profosal bu siti dan mia

45
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK USIA DINI MELALUI MEDIA STIKER ALFABET DI PAUD CENDANA ASIH DESA KONDANG JAYA KEC KARAWANG TIMUR KAB KARAWANG PROFOSAL SKRIPSI Diajukan Kepada Jurusan PAUD STKIP Pancasakti Bekasi Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian. Dosen : DR. H. Deden Thosin waskita, M. Pd. Oleh : Siti Khodijah NIM 048620712150621

Upload: iing-doang

Post on 03-Jan-2016

573 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Profosal Bu Siti Dan Mia

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK USIA 

DINI MELALUI MEDIA STIKER ALFABET

DI PAUD CENDANA ASIH DESA KONDANG JAYA KEC KARAWANG

TIMUR KAB KARAWANG

PROFOSAL SKRIPSI

Diajukan Kepada Jurusan PAUD STKIP Pancasakti Bekasi Untuk Memenuhi Tugas Mata

Kuliah Metodologi Penelitian.

Dosen : DR. H. Deden Thosin waskita, M. Pd.

Oleh :

Siti Khodijah

NIM

048620712150621

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PAUD SEKOLAH TINGGI

KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PANCASAKTI (BEKASI)

TAHUN AJARAN 2013-2014

Page 2: Profosal Bu Siti Dan Mia

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Kemampuan membaca adalah salah satu fungsi kemanusiaan yang tertinggi dan menjadi

pembeda manusia dengan makhluk lain. Di dunia modern saat ini, kemampuan membaca dapat

menentukan kualias seorang manusia. Banyak membaca dapat menjadikan seseorang memiliki

ilmu pengetahuan luas, bijaksana, dan memilik nilai-nilai lebih dibandingkan orang yang tidak

membaca sama sekali, sedikit membaca atau hanya membaca bacaan tidak berkualitas. Baca atau

membaca dapat dirtikan sebagai kegiatan menelusuri, memahami, hingga mengeksplorasi

berbagai simbol. Simbol dapat berupa rangkaian huruf-huruf, dalam suatu tulisan atau bacaan,

bahkan gambar.

Walaupun membaca diartikan demikian, tetapi secara khusus membaca diartikan

mengerti tulisan. Sekarang bagaimana menjadikan anak mampu membaca dengan baik? Untuk

menjadikan anak mampu membaca yang terpenting dilakukan orangtua dan guru adalah memilih

media atau sarana yang dapat membantu mengasah kemampuannya dengan cara yang

menyenangkan.

Pendidikan di PAUD dilaksanakan dengan prinsip bermain sambil belajar atau belajar

seraya bermain sesuai dengan perkembangan anak didik (Anonymous, 2001:5). Pelaksanaan

pendidikan tersebut harus terencana, terprogram dan tetap memperhatikan tingkat perkembangan

anak. Penggunaan strategi, metode dan sumber/media belajar mengajar harus disesuaikan dengan

kebutuhan, minat dan kemampuan anak didik.

Page 3: Profosal Bu Siti Dan Mia

Membaca dalam proses pembelajaran memegang peranan yang sangat penting. Membaca

merupakan sarana utama bagi seorang anak untuk mengasah keingintahuannya. Anak-anak yang

memiliki kemampuan membaca yang baik pada umumnya memiliki kemampuan yang baik pula

dalam mengungkapkan pemikiran, perasaan serta tindakan interaktif dengan lingkungannya.

Oleh karena itu, perkembangan kemampuan membaca anak dalam proses pembelajaran harus

memperoleh perhatian yang serius bagi pendidik (utamanya guru dan orangtua atau keluarga).

Perkembangan kemampuan membaca anak dapat diamati melalui kemampuan bercerita,

bercakap-cakap, membaca puisi, menyanyi dan sebagainya, yang kesemuanya ini dapat

diperoleh dari berbagai sumber baik melalui bahan bacaan, diceritakan orang lain atau

mendengar siaran-siaran media masa baik lewat radio atau televisi. Upaya untuk

mengembangkan kemampuan berbahasa anak di PAUD dapat dilakukan melalui berbagai cara

dan tahapan-tahapan tertentu.

Dalam rangka untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka perlu adanya usaha yang harus

dilakukan secara bertahap. Karena membaca merupakan proses yang lebih rumit dibandingkan

dengan proses komunikasi lisan. Hal tersebut menunjukkan rendahnya tingkat penguasaan materi

anak terhadap pembelajaran. Dari 20 anak yang berhasil hanya 5 anak, baru mencapai 25%. Itu

yang terjadi di PAUD Cendana Asih

Oleh karena itu usaha awal yang harus ditempuh guru PAUD Cendana Asih membentuk

kebiasaan dan kegemaran membaca melalui media yang dipilih dengan tujuan anak dapat tertarik

minat bacanya sejak dini. Media itu adalah stiker alfabet agar pembelajaran menjadi lebih

menyenangkan dan tentunya lebih meningkatkan hasil kemampuan membaca siswa di PAUD

Cendana Asih dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) agar mencapai ketuntasan >

75%.

Page 4: Profosal Bu Siti Dan Mia

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis mengambil judul “Upaya

Meningkatkan Kemampuan Membaca Anak Usia Dini melalui Media Stiker Alfabet di PAUD

Cendana Asih.

B.     IDENTIFIKASI MASALAH

Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran aspek bahasa mengalami berbagai masalah

yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam memahami materi. Dari kejadian

tersebut penulis mendiskusikan dengan teman sejawat sehingga diperoleh hasil identifikasi

masalah sebagai berikut :

1.      Guru terlalu lama memberikan materi.

2.      Guru kurang menyediakan fasilitas pembelajaran yang berupa alat peraga.

3.      Siswa kurang aktif dalam pembelajaran.

4.      Siswa kurang respon terhadap pertanyaan guru.

5.      Hanya siswa yang pandai yang cepat selesai mengerjakan tugasnya.

C.    PEMBATASAN MASALAH

Untuk menghindari pengembangan masalah yang terlalu luas, maka penelitian ini

dibatasi permasalahannya yaitu yang berkaitan dengan meningkatkan kemampuan membaca

anak usia Dini melalui media stiker alfabet di PAUD Cendana Asih. Penelitian ini dikenakan

pada anak dengan jumlah 20 di PAUD Cendana Asih.

