presus oa ipe

4
PEMBAHASAN - Manajemen nyeri pada osteoarthritis : - Farmakologis→ kolaborasi dengan farmasis - Non- farmakologis→kolaborasi dengan perawat Masalah pada pasien : 1. Status gizi pasien adalah obesitas, sehingga merupakan factor resiko terjadinya osteoarthritis. Oleh karena itu, pada pasien ini perlu dilakukan penurunan berat badan hingga mencapai berat badan ideal. Selain itu, keluarga pasien beranggapan bahwa diet yang dilakukan pasien membuat tidak sehat karena asupan nutrisi pasien berkurang. Hal ini perlu dilakukan kolaborasi dengan ahli gizi, namun karena pada IPE ini tidak ada ahli gizi maka dilakukan kolaborasi dengan perawat yang mendampingi pasien dan juga perlu dilakukan edukasi kepada keluarga pasien. 2. Aktivitas fisik pasien ini cukup membuat pasien kelelahan sehingga pasien sering merasakan nyeri pada lututnya. Sehingga aktivitas fisik pasien perlu dibatasi, untuk itu kolaborasi dokter dan perawat diperlukan untuk memberikan edukasi aktivitas fisik yang perlu dibatasi oleh pasien. 3. Pasien tidak menginginkan meminum analgetik oral dengan alasan tidak bisa meredakan nyeri yang pasien rasakan dan takut akan efek samping yang ditimbulkan dari analgetik. Oleh karena itu, pasien memilih meminum obat habbatussaudah yang menurut pasien tidak memiliki efek samping karena merupakan obat herbal, dan pasien merasakan nyerinya berkurang lebih banyak. Hal ini perlu

Upload: muarrifa-muflihati

Post on 14-Nov-2015

12 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Osteoartritis

TRANSCRIPT

PEMBAHASAN Manajemen nyeri pada osteoarthritis : Farmakologis kolaborasi dengan farmasis Non- farmakologiskolaborasi dengan perawatMasalah pada pasien :1. Status gizi pasien adalah obesitas, sehingga merupakan factor resiko terjadinya osteoarthritis. Oleh karena itu, pada pasien ini perlu dilakukan penurunan berat badan hingga mencapai berat badan ideal. Selain itu, keluarga pasien beranggapan bahwa diet yang dilakukan pasien membuat tidak sehat karena asupan nutrisi pasien berkurang. Hal ini perlu dilakukan kolaborasi dengan ahli gizi, namun karena pada IPE ini tidak ada ahli gizi maka dilakukan kolaborasi dengan perawat yang mendampingi pasien dan juga perlu dilakukan edukasi kepada keluarga pasien.

2. Aktivitas fisik pasien ini cukup membuat pasien kelelahan sehingga pasien sering merasakan nyeri pada lututnya. Sehingga aktivitas fisik pasien perlu dibatasi, untuk itu kolaborasi dokter dan perawat diperlukan untuk memberikan edukasi aktivitas fisik yang perlu dibatasi oleh pasien.3. Pasien tidak menginginkan meminum analgetik oral dengan alasan tidak bisa meredakan nyeri yang pasien rasakan dan takut akan efek samping yang ditimbulkan dari analgetik. Oleh karena itu, pasien memilih meminum obat habbatussaudah yang menurut pasien tidak memiliki efek samping karena merupakan obat herbal, dan pasien merasakan nyerinya berkurang lebih banyak. Hal ini perlu dilakukan kolaborasi dengan farmasis untuk memilih terapi farmakologis yang tepat dan efektif untuk pasien.Analisis masalah pada pasien :1. Manajemen pasien osteoarthritis dengan obesitas seperti pada kasus ini ditinjau dari segi pengaturan diet adalah dengan memperhatikan kebutuhan gizi setiap hari untuk mengurangi berat badannya yang berlebih. Sebelum mengetahui kebutuhan kalori dalam suatu aktivitas, dokter harus menemukan berapa basal metabolic rate (BMR) pasien ini. Rumus BMR untuk pasien ini (perempuan) = 447,593 + (9,247 X BB dalam kg) + ( 3,098 X TB dalam cm) (4,33 x umur tahun). Setelah menghitung BMR, hasilnya kemudian dikalian dengan level aktivitas fisik untuk memperleh kebutuhan kalori harian.Level aktivitas fisik:Tidak aktif = BMR X 1,2Cukup aktif = BMR X 1,375Aktif = BMR X 1,55Sangat aktif = BMR X 1,725Pada pasien ini, BMR = 1306,682. Kebutuhan kalori harian= 1306,682 x 1,55 = 2025,3571 kal/hariPeran dokter pada kasus ini adalah menghitung kebutuhan kalori per hari, selanjutnya untuk jenis makanan yang dibutuhkan sesuai kebutuhan kalori harus dikolaborasikan dengan ahli gizi. namun karena pada IPE ini tidak ada ahli gizi maka dilakukan kolaborasi dengan perawat yang mendampingi pasien dan juga perlu dilakukan edukasi kepada keluarga pasien, agar pasien menjaga pola makanannya dengan makanan yang sehat.

2. Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama ( 2 jam atau lebih setiap hari), berjalan jarak jauh ( 2 jam atau lebih setiap hari), mengangkat barang berat (10kg-50kg selama 10 kali atau lebih setiap minggu), mendorong objek yang berat (10kg- 50 kg selama 10 kali ataulebih setiap minggu), naik turun tangga yang terlalu sering dapat meningkatkan resiko OA. Sebagai seorang dokter, kita perlu mengedukasi aktivitas yang aman dilakukan oleh penderita OA. Dalam terapi fisik dan terapi kerja, dianjurkan latihan yang bersifat penguatan otot, memperluas lingkup gerak sendi, dan latihan aerobic.

3. Tatalaksana non farmakologis untuk pasien untuk nyeri ringan dimulai dari penurunan berat badan hingga mencapai berat badan ideal dan aktivitas fisikringan. Untuk tatalaksana farmakologis menggunakan golongan asetaminophen namun jika tidak efektif diberikan golongan NSAID. Pada nyeri sedang dapat diberikan NSAID namun jika tidak efektif digunakan tambahan kombinasi glukosamin sebagai nutrisi tulang. Untuk osteoarthritis dengan nyeri berat diberikan terapi opioid namun harus dimonitor secara hati-hati karena bisa menyebabkan ketergantungan. Selain itu dipertimbangkan injeksi kortikosteroid untuk eksaserbasi akut dan injeksi asam hyaluronat untuk osteoarthritis persisten. Jika terapi farmakologis tidak dapat menangani maka diperlukan tindakan pembedahan. Pada pasien ini menolak diberikan terapi analgesik secara oral dan lebih menekankan pada obat herbal habbatussaudah. Untuk itu pada pasien ini diberikan analgesic topical yaitu natrium declofenac. Sedangkan untuk habbatussaudah sendiri merupakan obat herbal yang memiliki efek analgesic dan antiinfalamasi. Habbatussaudah memiliki senyawa utama tymoquinine yang terbukti dapat menekan derajat keparahan degradasi tulang rawan pada hewan coba. Ia juga secara signifikan mengambat ekspresi MMP-1, MMP-3, dan MMP-13, serta meningkatkan ekspresi TIMP-1. Selain itu penelitian melalui binatang juga menyebutkan bahwa secara histopatologis penggunaan habbatussaudah dapat melindungi mukosa lambung dari efek piroxicam.