problematika talak di luar pengadilan bagi masyarakat di...

79
PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI WILAYAH TIGARAKSA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy) OLEH : Eko Pratama Putra NIM : 106044101394 K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1431 H/2010 M

Upload: dangxuyen

Post on 05-Mar-2018

228 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI WILAYAH TIGARAKSA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy)

OLEH :

Eko Pratama Putra NIM : 106044101394

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A

1431 H/2010 M

Page 2: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

KATA PENGANTAR

اهللا الرحمن الرحيمبسم

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia yang

tidak terhingga banyaknya. Demikian pula tak luput penulis ucapkan shalawat

beriring salam kepada Imamnya para Nabi dan Rasul, Imamnya para orang-orang

yang bertakwa yaitu Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan

pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Alhamdulillah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Problematika Talak Di Luar Pengadilan Bagi Masyarakat Di Wilayah Tigaraksa”

sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Syariah (S.Sy). Dalam proses

penyelesaian skripsi ini, banyak sekali hikmah dan manfaat yang penulis petik dan

menjadi kesan tersendiri bagi penulis.

Dengan tersusunnya skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. Dekan Fakultas Syariah

dan Hukum sekaligus dosen penasehat akademik Jurusan Peradilan Agama

kelas A angkatan 2006/2007.

2. Bapak Drs. H. A. Basiq Djalil, S.H., M.A. Ketua Program Studi Ahwal

Syakhshiyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, dan Bapak

Kamarusdiana, S.Ag, M.H. sebagai Sekretaris Jurusan Peradilan Agama

i

Page 3: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

ii

Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Bapak Drs. H. Sayed Usman, S.H., M.H., dan Bapak Kamarusdiana, S.Ag., M.H.,

sebagai pembimbing penulis yang sudah berkenan memberikan waktu dan

arahannya dalam rangka menyelesaikan karya ini.

4. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah mengamalkan ilmunya

kepada penulis semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dunia dan akhirat. Dan

seluruh staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum maupun perpustakaan

utama UIN Syarif Hidayatullah atas pelayanannya yang sangat membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Pengadilan Agama Tigaraksa, khususnya para hakim dan staf, penulis ucapkan

terima kasih atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis untuk

memperoleh data-data dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Orang tua tercinta H.M. Mulyani dan Hj. Uung Kurniasih yang selalu memberikan

yang terbaik yang tiada balasannya untuk keberhasilan anak-anaknya dari dalam

kandungan sampai saat ini.

7. Seluruh sahabat-sahabat, yakni teman-teman seperjuangan yang telah mewarnai

sehari-hari penulis dengan hal-hal positif terutama teman-teman Peradian

Agama angkatan 2006 yang memberikan kesan tersendiri bagi penulis selama

menuntut ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 4: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

iii

8. Sahabat-sahabat yang tergabung dalam Pusat Studi dan Bantuan Hukum

(PUSBAKUM) Semesta yang membantu dan mendukung untuk mendapatkan

ilmu dan pengalaman yang belum didapat di kampus.

Penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh komponen yang berjasa yang telah

memberikan bantuannya. Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga Allah

SWT membalas amal budi baik sekalian. Amin

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Jakarta, 04 Juni 2010

Penulis

Page 5: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Batasan dan Perumusan Masalah .................................................. 7

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 8

D. Studi Review Terdahulu ................................................................ 8

E. Metode Penelitian ........................................................................10

F. Sistematika Penulisan ................................................................. 12

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TALAK

A. Pengertian dan Dasar Hukum Talak ........................................... 14

B. Syarat dan Rukun Talak .............................................................. 21

C. Macam-Macam Talak ................................................................. 22

D. Hukum Menjatuhkan Talak ........................................................ 29

BAB III GAMBARAN UMUM HAKIM PENGADILAN AGAMA

TIGARAKSA

A. Profil Pengadilan Agama Tigaraksa ............................................ 33

B. Struktur Pengadilan Agama Tigaraksa ....................................... 41

C. Fungsi dan Peran Hakim Agama ................................................. 43

Page 6: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

v

D. Seputar Hakim Pengadilan Agama Tigaraksa ............................. 46

BAB IV PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI

MASYARAKAT DI WILAYAH TIGARAKSA

A. kedudukan Talak Di Luar Pengadilan Menurut Hukum Islam dan

Undang-Undang No.1 Tahun 1974 ............................................. 47

B. Pandangan Hakim Tentang Talak di Luar Pengadian ................. 50

C. Dampak Talak di Luar Pengadilan .............................................. 52

D. Problematika Talak Di Luar Pengadilan Bagi Masyarakat Di

Wilayah Tigaraksa ........................................................................54

E. Analisis Penulis Tentang Talak Di Luar Pengadilan .................. 61

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................. 64

B. Saran-Saran .................................................................................. 65

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 66

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 7: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagaimana telah diketahui, bahwa peradilan dapat diidentifikasikan

sebagai bagian dari pranata hukum, sedangkan hukum dapat diidentifikasikan

sebagai pranata sosial. Hukum tergantung pada apa yang terjadi dengan kondisi-

kondisi kekuasaan dan wewenang politik, dan kondisi tersebut ditentukan oleh

beragam kekuatan sosial, budaya dan ekonomi. Apabila kondisi-kondisi tersebut

berubah, maka hukum pun mengalami perubahan.

Dalam perubahan tersebut, bukan hal yang tidak mungkin terdapat

perselisihan untuk menegakkan keadilan hukum. Oleh karena itu, dibutuhkan

pengendali kehidupan masyarakat yang berfungsi untuk menyelesaikan

perselisihan, persengketaan, dan bentuk-bentuk pertentangan lainnya sehingga

hukum dapat ditegakkan dan keadilan dapat diperoleh. Atau, ketertiban dapat

diwujudkan dalam kehidupan bersama-sama dan masing-masing memperoleh

ketenteraman.

Untuk memperoleh ketenteraman dalam menjalankan hidup, setiap insan

manusia selalu memiliki rasa saling membutuhkan orang lain dalam kehidupan

sehari-hari yang sering disebut sebagai makhluk sosial, termasuk dalam ikatan

perkawinan. Rasa saling membutuhkan inilah yang menjadi landasan manusia

1

Page 8: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

2

untuk saling berinteraksi, baik dari segi ibadah, munakahat, muamalah, dan

jinayah.1

Semua tingkah laku umat manusia telah diatur dalam Islam baik yang

tertuang dalam al-Qur’an maupun al-Hadits, apalagi sebagaimana menurut

Aristoteles (384-322 SM) menjuluki manusia dengan zoon politicon, yaitu

sebagai makhluk yang pada dasarnya selalu mempunyai keinginan untuk

berkumpul dengan manusia-manusia lainnya (makhluk bermasyarakat).2

Salah satu dari sekian interaksi dalam kehidupan yaitu perkawinan, yakni

perbuatan hukum yang mengikat antara seorang pria dengan seorang wanita

(suami dan isteri) yang mengandung nilai ibadah kepada Allah, di satu pihak dan

di pihak lainnya mengandung aspek keperdataan yang menimbulkan hak dan

kewajiban antara suami dan isteri. Oleh karena itu, hak dan kewajiban merupakan

hubungan timbal balik antara suami dan isterinya.

Ikatan perkawinan adalah suatu hal yang sangat sakral, baik menurut ajaran

agama ataupun kedudukannya dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan. Pengertian lebih luas dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan yang terkandung dalam pasal 1 adalah ikatan lahir batin

antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan

1 Cik Hasan Bisri, MS., Peradilan Agama di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2003), cet. Ke-4, h. 67.

2 J.C.T. Simorangkir dan Worjono Satropranoto, Peladjaran Hukum Indonesia, (Djakarta: Gunung Agung, 1959), h. 7.

Page 9: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

3

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa. Ikatan perkawinan adalah ikatan lahir batin dan

tanggung jawab yang berkelanjutan, tidak hanya hubungan keperdataan semata,

tetapi hubungan antara sesama manusia baik di dunia maupun di akhirat.3

Akad perkawinan dalam hukum Islam bukanlah perkara perdata semata,

melainkan ikatan suci (mitsaqan galizha) yang terkait dengan keyakinan dan

keimanan kepada Allah. Dengan demikian ada dimensi ibadah dalam sebuah

perkawinan. Untuk itu perkawinan harus dipelihara dengan baik sehingga bisa

abadi dan apa yang menjadi tujuan perkawinan dalam Islam yakni terwujudnya

keluarga sejahtera (mawaddah wa rahmah) dapat terwujud.4

Dalam sistem hukum perkawaninan, di dalamnya mencakup pula mengenai

persoalan pertalakan. Karena, suatu ikatan perkawinan tidak akan cukup

menjawab persoalan hati manusia yang selalu membutuhkan pasangan hidup.

Adakalanya manusia itu memiliki rasa kecewa, kurangnya kepuasan lahir maupun

batin terhadap pasangannya, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, perlu adanya

hukum pertalakan dalam rumah tangga, walaupun perkara yang halal untuk

dilakukan tetapi dibenci oleh Allah adalah pertalakan, bukan tidak mungkin Allah

mengijinkan pasangan suami-isteri untuk bertalak dalam keadaan tertentu.

3 Bakri A. Rahman dan Ahmad Sukarja, Hukum Perkawinan Menurut Hukum Islam,

Undang-Undang Perkawinan dan Hukum Perdata/BW, (Jakarta: PT. Hida Karya Agung, 1981), cet. Ke 1, h. 7.

4 Amiur Nuruddin, dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), cet. Ke-3, h. 206.

Page 10: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

4

Islam telah mengatur mengenai pertalakan dengan sebaik-baiknya dan

seadil-adilnya. Ketentuan Islam mengenai pertalakan perlu disosialisasikan agar

orang mengetahui bagaimana Allah SWT. menjelaskan adab dan tuntunan kepada

mereka yang akan bertalak.

Kerap timbul anggapan bahwa apabila seorang suami sudah mengucapkan

kata “talak” kepada isterinya, maka jatuhlah talak itu. Seorang lelaki, apabila

dalam keadaan emosi, tidak sedikit yang mengeluarkan ungkapan untuk bertalak.

Apalagi dalam keadaan ekonomi seperti saat ini, kebutuhan hidup semakin sulit

dan lapangan pekerjaan susah, sementara harga bahan baku semakin mahal dan

tekanan hidup semakin berat, potensi terjadinya pertentangan dan keributan dalam

rumah tangga amat besar. Bisa jadi dalam rumah tangga yang masih terasa

harmonis, dapat terjadi sedikit salah paham, bertengkar, dan akhirnya dalam

keadaan emosi terucap kata “talak” dalam waktu sesaat.

Dalam kehidupan rumah tangga, meskipun pada mulanya suami-isteri penuh

kasih sayang seolah-olah tidak akan menjadi pudar, namun pada kenyataannya

rasa kasih sayang itu tidak dirawat bisa menjadi pudar, bahkan bisa hilang

berganti dengan kebencian. Jika kebencian sudah datang, dan suami-isteri tidak

dengan sungguh hati mencari jalan keluar dan memulihkan kembali kasih

sayangnya, akan berakibat negatif bagi anak keturunannya. Oleh karena itu,

upaya memulihkan kembali kasih sayang merupakan suatu hal yang perlu

dilakukan. Memang benar kasih sayang itu bisa beralih menjadi kebencian. Akan

Page 11: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

5

tetapi perlu pula diingat, bahwa kebencian itu kemudian bisa pula kembali

menjadi kasih sayang.5

Seperti halnya yang terjadi pada sebagian masyarakat di wilayah Tigaraksa,

yaitu terdapat pihak yang melakukan talak di luar Pengadilan. Berawal dari rasa

kepercayaan dan cinta kasih yang dalam, dan pada akhirnya sepakat antara

keduanya untuk memutus tali perkawinan. Akan tetapi, tidak melakukan

perceraian di muka sidang Pengadilan.

Pada dasarnya, perceraian merupakan wewenang suami terhadap isterinya.

Dalam kitab-kitab fikih klasik dan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan disebutkan pula bahwa perceraian bisa terjadi dengan segala cara

yang mengindikasikan berakhirnya suatu hubungan suami-isteri, baik talak yang

dijatuhkan oleh suami atau cerai gugat (khulu’) yang diajukan oleh pihak isteri

atau sebab lainnya.

