pengaruh pendapatan domestik regional bruto papua, inflasi …

63
PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI, SUKU BUNGA KREDIT, PERTUMBUHAN KREDIT BANK PAPUA TERHADAP KREDIT MACET BANK (STUDI KASUS BANK PAPUA TAHUN 2012.3-2017.2) SKRIPSI Disusun oleh : Enggal Bayu Kurniawan 115020407111009 Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Derajat Sarjana Ekonomi JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Upload: others

Post on 23-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PAPUA, INFLASI, SUKU BUNGA KREDIT, PERTUMBUHAN

KREDIT BANK PAPUA TERHADAP KREDIT MACET BANK

(STUDI KASUS BANK PAPUA TAHUN 2012.3-2017.2)

SKRIPSI

Disusun oleh :

Enggal Bayu Kurniawan

115020407111009

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Meraih Derajat Sarjana Ekonomi

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Page 2: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

ii

MALANG

2018

LEMBAR PENGESAHAN

Page 3: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

iii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

Page 4: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Diri

Nama Lengkap : Enggal Bayu Kurniawan

Tempat, Tanggal Lahi : Banyuwangi, 01 Oktober 1993

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Dusun Sumberwaru RT.01 RW.05

Kel. Tamanagung Kec. Cluring

No. Telepon/HP : 081330724508

E-mail : [email protected]

Pendidikan

Tahun

Lulus

Program

Pendidikan Instansi

Jurusan/Program

Studi

2005 SD SDN 1 Tamanagung -

2008 SMP SMP Negeri 1 Cluring -

2011 SMA SMA Negeri 1 Cluring IPS

2018 Sarjana Ekonomi Universitas Brawijaya Ilmu Ekonomi

Pengalaman Organisasi

Tahun Organisasi Jabatan

2013/2014 Economist Goes to Opera (EGO) FEB UB Anggota

2017/2018 Ruang Belajar Aqil Anggota aktif KRS+

dan Relawan

Page 5: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

v

ABSTRAKSI

Pengaruh Pendapatan Domestik Regional Bruto Papua, Inflasi, Suku Bunga Kredit, Pertumbuhan Kredit Bank Papua Terhadap Kredit Macet Bank

(Studi Kasus Bank Papua Tahun 2012.3-2017.2)

Enggal Bayu Kurniawan, Shofwan, SE.,M.Si.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Email: [email protected]

Email: [email protected]

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) Papua, Inflasi, Suku Bunga Kredit (SBK), Pertumbuhan

Kredit Bank terhadap Kredit Macet atau Non Performing Loan (NPL) Bank

Papua. Dengan data Time series periode 2012.3 – 2017.2 yang dianalisis

dengan regresi linier berganda mendapatkan hasil bahwa secara model PDRB,

Inflasi, SBK, Pertumbuhan Kredit berpengaruh signifikan negatif terhadap NPL.

Namun secara parsial PDRB memiliki arah pengaruh negatif namun tidak

signifikan terhadap NPL Bank, sedangkan Inflasi, SBK, Pertumbuhan Kredit Bank

Papua memiliki pengaruh negatif terhadap NPL Bank Papua. Oleh karena itu,

untuk mengurangi risiko kredit macet Bank Papua harus lebih berhati-hati dalam

memberikan kredit untuk modal usaha sekala besar yang memiliki risiko besar.

Serta kembali menerapkan dengan baik standar SOP yang telah dibuat..

Kata Kunci: PDRB, Inflasi, SBK, Pertumbuhan Kredit, dan NPL.

Page 6: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

vi

ABSTRACT

The Influence of Papua's Gross Regional Domestic Revenue, Inflation, Credit Interest Rates, Bank Papua Credit Growth on Bank Bad Debt

(Case Study of Bank Papua in 2012.3-2017.2) Enggal Bayu Kurniawan, Shofwan, SE., M.Sc.

Economics and Business Faculty Email: [email protected]

Email: [email protected]

The purpose of this study was to determine the effect of Papua's Gross Regional Domestic Product (PDRB), Inflation, Credit Interest Rates (SBK), Bank Credit Growth on Non-performing Loans or Bank Papua's Non-Performing Loans (NPL). With Time series data for the period of 2012.3 - 2017.2 analyzed by multiple linear regression, it was found that in the GRDP, Inflation, SBK model, Credit Growth had a significant negative effect on NPL. But partially GRDP has a negative influence but not significant to the Bank's NPL, while Inflation, SBK, Bank Papua Credit Growth has a negative influence on Bank Papua's NPL. Therefore, to reduce the risk of bad credit, Bank Papua must be more careful in providing credit for large-scale business capital that has a high risk. As well as re-applying the standard SOP that has been made ... Keywords: GRDP, Inflation, SBK, Credit Growth, and NPL.

Page 7: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kelancaran dan kemudahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul: “Pengaruh Pendapatan Domestik Regional Bruto Papua, Inflasi, Suku Bunga Kredit, Pertumbuhan Kredit Bank Papua Terhadap Kredit Macet Bank (Studi Kasus Bank Papua Tahun 2012.3-2017.2)” Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan program S-1

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Penulisan skripsi ini tidak

dapat dilaksanakan tanpa bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak, oleh

karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih

kepada:

1. Bapak Nurkholis, SE., M.Bus.(Acc)., Ak., Ph.D selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

2. Bapak Setyo Tri Wahyudi, SE., M.Ec., Ph.D sebagai Ketua Program Studi

Ekonomi, Keuangan dan Perbankan.

3. Bapak Shofwan, SE., M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan evaluasi kepada

penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

4. Bapak Moh. Athoilah, ME selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan

pengalaman berharga.

5. Bapak Aji Purba Trapsila, ME.I selaku Dosen Penguji II yang telah

memberikan pengalaman berharga.

6. Ibu, Bapak, Kakak, Adik dan keluarga besarku yang selalu memberikan

semangat, dukungan, serta doa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

dengan baik.

7. Mentor KRS+ yang selalu memberikan ilmu dan pengetahuan serta

kesabarannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Page 8: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

viii

8. Seluruh anggota KRS+ yang selalu memberikan motivasi untuk segera

menyelesaikan skripsi ini.

9. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang

telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Demikian pengantar singkat ini disusun, penulis menyadari bahwa skripsi

yang telah dibuat oleh penulis masih jauh dari sempurna dan terdapat

kekurangan maupun kesalahan yang tentunya tanpa disengaja. Sehingga

penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Dan semoga skripsi ini

dapat menambah wawasan dan memberi manfaat bagi semua pihak.

Malang, Agustus 2018

Penulis

Page 9: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

1

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................. 1

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... 3

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. 4

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 6

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 6

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 10

1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 10

1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 10

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................... 11

2.1 Perbankan dan Bank ................................................................................... 11

2.1.1 Kredit bermasalah (Non Performing Loan) .......................................... 13

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kredit Bermasalah ......................................... 15

2.2.1 Pengaruh PDRB terhadap Kredit Bermasalah .................................... 15

2.2.2 Pengaruh Inflasi terhadap Kredit Bermasalah ..................................... 16

2.2.3 Pengaruh Suku Bunga terhadap Kredit Bermasalah ........................... 16

2.2.4 Pengaruh Pertumbuhan Kredit terhadap Kredit Bermasalah .............. 17

2.3 Penelitian Terdahulu ................................................................................... 18

2.4 kerangka Konsep ........................................................................................ 23

2.5 Hipotesis ...................................................................................................... 24

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................ 25

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................... 25

3.2 Penentuan Populasi dan Sampel................................................................ 26

3.3 Definisi Operasional Variabel ...................................................................... 27

3.3.1 Variabel Dependen ............................................................................... 27

3.3.2 Variabel Independen ............................................................................ 27

3.4 Metode Analisis ........................................................................................... 29

3.4.1 Analisis Data ......................................................................................... 29

3.4.2 Uji Asumsi Klasik .................................................................................. 30

3.5 Uji Hipotesis ................................................................................................. 32

3.5.1 Koefisien Determinasi........................................................................... 32

3.5.2 Uji F (Pengujian Signifikasi Simultan) .................................................. 33

3.5.3. Uji t (Pengugjian Signifikasi Parsial) ................................................... 33

BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................................ 34

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................ 34

Page 10: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

2

4.1.1 Profil Bank Papua ................................................................................. 34

4.1.2 Visi dan Misi Bank Papua ............................................................... 34

4.1.3 Produk-produk Bank Papua ................................................................. 36

4.2 Hasil Statistik Deskriptif ............................................................................... 37

4.2.1 Perkembangan PDRB Tahun 2012.3 – 2017.2 ................................... 37

4.2.2 Perkembangan Inflasi Tahun 2012.3 – 2017.2 .............................. 38

4.2.3 Perkembangan Suku bunga Kredit Bank Papua Tahun 2012.3 – 2017.2 ............................................................................................................ 38

4.3.4 Pertumbuhan Kredit Tahun 2012.2 – 2017.3 ....................................... 39

4.3 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda....................................................... 39

4.3.1 Hasil Estimasi ....................................................................................... 39

4.3.2 Uji Asumsi Klasik .................................................................................. 40

4.3.3 Uji Hipotesis .......................................................................................... 42

4.4 Hasil dan Pembahasan Penelitian .............................................................. 45

4.4.1 Pengaruh PDRB terhadap NPL Bank Papua ...................................... 45

4.4.2 Pengaruh Inflasi terhadap NPL Bank Papua ....................................... 46

4.4.3 Pengaruh Suku Bunga Kredit Bank Papua terhadap NPL Bank Papua ....................................................................................................................... 47

4.4.4 Pengaruh Pertumbuhan Kredit terhadap NPL Bank Papua ................ 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 50

5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 50

5.2 Saran ........................................................................................................... 50

5.3 Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 51

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 52

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ 54

Page 11: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

3

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ................................................................ 21

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel ..................................................................... 29

Tabel 3 2 Durbin Watson d test Pengambilan Keputusan ....................................... 32

Tabel 4.1 Hasil uji .......................................................................................................... 39

Tabel 4.2 Variance Inflation Factors ........................................................................... 41

Tabel 4.3 Hasil Uji F-statistik ....................................................................................... 42

Tabel 4.4 Hasil Uji t-statistik......................................................................................... 43

Tabel 4.5 Koefisien Determinasi (R2) ......................................................................... 44

Tabel 4.6 Data keuangan PDRB dan NPL Bank Papua .......................................... 46

Tabel 4.7 Data Keuangan Inflasi dan NPL Bank Papua .......................................... 47

Tabel 4.8 Data keuangan Suku Bunga Kredit dan NPL Bank Papua .................... 48

Tabel 4.9 Data keuangan inflasi dan NPL Bank Papua ........................................... 49

Page 12: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

4

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep .................................................................................... 23

Gambar 4.1 Perkembangan PDRB tahun 2012.3-2017.2 ....................................... 37

Gambar 4.2 Perkembangan inflasi tahun 2012.3-2017.2 ........................................ 38

Gambar 4.3 Perkembangan suku bunga kredit tahun 2012.3-2017.2 ................... 38

Gambar 4.4 Perkembangan suku bunga kredit tahun 2012.3-2017.2 ................... 39

Gambar 4.5 Normalitas Jarque-Bera .......................................................................... 40

Page 13: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

5

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Regresi ............................................................................................ 54

Page 14: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor perbankan memegang peranan penting dalam menunjang

pelaksanaan pembangunan nasional. Sesuai dengan UU No.7 Tahun 1992

tentang Perbankan sebagaimana telah disesuaikan dalam UU No. 10 Tahun 1998

bahwa perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan

nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan

stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Sebagai

salah satu lembaga yang menjadi penggerak roda perekonomian negara, bank

memiliki fungsi utama sebagai perantara keuangan antara pihak kelebihan dana

dengan pihak yang memerlukan dana.

