print

46
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah seminar dengan topik ADHF (Acute Decompresion Heart Failure) ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Terimakasih juga kami sampaikan kepada pembimbing kami baik pembimbing lapangan maupun pembimbing akademik yang telah meluangkan waktunya untuk membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, pedoman serta dapat menambah wawasan bagi pembaca. Akhir kata, “tidak ada gading yang tak retak”, begitupun dengan makalah ini masih banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu, kami harapkan kritik dan saran maupun masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Palembang, Juli 2015 1

Upload: endang-setiawati

Post on 11-Sep-2015

243 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

zzzzz

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah seminar dengan topik ADHF (Acute Decompresion Heart Failure) ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Terimakasih juga kami sampaikan kepada pembimbing kami baik pembimbing lapangan maupun pembimbing akademik yang telah meluangkan waktunya untuk membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, pedoman serta dapat menambah wawasan bagi pembaca.Akhir kata, tidak ada gading yang tak retak, begitupun dengan makalah ini masih banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu, kami harapkan kritik dan saran maupun masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Palembang, Juli 2015

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Masalah kesehatan yang berpengaruh terhadap sistem kardiovaskuler serta menuntut asuhan keperawatan dapat dialami oleh orang pada berbagai tingkat usia. Sistem kardiovaskuler mencakup jantung, sirkulasi atau peredaran darah dan keadaan darah, yang merupakan bagian tubuh yang sangat penting karena merupakan pengaturan yang menyalurkan O2 serta nutrisi ke seluruh tubuh. Bila salah satu organ tersebut mengalami gangguan terutama jantung, maka akan mengganggu semua sistem tubuh.

Jantung adalah organ terpenting dalam tubuh manusia yang difungsikan untuk memompa darah keseluruh tubuh. Gagal jantung adalah keadaan ketidakmampuan jantung sebagai pompa darah untuk memenuhi secara adekuat kebutuhan metabolisme tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh karena gangguan primer otot jantung atau beban jantung yang berlebihan atau kombinasi keduanya. Gagal jantung merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang banyak dijumpai dan menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas utama baik di negara maju maupun di Negara sedang berkembang. Tahun 2000, 16,7 juta penderita meninggal karena penyakit ini,atausekitar 30,3% dari total kematian diseluruh dunia. Gagal jantung mempengaruhi lebih dari 5.2 juta penduduk Amerika, dan lebih dari 550.000 kasus baru yang didiagnosis tiap tahunnya. Tiap tahunnya gagal jantung bertanggung jawab terhadap hampir 1 juta hospitalisasi. Mortalitas rata rata rawatan yang dilaporkan pada 3 hari, 12 bulan, dan 5 tahun pada pasien yang dirawat di rumah sakit masing masing adalah 12%, 33%, dan 50%. Rata rata yang mengalami hospitalisasi kembali adalah 47% dalam 9 bulan (Crouch, et all, 2006). Di Indonesia, prevalensi penyakit jantung dari tahun ke tahun terus meningkat. hal ini berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat indonesia tentang faktor penyebab dan pencetus timbulnya penyakit kardiovaskuler. Kurangnya kepatuhan terhadap rekomendasi diet atau terapi obat merupakan penyebab paling umum dimana pasien gagal jantung masuk ke instalasi gawat darurat. Sekitar sepertiga kunjungan ke instalasi gawat darurat merupakan akibat ketidakpatuhan tersebut (Crouch, et all, 2006).

Data yang diperoleh dari beberapa studi mengenai beberapa penggolongan klinis terhadap pasien gagal jantung yang dirawat di rumah sakit dengan perburukan gagal jantung. Studi ini menunjukan bahwa mayoritas pasien yang dirawat dengan gagal jantung memiliki bukti hipertensi sistemik pada saat masuk rumah sakit dan umumnya mengalamileft ventricular ejection fraction(LVEF) (Lindenfeld, 2010).

Agar dapat memberikan asuhan keperawatan sebaik-baiknya, maka petugas kesehatan perlu mengetahui gejala-gejala dini, penyebab serta permasalahanya. Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses serta asuhan keperawatan yang di tujukan untuk meningkatkan, mencegah, mengatasi dan memulihkan kesehatan.II. Tujuan 1. Tujuan UmumAdapun tujuan umum dari penulisan ini adalah agar mampu menerapkan asuhan keperawatan pada Tn. N dengan kasus ADHF di ruangan ICCU RSUP Mohammad Hoesin Palembang.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :

a. Dapat melakukan pengkajian pada Tn. N dengan kasus ADHF di ruangan ICCU RSUP Mohammad Hoesin Palembang dan dapat mengetahui masalah yang dihadapi oleh klien

b. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. N sesuai dengan data-data yang berhasil didapat selama pengkajian

c. Dapat menentukan perencanaan keperawatan pada Tn. N dengan kasus ADHF di ruangan ICCU RSUP Mohammad Hoesin Palembang

d. Dapat mengimplementasikan tindakan keperawatan yang telah direncanakan sesuai dengan kebutuhan Tn. N

e. Dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan dalam penerapapan asuhan keperawatan yang telah dilakukan kepada Tn. N dengan kasus ADHF di ruangan ICCU RSUP Mohammad Hoesin PalembangBAB II