Dengan tujuan mempersulit terjadinya perceraian tersebut, maka

ditentukanlah: untuk melakukan perceraian, harus ada cukup alasan (bukti) bahwa

antara suami-isteri tersebut tidak dapat hidup rukun lagi. Perceraian itu seperti

disebutkan dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan jo. PP

No. 9 Tahun 1975 jo. UU No. 7 Tahun 1989 jo. Inpres No. 1 Tahun 1991 tentang

Kompilasi Hukum Islam mesti terjadi di hadapan sidang Pengadilan.6

5 Satria Effendi M. Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, (Jakarta:

Kencana, 2004), ed. 1, cet. Ke-2, h. 96.

6 K. Wanjtik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, (Jakarta: Ghali Indonesia), h. 37.

Page 12: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

6

Dengan kata lain, perceraian yang sah menurut prosedural hukum yang

berlaku di Indonesia ialah harus dilakukan di hadapan sidang pengadilan.

Perceraian yang dilakukan di luar prosedur pengadilan dianggap tidak terjadi

perceraian. Namun, akibat dari proses prosedural ini dapat menimbulkan

polemik-polemik baru bagi masyarakat dalam menjalankan kehidupan dalam

rumah tangga, khususnya dampat dari akibat perceraian tersebut (perceraian di

luar pengadilan).

Untuk lebih memahami dan menjawab segala permasalahan yang mencakup

terhadap perceraian yang dilakukan di luar prosedur Undang-Undang No. 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan, harus paham terhadap penjelasan masalah

perceraian dalam Undang-Undang tersebut serta pandangan Hakim Pengadilan

Agama. Karena, baik Undang-Undang maupun Hakim adalah satu kesatuan yang

terdapat dalam ranah hukum yang keduanya memiliki peran sangat penting demi

tercapainya suatu keteraturan dalam bermasyarakat sehingga menimbulkan

ketenteraman.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tergugah untuk membahas:

“PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI

MASYARAKAT DI WILAYAH TIGARAKSA.”

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah Jika ditelusuri masalah yang diuraikan pada proses perceraian,

sesungguhnya banyak sekali hal-hal yang terkait dalam masalah tersebut.

Page 13: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

7

Oleh sebab itu, untuk mempermudah dan memperjelas pokok bahasan, maka

penulis membatasi pada pokok-pokok pembahasan perceraian kepada

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, status hukum

perkawinan akibat talak di luar Pengadilan, pandangan Hakim Pengadilan

Agama Tigaraksa terhadap talak di luar Pengadilan selaku pemutus perkara di

Pengadilan Agama dan aplikasinya terhadap masyarakat di wilayah

Tigaraksa.

2. Perumusan Masalah

Mestinya, perceraian hanya dilakukan melalui proses persidangan sesuai

dengan peraturan yang berlaku, namun pada kenyataannya kerap terjadi

perceraian di luar Pengadilan. Maka penulis akan merumuskan masalah

tersebut kepada beberapa poin, yaitu sebagai berikut:

1. Apa konsekuensi hukum talak di luar Pengadilan?

2. Bagaimana pandangan Hakim Pengadilan Agama Tigaraksa terhadap

status hukum talak di luar Pengadilan?

3. Apa dampak talak yang dilakukan di luar Pengadilan dan kenyataannya

pada masyarakat di wilayah Tigaraksa.

4. Apa problematika masyarakat di wilayah Tigaraksa ketika melakukan

talak di luar Pengadilan?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan:

Page 14: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

8

1. Untuk mengetahui konsekuensi hukum talak di luar Pengadilan.

2. Untuk mengetahui pandangan

Hakim Pengadilan Agama Tigaraksa tentang status hukum perceraian di luar

pengadilan.

3. Untuk mengetahui dampak talak

di luar Pengadilan dan kenyataannya pada masyarakat di wilayah Tigaraksa.

4. Untuk mengetahui problematika

masyarakat di wilayah Tigaraksa melakukan talak di luar Pengadilan?

D. Studi Review Terdahulu

PENULIS/NIM JUDUL KESIMPULAN

AJID/0044219362

Persepsi Ulama Serang

Tentang Talak di

Bawah Tangan

Lebih terfokus kepada

pandangan ulama yang

berada di Serang

mengenai talak di bawah

tangan sehingga tidak

memberikan solusi

terhadap pelaku

pertalakan di bawah

tangan.

Cici Dampak Perceraian Untuk mengetahui

Page 15: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

9

Indriani/102044124997 (Cerai Talak) di Luar

Prosedur Pengadilan

Agama Terhadap

Nafkah Iddah Dan

Nafkah Anak

pemahaman masyarakat

terhadap pernikahan,

termasuk di dalamnya

masalah perceraian yang

sesuai dengan prosedur

hukum yang berlaku di

Indonesia, dan

mengetahui faktor yang

menyebabkan perceraian

di luar Pengadilan,

sekaligus mengetahui

presentase objek

penelitian yang

melaksanakan perceraian

di luar prosedur. Serta

mengetahui dampak

yang akan dirasakan

terutama implikasinya

terhadap nafkah iddah

dan nafkah anak.

Page 16: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

10

Adapun yang membedakan antara skripsi yang disebut di atas dengan

skripsi yang akan dibahas dengan judul “Problematika Talak Di Luar Pengadilan

Bagi Masyarakat Di Wilayah Tigaraksa” adalah tempat objek penelitian yang

berbeda. Karena kondisi lingkungan sangat memberikan peran penting dalam

mempengaruhi kehidupan dan pola berpikir masyarakat, dan pokok pembahasan

yang menyingkronkan antara pandangan Hakim tentang talak di luar Pengadilan

dan kondisi masyarakat di wilayah Tigaraksa yang telah melakukan talak di luar

Pengadilan.

E. Metode Penelitian

Penulis menggunakan beberapa metode penelitian sebagai pedoman, yaitu:

1. Metode Penelitian

Jenis metode yang dilakukan sebagai acuan adalah penelitian

kepustakaan (library research) dan peneletian lapangan (field research) yang

dilakukan dengan terjun langsung ke daerah yang masuk dalam wilayah

Tigaraksa.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

deskriftif dan komperatif. Penelitian deskriftif adalah berusaha menuangkan

fakta-fakta yang objektif sesuai dengan kondisi yang terjadi pada saat

penelitian ini dilakukan dan melihat sejauh mana pentingnya penjatuhan talak

di depan Pengadilan. Penelitian komperatif adalah dengan melihat pandangan-

Page 17: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

11

pandangan para Hakim dalam memberi pemahaman yang sebenarnya dalam

memahami konsep penjatuhan talak dan yang terjadi di masyarakat wilayah

Tigaraksa dalam memutuskan tali perkawinan.

3. Teknik Pengumpulan Data

a) Kajian Kepustakaan

Pengumpulan data kualitatif yaitu melalui studi kepustakaan. Data

kualitatif diperoleh melalui bahan primer dan sekunder. Data-data primer

yaitu bersumber atas hasil wawancara dengan Hakim Pengadilan Agama

Tigaraksa. Data sekunder diperoleh melalui situs-situs pemerintahan,

dan/atau didapati melalui surat kabar/media cetak dan penulisan ilmiah di

dalam majalah-majalah dan jurnal-jurnal hukum.

b) Wawancara

Adapun metode yang digunakan dalam tekhnik pengumpulan data

selanjutnya adalah dengan melakukan wawancara berstruktur dengan

menggunakan instrumen pedoman wawancara.

Wawancara dalam hal ini adalah percakapan yang diarahkan kepada

masalah tertentu yang dimaksud dalam penelitian ini untuk mendapatkan

informasi dengan bertanya langsung kepada responden yaitu Hakim

Pengadilan Agama Tigaraksa dan responden yang telah melakukan talak

di luar Pengadilan.

Page 18: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

12

c) Angket

Angket adalah daftar pertanyaan atau pernyataan yang dikirimkan

kepada 25 orang responden yang dipilih secara acak, bertempat tinggal di

wilayah Tigaraksa baik secara langsung atau tidak langsung.

4. Teknik Pengolahan Data

Data yang akan dikumpulkan dari kajian kepustakaan akan diedit dan

disusun mengikuti kesesuaian judul atau bab yang terkait.

Data yang dikumpulkan melalui wawancara dan angket yang diisi oleh

responden akan diteliti kelengkapannya oleh penulis, bila terdapat jawaban

yang diragukan atau tidak dijawab, maka penulis akan menghubungi

responden yang bersangkutan untuk menyempurnakan jawaban tersebut.

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun berdasarkan panduan buku “Pedoman Penulisan Skripsi

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”. Adapun

sistematika dalam penilisan skripsi ini penulis membaginya ke dalam Lima Bab,

antara lain:

BAB I PENDAHULUAN, yang meliputi : Latar Belakang Masalah,

Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitan, Studi Review Terdahulu,

Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

Page 19: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

13

BAB II TIJAUAN UMUM TANTANG TALAK, yang meliputi :

Pengertian Talak, Dasar Hukum Talak, Syarat dan Rukun Talak, Macam-Macam

Talak, Hukum Menjatuhkan Talak.

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG HAKIM AGAMA

TIGARAKSA, yang meliputi : Profil Pengadilan Agama Tigaraksa, Struktur

Pengadilan Agama Tigaraksa, Fungsi dan Peran Hakim Agama, Seputar Hakim

Pengadilan Agama Tigaraksa.

BAB IV PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI

MASYARAKAT DI WILAYAH TIGARAKSA, yang meliputi : Kedudukan

Talak Di Luar Pengadilan Menurut Hukum Islam Dan Undang-Undang No. 1

Tahun 1974, Pandangan Hakim Tentang Talak Di Luar Pengadilan Agama

Tigaraksa, Dampak Talak Di Luar Pengadilan, Problematika Yang Dirasakan

Masyarakat Di Wilayah Tigaraksa Setelah Melakukan Talak Di Luar Pengadilan,

Analisis Penulis Mengenai Talak Di Luar Pengadilan.

BAB V PENUTUP, yang meliputi : Kesimpulan dan Saran-Saran.

Page 20: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG TALAK

A. Pengertian Dan Dasar Hukum Talak

1. Pengertian

Menurut bahasa, talak berasal dari kata االطالق اإلرسال: yang bermaksud

melepaskan, meninggalkan atau melepaskan ikatan perkawinan.1 Dalam kitab

kifayatul akhyar disebutkan bahwa talak menurut bahasa adalah melepaskan

ikatan.2

Menurut istilah, seperti yang dituliskan al-Jaziri, talak adalah

melepaskan ikatan (حل القيد) atau bisa juga disebut pelepasan ikatan dengan

menggunakan kata-kata yang telah ditentukan.3 Sayyid Sabiq mendefinisikan

talak dengan upaya untuk melepaskan ikatan perkawinan dan selanjutnya

mengakhiri hubungan perkawinan itu sendiri.4

Di dalam kitab kifayatul akhyar menjelaskan talak sebagai sebuah nama

untuk melepaskan ikatan perkawinan dan talak adalah lafadz jahiliyyah yang

setelah Islam datang menetapkan lafadz itu sebagai kata untuk melepaskan

1 Wahbah Zuhaili, Fiqh Dan Perundangan Islam, Terjemahan Ahmad Syeid Husain,

Dewan Bahasa Dan Pustaka, Jilid VII (Selanggor, 2001), h. 579.

2 Taqiyuddin, Kifayatul Akhyar, Juz II (Bandung: Al-Haromain Jaya, 2005), h. 84.

3 Abdurrahman Al-Jaziri, Kitab Al-Fiqh ‘Ala Madzahib Al-Arba’ah, Juz IV (Kairo: Dar Fikr, t.t), h. 278.

4 Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, Juz II (Beirut: Dar Fikr, 1983), h. 206.

