lap. pkl ian

24
I. PENDAHULUAN Gambaran Umum Perusahaan Tidak dapat dipungkiri bahwa UMKM dalam masa-masa krisis moneter antara tahun 1997 sampai dengan tahun 2002 yang lalu berperan menjadi katup pengaman yang berperanan sangat besar dalam penyembuhan perekonomian nasional (national economics recovery). Kemampuan UMKM ini merupakan konsekuensi logis dari potensi dan kemampuan kompetitif UMKM yang sangat strategis dalam menghadapi gejolak perekonomian dunia. Keberadaan UMKM mencerminkan wujud nyata kehidupan sosial dan ekonomi bagian terbesar dari rakyat Indonesia. Besarnya peranan UMKM dalam mendukung perekonomian nampaknya tidak sejalan dengan perkuatan dan atau pemberdayaan UMKM sendiri. Kenyataan ini terlihat dari berbagai sinyalemen yang menunjukkan rendahnya kepedulian dan komitmen sementara pihak untuk memberdayakan UMKM dalam rangka mendukung pembangunan nasional. Indikasi nyata dari sinyalemen tersebut adalah masih rendahnya komitmen lembaga perbankan terhadap kesulitan akses permodalan UMKM sehingga sampai dengan akhir tahun 2006. Jumlah kredit perbankan yang dikucurkan untuk UMKM masih kurang dari 20% (hanya Rp. 123 triliun) dari jumlah kredit perbankan yang dikucurkan pada dunia usaha yang diperkirakan mencapai Rp. 976 triliun. Satu satunya lembaga yang mencucurkan 84,87% pinjamannya untuk

Upload: beth-cooper

Post on 04-Jul-2015

68 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lap. PKL ian

I. PENDAHULUAN

Gambaran Umum Perusahaan

Tidak dapat dipungkiri bahwa UMKM dalam masa-masa krisis moneter antara tahun

1997 sampai dengan tahun 2002 yang lalu berperan menjadi katup pengaman yang

berperanan sangat besar dalam penyembuhan perekonomian nasional (national

economics recovery). Kemampuan UMKM ini merupakan konsekuensi logis dari potensi

dan kemampuan kompetitif UMKM yang sangat strategis dalam menghadapi gejolak

perekonomian dunia. Keberadaan UMKM mencerminkan wujud nyata kehidupan sosial

dan ekonomi bagian terbesar dari rakyat Indonesia. Besarnya peranan UMKM dalam

mendukung perekonomian nampaknya tidak sejalan dengan perkuatan dan atau

pemberdayaan UMKM sendiri. Kenyataan ini terlihat dari berbagai sinyalemen yang

menunjukkan rendahnya kepedulian dan komitmen sementara pihak untuk

memberdayakan UMKM dalam rangka mendukung pembangunan nasional. Indikasi

nyata dari sinyalemen tersebut adalah masih rendahnya komitmen lembaga perbankan

terhadap kesulitan akses permodalan UMKM sehingga sampai dengan akhir tahun 2006.

Jumlah kredit perbankan yang dikucurkan untuk UMKM masih kurang dari 20% (hanya

Rp. 123 triliun) dari jumlah kredit perbankan yang dikucurkan pada dunia usaha yang

diperkirakan mencapai Rp. 976 triliun. Satu satunya lembaga yang mencucurkan

84,87% pinjamannya untuk membantu permodalan UMKM adalah perum

pegadaian dan pada tahun 1998 berdirilah pengadaian syariah.

Adapun beberapa produk yang ditawarkan oleh pengadaian, yaitu :

A. Bisnis Inti

1. KCA (Kredit Cepat Aman)

KCA adalah layanan kredit berdasarkan hukum gadai dengan pemberian pinjaman

mulai dari Rp. 20.000,- sampai dengan Rp. 200.000.000,-. Jaminannya berupa barang

bergerak, baik barang perhiasan emas dan berlian, peralatan elektronik, kendaraan

maupun alat rumah tangga lainnya. Jangka waktu kredit maksimum 4 bulan atau 120

Page 2: Lap. PKL ian

hari dan pengembaliannya dilakukan dengan membayar uang pinjaman dan sewa

modalnya.

