prikitiw

Upload: rudi-andrianto

Post on 06-Jul-2015

184 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Produksibenihdilakukanuntukmenghasilkanbenih yang

sesuaidengankebutuhankonsumenbenih, baikitupetanimaupunpara distributor benih.Produsenbenihakanselalumelakukanperbaikanbahkanmemunculkanvari etasbaru yang sudahdisertifikasiolehbadan yang berwajib. Untukmengetahuiproduksibenihmaka kebalaibenihsalahsatunyaadalah PT. diperlukankunjunganlapang Sang Hyang Seri

(Persero).Sehinggadiharapkan dapat membuka wawasan sertapengetahuan langsungbagaimanaalurproduksibenihmulaidaripersiapanlahansampaiproduks ibenihhingga akhirnyabisalolosbadansertifikasibenih dan dipasarkan.

Organisasi yang rapih dan teratur sangat diperlukan dalam pemasaran benih dalam bentuk yang kompleks (Kartasapoetra, 1986). Teori mengenai benih telah diberi dan didapat mahasiswa melalui perkuliahan serta membaca dan menggali informasi dari berbagai sumber pustaka, akan tetapi kenyataan di lapangan yang dijumpai terkait dengan benih mungkin terdapat perbedaan. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya kemajuan teknologi di berbagai daerah atau wilayah atau negara, informasi teknologi yang senantiasa up to date, keahlian dan kecakapan para pekerja, tanaman yang berbeda dan lain sebagainya. Oleh karena itu dengan kunjungan lapang ini mahasiswa diajak untuk terjun ke lapang supaya memperoleh gambaran yang jelas mengenai benih.

B. Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah melatih mahasiswa untuk mengamati sendiri berbagai aspek permasalahan yang dijumpai di lapangan, serta cara cara memproduksi benih. Bagaimana melakukan prosesing (penanganan pasca panen), baik secara garis besar tentang proses sertifikasi benih.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Indonesia, dengan didirikannya Departemen Pertanian pada tahun 1905, usaha pemerintah untuk mempertinggi produksi tanaman rakyat lebih diintensifkan antara lain dengan usaha penyebaran benih unggul khususnya padi, mendirikan kebun-kebun benih di berbagai tempat dan menyebarkan benih-benih hasil seleksi. Orientasinya adalah memperbaiki varietas yang ditanam rakyat. Di yogya (1924) diadakan kebun benih Crotalaria,Tosari (1927) kebun bibit kentang, Karawang didirikan kebun benih padi, di Pacet kebun benih sayuran, di Pasuruan terdapat kebun benih buah dan lain sebagainya. Pada taraf ini usaha yang dilakukan hanya meliputi penyebaran benih dan produksinya. Dalam hal tanaman pangan lebih banyak bersifat penyuluhan, sedangkan dalam hal tanaman sayuran dan industri sudah lebih bersifat komersial. Bidang teknologi benih dapat lebih cepat dikembangkan apabila benih ditempatkan sebagai sarana produksi yang bersifat komersial. Sesudah Indonesia merdeka usaha penyebaran benih unggul

dilaksanakan oleh Jawatan Pertanian Rakyat Urusan Balai Benih pada tahun 1957, dan di tahun 1960 dilakukan oleh Gabungan Pemancar Bibit sebagai penangkar lanjutan dari Balai Benih. Benih yang dihasilkan dari Balai Benih diperbanyak oleh Gabungan Penangkar Benih yang terdiri dari para petani penggarap. Hasil dari Gabungan ini dijual kepada jawatan yang kemudian menjualnya kepada para petani yang dibina oleh Jawatan. Sampai pada masa tersebut jika diikuti perkembangan usaha pemerintah dalam membina masalah perbenihan dapat dikatakan belum berada dalam siklus teknologi benih yang sempurna. Karena baru meliputi segi produksi benih unggul semata dan didistribusikan langsung kepada petani sedangkan tahap pengolahan, penyimpanan, pengujian dan kualifikasi benih berdasarkan tingkat mutu benih belum terdapat dalam siklus ini. Demikian pula komersialisasi benih atas dasar mutu tidak tampak secara nyata. Proyek benih mulai dirintis pada tahun 1969 oleh Direktorat Pengembangan Produksi Padi Direktorat Jenderal Departemen Pertanian yang