14

Page 21: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

15

nikah. Dalil-dalil tentang talak itu berdasarkan al-kitab, hadits, ijma’ ahli

agama dan ahli sunnah.5

Dari definisi di atas, bahwa talak adalah pemutusan tali perkawinan dan

talak merupakan suatu yang disyariatkan.6 Dan jelaslah bahwa talak

merupakan sebuah institusi yang digunakan untuk melepaskan sebuah ikatan

perkawinan, dengan demikian ikatan perkawinan sebanarnya dapat putus dan

tata caranya telah diatur baik di dalam fikih maupun di dalam Undang-

Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam

(KHI).7

Pada dasarnya, kehidupan rumah tangga harus didasari oleh mawaddah,

rahmah dan cinta kasih, yaitu bahwa suami isteri harus memerankan peran

masing-masing, yang satu dengan yang lainnya saling melengkapi. Di

samping itu harus juga diwujudkan keseragaman, keeratan, kelembutan dan

saling pengertian satu dengan yang lain sehingga rumah tangga menjadi hal

yang sangat menyenangkan, penuh kebahagiaan, kenikmatan dan melahirkan

generasi yang baik yang merasakan kebahagiaan yang dirasakan oleh orang

tua mereka.8

5 Taqiyuddin, Kifayatul Akhyar, h. 84.

6 Syaikh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006), h. 207.

7 Amiur Nurudun, dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, h. 207.

8 Syaikh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga, h. 205.

Page 22: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

16

Jika mata air cinta dan kasih sayang sudah kering dan tidak lagi

memancarkan airnya, sehingga hati salah satu pihak atau keduanya (suami

isteri) sudah tidak lagi merasakan cinta kasih, lalu kedua-duanya sudah tidak

saling mempedulikan satu dengan lainnya serta sudah tidak menjalankan

tugas dan kewajibannya masing-masing, sehingga yang tinggal hanya

pertengkaran dan tipu daya. Kemudian keduanya berusaha memperbaiki,

namun tidak berhasil, begitu juga keluarganya telah berusaha melakukan

perbaikan, namun tidak kunjung berhasil pula, maka pada saat itu, talak

adalah kata yang paling tepat seakan-akan ia merupakan setrika yang di

dalamnya terdapat obat penyembuh, namun ia merupakan obat yang paling

akhir diminum.9

Sebagaimana yang disebut dalam pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun

1974 tentang Perkawinan dijelaskan bahwa tujuan perkawinan adalah

membentuk keluarga yang bahagia, kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha

Esa atau dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) disebut dengan mitsaqan

ghalizha (ikatan yang kuat), namun dalam realitanya seringkali perkawinan

tersebut kandas di tengah jalan yang mengakibatkan putusnya perkawinan

baik karena sebab kematian, perceraian ataupun karena putusan pengadilan

berdasarkan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang.10

9 Ibid, Fikih Keluarga, h. 205.

10 Martiman Prodjohamidjodjo, Hukum Perkawinan Indonesia, (Jakarta: Indonesia Legal Center Publishing, 2002), h. 41.

Page 23: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

17

Kompilasi Hukum Islam (KHI) menjelaskan yang dimaksud dengan

talak adalah: “Ikrar suami di hadapan sidang pengadilan agama yang menjadi

salah satu sebab putusnya perkawinan dengan cara sebagimana dimaksud

dalam pasal 129, 130, dan 131.”11

2. Dasar Hukum Talak

Setiap produk hukum pastilah selalu didasarkan dengan hukum yang

mempertimbangkan akan kedudukan produk hukum tersebut, tidak terkecuali

dengan adanya talak. Berikut yang menjadi landasan hukum terhadap

eksistensi talak dalam rumah tangga.

a) Firman Allah SWT

أن لكم يحل وال بإحسان تسريح أو بمعروف فإمساك مرتان قالطال

أال خفتم فإن الله حدود يقيما أال يخافا أن إال شيئا ءاتيتموهن مما تأخذوا

تعتدوها فال الله حدود تلك به افتدت فيما عليهما جناح فال هالل حدود يقيما

.الظالمون هم فأولئك الله حدود يتعد ومن

Artinya: “Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma`ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali dari sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan

11 Amiur Nurudun, dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, h.

220.

Page 24: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

18

oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zalim.” (Q.S. Al-Baqarah: 229)

الله واتقوا العدة وأحصوا لعدتهن فطلقوهن النساء طلقتم إذا النبي ياأيها

مبينة بفاحشة يأتين نأ إال يخرجن وال بيوتهن من تخرجوهن ال ربكم

يحدث الله لعل تدري ال نفسه ظلم فقد الله حدود يتعد ومن الله حدود وتلك

معروفب فارقوهن أو بمعروف فأمسكوهن أجلهن بلغن فإذا .أمرا ذلك بعد

يؤمن آان من به يوعظ ذلكم لله الشهادة وأقيموا منكم عدل ذوي وأشهدوا

.مخرجا له يجعل الله يتق ومن الآخر واليوم بالله

Artinya: “Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali kalau mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah dan barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu suatu hal yang baru. Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar.” (Q.S. At-Thalaq: 1-2)

Page 25: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

19

b) Hadits Nabi SAW

ده عيلع ضائ حيه وهتأر امقل طهنا أمهن ع اهللايض ررم ع ابننع

صلي اهللالوسر ابن الخطاب رم علأسف ملس وهيل عي اهللال ص اهللالوسر

مره اهللا صلي اهللا عليه وسلم لوس رلاقف كل ذناهللا عليه وسلم ع

فليراجعها ثم ليمسكها حتي تطهر ثم تحيض ثم تطهر ثم إن شاء أمسك بعد

12.ها النساءو إن شاء طلق قبل أن يمس فتلك العدة التي أمر اهللا أن تطلق ل

Artinya: “Dari Ibnu Umar r.a. bahwasannya dia menceraikan isterinya yang dalam keadaan haid pada masa Rasulallah saw. Maka Umar bin Khatab bertanya kepada Rasulallah tentang hal tersebut, Rasulallah menjawab: Perintahkan anakmu itu supaya rujuk (kembali) kepada isterinya itu, kemudian hendaklah ia teruskan pernikahan tersebut sehingga ia suci dari haid, lalu haid kembali dan kemudian suci dari haid yang kedua. Maka, jika berkehendak, ia boleh meneruskan sebagaimana yang telah berlalu, dan jika menghendaki, ia boleh menceraikannya sebelum ia mencampurinya. Demikianlah iddah diperintahkan Allah saat wanita itu diceraikan.” (HR. Muttafaqun ‘Alaih)

Para ulama sepakat membolehkan talak. Bisa saja sebuah rumah

tangga mengalami keretakan hubungan yang mengakibatkan runyamnya

keadaan sehingga pernikahan mereka berada dalam keadaan kritis,

terancam perpecahan, serta pertengkaran yang tidak membawa

keuntungan sama sekali. Dan pada saat itu, dituntut adanya jalan untuk

12 Ahmad Mudjab Mahalli dan Ahmad Rodli Hasbullah, Hadits-Hadits Muttafaq’alaih

Bagian Munakahat dan Mu’amalat, (Jakarta: Kencana, 2004), Ed. 1, Cet. Ke-1, h. 62.

Page 26: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

20

menghindari dan menghilangkan berbagai hal negatif tersebut dengan cara

talak.13

c) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Talak (perceraian) disebutkan dalam Undang-Undang No. 1 Tahun

1974 tentang Perkawinan pada pasal 38 yang berbunyi: “Perkawinan

dapat putus karena: a. Kematian, b. Perceraian, dan c. Keputusan

Pengadilan.” Dalam pasal 39 yang berbunyi: “(1) Perceraian hanya

dapat dilakukan di depan Sidang Pengadilan setelah Pengadilan yang

bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah

pihak. (2) Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa

antara suami isteri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami isteri.

(3) Tata cara perceraian di depan Sidang Pengadilan diatur dalam

Peraturan Perundangan tersendiri.”

d) Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Tidak hanya Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan, tetapi dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pun menjelaskan

perceraian. Di antaranya pada pasal 113 yang menyebutkan: “Perkawinan

dapat putus karena: (a) kematian, (b) perceraian, dan (c) atas putusan

Pengadilan.” Dan pasal 114 menyebutkan: “Putusnya perkawinan yang

13 Syaikh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga, h. 208.

Page 27: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

21

disebabkan karena perceraian dapat terjadi karena talak atau

berdasarkan gugatan perceraian.”

B. Syarat dan Rukun Talak

1. Syarat Talak

a) Ikatan Suami Isteri

Syarat jatuhnya talak adalah terjadinya ikatan suami isteri, jika tidak

terjadi ikatan suami isteri maka tidak sah talaknya.14 Yang tidak

menyebabkan terjatuhnya talak ada empat: anak kecil, orang gila, orang

yang tidur, dan orang mabuk.15

b) Baligh

Seseorang yang menjatuhkan talak harus mumayyiz, anak kecil

tidaklah dapat menjatuhkan talak. Baligh merupakan istilah dalam hukum

Islam yang menunjukkan seseorang telah mencapai kedewasaan. "Baligh"

diambil dari kata bahasa Arab yang secara bahasa memiliki arti "sampai",

maksudnya "telah sampainya usia seseorang pada tahap kedewasaan".

c) Berakal Sehat

Yang dimaksud dengan berakal sehat adalah seorang suami yang

menjatuhkan talak kepada isterinya dalam keadaan sehat. Oleh karena itu,

14 Taqiyyudin, Kifayatul Akhyar, h. 102.

15 Taqiyyudin, Kifayatul Akhyar, h. 104.

Page 28: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

22

orang gila tidak sah talaknya, baik kegilaannya terus menerus atau hanya

sewaktu-waktu yang diakibatkan oleh penyakit.

Bukan hanya gila bisa disebut sebagai alasan yang tidak dapat

mensahkan talak, tetapi tidurpun masuk kategori yang tidak bisa

mensahkan talak.

2. Rukun Talak

Pada dasarnya rukun talak terbagi kepada tiga, yaitu:

a. Suami, selain sumianya isteri yang ditalak tidak dapat mentalak.

b. Isteri, yaitu orang yang berada di bawah perlindungan suami dan ia

adalah objek yang akan mendapatkan talak.

c. Sighat, yaitu lafadz yang menunjukkan adanya talak, baik itu

diucapkan secara terang-terangan maupun dilakukan melalui sindiran

dengan syarat harus disertai adanya niat.16

C. Macam-Macam Talak

Talak terbagi kepada beberapa macam. Bila talak itu mutlak jatuh oleh

kehendak suami maka terbagi 2 (dua) macam, yaitu talak raj’i dan talak ba’in.

Bila talak itu datang dari kehendak seorang isteri disebut khuluk.17

16 Syaikh Kamil Muhammad Uwaidah, Fiqh Wanita, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar,

1996), Cet. Ke-1, h. 437.

17 Hasbi Indra, Potret Wanita Sholehah, (Jakarta: Penamadani, 2004), Cet. Ke-1, h. 228.

Page 29: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

23

Mengenai talak yang dijatuhkan oleh suami terhadap keadaan isteri ada 2

(dua) macam pula, yaitu talak sunni dan talak bid’i,18 begitupun dalam Kompilasi

Hukum Islam (KHI) disebutkan pula bahwa talak selain dari yang dua macam

(talak raj’i dan talak ba’in) adalah talak sunni dan talak bid’i, yang terdapat dari

pasal 118 samapi dengan pasal 122 KHI.

1. Talak Raj’i

Pasal 118 dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) menyebutkan bahwa:

“Talak raj’i adalah talak kesatu atau kedua, dalam talak ini suami berhak

rujuk selama isteri dalam masa iddah.”

As-Siba’i mengatakan bahwa talak raj’i adalah talak yang untuk

kembalinya mantan isteri kepada mantan suaminya tidak memerlukan

pembaharuan akad nikah, tidak memerlukan mahar, serta tidak memerlukan

persaksian.

Setelah terjadi talak raj’i maka isteri wajib beriddah, hanya bila

kemudian mantan suami hendak kembali kepada mantan isterinya sebelum

berakhir masa iddah, maka hal itu dapat dilakukan dengan menyatakan rujuk,

tetapi jika dalam masa iddah tersebut mantan suami tidak menyatakan rujuk

terhadap mantan isterinya, maka dengan berakhirnya masa iddah tersebut

kedudukan talak menjadi talak ba’in, kemudian jika sesudah berakhirnya

18 Taqiyyudin, Kifayatul Akhyar, h. 87.

Page 30: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

24

masa iddah itu suami ingin kembali kepada mantan isterinya maka wajib

dilakukan dengan akad baru dan dengan mahar pula.19

Talak raj’i hanya terjadi pada talak pertama dan kedua saja, berdasarkan

firman Allah SWT. dalam surat al-Baqarah ayat 229 yang berbunyi:

تأخذوا أن لكم يحل وال بإحسان تسريح أو بمعروف فإمساك مرتان قالطال

حدود يقيما أال خفتم فإن الله حدود يقيما أال يخافا أن إال شيئا ءاتيتموهن مما

حدود يتعد ومن تعتدوها فال الله حدود تلك به افتدت فيما عليهما جناح فال الله

.الظالمون هم فأولئك الله

Artinya : “Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang Telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya. barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Baqarah: 229).

2. Talak Ba’in

Talak ba’in adalah talak yang tidak memberi hak merujuk bagi mantan

suami terhadap mantan isterinya. Untuk mengembalikan mantan isteri ke

19 Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Premena Jaya, 2006), Cet. Ke-2, h. 191

Page 31: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

25

dalam ikatan perkawinan dengan mantan suami harus melalui akad nikah

baru, lengkap dengan rukun dan syarat-syaratnya.20

Talak ba’in terdapat 2 (dua) macam, yaitu:

a) Talak Ba’in Shughra

Talak ba’in shughra adalah talak ba’in yang menghilangkan

pemilikan mantan suami terhadap isteri tetapi tidak menghilangkan

kehalalan mantan suami untuk kawin kembali dengan mantan isteri, baik

dalam masa iddahnya maupun sesudah berakhirnya masa iddah.

