kajian aplikasi kebijakan hutan kota di...

Download KAJIAN APLIKASI KEBIJAKAN HUTAN KOTA DI …forda-mof.org/files/Analisis_Kebijakan_9.3.2012-5.Tien_Wahyuni_n... · Peraturan Pemerintah No.63/2002 tentang hutan kota dan kebijakan

If you can't read please download the document

Upload: leminh

Post on 09-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 219

    KAJIAN APLIKASI KEBIJAKAN HUTAN KOTA DIKALIMANTAN TIMUR

    ( )Review on Application of Urban Forest Policy in East Kalimantan

    Oleh/ :ByTien Wahyuni & Ismayadi Samsoedin1 2

    1

    2

    Balai Besar Penelitian Dipterokarpa, Jalan A.W. Syahrani, Samarinda 75124, Kaltim.Telp.0541-206364, Fax. 0541-742298, e-mail:[email protected]

    Puslitbang Perubahan Iklim dan Kebijakan. Jalan Gunung Batu 5, Bogor 16610.Telp.0251-8633944, Fax.0251-8634924, e-mail: [email protected]

    Diterima 24 Februari 2012, disetujui 5 Juni 2012

    Dalam rangka mendukung upaya pengembangan dan pengelolaan hutan kota diperlukan sebuahtindakan dari pengawasan legal. Pemerintah telah mendukung usaha-usaha ini dengan menerbitkanPeraturan Pemerintah No.63/2002 tentang hutan kota dan kebijakan teknis berupa Peraturan MenteriKehutanan No. P.71/2009 tentang pedoman penyelenggaraan hutan kota. Hasil penelitian pada empatkota di Kalimantan Timur (Samarinda, Balikpapan, Bontang dan Tarakan) menunjukkan bahwa, dasarlegal (lingkup dan penegakan hukum) lebih banyak tentang rencana tata ruang wilayah sebagai isustrategis. Sebagai derivasi dari peraturan nasional, peraturan daerah diharapkan mendukung di dalamupaya pengembangan dan pengelolaan hutan kota pada level regional. Pemerintah daerah dapatmengeluarkan peraturan daerah untuk petunjuk teknis dalam strategi jangka pendek. Hingga tahun 2011,hanya kota Tarakan yang telah menetapkan peraturan daerah tentang hutan kota, tetapi semua kotatersebut telah menetapkan lahan berhutan sebagai hutan kota dari wilayah perkotaan meskipun belummencapai target 10 persen. Selain itu, kebanyakan peraturan daerah dari empat kota tersebut relatif sedikit

    ABSTRACT

    In order to support development and management efforts of urban forest, a measure of legal control isnecessary. Government has supported the efforts by enacting Government Regulation No.63/2002 regardingurban forest and technical policy from Ministry of Forestry Regulation No.P.71/2009 regarding theimplementation of urban forest. Based on a research conducted in four cities (Samarinda, Balikpapan, Bontangand Tarakan) of East Kalimantan province, the legal basis (comprehensiveness and enforcement of laws) aremore about spatial planning as a strategic issue. As derivation of national regulation, local regulations areexpected to support in development and management efforts of regional level of urban forests. Localgovernments can enact local regulations for technical guidelines in short term strategy. Until 2011, onlyTarakan municipality has enacted local regulation of urban forest, however all the cities have established urbanforest in the city areas although still below the target of 10%. Moreover, most local regulations from these fourcities have relatively paid little attention particularly to private property policy. Some of the major players maybe involved in urban forest in developing towns. In this review, urban forest local regulations that exist in EastKalimantan are discussed, including legal issues, key players and their roles in urban forests management.

    Keywords: Urban forest, policy, East Kalimantan

    ABSTRAK

  • 220

    Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 9 No. 3, Desember 2012 : 219 - 239

    memberi perhatian bagi kebijakan kepemilikan lahan swasta. Dalam kajian ini, peraturan daerah tentanghutan kota yang ada di Kalimantan Timur dikaji, termasuk aspek hukum serta para pihak dan peranannyadalam pengelolaan hutan kota.

    Kata kunci: Hutan kota, kebijakan, Kalimantan Timur

    I. PENDAHULUAN

    Seiring dengan meningkatnya ling-kungan fisik kritis perkotaan, semakin banyakbermunculan fenomena masalah lingkungan diperkotaan seperti suhu udara dan tingkatpolusi yang semakin meningkat, hilangnyaruang terbuka hijau yang diikuti hilangnyaberbagai habitat keanekaragaman flora danfauna, hilang atau rusak dan menurunnyafungsi resapan air, pemandangan alami sertaberbagai macam masalah sosial. Untukmemperbaiki mutu lingkungan hidup danmerevitalisasi ekosistem di perkotaan denganmengelola Ruang Terbuka Hijau (RTH), salahsatu alternatif pemecahan yang dapat dilaku-kan adalah melalui pengembangan danpengelolaan hutan kota. Untuk mendukungupaya tersebut diperlukan kebijakan danperaturan perundang-undangan yang men-dukung dan aplikatif. Kebijakan pengem-bangan hutan kota mengatur tentangpenyelenggaraan hutan kota meliputipenunjukan, pembangunan, penetapan,pengelolaan, pengawasan, peran sertamasyarakat, dan pembiayaan. Upaya untukmeningkatkan kualitas lingkungan perkotaanakan tercapai apabila dilakukan perubahankebijakan yang juga memperhitungkanmanfaat keberadaan sumberdaya alamtermasuk sumberdaya genetik pohon-pohonan dan jasa lingkungan khususnyaekosistem perkotaan. Ekosistem perkotaanmerupakan bagian dari ekosistem buatan,contohnya antara lain: sempadan sungai, situatau danau dan bendungan, ruang terbukahijau, areal pemukiman, kawasan industri,jalan raya, jalan tol dan lain-lain.

    Secara umum, landasan hukum yangmengatur kebijakan tentang hutan kota adalahUndang-undang No. 41 tahun 1999 tentangKehutanan pasal 9. Sejak tahun 2002, upayapembangunan dan pengembangan hutan kotatelah mendapat perhatian dan dukunganpemerintah dengan diterbitkannya PeraturanPemerintah No.63 tahun 2002 tentang hutankota dan masih berupa garis besar penyeleng-garaan hutan kota. Dalam rangka mendukungpenyelenggaraan pengelolaan hutan kota dariKementerian Kehutanan dengan dikeluarkan-nya Peraturan Menteri Kehutanan RI No:P.71/Menhut-II/2009 tentang PedomanPenyelenggaraan Hutan Kota.

    Peraturan Pemerintah tersebut dapatdigunakan sebagai pondasi legal bagi Pemerin-tah Provinsi (Pemprov), Pemerintah Kota(Pemkot) dan Pemerintah Kabupaten(Pemkab) dalam membangun, mengem-bangkan dan mengelola hutan kota, sebagaibagian dari RTH secara terencana didaerahnya. Walaupun berbagai ketentuanperundangan telah cukup mendasaripenyelenggaraan pembangunan hutan kotasebagai dasar legalitas, derivasi kebijakanberupa kebijakan atau peraturan di tingkatdaerah masih dibutuhkan. Daerah dapatmengeluarkan kebijakan dalam bentuk suratkeputusan kepala daerah ataupun peraturandaerah pada masing-masing Kabupaten/Kotasebagai dasar acuan dalam penyelenggaraan-nya. Kepala daerah dapat mengeluarkan suratkeputusan tentang hutan kota dalam jangkapendek. Namun dalam jangka, panjangperaturan daerah menjadi hal yang pentinguntuk kelangsungan kelestarian hutan kota.

  • 221

    Kajian Aplikasi Kebijakan Huta Kota di . . .Tien Wahyuni & Ismayadi Samsoedin

    Dalam rangka tercapainya pemba-ngunan dan pengembangan Hutan Kota diKalimantan Timur, perlu mendapat dukungankebijakan dan peraturan. Beberapa per-masalahan mendasar yang berhubungandengan kebijakan diantaranya: kurangefektifnya aplikasi Peraturan PemerintahNo.63 tahun 2002 tentang hutan kota di daerahdan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.71tahun 2009 tentang Pedoman PenyelenggaraanHutan Kota. Untuk itu diperlukan kajiantentang berbagai bentuk kebijakan danperundangan yang erat kaitannya denganpembangunan dan pengelolaan hutan kotaatau lanskap perkotaan, kebijakan perkotaanserta beberapa produk aturan hukum terkaitlainnya. Hasil kajian tersebut dapat menjadimasukan guna mendukung keberhasilanpengembangan hutan kota secara umum darikota-kota yang sedang berkembang diKalimantan Timur.

    Penelitian dilaksanakan di empat kota diKalimantan Timur yaitu: Samarinda, Balik-papan, Bontang dan Tarakan. Keempat kotatersebut termasuk dalam kategori kotaotonom yang dahulu merupakan bagian dari

    . Objek penelitian meliputi(1) Dokumen kebijakan mencakup suratkeputusan (SK) dan peraturan daerah (Perda)tentang hutan kota secara spesifik, danperaturan daerah terkait lainnya sepertipenataan ruang, kawasan hijau, ruang terbukahijau, dan kawasan lindung; (2) Peta lokasipenelitian dan peta posisi hutan kota; dan (3)Laporan kependudukan dan perekonomiandaerah.

    II.

    A.

    METODE PENELITIAN

    Lokasi Penelitian

    Daerah Tingkat II

    B. Metode Pengumpulan dan Analisis Data

    Data yang dikumpulkan terdiri dari dataprimer dan data sekunder. Data primerdiperoleh melalui metode pengumpulan data,yaitu: (1) Analisis dokumen ataudengan meninjau dan mensintesis kebijakanpendukung yang terkait tentang hutan kotadan Ruang Terbuka Hijau serta jenis-jenisorganisasi pengelola hutan kota; (2) Analisispara pihak ( ) dengan mengevaluasipengelola hutan kota: struktur organisasi, tatahubungan kerja, SDM dan pembiayaan; (3)Observasi (pengamatan) pada hutan kota dan(4) Wawancara terpadu dan pengisiankuisioner kepada para nara sumber pengelolahutan kota serta kegiatan lokakarya atau

    dari para pihak serta partisipasimasyarakat di perkotaan terkait pengelolaanhutan kota. Data sekunder didapatkan melaluikajian peraturan perundang-undangan, lite-ratur dan publikasi terkait dengan pengelolaanhutan kota.