Page 5: Profosal Bu Siti Dan Mia

D.    RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan

masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bagaimana meningkatkan pemahaman anak dalam membaca melalui stiker alfabet?

E.     TUJUAN PENELITIAN

Setiap tindakan ataupun kegiatan manusia di dunia pasti memiliki tujuan yang ingin

dicapai. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan membaca anak

melalui media stiker alfabet di PAUD Cendana Asih.

F.     MANFAAT PENELITIAN

Dengan adanya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan perbaikan pembelajaran,

diperoleh banyak sekali manfaat bagi siswa, guru dan sekolah.

1.      Secara Teoritis

a.       Sebagai pendorong untuk meningkatkan pelaksanaan pendidik sehingga dapat menjadi produk

pengetahuan bagi orangtua dan guru.

b.      Sebagai informasi pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan bahasa anak terutama

membaca.

2.      Secara Praktis

a.       Manfaat bagi siswa

1)      Meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar anak dalam aspek pembelajaran bahasa.

2)      Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep perkembangan

bahasa yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Page 6: Profosal Bu Siti Dan Mia

b.      Manfaat bagi guru

1)      Memperoleh wawasan dalam memilih dan menggunakan alternative pembelajaran yang tepat

dalam menyampaikan materi bahasa, khususnya membaca.

2)      Menambah wawasan dan kemampuan guru dalam melaksanakan perencanaan dan evaluasi

kemampuan siswa.

3)      Dapat memperbaiki proses pembelajaran dan mengembangkan profesionalisme keguruan.

c.       Manfaat bagi sekolah

1)      Siswa yang bersangkutan akan lebih maju karena siswa dan gurunya sama-sama memiliki

kemampuan yang bagus.

2)      Sekolah tidak akan enggan atau ragu untuk melengkapi fasilitas sarana dan prasaran demi

tuntutan kemajuan zaman.

3)      Sekolah dipercaya dan didukung oleh masyarakat jika mutu atau SDM siswa dan gurunya bagus.

Page 7: Profosal Bu Siti Dan Mia

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

LANDASAN TEORI

A.    HAKEKAT MEMBACA

1.      Pengertian  Membaca

Membaca merupakan salah satu aspek penting yang diajarkan, karena kegiatan membaca

merupakan kegiatan yang kompleks dan melibatkan berbagai keterampilan. Hal ini ditegaskan

oleh Grellt (dalam Muchlisoh dkk, 1992:119), bahwa “kegiatan membaca adalah semacam

dialog antara pembaca dan penulis, tanpa kecuali anak usia dini, dan kemampuan membaca

mempengaruhi kemampuan berbicara, sehingga dapat dikatakan bahwa membaca merupakan

aspek kebahasaan yang berfungsi sebagai pintu awal dalam membuka cakrawala berpikir

seseorang”. Demikian pula menurut Flood dan Lapp (1981:350), bahwa “membaca merupakan

suatu proses berpikir yang mana pembaca menjadi partisipan aktif”.

Anderson yang dikutip oleh Tarigan (1986:8), menjelaskan bahwa “membaca adalah

suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang

disampaikan melalui media kata-kata, di mana kata-kata tersebut merupakan satu kesatuan yang

dapat dilihat dan mempunyai makna. Proses membaca dimulai dari keinginan anak untuk

memahami dan melafalkan huruf sehingga menjadi rangkaian kata-kata yang penuh makna.

Oleh karena itu, permulaan membaca bagi anak di Pendidikan Anak Usia Dini harus

memperoleh perhatian sungguh-sungguh dari pendidik, sehingga anak menyadari bahwa dengan

membaca anak-anak dapat memperoleh berbagai pengetahuan dan informasi dari media cetak,

Page 8: Profosal Bu Siti Dan Mia

dan pada akhirnya mereka dapat menginformasikan dan mengkomunikasikan itu kepada orang

lain.

2.      Jenis-jenis Membaca

Menurut Tarigan (1984:11) jenis membaca tampak seperti pada bagan berikut. Membaca

terdiri atas :

a.       Membaca nyaring

Membaca nyaring sering kali disebut membaca bersuara atau membaca teknik. Disebut

demikian karena pembaca mengeluarkan suara secara nyaring pada saat membaca.

b.      Membaca dalam hati.

Membaca dalam hati, terdiri atas :

1)      Membaca ekstensif

Membaca Ekstensif, terdiri atas : membaca survey, membaca sekilas dan membaca dangkal.

Membaca ekstensif merupakan proses membaca yang dilakukan secara luas. Luas berarti

1. bahan bacaan beraneka dan banyak ragamnya;

2. waktu yang digunakan cepat dan singkat.

Tujuan membaca ekstensif adalah sekadar memahami isi yang penting dari bahan bacaan dengan

waktu yang cepat dan singkat.

2)      Membaca intensif.

Membaca intensif : Membaca telah isi, membaca telah bahasa

Membaca telah isi : Membaca teliti, membaca pemahaman,membaca kritis,membaca ide-ide.

Membaca telah bahasa : membaca bahasa, membaca sastra.

Page 9: Profosal Bu Siti Dan Mia

Membaca intensif adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara saksama dan merupakan

salah satu upaya untuk menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca secara kritis.

Membaca intensif merupakan studi saksama, telaah teliti, serta pemahaman terinci terhadap

Suatu bacaan sehingga timbul pemahaman yang tinggi. Membaca intensif dapat dibagi menjadi

dua kelompok, yakni membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Membaca telaah isi

meliputi membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, dan membaca ide, sedangkan

membaca telaah bahasa meliputi membaca bahasa dan membaca sastra.

a)      Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman merupakan suatu kegiatan membaca yang tujuan utamanya adalah

memahami bacaan secara tepat dan cepat. Sejumlah aspek yang perlu diperlukan pembaca dalam

membaca pemahaman adalah:

(1)   memiliki kosa kata yang banyak;

(2)   memiliki kemampuan menafsirkan makna kata, frasa, kalimat, dan wacana;

(3)  Memiliki kemampuan menangkap ide pokok dan ide penunjang;

memiliki kemampuan menangkap garis besar dan rincian;

memiliki kemampuan menangkap urutan peristiwa dalam bacaan (Kamidjan,1996).

b)       Membaca Kritis.

