produk domestik regional bruto ditinjau dari...

119
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN KEPADATAN PENDUDUK 33 PROVINSI DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Oleh: ABDUL RAHMAN HANIF NIM: 11140840000074 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H / 2018 M

Upload: phamkhanh

Post on 06-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI

INFRASTRUKTUR DAN KEPADATAN PENDUDUK 33 PROVINSI DI

INDONESIA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Oleh:

ABDUL RAHMAN HANIF

NIM: 11140840000074

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H / 2018 M

Page 2: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

ii

Page 3: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

iii

Page 4: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

iv

Page 5: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

v

Page 6: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI

Nama : Abdul Rahman Hanif

NIM : 11140840000074

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 1 September 1995

Agama : Islam

Alamat Lengkap : Perumahan Ciater Permai, Gg. Lapangan H. Arsan,

RT 006/07, Ciater, Serpong, Tangerang Selatan

No. Telepon : 087781835253

Email : [email protected]

II. PENDIDIKAN FORMAL

Tahun 2002-2008 : SDN 1 Ciputat

Tahun 2008-2011 : MTsN 2 Pamulang

Tahun 2011-2014 : MAN 1 Tangerang Selatan

III. PENGALAMAN ORGANISASI

Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan 2015

Lembaga Dakwah Kampus FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014-2016

Lembaga Dakwah Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016-2017

Forum Lingkar Pena Ciputat 2017-Sekarang

Tangerang Selatan,

(Abdul Rahman Hanif)

Page 7: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

ii

ABSTRACT

This globalization era had imposed every country to improve economical

aspect. One important indicator to determine the economic condition in a country

in a certain period is Gross Domestic Product (GDP) data, while at the regional

level is Gross Regional Domestic Product (GRDP) data. This study aimed to

determine the effect of infrastructure and population density towards GRDP 33

provinces in Indonesia. In this study used GRDP data on constant 2010 prices.

Moreover, the infrastructure in this study is represented by electricity

infrastructure and educational infrastructure. This study used panel data in

period 2013 to 2015 toward 33 provinces in Indonesia. The data is processed by

using the best model estimation of fixed effect. The results showed that all

independent variables such as electricity infrastructure, educational

infrastructure, and population density were able to influence GRDP 33 provinces

positively and significantly.

Keyword: Gross Regional Domestic Product (GRDP), Infrastructure, Electricity,

Educational, Population Density

Page 8: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

iii

ABSTRAK

Era globalisasi ini menuntut setiap negara untuk semakin memajukan

perekonominnya. Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi

di suatu negara dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto

(PDB), sedangkan pada tingkat daerah adalah data Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh infrastruktur

dan kepadatan penduduk terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia. Dalam

penelitian ini menggunakan data PDRB atas harga konstan 2010. Sedangkan

infrastruktur dalam penelitian ini diwakili oleh infrastruktur listrik dan

infrastruktur pendidikan. Data yang digunakan adalah data panel dengan kurun

waktu dari 2013-2015 untuk 33 provinsi di Indonesia. Data diolah dengan

menggunakan estimasi model terbaik yakni fixed effect. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa semua variabel independen yakni infrastruktur listrik,

infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk mampu mempengaruhi PDRB

33 provinsi di Indonesia secara positif dan signifikan.

Kata kunci: Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Infrastruktur, Listrik,

Pendidikan, Kepadatan Penduduk

Page 9: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

iv

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim…

Alhamdulillaahi ’Alaa Ni’mati Al-iimaan wa Al-islaam, Laa Haula wa Laa

Quwwata Illaa Billaah. Segala puji dan syukur kepada Allah Subhanahu

Wata’ala, berkat izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan segala

kemudahan dan kelancaran yang Allah berikan. Shalawat serta salam semoga

tercurah kepada Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam beserta keluarga dan

para sahabatnya.

Skripsi ini terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan

secara materi, ilmu, waktu, pikiran, tenaga, maupun doa. Penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua, Ayah (Ulung Azhari) dan Mamah (Suhaibah Aslamiyah),

Teteh (Syifa Fauziah), dan Kak Dede yang selalu mendoakan dan memberi

dukungan kepada penulis. Juga Sarah Shafiyyah Shalihah (keponakan) yang

memberi keceriaan di kala penulis merasa penat. Terima kasih atas segala

kebaikan yang tidak pernah bisa dibalas dengan apapun di dunia ini.

2. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta seluruh jajaran.

3. Bapak M. Hartana I. Putra, M.Si selaku pembimbing skripsi yang selalu

membimbing, membantu, dan memotivasi dalam menyelesaikan skripsi.

4. Bapak Arief Fitrijanto, M.Si selaku kepala program studi Ekonomi

Pembangunan yang telah banyak memberi bimbingan selama perkuliahan.

5. Bapak Aizirman Djusan, M.Sc, Econ selaku dosen pembimbing akademik.

Page 10: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

v

6. Seluruh dosen program studi Ekonomi Pembangunan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu yang

bermanfaat untuk penulis.

7. Aidah Farras Alya yang selalu memberikan dukungan dan membantu banyak

hal dalam skripsi ini. Terima kasih atas bantuan, perjuangan, dan

pengorbanan yang tidak sedikit diberikan kepada penulis.

8. Teman-teman Ekonomi Pembangunan 2014, terkhusus kepada penghuni

KoThor (Kosan Thoriq) yaitu Adi, Wahyu (Gembal), Thoriq, Raha (Dikin),

Yusuf, Indra, Iksan, Jody, Riko, Tanu, Faikar, dan Asep. Terima kasih atas

support, doa, dan kebaikan yang diberikan.

9. Keluarga besar ADK FEB, terkhusus An-Naml FEB yang senantiasa

membantu, bersedia mendengarkan suka-duka, dan berbagi kenangan manis.

Ikhlas Trisna dan Alif Anjas Permana yang selalu memberikan dukungan.

10. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih atas

seluruh kebaikan yang diberikan.

Semoga Allah memberi pahala yang besar atas kebaikan yang telah

diberikan. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

skripsi ini. Oleh karena itu, penulis menerima saran dan kritik yang membangun

demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat untuk banyak pihak.

Jakarta, Mẹi 2018

Penulis

Page 11: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ........................................................

LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF ...................................................

LEMBAR PENGESAHAN SIDANG .....................................................................

LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... i

ABSTRAK .............................................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ............................................................................................ iv

DAFTAR ISI ........................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... x

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1-8

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

B. Rumusan masalah ................................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian.................................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 9-62

A.Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ............................................. 9

1. Definisi PDRB ............................................................................... 9

2. Penghitungan PDRB ...................................................................... 9

3. Kegunaan Data PDRB .................................................................. 45

B. Infrastruktur ........................................................................................... 46

1. Definisi Infrastruktur .................................................................... 46

2. Klasifikasi Infrastruktur ................................................................ 47

3. Hubungan Infrastruktur dan PDRB .............................................. 47

C. Kependudukan ....................................................................................... 50

1. Penduduk dan Unsur-unsur di Dalamnya ..................................... 50

2. Penduduk dan PDRB .................................................................... 52

D. Penelitian Terdahulu ............................................................................. 54

E. Kerangka Berpikir ................................................................................. 60

F. Hipotesis Penelitian ............................................................................... 61

BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................... 63-72

A. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 63

B. Metode Penentuan Sampel .................................................................... 63

C. Metode Pengumpulan Data ................................................................... 63

D. Metode Analisis Data ............................................................................ 64

E. Operasional Variabel Penelitian ............................................................ 72

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 73-89

A. Analisa Deskriptif ................................................................................. 73

1. PDRB ............................................................................................ 73

2. Listrik ........................................................................................... 75

Page 12: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

vii

3. Pendidikan .................................................................................... 76

4. Kepadatan Penduduk .................................................................... 78

B. Pemilihan Model ................................................................................... 79

1. F Test (Chow Test) ....................................................................... 80

C. Analisa Teknis ....................................................................................... 80

1. Uji Statistik ................................................................................... 80

a. Uji Koefisien Determinasi (R2) ........................................... 82

b. Uji F Statistik ...................................................................... 82

c. Uji t Statistik........................................................................ 82

d. Interpretasi Hasil Analisis ................................................... 84

2. Analisa Ekonomi .......................................................................... 88

BAB 5 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI .................................................... 90-91

A. Kesimpulan ........................................................................................... 90

B. Implikasi ................................................................................................ 90

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 92

LAMPIRAN ............................................................................................................ 95

Page 13: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Berdasarkan

Pulau Atas Harga Konstan ........................................................................ 1

Tabel 1.2 Peringkat Infrastruktur dan Index Daya Saing Indonesia di ASEAN

Tahun 2013-2014 ...................................................................................... 3

Tabel 1.3 Proyeksi Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun 2010-2015 ....... 4

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................................ 54

Tabel 4.1 Peranan Pulau dalam Pembentukan PDB Nasional Tahun 2015 ............. 74

Tabel 4.2 Jumlah Penjualan Tenaga Listrik PLN dan Jumlah Pelanggan Tenaga

Listrik PLN Tahun 2013-2015 ................................................................. 75

Tabel 4.3 Penjualan Tenaga Listrik PLN Per Sektor Pelanggan Tahun

2013-2015 ................................................................................................ 76

Tabel 4.4 Jumlah Sekolah di Indonesia menurut Jenjang Pendidikan Tahun

2014/2015 ................................................................................................ 77

Tabel 4.5 Tingkat Kepadatan Penduduk di Indonesia pada Tahun 2013-2015

(jiwa/km2) ................................................................................................ 79

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Estimasi Data Panel terhadap Keseluruhan Periode

Penelitian (2013-2015) ............................................................................. 81

Tabel 4.7 Interpretasi Koefisien Fixed Effect Model ............................................... 84

Page 14: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ................................................................................ 61

Page 15: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Variabel Penelitian ....................................................................... 95

Lampiran 2 Data Variabel Penelitian setelah Ditransformasi ke Logaritma

Natural ................................................................................................... 98

Lampiran 3 Hasil Regresi dengan Common Effect ................................................. 101

Lampiran 4 Hasil Regresi dengan Fixed Effect....................................................... 102

Lampiran 5 Hasil Uji F (Uji Chow) ........................................................................ 104

Page 16: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan arus globalisasi yang semakin pesat menjadi fenomena

yang sulit untuk dihindari oleh setiap negara. Seperti halnya bangsa-bangsa lain,

bangsa Indonesia pun tidak dapat menghindar dari pesatnya perkembangan

teknologi informasi, tekonologi transportasi, teknologi komunikasi, tingkat

efisiensi, serta tatanan ekonomi dunia yang mengarah kepada pasar bebas.

Terjadinya pasar bebas dan kompetisi yang semakin ketat di era global ini

menuntut semua negara di dunia, terutama negara yang masih berkembang seperti

Indonesia untuk semakin giat melakukan pembangunan ekonominya agar mampu

bersaing dan tidak tertinggal dengan negara lainnya (Wibowo, 2016).

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu

negara dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto (PDB),

sedangkan pada tingkat daerah/wilayah adalah data Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan.

PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh

seluruh unit usaha dalam suatu wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai

barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi (BPS, 2017).

Tabel 1.1

Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Berdasarkan Pulau Atas

Harga Konstan 2010 Pada Tahun 2013-2015

Pulau Tahun

2013 2014 2015

Sumatera 4,95 4,60 3,53

Jawa 6,01 5,57 5,47

Bali & Nusa Tenggara 5,95 5,90 10,45

Kalimantan 3,95 3,37 1,37

Sulawesi 7,69 6,87 8,19

Maluku dan Papua 7,71 4,54 6,35

Indonesia (PDB) 5,56 5,01 4,88

Sumber: Badan Pusat Statistik

Dari tabel 1.1 dapat diketahui bahwa PDB Indonesia pada tahun 2013

tumbuh sebesar 5,56%. Kemudian pada tahun 2014, pertumbuhan PDB Indonesia

Page 17: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

2

mengalami penurunan yakni menjadi sebesar 5,01%. Pada tahun 2015 penurunan

PDB Indonesia kembali terjadi yakni menjadi sebesar 4,88%. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa pertumbuhan PDB Indonesia dari 2013-2015 terus mengalami

penurunan. Hal tersebut juga mencerminkan bahwa secara rata-rata pertumbuhan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada setiap provinsi di Indonesia

cendrung mengalami penurunan pada tahun 2013-2015.

PDRB berperan sebagai pengukur tingkat pendapatan bruto yang berada

dalam suatu provinsi. PDRB berpengaruh pada perekonomian dengan cara

meredistribusi pendapatan bruto dan kekayaan serta menambah tingkat output.

PDRB yang selalu menurun menyebabkan ketidakpastian bagi pembangunan di

daerah dan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan di daerah akan menurun jika

PDRB selalu menurun setiap tahunnya. Bukan hanya itu, kegiatan perekonomian

juga akan menurun dan mengakibatkan pendapatan nasional mengalami

kemunduran serta pengangguran yang semakin bertambah serta semakin

meningkatnya angka kemiskinan. Tingginya tingkat kemiskinan tersebut akan

berdampak pada naiknya tingkat kriminalitas dalam suatu daerah (Hapsari, 2011)

Solow dalam teori pertumbuhan neo klasik beranggapan bahwa

produktivitas ekonomi bersumber dari tiga faktor, yakni: peningkatan dalam

kuantitas dan kualitas penduduk atau pekerja (labor), kenaikan dalam kapital atau

modal (melalui tabungan dan investasi), dan peningkatan dalam teknologi. Setiap

peningkatan jumlah tenaga kerja, kapital, dan teknologi akan mempengaruhi

perubahan pada tingkat output yang dihasilkan. Modal yang dimaksud Solow

salah satunya berasal dari sektor infrastruktur atau investasi fisik (Sukirno, 2006).

Investasi dan infrastruktur juga memiliki keterkaitan. Keberadaan

infrastruktur akan mendorong terjadinya peningkatan produktivitas bagi faktor-

faktor produksi, dan sebaliknya apabila mengabaikannya akan menurunkan

produktivitas. Infrastruktur merupakan roda penggerak perekonomian.

Ketidakcukupan infrastruktur merupakan salah satu kunci terjadinya hambatan

bagi perekonomian yang lebih baik (Ndulu, et. al. dalam Wibowo, 2016).

Ketersediaan modal fisik sangat terkait dengan ketersediaan dana investasi.

Investor dalam berinvestasi mempertimbangkan apakah usaha mereka dapat

berjalan dan berkembang dengan memperhatikan infrastruktur yang tersedia.

Page 18: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

3

Infrastruktur dinilai penting karena sebagai pendukung kegiatan perekonomian

dalam proses produksi untuk menghasilkan output hingga mobilitas penduduk

maupun arus perputaran barang dan jasa (Zamzami, 2014).

The World Bank (1994) membagi infrastruktur menjadi :

1. Infrastruktur Ekonomi meliputi, public utilities (telekomunikasi, air minum,

sanitasi, dan gas) public works (bendungan, saluran irigasi, dan drainase)

serta transportasi (jalan, kereta api, pelabuhan, dan bandara)

2. Infrastruktur Sosial meliputi, pendidikan, kesehatan, perumahan dan

rekreasi.

3. Infrastruktur Administrasi meliputi, penegak hukum, control administrasi,

dan koordinasi serta kebudayaan.

Infrastruktur Indonesia masih tertinggal dibanding negara ASEAN lainnya,

yakni hanya menempati peringkat ke-5 di bawah Singapura, Malaysia, Thailand,

dan Brunei berdasarkan laporan yang dirilis oleh World Economic Forum di

wilayah ASEAN. Sementara dalam lingkup dunia, berdasarkan laporan yang

dirilis oleh World Economic Forum infrastruktur Indonesia masih cukup jauh

tertinggal dari negara-negara lain, yaitu menempati peringkat 61 dari 144 negara.

Tabel 1.2

Peringkat Infrastruktur dan Index Daya Saing (GCI) Indonesia di

ASEAN Tahun 2013-2014

No. Negara Skor

Infrastruktur

Rangking

Infrastruktur Dunia

Rangking GCI

Dunia

1 Singapura 6,41 2 2

2 Malaysia 5,19 29 24

3 Thailand 4,53 47 37

4 Brunei 4,29 58 26

5 Indonesia 4,17 61 38

6 Vietnam 3,69 82 70

7 Laos 3,66 84 81

8 Philipina 3,40 96 59

9 Kamboja 3,26 101 88

10 Myanmar 2,01 141 139

Sumber: World Economic Forum: The Global Competitiveness Report 2013-2014.

Tabel 1.2 menunjukkan bahwa kondisi infrastruktur Indonesia masih

tertinggal cukup jauh dengan infrasturktur Singapura dan infrastruktur Malaysia.

Page 19: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

4

Hal itu terlihat dari selisih angka yang terpaut cukup jauh. Sedangkan jika

dibandingkan dengan infrastruktur Thailand dan infrastruktur Brunei, maka

rangking infrastruktur Indonesia dengan ke-dua negara tersebut masih terpaut

relatif dekat. Di samping itu, jika dilihat dari skor Global Competitivieness Index

(GCI), maka negara-negara ASEAN yang memiliki rangking infrastruktur tinggi

terdapat kecendrungan memiliki rangking GCI yang tinggi pula. Hal ini

menunujukkan bahwa terdapat kecendrungan negara dengan kondisi infrastruktur

yang baik akan memiliki daya saing ekonomi yang baik pula. Kondisi

infrastruktur Indonesia yang masih kurang baik ini menyebabkan perekonomian

Indonesia kurang mampu bersaing dengan negara lain. Kurang baiknya kondisi

infrastruktur Indonesia ini pula yang menyebabkan terjadinya ekonomi berbiaya

tinggi (high cost economy) di Indonesia.

Selain infrastruktur, penduduk juga memiliki peran penting bagi

perekonomian suatu negara. Pertumbuhan penduduk akan memiliki dampak pada

beberapa sektor dan khususnya sektor ekonomi suatu negara. Jumlah penduduk

memegang peranan penting dalam perekonomian.

Tabel 1.3

Proyeksi Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun 2010-2015

LOKASI (PULAU) LAJU PERTUMBUHAN

PENDUDUK TAHUN 2010-

2015

Pulau Sumatera 1,68 %

Pulau Jawa 1,16 %

Pulau Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara 1,45 %

Pulau Kalimantan 2,07 %

Pulau Sulawesi 1,43 %

Kepulauan Maluku 1,96 %

Pulau Papua 2, 11 %

Indonesia 1,38 %

Sumber: Badan Pusat Statistik

Berdasarkan tabel 1.3 dapat diketahui bahwa proyeksi tingkat jumlah

penduduk di Indonesia berdasarkan pulau mengalami pertumbuhan pada kurun

waktu 2010-2015. Pulau Papua memiliki proyeksi laju pertumbuhan penduduk

yang paling tinggi yakni sebesar 2,11 persen, sementara proyeksi laju

pertumbuhan penduduk yang paling rendah terjadi di Pulau Jawa yakni sebesar

1,16 persen. Secara keseluruhan, proyeksi laju pertumbuhan penduduk di

Page 20: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

5

Indonesia pada tahun 2010-2015 meningkat sebesar 1,38 persen. Hal ini

mencerminkan bahwa jumlah penduduk di Indonesia juga mengalami peningkatan

yang pada gilirannya akan membentuk kepadatan penduduk yang lebih

meningkat.

Penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu dapat menjadi pendorong

maupun penghambat kepada perkembangan ekonomi. Penduduk yang bertambah

akan memperbesar jumlah tenaga kerja, dan penambahan tersebut memungkinkan

negara itu menambah produksi. Di samping itu, sebagai akibat dari pendidikan,

latihan, dan pengalaman kerja, keterampilan penduduk akan selalu bertambah

tinggi. Hal ini akan menyebabkan produktivitas bertambah, dan ini selanjutnya

akan menimbulkan pertambahan produksi yang lebih cepat daripada pertambahan

tenaga kerja (Sukirno, 2006).

Jumlah penduduk yang besar bagi beberapa kalangan merupakan suatu hal

positif karena dengan jumlah penduduk yang besar tersebut dapat dijadikan

sebagai subjek pembangunan, perekonomian akan berkembang bila jumlah tenaga

kerjanya banyak. Namun di sisi lain beberapa kalangan justru meragukan apakah

jumlah penduduk yang besar adalah sebagai asset seperti yang dijelaskan

sebelumnya, akan tetapi kebalikan dari hal tersebut bahwa penduduk merupakan

beban bagi pembangunan. Hal ini berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan yang

semakin lama semakin banyak pula seiring dengan perkembangan jumlah

penduduk tersebut. Kesimpulan dari pandangan pesimis ini adalah bukan

kesejahteraan yang akan didapat tapi justru kemelaratan yang akan terjadi jika

jumlah penduduk tidak dikendalikan dengan baik (Rochaida, 2016).

Akibat dari pertambahan penduduk kepada perekonomian terutama

dihadapi oleh masyarakat yang kemajuan ekonominya belum tinggi tetapi telah

menghadapi masalah kelebihan penduduk. Suatu negara dipandang menghadapi

masalah kelebihan penduduk apabila jumlah penduduk adalah tidak seimbang

dengan faktor-faktor produksi lain yang tersedia, yaitu jumlah penduduk adalah

jauh berlebihan. Ini berarti pertambahan penggunaan tenaga kerja tidak akan

menimbulkan pertambahan dalam produksi nasional, ataupun kalau ia bertambah,

pertambahan tersebut adalah terlalu lambat dan tidak dapat mengimbangi

pertambahan penduduk (Sukirno, 2006).

Page 21: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diketahui bahwa kondisi

infrastruktur di Indonesia dinilai belum optimal untuk menopang PDRB provinsi-

provinsi di Indonesia. Padahal di era globalisasi dan pasar bebas semua negara di

dunia terutama negara yang masih berkembang seperti Indonesia dituntut untuk

semakin giat melakukan pembangunan ekonominya agar tidak tertinggal dari

negara lainnya. Tingkat PDRB provinsi-provinsi di Indonesia menjadi salah satu

faktor penting untuk mewujudkan pembangunan ekonomi nasional yang semakin

baik. Namun pada tahun 2013-2015 perekonomian Indonesia terus mengalami

penurunan. Di sisi lain, pembangunan infrastruktur di Indonesia pun ternyata

mengalami ketertinggalan. Karenanya, perkembangan angka PDRB provinsi-

provinsi di Indonesia disinyalir salah satunya dipengaruhi oleh kurangnya

pembangunan infrastruktur.

Selain itu, pertambahan penduduk Indonesia yang terus mengalami

peningkatan juga menjadi tantangan bagi Indonesia dalam menghadapi pasar

bebas di era globalisasi. Jumlah penduduk yang terus mengalami pertumbuhan

akan semakin meningkatkan kepadatan penduduk. Pertumbuhan penduduk dapat

menjadi pendorong angka PDRB karena pertambahan jumlah tenaga kerja. Di sisi

lain, pertambahan penduduk juga dapat menjadi penghambat bagi tingkat PDRB

apabila tidak dibarengi dengan faktor-faktor produksi lainnya. Jumlah penduduk

yang terus mengalami pertumbuhan akan semakin meningkatkan kepadatan

penduduk.

Dari permasalahan di atas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti apakah

infrastruktur dan kepadatan penduduk memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap PDRB di 33 provinsi di Indonesia dalam rangka menghadapi pasar

bebas. Rumusan masalah tersebut dimasukkan ke dalam pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan

kepadatan penduduk secara bersama-sama terhadap PDRB 33 provinsi di

Indonesia?

2. Bagaimana pengaruh dan besarnya pengaruh infrastruktur listrik terhadap

PDRB 33 provinsi di Indonesia?

Page 22: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

7

3. Bagaimana pengaruh dan besarnya pengaruh infrastruktur pendidikan

terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia?

4. Bagaimana pengaruh dan besarnya pengaruh kepadatan penduduk terhadap

PDRB 33 provinsi di Indonesia?

5. Bagaimana nilai PDRB masing-masing provinsi apabila nilai variabel-

variabel independen yang ada pada model adalah 0?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan,

dan kepadatan penduduk secara bersama-sama terhadap PDRB 33 provinsi di

Indonesia.

2. Untuk mengetahui pengaruh dan besarnya pengaruh infrastruktur listrik

terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia.

3. Untuk mengetahui pengaruh dan besarnya pengaruh infrastruktur pendidikan

terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia.

4. Untuk mengetahui pengaruh dan besarnya pengaruh kepadatan penduduk

terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia.

5. Untuk mengetahui nilai PDRB masing-masing provinsi apabila nilai variabel-

variabel independen yang ada pada model adalah 0.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian tentang evaluasi infrastruktur ekonomi dan sosial terhadap

produktivitas ekonomi di Indonesia ini diharapkan dapat memberi manafaat

untuk;

1. Bagi pemerintah sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan

yang terkait dengan pembangunan infrastruktur di Indonesia guna

peningkatan pembangunan ekonomi yang dianalisis melalui produktivitas

dalam kegiatan ekonomi. Di samping itu, sebagai bahan pertimbangan bagi

pemerintah dalam menghadapi jumlah maupun kepadatan kepadatan

penduduk yang terus meningkat dalam rangka pembangunan ekonomi.

Page 23: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

8

2. Bagi akademisi dan peneliti sebagai tambahan referensi dalam menyusun

tulisan yang relevan dengan bidang ekonomi.

Page 24: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

1. Definisi PDRB

Menurut Badan Pusat Statistik (2017), Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) diartikan sebagai nilai tambah bruto seluruh barang dan

jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik suatu negara yang

timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu

tanpa memperhatikan apakah faktor produksi yang dimiliki residen atau

non-residen.

