prolog 1 (bulan ke-7 kalender dunia manusia tahun 372) bagian 1 alicization

54
Mengambil kapak. Mengayun ke atas. Menebas ke bawah. Mungkin hanya itu yang dilakukan, tapi jika pikiran kita teralihkan bahkan untuk sesaat, reaksi dari kulit kayu keras itu akan menghantam kembali pada kedua tangan kita tanpa henti. Mengambil nafas, Waktu, kecepatan, pemindahan berat tubuh, semua itu harus dikontrol dengan tepat sejak awal, mengirimkan kekuatan tersembunyi dari mata kapak ke pohon, membuat suara jernih, yang enak dan keras. Sementara dia dapat memahami teori tersebut dengan baik, melakukannya tidaklah semudah teorinya. Eugeo telah diberi tugas ini ketika dia berumur sepuluh tahun di musim semi, dan ini akan menjadi musim panas kedua sejak saat itu, tapi dia hanya bisa berhasil membuat suara nyaman setiap sekali dari sepuluh ayunan. Dia telah diberi tahu oleh pengguna kapak pendahulunya, kakek Garitta yang selalu mengenai sasaran, dan bahkan dia tidak menunjukkan rasa lelah lelah setelah mengayunkan kapak berat tersebut, tapi setelah lima puluh kali, tangan Eugeo menjadi kaku, pundaknya terasa sakit, dan dia tidak dapat mengangkat kedua tangannya lagi. "Empat puluh....tiga! Empat puluh....empat!" Dia menghitung dengan suaranya yang paling keras untuk mendorong dirinya sementara mengayun kapak itu ke kulit kayu dari pohon besar, keringat yang mengalir keluar membuat pandangnnya kabur, tangannya menjadi licin, dan akurasinya menjadi lebih berkurang. Yang sebagian besar disebabkan oleh rasa putus asa, dia memegang kapak itu dengan erat dan mengayunkannya dengan kekuatan dari seluruh tubuhnya. "Empat puluh....sembilan! Li...ma...puluh!" Ayunan terakhirnya sangatlah berbeda dari ayunan sebelumnya, itu mengenai kulit kayu yang sedikit jauh dari potongan dalam di pohon itu dan membuat bunyi yang memekakkan telinga. Disebabkan oleh reaksi yang seolah-olah membuat percikan api mengenai matanya, Eugeo menjatuhkan itu, lalu mundur beberapa langkah, lalu duduk di atas lapisan lumut tebal. Sementara dia mengulangi nafas beratnya, dia mendengar suara bercampur dengan tertawa dari sebelah kanannya. "Suara yang bagus keluar tiga kali dari lima puluh ayunan. Jadi totalnya adalah, erm..empat puluh satu, huh. Kelihatannya kau yang harus mentraktir Air Siral, Eugeo." Pemiliki dari suara, yang sedang berbaring sedikit jauh darinya, adalah anak muda yang berumur hampir sama dengannya. Eugeo tidak menjawab dengan segera, tapi meraba kantung air didekatnya lalu mengambilnya. Dia dengan cepat meminum air yang benar-benar menjadi hangat. Setelah dia mulai tenang, dia menutupnya dengan tutup keras, lalu mengatakan.

Upload: aristy-miranda

Post on 26-Sep-2015

247 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

fffff

TRANSCRIPT

Mengambil kapak.

Mengayun ke atas.

Menebas ke bawah.

Mungkin hanya itu yang dilakukan, tapi jika pikiran kita teralihkan bahkan untuk sesaat, reaksi dari kulit kayu keras itu akan menghantam kembali pada kedua tangan kita tanpa henti. Mengambil nafas, Waktu, kecepatan, pemindahan berat tubuh, semua itu harus dikontrol dengan tepat sejak awal, mengirimkan kekuatan tersembunyi dari mata kapak ke pohon, membuat suara jernih, yang enak dan keras.

Sementara dia dapat memahami teori tersebut dengan baik, melakukannya tidaklah semudah teorinya. Eugeo telah diberi tugas ini ketika dia berumur sepuluh tahun di musim semi, dan ini akan menjadi musim panas kedua sejak saat itu, tapi dia hanya bisa berhasil membuat suara nyaman setiap sekali dari sepuluh ayunan. Dia telah diberi tahu oleh pengguna kapak pendahulunya, kakek Garitta yang selalu mengenai sasaran, dan bahkan dia tidak menunjukkan rasa lelah lelah setelah mengayunkan kapak berat tersebut, tapi setelah lima puluh kali, tangan Eugeo menjadi kaku, pundaknya terasa sakit, dan dia tidak dapat mengangkat kedua tangannya lagi.

"Empat puluh....tiga! Empat puluh....empat!"

Dia menghitung dengan suaranya yang paling keras untuk mendorong dirinya sementara mengayun kapak itu ke kulit kayu dari pohon besar, keringat yang mengalir keluar membuat pandangnnya kabur, tangannya menjadi licin, dan akurasinya menjadi lebih berkurang. Yang sebagian besar disebabkan oleh rasa putus asa, dia memegang kapak itu dengan erat dan mengayunkannya dengan kekuatan dari seluruh tubuhnya.

"Empat puluh....sembilan! Li...ma...puluh!"

Ayunan terakhirnya sangatlah berbeda dari ayunan sebelumnya, itu mengenai kulit kayu yang sedikit jauh dari potongan dalam di pohon itu dan membuat bunyi yang memekakkan telinga. Disebabkan oleh reaksi yang seolah-olah membuat percikan api mengenai matanya, Eugeo menjatuhkan itu, lalu mundur beberapa langkah, lalu duduk di atas lapisan lumut tebal.

Sementara dia mengulangi nafas beratnya, dia mendengar suara bercampur dengan tertawa dari sebelah kanannya.

"Suara yang bagus keluar tiga kali dari lima puluh ayunan. Jadi totalnya adalah, erm..empat puluh satu, huh. Kelihatannya kau yang harus mentraktir Air Siral, Eugeo."

Pemiliki dari suara, yang sedang berbaring sedikit jauh darinya, adalah anak muda yang berumur hampir sama dengannya. Eugeo tidak menjawab dengan segera, tapi meraba kantung air didekatnya lalu mengambilnya. Dia dengan cepat meminum air yang benar-benar menjadi hangat. Setelah dia mulai tenang, dia menutupnya dengan tutup keras, lalu mengatakan.

"Hmm, kau baru bisa empat puluh tiga, bukan? Aku akan menyusulmu nanti. Sekarang, ini adalah giliranmu..., Kirito."

"Ya, ya."

Kirito adalah teman kecil Eugeo dan salah satu sahabat terbaiknya, juga partnernya dalam Sacred Task menyedihkan ini. Kirito menyeka keringat di rambut hitamnya, merentangkan kakinya ke depan dan mengangkat tubuhnya. Tapi dia tidak segera mengambil kapak itu, Kirito meletakkan tangannya di pinggang sementara dia menengok ke atas. Tertarik dengan yang dilakukannya, Eugeo juga melihat ke atas menuju langit.

Langit di puncak musim panas di bulan ke-7 benar-benar sangat biru, dan yang berada di tengah adalah Dewi Matahari Solus, yang memancarkan cahayanya yang menyilaukan dari langit. Tetapi, cahaya itu terhalang oleh batang pohon besar yang menjulur ke segala arah, membuat sebagian besar cahaya tadi tidak sampai ke tempat dimana Eugeo dan Kirito berada.

Di waktu yang sama tak terhitung dedaunan dari pohon besar ini menyerap sebagian besar berkah cahaya matahari yang Dewi Solus pancarkan, akarnya juga tanpa henti menyerap berkah dari Dewi Tanah Terraria, membuatnya untuk pulih dari kerja keras Eugeo dan Kirito yang secara terus menebangnya. Tidak peduli bagaimana banyak mereka menebangnya di siang hari, setelah malam hari, ketika mereka datang di pagi berikutnya, pohon ini telah memulihkan setengah luka tebasan dari hari sebelumnya.

Eugeo menghela nafas secara pelan saat dia melihat kembali pohon yang menjulang ke langit itu.

Pohon besar ituGigas Cedar, Pengucapan Suci yang diberikan oleh penduduk desa, adalah monster dengan diameter empat mel, dan memliki tinggi tujuh puluh mel. Menara lonceng di Gereja, yang merupakan bangunan tertinggi di desa,hanya seperempat tinggi dari pohon tersebut. Untuk Eugeo dan Kirito yang tingginya baru saja satu setengah mel tahun ini, monster kuno ini adalah lawan yang tepat.

Bukannya mustahil menebangnya hingga jatuh dengan kekuatan manusia? Eugeo tidak dapat melakukan apapun selain dari memikirkan tentang itu setelah melihat bekas potongan di batang kayu. Bekas potongannya telah mencapai satu mel, tapi bagian dari pohon kayu yang tersisa dengan ketebalan tiga kali darinya masih baik-baik saja.

Di musim semi tahun lalu, ketika dia dan Kirito dibawa menuju rumah kepala desa, saat mereka memiliki umur yang cukup untuk melaksanakan tugas Memotong Pohon Besar, dia telah mendengar cerita yang membuatnya bingung.

Gigas Cedar sudah tumbuh sebelum desa Rulid telah terbentuk, dan tugas untuk menebang pohon tersebut telah diturunkan dari generasi ke generasi sejak pertama kali terbentuknya desa. Menghitung dari generasi pertama hingga generasi pendahulunya, kakek Garitta yang merupakan generasi keenam, Eugeo dan Kirito adalah generasi ketujuh, lebih dari tiga ratus tahun telah berlalu semenjak mereka telah diberikan tugas ini.

Tiga ratus tahun!

Ini adalah waktu yang tidak dapat dibayangkan oleh Eugeo yang baru saja mencapai umur sepuluh tahun. Tentu saja, hal itu tidak berubah bahkan meskipun dia sekarang berumur sebelas tahun. Apa yang entah bagaiamana dia mengerti adalah, dari waktu orang tuanya, waktu sebelum itu, dan bahkan jauh sebelumnya, jumlah ayunan kapak dari semua orang yang melakukan tugas ini dapat dibilang tidak terbatas, dan hasilnya cuma luka bekas tebangan yang kurang dari satu mel dalamnya.

Kenapa menebang pohon besar itu sangatlah penting? Alasannya dijelaskan oleh kepala desa dengan nada berat.

Gigas Cedar, dengan batang yang besar dan daya hidup yang sangat banyak, mengambil anugerah dari Dewi Matahari dan Tanah dari sekelilingnya dalam jarak yang sangat jauh. Bibit yang ditanam dibawah bayangan pohon besar ini tidak akan bisa tumbuh, berbagai usaha untuk menanam tanaman didekatnya berakhir sia-sia.

Desa Rulid merupakan bagian dari Kerajaan Norlangath Utara, salah satu dari empat kerajaan yang membagi dan memerintah Dunia Manusia, dan itu juga terletak di daerah perbatasan di utara. Dengan kata lain, tempat ini dapat dikatakang sebagai ujung dunia. Utara, timur, dan barat, ketiga sisi ini dibatasi oleh barisan pegunungan yang curam, jadi untuk memperluas ladang dan padang rumput, tidak ada cara lain selain menebang hutan di selatan. Tetapi, hal itu tidak dapat dilakukan karena adanya Gigas Cedar yang tumbuh di jalan masuk hutan.

Itu dapat dikatakan bahwa kulit kayunya sama kerasnya dengan besi, dan bahkan api tidak dapat menyebabkan bekas hangus, menggalinya juga tidak mungkin karena akarnya memiliki panjang yang sama dengan tinggi pohon. Akhirnya leluhur desa memutuskan untuk menebang pohon tersebut menggunakan Dragon Bone Axe yang bahkan dapat memotong besi sekalipun, dan tugas untuk melakukannya telah diturunkan ke generasi selanjutnya semenjak saat itu

Kepala desa selesai menceritakan kisah tentang Sacred Task ini dengan suara yang bergetar, membuat Eugeo merasa ketakutan, jadi dia bertanya, mengapa mereka tidak meninggalkan Gigas Cedar saja dan membuka hutan lebih jauh ke selatan.

Kepala desa menjawab dengan suara yang bergetar bahwa menebang pohon itu adalah sebuah sumpah dari leluhur mereka, pekerjaan itu telah berubah menjadi kebiasaan desa untuk memberikan tugas ini kepada dua orang. Kemudian Kirito, yang memiringkan kepalanya sementara bertanya dengan keras kenapa leluhur mereka memilih untuk membangun desa di tempat ini sejak awal. Kepala desa kehilangan kata-katanya untuk sesaat sebelum menjadi sangat marah dan memukul kepala Kirito dan bahkan kepala Eugeo dengan tangannya.

Sudah satu tahun dan tiga bulan berlalu semenjak mereka berdua terus bergantian menebang dengan Dragon Bone Axe dan menantang Gigas Cedar. Tetapi, kelihatannya dikarenakan tangan mereka yang belum dewasa, ayunan kapak mereka tidak dapat membuat potongan yang dalam ke batang kayu. Bekas tebangan di batang kayu yang sampai sekarang ada adalah hasil kerja keras selama tiga ratus tahun, jadi itu cukup normla jika kerja keras dua anak muda tidak membuat perbedaan yang besar, mereka tidak dapat merasakan pencapaian apapun dari hasil kerja mereka.

