. Monopoli bukan

merupakan sesuatu yang berdampak buruk apabila harga yang ditetapkan

masih merupakan harga yang adil.

Negara harus menciptakan suatu kerangka yang tepat untuk interaksi

individu, keluarga dan masyarakat, nilai-nilai dan isntitusi-institusi serta pasar

untuk merealisasikan tujuan-tujuan tanpa intervensi pemerintah yang berlebihan

(Chapra, 2001:63). Dengan begitu semoga masyarakat dalam suatu negara dapat

mencapai suatu falah.

3. Konsep Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah

kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam

sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU No. 32 tahun 2004). Konsep

desentralisasi fiskal mengambil dari teori Hayek. Hayek dalam Khusaini (2006:91)

menyatakan bahwa proses pengambilan keputusan yang terdesentralisasi akan

dipermudah dengan penggunaan informasi yang efisien karena dalam hal ini

pemerintah daerah lebih dekat dengan masyarakatnya. Dalam konteks keuangan

publik, pemerintah daerah mempunyai informasi yang lebih baik daripada

pemerintah pusat tentang kondisi masing-masing daerah, sehingga pemerintah

Page 16: Proposal Penelitian Ian Dwi Heruyanto

16

daerah akan lebih baik dalam pengambilan keputusan tentang penyediaan barang

dan jasa publik daripada jika diserahkan ke pemerintah pusat, dimana keadaan

inilah yang akan mendorong terjadinya allocative efficiency.

Desentraliasi fiskal ditunjukkan dengan diberikannya sumber-sumber

penerimaan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Musgrave dan Oates

membangun teori tentang fiscal federalism yang menekankan pentingnya revenue

and expenditure asssignment antar level di pemerintahan dengan tujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Khusaini, 2006:91). Revenue and

expenditure assignment didalam istilah Negara Indonesia disebut sebagai Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Menurut Undang-Undang No 32 tahun 2004, APBD adalah rencana

keuangan tahunan pemerintah daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah.

APBD tersusun atas tiga komponen, yakni Pendapatan daerah, belanja daerah dan

komponen pembiayaan. Pendapatan daerah yakni semua hak daerah yang diakui

sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang

bersangkutan. Sumber pendapatan daerah sendiri bersumber dari Pendapatan Asli

Daerah (PAD), dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Pendapatan Asli Daerah tersusun dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah,

hasil pengelolaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah.

Berdasar teori Pigou, barang publik harus disediakan sampai suatu tingkat

dimana kepuasan marginal akan barang publik sama dengan ketidakpuasan

marginal akan pajak yang dipungut untuk membiayai program-program pemerintah

atau untuk menyediakan barang publik (Mangkoesoebroto: 1993:64). Pajak

Page 17: Proposal Penelitian Ian Dwi Heruyanto

17

merupakan pungutan wajib yang dikenakan oleh pemerintah kepada warganya,

yang akhirnya mengharuskan masyarakat untuk membayarnya dengan konsekuensi

hukum jika ia menyimpang. Sehingga kepuasan masyarakat atas barang publik

yang disediakan oleh pemerintah harus sesuai dengan ketidakpuasan mereka dalam

membayar pajak.

4. Produk Domestik Regional Bruto

4.1.Konsep Produk Domestik Regional Bruto

Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB)

merupakan salah satu barometer penting dalam perekonomian suatu negara. PDB

disebut juga sebagai indikator pertumbuhan ekonomi. Untuk menilai prestasi

pertumbuhan ekonomi haruslah dihitung terlebih dahulu pendapatan nasional riil

yaitu PNB atau GDP yang dihitung berdasar harga yang berlaku dalam tahun dasar

(Nur Rianto, 2010:38). Tujuan dari PDB adalah untuk melihat segala jenis aktivitas

sektor perekonomian suatu negara dalam bentuk satuan nilai uang. Ada dua cara

yang dapat digunakan untuk mengukur PDB (Mankiw, 2006:17) yakni pertama,

melihat PDB sebagai pendapatan total dari setiap orang didalam perekonomian dan

yang kedua diukur dari pengeluaran total atas output barang dan jasa dalam

perekonomian. Produk Domestik Bruto merupakan ukuran untuk perekonomian

ditingkat negara, sedangkan untuk tingkat wilayah dalam suatu negara disebut

sebagai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Tujuan serta cara perhitungan

PDRB sama halnya dengan PDB.

4.2.Hubungan PDRB dengan PAD

Page 18: Proposal Penelitian Ian Dwi Heruyanto

18

Peneliti menggunakan teori dari Peacock dan Wiseman dalam menunjukkan

hubungan antara PDRB dengan PAD. Teori dari Peacock dan Wiseman

menyatakan, perkembangan ekonomi menyebabkan pemungutan pajak yang

semakin meningkat walaupu tarif pajak tidak berubah; dan meningkatnya

penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat.

Oleh karena itu meningkatnya GNP menyebabkan penerimaan pemerintah yang

semakin besar, begitu halnya dengan pengeluaran pemerintah menjadi semakin

besar (Mangkoesoebroto, 1993:173).