Proses penyaluran dana yang dilakukan oleh pihak bank umumnya melalui

sistem kredit. Kredit menurut Savelberg dalam Badrulzaman (1991), mempunyai

arti sebagai dasar dari setiap perikatan dan seseorang berhak menuntut sesuatu

dari orang lain atau sebagai jaminan dan seseorang menyerahkan sesuatu pada

orang lain dengan tujuan untuk memperoleh kembali apa yang diserahkan. Kata

kredit berasal dari bahasa Romawi “credere” yang artinya “percaya”. Alokasi dana

yang besar secara langsung atau pun tidak langsung juga akan meningkatkan

risiko yang akan dihadapi pihak bank dalam proses penyaluran kredit (high risk

high return) yang dilakukan. Salah satu risiko yang sering kali dihadapi oleh pihak

bank dalam proses penyaluran kredit ini yaitu terjadinya kredit bermasalah atau

kredit macet.

Kredit bermasalah (Non Performing Loan) atau kredit macet terjadi akibat

pengelolaan kredit yang kurang baik. Akibatnya, pihak bank akan mengalami

kerugian karena pendapatan bunga dan juga pengembalian pokok kredit akan

Page 15: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

7

turun. Menurut Rivai (2006), yang dimaksud dengan kredit bermasalah yaitu

terjadinya cedera janji dalam repayment kredit, sehingga terdapat tunggakan atau

ada potensi kerugian yang terjadi pada usaha debitur sehingga memiliki

kemungkinan timbulnya risiko di kemudian hari dalam arti luas bagi bank. Adanya

hambatan dalam kredit ini bisa diakibatkan oleh 2 (dua) kemungkinan, pertama

kesalahan berasal dari pihak perbankan dalam proses analisa dan yang kedua

dari pihak nasabah yang sengaja atau tidak sengaja tidak melakukan pembayaran

sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Secara umum, kredit bermasalah diproksikan dalam rasio NPL (Non

Performing Loan) yaitu rasio perbandingan total kredit bermasalah terhadap total

kredit yang disalurkan. Semakin tinggi rasio NPL menunjukkan semakin banyak

debitur yang tidak mampu melunasi hutangnya (Yulita, 2014). Goldstein dan

Turner (1996) menyatakan jika terjadinya akumulasi NPL ini diakibatkan oleh

beberapa faktor, diantaranya ketidakstabilan Determinan Ekonomi Makro di

negara yang bersangkutan (pendapatan nasional, kesempatan kerja dan atau

pengangguran, jumlah uang beredar, laju inflasi, pertumbuhan ekonomi, maupun

neraca pembayaran internasional), kemerosotan ekonomi, penurunan

perdagangan, suku bunga perbankan yang terlalu tinggi, ketergantungan yang

berlebih pada pinjaman yang terlalu mahal antar bank, insider lending dan moral

hazard.

peraturan Bank Indonesia nomor 15/2/PBI/2013 tentang penetapan status dan

tindak lanjut pengawasan bank umum konvensional, rasio kredit bermasalah (non

performing loan) secara neto maksimal sebesar 5% (lima persen) dari total kredit.

Dari website resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Papua dan Papua

Barat menyatakan non performing loan (NPL)/kredit bermasalah Bank Papua

merupakan yang tertinggi di Indonesia Bank Papua sampai maret 2017,dari

laporan triwulanan NPL Bank Papua 19 persen, ini sudah melampaui batas

Page 16: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

8

maksimal yang ditetapkan yaitu sebesar 5 persen. Badan Pengawas Keuangan

Republik Indonesia telah menyatakan kerugian negara/daerah dari penyaluran

kredit sebesar RP 359 miliar sebesar 270,26 miliar

Peningkatan kredit bermasalah akan berperan dalam terjadinya krisis

perbankan. Untuk mencegah terjadinya krisis perbankan, perlu dilakukan

pengkajian atau pemantauan secara berkala kualitas kredit dengan early warning

system. Perlu diketahui pula, naik atau turunnya kredit bermasalah (Non

Permorfing Loan) sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya GDP,

inflasi, suku bunga, nilai tukar dan juga pengangguran.

PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) menjadi proksi dari pendapatan di

suatu daerah selama kurun waktu tertentu. Menurut Ahmad dan Bashir (2013),

pertumbuhan PDRB menunjukkan peningkatan pendapatan individu dan

perusahaan. Dengan meningkatnya pendapatan individu atau perusahaan

tersebut, maka kemampuan untuk membayar hutang juga akan meningkat,

sehingga nilai NPL (Non Permorfing Loan) akan turun. Sebaliknya penurunan GDP

menunjukkan pendapatan individu dan perusahaan yang menurun, sehingga

kemampuan untuk membayar hutang juga menurun, sehingga peningkatan NPL

akan terjadi. Penelitian yang dilakukan oleh Festić dan Bekő (2008), Bofondi dan

Ropele (2011), serta Ahmad dan Bashir (2013) menunjukkan jika pertumbuhan

GDP berpengaruh negatif terhadap NPL. Hasil ini bertentangan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Adeola dan Ikpesu (2017) yang menyatakan bahwa GDP

memiliki hubungan positif dengan NPL.

Menurut Mankiw (2013), inflasi menjadi masalah dalam perekonomian suatu

negara karena inflasi menaikan harga barang-barang secara terus menerus yang

berdampak terhadap penurunan daya beli masyarakat karena secara riil tingkat

pendapatannya juga menurun dengan asumsi bahwa tingkat pendapatan

masyarakat konstan. Terjadinya inflasi akan meningkatkan beban biaya hidup

Page 17: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

9

sehingga debitur akan kesulitan memenuhi tanggung jawabnya untuk

mengembalikan uang pinjaman kepada bank.

Menurut Kasmir (2011), suku bunga kredit dapat menjadi pemasukan suatu

bank dalam menyalurkan kredit sebagai balas jasa yang ditetapkan oleh bank

yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang melakukan kredit.

Suku bunga kredit yang meningkat dapat memperburuk kualitas dari pinjaman.

Debitur akan kesulitan membayar pinjamannya karena biaya hutang yang semakin

tinggi. Dengan begitu, bisa dikatakan jika peningkatan suku bunga juga akan

meningkatkan NPL kredit perbankan. Adeola dan Ikpesu (2017) mengemukakan

bahwa tingkat suku bunga berpengaruh signifikan positif terhadap NPL. Hal

tersebut bertentangan dengan penelitian Aisha dan Prasetya (2012) menunjukkan

tingkat bunga kredit tidak memiliki pengaruh terhadap NPL.

Dalam bahasa Belanda istilahnya “vertrouwen”, dalam bahasa Inggris

“believe” atau “trust” atau “confidence”, yang semuanya berarti percaya. Kredit

yang disediakan oleh pihak bank seringkali menjadi pilihan apabila kebutuhan

akan dana terus bertambah. Dalam hal ini, pihak yang sering memanfaatkan

sistem kredit bank yaitu pelaku bisnis yang membutuhkan dana lebih untuk

perluasan atau pengembangan bisnisnya. Selain itu, tak sedikit dari skala rumah

tangga yang juga ikut memanfaatkan sistem kredit dari bank untuk memenuhi

kebutuhan konsumtifnya. Permintaan kredit terhadap pihak bank diketahui telah

mendominasi kegiatan alokasi dana bank dengan persentase 70%-80% (Siamat,

2005). Saba et al. (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pertumbuhan

kredit berpengaruh positif terhadap NPL. Sedangkan Bonilla (2012)

mengemukakan bahwa pertumbuhan kredit tidak berpengaruh (tidak signifikan)

terhadap NPL.

Berdasarkan uraian diatas, diketahui jika masih terdapat inkonsisten dari hasil

penelitian-penelitian terdahulu (research gap). Terjadinya research gap

Page 18: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

10

diakibatkan adanya perbedaan tahun penelitian, objek penelitian atau sampel yang

digunakan. Oleh karena itu, penelitian ini perlu dilakukan guna mengetahui

pengaruh PDRB, Inflasi, Suku Bunga Kredit, Pertumbuhan Kredit terhadap NPL

(Non Performing Loan).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, dapat ditetapkan rumusan

masalah sebagai berikut:

Bagaimanakah pengaruh PDRB, InflasI, Suku Bunga Kredit, Kredit Bank Papua

terhadap risiko Kredit Bermasalah pada Bank Papua ?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan penelitian dan pertanyaan penelitian, maka

tujuan penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut:

Untuk mengetahui pengaruh PDRB, Inflasi, Suku Bunga Kredit, Kredit Bank

Papua terhadap risiko Kredit Bermasalah pada Bank Papua.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoretis, berupa referensi riset berikutnya yang terkait dengan PDRB,

Inflasi, Suku Bunga Kredit, Kredit Bank Papua terhadap risiko Kredit

Bermasalah pada Bank Papua.

2. Manfaat Praktis, memberikan informasi mengenai Pengaruh PDRB, InflasI,

Suku Bunga Kredit, Kredit Bank Papua terhadap risiko Kredit Bermasalah

pada Bank Papua sebagai salah satu pertimbangan pengambilan keputusan

sebelum mengambil kredit.

Page 19: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

11

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Perbankan dan Bank

Jenis-jenis perbankan menurut pasal 5 Undang-undang nomor 7 tahun 1992

adalah :

1. Bank Umum, yaitu bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran. (Pasal 1 Undang-undang no.7/1992 tentang perbankan).

2. Bank Pengkreditan Rakyat, yaitu bank yang menerima simpanan hanya

dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lain yang

dipersamakan dengan hal itu. (Pasal 1 Undang-undang no.7/1992 tentang

perbankan) Dalam Undang-undang nomor 21 tahun 2008 pasal 1

memberikan penjelasan dan pengertian antara lain sebagai berikut :

a. Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut

tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencangkup

kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

melaksanakan kegiatan usahanya.

b. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat

dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka

meningkatkan taraf hidup rakyat.

c. Bank Konvensional adalah bank yang menjalankan kegiatan

usahanya secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri

atas Bank Umum Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat.

d. Bank Umum Konvensional adalah Bank Konvensionak yang dalam

kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Page 20: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

12

e. Bank Perkreditan Rakyat adalah Bank Konvensional yang dalam

kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

f. Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya

berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank

Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

g. Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

h. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang

dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran.

i. Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit kerja dari kantor pusat Bank

Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk, dari

kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan

Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank

yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan

usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk

dari kantor cabang pembantu syariah dan atau unit syariah.

Sektor perbankan memegang peranan penting dalam menunjang

pelaksanaan pembangunan nasional. Sesuai dengan UU No.7 Tahun 1992

tentang Perbankan sebagaimana telah disesuaikan dalam UU No. 10 Tahun 1998

bahwa perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan

nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan

stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

Sebagai salah satu lembaga yang menjadi penggerak roda perekonomian

negara, bank memiliki fungsi utama yaitu sebagai perantara keuangan antara

pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak yang membutuhkan dana

(Adeloa & Ikpesu, 2017).

Page 21: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

13

2.1.1 Kredit bermasalah (Non Performing Loan)

Kredit bermasalah (Non Performing Loan) merupakan suatu keadaan di mana

nasabah sudah tidak bisa membayar sebagian hingga seluruh kewajibannya

kepada pihak bank seperti yang sudah dijanjikan sebelumnya (Mudrajad dan

Suhardjono, 2002). Penggolongan kredit ke dalam tingkat kolektibilitas kredit

tertentu didasarkan pada kriteria kualitatif dan kuantitatif. Kriteria penilaian

kolektibilitas secara kualitatif didasarkan pada prospek usaha debitur dan kondisi

keuangan usaha debitur. Sedangkan penilaian kolektibilitas secara kuantitatif

didasarkan pada keadaan pembayaran kredit oleh nasabah yang tercermin dalam

catatan pembukuan bank yang mencangkup ketepatan pembayaran pokok, bunga

atau kewajiban lain. Pada masing-masing rekening pinjaman terdapat data historis

(past performance) yang digunakan sebagai alat untuk menilai pembayaran. Data

historis akan dibandingkan dengan standar sistem penilaian kolektibilitas,

sehingga dapat ditentukan kolektibilitas dari suatu rekening pinjaman.