Tidakperasaan mereka, tidak hanya tidak dapat terlihat, perasaan depresi mereka yang kelihatannya terbentuk dengan jelas terlihat di kenyataan juga.

Kirito, berdiri di samping Eugeo sementara menatap pada Gigas Cedar tanpa mengatakan apapun,terlihat memikirkan hal yang sama, lalu dia berjalan dengan cepat menuju pohon sementara mengulurkan tengan kirinya.

"Oi, Kirito, jangan lakukan itu. Kepala desa bilang jangan sering melihat Life pohon itu, bukan?"

Eugeo dengan cepat memanggilnya, tapi Kirito hanya menatapnya dengan senyuman jahil yang terlihat di ujung mulutnya.

"Terakhir kali kita melihatnya adalah dua bulan yang lalu, ini tidak lagi terlalu sering, hanya kadang-kadang."

"Selalu seperti itu, huh, aku tidak dapat melakukan apapun kalau begitu...Oi, tunggu aku, biarkan aku melihatnya juga."

Eugeo yang akhirnya mulai tenang segera berdiri dengan gerakan yang sama seperti Kirito sebelumnya dan berlari menuju ke samping patnernya.

"Sudah siap? Aku akan membukanya sekarang."

Kirito mengatakannya suara nada rendah, tangan kirinya terulur ke depan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya terulur keluar, sedangkan jarinya yang lain tertutup. Bentuk gambar yang terlihat seperti ular yang merayap tergambar di udara di saat sebelumnya. Itu adalah simbol dasar dari pengabdian terhadap Dewi Penciptaan.

Setelah memotong simbol tadi dengan ujung jarinya, Kirito dengan segera menyentuh kulit kayu dari Gigas Cedar. Itu tidak membuat suara ketukan pelan seperti biasanya, tapi suara jelas seolah-olah itu berasal dari bermain dengan peralatan perak yang bersuara dengan halus. Lalu cahaya kecil dari kotak window itu keluar dari batang pohon.

Semua di dunia ini, tidak peduli apakah benda itu dapat bergerak atau tidak, memiliki keberadaan yang dikuasai oleh Dewi Pencipta Stacia dalam bentuk Life. Serangga dan bunga hanya memiliki sedikit Life, kucing dan kuda memiliki lebih banyak, dan manusia memiliki Life yang jauh lebih banyak. Lalu pohon di hutan dan lumut yang menutupi batu memiliki Life yang lebih banyak dari manusia. Semuanya memiliki satu persamaan, Itu terus meningkat setelah lahir, dan saat itu mencapai puncaknya, itu terus menurun. Ketika Life itu benar-benar habis, hewan atau manusia berhenti bernafas, tanaman menjadilayu, dan bebatuan menjadi hancur.

Stacia Window adalah dimana sacred text dari Life yang tersisa tertulis. Itu dapat dikeluarkan ketika seseorang dengan sacred power yang cukup memotong simbolnya, lalu menyentuh benda yang diinginkan. Sementara sebagian besar orang bisa memanggil window ini pada rumput dan kerikil,itu entah mengapa cukup sulit untuk melakukannya pada hewan, dan untuk manusia, itu tidak mungkin mengeluarkannya jika tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang sacred art sebelumnya.Di sisi ini, itu akan sedikit menakutkan ketika melihat window miliknya sendiri.

Secara umum, window dari pohon ini lebih mudah dilihat dibandingkan dengan manusia, tapi tingkat kesulitan dari pohon iblis Gigas Cedar sangat tinggi seperti yang diduga, Eugeo dan Kirito baru bisa memanggil window itu sekitar satu setengah tahun yang lalu.

Dahulu ada sebuah cerita , di Katedral Pusat Gereja Axiom di Centoria Pusat, master tetua dari pengguna Sacred Art berhasil memanggil window dari Dewi Tanah Terraria setelah upacara selama tujuh hari tujuh malam tanpa henti. Tetapi, saat tetua tadi melihat Life tanah itu, dia menjadi depresi, kehilangan akal sehatnya, dan kemudian menghilang.

Saat mendengar cerita tersebut, Eugeo menjadi sedikit takut untuk tidak hanya saat melihat window miliknya sendiri, tapi juga winodw dari sesuatu yang besar seperti Gigas Cedar, tapi Kirito terlihat tidak mempedulikannya. Untuk kali ini juga, Kirito menaruh wajah penasarannya di dekat window yang bersinar itu. Sementara Eugeo berpikir bahwa dia terkadang tidak bisa mengerti sahabat terbaiknya ini, Eugeo menjadi kalah dengan rasa penasarannya, dan melihat ke arah permukaan itu.

Window persegi berwarna ungu pucat yang memiliki tulisan yang merupakan kombinasi dari kalimat berbentk lurus dan melengkung. Itu adalah sacred letter yang kuno, jika itu hanya membaca beberapa kata, Eugeo masih dapat melakukannya, hanya menulis huruf tersebut yang dilarang.

"Baiklah......"

Eugeo menggunakan jarinya untuk mengeceknya satu demi satu sambil mengucapkan kata-kata yang tertulis,

"235.542."

"Ah....Berapa jumlahnya pada saat sebulan yang lalu?"

"Mungkin....235.590."

".........."

Hanya mendengar jawaban Eugeo, Kirito mengangkat tangannya dengan gerakan yang berlebihan, terjatuh dengan lutut menyentuh tanah, lalu mengacak-acak rambut hitamnya dengan menggunakan jari-jarinya.

"Hanya lima puluh! Kita bekerja keras selama dua bulan dan hanya berhasil mengurangi lima puluh dari 235 ribu! Jika seperti ini terus kita tidak akan bisa menebangnya selama seumur hidup kita!"

"Tidak, itu bahkan tidak mungkin sejak awal."

Eugeo tidak dapat melakukan apapun kecuali menjawabnya dengan senyuman masam.

"Enam generasi dari penebang kayu sebelumnya sudah bekerja keras selama tiga ratus tahun, dan hasilnya bahkan tidak mencapai seperempatnya......Untuk membuatnya lebih sederhana, hmmm, Itu mungkin akan sampai pada generasi kedelapan belas, atau sembilan ratus tahun lagi."

"K~a~u~~"

Kirito yang sedang merangkak sambil memegang kepalanya dengan tangannya, menatap pada Eugeo, lalu tiba-tiba menggenggam kaki Eugeo. Eugeo kehilangan keseimbangan disebabkan oleh serangan tiba-tiba tadi, lalu terjatuh di lumut tebal di belakangnya.

"Ada apa dengan sikapmu yang seperti siswa teladan! Setidaknya bersikaplah lebih terbebani dengan tugas tidak beralasan ini!"

Meskipun dia mengatakannya seolah-olah dia sedang marah, senyuman kecil terlihat di wajah Kirito ketika dia berada di atas Eugeo dan mengacak-acak rambutnya.

"Uwa, kenapa kau!"

Tangan Eugeo memegang pergelangan tangan Kirito dan menariknya dengan keras. Dia lalu memanfaatkan keadaan Kirito menengangkan tubuhnya untuk melawan, berputar secara vertical dengan gerakan setengah melingkar, maka membuat dia di atas sekarang.

"Sekarang, waktunya membalas!"

Sementara berteriak dan tertawa, dia menarik rambut Kirito dengan tangannya yang kotor, tapi tidak seperti rambut Eugeo yang berwarna coklat muda terang yang lembut, rambut hitam lurus Kirito membuat serangannya tidak berarti. Eugeo lalu berganti menjadi menggelitik perut Kirito.

"Ugya, kau....h-hahah...."

Kirito kehabisan nafas saat dia berjuang melawan penahanan dan digelitik , tiba-tiba terdengar suara keras yang datang dari belakang mereka.

"Kalian berdua! Bermain-main lagi!!"

Pada saat itu, pertarungan antara Kirito dan Eugeo menjadi benar-benar berhenti.

"Uu....."

"Ini buruk...."

Mereka berdua mengangkat bahu mereka lalu dengan takut melihat ke belakang.

Di atas batu yang sedikit jauh dari mereka berdua, dengan kedua tangannya berada di pinggang, sosok manusia dengan dadanya sedikit menonjol berdiri. Eugeo sedikit mengangkat tubuhnya, lalu berbicara dengan tersenyum.

"H....Hei, Alice, kau datang cukup cepat hari ini."

"Sama sekali tidak, ini adalah waktu yang sama."

Sosok tadi membuat wajah yang tidak bersahabat, dengan rambut panjang yang dikat di kedua sisi kepalanya memantulkan sinar keemasan di bawah cahaya matahari yang menembus dari dedaunan. Gadis itu melompat dari batu dengan lincah. Dia memakai rok biru terang dengan apron putih, dan keranjang rotan di tangan kanannya.

Nama gadis muda ini adalah Alice Schuberg. Anak perempuan dari kepala desa, dan dia umurnya sama dengan Eugeo dan Kirito, sebelas tahun.

Untuk semua anak yang tinggal di Rulidtidak, di daerah utara, itu sudah menjadi tradisi bahwa mereka akan diberikan Sacred Task dan menjadi murid di musim semi saat mereka berumur sebelas tahun, tapi, Alice satu-satunya pengecualian, dia belajar di gereja daripada bekerja. Dia diberi pelajaran khusus dari Sister Azariya agar dapat mengembangkan bakatnya dalam sacred art lebih jauh sebagai anak terbaik di desa.

Tapi, Rulid tidak cukup kaya untuk membiarkan anak kepala desa yang berumur sebelas tahun hanya belajar seharian, tidak peduli seberapa banyak bakat yang dia miliki. Semua orang yang dapat bekerja harus bekerja, mereka semua harus terus menahan serangan panas, hujan untuk waktu yang lama, penyakit, semua yang bisa menghilangkan Life dari tanaman dan bahan pangandengan kata lain, Dewa kegelapan Vector si penipu. Itu hanya ketika musim dingin yang keras telah tiba semua penduduk desa akhirnya dapat menjadi tenang.

Keluarga Eugeo mempunyai ladang gandum di lahan subur yang luas di sebelah selatan desa, ayahnya Orick dan keluarganya adalah petani. Setelah mengetahui Eugeo, salah satu dari tiga anaknya, tepilih untuk menjalankan tugas menebang mulutnya dipenuhi dengan perkataan yang gembira, tapi sebagian pikirannya pasti memiliki perasaan kekecewaan. Tentu saja mereka akan mendapat pembayaran untuk tugas menebang dari uang miliki desa , tapi kenyataan bahwa berkurangnya satu orang untuk membantu di ladang sama sekali tidak berubah.

Kenyataannya, anak tertua dari masing-masing keluarga akan diberikan Sacred Task yang sama seperti ayah mereka, jika berada di keluarga petani, anak perempuan mereka, anak laki-laki mereka, dan anak ketiga mereka juga mengikuti standar ini. Anak dari pemilik toko peralatan akan melanjutkan bekerja di toko peralatan, anak dari penjaga desa akan menjadi penjaga juga, dan anak dari kepala desa ikut menjadi kepala desa selanjutnya. Desa Rulid telah mempertahankan tradisi ini tanpa perubahan sama sekali selama ratusan tahun, orang dewasa mengatakan bahwa itu adalah hadiah perlindungan suci dari Stacia, tapi Eugeo dapa mengingat secara samar-samar ketidaksesuaian dari cerita mereka.

Kenapa, jika orang dewasa berpikir ingin memperluas desa, kenapa tidak ada satupun kesempatan sampai sekarang? Dia masih tidak dapat mengerti. Jika mereka ingin memperluas lahan, mereka tingal pindah sedikit ke selatan dan membiarkan pohon besar ini saja untuk memperluas hingga ke hutan selatan. Tapi, kepala desa yang merupakan orang terbijak, tidak memiliki keinginan sedikitpun untuk mengubah tradisi lama tersebut.

Lagipula, tidak peduli sudah berapa waktu telah berlalu, desa Rulid masih tetap miskin, jadi Alice yang merupakan anak kepala desa, hanya dapat belajar di pagi hari saat dia mengerjakan pekerjaan penting untuk merawat hewan ternak dan membersihkan rumah di siang hari. Tugas pertamanya setelah belajar adalah untuk membawa bekal makan siang pada Eugeo dan Kirito.

Dengan keranjang rotan di tangan kanannya, Alice melompat dengan lincah dari batu besar. Saat dia hendak mengeluarkan kemarahan dari mulutnya, Eugeo langsung berdiri semnetara menggelengkan kepalanya.

"Kami tidak sedang bermain-main, sungguh! Kami sudah menyelesaikan tugas pagi kami."

Bersamaan dengan alasan Eugeo yang cepat, Kirito, di belakangnya, bereaksi dengan cepat sambil berkata "Ya, ya."

Mata Alice mengeluarkan cahaya kuat saat melihat mereka berdua lagi, lalu kemarahannya menjadi melunak.

"Jika kalian punya kekuatan untuk berkelahi setelah selesai bekerja, aku ingin tahu jika aku seharusnya meminta pada kakek Garitta untuk meningkatkan beban pekerjaan untuk kalian berdua?"

"A-Apapun selain itu!"

"Hanya bercanda.Ayo, cepat makan siang. Hari ini sangat panas, jika kita tidak segera memakannya, ini akan menjadi tidak enak."