bertujuan

untuk

menjamin

benih

yang

bermutu

tinggi

secara

berkesinambungan. Dan pada tahun 1971 dibentuklah Badan Benih Nasional yang mempunyai tugas pokok merencanakan dan merumuskan kebijaksanaan di bidang perbenihan. Kepentingan untuk memenuhi perkembangan bidang teknologi benih dari hampir berorientasi pada varietas unggul semata menjadi berorientasi pula pada benih yang baik dan benar, mendesak untuk diciptakannya suatu metoda, substrata, kondisi lingkungan, alat-alat dan evaluasi yang serba terstandarisasi. Hal ini mutlak diketahui oleh mahasiswa terkait tentang perkembangan industrialisasi benih melalui kunjungan lapang mengenal, memahami dan membuka wawasan baru peranan teknologi benih khususnya dalam pengujian dapat menghasilkan suatu standar kualifikasi benih bagi berbagai tingkatan mutu benih. Standar evaluasi untuk menentukan kualifikasi benih secara obyektif menjadi problema utama bagi penelitian dan bidang Teknologi Benih (Sutopo,1988).

III.

METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah akomodasi, transportasi kendaraan, kerjasama dengan perusahaan benih Shang Hyang Sri, kertas notulensi, alat tulis dan kamera.

B. Prosedur Kerja 1. Disiapkan kebutuhan bahan dan alat yang nantinya akan digunakan dalam praktikum kunjungan lapang ini. 2. Dibuat kerjasama dengan perusahaan atau instansi terkait, diatur jadwal dan penerimaannya. 3. Dikoordinasikan transportasi, akomodasi dan praktikan yang ikut serta dalam kunjungan lapang ini melalui ketua kelas. 4. Ketika pemberangkatan diusahakan sesuai dengan jadwal penerimaan instansi terkait. 5. Dilakukan proses diskusi dengan manajer dan segenap jajarannya kemudian dilanjutkan dengan survei langsung ke lahan dan pabrik modern dengan didampingi oleh instansi terkait (PT. Shang Hyang Sri). 6. Dicatat semua informasi yang didapat dari kunjungan ini, dibuat laporan mengenai produksi benih, prosesing benih disertai sejarah dan ruang lingkup serta kegiatan perusahaan benih. 7. Dibandingkan kenyataan di lapang dengan teori yang selama ini diperoleh atau diketahui.

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan Hasil pengamatan berupa gambar dan foto yang dilakukan pada kunjungan lapang ke perusahaan benih Shang Hyang Sri terlampir.

B. Pembahasan Perusahaan benih yang dikunjungi untuk praktikum teknologi benih tanggal 6 Juli 2011 adalah sebuah perusahaan yang terletak pada kecamatan Sukamandi, kabupaten Subang, Jawa Barat dan sudah berdiri sejak tahun 1940 yaitu PT Sang Hyang Seri (persero). Perusahaan ini merupakan bentuk perkebunan besar milik swasta asing (inggris) dengan nama "Pamanukan & Tjiasem Lands (P & T Lands)". Dengan adanya nasionalisasi pada tahun 1957, maka P & T Land dikelola oleh Yayasan Pembangunan Daerah Jawa Barat (YPDB). YPDB diubah menjadi "Proyek Produksi Pangan Sukamandi Jaya" pada tahun 1966, bersamaan dengan dibentuknya pula "Proyek Penelitian dan Mekanisasi" serta "Proyek Perhewani". Ketiga proyek ini dilebur pada tahun 1968 menjadi "Lembaga Sang Hyang Seri", kemudian melalui Peraturan Pemerintah (PP) No. 22 Tahun 1971 (disempurnakan dengan PP No.44 tahun 1985) dibentuk "Perum Sang Hyang Seri" sebagai salah satu sub sistem perbenihan nasional, dengan bantuan pinjaman dana dari Bank Dunia. Dengan bantuan pinjaman dana dari Bank Dunia pada saat itu Perum Sang Hyang Seri merupakan perusahaan perbenihan yang modern dan terbesar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara yang berkapasitas 10.000 ton. Shang Hyang Seri berturut-turut mengembangkan wilayah pelayanannya dengan mendirikan Distrik benih dan cabang di berbagai daerah di Indonesia. Perubahan Perum menjadi Persero melalui PP No 18 tahun 1995 tanggal 28 Juni 1995 dengan beberapa perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, yang terakhir disempurnakan dengan Akte Notaris Nanda Fauz Iwan,SH., M.Kn sesuai pengesahan berdasarkan Keputusan Menteri Hukum