Pasal 119 Kompilasi Hukum Islam (KHI) menyebutkan:

(1) Talak ba’in shughra adalah talak yang tidak boleh dirujuk tetapi boleh

akad nikah baru dengan bekas suaminya meskipun dalam iddah.

(2) Talak ba’in shughra sebagaimana tersebut pada Ayat (1) adalah:

a. talak yang terjadi qabla ad-dukhul;

b. talak dengan tebusan atau khuluk;

c. talak yang dijatuhkan oleh Pengadilan Agama.

b) Talak Ba’in Kubra

Talak ba’in kubra adalah talak yang menghilangkan pemilikan

mantan suami terhadap mantan isteri serta menghilangkan kehalalan

mantan suami untuk berkawin kembali dengan mantan isterinya. Kecuali

setelah mantan isteri itu kawin dengan laki-laki lain, telah berkumpul

20 Ibid, Fiqh Munakahat, h. 198.

Page 32: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

26

dengan suami keduanya itu serta telah bercerai secara wajar dan telah

selesai menjalankan masa iddahnya. Talak ba’in kubra terjadi pada talak

yang ketiga. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Baqarah

ayat 230 yang menyebutkan:

⌧ ⌧ ⌧ ⌧

Artinya: “Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah Talak yang kedua), Maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga dia kawin dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, Maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami pertama dan isteri) untuk kawin kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah, diterangkan-Nya kepada kaum yang (mau) mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 230)

Pasal 120 Kompilasi Hukum Islam (KHI) juga menyebutkan dan

memberikan definisi talak ba’in kubra; “Talak ba’in kubra adalah talak

yang terjadi untuk yang ketiga kalinya. Talak jenis ini tidak dapat dirujuk

dan tidak dapat dinikahkan kembali, kecuali apabila pernikahan itu

dilakukan setelah bekas isteri menikah dengan orang lain dan kemudian

terjadi perceraian ba'da ad-dukhul dan habis masa iddahnya.”

Page 33: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

27

c) Talak Sunni

Talak sunni adalah talak yang diperbolehkan untuk dijatuhkan

kepada isteri, yaitu talak dijatuhkan kepada isteri yang dalam keadaan suci

serta tidak dicampuri.21 Begitupun Kompilasi Hukum Islam (KHI)

menyebutkan pengertian talak sunni yang terdapat di dalam pasal 121

yang berbunyi: “Talak sunni adalah talak yang dibolehkan yaitu talak

yang dijatuhkan terhadap isteri yang sedang suci dan tidak dicampuri

dalam waktu suci tersebut.”

d) Talak Bid’i

Talak bid’i adalah larangan menjatuhkan talak kepada isteri yang

dalam keadaan haid atau suci tetapi setelah digauli dan nifas.22 Bila

diperinci, terdiri dari beberapa macam:23

1. Apabila seorang suami menceraikan isterinya ketika sedang dalam

keadaan haid atau nifas.

2. Jika seorang suami menceraikan isterinya ketika dalam keadaan suci,

namun ia telah menyetubuhinya pada masa suci tersebut.

21 Taqiyyudin, Kifayatul Akhyar, h. 87-88.

22 Ibid, h. 88.

23 Syaikh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga, h. 211.

Page 34: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

28

3. Seorang suami menjatuhkan talak tiga terhadap isterinya dengan satu

kalimat atau tiga kalimat dalam satu waktu.

Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pula mendefinisikan talak

bid’i sebagaimana yang tercantum pada pasal 122: “Talak bid’i adalah

talak yang dilarang, yaitu talak yang dijatuhkan pada waktu isteri dalam

keadaan haid, atau isteri dalam keadaan suci tetapi sudah dicampuri pada

waktu suci tersebut.”

e) Khuluk

Talak yang terjadi akibat khuluk, yaitu suatu ikatan perkawinan yang

putus karena pihak isteri telah memberikan hartanya untuk membebaskan

dirinya dari ikatan perkawinan. Selain itu, khuluk adalah perceraian yang

terjadi atas permintaan isteri dengan memberikan tebusan atau uang ‘iwad

kepada dan atas persetujuan suaminya. Oleh karena itu, khuluk adalah

perceraian yang terjadi dalam bentuk mengurangi jumlah talak dan tidak

dapat dirujuk. Hal ini bedasarkan pasal 161 KHI yang berbunyi:

“Perceraian dengan jalan khuluk mengurangi jumlah talak dan tak dapat

dirujuk.”24

Kompilasi Hukum Islam (KHI) menerangkan pula mengenai khuluk

pada pasal 124 yang berbunyi: “Khuluk harus berdasarkan atas alasan

perceraian sesuai ketentuan Pasal 116.” Dan pasal 116 berbunyi:

24 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h.

79.

Page 35: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

29

“Perceraian dapat terjadi karena alasan atau alasan-alasan: (a) salah satu

pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain

sebagainya yang sukar disembuhkan; (b) salah satu pihak meninggalkan

pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan

tanpa alasan yang sah karena hal lain di luar kemampuannya; (c) salah

satu pihak mendapatkan hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman

lebih berat setelah perkawinan berlangsung; (d) salah satu pihak

melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan

pihak yang lain; (e) salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit

dengan tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau isteri;

(f) antara suami dan isteri terus-menerus terjadi perselisihan pertengkaran

dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga; (g)

suami melanggar taklik talak; (h) peralihan agama atau murtad yang

menyebabkan terjadinya ketidakrukunan dalam rumah tangga.”

D. Hukum Menjatuhkan Talak

Ditilik dari kemaslahatan atau kemudharatannya, maka hukum talak ada 5

(lima).25 Yaitu:

1. Wajib

Apabila terjadi perselisihan antara suami isteri, lalu tidak ada jalan yang

dapat ditempuh kecuali dengan mendatangkan dua hakim yang mengurus

perkara keduanya. Jika kedua hakim tersebut memandang bahwa perceraian

25 Syekh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga, h. 211.

Page 36: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

30

lebih baik bagi mereka, maka saat itulah talak menjadi wajib. Jadi, jika sebuah

rumah tangga tidak mendatangkan apa-apa selain keburukan, perselisihan,

pertengkarang dan bahkan menjerumuskan keduanya dalam kemaksiatan,

maka pada saat itu talak adalah wajib baginya.26

2. Makruh

Talak menjadi makruh jika talak yang dilakukan tanpa adanya tuntutan

dan kebutuhan. Sebagian ulama ada yang mengatakan mengenai talak yang

makruh ini terdapat dua pendapat;27

Pertama, bahwa talak tersebut haram dilakukan, karena dapat

menimbulkan mudharat bagi dirinya juga bagi isterinya, serta tidak

mendatangkan manfaat apapun. Talak ini haram sama seperti tindakan

merusak atau menghamburkan harta kekayaan tanpa guna.

Kedua, menyatakan bahwa talak seperti itu dibolehkan.

Talak itu dibenci karena dilakukan tanpa adanya tuntutan dan sebab

yang membolehkan. Dan karena talak semacam itu dapat membatalkan

pernikahan yang menghasilkan kebaikan yang memang disunahkan, sehingga

talak itu menjadi makruh.28

3. Mubah

26 Ibid, Fikih Keluarga, h. 221.

27 Ibid, Fikih Keluarga, h. 221.

28 Ibid, Fikih Keluarga, h. 209.

Page 37: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

31

Talak hukumnya mubah (diperbolehkan) ketika ada keperluan untuk itu,

yakni karena jeleknya perilaku isteri, buruknya sikap isteri terhadap suami,

suami menderita karena tingkah laku isteri, suami tidak mencapai tujuan dari

perkawinan dari isteri.29

4. Sunah

Hukumnya sunah yaitu talak yang dilakukan pada saat isteri

mengabaikan hak-hak Allah Ta’ala yang telah diwajibkan kepadanya,

misalnya shalat, puasa dan kewajiban lainnya, sedangkan suami juga sudah

tidak sanggup lagi memaksanya. Atau isterinya sudah tidak lagi menjaga

kehormatan dan kesucian dirinya. Hal itu mungkin saja terjadi, karen memang

wanita itu mempunyai kekurangan dalam hal agama, sehingga mungkin saja

ia berbuat selingkuh dan melahirkan anak hasil dari perselingkuhan dengan

laki-laki lain. Dalam kondisi seperti itu dibolehkan bagi suaminya untuk

mempersempit ruang dan geraknya.30 Sebagaimana yang difirmankan Allah

SWT.

29 Zakiah Daradjat, Ilmu Fiqih II, (Yogyakarta, Verisi Yogya Grafika, 1995), h. 191.

30 Syekh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga, h. 210.

Page 38: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

32

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka Karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata.” (Q.S. An-Nisa`: 19).

5. Haram (Mahzhur)

Mahzhur yaitu talak yang dilakukan ketika isteri sedang haid. Para

ulama di Mesir telah sepakat untuk mengharamkannya. Talak ini disebut juga

dengan talak bid’ah. Disebut bid’ah karena suami yang menceraikan itu

menyalahi sunnah Rasulullah dan mengabaikan perintah Allah SWT. dan

Rasul-Nya.31 Sebagaimana Allah telah berfirman,

Artinya: “Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu Maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar).” (Q.S. At-Thalaq: 1).

31 Ibid, Fikih Keluarga, h. 210.

Page 39: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

BAB III

GAMBARAN UMUM

TENTANG HAKIM PENGADILAN AGAMA TIGARAKSA

A. Profil Pengadilan Agama Tigaraksa

Pengadilan Agama Tigaraksa dibentuk berdasarkan keputusan Presiden

Republik Indonesia Nomor : 85 tahun 1996 tanggal 01 Nopember 1996 dan

Pengadilan Agama Tigaraksa dengan kelas 1B diresmikan pada hari kamis

tanggal 21 Agustus 1997 bertepatan dengan tanggal 17 Rabiul Awwal 1418 H

oleh Direktur Peradilan Agama atas nama Menteri Agama bertempat di gedung

Negara (Pendopo) PEMDA Kabupaten DT.II Tangerang yang pada saat itu Bapak

Let.Kol. Agus Junara menjabat sebagai Bupati.

Yurusdiksi relatif ( kewanangan mengadili) yaitu meliputi wilayah hukum

kabupaten Tangerang yang merupakan pemekaran wilayah baru antara kabupaten

Tangerang dan kota Tangerang telah diserahkan pada tanggal 21 Agustus 1996

antara Drs. H. ABDURAHMAN ABROR selaku Ketua Pengadilan Agama

Tangerang kepada Drs. A.D. DIMYATI, S.H. selaku Ketua Pengadilan Agama

Tigaraksa yang terdiri dari 19 kecamatan 3 kemantren dan 306 desa serta

berdasarkan PERDA Kabupaten Tangerang telah mengalami Pemekaran menjadi

36 Kecamatan.

Pada saat diresmikan, Pengadilan Agama Tigaraksa berkantor di Jl. Raya

serang KM. 12 Kp. Pulo, Desa Bitung jaya, Kecamatan Cikupa, Kabupaten

33

Page 40: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

34

Tangerang dengan luas bangunan 7x12 meter di atas tanah 864 m2. Pada tahun

2002 Pengedailan Agama Tigaraksa menempati Gedung Baru yang terletak di

Jalan mesjid Agung Al-Amjad No.1 Komplek Perkantoran Pemda Kabupaten

Tangerang dengan luas tanah 2000 m2 dengan gedung berlantai 2 yang terdiri dari

ruang Ketua, ruang Wakil Ketua, Ruang Panitera Sekertaris, Ruang Hakim, ruang

Kesekretariatan, ruang Kepaniteaan, 2 buah ruang sidang, ruang arsip, ruang

tunggu para pihak, ruang register, ruang komputer, ruang perpustakaan dan ruang

kasir

1. Kebijakan Umum Peradilan1

Fenomena pembangunan hukum pada akhir-akhir ini mulai akrab

dengan aspirasi teoritik dan meninggalkan ketergantungannya pada ranah

politik dan kekuasaan. Salah satu sub dari sistem hukum itu adalah kekuasaan

kehakiman yang dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dengan badan-

badan peradilan di bawahnya. Satu dari empat lingkungan peradilan

pelaksanaan kekuasaan kehakiman adalah Peradilan Agama yang diatur

dengan Undang-Undang No. 50 Tahun 2009 perubahan kedua Undang-

Undang Peradilan Agama.

