profesionalisme guru

52
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan rahmat, karunia serta Ridha- Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah tentang Pengawasan dan Supervisi Pendidikan”. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dari mata kuliah supervisi pendidikan. makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi yang kemudian bermamfaat bagi kita. Selama mengerjakan tugas makalah ini, Saya telah banyak menerima bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada: 1. Dosen pembimbing yang telah memberikan kami pengarahan, nasihat dalam pembuatan makalah ini. 2. Rekan-rekan serta semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu yang telah membantu penyusun dalam pembuatan makalah ini. Akhirnya penyusun berharap karya tulis ini dapat berguna dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Penyusun mengharapkan kritik dan saran untuk kemajuan di masa-masa mendatang. Atas perhatiannya penyusun ucapkan terima kasih.

Upload: cut-dhiah

Post on 27-May-2017

239 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Profesionalisme Guru

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

menganugerahkan rahmat, karunia serta Ridha-Nya, sehingga penyusun dapat

menyelesaikan makalah tentang ”Pengawasan dan Supervisi Pendidikan”.

Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dari mata kuliah supervisi pendidikan.

makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi yang kemudian bermamfaat

bagi kita.

Selama mengerjakan tugas makalah ini, Saya telah banyak menerima

bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini saya

ingin mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada:

1.      Dosen pembimbing yang telah memberikan kami pengarahan, nasihat dalam

pembuatan makalah ini.

2.      Rekan-rekan serta semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu

persatu yang telah membantu penyusun dalam pembuatan makalah ini.

Akhirnya penyusun berharap karya tulis ini dapat berguna dan dapat

dipergunakan sebagaimana mestinya. Penyusun mengharapkan kritik dan saran

untuk kemajuan di masa-masa mendatang. Atas perhatiannya penyusun ucapkan

terima kasih.

Jakarta, April 2012

Penyusun

ii

Page 2: Profesionalisme Guru

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i

KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii

DAFTAR ISI....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang............................................................................................ 1

B.     Rumusan Masalah..................................................................................... 3

C.     Tujuan........................................................................................................ 4

D.    Manfaat....................................................................................................... 4

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Pengawasan …………………………........................................... 5

B. Pengertian Supervisi Pendidikan…………………………............................... 7

BAB III PEMBAHASAN

A.    Pengawasan Supervisi Pendidikan............................................................. 10

B.     Tujuan Supervisi Pendidikan..................................................................... 11

C.     Sasaran Supervisi Pendidikan................................................................... 12

D.    Fungsi Supervisi Pendidikan...................................................................... 13

E.     Ruang Lingkup Dan Teknik Supervisi Pendidikan..................................... 15

PENUTUP

A.    Kesimpulan................................................................................................. 20

B.     Saran......................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 25

Page 3: Profesionalisme Guru

TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER

1. Mendeskripsikan Sebuah Permasalahan / Studi Kasus dalam Pendidikan dan Penyelesaiannya.

2. Mengembangkan Instrumen Variabel “ Profesionalisme Guru “

Mata Kuliah : Manajemen Pendidikan

Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Abdul Madjid Latief, M.M, M.Pd

Oleh :

NURAINI HARAHAP : 1108036202

SEKOLAH PASCASARJANA

MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

2013

Page 4: Profesionalisme Guru

Jawaban nomor 1

Deskripsi Permasalahan/Kasus dalam Pendidikan dan Penyelesaiannya

1.1 Contoh Permasalahan/Kasus dalam Pendidikan

1.2 Penyelesaiannya

Jawaban nomor 2

Teori / Konsep Profesionalisme Guru oleh 5 Pakar Ahli

Untuk menjawab soal ini, penulis akan menguraikannya berdasarkan bentukan kata

berikut : profesi, profesional, propesionalisme dan guru.

2.1 Teori / Konsep Profesi

Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian

atau keterampilan dari pelakunya. Biasanya sebutan profesi selalu dikaitkan dengan

pekerjaan atau jabatan yang dipegang oleh seseorang.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001 : 897 ) menjelaskan bahwa profesi

merupakan bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (seperti

ketrampilan, kejuruan dan sebagainya) yang menuntut keahlian para pemangkunya.1

Profesi masuk ke dalam kosa kata bahasa Indonesia melalui bahasa Inggris

(profession) atau bahasa Belanda (professie). Kedua bahasa ini menerima kata dari

bahasa Latin. Dalam bahasa Latin dikenal dengan istilah "Professio" yang berarti

Page 5: Profesionalisme Guru

pengakuan atau pernyataan ( Buchori,1994 : 36).

Hal senada juga dikemukakan Yunita Maria YM (http/www1) bahwa secara etimologis profesi memang berasal dari bahasa latin, yaitu proffesio. Lebih lanjut, ia

menjelaskan bahwa proffesio mempunyai dua pengertian yaitu janji/ikrar dan

pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian yang lebih luas menjadi kegiatan apa

saja dan siapa saja untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan keahlian

tertentu. Sedangkan dalam arti sempit, profesi berarti suatu kegiatan yang dijalankan

berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus dituntut darinya pelaksanaan norma-

norma sosial dengan baik.3

Profesi adalah “ A profession must satisfy an indispensable social need and be

based upon well established and socially acceptable scientific principles" yaitu

sebuah profesi harus memenuhi kebutuhan masyarakat yang sangat diperlukan dan

didasarkan pada prinsip-prinsip ilmiah yang diterima oleh masyarakat dan makna

profesi adalah memahami kewajibannya terhadap masyarakat dan mendorong

anggotanya untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan etika yang sudah diterima dan

sudah mapan. (Frank H. Blackington, Sikun Pribadi dari buku School, Society, and

the Professional Educator, dalam Feisol, 1995 : 173-174).4

Leiberman dalam bukunya Education A Profession, yaitu tekanan utamanya terletak

pada pengabdian yang harus dilaksanakan daripada keuntungan ekonomi, sebagai

dasar organisasi (profesi), penampilan, dan pengabdian yang dipercayakan oleh

masyarakat kepada kelompok profesi.5

Blackington dalam Roestiyah (1986 : 176 ) mengartikan bahwa pofesi adalah suatu

jabatan atau pekerjaan yang terorganisir yang tidak mengandung keraguaan tetapi

murni diterapkan untuk jabatan atau pekerjaan fungsional.6

Vollmer (1956 : Vii) profesi dari tinjauan sosiologis mengemukakan bahwa profesi

menunjuk kepada suatu kelompok pekerjaan dari jenis yang ideal, yang sebenarnya

tidak ada dalam kenyataan, tetapi menyediakan suatu model status pekerjaan yang

bisa diperoleh bila pekerjaan itu telah mencapai profesionalisasi dengan kompetensi

penuh.7

Luthfi dalam Tafsir (1994 : 108-112), bahwa seseorang disebut profesi bila

Page 6: Profesionalisme Guru

memenuhi 10 kriteria berikut ;

(1) Profesi harus memiliki keahlian khusus. Keahlian itu tidak dimiliki oleh profesi lain.

Artinya, profesi itu mesti ditandai oleh adanya suatu keahlian yang khusus untuk

profesi itu. Keahlian itu diperoleh dengan mempelajarinya secara khusus; dan profesi

itu bukan diwarisi.

(2) Profesi dipilih karena panggilan hidup dan dijalani sepenuh waktu. Profesi dipilih

karena dirasakan sebagai kewajiban; sepenuh waktu maksudnya bukan part-time.

Sebagai panggilan hidup, maksudnya profesi itu dipilih karena dirasakan itulah

panggilan hidupnya, artinya itulah lapangan pengabdiannya.

(3) Profesi memiliki teori-teori yang baku secara universal. Artinya, profesi ini dijalani menurut aturan yang jelas, dikenal umum, teorinya terbuka. Secara universal pegangannya diakui.

(4) Profesi adalah untuk masyarakat, bukan untuk dirinya sendiri. Profesi merupakan alat dalam mengabdikan diri kepada masyarakat bukan untuk kepentingan diri sendiri, seperti untuk mengumpulkan uang atau mengejar kedudukan. Jadi profesi merupakan panggilan hidup.

(5) Profesi harus dilengkapi kecakapan diagnostik dan kompetensi aplikatif. Kecakapan dan kompetensi ini diperlukan untuk meyakinkan peran profesi itu terhadap kliennya.