dan Hak Azasi Manusia RI Nomor : AHU-57299.AH.01.02 tahun 2008 tanggal 1 September 2008. Perusahaan benih ini didirikan dengan tujuan untuk memelihara kemurnian mutu benih dari varietas unggul serta menyediakannya secara berkesinambungan pada petani. PT SHS ini mempunyai visi menjadi perusahaan Agroindustri Benih Nasional Kelas Dunia, mempunyai misi yaitu menghasilkan produk agroindustri bermutu melalui pemanfaatan sumber daya perusahaan secara efisien dan efektif untuk memberikan manfaat optimal bagi stakeholder dengan mottonya mutu dan pelayanan terjamin serta tetap mempertahankan pertumbuhan perusahaan secara konsentrik yang didasarkan ataskeunggulan teknologi . Untuk mengedarkan suatu benih, perlu dilakukan tahaptahap tertentu, PT.SHS melakukan 4 macam tahap, yaitu produksi, processing, penyimpanan dan pengepakkan serta pemasaran. PT SHS memiliki 7 prinsip kerja yaitu tepat jumlah, tepat varietas, tepat mutu, tepat waktu, tepat harga, tepat tempat, dan tepat pelayanan. Struktur organisasi Balai benih Sang Hyang Seri sebagai berikut:

PT SHS mempunyai luas lahan sekitar 3150 ha, dibagi untuk beberapa komoditi. 17 ha untuk area penelitian, 17 ha untuk area budidaya tanaman padi dan palawija, serta 3011 ha digunakan untuk area budidaya benih ES (benih sebar). Benih sebar dibagi menjadi dua yaitu inbrida dan hibrida (700 ha). Benih hibrida merupakan hasil persilangan dari WM 4 dan SHS. Sistem pengelolaan lahan PT. Sang Hyang Seri ini adalah sewa olah dan kerja sama. Perbedaan dari kedua sistem pengelolaan lahan ini yaitu jika pada sewa olah pendanaan dan manajemen dari perusahaan langsung. Sistem ini secara langsung tidak melibatkan para petani tetapi melibatkan buruh tani, sedangkan sistem kerja sama pendanaan dan manajemen dari para petani, perusahaan hanya menyediakan lahan, alat serta pupuk dan pestisida. Sistem pengelolaan ini diterapkan pada lahan se luas 3011 ha dengan pembagian 75% lahan untuk sistem kerjasama serta 25% untuk sistem sewa kelola. Adapun luasan areal tanam petani mengacu pada kapasitas pabrik yaitu mencapai 250-300 ton.

