program studi antropologi fakultas ilmu budaya …repository.ub.ac.id/8221/1/pratama, dhimas...

74
NILAI ANAK: KONSUMSI BANDENG OLEH ANAK DAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG KESEHATAN ANAK DI MASYARAKAT PETANI TAMBAK BANDENG, DESA BAKARAN KULON, KECAMATAN JUWANA, KABUPATEN PATI SKRIPSI OLEH: DHIMAS LINGGA PRATAMA NIM 125110807111002 PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2017

Upload: others

Post on 18-Nov-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

NILAI ANAK: KONSUMSI BANDENG OLEH ANAK DAN

PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG KESEHATAN ANAK DI

MASYARAKAT PETANI TAMBAK BANDENG, DESA BAKARAN

KULON, KECAMATAN JUWANA, KABUPATEN PATI

SKRIPSI

OLEH:

DHIMAS LINGGA PRATAMA

NIM 125110807111002

PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2017

Page 2: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

NILAI ANAK: KONSUMSI BANDENG OLEH ANAK DAN

PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG KESEHATAN ANAK DI

MASYARAKAT PETANI TAMBAK BANDENG, DESA BAKARAN

KULON, KECAMATAN JUWANA, KABUPATEN PATI

SKRIPSI

OLEH:

DHIMAS LINGGA PRATAMA

NIM 125110807111002

PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2017

Page 3: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu
Page 4: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu
Page 5: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu
Page 6: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul Nilai Anak: Konsumsi Bandeng oleh Anak dan Pengetahuan

Orang Tua tentang Kesehatan Anak di Masyarakat Petani Tambak Bandeng,

Desa Bakaran Kulon, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam

memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Program Studi Antropologi Universitas

Brawijaya. Saya menyadari bahwa Skripsi ini jauh dari kesempurnaan, karenanya

tentu saya juga sangat menantikan kritik atau saran dari para pembaca.

Selama penulisan skripsi ini tentunya penulis mendapat banyak bantuan dari

berbagai pihak yang telah mendukung dan membimbing penulis. Kasih yang tulus

serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Ibunda Wahyu Kinasih, Ayahanda Didik Murdiyanto, Kakak saya Ian Sakti

Pradiantoko serta adik saya Gilang Nanda Pranadita dan seluruh keluarga

besar penulis, terima kasih atas curahan kasih sayang, dorongan doa,

nasihat, motivasi, dan pengorbanan materilnya selama saya menempuh

studi di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya.

2. Dr. Hipolitus K. Kewuel, M. Hum. Selaku Ketua Prodi Antropologi,

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya.

3. Prof. Myrtati Dyah Artaria, Dra., M.A., Ph.D. selaku pembimbing yang

selalu membimbing dan mengarahkan saya dalam menyusun Skripsi ini.

4. Irsyad Martias, M.A yang selalu membimbing dan mengarahkan saya

dalam menyusun Skripsi ini.

5. Keluargaku yang angkatan 2012 yang tidak mampu saya sebutkan satu-

persatu, terimakasih atas dukungan dan kebersamaannya.

6. Sahabat-sahabatku kontrakan Srigading, Rengga, Aan, Rizal, Dimas, Erik,

Jaya, terimakasih atas dukungannya, terimakasih sudah mau dititipi makan,

terimakasih sudah mau membuatkan saya kopi untuk teman mengerjakan

Skripsi.

7. Sahabat-sahabatku “arek taek”, Adin, Dino, Wisnu, Luqman, Bella, Mella,

Gabriella, terimakasih atas dukungan kalian, kalian selalu mengingatkan

saya untuk mengerjakan Skripsi, kalian selalu memberikan saran pada saat

proses penulisan Skripsi, “suwun gawe kabeh rek”.

8. Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta

selalu menyemangati saya.

Page 7: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

Rasa hormat dan terimakasih bagi semua pihak atas segala dukungan dan doanya.

Semoga Allah SWT, membalas segala kebaikan yang telah mereka berikan kepada

penulis, Amin.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah

membantu dan semoga Allah SWT melimpahkan karunianya dalam setiap amal

kebaikan kita dan diberikan balasan. Amin.

Malang, 09 Desember 2017

Dhimas Lingga Pratama

Page 8: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

DAFTAR ISI

COVER DALAM.....................................................Error! Bookmark not defined.

PERNYTAAN KEASLIAN.....................................Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PERSETUJUAN BIMBINGAN SKRIPSIError! Bookmark not defined.

HALAMAN PENGESAHAAN TIM PENGUJI SKRIPSIError! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR..............................................Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK ................................................................Error! Bookmark not defined.

ABSTRACT..............................................................Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI...........................................................................................................1

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................3

DAFTAR TABEL ..................................................................................................4

BA B I PENDAHULUAN........................................Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang .............................................Error! Bookmark not defined.

1.2 Rumusan Masalah ........................................Error! Bookmark not defined.

1.3 Tujuan Penelitian..........................................Error! Bookmark not defined.

1.3.1 Tujuan Umum........................................Error! Bookmark not defined.

1.3.2 Tujuan Khusus.......................................Error! Bookmark not defined.

1.4 Kajian Pustaka..............................................Error! Bookmark not defined.

1.5 Kerangka Teori.............................................Error! Bookmark not defined.

1.6 Metode Penelitan..........................................Error! Bookmark not defined.

1.6.1 Lokasi Penelitian ...................................Error! Bookmark not defined.

1.6.2 Pemilihan Informan ...............................Error! Bookmark not defined.

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data ....................Error! Bookmark not defined.

1.6.4 Teknik Analisis Data .............................Error! Bookmark not defined.

1.7 Pedoman Wawancara: ..................................Error! Bookmark not defined.

Page 9: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIANError! Bookmark not defined.

2.1 Letak Geografis dan Demografi ...................Error! Bookmark not defined.

2.1.1 Pengunaan Lahan & Wilayah ................Error! Bookmark not defined.

2.2. KEPENDUDUKAN....................................Error! Bookmark not defined.

2.2.1. JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMINError! Bookmark not

defined.

2.2.2. Jumlah Penduduk Menurut Mata PencaharianError! Bookmark not defined.

2.2.3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat PendidikanError! Bookmark not defined.

BAB III KEGIATAN PETANI TAMBAK BANDENG DAN POLA KEHIDUPAN

....................................................................................Error! Bookmark not defined.

3.1 Kegiatan Petani Tambak Bandeng ...............Error! Bookmark not defined.

3.1.1 Proses Bertani Tambak Bandeng...........Error! Bookmark not defined.

3.1.2 Aktivitas Sehari-hari Petani Tambak BandengError! Bookmark not defined.

3.1.3 Proses Panen dan Penghasilan Petani TambakError! Bookmark not defined.

3.2 Menjaga Kesehatan Medis dan Pengetahuan Tentang GiziError! Bookmark not

defined.

3.2.1 Pengetahuan tentang Gizi Bandeng untuk AnakError! Bookmark not defined.

BAB IV PANDANGAN KELUARGA DAN KONSUMSI IKAN BANDENG PADA

ANAK PETANI TAMBAK.....................................Error! Bookmark not defined.

4.1 Kehidupan Keluarga Petani Tambak............Error! Bookmark not defined.

4.2 Alasan Masyarakat Tidak mengkonsumsi BandengError! Bookmark not defined.

4.3 Pandangan Ibu terhadap Kecukupan Gizi AnakError! Bookmark not defined.

5.1 Kesimpulan...................................................Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA...............................................Error! Bookmark not defined.

LAMPIRAN..............................................................Error! Bookmark not defined.

Page 10: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Administratif Desa Bakaran KulonError! Bookmark not defined.

Gambar 2.2 Peta Administratif Pembagian Wilayah Desa Bakaran KulonError!

Bookmark not defined.

Gambar 3.1 Proses Pengeringan Tambak ...Error! Bookmark not defined.

Gambar 3.2 Kolam Siap Ditebar Nener ......Error! Bookmark not defined.

Gambar 3.3 Proses Meracik Pakan Ikan BandengError! Bookmark not defined.

Gambabr 3.5 Pakan Hasil Racikan .............Error! Bookmark not defined.

Gambar 3.6 Teknik Memberian Makan Ikan BandengError! Bookmark not defined.

Page 11: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

DAFTAR TABEL

Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Desa Bakaran KulonError! Bookmark not defined.

Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Desa Bakaran KulonError! Bookmark not defined.

Tabel 2.4 Mata Pencaharian Penduduk Desa Bakaran KulonError! Bookmark not

defined.

Tabel 2.5 Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Bakaran KulonError! Bookmark

not defined.

Page 12: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

ABSTRAK

Pratama, Dhimas Lingga. 2017. Niai Anak: Konsumsi Bandeng oleh Anak dan

Pengetahuan Orang Tua tentang Kesehatan Anak di Masyarakat Petani

Tambak Bandeng, Desa Bakaran Kulon, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati.

Progam Studi Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya.

Pembimbing: Prof Myrtati Dyah Artaria., Dra., M.A., Ph.D

Kata Kunci: Petani, Tambak, Bandeng, Keluarga, Anak, Gizi,

Ikan bandeng memiliki nilai gizi yang sangat tinggi, ikan ini yang memiliki

kandungan omega 3 dan protein hewani yang besar. Gizi ini sangatlah penting bagi

tumbuh kembang anak untuk kecerdasan otak serta kekebalan tubuh anak. Namun

hal ini tidak dilakukan di petani tambak bandeng Desa Bakaran Kulon, Kecamatan

Juwana, Kabupaten Pati. Oleh karena itu penelitian ini ingin mengetahui bagaimana

pandangan orang tua (petani tambak) terhadap pemenuhan gizi anaknya. Serta

alasan mengapa anak mereka tidak diberi makan ikan bandeng. Studi ini

menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Teknik

pengumpulan data yang digunakan melalui observasi dan wawancara. Penelitian

dilakukan dengan mengikuti langsung kehidupan keluarga para petani tambak

supaya mendapatkan data tentang pemberian gizi anak petani tambak bandeng.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya beberapa faktor yang

mempengaruhi para petani tambak tidak memberi makan anak mereka dengan ikan

bandeng. Ikan bandeng dianggap sebagai nilai “uang” oleh masyarakat petani

tambak bandeng, sehingga tidak dijadikan sebagai bahan konsumsi mereka. Petani

juga dihadapkan oleh mitos yang membatasi mereka untuk mengkonsumsi ikan

bandeng. Anggapan tentang anak yang “gemuk” adalah anak yang memiliki gizi

cukup juga sangat berkembang di masyarakat petani tambak. Padahal belum tentu

anak yang “gemuk” memiliki gizi yang cukup, dan belum tentu juga anak kurus

kekurangan gizi. Pemikiran seperti ini yang menyebabkan orang tua tidak memberi

anaknya makan bandeng karena mereka menganggap anaknya sudah gemuk.

Page 13: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

ABSTRACT

Pratama, Dhimas Lingga. 2017.Child Value: Children's Milkfish Consumption

and Parental Knowledge of Children's Health in the community of milkfish

farmers Bakaran Kulon village, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati. Study

Program of Anthropology. Faculty of Cultural Study.

Supervisor: Prof Myrtati Dyah Artaria., Dra., M.A., Ph.D

Key words : Farmer, Fishpond, Milkfish, Family, Kid, Nutrient

The Milkfish have a highest nutrient, it have contents omega 3 and biggest

animal proteint. This nutrient is very important for growth of the kids, briant

intelligence and body immune. However, its not applicable for fish farmers in the

Bakaran Kulon village, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati. Therefore, this

research want to know how the views of parents (fish farmers) for fulfillment of

nutrion their children. And also the reason why their children didn’t feed with the

milkfish. This study use kualitatif research with ethnography approach. The result

collection technique that be used by observation and interview. The research did

with following directly the fish farmer’s life to get the information about giving

nutrient for fish farmer’s kid.

The result of the research show there are some factor that influence the fish

farmer not to feed their children with milkfish. It considered as “worth” by the fish

farmer, so the milkfish isn’t being food consumption. The fish farmers also faced

by the myth that limit them to consume milkfish. The assumption about ‘fat child’

who has good nutrition also very fame in the fish farmer community. Even though

that is not necessarily “fat child” have good nutrition, and also “thin child” is not

necessarily malnutrition. This mindset cause the parents didn’t feed the children

with milkfish because they think that their children was fat.

Page 14: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

1

BA B I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Pati sudah sejak lama dikenal sebagai salah satu daerah

penghasil ikan (khususnya bandeng) terbesar di Propinsi Jawa Tengah. Kabupaten

yang secara geografis terletak di sepanjang pantai ini mempunyai potensi

pengembangan usaha perikanan yang sangat besar, baik perikanan budidaya

maupun perikanan tangkap (Kundi,2005). Kabupaten Pati memilik daerah pesisir

yang potensi perikanan yang sangat baik dan Kabupaten Pati juga memiliki daerah

agraris yang potensinya cukup baik sesuai dengan slogan "Pati Bumi Mina Tani"

yang artinya Kabupaten Pati kaya akan potensi Pertanian dan Perikanan yang

dimilikinya (Suroso,2009).

