prolog dan pembahasan peta krb manual

6
Prolog Mitigasi bencana letusan gunungapi adalah proses pencegahan bencana letusan gunungapi atau pengurangan dampak bahaya letusan gunungapi. Dalam tahapnya terbagi menjadi tiga yaitu sebelum terjadi bencana, saat terjadi bencana, dan sesudah terjadi bencana. Penjabarannya sebagai berikut : 1. Sebelum Terjadi Bencana Dilakukan pemantauan gunungapi Penyediaan peta kawasan rawan bencana gunungapi, peta zona resiko bahaya gunungapi. Pemantapan protap tingkat kegiatan gunungapi. Pembimbingan dan informasi gunungapi. Penerbitan peta geologi gunungapi. Penyelidikan geologi, geofisika, dan geokimia. Peningkatan sumberdaya manusia dan pendukungnya. 2. Saat Terjadi Bencana Mengirim tim tanggap darurat ( SAR) Meningkatkan keamanan. Melaporkan tingkat kegiatan sesuai alur.

Upload: deviana-shinta-maulana

Post on 11-Apr-2016

216 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

VULKANOLOGI

TRANSCRIPT

Page 1: Prolog Dan Pembahasan Peta KRB Manual

Prolog

Mitigasi bencana letusan gunungapi adalah proses pencegahan bencana letusan

gunungapi atau pengurangan dampak bahaya letusan gunungapi. Dalam tahapnya

terbagi menjadi tiga yaitu sebelum terjadi bencana, saat terjadi bencana, dan sesudah

terjadi bencana. Penjabarannya sebagai berikut :

1. Sebelum Terjadi Bencana

Dilakukan pemantauan gunungapi

Penyediaan peta kawasan rawan bencana gunungapi, peta zona resiko

bahaya gunungapi.

Pemantapan protap tingkat kegiatan gunungapi.

Pembimbingan dan informasi gunungapi.

Penerbitan peta geologi gunungapi.

Penyelidikan geologi, geofisika, dan geokimia.

Peningkatan sumberdaya manusia dan pendukungnya.

2. Saat Terjadi Bencana

Mengirim tim tanggap darurat ( SAR)

Meningkatkan keamanan.

Melaporkan tingkat kegiatan sesuai alur.

Memberikan rekomendasi kepada Pemda sesuai protap.

3. Sesudah Terjadi Bencana

Menurunkan tingkat kegiatan gunungapi sesuai protap.

Menginventaris data letusan termasuk sebaran dan volume bahan

letusan.

Mengidentifikasi daerah yang terancam bahaya sekunder.

Memberikan saran teknis penanggulangan bahaya sekunder.

Page 2: Prolog Dan Pembahasan Peta KRB Manual

Pada pembahasan kali ini akan dibuat peta kawasan rawan bencana gunungapi

khususnya di Gunung Sindoro. Peta ini dibuat sesuai dengan tahap mitigasi bencana

gunungapi sebelum terjadinya bencana. Pembuatan Peta Kawasan Rawan Bencana

Gunung Sindoro ini dibuat secara manual dan mengggunakan Arcgis.

PEMBAHASAN ( MANUAL)

Pada peta kontur daerah Gunung Sindoro yang ada dapat dibuat mengenai peta

Mitigasi Bencana Gunung Api. Pembuatan peta ini dilakukan secara manual maupun

menggunakan software Arcgis. Pada pembahasan kali ini akan dijabarkan mengenai

Peta Kawasan Rawan Bencana di Gunung Sindoro. Penjabarannya sebagai berikut :

A. Peta Kawasan Rawan Bencana I

Pada peta ini dilakukan deliniasi menggunakan warna kuning. Unsur-

unsur pembuatan deliniasi pertama dilihat dari segi morfometri atau

kelerenganya. Di dapatkan dengan skala peta 1 : 120.000 ini disayat lima buah

pada garis kontur dengan masing-masing nilai morfometri yaitu 15.625 %,

12.5 %, 11.62 %, 8.4 %, 8.06 %. Nilai rata-rata morfometri di atas yaitu

11.241 %. Meurut klasifikasi Van Zuidam termasuk dalam Relief

Bergelombang Miring ( Van Zuidam, 1983). Dari hasil morfometri dapat

diinterpretasikan litologi yang termasuk dalam letusan gunung Sindoro.