    Analisis data dilakukan secara kuantitatifdan kualitatif. Secara kuantitatif artinyamenguraikan data dalam bentuk angka dantabel yang berkaitan dengan kebijakanpengembangan dan pengelolaan hutan kotadan peranan organisasi-organisasi di daerahdan kebijakan-kebijakan atau peraturan daerahdalam rangka mendukung penyelenggaraanpengelolaan hutan kota. Sedangkan secarakualitatif artinya menguraikan data secarabermutu dalam bentuk kalimat yang teratur,runtun, logis, tidak tumpang tindih dan efektifsesuai dengan topik penelitian sehinggamemudahkan pemahaman dan interpretasidata. Analisis dengan cara tersebut di atasbertujuan untuk mengevaluasi pengelolaandan pengembangan hutan kota selanjutnya.

    desk study

    stakeholders

    focusgroup discussion

  • 222

    III. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum tentang Hutan Kotadi Kalimantan Timur

    Provinsi Kalimantan Timur merupakansatu dari 33 provinsi di Indonesia, provinsiterluas kedua setelah provinsi Papua danmerupakan provinsi yang kaya dalam halsumber daya alamnya. Provinsi ini berada dipulau Borneo di wilayah Kalimantan bagianTimur berada antara 04024' Lintang Utara0225' Lintang Selatan dan 11344' - 11900'Bujur Timur, dengan luas wilayah 245.237,80km atau sekitar satu setengah kalidan atau 11% dari total luas wilayah

    . Provinsi ini berbatasan langsungdengan negara tetangga, yaitu Negara Bagian

    dan . Secara administratif,provinsi ini terdiri dari 10 kabupaten danempat kotamadya: Balikpapan, Samarinda,Bontang dan Tarakan. Bontang dan Tarakanadalah dua kota dengan pertumbuhan yangcepat dan telah ditetapkan sebagai kotamadya

    2 Pulau JawaMadura

    Indonesia

    Sabah Serawak

    baru sejak tahun 1999. Sepuluh kabupatentersebut terdiri dari Paser dan Penajam PaserUtara (di bagian selatan), Kutai Kartanegara,Kutai Timur, Kutai Barat, Berau, Malinau,Nunukan, Bulungan dan Tana Tidung (dibagian utara). Samarinda merupakan ibukotaprovinsi.

    Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.47 tahun 1981, dibentuk

    di wilayah danberdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 20tahun 1989, dibentuk pula

    di wilayah .Dalam perkembangan lebih lanjut sesuaidengan ketentuan di dalam

    ,maka dibentuk 2 kota yaitu:(peningkatan kota administratif Tarakanmenjadi kotamadya) dan(peningkatan kota administratif Bontangmenjadi kotamadya). Populasi, luas lahan danluas areal hutan kota dari masing-masing kotaseperti pada Tabel 1.

    Kota AdministratifBontang Kabupaten Kutai

    KotamadyaTarakan Kabupaten Bulungan

    Undang-UndangNo. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah

    Kota Tarakan

    Kota Bontang

    Tabel 1. Populasi, luas wilayah dan luas lahan hutan kota di 4 kota di Kalimantan Timur (2011)Table 1. Population, area and urban forest area in four cities of East Kalimantan

    Nama K ota(City)

    Populasi Tahun/(Population

    in 2005)

    PopulasiTahun/

    (Population in2010)

    Luaswilayah/

    (Area (ha))

    Luas areal hutankota (Urban forest

    area(ha))

    Persentase hutankota/ (Urban

    forest percentage )

    Balikpapan 469.884 559.196 50.330 200 (21 lokasiditetapkan, 7lokasi berpotensi)

    0.39

    Samarinda 574.439 726.223 71.800 691,1 (26 lokasi dilima kecamatan)

    0.96

    Bontang 120.348 140.787 49.757 Termasuk 20.580hutan lindun g dan20 sebagai hutankota (6 lokasi)

    0.04

    Tarakan 168.331 193.069 65.733 (luasdaratan25.080)

    544.06 (18 lokasidi empatkecamatan)

    2.17

    Sumber ( : Statistik Provinsi Kalimantan Timur, 2010 dan data primer diolah dari berbagai sumber ()

    Source) Statistic ofEast Kalimantan Province, 2010 and primary data processed from many sources

    Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 9 No. 3, Desember 2012 : 219 - 239

  • 223

    Tradisi awal pengembangan danpengelolaan hutan kota sebagai bagian daripenataan ruang berorientasi pada upayamewujudkan satu bentuk kota tertentu. DiIndonesia, tradisi ini direfleksikan dalambentuk berbagai gagasan tentang kehidupanyang aman dan sejahtera sebagaimana berbagaislogan pembangunan kota seperti yangmuncul di berbagai kota Indonesia pada awaltahun 1980-an. Kota-kota yang terpilih sebagailokasi penelitian ini juga memiliki slogantersebut Samarinda (Kota TEPIAN = Teduh,Rapi, Aman, Nyaman), Balikpapan (

    ), Bontang (Kota TAMAN =Tertib-Mandiri-Agamis-Aman-dan Nyaman)dan Tarakan (BAIS = Bersih, Aman, Indah,dan Sejahtera).

    Hal penting yang berkaitan denganpengembangan dan pengelolaan hutan kotaadalah lembaga yang menangani danmengelola hutan kota, mulai dari perencanaan,pelaksanaan pembangunan, pemeliharaan,pemanfaatan dan pengendalian pengem-bangannya. Beberapa pihak yang terlibatdalam pengembangan hutan kota terutamadari kementerian pemerintah, pemerintahkota, lembaga swadaya masyarakat, institusiakademis, pihak swasta, kelompok-kelompokmasyarakat dan masyarakat kota.

    Kota Samarinda adalah kota tropis yangdiliputi oleh hutan hujan tropis, dan keaneka-ragaman sumberdaya alam mineral. Sebagaiibukota provinsi Kalimantan Timur, secaraadministratif berbatasan dengan KabupatenKutai Kartanegara di bagian utara, barat, timurdan selatannya. Memiliki luas wilayah 71.800ha. Kota Samarinda terbagi ke dalam enamkecamatan dan 53 kelurahan.

    Clean,green and healthy

    B. Gambaran Kota Terpilih, AspekLegalitas dan Kelembagaan Pengem-bangan dan Pengelolaan Hutan Kota

    1. Samarinda

    Kota Samarinda sebagai salah satu kotabesar di Indonesia yang terus mengalamipembangunan di segala aspek kehidupan,sampai saat ini masih menghadapi perma-salahan besar dalam perkembangan wilayah-wilayahnya secara internal. Fenomena lajupertumbuhan penduduk, meningkatnya arusmigrasi akibat tingginya daya tarik kotaterutama dari sektor ekonomi bagi pendudukdi wilayah sekitarnya mengakibatkan terusmeningkatnya kebutuhan akan ruang kota,antara lain untuk fasilitas perumahan, fasilitasperdagangan jasa dan sebagainya.

    Kota ini merupakan kota yang ber-kembang dengan pertumbuhan pendudukyang terus meningkat, terletak di sepanjangSungai Mahakam dan menjadi urat nadi dalammenunjang pertumbuhan ekonomi sertapermasalahan lingkungan yang kompleks.Secara ekonomis menjanjikan sebagai sumberpendapatan asli daerah (PAD), namundemikian akan menjadi malapetaka secaraekologis, apabila dalam pengelolaannya tidakmemperhatikan rambu dan kaidah konservasidan tata air tanah.

    Fisik wilayah kota Samarinda padadasarnya merupakan sungaiMahakam. Karakteristik tanahnya alluvial,peranan fungsinya sangat rentan sebagai akibatdari perubahan struktur tanah yang ber-pengaruh langsung terhadap porositas danpermeabilitas tanah. Untuk itu pemulihanfisik wilayah di daerah hulu dan restorasiekologi bantaran sungai menjadi penting danprioritas dilakukan. Samarinda selalu lumpuhsaat diguyur hujan dan banjir karena luapan airsungai atau banjir kiriman, buruknya sistemdrainase kota dan hilangnya daerah resapan air.Intensitas banjir di wilayah kota Samarindacenderung meningkat setiap tahunnya.

    Pada tahun 1992 Pemerintah kotaSamarinda mengeluarkan kebijakan berkaitan

    meander

    a. Dasar dan aspek legal

    Kajian Aplikasi Kebijakan Huta Kota di . . .Tien Wahyuni & Ismayadi Samsoedin

  • 224

    dengan penetapan hutan kota, yaitu SKWalikota No.224 tahun 1992. Kemudian padatahun 2005 diperbaharui dengan SK WalikotaSamarinda No. 178/HK-KS/2005. Pada SKTahun 1992 ditetapkan 12 lokasi sebagai hutankota dan pada tahun 2005 ditetapkan sebanyak

    25 lokasi sebagai hutan kota. Meskipun terjadipeningkatan dari luas dan jumlah lokasinya,namun belum dapat mencapai pemenuhanpersentase 10 persen hutan kota dari luaswilayahnya sesuai PP no.63 Tahun 2002.

    Tabel 2. Dasar dan aspek legalitas yang mendukung pembangunan, pengembangan danpengelolaan hutan kota di Samarinda

    Table 2. Basic and legality aspects used in supporting development and management of urban forestin Samarinda

    No. Dasar legalitas (Basic legality) I s i (Contents )

    1. Surat Keputusan WalikotaSamarinda No. 178/HK -KS/2005

    Penetapan Beberapa Lokasi Hutan Kota Dalam WilayahKota Samarinda

    2. Surat Keputusan WalikotaSamarinda No. 660/211/HUK -KS/2003

    Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Samarinda

    3. Peraturan Daerah No. 28 t ahun

    2003

    Ketentuan Pengelolaan Kawasan Lindung Dalam

    Wilayah Kota Samarinda4. Peraturan Daerah No. 12 t ahun

    2002Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Samarinda

    5. Peraturan Daerah No 12 t ahun2002

    Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SamarindaTahun 1994 -2004

    6. Peraturan Daerah No. 03 t ahun

    2001

    Pembentukan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

    (Pasal 07 dan 30) dan Pembentukan Kantor Kebersihan,Pertamanan dan Pemakaman Kota Samarinda (Pasal 12dan 35)

    7. Peraturan Daerah No.09 t ahun1993

    Perubahan dan Larangan Merusak Pohon PelindungDalam Wilayah Kota Samarinda

    8. Peraturan Daerah No.12 t ahun

    1993

    Rencana Umum Tata Ruang Provinsi Kalimantan

    Timur9. Surat Keputusan Walikota

    Samarinda No.224 t ahun 1992Penetapan Beberapa Lokasi Sebagai Hutan Kota DalamWilayah Kotamadya Daerah Tk.II Samarinda

    Dari data pada Tabel 2 terlihat bahwaaspek legal hutan kota di Samarinda bermuarapada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota(RTRWK) dan pengelolaan ruang terbukahijau secara umum. Hal ini menandakanbahwa tata ruang kota merupakan perma-salahan paling mendasar dalam pengelolaanhutan kota dan merupakan bagian daripengelolaan ruang terbuka hijau.

