proposal ajeng bab 1

4
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap pekerjaan berisiko menimbulkan kelelahan. Asupan energi yang tidak sesuai dengan beban kerja yang dilakukan akan mempercepat seseorang merasa lelah. Kelelahan merupakan mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh menghindari kerusakan lebih lanjut, sehingga terjadi pemulihan. Kelelahan menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Silastuti, 2006). Menurut Tarwaka et al (2004) kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Sedangkan menurut Budiono, dkk (2003) istilah kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan. Menurut Budiono, dkk (2003) gejala kelelahan secara subjektif dan objektif antara lain perasaan

Upload: sudy

Post on 12-Nov-2015

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sudy

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangSetiap pekerjaan berisiko menimbulkan kelelahan. Asupan energi yang tidak sesuai dengan beban kerja yang dilakukan akan mempercepat seseorang merasa lelah. Kelelahan merupakan mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh menghindari kerusakan lebih lanjut, sehingga terjadi pemulihan. Kelelahan menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Silastuti, 2006). Menurut Tarwaka et al (2004) kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Sedangkan menurut Budiono, dkk (2003) istilah kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan. Menurut Budiono, dkk (2003) gejala kelelahan secara subjektif dan objektif antara lain perasaan lesu, ngantuk, pusing, kurang berkonsentrasi, kurangnya tingkat kewaspadaan, persepsi yang buruk dan lambat, berkurangnya gairah untuk bekerja, dan menurunnya kinerja rohani dan jasmani. Kelelahan dapat mempengaruhi produktivitas kerja, sehingga apabila tingkat produktivitas seorang tenaga kerja terganggu yang disebabkan oleh faktor kelelahan fisik maupun psikis, maka akibat yang ditimbulkannya akan dirasakan oleh perusahaan berupa penurunan produktivitas perusahaan. Sedangkan menurut Bartley dan Chute dalam Fitrihana (2004) kelelahan kerja dapat mengakibatkan menurunnya prestasi kerja, badan terasa tidak enak, serta menurunnya semangat kerja. Selain itu, kelelahan kerja dapat berdampak terhadap menurunnya konsentrasi dalam bekerja, sehingga bisa menyebabkan seseorang melakukan kesalahan ketika melakukan pekerjaan. Apabila hal ini terjadi, pada akhirnya dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Kelelahan kerja merupakan criteria yang kompleks, tidak hanya menyangkut kelelahan fisiologis dan psikologis tetapi dominan hubungannya dengan penurunan kinerja fisik, adanya perasaan lelah, penurunan motivasi dan penurunan produktifitas kerja (CAMERON, 1973). Menurut Grandjen (1985), kelelahan kerja merupakan gejala yang ditandai adanya perasaan lelah dan penurunan kesiagaan, dimana kelelahan otot dan kelelahan umum, serta waktu terjadinya kelelahan yang terdiri dari kelelahan kronis.Kelelahan kronis banyak terjadi di perusahaan-perusahaan. Dalam survey di USA, kelelahan merupakan problem besar, diketemukan sebanyak 24% seluruh orang dewasa yang datang ke poliklinik menderita kelelahan kronis. Data yang hamper sama terlihat dalam komunitas yang dilaksanakan oleh Kendel di Inggris, yang menyebutkan bahwa 25% wanita dan 20% pria mengeluh selalu lelah (Setyawati, 1994). Penelitian lain yang mengevaluasi 100 orang penderita kelelahan menunjukkan bahwa 64% kasus kelelahan disebabkan karena factor psikis, 3% karena factor fisik dan 33% karena factor fisik dan psikis (Setyawati, 1994).Dari penelitian mengenai hubungan umur, lama kerja, dan masa kerja, terhadap kelelahan oleh I Made Pujawan dan Raden Nimrod pada pengrajin perahu pinisi di Bulukumba, diperoleh bahwa keluhan kelelahan terbesar dirasakan oleh semua pekerja kelompok umur di atas 30 tahun dibandingkan dengan kelompok umur di bawah 30 tahun setelah bekerja dalam sehari kerja. Sedangkan mengenai hubungan masa kerja terhadap kelelahan diperoleh bahwa dari responden yang mengalami kelelahan, keluhan kelelahan tertinggi dialami oleh tenaga kerja dengan masa kerja kategori lama (>5 tahun) yaitu sebanyak 46% (Made & Nimrod, 2000).Di USA, survey epid yang dilaksanakan oleh Kennedy, melaporkan bahwa perasaan kelelahan kerja merupakan kelainan yang tersaring dalam urutan ke tujuh (Setyawati, 1994).