Menurut Sutoyo (1997), suatu kredit dapat dikategorikan dalam kredit

bermasalah apabila:

1. Terjadi keterlambatan pembayaran bunga dan/atau kredit induk lebih dari

90 hari semenjak tanggal jatuh tempo

2. Tidak dilunasi sama sekali, atau

3. Diperlukan negosiasi kembali atas syarat pembayaran kembali kredit dan

bunga yang tercantum dalam pemberian kredit

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor:7/2/PBI/2005 Tentang Penilaian

Kualitas Aktiva Bank Umum, jika ditinjau dari segi kualitas kredit, maka kredit

dibagi menjadi 5 tingkatan, yaitu:

1. Lancar (pass), dengan kriteria sebagai berikut:

a. Angsuran pokok dan/atau bunga dibayar tepat waktu; dan

Page 22: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

14

b. Memiliki mutasi rekening yang aktif; atau

c. Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral)

2. Dalam Perhatian Khusus (special mention), dengan kriteria sebagai

berikut:

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang belum

melampaui 90 hari; atau

b. Kadang-kadang terjadi cerukan; atau

c. Mutasi rekening relatif aktif; atau

d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan;

atau

e. Didukung oleh pinjaman baru

3. Kurang Lancar (Substandard), dengan kriteria sebagai berikut:

a. Angsuran pokok dan/atau bunga menunggak hingga lebih dari 90

hari; atau

b. Sering terjadi cerukan; atau

c. Frekuensi rekening relatf rendah; atau

d. Terjadi pelanggaran kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari;

atau

e. Ada indikasi masalah keuangan debitur; atau

f. Dokumentasi pinjaman lemah

4. Diragukan (doubtful). Dengan kriteria sebagai berikut:

a. Angsuran pokok dan/atau bunga telah menunggak hingga lebih 180

hari; atau

b. Cerukan yang terjadi bersifat permanen; atau

c. Wanprestasi terjadi lebih dari 180 hari; atau

d. Terjadi kapitalisasi bunga; atau

Page 23: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

15

e. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit

maupun pengikatan jaminan.

5. Macet (loss)

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah

melampaui 270 hari.

b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru.

c. Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat

dicairkan pada nilai wajar.

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kredit Bermasalah

Dendawijaya (2001), menyebutkan untuk mengurangi kemungkinan

terjadinya kredit bermasalah, maka perlu diadakan sistem “pengenalan diri” secara

sistematis berupa daftar kejadian atau gejala yang dapat menyebabkan kredit

menjadi bermasalah. Gejala tersebut terjadi karena faktor eksternal seperti

keadaan ekonomi secara makro yang tercermin dalam tingkat Gross Domestic

Product dan juga tingkat inflasi, kenaikan nilai tukar US dolar terhadap rupiah yang

menaikkan harga pokok produk/jasa, kebijakan pemerintah, dan sebagainya.

2.2.1 Pengaruh PDRB terhadap Kredit Bermasalah

Menurut Ahmad dan Bashir (2013), pertumbuhan PDRB (Produk Domestik

Regional Bruto) menunjukkan peningkatan income individu dan perusahaan Pada

suatu wilayah regional, oleh karena itu kemampuan untuk membayar hutang

meningkat dan dampaknya NPL menurun. Sebaliknya penurunan PDRB

menunjukkan income individu dan perusahaan yang menurun, sehingga

kemampuan untuk membayar hutang juga menurun dan NPL mengalami

peningkatan.

Page 24: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

16

Dikarenakan PDRB adalah termasuk faktor makroekonomi, maka penulis

berasumsi bahwa PDRB dapat disamakan oleh Pendapatan Domestik Bruto atau

sering disebut Growth Domestic Product (GDP). Dengan asumsi tersebut maka

dapat ditelusuri beberapa penelitian terdahulu yang menggunakan Growth

Domestic Product sebagai indikator pengukuran Non Performing Loan suatu bank.

Penelitian yang dilakukan oleh Festić dan Bekő (2008), Bofondi dan Ropele

(2011), serta Ahmad dan Bashir (2013) mengemukakan bahwa pertumbuhan PDB

berpengaruh negatif terhadap NPL.

2.2.2 Pengaruh Inflasi terhadap Kredit Bermasalah

Inflasi mempengaruhi kegiatan ekonomi secara makro maupun mikro

termasuk kegiatan investasi. Inflasi juga menjadi penyebab turunnya daya beli

masyarakat yang berakibat pada penurunan penjualan dan berdampak pula pada

penurunan hasil pendapatan perusahaan.

Ketika terjadi inflasi dimana terjadi kenaikan harga secara terus-menerus,

daya beli masyarakat akan menurun karena nilai uang terus tergerus inflasi. Hal

ini menyebabkan turunnya penjualan dan kondisi dunia usaha atau bisnis pun

melemah. Kondisi tersebut menyebabkan nasabah perbankan mengalami

kesulitan untuk mengembalikan kreditnya, sehingga NPL perbankan meningkat.

Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan (Arijanto, 2010: 82).

2.2.3 Pengaruh Suku Bunga terhadap Kredit Bermasalah

Sutojo (2000) mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat risiko kredit maka

semakin tinggi juga tingkat suku bunga kredit yang diminta bank. Hal ini

disebabkan karena kreditur harus mempunyai cadangan untuk menutup risiko

kredit yang berisiko tinggi dibandingkan dengan kredit dengan risiko normal. Risiko

bunga muncul bilamana biaya dana di pasar uang naik lebih tinggi dari suku bunga

yang dibebankan kepada debitur sehingga terjadi mismatch pricing, yaitu tidak

Page 25: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

17

cocokan antara biaya dana yang harus di bayar bank dan suku bunga kredit yang

mereka bebankan kepada debitur.

Dengan begitu dapat diartikan sesuai dengan pernyataan Mankiw (2003)

Naiknya suku bunga akan menambah beban kepada debitur untuk membayar sisa

kreditnya, hal ini akan meningkatkan risiko kredit macet. Peningkatan suku bunga

juga menyebabkan penurunan daya beli masyarakat yang berakibat pada

penurunan penjualan. Penurunan penjualan yang terjadi dapat menurunkan return

perusahaan. Penurunan return yang terjadi akan mempengaruhi kemampuan

perusahaan dalam membayar angsuran kredit. Pembayaran angsuran yang

semakin tidak tepat menimbulkan kualitas kredit semakin buruk bahkan terjadi

kredit macet (Taswan, 2006)

2.2.4 Pengaruh Pertumbuhan Kredit terhadap Kredit Bermasalah

Pertumbuhan kredit menunjukkan peningkatan atau penurunan jumlah

seluruh kredit yang dipinjam dari waktu ke waktu (biasanya dalam bentuk

persentase). Utari, et al. (2012) menyatakan bahwa pertumbuhan kredit yang

tinggi merupakan fenomena umum yang normal sebagai akibat dari peningkatan

financial deepening yang terjadi dalam perekonomian. Memanasnya

perekonomian karena pertumbuhan permintaan agregat di atas output potensial

dapat diakibatkan oleh peningkatan kredit khususnya kredit konsumsi. Selama

periode ekspansi sektor perbankan cenderung memiliki ekspektasi yang terlalu

optimis pada kemampuan membayar nasabah dan akibatnya kurang hati-hati

dalam memberikan kredit kepada golongan berisiko tinggi. Sebagai akibatnya

terjadi penumpukan pinjaman yang berpotensi menjadi bad loans pada periode

ekonomi kontraksi.

Page 26: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

18

2.3 Penelitian Terdahulu

Adeola dan Ikpesu (2017), meneliti faktor-faktor penentu ekonomi mikro dari

kredit bermasalah di Nigeria, dengan menggunakan data time series untuk periode

2005 sampai 2014 yang disusun dari Buletin Statistik Bank Sentral Nigeria, laporan

tahunan Lembaga Penjamin Simpanan Nigeria, Indikator Pembangunan Bank

Dunia dan Statistik Keuangan Internasional. Pilihan periode 2005 sampai 2014

didasarkan pada fakta bahwa jumlah bank di Nigeria berkurang dari 89 menjadi 25

pada tahun 2005 karena pelatihan rekapitalisasi perbankan yang diprakarsai oleh

CBN yang menyebabkan konsolidasi bank. Variabel dependen yang digunakan

dalam penelitian ini adalah non-performing loan (NPL). Variabel bebas adalah

tingkat pertumbuhan produk domestik bruto (PDBGR), inflasi (INF), suku bunga

pinjaman (lending rate / LR), nilai tukar (ER), jumlah uang beredar untuk produk

domestik bruto (M2GDP), dan tingkat pengangguran (UR). Hasil dari hasil regresi

menunjukkan bahwa GDPGR memiliki hubungan positif dengan NPL. Hasilnya

juga mengungkapkan bahwa INF dan ER memiliki hubungan positif dengan NPL

sedangkan LR, M2GDP, dan UR memiliki hubungan positif dan signifikan dengan

NPL. Dari enam variabel ekonomi mikro yang digunakan dalam penelitian ini,

dapat diamati bahwa hanya LR, M2GDP, dan UR yang menentukan NPL di Nigeria

sementara GDPGR, INF, dan ER memiliki hubungan positif dengan NPL namun

tidak mempengaruhi atau menentukan NPL di Nigeria.

Bofondi dan Ropele (2011), mempelajari tentang keadaan ekonomi mikro

sebagai faktor penentu utama dari kualitas kredit perbankan di Italia selama

periode 1990 Q1 – 2010 Q2. Dengan melakukan analisis terpisah untuk rumah

tangga dan perusahaan melalui regresi time series persamaan tunggal yang

memetakan satu set indikator ekonomi mikro menjadi ukuran kualitas kredit bank.

Kemudian untuk menilai kekuatan prediksi dari model ini dilakukan perkiraan out-

of -sample rekursif, sehingga dapat mengidentifikasi spesifikasi berkinerja terbaik.

Page 27: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

19

Dalam penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah rasio NBL (New

Bad Loans). Sedangkan variabel independen yang digunakan adalah

pertumbuhan GDP, unemployment rate, interest rate, rasio beban bunga bersih

terhadap laba usaha kotor, leverage, durables consumption, investment, inflation

rate, M3, disposable income, house price index, stock price index, slope dari yield

curve. Pengujian pada penelitian ini menggunakan metode ordinary least square.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio NBL untuk rumah tangga berbanding

terbalik dengan GDP growth dan house price index, namun berhubungan positif

dengan unemployment rate dan interest rate. Untuk perusahaan, NBL berkorelasi

positif dengan unemployment rate dan rasio beban bunga bersih terhadap laba

usaha kotor, dan berhubungan terbalik dengan tingkat pertumbuhan tahunan

konsumsi barang tahan lama.