    Data hutan kota, lokasi, luas, statuslahan dan penetapannya di Samarinda dapatdilihat pada Lampiran 1. Dari data padalampiran tersebut, status hutan kota yangsudah ditetapkan sekitar 50% merupakanmilik perusahaan dan yayasan. Dengan statuslahan yang demikian, perubahan fungsi hutankota, tidak bisa dikendalikan sebabpenguasaan hutan kota tersebut sepenuhnya

    Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 9 No. 3, Desember 2012 : 219 - 239

  • 225

    hak perusahaan atau yayasan. Namun,Pemerintah Kota Samarinda melalui Bape-dalda dan beberapa instansi terkait, membuatnota kesepahaman (MoU) dengan pemilikareal yang dijadikan hutan kota. Kesepakatanitu berlaku selama lima tahun, dan pihakpemkot hanya bisa mengawasi dan tidakberhak melarang pengalihfungsinya.

    Dinas Pertanian, Perkebunan danKehutanan Pemerintah kota Samarindabertanggungjawab di dalam perencanaan,pengembangan dan pemeliharaan hutan kota.Beberapa organisasi, lembaga dan instansiteknis yang terkait yang juga bertanggung-jawab, berperan dan berkoordinasi sertajejaring kerja dengan Dinas Pertanian, Per-kebunan dan Kehutanan dalam mewujudkanpelaksanaan pembangunan, pengembangandan pengelolaan hutan kota yaitu: (1) BadanLingkungan Hidup (beberapa bidang yaituBidang Informasi dan Penegakan HukumLingkungan dan Bidang Pemulihan SumberDaya Alam); (2) Badan Pertanahan Nasional(BPN); (3) Badan Perencanaan Daerah(Bappeda) dan (4) Dinas Kebersihan danPertamanan (DKP).

    Lembaga swadaya masyarakat lokal yangbekerja secara khusus di bidang hutan kota diSamarinda adalah Yayasan BUMI. LSM-LSMini juga mendukung penghijauan kota danpenanaman pohon di beberapa program-program kota. Instansi-instansi pemerintahdan swasta seperti industri-industri lokal telahsecara aktif ambil bagian dalam kegiatanpenanaman sebagai bagian dari usaha-usahamengurangi polusi industri.

    Perkembangan kota Balikpapan dalambeberapa tahun terakhir ini sangat pesat karena

    b.

    2.

    Para pihak dalam pengembangan danpengelolaan hutan kota di Samarinda

    Balikpapan

    posisinya sebagai pintu gerbang provinsiKalimantan Timur dan juga visi Balikpapansebagai kota industri, perdagangan, jasa danpariwisata. Topografi Balikpapan berbukit-bukit dengan kelerengan yang bervariasi, sertajenis tanah pada beberapa kawasan didominasioleh jenis yang mudah mengalami pergeserandan erosi. Kondisi ini memerlukan pena-nganan yang benar dalam pengelolaannya.Kebutuhan akan lahan untuk mencapai visiBalikpapan dapat diwujudkan melaluiprogram-program pembangunan yang ber-wawasan lingkungan dengan mengikutserta-kan seluruh komponen yang ada di kota inidalam aspek-aspek perencanaan, pelaksanaandan evaluasinya.

    Berdasarkan hasil pengumpulan data luashutan kota di Balikpapan yang secara definitifsudah ditetapkan, saat ini baru mencapai 200 hayang tersebar di 28 lokasi atau mencapai 0,4persen dari luas wilayah Kota Balikpapan (503kilometer persegi) (Tabel 2 dan lampiran Tabel2). Meskipun pencapaian luas hutan kota yangditetapkan masih rendah namun secara umumruang terbuka hijau di Balikpapan didukungoleh kawasan hutan Pertamina seluas 120 ha,hutan lindung Sungai Wain (HLSW) seluas9.782,8 ha, hutan lindung Sungai Manggar(HLSM) seluas 4.994 ha serta masih terdapatseluas 29.351 ha lahan kritis baik yang telahmaupun yang belum tertangani.

    Pemerintah kota Balikpapan menarget-kan hutan kota seluas 1.428 hektar hingga 2014mendatang. Target tersebut mengacu padaPeraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 2002tentang Hutan Kota dan berdasarkanpertimbangan bahwa Kota Balikpapanberfungsi sebagai paru-paru kota dan zonapenyangga untuk mengantisipasi bencanabanjir dan tanah longsor. Data hutan kota,lokasi, luas, status lahan dan penetapannyauntuk kota Balikpapan secara rinci padalampiran 3 dan 4.

    Kajian Aplikasi Kebijakan Huta Kota di . . .Tien Wahyuni & Ismayadi Samsoedin

  • 226

    a. Dasar dan aspek legal

    Kebijakan Pemerintah kota Balikpapanuntuk menetapkan beberapa kawasan hutankota sebagai kawasan yang dilindungi karenasifatnya yang khusus, di antaranya sebagaibagian dari Ruang Terbuka Hijau Kota sejaktahun 1996 sudah ada meskipun dalamperencanaan, pelaksanaan, pengelolaan danpengawasannya masih terus dibenahi.Penetapan dua puluh satu kawasan sebagaihutan kota juga berperan sebagai ruangterbuka hijau dari tahun 1996 hingga tahun2004 oleh Pemerintah Balikpapan melaluibeberapa buah Surat Keputusan Walikota

    merupakan salah satu upaya untuk melindungikawasan-kawasan yang mempunyai sifat yangkhusus.

    Kota Balikpapan sampai saat ini belummemiliki peraturan daerah khusus tentanghutan kota meskipun telah menetapkan,mengembangkan dan mengelola hutan kota.Berdasarkan hasil wawancara dengan BadanLingkungan Hidup kota Balikpapan, drafperaturan daerah sedang dalam pembahasan.Kebijakan Pemerintah kota Balikpapantentang penataan ruang terbuka hijau dalambentuk hutan kota dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

    Tabel 3. Dasar dan aspek legalitas yang mendukung pembangunan, pengembangan danpengelolaan hutan kota di Balikpapan.

    Table 3. Basic and legality aspects used in supporting development and management of urban forestin Balikpapan

    No. Dasar legalitas (Basic legality ) I s i (Contents)

    1. Peraturan Daerah No. 05 t ahun 2006 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Balikpapan tahun 2005-

    2015

    2. Surat Kep utusan Wali kota Balikpapan

    No. 188.45 -156 tahun 2004

    Penetapan Lokasi Hutan Kota Kota Balikpapan

    3. Peraturan Daerah Kota Balikpapan No.

    09 tahun 2003

    Pencabutan Perda K otamadya Tk.II Balikpapan No.8 t ahun

    1987 tentang Perlindungan Lahan

    4. Surat Keputus an Wal ikota Balikpapan

    No. 188.45 -11 tahun 2000

    Penetapan Lokasi Hutan Kota Kota Balikpapan

    5. Surat Keputusan Walik ota Balikpapan

    No. 188.45 -46 A t ahun 1999

    Penetapan Lokasi Ruang Terbuka Hijau dan atau Hutan Kota

    Kotamadya Daerah Tk.II Balikpapan

    6. Surat Keputusan Wali kota Balikpapan

    No. 188.45 -192 tahun 1997

    Penetapan Lokasi Hutan Kota Kotamadya Daerah Tk.II

    Balikpapan

    7. Surat Keputusan Wal ikota Balikpapan

    No. 188.46 -87 tahun 1997 tanggal 16

    Juni 1997

    Pembentukan Tim Pelaksana Penataan Ruang Terbuka

    Hijau/ Hutan Kota (RTHK) Kotamadya Daerah Tk.II

    Balikpapan

    8. Surat Keputusan Wali kota Balikpapan

    No. 188.45 -176 tahun 1996 tanggal 31

    Desember 1996

    Penetapan Lokasi Hutan Kota Kotamadya Daerah Tk.II

    Balikpapan

    9. Surat Keputusan Walikota B alikpapan

    No. 188.45-116 tahun 1996 tanggal 06

    Agustus 1996

    Pembentukan Tim Pelaksana Penataan Ruang Terbuka

    Hijau/ Hutan Kota (RTHK) Kotamadya Daerah Tk.II

    Balikpapan

    10. Peraturan Daerah P rovinsi Kalimantan

    Timur No.12 t ahun 1993

    Rencana Umum Tata Ruang Provinsi Kalimantan Timur

    11. Peraturan Daerah No.08 t ahun 1987 Perlindungan Lahan (Dicabut)

    Sumber ( : Data primer diolah ( )Source) Primary data processed

    Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 9 No. 3, Desember 2012 : 219 - 239

  • 227

    Dari pantauan fisik di lapangan nampakjelas bahwa hutan-hutan kota di Balikpapan,mendapat perhatian dari pemerintah kotanya.Hal ini terlihat dari kondisi fisik setiap hutankota yang dikunjungi yaitu setiap lokasi hutankota memiliki papan nama dengan keteranganposisi hutan kota itu secara administratifdisertai batas-batas yang jelas denganpemasangan pagar keliling. Hal ini menjadibagian dari bentuk sosialisasi bagi masyarakatdi sekitarnya tentang keberadaan masing-masing hutan kota. Budaya bersih danwawasan lingkungan juga merupakan bagianyang tidak terpisahkan pada umumnya telahmenjadi ciri masyarakat Balikpapan, ter-akomodasi secara profesional dalam programPemerintah Kota Balikpapan.

    Badan Lingkungan Hidup (BLH)Pemkot Balikpapan bertanggungjawab didalam perencanaan, pengembangan danpemeliharaan hutan kota. Beberapa organisasi,lembaga dan instansi teknis yang terkait yangjuga bertanggungjawab, berperan danberkoordinasi serta jejaring kerja denganBadan Lingkungan Hidup dalam mewujudkanpelaksanaan pembangunan, pengembangandan pengelolaan hutan kota dan ruang terbukahijau di Balikpapan yaitu: (1) BadanPertanahan Nasional (BPN); (2) DinasPertanian, Kelautan dan Perikanan (DPKP);(3) Badan Perencanaan Daerah (Bappeda) dan(4) Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP).

    Sementara Dinas Kehutanan sebagaipelaksana teknis hutan kota telah ditiadakan,tetapi kegiatan yang berhubungan denganhutan kota di bawah koordinasi langsungBadan Lingkungan Hidup. Dinas Pertanian,Kelautan dan Perikanan (DPKP) merupakandinas lain terkait yang ikut memberikandukungan dalam pelaksanaan pengelolaanbeberapa lokasi hutan kota yang juga bertujuansebagai kawasan konservasi mangrove.

    b Para pihak dalam pembangunan danpengelolaan hutan kota di Balikpapan

    .

