program studi s-1 keperawatan stikes · pdf filetindakan universal precaution pada perawat di...

97
i HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU TINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh : Istanto ST.14033 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016

Upload: dotruc

Post on 08-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

i

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU

TINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT

DI RSUD KOTA SURAKARTA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh :

Istanto

ST.14033

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2016

Page 2: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

ii

Page 3: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

iii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Istanto

NIM : ST14033

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk

mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada

Surakarta maupun di perguruan tinggi lain.

2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri,

tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukkan Tim

Penguji.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan

sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat

penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh

karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di

perguruan tinggi ini.

Surakarta, 30 Januari 2016

Yang membuat pernyataan,

(Istanto)

NIM. ST14033

Page 4: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

iv

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah serta

karuniaNya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan

Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku Tindakan Universal Precaution

Pada Perawat Di RSUD Kota Surakarta”. Dalam penyusunan skripsi ini,

penulis mendapat bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Penulis

menyadari tanpa adanya bimbingan dan dukungan maka kurang sempurna

penyelesaian skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns., M.Kep. selaku ketua STIKes Kusuma

Husada Surakarta.

2. Ibu, Ns. Atiek Murharyati, M.Kep. selaku Kepala Program Studi S-1

Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan juga selaku Pembimbing

Utama yang telah memberikan banyak masukan dan bimbingan serta arahan

dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Ns. Aria Nurahman Hendra Kusuma, M.Kep, selaku Pembimbing

Pendamping yang telah memberikan banyak masukan, bimbingan serta arahan

dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Ns. S. Dwi Sulisetyawati, M.Kep. selaku Penguji yang telah memberikan

banyak masukan, bimbingan serta arahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Direktur RSUD Kota Surakarta yang telah memberikan izin kepada peneliti

untuk melakukan penelitian.

6. Seluruh staf pengajar dan akademik Prodi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma

Husada Surakarta yang telah membantu penulis.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu

dalam penyusunan skripsi ini.

Page 5: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

v

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan, untuk

itu penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan dari berbagai pihak. Semoga

penelitian ini dapat memberikan manfaat.

Surakarta, Januari 2016

Penulis

Page 6: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN............................................................................ iii

KATA PENGANTAR ................................................................................ iv

DAFTAR ISI............................................................................................... vi

DAFTAR TABEL....................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xi

ABSTRAK .................................................................................................. xii

ABSTRACT................................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1

1.1.Latar Belakang Masalah...................................................... 1

1.2.Perumusan Masalah ............................................................ 5

1.3.Tujuan Penelitian ................................................................ 5

1.4.Manfaat Penelitian .............................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 8

2.1.Tinjauan Teori ..................................................................... 8

2.1.1. Pengetahuan ............................................................ 8

2.1.2. Sikap........................................................................ 13

2.1.3. Perilaku ................................................................... 24

Page 7: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

vii

2.1.4. Universal Precaution .............................................. 27

2.2.Keaslian Penelitian.............................................................. 37

2.3.Kerangka Teori.................................................................... 39

2.4.Kerangka Konsep ................................................................ 40

2.5.Hipotesis.............................................................................. 40

BAB III METODE PENELITIAN.......................................................... 41

3.1.Jenis dan Rancangan Penelitian .......................................... 41

3.2.Populasi dan Sampel ........................................................... 41

3.3.Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 43

3.4.Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran ....... 43

3.5.Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ...................... 45

3.6.Uji Validitas dan Realibilitas.................................................. 48

3.7.Teknik Pengolahan dan Analisa Data ................................. 53

3.8.Etika Penelitian ................................................................... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN............................................................... 58

4.1.Analisis univariat ................................................................ 58

4.2.Analisis bivariat .................................................................. 61

BAB V PEMBAHASAN ....................................................................... 65

5.1.Umur responden .................................................................. 65

5.2.Jenis kelamin responden ..................................................... 65

5.3.Pendidikan........................................................................... 66

5.4.Lama bekerja....................................................................... 67

5.5.Pengetahuan perawat tentang universal precaution di

Page 8: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

viii

RSUD Kota Surakarta ......................................................... 67

5.6.Sikap perawat tentang universal precaution di RSUD Kota

Surakarta ............................................................................. 68

5.7.Perilaku tindakan perawat tentang universal precaution di

RSUD Kota Surakarta ......................................................... 69

5.8.Hubungan antara pengetahuan dengan perilaku tindakan

universal precaution pada perawat di RSUD Kota Surakarta 70

5.9.Hubungan antara sikap dengan perilaku tindakan universal

precaution pada perawat di RSUD Kota Surakarta ........... 71

BAB VI PENUTUP................................................................................. 73

6.1.Simpulan ............................................................................. 73

6.2.Saran.................................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 9: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Keaslian Penelitian.............................................................. 38

Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ........ 44

Tabel 3.2 Kisi-kisi Pertanyaan Pengetahuan Perawat Tentang Universal

Precaution............................. .............................................. 45

Tabel 3.3 Kisi-kisi Pernyataan Sikap Perawat Tentang Universal

Precaution......................... .................................................. 46

Tabel 3.4 Kisi-kisi Pernyataan Perilaku Perawat Tentang Universal

Precaution ........................................................................... 47

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Product Moment................................... 50

Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas ........................................................... 52

Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur......................... 58

Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin............ 58

Tabel 4.3 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan ............... 59

Tabel 4.4 Karakteristik responden berdasarkan lama bekerja............. 59

Tabel 4.5 Tingkat pengetahuan perawat tentang universal precaution 60

Tabel 4.6 Sikap perawat tentang universal precaution ....................... 60

Tabel 4.7 Perilaku tindakan perawat tentang universal precaution .... 60

Tabel 4.8 Hubungan antara pengetahuan dengan perilaku tindakan

universal precaution pada perawat di RSUD Kota Surakarta 61

Tabel 4.9 Hubungan antara sikap dengan perilaku tindakan universal

precaution pada perawat di RSUD kota surakarta.............. 63

Page 10: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Bagan Proses Terbentuknya Sikap Dan Reaksi.................... 13

Gambar 2.2 Langkah Pertama Cuci Tangan............................................ 29

Gambar 2.3 Langkah Kedua Cuci Tangan.............................................. 30

Gambar 2.4 Langkah Ketiga Cuci Tangan.............................................. 30

Gambar 2.5 Langkah Keempat Cuci Tangan............................................ 30

Gambar 2.6 Langkah Kelima Cuci Tangan............................................ 31

Gambar 2.7 Langkah Keenam Cuci Tangan............................................ 31

Gambar 2.8 Langkah Ketujuh Cuci Tangan............................................ 31

Gambar 2.9 Sarung Tangan...................................................................... 33

Gambar 2.10 Masker................................................................................... 35

Gambar 2.11 Kerangka Teori.................................................................... 39

Gambar 2.12 Kerangka Konsep ................................................................ 40

Page 11: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pengajuan Judul Skripsi

Lampiran 2 Permohonan Studi Pendahuluan

Lampiran 3 Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran 4 Lembar Konsultasi

Lampiran 5 Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 6 Kueisoner Penelitian

Lampiran 7 Data Penelitian

Lampiran 8 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 9 Hasil Analisis Data

Page 12: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

xii

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2016

Istanto

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Perilaku Tindakan

Universal Precaution Pada Perawat di RSUD Kota Surakarta

Abstrak

Universal precautions merupakan upaya pencegahan infeksi yang telah

mengalami perjalanan panjang, dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial

(infeksi yang ditimbulkan dari tindakan medis) yang terus menjadi ancaman bagi

petugas kesehatan dan pasien (Depkes RI, 2010). Hasil observasi di RSUD Kota

Surakarta pada bulan Agustus 2015 didapat 8 dari 10 perawat yang tidak memakai

sarung tangan steril saat melakukan tindakan invasif ke pasien seperti pemasangan

infus dan melepas infus. Hasil observasi di ruangan juga didapatkan 6 dari 10

perawat tidak mencuci tangan dengan benar saat sebelum dan sesudah melakukan

tindakan. Hasil wawancara dengan perawat ruangan yang ditemui peneliti

didapatkan 8 dari 10 perawat tidak mengetahui istilah universal precaution.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap

dengan perilaku tindakan universal precaution pada perawat di RSUD Kota

Surakarta.

Rancangan penelitian cross sectional. Teknik sampling Consecutive

Sampling. Sampel penelitian sebanyak 80 perawat. Variabel yang diamati

pengetahuan, sikap dan perilaku tindakan universal precaution pada perawat di

RSUD Kota Surakarta. Penelitian menggunakan uji statistik chi-square.

Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku

tindakan universal precaution pada perawat di RSUD Kota Surakarta dengan nilai

χ2

hitung adalah sebesar 2,210 (p= 0,331 > 0,05). Ada hubungan yang signifikan

antara sikap dengan perilaku tindakan universal precaution pada perawat di

RSUD Kota Surakarta dengan nilai χ2

hitung adalah sebesar 5,091 (p= 0,024 < 0,05)

sehingga H0 ditolak dan Ha diterima.

Rekomendasi penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan

bagi perawat di RSUD Kota Surakarta untuk meningkatkan usaha pencegahan

dan pengendalian penyakit infeksi dapat dilakukan dengan meningkatkan perilaku

universal precautions serta diberlakukan di semua unit pelayanan kesehatan

maupun perorangan.

Kata Kunci : pengetahuan, sikap, perilaku, universal precaution

Daftar pustaka : 42 (2000-2015)

Page 13: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

xiii

BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE

KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA

2016

Istanto

Correlation of Knowledge and Attitude to the Behavior of

Universal Precaution of the Nurses of General Local Hospital of Surakarta

City

ABSTRACT

Universal precaution is an effort to prevent infections, which have a long

history as of the recognition of nosocomial infections (infections caused by

medical treatment) which continuously become a threat to the health taskforces

and clients (Department of Health of the Republic of Indonesia). The objective of

this research is to investigate the correlation of the knowledge and the attitude to

the behavior of universal precaution of the nurses of Local General Hospital of

Surakarta.

The research used the cross-sectional design. Its samples were taken by

using the consecutive sampling and consisted of 80 nurses. The variables

observed were knowledge, attitude, and behavior of universal precaution of the

nurses of the hospital. The data of research were analyzed by using the statistical

test of chi-square.

There was not any significant correlation between the knowledge and the

behavior of universal precaution of the nurses as indicated by the value of χ2

count =

2.210 (p= 0.331 > 0.05). There was a significant correlation between the attitude

and the behavior of universal precaution of the nurses as shown by the value of

χ2

count = 5.091 (p= 0.024 < 0.05) so that H0 was not verified, but Ha was verified. The results of this research are expected to be considered by the nurses of the

hospital as to improve the effort of preventing and controlling infectious diseases by

improving the behavior of universal precautions at all health units and individuals.

Keywords : Knowledge, attitude, behavior, universal precaution

References : 42 (2000-2015)

Page 14: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Universal Precaution atau yang dalam istilah Indonesia dikenal

dengan kewaspadaan universal merupakan suatu cara penanganan baru untuk

meminimalkan pajanan darah dan cairan tubuh dari semua pasien tanpa

memperdulikan status infeksi. Pencegahan penularan infeksi nosokomial

dengan pemutusan rantai penularan pada jalan masuk (portal of entry)

dilakukan dengan memperhatikan teknik aseptik pada setiap tindakan terhadap

pasien (Patricia A. et al, 2002) dalam (Yulianti, dkk. 2011).

Salah satu strategi yang bermanfaat dalam pengendalian infeksi

nosokomial adalah peningkatan kemampuan petugas kesehatan dalam metode

universal precautions (Depkes, 2010). Universal precautions merupakan

upaya pencegahan infeksi yang telah mengalami perjalanan panjang, dimulai

sejak dikenalnya infeksi nosokomial (infeksi yang ditimbulkan dari tindakan

medis) yang terus menjadi ancaman bagi petugas kesehatan dan pasien

(Depkes RI, 2010). Pedoman ini untuk mencegah transmisi dari berbagai

penyakit yang ditularkan melalui darah di lingkungan fasilitas pelayanan

kesehatan. Tindakan universal precautions meliputi pengelolaan alat

kesehatan, cuci tangan untuk mencegah infeksi silang, dan penggunaan alat

pelindung diri misalnya kaca mata pelindung, masker muka, sarung tangan

dan celemek untuk mencegah kemungkinan percikan dari tubuh. Universal

1

Page 15: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

2

precautions diharapkan akan mendapat perlindungan maksimal dari infeksi

yang telah diagnosis maupun yang belum diketahui (Kurniawati dan

Nursalam, 2007). Universal precautions juga berguna untuk menurunkan

transmisi infeksi saluran kemih, infeksi luka operasi, pneumonia, sepsis, dan

phlebitis pada individu dan tenaga kesehatan, sehingga dapat diberlakukan di

semua unit pelayanan kesehatan maupun perorangan (Nasronudin, 2007).

Universal precautions tidak hanya melindungi petugas dari risiko

terpajan oleh infeksi namun juga melindungi klien yang mempunyai

kecenderungan rentan terhadap segala infeksi yang mungkin terbawa oleh

petugas (Kurniawati & Nursalam, 2007). Usaha pencegahan dan pengendalian

penyakit infeksi antara lain dapat dilakukan dengan meningkatkan perilaku

universal precautions bagi perawat. Tindakan universal precautions

diperlukan kemampuan perawat untuk mencegah infeksi, ditunjang oleh

sarana dan prasarana, serta Standar Operasional Prosedur (SOP) yang

mengatur langkah-langkah tindakan universal precautions (Kurniawati &

Nursalam, 2007).