Alice kemudian meletakkan keranjang rotan itu di tanah, mengambil kain berukuran besar dari dalamnya, lalu membentangkan itu. Dia memilih tempat yang landai dan membentangkannya, yang membuat Kirito dengan cepat melepas sepatunya dan segera mendudukinya. Eugeo duduk setelahnya, lalu makanan itu dijejerkan satu demi satu di depan dua pekerja yang lapar.

Menu hari ini adalah daging asin dan pai dengan isi kacang panggang, roti hitam berlapis keju dan irisan daging asap, beberapa jeni buah dikeringkan, dan susu hasil perahan tadi pagi. Bahkan meskipun semua makanan selain susu dapat disimpan untuk dimakan nanti, tapi sinar matahari yang kuat di bulan ketujuh masih dapat menghabiskan Life dari makanan ini tanpa ampun.

Alice memberitahu Kirito dan Eugeo, yang hampir mengambil makanan, untuk 'menunggu', seolah-olah dia memerintah kepada seekor anjing, lalu dengan cepat memotong simbol di udara dan mengkonfirmasi Window dari setiap makanan yang dimulai dari toples yang berisi susu.

"Uwa, susunya hanya memiliki waktu sepuluh menit tersisa, dan painya hanya memiliki waktu kurang dari lima belas menit. Bahkan saat aku berlari kesini...Kalau begitu, jadi kita harus memakannya dengan cepat. Tapi pastikan untuk mengunyahnya dengan lembut."

Ketika Life dari suatu makanan habis, makanan itu akan berubah menjadi Makanan Busuk, yang bahkan satu gigitannya dapat menyebabkan suatu gejala penyakit seperti sakit perut untuk yang tidak mempunyai perut yang kuat. Eugeo dan Kirito yang sudah cukup lapar dan mulai menggigit potongan besar pai itu tanpa mengatakan apapun.

Mereka bertiga melanjutkan makan tanpa mengatakan apapun. Itu sudah jelas dengan dua anak laki-laki yang kelaparan, tapi Alice juga membuat seseorang berpikir dimana dia menaruh semua makanan yang dia makan dengan perut kecilnya. Semua makanan segera habis satu demi satu. Pertama tiga potong pai, diikuti oleh sembilan potong roti hitam, lalu sebotol toples susu itu habis, dan, setelah itu mereka bertiga menghela nafas lega.

"Bagaimana rasanya?"

Itu adalah Eugeo yang menjawab pertanyaan Alice dengan nada yang seriusnya, saat dia menatap pada mereka berdua.

"Ya, pai hari ini sangat enak. Kemampuan sudah sangat meningkat, Alice."

"B-Benarkah? Aku masih merasa ada yang sesuatu yang kurang dari rasanya bagaimanapun juga."

Tersipu, Alice mengatakannya sambil mengalihkan wajahnya, Eugeo saling berganti kedipan dengan Kirito sebelum tersenyum. Kotak makan siang mereka dibuat oleh Alice semenjak bulan lalu, tapi meskipun mengatakan hal itu, perbedaan diantara makanan yang dibuatnya dengan bantuan ibunya, Bibi Sadina, dan tanpa bantuannya, sangatlah jelas. Mereka mengerti bahwa suatu keahlian tidak segera didapatkan tanpa latihan untuk waktu yang lama, dan ini berlaku untuk apapuntetapi, Eugeo dan Kirito juga paham bahwa itu lebih baik untuk tidak mengatakannya.

"Lagipula"

Kirito mengatakannya sambil mengambil marigo kuning dari dalam botol buah kering.

"Dengan semua usaha untuk membuat kotak makanan yang lezat, aku ingin memakannya dengan waktu yang lebih lama. Aku ingin tahu kenapa hawa panas bisa membuat makanan rusak....."

"Kenapa? Hmmmm......"

Kali ini, tanpa menyembunyikan senyum masamnya, Eugeo mengangkat bahunya dengan gerakan yang berlebihan.

"Kau mengatakan hal yang aneh, huh? Musim panas membuat Life menurun lebih cepat karena itulah bagaimana itu bekerja. Apakah itu daging, ikan, sayuran dan buah-buahan, itu akan menjadi membusuk jika kamu meninggalkannya saja, bukan?"

"Aku tahu itu, aku bertanya kenapa, bukan? Di saat musim dingin, bahkan jika kamu meninggalkan daging asin mentah diluar selama berhari-hari, daging itu tidak akan membusuk, bukan?"

"Itu....Itu karena musim dingin itu dingin."

Kirito melengkungkan mulutnya seperti anak kecil yang rewel pada jawaban Eugeo. Mata hitamnya, yang sangat jarang di daerah utara, memancarkan sinar ketidakpatuhan.

"Itu benar, itu seperti yang Eugeo katakan, hawa dingin akan membuat makanan menjadi lebih tahan lama. Tidak hanya di musim dingin. Jika ada hawa dingin, bahkan di musim ini, kita masih dapat menyimpan makanan untuk waktu yang lama."

Kali ini Eugeo yang tercengang, dia perlahan menendang kaki Kirito dengan kakinya.

"Jangan mengatakannya seperti itu adalah hal yang mudah. Dingin? Musim panas itu panas, karena itu adalah musim panas. Apakah kamu memikirkan tentang menggunakan art pengontrol cuaca yang benar-benar terlarang untuk memanggil salju? Hari berikutnya Integrity Knight dari pusat akan terbang ke sini untuk membawa pergi dirimu."

"Y-Yah.....Tidak ada yang dapat kita lakukan.....? Aku merasa ada suatu cara, suatu cara yang mudah....."

Sementara Kirito bergumam dengan wajahnya yang merengut, Alice yang dengan tenang mendengarkan percakapan mereka sambil menggulung ujung rambut kucirnya sampai sekarang dan berkata.

"Menarik."

"A-Apa maksudmu, Alice?"

"Tidak, bukan tentang menggunakan art terlarang. Tidak perlu untuk skala yang cukup untuk menutupi desa, tapi hanya cukup kecil untuk diletakkan di dalam kotak makan ini sudah cukup, bukan?"

Saat mendengar apa yang dikatakan olehnya seolah-olah itu sangat normal, Eugeo tanpa sadar berbalik pada Kirito, yang mengangguk. Senyuman terlihat di wajah Alice sebelum dia melanjutkannya.

"Ada beberapa benda yang dingin bahkan di musim panas. Seperti air dari sumur yang dalam, atau daun Silve. Jika kita meletakkannya di dalam keranjang, bukankah itu akan menjadi dingin di dalamnya?"

"Ah.... Itu benar."

Eugeo melipat kedua tangannya dan berpikir.

Di tengah ruangan luas di depan gereja, ada sebuah sumur menakutkan yang sangat dalam yang digali semenjak desa Rulid terbentuk, air yang dikeluarkan dari dalam sumur itu sangat dingin hingga dapat membuat tangan menjadi mati rasa bahkan di musim panas. Juga, di hutan utara, ada beberapa pohon Silve yang tumbuh, daunnya sangat dingin dan melepaskan aroma tajam ketika diremas, tapi itu sangat bemanfaat untuk merawat luka memar. Mungkin jika menaruh satu toples air dari dalam sumur, atau membungkus pai dengan beberapa lembar daun Silve membuat itu mungkin untuk menjaga kotak makan dingin sementara membawanya ke tempat lain.

Tetapi, Kirito, yang juga terdiam sejenak untuk berpikir, perlahan menggelengkan kepalanya dan berkata.

"Jika seperti itu, aku berpikir itu tidak akan bekerja. Air sumur akan menjadi hangat beberapa menit setelah itu diambil, daun Silve mungkin bisa menjaga hawa dingin lebih lama, tapi aku tidak berpikir itu akan cukup untuk menutupi jarak dari rumah Alice menuju Gigas Cedar."

"Jadi, apa kamu memiliki metode lain?"

Alice, yang idenya telah ditolak, bertanya sementara mengejek. Kirito mengacak rambut hitamnya sambil terdiam untuk beberapa saat, lalu tiba-tiba bicara dengan nada rendah.

"Es. Dengan es yang sangat banyak, itu akan lebih dari cukup untuk menjaga kotak makan ini tetap dingin."

"Kau....."

Alice menggelengkan kepalanya dengan kekaguman.

"Sekarang musim panas. Dimana tepatnya kamu bisa menemukan es? Bahkan toko besar di pusat pasti tidak akan memilikinya!"

Dia mengatakannya dengan nada seperti ibu yang memarahi anak bandelnya.

Eugeo, di sisi lain, dapat merasakan perasaan yang buruk, saat dia sekilas melihat Kirito membuat ekspresi wajah yang seperti sebelumnya. Teman masa kecilnya, ketika suatu cahaya terlihat di matanya, ketika berbicara dengan nada seperti itu, Eugeo mengetahui dari pengalaman bahwa Kirito sedang memikirkan sesuatu yang tidak bagus. Di dalam kepalanya, dia mengingat ketika Kirito mengambil madu dari lebah raja di pegunungan timur, atau ketika dia memecahkan toples susu yang telah kadaluarsa ratusan tahun yang lalu di ruang bawah tanah gereja, pemandangan itu terlihat dan menghilang dengan cepat.

"J-Jadi, tidak apa-apa, bukan? Tidak ada yang salah dengan makan secara cepat bagaimanapun itu. Juga, jika kita tidak segera memulai pekerjaan sore kita dengan segera kita akan pulang terlambat."

Eugeo berkata seperti sementara memindahkan piring kosong itu dengan cepat pada keranjang rotan, saat dia menginginkan untuk menghentikan pembicaraan mengganggu ini. Tapi, saat dia melihat mata Kirito yang bersinar dengan terang, seolah-olah dia mendapat suatu ide, secara tak terhindari dia menyadari bahwa ketakutannya telah menjadi kenyataan.

".......Apa itu, apa rencana yang kamu miliki untuk saat ini?"

Pertanyaannya telah tercampur dengan kepasrahan, Kirito tersenyum sebelum menjawab.

"Hei.......Pada waktu yang duluuuu, kakek Eugeo menceritakan kita sebuah cerita, ingat?"

"Hmm......?"

"Cerita yang mana......?"

Selain Eugeo, Alice juga perlahan memiringkan kepalanya.

Sebelum Stacia memanggil kakek Eugeo ke sisinya dua tahun lalu, ada banyak legenda yang diceritakan olehnya dibalik janggut putihnya. Sementara duduk di kursi goyang di taman, dia selalu menceritakan berbagai cerita kepada tiga anak-anak yang duduk di dekat kakinya. Cerita aneh, cerita menarik, cerita menakutkan, ada ratusan cerita seperti itu, jadi Eugeo tidak tahu cerita mana yang Kirito maksudkan. Lalu teman masa kecilnya yang berambut hitam segera terbatuk sambil mengacungkan jari telunjuknya sebelum mengatakan.

"Es di musim panas, tidak ada yang lain selain itu, bukan? Bercouli dan si Putih dari Utara...... "

"Oi, hentikan ini, kau bercanda, bukan?"

Eugeo memotong perkataannya tanpa mendengar bagian akhir sementara mengayunkan tangan dan kepalanya dengan cepat.

Bercouli, diantara leluhur yang membentuk desa Rulid, adalah pengguna pedang terkuat, yang berperan sebagai kepala penjaga generasi pertama. Tapi karena itu dia hidup ratusan tahun yang lalu, hanya ada beberapa cerita tentang keberaniannya yang tersisa, dan cerita yang Kirito sebutkan adalah cerita yang yang paling hebat diantara itu semua.

Pada suatu hari di saat puncak musim panas, Bercouli melihat sebuah batu besar yang mengapung di sungai di sebelah timur desa. Saat mengambil batu tersebut, yang ternyata merupakan bongkahan es, Bercouli, dangan kekagumannya, berjalan menyusuri hulu sungai. Tidak lama kemudian, dia sampai pada bagian dari ujung dunia, Puncak Barisan Pegunungan, dan saat dia tetap berjalan mengikuti sungai yang sempit itu, dia berhadapan dengan mulut gua yang besar.

Bercouli melangkah menuju ke dalam gua melawan angin dingin yang berhembus, dan setelah dia melalui berbagai bahaya, dia sampai aula yang sangat luas. Apa yang dia lihat adalah seekor naga putih raksasa, yang diceritakan sebagai penjaga perbatasan Dunia Manusia. Sosok naga, yang menggulung tubuhnya pada berbagai macam harta karun yang tak terhitung jumlahnya, membuat Bercouli menyadari bahwa naga itu sedang tertidur, tapi bahkan dengan keberaniannya, dia masih terus mendekatinya dengan perlahan. Diantara berbagai harta karun itu, dia menemukan pedang panjang yang indah, dan dia ingin untuk memilikinya tidak peduli apapun yang terjadi. Dia perlahan menarikt pedang tersebut tanpa membangunkan naga itu, dan berlari menjauh secepat yang dia bisaitu adalah ringkasan ceritanya. Judul cerita itu adalah Bercouli dan Naga Putih Utara.

Bahkan untuk Kirito yang nakal, pastinya dia tidak akan berpikir untuk melanggar peraturan desa untuk pergi melewati Perbatasan Utara dan mencari naga yang asli, bukan?Sementara setengah berdoa, Eugeo bertanya dengan penuh ketakutan.

"Maksudmu, kita akan mengawasi sungai Ruhr dan menunggu sebongkah es mengapung turun...... benar?"

