print

14
CEDERA KEPALA 50 % dari kematian karena trauma berhubungan dengan trauma kepala, dan lebih dari 60 % kematian trauma kendaraan bermotor akibat injury pada kepala. Untuk menyangka sebuah injury kepala nilailah dengan seksama keadaan kerusakan benda / barang yang dibentur kepala korban atau kerusakan kendaraan yang berhungan dengan korban. Gerakan yang terjadi pada trauma kepala : Kepala yang menabrak benda diam sering mnyebabkan injury otak dan tengkorak yang multiple. Bagian kepala yang membentur langsung benda diam akan mengalami kemungkinan fraktur tulang dan otak di balik tulang itu mengalami memar ( contusio ) Bagian yang berlawanan dengan benturan langsung bisa mengalami perdarahan akibat dari peregangan jaringan di tempat itu Pukulan atau benda bergerak terhadap kepala yang sedang diam, akan menyebabkan fractur pada daerah yang terpukul ( terimpak ), jika fragment tulang berlanjut menekan otak maka kontusio atau bahkan laserasi otak dapat terjadi ANATOMI DAN FISIOLOGI KEPALA : A. Kulit Kepala ( Scalp ) mempunyai 5 lapisan : 1. Kulit 2. Jaringan sub cutis 3. Galea aponeurotika 4. Jaringan penunjang longgar ( loose areolar tissue ) 5. Periosteum dari pericranium Loose areolar tissue yang memisahkan antara galea dengan pericranium adalah tempat : a. Untuk terjadinya hematom subgaleal b. Flap luas dan “ scalping “ injury Kulit kepala ini bisa nmengalami perdarahan banyak, tetapi mudah diatasi hanya dengan menekan sebentar saja daerah yang berdarah dan perdarahan akan berhenti. Pada anak, laserasi kulit kepala berakibat kehilangan darah masif. B. Tulang Tengkorak ( Cranium ) Terdiri dari : ATLS doc. Head Trauma 1

Upload: desia-laila-dian-s

Post on 15-Sep-2015

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

cedera

TRANSCRIPT

PENATALAKSANAAN CEDERA KEPALA

CEDERA KEPALA

50 % dari kematian karena trauma berhubungan dengan trauma kepala, dan lebih dari 60 % kematian trauma kendaraan bermotor akibat injury pada kepala.

Untuk menyangka sebuah injury kepala nilailah dengan seksama keadaan kerusakan benda / barang yang dibentur kepala korban atau kerusakan kendaraan yang berhungan dengan korban.

Gerakan yang terjadi pada trauma kepala :

Kepala yang menabrak benda diam sering mnyebabkan injury otak dan tengkorak yang multiple.

Bagian kepala yang membentur langsung benda diam akan mengalami kemungkinan fraktur tulang dan otak di balik tulang itu mengalami memar

( contusio )

Bagian yang berlawanan dengan benturan langsung bisa mengalami perdarahan akibat dari peregangan jaringan di tempat itu

Pukulan atau benda bergerak terhadap kepala yang sedang diam, akan menyebabkan fractur pada daerah yang terpukul ( terimpak ), jika fragment tulang berlanjut menekan otak maka kontusio atau bahkan laserasi otak dapat terjadi

ANATOMI DAN FISIOLOGI KEPALA :

A. Kulit Kepala ( Scalp ) mempunyai 5 lapisan :

1. Kulit

2. Jaringan sub cutis

3. Galea aponeurotika

4. Jaringan penunjang longgar ( loose areolar tissue )

5. Periosteum dari pericranium

Loose areolar tissue yang memisahkan antara galea dengan pericranium adalah tempat :

a. Untuk terjadinya hematom subgaleal

b. Flap luas dan scalping injury

Kulit kepala ini bisa nmengalami perdarahan banyak, tetapi mudah diatasi hanya dengan menekan sebentar saja daerah yang berdarah dan perdarahan akan berhenti.

Pada anak, laserasi kulit kepala berakibat kehilangan darah masif.