Hasil penelitian dari Kusmiyati (2009), bahwa faktor yang

mempengaruhi rendahnya perilaku perawat dalam tindakan universal

precautions yaitu: pengetahuan, sikap, ketersediaan sarana alat pelindung

pribadi dan motivasi perawat. Ketidakpatuhan atau keengganan petugas untuk

melakukan prosedur universal precautions adalah karena dianggap terlalu

merepotkan dan tidak nyaman. Tugas perawat yang sangat banyak juga

Page 16: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

3

menjadi faktor lain menyebabkan perawat sulit untuk menerapkan universal

precautions.

Penerapan universal precaution dalam praktek sehari-hari dipengaruhi

berbagai faktor, diantaranya adalah faktor perilaku. Perilaku manusia

dipengaruhi oleh dua faktor besar yang mempengaruhinya yaitu faktor

pengetahuan dan sikap. Perilaku merupakan hasil daripada segala macam

pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud

dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan

respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar

maupun dari dalam dirinya (Notoatmodjo, 2010).

Notoatmodjo (2005) menyatakan bahwa pengetahuan merupakan

pedoman dalam membentuk tindakan dan perilaku seseorang. Adanya

pengetahuan akan menimbulkan kesadaran seseorang yang akhirnya

memicunya untuk berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya

tersebut. Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat dilihat langsung, tetapi dapat

ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata

menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu

yang dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat

emosional terhadap stimulus sosial.

Penelitian yang dilakukan oleh Anwar (2005), menunjukkan bahwa

prosedur tindakan pencegahan universal masih sering diabaikan, faktor-faktor

yang mempengaruhi yaitu kurangnya pengetahuan dan minimnya dana yang

Page 17: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

4

dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan prosedur tindakan pencegahan

universal (Anwar, 2005). Penelitian yang dilakukan Giharyati (2004), ada 2

orang perawat kamar bedah di RS Roemani Semarang yang terinfeksi

Hepatitis, hal ini dapat terjadi karena kurangnya disiplin perawat dalam

menjalankan prosedur tindakan pencegahan universal khususnya dalam

pemakaian alat pelindung pribadi.

Di RSUD Kota Surakarta belum pernah dilakukan penelitian tentang

perilaku pencegahan universal. Berdasarkan observasi di lapangan pada bulan

Agustus 2015 didapat 8 dari 10 perawat yang tidak memakai sarung tangan

steril saat melakukan tindakan invasif ke pasien seperti pemasangan infus dan

melepas infus. Hasil observasi di ruangan juga didapatkan 6 dari 10 perawat

tidak mencuci tangan dengan benar saat sebelum dan sesudah melakukan

tindakan. Hasil wawancara dengan perawat ruangan yang ditemui peneliti

didapatkan 8 dari 10 perawat tidak mengetahui istilah universal precaution.

Sementara hasil wawancara dengan koordinator ruangan pada bulan Agustus

2015 didapatkan bahwa 4 dari 10 perawat bersikap acuh terhadap tindakan

universal precaution, misalnya apabila telah diketahui bahwa pasien yang

dihadapi tidak terinfeksi Hepatitis B. Padahal banyak penyakit infeksi lain

selain Hepatitis B yang mungkin diderita pasien dan mungkin penyakit itu

jauh lebih berbahaya dari Hepatitis B, seperti HIV dan Hepatitis C. Kurangnya

sosialisasi SOP menjadi kendala bagi perawat dalam melakukan tindakan

pencegahan universal. Terlebih SOP tentang universal precaution sedang

dalam proses penyusunan sehingga belum disahkan oleh pembuat kebijakan.

Page 18: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

5

Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku

tindakan universal precaution pada perawat di RSUD Kota Surakarta”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan data yang telah diuraikan pada latar belakang di atas,

maka perumusan masalahnya adalah “Apakah ada hubungan pengetahuan dan

sikap dengan perilaku tindakan universal precaution pada perawat di RSUD

Kota Surakarta?“.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini mengetahui hubungan

pengetahuan dan sikap dengan perilaku tindakan universal

precaution pada perawat di RSUD Kota Surakarta.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pengetahuan perawat tentang universal

precaution di RSUD Kota Surakarta.

2. Mengidentifikasi sikap perawat tentang universal precaution

di RSUD Kota Surakarta.

3. Mengidentifikasi perilaku perawat tentang universal precaution

di RSUD Kota Surakarta.

Page 19: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

6

4. Menganalisa hubungan pengetahuan dengan perilaku universal

precaution pada perawat di RSUD Kota Surakarta.

5. Menganalisa hubungan sikap dengan perilaku universal

precaution pada perawat di RSUD Kota Surakarta.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi RSUD Kota Surakarta

Memberikan masukan bagi RSUD Kota Surakarta sebagai layanan

kesehatan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan perilaku

perawat dalam penerapan universal precaution yang merupakan salah satu

strategi pengendalian infeksi dan penularan penyakit, sehingga bisa

menjadi pertimbangan untuk menentukan kebijakan dalam mencegah

infeksi dan penularan penyakit.

2. Perawat di RSUD Kota Surakarta

Memberi masukan kepada profesi keperawatan RSUD Kota

Surakarta mengenai pentingnya menerapkan tindakan pencegahan

universal untuk mencegah terjadinya infeksi dan penularan penyakit pada

pasien dan tenaga kesehatan.

3. Instansi Pendidikan

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi

perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya disiplin ilmu keperawatan

mengenai pentingnya menerapkan universal precautions untuk mencegah

Page 20: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

7

terjadinya infeksi dan penularan penyakit pada pasien dan tenaga

kesehatan.

4. Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi bagi

masyarakat sebagai bahan kajian pengetahuan terutama yang berkaitan di

bidang pelayanan keperawatan, sehingga diharapkan masyarakat juga

dapat memberikan masukan dan saran dalam peningkatan layanan

keperawatan sesuai harapan masyarakat.

5. Peneliti

Sebagai masukan bagi penulis untuk mengetahui sejauh mana

pengetahuan, sikap dan perilaku perawat dalam penerapan universal

precaution yang merupakan salah satu strategi pengendalian infeksi dan

penularan penyakit, sehingga bisa menjadi pertimbangan untuk

menentukan kebijakan dalam mencegah infeksi dan penularan penyakit

bagi dirinya sendiri dan petugas lain.

Page 21: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan (knowledge) merupakan domain yang sangat

penting untuk dikuasai, karena dengan mengetahui sesuatu kita

dapat melaksanakan dan menjadikan pedoman untuk tindakan

selanjutnya (Sastroasmoro, 2008). Pengetahuan merupakan

pedoman dalam membentuk tindakan dan perilaku seseorang.

Adanya pengetahuan akan menimbulkan kesadaran seseorang

yang akhirnya memicunya untuk berperilaku sesuai dengan

pengetahuan yang dimilikinya tersebut (Notoatmodjo, 2005).

2. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai

intensitas atau tingkatan yang berbeda-beda. Secara garis besarnya

dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan (Notoatmodjo, 2010):

a. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (mengingat)

memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang

paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

8

Page 22: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

9

tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan,

menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap

objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang

tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang

objek yang diketahui tersebut.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila seseorang yang telah

memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau

mengaplikasikan prinsip yang telah diketahui tersebut pada

situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk

menjabarkan dan memisahkan, dan mencari hubungan antara

komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau

objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang

telah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang

tersebut telah dapat membedakan, atau mengelompokan,

membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek

tersebut.

Page 23: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

10

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan

seseorang untuk merangkum atau meletakan dalam satu

hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan

yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang

untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu

objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada

suatu kriteria yang ditentukan sendiri.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Mubarak dkk (2007) ada tujuh faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu:

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

kepada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat

memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi

pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima

informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan

yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat

pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap

Page 24: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

11

seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai baru

diperkenalkan.

b. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang

memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara

langsung maupun tidak langsung.

c. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi

perubahan pada aspek psikis dan psikologis (mental).

Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat kategori

perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi,

hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi

akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis dan

mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.

d. Minat

Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang

tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk

mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh

pengetahuan yang lebih dalam.

e. Pengalaman

Adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang

dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan

pengalaman yang baik seseorang akan berusaha untuk

Page 25: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

12

melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut

menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang

membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif.

f. Kebudayaan

Kebudayaan lingkungan sekitar, apabila dalam suatu

wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan

lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya

mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan

lingkungan.

g. Informasi

Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu

mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang

baru.

4. Pengukuran tingkat pengetahuan

Menurut Arikunto (2006), untuk mengukur tingkat

pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari objek

penelitian atau responden. Penilaian-penilaian didasarkan pada

suatu kriteria yang di tentukan sendiri atau menggunakan kriteria-

kriteria yang telah ada.

Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu (A.

Wawan dan Dewi, 2011):

Page 26: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

13

a. Baik : hasil presentase 76% - 100%.

b. Cukup : hasil presentase 56% - 75%.

c. Kurang : hasil presentase < 56%.

2.1.2 Sikap

1. Pengertian

Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan

(afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi)

seseroang terhadap sutatu aspek di lingkungan sekitarnya (Azwar,

2012). Sikap individu merupakan bagian dari reaksi individu

terhadap rangsangan yang tidak dapat diamati secara langsung

oleh individu. Sikap sebagai bagian dari perilaku individu berupa

reaksi tertutup terhadap stimulus yang ada (Notoatmodjo, 2003).

Bagan 2.1

Bagan Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi

(Notoatmodjo, 2003)

Setiap individu memiliki sikap yang berbeda-beda satu

sama lain. Individu memiliki sikap yang positif ketika individu

merasa senang dan mampu menempatkan dirinya pada tingkatan

sikap yang ada (Sarlito, 2009). Menurut Azwar (2009) Sikap

Stimulus

Rangsangan

Proses

Rangsangan

Reaksi

Tingkah Laku

(Terbuka)

Sikap

(Tertutup)

Page 27: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

14

seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau

memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau

tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut.

2. Jenis-jenis sikap

Menurut Moenir (1992) pada dasarnya sikap umum orang

terhadap suatu objek tertentu minimal ada 8 macam, yaitu:

a. Sikap menerima

Dengan sikap menerima ini, maka seseorang akan

melakukan aktivitas atau perbuatan-perbuatan secara ikhlas

dan sesuai dengan apa yang diisyaratkan. Maka hasil pekerjaan

akan dapat memenuhi standart.

b. Sikap curiga

Sikap ini pada dasarnya menerima tetapi belum

sepenuhnya dan diiringi dengan rasa curiga terhadap segala

sesuatu yang menyelimuti pekerjaan. Sejak dari manajemen

aturan dan situasi pekerjaan membuat kecurigaan.

c. Sikap ragu-ragu

Sesuai dengan arti kata ragu-ragu itu sendiri sikap ini

menunjukkan tidak ada kepastian, masih memerlukan proses

pertimbangan. Ada kemungkinan menerima ada kemungkinan

menolak jadi belum jelas. Sikap ragu- ragu akan menghasilkan

sesuatu yang tidak sesuai dengan aturan permainan. Bahkan

Page 28: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

15

adakalanya yang di hasilkan justru sama sekali rusak, karena

dalam pengerjaannya hanya separuh hati.

d. Sikap Menolak

Sikap menolak dalam pekerjaan menimbulkan

persoalan bagi organisasi kerja dan bagi pelaku yang

bersangkutan. Karena banyak di temui pertentangan-

pertentangan yang hakikatnya sangat merugikan bagi

pekerjaannya itu sendiri dan organisasi secara keseluruhan.

e. Sikap pura-pura

Sikap pura-pura adalah sikap yang tidak sebenarnya,

sikap yang di buat-buat untuk suatu tujuan tertentu yang di

sembunyikan.

f. Sikap tidak menentu

Sikap tidak menentu berlainan dengan sikap ragu-ragu.

Landasan sikap tidak menentu tidak dapat diketahui secara

pasti, baik oleh dirinya sendiri apalagi oleh orang lain. Sikap

tidak menentu akan membuahkan perbuatan yang juga tidak

menentu baik cara maupun arahnya.

g. Sikap Ketergantungan

Ketergantungan disini dimaksudkan ketergantungan

kepada perbuatan pada perbuatan orang lain. Segala sesuatu

untuk kebutuhan dirinya senantiasa bergantung pada oranng

lain, sehingga ia dapat dikatakan tidak mandiri dalam beberapa

Page 29: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

16

hal. Akibatnya banyak kecanggungan yang di temui manakala

ia terpaksa berhadapan dengan keadaan yang berbeda dengan

yang biasa ditemui.

h. Sikap tidak peduli (apatis)

Sikap ini barang kali satu sikap yang paling sulit

disembuhkan. Karenanya jika dalam lingkungan kerja terdapat

pegawai yang bersikap apatis ini, benar-benar harus

disingkirkan sementara, karena kalau tidak akan sangat

mengganggu mekanisme kerja apalagi jika hal ini terjadi pada

tugas/pekerjaan pelayanan maka efektifnya dapat berupa kesan

negatif terhadap organisasi kerja yang bersangkutan.

3. Struktur sikap

Menurut Azwar (2012) struktur sikap terdiri dari tiga

komponen yang saling menunjang yaitu:

a. Komponen Kognitif

Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang

mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek

sikap.

b. Komponen Afektif

Komponen afektif menyangkut masalah emosional

subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap.

