presus db

30
PRESENTASI KASUS DIARE CAIR AKUT PADA ANAK Disusun oleh : Andre Tegar Widhianto, S. Ked (20100310023) Dokter Penguji : dr. M Bambang Edy S, Sp.A

Upload: andretegar

Post on 26-Dec-2015

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

aaaaa

TRANSCRIPT

Page 1: Presus DB

PRESENTASI KASUS

DIARE CAIR AKUT PADA ANAK

Disusun oleh :

Andre Tegar Widhianto, S. Ked

(20100310023)

Dokter Penguji :

dr. M Bambang Edy S, Sp.A

ILMU KESEHATAN ANAK

RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2014

Page 2: Presus DB

BAB I

PRESENTASI KASUS

A. Identitas Pasien

Nama : An. ASP

Umur : 11 bulan 29 hari

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Deresan Ringinharjo Bantul

Tanggal masuk : 28 Mei 2012

No. RM : 47.15.66

B. Anamnesis

1. Keluhan Utama

Diare

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan diare 6x disertai demam dan mual muntah

tiap makan sejak 2 hari yang lalu Lendir(-) Darah(-). Mual(-), muntah(-),

batuk pilek (-)

3. Riwayat Penyakit Dahulu

- riwayat asma disangkal

- riwayat alergi obat disangkal

- riwayat diare disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Anggota keluarga yang tinggal satu rumah mengalami diare.

5. Anamnesis Sistemik

- sistem inteegumentum : tak ada keluhan

- sistem muskuloskeletal : tak ada keluhan

-sistem gastrointestinal : tak ada keluhan

-sistem neurologis : tak ada keluhan

-sistem kardiovaskular : tak ada keluhan

C. Pemeriksaan Fisik

Kesan Umum : Baik

Page 3: Presus DB

Kesadaran : Compos mentis

Tanda utama (vital sign):

Nadi : 120 x/menit, teratur, isi dan tegangan cukup

Suhu badan : 38oC

Pernafasan : 25 x/menit.

Pemeriksaan Kulit : Turgor dan elastisitas menurun, kelainan

kulit (-), sianosis (-)

Pemeriksaan kepala

- Bentuk kepala : Mesosefal

- Rambut : Warna hitam, tidak mudah dicabut, distribusi merata

Pemeriksaan mata

- Palpebra : Edema (-/-)

- Konjungtiva : Anemis (-/-)

- Sklera : Ikterik (-/-)

- Pupil : Reflek cahaya (+/+), isokor

Pemeriksaan Telinga : Otore (-/-), nyeri tekan (-/-), serumen (-/-)

Pemeriksaan Hidung : Sekret (-/-), epistaksis (-)

Pemeriksaan Leher

- Kelenjar tiroid : Tidak membesar

- Kelenjar lnn : Tidak membesar

- Retraksi suprasternal : (-)

-JVP : tidak meningkat

- Tidak teraba adanya muskulospasme leher

Page 4: Presus DB

Pemeriksaan Dada :

Depan : Kanan Kiri

Inspeksi : retraksi (-)

Palpasi : ketinggalan gerak (-).

Perkusi : sonor pada seluruh

lapang paru

Auskultasi :

- Suara dasar :

vesikuler (+)

Inspeksi : retraksi (-)

Palpasi : ketinggalan gerak (-).

Perkusi : sonor pada seluruh

lapang paru

Auskultasi :

- Suara dasar :

vesikuler (+)

Belakan

g

Kanan Kiri

Palpasi : ketinggalan gerak (-).

Perkusi : sonor

Auskultasi :

- Suara dasar :

vesikuler (+)

Palpasi : ketinggalan gerak (-).

Perkusi : sonor

Auskultasi :

- Suara dasar :

vesikuler (+)

Jantung

Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak

Palpasi : Iktus kordis teraba pada sela iga ke 5 linea

midclavicula kiri, teraba tidak kuat angkat

Perkusi :

Batas jantung

Kanan atas : SIC II linea para sternalis

kanan.

Kiri atas : SIC II linea para sternalis

kiri.

Page 5: Presus DB

Kanan

bawah

: SIC IV linea para sternalis

kanan.

Kiri bawah : SIC V linea midklavikula

kiri.