Membaca kritis ialah kegiatan membaca dilakukan dengan bijaksana, penuh tenggang rasa,

mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan ingin mencari kesalahan penulis. Membaca kritis

berusaha memahami makna tersirat sebuah bacaan. Dalam membaca kritis, pembaca mengolah

bahan bacaan secara kritis. Nurhadi (1987) menguraikan aspek-aspek membaca kritis yang

dikaitkan dengan ranah kognitif dalam taksonomi Bloom, sebagai berikut ini.

Page 10: Profosal Bu Siti Dan Mia

(1)   Kemampuan mengingat dan mengenali ditandai dengan

(a) mengenali ide pokok paragraf;

(b) mengenali tokoh cerita dan sifatnya;

(c) menyatakan kembali ide pokok paragraf;

(d) menyatakan kembali fakta bacaan;

(e) menyatakan kembali fakta perbandingan, hubungan sebab-akibat, karakter tokoh, dll.

(2)   Kemampuan menginterpretasi makna tersirat ditandai dengan:

(a) menafsirkan ide pokok paragraf;

(b) menafsirkan gagasan utama bacaan;

(c) membedakan fakta/detail bacaan;

(d) menafsirkan ide-ide penunjang;

(e) memahami secara kritis hubungan sebab akibat;

(f) memahami secara kritis unsur-unsur pebandingan.

(3)   Kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep ditandati dengan:

a) mengikuti petunjuk-petunjuk dalam bacaan;

b) menerapkan konsep-konsep/gagasan utama bacaan ke dalam situasi baru yang problematis;

c) menunjukkan kesesuaian antara gagasan utama dengan situasi yang dihadapi.

(4)   Kemampuan menganalisis ditandai dengan:

(a) memeriksa gagasan utama bacaan;

(b) memeriksa detail/fakta penunjang;

(c) mengklasifikasikan fakta-fakta;

(d) membandingkan antar gagasan yang ada dalam bacaan;

(e) membandingkan tokoh-tokoh yang ada dalam bacaan.

Page 11: Profosal Bu Siti Dan Mia

(5)   Kemampuan membuat sintesis ditandai dengan:

(a) membuat simpulan bacaan;

(b) mengorganisasikan gagasan utama bacaan;

(c) menentukan tema bacaan;

(d) menyusun kerangka bacaan;

(e) menghubungkan data sehingga diperoleh kesimpulan;

(f) membuat ringkasan.

(6)   Kemampuan menilai isi bacaan ditandai dengan:

(a) menilai kebenaran gagasan utama/ide pokok paragraf/bacaan secara keseluruhan;

(b) menilai dan menentukan bahwa sebuah pernyataan adalah fakta atau opini;

© menilai dan menentukan bahwa sebuah bacaan diangkat dari realitas atau fantasi pengarang;

(d) menentukan relevansi antara tujuan dan pengembangan gagasan;

(e) menentukan keselarasan antara data yang diungkapkan dengan kesimpulan yang dibuat;

(f) menilai keakuratan dalam penggunaan bahasa, baik pada tataran kata, frasa, atau penyusunan

kalimatnya.

c.       Membaca CepatAnak Taman Kanak-Kanak atau sering diistilahkan dengan anak pradasar, yakni

mereka yang berusia antara 3 - 6 tahun. Pendidikan Pra dasar adalah suatu upaya dalam proses

pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikologis anak sesuai dengan sifat-sifat yang dimiliki

anak. Anak-anak Pradasar biasanya mengikuti program sekolah dan Kindergarten. Di Indonesia,

umumnya anak-anak dititip di Tempat Penitipan Anak (3 bulan sampai 5 tahun) dan Kelompok

Bermain (usia 3 tahun) sedangkan anak-anak usia 4-6 tahun mengikuti program Taman Kanak-

kanak.

3.      Tahapan Membaca

Page 12: Profosal Bu Siti Dan Mia

Secara khusus, Flood dan Laap (1981:350), mengidentifikasi tahap-tahap perkembangan

kemampuan membaca pada anak yakni: “(1) tahap fantasi (magical stage), (2) tahap

pembentukan konsep diri (self concept stage), (3) tahap membaca gambar (bridging reading

stage), (4) tahap pengenalan bacaan (teke-off reader stage), dan (5) tahap membaca lancar

(independent reader stage)”. Tahapan-tahapan tersebut dapat dijelaskan berikut ini.

a.        Tahap Fantasi (magical stage)

Pada tahap ini anak mulai menggunakan buku, mulai berpikir bahwa buku ini penting,

melihat atau membolak-balikkan dan kadang-kadang anak membawa buku kesukaannya. Pada

tahap pertama, orang tua atau guru dapat memberikan atau menunjukkan model/contoh tentang

perlunya membaca, membacakan sesuatu pada anak, membicarakan buku pada anak.

b.      Tahap Pembentukan Konsep Diri (self concept stage)

Pada tahap kedua, orang tua atau guru memberikan rangsangan dengan jalan

membacakan sesuatu pada buku-buku yang diketahui anak-anak. Orang tua atau guru juga

hendaknya melibatkan anak membacakan berbagai buku.

c.       Tahap Membaca gambar (bridging reading stage)

Pada tahap ketiga, orang tua dan guru membacakan sesuatu pada anak-anak,

menghadirkan berbagai kosa kata pada lagu dan puisi, memberikan kesempatan menulis sesering

mungkin.

d.       Tahap Pengenalan Bacaan (take-of reader stage)

Pada tahap keempat, orang tua dan guru masih harus membacakan sesuatu untuk anak-

anak sehingga mendorong anak membaca sesuatu pada berbagai situasi. Orang tua dan guru juga

jangan memaksa anak membaca huruf secara sempurna.

e.       Tahap Membaca Lancar (independent reader stage)

Page 13: Profosal Bu Siti Dan Mia

Pada tahap ini, orang tua dan guru masih tetap membacakan berbagai jenis buku pada

anak-anak. Tindakan ini mendorong anak agar dapat memperbaiki bacaannya. Membantu

menyeleksi bahan-bahan bacaan yang sesuai serta mengajarkan cerita yang berstruktur.