Page 30: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

17

c. Komponen Prilaku/Konatif

Komponen prilaku atau konatif dalam struktur sikap

menunjukkan bagaimana prilaku atau kecenderungan

berprilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan

objek sikap yang dihadapinya.

4. Fungsi sikap

Menurut Walgito (2010) terdapat empat fungsi sikap,

antara lain:

a. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Bahwa

sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable, artinya

sesuatu yang mudah menjalar, sehingga mudah pula menjadi

milik bersama.

b. Sikap berfungsi sebagai pengatur tingkah laku.

c. Sikap berfungsi sebagai alat pengukur pengalaman-

pengalaman. Dalam hal ini perlu dikemukakan bahwa manusia

di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari dunia luar

sikapnya tidak pasif, tetapi diterima secara aktif, artinya

pengalaman yang berasal dari dunia luar itu tidak semuanya

dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih mana-mana

yangperlu dan mana yang tidak perlu dilayani.

d. Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering

mencerminkan pribadi seseorang. Ini sebabnya karena sikap

tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya.

Page 31: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

18

5. Bentuk-bentuk sikap

Adapun bentuk-bentuk sikap sosial dapat dibedakan

menjadi dua yaitu:

a. Sikap positif

Dalam buku Interaksi Sosial dijelaskan bahwa:

“Bentuk sikap sosial yang positf seseorang yaitu berupa

tenggang rasa, kerjasama, dan solidaritas” (Nawawi, 2000).

Selanjutnya dalam buku Metodologi Ilmu Pengetahuan Sosial

dijelaskan bahwa: “Sikap sosial dapat dilihat dari adanya

kerjasama, sikap tenggang rasa, dan solidaritas” (Soetjipto dan

Sjafioedin, 1994).

1) Aspek Kerjasama

Kerjasama merupakan suatu hubungan saling bantu

membantu dari orang-orang atau kelompok orang dalam

mencapai suatu tujuan. Dalam buku Psikologi Sosial

dijelaskan bahwa: “Kerjasama adalah kecenderungan untuk

bertindak dalam kegiatan kerja bersama-sama menuju

suatu tujuan” (Ahmadi, 2000). Dengan demikian sikap

kerjasama adalah merupakan suatu kecenderungan untuk

bertindak dalam kegiatan kerjasama untuk mencapai suatu

tujuan tertentu. Selanjutnya dalam buku Pedoman Umum

Budi Pekerti dijelaskan bahwa: “Ciri-ciri orang yang

mampu bekerjasama dengan orang lain adalah berperan

Page 32: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

19

dalam berbagi kegiatan gotong royong tidak membiarkan

teman atau keluarga mengalami suatu masalah secara

sendiri dan bersikap mengutamakan hidup bersama berdiri

sama tinggi dan duduk sama rendah” (Depdikbud, 2001).

2) Aspek Solidaritas

Solidaritas mempunyai arti adanya kecenderungan

seseorang dalam melihat ataupun memperhatikan keadaan

orang lain. Menurut Gerungan dalam bukunya Psikologi

Sosial dijelaskan bahwa: “Solidaritas dapat diartikan

sebagi kecenderungan dalam bertindak terhadap seseorang

yang mengalami suatu masalah yakni berupa

memperhatikan keadaan orang tersebut” (Gerungan, 1996).

Dengan demikian solidaritas merupakan salah satu bentuk

sikap sosial yang dapat dilakukan seseorang dalam melihat

ataupun memperhatikan orang lain terutama seseorang

yang mengalami suatu masalah.

3) Aspek Tenggang Rasa

Dalam buku Psikologi Sosial dijelaskan bahwa: “Tenggang

rasa adalah seseorang yang selalu menjaga perasaan orang

lain dalam aktifitasnya sehari-hari” (Ahmadi, 2000).

Selanjutnya dalam buku Pedoman Pedoman Umum Budi

Pekerti dijelaskan bahwa: “Sikap tenggang rasa dapat

dilihat dari adanya saling menghargai satu sama lain,

Page 33: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

20

menghindari sikap masa bodoh, tidak menggangu orang

lain, selalu menjaga perasaan orang lain, dalam bertutur

kata tidak menyinggung perasaan orang lain, selalu

menjaga perasaan orang lain dalam pergaulan dan

sebagainya” (Depdikbud, 2001). Dengan demikian dari

pendapat ahli jelaslah bahwa tenggang rasa adalah

perwujudan sikap dan prilaku seseorang dalam menjaga,

menghargai dan menghormati orang lain.

b. Sikap negatif

Bentuk-bentuk sikap sosial seseorang yang negatif

antara lain:

1) Egoisme yaitu suatu bentuk sikap dimana seseorang

merasa dirinya adalah yang paling unggul atas segalanya

dan tidak ada orang atau benda apapun yang mampu

menjadi pesaingnya.

2) Prasangka sosial adalah suatu sikap negatif yang

diperlihatkan oleh individu atau kelompok terhadap

individu lain atau kelompok lain.

3) Rasisme, yaitu suatu sikap yang didasarkan pada

kepercayaan bahwa suatu ciri yang dapat diamati dan

dianggap diwarisi seperti warna kulit merupakan suatu

tanda perihal inferioritas yang membenarkan perlakuan

Page 34: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

21

diskriminasi terhadap orang-orang yang mempunyai ciri-

ciri tersebut.

4) Rasialisme, yaitu suatu penerapan sikap diskriminasi

terhadap kelompok ras lain. Misalnya diskriminasi ras

yang pernah terjadi di Afrika Selatan.

5) Stereotip, yaitu citra kaku mengenai suatu ras atau budaya

yang dianut tanpa memerhatikan kebenaran citra tersebut.

Misalnya stereotip masyarakat Jawa adalah lemah lembut

dan lamban dalam melakukan sesuatu. Stereotip tersebut

tidak selalu benar, karena tidak semua orang Jawa

memiliki sifat tersebut (Ahmadi, 2007).

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap menurut

Azwar (2009) adalah:

a. Pengalaman pribadi

Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut

membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap

stimulus sosial.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara

komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita.

Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita

harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan

Page 35: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

22

pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan, atau

seseorang yang berarti khusus bagi kita.

c. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan

mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.

Apabila kita hidup dalam budaya yang mempunyai norma

longgar bagi pergaulan heteroseksual, sangat mungkin kita

akan mempunyai sikap yang mendukung terhadap masalah

kebebasan pergaulan heteroseksual.

d. Media massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media

massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dll

mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan

kepercayaan orang.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai

suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap

dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan

konsep moral dalam diri individu.

f. Pengaruh faktor emosional

Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi

lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-

kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang

Page 36: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

23

didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam

penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme

pertahanan ego.

7. Pengkuran sikap

Beberapa teknik pengukuran sikap antara lain (A. Wawan

dan Dewi, 2011):

a. Skala Thurstone (Method of Equel-Appearing Intervals)

Metode ini mencoba menempatkan sikap seseorang

pada rentangan kontinum dari yang sangat unfavorabel hingga

sangat favorabel terhadap suatu obyek sikap. Favorabilitas

penilai diekspresikan melalui titik skala rating yang memiliki

rentang 1-11. Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 sangat

setuju. Tugas penilai ini buka untuk menyampaikan setuju

tidaknya mereka terhadap pernyataan itu. Responden diminta

untuk menunjukkan seberapa besar kesetujuan atau

ketidaksetujuannya pada masing-masing item sikap tersebut.

b. Skala Likert (Method of Summated Ratings)

Likert (1932) mengajukan metodenya sebagai alternatif

yang lebih sederhana dibandingkan dengan skala Thurstone.

Skala Thurstone yang terdiri dari 11 point disederhanakan

menjadi dua kelompok, yaitu yang favorabel dan unfavorabel.

Sedangkan item yang netral tidak disertakan. Untuk mengatasi

hilangnya netral tersebut, Likert menggunakan teknik

Page 37: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

24

konstruksi test yang lain. Masing-masing responden diminta

melakukan egreement atau disegreement untuk masing-masing

item dalam skala yang terdiri dari 5 point (sangat setuju,

setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju). Semua

item yang favorabel kemudian diubah nilainya dalam angka,

yaitu untuk sangat setuju nilainya 5 sedangkan untuk yang

sangat tidak setuju nilainya 1. Sebaliknya, untuk item yang

unfavorabel nilai skala sangat setuju adalah 1 sedangkan untuk

yang sangat tidak setuju nilainya 5.

2.1.3 Perilaku

1. Pengertian

Perilaku adalah keseluruhan dari penghayatan dan

perbuatan yang dilakukan seseorang akibat kegiatan kognitif,

afektif dan motorik (Pieter dan Lubis, 2010). Notoatmodjo, (2007)

sebelum orang mengadopsi perilaku baru, dalam diri orang

tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni: a) Awareness

(kesadaran), b) Interest (merasatertarik), c) Evaluation

(menimbang-nimbang), d) Trial (mencoba), e) Adoption (adopsi).

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui

proses seperti ini, didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap

yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long

lasting), sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh

Page 38: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

25

pengetahuan dan kesadaran, maka akan tidak berlangsung lama

(Herpan dan Wardani, 2012).

Sudhiarti dan Sholikah (2012) menyatakan bahwa

komponen perilaku dalam struktur bersikap menunjukan

bagaimana kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri

seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya,

perubahan perilaku yang terjadi dalam diri seseorang dapat

diketahui melalui persepsi, akan tetapi setiap orang mempunyai

persepsi yang berbeda, meskipun mengamati objek yang sama.

2. Bentuk perilaku

Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu

respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus)

dari luar subjek tersebut. Respon ini bernentuk dua macam, yakni

(A. Wawan dan Dewi, 2011):

a. Bentuk pasif adalah respon internal, yaitu yang terjadi di

dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat

oleh orang lain, misalnya berpikir, tanggapan atau sikap batin

dan pengetahuan.

b. Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi

secara langsung, karena perilaku tersebut sudah tampak dalam

bentuk tindakan nyata (overt behaviour).

Page 39: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

26

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

Menurut Pieter dan Lubis (2010) Faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku diantaranya:

a. Emosi, dengan adanya emosi seperti bahagia, sedih, takut,

cemas maka akan membuat seseorang memahami objek

sehingga seseorang mengubah perilakunya.

b. Persepsi, dengan adanya persepsi maka akan membuat

seseorang mengenal objek melalui penglihatan, pendengaran,

penciuman dan persepsi dapat dipengaruhi dari kebiasaan,

minat, dan kepentingan.

c. Motivasi, motivasi merupakan suatu dorongan dari diri

seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan hasil

motivasi dapat dilakukan dalam perilakunya.

d. Belajar, melalui belajar seseorang dapat berubah perilaku yang

lebih baik dari sebelumnya.

e. Pengetahuan atau kognitif, merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior).

f. Inteligensi, inteligensi merupakan kemampuan seseorang

dalam menyesuaikan dari keadaan-keadaan yang baru secara

cepat.

Page 40: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

27

2.1.4 Universal Precaution

1. Pengertian

Kewaspadaan Universal (KU) atau Universal Precautions

(UP) adalah suatu cara untuk mencegah penularan penyakit dari

cairan tubuh, baik dari pasien ke petugas kesehatan dan sebaliknya

juga dari pasien ke pasien lainnya (Kurniawati dan Nursalam,

2007). Nasronudin (2007), universal precautions merupakan suatu

pedoman yang ditetapkan oleh the Centers for Disease Control

and Prevention CDC Atlanta dan the Occupational Safety and

Health Administration (OSHA), untuk mencegah transmisi dari

berbagai penyakit yang ditularkan melalui darah di lingkungan

fasilitas pelayanan kesehatan.

2. Tujuan universal precautions

Kurniawati dan Nursalam (2007), menyebutkan bahwa

Universal precautions perlu diterapkan dengan tujuan:

a. Mengendalikan infeksi secara konsisten

Universal precautions merupakan upaya pengendalian

infeksi yang harus diterapkan dalam pelayanan kesehatan

kepada semua pasien, setiap waktu, untuk mengurangi risiko

infeksi yang ditularkan melalui darah.

b. Memastikan standar adekuat bagi mereka yang tidak

didiagnosis atau tidak terlihat seperti berisiko

Prinsip universal precautions diharapkan akan

mendapat perlindungan maksimal dari infeksi yang ditularkan

Page 41: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

28

melalui darah�maupun cairan tubuh yang lain baik infeksi yang

telah diagnosis�maupun yang belum diketahui.

c. Mengurangi risiko bagi petugas kesehatan dan pasien

Universal precautions tersebut bertujuan tidak hanya

melindungi� petugas dari risiko terpajan oleh infeksi HIV

namun juga�melindungi klien yang mempunyai kecenderungan

rentan terhadap� segala infeksi yang mungkin terbawa oleh

petugas.

d. Asumsi bahwa risiko atau infeksi berbahaya

Universal precautions ini juga sangat diperlukan untuk

mencegah infeksi lain yang bersifat nosokomial terutama

untuk infeksi yang ditularkan melalui darah/cairan tubuh.

3. Macam universal precautions

Tindakan pencegahan universal meliputi hal-hal sebagai

berikut (Kurniawati & Nursalam, 2007):

a. Cuci tangan

Cuci tangan harus dilakukan sebelum dan sesudah

melakukan tindakan keperawatan walaupun memakai sarung

tangan dan alat pelindung diri lain. Tindakan ini penting untuk

mengurangi mikroorganisme yang ada di tangan sehingga

penyebaran infeksi dapat dikurangi dan lingkungan kerja

terjaga dari infeksi.

