pengaruh produk domestik regional bruto (pdrb),...

133
i PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA (UMK),DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI PROVINSI BANTEN PERIODE 2008-2013 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Disusun Oleh: Muhamad Burhanudin NIM. 1110084000024 JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436/2015M

Upload: hathuan

Post on 10-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

i

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH

MINIMUM KABUPATEN/KOTA (UMK),DAN INDEKS PEMBANGUNAN

MANUSIA (IPM) TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI

PROVINSI BANTEN PERIODE 2008-2013

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi (S.E)

Disusun Oleh:

Muhamad Burhanudin

NIM. 1110084000024

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436/2015M

Page 2: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

i

Page 3: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

i

Page 4: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

ii

Page 5: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

i

Page 6: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama Lengkap : Muhamad Burhanudin

2. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 11 November 1992

3. Alamat : Jl. Rawamangun Muka IV No.5, RT 014

RW 012, Kelurahan Rawamangun,

Kecamatan Pulo Gadung, Kota Jakarta

Timur, 14220, Jakarta.

4. Telepon : 087882087873

5. E-mail : [email protected]

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. SDN 09 Pagi, Jakarta Tahun 1998-2004

2. SMP Negeri 74 Jakarta Timur Tahun 2004-2007

3. SMA Negeri 31 Jakarta Pusat Tahun 2007-2010

4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010-2014

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Staff Divisi Pendidikan, Himpunan Mahasiswa Jurursan IESP, 2011-2012

2. Ketua KKN Garuda, 2013

IV. PENGALAMAN KERJA

1. Volunteer JOBSDB Career Expo, 2010

2. PT. Darya-Varia Laboratoria .tbk, 2014

V. SEMINAR DAN WORKSHOP

1. Seminar Outlook Peran Otoritas Jasa Keuangan terhadap Industri

Keuangan dan Perbankan Syariah, UIN Jakarta, 2012

2. Studium General Jurusan IESP, UIN Jakarta, 2012.

3. Seminar di Badan Kebijakan Fiskal, Kementrian Keuangan RI, 2012.

4. Pelatihan Alat Analisis Location Question, Shift Share dan Tipologi

Sektoral, UIN Jakarta, 2012.

VI. KEPANITIAAN

1. Devisi Perlengkapan PROPESA UIN Jakarta, 2012

Page 7: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

ii

VII. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : H. Agus Supriyanto

2. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 20 Agustus 1956

3. Hp. : 082111717388

4. Ibu : Hj. Tri Kumorowati

5. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 6 Maret 1963

6. Alamat : Jl. Rawamangun Muka IV No.5, RT 014

RW 012, Kelurahan Rawamangun,

Kecamatan Pulo Gadung, Kota Jakarta

Timur, 14220, Jakarta..

6. Telepon : 081285690778

7. Anak ke dari : 2 dari 2 bersaudara

Page 8: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

iii

ABSTRACT

The aim of this research is to analyze the influence of gross domestic

product, the minimum wages district / city, and the human development index of

the unemployment rate in Banten Province from 2008 to 2013.

Unemployment rate as the dependent variabel with the open

unemployment rate as indicator. Regional gross domestic product, the minimum

wage district / city, and the human development index as the independent

variabels. This research uses panel data and analytical tools of Fixed Effects

Model (FEM) by taking a sample of 4 districs and 4 cities in Banten Province

from 2008 to 2013.

The result show that the unemployment rate are caused by the regional

gross domestic product, the minimum wage district / city, and the human

development index of 60.77% (Adj R2), while the remaining 39.23% is explained

by other variables outside of the model which is an investment research and

inflation. Furthermore, unemployment rate is influenced significantly regional

gross domestic product, the minimum wage district / city, and the human

development index about 14,47% (F-statistic). However partially, the probability

of each independent variable shows (1) the unemployment rate was not

significantly and positively influenced by the regional gross domestic product with

a probability value of 0.3263, (2) the unemployment rate significantly and

negatively affected by the minimum wage districts / cities with a probability value

of 0.0025, (3) the unemployment rate significantly and negatively affected by

human development index with a probability value of 0.0006.

Keywords: unemployment, gross regional domestic product, the minimum wage

district / city, and the human development index.

Page 9: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

iv

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh produk domestik

regional bruto, upah minimum kabupaten/kota, dan indeks pembangunan manusia

terhadap tingkat pengangguran di Provinsi Banten dari tahun 2008 sampai 2013.

Tingkat pengangguran sebagai variabel dependen dengan tingkat

pengangguran terbuka. Produk domestik regional bruto, upah minimum

kabupaten/kota, dan indeks pembangunan manusia sebagai variabel independen.

Penelitian ini menggunakan data panel dan alat analisis Fixed Effect Model (FEM)

dengan mengambil sampel yaitu 4 Kabupaten dan 4 Kota di Provinsi Banten dari

tahun 2008 sampai 2013.

Hasil Penelitian menunjukan bahwa tingkat pengangguran mampu

dijelaskan oleh produk domestik regional bruto, upah minimum kabupaten/kota,

dan indeks pembangunan manusia sebesar 60,77% (Adj R2), sedangkan sisanya

yaitu sebesar 39,23% dijelaskan oleh variabel lain diluar model penelitian

diantaranya yaitu investasi dan inflasi. Selanjutnya, tingkat pengangguran

dipengaruhi signifikan oleh produk domestik regional bruto, upah minimum

kabupaten/kota, dan indeks pembangunan manusia secara simultan sebesar

14,47% (F-statistik). Namun secara parsial, probabilitas dari masing-masing

variabel independen menunjukan (1) tingkat pengangguran dipengaruhi tidak

signifikan dan positif oleh produk domestik regional bruto dengan nilai

probabilitas sebesar 0,3263 , (2) tingkat pengangguran dipengaruhi signifikan dan

negatif oleh upah minimum kabupaten/kota dengan nilai probabilitas sebesar

0,0025 , (3) tingkat pengangguran dipengaruhi signifikan dan negatif oleh indeks

pembangunan manusia dengan nilai probabilitas sebesar 0,0006.

Kata kunci : tingkat pengangguran, produk domestik regional bruto, upah

minimum kabupaten/kota, dan indeks pembangunan manusia.

Page 10: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

v

KATA PENGANTAR

Bismillahhirahmannirrahim,

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, yang telah

melimpahkan segala rahmat, karunia, rezeki, dan hidayahNya kepada penulis,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB), Upah Minimum Kabupaten/Kota

(UMK),dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap Tingkat

Pengangguran di Provinsi Banten Periode 2008-2013” dengan baik. Shalawat

serta salam penulis hanturkan kepada nabi besar Muhammad SAW yang telah

membimbing umatnya dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Terselesaikannya skripsi ini tentu dengan dukungan,

bantuan, bimbingan, semangat, dan doa dari orang-orang terbaik yang ada di

sekeliling penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu penulis

menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih

yang sedalam-dalamnya terutama kepada:

1. Keluarga tercinta dan terhebat yang saya miliki, Ayahanda Agus Supriyanto

yang selalu memberikan motivasi terbaik, selalu mencurahkan cinta, kasih

sayang dan perhatiannya, serta selalu bekerja keras demi anak-anak dan

keluarga, Ibunda Tri Kumorowati yang selalu memberikan motivasi terbaik,

mencurahkan cinta, kasih sayang dan perhatiannya selama ini, kakakku Rizky

Page 11: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

vi

Indah Pertiwi yang selalu menghibur di saat suka maupun duka, dan

memberikan dukungan baik materi maupun non materi selama menulis

skripsi. Tanpa didikan, dukungan dan pengorbanan kalian penulis tidak akan

menjadi pribadi seperti sekarang ini.

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, M.S, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga

selama perkuliahan.

3. Bapak Zuhairan Y.Yunan, S.E, M.Sc, Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi

Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dr. Lukman, M.Si selaku Dosen Pembimbing 1 yang ditengah-tengah

kesibukannya bersedia meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan,

ilmu yang berharga, serta bimbingan yang sangat berarti selama penyelesaian

skripsi. Terima kasih atas semua saran dan arahan yang Bapak berikan selama

proses penulisan hingga terselesaikan skripsi ini.

5. Ibu Fitri Amalia, Spd. MSi selaku Dosen Pembimbing 2 yang selalu bersedia

meluangkan waktu, memberikan arahan serta bimbingan yang sangat berarti

kepada penulis. Terima kasih atas semua saran dan arahan yang ibu berikan

sehingga terselesaikannya skripsi ini.

6. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan

ilmu yang sangat berguna dan berharga bagi saya. Semoga Allah selalu

memberikan rahmat dan pahala yang sebesar-besarnya atas kebaikan para

dosen FEB UIN Jakarta. Jajaran karyawan dan staf UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah melayani dan membantu penulis selama perkuliahan.

Page 12: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

vii

7. Ketua dan seluruh pegawai perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dan

Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah, yang telah memberikan

pelayanan pustaka selama penulisan skripsi ini.

8. Tika Amellia Nabilla, S.H. yang telah mengorbankan banyak waktu bersama

penulis dalam suka maupun duka, menemani disaat penulis membutuhkan

motivasi, dukungan dan penyemangat, mengingatkan penulis betapa

pentingnya sebuah pendidikan, terima kasih untuk motivasinya membuat

penulis menjadi bersemangat kembali untuk menyelesaikan skripsi ini, dan

selalu menjadi pendengar yang baik untuk keluhan-keluhan penulis. Semoga

dimudahkan dan disukseskan dalam menggapai cita-cita yang engkau

impikan.

9. Teman-teman seperjuangan kelas IESP A 2010, Adi, Agang, Agus, Amif,

Anggi Afra, Bagus, Denny, Dika, Drajad, Hadi, Isnan, Ravindra, Reza, Ricky,

Ridho, Sigit, terima kasih atas waktu yang sangat beharga yang kalian berikan,

selalu memberikan semangat kepada penulis, yang telah menghabiskan

banyak waktu untuk berbagi cerita dan selalu ada dalam suka maupun duka,

membantu saya dalam penyelesaiaan skripsi maupun perkuliahan, dan

mengingkatkan saya ketika melakukan kesalahan demi kebaikan saya selama

ini. Sukses untuk kita semua dan semoga Allah selalu melindungi dan

membalas semua kebaikan kalian.

10. Aditya Wahyudi dan Lutfi Anugrah Pangestu, sahabat terbaik sejak SMA

yang selalu ada dalam suka maupun duka, terima kasih untuk semua waktu

yang kalian berikan untuk selalu menghibur saya, terima kasih selalu menjadi

Page 13: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

viii

pendengar yang baik, sekaligus pemberi motivasi terbaik dalam tetap maju

dan tidak pernah menyerah dalam menjalani hidup. Semoga Allah membalas

semua kebaikan-kebaikan kalian.

11. Teman-teman PLASMA, Arinal, Boy, Budi, Chandra, Chintia, Dwi, Eky,

Elsa, Gilang, Hanifa, Hazman, Kevin, Putra, Rini, Risvandika, Ujoh, Wulan,

terima kasih selalu memberikan keceriaan dan selalu menghibur penulis serta

memberi semangat kepada penulils di saat sedih maupun senang, semoga apa

yang kalian cita-citakan tercapai.

12. Personil “OBLAKS”, Adi, Amif, Bagus, Hadi, Isnan, Ravindra, Reza, dan

Ricky, terima kasih atas dukungan dan semangatnya kepada penulis serta

keceriaan yang selalu kalian berikan.

13. Teman-teman IESP angkatan 2010 yang tidak saya bisa sebutkan satu-persatu,

terima kasih atas semua kenangan selama empat tahun kebersamaan dengan

penuh warna dan saling bahu-membahu dalam perkuliahan. Sukses untuk

kalian semua.

14. Kelompok KKN GARUDA 2013, yang telah menghabiskan waktu selama

satu bulan dengan canda dan tawa serta pelajaran hidup sangat berguna bagi

saya. Terima kasih atas waktunya yang beharga selama satu bulan, sukses

untuk kalian semua.

15. Semua pihak dan handai tolan yang tidak dapat penulis sebutkan namanya

satu-persatu yang telah memberikan kontribusi sekecil apapun dan dukungan

dalam penyelesaian skripsi.

Page 14: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

ix

Semoga semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan menjadi amal

sholeh dan mendapat pahala sebesar-besarnya oleh Allah SWT. Penulis

menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan

pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh sebab itu, penulis

mengharapkan segala bentuk saran serta masukan, baik kritik yang membangun

dari berbagai pihak.

.

Jakarta, Januari 2015

Penulis

Muhamad Burhanudin

Page 15: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

x

DAFTAR ISI

Cover

Lembar Pengesahan Pembimbing

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi

Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah

Daftar Riwayat Hidup ..........................................................................................i

ABSTRACT ......................................................................................................... iii

ABSTRAK ...........................................................................................................iv

Kata Pengantar .................................................................................................... v

Daftar Isi ............................................................................................................... x

Daftar Tabel ......................................................................................................... xv

Daftar Gambar ....................................................................................................xvi

Daftar Lampiran ............................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang Penelitian .......................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ................................................................................... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 12

A. Landasan Teori ............................................................................................ 12

Page 16: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

xi

1. Pengangguran ........................................................................................... 12

a. Definisi Pengangguran ...................................................................... 12

b. Jenis-jenis Pengangguran ................................................................. 14

c. Biaya Sosial dari Pengangguran ....................................................... 14

2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ................................................ 15

a. Definisi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ......................... 15

3. Upah ............................................................................................................ 17

a. Definisi Upah .................................................................................... 17

b. Penetapan Upah Minimum Kota ........................................................ 20

4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ........................................................ 22

a. Definisi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) .................................. 22

5. Hubungan Antar Variabel .......................................................................... 24

a. Hubungan PDRB dengan Pengangguran ........................................... 24

b. Hubungan UMK dengan Pengangguran ............................................ 26

c. Hubungan IPM dengan Pengangguran .............................................. 27

B. Penelitian Terdahulu .................................................................................... 28

C. Kerangka Berpikir ....................................................................................... 39

D. Hipotesis ...................................................................................................... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 43

A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................... 43

Page 17: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

xii

B. Metode Penentuan Sampel .......................................................................... 43

C. Metode Pengumpulan Data .......................................................................... 44

D. Metode Analisis Data .................................................................................. 44

1. Metode Data Panel ................................................................................ 45

2. Permodelan Data Panel ......................................................................... 46

a. Pooled Least Square (PLS) .............................................................. 46

b. Fixed Effect Model (FEM) ............................................................... 47

c. Random Effect Model (REM)........................................................... 47

3. Pemilihan Model Data Panel ................................................................. 48

a. PLS vs FEM (Uji Chow) ................................................................. 48

b. FEM vs REM (Uji Hausman) ......................................................... 50

3. Model Empiris ........................................................................................ 52

4. Uji Asumsi Klasik .................................................................................. 53

a. Uji Normalitas .................................................................................. 53

b. Uji Multikolinearitas ........................................................................... 53

c. Uji Heteroskedastisitas ..................................................................... 55

d. Uji Autokorelasi ............................................................................... 56

5. Uji Hipotesis .......................................................................................... 57

a. Uji t ................................................................................................... 58

b. Uji F ................................................................................................. 58

c. Koefisien Determinasi (R2) ............................................................. 60

E. Operasional Variabel Penelitian .............................................................. 60

Page 18: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

xiii

1. Variabel Dependen ......................................................................... 60

2. Variabel Independen ...................................................................... 61

BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 63

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................. 63

1. Provinsi Banten ...................................................................................... 63

B. Penemuan dan Pembahasan ......................................................................... 64

1. Analisa Deskriptif ..................................................................................... 64

a.Analisa Deskriptif Tingkat Pengangguran (TP) di Provinsi Banten .... 64

b.Analisa Deskriptif Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di

Provinsi Banten ..................................................................................... 66

c.Analisa Deskriptif Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) di Provinsi

Banten. ................................................................................................... 68

d.Analisa Deskriptif Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi

Banten .................................................................................................... 69

2. Memilih Model Data Panel ....................................................................... 70

a. Uji Chow ................................................................................................ 70

b.Uji Hausman ........................................................................................... 71

3.Hasil Estimasi Model Data Panel .............................................................. 72

1) Pendekatan Fixed Effect Model (FEM) ................................................. 72

4. Uji Asumsi Klasik ...................................................................................... 73

a. Uji Normalitas ....................................................................................... 73

b. Uji Multikolinearitas .............................................................................. 74

c. Uji Heteroskedastisitas ........................................................................... 74

d. Uji Autokorelasi ..................................................................................... 75

Page 19: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

xiv

5. Pengujian Hipotesis ................................................................................... 77

a. Uji Koefisien Determinan (Adjusted R2) .............................................. 80

b. Uji Signifikansi Individual (Uji t) .......................................................... 80

c. Uji Signifikansi Serentak (Uji F)............................................................ 83

6. Intepretasi Hasil Analisis .......................................................................... 84

a. Analisis Tiap Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Periode 2008-2013 . 85

b. Analisis Ekonomi ................................................................................... 88

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 93

A. Kesimpulan .................................................................................................. 93

B. Implikasi ....................................................................................................... 94

C. Keterbatasan ................................................................................................. 95

D. Saran ............................................................................................................. 96

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 97

Page 20: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

xv

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Prosentase Tingkat pengangguran di 6

Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2010 – 2013

3

1.2 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar

Harga Konstan 2000 Menurut Provinsi Tahun

2010-2013 (Milyar Rupiah)

4

1.3

Perkembangan Upah Minimum

Kabupaten/Kota di 6 Provinsi di Pulau Jawa

Tahun 2010-2013 (Dalam Ribuan Rupiah)

6

1.4

Indeks Pembangunan Manusia di 6 Provinsi di

Pulau Jawa 2010-2013

7

1.5 Angka Harapan Hidup di 6 Provinsi di Pulau

Jawa 2010-2013

8

2.1 Penelitian Terdahulu 32

3.1 Operasional Variabel Penelitian 61

4.1 Uji Chow 71

4.2 Uji Hausman 72

4.3 Regresi Fixed Effect Model (FEM) 72

4.4 Correlation Matrix 74

4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas 75

4.6 Durbin-Watson 76

Page 21: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

xvi

4.7 Hasil Estimasi 78

4.8 Nilai t-Statistik 81

4.9 Interpretasi Koefisien Fixed Effect Model

(FEM)

84

Page 22: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

xvii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.2 Kerangka Pemikiran 40

4.1 Prosentase Tingkat Pengangguran Terbuka di

Provinsi Banten tahun 2008 - 2013

65

4.2 PDRB atas Dasar Harga Konstan 2000 di

Provinsi Banten tahun 2008 – 2013

67

4.3 Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) di

Provinsi Banten tahun 2008 - 2013

68

4.4 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di

Provinsi Banten tahun 2008 - 2013

69

4.5 Uji Normalitas 73

Page 23: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Keterangan Halaman

1 Data 100

2 Data setelah di Interpolasi 102

3 Uji Chow 106

4 Uji Hausman 106

5 Fixed Effect Model 107

6 Uji Normalitas 108

7 Uji Multikolinearitas 108

8 Uji Heteroskedastisitas 109

9 Uji Autokorelasi 110

Page 24: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pembangunan merupakan proses yang dapat ditelisik dengan

menggabungkan dua dimensi kehidupan. Dimensi pembangunan berjumlah dua

sebab tersusun atas manusia dan alam (Sagir, 2009:53). Pembangunan ekonomi

pada hakekatnya merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk

mensejahterakan rakyat karena diukur tidak hanya melalui besarnya Produk

Domestik Bruto (PDB) suatu Negara saja tetapi juga diukur dari berbagai aspek

lain seperti pendidikan, perkembangan teknologi, peningkatan dalam kesehatan,

peningkatan dalam infrastruktur serta peningkatan dalam pemerataan pendapatan.