B. Tulang Tengkorak ( Cranium )

Terdiri dari :

a. Calvarium, tipis pada regiotemporalis

b. Basis Kranii

Rongga tengkorak dasar di bagi 3 fosa :

1. Fosa anterior, tempat lobus frontalis

2. Fosa Media, Tempat lobus temporalis

3. Fosa posterior, ruang bagi batang otak bawah dan cerebelum

Tulang tengkorak yang tipis adalah daerah temporal, bagian dasar tengkorak tidak rata dan tidak teratur sehingga memudahkan memar atau laserasi otak manakala otak bergerak tidak bersamaan dengan tengkorak seperti pada benturan atau truma.

C. Meningen ( selaput yang menutupi seluruh otak )

Antara tl. Kepala dan otak terdapat 3 lapisan meningeal :

1. Dura mater, jaringan fibrous kuat, tebal dan kaku merupakan jaringan ikat.

Spasi epidural terletak antara tulang tengkorak dengan duramater, dispasi ini terdapat arteri meningeal, apabila terjadi perlukaan didaerah ini dapat menyebabkan perdarahan epidural.

2. Arachnoid membrane, tipis transparan menyerupai sarang laba-laba

Dibawah membrane ini terdapat spasi yang disebut sub-arachnoid space, dimana terdapat cairan otak ( Cerebro Spinal Fluid ) dan vena meningeal. Cedera di spasi ini akan menyebabkan hematom subdural.

3. Pia mater, melekat erat pada permukaan kortex otak (lapisan yang membungkus otak)

D. Otak

Menempati 80 % rongga tengkorak terdiri dari tiga bagian :

1. Cerebrum (otak besar), berfungsi untuk intelektual, alat sensor dan kontrol fungsi motorik

2. Cerebellum (otak kecil), merupaka pusat koordinasi gerak dan keseimbangan

3. Batang otak (brain stem), adalah tempat fusat kesadaran, pusat pernafasan dan pusat kontrol listrik jantung

Dari batang otak ini keluar syaraf-syaraf kranial, syaraf yang penting untuk pasien trauma kepala adalah syaraf kranial III (Nervus occulomotor) yang mengontrol constriksi pupil. Apabila terjadi gangguan pada N III menyebabkan pupil bereaksi lambat terhadap cahaya atau sama sekali tidak bereaksi dan dalam keadaan dilatasi.

E. Cairan srebro spinal ( Cereobro spinal fluid)

Dihasilkan oleh pleksus kloroideus dengan kecepatan produksi sebanyak 30 cc/jam

Fungsi cairan ini sebagai shock absorber antara otak dengan tengkora. Adanya darah dalam CSS dapt menyumbat granulasio arakhnoid sehingga mengganggu penyerapan CSS dan menyebabkan kenaikan tekanan intra kranial (hidrosefalus komunikans)

F. Tentorium

Bagian dura yang menutup cerebellum

Bagian tengah tentorium ini berlubang, tempat lewatnya batang otak dari otak besar ke arah medulla spinalis, lubang ini di sebut INCISURA.

FISIOLOGI

A. Tekanan Intrakranial

Kenaikan TIK sering merupakan indikasi adanya masalah serius dalam otak.

TIK normal pada waktu istirahat : 10 mmHg (136 mm H2O)

Tik tidak normal : > 20 mm Hg

TIK kenaikan berat : > 40 mm Hg

Semakin tinggi TIK setelah cedera kepala, semakin buruk prognosisnya.

B. Dokrin Monro-Kellie

Suatu konsep sederhana yang menerangkan pengertian TIK. Dimana volume intrakranial selalu konstan, karena rongga kranium pada dasarnya rongga yang tidak mungkin mekar.

C. Tekanan Perfusi Otak (TPO)

TPO adalah indikator yang sama pentingnya dengan TIK.

Formula TPO = TAR TIK

Mempertahankan TPO adalah prioritas yang sangat penting dalam penetalaksanaan penderita cedera kepala berat

D. Aliran Darah ke Otak (ADO)

ADO normal ke dalam otak kira-kira 50 mL/gr jaringan otak per menit

ADO 20 25 ml/100 gr/mt aktifitas EEG akan hilang

ADO 5 ml/100 gr/mt sel-sel otak mengalami kematian dan terjadi kerusakan yang menetap

KLASIFIKASI

Cedera kepala diklasifikasikan dalam 3 deskripsi :

A. Mekanisme Cedera

Mekanisme cedera kepala dibagi :

a. Cedera kepala tumpul, berkaitan dengan kecelakaan mobil-motor, jatuh atau pukulana benda tumpul

b. Cedera kepala tembus, disebabkan oleh peluru atau tusukan

Adanya penetrasi selaput dura menentukan suatu cedera tembus atau cedera tumpul.