(6) Pemegang profesi memiliki otonomi dalam menjalankan tugas profesinya. Otonomi ini hanya dapat dan boleh diuji oleh rekan-rekan seprofesinya. Tidak boleh semua orang bicara dalam semua bidang.

(7) Profesi hendaknya mempunyai kode etik, ini disebut kode etik profesi. Gunanya ialah untuk dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas profesi. Kode etik ini tidak akan bermanfaat bila tidak diakui oleh pemegang profesi dan juga masyarakat.

(8) Profesi harus mempunyai klien yang jelas yaitu orang yang dilayani.

(9) Profesi memerlukan organisasi untuk keperluan meningkatkan kualitas profesi itu.

(10) Mengenali hubungan profesinya dengan bidang-bidang lain. Sebenarnya tidak ada aspek kehidupan yang hanya ditangani oleh satu profesi. Hal ini mendorong seseorang memiliki spesialisasi.

Page 7: Profesionalisme Guru

 

Sintesisnya

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa Profesi merupakan suatu jabatan atau

pekerjaan yang menuntut keahlian atau keterampilan dari pelakunya. Biasanya

sebutan “profesi” selalu dikaitkan dengan pekerjaan atau jabatan yang dipegang oleh

seseorang, akan tetapi tidak semua pekerjaan atau jabatan dapat disebut profesi

karena profesi menuntut keahlian para pemangkunya. Hal ini mengandung arti

bahwa suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut profesi tidak dapat dipegang oleh

sembarang orang, akan tetepi memerlukan suatu persiapan melalui pendidikan dan

pelatihan yang dikembangkan secara khusus .

Dalam pengertian ini, dapat dipertegas bahwa profesi merupakan pekerjaan yang

harus dikerjakan dengan bermodal keahlian, ketrampilan dan spesialisasi tertentu.

Jika selama ini profesi hanya dimaknai sekedar "pekerjaan", sementara substansi

dibalik makna itu tidak terpaut dengan persyaratan, maka profesi tidak bisa dipakai di

dalam semua pekerjaan. Sehingga pemakaian istilah profesi sesungguhnya menuju

pada suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan

kesetiaan terhadap profesi. Secara teoritis, suatu profesi tidak bisa dilakukan oleh

sembarang orang yang sebelumnya tidak dilatih atau disiapkan untuk profesi itu.

[1] Dedi Supriadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, (Yogyakarta: Adicita Karya

Nusa, 1998), hal. 93.

[1] Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan, Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional,

(Bandung: Angkasa, 1983), hal. 302.

[1] Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), Edisi III, hal. 897.

[1] Muchtar Buchori, Pendidikan Dalam Pembangunan, (Yogyakarta: Tiara Wacana

Page 8: Profesionalisme Guru

Bekerjasama dengan IKIP Muhammadiyah Jakarta Press, 1994), hal. 36.

[1] Yunita Maria Yeni M., Profesi Guru; Antara Pengabdian dan Tuntutan, dalam

http://www1.bpkpenabur.or.id

[1] Jusuf Amir Feisol, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Gema Insani Press,

1995), hal. 173-174.

[1] HM. Vollmer and D.L. Mills (eds), Professionalization, (Englewood Cliffs, N.J:

Prentice-Hall., 1956), hal. Vii.

[1] Mukhtar Luthfi, Jurnal Mimbar, Vol. 03. Th. 1994, hal. 44.

[1] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1994), Cet, II, hal. 108-112.

*) Mujtahid, Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim

 [3] Roestiyah.N. K, Masalah- Masalah Ilmu Keguruan (Jakarta: Bina Aksara, 1986),

hal. 176

2.2 Pengertian Profesional

  RUU Guru (2007 : pasal 1 ayat 4) dinyatakan bahwa: professional adalah

kemampuan melakukan pekerjaan sesuai dangan keahlian dan pengabdian diri

kepada pihak lain.1

Djojowadono (1987), mengatakan bahwa professional merupakan suatu

pekerjaan yang mempunyai sistem pengetahuan yang isoterik (tidak dimiliki

sembarang orang), ada pendidikan dan pelatihan formal dan ketat, membentuk

asosiasi perwakilannya, mempunyai kode etik / kriteria dan syarat-syarat bagi yang

akan memasuki profesi dan pelayan masyarakat/kemanusian dijadikan motif yang

dominan serta otonomi yang cukup dalam mempraktikkannya.2

Page 9: Profesionalisme Guru

Roscoe Pond dalam Soemarno P. Wirjanto (1989), Sarjana hukum dan

Ketua LBH Surakarta, dalam seminar Akademika UNDIP 28-29 Nopember

1989, yang mengutip, mengatakan bahwa dikatakan professional apabila

ada ilmu yang diolah di dalamnya, ada kebebasan, tidak boleh ada hubungan

hirarki, mengabdi kepada kepentingan umum, yaitu hubungan kepercayaan antara

ahli dan klien, ada kewajiban merahasiakan informasi yang diterima dari klien, ada

perlindungan hukum. Ada kebebasan ( = hak tidak boleh dituntut ) terhadap

penentuan sikap dan perbuatan dalam menjalankan profesinya. ada Kode Etik dan

peradilan Kode Etik oleh suatu Majlis Peradilan Kode Etik. Boleh menerima

honorarium yang tidak perlu seimbang dengan hasil pekerjaannya dalam kasus-

kasus tertentu, misalnya membantu orang yang tidak mampu.3

Puwadarminto (2004 : ) profesional diadaptasikan dari istilah bahasa Inggris

yaitu Profession yang berarti pekerjaan atau karir dan profesional berarti

mempunyai keahlian, kemampuan atau keterampilan yang khusus untuk

melaksanakannya , efisien ( teratur ) dan memperlihatkan  keterampilan tertentu

serta dilakukan sebagai mata pencarian.4

Profesional adalahsebagai berikut :

1. • Mampu menata, mengelolah dan mengendalikan dengan baik.

2. • Trampil

3. • Berpengalaman dengan pengalaman yang cukup bervariasi

4. • Menguasai standar pendidikan minimal

5. • Menguasai standar penerapan ilmu dan praktik

6. • Kreatif dan berpandangan luas yang sudah dibuktikan dalam praktik

7. • Memiliki kecakapan dan keahlian yang cukup tinggi dan bekemampuan

memecahkan problem teknis

8. • Cukup kreatif, cukup cakap, ahli dan cukup berkemampuan memecahkan

problem teknis yang sudah dibuktikan dalam praktik.

Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang

dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,

Page 10: Profesionalisme Guru

kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma

tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.    

Profesional adalah orang yang menyandang suatu jabatan atau pekerjaan

yang dilakukan dengan keahlian atau keterampilan yang tinggi

    Professional merupakan penyandangan dan penampilan mendapat pengakuan,

baik segara formal maupun informal. Pengakuan secara formal diberikan oleh suatu

badan atau lembaga yang mempunyai kewenangan untuk itu, yaitu pemerintah dan

atau organisasi profesi. Sedang secara informal pengakuan itu diberikan oleh

masyarakat luas dan para pengguna jasa suatu profesi.

professional itu adalah seseorang yang dipercaya memiliki kemampuan

khusus untuk melakukan satu bidang kerja dengan hasil kualitas yang tinggi

berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya tentang objek pekerjaannya

tersebut.

Prof. Dr. M. Surya dkk, mengartikan bahwa professional mempunyai makna yang

mengacu kepada sebutan tentang orang yang menyandang suatu profesi dan

sebutan tentang penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai

dengan profesinya.[5]

Syafrudin, mengutip dari Kamus Besar Bahasa Indanesia istilah professional adalah

bersangkutan dengan profesi, memerlukan kepandaian khusus untuk

menjalankannya dan mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya.[6]

Dari semua pendapat para ahli diatas, menunjukkan bahwa professional secara

istilah dapat diartikan sebagai pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang khusus

dipersiapkan atau dididik untuk melaksanakan pekerjaan tersebut dan mereka

mendapat imbalan atau hasil berupa upah atau uang karena melaksanakan

pekerjaan tersebut.

Sebagai contoh misalnya sebutan “guru professional” adalah guru yang telah

mendapat pengakuan secara formal berdasarkan ketentuan yang berlaku, baik

dalam kaitan dengan jabatan ataupun latar belakang pendidikan formalnya.

