proposal dwi afrikasari (a1d012011)

42
PROPOSAL PENELITIAN Pengaruh Pemberian Estrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) Terhadap Tingkat Kesuburan Mencit Betina (Mus musculus) Dewasa OLEH: DWI AFRIKAASARI

Upload: annisa-pe-we

Post on 21-Dec-2015

6 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

proposal penelitian

TRANSCRIPT

PROPOSAL PENELITIAN

Pengaruh Pemberian Estrak Buah Mahkota Dewa

(Phaleria macrocarpa) Terhadap Tingkat Kesuburan Mencit

Betina (Mus musculus) Dewasa

OLEH:

DWI AFRIKAASARI

A1D012011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGIJURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS BENGKULU

2014

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infertilitas adalah salah satu masalah yang paling serius yang dihadapi

oleh beberapa orang di seluruh dunia, citra seorang perempuan apabila telah

menikah namun lambat mempunyai anak dapat di cap sebagai perempun yang

mandul, namun secara pengkajian ilmu biologi, ungkapan tersebut sangatlah

tidak masuk akal, karena banyak faktor yang dapat menyebabkan lambatnya

terjadi pembuahan saat fertilisasi, salah satunya terdapat gangguan dari ovum

yang dihasilkan oleh perempuan tersebut maupun secara hormonal yang

mempengaruhi pembentukan ovum .

Gangguan hormonal dapat menyebabkan gangguan dalam proses

perkembangan dan pembentukan sel benih (ovum) melalui proses oogenesis.

Oogenesis ini terjadi didalam ovarium melalui tahapan-tahapan tertentu dan

dikendalikan oleh hormonal, terutama hormon gonadotropin Folicle Stimulating

Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH). FSH berfungsi untuk

merangsang perkembangan folikel di dalam ovarium sampai terjadi ovulasi, dan

LH juga berperan dalam perkembangan korpus luteum, sedangkan LTH berfungsi

untuk mempertahankan dan merangsang korpus luteum untuk menghasilkan

hormon progesteron ( Ganong, 2001 ).

Ketidakseimbangan sistem reproduksi yang ditimbulkan dapat berupa

gangguan atau supresi ovulasi. Gangguan reproduksi yang terjadi dapat berupa

gangguan menstruasi yang meliputi keterlambatan menarche, fase luteal yang

singkat dan tidak adekuat, bahkan terjadi amenorrhea sekunder. Hal ini dapat

menyebabkan terjadinya infertil yang reversibel (Arsyad, 2007).

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana pengaruh pemberiaan ekstrak buah Mahkota Dewa (Phaleria

macrocarpa) terhadap tingkat kesuburan mencit betina (Mus musculus)

dewasa

b. Bagaimana pengaruh pemberian dosis buah Mahkota Dewa (Phaleria

macrocarpa) yang berbeda terhadap tingkat kesuburan mencit betina (Mus

musculus) dewasa

1.3 Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak buah Mahkota Dewa

(Phaleria macrocarpa) terhadap tingkat kesuburan mencit betina (Mus

musculus) dewasa.

b. Untuk mengetahui pengaruh pemberian dosis yang berbeda dari ekstrak buah

Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap tingkat kesuburan mencit

betina (Mus musculus) dewasa

1.4 Manfaat Penelitian

a. Manfat Dibidang Ilmu Pengetahuan

1. Memberikan pengetahuan tentang pengaruh ekstrak ekstrak buah mahkota

Dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap tingkat kesuburan mencit betina

(Mus musculus) dewasa

2. Menyumbangkan gagasan terbaru terkait penelitian yang dapat digunakan

sebagai referensi penelitian selanjutnya

b. Manfaat Bagi Masyarakat

Membantu memecahkan permasalahan terkait kurang suburnya seorang

wanita dengan pengaruh ekstrak mahkota dewa (Phaleria macrocarpa)

sehingga dapat mengurangi tingginya tingkat kemandulan.

1.5 Keaslian Penelitian

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Dwi Afrikasari

NIM : A1D012011

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah saya yang berjudul

“Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa)

Terhadap kadar Estrogen dan Progesteron Pada Proses Oogenesis Mencit

Dewasa” adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali kutipan yang sudah saya

sebutkan sumbernya, yang melanjutkan penelitian dari Parhizkar, Saadat dkk.

2013. Effect of Phaleria macrocarpa on Sperm Characteristics in Adult Rats.

Malaysia: YUMS dengan menggantikan pengaruh ekstrak buah Mahkota Dewa

(Phaleria macrocarpa) terhadap tingkat kesuburan mencit betina (Mus musculus)

dewasa, belum pernah diajukan pada institusi mana pun, dan bukan karya

jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai

dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan

dan paksaan dari pihak mana pun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika

ternyata pernyataan ini tidak benar.

