program studi kedokteran dan profesi...
TRANSCRIPT
EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea europea L)
SEBAGAI TERAPI ASMA TERHADAP LIMPA MENCIT BALB/C
SKRIPSI
Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Disusun oleh
Latifatul Bariyah
NIM : 1113103000080
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/ 2016 M
ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
iv
LEMBAR PENGESAHAN
v
KATA PENGANTAR
بسم هللا الرحمن الرحيم
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas segala limpahan Rahmat dan
Karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang
berjudul “EFEK EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea europaea L.) SEBAGAI
TERAPI ASMA TERHADAP LIMPA MENCIT BALB/c”. Shalawat serta
salam semoga tetap terlimpahkan pada nabi Muhammad SAW, beserta keluarga
serta sahabatnya.
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian
akhir guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) Program Studi
Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Secara umum skripsi ini berisi tentang latar belakang, tujuan penelitian,
tinjauan pustaka, prosedur penelitian serta hasil dan pembahasan dari pengujian
tentang efek ekstrak daun zaitun pada pengobatan asma terhadap limpa mencit
BALB/c.
Dalam penyusunan skripsi ini, Penulis mendapat bantuan, arahan dan
bimbingan dari banyak pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis
ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.K.M, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT, selaku Ketua Program Studi Kedokteran dan
Profesi Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr. Nurul Hiedayati, Ph.D dan Ibu Dr. Endah Wulandari, S.Si, M.Biomed.
selaku dosen pembimbing I & II yang telah membimbing, memberikan arahan,
nasihat serta masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi ini.
vi
4. dr Alyya Siddiqa Sp.FK dan dr Francisca A. Tjakradidjaja MS, Sp.GK selaku
dewan penguji penelitian saya untuk waktu, ilmu dan tenaga dalam
memperbaiki laporan penelitian ini.
5. Ibu Nurlaely Mida R, M.Biomed, Ph.D selaku penanggungjawab laboratorium
Animal house yang telah membantu penulis dalam pengerjaan skripsi ini
khususnya dalam perlakuan hewan coba
6. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku penanggung jawab modul riset PSKPD 2013,
dr. Alyya Siddiqa, Sp.FK selaku PJ Laboratorium Farmakologi, Ibu Rr. Ayu
Fitri Hapsari, M.Biomed selaku PJ Laboratorium Histologi yang telah
memberikan izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium
pada penelitian ini
7. Dosen-dosen pengajar Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter dan FKIK
UIN Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis.
8. Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama RI
yang telah memberikan beasiswa sehingga saya bisa meneruskan pendidikan di
PSKPD FKIK UIN Jakarta
9. Kedua orang tua tercinta, Tafriji dan Kartini yang selalu memberikan kasih
sayangnya, nasihat, dukungan serta doa. Juga pada adik saya Kamil Muqtafa,
serta seluruh keluarga besar saya yang selalu memberikan semangat dan
dukungan kepada saya dalam menempuh pendidikan di PSKPD FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Teman-teman Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter 2013, terutama
Abdirrohman Al-Hamdani, Aris Adi Purnomo, Muhammad Iqbal Dzaki
Asy’ari, Nihayatul Kamila dan Rahmei Sofia selaku kelompok riset dengan
saya yang telah memberikan dukungan dan masukan dalam pengerjaan skripsi
ini
11. Mbak Din selaku Laboran Histologi, Pak Rahmadi selaku Laboran Farmakologi
yang telah membantu kami dalam penggunaan laboratorium.
12. Teman-teman Puri Laras 1 dan CSSMoRA UIN Jakarta 2013 yang selalu
bersama dan menemani saat duka maupun suka.
vii
13. Semua pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung yang
namanya tidak penulis sebutkan dalam pengerjaan skripsi ini
Harapan penulis semoga skripsi ini dapat di pergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca. Selain itu, penulis juga berharap
makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi skripsi ini
sehingga dapat menjadi lebih baik untuk masa depan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan
dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan masukan dari para pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.
Demikian laporan penelitian ini saya tulis, Semoga hasil penelitian ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Ciputat, Oktober 2016
Latifatul Bariyah
viii
ABSTRAK
Latifatul Bariyah, Program Studi Kedokteran dan Prosfesi Dokter, Efek
Pemberian Ekstrak Daun Zaitun (Olea europaea L.) sebagai terapi asma
terhadap limpa mencit BALB/C, 2016
Penggunaan obat herbal meningkat di masyarakat. Zaitun (Olea europaea L.)
merupakan salah satu tanaman yang memiliki efek anti-inflamasi yang digunakan
sebagai obat anti-asma. Namun, belum banyak penelitian yang melaporkan efek
samping pemberian ekstrak daun zaitun pada limpa sebagai salah satu organ
penyaringan darah dari zat asing. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
efek pemberian ekstrak daun zaitun 100 mg/kgBB dan 200 mg/kgBB pada limpa
mencit BALB/c dalam pengobatan asma. Hasil penelitian adalah terdapat
peningkatan diameter pulpa putih limpa pada semua kelompok dibandingkan
dengan kontrol, (p>0,05). Pada ekstrak daun zaitun (OLE) dosis 100mg/kgBB
didapatkan berat limpa yang lebih rendah dari kontrol, (p<0,05). Ekstrak daun
zaitun pada dosis 100mg/kgBB dan 200mg/kgBB secara oral dapat meningkatkan
respon imun ditandai dengan meningkatnya diameter pulpa putih limpa.
Kata Kunci: Olea europaea L., diameter pulpa putih limpa, berat limpa
ABSTRACT
Latifatul Bariyah. Medical Education Study and Doctor Profession. Effect of
giving Olive Leaves Extract (Olea europaea L.) in Asthma Treatment on
Spleen of BALB / C Mice. 2016
Using of herbal medicine has increased worldwide. Olive (Olea europaea L.) was
a plant that has anti-inflammatory effect and commonly used for asthma treatment.
However, few studies was reported for adverse effects of olive leaf extract on spleen
as one of the filtering organs that removes foreign material. The purpose of this
study was to determine the effects of 100 and 200 mg/kg body weight olive leaves
extract on spleen of BALB/c mice in the asthma treatment. The results showed
increasing in the diameter of the white pulp of spleen in all groups compared with
control group (p>0,05). Olive leaves extract in 100mg/kg body weight dose
obtained lower spleen weight than control, (p<0,05). Giving olive leaves extract in
100 and 200 mg/kg body weight dose orally increased the immune response
characterized by increasing diameter of the splenic white pulp.
Key word : Olea europaea L., white pulp splenic diameter, spleen weight
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL .................................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xvi
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1. LATAR BELAKANG ............................................................................ 1
1.2. RUMUSAN MASALAH ........................................................................ 3
1.3. TUJUAN PENELITIAN ........................................................................ 3
1.4. MANFAAT PENELITIAN .................................................................... 3
1.4.1 Penelitian ........................................................................................... 3
1.4.2 Pendidikan (Ilmu Pengetahuan) ........................................................ 3
1.4.3 Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan ............................................ 3
BAB II .................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 4
2.1. Zaitun (Olea europea L.) ............................................................................ 4
2.1.1. Karakteristik ........................................................................................ 4
2.1.2. Kandungan dan Manfaat Zaitun ...................................................... 5
2.1.3. Farmakokinetik Ekstrak Daun Zaitun .............................................. 6
2.2. Efek Samping Penggunaan Herbal .......................................................... 7
2.3. Limpa .......................................................................................................... 9
2.3.1. Anatomi Limpa ................................................................................... 9
2.3.2. Histologi Limpa ................................................................................... 9
2.3.3. Fisiologi Limpa ................................................................................... 13
2.3.4. Respon Limpa terhadap Jejas, Bahan Kimia dan Herbal ............. 14
x
2.3.5. Respon Limpa Terhadap Ovalbumin .............................................. 15
2.4. Asma .......................................................................................................... 15
2.5. Kerangka Teori ......................................................................................... 17
2.6. Kerangka Konsep ..................................................................................... 17
2.7. Definisi Operasional ................................................................................ 19
BAB III ................................................................................................................. 20
METODE PENELITIAN ................................................................................... 20
3.1. Desain Penelitian ...................................................................................... 20
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 20
3.3. Sampel Penelitian ..................................................................................... 20
3.3.1. Populasi ............................................................................................... 20
3.3.2. Sampel ................................................................................................. 20
3.3.3. Kriteria Inklusi ................................................................................. 21
3.3.4. Krieria Eksklusi ................................................................................ 21
3.4. Variabel Penelitian ................................................................................... 21
3.4.1. Variabel Bebas ................................................................................... 21
3.4.2. Variabel Tergantung ......................................................................... 21
3.5. Alat dan Bahan Penenlitian ..................................................................... 21
3.5.1. Alat ..................................................................................................... 21
3.5.2. Bahan ................................................................................................. 22
3.6. Cara Kerja ................................................................................................ 22
3.6.1. Penyimpanan Simplisia .................................................................... 22
3.6.2. Pembuatan Ekstrak ........................................................................... 22
3.6.3. Adaptasi Hewaan Coba ..................................................................... 22
3.6.4. Sensitisasi Hewan Coba .................................................................... 23
3.6.5. Pemberian Ekstrak Daun Zaitun Terhadap Mencit ..................... 23
3.6.6. Induksi Ovalbumin ........................................................................... 23
3.6.7. Pengambilan Organ Limpa ............................................................. 23
3.6.8. Pengukuran Berat Limpa ................................................................. 24
3.6.9. Pembuatan Preparat ......................................................................... 24
3.6.9.1 Dehidrasi ........................................................................................ 24
3.6.9.2. Clearing ........................................................................................ 25
2.6.9.3. Embedding .................................................................................... 25
xi
3.6.9.4. Pencetakan .................................................................................... 25
3.6.9.5. Pemotongan Jaringan .................................................................... 25
3.6.9.6. Pewarnaan dengan Hematoksilin-Eosin ........................................ 26
3.6.10. Pengambilan Gambar Preparat Histologi Limpa ........................ 27
3.6.11. Penghitungan Diameter Pulpa Putih Limpa ................................. 27
3.7. Alur Penelitian ......................................................................................... 28
3.8. Analisis Data ............................................................................................ 29
BAB IV ................................................................................................................. 30
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 30
4.1. Diameter Pulpa Putih Limpa .................................................................. 30
4.3. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 37
BAB V ................................................................................................................... 38
SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 38
5.1. Simpulan .................................................................................................... 38
5.2. Saran .......................................................................................................... 38
BAB VI ................................................................................................................. 39
KERJASAMA PENELITIAN ........................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 40
LAMPIRAN ......................................................................................................... 44
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Contoh manfaat dan efek samping obat herbal..................................... 9
Tabel 2.2 Perbedaan struktur histologis limpa tikus dan manusia…................... 13
Tabel 2.3 Definisi operasional............................................................................ 20
Tabel 3.1 Kelompok perlakuan........................................................................... 21
Tabel 6.1 Uji normalitas diameter pulpa putih limpa.......................................... 51
Tabel 6.2 Uji homogenitas diameter pulpa putih limpa…................................... 51
Tabel 6.3 Uji nomalitas berat limpa…................................................................. 51
Tabel 6.4 Uji homogenitas berat limpa............................................................... 52
Tabel 6.2 Uji one way ANOVA diameter pulpa putih limpa…........................... 52
Tabel 6.3 Uji one way ANOVA berat limpa…................................................... 52
Tabel 6.4 Uji post hoc berat limpa...................................................................... 53
xiii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Rata-Rata Diameter pulpa putih limpa………………………........... 34
Grafik 4.2 Rata-Rata Berat limpa mencit Setiap…………………….................. 36
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Buah dan daun zaitun........................................................................ 6
Gambar 2.2 Peredaran darah terbuka dan tertutup pada limpa............................ 11
Gambar 2.3 Gambaran histologis potongan melintang limpa…………............. 12
Gambar 2.4 Gambaran histologis potongan memanjang limpa........................... 12
Gambar 7.5 Perbedaan gambaran histologi limpa pada tikus dan manusia......... 13
Gambar 4.1 Gambaran mikroskopik limpa perbesaran 100X............................. 32
Gambar 7.1 Surat hasil determinasi bahan uji..................................................... 45
Gambar 7.2 Aklimatisasi hewan coba................................................................ 48
Gambar 7.3 Pemberian ekstrak daun zaitun oral................................................ 48
Gambar 7.4 Nebulisasi hewan coba.................................................................... 48
Gambar 7.5 Pembiusan hewan coba.................................................................... 49
Gambar 7.6 Pengambilan jaringan hewan coba…….......................................... 49
Gambar 7.7 Penyimpanan jaringan hewan coba pada larutan formalin............... 49
Gambar 7.8 Timbangan....................................................................................... 50
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Determinasi / Identifikasi Bahan Uji....................................... 45
Lampiran 2 Penghitungan Sampel…………………........................................... 46
Lampiran 3 Penghitungan Dosis Ekstrak Daun Zaitun....................................... 47
Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian................................................................. 48
Lampiran 5 Hasil Uji Statistik.............................................................................. 51
Lampiran 6 Riwayat Penulis................................................................................ 54
xvi
DAFTAR SINGKATAN
Al(OH)3 : Alumunium Hidoksida
ALP : Alkali PhosPhatase
APC : Antigen Precenting Cell
AST : Aspartate AminoTransferase
BHT : Butil Hidroksi Toluen
COX : Cyclooxygenase
IFN : Interferon
IL : Interleukin
OVA : Ovalbumin
PALS : PeriArteriolar Lymphatic Sheath
PBS : Phosphate Buffer Saline
TNF-α : Tumor Necrosis Factor- α
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pengobatan herbal (herbal treatment) adalah pengobatan dengan bahan
alami, zat yang berasal dari tumbuhan, dengan sedikit atau tidak ada pengolahan
industri.1 Sekitar 90% penduduk Afrika dan 70% penduduk India tergantung pada
pengobatan herbal dalam mengatasi masalah kesehatan. Pemakaian pengobatan
herbal tidak hanya terbatas pada negara berkembang, melainkan juga pada negara-
negara industri yang meningkat di dua dekade terakhir.2 Pada tahun 2007 di
Amerika Serikat penggunaan pengobatan tradisional mencapai 38% pada dewasa
dan 12% pada anak.2 Di Indonesia pada tahun 2006 penggunaan pengobatan herbal
menglami peningkatan lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun 2000.3
Zaitun (Olea europea L.) adalah salah satu tumbuhan yang banyak terdapat
di negara-negara Mediterania. Lebih dari 8 juta hektar lahan lembah di Mediterania
ditanami dengan zaitun.4 Ekstrak minyak zaitun telah banyak digunakan oleh
masyarakat Mediterania sejak beberapa ribu tahun yang lalu.5 Salah satu produk
dari pohon zaitun yang dimanfaatkan adalah daunnya yang didapatkan cukup
banyak yaitu 10% dari total berat dari pohon zaitun.6 Saat ini, zaitun telah banyak
dibudidayakan di Indonesia.