B. Beratnya Cedera

GCS (Glasgow Coma Scale), untuk menilai secara kuantitatif kelainan neurologis dan dipakai secara umum dalam deskripsi beratnya cedera kepala. Dan digunakan juga untuk menilai tingkat kesadaran penderita akibat penyebab lain.

C. Morfologis Cedera

Secara morfologis cedera kepala dapat dibagi :

1. Fraktur Kranium

Dapat terjadi pada atap atau dasar tengkorak, dapat berbentuk garis atau bintang dan dapat pula terbuka dan tertutup

Fraktur kranium terbuka atau komplikata mengakibatkan adanya hubungan antara laserasi kulit kepala dan permukaan otak karena robeknya selaput dura

2. Lesi Intrakranial

Lesi intarkranial diklasifikasikan dalam :

a. Perdarahan Epidural

Hematom Epidural terletak diluar dura tetapi di dalam rongga tengkorak dan cirinya menyerupai lensa cembung, sering terletak di area temporal atau tempral-parietal yang disebabkan oleh robeknya arteri meningeal mengakibatkan retaknya tulang tengkorak. Gumpalan darah dapat berasal dari arteri atau vena.

Perdarahan epidural jarang terjadi, namun harus memerlukan tindakan diagnosis maupun operatif yang cepat.

Pertolongan secara dini prognosisnya sangat baik, karena kerusakan langsung akibat penekanan gumpalan darah pada jaringan otak tidak berlangsunglama.

Sering menunjukan adanya Interval Lucid, dimana penderita yang semula mampu berbicara lalu tiba-tiba meninggal (talk and die)

b. Perdarahan Subdural

Perdarahan subdural lebih sering daripada perdarahan epidural

Perdarahan subdural biasanya menutupi seluruh permukaan hemisfer otak dan kerusakan otak dibawahnya lebih berat dan prognosisnya lebih buruk.

Angka kematian lebih tinggi

Pembedahan yang cepat dan penatalaksanaan medikamentosa yang agresif akan menurunkan angka kematian

Perdarahan sering terjadi akibat robeknya vena-vena yang terletak antara korteks cerebri dan ninus venous tempat vena bermuara, atau dapat juga terjadi akibat laserasi pembuluh arteri pada permukaan otak

c. Kontusio dan Perdrahan Intracerebral

d. Cedera Difus

PENATALAKSANAAN CEDERA KEPALA

I. CEDERA KEPALA RINGAN (GCS = 14 15 )

Idealnya semua penderita cedera kepala diperiksa dengan CT scan, terutama bila dijumpai adanya kehilangan kesadaran yang cukup bermakna, amnesia atau sakit kepala hebat.

3 % penderita CK. Ringan ditemukan fraktur tengkorak

Klinis :

a. Keadaan penderita sadar

b. Mengalami amnesia yang berhubungna dengan cedera yang dialaminya

c. Dapat disertai dengan hilangnya kesadaran yang singkat

Pembuktian kehilangan kesadaran sulit apabila penderita dibawah pengaruh obat-obatan / alkohol.

d. Sebagain besar penderita pulih sempurna, mungkin ada gejala sisa ringan

Fractur tengkorak sering tidak tampak pada foto ronsen kepala, namun indikasi adanya fractur dasar tengkorak meliputi :

a. Ekimosis periorbital

b. Rhinorea

c. Otorea

d. Hemotimpani

e. Battles sign

Penilaian terhadap Foto ronsen meliputi :

a. Fractur linear/depresi

b. Posisi kelenjar pineal yang biasanya digaris tengah

c. Batas udara air pada sinus-sinus

d. Pneumosefalus

e. Fractur tulang wajah

f. Benda asing

Pemeriksaan laboratorium :

a. Darah rutin tidak perlu

b. Kadar alkohol dalam darah, zat toksik dalam urine untuk diagnostik / medikolagel

Therapy :

a. Obat anti nyeri non narkotik

b. Toksoid pada luka terbuka

Penderita dapat diobservasi selama 12 24 jam di Rumah Sakit

II. CEDERA KEPALA SEDANG ( GCS = 9 13 )

Pada 10 % kasus :

Masih mampu menuruti perintah sederhana

Tampak bingung atau mengantuk

Dapat disertai defisit neurologis fokal seperti hemi paresis

Pada 10 20 % kasus :

Mengalami perburukan dan jatuh dalam koma

Harus diperlakukan sebagai penderita CK. Berat.