Produksi Ikan di Kabupaten Pati terdiri dari perikanan laut dan perikanan

darat, dalam perikanan laut di Kabupaten Pati dijual dalam bentuk segar sedangkan

perikanan darat dijual dalam bentuk olahan seperti Bandeng Presto, Bandeng Presto

Juwana merupakan salah satu makanan khas Kabupaten Pati dan Bandeng Presto

merupakan oleh-oleh yang terkenal di daerah Jawa Tengah (Wibowo, 2014).

Ikan bandeng banyak memiliki kandungan gizi yang baik dan diperlukan

oleh tubuh. Kadar proteinnya yaitu sebesar 22,84g dimana protein berguna untuk

menambah kekuatan atau energi, membuat sel jaringan baru dalam tubuh, mengatur

dan membentuk zat dalam tubuh. Kadar kalori sebesar 148g kalori berguna sebagai

tenaga dan energi dalam beraktifitas. Kalsium sebesar 51g. yang berguna bagi

Page 15: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

2

pertumbuhan tulang dan gigi untuk anak di masa pertumbuhan. Vitamin A yang

berguna mengoptimalkan perkembangan janin, meningkatkan daya tahan tubuh,

anti oksidan dan memerangi penyakit malaria di dalam Ikan Bandeng terdapat

sebesar 100g (Wibowo, 2014).

Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Makanan

yang diberikan sehari-hari harus mengandung zat gizi sesuai kebutuhan, sehingga

menunjang pertumbuhan yang optimal dan dapat mencegah penyakit-penyakit

defisiensi, mencegah keracunan, dan juga membantu mencegah timbulnya

penyakit-penyakit yang dapat mengganggu kelangsungan hidup anak (Soekirman,

2001).

Gizi yang terkandung dalam ikan bandeng sangatlah berguna untuk

pertumbuhan anak. Pada umur balita protein sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan

tubuh dan perkembangan otak. Salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan

akan sumber protein hewani adalah ikan. Kandungan protein ikan tidak kalah

dengan kandungan protein yang berasal dari daging atau telur. Selain itu ikan adalah

salah satu sumber protein hewani yang harganya lebih murah dibandingkan dengan

sumber protein hewani lainnya seperti daging sapi dan ayam (Yuli, 2006).

Rendahnya tingkat konsumsi ikan per kapital di Indonesia tampaknya

disebabkan karena masih adanya anggapan di kalangan masyarakat bahwa makan

ikan kurang bergengsi atau identik dengan kemiskinan. Bahkan masih ada

anggapan dalam masyarakat makan ikan akan menyebabkan cacingan atau alergi.

Ada pula anggapan bahwa mengkonsumsi ikan menyebabkan bau badan amis dan

Page 16: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

3

bila ibu-ibu yang sedang menyusui mengkonsumsi maka air susunya menjadi

kurang sedap. Selain itu ada ibu-ibu yang enggan untuk masak ikan karena harus

membersihkan isi perut, membuang sisik dan duri, sehingga menimbulkan kesan

bahwa masak ikan adalah sangat merepotkan (Dahuri, 2004 : 33 dalam Yuli, 2006).

Foster dan Anderson juga mengatakan konsumsi makanan dipengaruhi oleh

kebiasaan makan dan selera (Foster dan Andersen,2013).

Pemberian gizi (protein) terhadap anak termasuk dalam pentingnya

pengetahuan orang tua terhadap anak. Masalah gizi disebabkan oleh banyak faktor

yang saling terkait baik secara langsung maupun tidak langsung, secara langsung

dipengaruhi oleh penyakit infeksi dan tidak cukupnya asupan gizi secara kuantitas

maupun kualitas, sedangkan secara tidak langsung dipengaruhi oleh jangkauan dan

kualitas pelayanan kesehatan, pola asuh anak yang kurang memadai, kurang

baiknya kondisi sanitasi lingkungan serta rendahnya ketahanan pangan di tingkat

rumah tangga (Siti, 2008)

UNICEF (1988) faktor - faktor yang mempengaruhi status gizi anak balita

dan penyebab kurang gizi pada balita di masyarakat yaitu: penyebab langsung dan

tidak langsung. Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan

yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi

sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian pula

pada anak yang tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan tubuhnya akan

melemah dan akan mudah terserang penyakit (Supariasa dalam Siti, 2008).

Page 17: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

4

Penyebab tidak langsung ada tiga yaitu: a) ketahanan pangan, b) pola

pengasuhan anak, c) pelayanan kesehatan dan lingkungan. Ketahanan pangan

keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan mampu untuk

memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang

cukup baik jumlah maupun mutu gizinya. Pola pengasuhan anak kurang memadai.

Setiap keluarga dan masyarakat diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian,

dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik fisik, mental

dan sosial. Juga disebabkan adanya sistem dan fasilitas pelayanan kesehatan dan

lingkungan kurang memadai. Sistem pelayanan kesehatan yang ada diharapkan

dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang

terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan. Ketiga faktor ini saling

berhubungan, ketahanan pangan keluarga terkait dengan ketersediaan pangan,

harga pangan dan daya beli keluarga serta pengetahuan tentang gizi dan kesehatan.

Pola pengasuhan anak berupa sikap dan perilaku orang tua atau pengasuh lain

dalam hal kedekatannya dengan anak, cara memberikan makan maupun

pengetahuan tentang jenis makanan yang harus diberikan sesuai umur dan

kebutuhan, memberi kasih sayang dan sebagainya. Faktor tidak langsung yang lain

adalah akses atau keterjangkauan anak dan keluarga terhadap air bersih dan

pelayanan kesehatan yang baik seperti imunisasi, pemeriksaan kehamilan,

penimbangan anak, pendidikan kesehatan dan gizi serta sarana kesehatan. Sering

kali, pokok masalah di masyarakat adalah kurangnya pemberdayaan keluarga dan

kurangnya pemanfaatan sumber daya masyarakat berkaitan dengan berbagai faktor

Page 18: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

5

langsung maupun tidak langsung sehingga akan menurunkan tingkat pendidikan,

pengetahuan dan ketrampilan (Supariasa dalam Siti, 2008).

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat kita rumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses produksi tambak bandeng di Desa Bakaran Kulon,

Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati? Dan apakah hasil produksi tambak

bandeng diperuntukkan pada kebutuhan subsisten atau pada kebutuhan

pasar?

2. Seberapa sering konsumsi ikan bandeng pada anak petani tambak di Desa

Bakaran Kulon Kecamatan Juwana Kabupaten Pati? Dan bagaimana

pengetahuan petani tambak tentang kesehatan anak terkait dengan

kecukupan gizi?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tulisan ini bertujuan untuk melihat bagaimana petani tambak bandeng dalam

hal pemberian gizi (protein) kepada anak dan pengetahuan petani tambak bandeng

tentang kesehatan anak di Desa Bakaran Kulon, Kecamatan Juwana kabupaten

Pati. Penelitian ini juga didalami dengan menganalisa aspek ekonomi, sosial

budaya dan permasalahan kesehatan yang berkenaan dengan asupan protein anak

dan permasalahan kesehatan anak. Selain itu diharapkan nantinya penelitian ini

akan menjadi tambahan literatur untuk penelitian selanjutnya.

Page 19: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

6

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui seberapa sering konsumsi ikan bandeng pada

anak petani tambak yang berkesinambungan dengan permasalahan

kesehatan anak petani tambak bandeng di Kecamatan Juawana

Kabupaten Pati.

b. Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan petani tambak bandeng

tentang kesehatan anak mereka.

1.4 Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah penelitian atau tulisan terdahulu yang menjadi tolok

ukur atau referensi yang cukup penting bagi penelitian ini. Menurut Cooper dalam

Creswell (2013, p. 40) Tinjauan pustaka memiliki beberapa tujuan utama:

menginformasikan kepada pembaca hasil hasil penelitian lain yang berkaitan erat

dengan penelitian yang dilakukan saat ini, menghubungkan penelitian dengan

literatur-literatur yang ada, dan mengisi celah-celah dalam penelitian-penelitian

sebelumnya. Diharapkan nantinya, kekurangan kekurangan dalam penelitian

terdahulu dapat dilengkapi dalam penelitian ini.

Kajian pustaka yang pertama pada penelitian ini adalah skripsi yang berjudul

Kontribusi Sosial Budaya Penyebab Malnutrisi pada Balita di keluarga Nelayan

(Studi pada Keluarga Nelayan di Kelurahan Keteguhan Kecamatan Teluk Betung

Barat Kota Bandar Lampung) oleh Trisia Dian Agustina (2010). Penelitian ini

menganalisis kontribusi sosial budaya penyebab malnutrisi pada balita di keluarga

nelayan yang dilihat dari budaya makan, prioritas makan, pola konsumsi dan

Page 20: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

7

distribusi, kepercayaan, mitos, dan tahayul di Kota Bandar Lampung. Masalah gizi

pada anak-anak atau balita yang terjadi selama ini penanggulangannya hanya

dilakukan melalui pendekatan secara medis (bidang kedokteran) dan pelayanan

kesehatan saja tanpa melihat aspek sosial budaya yang ada di dalam masyarakat.

Perlu disadari bahwa masalah gizi juga dipengaruhi oleh budaya, keadaan ini

merupakan realitas yang dapat dilihat pada kehidupan masyarakat. Permasalahan

dalam penelitian ini adalah bagaimana kontribusi sosial budaya penyebab malnutrisi

pada balita di keluarga nelayan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

kontribusi sosial budaya penyebab manutrisi pada balita di keluarga nelayan. Untuk

memperoleh dan mengolah data yang diterima di lapangan maka penelitian ini

menggunakan tipe penelitian kualitatif, objeknya adalah manusia. Objek itu diteliti

dalam kondisi sebagaimana adanya atau dalam keadaan sewajarnya dan secara

naturalistik (natural setting). Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara

mendalam yang didukung pula dengan melakukan observasi dan dokumentasi di

lapangan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi

data, penyajian data, dan mengambil kesimpulan atau verifikasi. Sumber informasi

atas data diambil secara purposive, yaitu dengan mendasarkan pada informan yang

bersangkutan dan bersedia memberikan data. Hasil penelitian di lapangan

memperlihatkan bahwa dalam kasus malnutrisi harus memperhatikan aspek sosial

budaya yang di dalam penelitian ini memberikan dominasi terhadap terjadinya

malnutrisi. Kemiskinan tidak bisa dilepaskan dari unsur-unsur lainnya, dalam

kehidupan masyarakat, bahwa kemiskinan tidak berdiri sendiri namun didukung

oleh unsur-unsur lainnya sehingga kemiskinan menjadi kebudayaan kemiskinan.

Page 21: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

8

Kontribusi sosial budaya yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah budaya

makan, prioritas makan, pola konsumsi dan distribusi, kepercayaan, mitos, dan

tahayul.

Kajian Pustaka yang kedua adalah skripsi yang berjudul Pengaruh Orang

Tua terhadap Pemberian Gizi pada Anak Balita (Study Deskriptif di Desa Girsang.

Kec. Girsang Sipangan Bolon Parapat) oleh Christon.R.E.Sihombing (Sihombing,

2010). Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan atau mengungkapkan

bagaimana pengaruh orang tua terhadap pemberian gizi pada anak balita di Desa

Girsang Kecamatan Girsang Sipangan Bolon Parapat. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa faktor ekonomi rumah tangga di Desa Girsang masih rendah,

mereka bekerja sebagai petani dengan lahan yang kurang serta pengetahuan tentang

teknologi yang canggih dalam segi pertanian masih minim sehingga pendapatan

ataupun hasil yang mereka dapat sangatlah rendah atau bahkan tidak dapat

mencukupi kebutuhan keluarga mereka, sedangkan mengenai gizi pada anak balita

di desa Girsang ini juga termasuk dalam kategori kurang gizi di mana dalam

peningkatan gizi balita sosial ekonomi sangatlah berperan selain kesibukan orang

tua dalam mencari nafkah sudah merupakan faktor utama penyebab kurang gizi

yang dialami anak balita tersebut dan berdasarkan hasil penelitian di atas maka

disarankan agar semua pihak terutama keluarga berpartisiasi untuk meningkatkan

upaya pencegahan terjadinya kurang gizi pada anak, di antaranya dengan

pembinaan dan pemberdayaan keluarga yang memiliki risiko kurang gizi pada

anak. Pemberdayaan dan pembinaan keluarga ini dapat dilakukan oleh puskesmas

setempat dengan melibatkan perawat kesehatan komunitas. Selain itu perlu

Page 22: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

9

dilakukan informasi tentang gizi untuk meningkatkan pengetahuan keluarga

khususnya ibu yang kurang mengerti asupan nutrisi dan tentang akan gizi, cara

pengolahan dan pemilihan bahan makanan yang baik pada anak.