Auskultasi : S1 & S2 reguler, Bising jantung (-)

Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi : Bentuk bulat, defans muskular (-), venektasi

(-), sikatrik (-)

Auskultasi : Peristaltik usus (+) meningkat

Palpasi : Nyeri tekan abdomen (-), Hepatomegali (-),

nyeri tekan hepar (-), lien tak teraba membesar,

nyeri lepas tekan (-), massa (-), Nyeri tekan

suprapubik (-)

Perkusi : Timpani, nyeri ketok kostovertebra (-), pekak

beralih (-), undulasi (-)

Pemeriksaan Ekstremitas

Akral Hangat

CR < 2 detik

Page 6: Presus DB

D. Pemeriksaan Penunjang

- Laboratorium Darah

Hb 11,5 gr%

AL 22,1 ribu/ul

AE 5,13 juta/ul

AT 570 ribu/ul

Hmt 34,7 %

Hitung Jenis Leukosit:

Eosinofil 0 %

Basofil 0 %

Batang 0 %

Segmen 40 %

Limfosit 18 %

Monosit 12 %

E. Diagnosis Kerja

Diare Cair Akut dengan dehidrasi sedang

Status Gizi: Baik

F. Terapi

1. Inf. D5% 5 tpm

2. Inj. Ampicillin 3x250 mg

3. Inj. Cefotaxime 3x250 mg

4. Inj. Metilprednisolone 3x7,5 mg

5. Aminophyline 25mg 3x1 pulv.

Ambroxol 5 mg

6. Nebulizer: Ventolin 1,5cc/ 8 jam

DIET: F100 dan SGM II

G. Perjalanan Penyakit

Tanggal Perjalanan Penyakit Terapi29/5/12Ro Thorax:PKTB

S: Batuk, pilek, hidung tesumbatO: KU sedang,CMN 156 t 36,3R 38 BB 7.5kgA: ISPA

Inf. D5% 5 tpm

Inj. Ampicillin 3x250 mg

Inj. Cefotaxime 3x250 mg

Page 7: Presus DB

PKTB Gizi Kurang

Inj. Metilprednisolone 3x7,5 mg

Aminophyline 25mg

Ambroxol 5 mg 3x1 pulv.

Nebulizer: Ventolin 1,5cc/8 jam

DIET: F100, SGM II

3 x nasi tim

30/5/12 S: Batuk, pilek, hidung tesumbatO: KU sedang,CMN 148 t 36,6R 34 BB 7.5kgA: ISPA PKTB Gizi Kurang

Tx: LANJUT

31/5/12 S: Batuk, pilek, hidung tesumbatO: KU sedang,CMN 144 t 36,4R 40 BB 7.5kgA: ISPA PKTB Gizi Kurang

Tx: LANJUTPL: Fisioterapi Cek AL ulang

1/6/12AL 18,6

S: Batuk, pilek, menyusu kuatO: KU sedang,CMN 138 t 36,9R 40 BB 7.5kgA: ISPA PKTB Gizi Kurang

Tx: LANJUTInj.Ampicillin 3x250 mgInj.Cefotaxim 3x250 mg AFF

(+)Inj.Ampicillin-Sulbactam 3x250mg(+)Inj.Amikasin 3x50 mg

2/6/12 S:Batuk, pilek, hidung tesumbatO: KU sedang,CMN 148 t 36,6R 34 BB 7.5kgA: ISPA PKTB Gizi Kurang

Tx: LANJUT

3/6/12 S: Keluhan-keluhan membaik, menyusu kuatO: KU sedang,CMN 138 t 36,9R 40 BB 7.5kgA: ISPA PKTB Gizi Kurang

Tx: LANJUT

4/6/2012 S: Keluhan-keluhan membaik, menyusu kuatO: KU sedang,CMN 128 t 36,5R 36 BB 7.5kg

BLPL

Page 8: Presus DB

A: ISPA PKTB Gizi Kurang

Page 9: Presus DB

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Diare cair akut merupakan diare yang terjadi secara akut dan berlangsung

kurang dari 14 hari (bahkan kebanyakan kurang dari 7 hari), dengan pengeluaran tinja

yang lunak / cair yang sering dan tanpa darah. Mungkin disertai muntah dan panas.

Diare cair akut menyebabkan dehidrasi, dan bila masukan makanan kurang dapat

mengakibatkan kurang gizi. Kematian yang terjadi disebabkan karena dehidrasi.

