presentation bab 3, freeport

11

Click here to load reader

Upload: robin-kevin-gt

Post on 21-Dec-2015

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Sejarah Pembukaan Pertambangan di Grasberg, Freeport Indonesia

TRANSCRIPT

Page 1: Presentation Bab 3, Freeport

Hasil pemboran diproses dengan menyusutkan “inti” bor yang panjangnya 3 meter menjadi contoh seberat seperempat pon dalam bentuk tepung batuan halus. Hasil pemboran di Erstberg, Freeport memutuskan hanya memproses separo “inti” bor, sedangkan separo lagi diserahkan kepada Pemerintah untuk disimpan. Dengan demikian, seandainya Freeport tidak jadi mengembangkan tambang di Ertsberg, maka Pemerintah memiliki data objektif tentang kandungan Ertsberg.

Begitu bangunan “inti” bor dapat digunakan, pekerjaan penempatan “inti bor berjalan dengan lancar. Darnell mengalihkan perhatian pada proyek baru yang diberikan oleh Wilson, yaitu mecari lokasi untuk pelabuhan, lapangan udara, kota, pabrik pengolahan, jalan akses serta sumber tenaga air. Darnell adalah orang pertama yang menyarankan lokasi pelabuhan di hilir Sungai Aikwa (kemudian bernama Amamapare), lokasi lapangan terbang di tanah datar dekat pertengahan Aikwa (sekarang bernama Lapangan Udara Timika), lokasi kota di lembah Muki dan Sungai Uteki (sekarang bernama Tembagapura) dan garis jalan akses yang paling mungkin dikerjakan.

Page 2: Presentation Bab 3, Freeport

Pada penelitian awal Darnell menaiki perahu bersama para bekas nelayan Australia, lalu menyusuri sungai di daerah sekitar untuk melakukan pengamatan. Tipuka yang terletak di hulu Sungai Aikwa memberi kemungkinan baik untuk pelabuhan. Kedalaman air sungai adalah 8 meter, dan terdapat alur sedalam 12 meter ke arah hulu sepanjang 6-7 kilometer. Selanjutnya, dengan menggunakan helikopter Darren meneruskan pencarian lokasi untuk lapangan terbang. Darnell mengambil foto beberapa daerah kering dan datar baik di sekitar maupun pada daerah aliran Sungai Aikwa.

Selanjutnya dia juga mencari lokasi untuk perkotaan. Pencarian lokasi kota dilakukan dengan helikopter yang terbang pada ketinggian 1800 meter di daerah sekitar khatulistiwa untuk mendapatkan cuaca seperti pada musim semi. Darnell terbang menurun dari Ertsberg diatas Sungai Aghawagong menuju pemukiman di Nargi. Dia melihat ada lembah yang terletak sedikit sebelah timur Nargi.

Page 3: Presentation Bab 3, Freeport

Lembah tersebut dikelilingi oleh batuan cadas, tetapi terleytak pada ketinggian yang ideal. Lokasi lembah ini kemudian dicantumkan dalam peta, yang kelak menjadi kota Tembagapura.

Pekerjaan terakhir adalah menemukan lokasi untuk jalan akses. Pada suatu hari dalam keadaan frustasi, Darnell dan La Freniere istirahat di landasan darurat dekat lokasi lapangan terbang. “Don berkata, ‘Coba lihat ke arah punggung gunung diatas sana, “kenang Darnell. “Saya pikir, ada apa disana, itu hanya punggung gunung. Tiba-tiba melintas dalam pikiran saya, ya mengapa tidak, kita bisa membangun jalan dengan kemiringan 400. Kalau tonjolan puncak-puncak dapat kita gusur dari punggung gunung, dan tanah buangan kita tumpuk di kiri kanan punggung, maka kemiringan jalan yang diinginkan pasti dapat dicapai.

Page 4: Presentation Bab 3, Freeport

Darnell meminta Flint dan La Freniere untuk melakukan pemotretan pada punggung pegunungan. Flint mengambil gambar-gambar pegunungan sebanyak 350 foto. Mereka terbang masuk diantara dinding pegunungan di Hanekam, dimana sekarang terdapat terowongan, lalu menerobos ke sisi lain punggung pegunungan. Jalan akses di kemudian hari dibangun oleh Bechtel dan J.H.Pomeroy berdasarkan laporan beserta foto-foto yang dibuat oleh Darnell. Sampai sekarang jalur pegunungan ini dikenal sebagai “Jalur Darnell”.

