problematika pembelajaran pai sebuah tinjauan epistemologis.docx

10
PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PAI SEBUAH TINJAUAN EPISTEMOLOGIS Oleh: Suhri Nasution ABSTRAKSI Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang cara memperoleh ilmu pengetahuan. Epistemologi ini sendiri sudah berkembang sejalan dengan perkembangan filsafat itu sendiri. Kaitannya dengan pembelajaran PAI yang dalam aplikasinya terkadang tidak sejalan dengan tujuan pembelajaran PAI itu sendiri untuk menjadikan seseorang beriman, bertakwa dan berakhlakul karimah, karena dalam kenyataannya, pembelajaran PAI selama ini belum sesuai dengan harapan. Tulisan ini mencoba mencari akar problem ini menurut tinjauan epistemologis sekaligus mengemukakan alternatif solusinya. A. Pendahuluan Filsafat dalam sejarahnya adalah ibu kandung dari semua ilmu pengetahuan yang berkembang di dunia hingga saat ini. Semua ilmu pengetahuan di kembangkan dari filsafat. Dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan ini , kalau diibaratkan dengan pertumbuhan manusia, antar anggota individu sulit mencari hubungan keluarga satu sama lain, pertama karena generasinya sudah berbeda, yang kedua karena berbeda profesinya, padahal mereka lahir dari nenek moyang yang sama. Demikian halnya ilmu pengetahuan, seolah satu sama lain berbeda, karena berbeda konsentrasinya padahal induknya adalah filsafat itu sendiri. Filsafat dibutuhkan dalam kehidupan manusia, karena dengan filsafat ditemukan hakikat sesuatu, apa, kenapa, dimana, bagaimana cara mendapatnya, apa kegunaannya. Dengan demikian problem-problem dalam kehidupan manusia dapat ditemukan akar masalahnya, solusinya dan mengantisipasi munculnya problem yang sama di hari kemudian. Ilmu pendidikan sebagai suatu disiplin ilmu dan beberapa cabangnya, menjadi kebutuhan umat manusia, karena dengan pendidikan, transfomasi ilmu pengetahuan dan kebudayaan dapat diwariskan kegenerasi berikutnya. Sejalan dengan perkembangan kebutuhan manusia, perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, tentunya berkembang pula ilmu pendidikan mengiringi perkembangan jaman tersebut. Perkembangan ini menyangkut filosofi pendidikan, muatan materi, metodologi, media dan sumber belajar yang muaranya bagaimana agar proses

Upload: maful-hidayat

Post on 18-Jan-2016

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PAI SEBUAH TINJAUAN EPISTEMOLOGIS.docx

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PAI SEBUAH TINJAUAN EPISTEMOLOGISOleh: Suhri NasutionABSTRAKSIEpistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang cara memperoleh ilmu pengetahuan. Epistemologi ini sendiri sudah berkembang sejalan dengan perkembangan filsafat itu sendiri. Kaitannya dengan pembelajaran PAI yang dalam aplikasinya terkadang tidak sejalan dengan tujuan pembelajaran PAI itu sendiri untuk menjadikan seseorang beriman, bertakwa dan berakhlakul karimah, karena dalam kenyataannya, pembelajaran PAI selama ini belum sesuai dengan harapan. Tulisan ini mencoba mencari akar problem ini menurut tinjauan epistemologis sekaligus mengemukakan alternatif solusinya.A. Pendahuluan

Filsafat dalam sejarahnya adalah ibu kandung dari semua ilmu pengetahuan yang berkembang di dunia hingga saat ini. Semua ilmu pengetahuan di kembangkan dari filsafat. Dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan ini , kalau diibaratkan dengan pertumbuhan manusia, antar anggota individu sulit mencari hubungan keluarga satu sama lain, pertama karena generasinya sudah berbeda, yang kedua karena berbeda profesinya, padahal mereka lahir dari nenek moyang yang sama. Demikian halnya ilmu pengetahuan, seolah satu sama lain berbeda, karena berbeda konsentrasinya padahal induknya adalah filsafat itu sendiri.

