program kreativitas mahasiswa -...
TRANSCRIPT
1
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
“MUSIKALIA BURUNG”
SEBUAH KONSEP PENGEMBANGAN KOTA DALAM HUTAN
BERBASIS EKOSISTEM AVES
BIDANG KEGIATAN :
PKM - GAGASAN TERTULIS
Diusulkan Oleh :
Hemas Anggari Laras (H 0812078) (2012)
Gayatri Zahra Sulthanah (H 0812074) (2012)
Sri Andiny (K 6413070) (2013)
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
PENGESAHAN PKM-GAGASAN TERTULIS
2
3
“MUSIKALIA BURUNG”
SEBUAH KONSEP PENGEMBANGAN KOTA DALAM HUTAN
BERBASIS EKOSISTEM AVES
Hemas Anggari Laras, Gayatri Zahra Sulthanah, Sri Andiny
RINGKASAN
Meningkatnya suhu global akan menyebabkan perubahan-perubahan yang
lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca
yang ekstrem serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Guna menanggulangi
dampak pemanasan global maka perlu adanya upaya dalam memperbaiki
ekosistem alam. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menanggulangi dampak
pemanasan global melalui jumlah luasan paru-paru dunia yang dipadukan dengan
konservasi fauna sehingga berdampak pada meningkatnya kualitas hidup
masyarakat serta menunjang program pemerintah kota “Solo, Kota dalam Hutan”.
Optimalisasi fungsi hutan kota menjadi sebuah gagasan yang memiliki multiplier
effect. Metode penulisan gagasan ini adalah studi literatur yang ditunjang dengan
pendalaman melalui diskusi terjadwal dengan dosen pembimbing dan semua
anggota tim PKM-GT.
Peningkatan fungsi hutan kota menjadi lebih penting sifatnya ketika
Pemerintah kota Solo membuat program “Solo sebagai Kota dalam Hutan”.
Program ini akan berhasil dengan baik jika secara riil ditunjang dengan program
dehabitasi fauna (burung) dalam wilayah hutan kota. Tempat yang akan dijadikan
sebagai kawasan pengembangan hutan kota ini adalah Taman Balekambang,
Kawasan Universitas Sebelas Maret (UNS), Taman Manahan dan Pinggir Kali
Bengawan Solo. Keberadaan burung dalam hutan kota akan menciptakan
keseimbangan ekosistem di alam dan perkembangbiakan flora yang ada di dalam
hutan kota tersebut.
Program ini akan berhasil jika syarat pakan burung tersedia oleh
pepohonan yang ada di Kota Solo. Program tersebut harus ditunjang dengan
penanaman pohon-pohon yang menghasilkan makanan bagi burung serta adanya
peraturan yang melindungi kehidupan burung-burung seperti pelarangan
perburuan dan penangkapan burung atau satwa liar. Diharapkan hutan kota ini
dapat menjadi tempat melepas penat serta menjadi lingkungan yang nyaman
dengan adanya kicauan burung di sekitar lingkungan masyarakat Kota Solo.
Disamping itu dapat menjadi daya tarik pariwisata.
Keywords : Hutan kota, burung, pepohonan, pemanasan global
4
“MUSIKALIA BURUNG”
Sebuah Konsep Pengembangan Kota dalam Hutan Berbasis Ekosistem Aves
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemanasan global menimbulkan beberapa masalah, salah satunya adalah
perubahan iklim. Peristiwa perubahan iklim akan berakibat fatal bagi kehidupan
dipermukaan bumi, seperti pada bidang pertanian, perubahan ekosistem alam dan
gurun, areal hutan menyusut dan bergeraknya suhu panas ke arah kutub
(Arief , 2001; Surakusumah, 2007). Semakin berkurangnya hutan memegang
peranan dalam pemanasan global. Perubahan tata guna lahan, khususnya
deforestasi memberikan kontribusi yang lebih besar pada perubahan iklim.
Kerusakan hutan juga berdampak pada semakin berkurangnya populasi fauna
khususnya burung (Aves) karena mayoritas habitat mereka adalah didalam hutan
(pepohonan).