Page 11: Profesionalisme Guru

     Pengakuan ini dinyatakan dalam bentuk surat keputusan, ijazah, akta, sertifikat,

dsb baik yang menyangkut kualifikasi maupun kompetensi. Sebutan “guru

professional” juga dapat mengacu kepada pengakuan terhadap kompetensi

penampilan unjuk kerja seorang guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai

guru. Dengan demikian, sebutan “profesional’’ didasarkan pada pengakuan formal

terhadap kualifikasi dan kompetensi penampilan unjuk kerja suatu jabatan atau

pekerjaan tertentu.

onal yaitu

Sikap jujur dan obyektif,Penguasaan ilmu dalam praktik,Pengalaman yang cukup

bervariasi,Berkompeten memecahkan problem teknis yang sudah dibuktikan dalam

praktik.

Kalau dilihat inti dari batasan diatas maka dapat dilihat bahwa pengertian profesional

tidak dapat dibebaskan dari pengalaman praktik. Timbul pertanyaan bagaimana cara

yang dapat memungkinkan seseorang bisa mempersiapkan dirinya menjadi seorang

profesional dalam waktu yang relatif singkat ? Jawabannya adalah pemagangan

yang tepat, bervariasi dan efektif. Untuk mempersingkat masa pemagangan maka

studi berbagai kasus baik yang terkait dengan evaluasi masalah serta cara

penanggulangan termasuk studi perbandingan dalam berbagai aspek pembangunan

akan sangat membantu mempercepat sesorang ahli untuk mencapai tingkat

profesional.

PROFESIONALPROFESIONAL, adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu

dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau

seorang profesional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu

keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut

keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi,

untuk senang-senang, atau untuk mengisi waktu luang.

Page 12: Profesionalisme Guru

2.3Profesionalisme

3.1 Dalam Kamus Kata-Kata Serapan Asing Dalam Bahasa Indonesia, karangan

J.S. Badudu (2003), definisi profesionalisme adalah mutu, kualitas, dan tindak

tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau ciri orang yang profesional.

Sementara kata profesional sendiri berarti: bersifat profesi, memiliki keahlian dan

keterampilan karena pendidikan dan latihan, beroleh bayaran karena keahliannya

itu.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa profesionalisme memiliki dua criteria

pokok, yaitu keahlian dan pendapatan (bayaran). Kedua hal itu merupakan satu

kesatuan yang saling berhubungan. Artinya seseorang dapat dikatakan memiliki

profesionalisme manakala memiliki dua hal pokok tersebut, yaitu keahlian

(kompetensi) yang layak sesuai bidang tugasnya dan pendapatan yang layak sesuai

kebutuhan hidupnya.

Ciri-ciri profesionalisme dibidang TI:

- mempunyai keterampilan yang tinggi dalam bidang IT dalam menggunakan

peralatan-peralatan dalam melaksanakan tugasnya dibidang IT

- mempunyai ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam dalam bidang IT dalam

manganalisis suatu masalah dan peka didalam membaca situasi cepat dan tepat

serta cermat dalam mengambil keputusan terbaik atas dasar kepekaan.

- punya sikap orientasi kedepan sehingga punya kemampuan mengantisipasi

perkembangan lingkungan IT yang terbentang dihadapannya.

- punya sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi serta

terbuka menyimak dan menghargai pendapat orang lain , namun cermat dalam

memilih yang terbaik bagi diri dan perkembangan pribadinya terutama didalam

bidang IT.

Sumber:

http://id.wikipedia.org/wiki/Profesi

Page 13: Profesionalisme Guru

http://etikaprofesidanprotokoler.blogspot.com/2008/03/

3.2. Pengertian Profesionalisme

Profesionalisme” adalah sebutan yang mengacu kepada sikap mental dalam bentuk

komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan

meningkatkan kualitas profesionalnya. Seorang guru yang memiliki profesionalisme

yang tinggi akan tercermin dalam sikap mental serta komitmennya terhadap

perwujudan dan peningkatan kualitas professional melalui berbagai cara dan

strategi. Ia akan selalu mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan

perkembangan zaman sehingga keberadaannya senantiasa memberikan makna

proesional.

    3.3 Profesionalisme juga diungkap oleh Suparlan menyatakan bahwa:

Profesionalisme berasal dari kata profesi yang berartikan bahwa menunjukkan pada

suatu suatu pekerjaan atau jabatan yang  menuntut keahlian tanggung jawab dan

kesetiaan terhadap pekerjaan itu. Misalnya guru sebagai profesi yang sangat mulia. 

   3.4  Surya berpendapat tentang profesionalisme yang dikutip oleh Kunandar,

bahwa profesionalisme guru mempunyai makna penting, yaitu:  

(1) Profesionalisme memberikan jaminan perlindungan kepada kesejahteraan

masyarakat

     umum. 

(2) Profesionalisme guru merupkana suatu cara untuk memperbaiki profesi

pendidikan 

     yang selama ini dianggap oleh sebagian masyarakat rendah. 

(3) Profesionalisme memberikan kemungkinan perbaikan dan pengembangan diri

yang 

     memungkinkan guru dapat memberikan pelayanan sebaik mungkin dan

     memaksimalkan  kompetensinya 

Page 14: Profesionalisme Guru

Profesionalisme

Definisi:

Soedijarto (1990:57) mendefinisikan profesionalisme sebagai perangkat

atribut-atribut yang diperlukan guna menunjang suatu tugas agar sesuai

dengan standar kerja yang diinginkan.

Philips (1991:43) memberikan definisi profesionalisme sebagai individu yang

bekerja sesuai dengan standar moral dan etika yang ditentukan oleh

pekerjaan tersebut.

Dalam Kamus Besar Indonesia, profesionalisme mempunyai makna; mutu,

kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau yang

profesional. Profesionalisme merupakan sikap dari seorang profesional.

Dari beberapa definisi tersebut, maka profesionalisme dapat diartikan sesuatu yang

harus ada dalam diri professional, yaitu mutu, kualitas dan tindak tanduk sehingga

dapat memenuhi strandar kerja, moral dan etika yang ada dalam pekerjaan tersebut.

Contoh:

Seorang yang profesional akan mampu menghadapi permasalahan dalam

pekerjaannya dengan baik.

Setiap perusahaan memiliki standar kerja terhadap pegawai-pegawainya.

Setiap profesi memiliki kode etiknya masing-masing.

Aplikasi:

Sikap seorang guru yang profesional adalah guru yang mampu menjadi contoh yang

baik bagi muridnya. Misalnya guru tersebut disiplin, selalu datang tepat waktu

sehingga siswa-siswi akan mencotoh sikap dari guru tersebut. Seorang guru yang

profesional juga harus adil dalam memberikan penilaian terhadap setiap siswanya.

Sumber:

Page 15: Profesionalisme Guru

http://pakarcomputer.blogspot.com/2012/02/pengertian-profesi-menurut-para-

pakar.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Profesi

http://ilmuwanmuda.wordpress.com/profesi-keguruan/

http://wiwikyulihaningsih.wordpress.com/2011/04/13/konsep-dasar-profesionalisme/

http://fikriauliafikri.wordpress.com/2011/04/12/konsep-profesionalisasi/.

PROFESIONALISMEProfesionalisme adalah komitmen para profesional terhadap profesinya. Komitmen

tersebut ditunjukkan dengan kebanggaan dirinya sebagai tenaga profesional, usaha

terus-menerus untuk mengembangkan kemampuan profesional, dst.

profesionalisme adalah tingkah laku, keahlian atau kualitas dan seseorang yang

professional (Longman, 1987).

Ada 4 ciri‐ciri profesionalisme:

1. Memiliki keterampilan yang tinggi dalam suatu bidang serta kemahiran dalam

menggunakan peralatan tertentu yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas

yang bersangkutan dengan bidang tadi.

2. Memiliki ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam menganalisis suatu

masalah dan peka di dalam membaca situasi cepat dan tepat serta cermat

dalam mengambil keputusan terbaik atas dasar kepekaan.

3. Memiliki sikap berorientasi ke depan sehingga punya kemampuan

mengantisipasi perkembangan lingkungan yang terbentang di hadapannya.