4.      Metode Membaca

Berdasarkan cara penyampainnya, membaca terbagi dalam tiga kelompok sebagai berikut

a.       Sekuensial

Pada cara ini, membaca dilakukan per bagian kata. Metode ini tepat diajarkan pada

anak-anak yang dominan menggunakan otak kirinya. Pendekatan dilakukan secara alfabet,

mengenalkan masing-masing huruf, bunyi, suku kata dan menyusunnya menjadi kata. Berikut ini

beberapa metode membaca yang digolongkan ke dalam pengajaran sekuensial.

1)      Fonik

Anak diperkenalkan dan diajarkan bunyi huruf dan memnyusunnya menjadi kata.

Misalnya, anak diperkenalkan dengan bunyi vocal bulat (seperti a,u,dan o) beberapa konsonan

bilabial (seperti b,p, dan m)dan konsonan dental (seperti t). huruf-huruf tersebut lazim diucapkan

anak yang belajar bicara, seperti  ta-ta-ta, ma-ma-ma atau pa-pa-pa.

2)      Mengeja

Memtode ini diperkenalkan abjad satu per satu terlebih dahulu, kemudian

menghafalkan bunyinya. Langkah selanjutnya, menghafal bunyi rangkaian abjad atau huruf

menjadi sebuah suku kata seperti metode fonik. Metode ini mempunyai kelemahan yaitu dapat

menimbulkan kebingungan kepada anak, khususnya balita. Kadang, mereka sulit menerima

mengapa rangkaian huruf  b dan a harus dibaca ba (bukan be-a). kelemahan lain, anak suli

menghilangkan kebiasaan mengeja setelah menguasai rangkaian suku kata. Misalnya proses

mengeja be a ba de u du sulit dihilangkan untuk membaca badu.

Page 14: Profosal Bu Siti Dan Mia

3)      Suku kata

Metode ini mulai banyak digunakan karena tingkat keberhasilan cukup baik. Anak

diperkenalkan dengan penggalan suku kata, kemudian dirangkai menjadi satu kata.

Contoh :

Ba bi bu be bo

Ca ci cu ce co

Ba ca bo bo

Keunggulan metode ini merupakan salah satu cara yang paling banyak digunakan saat ini karena

kepraktisannya. Karena metode ini tidak memerlukan waktu untuk mengeja terlebih dahulu .

b.      Simultan

Mengajarkan membaca secara langsung, yaitu seluruh kata atau kalimat dengan sistem

“lihat dan ucapkan”. Gagasan yang mendasari metode ini adalah membentuk hubungan antara

yang dilihat dengan yang didengarnya sehingga membentuk suatu rantai kaitan memntal seperti

yang dilakukan orang dewasa ketika membaca. Olah karena itu, cara ini cenderung

diperuntukkan bagi anak-anak yang dominasi otak kanannya menonjol baik. Berikut ini beberapa

metode yang termasuk metode simultan.

1)      Membaca gambar

Pada metodee eini disajikan suatu gambar dan kata yang menunjukkan kata gambar

tersebut. Cara ini menggunakan pendekatan permainan, misalkan mengenalkan bahwa suatu

gambar “kucing” berhubungan dengan huruf-huruf “kucing”.

2)      Kartu kata atau doman

Page 15: Profosal Bu Siti Dan Mia

Metode ini menggunakan kartu-kartu kata yang ukuran hurufnya besar. Mereka

diperkenalkan dengan kata-kata yang akrab disekeliling anak, misalnya ibu atau mama, bapak

atau papa.  Berkali-kali kartu itu diperlihatkan kepada anak disertai bunyi bacaanya. Jika sudah

lancar membaca maka anak diperkenalkan kata-kata yang baru lain, demikian seterusnya.

3)      Membaca “keseluruhan” kemudian “bagian”

Caranya memperkenalkan kalimat lengkap terlebih dahulu, kemudian dipila-pilah

menjaadi kata, suku kata dan huruf.

Contoh :

ini baju

ini baju

i-ni ba-ju

i-n-i  b-a-j-u

c.       Eklektik

Cara ini merupakan campuran cara sekuensial dan simultan. Percampurannya sesuai

kebutuhan anak karena setiap anak merupakan individu yang unik dan memiliki karakteristik

yang berbeda, termasuk dalam hal membaca.

Sebagai orang tua dan guru dapat memilih orang yang mengajarkan membaca.berikut

alternatifnya.

1)      Menyerahkan kepada guru di sekolah.

Kelemahan cara ini adalah tidak mungkin guru memberikan layanan yang lebih baik

kepada muridnya. Guru harus memperhatikan banyak siswa dalam waktu bersamaan. Guru tidak

dapat memperhatikan masing-masing sis wa dengan karakteristikdan gaya belajar membaca yang

Page 16: Profosal Bu Siti Dan Mia

berbeda. Bahkan, sebaiknya metode belajar yang digunakan disesuaikan dengan siswa

bersangkutan.

2)      Menyerahkan kepada guru privat.

Mungkin, cara ini lebih baik dari cara pertama dan cocok bagi orangtua yang sibuk.

Kelemahannya adalah waktu belajar anak harus terencana. Jika saatnya kursus maka anak harus

kursus.  Padahal, suasana hati anak mungkin sedang tidak bagus. Untuk anak usia dini, sebaiknya

hindari cara yang cenderung klasikal.

3)      Pengajaran oleh orangtua atau anggota keluarga yang dekat dengan anak.

Ini adalah terbaik. Sisihkan sedikit waktu secara kontinu tiap hari. Jika kesulitan

meluangkan waktu, dapat meminta orang terdekat anak (seperti nenek, kakek, atau pengasuh).

Namun orangtua perlu memberikan pelatihan terlebih dahulu pada “guru” ini disertai pesan-

pesan, seperti tidak memaksa anak.

5.      Manfaat Membaca

Membaca adalah salah satu hobi terbaik yang dimiliki oleh seseorang. Namun sungguh

menyedihkan ketika mengetahui bahwa kebanyakan dari kita tidaklah diperkenalkan dengan

buku-buku yang menakjubkan dunia. Ini adalah beberapa alasan bagi kita untuk memulai

kebiasaan ini sebelum kamu tertinggal di belakang dalam segala hal.