TEORIII.1. Pengertian

ADHF merupakan kependekan dari Akut Decompensated Heart Failure yang berarti gagal jantung akut. Istilah ini sama dengan gagal jantung atau Dekompensasi Cordis. Dekompensasi kordis merupakan suatu keadaan dimana terjadi penurunan kemampuan fungsi kontraktilitas yang berakibat pada penurunan fungsi pompa jantung dan diketahui bahwa kondisi cardiac output (CO) yang tidak cukup terjadi karena kehilangan darah atau beberapa proses yang terkait dengan kembalinya darah ke jantung. (Price dan Wilson ,1995).

II.2. Penyebab / faktor predisposisi 1. Dekompensasi pada gagal jantung kronik yang sudah ada (kardiomiopati) 2. Sindroma koroner akut:

a) Infark miokardial/unstable angina pektoris dengan iskemia yang bertambah luas dan disfungsi sistemikb) Komplikasi kronik IMAc) Infark ventrikel kanan 3. Krisis Hipertensi4. Aritmia akut (takikardia ventrikuler, fibrilasi ventrikular, fibrilasi atrial, takikardia supraventrikuler, dll)5. Regurgitasi valvular/endokarditis/ruptur korda tendinae, perburukan regurgitasi katup yang sudah ada6. Stenosis katup aorta berat 7. Tamponade jantung8. Diseksi aorta9. Kardiomiopati pasca melahirkan10. Faktor presipitasi non kardiovaskuler:

a) Volume overloadb) Infeksi terutama pneumonia atau septikemiac) Severe brain insultd) Pasca operasi besar e) Penurunan fungsi ginjalII.3. Gejala KlinisGejala utama ADHF antara lain sesak napas, konngesti, dan kelelahan yang sering tidak spesifik untuk gagal jantung dan sirkulasi. Gejalagejala ini juga dapat disebabkan pleh kondisi lain yang mirip dengan gejala gagal jantung, komplikasi yang diidentifikasikan pada pasien dengan gejala ini. variasi bentuk penyakit pulmonal termasuk pneumonia, penyakit paru reaktif dan emboli pulmonal, mungkin sangat sulit untuk dibedakan secara klinis dengan gagal jantung.Gambaran klinis yang dominanGejalatanda

Edema perifer/ kongesti

Sesak napas, kelelahan, anoreksiaEdema perifer, peningkatan vena jugularis, edema pulmonal, hepatomegali, asites, overload cairan (kongesti), kaheksia

Edema pulmonal

Sesak napas yang berat saat istirahatCrackles atau rales pada paru-paru bagian atas, efusi, takikardia, takipnea

Syok kardiogenik (low output syndrome)

Konfusi, kelemahan, dingin pada periferPerfusi perifer yang buruk. Tekanan darah sistolik 200mg/dL

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium Tanggal 23 Juni 2015

Tanggal Jenis PemeriksaanHasilNilai Normal

23 Juni 2015DarahDarah Rutin

Hemoglobin 14.0

Eritrosit 4,38

Leukosit 10,8

Hematokrit 39*

Kimia Klinik

Ginjal

Ureum 55*

Kreatinin 1,37*

Elektrolit

Natrium 145

Kalium 5,8*

Imunoserologi

Hormon

Free T4 1,38

TSH 0,4113,2 -17,3g/dL

4,20-4,87. 106/mm3

4,5-11,0 .103/mm343-49 %

16,6 48,5 mg/dL

0,70 1,20 mg/dL

135 155 mEq

3,5 5,5 mEq

0,93-1,7 ng/dL

0,27-4,20 U/mL

2. Gambaran EKG tanggal 23 Juni 2015

Gambaran EKG pada Tn. N didapat sinus tachycardia with short PR left axis deviation, HR 141 kali/menit, Inferior Infark, consider right ventricular involvment in acute inferior infarct, ST elevasi, consider inferior injury or acute infarct, consider anterior injury or acute infarct.