4. Memiliki sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi serta

terbuka menyimak dan menghargai pendapat orang lain, namun cermat

dalam memilih yang terbaik bagi diri dan perkembangan pribadinya.

Page 16: Profesionalisme Guru

Watak Kerja Profesionalisme 1. Kerja seorang profesional itu beritikad untuk merealisasikan kebajikan demi

tegaknya kehormatan profesi yang digeluti, dan oleh karenanya tidak terlalu

mementingkan atau mengharapkan imbalan upah materiil

2. Kerja seorang profesional itu harus dilandasi oleh kemahiran teknis yang

berkualitas tinggi yang dicapai melalui proses pendidikan dan/atau pelatihan

yang panjang, ekslusif dan berat.

3. Kerja seorang profesional –diukur dengan kualitas teknis dan kualitas moral–

harus menundukkan diri pada sebuah mekanisme kontrol berupa kode etik

yang dikembangkan dan disepakati bersama di dalam sebuah organisasi

profesi.

4. Menurut Harris [1995] ruang gerak seorang profesional ini akan diatur melalui

etika profesi yang distandarkan dalam bentuk kode etik profesi. Pelanggaran

terhadap kode etik profesi bisa dalam berbagai bentuk, meskipun dalam

praktek yang umum dijumpai akan mencakup dua kasus utama, yaitu:

a. Pelanggaran terhadap perbuatan yang tidak mencerminkan respek terhadap nilai-

nilai yang seharusnya dijunjung tinggi oleh profesi itu. Memperdagangkan jasa atau

membeda-bedakan pelayanan jasa atas dasar keinginan untuk mendapatkan

keuntungan uang yang berkelebihan ataupun kekuasaan merupakan perbuatan

yang sering dianggap melanggar kode etik profesi dan.

b. Pelanggaran terhadap perbuatan pelayanan jasa profesi yang kurang

mencerminkan kualitas keahlian yang sulit atau kurang dapat dipertanggung-

jawabkan menurut standar maupun kriteria profesional.

Sumber :

http://criz-scania.blogspot.com/2010/02/pengertian-profesionalisme.html

http://zaki-math.web.ugm.ac.id/matematika/etika_profesi/kode_etik_profesi.pdf

http://etikaprofesidanprotokoler.blogspot.com/2008/03/

http://nurdin-piero.blogspot.com/2012/03/ciri-ciri-seorang-profesional-di-bidang.html

http://ranisakura.wordpress.com/2010/06/04/ciri-ciri-profesionalisme/

Profesionalisme menurut para pakar

Page 17: Profesionalisme Guru

Kembali ke duniaku sebagai mahasiswa yang tak luput dari masa-masa sulit

menjelang akhir perkuliahan, yaitu pada masa penyusunan skripsi. Kali ini aku mau

ngpost tentang sebagian dari isi skripsiku yang belum kelar, ntar kalau sudah kelar

tu skripsi yang bikin kusut urat syaraf otakku baru lah aku post kan semua isinya.

Sementara itu, aku hanya akan postingin beberapa definisi profesionalisme menurut

para pakar. mungkin dapat dipergunakan sebagai referensi rekan-rekan yang akan

membuat makalah atau sebagainya.

1. Menurut Siagian (2009:163) profesionalisme adalah, “Keandalan dan keahlian

dalam pelaksanaan tugas sehingga terlaksana dengan mutu tinggi, waktu

yang tepat, cermat, dan dengan prosedur yang mudah dipahami dan diikuti

oleh pelanggan.”

2. Sedarmayanti (2004:157) mengungkapkan bahwa, “Profesionalisme adalah

suatu sikap atau keadaan dalam melaksanakan pekerjaan dengan

memerlukan keahlian melalui pendidikan dan pelatihan tertentu dan dilakukan

sebagai suatu pekerjaan yang menjadi sumber penghasilan.”

3. Atmosoeprapto dalam Kurniawan (2005:74), menyatakan bahwa,

“Profesionalisme merupakan cermin dari kemampuan (competensi), yaitu

memiliki pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), bisa melakukan

(ability) ditunjang dengan pengalaman (experience) yang tidak mungkin

muncul tiba-tiba tanpa melalui perjalanan waktu.”

4. Profesionalisme menurut Dwiyanto (2011:157) adalah, “Paham atau

keyakinan bahwa sikap dan tindakan aparatur dalam menyelenggarakan

kegiatan pemerintahan dan pelayanan selalu didasarkan pada ilmu

pengetahuan dan nilai-nilai profesi aparatur yang mengutamakan kepentingan

publik.”

5. Profesionalisme aparatur dalam hubungannya dengan organisasi publik

menurut Kurniawan (2005:79) digambarkan sebagai, “Bentuk kemampuan

untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda, memprioritaskan

pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan sesuai dengan

kebutuhan dan aspirasi masyarakat atau disebut dengan istilah resposivitas.”

6. Profesionalisme sumber daya aparatur menurut pendapat saya sendiri

adalah, kemampuan aparatur dalam menyelenggarakan tugas dan

Page 18: Profesionalisme Guru

memberikan pelayanan kepada masyarakat secara efektif serta mampu

secara cepat dan tepat menanggapi aspirasi masyarakat dan perubahan

lainnya sehingga dapat memuaskan masyarakat.

Semoga definisi-definisi tersebut di atas dapat berguna untuk menambah

pemahaman dan pandangan rekan-rekan tentang arti profesionalisme sumber daya

aparatur. berikut juga akan saya sampaikan referensi dari definisi-definisi diatas,

yaitu meliputi:

1. Dwiyanto, Agus, 2011, Mengembalikan Kepercayaan Publik Melalui

Reformasi Birokrasi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

2. Kurniawan, Agung, 2005, Transformasi Pelayanan Publik, Yogyakarta:

Pembaruan

3. Siagian, Sondang P., 2009, Administrasi Pembangunan, Jakarta: Bumi

Aksara.

4. Sedarmayanti, 2004, Good Governance (Kepemerintahan yang Baik) Bagian

Kedua: Membangun Manajemen Sistem Kinerja Guna Meningkatkan

Produktivitas Menuju Good Governance (Kepemerintahan yang Baik),

Bandung: Mandar Maju.

engertian Profesionalisme Guru

Diposkan oleh Aslikan Ahmad di Tuesday, June 05, 2012

Istilah profesionalisme guru terdiri dari dua suku kata yang masing-masing

mempunyai pengertian tersendiri, yaitu kata Profesionalisme dan Guru. Ditinjau dari

segi bahasa (etimologi), istilah profesionalisme berasal dari Bahasa Inggris

profession yang berarti jabatan, pekerjaan, pencaharian, yang mempunyai

keahlian[1], sebagai mana disebutkan oleh S. Wojowasito. Selain itu, Drs.

Petersalim dalam kamus bahasa kontemporer mengartikan kata profesi sebagai

bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian tertentu [2].

Dengan demikian kata profesi secara harfiah dapat diartikan dengan suatu

pekerjaan yang memerlukan keahlian dan ketrampilan tertentu, dimana keahlian dan

ketrampilan tersebut didapat dari suatu pendidikan atau pelatihan khusus.

Page 19: Profesionalisme Guru

Adapun pengertian profesi secara therminologi atau istilah, sesuai apa yang

diungkapkan oleh para ahli adalah sebagai berikut:

Roestiyah yang mengutip pendapat Blackington mengartikan bahwa pofesi adalah

suatu jabatan atau pekerjaan yang terorganisir yang tidak mengandung keraguaan

tetapi murni diterapkan untuk jabatan atau pekerjaan fungsional[3].

Dr. Ahmad Tafsir yang mengutip pendapat Muchtar Lutfi mengatakan profesi harus

mengandung keahlian. Artinya suatu program harus ditandai dengan suatu keahlian

yang khusus untuk profesi itu[4].

Prof. Dr. M. Surya dkk, mengartikan bahwa professional mempunyai makna yang

mengacu kepada sebutan tentang orang yang menyandang suatu profesi dan

sebutan tentang penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai

dengan profesinya.[5]

Syafrudin, mengutip dari Kamus Besar Bahasa Indanesia istilah professional adalah

bersangkutan dengan profesi, memerlukan kepandaian khusus untuk

menjalankannya dan mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya.[6]

Dari semua pendapat para ahli diatas, menunjukkan bahwa professional secara

istilah dapat diartikan sebagai pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang khusus

dipersiapkan atau dididik untuk melaksanakan pekerjaan tersebut dan mereka

mendapat imbalan atau hasil berupa upah atau uang karena melaksanakan

pekerjaan tersebut.