Firmanawaty Sutan (2004:13) memaparkan beberapa manfaat yang diperoleh anak dari

kegiatan membaca, yaitu :

a.       Anak akan memperoleh pengetahuan.

b.      Anak dapat mengidentifikasikan dirinya.

c.       Anak menemukan nilai-nilai keutamaan untuk membina kepribadian.

d.      Anak dapat berimajinasi dengan baik.

Page 17: Profosal Bu Siti Dan Mia

e.       Anak terbantu untuk menyelesaikan problem yang harus dihadapi.

f.       Anak dapat mengetahui pengalaman dan kebudayaan lain.

g.      Memupuk rasa percaya diri anak.

Sedangkan menurut Annida (http://rachdie.blogdetik.com) mengidentifikasikan  delapan

manfaat dari aktivitas membaca, yaitu sebagai berikut :

a.       Membaca merupakan proses mental secara aktif.

Tidak seperti duduk di depan sebuah kotak idiot (TV, Plasystation, dll), membaca

membuat kamu menggunakan otak kamu. Ketika membaca, kamu akan dipaksa untuk

memikirkan banyak hal yang kamu belum mengetahuinya. Dalam proses ini, kamu akan

menggunakan sel abu-abu otak kamu untuk berfikir dan menjadi semakin pintar.

b.      Membaca akan meningkatkan   kosakata kamu.

Kamu dapat belajar bagaimana mengira suatu makna dari suatu kata (yang belum kamu

ketahui) dengan membaca konteks dari kata-kata lainnya di sebuah kalimat. Buku, terutama yang

menantang, akan menampakkan kepada kamu begitu banyak kata yang mungkin sebaliknya

belum kamu  ketahui.

c.       Membaca akan  meningkatkan  konsentrasi dan fokus.

Kamu perlu untuk bisa fokus terhadap buku yang sedang kamu baca untuk waktu yang

cukup lama. Tidak seperti majalah, internet atau email yang hanya berisi potongan kecil

informasi, buku akan menceritakan keseluruhan cerita. Oleh sebab kamu perlu berkonsentrasi

untuk membaca. Seperti otot, kamu akan menjadi lebih baik di dalam berkonsentrasi.

d.      Membangun kepercayaan diri.

Semakin banyak yang kamu baca, semakin banyak pengetahuan yang kamu dapatkan.

Dengan bertambahnya pengetahuan, akan semakin membangun kepercayaan diri. Jadi hal ini

Page 18: Profosal Bu Siti Dan Mia

merupakan reaksi berantai. Karena kamu adalah seorang pembaca yang baik, orang-orang akan

mencari kamu untuk mencari suatu jawaban. Perasaan kamu terhadap diri kamu sendiri akan

semakin baik. [Namun ingat, ikhlas tetap merupakan jalan untuk mencapai kesuksesan, dan

berhati-hatilah dari sikap merasa bangga diri. Bersyukurlah selalu kepada Allah atas secuil

pengetahuan yang kamu  miliki.

e.       Meningkatkan  memori.

Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa jika kamu tidak menggunakan memori

kamu, kamu bisa kehilangannya. Teka-teki silang adalah salah satu contoh permainan kata yang

dapat mencegah penyakit Alzheimer. Membaca, walaupun bukan sebuah permainan, akan

membantu kamu meregangkan “otot” memori kamu dengan cara yang sama. Membaca itu

memerlukan ingatan terhadap detail, fakta dan gambar pada suatu literatur, alur, tema atau

karakter cerita.

f.       Meningkatkan  kedisplinan.

Mencari waktu untuk membaca adalah sesuatu yang kita sudah mengetahuinya untuk

dilakukan. Namun, siapa yang membuat jadwal untuk membaca buku setiap harinya? Hanya

sedikit sekali. Karena itulah, menambahkan aktivitas membaca buku ke dalam jadwal harian

kamu dan berpegang dengan jadwal tersebut akan meningkatkan kedisiplinan.

g.      Meningkatkan  kretivitas.

Membaca tentang keanekaragaman kehidupan dan membuka diri kamu terhadap ide dan

informasi baru akan membantu perkembangan sisi kreatif otak kamu, karena otak kamu akan

menyerap inovasi tersebut ke dalam proses berfikir kamu.

Page 19: Profosal Bu Siti Dan Mia

h.      Mengurangi kebosanan.

Salah satu kebiasaan yang saya miliki adalah, apabila saya merasa bosan, maka saya akan

mengambil buku dan mulai membacanya. Apa yang saya temukan dengan berpegang kepada

kebiasaan ini adalah, saya menjadi semakin tertarik dengan suatu bahasan buku dan saya sudah

tidak bosan lagi. Maksud saya, jika kamu merasa bosan, kamu akan merasa lebih baik dengan

membaca buku yang bagus, bukan? Jika kamu ingin memecahkan rasa malas yang monoton, dan

kehidupan yang tidak kreatif dan membosankan, maka pergi dan ambillah satu buku yang

menarik. Bukalah halaman-halamannya dan jelajahi dunia baru yang penuh dengan informasi

dan kecerdasan.

B.     HAKEKAT MEDIA

1.      Pengertian Media

Media merupakan alat atau sarana yang mempunyai fungsi untuk menyampaikan suatu

informasi. Secara harfiah media berarti perantara yaitu perantara sumber pesan dengan penerima

pesan. Menurut Badru Zaman (2007:4.13) media pembelajaran pada dasarnya merupakan

wahana dari pesan yang oleh sumberpesan (guru) ingin diteruskan kepada penerima pesan

(anak). Pesan yang disampaikan adalah isi pembelajaran dalam bentuk tema/ topic pembelajaran

dengan tujuan agar terjadi proses belajar pada diri anak. Seorang guru TK selalu menginginkan

agar pesan yang disampaikannya dapat diterima anak dengan afektif dan efisien. Untuk itu

diperlukan media pembelajaran. Media yang dikembangkan dengan baik diharapkan dapat

membantu anak memahami pesan yang disampaikan kepada anak.