Kotamadya Surakarta menjadi salah satu perkotaan yang saat ini menjadi
kota padat penduduk dan pesat pembangunannya. Namun, penghijauannya masih
dirasa kurang seperti kurangnya hutan kota, sehingga perlu adanya inisiatif untuk
membuat suatu hutan kota yang bisa dijadikan sebagai paru-paru kota sekaligus
tempat untuk melestarikan fauna terutama beberapa jenis burung. Terlebih lagi,
suasana alam seperti yang ada dimasa dahulu, sudah jarang sekali ditemukan. Pagi
hari yang cerah sudah disambut dengan suara kicauan burung yang merdu dan
pemandangan hijau. Namun sekarang, pagi hari sudah disambut dengan
kebisingan dan polusi udara. Hal tersebut juga dapat menimbulkan stress dan
kepenatan yang dirasakan oleh masyarakat yang tinggal didalamnya.
Berdasarkan fenomena di atas maka penulis menyusun gagasan tertulis
mengenai upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi pemanasan global
dan kepenatan masyarakat masyarakat perkotaan melalui peningkatan jumlah
luasan paru paru dunia khususnya di Kota Surakarta, untuk itu penulis
mengangkat judul “Musikalia Burung, Persembahan untuk Solo, Kota dalam
Hutan”. Hal ini juga bertujuan guna memberikan ruang terbuka hijau serta
5
mendukung program pemerintah kota yakni menjadikan Kota Surakarta sebagai
“Solo, Kota dalam Hutan”.
B. Tujuan Penulisan
1. Menanggulangi dampak pemanasan global yang menjadi permasalahan
masyarakat dunia.
2. Meningkatkan fungsi keberadaan paru-paru kota dan membangkitkan kembali
suasana alam hutan di perkotaan.
3. Menjadi salah satu objek wisata Kota Surakarta yang berfungsi sebagai pereda
stress masyarakat sekitar Kota Surakarta.
4. Membantu program Pemerintah Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah
menjadikan Solo sebagai Kota dalam Hutan melalui penciptaan hutan kota.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Pengembangan ilmu pengetahuan serta menambah pengetahuan mahasiswa di
bidang sosial ekonomi dan lingkungan.
2. Bagi Pemerintah
Sebagai pendukung program Pemerintah Kotamadya Surakarta untuk
menciptakan Solo sebagai Kota dalam Hutan.
3. Bagi Masyarakat
a. Sebagai salah satu alternatif solusi untuk diterapkan sehingga dapat
menanggulangi pemanasan global yang meresahkan masyarakat.
b. Sebagai tempat rekreasi dengan suasana alam di perkotaan.
c. Salah satu alternatif sebagai tempat pariwisata yang mudah bagi masyarakat.
GAGASAN
A. Pemanasan Global dan Hilangnya Suasana Alam
Global Warming menyebabkan temperatur dibumi meningkat.
Meningkatnya temperatur global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-
perubahan seperti naiknya muka air laut, meningkatnya intensitas kejadian cuaca
yang ekstrim, serta punahnya beberapa jenis hewan dan tumbuhan, dan
terganggunya kesehatan manusia. Beberapa wilayah yang sebelumnya merupakan
kawasan hutan, sekarang dialihfungsikan sebagai daerah industri, pemukiman
padat penduduk dan perkotaan. Dampak yang ditimbulkan dari kurangnya ruang
6
hijau dan pepohonan akibat pembangunan antara lain adalah terus berkurangnya
populasi fauna terutama burung yang umumnya berhabitat dilingkungan yang
rimbun dengan pepohonan. Perburuan yang berlebihan, introduksi predator,
kompetitor, perubahan iklim dan penyakit telah terbukti turut serta menyebabkan
berkurangnya populasi burung (Innes, 2009; Stiling.P.D, 1992). Penurunan
populasi burung di Indonesia menurut Setio dan Takandjandji (2007); Mulyanto
(2007), selain disebabkan oleh penurunan kualitas habitat juga disebabkan oleh
perburuan liar yang berlebihan sehubungan meningkatnya permintaan pasar,
lemahnya pengamanan, pengawasan, penerapan sanksi hukum, serta rendahnya
kesadaran masyarakat tentang konservasi, turut mengakibatkan penurunan
populasi burung.