Daun zaitun memiliki kandungan senyawa fenol yang bermanfaat sebagai
anti-alergi, anti-artrogenik, anti-inflamasi, anti-mikroba, antioksidan, anti-
trombotik, anti-kanker kardioprotektif, dan vasodilator.7 Daun zaitun mengandung
sedikitnya 30 komponen fenol, diantarannya oleuropein, hidroksitirosol, dan
tirosol, komponen flavonoid, squalene, beta-karoten dan alfa-takoferol.8 Diantara
komponen fenol yang berperan dalam anti-inflamasi adalah flavonoid. Disebutkan
bahwa flavonoid dapat digunakan sebagai pengobatan asma dengan menurunkan
respon IgE dan eosinofil serta remodelling saluran napas melalui mekanisme
mengurangi stress oksidatif sitokin pro inflamasi Th2 dan kemokin serta aktivasi
NF- kB pada sel yang inflamasi.9
2
Pengobatan herbal umunya lebih dipilih karena dianggap aman, minimal
efek samping dan tidak berisiko. Pada kenyataannya pengobatan herbal juga
memiliki efek samping. Efek samping mungkin terjadi disebabkan karena dosis,
herbal yang terkontaminasi dengan logam atau zat berbahaya, mikroorganisme dan
patogen yang terdapat dalam herbal.10 Karena itu saat ini, banyak dilakukan
penelitian tentang keamanan terapi dengan obat herbal dan efeknya terhadap organ
tubuh lain. Salah satu penelitian yang dilakukan Rodrigues dkk, (2011)
membuktikan bahwa pemberian ekstrak daun zaitun pada mencit dengan
konsentrasi 0,75% didapatkan perbedaan berat organ limpa mencit dibandingkan
dengan kelompok kontrol. Pada studi tersebut juga didapatkan bahwa mencit yang
diberikan ekstrak daun zaitun pada konsentrasi 0,25%, 0,50% dan 0,75%
didapatkan gambaran hiperplasia duktus empedu, kolestasis, nekrosis dan infiltrasi
sel inflamasi pada hepatosit yang tingkat kerusakannya berbanding lurus dengan
konsentrasi pemberian ekstrak zaitun.5
Limpa merupakan organ limfoid yang terbesar dalam tubuh. Fungsi limpa
adalah sebagai organ yang membersihkan partikel dan antigen, mikroorganisme
dan tempat penghancuran sel darah merah tua.11,12 Fungsi limpa dalam
penghancuran sel darah merah ini dapat terganggu jika limpa membesar
(splenomegali). Salah satu penyebab splenomegali adalah adanya penyakit di
bagian tubuh yang lain. Fungsi pengahancuran sel darah merah yang terganggu ini
nantinya bisa menyebabkan anemia.13 Selain itu, kerusakan pada limpa juga bisa
diakibatkan oleh inflamasi, toksin dan neoplasma yang membentuk lesi fibrosis
parenkimal dan kapsular.14
Banyaknya studi tentang manfaat daun zaitun sebagai pengobatan dan
kesehatan serta minimnya informasi studi yang menjelaskan tentang efek
penggunaan daun zaitun pada gambaran histopatologi limpa melatarbelakangi
penulis melakukan penelitian tentang efek penggunaan ekstrak daun zaitun (Olea
europaea L.) terhadap gambaran histopatologi limpa mencit BALB/c yang
mendapatkan terapi asma. Pada Penelitian ini, digunakan ekstrak daun zaitun yang
diperoleh dari Indonesia.
3
1.2. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah
- Bagaimana pengaruh pemberian ekstrak daun zaitun (Olea europea L.)
sebagai terapi asma terhadap limpa mencit BALB/c?
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian adalah mengetahui efek ekstrak daun zaitun (Olea europea L.)
sebagai terapi asma terhadap limpa mencit BALB/c.
1.4. MANFAAT PENELITIAN
Diharapkan pada penelitian ini dapat memberikan manfaat
1.4.1 Penelitian
Informasi mengenai efek ekstrak daun zaitun pada fungsi limpa dapat
digunakan sebagai data untuk penelitian selanjutnya
1.4.2 Pendidikan (Ilmu Pengetahuan)
Melalui penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan dan
meningkatkan pemahaman mengenai pengaruh pengobatan asma dengan
menggunakan ekstrak daun zaitun (Olea europaea L) terhadap limpa mencit
BALB/c
1.4.3 Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Melalui penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar mengenai
terapi alternatif pengganti terapi konvensional pada pelayanan kesehatan
jika selanjutnya diketahui pengobatan dengan esktrak daun zaitun memiliki
efek samping minimal melalui berbagai uji preklinik mapun uji klinik.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Zaitun (Olea europea L.)
2.1.1. Karakteristik
Zaitun merupakan tumbuhan yang berasal dari negara-negara mediterenia.
Zaitun dapat hidup pada daerah dengan suhu lebih dari 10oC sehingga bisa tumbuh
di Indonesia.15 Pohon zaitun tidak terlalu tiggi dengan bentuk daun pendek, sempit,
sperti lancet atau kadang oval. Bunga dari zaitun ada dua macam yaitu sempurna
dan tidak sempurna sehingga untuk penyerbukan tergantung dengan angin. Buah
zaitun kecil, dengan kulit luar berwarna hitam keunguan dan biji yang keras.
Ukuran panjang buah zaitun adalah sekitar 1-2,5 cm seperti pada gambar 2.1.16
Klasifikasi tumbuhan zaitun (Olea europea L.) adalah15
Kingdom : Plantae
Filum : Magnoliophyta
Kelas : Roopsida
Ordo : Lamiales
Famili : Oleaceae
Sub-famili : Oleideae
Genus : Olea
Sub Genera : Paniculatae
Tetrapilus
Olea
Sections : Liguistroides
Olea
Sub-spesies : cuspidata
laperrine
maroccana
cerasiformis
guanchica
europaea
varieties sylvestris (wild olive)
europaea (cultivated olive)
5
Gambar. 2.1 Buah dan Daun Zaitun17 sumber: Olive Germplasm - The Olive Cultivation, Table Olive and Olive Oil Industry in Italy,
2012
2.1.2. Kandungan dan Manfaat Zaitun
Salah satu pilihan terapi yang banyak diminati adalah penggunaan ekstrak
tumbuhan herbal yang dianggap memiliki lebih sedikit efek samping. Penggunaan
obat herbal ini mulai banyak dikembangkan di negara-negara bekembang pada
pertengahan abad keduapuluh ini.
Zaitun merupakan salah satu tumbuhan yang diberkahi yang disebutkan
didalam Al-Quran. Tentunya dengan disebutkannya Zaitun ini merupakan salah
satu tumbuhan yang berguna untuk berbagai macam pengobatan. Zaitun telah
digunakan sejak jaman dahulu oleh nenek moyang. Hal ini dibuktikan dengan
adanya laporan arkeologi zaitun yang dibudidayakan pada tahun 3000 sebelum
masehi dengan tujuan untuk diperdagangkan. Bagian pohon zaitun yang sering
digunakan adalah minyaknya dicampur dengan jus lemon untuk mengobati batu
empedu. Daun zaitun yang dikonsumsi secara oral untuk gejala lambung dan usus
serta kebersihan mulut.16
Hampir semua bagian pohon zaitun bisa dimanfaatkan untuk keperluan
pengobatan. Disebutkan bahwa minyak zaitun mengandung monosaturated fatty
acid dalam konsentrasi tinggi, dan juga sedikitnya ada 30 komponen fenol,
diantarannya oleuropein, hidroksitirosol, dan tirosol, selain itu juga mengandung
komponen flavonoid, squalene, beta-karoten dan alfa-takoferol. Bahan aktif yang
6
terdapat dalam daun zaitun tidak berbeda dengan yang ada di minyak zaitun, yaitu
komponen fenol dan juga luteolin kateksin, dan apigenin serta selenium, kromium,
besi, zink, dan vitamin C. Perbedaan kandungan hanya pada daun zaitun tidak
mengandung monosaturated fatty acid dalam konsentrasi tinggi serta asam oleat.
