DESCRIPTION
xxxdfTRANSCRIPT
BAB I
A. PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Dalam pembakaran bahan bakar prinsipnya terjadi ketika karbon dan
hidrogen molekul dalam bahan bakar bereaksi dengan molekul oksigen di
udara untuk membentuk karbon dioksida ( CO2 ) dan air ( H2O ) . Energi
dilepaskan selama reaksi.
Volume yang tepat dari udara yang dibutuhkan per unit bahan bakar dapat
dihitung jika karbon dan kandungan hidrogen dari bahan bakar diketahui . Air
mengandung 20,9 % oksigen oleh massa mol . Pembakaran sempurna pada
rasio teoritis ini dikenal sebagai pembakaran stoikiometri . Hal ini umumnya
tidak mungkin untuk mencapai dalam praktek karena keterbatasan dalam
peralatan burner dalam mendapatkan setiap molekul oksigen dalam kontak
dengan setiap molekul hidrokarbon , dan pembakar karena itu selalu perlu
untuk beroperasi dengan udara berlebih untuk mencapai pembakaran
sempurna . Hanya 20,9 % ( oksigen ) dari udara berlebih ini sebenarnya
berguna dalam proses pembakaran , yang lain 79,1 % ( Nitrogen ) hanya
menyerap energi yang kemudian hilang stack. Udara berlebih karena itu harus
dijaga agar tetap minimum .
Ketika ada oksigen yang tersedia tidak cukup untuk pembakaran yang
sempurna , karbon monoksida ( CO ) terbentuk . CO demikian produk dari
pembakaran tidak sempurna dan lebih sedikit energi yang dilepaskan ketika
itu terbentuk, mengurangi efisiensi pembakaran . Pembakaran tidak sempurna
yang paling sering terlihat sebagai asap hitam dan dapat menyebabkan jelaga
membangun dalam peralatan pemanas .
Pembakaran yang optimal sehingga terjadi ketika produk pembakaran ( gas
buang ) berisi :
· Tidak ada atau CO yang rendah - 0 sampai 20 ppm .
· Tinggi CO2 - 12 % sampai 16 % tergantung pada jenis bahan bakar
· Low O2 - 1 % sampai 5 % tergantung pada efisiensi alat pembakaran
MUHAMMAD JULHAM HAMZAH – 442 12 022 HALAMAN 1
Sumber energi kalor atau panas bisa diperoleh dari proses pembakaran. Proses
pembakaran pada mesin tenaga uap terjadi pada furnace.
Berbagai macam teknologi telah dikembangkan untuk menaikkan efisiensi proses
pembakaran. Efisiensi yang tinggi akan menaikkan efisiensi total dari furnace dan
jumlah panas yang ditransfer ke boiler jadi semakin besar. Untuk itu, diperlukan
furnace dengan burner yang berkualitas baik.
Berdasarkan jenis bahan bakar yang digunakan, burner diklasifikasikan menjadi 3,
yaitu :
1. Burner bahan bakar cair
2. Burner bahan bakar gas
3. Burner bahan bakar padat
MUHAMMAD JULHAM HAMZAH – 442 12 022 HALAMAN 2
BAB II
B. PEMBAHASAN
Sebuah furnace memiliki komponen-komponen sebagai berikut :
1. Ruang refraktori dibangun dari bahan isolasi untuk menahan panas pada
suhu operasi yang tinggi.
2. Perapian untuk menyangga atau membawa baja, yang terdiri dari bahan
refraktori yang didukung oleh sebuah bangunan baja, sebagian darinya
didinginkan oleh air.
3. Burner yang menggunakan bahan bakar cair atau gas digunakan untuk
menaikan dan menjaga suhu dalam ruangan. Batubara atau listrik dapat
digunakan dalam pemanasan ulang/reheating furnace.
4. Cerobong digunakan untuk membuang gas buang pembakaran dari
ruangan.
5. Pintu pengisian dan pengeluaran digunakan untuk pemuatan dan
pengeluaran muatan. Peralatan bongkar muat termasuk roller tables,
conveyor, mesin pemuat dan pendorong tungku.