1.5 Kerangka Teori

Teori merupakan seperangkat konstruk atau variabel yang saling

berhubungan, yang berasosiasi dengan proposisi atau hipotesis yang memperinci

hubungan antarvariabel (Creswell, 2013). Teori yang digunakan dapat menjadi

inspirasi dan membantu dalam proses analisis. Penelitian ini merupakan penelitian

kualitatif dan dalam penelitian kualitatif, teori berperan sebagai penjelasan awal

tentang perspektif bagi penelitian dan terkadang pula justru dihasilkan selama

penelitian itu berlangsung (Creswell, 2013). Penelitian ini menggunakan teori

Foster/Anderson dalam bukunya yang berjudul Antropologi Kesehatan

(terjemahan), buku ini membahas tentang permasalahan kesehatan.

Foster dan Anderson mengatakan dalam bukunya (Foster/Anderson, 2013,

hal 311) dari 4 bilyun di dunia, ratusan orang menderita gizi buruk. Banyak dari

masalah kekurangan gizi berasal dari ketidakmampuan negara-negara non industri

untuk menghasilkan cukup makanan untuk memenuhi kebutuhan penduduk mereka

yang berkembang. Banyak dari masalah juga tergantung pada kepercayaan-

kepercayaan yang keliru, dan yang terdapat di mana-mana, mengenai hubungan

antara makanan dan kesehatan, dan juga tergantung pada kepercayaaan-

kepercayaan, pantangan-pantangan, dan upacara-upacara yang mencegah orang

memanfaatkan sebaik-baiknya makanan yang tersedia bagi mereka.

Page 23: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

10

Foster dan Anderson (2013) membagi dua aspek penting dalam memandang

antropologi gizi (1) sifat sosial, budaya dan psikologi dari makanan (yaitu peranan-

peranan sosial-budaya dari makanan, yang berbeda dengan peranan-peranan gizi),

dan (2) cara-cara dimana dimensi-dimensi sosial-budaya dan psikologis dari

makanan berkaitan dengan masalah gizi yang cukup, terutama pada masyarakat

tradisional.

a. Makanan dalam Konteks Budaya

Menurut Foster dan Anderson (2013) kebiasaan makan sebagai suatu

kompleks kegiatan masak-memasak, masalah kesukaan dan ketidaksukaan, kearifan

rakyat, kepercayaan-kepercayaan, pantangan-pantangan dan tahayul yang berkaitan

dengan produksi, persiapan dan konsumsi makanan. Dan, sebagai suatu kategori

budaya yang penting, ahli-ahli antropologi melihat makanan mempengaruhi dan

berkaitan dengan banyak kategori budaya lainnya.

b. Kebudayaan Menentukan Makanan

Budaya ikut serta dalam proses menentukan makanan, sebagai suatu gejala

budaya makanan bukanlah semata-mata suatu produk organik dengan kualitas-

kualitas biokimia, yang dapat dipakai oleh organisma yang hidup, termasuk

manusia, untuk mempertahankan hidup (Foster/Anderson, 2013). Lebih tepat, bagi

para anggota tiap masyarakat, makanan dibentuk secara budaya; bagi sesuatu yang

akan dimakan, ia memerlukan pengesahan budaya dan keaslian. Tidak ada suatu

kelompok pun, bahkan pada saat kelaparan akut, akan mempergunakan makanan

(gizi) untuk dimakan. Karena pantangan agama, tahayul, kepercayaan tentang

Page 24: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

11

kesehatan, dan peristiwa yang kebetulan dalam sejarah ada bahan makanan yang

bergizi yang tidak boleh dimakan mereka klasifikasikan “bukan makanan”.

Selanjutnya pilihan pribadi lebih mengurangi variasi makanan yang disantap

oleh individu. Makanan yang digemari dari kecil maka akan berdampak juga pada

makanan yang digemari pada saat dewasa (Foster/Anderson, 2013).

Makanan bergizi yang diberikan pada saat masih kecil akan menjadikan seseorang

gemar memakan makanan bergizi tersebut. Jadi dengan adanya pantangan agama,

tahayul, akan menjadikan kegemaran makanan bergizi tersebut hilang, karena pada

saat kecil sudah dilarang memakan makanan tersebut dan akan berputar terus-

menerus seperti itu.

Pola makan yang diatur secara budaya membentuk penyesuaian fisiologi,

yang memunculkan reaksi berupa nafsu makan dan rasa lapar (Foster/Anderson,

2013). Nafsu makan, yang merupakan konsep budaya yang berbeda-beda pada tiap

masyarakat, muncul sebagai akibat reaksi fisiologi. Rasa lapar merupakan keadaan

tubuh yang tidak mendapat nutrien yang diperlukan, sehingga menimbulkan

keadaan fisiologi pada saat makan. Setiap masyarakat, dengan menggunakan

kebudayaannya, mengenal berbagai klasifikasi makanan. Dasar klasifikasi

makanan itu antara lain adalah jenis, kuantitas, kualitas, cara penyiapan, maupun

penyajian. Makanan secara budaya dapat berperan secara simbolik. Makanan

merupakan ungkapan ikatan kehidupan sosial, karena perolehan (produksi)

makanan itu tidak dapat dilakukan secara individual. Secara sosial, makanan

merupakan ungkapan kasih sayang, perhatian, maupun persahabatan. Budaya

Page 25: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

12

balas-membalas dalam pemberian dan penerimaan makanan merupakan ungkapan

ikatan sosial yang tidak dapat diremehkan (Foster/Anderson, 2013).

Kementrian kesehatan (2014), Pola makan merupakan perilaku paling

penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi. Hal ini disebabkan karena

kuantitas dan kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi akan

mempengaruhi tingkat kesehatan individu dan masyarakat. Agar tubuh tetap sehat

dan terhindar dari berbagai penyakit kronis atau penyakit tidak menular terkait gizi,

maka pola makan masyarakat perlu ditingkatkan ke arah konsumsi gizi seimbang.

Keadaan gizi yang baik dapat meningkatkan kesehatan individu dan masyarakat.

Gizi yang optimal sangat penting untuk pertumbuhan normal serta perkembangan

fisik dan kecerdasan bayi, anak-anak, serta seluruh kelompok umur. Gizi yang baik

membuat berat badan normal atau sehat, tubuh tidak mudah terkena penyakit

infeksi, produktivitas kerja meningkat serta terlindung dari penyakit kronis dan

kematian dini.

Kualitas atau mutu gizi dan kelengkapan zat gizi dipengaruhi oleh

keragaman jenis pangan yang dikonsumsi. Semakin beragam jenis pangan yang

dikonsumsi semakin mudah untuk memenuhi kebutuhan gizi. Bahkan semakin

beragam pangan yang dikonsumsi semakin mudah tubuh memperoleh berbagai zat

lainnya yang bermanfaat bagi kesehatan. Oleh karena itu konsumsi anekaragam

pangan merupakan salah satu anjuran penting dalam mewujudkan gizi seimbang.

Cara menerapkan pesan ini adalah dengan mengonsumsi lima kelompok pangan

setiap hari atau setiap kali makan. Kelima kelompok pangan tersebut adalah

makanan pokok, lauk-pauk, sayuran, buah-buahan dan minuman. Mengonsumsi

Page 26: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

13

lebih dari satu jenis untuk setiap kelompok makanan (makanan pokok, lauk pauk,

sayuran dan buah-buahan) setiap kali makan akan lebih baik. Lauk pauk terdiri dari

pangan sumber protein hewani dan pangan sumber protein nabati. Kelompok

pangan lauk pauk sumber protein hewani meliputi daging ruminansia (daging sapi,

daging kambing, dll), daging unggas (daging ayam, daging bebek dll), ikan

termasuk seafood, telur dan susu. Kelompok pangan lauk pauk sumber protein

nabati meliputi kacang-kacangan dan hasil olahnya seperti kedele menjadi tahu dan

tempe.

Kementrian kesehatan juga mengklasifikasikan gizi seimbang menurut usia:

1. Gizi Seimbang untuk Anak usia 2-5 tahun

Kebutuhan zat gizi anak pada usia 2-5 tahun meningkat karena masih berada pada

masa pertumbuhan cepat dan aktivitasnya tinggi. Demikian juga anak sudah

mempunyai pilihan terhadap makanan yang disukai termasuk makanan jajanan.

Oleh karena itu jumlah dan variasi makanan harus mendapatkan perhatian secara

khusus dari ibu atau pengasuh anak, terutama dalam “memenangkan” pilihan anak

agar memilih makanan yang bergizi seimbang. Disamping itu anak pada usia ini

sering keluar rumah sehingga mudah terkena penyakit infeksi dan kecacingan,

sehingga perilaku hidup bersih perlu dibiasakan untuk mencegahnya.

2. Gizi Seimbang untuk Anak 6-9 tahun

Anak pada kelompok usia ini merupakan anak yang sudah memasuki masa sekolah

dan banyak bermain diluar, sehingga pengaruh kawan, tawaran makanan jajanan,

aktivitas yang tinggi dan keterpaparan terhadap sumber penyakit infeksi menjadi

Page 27: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

14

tinggi. Sebagian anak usia 6-9 tahun sudah mulai memasuki masa pertumbuhan

cepat pra-pubertas, sehingga kebutuhan terhadap zat gizi mulai meningkat secara

bermakna. Oleh karenanya, pemberian makanan dengan gizi seimbang untuk anak

pada kelompok usia ini harus memperhitungkan kondisi-kondisi tersebut diatas.

3. Gizi Seimbang untuk Remaja (10-19 tahun)

Kelompok ini adalah kelompok usia peralihan dari anak-anak menjadi remaja muda

sampai dewasa. Kondisi penting yang berpengaruh terhadap kebutuhan zat gizi

kelompok ini adalah pertumbuhan cepat memasuki usia pubertas, kebiasaan jajan,

menstruasi dan perhatian terhadap penampilan fisik “Body image” pada remaja.

Dengan demikian perhitungan terhadap kebutuhan zat gizi pada kelompok ini harus

memperhatikan kondisi-kondisi tersebut.

1.6 Metode Penelitan

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang menggunakan

metode etnografi dalam mengkajinya. Penggunaan metode etnografi dalam

penelitian ini diharapkan mampu membantu peneliti dalam mendeskripsikan

temuan-temuan lapangan tentang pengetahuan kesehatan petani tambak bandeng

terhadap cakupan gizi anak. Metode etnografi dipilih karena peneliti mempunyai

waktu yang cukup untuk terjun langsung ke masyarakat guna memperoleh data

yang kita inginkan. Hal ini sesuai dengan pengertian etnografi bahwa tulisan atau

laporan tentang suatu suku bangsa yang ditulis oleh seorang antropolog atas hasil

penelitian lapangan (Field work) selama sekian bulan (Spradley, 2006).

Page 28: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

15

1.6.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitan ini berada di Desa Bakaran Kulon, Kec. Juwana ,

Kab. Pati. Pemilihan lokasi penelitian ini sangat penting untuk bisa

membantu menjawab rumusan masalah dengan mudah dan mendapatkan

data yang akurat juga sesuai. Secara administratif Desa Bakaran Kulon

termasuk dalam wilayah Kecamatan Juwana Kabupaten Pati Provinsi Jawa

Tengah, dengan batas-batas sebagai berikut:

- Sebelah Utara : Laut Jawa

- Sebelah Timur : Desa Bakaran Wetan

- Sebelah Selatan : Desa Margo Mulyo

- Sebelah Barat : Desa Langgen Harjo

Desa Bakaran Kulon memiliki wilayah seluas 444,4 hektar yang

terdiri atas 16 RT dan 5 RW. Secara garis besar tata guna lahan Desa

Bakaran Kulon dibagi menjadi tiga bagian yaitu sawah, pemukiman, dan

tambak. (sumber: Profile Desa Bakaran Kulon)

1.6.2 Pemilihan Informan

Metode pemilihan informan untuk penelitian kali ini dengan cara

menentukan informan kunci dan informan tambahan sesuai cerita yang

diinginkan peneliti setelah melakukan observasi untuk membuat data yang

didapatkan lebih fokus. Menurut Spradley (Spradley, 2006, p. 65) terdapat

lima syarat minimal dalam memilih informan yang baik, yaitu: enkulturasi

penuh pada sebuah kebudayaan, keterlibatan langsung, suasana budaya

yang tidak dikenal, waktu yang cukup dan non analitis.

Page 29: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

16

Setelah memahami karakteristik informan menurut Spradley (2007),

sasaran informan yang akan dijadikan sumber data adalah:

1. Beberapa rumah tangga yang bekerja sebagai petani tambak dan

mempunyai anak kecil

2. Warga yang sudah lama bermukim di tambak bandeng Juwana (desa

Bakaran Kulon) dan bisa dikategorikan sebagai warga asli.

3. Pemerintahan atau lembaga yang ada di sekitar tambak bandeng Juwana

(desa Bakaran Kulon) seperti kepala desa, ketua RT, ketua RW,

pengurus tambak Bandeng.

4. Pemerintah atau lembaga kesehatan yang ada di desa Bakaran Kulon

seperti Puskesmas, Posyandu, dll.

Pemilihan informan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang

sesuai demi menjawab rumusan masalah. Selain itu, informan kunci

yang telah ditetapkan kriterianya adalah orang yang memahami

kebudayaan sekitar dan mengerti aspek-aspek kehidupan sekitar.