2. Penghitungan PDRB

Terdapat tiga pendekatan yang biasanya digunakan dalam menghitung

angka-angka PDRB yaitu pendekatan produksi, pendapatan, dan

pengeluaran:

a. Menurut Pendekatan Produksi. Menurut pendekatan ini, PDRB

adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh

berbagai unit produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu

(biasanya satu tahun). Menurut Badan Pusat Statistik (2017), unit-unit

produksi tersebut dalam penyajiannya dikelompokkan menjadi 17

kategori lapangan usaha yaitu:

1) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan.

2) Pertambangan dan Penggalian.

3) Industri Pengolahan.

4) Pengadaan Listrik dan Gas.

5) Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang.

6) Konstruksi

7) Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

8) Transportasi dan Pergudangan

9) Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

10) Informasi dan Komunikasi

11) Jasa Keuangan dan Asuransi

Page 25: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

10

12) Real Estate

13) Jasa Perusahaan

14) Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

15) Jasa Pendidikan

16) Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

17) Jasa lainnya

Setiap kategori lapangan usaha tersebut dapat dirinci lagi menjadi

beberapa sub-sub kategori lapangan usaha. Untuk lebih jelasnya terkait

sektor-sektor tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Kategori ini mencakup segala pengusahaan yang didapatkan dari alam

dan merupakan bendabenda atau barang-barang biologis (hidup) yang

hasilnya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sendiri atau

untuk dijual kepada pihak lain. Pengusahaan ini termasuk kegiatan yang

tujuan utamanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri (subsisten) seperti

pada kegiatan usaha tanaman pangan.

1.1 Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian

Subkategori ini mencakup pertanian tanaman pangan, tanaman

hortikultura, tanaman perkebunan, peternakan, serta jasa pertanian dan

perburuan hewan yang ditujukan untuk dijual.

1.1.1 Tanaman Pangan

Meliputi semua kegiatan ekonomi yang menghasilkan komoditas

bahan pangan. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan tanaman pangan

meliputi padi, palawija (jagung, kedele, kacang tanah, kacang hijau, ubi

jalar, ubi kayu, palawija lainnya, seperti talas, ganyong, irut, gembili, dll),

serta tanaman serelia lainnya (sorgum/cantel, jawawut, jelai, gandum, dll).

Keseluruhan komoditas di atas masuk ke dalam golongan tanaman

semusim, dengan wujud produksi pada saat panen atau wujud produksi

baku lainnya yang masih termasuk dalam lingkup kategori pertanian.

Contoh wujud produksi pada komoditas pertanian tanaman pangan antara

lain: padi dalam wujud Gabah Kering Giling (GKG), jagung dalam wujud

pipilan kering, dan ubi kayu dalam wujud umbi basah.

Page 26: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

11

1.1.2 Tanaman Hortikultura

Tanaman hortikultura terdiri dari tanaman hortikultura semusim dan

tanaman hortikultura tahunan. Tanaman hortikultura semusim meliputi

tanaman hortikultura yang umumnya berumur pendek (kurang dari satu

tahun) dan panennya dilakukan satu atau beberapa kali masa panen untuk

satu kali penanaman. Sedangkan tanaman hortikultura tahunan meliputi

tanaman hortikultura yang umumnya berumur lebih dari satu tahun dan

pemungutan hasilnya dilakukan lebih dari satu kali masa panen untuk satu

kali penanaman. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan tanaman

hortikultura meliputi kelompok komoditi sayuran, buah-buahan, tanaman

biofarmaka, dan tanaman hias.

1.1.3 Tanaman Perkebunan

Tanaman Perkebunan terdiri dari tanaman perkebunan semusim dan

tanaman perkebunan tahunan, baik yang diusahakan oleh rakyat maupun

oleh perusahaan perkebunan (negara maupun swasta). Cakupan usaha

perkebunan mulai dari pengolahan lahan, penyemaian, pembibitan,

penanaman, pemeliharaan dan pemanenan yang menjadi satu kesatuan

kegiatan. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan tanaman perkebunan

diantaranya adalah tebu, tembakau, nilam, jarak, wijen, tanaman berserat

(kapas, rosela, rami, yute, agave, abaca, kenaf, dan-lain-lain), kelapa,

kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao, lada, pala, kayu manis, cengkeh,

jambu mete, dan sebagainya.

1.1.4 Peternakan

Peternakan mencakup semua usaha peternakan yang

menyelenggarakan pembibitan serta budidaya segala jenis ternak dan

unggas dengan tujuan untuk dikembangbiakkan, dibesarkan, dipotong, dan

diambil hasilnya, baik yang dilakukan rakyat maupun oleh perusahaan

peternakan. Golongan ini juga mencakup pembudidayaan ternak maupun

unggas yang menghasilkan produk berulang, misalnya untuk

menghasilkan susu dan telur. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan

peternakan adalah sapi potong, kerbau, kambing, domba, babi, kuda, ayam

Page 27: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

12

bukan ras (buras), ayam ras pedaging, ayam ras petelur, itik manila, itik,

telur ayam ras, telur ayam bukan ras, telur itik, susu segar, dsb.

1.1.5 Jasa Pertanian dan Perburuan

Kegiatan jasa pertanian dan perburuan meliputi kegiatan jasa

pertanian, perburuan dan penangkapan satwa liar, serta penangkaran satwa

liar. Kegiatan jasa pertanian adalah kegiatan yang dilakukan baik oleh

perorangan maupun badan usaha atas dasar balas jasa atau kontrak yang

khusus yang diberikan untuk menunjang kegiatan pertanian (tanaman

pangan, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan, dan peternakan).

Dicakup juga dalam kegiatan jasa pertanian adalah penyewaan alat

pertanian/hewan bersama operatornya dan risiko kegiatan jasa tersebut

ditanggung oleh yang memberikan jasa. Kegiatan perburuan dan

penangkapan satwa liar mencakup usaha perburuan dan penangkapan

satwa liar dalam rangka pengendalian populasi dan pelestarian. Termasuk

usaha pengawetan dan penyamakan kulit dari furskin, reptil, dan kulit

unggas hasil perburuan dan penangkapan. Termasuk perburuan dan

penangkapan binatang dengan perangkap untuk umum, penangkapan

binatang (mati atau hidup) untuk makanan, bulu, kulit atau untuk

penelitian, untuk ditempatkan dalam kebun binatang atau sebagai hewan

peliharaan, produksi kulit bulu binatang, reptil atau kulit burung dari

kegiatan perburuan atau penangkapan. Sedangkan kegiatan penangkaran

satwa liar mencakup usaha penangkaran, pembesaran, penelitian untuk

pelestarian satwa liar, baik satwa liar darat dan satwa liar laut seperti

mamalia laut, misalnya duyung, singa laut dan anjing laut. Output jasa

pertanian diperoleh dengan pendekatan imputasi dengan memperhatikan

proporsi pengeluaran untuk jasa pertanian terhadap output yang dihasilkan

oleh suatu kegiatan pertanian pada periode tertentu.

1.2 Kehutanan dan Penebangan Kayu

Subkategori ini meliputi kegiatan penebangan segala jenis kayu serta

pengambilan daun-daunan, getah-getahan, dan akar-akaran, termasuk di

sini adalah jasa yang menunjang kegiatan kehutanan berdasarkan sistem

balas jasa/kontrak. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan kehutanan

Page 28: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

13

meliputi kayu gelondongan (baik yang berasal dari hutan rimba maupun

hutan budidaya), kayu bakar, rotan, bambu, dan hasil hutan lainnya.

Dicakup juga dalam kegiatan kehutanan ini adalah jasa yang menunjang

kegiatan kehutanan atas dasar balas jasa (fee) atau kontrak, termasuk

kegiatan reboisasi hutan yang dilakukan atas dasar kontrak.

1.3 Perikanan

Subkategori ini meliputi semua kegiatan penangkapan, pembenihan,

dan budidaya segala jenis ikan dan biota air lainnya, baik yang berada di

air tawar, air payau maupun di laut. Komoditas yang dihasilkan oleh

kegiatan perikanan meliputi segala jenis ikan, crustacea, mollusca, rumput

laut, dan biota air lainnya yang diperoleh dari penangkapan (di laut dan

perairan umum) dan budidaya (laut, tambak, karamba, jaring apung,

kolam, dan sawah). Dicakup juga dalam kegiatan perikanan ini adalah jasa

yang menunjang kegiatan perikanan atas dasar balas jasa (fee) atau

kontrak.

2. Pertambangan dan Penggalian

Seluruh jenis komoditi yang dicakup dalam Kategori Pertambangan

dan Penggalian, dikelompokkan dalam empat subkategori, yaitu:

pertambangan minyak dan gas bumi (migas), pertambangan batubara dan

lignit, pertambangan bijih logam serta pertambangan dan penggalian

lainnya.

2.1 Pertambangan Minyak, Gas dan Panas Bumi

Subkategori Pertambangan Migas dan Panas Bumi meliputi kegiatan

produksi minyak bumi mentah, pertambangan dan pengambilan minyak

dari serpihan minyak dan pasir minyak, produksi gas alam serta pencarian

cairan hidrokarbon. Subkategori ini juga mencakup kegiatan operasi

dan/atau pengembangan lokasi penambangan minyak, gas alam, dan panas

bumi.

2.2 Pertambangan Batubara dan Lignit

Pertambangan Batubara mencakup usaha operasi penambangan,

pengeboran berbagai kualitas batubara seperti antrasit, bituminous dan

subbituminous baik pertambangan di permukaan tanah atau bawah tanah,

Page 29: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

14

termasuk pertambangan dengan cara pencairan. Operasi pertambangan

tersebut meliputi penggalian, penghancuran, pencucian, penyaringan dan

pencampuran serta pemadatan meningkatkan kualitas atau memudahkan

pengangkutan dan penyimpanan/ penampungan. Termasuk pencarian

batubara dari kumpulan tepung bara. Pertambangan Lignit mencakup

penambangan di permukaan tanah termasuk penambangan dengan metode

pencairan dan kegiatan lain untuk meningkatkan kualitas dan

memudahkan pengangkutan dan penyimpanan.

2.3 Pertambangan Bijih Logam

Sub kategori ini mencakup pertambangan dan pengolahan bijih logam

yang tidak mengandung besi, seperti bijih thorium dan uranium,

aluminium, tembaga, timah, seng, timah hitam, mangan, krom, nikel

kobalt dan lain. Termasuk bijih logam mulia lainnya. Kelompok bijih

logam mulia lainnya mencakup pembersihan dan pemurnian yang tidak

dapat dipisahkan secara administratif dari usaha pertambangan bijih logam

lainnya. Beberapa jenis produknya, antara lain: pertambangan pasir besi

dan bijih besi dan peningkatan mutu dan proses aglomerasi bijih besi,

pertambangan dan pengolahan bijih logam yang tidak mengandung besi,

seperti bijih thorium dan uranium, alumunium (bauksit), tembaga, timah,

seng, timah hitam, mangaan, krom, nikel kobalt dan lain-lain; serta

pertambangan bijih logam mulia, seperti emas, platina, perak dan logam

mulia lainnya.

2.4 Pertambangan dan Penggalian Lainnya

Subkategori ini mencakup penggalian dan pengambilan segala jenis

barang galian seperti batu-batuan, pasir dan tanah yang pada umumnya

berada pada permukaan bumi. Hasil dari kegiatan ini adalah batu gunung,

batu kali, batu kapur, koral, kerikil, batu karang, batu marmer, pasir untuk

bahan bangunan, pasir silika, pasir kwarsa, kaolin, tanah liat, dan komoditi

penggalian selain tersebut di atas. Termasuk dalam subkategori ini adalah

komoditi garam hasil penggalian.

Page 30: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

15

3. Industri Pengolahan

Kategori Industri Pengolahan meliputi kegiatan ekonomi di bidang

perubahan secara kimia atau fisik dari bahan, unsur atau komponen

menjadi produk baru. Bahan baku industri pengolahan berasal dari produk

pertanian, kehutanan, perikanan, pertambangan atau penggalian seperti

produk dari kegiatan industri pengolahan lainnya. Perubahan,

pembaharuan atau rekonstruksi yang pokok dari barang secara umum

diperlakukan sebagai industri pengolahan. Unit industri pengolahan

digambarkan sebagai pabrik, mesin atau peralatan yang khusus digerakkan

dengan mesin dan tangan. Termasuk kategori industri pengolahan adalah

perubahan bahan menjadi produk baru dengan menggunakan tangan,

kegiatan maklon atau kegiatan penjualan produk yang dibuat di tempat

yang sama dimana produk tersebut dijual dan unit yang melakukan

pengolahan bahan-bahan dari pihak lain atas dasar kontrak.

3.1 Industri Pengolahan Batubara dan Pengilangan Minyak dan Gas

Bumi

Subkategori ini mencakup kegiatan perubahan minyak, gas bumi dan

batubara menjadi produk yang bermanfaat seperti: pengilangan minyak

dan gas bumi, di mana meliputi pemisahan minyak bumi menjadi produk

komponen melalui teknis seperti pemecahan dan penyulingan. Produk

khas yang dihasilkan: kokas, butane, propane, petrol, gas hidrokarbon dan

metan, gasoline, minyak tanah, gas etane, propane dan butane sebagai

produk penyulingan minyak. Termasuk disini adalah pengoperasian

tungku batubara, produksi batubara dan semi batubara, gas batubara, ter,

lignit dan kokas.

3.2 Industri Makanan dan Minuman

Subkategori ini merupakan gabungan dari dua subkategori, yaitu

Industri Makanan dan Industri Minuman. Industri makanan mencakup

pengolahan produk pertanian, perkebunan dan perikanan menjadi makanan

dan juga mencakup produk setengah jadi yang tidak secara langsung

menjadi produk makanan. Industri Minuman mencakup pembuatan

minuman beralkohol maupun tidak beralkohol, air minum mineral, bir dan

Page 31: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

16

anggur, dan pembuatan minuman beralkohol yang disuling. Kegiatan ini

tidak mencakup pembuatan jus buah-buahan dan sayur-sayuran, minuman

dengan bahan baku susu, dan pembuatan produk teh, kopi dan produk the

dengan kadar kafein yang tinggi.

3.3 Industri Pengolahan Tembakau

Subkategori ini meliputi pengolahan tembakau atau produk pengganti

tembakau, rokok, cerutu, cangklong, snuff, chewing dan pemotongan serta

pengeringan tembakau tetapi tidak mencakup penanaman atau pengolahan

awal tembakau. Beberapa produk yang dihasilkan rokok dan cerutu,

tembakau pipa, tembakau sedot (snuff), rokok kretek, rokok putih dan lain

lain.

3.4 Industri Tekstil dan Pakaian Jadi

Subkategori ini merupakan gabungan dari dua subkategori yaitu

Industri Tekstil dan Industri Pakaian Jadi. Industri tekstil mencakup

pengolahan, pemintalan, penenunan dan penyelesaian tekstil dan bahan

pakaian, pembuatan barang-barang tekstil bukan pakaian (seperti: sprei,

taplak meja, gordein, selimut, permadani, tali temali, dan lain-lain).

Industri pakaian jadi mencakup semua pekerjaan menjahit dari semua

bahan dan semua jenis pakaian dan aksesoris, tidak ada perbedaan dalam

pembuatan antara baju anak-anak dan orang dewasa, atau pakaian

tradisional dan modern. Subkategori ini juga mencakup pembuatan

industri bulu binatang (pakaian dari bulu binatang dan kulit yang berbulu).

Contoh produk yang dihasilkan: kain tenun ikat, benang, kain, batik,

rajutan, pakaian jadi, pakaian sesuai pesanan, dan lain-lain.

3.5 Industri Kulit, Barang dari Kulit, dan Alas Kaki

Subkategori ini mencakup pengolahan dan pencelupan kulit berbulu

dan proses perubahan dari kulit jangat menjadi kulit dengan proses

penyamakan atau proses pengawetan dan pengeringan serta pengolahan

kulit menjadi produk yang siap pakai, pembuatan koper, tas tangan dan

sejenisnya, pakaian kuda dan peralatan kuda yang terbuat dari kulit, dan

pembuatan alas kaki. Subkategori ini juga mencakup pembuatan produk

Page 32: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

17

sejenisnya dari bahan lain (kulit imitasi atau kulit tiruan), seperti alas kaki

dari bahan karet, koper dari tekstil, dan lain-lain.

3.6 Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus, dan Barang

Anyaman

Subkategori ini mencakup pembuatan barang-barang dari kayu.

Kebanyakan digunakan untuk konstruksi dan juga mencakup berbagai

proses pengerjaan dari penggergajian sampai pembentukan dan perakitan

barang barang dari kayu, dan dari perakitan sampai produk jadi seperti

kontainer kayu. Terkecuali penggergajian, Subkategori ini terbagi lagi

sebagian besar didasarkan pada produk spesifik yang dihasilkan.

Subkategori ini tidak mencakup pembuatan mebeler, atau

perakitan/pemasangan perabot kayu dan sejenisnya. Contohnya:

pemotongan kayu gelondongan menjadi balok, kaso, papan, pengolahan

rotan, kayu lapis, barang-barang bangunan dari kayu, kerajinan dari kayu,

alat dapur dari kayu, rotan dan bambu.

3.7 Industri Kertas dan Barang dari Kertas, Percetakan, dan

Reproduksi Media Rekam

Subkategori ini merupakan gabungan dari dua subkategori yaitu

Industri Kertas dan Barang dari Kertas, dan Industri Pencetakan dan

Reproduksi Media Rekaman. Industri Kertas dan Barang dari Kertas

mencakup pembuatan bubur kayu, kertas, dan produk kertas olahan.

Pembuatan dari produk-produk tersebut merupakan satu rangkaian dengan

tiga kegiatan utama. Kegiatan pertama pembuatan bubur kertas, lalu yang

kedua pembuatan kertas yang menjadi lembaran-lembaran dan yang ketiga

barang dari kertas dengan berbagai tehnik pemotongan dan pembentukan,

termasuk kegiatan pelapisan dan laminasi. Barang kertas dapat merupakan

barang cetakan selagi pencetakan bukanlah merupakan hal yang utama.

Industri Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman mencakup

pencetakan barang-barang dan kegiatan pendukung yang berkaitan dan

tidak terpisahkan dengan Industri Pencetakan; proses pencetakan termasuk

bermacam-macam metode/cara untuk memindahkan suatu image dari

Page 33: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

18

piringan atau layar monitor ke suatu media melalui/dengan berbagai

teknologi pencetakan.

3.8 Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Subkategori ini terdiri dari dua industri yaitu Industri Kimia dan

Industri Farmasi dan Obat Tradisional. Industri Kimia mencakup

perubahan bahan organik dan non organik mentah dengan proses kimia

dan pembentukan produk. Ciri produk kimia dasar yaitu yang membentuk

kelompok industri pertama dari hasil produk antara dan produk akhir yang

dihasilkan melalui pengolahan lebih lanjut dari kimia dasar yang

merupakan kelompok kelompok industri lainnya. Industri Farmasi dan

Obat Tradisional mencakup pembuatan produk farmasi dasar dan preparat

farmasi. Golongan ini mencakup antara lain preparat darah, obat-obatan

jadi, preparat diagnostik, preparat medis, obat tradisional atau jamu dan

produk botanikal untuk keperluan farmasi.

3.9 Industri Karet, Barang dari Karet, dan Plastik

Subkategori ini mencakup pembuatan barang plastik dan karet dengan

penggunaan bahan baku karet dan plastik dalam proses pembuatannya.

Misalnya; pembuatan karet alam, pembuatan ban karet untuk semua jenis

kendaraan dan peralatan, pengolahan dasar plastik atau daur ulang. Namun

demikian tidak berarti bahwa semua barang dari bahan baku karet dan

plastik termasuk di golongan ini, misalnya industri alas kaki dari karet,

industri lem, industri matras, industri permainan dari karet, termasuk

kolam renang mainan anak-anak.

3.10 Industri Barang Galian Bukan Logam

Kegiatan ini mencakup pengolahan bahan baku menjadi barang jadi

yang berhubungan dengan unsur tunggal suatu mineral murni, seperti gelas

dan produk gelas, produk keramik dan tanah liat bakar, semen dan plester.

Industri pemotongan dan pengasahan batu serta pengolahan produk

mineral lainnya juga termasuk disini.

3.11 Industri Logam Dasar

Subkategori ini mencakup kegiatan peleburan dan penyulingan baik

logam yang mengandung besi maupun tidak dari bijih, potongan atau

Page 34: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

19

bungkahan dengan menggunakan bermacam teknik metalurgi. Contoh

produk: industri besi dan baja dasar, penggilingan baja, pipa, sambungan

pipa dari baja, logam mulia, logam dasar bukan besi dan lain-lain.

3.12 Industri Barang Logam, Komputer, Barang Elektronik, Optik,

dan Peralatan Listrik

Subkategori ini mencakup pembuatan produk logam "murni" (seperti

suku cadang, container/wadah dan struktur), pada umumnya mempunyai

fungsi statis atau tidak bergerak, pembuatan perlengkapan senjata dan

amunisi, pembuatan komputer, perlengkapan komputer, peralatan

komunikasi, dan barang-barang elektronik sejenis, termasuk pembuatan

komponennya, pembuatan produk yang membangkitkan, mendistribusikan

dan menggunakan tenaga listrik.

3.13 Industri Mesin dan Perlengkapan

Kegiatan yang tercakup dalam Subkategori Industri Mesin dan

Perlengkapan adalah pembuatan mesin dan peralatan yang dapat bekerja

bebas baik secara mekanik atau yang berhubungan dengan pengolahan

bahan-bahan, termasuk komponen mekaniknya yang menghasilkan dan

menggunakan tenaga dan komponen utama yang dihasilkan secara khusus.

Subkategori ini juga mencakup pembuatan mesin untuk keperluan khusus

untuk angkutan penumpang atau barang dalam dasar pembatasan,

peralatan tangan, peralatan tetap atau bergerak tanpa memperhatikan

apakah peralatan tersebut dibuat untuk keperluan industri, pekerjaan sipil,

dan bangunan, pertanian dan rumah tangga.

3.14 Industri Alat Angkutan

Subkategori ini mencakup Industri kendaraan bermotor dan semi

trailer serta Industri alat angkutan lainnya. Cakupan dari golongan ini

adalah pembuatan kendaraan bermotor untuk angkutan penumpang atau

barang, alat angkutan lain seperti pembuatan kapal dan perahu,

lori/gerbong kereta api dan lokomotif, pesawat udara dan pesawat angkasa.

Golongan ini juga mencakup pembuatan berbagai suku cadang dan

aksesoris kendaraan bermotor, termasuk pembuatan trailer atau semitrailer.

Page 35: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

20

3.15 Industri Furnitur

Industri Furnitur mencakup pembuatan mebeller dan produk yang

berkaitan yang terbuat dari berbagai bahan kecuali batu, semen dan

keramik. Pengolahan pembuatan mebeller adalah metode standar, yaitu

pembentukan bahan dan perakitan komponen, termasuk pemotongan,

pencetakan dan pelapisan. Perancangan produk baik untuk estetika dan

kualitas fungsi adalah aspek yang penting dalam proses produksi.

Pembuatan mebeller cenderung menjadi kegiatan yang khusus.

3.16 Industri Pengolahan Lainnya, Jasa Reparasi, dan Pemasangan

Mesin dan Peralatan

Subkategori ini mencakup pembuatan berbagai macam barang yang

belum dicakup di tempat lain dalam klasifikasi ini. Subkategori ini

merupakan gabungan dari industri pengolahan lainnya dan jasa reparasi

serta pemasangan mesin dan peralatan. Subkategori ini bersifat residual,

proses produksi, bahan input dan penggunaan barang-barang yang

dihasilkan dapat berubah-ubah secara luas dan ukuran umum. Subkategori

ini tidak mencakup pembersihan mesin industri, perbaikan dan

pemeliharaan peralatan komputer dan komunikasi serta perbaikan dan

pemeliharaan barang-barang rumah tangga. Tetapi mencakup perbaikan

dan pemeliharaan mesin dan peralatan khusus barang-barang yang

dihasilkan oleh lapangan usaha industri pengolahan dengan tujuan untuk

pemulihan mesin, peralatan dan produk lainnya.

4. Pengadaan Listrik dan Gas

Kategori ini mencakup kegiatan pengadaan tenaga listrik, gas alam

dan buatan, uap panas, air panas, udara dingin dan produksi es dan

sejenisnya melalui jaringan, saluran, atau pipa infrastruktur permanen.

Dimensi jaringan/infrastruktur tidak dapat ditentukan dengan pasti,

termasuk kegiatan pendistribusian listrik, gas, uap panas dan air panas

serta pendinginan udara dan air untuk tujuan produksi es. Produksi es

untuk kebutuhan makanan/minuman dan tujuan non makanan. Kategori ini

juga mencakup pengoperasian mesin dan gas yang menghasilkan,

Page 36: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

21

mengontrol dan menyalurkan tenaga listrik atau gas. Juga mencakup

pengadaan uap panas dan AC.

4.1 Ketenagalistrikan

Subkategori ini mencakup pembangkitan, pengiriman dan penyaluran

tenaga listrik kepada konsumen, baik yang diselenggarakan oleh PT

Perusahaan Listrik Negara (PLN) maupun oleh perusahaan swasta (Non-

PLN), seperti pembangkitan listrik oleh perusahaan milik Pemerintah

Daerah, dan listrik yang diusahakan oleh swasta (perorangan maupun

perusahaan) dengan tujuan untuk dijual. Listrik yang dibangkitkan atau

diproduksi meliputi listrik yang dijual, dipakai sendiri, hilang dalam

transmisi dan distribusi, dan listrik yang dicuri.