Tindakan di UGD :

Anamnese singkat

Stabilisasi kardiopulmoner dengan segera sebelum pemeriksaan neulorogis

Pemeriksaan CT. scan

Penderita harus dirawat untuk diobservasi

Penderita dapat dipulangkan setelah dirawat bila :

Status neulologis membaik

CT. scan berikutnya tidak ditemukan adanya lesi masa yang memerlukan pembedahan

Penderita jatuh pada keadaan koma, penatalaksanaanya sama dengan CK. Berat.

Airway harus tetap diperhatikan dan dijaga kelancarannya

III. CEDERA KEPALA BERAT ( GCS 3 8 )

Kondisi penderita tidak mampu melakukan perintah sederhana walaupun status kardiopulmonernya telah distabilkan

CK. Berat mempunyai resiko morbiditas sangat tinggi

Diagnosa dan therapy sangat penting dan perlu dengan segara penanganan

Tindakan stabilisasi kardiopulmoner pada penderita CK. Berat harus dilakukan secepatnya.

A. Primary survey dan resusitasi

Di UGD ditemukan :

30 % hypoksemia ( PO2 < 65 mmHg )

13 % hypotensia ( tek. Darah sistolik < 95 mmHg ) ( Mempunyai mortalitas 2 kali lebih banyak dari pada tanpa hypotensi

12 % Anemia ( Ht < 30 % )

1. Airway dan breathing

Sering terjadi gangguan henti nafas sementara, penyebab kematian karena terjadi apnoe yang berlangsung lama

Intubasi endotracheal tindakan penting pada penatalaksanaan penderita cedera kepala berat dengan memberikan oksigen 100 %

Tindakan hyeprveltilasi dilakukan secara hati-hati untuk mengoreksi sementara asidosis dan menurunkan TIK pada penderita dengan pupil telah dilatasi dan penurunan kesadaran

PCo2 harus dipertahankan antara 25 35 mm Hg

2. Sirkulasi

Normalkan tekanan darah bila terjadi hypotensi

Hypotensi petunjuk adanya kehilangan darah yang cukup berat pada kasus multiple truama, trauma medula spinalis, contusio jantung / tamponade jantung dan tension pneumothorax.

Saat mencari penyebab hypotensi, lakukan resusitasi cairan untuk mengganti cairan yang hilang

UGS / lavase peritoneal diagnostik untuk menentukan adanya akut abdomen

B. seconady survey

Penderita cedera kepala perlu konsultasi pada dokter ahli lain.

C. Pemeriksaan Neurologis

Dilakukan segera setelah status cardiovascular penderita stabil, pemeriksaan terdiri dari :

GCS

Reflek cahaya pupil

Gerakan bola mata

Tes kalori dan Reflek kornea oleh ahli bedah syaraf

Sangat penting melakukan pemeriksaan minineurilogis sebelum penderita dilakukan sedasi atau paralisis

Tidak dianjurkan penggunaan obat paralisis yang jangka panjang

Gunakan morfin dengan dosis kecil ( 4 6 mg ) IV

Lakukan pemijitan pada kuku atau papila mame untuk memperoleh respon motorik, bila timbul respon motorik yang bervariasi, nilai repon motorik yang terbaik

Catat respon terbaik / terburuk untuk mengetahui perkembangan penderita

Catat respon motorik dari extremitas kanan dan kiri secara terpisah

Catat nilai GCS dan reaksi pupil untuk mendeteksi kestabilan atau perburukan pasien.