Tetapi, Kirito menghela nafasnya sebelum hanya mengatakan.

"Menunggu seperti itu, musim panas ini akan berakhir sebelum kita mendapatkan apapun. Aku tidak ingin mengikuti Bercouli dan pergi mencari naga. Dalam cerita, itu disebutkan bahwa ada es di jalan masuk gua, bukan? Cukup dua atau tiga buah sudah cukup untuk mengetesnya pada kotak makanan itu."

"Kau, seperti yang aku bilang......"

Eugeo menjadi terdiam untuk beberapa detik, lalu berbalik menuju ke samping, melihat ke arah Alice untuk membantunya membantah ide anak laki-laki yang berani itu. Lalu dia menyadari bahwa mata birunya bersinar dengan cahaya yang kuat, dia menurunkan bahunya dengan pemikiran itu.

Eugeo dan Kirito adalah dua anak nakal nomor satu di desa, mereka membuat banyak orang tua mengeluh dan memarahi mereka berdua di setiap hari. Tapi, hanya beberapa orang yang tahu bahwa banyak kenakalan mereka yang dibantu dan direncakan dari belakang oleh Alice, siswa teladan nomor satu di desa.

Alice sementara meletakkan jari telunjuknya ke mulutnya, saat dia terdiam beberapa saat, lalu tiba-tiba berkedip dan berkata,

"Itu bukan ide yang buruk."

"J-Jangan kau juga, Alice....."

"Memang benar, hanya anak kecil yang dilarang pergi menuju Perbatasan Utara. Coba untuk mengingat baik-baik. Kalimat sebenarnya yang tertulis di peraturan, [Tanpa pengawasan orang dewasa, anak kecil tidak boleh bermain melewati Perbatasan Utara]."

Eugeo dan Kirito tanpa sadar saling bertukaran pandangan.

Peraturan desa atau Perturan Dasar Penduduk Rulid sebagai nama resminya adalah tulisan lama yang setengahnya ditulis di atas kertas dan setengahnya di atas kulit, yang tebalnya hanya dua cen tersimpan di dalam rumah kepala desa. Ini adalah hal pertama yang semua anak-anak yang pergi ke sekolah gereja untuk mengahafalnya. Dan setelah itu, setelah mendengar dari orang tua mereka dan para tetua terus berkata 'Di dalam peraturan', 'Berdasarkan peraturan', peraturan ini tertanam di dalam kepala mereka sampai mereka berumur sebelas tahunapa yang mereka pikirkan, tetapi, kelihatannya Alice secara akurat mengingat semua teks, kata demi kata.

.......Tidak mungkin, jangan bilang padaku bahkan hukum dasar kerajaan yang tebalnya dua kali lipat juga..... tidak, bahkan mengingat dengan sempurna peraturan desa sudah......

Sementara pandangan Eugeo dipenuhi dengan pemikiran seperti itu, Alice menjelaskan suara di tenggorokannya lagi, lalu melanjutkan perkataan dengan nada seperti seorang guru.

"Bukankah itu benar? Kita tidak pergi kesana untuk bermain, itu dilarang oleh peraturan. Tapi mencari bongkahan es bukanlah bermain. Memperpanjang Life dari kotak makanan bukan hanya untuk kita, ini juga membantu orang yang bekerja di lahan dan peternakan, benar? Jadi ini juga dapat dianggap sebagai bagian dari pekerjaan."

Setelah perkataannya yang keluar selesai, Eugeo saling bertukar pandangan dengan Kirito lagi. Meskipun mata hitam partnernya yang awalnya memiliki sedikit keraguan, tapi itu dengan segera meleleh seperti balok es yang mengapung di sungai saat musim panas

"Ya, itu benar, itu sangat benar."

Sambil melipat tangannya, Kirito mengangguk dengan wajah serius.

"Karena ini pekerjaan, bahkan jika kita pergi melewati batas hingga sampai ke Puncak Barisan Pegunungan, itu masih tidak dianggap sebagai melanggar peraturan desa. Lihat, Balbossa-san selalu mengatakannya, bukan? 'Pekerjaan bukan hanya sesuatu yang diperintahkan, jika kamu sedang bebas maka carilah pekerjaan!', seperti itu. Jika mereka menjadi marah, kita cukup menunjuk pada perkataannya, lalu itu semua seharusnya akan baik-baik saja."

Keluarga Balbossa adalah keluarga kaya yang memiliki lahan gandum terluas di desa. Kepala keluarganya yang sekarang, Nigel Balbossa adalah orang tua berumur lima puluh tahun yang masih memiliki tubuh sehat, bahkan meskipun keluarganya bisa memanen gandum lebih banyak dibandingkan dengan keluarga lainnya, dia masih belum puas, dan kapanpun dia beremu dengan Eugeo di jalan, dia selalu menyalaminya dengan ejekan 'Masih belum bisa menebang jatuh pohon Cedar yang menyebalkan itu?'. Rumor mengatakan bahwa dia meminta kepala desa untuk mengutamakan keluarganya untuk menanam di lahan baru saat Gigas Cedar telah tertebang jatuh. Respon Eugeo adalah, 'Sebelum itu terjadi, Lifemu akan sudah lama hilang,' tentu saja dia hanya mengatakan itu di pikirannya.

Bahkan meskipun ide Kirito untuk menggunakan perkataan Nigel sebagai alasan untuk pergi melewati Perbatasan Utara sangat menarik, tapi setelah bertugas sebagai penahan kelompok ini untuk waktu yang lama membuat Eugeo tidak mampu untuk berhenti mengatakan 'Tapi'.

".......Tapi, pergi ke Puncak Barisan Pegunungan tidak hanya melanggar peraturan desa tapi 'itu' juga, bukan? Bahkan jika kita berhasil pergi melewati Perbatasan Utara dan sampai pada dasar pegunungan itu, kita masih tidak dapat memasuki gua itu......"

Saat mendengar itu, Alice dan Kirito membuat wajah serius.

Itu yang Eugeo katakan adalah hukum mutlak yang memerintah semua manusia di Dunia Manusia yang luas, kekuasaannya jauh diatas Hukum Dasar Kerajaan Norlangarth Utara, lupakan Aturan Dasar Penduduk Rulid Namanya adalah Taboo Index.

Itu dibuat oleh Gereja Axiom, menara raksasa yang kelihatannya menjulang hingga mencapai surga, terletak di Centoria Pusat. Buku tebal yang diikat dengan sarung kulit putih bersih yang tidak hanya digunakan di kerajaan utara dimana Eugeo tinggal, tapi juga di setiap kota dan desa di kerajaan timur, selatan, dan barat.

Taboo Index, tidak seperti peraturan desa dan hukum kerajaan, itu sama seperti namanya, itu adalah catatan dari Hal yang tidak boleh dilakukan. Itu dimulai dengan larangan dasar seperti Menentang Gereja atau Membunuh, Mencuri, hingga daftar sampingan seperti batas hewan dan ikan yang dapat ditangkap setiap tahun, atau makanan yang tidak boleh diberikan kepada hewan ternak, jumlahnya dengan mudah melebihi seribu daftar. Untuk semua anak-anak yang menghadiri sekolah, selain belajar menulis dan berhitung, pelajaran yang paling penting adalah untuk menghafalkan semua Taboo Index.Atau lebih tepatnya, tidak mengajar Taboo Index di sekolah dapat dianggap sebagai melanggar taboo.

Meskipun Taboo Index dan Gereja Axiom memiliki kekuasaan yang luas, tapi kelihatannya ada daerah dimana mereka tidak memiliki kekuasaan sama sekali. Dibalik yang mengelilingi dunia ini adalah tanah kegelapanatau Dark Territory dalam Pengucapan Suci. Karena itu, pergi menuju Puncak Barisan Pegunungan saja sudah dilarang oleh Taboo Index sejak awal. Untuk Eugeo, itu sama sekali tidak berguna hanya dengan pergi ke dasar pegunungan tanpa memasuki gua itu.

Alice pasti akan mencari cara untuk menantang Taboo Index seperti biasanya, tapi berpikir seperti itu sudah merupakan taboo itu sendiri.Eugeo menatap pada teman masa kecilnya yang lain sementara memikirkan hal itu.

Bulu matanya yang panjang berkilauan dibawah sinar matahari di siang hari yang melewati dedaunan yang terlihat seperti benang emas yang sangat indah, Alice menjadi terdiam untuk sesaatLalu kemudian, dia mengangkat wajahnya, lalu bicara dengan cahaya ketidakpatuhan seperti biasanya yang bersinar di matanya.

"Eugeo. Kata laranganmu masih tidak akurat lagi."

"Eh....... kau berbohong."

"Aku tidak berbohong. Apa yang tertulis di Taboo Index adalah: Bab pertama, kalimat ketiga, paragraf kesebelas, Tidak ada seorangpun yang boleh pergi melewati Puncak Barisan Pegunungan yang membatasi batas Dunia Manusia .....Melewati pegunungan, normalnya dengan cara mendaki melewatinya. Itu tidak termasuk pergi ke dalam gua tidak termasuk didalamnya. Juga, tujuan kita bukan pergi melewati perbatasan pegunungan untuk bermain, tapi untuk mendapatkan es, bukan? Tidak tertulis Dilarang mencari es di Puncak Barisan Pegunungan yang tertulis di Taboo Index sama sekali."

Kata-kata yang keluar dengan lancar dari suara jelas dan manis Alice seperti bel kecil dari gereja, Eugeo tidak mengatakan apapun. Memang, dia merasa apa yang dikatakan Alices entah bagaimana sangat benar.

Tapi, sampai sekarang kita belum pernah pergi menuju Perbatasan Utara sebelumnya, kita hanya mengikuti sungai Ruhr hingga sampai di kolam kembar. Aku tidak tahu apa yang berada di balik itu, apalagi musim ini ada banyak kumbang mnyebalkan di tepi sungai juga......

Sementara Eugeo yang masih dengan susah payah memikirkan suatu cara untuk kabur, Kirito menepuk punggungnya dengan kekuatan yang tidak cukup untuk mengurangi Lifenyasebelum mengatakan.

"Lihat, Eugeo, jika Alice, yang belajar paling rajin di desa ini, mengatakan seperti itu, maka tidak ada keraguan tentang itu! Baiklah, maka sudah diputuskan, pada hari libur nanti kita akan mencari naga pu......Erm, maksudku, mencari gua dengan es!"

"Lalu itu akan lebih baik jika kotak makanannya dibuat dengan bahan yang bertahan jauh lebih lama."

Melihat wajah terang dari kedua teman masa kecilnya, Eugeo menghela nafas di dalam pikirannya sebelum menjawab "Yeah...," dengan pelan.

Bagian 2[edit]

Kelihatannya, cuaca itu sangat bagus di hari ketiga di hari libur di bulan ketujuh.

Hanya di hari libur anak-anak yang berumur diatas sepuluh, yang sudah diberi Sacred Task mereka, diperbolekan bermain hingga sampai waktu makan malam seperti saat mereka masih kecil. Eugeo dan Kirito biasanya menghabiskan waktu itu dengan melakukan sesuatu memancing dan berlatih teknik pedang dengan anak laki-laki lainnya, tetapi, hari ini mereka meninggalkan rumah mereka bahkan sebelum kabut pagi menghilang, dan menunggu Alice di bawah pohon tua yang ada di pinggiran desa.

"........Dia terlambat!"

Bahkan meskipun dia telah menunggu bersama Eugeo hanya untuk beberapa menit, Kirito sudah mengeluh.

"Aku tidak mengerti kenapa berdandan jauh lebih penting dibandingkan dengan datang tepat waktu untuk perempuan. Mungkin dua tahun kemudian dia akan menjadi seperti saudara perempuanmu yang mendapati pakaiannya menjadi kotor di hutan dan menolak untuk memakainya lagi setelah itu."

"Itu tidak dapat diharapkan, perempuan memang seperti itu."

Setelah mengatakannya dengan senyuman masam, Eugeo lalu tiba-tiba memikirkan tentang apa yang akan terjadi dua tahun lagi.

Alice mungkin masih akan menjadi gadis tanpa Sacred Task, orang-orang disekitarnya mungkin akan membiarkan keinginannya untuk terus bersama dengan Eugeo dan Kirito. Tapi karena dia adalah anak perempuan dari kepala desa, sebagian besar itu telah diputuskan bahwa dia harus berperilaku sebagai contoh dasar bagi perempuan lain di desa. Itu tidak akan lama lagi, dia akan dilarang untuk bermain dengan anak laki-laki, dan tidak diragukan lagi bahwa dia harus belajar tidak hanya dengan sacred art tapi juga tentang perilaku sopan santun.

Lalu.....Apa yang akan terjadi setelah itu? Akankah dia harus menikah dengan keluarga lain?, seperti saudara perempuan tertua Eugeo, Sulinea,jika memang begitu, apa yang akan patnernya pikirkan.....?

"Oi, kamu terlihat terhuyung. Apa kamu cukup tidur malam kemarin?"

Dengan tatapan yang tiba-tiba dari Kirito dengan ekspersi yang penuh dengan keraguan, Eugeo mengangguk dengan cepat.

"Y-Yeah, aku baik-baik saja.....Ah, dia sudah datang."

Sambil mendengar langkah pelan, dia menunjuk ke arah yang menuju desa.