4.2 Pengadaan Gas dan Produksi Es

Subkategori ini menghasilkan Gas Alam, Gas Buatan, Uap/Air Panas,

Udara Dingin dan Produksi Es. Subkategori ini mencakup pembuatan gas

dan pendistribusian gas alam atau gas buatan ke konsumen melalui suatu

system saluran pipa, dan kegiatan penjualan gas. Subkategori ini juga

mencakup penyediaan gas melalui berbagai proses, pengangkutan,

pendistribusian dan penyediaan semua jenis bahan bakar gas, penjualan

gas kepada konsumen melalui saluran pipa. Termasuk penyaluran,

distribusi dan pengadaan semua jenis bahan bakar gas melalui sistim

saluran, perdagangan gas kepada konsumen melalui saluran, kegiatan agen

gas yang mengurus perdagangan gas melalui sistim distribusi gas yang

dioperasikan oleh pihak lain dan pengoperasian pengubahan komoditas

dan kapasitas pengangkutan bahan bakar gas. Kegiatan Pengadaan

Uap/Air Panas, Udara Dingin dan Produksi Es mencakup kegiatan

produksi, pengumpulan dan pendistribusian uap dan air panas untuk

pemanas, energi dan tujuan lain, produksi dan distribusi pendinginan

udara, pendinginan air untuk tujuan pendinginan dan produksi es,

termasuk es untuk kebutuhan makanan/ minuman dan tujuan non

makanan.

Page 37: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

22

5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, dan Daur Ulang

Kategori ini mencakup kegiatan ekonomi/lapangan usaha yang

berhubungan dengan pengelolaan berbagai bentuk limbah/sampah, seperti

limbah/sampah padat atau bukan baik rumah tangga ataupun industri, yang

dapat mencemari lingkungan. Hasil dari proses pengelolaan limbah

sampah atau kotoran ini dibuang atau menjadi input dalam proses produksi

lainnya. Kegiatan pengadaan air termasuk kategori ini, karena kegiatan ini

sering kali dilakukan dalam hubungannya dengan atau oleh unit yang

terlibat dalam pengelolaan limbah/kotoran.

6. Konstruksi

Kategori Konstruksi adalah kegiatan usaha di bidang konstruksi

umum dan konstruksi khusus pekerjaan gedung dan bangunan sipil, baik

digunakan sebagai tempat tinggal atau sarana kegiatan lainnya. Kegiatan

konstruksi mencakup pekerjaan baru, perbaikan, penambahan dan

perubahan, pendirian prafabrikasi bangunan atau struktur di lokasi proyek

dan juga konstruksi yang bersifat sementara. Kegiatan konstruksi

dilakukan baik oleh kontraktor umum, yaitu perusahaan yang melakukan

pekerjaan konstruksi untuk pihak lain, maupun oleh kontraktor khusus,

yaitu unit usaha atau individu yang melakukan kegiatan konstruksi untuk

dipakai sendiri. Hasil kegiatan konstruksi antara lain: Konstruksi gedung

tempat tinggal; Konstruksi gedung bukan tempat tinggal; Konstruksi

bangunan sipil, misal: jalan, tol, jembatan, landasan pesawat terbang, jalan

rel dan jembatan kereta api, terowongan, bendungan, waduk, menara air,

jaringan irigasi, drainase, sanitasi, tanggul pengendali banjir, terminal,

stasiun, parkir, dermaga, pergudangan, pelabuhan, bandara, dan

sejenisnya; Konstruksi bangunan elektrik dan telekomunikasi: pembangkit

tenaga listrik; transmisi, distribusi dan bangunan jaringan komunikasi, dan

sebagainya; Instalasi gedung dan bangunan sipil: instalasi listrik termasuk

alat pendingin dan pemanas ruangan, instalasi gas, instalasi air bersih dan

air limbah serta saluran drainase, dan sejenisnya; Pengerukan: meliputi

pengerukan sungai, rawa, danau dan alur pelayaran, kolam dan kanal

pelabuhan baik bersifat pekerjaan ringan, sedang maupun berat; Penyiapan

Page 38: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

23

lahan untuk pekerjaan konstruksi, termasuk pembongkaran dan

penghancuran gedung atau bangunan lainnya serta pembersihannya;

Penyelesaian konstruksi sipil seperti pemasangan kaca dan aluminium;

pengerjaan lantai, dinding dan plafon gedung; pengecatan; pengerjaan

interior dan dekorasi dalam penyelesaian akhir; pengerjaan eksterior dan

pertamanan pada gedung dan bangunan sipil lainnya; Penyewaan alat

konstruksi dengan operatornya seperti derek lori, molen, buldoser, alat

pencampur beton, mesin pancang, dan sejenisnya.

7. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Kategori ini meliputi kegiatan ekonomi/lapangan usaha di bidang

perdagangan besar dan eceran (yaitu penjualan tanpa perubahan teknis)

dari berbagai jenis barang, dan memberikan imbalan jasa yang mengiringi

penjualan barang-barang tersebut. Baik penjualan secara grosir

(perdagangan besar) maupun eceran merupakan tahap akhir dalam

pendistribusian barang dagangan. Kategori ini juga mencakup reparasi

mobil dan sepeda motor. Penjualan tanpa perubahan teknis juga

mengikutkan kegiatan yang terkait dengan perdagangan, seperti

penyortiran, pemisahan kualitas dan penyusunan barang, pencampuran,

pembotolan, pengepakan, pembongkaran dari ukuran besar dan

pengepakan ulang menjadi ukuran yang lebih kecil, penggudangan, baik

dengan pendingin maupun tidak, pembersihan dan pengeringan hasil

pertanian, pemotongan lembaran kayu atau logam. Pedagang besar

seringkali secara fisik mengumpulkan, menyortir, dan memisahkan

kualitas barang dalam ukuran besar, membongkar dari ukuran besar dan

mengepak ulang menjadi ukuran yang lebih kecil. Sedangkan pedagang

eceran melakukan penjualan kembali barang-barang (tanpa perubahan

teknis), baik barang baru maupun bekas, utamanya kepada masyarakat

umum untuk konsumsi atau penggunaan perorangan maupun rumah

tangga, melalui toko, departement store, kios, mail-order houses, penjual

dari pintu ke pintu, pedagang keliling, koperasi konsumsi, rumah

pelelangan, dan lain-lain. Pada umumnya pedagang pengecer memperoleh

Page 39: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

24

hak atas barang-barang yang dijualnya, tetapi beberapa pedagang pengecer

bertindak sebagai agen, dan menjual atas dasar konsinyasi atau komisi.

7.1 Perdagangan, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor

Subkategori ini mencakup semua kegiatan (kecuali industri dan

penyewaan) yang berhubungan dengan mobil dan motor, termasuk lori

dan truk, sebagaimana perdagangan besar dan eceran, perawatan dan

pemeliharaan mobil dan motor baru maupun bekas. Termasuk

perdagangan besar dan eceran suku cadang dan aksesori mobil dan motor,

juga mencakup kegiatan agen komisi yang terdapat dalam perdagangan

besar dan eceran kendaraan.

7.2 Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor

Subkategori ini mencakup kegiatan ekonomi di bidang perdagangan

besar dan eceran (yaitu penjualan tanpa perubahan teknis) dari berbagai

jenis barang, baik penjualan secara grosir (perdagangan besar) maupun

eceran dan merupakan tahap akhir dalam pendistribusian barang dagangan

selain produk mobil dan sepeda motor. Perdagangan besar nasional dan

internasional atas usaha sendiri atau atas dasar balas jasa atau kontrak

(perdagangan komisi) juga merupakan cakupan dalam subkategori ini.

Output lapangan usaha perdagangan adalah margin perdagangan, yaitu

nilai jual dikurangi nilai beli barang yang diperdagangkan setelah

dikurangi biaya angkutan yang dikeluarkan oleh pedagang.

8. Transportasi dan Pergudangan

Kategori ini mencakup penyediaan angkutan penumpang atau barang,

baik yang berjadwal maupun tidak, dengan menggunakan rel, saluran pipa,

jalan darat, air atau udara dan kegiatan yang berhubungan dengan

pengangkutan. Kategori Transportasi dan Pergudangan terdiri atas:

angkutan rel; angkutan darat; angkutan laut; angkutan sungai, danau dan

penyeberangan; angkutan udara; pergudangan dan jasa penunjang

angkutan, pos dan kurir. Kegiatan pengangkutan meliputi kegiatan

pemindahan penumpang dan barang dari suatu tempat ke tempat lainnya

dengan menggunakan alat angkut atau kendaraan, baik bermotor maupun

tidak bermotor. Sedangkan jasa penunjang angkutan mencakup kegiatan

Page 40: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

25

yang sifatnya menunjang kegiatan pengangkutan seperti: terminal,

pelabuhan, pergudangan, dan lain-lain.

8.1 Angkutan Rel

Angkutan Rel untuk penumpang dan atau barang yang menggunakan

jalan rel kereta melalui antar kota, dalam kota dan pengoperasian gerbong

tidur atau gerbong makan kereta api yang sepenuhnya dikelola oleh PT

Kereta Api Indonesia (PT. KAI).

8.2 Angkutan Darat

Meliputi kegiatan pengangkutan penumpang dan barang

menggunakan alat angkut kendaraan jalan raya, baik bermotor maupun

tidak bermotor. Termasuk pula kegiatan charter/sewa kendaraan baik

dengan atau tanpa pengemudi; serta jasa angkutan dengan saluran pipa

untuk mengangkut minyak mentah, gas alam, produk minyak, kimia dan

air.

8.3 Angkutan Laut

Meliputi kegiatan pengangkutan penumpang dan barang dengan

menggunakan kapal laut yang beroperasi di dalam dan ke luar daerah

domestik. Tidak termasuk kegiatan pelayaran laut yang diusahakan oleh

perusahaan lain yang berada dalam satu kesatuan usaha, di mana kegiatan

pelayaran ini sifatnya hanya menunjang kegiatan induknya dan data yang

tersedia sulit untuk dipisahkan.

8.4 Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan

Kegiatan yang dicakup meliputi kegiatan pengangkutan penumpang,

barang dan kendaraan dengan menggunakan kapal/angkutan sungai dan

danau baik bermotor maupun tidak bermotor, serta kegiatan

penyeberangan dengan alat angkut kapal ferry.

8.5 Angkutan Udara

Kegiatan ini meliputi kegiatan pengangkutan penumpang dan barang

dengan menggunakan pesawat udara yang diusahakan oleh perusahaan

penerbangan yang beroperasi di Indonesia.

Page 41: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

26

8.6 Jasa Penunjang Angkutan, Pergudangan dan Pos dan Kurir

Mencakup kegiatan yang bersifat menunjang dan memperlancar

kegiatan pengangkutan, yaitu jasa-jasa pelabuhan udara, laut, sungai, darat

(terminal & parkir), jasa pelayanan bongkar muat barang darat dan laut,

keagenan penumpang, jasa ekspedisi, jalan tol, pergudangan, jasa

pengujian kelayakan angkutan darat dan laut, jasa penunjang lainnya, pos

dan jasa kurir.

9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Kategori ini mencakup penyediaan akomodasi penginapan jangka

pendek untuk pengunjung dan pelancong lainnya serta penyediaan

makanan dan minuman untuk konsumsi segera. Jumlah dan jenis layanan

tambahan yang disediakan sangat bervariasi. Tidak termasuk penyediaan

akomodasi jangka panjang seperti tempat tinggal utama, penyiapan

makanan atau minuman bukan untuk dikonsumsi segera atau yang melalui

kegiatan perdagangan besar dan eceran.

9.1 Penyediaan Akomodasi

Subkategori ini mencakup kegiatan penyediaan akomodasi jangka

pendek untuk pengunjung atau pelancong lainnya. Termasuk penyediaan

akomodasi yang lebih lama untuk pelajar, pekerja, dan sejenisnya (seperti

asrama atau rumah kost dengan makan maupun tidak dengan makan).

Penyediaan akomodasi dapat hanya menyediakan fasilitas akomodasi saja

atau dengan makanan dan minuman dan/atau fasilitas rekreasi. Yang

dimaksud akomodasi jangka pendek seperti hotel berbintang maupun tidak

berbintang, serta tempat tinggal lainnya yang digunakan untuk menginap

seperti losmen, motel, dan sejenisnya. Termasuk pula kegiatan penyediaan

makanan dan minuman serta penyediaan fasilitas lainnya bagi para tamu

yang menginap selama kegiatan tersebut berada dalam satu kesatuan

manajemen dengan penginapan, alasan penggabungan ini karena datanya

sulit dipisahkan.

9.2 Penyediaan Makan dan Minum

Kegiatan subkategori ini mencakup pelayanan makan minum yang

menyediakan makanan atau minuman untuk dikonsumsi segera, baik

Page 42: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

27

restoran tradisional, restoran self service atau restoran take away, baik di

tempat tetap maupun sementara dengan atau tanpa tempat duduk. Yang

dimaksud penyediaan makanan dan minuman adalah penyediaan makanan

dan minuman untuk dikonsumsi segera berdasarkan pemesanan.

10. Informasi dan Komunikasi

Kategori ini mencakup produksi dan distribusi informasi dan produk

kebudayaan, persediaan alat untuk mengirimkan atau mendistribusikan

produk produk ini dan juga data atau kegiatan komunikasi, informasi,

teknologi informasi dan pengolahan data serta kegiatan jasa informasi

lainnya. Kategori terdiri dari beberapa industri yaitu Penerbitan, Produksi

Gambar Bergerak, Video, Perekaman Suara dan Penerbitan Musik,

Penyiaran dan Pemograman (Radio dan Televisi), Telekomunikasi,

Pemograman, Konsultasi Komputer dan Teknologi Informasi. Kegiatan

industri penerbitan mencakup penerbitan buku, brosur, leaflet, kamus,

ensiklopedia, atlas, peta dan grafik, penerbitan surat kabar, jurnal dan

majalah atau tabloid, termasuk penerbitan piranti lunak. Semua bentuk

penerbitan (cetakan, elektronik atau audio, pada internet, sebagai produk

multimedia seperti cd rom buku referensi dan lain-lain). Kegiatan industri

produksi gambar bergerak, video, perekaman suara dan penerbitan musik

ini mencakup pembuatan gambar bergerak baik pada film, video tape atau

disk untuk diputar dalam bioskop atau untuk siaran televisi, kegiatan

penunjang seperti editing, cutting, dubbing film dan lainlain,

pendistribusian dan pemutaran gambar bergerak dan produksi film lainnya

untuk industri lain. Pembelian dan penjualan hak distribusi gambar

bergerak dan produksi film lainnya. Selain itu juga mencakup kegiatan

perekaman suara, yaitu produksi perekaman master suara asli, merilis,

mempromosikan dan mendistribusikannya, penerbitan musik seperti

kegiatan jasa perekaman suara dalam studio atau tempat lain. Kegiatan

industri penyiaran dan pemrograman (radio dan televisi) ini mencakup

pembuatan isi siaran atau perolehan hak untuk menyalurkannya dan

kemudian menyiarkannya, seperti radio, televisi dan program hiburan,

berita, perbincangan dan sejenisnya. Juga termasuk penyiaran data,

Page 43: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

28

khususnya yang terintegrasi dengan penyiaran radio atau TV. Kegiatan

industri telekomunikasi ini mencakup kegiatan penyediaan telekomunikasi

dan kegiatan jasa yaitu pemancar suara, data, naskah, bunyi dan video.

Fasilitas transmisi yang melakukan kegiatan ini dapat berdasar pada

teknologi tunggal atau kombinasi dari berbagai teknologi. Umumnya

kegiatan ini adalah transmisi dari isi, tanpa terlibat dalam proses

pembuatannya. Kegiatan industri pemograman, konsultasi komputer dan

teknologi informasi ini mencakup kegiatan penyediaan jasa keahlian di

bidang teknologi informasi, seperti penulisan, modifikasi, pengujian dan

pendukung piranti lunak; perencanaan dan perancangan sistem komputer

yang mengintegrasikan perangkat keras komputer, piranti lunak komputer

dan teknologi komunikasi; manajemen dan pengoperasian sistem

komputer klien dan/atau fasilitas pengolahan data di tempat klien serta

kegiatan profesional lainnya dan kegiatan yang berhubungan dengan

teknis komputer.

11. Jasa Keuangan dan Asuransi

Kategori ini mencakup jasa perantara keuangan, asuransi dan pensiun,

jasa keuangan lainnya serta jasa penunjang keuangan. Kategori ini juga

mencakup kegiatan pemegang asset, seperti kegiatan perusahaan holding

dan kegiatan dari lembaga penjaminan atau pendanaan dan lembaga

keuangan sejenis.

11.1 Jasa Perantara Keuangan

Kegiatan ini mencakup kegiatan yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

masyarakat dalam bentuk kredit/pinjaman dan atau bentukbentuk lainnya

dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak, seperti: menerima

simpanan dalam bentuk giro dan deposito, memberikan kredit/pinjaman

baik kredit jangka pendek/menengah dan panjang. Kegiatan menghimpun

dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok Jasa Perantara

Keuangan sedangkan memberikan jasa lainnya hanya kegiatan pendukung,

seperti: mengirim uang, membeli dan menjual surat-surat berharga,

mendiskonto surat wesel/kertas dagang/surat hutang dan sejenisnya,

Page 44: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

29

menyewakan tempat menyimpan barang berharga, dan sebagainya.

Kegiatan tersebut antara lain bank sentral, perbankan konvensional

maupun syariah, bank swasta nasional, bank campuran dan asing, dan

bank perkreditan rakyat, juga koperasi simpan pinjam/unit simpan pinjam,

baitul maal wantanwil dan jasa perantara moneter lainnya.

11.2 Asuransi dan Dana Pensiun

Asuransi dan dana pensiun mencakup penjaminan tunjangan hari tua

serta polis asuransi, dimana premi tersebut diinvestasikan untuk digunakan

terhadap klaim yang akan datang.

11.2.1 Asuransi dan Reasuransi

Asuransi dan reasuransi adalah salah satu jenis lembaga keuangan

bukan bank yang usaha pokoknya menanggung resiko-resiko atas

terjadinya musibah/kecelakaan terhadap barang atau orang, termasuk

tunjangan hari tua. Pihak tertanggung dapat menerima biaya atas

hancur/rusaknya barang atau karena terjadinya kematian pihak

tertanggung. Golongan ini mencakup kegiatan asuransi jiwa, asuransi non

jiwa dan reasuransi, baik konvensional maupun dengan prinsip syariah.

11.2.2 Dana Pensiun

Dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola program yang

menjanjikan manfaat pensiun. Manfaat pensiun adalah sejumlah uang yang

dibayarkan secara berkala atau sekaligus pada masa pensiun sebagai

santunan hari tua/uang pension. Dana pensiun dibedakan menjadi dua

jenis, yaitu Dana Pensiun Pemberi Kerja dan Dana Pensiun Lembaga

Keuangan.

11.3 Jasa Keuangan Lainnya

Jasa keuangan lainnya meliputi mencakup kegiatan leasing, kegiatan

pemberian pinjaman oleh lembaga yang tidak tercakup dalam perantara

keuangan, serta kegiatan pendistribusian dana bukan dalam bentuk

pinjaman. Subkategori ini mencakup kegiatan sewa guna usaha dengan

hak opsi, pegadaian, pembiayaan konsumen, pembiayaan kartu kredit,

modal ventura, anjak piutang, dan jasa keuangan lainnya.

Page 45: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

30

11.3.1 Pegadaian

Pegadaian mencakup usaha penyediaan fasilitas pinjaman kepada

masyarakat atas dasar hukum gadai. Kredit atau pinjaman yang diberikan

didasarkan pada nilai jaminan barang bergerak yang diserahkan, dengan

tidak memperhatikan penggunaan dana pinjaman yang diberikan.

11.3.2 Lembaga Pembiayaan

Lembaga pembiayaan mencakup kegiatan sewa guna usaha dengan

hak opsi, pembiayaan konsumen, pembiayaan kartu kredit, pembiayaan

anjak piutang, dan pembiayaan leasing lainnya. Sewa guna usaha dengan

hak opsi mencakup kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk finance

lease untuk digunakan oleh penyewa (lessee) selama jangka waktu tertentu

berdasarkan pembayaran secara berkala. Pembiayaan konsumen mencakup

usaha pembiayaan melalui pengadaan barang dan jasa berdasarkan

kebutuhan konsumen dengan system pembayaran secara angsuran atau

berkala. Pembiayaan kartu kredit mencakup usaha pembiayaan dalam

transaksi pembelian barang dan jasa para pemegang kartu kredit.

Pembiayaan anjak piutang mencakup usaha pembiayaan dalam bentuk

pembelian atau pengalihan piutang suatu perusahaan.

11.3.3 Modal Ventura

Modal ventura mencakup kegiatan pembiayaan dalam bentuk

penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan pasangan usaha (investee

company) untuk jangka waktu tertentu.

11.4 Jasa Penunjang Keuangan

Jasa penunjang keuangan meliputi kegiatan yang menyediakan jasa

yang berhubungan erat dengan aktivitas jasa keuangan, asuransi, dan dana

pensiun. Subkategori ini mencakup kegiatan administrasi pasar uang

(bursa efek), manager investasi, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga

penyimpanan dan penyelesaian, wali amanat, jasa penukaran mata uang,

jasa broker asuransi dan reasuransi, dan kegiatan penunjang jasa

keuangan, asuransi dan dana pension lainnya.

Page 46: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

31

11.4.1 Administrasi Pasar Uang (Bursa Efek)

Administrasi pasar uang (bursa efek) mencakup usaha yang

menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan sarana perdagangan efek.

Kegiatannya mencakup operasi dan pengawasan pasar uang, seperti bursa

kontrak komoditas, bursa surat berharga, serta bursa saham.

11.4.2 Manager Investasi

Manager investasi mencakup usaha mengelola portofolio efek untuk

para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk

sekelompok nasabah.

11.4.3 Lembaga Kliring dan Penjaminan

Lembaga kliring dan penjaminan mencakup usaha menyelenggarakan

jasa kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi bursa yang teratur,

wajar, dan efisien.

11.4.4 Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian

Lembaga penyimpanan dan penyelesaian mencakup usaha

menyelenggarakan custodian sentral bagi bank kustodian, perusahaan

efek, dan pihak lain, serta penyelesaian transaksi bursa yang teratur, wajar,

dan efisien.

11.4.5 Wali Amanat

Wali amanat (trustee) mencakup kegiatan usaha pihak yang

dipercayakan untuk mewakili kepentingan seluruh pemegang obligasi.

11.4.6 Jasa Penukaran Mata Uang

Jasa penukaran mata uang (money changer) mencakup usaha jasa

penukaran berbagai jenis mata uang, termasuk pelayanan penjualan mata

uang.

11.4.7 Jasa Broker Asuransi dan Reasuransi

Jasa broker asuransi dan reasuransi mencakup usaha yang

memberikan jasa dalam rangka pelaksanaan penutupan objek asuransi

milik tertanggung kepada perusahaan-perusahaan asuransi dan reasuransi

sebagai penanggung.

Page 47: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

32

12. Real Estate

Kategori ini meliputi kegiatan persewaan, agen dan atau perantara

dalam penjualan atau pembelian real estat serta penyediaan jasa real estat

lainnya bias dilakukan atas milik sendiri atau milik orang lainyang

dilakukan atas dasar balas jasa kontrak. Kategori ini juga mencakup

kegiatan pembangunan gedung, pemeliharaan atau penyewaan bangunan.

Real estat adalah property berupa tanah dan bangunan.

13. Jasa Perusahaan

Kategori Jasa Perusahaan merupakan gabungan dari 2 (dua) kategori,

yakni kategori M dan kategori N. Kategori M mencakup kegiatan

profesional, ilmu pengetahuan dan teknik yang membutuhkan tingkat

pelatihan yang tinggi dan menghasilkan ilmu pengetahuan dan

ketrampilan khusus yang tersedia untuk pengguna. Kegiatan yang

termasuk kategori M antara lain: jasa hokum dan akuntansi, jasa arsitektur

dan teknik sipil, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan,

periklanan dan penelitian pasar, serta jasa professional, ilmiah dan teknis

lainnya. Kategori N mencakup berbagai kegiatan yang mendukung

operasional usaha secara umum. Kegiatan yang termasuk kategori N

antara lain: jasa persewaan dan sewa guna usaha tanpa hak opsi, jasa

ketenagakerjaan, jasa agen perjalanan, penyelenggaraan tur dan jasa

reservasi lainnya, jasa keamanan dan penyelidikan, jasa untuk gedung dan

pertamanan, jasa administrasi kantor, serta jasa penunjang kantor dan jasa

penunjang usaha lainnya.

13.1. Jasa Hukum

Jasa hukum mencakup usaha jasa pengacara/penasihat hukum, notaris,

lembaga bantuan hukum, serta jasa hukum lainnya.

13.2. Jasa Akuntansi, Pembukuan dan Pemeriksa

Jasa akuntansi, pembukuan dan pemeriksaan mencakup usaha jasa

pembukuan, penyusunan, dan analisis laporan keuangan, persiapan atau

pemeriksaan laporan keuangan dan pengujian laporan serta sertifikasi

keakuratannya, termasuk juga jasa konsultasi perpajakan.