    Di Balikpapan, masyarakat lokal telahmengorganisir mereka sendiri menjadi kelom-pok-kelompok yang mendukung penanamandan pemeliharaan pohon-pohon di perkotaan.Lembaga swadaya masyarakat lokal yangbekerja secara khusus tentang hutan kota diBalikpapan adalah Yayasan PEDULI. Pihakswasta seperti industri-industri lokal telah secaraaktif ambil bagian dalam kegiatan penanamansebagai bagian dari usaha-usaha mengurangipolusi industri. Perusahaan-perusahaan yangterlibat dalam kegiatan penanaman sepertiPertamina, Unocal dan Chevron.

    Kota Bontang terletak sekitar 120dari Kota , berbatasan

    langsung dengan diutara dan barat,di selatan dan di timur. Posisigeografis kota ini antara 0.137 LU dan 117.5BT. Di kota ini berdiri tiga perusahaan besar dibidang yang berbeda-beda, (

    ), ( dan) dan ( )

    serta memiliki kawasan industri petrokimiayang bernama . KotaBontang sendiri merupakan kota yangberorientasikan di bidang industri, jasa sertaperdagangan.

    Berdasarkan hasil pengumpulan dataluas hutan kota Bontang yang secara definitifsudah ditetapkan, saat ini baru mencapai 20hektar yang tersebar di 6 titik lokasi. Luashutan kota tersebut belum mencapaipersentase ideal seperti disebutkan dalam PPno.63 tahun 2002. Meskipun pencapaian luashutan kota yang ditetapkan masih rendahnamun secara umum ruang terbuka hijau diBontang didukung oleh kawasan hutanlindung kota Bontang seluas 5.573 ha,

    secara administras ipemerintahan terletak di Kota Bontang (0,36%dari luas TNK (198.629 ha) yaitu 715,06 ha.Kantor pengurus TNK yang berada di utaraKota Bontang, juga berada di kawasan ini.Data hutan kota, lokasi, luas, status lahan danpenetapannya di Bontang dapat dilihat padaLampiran 4.

    3. Bontang

    kilometer SamarindaKabupaten Kutai Timur

    Kabupaten Kutai KartanegaraSelat Makassar

    Badak NGL gasalam Pupuk Kalimantan Timur pupukamoniak Indominco Mandiri batubara

    TamanNasional Kutai

    Kaltim Industrial Estate

    Kajian Aplikasi Kebijakan Huta Kota di . . .Tien Wahyuni & Ismayadi Samsoedin

  • 228

    a. Dasar legalitas

    Tabel 4. Dasar dan aspek legalitas yang mendukung pembangunan hutan kota di BontangTable 4. Basic and legality aspects used in supporting development and management of urban forest

    in Bontang

    No. Dasar legalitas (Basic legality ) I s i (Contents)

    1. Surat Keputu san Walikota Bontang No. 136.1

    tahun 2009 tanggal 15 Juni 2009

    Penetapan Lokasi Lahan Untuk Ruang Terbuka Hijau

    Kawasan Stadion Kota Bontang

    2. Surat Keputusan Walikota Bontang No. 129.1

    Tahun 2009 tanggal 9 Juni 2009

    Penetapan Lokasi Lahan Untuk Hutan dan

    Agrowisata Kota Bontang

    3. Surat Keput usan Walikota Bontang No. 115.1

    tahun 2008 tanggal 1 Juli 2008

    Penetapan Lokasi Ruang Terbuka Hijau dan Zona

    Penyangga TPA Kota Bontang

    4. Surat Keputusan Walikota Bontang No. 225

    tahun 2008 tanggal 23 Desember 2008

    Penetapan Lokasi Ruang Terbuka Hijau di Kelurahan

    Bontang Lestari Kota Bontang

    5. Surat Keputusan Walikota Bontang No. 370.1

    tahun 2006 tanggal 06 Nopember 2006

    Penetapan Lokasi Perluasan Hutan Kota Pemerintah

    Kota Bontang

    6. Pera turan Daerah Kota Bontang No.6 t ahun

    2003

    Pengelolaan hutan lindung kota Bontang

    7. Surat Kep utusan Walikota Bontang No. 36

    tahun 2005 tanggal 29 Januari 2003

    Penetapan Kawasan Hutan Kota Bontang di Desa

    Sekambing

    8. Perat uran Daerah Kota Bontang No.14 t ahun

    2003

    Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Tata

    Kota

    9. Perat uran Daerah Kota Bontang No.03 t ahun

    2003

    Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bontang

    (Lembaran Daerah Kota Bontang Tahun 2003 No. 4)

    b. Para pihak dalam pengembangan danpengelolaan hutan kota

    Dinas Kehutanan Pemerintah kotaBontang bertanggungjawab di dalamperencanaan, pengembangan dan peme-liharaan hutan kota. Dinas Kehutanan sebagaipelaksana teknis hutan kota berperan sangataktif. Beberapa organisasi, lembaga daninstansi teknis yang terkait yang jugabertanggungjawab, berperan dan berkoor-dinasi serta jejaring kerja dengan DinasKehutanan dalam mewujudkan pelaksanaanpembangunan, pengembangan dan penge-lolaan hutan kota di Bontang, yaitu: (1) BadanLingkungan Hidup dengan beberapa bidangyaitu Bidang Informasi dan Penegakan HukumLingkungan dan Bidang Pemulihan SumberDaya Alam; (2) Badan Pertanahan Nasional(BPN); (3) Badan Perencanaan Daerah(Bappeda); dan(4) Dinas Kebersihan danPertamanan (DKP).

    Pihak swasta seperti industri-industrilokal telah secara aktif ambil bagian dalamkegiatan penanaman untuk mengurangi polusiindustri. Di kota Bontang, perusahaan-perusahaan yang terlibat seperti PT. BadakNGL ( ), PT. DSM KaltimMelamin, Indominco dan PT. Pupuk Kaltim.

    Kota Tarakan merupakan terbesarketiga di , dan jugamerupakan kota terkaya ke-17 di Indonesia.Kota ini memiliki luas wilayah 250,80 km dansesuai dengan data Badan KependudukanCatatan Sipil dan Keluarga Berencana KotaTarakan pada berpenduduksebanyak 239.787 jiwa. Kota Tarakan atau jugadikenal sebagai , berada padasebuah pulau kecil yang terletak di utaraKalimantan Timur. Kota Tarakan beradadalam suatu pulau yang dipisahkan oleh laut

    Natural Gas Liquid

    Bumi Paguntaka

    2. Tarakan

    kotaprovinsi Kalimantan Timur

    Agustus 2011

    Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 9 No. 3, Desember 2012 : 219 - 239

  • 229

    dengan daerah lainnya, memiliki prospek yangsangat besar untuk menjadi barometerpembangunan bagi daerah-daerah disekitarnya. Bila dilihat dari kondisi PulauTarakan yang memiliki Hutan Lindung seluas

    2.400 Ha berdasarkan SK. Menteri Pertanian+

    Nomor : 175/Kpts/UM/3/1979 tanggal 15Maret 1979, dan kemudian dilakukanpenambahan luas 3.775 Ha berdasarkan SK.Walikota Tarakan Nomor : 49 tahun 2002sehingga menjadi 6.175 Ha atau 24,49 % dariluas keseluruhan Pulau Tarakan.

    +

    +

    a. Dasar legalitas

    No. Dasar legalitas (Basic legality ) I s i (Contents )

    1. Surat Keputusan Walikota Tarakan No.591/140/HK -II/2011

    Penetapan Lokasi Untuk Pembangunan HutanKota di Kota Tarakan

    2. Surat Keputusan Walikota TarakanNo.591/39/T.PEM/2010

    Penetapan Lokasi Kawasan Lindung Terletak diJalan Sei Kapuas Rt.03 Kelurahan Pa ntai AmalKecamatan Tarakan Timur

    3. Surat Keputusan Walikota TarakanNo.591/02/PEM/2009

    Penetapan Lokasi Kawasan Lindung di KelurahanMamburungan Kecamatan Tarakan Timur

    4. Surat Keputusan Walikota TarakanNo.591/23/T.PEM/2009

    Penetapan Lokasi Kawasan Ruang Terbuka HijauTaman Kota (Gunung Bakso) Terletak diKelurahan Karang Balik Kecamatan Tarakan Barat

    5. Surat Keputusan Walikota Tarakan No.49tahun 2002

    Penetapan Lokasi Hutan Kota dan Hutan LindungDi Wilayah Kota Tarakan

    6. Peraturan Daerah Kota Tarakan No. 03 t ahun2002

    Pengelolaan Lingkungan Hidup

    7. Peraturan Daerah Kota Tarakan No. 03 Tahun2002

    Larangan dan pengawasan hutan mangrove di KotaTarakan

    8. Peraturan Daerah Kota Tarakan No. 21 Tahun1999

    Hutan Kota Tarakan

    Tabel 5. Dasar dan aspek legalitas yang mendukung pembangunan hutan kota di TarakanTable 5. Basic and legality aspects used in supporting development and management of urban forest

    in Tarakan

    Berbeda dengan tiga kota lainnya,berdasarkan hasil pengumpulan dokumenkebijakan tersebut diketahui bahwa peme-rintah kota Tarakan telah mengeluarkankebijakan daerah berupa peraturan daerahtentang hutan kota Tarakan sejak tahun 1999.

    Dinas Kehutanan dan PerkebunanPemerintah kota Tarakan bertanggungjawabdalam perencanaan, pengembangan dan

    b. Para pihak dalam pengembangan danpengelolaan hutan kota di Tarakan

    pemeliharaan hutan kota. Dinas tersebutsebagai pelaksana teknis hutan kota berperansangat aktif. Beberapa organisasi, lembaga daninstansi teknis yang terkait yang juga ber-tanggungjawab, berperan dan berkoordinasiserta jejaring kerja dengan Dinas Kehutanandalam mewujudkan pelaksanaan pem-bangunan, pengembangan dan pengelolaanhutan kota di Tarakan, yaitu: (1) BadanLingkungan Hidup (BLH); (2) BadanPertanahan Nasional (BPN); (3) BadanPerencanaan Daerah (Bappeda); dan (4) DinasKebersihan dan Pertamanan (DKP).

    Kajian Aplikasi Kebijakan Huta Kota di . . .Tien Wahyuni & Ismayadi Samsoedin

  • 230

    Dinas Kehutanan, Pertambangan danEnergi Pemerintah kota Tarakan sebagaipelaksana teknis hutan kota menangani secaralangsung kegiatan yang berhubungan denganhutan kota seperti penanaman pengayaan,inventarisasi jenis, pemeliharaan danpengamanan lokasi dan sosialisasi kepadamasyarakat.