Yulita (2014), membahas NPL (Non Performing Loan) sebagai salah satu

penyebab utama dari krisis pada sektor ini. Memburuknya rasio NPL menunjukkan

terjadinya penurunan kualitas portofolio kredit. Hal tersebut dapat disebabkan oleh

risiko sistemik yang timbul dari berbagai faktor ekonomi mikro. Studi ini bertujuan

untuk menganalisis pengaruh faktor ekonomi mikro terhadap rasio NPL bank

umum di Indonesia. Pengujian hipotesis menggunakan pertumbuhan GDP, BI rate,

nilai tukar, pertumbuhan ekspor dan pertumbuhan total kredit sebagai variabel

independen dan rasio NPL sebagai variabel dependen. Regresi linier berganda

dipilih dalam penelitian ini untuk menguji kekuatan penjelas dari variabel ekonomi

mikro sebagai determinan dari NPL. Penelitian ini menggunakan data time series

dari rasio NPL dan kelima variabel ekonomi mikro selama periode Januari 2008

sampai dengan Desember 2012. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya

pengaruh positif yang signifikan antara BI rate terhadap NPL dan nilai tukar

terhadap NPL, sedangkan pertumbuhan total kredit berpengaruh secara signifikan

negatif terhadap NPL. Hasil estimasi regresi menunjukkan kemampuan prediksi

Page 28: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

20

model 69,9% sedangkan 30,1% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain di luar model

yang belum tercakup dalam penelitian ini.

Saba et. al. (2012) menganalisis sensitivitas dari NPL terhadap indikator

ekonomi mikro di US, Amerika dengan menggunakan data time series dari tahun

1984 sampai dengan 2010. Penelitian ini menggunakan rasio NPL sebagai

variabel dependen. Sedangkan variabel independen yang digunakan adalah Real

GDP per kapita, Tingkat Suku Bunga dan Total Loans. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa Secara statistik ketiga variabel signifikan, dimana real GDP

per kapita dan tingkat suku bunga menunjukkan hubungan negatif, sementara total

loans menunjukkan hubungan positif. Namun, secara matematis hanya variabel

tingkat suku bunga yang signifikan.

Bonilla dan Renov (2012) menganalisis determinan ekonomi makro dari NPL

dengan menggunakan data dari periode Januari 2004 sampai dengan Maret 2012.

Analisis akan dilakukan secara terpisah antara Spanyol dan Italia dengan

mempertimbangkan bahwa kedua Negara tersebut memiliki kredit macet dalam

jumlah besar diantara Negara-negara Eropa seiring dengan memburuknya

indikator ekonomi makro beberapa tahun belakangan ini. Penelitian ini

menggunakan rasio NPL sebagai variabel dependen dan GDP, pertumbuhan

kredit, upah, inflasi serta tingkat pengangguran sebagai variabel independennya.

Dengan menggunakan metode ordinary least square, penelitian ini menghasilkan

variabel ekonomi mikro di kedua negara menjadi determinan yang kuat dari NPL.

Namun, dari kelima variabel hanya tingkat pengangguran, upah dan GDP yang

secara statistik signifikan. Variabel GDP berpengaruh negatif di Spanyol dan

berpengaruh negatif di Italia. Sedangkan, variabel tingkat pengangguran

berpengaruh positif kuat di kedua negara.

Ina Aisha dan Ferry Prasetya (2012) menunjukkan keterkaitan variabel

makroekonomi regional terhadap Risiko Kredit. Variabel dependennya adalah Non

Page 29: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

21

Performing Loan (NPL) sedangkan variabel independennya adalah Inflasi, tingkat

bunga kredit, dan pertumbuhan ekonomi. Hasil yang diperoleh dari penelitian

tersebut adalah pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap NPL, tetapi

inflasi dan tingkat bunga kredit tidak memiliki pengaruh terhadap NPL.

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu

No. Judul / Penulis Variabel Metodologi Hasil/Kesimpulan

1 Judul : Macroeconomic Determinants Of Non-Performing Loans In Nigeria: An Empirical Analysis (2017) Pengarang : Ogechi Adeola Fredrick Ikpesu

-NPL -GDPGR -Inflasi -Lending Rate

(LR) -Exchange Rate (ER) -M2GDP -Unemployment Rate (UNPR)

Jenis data: Sekunder Teknik Analisis Data: Ordinary Least Square

Dari enam variabel ekonomi makro yang digunakan dalam penelitian ini, dapat diamati bahwa hanya LR, M2GDP, dan UR yang menentukan NPL di Nigeria sementara GDPGR, INF, dan ER memiliki hubungan positif dengan NPL namun tidak mempengaruhi atau menentukan NPL di Nigeria.

2 Judul : Macroeconomic Determinants of Bad Loans: Evidence From Itakian Banks Tahun 2011 Pengarang : Marcello Bofondi & Tiziano Ropele

Variabel Independen : GDP growth, unemployment rate, interest rate, rasio beban bunga bersih terhadap laba usaha kotor, leverage, durables consumption, investment, inflation rate, M3, disposable income, house price index, stock price index, slope dari yield curve. Variabel

Ordinary Least Square

Rasio NBL untuk rumah tangga berbanding terbalik dengan GDP growth dan house price index, namun berhubungan positif dengan unemployment rate dan interest rate. Untuk perusahaan, NBL berkorelasi positif dengan unemployment rate dan rasio beban bunga bersih terhadap laba usaha kotor, dan berhubungan

Page 30: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

22

Dependen : NBL (New Bad Loans ratio)

terbalik dengan tingkat pertumbuhan tahunan konsumsi barang tahan lama

3 Judul: Analisis Pengaruh Faktor Ekonomi mikro Terhadap Tingkat Kredit Bermasalah Pada Bank Umum Di Indonesia Tahun: 2014 Pengarang : Anatia Yulita

-GDP -Tingkat Suku Bunga -Nilai Tukar - Pertumbuhan ekspor -Pertumbuhan Kredit -NPL

Jenis Data: Data Sekunder Teknik Analisis Data: Analisis Regresi Berganda

Hasil penelitian membuktikan hubungan positif antara BI Rate dengan NPL dan nilai tukar dengan NPL, sedangkan pertumbuhan total pinjaman secara signifikan negatif terkait dengan NPL. Hasil estimasi regresi menunjukkan kemampuan Prediksi model adalah 69,9% sedangkan sisanya 30,1% dipengaruhi oleh faktor lainnya di luar model yang belum dimasukkan dalam penelitian.

4 Judul: Determinants of Non-Performing Loans: Case of US Banking Sector Tahun: 2012 Irum Saba, Pengarang: Rehana Kouser & Muhammad Azeem

Variabel Independen : Real GDP per Capita, Tingkat Suku Bunga dan Total Loans. Variabel

Depende: NPL

Data sekunder Ordinary Least Square (Regresi Berganda)

Secara statistik ketiga variabel signifikan, dimana real GDP per kapita dan tingkat suku bunga menunjukkan hubungan negatif, sementara total loans menunjukkan hubungan positif. Namun, secara matematis hanya variabel tingkat suku bunga yang signifikan.

5 Judul: Macroeconomic Determinants of the Non- Performing

Variabel Independen: GDP, pertumbuhan kredit, upah, inflasi dan

Ordinary Least Square

Di kedua negara, variabel ekonomi makro Menjadi determinan yang kuat dari NPL. Namun, dari

Page 31: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

23

Loans in Spain and Italy Tahun: 2012 Pengarang: Carlos Andres Olaya Bonilla

tingkat pengangguran Variabel Dependen: NPL

kelima variabel hanya tingkat pengangguran, upah dan GDP yang secara statistik signifikan. Variabel GDP berpengaruh negatif di Spanyol dan berpengaruh negatif di Italia. Sedangkan, variabel tingkat pengangguran berpengaruh positif kuat di kedua negara.

6 Keterkaitan Variabel Makroekonomi Regional terhadap Risiko Kredit. Tahun :2012 Pengarang : Ina Aisha dan Ferry Prasetya

Independen : inflasi, Tingkat Bunga Kredit, dan Pertumbuhan Ekonomi. Dependen: Non Performing Loan

Vector Error Correction Model (VECM)

Pertumbuhan Ekonomi memiliki Pengaruh negatif terhadap NPL, Sedangkan inflasi dan tingkat bunga kredit tidak memiliki pengaruh terhadap NPL

2.4 kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep dari penelitian ini ditunjukkan pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

sumber: Peneliti, 2018

PDRB

(X1)

Inflasi

(X2)

Suku Bunga

Kredit

(X3)

Pertumbuhan

Kredit

(X4)

NPL Bank

Papua

Page 32: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

24

2.5 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, tujuan penelitian, rumusan masalah yang

diajukan, dan kajian mengenai kerangka pemikiran penelitian terdahulu, sehingga

dapat diajukan hipotesis kerja sebagai berikut :

1. H1 : Pertumbuhan GDP berpengaruh negatif terhadap NPL

2. H2 : Inflasi berpengaruh positif terhadap NPL

3. H3 : Tingkat suku bunga kredit berpengaruh positif terhadap NPL

4. H4 : Pertumbuhan Kredit berpengaruh Positif terhadap NPL

Page 33: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

25

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor ekonomi makro terhadap

Kredit bermasalah (Studi Kasus di Bank Papua). Penelitian menggunakan data

dengan runtut waktu untuk melakukan perhitungan pengaruh faktor ekonomi

makro terhadap NPL di Bank Papua. Sehingga penelitian ini sesuai menggunakan

pendekatan kuantitatif. Namun hasil penelitian akan menggunakan bahasa yang

dapat dimengerti oleh pembaca.

Adapun variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, NPL (Y),

variabel ekonomi makro berupa, GDP (Gross Domestik Product) (X1), Inflasi (X2),

Suku Bunga Kredit (X3), Pertumbuhan Kredit (X4).

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif, dimana penelitian

ilmiah ini bersifat sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta

hubungan-hubungannya. Sesuai dengan karakteristik utama yang di nyatakan

oleh Cresswel (2012) :

1. menggambarkan masalah penelitian melalui deskripsi kecenderungan atau

kebutuhan untuk penjelasan tentang hubungan antar variabel

2. memberikan peran penting bagi literatur yang menunjukkan pertanyaan

penelitian yang akan diajukan dan membenarkan masalah penelitian dan

mengarahkan (pernyataan tujuan dan hipotesis pertanyaan penelitian) dari

studi tersebut

3. membuat pernyataan tujuan, pertanyaan penelitian, dan hipotesis yang

spesifik, sempit, terukur, dan dapat diamati

4. mengumpulkan data numerik sebanyak - banyaknya menggunakan

instrumen penelitian dari rumusan masalah penelitian

Page 34: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

26

5. menganalisis kecenderungan, membandingkan kelompok, atau

menghubungkan variabel menggunakan analisis statistik, dan

menginterpretasikan hasilnya dengan membandingkannya dengan

prediksi sebelumnya dan penelitian terdahulu

6. menulis laporan penelitian menggunakan standar, struktur tetap dan

kriteria evaluasi, dan mengambil pendekatan yang obyektif dan tidak bias.

Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder dikarenakan

peneliti memperolehnya dari pihak lain secara tidak langsung seperti hasil

publikasi Bank Indonesia (BI), Bank Papua, Badan Pusat Statistik (BPS) dan

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui website resminya. Adapun website-website

lainnya yang juga membantu peneliti dalam mengumpulkan data.

3.2 Penentuan Populasi dan Sampel

Dalam penentuan populasi dan sampel dari penelitian ini, peneliti lebih

cenderung menggunakan data time series yang menggunakan jangka waktu

tertentu dan perbedaan. Pada penelitian ini populasi yang dipilih oleh peneliti

adalah seluruh data tentang NPL (Non Performing Loan) Bank Papua, PDRB

(Produk Domestik Regional Bruto), Inflasi, Suku Bunga Kredit, Pertumbuhan Kredit

Bank Papua.

Sampel adalah bagian yang menjadi obyek yang sesungguhnya dari

penelitian tersebut. Data yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini

adalah data NPL, GDP, Inflasi, Suku Bunga Kredit, Pertumbuhan Kredit Bank

Papua. Data ini berbentuk data tahunan variabel mulai dari tahun 2012 triwulan III

sampai dengan 2017 triwulan II.

Page 35: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

27

3.3 Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini variabel-variabel yang digunakan adalah variabel terikat

atau dependent variable (Y) dan variabel bebas atau Independent variable (X).