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Menurut Bungin (2007:115) observasi adalah metode pengumpulan

data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui

pengamatan dan pengindraan. Penulis mengamati melalui indra terhadap

masyarakat mulai dari aktivitas mereka sehari-hari, dan mencari unsur-

unsur yang ada di dalamnya sebagai culture sharing, yakni perilaku-

Page 30: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

17

perilaku yang beradasarkan ide-ide atau gagasan manusia dalam

membentuk suatu kebudayaan.

Dalam tahapan observasi ini peneliti membangun raport kepada

informan, hal ini dilakukan agar informan bisa memberikan data yang

diharapkan oleh peneliti. Peneliti mengobservasi petani tambak bandeng

dan peneliti akan mengikuti kegiatan sehari-hari petani tambak bandeng

guna mendapatkan data yang diharapkan.

b. Wawancara Mendalam kepada Informan

Wawancara atau interview ditujukan untuk mendapatkan keterangan

atau pendirian secara lisan dari seorang informan (Koenjaranigrat,

1977:129). Wawancara mendalam biasanya dinamakan wawancara baku

etnografi atau wawancara kualitatif. Teknik wawancara mendalam

dilakukan dengan santai, dan informal. Wawancara mendalam dilakukan

untuk memperoleh data yang menyeluruh dan lebih bermanfaat

(Endraswara,2006:214). Penelitian ini menggunakan dua teknik wawancara

yang dilakukan yaitu teknik wawancara terstruktur dan juga wawancara

tidak terstruktur. Wawancara terstruktur merupakan teknik pengumpulan

data, bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang

diperoleh. Dalam hal ini dalam menggunakan wawancara terstruktur

peneliti harus menyiapkan pertanyaan utama yang merupakan pokok

penting dalam pencarian data. Wawancara tidak terstruktur adalah

wawancara bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara

yang telah tersusun secara sistematis melalui pertanyaan-pertanyaan yang

Page 31: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

18

telah dibangun pada wawancara terstruktur (Sugiyono, 2008:138-140).

Peneliti menggunakan jenis wawancara terstruktur, karena dengan

menggunakan wawancara terstruktur data yang dicari tidak keluar batas dan

sesuai ruang lingkup topik penelitian.

c. Dokumentasi

Dokumentasi dirasa penting bagi peneliti karena sebagi bukti secara

visual yang mana untuk melengkapi kebenaran dari data yang tertulis yang

sudah ada. Dokumentasi lapangan dibutuhkan dalam rangka mencari suatu

arsip data dalam penelitian ini. Seperti foto-foto, dan rekaman suara dalam

wawancara kepada informan, dokumen yang bersifat audio tersebut,

digunakan peneliti dengan maksud untuk memperjelas dari data yang

diperoleh sebelumnya.

1.6.4 Teknik Analisis Data

Untuk memudahkan peneliti dalam menganalisis data, maka terdapat beberapa

tahap yang digunakan dalam analisis data seperti yang dijelaskan oleh Spradley

(2006). Adapun tahap-tahap yang dilakukan sebagai berikut:

1. Memilih masalah: umumnya penelitian etnografi dimulai dengan

permasalahan umum yang sama. Pemasalahan dipersempit menjadi isu atau

topik yang diangkat. Isu tersebut telah terangkum dalam rumusan masalah

yang telah dijelaskan di atas. Dalam pemilihan masalah penelitian,

permasalahan yang diambil pada penilitian kali ini adalah mengenai

kesehatan petani tambak bandeng. Permasalahan kesehatan yang ada pada

Page 32: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

19

petani tambak bandeng menjadi menarik jika dikaji melalui konsep atau

perilaku sehat dari sudut pandang petani tersebut.

2. Mengumpulkan data kebudayaan: Pada tahap ini peneliti melakukan

wawancara dengan mengajukan pertanyaan deskriptif, sturktural serta

kontras. Hal ini dilakukan agar mendapat informasi serta data yang sesuai

dengan topik permasalahan dalam penelitian ini. Mengumpulkan data

kebudayaan merupakan cara yang dilakukan peneliti dalam melihat

bagaimana budaya-budaya yang ada di dalam lingkungan petani tersebut.

Kebudayaan-kebudayaan itu dapat dilihat dari segi kebiasaan, adat istiadat,

serta kepercayaan yang ada di lingkungan petani tambak bandeng.

3. Menganalisis data kebudayaan: Pada bagian ini memeriksa ulang data yang

didapat ketika turun lapangan. Dalam tahap ini, setiap item data beri tanda.

Hal ini di lakukan agar mudah untuk mencari hubungan satu sama lain, baik

dalam wujud makna atau simbol-simbol tersebut. Setelah mendapatkan

data-data mengenai kebudayaan yang ada pada kehidupan penambang

nantinya data tersebut dapat memberikan gambaran bagaimana kehidupan

budaya yang terjadi pada petani tambak bandeng.

4. Menulis etnografis: Pada bagian ini proses temuan data yang didapat di

lapangan dideskripsikan dalam sebuah hubungan antara data dengan konsep

atau teori yang digunakan.

Page 33: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

20

1.7 Pedoman Wawancara:

a. Setiap panen upah yang didapat berapa pak/bu?

b. Setelah tambak bandeng ini panen, hasil bandengnya langsung dijual

semua atau sebagian untuk dimasak di rumah?

c. Kenapa dijual semua (kalau jawaban dijual semua)?

d. Seberapa banyak yang untuk dimasak di rumah? Dan untuk lauk makan

berapa hari?

e. Menu untuk makan sehari-hari bapak/ibu sekeluarga apa?

f. Bapak/ibu sering tidak memberi makan anak anda ikan bandeng?

g. Di desa Bakaran Kulon ini sering tidak diadakan imunisasi? Anak

bapak/ibu sudah diimunisasi belum?

h. Ibu sering atau tidak menyuruh anak ibu makan ketika anak ibu main

sampai lupa waktu untuk makan?

i. Apa yang ibu lakukan ketika anak ibu jatuh sakit?

j. Anak-anak balita di desa ini sering terkena penyakit apa?

k. Apakah Ibu mengunjungi POSYANDU ketika anak masih balita?

Seberapa sering? Mengapa?

l. Berapa umur anak bapak/ibu yang terkecil saat ini? Apakah berat

tersebut sesuai dengan grafik yang disarankan oleh puskesmas?

Menurut bapak/ibu mengapa sesuai/tidak sesuai? Apa penyebabnya?

(peneliti juga melakukan observasi apakah kira-kira anak tersebut

underweight atau normal)

Page 34: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

21

m. Apakah anak ibu pernah mengalami cacingan? Seberapa sering? Jika

pernah, apa usaha yang dilakukan untuk menyembuhkan? Apa

penyebab kecacingan? (peneliti juga melakukan observasi apakah ada

tanda-tanda cacingan, yaitu perut anak yang buncit dan tangan serta kaki

sangat kurus)

n. Menurut bapak/ibu, berat badan yang ideal untuk anak itu seberapa?

Apakah sering memantau berat badan anak? Bagaimana caranya? Jika

berat terlalu rendah/tinggi, apa yang dilakukan?

o. Menurut bapak/ibu, makanan yang baik untuk kesehatan anak bapak/ibu

itu yang bagaimana? Mengapa itu dikatakan terbaik? Apakah makanan

terbaik itu telah dilakukan? Seberapa sering dikonsumsi? Mengapa?

p. Menurut bapak/ibu, jenis makanan paling banyak yang harus

dikonsumsi anak itu apa? Apakah nasi? Roti? Ikan? Daging sapi?

Ayam? Ikan? Telur? Seberapa porsi nasi yang diberikan pada waktu

makan? Seberapa sering mengkonsumsi daging sapi/ayam/telur?

(peneliti melakukan diobservasi terlebih dahulu sewaktu anak makan,

sehingga sesudah ditanya tidak menyebabkan perubahan perilaku secara

sengaja

Page 35: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

22

Page 36: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1 Letak Geografis dan Demografi Desa Bakaran Kulon, Kecamatan

Juwana, Kabupaten Pati

Desa Bakaran Kulon merupakan salah satu Desa di Kecamatan Juwana

Kabupaten Pati Propinsi Jawa Tengah, secara geografis terletak di 6˚42' 50,05'' -

6˚39'52,43'' LS dan 111˚ 06' 01.71'' - 111˚ 11' 06.33”. Desa Bakaran Kulon

mempunyai 5 (lima) RW dan 16 RT dengan luas wilayah 767,5 Ha, atau sebesar

11,93% dari luas wilayah Kecamatan Juwana Kabupaten Pati.

Desa Bakaran Kulon terletak di ketinggian + 2 m di atas permukaan laut beriklim

tropis-panas. Adapun Batas Wilayah Desa Bakaran Kulon, meliputi:

Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa

Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Margomulyo, Kec. Juwana

Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Langenharjo Kec. Juwana

Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bakaran Wetan

2.1.1 Pengunaan Lahan & Wilayah

Pola penggunaan lahan pada suatu wilayah merupakan manifestasi

hubungan antara manusia dengan lingkungan. Polarisasi dan intensitas penggunaan

lahan tersebut juga merupakan indikator yang mencerminkan aktivitas utama dalam

tingkat penguasaan teknologi penduduk dalam mengeksploitasi sumberdaya lahan

sekaligus mencerminkan karakteristik potensi wilayah yang bersangkutan.

Page 37: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

Penggunaan lahan di Desa Bakara Kulon sebagian besar digunakan sebagai

lahan terbangun untuk permukiman, perdagangan dan jasa. Lahan non bangunan

adalah pekarangan, tambak, makam, dan lapangan. Gambar 2.1 adalah gambar luas

masing-masing guna lahan.

Gambar 2.1 Peta Administratif Desa Bakaran Kulon

(Sumber: Desa Bakaran Kulon)

Page 38: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

Gambar 2.2 Peta Administratif Pembagian Wilayah Desa Bakaran Kulon

(Sumber : Desa Bakaran Kulon)

Dari total Luas wilayah Desa Bakaran Kulon, 81 % merupakan Daerah

Tambak, yaitu seluas 629 Ha, 12% Sawah seluas 89 Ha & untuk Area Permukiman

Penduduk hanya sebesar 7% seluas 49,5 Ha.

Area pemukiman penduduk di Desa Bakaran Kulon relatif padat penduduk,

secara administratif pembagian wilayah Desa Bakaran Kulon adalah seperti pada

tabel 2.1.

Page 39: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

Tabel 2.1 Jumlah Rw dan Rt Desa Bakaran Kulon

No RW. 01 RW. 02 RW. 03 RW. 04 RW. 05

1 RT. 01 RW.

01

RT. 01 RW.

02

RT. 01 RW.

03

RT. 01 RW.

04

RT. 01 RW.

05

2 RT. 02 RW.

01

RT. 02 RW.

02

RT. 02 RW.

03

RT. 02 RW.

04

RT. 02 RW.

05

3 RT. 03 RW.

01

RT. 03 RW.

02

RT. 03 RW.

03

RT. 03 RW.

04

RT. 03 RW.

05

4 RT. 04 RW.

02

Sumber : Desa Bakaran Kulon

2.2. KEPENDUDUKAN

Jumlah Penduduk Desa Bakaran Kulon sebesar 6.790 Jiwa, terdiri dari

3.422 laki-laki & 3.348 perempuan, sedangkan untuk penduduk dewasanya

berjumlah 5.173 Jiwa, yang terdiri dari 2.108 Kepala Keluarga. Jumlah penduduk

tersebut tersebar dalam 16 RT, jumlah penduduk masing-masing basis (RT) dapat

dilihat pada tabel 2.2.

Page 40: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Desa Bakaran Kulon

No RT Jumlah

Penduduk (jiwa)

Jumlah

KK

1 RT. 01 RW. 01 772 245

2 RT. 02 RW. 01 637 193

3 RT. 03 RW. 01 376 112

4 RT. 01 RW. 02 207 65

5 RT. 02 RW. 02 269 83

6 RT. 03 RW. 02 424 127

7 RT. 04 RW. 02 373 113

8 RT. 01 RW. 03 294 87

9 RT. 02 RW. 03 357 109

10 RT. 03 RW. 03 381 121

11 RT. 01 RW. 04 464 150

12 RT. 02 RW. 04 372 114

13 RT. 03 RW. 04 431 138

14 RT. 01 RW. 05 829 261

15 RT. 02 RW. 05 430 137

16 RT. 03 RW. 05 174 53

Jumlah 6790 2108

Sumber : Desa Bakaran Kulon

2.2.1. JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN

Jumlah penduduk laki laki di Desa Bakaran Kulon lebih banyak dibanding

jumlah penduduk perempuan dengan prosentase 50,1 % dan penduduk perempuan

49,9 %. Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di tiap-tiap RT dapat dilihat

pada tabel 2.3.