Komponen oleuropein pada daun zaitun lebih tinggi dibandingkan pada minyak
zaitun yaitu didapatkan fenol total 6360-8190 mg/L pada daun zaitun dan 200-800
mg/L pada minyak zaitun.8 Senyawa fenol yang paling banyak pada daun zaitun
adalah oleuropein yang mencapai 264 mg/g dalam daun kering.16
Salah satu manfaat daun zaitun adalah anti-inflamasi. Kandungan zat aktif
dalam daun zaitun yang memiliki efek anti-inflamasi adalah oleuropein melalui
inhibisi produksi sitokin pro-inflamasi yaitu TNF-α IL-1β dan nitrit oxide (NO) dan
juga menurunkan ekspresi COX-2 dan stimulasi sitokin anti-inflamasi yaitu IL-
4.18,19 Disebutkan dalam penelitian Mahjoub dkk (2011) bahwa pemberian ekstrak
daun zaitun dengan dosis 50, 100 dan 200 mg/KgBB memberikan efek anti-
inflamasi pada telapak kaki tikus yang diinduksi dengan karagenan.19
Sebagai agen anti-mikroba, ekstrak daun zaitun secara signifkan
mengurangi jumlah koloni bakteri pada udang yang telah dibuang kulit ekornya
yang direndam dengan zaitun 1% dan 2% selama 30 menit dibandingkan dengan
kontrol. Studi ini mungkin berguna sebagai terapan ekstrak daun zaitun yaitu
sebagai bahan pengawet makanan laut.20
Efek anti-oksidan daun zaitun salah satunya dibuktikan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Le Tutour dan Guedon yang melihat aktivitas anti-oksidan dari
oleuropein, hidroksitirosol, dan tirosol yang dibandingkan dengan vitamin E dan
Butil Hidroksi Toluen (BHT).16 Oleuropein bersama dengan komponen fenol
lainnya yaitu hidroksitirosol, hidroksitirosol-elenolat, asam 3,4-
dihidroksifeniletanol-elenolic dialdehid menimbulkan efek protektif terhadap sel
darah merah dari stress oksidatif.21
2.1.3. Farmakokinetik Ekstrak Daun Zaitun
Daun zaitun merupakan salah satu herbal yang kaya akan fenol. Fenol inilah
yang merupakan komponen yang menyebabkan zaitun baik buah, daun dan
7
minyaknya memiliki efek terhadap kesehatan. Komponen fenol dapat ditemukan
pada semua bagian zaitun. Mekanisme absorpsi komponen fenol dari zaitun
berbeda-beda. Tirosol dan hidroksitirosol yang merupakan komponen polar dapat
langsung diserap melalui difusi pasif. Oleuropein yang merupakan komponen polar
dengan ukuran yang lebih besar dengan mudah berdifusi melewati membran
fosfolipid bilayer dari membran epitelial. Oleuropein cepat diabsorpsi dengan
pemberian oral dengan konsentrasi tertinggi didarah pada 2 jam pasca
pemberian.22,23 Darah masuk kelimpa melalui arteri splenika yang masuk pada
hilum limpa kemudian menuju arteri trabekularis kemudian masuk kedalam organ
menjadi arteriol sentral dan memperdarahi bagian-bagian limpa.13,24
Setelah diabsorpsi, komponen fenol dari zaitun dimetabolisme di hepar
dengan glukoronidasi. Kemudian di ekskresikan dalam bentuk tirosol dan
hidroksitirosol. Pada manusia yang mendapatkan suplemetasi oleuropein-glikosida
didapatkan 15% ekskresi dalam bentuk tirosol dan hidoksitirosol pada urin.22,23
2.2. Efek Samping Penggunaan Herbal
Penggunaan obat herbal yang dianggap lebih aman sebenarnya juga
mempunyai efek samping.10 Minimnya laporan mengenai efek samping pada
pengobatan herbal karena memang belum banyak studi yang mengkaji mengenai
hal tersebut. Studi yang banyak dilakukan pada pengobatan herbal adalah hanya
mengenai manfaat. Efek samping penggunaan herbal dikelompokkan dalam dua
bagian yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Efek samping intrinsik berkaitan dengan
keberadaan bahan aktif dalam obat herbal, sedangkan efek samping ekstrinsik
meliputi kontaminasi, pemalsuan, dan misidentifikasi tanaman herbal yang
digunakan dan berkaitan dengan keberadaan zat toksik yang ada pada tanaman
herbal tersebut. Beberapa contoh mengenai efek samping penggunaan obat herbal
tercantum pada tabel 2.125
Tabel 2.1 contoh manfaat dan efek samping obat herbal8
Nama Tanaman Efek Potensial Efek Samping
Curcuma longae rhizoma Anti-inflamasi, anti-tumor,
anto-atherogenik, anti-
platelet, anti-mikroba
Iritasi saluran gastrointestinal,
menurunkan fertilitas (studi
pada tikus jantan)
8
Nama Tanaman Efek Potensial Efek Samping
Aloe vera Laksatif, anti-ulcer,
hipoglikemik, anti-virus, anti-
bakteri,
Dermatitis kontak dan
hipersensitivitas yang
bermanifestasi sebagai
eksematous numular
generalisata.
Cinnamomun verum Anti-bakteri, anti-jamur, anti-
diabetik,
Dermatitis kontak alergi,
nausea, flatulensi,
Allium sativum Anti-hipersensitivitas,
menurunkan kolesterol serum,
anti-aterosklerosis
Bau badan dan napas, mual,
flatulensi, diare, sakit kepala,
mialgia
Zingiber officinale Rosceo Antti-emetik, anti-ulcer,
analgesik, anti-inflamasi, anti-
platelet, anti-mikroba, anti-
parasit, imunomodulator, anti-
oksidan, termogenik
Iritasi lambung, heartburn
Studi yang dilakukan oleh Alferah pada tikus yang diterapi dengan eksrak
daun pacar kuku (Lawsonia inermis L.) didapatkan bahwa pemberian ekstrak daun
pacar kuku (Lawsonia inermis L.) dengan dosis 200 mg selama 6 minggu tidak ada
perubahan pada hati, ginjal dan limpa, sedangkan pemberian ekstrak daun pacar
kuku (Lawsonia inermis L.) dengan dosis 1000 mg menyebabkan perubahan pada
pada ginjal dan hati dengan gambaran sel apoptotik.26
Salah satu efek samping pemberian obat herbal yang dilaporkan adalah studi
yang dilakukan oleh Rodrigues dkk dilakukan pemberian ekstrak daun zaitun
dengan konsentrasi 0,25%, 0,50%, 0,75% selama 14 minggu pada mencit
didapatkan pemberian ekstrak dengan konsentrasi minimal 0,50% menyebabkan
peningkatan enzim hati yaitu ALP dan AST yang menandakan adanya peningkatan
aktivitas hati. Pada pemberian ekstrak dengan konsentrasi yang sama menyebabkan
ikterus pada membran mukosa dan kulit yang disebabkan oleh hiperbilirubinemia
yang dikonformasi dengan adanya peningkatan serum bilirubin. Pada preparat
histologi hati didapatkan gambaran fibrosis hati, nekrosis hepatosit dan infiltrasi sel
radang. Pada penelitian tersebut juga dilihat berat limpa, pada konsentrasi 0,75%
didapatkan peningkatan berat limpa yang bermakna dibandingkan dengan kontrol
sedangkan pada konsentrasi 0,25 dan 0,50 tidak didapatkan kenaikan yang
bermakna dibandingkan dengan kontrol 5
9
2.3. Limpa
2.3.1. Anatomi Limpa
Limpa merupakan organ limfoid terbesar dalam tubuh dan organ yang
terlibat dalam filtrasi darah dari zat asing sehingga berperan dalam pertahanan
tubuh terhadap antigen.12 Berat limpa antara 150-250 gram dan panjang sekitar 5-
13 cm.13 Rasio berat limpa dan berat tubuh cenderung konstan, tidak dipengaruhi
oleh usia.27
Pada orang dewasa, limpa terletak didepan diafragma area costa 9-10
kuadran hipokondrium sinistra abdomen. Limpa dikelilingi omentum visceral
kecuali pada hilum. Suplai perdarahan limpa dari ateri lienalis cabang dari trunkus
coeliacus. Posisi limpa dipertahankan oleh 2 ligamen yaitu ligamentum
gastrosplenikum yang berisi vasa gastrika brevis dan gastroomentalis dan
ligamentum splenorenal yang berisi vasa splenika yang kedua ligament tersebut
merupakan bagian dari omentum majus.28
Pada tikus, limpa terletak pada kuadran hipokondrium sinistra (left upper
quadrant) berdekatan dengan kurvatura mayus lambung. Limpa tikus agak sedikit
memanjang dari limpa manusia. Berat limpa tikus biasanya berkisar anatara 0,2%
dari berat tubuh yaitu antara 100-200 mg pada tikus usia 2 samapi 4 bulan. Pada
tikus berat limpa.28,29
2.3.2. Histologi Limpa
Peredaran darah dalam limpa melalui arteri splenika yang masuk pada hilum
limpa kemudian menuju arteri trabekularis kemudian masuk kedalam organ
menjadi arteriol sentral yang sebagian besar berakhir pada korda yang tidak
memiliki lapisan endotel. Darah bisa kembali dengan melewati endotel dari sinus
venosus kemudian melewati vena trabekularis menuju vena splenika dan kembali
ke sirkulasi umum seperti pada gambar 2.2.13,24 Pada sirkulasi limpa tidak ada
perbedaan antara manusia dan tikus.29
10
Gambar 2.2 peredaran darah terbuka dan tertutup pada limpa24 sumber : Color textbook of histology 3rd edition, 2007
Limpa terdiri atas atas simpai yang terdiri dari jaringan fibrosa padat,
jaringan elastik, dan otot polos yang mengelilingi sisi luar limpa dan jaringan
retikular yang mengandung sel-sel seperti limfosit, makrofag, APC dan sel darah
lain. Simpai inilah yang menjadi asal trabekula yang sebagian membagi menjadi
parenkim atau pulpa limpa. Trabekula berasal dari hilus limpa yang membawa
arteri dan saraf dan vena yang berperan dalam proses sirkulasi.12,27
Pulpa limpa terbagi menjadi dua jenis yaitu pulpa putih dan pulpa merah.
Komposisi pulpa merah dan pulpa putih berbeda antara manusia dan tikus. Pada
manusia pulpa merah merupakan komponen terbesar dari limpa yaitu sekitar 75-
90% dari bagian limpa. Sedangkan pada tikus komponen terbesar adalah pulpa
putih.11,29 Struktur penyusun limpa pada mencit dan manusia sama, hanya pada
pembagian komponen banyak dan sedikitnya yang berbeda, diharapkan dengan
kemiripan struktur mencit bisa mencerminkan jika studi dilakukan pada manusia.
Perbedaan secara detail dijelaskan pada tabel 2.2 dan gambar 2.4.
Pulpa putih terdiri dari nodulus limfoid dengan pusat germinal disekitar
arteri sentralis. Pada nodulus limfoid banyak terdapat sel B sedangkan sel T
mengelilingi arteri sentralis sebagai periarteriolar lymphatic sheath (PALS).30
Nodus limfoid terdiri dari sel B dan sedikit sel dendriti serta CD4+ tanpa adanya
CD8+.27 Nodus limfoid juga terdapat gambaran sel germinal yang merupakan tanda
11
adanya aktivitas antigen challenge.24 Pada potongan cross seperti pada gambar 2.3
dapat terlihat dengan jelas gambaran nodus besar yang merupakan jaringan limfoid
yang dikelilingi PALS. Gambaran arteriol sentral tak selalu berada ditengah nodus,
terkadang dipinggir. Pada potongan longitudinal seperti pada gambar 2.4 tidak
didapatkan gambaran nodus bulat melainkan gambaran mamanjang dengan PALS
yang terwarna lebih ungu jelas berada dipinggir dari nodus.12
Pulpa merah dibentuk oleh korda dan sinus yang merupakan 75% dari
bagian limpa. Korda dan sinus ini merupakan mikrovaskular yang berperan penting
dalam pemantauan integritas eritrosit.13 korda limpa mengandung serat retikular
yang menunjang limfosit B dan T, makrofag sel plasma, dan sel-sel darah lainnya.