Salah satu upaya untuk menanggulangi pemanasan global yang dapat
dilakukan yaitu dengan memperluas area hutan kota. Menurut Atmojo (2007),
hutan kota itu sendiri mempunyai berbagai fungsi baik berkaitan dengan fungsi
hidrologis, kesehatan, sosial, estetika dan rekreasi serta ekologi. Hutan kota ini
sekaligus sebagai habitat burung. Beberapa jenis burung sangat membutuhkan
pohon sebagai tempat mencari makan maupun sebagai tempat bersarang dan
bertelur. Pemerintah Kota Surakarta saat ini memiliki program yang sedang
gencar untuk direalisasikan yaitu “Solo sebagai Kota dalam Kebun” dengan
membangun berbagai kawasan hijau. Ini merupakan langkah awal untuk
mewujudkan “Solo sebagai Kota dalam Hutan” di masa mendatang. Pemkot Solo,
telah bertekad dengan menambah luasan ruang terbuka hijau hingga 30% luasan
kota.
B. Solusi Terdahulu
Beberapa solusi yang selama ini telah dilakukan untuk mengatasi dampak
pemanasan global. Namun solusi tersebut dianggap belum memadai karena hanya
berfokus pada pepohonannya saja dan belum memperhatikan ekosistem lainnya
serta berbagai persyaratan yang tidak dapat dipenuhi, yaitu :
1. Taman Balekambang di Kota Surakarta
Taman Balekambang merupakan kawasan hijau yang ada di Surakarta. Namun,
pepohonan yang ditanam di Taman Balekambang merupakan pohon besar
biasa yang tidak bisa dijadikan sebagai sumber makanan bagi beberapa jenis
7
burung yang akan dilestarikan supaya tercipta suasana alam di perkotaan.
Taman Balekambang hanya memiliki beberapa jenis hewan yang dipelihara.
2. Penanaman pohon sebagai jalur hijau di sepanjang jalan Kota Surakarta
Penanaman pepohonan pada sepanjang jalan merupakan solusi sebagai paru-
paru kota. Namun, untuk mendukung adanya pelestarian fauna, solusi ini
kurang memadai. Pohon-pohon yang ditanam di pingir jalan raya hanya sebatas
pohon sebagai peneduh dan apabila ditanam pohon-pohon besar sebagai tempat
hidup dan sumber makanan satwa burung-burung liar justru akan mengganggu
lalu lintas kota dan sarana prasarana lain seperti kabel listrik yang ada di
pinggir jalan raya.
3. Program Penanaman Sejuta Pohon
Penanaman sejuta pohon menjadi solusi yang baik untuk penanggulangan
masalah terkait pemanasan global. Namun, program ini kurang lengkap tanpa
diimbangi dengan upaya pelestarian fauna. Karena di alam perlu tercipta
adanya keseimbangan ekosistem alam.
C. Gagasan yang Diajukan
Mayoritas penduduk perkotaan bekerja disektor jasa dan industri, hal ini
menyebabkan mereka menyimpan kepenatan dengan suasana hiruk pikuk
keramaian kota. Maka dibutuhkan sarana bagi penduduk Kota Solo untuk dapat
melepas penat dibawah pepohonan dan ditemani kicauan burung. Untuk itulah
kami menawarkan suatu gagasan untuk menyediakan ruang terbuka hijau yang
dapat diakses dengan mudah oleh penduduk Kota Solo. Ruang terbuka hijau ini
merupakan hutan kota dimana terdapat berbagai pepohonan yang rindang dan juga
ditemani oleh kicauan burung.
Menurut proyek penelitian di University of Surrey, Inggris sebuah
penelitian mengenai pengaruh kicauan burung pada seseorang mendengarkannya.
Pada penelitian ini menunjukan bahwa dengan mendengarkan kicauan burung,
seseorang akan merespon dengan positif (www.tempo.co). Maka besar
kemungkinan dengan kicauan burung dapat mengubah “mood” seseorang menjadi
lebih positif. Sehingga memiliki manfaat seperti dapat menurunkan tingkat
depresi dan stress. Dengan berada ditempat yang rimbun disertai kicauan burung
dapat membuat seseorang merasa tenang dan nyaman.