Pada saat program pemboran berakhir, ternyata dapat dihasilkan “inti” bor dengan jumlahpanjang lebih dari 7500 meter. Beberapa lubang bor menembus Ertsberg sampai sedalam 360 meter. Sayangnya, perkiraan Wilson akan dapat diambil 300 kg contoh, ternyata meleset. Hasil program pemboran menunjukkan bahwa perkiraan semula terdapat bijih tembaga sebanyak 50 juta ton dengan kadar tembaga 3,5 persen adalah terlalu optimis. Setelah dihitung, ternyata hanya terdapat 33 juta ton bijih dengan kadar tembaga rata-rata 2,5 persen

Page 5: Presentation Bab 3, Freeport

Kenyataan ini merupakan kabar buruk padahal kebanyakan tambang sudah puas dengan kadar tembaga 2,5 persen, bahkan banyak tambang yang sudah untung dengan kadar tembaga 1 persen saja. Tetapi perlu diingat bahwa tambang-tambang tersebut berada pada lokasi yang oleh Wilson diistilahkan sebagai “lokasi yang mudah”. Proyek Pertambangan Ertsberg pun hampir dihentikan karena deposit tembaga yang ditemukan lebih kecil dari yang diharapkan dan dengan kadar demikian rendah, serta terletak di lokasi yang demikian sulit tanpa adanya prasarana.

Tahap selanjutnya adalah tahap Studi Kelayakan yang menghabiskan biaya yang tidak kurang dari $2 juta. Beberapa Direktur dan pejabat Freeport bahwa usaha ini hanya akan mebuang-buang dana saja.

Page 6: Presentation Bab 3, Freeport

Pendapat mereka cukup mempunyai dasar rasional karena untuk mengembangkan Ertsberg diperlukan pendanaan yang luar biasa besar, sedangkan depositnya tidak cukup besar untuk menjamin investasti yang menguntungkan.

Wilson beranggapan bahwa secara geologis ada kemungkinan besara bahwa Ertsberg tidak berdiri sendiri. Dia harus membuktikan anggapannya itu kalau ingin mendapatkan dukungan Dewan Direktur. Dia mengirim Flint kembali Ke Irian Jaya untuk meneliti lebih lanjut kemungkinan adanya prospek-prospek tambahan.

Page 7: Presentation Bab 3, Freeport

Dengan modal laporan Flint, Wilson mengajukan usaha pengembangan Ertsberg kepada Dewan. Pada awal pertemuan, umumnya pedapat anggota Dewan negatif dan Wilson sudah berpikir untuk mengundurkan diri. Lalu Augustus C. Long, seorang anggota Dewan yang lama menjadi eksekutif utama di Texaco, mulai bicara. Long menyatakan bahwa belerang yang merupakan usaha Freeport sedang lemah. Dia menekankan selain Ertsberg, perusahaan tidak mempunyai proyek besar apapun dalam perencanaan. Memang ada resiko, tetapi proyek Ertsberg yang diusulkan Wilson menjanjikan hasil menguntungkan. Ucapan Long membalikkan pendapat Dewan dan Wilson mendapatkan $2 juta untuk Studi Kelayakan.

Wilson segera terbang ke San Fransisco untuk menemui perwakilan dua perusahaan untuk pembangunan di Irian Jaya, yaitu Bechtel dan J.H. Pomeroy. Bechtel adalah perusahaan rekayassa dan konstruksi, sedangkan Pomeroy adalah perusahaan yang lebih kecil tetapisangat berpengalaman dalam konstruksi maritim.

Page 8: Presentation Bab 3, Freeport

Dengan modal laporan Flint, Wilson mengajukan usaha pengembangan Ertsberg kepada Dewan. Pada awal pertemuan, umumnya pedapat anggota Dewan negatif dan Wilson sudah berpikir untuk mengundurkan diri. Lalu Augustus C. Long, seorang anggota Dewan yang lama menjadi eksekutif utama di Texaco, mulai bicara. Long menyatakan bahwa belerang yang merupakan usaha Freeport sedang lemah. Dia menekankan selain Ertsberg, perusahaan tidak mempunyai proyek besar apapun dalam perencanaan. Memang ada resiko, tetapi proyek Ertsberg yang diusulkan Wilson menjanjikan hasil menguntungkan. Ucapan Long membalikkan pendapat Dewan dan Wilson mendapatkan $2 juta

untuk Studi Kelayakan.

Wilson segera terbang ke San Fransisco untuk menemui perwakilan dua perusahaan untuk pembangunan di Irian Jaya, yaitu Bechtel dan J.H. Pomeroy. Bechtel adalah perusahaan rekayassa dan konstruksi, sedangkan Pomeroy adalah perusahaan yang lebih kecil tetapisangat berpengalaman dalam konstruksi maritim.