Dalam pembangunan ekonomi Indonesia, kesempatan kerja masih menjadi

masalah utama. Pokok dari permasalahan ini diakibatkan adanya kesenjangan

antara pertumbuhan jumlah tenaga kerja dengan ketersediaan lapangan pekerjaan

di berbagai sektor ekonomi. Ketimpangan antara ketersediaan lapangan kerja

dengan banyaknya tenaga kerja yang ada berdampak pada masalah baru yang juga

dihadapi Negara-negara berkembang termasuk Indonesia yaitu masalah tingkat

pengangguran yang tinggi. Apabila masalah tersebut tidak segera diatasi, maka

akan berpotensi menambah tingkat kemiskinan di Indonesia.

Istilah Pengangguran menurut Badan Pusat Statistik (BPS) adalah

seseorang yang termasuk kelompok penduduk usia kerja yang selama periode

Page 25: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

2

tertentu tidak bekerja, dan bersedia menerima pekerjaan, serta sedang mencari

pekerjaan. Masalah pengangguran memang merupakan masalah yang sulit

dipecahkan hingga saat ini. Jumlah penduduk yang bertambah setiap tahunnya

mengakibatkan jumlah angkatan kerja meningkat namun tidak disertai dengan

meningkatnya kesempatan kerja. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan

Pusat Statistik (BPS), angka pengangguran di Indonesia pada tahun 2010 sampai

dengan tahun 2012 mengalami penurunan. Dari data tersebut dapat dikatakan

bahwa angka pengangguran sudah berkurang, namun jumlah angka pengangguran

yang ada masih cukup besar yaitu sebesar 7.429.598 juta jiwa. Berbagai upaya

telah dilakukan pemerintah guna mengurangi jumlah pengangguran. Salah satu

upaya yang dilakukan oleh pihak Kementerian Tenaga Kerja dan Transportasi

(Kemenakertrans) adalah dengan memfasilitasi perluasan dan kesempatan kerja,

melalui pemagangan dalam negeri dan luar negeri, program padat karya produktif,

padat karya inovatif dan wirausaha baru.

Masalah pengangguran terdapat di hamper seluruh provinsi di kepualan

Indonesia. Hal itu pun terjadi pula di beberapa Provinsi di Pulau Jawa diantaranya

Provinsi Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I.Yogyakarta, dan

Jawa Timur. Berikut tabel prosentase tingkat pengangguran di 6 Provinsi di Pulau

Jawa:

Page 26: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

3

Tabel 1.1

Prosentase Tingkat pengangguran di 6 Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2010 –

2013

Provinsi 2010 2011 2012 2013

Banten 13.9 13.28 10.43 10.43

DKI Jakarta 11.18 10.81 10.3 10.3

Jawa Barat 10.45 9.83 9.43 9.43

Jawa Tengah 6.53 6 5.75 5.75

DI Yogyakarta 5.85 4.72 4.03 4.03

Jawa Timur 4.58 4.17 4.12 4.12

Sumber : BPS, 2012 (diolah)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa meskipun tingkat pengangguran di 6

Provinsi di Pulau Jawa mengalami tren menurun, namun tingkat pengangguran

pada Provinsi Banten terbilang masih cukup tinggi dibandingkan dengan Provinsi

lain yaitu sebesar 10,43% pada tahun 2012. Prosentase tingkat pengangguran di

Provinsi Banten apabila dilihat menurut kabupaten/kota juga mengalami tren

menurun. Pun begitu, prosentasenya masih cukup besar.

PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) merupakan salah satu indikator

tingkat kesejahteraan penduduk di suatu wilayah. PDRB merupakan nilai bersih

barang dan jasa-jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai tingkat kegiatan ekonomi

di suatu daerah dalam suatu periode (Roby, 2011: 5). Pada kenyataannya, PDRB

mempunyai pengaruh terhadap jumlah angkatan kerja yang bekerja dengan asumsi

apabila nilai PDRB suatu wilayah meningkat, maka jumlah output dalam seluruh

Page 27: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

4

unit ekonomi di suatu wilayah akan meningkat. Output yang jumlahnya

meningkat akan menyebabkan terjadinya peningkatan permintaan tenaga kerja.

Berikut merupakan perbandingan jumlah nilai PDRB dari 6 Provinsi di Pulau

Jawa.

Tabel 1.2

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut

Provinsi Tahun 2010-2013 (Milyar Rupiah)

Provinsi 2010 2011 2012 2013

Banten 88552 94207 100000 105856

DKI Jakarta 395622 422237 449821 477285

Jawa Barat 322224 343111 364405 386838

Jawa Tengah 186993 198270 210848 223099

DI. Yogyakarta 21044 22132 23309 24567

Jawa Timur 342281 366983 393666 419428

Sumber : BPS, 2012 (diolah)

Dari tabel 1.3 dapat dilihat bahwa PDRB di 6 Provinsi di Pulau Jawa terus

mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai 2013. Meskipun mengalami tren

meningkat, nilai PDRB di Provinsi Banten adalah yang terendah kedua setelah

Provinsi D.I Yogyakarta. Peningkatan nilai PDRB yang terjadi di Provinsi Banten

selaras dengan berkurangnya tingkat pengangguran di Provinsi tersebut, tetapi

dengan jumlah PDRB sebesar 10 triliun pada tahun 2013, tingkat pengangguran di

Provinsi Banten masih terbilang cukup tinggi yakni sebesar 10,43% pada tahun

2012.

Page 28: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

5

Selain nilai PDRB suatu wilayah, tingkat upah minimum Kabupaten/Kota

(UMK) juga merupakan salah satu faktor yang memengaruhi tingkat

pengangguran. Menurut Alghofari (2010) setiap kenaikan tingkat upah akan

diikuti oleh turunnya tenaga kerja yang diminta, yang berarti akan menyebabkan

meningkatnya pengangguran. Begitu pula sebaliknya apabila tingkat upah turun

maka akan diikuti oleh meningkatnya penyerapan tenaga kerja, sehingga dapat

dikatakan bahwa jumlah tenaga kerja yang terserap mempunyai hubungan timbal

balik dengan tingkat upah. Upah mempunyai pengaruh terhadap jumlah angkatan

kerja yang bekerja. Semakin tinggi tingkat upah yang ditetapkan, maka biaya

produksi juga semakin meningkat. Sehingga dilakukanlah efisiensi oleh

perusahaan dengan cara pengurangan tenaga kerja dan berakibat pada

meningkatnya pengangguran. Berikut ini merupakan tingkat UMK di Provinsi

Banten:

Page 29: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

6

Tabel 1.3

Perkembangan Upah Minimum Kabupaten/Kota di 6 Provinsi di Pulau Jawa

Tahun 2010-2013 (Dalam Ribuan Rupiah)

Provinsi

Tahun

2010 2011 2012 2013

Banten 955,300 1,000,000 1,042,000 1,170,000

DKI Jakarta 1,118,000 1,290,000 1,529,150 2,200,000

Jawa Barat 671,500 732,000 780,000 850,000

Jawa Tengah 660,000 675,000 765,000 830,000

DI Yogyakarta 745,690 808,000 829,660 947,110

Jawa Timur 630,000 705,000 745,000 866,250

Sumber : BPS, 2012 (diolah)

Dari tabel 1.3 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan upah minimum pada

setiap Provinsi di Pulau Jawa. Hal tersebut disebabkan karena pertumbuhan

ekonomi yang meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan pertumbuhan ekonomi

dapat diukur melalui besarnya PDRB di setiap Provinsi. Dengan meningkatnya

tingkat upah minimum Kabupaten/Kota akan berdampak pada penyerapan tenaga

kerja dimasa yang akan datang. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan turunnya

tingkat pengangguran di Provinsi Banten seperti yang digambarkan tabel 1.1.

Sementara itu pembangunan suatu daerah juga dapat dilihat melalui

besaran nilai indeks pembangunan manusia (IPM). Tinggi rendahnya nilai IPM

juga menentukan kualitas dari sumber daya manusia di suatu wilayah. Menurut

Todaro (1999) dalam jurnal Muhammad Shun (2013), pendidikan memainkan

Page 30: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

7

kunci dalam membentuk kemampuan sebuah Negara berkembang untuk

menyerap teknologi modern dan untuk mengembangkan kapasitas agar tercipta

pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan. Berikut ini merupakan tabel

perbandingan jumlah indeks pembangunan manusia di 6 Provinsi di Pulau Jawa:

Tabel 1.4

Indeks Pembangunan Manusia di 6 Provinsi di Pulau Jawa 2010-2013

Provinsi

Tahun

2010 2011 2012 2013

Banten 70,48 70,95 71,49 71,90

DKI Jakarta 77,6 77,97 78,33 78,59

Jawa Barat 72,29 72,73 73,11 73,58

Jawa Tengah 72,49 72,94 73,36 74,05

Yogyakarta 75,77 76,32 76,75 77,37

Jawa Timur 71,62 72,18 72,83 73,54

Sumber : BPS RI, 2012

Dari tabel 1.8 diatas dapat dilihat bahwa nilai IPM secara keseluruhan

mengalami peningkatan di setiap Provinsi di Pulau jawa dari tahun 2010 sampai

2013. Meskipun mengalami tren meningkat, namun nilai indeks pembangunan

manusia di Provinsi Banten merupakan yang terendah di antara Provinsi lain di

Pulau Jawa. Hal ini menunjukka bahwa kualitas SDM di Provinsi Banten belum

cukup baik. Angka harapan hidup merupakan salah satu komponen untuk

mengukur indeks pembangunan manusia di suatu Negara atau wilayah. Besar nilai

angka harapan hidup berpengaruh pada nilai indeks pembangunan manusia dan

Page 31: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

8

merepresentasikan keadaan sumber daya manusia yang ada di suatu Negara atau

wilayah. Berikut merupakan perbandingan angka harapan hidup pada 6 Provinsi

di Pulau Jawa:

Tabel 1.5

Angka Harapan Hidup di 6 Provinsi di Pulau Jawa 2010-2013

Provinsi

Tahun

2010 2011 2012 2013

Dki Jakarta 73.20 73.35 73.49 73.56

Jawa Barat 68.20 68.40 68.60 68.84

Jawa Tengah 71.40 71.55 71.71 71.97

D I Yogyakarta 73.22 73.27 73.33 73.62

Jawa Timur 69.60 69.86 70.09 70.37

Banten 64.90 65.05 65.23 65.47

Sumber : BPS RI, 2012

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa angka harapan hidup di 6 Provinsi di

Pulau Jawa mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai tahun 2013.

Meskipun terjadi peningkatan, angka harapan hidup di Provinsi Banten

merupakan yang terendah diantara 6 Provinsi lain. Rendahnya angka harapan

hidup merupakan akibat dari banyaknya kasus gizi buruk yang terjadi. Menurut

wakil gubernur Banten Rano Karno, salah satu kota di Provinsi Banten yaitu Kota

Serang termasuk salah satu daerah yang belum berhasil dalam penanganan gizi

buruk. Rendahnya angka harapan hidup ini berdampak pada rendahnya indeks

pembangunan manusia di Provinsi Banten.

Page 32: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

9

Berdasarkan data dan uraian diatas mengenai adanya pengaruh pada

Produk Domestik Regional Bruto, upah minimum Kabupaten/Kota dan indeks

pembangunan manusia terhadap tingkat pengangguran di seluruh Kabupaten/kota

di Provinsi Banten, maka penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB), Upah Minimum Kabupaten/Kota

(UMK),dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap Tingkat

Pengangguran di Provinsi Banten Periode 2008-2013”.

B. Perumusan Masalah

Pengangguran merupakan salah satu tolak ukur kondisi sosial ekonomi

dalam menilai keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah di suatu

daerah. Banyak sekali masalah-masalah yang timbul mengakibatkan naiknya

tingkat pengangguran. Tingkat pengangguran di Provinsi Banten dari tahun 2008

hingga tahun 2013 mengalami periode yang relatif baik karena tren yang

menurun. Meskipun mengalami penurunan, tingkat pengangguran di Provinsi

Banten masih yang paling tinggi dibanding dengan Provinsi lain di pulau Jawa.

Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang

dapat berpengaruh terhadap tingkat pengangguran di seluruh kabupaten/kota di

Provinsi Banten agar diketahui faktor-faktor apa saja yang perlu di dukung dan

ditingkatkan guna mengurangi tingkat pengangguran. Besarnya tingkat

pengangguran dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya PDRB, UMK,

dan indeks pembangunan manusia. Oleh karena itu dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut:

Page 33: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

10

1. Bagaimana pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap

tingkat pengangguran di Provinsi Banten secara parsial?

2. Bagaimana pengaruh Upah Minimun Kabupaten/Kota (UMK) terhadap

tingkat pengangguran di Provinsi Banten secara parsial?

3. Bagaimana pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap

tingkat pengangguran di Provinsi Banten secara parsial?

4. Bagaimana pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Upah

Minimun Kabupaten/Kota (UMK),dan Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) terhadap tingkat pengangguran di Provinsi Banten secara simultan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan dari penelitian ini antara lain:

a. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) terhadap tingkat pengangguran di Provinsi Banten

secara parsial.

b. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Upah Minimun

Kabupaten/Kota (UMK) terhadap tingkat pengangguran di Provinsi

Banten secara parsial.

c. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) terhadap tingkat pengangguran di Provinsi Banten

secara parsial.

d. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB), Upah Minimun Kabupaten/Kota (UMK),dan Indeks

Page 34: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

11

Pembangunan Manusia (IPM) terhadap tingkat pengangguran di

Provinsi Banten secara simultan.

2. Manfaat yang ingin dicapai dari penulisan skripsi ini diantaranya ialah:

a. Bagi Penulis

Merupakan suatu pembelajaran yaitu usaha untuk menganalisis

pengaruh dari PDRB, UMK, dan IPM terhadap tingkat pengangguran

di Provinsi Banten. Sehingga penulis dapat mengaplikasikan teori

yang didapat selama masa kuliah dengan menganalisa serta

menyelesaikan masalah.

b. Bagi Pihak Lain

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi yang berguna

untuk pemerintah sebagai saran untuk pengambil kebijakan agar

terciptanya kemajuan dalam pembangunan ekonomi. Selain itu penulis

juga berharap penelitian ini menambah ilmu ekonomi khususnya

ekonomi pembangunan bagi para pembaca.

Page 35: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengangguran

a. Definisi Pengangguran

Pengangguran merupakan suatu ukuran yang dilakukan jika

seseorang tidak memiliki pekerjaan tetapi mereka sedang melakukan usaha

secara aktif untuk mencari pekerjaan. Pengangguran merupakan suatu

keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin

mendapatkan pekerjaan tetapi mereka belum dapat memperoleh pekerjaan

tersebut (Sukirno, 1997).

Menurut Sukirno (1997) dalam skripsi Cholili (2014), pengangguran

adalah suatu keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam angkatan

kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya.

Seseorang yang tidak bekerja, tetapi tidak secara aktif mencari pekerjaan

tidak tergolong sebagai penganggur.

Sedangkan dalam ilmu kependudukan (demografi), orang yang

mencari kerja masuk dalam kelompok penduduk yang disebut angkatan

kerja. Berdasarkan kategori usia, usia angkatan kerja adalah 15-64 tahun.

Tetapi tidak semua penduduk yang berusia 15-64 tahun dihitung sebagai

angkatan kerja. Yang dihitung sebagai angkatan kerja adalah penduduk

berusia 15-64 tahun yang bekerja dan sedang mencari kerja. Tingkat

Page 36: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

13

pengangguran merupakan persentase angkatan kerja yang tidak/belum

mendapatkan pekerjaan (Rahardja, 2008 : 376).

Ada dua dasar utama klasifikasi pengangguran, yaitu pendekatan

angkatan kerja (labour force approach) dan pendekatan pemanfaatan tenaga

kerja (labour utilization approach) (Rahardja, 2008 : 378).

1. Pendekatan Angkatan Kerja (Labour Force Approach)

Pendekatan ini mendefinisikan penganggur sebagai angkatan kerja

yang tidak bekerja.

2. Pendekatan Pemanfaatan Tenaga Kerja (Labour Utilization Approach)

Dalam pendekatan ini, angkatan kerja dibagi menjadi tiga

kelompok, yaitu:

a) Menganggur (Unemployed), yaitu mereka yang sama sekali tidak

bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Kelompok ini sering

disebut juga pengangguran terbuka (open employment).

b) Setengah Menganggur (Underemployed), yaitu mereka yang

bekerja, tetapi belum dimanfaatkan secara penuh. Artinya, jam

kerja mereka dalam seminggu kurang dari 35 jam.

c) Bekerja penuh (Employed), yaitu mereka yang bekerja penuh atau

jam kerjanya mencapai 35 jam per minggu.

b. Jenis-jenis Pengangguran

Menurut Sukirno (1997), pengangguran biasanya dibedakan atas 3

jenis berdasarkan keadaan yang menyebabkannya, antara lain:

Page 37: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

14

1. Pengangguran friksional, yaitu pengangguran yang disebabkan

oleh tindakan seseorang pekerja untuk meninggalkan kerjanya

dan mencari kerja yang lebih baik atau sesuai dengan

keinginannya.

2. Pengangguran struktural, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh

adanya perubahan struktur dalam perekonomian.

3. Pengangguran konjungtur, yaitu pengangguran yang disebabkan

oleh kelebihan pengangguran alamiah dan berlaku sebagai akibat

pengurangan dalam permintaan agregat.

c. Biaya Sosial dari Pengangguran

Pengangguran akan menimbulkan dampak negatif jika sifat

pengangguran sudah sangat struktural dan atau kronis (Rahardja, 2008 :

378).

1) Terganggunya Stabilitas Perekonomian

Pengangguran struktural dan atau kronis akan

mengganggu stabilitas perekonomian dilihat dari sisi

permintaan dan penawaran agregat.

2) Terganggunya Stabilitas Politik

Saat ini pengangguran bukan hanya masalah ekonomi,

melainkan juga masalah politik. Sebab dampak social dari

pengangguran sudah jauh lebih besar dari masa-masa

sebelumnya. Pengangguran yang tinggi akan meningkatkan

Page 38: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

15

kriminalitas. Biaya ekonomi yang dikeluarkan untuk mengatasi

masalah-masalah social ini sangat besar dan sulit diukur tingkat

efisiensi dan efektivitasnya.

2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

a. Definisi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistik (2004:8)

yaitu jumlah nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah

usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang

dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.

Menurut departemen statistik ekonomi dan moneter dari Bank

Indonesia (2004:85), PDRB terdiri dari PDRB atas dasar harga berlaku

dan PDRB atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku

menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung

menggunakan harga pada tahun berjalan, sedangkan PDRB atas dasar

harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang

dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu

sebagai tahun dasar.

Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto secara

konseptual menggunakan tiga macam pendekatan, yaitu: pendekatan

produksi, pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan.

1) Pendekatan Produksi:

Page 39: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

16

Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah nilai

tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit

produksi di wilayah suatu daerah dalam jangka waktu tertentu

(biasanya satu tahun). Unit-unit produksi dalam penyajian ini

dikelompokkan dalam 9 lapangan usaha (sektor), yaitu: (1)

pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, (2)

pertambangan dan penggalian, (3) industri pengolahan, (4) listrik,

gas dan air bersih, (5) konstruksi, (6) perdagangan, hotel dan

restoran, (7) pengangkutan dan komunikasi, (8) keuangan, real

estate dan jasa perusahaan, (9) jasa-jasa (termasuk jasa

pemerintah).

2) Pendekatan Pengeluaran:

Produk Domestik Regional Bruto adalah semua

komponen permintaan akhir yang terdiri dari : (1) Pengeluaran

konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, (2)

konsumsi pemerintah, (3) pembentukan modal tetap domestik

bruto, (4) perubahan inventori dan (5) ekspor neto (merupakan

ekspor dikurangi impor).

3) Pendekatan Pendapatan:

Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah balas

jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta

dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka waktu

tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa yang dimaksud adalah

Page 40: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

17

upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya

sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya.

Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak

tidak langsung neto (pajak tak langsung dikurangi subsidi).

3. Upah

a. Definisi Upah

Di dalam sistem Ricardo, upah memainkan peranan aktif dalam

menentukan pendapatan antara modal dengan buruh. Tingkat upah

meningkat bila harga barang yang dibutuhkan buruh meningkat. Barang

yang diproduksi buruh sebagian besar adalah hasil pertanian. Karena itu

untuk menghasilkan satu unit produk dibutuhkan buruh lebih banyak.

Sehingga apabila permintaan terhadap buruh mulai meningkat maka

akan menaikkan upah (Jhingan, 2012: 90).

Menurut Mill, elastisitas penawaran tenaga kerja sangat tinggi

dalam menanggapi kenaikan upah. Upah pada umumnya melebihi

tingkat penghidupan minimum. Upah dapat naik karena peningkatan

cadangan modal yang berputar dengan penduduk yang dipakai untuk

mengupah tenaga kerja atau karena pengurangan jumlah tenaga kerja.

Jika upah naik, penawaran tenaga kerja akan naik. Persaingan antara

pekerja tidak hanya akan menurunkan upah tetapi juga sebagian buruh

akan kehilangan pekerjaan. (Jhingan, 2012: 106).

Menurut teori upah efisiensi, perusahaan bersedia membayar

lebih tinggi daripada gaji ekuilibrium agar mendorong para pekerja

Page 41: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

18

untuk menghindari kelalaian atau mengulur-ngulur waktu kerja.

(Schaum’s, 2006:264). Mankiw (2006) dalam Skripsi Anggrainy (2013)

menjelaskan bahwa teori upah-efisiensi mengajukan penyebab ketiga

dari kekakuan upah selain undang-undang upah minimum dan

pembentukkan serikat pekerja. Teori upah-efisiensi yang pertama

menyatakan bahwa upah yang tinggi membuat para pekerja lebih

produktif. Pengaruh upah terhadap efisiensi pekerja dapat

menjelaskan kegagalan perusahaan untuk memangkas upah meskipun

terjadi kelebihan penawaran tenaga kerja. Meskipun akan

mengurangi tagihan upah perusahaan, (jika teori ini benar) maka

pengurangan upah akan memperendah produktivitas pekerja dan laba

perusahaan.

Teori upah-efisiensi yang kedua, menyatakan bahwa upah

yang tinggi menurunkan perputaran tenaga kerja. Dengan membayar

upah yang tinggi, perusahaan mengurangi frekuensi pekerja yang

keluar dari pekerjaan, sekaligus mengurangi waktu yang dibutuhkan

perusahaan untuk menarik dan melatih pekerja baru. Teori upah-

efisiensi yang ketiga menyatakan bahwa kualitas rata-rata tenaga

kerja perusahaan bergantung pada upah yang dibayar kepada

karyawannya. Jika perusahaan mengurangi upahnya, maka pekerja

terbaik bisa mengambil pekerjaan di tempat lain, meninggalkan

perusahaan dengan pekerja yang tidak terdidik yang memiliki lebih

sedikit alternatif. Teori upah-efisiensi yang keempat menyatakan

Page 42: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

19

bahwa upah yang tinggi meningkatkan upaya pekerja. Teori ini

menegaskan bahwa perusahaan tidak dapat memantau dengan

sempurna upaya para pekerja, dan para pekerja harus memutuskan

sendiri sejauh mana mereka akan bekerja keras. Semakin tinggi upah,

semakin besar kerugian bagi pekerja bila mereka sampai dipecat.

Dengan membayar upah yang lebih tinggi, perusahaan memotivasi

lebih banyak pekerja agar tidak bermalas-malasan dan dengan

demikian meningkatkan produktivitas mereka.

Teori upah subsitensi (hukum besi) oleh David Ricardo

(1772-1823) yaitu upah ditentukan oleh interaksi penyediaan dan

permintaan akan buruh. Lebih lanjut berasumsi bahwa bila

pendapatan penduduk bertambah di atas tingkat subsisten, maka

penduduk akan bertambah lebih cepat dari laju pertambahan

makanan dan kebutuhan lain. Angkatan kerja bertambah maka akan

bertambah pula angkatan kerja yang memasuki pasar kerja dan mencari

kerja. Penawaran tenaga kerja menjadi lebih besar dari permintaan.

Teori upah besi adalah upah riil dalam jangka panjang cenderung

terhadap upah minimum yang diperlukan untuk menyokong kehidupan

pekerja. Upah tidak dapat jatuh di bawah tingkat subsistensi karena

tanpa subsisten, buruh tidak akan mampu bekerja. Teori iron wage

ini cenderung merugikan kepentingan pengusaha dan pekerja yang

belum mendapatkan pekerjaan. Kenaikan upah akan menurunkan

permintaan tenaga kerja sehingga para penganggur akan semakin sulit

Page 43: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

20

mendapatkan pekerjaan dan para pengusaha akan disulitkan dengan

kenaikan biaya produksi. Kegagalan upah dalam melakukan

penyesuaian sampai penawaran tenaga kerja sama dengan

permintaannya merupakan indikasi adanya kekakuan upah (wage

rigidity) (Devi, 2011 :4-5).

b. Penetapan Upah Minimum Kota

Pengertian upah minimum dalam pasal 1 ayat 1 dari Peraturan

Menteri Tenaga Kerja No. 1 tahun 1999, upah minimum didefinisikan

sebagai upah bulanan terendah yang meliputi gaji pokok dan tunjangan

tetap. upah minimum provinsi adalah upah bulanan terendah yang

meliputi gaji pokok dan tunjangan tetap yang ditetapkan oleh gubernur.

Kebijakan upah minimum di dalam Undang Undang No 13 tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan yang isinya antara lain:

1) Pemerintah menetapkan upah berdasarkan Kebutuhan Hidup Layak

(KHL) dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan

ekonomi.

2) Upah Minimum dapat diterapkan:

(a) berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota;

(b) berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau kabupaten/kota.

Upah minimum sektoral dapat ditetapkan untuk kelompok

lapangan usaha beserta pembagiannya menurut klasifikasi lapangan

usaha Indonesia untuk kabupaten/kota, provinsi, beberapa provinsi

Page 44: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

21

atau nasional dan tidak boleh lebih rendah dari upah minimum

regional daerah yang bersangkutan.

3) Upah minimum ditetapkan oleh Gubernur dengan memperhatikan

rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau

Bupati/Walikota.

4) Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah

minimum.Bagi pengusaha yang tidak mampu membayar upah

minimum dapat dilakukan penangguhan. Penangguhan pelaksanaan

upah minimum bagi perusahaan yang tidak mampu dimaksudkan

untuk membebaskan perusahaan yang bersangkutan melaksanakan

upah minimum yang berlaku dalam kurun waktu tertentu.

4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

a. Definisi Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Menurut UNDP indeks pembangunan manusia memberikan

suatu ukuran gabungan tiga dimensi tentang pembangunan manusia

diantaranya: panjang umur dan menjalani hidup sehat (diukur dari usia

harapan hidup), terdidik (diukur dari tingkat kemampuan baca tulis

orang dewasa dan tingkat pendaftaran di sekolah dasar, lanjutan dan

tinggi), dan memiliki standar hidup yang layak (diukur dari paritas daya

beli/PPP, penghasilan) (UNDP, 2004).

IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara

termasuk kategori negara maju, negara berkembang atau negara

Page 45: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

22

terbelakang. Selain itu indeks ini juga menjadi parameter untuk

melihat pengaruh kebijakan ekonomi suatu negara terhadap kualitas

rakyatnya. Dan tidak hanya digunakan sebagai tolak ukur

pengelompokan suatu Negara tetapi juga dapat digunakan sebagai

tolak ukur untuk mengukur dan pengelompokan Subnegara (daerah/

bagian) (Cholili, 2014 : 5) .

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator yang

menjelaskan bagaimana penduduk suatu wilayah mempunyai

kesempatan untuk mengakses hasil dari suatu pembangunan sebagai

bagian dari haknya dalam memperoleh pendapatan, kesehatan,

pendidikan, dan sebagainya. Nilai IPM menunjukkan seberapa jauh

wilayah tersebut telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka

harapan hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan

masyarakat, dan tingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah

mencapai standar hidup layak. Semakin dekat nilai IPM suatu wilayah

terhadap angka 100, maka semakin dekat jalan yang harus ditempuh

untuk mencapai sasaran itu.

Kedudukan dan peran IPM dalam pembangunan akan lebih

terlihat kalau dilengkapi dengan suatu data yang berisikan indikator

yang relevan dengan IPM dan disusun sebagai suatu sistem data yang

lengkap. Sistem data yang lengkap dan akurat akan lebih dapat

mengkaji berbagai kendala dan implementasi program pembangunan

pada periode sebelumnya, dan potensi yang dimiliki oleh suatu

Page 46: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

23

wilayah untuk dimasukkan sebagai masukan dalam perencanaan

pembangunan periode berikutnya, sehingga diharapkan nilai IPM

sebagai tolok ukur pembangunan dapat mencerminkan kondisi

kemiskinan masyarakat yang sesungguhnya. Adapun hambatan yang

dihadapi oleh pemerintah maupun pemerintah daerah dalam

pelaksanaan pencapain prestasi IPM ini adalah kurangnya pengetahuan

tentang pentingnya kasus tersebut, dan dipihak lain juga kurang nya

sosialisasi tentang hal tersebut, sehingga menyebabkan buruknya

prestasi kita dikancah internasional, hal ini dapat dilihat dari masih

banyaknya indikator -indikator IPM yang belum terpenuhi.

Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui

pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur

panjang dan sehat; pengetahuan dan kehidupan yang layak. Ketiga

dimensi tersebut memiliki pengertian yang sangat luas karena terkait

banyak faktor. Untuk mengukur dimensi kesehatan, digunakan angka

umur harapan hidup. Selanjutnya untuk mengukur dimensi pengetahuan

digunakan gabungan indicator angka melek huruf dan rata-rata lama

sekolah. Adapun untuk mengukur dimensi hidup layak digunakan

indicator kemampuan daya beli (Purchasing Power Parity). (Indeks

Pembangunan Manusia, Katalog BPS, 2007 : 9)

Salah satu keuntungan terbesar dari IPM adalah indeks ini

mengungkapkan bahwa sebuah Negara dapat berbuat jauh lebih baik

pada tingkat pendapatan yang rendah, dan bahwa kenaikan pendapatan

Page 47: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

24

yang besar dapat berperan relatif kecil terhadao pembangunan manusia.

Lebih jauh, IPM menunjukkan dengan jelas bahwa kesenjangan dalam

pendapatan lebih besar daripada kesenjangan dalam indikator

pembangunan yang lain, paling tidak dalam indikator kesehatan dan

pendidikan (Todaro, 2006 : 75).

5. Hubungan antar variabel

a. Hubungan PDRB dengan Pengangguran

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kinerja

yang menggambarkan hasil dari pembangunan yang telah dicapai.

Indikator ini penting bagi daerah karena dapat digunakan sebagai

bahan evaluasi bagi pemerintah daerah atas keberhasilan

pembangunan yang telah dicapai sekaligus sebagai dasar perencanaan

dan pengambilan kebijakan dimasa yang akan datang. Arsyad (2000)

dalam skripsi Yeni Dharmayanti (2011) menyatakan bahwa

pertumbuhan ekonomi daerah diartikan sebagai kenaikan Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) tanpa memandang apakah

kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan

penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau

tidak. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi daerah secara

langsung ataupun tidak langsung akan menciptakan lapangan kerja.

Berdasarkan penelitian terdahulu yaitu dari Nainggolan,

2009 yang melakukan penelitian tentang “Analisis Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja pada Kabupaten/Kota Di

Page 48: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

25

Propinsi Sumatera Utara” yang menjadi rujukan dan persamaan dalam

penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat adanya pengaruh PDRB

dan jumlah pengangguran yang bersifat positif dalam Teori

Pertumbuhan Ekonomi. Dikatakan berpengaruh positif sebab

pertumbuhan ekonomi tidak dibarengi oleh peningkatan kapasitas

produksi, sehingga jumlah pengangguran tetap meningkat seiring

pertumbuhan ekonomi yang berlangsung. Hal ini disebabkan

pertumbuhan ekonomi yang meningkat tersebut berorientasi pada

padat modal, dimana kegiatan produksi untuk memacu output dan

menghasilkan pendapatan yang meningkat lebih diutamakan

ketimbang pertumbuhan ekonomi yang berorientasi pada padat karya.

b. Hubungan UMK dengan Pengangguran

Upah merupakan wujud nyata dari sebuah bentuk pertukaran

yang terjadi antara pengguna jasa (perusahaan) dan pemberi jasa

(rumah tangga). Upaya meminimalisasi persoalan upah minimum

dilakukan pemerintah dengan menyusun rumusan upah minimum

yang diharapkan menjadi acuan bagi pengusaha agar memenuhi

kewajibannya membayar upah buruh atau pekerja untuk dapat hidup

layak dari upah yang diterimanya. Dengan berlakunya Undang-

Undang No.22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, maka

keputusan UMK untuk tiap Kabupaten atau Kota Madya

langsung dibuat oleh Gubernur atas rekomendasi para Bupati dan

Walikota yang berada di propinsi masing-masing.

Page 49: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

26

Penelitian lainnya yang serupa dan mendukung adalah dari

Wicaksono, 2010 yang berjudul “Analisis Pengaruh PDB Sektor

Industri, Upah Riil, Suku Bunga Riil dan Jumlah Unit Usaha

Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pengolahan

Sedang dan Besar di Indonesia Tahun 1990-2008” yang

menyatakan bahwa kebijakan pemberlakuan dan peningkatan upah

riil berpengaruh negatif sebab dapat menyebabkan terjadinya

pengangguran dalam masyarakat. Adanya tuntutan kenaikan UMK

pada tiap kota setiap tahunnya yang dimaksudkan untuk

meningkatkan taraf kesejahteraan kaum buruh, disisi lain

(pengusaha) justru berpengaruh negatif terhadap jumlah

pengangguran. Hal tersebut dikarenakan jika UMK meningkat maka

biaya produksi yang dikeluarkan cukup tinggi, sehingga terjadi

inefisiensi pada perusahaan dan akan mengambil kebijakan

pengurangan tenaga kerja guna mengurangi biaya produksi dan hal ini

akan berakibat dikuranginya tenaga kerja. Teori yang signifikan untuk

menjelaskan keadaan perekonomian di suatu daerah khususnya di

Indonesia adalah mengenai teori kekakuan upah. Kekakuan upah

(Wage rigidity) adalah gagalnya upah melakukan penyesuaian

sampai penawaran tenaga kerja sama dengan permintaannya.

c. Hubungan IPM dengan Pengangguran

Todaro (2000) mengatakan bahwa pembangunan manusia merupakan

tujuan pembangunan itu sendiri. Pembangunan manusia memainkan peranan

kunci dalam membentuk kemampuan sebuah negara dalam menyerap

Page 50: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

27

teknologi modern dan untuk mengembangkan kapasitasnya agar tercipta

pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan. Kualitas Sumberdaya

Manusia yang dapat dilihat dari nilai Indeks Pembangunan Manusia dapat

menjadi penyebab terjadinya penduduk miskin. Rendahnya Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) akan berakibat pada rendahnya produktivitas

kerja yang berimbas pada rendahnya perolehan pendapatan.

B. Penelitian Terdahulu

Alexander Muravyev dan Aleksey Oshchepkov melakukan

penelitian yang berjudul “Minimum Wages, Unemployment and

Informality: Evidence from Panel Data on Russian Regions”.

Dalam penelitian ini mereka melihat efek pasar tenaga kerja dari

adanya upah minimum dengan mengambil data yang mencakup 89

wilayah di Rusia dari tahun 2001 sampai tahun 2010. Hasil dari

penelitian mereka menunjukkan bahwa upah minimum

menimbulkan pengangguran di kalangan pekerja muda berusia 15

sampai 24 tahun. Sebaliknya, tidak terdapat dampak dari upah

terhadap pekerja muda berusia 25 sampai 72 tahun.

M. Choudhry, dkk melakukan penelitian yang berjudul

“Youth and total unemployment rate: the impact of policies and

institutions”. Penelitian inimemperkirakan dampak dari beberapa

lembaga, kebijakan untuk pemuda dan jumlah tingkat

pengangguran pada Negara-negara maju selama tiga dekade

terakhir. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Page 51: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

28

analaisis panel fixed effect. Hasil dari penelitian ini menunjukkan

bahwa selain pertumbuhan ekonomi, kebebasan ekonomi, pasar

tenaga kerja, pekerja paruh waktu dapat mengurangi pengangguran

dan meningkatkan kinerja pasar tenaga kerja.

Thomas Lemieux melakukan penelitian yang berjudul

“Minimum Wages and the Joint Distribution Employment and

Wages”. Penelitian ini memperikarakan dampak dari upah

minimum terhadap distribusi upah dan pendekatan tenaga kerja.

Dengan menggunakan data Negara Kanada dari tahun 1997 sampai

2010, peneliti menemukan bahwa untuk remaja, kenaikan upah

minimum dapat meningkatkan jumlah sebagian pekerja tetapi juga

menghasilkan beberapa kerugian. Tidak ada dampak dari upah

minimum terhadap orang dewasa.

Muhammad Shun Hajji dan Nugorho SBM melakukan

penelitian berjudul “Analisis PDRB, Upah Minimum Provinsi, dan

Angka Melek Huruf Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di

Provinsi Jawa Tengah Tahun 1990-2011”. Penelitian ini

menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dengan

menggunakan tingkat pengangguran terbuka sebagai variabel

dependen dan empat variabel independen yaitu produk domestik

regional bruto, inflasi, Upah Minimum Kota dan angka melek

huruf. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa upah

Page 52: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

29

minimum Provinsi dan angka melek huruf berpengaruh secara

signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka. Untuk di masa

yang akan datang kebijakan Upah Minimum Kota perlu di awasi

dengan benar agar tercapai keseimbangan pada pasar tenaga kerja.