8
Pembuatan hutan kota yang dilengkapi dengan pelestarian beberapa jenis
burung merupakan langkah pendukung program Pemkot Solo. Program Pemkot
“Solo sebagai Kota dalam Hutan” akan terealisasi jika Pemkot melakukan
perluasan kawasan hijua. Saat ini Pemkot Solo tengah mempersiapkan untuk
melakukan perluasan penanaman pohon salah satunya di kawasan Taman
Balekambang seluas 3 hektar. Kawasan yang akan menjadi pengembangan hutan
kota ini adalah Taman Balekambang, Kawasan Universitas Sebelas Maret (UNS),
Taman Manahan dan Pinggir Kali Bengawan Solo. Sumber dana pengembangan
hutan kota ini dapat dianggarkan dari APBN karena Kota Solo dapat menjadikan
konsep Hutan dalam Kota ini sebagai pilot project pengembangan Kota dalam
Hutan dalam kota ini tidak hanya berperan sebagai paru-paru kota tetapi
mejadi habitat burung. Burung dapat hidup didalamnya karena ekosistem didalam
hutan kota tersebut dapat dijadikan habitat baik untuk burung-burung tersebut
berkembang biak. Pepohonan dalam hutan tersebut dapat memberikan makanan
dan habitat yang baik untuk Selain melalui pelepasan burung pada awalnya,
kemudian dilanjutkan dengan penataan yang disesuaikan dengan habitat burung.
Sebagai konsep tambahan, penataan pepohonan yang dilakukan dengan
menggunakan kaidah arsitektur pertanaman. Arsitektur pertanaman secara umum
ialah suatu perencanaan lingkungan atau perencanaan perkotaan. Arsitektur
pertanaman ini berguna menciptakan tempat yang nyaman untuk burung tinggal.
Maka jenis pepohonan yang akan ditanam harus disesuaikan dengan kebutuhan.
Semua konsep dan gagasan yang telah disusun ini sebagai upaya dalam
mewujudkan “Solo, Kota dalam Hutan” sebagai langkah pelestarian fauna aves
serta sebagai upaya menjaga keseimbangan ekosistem.
D. Pihak-pihak yang Terkait
1. Pemerintah Kota Surakarta
Pemerintah Kota Surakarta berperan besar sebagai penyedia dana guna
penciptaan Hutan Kota. Pemerintah menyediakan alokasi dana melalui
kerjasama dengan beberapa phak diantaranya BUMN, Menkokesra, dll.
2. Dinas Kehutanan Kota Surakarta
9
Untuk menanggulanggi perburuan liar yang terjadi maka diperlukan adanya
peraturan perundang-undangan yang melarang adanya perburuan satwa liar.
Selain itu Dinas Kehutanan berperan dalam perawatan hutan kota.
3. Masyarakat Kota Surakarta
Masyarakat Kota Surakarta merupakan pihak yang berperan besar dalam
menjaga kelestarian Hutan Kota. Kesadaran masyarakat yang paling
menentukan terjaganya kelestarian flora dan fauna yang ada di dalam Hutan
Kota dalam waktu jangka panjang. Akademisi Perguruan Tinggi Pihak
akademisi berperan untuk memberikan pengetahuan pada masyarakat untuk
meningkatkan kesadaran pentingnya menjaga kelestarian flora dan fauna.
4. Organisasi Masyarakat
Organisasi masyarakat yang dimaksud disini adalah kelompok masyarakat
pecinta burung dan pecinta alam. Mereka berperan dalam membantu perawatan
dan kelangsungan hidup flora dan fauna di hutan kota.
E. Langkah-langkah Strategis
Untuk mewujudkan suatu hutan kota yang menjadi habitat burung di Kota
Solo, maka diperlukan langkah-langkah yang harus ditempuh khususnya langkah
dalam mengimplementasikannya. Langkah-langkah tersebut yaitu :
1. Identifikasi Ekosistem
Identifikasi ini bertujuan mengetahui potensi dan keadaan dari kawasan
yang akan dijadikan hutan kota. Identifikasi ekosistem perlu dilakukan salah
satunya untuk mengetahui jenis tanaman apa saja yang cocok untuk
mendukung ekosistem ini. Hal ini karena keseimbangan ekosistem penting
untuk dapat membuat habitat burung pada khususnya. Sehingga dapat tercipta
kondisi yang sesuai sebagai habitat burung dan terjadi keberlanjutan ekosistem.