2.      Jenis dan Karakteristik Media Pembelajaran

Page 20: Profosal Bu Siti Dan Mia

Media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu media visual, audio,

dan audiovisual. Berikut ini secara singkat diuraikan keterangan dari jenis dan karakteristik

media pembelajaran.

a.       Media Visual

Media visual adalah media yang menyampaikan pesan melalui penglihatan pemirsa atau

media yang hanya dapat dilihat. Jenis media visual ini tampaknya yang sering digunakan oleh

guru TK untuk membantu menyampaikan isi dari tema pembelajaran yang sedang dipelajari.

Media visiual terdiri atas media yang dapat diproyeksikan (projected visual) media yang tidak

dapat diproyeksikan (non-projected visual.

b.      Media Audio

Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat

didegar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan anak untuk

mempelajari isi tema. Contoh media audio adalah program kaset suara dan program radio.

Penggunaan media audio dalam kegiatan pembelajaran di TK pada umumnya untuk melatih

keterampilan yang berhubungan dengan aspek-aspek keterampilan mendengarkan. Dan sifatnya

yang auditif, media ini mengandung kelemahan yang harus di atasi dengan cara memanfaatkan

media lainnya.

c.       Media Audiovisual

Media audiovisual merupakan kombinasi dari media audio dan media visual atau biasa

disebut media pandang-dengar. Dengan menggunakan media audiovisual ini maka penyajian isi

tema kepada anak akan semakin lengkapdan optimal. Selain itu, media ini dalam batas-batas

tertentu dapat menggantikan peran dan tugas guru. Dalam hal ini, guru tidak selalu berperan

sebagai penyampai materi karena penyajian materi bisa diganti oleh media. Peran guru bisa

Page 21: Profosal Bu Siti Dan Mia

beralih menjadi fasilitator belaljar, yaitu memberikan kemudahan bagi anak untuk belajar.

Contoh dari media audiovisual ini di antaranya program televisi atau video pendidikan atau

instruksional, program slide suara, dan sebagainya.

C.    HAKEKAT ANAK USIA DINI

Anak usia 5-6 tahun termasuk kategori anak usia dini yang mempunya karakteristik a

unique person (individu yang unik) di mana ia memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan

dalam aspek fisik, kognitif, sosio-emosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus

sesuai dengan tahapan yang sedang dilalui oleh anak tersebut.

Karakteristik anak usia dini menurut Richard D. Kellough (1996) adalah :

1.      Egosentris

Ia cenderung melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang dan kepentingannya

sendiri.

2.      Memiliki Curriosity yang tinggi

Anak mengira dunia ini penuh dengan hal-hal yang menarik dan menakjubkan. Bagi

anak, apapun yang dijumpai adalah istimewa dalam persepsinya.

3.      Makhluk sosial

Anak membangun konsep diri melalui interaksi sosial di sekolah. Karena sekolah adalah

tempat terlama anak berada. Di sana ia akan membangun kepuasan melalui penghargaan diri.

4.      The Unique Person

Setiap anak berbeda. Mereka memiliki bawaan, minat, kapabilitas, dan latar belakang

kehidupan yang sangat berbeda satu sama lainnya. Sehingga penanganan pada setiap anak

berbeda pula caranya.

Page 22: Profosal Bu Siti Dan Mia

5.      Kaya dengan fantasi

Mereka senang dengan hal-hal yang bersifat imajinatif, sehingga pada umumnya mereka

kaya dengan fantasi. Anak dapat bercerita melebihi pengalaman aktualnya atau kadang bertanya

tentang hal-hal gaib sekalipun. Hal ini disebabkan imajinasi anak berkembang melebihi apa yang

dilihatnya.

6.      Daya konsentrasi yang pendek

Menurut Berg (1988) dalam Hiburan disebutkan bahwa sepuluh menit adalah waktu yang

wajar bagi anak usia sekitar 5 tahun untuk dapat duduk dan memperhatikan sesuatu secara

nyaman. Daya perhatian yang pendek membuat ia masih sangat sulit untuk duduk dan

memperhatikan sesuatu untuk jangka waktu yang lama, kecuali terhadap hal-hal yang

menyenangkan.

7.      Masa usia dini merupakan masa belajar yang paling potensial

Masa anak usia dini disebut sebagai masa ‘golden age’ atau magic years (Petterson). Pada

periode ini hamper seluruh potensi anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan berkembang

secara cepat dan hebat. Oleh karena itu, pada masa ini anak sangat membutuhkan stimulasi dan

rangsangan dari lingkungannya.

Beberapa prinsip-prinsip perkembangan menurut Bredekamp, S. & Copple, C (1997)

yaitu :

1. Aspek-aspek perkembangan anak seperti fisik, social, emosional, dan kognitif satu sama

lain saling terkait secara erat.

2. Perkembangan terjadi dalam suatu urutan.

3. Perkembangan berlangsung dengan rentang yang bervariasi antar anak dan juga antar

bidang perkembangan dari masing-masing fungsi.

Page 23: Profosal Bu Siti Dan Mia

4. Pengalaman pertama anak memiliki pengaruh kumulatif dan tertunda terhadap

perkembangan anak.

5. Perkembangan berlangsung kea rah kompleksitas, organisasi, dan internalisasi yang lebih

meningkat.

6. Perkembangan dan belajar terjadi dipengaruhi oleh konteks social dan cultural yang

majemuk.

7. Anak adalah pembelajar aktif.

8. Perkembangan dan belajar merupakan hasil dari interaksi kematangan biologis dan

lingkungan, yang mencakup baik lingkungan fisik maupun social tempat anak tinggal.

9. Bermain merupakan suatu sarana penting bagi perkembangan social, emosional, dan

kognitif anak, dan juga merefleksikan perkembangan anak.

10. Perkembangan mengalami percepatan bila anak memiliki kesempatan untuk

mempraktekkan keterampilan-keterampilan yang baru diperoleh dan juga ketika mereka

mengalami tantangan di atas level pengusaannya saat ini.

11. Anak mendemonstrasikan mode-mode untuk mengetahui dan belajar yang berbeda serta

cara yang berbeda pula dalam mempresentsikan apa yang mereka tahu.

12. Anak berkembang dan belajar terbaik dalam suatu konteks komunitas yang merasa aman

dan menghargai, memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisiknya, dan dirasa aman secara

psikologis.