    Kondisi-kondisi hutan kota jugadipengaruhi oleh faktor-faktor biofisik dansosial, termasuk bentuk perkotaan, kondisisosial ekonomi dan kebijakan penataan kota.Kota-kota di Kalimantan Timur sedangberkembang, populasi di kota-kota tersebutbertambah dengan cepat. Hal ini terlihat padapertumbuhan populasi penduduk setiap kota(Tabel 1). Dengan pertumbuhan yang cepatdari kota, telah ada masalah-masalahlingkungan yang besar mengiringi.

    Kota-kota yang memiliki populasipenduduk pada rentang 500 ribu hingga 1 jutajiwa termasuk dalam kategori kota besar(Widiantono dan Soepriadi 2009). Berdasarkanpopulasi penduduknya, Samarinda termasukkategori kota besar. Sedangkan Balikpapantermasuk kategori kota sedang yang saat inimenuju menjadi kota besar dilihat daripertumbuhan penduduknya. Sedangkan kotaBontang dan Tarakan termasuk kategori kotasedang.

    Dasar legalitas atau aspek legal merupa-kan undang-undang dan peraturan yangberkaitan dengan keberadaan dan pengelolaankawasan hijau atau ruang terbuka hijautermasuk di dalamnya adalah hutan kota.Aspek legal ini meliputi produk hukum di

    C.

    D.

    Faktor-faktor Biofisik dan Sosial

    Tuntutan Ideologi dan Perundang-undangan yang Mendukung HutanKota

    tingkat nasional dan turunannya di tingkatregional/lokal; yang secara umum mempunyaitujuan: (a) meningkatkan mutu lingkunganhidup yang nyaman, segar, indah, bersih dansebagai sarana pengamanan lingkunganperkotaan; dan (b) menciptakan keserasianlingkungan alam dan binaan yang bermanfaatuntuk kepentingan masyarakat. Aspek legal inidengan berjalannya waktu tentu akanmengalami perubahan, sehingga penelusuranperaturan perundangan yang telah mengalamiperubahan harus terus dilakukan olehpemerintah kota.

    Hasil penelitian pada empat kota diKalimantan Timur (Samarinda, Balikpapan,Bontang dan Tarakan) menunjukkan bahwa,dasar legal (lingkup dan penegakan hukum)lebih banyak tentang rencana tata ruangwilayah sebagai isu strategis (Tabel 6). Untukmengamati peluang masuknya kebijakanruang terbuka hijau yang memasukankebijakan hutan kota dalamnya, maka perludiamati otoritas dalam perencanaan tata ruang.Pada level provinsi, otoritas lembagaperencana tata ruang ada pada BAPPEDA(Badan Perencana Pembangunan Daerah)Provinsi. Adapun bentuk kerja yang dilakukanoleh Bappeda Provinsi adalah menyusunrencana tata ruang dengan tetap memper-hatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemanfaatan ruang dilevel provinsi juga menjadi wewenang BappedaProvinsi yang harus berkoordinasi denganinstansi-instansi terkait. Bentuk tugasnyaadalah menyusun program-program peman-fatan ruang dengan cara mengkoordinasiinstansi-instansi terkait. Sedang pengendalianruang tidak berada pada wilayah otoritasprovinsi. Meskipun demikian, provinsi tetapbertanggung jawab mengkoordinasi kabu-paten dan kota, tujuannya adalah agarpenataan ruang tidak terjebak pada egokewilayahan.

    Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 9 No. 3, Desember 2012 : 219 - 239

  • 231

    Tabel 6. Pembahasan kebijakan tentang rencana tata ruang wilayah kota (RTRWK), ruangterbuka hijau dan hutan kota.

    Table 6. Local regulation regarding city landscape planning, green area and urban forest in fourcities in East Kalimantan

    Isu strategis (Strategic issues)

    No. Kota/City RTRWK/Tata ruang

    (Spatial landscape planning)

    Hutan kota

    (Urban forest )

    1. Samarinda Perda no.12 tahun 2002 -2. Balikpapan Perda no.05 t ahun 2006 (2005-2015) -3. Bontang Perda no.3 t ahun 2003 -

    4. Tarakan Perda no.15 t ahun 2001Perda no.03 t ahun 2006

    Perda No. 21 Tahun 1999

    Menurut Peraturan Pemerintah Nomor63 tahun 2002 tentang Hutan Kota (pasal 8 ayat3), persentase luas hutan kota paling sedikit 10persen dari wilayah perkotaan dan ataudisesuaikan dengan kondisi setempat.Selanjutnya terkait dengan upaya untukmengatasi masalah daerah perkotaan dalamUU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan TataRuang Wilayah ditetapkan bahwa setiap kotaharus memiliki setidaknya 30 persen dariluasan wilayah kota merupakan kawasanruang terbuka hijau. Keempat kota tersebutmemiliki kesulitan dalam pencapaian angkatersebut. Hal ini terlihat dari persentasecapaian luas hutan yang secara definitifditetapkan dalam Surat Keputusan darimasing-masing walikota. Beberapa alasannyaadalah meningkatnya tekanan pada peng-gunaan lahan untuk perumahan, pem-bangunan ekonomi dan beberapa penggunaanlahan lainnya. Meskipun demikian, dari hasildiskusi yang dilakukan bahwa setiap kotasudah mempersiapkan program untukmengalokasikan lahan sebagai calon arealhutan kota.

    Hutan kota dapat dimasukan sebagaibagian dalam ruang terbuka hijau (RTH).Penetapan peruntukan ruang, maka di dalamUU ini, pemerintah menegaskan pemberian

    sanksi pidana terhadap pelaku pelanggaran tataruang. Dengan keluarnya UU ini, makakeberlanjutan kawasan yang ditunjuk sebagaikawasan hutan kota dapat terjamin. Kebijakanini kemudian dilanjutkan dengan PeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007tentang Penataan Ruang Terbuka HijauKawasan Perkotaan.

    Paradigma dan azas kebijakan tata ruangtelah menunjukan arah yang dapat mem-perbaiki kondisi tata ruang di masing-masingkota terpilih. Namun pada level implemetasikebijakan ini masih akan diberikan tawaranyang dapat digunakan untuk mengintervensiagar proses kebijakan mengakomodasi kebi-jakan hutan kota. Sebagai derivasi dari per-aturan nasional, peraturan daerah diharapkanmendukung pengembangan dan pengelolaanhutan kota di tingkat daerah/regional.

    Berbagai pihak terlibat dalam pem-bangunan hutan kota dari kota-kota yangberkembang di Kalimantan Timur. Para pihakutama adalah institusi dari departemenpemerintah, pemerintah kota, lembagaswadaya masyarakat, pelaku bisnis, institusiakademis, kelompok-kelompok masyarakatdan penduduk sekitar. Aspek kelembagaan

    E. Peran Para Pihak

    Kajian Aplikasi Kebijakan Huta Kota di . . .Tien Wahyuni & Ismayadi Samsoedin

  • 232

    dari hutan kota merupakan aspek penting.Tentu saja, kota yang berbeda juga memilikilembaga berbeda dengan tanggung jawab sesuaitupoksi (Tugas Pokok Organisasi) yangdiembankan dalam kegiatan penanamanpohon-pohon di perkotaan. Secara umumorganisasi yang memiliki wewenang dalam

    pengembangan dan pengelolaan hutan kota disetiap kota yang menjadi lokasi penelitianmempunyai urutan tanggung jawab yangberbeda seperti tertuang pada Tabel 7. Lebihjauh, hal ini mengantisipasi adanya variasi yangbesar dalam proporsi lahan di bawahpenetapan kepemilikan yang berbeda.

    Tabel 7. Jenjang urutan tanggung jawab dari lembaga pengelola hutan kota pada empat kota diKalimantan Timur

    Table 7. Level of institution responsible in urban forest management in four cities in EastKalimantan

    Kota (City)No. Institusi ( Institution )

    Samarinda Balikpapan Bontang Tarakan

    1. Badan Lingkungan Hidup 2 1 2 2

    2. Dinas Pertanian, Perkebunandan Kehutanan

    1 1 1

    3. Dinas Pertanian, Kelautan da nPerikanan

    2

    4. Badan Perencanaan Daerah 3 3 3 35. Badan Pertanahan Nasional 4 4 4 4

    6. Dinas Kebersihan danPertamanan

    5 5 5 5

    Ketersediaan lahan, dasar legalitas,sarana organisasi, dukungan dan partisipasimasyarakat merupakan sebuah kebutuhan danjalur-jalur pengembangan terwujudnyaprogram pembangunan, pengembangan danpengelolaan hutan kota di wilayah KalimantanTimur. Institusi pemerintah atau swasta,bahkan perorangan yang mampu danmemenuhi syarat, merupakan wadah yangdapat menyelenggarakan pembangunanhutan-hutan di wilayah perkotaan. Lebihjauh, hal ini mengantisipasi adanya variasiyang besar dalam proporsi lahan di bawahpenetapan kepemilikan yang berbeda.

    Langkah awal yang dilakukan, antaralain, diefektifkannya peranan institusi sektor

    F. Kebijakan Hijau ( )Green Policy

    hijau (Dinas Kehutanan) untuk menanganisecara langsung dengan membangun danmengelola kawasan hijau binaan dalam wujud'hutan kota'. Niat tersebut muncul atas dasarpertimbangan (a) peran, fungsi dan jasabiologis pepohonan, yang terbukti mampumengendalikan berbagai bentuk pencemarandan sumber-sumber penyebabnya, karenakomunitas tumbuhan hutan kota dapat ber-fungsi sebagai paru-paru kota, (b) keterbatasanasset Pemda dalam hal penguasaan tanah akibatsemakin meningkatnya harga tanah, (c)meningkatnya jumlah kendaraan bermotordan berkembangnya wilayah industri (sumbercemaran lingkungan), serta (d) meningkatnyajumlah penduduk dan berkembangnyawilayah pemukiman, yang cenderungmendambakan kenyamanan lingkunganhidupnya.

    Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 9 No. 3, Desember 2012 : 219 - 239

  • Meningkatnya keyakinan kepada parajajaran pimpinan pemerintah daerah dananggota dewan legislatif akan pentingnyapengembangan dan pengelolaan hutan kotasebagai bagian dari RTH menentukankelancaran penyediaan anggaran yang besar( ) untuk pembangunan, pengem-bangan dan pengelolaan hutan kota sebagaiRuang Terbuka Hijau yang penting. Komit-men dan konsistensi pemerintah daerah danDPRD terhadap lingkungan dibuktikandengan dicantumkannya target hutan kota10% dari RTH 30% dalam RTRW setiap kota.Pemerintah daerah harus melakukan pening-katan kesadaran aparat lintas sektoral dalampengembangan hutan kota. Pemerintah daerahdan DPRD seharusnya menempatkan masalahhutan kota sebagai salah satu isu penting dalampembahasan anggaran dan program pem-bangunan yang berkelanjutan.