Pulpa merah terisi semua jenis sel darah baik di korda maupun sinus sehingga pada
sajian histologi tampak lebih merah.12
Gambar 2.3 Gambaran histologis potongan melintang limpa12
W (pulpa putih) R pulpa merah sumber : Histologi Dasar Junqueira Teks dan Atlas, 2011
A
12
Gambar 2.4 Gambaran histologis potongan memanjang limpa12
W (pulpa putih) R pulpa merah12
sumber : Histologi Dasar Junqueira Teks dan Atlas, 2011
Tabel 2.2 Perbedaan struktur histologis limpa tikus dan manusia29
Bagian Limpa Tikus Manusia
Kapsul Jaringan ikat dan otot Sama dengan tikus
Pulpa merah Menyaring dan transport komponen;
sinusoid dan korda menyusun
aparatus penyaringan; korda terdiri
dari makrofag yang mengenali dan
menghilangkan zat asing dan sel
darah merah tua dari sirkulasi
Sama dengan tikus
Hematopoiesis
ekstramedular
Pada pulpa merah terjadi
hematopoiesis normal atau rendah,
tetapi berubah menjadi reaktif pada
kondisi yang bisa menstimulasi
sumsum tulang
Hematopoiesis tidak terjadi atau
minimal terjadi apda kondisi
normal; hematopoiesis dapat
meningkat pada kondisi fibrosis
sumsum tulang
Periarteriol
lymphoid sheats
(PALS)
Sama seperti pada manusia tetapi
perkembangannya lebih rendah
Selubung limfoid dekat dengan
arteriol yang komponen
terbanyaknya adalah sel T CD4+
Folikel sel B Terdiri dari folikel primer inaktif yang
mengandung sel B naif dan folikel
sekunde aktif yang mengandung
sentrum germinatium
Sama dengan tikus
Zona marginalis Tipis pada beberapa strain mencit Terletak melingkupi folikel primer
dan sekunder sel B, terdiri dari sel
B memori dengan sitoplasma yang
berlimpah
Sumber : Comparative Anatomy and Histology a Mouse and Human Atlas, 2012
B
13
Gambar 2.5 perbedaan gambaran histologi limpa pada tikus dan manusia29
(A dan B) limpa tikus; (C dan D) limpa manusia
(C) Kapsul; (R) Pulpa Merah; (A) Arteriol Sentral; (T) Area Sel T; (B) Area sel
B; (GC) Sentrum Germinativum; (M) Mantel Zone; (MZ) Zona Marginalis (W)
Pulpa Putih sumber Comparative Anatomy and Histology a Mouse and Human Atlas, 2012
2.3.3. Fisiologi Limpa
Limpa memiliki banyak fungsi yang berkaitan dengan penyaringan darah
dan imunitas. Sebagai penyaring darah, limpa berperan dalam mengontrol kualitas
eritrosit. Eritrosit yang telah berumur 120 hari akan mengalami perubahan
membran sehingga tidak bisa melewati stave cell di sinusoid sehingga tidak bisa
memasuki sirkulasi darah dan tertinggal didalam limpa yang kemudian dihancurkan
oleh makrofag.12,13
Pada masa fetus 3-7 bulan limpa merupakan organ hematopoiesis
ekstramedular. Proses hematopoiesis ini tidak berlangsung hingga dewasa kecuali
bila teraktivasinya sel punca yang tertinggal di limpa atau kembalinya sel punca
dari sumsum tulang ke limpa. Diantara kondisi yang dapat menyebabkan hal
tersebut adalah mielofibrosis primer dan hemoloitik kronis dan anemia
megaloblastik.13
Sebagai organ limfoid, limpa fungsi untuk menyaring antigen melalui
proses darah masuk ke pulpa putih, ketika sampai di zona marginal, sel dendritik
dan makrofag akan mempresentasikan antigen ke sel B dan sel T untuk memulai
14
respon yang sesuai.13 Disebutkan bahwa presesntasi antigen pada sel dendritik atau
makrofag akan diikuti dengan sekresi IL-2 dan IL-18 yang kemudian menstimulasi
sel T dan menghasilkan IFN-γ yang akan menyebabkan diferensiasi sel B yang ada
di sentrum germinativum menjadi sel plasma dan sel memori. Proliferasi sel B
tersebut akan meningkatkan diameter sentrum germinativum.31
Berbeda dengan manusia, salah satu fingsi limpa tikus merupakan tempat
hematopoiesis normal yang dapat terjadi sepanjang hidup yang berespon terhadap
berbagai rangsangan. Kondisi hematopoiesis normal pada limpa ini berubah
menjadi reaktif saat terjadi kondisi yang dapat merangsang sumsum tulang.29
2.3.4. Respon Limpa terhadap Jejas, Bahan Kimia dan Herbal
Seperti yang telah dijelaskan bahwa fungsi limpa adalah untuk destruksi
eritrosit dan sebagai orgam limfoid. Keadaan tidak fisiologis dalam tubuh dapat
mempengaruhi kerja limpa, misalnya ketika eritrosit mengalami malformasi akan
mengakibatkan destruksi terlalu berlebih sehingga aktivitas limpa meningkat dan
menjadikan ukuran limpa akan bertambah atau yang sering disebut dengan istilah
splenomegali. Splenomegali ini bisa dikarenakan berbagai macam penyebab
diantaranya keganasan hematologi, hipertensi porta, malaria dan skistosomiasis.13
Peningkatan aktivitas sel imun pada limpa dapat diketahui dari ukuran pulpa
putih. Peningkatan ukuran diameter ini menunjukkan peningktan aktivitas imun
pada limpa. Pada penelitian yang dilakukan Makiyah dkk (2014) memperlihatkan
bahwa paparan sinar ultraviolet minimal 30 menit 2 kali sehari selama 14 hari pada
tikus dapat meningkatkan aktivitas sel imun pada limpa dibuktikan dengan
meningkatnya secara bermakna diameter pulpa putih tikus yang diberikan paparan
dibandingkan dengan kontrol.32
Proses reparatif dari jejas dan inflamasi yang terjadi pada limpa bisa
menyebabakan lesi fibrosis parenkimal dan kapsular. Fibrosis juga bisa diinduksi
oleh paparan zat kimia dan hal tersebut bisa memungkinkan untuk menjadi formasi
sarkoma. Fibrosis parenkimal terjadi hanya terbatas pada pulpa merah kecuali jika
ekstensif maka bisa sampai pada pulpa putih. Paparan terhadap toksik, atau lesi
neoplastik pada limpa juga bisa menyebabkan gambaran fibrosis kapsular limpa.33
15
Pada penelitian yang dilakukan oleh Kumar (2013) memperlihatkan bahwa
terdapat degenerasi pulpa merah dan apoptosis splenosit pada tikus yang diberikan
fluoride 25mg/KgBB/hari dan 50mg/KgBB/hari. Degenerasi pulpa dan apoptosis
splenosit ini mengarah kepada fungsi imunologik yang berkurang.34
Studi yang dilakukan Voloshin dkk (2014) pada tikus albino yang diberikan
paparan toluen dosis rendah selama 5 jam perhari, 5 hari dalam seminggu selama
2 bulan menunjukkan gambaran histologis limpa berupa peningkatan diameter
pulpa putih dibandingkan dengan kontrol.35
Pada mencit yang diterapi dengan ekstrak daun zaitun dengan dosis 0,75%
oral selama 14 minggu mengalami penambahan berat limpa yang bermakna
dibanding dengan kontrol.5
2.3.5. Respon Limpa Terhadap Ovalbumin
Ovalbumin membentuk 54% dari protein total putih telur. Ovalbumin
merupakan protein bermassa rendah yaitu 44.500 Da yang terdenaturasi pada suhu
84oC. Pada penelitian yang dilakukan pada mencit BALB/c yang diimunisasi
dengan injeksi intraperitoneal ovalbumin (100µl) dengan variasi dosis (0,25 0,5 1
da 3 mg) sebanyak 500µl pada hari ke 0. Kemudian diberikan lagi sebanyak 1µg/ml
pada hari ke 21 dan 23 dan kemudian pada hari ke 30 mencit di sacrifice setelah di
challenge dengan 1mg/ml ovalbumin. Pada penelitian tesebut didapatkan
penampakan hiperplasia limfosit dan sel-sel radang lain.36
Efek ovalbumin pada limpa juga dibuktikan pada penelitain Horani, dkk
(2010) bahwa pada pemberian ovalbumin 50 µg dalam 3 mg Al(OH)3
intraperitoneal sebagai sensitisasi asma dan challenge ovalbumin 100 mg dalam 50
ml salin sebanyak 3 kali dalam satu minggu selama 4 minggu memberikan
gambaran peningkatan bermakna produksi limfosit yang dibiakkan dari jaringan
limpa jika dibandingkan dengan kontrol.37
2.4. Asma
Asma merupakan kumpulan gejala yang ditandai dengan obstruksi jalan
napas karena inflamasi kronik saluran napas yang hiperresponsif terhadap pencetus.
16
Inflamasi saluran napas ini bisa dapat kembali pada keadaan awal tanpa pengobatan
terkadang memerlukan pengobatan juga. Karena patogenesis asma berhubungan
dengan hiperresponsifitas saluran napas terhadap pencetus tertentu, kejadian asma
kerap kali berkaitan dengan alergi.38
Patogenesis asma berhubungan dengan reaksi hipersensitivitas. Saat
paparan awal alergen berikatan dengan reseptor IgE pada sel mast di saluran napas.
Pengikatan antigen pada sel mast mengakibatkan sekresi mediator inflamasi, salah
satunya histamin yang akan mempengaruhi sel epitel untuk produksi mukus dan
membuka taut sel di epitel saluran napas. Setelah taut disaluran napas terbuka
antigen dapat masuk dan mempengaruhi eosinofil yang akan memproduksi lebih
banyak mediator lagi. Mediator yang disekresi dapat menyebabkan meningkatnya
permeabilitas vaskular dan edema. Pengaruh mediator pada nervus vagus dapat
menyebabkan bronkospasme.14
Kondisi asma pada hewan coba dapat diinduksi dengan ovalbumin.
Pemberian ovalbumin pada mencit secara intraperitoneal dan challenge secara
intratrakeal maupun inhalasi menyebabkan overproduksi IgE.39 Daun zaitun
merupakan herbal yang mengandung flavonoid. Flavonoid diketahui mempunyai
efek menghambat terhadap produksi igE spesifik OVA.40
Terapi standar pada asma adalah glukokortioid yang terbukti dapat
menghambat inflamasi pada paru. Pada beberapa studi menjelaskan bahwa terapi
dengan glukokortikoid yang dikombinasikan dengan β-2 agonis menyebabkan efek
samping.9 Karena itu, terapi dengan bahan herbal saat ini banyak diminati.
17
2.5. Kerangka Teori
-
-
Sensitisasi ovalbumin (+
Alum sebagai adjuvant)
intraperitoneal
IgE terakumulasi di
pembuluh darah
Presentasi ke sel
dendritik atau makrofag
Deteksi oleh sel B
Masuk ke pembuluh darah
limpa
Pemberian ekstrak daun
zaitun (Olea europaea L)
oral
Polifenol
Zat aktif Ekstrak daun
Zaitun
Sekresi IL-1
Stimulasi sel T Diferesiasi sel B di sentrum
germinativum menjadi sel B
memori
Peningkatan diameter pulpa putih
limpa
Sekresi IL-2 Proliferasi sel T
Flavonoid
Mempengaruhi
regulasi sel T
Luteolin
Menyebabkan inflamasi
di saluran napas
Asma
Pajanan kedua
dnegan inhalasi
Limpa
Produksi IgE spesifik OVA
Peningkatan
berat limpa
18
2.6. Kerangka Konsep
Ovalbumin Terapi ekstrak
zaitun oral
Histo PA
H&E
Diameter pulpa putih
limpa
Mencit BALB/c
Asma
Toksik
Limpa
Berat limpa
19
2.7. Definisi Operasional
Untuk memperjelas dan memberikan batasan agar penelitian tidak terlalu
luas maka peneliti membuat definisi operasional seperti yang tertera pada tabel 3.1
berikut :
Tabel 2.3 Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara Pengukuran Alat Ukur Skala
Diameter
pulpa putih
Panjang diameter/garis
tengah dari pulpa putih
limpa yang pada
preparat terwarna lebih
ungu dan berbentuk
nodus bulat
Pada perbesaran 100x
foto dibuka dengan
penampil foto Corel
Photo Paint X7 dan
dihitung diameter
pulpa dengan mistar
Mistar Numerik
Berat Limpa Berat limpa mencit yang
diukur dengan
timbangan
Menimbang berat
limpa dan mencatat
hasilnya dengan
ketelitian 0,00 gram
Timbangan Numerik
20
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain eksperimental
laboratorium dengan melihat berat dan sediaan histoptologi limpa mencit BALB/c.
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada pada tanggal 12 Oktober 2015 – 27 Juli 2016
Pembuatan ekstrak daun zaitun dilakukan di BALITTRO (Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat). Pemeliharaan dan perlakuan mencit dilakukan di
Laboratorium Animal House FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Perlakuan dan
pengambilan jaringan dilakukan di Laboratorium Farmakologi. Pembuatan preparat
dilakukan di laboratorium histologi FKUI. Dokumentasi foto preparat dan analisis
dilakukan di Laboratorium Histologi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.3. Sampel Penelitian
3.3.1. Populasi
Obyek penelitian yang digunakan adalah mencit BALB/c yang sudah
diverifikasi dan didatangkan dari Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian
Bogor (IPB)
3.3.2. Sampel
Sampel hewan coba pada penelitian ini adalah mencit jantan jenis BALB/c
sejumlah 15 ekor melalui perhituang rumus Mead dengan 5 kelompok perlakuan.41
Perhituang rumus Mead adalah E = N - B – T, dengan hasil 3 ekor mencit disetiap
kelompok perlakuan (Lampiran 5).