Page 42: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

29

Indikator mencuci tangan digunakan dan harus

dilakukan untuk antisipasi terjadinya perpindahan kuman

melalui tangan yaitu:

1) Sebelum melakukan tindakan, misalnya saat akan

memeriksa (kontak langsung dengan klien), saat akan

memakai sarung tangan bersih maupun steril, saat akan

melakukan injeksi dan pemasangan infus.

2) Setelah melakukan tindakan, misalnya setelah memeriksa

pasien, setelah memegang alat bekas pakai dan bahan yang

terkontaminasi, setelah menyentuh selaput mukosa.

3) Prinsip-prinsip cuci tangan yang efektif dengan sabun atau

handsrub yang berbasis alkohol menggunakan 7 langkah

(WHO dalam Prosedur Tetap RSUD Kota Surakarta,

2015):

a) Basahi kedua telapak anda dengan air mengalir, lalu

beri sabun ke telapak usap dan gosok dengan lembut

pada kedua telapak tangan.

Gambar 2.2

Langkah Pertama Cuci Tangan

b) Gosok masing-masing pungung tangan secara

bergantian.

Page 43: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

30

Gambar 2.3

Langkah Kedua Cuci Tangan

c) Jari jemari saling masuk untuk membersihkan sela-sela

jari.

Gambar 2.4

Langkah Ketiga Cuci Tangan

d) Gosokan ujung jari (buku-buku) dengan mengatupkan

jari tangan kanan terus gosokan ke telapak tangan kiri

bergantian.

Gambar 2.5

Langkah Keempat Cuci Tangan

e) Gosok dan putar ibu jari secara bergantian.

Page 44: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

31

Gambar 2.6

Langkah Kelima Cuci Tangan

f) Gosokkan ujung kuku pada telapak tangan secara

bergantian.

Gambar 2.7

Langkah Keenam Cuci Tangan

g) Menggosok kedua pergelangan tangan dengan cara

diputar dengan telapak tangan bergantian setelah itu

bilas dengan menggunakan air bersih dan mengalir,

lalu keringkan.

Gambar 2.8

Langkah Ketujuh Cuci Tangan

Page 45: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

32

b. Penggunaan alat pelindung diri (APD)

Alat pelindung diri digunakan untuk melindungi kulit

dan selaput lendir petugas dari resiko pajanan darah, semua

jenis cairan tubuh, sekret, ekskreta kulit yang tidah utuh dan

selaput lendir pasien. Penggunaan alat pelindung diri yang

sesuai untuk setiap tindakan seperti:

1) Penggunaan Sarung Tangan

Melindungi tangan dari bahan infeksius dan melindungi

pasien dari mikroorganisme pada tangan petugas. Alat ini

merupakan pembatas fisik terpenting untuk mencegah

penyebaran infeksi dan harus selalu diganti untuk mecegah

infeksi silang. Menurut Tiedjen (2004), ada tiga jenis

sarung tangan yaitu:

a) Sarung tangan bedah, dipakai sewaktu melakukan

tindakan infasif atau pembedahan.

b) Sarung tangan pemeriksaan, dipakai untuk melindungi

petugas kesehatan sewaktu malakukan pemeriksaan

atau pekerjaan rutin.

c) Sarung tangan rumah tangga, dipakai sewaktu

memproses peralatan, menangani bahan-bahan

terkontaminasi, dan sewaktu membersihkan permukaan

yang terkontaminasi. Pemakaian sarung tangan steril

Page 46: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

33

menurut Prosedur Tetap Keperawatan RSUD Kota

Surakarta (2015) meliputi:

Gambar 2.9

Sarung Tangan

Pelaksanaan:

a) Cuci tangan dengan seksama.

b) Buka pembungkus bagian luar kemasan sarung tangan

dengan memisahkan dan melepaskan sisi-sisinya.

c) Pegang bagian dalam kemasan dan letakkan pada

permukaan yang bersih dan datar, buka kemasan, jaga

sarung tangan tetap pada kemasan dalam.

d) Jika sarung tangan kanan dan kiri, kenakan sarung

tangan yang dominan terlebih dahulu.

e) Dengan ibu jari dan telunjuk tangan non dominan,

pegang tepi manset untuk tangan yang dominan, sentuh

hanya permukaan bagian dalam sarung tangan.

Page 47: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

34

f) Pakai sarung tangan dominan, pastikan manset tidak

tertumpuk di pergelangan tangan, ibu jari dan jari-jari

lainnya berada pada tempat yang tepat.

g) Dengan tangan dominan yang bersarung tangan,

selipkan jari di dalam manset sarung tangan kedua.

h) Kenakan sarung tangan kedua pada tangan non

dominan.

i) Setelah sarung tangan kedua dikenakan, tautkan kedua

tangan, manset biasanya jatuh ke bawah.

j) Sarung tangan yang sudah dipakai dibuang pada

tempatnya.

2) Penggunaan gaun pelindung

Gaun bedah, petama kali digunakan untuk melindungi

pasien dari mikroorganisme yang terdapat di abdomen dan

lengan dari staf perawatan kesehatan sewaktu pembedahan.

3) Penggunaan celemek (skort)

Jenis bahan dapat berupa bahan tembus cairan dan bahan

tidak tembus cairan. Tujuannya untuk melindungi petugas

dari kemungkinan genangan atau percikan darah maupun

cairan tubuh lain yang dapat mencemari baju seragam.

4) Penggunaan Masker dan kaca mata (google)

Masker dan kaca mata atau pelindung wajah (google),

tujuannya melindungi membran mukosa mata, hidung dan

Page 48: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

35

mulut, digunakan selama melakukan tindakan perawatan

pasien yang memungkinkan terjadi percikan darah atau

cairan tubuh lain.

Langkah-langkah perawat/bidan dalam memakai masker

agar tidak terjadi infeksi nosokomial baik bagi pasien

maupun perawat di ruang rawat inap (Kurniawati &

Nursalam, 2007).

Gambar 2.10

Masker

Prosedur:

a) Memasang masker menutupi hidung dan mulut,

kemudian mengikat tali-talinya.

b) Tali bagian atas diikat ke belakang kepala melewati

bagian atas telinga.

c) Tali bagian bawah diikat ke belakang leher.

Page 49: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

36

d) Menanggalkan masker dengan melepaskan ikatan

talitalinya, kemudian masker dilipat dengan bagian luar

di dalam.

e) Masker direndam dengan larutan desinfektans.

f) Cuci tangan.

5) Sepatu tertutup

Sepatu tertutup, dipakai pada saat memasuki daerah ketat.

Sepatu ini dapat berupa sepatu tertutup biasa sebatas mata

kaki dan sepatu booth tertutup yang biasa dipakai pada

operasi yang memungkinkan terjadinya genangan percikan

darah atau cairan tubuh pasien, misalnya pada operasi

sectio caesarea atau laparatomy.

c. Pengelolaan dan pembuangan alat benda tajam secara hati-hati

Alat benda tajam sekali pakai (disposable) dipisahkan

dalam wadah khusus untuk insenerasi. Bila tidak ada

insenerator, dilakukan dekontaminasi dengan larutan chlorine

0,5% kemudian dimasukkan dalam wadah plastik yang tahan

tusukan misalnya kaleng untuk dikubur dan kapurisasi.

d. Pengelolaan alat kesehatan dengan cara melakukan

dekontaminasi, desinfeksi, sterilisasi.

Dekontaminasi dan desinfeksi dilakukan di ruang

perawatan dengan menggunakan cairan desinfektan chlorine

Page 50: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

37

0,5%, glutaraldehyde 2%, presept atau desinfektan oleh bagian

sterilisasi dengan mesin autoclave.

e. Pengelolaan linen yang tercemar dengan benar

Linen yang basah dan tecemar oleh darah, cairan tubuh,

sekresi, ekskresi, harus dikelola secara hati-hati dengan

mencegah pemaparan kulit dan membran mukosa serta

kontaminasi pakaian.

2.2 Keaslian Penelitian

Sepengetahuan penulis penelitian tentang hubungan pengetahuan dan

sikap dengan perilaku tindakan universal precaution pada perawat di RSUD

Kota Surakarta belum pernah diteliti, namum penelitian lain yang membahas

tentang pengetahuan dan sikap dengan perilaku tindakan universal precaution

adalah:

Page 51: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

38

Tabel 2.1

Keaslian Penelitian

No Nama

Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

1. Kusmiyati

(2009)

Faktor-faktor yang

mempengaruhi

perilaku universal

precautions di

Ruang ICU Rumah

Sakit Telogorejo

Semarang

Menggunakan

metode deskriptif

correlation dengan

rancangan cross

sectional.

Ada hubungan yang

signifikan antara

pengetahuan, sikap,

ketersediaan sarana

alat pelindung pribadi

dan motivasi dengan

perilaku perawat

dalam menjalankan

universal precautions

di ruang ICU Rumah

Sakit Telogorejo

Semarang.

2. Mahardini

(2010)

Faktor-faktor yang

mempengaruhi

kepatuhan perawat

menerapkan

universal

precaution ketika

melakukan

kemoterapi pasien

kanker di RSUD

dr. Moewardi

Surakarta

Jenis penelitian

explanatory

research dengan

rancangan cross

sectional

Hubungan yang

signifikan

pengetahuan, sikap

dan pendidikan

dengan perawat

menerapkan universal

precaution

3. Moch.

Udin

Kurnia

Putra

(2012)

Hubungan tingkat

pengetahuan dan

sikap dengan

perilaku

penggunaan alat

pelindung diri pada

Mahasiswa Profesi

Fakultas Ilmu

Keperawatan

Universitas

Indonesia

Jenis penelitian

deskriptif korelasi

Hasil penelitian ini

menunjukkan tidak

terdapat hubungan

antara tingkat

pengetahuan dengan

perilaku penggunaan

APD (p=0,465;

�=0,05). Terdapat

hubungan signifikan

antara sikap dengan

perilaku penggunaan

APD (p=0,004;

�=0,05)

Page 52: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

39

2.3 Kerangka Teori

Keterangan:

: Tidak diteliti

: Diteliti

Gambar 2.11

Kerangka Teori

Sumber: Notoatmodjo (2003), Moch. Udin Kurnia Putra (2012)

2.4 Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisa hubungan antara

pengetahuan dan sikap dengan perilaku tindakan universal precaution pada

perawat di RSUD Kota Surakarta. Maka pada penelitian ini variabel

Pengetahuan Tentang

Universal Precaution

Faktor-faktor yang

mempengaruhi:

1. Pendidikan

2. Pelatihan

3. Pengalaman

Perilaku Tindakan

Universal Precaution

1. Pengelolaan dan pembuangan alat benda

tajam secara hati-hati.

2. Pengelolaan alat kesehatan dengan cara

melakukan dekontaminasi, desinfeksi,

sterilisasi.

3. Pengelolaan linen yang tercemar dengan

benar.

Sikap Tentang

Universal Precaution

Sikap Individu:

1. Positif (Mendukung)

2. Negatif (Tidak Mendukung)

Macam Universal Precautions:

4. Cuci tangan.

5. Penggunaan alat pelindung diri.

Sikap Individu:

1. Baik

2. Kurang Baik

Page 53: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

40

independen adalah pengetahuan dan sikap sedangkan variabel dependen

adalah perilaku tindakan universal precaution pada perawat di RSUD Kota

Surakarta.

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.12

Kerangka Konsep

2.5 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian (Sugiyono, 2007). Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

HA1 = Ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku tindakan

universal precaution pada perawat di RSUD Kota Surakarta.

H01 = Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku tindakan

universal precaution pada perawat di RSUD Kota Surakarta.

HA2 = Ada hubungan antara sikap dengan perilaku tindakan universal

precaution pada perawat di RSUD Kota Surakarta.

H02 = Tidak ada hubungan antara sikap dengan perilaku tindakan universal

precaution pada perawat di RSUD Kota Surakarta.

Pengetahuan

Perilaku Tindakan

Universal Precaution

Sikap

Page 54: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

41

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu lebih

menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah

dengan metoda statistika. Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif dilakukan

pada penelitian interensial (dalam rangka pengujian hipotesis) dan

menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan

penolakan hipotesis nihil. Pada umumnya, penelitian kuantitatif merupakan

penelitian sampel besar (Azwar, 2012).

Penelitian ini menggunakan pendekatan crossectional yaitu jenis

penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel

independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat. Pada jenis ini,

variabel independen dan dependen dinilai secara simultan pada suatu saat,

jadi tidak ada tindak lanjut. Dalam studi ini akan diperoleh prevalensi atau

efek suatu fenomena (variabel independen) dihubungkan dengan penyebab

(variabel dependen) (Nursalam, 2013).

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan sumber data yang diperlukan

dalam penelitian (Saryono, 2011). Populasi dalam penelitian ini

41

Page 55: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

42

adalah semua perawat di RSUD Kota Surakarta, dengan jumlah

populasi 100 perawat.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang terdiri atas

sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Kata lain, sejumlah,

tapi tidak semuanya, elemen dari populasi akan membentuk sampel

(Sekaran, 2006). Penelitian ini menarik sampel dengan

menggunakan rumus Slovin dalam Husein Umar (2007: 78) yaitu:

21 Ne

Nn

+=

Dimana:

N : Besarnya populasi

n : Besarnya sampel

e : Nilai presisi 5%

)05,0(1001

1002

+=n

25,1

100=n

80=n

Maka didapat sampel dalam penelitian ini sebanyak 80

perawat di RSUD Kota Surakarta.