Sistem kelolanya para petani medapat pembekalan dalam 1 kali musim tanam, pembagian keuntungannya 60% untuk petani dan 40% untuk perusahaan. Proses pengelolaan benih terdiri dari : a. Penerimaan benih b. Proses pengeringan c. Sortasi d. Sertifikasi e. Packing (pengemasan) f. Penyimpanan benih yang belum terjual pada waktu pemasaran PT SHS menyuplai sekitar 50%-60% dari kebutuhan benih padi di Indonesia. Strategi pemasaran yang dilakukan PT Sang Hyang Seri yaitu melihat pasar (apa yang dibutuhkan oleh pasar) agar k etika memproduksi benih harus tepat waktu, tepat mutu, tepat varietas. Laporan pada bagian produksi untuk memproduksi sesuai dengan kebutuhan petani (menganalisa varietas dan luas areal). Pendistribusiannya tidak memasarkan ke kios kecil, tetapi ke R1 (distributor), kemudian dari R1 ke R2 lalu dari beberapa kioskios kecil lalu sampai kepada tangan petani atau konsumen. Kelas benih yang digunakan pada PT Sang Hyang Seri (Persero) hanya menggunakan kelas benih sebar yaitu merupakan keturunan dari benih penjenis, Benih dasar, atau benih pokok, yang diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa, sehingga identitas dan tingkat kemurnian varietasnya dapat dipelihara, dan memenuhi standar kualitas benih yang ditetapkan serta disertifikasi sebagai benih sebar oleh Sub Direktorat Pembinaan Mutu Benih (BPSB) (Kartasapoetra, 1992). Terdapat Padi inbrida sebanyak 18 macam varietas, diantaranya Ciherang (mayoritas), IR 64, Gogo IR-64, Padi Irigasi INPARI 1, Padi Gogo (Inpagu), Padi Wara (Inpara) dan lain-lain. Untuk produksi padi hibrida dilakukan persilangan antara CMS (betina) belum ditanami dan Restores (jantan) sudah ditanami. Jarak tanam antar varietas 1:2 dengan diantara baris tanaman padi betina diselipkan baris padi jantan. Pada varietas CMS dan Restores menilliki perbedaan umur, Restores lebih lama dengan selisih 8 hari

sehingga varietas Restores ditanam terlebih dahulu dengan harapan terjadi pembungaan yang serempak. Adapun kendala penurunan produksi karena lahan padi 350 ha pHnya turun akibat tergenang air. Varietas yang ditanam di PT Sang Hyang Seri ini sesuai kebutuhan dan permintaan pasar serta tergantung pada jumlah dan waktu permintaan. Varietas tanaman tertentu dilakukan permohonan sertifikasi antara lain

melakukan seleksi jika ada varietas berbeda (roghuing), BPSB misalnya di Subang telah terakreditasi proses sertifikasi baik lapang maupun

laboratorium. Pada saat ini sebagian areal lahan yang ada di Sang Hyang Seri digunakan untuk mengembangkan hibrida (F1) yaitu varietas SL-8 dan WM 4. Hasil pengamatan dan diskusi kunjungan lapang PT. Sang Hyang Seri masih kesulitan dalam memproduksi benih padi organik karena sejak lahan dibuka hingga sekarang pemberian bahan organik sangat berkorelasi negatif dengan pengairan yang berasal dari aliran sungai di Waduk Jatiluhur yang sudah terkontaminasi pestisida sintetik yang mengakibatkan penurunan hasil produksi. Kandungan kimianya pun tinggi oleh karenanya benih pun menjadi produk yang tidak organik.

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kunjungan lapang ini adalah : 1 Prinsip kerja dari pengelolaan benih sebuah perusahaan yaitu tepat jumlah, tepat varietas, tepat mutu, tepat waktu, tepat harga, tepat tempat, dan tepat pelayanan. 2 Tahapan yang dilakukan untuk mengedarkan benih yaitu produksi, processing, penyimpanan dan pengepakkan serta pemasaran. 3 Untuk produksi padi hibrida dilakukan pengaturan jarak tanam antar varietas 1 : 2 dengan diantara baris tanaman padi betina diselipkan baris padi jantan. 4 Kelas benih yang digunakan pada PT Sang Hyang Seri (Persero) hanya menggunakan kelas benih sebar. 5 Sistem pengelolaan lahan PT. Sang Hyang Seri adalah sewa olah dan kerjasama. B. Saran Untuk praktikum selanjutnya harap diperhatikan praktikan yang memiliki kelemahan tidak kuat naik bus lantaran biaya yang mahal atau faktor kesehatannya.

LAMPIRAN

Daftar Pustaka Harjadi, S.S., 1979. PengantarAgronomi. Garmedia: Jakarta. Kartasapoetra, dkk., 1992. TeknologiBenih,

PengolahanBenihdanTuntunanPraktikum. RinekaCipta: Jakarta. Sutopo, L. 2002. TeknologiBenih. RajawaliPers: Jakarta. Anonim.2011. http://www.shs-seed.com/ di akses tanggal 10 juli 2011.