Page 48: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

33

13.3. Jasa Arsitek dan Teknik Sipil Serta Konsultasi Teknis Lainnya

Jasa arsitek dan teknik sipil serta konsultasi teknis mencakup usaha

jasa konsultasi arsitek, seperti jasa arsitektur perancangan gedung dan

drafting, jasa arsitektur perencanaan perkotaan, jasa arsitektur pemugaran

bangunan bersejarah, serta jasa inspeksi gedung atau bangunan.

13.4. Periklanan

Periklanan mencakup usaha jasa bantuan penasihat, kreatif, produksi

bahan periklanan, perencanaan dan pembelian media, termasuk juga

kegiatan menciptakan dan menempatkan iklan di surat kabar,

majalah/tabloid, radio, televisi, internet, dan media lainnya.

13.5. Jasa Persewaan dan Sewa Guna Usaha Tanpa Hak Opsi Mesin

dan Peralatan Konstruksi dan Teknik Sipil

Jasa persewaan dan sewa guna usaha tanpa hak opsi mesin dan

peralatan konstruksi dan teknik sipil mencakup usaha jasa persewaan dan

sewa guna usaha tanpa hak opsi mesin dan peralatan konstruksi dan teknik

sipil termasuk perlengkapannya tanpa operatornya.

13.6. Jasa Penyaluran Tenaga Kerja

Jasa penyaluran tenaga kerja mencakup usaha jasa penampungan dan

penyaluran para tuna karya yang siap pakai, seperti agen penyalur jasa

tenaga kerja Indonesia, agen penyalur pembantu rumah tangga, dan

lainnya.

13.7. Jasa Kebersihan Umum Bangunan

Jasa kebersihan umum bangunan mencakup usaha jasa kebersihan

bermacam jenis gedung, seperti gedung perkantoran, pabrik, pertokoan,

balai pertemuan, dan gedung sekolah.

14. Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Kategori ini mencakup kegiatan yang sifatnya pemerintahan, yang

umumnya dilakukan oleh administrasi pemerintahan. Kategori ini juga

mencakup perundang-undangan dan penterjemahan hukum yang berkaitan

dengan pengadilan dan menurut peraturannya, seperti halnya administrasi

program berdasarkan peraturan perundang-undangan, kegiatan legislative,

perpajakan, pertahanan negara, keamanan dan keselamatan negara,

Page 49: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

34

pelayanan imigrasi, hubungan luar negeri dan administrasi program

pemerintah, serta jaminan sosial wajib.

15. Jasa Pendidikan

Kategori ini mencakup kegiatan pendidikan pada berbagai tingkatan

dan untuk berbagai pekerjaan, baik secara lisan atau tertulis seperti halnya

dengan berbagai cara komunikasi. Kategori ini juga mencakup pendidikan

negeri dan swasta juga mencakup pengajaran yang terutama mengenai

kegiatan olahraga, hiburan dan penunjang pendidikan. Pendidikan dapat

disediakan dalam ruangan, melalui penyiaran radio dan televise, internet

dan surat menyurat. Tingkat pendidikan dikelompokan seperti kegiatan

pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi dan pendidikan

lain, mencakup juga jasa penunjang pendidikan dan pendidikan anak usia

dini.

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Kategori ini mencakup kegiatan penyediaan jasa kesehatan dan

kegiatan sosial yang cukup luas cakupannya, dimulai dari pelayanan

kesehatan yang diberikan oleh tenaga profesional terlatih di rumah sakit

dan fasilitas kesehatan lain sampai kegiatan perawatan di rumah yang

melibatkan tingkatan kegiatan pelayanan kesehatan sampai kegiatan sosial

yang tidak melibatkan tenaga kesehatan profesional. Kegiatan penyediaan

jasa kesehatan dan kegiatan social mencakup: Jasa Rumah Sakit; Jasa

Klinik; Jasa Rumah Sakit Lainnya; Praktik Dokter; Jasa Pelayanan

Kesehatan yang dilakukan oleh Paramedis; Jasa Pelayanan Kesehatan

Tradisional; Jasa Pelayanan Penunjang Kesehatan; Jasa Angkutan Khusus

Pengangkutan Orang Sakit (Medical Evacuation); Jasa Kesehatan Hewan;

Jasa Kegiatan Sosial.

17. Jasa Lainnya

Kategori ini mempunyai kegiatan yang cukup luas yang meliputi:

Kesenian, Hiburan, dan Rekreasi; Jasa Reparasi Komputer dan Barang

Keperluan Pribadi dan Perlengkapan Rumah Tangga; Jasa Perorangan

yang Melayani Rumah Tangga; Kegiatan yang Menghasilkan Barang dan

Jasa Oleh Rumah Tangga yang Digunakan Sendiri untuk Memenuhi

Page 50: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

35

Kebutuhan; Jasa Swasta Lainnya termasuk Kegiatan Badan Internasional,

seperti PBB dan perwakilan PBB, Badan Regional, IMF, OECD, dan lain-

lain.

17.1. Kesenian, Hiburan dan Rekreasi

Jasa Kesenian, Hiburan dan Rekreasi meliputi kegiatan untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat umum akan hiburan, kesenian, dan

kreativitas, termasuk perpustakaan, arsip, museum, kegiatan kebudayaan

lainnya, kegiatan perjudian dan pertaruhan, serta kegiatan olahraga dan

rekreasi lainnya.

17.2. Kegiatan Jasa Lainnya

Kegiatan ini mencakup kegiatan dari keanggotaan organisasi, jasa

reparasi komputer dan barang keperluan pribadi dan perlengkapan rumah

tangga, serta berbagai kegiatan jasa perorangan lainnya.

17.3. Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga; Kegiatan yang

Menghasilkan Barang dan Jasa oleh Rumah Tangga yang Digunakan

Sendiri untuk Memenuhi Kebutuhan

Kegiatan ini mencakup kegiatan yang memanfaatkan jasa perorangan

untuk melayani rumah tangga yang didalamnya termasuk jasa pekerja

domestik (pembantu rumah tangga, satpam, tukang kebun, supir, dan

sejenisnya), dan kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa oleh rumah

tangga yang digunakan sendiri untuk memenuhi kebutuhan (didalamnya

termasuk kegiatan pertanian, industri, penggalian, konstruksi, dan

pengadaan air).

17.4. Kegiatan Badan Internasional dan Ekstra Internasional Lainnya

Kategori ini mencakup kegiatan badan internasional, seperti PBB dan

perwakilannya, Badan Regional dan lain-lain, termasuk The Internasional

Moneter Fund, The World Bank, The World Health Organization (WHO),

the Organization for Economic Co-operation and Development (OECD),

the Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan lain-lain.

Page 51: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

36

b. Pendekatan Pendapatan. Dalam Badan Pusat Statistik (2008), PDRB

menurut pendekatan ini merupakan jumlah balas jasa yang diterima

oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di

suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas

jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah,

bunga modal, dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak

penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB

mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak atas

produksi dan impor dikurangi subsidi). Untuk lebih jelasnya adalah

sebagai berikut:

1. Nilai Tambah

Nilai tambah bruto adalah merupakan produk dari proses produksi,

yang terdiri dari komponen (a) pendapatan faktor, (b) penyusutan

barang modal tetap, (c) pajak tak langsung neto, sedangkan jika

penyusutan dikeluarkan dari nilai tambah bruto maka akan diperoleh

nilai tambah neto.

1.1. Pendapatan Faktor

Pendapatan faktor adalah merupakan nilai tambah produsen atas

penggunaan faktor-faktor produksi dalam proses produksi, yang

terdiri dari dari unsur-unsur:

(1) Upah dan gaji sebagai balas jasa pegawai

(2) Sewa tanah sebagai balas jasa tanah

(3) Bunga sebagai balas jasa modal

(4) Keuntungan sebagai balas jasa kewiraswastaan.

Faktor pendapatan yang ditimbulkan oleh produsen komoditi

meliputi seluruh unsur-unsur pendapatan faktor tersebut, sedang yang

ditimbulkan oleh produsen barang dan jasa lainnya hanya terdiri dari

unsur upah dan gaji. Dalam hal produsen komoditi, untuk perusahaan

berbadan hukum unsur-unsur pendapatan faktor tersebut dapat

dipisahkan; sedang untuk perusahan yang tidak berbadan hukum

unsur-unsur pendapatan faktor tersebut sulit dipisahkan karena pada

umumnya faktor-faktor produksi yang digunakan dimiliki sendiri.

Page 52: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

37

Dengan demikian, maka unsur-unsur pendapatan faktor diperinci

menjadi:

(1) Balas jasa pegawai

(2) Pendapatan dari perusahaan tidak berbadan hukum

(3) Pendapatan sewa tanah dan kepemilikan

(4) Bunga neto

(5) Keuntungan perusahaan berbadan hukum.

Unsur-unsur pendapatan faktor selain dari balas jasa pegawai

biasanya dikelompokkan sebagai surplus usaha.

a. Balas Jasa Pegawai

Pegawai adalah semua orang yang ikut serta dalam kegiatan

perusahaan berbadan hukum baik swasta maupun pemerintah, dan

semua orang yang dibayar dalam kegiatan perusahaan tidak berbadan

hukum. Definisi ini berbeda dengan definisi yang digunakan ILO

(International Labour Organization) di mana pekerja keluarga yang

tidak dibayar juga termasuk sebagai pegawai.

Pekerja yang juga sebagai pemilik untuk segala jenis usaha,

apakah profesional atau bukan, tidak diperlakukan sebagai pegawai.

Pendapatan dari pekerja pemilik dimasukkan sebagai surplus usaha

dari perusahaannya. Pekerja koperasi diperlakukan sebagai pekerja

pemilik dan bukan sebagai pegawai bila upah dan gajinya tergantung

atas hasil usaha dari koperasi tersebut. Masalah batasan ini mungkin

timbul dalam pengelompokkan orang yang bekerja sebagian atas dasar

kontrak dan sebagian lagi atas dasar upah dan gaji, mungkin juga ini

timbul dalam hal anggota koperasi yang sebagian dibayar tetap dan

sebagian atas dasar pembagian keuntungan. Jika upah dan gaji

merupakan bagian dari penerimaan pendapatannya, orang tersebut

harus diperlakukan sebagai pegawai; bila sebaliknya maka

diperlakukan sebagai pekerja pemilik. Pekerja perwakilan perusahaan

yang menerima sebagian besar pendapatannya dalam bentuk upah dan

gaji harus dimasukkan sebagai pegawai.

Page 53: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

38

Balas jasa pegawai terdiri dari:

(1) Upah dan gaji dalam bentuk uang maupun barang

(2) Iuran dana jaminan sosial dan dana kesejahteraan pegawai

(3) Iuran dana pensiun, tunjangan keluarga, asuransi kesehatan

kecelakaan dan lainnya, asuransi jiwa dan sejenisnya untuk keperluan

pegawai.

Upah dan gaji merupakan unsur utama dari balas jasa pegawai.

Seluruh pembayaran yang diterima pegawai secara langsung

sehubungan dengan pekerjaannya, baik dalam bentuk uang maupun

barang, dimasukkan sebagai upah dan gaji, sebelum dipotong iuran

jaminan sosial dan sejenisnya, pajak upah dan sebagainya. Komisi

agen yang merupakan pegawai perusahaan, tip untuk pelayan dan

sopir, bonus, dana biaya hidup dan tunjangan kerugian atau

kemahalan, pembayaran selama cuti, berlibur, sakit atau lain-lain, bila

dibayar langsung oleh perusahaan, dimasukkan sebagai upah dan gaji.

Juga honorarium anggota dewan komisaris dimasukkan sebagai upah

dan gaji.Upah dan gaji dalam bentuk barang mencakup nilai barang

dan jasa yang diberikan pada pegawai dengan cuma-cuma atau dengan

harga rendah yang secara nyata memberikan manfaat untuk pegawai.

Tidak termasuk pemberian yang tidak ada hubungannya dengan

pekerjaan, seperti sumbangan kebakaran, kebanjiran dan sebagainya.

Dalam hal makanan yang disediakan untuk pegawai dengan harga

rendah, maka harga tersebut pada prinsipnya dimasukkan dalam upah

dan gajinya dalam bentuk barang, juga sama halnya untuk penyediaan

rumah tempat tinggal bagi pegawai dimasukkan sebagai upah dan gaji

pegawai dalam bentuk barang. Pakaian kerja yang diberikan secara

cuma-cuma kepada pegawai tidak dimasukkan sebagai upah dan gaji

dalam bentuk barang, kecuali pakaian yang umum dipakai di luar jam

kerja. Upah dan gaji dalam bentuk barang biasanya penting dalam

kasus di negara sedang berkembang. Misalnya petani seringkali

membayar pekerja-pekerjanya sebagai bagian upah dan gaji dalam

bentuk hasil pertanian, perkebunan dan sebagainya, menyediakan

Page 54: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

39

perumahan secara gratis, subsidi penyediaan dan barang-barang untuk

kebutuhan pegawainya. Demikian juga halnya untuk kegiatan

penggalian.

Pada umumnya pengusaha membayarkan iuran pensiun atau iuran

tunjangan kesejahteraan atas nama pegawainya pada suatu lembaga

kesejahteraan atau yayasan dana pensiun dan sebagainya, yang

dikelola oleh unit yang terpisah dari kegiatan perusahaan. Yayasan

atau lembaga ini akan membayar pensiun, tunjangan kesejahteraan

dan sebagainya apabila terjadi klaim. Apabila perusahaan membayar

pensiun, tunjangan keluarga dan sebagainya langsung kepada

pegawainya, maka besarnya iuran tersebut perlu diimputasi. Besarnya

imputasi ini diperkirakan sama dengan besarnya pembayaran pensiun

atau tunjangan kesejahteraan yang benar-benar dibayarkan pada waktu

sekarang kepada pegawai yang sudah pensiun, (dengan asumsi bahwa

jumlah komposisi pegawai yang dicakup dalam dana

pensiun/kesejahteraan dan perbandingan antara skala upah dan gaji

dan besarnya pensiun relatif tetap tidak berubah).

b. Surplus Usaha

Surplus usaha adalah sama dengan selisih nilai tambah bruto

dengan balas jasa pegawai, penyusutan barang modal tetap dan pajak

tidak langsung neto. Surplus usaha meliputi pengeluaran atas sewa

tanah, bunga modal dan keuntungan;

(1) Sewa tanah

Dimaksudkan disini pengeluaran perusahaan untuk sewa tanah

karena ikut sertanya faktor produksi tanah dalam proses produksi.

Sewa dibayar untuk tanah pertanian ataupun tanah lainnya yang

digunakan dalam kegiatan usaha. Dalam sewa termasuk juga

royalti yaitu pembayaran untuk hak paten, hak cipta, merk dagang,

hak pengusahaan hutan dan sebagainya.

Page 55: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

40

(2) Bunga Modal

Yang dimaksud dengan bunga modal adalah pengeluaran

perusahaan untuk membayar bunga dari modal yang dipinjam yang

digunakan dalam kegiatan usaha.

(3) Keuntungan Perusahaan

Mencakup keuntungan perusahaan sebelum dipotong pajak

perusahaan dan pajak langsung lainnya dan sebelum dibagikan

sebagai deviden. Keuntungan perusahaan di sini merupakan selisih

antara surplus usaha dengan sewa tanah dan bunga modal. Jadi

masih pula termasuk berbagai pengeluaran transfer yang mungkin

dilakukan oleh perusahaan.

1.2. Penyusutan Barang Modal

Barang-barang modal yang dipakai dalam proses produksi selalu

mengalami kerusakan dan pada suatu waktu tidak berfungsi lagi dan

akhirnya akan menjadi barang bekas yang kalau dijual tidak akan

memberikan nilai yang berarti. Di samping itu untuk barang modal

yang belum sempat dipakai dalam proses produksi, pada masa

mendatang akan mengalami penurunan nilai walaupun tidak secepat

jika dipakai. Ini disebabkan oleh karena munculnya barang modal

baru yang lebih efisien dan lebih produktif jika dibandingkan dengan

barang modal yang lama tersebut, jadi di sini penyusutan itu terjadi

oleh karena adanya perkembangan teknologi.

Bertitik tolak pada masalah yang akan dihadapi tersebut

selayaknyalah para pengusaha menyediakan/menyisihkan sebagian

dari pendapatannya untuk mengganti barang modalnya yang setiap

saat kehilangan sekian persen dari nilai barang modal tersebut.

Dengan demikian pada waktu barang modal yang lama tersebut sudah

tidak bisa dipakai lagi, uang yang disisihkkan itu dapat dipakai untuk

membeli barang modal yang baru. Penyediaan biaya ini dalam

perhitungan pendapatan regional disebut penyusutan barang modal.

Turunnya nilai barang modal yang disebabkan oleh kecelakaan atau

bencana alam yang tidak bisa diramalkan sebelumnya, seperti akibat

Page 56: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

41

gempa bumi, perang, kebakaran, yang menghancurkan barang modal

yang sudah ada, tidak termasuk dalam perhitungan penyusutan.

Penurunan atau hilangnya nilai barang modal tersebut dianggap

sebagai hilangnya kapital pada waktu terjadinya bencana tersebut.

Barang modal yang dimaksud di sini hanya mencakup yang berbentuk

fisik saja, tidak termasuk barang modal non fisik, seperti konsesi

hutan, hak paten, hak cipta dan sebagainya.

1.3. Pajak tak Langsung Neto

Pajak tidak langsung neto adalah merupakan selisih antara pajak

tidak langsung dengan subsidi.

a. Pajak tak langsung

Pajak tidak langsung yang dibayar oleh perusahaan terdiri dari

iuran wajib ke pemerintah yang diperlakukan sebagai biaya untuk

kegiatan produksi. Pajak tidak langsung ini termasuk segala jenis

pajak yang dikenakan atas kegiatan produksi, penjualan, pembelian

atau penggunaan barang dan jasa oleh perusahaan/usaha. Suatu

perusahaan/usaha dapat membayar pajak tidak langsung kepada

pemerintah daerah maupun ke pemerintah pusat. Pajak tidak langsung

dibagi ke dalam pajak komoditi dan pajak tidak langsung lainnya.

Pajak komoditi mencakup seluruh pajak tidak langsung yang

bervariasi sesuai dengan kuantitas atau nilai dari komoditi yang

diimpor, diproduksi atau dijual. Contoh dari pajak komoditi adalah

pajak impor, pajak ekspor, bea masuk, pajak penjualan, pajak hiburan

dan pajak judi. Pajak tidak langsung lainnya meliputi

lisensi usaha, pajak real estate dan pajak atas penggunaan harta untuk

usaha. Pajak komoditi dikurangi subsidinya, menghasilkan pajak

komoditi neto.

Beberapa perusahaan pemerintah diberi hak monopoli untuk

memproduksi dan/atau menjual komoditi tertentu. Perusahaan yang

diberi hak monopoli ini biasanya memproduksi atau menjual satu jenis

komoditi saja, seperti jasa angkutan kereta api, jasa telekomunikasi

dan sebagainya. Pada prinsipnya selisih antara surplus usaha dengan

Page 57: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

42

keuntungan normal diperlakukan sebagai pajak komoditi. Dalam

praktek total surplus usaha diperlakukan sebagai pajak komoditi,

karena tidak ada dasar untuk memperkirakan secara tepat keuntungan

normalnya. Kadang-kadang perusahaan pemerintah juga menganut

semi monopoli, yang memproduksi komoditi yang sama dengan yang

diproduksi oleh perusahaan swasta. Surplus usaha dari perusahaan

pemerintah ini dikurangi bila mungkin dengan keuntungan normal

yang dapat diukur berdasarkan keuntungan normal perusahaan swasta

yang memproduksi komoditi yang sejenis. Selisih keuntungan normal

ini diperlakukan sebagai pajak komoditi bila surplus usaha tersebut

cukup besar dan direncanakan untuk menambah penerimaan

pemerintah.

Permasalahan bisa timbul di dalam memutuskan apakah

pembayaran tertentu oleh perusahaan kepada pemerintah adalah

sebagai pajak tidak langsung atau sebagai pembayaran atas barang dan

jasa pemerintah. Jika antara pengeluaran dan perolehan terhadap

barang dan jasa pemerintah menunjukkan suatu manfaat yang jelas

dan pembayarannya secara sukarela, maka pengeluaran tersebut

diperlakukan sebagai suatu pembayaran untuk barang dan jasa

pemerintah. Pembayaran barang dan jasa pemerintah secara wajib

dimasukkan sebagai pajak tidak langsung apabila dibayar oleh

perusahaan, misalnya pengeluaran wajib uji kendaraan dan izin

mengemudi, paspor, jasa pengadilan dan pajak pelabuhan. Apabila

yang membayar adalah rumah tangga maka diperlakukan sebagai

pajak langsung.

Pajak real estate dan tanah dimasukkan sebagai pajak tidak

langsung kecuali dalam hal di mana pajak tersebut dipertimbangkan

sebagai suatu prosedur administratip untuk taksiran dan pengumpulan

pajak langsung. Di dalam hal bangunan yang disewakan, pajak real

estate secara keseluruhan termasuk dalam biaya sewa, oleh sebab itu

ditetapkan sebagai pajak tidak langsung. Hal demikian juga banyak

Page 58: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

43

terjadi dalam kasus pajak atas tanah dan kekayaan lainnya merupakan

bagian dari pajak langsung atas kekayaan.

b. Subsidi

Subsidi adalah dana bantuan yang diberikan kepada perusahaan

dari pemerintah. Bantuan pemerintah kepada perusahaan untuk tujuan

investasi atau menutupi kerugian akibat bencana diperlakukan sebagai

transfer modal bukan sebagai subsidi. Bantuan kepada perusahaan

oleh pemerintah yang dimasukkan sebagai subsidi didasarkan atas

penilaian komoditi yang diproduksi, di ekspor atau dikonsumsi, buruh

atau tanah yang diikutsertakan dalam proses produksi atau cara

bagaimana produksi diorganisir dan diadakan. Subsidi yang

dihubungkan terhadap nilai komoditi khusus yang diproduksi,

diekspor atau dikonsumsi adalah subsidi komoditi. Contoh dari

subsidi komoditi adalah bantuan dana terhadap produsen beras, pupuk

dan komoditi lainnya agar harganya rendah, atau agar harga ekspor

komoditi tertentu turun. Beberapa jenis bantuan pemerintah ke

produsen yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan produksi, tetapi

mempunyai pengaruh dengan jumlah pembelian konsumen, seperti

bantuan-bantuan sosial diperlakukan sebagai transfer bukan sebagai

subsidi. Seluruh bantuan yang diberikan oleh pemerintah kepada

perusahaan misalnya untuk mengganti kerugian operasional, dan

mempertahankan harga pada tingkat tertentu, dimasukkan sebagai

subsidi.

Transfer yang diberikan kepada perusahaan pemerintah yang

bersaing dengan perusahaan swasta untuk menutupi kerugian besar

selama beberapa tahun tersebut diperlakukan sebagai subsidi.

Kerugian perusahaan niaga pemerintah yang disebabkan oleh

kebijaksanaan pemerintah di mana harga penjualan komoditi lebih

rendah dari harga pembelian, diperlakukan sebagai subsidi. Karena

pengoperasian perusahaan pemerintah yang tidak mendapat

penggantian berupa subsidi, diperlakukan sebagai surplus usaha yang

negatif.

Page 59: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

44

Subsidi dicatat pada waktu terjadinya pembayaran. Waktu

pencatatan di perusahaan akan berbeda dengan di pemerintah,

sehingga untuk memperkirakan besarnya subsidi dilakukan

penyesuaian terlebih dahulu terhadap perbedaan tersebut. Besarnya

subsidi yang diberikan pada perusahaan dagang diperkirakan atas

perbedaan harga beli dan harga jual yang diperhitungkan dan dicatat

saat mana barang tersebut merupakan stok di dalam perusahaan

tersebut.

c. Pendekatan Pengeluaran. Dalam Badan Pusat Statistik (2008), PDRB

menurut pendekatan ini adalah semua komponen penggunaan dari

permintaan akhir yang terdiri dari:

1) Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga mencakup semua

pengeluaran untuk konsumsi barang dan jasa dikurangi dengan

penjualan neto barang bekas dan sisa yang dilakukan rumah tangga.

2) Pengeluaran Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga

Pengeluaran lembaga non profit yang melayani rumah tangga

mencakup kegiatan dan pengeluaran yang dilakukan oleh lembaga

nirlaba yang konsentrasi konsumennya adalah rumah tangga, seperti

yayasan dan lainnya.

3) Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah mencakup pengeluaran untuk

belanja pegawai, penyusutan dan belanja barang pemerintah daerah,

tidak termasuk penerimaan dari produksi barang dan jasa yang

dihasilkan.

4) Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto mencakup pembuatan

dan pembelian barang-barang modal baru dari dalam daerah dan

barang modal bekas atau baru dari luar daerah. Metode yang dipakai

adalah pendekatan arus barang.

Page 60: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

45

5) Perubahan Inventori

Perubahan inventori yakni perubahan stok dihitung dari PDRB hasil

penjumlahan nilai tambah bruto sektoral dikurangi komponen

permintaan akhir lainnya.

6) Ekspor Barang dan Jasa

Ekspor barang dinilai menurut harga free on board (fob).

7) Impor Barang dan Jasa

Impor barang dinilai menurut cost insurance freight (cif).

