program visit

18
TUGAS CHOP 5 PELAKSANAAN KESEHATAN LINGKUNGAN PARIWISATA DI KUTA BALI EKA WULAN SARI 1010211046 FAKULTAS KEDOKTERAN

Upload: eca-wulan-sari

Post on 04-Dec-2015

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

program visit

TRANSCRIPT

Page 1: Program Visit

TUGAS CHOP 5

PELAKSANAAN KESEHATAN LINGKUNGAN PARIWISATA DI KUTA BALI

EKA WULAN SARI

1010211046

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA

Page 2: Program Visit

Bali adalah objek pariwisata yang sudah dikenal luas. Para wisatawan banyak yang

berkunjung ke Bali dengan berbagai tujuan. Ada yang ingin berlibur, berbisnis, merawat

kesehatan dan sebagainya. Berdasarkan data Dinas Pariwisata Provinsi Bali pada tahun 2005

terdapat 1.383.231 wisman, tahun 2006 terdapat 1.258.178 wisman dan tahun 2007 terdapat

1.664.854 wisman.

Hal ini mengindikasikan bahwa banyak wisatawan yang berkunjung ke Bali setiap

tahunnya dan memberi keuntungan devisa bagi pemerintah dan para pelaku pariwisata. Kita

ketahui pula banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada bidang pariwisata.

Pariwisata menjadi bidang utama dalam pembangunan Bali kedepan.

Indonesia memang banyak memiliki objek pariwisata yang dapat dikembangkan dan

beberapa daerah telah menjadi daerah basis pariwisata. Untuk itu tidaklah sulit untuk menarik

wisatawan untuk berkunjung ke Indonesia. Kalau dipandang dari fasilitas pariwisata yang kita

miliki seperti restaurant, hotel, tempat hiburan, akomodasi, mungkin terkesan telah memenuhi

syarat namun kalau kita melihat kondisi kesehatan lingkungan, kebersihan makanan dan

penjamahnya di beberapa tempat masih belum memenuhi syarat kesehatan.

Hubungan antara kesehatan dan pariwisata sendiri sudah lama diketahui terutama yang

berhubungan dengan berbagai risiko kesehatan yang potensial muncul akibat kontak antara

pengunjung dengan lingkungan dan masyarakat penjamu.

Wisatawan melakukan perjalanan karena berbagai alasan seperti bisnis, kongres,

pengenalan budaya, eksplorasi lingkungan, pertemuan keluarga, reuni dengan teman, dan yang

paling sering adalah untuk kesehatan. Dalam hal ini, pariwisata mampu memenuhi salah satu

kebutuhan dasar manusia untuk mengembalikan kesehatan dan kebugaran mental dan fisik.

Konferensi PBB tentang Perjalanan dan Pariwisata tahun 1963 juga mengidentifikasi bahwa

kesehatan merupakan salah satu alasan utama untuk melakukan perjalanan wisata. Berbagai

masalah kesehatan yang berhubungan dengan perjalanan dan pariwisata juga telah berhasil

menjembatani World Health Organization (WHO) dan WTO yang kemudian mengembangkan

pedoman dalam pengendalian kualitas air untuk minum dan rekreasi, kesehatan transportasi

udara dan sanitasi dalam pengembangan pariwisata.

Page 3: Program Visit

Meskipun demikin aktivitas pariwisata tidak bebas dari risiko terhadap kesehatan.

Pariwisata dapat mempengaruhi tidak hanya kesehatan pengunjung tetapi juga kesehatan

masyarakat penjamu. Kondisi lingkungan tempat wisata memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap kesehatan wisatawan. Wisatawan umumnya rentan tehadap mikroorganisme karena

mereka tidak pernah terpapar di daerah tempat mereka berasal. Kejadian yang muncul umumnya

berhubungan dengan konsumsi makanan atau minuman yang tidak higienis yang mengakibatkan

gangguan saluran pencernaan.