3.2.3 Teknik Sampling

Teknik sampling dalam penelitian ini adalah Consecutive

Sampling. Consecutive Sampling yaitu pemilihan sampel dengan

Page 56: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

43

menetapkan subjek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan

dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah

responden dapat terpenuhi (Nursalam, 2008).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Perawat dengan masa kerja minimal 1 tahun

2. Bersedia menjadi responden.

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Perawat yang sedang cuti/libur.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Kota Surakarta pada bulan Agustus

- Desember 2015.

3.4 Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran

Variabel merupakan sesuatu yang bervariasi (Saryono, 2011).

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent) dan

variabel terikat (dependent). Definisi operasional merupakan definisi variabel

secara operasional yang diukur secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena dengan menggunakan parameter tertentu (Hidayat, 2007).

Komponen pada bagian ini meliputi variabel, definisi operasional, alat ukur,

hasil ukur, dan jenis data.

Page 57: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

44

Tabel 3.1

Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel

Uraian Definisi

Operasional

Alat

Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Variabel Independen

Pengetahuan

perawat

tentang

universal

precaution

Pemahaman

perawat

tentang

universal

precaution.

Kuesioner

Kuesioner

dengan

sejumlah 17

pertanyaan

menggunakan

alternatif

jawaban:

- Benar (1)

- Salah (0)

1. Baik: skor jawaban

lebih dari 76 -

100%.

2. Cukup: skor

jawaban 56% -

75%.

3. Kurang: skor

jawaban kurang

dari 56%.

Ordinal

Sikap

perawat

tentang

universal

precaution

Pandangan,

penilaian,

dan perasaan

terhadap

universal

precaution.

Kuesioner

Kuesioner

dengan

sejumlah 15

pernyataan

menggunakan

skala

likert.

pernyataan

menggunakan

alternatif

jawaban:

- Sangat Setuju

(4)

- Setuju (3)

- Tidak Setuju

(2)

- Sangat Tidak

Setuju (1)

- Sikap positif: nilai

skor � 31

- Sikap negatif: nilai

skor < 31

Nominal

Variabel Dependen

Perilaku

tindakan

universal

precaution

pada

perawat.

Persepsi

terhadap

tindakan dan

penggunaan

semua jenis

universal

precaution

di tempat

praktik.

Kuesioner

Kuesioner

dengan

sejumlah 15

pernyataan

menggunakan

skala

likert.

pernyataan

menggunakan

alternatif

jawaban:

- Tidak Pernah

(1)

1. Perilaku baik: nilai

skor � 35

2. Perilaku tidak baik:

nilai skor < 35

Nominal

Page 58: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

45

- Jarang (2)

- Sering (3)

- Selalu (4)

(Putra, 2012)

3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

3.5.1 Alat penelitian

Alat penelitian pada variabel independen dan dependen

menggunakan kuesioner. Kuesioner tersebut terdiri dari

karakteristik responden, pengetahuan, sikap dan perilaku tindakan

universal precaution. Pertanyaan pengetahuan responden tentang

universal precaution terdiri dari 17 pertanyaan tertutup dengan

jawaban benar atau salah. Pertanyaan pengetahuan meliputi

pengertian, manfaat, tujuan, macam-macam dan prosedur universal

precaution . Gambaran kuesioner dapat dilihat dari tabel kisi-kisi

pertanyaan pengetahuan perawat tentang universal precaution

sebagai berikut:

Tabel 3.2

Kisi-kisi Pertanyaan Pengetahuan Perawat

Tentang Universal Precaution

No Indikator Jumlah

Item Favorable Unfavorable

1.

2.

3.

Pengertian

Manfaat

Tujuan

1

2

1

1

2,3

4

-

-

-

2. Macam-

macam

4 5,6,7,8 -

3. Prosedur 9 9,10,11,12,14,

15,16

13,17

Page 59: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

46

Skoring dilakukan berdasarkan jawaban dengan skala 1 dan

0. Pada pertanyaan yang bersifat positif (benar), bila responden

memberikan jawaban positif maka diberi skor 1 dan bila memberi

jawaban negatif diberi skor 0. Sebaliknya pada pertanyaan yang

bersifat negatif, bila responden memberi jawaban positif maka

diberi skor 0 dan bila memberi jawaban negatif maka diberi skor 1.

Pengumpulan data pada variabel sikap perawat tentang

universal precaution menggunakan kuesioner dengan

menggunakan skala model likert. Sedangkan untuk respon

jawaban, skala ini memiliki 4 respon jawaban dimana masing-

masing jawaban menunjukkan kesesuaian pernyataan yang

diberikan dengan keadaan yang dirasakan responden, yaitu

4=“Sangat Setuju” (SS), 3=“Setuju” (S), 2=“Tidak Setuju” (TS)

dan 1=“Sangat Tidak Setuju” (STS). Pernyataan sikap perawat

tentang universal precaution terdiri dari 15 pernyataan tertutup.

Gambaran kuesioner dapat dilihat dari tabel kisi-kisi pernyataan

sikap perawat tentang universal precaution sebagai berikut:

Tabel 3.3

Kisi-kisi Pernyataan Sikap Perawat

Tentang Universal Precaution

No Indikator Jumlah

Item Favorable Unfavorable

1. Kognitif 3 1, 2, 3, -

2.

3.

Afektif

Konatif

7

5

4,5,6,10

11,13,14,15

7,8,9

12

Page 60: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

47

Pengumpulan data pada variabel perilaku tindakan

universal precaution menggunakan kuesioner dengan

menggunakan skala model likert. Sedangkan untuk respon

jawaban, skala ini memiliki 4 respon jawaban dimana masing-

masing jawaban menunjukkan kesesuaian pernyataan yang

diberikan dengan keadaan yang dirasakan responden, yaitu

4=“Selalu” (S), 3=“Sering” (S), 2=“Jarang” (J) dan 1=“Tidak

Pernah” (TP). Pernyataan perilaku perawat tentang universal

precaution terdiri dari 20 pernyataan tertutup. Gambaran kuesioner

dapat dilihat dari tabel kisi-kisi pernyataan perilaku perawat

tentang universal precaution sebagai berikut:

Tabel 3.4

Kisi-kisi Pernyataan Perilaku Perawat

Tentang Universal Precaution

No Indikator Jumlah

Item Favorable Unfavorable

1. Motivasi 5 1, 2, 3, 4 6

2. Persepsi 3 7, 8, 14

3. Kognitif 7 5, 11, 12, 13, 15 9, 10

3.5.2 Cara pengumpulan data

Tahapan-tahapan cara pengumpulan data adalah sebagai

berikut:

a. Mengajukan judul penelitian.

b. Mengajukan surat permohonan studi pendahuluan.

c. Konsultasi dengan pembimbing guna menyusun proposal dan

instrumen penelitian.

Page 61: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

48

d. Pengajuan ijin pelaksanaan penelitian kepada Kepala RSUD

Kota Surakarta.

Setelah mandapatkan ijin dari Kepala RSUD Kota

Surakarta selajutnya adalah:

a. Bertemu dengan responden dalam hal ini perawat di RSUD

Kota Surakarta yang menjadi responden untuk memberi

penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitan sekaligus

membuat perjanjian (Informed Consent) mengenai

kesanggupan respoden terlibat dalam penelitian ini.

b. Memberikan kuesioner untuk diisi oleh responden dan

mendampinginya apabila ada kesulitan dalam pemahaman

kuesioner sekaligus menarik kembali kuesioner untuk

dilakukan pengolahan data.

c. Setelah seluruh data terkumpul oleh peneliti, kemudian data

diolah dalam bentuk penyajian kategorik dan dianalisis

menggunakan bantuan SPSS dan dilakukan penyusunan bab IV

dan V yang berisi hasil dan pembahasan dan selanjutnya

dilakukan seminar skripsi.

3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang dapat dipercaya secara

ilmiah, maka data hasil penelitian harus menggambarkan kondisi sebenarnya

tentang variabel yang diteliti. Dengan demikian instrumen penelitian harus

teruji kemampuannya dalam mendapatkan data yang tepat dan akurat. Untuk

Page 62: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

49

menguji ketepatan dan keakuratan instrumen maka dilakukan uji validitas

dan reliabilitas instrumen (Dharma, 2011).

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan terhadap perawat di RSUD

Banyudono Boyolali dengan menyebar 30 kuesioner. Arikunto (2006)

menyatakan bahwa jumlah responden untuk uji coba disyaratkan minimal 30

orang dimana dengan jumlah minimal ini, distribusi skor/nilai akan lebih

mendekati kurva normal. Uji instrumen tersebut adalah sebagai berikut:

3.6.1 Uji validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-

tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2010).

Uji validitas dilakukan terhadap masing-masing butir pertanyaan untuk

mengetahuai apakah masing-masing butir pertanyaan mempunyai

dukungan yang besar terhadap skor total. Koefisien korelasi yang

tinggi menunjukkan kesesuaian antara fungsi item dengan fungsi tes

secara keseluruhan. Untuk mengetahui tingkat validitas instrumen

digunakan rumus product moment, yaitu:

rXY =

� � � �� � �

−−

))(.()(.(

))((.

2222 YYNXXN

YXXYN

Dimana:

rxy = Angka indeks korelasi r product moment

N = Jumlah responden

XY = jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y

�X = Jumlah seluruh skor X

�Y = Jumlah seluruh skor Y

Page 63: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

50

Kriteria, jika rxy > rtabel pada taraf signifikan 5% maka item

(butir soal) dikatakan valid begitu sebaliknya, jika rxy < 0,361 maka

butir soal gugur atau tidak valid (Arikunto, 2010).

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Product Moment

Variabel No.

Item rhitung rtabel p Status

1. 0,471 0,361 0,009 Valid

2. 0,598 0,361 0,000 Valid

3. 0,454 0,361 0,012 Valid

4. 0,543 0,361 0,002 Valid

5. 0,573 0,361 0,001 Valid

6. -0,008 0,361 0,968 Invalid

7. 0,432 0,361 0,017 Valid

8. 0,431 0,361 0,017 Valid

9. 0,223 0,361 0,236 Invalid

10. 0,432 0,361 0,017 Valid

11. 0,471 0,361 0,009 Valid

12. 0,585 0,361 0,001 Valid

13. 0,612 0,361 0,000 Valid

14. 0,423 0,361 0,020 Valid

15. 0,431 0,361 0,017 Valid

16. 0,463 0,361 0,010 Valid

Pengetahuan

17. 0,513 0,361 0,004 Valid

1. 0,272 0,361 0,146 Invalid

2. 0,395 0,361 0,031 Valid

3. 0,419 0,361 0,021 Valid

4. 0,504 0,361 0,004 Valid

5. 0,364 0,361 0,048 Valid

6. 0,395 0,361 0,031 Valid

7. 0,616 0,361 0,000 Valid

8. 0,525 0,361 0,003 Valid

9. 0,361 0,361 0,050 Valid

10. 0,591 0,361 0,001 Valid

11. 0,701 0,361 0,000 Valid

12. 0,280 0,361 0,134 Invalid

13. 0,411 0,361 0,024 Valid

14. 0,465 0,361 0,010 Valid

15. 0,398 0,361 0,029 Valid

Sikap

16. 0,216 0,361 0,251 Invalid

1. 0,571 0,361 0,001 Valid

2. -0,080 0,361 0,675 Invalid

Page 64: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

51

3. 0,549 0,361 0,002 Valid

4. 0,464 0,361 0,010 Valid

5. 0,515 0,361 0,004 Valid

6. 0,499 0,361 0,00 Valid

7. 0,442 0,361 0,015 Valid

8. 0,485 0,361 0,007 Valid

9. 0,485 0,361 0,007 Valid

10. 0,503 0,361 0,005 Valid

11. 0,459 0,361 0,011 Valid

12. 0,469 0,361 0,009 Valid

13. 0,017 0,361 0,929 Invalid

14. 0,479 0,361 0,007 Valid

Perilaku

15. 0,389 0,361 0,034 Valid Sumber: data primer diolah, 2015

Hasil pengujian validitas diketahui bahwa item pertanyaan

tentang pengetahuan no. 6 dan 9, item pertanyaan tentang sikap

no. 1, 12 dan 16, item pertanyaan tentang perilaku no. 2 dan 14

dinyatakan tidak valid, hal ini karena nilai -0,008-0,280 < 0,361.

Selanjutnya butir pertanyaan yang tidak valid dari masing-masing

variabel didrop dan tidak digunakan pada penelitian berikutnya,

sedangkan sisanya butir pertanyaan dari masing-masing variabel

dinyatakan valid (nilai 0,364-0,701 > 0,361) digunakan pada

penelitian berikutnya.

3.6.2 Uji reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu

instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto,

2010). Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius

mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu.

Instrumen yang sudah dapat dipercaya atau yang reliabel akan

Page 65: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

52

menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Berdasarkan taraf

signifikan 5%, jika diperoleh nilai Cronbach's alpha lebih besar 0,60

(Ghozali, 2009) maka kuesioner dinyatakan reliabel.

Untuk uji realibilitas angket dengan menggunakan rumus:

���

���

�−��

���

−=

�2

2

11 11

t

b

K

Kr

σ

σ

Dimana:

r11 : reliabilitas

K : banyaknya item

� 2

bσ : jumlah validitas butir

2

tσ : validitas total

Instrumen penelitian dikatakan reliabel apabila nilai

Cronbach's alpha > 0,60.