    Upaya-upaya mereduksi dampak negatifpembangunan fisik dan ekonomi perkotaansudah banyak dilakukan oleh berbagai pihak(pemerintah, swasta, masyarakat) untukmemperbaiki ekosistem di perkotaan, antaralain, dengan melakukan kegiatan penanamandi banyak lokasi di Samarinda, Balikpapan,Bontang dan Tarakan. Langkah lebih jauhpada tahun 2010 diprakarsai oleh GubernurKalimantan Timur dengan berbagai mottoseperti ,

    dan lain-lain, tampaknyamenjadi cikal bakal bahwa pembangunankawasan hijau menjadi satu kegiatan secaraterpadu berkelanjutan. Koordinasi denganpihak terkait dalam pengelolaannya secaraterpadu (integratif) perlu terus dilakukan.Penyusunan kebijakan daerah membutuhkankesamaan persepsi tentang hutan kota danpenyelenggaraannya agar program yangdijalankan bisa didukung oleh semua pihak. Disamping itu partisipasi masyarakat dalam

    green budget

    One billion trees one man five treesKaltim Green

    G. Pemberdayaan Komunitas Hijau

    penyusunan kebijakan dapat dilakukan dalambentuk pemberian informasi, saran danpertimbangan.

    Semua pemerintah kota yang menjadilokasi penelitian (Samarinda, Balikpapan,Bontang dan Tarakan) telah menetapkanbeberapa lokasi yang berupa tutupan lahanhijau sebagai hutan kota melalui beberapasurat keputusan walikota. Kebijakantersebut paling tidak dapat digunakansebagai dasar penyelenggaraan hutan kotadi tingkat tapak. Pemerintah kotaSamarinda, Balikpapan dan Bontang belumsecara khusus menetapkan peraturandaerah tentang hutan kota.Dari analisis kebijakan daerah yangdikeluarkan keempat kota tersebut terlihatbahwa kebijakan hutan kota yang adamasih menjadi bagian dari proses kebijakanperlindungan lingkungan kota, perlin-dungan lahan dan tata ruang kota secaraumum.Keempat kota sudah berpedoman pada PPNo.63 Tahun 2002 dalam hal penetapanluas hutan kota minimal 10% dari luaswilayahnya ke dalam rencana peraturandaerah tentang Rencana Tata RuangWilayah. Meskipun pencapaian luas hutankota yang telah ditetapkan hinggapenelitian ini berlangsung rata-rata masihdi bawah 10% namun hal ini sudah merupa-kan suatu kemajuan yang signifikan yangberhasil didorong oleh parapihak untuklandasan kebijakan jangka panjang.Banyak lahan yang kini telah dibangunsebagai kawasan-kawasan hijau dalambentuk hutan kota, akan tetapi belummerupakan jaminan sebagai kawasan hutandefinitif, sehingga sangat memungkinkan

    IV.

    A.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    1.

    2.

    3.

    4.

    233

    Kajian Aplikasi Kebijakan Huta Kota di . . .Tien Wahyuni & Ismayadi Samsoedin

  • diubah untuk kepentingan bangunan lain.Ketersediaan lahan dengan status per-untukan yang jelas perlu ditetapkan secaralugas, sebagai wahana pembangunan danpengembangan hutan kota, agar penye-lenggaraannya dapat dilakukan secaraterprogram.Sebagai kebijakan yang mengaturpemanfatatan ruang bagi publik, kebijakantata ruang dan hutan kota adalah kebijakanyang berada pada posisi yang sangatstrategis. Bagi pemerintah pusat dandaerah, pembuatan dan pengimplemen-tasian kebijakan ini akan menjadi buktidalam menjalankan tanggung jawab untukmemenuhi hak publik, baik untukmendapatkan akses ruang yang tepat,kepentingan ekonomi, sosial, dan budayamaupun guna mendapatkan lingkunganyang memenuhi standar kesejahteraan.Menurut parapihak keempat kota, tidaksemua kota memiliki ketersediaan lahan.Konflik penggunaan lahan yang ber-singgungan dengan tanah hak menjadimasalah dan membutuhkan pembahasanlebih lanjut.

    Perlu secepatnya mendorong lahirnyaperaturan daerah tentang Ruang TerbukaHijau secara umum dan hutan kota secarakhusus agar perencanaan pembangunan,pengembangan dan pengelolaan hutankota memiliki kekuatan hukum yang jelasdan tegas.Perencanaan tata ruang merupakan suatuhal yang bersifat politis dikarenakanadanya kepentingan di antaraparapihak yang ada. Walaupun ada tawar-menawar kepentingan, prioritas utamayang harus menjadi pijakan seluruh pihakadalah tata ruang dibentuk gunamelindungi ekosistem dan ekologi. Dalamproses ini hutan kota harus diposiskan

    5.

    6.

    1.

    2.

    B. Saran

    bargaining

    sebagai bagian dari upaya negara untukmemenuhi kebutuhan publik. Oleh karenaitu semua parapihak harus mempunyaikesadaran pentingnya hutan kota.Mengingat luasnya aspek pengelolaanhutan kota di masing-masing kota darimulai perencanaan, pelaksanaan, peme-liharaan dan pemanfaatan bagi kepen-tingan sosial maupun ekonomi danekologis, maka perlu kejelasan tentanginstitusi atau badan pengelola hutan kotaagar dapat berperan sebagai infrastrukturhijau.

    Abdul Kadir Muhammad. 2004. Hukum danPenelitian Hukum. PT. Citra AdityaBakti, Bandung.

    Badan Penelitian dan Pengembangan Kehu-tanan. 2009. ROADMAP Penelitian danPengembangan Kehutanan 2010-2025.Departemen Kehutanan. Jakarta.

    Daryadi, L., Q.A.B. Priarso, T.S. Rostian danE. Wahyuningsih. 2002. KonservasiLanskap. Alam, Lingkungan danPembangunan. Penerbit: PerhimpunanKebun Binatang Se-Indonesia ZoologicalParks Association.

    Farina, A. 1998. Principles and Methods inLandscape Ecology. Chapman and Hall.London-Weinheim-New York-Tokyo-Melbourne-Madras.

    Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14tahun. Tentang Penataan RuangTerbuka Hijau di Wilayah Perkotaan.

    Peraturan Pemerintah No. 63 tahun 2002tentang Hutan Kota.

    Peraturan Daerah. No. 12 tahun 2003 tentangRencana Tata Ruang Wilayah Kota

    3.

    DAFTAR PUSTAKA

    Samarinda.

    234

    Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 9 No. 3, Desember 2012 : 219 - 239

  • Samsoedin dan Waryono. 2010. Hutan kotadan keanekaragaman jenis pohon diJabodetabek. Yayasan KEHATIIndonesia Biodiversity Foundation.

    Samsoedin, I. 2010. Rencana PenelitianIntegratif 2010-2014. PengembanganHutan Kota/Lanskap Perkotaan. PusatPenelit ian Sosial Ekonomi danKebijakan Kehutanan. Bogor.

    Statistik Provinsi Kalimantan Timur. 2010.Kalimantan Timur Dalam Angka 2010.Central Board of Statistics and RegionalDevelopment Planning Board of EastKalimantan Province. Samarinda, EastK a l i m a n t a n . W e b s i t e :

    .http://www.kaltim.bps.go.id

    Undang-undang No.26 tahun 2007 tentangPenataan Badan Perencanaan danPembangunan Nasional (BAPPENAS).Website: .

    Widiantono, D.J dan I. Soepriadi. 2009.Menakar Kinerja Kota-kota di Indonesia.Tata Ruang Online Bulletin. ISSN: 19781571. Edisi Januari Pebruari 2009.

    Yayasan Bumi. 2006. Evaluasi Hutan KotaSamarinda.

    Yayasan Peduli. 2004. Hutan Kota Balikpapan.Paru-paru kota yang terlupakan. Catatanhasil study partisipatif. Potensi KawasanHutan Kota Telaga Sari. April-Agustus2003. Yayasan Peduli didukung olehU n o c a l I n d o n e s i a C o m p a n y -Balikpapan.

    Ruang.

    http://www.bappenas.go.id

    235

    Kajian Aplikasi Kebijakan Huta Kota di . . .Tien Wahyuni & Ismayadi Samsoedin

  • Lam

    pir

    an. 1

    . Dat

    ah

    uta

    nk

    ota

    , lo

    kas

    i,lu

    as, s

    tatu

    sla

    han

    dan

    pen

    etap

    andi

    Sam

    arin

    daA

    ppen

    dix

    1.U

    rban

    fore

    stda

    ta, l

    ocat

    ion

    , are

    a,st

    atu

    san

    dde

    term

    inat

    ion

    ofla

    nd

    inSa

    mar

    inda

    No

    .N

    ama

    Hu

    tan

    Ko

    ta

    (Nam

    eof

    Urb

    anFo

    rest

    )

    Lo

    kas

    i

    (Loc

    atio

    n)

    Lu

    as

    (ha

    )

    Stat

    us

    Lah

    an

    (Lan

    dSt

    atu

    s)

    Stat

    us

    Pen

    etap

    an

    (Det

    erm

    inat

    ion

    Stat

    us

    )

    1.H

    ote

    lM

    esra

    Jl.

    Kes

    um

    aB

    angs

    a2,

    30T

    anah

    Per

    usa

    haa

    nSK

    no

    .17

    8/H

    K-K

    S/20

    052.

    Jl. P

    emb

    angu

    nan

    /Jl.

    Sup

    rap

    to,

    Vo

    or

    fo0,

    48T

    anah

    Neg

    ara

    SKn

    o.

    178/

    HK

    -KS/

    2005

    3.L

    ingk

    un

    gan

    Bal

    aiK

    ota

    Jl. K

    esu

    ma

    Ban

    gsa

    7,64

    Tan

    ahP

    emk

    ot

    SKn

    o.

    178/

    HK

    -KS/

    2005

    4.U

    jun

    gJe

    mb

    atan

    Mah

    akam

    Jl. U

    ntu

    ng

    Suro

    pat

    i1,

    50T

    anah

    Neg

    ara

    SKn

    o.

    178/

    HK

    -KS/

    2005

    5.U

    niv

    ersi

    tas

    Mu

    law

    arm

    anK

    om

    ple

    kG

    n.

    Kel

    ua

    49,0

    0T

    anah

    Neg

    ara

    SKn

    o.