Seseorang yang terlihat dari kabut pagi yang tebal adalah Alice, seperti yang Kirito telah katakan, rambut pirangnya yang disisir rapi telah diikat dengan pita, yang berayun diatas celemek polosnya. Eugeo tanpa sadar bertukar pandangan dengan sahabatnya sementara mencoba untuk tidak tersenyum, lalu mereka berbalik untuk berteriak pada saat yang bersamaan.

"Kau terlambat!"

"Kalian yang terlalu cepat. Berhenti berperilaku seperti anak kecil setiap waktu."

Saat dia selesai mengatakan itu, Alice mendorong keranjang rotan yang di tangan kanannya pada Eugeo dan botol air minum di tangan kirinya pada Kirito.

Mereka berdua secara insting mengambil barang itu sebelum berbalik mengarah ke jalan sempit yang terbentang dari utara. Alice membungkukkan badannya untuk memetik sepucuk rumput, mengangkatnya dan mengarahkan ujungnya menuju gunung batu tinggi, dia lalu berteriak dengan penuh semangat.

"Kalau begitu......Kelompok pencari es di musim panas, berangkat!"

Kenapa kita selalu berakhir sebagai Tuan putri dan dua pengawal?Sementara memikirkannya, Eugeo bertukar pandangan dengan Kirito dan berlari mengejar Alice yang sudah berjalan lebih dulu.

Desa ini memiliki jalan yang terbentang dari utara hingga selatan, sementara jalan di sisi selatan yang rata karena langkah kaki manusia dan kendaraan yang datang dan pergi setiap waktu, jalan di sisi utara, yang hampir tidak ada seorangpun tinggal di sana, memiliki banyak akar pohon dan kerikil yang membuat berjalan menjadi sulit. Tapi, Alice dengan mudahnya melompat melalui jalan kasar itu seolah-olah itu adalah jalan yang rata, berjalan meninggalkan mereka berdua saat dia bersenandung.

Bagaimana mengatakannya, dia memiliki kontrol yang bagus pada tubuhnya?, adalah apa yang Eugeo pikirkan. Beberapa tahun lalu Alice kadang-kadang mengikuti latihan pedang bersama anak nakal di desa, dan ranting tipisnya selalu mengenai Eugeo dan Kirito tak terhitung jumlahnya. Tongkat itu seolah-olah itu bisa memotong udara, bahkan jika lawannya adalah roh angin. Jika dia terus melatihnya, itu akan mungkin bahwa Alice akan dapat menjadi penjaga perempuan pertama di desa.

"Penjaga, huh........."

Eugeo berguman dengan suara pelan.

Sebelum Sacred Task untuk menebang pohon besar telah diberikan padanya, mungkin itu adalah impiannya, meskipun itu samar-samar dan luar biasa. Semua anak di desa berharap terpilih menjadi seorang penjaga, sebagai ganti dari tongkat kayu yang dibuat dari cabang pohon, mereka akan diberikan pedang besi baru, dan akan belajar di sekolah seni pedang asli.

Tidak hanya itu. Setiap musim gugur, semua penjaga di setiap desa di daerah utara dapat berpartisipasi dalam turnamen pedang yang dilaksanakan di Zakkaria, di bagian selatan. Jika seseorang mendapat peringkat yang tinggi, mereka bisa menjadi penjagadiakui sebagai swordsman sungguhan baik dari nama dan kenyataan, serta diperbolehkan meminjam pedang resmi yang ditempa oleh pandai besi dari pusat. Tapi, impiannya belum berakhir hanya sampai disitu. Jika mereka bisa menunjukkan prestasi mereka sebagai penjaga, mereka akan mendapat hak untuk mengikuti ujian masuk Akademi Master Pedang, yang memiliki sejarah lama dan dibanggakan. Setelah melewati ujian yang sulit, dan lulus dari akademi setelah dua tahun belajar, mereka dapat berpartisipasi dalam turnamen ilmu pedang yang dihadiri Raja Kerajaan Norlangath Utara. Bercouli yang melegenda dikatakan berhasil memenangkan turnamen ini dengan sangat baik.

Pada akhirnya, terkumpulnya semua pahlawan di seluruh penjuru Dunia Manusia yang digelar oleh Gereja Axiom itu sendiri, Turnamen Persatuan Empat Kerajaan. Hanya seseorang yang memenangkan pertarungan yang bahkan dapat dilihat oleh dewi dengan jelas, orang yang terkuat dari semua swordsman, untuk bertarung melawan mosnter dari tanah kegelapan, untuk diangkat dengan tugas sebagai penunggang naga, seorang Integrity Knight

Sampai titik itu, impiannya telah melewati imajinasinya, tapi mungkin, ada waktu dimana Eugeo memiliki pemikiran tentang itu. Mungkin, jika Alice meninggalkan desa bukan sebagai swordswoman tapi sebagai murid penyihir art, untuk belajar di Zakkaria atau bahkan di Akademi Master Art di pusat, pada saat itu, dengan di sampingnya sebagai pengawal, dengan tubuhnya memakai seragam pengawal berwarna hijau dan coklat muda, dengan pedang resmi yang berwarna keperakan berkilauan di pinggangnya, adalah dia......

"Impian itu masih belum berakhir."

Tiba-tiba, bisikan datang dari Kirito yang berjalan di sampingnya. Eugeo mengangkat wajahnya dengan penuh keterkejutan. Kelihatannya, hanya dengan helaan nafas yang dikeluarkan olehnya sebelumnya, Kirito dapat mengetahui semua arti dibalik itu. Instingnya masih tajam seperti biasa. Eugeo membuat senyum masam dan berguman sebagai balasannya.

"Tidak, itu sudah berakhir."

Ya, impian itu sudah berakhir. Di musim semi tahun lalu, Sacred Task sebagai murid penjaga diberikan kepada Jink, anak dari kepala penjaga yang sekarang. Bahkan meskipun kemampuan pedangnya jauh lebih lemah dibandingkan dengan Eugeo dan Kirito, dan tentu saja Alice. Eugeo melanjutkan perkataannya dengan nada yang tercampur dengan sedikit kejengkelan.

"Setelah Sacred Task diberikan, bahkan kepala desa tidak dapat merubahnya."

"Dengan satu pengecualian, bukan?"

"Pengecualian.........?

"Ketika tugas itu telah diselesaikan."

Kali ini dia membuat senyum masam pada sifat keras kepala Kirito. Patnernya ini masih tidak akan membiarkan ambisinya untuk menebang Gigas Cedar pada generasinya.

"Setelah kita menebang jatuh pohon itu, pekerjaan kita benar-benar akan selesai. Setelah itu kita dapat memilih Sacred Task kita sendiri, bagaimana?"

"Itu benar, tapi......"

"Aku sangat senang aku tidak mendapat Sacred Task sebagai penggembala atau petani. Tugas itu tidak pernah akan berakhir, tapi tugas kita berbeda. Aku yakin pasti ada cara, dalam tiga......Tidak, dua tahun kita akan menebangnya, dan lalu....."

"Kita akan mengikuti turnamen ilmu pedang di Zakkaria."

"Apa? Apa kau memikirkan hal yang sama, Eugeo?

"Aku tidak akan membiarkan Kirito terlihat hebat seorang diri."

Setelah saling bertukar perkataan, Eugeo merasa perasaan aneh bahwa itu bukan lagi impian yang tidak nyata. Mereka berdua berjalan sambil tersenyum lebar, membayangkan pemandangan ketika mereka menerima pedang resmi, kembali lagi menuju desa, dan membuat mata Jink dan teman-temannya terbuka lebar karena rasa iri, Alice yang berjalan di depan mereka tiba-tiba berbalik ke belakang.

"Hei kalian berdua, apa sih yang kalian bicarakan secara rahasia?"

"T-Tidak, tidak ada apa-apa. Aku hanya berpikir jika ini adalah waktunya makan siang, bukan?"

"Y-Yeah."

"Bukannya kita baru saja berjalan? Juga, lihat, kita dapat melihat sungainya sekarang."

Ketika mereka melihat ke arah dimana bagian ujung dari rumput yang Alice pegang tunjukkan, mereka dapat melihat permukaan air yang bergerak di sana. Sumber dari sungai Ruhr berasal dari Puncak Barisan Pegunungan, yang mengalir menuju bagian timur desa Rulid, berlanjut menuju bagian selatan kota Zakkaria. Di tempat bertemunya jalan dengan sungai, jalannya terbagi menjadi dua, jalan kanan melewati jembatan Rulid utara menuju hutan timur, jalan kiri terbentang ke utara menyusuri tepi sungai di bagian barat. Arah yang kedua jalan itu tuju, sudah jelas, utara.

Saat Eugeo sampai di persimpangan, dia membungkuk di tepi sungai, lalu mencelupkan tangan kanannya ke dalam aliran air yang jelas dan membuat suara gemericik. Karena sekarang pertengahan musim panas, air yang membeku saat awal musim semi mulai menghangat. Itu akan terasa menyenangkan jika dia dapa melepaskan bajunya dan melompat ke dalam air, tapi dia tidak dapat melakukannya di depan Alice.

"Ini bukanlah suhu dimana dapat membuat bongkaan es mengapung."

Eugeo berkata dan berbalik ke sampingnya, Kirito meringis sebelum memprotes.

"Karena itu kita pergi ke gua besar dimana es itu berasal, bukan?"

"Itu semua bagus, tapi kita harus kembali sebelum bel sore. Mari kita lihat.....Saat Solus berada di tengah-tengah langit, kita seharusnya mulai segera kembali."

"Itu tidak dapat diharapkan. Jika memang begitu maka kita harus cepat!"

Di belakang Alice, yang sedang melangkah di semak-semak, mereka berdua mempercepat langkah mereka untuk mengejarnya.

Dahan pohon yang menjalar dari bagian kiri berperan sebagai sebagai kanopi, menghalangi sinar matahari, lalu ada juga udara dingin yang terangkat dari permukaan sungai di sisi kanan, itu semua membantu mereka bertiga berjalan dengan nyaman bahkan meskipun Solus sudah terangkat tinggi di atas langit. Jalan yang berada di tepi sungai yang lebarnya sekitar satu mel tertutupi dengan rumput pendek musim panas, dan hampir tidak ada kerikil atau lubang yang membuat berjalan menjadi sulit.

Eugeo berpikir, kenapa mereka tidak pernah melangkahkan kaki melewati kolam kembar bahkan sekali, meskipun itu sangat mudah untuk berjalan menuju kesana.

Perbatasan Utara yang tertulis di peraturan desa melarang anak-anak untuk melewatinya yang bahkan masih jauh dari kolam kembar. Jadi bahkan jika mereka pergi sebelum sampai tempat itu, yaitu dapat dikatakan bahwa perasaan tidak nyaman dari peraturan itu yang membuat kaki mereka tidak dapat bergerak ketika melihat perbatasan itu dihadapan mereka.

Bahkan meskipun dia dan Kirito selalu mendengarkan keluhan dari orang dewasa yang berbicara tentang tradisi, memikirkan tentang itu, jauh dari melakukannya mereka berdua bahkan tidak pernah memikirkan tentang melanggar peraturan atau Taboo. Petualangan sederhana hari ini menjadi yang terdekat bagi mereka untuk hampir melakukan perbuatan terlarang.

Eugeo mulai merasakan sedikit kekhawatiran, dia melihat Kirito dan Alice yang berjalan dengan santai di depannya, mereka bahkan menyanyikan lagu gembala dengan merdu.Mereka berdua.....Apa mereka tidak memiliki rasa takut atau khawatir sedikitpun?, sambil memikirkannya, Eugeo mendesah sedih.

"Hei, tunggu."

Dia memanggil, mereka berdua yang terus berjalan tapi kemudian berbalik secara bersamaan.

"Ada apa, Eugeo?"

Alice memiringkan kepalanya sementara bertanya dengan nadayang sedikit mengancam dan dipenuhi tujuan.

"Kita sudah agak jauh dari desa sekarang......Apa tidak ada hewan berbahaya di sekitar sini?"

"Eh? Aku tidak pernah mendengarnya bagaimanapun juga."

Alice mengataannya sementara melihat padanya, saat Kirito perlahan mengangkat bahunya.

"Hmm........Donetti yang memiliki cakar panjang besar yang kakek lihat, dimana dia mengatakan hewan itu berada?"

"Itu berada di sekitar pohon apel hitam di timur, bukan? Tapi itu adalah cerita lama dari sepuluh tahun yang lalu bagaimanapun juga."

"Jika hewan yang ada di sekitar sini, itu mungkin rubah bertelinga empat. Eugeo, kamu sangat penakut, bukan?"

Saat mereka tertawa 'Ahaha' , Eugeo dengan cepat membantah.

"T-Tidak, ini bukan tentang takut........Kita tidak pernah pergi melewati kolam kembar sebelumnya, bukan? Aku hanya ingin kita untuk lebih hati-hati."

Setelah mendengarnya, mata hitam Kirito bersinar dengan terang.

"Yeah, itu benar. Apa kau tahu? Saat waktu desa baru saja terbentuk, kadang-kadang monster dari Tanah Kegelapan.....Seperti Goblin atau Orc akan melewati pegunungan untuk mencuri domba atau menculik anak kecil."

"Apa? Apa kalian berdua mencoba menakutiku? Aku tahu tentang itu. Pada akhirnya Integrity Knight datang dari pusat dan mengalahkan pemimpin Goblin."