Kemudian kata profesi tersebut mendapat akhiran isme, yang dalam bahasa

Indonesia menjadi berarti sifat. Sehingga istilah Profesionalisme berarti sifat yang

harus dimiliki oleh setiap profesional dalam menjalankan pekerjannya sehingga

pekerjaan tersebut dapat terlaksana atau dijalankan dengan sebaik-baiknya, penuh

tanggung jawab terhadap apa yang telah dikerjakannya dengan dilandasi pendidikan

dan ketrampilan yang dimilikinya.

Sedangkan pengertian profesional itu sendiri berarti orang yang melakukan

pekerjaan yang sudah dikuasai atau yang telah dibandingkan baik secara

konsepsional, secara teknik atau latihan[7].

Page 20: Profesionalisme Guru

Dari rumusan pengertian diatas ini mengambarkan bahwa tidak semua profesi atau

pekerjaan bisa dikatakan profesional karena dalam tugas profesional itu sendiri

terdapat beberapa ciri-ciri dan syarat-syarat sebagaimana yang dikemukakan oleh

Robert W. Riche, yaitu:

Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal dibandingkan dengan

kepentingan pribadi.

Seorang pekerja profesional, secara relatif memerlukan waktu yang panjang untuk

mempelajari konsep- konsep serta prinsip- prinsip pengetahuan khusus yang

mendukung keahliannya.

Memiliki kualifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut serta mampu mengikuti

perkembangan dalam pertumbuhan jabatan.

Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku, sikap dan cara kerja.

Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi.

Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanan, disiplin diri dalam

profesi , serta kesejahteraan anggotanya.

Memberikan kesempatan untuk kemajuan, spesialisasi dan kemandirian.

Memandang profesi sebgai suatru karier hidup (a live career) dan menjadi seorang

anggota permanen[8].

Sedangkan pengertian guru seperi yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli

sebagai berikut;

Drs. Petersalim dalam kamus bahasa Indonesia Kontemporer mengartikan guru

adalah orang yang pekerjaanya mendidik, mengajar, dan mengasihi, sehingga

seorang guru harus bersifat mendidik[9]. Ahmad D. Marimba, menyatakan bahwa

guru adalah orang yang mempunyai tanggung jawab untuk mendidik[10].

Amien Daiem Indrakusuma menyatakan bahwa guru adalah pihak atau subyek yang

melakukan pekerjaan mendidik[11].

M. Athiyah Al Abrasyi menyatakan bahwa guru adalah spiritual father atau bapak

rohani bagi seorang murid, memberi santapan jiwa, pendidikan akhlak dan

membenarkannya, meghormati guru itulah mereka hidup dan berkembang[12].

Dari beberapa pengertian guru sebagaimana yang dikemukakan, diatas maka

secara umum dapat diartikan bahwa guru adalah orang yang bertanggung jawab

terhadap perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi afektif, potensi

Page 21: Profesionalisme Guru

kognitif, maupun potensi psikomotor. Dari pengertian atau definisi “profesionalisme”

dan “guru” diatas dapat ditarik suatu pengertian bahwa profesionalisme guru

mempunyai pengertian suatu sifat yang harus ada pada seorang guru dalam

menjalankan pekerjaanya sehingga guru tersebut dapat menjalankan pekerjannya

dengan penuh tanggung jawab serta mampu untuk mengembangkan keahliannya

tanpa menggangu tugas pokok guru tersebut.

-------------------

[1] S. Wojowasito, WJS. Poerwadarminto, Kamus Bahasa Inggris Indonesia-

Indonesia Inggris (Bandung: Hasta, 1982), hal. 162

[2] Salim, Yeny salim, Kamus Indonesia Kontemporer, Moderninglish (Jakarta: Pres,

1991), hal. 92

[3] Roestiyah.N. K, Masalah- Masalah Ilmu Keguruan (Jakarta: Bina Aksara, 1986),

hal. 176

[4] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Islam (Bandung: Rajawali

Rusda Karya, 1991).hal. 10

[5] M. Surya, dkk, Kapita Selekta Kependidikan SD (Jakarta: Universetas Terbuka,

2003),hal.45

[6] Syafrudin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum (Ciputat: Pers,

2002), hal.15

[7] Sadirman A. M, Interaksi dan Motifasi Belajar ( Jakarta: Rajawali Pres,1991), hal.

131

[8] M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum ( Jakarta: 1993), hal.105

[9] Salim, Yeny Salim, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum ( Jakarta: 1993),

hal. 492

[10] Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Al Maarif,

1980), hal. 37

[11]Amien Daiem Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya:Usaha

Nasional, 1993),hal. 179

[12] M. Athiyah Al Abrasy, Dasar- Dasar Pokok Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan

Bintang, 1979), hal. 136

Label: Pendidikan, Profesionalisme Guru

Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook

Page 22: Profesionalisme Guru

Share this article :

Related Posts

Struktur Kurikulum 2013

Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pengertian Pendidikan Agama Islam

Tujuan Pendidikan Islam

1. Pengertian Profesional

Sedang persyaratannya menurut Uzer Usman adalah:

1. Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu

pengetahuan yang mendalam.

2. Menemukan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan

bidang profesinya.

3. menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai.

4. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan.

5. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan.

6. Memiliki kode etik sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan

fungsinya.

7. Memiliki klien/objek layanan ysng tetap, seperti guru dengan muridnya.

8. Diakui oleh masyarakat, karena memang jasanya perlu dimasyarakatkan.

[2]

Dari pengertian di atas, bahwa profesi adalah suatu pekerjaan yang

memerlukan pendidikan lanjut, profesi juga memerlukan keterampilan melalui

ilmu pengetahuan yang mendalam, ada jenjang pendidikan khusus yang mesti

dilalui sebagai sebuah persyaratan.

Page 23: Profesionalisme Guru

Dari keterangan di atas kemudian diajukan pertanyaan “lalu apakah professional itu?” Untuk memberikan kesimpulan dari pengertian profesional sedikitnya

Menurut Harefa(1999: 22-23) ada tiga belas indikator Profesionalisme guru yaitu: 1) bangga pada pekerjaan, dan menunjukkan komitmen pribadi pada kualitas, 2) berusaha meraih tanggunjawab;.3) mengantisipasi, dan tidak menunggu perintah, mereka menunjukkan inisiatif; 4) mengerjakan apa yang perlu dikerjakan untuk merampungkan tugas; 5) melibatkan diri secara aktif dan tidak sekedar bertahan pada peran yang telah ditetapkan untuk mereka;6) selalu mencari cara untuk membuat berbagai hal menjadi lebih mudah bagi orang-orang yang mereka layani; 7) ingin belajar sebanyak mungkin; 8) benar-benar mendengarkan kebutuhan orang-orang yang mereka layani; 9) belajar memahami dan berfikir seperti orang-orang yang mereka layani sehingga bisa mewakili mereka ketika orang-orang itu tidak ada di tempat; 10) mereka adalah pemain tim; 11) bisa dipercaya memegang rahasia; 12) jujur bisa dipercaya dan setia; 13) terbuka terhadap kritik-kritik yang membangun mengenai cara meningkatkan diri

Dari indikator yang disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa

professional itu adalah seseorang yang dipercaya memiliki kemampuan khusus

untuk melakukan satu bidang kerja dengan hasil kualitas yang tinggi berdasarkan

pengalaman dan pengetahuannya tentang objek pekerjaannya tersebut.

Jika disandangkan kata professional kepada guru, maka menurut Danim,

“guru profesional adalah guru yang memiliki kompotensi tertentu sesuai dengan

persaratan yang dituntut oleh profesi keguruan”[4]

Kalau begitu guru profesional adalah guru yang senantiasa menguasai

bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan dalam interaksi belajar

mengajar, serta senantiasa mengembangkannya kemampuannya secara

berkelanjutan, baik dalam segi ilmu yang dimilikinya maupun pengalamannya.