Daerah KRB I ini terdapat banyak aliran sungai dengan ciri-ciri dendritik.

Material yang terdapat pada kawasan KRB I ini berupa banjir lahar dingin.

Material dari atas gunung terlontarkan sampai ke daerah bawah kemudian

bertemu dengan air sungai daerah tinggian dapat menimbulkan banjir lahar

dingin. Terlebih jika musim hujan maka banjir lahar dingin ini sangat

berbahaya bagi warga atau permukiman warga yang masuk dalam wilayah

KRB I. Dilihat dari kenampakan sungai yang terdapat pada peta kontur,

dampak mengenai lahar dingin akan semakin mengecil seiring dengan

jauhnya dari awal terjadi bajir lahar dingin.

Page 3: Prolog Dan Pembahasan Peta KRB Manual

B. Peta Kawasan Rawan Bencana II

Pada peta ini dilakukan deliniasi menggunakan warna kuning. Unsur-

unsur pembuatan deliniasi pertama dilihat dari segi morfometri atau

kelerenganya. Di dapatkan dengan skala peta 1 : 120.000 ini disayat lima buah

pada garis kontur dengan masing-masing nilai morfometri yaitu 41.66 %,

31.64 %, 35.21 %, 34.24 %, 35.71 %. Nilai rata-rata morfometri di atas yaitu

35.692 %. Meurut klasifikasi Van Zuidam termasuk dalam Relief Berbukit

Terjal ( Van Zuidam, 1983). Dari hasil morfometri dapat diinterpretasikan

litologi yang termasuk dalam letusan gunung Sindoro. Daerah KRB II ini

merupakan awal dari adanya sungai pada Gunung Sindoro. Material yang

terdapat pada kawasan KRB II ini menyerupai material pada wilayah di

atasnya namun lebih kea rah ukura butirannya. Pada KRB II ini material dapat

berupa awan panas yang meluncur, batuan ukuran besar, piroklastik ukuran

pasir. Dari segi komposisi terlihat awan panas sedikit mengenai daerah KRB

II karena jarak luncur awan panas ini tergantung dari kekuatan letusan dan

arah letusan, namun juga dapat penuh terisi oleh luncuran awan panas.

Kemudian didominasi oleh material ukuran bongkahan dan ukuran pasir.

Kawasan ini dilarang mendirikan bangunan serta dihuni oleh penduduk.

Kawasan KRB II ini akan menimbulkan kematian pada manusia, ganggungan

pernafasan serta mata, dan kehilangan harta serta benda.

C. Peta Kawasan Rawan Bencana III

Pada peta ini dilakukan deliniasi menggunakan warna kuning. Unsur-

unsur pembuatan deliniasi pertama dilihat dari segi morfometri atau

kelerenganya. Di dapatkan dengan skala peta 1 : 120.000 ini disayat lima buah

pada garis kontur dengan masing-masing nilai morfometri yaitu 71.42 %,

83.33 %, 92.59 %, 86.20 %, 83.33 %. Nilai rata-rata morfometri di atas yaitu

83.452 %. Meurut klasifikasi Van Zuidam termasuk dalam Relief

Page 4: Prolog Dan Pembahasan Peta KRB Manual

Pegunungan Sangat Terjal ( Van Zuidam, 1983). Dari hasil morfometri dapat

diinterpretasikan litologi yang termasuk dalam letusan gunung Sindoro.

Daerah KRB III ini merupakan daerah utama dari luaran material hasil letusan

gunung Sindoro. Produk letusan ini sangat bervariasi mulai dari awan panas,

material piroklastik dari bongkahan sampai pasir, lava, serta gas yang

berbahaya. Pada KRB III ini sangat tidak diperbolehkan terdapat bangunan

yang berdiri. Penduduk harus segera luar dari kawasan ini saat terjadi letusan.

Dampak dari letusan pada KRB III ini berupa kematian, gangguan pernapasan

dan mata, kebakaran pada tubun maupun bangunan,serta gatal-gatal.