B. Bisnis Non Inti

2. Kreasi (Kredit Angsuran Fidusia)

Layanan ini ditujukan kepada pengusaha mikro dan kecil sebagai alternatif

pemenuhan modal usaha dengan penjaminan secara fidusia dan pengembalian

pinjamannya dilakukan melalui angsuran. Kredit Kreasi merupakan modifikasi dari

produk lama yang sebelumnya dikenal dengan nama Kredit Kelayakan Usaha

Pegadaian. Agunan yang diterima saat ini adalah BPKB kendaraan bermotor (mobil

atau sepeda motor).

3. Krasida (Kredit Angsuran Sistem Gadai)

Merupakan pemberian pinjaman kepada para pengusaha mikro-kecil (dalam rangka

pengembangan usaha) atas dasar gadai yang pengembalian pinjamannya dilakukan

melalui angsuran.

4. Krista (Kredit Usaha Rumah Tangga)

Merupakan pemberian pinjaman kepada ibu-ibu kelompok usaha rumah tangga

sangat mikro yang membutuhkan dana dalam bentuk pinjaman modal kerja yang

pengembalian pinjamannya dilakukan melalui angsuran.

5. Kremada (Kredit Perumahan Swadaya)

Merupakan pemberian pinjaman kepada masyarakat berpenghasilan rendah untuk

membangun atau memperbaiki rumah dengan pengembalian secara angsuran.

Pendanaan ini merupakan kerja sama dengan Menteri Perumahan Rakyat.

6. KTJG (Kredit Tunda Jual Gabah)

Diberikan kepada para petani dengan jaminan gabah kering giling. Layanan kredit ini

ditujukan untuk membantu para petani pasca panen agar terhindar dari tekanan akibat

fluktuasi harga pada saat panen dan permainan harga para tengkulak.

7. Investa (Gadai Efek)

Gadai Efek merupakan pemberian pinjaman kepada masyarakat dengan agunan

berupa saham dengan sistem gadai.

Page 3: Lap. PKL ian

8. Kucica (Kiriman Uang Cara Instan, Cepat dan Aman)

Adalah produk pengiriman uang dalam dan luar negeri yang bekerjasama dengan

Western Union.

9. Kagum (Kredit Serba Guna untuk Umum)

Merupakan layanan kredit yang ditujukan bagi pegawai berpenghasilan tetap.

10. Jasa Taksiran dan Jasa Titipan

Jasa Taksiran adalah pemberian pelayanan kepada masyarakat yang ingin mengetahui

seberapa besar nilai sesungguhnya dari barang yang dimiliki seperti emas, berlian,

batu permata dan lain-lain. Jasa Titipan adalah pelayanan kepada masyarakat yang

ingin menitipkan barang-barang atau surat berharga yang dimiliki terutama bagi

orang-orang yang akan pergi meninggalkan rumah dalam waktu lama, misalnya

menunaikan ibadah haji, pergi keluar kota atau mahasiswa yang sedang berlibur.

11. Rahn (Gadai Syariah)

Rahn adalah produk jasa gadai yang berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah

dengan mengacu pada sistem administrasi modern.

12. Arrum (Ar-Rahn untuk Usaha Mikro Kecil)

Adalah produk dengan konstruksi penjaminan fidusia untuk pengusaha mukro-kecil

dengan prinsip syariah.

13. Mulia (Murabahah Logam Mulia untuk Investasi Abadi)

Adalah penjualan logam mulia oleh Pegadaian kepada masyarakat yang berminat

untuk berinvestasi pada emas secara tunai dan angsuran. Emas yang telah dibeli dari

produk Mulia ini dapat diperjualbelikan kembali di Bursa Mulia apabila di kemudian

hari membutuhkan uang dalam waktu yang singkat.

Page 4: Lap. PKL ian

Sejarah Pengadaian

Era Kolonial

Sejarah Pengadaian dimulai pada saat Pemerintah Belanda (VOC) mendirikan

Bank van Leening yaitu lembaga keuangan yang memberikan kredit dengan sistem gadai,

lembaga ini pertama kali didirikan di Batavia pada tanggal 20 Agustus 1746.