Berikut penjelasan variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini:

3.3.1 Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi

oleh variabel independen atau variabel yang diduga akibat (presumed effect

variable) dari variabel independen (Indriantoro dan Supomo, 2009). Variabel

dependen dalam penelitian ini adalah NPL (Non Performing Loan). Data yang

digunakan adalah data NPL, yang rasio kredit bermasalah di Indonesia. Data

diambil dari website resmi Bank Indonesia berupa data dari tahun 2008 sampai

tahun 2017.

3.3.2 Variabel Independen

Variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau

mempengaruhi variabel lain atau variabel yang diduga sebagai sebab (presumed

cause variable) dari variabel independen (Indriantoro dan Supomo, 2009). Variabel

independen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)

PDRB adalah jumlah produksi berupa barang dan juga jasa yang dihasilkan

di suatu daerah tertentu dan dapat dijadikan sebagai indikator maju, mundur, atau

stagnannya perekonomian sebuah negara sehingga sering dijadikan tolak ukur

pertumbuhan ekonomi dari sebuah negara (Ali 2017). Data diambil dari website

resmi Bank Indonesia mulai dari tahun 2012 triwulan III sampai dengan tahun 2017

triwulan II.

2. Inflasi

Page 36: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

28

Kamus Bahasa Inggris American Heritage edisi Ke-IV, tertulis di sana

bahwa inflasi ialah peningkatan secara terus-menerus di tingkat harga konsumen

atau penurunan secara terus-menerus dalam daya beli uang, hal tersebut

disebabkan oleh adanya peningkatan mata uang yang tersedia dan kredit di luar

proporsi barang dan jasa yang tersedia. Inflasi menurut Bambang dan Aristanti

(2007) adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus menerus yang

akan mengakibatkan menurunnya daya beli masyarakat dikarenakan terjadi

penurunan tingkat pendapatan. Data diambil dari website resmi Bank Indonesia

dari tahun 2012 triwulan III sampai dengan tahun 2017 triwulan II.

3. Suku Bunga Kredit

Suku bunga menurut Yulia (2014) dapat diartikan sebagai biaya atas

pinjaman sejumlah uang. Penetapan suku bunga kredit dilakukan berdasarkan risk

based pricing (RBP). Penetapan bunga kredit atas dasar RBP mempertimbangkan

berbagai unsur, diantaranya unsur biaya dana masyarakat, biaya premi resiko,

biaya regulasi Giro Wajib Minimum (GWM), dan biaya over head baik untuk

penghimpunan dana dan proses kredit, biaya modal dan margin keuntungan bank.

Data diambil dari website Bank Indonesia berupa data bulanan mulai dari tahun

2012 triwulan III sampai dengan 2017 triwulan II.

4. Pertumbuhan Kredit

Pertumbuhan kredit merupakan pertumbuhan total kredit yang diberikan

kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit kepada bank lain). Pertumbuhan kredit

dihitung dengan cara mengurangi total kredit pada periode tertentu dengan total

kredit pada periode sebelumnya, kemudian dibagi dengan total kredit pada periode

sebelumnya. Data diambil dari Statistik Perbankan Indonesia berupa data bulanan

mulai dari Januari 2012 triwulan III sampai dengan Desember 2017 triwulan II.

Page 37: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

29

Berikut adalah ringkasan variabel – variabel yang digunakan dalam

penelitian ini:

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Operasional Pengukuran Skala

Kredit bermasalah (NPL)

Rasio perbandingan kredit bermasalah

(kredit dengan kualitas kurang lancar,

diragukan dan macet) terhadap total kredit

NPL

=kredit bermasalah

total kredit 100%

Rasio

GDP Pertambahan GDP rill yang berlaku dari

periode ke periode selanjutnya

(GDP Rillm - GDP Rillm-1) / GDP Rillm-1

GDP Rillm = total kredit periode m GDP Rillm-1 = total kredit sebelum periode m

Rasio

Inflasi proses kenaikan harga-harga umum secara

terus menerus

IRn = (𝐼𝐻𝐾 𝑛

𝐼𝐻𝐾 𝑛−1𝑥 100%) −

100%

Rasio

Suku Bunga Kredit

Persentase dari pokok utang yang dibayarkan

sebagai imbal jasa ( bunga ) dalam suatu

periode tertentu

berdasarkan risk based pricing (RBP), dinyatakan

dalam persen

Rasio

Pertumbuhan Kredit

Pertambahan atau peenurunan jumlah kredit dari tahun ke

tahun

Pertumbuhan kredit = total kredit t – Total Kredit t-1 Total Kredit t = Total Kredit periode waktu t Total Kredit t-1 = Total Kredit periode sebelumnya

Rasio

Sumber:

3.4 Metode Analisis

3.4.1 Analisis Data

Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh antara

pertumbuhan GDP, inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar, pengangguran terhadap

kredit bermasalah (NPL). Seberapa besar variabel independen mempengaruhi

variabel dependen dihitung dengan menggunakan persamaan garis regresi

berganda berikut:

Page 38: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

30

NPL (Bank Papua) = α + β1 GDP + β2 Inflasi + β3 Suku Bunga Kredit + β4

Pertumbuhan Kredit

3.4.2 Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan analisis maka harus dilaksanakan uji prasyarat (uji

asumsi klasik) analisis regresi linear berganda yaitu Uji Normalitas, Uji

Heteroskesdastisitas, Uji Multikolinearitas dan Uji Autokorelasi. Setelah

melakukan uji prasyarat dan hasil uji prasyarat menunjukkan hal yang bagus maka

bisa dilajut dengan melakukan analisis regresi.

3.4.2.1 Uji Normalitas

Ghozali (2013) menjelaskan bahwa uji normalitas bertujuan untuk menguji

apakah variabel pengganggu atau residual dari model regresi memiliki distribusi

normal atau tidak, karena uji t dan uji f menggunakan asumsi variabel pengganggu

atau nilai residual berdistribusi normal.

Pengujian normalitas residual dapat dilakukan dengan menganalisis grafik

maupun uji statistik, karena analisis grafik dapat menyesatkan apabila digunakan

untuk melihat jumlah sampel yang kecil maka peneliti menggunakan uji statistik

untuk melihat normalitas data. Menurut Ghozali (2013) salah satu uji statistik yang

dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik

nonparametik Kolmogorov-Smirnov (K-S) yang dilakukan dengan membuat

hipotesis:

H0 : Data residual berdistribusi normal

H1 : Data residual tidak berdistribusi normal.

3.4.2.2 Uji Heterokedastisitas

Model regresi yang baik adalah yang homokesdastisitas yaitu keadaan

dimana variance dari residual suatu pengamatan sama dengan variance dari

Page 39: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

31

residual pengamatan lain. Apabila variance dari residual suatu pengamatan

berbeda dengan variance dari residual pengamatan lain model regresi dikatakan

heteroskedastisitas. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya

heteroskedastisitas. Salah satunya dengan uji glejser, uji glejser dilakukan dengan

cara meregresikan nilai absolut residual dengan variabel independen. Setelah

didapatkan hasil regresi, dilihat nilai signifikansi seluruh variabel independen, jika

tingkat signifikansinya lebih dari 0,05 maka tidak terjadi masalah

heteroskedastisitas (Ghozali, 2013).

3.4.2.3 Uji Multikolinearitas

Prasyarat pengujian model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas atau

hubungan linear antar variabel independen. Ghozali (2013) menyebutkan ada

beberapa metode pengujian yang bisa digunakan diantaranya yaitu:

1. Menganalisis matrik korelasi variabel independen. Indikasi terjadinya

multikolinearitas dapat dilihat dari korelasi antar variabel dependen yang cukup

tinggi ( umumnya diatas 0,90).

2. Melihat nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor). Apabila nilai tolerance

kurang dari 0,1 dan nilai VIF lebih dari 10, maka model regresi terindikasi

mengalami multikolinearitas.

3.4.2.4 Uji Autokorelasi

Prasyarat pengujian model regresi adalah tidak adanya autokorelasi atau

hubungan yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan

pengamatan lain pada model regresi. Ghozali (2013) menyebutkan ada beberapa

metode pengujian yang biasa digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

autokorelasi,salah satunya adalah uji Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan

sebagai berikut:

Page 40: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

32

1. Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka dapat disimpulkan

bahwa terdapat autokorelasi.

2. Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada

autokorelasi.

3. Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka pengujian

tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.

Tabel 3 2 Durbin Watson d test Pengambilan Keputusan

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl

Tidak ada autokorelasi positif No decision dl =< d =<du

Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4

Tidak ada korelasi negatif No decision 4- du =< 4 =< 4 - dl

Tidak ada autokorelasi positif atau negatif Tidak ditolak du < d < 4 – du Sumber: Ghozali, 2013

3.5 Uji Hipotesis

3.5.1 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dapat menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien

determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan

variabel – variabel dependen sangat terbatas dalam menjelaskan variasi variabel

independen. Nilai yang mendekati satu berarti variabel -variabel dependen

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

variabel independen (ghozali, 2011).

Nilai determinasi yang digunakan pada penelitian ini adalah nilai adjusted R2.

Digunakannya nilai tersebut karena pada saat mengevaluasi model regresi dapat

naik atau turun apabila ditambah satu variabel dependen ke dalam model. Dalam

kenyataan nilai dari adjusted R2 dapat bernilai ngatif. walaupun yang dikehendaki

harus bernilai positif.

Page 41: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

33

3.5.2 Uji F (Pengujian Signifikasi Simultan)

Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau

bebas yang dimasukkan ke dalam model mempunyai pengaruh secara bersama

– sama terhadap variabel depeden atau terikat (Ghozali, 2011). Pada pengujian

ini menggunakan tingkat signifikasi < α 0,05. Hipotesis yang diuji :

1. H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = 0, artinya secara bersama variabel Independen tidak

berpengaruh signifikan terhadap Variabel dependen.

2. Ha: minimal ada satu b yang berbeda dari 0, artinya variabel independen

secara bersama – sama berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen.

Kaidah pengambilan keputusan adalah:

1. Apabila nilai probabilitas (p) F < α = (5%), maka hipotesis nol (H0) ditolak.

2. Apabila nilai probabilitas (p) F > α = (5%), maka hipotesis nol (H0) diterima.

3.5.3. Uji t (Pengujian Signifikasi Parsial)

Uji t pada dasarnya menerangkan sejauh mana variabel independen atau

bebas secara individu mampu menerangkan variabel dependen atau terikat

(Ghozali, 2011). Pengujian hipotesis ini juga menggunakan signifikasi sebesar 5%.

Kaidah pengambilan keputusan : jika nilai t statistik > t tabel, maka H0 ditolak

dan H1 diterima. Dengan kata lain, terdapat hubungan antara variabel dependen

dan variabel independen. Sebaliknya, jika t stat. < dari t tabel maka H0 diterima

dan H1 ditolak. Tidak terdapat hubungan antara variabel dependen dengan

variabel independen.

Page 42: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

34

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Pada penelitian ini populasi yang dipilih oleh peneliti adalah seluruh data

tentang NPL (Non Performing Loan) Bank Papua, PDRB (Produk Domestik

Regional Bruto), Inflasi, Suku Bunga Kredit, Pertumbuhan Kredit Bank Papua.

Data yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah data NPL,

GDP, Inflasi, Suku Bunga Kredit, Pertumbuhan Kredit Bank Papua. Data ini

berbentuk data tahunan variabel mulai dari tahun 2012 triwulan III sampai

dengan 2017 triwulan II.