Struktur organisasi Pengadilan Agama ketika dikaitkan dengan kajian

mendalam era reformasi semakin menjadi tokoh ketika memasuki wilayah

1 Pengadilan Agama Tigaraksa, Laporan Kinerja Tahun 2009, (Tangerang, 2010), h. 2.

Page 41: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

35

satu atap dengan Mahkamah Agung baik secara administratif, anggaran,

kepegawaian selain yang sifatnya Yudisial yang sejak lama menjadi bagian

Mahkamah Agung. Posisi Pengadilan Agama dalam struktur satu atap dengan

Mahkamah Agung menjadi tantangan ke depan yang harus dipikirkan dalam

hal:

(1) Daya saing dengan Lembaga Peradilan lainnya, sejauh mana daya saing

Pengadilan Agama dalam memberi palayanan dan solusi hukum

terhadap sengketa yang menjadi kewenangannya.

(2) Pengadilan Agama pada satu sisi ia berhadapan dengan tuntutan realitas

empirik dari siklus kehidupan berinstitusi, di sisi lain ia beriringan

dengan kenyataan sebagai tamu pada institusi besar yang dinamakan

Mahkamah Agung.

Aparat Pengadilan Agama (dalam hal ini Hakim Pengadilan Agama)

harus mampu berperan sebagai penghakim Undang-Undang, tetapi dengan

daya kreasinya juga mampu berperan sebagai pencipta hukum (Recht

Vinding). Hal ini penting mengingat pembuat Peraturan Perundang-Undangan

Peradilan Agama berjalan lambat. Padahal kita sering dihadapkan kepada

kebutuhan hukum yang mendesak untuk mengadili masalah tertentu dengan

segera. Dengan kreativitas aparatur Pengadilan Agama boleh terjadi

Page 42: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

36

kekosongan di bidang Undang-Undang, tetapi diharapkan tidak sampai terjadi

kekosongan di bidang hukum.2

Tugas pokok Pengadilan Agama yang diamanatkan3 Undang-Undang

yaitu memerikasa, mengadili dan menyelesaikan perkara tertentu bagi mereka

yang beragama Islam dibutuhkan:

(1) Kebijkan yang mendorong penguasaan Hukum Materiil pun harus

menguasai Hukum Formil (Hukum Acara) bagi Hakim Pengadilan

Agama. Sebagaimana tersurat dalam pasal 54 Undang-Undang No. 7

Tahun 1989 yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 3 Tahun

2006, dan Undang-Undang No. 50 Tahun 2009 perubahan kedua atas

Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 yang pada dasarnya hukum acara

perdata yang berlaku di Pengadilan Agama adalah Herziene Indonesiche

Reglement (HIR) Stb. 1941 No. 44, dan hukum acara yang terdapat dalam

Undang-Undang No. 7 Tahun 1989/Lex Specialis.

(2) Kebijakan yang mendorong penguasaan dan implementasi secara benar

tentang SPO (Standar Prosedur Operasional) yang dikenal dengan pola

BINDALMIN yang terdiri:4

- Pola Prosedur Penerimaan Perkara.

2 Ibid, Laporan Kinerja Tahun 2009, h. 2. 3 Ibid, Laporan Kinerja Tahun 2009, h. 2.

4 Ibid, Laporan Kinerja Tahun 2009, h. 3.

Page 43: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

37

- Pola Register Perkara.

- Pola Keuangan Perkara.

- Pola Keuangan Pelaporan Perkara.

- Pola Pengarsipan Perkara.

(3) Kebijakan yang mendorong kesekretariatan sebagai fasilitator dan

dinamisator yang mampu mengalokasikan anggaran secara efektif dan

efisien dengan sistem SAI dan SABMIN, serta mampu menghindari

kebocoran, mark up dan penyalahgunaan anggaran (DIPA).

(4) Kebijakan yang mendorong transparansi dalam pengelolaan keuangan

APBN maupun biaya proses peradilan.

(5) Kebijakan yang mampu mendorong terciptanya client service yang

memuaskan (satisfied) bagi para pencari keadilan sehingga terhindarnya

informasi yang salah (false information).

2. Visi, Misi dan Strategi5

Visi :

“Mewujudkan Pengadilan Agama Tigaraksa yang Terhormat dan

Bermartabat.”

5 Ibid, Laporan Kinerja Tahun 2009, h. 3.

Page 44: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

38

Misi :

1. Mewujudkan pelayanan prima yang memberikan rasa keadilan

yang cepat dan jujur serta didukung oleh SDM Profesional, Sarana

dan Prasarana yang memadai.

2. Mewujudkan Pengadilan Agama yang mandiri dan independen

dari campur tangan pihak lain.

3. Memperbaiki dan meningkatkan kualitas input, proses dan output

eksternal pada peradilan.

4. Memperbaiki akses pada pelayanan hukum dan peradilan.

5. Mengupayakan sistem informasi sesuasi program IT.

Tujuan :

1. Tercapainya pelayanan prima kepada masyarakat pencari keadilan.

2. Tersedianya Sarana dan Prasarana yang memadai serta didukung

oleh SDM yang profesional.

3. Terciptanya peradilan agama yang mandiri dan independen serta

bebas dari campur tangan pihak lain dalam proses peradilan.

Page 45: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

39

4. Terciptanya kualitas pelayanan hukum kepada masyarakat yang

didasari pada asas peradilan yang sederharna, cepat dan biaya

ringan.

5. Terwujudnya sistem peradilan yang cepat, efektif, efesien dan

informasi yang mudah diserap.

Sasaran :6

1. Meningkatkan kualitas proses pelayanan sehingga dapat

diselesaikan kurang dari 6 (enam) bulan.

2. Meningkatkan tingkat kepuasan masyarakat dalam menyelesaikan

perkara.

3. Terpenuhinya sarana, fasilitas dan mobilitas serta SDM yang

pofesional.

Strategi untuk Mencapai Tujuan dan Sasaran7

Kebijakan :

1. Meningkatkan fungsi IT dengan maksimal, dan mendorong penyelesaian

beban pekerjaan dengan modul shcedul time.

2. Mengefektifkan lembaga mediasi.

6 Ibid, Laporan Kinerja Tahun 2009, h. 4. 7 Ibid, Laporan Kinerja Tahun 2009, h. 4.

Page 46: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

40

3. Mendorong terselenggaranya diklat baik bidang teknis fungsional maupun

bidang administrasi keuangan.

4. Mengusulkan pembangunan sarana gendung, fasilitas, mobilitas dan

mengiutsertakan aparatur peradilan baik ke setiap Diklat Reguler ataupun

ke jenjang pendidikan formal yang lebih tinggi.

5. Meningkatkan koordinasi dengan PEMDA, MUSPIDA dan Instansi

terkait guna kelancaran tugas dan fungsi Pengadilan Agam Tigaraksa di

Kabupaten Tangerang.

6. Meningkatkan pengawasan melekat dan pengawasan melalui Hakim

Pengawas Bidang (HAWASBID).

Program :8

1. Menerapkan SIADPA (Sistem Administrasi Peradilan Agama) dan

membuka akses internet serta membuat kartu kendali perkara.

2. Menunjuk hakim mediator dan menyediakan Hot Line.

3. Menyelenggarakan Diklat In Job Training.

4. Melakukan Eksaminasi dengan Eksaminator dari Ahli Hukum.

5. Penyuluhan hukum kepada masyarakat.

8 Ibid, Laporan Kinerja Tahun 2009, h. 4.

Page 47: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

41

6. Melakukan sosialisai Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah

7. Melakukan studi banding khususnya bidang Ekonomi Syari’ah.

8. Mengusulkan pengadaan Gedung dan fasilitasnya dalam RKAKL

(Rencana Kerja ke Menterian dan Lembaga) komponen belanja modal

disertai data pendukung.

9. Melakasanakan Sidang Keliling.

10. Menerapkan Punishment and Reward dengan baik dan benar.

11. Mengimplementasikan Keputusan Ketua Mahkamah Agung tentang

pengawasan dengan membuat Job Description Hakim Pengawas Bidang

(HAWASBID).

3. Rencana Kerja Titik Berat Tahun 2009 s/d Tahun 2017

Dari visi, misi tujuan serta sasaran dan program di atas dapat

dirumuskan rencana kerja titik berat pengadilan agama tigaraksa tahun 2009

s/d 2017 sebagai berikut:9

1. Penanganan perkara dengan efektif dan efesien melalui pola

BINDALMIN.

9 Ibid, Laporan Kinerja Tahun 2009, h. 5.

Page 48: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

42

2. Peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan hukum yang

berkualitas.

3. Peningkatan infrastruktu perkantoran.

4. Pemberdayaan SDM manusia melalui pengikutsertaan diklat fungsional

dan struktural.

5. Penciptaan tata perkantoran yang baik.

6. Peningkatan ketertiban dan kenyamanan bagi para pihak yang

berperkara.

7. Peningkatan akses masyarakat terhadap informasi keperkaraan melalui

IT.

8. Peningkatan motivasi kerja aparatur melalui reward dan punishment.

9. Membangun sisterm karir pegawai melalui parameter legalitas formal,

senioritas dan kinerja untuk dipromosikan kejenjang yang lebih tinggi.

10. Revitalisasi pola BINDALMIN melalui SIADPA.

11. Lahan tanah 3500 m2 dari Pemda Kabupaten Tangerang untuk

Pengadilan Agama Tigaraksa, segera akan dibuatkan sertifikat atas nama

Pengadilan Agama Tigaraksa dan akan segera dibangun gedung

Page 49: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

43

pengadilan sesuai dengan stadarisasi Mahkamah Agung Republik

Indonesia.

B. Struktur Pengadilan Agama Tigaraksa10

Struktur organisasi Pengadilan Agama Tigaraksa terdiri dari:

1. Ketua

2. Wakil Ketua

3. Panitera/Sekretaris

4. Wakil Panitera

5. Wakil sekretaris

BAGAN ORGANISASI PENGADILAN AGAMA TIGARAKSA

K E T U A Drs. H. KHAERUDIN, S.H.,

10 Ibid, Laporan Kinerja Tahun 2009, h. 6.

W A K I L K E T U A Drs. H. M. HASANY NASIR,

HAKIM Drs. SAPRUDIN, S.H.

Drs. HARYADI HASAN, M.H.

Drs. SOLEMAN, M.H. Dra. ABSARI

Drs. SODIKIN, S.H. Drs. MUSIFIN, M.H.

Drs. ARWENDI Drs. M. AMINUDIN AHMAD BISRI, S.H.

Page 50: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

44

PANITERA/SEKRETARIS

Drs. BAIHAKI WAKIL SEKRETARIS

AHMAD MUHTADIN, WAKIL PANITERA

DEDE SUPRIADI, S.H.,

KASUB UMUM DZUL FADLI

HIDAYAT, S.T.

KASUB KEUANGAN AGUS PRIONO,

S.H.

KASUB KEPEGAWAIAN AMIN HIDAYAT SANIE

PANMUD HUKUM

NAILI IVADA, S.Ag.

PANMUD PERMOHONAN

EFI YAYAH ZULFIAH, S.Ag.

PANMUD GUGATAN

PARIYANTI, S.H.

JURUSITA PENGGANTI PANITERA PENGGANTI

Page 51: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

45

C. Fungsi dan Peran Hakim Agama11

Tentang kedudukan Hakim Pengadilan Agama dalam kurun waktu peroide

1970-1989, dikemukakan oleh Purwo S. Gandasubrata, Wakil Ketua Mahkamah

Agung RI dalam simposium sejarah Peradilan Agama tanggal 5 April 1982 di

Jakarta bahwa Hakim Peradilan Agama sekarang bukan lagi “Penghulu Rechter”

zaman dahulu.

Sesuai dengan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 di mana

dijelaskan bahwa Peradilan Agama termasuk salah satu lingkungan Peradilan

yang diakui Negara, maka Hakim yang bekerja di Peradilan Agama adalah Hakim

Negara dengan tugas mengadili perkara-perkara tertentu yang masuk

kewenangannya.12 Lebih lanjut dikemukakan dalam Undang-Undang bahwa

sesuai dengan tugas dan sumpah jabatannya, maka Hakim Peradilan Agama

berkewajiban mengadili dan memutuskan perkara yang menjadi wewenangnya

berdasarkan hukum Islam dan peraturan yang berlaku.13 Jadi, kedudukan Hakim

11 Ibid, Laporan Kinerja Tahun 2009, h. 7.

12 A. Manan Chik Lamkuta, Hakim Di Lingkungan Peradilan Agama, Artikel dalam Harian Pelita, terbitan hari Rabu tanggal 7 Maret 1984, h. 3.