Kasus ini perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah guna

terciptanya permintaan tenaga kerja dan mengantisipasi

terbuangnya potensi sumber daya yang dimiliki.

Kholifah Anggrainy melakukan penelitian berjudul

“Analisis Dampak Kenaikan Upah Minimum Kota (UMK)

terhadap Kesempatan Kerja dan Investasi”. Tujuan dari penelitian

ini adalah untuk menganalisis bagaimana dampak kenaikan upah

minimum terhadap kesempatan kerja dan investasi di Kota Malang

tahun 2001-2011. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa

variabel UMK memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap

kesempatan kerja, sedangkan investasi memiliki pengaruh positif

dan signifikan terhadap kesempatan kerja di Kota Malang.

Roby Cahyadi Kurniawan melakukan penelitian berjudul

“Analisis Pengaruh PDRB, UMK, dan Inflasi Terhadap Tingkat

Pengangguran Terbuka di Kota Malang Tahun 1980-2011”. Tujuan

penelitian ini adalah untuk menganalisis nilai PDRB, Upah,

Inflasi, Investasi, Tingkat Bunga dan Jumlah Industri secara

Page 53: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

30

individu terhadap tingkat Pengangguran Terbuka di Kota Malang

tahun 1980 – 2011. Dan menganalisis nilai PDRB, Upah,

Inflasi, Investasi, Tingkat Bunga dan Jumlah Industri secara

bersama – sama terhadap tingkat Penganguran Terbuka di Kota

Malang Tahun 1980 – 2011. Hasil penelitian menunjukkan

variabel PDRB, UMK, Inflasi, Investasi, Tingkat Bunga, Industri

berpengaruh signifikan terhadap variabel tingkat pengangguran

terbuka. Variabel UMK dan tingkat bunga memiliki pengaruh

positif yang signifikan. Sedangkan variabel PDRB, Inflasi,

Investasi dan Industri memiliki pengaruh negatif yang signifikan

terhadap variabel tingkat pengangguran terbuka.

Fatkhul Mufid Cholili melakukan penelitian berjudul

“Analisis Pengaruh Pengangguran, Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB), dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Terhadap

Jumlah Penduduk Miskin (Studi Kasus 33 Provinsi Di Indonesia)”.

Penelitian ini menganalisis faktor yang mempengaruhi kemiskinan

di Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk melihat bagaimana

tiga variabel independen berpengaruh terhadap kemiskinan di

Indonesia, dengan variabel independen adalah indeks

pembangunan manusia, produk domestik regional bruto, dan

pengangguran baik secara simultan maupun secara parsial. Hasil

penelitian memperlihatkan adanya pengaruh secara simultan dari

Page 54: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

31

ketiga variabel independen dengan koefisien determinan 0.743 (R-

Square). Namun ketika diuji secara parsial PDRB tidak

berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan, sedangkan

IPM dan pengangguran secara parsial mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap tingkat kemiskinan.

Tabel 2.1.

Penelitian Terdahulu

Penulis Tahun Judul Variabel Metode Hasil

Persamaan dan

Perbedaan

Thomas

Lemieux

2011 “Minimum

Wages and

the Joint

Distribution

Employment

and Wages”

Upah

Minimum,

Tenaga

Kerja

Distrib

ution

Regress

ions

Untuk

remaja,

kenaikan

upah

minimum

dapat

meningkat

kan jumlah

tenaga

kerja yang

mengangg

ur.

Persamaan:

Variabel upah

minimum

berpengaruh

pada tingkat

pengangguran,

Perbedaan:

Upah Minimum

naik akan

meningkatkan

tingkat

pengangguran

sedangkan

dalam penelitian

variabel upah

minimum naik

maka tingkat

Page 55: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

32

pengangguran

akan berkurang.

M.

Choudhry,

E. Marelli

dan M.

Signorelli

2012 “Youth and

total

unemployme

nt rate:

the impact of

policies and

institutions”

Tingkat

Penganggu

ran,

Pertumbuh

an

Ekonomi,

Pasar

Tenaga

Kerja

Fixed

Effect

Model

(FEM)

Selain

pertumbuh

an

ekonomi,

kebebasan

ekonomi,

pasar

tenaga

kerja,

pekerja

paruh

waktu

dapat

mengurang

i

penganggu

ran dan

meningkat

kan kinerja

pasar

tenaga

kerja.

Persamaan:

Metode yang

digunakan sama

yaitu

Fixed Effect

Model (FEM),

Perbedaan:

Pekerja paruh

waktu dapat

mengurangi

pengangguran

sedangkan

dalam penelitian

upah minimum

naik maka

tingkat

pengangguran

akan berkurang.

Alexander

Muravyev

dan

2013 “Minimum

Wages,

Unemployme

Upah

Minimum,

Penganggu

Ordina

ry

Least

Upah

minimum

menimbulk

Persamaan:

Upah minimum

berpengaruh

Page 56: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

33

Aleksey

Oshchepko

v

nt And

Informality:

Evidence

From Panel

Data On

Russian

Regions”

ran, Sektor

Informal

Square

(OLS)

an

penganggu

ran di

kalangan

pekerja

muda

berusia 15-

24 tahun

termasuk

juga

perempuan

.

terhadap tingkat

pengangguran

Perbedaan:

Upah minimum

menambah

tingkat

pengangguran

sedangkan pada

penelitian upah

minimum naik

akan

mengurangi

tingkat

pengangguran.

Muhamma

d Shun

Hajji,

Nugroho

SBM

2013 Analisis

PDRB,

Inflasi, Upah

Minimum

Provinsi,

Dan Angka

Melek Huruf

Terhadap

Tingkat

Penganggura

n Terbuka

Di Provinsi

PDRB,

Inflasi,

UMK,

Angka

Melek

Huruf,

Tingkat

Penganggu

ran

Terbuka

Ordina

ry

Least

Square

(OLS)

Upah

minimum

Provinsi

dan angka

melek

huruf

berpengaru

h secara

signifikan

terhadap

tingkat

penganggu

Persamaan:

Upah minimum

berpengaruh

terhadap tingkat

pengangguran

Perbedaan:

Metode yang

digunakan

adalah Ordinary

Least Square

(OLS)

Page 57: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

34

Jawa Tengah

Tahun 1990-

2011

ran

terbuka.

sedangkan

dalam penelitian

digunakan

metode Fixed

Effect Model

(FEM).

Kholifah

Anggrainy

2013 Analisis

Dampak

Kenaikan

Upah

Minimum

Kota (UMK)

Terhadap

Kesempatan

Kerja dan

Investasi

Upah

Minimum

Kota

(UMK),

Kesempata

n Kerja,

Investasi

Two

Stage

Least

Square

(TSLS)

UMK

memiliki

pengaruh

negatif

signifikan

terhadap

kesempata

n kerja dan

investasi

memiliki

pengaruh

positif

yang

signifikan

terhadap

kesempata

n kerja.

Persamaan:

Upah minimum

berpengaruh

negatif terhadap

tingkat

pengangguran

Perbedaan:

Metode yang

digunakan

adalah Two

Stage Least

Square (TSLS)

sedangkan

dalam penelitian

digunakan

metode Fixed

Effect Model

(FEM).

Roby

Cahyadi

2013 Analisis

Pengaruh

PDRB,

UMK

Ordina

ry

Variabel

PDRB,

Persamaan:

Upah minimum

Page 58: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

35

Kurniawan PDRB,

UMK, dan

Inflasi

Terhadap

Tingkat

Penganggura

n Terbuka di

Kota Malang

Tahun 1980-

2011

Inflasi,

Investasi,

Tingkat

Bunga,

Industri,

Penganggu

ran

Terbuka

Least

Square

(OLS)

UMK

Inflasi,

Investasi,

Tingkat

Bunga,

Industri

berpengaru

h

signifikan

terhadap

variabel

tingkat

penganggu

ran

terbuka.

Variabel

UMK dan

tingkat

bunga

memiliki

pengaruh

positif

yang

signifikan.

Sedangkan

variabel

PDRB,

berpengaruh

terhadap tingkat

pengangguran

Perbedaan:

Upah minimum

naik akan

menambah

tingkat

pengangguran

sedangkan

dalam penelitian

upah minimum

naik akan

mengurangi

tingkat

pengangguran.

Page 59: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

36

Inflasi,

Investasi

dan

Industri

memiliki

pengaruh

negatif

yang

signifikan

terhadap

variabel

tingkat

penganggu

ran

terbuka.

Fatkhul

Mufid

Cholili dan

M.

Pudjihardj

o

2014 Analisis

Pengaruh

Penganggura

n, Produk

Domestik

Regional

Bruto

(PDRB),

Dan

Indeks

Pembanguna

n Manusia

Penganggu

ran,

PDRB,

IPM,

Kemiskina

n

Ordina

ry

Least

Square

(OLS)

Variabel

PDRB

memiliki

pengaruh

positif

namun

tidak

signifikan

terhadap

variabel

kemiskina

n, variabel

Persamaan:

Indeks

Pembangunan

Manusia

memiliki

pengaruh

negatif dan

signifikan

terhadap tingkat

pengangguran

Perbedaan:

Page 60: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

37

(IPM)

Terhadap

Jumlah

Penduduk

Miskin

(Studi Kasus

33 Provinsi

Di

Indonesia)

IPM

memiliki

pengaruh

negatif dan

signifikan

terhadap

variabel

kemiskina

n, dan

variabel

penganggu

ran

memiliki

pengaruh

positif dan

signifikan

terhadap

variabel

kemiskina

n.

Variabel tignkat

pengangguran

sebagai variabel

independen

sedangkan

dalam penelitian

variabel tingkat

pengangguran

sebagai variabel

dependen.

Page 61: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

38

C. Kerangka Berpikir

Pada rumusan masalah penelitian telah di tetapkan akan

dikaji pengaruh antara PDRB, Upah Minimum Kota, dan Indeks

Pembangunan Manusia terhadap Tingkat Pengangguran di Provinsi

Banten dari tahun 2008 sampai tahun 2013.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dijelaskan apa saja

variabel-variabel yang berkaitan dengan penelitian ini.

Diperkirakan tingkat pengangguran dipengaruhi oleh PDRB, upah

minimum kota dan indeks pembangunan manusia, sehingga dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Dimana:

Y : Tingkat Pengangguran

X1 : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

X2 : Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK)

X3 : Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Secara lebih jelasnya pengaruh PDRB, upah minimum kota

dan indeks pembangunan manusia terhadap tingkat pengangguran

dapat dijelaskan pada gambar berikut:

Y = f(X1, X2, X3)

Page 62: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

39

Gambar 2.2

Kerangka Pemikiran

Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Upah Minimum

Kabupaten/Kota (UMK), dan Indeks Pembangunan Manusia terhadap Tingkat

Pengangguran di Provinsi Banten periode tahun 2008-2013

Variabel Independen Variabel Dependen

Tingkat

Pengangguran

(Y)

Uji Hausman

Metode Analisis:

Data Panel (Pooled Data)

Hasil Pengujian dan Pembahasan

Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan, dan Saran

Latar Belakang Masalah

Uji Chow

Uji Hipotesis:

Uji t

Uji F

Uji Adj R2

Uji Asumsi Klasik:

Uji Normalitas

Uji Multikolinearitas

Uji Heteroskedastisitas

Uji Autokorelasi

Produk Domestik

Regional Bruto (X1)

Upah Minimum

Kabupaten/Kota (X2)

Indeks Pembangunan

Manusia (X3)

Uji Fixed Effect Model

Page 63: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

40

D. Hipotesis

Dari rumusan permasalahan yang ada, dirumuskan hipotesis

yang berkaitan untuk menjawab pertanyaan dari rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Ho: Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara

Produk Domestik Regional Bruto terhadap tingkat

pengangguran di Provinsi Banten secara parsial.

H1: Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara Produk

Domestik Regional Bruto terhadap tingkat pengangguran di

Provinsi Banten secara parsial.

2. Ho: Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara

Upah Minimum Kabupaten/Kota terhadap tingkat

pengangguran di Provinsi Banten secara parsial.

H1: Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara Upah

Minimum Kabupaten/Kota terhadap tingkat pengangguran di

Provinsi Banten secara parsial.

3. Ho: Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara

Indeks Pembangunan Manusia terhadap tingkat pengangguran

di Provinsi Banten secara parsial.

H1: Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara Indeks

Pembangunan Manusia terhadap tingkat pengangguran di

Provinsi Banten secara parsial.

Page 64: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

41

4. Ho: Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara

Produk Domestik Regional Bruto, Upah Minimum Kota, dan

indeks pembangunan manusia terhadap tingkat pengangguran

di Provinsi Banten secara simultan.

H1: Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara Produk

Domestik Regional Bruto, Upah Minimum Kabupaten/Kota,

dan indeks pembangunan manusia terhadap tingkat

pengangguran di Provinsi Banten secara simultan.

Page 65: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

42

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menganalisa tentang pengaruh PDRB, UMK, dan IPM

terhadap tingkat pengangguran di Provinsi Banten selama enam tahun,

yaitu dari tahun 2008-2013. Adapun variabel-variabel yang digunakan

terdiri dari empat variabel. Tingkat pengangguran merupakan variabel

terikat atau dependent variable. Sedangkan untuk variabel bebas atau

independent variable adalah produk domestik regional bruto, upah

minimum kabupaten/kota, dan indeks pembangunan manusia.

B. Metode Penentuan Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 2010 : 62). Metode yang digunakan dalam pemilihan

objek dalam penelitian ini adalah purposive sampling dimana peneliti

kemungkinan mempunyai tujuan atau target tertentu dalam memilih sampel

secara acak. Tujuan peneliti memilih sampel daerah Provinsi Banten adalah

meneliti apakah yang menyebabkan tingginya tingkat pengangguran di

Provinsi Banten (Indriantoro, 2009:131).

Penelitian ini menggunakan data populasi di Provinsi Banten yang

terdiri dari delapan Kabupaten/Kota antara lain: Kabupaten Pandeglang,

Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Serang, Kota

Tangerang, Kota Cilegon, Kota Serang dan Kota Tangerang Selatan.

Page 66: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

43

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini

diperoleh melalui data sekunder atau pihak ketiga, sehingga tidak

diperlukan teknik kuesioner. Periode data yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah data sekunder pada tahun 2008-2013 yang didapat dari

Badan Pusat Statistik Provinsi Banten. Sebagai pendukung digunakan buku

referensi, jurnal, surat kabar serta hasil dari website internet yang terkait

dengan masalah tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Banten.

Menurut Insukrindo (1996) pada skripsi Rully (2015) mengingat

ketersediaan data dan kebutuhan jumlah data untuk permodelan yang

diperoleh terbatas, maka data tahunan diinterpolasi menjadi data

semesteran dengan menggunakan metode interpolasi.

D. Metode Analisis Data

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang telah dirumuskan maka

metode analisis dalam penelitian ini adalah metode analisis kuantitatif, yaitu

di mana data yang digunakan dalam penelitian berbentuk angka, dalam

penelitian ini metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan format

deskriptif bertujuan untuk menjelaskan dan meringkaskan berbagai kondisi,

berbagai situasi, atau beberapa variabel yang timbul di masyarakat yang

menjadi obyek penelitian ini. Dimana metode analisis dalam penelitian ini

menggunakan beberapa teknik analisis yaitu:

Page 67: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

44

1. Metode Data Panel

Metode analisis yang penulis gunakan secara umum menganalisis

tentang Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto, Upah Minimum

Kabupaten/Kota, dan Indeks Pembangunan Manusia terhadap Tingkat

Pengangguran di Kabupaten/Kota di Provinsi Banten adalah metode

kuantitatif. Data ini berbentuk data time series dari tahun 2008 sampai

2013 dan cross section yang terdiri dari 4 kabupaten dan 4 kota sehingga

data yang digunakan adalah pooled data (data panel).

Gabungan antara data seksi silang (cross section) dan data runtun

waktu (time series) disebut data panel atau data pool. Data panel

diperkenalkan pertama kali oleh Howless pada tahun 1950, merupakan

data seksi silang (terdiri atas beberapa variabel) dan sekaligus terdiri atas

beberapa waktu (Winarno , 2007 : 9.1).

Menurut Gujarati dalam Ajija, dkk (2011 : 52) keuntungan data panel

antara lain:

a. Bila data panel berhubungan dengan individu, perusahaan, Negara,

daerah dan lain-lain pada waktu tertentu, maka data tersebut adalah

homogen, sehingga penaksiran dan dapat dipertimbangkan dalam

perhitungan.

b. Kombinasi data time series dan cross section akan memberi informasi

yang lebih lengkap, beragam, kurang berkorelasi antar variabel,

derajat bebas lebih besar dan lebih efisien.

Page 68: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

45

c. Studi data panel lebih memuaskan untuk menentukan perubahan

dinamis dibanding dengan studi berulang dan cross section.

d. Data panel lebih baik mendeteksi dan mengukur efek yang secara

sederhana tidak dapat diukur oleh data time series atau cross section.

e. Data panel membantu studi untuk menganalisisi perilaku yang lebih

kompleks, misalnya skala ekonomi dan perubahan teknologi.

f. Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregasi

individu atau perusahaan karena unit data yang lebih banyak.

2. Permodelan Data Panel

Menurut Nachrowi dan Usman (2006: 311) secara umum terdapat 3

model panel yang sering digunakan:

a. Pooled Least Square

Pendekatan yang paling sederhana dalam pengolahan data

panel adalah dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa yang

ditetapkan dalam data berbentuk pool, sering disebut pula dengan

Pooled Least Square.

Pada metode ini, model mengasumsikan bahwa data gabungan

yang ada menunjukkan kondisi sesungguhnya dimana nilai intercept

dari masing – masing variabel adalah sama dan slope koefisien dari

variabel – variabel yang digunakan adalah identik untuk semua unit

cross section.

Kelemahan metode ini yaitu adanya ketidaksesuaian model

dengan keadaan yang sesungguhnya. Dimana kondisi tiap objek saling

Page 69: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

46

berbeda, bahkan satu objek pada suatu waktu akan sangat berbeda

pada kondisi objek tersebut pada waktu yang lain (Winarno, 2007:

9.14).

b. Fixed-Effect Model

Metode efek tetap ini dapat menunjukkan perbedaan antar

objek meskipun dengan koefisien regresi yang sama. Model ini

dikenal dengan model Fixed Effect (efek tetap).Efek tetap ini

dimaksudkan adalah bahwa satu objek, memiliki konstan yang tetap

besarnya untuk berbagai periode waktu.Demikian juga dengan

koefisien regresinya, tetap besarnya dari waktu ke waktu (time

invariant).

Keuntungan metode efek tetap ini adalah dapat membedakan

efek waktu dan tidak perlu mengasumsikan bahwa komponen error

tidak berkorelasi dengan variabel bebas yang mungkin sulit

dipenuhi.Dan kelemahan model efek tetap ini adalah ketidaksesuaian

model dengan keadaan yang sesungguhnya. Kondisi tiap objek saling

berbeda, bahkan objek tersebut pada waktu yang lain.

c. Random Effect Model

Keputusan untuk memasukkan variabel boneka dalam efek

tetap (fixed effect) tak dapat menimbulkan konsekuensi (trade off).