Gas burner adalah sebuah alat untuk menghasilkan api untuk memanaskan produk
menggunakan bahan bakar gas seperti asetilen, gas alam atau propana. Beberapa
burner mempunyai tempat masuknya udara untuk mencampur bahan bakar gas
dengan udara untuk mendapatkan pembakaran yang sempurna. Asetilen biasanya
digunakan dengan mencampurkannya dengan oksigen.
MUHAMMAD JULHAM HAMZAH – 442 12 022 HALAMAN 3
Banyak aplikasi seperti soldering, brazing dan pengelasan yang menggunakan
oksigen daripada udara untuk membuat apinya menjadi lebih panas sehingga bisa
melelehkan besi. Untuk skala laboratorium, digunakan natural gas fired bunsen
burner. Untuk melelehkan logam dengan titik leleh sampai dengan 1100oC seperti
tembaga, perak dan emas, bisa digunakan burner dengan bahan bakar propana
dengan campuran udara.
Pembakaran gas dibagi menjadi 2 cara, tergantung apakah gas dan udara
dicampurkan terlebih dahulu atau tidak sebelum pembakaran. Jika udara dan gas
dicampurkan terlebih dahulu sebelum proses pembakaran, seperti pada bunsen
burner, proses pembakaran berlangsung secara hidroksilasi. Hidrokarbon dan
oksigen dengan proses hidroksilasi menjadi aldehida. Penambahan panas dan
oksigen menguraikan aldehida menjadi H2, CO, CO2 dan H2O.
Proses pembakaran bahan bakar gas tidak memerlukan proses pengabutan atau
atomisasi, bahan bakar langsung berdifusi dengan udara. Ada dua tipe burner
dengan bahan bakar gas, yaitu:
Tinggi Rilis Thermal (HTR) Burners
Bloom HTR Burners mirip dengan baffle burner. Dalam rentang ukuran kecil,
HTR burner menggunakan nozzle logam daripada satu keramik. Jet udara
memiliki komponen kecepatan radial tinggi yang menanamkan spin tinggi ke
udara. Port blok memiliki area dished. Kombinasi dari spin tinggi dan konfigurasi
blok menghasilkan api dengan profil datar. Burner ini skematis diperlihatkan pada
Gambar. The HTR Burner secara inheren NOx rendah karena sejumlah besar gas
tungku yang kembali beredar ke daerah api. Bloom telah mengembangk lebih
rendahNOx,versi HTR tanpa kehilangan kinerja.
MUHAMMAD JULHAM HAMZAH – 442 12 022 HALAMAN 4
2. Aerated Burner
Pada aerated burner, bahan bakar gas dan udara dicampur dulu sebelum terjadi
proses pembakaran. Udara sekunder dibutuhkan untuk menyempurnakan
pembakaran. Penggunaan udara sekunder ini tergantung dari cara udara primer
dimasukkan ke dalam furnace.
Pada burner tipe ini selalu ada pengaman untuk mencegah nyala balik ke sumber
campuran bahan bakar udara. Aerated burner dibagi menjadi 2 jenis :
a. Atmospheric or Natural Draft Burners (Bunsen Burners)
Alat ini menggunakan efek mekanis yaitu prinsip venturi, sehingga atmospheric
burner gas disebut juga dengan venturi burner gas. Pada kasus burner gas venturi,
MUHAMMAD JULHAM HAMZAH – 442 12 022 HALAMAN 5
gas keluar dari jet di depan penyempitan dari pipa burner. Gas sudah bertekanan
dan penyempitan semakin mempercepat sehingga menghasilkan vakum parsial
dibelakang jet yang menyerap udara ke pipa burner. Ini berarti bahwa venturi
burner akan mencampur lebih banyak udara dengan gas daripada bunsen
sederhana. Campuran bahan bakar dan udara yang ditingkatkan menyebabkan
venturi burner menjadi lebih efektif dan bisa menghasilkan tipe api yang
bervariasi, dari oksidasi sampai reduksi. Juga bentuk dari pipa burner setelah
penyempitan memperlambat kecepatan gas, menyebabkan udara dan gas lebih
bercampur menyeluruh sebelum menemui flame retention head. Keunggulan ini,
flame retention head, pada akhir pipa burner didesain untuk memastikan bahwa
api tidak membakar pipa, atau meluncur dari head burner, yang merupakan
masalah pada desain burner sederhana.