Page 41: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Desa Bakaran Kulon

No RT Jumlah Laki

Laki

Jumlah

Perempuan

Jumlah

Penduduk

1 RT. 01 RW. 01 397 375 772

2 RT. 02 RW. 01 340 297 637

3 RT. 03 RW. 01 175 201 376

4 RT. 01 RW. 02 100 107 207

5 RT. 02 RW. 02 141 128 269

6 RT. 03 RW. 02 215 209 424

7 RT. 04 RW. 02 175 198 373

8 RT. 01 RW. 03 147 147 294

9 RT. 02 RW. 03 175 182 357

10 RT. 03 RW. 03 195 186 381

11 RT. 01 RW. 04 243 221 464

12 RT. 02 RW. 04 184 188 372

13 RT. 03 RW. 04 220 211 431

14 RT. 01 RW. 05 422 407 829

15 RT. 02 RW. 05 225 205 430

16 RT. 03 RW. 05 88 86 174

Jumlah 3442 3348 6790

Sumber : Desa Bakaran Kulon

2.2.2. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Penduduk usia kerja adalah penduduk usia 17 tahun keatas. Jenis

pekerjaan di Desa Bakaran Kulon, dominan pada jenis mata pencaharian

wiraswasta dan sektor Pertanian/ Tambak. Berikut disajikan data mata pencaharian

penduduk Desa Bakaran Kulon, sebagaimana tabel 2.4.

Page 42: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

Tabel 2.4 Mata Pencaharian Penduduk Desa Bakaran Kulon

No Jenis Pekerjaan Jumlah

1 Wiraswasta 1808

2 Pertanian & Tambak 1049

3 Mengurus Rumah Tangga 569

4 Pedagang 225

5 Buruh Harian Lepas 203

6 Karyawan Swasta 179

7 Guru 77

8 Pegawai Negeri Sipil 29

9 Perdagangan 22

10 Perangkat Desa 9

11 Nelayan/Perikanan 8

12 Karyawan Honorer 6

13 Pensiunan 6

14 Apoteker 3

15 Tukang Las/Pandai Besi 1

16 Tukang Jahit 1

Sumber : Desa bakaran Kulon

2.2.3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan warga menunjukkan tingkat kesejahteraan, semakin

tinggi kesejahteraan warga maka semakin tinggi tingkat pendidikannya. Selain

dipengaruhi oleh rendahnya kesejahteraan, rendahnya tingkat pendidikan juga

dipengaruhi oleh pola pikir masyarakat yang belum sadar akan pentingnya

pendidikan.

Page 43: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

Sebagian besar warga Desa Bakaran Kulon memiliki pendidikan

setingkat SD/ sederajat sebesar 38%, sebagian yang lain menyusul adalah SMA

(15%), SMP (13%), Tidak Tamat SD (12%), & Diploma/ Sarjana (5%). Berikut

disajikan data Jumlah Penduduk berdasarkan Pendidikan Desa Bakaran Kulon,

sebagaimana tabel 2.5.

Tabel 2.5 Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Bakaran Kulon

No Tingkat Pendidikan Jumlah %

1 Tidak/ Belum Sekolah 1.130 16,6%

2 Tidak Tamat SD 841 12,4%

3 Tamat SD/ Sederajat 2.617 38,6%

4 SLTP/ Sederajat 895 13,2%

5 SLTA/ Sederajat 1.017 15,0%

6 Diploma I/II 22 0,3%

7 Diploma III/ S. Muda 107 1,6%

8 Diploma IV/ Strata I 158 2,3%

JUMLAH 6.787 100,0%

Sumber : Desa Bakaran Kulon

Berdasarkan dari data tersebut, bisa ditarik kesimpulan bahwa tingkat

pendidikan penduduk di Desa Bakaran Kulon relatif masih rendah, yaitu sekitar

51% masih berpendidikan Sekolah Dasar dan Tidak Tamat SD. Kondisi tersebut

banyak dijumpai pada penduduk yang mempunyai usia di atas 46 tahun ke atas.

Sejak era tahun 1990an penduduk di Desa Bakaran Kulon sudah mempunyai

kesadaran untuk menyekolahkan anak sampai ke jenjang yang lebih tinggi bahkan

Page 44: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

sampai tingkat sarjana, dengan harapan bisa mempunyai pola pikir yang maju dan

dapat menjadi lebih sejahtera (wawancara dengan perangkat desa bakaran kulon)

Page 45: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

BAB III

KEGIATAN PETANI TAMBAK BANDENG DAN POLA KEHIDUPAN

3.1 Kegiatan Petani Tambak Bandeng

3.1.1 Proses Bertani Tambak Bandeng

Desa Bakaran Kulon merupakan desa yang berbatasan langsung dengan

laut, maka dari itu potensi perikanan di daerah ini sangat baik terutama tambak

bandeng. Potensi inilah mengakibatkan banyak warga yang memilih menjadi petani

tambak bandeng. Tambak bandeng ini dilakukan secara turun-temurun dari

keluarga, orang tua yang dulunya petani tambak bandeng akan mewariskan

tambaknya untuk dikelola sang anak. Hal ini yang menjadikan budidaya bandeng

ini tetap bertahan sampai saat ini.

Selain pewarisan tambak, petani juga sewa tambak bandeng kepada saudara

atau orang lain. Pada saudara ini maksudnya petani memiliki adik atau kakak yang

juga mendapat warisan tambak bandeng. Sang adik atau kakak ini tidak mau bekerja

sebagai petani tambak bandeng, sehingga tambaknya disewa untuk dikerjakan oleh

saudaranya yang berprofesi sebagai petani. Harga sewa tambak menurut Pak

Roikan (36 tahun) sekitar 10-20 juta rupiah per hektar per tahun. Apabila tambak

disewakan tentu pemilik asli tidak memiliki hak atas bandeng walaupun mereka

adalah saudara sekandung.

Ketika petani sudah mendapatkan lokasi atau tambak yang cocok, hal

pertama yang dilakukan petani adalah mengeringkan tanah pada tambak tersebut.

Hal ini dilakukan untuk membuang gas beracun dari tanah, membuang sisa-sisa

Page 46: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

makanan bandeng yang mengendap di tanah, untuk membuang kotoran bandeng

yang lama, mempercepat proses penguraian dan menaikan pH tanah. Pengeringan

kolam ini memakan waktu sekitar 1-2 minggu tergantung panas matahari (cuaca).

Setelah benar-benar kering kemudian diisi air, biasanya para petani mengambil air

dari sungai dekat kolam bandeng. Kolam di dekat kolam ini langsung menuju laut,

sehingga menghasilkan air payau dan mempunyai kandungan yang cukup dan

cocok digunakan untuk pembudidayaan bandeng. Setelah air diisikan ke

tambak/kolam para petani menunggu sekitar 3-5 hari, hal ini dikarenakan agar

kandungan air di dalam kolam bisa stabil dan mulai munculnya plankton sebagai

tambahan makanan ikan bandeng. Dalam proses itu juga para petani mulai

melakukan pemupukan dengan memberikan cairan kimia yang diharapkan untuk

membunuh parasit yang ada di dalam kolam.

Gambar 3.1 Proses Pengeringan Tambak (Dokumentasi Pribadi)

Page 47: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

Setelah proses pemberian air, tahap selanjutnya nener (bibit ikan bandeng)

dimasukkan ke kolam. Memasukkan nener ini juga membutuhkan proses, para

petani biasanya memasukkan nener menunggu air kolam hingga warna kehijauan,

ketika air berwarna sedikit kehijauan maka plankton dan lumut sudah mulai

tumbuh, hal tersebut diharapkan ikan akan dapat asupan makan dari plankton dan

lumut tersebut. Memasukkan nener biasanya dilakukan pada sore hari atau pada

saat matahari terbenam mulai pukul 5-6 sore, karena pada pukul 5-6 sore kondisi

perubahan suhu tidak mencolok, parameter air dan lingkungan tidak banyak

berubah hal ini mengakibatkan bibit ikan bisa beradaptasi.

Gambar 3.2 Kolam Siap Ditebar Nener (dokumentasi pribadi)

Setelah nener sudah ditebar petani, maka proses pembudidayaan mulai

dilakukan. Perawatan ikan bandeng dari mulai masih bibit (nener) hingga siap

Page 48: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

konsumsi, ikan konsumsi biasanya memiliki berat 200-250gram per ikan, atau

dalam 1kg ikan bandeng berisi 4-6 ekor ikan bandeng. Untuk mencapai ikan dengan

ukuran tersebut dibutuhkan waktu 4-5 bulan tergantung dari cara pembudidayaan.

Cara pembudidayaan ikan bandeng di desa Bakaran Kulon menggunakan semi

modern atau semi intensif. Menurut pak roykan (35th) ketua petani tambak bandeng

desa bakaran kulon.

“kalau cara pembudidayaan biasanya ada 3 jenis, modern atau intensif, semi

modern atau semi intensif dan tradisional, namun di desa ini para petani hanya

menggunakan yang semi intensif. Karena kalau menggunakan yang modern modal

yang dikeluarkan cukup besar, memang hasil panen dan masa panen bagus dan

cepat. Pembeda antara modern atau intensif, semi modern atau semi intensif dan

tradisional adalah kalau modern menggunakan kincir untuk tambahan oksigen

ikan, pemberian pakan dan pupuk (mes dan tetes tebu) bisa 4-5 kali dalam sehari.

Kalau semi modern tidak menggunakan kincir, tapi tetap menggunakan pupuk

(mes dan tetes tebu) untuk campuran pakan, pemberian makan sehari 2-3 kali.

Sedangkan untuk tradisional, cukup menggunakan pakan pelet saja. Cara bertani

ini tentu akan berbeda hasilnya, penggunaan cara modern biasanya hanya

memakan waktu 3 bulan dan sudah siap untuk dipanen, semi modern memakan

waktu 4-5 bulan, sedangkan untuk tradisional akan memakan waktu lebih dari 6

bulan untuk panen.

3.1.2 Aktivitas Sehari-hari Petani Tambak Bandeng

Petani tambak bandeng setiap hari berangkat pada pukul 08.00 wib untuk

menuju ke tambak yang jaraknya sekitar 2-5 kilometer, setelah sampai di tambak

para petani langsung menuju ke gubuk (tempat penyimpanan pakan ikan). Satu

kolam biasanya dikerjakan oleh 1-3 orang petani untuk kegiatan sehari-hari, hal

tersebut tergantung dengan luas kolam. Jika kolam lebarnya 2-3 hektar maka cukup

untuk dilakukan oleh satu orang petani, namun jika kolam lebih dari 5 hektar maka

akan dikerjakan oleh 2-3 orang untuk pemberian makan dan mengatur kondisi

Page 49: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

kolam. Pada pukul 08.00 wib, tugas petani adalah meracik pakan ikan, racikan

pakan terdiri dari mes (obat kimia untuk penggemukan ikan), tetes tebu (limbah dari

pabrik gula) dan pelet ikan (makanan utama ikan). Pertama-tama pelet satu ember

dicampur dengan mes secukupnya dan diberi tetes secukupnya kemudian dicampur

hingga rata dan diberikan langsung ke ikan. Setelah memberi makan ikan kemudian

petani membersihkan sekitar kolam. Pemberian makan ini dilakukan secara rutin

setiap pagi, siang dan sore.

Gambar 3.3 Proses Meracik Pakan Ikan Bandeng (Dokumentasi Pribadi)

Page 50: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

Gambar 3.5 Pakan Hasil Racikan (Dokumentasi Pribadi)

Teknik pemberian makan ikan bandeng cukup unik, petani akan

menggendong ember yang berisikan pakan, dan membawa tongkat yang di

pucuknya diberi potongan botol sebagai alat untuk menebar pakan. Petani akan

jalan mengelilingi tambak sambil menebar pakan. Satu kali pemberian pakan

biasanya petani menghabiskan 20 kg pelet yang sudah dicampur dengan mes dan

tetes tebu.

Page 51: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

Gambar 3.6 Teknik Memberian Makan Ikan Bandeng (Dokumentasi Pribadi)

3.1.3 Proses Panen dan Penghasilan Petani Tambak

Sebelum melakukan proses panen, petani akan mengambil sampel ikan

untuk mengetahui seberapa besar ikan yang ada di kolam, ikan yang siap untuk

panen berusia 4-5 bulan. Setelah bobot ikan dirasa cukup maka petani akan

memanen ikan tersebut. Proses panen memakan banyak tenaga kerja, pemilik

tambak akan mempekerjakan petani lain untuk membantu proses panen. Biasanya

dalam sekali panen pemilik tambak akan mempekerjakan 20 orang petani. Jadi

Page 52: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

untuk kegiatan rutin pembudidayaan membutuhkan 3 orang termasuk pemilik

tambak yang ikut bekerja, dalam kegiatan panen membutuhkan 20 orang petani.

Petani yang dipanggil untuk proses panen akan dibayar sebesar Rp.65.000 dan

pemilik akan memberikan sedikit hasil panen ikan kepada orang yang membantu

panen.