Keterangan:
N = Jumlah total sampel pada penelitian (dikurangi 1)
B = Blocking Component bernilai 0 jika tidak ada stratifikasi
T = Jumlah total perlakuan
E = Degree of freedom of error component, harus bernilai antara 10-20
21
Tabel 3.1. Kelompok perlakuan
NO KELOMPOK PERLAKUAN
1. Kontrol PBS (phosphate buffered saline) i.p. + PBS
oral + PBS inhalasi
2. P1 (Ekstrak daun zaitun 100 mg +
OVA)
OVA-Alum 50 µg/ml i.p. + Ekstrak daun
zaitun 100 mg/KgBB oral + OVA inhalasi
3. P2 (Ekstrak daun zaitun 200 mg +
OVA)
OVA-Alum 50 µg/ml i.p. + Ekstrak daun
zaitun 200 mg/KgBB oral + OVA inhalasi
4. P3 (Esktrak daun zaitun 100 mg) Ekstrak daun zaitun 50 mg/KgBB i.p. + zaitun
100 mg/KgBB oral + Ekstrak daun zaitun
inhalasi
5. P4 (Ekstrak daun zaitun 200 mg) Ekstrak daun zaitun 50 mg/KgBB i.p. + Zaitun
200 mg/KgBB oral + Ekstrak daun zaitun
inhalasi
3.3.3. Kriteria Inklusi
1. Kelompok N : Mencit jantan strain BALB/c
2. Mencit tidak ada kelainan anatomi sebelum perlakuan
3. Mencit tidak tampak gambaran rambut kusam, rontok atau botak
3.3.4. Krieria Eksklusi
1. Mencit sakit atau mati selama penelitian berlangsung
3.4. Variabel Penelitian
3.4.1. Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah pemberian ekstrak daun zaitun
(Olea europaea L.) per oral.
3.4.2. Variabel Tergantung
Variabel tergantung pada penelitian ini adalah gambaran mikroskopik
limpa mencit BALB/c dan berat limpa mencit BALB/c
3.5. Alat dan Bahan Penenlitian
3.5.1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : kandang, mencit,
tempat makan dan minum mencit, perlengkapan kebersihan, neraca hewan
ketelitian 0.01 gram, spuit insulin, sonde, tabung reaksi, gelas ukur, spuit insulin,
22
label, spuit 1 cc, spuit 3cc, tabung reaksi (untuk darah mencit), alat nebulisasi,
kandang untuk nebulisasi, toples untuk eter, minor set, papan bedah, kulkas.
3.5.2. Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak daun zaitun
dengan dosis 100 mg/KgBB dan 200 mg/KgBB. Pada penelitian ini juga
menggunakan PBS dan ovalbumin dan alumunium hidroksida untuk perlakuan
hewan coba.39
3.6. Cara Kerja
3.6.1. Penyimpanan Simplisia
Daun zaitun diperoleh dari BALITTRO (Balai Penelitain Tanaman Rempah
dan Obat) Bogor, Jawa Barat dalam bentuk serbuk halus. Serbuk simplisia disimpan
dalam wadah inert yang tertutup rapat dan terlindungi dari cahaya.42
3.6.2. Pembuatan Ekstrak
Pembuatan ekstrak daun zaitun menggunakan metode ekstraksi cara dingin
yaitu dengan remaserasi. Serbuk simplisia dimaserasi dengan pelarut dalam wadah
inert yang gelap dan tertutup rapat hingga terendam dan sesekali diaduk selama 24
jam pada suhuh kamar. Proses maserasi ini diulang hingga menghasilkan maserat
yang berwaran pucat (mendekati tak berwarna). Maserat yang telah didapat
difiltrasi menggunakan kapas dan kertas saring hingga didapatkan filtrat. Filtrat
dipekatkandengan vacuum rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak.42,43
3.6.3. Adaptasi Hewaan Coba
Mencit diadaptasikan di Animal house mulai hari pertama sampai hari ke-7.
Mencit diadaptasi dengan tempat tinggal barunya, pemberian makanan maupun
minuman. Perlakuan disamakan terhadap semua mencit.
Menurut Aravind, et al (2012), adaptasi mencit BALB/c untuk dilakukan
sensitisasi asma cukup dilakukan selama 7 hari.39 Adaptasi bertujuan agar semua
obyek penelitian berada pada kondisi yang sama saat dimulai penelitian dan juga
agar hewan coba tidak mengalami stres.
23
3.6.4. Sensitisasi Hewan Coba
Setelah melewati masa adaptasi, mencit disensitisasi sebanyak dua kali.
Mencit kelompok P1 dan P2 mendapatkan 50 µg/ml ovalbumin intraperitoneal dan
2 mg alumunium hidroksida (Alum) sebagai adjuvan yang diemulsifikasi dalam 0,2
ml PBS.39 Sensitisasi bertujuan sebagai pengenalan antigen pertama agar hewan
coba tersensitisasi dengan ovalbumin sehingga nantinya bisa timbul reaksi
inflamasi. Menurut Conrad, et al (2009) pemberian adjuvan dapat meningkatkan
IgE dan IgG spesifik OVA dibandingkan non adjuvan.36 Sedangkan mencit
kelompok P3 dan P4 mendapatkan ekstrak daun zaitun 50 mg intraperitoneal
3.6.5. Pemberian Ekstrak Daun Zaitun Terhadap Mencit
Setelah disensitisaasi, mencit diberikan ekstrak daun zaitun (Olea europea
L) selama 7 hari dengan dosis 100 mg/KgBB dan 200 mg/KgBB secara oral dengan
menggunakan sonde.
3.6.6. Induksi Ovalbumin
Setelah dilakukan pemberian ekstrak aun zaitun (Olea euroapaea L.) selama
7 hari pada kelompok P1 dan P2 kemudian mencit di challenge dengan ovalbumin
2% 5-7ml secara inhalan selama 20 menit selama dua hari. Challenge untuk kali
ke-3 dengan inhalasi ovalbumin 5% 5-7ml selama 30 menit. Challenge ini
bertujuan untuk memastikan bahwa mencit sudah terinduksi dengan baik sehingga
mencit benar-benar dalam kondisi asma.39
Pada perlakuan P3 dan P4 setelah diberikan ekstrak zaitun oral selama 7
hari kemudian dilakukan challenge dengan inhalasi ekstrak daun zaitun 2% 5-7 ml
dalam 20 menit selama dua hari. Challenge yang ketiga dengan inhalasi ekstrak
daun zaitun 5% 5-7 ml dalam 30 menit.
3.6.7. Pengambilan Organ Limpa
Setelah mendapatkan induksi ovalbumin, mencit dipuasakan untuk nekropsi
pada esok harinya. Mencit dipuasakan sehari dengan tujuan agar tidak banyak
makanan yang tertinggal di organ mencit dan organ berada dalam kondisi bersih
sehingga dihasilkan potongan preparat yang bagus dan bersih.
24
Setelah dipuasakan, dilakukan nekropsi pada mencit. Sebelum dinekropsi,
mencit dianastesi terlebih dahulu dengan larutan eter yang diletakkan didalam
toples kemudian mencit dimasukkan kedalam toples tersebut sehingga eter
terinhalasi mencit dan menjadikan mencit tersebut lemah. Setelah mencit melemah,
mencit dinekropsi. Teknik eksplorasi organ saat nekropsi bisa dari trakea ataupun
abdomen. Karena penelitian ini bersamaan dengan pengambilan trakea, eksplorasi
organ dilakukan dari daerah leher. Setelah trakea diambil, dilakukan pembedahan
sampai pada bagian abdomen sampai terlihat gaster kemudian limpa terdapat
dibelakang gaster. Setelah terlihat limpa lalu ambil limpa dan masukkan ke larutan
PBS kemudian disimpan dalam larutan formalin.26
3.6.8. Pengukuran Berat Limpa
Setelah limpa diambil dari tubuh mencit dan di masukkan ke larutan PBS
agar organ tetap berada dalam keadaan fisiologis, kemudian organ dikeringkan
dengan kertas saring dan tisu, kemudian ditimbang dengan timbangan digital dan
dicatat hasil pengukuran beratnya. Setelah diukur beratnya, limpa disimpan dalam
larutan formalin 5%. Pengukuran berat limpa ini dilakukan sesuai penelitian yang
dilakukan oleh Rodrigues et al 2011 yang mengukur berat limpa pada pemberian
ekstrak daun zaitun dengan berbagai konsentrasi.5
3.6.9. Pembuatan Preparat
3.6.9.1 Dehidrasi
Proses dehidrasi dilakukan dengan menggunakan alkohol dari konsentrasi
rendah ke konsentrasi tinggi. Pertama, alkohol diencerkan sesuai konsentrasi yang
dibutuhkan kemudian ditungkan kedalam pot plastik sebanyak setengah dari
volume pot. Setiap larutan dituangkan dalam 3 buah pot dan diberi label dari I
sampai III untuk menandakan urutan perlakuan. Jaringan yang telah disimpan
dalam formalin dimasukkan kedalam pot mulai dari label I, II, III secara berurutan
dari alkohol konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi yaitu 30%, 50%, 70%, 80%,
90%, 95% dn alkohol absolut. Pada masing-masing pot jaringan didiamkan selama
20 menit44.
25
3.6.9.2. Clearing
Proses clearing bertujuan untuk menghilangkan alkolhol dalam jaringan.
Bahan yang digunakan adalah toluol-alkohol 1:1 dan toluol murni. Jaringan yang
sudah melewati proses dehidrasi dimasukkan kedalam wadah kaca bertutup yang
berisi campuran toluol-alkohol 1:1 untuk direndam selama 25 menit. Setelah itu
jaringan direndam selama 1 jam dalam larutan toluol murni.44
2.6.9.3. Embedding
Proses embedding dilakukan untuk menghilangkan cairan dalam jaringan
selama proses clearing. Bahan yang digunakan adalah toluol-parafin 1:1 dan
parafin murni. Pertama toluol-parafin 1:1 dicairkan daam 3 wadah kaca lalu organ
didiamkan selama 24 jam dalm wadah tersebut. Hari setelahnya wadah berisi organ
tersebut dipanaskan untuk mencairkan toluol-parafin 1:1. Organ kemudian
dimasukkan kedalam botol berisi parafin cair yang telah diberi nomor urut sesuai
perlakuan selama 15 menit. Perendaman didalam parafin harus dilakukan dalam
inkubator 62oC agar parafin tetap cair.44
3.6.9.4. Pencetakan
Proses pencetakan dilakukan untuk membuat parafin blok. Bahan yang
dibutuhkan adalah cetakan blok, embedding cassete, dan parafin cair. Pertama
parafin cair dituangkan kedalam cetakan secukupnya kemudian jaringan direndam
kedalam parafin cair lalu embedding cassete diletakkan diatasnya. Untuk
merekatkan parafin cair dituangkan kembali dan dibiarkan hingga blok membeku
pada suhu ruangan.35
3.6.9.5. Pemotongan Jaringan
Pemotongan jaringan dilakukan untuk memotong blok sesuai dengan
ketebalan yang diinginkan dan dibuat preparat histologis. Alat dan bahan yang
digunakan adalah mikrotom geser, paraffin water bath, kaca objek, kuas, akuades
dan es batu. Blok parafin dipasangkan pada holder dimikrotom geser, kemudian
dipotong dengan ketebalan 6 µm. Hasil potongan jaringan pada parafin diambil dan
direndam dalam paraffin water bath yang berisi akuades dengan suhu 40oC hingga
26
jaringan terlihat meregang. Potongan diambil dengan menggunakan kaca objek
yang sudah diolesi dengan campuran albumin dan gliserin yang didiamkan selama
semalam. Kemudian kaca objek diletakkan ditepi paraffin waterbath hingga kering
dan jaringan melekat kuat dikaca objek.45
3.6.9.6. Pewarnaan dengan Hematoksilin-Eosin
Bahan yang diperlukan dalam proses pewarnaan adalah xylol, alkohol
absolut, alkohol dengan konsentrasi 70%, 80%, 90%, dan 95%, akuades,
Hematoksilin-Eosin (HE) dan asam alkohol yang merupakan campuran 200 ml
alkohol 70% dengan 2 ml HCl yang masing-masing bahan tersebut dituang dalam
staining jar sebanyak 200 ml.44
Preparat yang telah dibuat disusun dalam cawan lalu direndam dalam xylol
selama 10 menit sebanyak 2 kali. Setelah itu cawan dipindahkan dan direndam
dalam alkohol absolut selama 5 menit sebanyak 2 kali, lalu cawan dipindahkan dan
direndam dalam alkohol 90%, 80% dan 70% masing-masing selama 1 menit dan
berurutan mulai konsnsentrasi tertinggi hingga terendah. Kemudian cawan
dipindahkan dan direndam kedalam aquadest selama 4 menit. Setelah itu cawan
dipindahkan dan direndam dalam pewarna Hematoksilin-Eosin selama 4 menit.