13 Ibid, Hakim Di Lingkungan Peradilan Agama, Artikel dalam Harian Pelita, terbitan hari Rabu tanggal 7 Maret 1984, h. 4.

Page 52: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

46

Agama adalah Hakim Negara dan sama dengan Hakim dalam lingkungan

peradilan lainnya, tidak ada perbedaan dan tidak ada diskriminasi.14

Pasca Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman dan Undang-Undang No. 50 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua

Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama,

menunjukkan banyak peran hakim peradilan agama yang harus dilaksanakan

antara lain sebagai berikut;

a. Sebagai Penegak Hukum

Hakim sebagai penegak hukum dan keadilan berkewajiban mengikuti

dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat. Tugas

tersebut dibebankan kepada Hakim Peradilan Agama agar dapat memutuskan

perkara yang diajukan kepadanya dengan adil dan benar.15

Mukti Ali, ketika menjabat Menteri Agama RI pada penutupan latihan

Hakim Agama mengemukakan bahwa Hakim Agama harus dapat menggali,

memahami, dan menghayati hukum yang hidup dalam masyarakat dengan

14 Abdul Manan, Etika Hakim Dalam Penyelenggaraan Peradilan (suatu kajian dalam

sistem Peradilan Islam), (Jakarta: Kencana, 2007), Ed. 1, Cet. Ke-1, h. 176.

15 Ibid, Etika Hakim Dalam Penyelenggaraan Peradilan (suatu kajian dalam sistem Peradilan Islam), h. 177.

Page 53: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

47

cara meningkatkan ilmu pengetahuan. Sangat besar bahayanya apabila Hakim

tidak memiliki ilmu pengetahuan yang cukup.16

b. Sebagai Pembentuk Undang-Undang atau Penemu Hukum

Oleh karena Undang-Undang sering tidak lengkap atau tidak jelas, maka

Hakim harus mencari hukumnya dan menemukan makna normatif hukumnya.

Penemuan hukum (rechtsvinding) lazimnya diartikan sebagai proses

pembentukan hukum oleh Hakim atau petugas-petugas hukum lainnya yang

diberi tugas melaksanakan hukum terhadap peristiwa-peristiwa hukum yang

konkret. Ini merupakan konkretisasi dan individualisasi peraturan hukum yang

bersifat umum dengan mengikat peristiwa konkret.17

c. Sebagai Penafsir Undang-Undang

Interprestasi merupakan salah satu metode penemuan hukum yang

memberi penjelasan yang gamblang terhadap undang-undang agar ruang

lingkup kaidah dapat searah dengan peristiwa tertentu. Penafsiran Hakim

mengenai peraturan hukum merupakan penjelasan yang harus menuju kepada

pemahaman terhadap peristiwa yang konkret yang dapat diterima oleh

masyarakat. Penggunaan penafsiran ini dengan baik, mensyarakatkan Hakim

16 A. Manan Chik Lamkuta, Hakim Di Lingkungan Peradilan Agama, h. 5.

17 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Suara Pengantar, (Yogyakarta: Liberty), h. 135-137.

Page 54: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

48

dengan sungguh-sungguh memahami berbagai macam metode penafsiran

hukum, atau Undang-Undang, antara lain metode dramatikal, teleologis,

historis, komperatif, faturistis, restriktif dan ekstensif, serta moteda

contrario.18

d. Sebagai Anggota Masyarakat

Hakim Pengadilan Agama dipandang oleh masyarakat19 bukan sebagai

pegawai negeri dan aparat penegak hukum semata, tetapi juga dianggap

sebagai tokoh masyarkat yang mempunyai ototoritas. Oleh karena itu, Hakim

Pengadilan Agama harus menjadi teladan dalam masyarakat sekitarnya.

Hakim pengadilan agama harus membawa diri sebaik-baiknya, sehingga di

dalam bekerja tidak direpotkan oleh tindakan yang tidak bertanggung jawab

dari masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung.20

Sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang No. 48 Tahun 2009

tentang kekuasaan kehakiman pasal 10 ayat (1) Pengadilan dilarang menolak

untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang diajukan

dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib

untuk memeriksa dan mengadilinya. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud

18 Abdul Manan, Etika Hakim Dalam Penyelenggaraan Peradilan, h. 179.

19 Ibid, Etika Hakim Dalam Penyelenggaraan Peradilan, h. 180. 20 Ibid, Etika Hakim Dalam Penyelenggaraan Peradilan, h. 180.

Page 55: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

49

pada ayat (1) tidak menutup usaha penyelesaian perkara perdata secara

perdamaian.

D. Seputar Hakim Pengadilan Agama Tigaraksa

Dalam Laporan Kinerja Tahun 2009, Hakim Pengadilan Agama Tigaraksa

berjumlah 11 (sebelas) orang, yang terdiri dari 10 (sepuluh) orang dan 1 (satu)

orang wanita. Adapun yang menjadi narasumber dalam penilitian ini adalah:

1) Drs. Haryadi Hasan, M.H.

2) Drs. Sodikin, S.H.

3) Drs. Soleman, M.H.

4) Drs. Saprudin, S.H.

5) Ahmad Bisri, S.H.

Page 56: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

BAB IV

PORBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN

BAGI MASYARAKAT DI WILAYAH TIGARAKSA

A. Kedudukan Talak di Luar Pengadilan Menurut Hukum Islam Dan Undang-

Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Sebelum mengetahui kedudukan talak di luar Pengadilan, baik menurut

hukum Islam maupun Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan,

perlu diketahui bahwa yang terkandung di dalam pasal 39 Undang-Undang No. 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan yang menyatakan bahwa “perceraian hanya dapat

dilakukan di depan Sidang Pengadilan yang berwenang” adalah landasan dalam

perceraian yang terkandung di dalam Undang-Undang yang cenderung kepada

persaksian talak.1 Oleh sebab itu, kedudukan talak di luar Pengadilan lebih

difokuskan kepada persaksian talak, sebagai implementasi yang dituangkan dalam

pasal 39 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tersebut.

Kebanyakan fuqaha (jumhur ulama) berpendapat bahwa talak itu dapat

terjadi tanpa persakian, yakni dipandang sah oleh hukum Islam suami

menjatuhkan talak kepada isterinya tanpa kehadiran dan kesaksian dua orang

1 Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, Premena Jaya, 2006, Cet. Ke-2, h. 191.

47

Page 57: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

48

saksi, karena talak itu menjadi hak suami sehingga berhak sewaktu-waktu

menggunakan haknya tanpa harus menghadirkan dua orang saksi.2

Menurut ketentuan hukum Islam, talak adalah termasuk salah satu hak

suami, Allah menjadikan hak talak di tangan suami, tidak menjadikan hak talak

itu di tangan orang lain, baik orang lain itu isteri, saksi ataupun Pengadilan.3

Firman Allah dalam surat al-Ahzab ayat 49 menyatakan sebagai berikut:

☺ ☺

☺ ☺ ☺ ☯ ⌧

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan- perempuan yang beriman, Kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya Maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka 'iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya. Maka berilah mereka mut'ah dan lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik- baiknya.” (Q.S. al-Ahzab: 49)

Ibnu Qayyum berkata bahwa talak itu menjadi hak bagi orang yang

menikahi, karena itulah yang berhak menahan isteri yakni merujuknya, suami

tidak memerlukan persaksian untuk mempergunakan haknya.

2 Ibid, Fiqh Munakahat, h. 208.

3 Ibid, Fiqh Munakahat, h. 208.

Page 58: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

49

Berbeda dengan ulama fuqaha Syi’ah Imamiyah berbeda pendapat dengan

fuqaha Jumhur, yaitu mereka berpendapat persaksian dalam talak adalah syarat

bagi sahnya talak, yang dilandaskan dengan firman Allah dalam surat at-Thalaq

ayat 2:

☯ ⌧

Artinya: “Apabila mereka Telah mendekati akhir iddahnya, Maka rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu Karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar.”

(Q.S. At-Thalaq: 2)

Adapun talak di luar Pengadilan menurut Undang-Undang No. 1 Tahun

1974 tentang Perkawinan, dalam hal persaksian talak rupanya Pemerintah

Indonesia cenderung kepada keharusan adanya persaksian talak dimaksud. Hal ini

dapat dilihat pada pasal 39 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan yang telah disebut di atas, yang menyatakan bahwa “perceraian hanya

dapat dilakukan di depan Sidang Pengadilan”, kemudian pasal 14 Peraturan

Page 59: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

50

Pemerintah No. 9 Tahun 1974 menyatakan bahwa “suami yang telah

melangsungkan perkawinan menurut agama Islam, yang akan menceraikan

isterinya, harus mengajukan surat kepada Pengadilan di tempat tinggalnya, yang

berisi pemberitahuan bahwa dia bermaksud menceraikan isterinya disertai dengan

alasan-alasannya serta meminta kepada Pengadilan agar diadakan sidang untuk

keperluan itu”.4

Pasal 16 Peraturan Pemerintah ini menyatakan bahwa Pengadilan hanya

memutuskan untuk mengadakan sidang Pengadilan untuk menyaksikan perceraian

yang dimaksud dalam pasal 14 apabila memang terdapat alasan-alasan yang

cukup sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 Peraturan Pemerintah ini, dan

Pengadilan berpendapat bahwa antara suami isteri bersangkutan tidak mungkin

didamaikan untuk hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

B. Pandangan Hakim Tentang Talak di Luar Pengadilan

Mengenai perceraian di luar Pengadilan, masih ada sebagian pendapat

fuqaha bahwa perceraian itu sah apabila dilakukan hanya dilakukan di hadapan

beberapa saksi, ini hanya sebahagian kecil saja. Tapi jika belajar dari pasal

perundang-undangan, bahwa perceraian itu hanya sah dilakukan di hadapan

4 Ibid, Fiqh Munakahat, h. 208.

Page 60: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

51

persidangan, maka siapa pun yang melakukan perceraian di luar pengadilan maka

dinyatakan tidak sah.5

Dalam pandangannya Hakim Pengadilan Agama Tigaraksa mengenai talak

di lura Pengadilan menyatakan pula bahwa hukum itu pertimbangannya adalah

fikih, dan fikih itu bukanlah hukum, fikih adalah sebuah faham, fikih itu menjadi

hukum jika sudah diundang-undangkan. Seperti pendapat Imam Hanafi, Syafi’i,

jika melihat dari sana harus mengambil pendapat Imam Hanafi, termasuk

pendapatnya itu adalah marsalah mursalah, pernikahannya harus dicatat, jika

mereka yang mengatakan tidak harus dicatat yang penting ada saksi dan adanya

wali, maka perceraian pun tidak harus dicatat, jadi menurut Syafi’iyah sah-sah

saja, tetapi menurut Imam Hanafi itu harus dicatat. Ketika zaman Rasulullah ada

sahabat yang datang ya Rasulullah isteri saya mempunyai penyakit dan isterinya

juga sama menghadap Rasulullah, bahwa ya Rasulullah suami saya tidak

memberikan nafkah, kemudian Rasulullah membawa mereka ke Masjid untuk

diceraikan, artinya ketika mereka hendak bercerai, mereka menghadap kepada

Rasulullah, dan dilakukanlah perceraiannya di masjid. Ketika perceraian tersebut

dilakukan, maka perceraian itu dicatat.6

Namun, perlu diingat pula bahwa berdasar kepada landasan al-Qur’an yang

menyatakan bahwa selain kita patuh kepada Allah dan Rasulnya, kita juga harus

5 Wawancara Pribadi dengan Haryadi Hasan, Tigaraksa, 26 Maret 2010.

6 Wawancara Pribadi dengan Soleman, Tigaraksa, 26 Maret 2010.

Page 61: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

52

patuh kepada para pemimpin. dalam hal perceraian, pemimpin negara telah

mempercayakan Pengadilan Agama sebagai lembaga yang berhak menyelesaikan

perceraian bagi orang Islam sehingga perceraian harus mengikuti produk Undang-

Undang yaitu harus melalui persidangan.7

Talak yang dilakukan di luar Pengadilan tidak memiliki sebuah pembuktian

perdata karena bahwa lembaga Pengadilan Agama sudah ditunjuk menjadi satu-

satunya lembaga dalam Islam di negara Indonesia yang berhak mengeluarkan

pernyataan perceraian.