"Semenjak hari itu, di hari yang cerah, knight dengan naga putih keperakan dapat terlihat jauh di atas Puncak Barisan Pegunungan."

Kirito berguman di kalimat terakhir dari dongeng yang diketahui oleh semua anak-anak di desa, sementara berbali ke atas untuk menatap menuju langit. Eugeo dan Alice melakukan hal yang sama, sebelum mereka menyadari, pandangan mereka telah dipenuhi dengan pegunungan berbatu putih bersih, dan diatasnya ada langit biru dimana mereka hendak mencari sesuatu.

Untuk beberapa saat, mereka merasa memiliki perasaan melihat cahaya kecil berkilauan diantara awan, tapi mereka tidak dapat melihat apapun saat mencoba memfokuskan pandangan mereka. Mereka bertiga saling berpandangan satu sama lain sebelum tertawa karena perasaan malu.

"Itu hanya dongeng, bukan? Naga es yang tinggal di dalam gua itu, pastinya, hanya cerita yang dibuat beberapa lama kemudian oleh, Bercouli."

"Oioi, jika kamu mengatakan sesuatu seperti itu di desa, pukulan dari kepala desa akan dijatuhkan pada kepalamu. Swordsman Bercouli adalah pahlawan Rulid setelah semua."

Kata-kata Eugeo membuat senyuman terlihat di wajah semua orang sekali lagi, dan Alice mempercepat langkahnya.

"Kita tidak akan tahu sampai kita tiba di sana. Lihat, jika kalian terus berjalan santai seperti itu, kita tidak akan mampu untuk tiba di sana sebelum makan siang."

Seperti yang dikatakannya, Eugeo tidak berpikir mereka akan sampai di Puncak Barisan Pegunungan selama setengah hari hanya dengan berjalan bagaimanapun juga.

Puncak Barisan Pegunungan, seperti yang disebutkan dalam namanya, merupakan batas dari dunia, dengan kata lain, batas dari daerah manusia yang terbagi dari empat kerajaan yaitu utara, selatan, timur, dan barat, untuk desa Rulid yang berada di lokasi paling utara dari kerajaan utara, itu bukanlah suatu tempat dimana langkah anak kecil dapat mencapainya dengan mudah.

Jadi, Eugeo benar-benar terkejut ketika, tepat sebelum matahari mencapai bagian tengah langit, sungai Ruhr, yang perlahan menjadi menyempit, menghilang di depan jalan masuk gua yang terbuka di berada di dasar dari tebing curam.

Hutan lebat yang terbentang di kedua sisi tiba-tiba menghilang, di depan matanya adalah tebing curam abu-abu yang tidak rata terbantang ke atas. Jika dia melihat ke atas, dia dapat melihat secara samar-samar langit biru yang melintasi barisan pegunungan berwarna putih murni itu dari kejauhan, tebing batu ini tanpa keraguan adalah, Puncak Barisan Pegunungan.

"Kita telah sampai......? Ini, Puncak Barisan Pegunungan.....Bukan? Bukankah ini sedikit terlalu cepat......?"

Kirito, yang kelihatannya tidak mempercayainya, mengatakan itu dengan suara samar-samar. Itu juga sama seperti Alice, yang berbisik dengan mata birunya yang terbuka lebar,

"Lalu......Dimana Perbatasan Utara? Apa kita telah melewatinya tanpa mengetahuinya?"

Seperti yang dia katakan. Itu sangat mungkin anak-anak dari desaatau bahan orang dewasa telah melewati perbatasan itu tanpa menyadarinya. Memikirkan tentang itu, sekitar tiga puluh menit berjalan dari kolam kembar, ada suatu tempat yang sedikit ke atas dan ke bawah, apakah tempat itu adalah Perbatasan Utara?

Sementara Eugeo masih melihat keadaan sekitar dengan keraguan, bisikan Alice dengan nada serius yang tidak biasanya mencapai telinganya.

"Jika ini adalah Puncak Perbatasan Pegunungan.....Lalu di sisi lain adalah Tanah Kegelapan, bukan? Jika memang begitu.....Kita hanya berjalan selama empat jam, jumlah waktu yang sama yang bahkan tidak akan membuat kita ke Zakkaria. Rulid.....Memang berada di perbatasan dunia....."

Eugeo berdiri dengan kebingungan,Kita tinggal di desa untuk waktu yang lama tapi kita tidak mengetahui dimana lokasi desanya di dunia ini? Tidakmungkinkah bahkan orang dewasa tidak mengetahui bahwa Puncak Barisan Pegunungan itu sedekat ini? Selama tiga ratus tahun dalam sejarah, seseorang yang melewati hutan lebat yang terbentang dari bagian utara desa, selain dari Bercouli, adalah kita....?

Bagaimanapun juga.....Ini sangat aneh.Eugeo berpikir seperti itu. Tapi, dia tidak tahu kenapa itu aneh.

Setiap hari, di waktu yang sama, semua orang dewasa memakan sarapan mereka, pergi bekerja di lahan atau peternakan, menempa atau memintal di tempat kerja mereka seperti hari sebelumnya. Apa yang Alice katakan sebelumnya, bahwa empat jam tidak cukup untuk mencapai Zakkaria,tentu saja, mereka semua tidak pernah pergi ke Zakkaria sebelumnya,Aku dengar dari orang-orang dewasa bahwa itu membutuhkan waktu dua hari berjalan melewati jalan utama selatan untuk mencapai kota itu. Tetapi, berapa banyak orang dewasa yang pergi ke Zakkaria dan kembali....?

Memikirkan dengan cepat dari pertanyaan membingungkan yang muncul di pikiran Eugeo, segera tersapu oleh suara Alice.

"Bagaimanapun juga, tidak ada yang dapat kita lakukan selain masuk ke dalam setelah kita datang hingga sejauh ini. Tapi sebelum itu, mari kita kita makan siang terlebih dahulu."

Dengan mengatakan itu, dia menarik keranjang rotan dari tangan Eugeo, lalu merendahkan pinggangnya di semak pendek dimana itu berganti menjadi bebatuan. "Ini yang aku tunggu, perutku sudah merasa lapar." Dengan suara bersemangat dari Kirito, Eugeo juga duduk di atas rumput. Aroma harum dari pai menghilangkan sisa dari keraguannya, semua yang dapat dia ingat adalah perutnya mulai mengeluh karena rasa lapar.

Alice menghentikan tangan yang terulur dari Eugeo dan Kirito dengan memukulnya sementara mengeluarkan window dari masing-masing makanan. Setelah dia selesai memeriksa semua makanan yang masih memiliki banyak waktu yang tersisa, dia mengeluarkan pai isi kacang dan ikan, pai isi apel dan walnut, dan buah persik kering. Sebagai tambahan, dia menuang air Siral yang tersimpan di kantung air ke gelas kayu, ini juga sudah diperiksa untuk tidak segera menghilang.

Saat dia kemudian memperbolehkan mereka, Kirito yang sudah cukup kesal hingga tidak mengatakan apapun saat dia mulai memakan pai ikannya, lalu bicara dengan suara yang tidak jelas sementara masih mengunyah.

"Gua itu....Jika kita menemukan banyak es, maka kita tidak perlu terburu-buru untuk memakan makan siang besok."

Menelan makanannya, Eugeo berbalik untuk menghadapnya dan menjawab.

"Tapi memikirkan tentang itu, bahkan jika kita berhasil menemukan esnya, bagaimana kita dapat mempertahankan Lifenya dengan suatu cara sejak awal? Jika semuanya meleleh sebelum waktu makan siang besok maka tidak ada gunanya kita melakukan ini, bukan?"

"Mu......."

'Aku tidak memikirkan tentang itu,' bahu Kirito menurun, lalu Alice berkata dengan nada yang tidak peduli.

"Jika kita membawanya dengan cepat dan menyimpannya di gudang rumahku, untuk satu malam sama sekali tidak masalah. Kalian berdua, kalian seharusnya telah memikirkannya dari awal."

Saat mereka menyadari pikiran tidak berguna mereka dikatakan, Eugeo dan Kirito mencoba untuk menyembunyikan rasa malu mereka dengan memenuhi mulut mereka dengan makanan. Bahkan meskipun mereka masih memiliki banyak waktu, Alice masih makan dengan kecepatan biasanya seperti sebelumnya sebelum meminum air Siral.

Setelah melipat dan menaruh kain putih dengan rapi lalu memasukkannya ke dalam keranjang rotan, Alice berdiri. Lalu dia berjalan menuju sungai terdekat dengan tiga gelas di tangannya, dan mencucinya dengan cepat di sungai.

"Uhyaa."

Dia mengeluarkan suara aneh sementara menyelesaikan pekerjaannya, dan ketika dia kembali, Alice merentangkan tangannya, yang telah dikeringkan dengan menggunakan celemek, pada Eugeo.

"Air di sunga itu sangat dingin! Itu seperti air sumur saat di tengah musim dingin."

Apa yang dia lihat adalah telapak tangan kecil yang berubah menjadi kemerahan. Tanpa dia sadari, dia mengulurkan tangannya dan menggenggam itu pada tangan Alice, tentu saja untuk saling berganti rasa hangat dari tangannya dengan rasa dingin di tangannya.

"Tunggu.....Hentikan itu."

Pipi kecilnya sekarang berubah menjadi warna yang sama dengan tangannya, dan Alice menarik kembali tangannya. Pada saat itu, Eugeo menyadari dia telah melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh dirinya yang biasanya, dan menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Ah.....Tidak, itu.."

"Baiklah, bukannya kita seharusnya berangkat sekarang, tuan dan nyonya?"

'Apa kau berencana untuk membantuku keluar dari situasi ini?' Eugeo tersenyum sementara mengatakan itu dan perlahan menendang kaki Kirito, dan setelah perbuatan kasarnya, dia mengangkat kantung air menuju bahunya, dan berjalan ke dalam gua tanpa melihat ke belakang.

Itu sangat sulit dipercaya bahwa sumber dari Sungai Ruhr, sungai jernih yang diikuti oleh mereka bertiga sampai sekarang, akan menjadi sekecil ini. Dengan diameter sekitar satu setengah mel, sungai kecil ini mengalir keluar dari gua yang terbuka di tebing yang tinggi, dan di sisi kirinya, ada batu yang berukuran sama menonjol keluar, dia melangkah pada itu dan berjalan ke dalam gua.

Eugeo berpikir,Bercouli telah melangkah pada batu ini tiga ratus tahun lalu,saat dia mencoba yang dia bisa untuk masuk ke bagian dalam gua. Tiba-tiba, suhu dari sekelilingnya menjadi turun, dia menggosokkan kedua tangannya yang tidak tertutupi bagian lengan baju pendeknya.

Dia berjalan maju sebanyak sepuluh langkah sambil memastikan dua langkah dari belakang mengikutinya.

Pada titik itu, Eugeo menyaadari dia telah melakukan kesalahan besar, dia menurunkan bahunya dan berbalik ke belakang.

"Oh tidak......Aku tidak membawa lampu. Kirito, apa kamu membawa lampu?"

Bahkan meskipun dia hanya sekitar lima mel dari jalan masuk gua, suasananya sudah cukup gelap hingga dia tidak dapat mampu membedakan eskpresi dari mereka berdua. Kegelapan yang tebal di dalam gua itu, itu sangat normal untuk mempercayai harapan pada partnernya untuk menangani hal yang dia sendiri telah lupakan, tapi jawabannya adalah "Bagaimana mungkin aku dapat menyadari sesuatu yang kau tidak sadari juga?" dengan nada yang penuh dengan kepercayaan diri yang aneh.

"S.....Sungguh, kalian berdua...."

Sementara Eugeo memikirkan berapa banyak dia suara yang hebat hari ini, dia melihat ke arah rambut pirang yang samar-samar berkilauan. Alice melihat ke sampingnya beberapa kali sebelum memasukkan tangannya pada saku celemeknya dan mengeluarkan sesuatu yang tipis dan panjang. Itu adalah sepucuk rumput yang dia ambil ketika mereka memulai petualangan mereka.

Dia menggenggam rumput di tangan kanannya, dengan tangan kirinya yang menahan ujungnya, Alice menutup matanya. Mulut kecilnya bergerak, upacara yang aneh dalam Pengucapan Suci yang Eugeo tidak tahu yang mulai terdengar di udara.

Akhirnya tangan kirinya dengan cepat memotong simbol rumit, cahaya lemah yang pucat mulai bersinar dari ujung rumput yang mengembang lingkaran. Cahaya itu kemudian meningkatkan sinarnya dalam waktu singkat, dan menjauhkan kegelapan dari gua dalam jarak yang cukup jauh.

"Ooo."

"Wow....."

Kirito dan Eugeo tanpa sadar mengeluarkan suara kekaguman pada saat yang bersamaan.

Bahkan meskipun mereka telah mengetahui Alice telah mempelajari sacred art, mereka hampir tidak pernah memiliki kesempatan untuk dapat melihatnya sendiri. Berdasarkan ajaran Sister Azariya, semua upacara dimana semua kekuatannya berasal dari dewi kehidupan Stacia, dewi matahari Solus atau dewi bumi Terrariakecuali darkness art yang digunakan oleh pelayan dewa kegelapan Vector semuanya ada untuk menjaga aturan dan keseimbangan dunia, jadi itu semua tidak boleh digunakan secara sembarangan.