Masalah tersebut bisa dikontrol secara adekuat melalui penerapan prosedur standar untuk

pengelolaan makanan dan sanitasi lingkungan. Lingkungan yang bersih dijadikan indikator

kualitas oleh wisatawan karena menunjukkan perhatian otoritas setempat terhadap masalah

kesehatan lingkungan. Kelompok penyakit lain yang berisiko didapatkan oleh wisatawan adalah

yang berhubungan atau disebarkan melalui vektor perantara seperti demam berdarah, malaria,

dan penyakit infeksi tropis yang lain. Namun, meskipun terdapat begitu banyak risiko kesehatan

pada perjalanan dan pariwisata, banyak pula cara yang bisa diterapkan untuk mengurangi atau

mengeliminasi risiko tersebut. Hal ini memerlukan usaha sungguh-sungguh oleh pemerintah

yang didukung oleh masyarakat sekitar dan wisatawan yang berkunjung. Upaya kedokteran

pencegahan, pendidikan dan promosi kesehatan masyarakat termasuk kesehatan lingkungan

adalah fundamental dan dapat membawa perubahan sikap dan perilaku yang dapat mengurangi

risiko-risiko tersebut.

Uraian-uraian tersebut menunjukkan bahwa meskipun didasari oleh keinginan untuk

mengembalikan kebugaran atau kesehatan, aktivitas pariwisata tidak bebas dari risiko terhadap

kesehatan itu sendiri. Pariwisata dapat mempengaruhi tidak hanya kesehatan pengunjung tetapi

juga kesehatan masyarakat penjamu. Akan tetapi kebanyakan risiko yang muncul dapat dihindari

atau dikurangi secara signifikan melalui penerapan konsep-konsep kesehatan lingkungan,

pendidikan kesehatan masyarakat dan pencegahan penyakit. Pemerintah, pelaku pariwisata dan

profesional di bidang kesehatan semuanya memiliki tanggung jawab untuk menjadikan

pariwisata sebagai a life-enriching experience di mana wisatawan dapat memanfaatkan waktu

secara berkualitas di lingkungan yang sehat serta membangun kenangan dan kesan yang baik.

Promosi kesehatan wisatawan haruslah menjadi komponen vital dari promosi pariwisata.

Page 4: Program Visit

Meskipun dalam beberapa hal upaya ke arah itu sudah ada, tetapi masih jauh dari posedur

standar. Juga sangat penting bagi para profesional kesehatan untuk menjadi pelopor dan advokat

dalam promosi kesehatan wisatawan. Sudah seharusnya pariwisata berorientasi kesehatan di

mana penyakit-penyakit dan risiko yang ada bisa dikontrol sebaik mungkin. Sudah saatnya pula

Bali memiliki pusat pengembangan kesehatan pariwisata yang melibatkan sektor pemerintah

terkait, akademisi, pelaku pariwisata dan profesional kesehatan.

Masalah yang dihadapi Bali dalam bidang lingkungan hidup saat ini dan di masa yang

akan datang sangat berat dan sulit dicarikan solusinya. Oleh karena itu, Pemprov Bali berupaya

memprogramkan paling tidak dua puluh tujuh upaya untuk mengatasi permasalahan lingkungan

tersebut. Ke-27 upaya yang diprogramkan melalui Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi

Bali tersebut diharapkan mampu mengatasi lima problema lingkungan serius yang kini mendera

Bali yakni masalah sampah, lahan kritis, abrasi pantai, pencemaran air dan kerusakan terumbu

karang. 

Pertama, upaya penanganan permasalahan sampah yang dilaporkan volumenya kini

mencapai 5.806 m kubik per hari. Upaya untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan

Pengembangan Desa Sadar Lingkungan/DSL (untuk Tahun 2010 telah terbentuk 10 DSL),

Gerakan bersih sampah plastik; Pengembangan dan penyaluran kompos; dan Gerakan 3 R

(reuse/pemakaian kembali, reduce/pengurangan, dan recycle/daur ulang). Upaya lainnya adalah

Pengelolaan lingkungan kawasan suci (Pura); Mengembangkan Bapak Angkat; dan Pemberian

penghargaan Sad Kertih. Termasuk dalam program ini adalah program Bali Clean and Green

yang pada Januari tahun 2011 lalu telah disosialisasikan ke kabupaten/kota se-Bali. 

Dari 5.806 meter kubik volume sampah yang dihasilkan masyarakat dalam sehari, sebagian

(40%) diantaranya disinyalir berupa sampah plastik yang terdiri dari tas kresek, kantong plastik,

pembungkus makanan ringan, botol minuman, botol air mineral dan sejenisnya. Untuk itu,

pengelolaan sampah saat ini tidak lagi dapat dilakukan dengan cara lama – membuang sampah

begitu saja di tempat pembuangan sampah – melainkan perlu dilakukan penyadaran masyarakat

agar sejak awal melakukan pemilahan antara sampah bukan organik dengan sampah organik.