Bengkulu, Oktober 2014

Yang menyatakan,

Dwi Afrikasari

NIM : A1D012011

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 proses oogenesisSistem reproduksi wanita meliputi organ reproduksi dan proses oogenesis,

fertilisasi, kehamilan dan persalinan. Organ reproduksi atau organ kelamin wanita

terdiri dari organ reproduksi dalam dan organ reproduksi luar. Kedua organ

tersebut tidak terpisah satu sama lain.

Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium.

Oogenesis dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur yang disebut oogonia

(tunggal: oogonium). Pembentukan sel telur pada manusia dimulai sejak di dalam

kandungan, yaitu di dalam ovari fetus perempuan. Pada akhir bulan ketiga usia

fetus, semua oogonia yang bersifat diploid telah selesai dibentuk dan siap

memasuki tahap pembelahan. Semula oogonia membelah secara mitosis

menghasilkan oosit primer. Pada perkembangan fetus selanjutnya, semua oosit

primer membelah secara miosis, tetapi hanya sampai fase profase. Pembelahan

miosis tersebut berhenti hingga bayi perempuan dilahirkan, ovariumnya mampu

menghasilkan sekitar 2 juta oosit primer mengalami kematian setiap hari sampai

masa pubertas. Memasuki masa pubertas, oosit melanjutkan pembelahan miosis I.

hasil pembelahan tersebut berupa dua sel haploid, satu sel yang besar disebut

oosit sekunder dan satu sel berukuran lebih kecil disebut badan kutub primer. 

Pada tahap selanjutnya, oosit sekunder dan badan kutub primer akan

mengalami pembelahan miosis II. Pada saat itu, oosit sekunder akan membelah

menjadi dua sel, yaitu satu sel berukuran normal disebut ootid dan satu lagi

berukuran lebih kecil disebut badan polar sekunder. Badan kutub tersebut

bergabung dengan dua badan kutub sekunder lainnya yang berasal dari

pembelahan badan kutub primer sehingga diperoleh tiga badan kutub sekunder.

Ootid mengalami perkembangan lebih lanjut menjadi ovum matang, sedangkan

ketiga badan kutub mengalami degenerasi (hancur). Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa pada oogenesis hanya menghasilkan satu ovum.

Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon yang

dihasilkan kelenjar hipofisis yaitu:

a. LH (Luteinizing Hormone) merangsang sel Leydig untuk menghasilkan

hormon testosteron. Pada masa pubertas, androgen/testosteron memacu

tumbuhnya sifat kelamin sekunder.

b. FSH (Folicle Stimulating Hormone) merangsang sel Sertoli untuk

menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan memacu

spermatogonium untuk memulai proses spermatogenesis. Proses

pemasakan spermatosit menjadi spermatozoa disebut spermiogenesis.

Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan membutuhkan waktu

selama 2 hari.

Saat wanita mengalami pubertas, hipofisis akan menghasilkan Follicle

Stimulating Hormone (FSH) dan oosit primer melanjutkan proses meiosis I.

Pembelahan meiosis ini menghasilkan dua sel yang ukurannya tidak sama. Sel

yang berukuran besar disebut oosit sekunder dan yang kecil disebut badan

polarpertama. Perhatikan Oosit sekunder dikelilingi oleh folikel. Di bawah

pengaruh FSH, folikel-folikel ini membelah berkali-kali dan membentuk folikelde

Graaf (folikel yang sudah masak) yang di antaranya mempunyai rongga.

Selanjutnya, sel-sel folikel memproduksi estrogen yang merangsang hipofisis

untuk menyekresikan Luteinizing Hormone (LH). LH berfungsi memacu

terjadinya ovulasi. Saat menjelang ovulasi ini, meiosis I selesai. Oosit sekunderdan

badan polarpertama melanjutkan pembelahan dengan melakukan meiosis II dan

berhenti pada metafase II. Selanjutnya, oosit sekunder dilepas dari ovarium dan

ditangkap oleh fimbriae dan dibawa ke oviduk. Pelepasan oosit sekunder di

ovarium dikenal dengan istilah ovulasi. LH membuat sel-sel folikel berkembang

menjadi korpus luteum.