Sacred art yang digunakan Sister dan muridnya hanya ketika tanaman obat di desa tidak mampu untuk menyembuhkan penyakit atau luka. Karena Eugeo memahami tentang ini, dia berbalik pada Alice, yang memegang sepucuk rumput yang bersinar dengan warna aneh, dan tanpa sadar bertanya.

"Ah, Alice......Mengunakan art seperti itu, apakah tidak apa-apa? Bukankah kamu akan dihukum karena ini......?"

"Hmph, jika sebanyak ini akan membuatku dihukum, aku pasti sudah tersambar petir sebanyak sepuluh kali."

".............."

Setelah mengatakan itu, Alice memberikan rumput yang bersinar itu kepada Eugeo dengan senyuman. Dia mengambilnya memikirkanya sebelum bergumam 'Hiee', dan menyadarinya.

"A-Aku yang pertama!?"

"Tentu saja, atau kau akan membiarkan seorang gadis lemah berjalan di depan? Eugeo ada di depan, Kirito di belakang. Jangan menghabiskan waktu lagi, ayo cepatlah dan segera pergi."

"Y-Ya."

Seolah-olah dia didorong oleh semangat, Eugeo mengangkat obor kecil itu dan berjalan dengan ketakutan menuju ke dalam gua.

Susunan batu yang berliku ini kelihatannya terus terbentang dengan terus menerus. Dindingnya memperlihatkan cahaya biru keabu-abuan seolah-olah itu terlihat basah. Terkadang, dia khawatir dengan gerakan gemerisik yang kecil di bagian gelap dimana cahaya tidak mencapainya. Tetapi, tidak peduli bagaimana dia memfokuskan pandangannya, dia tidak dapat menemukan sesuatu yang menyerupai es sama sekali. Meskipun terkadang ada sesuatu yang berwarna abu-abu yang terlihat seperti es yang tergantung di langit-langit, dia segera tahu bahwa itu batu hanya dengan memandangnya saja.

Setelah berjalan selama beberapa menit, Eugeo memanggil Kirito yang ada di belakangnya,

"Hei.....Sudah pasti, kau mengatakan bahwa seharusnya ada es segera saat kita memasuki gua, bukan?"

"Aku mengatakan? Sesuatu seperti itu."

"Kau mengatakannya!"

Saat dia mendekati patnernya yang mengalihkan pandangannya dengan ketidaktahuan yang dibuatnya, Alice menggunakan tangan kanannya untuk menghentikan Eugeo dan dengan cepat berbisik.

"Hei, bawalah cahayanya sedikit lebih dekat."

"......?"

Eugeo membawa sepucuk rumput tadi mendekati wajah Alice. Dia membulatkan bibirnya sebelum menghembuskan nafas dalam pada cahaya.

"Ah......"

"Lihat, kau melihatnya bukan? Nafas kita menjadi berwarna putih, seperti saat musim dingin."

"Wow, benar. Dan aku baru memikirkan mengenai bahwa itu telah menjadi dingin untuk waktu yang sekarang......"

Menghiraukan keluhan Kirito, Eugeo mengangguk bersamaan dengan Alice.

"Bahkan meskipun di luar musim panas, di dalam gua ini musim dingin. Sudah pasti ada es disini."

"Yeah, mari kita cari lebih jauh lagi."

Eugeo membalikkan badanya, dia memiliki perasaan bahwa gua ini menjadi lebih lebar sedikit demi sedikit saat mereka menuju lebih dalam, dia kembali dengan cara berjalan hati-hatinya sebelum berjalan maju.

Apa yang mereka dengar, selain dari suara dari sepatu kulit mereka yang bersentuhan dengan batu, hanyalah suara dari aliran air tanah. Bahkan meskipun mereka telah mendekati sumbernya, aliran air itu sama sekali tidak melemah.

".......Jika kita memiliki perahu, maka untuk pulang kembali akan lebih mudah."

Untuk Kirito yang dengan santai mengatakannya dari belakang, Eugeo memarahinya dengan "Jangan bicara terlalu keras." Saat mereka telah memasuki gua lebih dalam daripada yang mereka telah rencanakan, tentu saja, apa yang terpikir di pikirannya adalah

"Hei, jika naga putih itu benar-benar keluar, apa yang harus kita lakukan?"

Alice membisikkan itu seolah-olah dia dapat membaca pikiran Eugeo.

"Tentu saja..... apa lagi yang dilakukan, selain dari la...."

Jawaban dari pertanyaan bisiskan tadi langsung dipotong oleh suara nekat dari Kirito.

"Itu t-tidak-apa-apa. Naga putih itu mengejar Bercouli karena dia mencuri pedang harta karun miliknya, bukan? Itu sudah pasti tidak akan menghiraukan kita untuk mengambil es.Hmm, tapi jika mungkin aku ingin mengambil sisik darinya bagaimanapun juga....."

"Oi, apa yang kau pikirkan, Kirito?"

"Seperti itu, jika kita dapat kembali dengan bukti bahwa kita telah melihat naga yang asli, Jink dan teman-temannya akan mati karena perasaan iri."

"Jangan bercanda! Aku akan memberitahu kau sekarang, jika kamu dikejar oleh naga itu, kita hanya akan meninggalkanmu dan lari."

"Oi, suaramu terlalu keras, Eugeo."

"Itu karena Kirito mengatakan sesuatu yang aneh....."

Tiba-tiba kakinya membuat suara yang aneh, dan Eugeo berhenti bicara. Parin, itu adalah suara dari sesuatu yang pecah di bawah kakinya. Dia membuat cahaya yang ada di tangan kanannya mendekati kaki kanannya dengan cepat sebelum tanpa sadar membiarkan suaranya keluar.

"Ah, lihat ini."

Alice dan Kirito membungkuk untuk melihatnya, Eugeo lalu menggerakkan kakinya dari tempat itu. Air yang terkumpul di batu berubah menjadi es tipis yang menyelimuti permukaan halus batu abu-abu tersebut. Dia mengulurkan jarinya untuk mengambil bagian lembaran tipis yang transparan itu.

Setelah menaruh itu di telapak tangannya untuk beberapa detik, benda itu meleleh menjadi tetesan air, mereka bertiga saling memandang satu sama lain dan tanpa sadar memperlihatkan senyuman.

"Ini es, tidak ada keraguan tentang itu. Pasti ada lebih banyak lagi di dalam sana."

Eugeo mengatakan itu sementara menyinari sekelilingnya, sebagian besar cahaya biru yang terpantul sesuatu yang menyerupai air yang membeku. Dan itu tenggelam pada kegelapan yang pekat dari dalam gua, jauh di dalam.....

"Ah....Bagaimanapun juga, ada banyak cahaya di sana."

Sama seperti yang Alice bilang, Eugeo menggerakkan tangan kanannya, dari titik cahaya yang tak terhitung jumlahnya, dia dapat melihatnya berkelap-kelip dan bersinar dengan lemah. Saat dia benar-benar melupakan tentang naga putih, dia berlari menuju arah itu.

Berdasarkan waktu yang mereka tempuh, kelihatannya mereka telah berjalan sekitar ratusan mel dalamnya. Tiba-tiba, dinding di bagian kiri dan kanan berakhir.

Pada saat yang sama, pemandangan menakjubkan yang mendebarkan terlihat dihadapan mata mereka.

Luas. Itu sangat sulit untuk mempercayai bahwa mereka ada di gua bawah tanah, karena ruangan terbuka yang sangat luas. Luasnya sudah pasti beberapa kali lebih luas dari pusat desa yang ada di depan gereja.

Dinding melengkung, yang hampir mengelilingi seluruh keadaan sekeliling, tidak lagi terlihat seperti dinding abu-abu basah yang mereka sampai sekarang, tapi tertutup oleh lapisan biru terang, tebal, yang transparan. Lalu, setelah melihat pada permukaan lantai, Eugeo memahami,Aku mengerti, jadi ini adalah sumber dari sungai Ruhr., itu adalah kolam raksasatidak, danau akan jauh lebih cocok. Tetapi, permukaan airnya tidak bergerak sedikitpun. Itu membeku dengan kuat untuk semuanya, dari tepi hingga bagian tengah.

Diantara jejak kabut putih di yang berada di sekitar danau, sesuatu yang berbentuk pilar aneh menonjol keluar, tingginya dengan mudah melebihi tinggi dari ketiga anak-anak itu Itu memiliki bentuk pilar segi enam yang tajam dengan ujungnya sangat runcing. Itu seperti biji kristal yang pernah ditunjukkan kakek Garitta kepada Eugeo sebelumnya. Tapi, benda itu jauh lebih besar, dan jauh lebih indah. Tak terhitung pilar biru transparan yang tebal itu menyerap cahaya suci dari sepucuk rumput yang dipegang Eugeo, sebelum melepaskannya ke enam arah, yang juga memantul lebih jauh, menyinari seluruh ruangan luas itu. Jumlah dari pilar tersebut bertambah banyak saat itu mendekati bagian tengah, dan sepenuhnya menjadi menghalangi bagian paling tengah danau.

Itu es. Dinding sekelilingnya, danau yang ada dibawah kaki mereka, pilar aneh berbentuk segi enam, semuanya terbuat dari es. Dinding biru itu yang terbentang vertical, dan menutupi jauh di ketinggian, seperti kubah gereja.

Mereka bertiga melupakan hawa dingin yang menusuk kulit, berdiri disana untuk beberapa menit sementara menghembuskan nafas putih. Tidak lama kemudian, Alice samar-samar berbicara dengan suara bergetar.

"......Dengan es sebanyak ini, kita dapat mendinginkan seluruh makanan di desa."

"Atau lebih tepatnya, ini bahkan dapat mengubah desa menjadi di pertengahan musim dingin untuk beberapa waktu. Baiklah, mari kita periksa di dalam."

Segera setelah Kirito berbicara, dia berjalan beberapa langkah sebelum menaruh kakinya di danau es. Dia perlahan menaruh beban tubuhnya pada itu, dan pada akhirnya melangkah pada itu dengan kedua kakinya, dan tidak ada satupun suara es tebal yang retak.

Dia selalu seperti ini.Bahkan meskipun Eugeo memiliki tugas untuk menahan perbuatan kenekatan partnernya, tapi kali ini perasaan keingintahuannya jauh lebih unggul.Tapi jika memang benar-benar ada naga putih di dalam, Aku betul-betul ingin melihatnya tidak peduli apapun yang terjadi.

Memegang sacred light lebih tinggi, Eugeo dan Alice mengejar di belakang Kirito. Dengan hati-hati menghindari membuat suara keras langkah kaki, mereka bergerak dari bayangan satu es besar menuju es lainnya dengan bagian tengah danau itu sebagai tujuan mereka.

Ini benar-benar hebat, jika kita melihat naga asli, untuk kali ini cerita tentang kita akan terus diceritakan selama beberapa ratus tahun lagi, bukan? Dan jika, hanya jika, kita dapat melakukan apa yang yang tidak dapat dilakukan Bercouli.....Dengan membawa pulang apapun dari harta karun yang tertimbun milik naga tersebut dengan kita, akankah kepala desa mempertimbangkan Sacred Task kita.....?

"Mugu."

Di saat Eugeo memperluas mimpi di siang hari sementara masih berjalan, hidungnya menabrak bagian belakang kepala Kirito, yang tiba-tiba berhenti, dengan wajah merengut.

"Oi Kirito, jangan tiba-tiba berhenti seperti itu."

Tetapi, Tidak ada jawaban dari partnernya. Sebagai gantinya, rintihan pelan keluar.

".Apa itu."

"Eh.?"

"Apa sebenarnya itu!"

Eugeo memiringkan kepalanya di saat yang sama saat Alice berada di sampingnya, dan melihat ke depan dari samping Kirito.

"Sebenarnya apa yang kalian berdua bica....."

Alice, yang melihat hal yang sama seperti Eugeo tidak dapat menyelesaikan kata-katanya.

Itu adalah gunungan dari tulang belulang.

Itu semua adalah tulang belulang yang terbuat dari es biru. Itu bersinar dengan kuat seolah-olah mereka adalah patung kristal. Setiap masing-masing darinya berukuran besar, berbagai bwntuk tulang belulang saling bertumpuk satu sama lain, membuat sebuah gunungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tinggi ketiga anak-anak itu. Di atasnya, sebuah bongkahan besar yang memberitahu mereka siapa pemilik makam ini.

Sebuah tengkorak, Eugeo dapat mengerti hal itu hanya dengan menatapnya saja. Lubang matanya yang kosong, lubang hidung yang panjang, tanduk-tanduk yang menonjol keluar dari punggungnya, tak terhitung sejumlah taring seperti pedang berbaris di tulang rahang yang tergantung.

"Tulang belulang.Naga putih?"

Alice berbisik dengan suara rendah.

"Apakah itu sudah mati.?"

"Ah.Tapi, kematiannya bukan karena alasan alami."

Jawabannya datang dari Kirito yang telah mendapatkan ketenangannya kembali, Eugeo sangat jarang melihat partnernya seperti ini, saat wajah Kirito selalu dipenuhi dengan macam emosi lainnya.

Kirito berjalan beberapa langkah, dari tempat di dekat kakinya, dia mengambil cakar besar yang kelihatannya berasal dari kaki depan naga itu.