Ketika Inggris mengambil alih kekuasaan Indonesia dari tangan Belanda (1811-1816),

Bank Van Leening milik pemerintah dibubarkan, dan masyarakat diberi keleluasaan

untuk mendirikan usaha pegadaian asal mendapat lisensi dari Pemerintah Daerah

setempat ("liecentie stelsel"). Namun metode tersebut berdampak buruk pemegang lisensi

menjalankan praktek rentenir atau lintah darat yang dirasakan kurang menguntungkan

pemerintah berkuasa (Inggris). Oleh karena itu metode "liecentie stelsel" diganti menjadi

"pacth stelsel" yaitu pendirian pegadaian diberikan kepada umum yang mampu

membayar pajak yang tinggi kepada pemerintah.

Pada saat Belanda berkuasa kembali, pacth stelsel tetap dipertahankan dan menimbulkan

dampak yang sama. Pemegang hak ternyata banyak melakukan penyelewengan dalam

menjalankan bisnisnya. Selanjutnya pemerintah Hindia Belanda menerapkan apa yang

disebut dengan "cultuur stelsel" di mana dalam kajian tentang pegadaian saran yang

dikemukakan adalah sebaiknya kegiatan pegadaian ditangani sendiri oleh pemerintah

agar dapat memberikan perlindungan dan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan

Staatsblad No. 131 tanggal 12 Maret 1901 yang mengatur bahwa usaha Pegadaian

merupakan monopoli Pemerintah dan tanggal 1 April 1901 didirikan Pegadaian Negara

pertama di Sukabumi, Jawa Barat. Selanjutnya setiap tanggal 1 April diperingati sebagai

hari ulang tahun Pegadaian.

Pada masa pendudukan Jepang gedung kantor pusat Jawatan Pegadaian yang terletak di

jalan Kramat Raya 162, Jakarta dijadikan tempat tawanan perang dan kantor pusat

Jawatan Pegadaian dipindahkan ke jalan Kramat Raya 132. Tidak banyak perubahan

yang terjadi pada masa pemerintahan Jepang baik dari sisi kebijakan maupun struktur

organisasi Jawatan Pegadaian. Jawatan Pegadaian dalam bahasa Jepang disebut ‘Sitji

Page 5: Lap. PKL ian

Eigeikyuku’, Pimpinan Jawatan Pegadaian dipegang oleh orang Jepang yang bernama

Ohno-San dengan wakilnya orang pribumi yang bernama M. Saubari.

Era Kemerdekaan

Pada masa awal pemerintahan Republik Indonesia, kantor Jawatan Pegadaian sempat

pindah ke Karanganyar, Kebumen karena situasi perang yang kian memanas. Agresi

Militer Belanda II memaksa kantor Jawatan Pegadaian dipindah lagi ke Magelang. Pasca

perang kemerdekaan kantor Jawatan Pegadaian kembali lagi ke Jakarta dan Pegadaian

dikelola oleh Pemerintah Republik Indonesia. Dalam masa ini, Pegadaian sudah beberapa

kali berubah status, yaitu sebagai Perusahaan Negara (PN) sejak 1 Januari 1961,

kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No.7/1969 menjadi Perusahaan Jawatan

(Perjan), dan selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah No.10/1990 (yang

diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah No.103/2000) berubah lagi menjadi

Perusahaan Umum (Perum) hingga sekarang.

Sampai akhir tahun 2009, Perum Pegadaian mencatat laba bersih Rp 797,94 miliar,

dengan aset sebanyak Rp 15,67 triliun.

Selama tahun 2010, Pegadaian menargetkan kredit yang dapat tersalurkan sebesar Rp

75,8 triliun. Untuk itu, Pegadaian membutuhkan modal kerja sebesar Rp 7 triliun.

Dana Rp 5 triliun telah didapatkan dari perbankan. Sedangkan sisanya, Rp 2 triliun akan

terpenuhi dari pasar modal dengan penerbitan obligasi yang dijadwalkan di Semester II-

2010.

Visi Pengadaian

Pada tahun 2013 Menjadi ”Champion” dalam pembiayaan Mikro dan Kecil berbasis

Gadai dan Fiducia bagi Masyarakat Menengah ke Bawah.

Misi Pengadaian

Ikut membantu program pemerintah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

masyarakat golongan menengah ke bawah melalui kegiatan utama berupa kredit gadai

dan melakukan usaha lain yang menguntungkan.