Sekali panen biasanya 1 hektar kolam akan menghasilkan 1 ton ikan

bandeng. Per kilogram ikan bandeng dihargai Rp.13.000-Rp.16.000 tergantung

besar kecilnya ikan. Rata-rata pemilik tambak memiliki tambak lebih dari 2 hektar,

untuk sekali panen rata-rata petani bisa mendapatkan keuntungan lebih dari 500 juta

rupiah. Di balik keuntungan yang besar proses produksi juga memakan banyak

uang, menurut Pak Roykan (35).

“ya kalau keuntungan tergantung besar kecilnya ikan, biasanya kita jual seharga

Rp 13.000 – Rp. 16.000 dan saya punya kolam sebesar 6 hektar, jadi yaa sekitar

ratusan hingga milliaran mas. Tapi biaya produksi belum keitung, untuk pakan aja

satu hari 3 sak dan satu sak harganya Rp. 200.000 mas. Terus belum lagi biaya

untuk bayar para petani, sehari Rp. 65.000, saya punya 2 petani mas. Jadi untuk

biaya bisa setengah bahkan ¾ dari hasil panen.”

Ketika mau memasuki masa panen, petani menghubungi tengkulak untuk proses

jual-beli ikan. Tengkulak inilah yang akan membeli ikan di tambak dan kemudian

menjualnya lagi di pasar, tempat produksi rumahan maupun pabrik di pusat oleh-

oleh yang berhubungan dengan bandeng. Bandeng ini juga dikirim ke luar kota di

area Jawa Tengah, misal di Semarang, bahkan di Semarang memakai brand

bandeng Juwana pada oleh-oleh kota Semarang. Brand bandeng presto Juwana

menunjukkan kalau bandeng yang dimasak dan di jual itu berasal dari Kecamatan

Juwana, Kabupaten Pati.

Page 53: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

3.2 Menjaga Kesehatan Medis dan Pengetahuan Tentang Gizi

Pengetahuan tentang cara menjaga kesehatan para petani tambak bandeng

sangatlah minim, penyakit yang sangat banyak dihadapi petani adalah penyakit

kulit, dari mulai panu, kadas, dan kutu air. Petani tambak bandeng pada saat bekerja

kebanyakan tidak memakai baju, dan terkadang hanya menggunakan celana dalam.

Cuaca yang sangat panas dan kerja yang sangat memeras keringat akan

mengakibatkan panu. Selain itu ketika membersihkan kolam mereka harus

menceburkan diri ke dalam kolam. Kebanyakan petani meninggalkan baju untuk

kerja mereka di dalam gubuk, dan baju itu selalu dipakai pada saat bertani tambak

bandeng. Baju yang mereka gunakan itu terkadang lebih dari satu minggu tidak

dicuci, padahal baju tersebut sudah mereka pakai untuk masuk ke kolam dan basah.

Pada saat mereka bertani, asupan makanan mereka adalah mie instan yang dimasak

di gubuk dekat kolam, para petani ini tidak pernah mencuci piring yang mereka

gunakan untuk makan dengan sabun. Para petani hanya mencuci piring mereka

dengan air kolam dan diusap dengan tangan, mereka beranggapan tidak akan mati

walaupun makan dengan piring yang tidak dicuci dengan sabun.

Ancaman petani saat bekerja adalah terkena gigitan ular, di kawasan

tambak sangat banyak ular baik yang berbisa maupun tidak berbisa. Perlu kehati-

hatian dalam saat bekerja ditambah lagi para petani tidak memiliki asuransi

kesehatan. Jadi pada saat ada kecelakaan pada saat bekerja biaya akan ditanggung

petani dan dibantu oleh pemilik tambak. Sarana kesehatan medis yang ada di Desa

Bakaran kulon adalah puskesmas yang terletak di desa Growong lor. Puskesmas ini

yang digunakan petani dan keluarga petani jika mengalami gangguan kesehatan.

Page 54: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

3.2.1 Pengetahuan tentang Gizi Bandeng untuk Anak

“Banyak yang ngomong orang Juwana itu pintar-pintar” (Pak Roykan, 3

april 2017. pukul 19.25 wib). Di daerah Kabupaten Pati terkenal dengan julukan

orang Juwana pintar-pintar, karena di Kecamatan Juwana berbatasan langsung

dengan laut, dan di daerah Kecamatan Juwana kebanyakan masyarakatnya bekerja

sebagai nelayan dan bertani tambak baik tambak bandeng, udan, nila, dan garam.

Hasil ikan di daerah Kecamatan Juwana sangat melimpah, dan banyak orang di

daerah Kabupaten Pati berfikiran konsumsi utama masyarakat Juwana adalah ikan.

Maka dari itu banyak yang beranggapan bahwa orang Juwana itu pintar-pintar.

Ikan yang ada di tambak hanya untuk di jual, dan tidak untuk dikonsumsi

oleh keluarga. Keluarga petani akan memakan ikan bandeng jika mereka tidak

punya uang untuk membeli bahan makanan. Walaupun mereka bisa mengambil

ikan di tambak, namun jika tidak terdesak mereka tidak akan makan ikan dari

tambak. Para petani dan istri petani beralasan mereka dan anak mereka sudah bosan

untuk makan ikan bandeng. Kata mereka sering melihat ikannya namun jarang

memakannya, karena cukup melihat saja sudah bosan untuk memakannya. Istri

petani malas memasak ikan bandeng karena ketika dia masak ikan bandeng anaknya

akan minta disuapin, anaknya tidak bisa makan sendiri karena banyak durinya. Jadi

menurut istri para petani ketika mereka masak ikan bandeng pekerjaan mereka akan

banyak.

Page 55: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

Adanya mitos tentang makan ikan dari hasil tambak juga berpengaruh, menurut Pak

Roykan (35):

“dahulu ketika saya kecil dan waktu itu tambak ini masih milik mbahku mas,

memang tidak boleh makan ikan dari tambak. Menurut mbahku kalau makan ikan

dari tambak sendiri rejekinya akan seret. Sekarang sudah mulai berubah mas,

sekarang sudah bebas mau makan ikan dari kolam sendiri tidak apa-apa, tapi ada

syarat untuk memakan ikan dari kolam sendiri. Kalau mau makan dari kolam kita

sendiri, sisik ikan bandeng tidak boleh dihilangkan, jadi harus dimasak deng sisik-

sisiknya mas. Kalau sisiknya dibuang itu rejekinya seret akan mas”

Adanya syarat yang harus dilakukan jika memakan bandeng dari tambak milik

sendiri ini juga menjadi alasan para keluarga petani tidak makan bandeng dari hasil

tambak sendiri. Mereka takut kalau rejeki mereka akan seret jika mereka makan

bandeng dari hasil tambak mereka sendiri.

Para pemilik tambak bandeng kebanyakan lulusan dari bangku perkuliahan,

dan mereka paham jika bandeng adalah ikan yang mengandung banyak gizi. Namun

menurut para petani dan pemilik tambak bandeng adalah bandeng penghasil uang

bagi kehidupan mereka bukan untuk konsumsi. Kalau untuk urusan pemenuhan

gizi, mereka lebih sering memakan telur, ayam dan ikan (selain bandeng) yang

mereka beli dipasar. Tidak jarang disela-sela kegiatan bekerja memberi makan dan

membersihkan tambak, para petani menjaring ikan di sungai dekat tambak untuk

mereka bawa pulang dan dimasak. Ikan yang sering mereka dapat ketika menjaring

adalah ikan lundu/keting. Kegiatan mencari ikan di sungai tidak setiap hari mereka

lakukan, dan tidak setiap mereka menjaring akan mendapatkan ikan.

Page 56: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu
Page 57: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

BAB IV

PANDANGAN KELUARGA DAN KONSUMSI IKAN BANDENG PADA

ANAK PETANI TAMBAK

4.1 Kehidupan Keluarga Petani Tambak

Keluarga adalah lingkungan di mana beberapa orang yang masih memiliki

hubungan darah dan bersatu. Definisi ini menunjukkan sesuatu yang penting

tentang ikatan kehidupan dan hubungan yang legal. Keluarga didefinisikan sebagai

sekumpulan orang yang tinggal dalam satu rumah yang masih mempunyai

hubungan kekerabatan/hubungan darah karena perkawinan, kelahiran, adopsi dan

lain sebagainya. Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum

menikah disebut keluarga batih. Sebagai unit pergaulan terkecil yang hidup dalam

masyarakat, keluarga batih mempunyai peranan-peranan tertentu, yaitu (Soerjono,

2004: 23).1

Pertama, keluarga batih memiliki peranan sebagi pelindung bagi pribadi-

pribadi yang menjadi anggota (suami, istri dan anak), di mana ketentraman dan

ketertiban diperoleh dalam wadah tersebut. kedua, Keluarga batih merupakan

tempat menumbuhkan dasar-dasar bagi kaidah-kaidah pergaulan hidup. Ketiga,

Keluarga batih merupakan wadah di mana manusia mengalami proses sosialisasi

awal, yakni suatu proses di mana manusia mempelajari dan mematuhi kaidah-

kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Terakhir/ keempat, yang juga

1 Soerjono Soekanto. 2004. Sosiologi Keluarga, Tentang Ikhwal Keluarga,Remaja dan Anak. Cetakan Ketiga. Jakarta: Rineka Cipta.

Page 58: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

menjadi poin utama dalam pembahasan penelitian ini adalah Keluarga batih

merupakan unit sosial-ekonomis yang secara materil memenuhi kebutuhan

anggotanya.

Dari pengertian tersebut kiranya dapat dilihat bahwa keluarga memiliki

peranan awal sosial-ekonomis dalam tatanan organisasi sosial terkecil masyarakat.

Setiap anggota keluarga yaitu bapak/suami, kemudian Istri dan anak. Mengadakan

strategi atau mekanisme tertentu guna mencapai peranan tersebut. hal ini-lah

kemudian juga membentuk batas-batas fungsi antar tiap anggota keluarga itu

sendiri. Misalnya berbicara tentang keluarga Jawa pada umumnya, dimana posisi

bapak/suami lebih dilekatkan pada posisi publik (pencari nafkah), sedangkan istri

bertugas untuk mengurus kebutuhan Domestik.

Keadaan tersebut nampaknya juga masih bertahan hingga saat ini.

Penelitian ini menemukan bahwa pada umumnya seorang bapak pergi bekerja

mencari nafkah (sebagai petani tambak) memiliki frekuensi keberadaannya yang

cukup minim di rumah. Hal ini mengakibatkan hubungan antara ibu dan anak lebih

menonjol. Seorang ibu mempunyai tanggung jawab yang pertama terhadap anak

karena ibu yang paling dekat dengan anak. Seorang ibu yang mengandung,

melahirkan, menyusui, mengasuh, serta membesarkan anak mempunyai kedekatan

yang intim dengan anaknya. Dalam hal ini, ibu yang paling tahu mengenai keadaan

anak. Oleh karena itu, ibu mempunyai tanggung jawab yang pertama dan utama

terhadap anak.

“... nek urusan omah yo mboke cah-cah mas, ngerti dewe aku mulai isuk sampek

sore kadang yo sampek maghrib nang tambak. Mboke sng ngurusi cah-cah iku

Page 59: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

mas. Aku ketemu anak-anak ku paling bengi tok mas. Nek isuk anakku sekolah aku

mangkat neng tambak, nek mboke kan bendino nang omah mulai isuk sampek isuk

maneh. Dadi iso ngurusi sekolahe cah-cah, ngurusi mangan ben dino.”

(... kalau urusan rumah itu urusan ibunya anak-anak mas, tau sendiri saya mulai

pagi sampai sore kadang juga sampai maghrib di tambak. Istri saya yang bagian

mengurus anak-anak mas. Saya ketemu anak-anak setiap malam aja mas. Kalau

pagi anak saya berangkat sekolah sedangkan saya berangkat ke tambak, kalau istri

setiap hari di rumah mulai dari pagi sampai pagi lagi. Jadi bisa mengurus

sekolahnya anak-anak, mengurus makan setiap hari.)

Di lain hal, posisi bapak/suami sebagai pencari nafkah secara tidak sadar

juga memposisikan istri pengatur keuangan keluarga. Seorang istri yang memiliki

intensitas di rumah lebih banyak serta mengasuh anak, akhirnya juga bertugas

sebagai pengatur keungan keluarga. Ia membuat perencanaan sesuai dengan

kebutuhan keluarga. Seorang ibu (istri) membuat skala prioritas atas kebutuhan

mana yang didahulukan atau pilihan-pilihan konsumsi setiap harinya.

Logika ini berdasar bahwa semua kebutuhan terpenuhi maka manusia mencari

pilihan yang tepat untuk memenuhi kebutuhannya. Di dalam mengalokasikan

sumber daya dan barang sebagai alat pemuas kebutuhan harus dilakukan secermat

mungkin agar pengalokasian tersebut dapat memenuhi kebutuhan.

“... bapake cah-cah ngekeki duit yo pas panen mas, panene olehe piro biasane di

kekne aku separo, sing separo di nggo biaya tambak maneh. Duit sing dikekno aku

iki di enggo 6 ulan mas pokoke di nggo sampe bapake panen maneh. Duit iki di

enggo kebutuhan bendino mas, yo koyok di enggo sangune cah-cah, di enggo bayar

listrik, di enggo bayar reno-reno mas”

(...suami saya ngasih uang ya pada saat panen mas, panen dapat uang berapa

biasanya yang separuh dikasikan ke saya, yang separuh lagi untuk biaya tambak.