Page 24: Profosal Bu Siti Dan Mia

D.    STIKER ALPHABET

1.      Pengertian Stiker

Stiker (http//:www.artikata.com)  merupakan benda berperekat yang dibuat dengan tujuan

untuk direkatkan pada suatu bidang sesuai kebutuhan.  Secara umum stiker bisa di bagi menjadi

dua bentuk, yaitu :

a.       Stiker Biasa (Non-Cutting), adalah stiker yang umum sering kita lihat ada di kendaraan atau

tempat lainnya. Karakteristik stiker ini terdiri dari 2 buah bahan yaitu kertas stiker tempat stiker

itu menempel sebelum terpasang di media tempel (seperti kaca/tembok) dan stiker itu sendiri.

Untuk pemasangannya hanya tinggal di lepas dari kertas stikernya lalu langsung ditempelkan

pada media tempel yang akan menjadi tempat stiker tersebut terpasang.

b.      Stiker Cutting (Cutting Stiker), adalah stiker yang hasilnya akan terpisah-pisah pada setiap

bagiannya sebab melalu proses pemotongan (cutting). Karakteristik stiker ini terdiri dari 3 buah

bahan yaitu kertas stiker tempat stiker itu menempel sebelum terpasang, stiker itu sendiri dan

lapisan transparan untuk proses pemasangan.

2.      Asal Usul Alphabet

Gambar 2.1 Alphabet

Asal-usul alphabet tidak diketahui, tetapi ada beberapa teori mengenai bagaimana

alphabet itu dikembangkan.  Salah satu teori yang paling populer adalah teori Proto-Sinaitic

yang menerangkan bahwa sejarah alphabet bermula di Mesir Kuno lebih dari satu milenium

yang lalu. Berdasarkan teori ini, alphabet diciptakan untuk mewakili bahasa para pekerja Semit

yang ada di Mesir, dan setidaknya dipengaruhi oleh prinsip-prinsip abjad dari aksara hieratic

Mesir. Jika benar, hampir semua abjad yang ada di dunia saat ini diturunkan langsung dari

perkembangan tersebut atau terinspirasi oleh desainnya.

Page 25: Profosal Bu Siti Dan Mia

Alphabet yang paling banyak digunakan saat ini adalah abjad Latin. Sejumlah besar

bangsa-bangsa, termasuk bangsa Yunani mengadopsi sistem alphabet  Phonecia. Bangsa Yunani

membuat beberapa perubahan dan menambahkan sejumlah huruf vokal kedalamnya. Sistem

alfabet Yunani ini memiliki 24 huruf. Beberapa (lambang) huruf diantaranya sama seperti yg kita

pergunakan sekarang, misalnya huruf N (Nu) dan O(Omicron). Setelah bangsa Yunani selesai

mengembangkan sistem alfabetnya, bangsa Romawi mengadopsinya. Mereka juga membuat

beberapa perubahan. Mereka menambah & menghapuskan beberapa huruf dan mengubahnya

dengan bentuk huruf yg berbeda. Alfabet Romawi terdiri atas 23 huruf, 3 huruf U, W dan J yg

ditemui dalam sistem alfabet kita merupakan tambahan. Huruf U dan W dibuat dari huruf

Romawi V-yg melambangkan bunyi dari kedua suara tersebut, dan J dari huruf Romawi I.

Romawi menaklukan banyak negara dan oleh karena itulah metode penulisan mereka tersebar

luas. sampai ke negara kita sekarang ini.

3.      Pengertian Alphabet

Alphabet (http://pertelontanahmerah.blogspot.com/search/label /alphabet ) adalah sebuah

set standar lengkap huruf - simbol ditulis dasar - yang masing-masing kira-kira merupakan

fonem dari bahasa lisan, baik seperti yang ada sekarang atau seperti yang mungkin telah di masa

lalu. Ada sistem lain penulisan seperti menulis logosyllabic, di mana masing-masing simbol

merupakan morfem, atau kata atau suku kata atau tempat kata dalam sebuah kategori, dan

syllabaries, di mana setiap simbol mewakili sebuah suku kata.

Kata "alfabet" itu sendiri populer diyakini berasal dari alfa dan beta, dua huruf pertama

dari alfabet Yunani, tetapi beberapa etymologists berpendapat bahwa kata bukan berasal dari

Aleph dan taruhan, dua huruf pertama dari abjad Fenisia (benar-benar jenis suku kata) yang

kemudian memunculkan abjad Ibrani. Asal sebenarnya dari kata tersebut tidak jelas. Ada

Page 26: Profosal Bu Siti Dan Mia

puluhan huruf yang digunakan saat ini. Kebanyakan dari mereka adalah 'linear', yang berarti

bahwa mereka terdiri dari baris. Pengecualian terkemuka adalah Braille, huruf manual, kode

Morse, dan alfabet runcing kota kuno Ugarit. alfabet dan suku kata Terlepas dari ketidaktepatan

nya, "alfabet" Istilah ini umumnya digunakan untuk mengacu pada setiap sistem penulisan yang

baik grafem merupakan suara konsonan dan vokal.

Grafem adalah suatu entitas abstrak yang mungkin secara fisik diwakili oleh gaya yang

berbeda dari mesin terbang. Ada tertulis banyak entitas yang tidak merupakan bagian dari

alfabet, termasuk angka, simbol matematika, dan tanda baca. Beberapa bahasa manusia yang

biasa ditulis dengan menggunakan kombinasi logograms (yang merupakan morfem atau kata-

kata) dan syllabograms bukan alfabet. Hieroglif Mesir dan karakter Cina adalah dua dari sistem

penulisan yang paling terkenal dengan representasi yang umumnya non-abjad.

E.     MEDIA STIKER ALPHABET  UNTUK ANAK PAUD

Anak usia Dini dalam proses pembelajaran sering mengalami kebosanan, sehingga guru

harus lebih kreatif mencari metode, kegiatan, dan media yang disukai anak. Dengan media yang

disukai anak secara otomatis pembelajaran yang disampaikan oleh guru akan mendapat hasil

yang baik.