Dengan cara demikian menurut Uzer Usman

“Dia akan memperkaya diri dengan berbagai ilmu pengetahuan untuk

melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dalam intraksi belajar mengajar

sehingga dengan kemampuannya baiki dalam hal metode mengajar, gaya

mengajar ataupun penyampaian materi pelajaraan bisa menyukseskan

intraksi belajar mengajar atau pun proses belajar mengajar”.[5]

Page 24: Profesionalisme Guru

Dalam rangka mendukung terwujudnya suasana proses belajar

mengajar yang berkualitas di Sekolah dasar diperlukan adanya guru yang

professional. Karakteristik guru yang professional sedikitnya ada lima

karakteristik dan kemampuan professional guru yang harus dikembangkan,

yaitu:

a. menguasai kurikulum

b. menguasai materi semua mata pelajaran

c. terampil menggunakan multi metode pembelajaran

d. memiliki komitmen yang tinggi terhadap tugasnya

e. memiliki kedisiplinan dalam arti yang seluas-luasnya[6]

2. Kompetensi Profesionalisme Guru Agama Islam

Sebagaimana layaknya makna profesional bagi guru umum, maka guru

agama pun mestilah seorang profesional. Seperti kesimpulan di atas bahwa guru

profesional adalah guru yang memiliki kemampuan khusus dalam bidang

pendidikan. Kemampuan atau kompotensi mempunyai kaitan yang erat dengan

intraksi belajar mengajar dalam proses pembelajaran. Dimana seseorang guru

akan ragu-ragu menyampaikan meteri pelajaran jika tidak dibarengi dengan

kompetensi seperti penguasaan bahan, begitu juga dengan pemilihan dan

penggunaan metode yang tidak sesuai dengan materi akan menimbulkan

kebosanan dan mempersulit pemahaman belajar siswa. Dengan demikian

profesionalitas seseorang guru sangat mendukung dalam rangka merangsang

motivasi belajar siswa dan sekaligus tercapainya intraksi belajar mengajar

sebagai mestinya.

“Proses intraksi belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung

serangkaian perbuatan guru dan siswa atas timbal balik yang langsung dalam situasi

pendidkan untuk mencapai tujuan tertentu. Intraksi guru dengan siswa bukan hanya

dalam penguasaan bahan ajran, tetapi juga dalam penerimaan nilai-nilai,

pengembangan sikap serta mengatasi kesulitaan-kesulitan yang di hadapi oleh

Page 25: Profesionalisme Guru

siswa. Dengan demikian di dalam intraksi belajar mengajar dalam rangka

menimbulkan motivasi belajar siswa, guru bukan hanya saja sebagai pelatih dan

pengajar tetapi juaga sebagai pendidik dan pembingbing”.[7]

Kemampuan atau profesionalitas guru (termasuk guru agama) menurut

Mohammad Uzer Usman meliputi hal-hal berikut ini:

1. Menguasai landasan kependidikan

- Mengenal tujuan pendidikan nasinal untuk mencapai tujuan

- Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat

- Mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat dimamfaatkan

dalam proses belajar mengajar.

2. Menguasai bahan pengajaran

- Mengusai bahan pengajaran kurikulum pendidikan pendidikan dasar dan

menegah

- Mengusai bahan pengayaan

3. Menyusun program pengajaran

- Menetapkan tujuan pembelajaran

- Memiliki dan mengembangkan bahan pembelajaran

- Memiliki dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai

- Memilih dan memamfaatkan sumber belajar

4. Melaksanakan program pengajaran

- Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat

- Mengatur ruangan belajar

Page 26: Profesionalisme Guru

- Mengelola intraksi belajar mengajar

5. Menilai hasil belajar mengajar yang telah dilaksanakan

- Menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran

- Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.[8]

Sesuai dengan kutipan di atas, maka seorang guru profesional adalah

guru yang mempunyai strategi mengajar, menguasai bahan, mampu menyusun

program maupun membuat penilaian hasil belajar yang tepat.

Selain hal di atas guru juga mesti memiliki kemampuan dalam

membangkitkan motivasi bagi belajar siswa. Mengenai hal ini menurut Ibrahim

dan Syaodih ada beberapa kemampuan yang mesti dimiliki oleh guru yaitu :

“Pertama, menggunakan cara atau metode dan media mengajar yang

bervariasi. Dengan metode dan media yang bervariasi kebosanan pun dapat

dikurangi atau dihilangkan. Kedua, memilih bahan yang menarik minat dan

dibutuhkan siswa. Sesuatu yang dibutuhkan akan menarik perhatian, dengan

demikian akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Ketiga,

Memberikan saran antara lain ujian semester, ujian tegah semester, ulangan

harian dan juga kuis. Keempat, memberikan kesempatan untuk sukses.

Bahan atau soal yang sulit yang hanya bisa dicapai siswa yang pandai. Agar

siswa ysng kursng pandai juga bisa maka diberikan soal yang sesuai dengan

kepandainnya. Kelima, diciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

Dalam hal ini di lakukan guru dengan cara belajar yang punya rasa

persahabatan, punya humor, pengakuan keberadaan siswa dan menghindari

celaan dan makian. Keenam, Mengadakan persaingan sehat melalui hasil

belajar siswa. Dalam persaingan ini dapat diberikan pujian, ganjaran ataupun

hadiah.”[9]

Sejalan dengan kutipan di atas, maka profesionalitas guru adalah rangka

motivasi siswa untuk sukses dalam belajar akan terlihat dengan kemampuan di

dalam intraksi belajar mengajar yang muncul indikator penggunaan metode dan

media yang bervariasi, pemilihan bahan yang menarik minat, pemberian

Page 27: Profesionalisme Guru

kesempatan untuk sukses, penyajian suasana belajar mengajar yang

menyenangkan dan juga pengadaan persaingan sehat.

Beberapa pendapat menjelaskan tentang kompotensi guru agama dalam

rangka motivasi siswa antara yaitu:

1. Penggunaan metode dan media yang bervariasi.

Di dalam intraksi belajar mengajar tidaklah kita temui selamanya berjalan

dengan sukses, tetapi pasti ada jal-hal yang menyenangkan siswa merasa

bosan mengikuti pelajaran sehingga materi yang disampaikan oleh guru

dapat dipahami dan dikuasainya secara obtimal. Salah satu yang

menyebabkan timbulnya kebosanan siswa dalam belajar adalah penggunaan

metode dan media yang menoton. Jadi jika terdapat di antara siswa

menentang pelajaran yang diberikan maka salah satu sebabnya adalah

masalah metode dan media yang di pergunakan guru tidak sesuai dengan

materi yang disampaikan. Misalnya seorang guru hanya menggunakan satu

macam metode dan media dalam berbagai materi pelajaran, siswapun akan

merasa bosan dan tidak mengikuti pelajaran sebaimana yang diiginkan. Oleh

sebab itu suksesnya intraksi belajar mengajar harus dibarengi dengan

metode dan media yang bervariasi agar menghasilkan pembeljaran

sebagaimana harusnya. Dengan demikian penggunaan metode dan media

yang bervariasi adalah salah satu pendorong bagi siswa[10]

Dari kutipan di atas, dapat dipahami bahwa variasi metode dan media dalam

intraksi belajar mengajar adalah hal yang penting dalam rangka membangkitkan

motivasi belajar siswa mengikuti pelajaran,

2. Memilih bahan yang menarik minat belajar siswa

Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian

siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menatap pada

diri seseorang. Minat besar sekali pengaruhnya terhadap belajar sebab

dengan minat seseorang akan melakukan suatu yang diminatinya. Sebaliknya

tampa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.[11]

Page 28: Profesionalisme Guru

Sejalan dengan kutipan di atas sepatutnya seorang guru berusaha untuk

menarik minat belajar siswa, walaupun pada kenyataannya tidak semua materi

yang di sampaikan oleh guru disukai siswa. Tetapi disinilah tugas guru

memahami sifat, mental, minat dan kebutuhan siswa agar dia bisa memberikan

bimbingan dan pelajaran dengan sebaik-baiknya untuk menarik minat siswa.

Beberapa cara membangkitkan minat belajar siswa, yaitu :

a. Mengajar dengan cara menarik.

b. Mengadakan selingan yang sehat.

c. Menggunakan alat peraga

d. Sedapat mungkin mengurangi / menghilangkan sesuatu yang

menyebabkan perhatian yang tak perlu.

e. Dapat menunjukkan kegunaan bahan pelajaran yang di berikan

f. Berusaha mengadakan hubungan antara apa yang sudah ada

diketahui murid dengan yang akan diketahuinya[12]

3. Memberikan sasaran antara, seperti ujian semester, ujian tegah semester,

ulangan harian dan kuis.