Uang yang dikasihkan ke saya itu untuk biaya kebutuhan selama 6 bulan pokoknya

sampai panen lagi. Uang ini untuk kehidupan sehari-hari, seperti untuk uang saku

anak-anak sekolah, buat bayar listri dan kebutuhan lain.)

Page 60: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

4.2 Alasan Masyarakat Tidak mengkonsumsi Bandeng

Nampaknya sebagian besar para petani Tambak juga berusaha mengikuti pola

gaya hidup global yang terutama berasal dari gaya hidup negara-negara maju. Gaya

hidup dari luar ini di antaranya ada yang bersifat positif, seperti pendidikan,

pemakaian benda-benda elektronik, telepon, kelengkapan isi rumahtangga, dan

kebutuhan terhadap rekreasi. Namun demikian untuk memenuhi gaya hidup yang

demikian, petani butuh biaya yang lebih besar. Akibatnya kini mereka lebih

memilih hasil produksi pertanian tambak yang ia miliki (bandeng) menjadi uang

guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut.

Para petani tambak di desa Bakaran Kulon, amat minim untuk

memprioritaskan bandeng hasil produksi mereka sebagai makanan (lauk-pauk)

dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini disebabkan karena Bandeng yang memiliki

nilai ekonomis cukup tinggi, hasil pertanian tambak mereka yaitu ikan bandeng

lebih dipilih untuk di rupakan menjadi “uang”.

Pada konteks ini uang dirasa lebih fleksibel untuk me manage kebutuhan

keluarga tiap hari-nya, seperti pendidikan, pemakaian benda-benda elektronik,

telepon, kelengkapan isi rumahtangga, dan sejenisnya. Ketika ikan bandeng sudah

di rupakan menjadi uang ia semacam terbebas dari fungsi utamanya yaitu “bahan

pangan”. Peleburan tersebut menjadikannya memiliki fungsi yang tidak terbatas

lagi. Artinya ia juga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan lain,

selain kebutuhan konsusmsi/pangan.

Page 61: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

“... bandeng iki yo di dol kabeh mas, duite di enggo kebutuhan liyane, koyok di enggo

bayar sekolah, bayar listrik, sangune cah-cah sekolah mas. Nek di pangan dewe yo

gak bathi mas, dadi yo kabeh di dol. Saiki mosok bayar listrik, bayar sekolah, anak-

anakku ape sangu bandeng mas, kan yo tetep sangu duit mas, hehe (tertawa)”

(...bandeng ini ya di jual semua mas, uangnya di pakai untuk kebutuhan lainnya,

seperti bayar sekolah anak-anak, bayar listrik, dan uang saku anak-anak sekolah mas.

Kalau dimakan sendiri ya tidak dapet untung mas, jadi ya dijual semua mas.

Sekarang gini masak bayar listrik, bayar sekolah, uang saku anak-anak mau dikasih

bandeng, kan ya tetap pakai uang mas, hehe (tertawa))

Pandangan tersebut juga diperkuat dari mitos masyarakat setempat yang

menceritakan bahwa:

“... ndisek pas aku iseh cilik, tambak iki iseh mbahku sing duwe mas, pancen gak

oleh mangan iwak soko tambake dewe, jarene mbahku nek mangan iwak soko

tambake dewe marai rejeki seret, Saiki wes berubah mas, saiki oleh jupuk iwak,

bebas jupuk iwak soko kolam, tapi enek syarate nek ape mangan iwak soko kolame

dewe. Nek ape mangan iwak soko tambake dewe iku sisike gak oleh di ilangi, dadi

yo dimasak sak sisike mas, nek sisike dibuak marai rejeki seret mas.”

(...dahulu ketika saya kecil, waktu itu tambak ini masih milik mbahku mas,

memang tidak boleh makan ikan dari tambak. Menurut mbahku kalau makan ikan

dari tambak sendiri rejekinya akan seret. Sekarang sudah mulai berubah mas,

sekarang sudah bebas mau makan ikan dari kolam sendiri tidak apa-apa, tapi ada

syarat untuk memakan ikan dari kolam sendiri. Kalau mau makan dari kolam kita

sendiri, sisik ikan bandeng tidak boleh dihilangkan, jadi harus dimasak sekalian

sisiknya mas. Kalau sisiknya di buang itu rejeki kita akan seret mas)

Adapuan orang-orang Desa Bakar Kulon, diperbolehkan untuk

mengkonsumsi bandeng adalah ketika mereka benar-benar dalam posisi terjepit.

Misalnya, ketika pada saat tidak ada lauk-pauk sama sekali. Jika dilogika pada

mitos diatas, ketika bandeng diambil terus menerus untuk konsumsi, maka

pendapatan mereka akan berkurang, hal tersebut tersirat pada kata rejeki akan

seret. Adanya pantangan yang harus dilakukan yaitu dengan mengolah bandeng

hasil dari tambak namun sisik tidak boleh dihilangkan. Hal ini menjadikan bandeng

Page 62: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

akan susah dimakan, dan rasa akan tidak enak untuk dimakan. Dalam konteks ini

mitos berfungsi untuk meminimalisir agar bandeng tidak berlebihan dikonsumsi

secara pribadi.

Secara logika ikan bandeng yang berada di tambak jika dikonsumsi untuk

kebutuhan pangan tidak akan habis, maksudnya jika untuk kebutuhan pangan

mungkin hanya dalam volume yang sedikit, namun yang jadi permasalahan adalah

mitos ini merupakan hal yang sakral dan telah menjadi keputusan bersama,

sehingga mengakibatkan para keluarga petani enggan untuk mengambil ikan

bandeng dari tambak, karena mereka percaya jika mengambil ikan dari tambak

rejekinya akan seret.

Pada konteks ini Marvin Harris juga menjelaskan tentang tabu dalam

memakan sapi di India dan babi di masyarakat Timur Tengah. Harris menyatakan

bahwa sapi memainkan fungsi vital dalam konteks ekologi dan ekonomi orang

India, fingsi yang hanya dapat dipertahankan kalau sapi tetap dibiarkan hidup.

Kotoran sapi adalah sangat berharga bagi petani India, ia berfungsi sebagai pupuk

untuk ladang mereka, sebagai bahan bakar dalam memasak, dan bila dicampur

dengan air untuk merekatkan, dapat dijadikan bahan lantai rumah mereka. Tetapi

peran yang jauh lebih berguna yang dimainkan sapi adalah sebagai binatang penarik

dalam pembajakan ladang. Karena petani India tidak dapat membeli traktor, sapi

merupakan satu-satunya alat yang dapat mereka pakai untuk membajak.

Sebagaimana dinyatakan Harris secara empatik, para petani India yang pada masa

berat tertentu, tergoda untuk menyembelih sapi mereka untuk makanan ternyata

menyengsarakan mereka sendiri, karena mereka tidak akan pernah dapat membajak

Page 63: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

lagi. Untuk menjaga kelestarian sapi di India, maka mereka menganggap bahwa

sapi ini suci (Sanderson, 2011)2

Sama halnya dengan teori Marvin Harris, ikan bandeng di Desa Bakaran

Kulon menurut norma di kehidupan para petani adalah sebagai makanan yang ‘tidak

patut’ untuk dikonsumsi, karena ikan bandeng ini adalah sumber ekonomi

masyarakat petani tambak. Ikan bandeng yang dipilih untuk dirupakan menjadi

uang, dirasa oleh masyarakat akan lebih menguntungkan efisiensinya untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan rumah tangga yang lain seperti; membayar listrik,

sekolah anak-anak mereka, dan sebagainya. Pada posisi terjepit masyarakat

Bakaran Kulon juga akan tergoda mengkonsumsi ikan bandeng, namun ternyata hal

ini mereka anggap malah semakin menyengsarakan diri mereka sendiri. Ketika

mereka mengkonsusmsi ikan bandeng, anak mereka akan cenderung lebih manja;

anak-anak tersebut akan meminta ibunya untuk selalu menyuapinya, ketika makan

dengan lauk ikan bandeng.

Hal tersebut menunjukan bahwa terdapat anggapan, ketika ikan bandeng di

konsumsi maka penghasilan mereka akan berkurang. Maka dari itu untuk menekan

konsumsi ikan bandeng dibutuhkan “mitos” yang sakral dan dihormati oleh para

petani tambak bandeng. Mitos ini agaknya berkaitan erat dengan strategi

masyarakat untuk menjaga populasi bandeng, agar tetap terjaga sebagai “barang

dagangan”. Ketika Ikan bandeng konsumsi secara berlebihan, tentu akan

berpengaruh terhadap hasil ekonomis mereka di tiap masa panen. Boleh jadi ikan

2 http://web.unair.ac.id. Sanderson, Stephen K. (2011). “Topik Khusus: Sapi yang Suci dan Babi yang

Menjijikkan”, dalam Makrososiologi (edisi kedua) (terj.). Jakarta: RajaGrafindo Persada. Diakses: 04 Januari 2018

Page 64: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

bandeng dari segi kesehatan/ konsep medis secara akademis memiliki nilai Gizi

yang tinggi, namun untuk sampai pada tataran makanan tersebut dipilih untuk

dimakan ia juga harus melewati proses norma dari suatu kebudayaan tertentu.

4.3 Pandangan Ibu terhadap Kecukupan Gizi Anak

Makanan memegang peranan penting dalam memenuhi asupan dan

kebutuhan zat gizi seorang anak. Kebutuhan makanan anak berbeda dengan

kebutuhan makanan orang dewasa karena makanan bagi anak dibutuhkan juga

untuk pertumbuhan, di mana dipengaruhi oleh ketahanan makanan keluarga

(Soetjiningsih, 2000).3

Pada konteks demikian, anggota keluarga yang paling dekat pada anak adalah

ibu. Ia merupakan orang yang pertama yang mengajarkan cara berbicara, cara

menghitung jari di tangan, dan cara mengekspresikan rasa kasih sayang dan simpati

pada orang lain. Berkembangnya ide feminisme yang begitu pesat beberapa waktu

terakhir ini, terasa pengaruhnya terhadap cara pandang masyarakat terhadap peran

ibu. Peran ibu dianggap tidak produktif karena tidak menghasilkan materi.

Beberapa pihak cenderung mengganggap peran ibu mendomestikasi perempuan

dan menempatkan perempuan dalam posisi inferior.

Fakta membuktikan bahwa Ibu memainkan peran yang penting di dalam

mengajarkan cara makan yang baik dan benar dan waktu yang tepat untuk makan.

Ibu berperan dalam pemilihan dan menentukan makanan yang boleh dikonsumsi

3 Soetjiningsih. 2000. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.

Page 65: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

anak atau makanan yang akan dihidangkan seperti jenis-jenis makanan, contohnya

sayur-sayuran, buah-buahan, susu dll.

Ibu sebagai pengasuh mempunyai peran yang penting dalam hal yang

berkaitan dengan makanan, mulai dari penyusunan menu makanan, pembelian,

pemberian makanan pada anak, pola makan anak dan frekwensi makan anak.

Kesemuanya itu sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak (Soegeng,

2001).4

Penelitian ini menemukan bahwa sebagian besar keluarga petani tambak

bandeng, amat jarang mengkonsumsi ikan Bandeng. Padahal diketahui Bandeng

memiliki nilai gizi yang tinggi. Ikan bandeng merupakan sumber protein hewani

yang tinggi, menyediakan vitamin B kompleks yang berfungsi menghasilkan energi

yang digunakan untuk fungsi organ tubuh khususnya jantung, otak, paru-paru dan

ginjal. Ikan bandeng juga memiliki manfaat untuk tubuh manusia di antaranya dapat

mencegah penyakit jantung koroner dan menurunkan kolesterol. Ikan bandeng

mengandung lemak tak jenuh yang lumayan banyak dan baik bagi kesehatan

jantung manusia (lemak omega 3). Asam lemak omega 3 juga baik untuk anak-

anak, lemak omega 3 dibutuhkan untuk perkembangan otak dan perkembangan

jantung bagi anak.5

Adapun faktor yang melatarbekalangi hal ini adalah pengaruh sosial-budaya

masyarakat setempat. Para ibu/istri petani tambak bandeng enggan untuk

4 Soegeng, dr. 2004. Kesehatan Dan Gizi. Jakarta : Rineka Cipta 5 www.Kompas.com. Kus Anna, Lusiana. (2015). Bandeng Sumber Gizi Penting Bagi Tubuh. Diakses: 21 November 2017

Page 66: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

menjadikan ikan bandeng sebagai makanan konsumtif keluarga dan anak mereka.

Disamping karena alasan ikan bandeng miliki nilai ekonomis yang besar

(sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya). Para ibu “jarang”

mengkonsumsikan ikan Bandeng kepada anaknya juga disebabkan karena

pandangan tersendiri tentang “anak yang sehat dan tidak sehat”.