D. Prosedur Diagnosis

TERAPY MEDIKAMENTOSA UNTUK TRAUMA KEPALA

Tujuan utama perawatan intensif ini adalah mencegah terjadinya cedera sekunder terhadap otak yang telah mengaalami cedera

A. Cairan Intravena

Cairan intra vena diberikan secukupnya untuk resusitasi penderita agar tetap normovolemik

Perlu diperhatikan untuk tidak memberikan cairan berlebih

Penggunaan cairan yang mengandung glucosa dapat menyebabkan hyperglikemia yang berakibat buruk pada otak yangn cedera

Cairan yang dianjurkan untuk resusitasi adalah NaCl o,9 % atau Rl

Kadar Natrium harus dipertahankan dalam batas normal, keadaan hyponatremia menimbulkan odema otak dan harus dicegah dan diobati secara agresig

B. Hyperventilasi

Tindakan hyperventilasi harus dilakukan secara hati-hati, HV dapat menurunkan PCo2 sehingga menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah otak

HV yang lama dan cepat menyebabkan iskemia otak karena perfusi otak menurun

PCo2 < 25 mmHg , HV harus dicegah

Pertahankan level PCo2 pada 25 30 mmHg bila TIK tinggi.

C. Manitol

Dosis 1 gram/kg BB bolus IV

Indikasi penderita koma yang semula reaksi cahaya pupilnya normal, kemudian terjadi dilatasi pupil dengan atau tanpa hemiparesis

Dosis tinggi tidak boleh diberikan pada penderita hypotensi karena akan memperberat hypovolemia

D. Furosemid

Diberikan bersamaan dengan manitol untuk menurunkan TIK dan akan meningkatkan diuresis

Dosis 0,3 0,5 mg/kg BB IV

E. Steroid

Steroid tidak bermanfaat

Pada pasien cedera kepala tidak dianjurkan

F. Barbiturat

Bermanfaat untuk menurunkan TIK

Tidak boleh diberikan bila terdapat hypotensi dan fase akut resusitasi, karena barbiturat dapat menurunkan tekanan darah

G. Anticonvulasan

Penggunaan anticonvulsan profilaksisi tidak bermanfaat untuk mencegaah terjadinya epilepsi pasca trauma

Phenobarbital & Phenytoin sering dipakai dalam fase akut hingga minggu ke I

Obat lain diazepam dan lorazepam

PENATALAKSANAAN PEMBEDAHAN

A. Luka Kulit kepala

Hal penting pada cedera kepala adalah mencukur rambut disekitar luka dan mencuci bersih sebelum dilakukan penjahitan

Penyebab infeksi adalah pencucian luka dan debridement yang tidak adekuat

Perdarahan pada cedera kepala jarang mengakibatkan syok, perdarahan dapat dihentikan dengan penekanan langsung, kauteraisasi atau ligasi pembuluh besar dan penjahitan luka

Lakukan insfeksi untuk fraktur dan adanya benda asing, bila ada CSS pada luka menunjukan adanya robekan dura. Consult ke dokter ahli bedah saraf

Lakukan foto teengkorak / CT Scan

Tindakan operatif

B. Fractur depresi tengkorak

Tindakan operatif apabila tebal depresi lebih besar dari ketebalan tulang di dekatnya

CT Scan dapat menggambarkan beratnya depresi dan ada tidaknya perdarahan di intra kranial atau adanya suatu kontusio

C. Lesi masa Intrakranial

Trepanasi dapat dilakukan apabila perdarahan intra kranial dapat mengancam jiwa dan untuk mencegah kematian

Prosedur ini penting pada penderita yang mengalami perburukan secara cepat dan tidak menunjukan respon yang baik dengan terapy yang diberikan

Trepanasi dilakukan pada pasien koma, tidak ada respon pada intubasi endotracheal , hiperventilasi moderat dan pemberian manitol

PROGNOSIS

Penderita lansia mempunyai kemungkinan lebih rendah untuk pemuluhan dari cedera kepala

Penderita anak-anak memiliki daya pemulihan yang baik

Klasifikasi :

Cedera kepala diklasifikasikan dalam beberapa aspek, secara prakatis dikenal 3 deskripsi klasifikasi yaitu berdasarkan :

A. Mekanisme cedera kepala.

1. Cedera kepala tumpul, berhubungan dengan kecelakaan mobil / motor, jatuh atau pukulan benda tumpul

2. Cedera kepala tembus, disebabkan oleh peluru atau luka tusuk

Adanya penetrasi selaput dura menentukan apakah suatu cedera termasuk cedera tembus atau cedera tumpul.

B. Beratnya

GCS penelaian secara kuantitatif kelainan neurologis dan dipakai secara umum untuk menilai beratnya cedera kepala.