Agar upaya pemilahan sampah ini berhasil, perlu adanya upaya untuk menguatkan lembaga

kemasyarakatan yang sudah ada untuk mengajak segenap anggotanya mengubah perilaku dalam

penanganan sampah. Program Desa Sadar Lingkungan (DSL) .

Page 5: Program Visit

Kedua, permasalahan lahan kritis. BLH Bali mencatat seluas 51.107,26 hektar lahan di

Bali masuk katagori lahan kritis. Upaya yang ditempuh adalah reboisasi Gerakan Rehabilitasi

Lahan (Gerhan) berupa penanaman 250.995 Btg pohon penghijauan; pengendalian kebakaran

dan pencurian kayu hutan; dan gerakan penghijauan di atas lahan seluas 26.700 Ha. 

Ketiga, permalasahan abrasi pantai. Dari 437,7 km keseluruhan pantai Bali, sebanyak 184

km terindikasi mengalami abrasi. Dari 184 km terindikasi abrasi itu, sepanjang 67,1 km (data

tahun 2010) dipastikan masuk katagori abrasi serius. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi

masalah ini adalah penataan pantai/penanganan abrasi sepanjang 40 km; pelestarian dan

penanaman hutan mangrove; dan penertiban sempadan pantai.

Keempat, indikasi pencemaran air (BOD, COD, Phosphat, Nitrat, Deterjen & Total

Coliform) dan penurunan debit air. Kepala UPT Laboratorium Lingkungan BLH Provinsi Bali.

Drs. I Gede Suarjana, M.Si mengemukakan, sepuluh sungai yang selama ini masih menjadi

tempat untuk mandi dan kebutuhan lain di Bali telah positif tercemar berbagai jenis limbah

sehingga telah mengalami penurunan kualitas. Kesepuluh sungai yang tercemar tersebut, yakni

Tukad Badung, Tukad Mati, Tukad Ayung, Tukad Jinah, Tukad Pakerisan, Tukad Unda, Tukad

Sangsang, Tukad Saba, Tukad Bubuh, dan Tukad Sungi. 

Mantan Kepala UPT Laboratorium Lingkungan BLH Bali Drs. I Gede Suarjana, M.Si yang

meneliti kualitas air di Bali pernah mengemukakan, ke sepuluh sungai terindikasi mengandung

Biologycal Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), lapisan minyak, posfat

dan lainnya. "Kalau air sungai ini diminum akan sangat membahayakan. Demikian juga untuk

mandi, badan akan terasa gatal-gatal," katanya. Ia menjelaskan, limbah itu bersumber dari

kegiatan rumah tangga, aktivitas komersial, seperti usaha pembuatan tahu dan tempe, kegiatan

peternakan, sablon dan lainnya. Selain itu, juga karena industri seperti garmen dan lainnya.

"Tukad Mati yang paling parah, karena beban limbah diselesaikan oleh limbah itu sendiri,"

katanya. Untuk itu, diperlukan adanya upaya penanggulangan masalah limbah di sungai itu

berupa penetapan kelas air. Masyarakat tak boleh sama sekali membuang limbah di sungai, serta

pengenaan denda tinggi bagi yang melanggar sebagaimana Peraturan Gubernur 8 tahun 2007

tentang baku mutu lingkungan, dimana orang yang mencemari lingkungan dikenakan kurungan

enam bulan atau denda Rp 50 juta. Undang Undang Lingkungan Hidup bahkan memberi

hukuman tiga tahun atau denda Rp 100 juta. Upaya lain yang dilakukan Pemprov adalah

Page 6: Program Visit

penghijauan di daerah hulu/DAS; penertiban sempadan sungai; pengembangan septic tank

komunal dan Sanimas; pengembangan WWG; Pengembangan Sistem Moury; pengendalian ijin

pembuangan limbah; pengembangan program Kali Bersih (PROKASIH); dan pengembangan

biopori/sumur resapan (10.000 buah). 

Permasalahan kelima, yakni kerusakan terumbu karang diupayakan melalui rehabilitasi

terumbu karang (propagasi/transplantasi); pengembangan kelompok-kelompok pelestari terumbu

karang; pengendalian pencurian terumbu karang; pengendalian illegal fishing; dan peningkatan

peran aktif masyarakat pesisir (ICM). Penanganan terumbu karang ini mendapat priorita karena

penelitian membuktikan, terumbu karang mengandung berbagai manfaat yang sangat besar dan

beragam, baik secara ekologi maupun ekonomi. Estimasi jenis manfaat yang terkandung dalam

terumbu karang dapat diidentifikasi menjadi dua yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak

langsung. 