Teori Peacock dan Wiseman tersebut menjelaskan hubungan tentang

pertumbuhan ekonomi dengan pendapatan daerah. Ketika suatu daerah mengalami

perkembangan ekonomi, maka pendapatan daerah melalui pajak juga akan

meningkat walaupun tarif dari pajak tidak berubah. Hal ini disebabkan karena

meningkatnya pemungutan pajak yang terjadi karena semakin banyaknya

masyarakat yang mampu membayar pajak.

Penelitian dari Iwan Susanto mengenai Analisis Pengaruh PDRB,

Penduduk, dan Inflasi Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Studi Kasus Kota

Malang Tahun 1998 – 2012), memberikan hasil bahwa PDRB berpengaruh

signifikan terhadap PAD. Bedasarkan perhitungan pengaruh PDRB dengan

menggunakan uji t diperoleh t-hitung = 5,142286 lebih besar dari pada nilai t-tabel

= 1,796.

5. Jumlah penduduk

5.1.Konsep Penduduk

Page 19: Proposal Penelitian Ian Dwi Heruyanto

19

Menurut Undang-Undang No. 24 tahun 2013, yang dimaksud dengan

penduduk adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain

yang disahkan dengan undang-undang sebagai Warga Negara Indonesia, dan orang

bukan Warga Negara Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia. Penduduk

yang berpendidikan serta produktif merupakan harapan dari pemerintah. Tinginya

tingkat penduduk yang dibarengi dengan besarnya tingkat kesempatan kerja serta

semakin naiknya pertumbuhan ekonomi, diharapkan akan meningkatkan

pembangunan nasional ataupun pembangunan daerah baik dalam jangka pendek

maupun jangka panjang.

5.2.Hubungan jumlah penduduk dengan PAD

Pada teori keuangan publik tentang pajak sebagaimana yang dijadikan dasar

atas teori Peacock dan Wiseman, bahwasanya masyarakat mempunyai suatu tingkat

toleransi pajak, yaitu suatu tingkat dimana masyarakat dapat memahami besarnya

pemungutan pajak yang dibutuhkan oleh pemerintah untuk membiayai pengeluaran

pemerintah (Mangkoesoebroto, 1993:173). Disamping hal itu, menurut Hipotesis

Kremer, jika kemajuan teknologi terjadi lebih cepat pada daerah dengan banyak

penduduk sehingga ada lebih banyak temuan, maka daerah dengan banyak

penduduk akan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat (Mankiw: 2006:207).

Teori Wagner dalam Mangkoesoebroto (1993:171) menyatakan bahwa

dalam suatu perekonomian, apabila pendapatan perkapita meningkat, secara relatif

pengeluaran pemerintahpun akan meningkat. Peningkatan pengeluaran pemerintah

tentu karena meningkatnya pendapatan pemerintah dari sektor pajak dan retribusi.

Peranan pajak dalam belanja pemerintah daerah sangat rendah dan sangat

Page 20: Proposal Penelitian Ian Dwi Heruyanto

20

bervariasi yang terjadi karena adanya perbedaan yang cukup besar dalam jumlah

penduduk, kondisi geografis dan kemampuan masyarakat (Khusaini: 2006:34).

Berdasarkan beberapa teori diatas dapat dikatakan bahwa ketika penduduk

meningkat dengan diikuti oleh kemajuan teknologi, maka daerah yang memiliki

banyak penduduk akan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat. Ketika suatu

perekonomian mengalami pertumbuhan, maka pendapatan perkapita meningkat,

yang secara relatif akan meningkatkan pendapatan daerah melalui beban pajak

ataupun pungutan lainnya.

Penelitian dari Iwan Susanto mengenai Analisis Pengaruh PDRB,

Penduduk, dan Inflasi Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Studi Kasus Kota

Malang Tahun 1998 – 2012) memberikan hasil bahwa jumlah penduduk

berpengaruh signifikan terhadap PAD Kabupaten Malang. Dari hasil perhitungan

didapat t-hitung = 1,9308 kebih besar dari pada nilai t-tabel = 1,796.

6. Dana Alokasi Umum

6.1.Konsep Dana Alokasi Umum

Sumber pendapatan terbesar kabupaten/kota di DIY berasal dari Dana

Alokasi Umum (DAU), yang didapat dari transfer pemerintah pusat kepada

pemerintah daerah. Salah satu keguanaan dari DAU ini adalah untuk mengurangi

ketimpangan vertikal yakni antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.

Namun tujuan utama dari alokasi dana ini adalah untuk mengatasi ketimpangan

horizontal, yakni ketimpangan pendapatan pada masing-masing daerah (LPEM-UI,

MPKP-FEUI,Ditjen PKPD-Dep. Keuangan, 2002:155). Teori Musgrave

menyatakan bahwa peran redistributif dari sektor publik akan lebih efektif dan

Page 21: Proposal Penelitian Ian Dwi Heruyanto

21

cocok jika dijalankan oleh pemerintah pusat, maka penerapan standar pelayanan

minimum disetiap daerah pun akan lebih bisa dijamin pelaksanaannya oleh

pemerintah pusat (LPEM-UI, MPKP-FEUI,Ditjen PKPD-Dep. Keuangan,

2002:26).