Penambahan variabel boneka ini akan dapat mengurangi banyaknya

Page 70: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

47

derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya akan

mengurangi effisiensi dari parameter yang diestimasi. Model panel

data yang di dalamnya melibatkan korelasi antara error term karena

berubahnya waktu karena berbedanya observasi dapat diatasi dengan

pendekatan model komponen error (error component model) atau

dissebut juga model efek acak (random effect).

Efek random (random effect) digunakan untuk mengatasi

kelemahan metode efek tetap (fixed effect) yang menggunakan

variabel semu, sehingga model mengalami ketidakpastian.Tanpa

menggunakan variabel semu, metode efek random menggunakan

residual, yang diduga memiliki hubungan antarwaktu dan antarobjek.

Namun untuk menganalisis dengan metode efek random ini ada satu

syarat, yaitu objek data silang harus lebih besar daripada banyaknya

koefisien (Winarno, 2007 : 9.17).

3. Pemilihan Model Data Panel

Dalam pemilihan model data panel kita perlu melakukan dua tahap,

yaitu dengan membandingkan PLS dengan FEM dan dengan pengujian

Hausman test untuk menentukan metode mana yang akan dipakai FEM

atau REM.

a. PLS vs FEM (Uji Chow Test)

Uji Chow test yakni pengujian untuk menentukan model Pooled

Least Square (PLS) atau model Fixed Effect (FEM) yang paling tepat

Page 71: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

48

digunakan dalam mengestimasi data panel. Uji ini dilakukan untuk

mengetahui model Pooled Least Square (PLS) atau FEM yang akan

digunakan dalam estimasi. Relatif terhadap Fixed Effect Model,

Pooled Least Square adalah restrical model dimana ia menerapkan

intercept yang sama untuk seluruh individu. Padahal asumsi bahwa

setiap unit cross section memiliki perilaku yang sama cenderung tidak

ralistis mengingat dimungkinkan saja setiap unit tersebut memiliki

perilaku yang berbeda. Untuk mengujinya dapat digunakan restricted

F-Test, dengan hipotesa sebagai berikut:

H0 : Model PLS (Restricted)

H1 : Model FEM (Undrestricted)

CHOW = (RRSS - URSS)/ (N – 1)

URSS/ (NT-N-K)

Dimana:

RRSS = Restriced Residual Sum Square (merupakan Sum Square

Residual yang diperoleh dari estimasi data panel dengan

metode pooled least square/common intercept)

URSS = Unrestriced Residual Sum Square (merupakan Sum Square

Residual yang diperoleh dari estimasi data panel dengan

metode fixed effect)

N = Jumlah data cross section

T = Jumlah data time series

K = Jumlah variabel penjelas (independen)

Page 72: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

49

Pengujian ini mengikuti distribusi F-statistik yaitu jika nilai F-

test atau Chow Statistik (F-statistik) hasil pengujian lebih besar dari F-

tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap

hipotesa nol sehingga model yang akan digunakan adalah Fixed Effect

Model.

Dasar penolakan terhadap hipotesis adalah dengan

membandingkan F-Statistik dengan F-Tabel. Perbandingan dipakai

apabila hasil F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak yang

berarti model yang paling tepat digunakan adalah Fixed Effect Model.

Begitupun sebaliknya, jika F-hitung lebih kecil dari F tabel maka H0

diterima dan model yang digunkana adalah Common Effect Model.

b. FEM vs REM (Uji Hausman)

Setelah selesai melakukan uji Chow dan didapatkan model yang

tepat, maka selanjutnya menguji model manakan antara model Fixed

Effect atau model Random Effect yang paling tepat, pengujian ini

disebut sebagai uji Hautsman. Ada beberapa pertimbangan teknis

empiris yang dapat digunakan sebagai panduan untuk memilih antara

Fixed Effect Model atau Random Effect Model yaitu:

1) Bila T (jumlah unit time series) besar sedangkan N (jumlah unit

cross section) kecil, maka hasil FEM dan REM tidak jauh

berbeda. Dalam hal ini pilihan umunya akan didasarkan pada

kenyamanan perhitungan, yaitu FEM.

Page 73: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

50

2) Bila N besar atau T kecil, maka hasil estimasi kedua pendekatan

dapat berbeda signifikan. Jadi, apabila kita pilih dalam

penelitian diambil secara acak (random) maka REM harus

digunakan, begitu juga sebaliknya.

3) Apabila cross section error component (€i) berkorelasi dengan

variabel bebas X maka parameter yang diperoleh dengan REM

akan bias sementara parameter yang diperoleh dengan FEM

tidak habis.

4) Apabila N dan T kecil, dan apabila asumsi yang mendasari

REM dapat terpenuhi, maka REM lebih efisien dibandingkan

tidak bias.

Keputusan penggunaan FEM dan REM dapat pula ditentukan

dengan menggunakan spesifikasi yang dikembangkan dengan

Hausman. Spesifikasi ini akan memberikan penilaian dengan

menggunakan Chi-square statistic sehingga keputusan pemilihan

model akan dapat ditentukan secara statistik.

Pengujian ini dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut:

H0 :Random Effect Model

H1 :Fixed Effect Model

Setelah dilakukan pengujian ini, hasil dari Hausman test

dibandingkan dengan Chi-squarestatistik dengan df = k, di mana k

adalah jumlah koefisien variabel yang diestimasi. Jika hasil dari

Page 74: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

51

Hausman test signifikan, maka H0 di tolak, yang berarti metode

analisis FEM digunakan.

4. Model Empiris

Model persamaan yang akan diestimasi pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

TPit = β0 + β1 PDRB it + β2 UMKit + β3 IPMit + ɛtit

Dimana:

TPTit : Tingkat Pengangguran di daerah i pada periode t

PDRBit : Produk Domestik Regional Bruto di daerah i pada periode

t

UMKit : Upah Minimum Kabupaten/Kota di daerah i pada periode

t

IPMit : Indeks Pembangunan Manusia di daerah i pada periode t

Β0..,βn : koefisien regresi (konstan)

ɛtit : error term

Setelah model penelitian diestimasi maka akan diperoleh nilai dan

besaran dari masing-masing parameter dalam model persamaan dan

besaran dari masing-masing parameter dalam model persamaan diatas.

Nilai dari parameter positif atau negatif selanjutnya akan digunakan untuk

menguji hipotesis penelitian.

Page 75: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

52

5. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan untuk melihat apakah data terbebas dari

masalah normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas,dan autokorelasi.

Uji asumsi klasik ini penting dilakukan untuk menghasilkan estimator

yang linier tidak bias dengan varian yang minimum (Best Linier Unbiased

Estimator = BLUE), yang berarti model tidak mengandung masalah.

Asumsi-asumsi tersebut antara lain:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi variabel-variabelnya terdistribusi normal atau tidak. Model

regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau

mendekati normal. Uji normalitas diantaranya dilakukan dengan dua

cara, yaitu histogram dan uji Jarque-Bera (J-B). Untuk melihat data

terdistribusi normal atau tidak adalah dengan meilhat koefisien J-B

dan probabilitasnya. Bila nilai J-B tidak signifikan (lebih kecil dari 2)

maka data terdistribusi normal (Winarno, 2011 : 5.37-5.39).

b. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah kondisi adanya hubungan linier antar

variabel independen. Karena melibatkan beberapa variabel

independen, maka multikolinieritas tidak akan terjadi pada persamaan

regresi sederhana (yang terdiri atas satu variabel dependen dan satu

variabel independen)(Winarno, 2011 : 5.1-5.2).

Page 76: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

53

Kondisi terjadinya multikolinieritas ditunjukan dengan

berbagai informasi antara lain:

1) Nilai R2 tinggi, tetapivariabel independen banyak yang tidak

signifikan.

2) Dengan menghitung koefisien korelasi antarvariabel

independen. Apabila koefisiennya rendah, maka tidak terdapat

multikolineritas.

3) Dengan melakukanregresi auxiliary. Regresi yang dapat

digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua (atau lebih)

variabel independen yang secara bersama-sama mempengaruhi

satu variabel independen lainnya.

Ada beberapa alternatif dalam mengahadapi masalah

multikolinieritas alternatif tersebut adalah:

1) Biarkan saja model kita mengandung multikolinieritas, karena

estimatornya masih dapat bersifat BLUE. Sifat BLUE tidak

terpengaruh oleh ada tidaknya korelasi antarvariabel

independen. Namun harus diketahui bahwa multikolinieritas

akan menyebabkan standart error yang besar.

2) Menambahkan data penelitian jika memungkinkan, karena

masalah multikolinieritas biasanya muncul karena jumlah

observasinya sedikit.

3) Menghilangkan satu variabel independen, terutama yang

memiliki hubungan linier yang kuat dengan variabel lain.

Page 77: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

54

4) Transformasi salah satu (atau beberapa) variabel, termasuk

misalnya dengan melakukan referensi (Winarno, 2011: 5.7-

5.8).

c. Uji Heterokedastisitas

Asumsi dalam model regresi adalah: (1) residual memiliki

nilai rata-rata nol, (2) residual memiliki varian yang konstan, dan (3)

residual suatu observasi tidak saling berhubungan dengan residual

observasi lainnya, sehingga menghasilkan estimator BLUE. Apabila

asumsi (1) tidak terpenuhi, yang terpengaruh hanyalah slope

estimatimator dan ini tidak membawa konsekuensi serius dalam

analisis ekonometris.Sedangkan Asumsi (2) dan (3) dilanggar. Maka

akan membawa dampak serius bagi prediksi dengan model yang

dibangun. Dalam kenyataannya, nilai residual sulit memiliki varian

yang konstan. Hal ini sering terjadi pada data bersifat cross section

dibanding time series (Winarno, 2011 : 5.8).

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk

mengidentifikasi ada tidaknya masalah heterokedastisitas. Beberapa

metode tersebut:

1) Metode grafik;

2) Uji Park;

3) Uji Glejser;

4) Uji Korelasi Spearman;

Page 78: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

55

5) Uji Goldfeld-Quandt;

6) Uji Bruesh-Pagan-Godfrey;

7) Uji White.

Untuk menghilangkan heterokedastisitas, ada beberapa

alternatif yang dilakukan. Lamgkah-langkah tersebut antara lain:

1) Metode WLS (Weighted Least Square). Metode ini dapat

digunakan apabila σ2i diketahui.

2) Metode White. Metode ini digunakan apabila besarnya σ2i tidak

diketahui.

3) Metode Transformasi (Winarno, 2011 : 5.24).

d. Uji Autokorelasi

Menurut Wing Wahyu Winarno (2011 : 5.26) autokorelasi

adalah hubungan antara residual satu observasi dengan residual

observasi lainnya. Autokorelasi lebih mudah timbul pada data yang

bersifat runtut waktu, karena berdasarkan sifatnya, data masa sekarang

dipengaruhi pada data masa-masa sebelumnya.Meskipun demikian,

tetap dimungkinkan autokorelasi dijUMKai pada data yang bersifat

antarobjek (cross section).

Gujarati dalam Winarno (2011 : 5.26) autokorelasi terjadi

karena beberapa sebab, di antaranya:

Page 79: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

56

1) Data mengandung pergerakan naik turun secara musiman, misalnya

kondisi perekonomian suatu Negara yang kadang menaik dan

kadang menurun.

2) Kekeliruan memanipulasi data, misalnya data tahunan dijadikan

data kuartalan dengan membagi empat.

3) Data runtun waktu, yang meskipun bila dianalisis dengan model Yt

= a + bxt + et karena datanya juga Yt-1 = a bxt + et-1. Dengan

demikian akan terjadi hubungan antara data sekarang dan data

periode sebelumnya.

4) Data yang dianalisis tidak bersifat stasioner.

Dalam pengujian Autokorelasi dengan menggunakan Uji

Serial LM (Lagrange Multiplier), dimana jika hasil probabilitas

<0,05 maka terdapat autokorelasi dan sebaliknya jika dalam hasil

uji probabilitas >0,05 maka tidak terdapat autokorelasi.

6. Uji Hipotesis

Uji Hipotesis ini digunakan untuk menguji apakah koefisien regresi

yang didapat signifikan (berbeda nyata). Signifikan yang di maksud adalah

suatu nilai keofisien slope sama dengan nol. Jika koefisien slope sama

dengan nol, berarti dapat dikatakan bahwa tidak cukup bukti untuk

menyatakan variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat.

Ada dua jenis uji hipotesis terhadap koefisien regres yang dapat dilakukan

antara lain:

Page 80: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

57

a. Uji Secara Parsial (Uji Statistik t)

Uji t dilakukan untuk seberapa besar pengaruh variabel

independen secara parsial terhadap variabel dependen. Uji t dilakukan

dengan membandingkan t hitung terhadap t tabel.Menurut Gujarati

(2007) nilai t hitung diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

t-hitung = koef.regresi.bi

std.deviasi.bi

Dimana:

1) Jika t-hitung lebih besar dari t-tabel, maka H0 ditolak dan menerima

Ha atau dengan kata lain ada pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen.

2) Jika t-hitung lebih kecil dari t-tabel, maka H0 diterima dan menolak

Ha atau tidak ada pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen.

Adapun cara lain yang dapat digunakan adalah setelah

melakukan regresi kemudian membandingkan probabilitas (t-hitung)

masing-masing variabel bebas dengan α = 5%. Jika probabilitas t-hitung

lebih kecil dari α = 5%, maka H0 ditolak. Begitu juga sebaliknya jika

probabilitas t-hitung lebih besar dari α = 5% maka H0 diterima.

b. Uji Secara Simultan (Uji Statistik F)

Uji statistik F digunakan untuk menguji koefisien regresi secara

simultan atau bersama-sama dari variabel bebas terhadap variabel

Page 81: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

58

dependennya. Menurut Gujarati (2003) untuk menghitung nilai F hitung

digunakan rumus sebagai berikut:

F = R2/k-1

(1-R2)/n-k

Dimana:

R2 : Koefisien determinasi majemuk

k-1 : Derajat bebas pembilang

n-k : Derajat bebas penyebut

k : Banyak parameter total yang diperkirakan

n : Jumlah sempel.

Jika F-hitung lebih besar dari F-tabel, maka H0 ditolak dan Ha

diterima atau ada pengaruh signifikan dari variabel bebas (X) secara

serentak terhadap variabel terikat (Y). Begitu pulas sebaliknya, jika F-

hitung lebih kecil dari F-tabel, maka H0 diterima dan menolak Ha yang

adtinya tidak ada pengaruh signifikan dari variabel bebas secara serentak

terhadap variabel terikat.

Adapun cara lain yang dapat digunakan adalah setelah melakukan

regresi kemudian akan diperoleh nilai probabilitas F-hitung, yang

selanjutnya nilai probabilitas F-statistik ini dibandingkan dengan α = 5%.

Jika probabilitas F-statistik lebih kecil dari α, maka H0 ditolak.Begitu pula

sebaliknya, jika probabilitas F-statistik lebih besar dari nilai α, maka H0

diterima.

Page 82: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

59

c. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi berganda (R2) berguna untuk mengukur

besarnya variabel independen secara keseluruhan terhadap variabel

dependennya. R2 memiliki nilai antara 0 dan 1 (0 < R2< 1), dimana bila

semakin tinggi nilai R2, suatu regresi tersebut maka akan semakin baik.

Hal ini berarti bahwa keseluruhan variabel bebas secara bersama-sama

mampu meneangkan variabel dependennya. Beberapa kegunaan

koefisien determinasi adalah sebagai berikut:

a. untuk menukur ketepatan suatu garis regresi yang ditetapkan

terhaadap suatu kelompok data hasil observasi.

b. untuk mengukur proporsi varian Y yang diterangkan oleh

pengaruh linier dari variabel bebas.

E. Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel Dependen

Variabel dependen atau variabel tidak bebas (terkait) adalah

variabel yang nilainya akan diperkirakan atau diramalkan (J.Supranto,

2003:156). Variabel dependen dapat di tulis dalam Y. Variabel dependen

ialah variabel yang nilainya mempengaruhi perilaku dari variabel terikat.

Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka dan hasil penelitian terdahulu

yang berkaitan dengan pengaruh PDRB, upah minimum Kabupaten/Kota,

dan indeks pembangunan manusia terhadap tingkat pengangguran, maka

Page 83: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

60

penelitian ini menspesifikasikan variabel dependen dan definisi

operasional sebagai “Y” adalah Tingkat Pengangguran Terbuka di

Provinsi Banten menurut Kabupaten/Kota tahun 2008-2013.

2. Variabel Independen

Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang

dipergunakan untuk memperkirakan (J.Supranto, 2003:156). Variabel

dapat di tulis dalam “X”. Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka dan

hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh PDRB, upah

minimum Kabupaten/Kota, dan indeks pembangunan manusia terhadap

tingkat pengangguran maka penelitian ini menspesifikasikan variabel

independen dan definisi operasional sebagai berikut:

Tabel 3.1

Operasional Variabel Penelitian

Variabel Definisi Satuan

Tingkat

Pengangguran

Pengangguran Terbuka (Open Unemployment)

adalah tenaga kerja yang betul-betul tidak

mempunyai pekerjaan. Pengangguran ini terjadi

ada yang karena belum mendapat pekerjaan

padahal telah berusaha secara maksimal dan ada

juga yang karena malas mencari pekerjaan atau

malas bekerja.

Presentase

(%)

Page 84: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

61

Produk

Domestik

Regional Bruto

(PDRB)

Jumlah nilai tambah yang dihasilkan untuk

seluruh wilayah usaha dalam suatu wilayah atau

merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa

akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi di suatu

wilayah.

Milyar

Rupiah

Upah Minimum

Kabupaten/Kota

(UMK)

Upah minimum provinsi adalah upah bulanan

terendah yang meliputi gaji pokok dan tunjangan

tetap yang ditetapkan oleh gubernur.

Juta Rupiah

Indeks

Pembangunan

Manusia

Merupakan indikator yang menjelaskan bagaimana

penduduk suatu wilayah mempunyai kesempatan

untuk mengakses hasil dari suatu pembangunan

sebagai bagian dari haknya dalam memperoleh

pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.

Indeks

Page 85: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

62

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Provinsi Banten

Provinsi Banten adalah salah satu daerah pemekaran yang dulu

termasuk dalam wilayah Karesidenan Banten - Provinsi Jawa Barat

dan terbentuk melalui Undang-undang No.23 Tahun 2000. Pada

awalnya, Provinsi Banten terdiri dari empat kabupaten yaitu

Kabupaten Pandeglang, Lebak, Tangerang, Serang dan dua kota yaitu

Kota Tangerang dan Kota Cilegon. Dalam perkembangannya terjadi

pemekaran wilayah, Kabupaten Serang menjadi Kabupaten Serang dan

Kota Serang. Selanjutnya, Kabupaten Tangerang dimekarkan menjadi

Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan. Sehingga, Provinsi

Banten saat ini terdiri dari empat kabupaten dan empat kota.