Penyebab terpenting diare pada anak-anak adalah Shigella, Campylobacter jejuni dan

Cryptosporidium, Vibrio cholera, Salmonella, E. coli, rotavirus (Behrman, 2009).

EPIDEMOLOGI

Kuman penyebab diare menyebar masuk melalui mulut antara lain makanan

dan minuman yang tercemar tinja atau yang kontak langsung dengan tinja penderita.

Terdapat beberapa perilaku khusus meningkatkan resiko terjadinya diare yaitu

tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama kehidupan, menggunakan

botol susu yang tercemar, menyimpan makanan masak pada suhu kamar dalam waktu

cukup lama, menggunakan air minuman yang tercemar oleh bakteri yang berasal dari

tinja, tidak mencuci tangan setelah buang air besar, sesudah membuang tinja atau

sebelum memasak makanan, tidak membuang tinja secara benar (Ardhani, 2008).

Faktor yang meningkatkan kerentanan terhadap diare antara lain tidak

memberikan ASI sampai umur 2 tahun, kurang gizi, campak, imunodefisiensi /

imunosupressif.

Umur Kebanyakan diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan, insiden

paling banyak pada umur 6 – 10 bulan (pada masa pemberian makanan pendamping).

Variasi musiman pola musim diare dapat terjadi melalui letak geografi. Pada

daerah sub tropik, diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim panas

sedangkan diare karena virus (rotavirus) puncaknya pada musim dingin. Pada daerah

tropik diare rotavirus terjadi sepanjang tahun, frekuensi meningkat pada musim

kemarau sedangkan puncak diare karena bakteri adalah pada musim hujan. 

 Kebanyakan infeksi usus bersifat asimtomatik / tanpa gejala dan proporsi ini

meningkat di atas umur 2 tahun karena pembentukan imunitas aktif.

Page 10: Presus DB

ETIOLOGI

Terdapat beberapa macam penyebab diare antara lain sebagai berikut

1. Faktor infeksi

Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab

utama diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella,

Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus,

Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis)

dan jamur (C. albicans).

Infeksi parenteral yaitu infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat

menimbulkan diare seperti otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia,

ensefalitis dan sebagainya. (Behrman, 2009).

2. Faktor Malabsorbsi

Malabsorbsi karbohidrat yaitu disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan

sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi

laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di

samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.

3. Faktor Makanan

Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi

terhadap jenis makanan tertentu.

4. Faktor Psikologis

Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).

Page 11: Presus DB

Gambar 1. Bagan Penyebab penyakit diare

PATOFISIOLOGI

Terdapat beberapa mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare yaitu:

1.    Gangguan osmotik

Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan

osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan

elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan

merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare (Poorwo, 2003).

2. Gangguan sekresi

Page 12: Presus DB

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi

peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul

diare karena peningkatan isi lumen usus.

3.Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk

menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus

menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat

timbuldiare (Poorwo, 2003).

MANIFESTASI KLINIS

Pada Diare cair akut dapat ditemukan ejala dan tanda-tanda sebagai berikut

1. BAB lebih cair/encer dari biasanya, frekwensi lebih dari 3kali sehari

2. Apabila disertai darah disebut disentri (diare akut invasif)

3. Dapat disertai dengan muntah, nyeri perut dan panas

4. Pemeriksaan fisik :

Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan tanda utama, yaitu kesadaran, rasa

haus, turgor kulit abdomen. Perhatikan juga tanda tambahan, yaitu ubun-ubun

besar cekung atau tidak, mata cekung atau tidak, ada atau tidak adanya air

mata, kering atau tidaknya mukosa mulut, bibir dan lidah. Jangan lupa

menimbang berat badan.

Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai kriteria sebagai berikut:

a. Dehidrasi ringan (kehilangan cairan < 5% berat badan):

1) Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan

2) Keadaan umum baik, sadar

3) Tanda vital dalam batas normal

4) Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada,

mucosa muluut dan bibir basah

5) Turgor abdomen baik, bising usus normal

Page 13: Presus DB

6) Akral hangat.

Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi

lain (tidak mau minum, muntah terus-menerus, diare frekuen)

(Ardhani, 2008).

b. Dehidrasi sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)

1) Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda

tambahan

2) Keadaan umum gelisah atau cengang

3) Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata

kurang, mucosa mulut dan bibir sedikit kering

4) Turgor kurang

5) Akral hangat

Pasien harus rawat inap(Ardhani, 2008).

c. Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)

1) Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dengan dua atau

lebih tanda tambahan

2) Keadaan umum lemah, letargi atau koma

3) Ubun-ubun sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak ada,

mucosa mulut dan bibir sangat kering

4) Anak malas minum atau tidak bisa minum

5) Turgor kulit buruk

6) Akral dingin

Pasien harus rawat inap (Ardhani, 2008).

Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam,

tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling

fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah

kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau

gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseorang

Page 14: Presus DB

yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata

cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun

serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air

yang isotonik. (Behrman, 2009).

Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan

asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang

merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan

lebih dalam (pernapasan Kussmaul)

Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat

berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit),

tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka

pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium

pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.

Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun

sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul

penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal

akut.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tinja

1. Dapat disertai darah atau lendir

2. PH asam/basa

3. Leukosit > 5/LBP

4. Biakan dan test sensitivitas untuk etiologi bakteri/ terapi

5. ELISA (bila memungkinkan, untuk etiologi viruz) (Poorwo, 2003).

Darah

1. Dapat terjadi gangguan elektrolit atau gangguan asam bassa

Page 15: Presus DB

2. Analisa gas darah (Poorwo, 2003).

PRINSIP PENATALAKSANAAN DIARE CAIR AKUT

Apabila derajat dehidrasi yang terjadi akibat diare sudah di tentukan, baru

kemudian menentukan tatalaksana yang akan diterapkan secara konsisten.

Terdapat lima lintas tatalaksana diare, yaitu:

1. Rehidrasi

2. Dukungan nutrisi

3. Supplement zinc

4. Antibiotik selektif

5. Edukasi orang tua

1. Diare cair akut tanpa dehidrasi

Penanganan lini pertama pada diare cair akut tanpa dehidrasi antara

lain sebagai berikut:

a. Memberikan kepada anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk

mencegah dehidrasi. Dapat kita gunakan cairan rumah tangga yang

dianjurkan, seperti oralit, makanan cair (seperti sup dan air tajin) dan bila

tidak ada air matang, kita dapat menggunakan larutan oralit untuk anak.

Pemberian larutan diberikan terus semau naak hingga diare berhenti. Volume

cairan untuk usia kurang dari 1th : 50-100cc, untuk usia 1-5th mendapat 100-

200cc, untuk usia lebih dari 5th dapat diberikan semaunya.

b. Memberikan tablet zinc. Pemberian tablet zinc diberikan selama 10-14 hari

berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari diare. Dosis zinc untuk anak

bervariasi, untuk anak usia dibawah 6 bulan sebesar 10mg (1/2 tablet)

perhari, sedangkan untuk usia diatas 6 bulan sebesar 20 mg perhari. Zinc

diberikan selama 10-14 hari berturut-turut, meskipun anak telah sembuh dari

diare.

c. Memberikan anak makanan untuk mencegah kekurangan gizi.

d. Membawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3

hari atau menderita sebagai berikut buang air besar cair lebih sering, muntah

Page 16: Presus DB

terus menerus, rasa haus yang nyata, makan atau minum sedikit, demam, dan

tinja berdarah.

e. Anak harus diberi oralit dirumah

Formula oralit baru yangberasal dari WHO dengan komposisi sevagai

berikut:

Natrium : 75 mmol/L

Klorida : 65 mmol/L

Glukosa, anhydrous : 75 mmol/L

Kalium :20 mmol/L

Sitrat :10 mmol/L

Total osmolaritas :245 mmol/L

Ketentuan pemberian oralit formula baru :

Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru, larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 L air matang, untuk persediaan 24 jam, berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar dengan ketentuan untuk anak usia kurang dari 2tahun berikan 50-100 ml setiap kali buang air besar, sedangkan untuk ubtuk anak berumur 2 tahun atau lebih berikan 100-200 ml tiap kali buang air besar. Jika dalam waktu 24jam persediaan oralit masih tersisa, maka sisa larutan itu harus dibuang.

2. Diare cair akut dengan dehidrasi ringan-sedang

Rehidrasi dapat menggunakan oralit 75cc/kgBB dalam 3 jam pertama

dilanjutkan pemberian kehilangan cairan yang sedang berlangsung sesuai umur

seperti diatas setiap kali buang air besar.