Pemaknaan mengenai “anak yang sehat” (atau berkecukupan gizinya) lebih

dilekatkan pada kondisi di mana anak “berpostur gemuk/ tidak kurus”. Untuk

mencapai hal tersebut para ibu biasanya akan menekan frekwensi makan anak-

anaknya. Para anak diharuskan makan setiap harinya sebanyak 3 kali yaitu pertama

pada waktu pagi antara pukul 06:30 s.d 08:00, kedua Siang antara pukul 12:00 s.d

13:00, dan ketiga adalah pada saat malam hari antara pukul, 18:00 s.d 19:00.

“... cah-cah nek isuk sak durunge mangkat sekolah mesti sarapan mas, nek awan

paling tuku neng sekolah tapi yo gak mesti, kadang yo pas muleh sekolah lagi

mangan, bengi jam 6 bar maghrib mangan maneh mas.”

(... anak-anak kalau pagi sebelum berangkat ke sekolah musti sarapan mas, kalau

siang paling beli makan di sekolah, tapi tidak selalu beli di sekolah, kadang pulang

sekolah baru makan siang, malem jam 6 setelah maghrib biasanya makan lagi mas”)

Ibu mengontrol porsi dan waktu makan anak-anak mereka, pada tiap waktu

tersebut ibu akan memarahi anak-anak mereka, jika makanan yang disajikan tidak

dihabiskan. Bahkan tidak jarang pula, muncul semacam ancaman kepada anak

(terkesan bersikap otoriter), ibu akan menegur bahwa jika mereka tidak

menghabiskan makanan tersebut mereka akan kurus dan itu artinya akan sakit/ tidak

sehat.

“...manganmu entek no kono lho, sawangen awakmu kuru iku lho, loro kuwe engko”

(makan kamu habiskan sana, lihat badanmu kurus itu, sakit kamu nanti). Kata-kata

ini secara tidak sengaja peneliti temukan pada saat observasi.

Page 67: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

Hal ini nampaknya akan bertolak belakang dengan pandangan medis secara

umum, (Sudjatmoko, 2011) mengemukakan bahwa Orangtua yang terlalu mengatur

atau otoriter (controlling) akan menghambat regulasi proses makan anak secara

mandiri sehingga mereka cenderung kelebihan berat badan. Bila anak menolak

menghabiskan porsi makan mereka, sebaiknya piring makan diangkat, tanpa

disertai komentar. Diharapkan pada jam makan berikutnya anak akan menikmati

menu yang disajikan karena perut yang lapar. Tindakan tersebut merupakan hal

tersulit bagi orangtua dibanding anak mereka.

Faktor lainnya, mengenai pandangan terhadap kecukupan gizi anak adalah

keadaan responsif orang tua. Pada konteks ini para ibu berpandangan bahwa

meskipun ikan Bandeng memiliki nilai gizi yang tinggi namun mereka enggan

untuk menyajikan makanan ini kepada anak-anaknya.

Perlu diketahui bahwa para petani Tambak Bandeng di desa Bakar Kulon

sebenarnya juga hanya pada tataran penyediaan bahan mentah, masih belum

berbentuk olahan. Jika mengkonsumsi bandeng yang masih mentah, akan dirasa

sulit atau repot pada saat proses pengolahannya. Bandeng memperlukan proses

presto untuk “melunakkan” duri-duri nya yang cenderung lebih banyak dari pada

jenis ikan yang lain.

Ketika anak diberikan makan dengan lauk ikan bandeng, mereka akan

menjadi lebih manja (selalu meminta untuk disuapi ketika makan). Anak cenderung

tidak nyaman dengan keadaan memakan ikan bandeng yang berduri banyak.

Umumnya para ibu tidak bisa menolak hal ini. Oleh karena itu untuk meminimalisir

Page 68: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

keadaan tersebut para ibu biasanya akan mengkonsumsi ikan bandeng hanya pada

saat keadaan ekonomi benar-benar sulit. Jika saat pendapatan ekonominya lebih

baik, para ibu akan lebih mengutamakan mengkonsumsi jenis bahan makanan yang

lain, seperti tempe, tahu, ayam atau ikan selain ikan bandeng (yang berduri lebih

sedikit).

“.. anakku emoh mangan bandeng mas, soale akih erine, bocahe gak iso mangan

dewe mesti njaluk didulang. Ibuke dewe yo males masak bandeng, soale anake males

mangan dewe iku mau, masio anakku wes SMP nek pas ibuke masak bandeng tetep

njaluk didulang.”

(... anakku tidak mau makan bandeng mas, soalnya banyak durinya, anakku gak bisa

makan sendiri dan musti minta untuk di suapi. Istriku juga malas untuk masak

bandeng, soalnya anakku gak bisa makan sendiri, walaupun anakku sudah SMP

kalau ibunya masak bandeng tetep minta disuapi)

Kutipan wawancara di atas menyatakan bahwa seorang anak selalu minta

disuapi makan ketika ibu masak ikan bandeng walaupun anaknya sudah SMP.

Padahal anak yang sudah di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) seharusnya

tidak patut untuk disuapi oleh orang tuanya (ibu) lagi. Klasifikasi usia menurut

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2009), masa balita (0 – 5 tahun), masa

kanak-kanak (5 – 11 tahun), masa remaja Awal (12 – 1 6 tahun). Masa balita dan

masa kanak-kanak masih membutuhkan suapan makanan dari orang tua, sedangkan

masa remaja awal seharusnya sudah makan sendiri. Namun dalam kondisi ini anak

yang berada di remaja awal masih minta disuapi orang tuanya pada saat makan ikan

bandeng dengan alasan banyak duri.

Menurut medis tindakan ini akan menjadikan sifat orang tua menjadi

responsive, orang tua (ibu) akan selalu berada dekat dengan anaknya, berpotensi

Page 69: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

memunculkan prilaku untuk selalu merespon keinginan anak. Penolakan anak

terhadap salah satu jenis makanan dan kemudian orang tua selalu menuruti hal

tersebut, bisa mengakibatkan orang tua memiliki perhatian terlalu berlebih. Bagi

anak, dengan cara menolak makan, anak akan mendapat perhatian yang

diinginkannya. Pada akhirnya anak akan hanya memakan, makanan yang

diinginkannya saja, terlepas apakah makanan tersebut mengandung gizi yang baik

atau tidak (Sudjatmoko, 2011).

Selanjutnya yang terakhir adalah para ibu berpandangan bahwa anak yang

gizinya sudah cukup adalah mereka yang secara kasat mata terlihat gemuk, berat

badannya naik, dan sejenisnya. Anak yang gemuk diangggap lucu, menggemaskan,

sehat dan membanggakan orang tuanya. Padahal secara medis hal ini belum tentu

dapat menjadi indikator utama bahwa anak tersebut berkecukupan gizinya. Bahkan

sebaliknya indikator tersebut malah menjadi permasalahan kesehatan lainnya

misalnya obesitas. Obesitas pada anak dapat meningkatkan resiko timbulnya

berbagai gangguan kesehatan, seperti kencing manis, hipertensi, penyakit jantung,

gangguan pernafasan, dan mempengaruhi hubungan sosial anak dengan teman

sebayanya ( Tanto, 2013)

Page 70: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari rumusan masalah penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa:

Pertama, anak petani tambak sangat jarang makan ikan bandeng. Hal ini

dikarenakan beberapa faktor diantaranya: 1) Ibu (istri petani) malas untuk memasak

ikan bandeng karena ketika mereka masak ikan bandeng anak mereka menjadi

manja dan minta untuk disuapi makan walapun anak mereka sudah menginjak

remaja. Anak petani tambak tidak bisa makan ikan bandeng karena ikan bandeng

banyak duri. 2) Para petani tambak tidak memprioritaskan bandeng hasil produksi

mereka sebagai makanan (lauk-pauk) dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini

disebabkan karena ikan bandeng yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi, hasil

pertanian tambak mereka yaitu ikan bandeng lebih dipilih untuk di rupakan menjadi

“uang”.

Kedua, para petani tambak memiliki pengetahuan yang cukup tentang gizi

anak. Hal ini dapat dibuktikan dari petani yang memberikan anaknya makan seperti

telor, tahu, tempe, ayam dan ikan (selain ikan bandeng). Menurut mereka

pemberian gizi kepada anak tidak harus makan bandeng, petani tambak juga

mengetahui bahwa bandeng memiliki nilai gizi yang tinggi, namun mereka

terhalang akan mitos yang berkembang di masyarakat, mereka tidak bisa makan

ikan bandeng karena mereka takut rejeki mereka akan seret. Ketika Ikan bandeng

dikonsumsi secara berlebihan, tentu akan berpengaruh terhadap hasil ekonomis

Page 71: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

mereka di tiap masa panen, hal tersebut tersirat pada mitos bandeng yang jika

bandeng dimakan maka rejeki akan seret. Walaupun ikan bandeng dari segi

kesehatan/ konsep medis secara akademis memiliki nilai gizi yang tinggi, namun

untuk sampai pada tataran makanan untuk dimakan ia juga harus melewati proses

norma dari suatu kebudayaan tertentu.

Kedua faktor tersebut, memberikan makna dalam masyarakat yang

disosialisasikan oleh keluarga petani Tambak secara turun-temurun. Budaya

merupakan sesuatu yang perlu dipelajari, karena tiap anggota masyarakat tidak

dilahirkan spontan mengenai nilai atau norma kehidupan sosial mereka, tetapi

mereka harus belajar tentang apa yang diterima dari keluarga. Anak menerima nilai

dalam perilaku mereka dari orang tua dan lingkungan mereka. Misal anak-anak

lebih suka makanan seperti ayam, tempe-tahu, telor, dan lain-lainnya karena

kemudahan pengolahannya dan tidak banyak duri seperti ikan bandeng. Bagi ibu

yang memiliki waktu banyak di rumah makanan tersebut dipilih karena tidak perlu

nyuapi anaknya, dan selain itu makanan tersebut tidak berkaitan dengan mitos yang

dipercaya di Desa Bakaran Kulon.

Page 72: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, F. (2013). Antropologi Kesehatan. Jakarta: UI Press.

Ariyanto, K. (2005). Faktor Geografis yang Mendorong Budaya Ikan

Bandeng di Desa Bakaran Kulon Kecamatan Juwana Kabupaten Pati.

Universitas negeri semarang.

Benih, A. (2014). Sosiologi Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika

Bungin, B. (2011). Metodologi Penelitian Sosial Format-Format Kuantitatif dan

Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press.

Christon, R.E. Sihombing. (2010). Pengaruh Orang Tua terhadap Pemberian Gizi

Pada Anak Balita (Study Deskriptif Di Desa Girsang. Kec. Girsang

Sipangan Bolon Parapat). Universitas Sumatera Selatan.

Hartati, Y. (2006). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Ikan

dan Status Gizi Anak 1 – 2 Tahun di Kecamatan Gandus Kota Palembang

Tahun 2005. Universitas Diponegoro

Kementerian Kesehatan RI. (2014). Pedoman Gizi Seimbang.

Koentjaraningrat. (1977). Metode Wawancara in Metode-Metode Penelitian

Masyarakat (1sted, p. 129). Jakarta: PT Gramedia

Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Page 73: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

Marambi, H. (2009). Sosiologi dan Antropologi Kesehatan. Yogyakarta: Nuha

Medika

Munthofiah, S. (2008). Hubungan antara Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu

dengan Status Gizi Anak Balita. Universitas Sebelas Maret

Soegeng. (2004). Kesehatan dan Gizi.Jakarta : Rineka Cipta

Soetjiningsih. (2000). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.

Soerjono, S. 2004. Sosiologi Keluarga, tentang Ikhwal Keluarga,Remaja dan Anak.

Cetakan Ketiga. Jakarta: Rineka Cipta.

Spradley, J. P. (2007). Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wicana.

Tanto, A.D.T. (2013). Gambaran Persepsi Ibu tentang Obesitas pada Balita di

Desa Ngudirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang. STIKES

Pemkab Jombang

Trisia, D. A. (2010). Kontribusi Sosial Budaya Penyebab Malnutrisi pada Balita

di Keluarga Nelayan (Studi pada Keluarga Nelayan di Kelurahan

Keteguhan Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung).

Universitas Lampung

Wibowo, A.P. (2014). Analisis Rantai Nilai (Value Chain) Komoditas Ikan

Bandeng di Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati. Universitas Diponegoro

Arsip :

Profile Desa Bakaran Kulon, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati

Page 74: PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA …repository.ub.ac.id/8221/1/Pratama, Dhimas Lingga.pdf · Kekasih saya Yashinta Ella Izmiarni, terimakasih sudah mendukung serta selalu

Internet

www.kompas.com. Kus Anna, Lusiana. (2015). Bandeng Sumber Gizi Penting

Bagi Tubuh. Diakses: 21 November 20171.

http://web.unair.ac.id. Sanderson, Stephen K. (2011). “Topik Khusus: Sapi yang

Suci dan Babi yang Menjijikkan”, dalam Makrososiologi (edisi kedua)

(terj.). Jakarta: RajaGrafindo Persada. Diakses: 04 Januari 2018