C. Dampak Talak di Luar Pengadilan

Yang paling mendasar sebagai dampak dari talak di luar Pengadilan adalah

tidak adanya kepastian hukum untuk perceraiannya, maka dianggap tidak ada

perceraian bagi suami isteri yang bercerai di luar Pengadilan tersebut karena tidak

ada legal formalnya, padahal legal formal mengenai perceraian bagi orang Islam

itu hanya dikeluarkan oleh Pengadilan Agama8 dan tidak akan mendapatkan hak

apapun bagi suami isteri yang melakukan percerain tersebut.9 Sehingga, dari

ketiadaan hukum secara pasti itulah akan berakibat kepada:

1. Tidak ada kepastian hukum

7 Wawancara Pribadi dengan Haryadi Hasan, Tigaraksa, 26 Maret 2010.

8 Wawancara Pribadi dengan Sodikin, Tigaraksa, 26 Maret 2010.

9 Wawancara Pribadi dengan Soleman, Tigaraksa, 26 Maret 2010.

Page 62: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

53

Bagi keduanya (suami isteri) tidak mempunyai kepastian hukum dalam

penjatuhan talaknya. Akibat dari tidak ada kepastian hukum tersebut, jika

salah satu atau kedua belah pihak ingin menikah kembali dengan orang lain

maka pernikahannya tidak akan diterima atau tidak akan sah karena dianggap

masih memiliki ikatan perkawinan dengan pasangan sebelumnya.10

2. Ada kesewenangan suami terhadap isteri11

Jika perceraian tidak dilakukan di depan Pengadilan, akan menimbulkan

kesewengan suami terhadap isterinya, di antaranya isteri cenderung akan

dirugikan karena anggapannya adalah talak termasuk ke dalam haknya suami

dan jika hal ini terjadi, maka suami akan melakukan hal yang diinginkan

suami semaunya.

3. Akan menimbulkan prioritas suami lebih dari pada isteri12

Jika talak dilakukan di luar Pengadilan, maka suami akan mentalak isteri

dengan tidak beraturan, karena menganggap talak adalah hak suami.

Akibatnya isteri cenderung dirugikan, padahal dalam rumah tangga didasari

dengan rasa cinta, kasih dan saling menjaga keutuhan rumah tangga.

4. Anak

10 Wawancara Pribadi dengan Sodikin, Tigaraksa, 26 Maret 2010.

11 Wawancara Pribadi dengan Sodikin, Tigaraksa, 26 Maret 2010.

12 Wawancara Pribadi dengan Sodikin, Tigaraksa, 26 Maret 2010.

Page 63: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

54

Anak dalam posisi ini bisa diasumsikan akan dirugikan.13 Karena,

dengan bercerainya orang tua anak tersebut, anak harus mendapatkan haknya

untuk hidup berkembang dengan mendapatkan pendidikan yang layak dan

kebutuhan kehidupan sehari-hari. Namun, jika orang tua anak dimaksud

melakukan talak di luar Pengadilan dan kemudian anak tidak mendapatkan

haknya, maka tidak bisa mengajukan gugatan ke Pengadilan Agama untuk

mendaptkan hak anak tersebut karena talak yang dilakukan di luar Pengadilan

tidak akan mendapatkan legalitas sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5. Harta Bersama14

Di dalam pengajuan cerai di Pengadilan baik melalui proses permohonan

atau gugatan, harta bersama dijadikan sebagai objek gugatan dan bisa

didapatkan oleh kedua belah yang bercerai. Akan tetapi, jika oleh kedua pihak

melakukan talak di luar Pengadilan, maka harta bersama tidak akan bisa

digugat, karena yang akan mengeluarkan legalitas adalah Pengadilan Agama.

6. Kewarisan15

Waris hanya berasal karena ada kematian di antara anggota keluarga,

dan ahli warisnya adalah anggota keluarga yang masih sah masuk ke dalam

13 Wawancara Pribadi dengan Haryadi Hasan, Tigaraksa, 26 Maret 2010.

14 Wawancara Pribadi dengan Haryadi Hasan, Tigaraksa, 26 Maret 2010.

15 Wawancara Pribadi dengan Haryadi Hasan, Tigaraksa, 26 Maret 2010.

Page 64: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

55

hubungan perkawinan, sahnya hubungan perkawinan bisa dilihat dari legalitas

perkawinan tersebut, dan apabila tidak terjadi pemutusan hubungan suami

isteri melalui pengadilan, maka hubungan perkawinan masih memiliki

largalitas. Walaupun antara suami isteri telah melakukan talak di luar

Pengadilan, hubungan perkawinannya masih sah, sehingga jika salah satu

pihak meninggal dunia maka pihak yang lainnya dapat mengajukan

gugatan/permohonan untuk harta warisan yang ditinggalkan, karena dianggap

masih dalam hubungan suami isteri yang sah menurut ketentuan yang berlaku.

D. Problematika Talak Di Luar Pengadilan Bagi Masyarakat Di Wilayah

Tigaraksa

Berbagai masalah timbul akibat tidak berperan andil dalam berpartisipasi

untuk menjalankan tatanan peraturan yang berlaku di Indonesia, sehingga tidak

sedikit hak-hak yang tidak bisa didapatkan karena itu. Namun, dalam segala

sesutu yang berhubungan dengan masyarakat tentang aturan-aturan perkawinan,

tidak lepas dengan kondisi tertentu baik kebiasaan, kondisi perekonomian,

ketidaktahuan/ketidakpahaman akan peraturan, enggannya berproses yang rumit,

atau bahkan keacuhan terhadap aturan itu sendiri.

Page 65: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

56

Dalam skripsi ini, penulis meneliti sebagian kecil masyarakat yang berada di

wilayah Tigaraksa tentang problematika talak di luar Pengadilan yang dirasakan

oleh masyarakat tersebut dalam berbagai kondisi.

Kondisi masyarakat yang dimaksud penulis adalah kondisi masyarakat yang

berada di wilayah Tigaraksa dalam melakukan talak, yang dilihat dari usia

pernikahan, cara melakukan pernikahan, cara melakukan talak dan hak-hak yang

terpenuhi atau tidak setelah terjadi talak, dengan hasil dari penelitian lapangan

yang mengikut sertakan responden dengan jumlah 25 orang di wilayah Tigaraksa

yang dipilih secara acak.

Hasil penelitan dilihat dengan persentase responden dengan rumus:

P

P adalah persentase

J adalah jumlah peryataan

R adalah jumlah responden keseluruhan

Responden yang dipilih melakukan perkawinan pada usia tertentu dapat

dilihat dari daftar tabel berikut:

Usia Perkawinan

Jumlah Responden %

Page 66: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

57

< 15 Tahun 2 8

15-30 Tahun 22 88

30-50 Tahun 1 4

Total 25 100

Dari hasil peneletian, rata-rata dengan persentase 88 % responden

melakukan perkawinan pada usia antara 15-30 Tahun.

Selanjutnya mengenai tata cara talak yang dilakukan oleh banyak kalangan

di masyarakat. Namun, sebelum penulis menjelaskan tata cara talak yang

dilakukan oleh responden, dipandang penting untuk mengetahui tata cara

perkawinan yang dilakukan responden, mengingat kriteria yang dibutuhkan dalam

penelitian ini adalah responden yang melakukan perkawinan yang dicatat melalui

Kantor Urusan Agama (KUA) akan tetapi tidak melakukan talak melalui proses

Pengadilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis mengenai kriteria responden

yang melakukan perkawinan yang dicatat melalui Kantor Urusan Agama (KUA)

dengan menanyakan pernyataan “ya” atau “tidak” kepada responden, apakah

menikah melalui prosedur yang telah ditetapkan yaitu melalui KUA? Hasilnya

dapat dilihat dari tabel berikut:

Jawaban Jumlah Responden %

Page 67: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

58

Ya 13 52

Tidak 12 48

Total 25 100

Dengan tabel di atas dapat diketahui bahwa sekitar 52 % dari jumlah

responden mencatatkan perkawinannya melalui Kantor Urusan Agama (KUA)

yaitu berjumlah 13 orang responden, dan kemudian dari 13 orang tersebut akan

dipilih untuk menentukan berapa jumlah yang masuk ke dalam kriteria penilitian

ini, yaitu dengan mananyakan bagaimana melakukan talak yang dilakukan oleh

para responden tersebut, dengan menanyakan pernyataan apakah melakukan talak

melalui Pengadilan dengan pilihan jawaban “ya” atau “tidak”.

Hasil penelitian dapat dilihat dari tabel berikut:

Jawaban Jumlah Responden %

Ya 3 23

Tidak 10 74

Total 13 100

Dari hasil penelitian yang dilakukan, penulis mendapatkan jawaban bahwa

sebanyak 10 orang responden dengan presentase 74 % melakukan talak di luar

Page 68: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

59

Pengadilan, dengan hasil tersebut dapat diketahui bahwa responden yang masuk

ke dalam kriteria yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berjumlah 10 orang.

Dari responden yang masuk ke dalam kriteria penelitian ini telah ditanyakan

mengenai alasan-alasan tidak melakukan talak melalui Pengadilan, dan hasilnya

dapat dilihat pada tabel berikut:

Alasan Jumlah Responden %

Rumit 5 50

Lama 1 10

Alasan lain 4 40

Total 10 100

Yang menganggap bahwa porses talak di Pengadilan rumit hanya 5 orang

dengan presentase 50 % dari jumlah responden yang ke dalam kriteria penelitian

ini, dan dengan alasan lama prosesnya adalah 1 orang dengan presentase 10 %,

tetapi lebih banyak bersalasan talak tidak di Pengadilan dengan alasan lain.

Maksud alasan lain, di antaranya adalah tidak mengetahui proses yang berlaku

mengenai talak, terdapat sebagian yang menyatakan bahwa ketika responden

tersebut melakukan talak belum ada peraturan yang mengatur karena responden

melakukan talak bertepatan sebelum tahun 1974.

Page 69: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

60

Sesuai dengan pernyataan Empat Patmawati melalui wawancara, bahwa jika

melakukan talak melalui Pengadilan prosesnya rumit dan tidak mendapatkan

pengarahan langsung bagaimana cara berporses di Pengadilan Agama untuk

melakukan talak, ditambah dengan biaya mahal yang akhirnya mengurungkan niat

untuk memproses talaknya melalui Pengadilan.16

Adapun dampak dari talak yang dilakukan di luar Pengadilan adalah bisa

dilihat dari hasil peneletian yang dilakukan dengan pertanyaan pernyataan “ya”

atau “tidak” terhadap pertanyaan hak-hak yang didapat dari talak tersebut yang

dituangkan oleh penulis ke dalam tabel berikut:

Jawaban Iddah % Anak % Ya 4 40 5 56

Tidak 6 60 4 44 Jumlah 10 100 9 100

Sebanyak 60 % para responden yang melakukan talak di luar Pengadilan

tidak mendapatkan hak iddahnya, untuk anak baik dari segi pengasuhan dan

nafkah untuk anak tersebut dengan presentase yang mendapatkan haknya 56 %

dan yang tidak mendapatkan haknya 44 % dari jumlah 9 responden dari 10

responden yang masuk ke dalam kriteria penelitian ini, adapun 1 orang responden

tersebut tidak memiliki keturunan (anak) ketika melakukan talak tersebut.

16 Wawancara Pribadi dengan Empat Patmawati, Tigaraksa, 22 Juni 2010.

Page 70: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

61

Adapun mengenai dampak yang dirasakan oleh salah seorang responden

dalam wawancara khusus yaitu merasakan sulitnya untuk menikah lagi dengan

orang lain karena tidak memiliki legalitas untuk perceriannya tersebut, pihak

KUA tidak memberkan izin karena masih berstatus sebagai isteri dari suami yang

pertama.17

Adapun hasil penelitian dari seluruh responden baik yang masuk ke dalam

kriteria penelitian ini ataupun tidak mengenai dampak yang dirasakan ketika

melakukan perkawinan ataupun perceraian tidak melalui prosedur yang berlaku

adalah bisa dilihat pada tabel berikut:

Jawaban Iddah % Anak % Ya 6 24 8 32

Tidak 19 76 10 40 Jumlah 25 100 18 100

Dengan jumlah yang sangat besar di atas, memberikan kejelasan bahwa jika

melakukan perkawinan atau perceraian dengan tidak mengikuti prosedur yang

berlaku maka kerugian yang seperti dicantukan dalam tabel di atas akan

didapatkan oleh para pihak yang melakukannya tanpa prosedur.