Page 6: Lap. PKL ian

II. PEMBAHASAN

Motto menyelesaikan masalah tanpa masalah, yang didengungkan oleh perum

pegadaian nampaknya bukan slogan kosong. Lembaga yang didirikan oleh pemerintah

kolonial Belanda untuk mengatasi kelompok pelepas uang (lintah darat) pada tahun 1934

ini, eksistensinya dalam membantu perekonomian kelompok masyarakat miskin dan

masyarakat menengah tidak pernah pudar. Selama 72 tahun, orang yang datang ke

pegadaian juga tidak pernah sepi. Bahkan dibeberapa tempat seperti di Banyumas, Pasar

Lama Jatinegara dan Pegaden Jawa Barat, dari adanya pegadaian terbentuk pasar. Hal ini

menandakan bahwa pegadaian telah menjadi tempat berkumpul banyak orang dalam

mengatasi masalah keuangan, sehingga mulai terjadi juga transaksi diluar pegadaian.

Misalnya orang yang ingin mendapatkan uang lebih besar dari nilainya akan menjual

barang yang akan digadai kepada pembeli yang juga sudah datang ke tempat tersebut

untuk membeli barang dengan harga yang relatif murah (barang dari orang yang kepepet

uang).

Istilah gadai sebenarnya sudah dikenal di Indonesia sudah sejak lama yaitu tidak lama

bahkan sebelum orang mengenal uang. Dari adanya sistem gadai inilah sebenarnya

timbul kelompok-kelompok orang kaya yang memberikan pinjaman baik barang

(biasanya sarana produksi dan bahan konsumsi) kepada mereka yang membutuhkan.

Dengan janji memberikan bayaran yang lebih besar dari pinjamannya (diberi bunga).

Dibeberapa tempat di Indonesia penerima gadai (para pemilik barang atau uang) juga

mengambil hasil dari barang yang digadaikan, misalnya memetik kelapa dari kebun

kelapa yang digadaikan, menggunakan perahu (yang digadaikan kepadanya) untuk

menangkap ikan dan menggunakan sawah untuk menanam padi. Dibeberapa tempat

seperti di Bali, ternak bahkan manusia pun bisa digadaikan dengan mempekerjakan

ternak atau manusia yang digadaikan tersebut pada Si Penerima gadai. Dari adanya

konsep gadai inilah mungkin timbul istilah pelepas uang atau money leander atau lintah

darat.

Berkembangnya sistem ekonomi dan sosial, para pelepas uang tersebut adakalanya tidak

meminta lagi agunan atas pinjaman yang diberikan, karena kepercayaan pada Si

Page 7: Lap. PKL ian

Peminjam (keterikatan ekonomi dan emosional antara pemilik uang sebagai patron

dengan peminjam sebagai client yang saling menguntungkan)

Perbedaan dan Persamaan Bank dan Perum Pengadaian

Bagi pengusaha menengah yang sudah lebih besar, terbiasa

berhubungan dengan perbankan karena memerlukan dana yang relatif

besar (antara Rp. 1 miliar sampai dengan Rp. 150 miliar, perum

pegadaian memang bukan merupakan tempat yang tepat bagi mereka

untuk mendapatkan pinjaman modal. Disamping besarnya jumlah

pinjaman yang diperlukan, suku bunga perum pegadaian juga tidak

layak dengan bidang usaha mereka yang umumnya memiliki margin

yang relatif kecil dibandingkan dengan kelompok usaha mikro dan

usaha kecil. Modal utama dari pengusaha besar nampaknya (seperti

terlihat pada tabel 1 di atas) adalah pinjaman dari bank sebesar

43,16% dan pinjaman perorangan (biasanya dari pemegang saham)

sebesar 31,12%. Struktur dari pengusaha menengah adalah modal

sendiri sebesar 20,39%. Diketemukan adanya pengusaha menengah

yang meminjam dari perum pegadaian terutama untuk kebutuhan

yang sangat mendesak tetapi jumlahnya sedikit yaitu hanya sebesar

1,43%.