3. Kegunaan Data PDRB

Data PDRB adalah salah satu indikator ekonomi makro yang dapat

menunjukkan kondisi perekonomian daerah setiap tahun. Manfaat yang

dapat diperoleh dari data ini antara lain:

a. PDRB atas dasar harga berlaku (nominal) menunjukkan kemampuan

sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Nilai PDRB

yang besar menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang

besar, begitu juga sebaliknya.

b. PDRB atas dasar harga konstan (riil) dapat digunakan untuk

menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap

lapangan usaha dari tahun ke tahun.

c. Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha

menunjukkan struktur perekonomian atau peranan setiap lapangan

usaha dalam suatu daerah. Lapangan usaha yang mempunyai peran

besar menunjukkan basis perekonomian suatu daerah.

d. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per

kepala atau per satu orang penduduk.

e. PDRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui

pertumbuhan nyata ekonomi per kapita penduduk suatu daerah.

Page 61: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

46

B. Infrastruktur

1. Definisi Infrastruktur

Dalam KBBI, infrastruktur diartikan sebagai penunjang utama

terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek, dan

sebagainya). Oleh karena itu, pemerintah Indonesia kemudian dalam

Peraturan Presiden no.38/2015 mendefinisikan infrastruktur sebagai

fasilitas teknis, fisik, sistem, perangkat keras dan lunak, yang diperlukan

untuk melakukan pelayanan kepada masyarakat dan mendukung jaringan

struktur agar perekonomian dan sosial masyarakat dapat berjalan dengan

baik.

Menurut Valeriani (2011), infrastruktur adalah konsep sosial untuk

beberapa kategori khusus dari input diluar proses pengambilan keputusan,

yang berkontribusi terhadap perkembangan ekonomi dengan cara

meningkatkan produktivitas dan penyediaan fasilitas.

Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang menyediakan

transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas

publik yang lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar

manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi. Sistem infrastruktur

merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial dan ekonomi

dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem infrastruktur dapat

didefnisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau strukturstruktur dasar,

peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan

untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat

(Warsilan dan Noor, 2015).

Infrastruktur ekonomi mempunyai peranan penting dalam mendorong

kinerja perekonomian suatu negara. Pembedaan infrastruktur juga

seringkali didasarkan pada investasi yang dilakukan terhadap infrastruktur

tersebut. Pembahasan tentang infrastruktur cenderung mengarah pada

pembahasan barang publik. Dengan memahami sifat infrastruktur sebagai

barang publik, maka berdasarkan teori infrastruktur memiliki karakter

eksternalitas. Kondisi ini sesuai dengan sifatnya dimana infrastruktur

disediakan oleh pemerintah dan bagi setiap pihak yang menggunakan

Page 62: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

47

infrastruktur tidak memberikan bayaran secara langsung (Atmaja dan

Mahalli, 2015).

2. Klasifikasi Infrastruktur

Maqin (2011) membedakan infrastruktur menjadi dua macam, yaitu:

a. Infrastruktur ekonomi yaitu infrastruktur fisik baik yang digunakan

dalam proses produksi maupun yang dimanfaatkan oleh masyarakat,

meliputi semua prasarana umum seperti tenaga listrik, telekomunikasi,

perhubungan, irigasi, air bersih dan sanitasi serta pembuangan limbah.

b. Infrastruktur sosial yaitu prasarana sosial seperti kesehatan dan

pendidikan.

Sementara itu, The World Bank (1994) dalam Prasetyo dan Firdaus

(2009) membagi infrastruktur menjadi tiga, yaitu:

a. Infrastruktur ekonomi, merupakan infrastruktur fisik yang diperlukan

untuk menunjang aktivitas ekonomi, meliputi public utilities (tenaga,

telekomunikasi, air, sanitasi, gas), public work (jalan, bendungan,

kanal, irigasi dan drainase) dan sector transportasi (jalan, rel,

pelabuhan, lapangan terbang dan sebagainya).

b. Infrastruktur sosial, meliputi pendidikan, kesehatan, perumahan dan

rekreasi.

c. Infrastruktur administrasi, meliputi penegakan hukum, kontrol

administrasi dan koordinasi.

3. Hubungan Infrastruktur dan PDRB

Faktor-faktor yang mempengaruhi angka PDRB adalah akumulasi

modal, termasuk semua investasi baru yang berwujud tanah (lahan),

peralatan fisikal, dan sumber daya manusia. Akumulasi modal akan

terjadi jika ada bagian dari pendapatan sekarang yang ditabung dan

kemudian diinvestasikan untuk memperbesar output pada masa yang

akan datang. Investasi jenis ini sering diklasifikasikan sebagai investasi

sektor produktif (Directly Production Activities), yaitu berupa pabrik-

Page 63: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

48

pabrik, mesin-mesin, peralatan, dan barang-barang baru yang akan

meningkatkan stok modal (capital stock).

Di samping itu ada investasi lainnya yang dikenal dengan sebutan

infrastruktur sosial dan ekonomi, yaitu berupa jalan raya, listrik, air,

sanitasi, dan komunikasi untuk mempermudah dan mengintegrasikan

kegiatan-kegiatan ekonomi. Ketersediaan infrastruktur yang memadai

dan berkesinambungan merupakan kebutuhan mendesak untuk

mendukung pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka

meningkatkan perekonomian nasional, menyejahterakan masyarakat, dan

meningkatkan daya saing Indonesia dalam persaingan global. Selain itu

ada investasi insani yang ditujukan untuk memperbaiki kualitas sumber

daya manusia yang mempunyai pengaruh besar terhadap produksi.

Investasi insani ini bisa berupa sekolah-sekolah formal, sekolah-sekolah

kejuruan, dan program pelatihan kerja, serta pendidikan informal lainnya.

Teori Harrod-Domar memberikan peranan kunci kepada investasi

dalam produktivitas ekonomi. Investasi berpengaruh terhadap permintaan

agregat, yaitu melalui penciptaan pendapatan dan terhadap penawaran

agregat melalui peningkatan kapasitas produksi. Selama investasi netto

tetap berlangsung, pendapatan nyata dan output terus meningkat. Namun

demikian untuk mempertahankan ekuilibirium pendapatan pada

pekerjaan penuh (full eployment), maka baik pendapatan nyata maupun

output keduanya harus meningkat pada laju pertumbuhan yang sama

pada saat kapasitas produksi meningkat. Jika tidak, setiap perbedaan di

antara keduanya akan menimbulkan kelebihan kapasitas yang akan

berpengaruh buruk pada perekonomian. Jadi apabila perkembangan

ekonomi hendak dipertahankan dalam jangka panjang, maka investasi

senantiasa harus diperbesar, agar pertumbuhan pendapatan dapat cukup

menjamin penggunaan kapasitas produksi secara penuh atas stok modal

yang sedang tumbuh. Tingkat pertumbuhan pendapatan yang tepat ini

disebut sebagai tingkat pertumbuhan terjamin (warranted rate of growth)

(Subandi, 2012).

Page 64: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

49

Dalam Todaro (2006), terdapat tiga faktor utama dalam

produktivitas ekonomi yaitu akumulasi modal, pertumbuhan penduduk,

dan kemajuan teknologi. Akumulasi modal terjadi bila sebagian dari

pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan

memperbesar output dan pendapatan. Akumulasi modal ini dapat

dilakukan dengan investasi langsung terhadap stok modal secara fisik

(pengadaan pabrik baru, mesin-mesin, peralatan dan bahan baku) dan

dapat juga dengan melakukan investasi terhadap fasilitas-fasilitas

penunjang seperti investasi infrastruktur, ekonomi dan sosial

(pembangunan jalan raya, penyediaan listrik, air bersih dan fasilitas

komunikasi). fasilitas penunjang seperti investasi infrastruktur, ekonomi

dan sosial (pembangunan jalan raya, penyediaan listrik, air bersih dan

fasilitas komunikasi) (Wibowo, 2016).

Menurut Jhingan (2012), pembentukan modal merupakan kunci

utama produktivitas ekonomi. Di satu pihak ia mencerminkan permintaan

efektif, dan di pihak lain ia menciptakan efisiensi produktif bagi produksi

di masa depan. Pembentukan modal memiliki arti penting khusus bagi

negara kurang berkembang. Proses pembentukan modal menghasilkan

kenaikan output nasional dalam berbagai cara. Pembentukan modal

diperlukan untuk memenuhi permintaan penduduk yang meningkat di

negara itu. Investasi di bidang barang modal tidak hanya meningkatkan

produksi tetapi juga kesempatan kerja. Pembentukan modal ini pula yang

membawa ke arah kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi pada

gilirannya membawa ke arah spesialisasi dan penghematan dalam

produksi skala luas.

Pembentukan modal membantu usaha penyediaan mesin, alat dan

perlengkapan bagi tenaga buruh yang semakin meningkat. Penyediaan

overhead sosial dan ekonomi seperti pengangkutan, sumber tenaga,

pendidikan dan sebagainya di negara bersangkutan dimungkinkan

melalui pembentukan modal ini juga. Pembentukan modal ini pula yang

membawa ke arah penggalian sumber alam, industrialisasi dan ekspansi

pasar yang diperlukan bagi kemajuan ekonomi.

Page 65: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

50

C. Kependudukan

1. Penduduk dan Unsur-unsur di dalamnya

Penduduk dapat diartikan sebagai seluruh orang yang menempati

suatu negara atau daerah. Banyaknya orang yang menempati suatu

negara atau daerah akan menentukan kepadatan penduduk. Kepadatan

penduduk biasanya diukur dengan jumlah penduduk per kilometer

persegi (Badan Pusat Statistik, 2015).

Penduduk merupakan unsur penting dalam usaha untuk

meningkatkan produksi dan mengembangkan kegiatan ekonomi.

Penduduk memegang peranan penting karena menyediakan tenaga kerja

yang diperlukan untuk menciptakan kegiatan ekonomi. Selain itu,

konsumsi dari penduduk akan menciptakan permintaan agregat yang

memicu kegiatan produksi (Purnamasari, 2015).

Dalam Mulyadi (2008), penduduk dapat dikelompokkan menurut

ciri-ciri tertentu, ciri-ciri tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Biologis, meliputi umur dan jenis kelamin.

b. Sosial, antara lain meliputi tingkat pendidikan, status perkawinan.

c. Ekonomi, meliputi penduduk yang aktif secara ekonomi, lapangan

pekerjaan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, dan sebagainya.

d. Geografis, berdasarkan tempat tinggal, daerah perkotaan, pedesaan,

provinsi, kabupaten, dan sebagainya.

Ciri penduduk tersebut penting diketahui karena dapat memberikan

gambaran dasar mengenai keadaan penduduk serta mutunya sebagai

persediaan sumber daya manusia. Misalnya komposisi penduduk

menurut umur dan jenis kelamin mempunyai pengaruh penting baik

terhadap tingkah laku demografi maupun sosial ekonomi. Sedangkan

komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan akan menentukan jenis

pekerjaan yang pada gilirannya akan menentukan tingkat pendapatan dan

produktivitasnya.

Di samping itu, terdapat beberapa komponen dalam pertumbuhan

penduduk di suatu daerah atau negara. Mulyadi (2008) telah menjelaskan

Page 66: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

51

komponen-komponen dalam pertumbuhan penduduk tersebut.

Komponen-komponen tersebut yaitu:

a. Fertilitas

Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil

reproduksi yang nyata dari seroang wanita atau sekelompok wanita.

Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir

hidup. Sebaliknya, fekunditas merupakan potensi fisik untuk

melahirkan anak.

Natalitas mempunyai arti sama dengan fertilitas hanya berbeda

ruang lingkupnya. Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada

perubahan penduduk, sedangkan natalitas mencakup peranan

kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia. Tinggi

rendahnya fertilitas dapat menggambarkan kecepatan pertumbuhan

penduduk suatu daerah atau negara.

b. Mortalitas

Mortalitas (kematian) adalah peristiwa hilangnya semua tanda

tanda-tanda kehidupan secara permanen yang bisa terjadi tiap saat

setelah kelahiran hidup. Faktor sosio-ekonomi merupakan faktor yang

memengaruhi angka kematian. Faktor sosio-ekonomi ini antara lain;

pendapatan, keadaan gizi penduduk, dan fasilitas kesehatan

(Purnamasari, 2015).

Kematian merupakan salah satu di antara tiga komponen

demografi yang dapat mempengaruhi perubahan penduduk. Informasi

tentang kematian penting, tidak saja bagi pemerintah melainkan juga

bagi pihak swasta terutama yang berkecimpung dalam bidang

ekonomi dan kesehatan.

c. Migrasi

Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk

menetap dari suatu tempat ke tempat lain melampaui batas

politik/negara ataupun batas administratif dalam suatu negara. Sering

diartikan pula sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu

daerah ke daerah lain. Dalam kaitannya dengan sumber daya manusia,

Page 67: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

52

migrasi merupakan perpindahan sumber daya manusia yang umumnya

disebabkan oleh alasan ekonomi, seperti menyangkut pekerjaan.

2. Penduduk dan PDRB

Hubungan antara penduduk dan PDRB menjadi salah satu dari bahan

pembahasan diantara para ahli baik ahli ekonomi maupun ahli demografi.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan dalam rentang

waktu yang berbeda-beda, dapat ditarik kesimpulan bahwa pertumbuhan

penduduk dapat menjadi faktor penghambat, pendorong, atau bahkan

tidak memiliki dampak yang berarti terhadap PDRB. Maka dalam

perkembangannya pembahasan mengenai penduduk dan PDRB dibahas

berdasarkan empat kelompok, yaitu kelompok pesimis, kelompok

optimis, kelompok netral, dan kelompok multidimensi.

a. Kelompok Pesimis

Kelompok ini mempercayai bahwa pertumbuhan penduduk memiliki

dampak negatif terhadap PDRB. Kelompok ini berpendapat bahwa

negara tidak memiliki kemampuan untuk mempunyai modal yang

dapat dipergunakan untuk melakukan investasi pada bidang, tenaga

kerja, teknologi dan faktor-faktor lain yang bisa mengoptimalkan

produktivitas mereka. Tokoh-tokoh yang memiliki pandangan

seperti ini didasarkan pada asumsi yang mengatakan bahwa kekuatan

penduduk jauh lebih besar jika dibandingkan dengan kekuatan bumi

untuk dapat memberikan subsistensi bagi manusia. Salah satu tokoh

dari kelompok ini adalah Malthus (Purnamasari, 2015).

b. Kelompok Optimis

Kelompok ini beranggapan bahwa pertumbuhan penduduk yang

terjadi pada suatu negara dapat meningkatkan PDRB. Pertumbuhan

penduduk jangka pendek akan menyebabkan situasi menjadi kurang

baik dimana akan terjadi kelangkaan bahan makanan dan

kemiskinan. Sedangkan di sisi yang lain pertumbuhan penduduk

akan membuat jumlah tenaga kerja yang semakin banyak, dengan

kondisi itu maka tenaga kerja yang besar tersebut akan tergerak

Page 68: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

53

untuk berinovasi untuk menciptakan teknologi yang dapat

mengantisipasi masalah kelangkaan bahan makanan yang menjadi

masalah sebelumnya. Pengoptimalan produksi bahan makanan ini

akan meningkatkan output perekonomian (Owushu-Ansah dalam

Falahinur 2017).

c. Kelompok Multidimensi

Kelompok Multidimensi memiliki pandangan bahwa pertumbuhan

penduduk memiliki dua kondisi yaitu efek positif maupun efek

negatif terhadap perekonomian. Tokoh yang dimunculkan pada

kelompok multidimensi ini adalah Gary Stanley Becker. Becker

melakukan banyak penelitian dengan menggunakan pendekatan

mikroekonomi (Falahinur, 2017).

d. Kelompok Netral

Kelompok netral memiliki pendapat bahwa pertumbuhan penduduk

tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap angka PDRB.

Pandangan ini lahir bukan tanpa dasar, pandangan ini muncul akibat

dari penelitian empiris yang dilakukan di berbagai negara. Hasil

studi empiris tersebut mengatakan bahwa negara yang biasanya

berciri pertumbuhan penduduknya cepat maka biasanya negara

tersebut memiliki perekonomian yang lambat. Salah satu ilmuan

bernama Kelley (1988) menegaskan ciri negara yang boleh jadi

memiliki dampak negatif antara lain; kelangkaan sumber perairan

dan lahan, kebijakan pemerintah yang buruk dan tidak efektif, dan

perlindungan property rights yang lemah (Falahinur, 2017).

Selama ini sudah dipahami banyak orang bahwa jumlah penduduk

adalah salah satu indikator penting dalam suatu negara. Tidak terkecuali

juga para ahli seperti para ahli ekonomi klasik yang di pelopori Adam

Smith bahkan menganggap bahwa jumlah penduduk merupakan input

yang potensial yang dapat digunakan sebagai faktor produksi untuk

meningkatkan produksi suatu rumah tangga perusahaan. Semakin banyak

penduduk maka semakin banyak pula tenaga kerja yang dapat digunakan.

Oleh karena jumlah penduduk terus bertambah, maka banyak yang harus

Page 69: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

54

dicanangkan untuk mengatasi keadaan jumlah penduduk yang semakin

bertambah. Pertumbuhan penduduk yang semakin cepat tersebut,

mengundang banyak masalah. Tetapi ini tidak berarti pada zaman dahulu

masalah kependudukan tidak ada. Sejalan dengan perkembangan

penduduk dunia, Indonesia juga sebagai negara berkembang yang tidak

terlepas dari pertambahan penduduk yang cepat (Primadona, 2016).

D. Penelitian Terdahulu

Berbagai penelitian telah banyak dilakukan berkaitan dengan peran

infrastruktur dan tingkat jumlah maupun kepadatan penduduk terhadap

perekonomian. Kontribusi penelitian-penelitian tersebut menunjukkan peran

penting infrastruktur dan kepadatan penduduk terhadap perekonomian. Pada

bagian ini ditampilkan beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

penelitian ini, sebagai berikut:

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Peneliti dan

Tempat Penelitian

Metode Variabel Hasil

1 Tunjung Hapsari

(2011) di Indonesia

Regresi

Data Panel

Dependen:

PDRB

Independen:

-Jalan

-Listrik

-Telepon

-Air

Variabel infrastruktur

jalan dan listrik

mempunyai pengaruh

positif dan signifikan

terhadap PDRB

sedangkan variabel

infrastruktur telepon dan

air tidak berpengaruh

signifikan

2 Agung Budi Luhur

Wibowo (2016) di

Indonesia

Regresi

Data Panel

Dependen:

PDRB

Independen:

-Jalan

-Listrik

-Kesehatan

-Pendidikan

Variabel infrastruktur

listrik, kesehatan, dan

pendidikan mempunyai

pengaruh positif dan

signifikan terhadap PDRB

sedangkan jalan tidak

berpengaruh signifikan

3 Fauzan Zamzami

(2014) di Jawa

Tengah

Regresi

Data Panel

Dependen:

PDRB

Independen:

Variabel panjang jalan,

irigasi, pendidikan, PNS,

dan pengeluaran

Page 70: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

55

No Peneliti dan

Tempat Penelitian

Metode Variabel Hasil

-Jalan

-Air

-Listrik

-Irigasi

-Pendidikan

-Kesehatan

-Perumahan

-PNS

-Pengeluaran

Pembangunan

pembangunan

berpengaruh positif dan

signifikan terhadap PDRB

sedangkan variabel air,

listrik, kesehatan, dan

perumahan berpengaruh

positif namun tidak

signifikan

4 Christiawan Eka

Arianto, Sonny

Sumarsono dan M.

Adenan (2015) di

Kabupaten Jember

Regresi

Linier

Berganda

Dependen:

PDRB

Independen:

-Jumlah

Penduduk

-Pengangguran

Variabel jumlah penduduk

memiliki pengaruh positif

dan signifikan terhadap

PDRB sedangkan variabel

pengangguran memiliki

pengaruh positif namun

tidak signifikan terhadap

PDRB

5 Ichwan Fuady

Falahinur (2017) di

Kabupaten

Kulonprogo

Regresi

Data Panel

Dependen:

PDRB

Independen:

-Pendidikan

-Jumlah

Penduduk

-Pengeluaran

Pemerintah

Variabel pendidikan dan

pengeluaran pemerintah

memiliki pengaruh positif

dan signifikan terhadap

PDRB sedangkan variabel

jumlah penduduk

mempunyai pengaruh

negatif dan signifikan

terhadap PDRB

6 Indrian Safitri dan

Aliasuddin (2016)

di Aceh

Regresi

Data Panel

Dependen:

PDRB

Independen:

-Jumlah

penduduk

-Angka

Partisipasi

Sekolah

-Rata-rata

Lama Sekolah

Variabel Jumlah

Penduduk, Angka

Partisipasi Sekolah

memiliki pengaruh yang

positif dan signifikan

terhadap PDRB

sedangkan variabel rata-

rata lama sekolah

berpengaruh negatif dan

signifikan

7 Krismanti Tri

Wahyuni (2009) di

Indonesia

Regresi

Data Panel

Dependen:

PDRB

Independen:

Seluruh variabel

independen yakni

infrastruktur jalan, listrik,

Page 71: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

56

No Peneliti dan

Tempat Penelitian

Metode Variabel Hasil

-Jalan

-Listrik

-Air Bersih

-Kesehatan

air bersih, dan kesehatan

memiliki pengaruh positif

dan signifikan terhadap

PDRB

8 Peter Perkins

(2005) di Afrika

Selatan

Regresi

Linear

Berganda

Dependen:

PDB

Independen:

- Kereta Api

- Jalan

- Pelabuhan

- Jalur Udara

- Telepon

- Listrik

Variabel independen

yakni infrastruktur

ekonomi memiliki

pengaruh terhadap PDB di

Afrika Selatan

9 Panagiotis Pegkas

(2014) di Yunani

VAR Dependen:

PDB

Independen:

- Pendidikan

Dasar

- Pendidikan

Menengah

- Pendidikan

Tinggi

Pendidikan menengah dan

tinggi memiliki dampak

positif yang signifikan

secara statistik terhadap

PDB, sementara

pendidikan dasar tidak

berkontribusi pada PDB.

10 David Canning

(1999) di 57

Negara

Regresi

Data Panel

Dependen:

Output

Ekonomi

Independen:

- Pendidkikan

- Listrik

- Telepon

- Transportasi

Pendidikan dan telepon

mempunyai pengaruh

terhadap output ekonomi

sedangkan listrik dan

transportasi tidak

mempunyai pengaruh

terhadap output ekonomi

1. Tunjung Hapsari (2011) melakukan penelitian yang berfokus kepada pengaruh

infrastruktur terhadap PDRB di Indonesia pada tahun 2004-2009. Dalam

penelitian ini populasi yang digunakan adalah 26 provinsi di Indonesia. Salah

satu permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah apakah

infrastruktur listrik memiliki pengaruh dan kontribusi terhadap PDRB. Model

analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah fixed effect. Hasil

Page 72: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

57

penelitian ini menunjukkan bahwa infrastruktur listrik memilik pengaruh yang

positif dan signifikan terhadap PDRB.

2. Agung Budi Luhur Wibowo (2016) melakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Infrastruktur Ekonomi dan Sosial terhadap Pertumbuhan Ekonomi

di Indonesia Tahun 2006-2013”. Penelitian ini merupakan penelitian

kuantitatif. Salah satu permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah

apakah infrastruktur listrik dan pendidikan di 30 provinsi di Indonesia

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Variabel

pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini menggunakan data PDRB. Data

diolah menggunakan analisis data panel dengan model regresi random effect.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa infrastruktur listrik dan pendidikan

memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap PDRB di Indonesia

pada tahun 2006-2013.

3. Fauzan Zamzami (2014) melakukan penelitian untuk melihat bagaimana peran

infrastruktur terhadap Produk Domestik Regional Bruto di Jawa Tengah. Data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder infrastruktur di 35

kabupaten/kota di Jawa Tengah dalam tahun 2008-2012. Alat analisis yang

digunakan dalam penelitian ini adalah regresi data panel dengan metode fixed

effect. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pendidikan

berpengaruh signifikan terhadap PDRB di Jawa Tengah, sedangkan variabel

listrik tidak mempengaruhi PDRB di Jawa Tengah secara signifikan.

4. Christiawan Eka Arianto, Sonny Sumarsono, dan M. Adenan (2015) melakukan

penelitian terkait pangaruh jumlah penduduk terhadap PDRB di Kabupaten

Jember. Penelitian ini menggunakan data sekunder. Dalam hal memperoleh

pendekatan permasalahan digunakan data tahunan yang berupa deret berkala

(time series) selama periode tahun 2000-2012. Penelitian ini menggunakan

analisis data regresi linier berganda dengan menggunakan uji asumsi klasik

(Ordinary Least Square). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah

penduduk memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap PDRB di

Kabupaten Jember pada tahun 2000-2012.

5. Ichwan Fuady Falahinur (2017) melakukan penelitian diantaranya untuk

mengetahui pengaruh tingkat pendidikan dan jumlah penduduk terhadap

Page 73: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

58

terhadap PDRB di Kabupaten Kulonprogo dengan rentang waktu dari tahun

1987-2016. Penelitian ini menggunakan data runtut waktu (time series) tingkat

pendidikan yang ditamatkan dan jumlah penduduk selama 30 tahun. Penelitian

ini menggunakan metode analisis Error Correction Model (ECM) sebagai alat

analisis yang digunakan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel

tingkat pendidikan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

terhadap PDRB baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, sedangkan

variabel jumlah penduduk memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan

terhadap terhadap PDRB baik dalam jangka pendek dan jangka panjang di

Kabupaten Kulonprogo.