2. Revitalisasi Taman Balekambang, Kawasan Universitas Sebelas Maret (UNS),
Taman Manahan dan Pinggir Kali Bengawan Solo
Ekosistem yang akan dibuat yaitu ekosistem hutan walaupun terletak ditengah
kota. Maka diperlukan berbagai tindakan untuk mewujudkan itu. Selanjutnya
dalam revitalisasi ini dilakukan tindak lanjut dari apa yang sudah diketahui dari
identifikasi ekosistem. Kegiatan revitalisasi taman ini antara lain :
a. Penerapan Arsitektur Pertanaman
10
Arsitektur pertanaman menjadi hal yang dipertimbangkan dalam
merancang taman termasuk pula dalam merancang sebuah hutan kota.
Menurut Hubbard dan Theodora Kimball dalam (Garsinia dan Ira, 2006)
mengatakan arsitektur pertamanan adalah seni yang fungsi utamanya adalah
untuk menciptakan keindahan lingkungan di sekitar tempat hidup manusia,
yang berkenaan dengan peningkatan kenyamanan, kemudahan dan
kesehatan penduduk perkotaan yang memerlukan penyegaran.
Konsep arsitektur pertanaman dapat dimasukkan dalam
perancangan hutan kota di Kota Solo sebagaimana salah satu fungsi taman
yaitu sebagai pelestari flora dan fauna. Dalam arsitektur pertanaman
terdapat langkah yang harus dilakukan untuk mendatangkan “kehidupan”
dalam suatu wilayah. Jika hutan kota ini ingin dapat mendatangkan
kehidupan burung dan serangga. Salah satu cara yang dapat ditempuh yaitu
dengan melakukan penambahan serta penanaman pepohonan maupun perdu.
Burung dan serangga akan terundang bila disuatu kawasan tersebut banyak
terjadi penyerbukan.
Hal ini dapat dibuktikan pada saat ada pepohonan melahirkan
bunganya maka dengan sendirinya serangga dan burung akan datang
menghampiri. Maka dapat dilakukan berbagai penanaman pepohonan dan
perdu yang secara bergilir selama setahun dapat berbunga. Contohnya
Pohon Lengkeng (Euphoria longana) yang berbunga pada Bulan Juli-
Sepetember kemudian Pohon Kemiri (Aleurites moluccana L.) yang
berbunga pada bulan September-Oktober. Jadi perlu memperbanyak
penanaman berbagai pohon yang dapat berbunga secara bergiliran setiap
tahunnya. Beberapa jenis pohon yang disukai oleh burung karena buah,
nektar, bunga, ijuk, dan batangnya yang menarik di antaranya kiara,
caringin, loa (Ficus spp.), dadap (Erythrina variegata), aren (Arenga
pinnata), bambu (Bambusa spp.), dll.
b. Pelepasan berbagai spesies burung
Setelah kegiatan revitalisasi dilakukan, sebagai langkah awal untuk
mendatangkan “kehidupan” dapat dilakukan pelepasan burung-burung
sebagai penghuni awal ekosistem hutan kota tersebut. Hal ini akan berhasil
11
jika syarat kebutuhan hidup burung dipenuhi. Jika hutan kota tersebut dapat
memberikan syarat hidup yang layak untuk fauna aves ini, maka setelah
pelepasan itu akan banyak burung-burung yang berdatangan di hutan kota.
c. Penertiban
Keadaaan hutan kota yang indah disertai adanya habitat burung
juga tidak akan berjalan dengan baik jika dari pihak pengunjung tidak
menaati peraturan yang telah diberikan. Maka diperlukan tindakan
penertiban atas hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan didalam hutan kota.
Misalnya memberikan sanksi tegas terhadap pelaku yang membuang
sampah sembarang, menangkap satwa dihutan dan melakukan perburuan
dikawasan hutan kota dsb. Untuk itu, diperlukan beberapa peraturan untuk
menjaga kelestarian hutan kota ini. Selain itu juga perlu dilakukan
peningkatan keamanan untuk menghindari kegiatan-kegiatan yang merusak
maupun melakukan pencurian didalam ekosistem hutan kota ini.
d. Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat dibutuhkan agar program ini dapat tercapai.