Dari gambaran di atas dapat diketahui bahwa ada persamaan dan ada

juga perbedaan nyata antara prinsip perkreditan yang dilaksamakan

oleh perum pegadaian dan perbankan. Persamaan prinsip yang sangat

nyata adalah kedua bentuk lembaga keuangan tersebut berorientasi

pada profit, dengan mengedepankan unsur keamanan dana yang

dipinjamkan melalui prinsip kehatihatian.

Dari adanya prinsip tersebut maka setiap peminjam diharuskan

memiliki/menyerahkan agunan. Sedangkan perbedaan terlihat nyata

Page 8: Lap. PKL ian

dalam hal penilaian terhadap karakter peminjam, pemilikan capital dan

tujuan penggunaan pinjaman. Bagi perum pegadaian ketiga aspek

tersebut tidak diperhatikan, sedangkan dalam operasional

pelaksanaan usaha perbankan ketiga aspek tersebut menjadi unsur

penilaian yang secara signifikan mempengaruhi penilaian kelayakkan

peminjam. Perbedaan lain yang cukup signifikan adalah dalam hal

penetapan suku bunga kredit. Perbankan biasanya menetapkan suku

bunga kredit berdasarkan suku bunga yang berlaku di pasar uang yang

di Indonesia berdasarkan sukubunga sertifikat Bank Indonesia (SBI).

Penetapan suku bunga yang terlalu tinggi dapat menyebabkan minat

konsumen (peminjam) menjadi berkurang. Sebaliknya penetapan

bunga yang relatif rendah dapat menyebabkan bank mengalami

kerugian. Dengan demikian pada umumnya bank menetapkan suku

bunga berdasarkan suku bunga SBI, ditambah dengan biaya

operasional bank (termasuk biaya resiko pinjaman) dan keuntungan

bank yang ingin dicapai pada tahun tersebut. Semakin efisien

operasionalisasi suatu bank maka suku bunga yang ditetap bisa

menjadi semakin rendah. Disamping itu bank harus memperhitungkan

suku bunga tabungan dan faktor kesimbangan dana likuid (finance to

deposit ratio).

Berbeda dengan bank selama duapuluh tahun (sejak tahun 1986)

terakhir, suku bunga perum pegadaian tidak pernah berubah yaitu

sebesar 3,5% per bulan atau 42% per tahun. Tidak diketahui dengan

pasti mengapa tingkat bunga perum pegadaian tidak mengikuti kondisi

pasar uang (money market).

Tiga alasan mengapa Perum Pegadaiaan menggunakan suku bunga

yang bersifat statis tersebut yaitu :

a) Perum pegadaian lebih banyak menggunakan modal sendiri yang

bersumber dari dana pemerintah (Departemen Keuangan)

dengan target laba yang sudah dikalkulasi dengan patokan-

patokan tertentu

Page 9: Lap. PKL ian

b) Tingkat bunga sebesar itu masih dinilai layak bagi

konsumen. Konsumen perum pegadaian adalah kelompok

masyarakat yang menggunakan pinjamannya bukan hanya

untuk tujuan produksi tetapi juga untuk tujuan konsumtif,

sehingga jika ditetapkan tingkat bunga yang relatif rendah

dikhawatirkan akan mendorong masyarakat untuk bersifat

konsumtif. Kalaupun diberikan kepada kelompok produktif

(umumnya UMKM), maka tingkat bunga tersebut masih dinilai

layak. Hal tersebut dikarenakan margin yang diproleh kelompok

ini (terutama pengusaha kecil dan pengusaha mikro relatif cukup

tinggi yaitu antara 82,4% sampai dengan 426,8% per tahun dan

c) Perum pegadaian melayani konsumen dalam jumlah yang relatif

banyak dengan pinjaman yang kecil-kecil sehingga biaya

operasional yang dibutuhkan relatif lebih besar dari perbankan.

Dari gambaran diatas dapat dikemukakan bahwa perbedaan yang

signifikan antara perum pegadaian dengan bank juga terlihat dari

aspek sasaran konsumennya. Dengan demikian untuk sementara

dapat disimpulkan bahwa target sasaran dari perum pegadaian adalah

masyarakat kelas menengah kebawah termasuk di dalamnya para

pengusaha yang tergolong dalam kelompok UMKM. Kesimpulan yang

demikian adalah sejalan dengan kenyataan yang diindikasikan dari

tabel di atas yaitu jumlah nasabah perum pegadaian adalah jauh lebih

besar dibandingkan dengan jumlah peminjam dari bank, sedangkan

jumlah dana yang dipinjamkan adalah jauh lebih kecil dibandingkan

dengan jumlah dana kredit yang dikucurkan oleh perbankan.