Pengetuan yang dak ulang-ulang atau tidak adanya pengujian akan

mudah hilang dan tidak akan menetap dalam ingatan. Tetapi pengetahuan yang

sering di ulang-ulang akan menjadi pengetahuan dan dapat digunakan. Maka

pada waktu intraksi belajar mengajar guru hendaknya sering mengadakan

ulangan yang teratur, agar bahan pelajaran yang di ajarkan itu benar-benar

dimiliki murid dan siap digunakan.

Ulangan harian atau kuis diadakan apabila :

a. Sebagian besar murid-murid tidak mengerjakan tugas yang diberikan

b. Pelajaran yang lampau telah dilupakan

Page 29: Profesionalisme Guru

c. Jika mungkin sebelum pelajaran dimulai. Sedangkan ulangan tengah

semester dan semester diadakan pada waktu sebelum libur.[13]

Ulangan harian dan kuis diadakan oleh guru saat berlangsungnya proses

belajar mengajar dengan tujuan sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui keberhasilan dan kegagalan proses belajar

mengajar.

b. Untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya dan proses belajar

mengajar dengan baik[14]

Oleh sebab itu, tujuan ulangan harian atau kuis untuk perbaikan proses

belajar mengajar, maka sebagian guru hendaknya memiliki kebesaran hati

mencari kekurangannya dalam proses belajar mengajar seperti metopdologi,

didaktik, motivasi dan penguasaan terhadap bahan yangt diajarkan. Dengan

demikian termasuk juga tujuan ulangan harian atau kuis untuk merangsang siswa

agar lebih rajin belajar dan sekal;igus mengetahui bagian-bagian materi yang

belum dikuasainya. Sedangkan ujian semester untuk mengukur keberhasilan

belajar siswa ataupun kelulusan naik klelas atau tidak.[15]

4. Pemberian kesempatan untuk sukses

Pemberian kesempatan untuk sukses adalah pemberian soal kepada

siswa sesuai dengan kemampuannya. Sebagai guru hendaknya memahami

bahwa murid / siswa tidaklah semua punya kesamaan tingkat pengetahuannya,

dimana sebagian ada yang pintar, ada yang sedang dan ada pula yang bodoh.

[16] Mengenai pemberian soal kepada siswa Chabib Thoha mengatakan:

“Pemberian soal haruslah tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah,

karena bilamana soal memiliki tingkat kesukaran yang maksimal maka murid /

siswa yang punya intlegensi dibawah sedang mungkin kesukaran dan tidak

mampu menjawab secara optimal yang akhirnya tidak pernah merasa sukses

dalam belajar, artinya tidak ada kesempatan untuk sukses.[17]

Page 30: Profesionalisme Guru

Jadi dengan berpedoman kepada kutipan di atas dapat dipahami bahwa soal

yang diberikan guru mestinya jangan terlalu mudah, karena tidak ada nantinya

pembeda yang pandai, yang sedang yang bodoh. Dan jangan pula terlalu payah,

karena ada nantinya siswa yang tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk

sukses, yang memungkinkan motivasi belajar tidak timbul. Akhirnya tidak mampu

memahami pelajaran, dan malas untuk mengikuti intraksi belajara mengajar.

5. Penyajian suasana belajar mengajar yang menyenangkan.

Siswa lebih senang melanjukan belajarnya jika kondisi pengajaran

menyenangkan. Jadi dengan guru harus berusaha semaksimal mungkin didalam

intraksi belajar mengajar dalam rangka memberikan motivasi bagi siswa agar

mereka bergiat terus belajar dan mencapai tujuan. Cara untuk menyenangkan

siswa dalam belajar adalah:

a. Usahakan jangan mengulangi hal-hal yang mereka ketahui, sebab

mereka jenuh.

b. Suasana fisik kelas jangan membosankan

c. Hindarkan dari prustasi, seperti pertanyaan yang tak masuk akal.

d. Hindarkan suasan kelas yang bersifat emosional sebagai akibat

adanya kontak personal.

e. Siapkan tugas-tugas yang menantang selama diselenggarakan intraksi

belajar mengajar.

f. Berikan siswa pengetahuan tentang hasil-hasil yang telah di capai

masing-masing siswa.

g. Berikan ganjaran yang pantas terhadap usaha-usaha yang dilakukan

oleh siswa.[18]

6. Mengadakan persaigan sehat

Persaingan, sebenarnya adalah berdasarkan kepada dorongan untuk kedudukan

dan penghargaan. Kebutuhan akan kedudukan dan penghargaan adalah

merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan

Page 31: Profesionalisme Guru

perkembangan. Oleh karena itu persaingan dapat menjadi tenaga pendorong

yang sangat besar bagi perkembagan belajar siswa. Persaingan dalam rangka

memotivasi belajar siswa dapat dilakukan guru dalam bentuk bermacam mata

pelajaran. Dan pada biasanya persaingan secara sehat yang diadakan guru

selalu diikuti dengan ganjaran seperti pemberian hadiah ataupun pujian, sesuai

dengan bentuk dan tingkat persaingan sehat itu ada hal-hal yang perlu

diperhatikan sebagaimana berikut ini :

a. Persaingan jalan terlalu intensif, sebab akan mengakibatkan hal-hal

negatif, seperti anak yang lemah akan merasa dirinya tidak mampu

dan putus asa.

b. Persaingan harus diadakan dalam suasana yang jujur, yang sportif.

c. Semua anak ikut bersaing hendaknya mendapat penghargaan, baik

yang menang maupun yang kalah.

d. Hendaknya persaingan itu berjenis-jenis, agar yang menang tidak itu-

itu saja.[19]

Dengan demikian jika persaingan tersebut dilaksanakan dengan adanya

aturan-aturan sebagauimana yang di atas, maka persaingan itu akan jadi

persaingan sehat yang merupakan motivasi yang berperan untuk belajar siswa.

Di mana dengan motivasi tersebut siswa-siswa berlomba memahami dan

menyelesaikan hal-hal yang berkaitan dengan belajar sehingga mencapai secara

optimal.

Bila profesionalitas guru yang memiliki indikator seperti diatas

direalisasikan di dalam intraksi belajar mengajar maka siswa akan aktif mengikuti

intraksi belajar mengajar, menyelesaikan tugas –tugas dengan penuh kesadaran,

mudah memahami materi yang diajarkan oleh guru. Pada kondisi yang seperti itu

maka kesuksesan belajar dapat tercapai secara maksimal.

Page 32: Profesionalisme Guru

[1] Syafruddin Nurdin, Guru Profesinal dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta :

Ciputat Pers, 2002), h.. 16.

[2] Muhammad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Remaja

Rosda Karya, 2002 ), h..15.

[3]Andrias Harefa, Membangkitkan Roh Profesionalisme, (Jakarta: Gramedia:

1999), h. 22-23

[4] Sudarman Danim, Media Komunikasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara,

1994), h..53.

[5] Muhammad Uzer Usman op. cit., h.. 9.

[6]Departemen Pendidikan Nasional, Peningkatan Mutu Pendidikan di

Sekolah Dasar, (Jakarta: PEQIP, 2001), h. 12.

[7] R. Ibrahim, Nana Syaodih S. Perencanaan Pengajaran, (Jaakarta : Rineka

Cipta, 1996), h. .33-34

[8] Muhammad Uzer Usman op. cit., h.. 18-19.

[9] R. Ibrahim, Nana Syaodih S., op. cit., h..28

[10] Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan

Sistem, (Jakarta : Bumi aksara, 2002), h.. 16,

[11] Muhammad Uzer Usman, op. cit., h..27.

[12] Team Didaktik Metodik KurikulumIKIP Surabaya, Pengantar Didaktik

Metodik Kurikulum PBM, (Jakarta : Raja Grafindo persada, 1993), h.. 23.

[13] Ibid., h.. 26.

[14] M. Chabib Thoha, Tehnik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Raja Grafindo

Persada 1996), h..47.

[15] Ibid., h.. 48.