Tabel 3.6

Hasil Uji Reliabilitas

No Variabel Cronbach’s Alpha Nunnally

1. Pengetahuan 0,758 0,60

2. Sikap 0,661 0,60

3. Perilaku 0,648 0,60

Sumber: data primer diolah, 2015

Hasil pengujian reliabilitas pada variabel pengetahuan, sikap

dan perilaku diperoleh nilai Cronbach’s Alpha > 0,60 sehingga seluruh

uji instrumen yang terdiri dari validitas dan reliabilitas memenuhi

persyaratan untuk dipakai dalam pengambilan keputusan penelitian.

Page 66: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

53

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisa Data

3.7.1 Teknik pengolahan data

Data yang telah terkumpul pada tahap pengumpulan data

perlu diolah terlebih dahulu. Tujuan dari pengolahan data tersebut

adalah untuk menyederhanakan seluruh data yang terkumpul.

Adapun pengolahan data dalam penelitian ini meliputi (Hidayat,

2007):

1. Editing

Editing dilakukan untuk meneliti kembali apakah isian

dalam lembar kuesioner sudah lengkap. Editing dilakukan

ditempat pengumpulan data, sehingga jika ada data yang

kurang dapat segera dilengkapi.

2. Coding

Teknik koding dilakukan dengan memberikan tanda

pada masing-masing jawaban dengan kode berupa angka.

Selanjutnya dimasukkan ke dalam lembaran tabel kerja.

3. Tabulating

Tabulating adalah langkah untuk memasukkan data

hasil penelitian ke dalam tabel-tabel kriteria.

3.7.2 Analisa data

Dalam menganalisis data, data yang telah diolah dengan

menggunakan bantuan komputerisasi kemudian dideskripsikan dan

diinterpretasikan sehingga pada akhirnya analisis data tersebut

Page 67: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

54

memperoleh makna atau arti dari hasil penelitian (Notoatmodjo,

2010). Analisa data dalam penelitian ini melalui prosedur bertahap

yaitu analisis univariat dan analisis bivariat. Prosedur tersebut

dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Analisa univariat

Analisis univariat dilakukan secara deskriptif, yaitu

menampilkan proporsi prosentase untuk variabel pengetahuan

dan sikap dengan perilaku tindakan universal precaution pada

perawat.

2. Analisa bivariat

Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel

yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo,

2007). Yaitu variabel bebas pengetahuan dan sikap tentang

universal precaution dan variabel terikat adalah perilaku

tindakan universal precaution pada perawat di RSUD Kota

Surakarta. Pada penelitian ini digunakan uji chi-square, yaitu

untuk menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri atas dua

atau lebih kelas dimana datanya berbentuk kategorik. Rumus

chi-square seperti di bawah ini (Sugiyono, 2007):

�=

−=

k

i h

h

F

FFx

1

2

02 )(

Keterangan:

X2

= Chi kuadrat

F0 = Frekuensi yang diobservasi

Page 68: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

55

Fh = Frekuensi yang diharapkan

Dasar digunakan taraf signifikan yaitu � (0,05)

a. Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak.

b. Jika nilai p � 0,05 maka hipotesis penelitian diterima.

Ketentuan yang berlaku pada uji chi-squareyaitu:

a. Bila tabelnya 2 x 2, dan tidak ada nilai E<5, maka uji yang

dipakai sebaiknya “Continuity Correction”.

b. Bila tabel 2 x 2, dan ada nilai E<5, maka uji yang dipakai

adalah “Fisher’s Exact Test”.

c. Bila tabelnya lebih dari 2 x 2, maka digunakan uji “Pearson

Chi Square”.

Koefisien kontigensi digunakan untuk menghitung

hubungan antar variabel bila datanya berbentuk nominal.

Koefisien kontigensi (CC) sangat erat hubungannya dengan chi

square yang digunakan untuk menguji hipotesis komparatif (k)

sampel independent. Rumus menghitung koefisien kontigensi

adalah (Sugiyono, 2007):

NX

XC

+=

2

2

Keterangan:

C = Koefisien kontegensi

X2 = Harga chi quadrat yang diperoleh

N = Jumlah responden

Page 69: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

56

Kriteria keeratan hubungan dengan menggunakan

koefisien kontigensi yaitu sebagai berikut (Sugiyono, 2007):

a. 0,00-0,19 = hubungan sangat lemah.

b. 0,20-0,39 = hubungan lemah.

c. 0,40-0,59 = hubungan cukup kuat.

d. 0,60-0,79 = hubungan kuat.

e. 0,80-1,00 = hubungan sangat kuat.

3.8 Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2007) etika dalam penelitian keperawatan sangat

penting karena penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan

manusia, sehingga perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut yaitu:

3.8.1 Lembar persetujuan menjadi responden (informed consent)

Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang

akan dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan

sesudah pengumpulan data. Responden telah menyatakan bersedia

diteliti, mereka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan

(informed consent) tersebut.

3.8.2 Tanpa nama (anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak

mencantumkan namanya dalam lembar pengumpulan data,

namun cukup diberi kode pada masing-masing lembar tersebut.

Page 70: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

57

3.8.3 Kerahasiaan (confidentiality)

Kerahasiaan dijamin oleh peneliti, hanya kelompok

tertentu saja yang akan dijadikan atau dilaporkan sebagai hasil

penelitian.

Page 71: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

58

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di RSUD Kota Surakarta pada bulan Agustus s/d

Oktober 2015. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

consecutive sampling. Sampel penelitian berjumlah 80 perawat dengan tujuan

untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku

tindakan universal precaution pada perawat di RSUD Kota Surakarta. Adapun

hasilnya adalah sebagai berikut:

4.1 Analisis univariat

1. Umur

Tabel 4.1

Karakteristik responden berdasarkan umur

Umur perawat Fre

kuensi

Perse

ntase

41 – 50 tahun 1 1,2%

31 – 40 tahun 16 20,0%

21 – 30 tahun 63 78,8%

Jumlah 80 100%

Hasil distribusi berdasarkan umur responden dapat diketahui bahwa

sebagian besar umur 21 - 30 tahun sebanyak 63 responden (78,8%).

2. Jenis kelamin

Tabel 4.2

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis kelamin Frek

uensi

Persen

tase

Laki-laki 37 46,2%

Perempuan 43 53,8%

Jumlah 80 100%

58

Page 72: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

59

Hasil distribusi berdasarkan jenis kelamin responden dapat

diketahui bahwa sebagian besar perempuan sebanyak 43 responden

(53,8%).

3. Pendidikan

Tabel 4.3

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan

Pendidikan Frek

uensi

Persen

tase

S1 Keperawatan 28 35,0%

D3 Keperawatan 52 65,0%

Jumlah 80 100%

Hasil distribusi berdasarkan pendidikan responden dapat diketahui

bahwa sebagian besar pendidikan terakhir D3 Keperawatan sebanyak 52

responden (65,0%).

4. Lama bekerja

Tabel 4.4

Karakteristik responden berdasarkan lama bekerja

Lama bekerja Fre

kuensi

Perse

ntase

15 – 20 tahun 1 1,2%

8 – 14 tahun 3 3,8%

1 – 7 tahun 76 95,0%

Jumlah 80 100%

Hasil distribusi berdasarkan lama bekerja responden dapat diketahui

bahwa sebagian besar lama bekerja antara 1 - 7 tahun sebanyak 76

responden (95,0%).

Page 73: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

60

5. Tingkat pengetahuan perawat tentang universal precaution

Tabel 4.5

Tingkat pengetahuan perawat tentang universal precaution

Tingkat

pengetahuan

Frek

uensi

Perse

ntase

Baik 28 35,0%

Cukup 43 53,8%

Kurang 9 11,2%

Jumlah 80 100%

Hasil perhitungan berdasarkan tingkat pengetahuan responden dapat

diketahui bahwa sebagian besar responden penelitian dengan tingkat

pengetahuan perawat tentang universal precaution pada kategori cukup,

yaitu sebanyak 43 responden (53,8%).

6. Sikap perawat tentang universal precaution

Tabel 4.6

Sikap perawat tentang universal precaution

Sikap Perawat Frek

uensi

Perse

ntase

Sikap positif 51 63,8%

Sikap negatif 29 36,2%

Jumlah 80 100%

Hasil perhitungan berdasarkan sikap perawat dapat diketahui bahwa

sebagian besar sikap perawat tentang universal precaution pada kategori

sikap positif (sikap mendukung), yaitu sebanyak 67 responden (72,8%).

7. Perilaku tindakan perawat tentang universal precaution

Tabel 4.7

Perilaku tindakan perawat tentang universal precaution

Perilaku Frek

uensi

Perse

ntase

Perilaku baik 45 56,2%

Perilaku tidak baik 35 43,8%

Jumlah 80 100%

Page 74: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

61

Hasil perhitungan berdasarkan perilaku tindakan perawat dapat

diketahui bahwa sebagian besar perilaku tindakan perawat tentang

universal precaution pada kategori perilaku baik, yaitu sebanyak 45

responden (56,2%).

4.2 Analisis bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi, yaitu variabel bebas pengetahuan dan sikap

tentang universal precaution dan variabel terikat adalah perilaku tindakan

universal precaution pada perawat di RSUD Kota Surakarta. Pada penelitian

ini digunakan uji statistik chi square dengan tingkat kemaknaan �=0,05.

Adapun hasil analisis bivariat adalah sebagai berikut:

1. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Tindakan Universal Precaution

Pada Perawat di RSUD Kota Surakarta

Tabel 4.8

Hubungan antara pengetahuan dengan perilaku tindakan

universal precaution pada perawat di RSUD Kota Surakarta

Perilaku Tindakan

Universal Precaution Tingkat

Pengetahuan

Perawat Perilaku

Tidak Baik

Perilaku

Baik

Jumlah χχχχ2222 p-value

Baik 11

(13,8%)

17

(21,2%)

28

(35,0%)

Cukup 18

(22,5%)

25

(31,2%)

43

(53,8%)

Kurang 6

(7,5%)

3

(3,8%)

9

(11,2%)

2,210 0,331

Jumlah 35

(43,8%)

45

(56,2%)

80

(100,0%)

C (Koefisien Kontigensi) = 0,164 Sumber: data primer diolah, 2015

Page 75: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

62

Hasil perhitungan pada tabel 4.8 diketahui tingkat pengetahuan

perawat tentang universal precaution sebagian besar kategori cukup

dengan perilaku tindakan universal precaution pada kategori perilaku baik,

yaitu sebanyak 25 orang (31,2%), sedangkan yang paling sedikit pada

kategori kurang dengan perilaku tindakan universal precaution pada

kategori perilaku tidak baik sebanyak 6 orang (7,5%).

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.8 dengan menggunakan

alat analisis chi-square (�2) dapat diketahui bahwa nilai χ

2hitung adalah

sebesar 2,210 (p= 0,331 > 0,05) sehingga H0 diterima dan Ha ditolak. Hal

ini berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan

perilaku tindakan universal precaution pada perawat di RSUD Kota

Surakarta.

NX

XC

+=

2

2

80210,2

210,2

+=C

164,0=C

Kriteria keeratan hubungan dengan menggunakan koefisien

kontigensi yaitu sebagai berikut (Sugiyono, 2007):

a. 0,00-0,19 = hubungan sangat lemah.

b. 0,20-0,39 = hubungan lemah.

c. 0,40-0,59 = hubungan cukup kuat.

d. 0,60-0,79 = hubungan kuat.

e. 0,80-1,00 = hubungan sangat kuat.

Page 76: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

63

Nilai koefisien kontigensi sebesar 0,164 berada pada antara 0,00-

0,19 (hubungan sangat lemah) hal ini menunjukkan bahwa hubungan

antara pengetahuan dengan perilaku tindakan universal precaution pada

perawat di RSUD Kota Surakarta pada kategori sangat lemah.

2. Hubungan Sikap dengan Perilaku Tindakan Universal Precaution Pada

Perawat di RSUD Kota Surakarta

Tabel 4.9

hubungan antara sikap dengan perilaku tindakan

universal precaution pada perawat di rsud kota surakarta

Perilaku Tindakan

Universal Precaution Sikap

Perawat Perilaku

Tidak Baik

Perilaku

Baik

Jumlah χχχχ2222 p-value

Sikap positif 17

(21,2%)

34

(42,5%)

51

(63,8%)

Sikap

negative

18

(22,5%)

11

(13,8%)

29

(36,2%)

5,091 0,024

Jumlah 35

(43,8%)

45

(56,2%)

80

(100,0%)

C (Koefisien Kontigensi) = 0,245 Sumber: data primer diolah, 2015

Hasil perhitungan pada tabel 4.9 diketahui sikap perawat tentang

universal precaution sebagian besar kategori sikap positif (sikap

mendukung) dengan perilaku tindakan universal precaution pada kategori

perilaku baik, yaitu sebanyak 34 orang (42,5%), sedangkan yang paling

sedikit pada kategori sikap negatif (sikap tidak mendukung) dengan

perilaku tindakan universal precaution pada kategori perilaku baik

sebanyak 11 orang (13,8%).

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.9 dengan menggunakan

alat analisis chi-square (�2) dapat diketahui bahwa nilai χ

2hitung adalah

Page 77: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

64

sebesar 5,091 (p= 0,024 < 0,05) sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Hal

ini berarti ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku

tindakan universal precaution pada perawat di RSUD Kota Surakarta.