4.1.1 Profil Bank Papua

PT Bank Pembangunan Daerah Papua yang sebelum menjadi Perseroan

Terbatas bernama Bank Pembangunan Daerah Irian Jaya, kemudian sesuai Surat

Keputusan Menteri Keuangan RI No.Kep.283/ DDK/II/1972 tanggal 15 Juli 1972

tentang pemberian izin usaha Bank Pembangunan Daerah Irian Barat

berkedudukan di Jayapura melaksanakan operasional sebagaimana Bank Umum

lainnya dengan modal dasar pertama kali ditetapkan sebesar Rp. 4juta, Pada

Rapat Umum Pemegang Saham terjadi perubahan Modal Dasar Bank Papua yaitu

perubahan dari Rp. 1 Triliun Menjadi Rp. 2 Triliun 20 April 2010.

4.1.2 Visi dan Misi Bank Papua

A. VISI :

“Menjadi”

Mencerminkan arah pengembangan Bank Papua untuk melakukan

transformasi dari Bank Pembangunan Daerah menjadi Bank Umum.

“Bank Komersial”

Page 43: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

35

-Bank Papua sebagai business entity yang dikelola secara profesional

berdasarkan prinsip kehati-hatian dan komersial sehingga dapat menghasilkan

laba yang optimal dan memberikan nilai tambah kepada pemegang sahamnya

melalui deviden.

-Bank Papua akan menyediakan produk-produk perbankan yang bersaing sesuai

dengan target pasarnya.

-Bank Papua akan melayani nasabah individu, UKMK (Usaha Kecil Menengah dan

Koperasi) serta Korporasi termasuk Pemerintah Daerah.

“Kuat”

- Mewujudkan sebagai bank komersial yang sehat memiliki kinerja yang baik dan

memiliki daya tahan terhadap ancaman, baik dari luar maupun dalam sehingga

dapat menjalankan operasional perbankan secara berkelanjutan.

- Dalam menjalankan operasional perbankan Bank Papua akan selalu mengacu

kepada prinsip kehati-hatian, menaati regulasi perbankan dan aturan yang

ditetapkan Bank Indonesia serta melaksanakan prinsip dan praktik good corporate

governance (GCG).

“Unggul”

- Bank Papua akan dikelola secara profesional dengan dukungan SDM dan

teknologi yang tepat dan andal.

- Bank Papua akan mempertahankan posisi sebagai bank terbesar di Papua.

- Bank Papua akan memberikan produk dengan layanan prima lebih baik dari

pesaing.

“Terpercaya”

Bank Papua selalu berusaha untuk dapat memenuhi harapan masyarakat dan

nasabah berdasarkan transparansi kerja, tanggung jawab dan integritas dengan

sikap profesional, sehingga Bank Papua menjadi satu-satunya Institusi terpercaya

dalam pemenuhan kebutuhan para nasabahnya.

Page 44: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

36

B. MISI :

- Membangun kelembagaan yang kuat, tangguh dan berdaya saing tinggi ;

- Mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di daerah;

- Mengelola dana Pemerintah Daerah dan masyarakat serta salah satu sumber

pendapatan asli daerah ;

- Melakukan optimalisasi sebagai konsultan keuangan bagi Pemerintah Daerah

dalam mengelola keuangan daerah ;

- Memberikan pelayanan prima dan kepuasan kepada para nasabah.

4.1.3 Produk-produk Bank Papua

4.1.3.1 Perseorangan

A. Tabungan

a. SIMPEDA (Simpanan Pembangunan Daerah)

b. SIMANJA (Simpanan Aman dan Sejahtera)

c. SIMPEL (Simpanan Pelajar)

d. TABUNGANKU (Tabungan Masa Depanku)

B. Giro

C. Deposito

D. Kredit

a. PUM umum (Pinjaman Usaha Mikro Umum)

b. PUM Mama-mama Papua (Pinjaman Usaha Mikro untuk

Mama-mama Papua)

c. KUR (Kredit Usaha Rakyat)

d. SUP – 005 (Surat Utang Pemerintah 005)

e. Kredit Modal Kerja

f. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi

g. Kredit Kendaraan Bermotor

Page 45: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

37

4.1.3.2 Perusahaan

E. Giro

F. Deposito

G. Kredit

4.2 Hasil Statistik Deskriptif

4.2.1 Perkembangan PDRB Tahun 2012.3 – 2017.2

Gambar 4.1 Perkembangan PDRB tahun 2012.3-2017.2

Sumber: Laporan keuangan yang diolah, 2018

Berdasarkan gambar 4.1 di atas dapat dilihat bahwa PDRB mengalami

fluktuasi. Selama periode 2012-2017 nilai PDRB Papua rata-rata mencapai

2,156% dengan standar deviasi sebesar 10,820%. Nilai PDRB tertinggi terjadi

pada tahun 2016 triwulan III dan nilai PDRB terendah terjadi pada tahun 2017

triwulan I.

-30

-20

-10

0

10

20

30

Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2012 2013 2014 2015 2016 2017

PDRB

rata-rata:2,156Deviasi: 10,820 Min: -26, 76Max: 21,16

Page 46: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

38

4.2.2 Perkembangan Inflasi Tahun 2012.3 – 2017.2

Gambar 4.2 Perkembangan inflasi tahun 2012.3-2017.2

Sumber: Laporan keuangan yang diolah, 2018

Berdasarkan gambar 4.2 di atas dapat dilihat bahwa inflasi mengalami

fluktuasi. Selama periode 2012-2017 nilai rata-rata inflasi mencapai 5,500%

dengan standar deviasi sebesar 1,746%. Nilai inflasi tertinggi terjadi pada tahun

2013 triwulan III dan nilai inflasi terendah terjadi pada tahun 2016 triwulan III.

4.2.3 Perkembangan Suku bunga Kredit Bank Papua Tahun 2012.3 – 2017.2

Gambar 4.3 Perkembangan suku bunga kredit tahun 2012.3-2017.2

Sumber: Laporan keuangan yang diolah, 2018

Berdasarkan gambar 4.3 di atas dapat dilihat bahwa suku bunga kredit

mengalami fluktuasi bertahap. Selama periode 2012-2017 nilai SBK Bank Papua

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2012 2013 2014 2015 2016 2017

inflasi

rata-rata:5,500Deviasi: 1,746Min: 3,02Max: 8,6

11.8

12

12.2

12.4

12.6

12.8

13

13.2

Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2012 2013 2014 2015 2016 2017

SBK

rata-rata:12,660Deviasi: 0,0575 Min: 12,28Max: 12,97

Page 47: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

39

rata-rata mencapai 12,660% dengan standar deviasi sebesar 0,057%. Nilai

tertinggi terjadi pada tahun 2012 triwulan III dan nilai SBK terendah terjadi pada

tahun 2017 triwulan I.

4.3.4 Pertumbuhan Kredit Tahun 2012.2 – 2017.3

Gambar 4.4 Perkembangan suku bunga kredit tahun 2012.3-2017.2

Sumber: Laporan keuangan yang diolah, 2018

Berdasarkan gambar 4.4 di atas dapat dilihat bahwa kredit mengalami

fluktuasi dan menurun secara berkala. Selama periode 2012-2017 nilai kredit Bank

Papua rata-rata mencapai 0,035% dengan standar deviasi sebesar 0,0575%. Nilai

kredit tertinggi terjadi pada tahun 2013 triwulan II dan nilai Kredit terendah terjadi

pada tahun 2017 triwulan II.

4.3 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

4.3.1 Hasil Estimasi

Persamaan regresi linier berganda diperoleh dari kolom coefficients.

Tabel 4.1 Hasil uji

Variabel Coefficients Std. Error T Stat. Prob. Keterangan

(Constant) 136.659 52.884 2.584 0.021 Signifikan

Inflasi -1.168 0.424 -2.758 0.015 Signifikan

PDRB -0.032

0.065 -0.496 0.627 Tidak

Signifikan

-0.1

-0.05

0

0.05

0.1

0.15

0.2

Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2012 2013 2014 2015 2016 2017

kredit

rata-rata:0,035Deviasi: 0,0575 Min: -0,07Max: 0,15

Page 48: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

40

SBK -9.552 4.225 -2.261 0.039 Signifikan

Kredit -59.969 13.281 -4.515 0.0004 Signifikan

Sumber: Laporan keuangan yang diolah, 2018

4.3.2 Uji Asumsi Klasik

A. Uji Normalitas

Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki nilai residual yang

telah distandarisasi dan berdistribusi normal. Apabila nilai residual berdistribusi

normal, nilai yang diperoleh dari model regresi akan konsisten dan tidak bias. Oleh

sebab itu, uji normalitas menggunakan uji Jarque-Bera diperlukan untuk

mendeteksi apakah nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal atau tidak.

Uji normalitas dapat dilihat dengan menggunakan grafik histogram untuk melihat

daerah penyebaran data. Pada pengujian ini dapat dilihat dari nilai probabilitas

Jarque-Bera (J-B) dimana apabila probabilitas Jarque-Bera (J-B) lebih besar dari

α(0.05) maka data berdistribusi normal

Gambar 4.5 Normalitas Jarque-Bera

0

1

2

3

4

5

6

7

-6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6

Series: ResidualsSample 2012Q3 2017Q2Observations 20

Mean -1.55e-14Median -0.275142Maximum 5.407233Minimum -5.249760Std. Dev. 2.730077Skewness -0.077063Kurtosis 2.990313

Jarque-Bera 0.019874Probability 0.990112

Sumber: olahan data eviews, 2018

Berdasarkan hasil uji normalitas dapat dilihat pada gambar 4.5, nilai

probabilitas Jarque-Bera (J-B) sebesar 0.990112 di atas 0,05 maka data telah

terdistribusi normal.

B. Uji Heterokedastisitas

Page 49: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

41

Terjadinya permasalahan heteroskedastisitas akan menyebabkan hasil

perkiraan OLS terhadap interval kepercayaan menjadi tidak dapat dipercaya dan

nilai statistik t menjadi tidak valid. Untuk mengetahui ada tidaknya permasalahan

heterokedastisitas dapat dilihat dari perbandingan Prob (Chi-Square) dengan α

(0.05).Jika Prob (Chi-Square) >α (0.05), maka tidak terjadi heterokedastisitas

dalam model.Jika Prob (Chi-Square) <α (0.05),maka terjadi heterokedastisitas

dalam model.

Berdasarkan output, nilai Prob (Chi-Square) sebesar 0.6015 lebih besar

daripada α=0.05.Dengan kata lain, model tidak terkena masalah

heteroskedastisitas.

C. Uji Multikolinieritas

Multikolinearitas dapat terjadi dalam model regresi apabila terdapat korelasi

yang tinggi atau sempurna di antara variabel independen sehingga nilai parameter

yang BLUE tidak dapat terpenuhi. Terjadinya multikolinearitas dapat

menyebabkan nilai standard error dari koefisien menjadi tidak dipercaya sehingga

hasil uji t tidak valid dan hasil estimasi menjadi tidak efisien. Oleh karena itu, pada

model regresi perlu memenuhi syarat terbebas dari adanya multikolinieritas.

Adanya multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat nilai Variance Inflation

Factor (VIF).Jika nilai VIF lebih dari 10 maka terdapat multikolinearitas dalam

model.

Tabel 4.2 Variance Inflation Factors

Variabel VIF

Inflasi 1.102277

PDRB 1.015738

Suku Bunga Kredit 1.218027

Page 50: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

42

Kredit 1.175234

Sumber: data yang diolah dengan eviews

Berdasarkan hasil uji multikoleniaritas dapat dilihat pada tabel 4.2,

disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas. Dimana seluruh nilai VIF

berada kurang dari 10.

D. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier

ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2011). Untuk mendeteksi

adanya autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin-Watson (D-W test). Berikut

adalah hasil uji Durbin-Watson:

Nilai Probabilitas F sebesar 0,998936 disebut juga sebagai nilai probabilitas

F hitung. Nilai Probabilitas F hitung lebih besar dari tingkat alpha 0,05 (5%),

sehingga berdasarkan uji hipotesis H0 diterima artinya tidak terjadi

autokorelasi. Apabila nilai Probabilitas F hitung lebih besar dari 0,05 dapat

disimpulkan tidak terjadi autokorelasi.