Proses Oogenesis :

a.     Sel-Sel Kelamin Primordial

Sel-sel kelamin primordial mula-mula terlihat di dalam ektoderm

embrional dari saccus vitellinus, dan mengadakan migrasi ke epitelium

germinativum kira-kira pada minggu ke 6 kehidupanintrauteri (dalam

kandungan). Masing-masing sel kelamin primordial

(oogonium) dikelilingi olehsel-sel pregranulosa yang melindungi

dan memberi nutrien oogonium dan secara bersama-samamembentuk  folikel

primordial.

b.     Folikel Primordial

Folikel primordial mengadakan migrasi ke stroma cortex ovarium dan

folikel ini dihasilkan sebanyak 200.000 buah. Sejumlah folikel primordial

berupaya berkembang selama kehidupan intrauteri dan selama masa kanak-

kanak, tetapi tidak satupun mencapai pemasakan. Pada waktu pubertas satu

folikel dapat menyelesaikan proses pemasakan dan disebut folikel de

graaf dimana didalamnya terdapat sel kelamin yang disebut oosit primer.

c.     Oosit Primer

Inti (nukleus) oosit primer mengandung 23 pasang kromosom (2n).

Satu pasang kromosom merupakan kromosom yang menentukan jenis

kelamin, dan disebut kromosom XX. Kromosom-kromosom yang lain disebut

autosom. Satu kromosom terdiri dari dua kromatin. Kromatin membawa gen-

gen yang disebut DNA.

d.     Pembelahan Meiosis Pertama

Meiosis terjadi di dalam ovarium ketika folikel de Graaf mengalami

pemasakan dan selesai sebelum terjadi ovulasi. Inti oosit atau ovum membelah

sehingga kromosom terpisah dan terbentuk dua set yang masing-masing

mengandung 23 kromosom. Satu set tetap lebih besar dibanding yang lain

karena mengandung seluruh sitoplasma, sel ini disebut oosit skunder. Sel yang

lebih kecil disebut badan polar pertama. Kadang-kadang badan polar primer

ini dapat membelah diri dan secara normal akan mengalami degenerasi.

Pembelahan meiosis pertama ini menyebabkan adanya kromosom haploid

pada oosit sekunder dan badan polar primer, juga terjadi pertukaran kromatid

dan bahan genetiknya.

e.     Oosit Sekunder

Pembelahan meiosis kedua biasanya terjadi hanya apabila kepala

spermatozoa menembus zonapellucida oosit. Oosit sekunder membelah

membentuk ootid yang akan berdiferensiasi menjadi ovum dan satu badan

polar lagi, sehingga terbentuk tiga badan polar dan satu ovum masak, semua

mengandung bahan genetik yang berbeda. Ketiga badan polar tersebut secara

normal mengalami degenerasi. Ovum yang masak yang telah mengalami

fertilisasi mulai mengalami perkembangan embrional.

2.2 HormonPengaruh hormon dalam oogenesis

Kelenjar hipofisis menghasilkan hormon FSH yang merangsang

pertumbuhan sel-sel folikel di sekeliling ovum. Ovum yang matang diselubungi

oleh sel-sel folikel yang disebut Folikel de Graaf, Folikel de Graaf

menghasilkan hormon estrogen. Hormon estrogen merangsang kelenjar hipofisis

untuk mensekresikan hormon LH, hormon LH merangsang terjadinya ovulasi.

Selanjutnya folikel yang sudah kosong dirangsang oleh LH untuk menjadi badan

kuning atau korpus luteum. Korpus luteum kemudian menghasilkan hormon

progresteron yang berfungsi menghambat sekresi FSH dan LH. Kemudian korpus

luteum mengecil dan hilang, sehingga akhirnya tidak membentuk progesteron

lagi, akibatnya FSH mulai terbentuk kembali, proses oogenesis mulai kembali.

Gangguan hormonal dapat menyebabkan gangguan dalam proses

perkembangan dan pembentukan sel benih (ovum) melalui proses oogenesis.

Oogenesis ini terjadi didalam ovarium melalui tahapan-tahapan tertentu dan

dikendalikan oleh hormonal, terutama hormon gonadotropin Folicle Stimulating

Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH). FSH berfungsi untuk

merangsang perkembangan folikel di dalam ovarium sampai terjadi ovulasi, dan

LH juga berperan dalam perkembangan korpus luteum, sedangkan LTH berfungsi

untuk mempertahankan dan merangsang korpus luteum untuk menghasilkan

hormon progesteron ( Ganong, 2001 ).

Secara normal GnRH disekresi dalam pulsasi yang episodik. Hal

ini penting bagi sekresi normal FSH dan LH (Ganong, 2001). Pada penelitian

dapat ditunjukkan bahwa perubahan sekresi FSH dan LH memerlukan

pengeluaran GnRH secara pulsatil dengan frekuensi amplitudo dalam batas kritis.

Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian pada kera yang diberi 1 mikrogram

GnRH/menit untuk setiap jamnya (1 pulsasi/jam) menghasilkan konsentrasi

GnRH dalam darah portal manusia ± 2 mikrogram/ml. Kenaikan frekuensi

pulsasi GnRH menjadi 2 dan 5 pulsasi/jam akan menghentikan sekresi

gonadotropin. Sekresi gonadotropin juga akan turun bila dosis GnRH dinaikkan

(Speroff, 1994).

Fungsi gonadal axis dapat berubah di bawah kondisi tertentu seperti

stresor fisik, bahan kimia, dan psikologis. stresor ini dapat menyebabkan

terjadinya ketidakseimbangan pada Hipotalamus-hipofisis-ovarian axis.

Ketidakseimbangan sistem reproduksi yang ditimbulkan dapat berupa gangguan

atau supresi ovulasi. Gangguan reproduksi yang terjadi dapat berupa gangguan

menstruasi yang meliputi keterlambatan menarche, fase luteal yang singkat dan

tidak adekuat, bahkan terjadi amenorrhea sekunder. Hal ini dapat menyebabkan

terjadinya infertil yang reversibel (Arsyad, 2007).

Dua hormon gonadotropin FSH (Follicle-stimulating hormone) dan LH

(Luteinizing hormone) disekresikan oleh hipofisis anterior, melalui stimulasi

Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) dari hipotalamus (Ganong, 2001).

Hormon gonadotropin ini juga menggiatkan pertumbuhan praovulasi

dan sekresi estrogen dan progesteron, yang memiliki mekanisme umpan balik

terhadap hipotalamus (Turner, Bagnara, 1976). Dari kerja fisiologis endokrinal

inilah diduga bahwa MSG dapat menimbulkan kerusakan pada sistem dan organ

reproduksi

.

2.3 Tanaman Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpoa)

a. Klasifikasi Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpoa)

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Rosidae

Ordo : Myrtales

Family : Thymelaeaceae 

Genus : Phaleria

Species : Phaleria macrocarpa

c. Deskripsi tumbuhan Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa)

Tumbuhan berbentuk pohon, berumur panjang (perenial), tinggi 1 - 2,5

m. Akar tunggang. Batang berkayu, silindris, tegak, warna cokelat, permukaan

kasar, percabangan simpodial, arah cabang miring ke atas. Daun tunggal,

bertangkai pendek, tersusun berhadapan (folia oposita), warna hijau tua,

bentuk jorong hingga lanset, panjang 7 - 10 cm, lebar 2 - 2,5 cm, helaian daun

tipis, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip (pinnate),

permukaan licin, tidak pernah meluruh Bunga tunggal, muncul di sepanjang

batang dan ketiak daun, bertangkai pendek, mahkota berbentuk tabung

(tubulosus) - berwarna putih Buah bulat, panjang 3 - 5 cm, buah muda

berwarna hijau - setelah tua menjadi merah, bentuk dengan biji bulat, keras -

berwarna cokelat, daging buah berwarna putih - berserat dan berair

Perbanyaan Generatif (biji) (sumber: Plantamor).

c. Kandungan Kimia Tanaman Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa)

Menurut Harmanto (2001) buah mahkota dewa mengandung alkaloid,

saponin, flavonoid, dan polifenol dan ekstrak daunnya dapat memberikan efek

antihistamin (Siswono, 2001). Secara invitro dan metode Magnus yang

dimodifikasi pada berbagai ekstrak daun buah muda, buah tua mahkota dewa

mampu menurunkan kontraksi histamin murni pada ileum marmot terisolasi.

Mahkota dewa juga memberikan efek terhadap uterus, efek sitosik pada sel

kanker rahim, efek hipoglikemik, hepatoprotektor, antiinflamasi,

histopatologik pada hati, ginjal, lambung, ovarium, uterus, pankreas, serta

antibakteri.

Menurut Utami (2003), pada ekstrak metanol biji mahkota dewa

ditemukan senyawa flavonoid dari golongan khalkon. Biji mahkota dewa juga

mengandung 3 asam lemak yang terdiri dari asam palmitat, asam oleat, dan

asam linoleat (Astuti, 2006). Sedangkan Kulit buahnya mengandung flavonoid

dan ekstrak kloroformnya juga ditemukan senyawa alkaloid dan terpenoid.