GCS 3 8 dikatakan koma dimana penderita tidak mampu melaksanakan perintah, tidak dapat mengeluarkan suara dan tidak dapat membuka mata.

GCS 15 dikatakan sadar dimana penderita mampu membuka kedua mata dengan spontan, mematuhi perintah dan berorientasi baik.

C. Morfologi

Secara morfologi cedera kepala dibagi atas :

1. Fraktur kranium,

dapat terjadi pada dasar atau atap tengkorak, dapat berbentuk garis / bintang dan dapat pula terbuka atau tertutup.

Fraktur dasar tulang tengkorak ditandai :

Racoon eyes sign

Battles sign

Kebocoran CSS (rembesan cairan CSS di hidung atau di telinga)

Paresis nervus fasialis

2. Lesi intra kranial

Keadaan yang mungkin terjadi pada trauma kepala

a. Perdarahan epidural (hematoma epidural)

Terjadi karena pembuluh darah antara duramater dan permukaan dalam tengkorak robek, umumnya akibat robekan arteri meningeal media. Trauma akibat dari kecepatan lemah misanya ; kena tinju, bola baseball, robekan arteri countercoup atau akibat lacerasi karena duramaternya tertarik dan robek

Epidural hematom cepat menghasilkan peninggian ICP, gejalanya ; hemiparese berlawanan dengan kepala yang terkena, mengeluh rasa pusing dan mengantuk.

b. Perdarahan subdural

Biasanya terjadi kerusakan otak dibawahnya.

1. Acut Subdural hematoma, memberi gejala dalam 24 jam, umumya akibat kecelakaan dengan kecepatan tinggi.

2. Subacute Subdural hematoma, memberi gejala 25 65 jam setelah kejadian, akibat high velocity impact.

3. Chronic Subdural hematoma, bisa mulai bergejala beberapa minggu sampai bulan setelah kejadian trauma ringan atau trauma yang tidak disadari oleh penderita.

c. Kontusio (memar otak)

Akibat decelerasi atau accelerasi yang hebat sering mengakibatkan kerusakan jaringan otak atau pembuluh darah atau bahkan laserasi.

Bila jaringan otak yangb memar cukup luas, maka peninggian ICP bisa terjadi. Kehilanagn kesadaran 5 menit bahkan lebih.

Ada defisit memori dan defisit neulogis.

Fractur (Retak tulang tengkorak)

Mekanisme trauma kepala perlu diketahui dengan baik untuk memprediksi berat ringannya atau fraktur tengkorak, karena diagnosa dengan Xry cukup sulit.

Fraktur Basis kranii didaerah muka atau depan menyebabkan racoons eyes, didaerah basis belakang ditandai dengan battles sign. Tanda lain dari fractur basis cranii adalah adanya rembesarn liquor atau darah dari hidung dan telinga.

Hematom intracerebral

Gejala yang paling umum adanya kejang

Umunya karena luka penetrasi seperti luka tembak atau dasar otak terseret di dasar tulang tengkorak.

Contusio ( Commosio cerbri = gegar otak )

Akibat otak yang dikocok (gegar), tanpa disertai kerusakan otak yang berarti.

Ditandai dengan kehilangan kesadaran sebentar, penderita kelihatan cemas dan bertanya pada hal-hal yang tidak perlu.

Dalam penanganan cedera kepala upayakan jangan terjadi secondary brain demage

Informasi yang perlu diketahui pada semua kasus cedera kepala adalah :

1. Umur dan biomekanik cedera

2. Status pernafasan dan kardiovaskuler

3. Hasil evaluasi neurologis :

a. Tingkat kesadaran

b. Reaksi pupil

c. Lateralisasi kelemahan ekstremitas

d. Ada tidaknya cedera non cerebral yang menyertai

e. Hasil evaluasi diagnostik

CT scan atau Xr kepala tidak boleh menghambat konsultasi atau transfer ke ahli bedah

PENANGANAN SEBELUM SAMPAI DI RUMAH SAKIT ATAU FASILITAS YANG LEBIH MEMADAI

I. Pada pertolongan pertama :

Perhatikan imobilisasi kepala leher, lakukan pemasangan neck collar, sebab sering trauma kepala disertai trauma leher.