Namun, di antara kemajemukan masyarakat di wilayah tigaraksa ternyata

masih ada yang menganggap bahwa baik perkawinan atau perceraian seutuhnya

mengikuti para Imam Madzhab khususnya madzhab syafi’i dan timbah dengan

keteranga ulama setempat, sehingga jika ingin melakukan cerai yang dipandang

17 Wawancara Pribadi dengan Empat Patmawati, Tigaraksa, 22 Juni 2010.

Page 71: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

62

penting adalah seorang suami telah mengucapkan talak maka talak itu sudah jatuh

untuk isteri tanpa harus melalui proses Pengadilan dan Pengadilan hanya

mengurus hal yang bersifat administratif, dan dirasa cukup jika talak disampaikan

oleh suami ditambah dengan surat pernyataan yang ditandatangani di atas

materai.18

Apalagi ketika harus berhadapan dengan lembaga penegak hukum, yang

dirasakan adalah ketakutan untuk berperkara di Pengadilan19 karena lembaga

pengadilan dianggap sebagai yang memberatkan kepada kehidupan selanjutnya.

E. Analisis Penulis Tentang Talak di Luar Pengadilan

Adanya Pengadilan Agama sebagai satu-satunya lembaga yang ditunjuk

oleh negara dalam memeriksa, mengadili dan memutus perkara orang Islam di

antaranya adalah perceraian, merupakan langkah tepat untuk menghindari dari

kesewenangan seorang suami terhadap isterinya dengan mudah menjatuhkan

talak.

Perceraian memang harus dilakukan hanya di hadapan Pengadilan. Karena

dengan melakukan perceraian di hadapan sidang, baik pihak suami atau isteri

yang bercerai tersebut memiliki kapstian hukum terhadap talaknya, sehingga hak-

hak akibat talak tersebut bisa dilaksanakan dan diterima dengan utuh oleh pihak

18 Wawancara Pribadi dengan Alex Z, Tigaraksa, 22 Juni 2010.

19 Wawancara Pribadi dengan Alex Z, Tigaraksa, 22 Juni 2010.

Page 72: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

63

yang bercerai. Pengadilan tidak mengenal pengesahan talak yang dilakukan di

luar Pengadilan, tidak ada proses legalisasi/itsbat perceraian.

Sesuai dengan pendapat Hakim Pengadilan Agama Tigaraksa dalam

menyikapi dan memberikan pandangan mengenai talak yang dilakukan di luar

Pengadilan, seluruhnya memberikan pandangan bahwa talak yang dilakukan di

luar Pengadilan adalah tidak sah. Karena, perceraian hanya sah dilakukan di

hadapan Pengadilan, dan lembaga yang ditunjuk oleh Negara yang memiliki

kewenangan dalam meriksa, memutus dan mengadili yang berhubungan dengan

umat Islam di Indonesia adalah Pengadilan Agama. Oleh karena itu, semua Islam

di Indonesia diharuskan menghadap ke Pengadilan Agama jika hendak melakukan

perceraian.

Selain dari Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, firman

Allah pun sangat dijadikan landasan agar umat Islam yang hendak melakukan

talak harus melalui proses/prosedur Pengadilan dengan menyatakan bahwasannya

selain harus taat kepada Allah dan Rasul-Nya, sebagai umat Islam harus pula

mentaati pemimpin.

Di Indonesia, pemimpin tertinggi Negara adalah Presiden, dan Presiden

telah memberikan kewenangannya terhadap penyelesaian permasalahan di

kalangan umat Islam kepada Pengadilan Agama melalui Undang-Undang No. 50

Tahun 2009 tentang perubahan ke dua atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1989

Page 73: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

64

tentang Peradilan Agama. Sedangkan mengenai perkawinan dan permasalahan

umat Islam, tertuang dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam (KHI).

Pada realita yang terjadi di masyarakat wilayah Tigaraksa, banyak yang

tidak mendapatkan hak-haknya akibat putusnya perkawinan tanpa melaui proses

sesuai dengan ketentuan Undang-Undang yang berlaku, sehingga dengan adanya

penelitian lapangan yang dilakukan oleh penulis dapat mengetahui apa yang

disampaikan oleh Hakim Pengadilan Agama Tigaraksa tentang talak di luar

Pengadilan terhadap dampaknya dapat terjadi di kehidupan masyarakat, karena

dengan talak yang dilakukan di luar Pengadilan tidak akan mendapatkan legalitas

atas perceraiannya dan hal tersebut telah dibuktikan dengan penelitian ini.

Suatu dilema bagi masyarakat tentang adanya sebuah peraturan tentang talak

yang harus dilakukan hanya melalui proses Pengadilan, satu sisi yang akan

dirasakan adalah ketakutan untuk berproses di Pengadilan dan rumit, sekaligus

lamanya waktu berporses untuk menyelesaikan sebuah perkara di Pengadilan dan

di sisi yang lain jika tidak mengikuti peraturan yang berlaku, maka tidak akan

mendapatkan legalitas yang diakui oleh Negara sehingga dengan tidak adanya

legalitas tersebut akan memberikan dampak bahwa tidak akan memberikan hk

apapun bagi pelaku talak di luar Pengadilan.

Page 74: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

65

Selain itu, masyarakat lebih memegang teguh kepada prinsip awal ketika

belum adanya sebuah peraturan yang mengharuskan melakukan talak di

Pengadilan, yaitu beranggapan bahwa di fikih yang penting seorang suami ketika

menjatuhkan talak kepada isterinya maka jatuhlah talak tersebut, tanpa harus

mengajukannya ke Pengadilan, dan hal tersebut sempat dinyatakan pula oleh salah

seorang responden yang berhasil penulis wawancarai.20

20 Wawancara Pribadi dengan Alex Z, Tigaraksa, 22 Juni 2010.

Page 75: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Konsekuensi talak di luar Pengadilan adalah tidak sah secara hukum di

Indonesia dan sebagaimana pandangan Hakim Pengadilan Agama Tigaraksa

yang memandang talak tanpa putusan Pengadilan tidak sah, berlandaskan

kepada Undang-Undang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam.

2. Pandangan Hakim Pengadilan Agama Tigaraksa tentang talak di luar

Pengadilan adalah menganggap talak tersebut tidak sah, karena tidak memiliki

legalitas yang dikeluarkan oleh Pengadilan Agama. Sesuai dengan ketentuan

pasal 39 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 terntang Perkawinan yang

mengatur bahwa perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang

Pengadilan setelah Pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil

mendamaikan kedua belah pihak.

3. Akibat yang akan timbul dari talak di luar Pengadilan tersebut adalah tidak

mendapatkan legalitas sehingga tidak dapat menuntut hak-hak yang timbul

dari perceraiannya tersebut. Di antara dampak yang akan timbul adalah tidak

bisa menuntut harta bersama, nafkah iddah, hadhonah dan nafkah anak.

Sesuai yang terjadi pada masyarakat di wilayah Tigaraksa, dan apa yang

60

Page 76: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

61

dikahawatirkan oleh Hakim Pengadilan Agama Tigaraksa, bahwa dampak itu

terjadi dalam kondisi masyarakat di wilayah Tigaraksa yang majemuk.

4. Problem yang dirasakan oleh masyarakat di wilayah Tigaraksa ketika

melakukan talak di luar Pengadilan adalah tidak terpenuhinya hak-hak yang

harus didapatkan. Namun, talak tidak akan dilakukan di luar Pengadilan

apabila rasa aman, percaya, pahamnya akan aturan-aturan yang berlaku di

Indonesia serta tidak rumit dan lamanya waktu berperkara di Pengadilan.

B. Saran –Saran

1. Agar talak di luar Pengadilan dapat diminimalisir dan bahkan dihilangkan

dari keragaman masyarakat pada umumnya, penulis memberikan saran

kepada para ahli hukum memberikan konsultasi hukum dan bimbingan

hukum secara komprehensif kepada masyarakat luas baik dalam advokasi

birokrasi maupun advokasi litigasi yang baik dan benar.

2. Perlu adanya tambahan wewenang absolut Pengadilan Agama untuk

memproses legalisasi talak yang telah dilakukan di luar Pengadilan, agar

tidak terjadi kesewenangan pihak yang tidak memiliki i’tikad baik dalam

hubungan perkawinan berikut dengan masalah perceraiannya.

3. Agar pemerintah dalam hal ini Kantor Urusan Agama (KUA) melalui BP4

dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang prosedur yang

sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan dalam menyelesaikan

Page 77: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

62

perkara perkawinan ataupun perceraian, sehingga tidak ada lagi masyarakat

yang menyatakan ketidaktahuannya tentang prosedur perkawinan dan

perceraian tersebut.

Page 78: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Al-Hadits.

Abdullah, Gani, Abdul, Pengantar Kompilasi Hukum Islam Dalam Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Gema Insani Press, 1994.

Ahs-Shan’ani, al-Yamaini, al-Amir, Bin Isma’il, Muhammad, Imam, Subulussalam

(Syarh Bulughulmarom), Daar Fikr, Jilid 3. Al-‘Asqolani, Bin Hajar, al-Hafidz, Bulughulmarom (Min Adillah Al-Ahkam), Daar

Ahya Al-Kutub Al-‘Arobiyyah. Al-Anshoriy, Zakaria, Syeikh, Haasyiyah Asy-Syeikh Sulaiman Al-Jamal ‘Alaa

Syahril Minhaj, Daarul Fikr, Jilid 4. Al-Bukhari, Al-Imam, Shahih Bukhari, Beirut: Libnan, 1958, jilid 7. Al-Husaini, Abu Bakar, Taqiyuddin, Imam, Kifayatul Akhyar Fii Alli Ghayatil

Ikhtishar, Jilid 2. Aripin, Jaenal, Peradilan Agama Dalam Bingkai Reformasi Hukum Di Indonesia,

Jakarta: Kencana: 2008, ed. 1, cet. Ke-1. Ash-Shiddieqy, Muhammad, Teungku, Hukum-Hukum Fiqh Islam, Jakarta: Kencana,

2005, ed. 1 cet. Ke-1. Ayyub, Hasan, Syeikh, Fikih Keluarga, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001, cet. Ke-1. Bisri, Hasan, Cik, Drs., MS., Peradilan Agama Di Indonesia, Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, 2003, ed. Revisi, cet. Ke-4. Departemen Agama, Pegawai Pencatat Nikah, Jakarta: direktorat Jenderal

Bimbingan Masyarakat Islam Dan Urusan Haji Proyek Pembinaan Sarana Keagamaan Islam, 1991/1992, cet. Ke-2.

Ghazaly, Rahman, Abdul, Fiqh Munkahat, Jakarta: Prenada Media, 2003. Kompilasi Hukum Islam (KHI). Mahaly, Al-Jalal, Al-Din, Al-Mahaly, Surabaya: Daar Ahya Al-Kutub Al-‘Arabiyyah,

Jilid 3.

63

Page 79: PROBLEMATIKA TALAK DI LUAR PENGADILAN BAGI MASYARAKAT DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4293/1/EKO... · Tidak ada balasan dari penulis kecuali do’a semoga

64

Manan, Abdul, Etika Hakim Dalam Penyelenggaraan Peradilan (Suatu Kajian Dalam Sistem Peradilan Islam), Jakarta: Kencana: 2007, ed. 1, cet. Ke-1.

Musthofa, Kepaniteraan Pengadilan Agama, Jakarta: Kencana, 2005, ed. 1, cet. Ke-

1. Nuruddin, Amiur, dan Tarigan, Akmal, Azhari, Hukum Perdata Islam Di Indonesia,

Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006, cet. Ke-3. Rahman, Bakri, A., dan Sukarja, Ahmad, Hukum Perkawinan Menurut Hukum Islam,

Undang-Undang Perkawinan dan Hukum Perdata/BW, Jakarta: Hida Karya Agung, PT. 1981, cet. Ke-1.

Saleh, Wanjtik, K., Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta: Ghali Indonesia. Simorangkir, J.C.T. dan Satropranoto, Worjono, Peladjaran Hukum Indonesia,

Djakarta: Gunung Agung, 1959. Suma, Amin, Muhammad, Prof., Hukum Keluarga Islam Di Dunia Islam, Jakarta:

PT. RajaGrafindo Persada, 2004, cet. Ke-1. Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia (Antara Fikih Munakahat dan

Undang-Undang Perkawinan), Jakarta: Kencana, 2007, ed. 1, cet. Ke-2. Taimiyah, Ibnu, Syeikh, Islam, Majmu’ Fatwa Tentang Nikah, Jakarta: Pustaka

Azzam, 2002, ed. Indonesia, cet. Ke-1. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Zein, M., Effendi, Satria, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer,

Jakarta: Kencana, 2004, ed. 1, cet. Ke-2.