Manfaat dari terumbu karang yang langsung dapat dimanfaatkan oleh manusia adalah:

sebagai tempat hidup ikan yang banyak dibutuhkan manusia dalam bidang pangan, seperti ikan

kerapu, ikan baronang, ikan ekor kuning), batu karang; pariwisata, wisata bahari melihat

keindahan bentuk dan warnanya; dan penelitian dan pemanfaatan biota perairan lainnya yang

terkandung di dalamnya. Sedangkan yang termasuk dalam pemanfaatan tidak langsung adalah

sebagai penahan abrasi pantai yang disebabkan gelombang dan ombak laut, serta sebagai sumber

keanekaragaman hayati. BLH melaporkan, dari 7.249,1 hektar terumbu karang di Bali, 20,8%

diantaranya dinyatakan mengalami kerusakan. 

Keduapuluh tujuh upaya penanganan masalah lingkungan tersebut, merupakan pengejawantahan

dari program Bali Mandara, yakni Program Bali Green Province yang dicanangkan Gubernur

Made Mangku Pastika pada 22 Februari 2010 lalu. Gubernur sangat prihatin akan ancaman

kerusakan lingkungan alam Bali yang disebabkan oleh pemakaian bahan-bakan kimia yang tak

ramah lingkungan. Program Bali Green Province dimaksudkan untuk mengembalikan kearifan

lokal Bali dalam berinteraksi dengan alam lingkungan sehingga alam lingkungan memberikan

kesejahteraan kepada masyarakat Bali.

Page 7: Program Visit

Salah satu aspek yang menjadi perhatian dalam mendukung pariwisata di Bali adalah

aspek kesehatan, dimana program pemerintah provinsi Bali adalah menjalin kerjasama lintas

sektoral antara sektor pariwisata dan sektor kesehatan dengan mengembangkan puskesmas

wisata. Puskesmas wisata merupakan sebuah unit pelaksana teknis dinas kesehatan

kabupaten/kota yang bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan pariwisata di wilayah

kerjanya. Salah satu Puskesmas wisata yang ada di Bali adalah Puskesmas Kuta 1 yang terletak

di kecamatan Kuta, Kabupaten Badung.

Tidak seperti puskesmas pada umumnya, puskesmas Kuta 1 memiliki keunikan tersendiri

karena mengingat lokasinya yang terletak di jantung pariwisata Bali. Selain poliklinik yang

melayani pasien dengan penyakit umum terjadi di masyarakat seperti poliklinik interna,

poliklinik gigi, poliklinik THT dan lainnya, Puskesmas Kuta 1 memiliki 3 poliklinik yang tidak

selalu ada di puskesmas lain di Bali yaitu poliklinik VCT, poliklinik IMS dan poliklinik

methadone yang memiliki peran penting dalam menanggulangi penyakit-penyakit yang angka

kejadiannya tinggi di daerah pariwisata yang memiliki karakteristik mobilitas penduduk tinggi,

banyaknya penduduk pendatang dan mata pencaharian masyarakat sekitar terutama di bidang

perdagangan dan jasa.

Ketiga poliklinik tersebut adalah sebagai penanganan tingkat dasar terhadap penyebaran

penyakit khususnya penyakit menular seksual. Poliklinik VCT melayani pasien dengan

keinginan sendiri melakukan test HIV dengan sebelumnya mendapatkan pre test konseling

sampai dengan merujuk ke rumah sakit pusat apabila ditemukan hasil uji positif. Poliklinik IMS

melayani pasien dengan keluhan penyakit seperti cervicitis, sifilis, GO dan urethritis. Pasien

yang positif terdiagnosa penyakit tersebut selanjutnya akan disarankan untuk melakukan

pemeriksaan di poliklinik VCT untuk early detectionterhadap infeksi HIV. Sedangkan poliklinik

methdone sendiri diperuntukan kepada pasien ketergantungan narkoba suntik dengan

penanganan program terapi rumatan metadon (PTRM) yaitu terapi pengganti morfin/heroin

dengan methadone secara oral sehingga mengurangi dampak buruk akibat narkotika (terutama