Page 33: Profesionalisme Guru

[16] S. Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar,

(Jakarta : Bumi Aksara, 2000),h.. 33.

[17] M. Chabib Thoha, Op. cit. , h.. 145.

[18] Oemar Hamalik, Op. Cip., h.. 161

[19] Amir Daen, Pengantar Ilmu Pendidkan, (Surabaya : Usaha Nasional,

1973), h.. 167

Diposkan oleh Hs Hasibuan Botun

1.2Sintesis Propesionalisme Guru

Profesionalisme guru berarti mempunyai keterampilan yang tinggi dalam

mengembangkan kompetensi bidang keguruannya yakni pedagogik,

kepribadian, sosial, dan profesional mempunyai ilmu dan pengalaman serta

kecerdasan dalam bidang IT dalam manganalisis suatu masalah dan peka

didalam membaca situasi cepat dan tepat serta cermat dalam mengambil

keputusan terbaik atas dasar kepekaan. Standar kompetensi guru ini

dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi

pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut

terintegrasi dalam kinerja guru.

5. Memiliki sikap berorientasi ke depan sehingga punya kemampuan

mengantisipasi perkembangan lingkungan yang terbentang di hadapannya.

6. Memiliki sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi serta

terbuka menyimak dan menghargai pendapat orang lain, namun cermat

dalam memilih yang terbaik bagi diri dan perkembangan pribadinya.

Watak Kerja Profesionalisme 5. Kerja seorang profesional itu beritikad untuk merealisasikan kebajikan demi

tegaknya kehormatan profesi yang digeluti, dan oleh karenanya tidak terlalu

mementingkan atau mengharapkan imbalan upah materiil

Page 34: Profesionalisme Guru

2.3 Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Tes Kompetensi Profesional Guru.

No Dimensi Indikator No. Item Jml1. Kompetensi

non substantif

Kompetensi

Substantif

a. Landasan dan wawasan

pendidikan

b. Kepribadian, profesi dan

pengembangan

a. Materi pembelajaran

b. Pengelolaan pembelajaran

c. Evaluasi pembelajaran

Jumlah 662. 58

Instrumen untuk mendapatkan data tentang kepemimpinan kepala sekolah

adalah dengan menggunakan Skala Likert dengan lima pilihan, yaitu: SS = Sangat

Setuju, S = Setuju, R = Ragu-ragu, TS = Tidak Setuju, dan STS = Sangat Tidak

Setuju. Terdapat 50 butir pernyataan yang terdiri dari 35 butir pernyataan positif dan

15 butir pernyataan negatif. Bobot dari setiap pernyataan tertera dalam tabel 4.

Tabel 4. Bobot Pernyataan Kepemimpinan Kepala Sekolah.

Bobot Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

Page 35: Profesionalisme Guru

Tabel 5. Kisi-Kisi Instrumen Kepemimpinan Kepala Sekolah.

No Dimensi Indikator No. Item Jml1 Kewibawaan Kepala Sekolah a. Pembinaan terhadap bawahan

b. Memberdayakan SDM

c. Rutinitas kerja kepala sekolah

2 Sifat danKeterampilanKepala a. Keteladanan dalam

sekolah pelaksanaan tugas

b. Menyusun administrasi dan

program sekolah

c. Menentukan anggaran belanja

sekolah

d. Pembagian pelaksanaan tugas

3 PerilakuKepala Sekolah a. Instruktif

b. Konsultatif

c. Partisipatif

d. Delegatif

Jumlah 5059

Uji coba instrumen dilakukan guna mencari validitas dan reliabilitas dari

instrumen kepemimpinan kepala sekolah. Uji coba instrumen dilakukan terhadap 20

orang guru yang tidak termasuk dalam sampel penelitian. Secara keseluruhan

jumlah

butir pernyataan yang diberikan adalah 50 buah. Skor selengkapnya dari uji coba

instrumen kepemimpinan kepala sekolah dapat dilihat pada lampiran 7.

Hasil analisis item dengan menggunakan analisis konsistensi internal yang

terdapat pada lampiran 7 menunjukkan bahwa ada 35 butir item yang valid dalam

arti

memiliki koefisien korelasi di atas 0,30 yaitu butir pernyataan nomor : 1, 2, 4, 6, 8, 9,

10, 11, 12, 14, 18, 19, 20, 22, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 38, 40, 41, 43,

44,

Page 36: Profesionalisme Guru

45, 46, 47, 48, 49, dan 50. Sedangkan butir yang tidak valid yang berarti memiliki

koefisien korelasi di bawah 0,30 adalah sebanyak 15 butir, yaitu nomor : 3, 5, 7, 13,

15, 16, 17, 21, 23, 24, 25, 36, 37, 39, dan 42. Setelah memperhatikan butir-butir

yang

tidak valid di atas dan membandingkannya dengan kisi-kisi yang telah disusun,

ternyata butir-butir yang tidak valid tersebut diprediksi tidak mempengaruhi proporsi

yang terdapat dalam kisi-kisi. Oleh karena itu diputuskan untuk tidak melakukan

revisi butir-butir yang tidak valid tersebut. Selanjutnya butir-butir yang tidak valid

tersebut tidak digunakan.

Sementara itu butir-butir pernyataan yang valid kemudian dianalisis

reliabilitasnya dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach. Hasil perhitungan

pada

lampiran 7 menunjukkan koefisien reliabilitas () sebesar 0,9064. Menurut Usman

dan Akbar, koefisien reliabilitas () di atas 0,80 sudah memperlihatkan bahwa

60

instrumen itu reliabel.5 Berdasarkan kriteria tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa

instrumen kepemimpinan kepala sekolah sudah reliabel dan memenuhi syarat guna

dijadikan instrumen penelitian.

3. Variabel Sikap Guru Terhadap PekerjaanDalam penelitian ini, yang dimaksud dengan sikap guru terhadap pekerjaan

adalah suatu kecenderungan seorang guru dalam merespon suka atau tidak suka

terhadap pekerjaannya, yang pada akhirnya diungkapkan dalam bentuk tindakan

atau

perilaku yang berkenaan dengan profesinya. Respon dan perilaku seorang guru

terhadap pekerjaannya dapat diungkapkan dalam bentuk kepercayaan dan

kepuasaan

guru terhadap pekerjaannya maupun dalam bentuk perilaku yang ditampilkan.

Indikator-indikator sikap guru terhadap pekerjaan yaitu: (1) Kepercayaan guru

terhadap pekerjaan, yang meliputi: peraturan-peraturan atau norma, administrasi,

(2) Kepuasan guru terhadap pekerjaan, yang meliputi: pekerjaan itu sendiri, gaji atau

pendapatan, peluang promosi, lingkungan kerja, (3) Perilaku, yang meliputi:

tanggung jawab, etos kerja, disiplin ,dan kreativitas.

Instrumen untuk mendapatkan data tentang sikap guru terhadap pekerjaan

Page 37: Profesionalisme Guru

adalah dengan menggunakan Skala Likert dengan lima pilihan, yaitu: SS = Sangat

Setuju, S = Setuju, R = Ragu-ragu, TS = Tidak Setuju, dan STS = Sangat Tidak

Setuju. Terdapat 50 butir pernyataan yang terdiri dari 35 butir pernyataan positif dan

15 butir pernyataan negatif. Bobot dari setiap pernyataan tertera dalam tabel 6.

5 Ibid., h. 291

61

Tabel 6. Bobot Pernyataan Sikap Guru Terhadap Pekerjaan.

Bobot Pernyataan Positif Pernyataan Negatif SS S KR TS

STS

5 4 3 2

1

Tabel 7. Kisi-Kisi Instrumen Sikap Guru Terhadap Pekerjaan.

No Dimensi Indikator No. Item JmlSTS TS KR S SS

1 2 3 4 5

Kognitif

Afektif

Konatif

Kepercayaan terhadap pekerjaan:

a. Kesesuaian pekerjaan dengan

kemampuan

b. Kesesuaian dengan minat

Kepuasan guru terhadap pekerjaan:

a. Pekerjaan itu sendiri

b. Gaji atau pendapatan

c. Peluang promosi

d. Lingkungan kerja

Perilaku:

a. Tanggung jawab

b. Etos kerja

c. Disiplin

d. Kreativitas.

Page 38: Profesionalisme Guru