prolog dan pembahasan peta krb manual
DESCRIPTION
VULKANOLOGITRANSCRIPT
Prolog
Mitigasi bencana letusan gunungapi adalah proses pencegahan bencana letusan
gunungapi atau pengurangan dampak bahaya letusan gunungapi. Dalam tahapnya
terbagi menjadi tiga yaitu sebelum terjadi bencana, saat terjadi bencana, dan sesudah
terjadi bencana. Penjabarannya sebagai berikut :
1. Sebelum Terjadi Bencana
Dilakukan pemantauan gunungapi
Penyediaan peta kawasan rawan bencana gunungapi, peta zona resiko
bahaya gunungapi.
Pemantapan protap tingkat kegiatan gunungapi.
Pembimbingan dan informasi gunungapi.
Penerbitan peta geologi gunungapi.
Penyelidikan geologi, geofisika, dan geokimia.
Peningkatan sumberdaya manusia dan pendukungnya.
2. Saat Terjadi Bencana
Mengirim tim tanggap darurat ( SAR)
Meningkatkan keamanan.
Melaporkan tingkat kegiatan sesuai alur.
Memberikan rekomendasi kepada Pemda sesuai protap.
3. Sesudah Terjadi Bencana
Menurunkan tingkat kegiatan gunungapi sesuai protap.
Menginventaris data letusan termasuk sebaran dan volume bahan
letusan.
Mengidentifikasi daerah yang terancam bahaya sekunder.
Memberikan saran teknis penanggulangan bahaya sekunder.
Pada pembahasan kali ini akan dibuat peta kawasan rawan bencana gunungapi
khususnya di Gunung Sindoro. Peta ini dibuat sesuai dengan tahap mitigasi bencana
gunungapi sebelum terjadinya bencana. Pembuatan Peta Kawasan Rawan Bencana
Gunung Sindoro ini dibuat secara manual dan mengggunakan Arcgis.
PEMBAHASAN ( MANUAL)
Pada peta kontur daerah Gunung Sindoro yang ada dapat dibuat mengenai peta
Mitigasi Bencana Gunung Api. Pembuatan peta ini dilakukan secara manual maupun
menggunakan software Arcgis. Pada pembahasan kali ini akan dijabarkan mengenai
Peta Kawasan Rawan Bencana di Gunung Sindoro. Penjabarannya sebagai berikut :
A. Peta Kawasan Rawan Bencana I
Pada peta ini dilakukan deliniasi menggunakan warna kuning. Unsur-
unsur pembuatan deliniasi pertama dilihat dari segi morfometri atau
kelerenganya. Di dapatkan dengan skala peta 1 : 120.000 ini disayat lima buah
pada garis kontur dengan masing-masing nilai morfometri yaitu 15.625 %,
12.5 %, 11.62 %, 8.4 %, 8.06 %. Nilai rata-rata morfometri di atas yaitu
11.241 %. Meurut klasifikasi Van Zuidam termasuk dalam Relief
Bergelombang Miring ( Van Zuidam, 1983). Dari hasil morfometri dapat
diinterpretasikan litologi yang termasuk dalam letusan gunung Sindoro.
Daerah KRB I ini terdapat banyak aliran sungai dengan ciri-ciri dendritik.
Material yang terdapat pada kawasan KRB I ini berupa banjir lahar dingin.
Material dari atas gunung terlontarkan sampai ke daerah bawah kemudian
bertemu dengan air sungai daerah tinggian dapat menimbulkan banjir lahar
dingin. Terlebih jika musim hujan maka banjir lahar dingin ini sangat
berbahaya bagi warga atau permukiman warga yang masuk dalam wilayah
KRB I. Dilihat dari kenampakan sungai yang terdapat pada peta kontur,
dampak mengenai lahar dingin akan semakin mengecil seiring dengan
jauhnya dari awal terjadi bajir lahar dingin.
B. Peta Kawasan Rawan Bencana II
Pada peta ini dilakukan deliniasi menggunakan warna kuning. Unsur-
unsur pembuatan deliniasi pertama dilihat dari segi morfometri atau
kelerenganya. Di dapatkan dengan skala peta 1 : 120.000 ini disayat lima buah
pada garis kontur dengan masing-masing nilai morfometri yaitu 41.66 %,
31.64 %, 35.21 %, 34.24 %, 35.71 %. Nilai rata-rata morfometri di atas yaitu
35.692 %. Meurut klasifikasi Van Zuidam termasuk dalam Relief Berbukit
Terjal ( Van Zuidam, 1983). Dari hasil morfometri dapat diinterpretasikan
litologi yang termasuk dalam letusan gunung Sindoro. Daerah KRB II ini
merupakan awal dari adanya sungai pada Gunung Sindoro. Material yang
terdapat pada kawasan KRB II ini menyerupai material pada wilayah di
atasnya namun lebih kea rah ukura butirannya. Pada KRB II ini material dapat
berupa awan panas yang meluncur, batuan ukuran besar, piroklastik ukuran
pasir. Dari segi komposisi terlihat awan panas sedikit mengenai daerah KRB
II karena jarak luncur awan panas ini tergantung dari kekuatan letusan dan
arah letusan, namun juga dapat penuh terisi oleh luncuran awan panas.
Kemudian didominasi oleh material ukuran bongkahan dan ukuran pasir.
Kawasan ini dilarang mendirikan bangunan serta dihuni oleh penduduk.
Kawasan KRB II ini akan menimbulkan kematian pada manusia, ganggungan
pernafasan serta mata, dan kehilangan harta serta benda.
C. Peta Kawasan Rawan Bencana III
Pada peta ini dilakukan deliniasi menggunakan warna kuning. Unsur-
unsur pembuatan deliniasi pertama dilihat dari segi morfometri atau
kelerenganya. Di dapatkan dengan skala peta 1 : 120.000 ini disayat lima buah
pada garis kontur dengan masing-masing nilai morfometri yaitu 71.42 %,
83.33 %, 92.59 %, 86.20 %, 83.33 %. Nilai rata-rata morfometri di atas yaitu
83.452 %. Meurut klasifikasi Van Zuidam termasuk dalam Relief
Pegunungan Sangat Terjal ( Van Zuidam, 1983). Dari hasil morfometri dapat
diinterpretasikan litologi yang termasuk dalam letusan gunung Sindoro.
Daerah KRB III ini merupakan daerah utama dari luaran material hasil letusan
gunung Sindoro. Produk letusan ini sangat bervariasi mulai dari awan panas,
material piroklastik dari bongkahan sampai pasir, lava, serta gas yang
berbahaya. Pada KRB III ini sangat tidak diperbolehkan terdapat bangunan
yang berdiri. Penduduk harus segera luar dari kawasan ini saat terjadi letusan.
Dampak dari letusan pada KRB III ini berupa kematian, gangguan pernapasan
dan mata, kebakaran pada tubun maupun bangunan,serta gatal-gatal.