Konsep perhitungan dari dana alokasi ini berdasar pada data yang dimiliki

masing-masing daerah. Mengenai konsep DAU yang berdasar pada kesenjangan

fiskal, maka data daerah dapat dibagi menjadi dua, yakni kelompok potensi

ekonomi dan kelompok kebutuhan daerah (LPEM-UI, MPKP-FEUI,Ditjen PKPD-

Dep. Keuangan, 2002:155). Data berdasar kelompok potensi ekonomi terdiri dari

perhitungan PDRB sektor industri dan jasa, bagi hasil sumber daya alam, pajak

penghasilan orang pribadi (PPh pasal 21 atau 22), penerimaan daerah rata-rata yang

disesuaikan, PBB dan BPHTB serta angkatan kerja. Sedangkan data berdasar

kebutuhan daerah terdiri dari jumlah penduduk, luas wilayah, indeks harga

bangunan, penduduk miskin dan kesenjangan kemiskinan serta pengeluaran rata-

rata.

6.2.Hubungan DAU dengan PAD

Dana alokasi umum merupakan dana transfer dari pemerintah pusat kepada

pemerintah daerah, yang oleh pemerintah daerah disebut sebagai penerimaan atau

modal. Argumen teoritis dari pandangan theory of grants, menjelaskan bahwa

general purpose atau categorical grants akan berdampak pada pendapatan saja

(income effect). Sedangkan matching grants akan berdampak pada income effect

dan juga harga barang publik per unit (price effect). Subsidi dalam bentuk matching

grants menurunkan pajak per unit dari barang publik lokal. Oleh karena itu, subsidi

Page 22: Proposal Penelitian Ian Dwi Heruyanto

22

yang berbentuk matching grants tersebut akan mampu meningkatkan pengeluaran

pemerintah daerah menjadi lebih efektif daripada non matching lump-sum grants

(Khusaini: 2006:104).

Teori dari Hayek juga menyatakan bahwa dalam konteks keuangan publik,

pemerintah daerah mempunyai informasi yang lebih baik daripada pemerintah

pusat tentang kondisi masing-masing daerah, sehingga pemerintah daerah akan

lebih baik dalam pengambilan keputusan tentang penyediaan barang dan jasa publik

daripada jika diserahkan ke pemerintah pusat, dimana keadaan inilah yang akan

mendorong terjadinya allocative efficiency (Khusaini: 2006:91). Dari penjelasan

teori dari Hayek tersebut, maka dana transfer dari pemerintah pusat kepada

pemerintah daerah akan menjadikan penyaluran dana lebih efektif dan efisien serta

akan berdampak pada ekonomi karena dapat meningkatkan konsumsi dari

masyarakat yang pada akhirnya akan meningkatkan pajak dan retribusi kepada

daerah.

Penelitian dari Winda Frelistiyani mengenai Pengaruh Dana Alokasi Umum

Terhadap Pendapatan Asli Daerah Dengan Belanja Modal Sebagai Variabel

Intervening (Studi pada Pemerintah Kabupaten/Kota se-Jawa pada Tahun 2006-

2008) menemukan hasil bahwa DAU mempunyai pengaruh positif terhadap belanja

modal dan juga DAU dan belanja modal mempunyai pengaruh positif terhadap

PAD.

7. Penanaman Modal Dalam Negeri

7.1.Konsep Penanaman Modal Dalam Negeri

Page 23: Proposal Penelitian Ian Dwi Heruyanto

23

Menurut Undang-Undang No. 25 tahun 2007 Penanaman Modal Dalam

Negeri (PMDN) adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di

wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam

negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Penanaman modal dalam negeri

dapat dilakukan dalam bentuk badan usaha yang berbentuk badan hukum, tidak

berbadan hukum atau usaha perseorangan, sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Sehingga dapat dimaksudkan bahwa penanaman modal

dalam negeri dapat dilakukan oleh perseroan berbadan hukum ataupun tidak atau

perseorangan Indonesia dengan menggunakan mata uang rupiah. Penanaman modal

dalam negeri disebut juga sebagai investasi yang dilakukan oleh pihak swasta, yang

pada kemudian hari mengharapkan keuntungan dari investasi tersebut.