6. Indrian Safitri dan Aliasuddin (2016) melakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Penduduk terhadap Pertumbuhan Ekonomi”. Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis pengaruh penduduk terhadap pertumbuhan

ekonomi. Penelitian ini menggunakan model regresi data panel yang diambil

dari tahun 2007-2014 pada lima kota di provinsi Aceh. Penelitian ini

menggunakan metode analisis fixed effect model. Variabel pertumbuhan

ekonomi dalam penelitian ini menggunakan PDRB, sedangkan variabel

independen dalam penelitian ini diantaranya adalah angka partisipasi sekolah,

rata-rata lama sekolah, dan jumlah penduduk. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa angka lamanya bersekolah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

PDRB, sedangkan jumlah penduduk dan angka partisipasi sekolah berpengaruh

positif dan signifikan terhadap PDRB.

7. Krismanti Tri Wahyuni (2009) melakukan penelitian untuk mengetahui

bagaimana pengaruh infrastruktur ekonomi dan sosial terhadap PDRB di

Indonesia. Salah satu permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah

apakah infrastruktur listrik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap PDRB.

Penelitian ini menggunakan analisis regresi data panel dengan pendekatan

model fixed effect. Analisis dilakukan dengan menggunakan data 26 provinsi di

Indonesia pada kurun waktu 13 tahun (1995-2007). Dari hasil penelitian ini

dapat diketahui bahwa infrastruktur listrik mampu mempengaruhi PDRB

secara positif dan signifikan.

Page 74: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

59

8. Peter Perkins (2005) melakukan penelitian guna menganalisis investasi

infrastruktur ekonomi terhadap PDB di Afrika Selatan pada tahun 1870-2002.

Infrastruktur ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini adalah infrastruktur

kereta api, infrastruktur jalan, infrastruktur pelabuhan, infrastruktur jalur udara,

infrastruktur saluran telepon, dan infrastruktur listrik. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah analisis OLS dan time series data. Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa pertama, terdapat pengaruh antara infrastruktur

ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Investasi infrastruktur yang tidak

memadai dapat menciptakan hambatan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Kedua, modal infrastruktur ekonomi di Afrika Selatan telah berkembang secara

bertahap. Pembuat kebijakan harus fokus dalam memilih atau mendorong jenis

infrastruktur yang tepat pada waktu yang tepat. Ketiga, kebutuhan investasi

infrastruktur ekonomi tidak pernah hilang. Pemeliharaan dan perluasan

infrastruktur menjadi faktor penting untuk mendukung kegiatan ekonomi

dalam ekonomi yang sedang tumbuh, asalkan masing-masing proyek dipilih

berdasarkan analisis biaya-manfaat yang tepat.

9. Panagiotis Pegkas (2014) meneliti hubungan antara tingkat pendidikan dan

PDB dan memperkirakan pengaruh dari tingkat pendidikan yang berbeda pada

PDB di Yunani selama periode 1960-2009. Penelitian ini menggunakan

metode Vector Autoregression (VAR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

ada hubungan jangka panjang antara tingkat pendidikan dan PDB. Hasil

keseluruhan menunjukkan bahwa pendidikan menengah dan tinggi memiliki

dampak positif yang signifikan terhadap PDB, sementara pendidikan dasar

tidak berkontribusi pada PDB. Hasil ini juga menunjukkan bahwa ada bukti

kausalitas jangka panjang berjalan dari pendidikan dasar terhadap PDB,

kausalitas jangka panjang antara pendidikan menengah dan PDB, kausalitas

jangka panjang berjalan dari pendidikan tinggi terhadap PDB.

10. Kemudian David Canning (1999) meneliti tentang kontribusi infrastruktur

terahadap output agregat. Tujuan penelitian tersebut untuk mengetahui

seberapa besar peran infarstruktur terhadap output agregat ekonomi di berbagai

negara di dunia. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data panel dari

tahun 1960-1990. Infrastruktur diasumsikan sebagai input dalam fungsi

Page 75: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

60

produksi bersama dengan faktor produksi yang lain, yaitu tenaga kerja, kapital

fisik, dan kapital manusia (pendidikan). Penelitian ini menunjukkan bahwa

pendidikan dan telepon mempunyai pengaruh terhadap output ekonomi,

sedangkan listrik dan transportasi tidak mempunyai pengaruh terhadap output

ekonomi.

E. Kerangka Berpikir

Tingkat PDRB merupakan gambaran kegiatan dalam perekonomian pada

suatu daerah yang akan membentuk angka PDB pada tingkat nasional.

Berdasarkan pemaparan sebelumnya dapat dijelaskan bahwa PDRB memiliki

keterkaitan dengan infrastruktur dan kepadatan penduduk. Dari pemaparan

tersebut, dapat ditentukan model yang paling sesuai untuk menjelaskan

bagaimana pengaruh infrastruktur dan kepadatan penduduk terhadap PDRB

33 provinsi di Indonesia dalam penelitian ini. Model yang dapat digunakan

adalah model pertumbuhan neoklasik Solow-Swan. Menurut Solow, kualitas

perekonomian berasal dari tiga faktor berikut: peningkatan dalam kuantitas

dan kualitas penduduk atau pekerja (labor), kenaikan dalam kapital atau

modal (melalui tabungan dan investasi) dan peningkatan dalam teknologi.

Setiap peningkatan pada jumlah penduduk atau tenaga kerja, kapital dan

teknologi akan mempengaruhi perubahan pada tingkat output yang

dihasilkan. Modal yang dimaksud salah satunya adalah dari sektor

infrastruktur. Dalam penelitian ini variabel infrastruktur yang diteliti adalah

infrastruktur listrik dan infrastruktur pendidikan. Di samping itu, terdapat

variabel bebas lainnya yaitu kepadatan penduduk. Kemudian peningkatan

infrastruktur dan kepadatan penduduk ini akan memberikan pengaruh kepada

PDRB 33 provinsi di Indonesia. Pemaparan kerangka pemikiran diatas dapat

digambarkan dengan bagan sebagai berikut:

Page 76: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

61

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan dugaan sementara, dimana dugaan ini masih harus

diuji kembali kebenarannya. Untuk mengetahui signifikansi dari pengaruh

variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen maka

dilakukan uji F-statistik, yaitu dengan membandingkan probability value F-

statistik dengan nilai α yang digunakan yaitu α = 5%. Jika probability value

F-statistik < α = 5% maka variabel independen secara bersama-sama mampu

mempengaruhi variabel dependen secara signifikan, dan sebaliknya.

Kemudian untuk menguji signifikansi masing-masing variabel independen

terhadap variabel dependen maka dilakukan uji t, yaitu dengan

membandingkan probability value t-statistik dengan nilai α yang digunakan

yaitu α = 5%. Jika probability value t-statistik < α = 5% maka variabel

independen secara individual mampu mempengaruhi variabel dependen

secara signifikan, dan sebaliknya.

Berdasarkan tinjauan kajian pustaka yang ada maka penulis mencoba

untuk merumuskan hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Hipotesis dari

penelitian ini adalah

INFRASTRUKTUR

LISTIRK DI 33 PROVINSI

DI INDONESIA

PDRB 33 PROVINSI

DI INDONESIA

INFRASTRUKTUR

PENDIDIKAN DI 33

PROVINSI DI INDONESIA

KEPADATAN PENDUDUK

DI 33 PROVINSI DI

INDONESIA

Page 77: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

62

1. Variabel Infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan

penduduk secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap

PDRB 33 provinsi di Indonesia.

2. Variabel Infrastruktur listrik memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia.

3. Variabel Infrastruktur pendidikan memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia.

4. Variabel kepadatan penduduk memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia.

5. Nilai PDRB masing-masing provinsi adalah bervariasi apabila nilai

variabel-variabel independen yang ada pada model adalah 0

Page 78: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

63

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan model data panel. Penelitian ini dilakukan di

33 provinsi di Indonesia, yakni Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau,

Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Kep. Bangka Belitung,

Kepulauan Riau, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur,

Banten, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat,

Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara,

Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi

Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua. Periode waktu dalam

penelitian ini adalah pada tahun 2013-2015. Dalam penelitian ini

menggunakan satu variabel dependen dan tiga variabel independen. Variabel

dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDRB 33 provinsi di

Indonesia. Sedangkan variabel-variabel independen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan

kepadatan penduduk untuk 33 provinsi di Indonesia.

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam

penelitian ini adalah PDRB riil atas harga konstan tahun 2010 di 33 provinsi

di Indonesia. Dalam penelitian ini tidak diperlukan sampel karena

keseluruhan objek penelitian dapat dijangkau oleh peneliti. Populasi yang

diteliti adalah sektor-sektor ekonomi di 33 provinsi di Indonesia pada tahun

2013-2015.

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder,

yaitu data yang diperoleh dalam bentuk jadi dan telah diolah oleh pihak lain.

Periode waktu yang digunakan pada penelitian ini meliputi tahun 2013-2015

dengan menggunakan metode data panel, yaitu gabungan antara time series

Page 79: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

64

dan cross section. Sumber data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Data tersebut meliputi:

1. PDRB riil

2. Infrastruktur Listrik

3. Infrastruktur Pendidikan

4. Kepadatan Penduduk

D. Metode Analisis Data

1. Metode Data Panel

Data yang digunakan dalam analisis ekonometrika dapat berupa data

time series, data cross section, atau data panel. Data panel (panel pooled

data) merupakan gabungan data cross section dan data time series. Dengan

kata lain, data panel merupakan unit-unit individu yang sama yang diamati

dalam kurun waktu tertentu (Prasetyo dan Firdaus, 2009).

Menurut Baltagi (2005), penggunaan data panel dalam regresi

memiliki beberapa keuntungan, diantaranya:

a. Data panel mampu mengontrol atau menangkap heterogenitas individu.

Data panel menganggap tiap-tiap obeservasi seperti individu,

perusahaan, negara adalah heterogen. Sedangkan, data time

series dan cross section tidak mampu mengakomodasi heterogenitas

dari individu sehingga memungkinkan terjadinya bias dari hasil

estimasinya. Perbedaan antar individu akan dapat dilihat setelah

mengetahui model-model yang digunakan untuk data panel.

b. Data panel mampu memberikan informasi yang lebih lengkap, tingkat

variabilitas yang lebih tinggi, koliniaritas antar variabel berkurang,

derajat bebas yang lebih banyak, dan lebih efisien. Penggabungan

data time series dan cross section akan memberikan lebih banyak

jumlah observarsi. Peningkatan jumlah observasi akan meningkatakan

variabilitas dan informasi data sehingga mampu mengurangi

koliniaritas antar variabel. Peningkatan tersebut juga akan

meningkatkan derajat bebas yang pada akhirnya akan mampu

menghasilkan estimasi yang lebih efisien.

Page 80: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

65

c. Data panel lebih mampu melihat dinamika data. Selain bisa menangkap

perbedaan antar individu, data panel juga mampu membandingkan

kondisi individu tersebut pada suatu periode dengan periode lainnya.

d. Data panel lebih bisa mengidentifikasi dan mengukur efek yang tidak

mampu dideteksi oleh cross section murni atau time series murni.

Misalnya, untuk menentukan apakah keanggotaan dalam serikat pekerja

dapat meningkatkan atau menurunkan upah. Hal ini tentu akan lebih

baik dijawab dengan mengobservasi pekerja sebelum dan sesudah

berpindah dari serikat pekerja ke tanpa serikat pekerja atau

sebaliknya. Selanjutnya, karakterisitik dari individu dianggap tetap

sehingga dapat diketahui apakah keanggotaan dalam serikat akan

mempengaruhi upah dan seberapa besar pengaruhnya.

e. Data panel mampu membangun dan menguji model yang lebih rumit

dibandingkan dengan data cross section murni atau time series murni.

Misalnya, pemodelan untuk efisiensi tehnik lebih baik menggunakan

data panel (Lihat Baltagi andvGriffin, 1988b; Cornwell, Schmidt

andvSickles, 1990; Kumbhakar and Lovell, 2000; Baltagi, Griffin and

Rich, 1995; Koop and Steel, 2001). Selain itu, beberapa batasan

analisis time series murni pada distributed lag model dapat dipaksakan

pada data panel.

f. Data panel mikro yang digabungkan seperti individu, perusahaan dan

rumah tangga akan lebih akurat diestimasi dibandingkan dengan

variabel yang mirip yang diukur pada level makro. Data panel mampu

mengurangi atau menghilangkan bias yang disebabkan aggregasi

individu atau observasi yang terlalu banyak (lihat Blundell, 1988;

Klevmarken, 1989).

g. Data panel makro di lain pihak memiliki data deret waktu yang lebih

panjang tetapi uji unit root-nya memiliki distribusi asimtotik standar

(standard asymptotic distributions).

Page 81: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

66

2. Estimasi Data Panel

Dalam Basuki (2014), dalam metode estimasi regresi data panel dapat

dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu:

a. Common Effect Model

Merupakan pendekatan model data panel yang paling sederhana karena

hanya mengkombinasikan data time series dan cross section. Pada

model ini tidak diperhatikan dimensi waktu maupun individu, sehingga

diasumsikan bahwa perilaku data individu sama dalam berbagai kurun

waktu. Metode ini bisa menggunakan pendekatan Ordinary Least

Square (OLS) atau teknik kuadrat terkecil untuk mengestimasi model

data panel. Adapun persamaan regresi dalam model common effects

dapat ditulis sebagai berikut:

Yit = α + Xitβ + εit

Dimana:

i = Aceh, Sumut,....., Lampung

t = 2013, 2014, 2015

dimana i menunjukkan cross section (individu) dan t menunjukkan

periode waktunya. Dengan asumsi komponen error dalam pengolahan

kuadrat terkecil biasa, proses estimasi secara terpisah untuk setiap unit

cross section dapat dilakukan.

b. Fixed Effect Model

Model ini mengasumsikan bahwa terdapat efek yang berbeda antar

individu. Perbedaan antar individu dapat diakomodasi dari perbedaan

intersepnya. Untuk mengestimasi data panel model Fixed Effects

menggunakan teknik variable dummy untuk menangkap perbedaan

intersep antar individu. Namun demikian slopnya sama antar individu.

Salah satu cara untuk memperhatikan heterogenitas unit cross section

pada model regresi data panel adalah dengan mengizinkan nilai intersep

yang berbeda-beda untuk setiap unit cross section tetapi masih

mengasumsikan slope konstan. Model fixed effect dapat dinyatakan

sebagai berikut:

Page 82: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

67

Yit = α + iαit + X’itβ + εit

Dimana:

i = Aceh, Sumut,....., Lampung

t = 2013, 2014, 2015

Model estimasi ini sering juga disebut dengan teknik Least Squares

Dummy Variable (LSDV). Selain diterapkan untuk efek tiap individu,

LSDV ini juga dapat mengakomodasi efek waktu yang besifat sistemik.

Hal ini dapat dilakukan melalui penambahan variabel dummy waktu di

dalam model.

c. Random Effect Model

Model ini akan mengestimasi data panel dimana variabel gangguan

mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar individu. Pada

model Random Effect perbedaan intersep diakomodasi oleh error terms

masing-masing individu. Keuntungan menggunkan model Random

Effect yakni menghilangkan heteroskedastisitas. Model ini juga disebut

dengan Error Component Model (ECM). Dengan demikian, persamaan

model random effects dapat dituliskan sebagai berikut:

Yit = α + X’itβ + wit

Dimana:

i = Aceh, Sumut,....., Lampung

t = 2013, 2014, 2015

dengan wit = εi + uit, εi adalah komponen error cross section, dan uit

adalah error secara menyeluruh yang merupakan kombinasi time series

dan cross section.

3. Estimasi Parameter

Estimasi (pendugaan) adalah proses yang menggunakan sampel

statistik untuk menduga atau menaksir hubungan parameter populasi yang

tidak diketahui. Estimasi merupakan suatu pernyataan mengenai parameter

populasi yang diketahui berdasarkan populasi dari sampel, dalam hal ini

sampel random, yang diambil dari populasi yang bersangkutan. Jadi

Page 83: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

68

dengan estimasi ini, keadaan parameter populasi dapat diketahui. Ciri-ciri

penduga yang baik adalah tidak bias (unbiased), efisien, dan konsisten.

(Hasan, 2017). Terdapat dua estimasi parameter dalam data panel, yakni:

a. Ordinary Least Square (OLS)

Kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square) merupakan salah

satu metode bagian dari kuadrat terkecil dan sering hanya disebut

kuadrat terkecil saja. Metode ini sering digunakan oleh para ilmuwan

atau peneliti dalam proses penghitungan suatu persamaan regresi

sederhana. Dalam penggunaan regresi, terdapat beberapa asumsi dasar

yang dapat menghasilkan estimator linier tidak bias yang terbaik dari

model regresi yang diperoleh dari metode kuadrat terkecil biasa atau

biasa dikenal dengan regresi OLS agar taksiran koefisien regresi itu

bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator).

Misalkan:

𝑌𝑖 = 𝛽0 + 𝛽1𝑋1𝑖 + 𝛽2𝑋2𝑖 + ⋯ + 𝛽𝑘𝑋𝑘𝑖 + 𝜀𝑖

Yang dapat secara ringkas ditulis dalam notasi matrik sebagai berikut:

Y = Xβ + ε

Dengan β adalah suatu vektor kolom k-unsur dari penaksir parameter

kuadrat terkecil biasa dan ε adalah suatu vektor kolom n x 1 dari n

residual (Gujarati, 1999). Variabel ε sangat memegang peran dalam

model ekonometrika, tetapi variabel ini tidak dapat diteliti dan tidak

pula tersedia informasi tentang bentuk distribusi kemungkinannya. Di

samping asumsi mengenai distribusi probabilitasnya, beberapa asumsi

lainnya khususnya tentang sifat statistiknya perlu dibuat dalam

menerapkan metode OLS (Rizki, 2011).

b. Generalized Least Square (GLS)

Menurut Greene (1997), penanggulangan kasus heteroskedastisitas

dapat dilakukan dengan estimasi melalui pembobotan (weighted) yang

dapat pula dikatakan sebagai kuadrat terkecil yang diberlakukan secara

umum atau disebut Generalized Least Squares (GLS). Kasus

heteroskedastisitas ini sering muncul apabila data yang digunakan

adalah cross-section. Gujarati (2003) mengatakan bahwa untuk data

Page 84: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

69

panel, estimasi dengan Generalized Least Squares (GLS) ini lebih baik

dan konsisten dibandingkan dengan metode OLS. Metode estimasi GLS

mampu memperhitungkan informasi secara eksplisit dan karenanya

mampu menghasilkan estimator yang BLUE. Untuk melihat bagaimana

hal ini tercapai kemudian dilanjutkan dengan dua model variabel yang

sekarang dikenal:

Yi = β1 + β2Xi + β3Xi + ui

untuk memudahkan manipulasi aljabar maka ditulis sebagai

Yi = β1X0i + β2Xi + β3Xi + ui

dimana X0i = 1 untuk masing-masing i. Dapat dilihat bahwa kedua

formulasi ini identik.

Sekarang asumsikan bahwa varians heteroskedastisitas 𝜎𝑖2

diketahui. Bagi melalui σi untuk mendapatkan

𝑌𝑖

𝜎𝑖= 𝛽1 (

𝑋0𝑖

𝜎𝑖) + 𝛽2 (

𝑋𝑖

𝜎𝑖) + 𝛽3 (

𝑋𝑖

𝜎𝑖) + (

𝑢𝑖

𝜎𝑖)

untuk memudahkan eksposisi maka ditulis sebagai

𝑌𝑖∗ = 𝛽𝑖

∗𝑋0𝑖∗ + 𝛽2

∗𝑋𝑖∗ + 𝛽3

∗𝑋𝑖∗ + 𝑢𝑖

yang dibintangi, atau diubah, adalah variabel asli dibagi dengan (yang

diketahui) σi. Penggunaan notasi 𝛽𝑖∗ dan 𝛽2

∗, parameter dari model yang

diubah, untuk membedakan GLS dengan parameter OLS biasa β1 dan

β2.

Estimasi GLS juga dapat dianalisis dengan model fixed effect dan

common effect. Estimasi GLS mengambil informasi secara eksplisit dan

oleh karenanya mampu memproduksi BLUE. Menurut Gujarati (2003),

penggunaan estimasi GLS sudah memenuhi asumsi klasik, sehingga

tidak diperlukan lagi uji asumsi klasik pada estimasi GLS.

Dalam penelitian ini digunakan estimasi GLS. Perlu dilakukan

pengujian untuk menentukan model yang paling tepat antara Fixed

Effect GLS dan Common Effect GLS. Penentuan model terbaik ini akan

dilakukan melalui Uji Chow.

Page 85: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

70

4. Model Empirik

Model yang digunakan untuk menganalisis pengaruh infrastruktur dan

kepadatan penduduk terhadap perekonomian di Indonesia merupakan

pengembangan dari fungsi produksi Cobb-Douglas yaitu:

Yit = Ait Kitα Lit

β

Dimana:

Y = Perekonomian

A = Total faktor produksi

K = Modal yang digunakan untuk infrastruktur

L = Tenaga kerja

i = Indeks Provinsi

t = Indeks waktu

α = Nilai elastisitas terhadap modal untuk infrastruktur

β = Nilai elastisitas terhadap tenaga kerja

Dengan spesifikasi model:

Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + ε

Persamaan diatas lalu ditransformasi dalam bentuk model logaritma

natural. Kemudian berdasarkan fungsi produksi Cobb-Douglas diatas

maka persamaan model penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ln_PDRB = β0 + β1 Ln_JEL + β2 Ln_JSP + β3 Ln_KP + ε

Dimana:

PDRB = Produk Domestik Regional Bruto (miliar)

JEL = Jumlah Energi Listrik yang Terdistribusi (GWh)

JSP = Jumlah Sarana Pendidikan yang Tersedia (unit)

KP = Kepadatan Penduduk (Km2)

Page 86: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

71

5. Pengujian Hipotesis

Terdapat beberapa uji yang dilakukan untuk mengetahui hasil regresi,

yaitu sebagai berikut:

a. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menjelaskan variasi variabel dependennya.

Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang

kecil menandakan bahwa kemampuan variabel-variabel independen

dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas, sedangkan nilai

yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen mampu

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependennya (Kuncoro dalam Ningsih,

2010).

b. Uji Signifikansi Bersama-sama (Uji F Statistik)

Uji F statistik dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen

dalam model memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel

dependen. Untuk melakukan uji F dengan cara Quick Look yaitu dengan

melihat nilai Probability dan derajat kepercayaan yang ditentukan

dalam penelitian atau melihat nilai t tabel dengan F hitungnya. Jika nilai

Probability < derajat kepercayaan yang ditentukan dan jika nilai F

hitung lebih tinggi dari t tabel maka suatu variabel independen secara

bersama-sama mempengaruhi variabel dependennya (Kuncoro dalam

Ningsih, 2010).

c. Uji Signifikansi Individual (Uji t Statistik)

Uji t statistik dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh

variabel independen secara individual dalam menjelaskan variasi

variabel independen. Untuk melakukan uji t dengan cara Quick Look

yaitu dengan melihat nilai t tabel dengan t hitungnya. Jika nilai

Probability < derajat kepercayaan yang ditentukan dan jika nilai t

hitung lebih tinggi dari t tabel maka suatu variabel independen secara

individual mempengaruhi variabel dependennya (Kuncoro, 2003 dalam

Ningsih, 2010).

Page 87: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

72

E. Operasional Variabel Penelitian

Pada bagian ini akan dijelaskan operasional dari setiap variabel dalam

penelitian sebagai berikut:

1. Data PDRB

Untuk dapat mengetahui kondisi perekonomian, maka data yang

digunakan adalah merujuk kepada data Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) menurut provinsi-provinsi di Indonesia. Dalam penelitian ini yang

digunakan adalah PDRB atas dasar harga konstan tahun 2010 pada rentang

waktu dari tahun 2013-2015.

2. Data Listrik

Data listirk yang dimaksud dalam penelitian ini adalah listrik yang

didistribusikan menurut provinsi-provinsi di Indonesia dalam satuan Giga

Watt Hour (GWh).

3. Data Pendidikan

Data pendidikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah

sekolah menengah atas dibawah naungan kementrian pendidikan dan

kebudayaan juga kementrian agama (SMA, SMK dan MA) baik negeri

maupun swasta. Penggunaan data sekolah menengah atas untuk

mereprentasikan infrastruktur pendidikan dikarenakan dari tingkat

pendidikan ini sebagian lulusannya sudah mulai bekerja, sehingga

pengaruhnya terhadap PDRB lebih singkat dibandingkan dengan tingkat

pendidikan dibawahnya.

4. Data Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk merupakan jumlah penduduk dalam suatu wilayah

menurut satuan luas atau dengan kata lain perbandingan jumlah penduduk

dengan luas lahan. Secara umum, tingkat kepadatan penduduk atau

population density dapat diartikan sebagai perbandingan banyaknya

jumlah penduduk dengan luas daerah atau wilayah yang ditempati

berdasarkan satuan luas tertentu. Data kepadatan penduduk yang

digunakan dalam penelitian ini diukur dengan jumlah penduduk per

kilometer persegi.

Page 88: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

73

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisa Deskriptif

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Sejak pasca krisis moneter, perekonomian di Indonesia menjadi sorotan

penting. Pembangunan ekonomi di Indonesia dinilai mengalami perlambatan.

Hal ini terlihat dari belum pulihnya perekonomian di Indonesia sejak pasca

krisis moneter. Perekonomian dianggap menjadi faktor penting dalam

pembangunan nasional. Sama halnya dengan konteks perekonomian di setiap

provinsi di Indonesia, hal ini tentu juga menjadi fokus yang tidak jauh berbeda.