    178/

    HK

    -KS/

    2005

    6.P

    .T. H

    arta

    ty60

    ,00

    Tan

    ahp

    eru

    sah

    aan

    SKn

    o.

    178/

    HK

    -KS/

    2005

    7.P

    .T. G

    ani

    Mu

    lya

    Sam

    arin

    daSe

    ber

    ang

    0,97

    Tan

    ahp

    eru

    sah

    aan

    SKn

    o.

    178/

    HK

    -KS/

    2005

    8.P

    .T. S

    um

    ber

    Mas

    Sam

    arin

    daSe

    ber

    ang

    85,0

    0T

    anah

    per

    usa

    haa

    nSK

    no

    .17

    8/H

    K-K

    S/20

    059.

    P.T

    . Su

    mal

    indo

    Sam

    arin

    daSe

    ber

    ang

    3,60

    Tan

    ahp

    eru

    sah

    aan

    SKn

    o.

    178/

    HK

    -KS/

    2005

    10.

    Tam

    anM

    akam

    Pah

    law

    anJl

    .K

    esu

    ma

    Ban

    gsa

    0,52

    Tan

    ahP

    emk

    ot

    SKn

    o.

    178/

    HK

    -KS/

    2005

    11.

    Bel

    akan

    gru

    mah

    jab

    atan

    wal

    iko

    taJl

    . S.P

    arm

    an1,

    75T

    anah

    Pem

    ko

    tSK

    no

    .17

    8/H

    K-K

    S/20

    0512

    .P

    .T. K

    ian

    iT

    elu

    kT

    jin

    ta,

    Seli

    li6,

    00T

    anah

    per

    usa

    haa

    nSK

    no

    .17

    8/H

    K-K

    S/20

    05

    13.

    SMU

    10M

    elat

    iSa

    mar

    inda

    Seb

    eran

    g5,

    00T

    anah

    Yay

    asan

    SKn

    o.

    178/

    HK

    -KS/

    2005

    14.

    Keb

    un

    Ray

    aU

    nm

    ul

    Sam

    arin

    da(K

    RU

    S)L

    emp

    ake

    300,

    00T

    anah

    Neg

    ara

    SKn

    o.

    178

    /HK

    -KS/

    2005

    15.

    HK

    Pem

    ko

    tSa

    mar

    inda

    Seb

    eran

    g5,

    00T

    anah

    Pem

    ko

    tSK

    no

    .17

    8/H

    K-K

    S/20

    0516

    .A

    sih

    Man

    un

    tun

    gG

    n.

    Kel

    ua

    0,25

    Tan

    ahy

    ayas

    anSK

    no

    .17

    8/H

    K-K

    S/20

    0517

    .P

    esan

    tren

    Hid

    ayat

    ull

    ahG

    n.

    Kel

    ua

    1,00

    Tan

    ahP

    esan

    tren

    SKn

    o.

    178/

    HK

    -KS/

    2005

    18.

    HK

    Pem

    ko

    tM

    akro

    man

    Mak

    rom

    an16

    7,00

    Tan

    ahP

    emk

    ot

    SKn

    o.

    178/

    HK

    -KS/

    2005

    19.

    Tan

    ahp

    erta

    nia

    nte

    rpad

    u20

    ,00

    Tan

    ahn

    egar

    aSK

    no

    .17

    8/H

    K-K

    S/20

    0520

    .K

    asde

    saL

    emp

    ake

    Des

    aM

    uan

    g,L

    emp

    ake

    3,50

    Tan

    ahD

    esa

    SKn

    o.

    178/

    HK

    -KS/

    2005

    21.

    Pes

    antr

    enN

    abil

    Hu

    sien

    9,75

    Tan

    ahP

    esan

    tre

    nSK

    no

    .17

    8/H

    K-K

    S/20

    0522

    .P

    esan

    tren

    Syai

    cho

    na

    Ch

    oli

    l0,

    25T

    anah

    Pes

    antr

    enSK

    no

    .17

    8/H

    K-K

    S/20

    0523

    .R

    um

    ahp

    oto

    ng

    hew

    anL

    emp

    ake

    2,00

    Tan

    ahp

    emk

    ot

    SKn

    o.

    178/

    HK

    -KS/

    2005

    24.

    Lin

    gku

    nga

    nla

    p. S

    oft

    bal

    lG

    OR

    Segi

    riSe

    giri

    ,Jl

    .K

    esu

    ma

    Ban

    gsa

    0,50

    Tan

    ahP

    emp

    rop

    SKn

    o.

    178/

    HK

    -KS/

    2005

    25.

    Per

    pu

    stak

    aan

    ko

    taJl

    .K

    esu

    ma

    Ban

    gsa

    0,60

    Tan

    ahp

    emk

    ot

    SKn

    o.

    178/

    HK

    -KS/

    2005

    26.

    Fak

    ult

    asP

    erta

    nia

    nU

    nm

    ul

    Gn

    .K

    elu

    a6,

    50T

    anah

    neg

    ara

    SKn

    o.

    178/

    HK

    -KS/

    2005

    To

    ta

    l69

    1,11

    Sum

    ber

    :Dio

    lah

    dari

    lam

    pir

    anSK

    Wal

    iko

    taSa

    mar

    inda

    ten

    tan

    gH

    uta

    nK

    ota

    No

    .224

    /199

    2da

    nSK

    .No

    .178

    /HK

    -KS/

    2005

    Sour

    ce: P

    roce

    ssed

    from

    appe

    ndi

    xof

    May

    orD

    ecre

    eof

    Sam

    arin

    daN

    o.22

    4/19

    92da

    nSK

    .No.

    178/

    HK

    -KS/

    2005

    236

    Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 9 No. 3, Desember 2012 : 219 - 239

  • Lam

    pir

    an2.

    Dat

    ah

    uta

    nk

    ota

    ,lo

    kas

    i,lu

    as, s

    tatu

    sla

    han

    dan

    pen

    etap

    andi

    Bal

    ikp

    apan

    App

    endi

    x2.

    Urb

    anfo

    rest

    data

    , loc

    atio

    n, a

    rea,

    stat

    usan

    dde

    term

    inat

    ion

    ofla

    nd

    inB

    alik

    papa

    n

    No

    .N

    ama

    hu

    tan

    ko

    ta(N

    ame

    ofU

    rban

    Fore

    st)

    Lo

    kas

    i(L

    ocat

    ion

    )L

    uas

    (ha

    )St

    atu

    sL

    ahan

    (Lan

    dSt

    atus

    )St

    atu

    sP

    enet

    apan

    (Det

    erm

    inat

    ion

    Stat

    us)

    1.B

    elt

    Un

    oca

    lK

    el. T

    elag

    aSa

    ri, B

    ali

    kap

    anSe

    lata

    n29

    ,574

    Tan

    ahn

    egar

    aSK

    no

    .188

    .45

    -176

    /199

    62.

    Bel

    tR

    SKD

    Kel

    . Bat

    uA

    mp

    ar, B

    alik

    pap

    anU

    tara

    3,76

    9T

    anah

    Pem

    pro

    pSK

    no

    .188

    .45

    -176

    /199

    6

    3.B

    uk

    itR

    adar

    Kel

    . Gn

    . Sar

    iU

    lu, B

    alik

    pap

    anT

    enga

    h7,

    996

    Tan

    ahP

    emk

    ot

    SKn

    o.1

    88.4

    5-3

    8/19

    964.

    Ru

    mah

    Din

    asP

    raja

    Bh

    akti

    Gn

    . Sam

    arin

    da, B

    alik

    pap

    anB

    aru

    2,78

    8T

    anah

    Pem

    ko

    tSK

    no

    .188

    .45

    -38/

    1996

    5.K

    iri

    Jl. S

    yar

    ifu

    din

    Yo

    es, s

    etel

    ahSP

    BU

    Tra

    ffic

    Lig

    ht

    Kel

    . Gn

    . Bah

    agia

    0,51

    6T

    anah

    Pem

    ko

    tSK

    no

    .188

    .45

    -38/

    1996

    6.B

    elt

    Per

    um

    Ko

    rpri

    Kel

    .Se

    pin

    ggan

    0,62

    6T

    anah

    Pem

    ko

    tSK

    no

    .188

    .45

    -192

    /199

    77.

    Sep

    ingg

    anD

    alam

    Kel

    .Se

    pin

    ggan

    0,31

    1T

    anah

    Neg

    ara

    SKn

    o.1

    88.4

    5-1

    92/1

    997

    8.K

    elu

    rah

    anSe

    pin

    ggan

    Kel

    .Se

    pin

    ggan

    0,29

    2T

    anah

    Neg

    ara

    /Mas

    yar

    akat

    SKn

    o.1

    88.4

    5-1

    92/1

    997

    9.G

    un

    un

    gK

    om

    end

    ur

    Per

    apat

    an7,

    310

    T.

    Neg

    ara/

    Mas

    yar

    akat

    SKn

    o.1

    88.4

    5-19

    2/19

    9710

    .Jl

    .M

    anu

    ngg

    alK

    el.G

    n. B

    ahag

    ia2,

    000

    Tan

    ahP

    emk

    ot

    SKn

    o.1

    88.4

    5-1

    92/1

    997

    11.

    Dra

    inas

    eR

    apak

    s/d

    Kr.

    An

    yar

    ,M

    uar

    aR

    apak

    Kel

    . Kar

    ang

    Jati

    ,B

    alik

    pap

    anT

    enga

    h0,

    417

    Tan

    ahN

    egar

    aSK

    no

    .188

    .45

    -46

    A/1

    999

    12.

    Rel

    ok

    asi

    Ind

    ust

    riT

    ahu

    Tem

    pe

    Som

    ber

    Mu

    ara

    rap

    ak, B

    alik

    pap

    anU

    tara

    5,34

    6T

    anah

    Pem

    ko

    tSK

    no

    .188

    .45

    -46

    A/1

    999

    13.

    Mas

    jid

    Rau

    dhat

    ul

    Ibad

    ahK

    el.

    Gn

    . Bah

    agia

    0,43

    8T

    anah

    Pem

    ko

    tSK

    no

    .188

    .45

    -11/

    2000

    14.

    Dep

    anp

    asar

    bu

    run

    gs/

    dsa

    mp

    ing

    Ktr

    . Kel

    .Gn

    . Bah

    agia

    Kel

    .G

    n. B

    ahag

    ia1,

    487

    Tan

    ahP

    emk

    ot

    SKn

    o.1

    88.

    45-1

    1/20

    00

    15.

    RSS

    Dam

    aiII

    I(L

    ap.

    Bo

    la)

    Kel

    . Gn

    . Bah

    agia

    1,54

    4T

    anah

    Pem

    ko

    tSK

    no

    .188

    .45

    -155

    /200

    416

    .R

    SSD

    amai

    III

    (dek

    atm

    asji

    d)K

    el. G

    n.