7.2.Hubungan PMDN dengan PAD

Teori yang penulis gunakan adalah berdasar dari pandangan Ibnu Khaldun

mengenai pemerintah. Pandangan Ibnu Khaldun dalam nasihatnya kepada para raja

berisi (Khaldun: 1986:40): kekuatan kedaulatan tidak dapat dipertahankan kecuali

dengan mengimplementasikan syariah, syariah tidak dapat diimplementasikan

kecuali oleh suatu kedaulatan; kedaulatan tak akan memperoleh kekuatan kecuali

bila didukung oleh sumber daya manusia; sumberdaya manusia tidak dapat

dipertahankan kecuali dengan harta benda; harta benda tidak dapat diperoleh

kecuali dengan pembangunan; pembangunan tidak dapat dicapai kecuali dengan

keadilan; keadilan merupakan tolak ukur yang dipakai Allah untuk mengevaluasi

manusia; dan kedaulatan mengandung muatan tanggung jawab untuk menegakkan

keadilan.

Page 24: Proposal Penelitian Ian Dwi Heruyanto

24

Ibnu Khaldun menyatakan bahwa harta benda tidak dapat diperoleh kecuali

dengan pembangunan. Hal ini mengindikasikan bahwa harta benda milik

pemerintah tidak dapat dipertahankan atau dengan kata lain tidak dapat berkembang

kecuali dengan proses investasi melalui pembangunan. Pembangunan melalui

penanaman modal akan memberikan manfaat terhadap pendapatan asli daerah

melalui retribusi dari pelayanan daerah ataupun dari pendapatan perusahaan daerah

yang modalnya terbagi antara kepemilikan dari daerah dan swasta. Sehingga dapat

diambil maksud bahwa penanaman harta benda (modal) melalui pembangunan

dapat memberikan pengaruh terhadap harta (pendapatan asli daerah) pemerintah

daerah.

Penulis merujuk penelitian dari Putu Lia untuk melakukan tinjauan

penelitian sebelumnya guna melihat hubungan investasi terhadap PAD. Penelitian

dari Putu Lia Perdana Sari mengenai Analisis Variabel-Variabel Yang

Memengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Bali mendapatkan hasil

bahwa tingkat investasi berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli daerah

Provinsi Bali.

F. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini penulis bangun berdasarkan teori serta hasil

penelitian terdahulu yang telah penulis paparkan bagian E tentang Landasan Teori.

Diharapkan pembuatan hipotesis yang berdasar teori dengan diperkuat oleh

penelitian terdahulu mampu menjadikan hipotesis yang penulis ajukan sebagai

hipotesis yang baik.

1. Hipotesis 1

Page 25: Proposal Penelitian Ian Dwi Heruyanto

25

Berdasar teori dari Peacock dan Wiseman yang menyatakan bahwa

perkembangan ekonomi menyebabkan pemungutan pajak yang semakin meningkat

walaupun tarif pajak tidak berubah, dan meningkatnya penerimaan pajak

menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat. Serta berdasar

hasil penelitian dari Iwan Susanto yang menemukan hasil bahwa PDRB

berpengaruh signifikan terhadap PAD, maka penulis mengajukan hipotesis:

H0 = produk domestik regional bruto berpengaruh signifikan terhadap

pendapatan asli daerah;

H1 = produk domestik regional bruto tidak berpengaruh signifikan

terhadap pendapatan asli daerah.

2. Hipotesis 2

Berdasar hipotesis Kremer yang menyatakan bahwa jika kemajuan

teknologi terjadi lebih cepat maka daerah dengan banyak penduduk sehingga ada

lebih banyak temuan, maka daerah dengan banyak penduduk akan mengalami

pertumbuhan yang lebih cepat. Dan teori Wagner yang menyatakan bahwa dalam

suatu perekonomian, apabila pendapatan perkapita meningkat, secara relatif

pengeluaran pemerintah pun akan meningkat karena meningkatnya pendapatan.

Serta berdasar hasil penelitian dari Iwan Susanto mengenai pengaruh jumlah

penduduk terhadap PAD yang menemukan hasil bahwa jumlah penduduk

berpengaruh signifikan terhadap PAD, maka penulis mengajukan hipotesis:

H0 = jumlah penduduk berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli

daerah;

Page 26: Proposal Penelitian Ian Dwi Heruyanto

26

H1 = jumlah penduduk tidak berpengaruh signifikan terhadap

pendapatan asli daerah.

3. Hipotesis 3

Berdasar argumen teoritis dari pandangan Hayek yang menyatakan bahwa

pemerintah daerah lebih mengetahui tentang kondisi daerahnya dibanding

pemerintah pusat, sehingga penyediaan barang dan jasa publik akan lebih baik jika

dilakukan oleh pemerintah daerah yang mana akan menciptakan allocative

efficiency. Berdasar teori Hayek tersebut, maka dana transfer dari pemerintah pusat

kepada pemerintah daerah akan menjadikan penyaluran dana lebih efektif dan

efisien serta akan berdampak pada ekonomi karena dapat meningkatkan konsumsi

dari masyarakat yang pada akhirnya akan meningkatkan pajak dan retribusi kepada

daerah. Serta hasil penelitian dari Winda Frelistiyani mengenai pengaruh dana

alokasi umum terhadap pendapatan asli daerah yang mendapatkan hasil bahwa

DAU mempunyai pengaruh positif terhadap belanja modal, dan juga DAU serta

belanja modal mempunyai pengaruh positif terhadap PAD. Berdasar argumen

tersebut maka penulis mengajukan hipotesis:

H0 = dana alokasi umum berpengaruh signifikan terhadap pendapatan

asli daerah;

H1 = dana alokasi umum tidak berpengaruh signifikan terhadap

pendapatan asli daerah.