4.3.3 Uji Hipotesis

a. Uji Signifikansi Simultan ( Uji-F)

Pengujian hipotesis uji-F digunakan untuk mengetahui apakah variabel

independen secara besama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.

Tabel 4.3 Hasil Uji F-statistik

F-statistic Prob Keterangan

14.41812 0.000050 Signifikan

Sumber: Eviews, Data Diolah, 2018

Hasil dari pengujian hipotesis secara simultan diperoleh nilai probabilitas

sebesar 0.000050. Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa PDRB,

Page 51: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

43

Inflasi, suku bunga kredit, pertumbuhan kredit secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap kredit macet Bank Papua. Hal ini dapat dilihat

melalui nilai probabilitas yang dimiliki lebih kecil dari tingkat signifikansi yaitu 0.05

(5%).

b. Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)

Uji parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen, seberapa jauh pengaruh satu variabel

independen secara individual mampu menerangkan variabel dependennya. Uji t-

statistik bertujuan untuk melihat seberapa jauh pengaruh masing-masing variabel

independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Dengan

uji t dapat diketahui apakah masing-masing variabel independen mempengaruhi

variabel dependen secara signifikan atau tidak.

Tabel 4.4 Hasil Uji t-statistik

Variabel Koefisien t-stat. Prob Keterangan

PDRB -0.032032 -0.496283 0.6269 Tidak Signifikan

INFLASI -1.168844 -2.758049 0.0146 Signifikan

SBK -9.551995 -2.261007 0.0391 Signifikan

KREDIT -59.96901 -4.515093 0.0004 Signifikan Sumber: Eviews Data Diolah, 2018

Hubungan masing-masing variabel dinyatakan signifikan apabila nilai

probabilitas kurang dari taraf signifikansi yang ditentukan yaitu 5%. Apabila nilai

probabilitas t < 5% maka variabel bebas berpengaruh secara parsial terhadap

variabel terikat.

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa koefisien regresi untuk

variabel PDRB sebesar -0.032032 dengan probabilitas sebesar 0.6269 tidak

signifikan pada taraf nyata 5 persen. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa

variabel indeks berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Kredit Macet

Bank Papua.

Page 52: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

44

Hasil uji t-statistik untuk variabel inflasi memiiki koefisien regresi negatif

sebesar -1.168844 dengan probabilitas sebesar 0.0146 dan signifikan pada taraf

5 persen.Hal ini mengindikasikan bahwa inflasi berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap Kredit Macet Bank Papua. Hal ini mengindikasikan bahwa

semakin besar inflasi yang terjadi maka akan berdampak negatif terhadap kredit

macet Bank Papua dimana kredit macet Bank papua mengalami penurunan.

Hasil uji t-statistik untuk variabel suku bunga kredit memiliki koefisien regresi

negatif sebesar -9.551995 yang signifikan pada taraf 5 persen dengan

probabilitas sebesar 0.0391. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi suku

bunga kredit maka akan berdampak negatif terhadap kredit macet Bank Papua

dimana kredit macet Bank Papua mengalami penuunan.

Sementara itu, untuk variabel Pertumbuhan Kredit memiliki koefisien regresi

negatif sebesar -59.96901 yang signifikan pada taraf 5 persen dengan

probabilitas sebesar 0.0004. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi

pertumbuhan kredit Bank Papua maka akan berdampak negatif terhadap kredit

Macet Bank Papua dimana stabilitas kredit macet Bank Papua mengalami

penurunan

c. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai

koefisien determinasi yang semakin mendekati satu maka variabel independen

yang ada dapat memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variabel dependen. Nilai R2 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5 Koefisien Determinasi (R2)

R Square Adjusted R Square

0.793595 0.738553

Sumber: data olahan mengunakan eviews, 2018

Page 53: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

45

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai adjusted R2 adalah 0,7385. Hal

ini menunjukkan bahwa variasi NPL Bank Papua dapat dijelaskan oleh model

persamaan sebesar 79,4% dengan variabel independen PDRB, inflasi, suku

bunga kredit, pertumbuhan kredit. Sedangkan sisanya sebesar 20,6%

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

4.4 Hasil dan Pembahasan Penelitian

Interpretasi merupakan langkah terakhir, yaitu menafsirkan penemuan-

penemuan berdasarkan hipotesis atau rumusan masalah yang telah dirancang

pada awal penelitian sesuai dengan pernyataan Creswell pada tahun 2016.

Berdasarkan hasil pengujian di atas menunjukkan bahwa PDRB Papua, inflasi,

suku bunga kredit Bank Papua, dan pertumbuhan kredit berpengaruh terhadap

kredit macet Bank Papua. Pada hasil koefisien determinasi diperoleh nilai R

square (R2) sebesar 0,794. Hal ini menunjukkan bahwa PDRB, inflasi, suku bunga

kredit dan pertumbuhan kredit mampu menjelaskan NPL sebesar 79,4% melalui

model persamaan. Sedangkan sisanya 20,6% dijelaskan oleh faktor-faktor lain di

luar penelitian.

Hasil yang ditunjukkan pada penelitian ini didukung dengan penelitian

terdahulu. Penelitian Adeola dan Ikpesu (2017), enam variabel ekonomi makro

yang digunakan dalam penelitian, dapat diamati bahwa hanya LR, M2GDP, dan

UR yang menentukan NPL di Nigeria sementara GDPGR, INF, dan ER memiliki

hubungan positif dengan NPL namun tidak mempengaruhi atau menentukan NPL

di Nigeria. Secara statistik model dari penelitian menunjukkan R2 sebesar

0.992391 menunjukkan bahwa variabel bebas dapat menjelaskan variabel tetap

sebesar 99,2% sementara 0,8% sisanya dijelaskan oleh vaiabel di luar penelitian.

Adapun pengaruh masing-masing variabel independen dijelaskan sebagai berikut:

Page 54: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

46

4.4.1 Pengaruh PDRB terhadap NPL Bank Papua

PDRB merupakan proksi dari pendapatan yang penting dalam pembayaran

kredit bank. PDRB adalah faktor ekonomi makro yang dapat diasumsikan sama

dengan PDB secara fungsional. Hasil pengujian menunjukkan bahwa PDRB tidak

berpengaruh terhadap NPL Bank Papua, dengan nilai sebesar -0.032032 dengan

probabilitas sebesar 0.6269 tidak signifikan pada taraf nyata 5 persen. Hal ini

sejalan dengan penelitian Saba et. al. (2012) yang melakukan penelitian di

Amerika Serikat dengan variabel GDP yang tidak signifikan terhadap NPL. Besar

kecilnya PDRB tidak menentukan besar kecilnya NPL Bank Papua. Hal ini terjadi

karena baik PDRB meningkat ataupun menurun NPL tetap saja mengalami

kenaikan. Seperti penelitian yang dilakukan Soebagio (2005) bahwa diantara

ketiga variabel makroekonomi, GDP pengaruhnya tidak signifikan, sedangkan kurs

dan inflasi memiliki pengaruh positif signifikan terhadap NPL.

Tabel 4.6 Data keuangan PDRB dan NPL Bank Papua

Tahun NPL PDRB NPL PDRB NPL PDRB NPL PDRB

Q1 Q2 Q3 Q4

2012 0,89 0,27 0,84 5,04

2013 0,9 -5,86 1,16 -6,67 1,39 0,58 1,14 14,31

2014 1,37 12,71 2,75 1,07 3,14 6,18 7,33 -3,48

2015 7,46 -1,71 8,66 12,44 10,68 -4,61 9,63 7,37

2016 10,42 -13,79 11,18 7,4 11,8 21,16 15,63 8,23

2017 19,93 -26,76 17,1 9,24 Suber: Laporan keuangan yang diolah, 2018

4.4.2 Pengaruh Inflasi terhadap NPL Bank Papua

Inflasi merupakan rasio yang muncul akibat dari naiknya harga barang secara

bersama. Jika nilai inflasi tinggi maka risiko kredit macet yang disalurkan bank

akan tinggi juga. Sedangkan keuntungan yang diperoleh bank akan menurun.

Munculnya pembiayaan bermasalah dapat menimbulkan kerugian bagi bank.

Kerugian tersebut terjadi karena dana pinjaman tidak kembali dan bank harus

Page 55: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

47

mengeluarkan biaya untuk menutupi kerugian dari pinjaman tersebut, sehingga

akan menurunkan tingkat keuntungan bank.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa inflasi signifikan negatif terhadap NPL

Bank Papua. Seharusnya menurut teori dari Mankiw (2013) ketika inflasi naik,

daya beli masyarakat menurun dan akan meningkatkan kredit macet. berarti

semakin tinggi nilai inflasi maka semakin tinggi resiko kredit macet Bank Papua.

Sebaliknya, fakta dalam penelitian ini menunjukkan hasil semakin rendah nilai

inflasi maka kredit macet akan semakin tinggi.

Tabel 4.7 Data Keuangan Inflasi dan NPL Bank Papua

Tahun NPL Inflasi NPL Inflasi NPL Inflasi NPL Inflasi

Q1 Q2 Q3 Q4

2012 0,89 4,48 0,84 4,41

2013 0,9 5,26 1,16 5,65 1,39 8,6 1,14 8,36

2014 1,37 7,76 2,75 7,09 3,14 4,35 7,33 6,47

2015 7,46 6,54 8,66 7,07 10,68 7,09 9,63 4,83

2016 10,42 4,34 11,18 3,46 11,8 3,02 15,63 3,3

2017 19,93 3,64 17,1 4,29 Suber: Laporan keuangan yang diolah, 2018

4.4.3 Pengaruh Suku Bunga Kredit Bank Papua terhadap NPL Bank Papua

Suku bunga kredit adalah rasio yang muncul akibat dari adanya biaya jasa

atas kredit yang disalurkan Bank Papua. Jika nilai suku bunga kredit tinggi maka

risiko kredit macet yang disalurkan bank akan tinggi juga. Sedangkan

perekonomian tidak akan meningkat. Tingginya suku bunga kredit bank akan

menjadikan nasabah terbebani untuk membayar kreditnya. Sehingga bank

mengalami kerugian dan bank harus mengeluarkan biaya untuk menutupi kerugian

dari pinjaman tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa suku bunga kredit berpengaruh

negatif signifikan terhadap kredit macet. Hal ini berarti semakin tinggi nilai suku

bunga kredit maka semakin rendah risiko kredit macet Bank Papua. Sebaliknya,

Page 56: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

48

semakin rendah nilai suku bunga kredit maka kredit macet akan semakin tinggi.

Hasil ini tidak sesuai dengan teori dan penelitian Adeola dan Ikpesu, 2017 yang

mengatakan bahwa suku bunga kredit berpengaruh positif terhadap NPL.

Seharusnya sesuai teori dari Kasmir (2011) yang menyatakan bahwa suku

bunga kredit yang meningkat dapat memperburuk kualitas dari pinjaman. Debitur

akan kesulitan membayar pinjamannya karena biaya hutang yang semakin tinggi.

Semakin tinggi suku bunga kredit menunjukkan bahwa kredit macet semakin

besar. Dengan besarnya kredit macet yang terjadi maka perputaran uang dalam

perekonomian akan semakin lambat begitu juga bank mengalami kerugian.