Hyperventilasi dengan oksigen 100 %, monitor tingkat sat.O2 dan CO2

Pada kasus berat mungkin diperlukan pemasangan ETT

Pasang BACK BOARD ( spinal board)

Sediakan suction untuk menghindari penderita aspirasi karena muntah.

Hentikan perdarah dengan melakukan penekanan pada daerah luka sebelum dilakukan penjahitan situsional.

Perdarahan kepala yang tidak terkontrol akan mengakibatkan syock. Atasi syok dengan pemasangan IV canule yang besar (bila perlu 2 line ), beri cairan yang memadai. (lihat penatalaksanaan hemoragik syok)

Pemberian obat-obatan lasix, manitol dilapangan tidak dianjurkan, begitu pula obat penenang tidak boleh diberikan tanpa supervisi dokter.

II. Penatalaksanaan di Rumah Sakit.

Begitu diagnosa ditegakan, penanganan harus segera dilakukan

Cegah terjadinya cedera otak sekunder dengan cara :

Pertahankan metabolisme otak yang adekuat

Mencegah dan mengatasi hyper tensi

A. Mempertahankan kebutuhan metabilisme otak

Iskemia otak atau hypoxia terjadi akibat tidak cukupnya penyampaian oksige ke otak, metabolisme perlu oksigen dan glucosa.

Usahakan PaO2 > 80 mmHg

Pertahankan PaCO2 26 28 mmHg

Trnsfusi darah mungkin diperlukan sebagai oxygen carrying capacity

B. Mencegah hypertensi intra cranial

Hypertensi ini dapat terjadi akibat :

Masa lesi

Pembengkakan otak akut

Odema otak

Cara mengatasi HT. :

a. Lakukan hypocapnia

Konsentrasi Co2 arteri mempengaruhi sirkulasi otak

Co2 meningkat terjadi vasodilatasi sehingga menigkatkan volume intrakranial

Co2 menurun terjadi tekanan intra kranial menurun

Tindakan hyperventilasi :

Menurunkan intra cerebral acidosis

Meningkatkan metabolisme otak

Anjurkan hyperventilasi dan pertahankan Pco2 antara 26 28 mmHg

Hati-hati pada saat melakukan tindakan intubasi

b. Kontrol cairan

Cegah overhidrasi

IV jangan hypoosmolar

Jangan dilakukan loading

c. Diuretic :

Manitol menurunkan volume otak dan menurunkan tekanan intra kranial

Dosis 1 gr / kg BB IV cepat

Furosemid 40 80 mg IV (Dewasa)

Lakukan observasi dengan ketat

d. Steroid

Tidak direkomendasikan pada cedera kepala akut

Manifestasi lain pada cedera kepala

A. KEJANG.

Tidak selalu diikuti epilepsi kronik

Tidak perlu penanganan khusus , kecuali jika berkepanjangan atau berulang

Therapy :

Diazepham 10 mg IV

Phenytoin 1 gr IV kemudian 50 mg IM

Jika kejang menetap :

Phenobarbita

Anestesi

B. Gelisah

Gelisah sering dijumpai pada cedera otak atau cerebral hypoxia

Dapat oleh sebab lain

Rasa sakit

Buli-buli penuh

Bandage / cast terlaku ketat

( Atasi penyebabnya

Terjadi severe agitasi : Chloprometazine 10 25 mg IV

C. Hypertermia

Meningkatkan resiko pada :

metabilosme otak meningkat

Level Co2 meningkat

Atasi dengan :

Hypothermia Blanket

Chlorpromazine

KRITERIA UNTUK OBSERVASI DAN PERAWATAN :

1. Post trauma amnesia

2. Kesadaran yang menurun

3. Riwayat kehilangan kesadaran

4. Nyeri kepala sedang atau berat

5. Foto tampak fractur linier atau kompresi, benda asing di otak, air fluid levele

6. Ada tanda fractur basisi

7. Cedera berat ditempat lain

8. Tidak ada yang menemani di rumah

9. Ada tanda fractur basisi

10. Cedera berat ditempat lain

11. Tidak ada yang menemani di rumaAda tanda fractur basisi

12. Cedera berat ditempat lain

13. Tidak ada yang menemani di rumahSumber : ATLS doc. Head TraumaPAGE 8ATLS doc. Head Trauma