4. Hipotesis 4

Berdasar dari teori Ibnu Khaldun dalam nasihatnya kepada para raja yang

menyatakan bahwa harta benda tidak dapat dipertahankan kecuali dengan

Page 27: Proposal Penelitian Ian Dwi Heruyanto

27

pembangunan. Serta berdasar penelitian dari Putu Lia mengenai pengaruh investasi

terhadap pendapatan asli daerah yang menunjukkan hasil bahwa investasi

berpengaruh signifikan terhadap PAD, maka penulis mengajukan hipotesis:

H0 = penanaman modal dalam negeri berpengaruh signifikan terhadap

pendapatan asli daerah;

H1 = penanaman modal dalam negeri tidak berpengaruh signifikan

terhadap pendapatan asli daerah.

G. Kerangka Pemikiran

H. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Berdasar jenisnya, penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif

eksperimen, yakni jenis penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh

perlakuan tertentu dalam kondisi yang terkontrol (laboratorium) dengan

menggunakan data yang tersedia yang kemudian diolah agar menjadi suatu

Page 28: Proposal Penelitian Ian Dwi Heruyanto

28

informasi berharga (Sugiyono, 2013: 11). Sedangkan bila berdasar metode

analisisnya, penelitian ini termasuk penelitian dengan metode analisis regresi data

panel. Regresi data panel adalah regresi yang berdasar data time series dan cross

section.

2. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang mana

data tersebut didapatkan dari Badan Pusat Statistika (BPS) Provinsi Yogyakarta.

Teknik pengumpulan data dengan cara mengambil data yang disediakan oleh BPS

dalam bentuk pustaka digital yang diunduh dari situs yogyakarta.bps.go.id. Data

yang penulis gunakan ialah data panel, dimana menggunakan time series dari kurun

waktu tahun 2001-2013 dan cross section dari Kabupaten/Kota di D.I. Yogyakarta.

3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek ataupun subjek

yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:119).

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh data pendapatan asli daerah Kabupaten/

Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan yang dimaksud dengan sampel

adalah suatu bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut (Sugiyono, 2013:119). Teknik pemilihan sampel yaitu dengan sampling

purposive, yakni teknik pemilihan sampel dengan suatu pertimbangan tertentu.

Pertimbangan pengambilan sampel ini berdasarkan dari mulai berlakunya

kebijakan otonomi secara efektif pada tahun 2001. Sehingga sampel dalam

penelitian ini adalah data sejak tahun 2001-2013.

Page 29: Proposal Penelitian Ian Dwi Heruyanto

29

4. Definisi Operasional Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel dependen dan

variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu Pendapatan Asli

Daerah Kabupaten/ Kota di D.I. Yogyakarta. Sedangkan variabel inependennya

terdiri dari produk domestik regional bruto, jumlah penduduk, dana alokasi umum,

dan penanaman modal dalam negeri.

No. Variabel Jenis

variabel

Definisi variabel Cara pengukuran

1. Pendapatan

Asli Daerah

(PAD)

Dependen Pendapatan rutin

yang diterima daerah

yang bersumber dari

pajak daerah,

retribusi daerah, hasil

pengelolaan daerah

yang dipisahkan dan

pendapatan daerah

lainnya yang sah

PAD = pajak daerah

+ retribusi daerah +

hasil pengelolaan

daerah yang

dipisahkan + sumber

pendapatan asli

daerah lainnya yang

sah

2. Penanaman

Modal

Dalam

Negeri

(PMDN)

Independen kegiatan menanam

modal untuk melakukan

usaha di wilayah NKRI

yang dilakukan oleh

penanam modal dalam

negeri dengan

menggunakan modal

dalam negeri

Jumlah seluruh uang

yang ditanamkan

disuatu wilayah

kabupaten/ kota yang

dilakukan oleh

penanam modal

dalam negeri

3. Jumlah

Penduduk

Independen Jumlah keseluruhan

orang, baik itu WNI

atau warga asing yang

tinggal dalam suatu

wilayah

Jumlah semua orang

yang menempati

suatu wilayah

kabupaten/ kota

4. Produk

Domestik

Regional

Bruto

(PDRB)

Independen Merupakan suatu

jumlah nilai tambah

dari barang dan jasa

yang dihasilkan oleh

daerah dalam periode

tahun tertentu

Pengukuran

berdasar:

1. Pendekatan

Pengeluaran

2. Pendekatan

Pendapatan

5. Teknik Analisis Data

Page 30: Proposal Penelitian Ian Dwi Heruyanto

30

Teknik analisis data menggunakan regresi data panel. Model regresi data

panel ialah model regresi yang berbasis data panel (Gujarati & Porter, 2009:591).