III. 2 Analisa Data

NoDataEtiologiMasalah

1DO:

TD = 128/85 mmHg

HR = 145

RR = 35

DS:

Klien mengeluh pusing saat hendak bangun duduk

Klien mengatakan jantungnya berdebar debarGagal jantung

Kegagalan pompa ventrikel kiri

Backward failure

Tekanan vena pulmonalis

Tekanan kapiler paru

Edema paru

Gangguan pertukaran gas

Gangguan pertukaran gas

2DO:

TD = 118/89 mmHg

HR = 132

RR = 32

DS:

Klien mengeluh sesak nafas

Klien mengatakan jantungnya berdebarGagal jantung

Kegagalan pompa ventrikel kanan

Bendungan atrium kanan

Splenomegali dan Hepetomegali

Mendesak diafragma

Sesak nafas

Pola nafas tidak efektif

Pola nafas tidak efektif

3DO:

TD = 128/74 mmHg

HR = 125

RR = 28

Input = 1450/ 24 jam

Output = 1200/24 jam

DS:

Klien mengeluh takut sesak nafas

Klien mengaku takut minum banyak banyak

Gagal jantung

Kegagalan pompa ventrikel kiri

Forward failure

Renal flow

RAA

Aldosteron

ADH

Retensi Na + H2O

Risiko tinggi kelebihan volume cairan

Risiko tinggi kelebihan volme cairan

4DO:

TD = 127/82 mmHg

HR = 117

RR = 26

DS:

Klien mengaku pusing saat hendak bagun duduk

Klien mengatakan mudah leleah

Klien mengatakan sesak nafas

Gagal jantung

Kegagalan pompa ventrikel kiri

Forward failure

Suplay darah ke jaringan

Metabolisme anaerob

Asidosis metebolik

ATP

Fatigue

Intoleransi AktifitasIntoleransi aktifitas

5DO:

TD = 127/82 mmHg

HR = 117

RR = 26

DS:

Klien mengatakan takut minum banyak karena nanti sesak nafas

Klien mengatakan takut sesak nafas lagi

Klien menyatakan ampun. jika sesak nafas.Gagal jantung

Intoleransi aktifitas

Kelemahan fisik

Kondisi dan prognosis penyakit

Kecemasankecemasan

6DO:

TD = 127/82 mmHg

HR = 117

RR = 26

DS:

Klien mengeluh sesak nafas

Klien mengeluh jantung berdebar

Disfungsi miocard

KontraktilitasGagal pompa ventrikelPenurunan curah jantungPenurunan curah jantung

III.3 Diagnosa Keperawatan

1. Pola nafas tidak efektif b.d berkurangnya ekspansi difragma, splenomegali, hepatomegali

2. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane kapiler alveolus3. Penurunan curah jantung b.d Perubahan kontraktilitas miokardial4. Risiko tinggi kelebihan volme cairan b.d meningkatnya beban awal, penurunan curah jantung sekunder terhadap gagal jantung5. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen/kebutuhan

6. Kecemasan b.d gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesulitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baikIII. 4 Perencanaan

NODiagnosaTujuanIntervensiRasional

1Pola nafas tidak efektif b.d berkurangnya ekspansi difragma, splenomegali, hepatomegali

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x 24 jam pola nafas pasien efektif dengan kriteria hasil:

TTV dalam batas normal, irama nafas regular, suara nafas vesikuler1. Pantau TTV2. Kaji ketidakefektipan pernapasan

3. Posisikan semi foler

4. Batsi aktifitas

5. Kolaborasi pemasanga oksigen

1. Memantau KU pasien

2. Mengetahui kemampuan pernafasan pasien3. Memaksimalkan jalan nafas

4. Mencegah kelelahan5. Membantu asupan oksigen ke tubuh pasien

2Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membrane kapiler alveolus d/d dispneu, ortopneu.Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x 24 jam Pertukaran gas lebih efektif dengan kriteria hasil: AGD dalam batas normal dan pasien bebas dari distress pernafasan.1. Auskultasi bunyi nafas, krekels, wheezing.

2. Anjurkan pasien untuk batuk efektif dan nafas dalam.

3. Pertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler.

4. Kolaborasi untuk memantau analisa gas darah & nadi oksimetri.5. Kolaborasi untuk pemberian oksigen tambahan sesuai indikasi.6. Kolaborasi untuk pemberian diuretik dan bronkodilator

1. Memantau adanya kongesti paru untuk intervensi lanjut.

2. Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran oksigen.3. Menurunkan konsumsi oksigen dan memaksimalkan pegembangan paru.4. Hipoksemia dapat menjadi berat selama edema paru.

5. Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar untuk memperbaiki hipoksemia jaringan.6. Diuretik dapat menurunkan kongesti alveolar dan meningkatkan pertukaran gas. B roncodilator untuk dilatasi jalan nafas.

3Penurunan curah jantung berhubungan dengan Perubahan kontraktilitas miokardial Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x 24 jam kondisi klien dapat membaik denga kriteria:

- tanda-tanda vital dalam batas normal;

N:60-100 x/mnt

TD:100-120/80-90 mmHg

P: 16-20 x/mnt,- tidak ada hipotensi- AGD dalam batas normal- tidak ada distensi vena jugularis

1. Kaji dan catat tekanan darah,sianosis,irama dan denyut jantung2. Intruksikan untuk menjaga keseimbangan intake dan output3. Jelaskan tentang penggunaan dosis frekuensi dan efek samping obat4. Kolaboratif: diuretic dan antibiotic

1. Mengetahui keadaan umum pasien

2. Mncegah penurunan curah jantung

3. Peran aktif pasien membantu proses perawatan4. Mencegah penurunan curah jantung

4Risiko tinggi kelebihan volme cairan b/d meningkatnya beban awal, penurunan curah jantung sekunder terhadap gagal jantung d/d peningkatan berat badan, odema, asites, hepatomegali, bunyi nafas krekels,wheezingSetelah dilakukan tindakan keperawatan 3x 24 jam Kelebihan volume cairan dapat dikurangi dengan kriteria : (a) Keseimbangan intake dan output. (b) Bunyi nafas bersih/jelas. (c) Tanda vital dalam batas normal. (d) Berat badan stabil. (e) Tidak ada edema1. Pantau haluaran urine, warna, jumlah.

2. Pantau intake dan output selama 24 jam.

3. Pertahankan posisi duduk atau semifowler selama masa akut.4. Timbang berat badan setiap hari.

5. Kaji distensi leher dan pembuluh perifer, edema pada tubuh.6. Auskultasi bunyi nafas, catat bunyi tambahan mis : krekels, wheezing. Catat adanya peningkatan dispneu, takipneu, PND, batuk persisten.

7. Selidiki keluhan dispneu ekstrem tiba-tiba, sensasim sulit bernafas, rasa panic.

8. Pantau tekanan darah dan CVP.9. Ukur lingkar abdomen.

10. Palpasi hepatomegali. Catat keluhan nyeri abdomen kuadran kanan atas.11. Kolaborasi dalam pemberian obat Diuretik

Tiazid dengan agen pelawan kalium (mis : spironolakton)12. Kolaborasi untuk mempertahankan cairan /pembatasan natrium sesuai indikasi.13. Konsultasi dengan bagian gizi.14. -Kolaborasi untuk pemantauan foto thorax1. Memantau penurunan perfusi ginjal.

2. Terapi diuretic dapat menyebabkan kehilangan cairan tiba-tiba meskipun udema masih ada.

3. Posisi telentang meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH sehingga meningkatkan dieresis.

4. Memantau respon terapi.

5. Retensi cairan berlebihan dimanifestasikan oleh pembendungan vena dan pembentukan edema.

6. Kelebihan volume cairan sering menimbulkan kongesti paru.7. Menunjukkan adanya komplikasi edema paru atau emboli paru.

8. Hipertensi dan peningkatan CVP menunjukkan kelebihan volume cairan.

9. Memantau adanya asite

10. Perluasan jantung menimbulkan kongesti vena sehingga terjadi distensi abdomen, pembesaran hati dan nyeri.

11. Diuretik meningkatkan laju aliran urine dan dapat menghambat reabsorpsi natrium dan klorida pada tubulus ginjal.

Meningkatkan diuresis tanpa kehilangan kalium berlebihan

12. Menurunkan air total tubuh/mencegah reakumulasi cairan13. Memberikan diet yang dapat di teri ma pasien yang memmenuhi kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium.

14. Menunjukkan perubahan indikasif peningkatan / perbaikan paru

5Intoleransi aktifitas b/d ketidakseimbangan antara suplai oksigen/kebutuhan

d/d pasien mengatakan letih terus menerus sepanjang hari, sesak nafas saat aktivitas, tanda vital berubah saat beraktifitas.Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x 24 jam aktivitas mencapai batas optimal , yang ditunjukkan dengan pasien berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan dan mampu memenuhi kebutuhan perawatan sendiri.1. Periksa tanda vital sebelum dan sesudah beraktivitas.

2. Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, takikardi, disritmia, dispneu, berkeringat, pucat.