IDU) dimana pemakaian narkoba suntik yang tidak aman akan meningkatkan kemungkinan

penyebaran virus penyakit menular seksual yaitu HIV. Selain PTRM poliklinik metadhone juga

memiliki Needle Syringe Program dimana program ini adalah program pemberian jarum suntik

steril dalam upaya pencegahan HIV/AIDS di kalangan pengguna narkoba suntik. Materi

Page 8: Program Visit

pencegahan di kemas dalam satu paket berisikan jarum suntik steril, alkohol swab, kondom dan

brosur informasi. Puskesmas Kuta 1 juga melakukan program promosi kesehatan berkala yang

bertujuan untuk meningkatakan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan diri, lingkungan dan

wisatawan demi meningkatkan kualitas pariwisata yang ditawarkan.

Pulau Bali yang dikenal sebagai salah satu “pulau terindah di dunia” saat ini menghadapi

ancaman pencemaran lingkungan hidup yang parah. Hal ini bisa dilihat secara kasat mata dari

semakin banyaknya sampah yang berserakan, terutama di kawasan pemukiman padat perkotaan

serta bau yang menyengat dari air selokan yang buntu akibat tergenang cukup lama tanpa ada

pengelolaan. Beberapa hasil penelitian tentang kualitas air (sungai dan laut), khususnya di

Kawasan Teluk Benoa, menunjukan tingkat pencemaran yang tinggi.

Di samping itu, di beberapa kawasan padat lalu lintas, tingkat pencemaran udara semakin

bertambah setiap tahun. Tingkat pencemaran lingkungan yang semakin tinggi sangat

mengkhawatirkan apabila dikaitkan dengan ketergantungan ekonomi masyarakat Bali pada

pariwisata. Bila di masa yang akan datang polutan yang masuk ke lingkungan sudah jauh

melebihi kemampuan daya dukung lingkungan Bali, maka pulau yang dikenal sebagai destinasi

pariwisata terbaik di dunia ini akan ditinggalkan. Pada saatnya nanti, masa depan Bali benar-

benar sangat kritis apabila tidak dilakukan langkah-langkah penyelamatan yang terpadu dan tepat

sasaran. 

Salah satu upaya penyelamatan masa depan Bali dari ancaman kerusakan lingkungan

yang semakin parah adalah dicanangkannya Program Bali Clean and Green. Mewujudkan Bali

sebagai Provinsi Hijau dan Bersih merupakan sebuah gagasan yang cerdas. Pulau Bali yang

dijuluki sebagai Pulau Sorga, Pulau Dewata, dan berbagai julukan indah lainnya tentu harus

diimbangi kenyataan bahwa memang Bali adalah pulau yang indah, memiliki aura kesucian yang

tinggi, bersih, aman, dan nyaman. Apakah program tersebut akan tepat sasaran, marilah kita lihat

hasilnyananti.

2. Secara umum, permasalahan lingkungan hidup yang menjadi tantangan mewujudkan Bali

sebagai Provinsi Hijau dapat dilihat dari beberapa hal. Pertama adalah terkait dengan potensi

sumber daya alam yang semakin kritis, seperti keberadaan kawasan hutan di Bali yang belum

Page 9: Program Visit

mencapai luas yang ideal dan kondisi yang optimal. Luas lahan kritis di Bali semakin bertambah

akibat perubahan alam dan aktivitas manusia. Lahan hijau semakin berkurang akibat desakan

kebutuhan terhadap pembangunan pemukiman , akomodasi pariwisata, sarana dan prasarana

infrastruktur dan lain lain. Secara kuantitas, potensi air bersih semakin berkurang setiap tahun,

karena berkurangnya sumber air baku yang disebabkan oleh mengecilnya debit dan menurunnya

kualitas air oleh adanya pencemaran. Berkurangnya cadangan air tanah diakibatkan oleh

pengambilan yang melampaui kemampuannya, sehingga potensi air tanah menjadi menurun.