NX

XC

+=

2

2

80091,5

091,5

+=C

245,0=C

Kriteria keeratan hubungan dengan menggunakan koefisien

kontigensi yaitu sebagai berikut (Sugiyono, 2007):

a. 0,00-0,19 = hubungan sangat lemah.

b. 0,20-0,39 = hubungan lemah.

c. 0,40-0,59 = hubungan cukup kuat.

d. 0,60-0,79 = hubungan kuat.

e. 0,80-1,00 = hubungan sangat kuat.

Nilai koefisien kontigensi sebesar 0,245 berada pada antara 0,20-

0,39 (hubungan lemah) hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara sikap

dengan perilaku tindakan universal precaution pada perawat di RSUD

Kota Surakarta pada kategori lemah.

Page 78: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

65

BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengetahuan dan sikap dengan

perilaku tindakan universal precaution pada perawat di RSUD Kota Surakarta

yang telah dilakukan terhadap 80 perawat diperoleh hasil sebagai berikut:

5.1 Umur responden

Hasil distribusi berdasarkan umur responden dapat diketahui bahwa

sebagian besar umur antara 21 - 30 tahun sebanyak 63 responden (78,8%),

sedangkan paling sedikit umur antara 41 - 50 tahun sebanyak 1 responden

(1,2%). Hal tersebut mengindikasikan bahwa perawat di RSUD Kota

Surakarta didominasi oleh rata-rata umur yang cenderung masih muda dan

produktif untuk bekerja. Menurut Mubarak dkk (2007), dengan bertambahnya

umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek psikis dan psikologis

(mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan,

yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan

timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada

aspek psikologis dan mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan

dewasa.

5.2 Jenis kelamin responden

Hasil distribusi berdasarkan jenis kelamin responden dapat diketahui

bahwa sebagian besar perempuan sebanyak 43 responden (53,8%), sedangkan

laki-laki sebanyak 37 responden (46,2%). Hal ini mengindikasikan bahwa

65

Page 79: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

66

perawat di RSUD Kota Surakarta didominasi oleh perempuan. Menurut

Mubarak dkk (2007) jenis kelamin terbentuk dalam dimensi biologis. Jenis

kelamin mengacu pada seseorang berperilaku dan mencerminkan penampilan

sesuai dengan jenis kelaminnya.

5.3 Pendidikan

Hasil distribusi berdasarkan pendidikan responden dapat diketahui

bahwa sebagian besar pendidikan terakhir D3 Keperawatan sebanyak 52

responden (65,0%), sedangkan S1 Keperawatan sebanyak 28 responden

(35,0%). Hal tersebut mengindikasikan bahwa perawat di RSUD Kota

Surakarta didominasi oleh pendidikan terakhir D3 Keperawatan. Hal ini

dikarenakan formasi penerimaan pegawai terutama perawat adalah D III

perawat. Namun di kemudian hari tetap diberikan kesempatan kepada pegawai

tersebut untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu

jenjang S I keperawatan serta program profesi perawat.

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang

lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri

bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka

menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang

dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan

menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi

dan nilai-nilai baru diperkenalkan (Mubarak dkk, 2007).

Page 80: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

67

5.4 Lama bekerja

Hasil distribusi berdasarkan lama bekerja responden dapat diketahui

bahwa sebagian besar lama bekerja antara 1 - 7 tahun sebanyak 76 responden

(95,0%), sedangkan paling sedikit lama bekerja antara 15 - 20 tahun hanya 1

responden (1,2%). Hal ini mengindikasikan bahwa perawat di RSUD Kota

Surakarta kebanyakan dengan lama bekerja antara 1 - 7 tahun. Hal ini

dikarenakan RSUD Kota Surakarta merupakan institusi yang belum lama

berdiri, sehingga banyak pegawai yang baru direkrut.

Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik dari seseorang akan

berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut

menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang membekas

dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif (Mubarak dkk, 2007).

5.5 Pengetahuan perawat tentang universal precaution di RSUD Kota Surakarta

Hasil perhitungan berdasarkan tingkat pengetahuan responden dapat

diketahui bahwa tingkat pengetahuan pada kategori kurang sebanyak 9

responden atau 11,2%, cukup sebanyak 43 responden atau 53,8% dan baik

sebanyak 28 responden atau 35,0%. Maka dapat disimpulkan sebagian besar

responden penelitian dengan tingkat pengetahuan tentang universal precaution

pada kategori cukup, yaitu sebanyak 43 responden atau 53,8%. Hasil tersebut

ditunjukkan dengan prosedur penerapan APD dalam standard precaution

belum sepenuhnya dijalankan dengan baik oleh perawat. Tingkat pengetahuan

pada responden dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut dapat

berupa karakteristik responden yaitu usia dan jenis pendidikan responden.

Page 81: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

68

Pada hasil penelitian didapatkan rata-rata usia responden adalah 21 - 30 tahun

yang menunjukkan bahwa responden berada dalam kelompok usia dewasa

muda. Pada tahap usia ini, merupakan masa transisi baik transisi secara fisik

(phisically transition), transisi peran sosial (social transition) serta transisi

intelektual (cognitive transition) (Santrock 1999). Pada hasil penelitian juga

diperoleh bahwa sebagian besar pendidikan responden adalah D3 keperawatan

yaitu sebanyak 65 % yang juga sangat berpengaruh terhadap tingkat

pengetahuan responden tentang universal precaution.

Penelitiannya Yulianti, dkk (2011) yang dilaksanakan di RS PKU

Muhammadiyah, Yogyakarta terhadap 34 tenaga perawat menunjukkan hasil

bahwa sebanyak 26 perawat dengan persentase 76,47% tingkat pengetahuan

tentang universal precaution pada kategori tinggi. Seorang perawat dikatakan

profesional, jika memiliki pengetahuan, keterampilan serta memiliki sikap

profesional sesuai kode etik profesi pengetahuan perawat dapat terus

meningkat apabila rumah sakit dapat terus meningkatkan kemampuan dengan

berbagai pelatihan dan edukasi berkesinambungann bagi seluruh karyawan

pada semua aspek pencegahan infeksi. Pengetahuan (knowledge) merupakan

domain yang sangat penting untuk dikuasai, karena dengan mengetahui

sesuatu kita dapat melaksanakan dan menjadikan pedoman untuk tindakan

selanjutnya (Sastroasmoro, 2008).

5.6 Sikap perawat tentang universal precaution di RSUD Kota Surakarta

Hasil perhitungan berdasarkan sikap perawat dapat diketahui bahwa

pada kategori sikap negatif (sikap tidak mendukung) sebanyak 29 responden

Page 82: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

69

atau 36,2% dan sikap positif (sikap mendukung) sebanyak 51 responden atau

63,8%. Maka dapat disimpulkan sebagian besar sikap perawat tentang

universal precaution pada kategori sikap positif (sikap mendukung), yaitu

sebanyak 67 responden atau 72,8%. Hal ini berarti sebagian besar perawat

RSUD Kota Surakarta merasa senang dan nyaman serta mampu menempatkan

diri dalam penerapan universal precaution.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden menyadari pentingnya

mengetahui dan menerapkan universal precaution sebagai upaya pencegahan

penularan penyakit, serta sebagai pendukung program keselamatan dan

kesehatan kerja bagi petugas. Sebagian besar responden juga merasa tidak

terbatasi aktifitas dan interaksinya dengan pasien saat penerapan universal

precaution. Hal ini ditunjukkan dengan lebih dari 90% responden menyatakan

setuju dan sangat setujuterhadap pernyataan sikap pada kuisioner no 1 – 3. Hal

ini menunjukkan bahwa responden mampu menerima, menghargai dan dan

bertanggung jawab terhadap stimulus dalam hal ini penerapan universal

precaution.

Haryanti (2009) dalam (Moch. Udin, 2012) penelitiannya di RSUD

Salatiga mengidentifikasi 40% perawat yang bersikap bertanggungjawab

dengan baik terhadap penggunaan APD. Setiap individu memiliki sikap yang

berbeda-beda satu sama lain. Individu memiliki sikap yang positif ketika

individu merasa senang dan mampu menempatkan dirinya pada tingkatan

sikap yang ada (Sarlito, 2009). Menurut Azwar (2009) Sikap seseorang

terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable)

Page 83: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

70

maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada

objek tersebut.

5.7 Perilaku tindakan perawat tentang universal precaution di RSUD Kota

Surakarta

Hasil perhitungan berdasarkan perilaku tindakan perawat dapat

diketahui bahwa pada kategori perilaku tidak baik sebanyak 35 responden atau

43,8% dan perilaku baik sebanyak 45 responden atau 56,2%. Maka dapat

disimpulkan sebagian besar perilaku tindakan perawat tentang universal

precaution pada kategori perilaku baik, yaitu sebanyak 45 responden atau

56,2%. Hal ini berarti bahwa sebagian besar perawat menyadari pentingnya

tindakan universal precaution sebagai upaya pengendalian infeksi yang harus

diterapkan dalam pelayanan kesehatan. Perilaku tindakan perawat tentang

universal precaution dipengaruhi oleh stimulus motivasi, persepsi dan

kognitif. Program pelatihan APD dapat membantu responden untuk

meningkatkan kemampuan kognitif dan keterampilan ketika bekerja. Habni

(2009) dalam (Moch. Udin, 2012) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa

76% perawat yang tidak mendapatkan pelatihan tentang pencegahan infeksi

nosokomial cenderung memiliki perilaku yang tidak sesuai dalam melakukan

pencegahan infeksi nosokomial.

Sudhiarti dan Sholikah (2012) menyatakan bahwa komponen perilaku

dalam struktur bersikap menunjukan bagaimana kecenderungan berperilaku

yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang

dihadapinya, perubahan perilaku yang terjadi dalam diri seseorang dapat

Page 84: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

71

diketahui melalui persepsi, akan tetapi setiap orang mempunyai persepsi yang

berbeda, meskipun mengamati objek yang sama.

5.8 Hubungan antara pengetahuan dengan perilaku tindakan universal precaution

pada perawat di RSUD Kota Surakarta

Hasil penelitian ini adalah tidak ada hubungan yang signifikan antara

pengetahuan dengan perilaku tindakan universal precaution pada perawat di

RSUD Kota Surakarta. Secara teori memang disebutkan bahwa semakin tinggi

tingkat pengetahuan responden tentang universal precaution, diharapkan

mempunyai perilaku yang sesuai. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat faktor

lain selain pengetahuan yang dapat mempengaruhi perilaku tindakan universal

precaution. Notoatmodjo (2005) menyatakan bahwa pengetahuan merupakan

pedoman dalam membentuk tindakan dan perilaku seseorang. Adanya

pengetahuan akan menimbulkan kesadaran seseorang yang akhirnya

memicunya untuk berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya

tersebut.

Pratek suatu keprofesian memerlukan suatu dasar pengetahuan dari

praktek dan pengetahuan ilmiah. Pengembangan ilmu ini penting dalam

pengembangan profesi keperawatan, karena perawat yang melakukan suatu

tindakan atas dasar pengetahuan dan informasi secara ilmiah akan menjadi

perawat profesianal dan mempunyai tanggung jawab yang besar kepada klien

serta akan membantu meningkatkan pencapaian identitas profesi (Nursalam,

2000). Sebagaimana pendapat tersebut diatas, ketika perawat memahami

tentang universal precaution, maka perawat akan mematuhi prosedur yang ada

Page 85: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

72

karena perawat menyadari hal itu tidak hanya bermanfaat untuk pasien saja,

namun juga untuk perawat sendiri.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa responden hanya mengetahui

saja namun belum bisa mengaplikasikannya. Hal ini sesuai dengan teori

Bloom dalam Notoatmojo (2003) yang menyatakan bahwa domain

pengetahuan berawal dari tahu hingga domain aplikasi. Domain tahu hanya

mengetahui prinsip-prinsip universal precaution, namun belum bisa

menerapkannya dalam perilaku ketika bekerja. Lebih jauh lagi Bloom juga

menyatakan bahwa perilaku tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan saja

(faktor predisposisi), akan tetapi dapat dipengaruhi oleh faktor pendukung

dan faktor pendorong. Faktor pendukung meliputi ketersediaan sarana dan

prasarana di rumah sakit yang dapat mempengaruhi penerapan universal

precautions pada responden. Faktor pendorong yang dapat mempengaruhi

responden dalam penerapan universal precautions meliputi sumber daya

manusia yang berinteraksi langsung dengan responden. Sumber daya manusia

yang berinteraksi langsung dengan responden adalah perawat pelaksana lain,

kepala ruang, dokter dan tenaga medis lain. Perawat pelaksana lain serta

kepala ruang sebagai partner kerja dapat melakukan pengawasan terhadap

responden dalam penerapan universal precautions.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Kusmiyati (2009)

dan Mahardini (2010) dengan hasil penelitian diperoleh ada hubungan yang

signifikan antara tingkat pengetahuan perawat dengan kepatuhan perawat

dalam penerapan universal precautions.

Page 86: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

73

Sedangkan penelitiannya Moch. Udin Kurnia Putra (2012) sejalan

dengan hasil penelitian saat ini yang menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat

hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku penggunaan APD (Alat

Pelindung Diri). Hasil penelitian lain, yang sejalan dengan penelitian ini

adalah penelitian yang dilakukan oleh Setiana (2011) tentang pengetahuan,

sikap dan praktek mahasiswa profesi Fakultas Kedokteran Diponegoro

terhadap perilaku pencegahan infeksi di RSUD dr Karyadi Semarang pada 54

responden, didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara tingkat

pengetahuan dan praktik mahasiswa profesi Fakutas Kedokteran Diponegoro

terhadap perilaku pencegahan infeksi dengan nilai p-value (p=0,295 > 0,005).