Filsafat dibutuhkan dalam kehidupan manusia, karena dengan filsafat ditemukan hakikat sesuatu, apa, kenapa, dimana, bagaimana cara mendapatnya, apa kegunaannya. Dengan demikian problem-problem dalam kehidupan manusia dapat ditemukan akar masalahnya, solusinya dan mengantisipasi munculnya problem yang sama di hari kemudian.

Ilmu pendidikan sebagai suatu disiplin ilmu dan beberapa cabangnya, menjadi kebutuhan umat manusia, karena dengan pendidikan, transfomasi ilmu pengetahuan dan kebudayaan dapat diwariskan kegenerasi berikutnya. Sejalan dengan perkembangan kebutuhan manusia, perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, tentunya berkembang pula ilmu pendidikan mengiringi perkembangan jaman tersebut. Perkembangan ini menyangkut filosofi pendidikan, muatan materi, metodologi, media dan sumber belajar yang muaranya bagaimana agar proses transformasi budaya itu dinamis sehingga tujuan transformasi itu sendiri tercapai.

Banyak permasalahan yang terjadi dalam dunia pendidikan, misalnya permasalahan kurikulum, pendidik dan tenaga pendidik, sarana prasarana, proses pembelajaran, pembiayaan, penilaian, peserta didik, orang tua, masyarakat, lingkungan pendidikan, penyelenggara pendidikan, regulator pendidikan. Tetapi dalam makalah ini, penulis fokus pada problematika pendidikan Agama Islam dalam proses pembelajaran di kelas.

Problematika pendidikan dikelas yang dimaksudkan penulis adalah:1. Apa yang dimaksud dengan problematika dalam proses pembelajaran?2. Apa saja problematika pembelajaran PAI di kelas kaitannya dengan

profesionalitas pendidik dan bagaimana solusinya?3. Apa saja problematika pembelajaran PAI kaitannya dengan proses

pembelajaran dan bagaimana solusinya?4. Apa saja problematika pembelajaran PAI kaitannya dengan pendidik dan

bagaimana solusinya?5. Apa saja problematika pembelajaran PAI kaitannya dengan kesiapan siswa

dalam pembelajaran dan bagaimana solusinya ?B. Problem pembelajaran dan solusinya ditinjau dari pistemologinya

1. Pengertian epistemologi

Page 2: PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PAI SEBUAH TINJAUAN EPISTEMOLOGIS.docx

Kata epistemologi berasal dari BahasaYunani episteme yang berarti pengetahuan, dan logos yang berarti kata, pikiran,percakapan atau ilmu.

Dalam bahasa Brauner dan Burns, episemologis diungkapkan dengan …the branc of philosophy which investigated the origin, structure, methodes and validity of knowledge.

Pokok persoalan epistimologis meliputi sumber, asal mula, dan sifat dasar pengetahuan, bidang, batas dan jangkauan pengetahuan, serta validitas berbagai klaim terhadap pengetahuan.

Menurut Azzumardi Azra menambahkan, bahwa epistemologi sebagai “ilmu yang membahas tentang keaslian, pengertian, struktur, metode dan validitas ilmu pengetahuan”

John A. Laska merumuskan pendidikan sebagai “upaya sengaja yang dilakukan pelajar atau (yang disertai-ed) orang lainnya untuk mengontrol (atau memandu, mengarahkan, mempengaruhi dan mengelola) situasi belajar agar dapat meraih hasil belajar yang diinginkan”.

Epistemologi apabila dikaitkan dengan probelamatika pendidikan Islam, mengandung arti upaya, cara, atau langkah-langkah untuk mengetahui problematika yang terjadi dalam Pendidikan Agama Islam

2. Pengertian masalah pembelajaranApa yang dimaksud dengan masalah?Banyak ahli mengemukakan pengertian masalah. Ada yang melihat masalah

sebagai ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak mengenakan.

Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu dihilangkan. Sedangkan menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Pengertian belajar dapat didefinisikan “Belajar ialah sesuatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

“Belajar adalah proses perubahan pengetahuan atau perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya” ( Anita E, Wool Folk, 1995 : 196 ).

Menurut ( Garry dan Kingsley, 1970 : 15 ) “Belajar adalah proses tingkah laku ( dalam arti luas), ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan”. Sedangkan menurut Gagne (1984: 77) bahwa “belajar adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”. Dari definisi masalah dan belajar maka masalah belajar dapat diartikan atau didefinisikan sebagai berikut :

“Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan”.

Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau cerdas.

Page 3: PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PAI SEBUAH TINJAUAN EPISTEMOLOGIS.docx

3. Problematika dalam peroses pembelajaranProses pembelajaran dimaksudkan disini adalah kaitannya dengan metodologi

dan penggunaan media pembelajaran serta solusinya.a. Metodologi pembelajaran

Perkembangan metodologi pembelajaran seiring dengan dengan perkembangan pandangan terhadap pendidikan itu sendiri terus berubah, misalnya pandangan yang kini dianut dalam sistem pendidikan di Indonesia adalah filosofi konstruktivisme. Filosofi ini melihat bahwa belajar itu adalah upaya memotivasi siswa untuk menggunakan pengetahuan yang telah ada, guna menemukan pengetahuan baru. Karena pada prinsipnya peserta didik itu sudah mempunyai pengetahuan dasar. Tugas guru adalah merangsang peserta didik belajar menemukan pengetahuan melalui diskusi, discovery yang dirancang melalui diskusi kelompok atau tugas individu.

Metodologi pembelajaran yang digunakan oleh guru selama ini dalam bentuk ceramah monoton yang tujuannya untuk mengisi peserta didik dengan sejumlah informasi tidak lagi menjadi unggulan dalam proses belajar mengajar. Guru di dorong untuk menggunakan metodologi maupun model-model pembejaran yang mendorong siswa aktif, kreatif dan inovatif. Guru lebih banyak membimbing peserta didik berdiskusi dari pada menegang urat leher dengan mulut berbusa menggunakan metode ceramah.

Secara umum perkembangan metodologi ini dalam mata pelajaran PAI tidak ada masalah. Yang sering terjadi permasalahan pada saat mengajarkan materi tertentu, sulit membiarkan peserta didik berdiskusi sendiri tanpa bimbingan yang baik. Misalnya dalam keterampilan membaca Al-Qur’an pada mata pelajaran al-Qur’an Hadits, tidak mungkin membiarkan siswa belajar sendiri atau diskusi membaca al-Qura’an tanpa bimbingan langsung oleh guru. Demikian halnya dalam mata pelajaran akidah akhlak aspek keimanan. Keimanan itu pada tahap usia dini harus lebih banyak penanaman melalui doktrinasi karena secara intelektual mereka belum dapat diajak berpikir hal-hal yang absrak. Misalnya dalam menanamkan keyakinan hal-hal yang gaib, sulit bagi guru untuk menjelaskan adanya malaikat, jin, hari akhir karena diperlukan tingkat intelektual yang memadai.

Solusinya adalah dengan tidak menafikan metodologi konvensional yang digunakan oleh guru-guru di masa lampau dalam menanamkan keyakinan melalui doktrinasi. Tentu dengan memadukan metodologi baru seperti model-model pembelajaran secara sinergi. Metodologi baru ini diperlukan untuk membuat suasana pembelajaran tetap menarik dan menyenangkan.

b. Media pembelajaranMedia pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan sebagai

perantara untuk menyampaikan materi kepada peserta didik. Media pembelajaran itu sendiri ada dalam bentuk hardware ada pula dalam bentuk software.

Permasalahan media pembelajaran dalam pendidikan agama Islam terdiri dari; lemahnya kreasi dan inovasi pendidik dalam membuat media, distribusi media yang belum merata, keengganan dalam penggunaan media, kesulitan memperoleh media pembelajaran PAI.

Indikator semua itu dapat dilihat dari seberapa banyak sekolah atau madrasah yang telah memiliki laboratorium PAI? Yang yang paling banyak adalah laboratorium IPA, Biologi, Bahasa dan komputer. Kalaupun pernah ada proyek semacam itu, diketahui publik hanya menjadi ladang korupsi bagi pejabat.

Solusinya adalah, adanya upaya dari pihak penyelenggara pendidikan dalam mengupayakan labotorium PAI disetiap sekolah atau madrasah, agar peserta didik mudah belajar secara langsung materi-materi PAI yang memang dapat dipraktekkan. Misalnya mengurus jenazah, ibadah haji, zakat dsb. Selain itu dibutuhkan media-media gambar, video, buku-buku yang berkenaan dengan sejarah Islam dan tokoh-tokoh muslim.

Page 4: PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PAI SEBUAH TINJAUAN EPISTEMOLOGIS.docx

Media ini hendaknya di kelola secara serius, bisa saja dengan membuat video misalnya atau menggunakan youtube tetapi dengan sedikit kreasi mengeditnya agar sesuai dengan materi ajar PAI.

4. Problematika pembelajaran PAI di kelas kaitannya dengan profesionalitas pendidik dan solusinya

Ukuran profesional guru saat ini sudah ada instrumen yang digunakan baik instrumen tes maupun pengamatan. Kaitannya dengan pendidikan Agama, kelihatannya ukuran profesional disini perlu lebih akurat lagi. Ini kaitannya dengan transfer materi PAI bukan hanya bersifat kognitif semata melainkan ada sikap dan afeksi yang dapat di tanamkan melalui pembiasaan dan keteladanan.

Permasalahan yang muncul dalam pendidik adalah, sulitnya bagi peserta didik mencari teladanan dari guru. Misalnya keteladan dalam dsiplin, peserta didik tidak jarang lebih dsiplin daripada gurunya ketika masuk ke kelas. Demikian juga dalam amaliyah sehari-hari, ketika tiba waktunya shalat lima waktu, tidak jarang peserta didik lebih dahulu melaksanakan shalat daripada guru sendiri.

Solusinya adalah perlu adanya upaya pembinaan yang intens terhadap guru PAI untuk memberikan keteladan bagi peserta didik dalam bersikap dan melaksanakan amaliyah mahdhah dan ghairu mahdhah.

5. Problematika pembelajaran PAI kaitannya dengan kesiapan siswa dalam pembelajaran solusinya

Ada dua faktor munculnya problem belajar dalam diri siswa:a. Faktor-faktor Internal

1) Gangguan secara fisik, seperti kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat bicara, gangguan panca indera, cacat tubuh, serta penyakit menahan ( alergi, asma, dan sebagainya ).

2) Ketidakseimbangan mental ( adanya gangguan dalam fungsi mental ), sepertimenampakkan kurangnya kemampuan mental, taraf kecerdasannya cenderung kurang.

3) Kelemahan emosional, seperti merasa tidak aman, kurang bisa menyesuaikan diri ( maladjustment ), tercekam rasa takut, benci, dan antipati serta ketidakmatangan emosi.

4) Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap salah seperti kurang perhatian dan minat terhadap pelajaran sekolah, malas dalam belajar, dan sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran.

b. Faktor Eksternal ( faktor-faktor yang timbul dari luar diri individu ), yaitu berasal dari

1) Sekolah a) Sifat kurikulum yang kurang fleksibel;b) terlalu berat beban belajar (murid) dan atau mengajar

(guru);c) metode mengajar yang kurang memadai;d) kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar.

2) Keluarga (rumah), antara lain :a) Keluarga tidak utuh atau kurang harmonis;b) sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan

anaknya;c) keadaan ekonomi.

Menurut Lindgren, (1967 : 55) bahwa lingkungan sekolah, terutama guru. Guru yang akrab dengan murid, menghargai usaha-usaha murid dalam belajar dan suka memberi petunjuk kalau murid menghadapi kesulitan, akan dapat menimbulkan perasaan

Page 5: PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PAI SEBUAH TINJAUAN EPISTEMOLOGIS.docx

sukses dalam diri muridnya dan hal ini akan menyuburkan keyakinan diri dalam diri murid. Melalui contoh sikap sehari-hari, guru yang memiliki penilaian diri yang positif akan ditiru oleh muridnya, sehingga murid-muridnya juga akan memiliki penilaian diri yang positif.

Jadi jelaslah bahwa guru yang kurang akrab dengan murid, kurang menghargai usaha-usaha murid maka murid akan merasa kurang diperhatikan dan akan mengakibatkan murid itu malas belajar atau kurangnya minat belajar sehingga anak itu akan mengalami kesulitan belajar. Keberhasilan seorang murid dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari sekolah seperti guru yang harus benar-benar memperhatikan peserta didiknya.

Menurut Belmon dan Morolla (1971 : 107) menyimpulkan dari hasil penelitiannya, bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga yang banyak jumlah anak, mempunyai keterampilan intelektual lebih rendah daripada anak-anak yang berasal dari keluarga yang jumlah anaknya sedikit.

Solusinya adalah mengetahui sejak dini problematika siswa dalam belajar, yaitu melalui;

a. Tes hasil belajarTes hasil belajar adalah alat yang disusun untuk mengungkapkan

sejauh mana murid telah mencapai tujuan-tujuan pengajaran yang ditetapkan sebelumnya murid-murid dikatakan telah mencapai tujuan pengajaran apabila dia telah menguasai sebagian besar materi yang berhubungan dengan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Ketentuan ini merupakan penerapan dari belajar tuntas ( mastery learning ) yang didasarkan pada asumsi bahwa setiap murid dapat mencapai hasil belajar sesuai yang diharapkan jika diberi waktu yang cukup dan bimbingan yang memadai untuk mempelajari bahan yang disajikan. Ketentuan penguasaan bahan ditentukan dengan menetapkan patokan, yaitu presentasi minimal yang harus dicapai oleh murid yang belum menguasai bahan pelajaran sesuai dengan patokan yang ditetapkan, dikatakan belum menguasai tujuan pengajaran. Murid yang seperti ini digolongkan sebagai murid yang mengalami masalah belajar dan memerlukan bantuan khusus, sedangkan murid yang sudah menguasai secara tuntas semua bahan-bahan yang disajikan sebelum batas waktu yang ditetapkan berakhir, digolongkan sebagai murid yang sangat cepat dalam belajar. Mereka ini patut untuk mendapatkan pelajaran tambahan.

b. Tes kecerdasanSetiap murid mempunyai kemampuan dasar atau kecerdasan tertentu.

Tingkat kemampuan ini biasanya diukur atau diungkapkan dengan menggunakan tes kecerdasan yang sudah baku.

Diasumsikan bahwa anak normal, memiliki tingkat kecerdasan (IQ) antara 90-109. Hasil yang dicapai murid hendaknya dapat mencerminkan tingkat kemampuan yang dimilikinya. Murid yang kemampuan dasarnya tinggi akan mencapai hasil belajar yang tinggi pula. Bilamana seseorang murid mencapai hasil belajar yang lebih rendah dari tingkat kecerdasan yang dimilikinya, maka murid yang bersangkutan digolongkan sebagai yang mengalami masalah belajar. ( menurut Gagne 1967 ).

c. Skala SikapSikap dan kebiasaan belajar merupakan salah satu faktor yang penting

dalam belajar. Sebagian dari hasil belajar, ditentukan oleh sikap dan kebiasaan yang dilakukan oleh murid dalam belajar. Kebiasaan belajar menunjuk pada bentuk dan pola perilaku yang dilakukan terus menerus oleh murid dalam belajar.

Sebagian dari sikap kebiasaan belajar murid, dapat diketahui melalui pengamatan yang dilakukan di dalam kelas. Misalnya, dalam hal mengerjakan tugas-tugas, membaca buku, membuat catatan dan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan belajar murid. Tetapi pengamatan biasanya terbatas pada sikap dan kebiasaan yang diterima oleh alat indera. Untuk mengungkapkan sikap dan kebiasaan yang lebih luas telah

Page 6: PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PAI SEBUAH TINJAUAN EPISTEMOLOGIS.docx

dikembangkan beberapa alat berupa “skala sikap dan kebiasaan belajar”. Alat ini akan dapat mengungkapkan derajat cara murid mengerjakan tugas-tugas sekolah, sikap terhadap guru, dan teman-temannya.C. Penutup/kesimpulan

Epistemologi adalah cabang ilmu filsafat yaitu cara yang ditempuh untuk mengetahui sesuatu.

Kaitannya dengan problematika pembelajaran Pendidikan Agama Islam, dapat dilihat dari proses pembelajaran adanya beberapa muatan materi yang sulit diajarkan melalui metode-metode baru, sehingga hal ini perlu modifikasi metode konvensional dengan metode baru agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Dalam hal media pembelajaran, lemahnya kreasi anak bangsa dalam membuat media pembelajaran PAI, hal ini dibuktikan dengan jarangnya ditemukan labotatorium PAI di sekolah-sekolah atau madrasah. Ini perlu konsentrasi dari pihak pengelola pendidikan dan regulator pendidikan Agama dalam hal ini Kemenag untuk mendorong pemerhati pendidikan Agama Islam membuat media-media yang relevan dengan materi PAI.

Permasalahan dari segi pendidik adalah kurangnya keteladanan dalam penananam nilai-nilai agama dan pembiasaan. Solusinya tidak lain harus di dorong guru-guru memberi keteladan kepada peserta didik.

Permasalahan dari peserta didik terdiri dari internal dan eksternal. Mengatasi problem internal perlu penilaian yang komprehensif melaui tes, skala sikap dan pengamatan agar peserta yang mengalami masalah segera terdeteksi dan diatasi.

Problem eksternal, perlu kerjasama semua pihak agar peserta didik dapat belajar dengan aman dan nyamanDAFTAR PUSTAKAAbdul Munir Mulkhan, 1993, Paradigma Intelektual Muslim , Yokyakarta :SipressAhmad Syafi’i Ma;arif, 1989, Posisi sentral Al-Qur’an dalam studi Islam, Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya. Akhyak, Pengantar Materi Kuliah Filsafat Pendidikan Islam Brauner and Burns, ProblemsGeorge R. Knight,2007, Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: Gama Media.Harun Nasution, 1975, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: Bulan Bintang.Mujamil Qomar, 2005, Epistemologi Pendidikan Islam, Jakarta: Penerbit Erlangga http://nartosabdo.blogspot.com/2012/01/epistemologi-pendidikan-islam.html diunduh tgl 15 JDesember 2012http://samadaranta.wordpress.com/2010/12/28/masalah-masalah-dalam-belajar/ diunduh tgl 15 Desember 2012Ziaudin Sardar, Rekayasa Masa Depan Peradaban Muslim, terj, Rahmani Astuti, (Bandung :Mizan, 1992)http://nartosabdo.blogspot.com/2012/01/epistemologi-pendidikan-islam.html diunduh tgl 15 JDesember 2012http://samadaranta.wordpress.com/2010/12/28/masalah-masalah-dalam-belajar/ diunduh tgl 15 Desember 2012