Salah satunya melalui turut berkontribusi dalam melestarikan flora dan
fauna di Kota Solo. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menyediakan
pakan bagi burung. Sehingga burung yang datang akan hinggap. Masyarakat
Kota Surakarta merupakan pihak yang berperan besar dalam menjaga
kelestarian Hutan Kota. Kesadaran masyarakat yang paling menentukan
terjaganya kelestarian flora dan fauna yang ada di dalam Hutan Kota dalam
waktu jangka panjang.
KESIMPULAN
A. Gagasan yang Diajukan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa keberadaan hutan kota
memiliki banyak multiplier effect, antara lain sebagai paru-paru kota, habitat dari
burung serta sebagai tempat rekreasi dan edukasi. Keberadaan burung dapat
menambah suasana relaksasi bagi penduduk perkotaan yang penat. Melalui
penataan kembali Taman Balekambang, Kawasan Universitas Sebelas Maret
(UNS), Taman Manahan dan Pinggir Kali Bengawan Solo maka hutan kota ini
dapat terwujud. Selain itu, melalui keberadaan hutan kota juga dapat
12
meningkatkan pendapatan daerah. Hutan kota ini pula akan dapat membantu
program pemerintah dalam mewujudkan “Solo, Kota dalam Hutan” yang telah
dicanangkan pemerintah.
B. Teknik Implementasi
Dalam proses implementasinya, perlu dilakukan langkah-langkah strategis.
Sebagai contoh, mengidentifikasi kondisi ekosistem yang terdapat di Taman
Balekambang sebagai langkah awal menuju perbaikan. Kemudian merevitalisasi
kawasan pengembangan hutan kota, yaitu Taman Balekambang, Kawasan
Universitas Sebelas Maret (UNS), Taman Manahan dan Pinggir Kali Bengawan.
Kegiatan revitalisasi ini sebagai upaya dalam melakukan penataan dan
penanaman pohon dan perdu lebiha banyak lagi. Jenis pohon dan tanaman yang
ditanam disesuaikan dengan syarat hidup dari fauna aves. Kegiatan revitalisasi
ini juga mempertimbangkan arsitektur pertanaman untuk dapat memberikan
habitat dan ekosistem yang baik bagi burung. Selain itu, diperlukan juga kegiatan
penertiban pengunjung yang melakukan pelanggaran di kawasan hutan kota ini
C. Manfaat Gagasan
Berdasarkan pemaparan diatas, terdapat beberapa manfaat yang diperoleh
melalui adanya gagasan ini, antara lain yaitu :
1. Kota Solo mampu memperluas kawasan paru-paru kota yang juga dapat
memperkecil efek dari pemanasan global.
2. Menyediakan habitat dan ekosistem yang mendukung bagi perkembangbiakan
flora dan fauna, khususnya untuk burung (Aves).
3. Sebagai langkah awal untuk mewujudkan program Pemerintah Kota Solo
dalam merealisasikan “Solo, Kota dalam Hutan”.
4. Dengan adanya hutan kota yang merupakan ruang terbuka hijau diharapkan
dapat menjadi sarana rekreasi dan edukasi bagi masyarakat serta memberikan
pengetahuan kepada masyarakat akan pentingnya konservasi alam.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, A 2001. Hutan dan Kehutanan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Atmojo, S. W 2007. Menciptakan Taman Kota Berseri. Solo Pos
Hadi, Mahardika Satria 2011. Dampak Psikologi Kicauan Burung pada Manusia
www.tempo.co. Diakses pada Kamis, 26 Februari 2015 pukul 21.00 WIB.
Innes, J., Kelly, D., McC. Jacob, Overton dan Gillies C 2009. Predation and other
factors currently limiting New Zealand forest birds. New Zealand Journal of
Ecology.34(1): 86-114.
Lestari Garsinia dan Ira Puspa Kencana 2006. Galeria Tanaman Hias Lanskap.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Mulyanto.H.R 2007. Ilmu Lingkungan. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Setio, P. dan Takandjandji, M 2007. Konservasi Ex Situ Burung Endemik Langka
Melalui Penangkaran. Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian pp 47-61.
Stilling, P.D 1997. Ecology : Theories Application. Prentice-Hall. USA.
Surakusumah, Wahyu 2007. Perubahan Iklim dan Biodiversitas.
http://www.upi.edu. Diakses pada tanggal 14 Maret 2015 pukul 19.00 WIB.