3. Diare Cair akut dengan Dehidrasi Berat

Page 17: Presus DB

Anak-anak dengan tanda-tanda dehidrasi berat dapat meninggal dengan cepat

karena syok hipovolemik, sehingga mereka harus mendapatkan penanganan dengan

cepat.

Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi. Ada beberapa hal yang penting

diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:

a. Menentukan cara pemberian cairan

Penggantian cairan melalui intravena merupakan pengobatan pilihan

untuk dehidrasi berat, karena cara tersebut merupakan jalan tercepat untuk

memulihkan volume darah yang turun. Rehidrasi IV penting terutama apabila

ada tanda-tanda syok hipovolemik (nadi sangat cepat dan lemah atau tidak

teraba, kaki tangan dingin dan basah, keadaan sangat lemas atau tidak sadar).

Cara lain pemberian cairan pengganti hanya boleh bila rehidrasi IV tidak

memungkinkan atau tidak dapat ditemukan disekitarnya dalam waktu 30

menit.

b.   Jenis cairan yang hendak digunakan.

  Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena

tersedia cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila

dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat

diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul

Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan diare

akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi

dengan segala akibatnya.

c. Jumlah cairan yang hendak diberikan.

Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus

sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jika memungkinkan,

penderita sebaiknya ditimbang sehingga kebutuhan cairannya dapat diukur

dengan tepat. Kehilangan cairan pada dehidrasi berat setara dengan 10% berat

badan (100 ml/kg).

Page 18: Presus DB

Bayi harus diberi cairan 30 ml/kg BB pada 1 jam pertama, diikuti

70ml/kg BB 5 jam berikutnya, jadi seluruhnya 100 ml/kgBB selama 6 jam.

Anak yang lebih besar dan dewasa harus diberi 30 ml/kgBB pada 30 menit

pertama, diikuti 70 ml/kgBB dalam 2,5 jam berikutnya sehingga seluruhnya

100 ml/kgBB selama 3 jam. Sangat berguna memberi tanda pada botol, untuk

menunjukan jumlah cairan yang harus diberikan setiap jam bagi setiap

penderita.

Sesudah 30 ml/kg cairan pertama diberikan , nadi radialis yang kuat

dapat teraba. Bila masih lemah dan cepat, infuse 30 ml/kg harus diberikan lagi

dalam waktu yang sama. Meskipun begitu hal ini jarang dibutuhkan. Larutan

oralit dalam jumlah kecil harus juga diberikan melalui mulut (sekitar 5ml/kg

BB per jam) segera setelah penderita dapat minum, untuk member tambahan

kalium dan basa, Hal ini biasa dilakukan setelah 3-4 jam untuk bayi dan 1-2

jam untuk penderita yang lebih besar.

d. Jalan masuk atau cara pemberian cairan

Rute pemberian cairan meliputi oral dan intravena. Larutan oralit

dengan komposisi berkisar 29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g NaBik dan 1,5 g

KCl stiap liternya diberikan per oral pada diare ringan sebagai upaya pertama

dan juga setelah rehidrasi inisial untuk mempertahankan hidrasi.

2.Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi.

Untuk mengetahui penyebab infeksi biasanya dihubungkan dengan dengan

keadaan klinis diare tetapi penyebab pasti dapat diketahui melalui pemeriksaan

biakan tinja disertai dengan pemeriksaan urine lengkap dan tinja lengkap (Hasan,

2007)

Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa diperjelas melalui

pemeriksaan darah lengkap, analisa gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin dan BJ

plasma.

Page 19: Presus DB

Bila ada demam tinggi dan dicurigai adanya infeksi sistemik pemeriksaan

biakan empedu, Widal, preparat malaria serta serologi Helicobacter jejuni sangat

dianjurkan. Pemeriksaan khusus seperti serologi amuba, jamur dan Rotavirus

biasanya menyusul setelah melihat hasil pemeriksaan penyaring (Hasan, 2007)

Secara klinis diare karena infeksi akut digolongkan sebagai berikut:

a. Koleriform, diare dengan tinja terutama terdiri atas cairan saja.

b. Disentriform, diare dengan tinja bercampur lendir kental dan kadang-kadang

darah.