Cawan dipindahkan dan direndam dalam akuades selama 1 menit sebanyak 3 kali.
Lalu cwan dipindakan dan direndam dalam asam alkohol selama 30 detik. Cawan
dipindahkan dan direndam dalam akuades selama 1 menit. Setelah itu preparat
dilihat dibawah mikroskop untuk memeriksa pewarnaan.44,46
Setelah preparat diperiksa dibawah mikroskop preparat dimasukkan
kedalam cawan lagi dan direndam kembali kedalam akuades selama 1 menit
sebanyak 3 kali. Setelah itu kemudian dipindahkan dan direndam dalam alkohol
70%, 80%, 90% dan alkohol absolut masing-masing selama 1 menit dan berurutan
dari konsentrasi terendah ke konsentrasi tertinggi. Kemudian cawan dipindahkan
dan direndam dalam xylol selama 3 menit sebanyak 3 kali.44
Segera setelah perendaman dalam xylol terakhir, preparat ditetesi dengan
kanada balsam secukupnya, lalu ditutup pelan-pelan dengan cover glass dengan
27
hati-hati agar tidak terbentuk gelembung udara. Terakhir, preparat diberi label
sesuai kode pada perlakuan dan dibiarkan hingga mengering.44
3.6.10. Pengambilan Gambar Preparat Histologi Limpa
Setelah preparat kering, dilakukan pengambilan foto preparat. Alat yang
dibutuhkan adalah mikroskop konfokal (Olympus BX41) dan software DP2-BSW,
dan perangkat komputer. Pertama, komputer dan mikroskop dinyalakan dan
dipastikan terkoneksi dengan komputer dengan baik. Preparat diletakkan di meja
objek dan diamati dengan lensa perbesaran 40 kali, kemudian setelah terlihat
jaringan yang akan diambil fotonya, lensa diperbesar menjadi perbesaran 100 kali.32
Setelah itu ambi foto bagian dari preparat yang diinginkan dan simpan file foto.
3.6.11. Penghitungan Diameter Pulpa Putih Limpa
Setelah dokumentasi foto selesai dilakukan penghitungan diameter pulpa
putih limpa pada penampil foto Corel Photo Paint X7 pada perbesaran 40% yang
diukur dengan mistar. Diameter pulpa putih adalah rereta diameter yang ditentukan
dari hasil pengukuran diameter terpendek dan terpanjang.31 Kemudian hasil yang
didapatkan dikalikan dengan 45,455 yang merupakan skalanya, atau dengan kata
lain jika didapatkan pengukuran 1 cm dengan mistar maka panjang sebenarnya
adalah 45,455 µm.
Perhitungan diameter pulpa putih limpa sebagai salah satu indikator adanya
peningkatan aktitas sel pada limpa berdasarkan penelitian yang dilakukan Voloshin
et al, (2014) pada tikus albino yang diekspos dengan toluen level rendah.35
28
3.7. Alur Penelitian
Mencit tiba di animal house
Adaptasi selama 7 hari makan dan
minum adlibitum
Kel 3
(PBS+z100)
Kel 1
(z100+ova) Kel K
(kontrol)
Mencit dibagi menjadi 5 kelompok
Evakuasi organ
limpa
Nekropsi
Sonde ekstrak
daun zaitun (olea
europea L.) 200
mg/kgBB selama
7 hari
Sonde ekstrak
daun zaitun (olea
europea L.) 100
mg/kgBB selama
7 hari
Sonde pbs
selama 7 hari
Pembuatan
preparat
Pengamatan
mikroskop
Analisis data
Kel 2
(z200+ova) Kel 4
(PBS+z200)
Sonde ekstrak
daun zaitun (olea
europea L.) 100
mg/KgBB
selama 7 hari
Sonde ekstrak
daun zaitun (olea
europea L.) 100
mg/KgBB
selama 7 hari
Challenge dengan inhalasi
PBS Ovalbumin Ovalbumin Daun zaitun Daun zaitun
Dipuasakan satu hari
PBS i.p
Sensitisasi
ovalbumin i.p
Sensitisasi
ovalbumin i.p
Sensitisasi
zaitun i.p
Sensitisasi
zaitun i.p
Pengukuran berat
limpa
29
3.8. Analisis Data
Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan eksperimen langsung
terhadap mencit jenis BALB/c yang diberi perlakuan berupa pemberian ekstrak
daun zaitun (Olea europaea L.) dan induksi ovalbumin. Setelah data terkumpul
dilakukan pengolahan data dengan microsoft excel dan analisis statistik dengan
SPSS versi 22.0.
Uji yang digunakan adalah uji One way ANOVA karena penelitian
termasuk analitik komparatif lebih dari dua kelompok. Sebelum diuji dengan uji
one way ANOVA data yang didapatkan harus diuji normalitas dan homogenitasnya.
Jika salah satua uji tersebut tidak terpenuhi maka dilakukan transformasi data. Jika
transformasi data tidak berhasil dilakukan maka dilakukan uji Kruskal Wallis.
30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Diameter Pulpa Putih Limpa
Penelitian efek pemberian ekstrak daun zaitun (Olea europaea L.) sebagai
terapi asma terhadap limpa mencit BALB/c dibagi menjadi 5 kelompok yaitu
kelompok mencit yang diberikan PBS (phosphate buffered saline) oral dan inhalasi
PBS sebagai kelompok kontrol (K). Kelompok mencit yang diberikan ekstrak daun
zaitun (Olea europaea L.) 100 mg/kgBB per oral dan inhalasi ovalbumin sebagai
kelompok perlakuaan 1 (P1). Kelompok mencit yang diberikan ekstrak daun zaitun
(Olea europaea L.) 200 mg/KgBB per oral dan inhalasi ovalbumin sebagai
kelompok perlakuan 2 (P2). Kelompok mencit yang diberikan ekstrak daun zaitun
(Olea europaea L.) 100 mg/KgBB per oral dan inhalasi ekstrak daun zaitun (Olea
europaea L.) sebagai kelompok perlakuan 3 (P3). Kelompok mencit yang diberikan
ekstrak daun zaitun (Olea europaea L.) 200 mg/KgBB per oral dan ekstrak daun
zaitun (Olea europaea L.) sebagai kelompok perlakuan 4 (P4). Pelakuan dilakukan
selama 7 hari.
Data mikroskopik limpa berdasarkan pengelompokan diatas diperoleh
melalui jumlah rata-rata hitungan dari diameter pulpa putih limpa yang dilakukan
oleh peneliti. Gambar histologis diameter pulpa putih limpa mencit disajikan pada
gambar 4.1. Dari hasil pengamatan mikroskopik pada limpa mencit BALB/c
didapatkan hasil bahwa semua kelompok perlakuan memiliki rata-rata diameter
pulpa putih lebih besar dibandingkan dengan kontrol.
31
Gambar 4.1 gambaran mikroskopik limpa setelah pemberian ekstrak daun zaitun
pada mencit BALB/c pewarnaan HE perbesarana 100X. K: kontrol ; P1 : ekstrak
daun zaitun 100 mg + OVA; P2: ekstrak daun zaitun 200 mg +OVA; P3: ekstrak
daun zaitun 100 mg; P4: ekstrak daun zaitun 200 mg (tanda panah menunjukkan
diameter limpa)
Kelompok P1 (ekstrak daun zaitun 100 mg/KgBB + OVA) dan P2 (ekstrak
daun zaitun 200 mg/KgBB + OVA) jika dibandingkan dengan kelompok P3
(ekstrak daun zaitun 100 mg/KgBB + ekstrak daun zaitun inhalasi) dan P4 (ekstrak
daun zaitun 200 mg/KgBB + ekstrak daun zaitun inhalasi) terlihat terjadi perbedaan
diameter pulpa putih yang lebih besar. Hal ini dikarenakan pada kelompok P1 dan
K P1
P2 P3
P4
32
P2 diberikan injeksi ovalbumin intra peritoneal dapat mengaktivasi jaringan
mesenterium mencit dan dapat mengakibatkan peningkatan aktivitas sel imun pada
tubuh mencit melalui respon alergi pada pemberian berulang. Reaksi alergi yang
terjadi melalui pengenalan awal dengan APC yang kemudian akan mensekresi IL-
1 yang akan merangasang sel T untuk sekresi IL-2 yang akan mengkibatkan
proliferasi sel T. Proliferasi sel T akan semakin banyak dihasilkan IFN-γ
mengakibatkan diferensiasi sel B di sentrum germinativum semakin meningkat.
Peningkatan proliferasi sel T dan sel B mengakibatkan semakin luasnya diameter
pulpa putih limpa.31,47
Kelompok P2 (ekstrak daun zaitun 200 mg/KgBB + OVA) menunjukkan
gambaran diameter pulpa putih paling tinggi dibanding kelompok kelompok
lainnya. Hal ini mungkin disebabkan oleh pemberian ekstrak dalam dosis yang
lebih tinggi dan pemberian ovalbumin. Pemberian ovalbumin pada mencit
mengakibatkan respon alergi sehingga produksi limfosit meningkat dan diameter
pulpa putih limpa mencit juga meningkat.31 Pada kelompok P1 (ekstrak daun zaitun
100 mg/KgBB + OVA) didapatkan peningkatan diameter pulpa putih limpa tidak
terlalu tinggi jika dibandingkan dengan kelompok P2, hal ini mungkin dikarenakan
dosis ekstrak daun zaitun yang diberikan pada P2 lebih besar dibandingkan P1 tapi
perbedaan tidak terlalu besar .
Pada kelompok P3 (ekstrak daun zaitun 100 mg/KgBB + ekstrak daun
zaitun inhalasi) dan P4 (ekstrak daun zaitun 200 mg/KgBB + ekstrak daun zaitun
inhalasi) menunjukkan gambaran diameter pulpa putih limpa yang lebih besar dari
kontrol. Hal ini mungkin disebabkan paparan polifenol yang merupakan komponen
ekstrak daun zaitun yang dapat menyebabkan peningkatan produksi sel imun pada
pulpa putih limpa.48
Kelompok P3 dan P4 hewan coba diberikan ekstrak daun zaitun dengan
dosis 100 mg/KgBB dan 200 mg/KgBB. Hasil menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan diameter pulpa putih limpa dibandingkan dengan kontrol. Peningkatan
pulpa putih ini mungkin karena adanya aktivitas imunomodulator dari flavonoid
yang merupakan komponen dari ekstrak daun zaitun. Sebagai imunomodulator
flavonoid dapat meningkatkan index proliferasi limfosit dan splenosit sehingga
33
diduga dapat meningkatkan diameter pulpa putih limpa yang komponennya adalah
limfosit.49 Pada sebuah penelitian menjelaskan bahawa pemberian flavonoid
meningkatkan jumlah sel T dan IL-2.50 Pada studi lain juga menjelaskan ekstrak
herbal yang kaya akan flavonoid pada mencit secara oral menyebabkan peningkatan
sel imun pada payer’s patch dan limpa.51
Kelompok P3 (ekstrak daun zaitun 100 mg/KgBB + ekstrak daun zaitun
inhalasi) jika dibandingkan dengan P4 (ekstrak daun zaitun 200 mg/KgBB + ekstrak
daun zaitun inhalasi) menunjukkan gambaran bahwa pada P4 peningkatan diameter
pulpa putih limpa lebih tinggi. Hal ini mungkin disebabkan oleh dosis yang
diberikan juga lebih besar sehingga memberikan efek peningkatan diameter pulpa
putih lebih besar juga.
Setelah dilakukan pengamatan pada sediaan histologi dilakukan
penghitungan rata-rata diameter pulpa putih limpa didapatkan hasil yang disajikan
pada grafik 4.1 dan analisis SPSS dengan one way ANOVA (lampiran)
Grafik 4.1 Rata-rata diameter pulpa putih limpa setelah pemberian ekstrak daun
zaitun pada mencit BALB/c pewarnaan HE perbesaran 100X.