Secara geografis, Provinsi Banten terletak di ujung barat Pulau

Jawa dan berjarak sekitar 90 km dari DKI Jakarta serta memiliki luas

sebesar 9.662,92 km2 atau sekitar 0,51 persen dari luas wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wilayahnya, berbatasan

langsung dengan Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat di sebelah

timur, Laut Jawa di sebelah utara, Samudra Hindia di sebelah selatan,

dan Selat Sunda di sebelah barat. Dengan demikian, Provinsi Banten

mempunyai posisi yang strategis yaitu sebagai jalur penghubung

Page 86: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

63

darat antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Sebagian wilayah-nya

pun yaitu Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota

Tangerang Selatan menjadi hinterland bagi Provinsi DKI Jakarta.

B. Penemuan dan Pembahasan

1. Analisa Deskriptif

Penelitian ini menganlisis pengaruh PDRB, upah minimum

kabupaten/kota dan indeks pembangunan manusia terhadap tingkat

pengangguran. Data yang digunakan rentang waktu analisis mulai tahun

2008-2013. Alat pengolah data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

perangkat lunak (software) computer eviews 6.0 dengan metode analisis

Fixed Effect Model (FEM). Maka oleh karena itu, perlu dilihat

perkembangan secara umum dari PDRB, upah minimum kabupaten/kota

dan indeks pembangunan manusia serta tingkat pengangguran di Provinsi

Banten.

a. Analisa Deskriptif Tingkat Pengangguran (TP) di Provinsi Banten

Tingkat pengangguran merupakan salah satu masalah utama yang

masih dihadapi oleh banyak negara berkembang termasuk Indonesia.

Masalah pengangguran ini juga terjadi di semua Provinsi di Indonesia

termasuk Provinsi Banten. Tingkat pengangguran di Provinsi Banten

merupakan yang tertinggi diantara Provinsi lain di Pulau Jawa.

Page 87: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

64

Gambar 4.1

Prosentase Tingkat Pengangguran di Provinsi Banten tahun 2008 -

2013

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa tingkat pengangguran

di Provinsi Banten mengalami penurunan dari tahun 2008 sampai

tahun 2013. Akan tetapi, meskipun mengalami penurunan yang cukup

signifikan, tingkat pengangguran di Provinsi Banten merupakan yang

tertinggi diantara Provinsi lain di Pulau Jawa. Menurut berita yang di

dapat melalui situs www.radarbanten.com, tingginya tingkat

pengangguran di Provinsi Banten disebabkan oleh sektor industri

pengolahan yang relatif lebih dominan di Provinsi Banten

dibandingkan dominasi sektor yang sama di Provinsi lain. Dengan

demikian untuk lebih mengurangi angka pengangguran, kebijakan

yang ditempuh oleh Pemerintah Provinsi Banten selain mendorong

tumbuhnya sektor pertanian, juga harus membuat regulasi yang lebih

ramah terhadap industriawan yang ada di Provinsi Banten.

Page 88: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

65

Menurut Kabid Statistik Sosial BPS Provinsi Banten, Bambang

Suarso, “angka pengangguran di Provinsi Banten mencapai 14,31

persen dan merupakan angka pengangguran tertinggi di Indonesia pada

tahun 2010, jumlah itu merupakan penurunan dari angka pengangguran

tahun 2009”, kata bambang. Menurut Bambang tingginya angka

pengangguran di Banten disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya

faktor pertumbuhan penduduk dan faktor ketersediaan tenaga kerja

yang tidak sesuai dengan kebutuhan sektor industri, sebagai sektor

yang paling banyak menyerap tenaga kerja.

b. Analisa Deskriptif Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di

Provinsi Banten

Menurut Arsyad (2000) pertumbuhan ekonomi daerah diartikan

sebagai kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tanpa

memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari

tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan struktur

ekonomi terjadi atau tidak. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan

ekonomi daerah secara langsung ataupun tidak langsung akan

menciptakan lapangan kerja.

Tolak ukur dari keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah

diantaranya adalah PDRB daerah tersebut dan pertumbuhan penduduk

yang nantinya ditunjukan pada tingkat penyerapan tenaga kerja. PDRB

menurut harga konstan adalah merupakan ukuran kemakmuran

Page 89: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

66

ekonomi yang lebih baik, sebab perhitungan output barang dan

jasa perekonomian yang dihasilkan tidak dipengaruhi oleh perubahan

harga (Nainggolan, 2009).

Gambar 4.2

PDRB atas Dasar Harga Konstan 2000 di Provinsi Banten tahun

2008 - 2013

Dari gambar 4.2 diatas dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan PDRB

di Provinsi Banten dari tahun 2008 sampai tahun 2013. Kenaikan

PDRB tersebut menunjukkan bahwa Provinsi Banten merupakan salah

satu provinsi yang produktif di Pulau Jawa. PDRB merupakan salah

satu indikator indikator pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. PDRB

adalah nilai bersih barang dan jasa-jasa akhir yang dihasilkan oleh

berbagai kegiatan ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode (Hadi

Sasana, 2006). Semakin tinggi PDRB suatu daerah, maka semakin

besar pula potensi sumber penerimaan daerah tersebut.

Page 90: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

67

c. Analisa Deskriptif Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) di

Provinsi Banten

Menurut teori upah efisiensi, perusahaan bersedia membayar lebih

tinggi daripada gaji ekuilibrium agar mendorong para pekerja untuk

menghindari kelalaian atau mengulur-ngulur waktu kerja. (Schaum’s,

2006:264).

Gambar 4.3

Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) di Provinsi Banten

tahun 2008 - 2013

Dari gambar 4.3 diatas dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan jumlah

UMK disetiap kabupaten/kota di Provinsi Banten. Kenaikan tersebut

terjadi dari tahun 2008 hingga tahun 2013. Di dalam sistem Ricardo,

tingkat upah meningkat bila harga barang yang dibutuhkan buruh

meningkat. Barang yang diproduksi buruh sebagian besar adalah hasil

pertanian. Karena itu untuk menghasilkan satu unit produk dibutuhkan

Page 91: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

68

buruh lebih banyak. Sehingga apabila permintaan terhadap buruh mulai

meningkat maka akan menaikkan upah (Jhingan, 2012: 90).

d. Analisa Deskriptif Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di

Provinsi Banten

Menurut UNDP indeks pembangunan manusia memberikan

suatu ukuran gabungan tiga dimensi tentang pembangunan manusia

diantaranya: panjang umur dan menjalani hidup sehat (diukur dari usia

harapan hidup), terdidik (diukur dari tingkat kemampuan baca tulis

orang dewasa dan tingkat pendaftaran di sekolah dasar, lanjutan dan

tinggi), dan memiliki standar hidup yang layak ( diukur dari paritas

daya beli/PPP, penghasilan) (UNDP, 2004).

Gambar 4.4

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Banten tahun

2008 - 2013

Page 92: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

69

Dari gambar 4.4 diatas dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan

indeks pembangunan manusia di Provinsi Banten dari tahun 2008

sampai dengan 2013. Pun begitu, nilai indeks pembangunan manusia di

Provinsi Banten adalah merupakan nilai IPM terendah diantara provinsi

lain di Pulau Jawa.

Todaro (2000) mengatakan bahwa pembangunan manusia

merupakan tujuan pembangunan itu sendiri. Yang mana pembangunan

manusia memainkan peranan kunci dalam membentuk kemampuan

sebuah negara dalam menyerap teknologi modern dan untuk

mengembangkan kapasitasnya agar tercipta pertumbuhan serta

pembangunan yang berkelanjutan.

2. Memilih Model Data Panel

a. Uji Chow

Uji Chow yaitu uji yang digunakan untuk mengetahui apakah

model Pooled Least Square (PLS) atau Fixed Effect Model (FEM)

yang akan dipilih untuk estimasi data. Uji ini dapat dilakukan dengan

uji restricted F-Test atau uji Chow-Test. dalam pengujian ini dilakukan

dengan hipotesa sebagai berikut:

Hο : Model PLS (Restriced)

H1 : Model FEM (Unretriced)

Page 93: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

70

Dari hasil regresi berdasarkan metode Pooled Least Square (PLS)

dan Fixed Effect Model (FEM) diperoleh F-statistik yakni sebagai

berikut:

Tabel 4.1 Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests

Pool: BANTEN

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 11.485096

(7,77) 0.0000

Cross-section Chi-square 62.916252 7 0.0000

Sumber : Lampiran 3 (diolah)

Dari tabel 4.4 diatas diperoleh nilai F-statistik sebesar 11.485096

dengan nilai F-tabel pada df (7,37) α = 5% adalah 2,70 sehingga nilai

F-statistik > nilai F-tabel, maka H0 ditolak sehingga model data panel

yang dapat digunakan adalah Fixed Effect Model.

b. Uji Hausman

Pengujian ini dilakukan untuk menentukan apakah Fixed Effect

Model atau Random Effect Model yang akan dipilih. Pengujian ini

dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut:

H0 : Model REM

H1 : Model FEM

Dari hasil regresi berdasarkan metode Fixed Effect Model (FEM)

dan Random Effect Model diperoleh F-statistik yakni sebagai berikut:

Page 94: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

71

Tabel 4.2 Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test

Equation: BANTEN

Test cross-section random effects

Test Summary

Chi-Sq.

Statistic

Chi-Sq.

d.f. Prob.

Cross-section random 20.031725 3 0.0002

Sumber : Lampiran 4 (diolah)

Dari tabel 4.5 diatas diperoleh nilai Chi-Square statistik sebesar

20.031725 dengan nilai Chi-square tabel pada df (3) α = 5% adalah

7.81473 sehingga nilai Chi-Square statistik > nilai Chi-Square tabel,

maka H0 ditolak sehingga model data panel yang dapat digunakan

adalah Fixed Effect Model.

3. Hasil Estimasi Model Data Panel

a. Pendekatan Fixed Effect Model (FEM)

Setelah dilakukan pengolahan data dengan metode Pooled

Least Square (PLS), selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan

pendekatan Fixed Effect Model (FEM). Dari pengolahan E-views 6

didapatkan hasil sebagai berikut:

Page 95: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

72

Tabel 4.3

Regresi Fixed Effect Model (FEM)

R-squared

0.652831

Adjusted R-squared

0.607744

Sumber : Lampiran 5 (diolah)

4. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Untuk menguji adakah variabel pengganggu atau residual

terdistribusi normal dalam model regresi data panel dilakukan dengan

uji normalitas. Menurut Ajija (2011:42), uji normalitas hanya

digunakan jika jumlah observasi adalah kurang dari 30, untuk

mengetahui apakah error term mendekati distribusi normal. Bila nilai

J-B (Jarque-Bera) lebih kecil dari 2 data terdistribusi normal, jika

dilihat dari probabilitasnya lebih dari 5% maka data terdistribusi

normal (Winarno, 2011 : 5.37-5.39).

Page 96: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

73

Gambar 4.5

Uji Normalitas

0

2

4

6

8

10

12

-2 -1 0 1 2

Series: Standardized ResidualsSample 2008S2 2013S2Observations 88

Mean 1.34e-16Median -0.041454Maximum 2.700477Minimum -2.031005Std. Dev. 0.991493Skewness 0.540592Kurtosis 3.225801

Jarque-Bera 4.473127Probability 0.106825

Sumber: Lampiran 6 (diolah)

Gambar 4.5 menunjukkan nilai probabilitas yang lebih besar dari α

= 5% maka dapat diketahui bahwa data dalam penelitian ini

terdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Menurut Ajija dkk (2011:35), multikolinearitas berarti adanya

hubungan linier yang sempurna atau pasti, diantara beberapa atau

semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Ada atau

tidaknya multikolinearitas dapat diketahui atau dilihat dari koefisien

korelasi masing-masing variabel bebas. Jika koefisien korelasi masing-

masing variabel bebas lebih besar dari 0,8 maka terjadi

multikolinearitas.

Page 97: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

74

Tabel 4.4 Correlation Matrix

PDRB UMK IPM

PDRB 1.000000 0.356306 0.584250

UMK 0.356306 1.000000 0.467289

IPM 0.584250 0.467289 1.000000

Sumber: Lampiran 7 (diolah)

Dilihat dari tabel 4.6, dimana nilai correlation matrix tidak lebih

dari 0,8 yang berarti tidak terdapat gejala multikolinearitas. Dengan

terpenuhinya uji mutikolinearitas maka model regresi tidak ditemukan

adanya korelasi linier yang sempurna antar variabel-variabel bebas

(Ajija dkk, 2011:36).

c. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Geri (2014) heterokedastisitas dapat dideteksi dengan

pendekatan atau metode General Least Square (Cross section

Weighted). Dapat dilihat dengan membandingkan Sum Square Resid

Weighted Statistic dengan Sum Square Resid Unweighted , yaitu Sum

Square Resid Weighted Statistic lebih kecil dibandingkan Sum Square

Resid Unweighted.

Tabel 4.5

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Sum squared resid (Weighted) 87.83190

Sum squared resid (Unweighted) 85.52613

Sumber : Lampiran 8 (diolah)

Page 98: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

75

Pada tabel 4.7 diperoleh hasil regresi Sum squared resid pada

Weighted sebesar 87.83190, sedangkan Sum squared resid pada

Unweighted sebesar 85.52613. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai

Sum squared resid pada Weighted lebih besar dibandingkan dengan

nilai Sum squared resid pada Unweighted. Oleh karena itu data regresi

penelitian ini terbebas dari masalah heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah hubungan antara residual satu observasi

dengan residual observasi lainnya. Autokorelasi lebih mudah timbul

pada data yang bersifat runtut waktu, karena berdasarkan sifatnya, data

masa sekarang dipengaruhi oleh data pada masa-masa sebelumnya

(Wing Wahyu, 2007:5.24).

Dalam mengidentifikasi ada atau tidaknya autokorelasi adalah

dengan Uji Durbin-Watson. Uji D-W adalah salah satu uji yang banyak

dipakai untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi.

Tabel 4.6 Durbin-Watson

Tolak H0 berarti

ada autokorelasi

positif

Tidak dapat

diputuskan

Tidak menolak H0 berarti

tidak ada autokorelasi

Tidak

dapat

diputuskan

Tolak H0 berarti

ada autokorelasi

negative

0 dL 1,60 du 1,73 2 4-du 2.27 4-dL 2,40 4

0,67

Sumber : Lampiran 9 (diolah)

Page 99: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

76

Masalah autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin Watson

statistic yaitu sebesar 0.677797 dimana nilai DW (0.677797) < dL=

1.6039 dan nilai dU = 1.7326. Hal tersebut menjelaskan bahwa nilai dL

dan dU > DW, yang artinya terdapat autokorelasi pada data regresi.

Untuk mengatasi terjadinya autokorelasi perlu diadakan cross-section

SUR pada Fixed Effect Model. Dalam pengujian ini dilakukan hipotesis

sebagai berikut:

H0: Tidak terdapat autokorelasi

H1: Terdapat autokorelasi

Pada hasil regresi cross-section SUR didapatkan nilai DW

sebesar 1.805209, sedangkan nilai dL= 1.6039 dan nilai dU = 1.7326.

hasil tersebut menjelaskan bahwa nilai DW lebih besar dari dU maka

hipotesis nol diterima yang artinya tidak terdapat autokorelasi.

5. Pengujian Hipotesis

Uji signifikansi merupakan prosedur yang digunakan untuk diterima

atau ditolaknya secara statistik hasil hipotesis nol (H0) dari sample

keputusan untuk mengolah H0 dibuat berdasarkan nilai uji statistik yang

diperoleh dari data yang ada. Dari hasil pengolahan data didapatkan model

terbaik adalah dengan pendekatan Fixed Effect Model (FEM) dengan hasil

sebagai berikut:

Page 100: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

77

Tabel 4.7 Hasil Estimasi

Variable Coefficient Std.

Error

t-

Statistic Prob.

D(PDRB?) 5.60E-07 5.67E-07 0.987981 0.3263

UMK? -3.05E-06 9.74E-07 -

3.129772 0.0025

IPM? -1.690547 0.472262 -

3.579679 0.0006

C 69.01106 16.54720 4.170557 0.0001

Fixed Effects (Cross)

KABPANDEGLANG—

C -3.952284

KABLEBAK—C -4.485714

KABTANGERANG--C 0.701289

KABSERANG—C -1.495007

KOTTANGERANG--C 2.747827

KOTCILEGON—C 3.795026

KOTSERANG—C 0.295365

KOTTANGSEL—C 2.393498

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.652831 Mean dependent

var 6.350064

Adjusted R-squared 0.607744 S.D. dependent var 1.682749

S.E. of regression 1.053911 Akaike info

criterion 3.059362

Sum squared resid 85.52610 Schwarz criterion 3.369029

Log likelihood -123.6119 Hannan-Quinn

criter. 3.184119

F-statistic 14.47941 Durbin-Watson stat 0.677797

Prob(F-statistic) 0.000000 Mean dependent

var 6.350064

Sumber : Lampiran 6 (diolah)

Dari tabel 4.10 diatas yang dimana menggunakan pendekatan

Fixed Effect Model (FEM) didapatkan hasil persamaan sebagai berikut:

TP = 69.0116 + 5.6047E-07*PDRB – 3.0474E-06*UMK –

1.690647*IPM + e

Page 101: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

78

Dimana:

Y : TP (Tingkat Pengangguran)

X1 : PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)

X2 : UMK (Upah Minimum Kabupaten/Kota)

X3 : IPM (Indeks Pembangunan Manusia)

e : error term

Berdasarkan persamaan regresi diatas dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

a) Jika variabel-varibel independen dianggap konstan atau bernilai nol,

maka besarnya tingkat pengangguran di Provinsi Banten secara

keseluruhan adalah sebesar 69,01%.

b) Nilai koefisien regresi variabel PDRB sebesar 5,6047 yang berarti

setiap terjadi peningkatan PDRB sebesar 1% maka akan meningkatkan

tingkat pengangguran sebesar 5,6%.

c) Nilai koefisien regresi variabel upah minimum kabupaten/kota sebesar

3,0474 yang berarti setiap terjadi peningkatan upah minimum

kabupaten/kota sebesar 1% maka akan menurunkan tingkat

pengangguran sebesar 3,04%.

d) Nilai koefisien regresi varibel indeks pembangunan manusia sebesar

1,6906 atau dibulatkan menjadi 1,7 yang berarti setiap terjadi

peningkatan indeks pembangunan manusia sebesar 1% maka akan

menurunkan tingkat pengangguran sebesar 1,7%.

Page 102: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

79

a. Uji Koefisien Determinan (Adjusted R2)

Hasil koefisien determinan pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model (variabel independen) dalam menjelaskan variabel

dependen secara statistik. Dari regresi pengaruh Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB), Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) dan

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap Tingkat Pengangguran

(TP) di Provinsi Banten periode 2008-2013, koefisien determinannya

sebesar 0.607744. Hal ini berarti bahwa 60,77 persen Tingkat

Pengangguran di Provinsi Banten dapat dijelaskan oleh variabel

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Upah Minimum

Kabupaten/Kota (UMK) dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Sedangkan sisanya yaitu 39,23 persen dijelaskan oleh variabel lain

diluar model atau faktor-faktor lain diluar penelitian ini.

b. Uji Signifikansi Individual (Uji t)

Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui

apakan koefisen regresi signifikan atau tidak (Nachrowi,2002:24).