Setiap provinsi tentu ingin membangun provinsinya menjadi lebih maju dengan

meningkatkan perekonomian di provinsinya.

PDRB merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi

ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga

berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB menggambarkan kemampuan

suatu wilayah dalam menghasilkan nilai tambah pada output pada suatu waktu

tertentu. Karenanya, PDRB menjadi salah satu indikator dari keberhasilan

pembangunan ekonomi suatu daerah.

PDRB dapat diukur dengan tiga pendekatan, yaitu pendekatan produksi,

pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran. Dua pendekatan pertama

tersebut adalah pendekatan dari sisi penawaran agregat, sedangkan pendekatan

pengeluaran adalah perhitungan dari sisi permintaan agregat. Menururt

pendekatan produksi, PDRB adalah jumlah nilai output dari semua sektor

ekonomi atau lapangan usaha. Kemudian menurut pendekatan pendapatan,

PDRB adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi

yang digunakan dalam proses produksi di masing-masing sektor, seperti tenaga

kerja (gaji/upah), pemilik modal (bunga/hasil investasi), pemilik tanah (hasil

jual/sewa tanah), dan pengusaha (keuntungan bisnis/perusahaan). Semua

pendapatan tersebut dihitung sebelum dipotong oleh pajak penghasilan dan

pajak-pajak langsung lainnya. Dalam pendekatan ini, penghitungan PDRB juga

mencakup penyusutan dan pajak-pajak tidak langsung netto. Adapun menurut

Page 89: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

74

pendekatan pengeluaran, PDRB adalah jumlah dari semua komponen dari

permintaan akhir, yaitu pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga

swasta yang tidak berorientasi profit/nirlaba (C), pembentukan modal tetap

domestik bruto, termasuk perubahan stok (I), pengeluaran konsumsi

pemerintah (G), ekspor (X), dan impor (M) (Tambunan, 2015).

Tabel 4.1

Peranan Pulau dalam Pembentukan PDB Nasional Tahun 2015 (persen)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Tabel 4.1 menunjukkan kontribusi PDRB setiap provinsi yang

diklasifikasikan berdasarkan pulau terhadap Produk Domestik Bruto di

Indonesia pada tahun 2015. Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa

struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada tahun 2015 masih

didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberi kontribusi

terhadap Produk Domestik Bruto sebesar 58,28 persen, lalu diikuti oleh Pulau

Sumatera dengan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto sebesar 22,21

persen, Pulau Kalimantan sebesar 8,15 persen, dan Pulau Sulawesi sebesar

5,29 persen, sementara sisanya 5,43 persen terdapat di pulau-pulau lainnya.

58,29%22,21%

8,15%

5,92%

3,06%2,37%

Peranan Pulau dalam Pembentukan PDB Nasional Tahun 2015 (persen)

Jawa

Sumatera

Kalimantan

Sulawesi

Bali dan NusaTenggaraMaluku dan Papua

Page 90: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

75

2. LISTRIK

Dalam perkembangan kehidupan manusia modern, listrik menjadi salah

satu energi yang paling dibutuhkan. Listrik digunakan untuk berbagai kegiatan

baik di kota-kota besar maupun di wilayah pedesaan. Oleh karena itu, listrik

merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari karena hampir

seluruh aktivitas masyarakat tergantung pada tenaga listrik. Kebutuhan

terhadap energi listrik dari waktu ke waktu semakin meningkat seiring dengan

pertumbuhan sosial masyarakat. Tercukupinya pasokan energi listrik

merupakan prasyarat bagi terselenggaranya kegiatan ekonomi. Keterlambatan

pengembangan energi listrik dapat berakibat fatal meliputi kehilangan

kapasitas produksi industri, penurunan nilai ekspor, serta keengganan investor

melakukan investasi (Widayanti, 2010).

Tabel 4.2

Jumlah Penjualan Tenaga Listrik PLN dan Jumlah Pelanggan Tenaga Listrik

PLN Tahun 2013-2015

Tahun

Rumah tangga Industri Usaha

Mwh Pelanggan Mwh Pelanggan Mwh Pelanggan

2013 77.210.709,47 50.116.127 64.381.395,29 55.546 34.498.384,97 2.418.431

2014 84.086.464,74 53.309.325 65.908.675,67 58.350 36.282.421,51 2.626.160

2015 88.682.130,00 56.605.260 64.097.390,00 63.314 36.978.050,00 2.894.990

Tahun Umum Jumlah

Mwh Pelanggan Mwh Pelanggan

2013 11.450.528,66 1.406.104 187.541.018,39 53.996.208

2014 12.324.213,70 1.499.399 198.601.775,62 57.493.234

2015 13.106.250,00 1.604.416 202.845.820,00 61.167.980

Sumber: Direktorat Jendral Ketenagalistrikan 2015

Page 91: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

76

Tabel 4.3

Penjualan Tenaga Listrik PLN Per Sektor Pelanggan Tahun 2013-2015

Sumber: Direktorat Jendral Ketenagalistrikan 2015

Dari tabel 4.2 dan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari tahun 2013-2015

penjualan tenaga listrik untuk sektor rumah tangga, sektor usaha, dan sektor

umum terus mengalami peningkatan. Sementara hanya penjualan untuk sektor

industri yang mengalami penurunan, yaitu pada tahun 2015. Namun jika dilihat

dari sisi jumlah pelanggan, maka jumlah pelanggan tenaga listrik pada semua

sektor terus mengalami peningkatan dari tahun 2013-2015. Hal ini menunjukkan

bahwa dari tahun ke tahun semakin banyak masyarakat yang membutuhkan

tenaga listrik untuk menopang berbagai kegiatan.

3. PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan investasi yang dapat menentukan perkembangan suatu

negara di masa depan. Pembangunan di bidang pendidikan bertujuan untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan sumber daya manusia dalam

suatu negara akan menentukan karakter dari pembangunan ekonomi dan sosial

karena manusia adalah pelaku aktif yang dapat mengakumulasi modal,

mengeksploitasi berbagai sumber daya, serta menjalankan berbagai kegiatan

ekonomi, social, dan politik yang sangat penting bagi pembangunan sosial.

Menurut teori modal manusia (human capital), pendidikan merupakan bagian dari

investasi kehidupan manusia. Artinya, seseorang dapat meningkatkan

0

10.000.000

20.000.000

30.000.000

40.000.000

50.000.000

60.000.000

70.000.000

80.000.000

90.000.000

100.000.000

2013 2014 2015

Rumah Tangga

Industri

Usaha

Umum

Page 92: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

77

penghasilannya melalui peningkatan pendidikan karena dengan peningkatan

pendidikan maka pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki akan meningkat

yang akan berpengaruh terhadap meningkatnya produktivitas seseorang yang pada

akhirnya menjadikan mereka unggul dan memiliki daya saing yang tinggi pada

masing-masing bidang kehidupan (BPS Statistik Pendidikan, 2016).

Pengadaan infrastruktur pendidikan merupakan salah satu usaha dalam

meningkatkan pendidikan nasional yang lebih baik. Jika pengadaan infrastruktur

pendidikan terus ditingkatkan maka setiap orang dapat memiliki akses yang lebih

baik untuk menikmati fasilitas pendidikan. Pendidikan yang berkualitas akan

menghasilkan sumber daya manusia yang mampu mengelola sumber daya alam

secara efektif dan efisien, sehingga pada gilirannya akan meningkatkan kinerja

perekonomian yang dapat memacu produktivitas ekonomi. Dengan demikian,

peningkatan pendidikan suatu bangsa menjadi sangat penting artinya bagi

pembangunan suatu negara.

Tabel 4.4

Jumlah Sekolah di Indonesia menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2014/2015

Sumber: Badan Pusat Statistik diolah

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa jumlah sekolah menengah atas

sebanyak 32.516, sedangkan jumlah sekolah menengah pertama sebanyak 53.259,

dan jumlah sekolah dasar sebanyak 171.866. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah

sekolah menengah atas masih tertinggal sangat jauh jika dibandingkan dengan

32.51653.259171.8660

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

160000

180000

200000

SD+MI

SMP+MTs

SMA+SMK+MA

Page 93: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

78

jumlah sekolah dasar. Pemerintah harus lebih fokus dan giat dalam membangun

sarana pendidikan khususnya pada tingkat sekolah menengah atas, sehingga

pengetahuan dan keterampilan dari setiap penduduk akan mengalami peningkatan

yang pada gilirannya dapat memicu perekonomian yang lebih baik lagi di masa

depan.

4. KEPADATAN PENDUDUK

Banyaknya orang yang menempati suatu negara atau daerah akan

menentukan kepadatan penduduk. Jumlah penduduk dalam suatu negara atau

daerah dapat menentukan jumlah tenaga kerja pada negara atau daerah tersebut.

Dari penambahan jumlah penduduk dan tenaga kerja, maka penambahan tersebut

memungkinkan negara atau daerah itu untuk menambah produksi. Di samping itu,

sebagai akibat dari pendidikan, latihan, dan pengalaman kerja, keterampilan

penduduk akan terus meningkat. Hal ini akan menyebabkan peningkatan

produktivitas, dan selanjutnya menyebabkan pertambahan produksi yang lebih

cepat daripada penambahan tenaga kerja.

Perlu diingat pula bahwa pengusaha merupakan sebagian dari penduduk.

Maka luasnya kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara atau daerah

juga ditentukan oleh jumlah pengusaha di dalamnya. Jika pengusaha yang ada

dalam sebagian penduduk adalah lebih banyak, maka akan lebih banyak lagi

kegiatan ekonomi yang dijalankan. Di samping itu, dampak lain dari

perkembangan penduduk terhadap perekonomian adalah akibat dari pertambahan

luas pasar. Perkembangan penduduk menyebabkan besarnya luas pasar dari

barang-barang yang dihasilkan sektor perusahaan akan bertambah pula. Sehingga

karena peranannya ini maka perkembangan penduduk akan menimbulkan

dorongan kepada pertambahan dalam produksi dan tingkat kegiatan ekonomi

(Sukirno, 2006)

Page 94: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

79

Tabel 4.5

Tingkat Kepadatan Penduduk di Indonesia pada Tahun 2013-2015

(jiwa/km2)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa angka kepadatan penduduk di Indonesia

pada tahun 2013 sebesar 130 jiwa per kilometer persegi. Pada tahun 2014 angka

kepadatan penduduk di Indonesia mengalami peningkatan yaitu sebesar 132 jiwa

per kilometer persegi. Kemudian pada tahun 2015 angka kepadatan penduduk di

Indonesia kembali mengalami peningkatan yaitu sebesar 134 jiwa per kilometer

persegi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari tahun 2013-2015 angka

kepadatan penduduk di Indonesia terus mengalami peningkatan.

B. Pemilihan Model

Pada bagian ini akan ditentukan model mana yang paling tepat untuk

penelitian ini. Pernentuan model terbaik dengan estimasi GLS dilakukan dengan

uji chow untuk menentukan model common effect atau fixed effect. Pada model

random effect tidak bisa diberi perlakuan weighted atau pembobotan GLS,

sehingga uji hausman tidak perlu dilakukan.

130

132

134

128

129

130

131

132

133

134

135

Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)

2013

2014

2015

Page 95: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

80

1. F Test (Chow Test)

Uji ini dilakukan untuk menentukan metode estimasi terbaik antara metode

common effect atau fixed effect untuk mengestimasi data penelitian. Pada software

eviews jika nilai probabilitas untuk cross-section F pada uji regresi dengan

pendekatan fixed effect lebih dari 0,05 (tingkat signifikansi atau α = 5%) maka

model yang terpilih adalah common effect, tetapi jika nilainya kurang dari 0,05

maka model yang terpilih adalah fixed effect. Hasil uji F pada penelitian ini

menunjukkan, bahwa nilai probabilitas cross-section F nya sebesar 0,0000 yang

nilainya kurang dari 0,05 sehingga dalam penelitian ini model estimasi fixed

effect lebih tepat dibandingkan dengan model common effect.

C. Analisa Teknis

1. Uji Statistik

Pengujian statistik dilakukan untuk mengetahui apakah model penelitian

sudah bagus atau belum secara statisitk. Terdapat beberapa pengujian dalam uji

hipotesis ini, diantaranya adalah uji koefisien determinasi (R2), uji F statistik,

serta uji t statistik. Model yang digunakan dalam estimasi penelitian ini adalah

Fixed Effect. Uji statistik dalam penelitian ini menggunakan software eviews,

maka hasilnya sebagai berikut:

Page 96: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

81

Tabel 4.6

Hasil Perhitungan Estimasi Data Panel terhadap Keseluruhan

Periode Penelitian (2013-2015) Variable Coefficient Prob. C 5.470147 0.0000

LISTRIK? 0.496133 0.0000

PENDIDIKAN? 0.340198 0.0001

PENDUDUK? 0.063819 0.0178

Fixed Effects (Cross)

_ACEH--C -0.181804

_BABEL--C -0.049041

_BALI--C -0.317105

_BANTEN--C -0.129758

_BENGKULU--C -0.412154

_GORONTALO--C -0.433546

_JABAR--C -0.119726

_JAKARTA--C 0.379265

_JAMBI--C 0.361988

_JATENG--C 0.017506

_JATIM--C 0.175956

_KALBAR--C -0.070549

_KALSEL--C -0.017261

_KALTENG--C 0.115231

_KALTIM--C 1.251526

_KEPRI--C 0.358305

_LAMPUNG--C -0.074085

_MALUKU--C -0.725570

_MALUT--C -0.629418

_NTB--C -0.451796

_NTT--C -0.320399

_PAPBAR--C 0.486161

_PAPUA--C 0.865009

_RIAU--C 0.908616

_SULBAR--C -0.247926

_SULSEL--C -0.031493

_SULTENG--C 0.045304

_SULTRA--C 0.059042

_SULUT--C -0.276156

_SUMBAR--C -0.156950

_SUMSEL--C 0.138757

_SUMUT--C 0.033594

_YOGYA--C -0.551519

R-squared 0.999864

Adjusted R-squared 0.999789

F-statistic 13275.74

Prob(F-statistic) 0.000000

Page 97: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

82

a. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar

kemampuan model dalam menjelaskan variasi variabel dependennya. Berdasarkan

hasil pengolahan data yang ditampilkan dalam tabel 4.6 dapat dilihat bahwa nilai

koefisien determinasi sebesar 0,999864. Hal ini berarti bahwa 99,98 persen dari

variasi PDRB 33 provinsi di Indonesia mampu dijelaskan oleh infrastruktur

listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk, sedangkan 0,02 persen

dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian ini.

b. Uji Signifikansi Bersama-sama (Uji F Statistik)

Uji F statistik dilakukan untuk melihat apakah semua variabel independen

yang dimasukkan dalam model regresi memiliki pengaruh yang signifikan secara

bersama-sama dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini, pengujian secara

bersama-sama dilakukan untuk mengetahui apakah variabel infrastruktur listrik,

infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia. Untuk mengetahui apakah

pengujian variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen

dapat dilihat dari nilai probabilitasnya. Jika nilai probabilitas dari F statistik <

0,05 maka dapat diartikan bahwa semua variabel independen secara bersama-

sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya,

Jika nilai probabilitas dari F statistik > 0,05 maka dapat diartikan bahwa semua

variabel independen secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap variabel dependen.

Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas F statistik sebesar

0,000000. Nilai tersebut lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa

variabel infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk

secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap PDRB 33 provinsi di

Indonesia pada tahun 2013-2015.

c. Uji Signifikansi Parsial (Uji t Statistik)

Uji t statistik bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen secara parsial.

Untuk uji t statistik dapat dilakukan dengan cara Quick Look, yakni dengan

melihat nilai probabilitas dan derajat kepercayaan yang ditentukan dalam

Page 98: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

83

penelitian ini. Bila nilai probabilitas < derajat kepercayaan yang ditentukan maka

suatu variabel dapat dikatakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

variabel dependennya, dan sebaliknya apabila nilai probabilitas > derajat

kepercayaan yang ditentukan maka suatu variabel dapat dikatakan tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependennya. Dalam penelitian ini

digunakan derajat kepercayaan sebesar 95 persen ( α = 5 %).

Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas infrastruktur listrik

sebesar 0,0000 < 0,05. Hal ini menunujukkan bahwa infrastruktur listrik memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia. Infrastruktur

listrik memiliki pengaruh positif terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia. Hal ini

dapat dilihat dari nilai koefisien sebesar 0,496133 persen terhadap PDRB 33

provinsi di Indonesia yang berarti setiap kenaikan infrastruktur listrik sebesar 1

persen akan meningkatkan PDRB sebesar 0,496133 persen dengan asumsi ceteris

paribus.

Variabel infrastruktur pendidikan memiliki pengaruh positif terhadap PDRB

33 provinsi di Indonesia. Tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai probabilitas dari

variabel infrastruktur pendidikan sebesar 0,0000 < 0,05 sehingga dapat

disimpulkan bahwa variabel infrastruktur pendidikan memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia. Begitu pula dengan nilai

koefisiennya sebesar 0,340198 yang artinya jika infrastruktur pendidikan naik

sebesar 1 persen maka PDRB 33 provinsi di Indonesia akan naik sebesar

0,340198 persen dengan asumsi ceteris paribus.

Variabel kepadatan penduduk memiliki pengaruh positif terhadap PDRB 33

provinsi di Indonesia. Tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai probabilitas dari

variabel kepadatan penduduk sebesar 0,0178 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan

bahwa variabel kepadatan penduduk memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

PDRB 33 provinsi di Indonesia. Nilai koefisien variabel kepadatan penduduk

sebesar 0,063819 yang artinya jika kepadatan penduduk naik sebesar 1 persen

maka PDRB 33 provinsi di Indonesia akan naik sebesar 0,063819 persen dengan

asumsi ceteris paribus.

Page 99: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

84

d. Interpretasi Hasil Analisis

Tabel 4.7

Interpretasi Koefisien Fixed Effect Model

Koef Nilai PDRB

C 5.470147

LISTRIK? 0.496133

PENDIDIKAN? 0.340198

PENDUDUK? 0.063819

Fixed Effects (Cross)

_ACEH--C -0.181804 5,288343

_BABEL--C -0.049041 5,421106

_BALI--C -0.317105 5,153042

_BANTEN--C -0.129758 5,340389

_BENGKULU--C -0.412154 5,057993

_GORONTALO--C -0.433546 5,036601

_JABAR--C -0.119726 5,350421

_JAKARTA--C 0.379265 5,849412

_JAMBI--C 0.361988 5,832135

_JATENG--C 0.017506 5,487653

_JATIM--C 0.175956 5,646103

_KALBAR--C -0.070549 5,399598

_KALSEL--C -0.017261 5,452886

_KALTENG--C 0.115231 5,585378

_KALTIM--C 1.251526 6,721673

_KEPRI--C 0.358305 5,828452

_LAMPUNG--C -0.074085 5,396062

_MALUKU--C -0.725570 4,744577

_MALUT--C -0.629418 4,840729

_NTB--C -0.451796 5,018351

_NTT--C -0.320399 5,149748

_PAPBAR--C 0.486161 5,956308

_PAPUA--C 0.865009 6,335156

_RIAU--C 0.908616 6,378763

_SULBAR--C -0.247926 5,222221

_SULSEL--C -0.031493 5,438654

_SULTENG--C 0.045304 5,515451

_SULTRA--C 0.059042 5,529189

_SULUT--C -0.276156 5,193991

_SUMBAR--C -0.156950 5,313197

_SUMSEL--C 0.138757 5,608904

_SUMUT--C 0.033594 5,503741

_YOGYA--C -0.551519 4,918628

Page 100: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

85

1. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan

penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Aceh

sebesar : 5,29 satuan.

2. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan

penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Bangka

Belitung sebesar : 5,42 satuan.

3. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan

penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Bali

sebesar : 5,15 satuan.

4. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan

penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Banten

sebesar : 5,34 satuan.

5. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan

penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi

Bengkulu sebesar : 5,06 satuan.

6. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan

penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi

Gorontalo sebesar : 5,04 satuan.

7. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan

penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Jawa

Barat sebesar : 5,35 satuan.

8. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan

penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Jakarta

sebesar : 5,85 satuan.

9. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan

penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Jambi

sebesar : 5,83 satuan.

10. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan

penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Jawa

Tengah sebesar : 5,45 satuan.

Page 101: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

86

11. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan

penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Jawa

Timur sebesar : 5,65 satuan.

12. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan

penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi

Kalimantan Barat sebesar : 5,4 satuan.

13. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan

penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi

Kalimantan Selatan sebesar : 5,45 satuan.

14. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan

penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi

Kalimantan Tengah sebesar : 5,59 satuan.

15. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan

penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi

Kalimantan Timur sebesar : 6,72 satuan.

16. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan

penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi

Kepulauan Riau sebesar : 5,83 satuan.

17. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan

penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi

Lampung sebesar : 5,4 satuan.

18. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan

penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Maluku

sebesar : 4,74 satuan.

19. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan

penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Maluku

Utara sebesar : 4,84 satuan.

20. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan

penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Nusa

Tenggara Barat sebesar : 5,02 satuan.

Page 102: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

87

21. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan

penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Nusa

Tenggara Timur sebesar : 5,15 satuan.

22. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan

penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Papua

Barat sebesar : 5,96 satuan.

23. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan

penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Papua

sebesar : 6,33 satuan.

24. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan

penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Riau

sebesar : 6,38 satuan.

25. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan

penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi provinsi

Sulawesi Barat sebesar : 5,22 satuan.

26. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan

penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Sulawesi

Selatan sebesar : 5, 44 satuan.

27. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan

penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Sulawesi

Tengah sebesar : 5,52 satuan.

28. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan

penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Sulawesi

Tenggara sebesar : 5,53 satuan.

29. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan

penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Sulawesi

Utara sebesar : 5,2 satuan.

30. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan

penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi

Sumatera Barat sebesar : 5,31 satuan.

Page 103: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

88

31. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan

penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi

Sumatera Selatan sebesar : 5,61 satuan.

32. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan

penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi

Sumatera Utara sebesar : 5,5 satuan.

33. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan

penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi

Yogyakarta: 4,92 satuan.

2. Analisa Ekonomi

a. Infrastruktur Listrik

Dari pengujian statistik dapat diketahui bahwa infrastruktur listrik

memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB 33 provinsi di

Indonesia karena infrastruktur listrik memiliki peran penting dalam menunjang

kegiatan perekonomian. Listrik merupakan salah satu sumber utama dalam

faktor produksi sehingga ketersediaan listrik dapat mendukung produktivitas

ekonomi yang pada gilirannya dapat meningkatkan PDRB.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tunjung

Hapsari (2011) yang meneliti tentang pengaruh infrastruktur terhadap PDRB

provinsi-provinsi di Indonesia. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

infrastruktur listrik memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB

provinsi-provinsi di Indonesia. Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan

penelitian yang dilakukan oleh Fauzan Zamzami (2014) yang menyatakan

bahwa infrastruktur listrik tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap PDRB

di Jawa Tengah.

b. Infrastruktur Pendidikan

Dari hasil pengujian statistik dapat diketahui bahwa infrastruktur

pendidikan memiliki pengaruh positif dan siginifikan terhadap PDRB 33

provinsi di Indonesia. Pembangunan di bidang pendidikan memiliki tujuan

penting untuk meningkatkan sumber daya manusia, karena manusia merupakan

pelaku aktif yang dapat mengakumulasi modal, memanfaatkan sumber daya,

Page 104: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

89

serta menjalankan berbagai kegiatan ekonomi. Pendidikan dapat meningkatkan

kualitas sumber daya manusia yang pada gilirannya dapat meningkatkan

produktivitas ekonomi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Agung

Budi Luhur Wibowo (2016) yang meneliti tentang pengaruh infrastruktur

ekonomi dan sosial terhadap PDRB provinsi-provinsi di Indonesia tahun 2006-

2013. Hasil tersebut menunjukkan bahwa infrastruktur pendidikan memiliki

pengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB provinsi-provinsi di Indonesia.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ichwan

Fuady Falahinur (2017) yang meneliti tentang pengaruh pendidikan dan jumlah

penduduk terhadap PDRB di Kabupaten Kulonprogo. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa infrastruktur pendidikan memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap PDRB di Kabupaten Kulonprogo tahun 1987-2016.

c. Kepadatan Penduduk

Dari hasil pengujian statistik dapat diketahui bahwa kepadatan penduduk

memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB 33 provinsi di

Indonesia. Kepadatan penduduk yang terus meningkat menunjukkan bahwa

terjadi peningkatan pula pada jumlah penduduk. Peningkatan kepadatan

penduduk dapat meningkatkan jumlah tenaga kerja dan memperluas pasar.

Karenanya, jumlah tenaga kerja dan luas pasar yang semakin meningkat akan

meningkatkan produktivitas ekonomi yang pada gilirannya dapat

meningkatkan PDRB.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Indrian

Safitri dan Aliasauddin (2016) yang meneliti tentang pengaruh penduduk

terhadap PDRB. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat jumlah penduduk

memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB di Indonesia. Namun

hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ichwan

Fuady Falahinur (2017) yang meneliti tentang pengaruh pendidikan dan jumlah

penduduk terhadap PDRB di Kabupaten Kulonprogo. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa tingkat jumlah penduduk memiliki pengaruh negatif dan

signifikan terhadap PDRB di Kabupaten Kulonprogo tahun 1987-2016.