Tabel 4.8 Data keuangan Suku Bunga Kredit dan NPL Bank Papua

Tahun NPL SBK NPL SBK NPL SBK NPL SBK

Q1 Q2 Q3 Q4

2012 0,89 12,97 0,84 12,82

2013 0,9 12,74 1,16 12,61 1,39 12,6 1,14 12,61

2014 1,37 12,6 2,75 12,7 3,14 12,75 7,33 12,74

2015 7,46 12,73 8,66 12,8 10,68 12,84 9,63 12,84

2016 10,42 12,76 11,18 12,65 11,8 12,52 15,63 12,33

2017 19,93 12,28 17,1 12,32 Suber: Laporan keuangan yang diolah, 2018

4.4.4 Pengaruh Pertumbuhan Kredit terhadap NPL Bank Papua

Kredit merupakan pinjaman dana dari bank untuk nasabah. Rasio ini

digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam mengendalikan biaya

operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil kredit berarti

semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank sehingga kemungkinan

suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Semakin tinggi efisiensi

operasional yang dicapai bank berarti semakin efisien aktivitas bank dalam

menyalurkan dana. Hal ini berarti semakin tinggi kredit yang di keluarkan Bank

Papua, maka kemungkinan bank dalam masalah semakin besar, sehingga

penyaluran dana bank menjadi tidak baik.

Page 57: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

49

Fakta dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kredit memiliki hubungan

signifikan negatif dengan kredit macet. Hal ini berarti bahwa penurunan kredit yang

disalurkan Bank Papua meningkatkan NPL Bank Papua. Hasil ini tidak sesuai

dengan teori dan penelitian dari Saba at al (2012) yang mengatakan bahwa

pertumbuhan kredit berpengaruh positif terhadap NPL.

Tabel 4.9 Data keuangan inflasi dan NPL Bank Papua

Tahun NPL kredit NPL kredit NPL kredit NPL kredit

Q1 Q2 Q3 Q4

2012 0,89 0,13 0,84 0,13

2013 0,9 0,05 1,16 0,15 1,39 0,09 1,14 0,05

2014 1,37 0,05 2,75 0,06 3,14 0,02 7,33 0,03

2015 7,46 -0,03 8,66 0,03 10,68 0,01 9,63 -0,03

2016 10,42 -0,01 11,18 0,04 11,8 0,01 15,63 0,03

2017 19,93 -0,03 17,1 -0,07 Suber: Laporan keuangan yang diolah, 2018

Hasil dari penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu dan teori yang ada.

Data yang di peroleh dari Bank Indonesia menyatakan bahwa kredit macet di Bank

Papua pada awal 2017 mencapai 19 persen. Kepala OJK Papua Barat Misran

Pasaribu, di Jayapura, 18 juni 2018. Mengatakan bahwa kredit Bank Papua lebih

ke arah kredit produktif dan kebanyakan kredit produktif untuk membiayai proyek

di luar Daerah Papua itu sendiri dengan melanggar beberapa SOP yang telah ada.

Kemudian Standar Operasional Prosedur (SOP) yang dimiliki Bank Papua dalam

menyalurkan kredit produktif tidak dijalankan dengan baik sehingga risiko

terjadinya kredit bermasalah sangat tinggi.

Page 58: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

50

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, kesimpulan yang didapat

adalah sebagai berikut:

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan semua variabel

signifikan dengan menunjukkan hasil dari probabilitas F statistik nilai probabilitas

yang dimiliki lebih kecil dari tingkat signifikansi 0.05 (5%). Secara model hasil

penelitian variabel PDRB, inflasi, suku bunga kredit, pertumbuhan kredit memiliki

nilai R square (R2) sebesar 0,794. Hal ini menunjukkan bahwa variabel PDRB,

inflasi, suku bunga kredit dan pertumbuhan kredit mampu menjelaskan NPL

sebesar 79,4% melalui model persamaan. Sedangkan sisanya 20,6% dijelaskan

oleh faktor-faktor lain di luar penelitian. Secara parsial hanya variabel PDRB yang

tidak berpengaruh terhadap NPL, sementara ketiga variabel lainnya berpengaruh

negatif dengan variabel NPL.

5.2 Saran

Beradasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan, berikut adalah

saran-saran yang dapat diberikan, yaitu:

1. Dalam mengelola modal, Bank Papua harus lebih berhati-hati dalam

memberikan kredit untuk modal usaha sekala besar yang memiliki risiko

besar. Serta kembali menerapkan dengan baik standar SOP yang telah

dibuat, untuk mengurangi risiko terjadinya kredit macet.

2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan menambah jumlah data untuk diolah

guna melakukan penelitian secara berkala dan mengubah arah dari model

penelitian. Peneliti juga dapat menggunakan interval data bulanan untuk

memperoleh hasil yang valid.

Page 59: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

51

5.3 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan pada penelitian ini adalah jumlah data yang tersedia untuk

variabel Suku Bunga Kredit Bank Papua adalah dari 2012 triwulan III, dan

variabel terbaru dari PDRB Papua yang sampai 2017 triwulan II.

Page 60: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

52

DAFTAR PUSTAKA

Adeola, Ikpesu, 2017,”Macroeconomic Determinants Of Non-Performing Loans In Nigeria: An Empirical Analysis”

Badan Pusat Statistik Provinsi Papua, 2018. Laju Pertumbuhan PDRB Papua Atas Dasar Harga Konstan menurut Pengeluaran (Persen), 2010-Triwulan I 2018. https://papua.bps.go.id/dynamictable/2017/07/31/61/-seri2010-laju-pertumbuhan-pdrb-papua-atas-dasar-harga-konstan-menurut-pengeluaran-persen-2010-triwulan-i-2018.html diakses pada 24 April 2018.

Bank Indonesia, 2018. Laporan Inflasi 2012-2017. https://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/data/Default.aspx diakses pada 24 April 2018.

Bank Indonesia, 2018. Kajian Ekonomi Regional Papua. 2012-2017. https://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/papua/Default .aspx diakses pada 24 April 2018.

Beckman, Theodore N. 1962. Credit and Collection Management and Theory. 7th Edition. Mc. Graw-Hill Book Company Inc.

Boediono. 1985. Ekonomi Makro. BPFE. Yogyakarta.

Boediono. 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi. BPFE. Yogyakarta.

Bratanovic, Sonja Brajovic dan Van Greuning, Hennie. 2011. Analyzing Banking Risk (Analisis Risiko Perbankan). The World Bank diterjemahkan oleh Salemba Empat. Jakarta.

Creswell, J., W., 2016, Research design Pendekatan kualitatif, Kuantitatif dan Mixed; Cetakan ke-2, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Djohanputro. 2004. Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. Penerbit PPM. Jakarta.

Hermawan Soebagio, 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Non Performing Loan (NPL) Bank Umum Komersial: Studi Empiris pada sektor perbankan di Indonesia. Tesis, Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Diponegoro.

Kasmir. 2004. Manajemen Perbankan. Raja Grafindo Pustaka. Jakarta.

Kasmir. 2008. Manajemen Perbankan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Mankiw, Gregory. 2006 Pengantar Ekonomi Makro. Edisi Ketiga. Salemba Empat. Jakarta.

Mudrajad Kuncoro, Suhardjono. 2002. Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi Anggota IKAPI.

BPFE. Yogyakarta.

Nopirin. 2010. Ekonomi Moneter. Buku I, Edisi ke-4, Cetakan Kesepuluh. BPFE. Yogyakarta.

Pass, Christopher and Lowes, Bryan. 1994. Kamus Lengkap Ekonomi. Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta.

Sukirno, Sadono. 2003. Pengantar Teori Mikroekonomi. Edisi Ketiga. Grafindo. Jakarta.

Sukirno, Sadono. 2004. Makro Ekonomi Teori Pengantar. PT Raja Grafindo Perkasa. Jakarta.

Page 61: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

53

Sutojo, Siswanto. 1997. Menangani Kredit Bermasalah: Konsep, Teknik dan Kasus. Binaman Pressindo. Jakarta.

Sutoyo. 1994. Pengaruh Penerapan Capital Adequacy Ratio minimum terhadap Perkembangan

Sektor Perbankan. Pustaka Media. Yogyakarta.

Usman, Rachmadi. 2003. Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Yulita, Anatia, 2014,”Analisis Pengaruh Faktor Ekonomi mikro Terhadap Tingkat Kredit Bermasalah Pada Bank Umum Di Indonesia”, Fakultas Ekonomika Dan Bisnis, Universitas Diponegoro, Semarang.

Page 62: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

54

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Regresi

Linier Berganda

Dependent Variable: NPL

Method: Least Squares

Date: 05/21/18 Time: 09:38

Sample: 2012Q3 2017Q2

Included observations: 20 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. INFLASI -1.168844 0.423794 -2.758049 0.0146

PDRB -0.032032 0.064544 -0.496283 0.6269

SBK -9.551995 4.224664 -2.261007 0.0391

KREDIT -59.96901 13.28190 -4.515093 0.0004

C 136.6595 52.88369 2.584152 0.0207 R-squared 0.793595 Mean dependent var 7.140000

Adjusted R-squared 0.738553 S.D. dependent var 6.009168

S.E. of regression 3.072601 Akaike info criterion 5.295244

Sum squared resid 141.6131 Schwarz criterion 5.544177

Log likelihood -47.95244 Hannan-Quinn criter. 5.343838

F-statistic 14.41812 Durbin-Watson stat 1.780093

Prob(F-statistic) 0.000050

Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.172035 Prob. F(2,13) 0.8438

Obs*R-squared 0.515688 Prob. Chi-Square(2) 0.7727

Test Equation:

Dependent Variable: RESID

Method: Least Squares

Date: 05/21/18 Time: 10:35

Sample: 2012Q3 2017Q2

Included observations: 20

Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. INFLASI 0.103596 0.492165 0.210490 0.8365

PDRB -0.004360 0.069186 -0.063021 0.9507

SBK -0.754558 4.661745 -0.161862 0.8739

KREDIT 5.215851 16.88979 0.308817 0.7624

C 8.803637 58.07520 0.151590 0.8818

RESID(-1) 0.162056 0.334522 0.484440 0.6361

RESID(-2) 0.112797 0.308953 0.365094 0.7209 R-squared 0.025784 Mean dependent var -1.55E-14

Adjusted R-squared -0.423854 S.D. dependent var 2.730077

Page 63: PENGARUH PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PAPUA, INFLASI …

55

S.E. of regression 3.257674 Akaike info criterion 5.469121

Sum squared resid 137.9617 Schwarz criterion 5.817627

Log likelihood -47.69121 Hannan-Quinn criter. 5.537153

F-statistic 0.057345 Durbin-Watson stat 1.883081

Prob(F-statistic) 0.998936

Normalitas

0

1

2

3

4

5

6

7

-6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6

Series: ResidualsSample 2012Q3 2017Q2Observations 20

Mean -1.55e-14Median -0.275142Maximum 5.407233Minimum -5.249760Std. Dev. 2.730077Skewness -0.077063Kurtosis 2.990313

Jarque-Bera 0.019874Probability 0.990112

Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey

F-statistic 0.596367 Prob. F(4,15) 0.6708

Obs*R-squared 2.744210 Prob. Chi-Square(4) 0.6015

Scaled explained SS 1.536142 Prob. Chi-Square(4) 0.8202

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2

Method: Least Squares

Date: 05/21/18 Time: 10:44

Sample: 2012Q3 2017Q2

Included observations: 20 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -227.2699 184.4046 -1.232452 0.2367

INFLASI 0.733260 1.477762 0.496197 0.6269

PDRB -0.063697 0.225064 -0.283018 0.7810

SBK 18.32096 14.73134 1.243673 0.2327

KREDIT -44.47816 46.31377 -0.960366 0.3521 R-squared 0.137211 Mean dependent var 7.080657

Adjusted R-squared -0.092867 S.D. dependent var 10.24879

S.E. of regression 10.71411 Akaike info criterion 7.793318

Sum squared resid 1721.882 Schwarz criterion 8.042251

Log likelihood -72.93318 Hannan-Quinn criter. 7.841912

F-statistic 0.596367 Durbin-Watson stat 2.294967

Prob(F-statistic) 0.670788