Menurut Gujarati dan Porter (2009:593) terdapat empat jenis model yang bisa

digunakan untuk mengestimasi regresi data panel, yaitu pooled OLS model, fixed

effects least square dummy variable (LSDV) model, fixed effects within-group

model, serta random effect model (REM).

1) Pooled OLS Model/ Constant Coefficient Model

Constant coefficient model menggabungkan data cross section dan time

series dengan menggunakan model OLS untuk mengestimasi model data panel

(Widarjono, 2009). Dimana model ini memiliki kelemahan dalam ketidakmampuan

model untuk membedakan varians yang unik dalam suatu silang tempat atau

sejumlah silang tempat (Kuncoro, 2004:113).

2) Fixed Effects Least Square Dummy Variable (LSDV) Model

Model ini mengasumsikan bahwa intercept adalah berbeda pada setiap

subjek sedangkan slope tetap sama antar subjek. Dalam membedakan satu subjek

dengan subjek lainnya digunakan variabel dummy (kuncoro, 2012).

3) Fixed Effects Within-Group Model

Model ini mengajukan pertanyaan penelitian sebagai suatu masalah

spesifikasi yang menghilangkan dampak waktu, serta variasi antar silang tempat

dimodelkan secara eksplisit kedalam suatu himpunan persamaan struktural

(Kuncoro, 2004:113).

4) Random Effects Model/ Error Components Models

Page 31: Proposal Penelitian Ian Dwi Heruyanto

31

Model ini menggunakan kesalahan random dalam waktu, ruang, serta

kesalahan random yang tidak unik terhadap waktu dan ruang namun masih random

terhadap model regresi dalam menurunkan estimasi yang efisien dan tidak bias.

Komponen dari total kesalahan dalam model ini meliputi kesalahan sistematik

terhadap ruang, waktu serta keduanya. Keunggulan dari model ini adalah tidak

perlunya asumsi mengenai dimana varians harus ditetapkan. Namun model ini juga

memiliki kelemahan dimana model ini diatur oleh kesalahan random, sehingga

kesalahan harus dimodelkan secara akurat (Kuncoro, 2004:113).

Berikut langkah yang ditempuh penulis untuk melakukan regresi data panel:

1. Pemilihan model regresi data panel

Pemilihan model dari teknik estimasi regresi data panel dapat dilakukan

dengan beberapa cara. Ada tiga uji yang dapat digunakan untuk memilih teknik

estimasi regrei data panel, pertama uji F, kedua uji Hausman, dan ketiga uji

Lagrange Multiplier (Widarjono, 2007).

2. Uji Asumsi Klasik

Dalam analisis menggunakan regresi data panel, tidak semua uji asumsi

klasik digunakan. Ketika suatu data mengkombinasikan antara dimensi cross

section dan time series, akan membawa gangguan dari data cross section yakni

heteroskedastisitas dan gangguan dari data time series yakni autokorelasi (Gujarati

& Porter, 2009:612).

1) Heteroskedastisitas

Page 32: Proposal Penelitian Ian Dwi Heruyanto

32

Gangguan heteroskedastisitas muncul akibat dari digunakannya data cross

section. Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk melakukan uji

heteroskedastistas, namun penulis hanya akan menggunakan uji white karena lebih

mudah untuk diimplementasikan. Hipotesis yang dibangun atas uji white ini adalah:

H0 = Tidak terjadi heteroskedastisitas

H1 = Terjadi heteroskedastisitas

Jika nilai chi-square tidak melebihi nilai chi-square kritis pada tingkat signifikansi

yang dipilih, maka tidak terdapat heteroskedastisitas yang berarti H0 diterima.

Namun bila nilai chi-square melebihi nilai chi-square kritis pada tingkat

signifikansi yang dipilih, maka terdapat heteroskedastisitas yang berarti H0 ditolak.

2) Autokorelasi

Gangguan autokorelasi muncul akibat digunakannya data time series. Ada

beberapa cara untuk mendeteksi gangguan autokorelasi, namun penulis hanya akan

menggunakan uji Durbin-Watson. Uji DW hanya digunakan untuk first order

autocorrelation dan mensyaratkan adanya intercept dalam model regresi serta tidak

ada variabel lag diantara variabel penjelas (Kuncoro, 2004:91). Hipotesis yang

penulis bangun atas uji DW ini adalah:

H0 = Tidak terjadi autokorelasi

H1 = Terjadi autokorelasi

Keputusan untuk melihat terjadi atau tidaknya autokorelasi dapat dilihat dari

besaran nilai DW:

Page 33: Proposal Penelitian Ian Dwi Heruyanto

33

a) Bila nilai DW lebih besar dibanding batas atas (dU), maka tidak terjadi

masalah autokorelasi

b) Bila nilais DW lebih kecil dibanding batas bawah (dL), maka terjadi

masalah autokorelasi

c) Bila nilai DW lebih besar dari batas bawah (dL) namun lebih kecil dari batas

atas (dU) maka tidak dapat disimpulkan.