Roda pada ujung kiri dari burner adalah control udara utama dan berputar pada
lubang supply gas. Roda ini dapat berputar untuk menutup melawan badan burner,
menghentikan udara untuk bercampur dengan gas. Batang dari kuningan, dimana
gas mengalir, dapat digerakkan dengan memutar maju atau mundur ke badan
burner. Hal ini penting untuk memaksimalkan performa burner. Jika batang terlalu
jauh didalam burner maka efek venturi dikecilkan, begitu juga jika terlalu jauh
diluar burner jumlah udara yang diserap akan terlalu kecil. Untuk mengeset posisi
yang benar pertama hubungkan burner dengan gas supply, set piringan udara
utama sehingga hanya ada 1 atau 2 mm celah diantaranya dan badan burner dan
menyalakan api gas. Set batang kuningan sehingga jet sejauh mungkin diluar
burner, kemudian alirkan angin perlahan-lahan, secara simultan gerakkan roda
udara utama sehingga celah tetap konstan. Amati apinya, saat rasio udara-gas
maksimal dicapai api harus berubah dari kuning menjadi biru dan suara burner
meningkat sejalan dengan banyaknya udara yang terhisap ke burner. Jika batang
terlalu jauh maka api akan berubah kembali menjadi api kuning.
Burner ini merupakan jenis yang sederhana, tidak terlalu mahal dan paling banyak
digunakan untuk keperluan domestik atau komersial. Burner ini dibuat dengan
MUHAMMAD JULHAM HAMZAH – 442 12 022 HALAMAN 6
berbagai variasi bentuk dan ukuran untuk memberikan panjang api dengan panas
keluar yang sesuai.
Baffle Burner
Pembakaran recirculate gas tungku ke dalam api. Penampilannya tampak
sederhana terdiri dari tubuh, nozzle gas, baffle dan port. Air masuk ke dalam
tubuh langsung burner dan gas melewati tubuh terpisah dari udara dengan tabung
bahan bakar. The baffle tahan api memisahkan tubuh dari blok burner (port), yang
berada dalam dinding tungku.
MUHAMMAD JULHAM HAMZAH – 442 12 022 HALAMAN 7
BAB III
D. KESIMPULAN
1. Pembakar tidak dapat secara akurat ditetapkan oleh mata.
2. Sebuah analisis pembakaran adalah alat yang sangat berharga dalam
mendirikan pembakar.
3. Tabungan dari 3% sampai 9% dari tagihan bahan bakar dapat disimpan
pada mensetup pembakar.
4. Sebuah pengetahuan yang baik tentang teori pembakaran dan peralatan
pembakaran adalah penting untuk sukses menjalankan peralatan pemanas.
5. Nozel perlu diganti secara teratur karena mereka tergantung pada
pemakaian.
6. Peralatan dan burner / nosel pembersihan perlu dilakukan secara rutin.
7. Pasokan bahan bakar perlu disediakan terus menerus pada suhu dan
tekanan yang benar, dengan instrumentasi untuk memverifikasi ini.
E. DAFTAR PUSTAKA
1. Perry, R.H. dan Green D.W. 1998. Perry's Chemical Engineers Handbook
(eds), McGraw-Hill Book Co., Singapore.
2. http://www.energyefficiencyasia.org/docs/ee_modules/indo/Chapter%20-
%20Furnaces%20and%20Refractories%20(Bahasa%20Indonesia).pdf
3. http://www.ffs-refiners.com
MUHAMMAD JULHAM HAMZAH – 442 12 022 HALAMAN 8