Hasil uji toksisitas terhadap daun mahkota dewa pada ekstrak kloroform,

metanol, dan air mengandung senyawa aktif berupa terpenoid (Pratiwi, 2002).

Berdasarkan hasil identifikasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada

ekstrak metanol daun ditemukan senyawa flavon (Istiningrum, 2003). Dengan

metode yang sama juga ditemukan adanya tannin (Retnita, 2006). Nawawi

(2004) menemukan komponen utama ekstrak etanol daun mahkota dewa

berupa kristal putih kekuningan, dan tidak berbau dengan jarak lebur 200-

203oC merupakan senyawa benzofenon glukosida.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat

Alat untuk pemeliharaan hewan coba antara lain kandang hewan dari kotak

plastik, botol minuman hewan coba, kawat penutup kandang dan ekam untuk alas

kandang, sentrifugasi dan alat penimbang berat badan mencit (Mus musculus)

3.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit (Mus musculus),

jantan dan betina, dan buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa).

3.3 Lokasi

Pendopo Sains Pendidikan Biologi Universitas Bengkulu.

3.4 Cara Kerja

1. Ekstaksi buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa)

Buah-buahan segar yang disediakan diperoleh dari rumah-rumah

warga yang memiliki tanaman Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa). 250 g

kering buah mahkota dewa irisan direndam dalam 4L air panas direbus

sampai air menjadi setengah. Setelah itu, larutan campuran disaring dan

filtratnya disentrifugasi pada 3000rpm untuk 15minutes. Supernatan beku-

kering untuk mendapatkan bentuk kristal atau bubuk ekstrak. Bubuk ekstrak

dibobot dan disimpan dalam freezer pada -20 ° C untuk kemudian digunakan.

Proses ekstraksi diulang sampai sekitar 3 kg irisan buah kering diekstraksi.

2. Perlakuan terhadap mencit (Mus musculus)

Aklimatisasi dilakukan selama tujuh hari, kemudian hewan coba

dikelompokkan menjadi tiga kelompok (masing-masing empat ekor), yaitu:

a. kelompok kontrol (mendapatkan sonde akuades selama penelitian)

b. kelompok uji 1 (mencit (Mus musculus) yang mendapat mahkota

dewa 9%)

c. kelompok uji II (mencit (Mus musculus) yang mendapat mahkota

dewa 13,5%).

Induksi uji dilakukan dengan cara: hewan coba dipuasakan selama satu

malam (10-12 jam). Pemberian ekstrak diberikan sebanyak satu minggu

sekali dan melakukan penelitian selama empat minggu, setiap pemberian

ekstrak Phaleria macrocarpa selalu dilakukan penimbangan berat badan.

Setelah empat minggu pasca induksi akan terjadi perubahan pada sistem

reproduksi tikus putih betina dewasa. Pada akhir penelitian dilakukan

perkawinan, baik kepada perlakuan kontrol maupun hewan uji.

3.5 Rencana Analsis DataData hasil penelitian akan dianalisis menggunakan program pengolah data

statistic, serta menggunakan tabel pengamatan:

kelompok pasangan Waktu kehamilan setelah

perkawinan

Tidak terjadi

kehamilan

Minggu

pertama

Minggu

kedua

Kontrol 1

2

Uji I 3

4

Uji II 5

6

3.5 Jadwal Kegiatan

Kegiatan November Desember Januari

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pembuatan Proposal

V

Seminar Proposal

V

Persiapan alat dan bahan

V

Melakukan penelitian

V

Menyimpulkan hasil penelitian

V

Daftar Pustaka

https://www.google.com/webhp?sourceid=chrome-instant&ion=1&espv=2&ie=UTF-

8#q=gambar%20mencit . diakses: 26 Oktober 2014, 20.00 wib

http://www.plantamor.com/index.php?plant=977. Diakses: 26 Oktober 2014, 16.00

wib

Maidawilis. 2010. Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamat Terhadap Kadar

Follicle Stimulating Hormon dan Luteinizing Hormon Mencit (Mus

musculus) Betina Strain Jepang. Padang: UNAND

Parhizkar, Saadat dkk. 2013. Effect of Phaleria macrocarpa on Sperm Characteristics

in Adult Rats. Malaysia: YUMS

Sulistyoningrum, Evy dkk. 2012. Infusa Daging Buah Mahkota Dewa Memperbaiki

Kerusakan Testis dan Parameter Sperma Tikus Diabetik. Purwokerto: FKIP

Kedokteran

LAMPIRAN

Mencit (Mus musculus)

Buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) oogenesis

Proses ovulasi

Sumber gambar: google. com