    Bah

    agia

    1,00

    0T

    anah

    Pem

    ko

    tSK

    no

    .188

    .45

    -155

    /200

    417

    .E

    ks

    TP

    AS

    Km

    .12

    Kel

    . Kr.

    Joan

    g4,

    000

    Tan

    ahP

    emk

    ot

    SKn

    o.1

    88.

    45-1

    55/2

    004

    18.

    Po

    np

    esSy

    aich

    on

    aC

    ho

    lil

    Kel

    . Sep

    ingg

    an3,

    000

    Tan

    ahP

    esan

    tren

    SKn

    o.1

    88.4

    5-1

    55/2

    004

    19.

    Bak

    auJl

    .AM

    DT

    epia

    nK

    el. M

    argo

    mu

    lyo

    3,20

    0T

    anah

    Pem

    ko

    tSK

    no

    .188

    .45

    -155

    /200

    420

    .T

    PA

    SM

    angg

    arK

    el. M

    angg

    ar,

    Bal

    ikp

    apan

    Tim

    ur

    5,00

    0T

    anah

    Pem

    ko

    tSK

    no

    .188

    .45

    -155

    /200

    421

    .B

    akau

    Mar

    gasa

    riK

    el.M

    arga

    sari

    , Bal

    ikp

    apan

    Bar

    at11

    ,000

    Tan

    ahN

    egar

    aSK

    no

    .188

    .45

    -156

    /200

    4

    To

    ta

    l81

    ,614

    Sum

    ber

    : Dio

    lah

    dari

    lam

    pir

    anSK

    Wal

    iko

    taB

    alik

    pap

    ante

    nta

    ng

    Hu

    tan

    Ko

    tada

    ri19

    96s/

    d20

    06So

    urce

    : Pro

    cess

    edfr

    omap

    pen

    dix

    ofM

    ayor

    Dec

    ree

    ofB

    alik

    papa

    nab

    out

    Urb

    anFo

    rest

    from

    1996

    to20

    06

    237

    Kajian Aplikasi Kebijakan Huta Kota di . . .Tien Wahyuni & Ismayadi Samsoedin

  • Lampiran 3. Data luas potensi hutan kota yang belum ditetapkan di Balikpapan (2011)Appendix 3. Data of area urban forest potential has not been established in Balikpapan (2011)

    No.Nama hutan kota

    (Name of urban forest )Lokasi

    (Location )Luas(ha)

    Status lahan

    dan Penetapan(Land and

    determination Status)

    1. Kariangau Kariangau 3,000 Masih proses2. Buffer Zone Pertamina Kel. Karang Jati, Balikpapan

    Tengah2,500 idem

    3. TNI Angkat an Laut Kel. Karang Jati, Balikpapan

    Tengah

    2,600 idem

    4. Bantaran SungaiJl.A.Yani

    Kel. Karang Jati, BalikpapanTengah

    0,420 idem

    5. Hutan Karang Rejo Kel. Karang Rejo 1,650 idem6. Hutan Perapatan Perapatan 7,311 idem7. RT, 42 Batu Ampar Kel. Batu A mpar, Balikpapan

    Utara

    4,000 idem

    8. RT.55 Batu Ampar Kel. Batu Ampar, BalikpapanUtara

    5,000 idem

    Sumber: Diolah daSK Walikota Balikpapan tentang Hutan Kota dari 1996 s/d 2006Source: Processed from appendix of Mayor Decree of Balikpapan about Urban Forest from 1996 to 2006

    Lampiran 4. Data hutan kota, lokasi, luas, status lahan dan penetapan di BontangAppendix 4. Urban forest data, location, area, status and determination of land in Bontang

    No.Nama hutan kota

    (Name of urban forest )

    Lokasi

    (Locat ion)

    Luas

    (ha)

    Status lahan

    (Land status )

    Status penetapan

    (Determination status )

    1. Bontang Lestari Desa Sekambing 7,153 TanahPemkot

    SK no.36 th. 2003

    2. HK Bontang Kel. BontangLestari

    2,900 TanahPemkot

    SK no. 370.1 th.2006

    3. RTH Jl. Stadion Kel. BontangLestari

    1,000 TanahPemkot

    SK no.225 th.2008

    4. HK Zona penyanggaTPA Bontang

    Kel. BontangLestari

    3,000 TanahPemkot

    SK no.115.1 th.2008

    5. HK AgrowisaraBontang

    Jl. M.Roem, Kel.Bontang Lestari

    3,500 TanahPemkot

    SK no. 129.1 th. 2009

    6. HK Kawasan StadionBontang

    Kel. BontangLestari

    3,000 TanahPemkot

    SK no. 136.1 th. 2009

    T o t a l 20,053

    Sumber: Diolah dari lampiran SK Walikota Bontang tentang Hutan Kota dari 2003 s/d 2009Source: Processed from appendix of Mayor Decree of Bontang about Urban Forest from 2003 to 2009

    238

    Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 9 No. 3, Desember 2012 : 219 - 239

  • Lam

    pir

    an5.

    Dat

    ah

    uta

    nk

    ota

    , lo

    kas

    i,lu

    as,st

    atu

    sla

    han

    dan

    pen

    etap

    andi

    Tar

    akan

    App

    endi

    x5.

    Urb

    anfo

    rest

    data

    , loc

    atio

    n, a

    rea,

    stat

    us

    and

    dete

    rmin

    atio

    nof

    lan

    din

    Tar

    akan

    No

    .N

    ama

    hu

    tan

    ko

    ta

    (Nam

    eof

    urba

    nfo

    rest

    )

    Lo

    kas

    i

    (Loc

    atio

    n)

    Lu

    as

    (ha)

    Stat

    us

    lah

    an

    (Lan

    dst

    atus

    )

    Stat

    us

    pen

    etap

    an

    (Det

    erm

    inat

    ion

    stat

    us)

    1.K

    aran

    gH

    arap

    anK

    el. K

    aran

    gA

    ny

    ar50

    ,00

    Tan

    ahP

    emk

    ot

    SK.

    No

    .49/

    2002

    2.A

    gro

    fore

    stry

    Kel

    . Kar

    ang

    Har

    apan

    21,0

    0T

    anah

    Pem

    ko

    tSK

    .N

    o.4

    9/20

    023.

    Saw

    ahL

    un

    toSk

    ipK

    el. P

    amu

    sian

    Kp

    . ISk

    ip6,

    50T

    anah

    Pem

    ko

    tSK

    .N

    o.4

    9/20

    024.

    Pan

    glim

    aB

    atu

    rK

    el. S

    eben

    gko

    k&

    Pam

    usi

    an10

    ,00

    Tan

    ahP

    emk

    ot

    SK.

    No

    .49/

    2002

    5.G

    n. B

    elah

    TV

    RI

    Kel

    . Seb

    engk

    ok

    &P

    amu

    sian

    15,0

    0T

    anah

    Pem

    ko

    tSK

    .N

    o.4

    9/20

    026.

    Gn

    . Am

    alI

    Kel

    . Pan

    tai

    Am

    al38

    ,16

    Tan

    ahP

    em

    ko

    t

    7.G

    n. A

    mal

    IIK

    el. P

    anta

    iA

    mal

    82,0

    0T

    anah

    Un

    iv. B

    orn

    eo8.

    Wis

    ata

    Pan

    tai

    Am

    alK

    el. K

    p. I

    VP

    anta

    iA

    mal

    51,0

    0T

    anah

    Pem

    ko

    tSK

    .N

    o.4

    9/20

    029.

    Gn

    . Ker

    amat

    Kel

    . Kam

    pu

    ng

    615

    ,00

    Tan

    ahP

    emk

    ot

    SK.

    No

    .49/

    2002

    10.

    Gn

    . Pas

    irK

    el. P

    amu

    sian

    (Lad

    ang)

    15,0

    0T

    anah

    Pem

    ko

    tSK

    .N

    o.4

    9/20

    0211

    .T

    anju

    ng

    Pas

    irK

    el. M

    amb

    uru

    nga

    n25

    ,00

    Tan

    ahP

    emk

    ot

    SK.

    No

    .49/

    2002

    12.

    Hu

    tan

    Wan

    awis

    ata

    Juat

    aK

    el. J

    uat

    aK

    erik

    il15

    0,00

    Tan

    ahP

    emk

    ot

    Are

    an

    o: 5

    90/0

    7/P

    em/2

    005

    13.

    Kaw

    asan

    Ko

    nse

    rvas

    iM

    angr

    ove

    Bek

    anta

    nK

    el. K

    aran

    gR

    ejo

    22,0

    0T

    anah

    Pem

    ko

    t,

    10H

    au

    ntu

    kp

    eman

    faat

    anH

    uta

    nM

    angr

    ove

    SKN

    o. 5

    91/H

    K-V

    /257

    /200

    1

    14.

    Per

    mai

    Les

    tari

    Kel

    . Ju

    ata

    Per

    mai

    5,00

    Tan

    ahP

    emk

    ot

    SK.

    No

    .500

    /006

    /P2T

    /200

    415

    .T

    aman

    Min

    yak

    Kel

    . Kam

    pu

    ng

    63,

    00T

    anah

    pri

    vat

    /WK

    P

    Per

    tam

    ina

    SK.

    No

    .591

    /201

    1

    16.

    Sun

    gai

    Bat

    uM

    apan

    Kel

    . Pan

    tai

    Am

    al4,

    00T

    anah

    Pem

    ko

    tSK

    .No

    .591

    /49/

    T.P

    EM

    /201

    017

    .M

    amb

    uru

    nga

    nK

    el. M

    amb

    uru

    nga

    n30

    ,00

    Tan

    ahP

    emk

    ot

    SK.

    No

    .591

    /02/

    PE

    M/2

    009

    18.

    Gn

    . Bak

    soK

    el. K

    aran

    gB

    alik

    1,40

    Tan

    ahP

    emk

    ot

    SK.

    No

    .591

    /23/

    T.P

    EM

    /200

    9

    To

    ta

    l54

    4.06

    Sum

    ber

    : Dio

    lah

    dar

    ila

    mp

    iran

    SKW

    alik

    ota

    Tar

    akan

    ten

    tan

    gH

    uta

    nK

    ota

    dari

    2002

    s/d

    2011

    Sour

    ce: P

    roce

    ssed

    from

    appe

    ndi

    xof

    May

    orD

    ecre

    eof

    Tar

    akan

    abou

    tU

    rban

    Fore

    stfr

    om20

    02to

    2011

    239

    Kajian Aplikasi Kebijakan Huta Kota di . . .Tien Wahyuni & Ismayadi Samsoedin