3. Uji Kelayakan (Goodness of Fit)

Ketepatan fungsi regresi dalam menaksir nilai aktual dapat diukur melalui

nilai goodness of fit-nya (Kuncoro, 2004:81). Uji kelayakan ini digunakan untuk

mengukur tingkat signifikansi hipotesis yang dibangun. Atau secara umum, uji

signifikansi merupakan prosedur, dimana hasil sampel digunakan untuk

membuktikan kebenaran atau kesalahan dari hipotesis nol (H0) (Gujarati & Porter,

2009:115). Uji kelayakan ini dapat diukur dari nilai statistik t, nilai statistik F dan

nilai koefisien determinasinya.

1) Uji signifikansi individual (uji statistik t)

Uji statistik t digunakan untuk melihat pengaruh suatu variabel independen

secara individual terhadap variabel dependen. Keputusan untuk tidak menolak atau

tidak menerima hipotesis nol (H0) adalah berdasarkan nilai dari uji statistik t yang

dilakukan. Untuk melakukan uji statistik t dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu

(Kuncoro, 2004:82):

a) Quick look. Apabila jumlah degree of freedom adalah 20 atau lebih dengan

derajat kepercayaan sebesar 5%, dan nilai t lebih besar dari 2, maka dapat

Page 34: Proposal Penelitian Ian Dwi Heruyanto

34

dinyatakan bahwa variabel independen merupakan penjelas yang signifikan

terhadap variabel dependen.

b) Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel. Apabila

nilai statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibanding nilai t tabel, maka

dapat dinyatakan bahwa variabel independen merupakan penjelas yang

signifikan terhadap variabel dependen.

2) Uji signifikan simultan (uji statistik F)

Uji statistik F digunakan untuk melakukan uji statistik terhadap seluruh

variabel independen, sehingga dapat terlihat apakah seluruh variabel independen

merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Untuk melakukan

uji F dapat ditempuh dengan cara berikut (Kuncoro, 2004: 83):

a) Quick look. Bila nilai F lebih besar dari 4 pada ditingkat kepercayaan 5%,

maka dapat diambil keputusan bahwa variabel independen secara bersama-

sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

b) Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel.

Apabila nilai hitung F lebih besar daripada nilai F tabel, maka dapat diambil

keputusan bahwa variabel independen secara serentak berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen.

3) Koefisien determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model untuk menerangkan kemampuan variabel independen dalam

menjelaskan variabel dependen. Nilai dari koefisien determinasi berkisar diantara

nol hingga satu. Semakin kecil nilai R2 (mendekati angka 0) berarti kemampuan

Page 35: Proposal Penelitian Ian Dwi Heruyanto

35

model untuk menerangkan kemampuan variabel independen dalam memengaruhi

variabel dependen sangat terbatas. Namun bila nilai R2 mendekati angka satu,

berarti variabel independen mampu memberikan informasi yang cukup banyak

untuk menjelaskan variabel dependen. Menurut Insukindro, koefisien determinasi

hanyalah salah satu dan bukan satu-satunya kriteria dalam memilih model yang

baik. Alasannya, bila suatu estimasi regresi linier menghasilkan koefisien

determinasi yang tinggi, tetapi tidak konsisten dengan teori ekonomika yang dipilih

oleh peneliti, atau tidak lolos dari uji asumsi klasik, maka model tersebut bukanlah

model penafsir yang baik dan seharusnya tidak dipilih sebagai model empirik

(Istyaningsih, 2015:756).

Kelemahan yang mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias

terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model. Setiap

tambahan dari satu variabel independen maka R2 pasti meningkat dengan tidak

peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap

variabel dependen (Kuncoro, 2004: 84). Sehingga dalam penelitian ini, peneliti

akan menggunakan nilai dari adjusted R2 untuk mengukur nilai koefisien

determinasi.

I. Daftar Rencana Sistematika Pembahasan

Dalam penelitian ini, daftar rencana penulisan skripsi terdiri atas lima bab,

masing-masing uraian yang secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, pokok masalah, tujuan

dan kegunaan penelitian dan sistematika pembahasan.

Page 36: Proposal Penelitian Ian Dwi Heruyanto

36

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini memuat telaah pustaka, kerangka teoritik dan hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN

Dalam bab ini terdiri dari deskripsi dan analisis

BAB V PENUTUP

Berisikan tentang kesimpulan, saran-saran dan dilengkapi dengan bibiografi.

J. Bilbiografi

Buku:

Agus Widarjono. (2007). Ekonometrika: Teori dan Aplikasi Untuk Ekonomi dan

Bisnis, (3rd ed.) . Yogyakarta: Ekonisia FE UII.

Agus Widarjono. (2009). Ekonometrika Pengantar dan Aplikasi. Yogyakarta:

Ekonisia FE UII.

Damodar N. Gujarati, & D.J. Porter. (2009). Basic Econometrics. New York: The

McGraw-Hill Companies.

djpk.kemenkeu.go.id. (n.d.). Grand Design Desentralisasi Fiskal Indonesia.