Selain itu, kawasan terbuka hijau semakin hari semakin mengecil yang diikuti alih fungsi lahan

dari kawasan resapan air menjadi kawasan terbangun. Hal ini banyak dijumpai di kawasan yang

berdekatan dengan pusat pertumbuhan pariwisata, pada daerah-daerah yang padat permukiman,

atau pada jalur sepanjang jalan baru. Bahkan intrusi air laut sudah sudah dijumpai pada air tanah

pantai di kawasan pariwisata Sanur, Kuta dan sekitarnya. Sedangkan pencemaran air permukaan

telah pula terjadi pada sungai-sungai yang terutama berada di Kota Denpasar dan Badung.Tentu

sangat tidak mungkin mengharapkan terjadinya peningkatan kawasan hijau yang subur di suatu

kawasan apabila tidak tersedia cadangan air yang memadai. Selain itu, bertambahnya kawasan

pantai yang mengalami abrasi merupakan masalah lingkungan yang sangat serius, karena telah

menimbulkan kerugian ekonomi yang tidak kecil akibat hilangnya lahan-lahan penduduk serta

rusaknya fasilitas umum.

Permasalahan ketersediaan air ini merupakan tantang terbesar Program Bali Hijau, karena

tidak mungkin tumbuhan dapat hidup dengan baik tanpa ada persediaan air yang memadai. Oleh

karena itu, pemerintah dan para pihak terkait benar-benar harus serius menangani permasalahan

air ini apabila ingin program mewujudkan Bali Hijau tidak hanya program wacana.

Kedua, tantangan mewujudkan Bali sebagai Provinsi yang Bersih berasal dari perilaku

masyarakat dan aktivitas jasa/industri berkaitan dengan produksi sampah dan limbah.

Masalah sampah dan limbah dijumpai terutama pada daerah-daerah yang mempunyai laju

pembangunan yang cukup pesat, seperti Kota Denpasar dan Badung saat ini telah menjadi

momok yang menakutkan. Memang masalah ini selalu akan berkaitan dengan jumlah dan

aktivitas penduduknya, karena makin besar jumlah penduduk dan aktivitasnya makin besar pula

jumlah sampah dan limbah yang dihasilkan. Tata ruang perkotaan yang mengabaikan asas

keterpaduan antar sektor menimbulkan konflik dalam pengendalian masalah yang terjadi setelah

Page 10: Program Visit

adanya kegiatan pembangunan. Bila tidak diimbangi dengan langkah-langkah yang terpadu,

khususnya dari aspek pengendalian dan penegakan hukum yang konsisten, maka masalah

sampah dan limbah ini akan menjadi ancaman serius terhadap masa depan Bali. Kerbersihan

udara Bali saat ini juga semakin terusik dengan semakin banyaknya polutan yang masuk ke

dalam udara ambien. Akibat tidak tersedianya sistem transportasi publik yang memadai,

sehingga memicu peningkatan kepemilikan kendaraan bermotor berdampak pada peningkatan

pencemaran udara dan kebisingan. Penggunaan bahan bakar minyak (HSD/MFO) pada

pembangkit listrik di Bali memberikan kontribusi terhadap perubahan kualitas lingkungan di

sekitarnya seperti pencemaran air, udara, kebisingan dan getaran.

Ketiga, tantangan Program Bali Clean and Green juga berasal dari aspek sosial

masyarakat Bali. Semakin bertambahnya penduduk pendatang yang bermukim di kawasan

perkotaan yang padat serta masih ditemukannya penduduk miskin di Bali akan berkaitan dengan

permasalahan lingkungan seperti perambahan hutan, pelanggaran tata ruang wilayah,

pemukiman kumuh maupun masalah sanitasi yang buruk. Kinerja pelayanan birokrasi

pemerintahan yang rendah, terutama pada aspek perizinan usaha, korupsi, kolusi, dan nepotisme

memiliki kaitan dengan sikap apatisme masyarakat Bali terhadap program-program

pembangunan.Di samping itu, sikap mau menang sendiri, arogran, dan mementingkan diri

sendiri, kelompok dan golongan akan mendorong tindakan yang mengabaikan rasa

kesetiakawanan sosial,gotong royong, dan empati yang sangat penting dalam pengendalian

terhadap permasalahan lingkungan.

Berbagai permasalahan lingkungan hidup yang dihadapi Bali tentunya memerlukan pengelolaan

dan pengendalian dampak lingkungan yang konsisten dan terpadu. Hal ini terkait dengan upaya

meningkatkan partisipasi para pihak terkait dan perubahan perilaku masyarakat dalam

memandang laju proses pembangunan. Harapan agar konsep pembangunan berkelanjutan

(sustainable development) yang menyeimbangkan aspek ekonomi, budaya dan lingkungan

menjadi harapan bersama dalam mewujudkan Bali yang maju dan sejahtera.

Page 11: Program Visit
Page 12: Program Visit