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah variabel bebas (PDRB,

UMK dan IPM) berpengaruh secara parsial terhadap variabel terikat

(Tingkat Pengangguran). Pengujian ini dilihat dari masing-masing t-

statistik dari regresi dengan t-tabel dalam menolak atau menerima

hipotesis.

Page 103: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

80

Tabel 4.8 Nilai t-statistik

Variable Coefficient

Std.

Error t-Statistic Prob. Signifikansi

PDRB 5.60E-07 5.67E-07 0.987981 0.3263 Tidak

Signifikan

UMK -3.05E-06 9.74E-07 -3.129772 0.0025 Signifikan

IPM -1.690547 0.472262 -3.579679 0.0006 Signifikan

Sumber : Lampiran 6 (diolah)

Tabel 4.10 merupakan hasil dari pengujian variabel independen

yaitu produk domestik regional bruto, upah minimum kabupaten/kota

dan indeks pembangunan manusia terhadap tingkat pengangguran di

Provinsi Banten secara parsial. Penelitian ini menggunakan α = 5%

atau α = 0,05. Adapun hipotesisnya sebagai berikut:

1) Ho : Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara

Produk Domestik Regional Bruto terhadap tingkat

pengangguran di Provinsi Banten Tahun 2008-2013.

H1 :Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara Produk

Domestik Regional Bruto, terhadap tingkat pengangguran

di Provinsi Banten tahun 2008-2013.

2) Ho : Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara

Upah Minimum Kabupaten/Kota terhadap tingkat

pengangguran di Provinsi Banten Tahun 2008-2013.

H1 :Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara Upah

Minimum Kabupaten/Kota terhadap tingkat pengangguran

di Provinsi Banten tahun 2008-2013.

Page 104: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

81

3) Ho : Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara

Indeks Pembangunan Manusia terhadap tingkat

pengangguran di Provinsi Banten Tahun 2008-2013.

H1 : Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara Indeks

Pembangunan Manusia terhadap tingkat pengangguran di

Provinsi Banten tahun 2008-2013.

Berdasarkan hasil regresi yang diperoleh pada tabel 4.10

maka pembuktian dari hipotesisi yang telah dipaparkan adalah

sebagai berikut:

1) Nilai probabilitas t-statistik variabel PDRB sebesar

0.3263 lebih besar dari 0,05 yang berarti H0 diterima

dan H1 ditolak.

2) Nilai probabilitas t-statistik variabel UMK sebesar

0.0025 lebih kecil dari 0,05 yang berarti H0 ditolak

dan H1 diterima.

3) Nilai probabilitas t-statistik variabel IPM sebesar

0.0006 lebih kecil dari 0,05 yang berarti H0 ditolak

dan H1 diterima.

c. Uji Signifikansi Serentak (Uji F)

Pengujian terhadap pengaruh semua variabel independen didalam

model dapat dilakukan dengan uji F. Uji statistik F pada dasarnya

menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan ke

Page 105: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

82

dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap

variabel dependen. Dari hasil regresi pengaruh Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB), Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) dan

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap Tingkat Pengangguran

periode tahun 2008-2013 F-statistik 14.47941 dan nilai probabilitasnya

0,0000, dengan menggunakan taraf keyakinan 95 persen (α = 5%)

dengan degree of freedom for numerator (dfn) = 3 (k-1 = 4-1) dan

degree of freedom for denominator (dfd) = 92 (n-k = 96-4), maka

diperoleh F-tabel sebesar 2.70. Maka dapat disimpulkan bahwa

variabel independen (PDRB, UMK dan IPM) berpengaruh signifikan

secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Tingkat

Pengangguran).

Page 106: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

83

6. Intepretasi Hasil Analisis

Tabel 4.9 Intepretasi Koefisien Fixed Effect Model (FEM)

Variable Coefficient

D(PDRB?) 5.60E-07

UMK? -3.05E-06

IPM? -1.690547

C 69.01106

Fixed Effects (Cross)

KABPANDEGLANG—

C

-3.952284

KABLEBAK--C -4.485714

KABTANGERANG--C 0.701289

KABSERANG--C -1.495007

KOTTANGERANG--C 2.747827

KOTCILEGON--C 3.795026

KOTSERANG--C 0.295365

KOTTANGSEL--C 2.393498

Sumber : Lampiran 6 (diolah)

Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa masing-masing

Kabupaten/Kota memiliki tingkat koefisien Fixed Effect Model (FEM)

yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Keadaan tersebut

menjelaskan bahwa variabel Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB), Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) dan Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) memiliki tingkat pengaruh yang berbeda

terhadap Tingkat Pengangguran di tiap-tiap Kabupaten/Kota yang ada

di Provinsi Banten. Berikut adalah analisis tiap Kabupaten/Kota

Page 107: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

84

a. Analisis tiap Kabupaten/Kota di Provinsi Banten periode

tahun 2008-2013.

1) Kabupaten Pandeglang

Nilai koefisien Fixed Effect pada Kabupaten Pandeglang

adalah -3.952284 sedangkan nilai C adalah 69.01106, ini

mengartikan bahwa apabila terdapat perubahan pada produk

domestik regional bruto, upah minimum kabupaten/kota, dan

indeks pembangunan manusia baik antar daerah maupun antar

waktu, maka Kabupaten Pandeglang akan mendapatkan

pengaruh individu terhadap tingkat pengangguran sebesar :

65.058776 %.

2) Kabupaten Lebak

Nilai koefisien Fixed Effect pada Kabupaten Lebak adalah -

4.485714 sedangkan nilai C adalah 69.01106, ini mengartikan

bahwa apabila terdapat perubahan pada produk domestik

regional bruto, upah minimum kabupaten/kota, dan indeks

pembangunan manusia baik antar daerah maupun antar waktu,

maka Kabupaten Lebak akan mendapatkan pengaruh individu

terhadap tingkat pengangguran sebesar : 64.525346 %.

Page 108: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

85

3) Kabupaten Tangerang

Nilai koefisien Fixed Effect pada Kabupaten Tangerang

adalah 0.701289 sedangkan nilai C adalah 69.01106, ini

mengartikan bahwa apabila terdapat perubahan pada produk

domestik regional bruto, upah minimum kabupaten/kota, dan

indeks pembangunan manusia baik antar daerah maupun antar

waktu, maka Kabupaten Tangerang akan mendapatkan

pengaruh individu terhadap tingkat pengangguran sebesar :

69.712349 %.

4) Kabupaten Serang

Nilai koefisien Fixed Effect pada Kabupaten Serang adalah

-1.495007 sedangkan nilai C adalah 69.01106, ini mengartikan

bahwa apabila terdapat perubahan pada produk domestik

regional bruto, upah minimum kabupaten/kota, dan indeks

pembangunan manusia baik antar daerah maupun antar waktu,

maka Kabupaten Serang akan mendapatkan pengaruh individu

terhadap tingkat pengangguran sebesar : 67.516053 %.

5) Kota Tangerang

Nilai koefisien Fixed Effect pada Kota Tangerang adalah

2.747827 sedangkan nilai C adalah 69.01106, ini mengartikan

bahwa apabila terdapat perubahan pada produk domestik

Page 109: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

86

regional bruto, upah minimum kabupaten/kota, dan indeks

pembangunan manusia baik antar daerah maupun antar waktu,

maka Kota Tangerang akan mendapatkan pengaruh individu

terhadap tingkat pengangguran sebesar : 71.758887 %.

6) Kota Cilegon

Nilai koefisien Fixed Effect pada Kota Cilegon adalah

3.795026 sedangkan nilai C adalah 69.01106, ini mengartikan

bahwa apabila terdapat perubahan pada produk domestik

regional bruto, upah minimum kabupaten/kota, dan indeks

pembangunan manusia baik antar daerah maupun antar waktu,

maka Kota Cilegon akan mendapatkan pengaruh individu

terhadap tingkat pengangguran sebesar : 72.806086 %.

7) Kota Serang

Nilai koefisien Fixed Effect pada Kota Serang adalah

0.295365 sedangkan nilai C adalah 69.01106, ini mengartikan

bahwa apabila terdapat perubahan pada produk domestik

regional bruto, upah minimum kabupaten/kota, dan indeks

pembangunan manusia baik antar daerah maupun antar waktu,

maka Kota Serang akan mendapatkan pengaruh individu

terhadap tingkat pengangguran sebesar : 69.306425 %.

Page 110: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

87

8) Kota Tangerang Selatan

Nilai koefisien Fixed Effect pada Kota Tangerang Selatan

adalah 2.393498 sedangkan nilai C adalah 69.01106, ini

mengartikan bahwa apabila terdapat perubahan pada produk

domestik regional bruto, upah minimum kabupaten/kota, dan

indeks pembangunan manusia baik antar daerah maupun antar

waktu, maka Kota Tangerang Selatan akan mendapatkan

pengaruh individu terhadap tingkat pengangguran sebesar :

71.404558 %.

b. Analisis ekonomi untuk melihat kesesuaian hasil analisis

dengan penelitian sebelumnya

1) Laju Pertumbuhan Ekonomi (Diferensiasi PDRB)

Dari hasil analisis variabel Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) telah di diferensiasi sehingga berubah menjadi

Laju Pertumbuhan Ekonomi. Laju Pertumbuhan Ekonomi

berpengaruh tidak signifikan terhadap Tingkat Pengangguran

(TP) dengan nilai signifikansi 0.3263. Hal ini menunjukkan

bahwa Laju Pertumbuhan Ekonomi tidak memiliki pengaruh

yang signifikan dengan Tingkat Pengangguran. Hasil ini sesuai

dengan penelitian Ni Nyoman dan Ni Luh (2014) bahwa laju

pertumbuhan ekonomi berpangaruh tidak signifikan

diakibatkan karena tidak semua tenaga kerja mampu masuk ke

Page 111: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

88

dalam kesempatan kerja yang ada, sehingga meskipun laju

pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan maka tidak

berpengarh pada tingkat pengangguran.

2) Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK)

Dari hasil analisis variabel Upah Minimum

Kabupaten/Kota (UMK) berpengaruh signifikan terhadap

Tingkat Pengangguran dengan nilai signifikansi 0.0025. Hal ini

menunjukkan bahwa variabel Upah Minimum Kabupaten/Kota

(UMK) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

semakin menurunnya Tingkat Pengangguran di Provinsi

Banten. Namun pengaruh antara UMK dengan Tingkat

Pengangguran berbanding terbalik dikarenakan koefisien

variabel UMK bersifat negatif.

Hasil ini sesuai dengan teori Upah Efisiensi yang

dijabarkan oleh Mankiw yang menyatakan bahwa kualitas rata-

rata tenaga kerja perusahaan bergantung pada upah yang

dibayar kepada karyawannya. Jika upah dari perusahaan rendah

atau perusahaan mengurangi upahnya, maka pekerja tersebut

bisa mengambil pekerjaan di tempat lain (Anggrainy,2006:3).

Namun demikian, pekerja yang memilih untuk mengambil

pekerjaan di tempat lain tidak akan langsung pindah begitu saja

namun harus bersaing dengan para pelamar kerja lain. Sehingga

Page 112: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

89

pada jangka waktu pekerja tersebut menunggu untuk

mendapatkan pekerjaan di tempat yang baru itu akan

menambah tingkat pengangguran. Hal ini juga sesuai dengan

data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa

pada tahun 2012, Sektor Industri dan Perdagangan masih

menjadi penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di

Provinsi Banten. Dengan demikian, apabila terjadi kenaikan

upah minimum di Provinsi Banten, tingkat pengangguran akan

berkurang karena terserap pada sektor Industri dan

Perdagangan yang sampai saat ini masih berkembang dan terus

menyumbang penyerapan tenaga kerja di Provinsi Banten.

Diberlakukannya Keputusan Menteri Tenaga Republik

Indonesia No. PER-01/MEN/1999 Tahun 1999 tentang Upah

Minimum sebagaimana telah diubah dengan Keputusan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia

No. KEP-226/MEN/2000 Tahun 2000 merupakan salah satu

usaha pemerintah untuk melindungi pekerja agar

mendapatkan upah yang wajar dan hidup layak, serta

menjadi acuan bagi pegusaha dalam memenuhi kewajiban

mereka membayar upah bagi buruh atau pekerja. Dengan

demikian, dengan adanya penetapan upah minimum tersebut,

para pekerja menjadi lebih terlindungi dan setidaknya dapat

memenuhi kebutuhan sehari-hari para pekerja.

Page 113: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

90

3) Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Dari hasil analisis variabel Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) berpengaruh signifikan terhadap Tingkat Pengangguran

dengan nilai signifikansi 0.0006. Hal ini sesuai dengan Abbas

(2010) bahwa kompetensi yang dibutuhkan di dunia kerja yang

diberikan oleh pendidikan pada dasarnya terkait dengan lima

hal, yaitu: (1) motive atau penggerak; (2) traits atau kecepatan

bereaksi; (3) self concept atau gambaran diri pribadi; (4)

knowledge atau informasi yang diperoleh seseorang pada

bidang tertentu; dan (5) skill atau kemampuan melaksanakan

tugas secara fisik atau secara mental. Abbas juga

menambahkan bahwa tenaga kerja yang berkualitas dan lebih

mempunyai kemampuan akan lebih dihargai jika dibandingkan

dengan tenaga kerja yang kurang mampu.(Abbas, 2012:30).

Dengan demikian tingginya IPM tenaga kerja memengaruhi

tenaga kerja tersebut dalam memperoleh pekerjaan. Apabila

nilai IPM tenaga kerja tersebut tinggi maka tenaga kerja

tersebut mudah untuk memperoleh pekerjaan. Namun apabila

nilai IPM tenaga kerja tersebut rendah maka pekerjaan akan

sulit didapat sehingga akan berdampak pada bertambahnya

jumlah pengangguran.

Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kualitas tenaga kerja. Apabila tenaga kerja

Page 114: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

91

berpendidikan rendah maka akan sulit baginya untuk

menemukan pekerjaan. Dengan demikian tingkat pendidikan

yang merupakan salah satu indikator dari IPM berpengaruh

terhadap tingkat pengangguran. Karena jika tenaga kerja

berpendidikan berpendidikan rendah akan sulit menemukan

pekerjaan sehingga berdampak pada bertambahnya jumlah

pengangguran.

Page 115: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

92

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dari penelitian, maka dapet diperoleh

kesimpulan sebagai berikut :

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) memiliki pengaruh yang

tidak signifikan dan positif terhadap Tingkat Pengangguran (TP) di

Provinsi Banten periode tahun 2008-2013. Hal ini berarti bahwa

berapapun nilai PDRB meningkat, maka tidak akan berpengaruh pada

Tingkat Pengangguran (TP).

2. Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) memiliki pengaruh yang

signifikan dan negatif terhadap Tingkat Pengangguran (TP) di Provinsi

Banten periode tahun 2008-2013. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi

Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) maka semakin kecil Tingkat

Pengangguran (TP).

3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) memiliki pengaruh yang

signifikan dan negatif terhadap Tingkat Pengangguran (TP) di Provinsi

Banten periode tahun 2008-2013. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) maka semakin berkurang

Tingkat Pengangguran (TP).

4. Dari hasil regresi secara bersama-sama dengan pendekatan Fixed

Effect Model (FEM) pengaruh Produk Domestik Regional Bruto

Page 116: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

93

(PDRB), Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) dan Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) terhadap Tingkat Pengangguran periode

tahun 2008-2013. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen

(PDRB, UMK dan IPM) berpengaruh signifikan secara bersama-sama

terhadap variabel dependen (TP).

B. Implikasi

Dari kesimpulan diatas, penulis mencoba mengungkapkan beberapa

implikasi diantaranya sebagai berikut:

1. Meskipun nilai PDRB Provinsi Banten meningkat dari tahun ke tahun

namun tetap saja presentase tingkat pengangguran di Provinsi Banten

masih tinggi. Hal tersebut membuktikan bahwa meskipun nilai PDRB

di Provinsi Banten tinggi namun tidak berpengaruh terhadap tingkat

pengangguran. Apabila kita lihat Provinsi Banten memiliki sumber

daya manusia yang banyak dan juga kekayaan sumber daya alam

yang berasal dari laut, masih ada kesempatan untuk meningkatkan

output PDRB tidak hanya melalui perdagangan, hotel dan restoran.

Pemerintah Provinsi Banten juga sebaiknya melakukan perubahan

atau pengkajian ulang terhadap struktur PDRB Banten menurut

penggunaan. karena apabila ditinjau dari sisi pengeluaran, sebagian

besar masih digunakan untuk konsumsi. Namun pada kenyataannya,

meskipun nilai PDRB di Provinsi Banten Meningkat, tidak akan

berpengaruh pada tingkat pengangguran di Provinsi Banten.

Page 117: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

94

2. Penetapan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) sudah sesuai

dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik

Indonesia No. KEP-226/MEN/2000 Tahun 2000 dan Undang-undang

Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Namun dengan

semakin meningkatnya kualitas SDM di Provinsi Banten, maka

pemerintah Provinsi Banten harus dapat mempertimbangkan untuk

meningkatkan jumlah upah yang akan diterima oleh pekerja setiap

tahunnya.

3. Indeks Pembangunan Manusia memiliki pengaruh signifikan terhadap

Tingkat Pengangguran. Hal ini menunjukkan bahwa apabila terjadi

peningkatan pada komponen IPM yaitu kesehatan, pendidikan dan

kemampuan daya beli, maka tingkat pengangguran di Provinsi Banten

semakin berkurang.

C. Keterbatasan

Dalam setiap penelitin tidak meungkin ada kesempuranaan, dalam

penelitian ini pun masih terdapat keterbatasan. Berikut keterbatasan yang

dihadapi penulis:

1. Dalam penelitian ini penulis tidak merinci jenis Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) dari sektor mana saja yang menyumbangkan

tingginya nilai PDRB di Provinsi Banten.

2. Dalam penelitian ini penulis tidak menyertakan faktor-faktor yang

mempengaruhi kebijakan dalam menetapkan UMK.

Page 118: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

95

3. Dalam penelitian ini penulis tidak merinci jenis Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) yang ada pada Provinsi Banten.

4. Dalam penelitian ini penulis hanya menjelaskan analisis ekonomi pada

objek penelitian secara umum tidak secara khusus.

D. Saran

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih banyak kekurangan,

namun ada beberapa saran dari penulis untuk peneliti selanjutnya yaitu

sebagai berikut:

1. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat merinci lebih detail tentang

jenis- Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari sektor mana saja

yang menyumbangkan tingginya nilai PDRB di Provinsi Banten.

2. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat menyertakan faktor-faktor

yang mempengaruhi kebijakan dalam menetapkan UMK.

3. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat merinci jenis Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) yang ada pada Provinsi Banten.

4. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat menjelaskan secara khusus

analisis ekonominya.

Page 119: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

96

DAFTAR PUSTAKA

Ajija dkk. “Cara Cerdas Menguasai Eviews”. Salemba Empat: Jakarta, 2011.

Anggrainy, Kholifah. “Analisis Dampak Kenaikan Upah Minimum Kota (UMK)

Terhadap Kesempatan Kerja Dan Investasi (Studi Kasus Pada Kota

Malang Periode 2001-2011)”. Jurnal Ilmiah Jurusan Ilmu Ekonomi

Universitas Brawijaya, Juli 2013.