Gregory N. Mankiw. (2006). Makroekonomi Edisi Keenam terjemahan dari

MAcroeconomics sixth editon. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Guritno Mangkoesoebroto. (1993). Ekonomi Publik Edisi Ketiga. Yogyakarta:

BPFE Yogyakarta.

Ibnu Khaldun. (1986). muqaddimah. Jakarta : Pustaka Firdaus.

Lincoln Arsyad. (2010). Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Unit Penerbit dan

Percetakan STIM Yogyakarta.

LPEM-UI, MPKP-FEUI,Ditjen PKPD-Dep. Keuangan. (2002). Dana Alokasi

Umum Konsep, Hambatan dan Prospek di Era Otonomi Daerah. Jakarta:

PT Kompas Media Nusantara.

M. Jhingan. (2013). Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, terjemahan dari

buku The Economics of Development and Planning. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada.

Page 37: Proposal Penelitian Ian Dwi Heruyanto

37

M. Misanam, P. Suseno, & M. Bhekti Hendrieanto. (2008). Ekonomi Islam. Jakarta:

PT RajaGrafindo Persada.

M. Nur Rianto Al Arif. (2010). Teori Makroekonomi Islam Konsep, Teori dan

Analisis. Bandung: Penerbit Alfabeta.

M. Umer Chapra. (2001). Masa Depan Ilmu Ekonomi: Sebuah Tinjauan Islam,

Terjemahan dari The Future of Economics: An Islamic Perspective. Jakarta:

Gema Insani Press.

Mohammad Khusaini. (2006). Ekonomi Publik, Desentralisasi Fiskal dan

Pembangunan Daerah. Malang: Badan Penerbit Fakultas Ekonomi

Universitas Brawijaya.

Mudrajad Kuncoro. (2004). Metode Kuantitatif . Yogyakarta: Unit Penerbit dan

Percetakan AMP YKPN.

Mudrajad Kuncoro. (2004). Otonomi dan Pembangunan Daerah- Reformasi,

Perencanaan, Strategi, dan Peluang. Jakarta: Erlangga.

Pheni Chalid. (2005). Otonomi Daerah Masalah Pemberdayaan dan Konflik.

Jakarta: Kemitraan.

Jurnal:

Budi Sntosa. (2013). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan

Daerah terhadap Pertumbuhan Pengangguran dan Kemiskinan 33 Provinsi

di Indonesia. Jurnal Keuangan dan Bisnis.

Dwi Sundi Marliyanti, Sudarsana Arka. Pengaruh PDRB Terhadap Pajak Daerah

dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Denpasar. Jurnal EP Unud ISSN:

2303-0178, 265-271.

Encen, Irianto, L. B., & Purwaningdyah MW. (2012). Desentralisasi Fiskal

Penerimaan Keuangan Daerah. Jurnal Ilmu Administrasi Negara.

Gde Bhaskara Perwira Jaya, A. Bagus Putu Widanta. Analisis Faktor-Faktor Yang

Berpengaruh Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bali. Jurnal

EP Unud, 3 (5): 201-208.

Istyanigsih, R. (2015). Studi Perilaku Tentang Pengaruh karakteristik nasabah bank

dalam memilih deposito berjangka. Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume 5 No.

1:756.

M. Rizal Mubaroq, Sutyastie S. Remi, Bagdja Muljarijadi. (2013) Pengaruh

Investasi Pemerintah, Tenaga Kerja, dan Desentralisasi Fiskal terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten di Indonesia Tahun 2007-2010. Jurnal

Ekonomi Pembangunan Vol. 8 No. 1.

Putu Lia Perdana Sari. (2013). Analisis Variabel-Variabel yang Mempengaruhi

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Bali. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan

Humanika.

Page 38: Proposal Penelitian Ian Dwi Heruyanto

38

Skripsi dan Tesis:

Adi Raharjo. (2006). Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Investasi Swasta dan

Angkatan Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahun 1982-2003 (Studi

Kasus di Kota Semarang).Tesis. Universitas Diponegoro.

Akaina Hana Ina Negara. (2010). Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Prediksi Belanja Daerah (Studi

Empirik pada Kabupaten/Kota di Jawa Timur). Skripsi. Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

Mochammad Rizky Azzumar. (2011). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana,

Investasi Swasta, Tenaga Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Era

Desentralisasi Fiskal Tahun 2005-2009 (Studi Kasus Kabupaten/Kota

Provinsi Jawa Tengah). Skripsi. Universitas Diponegoro.

Umdatul Husna. (2015). Pengaruh PDRB, Inflasi, Pengeluaran Pemerintah

Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Daerah Kota se-Jawa Tengah. Skripsi.

Universitas Diponegoro.

Yeni Kurnawati Gitaningtyas. (2014). Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto,

Jumlah Penduduk, dan Inflasi Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah

pada Kabupaten/ Kota di Provinsi Jawa Timur. Skripsi. Universitas Jember.