Tabel 1. Kinerja Perum Pegadaian selama 5 tahun terakhir (2002-2006)

Page 10: Lap. PKL ian

Dari tabel di atas terlihat bahwa :

1. Besar kredit yang disalurkan oleh perum pegadaian per tahun rata-

rata sebesar Rp. 3.211,19 milyar, atau lebih kurang lebih 2,61% dari

kredit untuk UKM yang disalurkan oleh perbankan. Dilaksanakan

oleh 130 bank-bank umum nasional dengan nilai pada tahun 2006

sebesar Rp. 123 miliar. Jumlah penyaluran oleh perum pegadaian ini

lebih kurang sama dengan jumlah penyaluran dari dua bank

nasional (jika rata-rata satu bank nasional menyalurkan kredit, Rp.

907,4 miliar).

2. Dari aspek jumlah peminjam, perum pegadaian dengan modal kerja

rata-rata Rp. 1.534 milyar mampu memberikan pinjaman kepada

2.088.327 orang nasabah atau rata-rata kredit per nasabah hanya

sebesar Rp. 374.559. Sedangkan perbankan menurut B.I. Dengan

modal kerja rata-rata Rp. 3,876 miliar, hanya mampu memberikan

pinjaman kepada 16,217 orang nasabah, atau rata-rata pinjaman

per nasabah adalah sebesar Rp. 239 juta. Kecilnya (Rp. 374.559)

pinjaman per nasabah dari perum pegadaian mengindikasikan

bahwa nasabah perum pegadaian adalah benar-benar tergolong

dalam kelompok pengusaha mikro dan pengusaha kecil. Sedangkan

besarnya (Rp. 239 juta) pinjaman per nasabah dari perbankan

menunjukkan bahwa hanya kelompok usaha besar yang mendapat

kucuran dana dari perbankan. Kalaupun ada kelompok usaha mikro

dan usaha kecil yang ikut menikmati pinjaman dari perbankan maka

jumlahnya relatif sedikit, atau dana disediakan relatif sangat sedikit.

3. Tunggakan kredit perum pegadaian sebesar 3,47% dari total

pinjaman. Jumlah ini relatif lebih kecil dibandingkan dengan

Page 11: Lap. PKL ian

tunggakkan kredit perbankan yang mencapai rata-rata Rp 4,19%

dari dana yang disalurkan.

Kecilnya tunggakan kredit dari perum pegadaian mengindikasikan bahwa keinginan

membayar dari nasabah cukup besar. Nasabah mendapatkan keuntungan dari usaha yang

bermodalkan pinjaman dari perum pegadaian. Nasabah merasakan benar manfaat yang

diperoleh dari pinjaman perum pegadaian.

Perkembangan Pengadaian di Sumatera Selatan

Diawali dengan asset perum pengadaian di tahun 2008 sebesar Rp 250 Miliyar dan

menargetkan menjadi Rp 700 Miliyar di tahun 2010.dengan bertambahnya kanwil

Palembang dan Pekanbaru yang awalnya tergabung dalam kanwil Padang pada Juni

tahun 2008 dan di tahun 2008 dan 2009 memiliki peningkatan dari produk pengadaian

untuk barang jaminan sebesar 38,34 % dan uang pinjaman 56,69 % yang ditampilkan

dengan data sebagai berikut :

Tabel 2. Kredit Cepat dan Aman (KCA) Selindo Outstanding Loan-Barang Jaminan

Kanwil 2008 2009 Growth (%)