(K: kontrol ; P1 : esktrak daun zaitun 100 mg + OVA; P2: ekstrak daun zaitun 200
mg + OVA; P3: ekstrak daun zaitun 100 mg; P4: ekstrak daun zaitun 200 mg)
Hasil dari pengukuran diameter pulpa putih dianalisis dengan one way
ANOVA untuk melihat signifikansi. Didapatkan bahwa diameter pulpa putih limpa
K P1 P2 P3 P5
RATA-RATA 164.03 168.18 203.47 190.76 196.40
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
300.00
DIA
MET
ER P
ULP
A P
UTI
H(µ
m)
34
mencit secara keseluruhan mengalami peningkatan yang tidak signifikan. Hal ini
mungkin dikarenakan pemberian ekstrak daun zaitun hanya dalam 7 hari sehingga
perbedaan yang ditimbulkan dari masing-masing perlakuan belum terlihat. Pada
penelitian sebelumnya yang melibatkan efek terhadap limpa dan penilaian yang
sama yaitu dengan mengukur diameter pulpa putih limpa dilakukan selama 10 hari
dan didapatkan hasil signifikan antar kelompok.52
35
4.2. Berat Limpa
Pada penelitian ini dilakukan juga pengukuran berat limpa mencit. Pada
kelompok P1, P2 dan P4 menunjukkan berat limpa lebih besar jika dibandingkan
dengan kelompok kontrol.
Grafik 4.2. Rata-rata berat limpa setelah pemberian ekstrak daun zaitun pada mencit
BALB/c pewarnaan HE perbesaran 100X. (K: kontrol ; P1 : esktrak daun zaitun 100
mg + OVA; P2: ekstrak daun zaitun 200 mg +OVA; P3: ekstrak daun zaitun 100
mg; P4: ekstrak daun zaitun 200 mg) (ANOVA, *p value< 0,05)
Pada kelompok P1 (ekstrak daun zaitun 100mg/KgBB + OVA) dan P2
(ekstrak daun zaitun 200mg/KgBB + OVA) didapatkan hasil berat limpa yang lebih
besar dibandingkan dengan kontrol. Hal ini mungkin disebabkan karena mencit
mendapatkan ekstrak daun zaitun dan ovalbumin. Pada penelitian yang dilakukan
Roy, et al (2013) menunjukkan hiperplasia splenosit pada mencit yang diberikan
ovalbumin intraperitoneal berulang.36
Pada kelompok P3 (ekstrak daun zaitun 100 mg/KgBB + ekstrak daun
zaitun inhalasi) memiliki berat limpa yang lebih rendah jika dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Pada kelompok P4 (ekstrak daun zaitun 200 mg/KgBB + ekstrak
daun zaitun inhalasi) didapatkan peningkatan berat limpa hal ini mungkin
dikarenakan dosis ekstrak yang diberikan lebih tinggi. Sedangkan pada P3 berat
limpa lebih rendah jika dibandingkan dengan kontrol. Temuan ini sejalan dengan
penelitian yang dilakuan oleh Rodrigues (2011) memperlihatkan bahwa pemberian
ekstrak daun zaitun dengan konsentrasi 0,75% selama 14 minggu menyebabkan
K P1 P2 P3 P4
BERAT LIMPA 0.25 0.26 0.32 0.17 0.26
0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
0.35
0.40
ber
at l
impa
(gra
m)
*
36
peningkatan berat limpa mencit dan pada konsentrasi 0,25% memiliki berat limpa
yang lebih rendah dibandingkan dengan kontrol.5 Pemberian ekstrak daun zaitun
dapat meningkatan berat limpa diduga melalui peningkatan proliferasi sel imun
yang terdapat pada limpa. Seperti pada penelitian lain menggunakan ekstrak herbal
lain yang mengandung flavonoid dapat meningkatkan titer IgE yang sejalan dengan
peningkatan berat limpa.53
Kemudian dilanjutkan dengan uji statistik untuk melihat signifikansi hasil
penelitian dengan one way ANOVA. Dari uji post hoc LSD (lampiran 5) didapatkan
perbedaan bermakna (p<0,05) antara kelompok P3 (ekstrak daun zaitun 100
mg/KgBB + ekstrak daun zaitun inhalasi) dengan kontrol. Sedangkan pada
kelompok perlakuan lainnya didapatkan hasil tidak bermakna (p>0,05).
Terdapat perbedaan antara hasil mikroskopik limpa dan berat limpa pada
kelompok P3 (ekstrak daun zaitun 100 mg/KgBB + ekstrak daun zaitun inhalasi).
Pada preparat histologis P3 tampak peningkatan diameter pulpa putih jika
dibandingkan dengan kontrol sedangkan pada berat limpa P3 memiliki berat yang
lebih rendah dibandingkan dengan kontrol. Hal ini mungkin disebebkan karena
proliferasi limfosit masih terjadi di pulpa putih belum sampai pada pulpa merah
sehingga walaupun terjadi proliferasi tidak bisa menyebabkan pembengkakan atau
peningkatan berat limpa karena proliferasi limfosit di pulpa merah dan infiltrasi
neutrofil dan makrofag kedaan limpa dapat meningkatkan berat limpa.50 Perbedaan
hasil ini juga dimungkinkan karena perubahan pada struktur mikroskopis limpa
belum dapat mengakibatakan perubahan pada struktur makroskopis limpa. Keadaan
animal house yang tidak ideal seperti kandang mencit yang kecil, sirkulasi udara,
pemberian makan mencit menggunakan makanan hewan biasa, air minum dengan
air keran memugkinkan terjadinya bias hasil pada penelitian ini. Selain itu juga
karena variasi individu, sampel yang digunakan terbatas maka perbedaan nilai akan
sangat berpengaruh pada hasil akhir pengukuran dalam penelitian ini.
37
4.3. Keterbatasan Penelitian
Selama penelitian berlangsung banyak hambatan yang didapat, anatara lain
1. Minimnya referensi penelitian mengenai efek ekstrak daun zaitun pada
limpa mencit
2. Tidak adanya kelompok kontrol positif (ovalbumin)
3. Keterbatasan sampel
4. Ketidaksempurnaan dalam pembuatan preparat sehingga beberapa preparat
didapatkan gambar jaringan yang terlipat serta pecah.
5. Laboratorium Animal House belum terstandarisasi.
38
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Pemberian ekstrak daun zaitun (Olea europaea L.) seagai terapi asma pada
mencit BALB/c menyebabkan peningkatan aktivitas limpa yang ditandai dengan
menigkatnya diameter pulpa putih limpa dan menigkatnya berat limpa meskipun
tidak signifikan
5.2. Saran
1. Penelitian efek ekstrak daun zaitun (Olea europaea L.) pada limpa dengan
jangka waktu lama
2. Jika penelitian seperti ini dilakukan lagi sebaiknya ditambahkan kelompok
kontrol positif ovalbumin
3. Dilakukan pemeriksaan imunologis pada limpa yang diberikan esktrak
daun zaitun
39
BAB VI
KERJASAMA PENELITIAN
Penelitian ini merupakan bentuk kerjasama penelitian mahasiswa, dan dosen FKIK
yaitu dr Nurul Hiedayati, Ph.D., dr Riva Auda, Sp.A., M. Kes. dan Nur Laely Mida
Rahmawati, M.Biomed, Ph.D. yaitu tentang efek pemberian ekstrak daun zaitun
untuk terapi asma terhadap organ pernafasan mencit BALB/c yang diinduksi
ovalbumin. Penelitian ini didanai oleh Lemlit UIN, dan Kementerian Agama.
40
DAFTAR PUSTAKA
1. Tilburt JC, Kaptchuk TJ. Herbal medicine research and global health : an
ethical analysis. Bull World Heal Organ. 2008;86(8):594–9.
2. IFF B, S W-G, editors. Herbal Medicine: Biomolecular and Clinical Aspect.
2nd ed. Francis: CRC Press; 2011.
3. Supardi S, Leny Susyanty. Penggunaan obat tradisional dalam upaya
pengobatan sendiri di indonesia (analisis data susenas tahun 2007). Bul
Penelit Kesehat. 2010;38(2):80–9.
4. Ferreira ICFR, Barros L, Elisa M, Lourdes M, Lourdes M, Pereira JA. Food
Chemistry Antioxidant activity and phenolic contents of Olea europaea L .
leaves sprayed with different copper formulations. Food Chem.
2007;103:188–95.
5. Arantes-Rodrigues R, Henriques A, Pires MJ, Colaco B, Calado A m., Rema
P, et al. High doses of olive leaf extract induce liver changes in mice. Food
Chem Toxicol. 2011;49(9):1989–97.
6. Abaza L, Taamalli A, Nsir H, Zarrouk M. Olive tree (Olea europeae L.)
leaves: importance and advances in the analysis of phenolic compounds.
Antioxidant. 2015;4(11):682–98.
7. Balasundram N, Sundram K, Samman S. Food Chemistry Phenolic
compounds in plants and agri-industrial by-products : Antioxidant activity ,
occurrence , and potential uses. Food Chem. 2006;99:191–203.
8. Braun L, Cohen M. Herbs & Natural Supplements. 2nd ed. Sydney: Elsevier;
2007.
9. Toledo AC, Sakoda CPP, Perini A, Pinheiro NM, Magalhães RM, Grecco S,
et al. Flavonone treatment reverses airway inflammation and remodelling in
an asthma. Br J Pharmacol. 2013;168:1736–49.
10. WHO. Guidelines on safety monitoring of herbal medicines in
pharmacovigilance systems. Geneva; 2004.
11. Steiniger BS. Human spleen microanatomy : why mice do not suffice.
Immunology. 2015;145:334–46.
12. Mescher AL. Histologi Dasar Junqueira: Teks dan Atlas. 12th ed. Jakarta:
EGC; 2011.
13. Hoffband A, PAH M. Kapita Selekta Hematologi. 6th ed. Jakarta: EGC;
2013.
41
14. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku Ajar Patologi Robbins. 7th ed.
EGC; 2007.
15. Muzaluppo I, editor. Olive Germplasm - The Olive Cultivation, Table Olive
and Olive Oil Industry in Italy. InTech; 2012.
16. Hashmi MA, Khan A, Hanif M, Farooq U, Perveen S. Traditional uses,
phytochemistry, and pharmacology of olea europaea (olive). Evidence-based
Complement Altern Med. 2015;2015:1–29.
17. Khan Y, Panchal S, Vyas N, Butani A, Kumar V. Olea europaea : A Phyto-
Pharmacological Review. Pharmacogn Rev. 2007;1(1):112–6.
18. Barbaro B, Toietta G, Maggio R, Arciello M, Tarocchi M, Galli A, et al.
Effects of the olive-derived polyphenol oleuropein on human health. Int J
Mol Sci. 2014;15(10):18508–24.
19. Chebbi Mahjoub R, Khemiss M, Dhidah M, Dellaï A, Bouraoui A, Khemiss
F. Chloroformic and Methanolic Extracts of Olea europaea L. Leaves Present
Anti-Inflammatory and Analgesic Activities. ISRN Pharmacol.
2011;2011(506):564972.
20. Ahmed AM, Rabii NS, Garbaj AM, Abolghait SK. Antibacterial effect of
olive (Olea europaea L.) leaves extract in raw peeled undeveined shrimp
(Penaeus semisulcatus). Int J Vet Sci Med. 2014;2(1):53–6.
21. Paiva-Martins F, Fernandes J, Rocha S, Nascimento H, Vitorino R, Amado
F, et al. Effects of olive oil polyphenols on erythrocyte oxidative damage.
Mol Nutr Food Res. 2009;53(5):609–16.
22. Vissers MN, Zock PL, Roodenburg AJC, Leenen R, Katan MB. Human
Nutrition and Metabolism Olive Oil Phenols Are Absorbed in Humans. J
Nutrtion. 2002;409–17.
23. Omar SH. Oleuropein in olive and its pharmacological effect. Sci Pharm.
2010;78:133–54.
24. Gartner LP, JL H. Color Textbook of Histology. 3rd ed. Saunders; 2007.
25. Woo CSJ, Lau JSH, El-Nezami H. Herbal medicine: toxicity and recent
trends in assessing their potential toxic effects. In: Shyur L-F, Lau AlSY,
editors. Advance in Botanical Research Recent Trends in Medicinal Plants
Research. Elsevier; 2012. p. 365–84.