Dengan makin meningkatnya kegiatan proyek, perusahaan tidak dapat terus menganddalkan pengangkutan dari Darwin yang penuh kesulitan dan lambat. Maka dari itu, yang diperlukan oleh Freeport adalah pesawat yang dapat mendarat di laut dengan jarak jelajah dan kapasitas tinggi karena tidak adanya lapangan terbang.

Page 9: Presentation Bab 3, Freeport

Masalah Wilson selanjutnya adalah mendapatkan contoh batuan secukupnya Ertsberg untuk penelitian metalugi berskala besar yang bertujuan untuk menetapkan apakah batuan bijih dapat dioloah secara komersial dan selanjutnya juga untuk menentukan rancang bangun proses pengolahan. Test metalurgi semacam ini biasanya memerlukan sampe sebanyak 10.000 ton. Tapi dengan kondisi lapangan seperti di Irian Jaya, Wilson memberanikan diri hanya akan mengambil sampe batuan sebanyak 300 ton saja. Hasil tes metalurgi menunjukkan bahwa batuan bijih dapat diolah menjadi konsentrat dengan biaya yang efisien.

Menurut rencana, penambangan dilakukan dengan sistem penambangan terbuka dan pemecahan serta penggerusan batuan dilakukan dekat tambang berdasarkan laporan Studi Kelayakan yang dikerjakan Bechtel dan Pomeroy. Batuan yang telah digerus halus rencananya dicampur dengan air, lalu diangkut melalui pipa ke pantai. Pengolahan dilakukan di tepi pantai. Hasilnya berupa dua macam konsentrat, yaitu konsentrat tembaga dengan kandungan sedikit emas dan perak serta konsentrat besi. Sistem ini dianggap mahal karena akan memakan biaya sampai $160 juta. Karena biayanya demikian tinggi dan harga besi waktu itu hanya $200 per ton, maka diputuskan bahwa mengambil kandungan besi dari batuan bijih sebagai produksi tambahan dianggap tidak ekonomis.

Page 10: Presentation Bab 3, Freeport

Dengan keputusan ini, Bechtel dan Pomeroy meninjau kembali usulan mereka. Dalam rencana baru, instalasi pemecahan dan pabrik pengolahan disatukan serta diletakkan dekat tambang, dengan pipa yang lebih kecil mengalirkan konsentrat tembaga dari pabrik ke pantai yang menelan biaya $100-$120 juta.

Lalu datang waktu paling sulit, yakni menemukan investor. Di satu pihak kegiatan proyek Grasberg yang serba sulit dan penuh resiko memang menggairahkan insinyur tambang, tetapi sebaliknya membuat para investor enggan berpartisipasi. Di tahun 1969, vice president Freeport Minerals Paul Douglas berusaha mendapatkan kontrak jangka panjang dari perusahaan peleburan tembaga di Jerman dan Jepang. Direktur Keuangan Nils Kindwall, salah seorang pendukung proyek Grasberg, terbang ke seluruh dunia mencari pinjaman dana. Upaya kedua orang ini menghasilkan paket pinjaman sebesar $100 juta yang dikumpulkan dari 30 penyandang dana.

Page 11: Presentation Bab 3, Freeport

Sekitar $20 juta berasal dari sebuah perusahaan dagang konsentrat tembaga dan 7 perusahaan pengecoran tembaga Jepang. Perusahaan-perusahan Jepang ini sepakat membeli 65 persen produksi dalam jangka waktu 15 tahun. Dana sebesar $22 juta datang lagi dari sebuah bank dari Jerman yaitu Kreditanstalt fur Wierderaufbau. Tambahan $40 juta lagi diperoleh dari konsorsium 7 bank Amerika Serikat dengan jaminan investasi oleh Bank Export-Import tingkat federal. Freeport sendiri menuangkan $20 juta.

Jalan akses sepanjang 101 kilometer yang menghubungkan daerah rawa sekitar Sungai Jaramaya dengan lokasi pabrik pengolahan dibawah Ertsberg, merupakan pekerjaan konstruksi yang paling sulit.

Menjelang akhir tahun 1972, jalan rampung dibangun, kereta kabel berjalan dengan lancar dan jalur pipa konsentrat terpasang dengan baik. Pada bulan Desember, 10.000 ton bijih Ertsberg yang pertama berhasil dikapalkan menuju Jepang. Tambang berjalan dengan lancar dan membanggakan.