Medan 239.028 305.926 27.99

Pekanbaru 87.740 109.651 24.97

Padang 56.665 68.923 21.63

Palembang 104.191 144.134 38.34

Balikpapan 305.659 393.096 28.61

Manado 518.399 624.481 20.46

Page 12: Lap. PKL ian

Makassar 692.568 844.201 21.89

Denpasar 1.011.142 1.186.919 17.38

Jakarta I 435.874 479.526 10.01

Jakarta II 326.670 402.222 23.13

Bandung 467.178 561.585 20.21

Semarang 872.329 1.047.543 20.09

Surabaya 950.522 1.019.839 7.29

SELINDO 6.067.965 7.188.046 18.46

Tabel 3. Kredit Cepat dan Aman (KCA) Selindo Outstanding Loan-Uang Jaminan

Kanwil 2008 2009 Growth (%)

Medan 439.242.294 656.455.326 48.39

Pekanbaru 184.570.664 269.962.782 46.27

Padang 123.360.271 184.091.953 49.23

Palembang 201.312.201 315.426.318 56.69

Balikpapan 562.387.144 855.454.969 52.11

Manado 632.649.231 916.241.331 44.83

Page 13: Lap. PKL ian

Makassar 908.931.319 1.353.777.925 48.94

Denpasar 943.488.561 1.391.433.495 47.48

Jakarta I 876.713.419 1.157.542.289 32.03

Jakarta II 797.997.002 1.136.410.586 42.41

Bandung 577.199.947 855.292.885 48.18

Semarang 827.827.006 1.302.390.760 57.33

Surabaya 1.014.475.370 1.470.847.720 44.99

SELINDO 8.090.154.429 11.865.328.339 46.99

Terapkan dalam penaganan nasabah oleh Perum Pengadaian adalah :

1. Cost Superior, seperti efesiensi dalam hal operasional

2. High Super Quality, memberikan kualitas pelayanan yang cepat

3. High Super Innovation, membuat produk baru dan mengembangakan prinsip

Corporate Social Responsibility (CSR)

4. High Super Customer Responsive, memhami keinginan nasabah.

Alat-alat dalam measurement perkembangan Perum Pengadaian :

1. Jumlah nasabah

2. Outlet pelayanan yang makin bertambah

3. Kualitas dan Kuantitas

4. Pricing Strategi, dalam pemberian bungan yang relatif lebih ringan

5. Size Perusahaan dan sales masing-masing outlet

Alasan Memilih Perum Pengadaian :

Dengan memperhatikan keberhasilan perum pegadaian timbul beberapa pertanyaan

antara lain:

a) Faktor-faktor apa yang sesungguhnya mempengaruhi keberhasilan lembaga tersebut

dalam menyalurkan dana pinjaman untuk masyarakat;

b) Apakah perum pegadaian layak menjadi lembaga perkreditan untuk mendukung

komitmen pemberdayaan UMKM serta;

Page 14: Lap. PKL ian

c) Apakah diperlukan adanya lembaga perkreditan untuk UMKM (yang mengadopsi

beberapa prinsip kerja dan karakter perum pegadaian sebagai lembaga perkreditan).

Pertanyaan ini mungkin akan terjawab dengan memperhatikan beberapa prinsip dan

karakter perum pegadaian yang berbeda dengan lembaga perkreditan formal lainnya.

Operasional dalam Perum Pengadaian

1. Prinsip Kerja Operasional Perum Pegadaian

Beberapa prinsip yang dianut perum pegadaian sebagai lembaga perkreditan rakyat

(istilah yang dipakai sejak jaman kolonial) adalah sebagai berikut :

a. Memberikan pelayanan yang mudah dan cepat untuk rakyat yang

tidakberpendidikan atau berpendidikan rendah. Pada saat sebelum Kemerdekaan

ditiap pegadaian disiapkan juru gadai. Juru gadai bertugas membantu nasabah

untuk mendapatkan pinjaman, mulai dari pengisian formulir, sampai dengan

menghitung uang yang dipinjam dari loket. Selain itu menjadi petugas tetap yang

mendampingi kliennya dan jika perlu akan datang dari rumah ke rumah untuk

mengingatkan nasabah atas pinjamannya;

b. Menetapkan tingkat bunga berdasarkan kemampuan nasabah. Untuk itu,

pegadaian setiap saat akan mengevaluasi kemampuan nasabah untuk membayar

pinjamannya. Sekiranya nasabah dinilai mampu membayar pada tingkat bunga

tertentu maka tingkat bunga tersebut akan dipertahankan atau bahkan mungkin

ditingkatkan;