26. Alferah MAZ. Toxicity Induced Histological Changes in Selected Organs of
Male (Wistar) Rats by Lawsonia inermis Leaf Extract. European J Med
Plants. 2012;2(2):151–8.
42
27. Cesta MF. Normal structure, function, and histology of the spleen. Toxicol
Pathol. 2006;34:455–65.
28. L DR, Vogl AW, Mitchell AWM. Gray Dasar Dasar Anatomi. Elsevier;
2014.
29. Linden M, Ward JM, Cherian S. Hematopoietic and Lymphoid Tissues. In:
Treuting PM, Dintzis SM, editors. Comparative Anatomy and Histology.
First Edit. Elsevier Inc.; 2012. p. 309–38.
30. Eroschenko VP. Atlas Histologi dFiore: dengan Korelasi Fungsional. 11th
ed. Jakarta: EGC; 2010.
31. Winarni D, Handono CD, Sugiharto. Efek stimulatori beberapa fraksi
teripang lokal Phyllophorus sp terhadap histologi mencit (Mus musculus)
yang diinfeksi Mycobacterium tuberculosis. UNAIR; 2009.
32. Makiyah S, Iszamriach R, Nofariyandi A. Paparan ultraviolet C
meningkatkan diameter pulpa alba limpa dan indeks mitotik epidermis kulit
mencit. J Kedokt Brawijaya. 2014;28(1):17–21.
33. Suttie AW. Histopathology of the spleen. Vol. 34, Toxicologic pathology.
2006. 466-503 p.
34. Kumar A, Kumari S. Histopathology of spleen of rat (Rattus norwegicus) fed
on doses of sodium flouride. Indian J Scinetific Res. 2013;4(1):87–92.
35. Voloshin VN, Koveshnikov VG, Voloshina IS. Morphology of the spleen in
adult albino rats after whole-body exposure to low-level of toluene. Int J
Anat Res. 2014;2(2):421–30.
36. Roy R, Kumar S, Verma AK, Sharma A, Chaudhari BP, Tripathi A, et al.
Zinc oxide nanoparticles provide an adjuvant effect to ovalbumin via a th2
response in Balb/c mice. Int Immunol. 2014;26(3):159–72.
37. Horani A, Shoseyov D, Doron S, Mruwat R, Amer J, Kerem E, et al. Immune
modulation of ovalbumin-indoced lung injury in mice using β-glucoseramid
and a potential role of the liver. Immunology. 2011;216:548–57.
38. Longo DL, Kasper DL, Jamenson JL, Fauci AS, Hauser SL, Loscalzo J,
editors. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 18th ed. New York: Mc
Graw Hill; 2012.
39. Reddy AT, Lakshmi SP, Reddy RC. Murine model of allergen induced
asthma. J Vis Axperiments. 2012;63:1–7.
40. Tanaka T, Takahashi R. Flavonoids and asthma. Nutrients. 2013;5:2128–43.
43
41. Singh AS, Masuku MB. Sampling techniques & determination of sample
size in applied statistics research: an overview. Int J Econ Commer Manag.
2014;II(11):1–22.
42. Mukhriani. Ekstraksi, pemisahan senyawa, dan identifikasi senyawa aktif. J
Kesehat. 2014;VII(2):361–7.
43. Istiqomah. Perbandingan metode ekstraksi maserasi dan sokletasi terhadap
kadar piperin buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus). Skripsi. UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta; 2013.
44. Suntoro S. Metode pewarnaan : histologi dan histokimia. Jakarta: Bhatara
Karya Aksara; 1983. 1-76 p.
45. Muntiha M. Teknik pembuatan preparat histopatologi dari jaringan hewan
dengan pewarnaan hematoksilin eosin (H&E). Temu Tek Fungsional non
Peneliti. 2001;156–63.
46. Mulyono A, Ristiyanto, H NS. Karakteristik histopatologi hepar tikus got
Rattus norvegicus invektif Leptospira sp. J Vektora. 2009;1(2):84–92.
47. Hong SH, Kim SR, Choi H-S, Ku JM, Seo HS, Shin YC, et al. Effect of
hyeonggaeyeongyo-tang in ovalbumin-induced allergic rhinitis model.
Mediators Inflamm. 2014;1–9.
48. Cuevas A, Salazar LA, Abdalla DSP, Bioresource T, Analysis T, Paulo S.
Modulation of Immune Function by Polyphenols: Possible Contribution of
Epigenetic Factors. 2013;2314–32.
49. Talmale S, Bhujade A, Patil M. Immunostimulatory activity of flavonoids
isolated from stem bark of Zizyphus mauritiana. Int J Innov Res Sci
Eengineering Technol. 2014;3(7):14285–96.
50. Jiao Y, Wen J, Zhang X. Influence of flavonoid of astragalus membranaceus
’ s stem and leaf on the function of cell mediated immunity in mice. Chinese
J Integr Tradit West Med. 2001;7(2):117–20.
51. Karasawa K, Uzuhashi Y, Hirota M, Otani H. A Matured fruit extract of date
palm tree ( Phoenix dactylifera L .) stimulates the cellular immune system in
mice. J Agric Food Chem. 2011;59:11287–93.
52. Medika V. Pengaruh pemaparan karbofuran terhadap gambaran diameter
limpa mencit (Mus musculus). Vet Med. 2014;7(2):100–5.
53. Khairinal. Efek kurkumin terhadap proliferasi sel limfosit dari mencit CH3
bertumor payudara secara in vitro. UI; 2012.
44
LAMPIRAN
Lampiran 1
Hasil Determinasi / Identifikasi Bahan Uji
Gambar 7.1 Surat hasil determinasi bahan uji
45
Lampiran 2
Penghitungan Sampel
1. Rumus Mead
𝑬 = 𝑵 − 𝑩 − 𝑻
Keterangan
N = total dari jumlah individu (dikurangi 1)
B = blocking component, mempresentasikan efek limgkungan yang
diperbolehkan dalam penelitian
T = kelompok uji coba, termasuk kelompok kontrol (dikuragi 1)
E = derajat kebebasan dari kelompok eror, nilainya diantara 10-20
10 ≤ E ≤ 20
E = N – B – T E = N – B – T
≥ 10 = (N – 1) – 0 – (5 – 1) ≤ 20 = (N–1) – 0 – (5–1)
≥ 10 = N – 1 – 4 ≤ 20 = N – 1 – 4
≥ 10 = N – 5 ≤ 20 = N – 5
N ≥ 15 N ≤ 25
15 ≤ N ≤ 25
46
Lampiran 3
Penghitungan Dosis Ekstrak Daun Zaitun
1. Pemberian esktrak daun zaitun
Berat mencit berkisar anatara 35-45gram, diambil nilai tengah yaitu 40 gram.
a. Dosis 100mg/KgBB (x)
100𝑚𝑔
1𝑘𝑔=
100𝑚𝑔
1000𝑔=
1𝑚𝑔
10𝑔
1𝑚𝑔
10𝑔=
𝑥
40𝑔
10𝑥𝑔 = 40𝑚𝑔
𝑥 = 40𝑚𝑔
10𝑔
𝑥 = 4𝑚𝑔
b. Dosis 200mg/KgBB (y)
200𝑚𝑔
1𝑘𝑔=
200𝑚𝑔
1000𝑔=
2𝑚𝑔
10𝑔
2𝑚𝑔
10𝑔=
𝑦
40𝑔
10𝑦𝑔 = 80𝑚𝑔
𝑦 = 80𝑚𝑔
10𝑔
𝑦 = 8𝑚𝑔
47
Lampiran 4
Dokumentasi Penelitian
Gambar 7.2 Aklimatisasi hewan coba
Gambar 7.3 Pemberian ekstrak daun zaitun oral
Gambar 7.4 Nebulisasi hewan coba
48
(Lanjutan)
Gambar 7.5 Pembiusan hewan coba
Gambar 7.6 Pengambilan jaringan hewan coba
Gambar 7.7 Penyimpanan jaringan hewan coba pada larutan formalin
49
(Lanjutan)
Gambar 7.8 Timbangan
50
Lampiran 5
Hasil Uji Statistik
Tabel 6.1 Uji Normalitas Diameter Pulpa Putih Limpa
Tests of Normality
Perlakuan
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Diameter_P
ulpa_Putih
Kontrol .284 3 . .933 3 .500
Zaitun100+OVA .291 3 . .925 3 .468
Zaitun200+OVA .176 3 . 1.000 3 .976
Zaitun100+Zaitun .358 3 . .813 3 .146
Zaitun200+Zaitun .214 3 . .990 3 .804
a. Lilliefors Significance Correction
Tabel 6.2 Uji Homogenitas Diameter Pulpa Putih Limpa
Test of Homogeneity of Variances
Dimeter_Pulpa_Putih
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.599 4 10 .249
Tabel 6.3 Uji Normalitas Berat Limpa
Tests of Normality
Perlakuan
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Berat_Limpa KONTROL .269 3 . .949 3 .567
ZAITUN100+OVA .292 3 . .923 3 .463
ZAITUN200+OVA .219 3 . .987 3 .780
ZAITUN100+ZAITUN .175 3 . 1.000 3 1.000
ZAITUN200+ZAITUN .219 3 . .987 3 .780
a. Lilliefors Significance Correction
51
Tabel 6.4 Uji Homogenitas Berat Limpa
Test of Homogeneity of Variances
Berat_Limpa
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.043 4 10 .433
Tabel 6.5 Uji Oneway ANOVA Diamater Pulpa Putih Limpa
ANOVA
Diameter_Pulpa_Putih
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 3677.955 4 919.489 .814 .544
Within Groups 11299.557 10 1129.956
Total 14977.513 14
Tabel 6.6 Uji Oneway ANOVA Berat Limpa
ANOVA
Berat_Limpa
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .034 4 .008 5.290 .015
Within Groups .016 10 .002
Total .049 14
52
Tabel 6.7 Uji post hoc LSD Berat Limpa
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Berat_Limpa
LSD
(I) Perlakuan (J) Perlakuan
Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
KONTROL ZAITUN100+OVA -.01667 .03252 .619 -.0891 .0558
ZAITUN200+OVA -.07000 .03252 .057 -.1425 .0025
ZAITUN100+ZAITUN .07667* .03252 .040 .0042 .1491
ZAITUN200+ZAITUN -.01667 .03252 .619 -.0891 .0558
ZAITUN100+
OVA
KONTROL .01667 .03252 .619 -.0558 .0891
ZAITUN200+OVA -.05333 .03252 .132 -.1258 .0191
ZAITUN100+ZAITUN .09333* .03252 .017 .0209 .1658
ZAITUN200+ZAITUN .00000 .03252 1.000 -.0725 .0725
ZAITUN200+
OVA
KONTROL .07000 .03252 .057 -.0025 .1425
ZAITUN100+OVA .05333 .03252 .132 -.0191 .1258
ZAITUN100+ZAITUN .14667* .03252 .001 .0742 .2191
ZAITUN200+ZAITUN .05333 .03252 .132 -.0191 .1258
ZAITUN100+
ZAITUN
KONTROL -.07667* .03252 .040 -.1491 -.0042
ZAITUN100+OVA -.09333* .03252 .017 -.1658 -.0209
ZAITUN200+OVA -.14667* .03252 .001 -.2191 -.0742
ZAITUN200+ZAITUN -.09333* .03252 .017 -.1658 -.0209
ZAITUN200+
ZAITUN
KONTROL .01667 .03252 .619 -.0558 .0891
ZAITUN100+OVA .00000 .03252 1.000 -.0725 .0725
ZAITUN200+OVA -.05333 .03252 .132 -.1258 .0191
ZAITUN100+ZAITUN .09333* .03252 .017 .0209 .1658
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
53
Riwayat Penulis
Nama : Latifatul Bariyah
NIM : 1113103000080
Tempat, Tanggal Lahir : Tuban, 1 Januari 1995
Agama : Islam
Alamat : Jalan Tanjung 820 RT/RW 002/002 Winong,
Margomulyo, Kerek, Tuban, Jawa Timur
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan
1999-2001 : RA Salafiyah Margomulyo, Kerek, Tuban
2001-2007 : MI Salafiyah Margomulyo, Kerek, Tuban
2007-2010 : MTsN Denanyar Jombang
2010-2013 : MAN Denanyar Jombang
2013-sekarang : Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta