print

2
 Fibrilasi Atrium Pada Hipertiroidisme A. Insiden dan Patosiologi Sebu ah st ud i besar, menunjuk kan bahwa 1% onset baru AF disebabk an ol eh hipertiroidisme. Pada populasi dewasa, AF merupakan gangguan irama jantung tersering setelah sinus ritme, dan aritmia paling sering timbul pada pasien dengan hipertiroidisme. Pada 1 ! 1" % pasien dengan hipertiroidisme akan mengalami AF dan insiden ini semakin meningkat bila disertai adan#a pen#akit jantung. $erbukti pula bahwa, 1 % pasien dengan AF #ang tidak jelas pen#ebabn#a, se&ara biokimia terdapat hipertiroidisme. Patofisiologi terjadin#a AF pada hipertiroidisme telah dijelaskan diatas. '. Hipertiroidisme subklinis sebagai faktor resiko brilasi atrium Hipert iroidi sme subkl inik terjad i denga n pre(a lensi ,") ,*%, Paling sering pada  pasen dewasa #ang kurang #odium, pre(alensin#a semakin tinggi pada daerah #ang kekur angan #odi um. Hipert iroidi sme subk linik didefi nisikan sebagai keadaa n rendah n#a kadar serun $SH #ang asimtomatik dengan kadar $ dan $+ #ang masih normal. Pen#ebab tersering adalah pemberian $+ eksogen atau terapi supresif. endahn#a kadar serum $SH merupakan petanda sensitif adan#a pelepasan hormon tiroid se&ara berlebihan, kondisi ini meningkatkan risiko terjadin#a AF pada dekade selanjutn#a sebesar 1 kali." endahn#a kadar F$ dibawah nilai basal juga telah diteliti sebagai predikto r baru terjadin# a AF pas&a operasi bedah pintas koroner. -. $a talaksana brilasi atrium pada hipertiroidisme Pasien dengan AF #ang disebabkan oleh hipertiroidisme dapat kembali menjadi irama sinus bila status tiroid diperbaiki disertai pemberian obat)obatan pen#ekat beta. Penggunaan  pen#ekat beta harus diberikan pada keadaan hipertiroidisme berat, namun hati)hati pada  pasien dengan gagal jantung, dan harus dihindari pada penderita asma bronkhial. Pen#ekat  beta sebaikn#a diberikan dosis tunggal sekali sehari agar kepatuhan pasen dapat terjaga den gan bai k, sep erti aten olo l atau nad olo l. Pad a pas en tan pa hip ert iroi dis me #an g aka n menj ala ni bedah pi nt as ko rone r, beberapa stu di memperlihatkan manf aat pember ian triiodotironin dalam upa#a men&egah terjadin#a AF. Pada pasen dengan AF kronik, penggunaan heparin atau antikoagulan oral dapat diberikan untuk menurunkan angka kejadian tromboemboli. 'ila ada kelainan struktural jantung #ang

Upload: heni-ayu-purnama

Post on 29-Mar-2016

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

g

TRANSCRIPT

Page 1: Print

7/21/2019 Print

http://slidepdf.com/reader/full/print-56fa6c0d5a508 1/2

Fibrilasi Atrium Pada Hipertiroidisme

A. Insiden dan Patofisiologi

Sebuah studi besar, menunjukkan bahwa 1% onset baru AF disebabkan oleh

hipertiroidisme. Pada populasi dewasa, AF merupakan gangguan irama jantung tersering

setelah sinus ritme, dan aritmia paling sering timbul pada pasien dengan hipertiroidisme.

Pada 1 ! 1" % pasien dengan hipertiroidisme akan mengalami AF dan insiden ini semakin

meningkat bila disertai adan#a pen#akit jantung. $erbukti pula bahwa, 1% pasien dengan

AF #ang tidak jelas pen#ebabn#a, se&ara biokimia terdapat hipertiroidisme. Patofisiologi

terjadin#a AF pada hipertiroidisme telah dijelaskan diatas.

'. Hipertiroidisme subklinis sebagai faktor resiko fibrilasi atrium

Hipertiroidisme subklinik terjadi dengan pre(alensi ,"),*%, Paling sering pada

 pasen dewasa #ang kurang #odium, pre(alensin#a semakin tinggi pada daerah #ang

kekurangan #odium. Hipertiroidisme subklinik didefinisikan sebagai keadaan rendahn#a

kadar serun $SH #ang asimtomatik dengan kadar $ dan $+ #ang masih normal. Pen#ebab

tersering adalah pemberian $+ eksogen atau terapi supresif. endahn#a kadar serum $SH

merupakan petanda sensitif adan#a pelepasan hormon tiroid se&ara berlebihan, kondisi ini

meningkatkan risiko terjadin#a AF pada dekade selanjutn#a sebesar 1 kali." endahn#a

kadar F$ dibawah nilai basal juga telah diteliti sebagai prediktor baru terjadin#a AF pas&a

operasi bedah pintas koroner.

-. $atalaksana fibrilasi atrium pada hipertiroidisme

Pasien dengan AF #ang disebabkan oleh hipertiroidisme dapat kembali menjadi irama

sinus bila status tiroid diperbaiki disertai pemberian obat)obatan pen#ekat beta. Penggunaan

 pen#ekat beta harus diberikan pada keadaan hipertiroidisme berat, namun hati)hati pada

 pasien dengan gagal jantung, dan harus dihindari pada penderita asma bronkhial. Pen#ekat

 beta sebaikn#a diberikan dosis tunggal sekali sehari agar kepatuhan pasen dapat terjaga

dengan baik, seperti atenolol atau nadolol. Pada pasen tanpa hipertiroidisme #ang akan

menjalani bedah pintas koroner, beberapa studi memperlihatkan manfaat pemberian

triiodotironin dalam upa#a men&egah terjadin#a AF.

Pada pasen dengan AF kronik, penggunaan heparin atau antikoagulan oral dapat diberikan

untuk menurunkan angka kejadian tromboemboli. 'ila ada kelainan struktural jantung #ang

Page 2: Print

7/21/2019 Print

http://slidepdf.com/reader/full/print-56fa6c0d5a508 2/2

dibuktikan dengan ekokardiografi, atau terdapat riwa#at tromboemboli, maka pemberian

warfarin atau aspirin harus diberikan. Studi besar SP$IF / 0Stud# of the Pre(ention of 

stroke in Atrial Fibrillation membuktikan bahwa antikoagulan baru preparat 2imelagatran

#ang diberikan pada pasien dengan AF, mampu menurunkan angka kejadian emboli sistemik 

dan stroke dengan resiko perdarahan #ang rendah.

ekomendasi A--3AHA34S- tentang tatalaksana AF pada pasen hipertiroidisme adalah 5

6elas I

1. Pemberian pen#ekat beta untuk menekan laju den#ut (entrikel pada pasen AF akibat

tirotoksikosis bukan kontraindikasi. (level of Evidence : B)

7. 'ila oleh suatu sebab pen#ekat beta tak dapat diberikan, maka obat kalsium antagonis

0diltia8em atau (erapamil dapat diberikan sebagai penekan laju den#ut (entrikel. (level of 

 Evidence : B)

. Pemberian antikoagulan oral dengan target I9 7) pada pasien AF dengan tirotoksikosis,

direkomendasikan untuk men&egah stroke. (level of evidence : C)

+. Sekali keadaan eutiroid telah kembali seperti semula, pemberian antikoagulan profilaksis

masih diperlukan, sama haln#a dengan pasien tanpa hipertiroidisme. (level of evidence C)