Stiker alphabet merupakan media yang dipilih oleh peneliti karena alasan menarik bagi

anak. Dari hasil pengamatan saat istirahat, anak-anak senang sekali bermain stiker-stiker

bergambar kartun, boneka, robot, dll. Sehingga peneliti antusias untuk memadukan alat

permainan anak dengan huruf alphabet  dengan tujuan anak dapat berlatih membaca tetapi

sambil bermain dengan alat permainan yang disukai mereka.

Page 27: Profosal Bu Siti Dan Mia

Untuk membuat media stiker alphabet peneliti membuatnya sendiri dengan

menggunakan alat dan bahan yang dapat ditemukan di toko alat tulis. Bahan dan alat yang

dibutuhkan adalah sebagai berikut:

1.      Pola alphabet (ukuran 250 di word) dan dicetak.

2.      Kertas asturo

3.      Doble tip

4.      Gunting

Cara pembuatan :

1.      Siapkan pola alphabet, dapat per huruf maupun per suku kata.

2.      Guntinglah sesuai pola.

3.      Tempelkan doble tip pada bagian belakang pola.

4.      Stiker siap ditempelkan sesuai arahan guru pada kertas asturo.

Cara permainan :

1.      Pertama-tama guru mengajak anak untuk menyanyi lagu “abc/nama-nama abjad” sambil

menunjukkan stiker huruf yang disebutkan.

2.      Setelah anak merasa senang guru memulai menjelaskan cara permainan ini.

3.      Arahkan salah satu anak untuk menempelkan stiker misalnya:      b-o-l-a.

4.      Kemudian minta anak untuk membaca stiker yang sudah ditempelkan pada kertas asturo. Begitu

setetrusnya.

Page 28: Profosal Bu Siti Dan Mia

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian.

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian tindaka Kelas. Penelitian tindakan kelas

adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri

dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa

menjadi meningkat. Tidak berbeda dengan pengertian tersebut,Mills (2000).

Mendefenisikan penelitian tingkat sebagai “Sistwmatik” yang dilakukan oleh guru,

kepala sekolah, atau konselor sekolah untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai

praktik yang dilakukannya.

B. Tempar dan Waktu Penelitian.

1. Tempat Penelitian.

Penelitian yang dilakukan Penulis mengambil lokasi di Paud Cendana Asih Desa

Kondang Jaya

2. Waktu Penelitian.

Adapun Penelitian dilaksanakan, pada semester ganjil tahun pelajaran 2012-2013.

C. Subyek Penelitian.

Subyek Penelitian ini adalah Cendana Asih Desa Kondang Jaya. PAUD ini mempunyai 4

kelas. Yang terdiri dari 11 siswa perempuan dan 9 siswa laki-laki. Adapun orang tua

siswa mayoritas sebagai wiraswasta dengan prestasi 70% pedagang, 25% Petani, 5%

Pegawai.

Page 29: Profosal Bu Siti Dan Mia

D. Fokus Penelitian.

Fokus Penelitian adalah pembelajaran meningkat stiker alphabet.

E. Perencanaan Tindakan.

Dalam kegiatan bidang pegembangan kognitif terutama dalam hal mengenal stiker alphabet anak

mereka masih mengala,I kesulitan dan kurang paham dengan pembelajaran tersebut. Oleh larena

itu sebagai pendidik penulis berusaha agar siswa dapat meningkatkan kemampuan stiker

alphabet. Dalam mengadakan perbaikan penulis berdiskusi dengan teman sejawat konsultasi

dengan kepala bsekolah, maupun mencari buku-buku penunjang yang relevan. Penulis berfikir

bagaimana mengatasi permasalahan yang dialami anak dalam kegiatan stiker alphabet ini.

Kemudian penulis menyusun rencana perbaikan yang terdiri dari dua siklus. Apabila hasil yang

dicapai setelah dua siklus belum sesuai dengan harapan penulis, maka akan dilakukan perbaikan

kembali pada siklus berikutnya.

1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam Penelitian ini ada 2 teknik pengumpulan data yaitu observasi dan penugasan atau

pemberian tugas.

a. Observasi.

Cara pengumpulan data untuk mendafatkan informasi dengan cara pengamatan

langsung terhadap sikap prilaku guru dan anak. Tujuannya adalah mengamati

peristiwa yang dirasakan subyek dan untuk mengembangkan pemahaman tentang

kognitif (stiker alphabet) secara kompleks yang dimiliki anak.

Page 30: Profosal Bu Siti Dan Mia

b. Alat Pengumpulan Data.

Dalam hal ini selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, pengamat melakukan

observasi terhadap aktivitas guru dan siswa. Hal-hal yang perlu dipersiapkan antara lain :

1. Persiapan sarana.

2. Penguasaan Materi.

3. Pemanfaat dan penggunaan alat peraga.

4. Keaktifan siswa dalam melakukan kegiatan.

5. Keaktifan siswa dalam Tanya jawab dan diskusi.

Selama aproses belajar mengajar pengamat melakukan observasi terhadap perubahan

tingkah laku siswa. Beberapa tingkah laku siswa yang diamati antara lain :

1. Siswa tidak memperhatikan pembelajaran Guru.

2. Siswa mengganggu teman.

3. Siswa ada yang bermain sendiri.

4. Siswa tidak aktif dan demonstrasi.

5. Siswa tidak tertarik denagan kegiatan yang disjikan guru.

6. Siswa yang kurang paham tidak mau bertanya.

Maka pengamatan tentang perubahan tingkah laku dilaksanakan setiap siklus agar

mengetahui setiap perubahan dan dapat mengambil kesimpulan mana yang harus

dilakukan, metode apa yang paling tepat dan masa saran yang harus dilengkapi.

Page 31: Profosal Bu Siti Dan Mia

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

b. Identifikasi Masalah

c. Pembatasan Masalah

d. Rumusan Masalah

e. Tujuan Penelitian

f. Manfaat Penelitian

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

a. Hakekat Membaca

b. Hakekat Anak Usia Dini

c. Stiker alphabet

d. Media Stiker Alpabet Untuk Anak Usia Dini.

BAB III

METODE PENELITIAN

a. Jenis Penelitian

b. Tempat Dan waktu Penelitian

c. Subyek Penelitian

d. Fokus Penelitian

e. Perencanaan Tindakan

DAFTAR PUSTAKA