c. Menetapkan batas pinjaman maksimal berdasarkan taksiran nilai jual maksimal

agunan pada waktu batas akhir pembayaran. Jadi besar pinjaman bervariasi

berdasarkan jangka waktu pinjaman. Semakin lama waktu pinjaman maka nilai

maksimal pinjaman semakin kecil. Misalnya untuk satu tahun adalah 60% dari

nilai agunan, sedangkan untuk tiga bulan biasanya mencapai 80% dari nilai

agunan;

d. Tidak membatasi tujuan penggunaan pinjaman atau nasabah bebas/boleh

menggunakan pinjaman untuk tujuan apa saja;

Page 15: Lap. PKL ian

e. Pembangunan dan operasionalisasi pegadaian dikoordinasikan dengan pemerintah

daerah, dan memperhatikan saran-saran dari pemerintah daerah.

2. Karakter Spesifik Perum Pegadaian Ditandai dengan :

a. Kemudahan prosedur pinjaman

Hal ini merupakan salah satu faktor yang sangat besar

pengaruhnya terhadap perolehan pangsa pasar perum

pegadaian. Kecepatan perolehan kredit dari perum pegadaian

nampak sulit tertandingi oleh berbagai lembaga perkreditan

formal (kecuali oleh para pelepas uang/rentenir). Dalam

memberikan pinjaman, sistem administrasi yang digunakan oleh

perum pegadaian sangat sederhana, yaitu hanya mengisi

formulir aplikasi dan menunjukan identitas diri (KTP atau SIM).

Prosedur yang sangat sederhana memungkinkan proses

pemberian pinjaman dapat dilakukan dalam waktu yang relatif

sangat cepat yaitu antara 8 sampai dengan 23 menit, dengan

rata-rata 12,41 menit.

b. Keragaman agunan

Perum pegadaian menjadi lembaga paling favorit bagi kelompok

orang berpenghasilan menengah kebawah. Lembaga ini tetap

merupakan perusahaan yang berorientasi profit, yang

diindikasikan dari diberlakukannya pendekatan keamanan kredit

dalam bentuk agunan.

Perbedaan perum pegadaian dengan lembaga-lembaga

perkreditan formal lainnya dari aspek agunan adalah

persyaratan agunan yang sedemikian sederhana (bukan hanya

barang modal tetapi juga barang konsumsi) dari kain sarung,

perabot rumah tangga, barang pecah belah, sampai perhiasan

emas dan mobil.

c. Fleksibelitas bunga dan pengembalian pinjaman

Page 16: Lap. PKL ian

Dari aspek bunga, perum pegadaian juga menetapkan suku

bunga yang relatif tinggi yaitu mencapai 1,75% per dua minggu,

3,5% per bulan atau 42% per tahun. Pembayaran bunga dapat

dilakukan tidak harus bersamaan dengan pengembalian kredit

(dapat membayar bunganya saja). Dengan membayar bunga

waktu pengembalian dapat diperpanjang sehingga waktu

pinjaman dapat terus diperpanjang jika nasabah dapat

membayar bunga.

d. Tidak menilai karakter Peminjam

Pegadaian tidak memperhatikan karakter peminjam dan kondisi

perekonomian. Satu hal lagi yang paling spesifik dari lembaga ini

adalah penggunaan pinjaman tidak terikat, atau pinjaman dapat

digunakan untuk segala keperluan, termasuk untuk berjudi atau

untuk biaya pernikahan.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perkembangan dan strategi yang ditempuh dari tahun 2002 hingga tahun 2009

mencapai hasil yang cendrung meningkat seiring dengan asset, profit yang sesuai

dengan visi dan misi perusahaan.

2. Perum Pengadaian memiliki deferensiasi dan identitas tersendiri yang

dibandingkan dengan kompetitor mereka.

Saran

1. Seiring dengan perkembangan dan bertambahnya unit diiringi dengan

peningkatan sistem informasi dan intarner.

2. seiring dengan perkembangan Perum Pengadaian, baiknya Perum Pengadaian

menerbitkan saham dan menuju Perusahaan Go Public, sehinga tercipta Image

perusahaan yang lebih baik.

Page 17: Lap. PKL ian