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Ilya Kagan (2009) bahwa

tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan

tindakan mematuhi universal precaution. Dalam penelitiannya juga dijelaskan

bahwa terdapat faktor lain selain engetahuan yang dapat mempengaruhi

tindakan mematuhi universal precaution.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Elshafi dkk (1995) tentang the

relationship between the knowledge of nursing staff and their compliance to

universal precaution for prevention of hepatitis B viral infection dalam

Journal Egypt Public Health Assosiation yang dilakukan terhadap perawat

Rumah Sakit Santa Fever dengan interview melalui kuisioner dan observasi

ceklist, juga sejalan dengan penelitian ini. Penelitian ini menyatakan bahwa

tidak ada hubungan yang signifikan antara pengatahuan perawat dengan

kinerja prawat dalam universal precaution. Penelitian ini menggambarkan

Page 87: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

74

perlunya peningkatan pengetahuan dan pelatihan in servis tentang kontrol

infeksi pada tenaga keperawatan.

5.9 Hubungan antara sikap dengan perilaku tindakan universal precaution pada

perawat di RSUD Kota Surakarta

Hasil penelitian ini adalah ada hubungan yang signifikan antara sikap

dengan perilaku tindakan universal precaution pada perawat di RSUD Kota

Surakarta. Disimpulkan bahwa semakin baik sikap yang dimiliki perawat

tentang universal precautions maka diharapkan semakin baik pula perilaku

yang ditunjukkannya. Dalam hal ini sikap akan terwujud dalam bentuk

perilaku tergantung pada situasi-situasi yang dihadapi perawat saat itu.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori perilaku Bloom dalam

Notoatmojo (2003) yang menjelaskan bahwa perilaku merupakan fungsi dari

faktor predisposisi yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang di dalamnya

terdapat sikap dari individu. Sikap individu mempengaruhi tindakan

responden dalam penerapan universal precautions. Tindakan universal

precautions diperlukan kemampuan perawat untuk mencegah infeksi,

ditunjang oleh sarana dan prasarana, serta Standar Operasional Prosedur

(SOP) yang mengatur langkah-langkah tindakan universal precautions

(Kurniawati & Nursalam, 2007). Notoatmodjo (2005) menyatakan bahwa

sikap belum tentu terwujud dalam bentuk tindakan, sebab untuk mewujudkan

tindakan perlu faktor lain, yaitu adanya fasilitas atau sarana dan prasarana

sebagai mediator agar sikap dapat meningkat menjadi tindakan. Fishbein

(1980, dalam Azwar 2007), mengemukakan teori tindakan beralasan dengan

Page 88: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

75

melihat penyebab timbulnya perilaku atau hubungan sikap dengan perilaku.

Teori tindakan beralasan mengatakan bahwa sikap mempengarhi perilaku

lewat proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan serta

dampaknya terbatas pada tiga hal. Pertama, perilaku tidak banyak ditentukan

oleh sikap umum, tetapi oleh sikap yang spesifik terhadap ssuatu. Kedua,

perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap, tetapi juga oleh norma – norma

subjektif yakni keyakinan individu mengenai apa yang orang lain inginkan

agar individu perbuat. Ketiga, sikap bersama suatu perilaku beserta norma-

norma subjektif membentuk suatu intensi atau niat untuk berperilaku tertentu.

Menurut teori WHO, terdapat 4 determinan mengapa seseorang

berperilaku. Pertama, pemikiran dan perasaan. Hasil pemikiran dan perasaan

seseorang atau dapat disebut pula pertimbangan pribadi terhadap obyek

kesehatan merupakan langkah awal seseorang untuk berperilaku. Pemikiran

dan perasaan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti pengetahuan,

kepercayaan, dan sikap. Kedua, adanya acuan atau referensi dari seseorang

yang dipercayai. Perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh orang yang

dianggap penting oleh dirinya seperti tokoh masyarakat. Apabila seseorang itu

dipercaya, maka apa yang dilakukan atau dikatakannya akan cenderung untuk

diikuti. Ketiga, sumber daya yang tersedia. Adanya sumber daya seperti

fasilitas, uang, waktu, tenaga kerja akan mempengaruhi terjadinya perilaku

seseorang atau masyarakat. Pengaruh ini dapat bersifat positif maupun negatif.

Keempat, kebudayaan, kebiasaan, nilai, maupun tradisi yang ada di

masyarakat.

Page 89: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

76

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Kusmiyati (2009) dan

Mahardini (2010) dengan hasil penelitian diperoleh ada hubungan yang

signifikan antara sikap dengan perilaku perawat dalam menjalankan universal

precautions. Penelitian Moch. Udin Kurnia Putra (2012) tentang hubungan

pengetahuan dan sikap dengan perilaku penggunaan alat pelindung diri pada

mahasiswa profesi Fakultas Keperawatan Universita Indonesia (2012), pada

113 responden menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara sikap dengan perilaku penggunaan alat pelindung diri pada mahasiswa

profesi Fakultas Keperawatan Universita Indonesia 2012 dengan nilai p-value

( p=0,004 < 0,005 ). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sudhiharti, Solihah (2011) tentang Hubungan pengetahuan dan

sikap dengan perilaku perawat dalam pembuangan sampah medis di Rumah

Sakit Muhammadiyah Yogyakarta pada 60 responden yang menunjukkan

hubungan yang kuat dan positip antara sikap dan perilaku perawat dengan

nilai p-value (p=0,000 < 0,005), dengan nilai correlation coefisien r= 0,414.

Yang mempunyai arti bahwa sikap mempunyai kontribusi terhadap perilaku

perawat sebesar 41,4%.

Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Resfi,. Rahmalia,. Jumaini (2012) tentang faktor – faktor yang

mempengaruhi perilaku perawat terhadap upaya pencegahan infeksi luka post

operasi pada pasien bedah ekstremitas bawah RSUD Arifin Ahmad Riau pada

73 responden, menunjukkan hasil bahwa tidak ada hubungan yang bermakna

Page 90: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

77

antara sikap dengan upaya pencegahan infeksi luka post operasi pada pasien

bedah ekstremitas bawah dengan nilai p-value (p=0,922>0,005).

Page 91: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

78

BAB VI

PENUTUP

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan dan sikap

dengan perilaku tindakan universal precaution pada perawat di RSUD Kota

Surakarta. Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Tingkat pengetahuan perawat tentang universal precaution sebagian besar

dengan kategori cukup, yaitu sebanyak 43 responden atau 53,8%.

2. Sikap perawat tentang universal precaution sebagian besar dengan

kategori sikap positif (sikap mendukung), yaitu sebanyak 67 responden

atau 72,8%.

3. Perilaku tindakan perawat tentang universal precaution sebagian besar

dengan kategori perilaku baik, yaitu sebanyak 45 responden atau 56,2%.

4. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku

tindakan universal precaution pada perawat di RSUD Kota Surakarta

dengan nilai χ2hitung adalah sebesar 2,210 (p= 0,331 > 0,05) sehingga H0

diterima dan Ha ditolak.

5. Ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku tindakan

universal precaution pada perawat di RSUD Kota Surakarta dengan nilai

χ2

hitung adalah sebesar 5,091 (p= 0,024 < 0,05) sehingga H0 ditolak dan Ha

diterima.

78

Page 92: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

79

6.2 Saran

Adanya berbagai keterbatasan dan kekurangan dari penelitian ini, maka

penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi RSUD Kota Surakarta

Penerapan universal precaution yang merupakan salah satu strategi

pengendalian infeksi dan penularan penyakit dengan optimalisasi sarana

dan prasarana, serta Standar Operasional Prosedur (SOP) yang mengatur

langkah-langkah tindakan universal precautions.

2. Bagi Perawat di RSUD Kota Surakarta

Usaha pencegahan dan pengendalian penyakit infeksi dapat

dilakukan dengan meningkatkan perilaku universal precautions serta

diberlakukan di semua unit pelayanan kesehatan maupun perorangan.

3. Bagi Masyarakat

Dapat memberi informasi bagi masyarakat sebagai bahan kajian

pengetahuan terutama yang berkaitan di bidang pelayanan keperawatan,

sehingga diharapkan masyarakat juga dapat memberikan masukan dan

saran dalam peningkatan layanan keperawatan sesuai harapan masyarakat.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat memberikan masukan bagi perkembangan ilmu

pengetahuan, khususnya disiplin ilmu keperawatan mengenai pentingnya

menerapkan universal precautions untuk mencegah terjadinya infeksi dan

penularan penyakit pada pasien dan tenaga kesehatan.

Page 93: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

80

5. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini masih perlu dikaji ulang, maka untuk penelitian

yang akan datang diharapkan dapat mengembangkan faktor lain yang

dapat mempengaruhi dalam penerapan universal precaution yang

merupakan salah satu strategi pengendalian infeksi dan penularan

penyakit, sehingga bisa menjadi pertimbangan untuk menentukan

kebijakan dalam mencegah infeksi dan penularan penyakit bagi dirinya

sendiri dan petugas lain. Bagi peneliti selanjutnya juga diharapkan

menggunakan metode observasi untuk pengamatan perilaku tindakan

universal precaution.

6. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan mengenai pengetahuan dan sikap

dengan perilaku tindakan universal precaution pada perawat.

Page 94: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2000. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, S. 2009. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Jakarta: Pustaka

Pelajar.

Azwar, S. 2012. Metode Penelitian. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

A. Wawan dan Dewi M. 2011. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan

Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

Depdikbud. 2001. Pedoman Pembinaan Program Bimbingan di Sekolah. Jakarta:

Balai Pustaka.

Depkes, RI. 2010. Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan

Kesehatan. Jakarta: Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular

dan Penyehatan Lingkungan.

Dahlan. 2008. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Deskriptif, Bivariat, dan

Multivariate, Dilengkapi dengan Menggunakan SPSS. Salemba Medika:

Jakarta.

Dharma, Kusuma Kelana. 2011. Metodologi Penelitian Keperawatan: Panduan

Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta: Trans Info

Media.

Gerungan. 1996. Psikologi Sosial. Bandung: Penerbit PT. Eresco.

Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.

Edisi Keempat. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Herpan dan Wardani, Yuniar. 2012. Analisis Perawat dalam Pengendalian Infeksi

Nosokomial di RSU PKU Muhammadiyah Bantul Yogyakarta. Jurnal

Page 95: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

KESMAS UAD Volume 6, No. 3, September 2012, ISSN :1978-0575.

Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan.

Hidayat. A.A.A. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisa

Data. Jakarta: Salemba Medika.

Husein Umar. 2007. Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis. Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada.

Kurniawati & Nursalam. 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi.

Jakarta: Salemba Medika.

Kusmiyati, S. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Universal

Precautions di Ruang ICU Rumah Sakit Telogorejo Semarang. Semarang :

Skripsi tidak dipublikasikan.

Mahardini, R. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Perawat

Menerapkan Universal Precaution Ketika Melakukan Kemoterapi Pasien

Kanker Di Baangsal RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Maja, TMM. 2009. Precaution use by occupational health nursing students

during clinical placement. Adelaide: Tswane University of Technology.

Moch. Udin Kurnia Putra. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap

Dengan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Mahasiswa Profesi

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Skripsi. Universitas

Indonesia.

Moenir. 1992. Manajemen Pelayanan Umum. Jakarta: Bumi Aksara.

Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses

Belajar Mangajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Nasronudin. 2007. Penyakit Infeksi Di Indonesia Solusi Kini Dan Mendatang.

Surabaya: Airlangga University Press.

Nawawi, H. 2000. Administrasi Personel Untuk Peningkatan Produktivitas Kerja.

Jakarta: Haji Intermedia.

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

Page 96: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka

Cipta.

Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.

Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

Patricia A. Dempsey & Arthur D. Dempsey. 2002. Riset Keperawatan. Penerbit

Buku Kedokteran. Jakarta: EGC.

Pieter, Herri Zan dan Lubis, Namora Lumongga. 2010. Pengantar Psikologi

dalam Keperawatan. Jakarta: Kencana.

Soetjipto dan Sjafioedin. 1994. Metodologi Ilmu Sosial. Jakarta.

Sarlito, Sarwono W. 2009. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Press.

Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan: Penuntun Praktis Bagi Pemula.

Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.

Sekaran, Uma. 2006. Research Methods For Business: Metodologi Penelitian

Untuk Bisnis, Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.

Sudiharti dan Solikhah. 2012. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku

Perawat dalam Pembuangan Sampah Medis di Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Yogyakarta. Jurnal KESMAS UAD Volume 6, No. 1,

Januari Tahun 2012, ISSN:1978-0575. Yogyakarta: Universitas Ahmad

Dahlan.

Sugiyono. 2007. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Tietjen, Linda. 2004. Panduan Pecegahan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan

Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas. Penerjemah Saifuddin, Abdul

dkk. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: C.V Andi Offset.

WHO. 2004. Practical guidelines for infection control in health care facility

India: WHO Regional office South East Asia.

WHO dalam Prosedur Tetap RSUD Kota Surakarta. 2015. Prosedur Tetap

Keperawatan RSUD Kota Surakarta.

Page 97: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES · PDF fileTINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh

Yulianti, dkk. 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Dengan Penerapan

Universal Precaution Pada Perawat di Bangsal Rawat Inap Rumah Sakit

PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Jurnal KES MAS Vol. 5, No. 2, Juni

2011 : 162-232. ISSN : 1978 – 0575.