3. Berikan bantuan dalamaktivitas perawatan diri sesuai indikasi. Selingi periode aktivitas dengan periode istirahat.

4. Kolaborasi untuk mengimplementasikan program rehabilitasi jantung1. Hipotensi ortostatik dapt terjadi dengan aktivitas karena efek obat, perpindahan cairan, pengaruh fungsi jantung.2.Ketidakmampuan miokardium meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas dapat meningkatkan frekuensi jantung, kebutuhan oksigendan peningkatan kelelahan.3. Pemenuhan kebutuhan perawatan diri tanpa mempengaruhi stres miokard/kebutuhan oksigen berlebihan.

4. Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja jantung dan konsumsi oksigen berlebihan

6Kecemasan b/d gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesulitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik d/d cemas, takut, khawatir, stress yang berhubungan dengan penyakit, gelisah, marah, mudah tersinggungSetelah diberikan tindakan perawatan selama 1x24 jam diharapkan pasien tidak merasa cemas dengan kriteria evaluasi: (a) Pasien mengatakan kecemasan menurun sampai tingkat yang dapat diatasi. (b) Pasien menunjukkan keteramplan pemecahan masalah dan mengenal perasaannya.1. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaannya.

2. Dorong teman dan keluarga untuk menganggap pasien seprti sebelumnya.

3. Beritahu pasien program medis yang telah dibuat untk mnurunkan serangan yang akan datang dan meningkatkan stabilitas jantung.4. Bantu pasien mengatur posisi yang nyaman untuk tidur atau istirahat, batasi pengunjung5. Kolaborasi untuk pemberian

sedatif dan tranquiliser1. Pernyataan masalah dapat menurunkan ketegangan, mengklarifikasikan tingkat koping dan emudahkan pemahaman perasan.

2. Meyakinkan pasien bahwa peran dalam keuarga dan kerja tidak berubah.

3. Mendorong pasien untuk mengontrol gejala, meningkatkan kepercayaan pada program medis da mengintegrasikan kemampuan dalam persesi diri.

4. Memuat suasana yang memudahkan pasien tidur.

5. Membantu pasien rileks sampai secara fisik mampu membuat strategi koping yang adekuat.

BAB VPENUTUPA. Kesimpulan Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan

Faktor-faktor yang dapat memicu perkembangan gagal jantung melalui penekanan sirkulasi yang mendadak dapat berupa : aritmia, infeksi sistemik dan infeksi paru-paru dan emboli paru-paru.

Gagal jantung ditangani dengan tindakan umum untuk mengurangi beban kerja jantung dan manipulasi selektif terhadap ketiga penentu utama dari fungsi miokardium, baik secarasendiri-sendiri maupun gabungan dari : beban awal, kontraktilitas dan beban akhir.

B. SaranSangat diharapkan agar terhindar dari penyakit gagal jantung ini dilakukan dengan menghindari penyebab dari penyakit ini misalnya menjaga gaya hidup yang sehat terutama pada makanan yang dikonsumsi diharapkan tidak yang melihat enaknya saja tetapi juga mempertimbangkan gizi yang terkandung dalam, makanan tersebut. selain itu, Penanganan yang efektif terhadap gagal jantung membutuhkan pengenalan dan penanganan tidak saja terhadap mekanisme fisiologis dan penyakit yang mendasarinya,tetapi juga terhadap faktor-faktor yang memicu terjadinya gagal jantung. Pembatasan aktivitas fisik yang ketat merupakan tindakan awal yang sederhana namun sangat tepat dalam penanganan gagal jantungDAFTAR PUSTAKACrouch MA, DiDomenico RJ, Rodgers Jo E.Applying Consensus Guidelines in the Management of acute decompensated heart failure. California : 41st ASHP Midyear Clinical Meeting. 2006. (online) http://www.ashpadvantage.com/website_images/pdf/adhf_scios_06.pdf. (diakses 30-06-2015)

Lindenfeld J. Evaluation and Management of Patients with Acute Decompensated Heart Failure. Journal of Cardiac Failure. 2010. (online) http://www.heartfailureguideline.org/_assets/document/2010_heart_failure_guideline_sec_12.pdf. (diakses 30-06-2015)MAKALAH SEMINAR KASUSPROGRAM PROFESI NERSADHF (ACUTE DECOMPRESION HEART FAILURE) PADA TN. N

DI RUANG ICCU RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

DISUSUN OLEH

DANU OKFIANSYAH

ANNISA

OKTARIA SUSANTI

ENDANG SETIAWATI

HERLINDA LESTARI

MELISA MEGAYANTI TURNIPPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

201532