Page 105: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

90

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan regresi pada tingkat kepercayaan 95 persen,

maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Variabel independen dalam penelitian ini, yakni infrastruktur listrik,

infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk secara bersama-sama

memiliki pengaruh signifikan terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia

pada tahun 2013-2015.

2. Variabel infrastruktur listrik memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia pada tahun 2013-2015.

3. Variabel infrastruktur pendidikan memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia pada tahun 2013-

2015.

4. Variabel kepadatan penduduk memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia pada tahun 2013-2015.

5. Apabila nilai variabel-variabel independen yang ada pada model adalah

0, maka nilai PDRB masing-masing provinsi bervariasi antara 4,74-6,72

satuan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti

mencoba untuk memberi beberapa saran, diantaranya adalah sebegai berikut:

1. Berdasarkan pembahasan hasil diatas yang menunjukkan bahwa variabel

infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk

memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB 33 provinsi di

Indonesia, maka pemerintah perlu untuk lebih meningkatkan

pembangunan infrastruktur tersebut. Di samping itu, hendaknya

peningkatan jumlah maupun kepadatan penduduk harus dibarengi dengan

faktor-faktor yang dapat menunjang kualitas dari penduduk itu sendiri.

Banyaknya bagian dari penduduk yang berkualitas akan meningkatkan

Page 106: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

91

produktivitas ekonomi sehingga pada gilirannya nilai PDRB dapat

ditingkatkan.

2. Bagi para akademisi dan peneliti apabila ingin melakukan penelitian yang

sejenis, maka alangkah baik datanya diperbanyak agar hasil penelitian

dapat lebih baik.

Page 107: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

92

DAFTAR PUSTAKA

Atmaja dan Mahalli. 2015. Pengaruh Peningkatan Infrastruktur terhadap

Pertumbuhan Ekonomi di Kota Sibolga. Jurnal. Universitas Sumatera

Utara.

Basuki, Agus Tri. 2014. Regresi Model PAM, ECM dan Data Panel dengan

Eviews 7. Yogyakarta.

BPS. 2008. Pedoman Praktis Perhitungan PDRB Kabupaten/Kota. BPS: Jakarta.

BPS. 2016. Potret Pendidikan Indonesia; Statistik Pendidikan 2016. BPS: Jakarta.

BPS. Statistik Indonesia 2016; Statistical Yearbook of Indonesia 2016. BPS:

Jakarta.

BPS. Statistik Indonesia 2017; Statistical Yearbook of Indonesia 2017. BPS:

Jakarta.

BPS Jawa Barat. 2017. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan

Usaha.

Falahinur, Ichwan Fuady. 2017. Analisis Pengaruh Tingkat Pendidikan, Jumlah

Penduduk dan Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

Sksipsi. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Greene, W.H. 1997. Economic Analysis. Prentice-Hall International, Lnc.USA.

Gujarati, D.N. 2003. Basic Econometrics. New York: Mc Graw-Hill Companies.

Gujarati, D.N. 1999. Ekonometrik Dasar, Terjemahan. Erlangga.

Hapsari, Tunjung. 2011. Pengaruh Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi

di Indonesia. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Hasan, Iqbal M. 2017. Pokok-pokok Materi Statistik 2. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Jhingan, M.L. 2012. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: Rajawali

Pers.

Maqin, Abdul. 2011. Pengaruh Kondisi Infrastruktur terhadap Pertumbuhan

Ekonomi di Jawa Barat. Skripsi. Universitas Pasundan.

Mulyadi. 2008. Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perspektif Pembangunan.

Jakarta: Rajawali Pers.

Page 108: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

93

Ningsih, Fatmi Ratna. 2010. Pengaruh Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi

terhadap Pengangguran di Indonesia Periode Tahun 1988-2008. Skripsi.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama

Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.

Diunggah pada 21 Maret 2018 dari: https://bp3ti.kominfo.go.id/www

/uploads/regulation/Perpres%20no.%2038%20tahun%202015%20tentang

%20KPBU.pdf

Prasetyo dan Firdaus. 2009. Pengaruh Infrastruktur pada Pertumbuhan Ekonomi

Wilayah di Indonesia. Jurnal. Institut Pertanian Bogor.

Purnamasari, Dian. 2015. Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi: Sebuah

Penjelasan Empiris Baru. Skripsi. Universitas Diponegoro.

Rizki, Novi Aulia. 2011. Estimasi Parameter Model Regresi Data Panel Random

Effect dengan Metode Generalized Least Square (GLS). UIN Maulana

Malik Ibrahim. Malang.

Rochaida, Eny. 2016 Dampak Pertumbuhan Penduduk terhadap Pertumbuhan

Ekonomi dan Keluarga Sejahtera di Provinsi Kalimantan Timur. Jurnal.

Universitas Mulawarman.

Subandi. 2012. Ekonomi Pembangunan. Bandung: Alfabeta.

Sukirno, Sadono. 2006. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar

Kebijakan. Jakarta: Kencana.

Sukirno, Sadono. 2006. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada.

Statistik Ketenagalistirkan 2015. Direktorat Jendral Ketenagalistrikan

Kementerian ESDM. Jakarta: 2016.

Tambunan, Tulus T.H. 2015. Perekonomian Indonesia Era Orde Lama Hingga

Jokowi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Valeriani, Devi. 2011. Analisis Pengaruh Kebijakan Infrastruktur Terhadap

Pendapatan Perkapita Masyarakat Kabupaten Bangka Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung. Jurnal. Universitas Bangka Belitung.

Warsilan dan Noor. 2015. Peranan Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi

dan Implikasi pada Kebijakan Pembangunan di Kota Samarinda. Jurnal.

Universitas Mulawarman Samarinda.

Page 109: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

94

Wibowo, Agung Budi Luhur. 2016. Pengaruh Infrastruktur Ekonomi dan Sosial

terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Tahun 2006-2013. Skripsi.

Universitas Negeri Yogyakarta.

Widayanti, Enik. 2010. Pengaruh Infrastruktur terhadap Produktivitas Ekonomi

di Pulau Jawa Periode 2000-2008. Jurnal: PT. Cikarang Inlandport.

World Economic Forum. 2013. The Global Competitiveness Report 2013–2014. Geneva : World Economic Forum.

World Bank. 1994. World Development Report: Infrastructure for Development. New York: Oxford University Press.

Zamzami, Fauzan. 2014. Analisis Pengaruh Infrastruktur terhadap PDRB Jawa

Tengah Tahun 2008-2012. Skripsi. Universitas Diponegoro.

Page 110: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

95

Lampiran 1 Data Variabel Penelitian

Provinsi Tahun PDRB Listrik Pendidikan Penduduk

Aceh 2013 111.755,83 1.815,04 841 83

Aceh 2014 113.490,36 1.965,55 849 85

Aceh 2015 112.661,04 2.119 890 86

Sumatera Utara 2013 398.727,14 7.917,24 2216 186

Sumatera Utara 2014 419.573,31 8.271,01 2267 189

Sumatera Utara 2015 440.955,85 8.703,67 2390 191

Sumatera Barat 2013 125.940,63 2.712,85 681 121

Sumatera Barat 2014 133.340,84 3.005,26 673 122

Sumatera Barat 2015 140.704,88 3.063,28 695 124

Riau 2013 436.187,51 3.597,44 851 69

Riau 2014 447.986,78 3.338,33 856 71

Riau 2015 448.991,96 3.586,45 916 73

Jambi 2013 111.766,13 955,66 549 66

Jambi 2014 119.991,44 1.037,45 535 67

Jambi 2015 125.036,40 1.083,70 562 68

Sumatera Selatan 2013 232.175,05 4.162,09 962 85

Sumatera Selatan 2014 243.297,77 4.477,49 900 87

Sumatera Selatan 2015 254.044,88 4.783,02 1034 88

Bengkulu 2013 34.326,37 641,52 255 91

Bengkulu 2014 36.207,15 729,64 249 93

Bengkulu 2015 38.066,01 785,43 266 94

Lampung 2013 180.620,01 3.182,21 1053 229

Lampung 2014 189.797,49 3.392,44 1087 232

Lampung 2015 199.536,10 3.571 1130 234

Kep. Bangka Belitung 2013 42.190,86 721,24 138 80

Kep. Bangka Belitung 2014 44.159,44 805,43 138 82

Kep. Bangka Belitung 2015 45.961,46 861,52 141 84

Kep. Riau 2013 137.263,85 2.421,92 198 227

Kep. Riau 2014 146.325,23 2.618,48 206 234

Kep. Riau 2015 155.112,88 2.694,79 226 241

DKI Jakarta 2013 1.296.694,57 39.937,28 1171 15015

DKI Jakarta 2014 1.373.389,13 41.269,03 1156 15173

DKI Jakarta 2015 1.454.345,82 41.328,60 1161 15328

Jawa Barat 2013 1.093.543,55 39.092,56 4074 1282

Jawa Barat 2014 1.149.216,06 43.096,46 4688 1301

Jawa Barat 2015 1.207.083,41 44.071,43 4889 1320

Jawa Tengah 2013 726.655,12 18.205,08 2711 1014

Jawa Tengah 2014 764.959,15 19.631,46 3254 1022

Jawa Tengah 2015 806.775,36 20.408,19 2965 1030

Page 111: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

96

DI Yogyakarta 2013 75.627,45 2.205,79 432 1147

DI Yogyakarta 2014 79.536,08 2.369,60 429 1161

DI Yogyakarta 2015 83.474,44 2.484,16 430 1174

Jawa Timur 2013 1.192.789,80 28.708,11 4199 803

Jawa Timur 2014 1.262.684,50 30.523,98 4434 808

Jawa Timur 2015 1.331.394,99 30.824,81 4797 813

Banten 2013 331.099,11 9.750,37 1277 1185

Banten 2014 349.351,23 8.562,97 1359 1211

Banten 2015 368.216,55 8.575,10 1464 1237

Bali 2013 114.103,58 3.914,32 337 702

Bali 2014 121.787,57 4.335,03 345 710

Bali 2015 129.130,59 4.594,18 354 718

Nusa Tenggara Barat 2013 69.766,71 1.133,33 919 254

Nusa Tenggara Barat 2014 73.372,96 1.291,47 935 257

Nusa Tenggara Barat 2015 89.344,58 1.402,30 1007 260

Nusa Tenggara Timur 2013 51.505,19 639,57 614 102

Nusa Tenggara Timur 2014 54.107,97 702,26 655 103

Nusa Tenggara Timur 2015 56.831,92 749,76 697 105

Kalimantan Barat 2013 101.980,34 1889,39 653 32

Kalimantan Barat 2014 107.114,96 1862,44 670 32

Kalimantan Barat 2015 112.324,86 1989,63 669 33

Kalimantan Tengah 2013 69.410,99 854,78 385 16

Kalimantan Tengah 2014 73.724,52 970,16 414 16

Kalimantan Tengah 2015 78.890,97 1.048,64 423 16

Kalimantan Selatan 2013 101.850,54 1.880,66 370 99

Kalimantan Selatan 2014 106.779,40 2.092,23 417 101

Kalimantan Selatan 2015 110.867,88 2.187,64 439 103

Kalimantan Timur 2013 438.532,91 2.731,58 539 19

Kalimantan Timur 2014 446.029,05 2.815,55 553 26

Kalimantan Timur 2015 440.647,70 3.007,30 474 27

Saulawesi Utara 2013 62.422,50 1.192,52 375 170

Saulawesi Utara 2014 66.360,76 1.240,32 420 172

Saulawesi Utara 2015 70.425,14 1.302,58 428 174

Sulawesi Tengah 2013 68.219,32 758,7 476 45

Sulawesi Tengah 2014 71.677,53 865,77 475 46

Sulawesi Tengah 2015 82.803,20 948,78 500 47

Sulawesi Selatan 2013 217.589,13 4.156,49 1241 179

Sulawesi Selatan 2014 233.988,05 4.339,22 1312 180

Sulawesi Selatan 2015 250.758,28 4.479,46 1337 182

Sulawesi Tenggara 2013 64.268,71 621,64 485 63

Sulawesi Tenggara 2014 68.291,78 670,71 491 64

Page 112: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

97

Sulawesi Tenggara 2015 72.991,33 703,59 525 66

Gorontalo 2013 19.367,57 328,4 135 98

Gorontalo 2014 20.775,80 366,08 144 99

Gorontalo 2015 22.068,59 398,82 144 101

Sulawesi Barat 2013 22.227,39 207,59 236 74

Sulawesi Barat 2014 24.195,65 238,03 262 75

Sulawesi Barat 2015 25.983,65 258,7 269 76

Maluku 2013 22.100,94 469,96 377 35

Maluku 2014 23.567,73 480,08 373 35

Maluku 2015 24.859,06 509,51 396 36

Maluku Utara 2013 18.208,74 259,1 293 35

Maluku Utara 2014 19.208,76 309,37 352 36

Maluku Utara 2015 20.381,03 329,44 340 36

Papua Barat 2013 47.694,23 383,99 153 9

Papua Barat 2014 50.259,91 430,63 161 9

Papua Barat 2015 52.346,49 455,58 164 9

Papua 2013 117.118,82 713,26 312 10

Papua 2014 121.391,23 724,78 328 10

Papua 2015 130.459,91 763,32 323 10

Page 113: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

98

Lampiran 2 Data Variabel Penelitian setelah Ditransformasi ke Logaritma

Natural

Provinsi Tahun PDRB Listrik Pendidikan Penduduk

Aceh 2013 11,62407 7,503863 6,734592 4,418841

Aceh 2014 11,63947 7,583527 6,744059 4,442651

Aceh 2015 11,63214 7,6587 6,791221 4,454347

Sumatera Utara 2013 12,89603 8,976798 7,703459 5,225747

Sumatera Utara 2014 12,94699 9,020512 7,726213 5,241747

Sumatera Utara 2015 12,9967 9,0715 7,779049 5,252273

Sumatera Barat 2013 11,74357 7,905755 6,523562 4,795791

Sumatera Barat 2014 11,80066 8,008119 6,511745 4,804021

Sumatera Barat 2015 11,85442 8,027242 6,543912 4,820282

Riau 2013 12,98583 8,187978 6,746412 4,234107

Riau 2014 13,01252 8,113226 6,75227 4,26268

Riau 2015 13,01476 8,184918 6,820016 4,290459

Jambi 2013 11,62416 6,862402 6,308098 4,189655

Jambi 2014 11,69518 6,944521 6,282267 4,204693

Jambi 2015 11,73636 6,988136 6,331502 4,219508

Sumatera Selatan 2013 12,35525 8,333773 6,869014 4,442651

Sumatera Selatan 2014 12,40204 8,406818 6,802395 4,465908

Sumatera Selatan 2015 12,44527 8,472827 6,94119 4,477337

Bengkulu 2013 10,44367 6,46384 5,541264 4,51086

Bengkulu 2014 10,49701 6,592551 5,517453 4,532599

Bengkulu 2015 10,54708 6,666231 5,583496 4,543295

Lampung 2013 12,10415 8,065331 6,959399 5,433722

Lampung 2014 12,15371 8,129305 6,991177 5,446737

Lampung 2015 12,20375 8,180601 7,029973 5,455321

Kep. Bangka Belitung 2013 10,64996 6,580972 4,927254 4,382027

Kep. Bangka Belitung 2014 10,69556 6,691376 4,927254 4,406719

Kep. Bangka Belitung 2015 10,73556 6,758698 4,94876 4,430817

Kep. Riau 2013 11,82966 7,792316 5,288267 5,42495

Kep. Riau 2014 11,89359 7,870349 5,327876 5,455321

Kep. Riau 2015 11,95191 7,899076 5,420535 5,484797

DKI Jakarta 2013 14,07533 10,59507 7,065613 9,616805

DKI Jakarta 2014 14,13279 10,62787 7,052721 9,627273

DKI Jakarta 2015 14,19007 10,62931 7,057037 9,637437

Jawa Barat 2013 13,90493 10,57369 8,312381 7,156177

Jawa Barat 2014 13,95459 10,6712 8,452761 7,170888

Jawa Barat 2015 14,00372 10,69357 8,494743 7,185387

Jawa Tengah 2013 13,49621 9,809456 7,905073 6,921658

Jawa Tengah 2014 13,54758 9,884889 8,08764 6,929517

Page 114: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

99

Jawa Tengah 2015 13,6008 9,923692 7,994632 6,937314

DI Yogyakarta 2013 11,23357 7,698841 6,068426 7,044905

DI Yogyakarta 2014 11,28397 7,770476 6,061457 7,057037

DI Yogyakarta 2015 11,3323 7,81769 6,063785 7,068172

Jawa Timur 2013 13,99181 10,26493 8,342602 6,688355

Jawa Timur 2014 14,04875 10,32627 8,397057 6,694562

Jawa Timur 2015 14,10174 10,33608 8,475746 6,700731

Banten 2013 12,71017 9,185061 7,152269 7,077498

Banten 2014 12,76383 9,055202 7,214504 7,099202

Banten 2015 12,81643 9,056618 7,288928 7,120444

Bali 2013 11,64486 8,272397 5,820083 6,553933

Bali 2014 11,71003 8,374484 5,843544 6,565265

Bali 2015 11,76858 8,432546 5,869297 6,57647

Nusa Tenggara Barat 2013 11,15291 7,032915 6,823286 5,537334

Nusa Tenggara Barat 2014 11,20331 7,163536 6,840547 5,549076

Nusa Tenggara Barat 2015 11,40026 7,245869 6,914731 5,560682

Nusa Tenggara Timur 2013 10,84944 6,460796 6,419995 4,624973

Nusa Tenggara Timur 2014 10,89874 6,554304 6,484635 4,634729

Nusa Tenggara Timur 2015 10,94785 6,619753 6,546785 4,65396

Kalimantan Barat 2013 11,53254 7,544009 6,481577 3,465736

Kalimantan Barat 2014 11,58166 7,529643 6,507278 3,465736

Kalimantan Barat 2015 11,62915 7,595704 6,505784 3,496508

Kalimantan Tengah 2013 11,1478 6,750844 5,953243 2,772589

Kalimantan Tengah 2014 11,20809 6,877461 6,025866 2,772589

Kalimantan Tengah 2015 11,27582 6,955249 6,047372 2,772589

Kalimantan Selatan 2013 11,53126 7,539378 5,913503 4,59512

Kalimantan Selatan 2014 11,57852 7,645986 6,033086 4,615121

Kalimantan Selatan 2015 11,61609 7,690579 6,084499 4,634729

Kalimantan Timur 2013 12,99119 7,912635 6,289716 2,944439

Kalimantan Timur 2014 13,00814 7,942913 6,315358 3,258097

Kalimantan Timur 2015 12,996 8,008798 6,161207 3,295837

Saulawesi Utara 2013 11,04168 7,083824 5,926926 5,135798

Saulawesi Utara 2014 11,10286 7,123125 6,040255 5,147494

Saulawesi Utara 2015 11,16231 7,172102 6,059123 5,159055

Sulawesi Tengah 2013 11,13048 6,631606 6,165418 3,806662

Sulawesi Tengah 2014 11,17993 6,763619 6,163315 3,828641

Sulawesi Tengah 2015 11,32422 6,855177 6,214608 3,850148

Sulawesi Selatan 2013 12,29036 8,332426 7,123673 5,187386

Sulawesi Selatan 2014 12,36303 8,37545 7,179308 5,192957

Sulawesi Selatan 2015 12,43224 8,407258 7,198184 5,204007

Sulawesi Tenggara 2013 11,07083 6,432361 6,184149 4,143135

Page 115: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

100

Sulawesi Tenggara 2014 11,13154 6,508337 6,196444 4,158883

Sulawesi Tenggara 2015 11,1981 6,556196 6,263398 4,189655

Gorontalo 2013 9,871355 5,794232 4,905275 4,584967

Gorontalo 2014 9,941544 5,902852 4,969813 4,59512

Gorontalo 2015 10,00191 5,98851 4,969813 4,615121

Sulawesi Barat 2013 10,00908 5,335565 5,463832 4,304065

Sulawesi Barat 2014 10,09393 5,472397 5,568345 4,317488

Sulawesi Barat 2015 10,16522 5,555669 5,594711 4,330733

Maluku 2013 10,00338 6,152648 5,932245 3,555348

Maluku 2014 10,06763 6,173953 5,921578 3,555348

Maluku 2015 10,12098 6,233449 5,981414 3,583519

Maluku Utara 2013 9,809657 5,557214 5,680173 3,555348

Maluku Utara 2014 9,863122 5,734538 5,863631 3,583519

Maluku Utara 2015 9,92236 5,797394 5,828946 3,583519

Papua Barat 2013 10,77257 5,950617 5,030438 2,197225

Papua Barat 2014 10,82496 6,065249 5,081404 2,197225

Papua Barat 2015 10,86564 6,121571 5,099866 2,197225

Papua 2013 11,67094 6,569846 5,743003 2,302585

Papua 2014 11,70677 6,585868 5,793014 2,302585

Papua 2015 11,77882 6,637677 5,777652 2,302585

Page 116: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

101

Lampiran 3 Hasil Regresi dengan Common Effect Dependent Variable: PDRB?

Method: Pooled EGLS (Cross-section weights)

Date: 04/04/18 Time: 10:43

Sample: 1 3

Included observations: 3

Cross-sections included: 33

Total pool (balanced) observations: 99

Linear estimation after one-step weighting matrix

Cross-section SUR (PCSE) standard errors & covariance (d.f. corrected) Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LISTRIK? 1.067601 0.006879 155.2052 0.0000

PENDIDIKAN? 0.781534 0.009672 80.80042 0.0000

PENDUDUK? -0.297355 0.010136 -29.33771 0.0000 Weighted Statistics R-squared 0.867326 Mean dependent var 23.36081

Adjusted R-squared 0.864562 S.D. dependent var 19.96592

S.E. of regression 0.747030 Sum squared resid 53.57322

Durbin-Watson stat 0.102234 Unweighted Statistics R-squared 0.573527 Mean dependent var 11.75646

Sum squared resid 56.72515 Durbin-Watson stat 0.010444

Page 117: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

102

Lampiran 4 Hasil Regresi dengan Fixed Effect Dependent Variable: PDRB?

Method: Pooled EGLS (Cross-section weights)

Date: 01/10/18 Time: 10:32

Sample: 1 3

Included observations: 3

Cross-sections included: 33

Total pool (balanced) observations: 99

Linear estimation after one-step weighting matrix

Cross-section SUR (PCSE) standard errors & covariance (d.f. corrected) Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 5.470147 0.502865 10.87797 0.0000

LISTRIK? 0.496133 0.036964 13.42222 0.0000

PENDIDIKAN? 0.340198 0.082486 4.124289 0.0001

PENDUDUK? 0.063819 0.026234 2.432670 0.0178

Fixed Effects (Cross)

_ACEH--C -0.181804

_BABEL--C -0.049041

_BALI--C -0.317105

_BANTEN--C -0.129758

_BENGKULU--C -0.412154

_GORONTALO--C -0.433546

_JABAR--C -0.119726

_JAKARTA--C 0.379265

_JAMBI--C 0.361988

_JATENG--C 0.017506

_JATIM--C 0.175956

_KALBAR--C -0.070549

_KALSEL--C -0.017261

_KALTENG--C 0.115231

_KALTIM--C 1.251526

_KEPRI--C 0.358305

_LAMPUNG--C -0.074085

_MALUKU--C -0.725570

_MALUT--C -0.629418

_NTB--C -0.451796

_NTT--C -0.320399

_PAPBAR--C 0.486161

_PAPUA--C 0.865009

_RIAU--C 0.908616

_SULBAR--C -0.247926

_SULSEL--C -0.031493

_SULTENG--C 0.045304

_SULTRA--C 0.059042

_SULUT--C -0.276156

_SUMBAR--C -0.156950

_SUMSEL--C 0.138757

_SUMUT--C 0.033594

_YOGYA--C -0.551519 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared 0.999864 Mean dependent var 19.88704

Page 118: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

103

Adjusted R-squared 0.999789 S.D. dependent var 11.28478

S.E. of regression 0.031018 Sum squared resid 0.060615

F-statistic 13275.74 Durbin-Watson stat 2.436232

Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.999542 Mean dependent var 11.75646

Sum squared resid 0.060957 Durbin-Watson stat 2.382553

Page 119: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39820/1/ABDUL... · PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN

104

Lampiran 5 Hasil Uji F (Uji Chow) Redundant Fixed Effects Tests

Pool: PROV

Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 600.431971 (32,63) 0.0000

Cross-section fixed effects test equation:

Dependent Variable: PDRB?

Method: Panel EGLS (Cross-section weights)

Date: 01/10/18 Time: 10:36

Sample: 1 3

Included observations: 3

Cross-sections included: 33

Total pool (balanced) observations: 99

Use pre-specified GLS weights

Cross-section SUR (PCSE) standard errors & covariance (d.f. corrected) Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 5.060380 0.045352 111.5801 0.0000

LISTRIK? 0.888632 0.006350 139.9514 0.0000

PENDIDIKAN? 0.165231 0.004097 40.33349 0.0000

PENDUDUK? -0.242305 0.002969 -81.61073 0.0000 Weighted Statistics R-squared 0.958519 Mean dependent var 19.88704

Adjusted R-squared 0.957209 S.D. dependent var 11.28478

S.E. of regression 0.441851 Sum squared resid 18.54709

F-statistic 731.7342 Durbin-Watson stat 0.022601

Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.929111 Mean dependent var 11.75646

Sum squared resid 9.428976 Durbin-Watson stat 0.023338