3.Memberikan terapi simtomatik

Terapi simtomatik harus benar-benar dipertimbangkan kerugian dan

keuntungannya. Antimotilitas usus seperti Loperamid akan memperburuk diare

yang diakibatkan oleh bakteri entero-invasif karena memperpanjang waktu kontak

bakteri dengan epitel usus yang seyogyanya cepat dieliminasi. (Pusponegoro,

2004).

4. Memberikan terapi definitif.

Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi:

a. Kolera-eltor: Tetrasiklin atau Kotrimoksasol atau Kloramfenikol.

b. V. parahaemolyticus,E. coli, tidak memerluka terapi spesifik

c. A. aureus : Kloramfenikol

d. Salmonellosis: Ampisilin atau Kotrimoksasol atau golongan Quinolon

seperti Siprofloksasin

e. Shigellosis: Ampisilin atau Kloramfenikol

f. Helicobacter: Eritromisin

g. Amebiasis: Metronidazol atau Trinidazol atau Secnidazol

h. Giardiasis: Quinacrine atau Chloroquineitiform atau Metronidazol

i. Balantidiasis: Tetrasiklin

j. Candidiasis: Mycostatin

Page 20: Presus DB

k. Virus: simtomatik dan support (Hasan, 2007)

BAB III

KESIMPULAN

Diare seringkali muncul karena berbagai penyebab, termasuk diantaranya

infeksi, malabsorpsi, makanan dan psikologis. Karena berbagai panyebab inilah maka

akan timbul berbagai mekanisme yang akan menyebabkan diare. Penanganan diare

sangat penting agar tidak terjadi komplikasi yang serius, dimana penangan yang

utama adalah penggantian terapi cairan diikuti dengan medikamentosa untuk

mengobati penyebabnya

Pada prinsipnya dalam penanganan medikameentosa tidak boleh diberikan

obat anti diare, penggunaan antibiotikpun harus sesuai hasil pemeriksaan penunjang.

Sebagai pilihan adalah kotrimoksazol, amoxicilin dan atau sesuai dengan hasil uji

sensitivitas. Dapat juga digunakan obat antiparasit seperti metronidazol.

Sedangkan pada penanganan cairan dan elektrolit pada diare cair akut dapat

menggunakan beberapa jenis cairan antara lain:

Peroral: cairan rumah tangga, oralit

Parenteral: ringer laktat, ringer asetat, larutan normal salin

Pemberian volume cairan disesuakan dengan derajat dehidrasinya, pada kasus yang

mengalami dehidrasi ringan kita dapat melakukan rehidrasi peroral dengan cairan

rumah tangga atau ASI semau anak. Serta diberikan oralit setiap kali BAB dengan

volume 50-100cc untuk usia dibawah 1th, dan 100-200cc untuk usia 1-5tahun, dan

untuk usia lebih dari 5tahun dapat diberikan cairan semaunya. Sedangkan untuk diare

Page 21: Presus DB

cair akut dengan dehidrasi sedang dapat kita berikan oralit 75cc/kgBB untuk 3 jam

pertama, setelah itu dilanjutkan pemberian cairan sesuai umur seperti pada dehidrasi

ringan. Sedangkan untuk dehidrassi berat, kita dapat melakukan rehidrasi perenteral

dengan cairan ringer laktat atau ringer asetat 100cc/kg BB. Dengan cara pemberian

sebagai berikut:

usia kurang dari 1 tahun, 30cc/kgBB dalam 1 jam pertama dilanjutkan

70cc/kgBB dalam 5 jam berikutnya.

Lebih dari 1 tahun: 30cc/kgBB dalam ½ jam pertama dilanjutkan 70cc/kgBB

dalam 2 ½ jam berikutnya.

Minum diberikan jika pasien sudah mau minum 5cc/kgBB selama proses

rehidrasi (Pusponegoro, 2004).

Daftar Pustaka

Page 22: Presus DB

Ardhani punky, 2008, Art of Theraphy: Ilmu Penyakit Anak, Pustaka

Cendekia Press: Jogjakarta

Behrman Richard et all, 2009, Nelson textbook of Pediatrics, Sanders:

Phyladelpia.

Pusponegoro hardiyono et all, 2004, Standar Pelayanan Medis Kesehatan

Anak: edisi I, Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Poorwo sumarso et all, 2003, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak: Infeksi &

Penyakit Tropis, Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Hasan Rusepno et all, 2007, Ilmu Kesehatan Anak 1: cetakan ke 11,

Infomedika: Jakarta.