"Lihat.Ada banyak luka disini, ujungnya juga hampir terpotong dengan rapi."

"Naga itu bertarung melawan sesuatu.? Tapi, makhluk hidup yang dapat membunuh naga."

Pertanyaan yang sama dengan Alice melayang di pikiran Eugeo.Berbicara tentang Naga Putih Utara, mahluk itu adalah salah satu yang hidup di berbagai tempat di Puncak Barisan Pegunungan, yang membatasi seluruh dunia, melindungi Dunia Manusia dari kekuatan kegelapan, penjaga terkuat dunia. Makhluk hidup seperti apa yang dapat membunuh sesuatu seperti ini.....?

"Bertarung dengan hewan atau naga lain seharusnya tidak akan memberikan luka seperti ini."

Kirito berkata sementara menekan ibu jarinya pada cakar biru tadi.

"Eh.? Kalau begitu, apa."

"Ini adalah luka tebasan pedang. Apa yang membunuh naga ini adalahmanusia."

"T-Tapi.sebenarnya, bahkan Bercouli, pahlawan yang memenangkan turnamen di pusat bahkan tidak dapat melakukannya dan melarikan diri. Ini menggelikan, bahkan swordsman dari seluruh tempat"

Berbicara sampai titik itu, Alice kelihatannya menyadari sesuatu dan tenggelam dalam keheningan. Beberapa saat dalam keheningan telah terjadi di danau es yang sekarang telah berubah menjadi sebuah makam besar.

Beberapa detik kemudian, bisikan yang dipenuhi dengan ketakutan mengalir dari mulut kecilnya.

".Integrity Knight.? Integrity Knight dari Gereja Axiom membunuh naga putih.?"

Bagian 3[edit]

Integrity Knight, penjelmaan hukum dan peraturan mutlak, dan juga simbol pelayan dari dewi, membunuh naga putih, yang juga penjaga Dunia Manusia. Jenis cerita seperti ini, yang umur sebelas tahun telah dijalani Eugeo, tidak pernah memikirkannya, jadi dia tidak berpikir bahwa dia dapat menerimanya dengan mudah. Setelah menderita karena pertanyaan yang dia tidak mampu telan atau memikirkannya untuk sesaat, dia menggerakkan tatapannya ke samping, meminta jawaban dari partnernya.

".Aku tidak mengerti."

Tetapi, jawaban Kirito juga dipenuhi oleh kebingungan yang besar.

"Mungkin..Mungkin juga Tanah Kegelapan juga memiliki seorang knight yang sangat kuat, dan knight itulah yang membunuh naga putih iniTapi jika itu memang benar, maka itu sangat aneh karena sampai sekarang bahkan tidak pernah satu kalipun pasukan kegelapan melewati Puncak Barisan Pegunugan. setidaknya, ini bukanlah perbuatan oleh pencuri bagaimanapun juga"

Setelah dia selesai berbicara, Kirito melangkah menuju sisa-sisa naga itu dan perlahan meletakkan kembali cakar tadi pada gunungan tulang belulang. Kemudian, dia menarik sesuatu yang panjang dari dasar gunungan tulang belulang itu.

"Uo.Ini benar-benar sangat berat."

Dia memperlihatnya pada Eugeo dan Alice setelah dia terhuyung-huyung saat dia itu sekitar satu mel.

Itu adalah pedang panjang, dengan gagang perak dan sarung pedang yang tebuat dari kulit putih. Penahannya dihiasi oleh pahatan mawar biru yang indah, dengan sekali pandangan saja, mereka mengerti bahwa nilainya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan semua pedang di desa.

"Ahini, mungkin"

Alice berkata saat dia melihatnya, Kirito mengangguk pada perkataannya.

"Yeah. Blue Rose Sword yang Bercouli hendak curi dari pangkuan naga putih yang tertidur. Aku ingin tahu kenapa orang yang membunuh naga itu tidak mengambilnya"

Dia menunduk sementara berbicara, dan mengangkat gagang pedang itu dari tanah dengan kedua tangannya, tetapi, bahkan dengan seluruh kekuatannya, dia hanya mampu mengangkatnya ke atas beberapa cens saja dari lantai.

".Terlalu berat."

Kirito melepaskan tangannya saat berteriak, pedang panjang itu terjatuh ke lantai es sekali lagi dengan suara berat. Sebuah retakan kecil dapat terlihat di atas es tebal, pedang itu kelihatannya memiliki berat yang tidak dapat dibayangkan meskipun dengan penampilan tipisnya.

".Apa yang akan kita lakukan dengan pedang ini?"

"Tidak bisa, tidak bisa, bahkan dengan kita berdua mengangkatnya secara bersamaan, itu tidak mungkin membawanya kembali ke desa. Bahkan meskipun kita terbiasa menangani kapak penebang pohon setiap hari.Selain itu, kelihatannya masih ada banyak harta karun di bawah tulang belulang itu bagaimanapun juga"

".Ya, tapi jangan berpikir tentang mengambil apapun dari itu."

Keduannya mengangguk pada nada serius Alice.

Bahkan meskipun mengambil piala kecil kembali dan membanggakan diri pada anak-anak lain dengan mengatakan bahwa mereka telah mengambilnya tanpa membangunkan naga itu maka itu akan menjadi sebuah cerita petualangan yang hebat, tindakan mengambil harta karun dari tempat ini sudah jelas akan dianggap sebagai pencurian makam. Meskipun peraturan Taboo Index tentang Mencuri terhadap manusia tidak berlaku pada situasi ini, itu bukan berarti mereka dapat melakukan apapun yang mereka inginkan selama itu tidak dilarang.

Eugeo melihat pada Kirito dan Alice sekali lagi sebelum mengangguk.

"Mari mengikuti rencana kita, hanya mengambil es. Kalau hanya es saja, bahkan kalau naga itu masih hidup, naga itu akan memaafkan kita, pasti."

Setelah dia mengatakan itu, Eugeo berjalan mendekati bongkahan es, dan menghentakkan kaki di kristal es kecil yang menonjol dari dasar es seperti tunas yang baru tumbuh. Pakin, dengan suara yang bagus, dia mengambil bongkahan yang hancur itu itu sebelum menyerahkannya pada Alice, yang membuka tutup keranjang rotan yang kosong dan menaruh es tadi kedalamnya.

Mereka bertiga berkosentrasi kerja untuk menaruh pecahan es ke dalam keranjang rotan tanpa berbicara untuk beberapa saat. Ketika dasar dari es tadi sudah habis, mereka bergerak menuju kolom es berikutnya dan mengulangi perbuatan mereka. Hanya dalam beberapa menit, keranjang rotan besar telah penuh dengan kristal es yang terlihat seperti permata biru transparan.

"Yo....sho-tto."

Alice mengerahkan kekuatannya untuk mengangkat keranjang rotan sementara melihat kumpulan cahaya di antara tangannya.

"..Indahnya. Entah mengapa, itu terasa sangat sia-sia untuk membawa ini pulang dan membiarkan itu semua mencair."

"Bukannya kita membawa pulang ini untuk memperpanjang Life kotak makan siang kita?"

Kirito mengatakan sesuatu yang merupakan fakta sementara mengerutkan dahinya, Alice tiba-tiba menyerahkan keranjang itu pada anak laki-laki berambut hitam itu.

"Eh? Aku harus membawa keranjang di perjalanan pulang juga?"

"Bukannya sudah jelas? Lagipula ini terlalu berat untukku bagaimanapun juga."

Mencoba untuk melerai dari pertengkaran mereka yang biasanya, Eugeo dengan cepat mengatakan.

"Aku akan membantumu, kita bisa bergantian membawanyaBaiklah, jika kita tidak segera kembali sekarang, kita tidak akan sampai di desa sebelum malam hari. Bukankah kita sudah berada di dalam gua ini selama satu jam?"

"Ahkarena aku tidak dapat melihat Solus, aku tidak tahu waktu sekarang. Apa ada suatu sacred art yang bisa menunjukkan waktu sekarang?"

"Tidak ada!"

Alice dengan cepat memalingkan wajahnya, sebuah jalan keluar kecil dapat terlihat dari salah satu sisi danau es yang luas ini.

Kemudian, melihat sekitar, di sisi yang berlawanan ada jalan keluar lainnya.

Kemudian, dia menurunkan bahunya sebelum berbicara.

"Hei, jalan mana yang kita lalui saat datang barusan?"

Eugeo dan Kirito dengan segera menunjuk ke arah yang mereka yakin sebagai jalan keluarnya. Tentu saja, mereka menunjuk jalan keluar yang berbeda.

Seharusnya ada jejak kakisayangnya, tidak ada satupun jejak kaki pada permukaan es yang halus itu, sisi dimana air dari danau ini mengalir pasti jalan keluarnyasayangnya, itu mengalir dari kedua sisi, arah dimana tengkorak itu melihat adalah jalan keluarnyasayangnya, itu tidak melihat ke arah manapun setelah semua pilihan tadi telah berakhir sia-sia, akhirnya Alice mulai menjelaskan sesuatu yang kelihatannya menjadi petunjuk.

"Ingat, bukankah tadi ada genangan air membeku yang diijak Eugeo dan pecah? Jika kita berjalan mendekati jalan keluar dan melihatnya, maka itu adalah jalan keluar yang benar."

Aku mengerti, seperti yang dia katakan.Seolah-olah menyembunyikan perasaan malu karena dia sendiri tidak dapat memikirkan hal itu, Eugeo terbatuk, sebelum mengangguk.

"Baiklah, sudah diputuskan, mari kita mengecek sisi yang terdekat."

"Aku berpikir jalan itu yang benar bagaimanapun juga....."

Sementara Kirito menggerutu dengan enggan, Eugeo menggunakan tangan kirinya untuk mendorong punggungnya sementaral memegang rumput di tangan kanannya dengan tinggi, dan melangkah menuju saluran air di depannya.

Ketika kolom es yang memantulkan cahaya tadi telah menghilang dari sekeliling mereka, apa yang awalnya sacred light yang dapat diandalkan sekarang terasa tidak dapat diandalkan. Ketiganya mempercepat langkah kaki mereka.

".Hmm, kita tidak tahu jalan pulang, hampir sama seperti Berin bersaudara dalam dongeng. Itu akan sangat bagus jika kita menebarkan kacang di perjalanan kota, karena tidak ada burung yang memakannya bagaimanapun juga."

Perkataan aneh dari Kirito entah bagaimana terasa dipenuhi dengan kepura-puraan,Jadi partnernya yang santai seperti dia bisa merasa gelisah juga, huh?Eugeo sebaliknya menjadi sedikit tertawa.

"Apa yang kau katakan? Kita tidak memiliki kacang sejak awal. Kalau kau mau memanfaatkan apa yang telah kau pelajari, bagaimana kalau kau meletakkan bajumu di setiap percabangan jalan yang kita lalui tadi?"

"Hentikan, aku akan tekena flu jika seperti itu."

Saat Kirito meniru bersin yang disengaja, Alice menepuk punggungnya.

"Berhenti berbicara yang tidak berguna dan dan lihat tanah itu dengan hati-hati. Jika kita melewatkannya, ini akan menjadi masalah.atau bahkan."

Saat dia memotong perkataannya, dia mengerutkan dahinya sebelum melanjutkan berbicara.

"Hei, kita sudah berjalan cukup lama sampai sekarang tapi masih belum melihat genangan es yang pecah tadi. Jadi, itu sebenarnya berada di jalan lainnya?"

"Tidak, mari pergi sedikit lebih jauh Ah, dengar."

Saat Kirito tiba-tiba meletakkan jarinya ke mulutnya, Eugeo dan Alice berhenti bicara. Mereka mendengar dengan teliti.

Memang benar, ada suara lain yang tercampur dengan suara dari aliran air tanah. Itu terdengar seperti siulan sedih dengan nada yang naik dan turun.

"Ah.....suara angin."

Alice bergumam. Memang benar, Eugeo juga menyadari bahwa suara ini mirip dengan suara puncak pohon yang dimainkan oleh angin.

"Jalan keluarnya sudah dekat! Itu sangat bagus kita mengambil jalan ini, ayo cepat!"

Saat dia memanggil mereka dengan perasaan lega, dia mulai berlari untuk melanjutkan perjalanannya.

"Hei, kau akan terpeleset jika kau lari di tempat seperti ini."

Tapi bahkan meskipun dia berkata mengatakan itu, Alice juga mempercepat langkah kakinya. Mengikuti mereka dari belakang adalah Kirito, yang membuat ekspresi keraguan.

"Tapi.....Apakah angin musim panas terdengar seperti ini? Entah kenapa.itu terdengar seperti suara angin dingin di musim dingin....."

"Angin lembah yang kuat berhembus seperti itu. Bagaimanapun juga, mari segera keluar dari tempat ini."

Cahaya di tangan kanan Eugeo terayun dengan keras saat dia mendekat menuju jalan keluar gua,Hatiku telah dipenuhi dengan perasaan yang menginginkan untuk cepat pulang menuju desa, ke rumahku. Aku yakin keluargaku akan terkejut saat aku memperlihatkan pada mereka pecahan es yang aku dapatkan dari Alice.

Tapi, es ini akan dengan cepat mencair. Mungkin itu akan lebih baik jika aku mengambil satu koin perak dari tempat itu.......Saat dia memikirkan hal itu, dia melihat