Badan Pusat Statistik. “Indeks Pembangunan Manusia 2006-2007”. Jakarta:

Badan Pusat Statistik, 2007.

Badan Pusat Statistik. “Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota Di

Indonesia 2008-2012”. Jakarta: Badan Pusat Statistik, 2013.

Cholili, Fatkhul Mufid. “Analisis Pengaruh Pengangguran, Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB), dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Terhadap Jumlah Penduduk Miskin (Studi Kasus 33 Provinsi Di

Indonesia)”. Jurnal Ilmiah Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya,

Januari 2014.

Choudry, M., dkk. “Youth and total unemployment rate: the impact of policies

and institutions”. April 2012.

Gemmel, Norman. “Ilmu Ekonomi Pembangunan, Beberapa Survai”. PT Pustaka

LP3ES Indonesia. Jakarta, 1994.

Ghozali, Abbas. “Ekonomi Pendidikan”. Lembaga Penelitian UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2010.

Page 120: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

97

Gujarati, Damodar. “Dasar-Dasar Ekonometrika”. Edisi 3, Jilid 2. Jakarta:

Erlangga, 2007.

Hajji, Muhammad Shun. “Analisis PDRB, Inflasi, Upah Minimum Kota Dan

Angka Melek Huruf Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka Di Provinsi

Jawa Tengah Tahun 1990-2011”. Diponegoro Journal Of Eceonomics

Vol. 2, No. 3, 2013.

Hamid, Abdul. “Pedoman Penulisan Skripsi FEB”. UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2009.

Jhingan, M. L. “Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan”. PT Rajagrafindo

Persada. Jakarta, 2012.

Kembar Sari, Anggun. “Analisis Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pertumbuhan

Ekonomi, dan Upah Terhadap Pengangguran Terdidik di Sumatera

Barat”. Jurnal Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas

Negeri Padang, 2011.

Kurniawan, Roby Cahyadi. “Analisis Pengaruh PDRB, UMK, dan Inflasi

Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di Kota Malang Tahun 1980-

2011”. Jurnal Ilmiah Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya,

Januari 2013.

Lemieux, Thomas. ““Minimum Wages and the Joint Distribution Employment

and Wages”. University of British Columbia and NBER. October 2011.

Mankiw, N. Gregory. “Makroekonomi, Edisi Keenam”. Erlangga. Jakarta, 2006.

Page 121: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

98

Muravyev, Alexander dan Aleksey Oschepkov. “Minimum Wages,

Unemployment And Informality: Evidence From Panel Data On Russian

Regions”. IZA Discussion Paper No. 7878, December 2013.

Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. “Pengantar Ilmu Ekonomi

(Mikroekonomi & Makroekonomi) Edisi Ketiga”. Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. 2008.

Sagir, H. Soeharsono. “Kapita Selekta Ekonomi Indonesia”. Kencana. Jakarta :

2009.

Salvatore, Dominick. “Schaum’s Outlines: Mikroekonomi, Edisi

Keempat”.Erlangga. Jakarta : 2006.

Saputra, Whisnu Adi. “Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, PDRB, IPM,

Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Kabupaten / Kota Jawa

Tengah”. Skripsi. Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Diponegoro. 2011.

Sugiyono. 2010. “Statistika untuk Penelitian”. 2010. Bandung: Alfabeta

Sukirno, Sadono. “Teori Pengantar Makroekonomi”. Raja Grafindo Persada.

Jakarta, 1997.

Sukirno, Sadono. “Ekonomi Pembangunan : Proses, Masalah, dan Dasar

Kebijakan Edisi Kedua”. Kencana Prenada Media. Jakarta. 2006.

Todaro, Michael P. “Pembangunan Ekonomi, Edisi Kesembilan”. Erlangga.

Jakarta, 2006.

Wardhana, Dharendra. 2006. Pengangguran Struktural Di Indonesia :

Keterangan Dari Analisis SVAR Dalam Kerangka Hysteresis. Jurnal

Ekonomi Dan Bisnis, Vol. 21, (No. 4).

Page 122: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

99

Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EViews

Edisi Ketiga”. UPP STIM YKPN. Yogyakarta. 2011.

Page 123: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

100

LAMPIRAN

Lampiran 1

Data

Kabupaten/Kota Tahun TPT

(persen)

PDRB

(miliar

rupiah)

UMK

(rupiah) IPM

PANDEGLANG 2008 11.13 3,824,711 840,000 67.75

PANDEGLANG 2009 10.96 4,032,400 918,950 67.99

PANDEGLANG 2010 11.34 4,321,100 964,500 68.29

PANDEGLANG 2011 11.32 4,554,600 1,015,000 68.77

PANDEGLANG 2012 9.3 4,810,920 1,050,000 69.22

PANDEGLANG 2013 12.34 5,018,450 1,182,000 69.64

LEBAK 2008 10.68 3,703,579 842,000 67.11

LEBAK 2009 13.42 3,895,500 918,000 67.45

LEBAK 2010 13.35 4,152,200 959,500 67.67

LEBAK 2011 12.1 4,419,500 1,007,500 67.98

LEBAK 2012 9.07 4,606,620 1,047,800 68.43

LEBAK 2013 7.23 4,872,700 1,187,500 68.82

TANGERANG 2008 15.23 16,748,498 953,850 71.14

TANGERANG 2009 15.86 17,485,777 1,055,000 71.45

TANGERANG 2010 14.01 18,549,100 1,117,245 71.76

TANGERANG 2011 14.42 19,912,400 1,285,000 72.05

TANGERANG 2012 11.46 20,804,090 1,527,000 72.36

TANGERANG 2013 11.94 22,074,240 2,200,000 72.82

SERANG 2008 16.49 6,639,984 927,500 67.80

SERANG 2009 14.45 6,850,900 1,030,000 68.27

SERANG 2010 16.19 7,135,100 1,101,000 68.67

SERANG 2011 13.29 7,539,600 1,189,600 69.33

SERANG 2012 12.96 7,963,900 1,320,500 69.83

SERANG 2013 13.69 8,396,210 2,080,000 70.25

KOTATANGERANG 2008 18.62 26,066,992 958,782 74.70

KOTATANGERANG 2009 15.57 27,562,500 1,064,500 74.89

KOTATANGERANG 2010 14.09 29,402,900 1,064,500 75.17

KOTATANGERANG 2011 12.89 31,470,000 1,290,000 75.44

KOTATANGERANG 2012 8.31 33,433,900 1,527,000 75.72

KOTATANGERANG 2013 8.62 36,411,360 2,203,000 76.05

KOTA CILEGON 2008 18.65 11,047,320 971,400 74.94

KOTA CILEGON 2009 18.26 16,246,800 1,099,000 74.99

KOTA CILEGON 2010 19.84 17,111,200 1,099,000 75.29

KOTA CILEGON 2011 13.14 18,228,700 1,224,000 75.60

KOTA CILEGON 2012 11.31 19,470,420 1,347,000 75.89

KOTA CILEGON 2013 7.16 20,624,740 2,200,000 76.31

KOTA SERANG 2008 16.49 2,532,981 927,500 69.43

KOTA SERANG 2009 17.55 2,678,300 1,030,000 69.99

KOTA SERANG 2010 17.11 2,884,200 1,030,000 70.61

KOTA SERANG 2011 13.84 3,111,200 1,156,000 71.45

Page 124: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

101

KOTA SERANG 2012 10.8 3,336,740 1,231,000 72.30

KOTA SERANG 2013 11.29 3,567,450 1,798,446 73.12

KOTA TANGSEL 2008 15.23 4,560,506 953,850 74.70

KOTA TANGSEL 2009 15.86 4,948,000 1,055,000 75.01

KOTA TANGSEL 2010 8.22 5,378,300 1,117,245 75.38

KOTA TANGSEL 2011 11.98 5,853,800 1,290,000 76.01

KOTA TANGSEL 2012 8.07 6,303,440 1,527,000 76.61

KOTA TANGSEL 2013 4.56 6,838,170 2,200,000 77.13

Page 125: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

102

Lampiran 2

Data Setelah di Interpolasi

No Kabupaten/Kota Tahun TPT PDRB UMK IPM

1 KABPANDEGLANG

2008.1 5.620625 1,891,458 408,044 33.89875

2008.2 5.509375 1,933,253 431,956 33.85125

2 KABPANDEGLANG

2009.1 5.466875 1,985,176 451,694 33.86125

2009.2 5.493125 2,047,224 467,256 33.92875

3 KABPANDEGLANG

2010.1 5.6475 2,127,913 476,247 34.08375

2010.2 5.6925 2,193,188 488,253 34.20625

4 KABPANDEGLANG

2011.1 5.7875 2,246,686 502,156 34.326875

2011.2 5.5325 2,307,914 512,844 34.443125

5 KABPANDEGLANG

2012.1 4.58625 2,376,469 514,563 34.555625

2012.2 4.71375 2,434,451 535,438 34.664375

6 KABPANDEGLANG

2013.1 5.47375 2,486,333 568,438 34.769375

2013.2 6.86625 2,532,117 613,563 34.870625

7 KABLEBAK

2008.1 4.821875 1,831,848 409,344 33.505

2008.2 5.858125 1,871,731 432,656 33.605

8 KABLEBAK

2009.1 6.543125 1,919,711 451,656 33.69

2009.2 6.876875 1,975,789 466,344 33.76

9 KABLEBAK

2010.1 6.7575 2,043,350 474,156 33.801875

2010.2 6.5925 2,108,850 485,344 33.868125

10 KABLEBAK

2011.1 6.3175 2,181,349 498,231 33.9425

2011.2 5.7825 2,238,151 509,269 34.0375

11 KABLEBAK

2012.1 4.839375 2,274,985 512,650 34.1625

2012.2 4.230625 2,331,635 535,150 34.2675

12 KABLEBAK 2013.1 3.770625 2,398,155 570,075 34.365

Page 126: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

103

2013.2 3.459375 2,474,545 617,425 34.455

13 KABTANGERANG

2008.1 7.38125 8,302,467 461,850 35.53125

2008.2 7.84875 8,446,031 492,000 35.60875

14 KABTANGERANG

2009.1 8.00625 8,630,351 517,288 35.68625

2009.2 7.85375 8,855,426 537,712 35.76375

15 KABTANGERANG

2010.1 7.095 9,122,886 544,248 35.8425

2010.2 6.915 9,426,214 572,998 35.9175

16 KABTANGERANG

2011.1 7.369375 9,815,263 616,890 35.9875

2011.2 7.050625 10,097,137 668,110 36.0625

17 KABTANGERANG

2012.1 5.885 10,266,930 706,313 36.131875

2012.2 5.575 10,537,160 820,688 36.228125

18 KABTANGERANG

2013.1 5.695 10,854,698 988,938 36.343125

2013.2 6.245 11,219,543 1,211,063 36.476875

19 KABSERANG

2008.1 8.73625 3,298,208 448,969 33.836875

2008.2 7.75375 3,341,776 478,531 33.963125

20 KABSERANG

2009.1 7.24375 3,394,505 504,156 34.080625

2009.2 7.20625 3,456,395 525,844 34.189375

21 KABSERANG

2010.1 8.1675 3,524,506 540,525 34.26875

2010.2 8.0225 3,610,594 560,475 34.40125

22 KABSERANG

2011.1 6.846875 3,718,000 581,081 34.5925

2011.2 6.443125 3,821,600 608,519 34.7375

23 KABSERANG

2012.1 6.455 3,928,412 604,600 34.8575

2012.2 6.505 4,035,488 715,900 34.9725

24 KABSERANG

2013.1 6.6875 4,143,566 905,775 35.0775

2013.2 7.0025 4,252,644 1,174,225 35.1725

25 KOTATANGERANG 2008.1 9.789375 12,868,113 459,569 37.331875

Page 127: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

104

2008.2 8.830625 13,198,879 499,213 37.368125

26 KOTATANGERANG

2009.1 8.068125 13,572,756 525,643 37.415625

2009.2 7.501875 13,989,744 538,857 37.474375

27 KOTATANGERANG

2010.1 7.2125 14,457,231 518,156 37.550625

2010.2 6.8775 14,945,669 546,344 37.619375

28 KOTATANGERANG

2011.1 6.80625 15,483,063 616,094 37.685625

2011.2 6.08375 15,986,938 673,906 37.754375

29 KOTATANGERANG

2012.1 4.421875 16,408,115 706,438 37.821875

2012.2 3.888125 17,025,785 820,563 37.898125

30 KOTATANGERANG

2013.1 3.965625 17,770,150 989,563 37.980625

2013.2 4.654375 18,641,210 1,213,438 38.069375

31 KOTACILEGON

2008.1 9.496875 4,602,783 461,775 37.479375

2008.2 9.153125 6,444,538 509,625 37.460625

32 KOTACILEGON

2009.1 9.055625 7,744,408 541,525 37.473125

2009.2 9.204375 8,502,393 557,475 37.516875

33 KOTACILEGON

2010.1 10.24 8,431,731 541,688 37.606875

2010.2 9.6 8,679,469 557,313 37.683125

34 KOTACILEGON

2011.1 7.103125 8,966,899 596,500 37.7625

2011.2 6.036875 9,261,801 627,500 37.8375

35 KOTACILEGON

2012.1 6.02875 9,585,458 612,500 37.900625

2012.2 5.28125 9,884,963 734,500 37.989375

36 KOTACILEGON

2013.1 4.24375 10,173,543 947,750 38.094375

2013.2 2.91625 10,451,198 1,252,250 38.215625

37 KOTASERANG

2008.1 8.01875 1,252,112 444,531 34.64875

2008.2 8.47125 1,280,869 482,969 34.78125

38 KOTASERANG 2009.1 8.73625 1,317,199 508,594 34.92125

Page 128: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

105

2009.2 8.81375 1,361,101 521,406 35.06875

39 KOTASERANG

2010.1 8.786875 1,415,044 507,125 35.21375

2010.2 8.323125 1,469,156 522,875 35.39625

40 KOTASERANG

2011.1 7.314375 1,527,316 565,438 35.619375

2011.2 6.525625 1,583,884 590,563 35.830625

41 KOTASERANG

2012.1 5.559375 1,639,854 575,347 36.045625

2012.2 5.240625 1,696,886 655,653 36.254375

42 KOTASERANG

2013.1 5.363125 1,754,563 797,514 36.459375

2013.2 5.926875 1,812,887 1,000,932 36.660625

43 KOTATANGSEL

2008.1 7.019375 2,234,492 461,850 37.315

2008.2 8.210625 2,326,014 492,000 37.385

44 KOTATANGSEL

2009.1 8.368125 2,422,888 517,288 37.4625

2009.2 7.491875 2,525,112 537,712 37.5475

45 KOTATANGSEL

2010.1 4.3525 2,632,538 543,935 37.6275

2010.2 3.8675 2,745,763 573,310 37.7525

46 KOTATANGSEL

2011.1 5.999375 2,869,079 619,390 37.928125

2011.2 5.980625 2,984,721 670,610 38.081875

47 KOTATANGSEL

2012.1 4.49875 3,090,197 706,625 38.235

2012.2 3.57125 3,213,243 820,375 38.375

48 KOTATANGSEL

2013.1 2.69375 3,346,926 988,625 38.505

2013.2 1.86625 3491244.375 1211375 38.625

Page 129: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

106

Lampiran 3

Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests

Pool: BANTEN

Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 11.485096 (7,77) 0.0000

Cross-section Chi-square 62.916252 7 0.0000

Lampiran 4

Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test

Pool: BANTEN

Test cross-section random effects

Page 130: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

107

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 20.031725 3 0.0002

Lampiran 5

Fixed Effect Model

Dependent Variable: TPT?

Method: Pooled Least Squares

Date: 01/18/15 Time: 15:26

Sample (adjusted): 2008S2 2013S2

Included observations: 11 after adjustments

Cross-sections included: 8

Total pool (balanced) observations: 88 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(PDRB?) 5.60E-07 5.67E-07 0.987981 0.3263

UMK? -3.05E-06 9.74E-07 -3.129772 0.0025

IPM? -1.690547 0.472262 -3.579679 0.0006

C 69.01106 16.54720 4.170557 0.0001

Fixed Effects (Cross)

KABPANDEGLANG--C -3.952284

KABLEBAK--C -4.485714

KABTANGERANG--C 0.701289

KABSERANG--C -1.495007

KOTTANGERANG--C 2.747827

KOTCILEGON--C 3.795026

KOTSERANG--C 0.295365

KOTTANGSEL--C 2.393498 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.652831 Mean dependent var 6.350064

Page 131: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

108

Adjusted R-squared 0.607744 S.D. dependent var 1.682749

S.E. of regression 1.053911 Akaike info criterion 3.059362

Sum squared resid 85.52610 Schwarz criterion 3.369029

Log likelihood -123.6119 Hannan-Quinn criter. 3.184119

F-statistic 14.47941 Durbin-Watson stat 0.677797

Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 6

Uji Normalitas

0

2

4

6

8

10

12

-2 -1 0 1 2

Series: Standardized ResidualsSample 2008S2 2013S2Observations 88

Mean 1.34e-16Median -0.041454Maximum 2.700477Minimum -2.031005Std. Dev. 0.991493Skewness 0.540592Kurtosis 3.225801

Jarque-Bera 4.473127Probability 0.106825

Page 132: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

109

Lampiran 7

Uji Multikolinieritas

PDRB UMK IPM

PDRB 1 0.356306 0.584250

UMK 0.356306 1 0.467289

IPM 0.584250 0.467289 1

Lampiran 8

Uji Heterokedastisitas

Weighted Statistics R-squared 0.681287 Mean dependent var 7.072520

Adjusted R-squared 0.639895 S.D. dependent var 2.657113

S.E. of regression 1.030964 Sum squared resid 87.83190

F-statistic 16.45965 Durbin-Watson stat 1.805209

Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.652831 Mean dependent var 6.350064

Sum squared resid 85.52613 Durbin-Watson stat 0.677676

Page 133: PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29130/1/MUHAMAD... · PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM

110

Lampiran 9

Uji Autokolerasi

Dependent Variable: TPT?

Method: Pooled EGLS (Cross-section SUR)

Date: 01/18/15 Time: 15:46

Sample (adjusted): 2008S2 2013S2

Included observations: 11 after adjustments

Cross-sections included: 8

Total pool (balanced) observations: 88

Linear estimation after one-step weighting matrix Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(PDRB?) 5.58E-07 7.08E-09 78.74867 0.0000

UMK? -3.05E-06 2.72E-10 -11192.46 0.0000

IPM? -1.690273 0.000692 -2442.290 0.0000

C 69.00179 0.023465 2940.681 0.0000

Fixed Effects (Cross)

KABPANDEGLANG--C -3.952266

KABLEBAK--C -4.485605

KABTANGERANG--C 0.701442

KABSERANG--C -1.494979

KOTTANGERANG--C 2.748270

KOTCILEGON--C 3.795467

KOTSERANG--C 0.294993

KOTTANGSEL--C 2.392678 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared 1.000000 Mean dependent var 8500.643

Adjusted R-squared 1.000000 S.D. dependent var 23123.52

S.E. of regression 1.068023 Sum squared resid 87.83190

F-statistic 1.27E+08 Durbin-Watson stat 1.805209

Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.652831 Mean dependent var 6.350064

Sum squared resid 85.52613 Durbin-Watson stat 0.677676